SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS POSKO BENCANA ALAM · cetakan tahun 2005 karangan Jay Heizer dan Barry...

153
SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PENENTUAN POSKO BENCANA ALAM (studi kasus : Daerah Kabupaten Bantul) Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Program Studi Teknik Informatika Oleh : Kristina Novita Dewi NIM : 035314022 PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2008

Transcript of SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS POSKO BENCANA ALAM · cetakan tahun 2005 karangan Jay Heizer dan Barry...

  • SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PENENTUAN POSKO

    BENCANA ALAM (studi kasus : Daerah Kabupaten Bantul)

    Skripsi

    Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

    Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

    Program Studi Teknik Informatika

    Oleh :

    Kristina Novita Dewi

    NIM : 035314022

    PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA

    FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

    UNIVERSITAS SANATA DHARMA

    YOGYAKARTA

    2008

  • GEOGRAPHIC INFORMATION SYSTEM TO DETERMINE

    DISASTER CAMP (a case study at Bantul Region)

    A Thesis

    Presented as Partial Fulfillment of the Requirements

    to Obtain the Sarjana Teknik Degree

    in Department of Informatics Technology

    Created by :

    Kristina Novita Dewi

    NIM : 035314022

    DEPARTMENT OF INFORMATICS TECHNOLOGY

    FACULTY OF SCIENCE AND TECHNOLOGY

    SANATA DHARMA UNIVERSITY

    YOGYAKARTA

    2008

  • iv

    PERSEMBAHAN

    Menjalani Hidup Semaksimal Mungkin

    “Aku telah mengalami banyak pengalaman sulit dalam hidupku, dan hampir-hampir tak

    sanggup mengatasi rintangan-rintangan yang menghalanngi jalanku. Tapi pengalaman-

    pengalaman ini membuatku banyak belajar. Kalau aku mesti mengulangi kembali seluruh

    hidupku, aku takkan mengubah hal sekecil apa pun. Apa-apa yang telah kupelajari amat

    sangat berharga.”

    Keterwujudan dalam penyelesaian skripsi ini tidak lupa akan dukungan

    dan semangat dari berbagai pihak yang telah mendukung saya yaitu

    Orangtua yang terlebih ibuku yang selalu mendukungku

    Dan juga teman-teman seangkatan 2003 yang mendukungku

    Skripsi ini juga saya dedikasikan untuk kenangan almarhum papa

  • v

    PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

    Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak

    memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam

    kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

    Yogyakarta, 21 Mei 2008

    Penulis

    (Kristina Novita Dewi)

  • vi

    ABSTRAK

    Terjadinya gempa beberapa waktu yang lalu di daerah Yogyakarta dengan

    kerusakan terparah pada daerah Bantul, membuat banyak pihak bersimpati.

    Pemerintah daerah dan pemerintah pusat harus bertindak cepat dengan mendirikan

    posko bencana alam. Karena kurang terencananya proses pendirian posko

    menyebabkan posko-posko yang didirikan kurang menjangkau penduduk pada

    suatu wilayah tertentu. Dari peristiwa tersebut penulis ingin membuat sistem

    informasi untuk penentuan posko bencana alam. Posko bencana alam ini berupa

    posko bantuan konsumsi, dan merupakan posko distribusi langsung satu

    kecamatan satu posko.

    Untuk menentukan letak posko bencana alam ini digunakan suatu metode

    dari disiplin ilmu manajemen operasi yaitu Metode Pusat Gravitasi (Center Of

    Gravity Method). Metode Pusat Gravitasi ini merupakan teknik matematis yang

    digunakan untuk menemukan lokasi pusat distribusi yang akan meminimalkan

    biaya distribusi. Metode ini memperhitungkan jarak lokasi area, jumlah barang

    yang akan dikirim ke area tersebut, dan biaya pengiriman untuk menemukan

    lokasi terbaik untuk sebuah pusat distribusi.

    Seandainya letak posko hasil Metode Pusat Gravitasi tidak terletak di

    pemukiman digunakan ET Tool’s. ET Tool’s merupakan patch/extension

    tambahan yang disediakan oleh ArcView selaku software yang digunakan untuk

    membuat peta.

  • vii

    ABSTRACT

    Earthquake disaster that happen in the past in Jogjakarta with the biggest

    damage in Bantul region made many side felt sympathy. Region and central

    government must react fast by building disaster camp. Because the lack

    coordination of building disaster camp make all the disaster camp that has been

    built is unreachable by local native. That’s way writer wants to make an

    information system that could determine the location of disaster camp. This

    disaster camp specified to consumptions and direct distribution single camp in one

    district.

    To determine the location of disaster camp used Center Of Gravity

    Method which is a method from operation management. The Center Of Gravity

    Method is mathematics technique that will use to find center distribution location

    which will minimize distribution cost. This method concern distance, amount of

    things that will be sent to the area and delivery cost to find the most suitable

    location for a center distribution.

    If the result location from Center Of Gravity Method is not in the

    civilization, than will be use ET Tool’s. ET Tool’s is an extra patch/extension that

    provide by ArcView as software for making map.

  • viii

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena

    akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Sistem Informasi

    Geografis Penentuaan Posko Bencana Alam dengan Daerah Studi Kasus

    Kabupaten Bantul. Selama proses penulisan skripsi, banyak hal yang penulis

    alami, baik suka maupun duka, yang telah membantu penulis lebih berkembang

    sebagai pribadi yang utuh.

    Tentunya keberhasilan menyelesaikan skripsi ini tidak lepas dari peran

    berbagai pihak yang telah membantu penulis. Oleh sebab itu penulis

    mengucapkan banyak terimakasih kepada:

    1. Bapak Ir. Gregorius Heliarko, S.J., S.S., B.S.T., M.A., M.Sc., selaku

    Dekan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Sanata Dharma

    Yogyakarta.

    2. Ibu Agnes Maris Polina, S.Kom., M.Sc., selaku Kepala Program Studi

    Teknik Informatika Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

    3. Bapak Albertus Agung Hadhiatma, S.T., M.T., selaku Dosen Pembimbing

    Skripsi.

    4. Ibu Ridowati Gunawan, S.Kom., M.T., selaku Dosen Pembimbing

    Akademik Program Studi Teknik Informatika Angkatan 2003 Fakultas

    Sains Dan Teknologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

    5. Orang tua dan saudara penulis yang selama ini mendukung dan memberi

    semangat dalam menyelesaikan skripsi.

  • ix

    6. Teman-teman penulis Marcellia Kusuma Suwardi, Heni Pratiwi, Ratih

    Maharani, Antonia Isti, Mbak Niken dan teman-teman yang selalu ada

    mendengarkan keluhan penulis Dea, Ina, dan teman-teman senasib

    sepenanggungan Akko, dan Albert ‘Pakde’, dan juga Adri yang telah

    banyak membantu.

    7. Teman-teman Teknik Informatika angkatan 2003.

    8. Teman-teman dari fakultas geografi UGM yang telah banyak mengajari

    dan membantu.

    9. Teman-teman gereja yang telah memberikan dukungannya melalui doa,

    terutama teman-teman dari Komisi Anak yang selalu menanyakan tentang

    perkembangan skripsi.

    10. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

    Semoga segala perhatian, bantuan, dukungan, dan semangat yang

    semua pihak berikan kepada penulis mendapat berkah dari Tuhan yang Maha Esa.

    Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab

    itu, segala masukan, kritik dan saran sangat penulis harapkan untuk perbaikan dan

    pengembangan pada masa yang akan datang. Semoga skripsi ini bisa bermanfaat

    sebagaimana mestinya bagi penulis dan pembaca sekalian.

    Penulis

  • x

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL ………………………………………………….…………..i

    HALAMAN PERSETUJUAN ………………………………….………………..ii

    HALAMAN PENGESAHAN ……………………………….…………………..iii

    HALAMAN PERSEMBAHAN …………………………….…………………...iv

    HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ….………………………..v

    ABSTRAK …………………………….………………………………………...vi

    ABSTRACT………………………….……………………………………….....vii

    KATA PENGANTAR ………………….……………………………………...viii

    DAFTAR ISI …………………………….……………………………………….x

    DAFTAR GAMBAR ..…………………….………………….………………...xiii

    DAFTAR TABEL .……………..……………………………….…………….....xv

    BAB I PENDAHULUAN …………………………..………………………….…1

    1.1 Latar Belakang Masalah ……..……………………………………1

    1.2 Rumusan salah.…………………………………………………....3

    1.3 Batasan Masalah ..…………………………………………..……..4

    1.4 Tujuan dan Manfaat Penulisan ..……………………………..……4

    1.5 Metodologi Penulisan ..………………………………………..…..5

    1.6 Sistematika Penulisan ..………………………………………..…..6

    BAB II LANDASAN TEORI ..…………………………………………………...8

    2.1. Pengertian SIG..................................................................................8

    2.1.1. Konsep Dasar SIG .................................................................8

    2.1.2. Pengertian SIG ......................................................................8

    2.1.3. Subsistem SIG .......................................................................9

  • xi

    2.1.4. Komponen SIG ....................................................................10

    2.1.5. Tahapan Pekerjaan SIG .......................................................11

    2.1.6. Analisis Data Spasial SIG ...................................................12

    2.2. Metode Pusat Gravitasi ..................................................................14

    2.3. Visual Basic ....................................................................................21

    2.3.1. Tipe Data Visual Basic ........................................................22

    2.3.2. Variabel ...............................................................................23

    2.3.3. Konstanta .............................................................................25

    2.3.4. Operator ...............................................................................25

    2.4. ArcView..............................................................................................30

    2.4.1. Digitasi.................................................................................31

    2.4.2. Membuat Project..................................................................36

    2.4.3. Pengenalan Script Avenue ..................................................37

    2.4.4. Pemrograman Script Avenue ..............................................38

    2.5. Komunikasi ArcView dengan Program Visual Basic ........................44

    BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM …………………..….…48

    3.1. Analisa Sistem …………………………………….………………...48

    3.1.1. Menentukan Posko Dengan Metode Pusat Gravitasi……...50

    3.1.2. Penyesuaian Lokasi Posko Dengan Jalan Terdekat ………53

    3.2. Perancangan Sistem .………………………………………………..55

    3.2.1. Use Case .……………………………………..…….……..60

    3.2.2. Diagram Berjenjang ……………..………………..………62

    3.2.3. Context Diagram ……………………………...….…….…62

    3.2.4. Overview Diagram Level 0 .………………….…….….…63

    3.2.5. Overview Diagram Level 1 Proses 1 .………….…..……..63

  • xii

    3.2.6. ER Diagram .……………………………………………...64

    3.2.7. Perancangan Tabel Database .…………………………….64

    3.3. Perangkat Lunak Yang Digunakan .………………….……………..65

    3.4. Perancangan Menu Antarmuka ..……………………………………67

    3.4.1. Perancangan Input ..……………………………………….67

    3.4.2. Perancangan Output ..……………………………………..68

    BAB IV IMPLEMENTASI SISTEM .…………………………………………..70

    4.1. Implementasi Dialog ………………………………………………..70

    4.1.1. Aplikasi Dalam visual Basic……….... ……………………71

    4.1.2. Aplikasi Dalam Arcview ..…….………….……….……….76

    4.2. Langkah-Langkah Menjalankan Aplikasi ..…………………...…….83

    4.2.1. Menjalankan Aplikasi SIG dalam VB……………..….…….83

    4.2.2. Menjalankan Aplikasi SIG dalam ArcView…....………..…84

    4.3. Implementasi Program……………………………..………………102

    4.3.1. Pembuatan Aplikasi Dalam Visual Basic 6.0......................102

    4.3.2. Pembuatan Aplikasi Peta Dalam ArcView..........................116

    4.3.3. Tahap Mengkoneksikan VB dengan ArcView....................137

    4.4. Analisa Hasil………………..……………………………………...141

    4.4.1. Kelebihan Sistem ……….………………...…..…..…..…..143

    4.4.2. Kekurangan Sistem ……….……………………………….144

    4.4.3. Analisa Untuk Pengembangan Sistem …………………….144

    BAB V PENUTUP ……………………………………………………………..146

    5.1. Kesimpulan ……………………………..…………………….…...146

    5.2. Saran ……………………………………………………….………146

    DAFTAR PUSTAKA ……..…………………………………………………...148

  • xv

    DAFTAR TABEL

    Tabel (2-1) : Tabel Permintaan Quain’s Discount Department Stores.................16

    Tabel (2-2) : Tabel Jumlah Penduduk Kecamatan Pandak...................................18

    Tabel (2-3) : Tabel Koordinat Lokasi Kecamatan Pandak....................................18

    Tabel (2-4) : Tabel Tipe Data dan Karakter yang dipakai....................................21

    Tabel (2-5) : Tabel Tipe Data Dan Range Nilai....................................................22

    Tabel (2-6) : Tabel Operator Aritmatika...............................................................25

    Tabel (2-7) : Tabel Operator Pembanding............................................................26

    Tabel (2-8) : Tabel Operator Logika.....................................................................26

    Tabel (2-9) : Tabel Operator Logika Not..............................................................27

    Tabel (2-10): Tabel Operator Logika And.............................................................27

    Tabel (2-11): Tabel Operator Logika Or................................................................28

    Tabel (2-12): Tabel Operator Logika Xor..............................................................28

    Tabel (2-13): Tabel Operator Logika Eqv.............................................................28

    Tabel (2-14): Tabel Operator Logika Imp.............................................................29

    Tabel (3-1) : Tabel Koordinat Lokasi Kecamatan Pandak Real..........................50

    Tabel (3-2) : Tabel Jumlah Penduduk Kecamatan Pandak Real...........................51

    Tabel (3-3) : Tabel Kecamatan.dbf.......................................................................63

    Tabel (3-4) : Tabel Kelurahan.dbf........................................................................64

    Tabel (3-5) : Tabel Posko.dbf...............................................................................64

    Tabel (3-6) : Tabel Data user.dbf..........................................................................64

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    I.1. Latar Belakang Masalah

    Telah diketahui bahwa telah terjadi bencana alam pada hari Sabtu,

    27 Mei 2006 berupa gempa bumi berkekuatan 5,9 skala ritcher yang telah

    meluluhlantahkan sebagian Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa

    Tengah sehingga menghadirkan polemik pasca bencana alam. Terutama bagi

    pemerintahan dan masyarakat Kabupaten Bantul, yang sedang dalam posisi

    tidak siap menghadapi suatu bencana. Dan ketidaksiapan dalam menghadapi

    bencana tersebut membuat segala sesuatu berjalan tanpa perencanaan yang

    panjang dan matang, bersifat pasif dan tergesa-gesa. Dan hal ini berlangsung

    hingga beberapa hari sampai minggu walaupun telah mendapatkan instruksi

    dari Presiden. Sehingga terdapat masalah dalam penanganan pasca bencana.

    Diantaranya dalam penentuan letak posko yang merupakan bahan penelitian

    dari tugas akhir ini.

    Dengan adanya peristiwa bencana alam tersebut membuat penulis

    ingin membuat sistem yang dapat digunakan untuk menentukan letak posko

    seandainya terjadi lagi bencana alam seperti gempa pada kabupaten Bantul

    tersebut. Dan sistem yang dibuat nanti diharapkan juga bisa diterapkan untuk

    wilayah lain yang mengalami peristiwa bencana alam tersebut.

    Untuk menentukan dimana sebaiknya letak posko didirikan dengan

    daerah studi kasus wilayah Kabupaten Bantul digunakan suatu metode dari

  • 2

    disiplin ilmu Manajemen Operasi yaitu Center-Of-Gravity-Method (Metode

    Pusat Gravitasi). Alasan memilih metode ini karena dari literatur Buku

    “Operations Management”, Manajemen Operasi, Edisi Ketujuh Buku Satu,

    cetakan tahun 2005 karangan Jay Heizer dan Barry Render dinyatakan

    “Metode Pusat Gravitasi merupakan sebuah teknik matematis yang digunakan

    untuk menemukan lokasi yang paling baik untuk suatu titik distribusi tunggal

    yang melayani beberapa toko atau daerah”. Kondisi ini sangat mirip dengan

    studi kasus yang diambil penulis pada daerah Kabupaten Bantul. Yaitu

    pendirian posko tunggal pada tiap-tiap kecamatan yang melayani beberapa

    kelurahan. Pertimbangan lokasi yang paling baik menurut penulis, yaitu:

    Dengan menggunakan Metode Pusat Gravitasi, untuk mencari titik

    optimal yang dapat dijangkau semua penduduk dalam suatu area misal

    (kelurahan) dengan mempertimbangkan jumlah penduduk pada tiap

    kelurahan, dan koordinat titik kelurahan. Yang dimaksudkan dengan titik

    lokasi optimal adalah jumlah keseluruhan jarak dari tiap penduduk di

    lokasi pemukiman ke posko mempunyai nilai yang minimal.

    Mudah diakses, dengan pertimbangan letak posko dekat dengan jalan.

    Pertimbangan Peta Tata Guna Lahan, Peta Administrasi, Peta Jalan,

    untuk melakukan pengolahan data dengan SIG. Peta Tata Guna Lahan

    meliputi : hutan, hutan rakyat, kompleks angkatan udara, pemukiman,

    sawah, semak, tanah kosong, tegalan. Peta Tata Guna Lahan digunakan

    untuk melihat letak pemukiman pada tiap-tiap area, karena penyebaran

    pemukiman yang tidak merata pada tiap-tiap area.

    Metode Pusat Gravitasi ini merupakan teknik matematis yang

    digunakan untuk menemukan lokasi pusat distribusi yang akan

  • 3

    meminimalkan biaya distribusi. Metode ini memperhitungkan jarak lokasi

    area, jumlah barang yang akan dikirim ke area tersebut, dan biaya

    pengiriman untuk menemukan lokasi terbaik untuk sebuah pusat distribusi.

    Pendirian posko tunggal pada tiap kecamatan didasarkan pada Surat

    Bupati Bantul Nomor 361/2554 Tanggal 29 Mei 2006 perihal Pernyataan

    Bencana Alam Gempa Bumi; yang menyatakan “Pada masa tanggap darurat

    seluruh bantuan masyarakat yang diterima dan disalurkan melalui SATLAK

    sebagian besar didistribusikan melalui kecamatan. Hal ini terkandung

    maksud untuk lebih mendekatkan kepada para korban/pengungsi”. Sehingga

    penulis juga menggunakan pernyataan tersebut untuk membuat asumsi

    bahwa letak posko pada tiap kecamatan sudah mendekatkan bantuan kepada

    para korban/pengungsi. Posko dalam pelayanan gempa ini merupakan posko

    distribusi tunggal dengan ketentuan satu kecamatan satu posko dan

    merupakan posko untuk bantuan konsumsi sehingga penentuan letak posko

    menitikberatkan kepada faktor jumlah penduduk, sehingga penulis

    menggunakan metode pusat gravitasi yang menggunakan titik berat jumlah

    permintaan.

    1.2. Rumusan Masalah

    Dari latar belakang masalah di atas dapat dirumuskan masalah sebagai

    berikut: Bagaimana menentukan lokasi posko pada tiap kecamatan dengan

    menggunakan: Metode Pusat Gravitasi (Center-Of-Gravity-Method) yang

    merupakan suatu metode pada disiplin ilmu manajemen operasi. Juga

    memperhatikan : Peta Tata Guna Lahan, Peta Jalan, dan Peta Administrasi

    yang diolah dengan Sistem Informasi Geografis.

  • 4

    1.3. Batasan Masalah

    Mengingat ruang lingkup penelitian mengenai penentuan lokasi

    posko bencana alam ini cukup luas sehingga penelitian ini hanya dibatasi

    pada :

    1. Memetakan lokasi-lokasi untuk mendirikan posko pelayanan gempa

    bukan dari posko yang telah ada.

    2. Menggunakan studi kasus bencana alam yang terjadi pada Wilayah

    Kabupaten Bantul.

    3. Posko pelayanan gempa yang didirikan merupakan posko distribusi

    tunggal dengan ketentuan satu kecamatan satu posko.

    4. Posko pelayanan gempa yang didirikan meruapakan posko

    pendistribusian bantuan konsumsi, sehingga menitikberatkan pada

    jumlah penduduk sebagai faktor pertimbangan pendirian posko.

    1.4. Tujuan dan Manfaat Penulisan

    Tujuan dan manfaat dari penulisan tugas akhir yang berjudul “Sistem

    Informasi Geografis Posko Bencana Alam dengan Studi Kasus Wilayah

    Kabupaten Bantul” ini adalah :

    1. Dapat membantu Pemerintah Daerah dan SATLAK penanggulangan

    bencana nasional maupun daerah untuk menentukan letak posko

    sendainya terjadi lagi bencana gempa seperti yang dialami di

    Kabupaten Bantul. Dan dapat mengimplementasikan teori analisis SIG

    yang berfungsi sebagai pendukung pengambilan keputusan dalam

    perencanaan dan pengambilan keputusan menyangkut data kebumian

  • 5

    dalam salah satu kasus objek nyata yaitu pada penentuan posko

    bencana alam dengan studi kasus wilayah Kabupaten Bantul.

    1.5. Metodologi Penulisan

    Penulisan sistem ini memerlukan langkah-langkah sebagai berikut :

    a. Analisa :

    Wawancara dengan pihak instansi atau pemerintah yang terkait.

    Pengumpulan data-data yang ada pada instansi atau pemerintah.

    Pembuatan data peta analog menjadi data peta digital di dalam

    ArcView.

    Melakukan proses browsing dan querying, dan menganalisa data

    geografis dari data peta digital.

    Mengintegrasikan dengan avenue selaku bahasa pemograman yang

    digunakan untuk mengcustomize dan mengembangkan aplikasi yang

    dibuat dengan perangkat ArcView.

    Pembuatan Use Case, Diagram Berjenjang, dan Context Diagram.

    b. Disain Sistem :

    b.1. Desain sistem untuk aplikasi visual basic :

    o Pembuatan disain input / output dan penggunaan ER untuk

    membuat disain database aplikasi di visual basic. Database akan

    dibuat dalam Microsoft Access 2000.

    o Pembuatan form-form untuk aplikasi Visual Basic

    b.2. Desain Sistem untuk aplikasi ArcView :

    o Penerapan Metode pusat gravitasi di dalam software ArcView.

  • 6

    o Penggunaan ET Tools untuk menentukan lokasi posko agar

    berdekatan dengan jalan.

    b.3. Menggabungkan aplikasi program di ArcView dengan program

    dalam Visual Basic. Dimana program di ArcView akan bertindak

    sebagai server dan program di visual basic akan bertindak sebagai

    client.

    c. Implementasi Sistem dan Pengujian Sistem

    Pembuatan program berdasarkan data-data yang dikumpulkan serta

    metodologi yang digunakan untuk pembuatan sistem dan melakukan

    pengujian terhadap program yang dibuat.

    1.6. Sistematika Penulisan

    Sistematika penulisan tugas akhir ini dengan susunan sebagai berikut :

    Bab I Pendahuluan

    Pada bagian Pendahuluan ini memuat tentang latar belakang

    masalah, perumusan masalah, batasan masalah, tujuan, metodologi,

    dan sistematika penulisan.

    Bab II Landasan Teori

    Pada bagian ini berisi tentang pengertian Sistem Informasi Geografis

    disertai aplikasi pendukung lain seperti ArcView dan Visual Basic

    dan dasar ilmu yang digunakan untuk menentukan lokasi yaitu

    Metode Pusat Gravitasi.

    Bab III Analisa Sistem dan Perancangan Sistem

  • 7

    Pada bagian ini akan berisi tentang sistem yang akan dibuat serta

    langkah-langkah dan metode yang digunakan dalam pembuatan

    sistem tersebut.

    Bab IV Implementasi Sistem

    Pada bagian ini akan berisi mengenai pembuatan sistem dan cara

    kerja sistem serta analisa dari sistem yang telah dibuat.

    Bab V Penutup

    Pada bagian ini akan berisi tentang kesimpulan dan saran.

  • 8

    BAB II

    LANDASAN TEORI

    2.1. Pengertian SIG

    2.1.1. Konsep Dasar SIG

    Data yang merepresentasikan dunia nyata (real world) dapat disimpan,

    dimanipulasi, diproses, dan direpresentasikan dalam bentuk yang lebih

    sederhana dengan layer-layer tematik yang direlasikan dengan lokasi-

    lokasi geografi di permukaan bumi. Hasilnya dipergunakan untuk

    pemecahan banyak masalah-masalah dunia nyata seperti dalam

    perencanaan dan pengambilan keputusan menyangkut data kebumian.

    2.1.2. Pengertian Sistem Informasi Geografis

    Merupakan suatu sistem informasi yang digunakan untuk

    memasukkan, menyimpan, memanggil kembali, mengolah, menganalisa,

    dan menghasilkan data yang mempunyai referensi geografis atau lazim

    disebut data geospatial, yang berfungsi sebagai pendukung pengambilan

    keputusan dalam perencanaan dan pengelolaan penggunaan lahan, sumber

    daya alam, lingkungan, transportasi, fasilitas kota, dan pelayanan umum

    lainya.

    ESRI (Environment System Research Institute), 1990, mendefinisikan

    SIG sebagai suatu sistem yang terorganisir dan terdiri atas perangkat keras

    komputer, perangkat lunak, data geografi, dan personil yang dirancang

    secara efisien untuk memperoleh, menyimpan, meng-update,

  • 9

    memanipulasi, menganalisis, dan menampilkan semua bentuk informasi

    yang bereferensi geografi.

    2.1.3. Subsistem SIG

    Dari pengertian-pengertian tersebut diatas, maka SIG dapat diuraikan

    dalam beberapa sub-sistem, yaitu:

    a. Input

    Merupakan tahap persiapan dan pengumpulan data spasial, dan

    attribute dari berbagai sumber. Dalam tahap ini juga dilakukan

    konversi data analog ke format digital yang sesuai.

    b. Manipulasi

    Penyesuaian terhadap data masukkan untuk proses lebih lanjut,

    misalnya : penyamaan skala, pengubahan system proyeksi, generalisasi

    dan sebagainya.

    c. Manajemen Data

    Menggunakan Database Management System (DBMS), untuk

    membantu menyimpan, mengorganisasi, dan mengolah data.

    d. Query

    Penelusuran data menggunakan lebih dari satu layer, berfungsi untuk

    memberikan informasi untuk analisis, dan memperoleh data yang

    diinginkan.

    e. Analisis

    Kemampuan untuk analisis data spasial untuk memperoleh informasi

    baru. Dengan pembuatan model scenario “What if”. Salah satu fasilitas

  • 10

    analisis yang banyak digunakan adalah analisis tumpang susun peta

    (overlay).

    f. Visualisasi

    Penyajian hasil berupa informasi baru atau basis data yang ada baik

    dalam bentuk softcopy maupun dalam bentuk Hardcopy seperti dalam

    bentuk : peta, tabel, grafik, dan lain-lain.

    2.1.4. Komponen SIG

    SIG merupakan suatu sistem komputer yang terintegrasi di tingkat

    fungsional dan jaringan. Komponen SIG terdiri dari :

    a. Perangkat keras (hardware)

    Perangkat keras untuk SIG meliputi perangkat keras yang bekerja

    sebagai : pemasukan data, pemrosesan data, penyajian hasil, dan

    penyimpanan (storage).

    b. Perangkat lunak

    Software SIG harus memiliki spesifikasi sebagai :

    merupakan Database Management System (DBMS)

    fasilitas untuk input dan manipulasi data geografis

    fasilitas untuk query, analisis, dan visualisasi.

    Graphical User Interface (GUI) yang baik untuk mempermudah

    akses fasilitas yang ada.

    c. Data

    Data SIG atau disebut data geospatial dibedakan menjadi data grafis

    (geometris) dan data attribute (data tematik). Data grafis mempunyai

    tiga elemen : titik (node), garis(arc), dan luasan/ area(polygon), dalam

  • 11

    bentuk bentuk vector ataupun raster yang mewakili geometri topologi,

    ukuran, bentuk, posisi, dan arah. 7(tujuh) fenomena geografis yang

    dapat diwakili dalam titik, garis, dan polygon/area, yaitu:

    o data kenampakan (feature data)

    o unit area(area unit)

    o jaringan topologi

    o catatan sampel

    o data permukaan bumi

    o label/ teks pada data

    o simbol data

    d. Sumberdaya Manusia

    Teknologi SIG menjadi sangat terbatas kemampuanya jika tidak ada

    sumberdaya yang mengelola sistem dan mengembangkan untuk

    aplikasi yang sesuai. Pengguna dan pembuat sistem harus saling

    bekerja sama untuk mengembangkan teknologi SIG.

    2.1.5. Tahapan pekerjaan SIG

    Analisis data spasial dalam SIG berdasarkan tahapan yang dimulai dari

    desain basisdata sampai pada tahapan output yang menghasilkan suatu

    informasi baru hasil penggunaan teknik manipulasi dan analisis SIG

    berdasarkan variabel-variabel masukan sesuai dengan metode yang telah

    ditentukan dan penelusuran kembali untuk memperoleh informasi baru

    dari proses pengolahan data dan penyusunan basis data SIG. Tahapan

    pekerjaan SIG meliputi :

    desain database

  • 12

    input data spasial

    memperbaiki/ editing dan membuat topologi

    input data attribute

    memanage dan memanipulasi data

    analisis data

    penyajian hasil analisis.

    2.1.6. Analisis Data Spasial SIG

    Analisis SIG dapat dinyatakan dengan fungsi-fungsi analisis spasial dan

    attribute yang dilakukan, serta kemampuan memberi jawaban-jawaban atau

    solusi yang diberikan terhadap pertanyaan-pertanyaan yang diajukan.

    a. Kemampuan menjawab pertanyaan konseptual

    SIG diharapkan mampu menjawab pertanyaan sebagai berikut :

    What is at…? (pertanyaan lokasional; apa yang terdapat pada lokasi

    tertentu)

    Where is it…? (pertanyaan kondisional; lokasi apa yang mendukung

    untuk kondisi/ fenomena tertentu)

    How has it changed…? (pertanyaan kecenderungan;

    mengidentifikasi kecenderungan atau peristiwa apa yang terjadi)

    What is the pattern…? (pertanyaan hubungan; menganalisa

    hubungan keruangan antar objek dalam kenampakan geografis)

    What if…? (pertanyaan berbasiskan model; kecocokan lahan, resiko

    terhadap bencana, dll, berdasarkan pada model)

    Which is the best way…? (pertanyaan route optimum)

    b. Kemampuan fungsi analisis

  • 13

    Fungsi-fungsi analisis yang dapat dilakukan secara umum terdapat dua

    jenis fungsi analisis, yaitu fungsi analisis spasial dan fungsi analisis

    attribute (basis data attribute).

    Fungsi analisis spasial meliputi :

    pemanggilan data

    generalisasi

    abstraksi

    manipulasi koordinat

    buffer

    overlay dan dissolve

    pengukuran (measurement)

    grid

    model medan digital (digital elevation model)

    Fungsi analisis attribute mencakup :

    membuat basis data baru

    menghapus basis data

    membuat tabel basis data

    menghapus tabel basis data

    mengisi dan menyisipkan data (record) kedalam tabel (insert)

    membaca dan mencari data (field atau record) dari tabel basis data

    (retrieve)

    mengubah dan mengedit data yang terdapat di dalam tabel basis data

    (update, edit)

    menghapus data dari tabel (pack)

  • 14

    Fungsi aplikasi

    Terdapat 4 kemampuan aplikasi penginderaan jauh dan system informasi

    geografis, yaitu:

    Pengukuran (measurement)

    Pemetaan (mapping)

    Pemantauan (monitoring)

    Pembuatan Model (modeling)

    2.2. Metode Pusat Gravitasi ( Center-Of-Gravity Method)

    Metode Pusat Gravitasi sebuah teknik matematis yang digunakan untuk

    menemukan lokasi yang paling baik untuk suatu titik distribusi tunggal yang

    melayani beberapa toko atau daerah. Metode ini merupakan teknik matematis

    yang digunakan untuk menemukan lokasi pusat distribusi yang akan

    meminimalkan biaya distribusi. Metode ini memperhitungkan jarak lokasi

    pasar, jumlah barang yang akan dikirim ke pasar tersebut, dan biaya

    pengiriman untuk menemukan lokasi terbaik untuk sebuah pusat distribusi.

    Langkah awal metode pusat gravitasi adalah menempatkan lokasi pada suatu

    sistem koordinat. Proses ini akan diilustrasikan pada Contoh 1. Titik asal

    sistem koordinat dan skala yang digunakan keduanya memiliki sifat berubah-

    ubah, selama jarak relatif(antar lokasi) dinyatakan secara tepat. Hal ini dapat

    dikerjakan dengan mudah dengan menempatkan titik-titik pada peta biasa.

    Pusat gravitasi ditentukan dengan persamaan (2-1) dan (2-2):

  • 15

    Koordinat-x pusat gravitasi = Persamaan (2-1)

    ∑ dixQii

    ∑ Qii

    Koordinat-y pusat gravitasi = Persamaan (2-2)

    ∑ diyQii

    ∑ Qii

    Di mana dix = koordinat-x lokasi i

    Di mana diy = koordinat-y lokasi i

    Qi = kuantitas barang yang dipindahkan ke atau dari lokasi i

    Perhatikan bahwa Persamaan (2-1) dan (2-2) mengandung istilah Qi yang

    merupakan banyaknya pasokan yang dipindahkan ke atau dari lokasi i.

    Karena jumlah kontainer yang dikirim setiap bulan mempengaruhi biaya,

    maka jarak tidak dapat menjadi satu-satunya kriteria utama. Metode pusat

    gravitasi mengasumsikan bahwa biaya secara langsung berimbang pada jarak

    dan jumlah yang dikirim. Lokasi yang ideal adalah lokasi yang meminimalkan

    jarak berbobot antara gudang dan toko ecerannya, di mana pembobotan jarak

    dilakukan sesuai dengan jumlah kontainer yang dikirim.

    Contoh 1 :

    Perhatikan kasus Quain’s Discount Department Stores, yang merupakan rantai

    dari empat toko outlet besar sejenis Target. Toko perusahaan ini terletak di

  • 16

    Chicago, Pittsburgh, New York dan Atlanta; mereka sekarang dipasok dari

    sebuah gudang tua yang tidak lagi memadai di Pittsburgh, tempat toko

    pertama yang dibuka dari rantai tersebut. Data tingkat permintaan setiap outlet

    ditunjukkan pada Tabel 2.1

    Lokasi Toko Jumlah Kontainer yang Dikirim

    Chicago 2.000

    Pittsburgh 1.000

    New York 1.000

    Atalanta 2.000

    Tabel 2.1. Permintaan untuk Quain’s Discount Department Stores

    Perusahaan telah memutuskan untuk menemukan lokasi “pusat” untuk

    membangun sebuah gudang baru. Lokasi toko sekarang diperlihatkan pada

    Gambar 2.1. Sebagai contoh, lokasi 1 adalah chicago, dan dari Tabel 2.1 dan

    Gambar 2.1, didapatkan:

    d1x = 30

    d1y = 120

    Q1 = 2000

  • 17

    Gambar 2.1. Lokasi Koordinat dari Empat Quain’s Department Stores dan Pusat

    Gravitasi

    Dengan menggunakan data pada tabel 2.1 dan Gambar 2.1 untuk setiap kota,

    dalam Persamaan (2-1) dan (2-2) didapatkan koordinat pusat gravitasi:

    Koordinat-x pusat gravitasi =

    (30)(2.000)+(90)(1.000)+(130)(1.000)+(60)(2.000) 400.000

    2.000 + 1.000 + 1.000 + 2.000 = 6.000 = 66,7

    Koordinat-y pusat gravitasi =

    (120)(2.000)+(110)(1.000)+(130)(1.000)+(40)(2.000) 560.000

    2.000 + 1.000 + 1.000 + 2.000 = 6.000 = 93,3

    30

    60

    90

    120

    North - South

    30 60 90 120 150Titik asal yangberubah-ubah

    Timur Barat

    Chicago (30,120)

    Pusat Gravitasi(66,7 . 99,3)

    New York(130,130)

    PittsBurgh (90, 110)

    Atalanta (60,40)

  • 18

    Lokasi (66,7 , 93,3) ini ditunjukkan dengan tanda bulat abu-abu dalam Gambar

    2.1. Dengan melapisi gambar ini dengan peta Amerika maka ditemukan lokasi ini

    di bagian tengah negara bagian Ohio. Perusahaan dapat mempertimbangkan

    Columbus, Ohio, atau kota yang berada disekitarnya sebagai lokasi yang tepat

    untuk dijadikan sebagai gudang baru.

    Penerapannya dalam kasus penentuan letak posko untuk Kabupaten Bantul,

    penulis mengambil contoh Kecamatan Pandak.

    Lokasi Kelurahan Jumlah Penduduk Kelurahan

    Caturharjo 11.542

    Triharjo 10.773

    Gilangharjo 15.852

    Wijirejo 10.654

    Tabel 2.2 Tabel Jumlah Penduduk Kecamatan Pandak

    Kecamatan Lokasi Desa(Kelurahan) Koordinat

    Pandak Caturharjo

    Wijirejo

    Gilangharjo

    Triharjo

    (420483 , 9.122250)

    (423136 , 9.126680)

    (422432 , 9.123940)

    (421618 , 9.123580)

    Tabel 2.3. Tabel Koordinat Lokasi Kecamatan Pandak

  • 19

    Gambar 2.2. Lokasi Koordinat dari empat Kelurahan pada Kecamatan Pandak

    Dengan menggunakan data pada Tabel 2.2 dan Tabel 2.3 dan gambar 2.2. untuk

    setiap kelurahan, dalam Persamaan (2-1) dan (2-2) didapatkan koordinat pusat

    gravitasi:

    Koordinat-x pusat gravitasi =

    (420483)(11.542)+(423136)(10.654)

    +(422432)( 15.852)+(421618)( 10.773) 20599788508

    11.542+ 10.654+ 15.852+ 10.773 = 48821 = 421945

    Koordinat-y pusat gravitasi =

    (9.122250)(11.542)+( 9.126680)(10.654)

    +(9.123940)( 15.852)+( 9.123580)( 10.773) 445445682440

    11.542+ 10.654+ 15.852+ 10.773 = 48821 = 9.124060

  • 20

    Lokasi (421945 , 9.124060) ini ditunjukkan dengan Plakat Pandak

    Gambar 2.3. Letak Posko Kecamatan Metode Pusat Gravitasi

    Dengan mengaktifkan theme kelurahan, maka ditemukan lokasi ini di bagian

    kelurahan Triharjo.

    Gambar 2.4. Letak Posko Kecamatan Pada Kelurahan Triharjo

    2.3. Visual Basic

  • 21

    Microsoft visual basic menyediakan prasarana yang dapat

    dipergunakan secara cepat dan mudah menciptakan aplikasi komputer

    dengan antar muka berbasis visual di lingkungan windows, dan telah

    menyediakan objek-objek bantu pemrograman yang lengkap dan teruji

    untuk mendukung konsep RAD (Rapid Aplication Development).

    Alasan memakai VB, karena VB tidak memerlukan pemrograman

    khusus untuk menampilkan jendela(windows), dan cara penggunaannya juga

    berbasis visual seperti aplikasi windows lainnya, misalnya untuk mengatur

    besarnya jendela cukup dengan mendrag form yang tersedia dengan mouse

    sehingga diperoleh ukuran yang dikehendaki.

    2.3.1. Tipe Data Visual Basic

    Setiap variabel yang dideklarasikan memiliki tipa data, jika tidak tipe

    datanya variant. Tipe data sangat erat hubungannnya dengan variabel,

    karena tipe data menentukan range data yang dapat dilayaninya dan memori

    yang digunakannya. Dalam perangkat lunak visual basic terdapat tipe data

    sebagai berikut:

    Tabel 2.4. Tipe Data dan Karakter yang dipakai

    Tipe Memori Yang Dipakai Karakter

    Integer 2 Byte %

    Long 4 Byte &

    Single 4 Byte !

    Double 8 Byte #

    Currency 8 Byte @

  • 22

    String 1 Byte per karakter $

    Byte 1 Byte

    Boolean 2 Byte

    Date 8 Byte

    Object 4 Byte

    Variant 16 Byte + Byte per

    karakter

    Tabel 2.5. Tipe Data dan Range Nilai (Jangkauan)

    Tipe Range

    Integer -32768 s/d 32767

    Long -2147483648 s/d 2147483647

    Single Negatif : -3.402823E38 s/d -1.401298E-45

    Positif : 1.401298E-45 s/d 3.402823E38

    Double Negatif : -1.79769313486232E308s/d -4.94065645841247E

    -324

    Positif : 4.94065645841247E-324 s/d 1.79769313486232E-

    308

    Currency -922337203685477.5808 s/d 922337203685477.5807

    String 0 s/d 2 Milyar karakter (95/97 & NT) dan

    0 s/d sekitar 65535 karakter (versi 3.1)

    Byte 0 s/d 255

    Boolen True (Benar) atau False (salah)

    Date 1 Januari 100 s/d 31 Desember 9999

  • 23

    Object Referensi objek

    2.3.2 Variabel

    Variabel adalah tempat menampung data sementara.

    a. Deklarasi Variabel

    1. Deklarasi secara eksplisit

    Deklarasi dengan cara eksplisit menggunakan kata kunci kata DIM, dan

    diikuti jenis datanya pada awal prosedur. Sebagai contoh :

    Dim Nim As IntegerDim Nama_Siswa As String + 30

    2. Deklarasi secara implisit

    Deklarasi dengan cara implisit dapat dilakukan pada waktu memberi

    data (assignment operator) dengan tanda sama dengan (=), dan

    menggunakan simbol jenis data tertentu. Contoh :

    Nama_Siswa$=”Kristina”Uang_Kuliah&=600000

    b. Variabel Global dan Variabel Lokal

    1. Variabel Global

    Variabel Global adalah variabel yang ruang lingkupnya dapat dibaca

    pada semua program aplikasi yang mendeklarasikannya. Cara

    mendeklarasikan pada bagian declaration modul, tidak dapat

    dideklarasikan pada level procedure. Contoh :

    Public Z As Byte

    2. Variabel Lokal

  • 24

    Variabel lokal adalah variabel yang ruang lingkupnya hanya dapat

    dibaca pada procedure di tempat variabel tersebut dideklarasikan.

    Contoh: variabel X, Y dideklarasikan pada procedure

    CmdAwal_Click(). Artinya variabel X, Y hanya dikenal pada procedure

    CmdAwal_Click().

    Private Sub Cmdwal_Click()Dim X As ByteDim YAs ByteX = InputBox(“Nilai X?”)Y = InputBox(“Nilai Y?”)Z = X + YText1.Text = ZEnd Sub

    2.3.3. Konstanta

    Pada waktu mendeklarasikan kontanta, dapat digunakan karakter tipe data

    atau tidak menggunakan. Konstanta tidak dapat diubah nilainya. Contoh

    konstanta :

    Const p=5Const Logo$=”Cv. Noornet”

    Berikut ini adalah aturan dalam pemberian nama variabel dan konstanta.

    Karakter pertama berupa huruf

    Tidak boleh menggunakan spasi (blank)

    Panjang nama maksimal 40 karakter

    Tidak menggunakan kunci kata (keyword/reserved words) yang dipakai

    oleh visual basic

    2.3.4. Operator

    Operator adalah simbol yang sering dipakai dalam ekspresi yang berguna

    untuk menghubungkan variabel. Ada beberapa jenis operator, yaitu:

  • 25

    a. Operator Penugasan

    Operator penugasan dipakai untuk memasukkan nilai ke variabel.

    Bagian kiri (Left value) adalah yang menerima nilai, sedangkan bagian

    kanan (Right Value) dapat berupa nilai data, variabel atau ekspresi.

    Bentuk umum operator penugasan sebagai berikut :

    =

    Contoh: X=10

    b. Operator Aritmetika

    Operator aritmetika adalah operator yang dipakai untuk operasi aritmetika.

    Hal yang perlu diperhatikan dari operator ini adalah hirarki (tanda operator

    mana yang lebih dahulu dikerjakan). Operator ini memiliki hirarki lebih

    tinggi dibandingkan operator pembanding dan operator logika. Berikut ini

    tabel operator aritmetika yang disusun sesuai dengan hirarkinya.

    Operator Operasi

    ^ Pemangkatan

    - Tanda Negatif

    * , / Kali dan Bagi

    \ Bagi Integer (pembagian bilangan bulat)

    Mod Modulus (Sisa Bagi)

    + , - Tambah dan Kurang

    + , & Penggabungan tipe data karakter

    Tabel 2.6. Operator Aritmatika

    c. Operator Pembanding

    Operator pembanding adalah operator yang dipakai untuk

    membandingkan ekspresi satu dengan yang lain. Ekspresi dapat berupa

  • 26

    nilai data, variabel, atau ekspresi. Dari pembandingan menghasilkan nilai

    logika (boolean). Nilai logika berupa True (benar) atau False (salah).

    Berikut ini tabel operator pembanding.

    Operator Operasi

    = Sama dengan

    Tidak sama dengan

    < Lebih kecil

    > Lebih besar

    = Lebih besar atau sama dengan

    Like Mempunyai ciri yang sama

    Is Sama referensi Objek

    Tabel 2.7. Operator Pembanding

    d. Operator Logika

    Operator logika adalah operator yang berisi ekspresi logika yang

    menghasilkan nilai logika (boolean). Nilai logika berupa True (benar) atau

    False (salah). Berikut ini tabel operator logika.

    Operator Keterangan

    Not Kebalikan /Tidak (nagasi)

    And Dan

    Or Atau

    Xor Exclusive Or

    Eqv Equivalen

    Imp Implikasi

  • 27

    Tabel 2.8. Operator Logika

    Operator Logika Not

    Operator logika Not dipakai untuk membalik (nagasi) nilai logika.

    Ekspresi Hasil

    Not True False

    Not False True

    Tabel 2.9. Operator Logika Not

    Operator Logika And

    Operator logika And akan menghailkan true, jika semua kondisi ekspresi

    bernilai true, akan tetapi jika sebaliknya, akan menghasilkan false.

    Ekspresi Hasil

    False And False False

    False And True False

    True And False False

    True And True True

    Tabel 2.10. Operator Logika And

    Operator Logika Or

    Menghasilkan true apabila salah satu dari kondisi ekspresi bernilai true.

    Ekspresi Hasil

    False Or False False

    False Or True True

    True Or False True

  • 28

    True Or True True

    Tabel 2.11. Operator Logika Or

    Operator Logika Xor

    Operator logika Xor akan menghasilkan true apabila sebelah kiri operator

    berbeda dengan sebelah kanan operator dalam ekspresi.

    Ekspresi Hasil

    False Xor False False

    False Xor True True

    True Xor False True

    True Xor True False

    Tabel 2.12. Operator Logika Xor

    Operator Logika Eqv

    Operator logika Eqv akan menghasilkan true apabila sebelah kiri operator

    sama dengan sebelah kanan operator dalam ekspresi.

    Ekspresi Hasil

    False Eqv False True

    False Eqv True False

    True Eqv False False

    True Eqv True True

    Tabel 2.13. Opearator Logika Eqv

    Operator Logika Imp

    Operator Logika Imp akan menghasilkan false apabila sebelah kiri

    operator bernilai true dan sebelah kanan operator bernilai false.

    Ekspresi Hasil

  • 29

    False Imp False True

    False Imp True True

    True Imp False False

    True Imp True True

    Tabel 2.14. Operator Logika Imp

    2.4. ArcView

    ArcView merupakan salah satu perangkat lunak desktop Sistem

    Informasi Geografis dan pemetaan yang telah dikembangkan oleh ESRI.

    Dengan ArcView, pengguna dapat memiliki kemampuan-kemampuan untuk

    melakukan visualisasi, meng-explore, menjawab query (baik basisdata

    spasial maupun non-spasial), menganalisis data secara geogafis, dan

    sebagainya.

    ArcView dalam operasi rutinnya secara default membaca,

    menggunakan, dan mengolah data spasial dengan format yang disebut

    sebagai shapefile. Format yang dikembangkan dan dipublikasikan oleh ESRI

    ini digunakan untuk menyimpan informasi-informasi atribut dan geometri

    non topologi features spasial di dalam sebuah kumpulan data. Geometri

    feature ini disimpan sebagai shape yang terdiri dari sekumpulan koordinat-

    koordinat vektor. Shapefile dapat mendukung representasi berbagai features

    baik titik (point), garis (line), maupun area(poligon). Data atribut disimpan

    dalam format perangkat lunak DBMS Dbase. Setiap record, memiliki relasi

    one to one terhadap feature data spasial yang bersangkutan.

    Shapefile ESRI terdiri dari beberapa file : file utama, file indeks,

    dan sebuah tabel Dbase. File utama merupakan direct-access, file dengan

    panjang record yang bervariasi dimana setiap recordnya mendeskripsikan

  • 30

    sebuah shape (feature) dengan sebuah list (daftar) verteks-verteksnya. Pada

    file indeks, setiap record mengandung offset record file utama yang

    bersesuaian dari awal file utama. Tabel Dbase berisi atribut-atribut feature,

    satu record per feature. Relasi one to one antara feature (geometri) dengan

    atributnya didasarkan pada nomor recordnya. Records atribut urutannya,

    harus sama sebagaimana di dalam file utama.

    2.4.1. Digitasi

    Digitasi adalah proses merubah data analog (peta kertas) ke dalam format

    digital (peta digital). Ada beberapa tahapan dalam proses digitasi, antara

    lain:

    1. Menampilkan peta hasil scan dengan klik tombol add theme dan

    merubah format data dari feature data source menjadi image data source.

    Lalu memilih peta hasil scan yang dimaksud.

    2. Setelah peta hasil scan (citra) berhasil ditampilkan, tahapan berikutnya

    adalah mengrektifikasi/ meregister citra. Tujuannya adalah untuk

    memberikan skala yang benar pada citra dengan jalan memberikan

    koordinat bumi (koordinat geografi atau UTM) kepada citra. Hal ini

    berguna untuk keperluan penghitungan jarak dan luas dengan benar.

  • 31

    Caranya adalah dengan mengaktifkan extention register and transform

    dari menu File -> extention -> register and transform tool

    Aktifkan fasilitas Register and Transform Tool dari menu View untuk

    memberi koordinat sesuai dengan koordinat lapangan pada citra.

    Kemudian mulailah meletakan titik ikat dengan mengaktifkan icon S

    (Source) sebagai sumber titik ikat yang akan diregister. Isikan koordinat X

    pada kolom Destination X, dan koordinat Y pada kolom Destination Y.

    Titik ikat 1

  • 32

    Isikan sampai 4 titik ikat, lalu simpan koordinat tersebut dengan menekan

    Write World File, simpan dengan nama yang sama dengan citra (file

    gambar), maka citra telah diregister terhadap nilai koordinat masukan tadi.

    3. Gambar (image) dapat digunakan sebagai background untuk mendigitasi

    layer atau theme sesuai thema dari background.

    4. Untuk meregister file gambar (image) yang lain dengan menggunakan

    tekhnik register image (pada view in) to image (pada view out). Dengan

    catatan bahwa dua image tersebut mencakup daerah yang sama.

    5. Isikan untuk 4 titik ikat, sebagai berikut :

  • 33

    Dengan meletakan Source pada image yang akan diregister dan Destination

    pada image yang telah memiliki koordinat, dengan syarat bahwa titik ikat yang

    digunakan merupakan objek yang tampak pada kedua image tersebut.

    6. Simpan koordinat tersebut dengan menekan Write World File. Simpan dengan

    nama yang sama dengan image yang diregister.

    7. Setelah peta hasil scan sudah direktifikasi kemudian mulai mendigit dengan

    membedakan tiap jenis data yang akan didigit (data titik/point, data garis/line

    dan data area/polygon). Caranya adalah dengan memilih menu View New

    Theme

  • 34

    kemudian memilih jenis data yang akan didigit (POINT, LINE atau

    POLYGON)

    digitasi titik

    digitasi persegi panjang

    digitasi lingkaran

    digitasi bentuk polygon tak teratur

    digitasi garis untuk memotongg polygon menjadi dua polygon

    digitasi menambah sebuah polygon ke polygon yang telah

    ada

    8. Khusus untuk mendigit LINE dan POLYGON sebelum mulai menggambar

    terlebih dahulu diatur Snap Distance-nya, hal ini berguna untuk

    menyambung garis secara otomatis dalam radius Snap yang dibuat.

    Caranya yaitu mengaktifkan tombol Snap Distance (di dalam kanvas putih

    klik kanan tahan kemudian posisikan pada Enable General Snapping),

    setelah itu akan muncul tombol klik tombol tersebut untuk membuat jarak

    radius.

    9. Setelah itu mulai mendigit kenampakan satu persatu sesuai theme/temanya.

    Caranya dengan menelusuri (tracking) obyek titik, garis atau poligon.

  • 35

    Beberapa fungsi lain seperti pan, zoom out, zoom in, undo, delete last

    point dsb. Dapat diperoleh dengan jalan klik kanan mouse di dalam kanvas

    obyek.

    10. Menggunakan fasilitas menu Edit pada saat mendigitasi peta terutama

    pada digitasi dua polygon.

    2.4.2. Membuat Project

    File -> New Projet

    Akan didapat proyek baru dengan nama Untitled.apr

    1. Click New pada dokumen View

    2. Clck tombol add atau dari menu pilih View -> add Theme atau

    Ctrl-T

    3. Browse

  • 36

    4. Buat On thema yang baru dan aktifkan

    5. Dari menu View ->Properties, untuk menyatakan map units peta.

    6.

    2.4.3. Pengenalan Script Avenue

    Dengan perangkat SIG ArcView, pengguna dapat menampilkan,

    melakukan browsing dan querying, dan menganalisa data geografis. Dan

    untuk mengoptimalkan (mengotomisasi, meng-customize-kan,

    mensistematikkan, dan sebagainya) aplikasi-aplikasi SIG yang

    dikembangkan dengan menggunakan ArcView, ESRI Inc. Mengintegrasikan

    Avenue yang sangat mudah untuk digunakan di dalamnya. Avenue

    merupakan bahasa pemrogaman yang hadir bersama dengan (terintegrasi

    dengan paket standart) ArcView. Bahasa pemograman script ini merupakan

    sarana atau tool yang efektif dan efisien yang dapat digunakan untuk

    mengcustomize dan mengembangkan aplikasi-aplikasi yang dibuat dengan

    Map units adalahsatuan koordinatketika peta dibangun,apabila tidak diisimaka skala peta tidakdiketahui

    Distance unitsadalah satuan yangditampilkan saatdilakukanpengukuran

  • 37

    perangkat SIG ArcView. Dengan Avenue, secara umum, para pengguna

    dapat melakukan aktivitas-aktivitas sebagai berikut:

    Meng-customize tampilan ArcView (menyembunyikan dan tahu

    memunculkan control dari para penggunanya)

    Memodifikasi menu dan tools standart ArcView

    Membuat menu dan tools baru (untuk memenuhi kebutuhan pengguna).

    Mengotomisasi proses integrasi aplikasi-aplikasi ArcView dengan

    aplikasi-aplikasi yang lain

    Mengembangkan ‘fungsi’ dan ‘prosedur’ (baris-baris kode yang

    membentuk suatu proses yang lebih besar) yang diperlukan di dalam

    aplikasi.

    Mengembangkan dan mendistribusikan keseluruhan aplikasi-aplikasi

    (custom) pengguna.

    2.4.4. Pemograman Script Avenue

    a. Objek dan Kelas

    Pemrograman berorientasi objek telah digunakan untuk

    mengembangkan sistem-sistem perangkat lunak di berbagai bidang,

    termasuk bidang-bidang kesehatan, avionik, perdagangan, otomotif,

    telekomunikasi, animasi, dan lain sebagainya. Demikian pula dengan

    perangkat lunak ArcView dengan bidang aplikasi SIG-nya, script avenue

    merupakan bahasa pemrograman yang berorientasi objek; sementara itu,

    antar-muka grafis antara pengguna dengan ArcView (GUI) dikembangkan

    dengan menggunakan script avenue yang bersifat portable di antara

  • 38

    platform komputer yang ada pada saat ini. ArcView tersusun dalam

    beberapa objek atau kelas. Setiap kelas ini memiliki functions dan data

    member tersendiri yang dapat digunakan untuk mengendalikan objek-

    objeknya. Dengan demikian, di dalam pemrograman script avenue,

    pengguna dapat mengatur objek-objeknya dengan cara mengirimkan

    requests. Sebagai contoh, di dalam ArcView terdapat objek-objek project,

    view, theme, table, chart, layout, script, MsgBox (kotak dialog), dan

    sebagainya.

    Gambar 2.5. Tampilan Template Kelas View & Objek-objeknya

    Gambar 2.6. Tampilan Template Kelas Table & Objek-objeknya

    Setiap objek atau instance of class view memiliki sebuah map

    display dan table of contents untuk menampilkan beberapa theme di

    dalamnya. Properties ini didefinisikan di dalam kelas view. Pengguna

  • 39

    dapat mengirimkan sebuah request terhadap objek view ini untuk

    menambahkan sebuah theme ke dalam objek view yang bersangkutan dan

    kemudian ditampilkan di dalam properti map display-nya. Untuk

    kebutuhan ini pengguna menggunakan request “AddTheme”. Contoh lain

    dari request yang dimiliki oleh kelas view adalah “Open”. “Close”,

    “Print”, “FindTheme”, dan lain sebagainya. Sementara itu, objek-objek

    table memiliki properties dan request yang berbeda dengan objek-objek

    kelas view. Sebagai contoh, request “AddTheme”, “ZoomIn”, dan

    “FindTheme” tidak dapat dikirimkan atau digunakan terhadap objek table.

    Objek table memiliki properties jumlah baris, kolom, dan lain sebagainya.

    Oleh karena itu, objek ini dapat dikenakan requests “Open”, “Close”,

    “Print”, “Sort”,”Promote”, dan lain sebagainya (sehubungan dengan

    operasi tabel).

    b. Hirarki Kelas dan Turunannya

    Di dalam paradigma berorientasi objek (khususnya ArcView), kelas-kelas

    turunan/derived ini (misalnya Doc, View, Table, dan sebagainya) juga

    dapat diturunkan dari kelas yang sudah ada sebelumnya (parents). Dengan

    demikian, di dalam terminologi ini juga dikenal relasi-relasi hirarki (class

    hierarchy) di antara kelas-kelas yang ada. Kelas-kelas turunan ini juga

    mendapatkan, menerima, atau mewarisi sejumlah properties dan request

    yang dimiliki oleh orang tuanya ( kelas pendahulunya).

  • 40

    Gambar 2.7. Tampilan Kelas ArcView dan Turunannya (Sumber[ESRI94])

    Dengan adanya hirarki kelas, kelas-kelas diorganisasikan mulai dari yang

    bersifat umum (superclass) hingga yang khusus (subclass). Hirarki kelas

    (gambar ) di dalam ArcView yang paling umum (atas). Semua objek atau

    kelas lainnya merupakan turunan (langsung atau tidak langsung) dari kelas

    tersebut. Semua kelas ini memiliki sifat dasar Obj. Sebagai contoh, objek-

    objek view “Canada” (pada Gambar ) memiliki beberapa karakterisaasi

    yang diwarisi dari superclass-nya, Obj. Dengan demikian, Doc merupakan

    jenis objek tertentu dari Obj, dan view juga merupakan jenis objek tertentu

    dari Doc. Jika gambar diperhatikan, maka akan nampak bahwa Obj dan

    Doc tidak memiliki objek atau instances of class yang nyata. Kelas ini

    hanya diimplementasikan dengan tujuan untuk mengorganisasikan

    properties (data member) atau request (functios, methds, atau operations)

    NamaKelas

    NamaKelas

    Dapat dibukaMemiliki window

    NamaKelas

    Dapat dibukaMemiliki windowMemiliki themes

    NamaKelas

    Dapat dibukaMemiliki windowDapat diurutkan

    Obj

    Doc

    View Table

  • 41

    yang akan diberlakukan ( secara umum ) kepada kelas-kelas yang berada

    di bawahnya (kelas turunan). Sebagai contoh, kelas Obj hanya dibuat

    untuk kemudian diturunkan sehingga menghasilkan kelas Doc. Sementara

    itu, kelas Doc juga hanya diimplementasikan dengan tujuan untuk

    menurunkannya sehingga menghasilkan kelas-kelas View, Table, Chart,

    Layout, dan lain sebagainya. Kelas-kelas yang memiliki karakteristik

    seperti ini disebut sebagai kelas abstrak. Berbeda dengan Obj dan Doc,

    kelas-kelas View, Table, Chart, dan Layout, misalnya, memiliki objek atau

    instance of class secara langsung dan nyata (yaitu “Canada” dan lain

    sebagainya seperti terlihat pada gambar ). Oleh karena itu, kelas-kelas

    View dan Table seperti di atas disebut sebagai kelas konkrit.

    c. Pernyataan & Notasi Penulisan Script Avenue

    Pernyataan yang terdapat di dalam baris-baris kode script avenue

    mengandung (terdiri dari) objects dan request. Pernyataan tersebut dapat

    dituliskan dengan notasi sebagai berikut “NamaObjek.NamaRequest”. dan

    sebagai contoh nyata di dalam script avenue adalah:

    objView.Print

    ObjTable.Copy

    Dari contoh di atas, terlihat bahwa requests yang dikirimkan terhadap

    suatu objek, di dalam baris-baris kode script avenue, dituliskan tepat

    setelah penulisan nama objek yang bersangkutan beserta titik di depannya.

    Selain tanpa parameter seperti contoh di atas, request dapat memiliki

    beberapa parameter yang terkadang disebut juga argumen seperti contoh

  • 42

    penulisan baris-baris kode “NamaObjek.NamaRequest (NamaArgumen)”.

    Dan sebagai contoh nyata di dalam script avenue adalah:

    objProject.FindDoc(“Bandung”)

    objView.FindTheme(“Jalan”)

    Hasil dari sebuah request yang dilakukan terhadap suatu objek adalah

    sebuah objek lain (returned object). Dan, di dalam baris-baris kode

    pernyataan penugasan (assignment) script avenue, digunakan sebuah

    variabel untuk menyimpan returned object ini. Berikut ini adalah contoh

    notasinya:

    “NamaReturnedObjek=NamaObjek.NamaRequest(NamaArgumen)”.

    Sementara itu, contoh baris-baris kode script avenuenya adalah sebagai

    berikut:

    objProject=av.GetProject

    objView=objProject.FindDoc(“Bandung”)

    2.5. Komunikasi ArcView dengan Program Visual Basic

    ArcView memiliki beberapa kemampuan dalam berkomunikasi dan

    berinteraksi dengan program-program aplikasi lainnya. Pada sistem operasi

    Unix, ArcView menyediakan fasilitas RPC (Remote Procedure Call) untuk

    mengiimplemtasikan konsep-konsep arsitektur client-server antar-aplikasi.

    Sedangkan untuk platform sistem operasi Ms.Windows, ArcView

    menyediakan fasilitas DDE untuk mengimplementasikan mekanisme atau

    konsep client-server antar program aplikasi, dan penggunaan file DDL

    (dynamic link library) untuk memanggil fungsi atau prosedur eksternal

    (yang terdapat di dalam file DDL) dari baris-baris kode script Avenue.

  • 43

    DDE merupakan salah satu protokol yang dimiliki sistem operasi Ms.

    Windows yang memungkinkan dua atau lebih program aplikasi berjalan

    secara simultan dan melakukan pertukaran data (sebuah bentuk komunikasi

    antar-proses yang menggunakan shared memory untuk pertukaran data antar

    program aplikasi). Program-program aplikasi yang berjalan pada platform

    sistem operasi Windows, selain melakukan pertukaran data, juga dapat

    menggunakan DDE untuk mengirimkan perintah-perintah. Pada umumnya,

    sebuah aplikasi akan mengirimkan request (melakukan tindakan inisiatif)

    untuk melakukan transfer data sementara yang lain akan memberikan

    respons atas request tersebut. Aplikasi yang mengirimkan request ini sering

    disebut sebagai aplikasi client, sementara aplikasi yanng memberikan

    respons terhadap request di atas disebut sebagai aplikasi server. Data atau

    informasi yang dikirimkan dan diterima oleh aplikasi-aplikasi client-server

    yang saling berinteraksi ini disebut sebagai conversation (yang secara unik

    diidentifikasi berdasarkan nama aplikasi dan topic-nya).

    Untuk menentukan program aplikasi server mana yang dapat

    dihubungi, dan subject apa yang dapat dipertukarkan, DDE menggunakan

    tiga elemen: 1). Service, 2). Topic, dan 3). Item. Pada dasarnya, service

    merupakan nama program aplikasi (tanpa extension) yang berperan sebagai

    server atau nama lain yang ditentukan oleh servernya. Topic merupakan

    tema global dari conversation yang dapat berupa file data, window server,

    atau yanng lain. DDE conversation dilakukan atas dasar topic tertentu.

    Elemen ini bisa berupa field basisdata, sel milik dokumen spreadsheet, dan

  • 44

    sebagainya. Di dalam suatu conversation, program aplikasi client dan server

    dapat melakukan pertukaran data yang melibatkan beberapa item.

    Aplikasi client dapat menggunakan DDE untuk membuat suatu link

    terhadap suatu item yang terdapat di dalam aplikasi server. Setelah link ini

    dibuat, aplikasi server secara periodik akan mengupdate item terkait

    terhadap aplikasi client (terutama jika item tersebut telah berubah). Dengan

    demikian, pertukaran data antar-aplikasi ini (client-server) akan terjalin

    secara permanen hingga akhirnya secara eksplisit diputuskan (disconnect).

    Untuk melakukan pertukaran data (atau message), aplikasi yang

    berperan sebagai client biasanya melakukan prosedur seperti berikut :

    Mengalokasikan shared memory untuk objek DDE.

    Menentukan format data yang akan dipertukarkan.

    Memilih tipe pertukaran informasi.

    Mengirimkan data DDE.

    Menghapus alokasi shared memory objek DDE

    DDE mendukung tiga tipe link: automatic, notify, dan manual. Pada

    automatic link, aplikasi yang berperan sebagai server secara otomatis

    akan mengupdate data yang dikirimkan (ke aplikasi yang berperan sebagai

    client) setiap kali datanya (yang terdapat di dalam aplikasi yang bertindak

    sebagai server) berubah. Pada notify link, aplikasi yang berperan sebagai

    server akan ‘memberitahukan’ kepada clientnya ketika datanya berubah.

    Tetapi, untuk memperoleh hasil perubahan (data yang aktual ini), aplikasi

    client harus mengirimkan request baru terhadap servernya. Sedangkan

  • 45

    pada manual link, pertukaran data tidak terjadi secara otomatis; program

    aplikasi yang berperan sebagai client harus mengirimkan request untuk

    memperoleh data yang baru dari servernya. Sayangnya, ArcView hanya

    mendukung tipe link yang terakhir ini. Dengan demikian pengguna harus

    mendefinisikan tipe link (secara eksplisit) ini di dalam aplikasinya

    (sebagai contoh, jika menggunakan Ms. Visual Basic, pengguna akan

    menentukan property LinkMode-nya menjadi “MANUAL” sementara

    LinkTopic-nya menjadi “ArcView|System”). Untuk berinteraksi antar-

    aplikasi dengan menggunakan DDE, pengguna dapat menempuh tiga cara:

    execute, request, atau poke. Dengan menggunakan request “Execute”,

    program aplikasi yang berperan sebagai client akan meminta program

    aplikasi server untuk menjalankan atau melakukan suatu fungsi atau

    prosedur yang dimilikinya (mengeksekusi perintah). Jadi, string yang

    dikirimkan oleh aplikasi client terhadap servernya adalah instruksi dalam

    ‘bahasa’ server. Dalam kaitan ini, jika program aplikasi servernya adalah

    ArcView, maka string di atas adalah baris-baris kode script avenue. Untuk

    operasi “Request”, program aplikasi client akan meminta servernya untuk

    mengirimkan suatu nilai dari item yang diminta. Untuk menentukan item

    ini, setiap server atau topic memiliki metode yang berbeda. Dengan

    operasi “Poke”, program aplikasi client akan mengirimkan data untuk item

    yang terdapat di servernya.

  • 46

    BAB III

    ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM

    3.1. Analisa Sistem

    Sistem yang dibuat pada tugas akhir ini merupakan suatu sistem untuk

    menentukan lokasi pendirian posko bencana alam dengan daerah studi kasus

    Kabupaten Bantul dan merupakan posko distribusi tunggal satu kecamatan

    satu posko.. Posko bencana alam ini merupakan posko bantuan konsumsi.

    Sebelum memulai proses perancangan penulis perlu mengumpulkan data-data

    yang diperlukan untuk pembuatan sistem. Diantaranya peta administrasi

    Kabupaten Bantul, peta tata guna lahan, dan peta jalan. Peta-peta ini berbentuk

    peta analog yang discan. Selain data peta juga diperlukan data-data lain yang

    berhubungan dengan daerah studi kasus yang diambil penulis, yaitu di wilayah

    Kabupaten Bantul yang didapat dari BPS (Badan Pusat Statistik).

    Kegunaan dari peta administrasi untuk melihat pembagian administrasi

    dari Kabupaten Bantul diantaranya : area kecamatan, area kelurahan, batas

    administrasi. Karena penyebaran pemukiman yang tidak merata pada tiap area

    maka diperlukan peta tata guna lahan untuk melihat penyebaran pemukiman di

    tiap-tiap area. Peta tata guna lahan terdiri : hutan, hutan rakyat, kompleks

    Angkatan Udara, pemukiman, sawah, semak, tanah kosong, tegalan. Peta jalan

    digunakan untuk melihat jalan-jalan yang ada pada daerah studi kasus. Peta

    jalan terdiri : jalan KA (1 jalur), (jalan layang, jalan nasional), (jalan layang,

    jalan utama), jalan lokal, jalan nasional, jalan utama, (jembatan, jalan utama),

    lapangan udara, stasiun KA.

  • 47

    Semua data dasar geografi diubah dulu menjadi data digital, sebelum

    dimasukkan ke komputer. Data digital memiliki kelebihan dibandingkan

    dengan peta (garis, area) karena jumlah data yang disimpan lebih banyak dan

    pengambilan kembali lebih cepat. Agar data peta yang berbentuk data analog

    tadi dapat dibuat menjadi suatu sistem informasi, diperlukan proses digitasi

    untuk merubah data peta analog menjadi data peta digital.

    Setelah semua data peta analog berubah menjadi data peta digital, maka

    peta-peta digital tadi dapat diolah menjadi suatu sistem informasi geografi.

    Diantaranya untuk menampilkan, melakukan browsing dan querying, dan

    menganalisa data geografis, serta melakukan perhitungan matematis. Proses

    perhitungan matematis ini diterapkan dalam metode pusat gravitasi untuk

    menentukan letak posko pada tiap kecamatan. Letak posko hasil dari metode

    pusat gravitasi dapat jatuh di tempat yang tidak sesuai, misalnya di sawah, di

    hutan dan sebagainya. Selain itu letak posko harus dalam posisi yang mudah

    diakses pencari bantuan. Untuk itu lokasi posko hasil metode pusat gravitasi

    masih perlu diolah atau dimodifikasi untuk diletakkan di pinggir jalan dengan

    menggunakan patch dan extension tambahan yaitu ET Tool’s. Jadi penentuan

    lokasi posko merupakan penggabungan dari metode pusat gravitasi dan

    extension tambahan ArcView yaitu ET Tool’s.

    Dan untuk mengoptimalkan aplikasi SIG, perlu diintegrasikan dengan

    avenue yang merupakan bahasa pemrograman. Bahasa pemograman script ini

    merupakan sarana atau tool yang efektif dan efisien yang dapat digunakan

    untuk mengcustomize dan mengembangkan aplikasi Sistem Informasi

    Geografis Posko Bencana Alam dengan Daerah Studi Kasus Kabupaten

    Bantul.

  • 48

    Karena program yang dibuat dengan menggunakan ArcView hanya

    digunakan untuk menyimpan data yang berhubungan dengan peta, maka

    diperlukan pembuatan program dengan menggunakan aplikasi Microsoft

    Visual Basic, yang berfungsi sebagai database eksternal. Sehingga sistem

    akan terbagi ke dua program yaitu program di Visual Basic dan program di

    ArcView. Nantinya kedua program akan dihubungkan melalui koneksi DDE

    (Dynamic Data Exchange) dimana program di Visual Basic akan bertindak

    sebagai client dan program di ArcView akan bertindak sebagai server.

    3.1.1 Menentukan Letak Posko Dengan Metode Pusat Gravitasi

    Penentuan lokasi pada tiap kecamatan dengan Metode Pusat gravitasi

    ditentukan dengan persamaan :

    Koordinat-x pusat gravitasi =

    ∑ dixQii

    ∑ Qii

    Koordinat-y pusat gravitasi =

    ∑ diyQii

    ∑ Qii

    Di mana dix = koordinat-x lokasi i

    Di mana diy = koordinat-y lokasi i

    Qi = kuantitas barang yang dipindahkan ke atau dari lokasi i

  • 49

    Untuk koordinat-x lokasi i dan koordinat-y lokasi i pada metode pusat

    gravitasi diwakili oleh letak kantor kelurahan pada masing-masing

    kelurahan seperti yang tergambarkan pada peta berikut ini:

    Letak kantor kelurahan tersebut diasumsikan sebagai pusat kepadatan pada

    masing-masing kelurahan. Setelah didapatkan nilai koordinat dari titik

    kelurahan, titik kelurahan tadi digunakan untuk menerapkan metode pusat

    gravitasi seperti yang digambarkan melalui contoh Kecamatan Pandak,

    sebagai berikut:

    Kecamatan Lokasi Desa(Kelurahan) Koordinat

    Pandak Caturharjo

    Wijirejo

    Gilangharjo

    Triharjo

    (420483 , 9.122250)

    (423136 , 9.126680)

    (422432 , 9.123940)

    (421618 , 9.123580)

    Tabel 3.1. Tabel Koordinat Lokasi Kecamatan Pandak Real

    Titik kelurahan yangterdapat pada pemukiman

    Warna kuningpenunjuk pemukiman

  • 50

    Lokasi Kelurahan Jumlah Penduduk Kelurahan

    Caturharjo 11.542

    Triharjo 10.773

    Gilangharjo 15.852

    Wijirejo 10.654

    Tabel 3.2 Jumlah Penduduk Kecamatan Pandak Real

    Gambar 3.1. Lokasi Koordinat dari empat Kelurahan pada Kecamatan Pandak

    Dengan menggunakan data pada Tabel 3.1 dan Tabel 3.2 didapatkan

    koordinat pusat gravitasi :

    koordinat –x pusat gravitasi =

    (420483)(11.542)+(423136)(10.654)

    +(422432)( 15.852)+(421618)( 10.773) 20599788508

    11.542+ 10.654+ 15.852+ 10.773 = 48821 = 421945

    koordinat –y pusat gravitasi =

    (9.122250)(11.542)+( 9.126680)(10.654)

    +(9.123940)( 15.852)+( 9.123580)( 10.773) 445445682440

    11.542+ 10.654+ 15.852+ 10.773 = 48821 = 9.124060

  • 51

    Sehingga di dapat koordinat pusat gravitasi bagi pendirian posko pada

    kecamatan Pandak sbb:

    Lokasi (421945 , 9.124060) ini ditunjukkan dengan Plakat Pandak

    Gambar 3.2. Letak Posko Pada Kecamatan Pandak

    Pusat gravitasi ini akan menjadi tempat posko didirikan pada Kecamatan

    Pandak. Metode yang digunakan pada Kecamatan Pandak tersebut juga

    akan digunakan pada Kecamatan yang lain.

    3.1.2. Penyesuaian Lokasi Posko Dengan Jalan Yang Terdekat

    Setelah diketahui titik lokasi posko pada tiap kecamatan, terlihat

    bahwa beberapa letak posko hasil metode pusat gravitasi ketika

    ditampilkan dengan peta tata guna lahan ternyata terletak bukan di area

    pemukiman, tapi ada beberapa yang terletak di tegalan, dan sawah atau di

    hutan rakyat. Untuk mengatasi permasalahan posko hasil metode pusat

    gravitasi tidak terletak di area pemukiman maka diambil cara dengan

    meletakkan posko berdekatan dengan jalan. Sehingga walaupun letak

  • 52

    posko hasil metode pusat gravitasi ini tidak berada di area pemukiman tapi

    tetap memudahkan pendistribusian bantuan karena terletak di jalan. Agar

    letak posko hasil metode pusat gravitasi dekat dengan jalan digunakan

    patch dan extension dari ESRI yaitu ET TOOls. Sebelum menggunakan ET

    Tool’s, penulis harus menconvert theme jalan yang berbentuk polyline

    (garis) menjadi theme berbentuk point, sehingga menjadi jenis theme yang

    sama dengan theme letak posko kecamatan hasil metode pusat gravitasi

    yaitu point, seperti terlihat pada gambar berikut :

    Setelah theme jalan dan theme posko hasil metode pusat gravitasi sama

    sama point baru dihitung jalan yang paling dekat dengan titik letak posko

    hasil metode pusat gravitasi dengan menggunakan fungsi point distance

    dari ET TOOL’s. Dan didapatkan letak posko yang dekat jalan dengan

    gambaran sebagai berikut :

    Hasil convert polylinethema jalan menjadi point

    Letak Titik PoskoMetode Pusat

    Gravitasi

  • 53

    3.2. Perancangan Sistem

    Tahap-tahap yang dilakukan dalam perancangan sistem sebagai berikut:

    a. Mengumpulkan data :

    - Data statistik mengenai daerah studi kasus (Kabupaten Bantul),

    diantaranya data penduduk tiap-tiap kelurahan, data klasifikasi

    kerusakan gempa, dsb.

    - Data peta untuk keperluan membuat peta. Dari data peta RBI (Rupa

    Bumi Imdonesia) kabupaten Bantul dapat dibuat menjadi beberapa

    peta digital sesuai kebutuhan sistem diantaranya: peta administrasi,

    peta jalan, peta tata guna lahan.

    b. Penggunaan data :

    - Data statistik akan digunakan dalam aplikasi Ms. Visual basic dan Ms.

    Access.

    - Data peta akan digunakan dalam aplikasi ArcView untuk membuat

    peta.

    c. Proses perancangan sistem diantaranya:

    - Pembuatan use case user dan admin.

    Letak Posko Metode PusatGravitasi

    Jalan Letak PoskoDekat Jalan

  • 54

    - Pembuatan diagram berjenjang.

    - Pembuatan context diagram sistem

    - Pembuatan DFD

    Setelah merancang use case, context diagram, dfd, diketahui bahwa

    sebaiknya dibuat dua aplikasi program. Yaitu program yang ada di Visual

    Basic dan program yang ada di ArcView. Dan bagaimana menggabungkan

    kedua program tersebut. Alasan diperlukan program di Visual Basic ini

    karena di ArcView pada saat mulai melakukan proses digitasi, hasil proses

    digitasi tersebut akan otomatis membentuk file dbf. Sehingga database di

    ArcView hanya untuk menyimpan data yang berhubungan dengan peta.

    Dan data di Visual Basic bertindak sebagai database eksternal untuk

    menyimpan data yang tidak berhubungan dengan peta. Misalnya jika nanti

    program akan dikembangkan untuk menyimpan data-data bantuan gempa.

    Proses penggabungan aplikasi ArcView dengan Visual Basic akan

    menggunakan protokol DDE. Dengan menggunakan protokol DDE, akan

    dibuat sebuah program aplikasi Ms. Visual Basic (VBClient.Exe) yang

    akan berkomunikasi dengan ArcView. VBClient berperan sebagai client

    dan ArcView berperan sebagai server. Sejak pertama kali dieksekusi,

    aplikasi ini (VBClient) akan memeriksa keberadaan aplikasi ArcView di

    memori. Jika belum aktif, maka ia akan mengaktifkan atau mengeksekusi

    program aplikasi ArcView secara otomatis hingga kemudian aktif di layar

    monitor. Jika sudah, maka form aplikasi VBClient langsung aktif tampil di

    layar monitor dan siap untuk digunakan.

    - Pembuatan ER diagram untuk aplikasi dalam Visual Basic.

    - Pembuatan tabel database dari ER.

  • 55

    d. Proses pembuatan aplikasi dalam ArcView.

    - Merubah data peta analog menjadi peta digital melalui proses digitasi.

    - Setelah semua data peta analog berubah menjadi data peta digital,

    maka peta-peta digital tadi dapat diolah menjadi suatu sistem informasi

    geografi. Diantaranya untuk menampilkan, melakukan browsing dan

    querying, dan menganalisa data geografis, serta melakukan

    perhitungan matematis. Proses perhitungan matematis ini diterapkan

    dalam metode pusat gravitasi untuk menentukan letak posko pada tiap

    kecamatan.

    e. Proses pembuatan aplikasi visual basic.

    - Sebelum membuat aplikasi terlebih dahulu perlu merancang desain

    database sistem yang akan dibuat.

    - Setelah selesai merancang desain database, baru merancang aplikasi

    yang akan dibuat. Untuk membuat aplikasi SIG posko pelayanan

    gempa akan melibatkan beberapa form yaitu:

    1) Form Login : untuk menentukan hak akses pengguna diijinkan apa

    tidak.

    2) Form Utama : untuk tampilan utama program awal

    3) Form input, diantaranya input data kecamatan, input data

    kelurahan, input data posko : untuk memasukkan data. Fasilitas ini

    diperuntukkan untuk admin.

    4) Form lihat data, diantaranya lihat data kecamatan, lihat data

    kelurahan, lihat data posko : untuk melihat data, dan disertai

    fasilitas proses pencarian. Fasilitas ini diperuntukkan untuk user.

  • 56

    5) Laporan-laporan : untuk menampilkan data tertentu yang akan

    diprint.

    6) About : menampilkan informasi program

    f. Penggabungan aplikasi ArcView dan Visual Basic.

    Proses penggabungan aplikasi ArcView dengan Visual Basic akan

    menggunakan protokol DDE. Dengan menggunakan protokol DDE, akan

    dibuat sebuah program aplikasi Ms. Visual Basic (VBClient.Exe) yang

    akan berkomunikasi dengan ArcView. VBClient berperan sebagai client

    dan ArcView berperan sebagai server. Sejak pertama kali dieksekusi,

    aplikasi ini (VBClient) akan memeriksa keberadaan aplikasi ArcView di

    memori. Jika belum aktif, maka ia akan mengaktifkan atau mengeksekusi

    program aplikasi ArcView secara otomatis hingga kemudian aktif di layar

    monitor. Jika sudah, maka form aplikasi VBClient langsung aktif tampil

    di layar monitor dan siap untuk digunakan.

    Secara default, jika aplikasi ArcView berperan sebagai server, maka

    nama aplikasi (“ArcView”) akan menjadi nama service atau servernya,

    dalam kondisi ini sering disebut atau diimplementasikan dengan

    menggunakan DDEServer. DDEServer ArcView mendukung ketiga

    transaksi standart DDE: execute, request dan poke. Execute akan

    menyebabkan server (dalam hal ini ArcView) akan mengeksekusi

    perintah-perintah yang diterimanya (dalam bentuk string baris kode

    avenue) dari client (program aplikasi selain ArcView, dalam hal ini Visual

    Basic). Request akan menyebabkan server mengirimkan informasi item

    (biasanya dalam bentuk string) tertentu terhadap clientnya. Sementara itu,

  • 57

    poke mengharapkan respon transfer data (menggunakan data yang

    diterima sebagai masukan script avenue).

    Program aplikasi client yang terkoneksi terhadap DDEServer ArcView

    akan memberikan requestnya ke server melalui baris-baris kode script

    avenue. Pada transaksi execute, program aplikasi client menyediakan

    baris-baris kode script avenue untuk kemudian dieksekusi oleh servernya.

    Baris-baris kode ini bisa merupakan sebaris kode sederhana atau bahkan

    beberapa baris kode yang merupakan implementasi dari keseluruhan isi

    file script avenue yang lengkap. Pada umumnya, transaksi request dan

    poke, server akan mempublikasikan sebuah list item yang dapat diakses

    oleh para clientnya. Tetapi ArcView tidak seperti ini. Karena begitu

    banyak nilai yang dipublikasikan dan sistemnya sangat dinamis. Maka

    sebagai gantinya, client DDE dapat mengidentifikasikan object request

    dan poke dengan menggunakan baris-baris kode script avenue. Solusi ini

    memungkinkan program aplikasi client mengakses model objek ArcView

    berikut semua nilai yang terdapat di dalam aplikasinya secara penuh.

  • 58

    3.2.1. Use Case

  • 59

    LihatDataKecamatan

    (f rom Use-Case Model)

    LihatDataKelurahan

    (f rom Use-Case Model)

    LihatDataPosko

    (f rom Use-Case Model)

    LihatPeta

    (f rom Use-Case Model)

    CariKelurahan

    (f rom Use-Case Model)

    CariKecamatan

    (f rom Use-Case Model)

    CariJalan

    (f rom Use-Case Model)

    CariPosko

    (f rom Use-Case Model)

    user

    (f rom Use Case View)

    Gambar 3.3. Use Case User

    Aplikasi dalamvisual basic – Ms.Access

    Aplikasi dalamArcView

  • 60

    UpdateDataKecamatan

    (f rom Use Case View)

    UpdateDataKelurahan

    (f rom Use Case View)

    UpdateDataPosko

    (f rom Use Case View)

    LihatLaporan

    (f rom Use Case View)

    UpdatePeta

    (f rom Use Case View)

    Administrator

    (f rom Use Case View)

    Gambar 3.4. Use Case Admin

    Aplikasidalam Ms.Visual Basic-Ms. Access

    AplikasiArcview

  • 61

    3.2.2. Diagram Berjenjang

    Gambar 3.5. Diagram Berjenjang

    3.2.3. Context Diagram

    Gambar 3.6. Context Diagram

  • 62

    3.2.4. Overview Diagram Level 0

    Gambar 3.7. Overview Diagram Level 0

    3.2.5. Overview Diagram Level 1 Proses 1

    Gambar 3.8. Overview Diagram Level 1 Proses 1

  • 63

    3.2.6. ER Diagram dalam aplikasi visual basic

    Gambar 3.9. Gambar ER-Diagram

    3.2.7. Perancangan Tabel Database dalam Aplikasi Visual Basic

    Tabel database pada sistem informasi geografi posko pelayanan gempa ini

    dibuat dengan menggunakan Microsoft Access.

    Nama Field Type Size

    KodeKecamatan Text 50

    NamaKecamatan Text 50

    KlasifikasiKecamatan Text 50

    KodePosko Text 50

    Tabel 3.3. Tabel Kecamatan.dbf

  • 64

    KodeKelurahan Text 50

    NamaKelurahan Text 50

    Penduduk Number 20

    KondisiRumahRusakTotal Number 20

    KondisiRumahRusakBerat Number 20

    KondisiRumahRusakRingan Number 20

    KodeKecamatan Text 50

    Tabel 3.4. Tabel Kelurahan.dbf

    Nama Field Type Size

    KodePosko Text 50

    NamaPosko Text 50

    Keterangan Text 50

    Tabel 3.5. Tabel Posko.dbf

    Nama Field Type Size

    KodeUser Text 50

    UserName Text 50

    Password Text 50

    StatusUser Text 50

    Tabel 3.6. Tabel DataUser.dbf

    3.3.Perangkat Lunak Yang Digunakan

    Perangkat lunak yang digunakan dalam sistem informasi ini spesifikasinya

    sebagai berikut :

    i. Microsoft Visual Basic 6.0

  • 65

    Microsoft visual basic merupakan compiler bahasa pemograman

    komputer yang paling mudah dan banyak digunakan. Dengan

    menggunakan form kotak dialog, beserta controlsnya (GUI yang menarik

    dan efektif), penulis dapat membuat sendiri program aplikasi yang

    kemudian dikomunikasikan dengan ArcView melalui protokol DDE.

    Integrasi antara Ms. Visual Basic dan ArcView memungkinkan penulis

    untuuk mengeksploitasi sejumlah tool dan kotak dialog yang akan sulit

    dicapai bila menggunakan baris-baris kode avenue semata.

    ii. Microsoft Access

    Sebelum membuat aplikasi di dalam bahasa pemograman Ms. Visual

    Basic, penulis terlebih dahulu merancang susunan database yang akan

    digunakan. Database yang digunakan adalah Ms. Access 2000. Aplikasi

    yang akan dibuat adalah Sistem Informasi Geografi Kabupaten Bantul.

    iii. ArcView GIS 3.3

    ArcView memiliki fungsi untuk membuat peta tematik dengan

    fungsi diantaranya: menyediakan pustaka simbol dan warna (features)

    untuk pembuatan peta tematik, menggunakan simbol dan warna untuk

    merepresentasikan features-nya berdasarkan atribut-atributnya (membuat

    peta-peta tematik turunan). Misalnya dalam tugas akhir ini untuk

    menggambarkan peta tata guna lahan, untuk merepresentasikan

    pemukiman suatu peta tematik diberi arsiran warna agak gelap.

  • 66

    iv. Menggabungkan program dalam Ms. Visual Basic dengan program

    dalam ArcView.

    Dengan menggunakan protokol DDE, akan dibuat sebuah program

    aplikasi Ms. Visual Basic (VBClient.Exe) yang akan berkomunikasi

    dengan ArcView. VBClient berperan sebagai client dan ArcView

    berperan sebagai server. Sejak pertama kali dieksekusi, aplikasi ini

    (VBClient) akan memeriksa keberadaan aplikasi ArcView di memori.

    Jika belum aktif, maka ia akan mengaktifkan atau mengeksekusi

    program aplikasi ArcView secara otomatis hingga kemudian aktif di

    layar monitor. Jika sudah, maka form aplikasi VBClient langsung aktif

    tampil di layar monitor dan siap untuk digunakan.

    3.4. Perancangan Menu Antarmuka

    Perancangan menu antarmuka(interface) pada aplikasi Sistem Informasi

    Geografis Penentuan Posko Bencana Alam dengan Studi Kasus Kabupaten

    bantul ini berisi gambaran dari rancangan input, dan rancangan outputnya.

    3.4.1. Perancangan Input

    Tampilan di bawah ini merupakan tampilan pada saat pertama kali

    mengakses Sistem Informasi Geografi Posko Bencana Alam dengan Studi

    Kasus Wilayah Kabupaten Bantul.

  • 67

    Gambar 4.0. Perancangan Input

    Gambar 3.10. Perancangan Input

    3.4.2. Perancangan Output

    Tampilan dibawah ini merupakan tampilan output setelah user

    melakukan proses pencarian.

    Gambar 3.11. Perancangan Output

  • 68

    BAB IV

    IMPLEMENTASI SISTEM

    4.1. Implementasi Dialog

    Sistem Informasi Geografi Posko Bencana Alam dengan daerah studi

    kasus Kabupaten Bantul ini menggunakan beberapa software diantaranya :

    Visual Basic 6.0 Enterprise Edition. Program ini akan digunakan sebagai

    halaman muka dari aplikasi Sistem Informasi Geografis Posko Bencana

    Alam dengan daerah studi kasus Kabupaten Bantul .

    ArcView GIS 3.3. Program ini digunakan untuk membuat peta digital.

    Microsoft Access 2003. Program ini berfungsi sebagai database untuk

    menyimpan informasi.

    Dalam pembuatan program Sistem Informasi Geografi Posko Bencana

    Alam di daerah Kabupaten Bantul ini, spesifikasi komputer yang dipakai oleh

    penulis antara lain :

    1. Processor Pentium Dual Core T2130 (1.8 Ghz)

    2. Memori 512 MB DDR2

    3. HDD 80 GB

    Program ini memiliki tampilan awal program sebagai sarana untuk

    mempermudah dalam pemakaian antar pengguna program dengan sistem

    informasi geografi posko pelayanan gempa Kabupaten Bantul. Aplikasi

    “Sistem Informasi Geografis Posko Bencana Alam” merupakan gabungan dari

    dua program, yaitu program d