Simulasi Laporan Operasional Pemerintah RI Berdasarkan LKPP 2008
-
Upload
akarmembiru-akarmembiru -
Category
Documents
-
view
830 -
download
6
description
Transcript of Simulasi Laporan Operasional Pemerintah RI Berdasarkan LKPP 2008
Laporan Operasional RI
Uraian dan Simulasi
Berdasarkan LKPP Tahun 2008
1
LAPORAN OPERASIONAL
Penyajian akuntansi sektor publik dengan accrual accounting di
nilai sebagai sebuah kebutuhan dewasa ini. UU Nomor 17/2003 pun
mengamanatkan setidak-tidaknya tahun 2008, LKPP telah menyajikan
akuntansi akrual. Nyata-nya amanat ini belum terpenuhi. Tantangannya
memang berat. Berkaca dari pengalaman Australia, perlu berbagai
syarat yang harus dipenuhi, mulai: kapasitas SDM , diklat yang
konstruktif, IT yang tangguh, manajemen data yang kuat, dan
manajamen kinerja yang memadai.
Terlepas dari pemenuhan syarat-syarat tersebut, persoalan yang
tak kalah menarik adalah: bagaimana melakukan konversi cash toward
accrual yang berlaku sekarang ke accrual? sehingga nanti dapat
memperoleh Laporan Operasi (IPSAS menyebutnya sebagai Statement
of Financial Performance)? IPSAS merekomendasikan laporan
pemerintah terdiri dari: Statement of Financial Position, Statement of
Financial Performance, Statement of Changes In Net Assets/Equity,
Cash Flow Statement, dan Accounting Policies and Notes to The
Financial Statements.
Dalam wacana akuntansi, secara konseptual akuntansi berbasis
akrual dipercaya dapat menghasilkan informasi yang lebih akuntabel
dan transparan dibandingkan dengan akuntansi berbasis kas. Akuntansi
berbasis akrual mampu mendukung terlaksanakannya perhitungan
biaya pelayanan publik dengan lebih wajar. Nilai yang dihasilkan
mencakup seluruh beban yang terjadi, tidak hanya jumlah yang telah
dibayarkan. Dengan memasukkan seluruh beban, baik yang sudah
dibayar maupun yang belum dibayar, akuntansi berbasis akrual dapat
menyediakan pengukuran yang lebih baik, pengakuan yang tepat
waktu, dan pengungkapan kewajiban di masa mendatang. Dalam
| Laporan Operasional (LO)
2
rangka pengukuran kinerja, informasi berbasis akrual dapat
menyediakan informasi mengenai penggunaan sumber daya ekonomi
yang sebenarnya. Oleh karena itu, akuntansi berbasis akrual
merupakan salah satu sarana pendukung yang diperlukan dalam
rangka transparansi dan akuntabilitas pemerintah. namun dalam
peralihan dari prinsip kas ke akrual tentu bukan merupakan sesuatu hal
yang mudah dilaksanakan dengan sederhana. Pemerintah dalam hal ini
perlu melakukan kajian yang mendalam terutama dalam kajian teoritis
dalam prakteknya di kemudian hari. Oleh karena itu dalam bagian
berikut ini, akan diuraikan secara singkat mengenai beberapa
permasalahan praktis yang terkait dengan kajian penerapan akrual di
Indonesia.
Komponen laporan keuangan yang harus disusun dalam
akuntansi pemerintah Indonesia berbasis akrual?
Laporan keuangan merupakan laporan yang terstruktur mengenai
posisi keuangan dan transaksi-transaksi yang dilakukan oleh suatu
entitas pelaporan. Tujuan umum laporan keuangan adalah menyajikan
informasi mengenai posisi keuangan, realisasi anggaran, arus kas, hasil
operasi, dan perubahan ekuitas suatu entitas pelaporan yang
bermanfaat bagi para pengguna dalam membuat dan mengevaluasi
keputusan mengenai alokasi sumber daya. Secara spesifik, tujuan
pelaporan keuangan pemerintah adalah untuk menyajikan informasi
yang berguna untuk pengambilan keputusan dan untuk menunjukkan
akuntabilitas entitas pelaporan atas sumber daya yang dipercayakan
kepadanya, dengan :
1. menyediakan informasi mengenai posisi sumber daya ekonomi,
kewajiban, dan ekuitas dana pemerintah;
2. menyediakan informasi mengenai perubahan posisi sumber daya
ekonomi, kewajiban, dan ekuitas dana pemerintah;
| Laporan Operasional (LO)
3
3. menyediakan informasi mengenai sumber, alokasi, dan
penggunaan sumber daya ekonomi;
4. menyediakan informasi mengenai ketaatan realisasi terhadap
anggarannya;
5. menyediakan informasi mengenai cara entitas pelaporan
mendanai aktivitasnya dan memenuhi kebutuhan kasnya;
6. menyediakan informasi mengenai potensi pemerintah untuk
membiayai penyelenggaraan kegiatan pemerintahan;
7. menyediakan informasi yang berguna untuk mengevaluasi
kemampuan entitas pelaporan dalam mendanai aktivitasnya.
Laporan keuangan untuk tujuan umum juga mempunyai peranan
prediktif dan prospektif, menyediakan informasi yang berguna untuk
memprediksi besarnya sumber daya yang dibutuhkan untuk operasi
yang berkelanjutan, sumberdaya yang dihasilkan dari operasi yang
berkelanjutan, serta risiko dan ketidakpastian yang terkait. Pelaporan
keuangan juga menyajikan informasi bagi pengguna mengenai:
1. indikasi apakah sumber daya telah diperoleh dan digunakan
sesuai dengan anggaran; dan
2. indikasi apakah sumber daya diperoleh dan digunakan sesuai
dengan ketentuan, termasuk batas anggaran yang ditetapkan
oleh DPR/DPRD.
Untuk memenuhi tujuan umum ini, laporan keuangan
menyediakan informasi mengenai entitas pelaporan dalam hal: aset;
kewajiban; ekuitas dana; pendapatan-LRA; belanja; transfer;
pembiayaan; pendapatan-LO; beban; dan arus kas. Informasi dalam
laporan keuangan tersebut relevan untuk memenuhi tujuan di atas,
namun tidak dapat sepenuhnya memenuhi tujuan tersebut. Informasi
tambahan, termasuk laporan nonkeuangan, dapat dilaporkan bersama-
sama dengan laporan keuangan untuk memberikan gambaran yang
| Laporan Operasional (LO)
4
lebih komprehensif mengenai aktivitas suatu entitas pelaporan selama
satu periode.
Dengan demikian untuk mencapai tujuan dari penyampaian
informasi yang relevan dan andal tersebut, komponen-komponen yang
terdapat dalam satu set laporan keuangan terdiri dari laporan
pelaksanaan anggaran (budgetary/statutory reports) dan laporan
finansial, sehingga seluruh komponen menjadi sebagai berikut:
a. Laporan Realisasi Anggaran
Laporan Realisasi Anggaran mengungkapkan kegiatan keuangan
pemerintah pusat/daerah yang menunjukkan ketaatan terhadap
APBN/APBD.
b. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih
Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih menyajikan sekurang-
kurangnya pos-pos:
1) Saldo Anggaran Lebih awal;
2) Penggunaan Saldo Anggaran Lebih;
3) Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran tahun berjalan;
4) Koreksi Kesalahan Pembukuan tahun Sebelumnya; dan
5) Lain-lain.
c. Neraca
Neraca menggambarkan posisi keuangan suatu entitas pelaporan
mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas dana pada tanggal
tertentu.
d. Laporan Operasional
Laporan keuangan mencakup laporan operasional yang
sekurang-kurangnya menyajikan pos-pos sebagai berikut:
1) Pendapatan-LO dari kegiatan operasional;
| Laporan Operasional (LO)
5
2) Beban dari kegiatan operasional ;
3) Surplus/defisit dari Kegiatan Non Operasional, bila ada;
4) Pos luar biasa, bila ada; serta Surplus/defisit-LO.
e. Laporan Arus Kas;
Laporan Arus Kas menyajikan informasi mengenai sumber,
penggunaan, perubahan kas dan setara kas selama satu periode
akuntansi, dan saldo kas dan setara kas pada tanggal pelaporan
f. Laporan Perubahan Ekuitas;
Laporan Perubahan Ekuitas menyajikan sekurang-kurangnya pos-
pos:
1) Ekuitas awal
2) Surplus/defisit-LO pada periode bersangkutan;
Koreksi-koreksi yang langsung menambah/mengurangi ekuitas
dana, yang antara lain berasal dari dampak kumulatif yang
disebabkan oleh perubahan kebijakan akuntansi dan koreksi
kesalahan mendasar, misalnya: koreksi kesalahan mendasar dari
persediaan yang terjadi pada periode-periode sebelumnya dan
perubahan nilai aset tetap karena revaluasi aset tetap.
g. Catatan atas Laporan Keuangan.
Agar dapat digunakan oleh pengguna dalam memahami dan
membandingkannya dengan laporan keuangan entitas lainnya,
Catatan atas Laporan Keuangan sekurang-kurangnya disajikan
dengan susunan sebagai berikut:
1) Informasi Umum tentang Entitas Pelaporan dan Entitas
Akuntansi;
2) Menyajikan informasi tentang kebijakan fiskal/keuangan dan
ekonomi makro;
| Laporan Operasional (LO)
6
3) Menyajikan ikhtisar pencapaian target keuangan selama tahun
pelaporan berikut kendala dan hambatan yang dihadapi dalam
pencapaian target;
4) Menyajikan informasi tentang dasar penyusunan laporan
keuangan dan kebijakan-kebijakan akuntansi yang dipilih
untuk diterapkan atas transaksi-transaksi dan kejadian-
kejadian penting lainnya;
5) Menyajikan rincian dan penjelasan masing-masing pos yang
disajikan pada lembar muka laporan keuangan;
6) Mengungkapkan informasi yang diharuskan oleh Pernyataan
Standar Akuntansi Pemerintahan yang belum disajikan dalam
lembar muka laporan keuangan;
7) Menyediakan informasi lainnya yang diperlukan untuk
penyajian yang wajar, yang tidak disajikan dalam lembar muka
laporan keuangan.
Untuk Laporan Realisasi Anggaran jelas harus dibuat oleh
pemerintah, karena laporan ini bersifat statutory, undang-undang
mengharuskan.LRA sendiri di banyak tempat banyak dipakai oleh
parlemen sebagai alat komunikasi dengan eksekutif, jadi yang besar
kemungkinan masih di akomodir dalam UU kita nanti. Jadi intinya, LRA
adalah wajib.
Oleh karena LRA harus dibuat, dan LO diinginkan untuk menjadi
output dalam proses akuntansi, sistem akuntansi yang dibuat harus
bisa mengakomodir terbentuk kedua. Dalam pemikiran ini, maka sistem
cash basis di lakukan untuk mengasilkan LRA sedangkan accrual
accounting dilakukan untuk menghasilkan LO dkk. Jadi, dalam hal ini,
proses paralelisasi dilakukan, cash basis untuk menghasilkan LRA
(beberapa praktisi berpendapat di serta juga dengan laporan
| Laporan Operasional (LO)
7
perubahan SAL, disebut Laporan Anggaran) dan accrual accounting
untuk menghasilkan LO dkk.
Menurut penulis, cara paralelisasi ini yang paling mudah
dilakukan. (ataukah ada cara lain yang lebih mudah??). Dalam
paralelisasi dua proses ini, setiap transaksi terjadi, maka dilakukan
analisis atas transaksi tersebut. Bila mempengaruhi LRA maka
dilakukan jurnal cash basis, bila mempengaruhi LO maka dijurnal
dengan jurnal accrual basis. Jadi 1 transaksi bisa saja:
1. dijurnal di cash basis
2. dijurnal di accrual basis
3. dijurnal di kedua jurnal: cash dan accrual basis.
Persoalan akan timbul bila kita memikirkan kenyataan bahwa
dalam konteks SAI di kementerian/lembaga teknis, tidak ada akun Kas,
yang ada hanya Kas di Bendahara. Setiap penerimaan yang didapatkan
oleh kementerian/lembaga langsung disetorkan ke Rekening Kas Umum
Negara (Rek. KUN). Sedangkan, setiap pengeluaran yang dilakukan oleh
kementerian/lembaga secara “prinsip” dilakukan secara LS sehingga
dana “mengalir” dari rekening negara ke rekening supplier atau pihak
yang berhak. Dalam SAI di cara cash toward accrual diperkenalkan aku
Hutang kepada KUN dan Piutang dari KUN untuk mencatat penerimaan
dan pengeluaran, hasilnya adalah LRA. Bila ditambahkan jurnal korolari
menjadi “Neraca”.
Proses jurnal dengan akun Hutang kepada KUN dan Piutang dari
KUN dapat dipertahankan, untuk menghasilkan LRA, tanpa jurnal
korolari tentunya. Karena Neraca dkk nantinya akan dihasilkan dari
jurnal-jurnal accrual.
Secara gampangnya, dalam jurnal akrual kita mencatat “Kas atau
Piutang” pada “Pendapatan-LO”. Karena kita tidak mendapatkan Kas
sama sekali (langsung disetor ke kas negara), maka harus dipikirkan
| Laporan Operasional (LO)
8
suatu perlakukan unik seperti “Hutang Kepada KUN” dan “Piutang Dari
KUN” dalam pencatatan cash basis.
Cara yang terpikirkan, kemungkinan adalah menganggap semua
dana baik belanja LS dan UP/GU serta pendapatan melalui Bendahara.
Walaupun secara administrasi tidak melalui Bendahara, akan tetapi
Bendahara dapat menggunakan SP2D dan nomor bukti setor PNBP
sebagai dasar pencatatan.
Setelah asumsi “semua aliran dana dari dan ke KUN melalui dan
di catat oleh Bendahara”, maka transaksi-transaksi yang terkait dengan
KUN bisa kita akomodir dalam jurnal-jurnal LO (jurnal accrual). Jurnal
perantara/transito bisa kita gunakan dalam hal ini.
Sebagai Contoh Sederhana:
Dibayar secara LS ke PT Amburadul Rp 100.000.000 atas jasa
kebersihan bulan ini.
Jurnal Anggaran
Dr Belanja Barang Rp 100juta
Kr Piutang dari KUN Rp 100juta
Jurnal Accrual
Dr Beban Belanja Barang Rp 100juta
Kr Akun Transito Rp 100juta
Pada saat Bendahara “menerima” uang dari KUN (KPPN-red)
maka Akun Transito di Kr. “Penerimaan” di Bendahara ini maksudnya
adalah menerima SP2D LS ataupun SPsD UP/GU. Sebaliknya saat
Bendahara “mengeluarkan” atau “menyetorkan” uang ke KUN maka
Akun Transito di Dr. Pengeluaran (atau penyetoran) ke KUN ini
maksudnya adalah melakukan penyetoran pendapatan negara ke KUN.
Namun perlu diingat bahwa jurnal-jurnal accrual yang lain di LO
mengikuti kaidah jurnal akuntansi akrual yang kita kenal. Sehingga
| Laporan Operasional (LO)
9
pengakuan asset tidak perlu menggunakan jurnal kolorari. Asset
diakuisaat diperoleh. Terminologi beban digunakan, bukan belanja!
Pada akhir periode akuntansi, Akun-akun transito akan ditutup
padaSILPA suatu akun yang menggambarkan perubahan ekuitas pada
transaksi-transaksi transito. Akun ini (apapun namanya) yang hasil
penutupan pada LO akan sama dengan SiLPA yang dihasilkan dari
perhitungan LRA. Akun ini (apapun namanya) harus menjadi salah satu
pertimbangan dalam menghitung Laporan Perubahan Equitas
(Statement of Changes In Net Assets/Equity) bersama dengan
Surplus/Defisit dari LO.
Laporan Operasional
Salah satu laporan yang harus dibuat oleh pemerintah apabila
nantinya menerapkan akuntansi pemerintahan berbasis akrual adalah
pembuatan Laporan Operasional.
Kerangka konseptual par 42 :
Basis akrual untuk Laporan Operasional berarti bahwa pendapatan
diakui pada saat hak untuk memperoleh pendapatan telah terpenuhi
walaupun kas belum diterima di Rekening Kas Umum Negara/Daerah
atau oleh entitas pelaporan; dan beban diakui pada saat kewajiban
yang mengakibatkan penurunan nilai kekayaan bersih telah terpenuhi
walaupun kas belum dikeluarkan dari Rekening Kas Umum
Negara/Daerah atau entitas pelaporan. Pendapatan seperti bantuan
pihak luar/asing dalam bentuk jasa disajikan pula pada Laporan
Operasional.
Jadi laporan Operasional terdiri dari Pendapatan dan Beban, untuk
pengakuannya adalah seperti akuntansi komersiil (basis akrual).
Pendapatan diakui ketika telah ada hak dan beban diakui pada saat
| Laporan Operasional (LO)
10
kewajiban yang mengakibatkan penurunan nilai kekayaan bersih
(timbul hutang).
Laporan Operasional menyajikan ikhtisar sumber daya ekonomi
yang menambah ekuitas dan penggunaannya yang dikelola oleh
pemerintah pusat/daerah untuk kegiatan penyelenggaraan
pemerintahan dalam satu periode pelaporan. Laporan operasional
sekurang-kurangnya menyajikan pos-pos sebagai berikut:
1. Pendapatan-LO dari kegiatan operasional;
2. Beban dari kegiatan operasional;
3. Surplus/defisit dari Kegiatan Non Operasional, bila ada;
4. Pos luar biasa, bila ada;
5. Surplus/defisit-LO.
Dalam hubungannya dengan laporan operasional, kegiatan
operasional suatu entitas pelaporan dapat dianalisis menurut klasifikasi
ekonomi atau klasifikasi fungsi/program untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan. Penambahan pos-pos pada laporan operasional dan
deskripsi yang digunakan serta susunan pos-pos dapat diubah apabila
diperlukan untuk menjelaskan operasi dimaksud. Faktor-faktor yang
perlu dipertimbangkan meliputi materialitas dan sifat serta fungsi
komponen pendapatan-LO dan beban.
Dalam laporan operasional yang dianalisis menurut suatu
klasifikasi beban, beban-beban dikelompokkan menurut klasifikasi
ekonomi (sebagai contoh beban penyusutan/amortisasi, beban alat tulis
kantor, beban transportasi, dan beban gaji dan tunjangan pegawai),
dan tidak direalokasikan pada berbagai fungsi dalam suatu entitas
pelaporan. Metode ini sederhana untuk diaplikasikan dalam kebanyakan
entitas kecil karena tidak memerlukan alokasi beban operasional pada
berbagai fungsi.
| Laporan Operasional (LO)
11
Dalam laporan operasional yang dianalisis menurut klasifikasi
fungsi, beban-beban dikelompokkan menurut program atau yang
dimaksudkannya. Penyajian laporan ini memberikan informasi yang
lebih relevan bagi pemakai dibandingkan dengan laporan menurut
klasifikasi ekonomi, walau dalam hal ini pengalokasian beban ke fungsi-
fungsi adakalanya bersifat arbitrer dan atas dasar pertimbangan
tertentu.
Entitas pelaporan yang mengelompokkan beban menurut
klasifikasi fungsi mengungkapkan pula tambahan informasi beban
menurut klasifikasi ekonomi, a.l. meliputi beban penyusutan/amortisasi,
beban gaji dan tunjangan pegawai, dan beban bunga pinjaman.
Untuk memilih metode klasifikasi ekonomi atau klasifikasi fungsi
tergantung pada faktor historis dan peraturan perundang-undangan,
serta hakikat organisasi. Kedua metode ini dapat memberikan indikasi
beban yang mungkin, baik langsung maupun tidak langsung, berbeda
dengan output entitas pelaporan bersangkutan. Karena penerapan
masing-masing metode pada entitas yang berbeda mempunyai
kelebihan tersendiri, maka standar ini memperbolehkan entitas
pelaporan memilih salah satu metode yang dipandang dapat
menyajikan unsur operasi secara layak.
Dalam Laporan Operasional, surplus/defisit penjualan aset non
lancar dan pendapatan/beban luar biasa dikelompokkan dalam
kelompok tersendiri. Laporan Operasional disajikan dalam bentuk
perbandingan dengan tahun sebelumnya.
Pengguna laporan membutuhkan Laporan Operasional dalam
mengevaluasi pendapatan-LO dan beban untuk menjalankan suatu unit
atau seluruh entitas pemerintahan, sehingga Laporan Operasional
menyediakan informasi :
(a)mengenai besarnya beban yang harus ditanggung oleh
pemerintah untuk menjalankan pelayanan;
| Laporan Operasional (LO)
12
(b)mengenai operasi keuangan secara menyeluruh yang berguna
dalam mengevaluasi kinerja pemerintah dalam hal efisiensi
dan efektivitas penggunaan sumber daya;
(c) yang berguna dalam memprediksi pendapatan-LO yang akan
diterima untuk mendanai kegiatan pemerintah pusat dan
daerah dalam periode mendatang dengan cara menyajikan
laporan secara komparatif;
(d)kepada para pengguna laporan tentang indikasi efisiensi,
efektifitas, dan kehematan perolehan dan penggunaan sumber
daya ekonomi;
(e)mengenai penurunan ekuitas (bila defisit operasional), dan
peningkatan ekuitas (bila surplus operasional).
Laporan Operasional disusun guna melengkapi pelaporan dari
siklus akuntansi berbasis akrual (full accrual accounting cycle) sehingga
antara Neraca, Laporan Perubahan Ekuitas, dan Laporan Operasional
mempunyai keterkaitan yang dapat dipertanggungjawabkan
penyusunannya.
Pengakuan dan pengukuran
1. Pengakuan Pendapatan
Pendapatan-LO diakui pada saat timbulnya hak atas pendapatan
tersebut atau ada aliran masuk sumber daya ekonomi. Pendapatan-LRA
diakui pada saat kas diterima di Rekening Kas Umum Negara/Daerah
atau oleh entitas pelaporan.
Pendapatan-LO diakui pada saat:
a. Pendapatan diperoleh;
b. Pendapatan direalisasi.
Pendapatan-LO yang diperoleh berdasarkan peraturan perundang-
undangan diakui pada saat timbulnya hak untuk menagih.
| Laporan Operasional (LO)
13
Pendapatan-LO yang diperoleh sebagai imbalan atas suatu pelayanan
yang telah selesai diberikan berdasarkan peraturan perundang-
undangan, diakui pada saat timbulnya hak untuk menagih.
Pendapatan-LO yang diakui pada saat direalisasi adalah hak yang telah
diterima oleh pemerintah pada kas umum negara/daerah tanpa terlebih
dahulu adanya penagihan.
2. Pengakuan Beban
Beban diakui pada saat timbulnya kewajiban, terjadinya konsumsi
aset, atau terjadinya penurunan manfaat ekonomis atau potensi jasa.
Belanja diakui berdasarkan terjadinya pengeluaran dari Rekening Kas
Umum Negara/Daerah atau entitas pelaporan.
Khusus pengeluaran melalui bendahara pengeluaran
pengakuannya terjadi pada saat pertanggungjawaban atas pengeluaran
tersebut disahkan oleh unit yang mempunyai fungsi perbendaharaan.
Beban diakui pada saat:
a. timbulnya kewajiban;
b. terjadinya konsumsi aset;
c. terjadinya penurunan manfaat ekonomis atau potensi jasa.
Saat timbulnya kewajiban adalah saat terjadinya peralihan hak
dari pihak lain ke pemerintah tanpa diikuti keluarnya kas dari kas
umum negara/daerah. Contohnya tagihan rekening telepon dan
rekening listrik yang belum dibayar pemerintah. Yang dimaksud dengan
terjadinya konsumsi aset adalah saat pengeluaran kas kepada pihak
lain yang tidak didahului timbulnya kewajiban dan/atau konsumsi aset
nonkas dalam kegiatan operasional pemerintah. Terjadinya penurunan
manfaat ekonomis atau potensi jasa terjadi pada saat penurunan nilai
aset. Dalam hal badan layanan umum, beban diakui dengan mengacu
pada peraturan perundangan yang mengatur mengenai badan layanan
umum.
| Laporan Operasional (LO)
14
Transaksi Pendapatan-Lo Dan Beban Berbentuk Barang/Jasa harus
dilaporkan dalam Laporan Operasional dengan cara menaksir nilai wajar
barang/jasa tersebut pada tanggal transaksi. Di samping itu, transaksi
semacam ini juga harus diungkapkan sedemikian rupa pada Catatan
atas Laporan Keuangan sehingga dapat memberikan semua informasi
yang relevan mengenai bentuk dari pendapatan dan beban. Transaksi
pendapatan dan beban dalam bentuk barang/jasa antara lain hibah
dalam wujud barang, barang rampasan, dan jasa konsultansi.
Penjelasan ringkas mengenai item-item dalam Laporan
Operasional disajikan sebagai berikut ini :
1. Pendapatan Perpajakan
Pendapatan perpajakan secara umum
Berdasarkan basis akrual, piutang dan pendapatan diakui pada
saat timbulnya hak. Pengertian timbulnya hak tersebut perlu
dijelaskan bahwa timbulnya harus ditandai dengan suatu
dokumen yang menyatakan bahwa benar-benar hak tersebut
diperkirakan dapat direalisasikan. Dalam pengertian ini tidak
termasuk potensi-potensi sumber-sumber daya yang belum
dieksploitasi (national resources), misalnya kandungan minyak,
kandungan batu bara, ikan, hutan, dan sebagainya.
Khusus terhadap perpajakan, perlu dilakukan pengaturan
tersendiri karena adanya berbagai jenis pajak dan mekanisme
penetapan dan pemungutannya. Dalam mekanisme yang
menganut prinsip “self assessment”, besarnya kewajiban pajak
ditentukan oleh wajib pajak sendiri diikuti dengan pembayaran
angsuran pajak. Oleh karena itu, pembayaran angsuran pajak
sudah dapat diakui sebagai pendapatan. Penentuan besarnya
pajak oleh wajib pajak sendiri diyakini lebih mencerminkan titik
pengakuan yang lebih obyektif. Dengan demikian, meskipun
masih ada perhitungan akhir tahun fiskal dengan media surat
pemberitahuan tahunan (SPT), tidak akan mengurangi
| Laporan Operasional (LO)
15
pendapatan yang telah diterima secara signifikan. Memang
dimungkinkan terjadinya kelebihan pembayaran oleh wajib pajak
yang mengakibatkan dilakukan koreksi pendapatan dengan
restitusi. Akan tetapi jika terjadi lebih bayar pajak, maka besaran
restitusi pajak akan ditentukan oleh kantor pajak dengan suatu
penetapan setelah dilakukan pemeriksaan pajak.
Atas jenis pajak yang menganut prinsip penetapan oleh kantor
pajak terlebih dahulu, penerapan basis akrual akan mudah
dilakukan. Saat penetapan besarnya pajak oleh fiskus dapat
digunakan sebagai adanya hak pemerintah atas pendapatan
pajak. Pada saat penetapan, pendapatan langsung diakui
meskipun belum diterima pembayaran secara tunai. Jenis pajak
seperti ini lazim dijumpai dalam pajak daerah misalnya Pajak
Hotel, Pajak Bahan Galian C, Pajak Reklame, dan lain-lain.
Sehingga rumus pendapatan pajak LO = pembayaran pajak yang
sudah dilakukan (diterima pemerintah) + dikeluarkannya SKP
(piutang pajak pada Neraca)
2. Pendapatan Negara Bukan Pajak
Dalam draft SAP akrual disebutkan bahwa Pendapatan-LO diakui
pada saat timbulnya hak atas pendapatan tersebut atau ada
aliran masuk sumber daya ekonomi. Pengertian timbulnya hak
tersebut perlu dijelaskan bahwa timbulnya harus ditandai dengan
suatu dokumen yang menyatakan bahwa benar-benar hak
tersebut diperkirakan dapat direalisasikan.
3. Pendapatan Hibah
Pengakuannya sama dengan pengakuan pendapatan secara
umum.
4. Beban
Beban adalah penurunan manfaat ekonomis atau potensi jasa
dalam periode pelaporan yang menurunkan ekuitas dana, yang
dapat berupa pengeluaran atau konsumsi aset atau timbulnya
| Laporan Operasional (LO)
16
kewajiban. Dalam IPSAS No. 1 disebutkan “EXPENSES ARE
DECREASES IN ECONOMIC BENEFITS OR SERVICE POTENTIAL DURING
THE REPORTING PERIOD IN THE FORM OF OUTFLOWS OR
CONSUMPTION OF ASSETS OR INCURRENCES OF LIABILITIES THAT
RESULT IN DECREASES IN NET ASSETS/EQUITY, OTHER THAN THOSE
RELATING TO DISTRIBUTIONS TO OWNER”
Saat timbulnya kewajiban adalah saat terjadinya peralihan hak
dari pihak lain ke pemerintah tanpa diikuti keluarnya kas dari kas
umum negara/daerah.
Untuk beban penyusutan, Pemerintah sendiri belum menerapkan
penyusutan terhadap asetnya. Sehingga kami tidak mengetahui
jumlah beban penyusutan yang akan dicantumkan dalam LO.
5. Kegiatan Non-operasional
Aset dan Pendapatan
Transaksi Perlakuan metode
Cash
Perlakuan metode
Accrual
Aset dibeli tetapi
belum dibayarTidak dicatat
Dicatat sebagai aset
dan menimbulkan
kewajiban.
Aset digunakan Tidak dicatatDicatat penurunan
terhadap aset.
| Laporan Operasional (LO)
17
Aset dibayar
Dicatat penambahan
aset dan penurunan
kas
Dicatat penurunan
kewajiban dan
penurunan kas.
Pemberian jasa
kepihak lainTidak dicatat
Dicatat pendapatan
dan piutang
Tagihan dikirim Tidak dicatat Tidak dicatat.
Pembayaran
diterima
Dicatat menambah
kas dan mengakui
pendapatan
Dicatat penurunan
piutang dan
penambahan kas.
6. Pos Luar Biasa
Pos luar biasa memuat kejadian luar biasa yang mempunyai
karakteristik sebagai berikut:
kejadian yang tidak dapat diramalkan terjadi pada awal
tahun anggaran,
tidak diharapkan terjadi berulang-ulang, dan
kejadian diluar kendali entitas pemerintah.
Pos luar biasa disajikan terpisah dari pos-pos lainnya dalam
Laporan Operasional dan disajikan sesudah Surplus/Defisit dari
Kegiatan Non Operasional.
Bagaimanapun, masih terdapat beberapa isu terkait dengan
penyusunan Laporan Operasional. Beberapa masalah tersebut adalah
sebagai berikut :
| Laporan Operasional (LO)
18
1. Apakah penandingan pendapatan dan beban dalam LO mempunyai
arti penting dalam mengukur kemampuan ekonomi suatu entitas
pemerintahan?
Terdapat usulan bahwa penandingan pendapatan dan beban
(matching cost against revenue) dalam LO tidak mempunyai arti
penting karena beban yang dikeluarkan pemerintah tidak
dimaksudkan untuk menghasilkan pendapatan. Pihak yang pro
berargumen bahwa pendapatan dan beban dihasilkan dari proses
yang terpisah. Hampir tidak ada hubungan beban yang dikeluarkan
dengan pendapatan yang diterima. Sedangkan pihak yang kontra
menekankan seharusnya penandingan menunjukkan makna
tertentu. Jika makna itu tidak dapat dipertunjukkan, tidak ada
gunanya dilakukan penandingan.
2. Kapan saat pengakuan pendapatan?
KSAP mengusulkan bahwa saat pengakuan pendapatan adalah pada
saat timbulnya hak. Pihak yang pro menurut prinsip akuntansi yang
diterima umum, pengakuan pendapatan untuk basis akrual adalah
pada saat timbulnya hak. Pihak yang kontra berargumen bahwa
dalam operasional pemerintah, terkadang sulit menentukan saat
timbulnya hak. Contoh: piutang/pendapatan pajak berdasarkan
mekanisme self assesment.
SIMULASI LAPORAN OPERASIONAL BERDASARKAN LKPP 2008
Pada bagian berikutnya dari tulisan ini (Lampiran), akan disajikan hasil
penyusunan Laporan Operasional versi penulis berdasarkan LKPP 2008
audited.
| Laporan Operasional (LO)