Silla Bus filsafat pancasila

10
SILABUS PENDIDIKAN IDEOLOGI DAN FILSAFAT PANCASILA I. TUJUAN ISNTRUKSIONAL Terkuasainya secara akademik: (1) pengertian, kedudukan, dan fungsi ideologi dalam seluruhan kehidupan bermasyarakat dan bernegara, dan proyeksinya pada ideologi Pancasila; (2) proses refleksi filsafati sila-sila dari Pancasila dalam rangka identifikasi serba konsep dan interrelasi antarkonsep yang terkandung di dalamnya. II. POKOK BAHASAN 1. Pengertian Ideologi a. Konsep original pengetian ideologi. (Destutt de Tracy). b. Pengertian yang didiskreditkan di dunia Barat Perkembangan persepsi mengenai ideologiberserta sejumlah definisi mengenai ‘ideologi’ c. Ideologi politik, filsafat politik, dan teori politik Terpahaminya perbedaan pengertian antara ketiga konsep tersebut, dalam rangka mendapatkan pengertian ‘ideologi’ yang jernih d. Karakteristik ideologi e. Fungsi ideologi f. Ideologi terbuka dan idelogi tertutup . 1

description

semua bidang

Transcript of Silla Bus filsafat pancasila

Page 1: Silla Bus filsafat pancasila

SILABUS

PENDIDIKAN IDEOLOGI DAN FILSAFAT PANCASILA

I. TUJUAN ISNTRUKSIONAL

Terkuasainya secara akademik: (1) pengertian, kedudukan, dan fungsi ideologi dalam seluruhan kehidupan bermasyarakat dan bernegara, dan proyeksinya pada ideologi Pancasila; (2) proses refleksi filsafati sila-sila dari Pancasila dalam rangka identifikasi serba konsep dan interrelasi antarkonsep yang terkandung di dalamnya.

II. POKOK BAHASAN

1. Pengertian Ideologi

a. Konsep original pengetian ideologi. (Destutt de Tracy).b. Pengertian yang didiskreditkan di dunia Barat

Perkembangan persepsi mengenai ‘ideologi’ berserta sejumlah definisi mengenai ‘ideologi’

c. Ideologi politik, filsafat politik, dan teori politikTerpahaminya perbedaan pengertian antara ketiga konsep tersebut, dalam rangka mendapatkan pengertian ‘ideologi’ yang jernih

d. Karakteristik ideologie. Fungsi ideologif. Ideologi terbuka dan idelogi tertutup

2. Ideologi Pancasila

a. Pengertian dan definisi sendiri (dideduksi dari pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 dan abstraksi dari berbagai dialog antarpara pendiri negara dalam forum BPUPKI tahun 1945)

b. Hubungan hirarkis antara filsafat dan ideologi, in casu antara filsafat Pancasila dan Ideologi Pancasila

.1

Page 2: Silla Bus filsafat pancasila

3. Dasar -Dasar Filsafat

a. Pengertian Filsafatb. Filsafat dan Ilmuc. Filsafat dan Agamad. Apakah filsafat itu Berguna ?.e. Tema Filsafat

(1). Persolan kosmologik ( Fokus I )(2). Persoalan ontologik(3). Filsafat kejiwaan ( The philosophy of mind )(4). Teori tentang pengetahuan (Epistemologi, Fokus II)(5). Nilai-nilai luhur kehidupan (The higher values of life)

4. Filsafat Pancasila.

a. Metode Fenomenologik (Edmund Husserl).‘Kebenaran itu apa ?’ (diskusi ‘kelompok-forum’)

b. Refleksi filsafati: menggunakan metode fenomenologik dalam rangka mengidentifikasi konsep-konsep yang terkandung didalam tiap sila dari Pancasila dan interrelasi antarkonsep.

(1). Refleksi Sila ITeridentifikasi konsep:(a). Mantikan Eksistensi Alam Semesta (the logic of the existence of

the universe): disingkat MEAS.(b). Tiga tesis-ontologik yang terkandung didalam MEAS:

Tesis I : Teori tentang eksistensi.Tesis II : Teori tentang ‘ada’.Tesis III : Teori tentang kebenaran.

(2). Refleksi Sila II.

Teridentifikasi konsep‘Siapa manusia itu’:Manusia adalah manusia individu sekaligus makhluk sosial.

Dari konsep manusia ini secara dedukatif teralir beberapa konsep :

.2

Page 3: Silla Bus filsafat pancasila

(a). Interrelasi antarmanusia, dan antaramanusia dan lingkungannya: saling-ter-gantung.

(b). interaksi antarmanusia dan antara manusia dan lingkungannya: saling-memberi (dalam tataran budaya, dikenal, dengan faham: kekeluargaan).

(c). tugas hidup manusia: a-priori memberi kepada lingkungan.

(3). Refleksi Sila III.

Teridentifikasi konsep:

(a). Interrelasi antara manusia dan fenomena lain berwujud loyalitas manusia kepada lingkungan.

(b). Loyalitas manusia kepada lingkungan: dimulai dari loyal kepada Tuhan, berjenjang ke atas dan berpuncak pada loyal kepada Tuhan.

(c). ‘Kebangsaan Indonesia’ yang tersusun oleh loyalitas manusia secara berjengjang: dari loyal kepada Tuhan, berjenjang ke atas ke loyal kepada keluarga , loyal kepada sukubangsa, loyal kepada bangsa, loyal kepada umat manusia, dan berpuncak pada loyal kepada Tuhan.

(d). Tiap jenjang loyalitas berkualifikasi sebagai persatuan.

(4). Refleksi Sila IV

Teridentifikasi konsep:

(a). ‘Masyarakat’: relasi saling-tergantung antara masyarakat dan warganya melahirkan relasi saling memelihara eksistensi pihak yang lain.

(b). ‘Musyawarah untuk mufakat’ adalah bentuk saling-memberi informasi antara warga dan masyarakat, melalui proses integrasi dua tingkat, yang oleh para pujangga leluhur dirumuskan menjadi: kemasyarakatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan antarwarga.

Dalam kehidupan negara, konsep tersebut ditransformasi oleh para pendiri-negara Republik Indonesia menjadi: kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan.

.3

Page 4: Silla Bus filsafat pancasila

(c). Bentuk ‘saling-memberi informasi‘ antara negara dan rakyat tersebut, sekaligus mengungkapkan bahwa ia merupakan faham demokrasi.

(5). Refleksi Sila VTeridentifikasi konsep:

(a). Kewajiban dan hak manusia (KHM).

i. Secara alami yang original adalah ‘kewajiban‘, sedang hak adalah derivat dari kewajiban.

ii. Hakikat dari hak adalah relasi, bukan barang-jadi.iii. Baik kewajiban maupun hak tidak bersifat asasi.

(b). Keadilan yang berciri empat:

i. subjeknya jamak, berinteraksi serentak.ii. bahan baku dari keadilan adalah: hasil tunaian kewajiban

dari para subyek.iii. sifat keadilan adalah fungsional.iv. melalui relasi satu-banyak, keadilan sosial tiap saat terwujud.

(c). Interrelasi antarkonsep yang terkandung di dalam kelima Sila terkerangkai oleh tiga tesis ontologik yang terkandung di dalam MEAS , membentuk sistim filsafat Pancasila.

5. Debat tentang isu ‘matinya ideologi’.

a. Karl Marx : prediksi tentang akan matinya idologi.b. Edward Shilss : jaman politik-ideologik telah lewat.c. Daniel Bell : ideologi telah mati.d. Henry Aiken: ideologi tidak mati.e. Mustafa Rejai : emergence, decline , and resurgence of ideology.f. Kenneth Boulding : ideologi sebagai strategis.g. Pendapat sendiri : asalmula dari ideologi adalah diri manusia; selama

manusia harus hidup bermasyarakat, ideologi tetap dibutuhkan.

h. Pancasila dan dunia yang terjagad (terglobal).

.4

Page 5: Silla Bus filsafat pancasila

6. Ideologi dan Metoda Berpikir.

a. Postulat: ‘tiap ideologi yang original, niscaya memiliki meetoda-berpikir khas dia (tersendiri).

b. Relasi heuristik antara: ontologi -- epistemologi -- metodologi.~ Ideologi Libeeralisme dan metoda-berpikir analisis kausal.~ Ideologi Komunisme dan metoda-berpikir dialetik materialis.~ Ideologi Pancasila dan metoda-berpikir reflektif final yang juga disebut

metoda-berpikir integral.

7. Metoda Berpikir Integral

a. Berlangsung melalui dua tahap:

(1). tahap persepsi (cerapan), dan(2). tahap proses

b. Definis: persepsi adalah gambaran kejiwaan mentenai suatu obyek yang di tangkap melalui peninderaan.

(1). Definisi: persepsi adalah gambaran kejiwaan mentenai suatu obyek yang ditangkap melalui peninderaan.

(2). Persepsi seseorang dipengaruhi oleh:

(a). persepeksif yang terungkap oleh jarak atau posisi.(b). referensi yang dimiliki oleh pencerap, sebelum mempersepsi

obyek.(c). skala amatan yang digunakan oleh pencerap.

(3). Yang dipersepsi adalah idea-benar.

c. Pengertian proses

(1). Definisi: ide benar adalah ide yang terbentuk oleh segenap informasi, yang dipancarkan oleh segenap relasi antar segenap komponen yang membentuk obyek.

(2). Rambu-pikir waktu memperepsi obyek.(3). Rambu-pikir untuk mendapatkan kepastian idea-benar.

.5

Page 6: Silla Bus filsafat pancasila

d. Pengertian proses

Yang dimaksud dengan proses adalah: gerak reflekstif pikiran secara alami dari ide-benar ke finish.

e. Pengertian reflektif

Yang dimaksud dengan reflektif adalah proses deduktif yang berlangsung pada saat idea-benar pertama melahirkan idea-benar kedua; idea-benar kedua melahirkan idea-benar ketiga dan seterusnya, sampai terwujudnya finish.

f. Pengertian finish

Yang dimaksud dengan finish adalah: keluaran (output) dari interaksi antara idea-benar dan referensi yang ada pada pemikir, yang paling langsung memecahkan masalah yang dihadapi atau yang langsung menunjang konsep yang hendak dicipta.

8. Postulat Temuan Baru

‘Cita-cita intrinsik yang terkandung di dalam suatu edeologi bisa diwujudkan menjadi kenyataan, hanya apabila menggunakan metoda-berpikir dari ideologi yang bersangkutan.’

9. Apabila metoda-berpikir integral dilakukan oleh kelompok, diikuti dengan diskusi klas.

.6

Page 7: Silla Bus filsafat pancasila

BAHAN ACUAN

1. Patrick Corbett, Ideologies, Philosophy at Work, Hutchinson & Co (Publishers) Ltd, London, 1965.

2. Richard H.Cox, ed., Ideology, Politics, & Political Theory, Wodsworth Publishing Coy, Inc., Belmont, California, 1969.

3. Reo M. Christenson, et.al, Ideologies and Modern Politics, Thomas Nelson & Sons, Ltd., London 1972.

4. Daniel Bell, The End of Ideology, Collies Books, New York, Reprinted, 1961.5. Mustafa Rejai, Political Ideologies: A Comparative Approach. M.E. Sharpe Inc, New

York, 1991.6. D.D. Ra[hael, Problems of Political Philosophy, Humanities Press Int., Inc., Atlantic

Highlands, NJ 07716, 1990.7. Kenneth E. Boulding, The Meaning of The 20th Century, Harper & Row, New York,

1964.8. Thomas George White Patrick, Introduction To Philosophy, George Allen Unwin,

London, 1925.9. Abdulkadir Besar, “Untuk Mewujudkan Citacita Yang Terkandung Dalam Ideologi

Pancasila, Berpikir Integralistrik Merupakan Kaharusan Apriori Sekaligus Kebutuhan Tak Terelakkan,” Lemhannas, Jakarta, 1980.

10. -------------------------, “Berpikir Integralistik,” Lemhannas, Jakarta 1987, Edisi ke4 (perbaikan), 1991.

11. -------------------------, “Kewajiban dan Hak Manusia Yang Teralir Dari Filsafat Pancasila,” Makalah untuk Diskusi Panel Sengggaraan Fakultas Filsafat UGM, di Yogyakarta, 11 Agustus 1992.

12. -------------------------, “Ideologi dan Metoda Berpikir,” Makalah untuk Kuliah Umum di Universitas Dharma Agung, Medan, Mei 1987.

13. -------------------------, “Citanegara Persatuan dan Konsep Kekuasaan Serta Konsep Kebebasan,” Orasi Ilmiah Dies Natalis XXVI Universitas Pancasila, Jakarta, 1992.

.7