Sisi Gelap Dunia Pendidikan

download Sisi Gelap Dunia Pendidikan

of 13

description

contoh berita

Transcript of Sisi Gelap Dunia Pendidikan

Sisi Gelap Dunia Pendidikan

indosiar.com, Jakarta -Dunia pendidikan dari tahun ke tahun terus menatap wajah buram. Institusi yang seharusnya mendidik para calon-calon pemimpin bangsa justru tidak mendapatkan perhatian yang memadai dari pemerintah.Ribuan gedung sekolah dasar tidak layak huni dan bahkan roboh. Yang menyedihkan, di ibu kota Djakarta, kota yang menjadi pusat perekonomian nasional dan ditengah-tengah ratusan gedung pencakar langit masih banyak gedung sekolah yang tidak layak huni bahkan roboh.Beginilah nasib pendidikan kita. Bangunan sekolah yang tidak layak tetap saja digunakan. Bahkan bangunan sekolah yang nyaris dan roboh terpaksa dipakai untuk kegiatan belajar dan mengajar.Yang lebih ironis, ini adalah gedung Sekolah Dasar Negeri 21, dikawasan Kramatdjati, Jakarta Timur yang terletak di kawasan ibu kota negara yang merupakan pusat perekonomian nasional yang terletak diantara ratusan gedung-gedung mewah dan pencakar langit.Satu ruangan kelasnya roboh sejak dua tahun lalu. Seluruh murid Sekolah Dasar ini terpaksa diungsikan ke gedung sebelah di Sekolah Dasar Negeri 22. Kondisi semacam ini tentu mengancam keselamatan jiwa siswa-siswa saat mereka mengikuti kegiatan belajar di sekolah.Usulan untuk memperbaiki gedung sekolah ini sudah dilakukan sejak satu tahun lalu. Namun hingga kini belum juga dibangun kembali. Persoalan gedung sekolah yang rusak dan tidak layak pakai merupakan permasalahan klasik yang tidak terpecahkan, termasuk di DKI Jakarta.Dari data Dinas Pendidikan Dasar DKI Jakarta, 50 % sekolah dari 1500 gedung sekolah sudah tidak layak pakai untuk kegiatan belajar dan mengajar.Peristiwa gedung sekolah roboh hingga sebagian kelas rata menjadi puing-puing juga terjadi di Cibeber, Cianjur Jawa Barat, tiga bulan lalu. Murid-murid sekolah dasar Iptida'iah Darul Atfal terpaksa melakukan kegiatan belajar mengajar di samping sekolahnya dengan menggunakan tenda darurat seadanya.Menurut dewan guru sekolah ini, pihaknya sudah berkali-kali mengajukan permohonan perbaikan sekolahnya ke Dinas Pendidikan Kota Cianjur, Jawa Barat. Rehabilitasi gedung sekolah yang sudah rusak memang tidak kunjung tuntas. Kebanyakan pihak sekolah hanya menunggu uluran tangan dari Pemerintah Pusat.Kondisi gedung sekolah di Tangerang dan Garut misalnya, juga tidak jauh berbeda. Bahkan berdasarkan data Departemen Pendidikan Nasional, dari 865.258 gedung sekolah SD di seluruh Indonesia, 23,2% atau 201.273 gedung rusak berat.Padahal fasilitas dan sarana belajar memainkan peranan penting dalam menentukan mutu pendidikan bagi para calon penerus bangsa. Namun pemerintah yang memiliki kewajiban untuk menyediakan fasilitas dan sarana belajar, belum memberikan perhatian serius terhadap dunia pendidikan.Pengamat Pendidikan Arif Rahman Hakim, menduga proses perencanaan hingga pembangunan gedung sekolah tidak dilakukan secara transparan, sehingga memunculkan bau kolusi.Gedung sekolah yang rusak bahkan roboh tentu saja sangat mengganggu anak-anak dan para guru dalam proses belajar mengajar. Tentu hal ini akan mempengaruhi prestasi belajar murid-murid sekolah. Apalagi saat-saat mereka harus menghadapi ujian sekolah.Segmen IILagi-lagi anggaran menjadi persoalan klasik yang tidak terselesaikan. Pemerintah berdalih minimnya anggaran pendidikan menjadi penyebab terbengkalainya gedung-gedung sekolah.Bagaimanapun pemenuhan sarana dan fasilitas pendidikan tetap merupakan kewajiban pemerintah. Seperti yang telah diamanatkan oleh Undang Undang Sisdiknas No.20 tahun 2003. Selama ini pemerintah selalu berdalih minimnya anggaranlah yang menjadi alasan utama.Dalam APBN 2008, pemerintah hanya mengalokasikan 12% atau Rp 61,4 triliun untuk anggaran pendidikan. Jauh dari yang diamanatkan Undang Undang Sisdiknas sebesar 20 persen.Tanpa menutup mata terhadap cekaknya, anggaran ternyata ditemukan banyak persoalan yang pelik dalam proses penggunaan anggaran untuk merehabilitasi gedung-gedung sekolah yang rusak.Ada tangan-tangan tersembunyi yang mencoba meraih keuntungan pribadi diatas remuk redamnya persoalan anggaran.Salah seorang kepala sekolah di Banten mengungkapkan, untuk meminta anggaran rehabilitasi gedung sekolah yang minim, ternyata harus menyuap oknum pejabat tertentu agar dananya turun. Praktek-praktek sogok menyogok ternyata sudah berlangsung bertahun-tahun. Bahkan saat ini semakin parah.Untuk mengantisipasi minimnya anggaran dari pusat hampir di seluruh provinsi dan kabupaten mengandalkan bantuan dana alokasi khusus dari Pemerintah Pusat. Karena dana APBD dan APBN tidak mencukupi untuk mendukung rehabilitasi sekolah.Maka tidak heran jika pihak sekolah harus menunggu satu hingga tiga tahun dari proses pengajuan hingga realisasi rehabilitasi gedung sekolah.Mungkin disini pemerintah perlu perhatian yang sangat serius bagi masa depan anak-anak kita yang masih berkeinginan untuk belajar lebih maju.Segmen IIITernyata Departemen Pendidikan tidak memiliki data yang akurat mengenai kondisi gedung-gedung sekolah. Padahal dari tahun ke tahun, kondisi gedung sekolah yang rusak terus bertambah.Carut marut dunia pendidikan memang tidak lepas dari keseriusan dan kemauan pemerintah dalam memberikan perhatian besar kepada institusi pendidikan. Jangankan memberi porsi besar untuk anggaran pendidikan. Menciptakan suasana belajar dan mengajar yang nyaman saja jauh dari impian.ICW menilai pemerintah lamban dalam penanganan kerusakan sekolah yang menjalar ke seluruh penjuru daerah-daerah.Mutu pendidikan di Indonesia tidak akan pernah bagus, jika gedung sekolah yang merupakan tempat kenyamanan untuk belajar bagi murid-murid keadaan masih rusak.Beberapa kalangan seperti orang tua murid mengusulkan kepada pihak terkait agar pembangunan gedung sekolah dilakukan secara profesional dan terkesan tidak asal-asalan.Membangun gedung sekolah kembali yang kokoh dan berkualitas merupakan tantangan tersendiri bagi pemerintah daerah dan pemerintah pusat.(Firdaus Masrun/Sup)Kekerasan dalam rumah tangga (disingkat KDRT) adalah kekerasan yang dilakukan di dalam rumah tangga baik oleh suami maupun oleh istri. Menurut Pasal 1 UU Nomor 23 tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga (UU PKDRT), KDRT adalah setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis, dan/atau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga. Sebagian besar korban KDRT adalah kaum perempuan (istri) dan pelakunya adalah suami, walaupun ada juga korban justru sebaliknya, atau orang-orang yang tersubordinasi di dalam rumah tangga itu. Pelaku atau korban KDRT adalah orang yang mempunyai hubungan darah, perkawinan, persusuan, pengasuhan, perwalian dengan suami, dan anak bahkan pembatu rumah tangga, tinggal di rumah ini. Ironisnya kasus KDRT sering ditutup-tutupi oleh si korban karena terpaut dengan struktur budaya, agama dan sistem hukum yang belum dipahami. Padahal perlindungan oleh negara dan masyarakat bertujuan untuk memberi rasa aman terhadap korban serta menindak pelakunya.Kekerasan dalam rumah tangga(disingkatKDRT) adalah tindakan yang dilakukan di dalam rumah tangga baik olehsuami,istri, maupun anak yang berdampak buruk terhadap keutuhan fisik, psikis, dan keharmonisan hubungan sesuai yang termaktub dalam pasal 1 UU Nomor 23 tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga (UU PKDRT).[1]Yang merupakan lingkup tindakan KDRT adalah perbuatan terhadap seseorang terutamaperempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secarafisik,seksual,psikologis, dan/atau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga. Sebagian besar korban KDRT adalah kaum perempuan (istri) dan pelakunya adalah suami, walaupun ada juga korban justru sebaliknya, atau orang-orang yang tersubordinasi di dalam rumah tangga itu. Pelaku atau korban KDRT adalah orang yang mempunyai hubungan darah,perkawinan, persusuan, pengasuhan, perwalian dengan suami, dan anak bahkan pembatu rumah tangga yang tinggal dalam sebuah rumah tangga. Tidak semua tindakan KDRT dapat ditangani secara tuntas karena korban sering menutup-nutupi dengan alasan ikatan struktur budaya, agama, dan belum dipahaminya sistem hukum yang berlaku. Padahal perlindungan oleh negara dan masyarakat bertujuan untuk memberi rasa aman terhadap korban serta menindak pelakunya.Kekerasan fisik[sunting|sunting sumber]1. Cedera berat2. Tidak mampu menjalankan tugas sehari-hari3. Pingsan4. Luka berat pada tubuh korban dan atau luka yang sulit disembuhkan atau yang menimbulkan bahaya mati5. Kehilangan salah satu panca indera.6. Mendapat cacat.7. Menderita sakit lumpuh.8. Terganggunya daya pikir selama 4 minggu lebih9. Gugurnya atau matinya kandungan seorang perempuan10. Kematian korban. Kekerasan Fisik Ringan, berupamenampar, menjambak, mendorong, dan perbuatan lainnya yang mengakibatkan:1. Cedera ringan2. Rasa sakit dan luka fisik yang tidak masuk dalam kategori berat3. Melakukan repitisi kekerasan fisik ringan dapat dimasukkan ke dalam jenis kekerasan berat.Kekerasan psikis[sunting|sunting sumber] Kekerasan Psikis Berat, berupa tindakan pengendalian,manipulasi,eksploitasi, kesewenangan, perendahan dan penghinaan, dalam bentuk pelarangan, pemaksaan dan isolasi sosial; tindakan dan atau ucapan yang merendahkan atau menghina; penguntitan; kekerasan dan atau ancaman kekerasan fisik, seksual dan ekonomis; yang masing-masingnya bisa mengakibatkan penderitaan psikis berat berupa salah satu atau beberapa hal berikut:1. Gangguan tidur atau gangguan makan atau ketergantungan obat atau disfungsi seksual yang salah satu atau kesemuanya berat dan atau menahun.2. Gangguanstrespasca trauma.3. Gangguan fungsi tubuh berat (seperti tiba-tiba lumpuh atau buta tanpa indikasi medis)4. Depresiberat atau destruksi diri5. Gangguan jiwa dalam bentuk hilangnya kontak dengan realitas seperti skizofrenia dan atau bentuk psikotik lainnya6. Bunuh diri Kekerasan Psikis Ringan, berupa tindakan pengendalian, manipulasi, eksploitasi, kesewenangan, perendahan dan penghinaan, dalam bentuk pelarangan, pemaksaan, dan isolasi sosial; tindakan dan atau ucapan yang merendahkan atau menghina; penguntitan; ancaman kekerasan fisik, seksual dan ekonomis;yang masing-masingnya bisa mengakibatkan penderitaan psikis ringan, berupa salah satu atau beberapa hal di bawah ini:1. Ketakutan dan perasaan terteror2. Rasa tidak berdaya, hilangnya rasa percaya diri, hilangnya kemampuan untuk bertindak3. Gangguan tidur atau gangguan makan atau disfungsi seksual4. Gangguan fungsi tubuh ringan (misalnya, sakit kepala, gangguan pencernaan tanpa indikasi medis)5. Fobiaatau depresi temporerKekerasan seksual[sunting|sunting sumber] Kekerasan seksual berat, berupa:1. Pelecehan seksual dengan kontak fisik, seperti meraba, menyentuh organ seksual, mencium secara paksa, merangkul serta perbuatan lain yang menimbulkan rasa muak/jijik, terteror, terhina dan merasa dikendalikan.2. Pemaksaan hubungan seksual tanpa persetujuan korban atau pada saat korban tidak menghendaki.3. Pemaksaan hubungan seksual dengan cara tidak disukai, merendahkan dan atau menyakitkan.4. Pemaksaan hubungan seksual dengan orang lain untuk tujuan pelacuran dan atau tujuan tertentu.5. Terjadinya hubungan seksual dimana pelaku memanfaatkan posisi ketergantungan korban yang seharusnya dilindungi.6. Tindakan seksual dengan kekerasan fisik dengan atau tanpa bantuan alat yang menimbulkan sakit, luka,atau cedera. Kekerasan Seksual Ringan, berupa pelecehan seksual secara verbal seperti komentar verbal, gurauan porno, siulan, ejekan dan julukan dan atau secara non verbal, seperti ekspresi wajah, gerakan tubuh atau pun perbuatan lainnya yang meminta perhatian seksual yang tidak dikehendaki korban bersifat melecehkan dan atau menghina korban. Melakukan repitisi kekerasan seksual ringan dapat dimasukkan ke dalam jenis kekerasan seksual berat.Kekerasan ekonomi[sunting|sunting sumber] Kekerasan Ekonomi Berat, yakni tindakan eksploitasi, manipulasi dan pengendalian lewat sarana ekonomi berupa:1. Memaksa korban bekerja dengan cara eksploitatif termasuk pelacuran.2. Melarang korban bekerja tetapi menelantarkannya.3. Mengambil tanpa sepengetahuan dan tanpa persetujuan korban, merampas dan atau memanipulasi harta benda korban. Kekerasan Ekonomi Ringan, berupa melakukan upaya-upaya sengaja yang menjadikan korban tergantung atau tidak berdaya secara ekonomi atau tidak terpenuhi kebutuhan dasarnya.Penyebab KDRT adalah: Laki-laki dan perempuan tidak dalam posisi yang setara Masyarakat menganggap laki-laki dengan menanamkan anggapan bahwa laki-laki harus kuat, berani serta tanpa ampun KDRT dianggap bukan sebagai permasalahan sosial, tetapi persoalan pribadi terhadap relasi suami istri Pemahaman keliru terhadap ajaran agama, sehingga timbul anggapan bahwa laki-laki boleh menguasai perempuan Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) kerap saja terjadi di lingkungan kita, pelakunya kebanyakan pria yang dominan dalam hubungan rumah tangga.Kekerasan dalam rumah tangga itu sendiri memiliki arti yaitu tindakan atau sikap yang dilakukan dengan tujuan tertentu sehingga merugikan perempuan baik secara fisik maupun psikis. contohnya dalam kasus yang terjadi di Graha Staria Jl.RS FatmawatiKebayoran baru, Jakarta Selatan ( 26/2 ). Peristiwa itu menyebabkan seorang istri yang mengalami luka memar di wajahnya akibat kekerasan dalam rumah tangganya. Kekerasan tersebut di awali saat sang istri yang mendatangi suaminya untuk meminjam mobil yang akan di gunakan untuk menjemput anakny pulang sekolah. Tetapi suaminya tidak mengizinkan karena alatan yang tak jelas, akhirnya Rachma dan suaminya cekcok hingga terjadi kekerasan . Tiba-tiba suaminya mendorong tubuh Rachma hingga terjatuh.Akibat kekerasan yang dilakukan oleh suaminya tersebut Rachma menderita luka mememar di wajahnya. Dan tak terima perlakuan dari suaminya itu Rachma melaporkan suaminya ke Mapolres Metro Jakarta Selatan. Kekerasan yang kerap terjadi di dalam rumah tangga selama ini di karenakan kuatnya budaya patriarkhi yang menempatkan posisi laki-laki lebih unggul dari perempuan dan berlaku tanpa adanya perubahan,seolah-olah itulah kodrati yang menyebabkan perempuanlah yang kebanyakan menjadi korban KDRT.Penyebab Terjadinya KDRT Suami Terhadap Istri. a.KDRT dianggap bukan sebagai permasalahan sosial, tetapi persoalan pribadi terhadap relasi suami istri b.Pemahaman keliru terhadap ajaran agama, sehingga timbul anggapan bahwa lakilaki boleh menguasai perempuan c.Pandangan mengenai laki- laki ditempatkan sebagai seseorang yang harus mengepalai sesuatu, menjadi seseorang yang harus selalu didengar & dipatuhi kata-katanya, dan menempati posisi dominan dalam mengambil keputusan d. Adanya rasa cemburu yang berlebihan e. Kurangnya rasa saling mempercayai satu sama lain f.Kuatnya budaya bahwa istri bergantung pada suami, khususnya dalam bidang ekonomi Adapun dampak yang ditimbulkan akibat kekerasan tersebut bisa berdampak positif atau negatif: a.Dampak positifMeskipun kekerasan dalam rumah tangga ini termasuk dalam kriminalitas,tetapi ada juga dampak positif yang ditimbulkan . korban KDRT bisa mengendalikan kesadaran untuk lebih membuka mata terhadap bentuk-bentuk kekerasan yang di alaminya. Selain itu masyarakat juga bisa melihat dampak negative akibat KDRT dan mereka bisa mengambil pelajaran dari korban kekerasan dalam rumah tangga, dan bisa mengurangi KDRT b.Dampak NegatifDampak negative dari kekerasan dalam rumah tangga pastinya lebih banyak dari dampak positifnya. Dampak negative tersebut bisa di bagi menjadi dua, yaitu dampak negative dari korban (istri) dan dampak negative bagi anak. Dampak negative bagi korbanPosisi istrijelas berada pada posisi yang sangat rugi. Istri mengalami kerugian di berbagai aspek. Padaaspek fisik, sudah sangat jelas mengalami cedera atau luka-luka berat, bahkan mungkin mengganggu fungsi organ tubuhnya. Padaaspek psikis, istri akan mengalami tekanan mental, seperti menurunya rasa percaya diri dan harga diri, mengalami rasa tidak berdaya, mengalami stress pasca trauma, mengalami depresi bahkan memiliki keinginan untuk bunuh diri. Dampak negatif bagi anak Kehidupan anak akan dibimbing dengan kekerasan, peluang terjadinya perilaku yang kejam terhadap anak akan lebih tinggi, anak dapat mengalami depresi, dan anak berpotensi untuk melakukan kekerasan pada pasangannya karena anak mengimitasi perilaku dan cara memperlakukan orang lain sebagaimana yang dilakukan oleh orang tuanya. Agar tidak terjadi kekerasan dalam rumah tangga kita harus mengetahiu cara untuk menanggulangi kekerasan tersebut, yaitu: a.Perlunya keimanan yang kuat dan akhlak yang baik dan berpegang teguh pada agamanya sehingga kdrt tidak terjadi dan dapat diatasi dengan baik dan penuh kesabaran b.Harus tercipta kerukunan dan kedamaian dalam keluarga c.Harus adanya komunikasi yang baik antara suami dan istri,agar tercipta sebuah rumah tangga yang rukun dan harmonis d.Butuh rasa saling percaya,pengertian,saling menghargai dan sebagainya antar anggota keluarga e.Seorang istri harus mampu mengkordinir berapapun keuangan yang ada dalam keluarga A.Latar Belakang Keluarga adalah unit sosial terkecil dalam masyarakat yang berperan dan berpengaruh sangat besar terhadap perkembangan sosial dan perkembangan kepribadian setiap anggota keluarga. Keluarga memerlukan organisasi tersendiri dan perlu kepala rumah tangga sebagai tokoh penting yang memimpin keluarga disamping beberapa anggota keluarga lainnya. Anggota keluarga terdiri dari Ayah, ibu, dan anak merupakan sebuah satu kesatuan yang memiliki hubungan yang sangat baik. Hubungan baik ini ditandai dengan adanya keserasian dalam hubungan timbal balik antar semua anggota/individu dalam keluarga. Sebuah keluarga disebut harmonis apabila seluruh anggota keluarga merasa bahagia yang ditandai dengan tidak adanya konflik, ketegangan, kekecewaan dan kepuasan terhadap keadaan (fisik, mental, emosi dan sosial) seluruh anggota keluarga. Keluarga disebut disharmonis apabila terjadi sebaliknya.

Ketegangan maupun konflik antara suami dan istri maupun orang tua dengan anak merupakan hal yang wajar dalam sebuah keluarga atau rumah tangga. Tidak ada rumah tangga yang berjalan tanpa konflik namun konflik dalam rumah tangga bukanlah sesuatu yang menakutkan. Hampir semua keluarga pernah mengalaminya. Yang mejadi berbeda adalah bagaimana cara mengatasi dan menyelesaikan hal tersebut. Setiap keluarga memiliki cara untuk menyelesaikan masalahnya masing-masing. Apabila masalah diselesaikan secara baik dan sehat maka setiap anggota keluarga akan mendapatkan pelajaran yang berharga yaitu menyadari dan mengerti perasaan, kepribadian dan pengendalian emosi tiap anggota keluarga sehingga terwujudlah kebahagiaan dalam keluarga. Penyelesaian konflik secara sehat terjadi bila masing-masing anggota keluarga tidak mengedepankan kepentingan pribadi, mencari akar permasalahan dan membuat solusi yang sama-sama menguntungkan anggota keluarga melalui komunikasi yang baik dan lancar. Disisi lain, apabila konflik diselesaikan secara tidak sehat maka konflik akan semakin sering terjadi dalam keluarga. Penyelesaian masalah dilakukan dengan marah yang berlebih-lebihan, hentakan-hentakan fisik sebagai pelampiasan kemarahan, teriakan dan makian maupun ekspresi wajah menyeramkan. Terkadang muncul perilaku seperti menyerang, memaksa, mengancam atau melakukan kekerasan fisik. Perilaku seperti ini dapat dikatakan pada tindakan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) yang diartikan setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis, dan/atau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga.

B.Rumusan Masalah a.Apa yang dimaksud dengan Kekerasan dalam Rumah Tangga ? b.Apa saja bentuk-bentuk Kekerasan dalam Rumah Tangga ? c.Apakah faktor-faktor penyebab Kekerasan dalam Rumah Tangga ? d.Bagaimana cara penanggulangan Kekerasan dalam Rumah Tangga ? C.Tujuan Pembuatan Makalah a.Mengetahui apa yang dimaksud dengan Kekerasan dalam Rumah tangga. b.Mengetahui bentuk-bentuk Kekerasan dalam Rumah Tangga. c.Mengetahui faktor-fartor apa saja yang menjadi penyebab Kekerasan dalam Rumah Tangga. d.Mengetahui cara penanggulangan kekerasan dalam Rumah Tangga. PEMBAHASAN A.Kekerasan dalam Rumah Tangga Kekerasan dalam Rumah Tangga seperti yang tertuang dalam Undang-undang No.23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga, memiliki arti setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis, dan/atau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga. Masalah kekerasan dalam rumah tangga telah mendapatkan perlindungan hukum dalam Undang-undang Nomor 23 tahun 2004 yang antara lain menegaskan bahwa: a.Bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan rasa aman dan bebes dari segala bentuk kekerasan sesuai dengan falsafah Pancasila dan Undang-undang Republik Indonesia tahun 1945. b.Bahwa segala bentuk kekerasan, terutama Kekerasan dalam rumah tangga merupakan pelanggaran hak asasi manusia, dan kejahatan terhadap martabat kemanusiaan serta bentuk deskriminasi yang harus dihapus. c.Bahwa korban kekerasan dalam rumah tangga yang kebanyakan adalah perempuan, hal itu harus mendapatkan perlindungan dari Negara dan/atau masyarakat agar terhindar dan terbebas dari kekerasan atau ancaman kekerasan, penyiksaan, atau perlakuan yang merendahkan derajat dan martabat kemanusiaan. d.Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagai dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d perlu dibentuk Undang-undang tentang penghapusan kekerasan dalam rumah tangga. Tindak kekerasan yang dilakukan suami terhadap isteri sebenarnya merupakan unsur yang berat dalam tindak pidana, dasar hukumnya adalah KUHP (kitab undang-undang hukum pidana) pasal 356 yang secara garis besar isi pasal yang berbunyi: Barang siapa yang melakukan penganiayaan terhadap ayah, ibu, isteri atau anak diancam hukuman pidana B.Bentuk-bentuk Kekerasan dalam Rumah Tangga Menurut Undang-Undang No. 23 Tahun 2004 tindak kekerasan terhadap istri dalam rumah tangga dibedakan kedalam 4 (empat) macam : a.Kekerasan fisik Kekerasan fisik adalah perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit atau luka berat. Prilaku kekerasan yang termasuk dalam golongan ini antara lain adalah menampar, memukul, meludahi, menarik rambut (menjambak), menendang, menyudut dengan rokok, memukul/melukai dengan senjata, dan sebagainya. Biasanya perlakuan ini akan nampak seperti bilur-bilur, muka lebam, gigi patah atau bekas luka lainnya. b.Kekerasan psikologis / emosional Kekerasan psikologis atau emosional adalah perbuatan yang mengakibatkan ketakutan, hilangnya rasa percaya diri, hilangnya kemampuan untuk bertindak, rasa tidak berdaya dan / atau penderitaan psikis berat pada seseorang. Perilaku kekerasan yang termasuk penganiayaan secara emosional adalah penghinaan, komentar-komentar yang menyakitkan atau merendahkan harga diri, mengisolir istri dari dunia luar, mengancam atau ,menakut-nakuti sebagai sarana memaksakan kehendak. c.Kekerasan seksual Kekerasan jenis ini meliputi pengisolasian (menjauhkan) istri dari kebutuhan batinnya, memaksa melakukan hubungan seksual, memaksa selera seksual sendiri, tidak memperhatikan kepuasan pihak istri. d.Kekerasan ekonomi Setiap orang dilarang menelantarkan orang dalam lingkup rumah tangganya, padahal menurut hukum yang berlaku baginya atau karena persetujuan atau perjanjian ia wajib memberikan kehidupan, perawatan atau pemeliharaan kepada orang tersebut. Contoh dari kekerasan jenis ini adalah tidak memberi nafkah istri, bahkan menghabiskan uang istri (http://kompas.com., 2006). C.Faktor-Faktor Penyebab Kekerasan dalam Rumah Tangga Strauss A. Murray mengidentifikasi hal dominasi pria dalam konteks struktur masyarakat dan keluarga, yang memungkinkan terjadinya kekerasan dalam rumah tangga (marital violence) sebagai berikut: a.Pembelaan atas kekuasaan laki-laki Laki-laki dianggap sebagai superioritas sumber daya dibandingkan dengan wanita, sehingga mampu mengatur dan mengendalikan wanita. b.Diskriminasi dan pembatasan dibidang ekonomi Diskriminasi dan pembatasan kesempatan bagi wanita untuk bekerja mengakibatkan wanita (istri) ketergantungan terhadap suami, dan ketika suami kehilangan pekerjaan maka istri mengalami tindakan kekerasan. c.Beban pengasuhan anak Istri yang tidak bekerja, menjadikannya menanggung beban sebagai pengasuh anak. Ketika terjadi hal yang tidak diharapkan terhadap anak, maka suami akan menyalah-kan istri sehingga tejadi kekerasan dalam rumah tangga. d.Wanita sebagai anak-anak Konsep wanita sebagai hak milik bagi laki-laki menurut hukum, mengakibatkan kele-luasaan laki-laki untuk mengatur dan mengendalikan segala hak dan kewajiban wanita. Laki-laki merasa punya hak untuk melakukan kekerasan sebagai seorang bapak melakukan kekerasan terhadap anaknya agar menjadi tertib. e.Orientasi peradilan pidana pada laki-laki Posisi wanita sebagai istri di dalam rumah tangga yang mengalami kekerasan oleh suaminya, diterima sebagai pelanggaran hukum, sehingga penyelesaian kasusnya sering ditunda atau ditutup. Alasan yang lazim dikemukakan oleh penegak hukum yaitu adanya legitimasi hukum bagi suami melakukan kekerasan sepanjang bertindak dalam konteks harmoni keluarga. D.Cara Penanggulangan Kekerasan dalam Rumah Tangga Untuk menghindari terjadinya Kekerasan dalam Rumah Tangga, diperlukan cara-cara penanggulangan Kekerasan dalam Rumah Tangga, antara lain: a.Perlunya keimanan yang kuat dan akhlaq yang baik dan berpegang teguh pada agamanya sehingga Kekerasan dalam rumah tangga tidak terjadi dan dapat diatasi dengan baik dan penuh kesabaran. b.Harustercipta kerukunan dan kedamaian di dalam sebuah keluarga, karena didalam agama itu mengajarkan tentang kasih sayang terhadap ibu, bapak, saudara, dan orang lain. Sehingga antara anggota keluarga dapat saling mengahargai setiap pendapat yang ada. c.Harus adanyakomunikasi yang baik antara suami dan istri,agar tercipta sebuah rumah tangga yang rukun dan harmonis. Jika di dalam sebuah rumah tangga tidak ada keharmonisan dan kerukunan diantara kedua belah pihak, itu juga bisa menjadi pemicu timbulnya kekerasan dalam rumah tangga. d.Butuh rasa saling percaya, pengertian, saling menghargai dan sebagainya antar anggota keluarga. Sehingga rumah tangga dilandasi dengan rasa saling percaya. Jika sudah ada rasa saling percaya, maka mudah bagi kita untuk melakukan aktivitas. Jika tidak ada rasa kepercayaan maka yang timbul adalah sifat cemburu yang kadang berlebih dan rasa curiga yang kadang juga berlebih-lebihan. e.Seorang istri harus mampu mengkoordinir berapapun keuangan yang ada dalam keluarga, sehingga seorang istri dapat mengatasi apabila terjadi pendapatan yang minim, sehingga kekurangan ekonomi dalam keluarga dapat diatasi dengan baik. KESIMPULAN Seharusnya seorang suami dan istri harus banyak bertanya dan belajar, seperti membaca buku yang memang isi bukunya itu bercerita tentang bagaimana cara menerapkan sebuah keluarga yang sakinah, mawaddah dan warahmah. Di dalam sebuah rumah tangga butuh komunikasi yang baik antara suami dan istri,agar tercipta sebuah rumah tangga yang rukun dan harmonis. Jika di dalam sebuah rumah tangga tidak ada keharmonisan dan kerukunan diantara kedua belah pihak, itu juga bisa menjadi pemicu timbulnya kekerasan dalam rumah tangga. Seharusnya seorang suami dan istri bisa mengimbangi kebutuhan psikis, di mana kebutuhan itu sangat mempengaruhi keinginan kedua belah pihak yang bertentangan. Seorang suami atau istri harus bisa saling menghargai pendapat pasangannya masing-masing. Sepertihalnya dalam berpacaran. Untuk mempertahankan sebuah hubungan, butuh rasa saling percaya, pengertian, saling menghargai dan sebagainya. Begitu juga halnya dalam rumah tangga harus dilandasi dengan rasa saling percaya. Jika sudah ada rasa saling percaya, maka mudah bagi kita untuk melakukan aktivitas. Jika tidak ada rasa kepercayaan maka yang timbul adalah sifat cemburu yang kadang berlebih dan rasa curiga yang kadang juga berlebih-lebihan. Tidak sedikit seorang suami yang sifat seperti itu, terkadang suami juga melarang istrinya untuk beraktivitas di luar rumah. Karena mungkin takut istrinya diambil orang atau yang lainnya. jika sudah begitu kegiatan seorang istri jadi terbatas. Kurang bergaul dan berbaur dengan orang lain. Ini adalah dampak dari sikap seorang suami yang memiliki sifat cemburu yang terlalu tinggi. Banyak contoh yang kita lihatdilingkungan kita, kajadian seperti itu.Sifat rasa cemburu bisa menimbukan kekerasan dalam rumah tangga. Maka dari itu, di dalam sebuah rumah tangga kedua belah pihak harus sama-sama menjaga agar tidak terjadi konflik yang bisa menimbulkan kekerasan. Tidak hanya satu pihak yang bisa memicu konflik di dalam rumah tangga, bisa suami maupun istri. Sebelum kita melihat kesalahan orang lain, marilah kita berkaca pada diri kita sendiri. Sebenarnya apa yang terjadi pada diri kita, sehingga menimbulkan perubahan sifat yang terjadi pada pasangan kita masing-masing.

CONTOH KASUS Contoh Kasus Kekerasan dalam Rumah Tangga yang terjadi dimasyarakat : Contoh kasus Kekerasan dalam Rumah Tangga yang kami ambil adalah Kekerasan dalam Rumah Tangga yang dialami oleh Cici Paramida.Dimana dalam kasus KDRTnya ini,wajah Cici Paramida babak belurakibat peristiwa penabarakan yang diduga dilakukan suaminya,Suhaebi.Peristiwa itu sendiri berawal ketika Cici yang mencurigai suaminya membawa perempuan lain mencoba mengejar mobil suaminya hingga ke kawasan puncak, Kabupaten Bogor. Saat kedua mobil tiba di kawasan Gang Semen, Jalan Raya Puncak, Cisarua, mobil Cici menyalip. Cici kemudian turun dari mobil. Saat dia mau mendekati mobil itu, tiba-tiba mobil digas sehingga menyerempet Cici. Akibatnya Cici Paramidatampak terluka di bagian wajah dan lengan seperti bekas tersenggol. Kemudian atas Kekerasan yang dilakukan oleh Suhebi, Cici melaporkan tindakan kekerasan itu polisi. Dari contoh kasus diatas kita dapat menarik kesimpulan bahwa seorang suami seharusnya menjaga kepercayaan yang diberikan oleh istrinya. Suatu hubungan akan berjalan harmonis apabila sebuah pasangan dilandasi dengan percaya kepada pasangannya. Namun kejadian ini tidak akan terjadi apa bila sang istri menanyaka secara baik baik kepada suaminya. Apakah benar ia bersama perempuan lain atau hanya sekedar rekan kerjanya.