Shalat dan Kepemimpinan

download Shalat dan Kepemimpinan

of 4

Transcript of Shalat dan Kepemimpinan

  • 8/14/2019 Shalat dan Kepemimpinan

    1/4

    SHALAT DAN KEPEMIMPINANOleh: A. Khudori Soleh

    Shalat sebagai bagian dari rukun Islam, sesungguhnya,bukan sekedar urusan pribadi seorang hamba dengan Tuhan,tetapi lebih merupakan ajaran bagaimana seseorang harusmenjalani kehidupannya. Sedemikian, sehingga shalat bukansekedar ibadah ritual yang diwajibkan melainkan tata cara danperilaku hidup yang kebutuhan.

    Prinsip HidupGerakan shalat yang senantiasa berubah, mulai berdiri,

    rukuk, iktidal, sujud dan seterusnya, mengajarkan bagaimanakita harus memahami dan menjalani kehidupan. Posisi qiyam(berdiri), rukuk, iktidal, sujud, duduk dan seterusnyamengajarkan kepada kita bahwa hidup tidak pernah langgengtetapi selalu mengalami perubahan dan pergantian. Yangawalnya qiyam, muda dan jaya, tidak akan terus selalu demikian;suatu ketika akan ada masanya tua dan mundur, masa rukuk.Lebih dari itu, bahkan akan ada waktunya sujud, masa pensiun,masa kehinaan dan masa dilupakan.

    Karena itu, ketika qiyam (muda dan jaya) seseoranghendaknya tidak terus menuruti lamunan otaknya tetapi haruskhusyuk kepada Allah. Tetap ingat bahwa ia dan segala gerak-geriknya selalu diawasi dan akan dimintai pertanggung jawabanoleh Tuhan, sehingga tidak berbuat sewenang-wenang menurutinafsu rendahnya. Apalagi pada masa-masa sujud yangmerupakan masa terdekat dengan kematian. Jika sejak qiyamseseorang hanya mengikuti lamunannya, bahkan sampai --menjelang-- salam tidak segera kembali kepada Tuhan, tidakkembali kepada ajaran agama dan kebenaran, maka shalatnyaakan sia-sia, hanya merupakan bayang-bayang belaka. Hidupnya

    tidak punya makna, tidak membawa pengaruh yang berartisehingga akan segera dilupakan.

    Di sisi lain, shalat merupakan rangkaian dari gerakan-gerakan yang beragam dan berbeda, rukuk, sujud, iktidal, dudukdan lainnya. Hanya shalat mayat yang dilakukan secara berdiri.Ini menunjukkan bahwa umat Islam tidak boleh diam atau statis.Sebaliknya, masyarakat Islam harus selalu melakukan gerakan,perubahan dan pembaharuan. Sikap statis berarti hanyakematian. Tidak adanya kemauan bergerak, berubah danmembaharui diri berarti menghadapkan diri kepada kematian,

    kehancuran dan keterbelakangan.

  • 8/14/2019 Shalat dan Kepemimpinan

    2/4

    Namun demikian, kedinamisan dan perubahan tersebuttidak cukup hanya dari segi lahir, formal atau kuantitas tetapi

    harus juga dibarengi dengan perubahan dan peningkatankualitas dan ketaqwaan. Sebab, shalat tidak hanya gerakan-gerakan lahir tetapi juga gerakan batin. Kedua aspek ini harusberjalan seiring dan seimbang. Saat ini, kita patut bangga dsanbersyukur bahwa secara formal dan kuantitas, masyarakat Islammenunjukkan kearah perubahan yang positif. Kegairahan untukkembali kepada ajaran agama semakin meningkat. Pengajian-pengajian keagamaan mulai dari tingkat RT sampai pejabat tinggisemakin marak dan digalakan. Begitu juga tentang pelaksanaanhaji. Hampir sulit ditemui seorang pejabat muslim yang belummelakukan haji. Para artispun bahkan ramai-ramai menunaikanhaji.

    Akan tetapi, perubahan-perubahan lahir seperti itu tidakcukup. Gerakan dan pembaruan yang hanya bersifat formal-kuantitas tanpa perbaikan kualitas dan ketaqwaan sama artinyadengan mengerjakan shalat tanpa kekhusyukan hati. Begitu pulasebaliknya. Melulu mengejar ibadah dan keimanan tanpakepedulian sosial sama artinya melakukan shalat hanya denganhati tanpa rukuk dan sujud. Karena itu, menghadapi masalah-masalah yang muncul saat ini, umat Islam tidak cukup hanyamelakukan istighazah, tahlil, wirid atau kegiatan-kegiatan ritual.

    Sebaliknya, juga tidak bisa hanya mengandalkan kekuatan akaldan organisasi, tanpa dukungan batin. Keduanya mesti salingmengisi dan menunjang.

    Selain itu, adanya keberagaman gerakan dalam shalat jugamenunjukkan bahwa untuk mencapai hasil akhir, kejayaan danridla Tuhan, mesti ada kesepahaman dan saling keterikatan dariberbagai masyarakat Islam yang beragam. Tidak harus adadalam satu ikatan atau organisasi yang sama, karena hal itutidak mungkin. Sebaliknya, perbedaan budaya, suku, bahasaatau yang lain, perbedaan organisasi dan pandangan adalahsuatu niscaya. Yang penting ada saling pengertian dan ikatan

    diantara mereka.Pengertian shalat dengan keterpaduan gerakan lahir dan

    batin seperti ini harus dihayati dan diterapkan dalam kehidupansehari-hari muslim. Tidak hanya ketika mengerjakan shalatsecara formal, ketika melakukan ibadah yang diawali takbir dandiakhiri salam. Karena itulah, dalam perintah shalat Allah tidakmenyatakan dengan lafat if`al al-shalat(kerjakan shalat), tetapiaqim al-shalat(tegakkan shalat). Lafat if`al cenderung hanyapenegakan perintah pada kondisi tertentu dan formal sedangaqim mengandung tuntutan untuk dihayati dan diterapkan dalam

    seluruh tata kehidupan. Maksudnya, diluar pelaksanaan shalat

  • 8/14/2019 Shalat dan Kepemimpinan

    3/4

  • 8/14/2019 Shalat dan Kepemimpinan

    4/4

    atau organisasi-- bila tidak punya pemimpin. Karena itu,pemimpin harus berakar dan diakui oleh rakyat. Pemimpin yang

    tidak berasal dan tidak diakui rakyatnya berarti batalkepemimpinanya. Ia tidak akan digubris dan tidak akan mampumembawa masyarakatnya kepada cita-cita yang diinginkan.

    Keempat, jika imam batal, ia harus segera mundur untukdigantikan orang lain walau pelaksanaan shalat belum selesai. Inimengajarkan bahwa jika seorang pemimpin uzur dan tidak bisamenjalankan tugasnya secara baik, ia harus mengundurkan diriwalau masa jabatannya belum habis. Tidak bisa dipaksakan,sebab hal itu justru hanya akan menyebabkan kekacauan dangejolak.

    Walhasil, shalat sangat erat hubungannya dengan tatakehidupan kita. Shalat mengajarkan hidup dinamis dandemokratis. Dalam kaitannya dengan proses pemilihan wali kotasaat ini, shalat mengajarkan bagaimana kita menjadi seorangpemimpin dan bagaimana kita harus memilih pemimpin yangbaik. Wallahu alam.

    http://khudorisoleh.blogspot.com

    ----------