Sikap Guru di Daerah Istimewa Yogyakarla terhadap ...

19
Sikap Guru di Daerah Istimewa Yogyakarla terhadap Pengembangan Profesi SIKAPGURU DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TERHADAP PENGEMBANGAN PROFESI Oleh: Sukidjo Fakultas IImu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta Abstract Nowadays, many yunior and senior high school teachers who have achieve "guru Pembina" IVa rank face a difficulty to get promotion to IV b rank and above. This occurs since to get promotion to IVb rank and above, they must have 12 credit points of profession development. They are little know about profession development. The purpose of this to know degree of comprehension, degree of difficulty, and yunior and senior high school teacher's attitude to'profession development. The population ofthis study are juniorand senior high school teachers in Yogyakarta Special Territory. Multistage random sampling is employed in this study. Data collection methods are quesioner, documentation, and interview while data collecting instrument is quesioner. Data analysis methods used are differentiation and correlation technique using SPSS 10.0 Based on data analysis, some conclusion can be dra\VTI. Firstly, 58% of teachers have low degree ofcomprhension, 80% of teachers have moderate degree of difficulty and 69% of teachers have low attitude to profession development. Secondly, there is no significant difference in teacher's attitude to profession development between teachers holding graduate and under graduate degree, junior and senior high school teachers, III rank and IV rank teachers and who have ever joined in training course and who have not ever joined. Thirdly, here is significant difference in degree ofcomprehention of profession development between teachers holding graduate and under graduate degree. Fourtly, there is no significant correlation between degree of comprehention and degree of difficulty with attitude to profession development. Fifthly, there is negative correlation and significant between 439

Transcript of Sikap Guru di Daerah Istimewa Yogyakarla terhadap ...

Page 1: Sikap Guru di Daerah Istimewa Yogyakarla terhadap ...

Sikap Guru di Daerah Istimewa Yogyakarla terhadap Pengembangan Profesi

SIKAPGURU DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTATERHADAP PENGEMBANGAN PROFESI

Oleh: SukidjoFakultas IImu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta

Abstract

Nowadays, many yunior and senior high school teachers who haveachieve "guru Pembina" IVa rank face adifficulty to get promotion to IV brank and above. This occurs since to get promotion to IVb rank and above,they must have 12 credit points ofprofession development. They are littleknow about profession development. The purpose ofthis stud~are: toknow degree ofcomprehension, degree ofdifficulty, and yunior and seniorhigh school teacher's attitude to'profession development.

The population ofthis study are juniorand senior high school teachersin Yogyakarta SpecialTerritory. Multistage random sampling is employed inthis study. Data collection methods are quesioner, documentation, andinterview while data collecting instrument is quesioner. Dataanalysis methodsused are differentiation and correlation technique using SPSS 10.0

Based on data analysis, some conclusion can be dra\VTI. Firstly, 58% ofteachers have low degree ofcomprhension, 80% ofteachers have moderatedegree ofdifficulty and 69% ofteachers have low attitude to professiondevelopment. Secondly, there is no significantdifference in teacher's attitudeto profession development between teachers holding graduate and undergraduate degree, junior and senior high school teachers, III rank and IVrank teachers and who have everjoined in training course and who have noteverjoined. Thirdly, here is significant difference in degree ofcomprehentionofprofession development between teachers holding graduate and undergraduate degree. Fourtly, there is no significant correlation between degreeof comprehention and degree of difficulty with attitude to professiondevelopment. Fifthly, there is negative correlation and significant between

439

Page 2: Sikap Guru di Daerah Istimewa Yogyakarla terhadap ...

Cakrawala Pendidikan, November 2004, Th. XXIII, No. 3

degree of comprehention and degree of difficulty with professiondevelopment. .

Key words: teacher's profession development

Pendahuluan

Dalam era globalisasi tidak ada satupun negara yang mampumengisolasikan diri, melainkan semua negara mengalami saling

ketergantungan dan saling berkompetisi. Untuk dapat bertahan ataupunmemenangkan persaingan global, diperlukan sumber daya manusia yangberkualitas, memiliki semangat tinggi, memiliki keterampilan dan wawasanyang luas serta profesional sehingga mampu bersaing dengan sumber dayamanusia dari negara yang maju. .

Sehubungandengan itu, Pemerintah berusaha keras untuk meningkatkanmutu pendidikan. Walaupun telah banyakusahayang telah dilakukan, namunmutu pendidikan belum meningkat. Menurut Indrajati Sidi (2002 : I)indikatoryang menunjukkan mutu pendidikan belum meningkat, antara lain(I) NEM SD sampai sekolah menengah relatifrendah, (2) lulusan yangmemasuki dunia keIja belum memiliki kesiapan yang baik, (3) adanyaketidakpuasan beIjenjang dimana sekolah merasa bekallulusan dari sekolahsebelumnya kurang baik untuk memasuki sekolah berikutnya, (4) munculnyagejala lulusan SLTP dan sekolah menengah menjadi pengangguran dipedesaan. Rendahnya mutu pendidikan di Indonesia semakin nampakjikadibandingkan secara intemasional. Berdasarkan Konferensi lntemasionaldiketahui bahwa (l) hasil survei Human Development Index (HOI)menyimpulkan Indonesia menduduki peringkat 102 dari 106 negara yangditeliti, (2) survei The Political Economic Risk Consultation (PERC)melaporkan Indonesia berada diperingkat 12 dari 12 negara yang disurvei,(3) hasil studi The Third International Matematics and Science Study Repeatmelaporkan siswa SLTP Indonesia menempati peringkat 32 untuk IPA dan34 untuk matematika dari 38 negara yang disurvei di Asia, Australia danAfrika.

440

Page 3: Sikap Guru di Daerah Istimewa Yogyakarla terhadap ...

Sikap Guru di Daerah Istimewa Yogyakarta terhadap Pengembangan Protesi

Gambaran tersebut di atas menunjukkan kepada kita bahwa mutupendidikandi Indonesiamemangmasihjauhjikadibandingkan dengannegaralain. Banyak faktor yang mempengaruhi mutuproses dan hasil pendidikan,antara lain kurikulum, guru, sarana dan prasarana pendidikan, lingkungan,manajemen pendidikan, serta potensi anak didik yang bersangkutan. Dariberbagai faktor yang mempengaruhi kualitas pendidikan tersebut, faktor gurumerupakan faktoryang sangatpenting. Bahkan guru dipandang sebagai faktorkunci keberhasilan pendidikan. Meskipun potensi anak didik kurang, saranadan prasarana kurangnamunjikagurunya berkualitas, memiliki pengetahuan]uas, memiliki keterampilan tinggi serta memiliki dedikasi yang tinggidimungkinkan dapat dihasilkan lulusan yang memadai. Sejalan dengan itu,Bank Dunia menyatakan bahwa guru merupakan komponen yang amatmenentukan mutu pendidikan

Guru dapat dipandang sebagai~wahana investasi yang sangat pentinguntuk meningkatkan kualitas sUfIlber daya manusia. Oleh sebab itu, upayapeningkatan kualitasgurumutlakdiperlukan. Peningkatan kualitas guru dapatdilakukan dengan membukakesempatan untuk melanjutkan studi lanjutmaupun melalui kegiatan penataran, pelatihandan kegiatan ilmiah lainnya.Kegiatan tersebut dimaksudkan dalam rangka peningkatan danpengembangan profesi guru.

Berdasarkan wawancara pada beberapa sekolah dan pejabat DinasPendidikan, diketahui bahwa banyakguruyang telah memiliki jabatansebagaiGuru Pembinagolongan IVa. Mereka mengalami kesulitan untuknaikpangkat/jabatanke IV b ke atas, karena harus memenuhi unsurpengembangan profesisekurang-kurangnya 12 kredit, di samping telah dipenuhijumlah angka kreditkumulatif yang dipersyaratkan. Adanya keharusan memenuhi unsurpengembangan profesi mengakibatkan macetnya kenaikan dari golonganIVa ke IVb dan berikutnya.. Yang menjadi permasalahanadalah :bagaimanatingkat pemahaman, tingkatkesulitan dan sikap guru terhadap pengembanganprofesi ? Adakah perbedaan sikap terhadap pengembangan profesi yangdisebabkan oleh tingkat pendidikan, golongan kepangkatan danjenjangsekolah? Bagaimana hubungan antara tingkat pemahaman dan tingkatkesulitan dengan sikap guru terhadap pengembangan profesi ? Adakah

441

Page 4: Sikap Guru di Daerah Istimewa Yogyakarla terhadap ...

Cakr~wa/a Pendidikan, November 2004. Th. XXIlf, No. 3

hubungan antara pelatihan karya ilmiah dengan tingkat kesulitanpengembangan profesi? Sehubungan dengan itu, maka tujuan penelitian iniuntuk (1) Mengidentifikasi keeenderungan tingkat pemahaman, tingkatkesulitan dan sikap guru terhadap pengembangan profes~ (2) Mengetahuiperbedaan sikap guru dengan sikap terhadap pengembangan profesi yangdisebabkan oleh tingkat pendidikan, golongan kepangkatan dan jenjangsekolah, (3) Mengetahui hubungan antara tingkat pemahaman, tingkatkesulitan dengan sikap guru terhadap pengembangan profesi, (4) Mengetahuihubungan antara kegiatan pelatihan karya ilmiah dengan tingkat kesulitandalam pengembangan profesi.

Kajian Pustaka

Sikap seseorang merupakan peneelll}inan dari suatu respon terhadapsuatu obyek.

Mengingat lingkungan, pendidikan, sosial ekonomi dan pengalamanmasing-masing orang tidaksarna makasikap yangditunjukkan kepadaobyekyang sarna dapat berbeda-beda. Menurut Polak (1976:98) sikap merupakansuatu keeenderungan yangagak stabil untukbertindak dalam situasi tertentu.Allport (1954:54) berpendapat bahwa sikap merupakan kesiapan mentalseseorang dalam memberikan respon terhadap obyek atau situasi tertentuyang diperolehnya melalui pengalaman. Sementara iru, Shaw dan Wright(1967:2) menyatakan bahwa sikap merupakan reaksi afektifyang didasarkandari keyakinan dan menggambarkan evaluasi yang relatiftetap tentangkarakteristik yang dipelajari dari obyeksosial atau klas sosial. Berdasarkandefinisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa sikap berkaitan dengan perasaan,kesiapan dan keeenderungan sebagai suatu reaksi dalam menghadapi obyektertentu.

Salah satu eara untuk mengungkapkan sikap seseorang terhadap sesuatuobyek dapat dilakukan dengan memberikan tes, antara lain dengan instrumenyang berupa kuesioner dan skala bertingkat. Sikap memiliki sejumlahkomponen, sehingga dengan mengungkap komponen tersebut dapat diketahuigambaran sikap seseorang terhadap obyektertentu. Menurul Gorman, sikapmemiliki tiga komponen yakni kognitif, afektifdan tingkah laku (konatit).

442

Page 5: Sikap Guru di Daerah Istimewa Yogyakarla terhadap ...

Sikap Guru di Daerah Istimewa Yogyakarfa ter(ladap Pengembangan Profesi

Komponen kognitif berkaitan dengan informasi, bahwa seseorangmempunyai pimgetahuan terhadap tentang obyeknya baik seeara faktualmaupun melalui pengalamannya. Komponen afektifberkaitan denganperasaan yang bersifat senang atau tidak senang, setuju atau tidak setujuterhadap sesuatu obyek. Komponen tingkah laku (konatif) berl<aitan dengankeeenderungan bertindak terhadap obyekmisalnyamenerima ataumenolak.Ketiga komponen tersebut merupakan satu kesatuan aspek sikap yangsifatnyakonsisten.

Sikap lebih banyak diperoleh dari belajar dibandingkan dengan sifatbawaan. Oleh sebab itu, dengan eara meneiptakan lingkungan atau suasanatertentu dimungkinkan dapat mengubah sikap. Pada dasamya sikap dapatditumbuhkan, dipelihara dan diperlemah dengan belajar. Obyek dalampenelitian ini adalah pengembangan profesi guru. Oleh sebab itu, sikap guru

-i'" terhadap pengembangan profesi dimaksudkansebagai perasaan, kesiapan¥~ .dan keeenderungan guru terhadaP pengembangan profesi.

Dalam era globalisasi dewasa ini, nampaknya profesi guru merupakanpilihan terakhir. Bahkan ada yang berpendapat bahwa profesi guru sudahdiambangkematian, mengingat profesi guru sudahtidakdiminati oleh putra­putra terbaik dan masyarakat tidak memberikan penghargaan yang wajarterhadap profesi guru (Tilaar, 2001:285). Adanya berbagai keluhanmasyarakat terh'ldap mutuberbagaijenisdanjenjangpendidikan merupakanrefleksi dari rendahnya mutuguru. Berdasarkandata guru tahun 1995/1996

, diketahuijumlahguru SD, SMP dan SMA sebanyak2,17juta,namun hanya27 % yang memenuhi syarat, yakni 54% guru SD dan 19% guru SMP/SMA. Dari 1,3 juta guru SD sebanyak 90% tidak memenuhi syarat atauberijazah kurang dari D2. Demikianjugakualiflkasi guru SMP dan SMAjugakurang baik, karena hanya 52% guru yang berkualiflkasi S1(Tilaar,2001:286)

Di lain pihak, guru merupakan faktor penting dalam menentukankeberhasilan pendidikan. Guru merupakan pemeran utama dalam prosespendidikan. Guni merupakan faktor dominan dalam proses pendidikan dansekaligus sebagai masukan instrumental yang sangat penting dalam prosesbelajar mengajar. Karena itu, kualitas dan proses pendidikan sangattergantung kepada guru (Fasli Jalal, 2001 :85). Oleh karena demikian

443

Page 6: Sikap Guru di Daerah Istimewa Yogyakarla terhadap ...

Cakrawa/a Pendidikan. November 2004. Th. XXIfI, No.3

pentingnya peran guru dalam pendidikan maka kesejahteraan dan kualitasguru harus selillu ditingkatkan .Salah satu kebijakan pemerintah untukmeningkatkan kesejahteraan dan kualitas guru adalah adanya kenaikanjabatanipangkat dengan angka kredit, dimana guru yang berkualitas dapatmeneapai jenjimg kepangkatan tertinggi hingga golongan IVe seperti yangteljadi di Perguruan tinggi. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan olehSugiyono, disimpulkan bahwa pembinaanjabatan guru dengan angka kreditsetelah berjalan 13 tahun belum efektif. Tidak terdapat hubungan antarajenjangjabatan fungsional dengan kemampuan keIja guru. Dengan sistemangka kredit, guru hanya bisa meneapai jabatan i pangkat sampai golonganIVa, dan sangat sedikit yang sampai golongan IV b dan tidak ada yangsampai IVe. Sistem angka kredit belum dapat mengubah guru dalamberperilaku profesional, tidak meningkatkan motivasi dan prestasi kerja,

,. sehingga a,khirnya tidak meningkatkan kualitas pendielikan (Sugiyono,2002: 131). Untuk dapat naikjab.atanipangkat IVa ke atas diperlukan unsurpengembangan profesi di s<lmping telah dipenuhi jumlah angka kredit yangtelah ditentukan.

Berdasarkan Petunjuk Praktis Pengembangan Profesi bagijabatanFungsional Guru, yang diterbitkan oleh Proyek Pengembangan Sistem

. Standardisasi dan Tenaga Profesi Tenaga Kependidikan MenengahDikdasmen (2001 :2) disebutkan bahwa kegiatan yang termasuk dalampengembangan profesi meliputi (1) karya tulis i karya ilmiah di bidangpendidikan, (2) menemukan teknologi tepatguna, (3) membuatalatpelajaran; alat peraga atau alatbimbingan, (4) meneiptakan karya seni dan (5) mengikutikegiatan pengembangan kurikulum. Selanjutnyadijelaskan bahwajenis karyatulis i karya ilmiah di bidang pendidikan dapat berupa (1) karya tulis; karyailmiah hasil penelitian, pengkajian, survei, dan atau evaluasi, (2) karya tulisitinjauan atau ulasan ilmiah hasilgagasan sendiri, (3) tulisan ilmiah populer,(4) prasaran berupa tinjauan, gagasan atau ulasan ilmiah yang disampaikanpada pertemuan ilmiah, (5) buku pelajaran atau modul, (6) diktat pelajarandan (7) mengalihbahasakan buku pelajaran i karya ilmiah.

Pengembangan profesi dalam era globalisasi nampaknya sudahmerupakan suatukeharusan mengingat semakin terbuka dan semakin ketatnyapersaingan baik persaingan tenaga kerja domestik maupun antar negara.

444

Page 7: Sikap Guru di Daerah Istimewa Yogyakarla terhadap ...

Sikap Guru di Daerah Istimewa" Yogyakarta terhadap Pengembangan Prates;

Hal ini sejalan dengan prospek profesi guru abad 21. Menurut Tilaar (2001:295) prom protesi guru dalam era masyarakat terbuka sebagai berikut : (I)memilikikepribadian yangmatang dan berkembang, (2) memiliki penguasaanilmuyangkuat, (3) memiliki keterampilanuntukmembangkitkan minatpesertadidik kepada ilmu pengetahuan dan teknologi, (4) mengembangkan protesiseeara berkesinambungan. Pengembangan profesi guru mutlak perludilakukan mengingatprofesi guru merupakan profesi yang berkembang ternsmenerus karena praktek-praktek pendidikan bukan merupakan proses robotataumesin.

Diterapkannya Keputusan Menpan No.84 tahun 1993 tentang PetunjukPraktis Pengembangan Protesi Bagi Jabatan Fungsional Guru, dimaksudkanuntukmembantugurudalam memahamikandungan isi pengembangan profesiguru, eara perhitungan kredit serra proseduryang perlu dilakukan. Olehsebab itu, adanya Kepmen Menpan tersebutj;>ukannya untukmembatasiatau menghambat kenaikan guru ke golongan IV b ke atas, namun justrumemberikan kesempatan yang seluas-Iuasnya bagi guru untuk meneapaigolongan maksimal sepanjang yang bersangkutan memiliki prestasi yangmemadai. Oleh karena itu, muneulnya Kepmen Menpan ini dimaksudkanagar guru terpaeu untukberkarier, dengan eara mengembangkan karya tulis/ karya ilmiah di bidang pendidikan, menemukan teknologi tepat guna,membuat alat peraga, menciptakan karya seni dan mengikuti kegiatanpengembangan kurikulum.

Kegiatan pengembangan profesi ini sangat penting bagi guru yang akannaik pangkat ke golongan IV b ke atas, namun demikian kegiatan ini perlupulabagi guruyunioruntukmengembangkanprestasinya. Bagi guru golonganIVa yang akan naikpangkat ke golongan !Vbdan seterusnya wajib memilikikredit pengembangan profesi. Untuk itu pemerintah telah menyelenggarakanb"erbagai kegiatan ilmiah guna mengembangkan kemampuan guru di bidangkarya tulis ilmiah. Guru yangtelah mengikuti kegiatan pelatihan karya ilmiahdiduga memiliki sikap yang positif, pemahaman yang tinggi serra tingkatkesulitanyang rendah terhadap pengembanganprofesi dibandingkan denganguru yang belum mengikuti. Selain itu, guru SLTAdiharapkan memiliki sikapdan tingkat pemahaman yang lebih tinggi dibandingkan guru SLTP.Diduga

445

Page 8: Sikap Guru di Daerah Istimewa Yogyakarla terhadap ...

Cakrawala Pendidikan, November 2,.' " ',;,/. No.'3

perbedaan tingkat pendid:, " .an berpengaruh terhadap sikap merekadalam pengembangan prof

Metode Penelitian

Penelitian ini merupa!' , ,lelitian expost facto, sehingga data yangdiambil merupakankeja&. ' .•elah berlangsung dan peneliti tidak dapatmengubah variabel yang \ , 'ljadi. Populasi penelitian ini adalah paraguru SLTP ddan SLTAdi!, ' I Daerah Istimewa Yogyakarta. Penelitianini merupakan penelitian, , ,I. Teknik sampling yang digunakan multistage random sampling, y. ~.~rtama dilakukan cluster sampling untukmenentukan sampel kabul''' i" CJ daan kota, dan stratifiedrandom samplinguntuk menentukan seko12'. "responden penelitian. Berdasarkan hasilrandom terpilih guru SL1; :. ::',upaten sebanYi;lk 63 orang,dan 35 oranguntuk SLTP kota. Untuk CLT,'. kabupaten terpilih guru sebanyak 77orang dan 32 orang untuk SLfA kota.

, Metode pengumpuLn data yang digunakan adalah kuesioner,doktimentasi dan wawancr:" '31rumen penelitian yang digunakan berupakuesioner atau angket. Vi. 1,: ", l<lendapatkan data tentang sikap guru dantingkat kesulitan terhada:" ;<l'!gembangan profesi maka angket disusundengan model skala Liken, Sdangkan kuesioner untuk mengukur tingkatpemahaman disusun dalam : ,'0 ·ukpernyataan dengan pilihan benar salah.Analisis datayang digunaka't :, .. )iPllli analisisstatistikdeskriptifdan inferensial.Analisis deskriptifdigunaL1l I lntuk memberikan gambaran hasil penelitiansecara umum dengan dile,,;,) ,::pt persentase dan tabel. Sedangkan analisisstatistik inferensial dipergu.:· .,',: llntukuji perbedaan dan uji korelasi. Untukkeperluan pengujian dipe: <2n Program SPSS 10.0

HasH Penelitian

Responden dalam pe:·.: lilian ini sebanyak 207 orang, terdiri alas 98guru dari SLTP dan 109 gl1''' :; LTA. Berdasarkanjenis kelaminnya, terdapat110 orang (53%) laki-Iakicbn (j'j orang (47 %)wanila. Darijumlahtersebut,

446

Page 9: Sikap Guru di Daerah Istimewa Yogyakarla terhadap ...

Sikap Guru di Daerah Istimewa Yogyakarta terhadap Pengembangan Prates;

terdapat 106 orang (51 %) memiliki golongan III dan sebanyak 101 orang(49%) telah meniiliki pangkatlgolongan IVa Jika dilihat dan latar belakangtingkat pendidikannya, terdapat 52 orang (25%) yang berijazahsarjana mudadan sebanyak 155 orang (75%) yang berijazah sarjana.Adapun gambaranselengkapnyadapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabell.ldentitas Responden Guru SLTP dan SLTA

Keterangan SLTP SLTA Jumlah %1. Pria 59 51 ! 110 532. Wanita 39 58 I 107 47I. Galangan III 49 58 107 512. Galangan [Va 49 51 100 491. Sarjana Muda 28 24 52 252. Sariana 70 85 155 75

Dalam rangkameningkatkan kegiatan pengembangan profesi bagi guruSLTP dan SLTA, Dinas Pendidikan Kabupatenlkota maupun Propinsi DIYmenyelenggarakan pelatihan karya tulis ilmiah.-Berdasarkan datayang dapatdikumpulkan,jumlah guru yang mengikuti kegiatan pelatihan karya tulisilmiah dapat dilihat dalam tabel berikut :

Tabel2. Guru SLTP dan SLTAPeserta Pelatihan Karya Tulis llmiah

Keterangan SLTP SLTA Jumlah %1.Pemah Mengikuti Pelatihan Karya Tulis IImiah 41 40 81 392.Belum Pemah 57 69 126 611.Pemah Membuat Karya lImiah 22 17 39 482.Belum Pernah \9 23 42 52

Dari tabel tersebut diketahui bahwa hanya 37% guru SLTAdan 42%guru SLTP yang mengikuti pelatihan karya ilmiah. Dari seluruh pesertatersebut, temyata hanya 54% guru SLTP yang membuat karya ilmiah danuntuk guru SLTA hanya43%. Adapun tingkat pemahaman guru terhadappengembangan profesi dapat diketahui dalam tabel berikut:

447

Page 10: Sikap Guru di Daerah Istimewa Yogyakarla terhadap ...

Cakrawa/a Pendidikan, November 2004. Th. XXfff, No. 3

Tabel3. Tingkat Pemahaman Guru Terhadap Pengembangan Profesi

Klasifikasi SLTP SLTA Tot a ITingkat Pemahaman Jumlah

,% lumlah % Jumlah %

Rendah 60 61 60 55 120 58Sedang 2J . 24 35 32 58 28Tinggi 15 15 , 14 13 29 14

lumlah 98 100 109 100 207 100

Berdasarkandata tersebut diketahui bahwa sebanyak 120 orang (58%)guru memiliki tingkat pemahaman pengembangan profesi dalam kalegorirendah, 28% dalam kategori sedang dan hanya 14% yang berada dalamkategori tinggi. Sedangkan gambaran tentang tingkat kesulitanyang dirasakanguru terhadap pengembangan profesi dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel4. Tingkat Kesulitan Guru Terhadap Pengembangan Profesi- I. ~' . .

Klasifikasi SLTP SLTA Total

100 i98 I 100 , 109 i 100 ; 207lumlah

i Tingkat Kesulitan i lumlah I % Jumlah , % Jumlah ,%, -

Rendah I 8 8 - 16 ,15 24 12

Sedang i 79 81 , 87 ; 80 I 166 80Tin2gj i II II 6

,5 17 8

, ,

Berdasarkan data pada tabel4, diketahui bahwa 80% guru menyatakantingkat kesulitan terhadap pengembanganprofesi dalamkategori sedang, 12%kategori rendahdanhanya 8% kategori tinggi. Sementara itu, gambaran tentangsikap guru terhadap pengembangan dapat dilihat dalam tabel berikut :

Tabel5. Sikap Guru Terhadap Pengembangan Profesi

Klasifikasi SLTP SLTA To ta ISikap Guru Jumlah % lumlah % lumlah I %

Rendah 6 6 5 5 II I 5Sedang 72 74 70 64 142 69Tinggi 20 20 34 31 54 I 26

lumlah 98 100 109 . 100 207 I 100

Berdasarkan data tabel5 diketahui bahwa sebanyak 69% (142 orang)guru memiliki sikap terhadap pengembangan profesi dalam kategori sedang,

448

Page 11: Sikap Guru di Daerah Istimewa Yogyakarla terhadap ...

- -".-;

Sikap Guru di Daerah Istimewa' Yogyakarla terhadap Pengembangan Prafes;

kategori tinggi sebanyak 26% dan hanya 5% kategori rendah. Hal inimenggembirakan, mengingat sebagian besar guru memiliki sikap yang positifterhadap pengembangan profesinya.

_ Apakah tingkat pendidikan guru mengakibatkan perbedaan sikap,tingkat pemahaman dan tingkat kesulitan terhadap pengembangan profesi ?Hasil uji perbedaan tingkat pendidikan guru dengan sikap terhadappengembangan profesi, diperoleh t hitung = -1.888 dan p = 0.060.Sementara itu, hasil uji perbedaan antara tingkat pendidikan guru dengantingkat pemahaman pengembangan profesi diperoleh t hitung -2.338 dan p= 0.020, berarti ada perbedaan yang sigriifikan antara guru yangberpendidikan saIjana dengan saIjanamuda, dimana guru yang berpendidikansaIjana memiliki tingkat pemahaman yang lebih tinggi dibanding guru yangberpendidikan sarjana muda. Sedangkan hasil uj i perbedaan antara tingkat

pkesulitan dengan sikap terhadap pengembangan profesi·diperoleh t hitung =0.304 dan p = 0.761, berarti tidak ada perbedaan yang signifikan tentangsikap, dan tingkat kesulitan antara guru yang berpendidikan sarjana mudadengan guru yang berpendidikan sarjana. Dari hasil analisis tersebut dapatdisimpulkan bahwa, tingkat pendidikan guru tidak berpengaruh kepadasikap dan tingkat kesulitan guru terhadap pengembangan profesi, tetapimempunyai pengaruh kepada tingkat pemahaman guru terhadappengembangan profesi.

Apakah jenjangsekolah memberikan perbedaan terhadap sikap, tingkatpemahaman dan tingkat kesulitan terhadap pengembangan profesi ? Hasiluji perbedaan sikap terhadap pengembangan profesi antara guru SLTPdengan guru SLTAdiperoleh t hitung = -.947 dan p = 0.345 Sementara itu,uji perbedaan tingkat pemahaman dengan sikap terhadap pengembanganprofesi antaraguru SLTP dengan guru SLTAdiperoleh thitung=-.123 danIi = 0.902 Sedangkan uji perbedaan tingkat kesulitan pengembangan protesiantara guru SLTP dengan guru SLTAdiperoleh t hitung = 1.057 dan p =0.292 Karena tingkat signifikansinya lebih besar dari 0.05 berarti tidakadaperbedaan yang signifikan sikap guru, tingkat p'emahaman dan tingkatkesulitan antara guru SLTP dengan guru SLTA.

Apakah perbedaan golongan kepangkatan guru mengakibatkamperbedaan sikap, tingkat pemahaman dan tingkat kesulitan terhadap

449

Page 12: Sikap Guru di Daerah Istimewa Yogyakarla terhadap ...

Cakrawa/a Pendidikan, November 2Q04. Th. XXIfI. No.3

pengembangan profesi? Hasil uji perbedaan antara guru golongan III denganGolongan IVterhadap sikap diperoleh t hitung = 2.266 dan p = 0.025,berani ada perbedaan yang signifikan sikap guru golongan III dengangolongan IV terhadap pengembangan profesi. Sementara itu, hasil uji beda

. tingkat pemahamannya diperoleh t hitung = 0.258 dan p'; 0.797 sedangkanuji beda terhadap tingkat kesulitan pengembangan protesi diperoleh thitung= -0.598 dan p= 0.551, berarti tidak ada perbedaan yang signifikan tingkatpemahaman dan tingkatkesulitan pengembangan profesi antaraguru golonganIII dengan guru golongan IV.

Apakahpemah tidaknya mengikuti pelatihan karya ilrniah mengakibatkanperbedaan sikap, tingkat pemahaman dan tingkat kesulitan terhadappengembangan profesi? Hasil uji t sikap guru terhadap pengembanganprotesi, diperoleh t hitung = 1.227 dan p = 0.221, sementara itu untuk

," , tingkat pemahaman guru diperoleh t hitung =-1.663 dan p= 0.098, berarti _'tidak ada perbedaan yang signifiJ5:an sikap maupun tingkatpemahaman antaraguru yang pernah mengikuti atau belum mengikuti pelatihan karya ilmiah.Sedangkan untuk tingkat kesulitan guru diperoleh t hitung = 2.275 dan p=0.007, berani terdapat perbedaan yang signifikan tingkat kesulitan terhadappengembangan profesi antara guru yang pemah dengan yang belum pernahmengikuti kegiatan pelatihan karya ilmiah.

Apakah ada hubungan antara tingkat pemahaman, tingkat kesulitandengan sikap guru terhadap pengembangan profesi ? Hasil uji korelasi antaratingkat pemahaman dengan sikap guru terhadap pengembangan profesidiperoleh r= 0.123 dan p = 0.073 Sementara itu uji korelasi antara tingkatkesulitan dengan sikap guru diperoleh r= -0.026 dan p = 0.707. Sedangkanhasil perhitungan dengan menggunakan analisis regresi diperoleh F= 1.617dan p = 0.201. Dengan demikian, baik secara secara sendiri-sendiri maupunbersama-sama tidak ada hubungan yang signifikan antara tingkatpemahaman, tingkat kesulitan terhadap sikap pengembangan profesi bagiguru.

Apakah ada hubungan antara tingkat pemahaman dengan tingkatkesulitan guru terhadap pengembangan profesi? Hasil uji korelasi antaratingkatpemahaman dengan tingkat kesulitan guru, diperoleh r = -.193 dan p= 0.005, berarti terdapat hubungan yang negatifsignifikan antara tingkat

450

Page 13: Sikap Guru di Daerah Istimewa Yogyakarla terhadap ...

Sikap Guru di Daerah Istimewa Yogyakarla terhadap Pengembangan Profesi

pemahaman dengan tingkatkesulitan terhadappengembanganprofesi. Makintinggi tingkat pemahaman guru makin rendah tingkat kesulitan yang dialamiguru dalam pengembangan profesi, sebaliknya makin rendah tingkatpemahaman semakin tinggi tingkat kesulitan yang dialami guru dalampengembangan profesi.

Pembahasan

Berdasarkan data yang diperoleh, dapat diketahui bahwa 75% guruSLTP dan SLTA di Propinsi Yogyakarta berpendidikan sarjana (S 1) danhanya 25% yang berpendidikan sarjana muda atau D III. Untuk jenjangSLTP, guru yang berpendidikan sarjana sebanyak 71 % dan untukjenjangSLTA sebanyak 78%. Keadaan ini cukup menggembirakan mengingatkualiftkasi guru SLTP dan SLTAsecara nasional yang berpendidikan sarjanabaru 52% (Tilaar, 2001 :286). Hal ini wajar, karenaYogyakarta merupakankota pendidikan, memiliki banyakperguruan tinggi sehinggakebutuhan tenagaguru yangberpendidikan S1mudah untuk dipenuhi. Dengan kualifIkasi S1,makaparaguru akan memiliki pengetahuan dan wawasan yang luas sehinggamemiliki kompetensi yang memadai. Sementara itu,jika dilihat dati segijabatanlkepangkatan, 50% guru SLTPdan SLTAdi Yogyakarta sebagaiguru Pembina golongan IVa sehingga mereka ini dapat dikatakan sebagaiguru senior. Para guru Pembina golongan Naperlu dimotivasi untuk memacukariemya serta meraih pangkat/golongan!Vb ke atas, meskipun untuk dapatnaikjabatan/pangkat ke IVb ke atas mereka harus memiliki kredit pointminimal 12 sks dati unsurpengembangan protesi, di samping telah memenuhipersyaratan lainnya.

Dalam rangka memacu karier para guru, pihak Dinas Pendidikan baikdi Dinas Propinsi maupun KabupatenIKota memberikan kesempatan kepadapara guru SLTP dan SLTAkhususnya kepada guru Pembina golongan Nauntuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan dalam bidangpengembangan profesi yang berupa pelatihan karya tulis ilmiah. Kegiatan inidilaksanakan didasarkan atas pertimbangan bahwa guru pada umumnyamengalami kesulitanuntukmemenuhiunsurpengembanganproresi, khususnyapembuatan karya ilmiah hasil penelitian atau karya ilmiah lainnya. Hal ini

451

Page 14: Sikap Guru di Daerah Istimewa Yogyakarla terhadap ...

Cakrawala Pendidikan. November 2004. Th. XXIff. No. 3

menunjukkan adanya kepedulian pihak Dinas Pendidikan setempat untukmemajukan dan mendorong para guru agar meningkatkan kariemya hinggapada tingkat yang maksimal. Namun demikian, kesempatan yang baik inibelum sepenuhnya dimanfaatkan oleh para guru. Hal ini dibuktikan bahwahanya 37% guru SLTAdan 42% guru SLTP yang telah mengikuti pelatihankarya ilmiah. Dari seluruh peserta yang mengikuti pelatihan karya ilmiah,temyata hanya 54% guru SLTP yang bersedia mencoba membuat karyailmiah dan untuk guru SLTA hanya43%. Hal ini perlu menjadi perhatian,mengapa para peserta tidak bersedia membuat karya ilmiah sebagai tindaklanjut atau mempraktekkan apa yang telah didapat dari kegiatan pelatihan.Diduga keikursertaan para guru dalam kegiatan pelatihan karya tulis ilmiahtersebut tidak sepenuhnya didasarkan atas keinginan guru yangbersangkutan, melainkan mereka ditunjuk, diperintah atau mendapat tugasdari kepala sekolah. Di lainpihak diduga tidak adanya kewajiban bagi setiappeserta untuk membuat karya tulis ilmiah.

Banyaknyaguru yang tidakmenindaklanjuti pelatihan karya tulis ilmiahdapat juga disebabkan kurangnya pemahaman tentang pengembanganprofesi. Berdasarkan data yangdikumpulkan, tingkat pemahaman guruterhadap pengembangan profesi berada dalam kategori rendah. Hal ini berartiguru kurang memahami isi, tujuan dan berbagai kegiatan yang termasuksebagai unsurpengembanganprofesi. TmgkatpemaharnanguruSLTPmaupunSLTA relatifsama. Dari hasil uji perbedaan, diketahui bahwa tidak adaperbedaan yang signifIkan tingkat pemahamanpengembanganprofesi antaraguru SLTP dengan guru SLTA, yakni diperoleh t hitung = -1.23 dan p =

0.902. Demikianjugajika didasarkan atas golongan kepangkatan guru,temyata tidak ada perbedaan yang signifIkan tingkat pemahaman antara gurugolongan III dengan golongan Iv. Hal yang mengejutkan adalah keikutsertaandalam pelatihan karya tulis ilmiah temyata tidak membawa dampak padatingkat pemahaman pengembangan profesi. Hal ini dibuktikan hasil ujiperbedaan antaraguru yang pemah mengikuti pelatihan karya ilmiah denganguru yang tidakmengikuti, diperoleh thitung= -1.663 dan p = 0.098. Apakahhal ini karena peserta kurang berminat, mengingat sebagian peserta justruguru golongan III yakni sebesar 52%, sedang peserta guru golongan IVahanya 48%. Para peserta guru golongan III kemungkinan belum merasa

452

Page 15: Sikap Guru di Daerah Istimewa Yogyakarla terhadap ...

Sikap Guru di Daerah Istimewa Yogyakarla terhadap Pengembangan Profesi

perlu terhadap pengembangan profesi karena untuk naik pangkat/golonganke Na tidak memerlukan unsur pengembangan profesi. Namun demikian,jikadilihat dari tingkat pendidikannyadiketahui bahwa ada perbedaan yangsignifikan tingkat pemahaman pengembangan profesi antara guru yangberpendidikan sarjana dengan sarjana muda. Hal ini ditunjukkan oleh thitimg=-2.338 dan p=0.060 serta rerata untukguru SLTA lebih tinggi daripadaguruSLTP.

Secara keseluruhan para guru berpendapat tidak mengalami kesulitandalampengembangan profesi karenahanya 8% dari mereka yang mengalamikesulitan dalam kategori tinggi, dan mereka yang menyatakan mengalamikesulitan dalam kategori sedang sebanyak 80%. Dilihat dari tingkatpendidikan guru ternyata tidak ada perbedaan yang signifikan tingkatkesulitan pengembangan profesi antara guru yang berpendidikan sarjanadengan smjana muda, yang hal ini ditunjukkan oleh t hitung = 0:304 dan p='0.761. Demikian pula jika dilihat dari asal sekolah tidak ada perbedaanyang signifikan tingkat kesulitan antara guru SLTP dengan SLTA, yang halini ditunjukkan oleh t hitung = 1.057 dan p = 0.292. Hasil yang senadajikadilihat dari golongan kepangkatan guru, dimana tidak ada perbedaan tingkatkesulitan antara guru golongan III dengan golongan IV. Namun demikianjikadilihat dari segi pernah tidaknya mengikuti pelatihan karya tulis ilmiah,ternyata ada perbedaan yang signifikan tingkat kesulitan pengembanganprofesi antara guru yang pernah mengikuti kegiatanpelatihandibandingkandengan mereka yang belumpernah, yakni ditunjukkan oleh t hitung = 2.275danP=0.007. Hal ini wajar, karena dengan mengikuti pelatihan pengetahuandanketerampilannya akan semakin meningkat sehingga mereka tidak terlalubanyak mengalami kesulitan dalam pengembangan profesi.

Sikap guru terhadap pengembangan profesi pada umumnya positif,dan hanya 5% dari mereka yang memiliki sikap dalam kategori rendahsementara itu sebanyak 69% memiliki sikap dalam kategori sedang dansebanyak 26 % memiliki sikap dalam kategori tinggi. Namun tidak adaperbedaan yang signifikan sikap terhadap pengembangan profesi antaraguru yang berpendidikan sarjana dengan sarjana muda, yang hal iniditunjukkan oleh thitung= 1.888 dan p= 0.060. Demikianjuga dilihat dariasal sekolah, dimana sikap guru SLTP dan SLTAtidak memiliki perbedaan

453

~.

Page 16: Sikap Guru di Daerah Istimewa Yogyakarla terhadap ...

Cakrawa/a Pendidikan, November 2004, Th, XXiii, No. 3

yang signifikap., yang ditunjukkan oleh t hitung = -0.947 dan p = 0.345.Tidakadanyaperbedaan yang signifikansikap guru terhadap pengembanganprofesijuga tejadi jika dilihat dari pemah tidaknya mengikuti kegiatanpelatihan karya ilmiah. Idealnya bagi merekayang telah mengikuti pelatihankarya ilmiah akan cenderung memiliki sikapyang lebih positifdibandingkahdengan mereka yang belum pemah mengikuti pelatihan, mengingat tujuanpembelajaran secara umum meliputi aspek kognitif, afektif maupunpsikomotor. Namunjika dilihat dari golongan kepangkatannya, temyataterdapatperbedaan yang signifikan sikap pengembanganprofesi antara gurugolongan III dibandingkan guru golongan Iv, yang ditunjukkan oleh thitung=2.266 dan p =0.025 dimana rerata sikap guru golongan III =59.03 danrerata dari golongan IV sebesar 57.60. Hal ini menarikuntuk dikaji karenaseharusnya gurugolongan IV memiliki sikapyang lebih tinggi sebab merekaini lebih memerlUkan unsure pengembangan profesi untukkenaikan pangkatke golongan IVb ke atas dibandingkan guru golongan III. Bolehjadi, dugaanrendahnya sikap terhadap pengembangan profesi bagi guru golongan IVa,disebabkan merekatelah merasapuas telahmencapai golongan IVamengingatbanyak tersiar kabar bahwa untuk naik pangkat ke golongan IV b sangatsulit, sehingga sedikit sekali guru yang berhasil untuk dapat naik pangkat kegolongan IVb dan kenaikan berikutnya.

Bagaimana hubungan tingkat pemahaman, tingkat kesulitan terhadapsikap guru terhadap pengembangan profesi ? Baik dengan analisis sendiri­sendiri maupun secara bersama-sama, diperoleh kesimpulan bahwa tidakada hubungan yang signifikan antara tingkat pemahaman maupun tingkatkesulitan dengan sikap guru terhadap pengembangan profesi. Hubunganantara tingkat pemahaman dengan sikap terhadap pengembangan profesidiperoleh rhitung= 0.123 dan p= 0.073, sedangkan hubungan antara tingkatkesulitan dengan sikap terhadap pengembangan profesi diperoleh rhitung =

- 0.026 dan p= 0.707 Sedangkan hubungan secara bersama antara tingkatpemahaman dan tin~at kesulitan dengan sikap terhadap pengembanganprofesi diperoleh F hitung =1.617 dari p=0.20I. Namun demikian antaratingkat pemahaman dan tingkat kesulitan terjadi hubungan negatifyangsignifikan yakni r hitung =-0.193 dan p=0.005. Dengan kata lain semakintinggi tingkat pemahaman semakin rendah tingkat kesulitan terhadap

454

Page 17: Sikap Guru di Daerah Istimewa Yogyakarla terhadap ...

ri',.~.

S[kap Guru di Daerah Istimewa Yagyakarla terhadap Pengembangan Prafes;

pengembangan profesi dan sebaliknya semakin rendah tingkatpemahamannya, semakin tinggi tingkat kesulitannya.

Kesirnpulan Dan Saran

Berdasarkan hasil analisis tersebut di atas, dapatlah disimpuikan antaralain sebagai berikut. Perfama, sebanyak 58% guru SLTP dan SLTA diYogyakarta memiliki tingkat pemahaman terhadap pengembangan profesitermasukdalam kategori rendah dan hanya 14%dari mereka dalam kategoritinggi. Kedua. sebanyak 80% guru memiliki tingkat kesulitan dalampengembanganprofesi dalamkategori sedang, dan hanya 8% yang memilikikesulitan tinggi. Kef/ga. 69% guru memiliki sikap positif terhadappengembangan profesi dalam kategori cukup, dan hanya 5% dari merekayang memiliki sikap dalam kategorirendah, Keempgf. tidak ada,perbedaanyang signifikan sikap terhadap,pengembangan profesi antara guru yang

, berpendidikan saIjana dengan saIjana muda. Sebaliknya terdapat perbedaanyang signifikan tingkat pemahaman terhadap pengembangan profesi antaraguru yang berpendidikan saIjana dengan sarjana muda. Kelima. tidak adaperbedaan yang signifikan sikap terlladap pengembangan profesi antara guruSLTP dengan SLTA. Keenam. terdapat perbedaan yang signifikan sikapterhadap pengembangan profesi antara guru golongan III dengan golonganIv. Ketujuh. terdapat perbedaan yang signiflkan tingkat kesulitan terhadappengembangan profesi antaraguruyangpemah mengikuti kegiatan pelatihankarya ilmiah dengan guru yang belum mengikuti pelatihan. Namun tidakterdapat perbedaan yang signifikan sikap maupun tingkat pemahamanterhadap pengembangan profesi antara guru yang mengikuti pelatihan karyailmiah dengan mereka yang belum mengikuti pelatihan. Kedelapan. tidakadahubungan yang signifikan antara tingkatpemahaman dan tingkatkesulitandengan sikap terhadap pengembangan profesi, baik secara sendiri-sendirimaupun bersama-sama. Kesembi/an, terdapat hubungan yang negatifdansignifikan antara tingkatpemahaman dengan tingkat kesulitan terhadappengembangan profesi. Semakin tinggi tingkat pemahamannya semakinrendah tingkat kesulitan terhadap pengembangan profesi, dan sebaliknya

455

Page 18: Sikap Guru di Daerah Istimewa Yogyakarla terhadap ...

r,

Cakrawala Pendidikan. November 2004. Th. XXf/I. NO.3

semakin rendah tingkat pemahaman semakin tinggi tingkatkesulilannyaterhadap pengembangan profesi bagi guru SLTP dan SLTA di Yogyakarta.

Sehubungandengan itu, disarankan sebagai berikut. Pertama,kegiatanpelatihan karya iImiahperlu disebarluaskan danditingkatkan mengingatbarn39 %guru yangmengikutinya. Kegiatan ini hendaknya mengutamakangurugolongan IVa, karena merekaini kiranya lebihmendesakkebutuhannyauntukkepentingan kenaikan pangkatke goIongan IV b. Kedua, kegiatan pelatihankarya ilmiah dilakukan secara periodek dankeikutsertaan peserta didasarkanatas niat dan kebutuhan dan bukan alas dasarperinlah dari kepala sekolahlinstansi. Kepada setiappesertadiwajibkan untukmembuatkarya tulis secaramandiri. Kepada peserta yang tidak menyerahkan tugas pembuatan karyatulis, sertifikat dan haknya ditunda pemberiannya. Ketiga, perlu ditanamkansikap positifterhadap pengembangan profesi bagi guru, sehingga kebutuhanpengembangan profesi tidak semata-mata didasarkan atas pertimbanganuntukkenaikan pangkatlgolongan, melainkan dimaksudkan untuk memacukarier setiap guru untuk meningkatkan kompetensinya dalam rangkameningkatkan mutu pendidikan pada umumnya.

Daftar Pustaka

Anonim. (2001). Petunjuk Praktis Pengembangan Profesi BagijabatanFungsional Guru. Jakarta: Proyek Pengembangan SistemStandardisasi dan ProfesiTenaga Kependidikan MenengahDikdasmen.

Fasli JalaI dan Dedi Supriyadi (ed.). 2001. ReformasiPendidikan dalamKonteks Otonomi Daerah. Yogyakarta :Adicita.

ldaBagus Mantra. (2004). Filsqfat Penelitian & Metode Penelitian Sosial.Yogyakarta :Pustaka Pelajar..

Indrajati Sidi. (2002). Konsep Pendidikan berorientasi Kecakapan Hidup(life skill) Melalui Pendekatan Pendidikan Berbasis Luas. Jakarta:Digen Dikdasmen.

456

Page 19: Sikap Guru di Daerah Istimewa Yogyakarla terhadap ...

Sikap Guru di Daerah Istime~a Yogyakarta terhadap Pengembangan Profesi

Singgih Santosa. (2002). SPSS: StatistikParametrik. Jakarta: ElexMediaKomputindo

Sugiyono. (2002). Pembinaan Guru Dengan Sistem Kredit. Jurnal ilmiahPendidikan Cakrawala Pendidikan. Pebntari 2002. ThXXI. No.1

Tilaar, HAR. (200 I). BeberapaAgenda Reformasi Pendidikan Nasional.Dalam PerspektifAbad 21. Jakarta: Indonesia Tara.

Suharsimi Arikunta. (1998). Prosedur Penelitian : Suatu PendekatanPraktek, Jakarta: Rineka Cipta.

Suryabrata, B. (1997). Proses Belajar Mengajar di Sekolah Jakarta:Rineka Cipta, , .... .fi ,; ,

------. (1998). ProfiI Guru Abad 21. Makalah Disampaikandalam "Seminar Regional Paradigma Bartl Pembentukan danPengembangan Kompetensi Guru dan ImplikasiKelembagaannya. Dies Natalis ke-34 IKIP YOGYAKARTA

Tim Broad - Based Education. (2002). Konsep Pendidikan BerorientasiKecakapan Hidup (life skill) Melailli Pendekatan PendidikanBerbasis Luas (Broad BasedEducation). Jakarta: Depdiknas.

Yuliantara. (2003). "PembinaanGuruDi Era Otonomi Daerah DenganSistemAngka Kredit Di Kabupaten Bantul", Thesis. Yogyakarta :ProgramPascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta.

457