SIKLUS BELANJA PEGAWAI (1)

20
SIKLUS BELANJA PEGAWAI Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2004 tentang Penyusunan Rencana Kerja Anggaran Kementerian Negara/Lembaga, Belanja Pegawai adalah kompensasi baik dalam bentuk uang maupun barang yang diberikan kepada pegawai pemerintah, baik yang bertugas di dalam maupun diluar negeri sebagai imbalan atas pekerjaan yang telah dilaksanakan, kecuali pekerjaan yang berkaitan dengan pembentukan modal. Termasuk dalam kelompok belanja pegawai ini adalah pengeluaran-pengeluaran untuk gaji dan tunjangan-tunjangan, uang makan, lembur, honorarium dan vakasi. Gaji dan tunjangan adalah pengeluaran untuk kompensasi yang harus dibayarkan kepada pegawai pemerintah berupa gaji pokok dan berbagai tunjangan yang diterima berkaitan dengan jenis dan sifat pekerjaan yang dilakukan GAJI POKOK DAN TUNJANGAN Dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok- Pokok Kepegawaian disebutkan pada Pasal 7 bahwa setiap pegawai negeri berhak memperoleh gaji yang layak sesuai dengan pekerjaan dan tanggung jawabnya. Selanjutnya dalam penjelasannya ditegaskan bahwa pada dasarnya setiap pegawai negeri beserta keluarganya harus dapat hidup layak dari gajinya sehingga dengan demikian ia dapat memusatkan perhatian untuk melaksanakan tugas yang dipercayakan kepadanya. Dalam menentukan besarnya gaji memperhatikan kemampuan keuangan negara, selain daripada itu harus pula memperhatikan keadaan tempat dimana pegawai negeri itu dipekerjakan. Ketentuan Pasal 7 Undang-Undang Nomor 8 tahun 1974 tersebut diatas merupakan

Transcript of SIKLUS BELANJA PEGAWAI (1)

Page 1: SIKLUS BELANJA PEGAWAI (1)

SIKLUS BELANJA PEGAWAI

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2004 tentang Penyusunan Rencana

Kerja Anggaran Kementerian Negara/Lembaga, Belanja Pegawai adalah kompensasi baik

dalam bentuk uang maupun barang yang diberikan kepada pegawai pemerintah, baik yang

bertugas di dalam maupun diluar negeri sebagai imbalan atas pekerjaan yang telah

dilaksanakan, kecuali pekerjaan yang berkaitan dengan pembentukan modal. Termasuk

dalam kelompok belanja pegawai ini adalah pengeluaran-pengeluaran untuk gaji dan

tunjangan-tunjangan, uang makan, lembur, honorarium dan vakasi. Gaji dan tunjangan adalah

pengeluaran untuk kompensasi yang harus dibayarkan kepada pegawai pemerintah berupa

gaji pokok dan berbagai tunjangan yang diterima berkaitan dengan jenis dan sifat pekerjaan

yang dilakukan

GAJI POKOK DAN TUNJANGAN

Dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian

disebutkan pada Pasal 7 bahwa setiap pegawai negeri berhak memperoleh gaji yang layak

sesuai dengan pekerjaan dan tanggung jawabnya. Selanjutnya dalam penjelasannya

ditegaskan bahwa pada dasarnya setiap pegawai negeri beserta keluarganya harus dapat hidup

layak dari gajinya sehingga dengan demikian ia dapat memusatkan perhatian untuk

melaksanakan tugas yang dipercayakan kepadanya. Dalam menentukan besarnya gaji

memperhatikan kemampuan keuangan negara, selain daripada itu harus pula memperhatikan

keadaan tempat dimana pegawai negeri itu dipekerjakan. Ketentuan Pasal 7 Undang-Undang

Nomor 8 tahun 1974 tersebut diatas merupakan suatu landasan penggajian Pegawai Negeri

Sipil menuju terwujudnya tingkat kehidupan yang layak bagi kehidupan Pegawai Negeri Sipil

beserta keluarganya. Gaji pegawai dan tunjangan yang melekat pada gaji adalah penghasilan

yang diterima oleh PNS yang telah diangkat oleh pejabat yang berwenang dengan surat

keputusan sesuai ketentuan yang berlaku. Pembayaran gaji pegawai tersebut diberikan

kepada pegawai setiap awal bulan sebelum yang bersangkutan melaksanakan tugasnya.

Rincian pembayaran gaji dimuat dalam sebuah daftar yang disebut dengan Daftar Gaji

Induk/bulanan.

1. GAJI POKOK

Gaji pokok adalah landasan dasar dalam menghitung besarnya gaji seseorang pegawai

negeri sipil. Hal ini disebabkan sebagian komponen perhitungan gaji seperti tunjangan isteri,

Page 2: SIKLUS BELANJA PEGAWAI (1)

tunjangan anak, dan tunjangan perbaikan penghasilan dihitung atas dasar persentase tertentu

atau terkait dengan gaji pokok. Besarnya gaji pokok seseorang pegawai negeri sipil

tergantung atas golongan ruang penggajian yang ditetapkan untuk pangkat yang dimilikinya.

Karena itu pangkat berfungsi pula sebagai dasar penggajian. Besaran gaji pokok diberikan

kepada pegawai sesuai dengan besaran yang tercantum dalam surat keputusan pengangkatan,

surat keputusan kenaikan pangkat, surat pemberitahuan kenaikan gaji berkala, atau surat

penetapan lainnya. Besaran gaji pokok terakhir diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 8

Tahun 2009 untuk PNS, Peraturan Pemerintah No. 10 Tahun 2007 untuk Hakim Peradilan

Umum Peradilan Tata Usahaan Negara dan Peradilan Agama. Kepada seseorang yang

diangkat menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) diberikan gaji pokok sebesar 80%

(delapan puluh persen) dari gaji pokok yang ditentukan untuk golongan/ruang gaji menurut

pangkat yang didudukinya.

2. TUNJANGAN-TUNJANGAN

Tunjangan-tunjangan yang melekat pada gaji terdiri atas tunjangan istri/suami,

tunjangan anak, tunjangan jabatan struktural/fungsional, tunjangan yang dipersamakan

dengan tunjangan jabatan, tunjangan kompensasi kerja, tunjangan beras, tunjangan khusus

PPh, tunjangan irian jaya/papua, tunjangan pengabdian wilayah terpencil, tunjangan umum

dan tunjangan perbaikan penghasilan.

HONORARIUM

(Honor Operasional Satuan Kerja), yaitu honor tidak tetap yang digunakan untuk kegiatan

yang terkait dengan operasional kegiatan satker. Pembayaran honornya dilakukan secara

terus-menerus dari awal sampai dengan akhir tahun anggaran. Termasuk dalam klasifikasi

honorarium ini adalah honor pejabat Kuasa Pengguna Anggaran KPA, Pejabat Pembuat

Komitmen (PPK), Pejabat Penguji/Penanda Tangan SPM, Bendahara Pengeluaran,

Bendahara Pemegang Uang Muka (PUM), Staf Pengelola Keuangan, Pejabat Pengadaan

Barang/Jasa, Pengelola PNBP,

(Honor Output Kegiatan), yaitu honor tidak tetap yang dibayarkan kepada pegawai yang

melaksanakan kegiatan dan terkait dengan output, atau honor yang dibayarkan atas

pelaksanaan kegiatan yang insidentil dan dapat dibayarkan tidak terus-menerus dalam satu

tahun. Termasuk ke dalam honor output kegiatan adalah honor yang timbul sehubungan

dengan atau dalam rangka penyerahan barang kepada masyarakat

Page 3: SIKLUS BELANJA PEGAWAI (1)

PROSEDUR PENCAIRAN DANA

Dalam pelaksanaan belanja terdapat beberapa prosedur dalam pencairan dana

yang harus ditaati oleh setiap pengguna APBN/D sebagaimana diatur dalam PMK 170

tahun 2010 tentang Penyelesaian Tagihan atas Beban Anggaran Pendapatan dan

Belanja Negara pada Satuan Kerja dan aturan pelaksanaannya yaitu Perdirjen

Perbendaharaan Nomor 66 tahun 2005 tentang Mekanisme Pelaksanaan Pembayaran

atas Beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara sebagai mana direvisi dengan

Perdirjen perbendaharaan Nomor 11 Tahun 2011. Dari peraturan tentang penyelesaian

tagihan atas beban APBN dapat diambil beberap hal pokok berkaitan dengan prosedur

pencairan dana APBN/D, antara lain

1. Pada setiap awal tahun anggaran, menteri/pimpinan lembaga selaku Pengguna

Anggaran (PA) menunjuk pejabat kuasa PA untuk satker/ SKS di lingkungan

instansi PA bersangkutan dengan surat keputusan. Menteri/pimpinan lembaga

dapat mendelegasikan kewenangan kepada kuasa PA untuk menunjuk:

a. Pejabat yang diberi kewenangan untuk melakukan tindakan yang mengakibatkan

pengeluaran anggaran belanja/penanggung jawab kegiatan/ pembuat komitmen;

b. Pejabat yang diberi kewenangan untuk menguji tagihan kepada negara dan

menandatangani Surat Perintah Membayar (SPM);

c. Bendahara pengeluaran untuk melaksanakan tugas kebendaharaan dalam rangka

pelaksanaan anggaran belanja.

2. PA/Kuasa PA kemudian menyelenggarakan kegiatan - kegiatan sesuai rencana

kerja dan anggaran. Kemudian Surat Permintaan Pembayaran (SPP) dibuat dengan

menggunakan format yang ada disertai kelengkapan-kelengkapan yang

dipersyaratkan SPP terdiri dariSPP-UP (Uang Persediaan), SPP-TUP (Tambahan

Uang Persediaan), SPPGUP (Penggantian Uang Persediaan), SPP untuk Pengadaan

Tanah, SPPLS, SPP-LS non belanja pegawai, SPP untuk PNBP. Setelah menerima

SPP, pejabat penerbit SPM menerbitkan SPM dengan mekanisme :

Page 4: SIKLUS BELANJA PEGAWAI (1)

a) Petugas penerima SPP memeriksa kelengkapan berkas SPP, mengisi cek-list

kelengkapan berkas SPP, mencatat dalam buku pengawasan penerimaan SPP,

membuat/menandatangani tanda terima SPP, dan menyampaikan SPP dimaksud

kepada pejabat penerbit SPM.

b) Pejabat penerbit SPM kemudian melakukan pengujian dengan memeriksa

dokumen pendukung SPP, memeriksa ketersediaan pagu anggaran dalam DIPA,

memeriksa kesesuaian rencana kerja dan/atau kelayakan hasil kerja yang dicapai

dengan indikator keluaran, memeriksa kebenaran atas hak tagih menyangkut

pihak yang ditunjuk untuk menerima pembayaran, nilai tagihan, dan jadwal

pembayaran, memeriksa pencapaian tujuan dan/atau sasaran kegiatan.

c) Setelah pengujian, pejabat penguji SPP dan penandatangan SPM menerbitkan

SPM-UP/SPM-TUP/SPM-GUP/SPM-LS dalam rangkap 3 (tiga).

d) SPM kemudian disampaikan oleh PA/Kuasa PA atau pejabat yang ditunjuk

beserta dokumen pendukung dilengkapi dengan Arsip Data Komputer (bilamana

ada) melalui loket penerimaan SPM pada KPPN atau melalui kantor pos. Setelah

diterima, petugas KPPN akan memeriksa kelengkapan, membuat check-list,

mencatat dalam Daftar Pengawasan Penyelesaian SPM dan meneruskannya ke

Seksi Perbendaharan untukdiproses lebih lanjut. SPM yang telah diterima ini,

kemudian diuji secara substansif dan formal. Pengujian substansif dilakukan

untuk menguji kebenaran perhitungan tagihan dalam SPM, menguji ketersediaan

dana pada kegiatan/sub kegiatan/MAK dalam DIPA, menguji dokumen dasar

penagihan, menguji surat pernyataan tanggung jawab dari kepala kantor/satker,

serta menguji faktur pajak beserta SSP-nya. Pengujian formal dilakukan untuk

mencocokkan tanda tangan pejabat penandatangan SPM dengan spesimen,

memeriksa cara penulisan/pengisian jumlah uang dalam angka dan huruf, serta

memeriksa kebenaran dalam penulisan termasuk tidak boleh terdapat cacat

penulisan. Apabila seluruh syarat telah terpenuhi maka dilakukan penerbitan

SP2D dan apabila tidakan memenuhi syarat-syarat maka SPM dikembalikan.

MEKANISME PENCAIRAN DANA

1. Mekanisme Uang Persediaan (UP)

Page 5: SIKLUS BELANJA PEGAWAI (1)

Uang Persediaan yang selanjutnya disebut UP adalah uang muka kerjadengan

jumlah tertentu yang bersifat daur ulang (revolving), diberikankepada bendahara

pengeluaran hanya untuk membiayai kegiatanoperasional kantor sehari-hari yang

tidak dapat dilakukan denganpembayaran langsung.

Dalam mekanisme UP berkaitan dengan Surat perintah membayar (SPM) terdiri

dari SPM UP, SPM TUP (tambahan uang persediaan), SPM GUP(penggantian uang

persediaan), SPM UP nihil.

Beberapa persyaratan dan ketentuan yang diperlukan dalam pengajuan perintah

membayar dalam mekanisme UP antara lain :

Surat Pernyataan dari Kuasa Pengguna Anggaran atau pejabat yangditunjuk,

menyatakan bahwa Uang Persediaan tersebut tidak untukmembiayai pengeluaran-

pengeluaran yang menurut ketentuan harusdengan LS. Untuk penerbitan UP.

Rincian rencana penggunaan dana Tambahan Uang Persediaan dariKuasa

Pengguna Anggaran atau pejabat yang ditunjuk.

Surat Pernyataan dari Kuasa Pengguna Anggaran atau pejabat yangditunjuk

bahwa:

1) Dana Tambahan UP tersebut akan digunakan untuk keperluanmendesak dan

akan habis digunakan dalam waktu satu bulanterhitung sejak tanggal

diterbitkan SP2D;

2) Apabila terdapat sisa dana TUP, harus disetorkan ke RekeningKas Negara;

3) Tidak untuk membiayai pengeluaran yang seharusnyadibayarkan secara

langsung.

Rekening Koran yang menunjukkan saldo terakhir.

SPP-GUP (Penggantian Uang Persediaan)

o Kuitansi/tanda bukti pembayaran;

o SPTB

o Surat Setoran Pajak (SSP) yang telah dilegalisir oleh KuasaPengguna

Anggaran.

2. Mekanisme LS

Mekanisme pembayaran Langsung (LS) dilakukan melalui penerbitan SPM LS.

Menurut Peraturan Dirjen Perbendaharaan Nomor PER- 66 /PB/2005Surat Perintah

Membayar Langsung yang selanjutnya disebut SPM-LS adalah surat perintah

membayar langsung kepada pihak ketiga yangditerbitkan oleh Pengguna

Page 6: SIKLUS BELANJA PEGAWAI (1)

Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran atasdasar perjanjian kontrak kerja atau surat

perintah kerja lainnya.

SPM LS Gaji, lembur, dan honor/vakasi :

Pembayaran Gaji Induk/ Gaji Susulan/ Kekurangan Gaji/ GajiTerusan/ Uang

Duka Wafat/ Tewas, dilengkapi dengan Daftar GajiInduk/ Gaji Susulan/

Kekurangan Gaji/ Uang Duka Wafat/Tewas, SKCPNS, SK PNS, SK Kenaikan

Pangkat, SK Jabatan, Kenaikan GajiBerkala, Surat Pernyataan Pelantikan, Surat

Pernyataan MasihMenduduki Jabatan, Surat Pernyataan Melaksanakan Tugas,

DaftarKeluarga (KP4), Fotokopi Surat Nikah, Fotokopi Akte Kelahiran,SKPP,

Daftar Potongan Sewa Rumah Dinas, Surat KeteranganMasih Sekolah/Kuliah,

Surat Pindah, Surat Kematian, SSP PPhPasal 21. Kelengkapan tersebut di atas

digunakan sesuaiperuntukannya.

Pembayaran Lembur dilengkapi dengan daftar pembayaranperhitungan lembur

yang ditandatangani oleh Kuasa PA/ Pejabatyang ditunjuk dan Bendahara

Pengeluaran satker/ SKS yangbersangkutan, surat perintah kerja lembur, daftar

hadir kerja, daftarhadir lembur dan SSP PPh Pasal 21.

Pembayaran Honor/ Vakasi dilengkapi dengan surat keputusantentang pemberian

honor vakasi, daftar pembayaran perhitunganhonor/ vakasi yang ditandatangani

oleh Kuasa PA/ Pejabat yangditunjuk dan Bendahara Pengeluaran yang

bersangkutan, dan SSPPPh Pasal 21.

PROSEDUR AUDIT

A. Batasan dan ruang lingkup

Berdasarkan PP nomor 54 tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan

belanja operasi terdiri dari belanja pegawai, belanja barang, bunga, subsidi, hibah, bantuan

sosial. Untuk keperluan pembahasan tentang pemeriksaan siklus belanja pegawai maka akan

dibatasi pada kelompok belanja pegawai pada APBN.

B. Resiko Belanja Pegawai

Page 7: SIKLUS BELANJA PEGAWAI (1)

Belanja pegawai merupakan belanja yang ditujukan untuk membiayai pelaksanaan

kegiatan rutin suatu instansi pemrintah, sebagaimana ditentukan dalam tujuan pokok dan

fungsinya. Kelompok belanja ini memiliki porsi terbesar dalam struktur belanja yang

anggarannya bersumber dari APBN pada sebuah instansi/satuan kerja. Besar anggaran

antara satu satuan kerja/instansi berbeda-beda dengan keragaman jenis belanja yang juga

berbeda.Beberapa permasalahan dan resiko yang timbul dalam pelaksanaan belanja

pegawai:

1. Kemungkinan adanya data pegawai fiktif.

Kewenangan pengelolaan belanja pada satker selain dalam hal kemudahan

pengelolaan dan pencapaian sasaran program, hal ini dilain sisi juga dapat

menimbulkan adanya kegiatan-kegiatan ataupun belanja fiktif yang dapat

dimintakan pencairan dananya selama seluruh persyaratan telah dipenuhi.

2. Ketidakjelasan jumlah pegawai honorer.

Peningkatan jumlah pegawai honorer tidak disertai dengan kejelasan mengenai

jumlah pasti dari pegawai honorer, dan juga banyak terdapat pegawai bayangan

yang terdapat didaerah.

3. Tidak efisien dalam pembentukan satker.

Dalam pembentukan satker seringkali jumlah anggota melebihi dari jumlah

anggota yang seharusnya. Hal ini menyebabkan kegiatan yang dilakukan satker

menjadi tidak efisien.

4. Pemborosan anggaran.

Pengelolaan belanja operasi ditujukan untuk pencapaian program satuan

kerja.Namun dalam prakteknya efektifitas penggunaan anggaran tidak dijalankan

dengan baik, sehingga sering terjadi pelaksanaan kegiatan yang tidak menunjang

atau berpengaruh pada pencapaian program yang telah ditetapkan.

5. Pelaksanaan kegiatan yang tidak terlaksana.

Perencanaan anggaran dilakukan satu tahun sebelum anggaran suatu

kementrian/lembaga disetujui. Dalam perencanaan itu setiap satuan kerja melalui

Page 8: SIKLUS BELANJA PEGAWAI (1)

kementriannya mengajukan usulan kegiatan dan anggaran yang akan dijalankan

selama satu tahun kedepan. Namun dalam pelaksanaanya sering terjadi

permasalahan yang timbul yang pada akhirnya menyebabkan tidak terlaksananya

suatu kegiata yang telah direncanakan.

C. Pengujian Belanja Pegawai

Adalah pembayaran atas jasa yang diberikan pada suatu kegiatan tertentu.

Honorarium dapat diberikan melalui mekanisme belanja pegawai dan belanja nonpegawai.

Dalam konteks belanja pegawai, honorarium adalah uang yang diberikan kepada guru/dosen

tidak tetap atau pegawai honorer yang akan diangkat menjadi pegawai negeri. Bagi

Guru/Dosen Tidak Tetap, adalah honorarium adalah tunjangan jasa yang diberikan kepada

Pengajar/Guru/Dosen yang memberikan pelajaran pada suatu Sekolah/Perguruan/Fakultas di

luar tugas pokoknya di mana dalam memberikan pelajaran tersebut diangkat dan ditunjuk

dengan surat keputusan oleh instansi bersangkutan menurut ketentuan yang berlaku dan

dalam waktu tertentu. Honorarium bagi pegawai honorer yang akan diangkat menjadi

pegawai diberikan dalam rangka mendukung tugas pokok dan fungsi organisasi

bersangkutan.

honorarium belanja nonpegawai, antara lain adalah:

Honor Operasional Satuan Kerja , yaitu honor tidak tetap yang digunakan untuk

kegiatan yang terkait dengan operasional kegiatan satker . Pembayaran honornya

dilakukan secara terus-menerus dari awal sampai dengan akhir tahun anggaran.

Termasuk dalam klasifikasi honorarium ini adalah honor pejabat Kuasa Pengguna

Anggaran KPA, Pejabat Pembuat Komitmen (PPK), Pejabat Penguji/Penanda Tangan

SPM, Bendahara Pengeluaran, Bendahara Pemegang Uang Muka (PUM), Staf

Pengelola Keuangan, Pejabat Pengadaan Barang/Jasa, Pengelola PNBP, petugas SAI

dan SIMAK-BMN.

Honor Output Kegiatan yaitu honor tidak tetap yang dibayarkan kepada pegawai yang

melaksanakan kegiatan dan terkait dengan output, atau honor yang dibayarkan atas

pelaksanaan kegiatan yang insidentil dan dapat dibayarkan tidak terus-menerus dalam

Page 9: SIKLUS BELANJA PEGAWAI (1)

satu tahun. Termasuk ke dalam honor output kegiatan adalah honor yang timbul

sehubungan dengan atau dalam rangka penyerahan barang kepada masyarakat.

Persyaratan pengajuan SPM dalam rangka pembayaran honorarium :

a) Surat Keputusan pelaksanaan kegiatan.

b) Surat keputusan pemberian honor/vakasi

c) Surat keputusan pengangkatan menjadi pejabat/pengelola/petugas dalam rangka

pengelolaan keuangan Negara.

d) Daftar pembayaran perhitungan honor/vakasi yang telah diotorisasi pejabat

berwenang.

e) Kontrak kerja bagi pegawai honorer.

f) Surat setoran pajak (SSP) PPh yang telah dipungut.

g) Surat pertanggung jawaban belanja.

PROGRAM PEMERIKSAAN ATAS BELANJA PEGAWAI

Melakukan pengujian pengendalian Internal:

a) Melakukan penilaian pemisahan tugas.

melakukan penilaian pembagian tugas pejabat dan apakah terdapat pejabat yang

melakukan rangkap jabatan yang tidak diperbolehkan oleh peraturan perundang

undangan.

b) Melakukan pengujian otorisasi

melakukan pemeriksaan terhadap dokumen (baik Surat kontrak, SPTB,

SPK,SPM dll) apakah telah dilakukan otorisasi pejabat yang berwenang.

melakukan pemeriksaan apakah setiap tahapan penyusunan pengajuan belanja

telah diperiksa oleh pejabat yang berwenang, baik melalui paraf maupun tanda

tangan.

c) Melakukan pengujian kecukupan dokumen dan catatan.

memeriksa kelengkapan dokumen-dokumen beserta lampirannya dari SPM

yang diajukan.

Page 10: SIKLUS BELANJA PEGAWAI (1)

melakukan pemeriksaan pemengutan pajak dan adanya bukti pungut, baik SSP,

maupun daftar pungutan pajak.

Melakukan penilaian biaya manfaat

Melalui penilaian efisiensi, efektifitas, ekonomis dan ketaatan peraturan kegiatan yang

dilakukan, dan menilai apakah telah sesuai dengan target yang ditetapkan sebelumnya. Dapat

dilakukan melalui penilaian penyerapan anggaran satker, dan memeriksa dokumen

perencanaan anggaran.

Menilai tingkat pencapaian outcome kegiatan yang dilaksankan.

Setelah melakukan pengujian pengendalian internal, kemudian dilakukan pengujian pada

detil transaksi. Pengujian detil transaksi ditujukan untuk memperoleh bukti mengenai masing

– masing pernyataan signifikansi yang berkatian dengan transaksi dan saldo siklus belanja

pegawai dan merupakan tujuan audit.

Uji Pengendalian

1. Dapatkan dan uji validitasnya data pegawai dari Bagian Kepegawaian.

Lakukan pengujian asersi apakah daftar pegawai telah benar-benar sesuai dengan keadaan

pegawai aktif sekarang, misalnya ada pegawai yang meninggal, atau pensiun hal tersebut

harus dilakukan pengecekan supaya tidak ada data karyawan fiktif

2. Teliti apakah belanja pegawai telah dianggarkan sesuai kebutuhan

menganalisis dasar perhitungannya apakah sudah sesuai dan data jumlah pegawai apa sudah

benar dengan keadaan yang sebenarnya, dalam honorarium harus dicek bagaimana proposal

pelaksanaan kegiatan yang insidentil apakah anggarannya sesuai dengan kebutuhan acara

tersebut

3. Teliti kemungkinan adanya penganggaran belanja pegawai pada pos belanja selain

pegawai. Misalnya penganggaran untuk pembelian peralatan untuk pegawai, hal tersebut

tidak masuk dalam belanja pegawai

Page 11: SIKLUS BELANJA PEGAWAI (1)

4. Teliti pemisahan fungsi berkaitan dengan proses otorisasi, pengeluaran kas dan akuntansi

untuk belanja pegawai baik desain maupun implementasinya.

5. Teliti apakah realisasi belanja pegawai telah diotorisasi oleh pejabat yang berwenang dan

telah diverifikasi keakuratannya.

6. Teliti realisasi belanja pegawai dengan dokumen penganggarannya.

Uji Kepatuhan

1. Identifikasi peraturan perundangan terkait dengan belanja pegawai

Misalnya

- Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2004 tentang Penyusunan Rencana Kerja Anggaran

Kementerian Negara/Lembaga

- Surat Direktur Jenderal Perbendaharaan Kementerian Keuangan nomor S-3775/PB/2012

tanggal 27 April 2012 mengenai pembayaran honor-honor berkaitan dengan pelaksanaan

anggaran

2. Pastikan bahwa peraturan-peraturan tersebut telah dipatuhi.

Prosedur Analitis

1. Buat lead schedule belanja pegawai

Untuk meringkas informasi yg dicatat dalam skedul pendukung untuk akun-akun yg berhubungan

dengan belanja pegawai dalam laporan realisasi anggaran

2. Buat supporting shedule

berisi rincian belanja pegawai per eselon I dan satuan kerja.

3. Bandingkan realisasi jumlah pegawai dengan perubahan jumlah pegawai.

Disini akan dapat dilihat apabila terjadi penyimpangan misalnya ada pembayaran untuk

pegawai fiktif.

Page 12: SIKLUS BELANJA PEGAWAI (1)

Uji Substantif

1. Dapatkan data pegawai untuk setiap satker, dan data adanya pegawai baru, pegawai yang

keluar/pensiun, atau mutasi pegawai. Hal ini ditujukan agar data pegawai yang kita dapat

sesuai dengan jumlah pegawai saat ini, sehingga meminimalisir adanya kesalahan alokasi

misalnya ada pegawai yang sudah pensiun/ dimutasi tetap masuk dalam daftar pegawai

2. Dapatkan data pengeluaran belanja pegawai selama tahun berjalan pada satker yang

bersangkutan. Teliti data belanja pegawai tiap-tiap pegawai dan bandingkan dengan data

pegawai baru, pegawai yang keluar/pensiun, atau mutasi pegawai, pastikan bahwa belanja

pegawai hanya diberikan pada pegawai yang masih aktif saja. Dimaksudkan untuk

menghindari ada pegawai yang mendapat gaji 2x, misalnya ada pegawai yang sudah dimutasi

namun dalam data belanja pegawai dia masih masuk, hal ini mengindikasikan bisa saja

pegawai tersebut menerima gaji 2x dari satker lama dan satker baru

3. Pastikan bahwa setiap pembayaran belanja pegawai dapat dipertanggungjawabkan (telah

dilengkapi dengan bukti pengeluaran yang sah, Telusuri ke bukti pendukung, SP2D, kuitansi,

SPK, Kontrak, SK kepangkatan. telah dipungut pajak sesuai dengan ketentuan, telah

berdasarkan pada surat otorisasi tahun anggaran berjalan

4. Pastikan bahwa belanja pegawai telah diungkapkan secara memadai dalam catatan laporan

keuangan.

Page 13: SIKLUS BELANJA PEGAWAI (1)

AUDIT SIKLUS BELANJA PEGAWAI

Page 14: SIKLUS BELANJA PEGAWAI (1)

Oleh :

Agus Effendi

Yustiandika Halid

Christian Danang

Yuro Bimo Kusumo

Ongky Ansharullah

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

2012