MAKALAH MUNCULNYA FIRQAH

43
MAKALAH MUNCULNYA FIRQAH – FIRQAH DALAM ISLAM Ismuha El bustany Islam Sabtu, 05 April 2014 A. Pendahuluan Sejalan dengan berkembangnya dan meluasnya Islam di dunia, sudah barang tentu perkembangan itu tidak terlepas dari berbagai problematika yang timbul, baik yang timbul dari dalam Islam itu sendiri maupun dari luar Islam. Dan diantara problematika yang timbul dari dalam diri Islam itu sendiri adalah timbulnya firqah atau golongan yang benihnya sudah mulai dirasakan tatkala nabi Muhammad saw sudah meninggal. Sejarah Islam telah mencatat tentang banyaknya firqah-firqah atau golongan-golongan yang ada di dalam tubuh umat Islam. Dan berdasarkan keterangan dari beberapa hadis, dari kesemua firqah/golongan tersebut semuanya dikatakan sebagai firqah/golongan yang sesat kecuali hanya satu golongan. Hal ini tentunya didasarkan atas dasar keterangan dari matan hadis yang sudah sering kita jumpai bahkan sudah sering kita kaji. ىَ لَ عْ ىِ تَ ّ مُ اْ تَ قَ ّ رَ فَ تَ وً ةَ ّ لِ مَ نْ يِ عْ بَ سَ وِ نْ يَ تْ % نِ ث ىَ لَ عْ تَ قَ ّ رَ فَ تَ لْ + اَ رْ سِ اْ ىِ % تَ 0 َ ّ نِ : اَ مَ ّ لَ سَ وِ ةْ يَ لَ عُ لة ى الَ ّ لَ صِ لة الُ لْ وُ سَ رَ الَ , قَ الَ و قٍ رْ مَ عِ نْ بِ لة الِ دْ تَ عْ نَ ع ىِ ف مُ هُ ّ لُ كً ةَ ّ لِ مَ نْ يِ عْ بَ سَ وٍ L اثَ لَ L ثْ يِ ب اَ حْ صَ اَ وِ ةْ يَ لَ ع اَ ثَ ا اَ : مَ الَ ؟ قِ لة الَ لْ وُ سَ ا رَ ثَ ىِ هْ نَ مَ ا وْ وُ ل اَ , قً ةَ دِ احَ وً ةَ ّ لِ ^ مَ ّ لاِ اِ ارَ ّ ت ل ا. Artinya: Abdullah bin Amr berkatan: Rasulullah saw bersabda: Sesungguhnya umat bani Israil terpecah belah menjadi tujuh puluh dua golongan. Dan umatku akan terpecah belah menjadi tujuh puluh tiga golongan, kesemuanya akan masuk ke neraka kecuali satu golongan yang akan selamat. Para sahabat bertanya: Siapakah satu golongan yang selamat itu wahai Rasulullah? Beliau menjawab: yaitu golongan yang mengikuti ajarannku dan ajaran para Sahabatku. Memang ada yang menilai hadis tersebut mengandung kelemahan. Akan tetapi, apabila dijadikan pegangan dan pedoman untuk mengukur pandangan dan perilaku yang dapat dibenarkan oleh ajarang Islam, pastilah lebih baik dibanding keterangan para pakar yang belum pasti kekuatan dan kebenarannya. B. Pembahasan 1. Sejarah Munculnya Firqah-Firqah dalam Islam Realitas kesejarahan tidak dapat dipungkiri bahwa umat Islam terpecah menjadi tujuh puluh tiga kelompok, berdasarkan keteranga dari hadis- hadis shahih dan mutawatir. Para pakar juga juga telah menguraikan

description

agama

Transcript of MAKALAH MUNCULNYA FIRQAH

MAKALAH MUNCULNYA FIRQAH FIRQAH DALAM ISLAMIsmuha El bustanyIslamSabtu, 05 April 2014

A. PendahuluanSejalan dengan berkembangnya dan meluasnya Islam di dunia, sudah barang tentu perkembangan itu tidak terlepas dari berbagai problematika yang timbul, baik yang timbul dari dalam Islam itu sendiri maupun dari luar Islam. Dan diantara problematika yang timbul dari dalam diri Islam itu sendiri adalah timbulnya firqah atau golongan yang benihnya sudah mulai dirasakan tatkala nabi Muhammad saw sudah meninggal.Sejarah Islam telah mencatat tentang banyaknya firqah-firqah atau golongan-golongan yang ada di dalam tubuh umat Islam. Dan berdasarkan keterangan dari beberapa hadis, dari kesemua firqah/golongan tersebut semuanya dikatakan sebagai firqah/golongan yang sesat kecuali hanya satu golongan. Hal ini tentunya didasarkan atas dasar keterangan dari matan hadis yang sudah sering kita jumpai bahkan sudah sering kita kaji. , : , : .Artinya: Abdullah bin Amr berkatan: Rasulullah saw bersabda: Sesungguhnya umat bani Israil terpecah belah menjadi tujuh puluh dua golongan. Dan umatku akan terpecah belah menjadi tujuh puluh tiga golongan, kesemuanya akan masuk ke neraka kecuali satu golongan yang akan selamat. Para sahabat bertanya: Siapakah satu golongan yang selamat itu wahai Rasulullah? Beliau menjawab: yaitu golongan yang mengikuti ajarannku dan ajaran para Sahabatku.Memang ada yang menilai hadis tersebut mengandung kelemahan. Akan tetapi, apabila dijadikan pegangan dan pedoman untuk mengukur pandangan dan perilaku yang dapat dibenarkan oleh ajarang Islam, pastilah lebih baik dibanding keterangan para pakar yang belum pasti kekuatan dan kebenarannya.B. Pembahasan1. Sejarah Munculnya Firqah-Firqah dalam IslamRealitas kesejarahan tidak dapat dipungkiri bahwa umat Islam terpecah menjadi tujuh puluh tiga kelompok, berdasarkan keteranga dari hadis-hadis shahih dan mutawatir. Para pakar juga juga telah menguraikan perinciannya tentang makna dan siapa saja dari tujuh puluh tiga kelompok itu. Akan tetapi pertanyaan yang tidak jarang terjadi adalah: bagaimanakah motif utama terjadinya perpecahan dikalangan umat Islam?Setelah Nabi Muhammad saw wafat, timbullah persoalan, siapakah yang berhak memegang khilafah. Karena semasa Rasulullah masih hidup tidak memberikan ketentuan yang konkrit bagaimana kepemimpinan umat Islam setelah ia wafat. Masalah kepemimpinan/ke-khalifahan ini semakin menonjol pada saat masa akhir pemerintahan khalifah Utsman bin Affan, muncul apa yang disebutperistiwa Ali vs Utsman.Memang pada masa pemerintahan Khalifah Abu Bakar dan Umar, dan sebagian besar masa pemerintahan Khalifah Utsman, kaum muslimin berada dalam iklim dan suasana yang kondusif, senang dan harmonis. Perselisihan dan kemelut internal relatif tidak terjadi. Hal ini karena disamping kebijakan politik yang diambil mereka tidak membuka lahirnya friksi internasional dan gerakan oposisi, juga karena pada saat itu kaum muslimin disibukkan dengan jihad dan ekspansi militer Islam kedaerah-daerah sekitar jazirah Arab, sebagai pemerataan jalan bagi penyebarluasan dakwah Islam keseluruh dunia.Timbulnya aliran-aliran teologi Islam tidak terlepas dari fitnah-fitnah yang beredar setelah wafatnya Rasulullah Saw. Setelah Rasulullah Saw wafat peran sebagai kepala Negara digantikan oleh para sahabat-sahabatnya, yang disebut khulafaur Rasyidin yakni Abu Bakar, Umar bin Khatab, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib. Namun, ketika pada masa Utsman bin Affan mulai timbul adanya perpecahan antara umat Islam yang disebabkan oleh banyaknya fitnah yang timbul pada masa itu. Sejarah mencatat, akibat dari banyaknya fitnah yang timbulkan pada masa itu menyebabkan perpecahan pada umat Islam, dari masalah politik sampai pada masalah teologis.Awal mula perpecahan bisa kita simak sejak kematian Utsman bin Affan r.a. Ahli sejarah menggambarkan Utsman sebagai orang yang lemah dan tak sanggup menentang ambisi keluarganya yang kaya dan berpengaruh itu untuk menjadi gubernur. Tindakan-tindakan yang dijalankan Utsman ini mengakibatkan reaksi yang tidak menguntungkan bagi dirinya. Sahabat-sahabat nabi setelah melihat tindakan Utsman ini mulai meninggalkan khalifah yang ketiga ini. Perasaan tidak senang akan kondisi ini mengakibatkan terjadinya pemberontakan, seperti adanya lima ratus pemberontak berkumpul dan kemudian bergerak ke Madinah. Perkembangan suasana di Madinah ini membawa pada pembunuhan Utsman oleh pemuka-pemuka pemberontak di Mesir ini.Setelah Utsman wafat Ali sebagai calon terkuat menjadi khalifah keempat. Tetapi segera ia mendapat tantangan dari pemuka-pemuka yang ingin pula menjadi khalifah, terutama Talhah dan Zubeir dari Mekkah yang mendapat sokongan dari Aisyah. Tantangan ini dapat dipatahkan Ali dalam pertempuran yang terjadi di Irak tahun 656 M. Talhah dan Zubeir mati terbunuh dan Aisyah dikirim kembali ke Mekkah.Setelah terjadi pembunuhana atas diri utsman bin affan r.a, timbul perselisihan yang lain lagi, yaitu persoalan dosa besar, tentang bagaimana hukum orang yang mengerjakan dosa membunuh. Lantas persoalan tersebut berkembang ke masalah-masalah yang lain yang terkait. Misalnya bagaimanakah pengertian imam itu, dan bagaimana pula batasan-batasannya, serta hubungannya dengan amal perbuatan yang lain. Dari akibat persoalan dosa besar tersebut, akhirnya timbullah golongan-golongan besar yang diantaranya bernama, Khawarij, Murjiah, Jabariyah, Qodariyah, Mutazilah, Syiah dan masih banyak lagi.2. Penyebab Munculnya Firqah-Firqah dalam IslamSecara garis besar perselisihan faham dalam Islam itu didasari atas dua macam. Pertama, perselisihan dalam masalah cabang syariat Islam. Kedua, perselisihan pendapat dalam masalah aqidah/itiqad. Dan kedua hal tersebut disebabkan pula oleh beberapa faktor, diantaranya:1. Faktor politikSebagaimana telah sedikit banyak dipaparkan dibagian awal, bahwa timbulnya perselisihan dikalangan umat Islam itu adalah bermula dari masalah kekhalifahan/kepemimpinan, tetapi kemudian merembet kepersoalan agama. Perkembangan dari soal politik sampai menjadi soal agama inilah yang perlu diperhatikan, karena dampaknya akan semakin serius. Kiranya yang menghembukannya adalah kaum munafiqin yang dipimpin oleh Abdullah bin saba. Kenyataannya perbedaan pendapat yang terjadi saat itu tidak hanya sekedar sebuah perselisihan pendapat atau ide, tetapi sampai mengarah pada peperangan yang membawa korban beribu-ribu umat Islam. Timbulnya kelompok-kelompok syiah, khawarij karena lantaran ambisinya untuk merebut kekuasaan, memperkuat kelompok, mereka tempuh melalui pendekatan agama, mereka berpijak pada aqidah agama.2. Faktor akulturasiAkulturasi yang dimaksudkan adalah perpaduan antara dua kebuyaan atau lebih sehingga mewujudkan suatu model budaya yang baru. Misalnya, ketika Islam masuk kesuatu daerah/negeri, maka terjadilah akulturasi antara nilai-nilai ajaran Islam dengan bentuk budaya lokal. Disamping itu banyak pula buku-buku filsafat yunani dan romawi diterjemahkan ke dalam bahas arab. Akibat pergesera nilai yang mempunyai dampak positifnya wawasan berfikir umat Islam semakin maju sehingga banyak ditemukan ilmu-ilmu umum, seperti ilmu kedokteran, ilmu fisika, ilmu biologi dan lain sebagainya. Dalam segi negatifnya, akibat filsafat dalam Islam terjadi pada sebagian kaum muslim yang merumuskan masalah tauhid dengan kacamata filsafat yang sebenarnya tidak boleh dirumuskan dari kacamata filsafat melainkan dengan berdasarkan rumusan yang berdasarkan wahyu yang bersifat qathI tidak boleh dengan menggunakan akal pikiran.3. Faktor infiltrasiYang dimaksudkan dalam infiltrasi ini adalah adanya campur tangan dari pihak luar, misalnya masuknya pemikiran atau ajaran agama lain ke dalam Islam. Banyak orang masuk Islam namun mereka belum sepenuhnya meninggalkan syariat agama lama, sehingga ajaran-ajaran agama lama masih melekat dan menyusup ke dalam Islam. Diantara mereka tersebut adalah golongan murjiah, qodariyah, jabariyah, mujasimah. Dan apabila kita mempelajari pemikiran-pemikiran golongan tersebut banyak dipengaruhi oleh ajaran agama yahudi, nasrani dan majusi.

C. KesimpulanMunculnya berbagai macam firqah/golongan yang terjadi di dalam tubuh Islam itu sendiri berdasarkan sedikit penjelasan paparan di atas maka kita dapat mengambil beberapa kesimpulan, diantarnya adalah bahwa salah satu penyebab timbulnya firqah-firqah tersebut adalah disebabkan dari tiga sebab umum yang meliputi:1. Faktor politikFaktor politik ini dimulai sejak wafatnya Rasulullah saw dan mulai sangat kelihatan menonjol ketika akhir masa pemerintahan khalifah utsman bin affan ra.2. Faktor akulturasiPerpaduan antara dua kebuyaan atau lebih sehingga mewujudkan suatu model budaya yang baru.3. Faktor infiltrasiAdanya campur tangan dari pihak luar, misalnya masuknya pemikiran atau ajaran agama lain ke dalam Islam sehingga ajaran-ajaran agama lama masih melekat dan menyusup ke dalam Islam.DAFTAR PUSTAKA Drs. Hasanuddin. H.A, Pendidikan Aswaja & Ke-NU-an, Surabaya, CV. Sahabat Ilmu, Harun Nasution. Sejarah Teologi Islam. Jakarta: UI-Press. 2006. Muhammad Idrus Ramli, Pengantar Sejarah Ahlussunnah Wal-Jamaah, Surabaya, Katulistiwa. Sahilun A Nasir. Pengantar Ilmu Kalam. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 1994

ALIRAN-ALIRAN SESAT DAN FIRQAH-FIRQAH DALAM ISLAMALIRAN-ALIRAN SESAT DAN FIRQAH-FIRQAH DALAM ISLAM

Dalam sejarah islam telah tercatat adanya aliran-aliran yang menyimpang dan firqoh-firqoh (golongan) di lingkungan umat islam,yang di antara satu sama lain bertentangan pahamnya secara tajam yang sulit untuk diperdamaikan apalagi untuk dipersatukan. Hal ini sudah menjadi fakta dalam sejarah dang tidak bisa dirubah lagi dan sudah menjadi ilmu pengetahuan yang temaktub (tertulis) dalam kitab-kitab agama terutama dalam kitab-kitab ushuludin (artinya pokok-pokok agama).Barang siapa yang membaca kitab-kitab ushuludin akan menjumpai di dalamnya perkataan-perkataan :syi"ah,khawarij,mu"tazilah,qadariyah,jabariyah,bahaiyah,,ahmadiyah dan wahabisalafy(akidah mujasimmah-musyabibah) dan lain sebaginya.umat islam khususnya yang berpengetahuan agama tidak heran melihat dan membaca hal ini,karena nabi muhammad saw sudah juga mengabarkan pada masa hidup beliau.Banyak terdapat hadist-hadist yang berkaitan dengan akan adanya aliran-aliran sesat firqah-firqah yang berselisihan paham dalam lingkungan umat islam diantara hadist-hadist ini adalah: 1.kesatu nabi saw bersabda: Artinya maka bahwasanya siapa yang hidup (lama) di antaramu niscaya akan melihat perselisihan (paham) yang banyak ketika itu pegang teguhlah sunnahku dan sunnah khalifah rasyidin (sayyidina abu bakar siddik/sayyidina umat bn khatab/sayidina usman bn afan/sayidina ali semoga allah meridhoi mereka) yang diberi hidayah,pegang teguhlah itu dan gigitlah dengan gerahammu.(hadist riwayat imam abu daud,sunan abu daud juz 4 hal 201). Tujuan hadist ini terang bahwa akan ada perselisihan-perselisihan paham (contoh soal bid"ah itu sesat ada juga bid'ah itu di bagi dua bid"ah hasanah dan bid"ah dholalah,seperti contoh sayidina umar berkata tentang shalat tarawih berkata: ini sebaik-baik bid"ah artinya ada bid"ah baik menurut khalifah ke 2 yang telah mendapat petunjuk sesuai hadist di atas ) dalam lingkungan umat islam,dan bahwa nabi muhammad saw menyuruh umat islam ketika melihat perselisihan-perselisihan itu supaya berpegang teguh dengan sunnah nabi saw dan sunnah khalifah rasyidin (seperti perkataan saydina umar tadi tentang bid"ah itu ada yang baik bahkan sebaik-baik bid"ah ,siapa lagi yang lebih paham tentang soal bid"ah). 2 kedua nabi muhammad saw bersabda :Akan ada di lingkungan umatku 30 orang pembohong yang mengaku bahwa ia nabi.saya adalah nabi penutup tidak ada lagi nabi sesudahku (riwayat tirmidzi lihat sahih tirmidzi juz 9 hal 63) 3 ketiga nabi muhammad`saw bersabda: Akan keluar suatu kaum akhir zaman orang-orang muda berpaham jelek (sering menjelekkan dan menghina dan menghujat dan mencaci maki orang yang tidak sepaham dengannya), mereka banyak mengucapkan perkataan khairil barriyah(maksudnya firman -firman allah yang dibawa oleh nabi seperti contoh ini selalu membaca alquran dan membaca hadist tapi memahaminya tanpa guru alias belajar dan memahami langsung tanpa rujukan para ulama -ulama terdahulu/merasa pinter sendiri bahwa dialah yang paling benar),iman mereka tidak melampau /sampai kerongkongan mereka (artinya mereka membaca alquran dan hadist tidak sampai ke hati mereka oleh karena hatinya keras dan hanya bisa memerintah dan melarang sedang dia tidak mengamalkan nya contoh nabi melarang menghujat dan mencaci saudaranya hal ini dilarang oleh nabi saw dan mereka tidak mengamalkanya) mereka keluar dari agama sebagai meluncurnya /keluarnya anak panah dari busurnya ,kalau orang orang ini berjumpa dengan mu lawanlah mereka. (hadist sahih riwayat imam bukhori dan lihat fathul bari juz 15 hal 315.(ingat fathul bari yang bukan di teliti oleh abduz aziz bn baz ulama wahabi).Terang dalam dalam hadist ini bahwa akan ada menurut nabi saw sekumpulan orang-orang muda yang sok aksi mengeluarkan fatwa-fatwa agama berdasarkan alquran dan hadist (contoh ini bid"ah,ini syirik ,ini kafir, ini khurafat dan membuat hukum baru dan mereka rata-rata ulamanya masih muda_muda sy yakin anda bisa lihat saat ini sudah banyak yang seperti itu),akan tetapi keimanan mereka tipis sekali dan bahkan keimanannya keluar dari dirinya secepat keluar anak panah dari busurnya.Maksudnya ialah bahwa mereka banyak ngomong/berbicara hadist-hadist (ini hadist sohih dan ini hadist palsu) dan alquran tetapi mereka tidak beragama ,tidak menjalankan tuntunan agama seperti berkata baik /santun kepada saudaranya dan tidak menghina dan mencaci maki atau mengkafirkan saudaranya. 4 keempat bersabda nabi muhammad saw:artinya dari huzaifah rda beliau berkata bersabda nabi muhammad saw: bagi tiap-tiap umat ada majusinya dan majusi umat saya adalah orang yang mengingkari taqdir.kalau mereka mati jangan dihadiri pemakamannnya dan kalau mereka sakit jangan di jenguk mereka adalah kelompok dajjal,memang tuhan berhak untuk memasukkanya mereka ke kelompok dajjal.( riwayat imam abu daud,sunan abu daud juz 4 hal 222). 5 ke lima nabi muhammad saw bersabda: Ada dua firqah dari umatku yang pada hakikatnya mereka tidak ada sangkut paut dengan islam yaitu kaum murji"ah dan qadariyah. (hadist riwayat imam tirmidzi juz 8 hal 316).Kaum murji"ah dan qadariyah tak ada hubungannya dengan islam kata nabi muhammad saw.nauzubillah. 6 ke enam nabi muhammad saw bersabda : Dari abi hurairah berkata bahwa nabi muhammad saw bersabda:telah berfirqah-firqah orang yahudi atas 71 firqah dan orang nashara seperti itu pula dan akan berfirqah ummatku atas 73 firqah.(hadist riwayat imam tirmidzi ,lihat sahih tirmidzi juz 10 hal 109). 7 ke tujuh nabi muhammad sawa bersabda: Artinya bahwasanya bani israel telah berfirqah-firqah sebanyak 72 millah (firqah) dan akan berfirqah umatku sebanyak 73 firqah semuanya masuk neraka kecuali satu.para sahabat yang mendengar ucapan ini bertanya : siapakah yang satu itu ya rasulullah ? nabi saw bersabda: yang satu itu ialah orang yang berpegang (ber i"tiqad) sebagai peganganku (i"tiqadku) dan pegangan sahabat-sahabat ku (hadist ini diriwayatkan oleh imam tirmidzi lihat sohih tirmidzi juz 10 hal 109). 8 kedelapan tersebut dalam kitab atthabrani bahwa nabi bersabda : Demi tuhan yang memegang jiwa muhammad ditangannya akan berfirqah umatku sebanyak 73 firqah yang satu masuk surga dan yang lain masuk neraka .bertanya para sahabat :siapakah firqah (yang tidak masuk neraka) itu ya rasulullah saw? nabi muhammad saw menjawab : AHLUSUNNAH WAL JAMAAAH (yang akidahnya ALLAH ITU ADA TANPA TEMPAT DAN ARAH dan bila ada yang berkeyakinan sebaliknya dia bukan ahlusunnah wal jamaah).Hadist yang serupa ini artinya tersebut juga dalam kitab "almilal wan nihal" juz 1 halaman 11,karangan syahrastani (wafat 548 h). 9 ke sembilan nabi muhammad saw bersabda: Artinya akan ada segolongan dari umatku yang tetap atas kebenaran sampai hari kiamat dan mereka tetap atas kebenaran itu ( nabi pernah bersabda bahwa para ulama pewaris para nabi. artinya nabi mewarisi ilmu kepada para sahabat dan dilanjutkan kepada para anak sahabat dan dilanjutkan para tabi"in dan dilanjutkan oleh para ulama -ulama besar terdahulu yang mewarisi ilmu nya kepada ulama -ulama sekarang yang akidahnya ALLAH ADA TANPA TEMPAT DAN ARAH) dan misinya mempersatukan umat islam dan bukan memecah umat islam dari dari dalam .harap pahami itu.).(hadist riwayat imam bukhori lihat fathul bari juz 17 hal 56) bukan fathul bari yang di tulis oleh ulama mufti saudi/ulama wahabi yg berakidah mujassim dan musyabihah) hati-hati.Melihat hadist -hadist yang sahih ini dapat diambil kesimpulan :1. Nabi muhammad saw mengabarkan sesuatu yang akan terjadi dalam lingkungan umat islam secara mu"jizat yaitu: mengabarkan hal-hali yang akan terjadi,kabar ini tentu diterima beliau dari tuhannya.2. Sesudah nabi saw wafat akan ada perselisihan paham yang banyak sampai 73 paham/aliran (berkeyakinan).3. Ada segolongan orang -orang muda pada akhir zaman yang sok aksi (merasa paling pintar dalam soal hukum islam dan merasa paling benar yang mengikuti alquran dan sunnah katanya.contoh islam masuk indonesia sudah tua dan mengislamkan kerajaan-kerjaaan hindu dan budha ke dalam islam sejak 700 tahun dan sudah melekat pada umat islanm indonesia lalu baru baru ini timbul /kedatangan paham paham baru yang berumur muda yang mereka berani mengatakan bahwa umat islam di indonesia terdahulu/tua adalah paham sesat dan menyimpang bahkan mereka berani mengkafrikan umat islam terdahulu dan anehnya mereka paham dari orang orang muda dan paham baru yang merasa paling benar ),mengeluarkan dalil-dalil dari alquran maupun hadist tetapi keimanannya tidak melewati kerongkongannya (artinya pintar membaca alquran dan hadist tapi tidak mengamalkanya .contoh nabi melarang mengkafirkan sesama muslim dan mencaci,menghujat dan menghina bahkan menghalalkan saudaranya yang muslim tapi mereka sebaliknya melanggar itu.nauzubillah.4. Ada dua golongan yang tidak ada sangkut pautnya dengan islam yaitu kaum murji"ah dan qadariyah.5. Ada 30 orang pembohong yang akan menda"wakan /mengaku bahwa ia nabi padahal nabi sesudah nabi muhammad saw tidak ada lagi,dan ada orang orang khawarij yang paling jahat dan paham yang mengikutinya .(contoh musailamah kazzab,ahmadiyah ,mirza gulam ahmad,ahmad mossodik dan masih ada bakal timbul).nauzubillah.6. Diantara yang 73 golongan (firqah-firqah) itu ada satu yang benar yaitu golongan ahlusunnah wal jamaah (yang berakidah ALLAH ADA TANPA TEMPAT DAN ARAH) yang selalu berpegang kepada sunnah nabi dan sunnah klhalifah rasyidin.(yang mereka mencontoh ahklak dan santun dalam berda"wah nabi saw dan klalifah rasyidin).7. mereka akan selalu mempertahankan kebenaran keyakinannya (i"toqadnya ALLAH ADA TANPA TEMPAT DAN ARAH) sampai hari kiamat.Dan sekarang barang siapa yang meneliti sejarah perkembangan islam berabad-abad pertama,kedua,ketiga dan sampai kepada zaman kita sekarang apa yang disabdakan oleh nabi muhammad saw sudah nyata kebenaranya ,jelas allah sebut dalam alquran surat annajm ayat 3 dan 4 yang artinya:Dan tiadalah yang diucapkannya itu menurut kemauan hawa napsunya dan ucapannya itu tiada lain hanya lah wahyu yang diwahyukan(kepadanya).Tersebut dalam kitab bugyatul mustarsyidin karangan mufti syeikh sayid abdurahman bn muhammad bn husien bn umar yang dimashurkan dengan gelar ba"alwi pada halaman 398 cetakan mathba"ah amin abdul majid cairo (138 h) bahwa firqah yang sesat dan menyesatkan itu berpokok pada 7 firqah yaitu: 1.Kaum syi"ah kaum yang berlebih-lebihan memuja sayidina ali karamaullah wajhah,mereka tidak mengakui khalifa-khalifa abu bakar,umar dan usman semoga allah meridhoi mereka amin.kaum syiah kemudian terpecah menjadi 22 aliran. 2.Kaum khawarij yaitu kaum yang berlebih-lebihan membenci sayidina ali kw,bahkan ada diantaranya yang mengkafirkan sayidina ali kw da firqah ini berfatwa bahwa orang-orang yang membuat dosa -dosa besar menjadi kafir.(hati-hati saat ini sudah banyak paham-paham yang mengikuti paham khawarij seperti mengkafirkan orang semaunya dan mengkafirkan ulama -ulama terdahulu yang mereka sangat soleh dan berakhlak dan merasa paling benar hanya dia lah yang islam yang lain dan yang bukan paham nya kafir)kaum khawarij kemudian terpecah menjadi 22 aliran. 3.Kaum mu"tazilah yaitu kaum yang berpaham tuhan tidak mempunyai sipat bahwa manusia membuat pekerjaannya sendiri, bahwa tuhan tidak bisa dilihat dengan mata dalam surga,bahwa orang yang mengerjakan dosa besar diletakkan diantara dua tempat dan mi"raj nabi muhammad hanya dengan ruh saja dan lain-lain.kaum mu"tazilah berpecah menjadi 20 aliran. Kaum murji"ah yaitu kaum yang memfatwakan bahwa membuat ma"siyat (kedurhakaan) tidak memberi mudharat kalau sudah beriman sebagai keadaanya membuat kebajikan tidak memberi manfaat kalau kafir.kaum murji"ah terbagi menjadi 5 aliran. Kaum najariyah yaitu kaum yang memfatwakan bahwa perbuatan manusia adalah mahkluk yakni dijadikan tuhan tetapimereka berpendapat bahwa sipat tuhan tidak ada.kaum najariyah pecah menjadi 3 aliran. Kaum jabariyah yaitu kaum yang menfatwakan bahwa manusia majbur artinya berdaya apa-apa.kasab atau usaba tidak ada sama sekali.kaum ini hanya 1 aliran. Kaum musyabbibah (wahabisalafy )yaitu kaum yang memfatwakan bahwa ada keserupaan tuhan dengan manusia,umpamanya bertangan,berkaki,duduk dikursi,naik tangga,turun tangga dan lain-lain.(contoh kongkrit yaitu ulama-ulama wahabisalafy yang telah menyimpang akidah nya seperti ulama -ulama najd/riyadh contoh rujukan /keyakinannya tercatat dalam kitab-kitab mereka: 1.Ibnu taimiyahDi dalam kitab andalan wahabi-salafi yaitu Majmu al-Fatawa Ibnu Taimiyyah al-Harrani imam wahabi juz 4 halaman 374 :Sesungguhnya Muhammad Rasulullah didudukkan Allah di atas Arsy bersama Allah .Di dalam kitab Syarh Hadits an-Nuzul halaman 400 cetakan Dar al-Ashimah disebutkan bahwasanya Ibnu Taimiyyah berkata: Semua hadits yang datang dari Nabi dengan lafadz quud dan julus (duduk) bagi Allah seperti hadits Jafar bin Abi Thalib dan hadits Umar, lebih utama untuk tidak disamakan dengan anggota tubuh manusia .Dalam halaman yang sama Ibnu Taimiyyah berkata :Jika Allah duduk di atas kursi, maka terdengarlah suara suara saat duduk sebagaimana suara penunggang bintang tunggangan karena beratnya Kitab tersebut dicetak di Riyadh tahun 1993, penerbit Dar al-Ashimah yang ditaliq oleh Muhammad al-Khamis.Di dalam kitab ad-Darimi (bukan ulama sunni al-Hafdiz ad-Darimi pengarang hadits sunan) halaman 73 disebutkan :Allah turun dari Arsy ke kursinya .Kitab itu terbitan Dar al-Kutub al-Ilmiyyah yang ditaliq oleh Muhamamd Hamid alFaqiy.Kitab ad-Darimi (al-wahhabu) ini dipuji-puji oleh Ibnu Taimiyyah dan menganjurkannya untuk dipelajari, sebab inilah wahabi menjadi taqlid buta..Tapi akidah mereka ini disembunyikan dan tidak pernah dipublikasikan ke khalayak umum.Sekedar info :Lafadz duduk bagi Allah tidak pernah ada dalam al-Quran dan hadits. 2 syeikh Hamud bn abdullah altuwaijiri syaikh wahabisalafy yaitu :Di dalam kitab Aqidah ahlu Iman fii Khalqi Adam ala shurati ar-Rahman karya Hamud bin Abdullah at-Tuajari syaikh wahabi, yang dicetak di Riyadh oleh penerbit Dar al-Liwa cetakan kedua, disebutkan dalam halama 16 : Berkata Ibnu Qathibah Lalu aku melihat di dalam Taurat : Sesungguhnya Allah ketika menciptakan langit dan bumi, Dia berkata : Kami ciptakan manusia dengan bentukku .Pada halaman berikutnya di halaman 17 disebutkan : Di dalam hadits Ibnu Abbas : Sesungguhnya Musa ketika memukul batu untuk Bani Israil lalu keluar air dan berkata : Minumlah wahai keledai, maka Allah mewahyukan pada Musa Engkau telah mencela satu makhluk dari makhlukku yang Aku telah ciptakan mereka dengan rupaku, lalu engkau samakan mereka dengan keledai Musa terus ditegor oleh Allah .Naudzu billah dari pendustaan pada Allah dan pada para nabi-Nya. 3 ulama wahabi salafy yang mensyarah riyadul sholihin versi Muhammad bn salih al-utsaimin yaitu:Di dalam kitab Fatawa al-Aqidah karya Muhammad bin Shalih al-Utsaimin yang dicetak Maktabah as-Sunnah cetakan pertama tahun 1992 di Mesir, pada halaman 72 Ibnu Utsaimin berkata : Dalam hal ini dijelaskan adanya penetapan akan ucapan Allah Swt. Dan sesungguhnya ucapan Allah itu berupa huruf dan suara. Karena asli ucapan itu harus adanya suara. Maka jika dikatakan ucapan, maka sudah pasti ada suara. dalam kitab Fatawa al-Aqidah karya Muhammad bin Shalih al-Utsaimin yang diterbitkan oleh Maktabah as-Sunnah cetakan pertama halaman 90, al-Utsaimin berkata : kesimpulannya, sesungguhnya kedua tangan Allah itu ada dua tanpa ragu lagi. Satu tangannya berlainan dari tangan satunya. Jika kita sifatkan tangan Allah dengan sebelah kiri, maka yang dimaksud bukanlah suatu hal yang kurang dari tangan kanannya . Di dalam kitab Syarh Hadits an-Nuzul cetakan Dar al-Ashimah halaman 182, Ibnu Taimiyyah berkata : Sesungguhnya Allah itu di atas langit dengan Dzatnya . 4ulama mereka wahabisalafy yaituDi dalam kitab Qurrah Uyun al-Muwahhidin karya Abdurrahman bin Hasan bin Muhammad bin Abdul Wahhab (cicit Muhammad bin Abdul wahhab), cetakan Maktabah al-Muayyad tahun 1990 cetakan pertama, halaman 263 disebutkan : Sepakat kaum muslimin dari Ahlus sunnah bahwa sesungguhnya Allah beristiwa di Arsy dengan dzat-NyaAllah beristiwa di atas Arsy secara hakekat bukan majaz ..Dan masih segudang lagi akidah-akidah wahabisalafy yang meyakini tuhannya dengan sipat-sipat makhluknya sebagaimana akidah musyabbibah.Dan jika saya beberkan semuanya maka akan menjadi lembaran yang sangat banyak.Cukup yang singkat sedikit ini membuktikan bahwa akidah/mereka berfatwa yang sesungguhnya akidah musyabbibah.kaum ini hanya 1 aliran saja.Jadi jumlahnya adalah :1.Kaum syiah ...............................22 aliran.2.kaum khawarij............................20 aliran.3.Kaum mu"tazilah........................ 20 aliran4.kaum murji"ah............................05 aliran5.Kaum najariyah...........................03 aliran.6.Kaum jabariyah...........................01 aliran.7.Kaum musyabibah (wahabisalafy)...01 aliran

jumlah 72 aliran.Kalau ditambah dengan 1 aliran lagi dengan paham ahlusunnah wal jamaah (yang berakidah ALLAH ADA TANPA TEMPAT DAN ARAH) maka cukuplah menjadi 73 firqah sebagaimana yang sudah diterangkan oleh nabi kita muhammad saw di dalam hadist yang sudah disebutkan di atas.Adapun kaum qadariyah termasuk golongan kaum mu"tazilah kaum bahaiyah dan ahmadiyah qadyan masuk golongan kaum syiah.Demikian uraian kami semoga bermanfaat buat kaum muslimin indonesia dan dunia.hamb allah

Diposkan olehBELAJARTENTANGISLAMdi16.27Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest8 komentar:1. resta25 Oktober 2014 18.32Astaghfirullah... janganlah anda menghina dan mencela firqoh tertentu karena salafy adalah golongan salafus sholeh(orang orang sholeh terdahulu) berfikir sebelum bertindak, pelajari ilmunya baru berkomentar jangan turuti hawa nafsu tuk menghina dn mencela sesama umat islam islam tidak mengajarkan yang seperti itu, jangan menganggap golongan anda yang paling benar dan bertaubatlah.. Terimakasih....

73 Golongan (Firqah DalamIslam)March 30, 2013bymatsumaru 1 CommentDalam sejarah Islam telah tercatat adanya firqah-firqah (faham/golongan) dalam lingkungan umat, dimana satu dengan lainnya bertentangan faham secara tajam dan sulit untuk didamaikan, apalagi disatukan.Hal ini telah menjadi fakta sejarah yang tidak dapat dirubah lagi dan sudah menjadi pengetahuan yang terdapat dalam buku-buku agama terutama buku-buku Ushuluddin.Dalam buku-buku Ushuluddin itu terdapat beberapa nama kelompok, antara lain;Syiah, Khawarij, Mutazilah, Qadariyah, Jabariyah, Ahlussunnah wal Jamaah (Sunni), Mujassimah, Bahaiyah, Ahmadiyah, Wahabiyah, Ibnu Taimiyahdan lain-lain.Hal ini tidak terlalu mengherankan karena Nabi Muhammad SAW semasa hidup telah mengabarkan hal ini.Hadits-hadits yang menerangkan tentang adanya firqah-firqah ini antara lain :1. Bersabda Nabi Muhammad SAW :Bahwasanya siapa yang hidup (lama) di antara kamu niscaya akan melihat perselisihan (faham) yang banyak. Ketika itu pegang teguhlah Sunnahku dan Sunnah Khalifah Rasyidin yang diberi hidayah. Pegang teguhlah itu dan gigitlah dengan gerahammu (HR Abu Daud)2. Bersabda Nabi Muhammad SAW :Akan ada di lingkungan ummatku 30 orang pembohong yang mendakwakan bahwa dirinya adalah Nabi. Saya adalah Nabi penutup, tidak ada lagi Nabi sesudahku (HR Tarmidzi)3. Bersabda Nabi Muhammad SAW :Akan keluar suatu kaum akhir zaman, orang-orang muda berfaham jelek. Mereka banyak mengucapkan perkataan Khairil Bariyah (maksudnya firman-firman Allah SWT yang dibawa oleh Nabi). Iman mereka tidak melampaui kerongkongan mereka. Mereka keluar dari agama sebagai meluncurnya anak panah dari busurnya. Kalau orang-orang ini berjumpa denganmu lawanlah mereka (HR Bukhari)Jelas dalam hadits ini bahwa akan ada sekumpulan orang-orang muda yang sok aksi mengeluarkan fatwa-fatwa agama berdasarkan Al Quran dan hadits, tetapi keimanan mereka tipis sekali dan bahkan keimanan itu keluar dari dirinya secepat anak panah meninggalkan busurnya. Maksudnya adalah bahwa mereka banyak berbicara tentang Al-Quran dan hadits, tetapi mereka tidak melaksanakan tuntunan agama seperti shalat, puasa dll.4. Bersabda Nabi Muhammad SAW :Adadua firqah dari ummatku yang pada hakekatnya mereka tidak bersangkut paut dengan Islam, yaitu kaum Murjiah dan kaum Qadariyah (HR Tarmidzi)Firqah Murjiah dan Qadariyah tak ada hubungannya dengan Islam, kata Nabi Muhammad SAW. Naudzubillah!5. Bersabda Nabi Muhammad SAW :Dari Hudzaifah Rda., beliau berkata, Bersabda Rasulullah SAW : Bagi tiap-tiap ummat ada majusinya, dan majusi ummatku adalah orang yang mengingkari takdir. Kalau mereka mati jangan dihadiri pemakamannya dan kalau mereka sakit jangan dijenguk. Mereka adalah kelompok dajjal. Memang Tuhan berhak memasukkan mereka ke dalam kelompok dajjal (HR Abu Daud)6. Bersabda Nabi Muhammad SAW :Dari Abi Hurairah Rda., beliau berkata, Bersabda Rasulullah SAW : Telah berfirqah-firqah orang Yahudi atas 71 firqah dan orang Nashara seperti itu pula dan akan berfirqah ummatku atas 73 firqah (HR Tarmidzi)7. Bersabda Nabi Muhammad SAW :Bahwasanya Bani Israil telah berfirqah-firqah sebanyak 72 millah (firqah) dan akan berfirqah ummatku sebanyak 73 firqah, semuanya masuk neraka kecuali satu. Sahabat-sahabat yang mendengar ucapan ini bertanya, siapakah yang satu itu, Ya Rasulullah? Nabi menjawab, Yang satu itu adalah orang yang berpegang (ber-itiqad) sebagai peganganku (itiqad-ku) dan pegangan sahabat-sahabatku (HR Tarmidzi)8. Bersabda Nabi Muhammad SAW :Demi Tuhan yang memegang jiwa Muhammad di tangan-Nya, akan berfirqah ummatku sebanyak 73 firqah, yang satu masuk surga dan yang lain masuk neraka. Bertanya para sahabat, siapakah firqah (yang tidak masuk neraka) itu, Ya Rasulullah? Nabi menjawab, Ahlussunnah wal Jamaah (HR Thabrani)Hadits yang mengandung arti dan maksud seperti ini juga terdapat dalam buku Al Milal wan Nihal karangan Syahrastani (wafat 1127M/548H)9. Bersabda Nabi Muhammad SAW :Akan ada segolongan ummatku yang tetap atas kebenaran sampai hari kiamat dan mereka tetap atas kebenaran itu (HR Bukhari)Melihat hadits-hadits yang sahih ini dapat diambil kesimpulan :1. Nabi Muhammad SAW mengabarkan sesuatu yang akan terjadi dalam lingkungan ummat Islam secara mujizat, yaitu mengabarkan hal-hal yang akan terjadi. Kabar ini tentu Beliau terima dari Allah SWT.2. Sesudah Nabi wafat akan ada perselisihan faham yang banyak, sampai 73 faham (itiqad/firqah).3.Adasegolongan orang-orang muda pada akhir zaman yang sok aksi mengeluarkan dalil-dalil dari Al-Quran, tetapi keimanan mereka tidak melewati kerongkongannya.4.Adadua golongan yang tidak bersangkut paut dengan Islam, yaitu faham Murjiah dan Qadariyah.5.Ada30 orang pembohong yang akan mendakwakan bahwa dirinya adalah Nabi, padahal tidak ada lagi Nabi sesudah Nabi Muhammad SAW. Dan ada orang-orang Khawarij yang paling jahat.6. Di antara 73 golongan itu ada satu yang benar yaitu golongan Ahlussunnah wal Jamaah yang selalu berpegang teguh kepada Sunnah Nabi dan Sunnah Khalifah Rasyidin.7. Mereka ini akan selalu mempertahankan kebenaran itiqad-nya sampai hari kiamat.Melihat kenyataan sekarang, dan dengan meneliti sejarah perkembangan Islam sejak abad pertama Hijriyah hingga sekarang, apa yang disampaikan Nabi Muhammad SAW telah terjadi dengan nyata.Di dalam bukuBugyatul Mustarsyidinkarangan Mufti Sheikh Sayid Abdurrahman bin Muhammad bin Husein bin Umar, yang terkenal dengan gelar BaAlawi, cetakan Mathbaah Amin Abdul Majid Kairo (Mesir) tahun 1960M/1381H, halaman 398, bahwa 72 firqah yang sesat itu bertumpu pada 7 firqah yaitu :1. Faham Syiah, kaum yang berlebih-lebihan memuja Saidina Ali bin Abi Thalib. Mereka tidak mengakui Khalifah Rasyidin yang lain seperti Khalifah Abu Bakar as-Shiddiq, Khalifah Umar Ibnu Khattab dan Khalifah Utsman bin Affan. Kaum Syiah terpecah menjadi22 aliran. Termasuk pengikut Syiah adalah Kaum Bahaiyah dan Kaum Ahmadiyah Qad-yan.2. Faham Khawarij, yaitu kaum kaum yang berlebih-lebihan membenci Saidina Ali bin Abi Thalib, bahkan di antaranya ada yang mengkafirkan Saidina Ali. Firqah ini berfatwa bahwa orang-orang yang membuat dosa besar menjadi kafir. Kaum Khawarij terpecah menjadi20 aliran.3. Faham Mutazilah, yaitu kaum yang berfaham bahwa Tuhan tidak mempunyai sifat, bahwa manusia membuat pekerjaannya sendiri, Tuhan tidak bisa dilihat dengan mata dalam surga, orang yang mengerjakan dosa besar diletakkan di antara dua tempat, dan miraj Nabi Muhammad SAW hanya dengan roh saja, dll. Kaum Mutazilah terpecah menjadi20 aliran, termasuk di antaranya adalah Kaum Qadariyah.4. Faham Murjiah, yaitu kaum yang memfatwakan bahwa membuat maksiat (kedurhakaan) tidak memberi mudharat jika sudah beriman, sebaliknya membuat kebaikan dan kebajikan tidak bermanfaat jika kafir. Kaum ini terpecah menjadi5 aliran.5. Faham Najariyah, yaitu kaum yang memfatwakan bahwa perbuatan manusia adalah makhluk, yaitu dijadikan Tuhan, tetapi mereka berpendapat bahwa sifat Tuhan tidak ada. Kaum Najariyah terpecah menjadi3 aliran.6. Faham Jabariyah, yaitu kaum yang memfatwakan bahwa manusia majbur, artinya tidak berdaya apa-apa. Kasab atau usaha tidak ada sama sekali. Kaum ini hanya1 aliran.7. Faham Musyabbihah, yaitu kaum yang memfatwakan bahwa ada keserupaan Tuhan dengan manusia, misal bertangan, berkaki, duduk di kursi, naik dan turun tangga dll. Kaum ini hanya1 aliransaja. Kaum Ibnu Taimiyah termasuk dalam golongan ini, dan Kaum Wahabi adalah termasuk kaum pelaksana dari faham Ibnu Taimiyah.Jika ditambah dengan1 aliranlagi yaituAhlussunnah wal Jamaahmaka menjadi73 firqah, seperti yang dijelaskan oleh Nabi Muhammad SAW dalam hadits Imam Tarmidzi.

Artinya : Kaum yahudi terpecah menjadi 71 firqah (pecahan), kaum nasrani menjadi 72 firqah, sedangkan UMMATKU AKAN TERPECAH MENJADI 73 FIRQAH. Yg selamat di antara mereka SATU, sedangkan sisanya binasa. Sahabat bertanya :siapakah yg selamat itu? nabi menjawab: Ahlussunnah wal Jamaah, sahabat bertanya lagi: apakah ahlussunnah wal jamaah itu? Nabi mejawab: apa yg aku perbuat hari ini dan para sahabatku. (HR. Tabrani) 2. SEJARAH Timbulnya aliran-aliran teologi Islam tidak terlepas dari fitnah-fitnah yang beredar setelah wafatnya Rasulullah Saw. Setelah Rasulullah Saw wafat peran sebagai kepala Negara digantikan oleh para sahaba t-sahabatnya, yang disebut khulafaur Rasyidin yakni Abu Bakar, Umar bin Khatab, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib. Namun, ketika pada masa Utsman bin Affan mulai timbul adanya perpecahan antara umat Islam yang diseba bkan oleh banyaknya fitnah yang timbul pada masa itu. 3.Nabi Muhammad SAW wafat pada tanggal 02 Rabiul Awwal 11H atau 08 Juni 632M. Pada hari Beliau wafat sekelompok Kaum Anshar (sahabat Nabi yang berasal dari Madinah) berkumpul di satu tempat yang bernama Saqifah Bani Saidah untuk mencari Khalifah (pemimpin pengganti Nabi). Kaum Anshar ini dipimpin oleh Saad bin Ubadah (Ketua Umum Anshar dari suku Khazraj). Mendengar hal ini Kaum Muhajirin (sahabat Nabi yang berasal dari Makkah dan pindah ke Madinah) datang ke Saqifah dengan dipimpin oleh Sayyidina Abu Bakar as-Shiddiq Rda. Setelah terjadi perdebatan yang cukup sengit dimana Kaum Anshar mencalonkan Saad bin Ubaidah sebagai calon Khalifah dan Kaum Muhajirin mengajukan Abu Bakar atau Umar bin Khattab sebagai calon Khalifah, akhirnya semua sepakat untuk mengangkat sahabat yang paling utama yaitu Sayyidina Abu Bakar As-Shiddiq sebagai Khalifah pengganti Nabi. (bats tulisan) 4.Dalam rapat itu tidak ada seorangpun yang mengemukakan Sayyidina Ali bin Abi Thalib sebagai Khalifah. Faham Syiah belum ada ketika itu, yang ada hanya Kaum Anshar dan Muhajirin, tetapi perselisihan tersebut tidak menimbulkan firqah dalam Ushuluddin karena perselisihan tersebut telah selesai dengan diangkatnya Sayyidina Abu Bakar sebagai Khalifah secara aklamasi. Pada tahun 30H timbul Faham Syiah yang disulut oleh Abdullah bin Saba yang beroposisi terhadap Khalifah Utsman bin Affan. Abdullah bin Saba adalah seorang pendeta Yahudi dari Yaman yang masuk Islam. Ketika ia datang ke Madinah tidak terlalu mendapat penghargaan dari Khalifah dan dari umat Islam lainnya sehingga ia menjadi jengkel. 5.Setelah terjadi Perang Siffin, perang saudara sesama Islam antara tentara Khalifah Ali bin Abi Thalib dengan tentara Muawiyah bin Abu Sofyan (Gubernur Syria) pada tahun 37H timbul pula Faham Khawarij, yaitu orang-orang yang keluar dari Sayyidina Ali dan Muawiyah. Pada awal abad kedua Hijriah timbul pula Faham Mutazilah yaitu kaum yang dipimpin oleh Washil bin Atha (80-113H) dan Umar bin Ubeid (wafat 145H). 6.Kaum Mutazilah ini mengeluarkan fatwa yang ganjil-ganjil, berlainan dengan itiqad Nabi dan sahabat-sahabat beliau. Di antara fatwa yang ganjil tersebut adalah adanya manzilah bainal manzilatein yaitu ada tempat di antara dua tempat neraka dan surga, bahwa Tuhan tidak mempunyai sifat, Al-Quran adalah makhluk, miraj Nabi hanya dengan roh saja, bahwa pertimbangan akal lebih didahulukan dari hadits Nabi, bahwa surga dan neraka akan lenyap dsb. Kemudian timbul Faham Qadariyah yang mengatakan bahwa perbuatan manusia diciptakan oleh manusia sendiri, tidak bersangkut paut dengan Tuhan. Hak mencipta telah diberikan Tuhan kepada manusia sehingga Tuhan tidak tahu dan tidak peduli lagi akan apa yang diperbuat oleh manusia. Batas penjls 7.Kemudian timbul pula Faham Jabariyah yang mengatakan bahwa sekalian yang terjadi adalah dari Tuhan, manusia tidak memiliki daya apa-apa, tidak ada usaha dan tidak ada ikhtiar. Selanjutnya timbul Faham Musyabbihah, yaitu faham yang menyerupakan Tuhan dengan makhluk, punya tangan dan kaki, duduk di atas kursi, turun tangga seperti manusia, Tuhan adalah cahaya seperti lampu dan sebagainya. Dan timbul pula faham-faham yang keliru tentang tawassul dan washilah, tentang ziarah dan istighatsah dari Ibnu Taimiyah yang semuanya mengacaukan dunia Islam dan kaum muslimin. 8. Munculnya Itiqad Ahlussunnah wal Jamaah Sebagai reaksi dari timbulnya firqah-firqah yang sesat tadi, maka pada akhir abad ketiga Hijriyah muncullah golongan yang yang bernama Ahlussunnah wal Jamaah yang dikepalai oleh dua orang ulama besar dalam Ushuluddin yaitu Sheikh Abu Hasan Ali al-Asyari dan Sheikh Abu Mansur al-Maturidi. Perkataan Ahlussunnah wal Jamaah kadangkadang dipendekkan menjadi Ahlussunnah saja atau Sunni saja dan kadang-kadang disebut Asyari atau Asyairah, dikaitkan kepada guru besarnya yang pertama yaitu Abu Hasan Ali al-Asyari. 9.Beliau pada mulanya adalah murid dari bapak tirinya, seorang ulama besar kaum Mutazilah yaitu Sheikh Abu Ali Muhammad bin Abdul Wahab al-Jabai yang wafat pada tahun 303H, namun kemudian beliau tobat dan keluar dari golongan Mutazilah tersebut (jangan keliru, Sheikh Abu Ali Muhammad bin Abdul Wahab al-Jabai ini bukanlah Muhammad bin Abdul Wahab, pembangun Faham Wahabi di Nejdi tahun 1115H-1206H). 10.Keistimewaan beliau dalam menegakkan fahamnya dan dalam mengarang adalah dengan mengutamakan dalil-dalil Al-Quran dan hadits serta mempertimbangkan akal pikiran, berbeda dengan Faham Mutazilah yang mendasarkan pemikirannya atas akal dan falsafah Yunani dalam hal Ushuluddin, serta berbeda pula dengan Faham Mujassimah yang mendasarkan fahamnya atas arti lahir Al-Quran dan hadits sehingga sampai mengatakan bahwa Tuhan bertangan, memiliki wajah/muka, duduk di atas Arsy dan lain sebagainya yang keliru. 11.SYIAH 73 FIRQAH 22 KHAWARIJ 20 MUTAZILAH 20 MURJIAH 5 NAJARIYAH 2 JABARIYAH 1 QADARIYAH 1 MUSYABBIHAH 1 ASWAJA 1 12.SYIAH Syiah secara bahasa berarti pengikut, pendukung, partai, atau kelompok,sedangkan secara terminology adalah sebagian kaum muslimin yang dalam bidang spiritual dan keagamaannya selalu merujuk kepada keturunan Nabi Muhammad Saw, atau orang yang disebut sebagai ahl-bait. Kaum yang mengagung-agungkan Sayyidina Ali Kw, mereka tidak mengakui khalifah Rasyidin yang lain seperti Khlifah Sayyidina Abu Bakar, Sayidina Umar dan Sayyidina Usman bahkan membencinya. Kaum ini di sulut oleh Abdullah bin Saba, seorang pendeta yahudi dari Yaman yang masuk islam. Ketika ia datang ke Madinah tidak mendapat perhatian dari khalifah dan umat islam lainnya sehingga ia menjadi jengkel. 13. DOKTRINYA; 1. Tauhid. Tuhan adalah Esa, baik ekstensi maupun esensiNya. Keesaan adalah mutlak. Keesaan Tuhan tidak murakkab (tersusun).Tuhan tidak membutuhkan sesuatu, Ia berdiri sendiri, dan tidak dibatasi oleh ciptaan- Nya. 2. Nubuwah. Setiap mahkluk membutuhkan petunjuk, baik petunjuk dari Tuhan maupun dari manusia. Rasul merupakan petunjuk hakiki utusan Tuhan yang diutus untuk memberikan acuan dalam membedakan antara baik dan buruk di alam semesta. Tuhan telah mengutus 124.000 rasul untuk memberikan petunjuk kepada manusia. 3. Maad. Maad adalah hari akhir untuk menghadapi Tuhan di akhirat. Mati adalah kehidupan transit dari kehidupan dunia menuju kehidupan akhirat. 4. Imamah. Imamah adalah institusi yang diinagurasikan Tuhan untuk memberikan petunjuk manusia yang dipilih dari keturunan Ibrahim dan didelegasikan kepada keturunan Muhammad Saw. 5. Adl. Tuhan menciptakan kebaikan di Alam semesta ini merupakan keadilan. Tuhan memberikan akal kepada manusia untuk mengetahui perkara yang salah melalui perasaan. Manusia dapat menggunakan indranya untuk melakukan perbuatan, baik perbuatan baik maupun perbuatan buruk. Jadi, manusia dapat memanfaatkan potensi berkehendak sebagai anugrah Tuhan untuk mewujudkan dan bertanggung jawab atas perbuatannya. 14.KHAWARIJ Kata khawarij secara etimologi berasal dari bahasa Arab, yaitu kharaja yang berarti keluar, muncul, timbul atau memberontak. Syahrastani mengartikan khawarij sebagai kelompok masyarakat yang memberontak dan tidak mengakui terhadap imam yang sah dan sudah disepakati oleh kaum muslimin, baik pada masa sahabat, pada masa tabiin maupun pada masa sesudahnya. Kaum kaum yang berlebih-lebihan membenci Saidina Ali bin Abi Thalib, bahkan di antaranya ada yang mengkafirkan Saidina Ali. Firqah ini berfatwa bahwa orang-orang yang membuat dosa besar menjadi KAFIR. 15.DOKTRINYA: 1. Khalifah sebelum Ali (Abu Bakar, Umar, dan Utsman) adalah sah. Tetapi setelah tahun ketujuh dari masa kekhalifahannya, Utsman r.a dianggap telah menyeleweng; 2. Pasukan perang jamal yang telah melawan Ali juga Kafir; 3. Seseorang yang berdosa besar tidak lagi disebut muslim sehingga harus dibunuh. Yang lebih parah, mereka menganggap bahwa seorang muslim dapat menjadi kafir apabila ia tidak mau membunuh muslim lain yang telah dianggap kafir dengan resiko ia menanggung beban harus dilenyapkan pula; 4. Adanya waad dan waid (Orang yang baik harus masuk surga, sedangkan yang jahat harus masuk kedalam neraka); 5. Amar maruf nahi munkar; 6. Memalingkan ayat-ayat al-Quran yang tampak Mutasabihat (samar); 7. Quran adalah makhluk; 8. Manusia bebas memutuskan perbuatannya, bukan dari Tuhan; 16.MUTAZILAH Secara harfiyah kata Mutazilah berasal dari kata itazala yang berarti berpisah atau memisahkan diri, yang berarti juga menjauh atau menjauhkan diri. Kaum yang mengagungkan akal pikiran dan bersifat filosofis, aliran ini dicetuskan oleh Washil bin Atho (700-750 M) salah seorang murid Hasan Al Basri. Kaum yang berfaham bahwa Tuhan tidak mempunyai sifat, bahwa manusia membuat pekerjaannya sendiri, Tuhan tidak bisa dilihat dengan mata dalam surga, orang yang mengerjakan dosa besar diletakkan di antara dua tempat, dan miraj Nabi Muhammad SAW hanya dengan roh saja, 17.DOKTRIN TAUHID 1. Tauhid (pengesaan Tuhan) merupakan prinsip utama dan intisari ajaran Mutazilah. Tuhanlah satu-satunya yang Esa, yang unik dan tidak satupun yang menyamai-Nya. Karena itu, Dia-lah yang qadim. Bila ada yang qadim lebih dari satu, maka telah terjadi taadud al qudama (tebilangnya zat yang tak berpemulaan). 2. Mutazilah menolak konsep Tuhan memiliki sifat-sifat, penggambaran fisik, dan Tuhan dilihat dengan mata kepala. AL-ADL Perbuatan Manusia Berbuat baik dan terbaik Mengutus Rasul 18. PERBUATAN MANUSIA Menurut Mutazilah, melakukan dan menciptakan perbuatannya sendiri, terlepas dari kehendak dan kekuasaan Tuhan, baik secara langsung maupun tidak. Konsep ini memiliki konsekuensi logis dengan keadilan Tuhan, yaitu apapun yang akan diterima manusia di akhirat merupakan balasan perbuatannya di dunia. BERBUAT BAIK DAN TERBAIK Maksudnya adalah kewajiban Tuhan untuk berbuat baik, bahkan terbaik untuk manusia. Tuhan tidak mungkin jahat dan penganiaya, karena hal tersebut tidak layak bagi Tuhan. Jika Tuhan berlaku jahat terhadap seseorang dan berlaku jahat kepada orang lain berarti Ia tidak adil. Maka Tuhan pastilah berbuat yang terbaik bagi manusia. MENGUTUS RASUL Mengutus rasul bagi manusia merupakan kewajiban bagi Tuhan dengan alasan sebagai berikut : 1. Tuhan wajib berlaku baik kepada manusia. 2. Al-Quran secara tegas menyatakan kewajiban Tuhan untuk memberikan belas kasih kepada manusia (QS 26:29). 3. Tujuan diciptakan manusia adalah untuk beribadah kepada- Nya. 4. Al-Waad wa al-Waid (janji dan ancaman Allah) pasti akan dilaksanakan. 5. Al-Manzilah bain al-Manzilatain (tempat diantara dua tempat) 6. Al-Amru bi al-Maruf wa an-Nahy an Munkar. 19.MURJIAH Nama Murjiah berasal dari kata irja atau arjaa yang bermakna penundaan, penangguhan, dan pengharapan. Memberi harapan dalam artian memberi harapan kepada para pelaku dosa besar untuk memperoleh pengampunan Allah Swt. Selain itu, irjaa juga bisa memiliki arti meletakkan di belakang atau mengemudikan, yaitu orang yang mengemudikan amal dan iman. Oleh karena itu, Murjiah berarti orang yang menunda penjelasan kedudukan seseorang yang bersengketa, yakni Ali dan Muawiyah serta pasukannya masing-masing, ke hari kiamat kelak. Kaum yang memfatwakan bahwa membuat maksiat (kedurhakaan) tidak memberi mudharat jika sudah beriman, sebaliknya membuat kebaikan dan kebajikan tidak bermanfaat jika kafir. Teori lain mengatakan bahwa ketika terjadi perseteruan Ali dan Muawiyah, dilakukan Tahkim atas usulan Amr bin Ash, pengikut Muawiyah. Kelompok Ali terpecah menjadi dua kubu, yang pro dan yang kontra. Kelompok kontra akhirnya keluar dari Ali, yaitu kelompok Khawarij, yang memandang bahwa keputusan takhim bertentangan dengan al-Quran. Oleh karena itu, pelakunya melakukan dosa besar dan pelakunya dapat dihukumi kafir. Pendapat ini ditolak oleh sebagian sahabat yang kemudian disebut Murjiah, yang mengatakan bahwa pembuat dosa besar tetaplah mukmin, tidak kafir, sementara dosanya diserahkan kepada Allah, apakah dia akan mengampuninya atau tidak. 20.DOKTRIN 1. 2. 3. 4. 5. Menurut W. M. Watt dan Abu Ala al Maududi doktrindoktin Murjiah secara umum sebagai berikut: Penangguhan keputusan terhadap Ali dan Muawiyah hingga Allah yang memutuskannya di hari kiamat kelak. Penangguhan Ali untuk menduduki rangking keempat dalam peringkat al- Khalifah ar-Rasyidun. Pemberian harapan terhadap orang muslim yang berdosa besar unt uk mendapat ampunan dan rahmat dari Allah Swt. Iman adalah percaya kepada Allah dan Rasul-Nya saja. Adapun amal dan perbuatan tidak merupakan suatu keharusan bagi adanya iman. Seseorang tetap dianggap mukmin walaupun meninggalkan perbuatan yang diwajibkan dan melakukan dosa besar. Dasar keselamatan adalah iman semata. Selama masih ada iman di hati,setiap maksiat tidak dapat mendatangkan madarat atas seseorang.Untuk mendapat ampunan, manusia hanya cukup dengan menjauhkan diri dari syirik dan mati dalam keadaan akidah tauhid. 21.NAJARIYAH Kaum yang menyatakan perbuatan manusia adalah makhluk, yaitu dijadikan Tuhan dan tidak percaya pada sifat Allah yang 20. 22.JABARIYAH Kata Jabariyah berasal dari kata Jabara yang mengandung arti memaksa dan mengharuskan melakukan sesuatu. AsySyahrastani mengartikan Jabariah sebagai menolak adanya perbuatan dan menya darkan semua perbuatan kepada Allah Swt. Kaum yang memfatwakan bahwa manusia majbur, artinya tidak berdaya apa-apa. Kasab atau usaha tidak ada sama sekali. 23.DOKTRIN 1. Fatalisme, yakni kepasrahan total yang menganggap manusia tidak dapat melakukan apaapa, tidak memiliki daya, dan dipaksa berbuat oleh Allah Swt. 2. Surga dan Neraka tidak kekal, tidak ada yang kekal selain Allah Swt. 3. Iman adalah marifat atau membenarkan dalam hati. Dalam hal ini, pendapat ini sama dengan konsep iman yang di ajarkan Murjiah. 4. Kalam Tuhan adalah Makhluk. 5. Tuhan tidak dapat dilihat di akhirat. 24.MUSYABBIHAH Kaum yang memfatwakan bahwa ada keserupaan Tuhan dengan manusia, misal bertangan, berkaki, duduk di kursi, naik dan turun tangga dll.

BERPECAHNYA UMAT MENJADI TUJUH PULUH TIGA FIRQAH

Oleh: Ayatullah Ja'far Subhani

Diriwayatkan dalam kitab Shahih dan Musnad, juga oleh penulis yang tulisannya berkaitan dengan masalah Al Milal wan Nihal, dari Nabi Mulia saw bersabda:"sesungguhnya umatku (kelak) akan berpecah menjadi tujuh puluh tiga golongan (firqah)." Hadis ini amat popular di kalangan para teolog, penyair dan pujangga (udaba'). Akan tetapi, kini mesti dilakukan penyelidikan hadis tersebut lebih lanjut secara teliti dan cermat:

1. Hadis tersebut, yang dinukil dengan sanad yang sahih, apakah dapat dijadikan hujah ataukah tidak?

2. Nas manakah yang disabdakan Nabi saw, sementara nas-nas hadis tersebut berlainan redaksinya.

3. dari sekian banyak firqah, yang manakah yang dimaksud sebagai firqah yang selamat? Sedangkan Nabi saw telah memberitakan hanya satu firqah saja yang selamat, sebagaimana yang akan dijelaskan nanti.

4. kemudian firqah-firqah apa saja yang jumlahnya tujuh puluh dua itu, sebagaimana telah diberitakan oleh Nabi saw tentang kemunculannya setelah beliau wafat? Dan apakah firqah-firqah atau kelompok Islam yang ada hingga kini sudah mencapai jumlah tersebut. Untuk lebih jelasnya, mari kita membahas keempat persoalan diatas:

a. Sanad Hadis

Hadis tersebut, yang dirawikan dalam kitab Shahih dan Musnad, telah disebutkan dengan pelbagai sanad yang berlainan. Dalam buku berjudul Takhrij Ahadits al Kasysyaf, Hafizh 'Abdullah ibn Yusuf ibn Muhammad Al Zaelaqi Al Mishri (wafat tahun 762 H.) telah berupaya menghimpun dan menulis berbagai sanad serta matan hadits tersebut. Lalu dia mengamati dan menganalisis hadis tersebut, baik dari segi sanad maupun matannya, yang hal ini belum pernah dilakukan oleh ulama sebelumnya.

Meskipun masalah pengumpulan (kodifikasi) sanad-sanad hadis berada diluar cakupan pembahasan ini, namun untuk itu amat perlu kami uraikan secara umum.Sebagian ulama tidak meyakini kesahihan hadits tersebut, seperti Ibn Hazm. Dalam bukunya yang berjudul Al Fashl fil Ahwa' wal Milal, Ibn Hazm mengatakan:"mereka yang telah mengutip hadis Rasulullah saw seperti: "bahwasanya kaum Qadariyah dan Murji'ah termasuk kelompok umat Majusi.'Dalam hadis yang lain:"Umat ini akan berpecah menjadi tujuh puluhan firqah, kesemuanya masuk neraka kecuali satu firqah yang masuk surga.'Selanjutnya - kata Ibn Hazm - kedua hadis tersebut, jika ditinjau dari segi isnadnya tidak sahih sama sekali. Maka hadis semacam itu tidak dapat dijadikan hujah bagi yang menyatakan bahwa hadis itu disampaikan secara "khabar wahid"(yaitu suatu berita atau hadis yang sampai kepada kita, nilainya tidak mencapai pada batas mutawatir. Khabar wahid tidak dapat dijadikan hujah, hanya sampai pada tingkat Zhan (sangkaan) saja. Di sini timbul selisih pendapat antara ulama dalam menentukan hujah bagi Khabar Wahid. Yang mengemukakan dalil syar'I, sehingga Zhan (sangkaan) tersebut dinyatakan sebagai Khabar Wahid yang dapat dijadikan hujah. Disamping ada yang tidak menerima dalil syar'I sebagai hujah bagi Zhan (sangkaan) tersebut, sehingga menafikan kehujahan Khabar Wahid. (Syaikh Al Baha'I, Al Wajizah, hal 4-6, wafat 1030 H)), apalagi yang tidak meyakini seperti itu."( Al Fashl fil Ahwa' wal Milal, juz 1, hal 248). Sebagian lain meyakini kesahihan hadis diatas, dengan alasan karena panjangnya sanad. Dalam buku berjudul Al Farqu Bainal Firaq, karya Muhaqqiq Muhyiddin menuliskan:"Ketahuilah, bahwa ulama telah berbeda pendapat dalam menentukan kesahihan hadis tersebut. Sebagian berpendapat bahwa hadis itu sama sekali tidak sahih, karena ditinjau dari segi silsilah periwayatannya, dan dari sanad-sanad yang meriwayatkan hadis tersebut dianggap lemah (dha'if). Dan hadis seperti ini tidak boleh dijadikan hujah. Sebagian berpendapat sahih dengan melihat sejumlah silsilah periwayatan hadis yang cukup memadai serta banyaknya sahabat yang telah meriwayatkan hadis itu dari Rasulullah saw."(Al Farqu Bainal Firaq, komentar, hal 7-8).

Al Hakim An Naisyaburi juga merawikan hadis itu dengan sanad sahih yang diabsahkan oleh Syaikhain (Abu Bakar dan Umar). Hadis ini mengatakan:"Telah memberitakan kepada kami Ahmad ibn Muhammad ibn Salamah Al 'Anzi. Telah menceritakan kepada kami Utsman ibn Sa'id Al Darimi, Amru ibn 'Aun dan Wahab ibn Baqiyyah Al Washithiyyin. Telah menceritakan kepada kami Khalid ibn Abdullah, dari Muhammad ibn 'Amr, dari Abu Salamah, dari Abu Hurairah bahwa Rasul saw bersabda:"Umat Yahudi (akan) berpecah menjadi tujuh puluh satu, atau tujuh puluh dua firqah. Dan umat Nasrani berpecah menjadi tujuh puluh satu, atau tujuh puluh dua firqah. Sedangkan Umat-ku (akan) berpecah menjadi tujuh puluh tiga firqah." Hadis ini sahih sesuai dengan kriteria Muslim, namun keduanya (Bukhari dan Muslim) tidak meriwayatkannya." (Al Mustadrak 'Ala al Shahihain, juz 1, hal 128. juga diriwayatkan dengan sanad lain, yang serangkaian sanadnya dijumpai Muhammad ibn 'Amr yang tidak boleh berhujah dengannya seorang. Dan dalam sanad yang lain dijumpai nama yang dilemahkan. Namun al Hakim menjadikan keduanya sebagai saksi sah dalam sanadnya).Adz Dzahabi menafikan (kesahihan) hadits itu. Karena pada sederetan sanadnya dijumpai nama Muhammad ibn 'Amru yang tidak boleh dijadikan hujah, tapi hendaknya dirangkaikan dengan perawi selainnya (yang benar-benar dipercaya, sehingga terangkat karenanya). (At Tabshir fid Din, mukaddimah, hal 9).

Jadi, jika keadaan sanad yang diupayakan oleh al Hakim dikategorikan sebagai sanad sahih, lalu bagaimana keadaan seluruh deretan sanad yang lain. Padahal ia telah merawikannya dengan serangkaian sanad yang berlainan. Ia mengatakan:"Hadis ini telah dirawikan dari Abdullah ibn 'Amr ibn Al 'Ash, dan dari Amr ibn Auf Al Muzani dengan dua sanad yang terpisah, salah satunya Abdurrahman ibn Ziyad Al Afriqi dan yang lainnya adalah Katsir ibn Abdullah Al Muzani, yang tidak boleh berhujah dengan keduanya.( Al Mustadrak 'Ala al Shahihain, juz 1, hal 128. kitab Al 'Ilm). Demikianlah keadaan hadits yang telah dikutip oleh Al Hakim dalam Mustadrak-nya.

Adapun mengenai hadis yang diriwayatkan oleh Abu Dawud dan Turmuzi dalam Sunan-nya serta Ibnu Majah dalam Shahih-nya, Asy Syaikh Muhammad Zahid Al Kautsari, dalam bukunya, menulis:"adapun hadis yang dirawikan dalam Shahih Ibn Majah, Sunan Al Baihaqi dan selainnya, pada sebagian sanadnya dijumpai nama Abdurrahman ibn Ziyad ibn An'am. Pada sebagian yang lain ditemukan nama-nama seperti Katsir ibn Abdullah, Ibad ibn Yusuf, Rasyid ibn Sa'ad dan Al Walid ibn Muslim. Pada sebagian yang lain ditemui nama orang-orang yang tidak dikenal (majahil), sebagaimana dijelaskan dalam buku-buku kumpulan hadits. Dalam kitab Takhrij Ahadits Al Kasysyaf, Al Hafizh Az Zaelaqi menguraikan ihwal jalannya sanad hadis tersebut secara detail."(At Tabshir fid Din, mukaddimah, hal 9).

Demikianlah apa yang dikatakan oleh sebagian (orang) mengenai keadaan sanad hadis. Dan yang membuat lemahnya sanad adalah karena banyaknya pengutipan dan periwayatannya, yang sederetan sanadnya berlainan. Sementara ulama Syi'ah, Syeikh Shaduqi, dalam kitab Khishal-nya (beliau adalah Muhammad bin Ali Al Husain bin Bawaih al Qummi, dikenal dengan panggilan Syeikh Shaduqi (wafat 381 H). karya tulisnya yang lain adalah "Man Laa Yahdhuruhul faqih", termasuk salah satu kumpulan kitab-kitab empat. Karya tulisnya mencapai kurang lebih 300 buku). Menyebutkan bahwa hadis dibawah judul Bab tujuh puluh keatas. (Al Khishal, juz 2, hal 584, bab as Sab'in wa ma fawq, hadis 10 dan 11). Begitu pula al 'Allamah Majlisi dalam Bihar-nya (beliau adalah syaikh Muhammad Baqir bin Muhammad Taqi bin Maqshud Ali Al Majlisi (1037-1110 H), salah seorang ulama besar Syi'ah Imamiyah Itsna 'Asyariyah. Karya tulisnya yang lain, Biharul Anwar 110 jilid, meliputi sejarah Islam, hadis, sirah, dan selainnya. Dan karya beliau yang mencapai 50 lebih itu, baik ditulis dengan bahasa arab maupun Persia.). boleh jadi, upaya pengutipan sejumlah itu membenarkan kita untuk berargumentasi dengan hadis.

b. Ikhtilaf Dalam Nas-nas Hadis

Pada pembahasan sebelum ini telah kami singgung pertentangan beberapa nas hadis. Sebab, paling tidak, keganjilan itu adalah akibat akibat kemusykilan sanadnya. Ikhtilaf persoalan ini membawa kerumitan ke pelbagai segi yang beraneka ragam, yang tidak mungkin dapat berpegang pada salah satunya. Berikut ini indikasi perselisihan-perselisihan tersebut.

1.Ikhtilaf Dalam Bilangan Firqah

Al Hakim meriwayatkan bahwa sejumlah firqah Yahudi dan Nasrani adalah tujuh puluh satu dan tujuh puluh dua. Sementara Abdul Qahir al Baghdadi meriwayatkan dengan sanadnya yang sampai kepada Abu Hurairah:"Umat Yahudi berpecah menjadi 71 firqah, sedangkan umat Nasrani berpecah menjadi 72 firqah."Dan dalam waktu yang sama Al Baghdadi merawikan dengan sanad yang lain, "bahwa bani Israil berpecah menjadi 72 millah." Kemudian, lanjut Al Baghdadi:"sungguh akan datang suatu (malapetaka yang menimpa) atas umatku sebagaimana keadaan itu menimpa atas umat bani Israil. Yakni bani Israil akan berpecah menjadi 72 millah (sekte), sedangkan umatku (kelak) akan berpecah menjadi 73 millah." Sementara ada riwayat, dengan sanad yang berbeda pula yang mengatakan bahwa bani Israil berpecah menjadi 71 firqah. (Al Farqu Bainal Firaq, hal 5). Jika melihat kedua kutipan yang terakhir, maka yang dimaksudkan bani Israil adalah lebih umum dari sekadar umat Yahudi dan Nasrani. Dengan demikian, jumlah bilangan firqah 72 adalah benar. Memang, pada kutipan terakhir dapat ditafsirkan sebagai khusus bagi umat Yahudi dan Bani Israil.

2.Ikhtilaf Dalam Bilangan Firqah Najiyah (selamat) dan Halikah (binasa)

Banyak riwayat yang menerangkan bahwa firqah yang selamat adalah satu, sedangkan selainnya binasa. Al Baghdadi merawikan hadis yang sanadnya sampai pada Rasul saw:"kesemuanya masuk neraka, kecuali satu golongan saja."(Al Farqu Bainal Firaq, hal 76). Hadits seperti ini juga diriwayatkan oleh Turmuzi dan Ibnu Majah. (At Turmudzi, juz 25, kitab al Iman, hal 26, hadits 2641; Ibnu Majah, juz 2, hal 479, bab Iftiraqul ummah).Sementara itu, dalam kitab berjudul Ahsan Al Taqasim fi Ma'rifat Al Aqalim, Syamsuddin Muhammad bin Ahmad bin Abu Bakar al Bisyari (wafat tahun 380 H) meriwayatkannya dengan bentuk hadis yang kontradiktif. Ia menyebutkan, bahwa hadis 72 di surga dan satu firqah di neraka adalah merupakan sanad-sanad yang sahih. Dan hadis 72 di neraka dan satu firqah Najiyah adalah hadis paling popular.(Edisi Leiden, 1324 H/1906 M).

3.Ikhtilaf Dalam Penentuan Firqah Najiyah

Berbagai penukilan hadis firqah "Najiyah" berpijak pada ucapan yang megatakan bahwa semua firqah di Neraka, kecuali satu firqah (Najiyah). Diriwayatkan pula oleh Al Hakim (Al Mustadrak 'Alash Shahihain, juz 1, hal 128), Abdul Qahir al Baghdadi (Al Farqu Bainal Firaq, hal 7), Abu Dawud (Sunan Abu Dawud, juz 4, hal 198, kitab As Sunnah) dan Ibnu Majah (Sunan Ibnu Majah, juz 2, hal 479, bab Iftiraqul Umam) bahwa Rasulullah saw bersabda:"kecuali hanya satu, yaitu "Al Jama'ah." Atau, "Al Islam wa Jama'atuhum." At Turmudzi (Sunan At Turmudzi, juz 5, hal 26, kitab Al Iman, hadis 2641) dan Syahrastani (al Milal wa Al Nihal, hal 13) meriwayatkan bahwa Nabi saw memberitakan firqah "Najiyah": "ajaran-ajaran yang ada padaku dan para sahabatku)." Al Hakim meriwayatkan juga bahwa Rasulullah saw telah memberitakan batasan tentang banyaknya firqah yang binasa, katanya:"Umatku akan berpecah menjadi tujuh puluhan firqah, yang paling besar adalah satu firqah yaitu, kaum yang melihat segala persoalan dengan ra'yunya, mengharamkan yang halal dan menghalalkan yang haram." Kemudian - lanjut al Hakim, hadis ini sahih, sesuai dengan kriteria "Syaikhain" (Bukhari dan Muslim). Namun keduanya tidak meriwayatkannya.(Al Mustadrak 'Alash Shahihain, juz 4, hal 430).

Kemudian, penulis buku Rawdhah al Jannah merawikan dari kitab Al Jam' Bainat Tafsir, bahwa Nabi saw telah mendefinisikan firqah 'Najiyah' dengan ucapannya: "Mereka adalah aku dan Syi'ahku."(Rawdhatul Jannah, hal 548, edisi lama).Hal-hal diatas menggambarkan dengan jelas berlarutnya perselisihan dalam menentukan batasan-batasan dan cirri-ciri firqah 'Najiyah'. Untuk mengetahui persoalan itu secara benar dan jelas, sebaiknya anda menyimak uraian berikut ini.

c. Siapakah Firqah Najiyah Itu?

Kini saatnya kita menginjak pada persoalan ketiga, yang meminta perhatian pembaca yang budiman dengan seksama, sehingga pembaca dapat mengikuti pembahasan tentang firqah 'Najiyah'.

Asy-Syaikh Muhammad Abduh menulis:"Masalah firqah Najiyah yang dikatakan dalam hadis yaitu, "yang ada dalam ajaran Nabi dan Sahabatnya), yang hingga kini pengertian hadis ini masih kabur dan tidak jelas. Karena setiap kelompok yang taat dan patuh kepada risalah Nabi, sudah barang tentu, akan menonjolkan dirinya sebagai apa yang dimaksudkan oleh hadis itu. Selanjutnya - kata Syaikh Abduh:"Namun, yang membuat hati saya lega, karena adanya hadis yang menyebutkan firqah yang binasa (halak) adalah hanya satu firqah."(Al Manar, juz 8, hal 221-222).

Berdasarkan hal diatas, maka ada dua cirri penting firqah Najiyah:

Ciri pertama, adanya kata 'Al Jama'ah' yang terkadang dilambangkan sebagai firqah 'Najiyah', dan pada pengertian lain dilambangkan sebagai firqah 'Halak' (binasa). Dengan demikian, tidak boleh bersandar pada hal tersebut, karena:

Diriwayatkan oleh Ibnu Majah dari Auf bin Malik bahwa Rasul saw bersabda:"Kaum Yahudi berpecahdemi Zat yang diriku ada ditangan-Nya. Sungguh, umatku akan berpecah menjadi 73 firqah, satu firqah di Surga dan 72 di Neraka." Siapakah mereka itu ya Rasulullah? Tanya sahabat." 'Al Jama'ah', jawab beliau.(Sunan Ibnu Majah, juz 2, hal 479, bab Iftiraqul Umam). Sementara pada riwayat lain Nabi saw berkata:"Millah ini (yakni umat Islam - penerj.) akan berpecah menjadi 73. 72 di Neraka sedang satu 'Millah' di Surga, yaitu 'Al Jama'ah' "(Sunan Abu Dawud, juz 4, hal 198, kitab As Sunnah; Al Mustadrak 'Alash Shahihain, juz 1, hal 128). Dan setelah mengamati kedua hadis ini. Maka, pada hadis pertama, tampak adanya 'kata ganti plural', dan 'kata ganti singular' pada hadis kedua. Jadi, hal itu menguatkan kembalinya kata ganti tersebut pada hadis pertama, yakni ditujukan kepada 72, sedangkan kembalinya kata ganti singular ditujukan kepada 'Lafaz Wahidah' (lafaz tunggal). Atas dasar itulah, lafaz 'Al Jama'ah' adakalanya dilambangkan sebagai kebinasaan (halak), dan ada kalanya pula dilambangkan sebagai keselamatan (najat). Padahal sebagian besar nas hadis tidak menyebut-nyebut lafal itu. Dan tidak benar jika dikatakan bahwa si perawi tidak mengutipnya, atau melupakannya. Karena, upaya menyebutkan ciri-ciri firqah Najiyah atau firqah selain itu (yakni halak) merupakan perkara esensial dalam pembahasan ini.

Ada juga hadis yang menyebut kata 'Al Islam', yang dikaitkan dengan kata 'Al Jama'ah', padahal kata 'Al Islam' tidak perlu diberi tambahan kata 'Al Jama'ah'. Sebab, telah jelas dan gambling bahwa Islam adalah Haqq (benar). Namun, yang amat penting adalah mengenali mana Muslim dan mana non-Muslim.

Ciri yang kedua, riwayat hadis dengan pengertian, "ma ana 'alaihil yaum wa ash habi" atau ma ana 'alaihi wa ash habi". Dalam pada itu lambing 'Najat' (keselamatan) jelas sekali. Pertama, pada sebagian nas riwayat dijumpai adanya tambahan semacam itu. Dan tidak benar jika dikatakan bahwa si perawi tidak menukilnya karena berasumsi hal itu tidak penting. Kedua, satu-satu tolok ukur kebinasaan dan keselamatan adalah pribadi Nabi saw. Adapun mengenai para sahabatnya, tidak boleh menjadikan mereka tolok ukur pemberi hidayah (petunjuk) dan keselamatan. Jadi, jika mereka ternyata membangkan atau menyalahi beliau saw sedikit atau pun banyak, maka tidak mungkin menjadikan mereka sebagai suri tauladan pembawa keselamatan. Atas dasar itu, maka sangat mengherankan jika lafal 'wa ash habi' dirangkaikan dengan lafal Nabi saw. Yang ketiga, sahabat beliau seluruhnya, atau mayoritas sahabat. Jadi untuk pengertian yang pertama, diasumsikan tidak ada perselisihan sahabat dalam kecenderungan dan sikap politik dan keagamaan mereka setelah wafat Rasul saw. Padahal yang terjadi sebaliknya. Terjadi perselisihan di saqifah (bani Sa'adah) dan peristiwa-peristiwa setelahnya. Dan pengertian kedua, ada hal yang tidak diperhatikan oleh Ahlusunnah, bahwa mayoritas sahabat telah menyalahi perlakuan khalifah ketiga (Utsman bin Affan), yang menjadi korban pembunuhan yang dilakukan oleh orang-orang Mesir dan Kufah yang disaksikan oleh sebagian sahabat.Dan tentunya menyalahi kenyataan jika 'Ash Habi' ditafsirkan sebagai mayoritas. Menurut dugaan, tambahan itu adalah dari si perawi hadis demi menguatkan kedudukan sahabat dan menjadikan mereka tumpuan satu-satunya yang berperan sebagai penyuluh hidayah setelah beliau saw wafat. Dan saya kira bahwa Rasul al Hidayah ialah yang dapat memberikan definisi firqah 'Najiyah' dengan ciri-ciri yang jelas dan gambling. Karena setiap firqah (kelompok) akan menganggap dirinya termasuk: 'Ma 'alaihim Nabiy' atau juga: 'Ma 'alaihi ash Habuhu'.

Setiap orang (lelaki) menganggap dirinyaPernah berhubungan (cinta) dengan si LailaNamun demikian, si LailaMenolak klaim mereka

Akhirnya, kami kutipkan sebuah hadis dari Al Hakim bahwa Nabi saw bersabda:"Firqah yang terbesar adalah kaum yang menyelesaikan perkara dengan ra'yunya." Tambahan itu disisipkan ke dalam hadis oleh sebagian Muslim Ahlusunnah untuk mengecam 'Ash Habul Qiyas'. Padahal qiyas, menurut pengertian Pakar ilmu Ushul adalah permasalahan yang belum dikenal oleh para sahabat. Bahkan pada periode timbulnya hadis 'Iftiraq', sabda Nabi saw yang memberi batasan tentang firqah binasa tidak dikenal.

Hadis-hadis Tentang Masa Depan Sahabat

Amat banyak hadis Nabi saw yang menerangkan kondisi masa dengan para sahabat, sehingga membuat kami berpaling tidak berpegang pada ajaran dan ideology mereka, dan tidak menerima ke-shahihan pada penghujung sebagian dari riwayat yang lalu, seperti kalimat: 'Ma ana 'alaihi wa ash habi'. Karena Nabi saw telah memberitakan ihwal mereka setelah sepeninggal beliau, seperti mengada-adakan perkara yang mungkar serta bid'ah yang diharamkan, sehingga mereka pun banyak berpaling menjadi murtad. Akibat perlakuan demikian itu, mereka dijauhkan dari 'Al Haudh' (sebuah telaga Nabi saw dan Ahlubait-nya di hari Akhirat nanti) dan mereka pun saling menjauh darinya. Hadis-hadis seperti ini diriwayatkan oleh Syaikhain (Bukhari dan Muslim) dan selainnya. Ibnu Atsir juga menghimpunnya dalam kitab 'Jami'ul Ushul' pada bab IV ketika membahas 'Al Haudh', Ash Shirath dan Al Mizan. Berikut ini sebagian kutipan hadis itu:

1. Asy Syaikhain meriwayatkan dari Ibnu Mas'ud bahwa Rasulullah saw bersabda:"Aku akan menjadi pendahulumu (meninggalkan dunia ini) di telaga Al Haudh. Sungguh benar-benar akan dihadirkan kepadaku orang-orang diantara kalian, hingga ketika kuulurkan (tanganku) untuk menggapai mereka, mereka malah menjauh ketakutan dariku. Aku pun berkata: Ya Rabb, (apakah mereka itu) sahabatku? Allah Swt menjawab: sesungguhnya engkau tidak mengetahui perlakuan yang mereka perbuat sepeninggalmu."

2. Diriwayatkan oleh Syaikhain bahwa Rasul saw bersabda:"akan datang mengunjungiku pada hari kiamat kelak kelompok sahabatku, atau (menurut riwayat lain, dari umatku). Tapi mereka dijauhkan dari Al Haudh. Lalu kutanyakan: Ya Rabb, (apakah mereka itu) sahabatku? Dia berkata: sesungguhnya engkau tidak mengetahui perlakuan yang mereka perbuat sepeninggal engkau. Pada dasarnya mereka berpaling ke belakang (murtad dari agama - penerj.)"

Dan masih banyak lagi hadis Nabi saw tentang masalah itu, sehingga kita tidak boleh tergesa-gesa mengambil kesimpulan bahwa seluruh sahabat baik dan adil, semata hanya karena ber-shuhbah (bersahabat) dengan beliau saw. Dan cukup kiranya mengetahui secara umum melalui fakta kefasikan, kemurtadan serta bid'ah mereka. Dan pengetahuan umum mengenai keadaan mereka ini membuat kami tak dapat membenarkan setiap sahabat itu adil, bahwa mayoritas sahabat jika bersepakat atas sesuatu persoalan dijadikan sebagai dalil atau bukti kebenaran dan keabsahannya.

Namun hal itu tidak berarti bahwa seluruh sahabat berperangai dan berperilaku sedemikian itu. Banyak diantara sahabat Nabi saw yang Tsiqah (terpercaya) keadilannya serta takwa. Adapun kredibilitas (keadilan) sahabat, akan diuraikan nanti dalam bab analisis akidah Ahlul Hadis.

Firqah-firqah Najiyah Di Bawah Sorotan Nas-nas Lain

Seandainya Syaikh Al Azhar (yakni Muhammad Abduh) merujuk kepada nas-nas Nabi saw yang lain, niscaya dia akan memperoleh gambaran adanya firqah Najiyah sejelas-jelasnya. Karena nas-nas Nabi saw satu dengan yang lain saling mengikat, sebagiannya menerangkan sebagian yang lain. Dan berikut ini beberapa kutipan hadis Nabi saw yang memiliki kaitan erat dan menjelaskan hadis yang lalu.

1. Hadis Ats Tsaqalain

Rasulullah saw bersabda:"Hai manusia, aku tinggalkan sesuatu yang akan menghindarkan kamu dari kesesatan, selagi kamu berpegang teguh padanya: Kitab Allah Swt (Al Qur'an) dan 'Itrahku, Ahlulbait-ku."(diriwayatkan oleh Turmudzi dan Nasai dalam kedua Shahih-nya; lihat Kanzul 'Ummal, juz 1, hal 44, bab Al I'tisham bil Kitab was Sunnah).

Imam (Ahmad) Hambali meriwayatkan dari Nabi saw bahwa Nabi saw bersabda:"Kutinggalkan kepadamu dua penggantiku: Kitabullah, tali penghubung yang membentang antara langit dan bumi, dan Itrah-ku, Ahlubait-ku. Keduanya tak akan berpisah sehingga berjumpa denganku di telaga Al Haudh." (Musnad al Imam Ahmad Hambali, juz 5, hal 182-189).

Al Hakim, dalam Mustadrak-nya, juga meriwayatkan dari Nabi saw yang berkata:"aku merasa segera akan dipanggil (oleh Allah) dan aku akan menunaikan panggilan itu. Kutinggalkan padamu Ats Tsaqalain, yaitu Kitabullah, serta Itrah-ku (kerabatku). Kitabullah, tali penghubung antara langit dan bumi. Dan Itrah-ku, Ahlulbait-ku. Dan sesungguhnya Allah Yang Maha Mengetahui telah berfirman kepada-ku bahwa keduanya tak akan berpisah, sehingga berjumpa kembali dengan-ku di Al Haudh. Oleh karena itu, jagalah baik-baik, kedua peninggalanku itu."(Mustadrak Al Hakim, juz 3, hal 148. dikatakan bahwa sanadnya adalah sahih, sesuai dengan kriteria Bukhari dan Muslim, namun keduanya tidak meriwayatkannya).

Meskipun nas-nas di atas satu sama lain berbeda redaksi dari rawinya, namun hal itu tidak berpengaruh sama sekali. Karena Nabi saw telah berulang kali menyampaikan pesan-pesannya itu dibeberapa tempat yang berlainan. Diantaranya disebutkan bahwa hadis itu diucapkan Rasulullah saw di Arafah pada waktu melakukan ibadah haji perpisahan (wada'). Kemudian beliau mengucapkan lagi ketika sakit menjelang wafat, dihadapan para sahabat yang memenuhi ruangan kamar beliau. Lalu pernah juga beliau mengucapkannya di Ghadir Khum. Adapula riwayat menyebutkan ucapan beliau itu disaat Nabi saw pulang dari Thaif ketika beliau berpidato di hadapan para sahabat. Nah, demikian itu Rasulullah saw sengaja mengulang-ulang pesannya itu di pelbagai tempat dan situasi yang tak lain untuk menunjukkan betapa besar perhatian beliau terhadap Al Kitab Al 'Aziz dan Itrah Thahirah.(lihat Al Muraja'at, dialog no. 8. dikutip pada tempat yang berlainan).

Mengamati hadis-hadis tersebut, yang telah mencapai tingkat mutawatir yang tidak akan ada tandingannya, kecuali hadis Al Ghadir yang menuntun manusia kepada hukum, dan bagi yang tidak berpegang pada kedua-duanya akan tersesat. Jadi, mereka yang berpegang pada keduanya adalah firqah Najiyah. Sementara yang menyeleweng dan menyimpang dari keduanya, atau mendahului keduanya, maka mereka itu dianggap sebagai firqah yang binasa (halak). Ath Thabari telah menukil ucapan Rasulullah saw pada penghujung hadis:"maka janganlah kamu mendahului keduanya, nanti kamu binasa. Janganlah pula kamu ketinggalan dari mereka, nanti kamu celaka. Dan janganlah mengajari mereka, sebab mereka itu lebih mengerti dari kamu."(Ash Shawaiq Al Muhriqah, hal 135, bab wasiat Nabi saw kepada mereka).

2. Hadis As Safinah

Hadis ini, sebagaimana halnya hadis yang lalu, merupakan bukti tambahan untuk menghilangkan keraguan hadis iftiraq di atas. Al Hakim merawikan dengan sanad yang sampai kepada Abu Dzar Al Ghifari. Abu Dzar ra. seraya memegangi pintu Ka'bah berkata:"Barang siapa mengenal aku, maka akulah Abu Dzar Al Ghifari. Aku pernah mendengar bahwa Rasulullah saw bersabda:"sesungguhnya kedudukan Ahlulbait as diantara kamu, laksana bather Nuh as pada kaumnya, barang siapa yang ikut berlayar bersamanya, dia akan selamat. Dan siapa saja yang tidak ikut serta bersamanya, dia akan tenggelam." (Al Mustadrak 'Alash Shahihain, juz 3, hal 151).

Maksud serta pengertian disamakannya mereka (Ahlulbait as) dengan bahtera Nuh as ialah, siapa pun yang berlindung pada mereka dalam urusan agama dan Ushul serta Furu' (syari'at yang sesuai dengan petunjuk para Imam dari kalangan Ahlulbait as - penerj.), maka ia akan selamat dari azab api neraka. Sebaliknya, siapa pun yang tidak mau bersama mereka, akan sama halnya seperti mereka yang, pada saat mengamuknya taufan (air bah) di zaman Nabi Nuh as, berupaya mencari perlindungan di puncak gunung agar terhindar dari azab Allah Swt. Jadi, tak pelak lagi bahwa yang ini tenggelam di air, sedang yang itu di Neraka.(lihat Al Qur'an surah Hud ayat 25).

Berkata Ibnu Hajar:"menamsilkan mereka dengan bahtera Nuh as (safinah Nuh) berarti siapa pun mencintai dan menghormati mereka sebagai manifestasi rasa terima kasih serta syukur kepada Allah Swt yang telah melimpahkan karunianya dan mengikuti petunjuk para ulama dari kalangan mereka, maka akan selamat dari akibat penyimpangan mereka. Sebaliknya siapa pun yang menyimpang dari ajaran-ajaran mereka, niscaya ia akan tenggelam di lautan pengingkaran nikmat Allah Swt, dan dia pun akan binasa dalam arus gelombang kebatilan."(Ungkapan Ibnu Hajar tersebut dikomentari oleh Sayid Syarafuddin al Musawi dalam kitab Al Muraja'at dengan komentar yang indah sekali:"tanyakan padanya mengapa ia sendiri tidak mengakui petunjuk para Imam Ahlulbait as, baik dalam soal furu'uddin dan kaidah-kaidahnya, sampai pada," dan mengapa ia tidak ikut bersama mereka, agar selamat dari bahaya tenggelam di lautan pengingkaran nikmat Allah, dan terhindar dari kesesatan di lembah kebatilan?).

3. Hadis: Ahlulbait Pengaman Bagi Umatku

Diriwayatkan oleh Al Hakim dari Ibnu Abbas bahwa Rasul saw bersabda:

"Bintang-bintang (di langit) adalah petunjuk keselamatan bagi penghuni bumi dari bahaya tenggelam. Sedangkan Ahlulbait as adalah penyelamat umatku dari bahaya perselisihan (masalah dalam agama). Bila salah satu kabilah arab berselisih atau menyeleweng (dari hukum Allah Swt), niscaya mereka akan bercerai berai dan menjadi partai Iblis." Kemudian ia mengatakan, hadis ini sahih sanad-sanadnya, sesuai kriteria Bukhari dan Muslim, namun keduanya tidak meriwayatkannya.(Al Mustadrak 'Alash Shahihain, juz 3, hal 149).

Jadi, dapat diambil kesimpulan bahwa hadis-hadis tersebut diatas menerangkan hadis iftiraq, sekaligus memberikan definisi atas firqah Najiyah. Perlu pula kami kutipkan hadis iftiraq lain yang dinukil oleh ulama ahlusunnah, Imam Hafizh bin Muhammad Ash Shaghani (wafat tahun 650 H) dalam kitabnya berjudul Asy Syams Al Munirah. Ia menyebutkan hadis Nabi saw:"Umat saudaraku Isa as (akan) berpecah menjadi tujuh puluh dua firqah, dan umatku (akan) berpecah menjadi 73 firqah, kesemuanya celaka kecuali satu golongan. Ketika mendengar itu, muslimun (sahabat) tidak sanggup menahan kesedihan dan berteriak menangis. Lalu mereka menghadap kepada beliau saw dan berkata: Ya Rasulullah, bagaimana kami supaya dapat sampai ke jalan keselamatan itu sepeninggal engkau, dan bagaimana pula kami mengenali firqah Najiyah sehingga kami dapat berpegang kepadanya! Beliau berkata: kutinggalkan padamu, yang apabila kalian berpegang kepadanya, niscaya kalian tidak akan sesat selamanya setelah kepergianku: Kitabullah dan Itrahku Ahlulbaitku. Sesungguhnya Allah Swt yang Maha Mengetahui telah berfirman kepadaku bahwa keduanya tak akan berpisah, sehingga berjumpa kembali denganku di Al Haudh."(Asy Syamsul Munirah, naskahnya tersimpan di perpustakaan ar Radhawi - Masyhad, no. 1706.).

Saya yakin bahwa orang-orang arif lagi bijaksana, yang apabila mau kembali menelaah dengan seksama kepada nas-nas hadis yang berkenaan dengan Al Itrah yaitu hadis-hadis yang menganjurkan (dengan sangat) untuk senantiasa kembali (berpegang) pada mereka (yakni ajaran-ajaran Ahlulbait as - penerj.), maka paling tidak akan memahami maksud firqah Najiyah dalam hadis Iftiraq diatas. Dan ditopang pula oleh ayat Tathhir (Qs. 33:33) yang membuktikan kema'shuman mereka. Maka, apabila kaum muslim berpegang teguh pada pimpinan Ahlulbait as yang ma'shum (termasuk ajaran-ajarannya), niscaya terjaga dan terpelihara dari kekeliruan. Namun sebaliknya, jika mereka berpegang pada pimpinan yang salah dan keliru (tidak ma'shum), bahkan akan timbul penyimpangan yang berakibat pada kebinasaan. Beberapa bait syair dari Asy Syafi'I menerangkan pengenalannya terhadap firqah Najiyah. Syair itu dikutip oleh Asy Syafi'I al Hadhrami (Imam Abu Bakar bin Syihabuddin - penerj.) dalam bukunya berjudul Rasyfatus Shadi.( Rasyfatus Shadi, hal 25).

d. Timbulnya Firqah-firqah Dalam Islam

Kini saatnya kita memasuki pembahasan bagian keempat. Nabi saw memberitakan bahwa umat Islam akan berpecah mencapai jumlah yang besar. Tapi problemnya, firqah-firqah terbesar (hingga kini) tidak mencapai jumlah bilangan seperti yang disebutkan dalam hadis iftiraq. Tampaknya firqah-firqah terbesar tidak melebihi empat kelompok:

Pertama:Qadariyah (Mu'tazilah beserta pengikutnya)

Kedua:Shifatiyah (Ahlul Hadis dan Asya'irah)

Ketiga:Khawarij

Keempat:Syi'ah

Demikianlah keempat firqah (kelompok) yang ada. Kendati telah bercabang-cabang menjadi beberapa sempalan seperti kaum Murji'ah dan Karamiyah dengan segenap firqahnya. Meski demikian, jumlah tersebut belum mencapai bilangan seperti yang termaktub dalam hadis iftiraq. Tapi, Syahrastani tetap bersikeras membenarkan jumlah itu. Selanjutnya ia menyebutkan:"kemudian setiap firqah bercabang menjadi beberapa golongan, dan setiap firqah berpecah lagi menjadi beberapa sempalan, demikian seterusnya hingga mencapai jumlah 73 firqah."(Al Milal wa An Nihal, juz 1, hal 15).

Mengamati pandangan diatas, maka yang dimaksud "min ummati" (dalam hadis Iftiraq) adalah firqah-firqah Islamiyah yang beriman kepada risalah Nabi saw dan Kitabullah. Dan jumlah firqah Islamiyah seperti itu merupakan awal pembahasan, karena yang dimaksudkan adalah perselisihan berkisar masalah akidah yang tidak keluar dari hal kebinasaan dan keselamatan.

Adapun ikhtilaf menyangkut pokok-pokok ajaran Islam dan pengetahuan Islam yang tidak berkaitan dengan persoalan hidayah (petunjuk) dan kesesatan, bahkan tidak dikategorikan sebagai inti Akidah Islamiyah. Karena hal itu tidak termasuk dalam kerangka pembahasan hadis tersebut. Maka, perselisihan pandangan antara Asy'ariyah dan Mu'tazilah adalah dalam masalah-masalah:"adanya perantara antara ada (wujud) dan tidak ada ('adam)", "hakikat jism (materi), alam (al kaun; air, api, tanah, udara), warna dan bagian yang tak dapat dipisahkan serta "Tafrah" (yaitu kelompok yang meyakini bahwa suatu benda (pelaku) apabila melewati diatas suatu tempat ke tempat lain, yang diantara keduanya - menurut hematnya - ada beberapa tempat (zaman) yang tidak dilaluinya, tidak pula melewati di hadapannya, dan tidak juga singgah padanya).

Jadi, hasil ijtihad yang berbeda-beda melahirkan beberapa firqah (golongan) dalam ilmu kalam (teologi), bukan berarti menyebabkan mereka terjerembab ke dalam neraka, kendati kebenaran (al Haqq) adalah satu. Dan tidak benar kepercayaan mereka tentang itu dikategorikan sebagai firqah-firqah yang dinas-kan oleh ucapan Nabi saw diatas.

Yang jelas firqah-firqah tercela dalam Islam adalah kelompok yang cenderung mengikuti hawa nafsu yang menyesatkan dan menyimpang dan menyalahi firqah Najiyah dalam beberapa pokok permasalahan yang termasuk inti ajaran agama seperti, tauhid dan bagian-bagiannya, keadilan, qadha dan qadar, Tajsim, Tanzih, jab, ikhtiar, hidayah, kesesatan, melihat Allah, Imamah, khilafah dan lain-lainnya.

Adapun ikhtilaf dalam persoalan yang tidak ada kaitannya dengan masalah agama dan akidah Islamiyah, maka bagi yang menyalahi dan yang sesuai dalam hal tersebut tidak termasuk dalam kategori hadis Iftiraq. Alhasil, banyak kelompok Islam yang berselisih dalam masalah aqliyah dan kauniyah yang tidak ada hubungannya dengan masalah agama (syari'at), atau masalah yang manusia tidak dipertanyakan tentang pada masa hidup dan sepeninggalnya dan tidak punya kewajiban meyakininya.

Upaya-upaya Untuk Mengoreksi Jumlah Bilangan

Ada beberapa usaha untuk men-tashhih pengertian hadis iftiraq diatas:

1. Bilangan (71, 72, 73) adalah ungkapan yang sifat mubalaghah (hiperbola) bilangan banyak, seperti firman Allah Swt dalam Al Qur'an surah at Taubah ayat 80 yang artinya:"Kamu memohon ampun bagi mereka atau tidak, (adalah sama saja). Kendatipun kamu memohonkan ampun bagi mereka 70 kali, namun Allah sekali-kali tidak akan memberi ampunan kepada mereka."

Berdasarkan pengertian diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa, upaya itu gagal dan tidak mengena, karena hal itu dapat dibenarkan jika riwayat hadis dinyatakan dengan bentuk bilangan 70 atau selain dari bilangan puluhan (10, 30, 40, 80, 90, - penerj.). sebab ungkapan seperti itu telah popular dan dikenal, tapi yang terkandung dalam riwayat hadis tidak demikian halnya.

Coba perhatikan hadis iftiraq di atas bahwa Nabi saw menyebutkan kaum Majusi dengan bilangan 70, kaum Yahudi 71, umat Nasrani 72, dan umat Islam dengan 73. dan sederetan bilangan sedemikian itu dapat dipahami dengan mudah, bahwa yang dimaksud adalah firqah-firqah yang sampai pada batasan tersebut secara hakiki (rill) bukannya "mubalaghi" (yakni ucapan bersifat berlebihan).

2. pada hakikatnya, prinsip yang diyakini firqah-firqah itu tidak mencapai bilangan termaktub, bahkan setengah atau seperempatnya pun tidak, demikian pula masalah cabangnya, sedangkan para ulama berselisih pendapat dalam hal pencabangannya, sementara manusia tengah kebingungan mempertimbangkan sikapnya ajaran firqah mana yang masuk dalam pertimbangannya. Apakah ia hendak mengikuti pokok-pokoknya atau cabang-cabangnya. Apabila mengambil cabangnya, lalu sejauh mana kadar pengambilannya. Meskipun begitu, hadis itu tidak hanya berlaku pada masa silam saja, karena hadis Turmudzi memberitakan berpecahnya umat Muhammad saw, sedangkan umatnya terus berlanjut hingga bumi ini dan segala isinya diminta kembali oleh Sang Pencipta, Allah Swt, sebaik-baik pewaris.

Mestinya untuk setiap periode ia memberitakan firqah-firqah yang muncul diseputar umat, dari permulaan terjadinya hingga saat si pembicara memberitakannya, kendati jumlah bilangan itu mencapai apa yang dimaksudkan dalam hadis itu, atau tidak mencapai jumlah bilangan itu. Jadi, kemungkinan, bahkan tidak diragukan, kalaupun hadis itu shahih, maka yang sekarang terjadi pada manusia sesuai dengan yang diberitakan oleh hadis Nabi saw.(Al Farqu Bainal Firaq, hal 7).

Meskipun demikian, masih ada usaha ketiga untuk membenarkan hadis itu dengan menempuh jalan lain. Upaya ini pun sama sekali tidak dapat dibenarkan, karena Imam Asy'ari yang menyatakan bahwa Syi'ah Ghulat terpecah menjadi 15 firqah, dan Syi'ah Imamiyah menjadi 24 firqah, seperti pendapat Asy Syahrastani yang menyebutkan dan menggolongkan Mu'tazilah sebanyak 12 firqahsedangkan kaum Khawarij terdiri dari beberapa firqah: Muhakkimah, Azariyah, Najdat, Baihasiyah, 'Ajaridah, Tsa'alibah, Ibadhiyah dan Shufariyah.

Namun, pada dasarnya seluruh sempalan Syi'ah, Mu'tazilah dan Khawarij cenderung berpijak dan bekeyakinan pada pokok-pokok yang khas yang sudah diketahui. Sempalan kaum Khawarij bersepakat pada pokok yang amat popular, yaitu menyalahkan tindakan dan perilaku Utsman bin Affan dan Imam Ali as dalam masalah Tahkim dan Takfir terhadap para pelaku dosa besar yang kekal dalam neraka. Jadi, tidak dapat dibenarkan pendapat yang mengatakan bahwa setiap sempalan dikategorikan sebagai firqah, kendati terdapat perselisihan dalam sempalan itu tentang masalah yang sifatnya parsial. Demikian juga, persoalan sempalan lainnya.

Abdurrahman Badhawi, salah seorang penulis kontemporer, menyatakan bahwa hadis iftiraq bukan termasuk hadis shahih, dengan mengungkap beberapa alas an berikut ini:

Pertama,disebutkannya bilangan (71-72-73) adalah diada-adakan (mufta'al) yang tidak dapat dibenarkan . apalagi hadis seperti itu keluar dari lisan Nabi saw.

Kedua,bukanlah kekuasaan Nabi saw untuk ber-tanabbu' (memberitahukan sesuatu yang akan terjadi) dengan menentukan jumlah bilangan firqah yang akan berpecah menjadi beberapa golongan muslim.

Ketiga,kami pun tidak menemukan teks hadis semacam itu, baik yang dinukil oleh penulis-penulis abad ke-2 atau pun abad ke-3 H. dan seandainya hadis itu sahih, niscaya sudah ada sejak masa terdahulu.

Keempat,setiap firqah berupaya menyisipkan - pada penghujung najis - dengan riwayat yang sesuai dengannya. Perawi ahlusunnah, misalnya, mengartikan firqah Najiyah sebagai kelompok ahlusunnah. Mu'tazilah berasumsi bahwa yang dimaksud firqah Najiyah adalah kelompok Mu'tazilah dan begitu seterusnya.

Berkata Badhawi:"Sungguh terdapat penyimpangan besar yang diperbuat oleh penganalisis sejarah firqah dalam menyebutkan (sekte-sekte tertentu ke dalam trend-trend principle hingga mencapai) jumlah 73 firqah. Mereka mengabaikan kenyataan bahwa berpecahnya kaum muslim tidak berakhir pada periode mereka saja, melainkan - sudah barang tentu - akan bermunculah firqah-firqah baru secara terus-menerus di masa mendatang.

Jadi, anggapan mereka ini jelas keliru, karena tidak memperhitungkan dengan cermat akan munculnya firqah-firqah baru dalam Islam untuk masa kemudian.(Madzahibul Islamiyah, juz 1, hal 34). Tak pelak lagi, alas an-alasan yang dikemukakan diatas tidaklah dapat dibenarkan, melainkan alas an keempatlah yang dapat dibenarkan.

Adapun alas an pertama, bukti yang dituangkan senada dengan pernyataan hadis itu sendiri, namun tidak menjelaskan alasan ketidaksahihan hadis itu. Dan mengenai alasan kedua, alasan yang segera terbayang setelah memahami ungkapannya, adalah bahwa Nabi saw tak berkuasa untuk ber-tanabbu' dengan peristiwa-peristiwa yang akan terjadi dimasa mendatang, tetapi alasan ini pun batil dan tidak dapat diterima, karena adanya kesaksian dari kitab-kitab kumpulan hadis Shahih dan Sunan yang kandungan isinya menjelaskan bagaimana Nabi saw ber-tanbbu' mengenai pelbagai peristiwa yang akan terjadi pada umatnya dengan izin Allah Swt.(Mafahimul Qur'an, juz 3, hal 503-508).

Mengamati ungkapan diatas tampaknya si penulis bermaksud lain, yaitu Nabi saw tidak sepatutnya mengetengahkan Tanabbu' seperti itu, karena tidak disukai dan membahayakan umatnya. Tapi, alasan itu juga tidak dapat diterima lantaran Tanabbu'-tanabbu' lainnya yang serupa itu sering dituangkan oleh Nabi saw. Nabi saw bertanabbu' dengan masa depan suram yang ditujukan bagi Dzul Khuwaishirah dari kelompok Khawarij. Ia berkata kepada Nabi saw:"berlaku adil." Nabi saw berkata:"celakalah kamu, siapa lagi yang akan berbuat adil, jika aku tidak. Sungguh, kamu orang yang merugi." - Umar bin Khaththab yang saat itu hadir, berkata:"Ya Rasulullah, perkenankanlah aku untuk memenggal lehernya."beliau berkata:"biarkan dia, karena ia mempunyai pengikut, seorang diantara kalian akan meremehkan amalan shalatnya dan puasanya. Bila membaca Al Qur'an, bacaan mereka tidak akan mampu melampaui kerongkongannya. Mereka menjauh dari Islam, seperti anak panah melesat dari busurnya. Sementara bila diteliti ujung panahnya, tak ada bekas yang tampak padanya."(At Taj, kitab Al Fitan, juz 5, hal 286).

Lantas, apa bedanya antara Tanabbu' itu serta yang serupa itu yang dituturkan dalam hadis-hadis Nabi saw, dan bertanabbu' dengan berpecahnya umat yang mencapai beberapa firqah itu. Mengenai alasannya yang ketiga, sangat aneh sekali. Sebabnya, beberapa hadis tentang itu telah diriwayatkan oleh Abu Dawud (202-275 H) dalam Sunan-nya, At Turmudzi (209-279 H) meriwayatkan dalam Shahih-nya, Ibnu Majah (218-276) dalam Sunan-nya, Ahmad bin Hambal (241 H) dalam Musnad-nya. Kesemuanya itu adalah tokoh-tokoh ulama ahli hadis abad ke-3 hijriyah. Berikut ini sebagian hadis yang