Sistem Informasi Akuntansi Aktiva Tetap

60
SISTEM INFORMASI AKUNTANSI AKTIVA TETAP Aktiva tetap adalah aktiva berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau yang harus dibangun terlebih dahulu, yang digunakan dalam operasi entitas pemerintah, tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal entitas pemerintahan, dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun. Aktiva memiliki wujud, sehingga sering kali aktiva tetap disebut dengan aktiva tetap berwujud (tangible fixed assets). Prosedur aktiva tetap bertujuan untuk : 1. Memberikan prosedur yang baku atas aktivitas yang berkaitan dengan perolehan informasi mengenai aktiva tetap mulai dari pengakuan sampai pada proses pelepasannya. 2. Memberikan informasi mengenai aktiva tetap yang diperoleh dengan cara membeli, membangun sendiri, BOT, atau didapat dari donasi/hibah/sumbangan. 3. Menghasilkan catatan mengenai aktiva tetap yang andal dan dapat dipercaya. 4. Memperhitungkan alokasi biaya untuk penyusutan aktiva tetap, umur ekonomis, dan metode penyusutan yang digunakan. Aktiva tetap baru dapat dicatat sebagai aktiva daerah pada saat diterima dan hak kepemilikan berpindah ke pemerintah daerah. Dasar penilaian aktiva tetap ada tiga. Pertama, aktiva tetap dinyatakan di neraca pada nilai historis atau harga perolehan. Jika penilaian aktiva tetap dengan menggunakan nilai historis tidak memungkinkan, maka nilai aktiva tetap didasarkan pada harga perolehan yang diestimasikan. Kedua, harga perolehan aktiva tetap yang dibangun dengan cara swakelola meliputi biaya langsung untuk tenaga kerja, bahan baku, serta biaya tidak langsung termasuk biaya perencanaan dan pengawasan, perlengkapan, tenaga listrik, sewa peralatan, dan semua biaya lainnya yang terjadi berkaitan dengan pembangunan hingga aktiva tersebut siap digunakan. Ketiga, jika biaya perolehan suatu aktiva tetap dinyatakan dalam valuta asing, maka nilai

Transcript of Sistem Informasi Akuntansi Aktiva Tetap

Page 1: Sistem Informasi Akuntansi Aktiva Tetap

SISTEM INFORMASI AKUNTANSI AKTIVA TETAP

Aktiva tetap adalah aktiva berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau yang harus dibangun terlebih dahulu, yang digunakan dalam operasi entitas pemerintah, tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal entitas pemerintahan, dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun. Aktiva memiliki wujud, sehingga sering kali aktiva tetap disebut dengan aktiva tetap berwujud (tangible fixed assets).Prosedur aktiva tetap bertujuan untuk :

1. Memberikan prosedur yang baku atas aktivitas yang berkaitan dengan perolehan informasi mengenai aktiva tetap mulai dari pengakuan sampai pada proses pelepasannya.

2. Memberikan informasi mengenai aktiva tetap yang diperoleh dengan cara membeli, membangun sendiri, BOT, atau didapat dari donasi/hibah/sumbangan.

3. Menghasilkan catatan mengenai aktiva tetap yang andal dan dapat dipercaya.4. Memperhitungkan alokasi biaya untuk penyusutan aktiva tetap, umur ekonomis, dan

metode penyusutan yang digunakan.Aktiva tetap baru dapat dicatat sebagai aktiva daerah pada saat diterima dan hak kepemilikan berpindah ke pemerintah daerah. Dasar penilaian aktiva tetap ada tiga. Pertama, aktiva tetap dinyatakan di neraca pada nilai historis atau harga perolehan. Jika penilaian aktiva tetap dengan menggunakan nilai historis tidak memungkinkan, maka nilai aktiva tetap didasarkan pada harga perolehan yang diestimasikan. Kedua, harga perolehan aktiva tetap yang dibangun dengan cara swakelola meliputi biaya langsung untuk tenaga kerja, bahan baku, serta biaya tidak langsung termasuk biaya perencanaan dan pengawasan, perlengkapan, tenaga listrik, sewa peralatan, dan semua biaya lainnya yang terjadi berkaitan dengan pembangunan hingga aktiva tersebut siap digunakan. Ketiga, jika biaya perolehan suatu aktiva tetap dinyatakan dalam valuta asing, maka nilai rupiah akan ditetapkan berdasarkan nilai tukar (kurs tengah BI) pada saat perolehan. PROSEDUR PENGELOLAAN AKTIVA TETAP3.1 Prosedur Umum Menurut Permendagri No.13/2006 Bab XI Pasal 253 prosedur akuntansi terhadap Aktiva Tetap yaitu:

1. Prosedur akuntansi terhadap aset SKPD meliputi pencatatan dan pelaporan akuntansi atas perolehan, pemeliharaan, rehabilitasi, perubahan klasifikasi, dan penyusutan terhadap aset tetap yang dikuasai atau digunakan oleh SKPD.

1. Pemeliharaan aset tetap yang rutin dan berkala tidak dikapitalisasi. 1. Rehabilitasi yang bersifat sedang dan berat dikapitalisasi apabila

memenuhi salah satu kriteria menambah volume, menambah kapasitas, meningkatkan fungsi, meningkatkan efisiensi dan/atau menambah masa manfaat.

Page 2: Sistem Informasi Akuntansi Aktiva Tetap

2. Perubahan klasifikasi aset tetap sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa perubahan aset tetap ke klasifikasi selain aset tetap atau sebaliknya.

3. Penyusutan sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) merupakan penyesuaian nilai sehubungan dengan penurunan kapasitas dan manfaat dari suatu aset tetap.

3.2 Metode Penyusutan

1. Setiap aset tetap kecuali tanah dan kontruksi dalam pengerjaan dilakukan penyusutan yang sistematis sesuai dengan masa manfaatnya.

2. Metode penyusutan yang dapat digunakan antara lain: 1. Metode garis lurus (straight line method) 2. Metode saldo menurun ganda (double declining balance method) 3. Metode unit produksi (unit of production method)

3. Metode garis lurus sebagaimana dimaksudkan pada ayat (2) huruf a merupakan penyesuaian nilai aset tetap dengan membebankan penurunan kapasitas dan manfaat aset tetap yang sama setiap periode umur ekonomis aset tetap berkenaan.

4. Metode saldo menurun ganda sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a merupakan penyesuaian nilai aset tetap dengan membebankan penurunan kapasitas dan manfaat aset tetap yang lebih besar pada periode awal pemanfaatan aset dibandingkan dengan periode akhir sepanjang umur ekonomis aset tetap berkenaan.

5. Metode unit produksi sebagaimana dimaksudkan pada ayat (2) huruf c merupakan penyesuaian nilai aset tetap denagn membebankan penurunan kapasitas dan manfaat aset tetap berdasarkan unit produksi yang dihasilkan dari aset tetap berkenaan.

6. Penetapan umur ekonomis aset tetap dimuat dalam kebijakan akuntansi berpedoman pada perundang-undangan.

3.3 Prosedur Penerimaan

1. Setelah berakhirnya proses evaluasi penawaran yang dilaksanakan oleh Panitia/Pejabat Pengadaan, maka Panitia/Pejabat Pengadaan harus menyerahkan BoQ (Bill of Quantity) definitif kepada Sub Bagian Pengawasan dan Penerimaan atau Panitia Pemeriksa/ Penerima Barang. Hal ini diperlukan, agar Sub Bagian Pengawasan dan Penerimaan atau Panitia Pemeriksa/Penerima Barang memiliki acuan awal dalam melaksanakan proses pemeriksaan dan penerimaan barang, sebelum kontrak selesai diproses.

1. Berpedoman pada BoQ (Bill of Quantity) definitif tersebut, Sub Bagian Pengawasan dan Penerimaan atau Panitia Pemeriksa/Penerima Barang membuat daftar pemeriksaan barang dan daftar penerimaan barang.

2. Setelah proses pembuatan kontrak selesai dilaksanakan, Sub Bagian Kontrak harus menyerahkan 1 (satu) copy kontrak kepada Sub Bagian Pengawasan dan

Page 3: Sistem Informasi Akuntansi Aktiva Tetap

Penerimaan atau Panitia Pemeriksa/Penerima Barang, sebagai dasar dalam melaksanakan proses pemeriksaan dan penerimaan barang.

1. BoQ (Bill of Quantity) definitif yang sebelumnya diserahkan oleh Panitia/Pejabat Pengadaan Barang harus dicocokkan oleh Sub Bagian Pengawasan dan Penerimaan atau Panitia Pemeriksa/Penerima Barang dengan BoQ (Bill of Quantity) dalam kontrak untuk menghindari adanya ketidaksesuaian spesifikasi barang yang akan diterimanya. Apabila terjadi perbedaan antara BoQ (Bill of Quantity) definitif dengan BoQ (Bill of Quantity) dalam kontrak, maka Sub Bagian Pengawasan dan Penerimaan atau Panitia Pemeriksa/ Penerima Barang harus menjadikan BoQ (Bill of Quantity) dalam kontrak sebagai acuan dalam proses pemeriksaan dan penerimaan barang, dengan selanjutnya merubah daftar penerimaan barang yang sebelumnya telah dibuat.

3.4 Prosedur Pemeriksaan

1. Setelah Sub Bagian Pengawasan dan Penerimaan atau Panitia Pemeriksa/Penerima Barang menerima kontrak dari Sub Bagian Kontrak, maka Sub Bagian Pengawasan dan Penerimaan atau Panitia Pemeriksa/Penerima Barang harus mempelajari dan memahami substansi (isi) dari kontrak bersangkutan, untuk dibuatkan suatu mekanisme pemeriksaan dan penerimaan barang.

2. Apabila penyedia barang telah memulai pengiriman barang ke UPT Logistik, maka barang-barang yang dikirim oleh penyedia barang harus diperiksa terlebih dahulu oleh Sub Bagian Pengawasan dan Penerimaan atau Panitia Pemeriksa/Penerima Barang. Dimana proses pemeriksaan barang harus berpedoman pada spesifikasi dan kuantitas (jumlah) barang sebagaimana tercantum dalam daftar pemeriksaan barang. Sebelum dilaksanakan proses pemeriksaan barang, Sub Bagian Pengawasan dan Penerimaan atau Panitia Pemeriksa/Penerima Barang harus meminta surat jalan dari penyedia barang.

3. Jika dari proses pemeriksaan barang terdapat spesifikasi barang yang tidak sesuai dengan spesifikasi sebagaimana tercantum dalam daftar pemeriksaan barang, maka barang yang tidak sesuai spesifikasi tersebut harus ditolak oleh Sub Bagian Pengawasan dan Penerimaan atau Panitia Pemeriksa/Penerima Barang dan dikembalikan kepada penyedia barang untuk diganti sesuai dengan spesifikasi yang seharusnya. Penolakan dan pengembalian barang harus disertai dengan daftar penolakan dan pengembalian barang.

4. Apabila barang yang dikirim oleh penyedia barang menyertakan masa garansi, maka Sub Bagian Pengawasan dan Penerimaan atau Panitia Pemeriksa/Penerima Barang harus meminta Kartu Garansi atas barang kepada penyedia barang. Apabila barang yang dikirim oleh penyedia barang menyertakan jaminan masa purna jual, maka Sub Bagian Pengawasan dan Penerimaan atau Panitia Pemeriksa/Penerima Barang harus Surat Pernyataan Jaminan Masa Purna Jual atas barang kepada penyedia barang.

5. Apabila barang yang diperiksa oleh Sub Bagian Pengawasan dan Penerimaan atau Panitia Pemeriksa/Penerima Barang telah sesuai dengan spesifikasi

Page 4: Sistem Informasi Akuntansi Aktiva Tetap

sebagaimana tercantum dalam daftar pemeriksaan barang, maka Sub Bagian Pengawasan dan Penerimaan atau Panitia Pemeriksa/Penerima Barang harus menerima barang yang telah diperiksa, untuk dicantumkan dalam daftar penerimaan barang sementara. Setelah Sub Bagian Pengawasan dan Penerimaan atau Panitia Pemeriksa/Penerima Barang mencantumkan barang yang diterima dalam daftar penerimaan barang sementara, maka surat jalan harus diparaf oleh Sub Bagian Pengawasan dan Penerimaan atau panitia penerima barang untuk selanjutnya dijadikan sebagai lampiran daftar penerimaan barang sementara.

3.5 Prosedur Penyerahan (Internal)

1. Barang-barang yang telah diterima oleh Sub Bagian Pengawasan dan Penerimaan atau Panitia Pemeriksa/Penerima Barang, selanjutnya diserahkan kepada Sub Bagian Gudang. Penyerahan barang harus dituangkan dalam daftar penyerahan barang untuk Gudang.

2. Setelah seluruh proses pengiriman barang selesai dilaksanakan oleh penyedia barang, Sub Bagian Pengawasan dan Penerimaan atau Panitia Pemeriksa/Penerima Barang mengumpulkan seluruh daftar penolakan dan pengembalian barang, daftar penerimaan barang sementara dan daftar penyerahan barang untuk Gudang, untuk dilakukan proses rekapitulasi sebagai berikut :

1. Sub Bagian Pengawasan dan Penerimaan atau Panitia Pemeriksa/Penerima Barang harus melakukan pengecekan kembali atas seluruh proses pemeriksaan dan penerimaan barang yang telah dilakukan. Apabila proses penerimaan barang telah 100% (seratus persen) dilaksanakan, maka Sub Bagian Pengawasan dan Penerimaan atau Panitia Pemeriksa/Penerima Barang harus membuat Berita Acara Pemeriksaan Pekerjaan dan Berita Acara Serah Terima Barang.

2. Sub Bagian Pengawasan dan Penerimaan atau Panitia Pemeriksa/Penerima Barang harus melakukan pengecekan kembali atas seluruh proses serah terima barang untuk Gudang. Apabila proses serah terima barang untuk Gudang telah 100% (seratus persen) dilaksanakan, maka Sub Bagian Pengawasan dan Penerimaan atau Panitia Pemeriksa/Penerima Barang harus membuat Berita Acara Serah Terima Barang Untuk Gudang.

3.6 Sistem dan Prosedur Akuntansi Sistem dan prosedur akuntansi aktiva tetap dilaksanakan di SKPD dan SKPKD. Hal tersebut diatur dalam pasal 255 – 258 Permendagri Nomor 13 Tahun 2006. 3.3.1 Sistem dan Prosedur Akuntansi di SKPD

1. Prosedur akuntansi dilaksanakan oleh PPK-SKPD (Pejabat Pengelola Keuangan-SKPD) serta pejabat pengurus dan penyimpan barang SKPD.

2. PPK-SKPD membuat bukti memorial berdasarkan bukti transaksi dan /atau kejadian. Bukti memorial tersebut dicatat ke dalam jurnal dan sekurang-

Page 5: Sistem Informasi Akuntansi Aktiva Tetap

kurangnya memuat informasi mengenai jenis/nama aktiva tetap, kode rekening, klasifikasi, nilai tetap, serta tanggal transaksi dan/atau kejadian.

3. Bukti memorial harus dilampiri dengan dokumen-dokumen:

- Berita acara penerimaan barang

- Berita acara serah terima barang

- Berita acara penyelesaian pekerjaan

4. Jurnal tersebut secara periodik diposting ke buku besar rekening yang bersangkutan dan setiap akhir periode semua buku besar ditutup sebagai dasar penyusunan laporan keuangan SKPD.

3.3.2 Sistem dan Prosedur Akuntansi di SKPKD

1. Prosedur akuntansi dilaksanakan oleh fungsi akuntansi pada SKPKD. 2. Prosedur akuntansi meliputi serangkaian proses pencatatan dan pelaporan

akuntansi atas perolehan, pemeliharaan, rehabilitasi, penghapusan, pemindahtanganan, perubahan klasifikasi, dan penyusutan terhadap aktiva tetap yang dikuasai/digunakan oleh SKPKD, yang dapat dilakukan secara manual atau menggunakan aplikasi komputer.

3. Fungsi akuntansi SKPKD membuat bukti memorial berdasarkan bukti transaksi dan /atau kejadian. Bukti memorial tersebut dicatat ke dalam jurnal dan sekurang-kurangnya memuat informasi mengenai jenis/nama aktiva tetap, kode rekening, klasifikasi, nilai tetap, serta tanggal transaksi dan/atau kejadian.

4. Bukti memorial harus dilampiri dengan dokumen-dokumen:

- Berita acara penerimaan barang

- Surat keputusan penghapusan barang

- Surat keputusan mutasi barang (antar SKPKD)

- Berita acara pemusnahan barang

- Berita acara serah terima barang

- Berita acara penilaian

- Berita acara penyelesaian pekerjaan

5. Jurnal tersebut secara periodik diposting ke buku besar rekening yang bersangkutan dan setiap akhir periode semua buku besar ditutup sebagai dasar penyusunan laporan keuangan SKPKD.

Page 6: Sistem Informasi Akuntansi Aktiva Tetap

6. Prosedur akuntansi digunakan sebagai alat pengendali dalam pengelolaan aktiva tetap yang dikuasai/digunakan SKPD dan/atau SKPKD.

Artikel Sistem Informasi Akuntansi

PENGELOLAAN AKTIVA TETAP

Dalam pembahasan ini akan mengulas mengenai pengelolaan aktiva tetap. Seperti yang

kita ketahui, aktiva tetap merupakan aset perusahaan yang perlu dikelola dengan baik

sehingga aset tersebut dapat terjaga dan dapat dimanfaatkan semaksimal dan sebaik

mungkin. Adapun pengelolaan aktiva tetap meliputi : pengadaan aktiva tetap,

pemeliharaan aktiva tetap dan pencatatan depresiasi aktiva.

3.1 PENGADAAN AKTIVA TETAP

Pengadaan aktiva tetap dapat dilakukan dengan berbagai macam cara, dimana

masing-masing cara tersebut dapat mempengaruhi penentuan harga perolehan aktiva

tetap itu sendiri. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan diantaranya melalui pembelian

aktiva tetap, membuat sendiri aktiva tetap atau melalui pertukaran aktiva tetap. Berikut

penjelasan mengenai berbagai macam cara perolehan aktiva tetap.

3.1.1 Pengadaan Aktiva Tetap

1. Pengadaan Aktiva Tetap dari Pembelian

Pengadaan aktiva tetap dapat dilakukan salah satunya melalui pembelian aktiva

tetap. Dimana pembelian aktiva tetap itu sendiri dapat dilakukan dengan dua cara,

yakni :

  Pembelian Aktiva secara Tunai

Pembelian Aktiva secara Kredit Jangka Panjang

Page 7: Sistem Informasi Akuntansi Aktiva Tetap

Dalam prosesnya, pembelian aktiva harus diawali dengan permintaan pembelian

dari departemen yang membutuhkan. Selanjutnya bagian pembelian perusahaan akan

melakukan survei terhadap pemasok dan mengajukan pemintaan penawaran harga.

Permintaan penawaran harga ini berguna untuk memastikan bahwa perusahaan

mendapatkan aktiva tetap dengan harga wajar. Permintaan penawaran harga ini juga

berguna untuk meminimalkan peluang tips dari pemasok.

Setelah menemukan pemasok yang sesuai, bagian pembelian membuat surat

order pembelian kepada pemasok. Selanjutnya pemasok akan mengirim barang yang

dipesan. Pada saat barang datang, departemen pengguna (yang membutuhkan aktiva

tetap) dapat ikut hadir untuk mengecek barang yang datang. Selanjutnya pemasok akan

mengirim tagihan (faktur) ke perusahaan. Faktur tersebut akan dilunasi sesuai dengan

prosedur yang telah ditentukan perusahaan sebelumnya.

2. Pengadaan Aktiva dari Penerbitan Surat Berharga

Perolehan aktiva tetap dengan penerbitan surat berharga adalah menerbitkan

saham atau obligasi perusahaan untuk ditukar dengan aktiva tetap. Aktiva tetap tersebut

harus dicatat sebesar harga pasar saham atau obligasi pada saat pembelian. Nilai saham

atau obligasi dicatat seharga nilai pari. Jika harga pasar lebih besar dari nilai pari,

selisihnya dicatat sebagai premium ( agio saham) dan jika harga pasar lebih rendah dari

nilai pari maka selisihnya dicatat sebagai diskon (disagio saham).

3. Pengadaan Aktiva Tetap dari Pertukaran

Menurut cara ini, aktiva diperoleh dengan cara menukarkan aktiva tetap yang

kita miliki dengan aktiva tetap yang dimiliki oleh pihak lain dimana aktiva yang lama

digunakan sebagai pembayar sebagian atau seluruh atas aktiva yang baru. Ada dua

macam pertukaran aktiva tetap, yaitu:

1). Pertukaran aktiva tetap yang tidak sejenis

Pertukaran aktiva tetap yang tidak sejenis adalah pertukaran aktiva tetap yang sifat dan

fungsinya berbeda. Biaya dari pos semacam ini, menurut PSAK No. 16 diukur pada nilai

wajar aktiva yang dilepaskan atau yang diperoleh.

2). Pertukaran aktiva tetap yang sejenis

Page 8: Sistem Informasi Akuntansi Aktiva Tetap

Suatu aktiva tetap dapat diperoleh dalam pertukaran atas suatu aktiva yang serupa yang

memiliki manfaat yang serupa dalam bidang usaha yang sama dan memiliki suatu nilai

wajar yang serupa.

4. Pengadaan Aktiva dari Hadiah atau Donasi

Jika aktiva tetap diperoleh dengan cara dihadiahkan atau ditemukan sendiri maka

aktiva harus dicatat sebesar harga pasar yang wajar atau berdasarkan penilaian yang

dilakukan oleh pihak atau perusahaan penilai yang independent (appraisal company)

dengan mengkredit akun “modal donasi”.

5. Pengadaan Aktiva dari Membuat Sendiri

Perusahaan kadang kala tidak membeli aktiva tetap, melainkan membuatnya

sendiri. Misalnya perusahaan melakukan perluasan gedung pabrik atau bahkan

membangun pabrik baru. Pembangunan seperti ini harus dicatat sebagai aktiva dalam

pembangunan. Harga pokok perolehannya dicatat sebesar berapa banyak biaya yang

dikeluarkan untuk menbangun aktiva tersebut. Hal ini disesuaikan dengan pernyataan

dalam PSAK No. 16 dimana disebutkan bahwa biaya perolehan suatu aktiva yang

dikontruksi sendiri ditentukan menggunakan prinsip yang sama seperti suatu aktiva yang

diperoleh, yaitu meliputi semua biaya yang berkenaan dengan konstruksi aktiva tersebut

hingga siap digunakan.

3.1.2 Fungsi yang terkait Dalam Pengadaan Aktiva Tetap

Fungsi yang terkait dalam pengadaan aktiva tetap mempunyai peranan penting,

dengan adanya fungsi yang terkait maka prosedur pengadaan aktiva tetap akan berjalan

dengan baik. Adapun fungsi-fungsi yang terkait dalam prosedur pengadaan aktiva tetap

adalah sebagai berikut :

Fungsi Pemakai, bertanggung jawab mengajukan usulan investasi aktiva tetap dan mengajukan surat permintaan otorisasi untuk merealisasikan perolehan aktiva tetap.

Page 9: Sistem Informasi Akuntansi Aktiva Tetap

Fungsi Riset dan Pengembangan, bertanggung jawab mengajukan usulan investasi aktiva tetap yang dimanfaatkan bersama oleh lebih dari satu fungsi.

Direktur yang Bersangkutan, memberikan persetujuan terhadap usulan investasi.

Direktur Utama, memberikan otorisasi terhadap semua mutasi aktiva tetap.

Fungsi Pembelian, bertanggung jawab untuk memilih pemasok dan menerbitkan surat order pembelian untuk pengadaan aktiva tetap.

 Fungsi Penerimaan, bertanggung jawab melakukan pemeriksaan terhadap aktiva tetap yang diterima dari pemasok.

Fungsi Akuntansi, betanggung jawab terhadap pembuatan dokumen sumber (bukti kas keluar dan bukti memorial) untuk pencatatan aktiva tetap.

3.1.3 Dokumen yang Digunakan dalam Pengadaan Aktiva Tetap

Dalam pengadaan aktiva tetap, dibutuhkan beberapa dokumen antara lain sebagai

berikut :

1. Surat permintaan transfer aktiva tetap, berfungsi sebagai permintaan dan pemberian

otorisasi transfer aktiva tetap.

2. Surat perintah kerja (work order), berfungsi sebagai perintah dilaksanakannya pekerjaan

tertentu mengenai aktiva tetap dan sebagai catatan yang dipakai untuk mengumpulkan

biaya pembuatan aktiva tetap.

3.  Surat order pembelian, diterbitkan oleh fungsi pembelian yang merupakan surat untuk

memesan aktiva tetap kepada pemasok.

Page 10: Sistem Informasi Akuntansi Aktiva Tetap

4. Laporan penerimaan barang, diterbitkan oleh fungsi penerimaan setelah fungsi ini

melakukan pemeriksaan kuantitas,mutu, dan spesifikasi aktiva tetap yang diterima dari

pemasok.

5.  Faktur dari pemasok, merupakan tagihan dari pemasok untuk aktiva tetap yang dibeli.

6. Bukti kas keluar, merupakan perintah pengeluaran kas yang dibuat oleh fungsi akuntansi

setelah dokumen surat permintaan otorisasi investasi, surat order pembelian, laporan

penerimaan barang, dan faktur dari pemasok diterima dan diperiksa oleh fungsi tersebut.

7.  Bukti memorial, digunakan sebagai dokumen sumber untuk pencatatan transaksi, harga

pokok aktiva tetap yang telah selesai dibangun, pemberhentian pemakaian aktiva tetap,

dan pengeluaran modal.

8. Daftar aktiva tetap, merupakan dokumen yang mencatat seluruh aktiva yang dimiliki oleh

perusahaan.

3.2 PENGELOLAAN AKTIVA TETAP

3.2.1 Pemeliharaan Aktiva Tetap

Ada kalanya aktiva tetap yang dimiliki perusahaan perlu perawatan untuk

memastikan bahwa aktiva tetap tersebut dapat beroperasi secara optimal. Menurut

akuntansi biaya pemeliharaan semacam ini dapat dibedakan menjadi dua kelompok,

yaitu biaya yang tidak menambah umur aktiva dan biaya yang dapat menambah umur

aktiva tetap. Pengelompokan ini akan berdampak pada perlakuan terhadap pengeluaran

tersebut. Biaya yang tidak menambah umur aktiva akan dicatat sebagai biaya pada

periode pengeluaran tersebut terjadi, sedangkan biaya yang menambah umur aktiva akan

dikapitalisasi (dicatat sebagai penambah nilai aktiva). Selanjutnya, nilai yang

dikapitalisasi tersebut akan memperbesar nilai aktiva dan akan didepresiasi sampai umur

aktiva tersebut habis.

Pada dasarnya, memisahkan biaya pemeliharaan semacam ini tidaklah mudah,

mengingat perawatan rutin tidak akan menambah umur manfaat aktiva, tapi jika tidak

dirawat maka akan memperpendek umur aktiva, sebagai contoh perawatan mobil.

Adapun kegiatan-kegiatan perusahaan yang berhubungan dengan pemeliharaan aktiva

tetap adalah sebagai berikut :

1.       Pemeliharaan (maintenance)

Page 11: Sistem Informasi Akuntansi Aktiva Tetap

Pemeliharan atau maintenance merupakan tindakan atau aktivitas yang ditujukan hanya

untuk membuat suatu aktiva tetap berfungsi sebagaimana mestinya, dan pengeluaran

yang timbul hendaknya dibebankan (dijadikan biaya) pada periode yang sama.

2.       Perbaikan (repairment)

Perbaikan atau repairment diperhitungkan sebagai aktivitas yang lebih besar

dibandingkan dengan pemeliharaan. Dikatakan perbaikan apabila; untuk membuat aktiva

tersebut berfungsi sebagaimana mestinya diperlukan tindakan pemulihan kondisi atas

bagian atau sparepart atau komponen yang mengalami penurunan fungsi, akan tetapi

belum diperlukan suatu penggantian.

3.       Penggantian Komponen (replacement)

Istilah penggantian komponen (replacement) jelas artinya. Ditandai dengan adanya

penggantian atas satu komponen atau lebih dari suatu aktiva tetap.

4.       Peningkatan Kapasitas (up-grading)

Pada fase pertumbuhan perusahaan, biasanya disertai dengan peningkatan produksi,

sebagai konsekuensinya, tidak jarang perusahaan harus melakukan upgrade (peningkatan

kapasitas) terhadap aktiva tetap yang digunakan (entah itu mesin, peralatan bahkan

gedungnya). Atas suatu up grading, tentu akan memicu adanya pengeluaran-pengeluaran

yang biasanya cukup material.

5.       Turun Mesin (over haul)

Istilah turun mesin atau overhaul terjadi pada aktiva tetap yang bekerjanya

menggunakan mesin. Misalnya; kendaraan, mesin produksi, peralatan produksi.

Dikatakan mengalami turun mesin apabila untuk membuatnya berfungsi lebih baik,

diperlukan tindakan pembongkaran terhadap hampir seluruh komponen atau komponen

utama dari aktiva tersebut, untuk kemudian dilakukan pemasangan kembali. Pada proses

turun mesin hampir pasti akan terjadi sekaligus tindakan pemeliharaan, perbaikan,

penggantian komponen. Turun mesin biasanya terjadi disaat-saat aktiva tersebut

mengalami penurunan fungsi (kapasitas) yang sangat signifikan akibat penggunaan yang

sudah relatif lama. Aktifitas turun mesin sudah pasti akan membuat umur ekonomis

aktiva tersebut menjadi bertambah. Untuk itu, pengeluaran-pengeluaran yang timbul

hendaknya dikapitalisasi.

Page 12: Sistem Informasi Akuntansi Aktiva Tetap

Seperti yang telah dipelajari diatas, mengenai pemisahan biaya pemeliharaan

yang akan dibebankan pada periode terjadinya atau dikapitalisasi, berikut ini faktor-

faktor lain yang perlu dipertimbangkan untuk mendeterminasi apakah suatu pengeluaran

dalam masa penggunaan aktiva dibebankan atau dikapitalisasi.

1.       Tingkat Keseringan

Jika jenis pengeluaran tersebut sering terjadi dan sifatnya rutin (repetitive), maka

sebaiknya pengeluaran tersebut dibiayakan, begitu pula sebaliknya.

2.       Materialitas

Jika pengeluaran tersebut sifatnya material, maka sebaiknya dikapitalisasi, jika tidak

maka dibebankan (silahkan diukur dengan membandingkan antara pengeluaran yang

terjadi dengan harga perolehan aktiva).

3.       Lama Manfaat

Jika pengeluaran tersebut diperkirakan akan memberikan manfaat lebih dari satu tahun

buku, maka sebaiknya dikapitalisasi, jika hanya satu tahun buku atau kurang, sebaiknya

dibebankan diperiode yang sama.

4.       Pengaruhnya terhadap Umur Ekonomis atau Kapasitas

Jika pengeluaran tersebut diperkirakan akan menambah umur ekonomis atau

meningkatkan kapasitas,maka sebaiknya di kapitalisasi, demikian sebaliknya.

3.2.2 Fungsi yang Terkait Dalam Pemeliharaan Aktiva Tetap

  Fungsi Pemakai, berfungsi mengelola pemakaian aktiva tetap.

  Direktur yang bersangkutan, berfungsi memberikan persetujuan terhadap surat permintaan

otorisasi reparasi yang diajukan oleh unit organisasi yang berada di bawah

wewenangnya.

  Fungsi Aktiva Tetap, bertanggung jawab atas pengelolaan aktiva tetap perusahaan.

  Fungsi Akuntansi, betanggung jawab terhadap pembuatan dokumen sumber (bukti kas

keluar dan bukti memorial) untuk pencatatan aktiva tetap.

3.2.3 Dokumen yang Digunakan Dalam Pemeliharaan Aktiva Tetap

Page 13: Sistem Informasi Akuntansi Aktiva Tetap

  Bukti Pengeluaran Kas, merupakan dokumen yang digunakan jika pengeluaran biaya pemeliharaan cukup besar.

  Dokumen dalam Siklus Kas Kecil, digunakan untuk biaya pemeliharan yang tidak terlalu besar.

  Daftar Aktiva Tetap, digunakan untuk mencatat pengeluaran yang dikapitalisasi, sehingga menambah nilai aktiva tetap.

  Blanko Cek Fisik Aktiva Tetap, digunakan untuk pengecekan aktiva tetap.

3.3 DEPRESIASI AKTIVA TETAP

3.3.1 Pengertian Depresiasi

Di samping pengeluaran dalam masa penggunaannya, masalah penyusutan atau

depresiasi merupakan masalah yang penting selama masa penggunaan aktiva tetap. Yang

dimaksud dengan penyusutan atau depresiasi menurut Akuntansi Perpajakan terapan

adalah sebagai berikut :

“Proses alokasi sebagian harga perolehan aktiva menjadi biaya (cost allocation),

sehingga biaya tersebut mengurangi laba usaha” (Prabowo, Yusdianto, Op.cit, Hal 22)

Pengertian penyusutan ini tidak sama seperti pengertian dalam ekonomi

perusahaan yang menekankan bahwa penyusutan itu merupakan cadangan untuk

pembelian aktiva tetap baru setelah aktiva tetap yang lama tidak dipakai lagi.

Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Nomor 17 paragraf 2

tentang Akuntansi Penyusutan menyatakan bahwa:

“Penyusutan adalah alokasi jumlah suatu aktiva yang dapat disusutkan sepanjang masa

manfaat yang diestimasi, penyusutan untuk periode akuntansi dibebankan kependapatan

baik secara langsung maupun tidak langsung”. (Ikatan Akuntan Indonesia, Op.cit, No 17

Paragraf 2)

Jadi dapat disimpulkan penyusutan atau depresiasi merupakan pengalokasian

harga perolehan aktiva tetap selama umur ekonomis aktiva tersebut. Umur ekonomis

Page 14: Sistem Informasi Akuntansi Aktiva Tetap

adalah berapa lama aktiva tersebut bermanfaat bagi perusahaan secara efisien, jadi umur

ekonomis tidak sama dengan umur aktiva.

Tujuan dari penyusutan adalah untuk menyajikan informasi tentang penyusutan

yang dilaporkan sebagai alokasi biaya yang diharapkan dapat berguna bagi para pemakai

laporan keuangan. Informasi tentang penyusutan merupakan hal yang cukup penting

bagi pemakai laporan keuangan, terutama dalam kaitannya earning power, yaitu

mengenai:

         Proses perbandingan beban terhadap pendapatan untuk menghitung laba periodik.

         Tingkat keefektifan manajemen dalam menggunakan sumber daya.

3.3.2 Karakteristik Aktiva Tetap yang Dapat Disusutkan

  Digunakan selama lebih dari satu periode akuntansi.

  Memiliki suatu masa manfaat yang terbatas.

  Dimiliki oleh suatu perusahaan untuk digunakan dalam proses produksi atau memasok barang atau jasa, untuk disewakan, atau tujuan administrasi.

  Nilainya menurun secara bertahap.

Beberapa aktiva yang tidak dapat disusutkan karena nilainya tidak menurun adalah

tanah, aktiva pendanaan, barang dagangan, dan persediaan.

3.3.3 Faktor-Faktor yang Terlibat dalam Proses Penyusutan

3.3.3.1 Dasar Penyusutan Aktiva

Dasar yang ditetapkan untuk penyusutan merupakan fungsi dari dua faktor, biaya

awal dan nilai sisa atau pelepasan. Biaya awal atau baiya historis adalah semua biaya

yang diukur oleh kas atau harga ekuivalen kas untuk memperoleh aktiva dan

membawanya ke lokasi serta kondisi yang diperlukan untuk tujuan penggunaannya.

Nilai sisa (salvage value) adalah estimasi jumlah yang akan diterima pada saat aktiva itu

Page 15: Sistem Informasi Akuntansi Aktiva Tetap

dijual atau ditarik dari penggunaannya. Nilai sisa merupakan jumlah dimana nilai aktiva

harus diturunkan nilainya atau disusutkan selama masa manfaatnya. Sebagai gambaran

jika aktiva memiliki biaya Rp. 10.000.000,- dan nilai sisa sebesar Rp. 1.000.000,- , maka

dasar penyusutannya adalah Rp. 9.000.000,-

Dari sudut pandang praktis, nilai sisa sering kali dianggap nol. Akan tetapi

beberapa aktiva jangka panjang memiliki nilai sisa yang substansial.

3.3.3.2 Estimasi Umur Pelayanan atau Manfaat

Umur pelayanan atau manfaat suatu aktiva sering kali tidak sama dengan umur

fisiknya. Sebuah mesin secara fisik mungkin dapat memproduksi sejumlah produk

tertentu selama beberapa tahun melebihi umur pelayanannya. Tetapi sebuah perusahaan

mungkin tidak menggunakan mesin selama seluruh tahun itu karena biaya pembuatan

produk dalam tahun-tahun terakhir mungkin terlalu tinggi.

Dalam banyak kasus, perusahaan mengestimasi masa manfaat aktiva berdasarkan

pengalaman masa lalu perusahaan dengan aktiva yang sama atau sejenis.

Menurut Zaki Baridwan hal-hal yang menyebabkan terbatasnya masa

penggunaan aktiva tetap tersebut dikelompokan menjadi dua yakni faktor fisik dan

faktor fungsional. Adanya faktor-faktor fisik yang mengurangi atau bahkan tidak

dipergunakan lagi, yang disebabkan karena:

 Aus karena dipakai - Oleh karena pemakaian aktiva tetap dalam proses produksi tidak hanya sekali saja, tetapi berlangsung terus menerus secara kontiyu mengakibatkan kapasitas dan produktivitas yang dimiliki aktiva itu akan semakin berkurang nilainya sehingga kualitas dan kuantitas yang dihasilkan dalam proses produksi semakin berkurang pula hasilnya.

 Aus karena umur - Setiap aktiva dapat aus seiring dengan perjalanan waktu. Sekalipun aktiva tetap ini belum pernah dipakai, namun dengan adanya faktor kimia yang diakibatkan oleh pengaruh alam seperti hujan, panas dan udara terhadap aktiva tersebut akan menyebabkan kerusakan dan mungkin tidak efisien untuk dipergunakan lagi.

Kerusakan-kerusakan - Kerusakan suatu aktiva dapat disebabkan oleh kurang hati-hati atau kurang tepat dalam cara pengguanaan aktiva tetap, juga yang disebabkan oleh bencana seperti; gempa bumi, banjir atau kebakaran yang tidak

Page 16: Sistem Informasi Akuntansi Aktiva Tetap

sepenuhnya dapat dipergunakan kembali atau bahkan aktiva tetap itu tidak dapat dipergunakan sama sekali.

Adapun faktor lain, selain faktor fisik yang menyebabkan perlunya diadakan

penyusutan adalah faktor fungsional yang juga dapat mengurangi atau mengakibatkan

suatu aktiva tetap tidak dapat dipergunakan lagi, yaitu:

Ketidaklayakan - Dengan meningkatkan daya beli konsumen yang melampui kemampuan alat produksi yang tersedia akan mengakibatkan alat-alat produksi yang tersedia secara teknis masih dapat dipergunakan, tetapi secara ekonomis telah menunjukkan kemunduran, karena tidak lagi memenuhi syarat-syarat yang menunjang skala ekonomis. Oleh karena itu, untuk memenuhi permintaan konsumen perlu adanya penggantian alat-alat produksi baru yang mempunyai kapasitas produksi lebih besar dibanding alat-alat lama.

 Keusangan - Kemajuan dan pembaharuan teknis yang terus menerus membawa akibat alat-alat produksi yang lama secara ekonomis dianggap sudah kuno. Perbaikan dan pembaharuan teknis yang datang terus menerus dengan cepat dapat mengakibatkan daya guna ekonomis alat-alat produksi lama akan semakin berkurang atau secara ekonomis tidak dapat dipergunakan lagi dan perlu di ganti dengan peralatan yang baru.

Penghentian permintaan - Suatu alat produksi tidak akan mempunyai nilai karena hasil produksinya tidak dapat dipertahankan lagi di pasaran. Ini disebabkan karena perubahan selera atau kebutuhan konsumen yang semakin beragam. Barang-barang hasil produksi tersebut dianggap kuno oleh konsumen, sehingga tidak dapat diandalkan lagi untuk merebutkan pangsa pasar.

3.3.3.3    Metode Depresiasi Aktiva Tetap

1.       Metode Aktivitas (Activity Method)

Metode aktivitas (activity method) juga disebut pendekatan beban variabel atau

pendekatan unit produksi, mengasumsikan bahwa penyusutan adalah fungsi dari

penggunaan atau produktivitas dan bukan dari berlalunya waktu. Umur aktiva ini

dinyatakan dalam istilah keluaran (output) yang disediakan (unit-unit yang diproduksi),

atau masukan (input) seperti jumlah jam kerja. Secara konseptual asosiasi biaya yang

tepat ditetapkan dalam istilah output bukan jam yang digunakan tetapi sering kali output

ini sulit diukur. Dalam kasus seperti ini, ukuran input seperti jam mesin adalah metode

Page 17: Sistem Informasi Akuntansi Aktiva Tetap

yang lebih tepat dalam mengukur jumlah beban penyusutan selama periode akuntansi

tertentu.

2.       Metode Garis Lurus (Straight Line Method)

Metode garis lurus (straight line method) adalah metode depresiasi dimana

depresiasi berupa bagian-bagian yang sama besar selama masa manfaat yang ditetapkan

bagi aktiva tersebut. Metode garis lurus mempertimbangkan penyusutan sebagai fungsi

dari waktu, bukan fungsi dari penggunaan. Metode ini telah digunakan secara luas dalam

praktek karena kemudahannya. Prosedur garis lurus secara konseptual sering kali juga

merupakan prosedur penyusutan yang paling sesuai. Apabila keusangan bertahap

merupakan alasan utama atas terbatasnya umur pelayanan, maka umur kegunaannya

akan konstan dari periode ke periode.

3.       Metode Beban Menurun (Decreasing Charge Method)

Metode beban menurun (decreasing charge method) menyediakan biaya

penyusutan yang lebih tinggi pada tahun awal dan beban yang lebih rendah pada periode

mendatang. Karena metode ini memperbolehkan pembebanan yang lebih tinggi pada

tahun-tahun awal dibanding metode garis lurus, maka sering disebut metode penyusutan

dipercepat. Ada dua metode dari metode beban menurun, dimana secara umum satu dari

kedua metode tersebut digunakan, yakni :

Metode Jumlah Angka Tahun (Sum of the years digits method)

Metode jumlah angka tahun menghasilkan beban penyusutan yang menurun berdasarkan

pecahan yang menurun dari biaya yang dapat disusutkan (biaya awal dikurangi nilai

sisa). Setiap pecahan menggunakan jumlah angka tahun sebagai penyebut, sedangkan

pembilang adalah jumlah tahun estimasi umur yang tersisa pada awal tahun. Dalam

metode ini pembilang menurun dari tahun ke tahun dan penyebut tetap konstan. Pada

akhir masa manfaat aktiva saldo yang tersisa harus sama dengan nilai sisa.

Metode Saldo Menurun (Declining balance method)

Page 18: Sistem Informasi Akuntansi Aktiva Tetap

Metode saldo menurun adalah metode penyusutan dimana penyusutan berupa bagian-

bagian yang menurun dengan menggunakan tarif penyusutan (diekspresikan sebagai

persentase). Tidak seperti metode lainnya, dalam metode saldo menurun nilai sisa tidak

dikurangkan dalam menghitung dasar penyusutan. Tarif saldo menurun dikalikan

dengan nilai buku aktiva pada awal setiap periode. Karena nilai buku aktiva dikurangi

setiap periode dengan beban penyusutan, maka tarif saldo menurun yang konstan

diaplikasikan pada nilai buku yang terus menurun yang menghasilkan beban penyusutan

yang semakin rendah setiap tahunnya. Proses ini terus berlangsung hingga nilai buku

aktiva berkurang mencapai estimasi nilai sisanya, dimana pada saat tersebut penyusutan

akan dihentikan.

4.       Metode Penyusutan Khusus

Terkadang perusahaan menggunakan penyusutan khusus karena aktiva yang

terlibat memiliki karakteristik yang unik, atau sifat industrinya mengharuskan penerapan

metode penyusutan khusus. Ada dua metode penyusutan khusus, yakni : Metode

Kelompok dan Metode Gabungan. Beberapa akun aktiva sering kali disusutkan dengan

menggunakan satu tarif. Terdapat dua metode penyusutan untuk bebrapa akun aktiva

yang digunkan yaitu : metode kelompok dan metode gabungan, pemilihan metode

bergantung pada jenis aktiva yang terlibat. Metode kelompok (group method) sering

digunakan apabila aktiva bersangkutan cukup homogen dan memiliki umur manfaat

yang hampir sama. Pendekatan gabungan (composite approach) digunakan apabila

aktiva bersifat heterogen dan memiliki umur manfaat yang berbeda. Metode perhitungan

untuk kelompok maupun gabungan pada dasarnya sama yaitu menentukan rata-rata dan

menyusutkannya atas dasar rata-rata tersebut.

3.3.4          Fungsi yang Terkait dalam Penyusutan Aktiva Tetap

 Fungsi Aktiva Tetap, bertanggung jawab atas pengelolaan dan memiliki wewenang dalam penempatan, pemindahan dan penghentian pemakaian aktiva tetap.

Page 19: Sistem Informasi Akuntansi Aktiva Tetap

 Fungsi Akuntansi, bertanggung jawab atas pencatatan depresiasi atau penyusutan aktiva tetap.

3.3.5          Dokumen yang Digunakan dalam Penyusutan Aktiva Tetap

 Daftar Perhitungan Depresiasi Aktiva Tetap, daftar ini berisi perhitungan biaya depresiasi yang dibebankan dalam periode akuntansi tertentu, dan dapat dijadika sebagai lampiran dari blanko jurnal umum.

 Blanko Jurnal Umum, digunakan untuk merekam transaksi depresiasi.

3.4           RESIKO DAN PENGENDALIAN DALAM PENGELOLAAN AKTIVA

Sistem informasi aktiva tetap dibangun dengan tujuan untuk :

  Memudahkan perusahaan melacak aktiva tetap yang saat ini dimiliki perusahaan.

  Memudahkan perusahaan untuk menghitung beban depresiasi.

  Memudahkan perusahaan untuk merekam transaksi yang terkait dengan aktiva tetap.

  Memastikan bahwa perusahaan merekam harga perolehan yang benar pada saat pembelian aktiva tetap atau pada saat membuat atau membangun sendiri aktiva tetap.

Adapun resiko dalam pengelolaan aktiva tetap antara lain :

Data yang tidak valid.

 Kesalahan dalam mencatat harga perolehan aktiva tetap (apalagi jika perusahaan membuat sendiri aktiva tetap).

Kerusakan data.

Pengendalian yang dapat diterapkan dalam siklus aktiva tetap untuk

meminimalkan resiko tersebut diatas adalah :

Page 20: Sistem Informasi Akuntansi Aktiva Tetap

Semua pembelian aktiva tetap (termasuk pembelian bahan baku untuk membuat sendiri aktiva tetap) hanya boleh dilakukan apabila diawali dengan Surat Permintaan Pembelian yang bernomor urut tercetak. Hal ini membantu akuntan untuk memastikan bahwa tidak ada pembelian aktiva tetap atau surat permintaan pembelian yang terlewat tidak tercatat.

Surat Permintaan Pembeian harus diisi lengkap, terutama kolom tujuan pembelian harus diisi. Selain itu, untuk tujuan pembelian yang berbeda harus dibuatkan Surat Permintaan Pembelian tersendiri.

Setiap aktiva tetap perusahaan harus ditempeli kode aktiva tetap sesuai dengan kode yang tercatat dalam tabel daftar aktiva tetap.

Melakukan pengecekan fisik terhadap aktiva tetap secara berkala.

Jika perusahaan menggunakan komputer dalam merekam data keuangan perusahaan, maka perusahaan perlu memback up data secara rutin.

Jika perusahaan menggunakan komputer dalam merekam data keuangan, maka perusahaan dapat menetapkan password untuk karyawan yang berwenang mengakses data.

Untuk meminimalkan virus, perusahaan perlu menetapkan aturan bahwa komputer kantor hanya boleh digunakan untuk keperluan kantor.

3.5           INFORMASI YANG DIHASILKAN DALAM PENGELOLAAN AKTIVA

TETAP

Salah satu tujuan dari sistem informasi adalah menghasilkan informasi yang

relevan dan tepat waktu. Sistem informasi aktiva tetap diharapkan dapat menghasilkan

informasi berupa :

 Daftar Aktiva Tetap yang Dimiliki Perusahaan, informasi ini berguna untuk memastikan kelengkapan aktiva tetap yang dimiliki perusahaan. Jika tidak memiliki daftar aktiva tetap, perusahaan tidak dapat melakukan pengecekan secara fisik atas aktiva perusahaan.

Total Beban Depresiasi setiap Bulan, informasi ini berguna bagi perusahaan untuk menghitung laba rugi bulanan.

Page 21: Sistem Informasi Akuntansi Aktiva Tetap

SISTEM INFORMASI AKUNTANSI AKTIVA TETAP

SISTEM INFORMASI AKUNTANSI AKTIVA TETAP

Aktiva tetap adalah aktiva berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau yang harus

dibangun terlebih dahulu, yang digunakan dalam operasi entitas pemerintah, tidak

dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal entitas pemerintahan, dan

mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun. Aktiva memiliki wujud, sehingga sering kali

aktiva tetap disebut dengan aktiva tetap berwujud (tangible fixed assets).

Prosedur aktiva tetap bertujuan untuk :

1. Memberikan prosedur yang baku atas aktivitas yang berkaitan dengan perolehan informasi

mengenai aktiva tetap mulai dari pengakuan sampai pada proses pelepasannya.

2. Memberikan informasi mengenai aktiva tetap yang diperoleh dengan cara membeli, membangun

sendiri, BOT, atau didapat dari donasi/hibah/sumbangan.

3. Menghasilkan catatan mengenai aktiva tetap yang andal dan dapat dipercaya.

4. Memperhitungkan alokasi biaya untuk penyusutan aktiva tetap, umur ekonomis, dan metode

penyusutan yang digunakan.

Aktiva tetap baru dapat dicatat sebagai aktiva daerah pada saat diterima dan hak kepemilikan

berpindah ke pemerintah daerah. Dasar penilaian aktiva tetap ada tiga. Pertama, aktiva tetap

dinyatakan di neraca pada nilai historis atau harga perolehan. Jika penilaian aktiva tetap

dengan menggunakan nilai historis tidak memungkinkan, maka nilai aktiva tetap didasarkan

pada harga perolehan yang diestimasikan. Kedua, harga perolehan aktiva tetap yang dibangun

dengan cara swakelola meliputi biaya langsung untuk tenaga kerja, bahan baku, serta biaya

tidak langsung termasuk biaya perencanaan dan pengawasan, perlengkapan, tenaga listrik,

sewa peralatan, dan semua biaya lainnya yang terjadi berkaitan dengan pembangunan hingga

aktiva tersebut siap digunakan. Ketiga, jika biaya perolehan suatu aktiva tetap dinyatakan

dalam valuta asing, maka nilai rupiah akan ditetapkan berdasarkan nilai tukar (kurs tengah BI)

pada saat perolehan.

PROSEDUR PENGELOLAAN AKTIVA TETAP

3.1 Prosedur Umum

Page 22: Sistem Informasi Akuntansi Aktiva Tetap

Menurut Permendagri No.13/2006 Bab XI Pasal 253 prosedur akuntansi terhadap Aktiva Tetap

yaitu:

1. Prosedur akuntansi terhadap aset SKPD meliputi pencatatan dan pelaporan akuntansi atas perolehan, pemeliharaan, rehabilitasi, perubahan klasifikasi, dan penyusutan terhadap aset tetap yang dikuasai atau digunakan oleh SKPD.

1. Pemeliharaan aset tetap yang rutin dan berkala tidak dikapitalisasi. 1. Rehabilitasi yang bersifat sedang dan berat dikapitalisasi apabila memenuhi

salah satu kriteria menambah volume, menambah kapasitas, meningkatkan fungsi, meningkatkan efisiensi dan/atau menambah masa manfaat.

2. Perubahan klasifikasi aset tetap sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa perubahan aset tetap ke klasifikasi selain aset tetap atau sebaliknya.

3. Penyusutan sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) merupakan penyesuaian nilai sehubungan dengan penurunan kapasitas dan manfaat dari suatu aset tetap.

3.2 Metode Penyusutan

1. Setiap aset tetap kecuali tanah dan kontruksi dalam pengerjaan dilakukan penyusutan yang sistematis sesuai dengan masa manfaatnya.

2. Metode penyusutan yang dapat digunakan antara lain: 1. Metode garis lurus (straight line method) 2. Metode saldo menurun ganda (double declining balance method) 3. Metode unit produksi (unit of production method)

3. Metode garis lurus sebagaimana dimaksudkan pada ayat (2) huruf a merupakan penyesuaian nilai aset tetap dengan membebankan penurunan kapasitas dan manfaat aset tetap yang sama setiap periode umur ekonomis aset tetap berkenaan.

4. Metode saldo menurun ganda sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a merupakan penyesuaian nilai aset tetap dengan membebankan penurunan kapasitas dan manfaat aset tetap yang lebih besar pada periode awal pemanfaatan aset dibandingkan dengan periode akhir sepanjang umur ekonomis aset tetap berkenaan.

5. Metode unit produksi sebagaimana dimaksudkan pada ayat (2) huruf c merupakan penyesuaian nilai aset tetap denagn membebankan penurunan kapasitas dan manfaat aset tetap berdasarkan unit produksi yang dihasilkan dari aset tetap berkenaan.

6. Penetapan umur ekonomis aset tetap dimuat dalam kebijakan akuntansi berpedoman pada perundang-undangan.

3.3 Prosedur Penerimaan

1. Setelah berakhirnya proses evaluasi penawaran yang dilaksanakan oleh Panitia/Pejabat Pengadaan, maka Panitia/Pejabat Pengadaan harus menyerahkan BoQ (Bill of Quantity) definitif kepada Sub Bagian Pengawasan dan Penerimaan atau Panitia Pemeriksa/ Penerima Barang. Hal ini diperlukan, agar Sub Bagian Pengawasan dan Penerimaan

Page 23: Sistem Informasi Akuntansi Aktiva Tetap

atau Panitia Pemeriksa/Penerima Barang memiliki acuan awal dalam melaksanakan proses pemeriksaan dan penerimaan barang, sebelum kontrak selesai diproses.

1. Berpedoman pada BoQ (Bill of Quantity) definitif tersebut, Sub Bagian Pengawasan dan Penerimaan atau Panitia Pemeriksa/Penerima Barang membuat daftar pemeriksaan barang dan daftar penerimaan barang.

2. Setelah proses pembuatan kontrak selesai dilaksanakan, Sub Bagian Kontrak harus menyerahkan 1 (satu) copy kontrak kepada Sub Bagian Pengawasan dan Penerimaan atau Panitia Pemeriksa/Penerima Barang, sebagai dasar dalam melaksanakan proses pemeriksaan dan penerimaan barang.

1. BoQ (Bill of Quantity) definitif yang sebelumnya diserahkan oleh Panitia/Pejabat Pengadaan Barang harus dicocokkan oleh Sub Bagian Pengawasan dan Penerimaan atau Panitia Pemeriksa/Penerima Barang dengan BoQ (Bill of Quantity) dalam kontrak untuk menghindari adanya ketidaksesuaian spesifikasi barang yang akan diterimanya. Apabila terjadi perbedaan antara BoQ (Bill of Quantity) definitif dengan BoQ (Bill of Quantity) dalam kontrak, maka Sub Bagian Pengawasan dan Penerimaan atau Panitia Pemeriksa/ Penerima Barang harus menjadikan BoQ (Bill of Quantity) dalam kontrak sebagai acuan dalam proses pemeriksaan dan penerimaan barang, dengan selanjutnya merubah daftar penerimaan barang yang sebelumnya telah dibuat.

3.4 Prosedur Pemeriksaan

1. Setelah Sub Bagian Pengawasan dan Penerimaan atau Panitia Pemeriksa/Penerima Barang menerima kontrak dari Sub Bagian Kontrak, maka Sub Bagian Pengawasan dan Penerimaan atau Panitia Pemeriksa/Penerima Barang harus mempelajari dan memahami substansi (isi) dari kontrak bersangkutan, untuk dibuatkan suatu mekanisme pemeriksaan dan penerimaan barang.

2. Apabila penyedia barang telah memulai pengiriman barang ke UPT Logistik, maka barang-barang yang dikirim oleh penyedia barang harus diperiksa terlebih dahulu oleh Sub Bagian Pengawasan dan Penerimaan atau Panitia Pemeriksa/Penerima Barang. Dimana proses pemeriksaan barang harus berpedoman pada spesifikasi dan kuantitas (jumlah) barang sebagaimana tercantum dalam daftar pemeriksaan barang. Sebelum dilaksanakan proses pemeriksaan barang, Sub Bagian Pengawasan dan Penerimaan atau Panitia Pemeriksa/Penerima Barang harus meminta surat jalan dari penyedia barang.

3. Jika dari proses pemeriksaan barang terdapat spesifikasi barang yang tidak sesuai dengan spesifikasi sebagaimana tercantum dalam daftar pemeriksaan barang, maka barang yang tidak sesuai spesifikasi tersebut harus ditolak oleh Sub Bagian Pengawasan dan Penerimaan atau Panitia Pemeriksa/Penerima Barang dan dikembalikan kepada penyedia barang untuk diganti sesuai dengan spesifikasi yang seharusnya. Penolakan dan pengembalian barang harus disertai dengan daftar penolakan dan pengembalian barang.

4. Apabila barang yang dikirim oleh penyedia barang menyertakan masa garansi, maka Sub Bagian Pengawasan dan Penerimaan atau Panitia Pemeriksa/Penerima Barang harus meminta Kartu Garansi atas barang kepada penyedia barang. Apabila barang

Page 24: Sistem Informasi Akuntansi Aktiva Tetap

yang dikirim oleh penyedia barang menyertakan jaminan masa purna jual, maka Sub Bagian Pengawasan dan Penerimaan atau Panitia Pemeriksa/Penerima Barang harus Surat Pernyataan Jaminan Masa Purna Jual atas barang kepada penyedia barang.

5. Apabila barang yang diperiksa oleh Sub Bagian Pengawasan dan Penerimaan atau Panitia Pemeriksa/Penerima Barang telah sesuai dengan spesifikasi sebagaimana tercantum dalam daftar pemeriksaan barang, maka Sub Bagian Pengawasan dan Penerimaan atau Panitia Pemeriksa/Penerima Barang harus menerima barang yang telah diperiksa, untuk dicantumkan dalam daftar penerimaan barang sementara. Setelah Sub Bagian Pengawasan dan Penerimaan atau Panitia Pemeriksa/Penerima Barang mencantumkan barang yang diterima dalam daftar penerimaan barang sementara, maka surat jalan harus diparaf oleh Sub Bagian Pengawasan dan Penerimaan atau panitia penerima barang untuk selanjutnya dijadikan sebagai lampiran daftar penerimaan barang sementara.

3.5 Prosedur Penyerahan (Internal)

1. Barang-barang yang telah diterima oleh Sub Bagian Pengawasan dan Penerimaan atau Panitia Pemeriksa/Penerima Barang, selanjutnya diserahkan kepada Sub Bagian Gudang. Penyerahan barang harus dituangkan dalam daftar penyerahan barang untuk Gudang.

2. Setelah seluruh proses pengiriman barang selesai dilaksanakan oleh penyedia barang, Sub Bagian Pengawasan dan Penerimaan atau Panitia Pemeriksa/Penerima Barang mengumpulkan seluruh daftar penolakan dan pengembalian barang, daftar penerimaan barang sementara dan daftar penyerahan barang untuk Gudang, untuk dilakukan proses rekapitulasi sebagai berikut :

1. Sub Bagian Pengawasan dan Penerimaan atau Panitia Pemeriksa/Penerima Barang harus melakukan pengecekan kembali atas seluruh proses pemeriksaan dan penerimaan barang yang telah dilakukan. Apabila proses penerimaan barang telah 100% (seratus persen) dilaksanakan, maka Sub Bagian Pengawasan dan Penerimaan atau Panitia Pemeriksa/Penerima Barang harus membuat Berita Acara Pemeriksaan Pekerjaan dan Berita Acara Serah Terima Barang.

2. Sub Bagian Pengawasan dan Penerimaan atau Panitia Pemeriksa/Penerima Barang harus melakukan pengecekan kembali atas seluruh proses serah terima barang untuk Gudang. Apabila proses serah terima barang untuk Gudang telah 100% (seratus persen) dilaksanakan, maka Sub Bagian Pengawasan dan Penerimaan atau Panitia Pemeriksa/Penerima Barang harus membuat Berita Acara Serah Terima Barang Untuk Gudang.

3.6 Sistem dan Prosedur Akuntansi

Sistem dan prosedur akuntansi aktiva tetap dilaksanakan di SKPD dan SKPKD. Hal tersebut

diatur dalam pasal 255 – 258 Permendagri Nomor 13 Tahun 2006.

3.3.1 Sistem dan Prosedur Akuntansi di SKPD

Page 25: Sistem Informasi Akuntansi Aktiva Tetap

1. Prosedur akuntansi dilaksanakan oleh PPK-SKPD (Pejabat Pengelola Keuangan-SKPD) serta pejabat pengurus dan penyimpan barang SKPD.

2. PPK-SKPD membuat bukti memorial berdasarkan bukti transaksi dan /atau kejadian. Bukti memorial tersebut dicatat ke dalam jurnal dan sekurang-kurangnya memuat informasi mengenai jenis/nama aktiva tetap, kode rekening, klasifikasi, nilai tetap, serta tanggal transaksi dan/atau kejadian.

3. Bukti memorial harus dilampiri dengan dokumen-dokumen:

- Berita acara penerimaan barang

- Berita acara serah terima barang

- Berita acara penyelesaian pekerjaan

4. Jurnal tersebut secara periodik diposting ke buku besar rekening yang bersangkutan dan setiap akhir periode semua buku besar ditutup sebagai dasar penyusunan laporan keuangan SKPD.

3.3.2 Sistem dan Prosedur Akuntansi di SKPKD

1. Prosedur akuntansi dilaksanakan oleh fungsi akuntansi pada SKPKD. 2. Prosedur akuntansi meliputi serangkaian proses pencatatan dan pelaporan akuntansi

atas perolehan, pemeliharaan, rehabilitasi, penghapusan, pemindahtanganan, perubahan klasifikasi, dan penyusutan terhadap aktiva tetap yang dikuasai/digunakan oleh SKPKD, yang dapat dilakukan secara manual atau menggunakan aplikasi komputer.

3. Fungsi akuntansi SKPKD membuat bukti memorial berdasarkan bukti transaksi dan /atau kejadian. Bukti memorial tersebut dicatat ke dalam jurnal dan sekurang-kurangnya memuat informasi mengenai jenis/nama aktiva tetap, kode rekening, klasifikasi, nilai tetap, serta tanggal transaksi dan/atau kejadian.

4. Bukti memorial harus dilampiri dengan dokumen-dokumen:

- Berita acara penerimaan barang

- Surat keputusan penghapusan barang

- Surat keputusan mutasi barang (antar SKPKD)

- Berita acara pemusnahan barang

- Berita acara serah terima barang

- Berita acara penilaian

Page 26: Sistem Informasi Akuntansi Aktiva Tetap

- Berita acara penyelesaian pekerjaan

5. Jurnal tersebut secara periodik diposting ke buku besar rekening yang bersangkutan dan setiap akhir periode semua buku besar ditutup sebagai dasar penyusunan laporan keuangan SKPKD.

6. Prosedur akuntansi digunakan sebagai alat pengendali dalam pengelolaan aktiva tetap yang dikuasai/digunakan SKPD dan/atau SKPKD.

D

PENGELOLAAN AKTIVA TETAP

Dalam pembahasan ini akan mengulas mengenai pengelolaan aktiva tetap. Seperti yang

kita ketahui, aktiva tetap merupakan aset perusahaan yang perlu dikelola dengan baik

sehingga aset tersebut dapat terjaga dan dapat dimanfaatkan semaksimal dan sebaik

mungkin. Adapun pengelolaan aktiva tetap meliputi : pengadaan aktiva tetap,

pemeliharaan aktiva tetap dan pencatatan depresiasi aktiva.

3.1 PENGADAAN AKTIVA TETAP

Pengadaan aktiva tetap dapat dilakukan dengan berbagai macam cara, dimana

masing-masing cara tersebut dapat mempengaruhi penentuan harga perolehan aktiva

tetap itu sendiri. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan diantaranya melalui pembelian

aktiva tetap, membuat sendiri aktiva tetap atau melalui pertukaran aktiva tetap. Berikut

penjelasan mengenai berbagai macam cara perolehan aktiva tetap.

3.1.1 Pengadaan Aktiva Tetap

1. Pengadaan Aktiva Tetap dari Pembelian

Pengadaan aktiva tetap dapat dilakukan salah satunya melalui pembelian aktiva

tetap. Dimana pembelian aktiva tetap itu sendiri dapat dilakukan dengan dua cara,

yakni :

  Pembelian Aktiva secara Tunai

Page 27: Sistem Informasi Akuntansi Aktiva Tetap

Pembelian Aktiva secara Kredit Jangka Panjang

Dalam prosesnya, pembelian aktiva harus diawali dengan permintaan pembelian

dari departemen yang membutuhkan. Selanjutnya bagian pembelian perusahaan akan

melakukan survei terhadap pemasok dan mengajukan pemintaan penawaran harga.

Permintaan penawaran harga ini berguna untuk memastikan bahwa perusahaan

mendapatkan aktiva tetap dengan harga wajar. Permintaan penawaran harga ini juga

berguna untuk meminimalkan peluang tips dari pemasok.

Setelah menemukan pemasok yang sesuai, bagian pembelian membuat surat

order pembelian kepada pemasok. Selanjutnya pemasok akan mengirim barang yang

dipesan. Pada saat barang datang, departemen pengguna (yang membutuhkan aktiva

tetap) dapat ikut hadir untuk mengecek barang yang datang. Selanjutnya pemasok akan

mengirim tagihan (faktur) ke perusahaan. Faktur tersebut akan dilunasi sesuai dengan

prosedur yang telah ditentukan perusahaan sebelumnya.

2. Pengadaan Aktiva dari Penerbitan Surat Berharga

Perolehan aktiva tetap dengan penerbitan surat berharga adalah menerbitkan

saham atau obligasi perusahaan untuk ditukar dengan aktiva tetap. Aktiva tetap tersebut

harus dicatat sebesar harga pasar saham atau obligasi pada saat pembelian. Nilai saham

atau obligasi dicatat seharga nilai pari. Jika harga pasar lebih besar dari nilai pari,

selisihnya dicatat sebagai premium ( agio saham) dan jika harga pasar lebih rendah dari

nilai pari maka selisihnya dicatat sebagai diskon (disagio saham).

3. Pengadaan Aktiva Tetap dari Pertukaran

Menurut cara ini, aktiva diperoleh dengan cara menukarkan aktiva tetap yang

kita miliki dengan aktiva tetap yang dimiliki oleh pihak lain dimana aktiva yang lama

digunakan sebagai pembayar sebagian atau seluruh atas aktiva yang baru. Ada dua

macam pertukaran aktiva tetap, yaitu:

1). Pertukaran aktiva tetap yang tidak sejenis

Page 28: Sistem Informasi Akuntansi Aktiva Tetap

Pertukaran aktiva tetap yang tidak sejenis adalah pertukaran aktiva tetap yang sifat dan

fungsinya berbeda. Biaya dari pos semacam ini, menurut PSAK No. 16 diukur pada nilai

wajar aktiva yang dilepaskan atau yang diperoleh.

2). Pertukaran aktiva tetap yang sejenis

Suatu aktiva tetap dapat diperoleh dalam pertukaran atas suatu aktiva yang serupa yang

memiliki manfaat yang serupa dalam bidang usaha yang sama dan memiliki suatu nilai

wajar yang serupa.

4. Pengadaan Aktiva dari Hadiah atau Donasi

Jika aktiva tetap diperoleh dengan cara dihadiahkan atau ditemukan sendiri maka

aktiva harus dicatat sebesar harga pasar yang wajar atau berdasarkan penilaian yang

dilakukan oleh pihak atau perusahaan penilai yang independent (appraisal company)

dengan mengkredit akun “modal donasi”.

5. Pengadaan Aktiva dari Membuat Sendiri

Perusahaan kadang kala tidak membeli aktiva tetap, melainkan membuatnya

sendiri. Misalnya perusahaan melakukan perluasan gedung pabrik atau bahkan

membangun pabrik baru. Pembangunan seperti ini harus dicatat sebagai aktiva dalam

pembangunan. Harga pokok perolehannya dicatat sebesar berapa banyak biaya yang

dikeluarkan untuk menbangun aktiva tersebut. Hal ini disesuaikan dengan pernyataan

dalam PSAK No. 16 dimana disebutkan bahwa biaya perolehan suatu aktiva yang

dikontruksi sendiri ditentukan menggunakan prinsip yang sama seperti suatu aktiva yang

diperoleh, yaitu meliputi semua biaya yang berkenaan dengan konstruksi aktiva tersebut

hingga siap digunakan.

3.1.2 Fungsi yang terkait Dalam Pengadaan Aktiva Tetap

Fungsi yang terkait dalam pengadaan aktiva tetap mempunyai peranan penting,

dengan adanya fungsi yang terkait maka prosedur pengadaan aktiva tetap akan berjalan

dengan baik. Adapun fungsi-fungsi yang terkait dalam prosedur pengadaan aktiva tetap

adalah sebagai berikut :

Page 29: Sistem Informasi Akuntansi Aktiva Tetap

Fungsi Pemakai, bertanggung jawab mengajukan usulan investasi aktiva tetap dan mengajukan surat permintaan otorisasi untuk merealisasikan perolehan aktiva tetap.

Fungsi Riset dan Pengembangan, bertanggung jawab mengajukan usulan investasi aktiva tetap yang dimanfaatkan bersama oleh lebih dari satu fungsi.

Direktur yang Bersangkutan, memberikan persetujuan terhadap usulan investasi.

Direktur Utama, memberikan otorisasi terhadap semua mutasi aktiva tetap.

Fungsi Pembelian, bertanggung jawab untuk memilih pemasok dan menerbitkan surat order pembelian untuk pengadaan aktiva tetap.

 Fungsi Penerimaan, bertanggung jawab melakukan pemeriksaan terhadap aktiva tetap yang diterima dari pemasok.

Fungsi Akuntansi, betanggung jawab terhadap pembuatan dokumen sumber (bukti kas keluar dan bukti memorial) untuk pencatatan aktiva tetap.

3.1.3 Dokumen yang Digunakan dalam Pengadaan Aktiva Tetap

Dalam pengadaan aktiva tetap, dibutuhkan beberapa dokumen antara lain sebagai

berikut :

1. Surat permintaan transfer aktiva tetap, berfungsi sebagai permintaan dan pemberian

otorisasi transfer aktiva tetap.

2. Surat perintah kerja (work order), berfungsi sebagai perintah dilaksanakannya pekerjaan

tertentu mengenai aktiva tetap dan sebagai catatan yang dipakai untuk mengumpulkan

biaya pembuatan aktiva tetap.

Page 30: Sistem Informasi Akuntansi Aktiva Tetap

3.  Surat order pembelian, diterbitkan oleh fungsi pembelian yang merupakan surat untuk

memesan aktiva tetap kepada pemasok.

4. Laporan penerimaan barang, diterbitkan oleh fungsi penerimaan setelah fungsi ini

melakukan pemeriksaan kuantitas,mutu, dan spesifikasi aktiva tetap yang diterima dari

pemasok.

5.  Faktur dari pemasok, merupakan tagihan dari pemasok untuk aktiva tetap yang dibeli.

6. Bukti kas keluar, merupakan perintah pengeluaran kas yang dibuat oleh fungsi akuntansi

setelah dokumen surat permintaan otorisasi investasi, surat order pembelian, laporan

penerimaan barang, dan faktur dari pemasok diterima dan diperiksa oleh fungsi tersebut.

7.  Bukti memorial, digunakan sebagai dokumen sumber untuk pencatatan transaksi, harga

pokok aktiva tetap yang telah selesai dibangun, pemberhentian pemakaian aktiva tetap,

dan pengeluaran modal.

8. Daftar aktiva tetap, merupakan dokumen yang mencatat seluruh aktiva yang dimiliki oleh

perusahaan.

3.2 PENGELOLAAN AKTIVA TETAP

3.2.1 Pemeliharaan Aktiva Tetap

Ada kalanya aktiva tetap yang dimiliki perusahaan perlu perawatan untuk

memastikan bahwa aktiva tetap tersebut dapat beroperasi secara optimal. Menurut

akuntansi biaya pemeliharaan semacam ini dapat dibedakan menjadi dua kelompok,

yaitu biaya yang tidak menambah umur aktiva dan biaya yang dapat menambah umur

aktiva tetap. Pengelompokan ini akan berdampak pada perlakuan terhadap pengeluaran

tersebut. Biaya yang tidak menambah umur aktiva akan dicatat sebagai biaya pada

periode pengeluaran tersebut terjadi, sedangkan biaya yang menambah umur aktiva akan

dikapitalisasi (dicatat sebagai penambah nilai aktiva). Selanjutnya, nilai yang

dikapitalisasi tersebut akan memperbesar nilai aktiva dan akan didepresiasi sampai umur

aktiva tersebut habis.

Pada dasarnya, memisahkan biaya pemeliharaan semacam ini tidaklah mudah,

mengingat perawatan rutin tidak akan menambah umur manfaat aktiva, tapi jika tidak

dirawat maka akan memperpendek umur aktiva, sebagai contoh perawatan mobil.

Page 31: Sistem Informasi Akuntansi Aktiva Tetap

Adapun kegiatan-kegiatan perusahaan yang berhubungan dengan pemeliharaan aktiva

tetap adalah sebagai berikut :

1.       Pemeliharaan (maintenance)

Pemeliharan atau maintenance merupakan tindakan atau aktivitas yang ditujukan hanya

untuk membuat suatu aktiva tetap berfungsi sebagaimana mestinya, dan pengeluaran

yang timbul hendaknya dibebankan (dijadikan biaya) pada periode yang sama.

2.       Perbaikan (repairment)

Perbaikan atau repairment diperhitungkan sebagai aktivitas yang lebih besar

dibandingkan dengan pemeliharaan. Dikatakan perbaikan apabila; untuk membuat aktiva

tersebut berfungsi sebagaimana mestinya diperlukan tindakan pemulihan kondisi atas

bagian atau sparepart atau komponen yang mengalami penurunan fungsi, akan tetapi

belum diperlukan suatu penggantian.

3.       Penggantian Komponen (replacement)

Istilah penggantian komponen (replacement) jelas artinya. Ditandai dengan adanya

penggantian atas satu komponen atau lebih dari suatu aktiva tetap.

4.       Peningkatan Kapasitas (up-grading)

Pada fase pertumbuhan perusahaan, biasanya disertai dengan peningkatan produksi,

sebagai konsekuensinya, tidak jarang perusahaan harus melakukan upgrade (peningkatan

kapasitas) terhadap aktiva tetap yang digunakan (entah itu mesin, peralatan bahkan

gedungnya). Atas suatu up grading, tentu akan memicu adanya pengeluaran-pengeluaran

yang biasanya cukup material.

5.       Turun Mesin (over haul)

Istilah turun mesin atau overhaul terjadi pada aktiva tetap yang bekerjanya

menggunakan mesin. Misalnya; kendaraan, mesin produksi, peralatan produksi.

Dikatakan mengalami turun mesin apabila untuk membuatnya berfungsi lebih baik,

diperlukan tindakan pembongkaran terhadap hampir seluruh komponen atau komponen

utama dari aktiva tersebut, untuk kemudian dilakukan pemasangan kembali. Pada proses

turun mesin hampir pasti akan terjadi sekaligus tindakan pemeliharaan, perbaikan,

penggantian komponen. Turun mesin biasanya terjadi disaat-saat aktiva tersebut

mengalami penurunan fungsi (kapasitas) yang sangat signifikan akibat penggunaan yang

sudah relatif lama. Aktifitas turun mesin sudah pasti akan membuat umur ekonomis

Page 32: Sistem Informasi Akuntansi Aktiva Tetap

aktiva tersebut menjadi bertambah. Untuk itu, pengeluaran-pengeluaran yang timbul

hendaknya dikapitalisasi.

Seperti yang telah dipelajari diatas, mengenai pemisahan biaya pemeliharaan

yang akan dibebankan pada periode terjadinya atau dikapitalisasi, berikut ini faktor-

faktor lain yang perlu dipertimbangkan untuk mendeterminasi apakah suatu pengeluaran

dalam masa penggunaan aktiva dibebankan atau dikapitalisasi.

1.       Tingkat Keseringan

Jika jenis pengeluaran tersebut sering terjadi dan sifatnya rutin (repetitive), maka

sebaiknya pengeluaran tersebut dibiayakan, begitu pula sebaliknya.

2.       Materialitas

Jika pengeluaran tersebut sifatnya material, maka sebaiknya dikapitalisasi, jika tidak

maka dibebankan (silahkan diukur dengan membandingkan antara pengeluaran yang

terjadi dengan harga perolehan aktiva).

3.       Lama Manfaat

Jika pengeluaran tersebut diperkirakan akan memberikan manfaat lebih dari satu tahun

buku, maka sebaiknya dikapitalisasi, jika hanya satu tahun buku atau kurang, sebaiknya

dibebankan diperiode yang sama.

4.       Pengaruhnya terhadap Umur Ekonomis atau Kapasitas

Jika pengeluaran tersebut diperkirakan akan menambah umur ekonomis atau

meningkatkan kapasitas,maka sebaiknya di kapitalisasi, demikian sebaliknya.

3.2.2 Fungsi yang Terkait Dalam Pemeliharaan Aktiva Tetap

  Fungsi Pemakai, berfungsi mengelola pemakaian aktiva tetap.

  Direktur yang bersangkutan, berfungsi memberikan persetujuan terhadap surat permintaan

otorisasi reparasi yang diajukan oleh unit organisasi yang berada di bawah

wewenangnya.

  Fungsi Aktiva Tetap, bertanggung jawab atas pengelolaan aktiva tetap perusahaan.

Page 33: Sistem Informasi Akuntansi Aktiva Tetap

  Fungsi Akuntansi, betanggung jawab terhadap pembuatan dokumen sumber (bukti kas

keluar dan bukti memorial) untuk pencatatan aktiva tetap.

3.2.3 Dokumen yang Digunakan Dalam Pemeliharaan Aktiva Tetap

  Bukti Pengeluaran Kas, merupakan dokumen yang digunakan jika pengeluaran biaya pemeliharaan cukup besar.

  Dokumen dalam Siklus Kas Kecil, digunakan untuk biaya pemeliharan yang tidak terlalu besar.

  Daftar Aktiva Tetap, digunakan untuk mencatat pengeluaran yang dikapitalisasi, sehingga menambah nilai aktiva tetap.

  Blanko Cek Fisik Aktiva Tetap, digunakan untuk pengecekan aktiva tetap.

3.3 DEPRESIASI AKTIVA TETAP

3.3.1 Pengertian Depresiasi

Di samping pengeluaran dalam masa penggunaannya, masalah penyusutan atau

depresiasi merupakan masalah yang penting selama masa penggunaan aktiva tetap. Yang

dimaksud dengan penyusutan atau depresiasi menurut Akuntansi Perpajakan terapan

adalah sebagai berikut :

“Proses alokasi sebagian harga perolehan aktiva menjadi biaya (cost allocation),

sehingga biaya tersebut mengurangi laba usaha” (Prabowo, Yusdianto, Op.cit, Hal 22)

Pengertian penyusutan ini tidak sama seperti pengertian dalam ekonomi

perusahaan yang menekankan bahwa penyusutan itu merupakan cadangan untuk

pembelian aktiva tetap baru setelah aktiva tetap yang lama tidak dipakai lagi.

Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Nomor 17 paragraf 2

tentang Akuntansi Penyusutan menyatakan bahwa:

“Penyusutan adalah alokasi jumlah suatu aktiva yang dapat disusutkan sepanjang masa

manfaat yang diestimasi, penyusutan untuk periode akuntansi dibebankan kependapatan

Page 34: Sistem Informasi Akuntansi Aktiva Tetap

baik secara langsung maupun tidak langsung”. (Ikatan Akuntan Indonesia, Op.cit, No 17

Paragraf 2)

Jadi dapat disimpulkan penyusutan atau depresiasi merupakan pengalokasian

harga perolehan aktiva tetap selama umur ekonomis aktiva tersebut. Umur ekonomis

adalah berapa lama aktiva tersebut bermanfaat bagi perusahaan secara efisien, jadi umur

ekonomis tidak sama dengan umur aktiva.

Tujuan dari penyusutan adalah untuk menyajikan informasi tentang penyusutan

yang dilaporkan sebagai alokasi biaya yang diharapkan dapat berguna bagi para pemakai

laporan keuangan. Informasi tentang penyusutan merupakan hal yang cukup penting

bagi pemakai laporan keuangan, terutama dalam kaitannya earning power, yaitu

mengenai:

         Proses perbandingan beban terhadap pendapatan untuk menghitung laba periodik.

         Tingkat keefektifan manajemen dalam menggunakan sumber daya.

3.3.2 Karakteristik Aktiva Tetap yang Dapat Disusutkan

  Digunakan selama lebih dari satu periode akuntansi.

  Memiliki suatu masa manfaat yang terbatas.

  Dimiliki oleh suatu perusahaan untuk digunakan dalam proses produksi atau memasok barang atau jasa, untuk disewakan, atau tujuan administrasi.

  Nilainya menurun secara bertahap.

Beberapa aktiva yang tidak dapat disusutkan karena nilainya tidak menurun adalah

tanah, aktiva pendanaan, barang dagangan, dan persediaan.

3.3.3 Faktor-Faktor yang Terlibat dalam Proses Penyusutan

3.3.3.1 Dasar Penyusutan Aktiva

Page 35: Sistem Informasi Akuntansi Aktiva Tetap

Dasar yang ditetapkan untuk penyusutan merupakan fungsi dari dua faktor, biaya

awal dan nilai sisa atau pelepasan. Biaya awal atau baiya historis adalah semua biaya

yang diukur oleh kas atau harga ekuivalen kas untuk memperoleh aktiva dan

membawanya ke lokasi serta kondisi yang diperlukan untuk tujuan penggunaannya.

Nilai sisa (salvage value) adalah estimasi jumlah yang akan diterima pada saat aktiva itu

dijual atau ditarik dari penggunaannya. Nilai sisa merupakan jumlah dimana nilai aktiva

harus diturunkan nilainya atau disusutkan selama masa manfaatnya. Sebagai gambaran

jika aktiva memiliki biaya Rp. 10.000.000,- dan nilai sisa sebesar Rp. 1.000.000,- , maka

dasar penyusutannya adalah Rp. 9.000.000,-

Dari sudut pandang praktis, nilai sisa sering kali dianggap nol. Akan tetapi

beberapa aktiva jangka panjang memiliki nilai sisa yang substansial.

3.3.3.2 Estimasi Umur Pelayanan atau Manfaat

Umur pelayanan atau manfaat suatu aktiva sering kali tidak sama dengan umur

fisiknya. Sebuah mesin secara fisik mungkin dapat memproduksi sejumlah produk

tertentu selama beberapa tahun melebihi umur pelayanannya. Tetapi sebuah perusahaan

mungkin tidak menggunakan mesin selama seluruh tahun itu karena biaya pembuatan

produk dalam tahun-tahun terakhir mungkin terlalu tinggi.

Dalam banyak kasus, perusahaan mengestimasi masa manfaat aktiva berdasarkan

pengalaman masa lalu perusahaan dengan aktiva yang sama atau sejenis.

Menurut Zaki Baridwan hal-hal yang menyebabkan terbatasnya masa

penggunaan aktiva tetap tersebut dikelompokan menjadi dua yakni faktor fisik dan

faktor fungsional. Adanya faktor-faktor fisik yang mengurangi atau bahkan tidak

dipergunakan lagi, yang disebabkan karena:

 Aus karena dipakai - Oleh karena pemakaian aktiva tetap dalam proses produksi tidak hanya sekali saja, tetapi berlangsung terus menerus secara kontiyu mengakibatkan kapasitas dan produktivitas yang dimiliki aktiva itu akan semakin berkurang nilainya sehingga kualitas dan kuantitas yang dihasilkan dalam proses produksi semakin berkurang pula hasilnya.

 Aus karena umur - Setiap aktiva dapat aus seiring dengan perjalanan waktu. Sekalipun aktiva tetap ini belum pernah dipakai, namun dengan adanya faktor kimia yang diakibatkan oleh pengaruh alam seperti hujan, panas dan udara

Page 36: Sistem Informasi Akuntansi Aktiva Tetap

terhadap aktiva tersebut akan menyebabkan kerusakan dan mungkin tidak efisien untuk dipergunakan lagi.

Kerusakan-kerusakan - Kerusakan suatu aktiva dapat disebabkan oleh kurang hati-hati atau kurang tepat dalam cara pengguanaan aktiva tetap, juga yang disebabkan oleh bencana seperti; gempa bumi, banjir atau kebakaran yang tidak sepenuhnya dapat dipergunakan kembali atau bahkan aktiva tetap itu tidak dapat dipergunakan sama sekali.

Adapun faktor lain, selain faktor fisik yang menyebabkan perlunya diadakan

penyusutan adalah faktor fungsional yang juga dapat mengurangi atau mengakibatkan

suatu aktiva tetap tidak dapat dipergunakan lagi, yaitu:

Ketidaklayakan - Dengan meningkatkan daya beli konsumen yang melampui kemampuan alat produksi yang tersedia akan mengakibatkan alat-alat produksi yang tersedia secara teknis masih dapat dipergunakan, tetapi secara ekonomis telah menunjukkan kemunduran, karena tidak lagi memenuhi syarat-syarat yang menunjang skala ekonomis. Oleh karena itu, untuk memenuhi permintaan konsumen perlu adanya penggantian alat-alat produksi baru yang mempunyai kapasitas produksi lebih besar dibanding alat-alat lama.

 Keusangan - Kemajuan dan pembaharuan teknis yang terus menerus membawa akibat alat-alat produksi yang lama secara ekonomis dianggap sudah kuno. Perbaikan dan pembaharuan teknis yang datang terus menerus dengan cepat dapat mengakibatkan daya guna ekonomis alat-alat produksi lama akan semakin berkurang atau secara ekonomis tidak dapat dipergunakan lagi dan perlu di ganti dengan peralatan yang baru.

Penghentian permintaan - Suatu alat produksi tidak akan mempunyai nilai karena hasil produksinya tidak dapat dipertahankan lagi di pasaran. Ini disebabkan karena perubahan selera atau kebutuhan konsumen yang semakin beragam. Barang-barang hasil produksi tersebut dianggap kuno oleh konsumen, sehingga tidak dapat diandalkan lagi untuk merebutkan pangsa pasar.

3.3.3.3    Metode Depresiasi Aktiva Tetap

1.       Metode Aktivitas (Activity Method)

Metode aktivitas (activity method) juga disebut pendekatan beban variabel atau

pendekatan unit produksi, mengasumsikan bahwa penyusutan adalah fungsi dari

penggunaan atau produktivitas dan bukan dari berlalunya waktu. Umur aktiva ini

Page 37: Sistem Informasi Akuntansi Aktiva Tetap

dinyatakan dalam istilah keluaran (output) yang disediakan (unit-unit yang diproduksi),

atau masukan (input) seperti jumlah jam kerja. Secara konseptual asosiasi biaya yang

tepat ditetapkan dalam istilah output bukan jam yang digunakan tetapi sering kali output

ini sulit diukur. Dalam kasus seperti ini, ukuran input seperti jam mesin adalah metode

yang lebih tepat dalam mengukur jumlah beban penyusutan selama periode akuntansi

tertentu.

2.       Metode Garis Lurus (Straight Line Method)

Metode garis lurus (straight line method) adalah metode depresiasi dimana

depresiasi berupa bagian-bagian yang sama besar selama masa manfaat yang ditetapkan

bagi aktiva tersebut. Metode garis lurus mempertimbangkan penyusutan sebagai fungsi

dari waktu, bukan fungsi dari penggunaan. Metode ini telah digunakan secara luas dalam

praktek karena kemudahannya. Prosedur garis lurus secara konseptual sering kali juga

merupakan prosedur penyusutan yang paling sesuai. Apabila keusangan bertahap

merupakan alasan utama atas terbatasnya umur pelayanan, maka umur kegunaannya

akan konstan dari periode ke periode.

3.       Metode Beban Menurun (Decreasing Charge Method)

Metode beban menurun (decreasing charge method) menyediakan biaya

penyusutan yang lebih tinggi pada tahun awal dan beban yang lebih rendah pada periode

mendatang. Karena metode ini memperbolehkan pembebanan yang lebih tinggi pada

tahun-tahun awal dibanding metode garis lurus, maka sering disebut metode penyusutan

dipercepat. Ada dua metode dari metode beban menurun, dimana secara umum satu dari

kedua metode tersebut digunakan, yakni :

Metode Jumlah Angka Tahun (Sum of the years digits method)

Metode jumlah angka tahun menghasilkan beban penyusutan yang menurun berdasarkan

pecahan yang menurun dari biaya yang dapat disusutkan (biaya awal dikurangi nilai

sisa). Setiap pecahan menggunakan jumlah angka tahun sebagai penyebut, sedangkan

pembilang adalah jumlah tahun estimasi umur yang tersisa pada awal tahun. Dalam

Page 38: Sistem Informasi Akuntansi Aktiva Tetap

metode ini pembilang menurun dari tahun ke tahun dan penyebut tetap konstan. Pada

akhir masa manfaat aktiva saldo yang tersisa harus sama dengan nilai sisa.

Metode Saldo Menurun (Declining balance method)

Metode saldo menurun adalah metode penyusutan dimana penyusutan berupa bagian-

bagian yang menurun dengan menggunakan tarif penyusutan (diekspresikan sebagai

persentase). Tidak seperti metode lainnya, dalam metode saldo menurun nilai sisa tidak

dikurangkan dalam menghitung dasar penyusutan. Tarif saldo menurun dikalikan

dengan nilai buku aktiva pada awal setiap periode. Karena nilai buku aktiva dikurangi

setiap periode dengan beban penyusutan, maka tarif saldo menurun yang konstan

diaplikasikan pada nilai buku yang terus menurun yang menghasilkan beban penyusutan

yang semakin rendah setiap tahunnya. Proses ini terus berlangsung hingga nilai buku

aktiva berkurang mencapai estimasi nilai sisanya, dimana pada saat tersebut penyusutan

akan dihentikan.

4.       Metode Penyusutan Khusus

Terkadang perusahaan menggunakan penyusutan khusus karena aktiva yang

terlibat memiliki karakteristik yang unik, atau sifat industrinya mengharuskan penerapan

metode penyusutan khusus. Ada dua metode penyusutan khusus, yakni : Metode

Kelompok dan Metode Gabungan. Beberapa akun aktiva sering kali disusutkan dengan

menggunakan satu tarif. Terdapat dua metode penyusutan untuk bebrapa akun aktiva

yang digunkan yaitu : metode kelompok dan metode gabungan, pemilihan metode

bergantung pada jenis aktiva yang terlibat. Metode kelompok (group method) sering

digunakan apabila aktiva bersangkutan cukup homogen dan memiliki umur manfaat

yang hampir sama. Pendekatan gabungan (composite approach) digunakan apabila

aktiva bersifat heterogen dan memiliki umur manfaat yang berbeda. Metode perhitungan

untuk kelompok maupun gabungan pada dasarnya sama yaitu menentukan rata-rata dan

menyusutkannya atas dasar rata-rata tersebut.

3.3.4          Fungsi yang Terkait dalam Penyusutan Aktiva Tetap

Page 39: Sistem Informasi Akuntansi Aktiva Tetap

 Fungsi Aktiva Tetap, bertanggung jawab atas pengelolaan dan memiliki wewenang dalam penempatan, pemindahan dan penghentian pemakaian aktiva tetap.

 Fungsi Akuntansi, bertanggung jawab atas pencatatan depresiasi atau penyusutan aktiva tetap.

3.3.5          Dokumen yang Digunakan dalam Penyusutan Aktiva Tetap

 Daftar Perhitungan Depresiasi Aktiva Tetap, daftar ini berisi perhitungan biaya depresiasi yang dibebankan dalam periode akuntansi tertentu, dan dapat dijadika sebagai lampiran dari blanko jurnal umum.

 Blanko Jurnal Umum, digunakan untuk merekam transaksi depresiasi.

3.4           RESIKO DAN PENGENDALIAN DALAM PENGELOLAAN AKTIVA

Sistem informasi aktiva tetap dibangun dengan tujuan untuk :

  Memudahkan perusahaan melacak aktiva tetap yang saat ini dimiliki perusahaan.

  Memudahkan perusahaan untuk menghitung beban depresiasi.

  Memudahkan perusahaan untuk merekam transaksi yang terkait dengan aktiva tetap.

  Memastikan bahwa perusahaan merekam harga perolehan yang benar pada saat pembelian aktiva tetap atau pada saat membuat atau membangun sendiri aktiva tetap.

Adapun resiko dalam pengelolaan aktiva tetap antara lain :

Data yang tidak valid.

 Kesalahan dalam mencatat harga perolehan aktiva tetap (apalagi jika perusahaan membuat sendiri aktiva tetap).

Page 40: Sistem Informasi Akuntansi Aktiva Tetap

Kerusakan data.

Pengendalian yang dapat diterapkan dalam siklus aktiva tetap untuk

meminimalkan resiko tersebut diatas adalah :

Semua pembelian aktiva tetap (termasuk pembelian bahan baku untuk membuat sendiri aktiva tetap) hanya boleh dilakukan apabila diawali dengan Surat Permintaan Pembelian yang bernomor urut tercetak. Hal ini membantu akuntan untuk memastikan bahwa tidak ada pembelian aktiva tetap atau surat permintaan pembelian yang terlewat tidak tercatat.

Surat Permintaan Pembeian harus diisi lengkap, terutama kolom tujuan pembelian harus diisi. Selain itu, untuk tujuan pembelian yang berbeda harus dibuatkan Surat Permintaan Pembelian tersendiri.

Setiap aktiva tetap perusahaan harus ditempeli kode aktiva tetap sesuai dengan kode yang tercatat dalam tabel daftar aktiva tetap.

Melakukan pengecekan fisik terhadap aktiva tetap secara berkala.

Jika perusahaan menggunakan komputer dalam merekam data keuangan perusahaan, maka perusahaan perlu memback up data secara rutin.

Jika perusahaan menggunakan komputer dalam merekam data keuangan, maka perusahaan dapat menetapkan password untuk karyawan yang berwenang mengakses data.

Untuk meminimalkan virus, perusahaan perlu menetapkan aturan bahwa komputer kantor hanya boleh digunakan untuk keperluan kantor.

3.5           INFORMASI YANG DIHASILKAN DALAM PENGELOLAAN AKTIVA

TETAP

Salah satu tujuan dari sistem informasi adalah menghasilkan informasi yang

relevan dan tepat waktu. Sistem informasi aktiva tetap diharapkan dapat menghasilkan

informasi berupa :

 Daftar Aktiva Tetap yang Dimiliki Perusahaan, informasi ini berguna untuk memastikan kelengkapan aktiva tetap yang dimiliki perusahaan. Jika tidak

Page 41: Sistem Informasi Akuntansi Aktiva Tetap

memiliki daftar aktiva tetap, perusahaan tidak dapat melakukan pengecekan secara fisik atas aktiva perusahaan.

Total Beban Depresiasi setiap Bulan, informasi ini berguna bagi perusahaan untuk menghitung laba rugi bulanan.