Shalawat Atas Nabi dan Awal Munculnya Penambahan 'Sayyidina'

9
BACAAN SHALAWAT DALAM SHALAT DAN KAJIAN HISTORIS PENAMBAHAN LAFADZ ‘SAYYIDINA’ 1 Oleh: Ust. Hasbi Habibi bin Achmad Djalaludin Asy-Syarkowi (Forum Muda Pegiat Kajian Masalah Keagamaan) Susunan bacaan shalawat atas Nabi memang cukup beragam, bahkan dalam beberapa riwayat pun susunannya ada yang berbeda. Namun pada bagian ini, penulis berupaya mengkaji dan meneliti tentang shalawat atas Nabi khusus pada saat shalat an sich, karena jika tidak difokuskan pada masalah ini, kajiannya akan lebih melebar kepada permasalahan lain. Selain itu akan diungkap pula secara kajian historis awal munculnya penambahan lafadz ‘sayyidina’ dalam shalawat atas Nabi Saw, tanpa harus ‘mencap’ bid'ah kepada orang yang berbeda dengan kita selama memiliki landasan hukum (mashâdir al-ahkam) yang dapat dipertanggungjawabkan. A. Bacaan Shalawat Dalam Shalat 1. Dari Sahabat Abu Mas'ud Al-Anshari Imam Muslim bin Al-Hajjaj An-Naisaburi mengambil riwayat dari jalur Yahya bin Yahya at-Tamimi yang ia bacakan dihadapan Malik dari Nu'aim bin Abdullah al-Mujmir dari Muhammad bin Abdullah bin Zaid al-Anshari dari Sahabat Abu Mas'ud Al-Anshari, ia berkata bahwa Rasulullah Saw pernah mendatangi kami ketika berada di majelis Sa'ad bin 'Ubadah, maka salah seorang sahabat kami yang bernama Basyir ibn Sa'ad bertanya kepada Rasulullah, "Allah telah memerintahkan kepada kami untuk bershalawat kepadamu, wahai Rasulullah!, lalu bagaimana cara kami bershalawat kepadamu?" Abu Mas'ud berkata, "Maka Rasulullah diam (menunggu informasi dari Jibril), sehingga kami pun berharap agar Basyir ibn Sa'ad tidak bertanya lagi kepada Rasul". Kemudian Rasulullah bersabda, ucapkan oleh kalian 1 Dengan dilandasi hati yang jernih dan kepala yang dingin, bacalah tulisan ini sampai tuntas dan lihat pula rujukan penerbitnya dalam catatan kaki (karena beda penerbit bisa saja beda halaman), dan jika ada yang mau memperbanyak tulisan ini, mohon untuk tetap mencantumkan nama penulis, karena dalam kajian ini mesti dipertangungjawabkan secara kelimuan. 1

Transcript of Shalawat Atas Nabi dan Awal Munculnya Penambahan 'Sayyidina'

Page 1: Shalawat Atas Nabi dan Awal Munculnya Penambahan 'Sayyidina'

BACAAN SHALAWAT DALAM SHALATDAN KAJIAN HISTORIS PENAMBAHAN LAFADZ ‘SAYYIDINA’1

Oleh:Ust. Hasbi Habibi bin Achmad Djalaludin Asy-Syarkowi

(Forum Muda Pegiat Kajian Masalah Keagamaan)

Susunan bacaan shalawat atas Nabi memang cukup beragam, bahkan dalam beberapa riwayat pun susunannya ada yang berbeda. Namun pada bagian ini, penulis berupaya mengkaji dan meneliti tentang shalawat atas Nabi khusus pada saat shalat an sich, karena jika tidak difokuskan pada masalah ini, kajiannya akan lebih melebar kepada permasalahan lain. Selain itu akan diungkap pula secara kajian historis awal munculnya penambahan lafadz ‘sayyidina’ dalam shalawat atas Nabi Saw, tanpa harus ‘mencap’ bid'ah kepada orang yang berbeda dengan kita selama memiliki landasan hukum (mashâdir al-ahkam) yang dapat dipertanggungjawabkan.

A. Bacaan Shalawat Dalam Shalat

1. Dari Sahabat Abu Mas'ud Al-AnshariImam Muslim bin Al-Hajjaj An-Naisaburi mengambil riwayat dari jalur Yahya

bin Yahya at-Tamimi yang ia bacakan dihadapan Malik dari Nu'aim bin Abdullah al-Mujmir dari Muhammad bin Abdullah bin Zaid al-Anshari dari Sahabat Abu Mas'ud Al-Anshari, ia berkata bahwa Rasulullah Saw pernah mendatangi kami ketika berada di majelis Sa'ad bin 'Ubadah, maka salah seorang sahabat kami yang bernama Basyir ibn Sa'ad bertanya kepada Rasulullah, "Allah telah memerintahkan kepada kami untuk bershalawat kepadamu, wahai Rasulullah!, lalu bagaimana cara kami bershalawat kepadamu?" Abu Mas'ud berkata, "Maka Rasulullah diam (menunggu informasi dari Jibril), sehingga kami pun berharap agar Basyir ibn Sa'ad tidak bertanya lagi kepada Rasul". Kemudian Rasulullah bersabda, ucapkan oleh kalian shalawat berikut. (Pada akhir pembicaraannya Rasul bersabda), "Adapun mengenai bacaan salam –dalam tahiyyât telah diajarkan– sebagaimana yang telah kalian ketahui." Bacaan shalawat yang diajarkan Rasulullah tersebut adalah:

ا﴾۱﴿ �م���� د، ك �ل� م ح�م���� د و�ع�ل�ى ا ل� ع�ل�ى م ح�م���� ��ه م� ص���� الل�ل� د و�ع�ل�ى ا ار�ك� ع�ل�ى م ح�م��� ، و�ب��� �م� اه�ي ر� ��ب�� �ل� إ �ت� ع�ل�ى ا �ي ص�لك� �ن��� �ن� إ �م�ي ال �ع��� �م� ف�ي ال اه�ي ر� ��ب�� �ل� إ �ت� ع�ل�ى ا ك �ار� �م�ا ب م ح�م�د، ك

�د.. ي �د. م�ج� 2ح�م�ي

Ya Allah, limpahkanlah shalawat kepada Nabi Muhammad dan kepada keluarga Nabi Muhammad, sebagaimana Engkau limpahkan shalawat kepada keluarga Nabi Ibrahim (termasuk Nabi Ibrahimnya sendiri), sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Agung. Ya Allah limpahkanlah keberkahan kepada Nabi

1 Dengan dilandasi hati yang jernih dan kepala yang dingin, bacalah tulisan ini sampai tuntas dan lihat pula rujukan penerbitnya dalam catatan kaki (karena beda penerbit bisa saja beda halaman), dan jika ada yang mau memperbanyak tulisan ini, mohon untuk tetap mencantumkan nama penulis, karena dalam kajian ini mesti dipertangungjawabkan secara kelimuan.

2 Lihat kitab Abu Al-Husain Muslim bin Al-Hajjaj An-Naisaburi, Shahîh Muslim Juz I, Kairo: Dar Ihya al-Kutub al-'Arabiyah, No. 405, hlm. 305. Lihat pula kitab Muhammad bin Isa At-Tirmidzi, Al-Jâmi Al-Kabîr Juz V, Beirut: Darul Gharbi al-Islami, No. 3220, hlm. 272-273. Lihat pula kitab Abu Abdurrahman Ahmad bin Syu'aib An-Nasai, As-Sunan Al-Kubra Juz II, Beirut: Muassasah ar-Risalah, No. 1209, hlm. 72.

1

Page 2: Shalawat Atas Nabi dan Awal Munculnya Penambahan 'Sayyidina'

Muhammad dan kepada keluarga Nabi Muhammad, sebagaimana Engkau limpahkan berkah kepada keluarga Nabi Ibrahim (termasuk Nabi Ibrahimnya sendiri) pada seluruh semesta alam, sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Agung.

2. Dari Sahabat Ka'ab bin 'UjrahDalam riwayat Imam Al-Bukhari, ia mengambil jalur dari Sa'id bin Yahya dari

ayahnya dari Mis'ar dari Al-Hakam dari Ibnu Abi Laila dari sahabat Ka'ab bin 'Ujrah r.a., ia mengatakan bahwa pernah ada yang bertanya kepada Rasulullah, "Ya Rasul, bacaan salam –dalam at-tahiyyât– sungguh kami telah mengetahuinya, lalu bagaimana cara bershalawat kepadamu?" Ka'ab bin 'Ujrah mengatakan bahwa Rasulullah menyuruh mengucapkan kalimat berikut.

ا﴾۲﴿ �م���� د، ك �ل� م ح�م���� د و�ع�ل�ى ا ل� ع�ل�ى م ح�م���� ��ه م� ص���� الل�ار�ك د.، اللهم ب��� �ي�� د. م�ج� �ك� ح�م�ي�� �ن��� �م� إ اه�ي �ر� �ب �ل� إ �ت� ع�ل�ى ا �ي ص�ل�ل� �ت� ع�ل�ى ا ك ار� ا ب���� �م���� د، ك �ل� م ح�م���� د و�ع�ل�ى ا ع�ل�ى م ح�م����

�م� اه�ي �ر� �ب �د.. إ ي �د. م�ج� �ك� ح�م�ي �ن ، إ3

Ya Allah, limpahkanlah shalawat kepada Nabi Muhammad dan kepada keluarga Nabi Muhammad, sebagaimana Engkau limpahkan shalawat kepada keluarga Nabi Ibrahim (termasuk Nabi Ibrahimnya sendiri), sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Agung. Ya Allah limpahkanlah keberkahan kepada Nabi Muhammad dan kepada keluarga Nabi Muhammad, sebagaimana Engkau limpahkan berkah kepada keluarga Nabi Ibrahim (termasuk Nabi Ibrahimnya sendiri), sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Agung.

Sebelum dilanjutkan, dari dua bacaan shalawat di atas, tidak terdapat lafadz 'ala Ibrâhîma, tapi langsung pada kalimat 'ala âli ibrohima. Hal ini bagi orang yang memahami gramatika bahasa Arab cukup dapat dimengerti dan dipahami maknanya, karena lafadz âlu (آل) dalam bahasa Arab mencakup orang yang disebutkan setelah lafadz âlu (آل) tersebut. Perhatikan firman Allah berikut:

ا و� و�ح3 �د�م� و�ن �م� و�ا�ل�إن� الله� اص�ط�ف�ى7 ا اه�ي �ر� �ب ان� ع�ل�ىا�ل� إ ر� � ع�م�� . �ن� �م�ي �ع�ال �ل عمران :ال (٣٣)ا

Sesungguhnya Allah telah memilih Nabi Adam, Nabi Nuh, keluarga Nabi Ibrahim (termasuk Nabi Ibrahimnya sendiri) dan keluarga Imran (termasuk Imrannya sendiri) atas seluruh semesta alam –pada masanya masing-masing. (Q.S. Ali Imran [3]: 33).

Perhatikan pula firman Allah berikut:

3 Lihat kitab Muhammad bin Ismail Al-Bukhari, Al-Jâmi Ash-Shahîh Juz III, Kairo: Al-Mathba'ah as-Salafiyah wa Maktabatuhâ, No. 4797, hlm. 280. Lihat pula kitab Muhammad bin Ismail Al-Bukhari, Al-Jâmi Ash-Shahîh Juz IV, Kairo: Al-Mathba'ah as-Salafiyah wa Maktabatuhâ, No. 6357, hlm. 163. Lihat pula Abu Al-Husain Muslim bin Al-Hajjaj An-Naisaburi, Shahîh Muslim Juz I, Kairo: Dar Ihya al-Kutub al-'Arabiyah, No. 406, hlm. 305. Lihat pula kitab Ahmad bin Muhammad bin Hanbal, Al-Musnad Juz XIV, Kairo: Darul Hadits, No. 18023, hlm. 73. Lihat pula kitab Abu Abdurrahman Ahmad bin Syu'aib An-Nasai, As-Sunan Al-Kubra Juz II, Beirut: Muassasah ar-Risalah, No. 1213, hlm. 74. Lihat pula kitab Abu Al-Qasim Sulaiman bin Ahmad Ath-Thabrani, Al-Mu'jam Al-Kabir Juz XIX, Kairo: Maktabah Ibn Taimiyah, No. 272 & 273, hlm. 125-126.

2

Page 3: Shalawat Atas Nabi dan Awal Munculnya Penambahan 'Sayyidina'

�آ … �ن �ي �ت اا�ل�ف�ق�د� ا �ك��3 اه م� مEل �ن��� �ي �ت ة� و�ا �م��� �ح�ك �اب� و�ال �ت �ك �م� ال اه�ي �ر� �ب إ�م3ا. (۵۴)النسآء: ع�ظ�ي

Sungguh Kami telah memberikan Kitab dan ‘hikmah’ kepada keluarga Ibrahim (termasuk Nabi Ibrahimnya sendiri), dan Kami telah memberikan kepada mereka kerajaan (kekuasaan) yang besar. (Q.S. An-Nisa [4]: 54).

Dalam konteks ini, secara gramatika bahasa Arab, dalam Ilmu Balaghah pada disiplin ilmu Ma'ani, lafadz 'ala âli ibrahima termasuk makna ijâz al-hadzfi (lafadnya singkat namun mengandung makna yang mendalam, di antaranya dengan membuang salah satu lafadz yang sudah mencakup di dalamnya). Karena itu, lafadz 'ala âli ibrahima, penulis terjemahkan ‘keluarga Nabi Ibrahim, termasuk Nabi Ibrahimnya sendiri’. Adapun pada kalimat 'ala Muhammadin wa 'ala âli Muhammadin (kepada Nabi Muhammad dan kepada keluarga Nabi Muhammad) ini termasuk makna takhshish (pengkhususan), karena shalawat ini adalah ‘spesial’ untuk Nabi Muhammad Saw.

Selanjutnya dalam riwayat lain, Imam Asy-Syafi'i mengambil periwayatan dari jalur Ibrahim bin Muhammad dari Ishak bin Ka'ab dari Abdurrahman bin Abu Laila dari Ka'ab bin 'Ujrah dari Nabi Saw bahwa sesungguhnya beliau terbukti membaca shalawat dalam shalatnya dengan bacaan berikut.

�ت�٣﴿ �ي �م�ا ص�ل �ل� م ح�م�د، ك ��ه م� ص�ل� ع�ل�ى م ح�م�د و�ع�ل�ى ا ﴾ الل�ل� �ار�ك� ع�ل�ى م ح�م�د و�ع�ل�ى ا ، و�ب �م� اه�ي �ر� �ب �ل� إ �م� و�ا اه�ي �ر� �ب ع�ل�ى إك� �ن��� ، إ �م� اه�ي ر� ��ب�� �ل� إ �م� و�ا اه�ي ر� ��ب�� �ت� ع�ل�ى إ ك ار� ا ب��� �م��� د، ك م ح�م���

�د.. ي �د. م�ج� 4ح�م�ي

Ya Allah, limpahkanlah shalawat kepada Nabi Muhammad dan kepada keluarga Nabi Muhammad, sebagaimana Engkau limpahkan shalawat kepada Nabi Ibrahim beserta keluarga Nabi Ibrahim; dan limpahkanlah keberkahan kepada Nabi Muhammad dan kepada keluarga Nabi Muhammad, sebagaimana Engkau limpahkan berkah kepada Nabi Ibrahim beserta keluarga Nabi Ibrahim, sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Agung.

3. Dari Sahabat Abu Sa'id Al-KhudriImam Al-Bukhari juga mengambil jalur periwayatan dari Ibrahim bin Hamzah

dari Ibnu Abi Hazim dan Ad-Darawardi dari Yazid dari Abdullah bin Khabbab dari sahabat Abu Sa'id Al-Khudri, ia mengatakan bahwa di antara kami pernah ada yang mengatakan, "Ya Rasul, inilah bacaan salam kepadamu –dalam bacaan tahiyât–, lalu bagaimana kami bershalawat?" Abu Sa'id Al-Khudri mengatakan bahwa Rasulullah menyuruh mengucapkan kalimat berikut.

�ت� ﴾۴﴿ �ي ل �م�ا ص��� ، ك �ك� و�ل س �د�ك� و�ر� ��ه م� ص�ل� ع�ل�ى م ح�م�د ع�ب اللا �م��� د، ك �ل� م ح�م��� د و�ا ار�ك� ع�ل�ى م ح�م��� ، و�ب��� �م� اه�ي ر� ��ب�� ع�ل�ى إ

. �م� اه�ي �ر� �ب �ل� إ �م� و�ا اه�ي �ر� �ب �ت� ع�ل�ى إ ك �ار� 5ب

4 Lihat Muhammad bin Idris Asy-Syafi'i, Al-Umm Juz II, Kairo: Dar al-Wafa at-Thaba'ah, No. 246, hlm. 270-271. Sebagai bandingan lihat kitab Muhammad bin Ibrahim Ibnu Abi Syaibah, Al-Mushannaf Juz III, Riyadh: Maktabah Ar-Rusyd Nasyirun, No. 830/8713, hlm. 586.

5 Kitab Muhammad bin Ismail Al-Bukhari, Al-Jâmi Ash-Shahîh Juz IV, Kairo: Al-Mathba'ah as-Salafiyah wa Maktabatuhâ, No. 6358, hlm. 164. Lihat pula kitab Ahmad bin Muhammad bin

3

Page 4: Shalawat Atas Nabi dan Awal Munculnya Penambahan 'Sayyidina'

Ya Allah, limpahkanlah shalawat kepada Nabi Muhammad yang menjadi hamba-Mu (insan yang mengabdi pada-Mu) dan yang menjadi utusan-Mu, sebagaimana Engkau limpahkanlah shalawat kepada Nabi Ibrahim; dan limpahkanlah keberkahan kepada Nabi Muhammad beserta keluarga Nabi Muhammad, sebagaimana Engkau limpahkan keberkahan kepada Nabi Ibrahim beserta keluarga Nabi Ibrahim.

4. Riwayat lain: Dari Sahabat Abu Mas'ud Uqbah ibn AmrImam Al-Hakim An-Naisaburi meriwayatkan melalui jalur Abu Ishak Ibrahim

bin Muhammad bin Yahya dari Abu Bakr Muhammad bin Ishak dari Abu Al-Azhar, yang ditulis sesuai lafadz aslinya dari Ya'kub bin Ibrahim dari Sa'ad dari ayahnya dari Ibnu Ishak, yang menceritakan tentang bacaan shalawat atas Nabi Saw jika seorang Muslim bershalawat dalam shalat, yang ia terima dari Muhammad bin Ibrahim dari Muhammad bin Abdullah ibnu Zaid bin 'Abdi Rabbihi dari Abu Mas'ud 'Uqbah ibn Amr, ia mengatakan bahwa ada seorang laki-laki yang datang hingga dia duduk di hadapan Rasulullah Saw, sementara kami sedang berada di samping Rasulullah Saw. Tidak lama kemudian orang itu berkata, "Ya Rasul, mengenai bacaan salam kepadamu –dalam tahiyyât– sungguh kami telah mengetahuinya, lalu bagaimana bershalawat kepadamu ketika kami shalat?" Abu Mas'ud 'Uqbah ibn Amr berkata, "Lalu Rasulullah Saw terdiam, sampai kami pun berharap lelaki itu tidak bertanya lagi" Kemudian Nabi Saw bersabda: Apabila kalian hendak mengucapkan shalawat padaku, maka ucapkanlah kalimat berikut.

�ل�﴾ ۵﴿ م�ي� و�ع�ل�ى ا ��ي� األ �ب د الن ل� ع�ل�ى م ح�م������ ��ه م� ص������ الل، �م� اه�ي ر� ��ب�� �ل� إ �م� و�ع�ل�ى ا اه�ي ر� ��ب�� �ت� ع�ل�ى إ �ي ل ا ص��� �م��� د، ك م ح�م���ا �م��� د، ك �ل� م ح�م��� م�ي� و�ع�ل�ى ا ��ي� األ �ب د الن ار�ك� ع�ل�ى م ح�م��� و�ب���د. �ك� ح�م�ي�� �ن��� ، إ �م� اه�ي ر� ��ب�� �ل� إ �م� و�ع�ل�ى ا اه�ي ر� ��ب�� �ت� ع�ل�ى إ ك ار� ب���

�د.. ي 6م�ج�

Ya Allah, limpahkanlah shalawat kepada Nabi Muhammad, sang Nabi yang ‘ummi’ dan kepada keluarga Nabi Muhammad sebagaimana Engkau limpahkan shalawat kepada Nabi Ibrahim dan kepada keluarga Nabi Ibrahim; dan limpahkanlah keberkahan kepada Nabi Muhammad, sang Nabi yang‘ummi’ dan kepada keluarga Nabi Muhammad, sebagaimana Engkau limpahkan kepada Nabi Ibrahim dan keluarga Nabi Ibrahim, sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Agung.

Dari beberapa redaksi bacaan shalawat di atas, kita tinggal memilihnya (mana yang akan kita baca), karena dari beberapa riwayat tersebut secara alur sanad sudah dianggap shahih. Namun dalam aplikasinya, kadang shalawat di atas ada yang menambahkan lafadz ‘sayyidinâ’. Berikut ini penulis paparkan kajian historisnya.

B. Kajian Historis: Penambahan lafadz ‘sayyidina’ dalam shalawat

Hanbal, Al-Musnad Juz X, Kairo: Darul Hadits, No. 11371, hlm. 138.6 Imam Al-Hakim menilai hadits ini Shahih. Lihat Muhammad bin Abdullah Al-Hakim An-

Naisaburi, Al-Mustadrak 'ala Ash-Shahihain Juz I, Beirut: Dar al-Kutub al-'Ilmiyyah, No. 315/988, hlm. 401. Lihat pula Abu Bakr Muhammad bin Ishaq ibn Khuzaimah An-Naisaburi, Shahih Ibnu Khuzaimah Juz I, Beirut: Al-Maktab al-Islami, No. 220/711, hlm.352. Lihat pula, Ali bin Umar Daruquthni, Sunan Ad-Dâru Quthni Juz II, Beirut: Dar al-Ma'rifah, No. 1323, hlm. 12-13.

4

Page 5: Shalawat Atas Nabi dan Awal Munculnya Penambahan 'Sayyidina'

Jika kita melacak mengenai penambahan lafadz ‘sayyidinâ’ (artinya: sang penghulu yang mulia) dalam shalawat Nabi ketika shalat, penulis tidak menemukan referensi periwayatan yang valid mengenai tambahan tersebut, baik dari atsar para Sahabat Nabi maupun dari para Tabi'in, bahkan Imam Muhammad bin Idris Asy-Syafi'i pun dalam kitab fikih induknya Al-Umm (lihat kembali redaksi bacaan shalawat yang diriwayatkan Imam Asy-Syafi'i di atas) tidak menambahkan lafadz ‘sayyidna’. Lalu kapankah munculnya penambahan lafadz ‘sayyidinâ’ dalam shalawat tersebut?

Imam Al-Isnawi (ulama yang bermadzhab Syafi'i –asy-syafi'iyyah) pernah mengatakan:

، �ن� �ي ل �م ص��� ر� ال �ث��� �ك �د� أ ن �ل� م ح�م�د ع� �ا ق�ب �د�ن ي �اد�ة س� ه�ر� ز�ي ت � ق�د� اش . �ظ�ر. �ف�ض�ل� ن �ك� أ �و�ن� ذ�ل 7إنتهى.و�ف�ي ك

Sungguh telah dianggap populer mengenai penambahan lafadz ‘sayyidinâ’ sebelum lafadz Muhammad berdasarkan kebanyakan orang yang melakukan shalat, sehingga dalam penambahan lafadz tersebut lebih memiliki keutamaan –menurut satu pandangan.Adapun mengenai tambahan lafadz ‘sayyidinâ’ dalam shalawat atas Nabi, Imam

Muhammad Asy-Syaukani dan Imam Abdurrahman Syaraful Haq Âbadi memberikan informasi dengan menyebutkan penukilan riwayat dari Imam Ibnu Abdussalam sebagai berikut.

و�ي� ع�ن� م�و�ق�د� ر ال� د� الس� اب�اب�ن� ع�ب� ه م�ن� ب��� ع�ل��� ه ج� �ن��� أ�د�ب� �ق� األ � و�ك� ط�ر�ي�� ل �ن� س �ي ع�ل�ى أ �ن ، و�ه و� م�ب �د�ب� � و�ك� األ ل س

. �ال� �ث �م�ت �ح�بE م�ن� اإل 8أ

Sungguh telah diriwayatkan dari Imam Ibnu Abdussalam bahwa menurut pandangannya penambahan lafadz ‘sayyidina’ termasuk pada bab etika kesopanan. Imam Ibnu Abdussalam berprinsip bahwa dimensi etika kesopanan lebih disukainya daripada mengikuti contoh. Informasi yang disampaikan Imam Asy-Syaukani dan Imam Abdurrahman

Syaraful Haq Âbadi tersebut dapat dijadikan acuan untuk mengkaji secara historis mengenai awal munculnya penambahan lafadz ‘sayyidina’ pada saat membaca shalawat kepada Nabi. Kajian selanjutnya, kita harus melacak siapakah sesungguhnya Imam Ibnu Abdussalam itu? dan kapan beliau hidup?

Untuk menelusuri rekam jejak Imam Ibnu Abdussalam, penulis temukan referensinya dari kitab yang ditulis oleh DR. Muhammad Al-Zuhaili tentang biografinya, dan kitab Thabaqât Asy-Syafi'iyyah Al-Kubra yang ditulis oleh Imam As-Subki . Nama lengkap Ibnu Abdussalam adalah Abdul Aziz bin Abdussalam bin Abu Qashim bin Hasan bin Muhammad ibnu Muhadzab, yang mendapatkan gelar 'Izzuddin (kemuliaan agama). Ia dilahirkan di Damaskus pada tahun 577 H/1181. Kemampuannya yang hebat banyak diakui oleh para ulama pada masanya, sehingga selama beberapa tahun ia menjabat qadhi di kota Damaskus. Namun, karena tidak sejalan dengan penguasa di kota itu, beliau hijrah ke kota Kairo Mesir pada awal tahun 639. Kedatangannya disambut oleh Najmuddin Ayyub bin Kamil, penguasa kota saat

7 Muhammad Asy-Syaukani, Nailul Authar min Asrâri Muntaqal Akhbâr Juz III, Riyadh: Dar Ibnu Qayyim, hlm. 279.

8 Ibid (kitab dan halamannya sama dengan yang di atas). Lihat pula Abdurrahman Syarafulhaq Al-'Adzim Âbadiy, 'Aunul Ma'bud 'ala Syarh Sunan Abî Dâwud, Beirut: Dar Ibn Hazm, No. 982, hlm. 491.

5

Page 6: Shalawat Atas Nabi dan Awal Munculnya Penambahan 'Sayyidina'

itu, yang kemudian ia dinobatkan sebagai khatib masjid Jami' Amr bin Al-Ash dan qadhi di Kairo. Akhirnya ia pun bermukim di sana. Pada tahun 654 H ia mulai mengeluarkan fatwa-fatwanya, baik secara lisan maupun dalam bentuk tulisan. Imam agung ini wafat pada tahun 660 H/1262 di Kairo, dalam usia 82 tahun.

Imam Ibnu Abdussalam ini pernah berguru kepada Syekh Fakhruddin ibn 'Asakir, Syekh Saifuddin Al-Amidi, Al-Hafidz Abu Muhammad al-Qasim, Abdul Lathif bin Ismail bin Abu Sa'ad Al-Baghdadi, Umar ibn Muhammad bin Thabarzad, Hanbal bin Abdullah Ar-Rushafi, Al-Qadhi Abdus Shamad bin Muhammad Al-Harastani dan Syekh Barakat bin Ibrahim Al-Khusyu'i. Adapun murid-muridnya yang terkenal adalah Ibnu Daqiq Al-'Id, Syihabuddin Abu Syammah, 'Alauddin Abu Al-Hasan Al-Bajiyi, Tajuddin Ibn Al-Farkah, Al-Hafidz Abu Muhammad Ad-Dimyathi, Al-Hafidz Abu Bakar Muhammad bin Yusuf bin Masdi, Ahmad Abu Al-Abbas Ad-Disynawi, Abu Muhammad Hibatullah Al-Qifthi. Selanjutnya dalam mengeluarkan fatwa-fatwanya, ia banyak berpijak pada Madzhab Syafi'i (asy-syafi’iyyah), walau kadang ia mengeluarkan fatwanya sendiri yang belum dikemukakan oleh Imam Syafi'i.

Dari sinilah kita dapat mengambil simpulan, ternyata munculnya penambahan lafadz ‘sayyidina’ dalam shalawat atas Nabi berawal dari fatwanya Imam Ibnu Abdussalam ketika ia berada di Kairo pada abad ke-6 Hijriyah, dengan alasan mengedepankan etika kesopanan kepada Nabi Muhammad Saw lebih diutamakan daripada mengikuti ketetapan yang telah dicontohkan.

Semoga tulisan ini dapat memberikan pencerahan dan memperluas khazanah keilmuan. Wallahu a'lamu bi ash-shawâb.

6