Tugas Keselamatan Industri Tentang Pelarut

43
TUGAS KESELAMATAN INDUSTRI TENTANG PELARUT OLEH: ANDRY PRATAMA SURYA NIM: 1207136507 JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS RIAU

description

pelarut

Transcript of Tugas Keselamatan Industri Tentang Pelarut

TUGAS KESELAMATAN INDUSTRI TENTANG PELARUT

OLEH:

ANDRY PRATAMA SURYANIM: 1207136507

JURUSAN TEKNIK KIMIAFAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS RIAU

PEKANBARU2015

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manusia setiap harinya bisa terpapar oleh toksikan, karena sumber

toksikan dapat kita temui dari mana saja, bisa dari lingkungan rumah,

lingkungan kerja, bahkan dari makana n yang kita konsumsi. Dari

lingkungan rumah contohnya debu, detergen, dan asap kendaraan yang dapat

kita hirup. sedangkan dari ligkungan kerja seperti terpaparnya rdiasi,

terhirupnya asbes, zat-zat kimia seperti timah hitam, formaldehid, pestisida

golongan organoklorin, dan karbon monoksida bagi orang-orang yang bekerja

dikawasan industry. Selain itu toksikan dapat kita temukan dari kosmetik,

makanan dan minuman yang kita konsumsi, karena menggnakan bahan-bahan

yang berbahaya.

Toksikan merupakan zat-zat kimia yang dapat menyebabkan luka-luka,

dapat mengenai manusia dengan berbagai cara. Beberapa zat menyebabkan

kerusakan bila mengenai kulit atau bagian yang paling sensitif dari permukaan

paling luar dari tubuh manusia, mata. Zat-zat kimia yang masuk ke dalam

tubuh didistribusikan melalui aliran darah. Bila suatu toksikan masuk ke

dalam tubuh, maka harus diperhatikan organ yang mana yang akan

dirusaknya, berapa lama dia akan tinggal di dalam tubuh dan bagaimana cara

menghilangkannya.

Salah satu sumber toksikan yang akan dibahas yaitu pelarut yang

biasanya kita temukan pada makanan atau minuman, maupun obat-obatan,

atau pun di laboratorium yang biasa digunakan untuk praktikum dan

penelitian. pelarut adalah benda cair atau gas yang melarutkan benda padat,

cair atau gas, yang menghasilkan sebuah larutan. Banyak pelarut yang

digunakan dalam industri untuk berbagai tujuan, antara lain proses ekstraksi:

minyak makan, minyak wangi, bahan farmasi, pigmen dan produk-produk

lainnya dari sumber alam. Menghilangkan lemak merupakan satu contoh

penggunaan solven untuk menghilangkan bahan-bahan yang tidak diinginkan.

Solven ditambahkan untuk memudahkan pemakaian penyalut (coating) pada

adhesive, tinta, cat, vernis, dan penyegel (sealer). Solven-solven ini mudah

menguap, oleh karena itu, mereka dengan sengaja dilepaskan ke atmosfer

setelah penggunaan.

Pelarut umumnya merupakan suatu cairan yang dapat berupa zat murni

ataupun campuran. Zat yang terlarut, dapat berupa gas, cairan lain, atau padat.

Kelarutan bervariasi dari selalu larut seperti etanol dalam air, hingga sulit

terlarut, seperti perak klorida dalam air. Istilah "tak larut" (insoluble) sering

diterapkan pada senyawa yang sulit larut, walaupun sebenarnya hanya ada

sangat sedikit kasus yang benar-benar tidak ada bahan yang terlarut. Dalam

beberapa kondisi, titik kesetimbangan kelarutan dapat dilampaui untuk

menghasilkan suatu larutan yang disebut lewat jenuh (supersaturated) yang

menstabil.

Air merupakan pelarut yang sering digunakan dan paling aman.

Adalah pelarut yang kuat, melarutkan banyak jenis zat kimia. Zat-zat yang

bercampur dan larut dengan baik dalam air (misalnya garam-garam) disebut

sebagai zat-zat "hidrofilik" (pencinta air), dan zat-zat yang tidak mudah

tercampur dengan air (misalnya lemak dan minyak), disebut sebagai zat-zat

"hidrofobik" (takut-air).

Kebanyakan solven adalah depresan Susunan Syaraf Pusat. Mereka

terakumulasi di dalam material lemak pada dinding syaraf dan menghambat

transmisi impuls. Pada permulaan seseorang terpapar, maka fikiran dan

tubuhnya akan melemah. Pada konsentrasi yang sudah cukup tinggi, akan

menyebabkan orang tidak sadarkan diri. Senyawa-senyawa yang kurang polar

dan senyawa-senyawa yang mengandung klorin, alkohol, dan ikatan rangkap

memiliki sifat depresan yang lebih besar. Solven adalah irritan. Di dalam

paru-paru, irritasi menyebabkan cairan terkumpul. lrritasi kulit digambarkan

sebagai hasil primer dari larutnya lemak kulit dari kulit. Sel-sel keratin dari

epidermis terlepas. Diikuti hilangnya air dari lapisan lebih bawah. Kerusakan

dinding sel juga merupakan suatu faktor. Memerahnya kulit dan timbul tanda-

tanda lain seperti inflammasi. Kulit pada akhirnya sangat mudah terinfeksi

oleh bakteri, menghasilkan roam dan bisul pemanah. Pemaparan kronik

menyebabkan retak-retak dan mengelupasnya kulit dan juga dapat

menyebabkan terbentuknya calluses dan kanker. Solven-solven bervariasi

tingkatannya untuk dapat menyebabkan initasi. Semakin nonpolar suatu

solven maka semakin efektif ia melarutkan lemak kulit.

Contoh pelarut yang bersifat sangat toksik yaitu pelarut organic yang

bersifat nonpolar. Solven-solven sangat nonpolar ini adalah campuran dari

hidrokarbon alifatis sederhana yang diperoleh dari penyulingan petroleum.

Mereka terdiri dari Carbon dan Hidrogen, dengan bermacam- macam nama

seperti naphtha, kerosene, gasoline, tigroin, benzine, petroleum distillates,

pentane, hexane, atau octane. Hidrokarbon dengan Berat Molekul yang rendah

adalah gas (methane, propane, dan butane), sedangkan hidrokarbon dengan.

Berat Molekul yang lebih tinggi, ditemukan dalam bentuk minyak mineral,

merupakan komponen solven yang tidak penting.

Hidrokarbon adalah senyawa kimia inert, suatu karakter yang paling

baik sebagai solven. Hidrokarbon dengan Berat Molekul sedang adalah mudah

menguap, dan masuk ke dalam tubuh manusia melalui paru-paru. Mereka

menyebabkan depresi Susunan Syaraf Pusat, menyebabkan gejala-gejala

seperti mabuk. Pada level yang lebih tinggi (2000 ppm), pemaparan dalam

periode yang singkat akan menyebabkan bahaya yang serius. Solven

Hidrokarbon spesifik, heksan, adalah komponen solven hidrokarbon yang

paling banyak digunakan. Solven ini dimetabolisme di dalam tubuh menjadi

suatu zat yang merusak susunan syaraf perifer (peripheral nervous system,

PNS), jenis kerusakan berupa tremor dan gangguan pada muskuler. Gangguan

serius PNS terjadi di sebuah pabrik sepatu di Itali karena solven adhesiv

menggunakan heksan.

Karena pelarut-pelarut tersebut dapat kita temukan juga di

laboratorium yang biasa digunakan untuk praktikum, yang apa bila kita

terpapar terlalu sering akan berakibat buruk bagi keshatan tubuh kita. Bagi

mahasiswa farmasi hal tersebut sangat menarik untuk dikaji lebih dalam agar

kita tahu mekanisme terjadinya keracunan yang disebabkan oleh pelarut dan

pennganannya serta pencegahannya agar kita tidak tercemari oleh pelarut

tersebut.

BAB II

ISI

A. Definisi PelarutSebagian besar reaksi kimia secara luas dilakukan di dalam larutan.

Larutan terdiri dari pelarut (solvent) dan zat terlarut (solute). Pelarut (solvent)

pada umumnya adalah zat yang berada pada larutan dalam jumlah yang besar,

sedangkan zat lainnya dianggap sebagai zat terlarut (solute).

Pelarut adalah benda cair atau gas yang dapat melarutkan benda padat,

cair, atau gas, yang menghasilkan sebuah larutan. Pelarut paling umum digunakan

dalam kehidupan sehari-hari adalah air. Pelarut lain yang juga umum digunakan

adalah bahan kimia organik (mengandung karbon) yang juga disebut pelarut

organik. Pelarut biasanya memiliki titik didih rendah dan lebih mudah menguap,

meninggalkan substansi terlarut yang didapatkan. Untuk membedakan antara

pelarut dengan zat yang dilarutkan, pelarut biasanya terdapat dalam jumlah yang

lebih besar.Pada umumnya pelarut yang baik mempunyai kriteria sebagai berikut :

Pelarut harus tidak reaktif (inert) terhadap kondisi reaksi.

Pelarut harus dapat melarutkan reaktan dan reagen.

Pelarut harus memiliki titik didih yang tepat.

Pelarut harus mudah dihilangkan pada saat akhir dari reaksi.

Kriteria kedua adalah dengan menggunakan prinsip like dissolves like,

dimana reaktan yang nonpolar akan larut dalam pelarut nonpolar sedangkan

reaktan yang polar akan larut pada pelarut polar. Dalam hal ini juga terdapat tiga

ukuran yang dapat menunjukkan kepolaran dari suatu pelarut yaitu :

momen dipol

konstanta dielektrik

kelarutannya dengan air

B. Toksikologi SolvenBanyak pelarut yang digunakan dalam industri untuk berbagai tujuan,

antara lain proses ekstraksi: minyak makan, minyak wangi, bahan farmasi,

pigmen dan produk-produk lainnya dari sumber alam. Menghilangkan lemak

merupakan satu contoh penggunaan solven untuk menghilangkan bahan-bahan

yang tidak diinginkan. Solven ditambahkan untuk memudahkan pemakaian

penyalut (coating) pada adhesive, tinta, cat, vernis, dan penyegel (sealer). Solven-

solven ini mudah menguap, oleh karena itu, mereka dengan sengaja dilepaskan ke

atmosfer setelah penggunaan. Kebanyakan solven adalah depresan Susunan

Syaraf Pusat. mereka terakumulasi di dalam material lemak pada dinding syaraf

dan menghambat transmisi impuls. Pada permulaan seseorang terpapar, maka

fikiran dan tubuhnya akan melemah.

Pada konsentrasi yang sudah cukup tinggi, akan menyebabkan orang tidak

sadarkan diri. Senyawa-senyawa yang kurang polar dan senyawa-senyawa yang

mengandung klorin, alkohol, dan ikatan rangkap memiliki sifat depresan yang

lebih besar. Solven adalah irritan. Di dalam paru-paru, irritasi menyebabkan

cairan terkumpul. lrritasi kulit digambarkan sebagai hasil primer dari larutnya

lemak kulit dari kulit. Sel-sel keratin dari epidermis terlepas. Diikuti hilangnya air

dari lapisan lebih bawah. Kerusakan dinding sel juga merupakan suatu faktor.

Memerahnya kulit dan timbul tanda-tanda lain seperti inflammasi. Kulit pada

akhirnya sangat mudah terinfeksi oleh bakteri, menghasilkan roam dan bisul

pemanah. Pemaparan kronik menyebabkan retak-retak dan mengelupasnya kulit

dan juga dapat menyebabkan terbentuknya calluses dan kanker. Solven-solven

bervariasi tingkatannya untuk dapat menyebabkan initasi. Semakin nonpolar suatu

solven maka semakin efektif ia melarutkan lemak kulit.

2.1 Macam – Macam Solven yang Dapat Bersifat Toksik

2.2.1 Hidrokarbon-hidrokarbon Petroleum

Solven-solven sangat nonpolar ini adalah campuran dari hidrokarbon

alifatis sederhana yang diperoleh dari penyulingan petroleum. Mereka terdiri

dari Carbon dan Hidrogen, dengan bermacam- macam nama seperti naphtha,

kerosene, gasoline, tigroin, benzine, petroleum distillates, pentane, hexane,

atau octane. Hidrokarbon dengan Berat Molekul yang rendah adalah gas

(methane, propane, dan butane), sedangkan hidrokarbon dengan Berat

Molekul yang lebih tinggi, ditemukan dalam bentuk minyak mineral,

merupakan komponen solven yang tidak penting. Hidrokarbon adalah

senyawa kimia inert, suatu karakter yang paling baik sebagai solven.

MK terjadinya keracunan : Hidrokarbon dengan Berat Molekul sedang

adalah mudah menguap, dan masuk ke dalam tubuh manusia melalui paru-

paru. Mereka menyebabkan depresi Susunan Syaraf Pusat, menyebabkan

gejala-gejala seperti mabuk. Pada level yang lebih tinggi (2000 ppm),

pemaparan dalam periode yang singkat akan menyebabkan bahaya yang

serius. Solven Hidrokarbon melarutkan lemak kulit, menyebabkan kulit

menjadi kering, bersisik, mengiritasi kulit pada kontak yang lama.

Hidrokarbon spesifik, heksan, adalah komponen solven hidrokarbon yang

paling banyak digunakan. Solven ini dimetabolisme di dalam tubuh menjadi

suatu zat yang merusak susunan syaraf perifer (peripheral nervous system,

PNS), jenis kerusakan berupa tremor dan gangguan pada muskuler. Gangguan

serius PNS terjadi di sebuah pabrik sepatu di Itali karena solven adhesiv

menggunakan heksan.

2.2.2 Hidrokarbon Aromatis

a. Benzene

Hidrokarbon aromatis adalah juga sangat nonpolar. Mereka secara

kimia berbeda dari fraksi petroleum, mempunyai cincin benzen di dalam

strukturnya. Hidrokarbon aromatis diperoleh dari uap batubara selama

produksi batu arang. Benzene (tidak sama dengan benzine) digunakan sebagai

komponen tambahan pada bahan bakar motor bebas timah, Ph, namun

penggunaan ini dibatasi karena toksisitasnya. Benzen ditemukan di dalam

campuran beberapa senyawa solven, seperti Stoddard's solvent. Benzene

digunakan sebagai solven dalam cat, karet, plastik, dan tinta, dan digunakan

juga untuk mengekstraksi lemak dan minyak. Benzen sangat penting sebagai

suatu intermediet kimia dalam suatu sintesis. Diperkirakan sekitar 2 juta

pekerja di Amerika Serikat telah terpapar benzene.

MK terjadinya keracunan : Benzene adalah senyawa yang mudah

menguap, dan terpapar secara luas dalam bentuk uap menyebabkan kerusakan

Susunan Syaraf Pusat, saluran pencemaan, dan sumsum tulang yang

membentuk sel-sel darah merah. Para pekerja yang terpapar secara berlebihan

(overexposed workers) menderita anemia dan menurunnya jumlah sel darah

putih. Kontak dalam waktu yang lama dengan kulit menyebabkan kerusakan

kulit mirip akibat terbakar, dan beberapa pekerja menjadi lebih sensitif. Studi

epidemiologi terhadap para pekerja yang terpapar benzene dalam periode

waktu yang lama menunjukkan bertambahnya pekerja yang menderita kanker,

terutama kanker darah (leukimia).

b. Toluene, Xylene, Ethyl Benzene, dan Cumene

Senyawa-senyawa ini umumnya adalah solven hidrokarbon aromatis.

Semuasenyawa ini diproduksi sampai level jutaan metrik ton per tahun.

Xylene, jugadisebut xylol, sebenarnya merupakan suatu campuran dari tiga

derivat benzene. Ethyl benzene dan cumene disubstitusikan ke dalam struktur

benzene, dimanagrup ini menjadi lebih besar. Penggunaan, termasuk sebagai

bahan tambahanpada bahan bakar motor, sama seperti penggunaan benzene.

MK terjadinya keracunan : Pada umumnya solven-solven aromatis ini

menyebabkan lebih mengiritasi kulit dari pada benzene. Kecuali untuk

cumene, mereka kurang baik diserap melalui kulit dari pada benzene, dan

tidak menyebabkan kerusakan pada sumsum tulang, tetapi efeknya lebih besar

terhadap Susunan Syaraf Pusat dari pada benzene. Sebagai suatu komponen

perekat, di dalam rumah tangga, toluene tercium seperti bau narkotika oleh

orang yang menggunakan perekat tersebut dan dapat menyebabkan kerusakan

pada ginjal dan hati.

2.2.3 Hidrokarbon terklorinasi

Secara kimiawi, senyawa-senyawa ini adalah hidrokarbon petroleum,

biasanya dengan beberapa atom klor per molekul menggantikan atom

hidrogen. Mereka adalah pelarut nonpolar yang unggul, dan memiliki

tambahan keuntungan karena tidak mudah menguap. Sekitar 1.5 biliun pound

setiap tahunnya solven hidrokarbon terklorinasi terutama 1,1,1-trikloroetan,

metilen klorida, perkloro etilen, dan trikloro etilen diproduksi dan digunakan

untuk kepentingan Amerika Serikat. Karena adanya tekanan dari para pencinta

lingkungan dan juga adanya peraturan, maka penambahan jumlah dari

senyawa-senyawa ini harus melalui daur ulang (recyling). Diketahui bahwa

solven baru yang diproduksi setiap tahunnya sekitar 0,4 biliun pound di daur

ulang oleh pengguna solven, dan 0.26 biliun pound didaur ulang oleh

perusahaan. Solven-solven hidrokarbon terklorinasi digunakan secara luas

sebagai solven di industri dan merupakan solven pilihan (the solvent of

choise) penghilang lemak dan zat pembersih/pengering. Trikloretilen dan

1,1,1-trikloroetan digunakan terutarna untuk membersihkan minyak dari

logam, sementara perkloroetilen sangat berguna untuk pembersih kering.

Karbon tetra klorida digunakan dalam jumlah besar sebagai solven pembersih

kering (dry cleaning)., sebagai cairan pada alat pemadam api, dan lain-lain,

tetapi sekarang ia sudah banyak digantikan dengan solven lain yang lebih

aman. Beberapa solven hidrokarbon terklorinasi digunakan pada adhesive.

Metilen klorida digunakan dalam aerosol, dan untuk melarutkan plastik, karet,

minyak dan lilin. Untuk keperluan di rumah tangga biasanya dipakai sebagai

solven penghapus cat. Metil klorida digunakan sebagai suatu pendingin dan

sebagai suatu propellan (bahan pembakar) aerosol.

MK terjadinya keracuan : Senyawa hidrokarbon lainnya juga

menyebabkan iritasi kulit dan hilangnya lemak kulit serta menekan, susunan

syaraf pusat. Beberapa solven terklorinasi menyebabkan timbulnya bengkak

pada kulit seperti jerawat, suatu kasus yang disebut dengan jerawat klor

(chloracne). Depresi susunan syaraf pusat dapat menyebabkan anaestesia.

Terbukti bahwa salah satu dari senyawa ini, Kloroform, bersifat anaestesi dan

digunakan selama bertahun-tahun sebagai anaestetika.

Karbon tetraklorida mempunyai efek yang tidak baik terhadap

kesehatan. Senyawa ini diabsorbsi segera melalui kulit atau paru-paru. Di

dalam tubuh, karbon tetraklorida menyebabkan kerusakan pada hati dan

kemudian ginjal bila terpapar secara terus menerus (on continued exposure).

Karbon tetraklorida juga potensial menyebabkan tumor hati.

Kloroform mempunyai efek yang sama dengan karbon tetraklorida,

termasuk kemampuannya menyebabkan kanker pada binatang percobaan.

NamunKloroform sangat sedikit digunakan sebagai solven dibanding dengan

Karbon tetraklorida.

Metilen klorida adalah depresan susunan syaraf pusat. Dia

dimetabolisme menjadi karbon monoksida, yang dapat beikatan sangat kuat

dengan hemoglobin, menyebabkan berkurangnya kapasitas transpor oksigen di

dalam tubuh. Bahaya seperti ini terjadi pada penghisap rokok (perokok), yang

kapasitas hemoglobinnya telah berkurang akibat berikatan dengan karbon

monoksida yang terkandung pada asap rokok. Namun toksisitasnya lebih

rendah jika disbanding dengan karbon tetra klorida dan kloroform. American

Conference of Governmental Industrial Hygienist (ACGIH) memasukkan

metilen klorida sebagai zat penyebab kanker.

Metil kloroform tampaknya merupakan salah satu solven terklorinasi

yang paling aman. Ia tidak bersifat narcose, tidak merusak liver, dan tidak

mengiritasi kulit, dan ia tidak terdaftar sebagai suatu karsinogen. Disisi lain,

asetilen tetraklorida merupakan salah satu yang paling buruk efeknya. Ia

bersifat sangat narkose dan menyebabkan kerusakan yang serius terhadap

lever, ginjal, dan paru-paru.

Tetrakloroetilen menyebabkan jenis kerusakan yang sama, tetapi

efeknya lebih kecil. Trikloroetilen adalah suatu narkotik yang kuat. Dari suatu

pengamatan yang cermat diketahui bahwa pemaparan oleh beberapa

hidrokarbon terklorinasi berkombinasi dengan pemaparan dari alkohol seperti

isopropil atau etil alkohol, atau dengan ketone seperti acetone, mempertinggi

efek toksik dari hidrokarbon terklorinasi.

2.2.4 Alkohol

Alkohol digunakan secara luas sebagai solven, terutama pada industri

pelapis (coatings industry). Metil alkohol dan etil alkohol sering ditambahkan

pada bahan bakar motor, namun dapat menyebabkan kerusakan pada sistem

bahan bakar di dalam mobil yang terbuat dari karet yang dapat dirusak oleh

alkohol. Dewasa ini, alkohol ditambahkan pada bahan bakar untuk

meninggikan kandungan oksigennya. Karena tingginya kadar oksigen, maka

produksi karbon monoksida pada pembakaran berkurang. Kota-kota dengan

tingkat karbon monoksida yang tinggi di udaranya mengharapkan menemukan

cara untuk bisa mengatasinya.

Etil alkohol bersifat memabukkan yang terdapat di dalam minuman

beralkohol. Tinktur adalah obat yang dilarutkan di dalam etil alkohol untuk

diusapkan/ digosokkan pada kulit. Isopropil alkohol digunakan sebagai

alkohol gosok (rubbing alcohol). Problem keracunan alkohol tidak begitu

lazim, karena ia tidak diabsorbsi melalui kulit secara efektif. Dengan adanya

gugus alkohol (-OH) yang sangat polar, menambah dengan tajam titik didih,

dan mengurangi volatilitas, dari molekul. Juga menambah kelarutan suatu

struktur kimia dalam air dan kemampuannya melarutkan solutes polar.

Alkohol dengan molekul kecil, seperti metil dan etil alkohol, atau molekul

dengan gugus poli alkohol, seperti gliko l atau karbohidrat, adalah sangat

mudah larut dalam air. Tetapi jika ditambah atom karbon pada struktur ini

maka kelarutannya dalam air berkurang. Sebagai contoh, senyawa dengan 4

karbon C (butil alkohol) mempunyai kemampuan terbatas larut dalam air.

Beberapa senyawa alkohol juga memiliki sifat-sifat toksik. Gugus alcohol

menyebabkan senyawa ini bersifat iritasi yang lebih besar dan narkose, tetapi

sifat ini tidak diberikan oleh alkohol dengan molekul lebih besar. Disisi lain,

MK terjadinya keracunan alkohol dengan molekul besar adalah larut

dalam lemak. Sebagai akibatnya, mereka tinggal lebih lama di dalam tubuh,

dan lebih merusak organ-organ bagian dalam (to demage internal organs).

Karena derajat penguapannya relatif rendah, maka problem serius terhadap

inhalasi uap alkohol tidak umum terjadi. Metil alkohol (metanol) adalah

molekul alkohol yang paling kecil. Terpapar secara berlebihan dengan

senyawa ini menyebabkan narkose sama seperti efek etil alkohol, namun efek

narkose etil alkohol lebih besar. Harus diperhatikan secara serius, suatu hasil

metabolik dari metil alkohol menyerang syaraf mata, menyebabkan kebutaan.

Efek toksik terjadi dari absorpsi metil alkohol melalui kulit.

Metil alkohol adalah suatu zat yang di dalam industri ditambahkan ke

dalam etil alkohol, untuk segala macam keperluan kecuali untuk diminum.

Problem dengan metil alkohol adalah konsumsi yang disengaja. Ia dapat

dikonsumsi baik sebagai metil alkohol murni, kekeliruan dalam mengambil

etil alkohol, atau menggunakan alkohol denaturasi.

Etil alkohol biasanya dikonsumsi dengan sengaja sebagai sesuatu yang

memabukkan, menyebabkan problem yang lebih rumit di lingkungan kerja

dibandingkan dengan efek terpaparnya sebagai solven. Dalam hal problem

pada syaraf mata, etil alkohol sebenarnya potensial lebih toksik dari pada

metil alkohol; namun ia lebih cepat dimetabolisme menjadi produk akhir yang

kurang berbahaya dibandingkan dengan metil alkohol. Propil alkohol dan

isopropil alkohol keduanya lebih toksik dari pada etanol, dan nbutil alkohol (n

butanol) adala h lebih toksik lagi. Namun, tekanan uap dari senyawa-senyawa

ini adalah lebih rendah, dan masalah toksik yang ditimbulkannya jarang

terjadi.

2.2.5 Glikol dan eter glikol

Glikol dan eter-eternya digunakan sebagai solven (pelarut) untuk

plastik, aditif pada bahan makanan, bahan-bahan farrnasi, pernis, tinta, dan

cat. Mereka merupakan zat anti beku, berubah jika kena panas, dan merupakan

cairan hidraulik. Glikol mempunyai tekanan uap yang sangat rendah, dan oleh

karena itu ia hanya akan berada di udara dalam konsentrasi tertentu jika

larutannya dipanaskan. Glikol tidak mengiritasi kulit atau mata.

MK terjadinya keracunan : Derivatnya yang harus diperhatikan dengan

serius adalah etilen glikol, yang di dalam tubuh dimetabolisme menjadi asam

oksalat, suatu senyawa yang menyebabkan kerusakan serius terhadap ginjal.

Eter-eter glikol, disebut juga cellosolves, adalah lebih mudah menguap dan

lebih toksik, Metil cello solve adalah suatu iritan terhadap saluran pernafasan.

Ia diabsorpsi dengan cepat melalui kulit, dan di dalam tubuh ia menyebabkan

kerusakan ginjal dan susunan syaraf pusat.Butil cellosolve memiliki sifat

toksik yang hampir sama, dan ditambah dengan merusak sel-sel darah merah,

menyebabkan hemoglobin bisa muncul di dalam urin. Etil cellosolve

kelihatannya kurang toksik terhadap organ-organ dalam. Namun, keduanya

metil dan etil cellosolve ternyata merusak sistem reproduksi pria (the male

reproductive system). Selanjutnya, etil cellosolve baru-baru ini diketahui

merupakan teratogenik terhadap tikus. Propilen glikol digunakan dalam

bidang farmasi, kosrnetik, dan makanan tanpa kesukaran. Eter propilen glikol

tidak toksik dan tidak rnemiliki sifat-sifat teratogenik.

2.2.6 Eter

Seperti Hidrokarbon, eter adalah suatu struktur tanpa reaktivitas kimia.

Sifat ini membuat mereka berguna sebagai media tempat terjadinya reaksi

tanpa ada interferensi solven. Mereka adalah solven nonpolar dan mampu

melarutkan solute nonpolar, tetapi dengan adanya oxigen menyebabkan

rnereka berinteraksi dengan dan melarutkan air dalam derajat yang lebih besar

dibandingkan dengan pelarut nonpolar lainnya. Juga seperti hidrokarbon, eter-

eter mempunyai sifat norkose. Dietil eter digunakan sebagai suatu anaestetik

dalam operasi pembedahan selama bertahun-tahun.

MK terjadinya Keracunan : sangat mudah meficouap, cepat diabsorbsi

melalui paru-paru, dan sedikit mengiritasi. Diisopropil eter adalah lebih toksik

dan lebih mengiritasi dibanding dengan dietil eter, sementara eter-eter tidak

jenuh dan terklorinasi bersifat lebih toksik. Dua eter siklik yang umum

digunakan adalah dioksan dan tetrahidrofuran. Dioksan digunakan di industri

dalam jumlah yang besar. Ia mengiritasi bagian atas saluran pemafasan dan

mata, dan menyebabkan bermacam-macam simptom. Ia dapat diabsorbsi

melalui paru-paru dan kulit. Ginjal, lever, dan susunan syaraf pusat akan rusak

sebagai akibat terpapar dengan dioksan. Ia menunjukkan sifat karsinogenik

pada binatang percobaan. Tetrahidrofuran adalah suatu narkotik kuat dan

menyebabkan kerusakan ginjai, namun ia tidak begitu toksik terhadap ginjal

jika dibandingkan dengan dioksan. Konsentrasi tinggi sebesar 3000 ppm

menyebabkan iritasi.

2.2.7 Aldehid

Aldehid adalah bersifat iritasi yang kuat terhadap kulit, mata dan

saluran pernafasan. Pengaruhnya terutama oleh aldehid dengan Berat Molekul

lebih rendah dan menguap, dan memiliki ikatan rangkap dalam strukturnya.

Pemaparan biasanya dibatasi oleh ketidaksadaran pekerja yang

menginhalasinya dalam dosis yang berbahaya. Asetaldehid digunakan secara

luas di industri. Secara toksikologi, ia bukan merupakan ancaman yang serius,

namun terhadap binatang ia menunjukkan efek teratogenik dan embriotoksik.

Inilah suatu kasus dimana hasilnya terhadap binatang tidak bisa diekstrapolasi

terhadap manusia.

2.2.8 Keton

Keton, terutama aseton dan metil etil keton digunakan secara luas

dimana solven yang lebih polar dibutuhkan. Keton dalam jumlah besar

digunakan dalam industry penyalut (the coatings industry). Seperti aldehid,

keton juga bersifat mengiritasi, dan dengan alasan itu ia tidak dibenarkan

diinhalasi dalam jumlah yang berbahaya (in dangerous quantity). Toksisitas

bertambah dengan bertambahnya Berat Molekui, dan jika ikatan rangkap

ditambahkan ke dalam strukturnya. Aseton, umumnya suatu senyawa yang

sangat atnan, dan hanya akan menyebabkan perasaan mengantuk dan iritasi

pada dosis yang tinggi. Metil etil keton sama seperti solven dengan bahaya

yang rendah (a low-hazard solvent), tetapi metil buill keton dimetabolisme,

seperti juga heksan, menjadi suatu neurotoksin yang kuat 2,5 hexsanedione.

2.2.9 Senyawa-senyawa lain

Dimetilsulfoksida adalah suatu solven yang sering juga digunakan. Ia

bersifat polar dan oleh karena itu ditemukan dalam penggunaan yang khusus.

Ia masuk ke kulit (penetrasi) secara efektif, tetapi ia memiliki sifat toksik yang

rendah. Namun, ia membawa bahan-bahan kimia yang bercampur dengannya

melewati kulit, menyebabkan konsekuensi yang serius bila ia bercampur

dengan suatu toksikan yang kuat. Dimetilformarnida dapat terinhalasi atau

diabsorbsi melalui kulit; ia merusak lever.

Karbon disulfida sangat mudah menguap, dan memiliki uap bersifat

berbahaya. Lebih signifikan lagi, ia menyebabkan kerusakan yang serius

terhadap otak dan susunan syaraf perifer (peripheral nervous system). Ia juga

berkontribusi terhadap penyakit jantung koroner (coronary heart disease).

Asetonitril adalah suatu asphyxiant (penyebab sesak nafas/dada) karena bila ia

pecah menghasilkan ion sianida. Karena pecahnya ini berjalan lambat, maka efek

pemaparannya dapat tertunda. Sesak dada/nafas dan muka menjadi kemerahan

menunjukkan keracunan sianida. Kadang-kadang ia mengiritasi hidung dan

kerongkongan. Bila terpapar dalam konsentrasi yang tinggi, maka akan terjadi

nausea dan muntah. Ia diabsorbsi melalui kulit, oleh karena itu harus dihindari

kontak dengannya.

C. Dampak Negatif Pelarut Bagi KesehatanI. Efek Umum

a. Depresi SSP, kebanyakan solven/pelarut adalah depresan Susunan Syaraf

Pusat. Mereka terakumulasi di dalam material lemak pada dinding syaraf

dan menghambat transmisi impuls. Pada permulaan seseorang terpapar,

maka fikiran dan tubuhnya akan melemah. Pada konsentrasi yang sudah

cukup tinggi, akan menyebabkan orang tidak sadarkan diri. Manifestasi

klinis dimulai dengan disorientasi, perasaan pusing, dan euphoria. Efek

yang disebut belakangan menyebabkan penyalahgunaan beberapa zat

kimia ini. Sindroma dapat berkembang menjadi paralisis, ketidaksadaran,

dan kejang–kejang. Senyawa-senyawa yang kurang polar dan senyawa-

senyawa yang mengandung klorin, alkohol, dan ikatan rangkap memiliki

sifat depresan yang lebih besar.

b. Iritasi, hampir sebagian besar Solven/pelsrut aadalah irritan. Di dalam

paru-paru, irritasi menyebabkan cairan berkumpul. lrritasi kulit

digambarkan sebagai hasil primer dari larutnya lemak kulit dari kulit. Sel-

sel keratin dari epidermis terlepas. Diikuti hilangnya air dari lapisan lebih

bawah. Kerusakan dinding sel juga merupakan suatu faktor. Memerahnya

kulit dan timbul tanda-tanda lain seperti inflammasi. Kulit pada akhirnya

sangat mudah terinfeksi oleh bakteri, menghasilkan ruam dan bisul

pemanah. Pemaparan kronik menyebabkan retak-retak dan mengelupasnya

kulit dan juga dapat menyebabkan terbentuknya calluses dan kanker.

Karena pelarut mudah menguap, penghirupan uapnya dapat

jugamenyebabkan iritasi pada saluran nafas, dan dapat juga menyebabkan

iritasi mata. Solven-solven bervariasi tingkatannya untuk dapat

menyebabkan initasi. Semakin nonpolar suatu solven maka semakin

efektif ia melarutkan lemak kulit.

c. Interaksi, sebagian besar pelarut dapat menjalani biotransformasi dan

dapat meningkatkan aktivitas isozim sitokrom P-450. Karena pelarut

sering berada dalam campuran, interaksi antara zat – zat kimia itu

mungkin terjadi. Contohnya pelarut benzene dapat meningkatkan efek

toksik zat lain dengan meningkatkan bioaktivitasnya. Di lain pihak,

toksisitas dapat juga berkurang pada campuran tertentu.

II. Efek Khusus

a. Hati, etanol merupakan penyebab perlemakan hati dan sirosis hati. Efek

ini tampaknya timbul akibat toksisitas langsung ditambah keadaan kurang

gizi yang biasanya terdapat diantara pecandu alcohol. Berbagai

hidrokarbon berklorin dapat menyebabkan berbagai jenis kerusakan hati,

antara lain perlemakan hati, disamping nekrosis hatai, sirosis hati, dan

kanker hati.

b. Ginjal, hidrokarbon berklorin tertentu, misalnya klorform dan karbon

tetraklorida, bersifat nefrotoksik selain hepatotoksik. Pada tingkat pajanan

yang lebih rendah, efek ginjal berkaitan dengan fungsi tubulus, misalnya

glikosuria, aminoasiduria, dan poliuria. Pada tingkat lebih tinggi, mungkin

ada kematian sel serta peningkatan BUN dan anuria. Pada manusia, CCl4

terutama mempengaruhi ginjal bila jalur pajanan adalah lewat

penghirupan, sementara hati merupakan organ organ sasaran utama bila

zat kimia itu dimakan. Etilen glikol juga bersifat nefrotoksik karena

sitotoksisitas langsungnya di samping karena penyumbatan tubulus

proksimal oleh Kristal dari metabolitnya, kalsium oksalat.

c. Susunan Saraf, terlepas dari pengaruhnya terhadap SSP, hidrokarbon

alifatik dan keton tertentu misalnya, n-heksan dan metal n-butil keton juga

mempengaruhi sususan saraf perifer. Manifestasi klinis dari polineuropati

ini dimulai dengan rasa baal dan parestesia, disamping kelemahan motorik

pada tangan dan kai. Efek ini kemudian melibatkan kedua lengan dan

kaki. Secara patologi ini ditandai oleh aksonopati distal. Metabolit reaktif

dari dua pelarut ini adalah 2,5-heksadion.

d. Sistem Hematopoietik, benzene merupakan contoh terkemuaka pelarut

yang mempengaruhi sisitem ini. Zat ini menenkan sumsum tulang pada

hewan dan manusia dan menurunkan jumlah eritrosit, leukosit, serta

trombosit yang beredar. Pada manusia yang terpajan benzene telah

dilaporkan terjadinya leukemia belum pernah diamati pada hewan coba di

laboraturium. Tetapi, benzene dapat menyebabkan tumor padat pada

hewan yang diberi zat ini

e. Karsinogenesis, beberapa hodrokarbon berklorin diketahui dapat

menimbulkan tumor hati, dan benzene bersifat karsinogenik pada hewan

dan menimbulkan leukemia pada manusia. Selain itu, dioksan juga

merupakan karsinogen hati dan dapat menimbulkan kanker nasofaring.

III. Efek Lain

Degenerasi testis dan cacat kardiovaskular (CV) pernah terlihat pada

hewan yang terpajan monoetil eter etilen glikol.

Methanol dapat merusak retina lewat metabolitnya dan terutama

mempengaruhi bagian yang bertanggung jawab ter hadap penglihatan sentral.

Metilen klorida menyebabkan depresi SSP dan iritasi pada mata dan kulit

seperti halnya banyak pelarut lain. Tetapi zat ini menginduksi karboksi

hemoglobinemia arena CO dibentuk dalam biotransformasinya.

Klorform dapat menginduksi aritmia jantung, mungkin akibat sensitisasi

ototjantung terhadap epinefrin. Inilah salah satu dari alasan mengapa klorform

kini tidak lagi dipakai sebagai anestesi umum.

D. Pengendalian Keracunan PelarutKeracunan pelarut menimbulkan efek yang berbahaya bagi lingkungan sekitar dan

kesehatan manusia. Dampak negative ini sangat dirasakan terutama bagi pekerja

yang berisiko terkena pelarut setiap harinya. Oleh sebab itu,diperlukan tindakan

pengendalian keracunan pelarut, yaitu : tindakan pencegahan dan perolongan &

pengobatan pelarut.

1. Pencegahan Keracunan Pelarut

Untuk mencegah terjadinya keracunan pelarut berikut adalah beberapa hal

yang harus diperhatikan penguna :

a. Mempunyai pengetahuan akan bahaya dari setiap bahan kimia/zat

pelarut sebelum melakukan analisis, bisa melihat pada MSDS.

b. Simpanlah semua bahan kimia/zat pelarut pada wadahnya dalam

keadaan tertutup dengan label yang sesuai dan peringatan

bahayanya.

c. Jangan menyimpan bahan kimia/zat pelarut berbahaya dalam

wadah bekas makanan/minuman, gunakanlah botol reagen.

d. Jangan makan/minum atau merokok didekat zat pelarut terutama di

laboratorium.

e. Gunakan lemari asam untuk bahan-bahan yang mudah menguap

dan beracun.

f. Gunakan alat pelindung diri ketika berhubungan dengan pelarut,

terutama masker, sarung tangan dan jas laboratorium.

g. Mengetahui hal-hal yang harus diperhatikan bila terjadi keracunan

pelarut.

2. Pertolongan dan Pengobatan Keracunan pelarut

Penanggulangan keracunan perlu dilakukan untuk kasus akut maupun

kronis. Kasus akut lebih mudah dikenal sedangkan kasus kronis lebih sulit

dikenal. Pada kasus keracunan akut, diagnosis klinis perlu segera dibuat. Ini

berarti mengelompokkan gejala-gejala yang diobservasi dan menghubungkan

dengan golongan xenobiotik yang memberi tanda-tanda keracunan tersebut. Hal

ini tentu membutuhkan pengetahuan luas tentang suatu toksis semua zat kimia.

Tindakan dini dapat dilakukan sebelum penyebab pasti dari kasus diketahui,

karena sebagian besar keracunan dapat diobati secara simtomatis menurut

kelompok kimianya.

Beberapa contoh tindakan yang perlu dilakukan pada kasus keracunan akut adalah

sebagai berikut:

a. Koma

Penderita hilang kesadarannya. Periksalah apakah penderita masih

bernafas teratur sekitar 20 kali per menit. Bila tidak bernafas maka perlu

dilakukan pernafasan buatan. Dalam keadaan koma penderita harus segera

dibawa ke rumah sakit yang besar yang biasa merawat kasus keracunan.

Jangan diberi minum apa-apa, dan hanya boleh dirangsang secara fisik

untuk membangunkan seperti mencubit ringan atau menggosok kepalan

tangan di atas tulang dada (sternum). Obat perangsang seperti kafein tidak

boleh diberikan persuntikan. Bila muntah, tidurkanlah telungkup supaya

muntahan tidak terhirup dalam paru-paru.

b. Kejang

Bila terdapat kejang maka penderita perlu diletakkan dalam sikap yang

enak dan semua pakaian dilepas. Menahan otot lengan dan tungkai tidak boleh

terlalu keras, dan di antara gigi perlu diletakkan benda yang tidak keras supaya

lidah tidak tergigit. Penderita keracunan dengan kejang harus diberi diazepam

intravena dengan segera, namun perlu dititrasi, karena bila berlebihan dapat

membahayakan. Penderita juga harus segera dirawat di rumah sakit.

Gejala-gejala keracunan perlu dikelompokkan. Misalnya bila terdapat

koma dengan gejala banyak keringat dan mulut penuh dengan air liur berbusa,

muntah, denyut nadi cepat, maka dapat dipastikan bahwa hal ini merupakan

keracunan insektisida organofosfat atau karbamat. Pemeriksaan laboratorium

mungkin tidak diperlukan. Antidotumnya sangat ampuh. yaitu atropin dosis besar

yang diulangulang pemberiannya.

Bila terdapat kelompok gejala: kulit kering (tidak lembab), mulut kering,

pupil membesar dan tidak bereaksi terhadap cahaya lampu, serta denyut jantung

cepat, maka dapat dipastikan bahwa racun penyebabnya sejenis atropin. Bila hal

ini disertai dengan denyut jantung yang tidak teratur, maka kemungkinan besar zat

ini merupakan obat antidepresan (yang menyerupai atropin). Pengenalan

penyebab keracunan harus didasarkan pada pengetahuan sifat-sifat obat dan zat

kimia dalam kelompok-kelompok gejala seperti di atas.

Walaupun secara pasti belum dapat ditentukan zat kimianya, namun

pengenalan kelompoknya sudah cukup untuk dapat melakukan upaya

pengobatannya. Bila diinginkan identifikasi zat yang lebih pasti maka diperlukan

bantuan laboratorium toksikologi. Namun perlu disadari bahwa tanpa pedoman

diagnosis kelompok penyebab, laboratorium sulit sekali melakukan testing. Selain

itu perlu juga diwaspadai bahwa setiap keracunan dapat mirip dengan gejala

penyakit.

Tindakan pada kasus keracunan bila tidak ada tenaga dokter di tempat

adalah sebagai berikut:

Tentukan secara global apakah kasus merupakan keracunan.

Bawa penderita segera ke rumah sakit, terutama bila tidak sadar.

Sebelum penderita dibawa kerumah sakit, mungkin ada beberapa hal yang

perlu dilakukan bila terjadi keadaan sebagai berikut:

Bila zat kimia terkena kulit, cucilah segera (sebelum dibawa kerumah

sakit) dengan sabun dan air yang banyak. Begitu pula bila kena mata (air

saja). Jangan menggunakan zat pembersih lain selain air.

Bila penderita tidak benafas dan badan masih hangat, lakukan pernafasan

buatan sampai dapat bernafas sendiri, sambil dibawa ke rumah sakit

terdekat. Bila tanda-tanda bahwa insektisida merupakan penyebab, tidak

dibenarkan meniup ke dalam mulut penderita.

Bila racun tertelan dalam batas 4 jam, cobalah memuntahkan penderita

bila sadar. Memuntahkan dapat dengan merogoh tenggorokan (jangan

sampai melukai !).

Bila sadar, penderita dapat diberi norit yang digerus sebanyak 40 tablet,

diaduk dengan air secukupnya.

Semua keracunan harus dianggap berbahaya sampai terbukti bahwa

kasusnya tidak berbahaya.

Simpanlah muntahan dan urin (bila dapat ditampung) untuk diserahkan

kepada rumah sakit yang merawatnya.

Bila kejang, diperlakukan seperti dibahas di atas.

c. Bila tertelan

Segera hubungi dokter terdekat dan jangan dirangsang untuk muntah, jika

tidak sadar jangan diberi minuman, jika pasien muntah letakkan posisi

kepala lebih rendah dari pinggul untuk mencegah muntahan tidak masuk

ke saluran pernapasan, jika korban tidak sadar miringkan kepala korban

kesatu sisi, sebelah kiri atau kanan dan segera bawa ke dokter.

d. Bila terhirup

Pindahkan korban di tempat udara segar, diistirahatkan jika perlu pasang

masker berkatup atau peralatan sejenis untuk melakukan pernapasan

buatan dan segera hubungi dokter terdekat.

e. Bila terkena mata

Cuci mata dengan air mengalir yang banyak sambil mata dikedip-kedipkan

sampai dipastikan terbebas dari metanol (zat pelarut) dan segera

periksakan kedokter.

f. Bila terkena kulit

Segera lepaskan pakaian, perhiasan dan sepatu korban kemudian cuci kulit

dengan sabun dan air mengalir yang banyak selama lebih kurang 15 – 20

menit sampai bersih dari metanol (zat pelarut), bila perlu periksakan ke

dokter.

F. Manajemen Pengendalian KeracunanDi dalam pelaksanaan menajemen lingkungan yang logis terhadap suatu

pelarut, penanganan zat tersebut harus dilakukan dengan tepat mulai dari saat

pembuatan sampai dengan pembuangannya. Solvent dapat menimbulkan resiko

yang serius akibat pemaparan okupasional, pencemaran udara dan air, dsb.

Sebelum megetahui cara pengendalian terhadap zat pelarut tersebut,

langkah awal lebih baik diketahui dahulu tekhnik-tekhnik pencegahan agar zat

pelarut tersebut tidak berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan.

Untuk memprediksikan hal yang bisa dipercaya dan untuk mencegah efek

yang merugiakan dari berbagai solven yang berbahaya suatu pengakajian dampak

kesehatan dan lingkungan (helath and environment impact assessment, HIEA)

merupakan studi terpadu untuk mengevaluasi, mengantisipasi dan mencegah,

suatu cara yang dapat dijadikan akses oleh pabrik yang menggunakan pelarut

hidrokarbon untuk menimbulkan dampak pada masyarakat dan lingkungan

sekitar. Teknik yang dipilih untuk suatu tindakan mengantisipasi dan mencegah

terlepasnya zat pelarut berbahaya ke dalam lingkungan, dan bukan mengandalkan

teknik “setelah keajadian baru melakukan perbaikan dan tindakan”.

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan agar zat pelarut yang membawa

resiko kebakaran, dan peledakan, keracunan apabila terserap kulit, tertelan atau

terhirup, dan gangguan kulit jangka pendek maupun jangka panjang tersebut tidak

mengganggu kesehatan manusia maupun lingkungan sekitar. Tindakan-tindakan

itu adalah:

1. Mengetahui bahaya dari wadah pelarut. Bacalah Lembar Data Keselamatan

Bahan Kimia/MSDS (Material Safety Data Sheet) yang seharusnya disimpan

di tempat yang mudah di baca para pekerja.

2. Memastikan bahwa pelarut yang digunakan adalah bahan yang mudah

menyala. Berarti uapnya sangat mudah terbakar dan meledak. Percikan bunga

api dari rokok atau gesekan sudah dapat menimbulkan ledakan.

3. Harus mengetahui risiko bahaya terhadap kesehatan dalam jangka pendek

maupun jangka panjang seperti yang dijelaskan pada MSDS dan labelnya.

4. Saat bekerja dengan pelarut, harus mengetahui dan selalu mengikuti prosedur

kerja perusahaan.

5. Kenakan alat pelindung diri yang sesuai. Perlunya memakai beberapa

kombinasi antara sarung tangan, pelindung muka, apron, cream pelindung,

dan respirator sesuai dengan bahan yang digunakan. Saat bekerja dengan

pelarut atau bahan kimia apa saja harus memastikan bahwa pakaian pelindung

yang dikenakan terbuat dari bahan yang sesuai. Pastikan respirator sudah tepat

dikenakan dan sesuai dengan bahaya yang ada.

6. Gunakan peralatan misalnya gayung/ember atau perkakas lain, sehingga tidak

perlu kontak langsung dengan pelarut yang digunakan.

7. Apabila memungkinkan, gantilah bahan pelarut yang berbahaya dengan

pelarut lain yang kurang berbahaya namun fungsinya sama.

8. Jangan merokok dan/atau jauhkan pelarut dari sumber nyala.

9. Pelarut harus disimpan dalam wadah yang tertutup rapat dengan desain yang

tepat. Simpanlah pelarut di ruangan dengan ventilasi yang memadai misalnya

dalam lemari tahan api dengan diberi label yang sesuai. Gudang harus terletak

jauh dari sumber api dan dari bahan-bahan yang tidak cocok misalnya

oksigen.

10. Wadah pelarut harus ditandai dengan label. Jangan mencoba menghirup bau

wadah tersebut untuk mengetahui apa isinya.

11. Lap yang telah digunakan untuk menyerap pelarut harus dibuang secara aman

di lokasi yang tahan api dan dalam wadah yang tertutup. Larutan bekas pakai

juga harus dibuang secara aman. Jangan mengalirkannya ke saluran

pembuangan yang dapat menciptakan bahaya ledakan atau keracunan.

12. Harus mengetahui apa yang harus dilakukan dalam keadaan darurat,

bagaimana mengamankan lokasi, dan melaporkan kecelakaan yang terjadi.

13. Pastikan sudah tersedia alat pemadam yang sesuai serta pelajari bagaimana

cara mengoperasikannya.

14. Di ruangan di mana pelarut digunakan harus tersedia alat pencuci mata darurat

dan penyiram darurat. Diharuskan mengetahui di mana lokasinya dan cara

memakainya.

15. Jangan menggunakan pelarut untuk membersihkan kulit atau pakaian, karena

dapat terjadi bahaya ledakan, keracunan, dan iritasi kulit yang parah.

16. Ruang terbatas (confined space) bekas untuk menyimpan pelarut adalah ruang

berbahaya yang dapat mengakibatkan kematian. Uapnya beracun dan

kemungkinan kadar oksigen sangat rendah. Uap pelarut yang terperangkap di

ruang terbatas juga bisa meledak. Dan harus mengikuti prosedur keselamatan

bekerja di ruang terbatas dan lingkungan berbahaya lainnya.

17. Melakukan daur ulang terhadap bahan pelarut dalam proses industri untuk

mengurangi timbunan sampah serta mengurangi adanya limbah yang dapat

berbahaya bagi kesehatan.

18. Mendukung dan mempromosikan efsiensi dalam penggunaan energi..

19. Peraturan dan perundang-undangan untuk memberikan insentif yang

bermakna untuk mencegah impornya zat pelarut berbahaya di negara

pengekspornya sendiri yang sudah dilarang atau dibatasi pemakainnya.

Manajemen Pengendalian Pelarut:

1. Mengetahui bahaya dari wadah pelarut.

Bacalah Lembar Data Keselamatan Bahan Kimia/MSDS (Material Safety

Data Sheet) yang seharusnya disimpan di tempat yang mudah di baca para

pekerja. Material Safety Data Sheets (MSDSs) atau Chemical Safety Data

Sheet (CSDSs) adalah lembar informasi yang detail tentang bahan-bahan

kimia.  Umumnya lembar ini disiapkan dan dibuat oleh pabrik kimia atau

suatu program, seperti International Programme On Chemical Safety (IPCS)

yang aktifitasnya terkait dengan World Health Organization (WHO),

International Labour Organization (ILO), dan United Environment

Programme (UNEP).  HDSs/MSDSs/CSDSs merupakan sumber informasi

tentang bahan kimia yang penting dan dapat diakses tetapi kualitasnya dapat

bervariasi.  Jika anda menggunakan HDSs, berhati-hatilah terhadap

keterbatasannya, sebagai contoh, HDSs sering sulit untuk dibaca dan

dimengerti.

2. Kenakan alat pelindung diri yang sesuai.

Perlunya memakai beberapa kombinasi antara sarung tangan, pelindung

muka, apron, cream pelindung, dan respirator sesuai dengan bahan yang

digunakan. Saat bekerja dengan pelarut atau bahan kimia apa saja harus

memastikan bahwa pakaian pelindung yang dikenakan terbuat dari bahan yang

sesuai. Pastikan respirator sudah tepat dikenakan dan sesuai dengan bahaya

yang ada.

3. Jangan merokok dan/atau jauhkan pelarut dari sumber nyala.

4. Wadah pelarut harus ditandai dengan label. Jangan mencoba menghirup bau

wadah tersebut untuk mengetahui apa isinya.

5. Jangan menggunakan pelarut untuk membersihkan kulit atau pakaian, karena

dapat terjadi bahaya ledakan, keracunan, dan iritasi kulit yang parah.

6. Melakukan daur ulang terhadap bahan pelarut dalam proses industri untuk

mengurangi timbunan sampah serta mengurangi adanya limbah yang dapat

berbahaya bagi kesehatan.

7. Pemasangan Label dan Tanda Pada Bahan Berbahaya.

Pemasangan label dan tanda dengan memakai lambang atau tulisan

peringatan pada wadah atau tempat penyimpanan untuk bahan berbahaya

adalah tindakan pencegahan yang esensial. Peringatan tentang bahaya dengan

label dan tanda merupakan syarat penting dalam perlindungan keselamatan

kerja, namun hal tersebut tidak dapat dianggap sebagai perlindungan yang

sudah lengkap, usaha perlindungan keselamatan lainnya masih tetap

diperlukan. Lambang yang umum dipakai untuk bahan kimia yang memiliki

sifat berbahaya adalah sebagai berikut :

.

Keterangan :

E     =  Dapat Meledak                              T   =  Beracun

F+   =  Sangat Mudah Terbakar                 C   =  Korosif

F     =  Mudah Terbakar                            Xi   =  Iritasi

O    =  Pengoksidasi                                 Xn  =  Berbahaya Jika Tertelan

T+  =  Sangat Beracun                              N  =  Berbahaya Untuk Lingkungan

8. Pemakaian pelarut hijau (Green Solvent)

Pelarut hijau adalah pelarut yang benar-benar memberikan dampak negatif

seminimal mungkin terhadap mahluk hidup dan lingkungan. Tentu saja pelarut

yang paling memenuhi syarat tersebut adalah air sebagai pelarut universal.

Sayangnya sifat kimia dari air membatasi penggunaannya sebagai pelarut dalam

proses produksi.

BAB III

KESIMPULAN

Simpulan

Toksikan merupakan zat-zat kimia yang dapat menyebabkan luka-luka,

dapat mengenai manusia dengan berbagai cara. Beberapa zat menyebabkan

kerusakan bila mengenai kulit atau bagian yang paling sensitif dari permukaan

paling luar dari tubuh manusia, mata.

Salah satu sumber toksikan yaitu pelarut yang biasanya kita temukan

pada makanan atau minuan, maupun obat-obatan, atau pun di laboratorium

yang biasa digunakan untuk praktikum dan penelitian. pelarut adalah benda

cair atau gas yang melarutkan benda padat, cair atau gas, yang menghasilkan

sebuah larutan.

Macam – macam solven yang dapat bersifat toksik:

a. Hidrokarbon-hidrokarbon Petroleum

b. Hidrokarbon Aromatis

c. Hidrokarbon terklorinasi

d. Alkohol

e. Glikol dan eter glikol

f. Eter

g. Aldehid

h. Keton

i. Senyawa-senyawa lain seperti Dimetilsulfoksida, Karbon disulfide, dan

Asetonitril

DAFTAR PUSTAKA

Kusnoputranto, H. (1995). Toksikologi Lingkungan. Universitas Indonesia.

Fakultas Kesehatan Masyarakat dan Pusat Penelitian Sumberdaya

Manusia dan Lingkungan, Jakarta.

Manahan, Stanley E. (1994). Environmental Chemistry. sixth edition. Lewis

Publishers. Boca Raton, Ann Arbor, London, Tokyo

Scott, Ronald McLean. (1989). Chemical Hazard in the Workplace. Lewis

Publishers, Inc. 121 South Main Street, Chelsea, Michigan 48118

Mc Graw Hill Lange. Poisoning & Drug Overdose. Kent R. Olson fifth

edition, by the Faculty, Staff, and Associateds of the California Poison

Control System

Martindale. 1996. The Extra Pharmacopoeia .Thirty first edition. James E F

Reynolds . London Roya Pharmaceutical Society