Shanty Tugas
-
Upload
agus-malep -
Category
Documents
-
view
9 -
download
0
description
Transcript of Shanty Tugas
GANGGUAN DAN MASALAH HAID
1.Dismenorea
Dismenorea adalah nyeri haid yang timbul menjelang atau selama haid. Dikatakan
nyeri haid (dismenorea) bila nyeri yang ditimbulkan sampai membuat wanita tidak dapat
bekerja dan harus tidur. Nyeri yang terjadi seringnya bersamaan dengan rasa mual, sakit
kepala, perasaan mau pingsan dan mudah marah. Nyeri tersebut dirasakan oleh wanita
pada bagian perut dan terasa sanga tsakit (kolik).
Dismenorea dibagi dalam dua macam, yaitu: dismenorea primer dan dismenorea
sekunder. Dismenorea primer adalah nyeri yang muncul segera setelah menars (sejak
pertama mengalami haid), sedangkan dismenorea sekunder nyeri yang muncul setelah
beberapa bulan mengalami masa haid.
Penyebab:
Penyebab pasti dari dismenorea primer belum bisa diketahui. Akan tetapi, diduga faktor
psikis dalam hal ini sangat berperan terhadap timbulnya nyeri. Dis¬menorea primer
umumnya dijumpai pada wanita dengan siklus haid berovulasi. Pada fase sekresi
dijumpai kadar prostaglandin yang tinggi dalam endometrium.
Gangguan haid terbagi menjadi dua macam, yaitu:
1. Gangguan ritme.
Gangguan ini terbagi lagi menjadi beberapa macam, yaitu: gangguan yang sering
terjadi (polimenorea), jarang terjadi (oligomenorea), terjadinya tidak teratur dan tidak terjadi
haid sama sekali (amenorea)
2. Gangguan pendarahan.
Gangguan ini terbagi menjadi beberapa macam juga, yaitu: sedikit pendarahan
(hipomenorea), banyak pendarahan (hiperme¬norea), pendarahan yang terlalu lama
(menoragia) dan pendarahan bercak (spotting). Timbulnya gangguan pendarahan
menunjukkan adanya gangguan organik (anatomis) atau gangguan endokronologik
(hormonal).
Klasifikasi Gangguan Haid
Gangguan haid dapat diklasifikasikan menjadi beberapa jenis:
A. Ditinjau dari banyaknya darah yang keluar:
1. Normal (2-5 pembalut per hari)
2. Hipermenorea/pendarahan banyak (>5 pembalut per hari)
3. Hipomenorea/pendarahan sedikit (< 2 pembalut per hari)
4. Spotting (bercak)
B. Ditinjau dari lamanya pendarahan:
1. Normal (selama 3-6 hari)
2. Menoragia (selama > 6 hari)
3. Brakimenorea (selama < 3 hari)
4. Premenstrual spotting
5. Pascamenstrual spotting
C. Ditinjau dari siklusnya:
1. Eumenorea/normal (setiap 25-31 hari sekali)
2. Polimenorea/terlalu sering (setiap < 25 hari sekali)
3. Oligomenorea/terlalu jarang (setiap > 31 hari sekali)
4. Amenorea/tidak ada pendarahan
5. Haid tidak teratur/pendarahan interval
6. Spotting pertengahan siklus
Faktor yang paling sering menyebabkan terjadinya dismenorea sekunder adalah
karena endome¬triosis (tumbuhnya jaringan endometrium di luar endometrium) dan
infeksi kronik genitalia interna. Wanita yang mengalami endo¬metriosis biasanya sering
merasakan nyeri ketika bersenggama dan buang air besar, bahkan biasanya juga sulit
untuk mendapatkan anak (infertil). Kadang-kadang pada wanita ter¬tentu dijumpai
endometriosis di paru, mata, dan di pusar. Setiap mengalami haid, wanita tersebut akan
mengeluarkan darah dari paru-paru, mata atau dari pusar.
Diagnosis dapat dibuat dari keluhan-keluhan yang ada, yang mana biasanya selalu
berhubungan dengan haid. Pada kasus dugaan terhadap endometriosis atau infeksi kronik
diperlukan laparoskopi diagnostik.
Pengobatan:
Ada beberapa pengobatan yang bisa dilakukan sesuai dengan kondisi wanita yang
terkena dimenorea, di antaranya:
1. Jika wanita tersebut mengalami kelainan organik maka cara pengobatannya adalah
dengan menghilangkan kelainan organik tersebut terlebih dahulu, kemudian dilakukan
pengobatan sesuai dengan kelainan organik yang ada.
2. Jika dimenorea terjadi pada wanita yang masih berusia muda maka pengobatan bisa
dilakukan dengan obat-obatan spasmolitik atau anal¬gesik terlebih dahulu.
3. Jika wanita mengalami dismenorea primer, yang mana penyebabnya adalah karena
kadar prostaglandin yang terlalu tinggi dan terjadi pada siklus haid yang berovulasi,
maka pengobatannya adalah dengan antiprostaglandin dan terapi hormon progesteron
untuk mencegah ovulasi sesuai dengan petunjuk dokter kandungan.
4. Jika wanita mengalami dismenorea sekunder, yang mana penyebabnya adalah karena
endometriosis dan infeksi kronik, maka pengobatannya adalah dengan penyembuhan
terhadap infeksi yang ada.
2.Hipomenorea
Hipomenorea adalah pendarahan dengan jumlah darah sedikit, melakukan
pergantian pembalut sebanyak 1-2 kali per hari, dan berlangsung selama 1-2 hari saja.
Penyebab:
Penyebab kelainan ini adalah kekurangan hormon estrogen atau progesteron.
Pengobatan:
Bila siklus haid berovulasi maka tidak perlu dilakukan pengobatan apa pun. Metroragia
Pendarahan yang terjadi pada seorang wanita yang tidak berhubungan dengan siklus
haid.
3.Hipermenorea
Hipermenorea adalah pendarahan dengan jumlah darah banyak, berlangsung selama
6−7 hari, dan melakukan pergantian pembalut sebanyak 5−6 kali per hari yang setiap
pembalutnya basah seluruhnya. Kelainan ini terletak pada kondisi dalam uterus.
Penyebab:
• Bisa berupa kelainan pada uterus (rahim), seperti mioma (tumor), uterus hipoplasia,
dan lain-lain; atau terdapat infeksi pada genitalia interna (organ reproduksi bagian
dalam).
• Kelainan darah.
• Gangguan fungsional (ganguan endokrinologik/hormonal).
Diagnosis:
Pada setiap wanita yang berusia 35 tahun harus dilakukan kuretase diagnostik untuk
menyingkirkan adanya keganasan.
Pengobatan:
Bila dijumpai kelainan organik, tentu dengan sendirinya penye¬babnya dapat
dihilangkan. Pada kelainan hormonal dapat diberikan be¬berapa jenis terapi hormon,
dan jika memungkinkan bisa dilakukan pemeriksaan hormon FSH, LH dan PRL.
\
GANGGUAN PADA MENSTRUASI
Permasalahan yang berhubungan dengan haid seringkali membuat kita, para wanita,
cemas. Apakah haid kita normal, perlu pengobatan, atau bahkan merupakan masalah serius
yang membutuhkan penanganan lebih lanjut. Untuk mengobati kecemasan ini, kita perlu
sedikit mengenal seluk-beluk gangguan yang berhubungan dengan haid, atau tepatnya
pendarahan pervaginam lainnya yang mungkin sedang kita alamia.
4.Menoragia
Penyebabnya:
Penyebab pendarahan ini adalah kelainan organik atau kelainan endokrinologik.
Pengobatan:
Untuk kelainan yang sifatnya organik, pengobatannya sesuai dengan jenis penyebabnya. Jika
terdapat kelainan hormonal, diberikan kombinasi estrogen dan progesteron dengan aturan
sesuai petunjuk dokter. Menoragia Pendarahan siklik yang berlangsung lebih dari 7 hari (haid
yang memanjang), dengan jumlah darah kadang-kadang cukup banyak.
Penyebab:
Mirip dengan hipermenorea. Pengobatan: Sama dengan prinsip pengobatan pada
hipermenorea.
5. Polimenorea
Pada polimenorea siklus haid lebih pendek dari biasa (kurang dari 21 hari).
Perdarahan kurang lebih sama atau lebih banyak dari haid biasa. Polimenorea dapat
disebabkan oleh gangguan hormonal yang mengakibatkan gangguan ovulasi, atau
menjadi pendeknya masa luteal.
6. Oligomenorea
Di sini siklus haid lebih panjang, lebih dari 35 hari. Apabila panjangnya siklus
lebih dari 3 bulan, hal itu sudah mulai dinamakan aminorea. Perdarahan pada
oligomenorea biasanya berkurang.Oligomenorea dan aminorea seringkali mempunyai
dasar yang sama, perbedaannya terletak dalam tingkat. Pada kebanyakan kasus
oligomenorea kesehatan wanita tidak terganggu, dan fertilitas cukup baik.
7.Amenorea
Adalah keadaan tidak adanya haid untuk sedikitnya 3 bulan berturut-turut.
DAFTAR PUSTAKA
Referensi:
ENDOKRINOLOGI GINEKOLOGI, Dr. Med Ali Baziad (Sub Bagian Endokrinologi
Reproduksi Bagian Obstetri Ginekologi FKUI) dan dr. Zain Alkaff (Sub Bagian
Endokrinologi Reproduksi Bagian Obstetri Ginekologi RSUP dr. Sardjito Yogyakarta),
Kelompok Studi Endokrinologi Reproduksi Indonesia, Jakarta: 1993