Sistem Hukum Indonesia

25
I. Pendahuluan Adat merupakan cerminan jati diri suatu bangsa. Setiap bangsa pasti memiliki adatnya masing-masing dan berbeda antara satu dan lainnya. Hal inilah yang menimbulkan kekhasan pada masing-masing bangsa. Indonesia sendiri sebagai sebuah negara kepulauan memiliki suku yang beragam di mana setiap suku tersebut memiliki adatnya masing-masing yang berbeda dan memiliki kekhasan. Hal ini yang menjadi dasar tingkah laku dalam kehidupan sehari-hari masyarakatnya. Hukum adat sudah ada sejak zaman nenek moyang dan sudah mengakar pada suku tersebut. Hukum adat oleh masyarakat Indonesia biasanya hanya disebut adat saja. Dalam pelaksanaan hukum adat terdapat aturan-aturan dan larangan yang menyangkut kehidupan masyarakatnya. Namun dalam hukum adat biasanya tidak ada aturan yang tertulis. Semua hanya berdasarkan aturan turun-temurun yang diingat dan dilaksanakan atas dasar kepatuhan sebagai anggota suku. Kemajemukan hukum adat juga berpengaruh pada hukum nasional Indonesia. Sedikit banyak hukum adat juga digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam membuat sebuah aturan hukum di Indonesia. Hukum yang digunakan biasanya adalah hukum yang dapat berlaku secara umum. Namun akhir-akhir ini 1

Transcript of Sistem Hukum Indonesia

Page 1: Sistem Hukum Indonesia

I. Pendahuluan

Adat merupakan cerminan jati diri suatu bangsa. Setiap bangsa pasti

memiliki adatnya masing-masing dan berbeda antara satu dan lainnya. Hal inilah

yang menimbulkan kekhasan pada masing-masing bangsa. Indonesia sendiri

sebagai sebuah negara kepulauan memiliki suku yang beragam di mana setiap

suku tersebut memiliki adatnya masing-masing yang berbeda dan memiliki

kekhasan. Hal ini yang menjadi dasar tingkah laku dalam kehidupan sehari-hari

masyarakatnya. Hukum adat sudah ada sejak zaman nenek moyang dan sudah

mengakar pada suku tersebut. Hukum adat oleh masyarakat Indonesia biasanya

hanya disebut adat saja. Dalam pelaksanaan hukum adat terdapat aturan-aturan

dan larangan yang menyangkut kehidupan masyarakatnya. Namun dalam hukum

adat biasanya tidak ada aturan yang tertulis. Semua hanya berdasarkan aturan

turun-temurun yang diingat dan dilaksanakan atas dasar kepatuhan sebagai

anggota suku. Kemajemukan hukum adat juga berpengaruh pada hukum nasional

Indonesia. Sedikit banyak hukum adat juga digunakan sebagai bahan

pertimbangan dalam membuat sebuah aturan hukum di Indonesia. Hukum yang

digunakan biasanya adalah hukum yang dapat berlaku secara umum. Namun

akhir-akhir ini kita sudah mulai meninggalkannya. Hal ini dikarenakan terdapat

banyak perbedaan di antara hukum adat sehingga sulit diterapkan pada satu

daerah ke daerah lain. Hal yang cukup berpengaruh adalah dengan adanya

perkembangan IPTEK yang pesat yang telah merubah pola pikir masyarakat kita.

Selain itu banyak di antara hukum adat yang dirasa sudah tidak relevan lagi

dengan perkembangan zaman modern seperti saat ini.

1

Page 2: Sistem Hukum Indonesia

II. Hukum Adat Indonesia

A. Pengertian Hukum Adat

Hukum adat adalah hukum yang berasal dari pola perilaku masyarakat

setempat yang telah mengakar dan mengikat masyarakatnya meskipun tidak

tertulis dan menimbulkan identitas atau kekhasan masyarakatnya.

Dalam arti sempit hkum adat adalah hukum asli yang tidak tertulis yang

memberi pedoman kepada sebagian besar orang Indonesia dalam kehidupan

seharii-hari, dalam hubungan antara satu dengan yang lainnya baik di desa

maupun di kota.

Menurut beberapa ahli pengertian hukum adat adalah sebagai berikut:

1. Menurut Snouck Hurgronje menyebut dengan “adat-recht” atau hukum adat

yaitu adat yang mempunyai sanksi hukum.

2. Menurut van Vollenhoven hukum adat adalah hukum yang tidak bersumber

pada perundang-undangan yang dibuat pemerintah, oleh karenanya tidak

teratur, tidak sempurna dan tidak tegas.

3. Menurut Sumpah Pemuda tahun 1928 hukum adat adalah salah satu dasar

untuk memperkuat persatuan bangsa Indonesia.

4. Menurut Djojodigoeno hukum adat adalah hukum yang bersumber pada

norma kehidupan sehari-hari yang langsung timbul sebagai pernyataan rasa

keadilan dalam hubungan pamrih.

5. Menurut para sarjana hukum dalam buku karya van Vollenhoven adat

adalah sekumpulan peraturan atau hidup dalam suasana peraturan yang

mengatur tingkah laku, mengatur hidup kemasyarakatan yang menentukan

serta mengikat karena mempunyai sanksi.

2

Page 3: Sistem Hukum Indonesia

6. Menurut Ter Haar hukum adat adalah keseluruhan peraturan yang menjelma

dalam keputsan-keputusan para Fungsionaris Hukum yang mempunyai

wibawa serta pengaruh dan yang dalam pelaksanaannya berlaku serta-merta

dan dipatuhi dengan sepenuh hati.

7. Menurut Soekanto hukum adat adalah keseluruhan adat yang tidak tertulis

dan hidup dalam masyarakat berupa kesusilaan, kebiasaan dan kelaziman

yang mempunyai akibat hukum.

8. Menurut Roelof van Djik hukum adat adalah istilah untuk menunjukkan

hukum yang tidak dimodifikasi di kalangan orang Indonesia asli dan

kalangan orang Timur asing (Cina, Arab dan lain-lain).

B. Sejarah Hukum Adat di Indonesia

Hukum adat di Indonesia dipengaruhi oleh banyak hal. Mulai dari masuknya

agama Hindu, Budha, Islam hingga masuknya pengaruh dari barat yaitu pada

zaman V.O.C, Inggris dan Hindia Belanda.

1. Zaman Sebelum Pengaruh Budaya Barat

a. Zaman Malaio Polinesia

Zaman di mana nenek moyang bangsa Indonesia mengarungi lautan

luas. Masyarakat percaya pada alam kesaktian yang berupa anggapan

semata dan sifatnya berupa benda kesaktian, paduan kesaktian, sari

kesaktian, sag hyang kesaktian dan pengantara kesaktian.

b. Zaman Hindu dan Budha

Zaman Hindu dan Budha di Indonesia terjadi selama 5 abad. Terjadi

perkembangan pesat karena terdapat kerajaan dan perekonomian.

Banyak ditemukan prasasti-prasasti namun yang menggambarkan adat

3

Page 4: Sistem Hukum Indonesia

setempat sangat terbatas jumlahnya dan kurang bisa merepresentasikan

hukum adat saat itu.

c. Zaman Islam

Pada zaman Isam tidak terjadi banyak perubahan pada hukum adat. Hal

ini dikarenakan kuatnya unsure yang tertanam pada zaman Hindu

Budha. Islam hanya mempengaruhi sistem religinya saja namun tidak

merubah adat kebiasaan masyarakat.

2. Zaman Kekuasaan V.O.C

Zaman V.O.C berlaku hukum dalam bentuk plakat berupa pengumuman

atau ordonantie. Hukum ini hanya berlaku di daeran Jakarta dan sekitarnya,

sedangkan daerah pedalaman tetap berlaku hukum adat. Hukum adat yang

berlaku berasarkan ketuhanan, percaya pada karma, ancaman kesaktian, rasa

keselarasan, saling menghormati, dan pelaksanaan hukum berdasar

musyawarah.

3. Zaman Hindia Timur dan Inggris

Tidak jauh berbeda dengan masa V.O.C, pada zaman Hindia Timur dan

Inggris pemerintah juga membuat hukum khusus namun hukum adat juga

masih berlaku.

4. Zaman Hindia Belanda

Pada zaman Hindia Belanda terjadi pula pembuatan hukum khusus seperti

pada zaman sebelumnya. Namun berlaku juga hukum Eropa dan hukum adat

pun masih tetap berlaku asal tidak menyimpang dari hukum buatan dan

hukum Eropa.

4

Page 5: Sistem Hukum Indonesia

5. Zaman Setelah Kemerdekaan

Hukum adat Indonesia adalah hukum asli Indonesia yang merupakan

cerminan asli bangsa. Oleh karena itu hukum adat dianggap sebagai

cerminan budaya bangsa yang patut dilestarikan. Sehingga hukum adat

dijadikan dasar dalam pembuatan hukum negara.

C. Pokok-pokok Hukum Adat di Indonesia

Hukum adat Indonesia juga mengatur dalam berbagai bidang kehidupan.

Antara lain hukum kekeluargaan, hukum perkawinan, hukum waris, hukum tanah

dan lain-lain. Namun biasanya tidak dipisahkan secara jelas antara pidana dan

perdata seperti hukum negara.

1. Hukum Kekeluargaan Adat

Keturunan adalah ketunggalan leluhur yang berarti adanya hubungan darah

antara orang seorang dan orang lain. Keturunan adalah unsur yang hakiki pada

serta mutlak pada sebuah klan, suku ataupun kerabat yang menginginkan dirinya

tidak punah, yang menghendaki agar ada generasi penerusnya. Untuk

menghindari hal tersebut dapat pula diadakan adopsi atau pengangkatan anak.

Keturunan memilki hak dan kewajiban tertentu yang sesuai dengan kedudukannya

dalam keluarga tersebut.

Dalam keturunan kita mengenal keturunan garis bapak atau keturunan

patrilineal biasa di daerah Tapanuli (Batak) dan keturunan garis ibu atau

keturunan matrilineal di daerah Minangkabau. Masyarakat yang dalam

kesehariannya hanya mengakui satu garis keturunan disebut unilateral, sedangkan

yang mengakui dari kedua belah pihak disebut bilateral biasa di daerah Jawa dan

Dayak.

Dalam garis keturunan patrilineal keturunan dari garis bapak dianggap

penting, sehingga hubungan kekeluargaan dari pihak bapak jauh lebih erat dan

5

Page 6: Sistem Hukum Indonesia

keturunannya dianggap lebih penting, seperti dalam hal warisan. Hal ini juga

berlaku dalam keturunan matrilineal.

Anak adalah hal yang sangat penting untuk melanjutkan keturunan. Oleh

kaena itu dalam adat daerah pada saat terjadi kehamilan akan diadakan upacara-

upacara adat, begitu pula ketika kelahiran dan pada saat perkembangan anak.

Jika terjadi kematian pada orang tua maka dalam pemeliharaan anak diurusi

oleh keluarga terdekat. Dalam matrilineal pemeliharaan diserahkan kepada pihak

ibu, jika patrilineal diserahkan pada pihak bapak. Namun dalam keluarga bilateral

pengasuhan lebih bebas dan biasanya pada kerabat terdekat.

2. Hukum Perkawinan Adat

a. Matrilineal

Dalam matrilineal di mana garis keturunan berasal dari ibu penguasaan

di lapangan sosial semua berasal dari pihak ibu. Hak milik dan persoalan

keluarga semua ditangani dari pihak ibu.

Bentuk perkawinan dalam sistem matrilineal ada 3, yaitu:

Kawin Bertandang

Didasarkan pada prinsip exogami. Exogami adalah suatu sistem

perkawinan di mana seseorang harus kawi dengan anggota klan yang

lain. Dalam perkawinan ini tidak ada seorang pun yang meninggalkan

klannya. Suami hanya bertandang ke klan istri namun tidak menetap.

Semua hak kepemilikan termasuk harta dan hak anak berada di tangan

istri. Tidak ada harta bersama dalam sistem perkawinan ini.

Kawin Menetap

Ini merupakan perkembangan dari sistem kawin bertandang. Pada

sistem ini hilang sifat exogami dan mulai tercipta suasana baru.

6

Page 7: Sistem Hukum Indonesia

Mereka membuat rumah terpisah dan suami tinggal menetap. Mulai

ada harta bersama.

Kawin Bebas

Pasangan suami istri maninggalkan klan dan pergi merantau. Meraka

mulai melepaskan diri dari ikatan Adat, ikatan Kelompok, ikatan Klan

dan melepaskan diri dari ikatan Harta Pusaka. Mereka pun biasanya

mulai menerapkan sistem bilateral.

b. Patrilineal

Dalam perkawinan patrilineal dikenal sistem perkawinan eksogami

jujur. Di sini wanita berubah statusnya dari anggota klannya menjadi

anggota klan suami. Hal ini berarti pasangan harus berlainan klan.

Dalam perkawinan eksogami jujur pihak laki-laki memberikan barang

jujur kepada pihak wanita sebagai ganti wanita tersebut. Dalam

pemberian jujur harus melambangkan pengertian, hasrat dan keinginan

secara hukum adat. Benda jujur ini tidak harus yang mahal, namun harus

dapat mengimbangi posisi wanita dalam klan keluarganya.

Kawin jujur mengandung tiga makna:

Yuridis yaitu terjadinya perpindahan klan dari istri mengikuti klan

suami dan dianggap anggota klan suami, sehingga jelas terjadi

perubahan status.

Sosial yaitu mempererat hubungan antar klan, hubungan

kekeluargaan dan dapat menghilangkan permusuhan.

Ekonomis yaitu adanya pertukaran barang.

Penyimpangan dalam perkawinan:

Adanya perkawinan tanpa jujur. Dianggap hina dan anaknya tidak

diakui, tidak sah dan masuk dalam klan ibu.

7

Page 8: Sistem Hukum Indonesia

Kawin jujur dengan penjujuran yang ditangguhkan, digadaikan atau

dihutangkan. Jika laki-laki tidak dapat melunasi jujur itu maka ia

harus membayar jujur itu kepada ibunya sendiri.

Penyimpangan yang diperbolehkan adat:

Lampung

Kawin Tegak Tegi

Kawin untuk menghindarkan kepunahan. Di lampung sangat

penting anak laki-laki untuk dapat meneruskan keturunan. Jika

tidak ada maka dilakukan cara-cara yang sesuai hukum adat. Hal

yang dilakukan yaitu menikahkan anak perempuan dengan

bapaknya, menikahkan anak laki-laki dengan janda kakaknya

(ipar), adopsi, penunjukkan pengganti oleh Penghulu Rakyat.

Kawin Tambig Anak / Kawin Ambil Anak

Hukumnya sama dengan Kawin Tegak Tegi

Kawin Jeng Mirul

Mengambil anak sebagai menantu semata-mata hanya sebagai

wali yang mengurus harta namun tidak menjadi pemiliknya. Jika

kelak memiliki anak maka harta akan jatuh ke anaknya.

Kawin Menginjam Jago

Suami hanya sebagai “Jago” untuk mendapatkan keturunan

darinya dan tidak memiliki hak apapun.

Rejang (Bengkulu)

Dengan Kawin Semendo Rajo-Rajo adalah perkawinan yang biasa

dilakukan oleh bangsawan atau klan yang bermusuhan untuk

menghilangkan permusuhan, menjaga martabat, keturunan, kekayaan

8

Page 9: Sistem Hukum Indonesia

dan kedudukan. Anak yang lahir menarik keturunan melalui garis

bapak ibu yang sama kuatnya yang akhirnya menjadi sistem

bilateral.

Daerah Semendo (Palembang Barat)

Kawin Juai Dua Negeri Dua, sistem ini juga membawa ke arah

sistem bilateral.

c. Bilateral

Bilateral Jawa

Dengan sistem Kawin Bebas yaitu bebas menikah dengan siapa saja

asal tidak bertentangan dengan kesusilaan setempat dan agama.

Namun juga tidak boleh dilakukan perkawinan jika masih

bersaudara.

Bilateral Kalimantan

Pada masyarakat Dayak terjadi perkawinan Endogami di mana

mereka mengadakan perkawinan satu sama lain di dalam tribe

mereka sendiri (antar keluarga).

Alasan menggunakan sistem endogami:

Dipandang dari sudut keamanan dan pertahanan.

Dipandang dari sudut pemilikan tanah, kebun, sawah dan

sebagainya.

Dipandang dari sudut kemurnian darah.

9

Page 10: Sistem Hukum Indonesia

3. Hukum Waris Adat

Hukum waris adalah serangkaian peraturan yang mengatur penerusan dan

pengoperan harta peninggalan atau harta warisan dari sesuatu generasi ke generasi

lain, baik benda material maupun immaterial. Hukum waris mencakup persoalan

tndakan-tindakan mengenai pelimpahan harta benda semasa seseorang masih

hidup. Lembaga yang dipakai adalah hibah. Hibah adalah suatu tindakan hukumn

di dalam rangka hukum waris adat, bila seseorang menghadiahkan bagian tertentu

dari harta waris kepada seseorang yang tidak boleh lebih dari sepertiga dari

seluruh hartanya.

Sistematik hukum adat:

10

Hukum Waris Adat

Dibagi-bagi

(Individual)

Tidak Dibagi-bagi

(Kolektif)

Mayorat Kolektif

Minangkabau,Minahasa,Aceh,Cirebon

Jawa dan Kota Besar Lain

Hibah, Kedudukan Janda, Anak Angkat, Anak Tiri

Mayorat Laki-Laki

Bali, Lampung, Batak

Mayorat Perempuan

Semendo, Dayak, Toraja Barat

Page 11: Sistem Hukum Indonesia

a. Harta Waris yang Tidak Dibagi-bagi

Adanya sistem hukum waris yang harta peninggalan tetap tidak dibagi-

bagi adalah ciri khas hukum adat. Setiap anak yang lahir merupakan

peserta dalam gabungan pemilikan Harta Pusaka berupa rumah, tanah,

kebun dan lain-lain berupa perhiasan dan senjata seperti keris dan

tombak. Selain itu nilai materialnya mengandung nilai magis-religio.

b. Mayorat

Pada sistem mayorat juga tidak ada pembagian harta. Seorang anak

tertua menjadi ahli waris yang menggantikan ayahnya tidak saja dalam

hal material menerima kepemilikan harta kekayaan namun juga wajib

memelihara, menafkahi, menyekolahkan, mendidik saudaranya dan atas

segala hal bertindak atas nama ayah almarhum.

Namun ada juga sistem bergiliran, di mana pemakain dan

pengurusan harta peninggalan yang tidak dibagi itu dilaksanakan secara

bergilir di antara para keluarga, sebagian dari harta dipegang sendiri-

sendiri dan kadang-kadang di tangan salah seorang dari mereka

seluruhnya.

c. Harta Warisan Dibagi-bagi

Hibah dan Wasiat

Hibah adalah suatu perbuatan atau tindakan hukum dalam rangka

Hukum Waris, bila seorang pewaris melakukan pengoperan atau

pembagian maupun pembekalan dari harta benda warisan yang

tertentu kepada seseorang tertentu atau ahli waris.

Fungsi hibah:

Sebagai koreksi terhadap hukum waris yang ada maksudnya

adalah karena jalan penghibahan itu, maka timbul kemungkinan

11

Page 12: Sistem Hukum Indonesia

untuk sedikit banyak membetulkan aturan-aturan hukum ab

intestaat yang sudah tepat menurut pandangan tradisional dan

religius, namun tidak tepat lagi berhubung dengan perkembangan

dan kemajuan atau tidak memuaskan dan tidak member

pemecahan.

Sebagai tindakan untuk mencapai kepastian hukum yaitu untuk

menjamin kedudukan material dari istri atau janda dan untuk

memastikan para ahli waris mendapat bagian yang adil sehingga

tidak timbul perselisihan.

Tentang kedudukan janda

Kedudukan janda di dalam hukum waris adat adalah orang luar dari

keluarga suaminya, namun ia juga istri dan ibu dari anak-anaknya.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa:

Janda berhak akan jaminan nafkah seumur hidupnya.

Janda berhak menguasai harta peninggalan suaminya, lebih-lebih

jika mempunyai anak.

Janda berhak menahan barang asal suaminya.

Janda berhak menuntut bagian atau menuntut sebesar bagian

anak.

Dengan adanya hak-hak di atas kedudukan janda adalah kuat

meskipun ia bukan ahli waris ia terjamin oleh hak-hak tadi.

Tentang kedudukan anak angkat

Menurut bab tentang hukum adat anak angkat berhak mendapat

sebagian dari gono-gini dan atau mendapat nafkah untuk memulai

suatu usaha. Menurut hukum adatdi Jawa bahwa anak angkat bukan

12

Page 13: Sistem Hukum Indonesia

ahli waris terhadap orang tua yang mengangkat tetapi ia mendapat

kauntungan atau hasil sebagai anggota rumah tangga.

Tentang kedudukan anak tiri

Anak tiri tetap ahli waris dari orang tua kandungnya bukan orang tua

tirinya, namun ia hanya sebagai anggota keluarga. Pada bab tentang

hukum adat anak tiri tidak berhak atas warisan bapak tirinya tapi ia

ikut mendapat penghasilan dari bagian harta peninggalan bapak

tirinya yang diberikan kepada ibunya sebagai nafkah janda.

D. Corak dan Kharakteristik Hukum Adat

Menurut F. D Holleman hukum adat memiliki corak dan kharakteristik

sebagai berikut:

1. Komunalistik yaitu manusia dalam hukum adat merupakan makhluk

dalam ikatan kemasyarakatan yang erat sehingga mendahulukan

kepentingan umum daripada kepentingan diri sendiri.

2. Religo-magis yaitu hukum adat selalu berkaitan dengan persoalan magis

spiritualisme di mana perpaduan kata yang mengandung unsure

beberapa sifat atau cara berpikir seperti prelogika, animism, pantangan

dan lain-lain.

3. Visual atau konkrit artinya dalam hukum adat ikatan hukum hanya

ditetapkan dengan sesuatu hal yang dapat dilihat dan nyata.

4. Tunai yaitu masyarakat melakukan transaksi secara tunai.

E. Perbedaan Hukum Adat dengan Hukum Barat

Menurut Soerojo terdapat tiga hal pokok yang menunjukkan perbedaan antara

sistem hukum barat dengan sistem hukum adat:

1. Sistem hukum barat mengenal pembedaan zakelijk rechten dan persoonlijk

rechten, sedangkan sistem hukum adat tidak mengenal pembedaan hak

13

Page 14: Sistem Hukum Indonesia

sebagaimana demikian. Hak menurut sistem hukum adat ditentukan menurut

konteks keadaannya.

2. Dalam sistem hukum adat tidak mengenal klasifikasi atau pembidangan hukum

seperti halnya dikotomi menurut Ulpianus yang dianut dalam sistem hukum

barat yakni yang membagi ruang hukum menjadi dua yaitu hukum publik dan

hukum privat.

3. Jika dalam sistem hukum barat dikenal pembedaan pelanggaran hukum

menjadi pelanggaran hukum pidana dan pelanggaran hukum perdata, maka

dalam sistem hukum adat tidak mengenal pembedaan pelanggaran hukum

sebagai demikian. Pelanggaran hukum dalam sistem hukum adat hanya satu,

yakni yang disebut dengan delik adat.

14

Page 15: Sistem Hukum Indonesia

III. Pengaruh Kemajuan IPTEK dan Transportasi terhadap

Hukum Adat Indonesia

Telah kita ketahui di atas bahwa hukum adat adalah hukum asli Indonesia

yang telah terdapat sejak zaman dahulu. Hukum adat selalu mengikuti

perkembangan zaman sesuai masa yang terjadi pada saat itu. Selain itu banyak

unsur-unsur baru yang masuk dan berpengaruh pada hukum adat. Namun pada

saat itu hukum adat masih dipegang teguh oleh masyarakat. Hal ini dikarenakan

belum adanya kepastian hukum dan persatuan di antara suku-suku. Masyarakat

hanya mengenal hukum adat dan peraturan lokal dari kerajaan atau pemerintah

yang berlaku pada saat itu dan sifatnya terbatas pada daerah tersebut.

Namun seiring kemajuan zaman perkembangan teknologi dan informasi

(IPTEK) membawa dampak yang sangat banyak. Terciptanya alat transportasi dan

informasi membuat pemikiran orang mulai berubah. Masuknya kebudayaan barat

yang tanpa filter membuat orang menelan mentah-mentah apa yang mereka

dapatakan tanpa berpikir apakah hal tersebut sesuai jika diterapkan di Indonesia

khususnya dengan hukum adat.

Saat ini eksistensi hukum adat mulai berkurang. Orang sudah mulai

berpikir kebarat-baratan dan memiliki sikap individualisme yang tinggi. Hukum

adat dianggap sudah tidak sesuai zaman lagi karena kolot dan kuno. Masuknya

norma baru dari luar serta terdapatnya pemerintahan pusat yang membuat aturan

baru yang lebih universal juga turut berpengaruh pada eksistensi hukum adat.

Globalisasi yang membuat dunia seolah-olah tanpa batas membuat masyarakat

daerah mulai terbuka akan adanya keberagaman dan mulai menerima perbedaan-

perbedaan, bahkan yang ekstrim sekalipun. Infrasrtuktrur yang dibangun

pemerintah termasuk sarana transportasi membuat makin mudahnya akses keluar

masuk masyarakat di pedalaman. Mereka yang keluar mulai terpengaruh dengan

hal baru kemudian membawanya masuk dan memperkenalkannya kepada anggota

suku yang lain. Selain itu banyak pula orang asing yang masuk sehingga

membawa pengaruh mereka kepada penduduk asli.

15

Page 16: Sistem Hukum Indonesia

Hal-hal tersebut yang membuat mulai lunturnya hukum adat yang dulu

dijunjung tinggi oleh para masyarakatnya. Mereka mulai senang terhadap hal-hal

yang berbau asing dan kebarat-baratan dan menganggap budaya sendiri kuno.

Hingga kini hanya sedikit hukum adat yang kita ketahui yang masih dipegang

teguh oleh masyarakatnya.

16

Page 17: Sistem Hukum Indonesia

IV. Asas Bhineka Tunggal Ika

Seperti kita ketahui Indonesia memiliki falsafah hidup Pancasila yang kita

junjung tinggi. Dalam Pancasila terdapat tulisan Bhineka Tunggal Ika yang berarti

berbeda-beda tetapi tetap satu. Bhineka Tunggal Ika mempunyai arti yang

mendalam jika kita maknai sungguh-sungguh. Bhineka Tunggal Ika memiliki

unsur harmoni, damai dan keindahan. Selain itu Bhineka Tunggal Ika juga

merupakan kunci pokok untuk menginterpretasikan keberagaman demi kesatuan

bangsa.

Ciri khas Bhineka Tunggal Ika adalah menempatkan pluralitas menjadi suatu

kebudayaan bangsa. Keberaneka ragaman adat di Indonesia bukan suatu halangan

untuk pemersatu bangsa. Hukum adat yang merupakan hukum asli Indonesia

bahkan menjadi salah satu faktor pembentuk hukum nasional. Namun kadang kala

timbul masalah karena terdapat banyaknya perbedaan pada masing-masing hukum

adat. Sifat etnosentris sering muncul di masyarakat kita. Seharusnya hal tersebut

dapat dikurangi jika kita benar-benar memaknai arti Bhineka Tunggal Ika.

Saat ini timbul masalah baru, yaitu terancamya eksistensi hukum adat.

Kemajuan IPTEK yang sangat pesat membawa pengaruh yang banyak terhadap

hukum adat. Mulai lunturnya hukum adat serta kesadaran masyarakat untuk

menjaga dan melestarikannya cukup mengkhawatirkan. Seharusnya hukum adat

yang menjadi salah satu cirri bangsa sekarang mulai kehilangan arah karena

ditinggalkan penganutnya. Sikap seperti ini tidak hanya mengancam eksistensi

hukum adat namun juga nasionalisme bangsa.

Oleh karena itu kita sebagai generasi muda seharusnya mulai memaknai betul

apa arti dari Bhineka Tunggal Ika dan mulai meresapi kembali nilai-nilai hukum

adat yang menjadi cirri khas bangsa Indonesia tanpa mengurangi rasa persatuan

kita, sehingga timbul rasa nasionalisme ynag tinggi di masyrakat dan juga

terjaganya kearifan lokal.

17

Page 18: Sistem Hukum Indonesia

Daftar Pustaka

Hadikusuma, Hilman. 1983. Sejarah Hukum Adat Indonesia. Bandung: Penerbit

Alumni.

Muhammad, Bushar. 2006. Pokok-Pokok Hukum Adat. Jakarta: PT. Pradnya

Paramita.

Sudiyat, Iman. 1981. Asas-Asas Hukum Adat: Bekal Pengantar. Yogya: Liberty.

Soekanto. 1996. Meninjau Hukum Adat Indonesia: Suatu Pengantar untuk

Mempelajari Hukum Adat. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.

Sukarno, B. 2005. Tinjauan Filosofis Tentang Pancasila sebagai Filsafat.

Surakarta: Sebelas Maret University Press.

http://www.wikipedia .com

18