Sistem Informasi Akuntansi Aktiva Tetap
-
Upload
dimas-fathurrahman-sholeh -
Category
Documents
-
view
338 -
download
10
Transcript of Sistem Informasi Akuntansi Aktiva Tetap
SISTEM INFORMASI AKUNTANSI AKTIVA TETAP
Aktiva tetap adalah aktiva berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau yang harus dibangun terlebih dahulu, yang digunakan dalam operasi entitas pemerintah, tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal entitas pemerintahan, dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun. Aktiva memiliki wujud, sehingga sering kali aktiva tetap disebut dengan aktiva tetap berwujud (tangible fixed assets).Prosedur aktiva tetap bertujuan untuk :
1. Memberikan prosedur yang baku atas aktivitas yang berkaitan dengan perolehan informasi mengenai aktiva tetap mulai dari pengakuan sampai pada proses pelepasannya.
2. Memberikan informasi mengenai aktiva tetap yang diperoleh dengan cara membeli, membangun sendiri, BOT, atau didapat dari donasi/hibah/sumbangan.
3. Menghasilkan catatan mengenai aktiva tetap yang andal dan dapat dipercaya.4. Memperhitungkan alokasi biaya untuk penyusutan aktiva tetap, umur ekonomis, dan
metode penyusutan yang digunakan.Aktiva tetap baru dapat dicatat sebagai aktiva daerah pada saat diterima dan hak kepemilikan berpindah ke pemerintah daerah. Dasar penilaian aktiva tetap ada tiga. Pertama, aktiva tetap dinyatakan di neraca pada nilai historis atau harga perolehan. Jika penilaian aktiva tetap dengan menggunakan nilai historis tidak memungkinkan, maka nilai aktiva tetap didasarkan pada harga perolehan yang diestimasikan. Kedua, harga perolehan aktiva tetap yang dibangun dengan cara swakelola meliputi biaya langsung untuk tenaga kerja, bahan baku, serta biaya tidak langsung termasuk biaya perencanaan dan pengawasan, perlengkapan, tenaga listrik, sewa peralatan, dan semua biaya lainnya yang terjadi berkaitan dengan pembangunan hingga aktiva tersebut siap digunakan. Ketiga, jika biaya perolehan suatu aktiva tetap dinyatakan dalam valuta asing, maka nilai rupiah akan ditetapkan berdasarkan nilai tukar (kurs tengah BI) pada saat perolehan. PROSEDUR PENGELOLAAN AKTIVA TETAP3.1 Prosedur Umum Menurut Permendagri No.13/2006 Bab XI Pasal 253 prosedur akuntansi terhadap Aktiva Tetap yaitu:
1. Prosedur akuntansi terhadap aset SKPD meliputi pencatatan dan pelaporan akuntansi atas perolehan, pemeliharaan, rehabilitasi, perubahan klasifikasi, dan penyusutan terhadap aset tetap yang dikuasai atau digunakan oleh SKPD.
1. Pemeliharaan aset tetap yang rutin dan berkala tidak dikapitalisasi. 1. Rehabilitasi yang bersifat sedang dan berat dikapitalisasi apabila
memenuhi salah satu kriteria menambah volume, menambah kapasitas, meningkatkan fungsi, meningkatkan efisiensi dan/atau menambah masa manfaat.
2. Perubahan klasifikasi aset tetap sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa perubahan aset tetap ke klasifikasi selain aset tetap atau sebaliknya.
3. Penyusutan sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) merupakan penyesuaian nilai sehubungan dengan penurunan kapasitas dan manfaat dari suatu aset tetap.
3.2 Metode Penyusutan
1. Setiap aset tetap kecuali tanah dan kontruksi dalam pengerjaan dilakukan penyusutan yang sistematis sesuai dengan masa manfaatnya.
2. Metode penyusutan yang dapat digunakan antara lain: 1. Metode garis lurus (straight line method) 2. Metode saldo menurun ganda (double declining balance method) 3. Metode unit produksi (unit of production method)
3. Metode garis lurus sebagaimana dimaksudkan pada ayat (2) huruf a merupakan penyesuaian nilai aset tetap dengan membebankan penurunan kapasitas dan manfaat aset tetap yang sama setiap periode umur ekonomis aset tetap berkenaan.
4. Metode saldo menurun ganda sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a merupakan penyesuaian nilai aset tetap dengan membebankan penurunan kapasitas dan manfaat aset tetap yang lebih besar pada periode awal pemanfaatan aset dibandingkan dengan periode akhir sepanjang umur ekonomis aset tetap berkenaan.
5. Metode unit produksi sebagaimana dimaksudkan pada ayat (2) huruf c merupakan penyesuaian nilai aset tetap denagn membebankan penurunan kapasitas dan manfaat aset tetap berdasarkan unit produksi yang dihasilkan dari aset tetap berkenaan.
6. Penetapan umur ekonomis aset tetap dimuat dalam kebijakan akuntansi berpedoman pada perundang-undangan.
3.3 Prosedur Penerimaan
1. Setelah berakhirnya proses evaluasi penawaran yang dilaksanakan oleh Panitia/Pejabat Pengadaan, maka Panitia/Pejabat Pengadaan harus menyerahkan BoQ (Bill of Quantity) definitif kepada Sub Bagian Pengawasan dan Penerimaan atau Panitia Pemeriksa/ Penerima Barang. Hal ini diperlukan, agar Sub Bagian Pengawasan dan Penerimaan atau Panitia Pemeriksa/Penerima Barang memiliki acuan awal dalam melaksanakan proses pemeriksaan dan penerimaan barang, sebelum kontrak selesai diproses.
1. Berpedoman pada BoQ (Bill of Quantity) definitif tersebut, Sub Bagian Pengawasan dan Penerimaan atau Panitia Pemeriksa/Penerima Barang membuat daftar pemeriksaan barang dan daftar penerimaan barang.
2. Setelah proses pembuatan kontrak selesai dilaksanakan, Sub Bagian Kontrak harus menyerahkan 1 (satu) copy kontrak kepada Sub Bagian Pengawasan dan
Penerimaan atau Panitia Pemeriksa/Penerima Barang, sebagai dasar dalam melaksanakan proses pemeriksaan dan penerimaan barang.
1. BoQ (Bill of Quantity) definitif yang sebelumnya diserahkan oleh Panitia/Pejabat Pengadaan Barang harus dicocokkan oleh Sub Bagian Pengawasan dan Penerimaan atau Panitia Pemeriksa/Penerima Barang dengan BoQ (Bill of Quantity) dalam kontrak untuk menghindari adanya ketidaksesuaian spesifikasi barang yang akan diterimanya. Apabila terjadi perbedaan antara BoQ (Bill of Quantity) definitif dengan BoQ (Bill of Quantity) dalam kontrak, maka Sub Bagian Pengawasan dan Penerimaan atau Panitia Pemeriksa/ Penerima Barang harus menjadikan BoQ (Bill of Quantity) dalam kontrak sebagai acuan dalam proses pemeriksaan dan penerimaan barang, dengan selanjutnya merubah daftar penerimaan barang yang sebelumnya telah dibuat.
3.4 Prosedur Pemeriksaan
1. Setelah Sub Bagian Pengawasan dan Penerimaan atau Panitia Pemeriksa/Penerima Barang menerima kontrak dari Sub Bagian Kontrak, maka Sub Bagian Pengawasan dan Penerimaan atau Panitia Pemeriksa/Penerima Barang harus mempelajari dan memahami substansi (isi) dari kontrak bersangkutan, untuk dibuatkan suatu mekanisme pemeriksaan dan penerimaan barang.
2. Apabila penyedia barang telah memulai pengiriman barang ke UPT Logistik, maka barang-barang yang dikirim oleh penyedia barang harus diperiksa terlebih dahulu oleh Sub Bagian Pengawasan dan Penerimaan atau Panitia Pemeriksa/Penerima Barang. Dimana proses pemeriksaan barang harus berpedoman pada spesifikasi dan kuantitas (jumlah) barang sebagaimana tercantum dalam daftar pemeriksaan barang. Sebelum dilaksanakan proses pemeriksaan barang, Sub Bagian Pengawasan dan Penerimaan atau Panitia Pemeriksa/Penerima Barang harus meminta surat jalan dari penyedia barang.
3. Jika dari proses pemeriksaan barang terdapat spesifikasi barang yang tidak sesuai dengan spesifikasi sebagaimana tercantum dalam daftar pemeriksaan barang, maka barang yang tidak sesuai spesifikasi tersebut harus ditolak oleh Sub Bagian Pengawasan dan Penerimaan atau Panitia Pemeriksa/Penerima Barang dan dikembalikan kepada penyedia barang untuk diganti sesuai dengan spesifikasi yang seharusnya. Penolakan dan pengembalian barang harus disertai dengan daftar penolakan dan pengembalian barang.
4. Apabila barang yang dikirim oleh penyedia barang menyertakan masa garansi, maka Sub Bagian Pengawasan dan Penerimaan atau Panitia Pemeriksa/Penerima Barang harus meminta Kartu Garansi atas barang kepada penyedia barang. Apabila barang yang dikirim oleh penyedia barang menyertakan jaminan masa purna jual, maka Sub Bagian Pengawasan dan Penerimaan atau Panitia Pemeriksa/Penerima Barang harus Surat Pernyataan Jaminan Masa Purna Jual atas barang kepada penyedia barang.
5. Apabila barang yang diperiksa oleh Sub Bagian Pengawasan dan Penerimaan atau Panitia Pemeriksa/Penerima Barang telah sesuai dengan spesifikasi
sebagaimana tercantum dalam daftar pemeriksaan barang, maka Sub Bagian Pengawasan dan Penerimaan atau Panitia Pemeriksa/Penerima Barang harus menerima barang yang telah diperiksa, untuk dicantumkan dalam daftar penerimaan barang sementara. Setelah Sub Bagian Pengawasan dan Penerimaan atau Panitia Pemeriksa/Penerima Barang mencantumkan barang yang diterima dalam daftar penerimaan barang sementara, maka surat jalan harus diparaf oleh Sub Bagian Pengawasan dan Penerimaan atau panitia penerima barang untuk selanjutnya dijadikan sebagai lampiran daftar penerimaan barang sementara.
3.5 Prosedur Penyerahan (Internal)
1. Barang-barang yang telah diterima oleh Sub Bagian Pengawasan dan Penerimaan atau Panitia Pemeriksa/Penerima Barang, selanjutnya diserahkan kepada Sub Bagian Gudang. Penyerahan barang harus dituangkan dalam daftar penyerahan barang untuk Gudang.
2. Setelah seluruh proses pengiriman barang selesai dilaksanakan oleh penyedia barang, Sub Bagian Pengawasan dan Penerimaan atau Panitia Pemeriksa/Penerima Barang mengumpulkan seluruh daftar penolakan dan pengembalian barang, daftar penerimaan barang sementara dan daftar penyerahan barang untuk Gudang, untuk dilakukan proses rekapitulasi sebagai berikut :
1. Sub Bagian Pengawasan dan Penerimaan atau Panitia Pemeriksa/Penerima Barang harus melakukan pengecekan kembali atas seluruh proses pemeriksaan dan penerimaan barang yang telah dilakukan. Apabila proses penerimaan barang telah 100% (seratus persen) dilaksanakan, maka Sub Bagian Pengawasan dan Penerimaan atau Panitia Pemeriksa/Penerima Barang harus membuat Berita Acara Pemeriksaan Pekerjaan dan Berita Acara Serah Terima Barang.
2. Sub Bagian Pengawasan dan Penerimaan atau Panitia Pemeriksa/Penerima Barang harus melakukan pengecekan kembali atas seluruh proses serah terima barang untuk Gudang. Apabila proses serah terima barang untuk Gudang telah 100% (seratus persen) dilaksanakan, maka Sub Bagian Pengawasan dan Penerimaan atau Panitia Pemeriksa/Penerima Barang harus membuat Berita Acara Serah Terima Barang Untuk Gudang.
3.6 Sistem dan Prosedur Akuntansi Sistem dan prosedur akuntansi aktiva tetap dilaksanakan di SKPD dan SKPKD. Hal tersebut diatur dalam pasal 255 – 258 Permendagri Nomor 13 Tahun 2006. 3.3.1 Sistem dan Prosedur Akuntansi di SKPD
1. Prosedur akuntansi dilaksanakan oleh PPK-SKPD (Pejabat Pengelola Keuangan-SKPD) serta pejabat pengurus dan penyimpan barang SKPD.
2. PPK-SKPD membuat bukti memorial berdasarkan bukti transaksi dan /atau kejadian. Bukti memorial tersebut dicatat ke dalam jurnal dan sekurang-
kurangnya memuat informasi mengenai jenis/nama aktiva tetap, kode rekening, klasifikasi, nilai tetap, serta tanggal transaksi dan/atau kejadian.
3. Bukti memorial harus dilampiri dengan dokumen-dokumen:
- Berita acara penerimaan barang
- Berita acara serah terima barang
- Berita acara penyelesaian pekerjaan
4. Jurnal tersebut secara periodik diposting ke buku besar rekening yang bersangkutan dan setiap akhir periode semua buku besar ditutup sebagai dasar penyusunan laporan keuangan SKPD.
3.3.2 Sistem dan Prosedur Akuntansi di SKPKD
1. Prosedur akuntansi dilaksanakan oleh fungsi akuntansi pada SKPKD. 2. Prosedur akuntansi meliputi serangkaian proses pencatatan dan pelaporan
akuntansi atas perolehan, pemeliharaan, rehabilitasi, penghapusan, pemindahtanganan, perubahan klasifikasi, dan penyusutan terhadap aktiva tetap yang dikuasai/digunakan oleh SKPKD, yang dapat dilakukan secara manual atau menggunakan aplikasi komputer.
3. Fungsi akuntansi SKPKD membuat bukti memorial berdasarkan bukti transaksi dan /atau kejadian. Bukti memorial tersebut dicatat ke dalam jurnal dan sekurang-kurangnya memuat informasi mengenai jenis/nama aktiva tetap, kode rekening, klasifikasi, nilai tetap, serta tanggal transaksi dan/atau kejadian.
4. Bukti memorial harus dilampiri dengan dokumen-dokumen:
- Berita acara penerimaan barang
- Surat keputusan penghapusan barang
- Surat keputusan mutasi barang (antar SKPKD)
- Berita acara pemusnahan barang
- Berita acara serah terima barang
- Berita acara penilaian
- Berita acara penyelesaian pekerjaan
5. Jurnal tersebut secara periodik diposting ke buku besar rekening yang bersangkutan dan setiap akhir periode semua buku besar ditutup sebagai dasar penyusunan laporan keuangan SKPKD.
6. Prosedur akuntansi digunakan sebagai alat pengendali dalam pengelolaan aktiva tetap yang dikuasai/digunakan SKPD dan/atau SKPKD.
Artikel Sistem Informasi Akuntansi
PENGELOLAAN AKTIVA TETAP
Dalam pembahasan ini akan mengulas mengenai pengelolaan aktiva tetap. Seperti yang
kita ketahui, aktiva tetap merupakan aset perusahaan yang perlu dikelola dengan baik
sehingga aset tersebut dapat terjaga dan dapat dimanfaatkan semaksimal dan sebaik
mungkin. Adapun pengelolaan aktiva tetap meliputi : pengadaan aktiva tetap,
pemeliharaan aktiva tetap dan pencatatan depresiasi aktiva.
3.1 PENGADAAN AKTIVA TETAP
Pengadaan aktiva tetap dapat dilakukan dengan berbagai macam cara, dimana
masing-masing cara tersebut dapat mempengaruhi penentuan harga perolehan aktiva
tetap itu sendiri. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan diantaranya melalui pembelian
aktiva tetap, membuat sendiri aktiva tetap atau melalui pertukaran aktiva tetap. Berikut
penjelasan mengenai berbagai macam cara perolehan aktiva tetap.
3.1.1 Pengadaan Aktiva Tetap
1. Pengadaan Aktiva Tetap dari Pembelian
Pengadaan aktiva tetap dapat dilakukan salah satunya melalui pembelian aktiva
tetap. Dimana pembelian aktiva tetap itu sendiri dapat dilakukan dengan dua cara,
yakni :
Pembelian Aktiva secara Tunai
Pembelian Aktiva secara Kredit Jangka Panjang
Dalam prosesnya, pembelian aktiva harus diawali dengan permintaan pembelian
dari departemen yang membutuhkan. Selanjutnya bagian pembelian perusahaan akan
melakukan survei terhadap pemasok dan mengajukan pemintaan penawaran harga.
Permintaan penawaran harga ini berguna untuk memastikan bahwa perusahaan
mendapatkan aktiva tetap dengan harga wajar. Permintaan penawaran harga ini juga
berguna untuk meminimalkan peluang tips dari pemasok.
Setelah menemukan pemasok yang sesuai, bagian pembelian membuat surat
order pembelian kepada pemasok. Selanjutnya pemasok akan mengirim barang yang
dipesan. Pada saat barang datang, departemen pengguna (yang membutuhkan aktiva
tetap) dapat ikut hadir untuk mengecek barang yang datang. Selanjutnya pemasok akan
mengirim tagihan (faktur) ke perusahaan. Faktur tersebut akan dilunasi sesuai dengan
prosedur yang telah ditentukan perusahaan sebelumnya.
2. Pengadaan Aktiva dari Penerbitan Surat Berharga
Perolehan aktiva tetap dengan penerbitan surat berharga adalah menerbitkan
saham atau obligasi perusahaan untuk ditukar dengan aktiva tetap. Aktiva tetap tersebut
harus dicatat sebesar harga pasar saham atau obligasi pada saat pembelian. Nilai saham
atau obligasi dicatat seharga nilai pari. Jika harga pasar lebih besar dari nilai pari,
selisihnya dicatat sebagai premium ( agio saham) dan jika harga pasar lebih rendah dari
nilai pari maka selisihnya dicatat sebagai diskon (disagio saham).
3. Pengadaan Aktiva Tetap dari Pertukaran
Menurut cara ini, aktiva diperoleh dengan cara menukarkan aktiva tetap yang
kita miliki dengan aktiva tetap yang dimiliki oleh pihak lain dimana aktiva yang lama
digunakan sebagai pembayar sebagian atau seluruh atas aktiva yang baru. Ada dua
macam pertukaran aktiva tetap, yaitu:
1). Pertukaran aktiva tetap yang tidak sejenis
Pertukaran aktiva tetap yang tidak sejenis adalah pertukaran aktiva tetap yang sifat dan
fungsinya berbeda. Biaya dari pos semacam ini, menurut PSAK No. 16 diukur pada nilai
wajar aktiva yang dilepaskan atau yang diperoleh.
2). Pertukaran aktiva tetap yang sejenis
Suatu aktiva tetap dapat diperoleh dalam pertukaran atas suatu aktiva yang serupa yang
memiliki manfaat yang serupa dalam bidang usaha yang sama dan memiliki suatu nilai
wajar yang serupa.
4. Pengadaan Aktiva dari Hadiah atau Donasi
Jika aktiva tetap diperoleh dengan cara dihadiahkan atau ditemukan sendiri maka
aktiva harus dicatat sebesar harga pasar yang wajar atau berdasarkan penilaian yang
dilakukan oleh pihak atau perusahaan penilai yang independent (appraisal company)
dengan mengkredit akun “modal donasi”.
5. Pengadaan Aktiva dari Membuat Sendiri
Perusahaan kadang kala tidak membeli aktiva tetap, melainkan membuatnya
sendiri. Misalnya perusahaan melakukan perluasan gedung pabrik atau bahkan
membangun pabrik baru. Pembangunan seperti ini harus dicatat sebagai aktiva dalam
pembangunan. Harga pokok perolehannya dicatat sebesar berapa banyak biaya yang
dikeluarkan untuk menbangun aktiva tersebut. Hal ini disesuaikan dengan pernyataan
dalam PSAK No. 16 dimana disebutkan bahwa biaya perolehan suatu aktiva yang
dikontruksi sendiri ditentukan menggunakan prinsip yang sama seperti suatu aktiva yang
diperoleh, yaitu meliputi semua biaya yang berkenaan dengan konstruksi aktiva tersebut
hingga siap digunakan.
3.1.2 Fungsi yang terkait Dalam Pengadaan Aktiva Tetap
Fungsi yang terkait dalam pengadaan aktiva tetap mempunyai peranan penting,
dengan adanya fungsi yang terkait maka prosedur pengadaan aktiva tetap akan berjalan
dengan baik. Adapun fungsi-fungsi yang terkait dalam prosedur pengadaan aktiva tetap
adalah sebagai berikut :
Fungsi Pemakai, bertanggung jawab mengajukan usulan investasi aktiva tetap dan mengajukan surat permintaan otorisasi untuk merealisasikan perolehan aktiva tetap.
Fungsi Riset dan Pengembangan, bertanggung jawab mengajukan usulan investasi aktiva tetap yang dimanfaatkan bersama oleh lebih dari satu fungsi.
Direktur yang Bersangkutan, memberikan persetujuan terhadap usulan investasi.
Direktur Utama, memberikan otorisasi terhadap semua mutasi aktiva tetap.
Fungsi Pembelian, bertanggung jawab untuk memilih pemasok dan menerbitkan surat order pembelian untuk pengadaan aktiva tetap.
Fungsi Penerimaan, bertanggung jawab melakukan pemeriksaan terhadap aktiva tetap yang diterima dari pemasok.
Fungsi Akuntansi, betanggung jawab terhadap pembuatan dokumen sumber (bukti kas keluar dan bukti memorial) untuk pencatatan aktiva tetap.
3.1.3 Dokumen yang Digunakan dalam Pengadaan Aktiva Tetap
Dalam pengadaan aktiva tetap, dibutuhkan beberapa dokumen antara lain sebagai
berikut :
1. Surat permintaan transfer aktiva tetap, berfungsi sebagai permintaan dan pemberian
otorisasi transfer aktiva tetap.
2. Surat perintah kerja (work order), berfungsi sebagai perintah dilaksanakannya pekerjaan
tertentu mengenai aktiva tetap dan sebagai catatan yang dipakai untuk mengumpulkan
biaya pembuatan aktiva tetap.
3. Surat order pembelian, diterbitkan oleh fungsi pembelian yang merupakan surat untuk
memesan aktiva tetap kepada pemasok.
4. Laporan penerimaan barang, diterbitkan oleh fungsi penerimaan setelah fungsi ini
melakukan pemeriksaan kuantitas,mutu, dan spesifikasi aktiva tetap yang diterima dari
pemasok.
5. Faktur dari pemasok, merupakan tagihan dari pemasok untuk aktiva tetap yang dibeli.
6. Bukti kas keluar, merupakan perintah pengeluaran kas yang dibuat oleh fungsi akuntansi
setelah dokumen surat permintaan otorisasi investasi, surat order pembelian, laporan
penerimaan barang, dan faktur dari pemasok diterima dan diperiksa oleh fungsi tersebut.
7. Bukti memorial, digunakan sebagai dokumen sumber untuk pencatatan transaksi, harga
pokok aktiva tetap yang telah selesai dibangun, pemberhentian pemakaian aktiva tetap,
dan pengeluaran modal.
8. Daftar aktiva tetap, merupakan dokumen yang mencatat seluruh aktiva yang dimiliki oleh
perusahaan.
3.2 PENGELOLAAN AKTIVA TETAP
3.2.1 Pemeliharaan Aktiva Tetap
Ada kalanya aktiva tetap yang dimiliki perusahaan perlu perawatan untuk
memastikan bahwa aktiva tetap tersebut dapat beroperasi secara optimal. Menurut
akuntansi biaya pemeliharaan semacam ini dapat dibedakan menjadi dua kelompok,
yaitu biaya yang tidak menambah umur aktiva dan biaya yang dapat menambah umur
aktiva tetap. Pengelompokan ini akan berdampak pada perlakuan terhadap pengeluaran
tersebut. Biaya yang tidak menambah umur aktiva akan dicatat sebagai biaya pada
periode pengeluaran tersebut terjadi, sedangkan biaya yang menambah umur aktiva akan
dikapitalisasi (dicatat sebagai penambah nilai aktiva). Selanjutnya, nilai yang
dikapitalisasi tersebut akan memperbesar nilai aktiva dan akan didepresiasi sampai umur
aktiva tersebut habis.
Pada dasarnya, memisahkan biaya pemeliharaan semacam ini tidaklah mudah,
mengingat perawatan rutin tidak akan menambah umur manfaat aktiva, tapi jika tidak
dirawat maka akan memperpendek umur aktiva, sebagai contoh perawatan mobil.
Adapun kegiatan-kegiatan perusahaan yang berhubungan dengan pemeliharaan aktiva
tetap adalah sebagai berikut :
1. Pemeliharaan (maintenance)
Pemeliharan atau maintenance merupakan tindakan atau aktivitas yang ditujukan hanya
untuk membuat suatu aktiva tetap berfungsi sebagaimana mestinya, dan pengeluaran
yang timbul hendaknya dibebankan (dijadikan biaya) pada periode yang sama.
2. Perbaikan (repairment)
Perbaikan atau repairment diperhitungkan sebagai aktivitas yang lebih besar
dibandingkan dengan pemeliharaan. Dikatakan perbaikan apabila; untuk membuat aktiva
tersebut berfungsi sebagaimana mestinya diperlukan tindakan pemulihan kondisi atas
bagian atau sparepart atau komponen yang mengalami penurunan fungsi, akan tetapi
belum diperlukan suatu penggantian.
3. Penggantian Komponen (replacement)
Istilah penggantian komponen (replacement) jelas artinya. Ditandai dengan adanya
penggantian atas satu komponen atau lebih dari suatu aktiva tetap.
4. Peningkatan Kapasitas (up-grading)
Pada fase pertumbuhan perusahaan, biasanya disertai dengan peningkatan produksi,
sebagai konsekuensinya, tidak jarang perusahaan harus melakukan upgrade (peningkatan
kapasitas) terhadap aktiva tetap yang digunakan (entah itu mesin, peralatan bahkan
gedungnya). Atas suatu up grading, tentu akan memicu adanya pengeluaran-pengeluaran
yang biasanya cukup material.
5. Turun Mesin (over haul)
Istilah turun mesin atau overhaul terjadi pada aktiva tetap yang bekerjanya
menggunakan mesin. Misalnya; kendaraan, mesin produksi, peralatan produksi.
Dikatakan mengalami turun mesin apabila untuk membuatnya berfungsi lebih baik,
diperlukan tindakan pembongkaran terhadap hampir seluruh komponen atau komponen
utama dari aktiva tersebut, untuk kemudian dilakukan pemasangan kembali. Pada proses
turun mesin hampir pasti akan terjadi sekaligus tindakan pemeliharaan, perbaikan,
penggantian komponen. Turun mesin biasanya terjadi disaat-saat aktiva tersebut
mengalami penurunan fungsi (kapasitas) yang sangat signifikan akibat penggunaan yang
sudah relatif lama. Aktifitas turun mesin sudah pasti akan membuat umur ekonomis
aktiva tersebut menjadi bertambah. Untuk itu, pengeluaran-pengeluaran yang timbul
hendaknya dikapitalisasi.
Seperti yang telah dipelajari diatas, mengenai pemisahan biaya pemeliharaan
yang akan dibebankan pada periode terjadinya atau dikapitalisasi, berikut ini faktor-
faktor lain yang perlu dipertimbangkan untuk mendeterminasi apakah suatu pengeluaran
dalam masa penggunaan aktiva dibebankan atau dikapitalisasi.
1. Tingkat Keseringan
Jika jenis pengeluaran tersebut sering terjadi dan sifatnya rutin (repetitive), maka
sebaiknya pengeluaran tersebut dibiayakan, begitu pula sebaliknya.
2. Materialitas
Jika pengeluaran tersebut sifatnya material, maka sebaiknya dikapitalisasi, jika tidak
maka dibebankan (silahkan diukur dengan membandingkan antara pengeluaran yang
terjadi dengan harga perolehan aktiva).
3. Lama Manfaat
Jika pengeluaran tersebut diperkirakan akan memberikan manfaat lebih dari satu tahun
buku, maka sebaiknya dikapitalisasi, jika hanya satu tahun buku atau kurang, sebaiknya
dibebankan diperiode yang sama.
4. Pengaruhnya terhadap Umur Ekonomis atau Kapasitas
Jika pengeluaran tersebut diperkirakan akan menambah umur ekonomis atau
meningkatkan kapasitas,maka sebaiknya di kapitalisasi, demikian sebaliknya.
3.2.2 Fungsi yang Terkait Dalam Pemeliharaan Aktiva Tetap
Fungsi Pemakai, berfungsi mengelola pemakaian aktiva tetap.
Direktur yang bersangkutan, berfungsi memberikan persetujuan terhadap surat permintaan
otorisasi reparasi yang diajukan oleh unit organisasi yang berada di bawah
wewenangnya.
Fungsi Aktiva Tetap, bertanggung jawab atas pengelolaan aktiva tetap perusahaan.
Fungsi Akuntansi, betanggung jawab terhadap pembuatan dokumen sumber (bukti kas
keluar dan bukti memorial) untuk pencatatan aktiva tetap.
3.2.3 Dokumen yang Digunakan Dalam Pemeliharaan Aktiva Tetap
Bukti Pengeluaran Kas, merupakan dokumen yang digunakan jika pengeluaran biaya pemeliharaan cukup besar.
Dokumen dalam Siklus Kas Kecil, digunakan untuk biaya pemeliharan yang tidak terlalu besar.
Daftar Aktiva Tetap, digunakan untuk mencatat pengeluaran yang dikapitalisasi, sehingga menambah nilai aktiva tetap.
Blanko Cek Fisik Aktiva Tetap, digunakan untuk pengecekan aktiva tetap.
3.3 DEPRESIASI AKTIVA TETAP
3.3.1 Pengertian Depresiasi
Di samping pengeluaran dalam masa penggunaannya, masalah penyusutan atau
depresiasi merupakan masalah yang penting selama masa penggunaan aktiva tetap. Yang
dimaksud dengan penyusutan atau depresiasi menurut Akuntansi Perpajakan terapan
adalah sebagai berikut :
“Proses alokasi sebagian harga perolehan aktiva menjadi biaya (cost allocation),
sehingga biaya tersebut mengurangi laba usaha” (Prabowo, Yusdianto, Op.cit, Hal 22)
Pengertian penyusutan ini tidak sama seperti pengertian dalam ekonomi
perusahaan yang menekankan bahwa penyusutan itu merupakan cadangan untuk
pembelian aktiva tetap baru setelah aktiva tetap yang lama tidak dipakai lagi.
Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Nomor 17 paragraf 2
tentang Akuntansi Penyusutan menyatakan bahwa:
“Penyusutan adalah alokasi jumlah suatu aktiva yang dapat disusutkan sepanjang masa
manfaat yang diestimasi, penyusutan untuk periode akuntansi dibebankan kependapatan
baik secara langsung maupun tidak langsung”. (Ikatan Akuntan Indonesia, Op.cit, No 17
Paragraf 2)
Jadi dapat disimpulkan penyusutan atau depresiasi merupakan pengalokasian
harga perolehan aktiva tetap selama umur ekonomis aktiva tersebut. Umur ekonomis
adalah berapa lama aktiva tersebut bermanfaat bagi perusahaan secara efisien, jadi umur
ekonomis tidak sama dengan umur aktiva.
Tujuan dari penyusutan adalah untuk menyajikan informasi tentang penyusutan
yang dilaporkan sebagai alokasi biaya yang diharapkan dapat berguna bagi para pemakai
laporan keuangan. Informasi tentang penyusutan merupakan hal yang cukup penting
bagi pemakai laporan keuangan, terutama dalam kaitannya earning power, yaitu
mengenai:
Proses perbandingan beban terhadap pendapatan untuk menghitung laba periodik.
Tingkat keefektifan manajemen dalam menggunakan sumber daya.
3.3.2 Karakteristik Aktiva Tetap yang Dapat Disusutkan
Digunakan selama lebih dari satu periode akuntansi.
Memiliki suatu masa manfaat yang terbatas.
Dimiliki oleh suatu perusahaan untuk digunakan dalam proses produksi atau memasok barang atau jasa, untuk disewakan, atau tujuan administrasi.
Nilainya menurun secara bertahap.
Beberapa aktiva yang tidak dapat disusutkan karena nilainya tidak menurun adalah
tanah, aktiva pendanaan, barang dagangan, dan persediaan.
3.3.3 Faktor-Faktor yang Terlibat dalam Proses Penyusutan
3.3.3.1 Dasar Penyusutan Aktiva
Dasar yang ditetapkan untuk penyusutan merupakan fungsi dari dua faktor, biaya
awal dan nilai sisa atau pelepasan. Biaya awal atau baiya historis adalah semua biaya
yang diukur oleh kas atau harga ekuivalen kas untuk memperoleh aktiva dan
membawanya ke lokasi serta kondisi yang diperlukan untuk tujuan penggunaannya.
Nilai sisa (salvage value) adalah estimasi jumlah yang akan diterima pada saat aktiva itu
dijual atau ditarik dari penggunaannya. Nilai sisa merupakan jumlah dimana nilai aktiva
harus diturunkan nilainya atau disusutkan selama masa manfaatnya. Sebagai gambaran
jika aktiva memiliki biaya Rp. 10.000.000,- dan nilai sisa sebesar Rp. 1.000.000,- , maka
dasar penyusutannya adalah Rp. 9.000.000,-
Dari sudut pandang praktis, nilai sisa sering kali dianggap nol. Akan tetapi
beberapa aktiva jangka panjang memiliki nilai sisa yang substansial.
3.3.3.2 Estimasi Umur Pelayanan atau Manfaat
Umur pelayanan atau manfaat suatu aktiva sering kali tidak sama dengan umur
fisiknya. Sebuah mesin secara fisik mungkin dapat memproduksi sejumlah produk
tertentu selama beberapa tahun melebihi umur pelayanannya. Tetapi sebuah perusahaan
mungkin tidak menggunakan mesin selama seluruh tahun itu karena biaya pembuatan
produk dalam tahun-tahun terakhir mungkin terlalu tinggi.
Dalam banyak kasus, perusahaan mengestimasi masa manfaat aktiva berdasarkan
pengalaman masa lalu perusahaan dengan aktiva yang sama atau sejenis.
Menurut Zaki Baridwan hal-hal yang menyebabkan terbatasnya masa
penggunaan aktiva tetap tersebut dikelompokan menjadi dua yakni faktor fisik dan
faktor fungsional. Adanya faktor-faktor fisik yang mengurangi atau bahkan tidak
dipergunakan lagi, yang disebabkan karena:
Aus karena dipakai - Oleh karena pemakaian aktiva tetap dalam proses produksi tidak hanya sekali saja, tetapi berlangsung terus menerus secara kontiyu mengakibatkan kapasitas dan produktivitas yang dimiliki aktiva itu akan semakin berkurang nilainya sehingga kualitas dan kuantitas yang dihasilkan dalam proses produksi semakin berkurang pula hasilnya.
Aus karena umur - Setiap aktiva dapat aus seiring dengan perjalanan waktu. Sekalipun aktiva tetap ini belum pernah dipakai, namun dengan adanya faktor kimia yang diakibatkan oleh pengaruh alam seperti hujan, panas dan udara terhadap aktiva tersebut akan menyebabkan kerusakan dan mungkin tidak efisien untuk dipergunakan lagi.
Kerusakan-kerusakan - Kerusakan suatu aktiva dapat disebabkan oleh kurang hati-hati atau kurang tepat dalam cara pengguanaan aktiva tetap, juga yang disebabkan oleh bencana seperti; gempa bumi, banjir atau kebakaran yang tidak
sepenuhnya dapat dipergunakan kembali atau bahkan aktiva tetap itu tidak dapat dipergunakan sama sekali.
Adapun faktor lain, selain faktor fisik yang menyebabkan perlunya diadakan
penyusutan adalah faktor fungsional yang juga dapat mengurangi atau mengakibatkan
suatu aktiva tetap tidak dapat dipergunakan lagi, yaitu:
Ketidaklayakan - Dengan meningkatkan daya beli konsumen yang melampui kemampuan alat produksi yang tersedia akan mengakibatkan alat-alat produksi yang tersedia secara teknis masih dapat dipergunakan, tetapi secara ekonomis telah menunjukkan kemunduran, karena tidak lagi memenuhi syarat-syarat yang menunjang skala ekonomis. Oleh karena itu, untuk memenuhi permintaan konsumen perlu adanya penggantian alat-alat produksi baru yang mempunyai kapasitas produksi lebih besar dibanding alat-alat lama.
Keusangan - Kemajuan dan pembaharuan teknis yang terus menerus membawa akibat alat-alat produksi yang lama secara ekonomis dianggap sudah kuno. Perbaikan dan pembaharuan teknis yang datang terus menerus dengan cepat dapat mengakibatkan daya guna ekonomis alat-alat produksi lama akan semakin berkurang atau secara ekonomis tidak dapat dipergunakan lagi dan perlu di ganti dengan peralatan yang baru.
Penghentian permintaan - Suatu alat produksi tidak akan mempunyai nilai karena hasil produksinya tidak dapat dipertahankan lagi di pasaran. Ini disebabkan karena perubahan selera atau kebutuhan konsumen yang semakin beragam. Barang-barang hasil produksi tersebut dianggap kuno oleh konsumen, sehingga tidak dapat diandalkan lagi untuk merebutkan pangsa pasar.
3.3.3.3 Metode Depresiasi Aktiva Tetap
1. Metode Aktivitas (Activity Method)
Metode aktivitas (activity method) juga disebut pendekatan beban variabel atau
pendekatan unit produksi, mengasumsikan bahwa penyusutan adalah fungsi dari
penggunaan atau produktivitas dan bukan dari berlalunya waktu. Umur aktiva ini
dinyatakan dalam istilah keluaran (output) yang disediakan (unit-unit yang diproduksi),
atau masukan (input) seperti jumlah jam kerja. Secara konseptual asosiasi biaya yang
tepat ditetapkan dalam istilah output bukan jam yang digunakan tetapi sering kali output
ini sulit diukur. Dalam kasus seperti ini, ukuran input seperti jam mesin adalah metode
yang lebih tepat dalam mengukur jumlah beban penyusutan selama periode akuntansi
tertentu.
2. Metode Garis Lurus (Straight Line Method)
Metode garis lurus (straight line method) adalah metode depresiasi dimana
depresiasi berupa bagian-bagian yang sama besar selama masa manfaat yang ditetapkan
bagi aktiva tersebut. Metode garis lurus mempertimbangkan penyusutan sebagai fungsi
dari waktu, bukan fungsi dari penggunaan. Metode ini telah digunakan secara luas dalam
praktek karena kemudahannya. Prosedur garis lurus secara konseptual sering kali juga
merupakan prosedur penyusutan yang paling sesuai. Apabila keusangan bertahap
merupakan alasan utama atas terbatasnya umur pelayanan, maka umur kegunaannya
akan konstan dari periode ke periode.
3. Metode Beban Menurun (Decreasing Charge Method)
Metode beban menurun (decreasing charge method) menyediakan biaya
penyusutan yang lebih tinggi pada tahun awal dan beban yang lebih rendah pada periode
mendatang. Karena metode ini memperbolehkan pembebanan yang lebih tinggi pada
tahun-tahun awal dibanding metode garis lurus, maka sering disebut metode penyusutan
dipercepat. Ada dua metode dari metode beban menurun, dimana secara umum satu dari
kedua metode tersebut digunakan, yakni :
Metode Jumlah Angka Tahun (Sum of the years digits method)
Metode jumlah angka tahun menghasilkan beban penyusutan yang menurun berdasarkan
pecahan yang menurun dari biaya yang dapat disusutkan (biaya awal dikurangi nilai
sisa). Setiap pecahan menggunakan jumlah angka tahun sebagai penyebut, sedangkan
pembilang adalah jumlah tahun estimasi umur yang tersisa pada awal tahun. Dalam
metode ini pembilang menurun dari tahun ke tahun dan penyebut tetap konstan. Pada
akhir masa manfaat aktiva saldo yang tersisa harus sama dengan nilai sisa.
Metode Saldo Menurun (Declining balance method)
Metode saldo menurun adalah metode penyusutan dimana penyusutan berupa bagian-
bagian yang menurun dengan menggunakan tarif penyusutan (diekspresikan sebagai
persentase). Tidak seperti metode lainnya, dalam metode saldo menurun nilai sisa tidak
dikurangkan dalam menghitung dasar penyusutan. Tarif saldo menurun dikalikan
dengan nilai buku aktiva pada awal setiap periode. Karena nilai buku aktiva dikurangi
setiap periode dengan beban penyusutan, maka tarif saldo menurun yang konstan
diaplikasikan pada nilai buku yang terus menurun yang menghasilkan beban penyusutan
yang semakin rendah setiap tahunnya. Proses ini terus berlangsung hingga nilai buku
aktiva berkurang mencapai estimasi nilai sisanya, dimana pada saat tersebut penyusutan
akan dihentikan.
4. Metode Penyusutan Khusus
Terkadang perusahaan menggunakan penyusutan khusus karena aktiva yang
terlibat memiliki karakteristik yang unik, atau sifat industrinya mengharuskan penerapan
metode penyusutan khusus. Ada dua metode penyusutan khusus, yakni : Metode
Kelompok dan Metode Gabungan. Beberapa akun aktiva sering kali disusutkan dengan
menggunakan satu tarif. Terdapat dua metode penyusutan untuk bebrapa akun aktiva
yang digunkan yaitu : metode kelompok dan metode gabungan, pemilihan metode
bergantung pada jenis aktiva yang terlibat. Metode kelompok (group method) sering
digunakan apabila aktiva bersangkutan cukup homogen dan memiliki umur manfaat
yang hampir sama. Pendekatan gabungan (composite approach) digunakan apabila
aktiva bersifat heterogen dan memiliki umur manfaat yang berbeda. Metode perhitungan
untuk kelompok maupun gabungan pada dasarnya sama yaitu menentukan rata-rata dan
menyusutkannya atas dasar rata-rata tersebut.
3.3.4 Fungsi yang Terkait dalam Penyusutan Aktiva Tetap
Fungsi Aktiva Tetap, bertanggung jawab atas pengelolaan dan memiliki wewenang dalam penempatan, pemindahan dan penghentian pemakaian aktiva tetap.
Fungsi Akuntansi, bertanggung jawab atas pencatatan depresiasi atau penyusutan aktiva tetap.
3.3.5 Dokumen yang Digunakan dalam Penyusutan Aktiva Tetap
Daftar Perhitungan Depresiasi Aktiva Tetap, daftar ini berisi perhitungan biaya depresiasi yang dibebankan dalam periode akuntansi tertentu, dan dapat dijadika sebagai lampiran dari blanko jurnal umum.
Blanko Jurnal Umum, digunakan untuk merekam transaksi depresiasi.
3.4 RESIKO DAN PENGENDALIAN DALAM PENGELOLAAN AKTIVA
Sistem informasi aktiva tetap dibangun dengan tujuan untuk :
Memudahkan perusahaan melacak aktiva tetap yang saat ini dimiliki perusahaan.
Memudahkan perusahaan untuk menghitung beban depresiasi.
Memudahkan perusahaan untuk merekam transaksi yang terkait dengan aktiva tetap.
Memastikan bahwa perusahaan merekam harga perolehan yang benar pada saat pembelian aktiva tetap atau pada saat membuat atau membangun sendiri aktiva tetap.
Adapun resiko dalam pengelolaan aktiva tetap antara lain :
Data yang tidak valid.
Kesalahan dalam mencatat harga perolehan aktiva tetap (apalagi jika perusahaan membuat sendiri aktiva tetap).
Kerusakan data.
Pengendalian yang dapat diterapkan dalam siklus aktiva tetap untuk
meminimalkan resiko tersebut diatas adalah :
Semua pembelian aktiva tetap (termasuk pembelian bahan baku untuk membuat sendiri aktiva tetap) hanya boleh dilakukan apabila diawali dengan Surat Permintaan Pembelian yang bernomor urut tercetak. Hal ini membantu akuntan untuk memastikan bahwa tidak ada pembelian aktiva tetap atau surat permintaan pembelian yang terlewat tidak tercatat.
Surat Permintaan Pembeian harus diisi lengkap, terutama kolom tujuan pembelian harus diisi. Selain itu, untuk tujuan pembelian yang berbeda harus dibuatkan Surat Permintaan Pembelian tersendiri.
Setiap aktiva tetap perusahaan harus ditempeli kode aktiva tetap sesuai dengan kode yang tercatat dalam tabel daftar aktiva tetap.
Melakukan pengecekan fisik terhadap aktiva tetap secara berkala.
Jika perusahaan menggunakan komputer dalam merekam data keuangan perusahaan, maka perusahaan perlu memback up data secara rutin.
Jika perusahaan menggunakan komputer dalam merekam data keuangan, maka perusahaan dapat menetapkan password untuk karyawan yang berwenang mengakses data.
Untuk meminimalkan virus, perusahaan perlu menetapkan aturan bahwa komputer kantor hanya boleh digunakan untuk keperluan kantor.
3.5 INFORMASI YANG DIHASILKAN DALAM PENGELOLAAN AKTIVA
TETAP
Salah satu tujuan dari sistem informasi adalah menghasilkan informasi yang
relevan dan tepat waktu. Sistem informasi aktiva tetap diharapkan dapat menghasilkan
informasi berupa :
Daftar Aktiva Tetap yang Dimiliki Perusahaan, informasi ini berguna untuk memastikan kelengkapan aktiva tetap yang dimiliki perusahaan. Jika tidak memiliki daftar aktiva tetap, perusahaan tidak dapat melakukan pengecekan secara fisik atas aktiva perusahaan.
Total Beban Depresiasi setiap Bulan, informasi ini berguna bagi perusahaan untuk menghitung laba rugi bulanan.
SISTEM INFORMASI AKUNTANSI AKTIVA TETAP
SISTEM INFORMASI AKUNTANSI AKTIVA TETAP
Aktiva tetap adalah aktiva berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau yang harus
dibangun terlebih dahulu, yang digunakan dalam operasi entitas pemerintah, tidak
dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal entitas pemerintahan, dan
mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun. Aktiva memiliki wujud, sehingga sering kali
aktiva tetap disebut dengan aktiva tetap berwujud (tangible fixed assets).
Prosedur aktiva tetap bertujuan untuk :
1. Memberikan prosedur yang baku atas aktivitas yang berkaitan dengan perolehan informasi
mengenai aktiva tetap mulai dari pengakuan sampai pada proses pelepasannya.
2. Memberikan informasi mengenai aktiva tetap yang diperoleh dengan cara membeli, membangun
sendiri, BOT, atau didapat dari donasi/hibah/sumbangan.
3. Menghasilkan catatan mengenai aktiva tetap yang andal dan dapat dipercaya.
4. Memperhitungkan alokasi biaya untuk penyusutan aktiva tetap, umur ekonomis, dan metode
penyusutan yang digunakan.
Aktiva tetap baru dapat dicatat sebagai aktiva daerah pada saat diterima dan hak kepemilikan
berpindah ke pemerintah daerah. Dasar penilaian aktiva tetap ada tiga. Pertama, aktiva tetap
dinyatakan di neraca pada nilai historis atau harga perolehan. Jika penilaian aktiva tetap
dengan menggunakan nilai historis tidak memungkinkan, maka nilai aktiva tetap didasarkan
pada harga perolehan yang diestimasikan. Kedua, harga perolehan aktiva tetap yang dibangun
dengan cara swakelola meliputi biaya langsung untuk tenaga kerja, bahan baku, serta biaya
tidak langsung termasuk biaya perencanaan dan pengawasan, perlengkapan, tenaga listrik,
sewa peralatan, dan semua biaya lainnya yang terjadi berkaitan dengan pembangunan hingga
aktiva tersebut siap digunakan. Ketiga, jika biaya perolehan suatu aktiva tetap dinyatakan
dalam valuta asing, maka nilai rupiah akan ditetapkan berdasarkan nilai tukar (kurs tengah BI)
pada saat perolehan.
PROSEDUR PENGELOLAAN AKTIVA TETAP
3.1 Prosedur Umum
Menurut Permendagri No.13/2006 Bab XI Pasal 253 prosedur akuntansi terhadap Aktiva Tetap
yaitu:
1. Prosedur akuntansi terhadap aset SKPD meliputi pencatatan dan pelaporan akuntansi atas perolehan, pemeliharaan, rehabilitasi, perubahan klasifikasi, dan penyusutan terhadap aset tetap yang dikuasai atau digunakan oleh SKPD.
1. Pemeliharaan aset tetap yang rutin dan berkala tidak dikapitalisasi. 1. Rehabilitasi yang bersifat sedang dan berat dikapitalisasi apabila memenuhi
salah satu kriteria menambah volume, menambah kapasitas, meningkatkan fungsi, meningkatkan efisiensi dan/atau menambah masa manfaat.
2. Perubahan klasifikasi aset tetap sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa perubahan aset tetap ke klasifikasi selain aset tetap atau sebaliknya.
3. Penyusutan sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) merupakan penyesuaian nilai sehubungan dengan penurunan kapasitas dan manfaat dari suatu aset tetap.
3.2 Metode Penyusutan
1. Setiap aset tetap kecuali tanah dan kontruksi dalam pengerjaan dilakukan penyusutan yang sistematis sesuai dengan masa manfaatnya.
2. Metode penyusutan yang dapat digunakan antara lain: 1. Metode garis lurus (straight line method) 2. Metode saldo menurun ganda (double declining balance method) 3. Metode unit produksi (unit of production method)
3. Metode garis lurus sebagaimana dimaksudkan pada ayat (2) huruf a merupakan penyesuaian nilai aset tetap dengan membebankan penurunan kapasitas dan manfaat aset tetap yang sama setiap periode umur ekonomis aset tetap berkenaan.
4. Metode saldo menurun ganda sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a merupakan penyesuaian nilai aset tetap dengan membebankan penurunan kapasitas dan manfaat aset tetap yang lebih besar pada periode awal pemanfaatan aset dibandingkan dengan periode akhir sepanjang umur ekonomis aset tetap berkenaan.
5. Metode unit produksi sebagaimana dimaksudkan pada ayat (2) huruf c merupakan penyesuaian nilai aset tetap denagn membebankan penurunan kapasitas dan manfaat aset tetap berdasarkan unit produksi yang dihasilkan dari aset tetap berkenaan.
6. Penetapan umur ekonomis aset tetap dimuat dalam kebijakan akuntansi berpedoman pada perundang-undangan.
3.3 Prosedur Penerimaan
1. Setelah berakhirnya proses evaluasi penawaran yang dilaksanakan oleh Panitia/Pejabat Pengadaan, maka Panitia/Pejabat Pengadaan harus menyerahkan BoQ (Bill of Quantity) definitif kepada Sub Bagian Pengawasan dan Penerimaan atau Panitia Pemeriksa/ Penerima Barang. Hal ini diperlukan, agar Sub Bagian Pengawasan dan Penerimaan
atau Panitia Pemeriksa/Penerima Barang memiliki acuan awal dalam melaksanakan proses pemeriksaan dan penerimaan barang, sebelum kontrak selesai diproses.
1. Berpedoman pada BoQ (Bill of Quantity) definitif tersebut, Sub Bagian Pengawasan dan Penerimaan atau Panitia Pemeriksa/Penerima Barang membuat daftar pemeriksaan barang dan daftar penerimaan barang.
2. Setelah proses pembuatan kontrak selesai dilaksanakan, Sub Bagian Kontrak harus menyerahkan 1 (satu) copy kontrak kepada Sub Bagian Pengawasan dan Penerimaan atau Panitia Pemeriksa/Penerima Barang, sebagai dasar dalam melaksanakan proses pemeriksaan dan penerimaan barang.
1. BoQ (Bill of Quantity) definitif yang sebelumnya diserahkan oleh Panitia/Pejabat Pengadaan Barang harus dicocokkan oleh Sub Bagian Pengawasan dan Penerimaan atau Panitia Pemeriksa/Penerima Barang dengan BoQ (Bill of Quantity) dalam kontrak untuk menghindari adanya ketidaksesuaian spesifikasi barang yang akan diterimanya. Apabila terjadi perbedaan antara BoQ (Bill of Quantity) definitif dengan BoQ (Bill of Quantity) dalam kontrak, maka Sub Bagian Pengawasan dan Penerimaan atau Panitia Pemeriksa/ Penerima Barang harus menjadikan BoQ (Bill of Quantity) dalam kontrak sebagai acuan dalam proses pemeriksaan dan penerimaan barang, dengan selanjutnya merubah daftar penerimaan barang yang sebelumnya telah dibuat.
3.4 Prosedur Pemeriksaan
1. Setelah Sub Bagian Pengawasan dan Penerimaan atau Panitia Pemeriksa/Penerima Barang menerima kontrak dari Sub Bagian Kontrak, maka Sub Bagian Pengawasan dan Penerimaan atau Panitia Pemeriksa/Penerima Barang harus mempelajari dan memahami substansi (isi) dari kontrak bersangkutan, untuk dibuatkan suatu mekanisme pemeriksaan dan penerimaan barang.
2. Apabila penyedia barang telah memulai pengiriman barang ke UPT Logistik, maka barang-barang yang dikirim oleh penyedia barang harus diperiksa terlebih dahulu oleh Sub Bagian Pengawasan dan Penerimaan atau Panitia Pemeriksa/Penerima Barang. Dimana proses pemeriksaan barang harus berpedoman pada spesifikasi dan kuantitas (jumlah) barang sebagaimana tercantum dalam daftar pemeriksaan barang. Sebelum dilaksanakan proses pemeriksaan barang, Sub Bagian Pengawasan dan Penerimaan atau Panitia Pemeriksa/Penerima Barang harus meminta surat jalan dari penyedia barang.
3. Jika dari proses pemeriksaan barang terdapat spesifikasi barang yang tidak sesuai dengan spesifikasi sebagaimana tercantum dalam daftar pemeriksaan barang, maka barang yang tidak sesuai spesifikasi tersebut harus ditolak oleh Sub Bagian Pengawasan dan Penerimaan atau Panitia Pemeriksa/Penerima Barang dan dikembalikan kepada penyedia barang untuk diganti sesuai dengan spesifikasi yang seharusnya. Penolakan dan pengembalian barang harus disertai dengan daftar penolakan dan pengembalian barang.
4. Apabila barang yang dikirim oleh penyedia barang menyertakan masa garansi, maka Sub Bagian Pengawasan dan Penerimaan atau Panitia Pemeriksa/Penerima Barang harus meminta Kartu Garansi atas barang kepada penyedia barang. Apabila barang
yang dikirim oleh penyedia barang menyertakan jaminan masa purna jual, maka Sub Bagian Pengawasan dan Penerimaan atau Panitia Pemeriksa/Penerima Barang harus Surat Pernyataan Jaminan Masa Purna Jual atas barang kepada penyedia barang.
5. Apabila barang yang diperiksa oleh Sub Bagian Pengawasan dan Penerimaan atau Panitia Pemeriksa/Penerima Barang telah sesuai dengan spesifikasi sebagaimana tercantum dalam daftar pemeriksaan barang, maka Sub Bagian Pengawasan dan Penerimaan atau Panitia Pemeriksa/Penerima Barang harus menerima barang yang telah diperiksa, untuk dicantumkan dalam daftar penerimaan barang sementara. Setelah Sub Bagian Pengawasan dan Penerimaan atau Panitia Pemeriksa/Penerima Barang mencantumkan barang yang diterima dalam daftar penerimaan barang sementara, maka surat jalan harus diparaf oleh Sub Bagian Pengawasan dan Penerimaan atau panitia penerima barang untuk selanjutnya dijadikan sebagai lampiran daftar penerimaan barang sementara.
3.5 Prosedur Penyerahan (Internal)
1. Barang-barang yang telah diterima oleh Sub Bagian Pengawasan dan Penerimaan atau Panitia Pemeriksa/Penerima Barang, selanjutnya diserahkan kepada Sub Bagian Gudang. Penyerahan barang harus dituangkan dalam daftar penyerahan barang untuk Gudang.
2. Setelah seluruh proses pengiriman barang selesai dilaksanakan oleh penyedia barang, Sub Bagian Pengawasan dan Penerimaan atau Panitia Pemeriksa/Penerima Barang mengumpulkan seluruh daftar penolakan dan pengembalian barang, daftar penerimaan barang sementara dan daftar penyerahan barang untuk Gudang, untuk dilakukan proses rekapitulasi sebagai berikut :
1. Sub Bagian Pengawasan dan Penerimaan atau Panitia Pemeriksa/Penerima Barang harus melakukan pengecekan kembali atas seluruh proses pemeriksaan dan penerimaan barang yang telah dilakukan. Apabila proses penerimaan barang telah 100% (seratus persen) dilaksanakan, maka Sub Bagian Pengawasan dan Penerimaan atau Panitia Pemeriksa/Penerima Barang harus membuat Berita Acara Pemeriksaan Pekerjaan dan Berita Acara Serah Terima Barang.
2. Sub Bagian Pengawasan dan Penerimaan atau Panitia Pemeriksa/Penerima Barang harus melakukan pengecekan kembali atas seluruh proses serah terima barang untuk Gudang. Apabila proses serah terima barang untuk Gudang telah 100% (seratus persen) dilaksanakan, maka Sub Bagian Pengawasan dan Penerimaan atau Panitia Pemeriksa/Penerima Barang harus membuat Berita Acara Serah Terima Barang Untuk Gudang.
3.6 Sistem dan Prosedur Akuntansi
Sistem dan prosedur akuntansi aktiva tetap dilaksanakan di SKPD dan SKPKD. Hal tersebut
diatur dalam pasal 255 – 258 Permendagri Nomor 13 Tahun 2006.
3.3.1 Sistem dan Prosedur Akuntansi di SKPD
1. Prosedur akuntansi dilaksanakan oleh PPK-SKPD (Pejabat Pengelola Keuangan-SKPD) serta pejabat pengurus dan penyimpan barang SKPD.
2. PPK-SKPD membuat bukti memorial berdasarkan bukti transaksi dan /atau kejadian. Bukti memorial tersebut dicatat ke dalam jurnal dan sekurang-kurangnya memuat informasi mengenai jenis/nama aktiva tetap, kode rekening, klasifikasi, nilai tetap, serta tanggal transaksi dan/atau kejadian.
3. Bukti memorial harus dilampiri dengan dokumen-dokumen:
- Berita acara penerimaan barang
- Berita acara serah terima barang
- Berita acara penyelesaian pekerjaan
4. Jurnal tersebut secara periodik diposting ke buku besar rekening yang bersangkutan dan setiap akhir periode semua buku besar ditutup sebagai dasar penyusunan laporan keuangan SKPD.
3.3.2 Sistem dan Prosedur Akuntansi di SKPKD
1. Prosedur akuntansi dilaksanakan oleh fungsi akuntansi pada SKPKD. 2. Prosedur akuntansi meliputi serangkaian proses pencatatan dan pelaporan akuntansi
atas perolehan, pemeliharaan, rehabilitasi, penghapusan, pemindahtanganan, perubahan klasifikasi, dan penyusutan terhadap aktiva tetap yang dikuasai/digunakan oleh SKPKD, yang dapat dilakukan secara manual atau menggunakan aplikasi komputer.
3. Fungsi akuntansi SKPKD membuat bukti memorial berdasarkan bukti transaksi dan /atau kejadian. Bukti memorial tersebut dicatat ke dalam jurnal dan sekurang-kurangnya memuat informasi mengenai jenis/nama aktiva tetap, kode rekening, klasifikasi, nilai tetap, serta tanggal transaksi dan/atau kejadian.
4. Bukti memorial harus dilampiri dengan dokumen-dokumen:
- Berita acara penerimaan barang
- Surat keputusan penghapusan barang
- Surat keputusan mutasi barang (antar SKPKD)
- Berita acara pemusnahan barang
- Berita acara serah terima barang
- Berita acara penilaian
- Berita acara penyelesaian pekerjaan
5. Jurnal tersebut secara periodik diposting ke buku besar rekening yang bersangkutan dan setiap akhir periode semua buku besar ditutup sebagai dasar penyusunan laporan keuangan SKPKD.
6. Prosedur akuntansi digunakan sebagai alat pengendali dalam pengelolaan aktiva tetap yang dikuasai/digunakan SKPD dan/atau SKPKD.
D
PENGELOLAAN AKTIVA TETAP
Dalam pembahasan ini akan mengulas mengenai pengelolaan aktiva tetap. Seperti yang
kita ketahui, aktiva tetap merupakan aset perusahaan yang perlu dikelola dengan baik
sehingga aset tersebut dapat terjaga dan dapat dimanfaatkan semaksimal dan sebaik
mungkin. Adapun pengelolaan aktiva tetap meliputi : pengadaan aktiva tetap,
pemeliharaan aktiva tetap dan pencatatan depresiasi aktiva.
3.1 PENGADAAN AKTIVA TETAP
Pengadaan aktiva tetap dapat dilakukan dengan berbagai macam cara, dimana
masing-masing cara tersebut dapat mempengaruhi penentuan harga perolehan aktiva
tetap itu sendiri. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan diantaranya melalui pembelian
aktiva tetap, membuat sendiri aktiva tetap atau melalui pertukaran aktiva tetap. Berikut
penjelasan mengenai berbagai macam cara perolehan aktiva tetap.
3.1.1 Pengadaan Aktiva Tetap
1. Pengadaan Aktiva Tetap dari Pembelian
Pengadaan aktiva tetap dapat dilakukan salah satunya melalui pembelian aktiva
tetap. Dimana pembelian aktiva tetap itu sendiri dapat dilakukan dengan dua cara,
yakni :
Pembelian Aktiva secara Tunai
Pembelian Aktiva secara Kredit Jangka Panjang
Dalam prosesnya, pembelian aktiva harus diawali dengan permintaan pembelian
dari departemen yang membutuhkan. Selanjutnya bagian pembelian perusahaan akan
melakukan survei terhadap pemasok dan mengajukan pemintaan penawaran harga.
Permintaan penawaran harga ini berguna untuk memastikan bahwa perusahaan
mendapatkan aktiva tetap dengan harga wajar. Permintaan penawaran harga ini juga
berguna untuk meminimalkan peluang tips dari pemasok.
Setelah menemukan pemasok yang sesuai, bagian pembelian membuat surat
order pembelian kepada pemasok. Selanjutnya pemasok akan mengirim barang yang
dipesan. Pada saat barang datang, departemen pengguna (yang membutuhkan aktiva
tetap) dapat ikut hadir untuk mengecek barang yang datang. Selanjutnya pemasok akan
mengirim tagihan (faktur) ke perusahaan. Faktur tersebut akan dilunasi sesuai dengan
prosedur yang telah ditentukan perusahaan sebelumnya.
2. Pengadaan Aktiva dari Penerbitan Surat Berharga
Perolehan aktiva tetap dengan penerbitan surat berharga adalah menerbitkan
saham atau obligasi perusahaan untuk ditukar dengan aktiva tetap. Aktiva tetap tersebut
harus dicatat sebesar harga pasar saham atau obligasi pada saat pembelian. Nilai saham
atau obligasi dicatat seharga nilai pari. Jika harga pasar lebih besar dari nilai pari,
selisihnya dicatat sebagai premium ( agio saham) dan jika harga pasar lebih rendah dari
nilai pari maka selisihnya dicatat sebagai diskon (disagio saham).
3. Pengadaan Aktiva Tetap dari Pertukaran
Menurut cara ini, aktiva diperoleh dengan cara menukarkan aktiva tetap yang
kita miliki dengan aktiva tetap yang dimiliki oleh pihak lain dimana aktiva yang lama
digunakan sebagai pembayar sebagian atau seluruh atas aktiva yang baru. Ada dua
macam pertukaran aktiva tetap, yaitu:
1). Pertukaran aktiva tetap yang tidak sejenis
Pertukaran aktiva tetap yang tidak sejenis adalah pertukaran aktiva tetap yang sifat dan
fungsinya berbeda. Biaya dari pos semacam ini, menurut PSAK No. 16 diukur pada nilai
wajar aktiva yang dilepaskan atau yang diperoleh.
2). Pertukaran aktiva tetap yang sejenis
Suatu aktiva tetap dapat diperoleh dalam pertukaran atas suatu aktiva yang serupa yang
memiliki manfaat yang serupa dalam bidang usaha yang sama dan memiliki suatu nilai
wajar yang serupa.
4. Pengadaan Aktiva dari Hadiah atau Donasi
Jika aktiva tetap diperoleh dengan cara dihadiahkan atau ditemukan sendiri maka
aktiva harus dicatat sebesar harga pasar yang wajar atau berdasarkan penilaian yang
dilakukan oleh pihak atau perusahaan penilai yang independent (appraisal company)
dengan mengkredit akun “modal donasi”.
5. Pengadaan Aktiva dari Membuat Sendiri
Perusahaan kadang kala tidak membeli aktiva tetap, melainkan membuatnya
sendiri. Misalnya perusahaan melakukan perluasan gedung pabrik atau bahkan
membangun pabrik baru. Pembangunan seperti ini harus dicatat sebagai aktiva dalam
pembangunan. Harga pokok perolehannya dicatat sebesar berapa banyak biaya yang
dikeluarkan untuk menbangun aktiva tersebut. Hal ini disesuaikan dengan pernyataan
dalam PSAK No. 16 dimana disebutkan bahwa biaya perolehan suatu aktiva yang
dikontruksi sendiri ditentukan menggunakan prinsip yang sama seperti suatu aktiva yang
diperoleh, yaitu meliputi semua biaya yang berkenaan dengan konstruksi aktiva tersebut
hingga siap digunakan.
3.1.2 Fungsi yang terkait Dalam Pengadaan Aktiva Tetap
Fungsi yang terkait dalam pengadaan aktiva tetap mempunyai peranan penting,
dengan adanya fungsi yang terkait maka prosedur pengadaan aktiva tetap akan berjalan
dengan baik. Adapun fungsi-fungsi yang terkait dalam prosedur pengadaan aktiva tetap
adalah sebagai berikut :
Fungsi Pemakai, bertanggung jawab mengajukan usulan investasi aktiva tetap dan mengajukan surat permintaan otorisasi untuk merealisasikan perolehan aktiva tetap.
Fungsi Riset dan Pengembangan, bertanggung jawab mengajukan usulan investasi aktiva tetap yang dimanfaatkan bersama oleh lebih dari satu fungsi.
Direktur yang Bersangkutan, memberikan persetujuan terhadap usulan investasi.
Direktur Utama, memberikan otorisasi terhadap semua mutasi aktiva tetap.
Fungsi Pembelian, bertanggung jawab untuk memilih pemasok dan menerbitkan surat order pembelian untuk pengadaan aktiva tetap.
Fungsi Penerimaan, bertanggung jawab melakukan pemeriksaan terhadap aktiva tetap yang diterima dari pemasok.
Fungsi Akuntansi, betanggung jawab terhadap pembuatan dokumen sumber (bukti kas keluar dan bukti memorial) untuk pencatatan aktiva tetap.
3.1.3 Dokumen yang Digunakan dalam Pengadaan Aktiva Tetap
Dalam pengadaan aktiva tetap, dibutuhkan beberapa dokumen antara lain sebagai
berikut :
1. Surat permintaan transfer aktiva tetap, berfungsi sebagai permintaan dan pemberian
otorisasi transfer aktiva tetap.
2. Surat perintah kerja (work order), berfungsi sebagai perintah dilaksanakannya pekerjaan
tertentu mengenai aktiva tetap dan sebagai catatan yang dipakai untuk mengumpulkan
biaya pembuatan aktiva tetap.
3. Surat order pembelian, diterbitkan oleh fungsi pembelian yang merupakan surat untuk
memesan aktiva tetap kepada pemasok.
4. Laporan penerimaan barang, diterbitkan oleh fungsi penerimaan setelah fungsi ini
melakukan pemeriksaan kuantitas,mutu, dan spesifikasi aktiva tetap yang diterima dari
pemasok.
5. Faktur dari pemasok, merupakan tagihan dari pemasok untuk aktiva tetap yang dibeli.
6. Bukti kas keluar, merupakan perintah pengeluaran kas yang dibuat oleh fungsi akuntansi
setelah dokumen surat permintaan otorisasi investasi, surat order pembelian, laporan
penerimaan barang, dan faktur dari pemasok diterima dan diperiksa oleh fungsi tersebut.
7. Bukti memorial, digunakan sebagai dokumen sumber untuk pencatatan transaksi, harga
pokok aktiva tetap yang telah selesai dibangun, pemberhentian pemakaian aktiva tetap,
dan pengeluaran modal.
8. Daftar aktiva tetap, merupakan dokumen yang mencatat seluruh aktiva yang dimiliki oleh
perusahaan.
3.2 PENGELOLAAN AKTIVA TETAP
3.2.1 Pemeliharaan Aktiva Tetap
Ada kalanya aktiva tetap yang dimiliki perusahaan perlu perawatan untuk
memastikan bahwa aktiva tetap tersebut dapat beroperasi secara optimal. Menurut
akuntansi biaya pemeliharaan semacam ini dapat dibedakan menjadi dua kelompok,
yaitu biaya yang tidak menambah umur aktiva dan biaya yang dapat menambah umur
aktiva tetap. Pengelompokan ini akan berdampak pada perlakuan terhadap pengeluaran
tersebut. Biaya yang tidak menambah umur aktiva akan dicatat sebagai biaya pada
periode pengeluaran tersebut terjadi, sedangkan biaya yang menambah umur aktiva akan
dikapitalisasi (dicatat sebagai penambah nilai aktiva). Selanjutnya, nilai yang
dikapitalisasi tersebut akan memperbesar nilai aktiva dan akan didepresiasi sampai umur
aktiva tersebut habis.
Pada dasarnya, memisahkan biaya pemeliharaan semacam ini tidaklah mudah,
mengingat perawatan rutin tidak akan menambah umur manfaat aktiva, tapi jika tidak
dirawat maka akan memperpendek umur aktiva, sebagai contoh perawatan mobil.
Adapun kegiatan-kegiatan perusahaan yang berhubungan dengan pemeliharaan aktiva
tetap adalah sebagai berikut :
1. Pemeliharaan (maintenance)
Pemeliharan atau maintenance merupakan tindakan atau aktivitas yang ditujukan hanya
untuk membuat suatu aktiva tetap berfungsi sebagaimana mestinya, dan pengeluaran
yang timbul hendaknya dibebankan (dijadikan biaya) pada periode yang sama.
2. Perbaikan (repairment)
Perbaikan atau repairment diperhitungkan sebagai aktivitas yang lebih besar
dibandingkan dengan pemeliharaan. Dikatakan perbaikan apabila; untuk membuat aktiva
tersebut berfungsi sebagaimana mestinya diperlukan tindakan pemulihan kondisi atas
bagian atau sparepart atau komponen yang mengalami penurunan fungsi, akan tetapi
belum diperlukan suatu penggantian.
3. Penggantian Komponen (replacement)
Istilah penggantian komponen (replacement) jelas artinya. Ditandai dengan adanya
penggantian atas satu komponen atau lebih dari suatu aktiva tetap.
4. Peningkatan Kapasitas (up-grading)
Pada fase pertumbuhan perusahaan, biasanya disertai dengan peningkatan produksi,
sebagai konsekuensinya, tidak jarang perusahaan harus melakukan upgrade (peningkatan
kapasitas) terhadap aktiva tetap yang digunakan (entah itu mesin, peralatan bahkan
gedungnya). Atas suatu up grading, tentu akan memicu adanya pengeluaran-pengeluaran
yang biasanya cukup material.
5. Turun Mesin (over haul)
Istilah turun mesin atau overhaul terjadi pada aktiva tetap yang bekerjanya
menggunakan mesin. Misalnya; kendaraan, mesin produksi, peralatan produksi.
Dikatakan mengalami turun mesin apabila untuk membuatnya berfungsi lebih baik,
diperlukan tindakan pembongkaran terhadap hampir seluruh komponen atau komponen
utama dari aktiva tersebut, untuk kemudian dilakukan pemasangan kembali. Pada proses
turun mesin hampir pasti akan terjadi sekaligus tindakan pemeliharaan, perbaikan,
penggantian komponen. Turun mesin biasanya terjadi disaat-saat aktiva tersebut
mengalami penurunan fungsi (kapasitas) yang sangat signifikan akibat penggunaan yang
sudah relatif lama. Aktifitas turun mesin sudah pasti akan membuat umur ekonomis
aktiva tersebut menjadi bertambah. Untuk itu, pengeluaran-pengeluaran yang timbul
hendaknya dikapitalisasi.
Seperti yang telah dipelajari diatas, mengenai pemisahan biaya pemeliharaan
yang akan dibebankan pada periode terjadinya atau dikapitalisasi, berikut ini faktor-
faktor lain yang perlu dipertimbangkan untuk mendeterminasi apakah suatu pengeluaran
dalam masa penggunaan aktiva dibebankan atau dikapitalisasi.
1. Tingkat Keseringan
Jika jenis pengeluaran tersebut sering terjadi dan sifatnya rutin (repetitive), maka
sebaiknya pengeluaran tersebut dibiayakan, begitu pula sebaliknya.
2. Materialitas
Jika pengeluaran tersebut sifatnya material, maka sebaiknya dikapitalisasi, jika tidak
maka dibebankan (silahkan diukur dengan membandingkan antara pengeluaran yang
terjadi dengan harga perolehan aktiva).
3. Lama Manfaat
Jika pengeluaran tersebut diperkirakan akan memberikan manfaat lebih dari satu tahun
buku, maka sebaiknya dikapitalisasi, jika hanya satu tahun buku atau kurang, sebaiknya
dibebankan diperiode yang sama.
4. Pengaruhnya terhadap Umur Ekonomis atau Kapasitas
Jika pengeluaran tersebut diperkirakan akan menambah umur ekonomis atau
meningkatkan kapasitas,maka sebaiknya di kapitalisasi, demikian sebaliknya.
3.2.2 Fungsi yang Terkait Dalam Pemeliharaan Aktiva Tetap
Fungsi Pemakai, berfungsi mengelola pemakaian aktiva tetap.
Direktur yang bersangkutan, berfungsi memberikan persetujuan terhadap surat permintaan
otorisasi reparasi yang diajukan oleh unit organisasi yang berada di bawah
wewenangnya.
Fungsi Aktiva Tetap, bertanggung jawab atas pengelolaan aktiva tetap perusahaan.
Fungsi Akuntansi, betanggung jawab terhadap pembuatan dokumen sumber (bukti kas
keluar dan bukti memorial) untuk pencatatan aktiva tetap.
3.2.3 Dokumen yang Digunakan Dalam Pemeliharaan Aktiva Tetap
Bukti Pengeluaran Kas, merupakan dokumen yang digunakan jika pengeluaran biaya pemeliharaan cukup besar.
Dokumen dalam Siklus Kas Kecil, digunakan untuk biaya pemeliharan yang tidak terlalu besar.
Daftar Aktiva Tetap, digunakan untuk mencatat pengeluaran yang dikapitalisasi, sehingga menambah nilai aktiva tetap.
Blanko Cek Fisik Aktiva Tetap, digunakan untuk pengecekan aktiva tetap.
3.3 DEPRESIASI AKTIVA TETAP
3.3.1 Pengertian Depresiasi
Di samping pengeluaran dalam masa penggunaannya, masalah penyusutan atau
depresiasi merupakan masalah yang penting selama masa penggunaan aktiva tetap. Yang
dimaksud dengan penyusutan atau depresiasi menurut Akuntansi Perpajakan terapan
adalah sebagai berikut :
“Proses alokasi sebagian harga perolehan aktiva menjadi biaya (cost allocation),
sehingga biaya tersebut mengurangi laba usaha” (Prabowo, Yusdianto, Op.cit, Hal 22)
Pengertian penyusutan ini tidak sama seperti pengertian dalam ekonomi
perusahaan yang menekankan bahwa penyusutan itu merupakan cadangan untuk
pembelian aktiva tetap baru setelah aktiva tetap yang lama tidak dipakai lagi.
Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Nomor 17 paragraf 2
tentang Akuntansi Penyusutan menyatakan bahwa:
“Penyusutan adalah alokasi jumlah suatu aktiva yang dapat disusutkan sepanjang masa
manfaat yang diestimasi, penyusutan untuk periode akuntansi dibebankan kependapatan
baik secara langsung maupun tidak langsung”. (Ikatan Akuntan Indonesia, Op.cit, No 17
Paragraf 2)
Jadi dapat disimpulkan penyusutan atau depresiasi merupakan pengalokasian
harga perolehan aktiva tetap selama umur ekonomis aktiva tersebut. Umur ekonomis
adalah berapa lama aktiva tersebut bermanfaat bagi perusahaan secara efisien, jadi umur
ekonomis tidak sama dengan umur aktiva.
Tujuan dari penyusutan adalah untuk menyajikan informasi tentang penyusutan
yang dilaporkan sebagai alokasi biaya yang diharapkan dapat berguna bagi para pemakai
laporan keuangan. Informasi tentang penyusutan merupakan hal yang cukup penting
bagi pemakai laporan keuangan, terutama dalam kaitannya earning power, yaitu
mengenai:
Proses perbandingan beban terhadap pendapatan untuk menghitung laba periodik.
Tingkat keefektifan manajemen dalam menggunakan sumber daya.
3.3.2 Karakteristik Aktiva Tetap yang Dapat Disusutkan
Digunakan selama lebih dari satu periode akuntansi.
Memiliki suatu masa manfaat yang terbatas.
Dimiliki oleh suatu perusahaan untuk digunakan dalam proses produksi atau memasok barang atau jasa, untuk disewakan, atau tujuan administrasi.
Nilainya menurun secara bertahap.
Beberapa aktiva yang tidak dapat disusutkan karena nilainya tidak menurun adalah
tanah, aktiva pendanaan, barang dagangan, dan persediaan.
3.3.3 Faktor-Faktor yang Terlibat dalam Proses Penyusutan
3.3.3.1 Dasar Penyusutan Aktiva
Dasar yang ditetapkan untuk penyusutan merupakan fungsi dari dua faktor, biaya
awal dan nilai sisa atau pelepasan. Biaya awal atau baiya historis adalah semua biaya
yang diukur oleh kas atau harga ekuivalen kas untuk memperoleh aktiva dan
membawanya ke lokasi serta kondisi yang diperlukan untuk tujuan penggunaannya.
Nilai sisa (salvage value) adalah estimasi jumlah yang akan diterima pada saat aktiva itu
dijual atau ditarik dari penggunaannya. Nilai sisa merupakan jumlah dimana nilai aktiva
harus diturunkan nilainya atau disusutkan selama masa manfaatnya. Sebagai gambaran
jika aktiva memiliki biaya Rp. 10.000.000,- dan nilai sisa sebesar Rp. 1.000.000,- , maka
dasar penyusutannya adalah Rp. 9.000.000,-
Dari sudut pandang praktis, nilai sisa sering kali dianggap nol. Akan tetapi
beberapa aktiva jangka panjang memiliki nilai sisa yang substansial.
3.3.3.2 Estimasi Umur Pelayanan atau Manfaat
Umur pelayanan atau manfaat suatu aktiva sering kali tidak sama dengan umur
fisiknya. Sebuah mesin secara fisik mungkin dapat memproduksi sejumlah produk
tertentu selama beberapa tahun melebihi umur pelayanannya. Tetapi sebuah perusahaan
mungkin tidak menggunakan mesin selama seluruh tahun itu karena biaya pembuatan
produk dalam tahun-tahun terakhir mungkin terlalu tinggi.
Dalam banyak kasus, perusahaan mengestimasi masa manfaat aktiva berdasarkan
pengalaman masa lalu perusahaan dengan aktiva yang sama atau sejenis.
Menurut Zaki Baridwan hal-hal yang menyebabkan terbatasnya masa
penggunaan aktiva tetap tersebut dikelompokan menjadi dua yakni faktor fisik dan
faktor fungsional. Adanya faktor-faktor fisik yang mengurangi atau bahkan tidak
dipergunakan lagi, yang disebabkan karena:
Aus karena dipakai - Oleh karena pemakaian aktiva tetap dalam proses produksi tidak hanya sekali saja, tetapi berlangsung terus menerus secara kontiyu mengakibatkan kapasitas dan produktivitas yang dimiliki aktiva itu akan semakin berkurang nilainya sehingga kualitas dan kuantitas yang dihasilkan dalam proses produksi semakin berkurang pula hasilnya.
Aus karena umur - Setiap aktiva dapat aus seiring dengan perjalanan waktu. Sekalipun aktiva tetap ini belum pernah dipakai, namun dengan adanya faktor kimia yang diakibatkan oleh pengaruh alam seperti hujan, panas dan udara
terhadap aktiva tersebut akan menyebabkan kerusakan dan mungkin tidak efisien untuk dipergunakan lagi.
Kerusakan-kerusakan - Kerusakan suatu aktiva dapat disebabkan oleh kurang hati-hati atau kurang tepat dalam cara pengguanaan aktiva tetap, juga yang disebabkan oleh bencana seperti; gempa bumi, banjir atau kebakaran yang tidak sepenuhnya dapat dipergunakan kembali atau bahkan aktiva tetap itu tidak dapat dipergunakan sama sekali.
Adapun faktor lain, selain faktor fisik yang menyebabkan perlunya diadakan
penyusutan adalah faktor fungsional yang juga dapat mengurangi atau mengakibatkan
suatu aktiva tetap tidak dapat dipergunakan lagi, yaitu:
Ketidaklayakan - Dengan meningkatkan daya beli konsumen yang melampui kemampuan alat produksi yang tersedia akan mengakibatkan alat-alat produksi yang tersedia secara teknis masih dapat dipergunakan, tetapi secara ekonomis telah menunjukkan kemunduran, karena tidak lagi memenuhi syarat-syarat yang menunjang skala ekonomis. Oleh karena itu, untuk memenuhi permintaan konsumen perlu adanya penggantian alat-alat produksi baru yang mempunyai kapasitas produksi lebih besar dibanding alat-alat lama.
Keusangan - Kemajuan dan pembaharuan teknis yang terus menerus membawa akibat alat-alat produksi yang lama secara ekonomis dianggap sudah kuno. Perbaikan dan pembaharuan teknis yang datang terus menerus dengan cepat dapat mengakibatkan daya guna ekonomis alat-alat produksi lama akan semakin berkurang atau secara ekonomis tidak dapat dipergunakan lagi dan perlu di ganti dengan peralatan yang baru.
Penghentian permintaan - Suatu alat produksi tidak akan mempunyai nilai karena hasil produksinya tidak dapat dipertahankan lagi di pasaran. Ini disebabkan karena perubahan selera atau kebutuhan konsumen yang semakin beragam. Barang-barang hasil produksi tersebut dianggap kuno oleh konsumen, sehingga tidak dapat diandalkan lagi untuk merebutkan pangsa pasar.
3.3.3.3 Metode Depresiasi Aktiva Tetap
1. Metode Aktivitas (Activity Method)
Metode aktivitas (activity method) juga disebut pendekatan beban variabel atau
pendekatan unit produksi, mengasumsikan bahwa penyusutan adalah fungsi dari
penggunaan atau produktivitas dan bukan dari berlalunya waktu. Umur aktiva ini
dinyatakan dalam istilah keluaran (output) yang disediakan (unit-unit yang diproduksi),
atau masukan (input) seperti jumlah jam kerja. Secara konseptual asosiasi biaya yang
tepat ditetapkan dalam istilah output bukan jam yang digunakan tetapi sering kali output
ini sulit diukur. Dalam kasus seperti ini, ukuran input seperti jam mesin adalah metode
yang lebih tepat dalam mengukur jumlah beban penyusutan selama periode akuntansi
tertentu.
2. Metode Garis Lurus (Straight Line Method)
Metode garis lurus (straight line method) adalah metode depresiasi dimana
depresiasi berupa bagian-bagian yang sama besar selama masa manfaat yang ditetapkan
bagi aktiva tersebut. Metode garis lurus mempertimbangkan penyusutan sebagai fungsi
dari waktu, bukan fungsi dari penggunaan. Metode ini telah digunakan secara luas dalam
praktek karena kemudahannya. Prosedur garis lurus secara konseptual sering kali juga
merupakan prosedur penyusutan yang paling sesuai. Apabila keusangan bertahap
merupakan alasan utama atas terbatasnya umur pelayanan, maka umur kegunaannya
akan konstan dari periode ke periode.
3. Metode Beban Menurun (Decreasing Charge Method)
Metode beban menurun (decreasing charge method) menyediakan biaya
penyusutan yang lebih tinggi pada tahun awal dan beban yang lebih rendah pada periode
mendatang. Karena metode ini memperbolehkan pembebanan yang lebih tinggi pada
tahun-tahun awal dibanding metode garis lurus, maka sering disebut metode penyusutan
dipercepat. Ada dua metode dari metode beban menurun, dimana secara umum satu dari
kedua metode tersebut digunakan, yakni :
Metode Jumlah Angka Tahun (Sum of the years digits method)
Metode jumlah angka tahun menghasilkan beban penyusutan yang menurun berdasarkan
pecahan yang menurun dari biaya yang dapat disusutkan (biaya awal dikurangi nilai
sisa). Setiap pecahan menggunakan jumlah angka tahun sebagai penyebut, sedangkan
pembilang adalah jumlah tahun estimasi umur yang tersisa pada awal tahun. Dalam
metode ini pembilang menurun dari tahun ke tahun dan penyebut tetap konstan. Pada
akhir masa manfaat aktiva saldo yang tersisa harus sama dengan nilai sisa.
Metode Saldo Menurun (Declining balance method)
Metode saldo menurun adalah metode penyusutan dimana penyusutan berupa bagian-
bagian yang menurun dengan menggunakan tarif penyusutan (diekspresikan sebagai
persentase). Tidak seperti metode lainnya, dalam metode saldo menurun nilai sisa tidak
dikurangkan dalam menghitung dasar penyusutan. Tarif saldo menurun dikalikan
dengan nilai buku aktiva pada awal setiap periode. Karena nilai buku aktiva dikurangi
setiap periode dengan beban penyusutan, maka tarif saldo menurun yang konstan
diaplikasikan pada nilai buku yang terus menurun yang menghasilkan beban penyusutan
yang semakin rendah setiap tahunnya. Proses ini terus berlangsung hingga nilai buku
aktiva berkurang mencapai estimasi nilai sisanya, dimana pada saat tersebut penyusutan
akan dihentikan.
4. Metode Penyusutan Khusus
Terkadang perusahaan menggunakan penyusutan khusus karena aktiva yang
terlibat memiliki karakteristik yang unik, atau sifat industrinya mengharuskan penerapan
metode penyusutan khusus. Ada dua metode penyusutan khusus, yakni : Metode
Kelompok dan Metode Gabungan. Beberapa akun aktiva sering kali disusutkan dengan
menggunakan satu tarif. Terdapat dua metode penyusutan untuk bebrapa akun aktiva
yang digunkan yaitu : metode kelompok dan metode gabungan, pemilihan metode
bergantung pada jenis aktiva yang terlibat. Metode kelompok (group method) sering
digunakan apabila aktiva bersangkutan cukup homogen dan memiliki umur manfaat
yang hampir sama. Pendekatan gabungan (composite approach) digunakan apabila
aktiva bersifat heterogen dan memiliki umur manfaat yang berbeda. Metode perhitungan
untuk kelompok maupun gabungan pada dasarnya sama yaitu menentukan rata-rata dan
menyusutkannya atas dasar rata-rata tersebut.
3.3.4 Fungsi yang Terkait dalam Penyusutan Aktiva Tetap
Fungsi Aktiva Tetap, bertanggung jawab atas pengelolaan dan memiliki wewenang dalam penempatan, pemindahan dan penghentian pemakaian aktiva tetap.
Fungsi Akuntansi, bertanggung jawab atas pencatatan depresiasi atau penyusutan aktiva tetap.
3.3.5 Dokumen yang Digunakan dalam Penyusutan Aktiva Tetap
Daftar Perhitungan Depresiasi Aktiva Tetap, daftar ini berisi perhitungan biaya depresiasi yang dibebankan dalam periode akuntansi tertentu, dan dapat dijadika sebagai lampiran dari blanko jurnal umum.
Blanko Jurnal Umum, digunakan untuk merekam transaksi depresiasi.
3.4 RESIKO DAN PENGENDALIAN DALAM PENGELOLAAN AKTIVA
Sistem informasi aktiva tetap dibangun dengan tujuan untuk :
Memudahkan perusahaan melacak aktiva tetap yang saat ini dimiliki perusahaan.
Memudahkan perusahaan untuk menghitung beban depresiasi.
Memudahkan perusahaan untuk merekam transaksi yang terkait dengan aktiva tetap.
Memastikan bahwa perusahaan merekam harga perolehan yang benar pada saat pembelian aktiva tetap atau pada saat membuat atau membangun sendiri aktiva tetap.
Adapun resiko dalam pengelolaan aktiva tetap antara lain :
Data yang tidak valid.
Kesalahan dalam mencatat harga perolehan aktiva tetap (apalagi jika perusahaan membuat sendiri aktiva tetap).
Kerusakan data.
Pengendalian yang dapat diterapkan dalam siklus aktiva tetap untuk
meminimalkan resiko tersebut diatas adalah :
Semua pembelian aktiva tetap (termasuk pembelian bahan baku untuk membuat sendiri aktiva tetap) hanya boleh dilakukan apabila diawali dengan Surat Permintaan Pembelian yang bernomor urut tercetak. Hal ini membantu akuntan untuk memastikan bahwa tidak ada pembelian aktiva tetap atau surat permintaan pembelian yang terlewat tidak tercatat.
Surat Permintaan Pembeian harus diisi lengkap, terutama kolom tujuan pembelian harus diisi. Selain itu, untuk tujuan pembelian yang berbeda harus dibuatkan Surat Permintaan Pembelian tersendiri.
Setiap aktiva tetap perusahaan harus ditempeli kode aktiva tetap sesuai dengan kode yang tercatat dalam tabel daftar aktiva tetap.
Melakukan pengecekan fisik terhadap aktiva tetap secara berkala.
Jika perusahaan menggunakan komputer dalam merekam data keuangan perusahaan, maka perusahaan perlu memback up data secara rutin.
Jika perusahaan menggunakan komputer dalam merekam data keuangan, maka perusahaan dapat menetapkan password untuk karyawan yang berwenang mengakses data.
Untuk meminimalkan virus, perusahaan perlu menetapkan aturan bahwa komputer kantor hanya boleh digunakan untuk keperluan kantor.
3.5 INFORMASI YANG DIHASILKAN DALAM PENGELOLAAN AKTIVA
TETAP
Salah satu tujuan dari sistem informasi adalah menghasilkan informasi yang
relevan dan tepat waktu. Sistem informasi aktiva tetap diharapkan dapat menghasilkan
informasi berupa :
Daftar Aktiva Tetap yang Dimiliki Perusahaan, informasi ini berguna untuk memastikan kelengkapan aktiva tetap yang dimiliki perusahaan. Jika tidak
memiliki daftar aktiva tetap, perusahaan tidak dapat melakukan pengecekan secara fisik atas aktiva perusahaan.
Total Beban Depresiasi setiap Bulan, informasi ini berguna bagi perusahaan untuk menghitung laba rugi bulanan.