Sistem Dan Prosedur Belanja Daerah

94
Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah 1 A.PENDAHULUAN 1. Deskripsi Singkat Sejak diterbitkannya Undang-undang No. 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara, terjadi reformasi dalam pengelolaan keuangan Negara. Hal ini ditindaklanjuti dengan adanya reformasi dalam pengelolaan keuangan daerah dengan diterbitkannya Peraturan Menteri Dalam Negeri No.13 tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. Diantara proses dan prosedur yang dilakukan perubahan adalah prosedur pencairan anggaran belanja daerah. Pada modul ini dibahas hal-hal yang terkait dengan pencairan anggaran daerah diantaranya adalah pejabat pengelola keuangan daerah, mekanisme pengeluaran daerah, mekanisme pengeluaran dengan Uang Persediaan, mekanisme Pengeluaran dengan pembayaran langsung, aspek perpajakan dalam belanja daerah, dan mekanisme penerbitan SP2D 2. Prasyarat Kompetensi Sebelum mempelajari modul ini, peserta diklat harus memiliki prasyarat pengetahuan tentang reformasi pengelolaan keuangan daerah, perencanaan dan penganggaran daerah. Hal ini diperlukan mengingat mekanisme pencairan anggaran daerah harus didasari dengan pengetahuan yang baik tentang mekanisme baru dalam pengelolaan anggaran belanja daerah. 3. Standar Komptensi dan Kompetensi Dasar Standar kompetensi yang diharapkan dimiliki oleh peserta diklat setelah mempelajari modul ini antara lain : a. Mampu melaksanakan tugas sebagai pengelola keuangan daerah pada SKPD b. Mempu melaksanakan tugas dalam rangka belanja daerah Setelah mempelajari modul ini, kompetensi dasar yang diharapkan dimiliki oleh peserta diklat adalah a. Peserta mampu memahami pejabat pengelola keuangan daerah dalam mekanisme belanja daerah

Transcript of Sistem Dan Prosedur Belanja Daerah

Page 1: Sistem Dan Prosedur Belanja Daerah

Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah 1

A.PENDAHULUAN

1. Deskripsi SingkatSejak diterbitkannya Undang-undang No. 17 tahun 2003 tentang Keuangan

Negara, terjadi reformasi dalam pengelolaan keuangan Negara. Hal ini

ditindaklanjuti dengan adanya reformasi dalam pengelolaan keuangan daerah

dengan diterbitkannya Peraturan Menteri Dalam Negeri No.13 tahun 2006

tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.

Diantara proses dan prosedur yang dilakukan perubahan adalah prosedur

pencairan anggaran belanja daerah. Pada modul ini dibahas hal-hal yang terkait

dengan pencairan anggaran daerah diantaranya adalah pejabat pengelola

keuangan daerah, mekanisme pengeluaran daerah, mekanisme pengeluaran

dengan Uang Persediaan, mekanisme Pengeluaran dengan pembayaran

langsung, aspek perpajakan dalam belanja daerah, dan mekanisme penerbitan

SP2D

2. Prasyarat KompetensiSebelum mempelajari modul ini, peserta diklat harus memiliki prasyarat

pengetahuan tentang reformasi pengelolaan keuangan daerah, perencanaan dan

penganggaran daerah. Hal ini diperlukan mengingat mekanisme pencairan

anggaran daerah harus didasari dengan pengetahuan yang baik tentang

mekanisme baru dalam pengelolaan anggaran belanja daerah.

3. Standar Komptensi dan Kompetensi DasarStandar kompetensi yang diharapkan dimiliki oleh peserta diklat setelah

mempelajari modul ini antara lain :

a. Mampu melaksanakan tugas sebagai pengelola keuangan daerah pada

SKPD

b. Mempu melaksanakan tugas dalam rangka belanja daerah

Setelah mempelajari modul ini, kompetensi dasar yang diharapkan dimiliki oleh

peserta diklat adalah

a. Peserta mampu memahami pejabat pengelola keuangan daerah dalam

mekanisme belanja daerah

Page 2: Sistem Dan Prosedur Belanja Daerah

Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah 2

b. Peserta mampu memahami mekanisme belanja daerah

c. Peserta mampu memahami mekanisme belanja daerah dengan uang

persediaan

d. Peserta mampu memahami mekanisme belanja daerah dengan pembayaran

langsung

e. Peserta mampu memahami aspek perpajakan dalam belanja daerah

f. Peserta mampu memahami mekanisme penerbitan SP2D

4. Relevansi ModulSiklus Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dimulai dari perencanaan,

penganggaran, pelaksanaan, pemeriksaan dan pertanggungjawaban. Dalam

tahap pelaksanaan terdiri dari pelaksanaan pendapatan daerah dan pengeluaran

daerah.

Modul ini membahas tentang pencairan anggaran belanja daerah yang

merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam tahap pelaksanaan anggaran.

Page 3: Sistem Dan Prosedur Belanja Daerah

Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah 3

KEGIATAN BELAJAR 1 :

PELAKSANAAN APBD

1.a. Uraian dan Contoh1.a.1. Gambaran Umum Pelaksanaan APBD

Penyelenggaraan fungsi pemerintahan daerah akan terlaksana secara optimal

apabila penyelenggaraan urusan pemerintahan diikuti dengan pemberian sumber-

sumber penerimaan yang cukup kepada daerah. Semua sumber keuangan yang

melekat pada setiap urusan pemerintah yang diserahkan kepada daerah menjadi

sumber keuangan daerah.

Di dalam Undang-Undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara,

ditegaskan bahwa kekuasaan pengelolaan keuangan negara adalah sebagai bagian

dari kekuasaan pemerintahan dan kekuasaan pengelolaan keuangan negara dari

presiden sebagian diserahkan kepada gubernur/bupati/walikota selaku kepala

pemerintah daerah untuk mengelola keuangan daerah dan mewakili pemerintah

daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. Implikasi ketentuan

ini gubernur/bupati/walikota bertanggungjawab atas pengelolaan keuangan daerah

sebagai bagian dari kekuasaan pemerintahan daerah. Dalam melaksanakan

kekuasaannya, sesuai pasal 156 Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah maka kepala daerah melimpahkan sebagian atau seluruh

kekuasaannya yang berupa perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan

dan pertanggungjawaban, serta pengawasan keuangan daerah kepada para

pejabat perangkat daerah. Pelimpahan sebagian atau seluruh kekuasaan tersebut

didasarkan pada prinsip pemisahan kewenangan antara yang memerintahkan,

menguji, dan yang menerima/mengeluarkan uang.

Penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah di

Indikator

1. Menjelaskan Gambaran umum pelaksaaan APBD

2. Menjelaskan Struktur APBD

3. Menjelaskan landasan hukum Pelaksanaan APBD

Page 4: Sistem Dan Prosedur Belanja Daerah

Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah 4

atas sesuai pasal 155 Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah didanai dari dan atas beban anggaran pendapatan dan

belanja daerah. Semua penerimaan daerah dan pengeluaran daerah dalam

rangka pelaksanaan urusan pemerintahan daerah dikelola dalam APBD.

1.a.2. Pengertian APBDAPBD mempunyai pengertian sebagai berikut :

1. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, selanjutnya disebut APBD,

adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang disetujui

oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. (Pasal 1 UU No. 17 tahun 2003

tentang Keuangan Negara).

2. Anggaran pendapatan dan belanja daerah, selanjutnya disebut APBD,

adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang ditetapkan

dengan peraturan daerah. (Pasal 1 UU No. 32 tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah)

3. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, selanjutnya disingkat APBD

adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang dibahas

dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan DPRD, dan ditetapkan

dengan peraturan daerah (Pasal 1 PP No. 58 tentang Pengelolaan

Keuangan Daerah).

1.a.3. Struktur APBDPasal 20 PP No. 58 tahun 2005 menjelaskan struktur APBD yang

merupakan satu kesatuan yang terdiri dari:

1. pendapatan daerah.

2. belanja daerah.

3. pembiayaan daerah.

Pendapatan daerah meliputi semua penerimaan uang melalui Rekening

Kas Umum Daerah, yang menambah ekuitas dana lancar, yang merupakan hak

daerah dalam satu tahun anggaran yang tidak perlu dibayar kembali oleh

Daerah. Pendapatan daerah terdiri atas:

a) Pendapatan Asli Daerah (PAD).

Page 5: Sistem Dan Prosedur Belanja Daerah

Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah 5

b) Dana Perimbangan.

c) Lain-lain pendapatan daerah yang sah.

Belanja daerah meliputi semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum

Daerah yang mengurangi ekuitas dana lancar, yang merupakan kewajiban

daerah dalam satu tahun anggaran yang tidak akan diperoleh pembayarannya

kembali oleh Daerah. Belanja daerah diklasifikasikan menurut organisasi, fungsi,

program dan kegiatan, serta jenis belanja. Klasifikasi belanja menurut organisasi

disesuaikan dengan susunan organisasi pemerintahan daerah. Klasifikasi

belanja menurut fungsi terdiri dari:

a) Klasifikasi berdasarkan urusan pemerintahan.

Klasifikasi belanja berdasarkan urusan pemerintahan diklasifikasikan

menurut kewenangan pemerintahan provinsi dan kabupaten/kota.

b) Klasifikasi fungsi pengelolaan keuangan negara.

Klasifikasi belanja menurut fungsi yang digunakan untuk tujuan keselarasan

dan keterpaduan pengelolaan keuangan negara terdiri dari:

1) pelayanan umum;

2) ketertiban dan keamanan;

3) ekonomi;

4) lingkungan hidup;

5) perumahan dan fasilitas umum;

6) kesehatan;

7) pariwisata dan budaya;

8) agama;

9) pendidikan; serta

10) perlindungan sosial.

Klasifikasi belanja menurut program dan kegiatan disesuaikan dengan

urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah. Klasifikasi belanja

menurut jenis belanja terdiri dari:

a) belanja pegawai;

b) belanja barang dan jasa;

c) belanja modal;

Page 6: Sistem Dan Prosedur Belanja Daerah

Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah 6

d) bunga;

e) subsidi;

f) hibah;

g) bantuan sosial;

h) belanja bagi hasil dan bantuan keuangan; dan

i) belanja tidak terduga.

Pembiayaan daerah semua penerimaan yang perlu dibayar kembali

dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran

yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya.

Pembiayaan daerah terdiri dari penerimaan pembiayaan dan pengeluaran

pembiayaan. Penerimaan pembiayaan mencakup:

a) SiLPA tahun anggaran sebelumnya;

b) pencairan dana cadangan;

c) hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan;

d) penerimaan pinjaman; dan

e) penerimaan kembali pemberian pinjaman.

Pengeluaran pembiayaan mencakup:

a) pembentukan dana cadangan;

b) penyertaan modal pemerintah daerah;

c) pembayaran pokok utang; dan

d) pemberian pinjaman.

Pembiayaan neto merupakan selisih lebih penerimaan pembiayaan terhadap

pengeluaran pembiayaan. Jumlah pembiayaan neto harus dapat menutup defisit

anggaran.

1.a.4. Landasan Hukum Pelaksanaan APBDPelaksanaan APBD didasarkan pada peraturan perundang-undangan

antara lain :

1. Undang-Undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara.

2. Undang-Undang Nomor 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.

3. Undang-Undang Nomor 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan

dan Tanggung Jawab Keuangan Negara.

Page 7: Sistem Dan Prosedur Belanja Daerah

Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah 7

4. Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12

Tahun 2008.

5. Peraturan pemerintah Nomor 58 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan

Daerah.

6. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 tahun 2006 tentang Pedoman

Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah dengan

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 tahun 2007.

7. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 55 tahun 2008 tentang Tata Cara

Penatausahaan dan Penyusunan Laporan Pertanggungjawaban Bendahara

serta Penyampaiannya.

1.b. Latihan1. Jelaskan pengertian dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah !

2. Belanja daerah dilaksanakan berdasarkan klasifikasi-klasifikasi, sebutkan

dan jelaskan yang dimaksud dengan klasifikasi organisasi !

3. Belanja daerah dilaksanakan berdasarkan klasifikasi-klasifikasi, sebutkan

dan jelaskan yang dimaksud dengan klasifikasi fungsi !

4. Belanja daerah dilaksanakan berdasarkan klasifikasi-klasifikasi, sebutkan

dan jelaskan yang dimaksud dengan klasifikasi jenis belanja !

5. Sebutkan dasar hukum dalam pelaksanaan APBD!

1.c. Rangkuman

1. Di dalam Undang-Undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara,

ditegaskan bahwa kekuasaan pengelolaan keuangan negara adalah sebagai

bagian dari kekuasaan pemerintahan dan kekuasaan pengelolaan keuangan

negara dari presiden sebagian diserahkan kepada gubernur/bupati/walikota

selaku kepala pemerintah daerah untuk mengelola keuangan daerah dan

mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang

dipisahkan. Implikasi ketentuan ini gubernur/bupati/walikota bertanggungjawab

atas pengelolaan keuangan daerah sebagai bagian dari kekuasaan

pemerintahan daerah.

Page 8: Sistem Dan Prosedur Belanja Daerah

Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah 8

2. Dalam melaksanakan kekuasaannya, sesuai pasal 156 Undang-Undang Nomor

32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Undang-Undang Nomor 32

tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah maka kepala daerah melimpahkan

sebagian atau seluruh kekuasaannya yang berupa perencanaan, pelaksanaan,

penatausahaan, pelaporan dan pertanggungjawaban, serta pengawasan

keuangan daerah kepada para pejabat perangkat daerah. Pelimpahan sebagian

atau seluruh kekuasaan tersebut didasarkan pada prinsip pemisahan

kewenangan antara yang memerintahkan, menguji, dan yang

menerima/mengeluarkan uang.

3. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, selanjutnya disebut APBD,

adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang disetujui oleh

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. (Pasal 1 UU No. 17 tahun 2003 tentang

Keuangan Negara, Pasal 1 UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan

Daerah)

4. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, selanjutnya disingkat APBD

adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang dibahas dan

disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan DPRD, dan ditetapkan dengan

peraturan daerah (Pasal 1 PP No. 58 tentang Pengelolaan Keuangan

Daerah).

5. struktur APBD terdiri dari pendapatan daerah, belanja daerah dan

pembiayaan daerah. Pendapatan daerah meliputi semua penerimaan uang

melalui Rekening Kas Umum Daerah, yang menambah ekuitas dana lancar,

yang merupakan hak daerah dalam satu tahun anggaran yang tidak perlu

dibayar kembali oleh Daerah. Belanja daerah meliputi semua pengeluaran

dari Rekening Kas Umum Daerah yang mengurangi ekuitas dana lancar, yang

merupakan kewajiban daerah dalam satu tahun anggaran yang tidak akan

diperoleh pembayarannya kembali oleh Daerah.

1.d. Tes Formatif

1. Dasar hukum reformasi pengelolaan keuangan negara dan daerah adalah

a. UU No. 17 tahun 2003

b. UU No. 32 tahun 2003

Page 9: Sistem Dan Prosedur Belanja Daerah

Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah 9

c. UU no. 17 tahun 2004

d. UU No. 33 tahun 2004

2. Pengelolaan kekuasaan keuangan daerah dilaksanakan oleh

a. Presiden

b. Kepala Daerah

c. Sekretaris daerah

d. Kepala SKPD

3. Pelimpahan sebagian atau seluruh kekuasaan tersebut didasarkan pada prinsip

pemisahan kewenangan antara lain

a. menguji, menandatangani SPM dan yang menerima/mengeluarkan uang.

b. memerintahkan, menandatangani SPM, dan yang menerima/mengeluarkan

uang.

c. memerintahkan, menguji, dan yang menerima/mengeluarkan uang.

d. memerintahkan, menguji, dan menandatangani SPM.

4. Pengertian dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah adalah

a. rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang disetujui oleh

Dewan Perwakilan Rakyat.

b. rencana keuangan pemerintahan daerah yang disetujui oleh Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah.

c. rencana keuangan tahunan pemerintahan yang disetujui oleh Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah.

d. rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang disetujui oleh

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

5. Struktur Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah adalah

a. pendapatan daerah, pengeluaran daerah dan pembiayaan daerah.

b. penerimaan daerah, belanja daerah dan pembiayaan daerah.

c. pendapatan daerah, belanja daerah dan pembiayaan daerah.

d. penerimaan daerah, pengeluaran daerah dan pembiayaan daerah.

6. Penerimaan uang melalui Rekening Kas Umum Daerah, yang menambah

ekuitas dana lancar, yang merupakan hak daerah dalam satu tahun

anggaran yang tidak perlu dibayar kembali oleh Daerah merupakan

pengertian dari

a. pendapatan daerah,

b. penerimaan daerah,

Page 10: Sistem Dan Prosedur Belanja Daerah

Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah 10

c. piutang daerah

d. pembiayaan daerah.

7. Semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum Daerah yang mengurangi

ekuitas dana lancar, yang merupakan kewajiban daerah dalam satu tahun

anggaran yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh Daerah

adalah pengertian dari :

a. pengeluaran daerah,

b. belanja daerah,

c. hutang daerah

d. pembiayaan daerah.

8. Klasifikasi belanja berdasarkan urusan pemerintahan adalah

a. Klasifikasi organisasi

b. Klasifikasi fungsi

c. Klasifikasi jenis belanja

d. Klasifikasi program

9. Klasifikasi belanja menurut jenis belanja sebagaimana tersebut dibawah ini

kecuali :

a. belanja pegawai;

b. belanja barang dan jasa;

c. belanja tidak terduga.

d. Belanja lain-lain

10. Semua penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang

akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan

maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya adalah pengertian dari :

a. Penerimaan pembiayaan;

b. Pengeluaran pembiayaan;

c. Pembiayaan daerah

d. Pinjaman Daerah

1.e Umpan Balik dan Tindak LanjutApabila Anda telah menyelesaikan latihan dan tes formatif tersebut diatas,

silahkan mencocokkan hasilnya dengan kunci jawaban yang terdapat pada akhir

modul ini. Untuk mengukur tingkat penguasaan materi modul ini, hitunglah hasil

penilaian dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Page 11: Sistem Dan Prosedur Belanja Daerah

Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah 11

Rumus penilaian:

Tingkat penguasaan = Jumlah jawaban yang benar x 100%

Jumlah soal

Kriteria tingkat penguasaan materi:

90% - 100% = baik sekali

80% - 89% = baik

70% - 79% = sedang

- 69% = kurang

Apabila hasil penilaian mencapai tingkat penguasaan materi 80% keatas, berarti

Anda telah menguasai materi dengan baik. Akan tetapi, apabila hasilnya masih

dibawah 80%, Anda diminta untuk mempelajari kembali materi pelajaran ini.

Page 12: Sistem Dan Prosedur Belanja Daerah

Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah 12

KEGIATAN BELAJAR 2 :

PEJABAT PENGELOLA KEUANGAN

DAERAH

1.a. Uraian dan Contoh1.a.1. Pejabat Pemegang Kekuasaan Keuangan DaerahPemegang Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Daerah adalah kepala daerah

yang karena jabatannya mempunyai kewenangan menyelenggarakan

keseluruhan pengelolaan keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah

dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. Yang dimaksud

dengan Kepala Daerah adalah gubernur bagi daerah provinsi atau bupati

bagi daerah kabupaten atau walikota bagi daerah kota.

Pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan daerah mempunyai

kewenangan:

a. menetapkan kebijakan tentang pelaksanaan APBD;

b. menetapkan kebijakan tentang pengelolaan barang daerah;

c. menetapkan kuasa pengguna anggaran/pengguna barang;

d. menetapkan bendahara penerimaan dan/atau bendahara pengeluaran;

e. menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pemungutan penerimaan

daerah;

f. menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengelolaan utang dan

piutang daerah;

g. menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengelolaan barang milik

daerah; dan

h. menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengujian atas tagihan dan

memerintahkan pembayaran.

Indikator

1. Menjelaskan pejabat penanggung jawab dalam belanja daerah

2. Menjelaskan tugas dan wewenang pejabat dalam pengelolaan

belanja daerah

Page 13: Sistem Dan Prosedur Belanja Daerah

Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah 13

Dalam pelaksanaan tugas pengelolaan keuangan daerah, Kepala daerah selaku

pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan daerah melimpahkan sebagian

atau seluruh kekuasaannya kepada:

a. sekretaris daerah selaku koordinator pengelola keuangan daerah;

b. kepala SKPKD selaku PPKD; dan

c. kepala SKPD selaku pejabat pengguna anggaran/pengguna barang.

1.a.2. Sekretaris daerah selaku koordinator pengelola keuangan daerahSekretaris daerah selaku koordinator pengelolaan keuangan daerah mempunyai

peran dan fungsi untuk membantu kepala daerah menyusun kebijakan dan

mengkoordinasikan penyelenggaraan urusan pemerintahan daerah termasuk

pengelolaan keuangan daerah. Tugas koordinator pengelolaan keuangan daerah

yaitu di bidang:

a. penyusunan dan pelaksanaan kebijakan pengelolaan APBD;

b. penyusunan dan pelaksanaan kebijakan pengelolaan barang daerah;

c. penyusunan rancangan APBD dan rancangan perubahan APBD;

d. penyusunan Raperda APBD, perubahan APBD, dan pertanggungjawaban

pelaksanaan APBD;

e. tugas-tugas pejabat perencana daerah, PPKD, dan pejabat pengawas

keuangan daerah; dan

f. penyusunan laporan keuangan daerah dalam rangka pertanggungjawaban

pelaksanaan APBD.

g. memimpin TAPD;

h. menyiapkan pedoman pelaksanaan APBD;

i. menyiapkan pedoman pengelolaan barang daerah;

j. memberikan persetujuan pengesahan DPA-SKPD/DPPA-SKPD; dan

k. melaksanakan tugas-tugas koordinasi pengelolaan keuangan daerah lainnya

berdasarkan kuasa yang dilimpahkan oleh kepala daerah.

1.a.3. Kepala SKPKD selaku PPKDKepala Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah selaku Pejabat Pengelola

Keuangan Daerah mempunyai tugas:

a. menyusun dan melaksanakan kebijakan pengelolaan keuangan daerah;

b. menyusun rancangan APBD dan rancangan Perubahan APBD;

Page 14: Sistem Dan Prosedur Belanja Daerah

Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah 14

c. melaksanakan pemungutan pendapatan daerah yang telah ditetapkan

dengan Peraturan Daerah;

d. melaksanakan fungsi BUD;

e. menyusun laporan keuangan daerah dalam rangka pertanggungjawaban

pelaksanaan APBD; dan

f. melaksanakan tugas lainnya berdasarkan kuasa yang dilimpahkan oleh

kepala daerah.

Dalam rangka melaksanakan fungsi sebagai BUD, PPKD berwenang:

a. menyusun kebijakan dan pedoman pelaksanaan APBD;

b. mengesahkan DPA-SKPD/DPPA-SKPD;

c. melakukan pengendalian pelaksanaan APBD;

d. memberikan petunjuk teknis pelaksanaan sistem penerimaan dan

pengeluaran kas daerah;

e. melaksanakan pemungutan pajak daerah;

f. menetapkan SPD;

g. menyiapkan pelaksanaan pinjaman dan pemberian pinjaman atas nama

pemerintah daerah;

h. melaksanakan sistem akuntansi dan pelaporan keuangan daerah;

i. menyajikan informasi keuangan daerah; dan

j. melaksanakan kebijakan dan pedoman pengelolaan serta penghapusan

barang milik daerah.

Dalam pelaksanaan teknis pengelolaan Keuangan Daerah, PPKD selaku BUD

menunjuk pejabat di Iingkungan satuan kerja pengelola keuangan daerah selaku

kuasa BUD. Penunjukan kuasa BUD ditetapkan dengan keputusan kepala

daerah. Kuasa BUD mempunyai tugas:

a. menyiapkan anggaran kas;

b. menyiapkan SPD;

c. menerbitkan SP2D;

d. menyimpan seluruh bukti asli kepemilikan kekayaan daerah;

e. memantau pelaksanaan penerimaan dan pengeluaran APBD oleh bank

dan/atau lembaga keuangan lainnya yang ditunjuk;

f. mengusahakan dan mengatur dana yang diperlukan dalam pelaksanaan

APBD;

g. menyimpan uang daerah;

Page 15: Sistem Dan Prosedur Belanja Daerah

Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah 15

h. melaksanakan penempatan uang daerah dan mengelola/menatausahakan

investasi daerah;

i. melakukan pembayaran berdasarkan permintaan pejabat pengguna

anggaran atas beban rekening kas umum daerah;

j. melaksanakan pemberian pinjaman atas nama pemerintah daerah;

k. melakukan pengelolaan utang dan piutang daerah; dan

I. melakukan penagihan piutang daerah.

Disamping melimpahkan kewenangan BUD kepada kuasa BUD, PPKD dapat

melimpahkan kepada pejabat lainnya dilingkungan SKPKD untuk melaksanakan

tugas-tugas sebagai berikut:

a. menyusun rancangan APBD dan rancangan Perubahan APBD;

b. melakukan pengendalian pelaksanaan APBD;

c. melaksanakan pemungutan pajak daerah;

d. menyiapkan pelaksanaan pinjaman dan pemberian jaminan atas nama

pemerintah daerah;

e. melaksanakan sistem akuntansi dan pelaporan keuangan daerah;

f. menyajikan informasi keuangan daerah; dan

g. melaksanakan kebijakan dan pedoman pengelolaan serta penghapusan

barang milik daerah.

1.a.4. Kepala SKPD selaku pejabat pengguna anggaran/pengguna barangKepala SKPD selaku pejabat pengguna anggaran/pengguna barang mempunyai

tugas:

a. menyusun RKA-SKPD;

b. menyusun DPA-SKPD;

c. melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran atas beban anggaran

belanja;

d. melaksanakan anggaran SKPD yang dipimpinnya;

e. melakukan pengujian atas tagihan dan memerintahkan pembayaran;

f. melaksanakan pemungutan penerimaan bukan pajak;

g. mengadakan ikatan/perjanjian kerjasama dengan pihak lain dalam batas

anggaran yang telah ditetapkan;

h. menandatangani SPM;

i. mengelola utang dan piutang yang menjadi tanggung jawab SKPD yang

Page 16: Sistem Dan Prosedur Belanja Daerah

Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah 16

dipimpinnya;

j. mengelola barang milik daerah/kekayaan daerah yang menjadi tanggung

jawab SKPD yang dipimpinnya;

k. menyusun dan menyampaikan laporan keuangan SKPD yang dipimpinnya;

l. mengawasi pelaksanaan anggaran SKPD yang dipimpinnya;

m. melaksanakan tugas-tugas pengguna anggaran/pengguna barang lainnya

berdasarkan kuasa yang dilimpahkan oleh kepala daerah; dan

n. bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya kepada kepala daerah

melalui sekretaris daerah.

Pejabat pengguna anggaran/pengguna barang dalam melaksanakan tugas-

tugas dapat melimpahkan sebagian kewenangannya kepada kepala unit kerja

pada SKPD selaku kuasa pengguna anggaran/kuasa pengguna barang.

Pelimpahan sebagian kewenangan didasarkan pada pertimbangan tingkatan

daerah, besaran SKPD, besaran jumlah uang yang dikelola, beban kerja, lokasi,

kompetensi dan/atau rentang kendali dan pertimbangan objektif lainnya.

Pejabat pengguna anggaran/pengguna barang dan kuasa pengguna

anggaran/kuasa pengguna barang dalam melaksanakan program dan kegiatan

menunjuk pejabat pada unit kerja SKPD selaku Pejabat Pelaksana Teknis

Kegiatan/PPTK. Penunjukan PPTK berdasarkan pertimbangan kompetensi

jabatan, anggaran kegiatan, beban kerja, lokasi, dan/atau rentang kendali dan

pertimbangan objektif lainnya.

PPTK yang ditunjuk oleh pejabat pengguna anggaran/pengguna barang

bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya kepada pengguna

anggaran/pengguna barang. Sedangkan PPTK yang ditunjuk oleh kuasa

pengguna anggaran/kuasa pengguna barang bertanggung jawab atas

pelaksanaan tugasnya kepada kuasa pengguna anggaran/kuasa pengguna

barang. PPTK mempunyai tugas mencakup:

a. mengendalikan pelaksanaan kegiatan;

b. melaporkan perkembangan pelaksanaan kegiatan; dan

c. menyiapkan dokumen anggaran atas beban pengeluaran pelaksanaan

kegiatan.

Untuk melaksanakan anggaran yang dimuat dalam DPA-SKPD, kepala SKPD

menetapkan pejabat yang melaksanakan fungsi tata usaha keuangan pada

SKPD sebagai Pejabat Penatausahaan Keuangan-SKPD.

Page 17: Sistem Dan Prosedur Belanja Daerah

Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah 17

PPK-SKPD mempunyai tugas:

a. meneliti kelengkapan SPP-LS pengadaan barang dan jasa yang disampaikan

oleh bendahara pengeluaran dan diketahui/ disetujui oleh PPTK;

b. meneliti kelengkapan SPP-UP, SPP-GU, SPP-TU dan SPP-LS gaji dan

tunjangan PNS serta penghasilan lainnya yang ditetapkan sesuai dengan

ketentuan perundang-undangan yang diajukan oleh bendahara pengeluaran;

c. melakukan verifikasi SPP;

d. menyiapkan SPM;

e. melakukan verifikasi harian atas penerimaan;

f. melaksanakan akuntansi SKPD; dan

g. menyiapkan laporan keuangan SKPD.

Dalam pelaksanaan tugasnya, PPK-SKPD tidak boleh merangkap sebagai

pejabat yang bertugas melakukan pemungutan penerimaan negara/daerah,

bendahara, dan/atau PPTK.

1.a.5. Bendahara PengeluaranDalam rangka proses pencairan anggaran belanja daerah, Kepala daerah atas

usul PPKD menetapkan bendahara pengeluaran untuk melaksanakan tugas

kebendaharaan dalam rangka pelaksanaan anggaran pada SKPD. Bendahara

pengeluaran adalah pejabat fungsional. Bendahara pengeluaran secara

fungsional bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya kepada PPKD selaku

BUD.

Bendahara pengeluaran baik secara langsung maupun tidak langsung dilarang

melakukan kegiatan perdagangan, pekerjaan pemborongan dan penjualan jasa

atau bertindak sebagai penjamin atas kegiatan/ pekerjaan/penjualan, serta

membuka rekening/giro pos atau menyimpan uang pada suatu bank atau

lembaga keuangan Iainnya atas nama pribadi.

2.b. Latihan1. Dalam pengelolaan APBD, Kepala Darah adalah Pemegang Kekuasaan

Pengelolaan Keuangan Daerah, sebutkan tugas dan wewenangnya!

2. Jelaskan kedudukan sekretaris daerah dalam Pelaksanaan APBD!

3. Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah menjabat sekaligus sebagai Kuasa

Pengguna Anggaran, jelaskan tugas dan wewenang KPA!

4. KPA dapat menunjuk Pejabat Penatausahaan Keuangan SKPD, jelaskan

kewenangan yang dapat dilimpahkan oleh KPA!

Page 18: Sistem Dan Prosedur Belanja Daerah

Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah 18

5. Jelaskan tugas dan wewenang Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan!

6. Jelaskan kedudukan Bendahara Pengeluaran dalam pelaksanaan APBD!

2.c. Rangkuman1. Pemegang Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Daerah adalah kepala

daerah yang karena jabatannya mempunyai kewenangan

menyelenggarakan keseluruhan pengelolaan keuangan daerah dan

mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang

dipisahkan. Yang dimaksud dengan Kepala Daerah adalah gubernur

bagi daerah provinsi atau bupati bagi daerah kabupaten atau walikota

bagi daerah kota.

2. Sekretaris daerah selaku koordinator pengelolaan keuangan daerah

mempunyai peran dan fungsi untuk membantu kepala daerah menyusun

kebijakan dan mengkoordinasikan penyelenggaraan urusan pemerintahan

daerah termasuk pengelolaan keuangan daerah.

3. Kepala Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah selaku Pejabat Pengelola

Keuangan Daerah Dalam pelaksanaan teknis pengelolaan Keuangan

Daerah, PPKD selaku BUD menunjuk pejabat di Iingkungan satuan kerja

pengelola keuangan daerah selaku kuasa BUD. Penunjukan kuasa BUD

ditetapkan dengan keputusan kepala daerah.

4. Kepala SKPD selaku pejabat pengguna anggaran/pengguna barang dan

dalam melaksanakan tugas-tugas dapat melimpahkan sebagian

kewenangannya kepada kepala unit kerja pada SKPD selaku kuasa

pengguna anggaran/kuasa pengguna barang. Pelimpahan sebagian

kewenangan didasarkan pada pertimbangan tingkatan daerah, besaran

SKPD, besaran jumlah uang yang dikelola, beban kerja, lokasi, kompetensi

dan/atau rentang kendali dan pertimbangan objektif lainnya.

5. PPTK yang ditunjuk oleh pejabat pengguna anggaran/pengguna barang

bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya kepada pengguna

anggaran/pengguna barang. Sedangkan PPTK yang ditunjuk oleh kuasa

pengguna anggaran/kuasa pengguna barang bertanggung jawab atas

pelaksanaan tugasnya kepada kuasa pengguna anggaran/kuasa pengguna

barang.

Page 19: Sistem Dan Prosedur Belanja Daerah

Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah 19

6. Untuk melaksanakan anggaran yang dimuat dalam DPA-SKPD, kepala

SKPD menetapkan pejabat yang melaksanakan fungsi tata usaha keuangan

pada SKPD sebagai Pejabat Penatausahaan Keuangan-SKPD.

7. Dalam rangka proses pencairan anggaran belanja daerah, Kepala daerah

atas usul PPKD menetapkan bendahara pengeluaran untuk melaksanakan

tugas kebendaharaan dalam rangka pelaksanaan anggaran pada SKPD.

Bendahara pengeluaran adalah pejabat fungsional. Bendahara pengeluaran

secara fungsional bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya kepada

PPKD selaku BUD.

2.d. Tes Formatif1. Dalam pelaksanaan tugasnya Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD)

dipimpin oleh :

a. Sekretaris Daerah

b. Kepala SKPKD selaku PPKD

c. Kepala SKPD selaku PA

d. Bendahara Umum Daerah

2. Fungsi Bendahara Umum Daerah (BUD) dijalankan oleh :

a. Kepala Bagian Keuangan

b. Kepala SKPKD

c. Kepala SKPD

d. Kepala Daerah

3. PPKD dapat melimpahkan kepada pejabat lainnya dilingkungan SKPKD

a. menyusun rancangan APBD dan rancangan Perubahan APBD;

b. melakukan pengendalian pelaksanaan APBD;

c. melaksanakan pemungutan pajak daerah;

d. menyimpan uang daerah;

4. Mengadakan ikatan/perjanjian kerjasama dengan pihak lain dalam batas

anggaran yang telah ditetapkan dalam SKPD merupakan kewenangan :

a. Kepala SKPD

b. PPTK

c. Bendahara Pengeluaran

d. PPK SKPD

5. PPTK mempunyai tugas mencakup di bawah ini kecuali :

Page 20: Sistem Dan Prosedur Belanja Daerah

Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah 20

a. mengendalikan pelaksanaan kegiatan;

b. melaporkan perkembangan pelaksanaan kegiatan; dan

c. mengadakan ikatan/perjanjian kerjasama dengan pihak lain dalam batas

anggaran yang telah ditetapkan;

d. menyiapkan dokumen anggaran atas beban pengeluaran pelaksanaan

kegiatan.

6. Menyimpan seluruh bukti asli kepemilikan kekayaan daerah merupakan

tugas dari :

a. Kepala SKPD

b. Kuasa BUD

c. Bendahara Pengeluaran

d. Bendahara Barang

7. Dalam permintaan pembayaran ke BUD, SPM disiapkan oleh :

a. Bendahara Pengeluaran

b. PPTK

c. PPK SKPD

d. Kepala SKPD

8. Bendahara pengeluaran adalah pejabat fungsional. Bendahara pengeluaran

secara fungsional bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya kepada

a. Kepala SKPD selaku PA.

b. PPKD selaku BUD.

c. Sekda selaku Koordinator Pengelolaan Keuangan Daerah.

d. PPK SKPD.

9. PPK SKPD dapat merangkap jabatan di bawah ini :

a. Kepala Seksi teknis pada SKPD

b. Kepala SKPD

c. Bendahara Pengeluaran

d. PPTK

10. Penetapan Kuasa PA dan Bendahara Pengeluaran pada SKPD dilakukan

oleh :

a. Kepala SKPD

b. Sekretaris Daerah

c. PPKD

d. Kepala Daerah

Page 21: Sistem Dan Prosedur Belanja Daerah

Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah 21

2.e Umpan Balik dan Tindak LanjutApabila Anda telah menyelesaikan latihan dan tes formatif tersebut diatas,

silahkan mencocokkan hasilnya dengan kunci jawaban yang terdapat pada akhir

modul ini. Untuk mengukur tingkat penguasaan materi modul ini, hitunglah hasil

penilaian dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Rumus penilaian:

Tingkat penguasaan = Jumlah jawaban yang benar x 100%

Jumlah soal

Kriteria tingkat penguasaan materi:

90% - 100% = baik sekali

80% - 89% = baik

70% - 79% = sedang

- 69% = kurang

Apabila hasil penilaian mencapai tingkat penguasaan materi 80% keatas, berarti

Anda telah menguasai materi dengan baik. Akan tetapi, apabila hasilnya masih

dibawah 80%, Anda diminta untuk mempelajari kembali materi pelajaran ini.

Page 22: Sistem Dan Prosedur Belanja Daerah

Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah 22

KEGIATAN BELAJAR 3 :

BELANJA DAERAH

3.a. Uraian dan Contoh3.a.1. Asas Umum Pengelolaan Keuangan Daerah

Keuangan daerah agar dapat mencapai tujuan dan sasaran harus

dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efektif, efisien,

ekonomis, transparan, dan bertanggung jawab dengan memperhatikan azas

keadilan, kepatutan, dan manfaat untuk masyarakat. Asas-asas ini ditetapkan

dalam PP No. 58 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah. Rincian

mengenai asas-asas ini dijelaskan dalam pasal 4 Permendagri No. 13 tahun

2006 sebagai berikut :

1. Secara tertib adalah bahwa keuangan daerah dikelola secara tepat waktu

dan tepat guna yang didukung dengan buktibukti administrasi yang dapat

dipertanggungjawabkan.

2. Taat pada peraturan perundang-undangan adalah bahwa pengelolaan

keuangan daerah harus berpedoman pada peraturan perundang-

undangan.

3. Efektif merupakan pencapaian hasil program dengan target yang telah

ditetapkan, yaitu dengan cara membandingkan keluaran dengan hasil.

4. Efisien merupakan pencapaian keluaran yang maksimum dengan

masukan tertentu atau penggunaan masukan terendah untuk mencapai

keluaran tertentu.

5. Ekonomis merupakan pemerolehan masukan dengan kualitas dan

kuantitas tertentu pada tingkat harga yang terendah.

Indikator

1. Menjelaskan asas umum pengelolaan keuangan daerah

2. Menjelaskan prinsip-prinsip pengelolaan keuangan daerah

3. Menjelasakan Dokumen Pelaksanaan Anggaran

Page 23: Sistem Dan Prosedur Belanja Daerah

Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah 23

6. Transparan merupakan prinsip keterbukaan yang memungkinkan

masyarakat untuk mengetahui dan mendapatkan akses informasi seluas-

Iuasnya tentang keuangan daerah.

7. Bertanggung jawab merupakan perwujudan kewajiban seseorang untuk

mempertanggungjawabkan pengelolaan dan pengendalian sumber daya

dan pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepadanya dalam rangka

pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.

8. Keadilan adalah keseimbangan distribusi kewenangan dan

pendanaannya dan/atau keseimbangan distribusi hak dan kewajiban

berdasarkan pertimbangan yang obyektif.

9. Kepatutan adalah tindakan atau suatu sikap yang dilakukan dengan wajar

dan proporsional.

10. Manfaat untuk masyarakat adalah bahwa keuangan daerah diutamakan

untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat.

3.a.2. Prinsip-prinsip Belanja DaerahBelanja daerah merupakan bagian dari belanja Negara secara umum,

oleh karena itu dalam pelaksanaannya harus mengikuti prinsip-prinsip yang

berlaku dalam belanja Negara. Sesuai pasal 12 Keppres No. 42 tahun 2002

prinsip-prinsip belanja negara adalah :

1. Hemat, tidak mewah, efisien, dan sesuai dengan kebutuhan teknis

yang disyaratkan.

2. Efektif, terarah dan terkendali sesuai dengan rencana,

program/kegiatan, sesuai fungsi setiap

departemen/lembaga/pemerintah daerah.

3. Mengutamakan penggunaan produksi dalam negeri.

Prinsip-prinsip pembayaran atas beban APBD diatur dalam Permendagri

No. 13 tahun 2006 pada Pasal 132 sampai dengan 136. Prinsip-prinsip tersebut

antara lain sebagai berikut :

1. Setiap pengeluaran belanja atas beban APBD harus didukung dengan bukti

yang lengkap dan sah.

Bukti tersebut harus mendapat pengesahan oleh pejabat yang berwenang

dan bertanggung jawab atas kebenaran material yang timbul dari

Page 24: Sistem Dan Prosedur Belanja Daerah

Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah 24

penggunaan bukti.

2. Pengeluaran kas yang mengakibatkan beban APBD tidak dapat dilakukan

sebelum rancangan peraturan daerah tentang APBD ditetapkan dan

ditempatkan dalam lembaran daerah.

Pengeluaran kas tersebut tidak termasuk untuk belanja yang bersifat

mengikat dan belanja yang bersifat wajib yang ditetapkan dalam peraturan

kepala daerah.

3. Pemberian subsidi, hibah, bantuan sosial, dan bantuan keuangan

dilaksanakan atas persetujuan kepala daerah.

4. Penerima subsidi, hibah, bantuan sosial, dan bantuan keuangan

bertanggung jawab atas penggunaan uang/barang dan/atau jasa yang

diterimanya dan wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban

penggunaannya kepada kepala daerah.

5. Tata cara pemberian dan pertanggungjawaban subsidi, hibah, bantuan

sosial, dan bantuan keuangan ditetapkan dalam peraturan kepala daerah.

6. Dasar pengeluaran anggaran belanja tidak terduga yang dianggarkan dalam

APBD untuk mendanai tanggap darurat, penanggulangan bencana alam

dan/atau bencana sosial, termasuk pengembalian atas kelebihan

penerimaan daerah tahun-tahun sebelumnya yang telah ditutup ditetapkan

dengan keputusan kepala daerah dan diberitahukan kepada DPRD paling

lama 1 (satu) bulan terhitung sejak keputusan dimaksud ditetapkan.

7. Pengeluaran belanja untuk tanggap darurat berdasarkan kebutuhan yang

diusulkan dari instansi/lembaga berkenaan setelah mempertimbangkan

efisiensi dan efektifitas serta menghindari adanya tumpang tindih pendanaan

terhadap kegiatan-kegiatan yang telah didanai dari anggaran pendapatan

dan belanja negara.

8. Pimpinan instansi/lembaga penerima dana tanggap darurat

bertanggungjawab atas penggunaan dana tersebut dan wajib menyampaikan

laporan realisasi penggunaan kepada atasan langsung dan kepala daerah.

9. Tata cara pemberian dan pertanggungjawaban belanja tidak terduga untuk

tanggap darurat ditetapkan dalam peraturan kepala daerah.

10. Bendahara pengeluaran sebagai wajib pungut pajak penghasilan (PPh) dan

pajak lainnya, wajib menyetorkan seluruh penerimaan potongan dan pajak

yang dipungutnya ke rekening kas negara pada bank yang ditetapkan oleh

Page 25: Sistem Dan Prosedur Belanja Daerah

Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah 25

Menteri Keuangan sebagai bank persepsi atau pos giro dalam jangka waktu

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

11. Untuk kelancaran pelaksanaan tugas SKPD, kepada pengguna

anggaran/kuasa pengguna anggaran dapat diberikan uang persediaan yang

dikelola oleh bendahara pengeluaran.

3.a.4. Larangan Pembebanan pada Belanja DaerahBelanja daerah sesuai dengan ketentuan yang berlaku hanya dapat

digunakan untuk untuk mendanai program dan kegiatan dari masing-masing

SKPD. Program dan kegiatan disusun berdasarkan tugas pokok dan fungsi dari

SKPD. Oleh karena itu dalam pasal 13 Keppres No. 42 tahun 2002 diatur

larangan pembebanan belanja atau keperluan pada belanja Negara/daerah

sebagai berikut :

1. Perayaan atau peringatan hari besar, hari raya dan hari ulang tahun

departemen/lembaga/pemerintah daerah.

2. Pemberian ucapan selamat, hadiah/tanda mata, karangan bunga, dan

sebagainya untuk berbagai peristiwa.

3. Pesta untuk berbagai peristiwa dan pecan olah raga pada

departemen/lembaga/pemerintah daerah.

4. Pengeluaran lain-lain untuk kegiatan/keperluan yang sejenis serupa dengan

yang tersebut di atas.

3.a.5. Pengertian Daftar Pelaksanaan Anggaran SKPDDokumen Pelaksanaan Anggaran SKPD yang selanjutnya disingkat DPA-

SKPD merupakan dokumen yang memuat pendapatan dan belanja setiap SKPD

yang digunakan sebagai dasar pelaksanaan oleh pengguna anggaran. (Pasal 1

PP No. 58 tahun 2005). Sedangkan menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri

No. 13 tahun 2006, Dokumen Pelaksanaan Anggaran SKPD yang selanjutnya

disingkat DPA-SKPD adalah dokumen yang memuat pendapatan, belanja dan

pembiayaan yang digunakan sebagai dasar pelaksanaan anggaran oleh

pengguna anggaran.

3.a.6. Format DPA-SKPDFormat DPA-SKPD sesuai dengan Permendagri No. 59 Tahun 2007

terdiri dari lima bagian yaitu :

Page 26: Sistem Dan Prosedur Belanja Daerah

Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah 26

No. Kode Nama Formulir

1. DPA-SKPD Ringkasan Dokumen Pelaksanaan Anggaran

Satuan Kerja Perangkat Daerah

2. DPA-SKPD 1 Rincian Dokumen Pelaksanaan Anggaran

Pendapatan Satuan Kerja Perangkat Daerah

3. DPA-SKPD 2.1 Rincian Dokumen Pelaksanaan Anggaran

Belanja Tidak Langsung Satuan Kerja

Perangkat Daerah

4. DPA-SKPD 2.2 Rekapitulasi Belanja Langsung menurut

Program dan Kegiatan Satuan Kerja

Perangkat Daerah

5. DPA-SKPD 2.2.1 Rincian Dokumen Pelaksanaan Anggaran

Belanja Langsung Program dan Per Kegiatan

Satuan Kerja Perangkat Daerah

3.a.6. Penyusunan DPA-SKPDPasal 123 dan pasal 124 Permendagri No. 13 Tahun 2006 menjelaskan

tata cara penyiapan DPA-SKPD. Beberapa ketentuan mengenai penyusunan

DPA-SKPD adalah sebagai berikut :

1. Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD) paling lama 3 (tiga) hari kerja

setelah peraturan daerah tentang APBD ditetapkan, memberitahukan kepada

semua kepala SKPD agar menyusun rancangan DPA-SKPD.

Rancangan DPA-SKPD merinci sasaran yang hendak dicapai, program,

kegiatan, anggaran yang disediakan untuk mencapai sasaran tersebut, dan

rencana penarikan dana tiap-tiap SKPD serta pendapatan yang diperkirakan.

2. Kepala SKPD menyerahkan rancangan DPA-SKPD kepada PPKD paling

lama 6 (enam) hari kerja setelah pemberitahuan.

Format DPA-SKPD sebagaimana tercantum dalam Lampiran B.I Peraturan

Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 (format terlampir).

3. Tim Anggaran Pemerintah Darah (TAPD) melakukan verifikasi rancangan

Page 27: Sistem Dan Prosedur Belanja Daerah

Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah 27

DPA-SKPD bersama-sama dengan kepala SKPD paling lama 15 (lima belas)

hari kerja sejak ditetapkannya peraturan kepala daerah tentang penjabaran

APBD.

4. Berdasarkan hasil verifikasi tersebut, PPKD mengesahkan rancangan DPA-

SKPD dengan persetujuan sekretaris daerah.

5. DPA-SKPD yang telah disahkan disampaikan kepada kepala SKPD, satuan

kerja pengawasan daerah, dan Badan Pemeriksa Keuangan paling lama 7

(tujuh) hari kerja sejak tanggal disahkan.

DPA-SKPD yang telah disahkan digunakan sebagai dasar pelaksanaan

anggaran oleh kepala SKPD selaku pengguna anggaran/pengguna barang.

3.a.7. Anggaran KasAnggaran kas adalah dokumen perkiraan kas masuk yang bersumber dari

penerimaan dan perkiraan arus kas keluar untuk mengatur ketersediaan dana

yang cukup guna mendanai pelaksanaan kegiatan setiap periode. Penyusunan

anggaran kas diatur dalam pasal 125 dan 126 Permendagri No. 13 Tahun 2006.

Ketentuan penyusunan anggaran kas adalah sebagai berikut :

1. Kepala SKPD berdasarkan rancangan DPA-SKPD menyusun rancangan

anggaran kas SKPD.

Format anggaran kas pemerintah daerah sebagaimana tercantum dalam

Lampiran B.II Permendagri No. 13 Tahun 2006.

2. Rancangan anggaran kas SKPD disampaikan kepada PPKD selaku BUD

bersamaan dengan rancangan DPA-SKPD.

Pembahasan rancangan anggaran kas SKPD dilaksanakan bersamaan

dengan pembahasan DPA-SKPD.

3. PPKD selaku BUD menyusun anggaran kas pemerintah daerah guna

mengatur ketersediaan dana yang cukup untuk mendanai pengeluaran-

pengeluaran sesuai dengan rencana penarikan dana yang tercantum dalam

DPA-SKPD yang telah disahkan.

Anggaran kas memuat perkiraan arus kas masuk yang bersumber dari

penerimaan dan perkiraan arus kas keluar yang digunakan guna mendanai

pelaksanaan kegiatan dalam setiap periode.

4. Mekanisme pengelolaan anggaran kas pemerintah daerah ditetapkan dalam

Page 28: Sistem Dan Prosedur Belanja Daerah

Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah 28

peraturan kepala daerah.

3.a.8. Surat Penyediaan Dana (SPD)Surat Penyediaan Dana (SPD) adalah dokumen yang menyatakan

tersedianya dana untuk melaksanakan kegiatan sebagai dasar penerbitan SPP.

Sesuai pasal 196 dan 197 Permendagri No. 13 tahun 2006, SPD disusun

sebagai berikut dengan ketentuan sebagai berikut:

1. Setelah penetapan anggaran kas, PPKD dalam rangka manajemen kas

menerbitkan SPD. Format SPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

tercantum dalam Lampiran D.VI Permendagri No. 13 tahun 2006.

2. Guna penerbitan SPD, kuasa BUD menyiapkan draft SPD untuk

ditandatangani oleh PPKD.

3. Pengeluaran kas atas beban APBD dilakukan berdasarkan SPD atau

dokumen lain yang dipersamakan dengan SPD.

3.b. Latihan1. Jelaskan yang dimaksud dengan azas-azas umum dalam belanja daerah!

2. Hal-hal apa saja yang dilarang dalam belanja daerah!

3. Jelaskan prinsip-prinsip umum belanja daerah!

4. Jelaskan yang dimaksud dengan anggaran kas!

5. Dalam pelaksanaan anggaran terdapat dokumen DPA-SKPA, jelaskan

dokumen isi dari DPA-SKPD

3.c. Rangkuman1. Keuangan daerah agar dapat mencapai tujuan dan sasaran harus dikelola

secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efektif, efisien,

ekonomis, transparan, dan bertanggung jawab dengan memperhatikan azas

keadilan, kepatutan, dan manfaat untuk masyarakat

2. Belanja daerah merupakan bagian dari belanja Negara secara umum, oleh

karena itu dalam pelaksanaannya harus mengikuti prinsip-prinsip yang

berlaku dalam belanja Negara diantaranya adalah Hemat, tidak mewah,

efisien, dan sesuai dengan kebutuhan teknis yang disyaratkan; Efektif,

terarah dan terkendali sesuai dengan rencana, program/kegiatan, sesuai

fungsi setiap departemen/lembaga/pemerintah daerah; Mengutamakan

Page 29: Sistem Dan Prosedur Belanja Daerah

Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah 29

penggunaan produksi dalam negeri.

3. Belanja daerah sesuai dengan ketentuan yang berlaku hanya dapat

digunakan untuk untuk mendanai program dan kegiatan dari masing-masing

SKPD. Program dan kegiatan disusun berdasarkan tugas pokok dan fungsi

dari SKPD.

4. Dokumen Pelaksanaan Anggaran SKPD yang selanjutnya disingkat DPA-

SKPD merupakan dokumen yang memuat pendapatan dan belanja setiap

SKPD yang digunakan sebagai dasar pelaksanaan oleh pengguna

anggaran.

5. Anggaran kas adalah dokumen perkiraan kas masuk yang bersumber dari

penerimaan dan perkiraan arus kas keluar untuk mengatur ketersediaan

dana yang cukup guna mendanai pelaksanaan kegiatan setiap periode.

6. Surat Penyediaan Dana (SPD) adalah dokumen yang menyatakan

tersedianya dana untuk melaksanakan kegiatan sebagai dasar penerbitan

SPP.

3.d. Tes Formatif1. Asas efektif dalam pelaksanaan belanja daerah berarti :

a. Keuangan daerah dikelola secara tepat waktu dan tepat guna yang

didukung dengan bukti-bukti administrasi yang dapat

dipertanggungjawabkan.

b. Pengelolaan keuangan daerah harus berpedoman pada peraturan

perundang-undangan.

c. Pencapaian hasil program dengan target yang telah ditetapkan, yaitu

dengan cara membandingkan keluaran dengan hasil.

d. Pencapaian keluaran yang maksimum dengan masukan tertentu atau

penggunaan masukan terendah untuk mencapai keluaran tertentu.

2. Setiap pengeluaran belanja atas beban APBD harus didukung dengan bukti

yang lengkap dan sah. Suatu bukti pengeluaran dinyatakan sah apabila

memenuhi persyaratan di bawah ini kecuali :

a. Ditanda tangani penerima pembayaran.

b. Dicap instansi/lembaga penerima pembayaran.

c. Menyebutkan nilai pembayaran dalam angka dan huruf.

d. Ditanda tangani BUD.

Page 30: Sistem Dan Prosedur Belanja Daerah

Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah 30

3. Bendahara pengeluaran sebagai wajib pungut pajak penghasilan (PPh) dan

pajak lainnya, wajib menyetorkan seluruh penerimaan potongan dan pajak

yang dipungutnya ke :

a. Rekening kas daerah.

b. Rekening kas negara.

c. Rekening bendahara pengeluaran SKPD.

d. Rekening khusus.

4. Tata cara pemberian dan pertanggungjawaban subsidi, hibah, bantuan

sosial, dan bantuan keuangan ditetapkan dalam peraturan :

a. Peraturan Kepala daerah.

b. Peraturan Daerah.

c. Peraturan Menteri dalam negeri.

d. Peraturan Presiden.

5. Belanja daerah dapat digunakan untuk membiayai pengeluaran di bawah ini :

a. Perayaan atau peringatan hari besar, hari raya dan hari ulang tahun

departemen/lembaga/pemerintah daerah.

b. Pemberian ucapan selamat, hadiah/tanda mata, karangan bunga, dan

sebagainya untuk berbagai peristiwa.

c. Pesta untuk berbagai peristiwa dan pekan olah raga pada

departemen/lembaga/pemerintah daerah.

d. Pemberian hadiah bagi siswa sekolah lanjutan pertama yang berprestasi.

6. Rincian Dokumen Pelaksanaan Anggaran Belanja Langsung Program dan

Per Kegiatan Satuan Kerja Perangkat Daerah dituangkan dalam DPA SKPD

pada form :

a. DPA SKPD 2.2.1.

b. DPA-SKPD 2.2.

c. DPA-SKPD 2.1.

d. DPA-SKPD 1.2.

7. Ketentuan mengenai Penyusunan DPA-SKPD antara lain adalah sebagai

berikut kecuali:

a. Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD) paling lama 3 (tiga) hari

kerja setelah peraturan daerah tentang APBD ditetapkan,

memberitahukan kepada semua kepala SKPD agar menyusun

rancangan DPA-SKPD.

Page 31: Sistem Dan Prosedur Belanja Daerah

Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah 31

b. Kepala SKPD menyerahkan rancangan DPA-SKPD kepada PPKD paling

lama 7 (tujuh) hari kerja setelah pemberitahuan.

c. Kepala SKPD menyerahkan rancangan DPA-SKPD kepada PPKD paling

lama 6 (enam) hari kerja setelah pemberitahuan.

d. Tim Anggaran Pemerintah Darah (TAPD) melakukan verifikasi rancangan

DPA-SKPD bersama-sama dengan kepala SKPD paling lama 15 (lima

belas) hari kerja sejak ditetapkannya peraturan kepala daerah tentang

penjabaran APBD.

8. Pejabat yang diberi tugas menyusun anggaran kas pemerintah daerah guna

mengatur ketersediaan dana yang cukup untuk mendanai pengeluaran-

pengeluaran sesuai dengan rencana penarikan dana yang tercantum dalam

DPA-SKPD yang telah disahkan adalah :

a. PPKD selaku BUD.

b. Kepala SKPD selaku PA.

c. PPK SKPD.

d. Bendahara Pengeluaran.

9. Anggaran kas digunakan mengatur ketersediaan dana yang cukup guna

mendanai pelaksanaan kegiatan setiap periode. Oleh karena itu anggaran

kas memuat :

a. Perkiraan kas masuk yang bersumber dari penerimaan.

b. Perkiraan arus kas keluar.

c. Perkiraan kas masuk yang bersumber dari penerimaan dan perkiraan

arus kas keluar.

d. Tidak ada jawaban yang benar.

10. Pengeluaran kas dapat dilakukan setelah SKPD memiliki dokumen yang

menyatakan tersedianya dana untuk melaksanakan kegiatan yaitu :

a. DPA SKPD.

b. RKA SKPD.

c. SP2D.

d. SPD.

3.e Umpan Balik dan Tindak LanjutApabila Anda telah menyelesaikan latihan dan tes formatif tersebut diatas,

silahkan mencocokkan hasilnya dengan kunci jawaban yang terdapat pada akhir

Page 32: Sistem Dan Prosedur Belanja Daerah

Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah 32

modul ini. Untuk mengukur tingkat penguasaan materi modul ini, hitunglah hasil

penilaian dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Rumus penilaian:

Tingkat penguasaan = Jumlah jawaban yang benar x 100%

Jumlah soal

Kriteria tingkat penguasaan materi:

90% - 100% = baik sekali

80% - 89% = baik

70% - 79% = sedang

- 69% = kurang

Apabila hasil penilaian mencapai tingkat penguasaan materi 80% keatas, berarti

Anda telah menguasai materi dengan baik. Akan tetapi, apabila hasilnya masih

dibawah 80%, Anda diminta untuk mempelajari kembali materi pelajaran ini.

Page 33: Sistem Dan Prosedur Belanja Daerah

Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah 33

KEGIATAN BELAJAR 4:

PROSEDUR PEMBAYARAN

UANG PERSEDIAAN

4.a. Uraian dan Contoh4.a.1. Uang PersediaanDefinisi Uang Persediaan yang selanjutnya disebut UP adalah uang muka kerja

dengan jumlah tertentu yang bersifat daur ulang (revolving), diberikan kepada

bendahara pengeluaran hanya untuk membiayai kegiatan operasional kantor

sehari-hari yang tidak dapat dilakukan dengan pembayaran langsung.

Berdasarkan definisi UP, karakteristik UP adalah

1) Uang muka kerja.

Uang persediaan diberikan kepada bendahara pengeluaran pada awal

periode pelaksanaan anggaran untuk digunakan membayar pengeluaran

yang akan dilaksanakan pada jangka waktu tertentu. Permintaan uang

persediaan sebagai uang muka kerja hanya dilakukan satu kali dalam satu

tahun anggaran.

2) Revolving /berdaur ulang,

Indikator

1. Menjelaskan pengertian pembayaran dengan mekanisme uang

persediaan

2. Menjelaskan karakteristik uang persediaan

3. Menguraikan mekanisme pembayaran dengan uang persediaan

4. Menjelaskan syarat-syarat kelengkapan SPP-UP, SPP-GU dan SPP-TU

5. Menjelaskan pengertian pembayaran dengan mekanisme langsung

6. Menguraikan mekanisme pembayaran langsung

7. Menjelaskan syarat-syarat kelengkapan SPP-LS Belanja Pegawai dan

SPP-LS Non Belanja Pegawai.

Page 34: Sistem Dan Prosedur Belanja Daerah

Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah 34

Uang persediaan yang telah digunakan untuk pembayaran belanja dapat

diminta penggantian sejumlah belanja yang telah dilakukan dengan batasan

minimal belanja yang telah ditetapkan.

3) Belum membebani anggaran.

Uang persediaan sebagai uang muka kerja belum dapat dibebankan pada

kode rekening tertentu sampai dengan uang persediaan tersebut digunakan

untuk melakukan pembayaran atas beban rekening pada DPA-SKPD

4) Untuk keperluan operasional kantor.

Untuk menghindari adanya idle cash/money pada bendahara maka uang

persediaan pada dasarnya adalah pilihan yang dapat diambil oleh

bendahara sebagai cara untuk melakukan pembayaran keperluan sehari-hari

perkantoran yang tidak dapat dilaksanakan dengan mekanisme langsung.

5) Jumlahnya tertentu.

Jumlah uang persediaan juga ditentukan dalam rangka menghindari adanya

idle cash/money.

Sebagaimana diuraikan diatas, dalam pelaksanaan belanja daerah, mekanisme

uang persediaan digunakan sebagai pilihan untuk pengeluaran yang dianggap

tidak efisien dan tidak efektif apabila dilakukan dengan mekanisme pembayaran

langsung. Hal ini mengingat kaidah pembayaran belanja semestinya dilakukan

langsung kepada pihak yang berhak menerima yaitu pihak ketiga tanpa melalui

perantara termasuk bendahara pengeluaran.

Mekanisme Uang persediaan perlu diatur secara khusus dengan peraturan

kepala daerah yang meliputi hal-hal sebagai berikut :

1) Belanja yang boleh dilakukan dengan mekanisme uang persediaan.

Kaidah umum pembayaran belanja daerah dilaksanakan secara langsung

oleh karena itu perlu diatur batasan-batasan pembayaran yang bisa

dilakukan dengan mekanisme uang persediaan. Batasan dilakukan terhadap

jenis-jenis belanja/rekening belanja yang secara umum lebih efisien dan

efektif dibayarkan dengan UP. Rekening tersebut diantaranya adalah

belanja barang.

2) Jumlah Uang Persediaan sebagai Uang Muka Kerja.

Untuk menghindari adanya idle cash/money maka perlu ditetapkan besaran

nominal uang persediaan yang boleh diminta oleh bendahara pengeluaran.

Jumlah uang yang diperlukan oleh bendahara pengeluaran tergantung pada

Page 35: Sistem Dan Prosedur Belanja Daerah

Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah 35

periode pertanggungjawaban yang wajar dalam pelaksanaan belanja.

Secara umum keperluan belanja dalam SKPD akan lebih mudah

dipertanggungjawabkan apabila dilakukan dalam periode bulanan. Sehingga

kebutuhan dana oleh bendahara untuk membayara keperluan SKPD secara

umum adalah 1/12 dari nilai pagu dana yang boleh dimintakan uang

persediaan sebagaimana point 1. Dengan alasan yang lebih penting,

dimungkinkan melakukan pembatasan jumlah uang persediaan menjadi

kurang dari 1/12 apabila jumlah uang persediaan untuk semua SKPD

dianggap akan menyebabkan idle cash/money. Hal ini mengingat

dimungkinkan untuk melakukan pemanfaatan uang oleh BUD untuk

kepentingan lainnya yang menguntungkan dan dapat dijadikan sebagai

sumber pendapatan daerah dengan menggunakan idle cash/money

tersebut.

Contoh : Apabila pada Pemerintah Daerah terdapat dua puluh SKPD yang

masing-masing meminta UP sebesar Rp.100.000.000,- maka jumlah uang

yang harus disediakan oleh BUD pada awal periode pembayaran adalah

sebesar dua Milyar. Dana UP yang diterima bendahara tentu tidak langsung

digunakan secara keseluruhan pada satu waktu, mungkin dalam

pelaksanaannya, pembayaran dilakukan pada waktu yang masih lama pada

periode bulan berkenaan. Sehingga terdapat uang mengendap pada

bendahara pengeluaran. Apabila uang mengendap tersebut rata-rata

Rp.10.000.000,- maka secara keseluruhan jumlah uang mengendap pada

bendahara SKPD adalah Rp.200.000.000,-. Bagi BUD dana sebesar

Rp.200.000.000,- tersebut pada satu periode bulanan dimungkinkan untuk

dapat dikelola yang berpeluang meningkatkan pendapatan daerah.

3) Minimal penggunaan dana pada satu periode

Batasan minimal penggunaan dana uang persediaan juga diperlukan dalam

rangka menghindari adanya idle cash/money dan kelemahan perencanaan

belanja. Uang persediaan pada bendahara pengeluaran seharusnya

dipergunakan secara efektif untuk pembayaran belanja keperluan SKPD.

Oleh karena itu dihindari adanya sisa uang persediaan pada akhir periode

bulanan pada bendahara pengeluaran yang disebabkan kurang baiknya

perencanaan belanja. Oleh karena itu harus dilakukan pembatasan minimal

Page 36: Sistem Dan Prosedur Belanja Daerah

Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah 36

belanja yang harus dilakukan oleh SKPD sebagai syarat dilakukannya

penggantian uang persediaan.

Contoh : Batas minimal penggunaan Uang persediaan yang dijadikan syarat

dalam penggantian uang persediaan adalah 90%. Apabila uang persediaan

pada bendahara pengeluaran sebesar Rp.100.000.000,- maka untuk dapat

meminta penggantian uang persediaan, bendahara pengeluaran harus

melakukan pembayaran minimal Rp.90.000.000,-. Apabila jumlah

pembayaran tersebut tidak terpenuhi maka dianggap keperluan SKPD

tersebut pada satu periode dibawah nilai Rp.90.000.000,- atau perencanaan

belanja pada SKPD tidak baik. Sehingga dimungkinkan untuk mengurangi

jumlah uang persediaan pada SKPD tersebut.

4.a.2. Prosedur Pembayaran dengan mekanisme Uang Persediaan.Prosedur pembayaran dilakukan dengan melakukan permintaan pembayaran

menggunakan formulir Surat Permintaan Pembayaran/SPP. Jenis-jenis SPP

dalam mekanisme uang persediaan adalah

1) SPP Uang Persediaan/SPP-UP.

SPP Uang Persediaan/SPP-UP adalah dokumen yang diajukan oleh

bendahara pengeluaran untuk permintaan uang muka kerja yang bersifat

pengisian kembali (revolving) yang tidak dapat dilakukan dengan pembayaran

langsung.

2) SPP Ganti Uang Persediaan/SPP-GU

SPP-GU adalah dokumen yang diajukan oleh bendaharan pengeluaran untuk

permintaan pengganti uang persediaan yang tidak dapat dilakukan dengan

pembayaran Iangsung.

3) SPP Tambahan Uang Persediaan/SPP-TU

SPP-TU adalah dokumen yang diajukan oleh bendahara pengeluaran untuk

permintaan tambahan uang persediaan guna melaksanakan kegiatan SKPD

yang bersifat mendesak dan tidak dapat digunakan untuk pembayaran

Iangsung dan uang persediaan.

Mekanisme Penerbitan SPP sampai dengan SPM sebagaimana gambar

dibawah ini :

Page 37: Sistem Dan Prosedur Belanja Daerah

Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah 37

Gambar 1

Alur Proses Pembayaran Uang Persediaan

Prosedur pembayaran dengan mekanisme Uang Persediaan dilakukan dengan

mengacu pada Surat Penyediaan Dana. SUrat Penyediaan dana yang diterima

oleh Pengguna ANggaran dari PPKD diserahkan kepada Bendahara

Pengeluaran dan PPK-SKPD.

Berdasarkan SPD, Bendahara pengeluaran membuat dokumen SPP UP/GU/TU.

Selanjutnya Bendahara pengeluaran mengajukan dokumen SPP beserta

kelengkapannya kepada PPK-SKPD untuk diverifikasi berdasarkan DPA dan

SPD yang telah diterima dari Pengguna Anggaran.

Berdasarkan hasil penelitian SPP, apabila terdapat kesalahan dan kekurangan

Page 38: Sistem Dan Prosedur Belanja Daerah

Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah 38

dokumen maka PPK-SKPD menerbitkan surat penolakan penerbitan SPM untuk

dilengkapi dan diajukan kembali kepada PPK-SKPD. Apabila dokumen SPP

beserta kelengkapannya sudah benar maka PPK-SKPD membuat konsep SPM

untuk diajukan ke pengguna anggaran. Pengguna anggaran setelah meneliti

kemudian mengesahkan SPM dengan menandatangani SPM tersebut.

4.a.2.1. Prosedur Pengajuan SPP UP

Bendahara pengeluaran mengajukan SPP Uang Persediaan (UP) setiap awal

tahun anggaran setelah dikeluarkannya SK Kepala Daerah tentang besaran UP.

SPP-UP dipergunakan untuk mengisi uang persediaan tiap-tiap SKPD.

Pengajuan UP hanya dilakukan sekali dalam setahun tanpa pembebanan pada

kode rekening tertentu.

Bendahara mempersiapkan dokumen-dokumen yang diperlukan sebagai

lampiran dalam pengajuan SPP UP, selain dari dokumen SPP UP itu sendiri.

Lampiran tersebut antara lain:

1) surat pengantar SPP-UP;

2) ringkasan SPP-UP;

3) rincian SPP-UP;

4) salinan SPD;

5) draft surat pernyataan untuk ditandatangani oleh pengguna anggaran/kuasa

pengguna anggaran yang menyatakan bahwa uang yang diminta tidak

dipergunakan untuk keperluan selain uang persediaan saat pengajuan

SP2D kepada kuasa BUD; dan

6) lampiran lain yang diperlukan.

Bendahara Pengeluaran SKPD dapat melimpahkan sebagian uang persediaan

yang dikelolanya kepada bendahara pengeluaran pembantu SKPD untuk

kelancaran pelaksanaan kegiatan. Pelimpahan tersebut dilakukan berdasarkan

persetujuan pengguna anggaran.

4a.2.2. Prosedur Pengajuan SPP-GU

Pada saat uang persediaan telah terpakai bendahara pengeluaran dapat

mengajukan SPP Ganti Uang Persediaan (GU) dengan besaran sejumlah SPJ

penggunaan uang persediaan yang telah disahkan pada periode waktu tertentu.

SPP-GU tersebut dapat disampaikan untuk satu kegiatan tertentu atau beberapa

Page 39: Sistem Dan Prosedur Belanja Daerah

Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah 39

kegiatan sesuai dengan kebutuhan yang ada.

Bendahara mempersiapkan dokumen-dokumen yang diperlukan sebagai

lampiran dalam pengajuan SPP GU, selain dari dokumen SPP GU itu sendiri.

Dokumen yang dilampirkan dalam SPP-GU terdiri dari:

1) surat pengantar SPP-GU;

2) ringkasan SPP-GU;

3) rincian SPP-GU;

4) surat pengesahan laporan pertanggungjawaban bendahara pengeluaran

atas penggunaan dana SPP-UP/GU/TU sebelumnya;

5) salinan SPD;

6) draft surat pernyataan untuk ditandatangani oleh pengguna anggaran/kuasa

pengguna anggaran yang menyatakan bahwa uang yang diminta tidak

dipergunakan untuk keperluan selain ganti uang persediaan saat pengajuan

SP2D kepada kuasa BUD; dan

7) lampiran lain yang diperlukan.

4.a.2.3. Prosedur Pengajuan SPP_TU

Apabila terdapat kebutuhan belanja yang sifatnya mendesak, yang harus dikelola

oleh bendahara pengeluaran, dan uang persediaan tidak mencukupi karena

sudah direncanakan untuk kegiatan yang lain, maka bendahara pengeluaran

dapat mengajukan SPP-TU. Batas jumlah pengajuan SPP-TU harus mendapat

persetujuan dari PPKD dengan memperhatikan rincian kebutuhan dan waktu

penggunaan. Jumlah dana yang dimintakan dalam SPP-TU ini harus

dipertanggung-jawabkan tersendiri dan bila tidak habis, harus disetorkan

kembali.

Dokumen yang dilampirkan dalam SPP-TU terdiri dari:

1) surat pengantar SPP-TU;

2) ringkasan SPP-TU;

3) rincian SPP-TU;

4) salinan SPD;

5) draft surat pernyataan untuk ditandatangani oleh pengguna anggaran/kuasa

pengguna anggaran yang menyatakan bahwa uang yang diminta tidak

dipergunakan untuk keperluan selain tambahan uang persediaan saat

pengajuan SP2D kepada kuasa BUD;

Page 40: Sistem Dan Prosedur Belanja Daerah

Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah 40

6) surat keterangan yang memuat penjelasan keperluan pengisian tambahan

uang persediaan; dan

7) lampiran lainnya.

Dalam permintaan tambahan uang persediaan, batas jumlah pengajuan

kebutuhan dana harus mendapat persetujuan dari PPKD dengan memperhatikan

rincian kebutuhan. Disamping itu tambahan uang persediaan dibatasi hanya

untuk keperluan satu bulan, apabila terdapat sisa maka harus disetor ke

rekening kas umum daerah. Ketentuan batas waktu penyetoran sisa tambahan

uang dikecualikan untuk:

a) kegiatan yang pelaksanaannya melebihi 1 (satu) bulan

b) kegiatan yang mengalami penundaan dari jadwal yang telah ditetapkan yang

diakibatkan oleh peristiwa di luar kendali PA/KPA;

4. a.3. Pembayaran LangsungPembayaran langsung adalah mekanisme pembayaran untuk keperluan belanja

daerah melalui transfer dari rekening kas daerah ke rekening pihak ketiga setelah

memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan. Dalam proses pembayaran belanja

daerah, kaidah umum mekanisme yang digunakan dalah dengan pembayaran

langsung.

Pembayaran langsung dapat dipergunakan untuk membayar semua jenis belanja

daerah dalam jumlah yang tidak dibatasi baik minimal maupun maksimal. Artinya

pembayaran langsung dapat dilakukan untuk keperluan belanja pegawai, belanja

barang, belanja modal dan lain-lain. Disamping itu pembayaran langsung dapat

dilakukan terhadap belanja dengan nilai minimal, seperti sepuluh ribu, dan nilai

maksimal yang tidak terbatas sesuai dengan pagu yang tersedia.

Dokumen pembayaran yang digunakan dalam mekanisme pembayaran langsung

adalah SPP Langsung/SPP-LS. SPP-LS adalah dokumen yang diajukan oleh

bendahara pengeluaran untuk permintaan pembayaran Iangsung kepada pihak

ketiga atas dasar perjanjian kontrak kerja atau surat perintah kerja Iainnya dan

pembayaran gaji dengan jumlah, penerima, peruntukan, dan waktu pembayaran

tertentu yang dokumennya disiapkan oleh PPTK.

Page 41: Sistem Dan Prosedur Belanja Daerah

Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah 41

4.a.4.Mekanisme Pembayaran LangsungProsedur Pembayaran dengan mekanisme Langsung sebagaimana dalam

alurproses pembayaran langsung dibawah ini.

Gambar 2

Alur Proses Pembayaran Langsung

Mekanisme pembayaran langsung berdasarkan jenis belanja dibagi menjadi dua

yaitu :

1) Pembayaran langsung keperluan belanja pegawai.

2) Pembayaran langsung keperluan non belanja pegawai.

Penjelasan dari kedua mekanisme tersebut adalah sebagai berikut :

1) Pembayaran langsung keperluan belanja pegawai

Page 42: Sistem Dan Prosedur Belanja Daerah

Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah 42

Penerbitan dan pengajuan dokumen SPP-LS untuk pembayaran gaji dan

tunjangan serta penghasilan lainnya sesuai dengan peraturan perundang-

undangan dilakukan oleh bendahara pengeluaran guna memperoleh

persetujuan pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran melalui PPK-

SKPD. Dokumen yang harus dilampirkan dalam SPP-LS untuk pembayaran

gaji dan tunjangan terdiri dari:

1) surat pengantar SPP-LS;

2) ringkasan SPP-LS;

3) rincian SPP-LS;

4) pembayaran gaji induk;

5) gaji susulan;

6) kekurangan gaji;

7) gaji terusan;

8) uang duka wafat/tewas yang dilengkapi dengan daftar gaji induk/gaji

susulan/ kekurangan gaji/uang duka wafat/tewas;

9) SK CPNS;

10) SK PNS;

11) SK kenaikan pangkat;

12) SK jabatan;

13) kenaikan gaji berkala;

14) surat pernyataan pelantikan;

15) surat pernyataan masih menduduki jabatan;

16) surat pernyataan melaksanakan tugas;

17) daftar keluarga (KP4);

18) fotokopi surat nikah;

19) fotokopi akte kelahiran;

20) surat keterangan pemberhentian pembayaran (SKPP) gaji;

21) daftar potongan sewa rumah dinas;

22) surat keterangan masih sekolah/kuliah;

23) surat pindah;

24) surat kematian;

25) SSP PPh Pasal 21; dan

26) peraturan perundang-undangan mengenai penghasilan pimpinan dan

anggota DPRD serta gaji dan tunjangan kepala daerah/wakil kepala

Page 43: Sistem Dan Prosedur Belanja Daerah

Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah 43

daerah.

Kelengkapan lampiran dokumen SPP-LS pembayaran gaji dan tunjangan

sebagaimana tersebut diatas digunakan sesuai dengan peruntukannya.

2) Pembayaran LS keperluan Non Belanja Pegawai

Pembayaran langsung keperluan non belanja pegawai digunakan untuk

pembayaran pengadaan barang dan jasa berdasarkan Keppres No.80 tahun

2003 tentang pengadaan barang dan jasa.

Dokumen SPP-LS untuk pengadaan barang dan jasa disiapkan oleh Pejabat

Pelaksana Teknis Kegiatan. Dokumen SPP-LS untuk pengadaan barang

dan jasa terdiri dari:

1) surat pengantar SPP-LS;

2) ringkasan SPP-LS;

3) rincian SPP-LS;

4) salinan SPD;

5) salinan surat rekomendasi dari SKPD teknis terkait;

6) SSP disertai faktur pajak (PPN dan PPh) yang telah ditandatangani

wajib pajak dan wajib pungut;

7) surat perjanjian kerjasama/kontrak antara pengguna anggaran/kuasa

pengguna anggaran dengan pihak ketiga serta mencantumkan nomor

rekening bank pihak ketiga;

8) berita acara penyelesaian pekerjaan;

9) berita acara serah terima barang dan jasa;

10) berita acara pembayaran;

11) kwitansi bermeterai, nota/faktur yang ditandatangani pihak ketiga dan

PPTK sertai disetujui oleh pengguna anggaran/kuasa pengguna

anggaran;

12) surat jaminan bank atau yang dipersamakan yang dikeluarkan oleh bank

atau lembaga keuangan non bank;

13) dokumen lain yang dipersyaratkan untuk kontrak-kontrak yang dananya

sebagian atau seluruhnya bersumber dari penerusan pirrjaman/hibah

luar negeri;

14) berita acara pemeriksaan yang ditandatangani oleh pihak

ketiga/rekanan serta unsur panitia pemeriksaan barang berikut lampiran

daftar barang yang diperiksa;

Page 44: Sistem Dan Prosedur Belanja Daerah

Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah 44

15) surat angkutan atau konosemen apabila pengadaan barang

dilaksanakan di luar wilayah kerja;

16) surat pemberitahuan potongan denda keterlambatan pekerjaan dari

PPTK apabila pekerjaan mengalami keterlambatan;

17) foto/buku/dokumentasi tingkat kemajuan/ penyelesaian pekerjaan;

18) potongan jamsostek (potongan sesuai dengan ketentuan yang

berlaku/surat pemberitahuan jamsostek); dan

19) khusus untuk pekerjaan konsultan yang perhitungan harganya

menggunakan biaya personil (billing rate), berita acara prestasi

kemajuan pekerjaan dilampiri dengan bukti kehadiran dari tenaga

konsultan sesuai pentahapan waktu pekerjaan dan bukti

penyewaan/pembelian alat penunjang serta bukti pengeluaran lainnya

berdasarkan rincian dalam surat penawaran.

Kelengkapan lampiran dokumen SPP-LS pengadaan barang dan jasa

sebagaimana uraian tersebut diatas digunakan sesuai dengan

peruntukannya.

Dokumen SPP-LS pengadaan barang dan jasa disampaikan oleh PPTK kepada

bendahara pengeluaran. Dalam hal kelengkapan dokumen yang diajukan tidak

lengkap, bendahara pengeluaran mengembalikan dokumen SPP-LS pengadaan

barang dan jasa kepada PPTK untuk dilengkapi.

Apabila dokumen yang diajukan PPTK sudah sesuai dengan persyaratan,

bendahara pengeluaran mengajukan SPP-LS kepada pengguna anggaran

setelah ditandatangani oleh PPTK guna memperoleh persetujuan pengguna

anggaran/kuasa pengguna anggaran melalui PPK-SKPD.

PPK-SKPD setelah menerima SPP-LS beserta dokumen pendukung melakukan

verifikasi terhadap kelengkapan dan keabsahan dokumen. Apabila SPP-LS dan

dokumen pendukung yang diajukan oleh Bendahara tidak lengkap maka PPK-

SKPD menerbitkan surat pengembalian dokumen yang telah diotoriasi oleh

pengguna anggaran kepada bendahara untuk dilengkapi dan selanjutnya dapat

diajukan kembali. Apabila dokumen telah lengkap dan benar, PPK-SKPD

menerbitkan konsep SPM untuk ditandatangai oleh Pengguna Anggaran.

Page 45: Sistem Dan Prosedur Belanja Daerah

Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah 45

4.b. Latihan1. Jelaskan pengertian Uang Persediaan dan jelaskan karakteristik uang

persediaan!

2. Dalam proses pembayaran, Bendahara Pengeluaran menyiapkan dokumen

SPP, sebutkan dan jelaskan jenis-jenis dokumen SPP dalam mekanisme

uang persediaan!

3. Jelaskan alasan diperbolehkannya Bendahara Pengeluaran mengajukan

permintaan tambahan uang persediaan!

4. Jelaskan mekanisme pembayaran langsung!

5. Jelaskan syarat-syarat pembayaran langsung!

4.c. Rangkuman1. Definisi Uang Persediaan yang selanjutnya disebut UP adalah uang muka

kerja dengan jumlah tertentu yang bersifat daur ulang (revolving), diberikan

kepada bendahara pengeluaran hanya untuk membiayai kegiatan

operasional kantor sehari-hari yang tidak dapat dilakukan dengan

pembayaran langsung.

2. Prosedur pembayaran dilakukan dengan melakukan permintaan

pembayaran menggunakan formulir Surat Permintaan Pembayaran/SPP.

Jenis-jenis SPP dalam mekanisme uang persediaan adalah SPP Uang

Persediaan/SPP-UP, SPP Ganti Uang Persediaan/SPP-GU dan SPP

Tambahan Uang Persediaan/SPP-TU

3. Prosedur pembayaran dengan mekanisme Uang Persediaan dilakukan

dengan mengacu pada Surat Penyediaan Dana. SUrat Penyediaan dana

yang diterima oleh Pengguna ANggaran dari PPKD diserahkan kepada

Bendahara Pengeluaran dan PPK-SKPD. Bendahara pengeluaran membuat

dokumen SPP UP/GU/TU. Selanjutnya Bendahara pengeluaran mengajukan

dokumen SPP beserta kelengkapannya kepada PPK-SKPD untuk

diverifikasi berdasarkan DPA dan SPD yang telah diterima dari Pengguna

Anggaran.

4. Bendahara pengeluaran mengajukan SPP Uang Persediaan (UP) setiap

awal tahun anggaran setelah dikeluarkannya SK Kepala Daerah tentang

besaran UP. SPP-UP dipergunakan untuk mengisi uang persediaan tiap-tiap

SKPD. Pengajuan UP hanya dilakukan sekali dalam setahun tanpa

Page 46: Sistem Dan Prosedur Belanja Daerah

Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah 46

pembebanan pada kode rekening tertentu.

5. Bendahara Pengeluaran SKPD dapat melimpahkan sebagian uang

persediaan yang dikelolanya kepada bendahara pengeluaran pembantu

SKPD untuk kelancaran pelaksanaan kegiatan. Pelimpahan tersebut

dilakukan berdasarkan persetujuan pengguna anggaran.

6. Pada saat uang persediaan telah terpakai bendahara pengeluaran dapat

mengajukan SPP Ganti Uang Persediaan (GU) dengan besaran sejumlah

SPJ penggunaan uang persediaan yang telah disahkan pada periode waktu

tertentu. SPP-GU dapat disampaikan untuk satu kegiatan tertentu atau

beberapa kegiatan sesuai dengan kebutuhan yang ada.

7. Apabila terdapat kebutuhan belanja yang sifatnya mendesak, yang harus

dikelola oleh bendahara pengeluaran, dan uang persediaan tidak mencukupi

karena sudah direncanakan untuk kegiatan yang lain, maka bendahara

pengeluaran dapat mengajukan SPP-TU. Batas jumlah pengajuan SPP-TU

harus mendapat persetujuan dari PPKD dengan memperhatikan rincian

kebutuhan dan waktu penggunaan. Jumlah dana yang dimintakan dalam

SPP-TU ini harus dipertanggung-jawabkan tersendiri dan bila tidak habis,

harus disetorkan kembali.

8. Pembayaran langsung adalah mekanisme pembayaran untuk keperluan

belanja daerah melalui transfer dari rekening kas daerah ke rekening pihak

ketiga setelah memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan. Dalam proses

pembayaran belanja daerah, kaidah umum mekanisme yang digunakan

dalah dengan pembayaran langsung.

4.d. Tes Formatif1. Uang persediaan adalah salah satu mekanisme dalam melakukan belanja

pada SKPD, karakteristik uang persediaan adalah sebagai berikut kecuali :

a. Uang muka kerja;

b. revolving;

c. sudah membebani anggaran

d. berjumlah tertentu

2. Uang persediaan diberikan kepada bendahara pengeluaran pada awal

periode pelaksanaan anggaran untuk digunakan membayar pengeluaran

yang akan dilaksanakan pada jangka waktu tertentu adalah karakteristik UP

Page 47: Sistem Dan Prosedur Belanja Daerah

Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah 47

dibawah ini :

a. Uang muka kerja;

b. revolving;

c. sudah membebani anggaran

d. berjumlah tertentu

3. Uang persediaan yang telah digunakan untuk pembayaran belanja dapat

diminta penggantian sejumlah belanja yang telah dilakukan dengan batasan

minimal belanja yang telah ditetapkan adalah karakteristik UP dibawah ini :

a. Uang muka kerja;

b. revolving;

c. sudah membebani anggaran

d. berjumlah tertentu

4. Dokumen permintaan pembayaran berupa SPP UP adalah perwujudan dari

karakteristik UP dibawah ini :

a. Uang muka kerja;

b. revolving;

c. sudah membebani anggaran

d. berjumlah tertentu

5. Dokumen permintaan pembayaran berupa SPP GUP adalah perwujudan dari

karakteristik UP dibawah ini :

a. Uang muka kerja;

b. revolving;

c. sudah membebani anggaran

d. berjumlah tertentu

6. Permintaan untuk keperluan yang mendesak dalam satu periode UP dapat

dilakukan dengan pengajuan permintaan berupa :

a. SPP UP;

b. SPP GU;

c. SPP TU

d. SPP LS

7. Mekanisme pembayaran untuk keperluan belanja daerah melalui transfer dari

rekening kas daerah ke rekening pihak ketiga setelah memenuhi persyaratan

yang telah ditetapkan adalah mekanisme pembayaran dengan cara :

a. Uang Persediaan;

Page 48: Sistem Dan Prosedur Belanja Daerah

Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah 48

b. Penggantian Uang Persediaan;

c. Tambahan Uang Persediaan

d. Pembayaran Langsung

8. Dokumen dalam rangka pembayaran langsung dipersiapkan oleh :

a. Kuasa Pengguna Anggaran;

b. Pejabat Penguji Tagihan;

c. Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan

d. Bendahara Pengeluaran

9. Dokumen dalam rangka pembayaran langsung diverifikasi oleh :

a. Kuasa Pengguna Anggaran

b. Pejabat Pembuat Komitmen

c. Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan

d. Bendahara Pengeluaran

10. Dokumen yang menjadi dasar dalam pembayaran langsung diverifikasi

adalah :

a. Surat permintaan Pembayaran

b. Berita Acara Serah Terima barang

c. Surat Perintah Kerja

d. Semua Jawaban Salah

4.e Umpan Balik dan Tindak LanjutApabila Anda telah menyelesaikan latihan dan tes formatif tersebut diatas,

silahkan mencocokkan hasilnya dengan kunci jawaban yang terdapat pada akhir

modul ini. Untuk mengukur tingkat penguasaan materi modul ini, hitunglah hasil

penilaian dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Rumus penilaian:

Tingkat penguasaan = Jumlah jawaban yang benar x 100%

Jumlah soal

Kriteria tingkat penguasaan materi:

90% - 100% = baik sekali

80% - 89% = baik

70% - 79% = sedang

Page 49: Sistem Dan Prosedur Belanja Daerah

Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah 49

- 69% = kurang

Apabila hasil penilaian mencapai tingkat penguasaan materi 80% keatas, berarti

Anda telah menguasai materi dengan baik. Akan tetapi, apabila hasilnya masih

dibawah 80%, Anda diminta untuk mempelajari kembali materi pelajaran ini.

Page 50: Sistem Dan Prosedur Belanja Daerah

Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah 50

KEGIATAN BELAJAR 5:

PERSYARATAN

ADMINISTRATIF DOKUMEN

BELANJA DAERAH

5.a. Uraian dan ContohDalam pembayaran belanja daerah, pada kelompok belajar 6 dan 7 telah

diuraikan prosedur pembayaran yang harus dilengkapi dokumen-dokumen

sebagai syarat permintaan pembayaran. Agar proses pembayaran dapat

dilakukan dengan tepat dan cepat maka dokumen-dokumen sebagai tanda bukti

tersebut harus benar sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Kebenaran pengisian dokumen tanda bukti pengeluaran meliputi:

1. Kuitansi

Kuitansi digunakan untuk semua jenis pembayaran. Kuitansi dianggap

sebagai SPK/Perjanjian untuk pengadaan barang dan jasa sampai dengan

lima juta rupiah. Kuitansi sekurang-kurangnya memuat :

a. Nama wajib bayar yang tertulis dalam kuitansi harus atas nama jabatan.

Contoh : Sudah terima dari Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna

Anggaran …………

b. Nama yang berhak menerima yang tertulis dalam kuitansi adalah nama

dan jabatan orang yang menerima pembayaran sehubungan dengan

pelaksanaan kegiatan/pekerjaan dan ditandatangani oleh yang

bersangkutan. Untuk Badan Hukum (perusahaan) diberikan pula

stempel perusahaan. Apabila yang menerima adalah kuasa penerima,

Indikator

1. Menjelaskan dokumen yang manjadi syarat dalam pembayaran

belanja daerah

2. Menjelaskan syarat-syarat dokumen yang sah sebagai lampiran

dalam pembayaran belanja daerah.

Page 51: Sistem Dan Prosedur Belanja Daerah

Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah 51

maka harus didukung dengan Surat Kuasa dari orang yang berhak

kepada yang dikuasakan di atas kertas bermaterai Rp.6.000,-

c. Tanda tangan lunas oleh penyimpan uang/kasir dan tanda tangan

setuju dibayar oleh Pemegang Kas.

d. Uraian pembayaran memuat uraian mengenai obyek kegiatan/

pekerjaan yang dilaksanakan.

e. Jumlah yang dibayarkan harus sama antara yang tertulis dengan angka

dan huruf.

f. Tahun anggaran dan pasal/mata anggaran keluaran yang tertulis dalam

kuitansi adalah tahun anggaran berjalan dan pasal/mata anggaran

sesuai dengan pembebanan anggaran.

g. Bea materai tempel Rp.6.000,-untuk SPK/Kontrak. Untuk kuitansi

dengan nilai Rp.250.000,- s/d Rp.1.000.000 dikenakan Rp.3.000,- Bila

bernilai nominal di atas Rp.1.000.000,-dikenakan Rp.6.000.000

h. NPWP pihak rekanan harus dicantumkan dalam kuitansi pembayaran

i. Dalam redaksi penulisan pada kuitansi tidak dibenarkan adanya

coretan/ hapusan/tindisan khususnya penulisan jumlah uang dengan

angka dan jumlah uang dengan huruf.

2. Surat Perintah Kerja (SPK)

Surat Perintah Kerja(SPK) digunakan untuk pengadaan barang dan jasa

dengan nilai kontrak diatas lima juta rupiah sampai dengan lima puluh juta

rupiah. SPK sekurang-kurangnya harus memuat ketentuan:

a. Pejabat yang memerintahkan mempunyai kewenangan.

b. SPK ditandatangani oleh yang memberi perintah dan pihak yang

menerima perintah.

c. Pokok/bidang, ruang lingkup dan spesifikasi teknis pekerjaan yang

disepakati oleh kedua belah pihak.

d. Harga yang pasti serta syarat pembayaran.

e. Jangka waktu penyelesaian pekerjaan

f. Sanksi dalam hal yang menerima perintah tidak memenuhi

kewajibannya

g. Diberi materai tempel Rp.6.000.-

3. Surat perjanjian/Kontrak

Page 52: Sistem Dan Prosedur Belanja Daerah

Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah 52

Surat Perjanjian/Kontrak digunakan untuk pengadaan barang dan jasa

dengan nilai diatas limapuluh juta rupiah. SUrat Perjanjian/Kontrak sekurang-

kurangnya mememuat ketentuan seperti pada SPK ditambah dengan:

a. Jaminan teknis hasil pekerjaan yang diserahkan.

b. Penyelesaian perselisihan

c. Hak dan kewajiban para pihak yang terikat dalam perjanjian yang

bersangkutan

d. Penggunaan barang dan jasa produksi dalam negeri secara tegas dan

terinci dalam lampiran kontrak.

e. Rumusan mengenai penyesuaian harga kontrak (price adjusment).

f. Ketentuan mengenai pemberian uang muka.

4. Berita Acara Penyerahan Barang/Pekerjaan.

Berita Acara Penyerahan Barang/Pekerjaan sekurang-kurangnya memuat

hal-hal sebagai berikut :

a. Nama, jabatan dan alamat kedua belah pihak.

b. Prestasi fisik pekerjaan yang akan diserahkan.

c. Hari dan tanggal pembuatan berita acara.

d. Dasar pembuatan berita acara penyerahan pekerjaan.

e. Pernyataan besarnya pembayaran yang berhak diterima oleh rekanan.

f. Nama dan tanda tangan kedua belah pihak.

5. Berita Acara Pembayaran.

Berita Acara Pembayaran, sekurang-kurangnya memuat :

a. Nama, jabatan dan alamat kedua belah pihak.

b. Hari dan tanggal pembuatan berita acara.

c. Dasar pembuatan berita acara penyerahan pekerjaan.

d. Harga kontrak.

e. Perhitungan pembayaran meliputi:

1) Jumlah yang telah dibayarkan sampai dengan angsuran yang lalu

2) Jumlah angsuran dalam berita acara

3) Perhitungan Uang muka dan potongan lainnya

4) Jumlah yang berhak diterima dengan berita acara pembayaran ini.

6. Surat Jaminan Pelaksanaan

Surat Jaminan Pelaksanaan sekurang-kurangnya memuat :

a. nama dan alamat pengguna barang/jasa,

Page 53: Sistem Dan Prosedur Belanja Daerah

Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah 53

b. penyedia barang/jasa, dan pihak penjamin,

c. nama paket kontrak,

d. nilai jaminan pelaksanaan dalam angka dan huruf,

e. kewajiban pihak penjamin untuk mencairkan surat jaminan pelaksanaan

dengan segera kepada pengguna barang/jasa sesuai dengan ketentuan

dalam jaminan pelaksanaan,

f. masa berlaku surat jaminan pelaksanaan, mengacu kepada Kitab

Undang-undang Hukum Perdata khususnya Pasal 1831 dan 1832, dan

g. tanda tangan penjamin;

7. Surat Jaminan uang muka

Surat Jaminan uang muka memuat hal-hal sebagai berikut :

a. nama dan alamat pengguna barang/jasa,

b. penyedia barang/jasa yang ditunjuk, dan hak penjamin,

c. nama paket kontrak,

d. nilai jaminan uang muka dalam angka dan huruf,

e. kewajiban pihak-pihak penjamin untuk mencairkan surat jaminan uang

muka dengan segera kepada pengguna barang/jasa sesuai dengan

ketentuan dalam jaminan uang muka,

f. masa berlaku jaminan uang muka, mengacu kepada Kitab Undang-

undang Hukum Perdata Pasal 1831 dan 1832, dan

g. tanda tangan penjamin.

8. Surat Jaminan Pemeliharaan.

Surat Jaminan Pemeliharaan yang memuat :

a. nama dan alamat pengguna barang/jasa,

b. penyedia barang/jasa, dan pihak penjamin,

c. nama paket kontrak,

d. nilai jaminan pelaksanaan dalam angka dan huruf,

e. kewajiban pihak penjamin untuk mencairkan surat jaminan pemeliharaan

dengan segera kepada pengguna barang/jasa sesuai dengan ketentuan

dalam jaminan pemeliharaan,

f. masa berlaku surat jaminan pemeliharaan, mengacu kepada Kitab

Undang-undang Hukum Perdata khususnya Pasal 1831 dan 1832, dan

g. tanda tangan penjamin;

Page 54: Sistem Dan Prosedur Belanja Daerah

Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah 54

5.b. Latihan1. Dalam pengajuan pembayaran, salah satu syarat adalah kuitansi, sebutkan

syarat sah kuitansi !

2. Jelaskan perbedaan antara SPK dan Surat Perjanjian/Kontrak!

3. Jelaskan perbedaan antara surat jaminan pelaksanaan dan surat jaminan

pemeliharaan!

4. Jelaskan syarat minimal data yang harus dimuat dalam Berita Acara

Pembayaran!

5. Jelaskan syarat minimal data yang harus dimuat dalam Berita Acara

Penyelesaian Pekerjaan!

5.c. Rangkuman1. Kuitansi digunakan sebagai lampiran untuk semua jenis pembayaran.

Kuitansi dianggap sebagai SPK/Perjanjian untuk pengadaan barang dan

jasa sampai dengan lima juta rupiah.

2. Surat Perintah Kerja(SPK) digunakan untuk pengadaan barang dan jasa

dengan nilai kontrak diatas lima juta rupiah sampai dengan lima puluh juta

rupiah.

3. Surat Perjanjian/Kontrak digunakan untuk pengadaan barang dan jasa

dengan nilai diatas limapuluh juta rupiah.

4. Dokumen yang menjadi lampiran dalam pembayaran antara lain berita acara

penyelesaian pekerjaan, Berita Acara Pembayaran, Surat Jaminan

Pelaksanaan, Surat Jaminan uang muka, Surat Jaminan Pemeliharaan,

5.d. Tes Formatif1. KPA memerintahkan untuk mengadakan barang dengan nilai sebesar

Rp.8.000.000,00 maka dokumen yang perlu disiapkan untuk menjadi dasar

pembayaran adalah adalah

a. Hanya kuitansi

b. Surat perintah kerja

c. Kontrak

d. MOU

2. KPA memerintahkan untuk mengadakan barang dengan nilai sebesar

Rp.4.000.000,00 maka dokumen yang perlu disiapkan untuk menjadi dasar

pembayaran adalah adalah

Page 55: Sistem Dan Prosedur Belanja Daerah

Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah 55

a. Hanya kuitansi

b. Surat perintah kerja

c. Kontrak

d. MOU

3. Pernyataan yang paling benar terkait dengan dokumen yang menjadi dasar

pembayaran adalah

a. Kuitansi dianggap sebagai SPK/Perjanjian untuk pengadaan barang dan

jasa sampai dengan sepuluh juta rupiah

b. Kuitansi dapat dijadikan dasar untuk pengadaan barang dan jasa sampai

dengan sepuluh juta rupiah

c. Kuitansi dianggap sebagai SPK/Perjanjian untuk pengadaan barang dan

jasa sampai dengan lima juta rupiah

d. Kuitansi dianggap sebagai SPK/Perjanjian untuk pengadaan barang dan

jasa sampai dengan sepuluh juta rupiah

4. Pernyataan yang paling benar terkait dengan syarat-syarat kuitansi adalah

a. Nama yang berhak menerima yang tertulis dalam kuitansi adalah nama

orang yang menerima pembayaran sehubungan dengan pelaksanaan

kegiatan/pekerjaan dan ditandatangani oleh yang bersangkutan.

b. Tanda tangan lunas oleh Pemegang Kas.

c. Uraian pembayaran memuat uraian mengenai obyek kegiatan/ pekerjaan

yang dilaksanakan.

d. NPWP pihak rekanan tidak harus dicantumkan dalam kuitansi

pembayaran

5. Surat Perintah Kerja(SPK) digunakan untuk pengadaan barang dan jasa

dengan nilai pekerjaan …

a. Sampai dengan limah puluh juta

b. diatas sepuluh juta rupiah sampai dengan lima puluh juta rupiah

c. diatas lima puluh juta rupiah.

d. diatas lima juta rupiah sampai dengan lima puluh juta rupiah

6. Pernyataan yang paling benar terkait dengan syarat-syarat minimal dalam

SPK adalah

a. SPK ditandatangani oleh yang memberi perintah

b. Pokok/bidang, ruang lingkup dan spesifikasi teknis pekerjaan yang

disepakati oleh kedua belah pihak.

Page 56: Sistem Dan Prosedur Belanja Daerah

Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah 56

c. Harga yang pasti tanpa mencantumkan syarat pembayaran.

d. Sanksi tidak perlu dicantumkan karena hanya SPK

7. Surat Perintah/Kontrak digunakan untuk pengadaan barang dan jasa dengan

nilai pekerjaan …

a. Sampai dengan limah puluh juta

b. diatas sepuluh juta rupiah sampai dengan lima puluh juta rupiah

c. diatas lima puluh juta rupiah.

d. diatas lima juta rupiah sampai dengan lima puluh juta rupiah

8. Pernyataan yang paling benar terkait dengan syarat-syarat minimal dalam

Surat Perjanjian/Kontrak kecualia. Surat Perjanjian sama dengan SPK

b. Jaminan teknis hasil pekerjaan yang diserahkan.

c. Hak dan kewajiban para pihak yang terikat dalam perjanjian yang

bersangkutan

d. Penggunaan barang dan jasa produksi dalam negeri secara tegas dan

terinci dalam lampiran kontrak.

9. Pernyataan yang tepat tentang Berita Acara Penyerahan Barang/Pekerjaan

sekurang-kurangnya memuat hal-hal sebagai berikut kecualia. Prestasi fisik pekerjaan yang akan diserahkan.

b. Hari dan tanggal pembuatan berita acara.

c. Dasar pembuatan berita acara pemeliharaan

d. Pernyataan besarnya pembayaran yang berhak diterima oleh rekanan.

10. Pernyataan yang tepat tentang Berita Acara Pembayaran sekurang-

kurangnya memuat hal-hal sebagai berikut kecualia. Hari dan tanggal pembuatan berita acara.

b. Dasar pembuatan berita acara pelaksanaan pekerjaan.

c. Harga kontrak.

d. Perhitungan pembayaran

5.e. Umpan Balik dan Tindak LanjutApabila Anda telah menyelesaikan latihan dan tes formatif tersebut diatas,

silahkan mencocokkan hasilnya dengan kunci jawaban yang terdapat pada akhir

modul ini. Untuk mengukur tingkat penguasaan materi modul ini, hitunglah hasil

penilaian dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Page 57: Sistem Dan Prosedur Belanja Daerah

Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah 57

Rumus penilaian:

Tingkat penguasaan = Jumlah jawaban yang benar x 100%

Jumlah soal

Kriteria tingkat penguasaan materi:

90% - 100% = baik sekali

80% - 89% = baik

70% - 79% = sedang

- 69% = kurang

Apabila hasil penilaian mencapai tingkat penguasaan materi 80% keatas, berarti

Anda telah menguasai materi dengan baik. Akan tetapi, apabila hasilnya masih

dibawah 80%, Anda diminta untuk mempelajari kembali materi pelajaran ini.

Page 58: Sistem Dan Prosedur Belanja Daerah

Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah 58

KEGIATAN BELAJAR 6:

ASPEK PERPAJAKAN PADA

BELANJA DAERAH

6.a. Uraian dan Contoh6. a.1. Bendaharawan Sebagai Wajib Potong dan Wajib PungutDalam pelaksanaan belanja daerah, setiap transaksi yang dilakukan dibebani

kewajiban perpajakan. Pelaksanaan kewajiban perpajakan pada transaksi

tersebut dilaksanakan oleh Bendahara Pengeluaran. Bendaharawan Pemerintah,

yaitu Bendaharawan dan Pejabat yang melakukan pembayaran yang dananya

berasal dari APBN/APBD.

Bendaharawan Pemerintah dalam rangka tugas untuk mengelola dana yang

bersumber dari APBN/APBD harus mendaftarkan diri sebagai Wajib Pajak pada

Kantor Pelayanan Pajak yang wilayah kerjanya meliputi domisili instansi tempat

Bendaharawan tersebut berada.

Persyaratan untuk mendaftarkan diri sebagai WP adalah:

1. Mengisi dan menandatangani formulir pendaftaran

2. Fotocopy kartu identitas (KTP, SIM, Paspor )

3. Fotocopy SK Penunjukan sebagai Bendahara

Dalam hal terjadi mutasi pegawai yang mengakibatkan bendahara yang

bersangkutan diganti oleh pegawai lain, tidak perlu mendaftarkan NPWP baru,

tetapi memberitahukan kepada KPP dengan melampirkan:

1. Fotocopy kartu identitas (KTP, SIM, Paspor) Bendahara baru

2. Fotocopy SK Penunjukan sebagai Bendahara yang baru

Indikator

1. Menjelaskan peran bendahara sebagai wajib pungut dan wajib potong

2. Menerangkan objek dan tarif PPh pasal 21

3. Menerangkan objek dan tarif PPh pasal 22

4. Menerangkan objek dan tarif PPh pasal 4(2) dan PPh pasal 23

5. Menerangkan objek dan tarif PPN

Page 59: Sistem Dan Prosedur Belanja Daerah

Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah 59

Apabila institusi pemerintah karena sebab tertentu dibubarkan maka

Bendaharawan yang telah terdaftar sebagai Wajib Pajak diharuskan meminta

penghapusan NPWP dengan mengajukan permohonan yang dilampiri dokumen-

dokumen pendukungnya.

Kewajiban Bendahara pemerintah dibidang perpajakan adalah :

1. memotong PPh Pasal 21 atas pembayaran gaji/honor

2. memotong PPh Pasal 22 atas pengadaan barang

3. memotong PPh Pasal 23 atas pengadaan jasa

4. memotong PPh Pasal 26 atas imbalan jasa, pekerjaan, dan kegiatan yang

diterima Wajib Pajak luar negeri

5. Memungut PPN dan PPnBM Atas pengadaan Barang Kena Pajak dan Jasa

Kena Pajak.

6.a.2. PPh pasal 21Bendaharawan wajib memotong Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 atas

pembayaran penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan

pembayaran lain yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak orang pribadi dalam

negeri sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan yang

pembayarannya bersumber dari APBN/APBD.

Jenis-jenis penghasilan yang dikenakan PPh Pasal 21 adalah penghasilan

sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan dengan nama dan dalam

bentuk apapun yang meliputi :

1. Penghasilan pegawai atau penerima pensiun secara teratur

2. Penghasilan pegawai, penerima pensiun atau mantan pegawai secara tidak

teratur

3. Upah harian, mingguan, satuan, borongan

4. Uang tebusan pensiun, Tabungan Hari Tua atau Jaminan Hari Tua, uang

pesangon

5. Honorarium, uang saku, hadiah, komisi, bea siswa dan imbalan lain

sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan yang terdiri dari tenaga

ahli, pemusik, penyanyi, olahragawan, pengajar, penceramah, penyuluh,

peserta sidang dsb.

6. Gaji, gaji kehormatan, tunjangan-tunjangan lain yang terkait dengan gaji dan

honorarium atau imbalan lain.

Page 60: Sistem Dan Prosedur Belanja Daerah

Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah 60

Dalam menghitung PPh Pasal 21, bagi pegawai tetap dan pegawai tidak tetap

kecuali pembayaran yang tidak dihitung atas dasar banyaknya hari dan

pembayaran kepada tenaga ahli, diberikan pengurangan berupa Penghasilan

Tidak Kena Pajak (PTKP). Besarnya PTKP untuk pegawai tetap mulai tahun

pajak 2009 adalah sebagai berikut:

1. Rp.15.840.000 untuk diri Wajib Pajak Orang Pribadi

2. Rp. 1.320.000 tambahan untuk Wajib Pajak yang kawin

3. Rp.15.840.000 tambahan untuk seorang istri yang penghasilannya digabung

dengan penghasilan suami

4. Rp. 1.320.000 tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah dan

keluarga semenda dalam garis keturunan lurus serta anak angkat, yang

menjadi tanggungan sepenuhnya, paling banyak 3 (tiga) orang untuk setiap

keluarga

Terhadap pegawai tidak tetap kecuali yang tidak dihitung atas dasar banyaknya

hari dan tenaga ahli, diberikan pengurangan sebesar Rp.150.000 sehari tetapi

tidak lebih dari Rp. 1.320.000 sebulan. Sedangkan terhadap penghasilan yang

tidak dihitung atas dasar banyaknya hari dan penghasilan tenaga ahli tidak

diberikan pengurangan PTKP.

Pembayaran Honorarium yang dibayarkan tidak dihitung berdasarkan banyaknya

hari menggunakan tarif sebagaimana dalam Undang-undang PPh pasal 17

dihitung berdasarkan jumlah bruto.

6.a.3. PPN dan PPnBMBendaharawan wajib memungut Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak

Penjualan Atas Barang Mewah (PPnBM) atas pengadaan Barang Kena Pajak

(BKP) dan Jasa Kena Pajak (JKP) sebagaimana diatur dalam Keputusan

Menteri Keuangan Nomor 563/KMK.03/2003 tentang Penunjukan Bendaharawan

Pemerintah dan Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Untuk Memungut,

Menyetor, Dan Melaporkan Pajak Pertambahan Nilai Dan Pajak Penjualan Atas

Barang Mewah Beserta Tata Cara Pemungutan, Penyetoran, Dan Pelaporannya.

Pemungutan PPnBM dilakukan terhadap pengadaan BKP yang tergolong mewah

di dalam daerah pabean yang dilakukan oleh pengusaha yang menghasilkan

BKP tersebut (rekanan yang merupakan pabrikan BKP) sehingga pada umumnya

bendaharawan jarang melakukan pemungutan PPnBM.

Page 61: Sistem Dan Prosedur Belanja Daerah

Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah 61

Pada dasarnya PPN adalah pajak yang dikenakan atas semua barang dan jasa

di dalam daerah pabean, kecuali yang dikecualikan menurut ketentuan

perundang-undangan yang berlaku. Kelompok barang yang dikecualikan /tidak

dikenakan PPN adalah:

1. Barang hasil pertambangan/pengeboran yang diambil langsung dari

sumbernya

2. Barang kebutuhan pokok berupa beras/gabah, jagung, sagu, kedelai, dan

garam.

3. Makanan dan minuman yang disajikan di hotel, restoran, rumah makan,

warung dan sejenisnya

4. Uang, emas batangan, dan surat berharga.

Kelompok Jasa yang dikecualikan /tidak dikenakan PPN diatur dalam Pasal 4A

UU PPN. Bendahara Tidak melakukan PPN dan PPnBM atas transaksi sebagai

berikut :

1. Pembayaran yang tidak melebihi Rp. 1.000.000,- termasuk PPN dan PPnBM

2. Untuk Pembebasan Tanah

3. Pembayaran atas BKP/JKP yang menurut ketentuan perundang-undangan

mendapat fasilitas PPN Tidak Dipungut atau Dibebaskan

4. BBM dan Non-BBM oleh PERTAMINA

5. Rekening Telepon

6. Jasa Angkutan Udara yang diserahkan perusahaan penerbangan

7. Untuk penyerahan BKP/JKP yang menurut ketentuan perundang-undangan

tidak dikenakan PPN.

6.a.4. PPh Pasal 22Berdasarkan UU PPh pasal 22 Menteri Keuangan dapat menetapkan:

1. bendahara pemerintah untuk memungut pajak sehubungan dengan

pembayaran atas penyerahan barang;

2. badan-badan tertentu untuk memungut pajak dari Wajib Pajak yang

melakukan kegiatan di bidang impor atau kegiatan usaha di bidang lain; dan

3. Wajib Pajak badan tertentu untuk memungut pajak dari pembeli atas

penjualan barang yang tergolong sangat mewah.

Page 62: Sistem Dan Prosedur Belanja Daerah

Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah 62

Terhadap Wajib Pajak yang tidak memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak lebih tinggi

100% (seratus persen) daripada tarif yang diterapkan terhadap Wajib Pajak yang

dapat menunjukkan Nomor Pokok Wajib Pajak.

Besarnya tarif PPh Pasal 22 atas pengadaan barang yang dananya berasal dari

APBN/D adalah 1,5% dari harga/nilai pembelian tidak termasuk PPN.

6.a.5. PPh pasal 4(2) dan PPh pasal 23Bendahara wajib memotong Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 4 (2) atas

pembayaran penghasilan berupa persewaan tanah dan atau bangunan dengan

syarat tertentu. Disamping itu bendahara wajib memotong PPh Pasal 23 atas

pembayaran penghasilan berupa antara lain sewa, hadiah, jasa teknik, jasa

manajeman, jasa profesi, dan jasa-jasa lainnya yang dibayarkan kepada WP

dalam negeri atau bentuk usaha tetap.

Jenis-jenis penghasilan dan tarif pemotongan yang dikenakan PPh Pasal 4 (2)

diantaranya adalah:

1. Persewaan tanah dan atau bangunan besarnya tariff 10% dari nilai bruto

2. Tarif Pajak Penghasilan untuk usaha Jasa Konstruksi adalah sebagai berikut:

a. 2% (dua persen) untuk Pelaksanaan Konstruksi yang dilakukan oleh

Penyedia Jasa yang memiliki kualifikasi usaha kecil;

b. 4% (empat persen) untuk Pelaksanaan Konstruksi yang dilakukan oleh

Penyedia Jasa yang tidak memiliki kualifikasi usaha;

c. 3% (tiga persen) untuk Pelaksanaan Konstruksi yang dilakukan oleh

Penyedia Jasa selain Penyedia Jasa sebagaimana dimaksud dalam huruf

a dan huruf b;

d. 4% (empat persen) untuk Perencanaan Konstruksi atau Pengawasan

Konstruksi yang dilakukan oleh Penyedia Jasa yang memiliki kualifikasi

usaha; dan

e. 6% (enam persen) untuk Perencanaan Konstruksi atau Pengawasan

Konstruksi yang dilakukan oleh Penyedia Jasa yang tidak memiliki

kualifikasi usaha.

Sedangkan Jenis-jenis penghasilan dan tarif pemotongan yang dikenakan PPh

Pasal 23 dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 244/PMK.03/2008 adalah

Imbalan sehubungan dengan jasa lain selain jasa yang telah dipotong Pajak

Penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21, sebagaimana dimaksud

Page 63: Sistem Dan Prosedur Belanja Daerah

Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah 63

dalam Pasal 23 ayat (1) huruf c angka 2 Undang-Undang PPh. Tarif PPh pasal

23 sebesar 2% (dua persen) dari jumlah bruto tidak termasuk PPN untuk Jenis

jasa lain yang terdiri dari:

1. Jasa penilai (appraisal);

2. Jasa aktuaris;

3. Jasa akuntansi, pembukuan, dan atestasi laporan keuangan;

4. Jasa perancang (design);

5. Jasa pengeboran (drilling) di bidang penambangan mimyak dan gas bunii

(migas), kecuali yang dilakukan oleh bentuk usaha tetap (BUT);

6. Jasa penunjang di bidang penambangan migas;

7. Jasa penambangan dan jasa penunjang di bidang penambangan selain

migas;

8. Jasa penunjang di bidang penerbangan dan bandar udara;

9. Jasa penebangan hutan;

10. Jasa pcngolahan limbah:

11. Jasa penyedia tenaga kerja (outsourcing services)

12. Jasa perantara dan/atau keagenan;

13. Jasa di bidang perdagangan surat-surat berharga, kecuali yang dilakukan

oleh Bursa Efek, KSEI dan KPEI;

14. Jasa kustodian/penyimpanan/penitipan kecuali yang dilakukan oleh KSEI;

15. Jasa pengisian suara (dubbing) dan/atau sulih suara;

16. Jasa mixing film;

17. Jasa sehubungan dengan software komputer, termasuk perawatan,

pemeliharaan dan perbaikan;

18. Jasa instalasi/pemasangan mesin, peralatan, listrik, telepon, air, gas, AC,

dan/atau ‘TV kabel, selain yang dilakukan oleh Wajib Pajak yang ruang

lingkupnya di bidang konstruksi dan mempunyai izin dan/atau sertifikasi

sebagai pengusaha konstruksi;

19. Jasa perawatm/perbaikan/pemeliharaan mesin, peralatan, listrik, telepon, air,

gas, AC, TV tabel, alat transportasi/kendaraandan/atau bangunan, selain

yang dilakukan oleh Wajib Pajak yang ruang lingkupnya di bidang konstruksi

dan mempunyai izin dan/atau sertifikasi sebagai pengusaha konstruksi;

20. Jasa maklon;

21. jasa penyelidikan dan Keamanan;

Page 64: Sistem Dan Prosedur Belanja Daerah

Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah 64

22. Jasa penyelenggara kegiatan atau event organizer;

23. Jasa pengepakan;

24. Jasa penyediaan tempat dan/atau waktu dalam media masa, media luar

ruang atau media lain untuk penyampaian informasi;

25. Jasa pembasmian hama;

26. Jasa kebersihan atau cleaning semice;

27. Jasa katering atau tata boga

Dalam hal penerima imbalan tidak menliliki NPWP, besarnya tarif pemotongan

adalah lebih tinggi 100% (seratus persen) daripada tarif normal.

6.b. Latihan1. Jelaskan tugas Bendahara Pengeluaran dibidang perpajakan terkait dengan

transaksi yang dilakukan di SKPD!

2. Jelaskan kewajiban bendahara pengeluaran dibidang perpajakan terhadap

pembayaran belanja pegawai!

3. Jelaskan kewajiban bendahara pengeluaran dibidang perpajakan terhadap

belanja barang!

4. Jelaskan kewajiban bendahara pengeluaran dibidang perpajakan terhadap

belanja jasa!

6.c. Rangkuman1. Setiap transaksi yang dilakukan dibebani kewajiban perpajakan.

Pelaksanaan kewajiban perpajakan pada transaksi tersebut dilaksanakan

oleh Bendahara Pengeluaran. Bendaharawan Pemerintah, yaitu

Bendaharawan dan Pejabat yang melakukan pembayaran yang dananya

berasal dari APBN/APBD.

2. Bendaharawan wajib memotong Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 atas

pembayaran penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan

pembayaran lain yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak orang pribadi

dalam negeri sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa, dan

kegiatan yang pembayarannya bersumber dari APBN/APBD.

3. Bendaharawan wajib memungut Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak

Penjualan Atas Barang Mewah (PPnBM) atas pengadaan Barang Kena

Pajak (BKP) dan Jasa Kena Pajak (JKP) sebagaimana diatur dalam

Keputusan Menteri Keuangan Nomor 563/KMK.03/2003 tentang Penunjukan

Page 65: Sistem Dan Prosedur Belanja Daerah

Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah 65

Bendaharawan Pemerintah dan Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara

Untuk Memungut, Menyetor, Dan Melaporkan Pajak Pertambahan Nilai Dan

Pajak Penjualan Atas Barang Mewah Beserta Tata Cara Pemungutan,

Penyetoran, Dan Pelaporannya.

4. Bendahara wajib memotong Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 4 (2) atas

pembayaran penghasilan berupa persewaan tanah dan atau bangunan

dengan syarat tertentu. Disamping itu bendahara wajib memotong PPh

Pasal 23 atas pembayaran penghasilan berupa antara lain sewa, hadiah,

jasa teknik, jasa manajeman, jasa profesi, dan jasa-jasa lainnya yang

dibayarkan kepada WP dalam negeri atau bentuk usaha tetap.

6.d Tes Formatif1. Dalam pelaksanaan belanja daerah, setiap transaksi dibebani kewajiban

perpajakan yang harus dilaksanakan bendahara pengeluaran. Terkait dengan

hal ini kedudukan bendahara pengeluaran adalah

a. Wajib potong

b. Wajib pungut

c. Wajib potong dan wajib pungut

d. Semua jawaban salah

2. Dalam pembayaran honorarium atas pelaksanaan kegiatan pada SKPD,

bendahara pengeluaran wajib memotong pajak …

a. PPh pasal 21

b. PPh pasal 22

c. PPh pasal 23

d. PPh pasal 4(2)

3. Pembelian barang pada SKPD, bendahara pengeluaran wajib memotong

pajak …

a. PPh pasal 21

b. PPh pasal 22

c. PPh pasal 23

d. PPN

4. Pembelian barang pada SKPD, bendahara pengeluaran wajib memungut

pajak …

a. PPh pasal 21

Page 66: Sistem Dan Prosedur Belanja Daerah

Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah 66

b. PPh pasal 22

c. PPh pasal 23

d. PPN

5. Pengadaan jasa konsultansi barang pada SKPD, bendahara pengeluaran

wajib memotong pajak …

a. PPh pasal 21

b. PPh pasal 22

c. PPh pasal 23

d. PPN

6. Kelompok Jasa yang dikecualikan/tidak dikenakan PPN adalah sebagai

berikut :

a. Pembayaran yang diatas Rp. 1.000.000,- termasuk PPN dan PPnBM

b. Untuk Pembebasan Tanah

c. Pengadaan barang diatas Rp.10.000.000,-

d. Pengadaan jasa

7. Tarif pajak untuk pengadaan barang pada SKPD adalah :

a. 10%

b. 15%

c. 1,5%

d. 3%

8. Dalam hal penerima imbalan tidak menliliki NPWP untuk PPh pasal 22,

besarnya tarif pemotongan adalah

a. lebih tinggi 100%

b. tarif normal 100%

c. lebih tinggi 200%

d. lebih tinggi 110%

9. Pembayaran penghasilan berupa persewaan tanah dan atau bangunan

dengan syarat tertentu merupakan objek pajak

a. PPh pasal 21

b. PPh pasal 22

c. PPh pasal 23

d. PPh pasal 4(2)

10. Pernyataan yang paling benar tentang pajak pasal 22 adalah

Page 67: Sistem Dan Prosedur Belanja Daerah

Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah 67

a. Besarnya tarif PPh Pasal 22 atas pengadaan barang yang dananya

berasal dari APBN/D adalah 1,5% dari harga/nilai pembelian termasuk

PPN

b. Besarnya tarif PPh Pasal 22 atas pengadaan barang yang dananya

berasal dari APBN/D adalah 1,5% dari harga/nilai pembelian tidak

termasuk PPN.

c. Besarnya tarif PPh Pasal 22 atas pengadaan barang yang dananya

berasal dari APBN/D adalah 2% dari harga/nilai pembelian termasuk PPN

d. Besarnya tarif PPh Pasal 22 atas pengadaan barang yang dananya

berasal dari APBN/D adalah 2% dari harga/nilai pembelian tidak termasuk

PPN.

6.e. Umpan Balik dan Tindak LanjutApabila Anda telah menyelesaikan latihan dan tes formatif tersebut diatas,

silahkan mencocokkan hasilnya dengan kunci jawaban yang terdapat pada akhir

modul ini. Untuk mengukur tingkat penguasaan materi modul ini, hitunglah hasil

penilaian dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Rumus penilaian:

Tingkat penguasaan = Jumlah jawaban yang benar x 100%

Jumlah soal

Kriteria tingkat penguasaan materi:

90% - 100% = baik sekali

80% - 89% = baik

70% - 79% = sedang

- 69% = kurang

Apabila hasil penilaian mencapai tingkat penguasaan materi 80% keatas, berarti

Anda telah menguasai materi dengan baik. Akan tetapi, apabila hasilnya masih

dibawah 80%, Anda diminta untuk mempelajari kembali materi pelajaran ini.

Page 68: Sistem Dan Prosedur Belanja Daerah

Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah 68

KEGIATAN BELAJAR 7:

PROSEDUR PENERBITAN

SP2D

7.a. Uraian dan Contoh7.a.1. Mekanisme Penerbitan SP2DSurat Perintah Pencairan Dana (SP2D) adalah dokumen yang diterbitkan oleh

Kuasa BUD berdasaran perintah pembayaran yang diterbitkan oleh pengguna

anggaran dengan terlebih dahulu dilakukan penelitian terhadap kelengkapan dan

kebenaran lampiran SPM.

Penerbitan SP2D oleh Kuasa BUD dilakukan untuk membayar belanja yang

menjadi beban APBD melalui mekanisme giralisasi. Mekanisme giralisasi adalah

mekanisme pembayaran non tunai melalui perbankan dengan cara melakukan

pembayaran kepada pihak yang berhak menerima melalui transfer rekening dari

kas daerah kepada rekening yang berhak menerima.

Kuasa BUD menerbitkan SP2D sesuai dengan SPM yang diajukan oleh

Pengguna Anggaran yaitu SP2D untuk mekanisme Uang Persediaan dan SP2D

untuk mekanisme pembayaran langsung. SP2D untuk mekanisme uang

persediaan, SP2D diterbitkan kepada rekening bendahara pengeluaran.

Sedangkan SP2D LS diterbitkan kepada rekening pihak ketiga.

Dalam proses penerbitan SP2D Kuasa BUD mengesahkan dokumen SP2D

dengan membubuhkan tanda tangan pada SP2D. Dalam hal kuasa BUD

berhalangan, yang bersangkutan dapat menunjuk pejabat yang diberi wewenang

untuk menandatangani SP2D.

Alur proses Mekanisme penerbitan SP2D sebagaimana pada gambar dibawah.

Indikator

1. Menjelaskan mekanisme penerbitan SP2D

2. Menjelaskan syarat-syarat dokumen kelengkapan dalam penerbitan

SP2D

Page 69: Sistem Dan Prosedur Belanja Daerah

Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah 69

Gambar 3

Alur Proses Penerbitan SP2D

Pengguna Anggaran mengajukan dokumen SPM beserta kelengkapannya

kepada Kuasa BUD. Selanjutnya Kuasa BUD meneliti kelengkapan dokumen

SPM yang diajukan oleh pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran agar

pengeluaran yang diajukan tidak melampaui pagu dan memenuhi persyaratan

yang ditetapkan.

Persyaratan dokumen yang diperlukan sebagai lampiran SPM adalah sebagai

berikut :

1. Kelengkapan dokumen SPM-UP untuk penerbitan SP2D adalah surat

pernyataan tanggung jawab pengguna anggaran/kuasa pengguna

anggaran.

2. Kelengkapan dokumen SPM-GU untuk penerbitan SP2D mencakup:

a. surat pernyataan tanggung jawab pengguna anggaran/kuasa pengguna

anggaran;

Page 70: Sistem Dan Prosedur Belanja Daerah

Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah 70

b. surat pengesahan pertanggungjawaban bendahara pengeluaran periode

sebelumnya;

c. ringkasan pengeluaran per rincian objek yang disertai dengan bukti-bukti

pengeluaran yang sah dan lengkap; dan

d. bukti atas penyetoran PPN/PPh.

3. Kelengkapan dokumen SPM-TU untuk penerbitan SP2D adalah surat

pernyataan tanggung jawab pengguna anggaran/kuasa pengguna

anggaran.

4. Kelengkapan dokumen SPM-LS untuk penerbitan SP2D mencakup:

a. surat pernyataan tanggungjawab pengguna anggaran/kuasa pengguna

anggaran; dan

b. bukti-bukti pengeluaran yang sah dan lengkap sesuai dengan

kelengkapan persyaratan yang ditetapkan dalam peraturan perundang-

undangan.

Setelah dilakukan pengujian atas kelengkapan dokumen, Kuasa BUD menguji

kesesuaian pengajuan SPM dengan DPA-SKPD yang terkait dengan alokasi

dana untuk jenis-jenis pengeluaran. Disamping itu Kuasa BUD juga menguji

batasan jumlah dana yang tertuang dalam SPD agar tidak terjadi kelebihan

dalam pembayaran.

Setelah dilakukan verifikasi/pengujian, apabila dokumen SPM dinyatakan

lengkap, kuasa BUD menerbitkan SP2D. Sedangkan jika dokumen SPM

dinyatakan tidak lengkap dan/atau tidak sah dan/atau pengeluaran tersebut

melampaui pagu anggaran, kuasa BUD menolak menerbitkan SP2D.

Proses Penerbitan SP2D paling lama 2 (dua) hari kerja terhitung sejak

diterimanya pengajuan SPM oleh Kuasa BUD. Sedangkan penolakan penerbitan

SP2D paling lama 1 (satu) hari kerja terhitung sejak diterimanya pengajuan

SPM. Hal ini untuk memberi kepastian kepada SKPD terhadap proses

penyelesaian SP2D. Dan apabila dikembalikan segera dapat diajukan kembali

setelah dilakukan perbaikan dan dilengkapi kekurangan dokumennya.

Kuasa BUD menyerahkan SP2D yang diterbitkan untuk keperluan uang

persediaan/ganti uang persediaan/tambahan uang persediaan kepada pengguna

anggaran/kuasa penggguna anggaran. Sengankan untuk keperluan pembayaran

langsung, Kuasa BUD menyerahkan SP2D yang diterbitkan kepada pihak ketiga.

Page 71: Sistem Dan Prosedur Belanja Daerah

Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah 71

7.a.2. Dokumen SP2D dan Penolakan SP2DDokumen SP2D yang diterbitkan oleh Kuasa BUD terdiri dari empat rangka.

Distribusi dokumen SP2D adalah sebagai berikut :

1. Berkas pertama diberikan kepada bendahara pengeluaran SKPKD

2. Berkas kedua digunakan BUD untuk mencatat SP2D dan nota debet ke

dokumen penatausahaan.

3. Berkas ketiga diberikan kepada PPK-SKPD

4. Berkas keempat diberikan kepada pihak ketiga apabila SP2D yang

diterbitkan adalah SP2D LS.

Dokumen penolakan yang diterbitkan oleh Kuasa BUD berupa Surat Penolakan

Penerbitan SP2D. Surat Penolakan Penerbitan SP2D dibuat dalam dua rangkap

yang terdiri dari :

1. Lembar pertama diberikan kepada PPKD disertai dengan dokumen SPM

yang kemudian akan diberikan kepada Pengguna Anggaran untuk

disempurnakan SPM.

2. Lembar kedua diarsipkan dalam Register Surat Penolakan Penerbitan

SP2D.

7.b. Latihan1. Jelaskan pengertian Surat Perintah Pencairan Dana!

2. Jelaskan maksud dari pembayaran secara giralisasi!

3. Dalam pelaksanaan pembayaran, dibedakan antara SP2D dengan

mekanisme UP dan SP2D mekanisme pembayaran langsung, jelaskan

perbedaannya!

4. Jelaskan distribusi lembaran SP2D

7.c. Rangkuman1. Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) adalah dokumen yang diterbitkan

oleh Kuasa BUD berdasaran perintah pembayaran yang diterbitkan oleh

pengguna anggaran dengan terlebih dahulu dilakukan penelitian terhadap

kelengkapan dan kebenaran lampiran SPM. Penerbitan SP2D oleh Kuasa

BUD dilakukan untuk membayar belanja yang menjadi beban APBD melalui

mekanisme giralisasi.

Page 72: Sistem Dan Prosedur Belanja Daerah

Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah 72

2. Mekanisme giralisasi adalah mekanisme pembayaran non tunai melalui

perbankan dengan cara melakukan pembayaran kepada pihak yang berhak

menerima melalui transfer rekening dari kas daerah kepada rekening yang

berhak menerima.

3. Kuasa BUD menerbitkan SP2D sesuai dengan SPM yang diajukan oleh

Pengguna Anggaran yaitu SP2D untuk mekanisme Uang Persediaan dan

SP2D untuk mekanisme pembayaran langsung.

4. SP2D untuk mekanisme uang persediaan, SP2D diterbitkan kepada

rekening bendahara pengeluaran. Sedangkan SP2D LS diterbitkan kepada

rekening pihak ketiga.

5. Dokumen SP2D yang diterbitkan oleh Kuasa BUD didistribusikan kepada

bendahara pengeluaran SKPKD, BUD untuk mencatat SP2D dan nota debet

ke dokumen penatausahaan, PPK-SKPD dan pihak ketiga apabila SP2D

yang diterbitkan adalah SP2D LS.

7.d. Tes Formatif1. Dokumen yang diterbitkan oleh Kuasa BUD berdasaran perintah pembayaran

yang diterbitkan oleh pengguna anggaran adalah

a. SPM

b. SP2D

c. SPP

d. SPK

2. Mekanisme pembayaran belanja daerah dari rekening BUD adalah

a. Langsung

b. TU

c. Tunai

d. Giralisasi

3. Mekanisme pembayaran non tunai melalui perbankan dengan cara melakukan

pembayaran kepada pihak yang berhak menerima melalui transfer rekening

dari kas daerah kepada rekening yang berhak menerima adalah pengertian

dari mekanisme

a. Langsung

b. TU

c. Tunai

Page 73: Sistem Dan Prosedur Belanja Daerah

Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah 73

d. Giralisasi

4. BUD menerbitkan perintah pencairan dana untuk mekanisme uang

persediaan kepada rekening

a. Bendahara Pengeluaran

b. KPA

c. Pihak ketiga

d. PPTK

5. BUD menerbitkan perintah pencairan dana untuk mekanisme langsung

pengadaan barang kepada rekening

a. Bendahara Pengeluaran

b. KPA

c. Pihak ketiga

d. PPTK

6. Lampiran SPM Ganti Uang Persediaan adalah

a. surat pengesahan pertanggungjawaban bendahara pengeluaran periode

sebelumnya;

b. ringkasan pengeluaran per rincian objek yang disertai dengan bukti-bukti

pengeluaran yang sah dan lengkap; dan

c. surat pernyataan penggunaan dana untuk waktu satu bulan

d. surat pernyataan tanggung jawab pengguna anggaran/kuasa pengguna

anggaran;

7. Kuasa BUD melakukan verifikasi atas SPM yang digunakan oleh KPA,

verifikasi dilakukan terhadap …

a. kesesuaian pengajuan SPM dengan DPA-SKPD terkait dengan alokasi

anggaran

b. kesesuaian pengajuan SPM dengan SPD terkait dengan alokasi

anggaran

c. kesesuaian pengajuan SPM dengan DPA-SKPD terkait besarnya jumlah

dana yang tersedia untuk satu periode tertentu

d. semua jawaban salah

8. Proses penerbitan SP2D oleh BUD selama

a. paling lama 1 (satu) hari kerja terhitung sejak diterimanya pengajuan

SPM oleh Kuasa BUD

b. paling lama 2 (dua) hari kerja terhitung sejak diterimanya pengajuan SPM

Page 74: Sistem Dan Prosedur Belanja Daerah

Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah 74

oleh Kuasa BUD

c. paling lama 3 (tiga) hari kerja terhitung sejak diterimanya pengajuan SPM

oleh Kuasa BUD

d. paling lama 4 (empat) hari kerja terhitung sejak diterimanya pengajuan

SPM oleh Kuasa BUD

9. Proses penolakan SP2D oleh BUD selama

a. paling lama 1 (satu) hari kerja terhitung sejak diterimanya pengajuan

SPM oleh Kuasa BUD

b. paling lama 2 (dua) hari kerja terhitung sejak diterimanya pengajuan SPM

oleh Kuasa BUD

c. paling lama 3 (tiga) hari kerja terhitung sejak diterimanya pengajuan SPM

oleh Kuasa BUD

d. paling lama 4 (empat) hari kerja terhitung sejak diterimanya pengajuan

SPM oleh Kuasa BUD

10. Pernyataan yang paling tepat terkait dengan distribusi dokumen SP2D

adalah

a. Berkas pertama diberikan kepada bendahara pengeluaran Bendahara

Pengeluaran

b. Berkas kedua digunakan BUD untuk mencatat SP2D dan nota debet ke

dokumen penatausahaan.

c. Berkas ketiga diberikan kepada PPTK

d. Berkas keempat diberikan kepada KPA

7.e. Umpan Balik dan Tindak Lanjut

Apabila Anda telah menyelesaikan latihan dan tes formatif tersebut diatas,

silahkan mencocokkan hasilnya dengan kunci jawaban yang terdapat pada akhir

modul ini. Untuk mengukur tingkat penguasaan materi modul ini, hitunglah hasil

penilaian dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Rumus penilaian:

Tingkat penguasaan = Jumlah jawaban yang benar x 100%

Jumlah soal

Kriteria tingkat penguasaan materi:

Page 75: Sistem Dan Prosedur Belanja Daerah

Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah 75

90% - 100% = baik sekali

80% - 89% = baik

70% - 79% = sedang

- 69% = kurang

Apabila hasil penilaian mencapai tingkat penguasaan materi 80% keatas, berarti

Anda telah menguasai materi dengan baik. Akan tetapi, apabila hasilnya masih

dibawah 80%, Anda diminta untuk mempelajari kembali materi pelajaran ini.

Page 76: Sistem Dan Prosedur Belanja Daerah

Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah 76

TES SUMATIF

1. Dasar hukum reformasi pengelolaan keuangan negara dan daerah adalah

a. UU No. 17 tahun 2003

b. UU No. 32 tahun 2003

c. UU no. 17 tahun 2004

d. UU No. 33 tahun 2004

2. Pelimpahan sebagian atau seluruh kekuasaan tersebut didasarkan pada prinsip

pemisahan kewenangan antara lain

a. menguji, menandatangani SPM dan yang menerima/mengeluarkan uang.

b. memerintahkan, menandatangani SPM, dan yang menerima/mengeluarkan

uang.

c. memerintahkan, menguji, dan yang menerima/mengeluarkan uang.

d. memerintahkan, menguji, dan menandatangani SPM.

3. Struktur Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah adalah

a. pendapatan daerah, pengeluaran daerah dan pembiayaan daerah.

b. penerimaan daerah, belanja daerah dan pembiayaan daerah.

c. pendapatan daerah, belanja daerah dan pembiayaan daerah.

d. penerimaan daerah, pengeluaran daerah dan pembiayaan daerah.

4. Penerimaan uang melalui Rekening Kas Umum Daerah, yang menambah

ekuitas dana lancar, yang merupakan hak daerah dalam satu tahun

anggaran yang tidak perlu dibayar kembali oleh Daerah merupakan

pengertian dari

a. pendapatan daerah,

b. penerimaan daerah,

c. piutang daerah

d. pembiayaan daerah..

5. Klasifikasi belanja berdasarkan urusan pemerintahan adalah

a. Klasifikasi organisasi

b. Klasifikasi fungsi

c. Klasifikasi jenis belanja

d. Klasifikasi program

6. Semua penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang

akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan

Page 77: Sistem Dan Prosedur Belanja Daerah

Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah 77

maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya adalah pengertian dari :

a. Penerimaan pembiayaan;

b. Pengeluaran pembiayaan;

c. Pembiayaan daerah

d. Pinjaman Daerah

7. Uang persediaan diberikan kepada bendahara pengeluaran pada awal

periode pelaksanaan anggaran untuk digunakan membayar pengeluaran

yang akan dilaksanakan pada jangka waktu tertentu adalah karakteristik UP

dibawah ini :

a. Uang muka kerja;

b. revolving;

c. sudah membebani anggaran

d. berjumlah tertentu

8. Dokumen permintaan pembayaran berupa SPP UP adalah perwujudan dari

karakteristik UP dibawah ini :

a. Uang muka kerja;

b. revolving;

c. sudah membebani anggaran

d. berjumlah tertentu

9. Dokumen permintaan pembayaran berupa SPP GUP adalah perwujudan dari

karakteristik UP dibawah ini :

a. Uang muka kerja;

b. revolving;

c. sudah membebani anggaran

d. berjumlah tertentu

10. Mekanisme pembayaran untuk keperluan belanja daerah melalui transfer dari

rekening kas daerah ke rekening pihak ketiga setelah memenuhi persyaratan

yang telah ditetapkan adalah mekanisme pembayaran dengan cara :

a. Uang Persediaan;

b. Penggantian Uang Persediaan;

c. Tambahan Uang Persediaan

d. Pembayaran Langsung

11. Dokumen yang menjadi dasar dalam pembayaran langsung diverifikasi

Page 78: Sistem Dan Prosedur Belanja Daerah

Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah 78

adalah :

a. Surat permintaan Pembayaran

b. Berita Acara Serah Terima barang

c. Surat Perintah Kerja

d. Semua Jawaban Salah

12. KPA memerintahkan untuk mengadakan barang dengan nilai sebesar

Rp.8.000.000,00 maka dokumen yang perlu disiapkan untuk menjadi dasar

pembayaran adalah adalah

a. Hanya kuitansi

b. Surat perintah kerja

c. Kontrak

d. MOU

13. Pernyataan yang paling benar terkait dengan dokumen yang menjadi dasar

pembayaran adalah

a. Kuitansi dianggap sebagai SPK/Perjanjian untuk pengadaan barang dan

jasa sampai dengan sepuluh juta rupiah

b. Kuitansi dapat dijadikan dasar untuk pengadaan barang dan jasa sampai

dengan sepuluh juta rupiah

c. Kuitansi dianggap sebagai SPK/Perjanjian untuk pengadaan barang dan

jasa sampai dengan lima juta rupiah

d. Kuitansi dianggap sebagai SPK/Perjanjian untuk pengadaan barang dan

jasa sampai dengan sepuluh juta rupiah

14. Surat Perintah Kerja(SPK) digunakan untuk pengadaan barang dan jasa

dengan nilai pekerjaan …

a. Sampai dengan limah puluh juta

b. diatas sepuluh juta rupiah sampai dengan lima puluh juta rupiah

c. diatas lima puluh juta rupiah.

d. diatas lima juta rupiah sampai dengan lima puluh juta rupiah

15. Surat Perintah/Kontrak digunakan untuk pengadaan barang dan jasa dengan

nilai pekerjaan …

a. Sampai dengan limah puluh juta

b. diatas sepuluh juta rupiah sampai dengan lima puluh juta rupiah

c. diatas lima puluh juta rupiah.

d. diatas lima juta rupiah sampai dengan lima puluh juta rupiah

Page 79: Sistem Dan Prosedur Belanja Daerah

Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah 79

16. Pernyataan yang tepat tentang Berita Acara Pembayaran sekurang-

kurangnya memuat hal-hal sebagai berikut kecualia. Hari dan tanggal pembuatan berita acara.

b. Dasar pembuatan berita acara pelaksanaan pekerjaan.

c. Harga kontrak.

d. Perhitungan pembayaran

17. Dalam pelaksanaan belanja daerah, setiap transaksi dibebani kewajiban

perpajakan yang harus dilaksanakan bendahara pengeluaran. Terkait

dengan hal ini kedudukan bendahara pengeluaran adalah

a. Wajib potong

b. Wajib pungut

c. Wajib potong dan wajib pungut

d. Semua jawaban salah

18. Dalam pembayaran honorarium atas pelaksanaan kegiatan pada SKPD,

bendahara pengeluaran wajib memotong pajak …

a. PPh pasal 21

b. PPh pasal 22

c. PPh pasal 23

d. PPh pasal 4(2)

19. Pembelian barang pada SKPD, bendahara pengeluaran wajib memotong

pajak …

a. PPh pasal 21

b. PPh pasal 22

c. PPh pasal 23

d. PPN

20. Pembelian barang pada SKPD, bendahara pengeluaran wajib memungut

pajak …

a. PPh pasal 21

b. PPh pasal 22

c. PPh pasal 23

d. PPN

21. Pengadaan jasa konsultansi barang pada SKPD, bendahara pengeluaran

wajib memotong pajak …

a. PPh pasal 21

Page 80: Sistem Dan Prosedur Belanja Daerah

Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah 80

b. PPh pasal 22

c. PPh pasal 23

d. PPN

22. Dokumen yang diterbitkan oleh Kuasa BUD berdasaran perintah

pembayaran yang diterbitkan oleh pengguna anggaran adalah

a. SPM

b. SP2D

c. SPP

d. SPK

23. Mekanisme pembayaran non tunai melalui perbankan dengan cara

melakukan pembayaran kepada pihak yang berhak menerima melalui

transfer rekening dari kas daerah kepada rekening yang berhak menerima

adalah pengertian dari mekanisme

a. Langsung

b. TU

c. Tunai

d. Giralisasi

24. BUD menerbitkan perintah pencairan dana untuk mekanisme uang

persediaan kepada rekening

a. Bendahara Pengeluaran

b. KPA

c. Pihak ketiga

d. PPTK

25. BUD menerbitkan perintah pencairan dana untuk mekanisme langsung

pengadaan barang kepada rekening

a. Bendahara Pengeluaran

b. KPA

c. Pihak ketiga

d. PPTK

Page 81: Sistem Dan Prosedur Belanja Daerah

Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah 81

KUNCI JAWABAN

TES FORMATIFKB 1

1. A

2. B

3. C

4. D

5. C

6. A

7. B

8. B

9. D

10. C

KB 2

1. A

2. B

3. D

4. A

5. C

6. B

7. C

8. B

9. A

10. D

KB 3

1. C

2. D

3. B

4. A

5. D

6. A

7. B

8. A

9. C

10. D

KB 4

1. c

2. a

3. b

4. a

5. b

6. c

7. d

8. c

9. d

10.c

KB 5

1. B

2. A

3. C

4. C

5. D

6. B

7. C

8. A

9. C

10. B

KB 6

1. C

2. A

3. B

4. D

5. C

6. B

7. C

8. A

9. D

10. A

KB 7

1. B

2. D

3. D

4. A

5. C

6. C

7. A

8. B

9. A

10. B

Page 82: Sistem Dan Prosedur Belanja Daerah

Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah 82

TES SUMATIF

1. A

2. C

3. C

4. A

5. B

6. C

7. A

8. A

9. B

10. D

11. C

12. B

13. C

14. D

15. C

16. B

17. C

18. A

19. B

20. D

21. C

22. B

23. D

24. A

25. C

Page 83: Sistem Dan Prosedur Belanja Daerah

Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah 83

DAFTAR PUSTAKA

1. Undang-Undang Dasar 1945 beserta Amandemennya.

2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.

3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.

4. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan

dan Tanggung Jawab Keuangan Negara.

5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah.

6. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan

Pusat dan Daerah

7. Keputusan Presiden Nomor 42 Tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.

8. Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan

Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.

9. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2004 tentang Kedudukan Protokoler

dan Keuangan Pimpinan dan Anggota DPRD.

10. Keputusan Presiden Nomor 36 Tahun 2004 tentang Perubahan atas

Keputusan Presiden Nomor 109 Tahun 2001 tentang Unit organisasi dan

tugas eselon I Departemen Keuangan sebagaimana telah beberapa kali

diubah terakhir dengan Keputusan Presiden Nomor 23 Tahun 2004.

11. Keputusan Presiden Nomor 37 Tahun 2004 tentang Perubahan atas

Keputusan Presiden Nomor 84 Tahun 2001 tentang kedudukan, tugas,

fungsi, susunan organisasi, dan tata kerja instansi vertikal di lingkungan

Departemen Keuangan.

12. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 302/KMK.01/2004 tentang Organisasi

dan Tata Kerja Departemen Keuangan.

13. Keputusan Menteri Dalam Negeri RI No. 29 tahun 2002 tentang Pedoman

Pengurusan, Pertanggungjawaban dan Pengawasan Keuangan Daerah serta

Tata Cara Penyusunan APBD, Pelaksanaan Tata Usaha Keuangan Daerah

dan Penyusunan Perhitungan APBD.

14. Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 903/3172/SJ Tanggal 10

Desember 2004 tentang Pedoman Umum Penyusunan APBD Tahun

Anggaran 2005.

Page 84: Sistem Dan Prosedur Belanja Daerah

Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah 84

15. Laporan Pelaksanaan Tugas Koversi Perubahan Format Anggaran Belanja

Negara, Departemen Keuangan, Jakarta, 2002.

16. Draft Publikasian Standar Akuntansi Pemerintahan, Komite Standar

Akuntansi Pemerintah Pusat dan Daerah, Jakarta, 2003.

17. Pedoman Penyusunan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah,

LAN, Jakarta, 1999.

18. Beberapa Surat Edaran Direktur Jenderal Anggaran yang terkait.

Page 85: Sistem Dan Prosedur Belanja Daerah

Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah 85

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR KAPUSDIKLAT KNPK. ........................................................ i

KATA PENGANTAR PENULIS.............................................................................. ii

DAFTAR ISI........................................................................................................... iii

PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL ….............................................................. vi

PETA KONSEP ...................................................................................................viii

DAFTAR GAMBAR ...............................................................................................ix

PENDAHULUAN.................................................................................................... 1

Kegiatan Belajar 1 : Pelaksanaan APBD ............................................................. 3

1.a. Uraian dan Contoh........................................................................................ 3

1.a.1. Gambaran Umum Pelaksanaan APBD................................................... 3

1.a.2. Pengertian APBD................................................................................... 4

1.a.3. Struktur APBD........................................................................................ 4

1.a.4. Landasan Hukum Pelaksanaan APBD................................................... 6

1.b. Latihan.......................................................................................................... 7

1.c. Rangkuman .................................................................................................. 7

1.d. Tes Formatif.................................................................................................. 8

1.e Umpan Balik dan Tindak Lanjut .................................................................. 10

Kegiatan Belajar 2 : Pejabat Pengelola Keuangan Daerah ................................ 12

1.a. Uraian dan Contoh .................................................................................... 12

1.a.1. Pejabat Pemegang Kekuasaan Keuangan Daerah .......................... 12

1.a.2. Sekretaris daerah selaku koordinator pengelola keuangan daerah ...... 13

1.a.3. Kepala SKPKD selaku PPKD............................................................... 13

1.a.4. Kepala SKPD selaku pejabat pengguna anggaran/pengguna barang .. 15

1.a.5. Bendahara Pengeluaran ...................................................................... 17

2.b. Latihan........................................................................................................ 17

2.c. Rangkuman ................................................................................................ 18

2.d. Tes Formatif................................................................................................ 19

2.e Umpan Balik dan Tindak Lanjut .................................................................. 21

Kegiatan Belajar 3 : Belanja Daerah .................................................................. 22

3.a. Uraian dan Contoh .................................................................................... 22

3.a.1. Asas Umum Pengelolaan Keuangan Daerah ....................................... 22

3.a.2. Prinsip-prinsip Belanja Daerah............................................................. 23

iii

Page 86: Sistem Dan Prosedur Belanja Daerah

Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah 86

3.a.4. Larangan Pembebanan pada Belanja Daerah...................................... 25

3.a.5. Pengertian Daftar Pelaksanaan Anggaran SKPD................................. 25

3.a.6. Format DPA-SKPD .............................................................................. 25

3.a.6. Penyusunan DPA-SKPD...................................................................... 26

3.a.7. Anggaran Kas ...................................................................................... 27

3.a.8. Surat Penyediaan Dana (SPD)............................................................. 28

3.b. Latihan........................................................................................................ 28

3.c. Rangkuman ................................................................................................ 28

3.d. Tes Formatif................................................................................................ 29

3.e Umpan Balik dan Tindak Lanjut .................................................................. 31

Kegiatan Belajar 4: Prosedur Pembayaran Uang Persediaan........................... 33

4.a. Uraian dan Contoh...................................................................................... 33

4.a.1. Uang Persediaan ................................................................................. 33

4.a.2. Prosedur Pembayaran dengan mekanisme Uang Persediaan. ............ 36

4. a.3. Pembayaran Langsung ....................................................................... 40

4.a.4.Mekanisme Pembayaran Langsung ...................................................... 41

4.b. Latihan........................................................................................................ 45

4.c. Rangkuman ................................................................................................ 45

4.d. Tes Formatif................................................................................................ 46

4.e Umpan Balik dan Tindak Lanjut .................................................................. 48

Kegiatan Belajar 5: Persyaratan Administratif Dokumen Belanja Daerah........... 50

5.a. Uraian dan Contoh..................................................................................... 50

5.b. Latihan....................................................................................................... 54

5.c. Rangkuman................................................................................................ 54

5.d. Tes Formatif............................................................................................... 54

5.e. Umpan Balik dan Tindak Lanjut ................................................................. 56

Kegiatan Belajar 6: Aspek Perpajakan pada Belanja Daerah............................. 58

6.a. Uraian dan Contoh...................................................................................... 58

6. a.1. Bendaharawan Sebagai Wajib Potong dan Wajib Pungut ................... 58

6.a.2. PPh pasal 21....................................................................................... 59

6.a.3. PPN dan PPnBM ................................................................................. 60

6.a.4. PPh Pasal 22 ....................................................................................... 61

6.a.5. PPh pasal 4(2) dan PPh pasal 23 ........................................................ 62

6.b. Latihan....................................................................................................... 64

iv

Page 87: Sistem Dan Prosedur Belanja Daerah

Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah 87

6.c. Rangkuman................................................................................................ 64

6.d Tes Formatif................................................................................................ 65

6.e. Umpan Balik dan Tindak Lanjut ................................................................. 67

Kegiatan Belajar 7: Prosedur Penerbitan SP2D................................................. 68

7.a. Uraian dan Contoh...................................................................................... 68

7.a.1. Mekanisme Penerbitan SP2D .............................................................. 68

7.a.2. Dokumen SP2D dan Penolakan SP2D................................................. 71

7.b. Latihan....................................................................................................... 71

7.c. Rangkuman................................................................................................ 71

7.d. Tes Formatif............................................................................................... 72

7.e. Umpan Balik dan Tindak Lanjut ................................................................. 74

TES SUMATIF .....................................................................................................76

KUNCI JAWABAN ...............................................................................................81

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 83

v

Page 88: Sistem Dan Prosedur Belanja Daerah

Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah 88

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Alur Proses Pembayaran Uang Persediaan ..................................... 37

Gambar 2 Alur Proses Pembayaran Langsung ................................................. 41

Gambar 3 Alur Proses Penerbitan SP2D ........................................................... 69

ix

Page 89: Sistem Dan Prosedur Belanja Daerah

Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah 89

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan ke hadirat Allah SWT karena atas rahmat

dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan modul dengan judul

Sistem Dan Prosedur Belanja Daerah. Modul ini disusun untuk digunakan

dalam Program Percepatan Akuntabilitas Keuangan Daerah.

Selama penyelesaian modul ini penulis menemui beberapa kendala.

Namun kendala tersebut dapat terselesaikan berkat bantuan, bimbingan dan

arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis

mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak I Made Gde Erata selaku Kepala Badan Pendidikan dan Pelatihan

Keuangan.

2. Bapak Dodi Iskandar selaku Sekretaris Badan Pendidikan dan Pelatihan

Keuangan.

3. Bapak Agus Hermanto selaku Kepala Pusdiklat Anggaran dan

Perbendaharaan, Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan.

4. Bapak Syamsu Syakbani selaku Kepala Pusdiklat Kekayaan Negara dan

Perimbangan Keuangan, Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan.

5. Bapak Noor Cholis Madjid selaku penilai modul.

6. Ibu Oktavia Ester P. selaku moderator seminar modul.

7. Rekan-rekan Widyaiswara pada Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan.

8. Seluruh staf pada Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan.

Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh

karena itu penulis sangat mengharapkan kritik, saran, maupun usulan yang

bersifat membangun.

Akhir kata, semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan

juga bagi penulis sendiri.

Jakarta, Juni 2010

Tim Penulis

ii

Page 90: Sistem Dan Prosedur Belanja Daerah

Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah 90

Petunjuk Penggunaan Modul

Petunjuk ini dimaksudkan untuk memandu pembaca agar dapat belajar dengan

optimal dan mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Oleh karena itu

dalam penggunaan modul ini pembaca perlu memperhatikan hal-hal sebagai

berikut :

1. Cara Belajar

Modul merupakan sesuai dengan karakteristiknya bersifat stand alone,

sehingga sebenarnya pembaca tidak tergantung dengan modul atau materi

lain. Oleh karena itu pembaca diharapkan membaca modul ini dengan

seksama bagian demi bagian. Apabila terdapat kesulitan dalam memahami

materi dapat dilakukan diskusi dengan peserta diklat yang lain atau

menanyakan pada pengajar.

2. Perlengkapan Belajar

Dalam proses belajar akan lebih optimal apabila perlengkapan belajar

memadai. Hal-hal yang dapat menunjang proses belajar hendaknya

dipersiapkan sebelum proses pembelajaran. Beberapa hal yang perlu

dipersiapkan sebelumnya antara lain modul lengkap, peraturan perundangan

terkait, contoh-contoh kasus di instansi masing-masing, dan sebagainya.

3. Waktu Belajar

No. Pokok Bahasan Estimasi Waktu

1. Pelaksanaan APBD 1.5 jamlat

2. Pejabat Pengelola Keuangan Daerah 1.5 jamlat

3. Belanja Daerah 2 jamlat

4. Prosedur Pembayaran Uang Persediaan 2 jamlat

5. Persyaratan Administratif Dokumen Belanja

Daerah

2 jamlat

6. Prosedur Penerbitan SP2D 2 jamlat

4. Evaluasi Belajar

Untuk mengukur pencapaian tujuan pembelajaran setiap kegiatan belajar,

pembaca diharapkan mengerjakan Latihan dan Tes Formatif. Gunakan kunci

jawaban untuk mencocokan jawaban Anda dan petunjuk pada bagian umpan

vi

Page 91: Sistem Dan Prosedur Belanja Daerah

Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah 91

balik untuk mengetahui sejauhmana pemahaman Anda terhadap materi

kegiatan belajar tersebut. Untuk mengukur pencapaian tujuan pembelajaran

secara keseluruhan, pembaca diharapkan mengerjakan Tes Sumatif.

5. Peningkatan Kompetensi Materi

Untuk meningkatkan kompetensi materi maka pembaca perlu menelusuri

referensi dalam modul ini. Pembaca juga disarankan untuk membaca

sumber lain dan menggunakan sarana lain yang berhubungan.

6. Peran Widyaiswara/Tenaga Pengajar

Dalam pencpaian tujuan modul ini widyaiswara/pengajar berperan member

bimibingan dan motivasi. Dalam pertemuan di kelas widyaiswara/pengajar

dapat membagi pengalaman praktik sehingga lebih memudahkan pemserta

diklat untuk memahami materi tersebut.

vii

Page 92: Sistem Dan Prosedur Belanja Daerah

Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah 92

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena hanya

atas berkat rakhmat-Nyalah kita semua masih diberikan kesempatan untuk

menghasilkan karya-karya nyata yang bermanfaat bagi orang banyak. Begitu

pula dengan modul diklat ini yang tanpa restu-Nya tidak akan terselesaikan

dengan baik.

Modul “Sistem dan Prosedur Belanja Daerah” ini disusun oleh Saudara

Hasan Ashari dan Bambang Sancoko dengan penilai Saudara Noor Cholis

Madjid berdasarkan Surat Keputusan Kepala Pusdiklat Kekayaan Negara dan

Perimbangan Keuangan Nomor: KEP.001/PP.6/2010 tanggal 4 Januari 2010

tentang Pembentukan Tim Penyusunan Modul Diklat Pengelolaan Barang Milik

Daerah dan Program Percepatan Akuntabilitas dan Keuangan Daerah.

Kami menyetujui modul ini digunakan sebagai bahan ajar bagi para peserta

Program Percepatan Akuntabilitas dan Keuangan Daerah. Modul ini disusun

dengan maksud guna membantu pencapaian tujuan pembelajaran dalam diklat

tersebut.

Akhirnya, semoga Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah ini dapat

bermanfaat bagi peserta diklat khususnya dan masyarakat luas pada umumnya.

Jakarta, Juni 2010

Kepala PusatPendidikan dan PelatihanKekayaan Negara danPerimbangan Keuangan

Syamsu SyakbaniNIP 195902241980031001

i

Page 93: Sistem Dan Prosedur Belanja Daerah

Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah 93

PETA KONSEP

viii

Page 94: Sistem Dan Prosedur Belanja Daerah

Modul Sistem dan Prosedur Belanja Daerah 94

PROGRAM PERCEPATAN AKUNTABILITASKEUANGAN DAERAH

MODUL

SISTEM DAN PROSEDURBELANJA DAERAH

Oleh :Hasan Ashari dan Bambang Sancoko

Widyaiswara MudaPusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIABADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGANPUSDIKLAT ANGGARAN DAN PERBENDAHARAAN

2010