Siaran pers pokja ampl - hari air dunia 2013

3
Siaran Pers : Untuk Segera Disiarkan Pokja AMPL Serukan Kerja Sama Pengelolaan Air Jakarta, 22 Maret 2012, Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (Pokja AMPL) menyerukan seluruh pihak dan elemen masyarakat meningkatkan kerja sama dalam pengelolaan air minum di Indonesia. “Kerja sama yang dimaksud adalah kerjasama di semua lini, dari hulu ke hilir,” papar Nugroho Tri Utomo, Direktur Permukiman dan Perumahan, Bappenas, sekaligus Ketua 1 Pokja AMPL Nasional. Menurut Nugroho, kerjasama di tingkat hulu dimaksudkan untuk melindungi sumber air baku yang mengalami banyak pencemaran, sementara kerjasama di tingkat operator untuk mengurangi bahaya kebocoran serta kerjasama di level masyarakat untuk merubah perilaku penggunaan air. Kebutuhan kerjasama pengelolaan air sangat mendesak, dan butuh dukungan berbagai pihak. Di Indonesia, data terakhir Badan Pusat Statistik menyebutkan, pemenuhan proporsi penduduk terhadap air minum aman di tahun 2011 baru tercatat 55,04 persen atau masih ada lebih dari 80 juta masyarakat yang belum terpenuhi kebutuhan air minum amannya. Jumlah ini akan terus merangkak naik seiring dengan pertumbuhan penduduk kita. Fakta lain yang dihadapi pemerintah adalah jumlah total kebutuhan dan investasi yang tersedia di sektor air minum masih jauh dari mencukupi. Dari 65 Triliun dana yang dibutuhkan, baru tersedia 38 triliun dana untuk pembangunan air minum. Jumlah dana tersebut dihitung dari APBN, asumsi jumlah Dana Alokasi Khusus, dan subsidi. “Masih banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan. Pembangunan air minum tidak bisa dilakukan sendirisendiri, harus ada upaya kongkrit menyatukan seluruh pihak menjalin kerjasama yang lebih luas baik dari seluruh pihak,” sambung Nugroho. 2013, Tahun Kerjasama Air internasional Mendekati tenggat pencapaian target pembangunan milenium (MDGs), penduduk dunia masih dihantui ancaman bahaya karena kekurangan air dan sanitasi buruk serta diperparah dengan meningkatnya resiko perubahan iklim. Badan Perserikatan BangsaBangsa mencatat setidaknya ada 780 juta orang di dunia tidak memiliki akses terhadap air bersih dan hampir 2,5 miliar tidak memiliki akses terhadap sanitasi yang memadai. Belum lagi kenyataan enam hingga delapan juta orang meninggal setiap tahunnya akibat bencana dan penyakit terkait air. Demikian halnya dengan Indonesia, selain upaya mengejar ketertinggalan di sektor air minum, akses masyarakat terhadap layanan sanitasi yang layak baru mencapai 55, 60 persen menuju target 62, 41 persen MDGs.

Transcript of Siaran pers pokja ampl - hari air dunia 2013

Page 1: Siaran pers   pokja ampl - hari   air dunia 2013

 

 

Siaran Pers : Untuk Segera Disiarkan 

 

Pokja AMPL Serukan Kerja Sama Pengelolaan Air 

Jakarta,  22 Maret  2012,  Kelompok  Kerja  Air Minum  dan  Penyehatan  Lingkungan  (Pokja  AMPL) 

menyerukan seluruh pihak dan elemen masyarakat meningkatkan kerja sama dalam pengelolaan air 

minum di Indonesia.  

“Kerja  sama yang dimaksud adalah kerjasama di  semua  lini, dari hulu ke hilir,” papar Nugroho Tri 

Utomo, Direktur Permukiman dan Perumahan, Bappenas,  sekaligus Ketua 1 Pokja AMPL Nasional. 

Menurut Nugroho, kerjasama di tingkat hulu dimaksudkan untuk melindungi sumber air baku yang 

mengalami banyak pencemaran, sementara kerjasama di tingkat operator untuk mengurangi bahaya 

kebocoran serta kerjasama di level masyarakat untuk merubah perilaku penggunaan air.  

Kebutuhan  kerjasama  pengelolaan  air  sangat mendesak,  dan  butuh  dukungan  berbagai  pihak. Di 

Indonesia,  data  terakhir  Badan  Pusat  Statistik  menyebutkan,  pemenuhan  proporsi  penduduk 

terhadap air minum aman di  tahun 2011 baru  tercatat 55,04 persen atau masih ada  lebih dari 80 

juta  masyarakat  yang  belum  terpenuhi  kebutuhan  air  minum  amannya.  Jumlah  ini  akan  terus 

merangkak naik seiring dengan pertumbuhan penduduk kita. 

Fakta  lain yang dihadapi pemerintah adalah  jumlah  total kebutuhan dan  investasi yang  tersedia di 

sektor air minum masih jauh dari mencukupi. Dari 65 Triliun dana yang dibutuhkan, baru tersedia 38 

triliun  dana  untuk  pembangunan  air minum.  Jumlah  dana  tersebut  dihitung  dari  APBN,  asumsi 

jumlah Dana Alokasi Khusus, dan subsidi.  

“Masih  banyak  pekerjaan  rumah  yang  harus  diselesaikan.  Pembangunan  air  minum  tidak  bisa 

dilakukan  sendiri‐sendiri, harus ada upaya kongkrit menyatukan  seluruh pihak menjalin kerjasama 

yang lebih luas baik dari seluruh pihak,” sambung Nugroho.  

2013, Tahun Kerjasama Air internasional  

Mendekati  tenggat  pencapaian  target  pembangunan  milenium  (MDGs),  penduduk  dunia  masih 

dihantui  ancaman  bahaya  karena  kekurangan  air  dan  sanitasi  buruk  serta  diperparah  dengan 

meningkatnya resiko perubahan  iklim. Badan Perserikatan Bangsa‐Bangsa mencatat setidaknya ada 

780 juta orang di dunia tidak memiliki akses terhadap air bersih dan hampir 2,5 miliar tidak memiliki 

akses  terhadap  sanitasi  yang  memadai.  Belum  lagi  kenyataan  enam  hingga  delapan  juta  orang 

meninggal setiap tahunnya akibat bencana dan penyakit terkait air.  

Demikian halnya dengan Indonesia, selain upaya mengejar ketertinggalan di sektor air minum, akses 

masyarakat terhadap layanan sanitasi yang layak baru mencapai 55, 60 persen menuju target 62, 41 

persen MDGs. 

Page 2: Siaran pers   pokja ampl - hari   air dunia 2013

Inilah  yang mendasari  semangat Majelis Umum  PBB mendeklarasikan  tahun  2013  sebagai  Tahun 

Internasional  Kerjasama Air  PBB.  Potensi  kerja  sama  air  sangat  besar manfaatnya,  baik  di  sektor 

ekonomi, sosial, atau  lingkungan. Kerjasama sangat penting tidak hanya untuk menjamin distribusi 

yang berkelanjutan dan adil  tetapi  juga untuk membina dan memelihara hubungan damai baik di 

dalam maupun di antara masyarakat.  

Amankan Air Melalui Program RPA 

Rencana Pengamanan Air  (RPA)  ialah  suatu program uji  coba pengamanan  air minum atau water safety plan yang diprakarsai oleh pemerintah pusat melalui sejumlah kementerian yang  tergabung dalam Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (Pokja AMPL).  Program  ini  didasari  oleh  kesadaran  tentang  pentingnya  kualitas,  kuantitas,  kontinyuitas  dan keterjangkauan  air  dari  hulu  ke  hilir.  Terlebih,  hasil  survei  Kementerian  Lingkungan  Hidup menyatakan, kondisi pencemaran air di Indonesia telah meningkat hingga 30 persen. Angka tersebut didapat dari pemantauan terhadap 52 sungai di Tanah Air mulai dari 2006 sampai 2011.   Kondisi  ini sangat memprihatinkan karena keberadaan air sangat erat dengan kehidupan manusia. Itulah mengapa pelestarian dan keamanan air menjadi perhatian utama setiap pelaku pembangunan air minum dan sanitasi.   “Selain  sebagai  salah  satu  upaya  dalam mempercepat  target MDGs  2015.  program  RPA  ini  juga diharapkan  dapat  menjadi  solusi  jitu  dalam  menjaga  kelestarian  air,  sehingga  kedepannya penyediaan air minum  di Indonesia bisa lebih baik,” tutur Nugroho   Lebih lanjut, Nugroho menyampaikan, program RPA ini juga bertujuan untuk mengembalikan kondisi sungai  menjadi  bersih,  sehingga  dapat  menjadi  sumber  kehidupan  masyarakat,  terutama  yang tinggal di bantaran sungai.  Program  RPA  merupakan  salah  satu  upaya  untuk  menjamin  keamanan  air  minum  melalui pendekatan komprenhensif yang mencakup semua  langkah. Mulai dari mengamankan pasokan air baku, pengelolaan air, distribusi dan pelayanan air minum, hingga pemanfaatan oleh masyarakat.  Pada  tahap  awal,  program  RPA  diujicobakan  pada  sejumlah wilayah  Indonesia,  yaitu  di  kawasan sungai Cikapundung, Banjarmasin dan Bangka.   Dalam  merealisasikan  program  RPA  di  Cikapundung  pemerintah  juga  mendorong  partisipasi 

masyarakat  melalui  komunitas  Gerakan  Masyarakat  Cinta  Cikapundung  (Gemricik)  untuk  saling 

menjalin kerjasama dalam mengatasi permasalahan seputar sungai Cikapundung 

Ketua  Gemricik, Mohammad  Satori mengungkapkan,  program  RPA  ini merupakan  langkah  tepat 

dalam menjaga kelestarian air di  Indonesia. “Terlebih, kian hari tingkat pencemaran air dikabarkan 

semakin meningkat,” ungkapnya. 

Dia  menambahkan,  pihaknya  yang  dalam  hal  ini  mewakili  masyarakat  menyambut  baik  adanya 

program RPA tersebut. “ Bahkan, kami siap mendukung seutuhnya berbagai langkah pengamanan air 

yang dicanangkan dalam program RPA,” terangnya. << 

 

Page 3: Siaran pers   pokja ampl - hari   air dunia 2013

 

Pokja AMPL Nasional  

Pembangunan air minum dan penyehatan lingkungan disadari tidak hanya terkait pada satu aspek semata tetapi membutuhkan integrasi dari berbagai aspek, yakni teknis air minum dan sanitasi, kelembagaan, pembiayaan, sosial, dan lingkungan hidup. Berdasarkan pemahaman itulah maka dibentuk Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (Pokja AMPL) di tingkat nasional.

Sampai saat ini terdapat sembilan kementerian/lembaga yang tergabung dalam Pokja AMPL. Kesembilan kementerian/lembaga tersebut adalah Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Kesehatan, Kementerian Pekerjaan Umum, Kementerian Perumahan Rakyat, Kementerian Keuangan, Kementerian Perindustrian, Kementerian Lingkungan Hidup, dan Badan Pusat Statistik. Keberjalanan Pokja AMPL ini dikoordinasikan oleh Bappenas  

Salah satu pencapaian penting dari keberadaan Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan adalah tersusunnya Kebijakan Nasional Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat (AMPL BM) dan konsep Kebijakan Nasional Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Berbasis Lembaga. Kebijakan Nasional AMPL BM terdiri dari 11 prinsip Pembangunan AMPL BM yang dalam lima tahun terakhir telah dioperasionalisasikan dan diterapkan melalui berbagai program/proyek AMPL yang ada di Indonesia. 

 

Informasi Lebih Lanjut :

Nissa Cita A. – Communication Officer HP 08121843697 Cheerli - Media Relation - HP: 081380193224 Sekretariat Pokja AMPL Jln. RP Soeroso No 50 Gondangdia – Menteng Jakarta Pusat 10350 Telp Fax: 021-31904113 Buka informasi terkini untuk melihat perkembangan pembangunan AMPL www.ampl.or.id