SIKLUS BELANJA PEGAWAI (1)
-
Upload
vidia-alif-agrimahera -
Category
Documents
-
view
201 -
download
32
Transcript of SIKLUS BELANJA PEGAWAI (1)
SIKLUS BELANJA PEGAWAI
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2004 tentang Penyusunan Rencana
Kerja Anggaran Kementerian Negara/Lembaga, Belanja Pegawai adalah kompensasi baik
dalam bentuk uang maupun barang yang diberikan kepada pegawai pemerintah, baik yang
bertugas di dalam maupun diluar negeri sebagai imbalan atas pekerjaan yang telah
dilaksanakan, kecuali pekerjaan yang berkaitan dengan pembentukan modal. Termasuk
dalam kelompok belanja pegawai ini adalah pengeluaran-pengeluaran untuk gaji dan
tunjangan-tunjangan, uang makan, lembur, honorarium dan vakasi. Gaji dan tunjangan adalah
pengeluaran untuk kompensasi yang harus dibayarkan kepada pegawai pemerintah berupa
gaji pokok dan berbagai tunjangan yang diterima berkaitan dengan jenis dan sifat pekerjaan
yang dilakukan
GAJI POKOK DAN TUNJANGAN
Dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian
disebutkan pada Pasal 7 bahwa setiap pegawai negeri berhak memperoleh gaji yang layak
sesuai dengan pekerjaan dan tanggung jawabnya. Selanjutnya dalam penjelasannya
ditegaskan bahwa pada dasarnya setiap pegawai negeri beserta keluarganya harus dapat hidup
layak dari gajinya sehingga dengan demikian ia dapat memusatkan perhatian untuk
melaksanakan tugas yang dipercayakan kepadanya. Dalam menentukan besarnya gaji
memperhatikan kemampuan keuangan negara, selain daripada itu harus pula memperhatikan
keadaan tempat dimana pegawai negeri itu dipekerjakan. Ketentuan Pasal 7 Undang-Undang
Nomor 8 tahun 1974 tersebut diatas merupakan suatu landasan penggajian Pegawai Negeri
Sipil menuju terwujudnya tingkat kehidupan yang layak bagi kehidupan Pegawai Negeri Sipil
beserta keluarganya. Gaji pegawai dan tunjangan yang melekat pada gaji adalah penghasilan
yang diterima oleh PNS yang telah diangkat oleh pejabat yang berwenang dengan surat
keputusan sesuai ketentuan yang berlaku. Pembayaran gaji pegawai tersebut diberikan
kepada pegawai setiap awal bulan sebelum yang bersangkutan melaksanakan tugasnya.
Rincian pembayaran gaji dimuat dalam sebuah daftar yang disebut dengan Daftar Gaji
Induk/bulanan.
1. GAJI POKOK
Gaji pokok adalah landasan dasar dalam menghitung besarnya gaji seseorang pegawai
negeri sipil. Hal ini disebabkan sebagian komponen perhitungan gaji seperti tunjangan isteri,
tunjangan anak, dan tunjangan perbaikan penghasilan dihitung atas dasar persentase tertentu
atau terkait dengan gaji pokok. Besarnya gaji pokok seseorang pegawai negeri sipil
tergantung atas golongan ruang penggajian yang ditetapkan untuk pangkat yang dimilikinya.
Karena itu pangkat berfungsi pula sebagai dasar penggajian. Besaran gaji pokok diberikan
kepada pegawai sesuai dengan besaran yang tercantum dalam surat keputusan pengangkatan,
surat keputusan kenaikan pangkat, surat pemberitahuan kenaikan gaji berkala, atau surat
penetapan lainnya. Besaran gaji pokok terakhir diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 8
Tahun 2009 untuk PNS, Peraturan Pemerintah No. 10 Tahun 2007 untuk Hakim Peradilan
Umum Peradilan Tata Usahaan Negara dan Peradilan Agama. Kepada seseorang yang
diangkat menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) diberikan gaji pokok sebesar 80%
(delapan puluh persen) dari gaji pokok yang ditentukan untuk golongan/ruang gaji menurut
pangkat yang didudukinya.
2. TUNJANGAN-TUNJANGAN
Tunjangan-tunjangan yang melekat pada gaji terdiri atas tunjangan istri/suami,
tunjangan anak, tunjangan jabatan struktural/fungsional, tunjangan yang dipersamakan
dengan tunjangan jabatan, tunjangan kompensasi kerja, tunjangan beras, tunjangan khusus
PPh, tunjangan irian jaya/papua, tunjangan pengabdian wilayah terpencil, tunjangan umum
dan tunjangan perbaikan penghasilan.
HONORARIUM
(Honor Operasional Satuan Kerja), yaitu honor tidak tetap yang digunakan untuk kegiatan
yang terkait dengan operasional kegiatan satker. Pembayaran honornya dilakukan secara
terus-menerus dari awal sampai dengan akhir tahun anggaran. Termasuk dalam klasifikasi
honorarium ini adalah honor pejabat Kuasa Pengguna Anggaran KPA, Pejabat Pembuat
Komitmen (PPK), Pejabat Penguji/Penanda Tangan SPM, Bendahara Pengeluaran,
Bendahara Pemegang Uang Muka (PUM), Staf Pengelola Keuangan, Pejabat Pengadaan
Barang/Jasa, Pengelola PNBP,
(Honor Output Kegiatan), yaitu honor tidak tetap yang dibayarkan kepada pegawai yang
melaksanakan kegiatan dan terkait dengan output, atau honor yang dibayarkan atas
pelaksanaan kegiatan yang insidentil dan dapat dibayarkan tidak terus-menerus dalam satu
tahun. Termasuk ke dalam honor output kegiatan adalah honor yang timbul sehubungan
dengan atau dalam rangka penyerahan barang kepada masyarakat
PROSEDUR PENCAIRAN DANA
Dalam pelaksanaan belanja terdapat beberapa prosedur dalam pencairan dana
yang harus ditaati oleh setiap pengguna APBN/D sebagaimana diatur dalam PMK 170
tahun 2010 tentang Penyelesaian Tagihan atas Beban Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara pada Satuan Kerja dan aturan pelaksanaannya yaitu Perdirjen
Perbendaharaan Nomor 66 tahun 2005 tentang Mekanisme Pelaksanaan Pembayaran
atas Beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara sebagai mana direvisi dengan
Perdirjen perbendaharaan Nomor 11 Tahun 2011. Dari peraturan tentang penyelesaian
tagihan atas beban APBN dapat diambil beberap hal pokok berkaitan dengan prosedur
pencairan dana APBN/D, antara lain
1. Pada setiap awal tahun anggaran, menteri/pimpinan lembaga selaku Pengguna
Anggaran (PA) menunjuk pejabat kuasa PA untuk satker/ SKS di lingkungan
instansi PA bersangkutan dengan surat keputusan. Menteri/pimpinan lembaga
dapat mendelegasikan kewenangan kepada kuasa PA untuk menunjuk:
a. Pejabat yang diberi kewenangan untuk melakukan tindakan yang mengakibatkan
pengeluaran anggaran belanja/penanggung jawab kegiatan/ pembuat komitmen;
b. Pejabat yang diberi kewenangan untuk menguji tagihan kepada negara dan
menandatangani Surat Perintah Membayar (SPM);
c. Bendahara pengeluaran untuk melaksanakan tugas kebendaharaan dalam rangka
pelaksanaan anggaran belanja.
2. PA/Kuasa PA kemudian menyelenggarakan kegiatan - kegiatan sesuai rencana
kerja dan anggaran. Kemudian Surat Permintaan Pembayaran (SPP) dibuat dengan
menggunakan format yang ada disertai kelengkapan-kelengkapan yang
dipersyaratkan SPP terdiri dariSPP-UP (Uang Persediaan), SPP-TUP (Tambahan
Uang Persediaan), SPPGUP (Penggantian Uang Persediaan), SPP untuk Pengadaan
Tanah, SPPLS, SPP-LS non belanja pegawai, SPP untuk PNBP. Setelah menerima
SPP, pejabat penerbit SPM menerbitkan SPM dengan mekanisme :
a) Petugas penerima SPP memeriksa kelengkapan berkas SPP, mengisi cek-list
kelengkapan berkas SPP, mencatat dalam buku pengawasan penerimaan SPP,
membuat/menandatangani tanda terima SPP, dan menyampaikan SPP dimaksud
kepada pejabat penerbit SPM.
b) Pejabat penerbit SPM kemudian melakukan pengujian dengan memeriksa
dokumen pendukung SPP, memeriksa ketersediaan pagu anggaran dalam DIPA,
memeriksa kesesuaian rencana kerja dan/atau kelayakan hasil kerja yang dicapai
dengan indikator keluaran, memeriksa kebenaran atas hak tagih menyangkut
pihak yang ditunjuk untuk menerima pembayaran, nilai tagihan, dan jadwal
pembayaran, memeriksa pencapaian tujuan dan/atau sasaran kegiatan.
c) Setelah pengujian, pejabat penguji SPP dan penandatangan SPM menerbitkan
SPM-UP/SPM-TUP/SPM-GUP/SPM-LS dalam rangkap 3 (tiga).
d) SPM kemudian disampaikan oleh PA/Kuasa PA atau pejabat yang ditunjuk
beserta dokumen pendukung dilengkapi dengan Arsip Data Komputer (bilamana
ada) melalui loket penerimaan SPM pada KPPN atau melalui kantor pos. Setelah
diterima, petugas KPPN akan memeriksa kelengkapan, membuat check-list,
mencatat dalam Daftar Pengawasan Penyelesaian SPM dan meneruskannya ke
Seksi Perbendaharan untukdiproses lebih lanjut. SPM yang telah diterima ini,
kemudian diuji secara substansif dan formal. Pengujian substansif dilakukan
untuk menguji kebenaran perhitungan tagihan dalam SPM, menguji ketersediaan
dana pada kegiatan/sub kegiatan/MAK dalam DIPA, menguji dokumen dasar
penagihan, menguji surat pernyataan tanggung jawab dari kepala kantor/satker,
serta menguji faktur pajak beserta SSP-nya. Pengujian formal dilakukan untuk
mencocokkan tanda tangan pejabat penandatangan SPM dengan spesimen,
memeriksa cara penulisan/pengisian jumlah uang dalam angka dan huruf, serta
memeriksa kebenaran dalam penulisan termasuk tidak boleh terdapat cacat
penulisan. Apabila seluruh syarat telah terpenuhi maka dilakukan penerbitan
SP2D dan apabila tidakan memenuhi syarat-syarat maka SPM dikembalikan.
MEKANISME PENCAIRAN DANA
1. Mekanisme Uang Persediaan (UP)
Uang Persediaan yang selanjutnya disebut UP adalah uang muka kerjadengan
jumlah tertentu yang bersifat daur ulang (revolving), diberikankepada bendahara
pengeluaran hanya untuk membiayai kegiatanoperasional kantor sehari-hari yang
tidak dapat dilakukan denganpembayaran langsung.
Dalam mekanisme UP berkaitan dengan Surat perintah membayar (SPM) terdiri
dari SPM UP, SPM TUP (tambahan uang persediaan), SPM GUP(penggantian uang
persediaan), SPM UP nihil.
Beberapa persyaratan dan ketentuan yang diperlukan dalam pengajuan perintah
membayar dalam mekanisme UP antara lain :
Surat Pernyataan dari Kuasa Pengguna Anggaran atau pejabat yangditunjuk,
menyatakan bahwa Uang Persediaan tersebut tidak untukmembiayai pengeluaran-
pengeluaran yang menurut ketentuan harusdengan LS. Untuk penerbitan UP.
Rincian rencana penggunaan dana Tambahan Uang Persediaan dariKuasa
Pengguna Anggaran atau pejabat yang ditunjuk.
Surat Pernyataan dari Kuasa Pengguna Anggaran atau pejabat yangditunjuk
bahwa:
1) Dana Tambahan UP tersebut akan digunakan untuk keperluanmendesak dan
akan habis digunakan dalam waktu satu bulanterhitung sejak tanggal
diterbitkan SP2D;
2) Apabila terdapat sisa dana TUP, harus disetorkan ke RekeningKas Negara;
3) Tidak untuk membiayai pengeluaran yang seharusnyadibayarkan secara
langsung.
Rekening Koran yang menunjukkan saldo terakhir.
SPP-GUP (Penggantian Uang Persediaan)
o Kuitansi/tanda bukti pembayaran;
o SPTB
o Surat Setoran Pajak (SSP) yang telah dilegalisir oleh KuasaPengguna
Anggaran.
2. Mekanisme LS
Mekanisme pembayaran Langsung (LS) dilakukan melalui penerbitan SPM LS.
Menurut Peraturan Dirjen Perbendaharaan Nomor PER- 66 /PB/2005Surat Perintah
Membayar Langsung yang selanjutnya disebut SPM-LS adalah surat perintah
membayar langsung kepada pihak ketiga yangditerbitkan oleh Pengguna
Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran atasdasar perjanjian kontrak kerja atau surat
perintah kerja lainnya.
SPM LS Gaji, lembur, dan honor/vakasi :
Pembayaran Gaji Induk/ Gaji Susulan/ Kekurangan Gaji/ GajiTerusan/ Uang
Duka Wafat/ Tewas, dilengkapi dengan Daftar GajiInduk/ Gaji Susulan/
Kekurangan Gaji/ Uang Duka Wafat/Tewas, SKCPNS, SK PNS, SK Kenaikan
Pangkat, SK Jabatan, Kenaikan GajiBerkala, Surat Pernyataan Pelantikan, Surat
Pernyataan MasihMenduduki Jabatan, Surat Pernyataan Melaksanakan Tugas,
DaftarKeluarga (KP4), Fotokopi Surat Nikah, Fotokopi Akte Kelahiran,SKPP,
Daftar Potongan Sewa Rumah Dinas, Surat KeteranganMasih Sekolah/Kuliah,
Surat Pindah, Surat Kematian, SSP PPhPasal 21. Kelengkapan tersebut di atas
digunakan sesuaiperuntukannya.
Pembayaran Lembur dilengkapi dengan daftar pembayaranperhitungan lembur
yang ditandatangani oleh Kuasa PA/ Pejabatyang ditunjuk dan Bendahara
Pengeluaran satker/ SKS yangbersangkutan, surat perintah kerja lembur, daftar
hadir kerja, daftarhadir lembur dan SSP PPh Pasal 21.
Pembayaran Honor/ Vakasi dilengkapi dengan surat keputusantentang pemberian
honor vakasi, daftar pembayaran perhitunganhonor/ vakasi yang ditandatangani
oleh Kuasa PA/ Pejabat yangditunjuk dan Bendahara Pengeluaran yang
bersangkutan, dan SSPPPh Pasal 21.
PROSEDUR AUDIT
A. Batasan dan ruang lingkup
Berdasarkan PP nomor 54 tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan
belanja operasi terdiri dari belanja pegawai, belanja barang, bunga, subsidi, hibah, bantuan
sosial. Untuk keperluan pembahasan tentang pemeriksaan siklus belanja pegawai maka akan
dibatasi pada kelompok belanja pegawai pada APBN.
B. Resiko Belanja Pegawai
Belanja pegawai merupakan belanja yang ditujukan untuk membiayai pelaksanaan
kegiatan rutin suatu instansi pemrintah, sebagaimana ditentukan dalam tujuan pokok dan
fungsinya. Kelompok belanja ini memiliki porsi terbesar dalam struktur belanja yang
anggarannya bersumber dari APBN pada sebuah instansi/satuan kerja. Besar anggaran
antara satu satuan kerja/instansi berbeda-beda dengan keragaman jenis belanja yang juga
berbeda.Beberapa permasalahan dan resiko yang timbul dalam pelaksanaan belanja
pegawai:
1. Kemungkinan adanya data pegawai fiktif.
Kewenangan pengelolaan belanja pada satker selain dalam hal kemudahan
pengelolaan dan pencapaian sasaran program, hal ini dilain sisi juga dapat
menimbulkan adanya kegiatan-kegiatan ataupun belanja fiktif yang dapat
dimintakan pencairan dananya selama seluruh persyaratan telah dipenuhi.
2. Ketidakjelasan jumlah pegawai honorer.
Peningkatan jumlah pegawai honorer tidak disertai dengan kejelasan mengenai
jumlah pasti dari pegawai honorer, dan juga banyak terdapat pegawai bayangan
yang terdapat didaerah.
3. Tidak efisien dalam pembentukan satker.
Dalam pembentukan satker seringkali jumlah anggota melebihi dari jumlah
anggota yang seharusnya. Hal ini menyebabkan kegiatan yang dilakukan satker
menjadi tidak efisien.
4. Pemborosan anggaran.
Pengelolaan belanja operasi ditujukan untuk pencapaian program satuan
kerja.Namun dalam prakteknya efektifitas penggunaan anggaran tidak dijalankan
dengan baik, sehingga sering terjadi pelaksanaan kegiatan yang tidak menunjang
atau berpengaruh pada pencapaian program yang telah ditetapkan.
5. Pelaksanaan kegiatan yang tidak terlaksana.
Perencanaan anggaran dilakukan satu tahun sebelum anggaran suatu
kementrian/lembaga disetujui. Dalam perencanaan itu setiap satuan kerja melalui
kementriannya mengajukan usulan kegiatan dan anggaran yang akan dijalankan
selama satu tahun kedepan. Namun dalam pelaksanaanya sering terjadi
permasalahan yang timbul yang pada akhirnya menyebabkan tidak terlaksananya
suatu kegiata yang telah direncanakan.
C. Pengujian Belanja Pegawai
Adalah pembayaran atas jasa yang diberikan pada suatu kegiatan tertentu.
Honorarium dapat diberikan melalui mekanisme belanja pegawai dan belanja nonpegawai.
Dalam konteks belanja pegawai, honorarium adalah uang yang diberikan kepada guru/dosen
tidak tetap atau pegawai honorer yang akan diangkat menjadi pegawai negeri. Bagi
Guru/Dosen Tidak Tetap, adalah honorarium adalah tunjangan jasa yang diberikan kepada
Pengajar/Guru/Dosen yang memberikan pelajaran pada suatu Sekolah/Perguruan/Fakultas di
luar tugas pokoknya di mana dalam memberikan pelajaran tersebut diangkat dan ditunjuk
dengan surat keputusan oleh instansi bersangkutan menurut ketentuan yang berlaku dan
dalam waktu tertentu. Honorarium bagi pegawai honorer yang akan diangkat menjadi
pegawai diberikan dalam rangka mendukung tugas pokok dan fungsi organisasi
bersangkutan.
honorarium belanja nonpegawai, antara lain adalah:
Honor Operasional Satuan Kerja , yaitu honor tidak tetap yang digunakan untuk
kegiatan yang terkait dengan operasional kegiatan satker . Pembayaran honornya
dilakukan secara terus-menerus dari awal sampai dengan akhir tahun anggaran.
Termasuk dalam klasifikasi honorarium ini adalah honor pejabat Kuasa Pengguna
Anggaran KPA, Pejabat Pembuat Komitmen (PPK), Pejabat Penguji/Penanda Tangan
SPM, Bendahara Pengeluaran, Bendahara Pemegang Uang Muka (PUM), Staf
Pengelola Keuangan, Pejabat Pengadaan Barang/Jasa, Pengelola PNBP, petugas SAI
dan SIMAK-BMN.
Honor Output Kegiatan yaitu honor tidak tetap yang dibayarkan kepada pegawai yang
melaksanakan kegiatan dan terkait dengan output, atau honor yang dibayarkan atas
pelaksanaan kegiatan yang insidentil dan dapat dibayarkan tidak terus-menerus dalam
satu tahun. Termasuk ke dalam honor output kegiatan adalah honor yang timbul
sehubungan dengan atau dalam rangka penyerahan barang kepada masyarakat.
Persyaratan pengajuan SPM dalam rangka pembayaran honorarium :
a) Surat Keputusan pelaksanaan kegiatan.
b) Surat keputusan pemberian honor/vakasi
c) Surat keputusan pengangkatan menjadi pejabat/pengelola/petugas dalam rangka
pengelolaan keuangan Negara.
d) Daftar pembayaran perhitungan honor/vakasi yang telah diotorisasi pejabat
berwenang.
e) Kontrak kerja bagi pegawai honorer.
f) Surat setoran pajak (SSP) PPh yang telah dipungut.
g) Surat pertanggung jawaban belanja.
PROGRAM PEMERIKSAAN ATAS BELANJA PEGAWAI
Melakukan pengujian pengendalian Internal:
a) Melakukan penilaian pemisahan tugas.
melakukan penilaian pembagian tugas pejabat dan apakah terdapat pejabat yang
melakukan rangkap jabatan yang tidak diperbolehkan oleh peraturan perundang
undangan.
b) Melakukan pengujian otorisasi
melakukan pemeriksaan terhadap dokumen (baik Surat kontrak, SPTB,
SPK,SPM dll) apakah telah dilakukan otorisasi pejabat yang berwenang.
melakukan pemeriksaan apakah setiap tahapan penyusunan pengajuan belanja
telah diperiksa oleh pejabat yang berwenang, baik melalui paraf maupun tanda
tangan.
c) Melakukan pengujian kecukupan dokumen dan catatan.
memeriksa kelengkapan dokumen-dokumen beserta lampirannya dari SPM
yang diajukan.
melakukan pemeriksaan pemengutan pajak dan adanya bukti pungut, baik SSP,
maupun daftar pungutan pajak.
Melakukan penilaian biaya manfaat
Melalui penilaian efisiensi, efektifitas, ekonomis dan ketaatan peraturan kegiatan yang
dilakukan, dan menilai apakah telah sesuai dengan target yang ditetapkan sebelumnya. Dapat
dilakukan melalui penilaian penyerapan anggaran satker, dan memeriksa dokumen
perencanaan anggaran.
Menilai tingkat pencapaian outcome kegiatan yang dilaksankan.
Setelah melakukan pengujian pengendalian internal, kemudian dilakukan pengujian pada
detil transaksi. Pengujian detil transaksi ditujukan untuk memperoleh bukti mengenai masing
– masing pernyataan signifikansi yang berkatian dengan transaksi dan saldo siklus belanja
pegawai dan merupakan tujuan audit.
Uji Pengendalian
1. Dapatkan dan uji validitasnya data pegawai dari Bagian Kepegawaian.
Lakukan pengujian asersi apakah daftar pegawai telah benar-benar sesuai dengan keadaan
pegawai aktif sekarang, misalnya ada pegawai yang meninggal, atau pensiun hal tersebut
harus dilakukan pengecekan supaya tidak ada data karyawan fiktif
2. Teliti apakah belanja pegawai telah dianggarkan sesuai kebutuhan
menganalisis dasar perhitungannya apakah sudah sesuai dan data jumlah pegawai apa sudah
benar dengan keadaan yang sebenarnya, dalam honorarium harus dicek bagaimana proposal
pelaksanaan kegiatan yang insidentil apakah anggarannya sesuai dengan kebutuhan acara
tersebut
3. Teliti kemungkinan adanya penganggaran belanja pegawai pada pos belanja selain
pegawai. Misalnya penganggaran untuk pembelian peralatan untuk pegawai, hal tersebut
tidak masuk dalam belanja pegawai
4. Teliti pemisahan fungsi berkaitan dengan proses otorisasi, pengeluaran kas dan akuntansi
untuk belanja pegawai baik desain maupun implementasinya.
5. Teliti apakah realisasi belanja pegawai telah diotorisasi oleh pejabat yang berwenang dan
telah diverifikasi keakuratannya.
6. Teliti realisasi belanja pegawai dengan dokumen penganggarannya.
Uji Kepatuhan
1. Identifikasi peraturan perundangan terkait dengan belanja pegawai
Misalnya
- Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2004 tentang Penyusunan Rencana Kerja Anggaran
Kementerian Negara/Lembaga
- Surat Direktur Jenderal Perbendaharaan Kementerian Keuangan nomor S-3775/PB/2012
tanggal 27 April 2012 mengenai pembayaran honor-honor berkaitan dengan pelaksanaan
anggaran
2. Pastikan bahwa peraturan-peraturan tersebut telah dipatuhi.
Prosedur Analitis
1. Buat lead schedule belanja pegawai
Untuk meringkas informasi yg dicatat dalam skedul pendukung untuk akun-akun yg berhubungan
dengan belanja pegawai dalam laporan realisasi anggaran
2. Buat supporting shedule
berisi rincian belanja pegawai per eselon I dan satuan kerja.
3. Bandingkan realisasi jumlah pegawai dengan perubahan jumlah pegawai.
Disini akan dapat dilihat apabila terjadi penyimpangan misalnya ada pembayaran untuk
pegawai fiktif.
Uji Substantif
1. Dapatkan data pegawai untuk setiap satker, dan data adanya pegawai baru, pegawai yang
keluar/pensiun, atau mutasi pegawai. Hal ini ditujukan agar data pegawai yang kita dapat
sesuai dengan jumlah pegawai saat ini, sehingga meminimalisir adanya kesalahan alokasi
misalnya ada pegawai yang sudah pensiun/ dimutasi tetap masuk dalam daftar pegawai
2. Dapatkan data pengeluaran belanja pegawai selama tahun berjalan pada satker yang
bersangkutan. Teliti data belanja pegawai tiap-tiap pegawai dan bandingkan dengan data
pegawai baru, pegawai yang keluar/pensiun, atau mutasi pegawai, pastikan bahwa belanja
pegawai hanya diberikan pada pegawai yang masih aktif saja. Dimaksudkan untuk
menghindari ada pegawai yang mendapat gaji 2x, misalnya ada pegawai yang sudah dimutasi
namun dalam data belanja pegawai dia masih masuk, hal ini mengindikasikan bisa saja
pegawai tersebut menerima gaji 2x dari satker lama dan satker baru
3. Pastikan bahwa setiap pembayaran belanja pegawai dapat dipertanggungjawabkan (telah
dilengkapi dengan bukti pengeluaran yang sah, Telusuri ke bukti pendukung, SP2D, kuitansi,
SPK, Kontrak, SK kepangkatan. telah dipungut pajak sesuai dengan ketentuan, telah
berdasarkan pada surat otorisasi tahun anggaran berjalan
4. Pastikan bahwa belanja pegawai telah diungkapkan secara memadai dalam catatan laporan
keuangan.
AUDIT SIKLUS BELANJA PEGAWAI
Oleh :
Agus Effendi
Yustiandika Halid
Christian Danang
Yuro Bimo Kusumo
Ongky Ansharullah
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2012