SISTEM ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH II · PDF fileMata ajar sistem administrasi keuangan...

180
DIKLAT PEMBENTUKAN AUDITOR AHLI SAKD II KODE MA : 1.241 SISTEM ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH II 2007 PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PENGAWASAN BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN EDISI KEENAM

Transcript of SISTEM ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH II · PDF fileMata ajar sistem administrasi keuangan...

Page 1: SISTEM ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH II · PDF fileMata ajar sistem administrasi keuangan negara II ... Pasal 1 UUD 1945 menetapkan negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk

DIKLAT PEMBENTUKAN AUDITOR AHLI SAKD II

KODE MA : 1.241

SISTEM

ADMINISTRASI

KEUANGAN DAERAH II

2007 PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PENGAWASAN BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN

EDISI KEENAM

Page 2: SISTEM ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH II · PDF fileMata ajar sistem administrasi keuangan negara II ... Pasal 1 UUD 1945 menetapkan negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk

ISBN 979-95661-4-2 (no. jilid lengkap) ISBN 979-95661-6-9 (jilid 2)

Judul Modul : Sistem Administrasi Keuangan Daerah II

Penyusun : Drs. Sunarto & Drs. Soedarsono DP, M.M.

Perevisi I : Djedje Abdul Aziz, S.H. & Drs. Sigit Edi Surono

Perevisi II : Drs. Bistok Manurung

Perevisi III : Budiman Slamet, Ak., M.Si. Perevisi IV : Budiman Slamet, Ak., M.Si.

Perevisi V

Pereviu

:

:

Fatchudin, S.E., Ak.

Linda Ellen Theresia, S.E., Ak., M.B.A.

Editor : Daissy Erdianthy, S.E., Ak., M.Ak.

Dikeluarkan oleh Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pengawasan BPKP dalam rangka Diklat Sertifikasi JFA Tingkat Pembentukan Auditor

Anggota Tim

Edisi Pertama : Tahun 1998

Edisi Kedua (Revisi Pertama) : Tahun 2000

Edisi Ketiga (Revisi Kedua) : Tahun 2002

Edisi Keempat (Revisi Ketiga) : Tahun 2004

Edisi Kelima (Revisi Keempat) Edisi Keenam (Revisi Kelima)

: :

Tahun 2006 Tahun 2007

Dilarang keras mengutip, menjiplak, atau menggandakan sebagian atau seluruh isi modul ini, serta memperjualbelikan tanpa izin tertulis

dari Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pengawasan BPKP

Page 3: SISTEM ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH II · PDF fileMata ajar sistem administrasi keuangan negara II ... Pasal 1 UUD 1945 menetapkan negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk

Pusdiklat Pengawasan BPKP Sistem Administrasi Keuangan Daerah II

ISBN 979-95661-4-2 (no. jilid lengkap) ISBN 979-95661-6-9 (jilid 2)

Page 4: SISTEM ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH II · PDF fileMata ajar sistem administrasi keuangan negara II ... Pasal 1 UUD 1945 menetapkan negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk
Page 5: SISTEM ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH II · PDF fileMata ajar sistem administrasi keuangan negara II ... Pasal 1 UUD 1945 menetapkan negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk

Sistem Administrasi Keuangan Daerah II

Pusdiklatwas BPKP – 2007 ii

Page 6: SISTEM ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH II · PDF fileMata ajar sistem administrasi keuangan negara II ... Pasal 1 UUD 1945 menetapkan negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk

Sistem Administrasi Keuangan Daerah II

Pusdiklatwas BPKP – 2007 iii

DAFTAR ISI

Kata Pengantar…………….………………………...…………………….… i

Daftar Isi…………………….……………………….....……………………... ii

BAB I Pendahuluan...............….......………….……………………… 1

A. Latar Belakang ……..........................…..……..………… 1

B. Tujuan Pemelajaran Umum……...…..………....…...…… 2

C. Tujuan Pemelajaran Khusus…….....………….....……… 2

D. Deskripsi Singkat Struktur Modul.................................... 3

E. Metodologi Pemelajaran................................................. 3

BAB II Keuangan Daerah…………….…………….………..…….…... 5

A. Pengertian Keuangan Daerah……….……..……….….... 5

B. Hubungan antara Keuangan Daerah dengan Keuangan

Negara…......................................................................... 6

C. Pengelola Keuangan Daerah……….............…………… 8

D. Latihan……………………………….......…………….…… 17

BAB III Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah ( APBD )…… 19

A. Pengertian………….………………………………...…... 19

B. Fungsi-Fungsi Anggaran Daerah. ……….....…………… 20

C. Prinsip-Prinsip Anggaran Daerah…...……….…......…. 21

D. Struktur Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah …. 23

E. Latihan ………..............………………………………....… 25

Page 7: SISTEM ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH II · PDF fileMata ajar sistem administrasi keuangan negara II ... Pasal 1 UUD 1945 menetapkan negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk

Sistem Administrasi Keuangan Daerah II

Pusdiklatwas BPKP – 2007 iv

BAB IV Penyusunan APBD……….………......………………………. 27

A. Siklus Anggaran....................…..………………………… 27

B. Penyusunan Rancangan APBD………………….....…… 28

C. Latihan...……............……………………………………… 46

BAB V Penerimaan Daerah............................................................. 49

A. Pendapatan Asli Daerah................................................. 51

B. Dana Perimbangan......................................................... 77

C. Penerimaan Daerah Lainnya yang Sah......................... 88

D. Penerimaan Pembiayaan................................................ 89

E. Latihan............................................................................ 96

BAB VI Pengeluaran Daerah............................................................ 98

A. Belanja Daerah............................................................... 98

B. Pengeluaran Pembiayaan Daerah.................................. 107

C. Latihan............................................................................ 109

BAB VII Pelaksanaan, Penatausahaan, Pelaporan dan Pertanggungjawaban APBD……………….….…..….…..…. 111

A. Pelaksanaan APBD…………...…….………….…………. 111

B. Penatausahaan Keuangan Daerah……………….......… 118

C. Akuntansi Keuangan Daerah………….….…………….... 124

D. Pelaporan dan Pertanggungjawaban Pelaksanaan

APBD.............................................................................. 126

E. Latihan...........……........…………………………………… 130

Page 8: SISTEM ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH II · PDF fileMata ajar sistem administrasi keuangan negara II ... Pasal 1 UUD 1945 menetapkan negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk

Sistem Administrasi Keuangan Daerah II

Pusdiklatwas BPKP – 2007 v

BAB VIII Penggantian Kerugian Negara/Daerah.............................. 132

A. Umum............................................................................. 132

B. Dasar-Dasar Pengertian yang Digunakan.....……… 135

C. Tata Cara Penyelesaian Kerugian Keuangan Daerah.... 139

D. Tuntutan Perbendaharaan.............................................. 140

E. Tuntutan Ganti Rugi (TGR)............................................. 146

F. Daluwarsa TP/TGR......................................................... 151

G. Penghapusan.................................................................. 152

H. Pembebasan................................................................... 153

I. Penyetoran...................................................................... 153

J. Pelaporan........................................................................ 154

K. Lain-lain.......................................................................... 154

L. Majelis Pertimbangan Tuntutan Perbendaharaan dan

Tuntutan Ganti Rugi Keuangan dan Barang

Daerah............................................................................ 154

M. Teknis dan Prosedur Penyelesaian TP/TGR Keuangan

dan Barang Daerah Melalui Majelis Pertimbangan

TP/TGR (Misalnya untuk Tingkat Provinsi).................... 156

N. Latihan...............…………………………………………… 158

Daftar Pustaka…..……..…………………………...………………………... 160

Daftar Istilah/Singkatan.......................................................................... 163

Page 9: SISTEM ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH II · PDF fileMata ajar sistem administrasi keuangan negara II ... Pasal 1 UUD 1945 menetapkan negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk

Sistem Administrasi Keuangan Daerah II

Pusdiklatwas BPKP – 2007 1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Sesuai dengan keputusan Kepala BPKP Nomor: KEP-06.04.00-847/K/

1998 tanggal 11 Nopember 1998 tentang Pola Pendidikan Dan Pelatihan

Auditor Bagi Aparat Pengawasan Fungsional Pemerintah, Modul Sistem

Administrasi Keuangan Daerah II (disingkat SAKD II) merupakan salah

satu kurikulum/mata ajar dalam rangka diklat pembentukan auditor ahli.

Diklat pembentukan auditor ahli adalah diklat untuk menjaring calon auditor

yang berlatar belakang pendidikan minimal sarjana (S1 atau D-IV) dengan

kualifikasi yang ditentukan oleh instansi pembina atau yang sederajat yang

status ijazahnya telah disamakan oleh Departemen Pendidikan Nasional

RI. Setelah lulus dari pendidikan dan pelatihan ini, diharapkan mereka

mampu untuk melaksanakan tugasnya sebagai anggota tim.

Mata ajar SAKD II merupakan kelompok mata ajar inti, dengan lama

pelatihan (jamlat) sebesar 30 jamlat. Mata ajar sistem administrasi

keuangan negara II (SAKN II) dipergunakan/diajarkan bagi calon auditor

pada unit pengawasan pusat, sedangkan SAKD II diajarkan bagi calon

auditor pada unit pengawasan daerah.

Untuk calon auditor BPKP dan Inspektorat Jenderal Departemen Dalam

Negeri RI, kedua mata ajaran tersebut (SAKN II dan SAKD II) diberikan,

akan tetapi mata ajar SAKD II sebagai mata ajar yang tidak diujikan.

Page 10: SISTEM ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH II · PDF fileMata ajar sistem administrasi keuangan negara II ... Pasal 1 UUD 1945 menetapkan negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk

Sistem Administrasi Keuangan Daerah II

Pusdiklatwas BPKP – 2007 2

B. TUJUAN PEMELAJARAN UMUM

Modul ini disusun untuk memenuhi materi pelajaran pada diklat

pembentukan auditor ahli di lingkungan aparat pengawasan Intern

pemerintah (APIP). Seorang auditor ahli harus memahami sistem

administrasi keuangan yang diaudit.

Tujuan Pemelajaran Umum (TPU) modul ini adalah agar peserta diklat

mampu memahami SAKD dalam rangka pengawasan keuangan daerah.

Hal ini sejalan dengan keinginan pemerintah akan terwujudnya

akuntabilitas dan good governance di lingkungan instansi pemerintah.

Instansi pengawasan internal pemerintah mempunyai andil yang cukup

besar demi terwujudnya kedua hal tersebut.

C. TUJUAN PEMELAJARAN KHUSUS

Setelah mengikuti pelatihan ini, peserta diklat diharapkan mampu

1. menjelaskan pengertian keuangan daerah, hubungan keuangan

daerah dengan ke uangan pusat, serta pengurusan keuangan

daerah;

2. menjelaskan pengertian APBD, fungsi dan prinsip anggaran daerah,

struktur APBD, sumber-sumber penerimaan daerah, belanja daerah,

serta pembiayaan daerah;

3. memahami siklus anggaran, khususnya proses penyusunan APBD,

mulai dari penyusunan rancangan hingga penetapan APBD;

4. memahami pengertian, unsur-unsur dan prosedur penerimaan

daerah;

5. menjelaskan pengertian pengeluaran daerah, berupa belanja daerah

dan pengeluaran pembiayaan daerah;

Page 11: SISTEM ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH II · PDF fileMata ajar sistem administrasi keuangan negara II ... Pasal 1 UUD 1945 menetapkan negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk

Sistem Administrasi Keuangan Daerah II

Pusdiklatwas BPKP – 2007 3

6. memahami proses pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan dan per-

tanggungjawaban APBD; dan

7. menjelaskan pengertian penggantian kerugian negara/daerah.

Dengan pemahaman itu, maka setiap peserta pelatihan diharapkan

mampu melakukan pengawasan keuangan daerah.

D. DESKRIPSI SINGKAT MODUL

Diklat ini membekali peserta untuk memahami pengertian dan konsep

tentang SAKD dengan materi pembahasan sebagai berikut :

Bab I : Pendahuluan

Bab II : Keuangan Daerah

Bab III : Anggaran Pendapan dan Belanja Daerah (APBD)

Bab IV : Penyusunan APBD

Bab V : Penerimaan Daerah

Bab VI : Pengeluaran Daerah

Bab VII : Pelaksanaan, Penatausahaan, Pelaporan, dan

Pertanggungjawaban APBD

Bab VIII : Penggantian Kerugian Negara/Daerah

Pada masing-masing bab akan disajikan dasar teori, latihan soal dan

kasus yang harus dijawab oleh para peserta baik secara perseorangan

maupun kelompok.

E. METODOLOGI PEMELAJARAN

Peserta diklat diharapkan mampu memahami secara optimal substansi

yang terdapat dalam modul ini, untuk itu diperlukan proses belajar

mengajar dengan pendekatan andragogi.

Page 12: SISTEM ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH II · PDF fileMata ajar sistem administrasi keuangan negara II ... Pasal 1 UUD 1945 menetapkan negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk

Sistem Administrasi Keuangan Daerah II

Pusdiklatwas BPKP – 2007 4

Untuk mencapai tujuan pemelajaran di atas, maka metode pemelajaran

yang akan digunakan adalah ceramah, diskusi dan pemecahan kasus.

Selain membahas soal latihan yang ada pada modul ini, para widyaiswara

/instruktur diharapkan juga memberikan bahan-bahan pelatihan yang dapat

menambah wawasan para peserta. Penggunaan referensi tambahan juga

diperlukan guna menambah wawasan para peserta diklat.

Page 13: SISTEM ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH II · PDF fileMata ajar sistem administrasi keuangan negara II ... Pasal 1 UUD 1945 menetapkan negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk

Sistem Administrasi Keuangan Daerah II

Pusdiklatwas BPKP – 2007 5

BAB II

KEUANGAN DAERAH

A. PENGERTIAN KEUANGAN DAERAH

Pengertian keuangan daerah sebagaimana dimuat dalam penjelasan

pasal 156 ayat 1 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah adalah sebagai berikut :

Berdasarkan pengertian tersebut unsur pokok keuangan daerah terdiri

atas:

- Hak Daerah yang dapat dinilai

- Kewajiban Daerah dengan uang

- Kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban tersebut.

Hak daerah dalam rangka keuangan daerah adalah segala hak yang

melekat pada daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang

digunakan dalam usaha pemerintah daerah mengisi kas daerah.

“Keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah yang dapat

dinilai dengan uang dan segala sesuatu berupa uang dan barang yang

dapat dijadikan milik daerah yang berhubungan dengan pelaksanaan hak

dan kewajiban tersebut”.

Pada akhir pemelajaran ini peserta mampu menjelaskan pengertian keuangan daerah, hubungan keuangan daerah dengan keuangan pusat, serta pengurusan keuangan daerah dalam rangka mem bantu pelaksanaan tugasnya sebagai auditor.

Page 14: SISTEM ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH II · PDF fileMata ajar sistem administrasi keuangan negara II ... Pasal 1 UUD 1945 menetapkan negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk

Sistem Administrasi Keuangan Daerah II

Pusdiklatwas BPKP – 2007 6

Hak daerah tersebut meliputi antara lain :

1. Hak menarik pajak daerah (UU No. 18 Tahun 1997 jo UU No. 34

Tahun 2000).

2. Hak untuk menarik retribusi/iuran daerah (UU No. 18 Tahun 1997 jo

UU No. 34 tahun 2000).

3. Hak mengadakan pinjaman (UU No. 33 tahun 2004 ).

4. Hak untuk memperoleh dana perimbangan dari pusat (UU No. 33

tahun 2004).

Kewajiban daerah juga merupakan bagian pelaksanaan tugas-tugas

Pemerintahan pusat sesuai pembukaan UUD 1945 yaitu:

1. melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah

Indonesia,

2. memajukan kesejahteraan umum,

3. mencerdaskan kehidupan bangsa,

4. ikut serta melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan

perdamaian abadi dan keadilan sosial.

B. HUBUNGAN ANTARA KEUANGAN DAERAH DENGAN KEUANGAN NEGARA

Pasal 1 UUD 1945 menetapkan negara Indonesia adalah negara kesatuan

yang berbentuk republik. Selanjutnya dalam pasal 18 UUD 1945 beserta

penjelasannya menyatakan bahwa daerah Indonesia terbagi dalan daerah

yang bersifat otonom atau bersifat daerah administrasi.

Pembangunan daerah sebagai bagian integral dari pembangunan nasional

dilaksanakan berdasarkan prinsip otonomi daerah dan pengaturan sumber-

sumber daya nasional yang memberikan kesempatan bagi peningkatan

Page 15: SISTEM ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH II · PDF fileMata ajar sistem administrasi keuangan negara II ... Pasal 1 UUD 1945 menetapkan negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk

Sistem Administrasi Keuangan Daerah II

Pusdiklatwas BPKP – 2007 7

demokrasi dan kinerja daerah untuk meningkatkan kesejahteraan

masyarakat menuju masyarakat madani yang bebas korupsi, kolusi dan

nepotisme (KKN). Penyelenggaraan pemerintahan daerah juga merupakan

subsistem dari pemerintahan negara sehingga antara keuangan daerah

dengan keuangan negara akan mempunyai hubungan yang erat dan saling

mempengaruhi.

Untuk mendukung penyelenggaraan otonomi daerah diperlukan

kewenangan yang luas, nyata dan bertanggung jawab di daerah secara

proporsional diwujudkan dengan pengaturan, pembagian dan pemanfaatan

sumber daya nasional yang berkeadilan, serta perimbangan keuangan

pemerintah pusat dan daerah. Sumber pembiayaan pemerintahan daerah

dalam rangka perimbangan keuangan pemerintah pusat dan daerah

dilaksanakan atas dasar desentralisasi, dekonsentrasi dan tugas

pembantuan.

Setiap penyerahan atau pelimpahan kewenangan dari pemerintah pusat

kepada daerah dalam rangka desentralisasi dan dekonsentrasi disertai

dengan pengalihan sumber daya manusia dan sarana serta pengalokasian

anggaran yang diperlukan untuk kelancaran pelaksanaan penyerahan dan

pelimpahan kewenangan tersebut. Sedangkan penugasan dari pemerintah

pusat kepada daerah dalam rangka tugas pembantuan disertai

pengalokasian anggaran.

Dari ketiga jenis pelimpahan wewenang tersebut, hanya pelimpahan

wewenang dalam rangka pelaksanaan desentralisasi saja yang merupakan

sumber keuangan daerah melalui alokasi dana perimbangan dari

pemerintah pusat kepada pemerintah daerah. Sedangkan alokasi dana

dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah dalam rangka

dekonsentrasi dan tugas pembantuan tidak merupakan sumber

penerimaan APBD dan diadministrasikan serta dipertanggungjawabkan

Page 16: SISTEM ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH II · PDF fileMata ajar sistem administrasi keuangan negara II ... Pasal 1 UUD 1945 menetapkan negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk

Sistem Administrasi Keuangan Daerah II

Pusdiklatwas BPKP – 2007 8

secara terpisah dari administrasi keuangan dalam pembiayaan

pelaksanaan desentralisasi.

C. PENGELOLA KEUANGAN DAERAH

Pengelolaan keuangan daerah dilaksanakan oleh pemegang kekuasaan

pengelola keuangan daerah. Kepala daerah selaku kepala pemerintah

daerah adalah pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan daerah dan

mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang

dipisahkan. Kepala daerah perlu menetapkan pejabat-pejabat tertentu dan

para bendahara untuk melaksanakan pengelolaan keuangan daerah. Para

pengelola keuangan daerah tersebut adalah:

1. Koordinator Pengelolaan Keuangan Daerah (Koordinator PKD).

2. Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD).

3. Pejabat Pengguna Anggaran/Pengguna Barang (PPA/PB).

4. Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK).

5. Pejabat Penatausahaan Keuangan Satuan Kerja Perangkat Daerah

(SKPD).

6. Bendahara Penerimaan dan Bendahara Pengeluaran.

Berikut ini adalah uraian tentang tugas-tugas para pejabat pengelola

keuangan daerah tersebut.

1. Pemegang Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Daerah

Kepala daerah selaku kepala pemerintah daerah adalah pemegang

kekuasaan pengelolaan keuangan daerah dan mewakili pemerintah

daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan.

Pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan daerah mempunyai

kewenangan:

Page 17: SISTEM ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH II · PDF fileMata ajar sistem administrasi keuangan negara II ... Pasal 1 UUD 1945 menetapkan negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk

Sistem Administrasi Keuangan Daerah II

Pusdiklatwas BPKP – 2007 9

a. menetapkan kebijakan tentang pelaksanaan anggaran pendapatan

dan belanja daerah (APBD);

b. menetapkan kebijakan tentang pengelolaan barang daerah;

c. menetapkan kuasa pengguna anggaran/pengguna barang;

d. menetapkan bendahara penerimaan dan/atau bendahara

pengeluaran;

e. menetapkan pejabat yang bertugas memungut penerimaan

daerah;

f. menetapkan pejabat yang bertugas mengelola utang dan piutang

daerah;

g. menetapkan pejabat yang bertugas mengelola barang milik

daerah; dan

h. menetapkan pejabat yang bertugas menguji tagihan dan

memerintahkan pembayaran.

Kepala daerah selaku pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan

daerah melimpahkan sebagian atau seluruh kekuasaannya kepada:

a. Sekretaris Daerah selaku Koordinator Pengelola Keuangan

Daerah (KPKD)

b. Kepala Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah (SKPKD)

selaku Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD).

c. Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) selaku pejabat

pengguna anggaran/pengguna barang.

Pelimpahan tersebut ditetapkan dengan keputusan kepala daerah

berdasarkan prinsip pemisahan kewenangan antara yang

memerintahkan, menguji, dan yang menerima atau mengeluarkan

Page 18: SISTEM ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH II · PDF fileMata ajar sistem administrasi keuangan negara II ... Pasal 1 UUD 1945 menetapkan negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk

Sistem Administrasi Keuangan Daerah II

Pusdiklatwas BPKP – 2007 10

uang, yang merupakan unsur penting dalam sistem pengendalian

intern.

2. Koordinator Pengelolaan Keuangan Daerah

Sekretaris daerah selaku koordinator pengelolaan keuangan daerah

membantu kepala daerah menyusun kebijakan dan

mengkoordinasikan penyelenggaraan urusan pemerintahan daerah

termasuk pengelolaan keuangan daerah. Sekretaris Daerah selaku

koordinator pengelolaan keuangan daerah mempunyai tugas

koordinasi di bidang:

a. penyusunan dan pelaksanaan kebijakan APBD;

b. penyusunan dan pelaksanaan kebijakan pengelolaan barang

daerah;

c. penyusunan rancangan APBD dan rancangan perubahan APBD;

d. penyusunan Rancangan Peraturan Daerah (Raperda) APBD,

perubahan APBD, dan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD;

e. tugas-tugas pejabat perencana daerah, pejabat pengelola

keuangan daerah, dan pejabat pengawas keuangan daerah; dan

f. penyusunan laporan keuangan daerah dalam rangka

pertanggungjawaban pelaksanaan APBD.

Selain mempunyai tugas koordinasi, sekretaris daerah mempunyai

tugas:

a. memimpin TAPD (Tim Anggaran Pemerintah Daerah),

b. menyiapkan pedoman pelaksanaan APBD,

c. menyiapkan pedoman pengelolaan barang daerah,

Page 19: SISTEM ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH II · PDF fileMata ajar sistem administrasi keuangan negara II ... Pasal 1 UUD 1945 menetapkan negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk

Sistem Administrasi Keuangan Daerah II

Pusdiklatwas BPKP – 2007 11

d. memberikan persetujuan pengesahan dokumen pelaksanaan

anggaran (DPA-SKPD)/dokumen perubahan pelaksanaan

anggaran (DPPA), dan

e. melaksanakan tugas-tugas koordinasi pengelolaan keuangan

daerah lainnya berdasarkan kuasa yang dilimpahkan oleh kepala

daerah.

Koordinator pengelolaan keuangan daerah bertanggung jawab atas

pelaksanaan tugas-tugas tersebut kepada kepala daerah.

3. Pejabat Pengelola Keuangan Daerah

Kepala SKPKD selaku PPKD mempunyai tugas:

a. menyusun dan melaksanakan kebijakan pengelolaan keuangan

daerah,

b. menyusun rancangan APBD dan rancangan perubahan APBD,

c. melaksanakan pemungutan pendapatan daerah yang telah

ditetapkan dengan peraturan daerah,

d. melaksanakan fungsi bendahara umum daerah (BUD),

e. menyusun laporan keuangan daerah dalam rangka

pertanggungjawaban pelaksanaan APBD, dan

f. melaksanakan tugas lainnya berdasarkan kuasa yang dilimpahkan

oleh kepala daerah.

PPKD dalam melaksanakan fungsinya selaku BUD berwenang:

a. menyusun kebijakan dan pedoman pelaksanaan APBD;

b. mengesahkan DPA-SKPD/DPPA-SKPD;

c. melakukan pengendalian pelaksanaan APBD;

Page 20: SISTEM ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH II · PDF fileMata ajar sistem administrasi keuangan negara II ... Pasal 1 UUD 1945 menetapkan negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk

Sistem Administrasi Keuangan Daerah II

Pusdiklatwas BPKP – 2007 12

d. memberikan petunjuk teknis pelaksanaan sistem penerimaan dan

pengeluar-an kas daerah;

e. melaksanakan pemungutan pajak daerah;

f. menetapkan Surat Penyediaan Dana (SPD);

g. menyiapkan pelaksanaan pinjaman dan pemberian pinjaman atas

nama pemerintah daerah;

h. melaksanakan sistem akuntansi dan pelaporan keuangan daerah;

i. menyajikan informasi keuangan daerah; dan

j. melaksanakan kebijakan dan pedoman pengelolaan serta

penghapusan barang milik daerah.

PPKD selaku BUD menunjuk pejabat di lingkungan satuan kerja

pengelola keuangan daerah selaku kuasa bendahara umum daerah

(Kuasa BUD). PPKD mempertanggungjawabkan pelaksanaan

tugasnya kepada kepala daerah melalui sekretaris daerah.

Penunjukan kuasa BUD oleh PPKD ditetapkan dengan keputusan

kepala daerah. Kuasa BUD mempunyai tugas:

a. menyiapkan anggaran kas;

b. menyiapkan SPD;

c. menerbitkan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D);

d. menyimpan seluruh bukti asli kepemilikan kekayaan daerah;

e. memantau pelaksanaan penerimaan dan pengeluaran APBD oleh

bank dan/atau lembaga keuangan lainnya yang ditunjuk;

f. mengusahakan dan mengatur dana yang diperlukan dalam

pelaksanaan APBD;

g. menyimpan uang daerah;

Page 21: SISTEM ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH II · PDF fileMata ajar sistem administrasi keuangan negara II ... Pasal 1 UUD 1945 menetapkan negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk

Sistem Administrasi Keuangan Daerah II

Pusdiklatwas BPKP – 2007 13

h. melaksanakan penempatan uang daerah dan

mengelola/menatausahakan investasi daerah;

i. melakukan pembayaran berdasarkan permintaan pejabat

pengguna anggaran atas beban rekening kas umum daerah;

j. melaksanakan pemberian pinjaman atas nama pemerintah

daerah;

k. melakukan pengelolaan utang dan piutang daerah; dan

l. melakukan penagihan piutang daerah.

Kuasa BUD bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya kepada

BUD.

PPKD dapat melimpahkan kepada pejabat lainnya dilingkungan

SKPKD untuk melaksanakan tugas-tugas sebagai berikut:

a. menyusun rancangan APBD dan rancangan perubahan APBD;

b. mengendalikan pelaksanaan APBD;

c. memungut pajak daerah;

d. menyiapkan pelaksanaan pinjaman dan pemberian jaminan atas

nama pemerintah daerah;

e. melaksanakan sistem akuntansi dan pelaporan keuangan daerah;

f. menyajikan informasi keuangan daerah; dan

g. melaksanakan kebijakan dan pedoman pengelolaan serta

penghapusan barang milik daerah.

Page 22: SISTEM ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH II · PDF fileMata ajar sistem administrasi keuangan negara II ... Pasal 1 UUD 1945 menetapkan negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk

Sistem Administrasi Keuangan Daerah II

Pusdiklatwas BPKP – 2007 14

4. Pejabat Pengguna Anggaran/Pengguna Barang

Kepala SKPD selaku Pejabat Pengguna Anggaran /Pengguna Barang

(PPA/PB) mempunyai tugas:

a. menyusun Rencana Kerja dan Anggaran SKPD (RKA-SKPD);

b. menyusun Dokumen Pelaksanaan Anggaran SKPD (DPA-SKPD);

c. melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran atas beban

anggaran belanja;

d. melaksanakan anggaran SKPD yang dipimpinnya;

e. menguji tagihan dan memerintahkan pembayaran;

f. memungut penerimaan bukan pajak;

g. mengadakan ikatan/perjanjian kerjasama dengan pihak lain dalam

batas anggaran yang telah ditetapkan;

h. menandatangani Surat Perintah Membayar (SPM);

i. mengelola utang dan piutang yang menjadi tanggung jawab SKPD

yang dipimpinnya;

j. mengelola barang milik daerah/kekayaan daerah yang menjadi

tanggung jawab SKPD yang dipimpinnya;

k. menyusun dan menyampaikan laporan keuangan SKPD yang

dipimpinnya;

l. mengawasi pelaksanaan anggaran SKPD yang dipimpinnya; dan

m. melaksanakan tugas-tugas pengguna anggaran/pengguna barang

lainnya berdasarkan kuasa yang dilimpahkan oleh kepala daerah.

Pejabat pengguna anggaran/pengguna barang bertanggung jawab

atas pelaksanaan tugasnya kepada kepala daerah melalui sekretaris

daerah.

Page 23: SISTEM ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH II · PDF fileMata ajar sistem administrasi keuangan negara II ... Pasal 1 UUD 1945 menetapkan negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk

Sistem Administrasi Keuangan Daerah II

Pusdiklatwas BPKP – 2007 15

PPA/PB dalam melaksanakan tugas-tugasnya dapat melimpahkan

sebagian kewenangannya kepada kepala unit kerja pada SKPD

selaku KPA/KPB (Kuasa Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna

Barang). Pelimpahan sebagian kewenangan tersebut berdasarkan

pertimbangan tingkatan daerah, besaran SKPD, besaran jumlah uang

yang dikelola, beban kerja, lokasi, kompetensi dan/atau rentang

kendali dan pertimbangan objektif lainnya. Pelimpahan sebagian

kewenangan tersebut ditetapkan oleh kepala daerah atas usul kepala

SKPD. Kuasa pengguna anggaran/kuasa pengguna barang

mempertanggung jawabkan pelaksanaan tugas-tugasnya kepada

pengguna anggaran/ pengguna barang.

5. Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan SKPD

PPA/PB dan KPA/KPB dalam melaksanakan program dan kegiatan

menunjuk pejabat pada unit kerja SKPD selaku Pejabat Pelaksana

Teknis Kegiatan (PPTK). Penunjukan pejabat tersebut berdasarkan

pertimbangan kompetensi jabatan, anggaran kegiatan, beban kerja,

lokasi, dan/atau rentang kendali dan pertimbangan objektif lainnya.

PPTK bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya kepada

pengguna anggaran/pengguna barang atau kuasa pengguna

anggaran/kuasa pengguna barang yang telah menunjuknya. Tugas-

tugas tersebut adalah:

a. mengendalikan pelaksanaan kegiatan;

b. melaporkan perkembangan pelaksanaan kegiatan; dan

c. menyiapkan dokumen anggaran atas beban pengeluaran

pelaksanaan kegiatan, yang mencakup dokumen administrasi

kegiatan maupun dokumen administrasi yang terkait dengan

persyaratan pembayaran yang ditetapkan sesuai dengan

ketentuan perundang-undangan.

Page 24: SISTEM ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH II · PDF fileMata ajar sistem administrasi keuangan negara II ... Pasal 1 UUD 1945 menetapkan negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk

Sistem Administrasi Keuangan Daerah II

Pusdiklatwas BPKP – 2007 16

6. Pejabat Penatausahaan Keuangan SKPD

Kepala SKPD menetapkan pejabat yang melaksanakan fungsi tata

usaha keuangan pada SKPD sebagai Pejabat Penatausaha

Keuangan SKPD (PPK-SKPD) yang mempunyai tugas:

a. meneliti kelengkapan Surat Permintaan Pembayaran Langsung

(SPP-LS) pengadaan barang dan jasa yang disampaikan oleh

bendahara pengeluaran dan diketahui/ disetujui oleh PPTK;

b. meneliti kelengkapan Surat Permintaan Pembayaran Uang

Persediaan (SPP-UP), Surat Permintaan Pembayaran Ganti Uang

Persediaan (SPP-GU), Surat Permintaan Pembayaran Tambah

Uang Persediaan (SPP-TU) dan SPP-LS gaji dan tunjangan PNS

serta penghasilan lainnya yang ditetapkan sesuai dengan

ketentuan perundangundangan yang diajukan oleh bendahara

pengeluaran;

c. melakukan verifikasi SPP;

d. menyiapkan SPM;

e. melakukan verifikasi harian atas penerimaan;

f. melaksanakan akuntansi SKPD; dan

g. menyiapkan laporan keuangan SKPD.

PPK-SKPD tidak boleh merangkap sebagai pejabat yang bertugas

melakukan pemungutan penerimaan negara/daerah, bendahara,

dan/atau PPTK.

7. Bendahara Penerimaan dan Bendahara Pengeluaran

Kepala daerah atas usul PPKD menetapkan bendahara penerimaan

dan bendahara pengeluaran untuk melaksanakan tugas

kebendaharaan dalam rangka pelaksanaan anggaran pada SKPD.

Page 25: SISTEM ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH II · PDF fileMata ajar sistem administrasi keuangan negara II ... Pasal 1 UUD 1945 menetapkan negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk

Sistem Administrasi Keuangan Daerah II

Pusdiklatwas BPKP – 2007 17

Bendahara penerimaan dan bendahara pengeluaran tersebut adalah

pejabat fungsional. Bendahara penerimaan dan bendahara

pengeluaran baik secara langsung maupun tidak langsung dilarang

melakukan kegiatan perdagangan, pekerjaan pemborongan dan

penjualan jasa atau bertindak sebagai penjamin atas kegiatan/

pekerjaan/penjualan, serta membuka rekening/giro pos atau

menyimpan uang pada suatu bank atau lembaga keuangan lainnya

atas nama pribadi.

Bendahara penerimaan dan bendahara pengeluaran dalam

melaksanakan tugasnya dapat dibantu oleh bendahara penerimaan

pembantu dan/atau bendahara pengeluaran pembantu.

Bendahara penerimaan dan bendahara pengeluaran secara

fungsional ber-tanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya kepada

PPKD selaku BUD.

D. LATIHAN

1. Semua hak di bawah ini adalah hak yang dilakukan dalam rangka

keuangan daerah kecuali :

a. Hak menarik pajak daerah.

b. Hak untuk mengadakan pinjaman daerah.

c. Hak untuk memperoleh dana perimbangan dari pusat.

d. Hak untuk memperoleh bagian laba dari perusahaan daerah.

2. Pemegang kekuasaan umum pengelolaan keuangan daerah adalah :

a. Gubernur/Bupati/Walikota

b. Sekretaris Daerah.

Page 26: SISTEM ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH II · PDF fileMata ajar sistem administrasi keuangan negara II ... Pasal 1 UUD 1945 menetapkan negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk

Sistem Administrasi Keuangan Daerah II

Pusdiklatwas BPKP – 2007 18

c. Kepala Badan Pengelola Keuangan Daerah.

d. Kepala Satuan Kerja Pemerintah Daerah

3. Persyaratan dan pembinaan karir bendahara diatur oleh :

a. Pengguna Anggaran/Pengguna barang.

b. Bendahara Umum Daerah.

c. Kepala Daerah .

d. Bendahara Umum Negara.

4. Pengguna Anggaran/ Pengguna Barang berwenang antara lain :

a. Menyusun dokumen pelaksanaan anggaran.

b. Mengesahkan dokumen pelaksanaan anggaran.

c. Melakukan pengelolaan utang dan piutang daerah.

d. Melaksanakan pemungutan pajak daerah.

5. Bendahara Umum Daerah berwenang antara lain:

a. Menyusun dan menyampaikan laporan keuangan.

b. Melaksanakan pemungutan penerimaan bukan pajak,

c. Melaksanakan sistem akuntansi dan pelaporan keuangan daerah,

d. Menggunakan barang milik daerah.

Page 27: SISTEM ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH II · PDF fileMata ajar sistem administrasi keuangan negara II ... Pasal 1 UUD 1945 menetapkan negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk

Sistem Administrasi Keuangan Daerah II

Pusdiklatwas BPKP – 2007 19

BAB III

ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (APBD)

A. PENGERTIAN

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah selanjutnya disingkat APBD

adalah suatu rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang disetujui

oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (UU No. 17 Tahun 2003 pasal 1

butir 8 tentang Keuangan Negara).

Semua penerimaan daerah dan pengeluaran daerah harus dicatat dan

dikelola dalam APBD. Penerimaan dan pengeluaran daerah tersebut

adalah dalam rangka pelaksanaan tugas-tugas desentralisasi. Sedangkan

penerimaan dan pengeluaran yang berkaitan dengan pelaksanaan

dekonsentrasi atau tugas pembantuan tidak dicatat dalam APBD.

APBD merupakan dasar pengelolaan keuangan daerah dalam satu tahun

anggaran. APBD merupakan rencana pelaksanaan semua pendapatan

daerah dan semua belanja daerah dalam rangka pelaksanaan

desentralisasi dalam tahun anggaran tertentu. Pemungutan semua

penerimaan daerah bertujuan untuk memenuhi target yang ditetapkan

dalam APBD. Demikian pula semua pengeluaran daerah dan ikatan yang

membebani daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi dilakukan

sesuai jumlah dan sasaran yang ditetapkan dalam APBD. Karena APBD

Pada akhir pemelajaran ini peserta dapat menjelaskan pengertian APBD, fungsi dan prinsip anggaran daerah, struktur APBD, sumber-sumber penerimaan daerah, belanja daerah, serta pembiayaan daerah dalam rangka membantu pelaksanaan tugasnya sebagai auditor.

Page 28: SISTEM ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH II · PDF fileMata ajar sistem administrasi keuangan negara II ... Pasal 1 UUD 1945 menetapkan negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk

Sistem Administrasi Keuangan Daerah II

Pusdiklatwas BPKP – 2007 20

merupakan dasar pengelolaan keuangan daerah, maka APBD menjadi

dasar pula bagi kegiatan pengendalian, pemeriksaan dan pengawasan

keuangan daerah.

Tahun anggaran APBD sama dengan tahun anggaran APBN yaitu mulai 1

Januari dan berakhir tanggal 31 Desember tahun yang bersangkutan.

Sehingga pengelolaan, pengendalian, dan pengawasan keuangan daerah

dapat dilaksanakan berdasarkan kerangka waktu tersebut.

APBD disusun dengan pendekatan kinerja yaitu suatu sistem anggaran

yang mengutamakan upaya pencapaian hasil kerja atau output dari

perencanaan alokasi biaya atau input yang ditetapkan. Jumlah pendapatan

yang dianggarkan dalam APBD merupakan perkiraan yang terukur secara

rasional yang dapat tercapai untuk setiap sumber pendapatan. Pendapatan

dapat direalisasikan melebihi jumlah anggaran yang telah ditetapkan.

Berkaitan dengan belanja, jumlah belanja yang dianggarkan merupakan

batas tertinggi untuk setiap jenis belanja. Jadi, realisasi belanja tidak boleh

melebihi jumlah anggaran belanja yang telah ditetapkan. Penganggaran

pengeluaran harus didukung dengan adanya kepastian tersedianya

penerimaan dalam jumlah yang cukup. Setiap pejabat dilarang melakukan

tindakan yang berakibat pengeluaran atas beban APBD apabila tidak

tersedia atau tidak cukup tersedia anggaran untuk membiayai pengeluaran

tersebut.

B. FUNGSI-FUNGSI ANGGARAN DAERAH

Berbagai fungsi APBN/APBD sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 3 ayat

(4) UU No. 17 Tahun 2003 tentang keuangan negara, yaitu :

1. Fungsi Otorisasi

APBD merupakan dasar untuk melaksanakan pendapatan dan

belanja pada tahun yang bersangkutan.

Page 29: SISTEM ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH II · PDF fileMata ajar sistem administrasi keuangan negara II ... Pasal 1 UUD 1945 menetapkan negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk

Sistem Administrasi Keuangan Daerah II

Pusdiklatwas BPKP – 2007 21

2. Fungsi Perencanaan

APBD merupakan pedoman bagi manajemen dalam merencanakan

kegiatan pada tahun yang bersangkutan.

3. Fungsi Pengawasan

APBD menjadi pedoman untuk menilai apakah kegiatan

penyelenggaraan pemerintah daerah sesuai dengan ketentuan yang

telah ditetapkan.

4. Fungsi Alokasi

APBD diarahkan untuk mengurangi pengangguran dan pemborosan

sumber daya, serta meningkatkan efisiensi dan efektivitas

perekonomian.

5. Fungsi Distribusi

APBD harus mengandung arti/ memperhatikan rasa keadilan dan

kepatutan

6. Fungsi Stabilisasi

APBD harus mengandung arti atau harus menjadi alat untuk

memelihara dan mengupayakan keseimbangan fundamental

perekonomian.

C. PRINSIP-PRINSIP ANGGARAN DAERAH

Prinsip-prinsip dasar (azas) yang berlaku di bidang pengelolaan APBD

yang berlaku juga dalam pengelolaan anggaran negara/daerah

sebagaimana bunyi penjelasan dalam Undang Undang No. 17 Tahun 2003

tentang Keuangan Negara dan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004

tentang perbendaharaan negara, yaitu:

Page 30: SISTEM ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH II · PDF fileMata ajar sistem administrasi keuangan negara II ... Pasal 1 UUD 1945 menetapkan negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk

Sistem Administrasi Keuangan Daerah II

Pusdiklatwas BPKP – 2007 22

1. Kesatuan

Azas ini menghendaki agar semua pendapatan dan belanja

negara/daerah disajikan dalam satu dokumen anggaran.

2. Universalitas

Azas ini mengharuskan agar setiap transaksi keuangan ditampilkan

secara utuh dalam dokumen anggaran.

3. Tahunan

Azas ini membatasi masa berlakunya anggaran untuk suatu tahun

tertentu.

4. Spesialitas

Azas ini mewajibkan agar kredit anggaran yang disediakan terinci

secara jelas peruntukannya.

5. Akrual

Azas ini menghendaki anggaran suau tahun anggaran dibebani untuk

pengeluaran yang seharusnya dibayar, atau menguntungkan

anggaran untuk penerimaan yang seharusnya diterima, walaupun

sebenarnya belum dibayar atau belum diterima pada kas.

6. Kas

Azas ini menghendaki anggaran suatu tahun anggaran dibebani pada

saat terjadi pengeluaran/ penerimaan uang dari/ ke kas daerah.

Ketentuan mengenai pengakuan dan pengukuran pendapatan dan belanja

berbasis akrual sebagaimana dimaksud dalam pasal 1 angka 13, 14, 15

dan 16 dalam UU Nomor 17 Tahun 2003, dilaksanakan selambat-

lambatnya dalam 5 (lima) tahun. Selama pengakuan dan pengukuran

pendapatan dan belanja berbasis akrual belum dilaksanakan, digunakan

pengakuan dan pengukuran berbasis kas.

Page 31: SISTEM ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH II · PDF fileMata ajar sistem administrasi keuangan negara II ... Pasal 1 UUD 1945 menetapkan negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk

Sistem Administrasi Keuangan Daerah II

Pusdiklatwas BPKP – 2007 23

D. STRUKTUR ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH

Struktur APBD merupakan satu kesatuan yang terdiri dari:

1. Pendapatan Daerah

2. Belanja Daerah

3. Pembiayaan

Selisih lebih pendapatan daerah terhadap belanja daerah disebut surplus

anggaran, tapi apabila terjadi selisih kurang maka hal itu disebut defisit

anggaran. Jumlah pembiayaan sama dengan jumlah surplus atau jumlah

defisit anggaran.

1. Pendapatan Daerah

Pendapatan daerah meliputi semua penerimaan uang melalui

Rekening Kas Umum Daerah, yang menambah ekuitas dana lancar,

yang merupakan hak daerah dalam satu tahun anggaran yang tidak

perlu dibayar kembali oleh Daerah. Pendapatan daerah terdiri atas:

a. Pendapatan Asli Daerah (PAD);

b. Dana perimbangan; dan

c. Lain-lain pendapatan daerah yang sah.

2. Belanja Daerah

Komponen berikutnya dari APBD adalah belanja daerah. Belanja

daerah meliputi semua pengeluaran dari rekening kas umum daerah

yang mengurangi ekuitas dana lancar, yang merupakan kewajiban

daerah dalam satu tahun anggaran yang tidak akan diperoleh

pembayarannya kembali oleh Daerah. Belanja daerah dipergunakan

dalam rangka pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi

kewenangan provinsi atau kabupaten/kota yang terdiri dari urusan

Page 32: SISTEM ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH II · PDF fileMata ajar sistem administrasi keuangan negara II ... Pasal 1 UUD 1945 menetapkan negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk

Sistem Administrasi Keuangan Daerah II

Pusdiklatwas BPKP – 2007 24

wajib dan urusan pilihan yang ditetapkan dengan ketentuan

perundang-undangan.

3. Pembiayaan Daerah

Pembiayaan daerah meliputi semua penerimaan yang perlu dibayar

kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada

tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun

anggaran berikutnya. Pembiayaan daerah tersebut terdiri dari

penerimaan pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan.

Penerimaan pembiayaan mencakup:

a. SiLPA tahun anggaran sebelumnya;

b. pencairan dana cadangan;

c. hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan;

d. penerimaan pinjaman; dan

e. penerimaan kembali pemberian pinjaman.

Pengeluaran pembiayaan mencakup:

a. pembentukan dana cadangan;

b. penyertaan modal pemerintah daerah;

c. pembayaran pokok utang; dan

d. pemberian pinjaman.

Pembiayaan neto merupakan selisih lebih penerimaan pembiayaan

terhadap pengeluaran pembiayaan. Jumlah pembiayaan neto harus

dapat menutup defisit anggaran.

Page 33: SISTEM ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH II · PDF fileMata ajar sistem administrasi keuangan negara II ... Pasal 1 UUD 1945 menetapkan negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk

Sistem Administrasi Keuangan Daerah II

Pusdiklatwas BPKP – 2007 25

E. LATIHAN

1. Struktur APBD merupakan satu kesatuan yang terdiri dari :

a. Pendapatan daerah, belanja daerah dan pembiayaan.

b. Pendapatan daerah, pengeluaran daerah dan pembiayaan.

c. Penerimaan daerah, pengeluaran daerah dan pembiayaan.

d. Penerimaan daerah, belanja daerah dan pembiayaan.

2. Selisih lebih pendapatan daerah terhadap belanja daerah disebut :

a. Kelebihan anggaran.

b. Surplus anggaran.

c. Selisih lebih anggaran.

d. Pembiayaan anggaran.

3. Sumber-sumber penerimaan daerah dalam pelaksanaan

desentralisasi adalah seperti disebut di bawah ini, kecuali :

a. Pendapatan asli daerah.

b. Dana perimbangan.

c. Pinjaman daerah.

d. Penerimaan pajak dan retribusi daerah.

4. Belanja pegawai dan belanja barang dan jasa adalah belanja yang

diklasifikasikan berdasarkan :

a. Fungsi.

b. Jenis.

Page 34: SISTEM ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH II · PDF fileMata ajar sistem administrasi keuangan negara II ... Pasal 1 UUD 1945 menetapkan negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk

Sistem Administrasi Keuangan Daerah II

Pusdiklatwas BPKP – 2007 26

c. Urusan pemerintahan

d. Program dan kegiatan

5. Pembentukan dana cadangan termasuk dalam komponen :

a. Pendapatan

b. Belanja

c. Penerimaan pembiayaan

d. Pengeluaran pembiayaan

Page 35: SISTEM ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH II · PDF fileMata ajar sistem administrasi keuangan negara II ... Pasal 1 UUD 1945 menetapkan negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk

Sistem Administrasi Keuangan Daerah II

Pusdiklatwas BPKP – 2007 27

BAB IV

PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH

A. SIKLUS ANGGARAN

APBD merupakan dasar pengelolaan keuangan daerah dalam masa 1

(satu) tahun anggaran terhitung mulai tanggal 1 Januari sampai dengan

tanggal 31 Desember. APBD disusun sesuai dengan kebutuhan

penyelenggaraan pemerintahan dan kemampuan pendapatan daerah.

Dalam pelaksanaan tugas-tugas pemerintahan, pemerintah melaksanakan

kegiatan keuangan dalam siklus pengelolaan anggaran yang secara garis

besar terdiri dari:

1. Penyusunan dan Penetapan APBD;

2. Pelaksanaan dan Penatausahaan APBD;

3. Pelaporan dan Pertanggungjawaban APBD.

Penyusunan APBD berpedoman kepada rencana kerja pemerintah daerah

dalam rangka mewujudkan pelayanan kepada masyarakat untuk

tercapainya tujuan bernegara. APBD, perubahan APBD, dan

pertanggungjawaban pelaksanaan APBD setiap tahun ditetapkan dengan

peraturan daerah. Dalam menyusun APBD, penganggaran pengeluaran

harus didukung dengan adanya kepastian tersedianya penerimaan dalam

jumlah yang cukup. Pendapatan, belanja dan pembiayaan daerah yang

Pada akhir pemelajaran ini peserta dapat memahami siklus anggaran, khususnya proses penyusunan APBD, mulai dari penyusunan rancangan hingga penetapan APBD.

Page 36: SISTEM ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH II · PDF fileMata ajar sistem administrasi keuangan negara II ... Pasal 1 UUD 1945 menetapkan negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk

Sistem Administrasi Keuangan Daerah II

Pusdiklatwas BPKP – 2007 28

dianggarkan dalam APBD harus berdasarkan pada ketentuan peraturan

perundang-undangan dan dianggarkan secara bruto dalam APBD.

B. PENYUSUNAN RANCANGAN APBD

Pemerintah Daerah perlu menyusun APBD untuk menjamin kecukupan

dana dalam menyelenggarakan urusan pemerintahannya. Karena itu, perlu

diperhatikan kesesuaian antara kewenangan pemerintahan dan sumber

pendanaannya. Pengaturan kesesuaian kewenangan dengan

pendanaannya adalah sebagai berikut:

1. Penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan

daerah didanai dari dan atas beban APBD.

2. Penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan

pemerintah pusat di daerah didanai dari dan atas beban APBN.

3. Penyelenggaraan urusan pemerintahan provinsi yang penugasannya

dilimpahkan kepada kabupaten/kota dan/atau desa, didanai dari dan

atas beban APBD provinsi.

4. Penyelenggaraan urusan pemerintahan kabupaten/kota yang

penugasannya dilimpahkan kepada desa, didanai dari dan atas beban

APBD kabupaten/kota.

Seluruh penerimaan dan pengeluaran pemerintahan daerah baik dalam

bentuk uang, barang dan/atau jasa pada tahun anggaran yang berkenaan

harus dianggarkan dalam APBD. Penganggaran penerimaan dan

pengeluaran APBD harus memiliki dasar hukum penganggaran. Anggaran

belanja daerah diprioritaskan untuk melaksanakan kewajiban

pemerintahan daerah sebagaimana ditetapkan dalam peraturan

perundang-undangan.

Page 37: SISTEM ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH II · PDF fileMata ajar sistem administrasi keuangan negara II ... Pasal 1 UUD 1945 menetapkan negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk

Sistem Administrasi Keuangan Daerah II

Pusdiklatwas BPKP – 2007 29

1. Rencana Kerja Pemerintahan Daerah

Penyusunan APBD berpedoman kepada rencana kerja pemerintah

daerah. Karena itu kegiatan pertama dalam penyusunan APBD

adalah penyusunan rencana kerja pemerintah daerah (RKPD).

Pemerintah daerah menyusun RKPD yang merupakan penjabaran

dari rencana pembangunan jangka menengah Dderah (RPJMD)

dengan menggunakan bahan dari renja SKPD untuk jangka waktu 1

(satu) tahun yang mengacu kepada rencana kerja pemerintah pusat.

RKPD tersebut memuat rancangan kerangka ekonomi daerah,

prioritas pembangunan dan kewajiban daerah, rencana kerja yang

terukur dan pendanaannya, baik yang dilaksanakan langsung oleh

pemerintah, pemerintah daerah maupun ditempuh dengan

mendorong partisipasi masyarakat. Secara khusus, kewajiban daerah

mempertimbangkan prestasi capaian standar pelayanan minimal yang

ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. RKPD

disusun untuk menjamin keterkaitan dan konsistensi antara

perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan.

Penyusunan RKPD diselesaikan paling lambat akhir bulan Mei

sebelum tahun anggaran berkenaan. RKPD ditetapkan dengan

peraturan kepala daerah.

2. Kebijakan Umum APBD

Setelah rencana kerja pemerintah daerah ditetapkan, pemerintah

daerah perlu menyusun kebijakan umum APBD (KUA) serta prioritas

dan plafon anggaran sementara (PPAS) yang menjadi acuan bagi

satuan kerja perangkat daerah (SKPD) dalam menyusun rencana

kerja dan anggaran (RKA) SKPD.

Page 38: SISTEM ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH II · PDF fileMata ajar sistem administrasi keuangan negara II ... Pasal 1 UUD 1945 menetapkan negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk

Sistem Administrasi Keuangan Daerah II

Pusdiklatwas BPKP – 2007 30

Kepala daerah menyusun rancangan KUA berdasarkan RKPD dan

pedoman penyusunan APBD yang ditetapkan menteri dalam negeri

setiap tahun. Pedoman penyusunan APBD yang ditetapkan menteri

dalam negeri tersebut memuat antara lain:

a. pokok-pokok kebijakan yang memuat sinkronisasi kebijakan

pemerintah dengan pemerintah daerah;

b. prinsip dan kebijakan penyusunan APBD tahun anggaran

berkenaan;

c. teknis penyusunan APBD; dan

d. hal-hal khusus lainnya.

Rancangan KUA memuat target pencapaian kinerja yang terukur dari

program-program yang akan dilaksanakan oleh pemerintah daerah

untuk setiap urusan pemerintahan daerah yang disertai dengan

proyeksi pendapatan daerah, alokasi belanja daerah, sumber dan

penggunaan pembiayaan yang disertai dengan asumsi yang

mendasarinya. Program-program diselaraskan dengan prioritas

pembangunan yang ditetapkan oleh pemerintah pusat. Sedangkan

asumsi yang mendasari adalah pertimbangan atas perkembangan

ekonomi makro dan perubahan pokok-pokok kebijakan fiskal yang

ditetapkan oleh pemerintah pusat.

Dalam menyusun rancangan KUA, kepala daerah dibantu oleh tim

anggaran pemerintah daerah (TAPD) yang dipimpin oleh sekretaris

daerah. Rancangan KUA yang telah disusun, disampaikan oleh

sekretaris daerah selaku koordinator pengelola keuangan daerah

kepada kepala daerah, paling lambat pada awal bulan Juni.

Rancangan KUA disampaikan kepala daerah kepada DPRD paling

lambat pertengahan bulan Juni tahun anggaran berjalan untuk

dibahas dalam pembicaraan pendahuluan RAPBD tahun anggaran

Page 39: SISTEM ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH II · PDF fileMata ajar sistem administrasi keuangan negara II ... Pasal 1 UUD 1945 menetapkan negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk

Sistem Administrasi Keuangan Daerah II

Pusdiklatwas BPKP – 2007 31

berikutnya. Pembahasan dilakukan oleh TAPD bersama panitia

anggaran DPRD. Rancangan KUA yang telah dibahas selanjutnya

disepakati menjadi KUA paling lambat minggu pertama bulan Juli

tahun anggaran berjalan.

3. Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara

Selanjutnya berdasarkan KUA yang telah disepakati, pemerintah

daerah menyusun rancangan prioritas dan plafon anggaran

sementara (PPAS). Rancangan PPAS tersebut disusun dengan

tahapan sebagai berikut:

a. menentukan skala prioritas untuk urusan wajib dan urusan pilihan;

b. menentukan urutan program untuk masing-masing urusan; dan

c. menyusun plafon anggaran sementara untuk masing-masing

program.

Kepala daerah menyampaikan rancangan PPAS yang telah disusun

kepada DPRD untuk dibahas paling lambat minggu kedua bulan Juli

tahun anggaran berjalan. Pembahasan dilakukan oleh TAPD bersama

panitia anggaran DPRD. Rancangan PPAS yang telah dibahas

selanjutnya disepakati menjadi PPA paling lambat akhir bulan Juli

tahun anggaran berjalan.

KUA serta PPA yang telah disepakati, masing-masing dituangkan ke

dalam nota kesepakatan yang ditandatangani bersama antara kepala

daerah dengan pimpinan DPRD. Dalam hal kepala daerah

berhalangan, yang bersangkutan dapat menunjuk pejabat yang diberi

wewenang untuk menandatangani nota kepakatan KUA dan PPA.

Dalam hal kepala daerah berhalangan tetap, penandatanganan nota

kepakatan KUA dan PPA dilakukan oleh penjabat yang ditunjuk oleh

pejabat yang berwenang.

Page 40: SISTEM ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH II · PDF fileMata ajar sistem administrasi keuangan negara II ... Pasal 1 UUD 1945 menetapkan negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk

Sistem Administrasi Keuangan Daerah II

Pusdiklatwas BPKP – 2007 32

4. Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran SKPD

Berdasarkan nota kesepakatan yang berisi KUA dan PPAS, TAPD

menyiapkan rancangan surat edaran kepala daerah tentang pedoman

penyusunan RKA SKPD sebagai acuan kepala SKPD dalam

menyusun RKA-SKPD. Rancangan surat edaran kepala daerah

tentang pedoman penyusunan RKA-SKPD mencakup:

a. PPA yang dialokasikan untuk setiap program SKPD berikut

rencana pendapatan dan pembiayaan;

b. sinkronisasi program dan kegiatan antar SKPD dengan kinerja

SKPD berkenaan sesuai dengan standar pelayanan minimal yang

ditetapkan;

c. batas waktu penyampaian RKA-SKPD kepada PPKD;

d. hal-hal lainnya yang perlu mendapatkan perhatian dari SKPD

terkait dengan prinsip-prinsip peningkatan efisiensi, efektifitas,

tranparansi dan akuntabilitas penyusunan anggaran dalam rangka

pencapaian prestasi kerja; dan

e. dokumen sebagai lampiran meliputi KUA, PPA, kode rekening

APBD, format RKASKPD, analisis standar belanja dan standar

satuan harga.

Surat edaran kepala daerah perihal pedoman penyusunan RKA-

SKPD diterbitkan paling lambat awal bulan Agustus tahun anggaran

berjalan. Berdasarkan pedoman tersebut, kepala SKPD menyusun

RKA-SKPD.

RKA-SKPD disusun melalui pendekatan kerangka pengeluaran

jangka menengah daerah, penganggaran terpadu dan penganggaran

berdasarkan prestasi kerja. Pendekatan kerangka pengeluaran jangka

menengah daerah dilaksanakan dengan menyusun prakiraan maju.

Page 41: SISTEM ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH II · PDF fileMata ajar sistem administrasi keuangan negara II ... Pasal 1 UUD 1945 menetapkan negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk

Sistem Administrasi Keuangan Daerah II

Pusdiklatwas BPKP – 2007 33

Prakiraan maju tersebut berisi perkiraan kebutuhan anggaran untuk

program dan kegiatan yang direncanakan dalam tahun anggaran

berikutnya dari tahun anggaran yang direncanakan.

Pendekatan penganggaran terpadu dilakukan dengan memadukan

seluruh proses perencanaan dan penganggaran pendapatan, belanja,

dan pembiayaan di lingkungan SKPD untuk menghasilkan dokumen

rencana kerja dan anggaran.

Pendekatan penganggaran berdasarkan prestasi kerja dilakukan

dengan memperhatikan keterkaitan antara pendanaan dengan

keluaran yang diharapkan dari kegiatan dan hasil serta manfaat yang

diharapkan termasuk efisiensi dalam pencapaian hasil dan keluaran

tersebut.

Untuk terlaksananya penyusunan RKA-SKPD berdasarkan

pendekatan kerangka pengeluaran jangka menengah daerah,

penganggaran terpadu dan penganggaran berdasarkan prestasi kerja,

dan terciptanya kesinambungan RKA-SKPD, kepala SKPD

mengevaluasi hasil pelaksanaan program dan kegiatan 2 (dua) tahun

anggaran sebelumnya sampai dengan semester pertama tahun

anggaran berjalan. Evaluasi tersebut bertujuan menilai program dan

kegiatan yang belum dapat dilaksanakan dan/atau belum diselesaikan

tahun-tahun sebelumnya untuk dilaksanakan dan/atau diselesaikan

pada tahun yang direncanakan atau 1 (satu) tahun berikutnya dari

tahun yang direncanakan. Dalam hal suatu program dan kegiatan

merupakan tahun terakhir untuk pencapaian prestasi kerja yang

ditetapkan, kebutuhan dananya harus dianggarkan pada tahun yang

direncanakan.

Page 42: SISTEM ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH II · PDF fileMata ajar sistem administrasi keuangan negara II ... Pasal 1 UUD 1945 menetapkan negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk

Sistem Administrasi Keuangan Daerah II

Pusdiklatwas BPKP – 2007 34

Penyusunan RKA-SKPD berdasarkan prestasi kerja memperhatikan:

a. Indikator Kinerja

Indikator kinerja adalah ukuran keberhasilan yang akan dicapai

dari program dan kegiatan yang direncanakan.

b. Capaian Atau Target Kinerja

Capaian kinerja merupakan ukuran prestasi kerja yang akan

dicapai yang berwujud kualitas, kuantitas, efisiensi dan efektifitas

pelaksanaan dari setiap program dan kegiatan.

c. Analisis Standar Belanja

Analisis standar belanja merupakan penilaian kewajaran atas

beban kerja dan biaya yang digunakan untuk melaksanakan suatu

kegiatan.

d. Standar Satuan Harga

Standar satuan harga merupakan harga satuan setiap unit

barang/jasa yang berlaku disuatu daerah yang ditetapkan dengan

keputusan kepala daerah.

e. Standar Pelayanan Minimal

Standar pelayanan minimal merupakan tolok ukur kinerja dalam

menentukan capaian jenis dan mutu pelayanan dasar yang

merupakan urusan wajib daerah.

RKA-SKPD memuat rencana pendapatan, rencana belanja untuk

masing-masing program dan kegiatan, serta rencana pembiayaan

untuk tahun yang direncanakan dirinci sampai dengan rincian objek

pendapatan, belanja, dan pembiayaan serta prakiraan maju untuk

tahun berikutnya. RKA-SKPD juga memuat informasi tentang urusan

Page 43: SISTEM ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH II · PDF fileMata ajar sistem administrasi keuangan negara II ... Pasal 1 UUD 1945 menetapkan negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk

Sistem Administrasi Keuangan Daerah II

Pusdiklatwas BPKP – 2007 35

pemerintah daerah , organisasi, standar biaya, prestasi kerja yang

akan dicapai dari program dan kegiatan.

RKA-SKPD yang telah disusun oleh SKPD disampaikan kepada

PPKD untuk dibahas lebih lanjut oleh TAPD.

5. Penyiapan Raperda APBD

Selanjutnya, berdasarkan RKA-SKPD yang telah disusun oleh SKPD

dilakukan pembahasan penyusunan Raperda oleh TAPD.

Pembahasan oleh TAPD dilakukan untuk menelaah kesesuaian

antara RKA-SKPD dengan KUA, PPA, prakiraan maju yang telah

disetujui tahun anggaran sebelumnya, dan dokumen perencanaan

lainnya, serta capaian kinerja, indikator kinerja, kelompok sasaran

kegiatan, standar analisis belanja, standar satuan harga, standar

pelayanan minimal, serta sinkronisasi program dan kegiatan antar

SKPD.

Dalam hal hasil pembahasan RKA-SKPD terdapat ketidaksesuaian,

kepala SKPD melakukan penyempurnaan. RKA-SKPD yang telah

disempurnakan oleh kepala SKPD disampaikan kepada PPKD

sebagai bahan penyusunan rancangan peraturan daerah tentang

APBD dan rancangan peraturan kepala daerah tentang penjabaran

APBD.

Rancangan peraturan daerah tentang APBD dilengkapi dengan

lampiran yang terdiri dari:

a. ringkasan APBD;

b. ringkasan APBD menurut urusan pemerintahan daerah dan

organisasi;

c. rincian APBD menurut urusan pemerintahan daerah, organisasi,

pendapatan, belanja dan pembiayaan;

Page 44: SISTEM ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH II · PDF fileMata ajar sistem administrasi keuangan negara II ... Pasal 1 UUD 1945 menetapkan negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk

Sistem Administrasi Keuangan Daerah II

Pusdiklatwas BPKP – 2007 36

d. rekapitulasi belanja menurut urusan pemerintahan daerah,

organisasi, program dan kegiatan;

e. rekapitulasi belanja daerah untuk keselarasan dan keterpaduan

urusan pemerintahan daerah dan fungsi dalam kerangka

pengelolaan keuangan negara;

f. daftar jumlah pegawai per golongan dan per jabatan;

g. daftar piutang daerah;

h. daftar penyertaan modal (investasi) daerah;

i. daftar perkiraan penambahan dan pengurangan aset tetap daerah;

j. daftar perkiraan penambahan dan pengurangan aset lain-lain;

k. daftar kegiatan-kegiatan tahun anggaran sebelumnya yang belum

diselesaikan dan dianggarkan kembali dalam tahun anggaran ini;

l. daftar dana cadangan daerah; dan

m. daftar pinjaman daerah.

Bersamaan dengan penyusunan rancangan perda APBD, disusun

rancangan peraturan kepala daerah tentang penjabaran APBD.

Rancangan peraturan kepala daerah tersebut dilengkapi dengan

lampiran yang terdiri dari:

a. ringkasan penjabaran APBD;

b. penjabaran APBD menurut urusan pemerintahan daerah,

organisasi, program, kegiatan, kelompok, jenis, obyek, rincian

obyek pendapatan, belanja dan pembiayaan.

Page 45: SISTEM ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH II · PDF fileMata ajar sistem administrasi keuangan negara II ... Pasal 1 UUD 1945 menetapkan negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk

Sistem Administrasi Keuangan Daerah II

Pusdiklatwas BPKP – 2007 37

Rancangan peraturan kepala daerah tentang penjabaran APBD wajib

memuat penjelasan sebagai berikut:

a. untuk pendapatan mencakup dasar hukum, target/volume yang

direncana-kan, tarif pungutan/harga;

b. untuk belanja mencakup dasar hukum, satuan volume/tolok ukur,

harga satuan, lokasi kegiatan dan sumber pendanaan kegiatan;

c. untuk pembiayaan mencakup dasar hukum, sasaran, sumber

penerimaan pembiayaan dan tujuan pengeluaran pembiayaan.

Rancangan peraturan daerah tentang APBD yang telah disusun oleh

PPKD disampaikan kepada kepala daerah. Selanjutnya rancangan

peraturan daerah tentang APBD sebelum disampaikan kepada DPRD

disosialisasikan kepada masyarakat. Sosialisasi rancangan peraturan

daerah tentang APBD tersebut bersifat memberikan informasi

mengenai hak dan kewajiban pemerintah daerah serta masyarakat

dalam pelaksanaan APBD tahun anggaran yang direncanakan.

Penyebarluasan rancangan peraturan daerah tentang APBD

dilaksanakan oleh sekretaris daerah selaku koordinator pengelolaan

keuangan daerah.

6. Penyampaian dan Pembahasan Rancangan Peraturan Daerah

tentang APBD

Kepala daerah menyampaikan rancangan peraturan daerah tentang

APBD beserta lampirannya kepada DPRD paling lambat pada minggu

pertama bulan Oktober tahun anggaran sebelumnya dari tahun yang

direncanakan untuk mendapatkan persetujuan bersama. Pengambilan

keputusan bersama DPRD dan kepala daerah terhadap rancangan

peraturan daerah tentang APBD dilakukan paling lama 1 (satu) bulan

sebelum tahun anggaran yang bersangkutan dilaksanakan.

Page 46: SISTEM ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH II · PDF fileMata ajar sistem administrasi keuangan negara II ... Pasal 1 UUD 1945 menetapkan negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk

Sistem Administrasi Keuangan Daerah II

Pusdiklatwas BPKP – 2007 38

Penyampaian rancangan peraturan daerah tersebut disertai dengan

nota keuangan. Penetapan agenda pembahasan rancangan

peraturan daerah tentang APBD untuk mendapatkan persetujuan

bersama, disesuaikan dengan tata tertib DPRD masing-masing

daerah. Pembahasan rancangan peraturan daerah tersebut

berpedoman pada KUA, serta PPA yang telah disepakati bersama

antara pemerintah daerah dan DPRD. Dalam hal DPRD memerlukan

tambahan penjelasan terkait dengan pembahasan program dan

kegiatan tertentu, dapat meminta RKA-SKPD berkenaan kepada

kepala daerah.

Apabila DPRD sampai batas waktu 1 bulan sebelum tahun anggaran

berkenaan, tidak menetapkan persetujuan bersama dengan kepala

daerah terhadap rancangan peraturan daerah tentang APBD, maka

kepala daerah melaksanakan pengeluaran setinggi-tingginya sebesar

angka APBD tahun anggaran sebelumnya untuk membiayai

keperluan setiap bulan. Pengeluaran setinggi-tingginya untuk

keperluan setiap bulan tersebut, diprioritaskan untuk belanja yang

bersifat mengikat dan belanja yang bersifat wajib. Belanja yang

bersifat mengikat merupakan belanja yang dibutuhkan secara terus

menerus dan harus dialokasikan oleh pemerintah daerah dengan

jumlah yang cukup untuk keperluan setiap bulan dalam tahun

anggaran yang bersangkutan, seperti belanja pegawai, belanja

barang dan jasa. Sedangkan belanja yang bersifat wajib adalah

belanja untuk terjaminnya kelangsungan pemenuhan pendanaan

pelayanan dasar masyarakat antara lain pendidikan dan kesehatan

dan/atau melaksanakan kewajiban kepada fihak ketiga.

Atas dasar persetujuan bersama, kepala daerah menyiapkan

rancangan peraturan kepala daerah tentang penjabaran APBD.

Page 47: SISTEM ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH II · PDF fileMata ajar sistem administrasi keuangan negara II ... Pasal 1 UUD 1945 menetapkan negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk

Sistem Administrasi Keuangan Daerah II

Pusdiklatwas BPKP – 2007 39

Rancangan peraturan kepala daerah tentang penjabaran APBD

tersebut dilengkapi dengan lampiran yang terdiri dari :

a. ringkasan APBD;

b. ringkasan APBD menurut urusan pemerintahan daerah dan

organisasi;

c. rincian APBD menurut urusan pemerintahan daerah, organisasi,

program, kegiatan, kelompok, jenis, obyek, rincian obyek

pendapatan, belanja dan pembiayaan;

d. rekapitulasi belanja menurut urusan pemerintahan daerah,

organisasi, program dan kegiatan;

e. rekapitulasi belanja daerah untuk keselarasan dan keterpaduan

urusan pemerintahan daerah dan fungsi pengelolaan keuangan

negara;

f. daftar jumlah pegawai per golongan dan per jabatan;

g. daftar piutang daerah;

h. daftar penyertaan modal (investasi) daerah;

i. daftar perkiraan penambahan dan pengurangan aset tetap daerah;

j. daftar perkiraan penambahan dan pengurangan aset lain-lain;

k. daftar kegiatan-kegiatan tahun anggaran sebelumnya yang belum

diselesaikan dan dianggarkan kembali dalam tahun anggaran ini;

l. daftar dana cadangan daerah; dan

m. daftar pinjaman daerah.

Dalam hal kepala daerah dan/atau pimpinan DPRD berhalangan

tetap, maka pejabat yang ditunjuk dan ditetapkan oleh pejabat yang

berwenang selaku penjabat/pelaksana tugas kepala daerah dan/atau

Page 48: SISTEM ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH II · PDF fileMata ajar sistem administrasi keuangan negara II ... Pasal 1 UUD 1945 menetapkan negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk

Sistem Administrasi Keuangan Daerah II

Pusdiklatwas BPKP – 2007 40

selaku pimpinan sementara DPRD yang menandatangani persetujuan

bersama.

Rancangan peraturan kepala daerah tentang APBD dapat

dilaksanakan setelah memperoleh pengesahan dari mendagri bagi

provinsi dan gubernur bagi kabupaten/kota. Sedangkan pengesahan

rancangan peraturan kepala daerah tentang APBD ditetapkan dengan

keputusan mendagri bagi provinsi dan keputusan gubernur bagi

kabupaten/kota.

Penyampaian rancangan peraturan kepala daerah untuk memperoleh

pengesahan paling lama 15 (lima belas) hari kerja terhitung sejak

DPRD tidak menetapkan keputusan bersama dengan kepala daerah

terhadap rancangan peraturan daerah tentang APBD.

Apabila dalam batas waktu 30 (tiga puluh) hari kerja

mendagri/gubernur tidak mengesahkan rancangan peraturan kepala

daerah tentang APBD, kepala daerah menetapkan rancangan

peraturan kepala daerah dimaksud menjadi peraturan kepala daerah.

Khusus untuk pengeluaran, diatur bahwa pelampauan batas tertinggi

dari jumlah pengeluaran, hanya diperkenankan apabila ada kebijakan

pemerintah untuk kenaikan gaji dan tunjangan PNS serta penyediaan

dana pendamping atas program dan kegiatan yang ditetapkan oleh

pemerintah serta bagi hasil pajak daerah dan retribusi daerah yang

ditetapkan dalam undang-undang.

7. Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD dan

Rancangan Peraturan Kepala Daerah tentang Penjabaran APBD

Rancangan peraturan daerah provinsi tentang APBD yang telah

disetujui bersama DPRD dan rancangan peraturan gubernur tentang

penjabaran APBD sebelum ditetapkan oleh gubernur paling lama 3

Page 49: SISTEM ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH II · PDF fileMata ajar sistem administrasi keuangan negara II ... Pasal 1 UUD 1945 menetapkan negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk

Sistem Administrasi Keuangan Daerah II

Pusdiklatwas BPKP – 2007 41

(tiga) hari kerja disampaikan terlebih dahulu kepada Menteri Dalam

Negeri untuk dievaluasi.

Penyampaian rancangan disertai dengan:

a. persetujuan bersama antara pemerintah daerah dan DPRD

terhadap rancangan peraturan daerah tentang APBD;

b. KUA dan PPA yang disepakati antara kepala daerah dan pimpinan

DPRD;

c. risalah sidang jalannya pembahasan terhadap rancangan

peraturan daerah tentang APBD; dan

d. nota keuangan dan pidato kepala daerah perihal penyampaian

pengantar nota keuangan pada sidang DPRD.

Evaluasi bertujuan untuk tercapainya keserasian antara kebijakan

daerah dan kebijakan nasional, keserasian antara kepentingan publik

dan kepentingan aparatur serta untuk meneliti sejauh mana APBD

provinsi tidak bertentangan dengan kepentingan umum, peraturan

yang lebih tinggi dan/atau peraturan daerah lainnya yang ditetapkan

oleh provinsi bersangkutan. Untuk efektivitas pelaksanaan evaluasi,

menteri dalam negeri dapat mengundang pejabat pemerintah daerah

provinsi yang terkait.

Hasil evaluasi dituangkan dalam keputusan menteri dalam negeri dan

disampaikan kepada gubernur paling lama 15 (lima betas) hari kerja

terhitung sejak diterimanya rancangan dimaksud. Apabila menteri

dalam negeri menyatakan hasil evaluasi atas rancangan peraturan

daerah tentang APBD dan rancangan peraturan gubemur tentang

penjabaran APBD sudah sesuai dengan kepentingan umum dan

peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi, gubernur

menetapkan rancangan dimaksud menjadi peraturan daerah dan

peraturan gubernur.

Page 50: SISTEM ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH II · PDF fileMata ajar sistem administrasi keuangan negara II ... Pasal 1 UUD 1945 menetapkan negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk

Sistem Administrasi Keuangan Daerah II

Pusdiklatwas BPKP – 2007 42

Dalam hal mendagri menyatakan bahwa hasil evaluasi rancangan

peraturan daerah tentang APBD dan rancangan peraturan gubernur

tentang penjabaran APBD bertentangan dengan kepentingan umum

dan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi, gubemur

bersama DPRD menyempurnakan paling lama 7 (tujuh) hari kerja

terhitung sejak diterimanya hasil evaluasi. Apabila hasil evaluasi tidak

ditindaklanjuti oleh gubernur dan DPRD, dan gubernur tetap

menetapkan rancangan peraturan daerah tentang APBD dan

rancangan peraturan gubernur tentang penjabaran APBD menjadi

peraturan daerah dan peraturan gubernur, menteri dalam negeri

membatalkan peraturan daerah dan peraturan gubernur dimaksud

sekaligus menyatakan berlakunya pagu APBD tahun sebelumnya.

Pembatalan peraturan daerah dan peraturan gubernur serta

pernyataan berlakunya pagu APBD tahun sebelumnya ditetapkan

dengan peraturan menteri dalam negeri.

Sementara itu, rancangan peraturan daerah kabupaten/kota tentang

APBD yang telah disetujui bersama DPRD dan rancangan peraturan

bupati/walikota tentang penjabaran APBD sebelum ditetapkan oleh

bupati/walikota paling lama 3 (tiga) hari kerja disampaikan kepada

gubernur untuk dievaluasi. Pelaksanaan dan ketentuan evaluasi

adalah sebagaimana halnya evaluasi oleh menteri dalam negeri untuk

rancangan APBD provinsi.

Pembatalan peraturan daerah dan peraturan bupati/walikota dan

pernyataan berlakunya pagu APBD tahun sebelumnya ditetapkan

dengan peraturan gubernur. Paling lama 7 (tujuh) hari kerja setelah

pembatalan, kepala daerah harus memberhentikan pelaksanaan

peraturan daerah dan selanjutnya DPRD bersama kepala daerah

mencabut peraturan daerah dimaksud. Pencabutan peraturan daerah

Page 51: SISTEM ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH II · PDF fileMata ajar sistem administrasi keuangan negara II ... Pasal 1 UUD 1945 menetapkan negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk

Sistem Administrasi Keuangan Daerah II

Pusdiklatwas BPKP – 2007 43

tersebut dilakukan dengan peraturan daerah tentang pencabutan

peraturan daerah tentang APBD.

Pelaksanaan pengeluaran atas pagu APBD tahun sebelumnya,

ditetapkan dengan peraturan kepala daerah. Penyempurnaan hasil

evaluasi dilakukan kepala daerah bersama dengan panitia anggaran

DPRD. Hasil penyempurnaan ditetapkan oleh pimpinan DPRD.

Keputusan pimpinan DPRD dijadikan dasar penetapan peraturan

daerah tentang APBD.

Keputusan pimpinan DPRD bersifat final dan dilaporkan pada sidang

paripurna berikutnya. Sidang paripurna berikutnya yakni setelah

sidang paripurna pengambilan keputusan bersama terhadap

rancangan peraturan daerah tentang APBD.

Keputusan pimpinan DPRD disampaikan kepada menteri dalam

negeri bagi APBD provinsi dan kepada gubernur bagi APBD

kabupaten/kota paling lama 3 (tiga) hari kerja setelah keputusan

tersebut ditetapkan. Dalam hal pimpinan DPRD berhalangan tetap,

maka pejabat yang ditunjuk dan ditetapkan oleh pejabat yang

berwenang selaku pimpinan sementara DPRD yang menandatangani

keputusan pimpinan DPRD.

Gubernur menyampaikan hasil evaluasi yang dilakukan atas

rancangan peraturan daerah kabupaten/kota tentang APBD dan

rancangan peraturan bupati/walikota tentang penjabaran APBD

kepada menteri dalam negeri.

8. Penetapan Peraturan Daerah tentang APBD dan Peraturan Kepala

Daerah tentang Penjabaran APBD Rancangan peraturan daerah

tentang APBD dan rancangan peraturan kepala daerah tentang

penjabaran APBD yang telah dievaluasi ditetapkan oleh kepala

daerah menjadi peraturan daerah tentang APBD dan peraturan

Page 52: SISTEM ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH II · PDF fileMata ajar sistem administrasi keuangan negara II ... Pasal 1 UUD 1945 menetapkan negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk

Sistem Administrasi Keuangan Daerah II

Pusdiklatwas BPKP – 2007 44

kepala daerah tentang penjabaran APBD. Penetapan rancangan

peraturan daerah tentang APBD dan peraturan kepala daerah tentang

penjabaran APBD tersebut dilakukan paling lambat tanggal 31

Desember tahun anggaran sebelumnya.

Dalam hal kepala daerah berhalangan tetap, maka pejabat yang

ditunjuk dan ditetapkan oleh pejabat yang berwenang selaku

penjabat/pelaksana tugas kepala daerah yang menetapkan peraturan

daerah tentang APBD dan peraturan kepala daerah tentang

penjabaran APBD.

Kepala daerah menyampaikan peraturan daerah tentang APBD dan

peraturan kepala daerah tentang penjabaran APBD kepada mendagri

bagi provinsi dan gubernur bagi kabupaten/kota paling lama 7 (tujuh)

hari kerja setelah ditetapkan.

9. Perubahan APBD

Penyesuaian APBD sesuai dengan perkembangan dan/atau

perubahan keadaan, dibahas bersama DPRD dengan pemerintah

daerah dalam rangka penyusunan prakiraan perubahan APBD tahun

anggaran yang bersangkutan, apabila terjadi:

a. perkembangan yang tidak sesuai dengan asumsi KUA;

b. keadaan yang menyebabkan harus dilakukan pergeseran

anggaran antar unit organisasi, antar kegiatan, dan antar jenis

belanja;

c. keadaan yang menyebabkan saldo anggaran Iebih tahun

sebelumnya harus digunakan dalam tahun berjalan;

d. keadaan darurat; dan

e. keadaan luar biasa.

Page 53: SISTEM ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH II · PDF fileMata ajar sistem administrasi keuangan negara II ... Pasal 1 UUD 1945 menetapkan negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk

Sistem Administrasi Keuangan Daerah II

Pusdiklatwas BPKP – 2007 45

Dalam keadaan darurat, pemerintah daerah dapat melakukan

pengeluaran yang belum tersedia anggarannya, yang selanjutnya

diusulkan dalam rancangan perubahan APBD, dan/atau disampaikan

dalam laporan realisasi anggaran. Keadaan darurat tersebut

sekurang-kurangnya memenuhi kriteria berikut ini:

a. bukan merupakan kegiatan normal dari aktivitas pemerintah

daerah dan tidak dapat diprediksikan sebelumnya;

b. tidak diharapkan terjadi secara berulang;

c. berada di luar kendali dan pengaruh pemerintah daerah; dan

d. memiliki dampak yang signifikan terhadap anggaran dalam rangka

pemulihan yang disebabkan oleh keadaan darurat.

Perubahan APBD hanya dapat dilakukan 1 (satu) kali dalam 1 (satu)

tahun anggaran, kecuali dalam keadaan luar biasa. Keadaan luar

biasa tersebut adalah keadaan yang menyebabkan estimasi

penerimaan dan/atau pengeluaran dalam APBD mengalami kenaikan

atau penurunan lebih besar dari 50%.

Pelaksanaan pengeluaran atas pendanaan keadaan darurat dan/atau

keadaan luar biasa ditetapkan dengan peraturan kepala daerah.

Realisasi pengeluaran atas pendanaan keadaan darurat dan/atau

keadaan luar biasa tersebut dicantumkan dalam rancangan peraturan

daerah tentang pertanggung-jawaban pelaksanaan APBD.

Pemerintah daerah mengajukan rancangan peraturan daerah tentang

perubahan APBD tahun anggaran yang bersangkutan untuk

mendapatkan persetujuan DPRD sebelum tahun anggaran yang

bersangkutan berakhir. Persetujuan DPRD terhadap rancangan

peraturan daerah tersebut selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan sebelum

berakhirnya tahun anggaran.

Page 54: SISTEM ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH II · PDF fileMata ajar sistem administrasi keuangan negara II ... Pasal 1 UUD 1945 menetapkan negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk

Sistem Administrasi Keuangan Daerah II

Pusdiklatwas BPKP – 2007 46

Proses evaluasi dan penetapan rancangan peraturan daerah tentang

perubahan APBD dan rancangan peraturan kepala daerah tentang

penjabaran perubahan APBD menjadi peraturan daerah dan

peraturan kepala daerah berlaku ketentuan seperti halnya evaluasi

dan penetapan rancangan APBD. Apabila hasil evaluasi tersebut tidak

ditindaklanjuti oleh kepala daerah dan DPRD, dan kepala daerah

tetap menetapkan rancangan peraturan daerah tentang perubahan

APBD dan rancangan peraturan kepala daerah tentang penjabaran

perubahan APBD, peraturan daerah dan peraturan kepala daerah

dimaksud dibatalkan dan sekaligus menyatakan berlakunya pagu

APBD tahun berjalan termasuk untuk pendanaan keadaan darurat.

Pembatalan peraturan daerah tentang perubahan APBD provinsi dan

peraturan gubernur tentang penjabaran perubahan APBD dilakukan

oleh menteri dalam negeri. Pembatalan peraturan daerah tentang

perubahan APBD kabupaten/kota dan peraturan bupati/walikota

tentang penjabaran perubahan APBD dilakukan oleh gubernur.

Paling lama 7 (tujuh) hari setelah keputusan tentang pembatalan,

Kepala daerah wajib memberhentikan pelaksanaan peraturan daerah

tentang perubahan APBD dan selanjutnya kepala daerah bersama

DPRD mencabut peraturan daerah dimaksud. Pencabutan peraturan

daerah tersebut dilakukan dengan peraturan daerah tentang

pencabutan peraturan daerah tentang perubahan APBD.

Page 55: SISTEM ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH II · PDF fileMata ajar sistem administrasi keuangan negara II ... Pasal 1 UUD 1945 menetapkan negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk

Sistem Administrasi Keuangan Daerah II

Pusdiklatwas BPKP – 2007 47

C. LATIHAN

1. Jumlah pendapatan, belanja dan pembiayaan daerah dianggarkan

dalam APBD secara:

a. Insidentil

b. Periodik

c. Bruto

d. Netto

2. Selanjutnya berdasarkan KUA yang telah disepakati, pemerintah

daerah menyusun rancangan lebih pendapatan daerah terhadap

belanja daerah disebut:

a. RPJMD

b. PPAS

c. DPA-SKPD

d. RKPD

3. Penilaian kewajaran atas beban kerja dan biaya yang digunakan

untuk melaksanakan suatu kegiatan disebut:

a. Indikator Kinerja

b. Standar Pelayanan Minimal

c. standar satuan harga

d. analisis standar belanja

4. RKA-SKPD yang telah disusun oleh SKPD disampaikan kepada

PPKD untuk dibahas lebih lanjut oleh:

a. Tim Anggaran Pemerintah Daerah

b. Sekretaris Daerah

Page 56: SISTEM ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH II · PDF fileMata ajar sistem administrasi keuangan negara II ... Pasal 1 UUD 1945 menetapkan negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk

Sistem Administrasi Keuangan Daerah II

Pusdiklatwas BPKP – 2007 48

c. Panitia Anggaran DPRD

d. Kepala Daerah

5. Pembatalan peraturan daerah tentang perubahan APBD provinsi dan

peraturan gubernur tentang penjabaran perubahan APBD dilakukan

oleh:

a. DPRD Provinsi

b. Dirjen Otonomi Daerah

c. Menteri Dalam Negeri

d. Presiden

Page 57: SISTEM ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH II · PDF fileMata ajar sistem administrasi keuangan negara II ... Pasal 1 UUD 1945 menetapkan negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk

Sistem Administrasi Keuangan Daerah II

Pusdiklatwas BPKP – 2007 49

BAB V

PENERIMAAN DAERAH

Undang-undang nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah dan

Undang-undang nomor 33 tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara

pemerintah pusat dan daerah menetapkan bahwa penerimaan daerah dalam

pelaksanaan desentralisasi terdiri atas pendapatan daerah dan pembiayaan.

Pendapatan daerah meliputi semua penerimaan uang melalui rekening kas

umum daerah yang menambah ekuitas dana lancar dan merupakan hak

pemerintah daerah dalam satu tahun anggaran yang tidak perlu dibayar kembali

oleh daerah.

Pada hakekatnya pendapatan daerah secara langsung diperoleh dari

mekanisme pajak dan retribusi daerah atau pungutan lainnya yang dibebankan

kepada masyarakat. Keadilan atau kewajaran dalam perpajakan terkait dengan

prinsip kewajaran horisontal dan kewajaran vertikal. Prinsip kewajaran

horisontal mempersyaratkan bahwa masyarakat dalam posisi yang sama harus

diperlakukan sama. Sedangkan prinsip kewajaran vertikal dilandasi pada

konsep kemampuan wajib pajak/retribusi untuk membayar, artinya bagi

masyarakat berkemampuan membayar tinggi akan dibebankan pajak/retribusi

yang tinggi pula. Sudah barang tentu untuk menyeimbangkan kedua prinsip

tersebut pemerintah daerah dapat menerapkan kebijakan diskriminasi tarif yang

rasional untuk menghilangkan rasa ketidakadilan. Selain itu dalam konteks

belanja, pemerintah daerah harus mengalokasikan belanja daerah secara adil

dan merata agar secara relatif dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat

Pada akhir pemelajaran ini peserta mampu memahami pengertian, unsur-unsur dan prosedur penerimaan daerah dalam rangka membantu pelaksanaan tugasnya sebagai auditor.

Page 58: SISTEM ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH II · PDF fileMata ajar sistem administrasi keuangan negara II ... Pasal 1 UUD 1945 menetapkan negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk

Sistem Administrasi Keuangan Daerah II

Pusdiklatwas BPKP – 2007 50

tanpa diskriminasi, khususnya dalam pengelolaan pelayanan umum.

Sehubungan dengan hal itu, pendapatan daerah yang dianggar-kan dalam

APBD merupakan perkiraan terukur secara rasional yang dapat dicapai untuk

setiap sumber pendapatan. Pendapatan daerah bersumber dari:

A. Pendapatan asli daerah (PAD), yaitu pendapatan yang diperoleh dan

dipungut oleh pemerintah daerah berdasarkan peraturan daerah sesuai

dengan peraturan perundang-undangan meliputi:

1. pajak daerah

2. retribusi daerah, termasuk hasil jasa pelayanan badan layanan umum

daerah

3. hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, antara lain

bagian laba BUMN/BUMD, hasil kerja sama dengan pihak ketiga

4. PAD lain-lain yang sah.

B. Dana perimbangan; bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan

ke pemerintah daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka

pelaksana-an desentralisasi:

1. dana bagi hasil pajak/bagi hasil bukan pajak

2. dana alokasi umum

3. dana alokasi khusus.

C. Pendapatan daerah lainnya yang sah:

1. hibah

2. dana darurat

3. dana bagi hasil dari provinsi dan pemerintah daerah lainnya

4. dana penyesuaian dan otonomi khusus

5. bantuan keuangan dari provinsi atau pemerintah daerah lainnya.

Page 59: SISTEM ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH II · PDF fileMata ajar sistem administrasi keuangan negara II ... Pasal 1 UUD 1945 menetapkan negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk

Sistem Administrasi Keuangan Daerah II

Pusdiklatwas BPKP – 2007 51

D. Penerimaan pembiayaan daerah berasal dari:

1. sisa lebih perhitungan anggaran daerah tahun anggaran sebelumnya

(SILPA)

2. pencairan dana cadangan

3. hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan

4. penerimaan pinjaman daerah

5. penerimaan kembali pemberian pinjaman

6. penerimaan piutang daerah

7. penerimaan kembali penyertaan modal (investasi) daerah

A. Pendapatan Asli Daerah

1. Pajak dan Retribusi Daerah

Dewasa ini pajak dan retribusi daerah terdiri atas berbagai jenis yang

berhubungan dengan berbagai sendi kehidupan masyarakat. Masing-

masing jenis pajak dan retribusi daerah pada suatu provinsi/

kabupaten/kota memiliki subjek, objek, tarif dan berbagai ketentuan

pengenaan tersendiri yang mungkin berbeda dengan daerah lainnya.

Hal itu ditopang oleh semangat otonomi daerah yang memungkinkan

setiap provinsi/kabupaten/kota meng-atur daerahnya sendiri termasuk

dalam mengelola pajak dan retribusi daerah.

Opini masyarakat menunjukkan pemungutan pajak daerah seringkali

disamakan dengan retribusi daerah, karena mereka beranggapan

bahwa keduanya merupakan kewajiban pembayaran kepada

pemerintah daerah. Pandangan tersebut tidak sepenuhnya benar,

karena terdapat perbedaan yang cukup mendasar antara pajak dan

retribusi daerah. Pajak dan retribusi daerah yang dipungut oleh

pemerintah daerah merupakan penarikan sumber daya ekonomi

Page 60: SISTEM ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH II · PDF fileMata ajar sistem administrasi keuangan negara II ... Pasal 1 UUD 1945 menetapkan negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk

Sistem Administrasi Keuangan Daerah II

Pusdiklatwas BPKP – 2007 52

(umumnya dalam bentuk uang) kepada masyarakat guna membiayai

tugas-tugas pemerintahan dalam melayani kepentingan masyarakat.

Penarikan pungutan oleh pemerintah daerah kepada masyarakat

harus memenuhi syarat: harus ditetapkan dengan peraturan daerah,

dapat dipaksakan, mempunyai kepastian hukum dan ada jaminan

kejujuran/integritas para pengelolanya.

Setiap jenis penerimaan daerah yang diberlakukan di Indonesia harus

berdasarkan hukum yang kuat guna menjamin kelancaran pengenaan

dan pemungutannya. Dasar hukum pemungutan tersebut antara lain:

- Undang-Undang Nomor 18 tahun 1997 tentang Pajak Dan

Retribusi Daerah yang berlaku sejak diundangkan tanggal 23 Mei

1997.

- Undang-Undang Nomor 34 tahun 2000 tentang Perubahan

Undang-Undang Nomor 18 tahun 1997 yang berlaku sejak

diundangkan tanggal 20 Desember 2000.

- Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah

Daerah

- Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan

Keuangan Antara Pusat Dan Pemerintah Daerah

- Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 1997 tentang Pajak

Daerah yang berlaku sejak diundangkan tanggal 4 Juli 1997.

- Peraturan Pemerintah Nomor 65 tahun 2001 tentang Pajak

Daerah yang berlaku sejak diundangkan tanggal 13 September

2001.

- Peraturan Pemerintah No. 66 tahun 2001 tentang Retribusi

Daerah yang berlaku sejak diundangkan tanggal 13 september

2001.

Page 61: SISTEM ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH II · PDF fileMata ajar sistem administrasi keuangan negara II ... Pasal 1 UUD 1945 menetapkan negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk

Sistem Administrasi Keuangan Daerah II

Pusdiklatwas BPKP – 2007 53

- Peraturan Pemerintah No. 58 tahun 2005 tentang Pengelolaan

Keuangan Daerah.

- Keputusan presiden, keputusan menteri dalam negeri, keputusan

menteri keuangan, peraturan daerah provinsi/kabupaten/kota di

bidang pajak dan retribusi daerah.

- Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 tahun 2006 yang

diubah dengan Permendagri Nomor 59 tahun 2007 tentang

Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.

- Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 26 tahun 2006 tentang

Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan Dan Belanja

Daerah Tahun 2007.

a. Pajak Daerah

1) Pengertian Pajak Daerah

Secara umum pajak adalah pemungutan dana dari masyarakat

oleh pemerintah berdasarkan undang-undang yang dapat

dipaksakan dan terutang bagi wajib bayar tanpa men-dapat

prestasi langsung serta hasilnya dipergunakan untuk

membiayai penyelenggaraan pemerintahan. Berdasarkan

definisi tersebut dapat disimpulkan ciri-ciri yang melekat pada

pengertian pajak sebagai berikut:

a) Pajak dipungut oleh pemerintah baik pusat maupun daerah

berdasarkan peraturan perundang-undangan.

b) Penerimaan pajak merupakan pendapatan pemerintah yang

harus dimasukkan ke dalam kas negara/daerah.

c) Tidak terdapat hubungan langsung antara jumlah

pembayaran pajak dengan kontra prestasi secara individu,

Page 62: SISTEM ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH II · PDF fileMata ajar sistem administrasi keuangan negara II ... Pasal 1 UUD 1945 menetapkan negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk

Sistem Administrasi Keuangan Daerah II

Pusdiklatwas BPKP – 2007 54

akan tetapi kontra prestasi secara umum dimanifestasikan

untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah.

d) Pajak dipungut/dikenakan karena suatu keadaan, kejadian,

dan perbuatan sesuai dengan peraturan perundang-

undangan.

e) Pajak bersifat memaksa, artinya bagi mereka yang tidak

memenuhi kewajiban perpajakan dapat dikenakan sanksi

sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

2) Pemungutan Pajak Daerah

a) Jenis Pajak Daerah

Pembagian jenis pajak di Indonesia ditinjau dari lembaga

pemungutnya dibedakan ke dalam pajak pusat dan pajak

daerah. Pajak daerah menurut UU No. 34 tahun 2000

terbagi menjadi pajak provinsi dan pajak kabupaten/kota.

(1) Pajak Provinsi:

Jenis pajak provinsi beserta tarif setinggi-tingginya

yang dapat ditetapkan:

(a) Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) dan Pajak

Kendaraan di atas Air (PKA): 5%

(b) Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor/Kendaraan

di atas Air (BBN-KB/KA): 10%

(c) Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (PBB-

KB): 5%

(d) Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah

Tanah dan Air Permukaan (P3ABT/AP):20%.

Page 63: SISTEM ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH II · PDF fileMata ajar sistem administrasi keuangan negara II ... Pasal 1 UUD 1945 menetapkan negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk

Sistem Administrasi Keuangan Daerah II

Pusdiklatwas BPKP – 2007 55

Tarif pajak tersebut ditetapkan dan diberlakukan

seragam di seluruh Indonesia dan pelaksanaannya

diatur dengan peraturan pemerintah. Hasil penerimaan

pajak provinsi sebagian diperuntukkan bagi

kabupaten/kota di wilayah provinsi terkait dengan

ketentuan perimbangan sebagai berikut:

(a) PKB/KA dan BBN-KB/KA:

• maksimum 70%: bagian pemerintah provinsi

• minimum 30%: bagian pemerintah kab./kota

(b) PBB-KB dan P3ABT/AP:

• maksimum 30%: bagian pemerintah provinsi

• minimum 70%: bagian pemerintah kab./kota.

(2) Pajak Kabupaten/Kota

Jenis pajak kabupaten/kota beserta tarif setinggi-

tingginya yang dapat ditetapkan:

(a) Pajak Hotel (PH): 10%

(b) Pajak Restoran (PR): 10%

(c) Pajak Hiburan (PHi): 35%

(d) Pajak Reklame (PRek): 25%

(e) Pajak Penerangan Jalan (PPJ): 10%

(f) Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C:

20%

(g) Pajak Parkir: 20%.

Hasil penerimaan pajak kabupaten/kota sebagian

diperuntukkan bagi seluruh desa/kelurahan di wilayah

Page 64: SISTEM ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH II · PDF fileMata ajar sistem administrasi keuangan negara II ... Pasal 1 UUD 1945 menetapkan negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk

Sistem Administrasi Keuangan Daerah II

Pusdiklatwas BPKP – 2007 56

kab/kota paling sedikit 10% (sepuluh persen) yang

ditetapkan dengan peraturan daerah setelah

memperhatikan aspek dan potensi antar desa.

Pemerintah provinsi dapat memberikan salah satu

atau beberapa jenis pajak yang menjadi wewenangnya

kepada pemerintah kab/kota yang potensi pendapatan

asli daerahnya kurang memadai. Khusus pemerintah

provinsi yang tidak terbagi ke dalam daerah

kabupten/kota seperti DKI Jakarta, jenis pajak daerah

yang dipungut merupakan gabungan pajak provinsi

dan pajak kabupaten/kota.

UU No. 34 tahun 2000 memberi peluang kepada

pemerintah kab/kota untuk memungut pajak daerah

selain ketujuh jenis pajak daerah yang telah

ditetapkan. Penetapan jenis pajak lainnya tersebut

harus benar-benar bersifat spesifik dan memiliki

potensi yang cukup besar di daerah yang

bersangkutan. Hal itu dimaksudkan untuk memberi

keleluasaan kepada pemerintah kab/kota dalam

mengantisipasi kemungkinan perkembangan

perekonomian daerah di masa depan, asal tetap

memperhatikan kesederhanaan jenis pajak, aspirasi

masyarakat, dan memenuhi kriteria sebagai berikut:

(a) Bersifat pajak, bukan retribusi

(b) Objek pajak terletak di wilayah kabupaten/kota

yang ber-sangkutan, memiliki mobilitas cukup

rendah, dan hanya me-layani masyarakat

kabupaten/kota tersebut

Page 65: SISTEM ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH II · PDF fileMata ajar sistem administrasi keuangan negara II ... Pasal 1 UUD 1945 menetapkan negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk

Sistem Administrasi Keuangan Daerah II

Pusdiklatwas BPKP – 2007 57

(c) Objek dan dasar pengenaan pajak tidak

bertentangan dengan ke-pentingan umum dan

memperhatikan aspek ketenteraman, kestabilan

politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan dan

keamanan

(d) Objek pajak bukan merupakan objek pajak

provinsi dan pusat

(e) Potensi pajak memadai, artinya diperkirakan

sejalan dengan laju pertumbuhan ekonomi

daerah

(f) Tidak memberi dampak ekonomi yang negatif

(g) Memperhatikan aspek keadilan dan kemampuan

masyarakat

(h) Menjaga kelestarian lingkungan.

b) Peraturan Daerah tentang Pajak Daerah

Pelaksanaan pajak daerah diatur berdasarkan ketentuan

sebagai berikut:

(1) Pajak ditetapkan dengan peraturan daerah (perda).

(2) Peraturan daerah tentang pajak tidak dapat berlaku

surut.

(3) Peraturan daerah tentang pajak sekurang-kurangnya

mengatur ketentuan mengenai:

(a) nama, objek, dan subjek pajak;

(b) dasar pengenaan, tarif, dan cara penghitungan

pajak;

(c) wilayah pemungutan;

Page 66: SISTEM ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH II · PDF fileMata ajar sistem administrasi keuangan negara II ... Pasal 1 UUD 1945 menetapkan negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk

Sistem Administrasi Keuangan Daerah II

Pusdiklatwas BPKP – 2007 58

(d) masa pajak;

(e) penetapan;

(f) tata cara pembayaran dan penagihan;

(g) sanksi administrasi; dan

(h) tanggal mulai berlakunya.

(4) Peraturan daerah tentang pajak dapat mengatur

ketentuan mengenai:

(a) pemberian pengurangan, keringanan, dan

pembebasan dalam hal-hal tertentu atas pokok

pajak dan/atau sanksi-nya;

(b) tata cara penghapusan piutang pajak yang

kadaluwarsa; dan

(c) asas timbal balik.

c) Tata Cara Pemungutan Pajak Daerah

(1) Pungutan pajak daerah tidak dapat diborongkan

dan seluruh proses kegiatan pemungutan pajak tidak

dapat diserahkan kepada pihak ketiga.

(2) Pajak dipungut berdasarkan penetapan kepala daerah

atau dibayar sendiri oleh wajib pajak (self

assessment).

(3) Wajib pajak dalam memenuhi kewajiban pajak

yang dipungut dengan menggunakan Surat

Ketetapan Pajak Daerah (SKPD) atau dokumen lain

yang dipersamakan.

(4) Wajib pajak memenuhi kewajiban pajak yang

dibayar sendiri dengan menggunakan Surat

Page 67: SISTEM ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH II · PDF fileMata ajar sistem administrasi keuangan negara II ... Pasal 1 UUD 1945 menetapkan negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk

Sistem Administrasi Keuangan Daerah II

Pusdiklatwas BPKP – 2007 59

Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD), Surat

Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar (SKPDKB) dan

atau Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar

Tambahan (SKPDKBT).

(5) Terhadap wajib pajak yang kurang dipungut atau

kurang bayar dapat diterbitkan Surat Tagihan Pajak

Daerah (STPD), Surat Keputusan Pembetulan, Surat

Keputusan Keberatan dan Putusan Banding sebagai

dasar pemungutan dan penyetoran pajak.

(6) Dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sesudah

terutangnya pajak,

(a) Kepala daerah dapat menerbitkan:

(a.1) SKPDKB apabila

- berdasarkan hasil pemeriksaan atau

keterangan lain pajak terutang tidak

atau kurang dibayar;

- SPTPD tidak disampaikan kepada

kepala daerah dalam jangka waktu

tertentu dan setelah wajib pajak ditegur

secara tertulis;

- wajib pajak tidak memiliki SPTPD,

maka pajak terutang dihitung secara

jabatan.

(a.2) Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang

Bayar Tambahan (SKPDKBT) apabila

ditemukan data baru dan atau data yang

semula belum terungkap yang

Page 68: SISTEM ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH II · PDF fileMata ajar sistem administrasi keuangan negara II ... Pasal 1 UUD 1945 menetapkan negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk

Sistem Administrasi Keuangan Daerah II

Pusdiklatwas BPKP – 2007 60

menyebabkan penambahan jumlah pajak

yang terutang.

(a.3) Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil

(SKPDN) apabila jumlah pajak terutang

sama besarnya dengan jumlah kredit pajak

atau pajak tidak terutang dan tidak ada

kredit pajak.

(b) Jumlah kekurangan pajak yang terutang

dalam Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang

Bayar (SKPDKB) dikenakan sanksi administrasi

berupa bunga 2% sebulan dihitung dari pajak

yang kurang atau sanksi administrasi berupa

biaya ini dihitung dari pajak yang kurang atau

terlambat dibayar paling lama 24 bulan.

(c) Sanksi administrasi di atas dihitung sejak saat

terutang-nya pajak sampai dengan terbitnya

SKPDKB.

(d) Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam

SKPDKB yang disebabkan wajib pajak tidak

mengisi SPTPD yang seharusnya, dikenakan

sanksi administrasi berupa kenaikan pajak 25%

dari pokok pajak terutang ditambah sanksi

administrasi berupa bunga sebesar 2% sebulan

dihitung dari pajak yang kurang atau terlambat

dibayar untuk jangka waktu paling lama 24 bulan.

(7) Surat Tagihan Pajak Daerah (STPD) diterbitkan kepala

daerah dalam hal terjadi:

Page 69: SISTEM ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH II · PDF fileMata ajar sistem administrasi keuangan negara II ... Pasal 1 UUD 1945 menetapkan negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk

Sistem Administrasi Keuangan Daerah II

Pusdiklatwas BPKP – 2007 61

(a) Pajak dalam tahun berjalan tidak atau kurang

dibayar

(b) Berdasarkan penelitian SPTPD terdapat

kekurangan pembayar-an akibat salah tulis atau

salah hitung

(c) Wajib pajak dikenakan sanksi administrasi berupa

bunga dan atau denda. Jatuh tempo pembayaran

kekurangan pajak berdasarkan STPD ditambah

sanksi administrasi berupa bunga paling lama 15

bulan sejak saat ter-utangnya pajak

(d) SKPD yang tidak atau kurang dibayar setelah

jatuh tempo pembayaran dikenakan sanksi

administrasi sebesar 2% sebulan dan ditagih

melalui STPD

d) Tata Cara Pembayaran dan Penagihan

(1) Kepala daerah menetapkan tanggal jatuh tempo

pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang

paling lama 30 hari setelah saat terutangnya pajak

(2) SKPD, SKPDKB, SKPDKBT, STPD, Surat Keputusan

Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan dan

Keputusan Banding yang menyebabkan jumlah pajak

yang harus dibayar bertambah harus dilunasi dalam

jangka waktu paling lama satu bulan sejak tanggal

diterbitkan.

(3) Kepala daerah atas permohonan wajib pajak setelah

memenuhi persyaratan yang ditentukan dapat

memberikan persetujuan kepada wajib pajak untuk

Page 70: SISTEM ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH II · PDF fileMata ajar sistem administrasi keuangan negara II ... Pasal 1 UUD 1945 menetapkan negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk

Sistem Administrasi Keuangan Daerah II

Pusdiklatwas BPKP – 2007 62

mengangsur atau menunda pembayaran pajak dengan

dikenakan bunga sebesar 2 % sebulan.

(4) Tata cara pembayaran/penyetoran, tempat

pembayaran, angsuran, dan penundaan pajak diatur

dengan keputusan kepala daerah.

(5) Pajak yang terutang berdasarkan SKPD, SKPDKB,

SKPDKBT, STPD, surat keputusan pembetulan, surat

keberatan dan putusan banding yang tidak atau

kurang dibayar oleh wajib pajak pada waktunya dapat

ditagih dengan paksa.

e) Pengajuan Keberatan dan Banding

(1) Pengajuan Keberatan

(a) Wajib pajak dapat mengajukan keberatan

kepada gubernur/ bupati/walikota atau pejabat

yang ditunjuk atas suatu:

(a. 1) SKPD;

(a. 2) SKPDKB;

(a. 3) SKPDKBT;

(a. 4) SKPDLB;

(a. 5) SKPDN; dan

(a. 6) Pemotongan atau pemungutan oleh pihak

ketiga berdasarkan peraturan perundang-

undangan pajak daerah yang berlaku.

(b) Keberatan diajukan secara tertulis disertai

alasan-alasan yang jelas. Dalam hal wajib pajak

mengajukan keberatan atas ketetapan pajak

Page 71: SISTEM ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH II · PDF fileMata ajar sistem administrasi keuangan negara II ... Pasal 1 UUD 1945 menetapkan negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk

Sistem Administrasi Keuangan Daerah II

Pusdiklatwas BPKP – 2007 63

secara jabatan, maka wajib pajak harus dapat

membuktikan ketidakbenaran ketetapan pajak

tersebut.

(c) Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu

paling lama tiga bulan sejak tanggal surat,

tanggal pemotongan, atau tanggal pemungutan,

kecuali apabila wajib pajak dapat menunjukkan

bukti bahwa jangka waktu itu tidak dapat dipenuhi

karena keadaan di luar kekuasaannya.

(d) Pengajuan keberatan tidak menunda kewajiban

membayar pajak dan pelaksanaan penagihan

pajak sesuai ketentuan yang berlaku.

(e) Kepala daerah dalam jangka waktu paling lama

dua belas bulan sejak tanggal surat keberatan

diterima harus memberi keputusan atas

keberatan yang diajukan. Apabila dalam batas

waktu tersebut di atas telah lewat dan kepala

daerah tidak memberi keputusan, maka

keberatan yang diajukan tersebut dianggap

dikabulkan.

(f) Keputusan kepala daerah atas keberatan dapat

berupa menerima seluruhnya, menerima

sebagian, menolak, atau menambah besarnya

pajak terutang.

(2) Pengajuan Banding

(a) Wajib pajak dapat mengajukan permohonan

banding hanya kepada Badan Penyelesaian

Sengketa Pajak terhadap keberatannya.

Page 72: SISTEM ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH II · PDF fileMata ajar sistem administrasi keuangan negara II ... Pasal 1 UUD 1945 menetapkan negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk

Sistem Administrasi Keuangan Daerah II

Pusdiklatwas BPKP – 2007 64

Keputusan mengenai diterima atau tidaknya

keberatan ditetapkan oleh kepala daerah.

(b) Permohonan banding diajukan secara tertulis

disertai alasan-alasan yang jelas dalam jangka

waktu tiga bulan sejak keputusan diterima dan

dilampiri dengan salinan dari surat keputusan

tersebut.

(c) Pengajuan permohonan banding tidak menunda

kewajiban membayar pajak dan pelaksanaan

penagihan pajak.

(d) Apabila pengajuan keberatan atau

permohonan banding dikabulkan sebagian

atau seluruhnya, maka kelebihan pembayaran

pajak dikembalikan dengan ditambah imbalan

bunga sebesar 2% sebulan untuk jangka waktu

paling lama 24 bulan. Imbalan bunga dihitung

sejak bulan pelunasan sampai dengan

diterbitkannya surat ketetapan pajak daerah lebih

bayar (SKPDLB).

f) Pembetulan, Pembatalan, Pengurangan, Ketetapan, dan

Penghapusan atau Pengurangan Sanksi Administrasi

(1) Kepala daerah karena jabatan atau atas

permohonan wajib pajak dapat membetulkan SKPD,

SKPDKB, SKPDKBT atau STPD yang dalam

penerbitannya terdapat kesalahan tulis, kesalahan

hitung dan atau kekeliruan dalam penerapan peraturan

perundang-undangan perpajakan daerah

(2) Keputusan kepala daerah dapat berupa:

Page 73: SISTEM ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH II · PDF fileMata ajar sistem administrasi keuangan negara II ... Pasal 1 UUD 1945 menetapkan negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk

Sistem Administrasi Keuangan Daerah II

Pusdiklatwas BPKP – 2007 65

(a) pengurangan atau penghapusan sanksi

administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan

pajak yang terutang dalam hal sanksi tersebut

dikenakan karena kekhilafan wajib pajak atau bukan

karena kesalahannya,

(b) pengurangan atau pembatalan ketetapan pajak

yang keliru.

(3) Tata cara pengurangan atau penghapusan sanksi

administrasi dan pengurangan atau pembatalan

ketetapan pajak diatur dengan keputusan kepala

daerah.

b. Retribusi Daerah

1) Pengertian Retribusi

Retribusi adalah pembayaran wajib oleh rakyat atas jasa

tertentu yang diberikan oleh pemerintah daerah kepada

penduduknya secara perorangan. Jasa adalah upaya

pelayanan oleh pemerintah daerah yang menyebabkan barang,

fasilitas, atau kemanfaatan lainnya dan dapat dinikmati oleh

orang pribadi atau badan. Jasa tersebut bersifat langsung,

artinya hanya mereka yang membayar retribusi yang dapat

menikmati balas jasa (kontra prestasi) dari pemerintah daerah.

Sebagai contoh, setiap orang yang ingin memperoleh jasa

pelayanan kesehatan di rumah sakit umum daerah (RSUD)

atau puskesmas harus membayar retribusi sesuai dengan

perda. Meskipun demikian tidak ada paksaan secara yuridis

kepada setiap orang untuk membayar retribusi, karena mereka

bebas untuk memilih jasa pelayanan kesehatan yang

diinginkannya. Pada retribusi pelayanan kesehatan yang ada

Page 74: SISTEM ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH II · PDF fileMata ajar sistem administrasi keuangan negara II ... Pasal 1 UUD 1945 menetapkan negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk

Sistem Administrasi Keuangan Daerah II

Pusdiklatwas BPKP – 2007 66

hanyalah paksaan secara ekonomis, yaitu hanya pasien yang

membayar retribusi yang berhak mendapat jasa pelayanan

kesehatan dari RSUD atau puskesmas.

Dewasa ini yang berwenang untuk memungut retribusi

hanyalah pemerintah daerah. Beberapa ciri yang melekat pada

retribusi daerah:

a) Retribusi merupakan pungutan berdasarkan undang-

undang dan perda

b) Hasil penerimaan retribusi harus masuk ke kas daerah

c) Setiap orang yang membayar retribusi memperoleh kontra

prestasi langsung dari pemerintah daerah berupa jasa

pelayanan

d) Utang retribusi timbul apabila jasa pelayanan pemerintah

daerah dinikmati oleh orang pribadi atau badan

e) Sanksi ekonomis, yaitu apabila orang pribadi atau badan

tidak membayar retribusi, maka mereka tidak akan

memperoleh jasa layanan yang disediakan oleh pemerintah

daerah.

2) Jenis Retribusi

Retribusi daerah menurut UU nomor 34 tahun 2000 dan PP

nomor 66 tahun 2001 dapat dikelompokkan sebagai berikut:

a) Retribusi jasa umum, yaitu retribusi atas jasa pelayanan

yang disediakan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan

dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang

pribadi atau badan. Adapun jenis-jenis retribusi jasa umum

terdiri atas retribusi:

(1) pelayanan kesehatan

Page 75: SISTEM ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH II · PDF fileMata ajar sistem administrasi keuangan negara II ... Pasal 1 UUD 1945 menetapkan negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk

Sistem Administrasi Keuangan Daerah II

Pusdiklatwas BPKP – 2007 67

(2) pelayanan sampah/kebersihan

(3) penggantian biaya cetak KTP (Kartu Tanda Penduduk)

dan akte catatan sipil

(4) pelayanan pemakaman/pengabuan mayat

(5) pelayanan parkir di tepi jalan umum

(6) pelayanan pasar

(7) pengujian kendaraan bermotor

(8) pemeriksaan alat pemadam kebakaran

(9) penggantia biaya cetak peta

(10) pengujian kapal perikanan.

b) Retribusi jasa usaha, yaitu retribusi yang dikenakan atas

jasa pelayanan yang disediakan oleh pemerintah daerah

dengan meng-anut prinsip komersial, artinya retribusi

semacam ini dapat disediakan oleh pihak swasta. Retribusi

jasa usaha terdiri atas retribusi:

(1) pemakaian kekayaan daerah

(2) pasar grosir atau pertokoan

(3) tempat pelelangan

(4) terminal

(5) tempat khusus parkir

(6) tempat penginapan/pesanggrahan/vila

(7) penyedotan kakus

(8) rumah potong hewan (RPH)

(9) pelayanan pelabuhan kapal

Page 76: SISTEM ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH II · PDF fileMata ajar sistem administrasi keuangan negara II ... Pasal 1 UUD 1945 menetapkan negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk

Sistem Administrasi Keuangan Daerah II

Pusdiklatwas BPKP – 2007 68

(10) tempat rekreasi dan olah raga

(11) penyeberangan di atas air

(12) pengolahan limbah cair

(13) penjualan produk usaha daerah.

c) Retribusi perizinan tertentu, yaitu retribusi yang dikenakan

atas pemberian izin dari pemerintah daerah kepada orang

pribadi atau badan yang melakukan aktivitas tertentu.

Pemberian izin tersebut dimaksudkan untuk pembinaan,

pengaturan, pemanfaatan ruang publik, penggunaan

sumber daya alam, barang, sarana dan pra-sarana, atau

fasilitas tertentu yang dapat melindungi kepentingan umum

dan menjaga kelestarian lingkungan. Jenis retribusi

perizinan tertentu antara lain meliputi retribusi:

(1) Izin mendirikan bangunan (IMB)

(2) Izin tempat penjualan minuman beralkohol

(3) Izin tempat penjualan obat (toko obat)

(4) Izin gangguan (HO = Hoereg Ordonantie)

(5) Izin usaha perdagangan (SIUP)

(6) Izin tempat usaha (SITU)

(7) Izin trayek.

3) Pemungutan Retribusi Daerah

a) Prinsip dan Sasaran Dalam Penetapan Tarif

(1) Untuk retribusi jasa umum ditetapkan berdasarkan

kebijakan daerah dengan mempertimbangkan biaya

Page 77: SISTEM ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH II · PDF fileMata ajar sistem administrasi keuangan negara II ... Pasal 1 UUD 1945 menetapkan negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk

Sistem Administrasi Keuangan Daerah II

Pusdiklatwas BPKP – 2007 69

penyediaan jasa terkait, kemampuan masyarakat, dan

aspek keadilan.

(2) Untuk retribusi jasa usaha ditetapkan berdasarkan

pada tujuan untuk memperoleh keuntungan yang layak.

(3) Untuk retribusi perizinan tertentu ditetapkan berdasar-

kan pada tujuan untuk menutup sebagian atau seluruh

biaya penyelenggaraan pemberian izin tersebut.

b) Peraturan Daerah Tentang Retribusi

Pelaksanaan retribusi daerah diatur didasarkan pada

ketentuan-ketentuan sebagai berikut:

(1) Retribusi ditetapkan dengan peraturan daerah.

(2) Peraturan daerah tentang retribusi tidak dapat berlaku

surut.

(3) Peraturan daerah tentang retribusi sekurang-kurangnya

mengatur ketentuan mengenai:

(a) nama, objek, dan subjek retribusi;

(b) golongan retribusi;

(c) cara mengukur tingkat penggunaan jasa yang

bersangkutan;

(d) prinsip yang dianut dalam penetapan struktur

dan besarnya tarif retribusi;

(e) struktur dan besarnya tarif retribusi;

(f) wilayah pemungutan;

(g) tata cara pemungutan;

Page 78: SISTEM ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH II · PDF fileMata ajar sistem administrasi keuangan negara II ... Pasal 1 UUD 1945 menetapkan negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk

Sistem Administrasi Keuangan Daerah II

Pusdiklatwas BPKP – 2007 70

(h) sanksi administrasi;

(i) tata cara penagihan; dan

(j) tanggal mulai berlakunya.

(4) Peraturan daerah tentang retribusi mencakup ketentuan

mengenai:

(a) masa retribusi;

(b) pemberian keringanan, pengurangan, dan pem-

bebasan dalam hal-hal tertentu atas pokok retribusi

dan/atau sanksinya;

(c) tata cara penghapusan piutang retribusi yang

kadaluwarsa.

(5) Peraturan daerah untuk jenis-jenis retribusi tertentu

harus terlebih disosialisasikan kepada masyarakat

sebelum ditetapkan.

(6) Dalam rangka pengawasan, peraturan daerah yang

dibuat disampaikan kepada pemerintah paling lama lima

belas hari setelah ditetapkan.

(7) Dalam hal peraturan daerah yang dibuat bertentangan

dengan kepentingan umum dan/atau peraturan per-

undang-undangan yang lebih tinggi, pemerintah dapat

membatalkan peraturan daerah tersebut.

(8) Pembatalan peraturan daerah dilakukan paling lama

satu bulan sejak diterimanya peraturan daerah

dimaksud

Page 79: SISTEM ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH II · PDF fileMata ajar sistem administrasi keuangan negara II ... Pasal 1 UUD 1945 menetapkan negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk

Sistem Administrasi Keuangan Daerah II

Pusdiklatwas BPKP – 2007 71

c) Tarif Retribusi

Besarnya retribusi yang terutang dihitung berdasarkan:

(1) Tingkat Penggunaan Jasa

Tingkat penggunaan jasa dapat dinyatakan sebagai

kuantitas penggunaan jasa yang digunakan sebagai

dasar alokasi beban biaya yang dipikul daerah untuk

penyelenggaraan jasa yang bersangkutan, misalnya :

berapa kali masuk tempat rekreasi, berapa kali/berapa

jam parkir kendaraan dan sebagainya.

Dalam hal lain, tingkat penggunaan jasa mungkin perlu

ditaksir berdasarkan rumus. Dalam hal izin bangunan

misalnya, tingkat penggunaan jasa dapat ditaksir

dengan rumus yang didasarkan atas luas tanah, luas

lantai bangunan, jumlah tingkat bangunan dan

rencana penggunaan bangunan.

(2) Besarnya Tarif Retribusi

Tarif retribusi ditetapkan berdasarkan nilai rupiah atau

persentase tertentu sehingga dapat diketahui berapa

besarnya retribusi yang terutang.

Tarif dapat ditetapkan seragam atau dapat diadakan

perbedaan dalam golongan tarifnya sesuai dengan

prinsip dan sasaran tarif tertentu, misalnya

pembedaan retribusi mengunjungi tempat rekreasi

antara golongan anak-anak dengan orang dewasa,

retribusi parkir antara sepeda motor dan mobil,

retribusi sampah antara industri dan rumah tangga,

dan sebagainya. Besarnya tarif dapat dinyatakan

dalam rupiah per unit tingkat penggunaan jasa.

Page 80: SISTEM ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH II · PDF fileMata ajar sistem administrasi keuangan negara II ... Pasal 1 UUD 1945 menetapkan negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk

Sistem Administrasi Keuangan Daerah II

Pusdiklatwas BPKP – 2007 72

d) Tata Cara Pemungutan Retribusi Daerah

(1) Pemungutan retribusi tidak dapat diborongkan

seluruhnya atau proses kegiatan pemungutan retribusi

tidak dapat diserahkan kepada pihak ketiga

(2) Dalam hal wajib retribusi tertentu tidak membayar

tepat waktu atau kurang membayar, maka dikenakan

sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% sebulan

dari retribusi yang terutang yang tidak atau kurang

dibayar dan ditagih dengan menggunakan STRD.

e) Pengajuan Keberatan

(1) Wajib retribusi dapat mengajukan keberatan hanya

kepada kepala daerah atau pejabat yang ditunjuk atas

SKRD atau dokumen lain yang dipermasalahkan.

(2) Keberatan harus diajukan secara tertulis disertai

alasan-alasan yang jelas.

(3) Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu paling

lama 2 (dua) bulan sejak tanggal SKRD diterbitkan,

kecuali apabila wajib retribusi dapat menunjukkan

bahwa jangka waktu itu tidak dapat dipenuhi karena

keadaan di luar kekuasaannya.

(4) Pengajuan keberatan tidak menunda kewajiban

membayar retribusi dan pelaksanaan penagihan

retribusi.

(5) Kepala daerah dalam jangka waktu paling lama enam

bulan sejak tanggal surat keberatan diterima, harus

memberi keputusan atas keberatan yang diajukan.

Apabila dalam batas waktu tersebut telah dilewati dan

Page 81: SISTEM ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH II · PDF fileMata ajar sistem administrasi keuangan negara II ... Pasal 1 UUD 1945 menetapkan negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk

Sistem Administrasi Keuangan Daerah II

Pusdiklatwas BPKP – 2007 73

kepala daerah tidak memberi suatu keputusan, maka

keberatan yang diajukan tersebut dianggap

dikabulkan.

(6) Keputusan kepala daerah atas keberatan dapat

berupa menerima seluruhnya, menerima sebagian,

menolak, atau menambah besarnya retribusi yang

terutang.

f) Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak Daerah

dan Retribusi Daerah

Apabila terjadi kelebihan pembayaran pajak daerah dan

retribusi daerah, maka:

(1) Atas kelebihan pembayaran pajak daerah atau

retribusi daerah, wajib pajak dan wajib retribusi dapat

mengajukan permohonan pengembalian kepada

kepala daerah.

(2) Kepala daerah dalam jangka waktu paling lama dua

belas bulan sejak diterimanya permohonan kelebihan

pembayaran pajak harus memberikan keputusan.

(3) Kepala daerah dalam jangka waktu paling lama enam

bulan sejak diterimanya permohonan kelebihan

pembayaran retribusi harus sudah dapat memberikan

keputusan mengenai hal tersebut.

(4) Apabila jangka waktu di atas telah terlampaui dan

kepala daerah tidak memberikan suatu keputusan,

maka permohonan pengembalian pembayaran pajak

atau retribusi dianggap dikabulkan dan

SKPDLB/SKRDLB harus diterbit-kan dalam jangka

waktu paling lama satu bulan.

Page 82: SISTEM ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH II · PDF fileMata ajar sistem administrasi keuangan negara II ... Pasal 1 UUD 1945 menetapkan negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk

Sistem Administrasi Keuangan Daerah II

Pusdiklatwas BPKP – 2007 74

(5) Apabila wajib pajak atau wajib retribusi mempunyai

utang pajak atau utang retribusi lainnya, maka atas

kelebihan pembayaran pajak atau retribusi, langsung

diperhitungkan untuk melunasi terlebih dahulu utang

pajak atau utang retribusi tersebut.

(6) Pengembalian kelebihan pembayaran pajak atau

retribusi dilakukan dalam jangka waktu paling lama

dua bulan sejak diterbitkan SKPDLB atau SKRDLB.

(7) Apabila pengembalian kelebihan pembayaran pajak

atau retribusi dilakukan setelah lewat jangka waktu

dua bulan, maka kepala daerah memberikan imbalan

bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan atas

kelebihan pembayaran kelebihan pembayaran pajak

atau retribusi.

(8) Tata cara pengembalian pembayaran pajak atau

retribusi diatur dengan peraturan daerah.

g) Daluwarsa Penagihan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah

(1) Hak untuk melakukan penagihan pajak dan retribusi

daerah daluwarsa setelah melampaui jangka waktu

lima tahun sejak saat terutang pajak dan retribusi,

kecuali bila wajib pajak/retribusi melakukan tindak

pidana di bidang perpajakan/retribusi daerah.

(2) Daluwarsa penagihan tersebut di atas

tertangguhkan, apabila diterbitkan surat teguran dan

surat paksa atau ada pengakuan utang pajak/retribusi

dari wajib pajak/retribusi baik langsung maupun tidak

langsung.

Page 83: SISTEM ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH II · PDF fileMata ajar sistem administrasi keuangan negara II ... Pasal 1 UUD 1945 menetapkan negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk

Sistem Administrasi Keuangan Daerah II

Pusdiklatwas BPKP – 2007 75

Pedoman tata cara penghapusan piutang pajak dan

retribusi daerah yang daluwarsa diatur dengan

peraturan pemerintah.

2. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan

Salah satu sumber pendapatan asli daerah adalah hasil pengelolaan

kekayaan daerah yang dipisahkan yang terdiri atas bagian laba

BUMD dan hasil kerja sama dengan pihak ketiga. Jumlah rencana

PAD yang dianggarkan dari pengelolaan kekayaan daerah yang

dipisahkan harus mencerminkan rasionalitas dibandingkan dengan

nilai kekayaan daerah yang dipisahkan dan ditetapkan sebagai

penyertaan modal (investasi).

Upaya peningkatan penerimaan laba/dividen atas penyertaan modal

atau investasi daerah lainnya yang dapat ditempuh melalui

inventarisasi, penataan, dan evaluasi nilai kekayaan daerah yang

dipisahkan baik dalam bentuk uang maupun barang sebagai

penyertaan modal (investasi). Selain itu pendayagunaan kekayaan

daerah yang belum dipisahkan dan belum dimanfaatkan untuk

dikelola atau dikerjasamakan dengan pihak ketiga sehingga

menghasilkan pendapatan daerah.

Jenis hasil pengelolaan kekayaan daerah dirinci menurut objek

pendapatan yang mencakup:

a. bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik

daerah/BUMD

b. bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik

negara/BUMN

c. bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik swasta

atau kelompok usaha masyarakat.

Page 84: SISTEM ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH II · PDF fileMata ajar sistem administrasi keuangan negara II ... Pasal 1 UUD 1945 menetapkan negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk

Sistem Administrasi Keuangan Daerah II

Pusdiklatwas BPKP – 2007 76

3. PAD Lain-lain yang Sah

PAD bertujuan memberi kewenangan kepada pemerintah daerah

untuk menandai pelaksanaan otonomi daerah sesuai dengan potensi

daerah sebagai perwujudan desentralisasi. Isi ayat (1) huruf d pasal 6

UU No. 33 tahun 2004 tentang PAD lain-lain yang sah antara lain

meliputi:

a. hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan

b. jasa giro

c. pendapatan bunga

d. penerimaan atas tuntutan kerugian daerah

e. penerimaan komisi, rabat, potongan atau bentuk lain sebagai

akibat penjualan, tukar menukar, hibah, asuransi dan pengadaan

barang/jasa oleh daerah

f. keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing

g. pendapatan denda atas keterlambatan pelaksanaan pekerjaan

h. pendapatan denda pajak

i. pendapatan denda retribusi

j. pendapatan hasil eksekusi atas jaminan

k. pendapatan dari pengembalian

l. fasilitas sosial dan fasilitas umum

m. pendapatan dari penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan

n. pendapatan dari BLUD.

Page 85: SISTEM ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH II · PDF fileMata ajar sistem administrasi keuangan negara II ... Pasal 1 UUD 1945 menetapkan negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk

Sistem Administrasi Keuangan Daerah II

Pusdiklatwas BPKP – 2007 77

B. Dana Perimbangan

Dana perimbangan adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN

yang dialokasikan kepada daerah untuk mendanai kebutuhan daerah

dalam rangka pelaksanaan desentralisasi.

Dana Perimbangan merupakan pendanaan daerah yang bersumber dari

APBN, yang terdiri atas:

1. dana bagi hasil (DBH) pajak dan bukan pajak;

2. dana alokasi umum (DAU); dan

3. dana alokasi khusus (DAK).

Dana Perimbangan selain dimaksudkan untuk membantu daerah dalam

mendanai kewenangannya, juga bertujuan untuk mengurangi ketimpangan

sumber pendanaan pemerintahan antara pusat dan daerah serta untuk

mengurangi kesenjangan pendanaan pemerintahan antar daerah. Ketiga

komponen dana perimbangan ini merupakan sistem transfer dana dari

pemerintah serta merupakan satu kesatuan yang utuh.

1. Dana Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak

Dana bagi hasil adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN

yang dibagihasilkan kepada daerah berdasarkan angka persentase

tertentu. Pengaturan DBH dalam Undang-Undang Nomor 33 Tahun

2004 merupakan penyelarasan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983

tentang Pajak Peng-hasilan sebagaimana telah beberapa kali diubah

terakhir dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000. Dalam

Undang-Undang ini dimuat peng-aturan mengenai bagi hasil

penerimaan pajak penghasilan (PPh) pasal 25/29 wajib pajak orang

pribadi dalam negeri dan PPh Pasal 21, serta sektor pertambangan

panas bumi sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor

Page 86: SISTEM ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH II · PDF fileMata ajar sistem administrasi keuangan negara II ... Pasal 1 UUD 1945 menetapkan negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk

Sistem Administrasi Keuangan Daerah II

Pusdiklatwas BPKP – 2007 78

27 Tahun 2003 tentang Panas Bumi. Selain itu, dana reboisasi yang

semula termasuk bagian dari DAK dialihkan menjadi DBH.

Bagi hasil pajak dan bukan pajak meliputi: bagian daerah dari

penerimaan pajak bumi dan bangunan, dan penerimaan dari sumber

daya alam.

a. Bagian Daerah dari Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)

Penerimaan negara dari PBB dibagi dengan imbangan 10%

(sepuluh persen) untuk pemerintah pusat dan 90% (sembilan

puluh persen) untuk daerah. Bagian daerah dari PBB selanjutnya

dibagi dengan rincian sebagai berikut:

1) 16,2% (enam belas koma dua persen) untuk daerah provinsi

yang bersangkutan dan disalurkan ke rekening kas daerah

provinsi.

2) 64,8% (enam puluh empat koma delapan persen) untuk

daerah kabupaten/kota yang bersangkutan dan disetor ke

rekening Kas daerah kabupaten/kota.

3) 9% (sembilan persen) untuk biaya pemungutan.

4) 10% (sepuluh persen) bagian pemerintah dari penerimaan PBB

dibagikan kepada seluruh daerah kabupaten/kota yang

didasarkan atas realisasi penerimaan PBB tahun berjalan,

dengan imbangan sebagai berikut:

a) 65% (enam puluh lima persen) dibagikan secara merata

kepada seluruh kabupaten/kota.

b) 35% (tiga puluh lima persen) dibagikan sebagai insentif

kepada kabupaten/kota yang realisasi penerimaan PBB

tahun sebelumnya mencapai/melampaui rencana

penerimaan sektor tertentu.

Page 87: SISTEM ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH II · PDF fileMata ajar sistem administrasi keuangan negara II ... Pasal 1 UUD 1945 menetapkan negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk

Sistem Administrasi Keuangan Daerah II

Pusdiklatwas BPKP – 2007 79

b. Bagian Daerah dari Pajak Penghasilan

1) Bagian daerah dari penerimaan PPh pasal 25/29 dan PPh

Pasal 21 adalah sebesar 20%

2) Bagian daerah dari dana bagi hasil dari penerimaan PPh pasal

25 dan pasal 29 di atas, dibagi dengan imbangan 60% untuk

kabupaten/kota dan 40% untuk provinsi.

3) Penyaluran dana bagi hasil sebagaimana maksud di atas,

dilaksanakan secara triwulan.

c. Bagian Daerah dari Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan

1) Penerimaan negara dari bea perolehan hak atas tanah dan

bangunan (BPHTB) dibagi dengan imbangan 20% untuk

pemerintah pusat dan 80% untuk daerah.

2) Bagian daerah dari BPHTB dibagi dengan rincian sebagai

berikut:

a) 16% untuk daerah provinsi yang bersangkutan dan

disalurkan ke rekening kas daerah provinsi.

b) 64% untuk daerah kabupaten/kota penghasil dan disalurkan

ke rekening kas daerah kabupaten/kota.

c) 20% bagian pemerintah pusat dari penerimaan BPHTB

dibagikan dengan porsi yang sama besar untuk

kabupaten/kota di seluruh Indonesia berdasarkan realisasi

penerimaan BPHTB tahun anggaran berjalan dan sesuai

dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Page 88: SISTEM ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH II · PDF fileMata ajar sistem administrasi keuangan negara II ... Pasal 1 UUD 1945 menetapkan negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk

Sistem Administrasi Keuangan Daerah II

Pusdiklatwas BPKP – 2007 80

d. Bagian Daerah dari Penerimaan Sumber Daya Alam

1) Penerimaan negara dari sumber daya alam sektor kehutanan,

sektor pertambangan umum, dan sektor perikanan dibagi: 20%

untuk pemerintah pusat dan 80% untuk daerah.

2) Penerimaan negara dari sumber daya alam sektor kehutanan:

a) penerimaan iuran hak pengusahaan hutan (IHPH);

b) penerimaan provisi sumber daya hutan (PSDH).

3) Bagian daerah dari penerimaan negara IHPH dibagi:

a) 16% untuk daerah provinsi yang bersangkutan.

b) 64% untuk daerah kabupaten/kota penghasil.

4) Bagian daerah dari penerimaan negara PSDH dibagi:

a) 16% untuk daerah provinsi yang bersangkutan.

b) 32% untuk daerah kabupaten/kota penghasil.

c) 32% untuk daerah kabupaten/kota lainnya dalam provinsi

yang bersangkutan.

5) Penerimaan negara dari sumber daya alam sektor

pertambangan umum, terdiri dari

a) Penerimaan iuran tetap (land rent), yaitu seluruh pe-

nerimaan iuran yang diterima negara sebagai imbalan atas

kesempatan penyelidikan umum, eksplorasi atau eksploitasi

pada suatu wilayah kuasa pertambangan.

b) Penerimaan iuran eksplorasi dan iuran eksploitasi (royalty)

yaitu iuran produksi yang diterima negara dalam hal

pemegang kuasa pertambangan eksplorasi mendapat hasil

berupa bahan galian yang tergali atas kesempatan

eksplorasi yang diberikan kepadanya serta hasil yang

Page 89: SISTEM ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH II · PDF fileMata ajar sistem administrasi keuangan negara II ... Pasal 1 UUD 1945 menetapkan negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk

Sistem Administrasi Keuangan Daerah II

Pusdiklatwas BPKP – 2007 81

diperoleh dari usaha pertambangan eksploitasi (royalty)

satu atau lebih bahan galian.

6) Bagian daerah dari penerimaan negara iuran tetap (land rent)

dibagi dengan rincian:

a) 16% untuk daerah provinsi yang bersangkutan;

b) 32% untuk daerah kabupaten/kota penghasil;

c) 32% untuk daerah kabupaten/kota lainnya dalam provinsi

yang bersangkutan yang dibagi dengan porsi yang sama.

7) Penerimaan negara dari sumber daya alam sektor perikanan:

a) penerimaan pungutan pengusahaan perikanan; dan

b) penerimaan pungutan hasil perikanan.

8) Bagian daerah dari penerimaan negara di sektor perikanan

dibagikan dengan porsi yang sama besar kepada kabupaten/

kota di seluruh Indonesia.

9) Penerimaan negara dari sumber daya alam sektor per-

tambangan minyak dan gas alam yang dibagikan ke daerah

adalah penerimaan negara dari sumber daya alam sektor

pertambangan dan gas alam dari wilayah daerah terkait

setelah dikurangi komponen pajak dan pungutan lainnya.

10) Penerimaan negara dari pertambangan minyak bumi dan gas

alam terdiri atas:

a) Penerimaan negara dari pertambangan minyak bumi

dengan imbangan 84,5% untuk pemerintah pusat dan

15,5% untuk pemerintah daerah.

Page 90: SISTEM ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH II · PDF fileMata ajar sistem administrasi keuangan negara II ... Pasal 1 UUD 1945 menetapkan negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk

Sistem Administrasi Keuangan Daerah II

Pusdiklatwas BPKP – 2007 82

b) Penerimaan negara dari pertambangan gas alam dibagi

dengan imbangan 69,5% untuk pemerintah pusat dan

30,5% untuk pemerintah daerah.

11) Bagian daerah dari pertambangan minyak bumi dibagi dengan

rincian sebagai berikut:

a) 3% untuk provinsi yang bersangkutan;

b) 6% untuk kabupaen/kota penghasil; dan

c) 6% untuk kabupaten/kota lainnya dalam provinsi yang ber-

sangkutan yang dibagikan dengan porsi yang sama besar.

12) Bagian daerah dari pertambangan gas alam dibagi dengan

rincian sebagai berikut:

a) 6% untuk provinsi yang bersangkutan;

b) 12% untuk kabupaten/kota penghasil; dan

c) 12% untuk kabupaten/kota lainnya dalam provinsi yang ber-

sangkutan yang dibagikan dengan porsi yang sama besar.

13) Dana bagi hasil pertambangan minyak dan gas bumi sebesar

0,5% (setengah persen) digunakan untuk menambah anggaran

pendidikan dasar, yaitu:

a) 0,1% dibagi ke provinsi yang bersangkutan;

b) 0.2% dibagi ke kabupaten/kota penghasil; dan

c) 0,2% dibagi ke seluruh kabupaten/kota di provinsi tersebut.

2. Dana Alokasi Umum (DAU)

DAU adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang

dialokasikan untuk pemerataan kemampuan keuangan antardaerah

untuk membiayai kebutuhan pengeluarannya dalam rangka

pelaksanaan desentralisasi. DAU dialokasikan untuk daerah provinsi

Page 91: SISTEM ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH II · PDF fileMata ajar sistem administrasi keuangan negara II ... Pasal 1 UUD 1945 menetapkan negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk

Sistem Administrasi Keuangan Daerah II

Pusdiklatwas BPKP – 2007 83

dan daerah kabupaten/kota. Tujuan dari pemberian dana alokasi

umum adalah pemerataan dengan memperhatikan potensi daerah,

luas daerah, keadaan geografi, jumlah penduduk, dan tingkat

pendapatan. Termasuk dalam pengertian tersebut adalah jaminan

kesinambungan penyelenggaraan pemerintahan daerah dalam

rangka penyediaan pelayanan dasar kepada masyarakat.

Besarnya DAU untuk setiap tahun anggaran ditetapkan sebesar 26%

dari penerimaan dalam negeri yang berasal dari pajak dan bukan

pajak pada APBN setelah dikurangi dengan penerimaan negara yang

dibagihasilkan kepada daerah. Selanjutnya DAU dialokasikan ke

daerah dengan imbangan provinsi sebesar 10% (sepuluh persen) dan

kabupaten/kota 90% (sembilan puluh persen).

Sebagai contoh, besarnya DAU untuk tahun anggaran tertentu

ditetapkan sebesar 26% (dua puluh enam persen) setelah dikurangi

alokasi bagi hasil.

Misalnya:

Jumlah penerimaan negara dari pajak dan bukan pajak dalam APBN

sebesar Rp 260 trilyun dan jumlah alokasi bagi hasil adalah Rp 30

trilyun maka:

- Jumlah DAU untuk seluruh provinsi dan kabupaten/kota adalah:

26% x (Rp 260 trilyun – Rp 30 trilyun) = Rp 59,8 trilyun

- Jumlah DAU untuk seluruh provinsi adalah:

10% x Rp 59,8 trilyun = Rp 5,98 trilyun

- Jumlah DAU untuk seluruh kabupaten/kota adalah:

90% x Rp 59,8 trilyun = Rp 53,82 trilyun

Page 92: SISTEM ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH II · PDF fileMata ajar sistem administrasi keuangan negara II ... Pasal 1 UUD 1945 menetapkan negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk

Sistem Administrasi Keuangan Daerah II

Pusdiklatwas BPKP – 2007 84

Sesuai dengan PP nomor 84 Tahun 2001, dana alokasi umum baik

untuk daerah provinsi maupun untuk daerah kabupaten /kota dapat

dinyatakan dengan rumus sebagai berikut:

DAU untuk suatu

=Jumlah dana

X Bobot daerah ybs

daerah tertentu alokasi umum untuk

daerah

Jumlah bobot dari

seluruh daerah

Bobot daerah yang bersangkutan ditetapkan berdasarkan dua faktor:

• kebutuhan wilayah otonomi daerah (kebutuhan fiskal daerah)

• potensi ekonomi daerah (kapasitas fiskal daerah)

Rumusan kebutuhan wilayah otonomi daerah adalah:

Kebutuhan

Wilayah Otonomi

Daerah

=

Pengeluaran

Daerah

Rata-rata

X

α1 Indeks Penduduk +

α2 Indeks Luas Wilayah +

α3 Indeks Kemiskinan Relatif +

α4 Indeks Harga

Bobot α1, α2, α3, α4 ditentukan melalui perhitungan ekonometri

(regresi sederhana) atau secara proporsional. Rincian lebih lanjut

akan dijelaskan di bawah ini.

Rumusan pengeluaran daerah rata-rata adalah sebagai berikut:

Pengeluaran daerah = Jumlah pengeluaran seluruh daerah

rata-rata Jumlah daerah

Page 93: SISTEM ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH II · PDF fileMata ajar sistem administrasi keuangan negara II ... Pasal 1 UUD 1945 menetapkan negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk

Sistem Administrasi Keuangan Daerah II

Pusdiklatwas BPKP – 2007 85

Rumusan beberapa indeks adalah sebagai berikut:

Indeks Penduduk (α1) = Populasi daerah i

Rata-rata populasi daerah secara nasional

Indeks Luas Daerah (α2) = Luas daerah i

Rata-rata luas daerah nasional

Indeks Kemiskinan Relatif (α3) = Jumlah penduduk miskin daerah i

Rata-rata jumlah penduduk miskin daerah

Indeks Harga (α4) = Indeks konstruksi daerah i

Rata-rata indeks konstruksi daerah

Potensi Ekonomi Daerah dihitung berdasarkan rumus:

Potensi Ekonomi Daerah = PAD + PBB + BPHTB + BHSDA + PPh

PAD : Pendapatan Asli Daerah

PBB : Pajak Bumi dan Bangunan

BPHTB : Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan

BHSDA : Bagi Hasil dari Sumber Daya Alam

PPh : Pajak Penghasilan

Tata cara penyaluran DAU adalah seperti di bawah ini:

Setiap awal tahun anggaran, Direktur Jenderal Anggaran Departemen

Keuangan menebitkan daftar alokasi DAU (DA–DAU) yang berlaku

sebagai SKO. Direktur Jenderal Anggaran menyampaikan dokumen

tersebut kepada gubernur/bupati /walikota serta KPKN.

Page 94: SISTEM ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH II · PDF fileMata ajar sistem administrasi keuangan negara II ... Pasal 1 UUD 1945 menetapkan negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk

Sistem Administrasi Keuangan Daerah II

Pusdiklatwas BPKP – 2007 86

Selanjutnya masing-masing kepala daerah mengajukan SPM kepada

KPKN setempat dalam waktu enam hari kerja sebelum tanggal satu

bulan berikutnya sebesar 1/12 (satu per dua belas) dari pagu DAU

dengan dilampiri bukti penerimaan.

Atas dasar SPM yang diajukan, KPKN menerbitkan SP2D-LS atas

nama gubernur/bupati/walikota pada rekening kas umum daerah.

3. Dana Alokasi Khusus (DAK)

Dana alokasi khusus berasal dari APBN yang dialokasikan kepada

daerah untuk membantu membiayai kebutuhan khusus/tertentu yaitu

• kebutuhan yang tidak dapat diperkirakan secara umum dengan

menggunakan rumus alokasi khusus,

• kebutuhan yang merupakan komitmen atau prioritas potensi

nasional.

Dana tersebut dialokasikan kepada daerah tertentu berdasarkan

usulan dari daerah. Untuk membiayai kebutuhan khusus yang

bersumber dari DAK diperlukan dana pendamping yang bersumber

dari APBD dengan jumlah sekurang-kurangnya 10%.

Untuk pembiayaan program/kegiatan reboisasi, tidak dipersyaratkan

adanya dana pendamping. Terhadap penerimaan negara yang

berasal dari dana reboisasi, disisihkan sebesar 40% (empat puluh

persen) dan diberikan kepada “daerah penghasil” sebagai bagian dari

DAK untuk membiayai kegiatan reboisasi/penghijauan di daerah

penghasil.

Sektor/program/kegiatan yang tidak dapat dibiayai dari DAK adalah:

biaya-biaya administrasi, penyiapan proyek fisik, penelitian, pelatihan,

perjalanan dinas, dan lain-lain biaya umum sejenis. Sesuai pasal 42

Page 95: SISTEM ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH II · PDF fileMata ajar sistem administrasi keuangan negara II ... Pasal 1 UUD 1945 menetapkan negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk

Sistem Administrasi Keuangan Daerah II

Pusdiklatwas BPKP – 2007 87

Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004, ketentuan lebih lanjut

mengenai DAK akan diatur dalam peraturan pemerintah.

Secara ringkas rincian pembagian antara pemerintah pusat dan

daerah sesuai dengan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004

tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat Dan

Pemerintah Daerah ditetapkan sebagai berikut:

No. Sumber Penerimaan Pusat Daerah

1. Pajak Bumi dan Bangunan 10% 90%

2. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan

Bangunan

20% 80%

3. Sumber Daya Alam Sektor Kehutanan,

Sektor Pertambangan Umum dan

Sektor Perikanan

20% 80%

4. Pertambangan Minyak Bumi yang

berasal dari Wilayah Daerah setelah

dikurangi komponen pajak dan

pungutan lainnya

84,5% 15,5%

5. Pertambangan dan Gas Bumi yang

berasal dari Wilayah Daerah setelah

dikurangi komponen pajak dan

pungutan lainnya.

69,5% 30,5%

6. Dana Alokasi Umum. - provinsi 10%

kab/kota 90%

7. Dana Alokasi Khusus (yang berasal

dari dana reboisasi)

60% 40%

Page 96: SISTEM ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH II · PDF fileMata ajar sistem administrasi keuangan negara II ... Pasal 1 UUD 1945 menetapkan negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk

Sistem Administrasi Keuangan Daerah II

Pusdiklatwas BPKP – 2007 88

4. Bagi Hasil dari Provinsi

Bagi hasil dari pemerintah daerah provinsi untuk kabupaten/kota di

wilayahnya, pada dasarnya merupakan hasil pajak provinsi, yang

sebagian dibagikan ke kabupaten/kota menurut aturan dalam perda

provinsi yang bersangkutan, berupa:

a. pajak kendaraan bermotor dan kendaraan di atas air;

b. bea balik nama kendaraan bermotor dan kendaraan di atas air;

c. pajak bahan bakar kendaraan bermotor; dan

d. pajak pengambilan dan pemanfaatan air bawah tanah dan air

permukaan.

C. Pendapatan Daerah Lainnya yang Sah

1. Dana darurat yang diterima dari pemerintah dan bantuan uang dan

barang dari badan/lembaga tertentu untuk menanggulangi bencana

alam yang disalurkan melalui pemerintah daerah.

2. Hibah yang diterima baik berupa uang, barang dan/atau jasa yang

dianggarkan dalam APBD harus berdasarkan naskah perjanjian hibah

daerah dan mendapat persetujuan DPRD.

3. Sumbangan yang diterima dari organisasi/lembaga tertentu

perorangan atau pihak ketiga, yang tidak berkonsekuensi

pengeluaran maupun pengurangan kewajiban pihak ketiga/pemberi

sumbangan diatur dalam peraturan daerah.

4. Pendapatan lain-lain yang ditetapkan pemerintah pusat termasuk

dana penyesuaian dan dana otonomi khusus.

Page 97: SISTEM ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH II · PDF fileMata ajar sistem administrasi keuangan negara II ... Pasal 1 UUD 1945 menetapkan negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk

Sistem Administrasi Keuangan Daerah II

Pusdiklatwas BPKP – 2007 89

D. Penerimaan Pembiayaan

Pembiayaan (financing) menurut PSAP (Pernyataan Standar Akuntansi

Pemerintah) Nomor 2, adalah “seluruh transaksi keuangan pemerintah,

baik penerimaan maupun pengeluaran, yang perlu dibayar atau akan

diterima kembali, yang dalam penganggaran pemerintah terutama

dimaksudkan untuk menutup defisit dan atau memanfaatkan surplus

anggaran.”

Penerimaan pembiayaan antara lain berasal dari pinjaman dan hasil

divestasi. Sementara pengeluaran pembiayaan antara lain digunakan

untuk pembiayaan kembali pokok pinjaman, pemberian pinjaman kepada

entitas lain, serta penyertaan modal oleh pemerintah daerah.

Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2005 tentang Pinjaman Daerah,

mengklasifikasikan pinjaman daerah dalam bentuk:

a. pinjaman jangka pendek;

b. pinjaman jangka menengah; dan

c. pinjaman jangka panjang.

Pinjaman jangka pendek merupakan pinjaman daerah dalam jangka waktu

kurang atau sama dengan satu tahun anggaran dan kewajiban

pembayaran kembali pinjaman yang meliputi pokok pinjaman, bunga dan

biaya lain seluruhnya harus dilunasi dalam tahun anggaran yang

bersangkutan. Pinjaman ini hanya dipergunakan untuk menutup

kekurangan arus kas pada tahun anggaran yang bersangkutan.

Pinjaman jangka menengah merupakan pinjaman daerah dalam jangka

waktu lebih dari satu tahun anggaran dan kewajiban pembayaran kembali

pinjaman yang meliputi pokok pinjaman, bunga dan biaya lain harus dalam

jangka waktu yang tidak melebihi sisa masa jabatan kepala daerah yang

bersangkutan. Pinjaman ini dipergunakan untuk membiayai penyediaan

layanan umum yang tidak menghasilkan penerimaan.

Page 98: SISTEM ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH II · PDF fileMata ajar sistem administrasi keuangan negara II ... Pasal 1 UUD 1945 menetapkan negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk

Sistem Administrasi Keuangan Daerah II

Pusdiklatwas BPKP – 2007 90

Pinjaman jangka panjang merupakan pinjaman daerah dalam jangka waktu

lebih dari satu tahun anggaran dan kewajiban pembayaran kembali

pinjaman yang meliputi pokok pinjaman, bunga dan biaya lain harus pada

tahun-tahun anggaran berikutnya sesuai dengan persyaratan perjanjian

pinjaman tersebut. Pinjaman ini dipergunakan untuk membiayai proyek

investasi yang menghasilkan penerimaan.

Penerimaan pembiayaan menurut ketentuan dalam PP No. 58 Tahun

2005, terdiri atas:

- sisa lebih perhitungan anggaran tahun anggaran sebelumnya;

- pencairan dana cadangan;

- hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan;

- penerimaan pinjaman daerah;

- penerimaan kembali pemberian pinjaman; dan

- Penerimaan piutang daerah.

1. Sisa lebih Perhitungan Anggaran Tahun Sebelumnya (SILPA)

SILPA mencakup pelampauan penerimaan PAD, pelampauan

penerimaan dana perimbangan, pelampauan penerimaan lain-lain

pendapatan daerah yang sah, pelampauan penerimaan pembiayaan,

penghematan belanja, kewajiban pihak III yang sampai dengan akhir

tahun belum terselesaikan, dan sisa dana kegiatan lanjutan.

2. Pencairan Dana Cadangan

Pencairan dana cadangan digunakan untuk menganggarkan

pencairan dana cadangan dari rekening dana cadangan ke rekening

kas umum daerah dalam tahun anggaran berkenaan.

Page 99: SISTEM ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH II · PDF fileMata ajar sistem administrasi keuangan negara II ... Pasal 1 UUD 1945 menetapkan negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk

Sistem Administrasi Keuangan Daerah II

Pusdiklatwas BPKP – 2007 91

3. Hasil Penjualan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan

Hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan, digunakan antara

lain untuk menganggarkan hasil penjualan perusahaan milik

daerah/BUMD dan penjualan aset milik pemerintah daerah yang

dikerjasamakan dengan pihak III, atau hasil divestasi penyertaan

modal pemerintah daerah.

4. Penerimaan Pinjaman Daerah

a. Sumber Pinjaman Daerah

Pinjaman dapat berasal dari dalam negeri atau luar negeri.

Pinjaman dalam negeri dapat diperoleh dari pemerintah pusat,

lembaga keuangan bank, lembaga keuangan bukan bank,

masyarakat dan sumber lainnya. Sedangkan pinjaman dari luar

negeri dapat berupa pinjaman bilateral atau pinjaman multilateral.

Pinjaman daerah dapat dibedakan menjadi pinjaman jangka

panjang dan pinjaman jangka pendek. Pinjaman jangka panjang

hanya dapat digunakan untuk membiayai pembangunan

prasarana yang merupakan aset daerah dan dapat menghasilkan

penerimaan untuk pembayaran kembali pinjaman, serta

memberikan manfaat bagi pelayanan masyarakat. Pinjaman

jangka panjang tidak dapat digunakan untuk membiayai belanja

administrasi umum serta belanja operasional dan pemeliharaan.

Selain itu daerah dapat melakukan pinjaman jangka panjang guna

pengaturan arus kas dalam rangka pengelolaan kas daerah.

b. Persyaratan Pinjaman Daerah

1) Untuk pinjaman jangka panjang harus memenuhi persyaratan

sebagai berikut:

Page 100: SISTEM ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH II · PDF fileMata ajar sistem administrasi keuangan negara II ... Pasal 1 UUD 1945 menetapkan negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk

Sistem Administrasi Keuangan Daerah II

Pusdiklatwas BPKP – 2007 92

a) Jumlah kumulatif pokok pinjaman daerah yang wajib

dibayar tidak melebihi 75% dari jumlah penerimaan umum

APBD tahun sebelumnya.

b) Berdasarkan proyeksi penerimaan dan pengeluaran

daerah tahunan selama jangka waktu pinjaman, debt

service coverage ratio (DSCR) paling sedikit 2,5 .

c) Jumlah maksimum pinjaman jangka panjang adalah 1/6

(satu per enam) dari jumlah belanja APBD tahun

anggaran yang berjalan.

2) Untuk pinjaman jangka pendek harus memenuhi persyaratan

sebagai berikut:

a) Pinjaman jangka pendek dilakukan dengan memper-

timbangkan kecukupan penerimaan daerah untuk mem-

bayar kembali pinjaman tersebut pada waktunya.

b) Pelunasan pinjaman jangka pendek wajib diselesaikan

dalam tahun anggaran yang berjalan.

3) Berdasarkan pertimbangan kepentingan nasional, menteri

keuangan dapat menetapkan pengendalian lebih lanjut atas

pinjaman daerah.

c. Batas Maksimum Jangka Waktu Pinjaman Daerah

1) Batas maksimum jangka waktu pinjaman jangka panjang

disesuaikan dengan umur ekonomis aset yang dibiayai dari

pinjaman tersebut.

2) Batas maksimum masa tenggang disesuaikan dengan masa

konstruksi proyek.

Page 101: SISTEM ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH II · PDF fileMata ajar sistem administrasi keuangan negara II ... Pasal 1 UUD 1945 menetapkan negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk

Sistem Administrasi Keuangan Daerah II

Pusdiklatwas BPKP – 2007 93

3) Jangka waktu pinjaman jangka panjang sudah termasuk

masa tenggang.

4) Jangka waktu pinjaman dan masa tenggang untuk pinjaman

jangka panjang yang bersumber dari dalam negeri ditetapkan

daerah dengan persetujuan DPRD, sedang yang bersumber

dari luar negeri disesuaikan dengan persyaratan pinjaman

luar negeri yang bersangkutan.

d. Larangan Penjaminan

1) Daerah dilarang membuat perjanjian yang menjamin

pinjaman pihak lain dan mengakibatkan beban atas

keuangan daerah.

2) Barang milik Daerah yang digunakan untuk melayani

kepentingan umum tidak dapat dijadikan jaminan dalam

mem-peroleh pinjaman daerah.

e. Prosedur Pinjaman Daerah

1) Setiap pinjaman daerah dilakukan setelah mendapatkan

persetujuan dari DPRD.

2) Berdasarkan persetujuan DPRD, daerah mengajukan

pinjaman kepada calon pemberi pinjaman.

3) Setiap pinjaman daerah dituangkan dalam surat perjanjian

pinjaman antara daerah yang bersangkutan dengan pemberi

pinjaman. Surat perjanjian tersebut ditandatangani oleh

kepala daerah (atas nama daerah) dan pemberi pinjaman,

selanjutnya diumumkan dalam lembaran daerah.

4) Pinjaman daerah yang bersumber dari luar negeri dilakukan

melalui pemerintah pusat.

Page 102: SISTEM ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH II · PDF fileMata ajar sistem administrasi keuangan negara II ... Pasal 1 UUD 1945 menetapkan negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk

Sistem Administrasi Keuangan Daerah II

Pusdiklatwas BPKP – 2007 94

5) Untuk memperoleh pinjaman daerah yang bersumber dari

luar negeri, daerah mengajukan usulan pinjaman kepada

pemerintah pusat disertai surat persetujuan DPRD, studi

kelayakan, dan dokumen-dokumen lain yang diperlukan.

Selanjutnya pemerintah pusat melakukan evaluasi dari

berbagai aspek untuk menilai dapat tidaknya usulan tersebut

disetujui.

6) Apabila pemerintah pusat menyetujui, selanjutnya pemerintah

daerah mengadakan perundingan dengan calon pemberi

pinjaman yang hasilnya dilaporkan untuk mendapatkan per-

setujuan pemerintah pusat.

7) Untuk memperoleh pinjaman yang berasal dari pemerintah

pusat, daerah mengajukan usul kepada menteri keuangan

didukung surat persetujuan DPRD, studi kelayakan, dan

dokumen-dokumen lain yang diperlukan untuk dievaluasi.

Perjanjian pinjaman ini ditandatangani oleh menteri keuangan

dan kepala daerah.

f. Pembayaran Kembali Pinjaman Daerah

1) Semua pembayaran yang menjadi kewajiban daerah atas

pinjaman daerah yang jatuh tempo merupakan prioritas dan

dianggarkan dalam pengeluaran APBD.

2) Dalam hal daerah tidak memenuhi kewajiban pembayaran

atas pinjaman daerah dari pemerintah pusat, maka

pemerintah pusat memperhitungkan kewajiban tersebut

dengan DAU kepada daerah yang bersangkutan.

3) Dalam hal daerah tidak memenuhi kewajiban pembayaran

atas pinjaman daerah yang bersumber dari luar negeri, maka

kewajiban tersebut diselesaikan sesuai perjanjian pinjaman.

Page 103: SISTEM ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH II · PDF fileMata ajar sistem administrasi keuangan negara II ... Pasal 1 UUD 1945 menetapkan negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk

Sistem Administrasi Keuangan Daerah II

Pusdiklatwas BPKP – 2007 95

g. Pembukuan dan Pelaporan

1) Semua penerimaan dan kewajiban dalam rangka pinjaman

daerah dicantumkan dalam APBD dan dibukukan sesuai

dengan standar akuntansi keuangan pemerintah daerah.

2) Keterangan tentang semua pinjaman jangka panjang dituang-

kan dalam lampiran dokumen APBD.

3) Kepala daerah melaporkan kepada DPRD secara berkala

dengan tembusan kepada menteri keuangan tentang per-

kembangan jumlah pinjaman daerah dan tentang pelaksanaan

pemenuhan kewajiban pinjaman yang telah jatuh tempo.

5. Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman

Penerimaan kembali pemberian pinjaman digunakan untuk meng-

anggarkan posisi penerimaan kembali pinjaman yang diberikan

kepada pemerintah pusat dan/atau pemerintah daerah lainnya.

6. Penerimaan Piutang Daerah

Penerimaan piutang digunakan untuk menganggarkan penerimaan

yang bersumber dari pelunasan piutang pihak ketiga, seperti

penerimaan piutang daerah dari pendapatan daerah, pemerintah,

pemerintah daerah lain, lembaga keuangan bank, lembaga keuangan

bukan bank, dan penerimaan piutang lainnya.

7. Penerimaan Kembali Penyertaan Modal (Investasi) Daerah

Penerimaan kembali penyertaan modal (investasi) daerah digunakan

untuk menganggarkan penerimaan yang bersumber dari penyertaan

modal yang bersumber dari penyertaan modal yang diterima kembali.

Page 104: SISTEM ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH II · PDF fileMata ajar sistem administrasi keuangan negara II ... Pasal 1 UUD 1945 menetapkan negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk

Sistem Administrasi Keuangan Daerah II

Pusdiklatwas BPKP – 2007 96

E. LATIHAN

1. Pajak provinsi yang tari tertingginya 10% adalah

a. PKB

b. BBN-KB/KA

c. PBB-KB

d. P3ABT/AP

2. SPTPD tidak disampaikan oleh WPD kepada kepala daerah dalam

jangka waktu tertentu dan setelah WPD ditegur secara tertulis, maka

kepala daerah akan menerbitkan:

a. SKPDKB

b. SKPDN

c. SKPD

d. SKPDKBT

3. Salah satu penerimaan daerah adalah dana bagi hasil pajak dari

BPHTB dengan komposisi :

a. Pemerintah pusat 25%; pemerintah daerah 75%

b. Pemerintah pusat 10%; pemerintah daerah 9%; biaya pungut 9%

c. Pemerintah pusat 20%; pemerintah provinsi 32%; pemerintah

kab./kota 48%

d. Pemerintah provinsi 16%; pemerintah kab./kopta 84%

4. Pinjaman daerah yanghanya dipergunakan untuk menutup

kekurangan arus kas pada tahun anggaran yang bersangkutan:

a. Pinjaman jangka panjang

Page 105: SISTEM ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH II · PDF fileMata ajar sistem administrasi keuangan negara II ... Pasal 1 UUD 1945 menetapkan negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk

Sistem Administrasi Keuangan Daerah II

Pusdiklatwas BPKP – 2007 97

b. Pinjaman jangka menengah

c. Pinjaman jangka pendek

d. Pinjaman pihak ketiga

5. Jumlah penerimaan negara dari pajak dan bukan pajak dalam APBN

tahun 2008 sebesar Rp 550 trilyun dan jumlah alokasi bagi hasil

adalah Rp 50 trilyun, maka jumlah DAU seluruh kabupaten/kota di

Indonesia:

e. Rp 13 trilyun

a. Rp 117 trilyun

b. Rp 130 trilyun

c. Rp 260 trilyun

Page 106: SISTEM ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH II · PDF fileMata ajar sistem administrasi keuangan negara II ... Pasal 1 UUD 1945 menetapkan negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk

Sistem Administrasi Keuangan Daerah II

Pusdiklatwas BPKP – 2007 98

BAB VI

PENGELUARAN DAERAH

Ketentuan dalam pasal 18 Permendagri Nomor 13 Tahun 2006, menyebutkan:

(1) Pengeluaran daerah terdiri dari belanja daerah dan pengeluaran

pembiayaan daerah.

(2) Belanja daerah merupakan perkiraan beban pengeluaran daerah yang

dialokasikan secara adil dan merata agar relatif dapat dinikmati oleh

seluruh kelompok masyarakat tanpa diskriminasi, khususnya dalam

pemberian pelayanan umum.

(3) Pengeluaran pembiayaan adalah semua pengeluaran yang akan diterima

kembali baik pada tahun anggaran yang bersangkutan, maupun pada

tahun-tahun anggaran berikutnya.

Dalam menyusun APBD, penganggaran pengeluaran/belanja daerah, harus

didukung dengan adanya kepastian tersedianya penerimaan dalam jumlah yang

cukup.

A. BELANJA DAERAH

Berdasarkan Pasal 24 Permendagri Nomor 13 Tahun 2006, belanja daerah

dapat dirinci menurut

- urusan pemerintahan daerah;

- organisasi;

- program dan kegiatan;

Setelah mempelajari bab ini diharapkan peserta diklat mampu menjelaskan pengertian pengeluaran daerah, berupa belanja daerah dan pengeluaran pembiayaan daerah.

Page 107: SISTEM ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH II · PDF fileMata ajar sistem administrasi keuangan negara II ... Pasal 1 UUD 1945 menetapkan negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk

Sistem Administrasi Keuangan Daerah II

Pusdiklatwas BPKP – 2007 99

- kelompok;

- jenis; dan

- objek dan rincian objek belanja.

1. Urusan Pemerintahan Daerah

Belanja daerah yang dipergunakan untuk mendanai pelaksanaan

urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan provinsi atau

kabupaten/kota, terdiri dari:

- urusan wajib;

- urusan pilihan; dan

- urusan yang penanganannya dalam bagian atau bidang tertentu

dapat dilaksanakan bersama antara pemerintah dan pemerintah

daerah atau antar pemerintah daerah yang ditetapkan dengan

ketentuan perundang-undangan.

Belanja penyelenggaraan urusan wajib diprioritaskan untuk

melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dalam

upaya memenuhi kewajiban daerah yang diwujudkan dalam bentuk

peningkatan pelayanan dasar, pendidikan, kesehatan, fasilitas sosial

dan fasilitas umum yang layak, serta mengembangkan sistem jaminan

sosial.

Peningkatan kualitas kehidupan masyarakat diwujudkan melalui

prestasi kerja dalam pencapaian standar pelayanan minimal sesuai

dengan peraturan perundang-undangan.

Klasifikasi belanja menurut urusan wajib, mencakup:

a. pendidikan;

b. kesehatan;

Page 108: SISTEM ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH II · PDF fileMata ajar sistem administrasi keuangan negara II ... Pasal 1 UUD 1945 menetapkan negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk

Sistem Administrasi Keuangan Daerah II

Pusdiklatwas BPKP – 2007 100

c. pekerjaan umum;

d. perumahan rakyat;

e. penataan ruang;

f. perencanaan pembangunan;

g. perhubungan;

h. lingkungan hidup;

i. pertanahan;

j. kependudukan dan catatan sipil;

k. pemberdayaan perempuan;

l. keluarga berencana dan keluarga sejahtera;

m. sosial;

n. tenaga kerja;

o. koperasi dan usaha kecil dan menengah;

p. penanaman modal;

q. kebudayaan;

r. pemuda dan olah raga;

s. kesatuan bangsa dan politik dalam negeri;

t. otonomi daerah, pemerintahan umum, administrasi

keuangan daerah, perangkat daerah, kepegawaian dan

persandian;

u. ketahanan pangan;

v. pemberdayaan masyarakat dan desa;

w. statistik;

Page 109: SISTEM ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH II · PDF fileMata ajar sistem administrasi keuangan negara II ... Pasal 1 UUD 1945 menetapkan negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk

Sistem Administrasi Keuangan Daerah II

Pusdiklatwas BPKP – 2007 101

x. kearsipan;

y. komunikasi dan informatika; dan

z. Perpustakaan

Klasifikasi belanja menurut urusan pilihan, terdiri atas:

a. pertanian;

b. kehutanan;

c. energi dan sumber daya mineral;

d. pariwisata;

e. kelautan dan perikanan;

f. perdagangan;

g. perindustrian; dan

h. transmigrasi.

Belanja menurut urusan pemerintahan yang penanganannya dalam

bagian atau bidang tertentu yang dapat dilaksanakan bersama antara

pemerintah dan pemerintah daerah atau antar pemerintah daerah

yang ditetapkan dengan ketentuan perundang-undangan, dijabarkan

dalam bentuk program dan kegiatan yang diklasifikasikan menurut

urusan wajib dan urusan pilihan.

2. Organisasi

Klasifikasi belanja menurut organisasi, disesuaikan dengan susunan

organisasi pada masing-masing pemerintah daerah. Contoh klasifikasi

ini dapat dilihat pada gambar 3.2 pada Bab III.

Page 110: SISTEM ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH II · PDF fileMata ajar sistem administrasi keuangan negara II ... Pasal 1 UUD 1945 menetapkan negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk

Sistem Administrasi Keuangan Daerah II

Pusdiklatwas BPKP – 2007 102

3. Klasifikasi Program dan Kegiatan

Klasifikasi belanja menurut program dan kegiatan, disesuaikan

dengan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah

(Lihat Lampiran A.VII Permendagri 13/2006).

4. Klasifikasi Kelompok

Klasifikasi belanja menurut kelompok dirinci dalam kelompok belanja

langsung dan kelompok belanja tidak langsung.

a. Belanja Langsung

Belanja langsung adalah belanja yang dipengaruhi secara

langsung oleh adanya program dan kegiatan yang direncanakan.

Jenis belanja langsung dapat berupa belanja pegawai/personalia,

barang/jasa, pemeliharaan, dan perjalanan dinas.

Keberadaan belanja tersebut merupakan konsekuensi karena

adanya program dan kegiatan dan mempunyai karakter bahwa

masukan (alokasi belanja) dapat diukur dan diperbandingkan

dengan keluarannya.

Belanja langsung dibagi menurut jenis belanja, yaitu:

1) belanja pegawai;

2) belanja barang & jasa; dan

3) belanja modal.

b. Belanja Tidak Langsung

Belanja tidak langsung adalah belanja yang tidak dipengaruhi

secara langsung terhadap adanya program/kegiatan. Belanja ini

meliputi belanja pegawai, barang/jasa, pemeliharaan, dan

perjalanan dinas.

Page 111: SISTEM ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH II · PDF fileMata ajar sistem administrasi keuangan negara II ... Pasal 1 UUD 1945 menetapkan negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk

Sistem Administrasi Keuangan Daerah II

Pusdiklatwas BPKP – 2007 103

Keberadaan anggaran belanja ini bukan merupakan konsekuensi

ada atau tidaknya program/kegiatan. Belanja ini digunakan secara

periodik (umumnya bulanan) dalam rangka koordinasi penye-

lenggaraan tugas pemerintahan yang bersifat umum, dan

digunakan secara bersama-sama dalam pelaksanaan program/

kegiatan.

Dalam perhitungan ASB (Analisa Standar Belanja), belanja tidak

langsung harus dialokasikan pada setiap program/kegiatan tahun

anggaran yang bersangkutan. Program/kegiatan yang

memperoleh alokasi belanja tidak langsung adalah program atau

kegiatan non investasi.

ASB merupakan hasil penjumlahan belanja langsung setiap

program/kegiatan dengan belanja tidak langsung yang

dialokasikan pada program/kegiatan tersebut, yang selanjutnya

digunakan sebagai standar untuk menilai program/kegiatan unit

kerja.

Belanja tidak langsung dibagi menurut jenis belanja terdiri atas:

1) belanja pegawai;

2) bunga;

3) subsidi;

4) hibah;

5) bantuan sosial;

6) belanja bagi hasil;

7) bantuan keuangan; dan

8) belanja tidak terduga.

Page 112: SISTEM ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH II · PDF fileMata ajar sistem administrasi keuangan negara II ... Pasal 1 UUD 1945 menetapkan negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk

Sistem Administrasi Keuangan Daerah II

Pusdiklatwas BPKP – 2007 104

5. Klasifikasi Jenis Belanja

Pada lampiran IV PP 24 tahun 2004 tentang Standar Akuntansi

Pemerintahan (SAP), belanja diklasifikasikan menurut ekonomi (jenis

belanja, organisasi, dan fungsi).

Klasifikasi ekonomi adalah pengelompokan belanja yang didasarkan

pada jenis belanja untuk melaksanakan suatu aktivitas.

Klasifikasi ekonomi pemerintah pusat terdiri dari: belanja pegawai,

belanja barang, belanja modal, bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial,

dan belanja lain-lain.

Sedangkan klasifikasi ekonomi untuk pemerintah daerah, terdiri dari ;

belanja pegawai, belanja barang, belanja modal, bunga, subsidi,

hibah, bantuan sosial, dan belanja tak terduga.

Contoh klasifikasi belanja menurut jenis belanja adalah sebagai

berikut:

Belanja Operasi

- Belanja Pegawai XXX

- Belanja Barang XXX

- Bunga XXX

- Subsidi XXX

- Hibah XXX

- Bantuan Sosial XXX

Belanja Modal

- Belanja Aset Tetap XXX

- Belanja Aset Lainnya XXX

Belanja Lain-lain/Tak Terduga XXX

Page 113: SISTEM ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH II · PDF fileMata ajar sistem administrasi keuangan negara II ... Pasal 1 UUD 1945 menetapkan negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk

Sistem Administrasi Keuangan Daerah II

Pusdiklatwas BPKP – 2007 105

a. Belanja Operasi

Belanja operasi adalah pengeluaran anggaran untuk kegiatan

sehari-hari pemerintah pusat/daerah yang memberi manfaat

jangka pendek.

Belanja operasi antara lain meliputi belanja pegawai, belanja

barang & jasa non investasi, belanja pemeliharaan, pembayaran

bunga hutang, belanja subsidi, dan belanja bantuan sosial.

b. Belanja Modal

Sesuai definisi dalam pernyataan SAP Nomor 2, yang dimaksud

dengan Belanja Modal adalah pengeluaran anggaran untuk

perolehan aset tetap dan aset lainnya yang memberi manfaat lebih

dari satu periode akuntansi.

Belanja Modal meliputi antara lain; belanja modal untuk perolehan

tanah, gedung dan bangunan, peralatan, dan aset tidak berwujud.

c. Belanja Tidak Tersangka

Sesuai definisi dalam pernyataan SAP Nomor 2, yang dimaksud

dengan belanja tidak tersangka adalah pengeluaran anggaran

untuk kegiatan yang sifatnya tidak biasa dan tidak diharapkan

berulang.

Yang termasuk belanja tidak tersangka antara lain: penang-

gulangan bencana alam, bencana sosial, atau pengeluaran

lainnya yang sangat diperlukan dalam rangka penyelenggaraan

kewenangan pemerintahan daerah.

Page 114: SISTEM ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH II · PDF fileMata ajar sistem administrasi keuangan negara II ... Pasal 1 UUD 1945 menetapkan negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk

Sistem Administrasi Keuangan Daerah II

Pusdiklatwas BPKP – 2007 106

Yang dimaksud dengan pengeluaran lainnya yang sangat

diperlukan adalah:

1) Pengeluaran yang sangat dibutuhkan bagi penyediaan sarana

dan prasarana yang langsung berkaitan dengan pelayanan

masyarakat, yang anggarannya tidak tersedia dalam tahun

anggaran yang bersangkutan.

2) Pengembalian atas kelebihan penerimaan yang terjadi dalam

tahun-tahun anggaran yang lalu (yang telah ditutup) dengan

didukung bukti-bukti yang sah.

Klasifikasi belanja menurut fungsi adalah klasifikasi yang

didasarkan pada sebelas fungsi utama pemerintah pusat/daerah

dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Klasifikasi ini

digunakan untuk tujuan keselarasan dan keterpaduan pengelolaan

keuangan negara/daerah, yang terdiri dari:

01 pelayanan umum ; XXX

02 pertahanan; XXX

03 ketertiban dan ketenteraman; XXX

04 ekonomi; XXX

05 lingkungan hidup; XXX

06 perumahan dan fasilitas umum; XXX

07 kesehatan; XXX

08 keluarga berencana; XXX

09 pariwisata dan budaya; XXX

10 pendidikan; dan XXX

11 perlindungan sosial. XXX

(Sumber : Lampiran A.VI Permendagri 13/ 2006)

Page 115: SISTEM ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH II · PDF fileMata ajar sistem administrasi keuangan negara II ... Pasal 1 UUD 1945 menetapkan negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk

Sistem Administrasi Keuangan Daerah II

Pusdiklatwas BPKP – 2007 107

B. PENGELUARAN PEMBIAYAAN DAERAH

Pengeluaran pembiayaan daerah terdiri dari pembentukan dana cadangan,

penyertaan modal (investasi) pemerintah daerah, pembayaran pokok

utang, dan pemberian pinjaman daerah.

1. Pembentukan Dana Cadangan

Pemerintah daerah dapat membentuk dana cadangan guna mendanai

kegiatan yang penyediaan dananya tidak dapat sekaligus/sepenuhnya

dibebankan dalam tahun anggaran. Pembentukan dana cadangan

tersebut ditetapkan dengan peraturan daerah.

Rancangan perda tentang pembentukan dana cadangan, dibahas

bersama dengan pembahasan rancangan perda APBD. Dana

cadangan dapat bersumber dari penyisihan atas penerimaan daerah,

kecuali dari dana alokasi khusus, pinjaman daerah dan penerimaan

lain yang penggunaannya dibatasi untuk pengeluaran tertentu

berdasarkan peraturan perundang-undangan.

Dana cadangan ditempatkan pada rekening tersendiri. Penerimaan

hasil bunga/dividen rekening dana cadangan dan penempatan dalam

portofolio dicantumkan sebagai penambahan dana cadangan

berkenaan dalam daftar dana cadangan pada lampiran raperda

tentang APBD.

2. Investasi Pemerintah Daerah

Investasi/penyertaan modal pemerintah daerah digunakan untuk

menganggarkan kekayaan pemerintah daerah yang diinvestasikan

baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.

Investasi jangka pendek merupakan investasi yang dapat segera

diperjualbelikan/dicairkan, yang ditujukan dalam rangka manajemen

kas dan berisiko rendah serta dimiliki selama kurang dari duabelas

Page 116: SISTEM ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH II · PDF fileMata ajar sistem administrasi keuangan negara II ... Pasal 1 UUD 1945 menetapkan negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk

Sistem Administrasi Keuangan Daerah II

Pusdiklatwas BPKP – 2007 108

bulan. Investasi ini mencakup: deposito berjangka antara tiga sampai

dengan dua belas bulan, pembelian surat utang negara (SUN),

sertifikat bank indonesia (SBI), dan surat perbendaharaan negara

(SPN).

Sedangkan yang dimaksudkan dengan investasi jangka panjang,

adalah investasi yang dimiliki lebih dari duabelas bulan. Investasi

jangka panjang dikelompokan dalam investasi permanen dan

investasi non permanen.

Investasi permanen adalah investasi jangka panjang dengan tujuan

untuk dimiliki secara berkelanjutan tanpa ada niat untuk diperjual-

belikan atau ditarik kembali. Misalnya: kerjasama daerah dengan

pihak ketiga dalam bentuk penggunausahaan/pemanfaatan aset

daerah, penyertaan modal daerah pada BUMD dan/atau badan usaha

lainnya.

Investasi non permanen adalah investasi jangka panjang yang

bertujuan untuk dimiliki secara tidak berkelanjutan atau ada niat untuk

diperjualbelikan atau ditarik kembali. Misalnya: pembelian obligasi

atau surat utang jangka panjang, dana bantuan bergulir dari

pemerintah daerah kepada kelompok masyarakat, pemberian fasilitas

pendanaan kepada usaha mikro dan menengah.

Investasi pemerintah daerah dapat dianggarkan apabila jumlah yang

akan disertakan dalam tahun anggaran berkenaan telah ditetapkan

dalam peraturan daerah tentang penyertaan modal dengan

berpedoman pada peraturan menteri dalam negeri.

3. Pembayaran Pokok Utang

Pembayaran pokok utang digunakan untuk menganggarkan

pembayaran kewajiban atas pokok utang yang dihitung berdasarkan

Page 117: SISTEM ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH II · PDF fileMata ajar sistem administrasi keuangan negara II ... Pasal 1 UUD 1945 menetapkan negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk

Sistem Administrasi Keuangan Daerah II

Pusdiklatwas BPKP – 2007 109

perjanjian pinjaman jangka pendek, jangka menengah, dan jangka

panjang.

4. Pemberian Pinjaman Daerah

Pemberian pinjaman digunakan untuk menganggarkan pinjaman yang

diberikan kepada pemerintah pusat dan/atau pemerintah daerah

lainnya

C. LATIHAN

1. Karakteristik belanja daerah yang dialokasikan dalam APBD

khususnya terkait dengan pelayanan umum harus mengedepankan:

a. adil, merata, dan tidak diskriminatif

b. proporsional, efisien, dan efektif

c. ekonomis, efisien, dan efektif

d. cukup, proporsional, dan merata.

2. Sesuai dengan ketentuan permendagri No. 13 tahun 2006 yang

direvisi dengan permendagri No. 59 tahun 2007, belanja tidak

langsung meliputi:

a. belanja barang/jasa

b. belanja pegawai

c. belanja pegawai, dan belanja pemeliharaan

d. belanja pegawai, dan belanja perjalanan dinas

3. Pembelian SUN, SBI dan SPN oleh pemerintah daerah termasuk

investasi:

a. jangka pendek

b. jangka menengah

Page 118: SISTEM ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH II · PDF fileMata ajar sistem administrasi keuangan negara II ... Pasal 1 UUD 1945 menetapkan negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk

Sistem Administrasi Keuangan Daerah II

Pusdiklatwas BPKP – 2007 110

c. permanen

d. non permanen

4. Pembangunan kembali 5 unit gedung baru SD di Kec. Sibolangit

bernilai Rp. 950 juta tidak tersedia dalam APBD TA 2008, sebagai

ganti 5 unit gedung SD yang roboh karena bencana tanah longsor

dikategorikan dalam:

a. Belanja modal

b. Belanja barang/jasa

c. Belanja investasi

d. Belanja tidak tersangka

5. Penyisihan dana cadangan oleh pemerintah daerah dapat bersumber

pada:

a. DAK

b. pinjaman daerah

c. hasil penjualan SUD

d. bagian laba BUMD

Page 119: SISTEM ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH II · PDF fileMata ajar sistem administrasi keuangan negara II ... Pasal 1 UUD 1945 menetapkan negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk

Sistem Administrasi Keuangan Daerah II

Pusdiklatwas BPKP – 2007 111

BAB VII

PELAKSANAAN, PENATAUSAHAAN, PELAPORAN DAN

PERTANGGUNGJAWABAN APBD

A. PELAKSANAAN APBD

Semua penerimaan daerah dan pengeluaran daerah dalam rangka

pelaksanaan urusan pemerintahan daerah dikelola dalam APBD.

Pelaksanaan APBD meliputi pelaksanaan anggaran pendapatan, belanja,

dan pembiayaan. Penjelasan berikut ini didasarkan pada Peraturan

Pemerintah No. 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah.

Peraturan ini telah disusun pedoman pelaksanaannya yaitu Peraturan

Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan

Keuangan Daerah.

Pengeluaran dapat dilakukan jika dalam keadaan darurat, yang selanjutnya

diusulkan dalam rancangan perubahan APBD dan/atau disampaikan dalam

laporan realisasi anggaran. Kriteria keadaan darurat ditetapkan sesuai

dengan peraturan perundang-undangan.

Pelaksanaan anggaran oleh kepala SKPD dilaksanakan setelah dokumen

pelaksanaan anggaran SKPD (DPA-SKPD) ditetapkan oleh PPKD dengan

persetujuan sekretaris daerah. Proses penetapan DPA-SKPD adalah

sebagai berikut:

Pada akhir pemelajaran ini peserta mampu memahami proses pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan dan pertanggungjawaban APBD.

Page 120: SISTEM ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH II · PDF fileMata ajar sistem administrasi keuangan negara II ... Pasal 1 UUD 1945 menetapkan negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk

Sistem Administrasi Keuangan Daerah II

Pusdiklatwas BPKP – 2007 112

1. PPKD paling lama 3 (tiga) hari kerja setelah peraturan daerah tentang

APBD ditetapkan, memberitahukan kepada semua kepala SKPD agar

menyusun rancangan DPA-SKPD.

2. Rancangan DPA-SKPD merinci sasaran yang hendak dicapai,

program, kegiatan, anggaran yang disediakan untuk mencapai

sasaran tersebut, dan rencana penarikan dana tiap-tiap SKPD serta

pendapatan yang diperkirakan.

3. Kepala SKPD menyerahkan rancangan DPA-SKPD kepada PPKD

paling lama 6 (enam) hari kerja setelah pemberitahuan.

4. TAPD melakukan verifikasi rancangan DPA-SKPD bersama-sama

dengan kepala SKPD paling lama 15 (lima belas) hari kerja sejak

ditetapkannya peraturan kepala daerah tentang penjabaran APBD.

5. Berdasarkan hasil verifikasi, PPKD mengesahkan rancangan DPA-

SKPD dengan persetujuan sekretaris daerah.

6. DPA-SKPD yang telah disahkan disampaikan kepada kepala SKPD,

satuan kerja pengawasan daerah, dan Badan Pemeriksa Keuangan

Republik Indonesia paling lama 7 (tujuh) hari kerja sejak tanggal

disahkan.

Setelah DPA-SKPD ditetapkan, kepala SKPD melaksanakan kegiatan-

kegiatan SKPD berdasarkan dokumen tersebut.

1. Pelaksanaan Anggaran Pendapatan Daerah

Setiap SKPD yang mempunyai tugas memungut dan/atau menerima

pendapatan daerah wajib melaksanakan pemungutan dan/atau

penerimaan berdasarkan ketentuan yang ditetapkan dalam peraturan

perundang-undangan. Penerimaan SKPD dilarang digunakan

langsung untuk membiayai pengeluaran, kecuali ditentukan lain oleh

peraturan perundang-undangan. Penerimaan SKPD berupa uang

Page 121: SISTEM ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH II · PDF fileMata ajar sistem administrasi keuangan negara II ... Pasal 1 UUD 1945 menetapkan negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk

Sistem Administrasi Keuangan Daerah II

Pusdiklatwas BPKP – 2007 113

atau cek harus disetor ke rekening kas umum daerah paling lama 1

(satu) hari kerja oleh bendahara penerimaan dengan didukung oleh

bukti yang lengkap.

Semua penerimaan daerah dilakukan melalui rekening kas umum

daerah. SKPD dilarang melakukan pungutan selain dari yang

ditetapkan dalam peraturan daerah. SKPD yang mempunyai tugas

memungut dan/atau menerima dan/atau kegiatannya berdampak

pada penerimaan daerah wajib mengintensifkan pemungutan dan

penerimaan tersebut.

Komisi, rabat, potongan atau penerimaan lain dengan nama dan

dalam bentuk apa pun yang dapat dinilai dengan uang, baik secara

langsung sebagai akibat dari penjualan, tukar-menukar, hibah,

asuransi dan/atau pengadaan barang dan jasa termasuk penerimaan

bunga, jasa giro atau penerimaan lain sebagai akibat penyimpanan

dana anggaran pada bank serta penerimaan dari hasil pemanfaatan

barang daerah atas kegiatan lainnya merupakan pendapatan daerah.

Semua penerimaan daerah apabila berbentuk uang harus segera

disetor ke kas umum daerah dan berbentuk barang menjadi milik/aset

daerah yang dicatat sebagai inventaris daerah.

Pengembalian atas kelebihan pajak, retribusi, pengembalian tuntutan

ganti rugi dan sejenisnya dilakukan dengan membebankan pada

rekening penerimaan yang bersangkutan untuk pengembalian

penerimaan yang terjadi dalam tahun yang sama. Untuk

pengembalian kelebihan penerimaan yang terjadi pada tahun-tahun

sebelumnya dibebankan pada rekening belanja tidak terduga.

Page 122: SISTEM ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH II · PDF fileMata ajar sistem administrasi keuangan negara II ... Pasal 1 UUD 1945 menetapkan negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk

Sistem Administrasi Keuangan Daerah II

Pusdiklatwas BPKP – 2007 114

2. Pelaksanaan Anggaran Belanja Daerah

Jumlah belanja yang dianggarkan dalam APBD merupakan batas

tertinggi untuk setiap pengeluaran belanja. Pengeluaran tidak dapat

dibebankan pada anggaran belanja jika untuk pengeluaran tersebut

tidak tersedia atau tidak cukup tersedia dalam APBD. Setiap SKPD

dilarang melakukan pengeluaran atas beban anggaran daerah untuk

tujuan lain dari yang telah ditetapkan dalam APBD. Pengeluaran

belanja daerah menggunakan prinsip hemat, tidak mewah, efektif,

efisien dan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Setiap pengeluaran harus didukung oleh bukti yang lengkap dan sah

mengenai hak yang diperoleh oleh pihak yang menagih. Pengeluaran

kas yang mengakibatkan beban APBD tidak dapat dilakukan sebelum

rancangan peraturan daerah tentang APBD ditetapkan dan

ditempatkan dalam lembaran daerah. Pengeluaran kas tersebut tidak

termasuk belanja yang bersifat mengikat dan belanja yang bersifat

wajib.

Pembayaran atas beban APBD dapat dilakukan berdasarkan surat

penyediaan dana (SPD), atau dokumen pelaksanaan anggaran SKPD

(DPA-SKPD), atau dokumen lain yang dipersamakan dengan SPD.

Khusus untuk biaya pegawai diatur bahwa gaji pegawai negeri sipil

daerah dibebankan dalam APBD. Pemerintah daerah dapat

memberikan tambahan penghasilan kepada pegawai negeri sipil

daerah berdasarkan pertimbangan yang obyektif dengan

memperhatikan kemampuan keuangan daerah dan memperoleh

persetujuan DPRD sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan.

Dalam pelaksanaan pembayaran yang terhutang pajak, bendahara

pengeluaran sebagai wajib pungut pajak penghasilan (PPh) dan pajak

Page 123: SISTEM ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH II · PDF fileMata ajar sistem administrasi keuangan negara II ... Pasal 1 UUD 1945 menetapkan negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk

Sistem Administrasi Keuangan Daerah II

Pusdiklatwas BPKP – 2007 115

lainnya, wajib menyetorkan seluruh penerimaan potongan dan pajak

yang dipungutnya ke rekening kas negara pada bank pemerintah atau

bank lain yang ditetapkan menteri keuangan sebagai bank persepsi

atau pos giro dalam jangka waktu sesuai ketentuan perundang-

undangan.

Pelaksanaan pengeluaran atas beban APBD dilakukan berdasarkan

SPM yang diterbitkan oleh pengguna anggaran/kuasa pengguna

anggaran. Selanjutnya pembayaran dilakukan dengan penerbitan

SP2D oleh kuasa BUD. Karena itu, kuasa BUD berkewajiban untuk:

a. meneliti kelengkapan perintah pembayaran yang diterbitkan oleh

pengguna anggaran;

b. menguji kebenaran perhitungan tagihan atas beban APBD yang

tercantum dalam perintah pembayaran;

c. menguji ketersediaan dana yang bersangkutan;

d. memerintahkan pencairan dana sebagai dasar pengeluaran

daerah; dan

e. menolak pencairan dana, apabila perintah pembayaran yang

diterbitkan oleh pengguna anggaran tidak memenuhi persyaratan

yang ditetapkan.

Perlu menjadi perhatian bahwa penerbitan SPM tidak boleh dilakukan

sebelum barang dan/atau jasa diterima kecuali ditentukan lain dalam

peraturan perundang-undangan. Setelah tahun anggaran berakhir,

kepala SKPD selaku pengguna anggaran dilarang menerbitkan SPM

yang membebani tahun anggaran berkenaan.

Untuk kelancaran pelaksanaan tugas SKPD, kepada pengguna

anggaran/kuasa pengguna anggaran dapat diberikan uang

persediaan yang dikelola oleh bendahara pengeluaran. Bendahara

Page 124: SISTEM ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH II · PDF fileMata ajar sistem administrasi keuangan negara II ... Pasal 1 UUD 1945 menetapkan negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk

Sistem Administrasi Keuangan Daerah II

Pusdiklatwas BPKP – 2007 116

pengeluaran melaksanakan pembayaran dari uang persediaan yang

dikelolanya setelah:

a. meneliti kelengkapan perintah pembayaran yang diterbitkan oleh

pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran;

b. menguji kebenaran perhitungan tagihan yang tercantum dalam

perintah pembayaran; dan

c. menguji ketersediaan dana yang bersangkutan.

Bendahara pengeluaran wajib menolak perintah bayar dari pengguna

anggaran/kuasa pengguna anggaran apabila kelengkapan dokumen,

kebenaran perhitungan dan ketersediaan dana tidak terpenuhi.

Bendahara pengeluaran wajib melakukan hal tersebut karena dia

bertanggung jawab secara pribadi atas pembayaran yang

dilaksanakannya.

Kepala daerah dapat memberikan izin pembukaan rekening untuk

keperluan pelaksanaan pengeluaran di lingkungan SKPD.

3. Pelaksanaan Anggaran Pembiayaan Daerah

Pengelolaan anggaran pembiayaan daerah dilakukan oleh pejabat

pengelola keuangan daerah (PPKD). Semua penerimaan dan

pengeluaraan pembiayaan daerah dilakukan melalui rekening kas

umum daerah.

Untuk pencairan dana cadangan, pemindahbukuan dari rekening

dana cadangan ke rekening kas umum daerah dilakukan berdasarkan

rencana pelaksanaan kegiatan, setelah jumlah dana cadangan yang

ditetapkan berdasarkan peraturan daerah tentang pembentukan dana

cadangan yang berkenaan mencukupi. Pemindahbukuan tersebut

paling tinggi sejumlah pagu dana cadangan yang akan digunakan

untuk mendanai pelaksanaan kegiatan dalam tahun anggaran

Page 125: SISTEM ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH II · PDF fileMata ajar sistem administrasi keuangan negara II ... Pasal 1 UUD 1945 menetapkan negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk

Sistem Administrasi Keuangan Daerah II

Pusdiklatwas BPKP – 2007 117

berkenaan sesuai dengan yang ditetapkan dalam peraturan daerah

tentang pembentukan dana cadangan. Pemindahbukuan dari

rekening dana cadangan ke rekening kas umum daerah tersebut

dilakukan dengan surat perintah pemindahbukuan oleh kuasa BUD

atas persetujuan PPKD.

Penjualan kekayaan milik daerah yang dipisahkan dilakukan sesuai

dengan ketentuan perundang-undangan. Pencatatan penerimaan

atas penjualan kekayaan daerah didasarkan pada bukti penerimaan

yang sah.

Penerimaan pinjaman daerah didasarkan pada jumlah pinjaman yang

akan diterima dalam tahun anggaran yang bersangkutan sesuai

dengan yang ditetapkan dalam perjanjian pinjaman berkenaan.

Penerimaan pinjaman dalam bentuk mata uang asing dibukukan

dalam nilai rupiah. Penerimaan kembali pemberian pinjaman daerah

didasarkan pada perjanjian pemberian pinjaman daerah sebelumnya,

untuk kesesuaian pengembalian pokok pinjaman dan kewajiban

lainnya yang menjadi tanggungan pihak peminjam.

Pelaksanaan pengeluaran pembiayaan mencakup pelaksanaan

pembentukan dana cadangan, penyertaan modal, pembayaran pokok

utang, dan pemberian pinjaman daerah.

Jumlah pendapatan daerah yang disisihkan untuk pembentukan dana

cadangan dalam tahun anggaran bersangkutan sesuai dengan jumlah

yang ditetapkan dalam peraturan daerah. Pemindahbukuan jumlah

pendapatan daerah yang disisihkan yang ditransfer dari rekening kas

umum daerah ke rekening dana cadangan dilakukan dengan surat

perintah pemindahbukuan oleh kuasa BUD atas persetujuan PPKD.

Penyertaan modal pemerintah daerah dapat dilaksanakan apabila

jumlah yang akan disertakan dalam tahun anggaran berkenaan telah

Page 126: SISTEM ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH II · PDF fileMata ajar sistem administrasi keuangan negara II ... Pasal 1 UUD 1945 menetapkan negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk

Sistem Administrasi Keuangan Daerah II

Pusdiklatwas BPKP – 2007 118

ditetapkan dalam peraturan daerah tentang penyertaan modal daerah

berkenaan.

Pembayaran pokok utang didasarkan pada jumlah yang harus

dibayarkan sesuai dengan perjanjian pinjaman dan pelaksanaannya

merupakan prioritas utama dari seluruh kewajiban pemerintah daerah

yang harus diselesaikan dalam tahun anggaran yang berkenaan.

Pemberian pinjaman daerah kepada pihak lain berdasarkan

keputusan kepala daerah atas persetujuan DPRD.

Pelaksanaan pengeluaran pembiayaan penyertaan modal pemerintah

daerah, pembayaran pokok utang dan pemberian pinjaman daerah

tersebut dilakukan berdasarkan SPM yang diterbitkan oleh PPKD.

Dalam rangka pelaksanaan pengeluaran pembiayaan, kuasa BUD

berkewajiban untuk:

a. meneliti kelengkapan perintah pembayaran/pemindah bukuan

yang diterbitkan oleh PPKD;

b. menguji kebenaran perhitungan pengeluaran pembiayaan yang

tercantum dalam perintah pembayaran;

c. menguji ketersediaan dana yang bersangkutan; dan

d. menolak pencairan dana, apabila perintah pembayaran atas

pengeluaran pembiayaan tidak memenuhi persyaratan yang

ditetapkan.

B. PENATAUSAHAAN KEUANGAN DAERAH

Pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran, bendahara penerimaan,

bendahara pengeluaran dan orang atau badan yang menerima atau

menguasai uang/barang/kekayaan daerah wajib menyelenggarakan

penatausahaan sesuai dengan peraturan perundangundangan. Pejabat

Page 127: SISTEM ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH II · PDF fileMata ajar sistem administrasi keuangan negara II ... Pasal 1 UUD 1945 menetapkan negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk

Sistem Administrasi Keuangan Daerah II

Pusdiklatwas BPKP – 2007 119

yang menandatangani dan/atau mengesahkan dokumen yang berkaitan

dengan surat bukti yang menjadi dasar penerimaan dan/atau pengeluaran

atas pelaksanaan APBD bertanggung jawab terhadap kebenaran material

dan akibat yang timbul dari penggunaan surat bukti dimaksud.

1. Penatausahaan Penerimaan

Penerimaan daerah disetor ke rekening kas umum daerah pada bank

pemerintah yang ditunjuk dan dianggap sah setelah kuasa BUD

menerima nota kredit. Penerimaan daerah yang disetor tersebut

dilakukan dengan cara:

a. disetor langsung ke bank oleh pihak ketiga;

b. disetor melalui bank lain, badan, lembaga keuangan dan/atau

kantor pos oleh pihak ketiga; dan disetor melalui bendahara

penerimaan oleh pihak ketiga.

Bendahara penerimaan wajib menyelenggarakan penatausahaan

terhadap seluruh penerimaan dan penyetoran atas penerimaan yang

menjadi tanggung jawabnya. Bendahara penerimaan pada SKPD

wajib mempertanggungjawabkan secara administratif atas

pengelolaan uang yang menjadi tanggung jawabnya dengan

menyampaikan laporan pertanggungjawaban penerimaan kepada

pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran melalui PPK-SKPD

paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya. Disamping

pertanggungjawaban secara administratif, bendahara penerimaan

pada SKPD wajib mempertanggung jawabkan secara fungsional atas

pengelolaan uang yang menjadi tanggung jawabnya dengan

menyampaikan laporan pertanggungjawaban penerimaan kepada

PPKD selaku BUD paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya.

Selanjutnya PPKD selaku BUD melakukan verifikasi, evaluasi dan

Page 128: SISTEM ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH II · PDF fileMata ajar sistem administrasi keuangan negara II ... Pasal 1 UUD 1945 menetapkan negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk

Sistem Administrasi Keuangan Daerah II

Pusdiklatwas BPKP – 2007 120

analisis atas laporan pertanggungjawaban bendahara penerimaan

pada SKPD.

2. Penatausahaan Pengeluaran

Kepala SKPD berdasarkan rancangan DPA-SKPD menyusun

rancangan anggaran kas SKPD. Rancangan anggaran kas SKPD

tersebut disampaikan kepada PPKD selaku BUD bersamaan dengan

rancangan DPA-SKPD. Pembahasan rancangan anggaran kas SKPD

dilaksanakan bersamaan dengan pembahasan DPA-SKPD.

Setelah DPA-SKPD ditetapkan, PPKD selaku BUD menyusun

anggaran kas pemerintah daerah guna mengatur ketersediaan dana

yang cukup untuk mendanai pengeluaran-pengeluaran sesuai dengan

rencana penarikan dana yang tercantum dalam DPA-SKPD yang

telah disahkan. Anggaran kas tersebut memuat perkiraan arus kas

masuk yang bersumber dari penerimaan dan perkiraan arus kas

keluar yang digunakan guna mendanai pelaksanaan kegiatan dalam

setiap periode.

a. Penyediaan Dana

Setelah penetapan anggaran kas, PPKD dalam rangka

manajemen kas menerbitkan surat penyediaan dana (SPD). SPD

atau dokumen lain yang dipersamakan dengan SPD merupakan

dasar pengeluaran kas atas beban APBD. Permintaan

pembayaran hanya dapat dilaksanakan, jika SPD telah diterbitkan.

b. Permintaan Pembayaran

Berdasarkan SPD, bendahara pengeluaran mengajukan surat

permintaan pembayaran (SPP) kepada pengguna anggaran/kuasa

pengguna anggaran melalui pejabat pengelola keuangan SKPD

(PPK-SKPD). Ada 4 jenis SPP yaitu:

Page 129: SISTEM ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH II · PDF fileMata ajar sistem administrasi keuangan negara II ... Pasal 1 UUD 1945 menetapkan negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk

Sistem Administrasi Keuangan Daerah II

Pusdiklatwas BPKP – 2007 121

1) Surat Permintaan Pembayaran Uang Persediaan (SPP-UP).

2) Surat Permintaan Pembayaran Ganti Uang Persediaan (SPP-

GU).

3) Surat Permintaan Pembayaran Tambahan Uang Persediaan

(SPP TU).

4) Surat Permintaan Pembayaran Langsung (SPP-LS).

Penerbitan dan pengajuan dokumen SPP-UP dilakukan oleh

bendahara pengeluaran untuk memperoleh persetujuan dari

pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran melalui PPK-

SKPD dalam rangka pengisian uang persediaan. Penerbitan dan

pengajuan dokumen SPP-GU dilakukan untuk memperoleh

persetujuan dari pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran

melalui PPK-SKPD dalam rangka mengganti uang persediaan.

Sedangkan penerbitan dan pengajuan dokumen SPP-TU

dilakukan oleh bendahara pengeluaran untuk memperoleh

persetujuan dari pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran

melalui PPK-SKPD dalam rangka tambahan uang persediaan.

Pengajuan dokumen SPP-UP, SPP-GU dan SPP-TU tersebut

digunakan dalam rangka pelaksanaan pengeluaran SKPD yang

harus dipertanggungjawabkan.

Penerbitan dan pengajuan dokumen SPP-LS untuk pembayaran

gaji dan tunjangan serta penghasilan lainnya sesuai dengan

peraturan perundang-undangan dilakukan oleh bendahara

pengeluaran guna memperoleh persetujuan pengguna

anggaran/kuasa pengguna anggaran melalui PPK-SKPD.

Prosedur pengajuan dan penerbitan SPM-LS dimulai dengan

penyiapan dokumen SPP-LS untuk pengadaan barang dan jasa

oleh pejabat pelaksana teknis kegiatan (PPTK) untuk disampaikan

Page 130: SISTEM ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH II · PDF fileMata ajar sistem administrasi keuangan negara II ... Pasal 1 UUD 1945 menetapkan negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk

Sistem Administrasi Keuangan Daerah II

Pusdiklatwas BPKP – 2007 122

kepada bendahara pengeluaran dalam rangka pengajuan

permintaan pembayaran. Selanjutnya, Bendahara pengeluaran

mengajukan SPP-LS kepada pengguna anggaran setelah

ditandatangani oleh PPTK guna memperoleh persetujuan

pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran melalui PPK-

SKPD.

Pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran meneliti

kelengkapan dokumen SPP-UP, SPP-GU, SPP-TU, dan SPP-LS

yang diajukan oleh bendahara pengeluaran sebelum menerbitkan

surat perintah pembayaran (SPP).

c. Perintah Membayar

Setelah meneliti SPP, pengguna anggaran/kuasa pengguna

anggaran harus menyatakan apakan dokumen SPP telah lengkap

dan sah. Dalam hal dokumen SPP dinyatakan lengkap dan sah,

pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran menerbitkan surat

perintah membayar (SPM). Penerbitan SPM paling lama 2 (dua)

hari kerja terhitung sejak diterimanya dokumen SPP. Jika

dokumen SPP dinyatakan tidak lengkap dan/atau tidak sah,

pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran menolak

menerbitkan SPM. Penolakan penerbitan SPM paling lama 1

(satu) hari kerja terhitung sejak diterimanya pengajuan SPP.

SPM yang telah diterbitkan diajukan kepada kuasa BUD untuk

penerbitan SP2D.

Setelah tahun anggaran berakhir, pengguna anggaran/kuasa

pengguna anggaran dilarang menerbitkan SPM yang membebani

tahun anggaran berkenaan.

Page 131: SISTEM ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH II · PDF fileMata ajar sistem administrasi keuangan negara II ... Pasal 1 UUD 1945 menetapkan negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk

Sistem Administrasi Keuangan Daerah II

Pusdiklatwas BPKP – 2007 123

d. Pencairan Dana

Kuasa BUD meneliti kelengkapan dokumen SPM yang diajukan

oleh pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran agar

pengeluaran yang diajukan tidak melampaui pagu dan memenuhi

persyaratan yang ditetapkan dalam peraturan

perundangundangan. Jika dokumen SPM dinyatakan lengkap,

kuasa BUD menerbitkan surat perintah pencairan dana (SP2D).

Penerbitan SP2D paling lama 2 (dua) hari kerja terhitung sejak

diterimanya pengajuan SPM. Jika dokumen SPM dinyatakan tidak

lengkap, kuasa BUD menolak menerbitkan SP2D. Penolakan

penerbitan SP2D paling lama 1 (satu) hari kerja terhitung sejak

diterimanya pengajuan SPM.

Kuasa BUD menyerahkan SP2D yang diterbitkan untuk keperluan

uang persediaan/ganti uang persediaan/tambahan uang

persediaan kepada pengguna anggaran/kuasa penggguna

anggaran. Sedangkan untuk pembayaran langsung, Kuasa BUD

menyerahkan SP2D yang diterbitkan kepada pihak ketiga.

e. Pertanggungjawaban Penggunaan Dana

Bendahara pengeluaran secara administratif wajib

mempertanggung jawabkan penggunaan uang persediaan/ganti

uang persediaan/tambah uang persediaan kepada kepala SKPD

melalui PPK-SKPD paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya. Hal

ini dilaksanakan dengan menutup Buku Kas Umum setiap bulan

dengan sepengetahuan dan persetujuan pengguna

anggaran/kuasa pengguna anggaran. Selanjutnya bendahara

pengeluaran menyusun laporan pertanggungjawaban penggunaan

uang persediaan.

Page 132: SISTEM ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH II · PDF fileMata ajar sistem administrasi keuangan negara II ... Pasal 1 UUD 1945 menetapkan negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk

Sistem Administrasi Keuangan Daerah II

Pusdiklatwas BPKP – 2007 124

Dalam hal laporan pertanggungjawaban telah sesuai, pengguna

anggaran menerbitkan surat pengesahan laporan

pertanggungjawaban. Untuk tertib laporan pertanggungjawaban

pada akhir tahun anggaran, pertanggungjawaban pengeluaran

dana bulan Desember disampaikan paling lambat tanggal 31

Desember.

Selain pertanggungjawaban secara administratif, bendahara

pengeluaran pada SKPD juga wajib mempertanggungjawabkan

secara fungsional atas pengelolaan uang yang menjadi tanggung

jawabnya dengan menyampaikan laporan pertanggungjawaban

pengeluaran kepada PPKD selaku BUD paling lambat tanggal 10

bulan berikutnya. Penyampaian pertanggungjawaban tersebut

dilaksanakan setelah diterbitkan surat pengesahan

pertanggungjawaban pengeluaran oleh pengguna anggaran/kuasa

pengguna anggaran.

C. AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH

Untuk melakukan penyusunan laporan keuangan, pemerintah daerah

menyusun sistem akuntansi pemerintah daerah yang mengacu kepada

standar akuntansi pemerintahan. Sistem akuntansi pemerintah daerah

dilaksanakan oleh satuan kerja pengelola keuangan daerah (SKPKD)

sebagai entitas pelaporan dan satuan kerja perangkat daerah (SKPD)

sebagai entitas akuntansi.

Sistem akuntansi pemerintahan daerah meliputi serangkaian prosedur

mulai dari proses pengumpulan data, pencatatan, pengikhtisaran, sampai

dengan pelaporan keuangan dalam rangka pertanggungjawaban

pelaksanaan APBD yang dapat dilakukan secara manual atau

menggunakan aplikasi komputer. Proses tersebut didokumentasikan dalam

Page 133: SISTEM ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH II · PDF fileMata ajar sistem administrasi keuangan negara II ... Pasal 1 UUD 1945 menetapkan negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk

Sistem Administrasi Keuangan Daerah II

Pusdiklatwas BPKP – 2007 125

bentuk buku jurnal dan buku besar, dan apabila diperlukan ditambah

dengan buku besar pembantu.

Sistem akuntansi pemerintahan daerah sekurang-kurangnya meliputi:

1. prosedur akuntansi penerimaan kas;

2. prosedur akuntansi pengeluaran kas;

3. prosedur akuntansi aset tetap/barang milik daerah; dan

4. prosedur akuntansi selain kas.

Sistem akuntansi pemerintahan daerah disusun dengan berpedoman pada

prinsip pengendalian intern sesuai dengan peraturan pemerintah yang

mengatur tentang pengendalian internal dan peraturan pemerintah tentang

standar akuntansi pemerintahan. Sistem akuntansi pemerintahan daerah

dilaksanakan oleh PPKD. Sistem akuntansi SKPD dilaksanakan oleh PPK-

SKPD. PPK-SKPD mengkoordinasikan pelaksanaan sistem dan prosedur

penatausahaan bendahara penerimaan dan bendahara pengeluaran.

Dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan APBD, entitas pelaporan

menyusun laporan keuangan yang meliputi:

1. laporan realisasi anggaran;

2. neraca;

3. laporan arus kas; dan

4. catatan atas laporan keuangan.

Dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan APBD, entitas akuntansi

menyusun laporan keuangan yang meliputi:

1. laporan realisasi anggaran;

2. neraca; dan

3. catatan atas laporan keuangan.

Page 134: SISTEM ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH II · PDF fileMata ajar sistem administrasi keuangan negara II ... Pasal 1 UUD 1945 menetapkan negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk

Sistem Administrasi Keuangan Daerah II

Pusdiklatwas BPKP – 2007 126

D. PELAPORAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN APBD

1. Laporan Realisasi Semester Pertama Anggaran Pendapatan dan

Belanja

Kepala SKPD menyusun laporan realisasi semester pertama

anggaran pendapatan dan belanja SKPD sebagai hasil pelaksanaan

anggaran yang menjadi tanggung jawabnya. Laporan tersebut disertai

dengan prognosis untuk 6 (enam) bulan berikutnya.

Laporan disiapkan oleh PPK-SKPD dan disampaikan kepada pejabat

pengguna anggaran untuk ditetapkan sebagai laporan realisasi

semester pertama anggaran pendapatan dan belanja SKPD serta

prognosis untuk 6 (enam) bulan berikutnya paling lama 7 (tujuh) hari

kerja setelah semester pertama tahun anggaran berkenaan berakhir.

Pejabat pengguna anggaran menyampaikan laporan tersebut kepada

PPKD sebagai dasar penyusunan laporan realisasi semester pertama

APBD paling lama 10 (sepuluh) hari kerja setelah semester pertama

tahun anggaran berkenaan berakhir. Selanjutnya PPKD menyusun

laporan realisasi semester pertama APBD dengan cara

menggabungkan seluruh laporan realisasi semester pertama

anggaran pendapatan dan belanja SKPD paling lambat minggu kedua

bulan Juli dan disampaikan kepada sekretaris daerah.

Laporan realisasi semester pertama APBD dan prognosis untuk 6

(enam) bulan berikutnya disampaikan kepada kepala daerah paling

lambat minggu ketiga bulan Juli tahun anggaran berkenaan untuk

ditetapkan sebagai laporan realisasi semester pertama APBD dan

prognosis untuk 6 (enam) bulan berikutnya. Selanjutnya laporan

realisasi semester pertama APBD dan prognosis untuk 6 (enam)

bulan berikutnya disampaikan kepada DPRD paling lambat akhir

bulan.

Page 135: SISTEM ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH II · PDF fileMata ajar sistem administrasi keuangan negara II ... Pasal 1 UUD 1945 menetapkan negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk

Sistem Administrasi Keuangan Daerah II

Pusdiklatwas BPKP – 2007 127

2. Laporan Tahunan

PPK-SKPD menyiapkan laporan keuangan SKPD tahun anggaran

berkenaan dan disampaikan kepada kepala SKPD untuk ditetapkan

sebagai laporan pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran SKPD.

Laporan keuangan tersebut disampaikan kepada PPKD sebagai

dasar penyusunan laporan keuangan pemerintah daerah. Laporan

keuangan SKPD disampaikan kepada kepala daerah melalui PPKD

paling lambat 2 (dua) bulan setelah tahun anggaran berakhir. Laporan

keuangan tersebut disusun oleh pejabat pengguna anggaran sebagai

hasil pelaksanaan anggaran yang berada di SKPD yang menjadi

tanggung jawabnya. Laporan keuangan SKPD tersebut terdiri dari:

laporan realisasi anggaran; neraca; dan catatan atas laporan

keuangan. Laporan keuangan SKPD dilampiri dengan surat

pernyataan kepala SKPD bahwa pengelolaan APBD yang menjadi

tanggung jawabnya telah diselenggarakan berdasarkan sistem

pengendalian intern yang memadai dan standar akuntansi

pemerintahan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

PPKD menyusun laporan keuangan pemerintah daerah dengan cara

menggabungkan laporan-laporan keuangan SKPD paling lambat 3

(tiga) bulan setelah berakhirnya tahun anggaran berkenaan. Laporan

keuangan pemerintah daerah disampaikan kepada kepala daerah

melalui sekretaris daerah dalam rangka memenuhi

pertanggungjawaban pelaksanaan APBD. Laporan keuangan tersebut

terdiri dari: laporan realisasi anggaran; neraca; laporan arus kas; dan

catatan atas laporan keuangan. Laporan keuangan pemerintah

daerah dilampiri dengan surat pernyataan kepala daerah yang

menyatakan pengelolaan APBD yang menjadi tanggung jawabnya

telah diselenggarakan berdasarkan sistem pengendalian intern yang

memadai, sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Page 136: SISTEM ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH II · PDF fileMata ajar sistem administrasi keuangan negara II ... Pasal 1 UUD 1945 menetapkan negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk

Sistem Administrasi Keuangan Daerah II

Pusdiklatwas BPKP – 2007 128

Laporan keuangan disampaikan oleh kepala daerah kepada BPK

untuk diaudit paling lambat 3 (tiga) bulan setelah tahun anggaran

berakhir. Setelah disampaikan laporan hasil audit, kepala daerah

memberikan tanggapan dan melakukan penyesuaian terhadap

laporan keuangan pemerintah daerah berdasarkan hasil pemeriksaan

BPK.

3. Penetapan Raperda Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD

Kepala daerah menyampaikan rancangan peraturan daerah tentang

pertanggungjawaban pelaksanaan APBD kepada DPRD paling

lambat 6 (enam) bulan setelah tahun anggaran berakhir. Rancangan

peraturan daerah tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD

memuat laporan keuangan yang meliputi laporan realisasi anggaran,

neraca, laporan arus kas, catatan atas laporan keuangan, serta

dilampiri dengan laporan kinerja yang telah diperiksa BPK dan ikhtisar

laporan keuangan badan usaha milik daerah/perusahaan daerah.

Persetujuan bersama terhadap rancangan peraturan daerah tentang

pertanggungjawaban pelaksanaan APBD oleh DPRD paling lama 1

(satu) bulan terhitung sejak rancangan peraturan daerah diterima.

4. Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah tentang Pertanggungjawaban

Pelaksanaan APBD dan Peraturan Kepala Daerah tentang

Penjabaran Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD

Rancangan peraturan daerah provinsi tentang pertanggungjawaban

pelaksanaan APBD yang telah disetujui bersama DPRD dan

rancangan peraturan gubernur tentang penjabaran

pertanggungjawaban pelaksanaan APBD sebelum ditetapkan oleh

gubernur paling lama 3 (tiga) hari kerja disampaikan terlebih dahulu

kepada menteri dalam negeri untuk dievaluasi. Hasil evaluasi

disampaikan oleh menteri dalam negeri kepada gubernur paling lama

Page 137: SISTEM ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH II · PDF fileMata ajar sistem administrasi keuangan negara II ... Pasal 1 UUD 1945 menetapkan negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk

Sistem Administrasi Keuangan Daerah II

Pusdiklatwas BPKP – 2007 129

15 (lima belas) hari kerja terhitung sejak diterimanya rancangan

dimaksud.

Apabila menteri dalam negeri menyatakan hasil evaluasi rancangan

peraturan daerah tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD

dan rancangan peraturan gubernur tentang penjabaran

pertanggungjawaban pelaksanaan APBD sudah sesuai dengan

kepentingan umum dan peraturan perundang-undangan yang lebih

tinggi, gubernur menetapkan rancangan peraturan daerah dan

rancangan peraturan gubernur menjadi peraturan daerah dan

peraturan gubernur.

Rancangan peraturan daerah kabupaten/kota tentang

pertanggungjawaban pelaksanaan APBD yang telah disetujui

bersama DPRD dan rancangan peraturan bupati/walikota tentang

penjabaran pertanggungjawaban pelaksanaan APBD sebelum

ditetapkan oleh bupati/walikota paling lama 3 (tiga) hari kerja

disampaikan kepada gubernur untuk dievaluasi. Hasil evaluasi

disampaikan oleh gubernur kepada bupati/walikota paling lama 15

(lima belas) hari kerja terhitung sejak diterimanya rancangan

peraturan daerah kabupaten/kota dan rancangan peraturan

bupati/walikota tentang penjabaran pertanggungjawaban pelaksanaan

APBD.

Apabila gubernur menyatakan hasil evaluasi rancangan peraturan

daerah tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD dan

rancangan peraturan bupati/walikota tentang penjabaran

pertanggungjawaban pelaksanaan APBD sudah sesuai dengan

kepentingan umum dan peraturan perundang-undangan yang lebih

tinggi, bupati/walikota menetapkan rancangan dimaksud menjadi

peraturan daerah dan peraturan bupati/walikota.

Page 138: SISTEM ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH II · PDF fileMata ajar sistem administrasi keuangan negara II ... Pasal 1 UUD 1945 menetapkan negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk

Sistem Administrasi Keuangan Daerah II

Pusdiklatwas BPKP – 2007 130

E. LATIHAN

1. Pelaksanaan anggaran oleh kepala SKPD dilaksanakan setelah

dokumen pelaksanaan anggaran SKPD (DPA-SKPD) ditetapkan oleh

PPKD dengan persetujuan:

a. Sekretaris Daerah.

b. Kepala Daerah.

c. Tim Anggaran Pemerintah Daerah.

d. DPRD.

2. Penerimaan SKPD berupa uang atau cek harus disetor ke rekening

kas umum daerah oleh bendahara penerimaan paling lama:

a. 1 (satu) hari kerja.

b. 3 (tiga) hari kerja.

c. 5 (lima) hari kerja.

d. 7 (tujuh) hari kerja.

3. Jumlah anggaran belanja daerah merupakan:

a. Prakiraan realisasi belanja.

b. Plafon realisasi belanja.

c. Rencana nilai fisik kegiatan.

d. Rencana nilai kontrak pengadaan barang/jasa.

4. Penerbitan SPM atas SPP yang telah lengkap dan sah dilakukan

oleh:

a. Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan.

b. Bendahara Pengeluaran.

Page 139: SISTEM ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH II · PDF fileMata ajar sistem administrasi keuangan negara II ... Pasal 1 UUD 1945 menetapkan negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk

Sistem Administrasi Keuangan Daerah II

Pusdiklatwas BPKP – 2007 131

c. Kuasa Pengguna Anggaran.

d. Kuasa Bendahara Umum Daerah.

5. Dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan APBD, entitas

akuntansi menyusun laporan keuangan yang meliputi :

a. Laporan Semesteran dan Tahunan Pelaksanaan APBD.

b. Laporan Perhitungan Anggaran dan Nota Keuangan.

c. Neraca, LRA, LAK dan Catatan atas Laporan Keuangan.

d. Neraca, LRA, dan Catatan atas Laporan Keuangan.

Page 140: SISTEM ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH II · PDF fileMata ajar sistem administrasi keuangan negara II ... Pasal 1 UUD 1945 menetapkan negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk

Sistem Administrasi Keuangan Daerah II

Pusdiklatwas BPKP – 2007 132

BAB VIII

PENGGANTIAN KERUGIAN NEGARA/DAERAH

A. UMUM

Ketentuan mengenai penyelesaian maupun pengenaan ganti kerugian

negara/daerah diatur dalam Bab IX Undang Nomor 17 Tahun 2004 tentang

Keuangan Negara, Bab XI Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang

Perbendaharaan Negara, serta dalam Bab V Undang-Undang Nomor 15

Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab

Keuangan Negara.

1. Penyelesaian Kerugian Daerah

Penyelesaian kerugian daerah adalah sebagai berikut:

a. Setiap kerugian negara/daerah yang disebabkan oleh tindakan

melanggar hukum atau kelalaian seseorang harus segera

diselesaikan sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

b. Bendahara, pegawai negeri bukan bendahara, atau pejabat lain

yang karena perbuatannya melanggar hukum atau melalaikan

kewajiban yang dibebankan kepadanya secara langsung

merugikan negara, wajib menggantikan kerugian tersebut.

c. Setiap pimpinan kementrian negara/lembaga/kepala satuan kerja

perangkat daerah (SKPD) dapat segera melakukan tuntutan ganti

rugi setelah mengetahui bahwa dalam kementrian

Setelah mempelajari bab ini diharapkan peserta diklat mampu menjelaskan pengertian penggantian kerugian negara/daerah.

Page 141: SISTEM ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH II · PDF fileMata ajar sistem administrasi keuangan negara II ... Pasal 1 UUD 1945 menetapkan negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk

Sistem Administrasi Keuangan Daerah II

Pusdiklatwas BPKP – 2007 133

negara/lembaga/SKPD yang bersangkutan terjadi kerugian akibat

perbuatan dari pihak manapun.

d. Setiap kerugian daerah wajib dilaporkan oleh atasan langsung

atau oleh kepala SKPD kepada gubernur/bupati/walikota dan

diberitahukan kepada BPK selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kerja

setelah kerugian daerah itu diketahui.

e. Segera setelah kerugian daerah diketahui, kepada bendahara,

pegawai negeri bukan bendahara, atau pejabat lain yang nyata-

nyata melanggar hukum dapat segera dimintakan surat

pernyataan kesanggupan dan/atau pengakuan bahwa kerugian

tersebut menjadi tanggung jawabnya dan bersedia mengganti

kerugian daerah dimaksud.

f. Jika surat keterangan tanggung jawab mutlak (SKTJM) tidak

mungkin diperoleh atau tidak dapat menjamin pengembalian

kerugian daerah, maka gubernur/bupati/walikota yang

bersangkutan segera mengeluarkan surat keputusan pembebanan

penggantian kerugian sementara kepada yang bersangkutan.

g. Pengenaan ganti kerugian daerah terhadap bendahara ditetapkan

oleh BPK. Apabila dalam pemeriksaan kerugian daerah ditemukan

unsur pidana, maka BPK menindaklanjutinya sesuai dengan

peraturan perundang-undangan yang berlaku.

h. Pengenaan ganti kerugian negara/daerah terhadap pegawai

negeri bukan bendahara, atau pejabat lain ditetapkan oleh

menteri/pimpinan lembaga/gubernur/bupati/walikota. Tatacara

tuntutan ganti kerugian negara/daerah diatur dengan peraturan

pemerintah.

Page 142: SISTEM ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH II · PDF fileMata ajar sistem administrasi keuangan negara II ... Pasal 1 UUD 1945 menetapkan negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk

Sistem Administrasi Keuangan Daerah II

Pusdiklatwas BPKP – 2007 134

i. Bendahara, pegawai negeri bukan bendahara, atau pejabat lain

yang telah ditetapkan untuk mengganti kerugian negara/daerah

dapat dikenakan sanksi administratif dan/atau sanksi pidana.

Putusan pidana tidak membebaskan dari tuntutan ganti rugi.

2. Pengenaan Ganti Kerugian Negara/Daerah

Pengenaan ganti kerugian daerah terhadap bendahara adalah

sebagai berikut :

a. BPK menerbitkan surat keputusan penetapan batas waktu

pertanggungjawaban bendahara atas kekurangan kas/barang

yang terjadi, setelah mengetahui ada kekurangan kas/barang

dalam persediaan yang merugikan keuangan daerah,

b. Bendahara dapat mengajukan keberatan atau pembelaan diri

kepada BPK dalam waktu 14 (empat belas) hari kerja setelah

menerima surat keputusan tersebut di atas.

c. Apabila bendahara tidak mengajukan keberatan atau pembelaan

ditolak, BPK menetapkan surat keputusan pembebanan

penggantian kerugian daerah kepada bendahara yang

bersangkutan,

d. Gubernur/bupati/walikota melaporkan penyelesaian kerugian

daerah kepada BPK selambat-lambatnya 60 (enam puluh) hari

setelah diketahuinya kerugian daerah dimaksud.

Tatacara tuntutan ganti kerugian negara/daerah maupun pengenaan

ganti kerugian negara/daerah terhadap pegawai negeri bukan

bendahara, atau pejabat lain diatur dengan peraturan pemerintah

yang merupakan petunjuk pelaksanaan ketiga paket undang-undang

di atas. Ketentuan tersebut diharapkan dapat digunakan oleh pihak-

pihak yang terkait dalam menangani dan menyelesaikan kerugian

Page 143: SISTEM ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH II · PDF fileMata ajar sistem administrasi keuangan negara II ... Pasal 1 UUD 1945 menetapkan negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk

Sistem Administrasi Keuangan Daerah II

Pusdiklatwas BPKP – 2007 135

negara/daerah yang semakin hari semakin bertambah besar,

sehingga dapat diantisipasi terjadinya kerugian daerah, dicegah

penyelesaian kerugian daerah yang berlarut-larut, serta dipercepat

proses pemulihan kerugian daerah maupun diperkecil terjadinya

kerugian daerah.

BPK memantau penyelesaian pengenaan ganti kerugian daerah

terhadap pegawai negeri bukan bendahara dan/atau pejabat lain pada

kementerian/lembaga/pemerintah daerah.

Perlu dikemukakan di sini, sambil menunggu terbitnya peraturan

pemerintah sebagai petunjuk pelaksanaan ketiga ketentuan di atas,

dalam modul ini (subbab C sampai dengan subbab M) masih

digunakan ketentuan lama yaitu Peraturan Menteri Dalam Negeri No.

5 Tahun 1997 tentang Tuntutan Ganti Rugi dan Tuntutan

Perbendaharaan Keuangan dan Barang Daerah.

B. DASAR-DASAR PENGERTIAN YANG DIGUNAKAN

1. Pengertian Merugikan

Merugikan dapat diartikan sebagai suatu perbuatan yang

bertentangan dengan norma-norma yang harus dilaksanakan dalam

pergaulan masyarakat dan bernegara, terhadap pribadi atau badan

dan harta benda orang lain.

2. Pengertian Kerugian Daerah

Pengertian kerugian negara/daerah berdasarkan Undang-Undang

Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana

Korupsi adalah berkurangnya kekayaan negara/daerah yang

disebabkan oleh suatu tindakan melawan hukum, penyalahgunaan

wewenang/kesempatan atau sarana yang ada pada seseorang

karena jabatan atau kedudukan, kelalaian seseorang dan atau

Page 144: SISTEM ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH II · PDF fileMata ajar sistem administrasi keuangan negara II ... Pasal 1 UUD 1945 menetapkan negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk

Sistem Administrasi Keuangan Daerah II

Pusdiklatwas BPKP – 2007 136

disebabkan oleh keadaan di luar kemampuan manusia (force

majeure).

3. Sifat dan Bentuk Kerugian Daerah

a. Ditinjau dari pelakunya

1) Bendahara, yang melakukan perbuatan :

a) Tidak melakukan pencatatan dan penyetoran atas

penerimaan uang/barang,

b) Tidak melakukan pencatatan atas penerimaan/

pengeluaran uang/barang,

c) Membayar/memberi/mengeluarkan uang/barang kepada

pihak yang tidak berhak dan/atau secara tidak sah,

d) Tidak membuat pertanggungjawaban keuangan/

pengurusan barang,

e) Menerima dan menyimpan uang palsu,

f) Korupsi, penyelewengan, penggelapan,

g) Kecurian, penodongan, perampokan dan/atau kolusi,

h) Pertanggungjawaban atau laporan yang tidak sesuai

dengan kenyataan,

i) Penyalahgunaan wewenang/jabatan,

j) Tidak melakukan tugas yang menjadi tanggung jawabnya

(wajib pungut pajak),

2) Pegawai negeri bukan bendahara yang melakukan perbuatan:

a) Korupsi, penyelewengan, penggelapan.

b) Penyalahgunaan wewenang dan jabatan.

c) Pencurian dan penipuan.

Page 145: SISTEM ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH II · PDF fileMata ajar sistem administrasi keuangan negara II ... Pasal 1 UUD 1945 menetapkan negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk

Sistem Administrasi Keuangan Daerah II

Pusdiklatwas BPKP – 2007 137

d) Merusak, menghilangkan barang inventaris milik daerah.

e) Menaikkan harga, merubah kualitas/mutu.

f) Meninggalkan tugas dan atau pekerjaan setelah selesai

melaksanakan tugas belajar.

g) Meninggalkan tugas belajar sebelum selesai batas waktu

yang telah ditentukan.

3) Pihak ketiga, karena melakukan perbuatan :

a) Tidak menepati janji/kontrak (wanprestasi).

b) Pengiriman barang yang mengalami kerusakan karena

kesalahannya.

c) Penipuan, penggelapan dan perbuatan lainnya yang

secara langsung atau tidak langsung menimbulkan

kerugian bagi daerah.

b. Ditinjau dari sebabnya

1) Perbuatan manusia yang disebabkan karena :

a) Kesengajaan.

b) Kelalaian, kealpaan, kesalahan.

c) Di luar kemampuan si pelaku.

2) Karena kejadian alam :

a) Bencana alam seperti gempa bumi, tanah longsor, banjir

dan kebakaran.

b) Proses alamiah seperti membusuk, mencair, menyusut,

menguap, menguraikan dan dimakan rayap.

Page 146: SISTEM ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH II · PDF fileMata ajar sistem administrasi keuangan negara II ... Pasal 1 UUD 1945 menetapkan negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk

Sistem Administrasi Keuangan Daerah II

Pusdiklatwas BPKP – 2007 138

c. Ditinjau dari waktu terjadinya kerugian daerah

Tinjauan dari waktu di sini dimaksudkan untuk memastikan

apakah suatu peristiwa kerugian negara/daerah masih dapat

dilakukan penuntutannya atau tidak, baik terhadap bendahara,

pegawai negeri bukan bendahara, atau pihak ketiga.

Dalam hal tuntutan ganti rugi, perlu diperhatikan ketentuan

daluwarsa sebagai berikut :

1) 5 (lima) tahun sejak diketahuinya kerugian tersebut, atau

2) 8 (delapan) tahun sejak terjadinya kerugian tidak dilakukan

penuntutan ganti rugi terhadap yang bersangkutan.

3) Dalam hal bendahara, pegawai negeri bukan bendahara, atau

pejabat lain yang dikenai tuntutan ganti rugi daerah berada

dalam pengampuan, melarikan diri atau meninggal dunia,

penuntutan dan penagihan terhadapnya beralih kepada

pengampu/yang memperoleh hak/ahli warisnya. Tanggung

jawab pengampu/ahli warisnya untuk membayar ganti rugi

daerah menjadi hapus, apabila dalam waktu 3 (tiga) tahun

sejak keputusan pengadilan yang menetapkan pengampuan,

atau yang memperoleh hak/ahli waris tidak diberitahu oleh

pejabat yang berwenang mengenai adanya kerugian daerah.

Setelah lewat batas-batas waktu daluwarsa tersebut di atas, tidak

dapat lagi dilakukan tuntutan ganti rugi. Oleh karena itu mengingat

batas waktu daluwarsa yang relatif singkat, maka setiap ada

kerugian negara/daerah wajib segera dilakukan pemrosesan

tuntutan ganti rugi.

Page 147: SISTEM ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH II · PDF fileMata ajar sistem administrasi keuangan negara II ... Pasal 1 UUD 1945 menetapkan negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk

Sistem Administrasi Keuangan Daerah II

Pusdiklatwas BPKP – 2007 139

C. TATA CARA PENYELESAIAN KERUGIAN KEUANGAN DAERAH

1. Melalui Upaya Damai

Penyelesaian kerugian keuangan daerah melalui upaya damai

dilakukan apabila penggantian kerugian keuangan daerah dilakukan

secara tunai sekaligus dan angsuran dalam jangka waktu selambat-

lambatnya 2 (dua) tahun dengan menandatangani surat keterangan

tanggung jawab mutlak (SKTJM).

2. Melalui Tuntutan Perbendaharaan

Penyelesaian kerugian keuangan daerah melalui proses tuntutan

perbendaharaan dilakukan apabila upaya damai yang dilakukan

secara tunai sekaligus atau angsuran tidak berhasil.

Proses penuntutannya merupakan kewenangan kepala daerah

melalui majelis pertimbangan tuntutan perbendaharaan dan tuntutan

ganti rugi keuangan dan barang daerah (Majelis Pertimbangan).

Apabila pembebanan perbendaharaan telah diterbitkan, kepala

daerah melakukan eksekusi keputusan dimaksud dan membantu

proses pelaksanaan penyelesaiannya.

3. Melalui Tuntutan Ganti Rugi

Penyelesaian kerugian keuangan daerah melalui proses tuntutan

ganti rugi dilakukan apabila upaya damai yang dilakukan secara tunai

sekaligus atau angsuran tidak berhasil. Proses penuntutannya

menjadi wewenang kepala daerah melalui majelis pertimbangan.

Tuntutan ganti rugi baru dapat dilakukan apabila :

a. Adanya perbuatan melanggar hukum, kesalahan atau kelalaian

pegawai negeri termasuk melalaikan kewajibannya yang

Page 148: SISTEM ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH II · PDF fileMata ajar sistem administrasi keuangan negara II ... Pasal 1 UUD 1945 menetapkan negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk

Sistem Administrasi Keuangan Daerah II

Pusdiklatwas BPKP – 2007 140

berhubungan dengan pelaksanaan fungsi atau status dalam

jabatannya,

b. Pegawai negeri yang bersangkutan dalam melakukan perbuatan

melanggar hukum/kesalahan itu tidak berkedudukan sebagai

bendahara,

c. Pemerintah daerah baik secara langsung maupun tidak langsung

telah dirugikan oleh perbuatan melanggar hukum/kelalaian itu.

Apabila pembebanan ganti rugi telah diterbitkan, kepala daerah

melakukan eksekusi keputusan dimaksud dan membantu proses

pelaksanaan penyelesaiannya.

4. Melalui Cara Lain

Apabila pelaku kerugian daerah ternyata ingkar janji (wanprestasi),

maka daerah dapat melakukan dengan cara tagihan secara paksa

melalui badan/instansi penagih yang berwenang setelah diputuskan

kepala daerah bahwa tagihan akan/telah macet.

D. TUNTUTAN PERBENDAHARAAN (TP)

Tuntutan perbendaharaan adalah suatu tata cara perhitungan terhadap

bendahara, jika dalam pengurusannya terdapat kekurangan

perbendaharaan dan kepada bendahara yang bersangkutan diharuskan

mengganti kerugian.

Tuntutan ini berlaku untuk bendahara yang dalam hal ini adalah seseorang

yang ditugaskan untuk menerima, menyimpan dan membayar atau

menyerahkan uang daerah, surat-surat berharga dan barang milik daerah,

serta bertanggung-jawab kepada kepala daerah. Yang merupakan objek

dari penuntutan ini adalah adanya kekurangan perbendaharaan yang pada

dasarnya merupakan selisih kurang antara saldo buku kas dengan saldo

fisik kas.

Page 149: SISTEM ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH II · PDF fileMata ajar sistem administrasi keuangan negara II ... Pasal 1 UUD 1945 menetapkan negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk

Sistem Administrasi Keuangan Daerah II

Pusdiklatwas BPKP – 2007 141

1. Penyelesaian Tuntutan Perbendaharaan

Dalam hal ini dapat diselesaikan melalui 4 (empat) cara, yaitu: upaya

damai, tuntutan perbendaharaan biasa, tuntutan perbendaharaan

khusus, dan pencatatan.

a. Upaya Damai

1) Penyelesaian tuntutan perbendaharaan sedapat mungkin

dilakukan dengan upaya damai oleh bendahara/ahli

waris/pengampu, baik melalui pembayaran sekaligus (tunai)

atau angsuran. Pelaksanaan upaya damai ini dilakukan oleh

badan pengawas daerah (Bawasda). Dalam hal penyelesaian

kerugian daerah dilaksanakan melalui cara mengangsur, maka

terlebih dahulu harus dibuat surat keterangan tanggung jawab

mutlak (SKTJM).

2) Apabila pembayaran dilakukan secara angsuran, maka dapat

dilakukan selambat-lambatnya dalam jangka waktu 2 (dua)

tahun sejak ditanda tanganinya SKTJM dan harus disertai

jaminan barang yang nilainya cukup.

3) Pembayaran angsuran yang dilakukan melalui pemotongan

gaji/penghasilan harus dilengkapi dengan surat kuasa

pemotongan, jaminan barang beserta surat kuasa pemilikan

yang sah, dan surat kuasa untuk menjual.

4) Apabila bendahara tidak dapat melaksanakan pembayaran

angsuran dalam waktu yang ditetapkan dalam SKTJM, maka

barang jaminan pembayaran angsuran dapat dijual sesuai

dengan ketentuan yang berlaku.

5) Apabila terdapat kekurangan dari hasil penjualan barang

jaminan seperti yang dimaksud di atas, maka kekurangan

tersebut tetap menjadi kewajiban bendahara yang

Page 150: SISTEM ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH II · PDF fileMata ajar sistem administrasi keuangan negara II ... Pasal 1 UUD 1945 menetapkan negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk

Sistem Administrasi Keuangan Daerah II

Pusdiklatwas BPKP – 2007 142

bersangkutan. Sebaliknya apabila terdapat kelebihan dari hasil

penjualan barang jaminan, maka akan dikembalikan kepada

bendahara yang bersangkutan.

6) Pelaksanaan keputusan tuntutan perbendaharaan (eksekusi)

dilakukan oleh majelis pertimbangan.

b. Tuntutan Perbendaharaan Biasa

1) Dilakukan atas dasar perhitungan yang diberikan oleh

Bendahara yang bersangkutan kepada kepala daerah.

2) Bendahara bertanggung jawab atas kekurangan

perbendaharaan yang terjadi dalam pengurusannya, kecuali

apabila ia dapat memberikan pembuktian bahwa ia bebas dari

kesalahan atau kelalaian atas kekurangan perbendaharaan

tersebut.

3) Apabila dalam pemeriksaan oleh bawasda terhadap bendahara

terbukti bahwa kekurangan perbendaharaan tersebut dilakukan

oleh beberapa pegawai atau atasan langsung, maka kepada

yang bersangkutan dikenakan tanggung jawab renteng sesuai

dengan bobot keterlibatan dan tanggung jawabnya, urutan

inisiatif dan kelalaian atau kesalahannya.

4) Proses tuntutan perbendaharaan dimulai dengan suatu

pemberitahuan tertulis dari kepala daerah kepada pihak yang

akan dituntut, dengan menyebutkan :

a) Identitas pelaku.

b) Jumlah kekurangan perbendaharaan yang diderita oleh

daerah yang harus diganti.

Page 151: SISTEM ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH II · PDF fileMata ajar sistem administrasi keuangan negara II ... Pasal 1 UUD 1945 menetapkan negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk

Sistem Administrasi Keuangan Daerah II

Pusdiklatwas BPKP – 2007 143

c) Sebab-sebab serta alasan penuntutan dilakukan.

d) Tenggang waktu 14 (empat belas) hari yang diberikan untuk

mengajukan keberatan/pembelaan diri.

5) Apabila bendahara tidak mengajukan keberatan/pembelaan diri

sampai dengan batas waktu yang ditetapkan atau telah

mengajukan pembelaan diri tetapi tidak dapat membuktikan

bahwa ia bebas sama sekali dari kesalahan/kelalaian, maka

kepala daerah menetapkan surat keputusan pembebanan.

6) Berdasarkan surat keputusan pembebanan kepala daerah,

bagi bendahara yang telah mengajukan keberatan tertulis akan

tetapi kepala daerah tetap berpendapat bahwa yang

bersangkutan salah/lalai dan dengan demikian tetap

membebankan penggantian kekurangan perbendaharaan

kepadanya, dapat mengajukan permohonan banding kepada

pejabat yang berwenang selambat-lambatnya 30 (tiga puluh)

hari setelah diterima surat keputusan pembebanan oleh yang

bersangkutan.

7) Keputusan kepala daerah mengenai pembebanan kekurangan

perbendaharaan mempunyai kekuatan hukum yang

pelaksanaannya dapat dilakukan dengan cara pemotongan gaji

dan penghasilan lainnya. Pelaksanaan pemotongan gaji dan

penghasilan lainnya dapat dilakukan dengan cara mengangsur

dan dilunasi selambat-lambatnya dalam 2 (dua) tahun.

8) Keputusan pembebanan tetap dilaksanakan, meskipun yang

bersangkutan naik banding.

9) Keputusan tingkat banding dari pejabat yang berwenang dapat

berupa memperkuat atau membatalkan surat keputusan

Page 152: SISTEM ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH II · PDF fileMata ajar sistem administrasi keuangan negara II ... Pasal 1 UUD 1945 menetapkan negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk

Sistem Administrasi Keuangan Daerah II

Pusdiklatwas BPKP – 2007 144

pembebanan atau merubah besarnya jumlah kerugian yang

harus dibayar oleh bendahara.

c. Tuntutan Perbendaharaan Khusus

1) Apabila seorang bendahara meninggal dunia, melarikan diri

atau berada di bawah pengampuan dan lalai membuat

perhitungan setelah ditegur 3 (tiga) kali berturut-turut, maka

pada kesempatan pertama atasan langsung atas nama kepala

daerah melakukan tindakan pengamanan untuk menjamin

kepentingan daerah berupa :

a) Buku kas dan semua buku bendahara diberi garis penutup

b) Semua uang, surat dan barang berharga, surat-surat bukti

maupun buku-buku disimpan/dimasukkan ke dalam lemari

besi dan disegel. Tindakan-tindakan di atas harus

dituangkan dalam berita acara penyegelan dan disaksikan

oleh ahli waris (bagi yang meninggal dunia), keluarga dekat

(bagi yang melarikan diri) atau pengampu/kurator (dalam

hal bendahara berada di bawah pengampuan).

2) Atas dasar laporan atasan langsung, kepala daerah menunjuk

pegawai (atas saran majelis pertimbangan) yang ditugaskan

untuk membuat perhitungan ex-officio. Biaya pembuatan

perhitungan ex-officio dibebankan kepada bendahara yang

bersangkutan, ahli waris atau pengampunya. Besarnya biaya

pembuatan perhitungan ex-officio ditetapkan oleh kepala

daerah.

3) Hasil perhitungan ex-officio satu eksemplar diberikan kepada

pengampu atau ahli waris atau bendahara yang tidak membuat

perhitungan dan dalam batas waktu 14 (empat belas) hari

diberi kesempatan untuk mengajukan keberatan.

Page 153: SISTEM ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH II · PDF fileMata ajar sistem administrasi keuangan negara II ... Pasal 1 UUD 1945 menetapkan negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk

Sistem Administrasi Keuangan Daerah II

Pusdiklatwas BPKP – 2007 145

4) Tata cara tuntutan perbendaharaan khusus yang

dipertanggungawabkan terhadap ahli waris (bagi bendahara

yang meninggal dunia), keluarga terdekat (bagi bendahara

yang melarikan diri), pengampu (bagi bendahara yang di

bawah perwalian), atau bendahara yang tidak membuat

perhitungan, apabila terjadi kekurangan perbendaharaan

mengikuti ketentuan-ketentuan sebagaimana yang berlaku

pada tuntutan perbendaharaan biasa.

d. Pencatatan

1) Kepala daerah menerbitkan surat keputusan pencatatan jika

proses tuntutan perbendaharaan belum dapat dilaksanakan

karena:

a) bendaharawan meninggal dunia tanpa ada ahli waris yang

diketahui

b) ada ahli waris tetapi tidak dapat dimintakan

pertanggungjawabannya

c) bendaharawan melarikan diri dan tidak diketahui alamatnya

2) Dengan diterbitkannya surat keputusan pencatatan, kasus

yang bersangkutan dikeluarkan dari administrasi pembukuan.

3) Pencatatan yang telah dilakukan sewaktu-waktu dapat ditagih

apabila :

a) yang bersangkutan diketahui alamatnya

b) ahli waris dapat dimintakan pertanggungjawabannya

c) upaya penyetoran ke kas daerah berhasil ditarik dari kas

negara

Page 154: SISTEM ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH II · PDF fileMata ajar sistem administrasi keuangan negara II ... Pasal 1 UUD 1945 menetapkan negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk

Sistem Administrasi Keuangan Daerah II

Pusdiklatwas BPKP – 2007 146

E. TUNTUTAN GANTI RUGI (TGR)

Tuntutan ganti rugi adalah suatu proses tuntutan terhadap pegawai dalam

kedudukannya bukan sebagai bendahara, dengan tujuan menuntut

penggantian kerugian disebabkan oleh perbuatannya melanggar hukum

dan/atau melalaikan kewajibannya atau tidak melaksanakan kewajibannya

sebagaimana mestinya sehingga baik secara langsung maupun tidak

langsung daerah menderita kerugian.

Yang termasuk dalam klasifikasi pegawai disini adalah :

1. Pegawai daerah

2. Pegawai negeri/pegawai daerah yang diperbantukan/dipekerjakan

3. Pegawai perusahaan daerah

4. Pekerja daerah

5. ABRI/purnawirawan ABRI yang dikaryakan/dipekerjakan pada daerah

Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam pelaksanaan TGR ini

adalah sebagai berikut :

1. Penyelesaian Tuntutan Ganti Rugi

Dalam hal ini dapat diselesaikan melalui 3 (tiga) cara, yaitu upaya

damai, tuntutan ganti rugi biasa, dan pencatatan.

a. Upaya Damai

1) Penyelesaian kerugian daerah sedapat mungkin dilakukan

dengan upaya damai oleh pegawai/ahli waris baik dengan

pembayaran sekaligus (tunai) atau angsuran. Pelaksanaan

upaya damai ini dilakukan oleh badan pengawas daerah.

2) Dalam keadaan terpaksa yang bersangkutan dapat melakukan

dengan cara angsuran selambat-lambatnya selama 2 (dua)

tahun sejak ditandatanganinya surat keterangan tanggung

Page 155: SISTEM ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH II · PDF fileMata ajar sistem administrasi keuangan negara II ... Pasal 1 UUD 1945 menetapkan negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk

Sistem Administrasi Keuangan Daerah II

Pusdiklatwas BPKP – 2007 147

jawab mutlak (SKTJM) dan harus disertai jaminan barang yang

nilainya cukup.

3) Pembayaran angsuran yang dilakukan melalui pemotongan

gaji/penghasilan harus dilengkapi dengan surat kuasa

pemotongan, jaminan barang beserta surat kuasa pemilikan

yang sah, dan surat kuasa untuk menjual

4) Apabila pegawai tidak dapat melaksanakan pembayaran

angsuran dalam waktu yang ditetapkan dalam SKTJM, maka

barang jaminan pembayaran angsuran dapat dijual sesuai

dengan ketentuan yang berlaku.

5) Apabila terdapat kekurangan dari hasil penjualan barang

jaminan seperti yang dimaksud di atas, maka kekurangan

tersebut tetap menjadi kewajiban pegawai yang bersangkutan.

Sebaliknya apabila terdapat kelebihan dari hasil penjualan

barang jaminan, maka akan dikembalikan kepada pegawai

yang bersangkutan.

6) Pelaksanaan keputusan tuntutan ganti rugi (eksekusi)

dilakukan oleh majelis pertimbangan.

b. Tuntutan Ganti Rugi Biasa

1) Kerugian daerah yang dituntut dengan TGR adalah diakibatkan

oleh perbuatan melanggar hukum atau perbuatan melalaikan

kewajiban atau tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana

mestinya yang dipersalahkan kepadanya, serta ada

hubungannya dengan pelaksanaan fungsi ataupun dengan

status jabatannya baik langsung maupun tidak langsung.

2) TGR dilakukan atas dasar pada kenyataan yang sebenarnya

dari hasil pengumpulan bahan-bahan bukti dan penelitian

bawasda terhadap pegawai yang bersangkutan.

Page 156: SISTEM ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH II · PDF fileMata ajar sistem administrasi keuangan negara II ... Pasal 1 UUD 1945 menetapkan negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk

Sistem Administrasi Keuangan Daerah II

Pusdiklatwas BPKP – 2007 148

3) Semua pegawai daerah bukan bendahara atau ahli warisnya,

apabila merugikan daerah wajib dikenakan TGR.

4) Pelaksanaan TGR sebagai akibat perbuatan melanggar hukum

atau melalaikan kewajiban yang dipersalahkan kepadanya

dan/atau tidak menjalankan kewajiban sebagaimana mestinya

diserahkan penyelesaiannya melalui tim majelis pertimbangan.

5) Proses tuntutan ganti rugi dimulai dengan suatu

pemberitahuan tertulis dari kepala daerah kepada pegawai

negeri yang bersangkutan, dengan menyebutkan :

a) Identitas pelaku

b) Jumlah kerugian yang diderita daerah yang harus diganti

c) Sebab-sebab serta alasan penuntutan dilakukan

d) Tenggang waktu yang diberikan untuk mengajukan

pembelaan diri selama 14 (empat belas) hari, terhitung

sejak diterimanya pemberitahuan oleh pegawai yang

bersangkutan.

6) Apabila pegawai yang diharuskan mengganti kerugian dalam

waktu 14 (empat belas) hari tidak mengajukan

keberatan/pembelaan diri atau atau telah mengajukan

pembelaan diri tetapi tidak dapat membebaskannya sama

sekali dari kesalahan/kelalaian, kepala daerah menetapkan

surat keputusan pembebanan.

7) Berdasarkan surat keputusan pembebanan, kepala daerah

melaksanakan penagihan atas pembayaran ganti rugi kepada

yang bersangkutan.

8) Keputusan pembebanan ganti rugi tersebut pelaksanaannya

dapat dilakukan dengan cara memotong gaji dan penghasilan

Page 157: SISTEM ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH II · PDF fileMata ajar sistem administrasi keuangan negara II ... Pasal 1 UUD 1945 menetapkan negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk

Sistem Administrasi Keuangan Daerah II

Pusdiklatwas BPKP – 2007 149

lainnya yang bersangkutan, memberi izin untuk mengangsur

dan melunasinya selambat-lambatnya selama 2 (dua) tahun,

dan apabila dianggap perlu dapat meminta bantuan kepada

yang berwajib untuk dilakukan penagihan dengan paksa.

2) Permohonan banding kepada pejabat yang berwenang dapat

diajukan selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari setelah

diterima surat keputusan pembebanan oleh yang

bersangkutan.

3) Keputusan tingkat banding dari pejabat yang berwenang dapat

berupa memperkuat atau membatalkan surat keputusan

pembebanan, atau menambah/mengurangi besarnya jumlah

kerugian yang harus dibayar oleh yang bersangkutan.

4) Apabila permohonan banding diterima, kepala daerah

menerbitkan surat keputusan tentang peninjauan kembali.

c. Pencatatan

1) Pegawai negeri yang meninggal dunia tanpa ahli waris atau

melarikan diri tidak diketahui alamatnya, dalam pencatatan

wajib dikenakan TGR berdasarkan keputusan kepala daerah

tentang pencatatan TGR setelah mendapat pertimbangan

majelis.

2) Bagi pegawai yang melarikan diri, TGR tetap dilakukan

terhadap ahli warisnya dengan memperhatikan harta

peninggalan yang dihasilkan dari perbuatan yang

menyebabkan kerugian daerah tersebut.

3) Dengan diterbitkannya surat keputusan pencatatan, kasus

yang bersangkutan dikeluarkan dari administrasi pembukuan.

Page 158: SISTEM ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH II · PDF fileMata ajar sistem administrasi keuangan negara II ... Pasal 1 UUD 1945 menetapkan negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk

Sistem Administrasi Keuangan Daerah II

Pusdiklatwas BPKP – 2007 150

4) Pencatatan yang telah dilakukan sewaktu-waktu dapat ditagih

apabila yang bersangkutan diketahui alamatnya.

d. Penyelesaian Kerugian Barang Daerah

1) Pegawai yang bertanggung jawab atas terjadinya kehilangan

barang daerah (bergerak/tidak bergerak) dapat melakukan

penggantian dalam bentuk uang atau barang yang sesuai

dengan cara penggantian kerugian yang telah ditetapkan

sesuai ketentuan yang berlaku.

2) Penggantian kerugian dalam bentuk barang dilakukan khusus

terhadap barang bergerak berupa kendaraan bermotor roda 4

(empat) dan roda 2 (dua) yang umur pembeliannya 1 sampai 3

tahun.

3) Penggantian kerugian dalam bentuk uang dapat dilakukan

terhadap barang tidak bergerak atau yang bergerak selain

yang dimaksudkan di atas dengan cara tunai atau angsuran

selama 2 (dua) tahun.

4) Nilai taksiran jumlah harga benda yang akan diganti rugi dalam

bentuk uang maupun barang ditetapkan sesuai dengan

ketentuan yang berlaku.

Page 159: SISTEM ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH II · PDF fileMata ajar sistem administrasi keuangan negara II ... Pasal 1 UUD 1945 menetapkan negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk

Sistem Administrasi Keuangan Daerah II

Pusdiklatwas BPKP – 2007 151

F. DALUWARSA TP/TGR

1. Tuntutan Perbendaharaan (TP)

a. TP Biasa dinyatakan daluwarsa (lewat waktu) apabila baru

diketahui setelah lewat 30 (tiga puluh) tahun sejak kekurangan

kas/barang tersebut diketahui, dalam kasus dimaksud tidak

dilakukan upaya-upaya damai.

b. TP khusus terhadap ahli waris atau yang berhak lainnya

dinyatakan daluwarsa (lewat waktu) apabila jangka waktu 3 (tiga)

tahun telah berakhir setelah :

1) Meninggalnya bendahara tanpa adanya pemberitahuan.

2) Jangka waktu untuk mengajukan keberatan berakhir,

sedangkan surat keputusan pembebanan tidak pernah

ditetapkan.

2. Tuntutan Ganti Rugi Biasa

TGR dinyatakan daluwarsa setelah lewat 5 (lima) tahun sejak akhir

tahun kerugian daerah diketahui atau setelah 8 (delapan) tahun sejak

akhir tahun dimana kerugian tersebut terjadi/perbuatan tersebut

dilakukan.

Contoh :

a. Apabila perbuatan/kelalaian dilakukan dalam tahun 1990 dan

diketahui dalam tahun 1991, maka kerugian keuangan daerah

tersebut mengalami daluwarsa 5 tahun sesudah tahun 1991 atau

akhir tahun anggaran 1996/1997. Tetapi apabila baru diketahui

dalam tahun 1994 maka kerugian daerah tersebut mengalami

daluwarsa 8 tahun sesudah tahun 1990 atau akhir tahun anggaran

1998/1999 dan bukan 5 tahun sesudah tahun anggaran 1994/1995

atau akhir tahun anggaran 1999/2000. Selanjutnya apabila

Page 160: SISTEM ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH II · PDF fileMata ajar sistem administrasi keuangan negara II ... Pasal 1 UUD 1945 menetapkan negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk

Sistem Administrasi Keuangan Daerah II

Pusdiklatwas BPKP – 2007 152

kerugian daerah akibat dari perbuatan/kelalaian berturut-turut,

waktu 8 tahun tersebut dimulai pada akhir tahun

perbuatan/kelalaian yang terakhir dilakukan. Dalam menentukan

besarnya kerugian daerah dihitung kerugian daerah yang terjadi 8

(delapan) tahun sebelum tahun penggantian kerugian daerah

dibebankan.

b. Apabila perbuatan/kelalaian dilakukan berturut-turut sejak tahun

1985 sampai dengan tahun 1995, maka kerugian daerah tersebut

akan daluwarsa 8 tahun sesudah 1995 atau tahun 2003. Apabila

pembebanan ganti rugi dilakukan dalam tahun 1998 maka jumlah

ganti rugi hanya terbatas sampai jumlah kerugian yang timbul

sejak tahun 1990 saja, sedangkan kerugian tahun 1985 sampai

dengan 1989 tidak diperhitungkan.

G. PENGHAPUSAN

Apabila bendahara/pegawai ataupun ahli waris/keluarga terdekat/

pengampu yang berdasarkan keputusan kepala daerah diwajibkan

mengganti kerugian tidak mampu membayar ganti rugi, maka yang

bersangkutan harus mengajukan permohonan secara tertulis kepada

kepala daerah untuk penghapusan atas kewajibannya. Berdasarkan

permohonan tersebut kepala daerah memerintahkan majelis

pertimbangan untuk melakukan penelitian. Apabila ternyata yang

bersangkutan memang tidak mampu, maka setelah mendapatkan

persetujuan dari DPRD selanjutnya kepala daerah dengan surat keputusan

dapat menghapuskan TP/TGR baik sebagian ataupun seluruhnya.

Penghapusan yang telah dilakukan dapat ditagih kembali apabila

dikemudian hari terbukti bahwa bendahara/pegawai/ahli waris yang

bersangkutan ternyata mampu.

Page 161: SISTEM ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH II · PDF fileMata ajar sistem administrasi keuangan negara II ... Pasal 1 UUD 1945 menetapkan negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk

Sistem Administrasi Keuangan Daerah II

Pusdiklatwas BPKP – 2007 153

Surat keputusan penghapusan baru dapat dilaksanakan setelah

memperoleh pengesahan dari menteri dalam negeri.

Berdasarkan pertimbangan efisiensi, maka kerugian daerah yang

bernilai sampai dengan Rp 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) dapat

diproses penghapusannya bersamaan dengan penetapan peraturan

daerah tentang Perhitungan APBD tahun anggaran yang berkenaan.

H. PEMBEBASAN

Dalam hal bendahara atau pegawai bukan bendahara meninggal dunia

tanpa ahli waris atau tidak layak untuk ditagih, yang berdasarkan surat

keputusan kepala daerah diwajibkan mengganti kerugian daerah, maka

majelis pertimbangan memohon secara tertulis kepada kepala daerah yang

bersangkutan untuk membebaskan sebagian/seluruh kewajiban yang

harus dipenuhi, dengan terlebih dahulu mendapatkan persetujuan dari

DPRD dan menteri dalam negeri.

I. PENYETORAN

Penyetoran/pengembalian secara tunai/sekaligus atau melalui angsuran

atas kekurangan perbendaharaan/kerugian daerah atau hasil penjualan

barang jaminan/kebendaan harus melalui kas daerah atau

dinas/lembaga/satuan kerja daerah yang ditunjuk oleh pemerintah daerah.

Dalam kasus kerugian daerah dimana penyelesaiannya diserahkan melalui

pengadilan, kepala daerah berupaya agar putusan pengadilan menyatakan

bahwa barang yang dirampas diserahkan kepada daerah dan selanjutnya

hasil penjualannya disetorkan ke kas daerah.

Khusus penyetoran kerugian daerah yang berasal dari badan usaha milik

daerah (BUMD), setelah diterima kas daerah segera dipindahbukukan ke

rekening BUMD yang bersangkutan.

Page 162: SISTEM ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH II · PDF fileMata ajar sistem administrasi keuangan negara II ... Pasal 1 UUD 1945 menetapkan negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk

Sistem Administrasi Keuangan Daerah II

Pusdiklatwas BPKP – 2007 154

J. PELAPORAN

Bupati/walikota wajib melaporkan perkembangan pelaksanaan

penyelesaian kerugian daerah kepada gubernur setiap semester.

Selanjutnya gubernur wajib melaporkan perkembangan pelaksanaan

penyelesaian kerugian daerah untuk tingkat provinsi/kabupaten/kota yang

berada di wilayahnya setiap semester kepada menteri dalam negeri cq.

direktur jenderal pemerintahan umum dan otonomi daerah untuk dijadikan

bahan pemantauan.

K. LAIN-LAIN

Apabila bendahara atau pegawai bukan bendahara berdasarkan laporan

dan pemeriksaan terbukti telah merugikan daerah, maka kepala daerah

dapat melakukan hukuman disiplin berupa pembebasan yang

bersangkutan dari jabatannya dan segera menunjuk pejabat sementara

untuk melakukan kegiatannya.

Kerugian daerah yang tidak dapat diselesaikan oleh pemerintah daerah

dapat diserahkan penyelesaiannya melalui badan peradilan dengan

mengajukan gugatan perdata. Apabila proses melalui badan peradilan ini

tidak terselesaikan, maka permasalahan ini dikembalikan kepada daerah

dan penyelesaiannya dapat dilakukan dengan cara pencatatan atau

penghentian/penghapusan.

Keputusan pengadilan untuk menghukum atau membebaskan yang

bersangkutan dari tindak pidana, tidak menggugurkan hak daerah untuk

tetap melaksanakan TP/TGR.

L. MAJELIS PERTIMBANGAN TUNTUTAN PERBENDAHARAAN DAN TUNTUTAN GANTI RUGI KEUANGAN DAN BARANG DAERAH

Untuk menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan

penyimpangan pengelolaan keuangan daerah maka dibentuklah majelis

Page 163: SISTEM ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH II · PDF fileMata ajar sistem administrasi keuangan negara II ... Pasal 1 UUD 1945 menetapkan negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk

Sistem Administrasi Keuangan Daerah II

Pusdiklatwas BPKP – 2007 155

pertimbangan perbendaharaan dan tuntutan ganti rugi keuangan dan

barang daerah. Majelis pertimbangan ini pada dasarnya adalah para

pejabat yang ex-officio ditunjuk dan ditetapkan oleh kepala daerah yang

bertugas membantu kepala daerah dalam penyelesaian kerugian daerah.

Adapun susunan majelis pertimbangan adalah sebagai berikut :

1. Tingkat Provinsi

Ketua : Sekwilda

Wakil Ketua I : Kepala Bawasda Provinsi

Wakil Ketua II : Asisten Administrasi dan Umum

Sekretaris : Kepala Biro Keuangan

Anggota : a. Kepala Biro Perlengkapan

b. Kepala Biro Hukum

c. Kepala Biro Kepegawaian

2. Tingkat Kabupaten/Kota

Ketua : Sekwilda

Wakil Ketua I : Kepala Bawasda Kabupaten/Kota

Wakil Ketua II : Asisten Sekwilda Bidang Keuangan, Barang

dan Kepegawaian

Sekretaris : Kepala Bagian Keuangan

Anggota : a. Kepala Bagian Perlengkapan

b. Kepala Bagian Hukum

c. Kepala Bagian Kepegawaian

Page 164: SISTEM ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH II · PDF fileMata ajar sistem administrasi keuangan negara II ... Pasal 1 UUD 1945 menetapkan negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk

Sistem Administrasi Keuangan Daerah II

Pusdiklatwas BPKP – 2007 156

Tugas pokok dari majelis pertimbangan yang ditetapkan adalah sebagai

berikut:

1. Mengumpulkan, menatausahakan, menganalisis dan mengevaluasi

kasus TP/TGR yang diterima.

2. Memproses dan melaksanakan eksekusi TP/TGR.

3. Memberikan pendapat, saran dan pertimbangan kepada kepala

daerah pada setiap kasus yang menyangkut TP/TGR termasuk

pembebanan, banding, pencatatan, pembebasan, penghapusan,

hukuman disiplin, penyerahan melalui badan peradilan. Penyelesaian

kerugian daerah apabila terjadi hambatan dan penagihan melalui

instansi terkait.

4. Menyiapkan laporan kepala daerah mengenai perkembangan

penyelesaian kasus kerugian daerah secara periodik kepada menteri

dalam negeri cq. direktur jenderal PUOD, tembusan kepada BPK,

sekretariat jenderal dan inspektorat jenderal departemen dalam

negeri.

M. TEKNIS DAN PROSEDUR PENYELESAIAN TP/TGR KEUANGAN DAN BARANG DAERAH MELALUI MAJELIS PERTIMBANGAN TP/TGR (MISALNYA UNTUK TINGKAT PROVINSI)

1. Laporan kasus kerugian daerah dilaporkan oleh kepala unit/satuan

kerja yang bersangkutan kepada majelis melalui kepala sekretariat.

2. Anggota sekretariat majelis melakukan :

a. Penelitian kelengkapan berkas laporan dan pencatatan serta

penomoran berkas laporan oleh staf administrasi.

b. Pembahasan laporan oleh tim pembahas yang dipimpin oleh

ketua tim pembahas yang ditunjuk oleh kepala sekretariat.

Page 165: SISTEM ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH II · PDF fileMata ajar sistem administrasi keuangan negara II ... Pasal 1 UUD 1945 menetapkan negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk

Sistem Administrasi Keuangan Daerah II

Pusdiklatwas BPKP – 2007 157

3. Kepala sekretariat menyampaikan laporan kepada sekretaris majelis.

4. Sekretaris majelis meneliti/menganalisis berkas laporan hasil

pembahasan dan selanjutnya menyampaikan berkas laporan kepada

majelis.

5. Majelis melaksanakan pemeriksaan berkas perkara dan pengambilan

keputusan dalam proses tuntutan perbendaharaan dan tuntutan ganti

rugi yang dipimpin oleh ketua majelis :

a. Keputusan majelis ditandatangani oleh ketua, wakil ketua,

sekretaris dan seluruh anggota majelis.

b. Keputusan majelis disertai konsep surat keputusan gubernur

kepala daerah disampaikan oleh majelis kepada gubernur kepala

daerah.

6. Gubernur/kepala daerah menganalisis keputusan majelis dan

menandatangani surat keputusan untuk selanjutnya diserahkan

kepada majelis.

7. Majelis menyampaikan surat keputusan gubernur/kepala daerah

kepada bendahara/pegawai yang bersangkutan melalui kepala

sekretariat.

8. Kepala sekretariat menyampaikan (setelah terlebih dahulu dicatat

dalam (buku register) surat keputusan gubernur/kepala daerah

kepada bendahara/pegawai yang bersangkutan melalui kepala

unit/satuan kerja.

Page 166: SISTEM ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH II · PDF fileMata ajar sistem administrasi keuangan negara II ... Pasal 1 UUD 1945 menetapkan negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk

Sistem Administrasi Keuangan Daerah II

Pusdiklatwas BPKP – 2007 158

N. LATIHAN

1. Apabila terjadi kerugian terhadap aset daerah, langkah pertamanya

adalah:

a. Tuntutan ganti rugi.

b. Tuntutan perbendaharaan.

c. Upaya damai.

d. Tuntutan ganti rugi khusus.

2. Apabila seorang kasir melarikan diri, maka dilakukan proses :

a. Tuntutan perbendaharaan khusus.

b. Tuntutan hukuman jabatan.

c. Tuntutan ganti rugi.

d. Tuntutan khusus.

3. Apabila TGR tidak dapat dijalankan dan diberikan “pembebasan”, hal

tersebut terlebih dahulu disetujui oleh :

a. presiden.

b. gubernur dan bupati/walikota.

c. DPRD dan mendagri.

d. gubernur dan mendagri.

4. Apabila ternyata pegawai daerah terbukti bersalah dan merugikan

keuangan daerah, maka kepala daerah dapat melakukan :

a. Hukuman percobaan.

b. Hukuman disiplin.

Page 167: SISTEM ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH II · PDF fileMata ajar sistem administrasi keuangan negara II ... Pasal 1 UUD 1945 menetapkan negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk

Sistem Administrasi Keuangan Daerah II

Pusdiklatwas BPKP – 2007 159

c. Hukuman kurungan.

d. Hukuman denda.

5. Dalam hal daerah telah menetapkan “penghapusan” terhadap

penggantian kerugian maka daerah :

a. Masih dapat menagih kembali.

b. Tidak dapat menagih kembali.

c. Dapat menagih lagi sebesar 50% dari nilai kerugian daerah.

d. Dapat menagih kembali berdasarkan persetujuan DPRD.

Page 168: SISTEM ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH II · PDF fileMata ajar sistem administrasi keuangan negara II ... Pasal 1 UUD 1945 menetapkan negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk

Sistem Administrasi Keuangan Daerah II

Pusdiklatwas BPKP – 2007 160

DAFTAR PUSTAKA

1. Gade, Muhammad. 1998. Akuntansi Pemerintahan. Edisi Revisi. Jakarta:

Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

2. Instruksi Menteri Dalam Negeri No. 21 Tahun 1997 tentang Petunjuk

Pelaksanaan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 5 Tahun 1997.

3. Kansil CST, Prof. Drs., S.H.dan Kansil Christine S.T., S.H., M.H. 2001,

Kitab Undang-Undang Otonomi Daerah 1999 – 2001; Kitab 2. Jakarta:

PT Pradnya Paramita.

4. Modul-Modul Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.

5. Modul Sistem Administrasi Keuangan Daerah II , Edisi Keempat, 2004.

6. Peraturan Pemerintah No. 2 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengadaan

Pinjaman dan/atau Penerusan Pinjaman dan/atau Hibah Luar Negeri.

7. Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik

Negara/Daerah.

8. Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan

Kinerja Instansi Pemerintah.

9. Peraturan Pemerintah No. 14 tahun 2005 tentang Tata Cara Penghapusan

Piutang Negara/Daerah.

10. Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 2005 tentang Badan Layanan Umum.

11. Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi

Pemerintahan.

12. Peraturan Pemerintah No. 54 Tahun 2005 tentang Pinjaman Daerah.

13. Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan.

Page 169: SISTEM ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH II · PDF fileMata ajar sistem administrasi keuangan negara II ... Pasal 1 UUD 1945 menetapkan negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk

Sistem Administrasi Keuangan Daerah II

Pusdiklatwas BPKP – 2007 161

14. Peraturan Pemerintah No. 56 Tahun 2005 tentang Sistem Informasi

Keuangan Daerah.

15. Peraturan Pemerintah No. 57 Tahun 2005 tentang Hibah kepada Daerah.

16. Peraturan Pemerintah No. 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan dan

Pertanggung Jawaban Keuangan Daerah.

17. Peraturan Pemerintah No. 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan

Dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah.

18. Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 2003 tentang Pengendalian Jumlah

Kumulatif APBN dan APBD.

19. Peraturan Pemerintah No. 65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah.

20. Peraturan Pemerintah No. 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah.

21. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 tentang Pedoman

Pengelolaan Keuangan Daerah.

22. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 59 Tahun 2007 tentang Perubahan

Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.

23. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 5 Tahun 1997 tentang Tuntutan Ganti

Rugi dan Tuntutan Perbendaharaan Keuangan dan Barang Daerah.

24. Soediyono, Prof. DR. MBA. 1989. Ekonomi Makro, Pengantar Analisis

Pendapatan Nasional. Edisi ke-5. Yogyakarta: Penerbit Liberty.

25. Undang-Undang No.1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.

26. Undang-Undang No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan

dan Tanggungjawab Keuangan Negara.

27. Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional.

28. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah.

Page 170: SISTEM ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH II · PDF fileMata ajar sistem administrasi keuangan negara II ... Pasal 1 UUD 1945 menetapkan negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk

Sistem Administrasi Keuangan Daerah II

Pusdiklatwas BPKP – 2007 162

29. Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan

antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.

30. Undang-Undang No.17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.

31. Undang-Undang No. 34 Tahun 2000 tentang Perubahan Undang-Undang

No. 18 Tahun 1997.

32. Undang-Undang No. 17 Tahun 1997 tentang Badan Penyelesaian

Sengketa Pajak.

33. Undang-Undang No. 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan

Surat Paksa.

34. Undang-Undang No. 21 Tahun 1997 tentang Bea Perolehan Hak atas

Tanah dan Bangunan.

Page 171: SISTEM ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH II · PDF fileMata ajar sistem administrasi keuangan negara II ... Pasal 1 UUD 1945 menetapkan negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk

Sistem Administrasi Keuangan Daerah II

Pusdiklatwas BPKP – 2007 163

DAFTAR ISTILAH/SINGKATAN

1. Pemerintah Pusat, selanjutnya disebut pemerintah, adalah Presiden

Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan Negara

Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-

Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945.

2. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggara urusan pemerintahan oleh

pemerintah daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD)

menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi

seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik

Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945.

3. Pemerintah Daerah adalah gubernur, bupati, dan/atau walikota, dan

perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.

4. Daerah Otonom, selanjutnya disebut daerah, adalah kesatuan masyarakat

hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang mengatur

dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat

setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat

dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.

5. Keuangan Daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka

penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang

termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan

hak dan kewajiban daerah tersebut.

6. Pengelolaan Keuangan Daerah adalah keseluruhan kegiatan yang

meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan,

pertanggungjawaban, dan pengawasan keuangan daerah.

7. APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah) adalah rencana

keuangan tahunan pemerintahan daerah yang dibahas dan disetujui

Page 172: SISTEM ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH II · PDF fileMata ajar sistem administrasi keuangan negara II ... Pasal 1 UUD 1945 menetapkan negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk

Sistem Administrasi Keuangan Daerah II

Pusdiklatwas BPKP – 2007 164

bersama oleh pemerintah daerah dan DPRD, dan ditetapkan dengan

peraturan daerah.

8. Peraturan Daerah adalah peraturan yang dibentuk oleh DPRD dengan

persetujuan bersama kepala daerah, termasuk Qanun yang berlaku di

Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan peraturan daerah provinsi

(perdasi) yang berlaku di Provinsi Papua.

9. Kepala Daerah adalah gubernur bagi daerah provinsi atau bupati bagi

daerah kabupaten atau walikota bagi daerah kota.

10. Pemegang Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Daerah adalah kepala

daerah yang karena jabatannya mempunyai kewenangan

menyelenggarakan keseluruhan pengelolaan keuangan daerah.

11. PPKD (Pejabat Pengelola Keuangan Daerah) adalah kepala satuan kerja

pengelola keuangan daerah yang mempunyai tugas melaksanakan

pengelolaan APBD dan bertindak sebagai bendahara umum daerah.

12. BUD (Bendahara Umum Daerah) adalah PPKD yang bertindak dalam

kapasitas sebagai bendahara umum daerah.

13. Kuasa BUD adalah pejabat yang diberi kuasa untuk melaksanakan tugas

bendahara umum daerah.

14. SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) adalah perangkat daerah pada

pemerintah daerah selaku pengguna anggaran/barang.

15. Unit Kerja adalah bagian SKPD yang melaksanakan satu atau beberapa

program.

16. PPTK (Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan) adalah pejabat pada unit

kerja SKPD yang melaksanakan satu atau beberapa kegiatan dari suatu

program sesuai dengan bidang tugasnya.

17. PPK-SKPD (Pejabat Penatausahaan Keuangan SKPD) adalah pejabat

yang melaksanakan fungsi tata usaha keuangan pada SKPD.

Page 173: SISTEM ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH II · PDF fileMata ajar sistem administrasi keuangan negara II ... Pasal 1 UUD 1945 menetapkan negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk

Sistem Administrasi Keuangan Daerah II

Pusdiklatwas BPKP – 2007 165

18. Pengguna Anggaran adalah pejabat pemegang kewenangan

penggunaan anggaran untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi SKPD

yang dipimpinnya.

19. Kuasa Pengguna Anggaran adalah pejabat yang diberi kuasa untuk

melaksanakan sebagian kewenangan pengguna anggaran dalam

melaksanakan sebagian tugas dan fungsi SKPD.

20. Pengguna Barang adalah pejabat pemegang kewenangan penggunaan

barang milik daerah.

21. Kas Umum Daerah adalah tempat penyimpanan uang daerah yang

ditentukan oleh kepala daerah untuk menampung seluruh penerimaan

daerah dan membayar seluruh pengeluaran daerah.

22. Rekening Kas Umum Daerah adalah rekening tempat penyimpanan uang

daerah yang ditentukan oleh kepala daerah untuk menampung seluruh

penerimaan daerah dan membayar seluruh pengeluaran daerah pada bank

yang ditetapkan.

23. Bendahara Penerimaan adalah pejabat fungsional yang ditunjuk untuk

menerima, menyimpan, menyetorkan, menatausahakan, dan

mempertanggungjawabkan uang pendapatan daerah dalam rangka

pelaksanaan APBD pada SKPD.

24. Bendahara Pengeluaran adalah pejabat fungsional yang ditunjuk

menerima, menyimpan, membayarkan, menatausahakan, dan

mempertanggung jawabkan uang untuk keperluan belanja daerah dalam

rangka pelaksanaan APBD pada SKPD.

25. Entitas Pelaporan adalah unit pemerintahan yang terdiri dari satu atau

lebih entitas akuntansi, yang menurut ketentuan peraturan perundang-

undangan wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban berupa

laporan keuangan.

Page 174: SISTEM ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH II · PDF fileMata ajar sistem administrasi keuangan negara II ... Pasal 1 UUD 1945 menetapkan negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk

Sistem Administrasi Keuangan Daerah II

Pusdiklatwas BPKP – 2007 166

26. Entitas Akuntansi adalah unit pemerintahan pengguna anggaran/

pengguna barang dan oleh karenanya wajib menyelenggarakan akuntansi

dan menyusun laporan keuangan untuk digabungkan pada entitas

pelaporan.

27. Penerimaan Daerah adalah uang yang masuk ke kas daerah.

28. Pengeluaran Daerah adalah uang yang keluar dari kas daerah.

29. Pendapatan Daerah adalah hak pemerintah daerah yang diakui sebagai

penambah nilai kekayaan bersih.

30. Belanja Daerah adalah kewajiban pemerintah daerah yang diakui sebagai

pengurang nilai kekayaan bersih.

31. Surplus Anggaran Daerah adalah selisih lebih antara pendapatan daerah

dan belanja daerah.

32. Defisit Anggaran Daerah adalah selisih kurang antara pendapatan

daerah dan belanja daerah.

33. Pembiayaan Daerah adalah semua penerimaan yang perlu dibayar

kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada

tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran

berikutnya.

34. SiLPA (Sisa Lebih Perhitungan Anggaran) adalah selisih lebih realisasi

penerimaan dan pengeluaran anggaran selama satu periode anggaran.

35. SiKPA (Sisa Kurang Perhitungan Anggaran) adalah selisih kurang

realisasi penerimaan dan pengeluaran anggaran selama satu periode

anggaran.

Page 175: SISTEM ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH II · PDF fileMata ajar sistem administrasi keuangan negara II ... Pasal 1 UUD 1945 menetapkan negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk

Sistem Administrasi Keuangan Daerah II

Pusdiklatwas BPKP – 2007 167

36. Pinjaman Daerah adalah semua transaksi yang mengakibatkan daerah

menerima sejumlah uang atau menerima manfaat yang bernilai uang dari

pihak lain sehingga daerah dibebani kewajiban untuk membayar kembali.

37. Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah adalah pendekatan

penganggaran berdasarkan kebijakan, dengan pengambilan keputusan

terhadap kebijakan tersebut dilakukan dalam perspektif lebih dari satu

tahun anggaran, dengan mempertimbangkan implikasi biaya akibat

keputusan yang bersangkutan pada tahun berikutnya yang dituangkan

dalam prakiraan maju.

38. Prakiraan Maju (forward estimate) adalah perhitungan kebutuhan dana

untuk tahun anggaran berikutnya dari tahun yang direncanakan guna

memastikan kesinambungan program dan kegiatan yang telah disetujui

dan menjadi dasar penyusunan anggaran tahun berikutnya.

39. Kinerja adalah keluaran/hasil dari kegiatan/program yang akan atau telah

dicapai sehubungan dengan penggunaan anggaran dengan kuantitas dan

kualitas yang terukur.

40. Penganggaran Terpadu (unified budgeting) adalah penyusunan

rencana keuangan tahunan yang dilakukan secara terintegrasi untuk

seluruh jenis belanja guna melaksanakan kegiatan pemerintahan yang

didasarkan pada prinsip pencapaian efisiensi alokasi dana.

41. Fungsi adalah perwujudan tugas kepemerintahan dibidang tertentu yang

dilaksanakan dalam rangka mencapai tujuan pembangunan nasional.

42. Program adalah penjabaran kebijakan SKPD dalam bentuk upaya yang

berisi satu atau lebih kegiatan dengan menggunakan sumber daya yang

disediakan untuk mencapai hasil yang terukur sesuai dengan misi SKPD.

43. Kegiatan adalah bagian dari program yang dilaksanakan oleh satu atau

lebih unit kerja pada SKPD sebagai bagian dari pencapaian sasaran

terukur pada suatu program dan terdiri dari sekumpulan tindakan

Page 176: SISTEM ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH II · PDF fileMata ajar sistem administrasi keuangan negara II ... Pasal 1 UUD 1945 menetapkan negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk

Sistem Administrasi Keuangan Daerah II

Pusdiklatwas BPKP – 2007 168

pengerahan sumber daya baik yang berupa personal (sumber daya

manusia), barang modal termasuk peralatan dan teknologi, dana, atau

kombinasi dari beberapa atau kesemua jenis sumber daya tersebut

sebagai masukan (input) untuk menghasilkan keluaran (output) dalam

bentuk barang/jasa.

44. Sasaran (target) adalah hasil yang diharapkan dari suatu program atau

keluaran yang diharapkan dari suatu kegiatan.

45. Keluaran (output) adalah barang atau jasa yang dihasilkan oleh kegiatan

yang dilaksanakan untuk mendukung pencapaian sasaran dan tujuan

program dan kebijakan.

46. Hasil (outcome) adalah segala sesuatu yang mencerminkan berfungsinya

keluaran dari kegiatan-kegiatan dalam satu program.

47. RPJMD (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah) adalah

dokumen perencanaan untuk periode lima tahun.

48. RKPD (Rencana Kerja Pemerintah Daerah) adalah dokumen

perencanaan daerah untuk periode satu tahun.

49. TAPD (Tim Anggaran Pemerintah Daerah) adalah tim yang dibentuk

dengan keputusan kepala daerah dan dipimpin oleh sekretaris daerah

yang mempunyai tugas menyiapkan serta melaksanakan kebijakan kepala

daerah dalam rangka penyusunan APBD yang anggotanya terdiri pejabat

perencana daerah, PPKD, dan pejabat lainnya sesuai dengan kebutuhan.

50. RKA-SKPD (Rencana Kerja dan Anggaran SKPD) adalah dokumen

perencanaan dan penganggaran yang berisi program dan kegiatan SKPD

serta anggaran yang diperlukan untuk melaksanakannya.

51. KUA (Kebijakan Umum APBD) adalah dokumen yang memuat kebijakan

bidang pendapatan,belanja, dan pembiayaan serta asumsi yang

mendasarinya untuk periode 1 (satu) tahun.

Page 177: SISTEM ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH II · PDF fileMata ajar sistem administrasi keuangan negara II ... Pasal 1 UUD 1945 menetapkan negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk

Sistem Administrasi Keuangan Daerah II

Pusdiklatwas BPKP – 2007 169

52. PPAS (Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara) merupakan program

prioritas dan patokan batas maksimal anggaran yang diberikan kepada

SKPD untuk setiap program sebagai acuan dalam penyusunan RKA-

SKPD.

53. DPA-SKPD (Dokumen Pelaksanaan Anggaran SKPD) merupakan

dokumen yang memuat pendapatan dan belanja setiap SKPD yang

digunakan sebagai dasar pelaksanaan oleh pengguna anggaran.

54. SPP (Surat Permintaan Pembayaran) adalah dokumen yang diterbitkan

oleh pejabat yang bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan/

bendahara pengeluaran untuk mengajukan permintaan pembayaran.

55. Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) adalah dokumen yang digunakan

sebagai dasar pencairan dana yang diterbitkan oleh BUD berdasarkan

SPM.

56. Surat Perintah Membayar (SPM) adalah dokumen yang digunakan/

diterbitkan oleh pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran untuk

penerbitan SP2D atas beban pengeluaran DPA-SKPD.

57. SPM-LS (Surat Perintah Membayar Langsung) adalah dokumen yang

diterbitkan oleh pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran untuk

penerbitan SP2D atas beban pengeluaran DPA-SKPD kepada pihak

ketiga.

58. UP (Uang Persediaan) adalah sejumlah uang tunai yang disediakan untuk

satuan kerja dalam melaksanakan kegiatan operasional sehari-hari.

59. SPM-UP (Surat Perintah Membayar Uang Persediaan) adalah dokumen

yang diterbitkan oleh pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran untuk

penerbitan SP2D atas beban pengeluaran DPA-SKPD yang dipergunakan

sebagai uang persediaan untuk mendanai kegiatan operasional kantor

sehari-hari.

Page 178: SISTEM ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH II · PDF fileMata ajar sistem administrasi keuangan negara II ... Pasal 1 UUD 1945 menetapkan negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk

Sistem Administrasi Keuangan Daerah II

Pusdiklatwas BPKP – 2007 170

60. SPM-GU (Surat Perintah Membayar Ganti Uang Persediaan) adalah

dokumen yang diterbitkan oleh pengguna anggaran/kuasa pengguna

anggaran untuk penerbitan SP2D atas beban pengeluaran DPA-SKPD

yang dananya dipergunakan untuk mengganti uang persediaan yang telah

dibelanjakan.

61. SPM-TU (Surat Perintah Membayar Tambahan Uang Persediaan) adalah dokumen yang diterbitkan oleh pengguna anggaran/kuasa

pengguna anggaran untuk penerbitan SP2D atas beban pengeluaran DPA-

SKPD, karena kebutuhan dananya melebihi dari jumlah batas pagu uang

persediaan yang telah ditetapkan sesuai dengan ketentuan.

62. Piutang Daerah adalah jumlah uang yang wajib dibayar kepada

pemerintah daerah dan/atau hak pemerintah daerah yang dapat dinilai

dengan uang sebagai akibat perjanjian atau akibat lainnya berdasarkan

peraturan perundang-undangan atau akibat lainnya yang sah.

63. Barang Milik Daerah adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh

atas beban APBD atau berasal dari perolehan lainnya yang sah.

64. Utang Daerah adalah jumlah uang yang wajib dibayar pemerintah daerah

dan/atau kewajiban pemerintah daerah yang dapat dinilai dengan uang

berdasarkan peraturan perundang-undangan, perjanjian, atau berdasarkan

sebab lainnya yang sah.

65. Dana Cadangan adalah dana yang disisihkan untuk menampung

kebutuhan yang memerlukan dana relatif besar yang tidak dapat dipenuhi

dalam satu tahun anggaran.

66. Sistem Pengendalian Intern Keuangan Daerah merupakan suatu proses

yang berkesinambungan yang dilakukan oleh lembaga/badan/unit yang

mempunyai tugas dan fungsi melakukan pengendalian melalui audit dan

evaluasi, untuk menjamin agar pelaksanaan kebijakan pengelolaan

Page 179: SISTEM ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH II · PDF fileMata ajar sistem administrasi keuangan negara II ... Pasal 1 UUD 1945 menetapkan negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk

Sistem Administrasi Keuangan Daerah II

Pusdiklatwas BPKP – 2007 171

keuangan daerah sesuai dengan rencana dan peraturan perundang-

undangan.

67. Kerugian Daerah adalah kekurangan uang, surat berharga, dan barang

yang nyata dan pasti jumlahnya sebagai akibat perbuatan melawan hukum

baik sengaja maupun lalai.

68. BLUD (Badan Layanan Umum Daerah) adalah SKPD/unit kerja pada

SKPD di lingkungan pemerintah daerah yang dibentuk untuk memberikan

pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa

yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan, dan dalam

melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan

produktivitas.

69. SPD (Surat Penyediaan Dana) adalah dokumen yang menyatakan

tersedianya dana untuk melaksanakan kegiatan sebagai dasar penerbitan

SPP.

70. Investasi adalah penggunaan aset untuk memperoleh manfaat ekonomis

seperti bunga, dividen, royalti, manfaat sosial dan/atau manfaat lainnya

sehingga dapat meningkatkan kemampuan pemerintah dalam rangka

pelayanan kepada masyarakat.

71. Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD) adalah surat yang oleh

wajib pajak digunakan untuk melaporkan penghitungan dan/atau

pembayaran pajak, objek pajak dan/atau bukan objek pajak, dan/atau harta

dan kewajiban, menurut ketentuan peraturan perundang-undangan

perpajakan Daerah.

72. SKPD (Surat Ketetapan Pajak Daerah) adalah surat ketetapan pajak

yang menentukan besarnya jumlah pokok pajak.

73. SKPDN (Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil) adalah surat ketetapan

pajak yang menentukan jumlah pokok pajak sama besarnya dengan

jumlah kredit pajak atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak.

Page 180: SISTEM ADMINISTRASI KEUANGAN DAERAH II · PDF fileMata ajar sistem administrasi keuangan negara II ... Pasal 1 UUD 1945 menetapkan negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk

Sistem Administrasi Keuangan Daerah II

Pusdiklatwas BPKP – 2007 172

74. SKPDKB (Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar) adalah surat

ketetapan pajak yang menentukan besarnya jumlah pokok pajak, jumlah

kredit pajak, jumlah kekurangan pembayaran pokok pajak, besarnya sanksi

administrasi, dan jumlah yang masih harus dibayar.

75. SKPDLB (Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar) adalah surat

ketetapan pajak yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran pajak

karena jumlah kredit pajak lebih besar daripada pajak yang terutang atau

tidak seharusnya terutang.

76. SSPD (Surat Setoran Pajak Daerah) adalah surat yang oleh wajib pajak

digunakan untuk melakukan pembayaran atau penyetoran pajak yang

terutang ke kas daerah atau ke tempat pembayaran lain yang ditunjuk oleh

kepala daerah.

77. SKPDKBT (Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan) adalah surat ketetapan pajak yang menentukan tambahan atas jumlah

pajak yang telah ditetapkan.

78. STPD (Surat Tagihan Pajak Daerah) adalah surat untuk melakukan

tagihan pajak dan/atau sanksi administrasi berupa bunga dan/atau denda.

79. SKRD (Surat Ketetapan Retribusi Daerah) adalah surat ketetapan

retribusi yang menentukan besarnya pokok retribusi.

80. SKRDLB (Surat Ketetapan Retribusi Daerah Lebih Bayar) adalah surat

ketetapan retribusi yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran

retribusi karena jumlah kredit retribusi lebih besar daripada retribusi yang

terutang atau tidak seharusnya terutang.