Sikap Politik Nu Kota Semarang Terhadap Pilkada

2
SIKAP POLITIK NU KOTA SEMARANG TERHADAP PILKADA Sejak NU kembali kepada khithah 1926, NU secara organisasi tidak dapat terlibat langsung dalam politik praktis. Aspirasi politik warga Nahdliyin disalurkan melaui partai- partai politik, terutama Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) yang dilahirkan oleh Nahdlatul Ulama secara struktural. Pilkada 21 daerah se- Jawa Tengah akan diselenggarakan pada bulan Desember 2015, termasuk di Kota Semarang. Calon walikota dan calon wakil walikota mulai bermunculan. Dalam hal ini Nahdatul Ulama Kota Semarang tidak mencalonkan kader NU yang menduduki jabatan struktural. Pengurus NU yang akan berkompetisi dalam pemilihan walikota atau wakil walikota maka diharuskan mengundurkan diri dari kepengurusan. Demikian disampaikan KH. Shodiq Hamzah selaku Rois Syuriyah pengurus cabang NU Kota Semarang dalam rapat jajaran Syuriyah bersama Rois MWC Nu se- Kota Semarang pada hari Ahad, 20 April 2015 di Ponpes Ashodiqiyah. Ditambahkan oleh Rois Syuriyah MWC Banyumanik KH. Drs. Sujadi didampingi Wakilnya KH. Ali Arifin, pengurus NU struktural yang mencalonkan diri sebagai calon wali kota atau calon wakil wali kota Semarang cukup mohon doa restu saja dan doa para kyai NU, terutama Rois Syuriyah, kecuali ada permohonan rekomendasi dari partai pengusung, maka akan diberikan dukungan melalui surat rekomemndasi,”katanya”. Sikap ini sebagai upaya menjaga keutuhan warga NU dalam menghadapi pemilihan walikota dan wakil walikota. NU itu

description

POLITIK

Transcript of Sikap Politik Nu Kota Semarang Terhadap Pilkada

SIKAP POLITIK NU KOTA SEMARANG TERHADAP PILKADA

Sejak NU kembali kepada khithah 1926, NU secara organisasi tidak dapat terlibat langsung dalam politik praktis. Aspirasi politik warga Nahdliyin disalurkan melaui partai- partai politik, terutama Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) yang dilahirkan oleh Nahdlatul Ulama secara struktural.Pilkada 21 daerah se- Jawa Tengah akan diselenggarakan pada bulan Desember 2015, termasuk di Kota Semarang. Calon walikota dan calon wakil walikota mulai bermunculan. Dalam hal ini Nahdatul Ulama Kota Semarang tidak mencalonkan kader NU yang menduduki jabatan struktural. Pengurus NU yang akan berkompetisi dalam pemilihan walikota atau wakil walikota maka diharuskan mengundurkan diri dari kepengurusan. Demikian disampaikan KH. Shodiq Hamzah selaku Rois Syuriyah pengurus cabang NU Kota Semarang dalam rapat jajaran Syuriyah bersama Rois MWC Nu se- Kota Semarang pada hari Ahad, 20 April 2015 di Ponpes Ashodiqiyah.Ditambahkan oleh Rois Syuriyah MWC Banyumanik KH. Drs. Sujadi didampingi Wakilnya KH. Ali Arifin, pengurus NU struktural yang mencalonkan diri sebagai calon wali kota atau calon wakil wali kota Semarang cukup mohon doa restu saja dan doa para kyai NU, terutama Rois Syuriyah, kecuali ada permohonan rekomendasi dari partai pengusung, maka akan diberikan dukungan melalui surat rekomemndasi,katanya.Sikap ini sebagai upaya menjaga keutuhan warga NU dalam menghadapi pemilihan walikota dan wakil walikota. NU itu besar, 40% lebih warga Kota Semarang adalah Nahdliyin. Jika jumlah besarnya NU utuh, maka sebenarnya mampu mengusung calon walikota melalui jalur independen, hal ini harus dipersiapkan dengan matang sehingga tidak ada syak (ragu), demikian ditambahkan oleh Rois Syuriyah MWC Gunungpati KH. Masruhan. Saat ini kader NU belum ada yang layak dicalonkan sebagai walikota Semarang, maka lebih baik diserahkan kepada partai politik untuk memprosesnya dan NU lebih baik sukut (diam) tidak menjual warga NU untuk kepentingan sesaat dengan harga murah, demikian ditegaskan oleh KH. Ihsan Syakur, Rois MWC NU kecamatan Genuk.