Sifat pelarut Pemilihan suatu pelarut yang akan digunakan dalam proses ekstraksi harus berdasakan...

4
Sifat pelarut Pemilihan suatu pelarut yang akan digunakan dalam proses ekstraksi harus berdasakan dari kemampuan pelarut pada saat melarutkan zat aktif dalam jumlah yang maksimal dan juga seminimal mungkin bagi unsur yang tidak diinginkan. Berdasarkan konstanta dielektriknya, pelarut organik dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu pelarut polar dan pelarut non polar. Semakin tinggi konstanta dielektrik pelarut maka pelarut akan semakin polar. Berdasarkan konstanta dielektrik suatu pelarut dapat ditunjukkan pada tabel dibawah ini. Selain dari konstanta dielektrik, kepolaran suatu pelarut dapat tentukan dengan menggunakan kepolaran dari suatu Pelarut Konstanta dielektrik (ε r ) heksana 1,89 Petroleum eter 1,90 n-oktan 1,95 n-dekan 1,99 n-toluen 2,38 Etil asetat 6,08 Etanol 24,30 Metanol 33,60 Asam formiat 58,50 Air 80,40 Pelarut Indeks Polaritas (P) Heksana 0 Toluena 2,4 Dietileter 2,8 Butanol 3,1 Kloroform 3,9 Etil asetat 4,1 Aseton 5,1 Metanol 5,1 Etanol 5,2 Air 9,0

description

pelarutPemilihan suatu pelarut yang akan digunakan dalam proses ekstraksi harus berdasakan dari kemampuan pelarut pada saat melarutkan zat aktif dalam jumlah yang maksimal dan juga seminimal mungkin bagi unsur yang tidak diinginkan. Berdasarkan konstanta dielektriknya, pelarut organik dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu pelarut polar dan pelarut non polar. Semakin tinggi konstanta dielektrik pelarut maka pelarut akan semakin polar. Berdasarkan konstanta dielektrik suatu pelarut dapat ditunjukkan pada tabel dibawah ini.

Transcript of Sifat pelarut Pemilihan suatu pelarut yang akan digunakan dalam proses ekstraksi harus berdasakan...

Page 1: Sifat pelarut Pemilihan suatu pelarut yang akan digunakan dalam proses ekstraksi harus berdasakan dari kemampuan pelarut pada saat melarutkan zat aktif dalam jumlah yang maksimal dan

Sifat pelarut

Pemilihan suatu pelarut yang akan digunakan dalam proses ekstraksi harus

berdasakan dari kemampuan pelarut pada saat melarutkan zat aktif dalam jumlah yang

maksimal dan juga seminimal mungkin bagi unsur yang tidak diinginkan. Berdasarkan

konstanta dielektriknya, pelarut organik dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu pelarut

polar dan pelarut non polar. Semakin tinggi konstanta dielektrik pelarut maka pelarut akan

semakin polar. Berdasarkan konstanta dielektrik suatu pelarut dapat ditunjukkan pada tabel

dibawah ini.

Selain dari konstanta dielektrik, kepolaran suatu pelarut dapat tentukan dengan

menggunakan kepolaran dari suatu pelarut. Berdasarkan kepolarannya, dapat dilihat pada

tabel kepolaran pelarut dibawah ini.

Pelarut Konstanta dielektrik (εr)heksana 1,89

Petroleum eter 1,90n-oktan 1,95n-dekan 1,99n-toluen 2,38

Etil asetat 6,08Etanol 24,30

Metanol 33,60Asam formiat 58,50

Air 80,40

Pelarut Indeks Polaritas (P)Heksana 0Toluena 2,4Dietileter 2,8Butanol 3,1Kloroform 3,9Etil asetat 4,1Aseton 5,1Metanol 5,1Etanol 5,2Air 9,0

Page 2: Sifat pelarut Pemilihan suatu pelarut yang akan digunakan dalam proses ekstraksi harus berdasakan dari kemampuan pelarut pada saat melarutkan zat aktif dalam jumlah yang maksimal dan

Adapaun beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam memilih jenis pelarut yang akan

digunakan yaitu pelarut yang digunakan harus mempunyai daya larut yang tinggi, pelarut

tidak berbahaya dan beracun. Beberapa contoh pelarut yang sering digunakan dalam proses

ekstraksi adalah aseton, etil asetat, etanol, n-heksan, metanol. Penelitian ini menggunakan

tiga jenis pelarut yang berbeda dalam melakukan proses isolasi pelarut yang digunakan yaitu

pelarut non-polar (hekasana), semi polar (etil asetat), polar (metanol). Pemilihan pelarut ini

berdasarkan tingkat kepolaran yang berbeda yang dapat mempengaruhi hasil dari senyawa

yang akan didapatkan.

Heksana merupakan senyawa hidrokarbon alkana dengan rumus kimia C6H14 (isomer

utama n-heksana memiliki rumus CH3(CH3)4CH3) dan tergolong dari jenis pelarut non-polar.

Heksana adalah jenis pelarut organik yang tingkat paparanya hanya menyebabkan iritasi

dengan luka residual kecil, akan tetapi jika terkena paparan dalam jumlah banyak dapat

mengakibatkan terjadinya efek tumorigenik (pembentukan sel tumor), efek teratogenik

(pertumbuhan sel kangker), efek reproduksi (pembentukan kesuburan sperma) dan efek

mutagenetik.

Metanol, juga dikenal sebagai metil alkohol, atau spiritus, adalah senyawa kimia

dengan rumus kimia CH3OH selain itu, merupakan bentuk alkohol paling sederhana. Pada

"keadaan atmosfer", metanol berbentuk cairan yang ringan, mudah menguap, tidak berwarna,

mudah terbakar, dan beracun dengan bau yang khas (berbau lebih ringan daripada etanol).

Sedikit paparan dapat mengakibatkan luka sementara atau luka residual sedang ayang serius.

Paparan dalam udara secara berulang-ulang dalam kisaran 200 untuk 375 ppm akan

mengakibatkan rasa sakit pada kepala, kisaran 1200 untuk 830 ppm akan mengakibatkan

kerusakan neurologis yang akan menimbulkan keracunan. Kontak secara berulang pada kulit

akan mengakibatkan defatting dermatitis dengan ciri-ciri kekeringan dan retak pada kulit.

Adapun beberapa tindakan pencegahan secara normal yang dapat dilakukan sehingga dapat

menghindari hal-hal yang tidak dinginkan. Salah satunya yaitu, selalu menggunakan

perlengkapan yang dapat dapat melindungi tubuh dari paparan, memastikan ventilasi yang

cukup, menghindari adanya kontak dengan kulit, mata, dan pakaian.

Etil asetat adalah senyawa organik dengan rumus CH3CH2OC(O)CH3. Senyawa ini

berwujud cairan tak berwarna, memiliki aroma khas. Etil asetat merupakan pelarut polar

Page 3: Sifat pelarut Pemilihan suatu pelarut yang akan digunakan dalam proses ekstraksi harus berdasakan dari kemampuan pelarut pada saat melarutkan zat aktif dalam jumlah yang maksimal dan

menengah yang volatil (mudah menguap), tidak beracun, dan tidak higroskopis. Paparan yang

terjadi hanya akan menyebabkan iritasi dengan luka residual kecil. Adapun beberapa bentuk

iritasi yang dapat ditimbulkan antara lain yaitu, iritasi pada mata disebabkan terkena uap

secara langsung pada mata. Paparan pada kulit secara berkepanjangan dapat mengakibatkan

kekeringan pada kulit dan akan terjadi iritasi pada salauran pernafasan jika terhirup secara

langsung dalam jangka panjang.