Silaturasa, Menyatukan Perbedaan dalam Keselarasan

Inna lillahi wa inna ilaihi raaji’uunHak cipta hanya milik Allah SWT. Dilarang

mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari KAPMI D.I. Yogyakarta

Silaturasa, Menyatukan Perbedaan dalam Keselarasan

Silaturasa, Menyatukan Perbedaan dalam Keselarasan

Penulis:Zusdi F Arianto, Budi, M. Ibnu Azim, Setyo Dwi P.

Cetakan Pertama, September 2018Divisi Pendidikan

Perancang Sampul:Agus Teriyana

Penerbit:KAPMI PressAlamat:Jl. Kenari Gg. Tanjung VI UH II/308, Miliran Yogyakarta

v

SAMBUTANM. Ibnu Azim

Ketua KAPMI D.I. YogyakartaPeriode 2017-2018

Assalamualaikum Wr. Wb.Salam sejahtera bagi kita semuanya,Alhamdulillahi robil’alamin assholatu wassalammu ‘ala asyrofil

ambiya’i wal mursalin, wa’ala alihi wasohbihi ajma’in ‘ama ba’du.Yang saya hormati Para sesepuh KAPMI D.I.YYang saya hormati ketua panitia beserta jajarannyaDan tak lupa yang saya sangat banggakan Seluruh kawan-kawan

Mahasiswa Baru KAPMI D.I.YPuji dan syukur marilah sama-sama kita panjatkan kehadirat

Allah AWT atas limpahan nikmat, rahmat serta karunia-Nya yang diberikan kepada kita sekalian, terutama nikmat hidup hingga sampai saat ini. Sehingga Alhamdulillah kita bisa berkumpul di tempat ini. Sesuai dengan kegiatan Malam Keakhraban bahwa hari ini tanggal 28 – 30 September kita akan melaksanakan sebuah malam yang sangat khidmat untuk kita bisa bersilaturrahmi bersama keluarga baru KAPMI D.I.Y, bertukar pikiran, dan bersama-sama untuk belajar.

Sholawat serta salam tidak lupa kita mohonkan kehahirat Allah SWT semoga tercurahkan kehadiraan junjungan kita nabi Muhammad SAW beserta keluarganya, semoga kita semua mendapatkan Syafaat Baginda Rosullah di yaumil qiyamah nanti.

Kawan-kawanku semuanya pada malam hari ini, saya akan

vi

menyampaikan beberapa kata. Diantaranya yaitu: Pesan moral dan Kesan dalam malam keakraban KAPMI D.I.Y

Kawan-kawan semuanya Hidup itu seperti UAP, Yang sebentar saja kelihatan, Lalu Lenyap

Mungkin saat ini di antara kita ada yang tengah berada dalam “penjara kesulitan”. Dan kesempatan yang dimiliki terasa begitu kecil.

Jangan begitu saja menyerah, kita semua disini adalah satu ikatan, satu saudara dan satu keluarga. Tidak banyak orang yang begitu mudah mendapatkan ikatan saudara dan keluarga, apalagi kita disini sebagai orang perantau.

Maka dari itu, mari kita sama-sama untuk saling membantu sesama orang Indramayu, karena hidup diperantauan sangat sulit untuk dapat hidup sendiri.

Kawan-kawanku sekalian Ingatkah kita ketika orang tua kita dirumah begitu sangat mengharapkan putra/putrinya untuk bisa menjadi insan yang bijak dan mampu bersikap terhadap situasi dalam keadaan yang buruk maupun baik. Kita kuliah disini di Jogjakarta bukan untuk bersenang-senang, hura-hura apalagi menjadi belenggu keluarga yang membuat orang tua kita repot.

Akan tetapi kita kuliah disini itu untuk mencari ilmu, pengalaman dan mempelajari setiap pengetahuan apapun yang belum dapat kita ketahui. Namanya juga mahasiswa kita harus mengetahui berbagai macam pengetahuan.

Kawan-kawanku semuanya lihatlah berapa banyak teman-teman, saudara dan tetangga kita yang tidak seberuntung kita mendapatkan ilmu baru, pengetahuan baru dan pengalaman baru. Maka dari itu kita yang disini semuanya, yang beruntung dan bisa menempuh ke jenjang perguruan tinggi. Kita harus mengetahui apa persoalan yang dapat menyebabkan mereka semua tidak seberuntung kita yang bisa menempuh ke jenjang perguruan tinggi.

Ini merupakan tugas kita semuanya sebagai mahasiswa harus bisa memahami realitas yang terjadi hingga saat ini.

KAPMI D.I.Y merupakan sebuah organisasi yang mampu membuat kawan-kawan semuanya dapat memahami itu semua mulai

vii

dari persoalan pribadi, pendidikan, realitas sosial, situasi daerah serta situasi umum, dan bisa membuat kita menjadi insan yang bijak serta berani bersikap dalam kondisi apapun.

Untuk itu dimulai dari malam keakraban kali ini hingga nanti kita lulus (Wisuda) mari kita berjuang dan belajar bersama-sama, menyelesaikan berbagai macam persoalan yang belum dapat kita selesaikan.

Kawan-kawanku sekalian Mari kita belajar berorganisasi dan berjuang, tentunya ini merupakan fenomena baru yang dapat kita saksikan, yang tidak bisa kita dapatkan ketika kita menjadi siswa.

Saya cukupkan sambutan saya kali ini, apabila ada salah kata yang tidak berkenan dihati kawan-kawanku semuanya mohon dimaafkan, SEMANGAT BELAJAR & BERJUANG nikmati saja PROSESNYA.

waabillahi taufik wal hidayah. Wassalamualaikum Wr. Wb.Salam Demokrasi !

1

Membaca DiriZusdi F. Arianto

SEBAGIAN DARI KITA mungkin bertanya akan pentingnya analisa diri sendiri, dan mungkin sebagian yang lain merasa hal ini tidak perlu—justru membuang waktu; bukankah kita (seharusnya) memahami diri kita sendiri?

Being is not always knowing “Menjadi” (being) belum tentu ‘mengetahui’ (knowing), oleh

karena itu analisa diri sangat perlu dilakukan. Ada beberapa metode yang digunakan dalam melakukan analisa

diri. Sebelum abad kesembilan-belas hal ini menjadi kajian para ahli teologi dan filsafat. Sejak Wilhelm Wundt (1832-1920) kajian diri atau tingkah laku manusia beralih menjadi “urusan” ilmuan psikologi. Dalam psikologi sendiri, ada perdebatan-perdebatan antar aliran terkait memahami diri (tingkah laku manusia). Beberapa diantaranya adalah antara Freudiansme versus Behaviorisme, dan Eksistensialsme versus Esensialisme.

2

Psikoanalisis Sigmund FreudSigmund Freud (1856-1939), seorang pakar psikologi dan pencetus psikoanalisa, telah mengemukakan sebuah pertanyaan, yang mampu merubah sebagian besar pandangan manusia tentang diri. Inti dari pertanyaannya adalah, siapa sebenarnya kita, ‘yang kita tampilkan’ ataukah ‘yang kita sembunyikan/simpan’? Bagi Freud, kita yang sesungguhnya adalah ‘kita yang kita sembunyikan’. Oleh Freud, jiwa dianalogikan seperti gunung es yang puncaknya adalah bagian sadar, yang ukurannya lebih kecil dari pada bagian dasar yang cenderung tidak tampak.

Freud, menguraikan jiwa atau diri (human psyche) dalam tiga bagian: Id, Ego dan Superego. 

1. Id didefinisikan sebagai sesuatu yang berisi naluri (instinct) dan energi dasar kehidupan—dia menyebutnya libido— yang menjadi pengatur atau penggerak segenap organ. Id befungsi di alam bawah sadar manusia, sehingga ia tidak mengenal nilai (baik-buruk); tidak ada moralitas baginya. Ia hanya mengenal dorongan untuk memperoleh kepuasan bagi kebutuhan-kebutuhan naluriahnya selaras dengan prinsip kenikmatan.

2. Ego adalah bagian sadar manusia yang bersifat rasional yang berusaha menyesuaikan antara alam bawah sadar (id) dengan tuntutan realita. Ego lah yang menjaga (to protect) gerak atau sikap organ-organ. Meski begitu, ego bersifat anti-sosial dan cenderung ‘membahayakan’.

3. Superego adalah bagian diri—atau lebih jelasnya kata hati (conscience)— yang denganya seseorang dapat mengetahui mana yang benar dan salah (right and wrong) menurut aturan sosial, dimana ia tinggal, sehingga ia akan merasa bersalah ketika melakukan kesalahan.

Id dan Superego  selamanya saling bertentangan (contradict), dan  Ego  berusaha ‘merukunkan’ daya keduanya sehingga menghasilkan tingkahlaku atau tindakan. Oleh karena itu, Freud yakin bahwa selamanya manusia berada dalam konflik dengan

3

dirinya sendiri dan dengan lingkungan (masyarakat). Menurut Freud, orang saleh adalah orang yang mampu menekan atau merepresikan impuls-impulsnya, dan sebaliknya seorang pendosa menikmati impuls-impulsnya.

Tiga Fase Kesadaran – Paulo FreirePaulo Freire (1970), membagi ideologi teori sosial dalam tiga kerangka besar yang didasarkan pada pandangannya terhadap tingkat kesadaran masyarakat. Ketiga tingkatan kesadaran masyarakat tersebut adalah: kesadaran magis, kesadaran naif, dan kesadaran kritis. Secara sederhana kaitannya dengan system pendidikan adalah sebagai berikut.

Pertama, kesadaran magis, yakni suatu keadaan kesadaran, suatu teori perubahan sosial yang tidak mampu mengetahui hubungan atau kaitan antara satu factor dan factor lainnya. Misalnya, seseorang yang memandang kemiskinan tanpa tahu menghubungkannya dengan factor budaya ataupun politik. Kalau orang tersebut mencoba memecahkan masalah kemiskinan maka dia tidak akan melihatnya dalam kerangka system. Bahkan pemecahan masalahanya sering kali tidak memiliki keterkaitan langsung dengan permasalahan yang dihadapi; akibat ketidakmampuannya menghubungkan satu factor dengan factor yang lain dalam kerangka sistem. Tanpa ada upaya untuk memahami benang merah dari setiap permasalahan, orang dengan tipe seperti ini cenderung dogmatik terhadap yang akan dikatakan kepadanya.

Kedua, kesadaran naif, yakni kesadaran yang lebih melihat, “aspek manusia” sebagai akar permasalahan di masyarakat. Mengapa ada jurang pemisah yang lebar antara yang miskin dan kaya? Dalam kerangka kesadaran naif, hal ini karena kesalahan orang miskin itu sendiri yang bodoh dan malas bekerja. Orang dengan tipe kesadaran naif, bisa jadi juga tidak memahami kerangka system, tapi bedanya dengan kesadaran magis, dia selalu menimpakan setiap permasalahan ke persoalan pribadi. Sistem telah menentukan standar-standar tertentu untuk menjadi sukses, kaya, baik, atau apapun itu. Jika ada

4

masyarakat yang tidak mampu beradaptasi, itu bukan karena system yang bermasalah, tapi individu, atau aspek masyarakat itulah yang bodoh. Oleh karena itu, dalam kerangka ini, masyarakatlah yang akan terus diarahkan menyelaraskan diri dengan system (paradigma reformatif).

Ketiga, kesadaran kritis. Berbeda dengan kesadaran naif, kesadaran ini justru melihat kalau system dan strukturlah yang menjadi sumber masalah. Maka dalam pandangan ini, masyarakat harus dididik untuk menemukan keterkaitan antar setiap system, menemukan celanya, lalu berusaha membangun ruang baru yang lebih mengembangkan potensi masyarakat. Kesadaran ini, akan berusaha menghapuskan ketidakadilan dalam system. Jika system yang berlaku adil, dalam pandangan paradigma transformatif ini, tentunya tidak akan ditemukan permasalahan berarti di dalam masyarakat. System yang baik akan menggiring masyarakat ke arah yang lebih baik, dan begitu pula seharusnya.

Metode Analisis Diri Menggunakan SWOTUntuk menggali atau memahami potensi diri, khususnya dalam

kajian psikologi, kita bisa menggunakan beberapa metode. Salah satunya—yang seringkali digunakan—adalah analisa SWOT.

Analisis SWOT adalah sebuah cara menganalisa masalah, termasuk diri (as a text). SWOT merupakan singkatan dari kata Strength (kekuatan), Weakness (kelemahan), Opportunities (peluang), dan Threats (ancaman). Dapat dikatakan bahwa SWOT adalah suatu cara atau strategi untuk mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman. Metode ini biasanya diterapkan dalam berbisnis atau usaha, pendidikan, hingga diri sendiri.

Teknik analisis SWOT pertama kali diperkenalkan oleh Albert Humphrey. Analisis ini dibagi menjadi tiga tahap, yaitu tahap pengumpulan data, tahap analisis, dan tahap mengambil keputusan setelah analisis.

5

Tujuan dan Manfaat SWOTAnalisis SWOT bertujuan untuk mendapatkan aspek terpenting dari perusahaan, organisasi maupun individu. Hal ini perlu dilakukan untuk meningkatkan kekuatan, mengurangi kelemahan, menjauh dari ancaman, serta mencari atau membuat peluang. Perlu ditekankan bahwa analisis SWOT hanya alat analisis untuk melihat situasi yang sedang dihadapi.

Manfaat analisis SWOT yaitu stakeholder mampu membuat strategi agar dapat menetapkan sarana, baik saat ini maupun di masa depan. Tersedianya 4 faktor yang berhubungan dapat memberikan kemudahan untuk mencapai visi dan misi yang telah ditetapkan. Contoh Analisis SWOT Diri SendiriMisalnya terdapat seorang mahasiswa bernama Anton baru saja lulus kuliah dan akan mendaftar kerja menjadi PNS.

Strength (kekuatan)1. Memiliki kemampuan desain yang baik2. Memiliki hobi fotografi dan menonton3. Mudah bersosialisasi dengan lingkungan4. Berkomitmen dengan apa yang dikatakan5. Pekerja keras dan pantang menyerah6. IPK = 3,507. Menjaga penampilan agar terlihat menarik8. Pernah menjuarai lomba desain se-provinsi9. Memiliki pengalaman sebagai pekerja lepas di perusahaan

terkenal10. Hasil desain selalu disukai orang11. Memiliki tanggung jawab, baik pada diri sendiri maupun

orang lain12. Dapat mengelola keuangan dengan baik

6

Weakness (kelemahan)1. Kemampuan berbahasa inggris kurang2. Kurang percaya diri saat berbicara di depan umum3. Sulit mengambil keputusan4. Kurang berhati-hati dan kurang sabar5. Mudah melewatkan hal-hal kecil6. Egois7. Mudah lupa8. Dukungan finansial masih kurang9. Cara bicara tidak mudah dipahami pendengar

Opportunities (peluang)1. Dibuka lowongan kerja CPNS serentak2. Perusahaan dan lembaga pemerintah membutuhkan

desainer dalam jumlah banyak3. Perkembangan teknologi terbaru4. Meningkatnya kebutuhan desainer di Indonesia5. Keluarga dan teman yang selalu mendukung

Threats (ancaman)1. Banyak tenaga kerja yang lebih berpengalaman2. Banyak lulusan yang berasal dari Perguruan Tinggi terkenal3. Semakin banyak yang menggunakan KKN di berbagai bidang4. Kuota PNS, namun mengutamakan tenaga kerja honorer5. Ketatnya persaingan lulusan sarjana di Indonesia6. Tuntutan untuk segera kerja dan menikah

Membuat strategi1. Strategi SO

• Mengikuti pelatihan desain ke luar negeri• Belajar membuka usaha sendiri yang mengutamakan kualitas

dan pelayanan• Latihan mengerjakan psikotest agar lulus PNS

7

• Sering bersosialisasi agar menjadi fasilitator dari program pemerintah

2. Strategi WO• Belajar berbahasa inggris• Buat rencana sederhana untuk masa depan• Belajar kontrol emosi• Menabung untuk tambahan modal usaha

3. Strategi ST• Menambah relasi dengan bersosialisasi agar mudah mendapat

informasi lowongan kerja• Mempertahankan IPK sebagai syarat lulus tes administrasi• Membuat portofolio dengan baik• Kerja freelance untuk menambah pengalaman• Terus belajar untuk memperdalam ilmu

4. Strategi WT• Mengikuti Balai Latihan Kerja• Belajar berbicara di depan umum• Belajar disiplin dan mengatur waktu• Harus rapi dalam berbagai hal

Diagram SWOT

Strength WeaknessOpportunities 1. Strategi SO 2. Strategi WO

Threats 3. Strategi ST 4. Strategi WT

8

Penerapan Diagram SWOT

Strength:

1. Memiliki kemampuan desain yang baik 2. Memiliki hobi fotografi dan menonton 3. Mudah bersosialisasi dengan lingkungan 4. Berkomitmen dengan apa yang dikatakan 5. Pekerja keras dan pantang menyerah 6. IPK = 3,50 7. Menjaga penampilan agar terlihat menarik 8. Pernah menjuarai lomba desain se-provinsi 9. Memiliki pengalaman sebagai pekerja lepas di perusahaan terkenal 10. Hasil desain selalu disukai orang 11. Memiliki tanggung jawab, baik pada diri sendiri maupun orang lain 12. Dapat mengelola keuangan dengan baik

Weakness: 1. Kemampuan berbahasa inggris kurang 2. Kurang percaya diri saat berbicara di depan umum 3. Sulit mengambil keputusan 4. Kurang berhati-hati dan kurang sabar 5. Mudah melewatkan hal-hal kecil 6. Egois 7. Mudah lupa 8. Dukungan finansial masih kurang 9. Cara bicara tidak mudah dipahami pendengar

9

Opportunities: 1. Dibuka lowongan kerja CPNS serentak 2. Perusahaan dan lembaga pemerintah membutuhkan desainer dalam jumlah banyak 3. Perkembangan teknologi terbaru 4. Meningkatnya kebutuhan desainer di Indonesia 5. Keluarga dan teman yang selalu mendukung

1. Strategi SO

• Mengikuti pelatihan desain ke luar negeri • Belajar membuka usaha sendiri yang mengutamakan kualitas dan pelayanan • Latihan mengerjakan psikotest agar lulus PNS • Sering bersosialisasi agar menjadi fasilitator dari program pemerintah

2. Strategi WO

• Belajar berbahasa inggris • Buat rencana sederhana untuk masa depan • Belajar kontrol emosi • Menabung untuk tambahan modal usaha

10

Threats: 1. Banyak tenaga kerja yang lebih berpengalaman 2. Banyak lulusan yang berasal dari Perguruan Tinggi terkenal 3. Semakin banyak yang menggunakan KKN di berbagai bidang 4. Kuota PNS, namun mengutamakan tenaga kerja honorer 5. Ketatnya persaingan lulusan sarjana di Indonesia 6. Tuntutan untuk segera kerja dan menikah

3. Strategi ST

• Menambah relasi dengan bersosialisasi agar mudah mendapat informasi lowongan kerja • Mempertahankan IPK sebagai syarat lulus tes administrasi • Membuat portofolio dengan baik • Kerja freelance untuk menambah pengalaman • Terus belajar untuk memperdalam ilmu

4. Strategi WT

• Mengikuti Balai Latihan Kerja • Belajar berbicara di depan umum • Belajar disiplin dan mengatur waktu • Harus rapi dalam berbagai hal

11

Analisis SosialBudianto

ADA BANYAK SEKALI TEORI tentang analisis sosial (Ansos), dengan sekian variasi madzhabnya. Ada fungsional, struktural, kritis, dan sebagainya. Dari yang menganggap sebagai suatu upaya menangkap alam bawah sadar masyarakat (social subconciousness), sampai yang sekedar analisis SWOT.

Analisis dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), mempunyai pemaknaan sebagai penyelidikan terhadap suatu peristiwa untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya. Sedangkan Sosial ialah suatu yang berkenaan dengan masyarakat.

Dilihat dari gabungan makna antara analisis dan sosial, Ansos dapat diartikan sebagai suatu upaya penyidikan terhadap suatu keadaan sosial-masyarakat dengan berbagai macam persoalan yang menimpa masyarakat itu sendiri.

Tindakan atau upaya Ansos begitu penting dilakukan oleh seseorang yang menghendaki/menginginkan terjadinya suatu perubahan pada masyarakat. Pandangan ini akan muncul dengan sendirinya setelah seseorang menyadari bahwa dirinya adalah

12

individu atau bagian yang tidak terpisah dari individu lainnya. Dalam dinamika sosialnya, kerap mengalami sebuah persoalan. Persoalan-persoalan yang dialami oleh masyarakat ini sering disebut juga sebagai konflik sosial.

Dalam konteks Ansos, -mengalami mendapat tempat yang istimewa. Latar belakangnya adalah karena dinamika sosial hanya dapat dipahami secara tepat ketika seseorang berani masuk dan mengalami sendiri dinamika itu. Pendekatan Ansos akan menjadi kurang tajam apabila seseorang tidak pernah mengalami pengalaman tinggal (terlebih bersama kelompok-kelompok terpinggirkan) dalam masyarakat.

Pemahaman menyeluruh mengenai dinamika sosial hanya dapat dilakukan ketika seseorang berani masuk dan dekat dengan dinamika sosial tersebut, dan tidak hanya meneropong dinamika itu dari kejauhan, melalui menara teori keilmuan yang terkadang mengasumsikan dan menggeneralisir banyak hal.

Konflik SosialKonflik sosial yang terjadi dalam kehidupan masyarakat diantaranya persoalan kesejahteraan sosial. Kesenjangan antara mayoritas dan minoritas sangatlah mencolok dan memprihatinkan. Dalam hal ini kemudian terbentuklah sebuah relasi kekuasaan antara negara dan masyarakat.

“Acapkali negara menjadi lembaga yang sangat otonom serta telah mengabaikan berbagai kebutuhan masyarakat. Hubungan negara dengan masyarakat tidak selalu harmonis dan saling mengisi melainkan, antara negara dan masyarakat berdiri dalam posisi yang saling berlawanan. Relasi yang tercipta adalah keinginan untuk saling menundukkan. Karena, negara tidak lagi menjadi ‘kendaraan’ bagi masyarakat untuk mencapai proses progresivitas sejarah pada titik kemuliaan. Namun, justru sebagai lembaga kekuasaan yang menciptakan relasi-relasi konfliktual” (dalam komentar Lukmantoro: Arief Budiman, Teori Negara: Negara, Kekuasaan dan Ideologi)

Hak dasar atau naluriah masyarakat seringkali harus diatur

13

dengan mengeluarkan kebijakan pemerintah yang akan menimbulkan relasi kuasa antara pemerintah-sebagai pihak yang berwenang mengeluarkan kebijakan, dengan masyarakat. Ketika pemerintah mengeluarkan kewenangan melalui berbagai aturan pada masyarakat, acapkali memihak pada beberapa golongan, sedangkan sebagian besar lainnya tidak begitu diperhatikan. Maka dari sinilah muncul konflik sosial.

Bagaimana Menjalankan Analisa Sosial ?Analisis sosial merupakan tindakan awal untuk bagaimana merubah suatu kondisi keterpurukan masyarakat dalam ekonomi-politik maupun budaya. Maka tanpa Ansos yang komprehensif, tak akan pernah jelas berubah ke arah mana kondisi masyarakat tersebut. Prinsip dari Ansos adalah tujuan penyelidikan sosial, bukan semata-mata untuk mengetahui situasi kongkrit yang ada. Namun lebih penting dari itu, ialah merubah kondisi atau situasi tersebut menjadi lebih baik.

Prinsip paling penting dari kerja pengorganisasian adalah Tanpa Investigasi/Analisa (Penyelidikan) Sosial, Tak Ada Hak Bicara.

Satu contoh Analisa Sosial terhadap Petani di Pedesaan: Data apa saja yang perlu dikumpulkan dalam melakukan analisa

sosial tersebut, meliputi;1. Keadaan Alam

a. Letak Geografis Desa

b. Kondisi Tanah

c. Alat Kerja dan Teknik Pertanian

2. Keadaan Sosial

a. Populasi Penduduk

b. Situasi Politik

c. Budaya Desa

14

d. Klas-klas Sosial dalam Masyarakat Desa;

• Tuan Tanah

• Kaum Tani;

- Tani Kaya

- Tani Sedang

- Tani Miskin

- Buruh Tani

3. Hubungan Kerja yang Ada

4. Persoalan-persoalan masyarakat

5. Skema Penghisapan Kaum Tani

6. Kondisi Organisasi Tani

Cara Melakukan Analisa Sosial:1. Membentuk tim2. Mengadakan rapat persiapan3. Laksanakan analisa/penyelidikan sesuai perencanaan4. Adakan rapat evaluasi5. Mengadakan rapat untuk menyimpulkan hasil analisa/

penyelidikan6. Menulis dokumen hasil analisa/penyelidikan

Metode Analisa Sosial:1. Mendatangi kantor pemerintah atau instansi terkait2. Pengamatan langsung3. Wawancara

Begitu pentingnya analisa/penyelidikan sosial ini dilakukan dalam proses awal mulainya merubah suatu kondisi atau situasi masyarakat agar kita dapat menilai dan menyimpulkan sebenarnya

15

apa yang perlu dirubah dari kondisi tersebut dan tidak keliru dalam mengambil tindakan. Sebuah analogi seorang dokter yang mengobati sang pasien yang tengah sekarat tanpa melakukan proses panjang menyelidiki terlebih dahulu penyakit apa yang diidap oleh sang pasien maka bukannya mengobati sang pasien tersebut malah mempercepat sang pasien menemui ajalnya.

“Obati Sakitnya dan Selamatkan Pasiennya!”

17

KE-KAPMI-ANM. Ibnu Azim

Sejarah dan Track Record KAPMI D.I. YogyakartaKeluarga Pelajar & Mahasiswa Indramayu (KAPMI) D.I. Yogyakarta muncul sebagai organisasi daerah pada saat 10 April 1976 hingga hari ini telah berusia 42 tahun, berawal dari semangat Kumpulan Arisan Pelajar dan Mahasiswa Indramayu yang dapat menyatukan seluruh orang Indramayu yang sekolah/kuliah dijogjakarta menjadi sebuah keluarga pelajar & mahasiswa Indramayu yang disahkan secara administrasi.

Dalam perjalanannya, KAPMI telah melalui banyak hal dan pernah menjadi motor penggerak untuk memperjuangkan masyarakat Indramayu. Serta di Yogyakarta pun organisasi sekelas daerah. hanya KAPMI D.I Yogyakarta yang pernah memelopori gerakan-gerakan sosial tentang isu-isu regional maupun nasional.

Maka tidak heran jika angkatan lama KAPMI banyak yang sangat kritis, militan, progresif dan organisatoris.

Namun itu adalah romantisme sejarah, sehingga kita jangan terlalu lama tenggelam dalam mitologi romantisme tersebut. Kita perlu menyikapi historitas KAPMI secara kritis dan proposional. Adanya KAPMI sampai sekarang merupakan bukti objektif bahwa

18

semangat emansipasi KAPMI masih kontekstual dalam membaca perkembangan dan semangat zaman. Oleh karena itu, KAPMI sadar diri terhadap siapa/apa ia berada dan berpihak.

Tujuan KAPMI D.I. YogyakartaAdapun tujuan KAPMI adalah untuk membentuk anggota yang memiliki loyalitas, berkesadaran kritis, dan bervisi kerakyatan.

Pertama, Loyalitas memiliki kata dasar loyal yang berasal dari Prancis kuno loial. Pengertian dari loyalitas adalah the quality of being loyal dimana loyal didefinisikan sebagai giving or allegiance to a person or institution. Jika diartikan secara bebas, pengertian loyalitas menurut (Oxford Dictionary) adalah mutu dari sikap setia (loyal).

Kedua, Kesadaran kritis adalah jenis paling ideal. Kesadaran kritis bersifat analitis sekaligus praksis. Artinya seseorang itu mampu memahami persoalan sosial mulai pemetaan masalah, identifikasi serta mampu menentukan unsur-unsur yang mempengaruhinya. Disamping itu ia mampu menawarkan solusi-solusi alternatif dari suatu problem sosial. Sebuah kesadaran yang melihat adanya keterkaitan ideologi dan struktur sosial sebagai akar masalah.

Ketiga, Bervisi kerakyatan, Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), bervisi kerakyatan adalah suatu kemampuan untuk melihat inti persoalan segala sesuatu yang mengenai rakyat.

Struktur Organisasi dan Elemen kepengurusanStruktur organisasi KAPMI pada tahun 2018 terdiri dari: Musyawarah Anggota (MUSYANG), Dewan Penasehat Organisasi (DPO), Dewan Pertimbangan (DP), Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris, Wakil Sekretaris, Bendahara, Wakil Bendahara, Divisi Kaderisasi, Divisi Pendidikan, Divisi Advokasi dan Jaringan, Divisi Usaha dan Dana, Lembaga Semi Otonom (LSO) Pers Damar, Lembaga Semi Otonom (LSO) Olahraga, Lembaga Semi Otonom (LSO) Sanggar Seni Krikil.

Divisi KaderisasiTujuan divisi kaderisasi antara lain Menjaring serta mengakomodir

19

anggota baru, Meningkatkan suasana kekeluargaan yang harmonis antar anggota KAPMI dan Mengembangkan daya fikir kader dengan nilai-nilai profetik, serta Mendistribusikan kader-kader terbaiknya di wilayah eksternal.

Tujuan lainnya adalah membentuk lalu menumbuhkan pemikiran, sikap kritis serta mengembangkan wawasan intelektual dalam berorganisasi internal maupun eksternal.

Targetnya adalah terciptanya kader yang berkualitas, berwawasan, bersikap kritis serta mengembangkan wawasan intelektual dalam berorganisasi internal maupun eksternal.

Adapun Program kerja divisi Kaderisasi meliputi Anjangsono, Penyambutan Mahasiswa Baru (MABA), Malam keakraban dan Pembuatan KTA.

Divisi PendidikanDivisi Pendidikan berdiri dengan tujuan Menanamkan pendidikan moral, Membentuk intelektual-organik, Memberikan pemahaman tentang pendidikan humanism, dan Mengembangkan paradigma kritis, serta menumbuhkan kesadaran akan pentingnya penelitian, pendidikan, pelatihan dan pengembangan.

Target divisi pendidikan ini terbagi menjadi dua, yakni target eksternal dan internal. Target eksternal adalah terciptanya kegiatan-kegiatan yang dapat memprakarsai anggota untuk dapat berpraktisi langsung dengan masyarakat. Adapun terget internal adalah terlaksananya program kerja divisi pendidikan, diantaranya pemutaran film dokumenter dan diskusi umum dan Sekolah Bersama Masyarakat.

Program kerja divisi pendidikan secara kongkrit antara lain pemutaran film dokumenter dan diskusi umum, Optimalisasi perpustakaan, Bimbingan tes, Jalan-jalan Sejarah dan Sekolah Bersama Masyarakat.

Divisi Advokasi & JaringanDivisi Advokasi & Jaringan ini bertujuan antara lain Menumbuhkan

20

rasa solidaritas sesama anggota, Mengawal kebijakan pemerintahan Indramayu, Menyelesaikan konflik secara komprehensif dan Menjalin kerjasama dengan organisasi manapun dan lembaga lainnya.

Target divisi ini adalah peningkatan kuantitas serta kualitas anggota, meningkatkan wacana paradigma dan pengetahuan baru bagi anggota KAPMI. Adapun sasaran kerja Divisi PSDM adalah internal dan eksternal.

Program kerja secara kongkrit antara lain Advokasi anggota dan masyarakat, Diskusi, relasi dan penyuluhan hukum dan Studi komparasi.

Divisi Usaha & DanaDivisi Usaha & Dana bertujuan untuk Menanamkan jiwa kewirausahaan kepada anggota, Mengadakan sumber-sumber pendanaan sebagai peluang investasi dan Memprioritaskan dana bantuan untuk sektor riil baik internal USDAN dan KAPMI.

Target divisi ini adalah mengatasi masalah dalam keuangan KAPMI, baik untuk kepanitiaan maupun kebutuhan KAPMI yang lain, membuat bentuk suatu usaha baik berupa kooperasi maupun jual hasil produksi.

Program kerja kongkrit divisi ini antara lain mencari sponsorship guna berjalannya kegiatan organisasi, Usaha Bersama dan Pra-Kooperasi.

LSO Pers DamarTujuan LSO Pers Damar adalah Menumbuhkembangkan kreatifitas anggota dalam bidang jurnalistik, Menciptakan pemahaman anggota dalam bidang jurnalistik, dan Mempublikasikan informasi dalam menanggapi permasalahan, baik internal maupun eksternal.

Program kerja kongkrit antara lain Open recruitment anggota (Oprect), Pelatihan karya tulis ilmiah, dan Kelas menulis, Terbitan bulletin. Serta mengkonsolidasikan kembali hubungan yang telah terjalin dalam mewujudkan tujuan bersama antar Pers se-Yogyakarta khususnya dilanjutkan tingkat nasional, membangun jaringan

21

dengan pihak media masa luar baik tingkat lokal maupun nasional.

LSO OlahragaTujuan LSO ini adalah Menjalin kerjasama dengan organisasi lain, Meningkatkan sportifitas anggota dan Memprakarsai ajang sportifitas, baik internal maupun eksternal.

Program kerja kongkrit antara lain Open recruitment anggota (Oprect), Olahraga mingguan, Turnamen futsal antar SMA Se-derajat, Turnamen futsal se-nusantara dan PALAMI. Serta menjalin relasi antar hubungan yang sudah terjalin dalam mewujudkan tujuan bersama antar Keolahragaan se-Yogyakarta khususnya dilanjutkan tingkat nasional, membangun relasi organisasi dibidang olahraga tingkat lokal maupun nasional.

LSO Sanggar Seni KerikilLSO Sanggar Seni Kerikil berdiri dengan tujuan Memberdayakan dan menumbuhkembangkan minat bakat kader dalam bidang kesenian, Melestarikan seni dan budaya lokal ditengah arus globalisasi, Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman tentang kesenian daerah, Merekonstruksi kebudayaan yang paling pluralistik dan Mempublikasikan eksistensi seni dan budaya Indramayu.

Target LSO Sanggar Seni Kerikil ini dibagi menjadi dua, yakni target eksternal dan internal. Target eksternal adalah terciptanya kegiatan-kegiatan yang dapat melestarikan dan mengembangkan kesenian maupun kebudayaan daerah kemasyarakat luas. Adapun terget internal adalah terlaksananya program kerja LSO Sanggar Seni Kerikil, diantaranya yaitu Gelar Kesenian Rakyat, dan Regional Art Relations.

Program kerja LSO Sanggar Seni Kerikil secara kongkrit antara lain Open recruitment anggota (Oprect), Training Rutin, Regional Art Relation dan Gelar Kesenian Rakyat.

23

Potret Pertanian Indramayu: Paradoks

Lumbung Padi Jawa Barat

Setyo Dwi P.

INDRAMAYU selama ini dikenal dengan lumbung padi Jawa Barat. Dengan produksi sekitar 1,03 juta ton (2006), Indramayu menyumbang sekitar 11% produksi padi Jawa Barat (9,4 juta ton), atau sekitar 2% produksi padi nasional (sekitar 57 juta ton). Tingginya produksi padi Indramayu ini disebabkan oleh luasnya lahan sawah yang ada. Dari luas wilayah Indramayu yang mencapai 204 ribu ha, 114 ribu ha (55%) di antaranya adalah lahan sawah. Dengan luas sebesar itu, Indramayu menempati urutan pertama di Jawa Barat. Posisi ke dua ditempati oleh Karawang dan Subang. Bukan hanya dari sisi luas lahan, dari sisi produktivitas pun, Indramayu masih menempati urutan pertama, dengan produktivitas sekita 5,5 ton per ha (2006).

Sektor pertanian merupakan salah satu pilar penting penggerak perekonomian Indramayu. Data tahun 2002 menunjukkan kontribusi sektor ini terhadap PDRB Indramayu mencapai 16%, atau penyumbang terbesar ke tiga setelah sektor migas (45%) dan industri

24

(22%). Meskipun pada tahun-tahun berikutnya, peran sektor ini semakin menurun. Pada tahun 2007, sektor pertanian menyumbang sebesar 14% PDRB. Namun, jika tidak memperhitungkan sektor migas, pertanian merupakan penyumbang terbesar PDRB Indramayu, yakni sebesar 38% (2007).

Selain itu, sektor pertanian juga menyerap sekitar 52% tenaga kerja. Artinya, sektor pertanian merupakan representasi dari kegiatan ekonomi ril masyarakat Indramayu. Dengan membangun sektor ini, selain akan meningkatkan pendapatan perkapita, juga akan memperbaiki distribusi pendapatan masyarakat. Pertanyaannya, apakah potensi ekonomi pertanian yang sedemikian besar itu juga berkorelasi positif terhadap kesejahteraan petani Indramayu?

Paradoks Pertanian IndramayuData dari BPS Indramayu yang dilansir oleh Kompas pada tahun 2007 lalu menunjukkan bahwa sektor pertanian menyumbang kemiskinan terbesar di bumi Wiralodra ini. Sekitar 169 ribu (atau sepertiga) rumah tangga di Indramayu tercatat sebagai rumah tangga miskin (termasuk kategori sangat miskin, miskin dan hampir miskin). Hasil penelitan dari Corebest yang digagas oleh Paguyuban Petra Mekar pada tahun 2006 lalu juga memberikan statement yang senada: «sektor pertanian adalah sumber lapangan usaha terbesar sekaligus juga merupakan sektor penyumbang kemiskinan terbesar». Di satu sisi kita bangga dengan potensi pertanian padi di Indramayu yang sangat besar, di sisi lain, sektor ini masih menyisakan ironi berkepanjangan.

Beberapa penyebab persoalan itu adalah sebagai berikut. Pertama, sempitnya lahan yang dimiliki oleh petani. Kita tahu bahwa sektor pertanian tradisional sangat bergantung pada luas lahan. Meski secara agregat Indramayu memiliki lahan pertanian yang cukup luas, akan tetapi jika kita bagi terhadap jumlah petani yang ada, luas itu belumlah cukup untuk membuat penghasilan petani bisa kompetitif dibanding pekerja di sektor lain.

Data tahun 2006 menunjukkan bahwa sekitar 60% petani hanya

25

memiliki lahan kurang dari 0,5 ha. Bahkan 36% di antaranya hanya memiliki lahan di bawah 0,25 ha. Untuk petani kategori pertama hanya memiliki pendapatan rata-rata sekitar Rp. 750 ribu per bulan, sedangkan yang ke dua hanya menikmati pendapatan sekitar Rp. 400 ribu per bulan. Angka ini jauh di bawah UMR dan, sudah tentu, jauh dari hidup layak. Belum lagi kalau kita tengok nasib petani penggarap dan buruh tani yang tidak memiliki lahan sama sekali. Sampai tahun 2007, tercatat sekitar 111 ribu petani penggarap dan 314 ribu buruh tani. Pendapatan buruh tani hanya sekitar Rp. 165 ribu per bulan. Kedua kelompok petani ini hanya menikmati sekitar 15% dari keuntungan usaha tani.

Kedua, produktivitas tahunan lahan pertanian yang belum maksimal. Ada dua penyebab. Pertama, bancana banjir tahunan yang kerap melanda Indramayu, yang dapat menyebabkan terganggunya produktivitas lahan. Ke dua, irigasi yang belum menjangkau seluruh wilayah. Sampai tahun 2007, baru sekitar 65% yang merupakan sawah dengan irigasi teknis, sisanya masih tadah hujan. Akibatnya, beberapa wilayah di Indramayu, terutama bagian timur (Kec. Krangkeng dan sekitarnya), hanya bisa panen sekali dalam setahun karena ketidaktersediaan air. Jelas ini akan mereduksi pendapatan petani hingga separuhnya.

Ke Tiga, buruknya tata niaga produk pertanian. Ini bukan persoalan Indramayu semata, melainkan persoalan petani di Indonesia secara umum. Menurut Bustanul Arifin (2007), ada tiga topik besar mengenai persoalan buruknya tata niaga ini, namun di sini hanya diulas dua topik yang relevan. Yang pertama adalah struktur pasar yang tidak sehat, yang dicirikan oleh disparitas harga gabah dan beras yang cukup tinggi. Kita tahu bahwa petani, selain sebagai produsen padi, mereka juga adalah konsumen beras. Jika harga gabah terlalu rendah, sementara harga beras terlalu tinggi, baik sebagai produsen maupun sebagai konsumen, petani tetap akan dirugikan. Posisi tawar mereka pun lemah dalam penentuan harga, karena minimnya informasi (asimetri informasi) yang disebabkan oleh ketertutupan proses kebijakan dan perbedaan akses yang

26

dimiliki oleh para pelaku tata niaga.Topik yang ke dua adalah ketidakjelasan kebijakan stabilisasi

harga. Pasca Orde Baru, tidak ada lagi penetapan harga dasar (floor price) untuk gabah dan harga atap (ceiling price) untuk beras. Inpres no.2/2005 menghapus istilah ‘harga dasar’ menjadi ‘harga pembelian pemerintah (HPP)’ yang sama sekali tidak bisa mengamankan harga gabah petani. Bulog pun kini tidak sepenuhnya bisa diandalkan, mengingat perannya kini sebagai BUMN yang juga dituntut untuk menghasilkan laba. Karenanya, resiko akibat fluktuasi dan disparitas harga yang merugikan petani sangat mungkin terjadi.

Peran Pemerintah DaerahBerbeda dengan sektor lainnya, pertumbuhan sektor pertanian lebih didorong oleh investasi masyarakat (community investment), yang mungkin tidak akan tercatat di lembaga pemerintahan. Sejauh ini, investasi masyarakat diperkirakan mencapai 68%, sedangkan kontribusi pemerintah hanya sekitar 24% dan swasta hanya 8%. Oleh karenanya, peran efektif Pemerintah (Daerah) pada dasarnya terletak pada upaya mendorong investasi masyarakat di sektor pertanian, dengan menciptakan iklim ‘usaha’ pertanian yang kondusif. Upaya itu bisa dilakukan dengan beberapa hal berikut.

Pertama, peningkatan infrastruktur pengairan, baik dalam bentuk waduk penyimpanan maupun irigasi. Peningkatan infrastruktur ini terutama diarahkan untuk (a) mengatasi persoalan debit air yang berkurang pada musim kemarau dan berlebih pada saat musim penghujan, serta (b) mampu menjangkau seluruh wilayah Indramayu.

Seperti yang sudah diungkapkan di atas, sebanyak 35% lahan sawah belum memiliki irigasi teknis. Lahan-lahan ini hanya mengandalkan tadah hujan dan biasanya hanya bisa panen sekali dalam setahun, khususnya wilayah di sekitar Kecamatan Krangkeng dan sekitarnya. Dengan luas lahan sekitar 38 ribu ha (35% dari 110 ha) dan produktivitas sekitar 5,5 ton/ha, maka potensi ekonomi yang hilang adalah sebesar 209 ribu ton. Anggap harga gabah per

27

kg Rp. 2.000, maka nilai kerugiannya bisa mencapai Rp. 418 milyar per tahun, atau hampir separuh dari APBD Indramayu tahun 2007. Angka ini belum memperhitungkan kerugian akibat banjir yang datang hampir setiap tahun. Oleh karena itu, perlu upaya percepatan peningkatan infrastruktur tersebut. Pemerintah Daerah harus proaktif untuk menggandeng berbagai lembaga pemerintah terkait untuk segera mengatasi persoalan ini sesegera mungkin.

Kedua, memperbaiki tata niaga padi di tingkat lokal. Sebagaimana sudah disinggung di atas, bahwa posisi petani sangat lemah dalam penentuan harga. Harga gabah lebih ditentukan oleh pedagang/bandar. Sementara itu, harga dasar (floor price) juga sudah tidak diberlakukan lagi oleh Pemerintah (Pusat), sehingga sangat rentan terhadap permainan harga di lapangan. Ditambah lagi, informasi yang dimiliki petani juga sangat minim, sehingga struktur pasar menjadi asimetri (yang diuntungkan hanya pelaku ekonomi tertentu). Oleh karena itu, sudah sepatutnya Pemerintah Daerah turut mengatasi ‘kegagalan pasar’ tersebut, dengan membuka ruang informasi seluas dan se-transparan mungkin bagi semua pelaku ekonomi. Pemerintah Daerah harus bisa menjembatani antara petani dan pedagang.

Ketiga, menciptakan jejaring lembaga pendukung pertanian, misalnya lembaga permodalan. Dengan pendapatan yang relatif rendah, sudah bisa dipastikan petani akan mengalami kesulitan permodalan menjelang masa tanam berikutnya. Untuk itu, perlu ditumbuhkan lembaga-lembaga keuangan mikro (non-bank) yang memberikan kredit lunak (berbunga rendah) kepada para petani. Tentu, lembaga semacam ini akan sulit tumbuh jika kepastian pengembalian modal petani sangat rendah. Karenanya, kedua upaya sebelumnya harus bisa direalisasikan. Selain itu, peranan BUMN yang beroperasi di daerah juga sangat diharapkan dalam menciptakan lembaga bantuan keuangan mikro, seperti PKBL Pertamina UP-VI Balongan.

Keempat, meningkatkan nilai tambah produk pertanian, misalnya dengan (a) pengembangan pertanian organik, (b) pengemasan (packaging) produk beras kualitas terbaik, (c) pengembangan

28

produk tepung beras untuk suplai industri-industri makanan. Ketiga upaya tersebut harus didukung oleh (a) branding (pengembangan merek) dan (b) skala keekonomian yang memadai. Sebagai ikon pertanian padi Jawa Barat, sudah sepatutnya Indramayu mampu mengembangkan ‘merek’ sendiri (seperti beras cianjur). Tinggal persoalan selanjutnya adalah bagaimana Pemerintah Daerah dan swasta bersama-sama membangun akses pasar (marketing) bagi produk-produk pertanian padi Indramayu.

Dengan keempat upaya tersebut, mudah-mudahan kebanggaan akan potensi pertanian Indramayu berbuah kesejahteraan bagi masyarakatnya. Amin.