Sgmsa_Lokal

15
Nomor : 03 / AP2B / SGMSA / 2005 Revisi : 02 PT. PLN (PERSERO) WILAYAH SULSEL & SULTRA PROSEDUR TETAP OPERASI LOKAL GARDU INDUK SUNGGUMINASA Berlaku : 01 April 2006 Halaman 1 dari 15 PROSEDUR TETAP OPERASI LOKAL GARDU INDUK SUNGGUMINASA NOMOR : 03/AP2B/SGMSA/2005 I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Prosedur Operasi Standar GI Sungguminasa Nomor 03/AP2B/SGMSA/2005, merupakan pengganti dari Prosedur Operasi Standar Sistem Sulawesi Selatan Nomor 03/GI Sungguminasa. Penggantian ini dilakukan sehubungan dengan adanya perubahan organisasi dan perubahan mekanisme kerja sebagai berikut : 1. Unit Transmisi dan Gardu Induk di Sektor Pembangkitan bergabung dengan Unit Pengatur Beban (UPB) menjadi Unit Penyaluran dan Pengatur Beban Sistem Sulawesi Selatan (AP2B), yang selanjutnya menjadi Area Penyaluran dan Pengatur Beban Sistem Sulawesi Selatan (AP2B). Tugasnya mengoperasikan jaringan transmisi sampai sisi tegangan tinggi trafo distribusi di Gardu Induk. 2. Pengoperasian sisi sekunder trafo distribusi sampai dengan tegangan menengah dilakukan oleh Unit Pengatur Distribusi (APD) Makassar. Mekanisme kerja, wewenang, dan tanggung-jawab pengoperasian Gardu Induk, Prosedur Operasi Standar ini dibuat 2 (dua) macam : 1. Prosedur Operasi Standar di sisi Tegangan Tinggi (150kV, 70kV, dan 30kV) dibuat oleh Area Penyaluran dan Pengatur Beban Sistem Sulawesi Selatan. Prosedur Operasi Standar ini mengenai pengendalian dan pengoperasian sistem tegangan tinggi di gardu

Transcript of Sgmsa_Lokal

Page 1: Sgmsa_Lokal

Nomor : 03 / AP2B / SGMSA / 2005 Revisi : 02

PT. PLN (PERSERO) WILAYAH SULSEL & SULTRA PROSEDUR TETAP OPERASI LOKAL GARDU INDUK SUNGGUMINASA Berlaku : 01 April 2006

Halaman 1 dari 15

PROSEDUR TETAP OPERASI LOKAL

GARDU INDUK SUNGGUMINASA

NOMOR : 03/AP2B/SGMSA/2005

I. PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Prosedur Operasi Standar GI Sungguminasa Nomor

03/AP2B/SGMSA/2005, merupakan pengganti dari Prosedur Operasi

Standar Sistem Sulawesi Selatan Nomor 03/GI Sungguminasa.

Penggantian ini dilakukan sehubungan dengan adanya perubahan

organisasi dan perubahan mekanisme kerja sebagai berikut :

1. Unit Transmisi dan Gardu Induk di Sektor Pembangkitan bergabung

dengan Unit Pengatur Beban (UPB) menjadi Unit Penyaluran dan

Pengatur Beban Sistem Sulawesi Selatan (AP2B), yang selanjutnya

menjadi Area Penyaluran dan Pengatur Beban Sistem Sulawesi

Selatan (AP2B). Tugasnya mengoperasikan jaringan transmisi

sampai sisi tegangan tinggi trafo distribusi di Gardu Induk.

2. Pengoperasian sisi sekunder trafo distribusi sampai dengan

tegangan menengah dilakukan oleh Unit Pengatur Distribusi (APD)

Makassar.

Mekanisme kerja, wewenang, dan tanggung-jawab pengoperasian Gardu

Induk, Prosedur Operasi Standar ini dibuat 2 (dua) macam :

1. Prosedur Operasi Standar di sisi Tegangan Tinggi (150kV, 70kV, dan

30kV) dibuat oleh Area Penyaluran dan Pengatur Beban Sistem

Sulawesi Selatan. Prosedur Operasi Standar ini mengenai

pengendalian dan pengoperasian sistem tegangan tinggi di gardu

Page 2: Sgmsa_Lokal

Nomor : 03 / AP2B / SGMSA / 2005 Revisi : 02

PT. PLN (PERSERO) WILAYAH SULSEL & SULTRA PROSEDUR TETAP OPERASI LOKAL GARDU INDUK SUNGGUMINASA Berlaku : 01 April 2006

Halaman 2 dari 15

induk, yang dipergunakan oleh Dispatcher AP2B, Operator Gardu

Induk, dan Piket Pemeliharaan Transmisi sebagai pedoman

pengendalian operasi dan proses pemulihan jika terjadi gangguan.

2. Prosedur Operasi Standar di sisi tegangan menengah ( 20kV )

dibuat oleh Area Pengatur Distribusi Makassar, mengenai

pengendalian dan pengoperasian sistem tegangan menengah di

gardu induk sampai penyulang. Prosedur Operasi Standar ini

dipergunakan oleh Dispatcher APD, Operator Gardu Induk, dan Piket

Pelayanan Distribusi sebagai pedoman dalam pengendalian operasi

dan proses pemulihan apabila jika terjadi gangguan.

B. DEFINISI DAN TANGGUNG-JAWAB PENGOPERASIAN INSTALASI

1. Dispatcher Area Penyaluran dan Pengatur Beban / AP2B

Dispatcher AP2B yang dimaksud, adalah Dispatcher AP2B Sistem

Sulawesi Selatan yang bertugas. Berfungsi mengatur pengoperasian

peralatan dan sistem tenaga listrik tegangan tinggi (150kV, 70kV, dan

30kV) di grid Sulawesi Selatan sampai sisi tegangan tinggi trafo

distribusi.

2. Dispatcher Area Pengatur Distribusi / APD

Dispatcher APD yang dimaksud, adalah Dispatcher APD Makassar yang

bertugas. Berfungsi mengatur pengoperasian peralatan dan distribusi

listrik tegangan menengah ( 20kV ) di sub-sistem Makassar, mulai dari

sisi tegangan menengah trafo distribusi sampai ke penyulang 20kV.

3. Operator Gardu Induk / GI

Operator gardu induk yang dimaksud, adalah Operator GI

Sungguminasa yang bertugas. Berfungsi melaksanakan pengoperasian

Page 3: Sgmsa_Lokal

Nomor : 03 / AP2B / SGMSA / 2005 Revisi : 02

PT. PLN (PERSERO) WILAYAH SULSEL & SULTRA PROSEDUR TETAP OPERASI LOKAL GARDU INDUK SUNGGUMINASA Berlaku : 01 April 2006

Halaman 3 dari 15

instalasi Gardu Induk Sungguminasa, untuk tegangan tinggi atas

perintah Dispatcher AP2B dan untuk tegangan menengah atas

permintaan Dispatcher APD.

4. Piket Pemeliharaan Transmisi dan Gardu Induk / Har TRAGI

Har TRAGI yang dimaksud, adalah Har TRAGI Panakkukang yang

bertugas. Berfungsi menjamin terselenggaranya kontinuitas dan

kesiapan operasi jaringan transmisi dan peralatan utama / bantu

instalasi Gardu Induk yang dinyatakan siap operasi.

5. Piket Pelayanan Distribusi / PIDIS

PIDIS yang dimaksud, adalah PIDIS Cabang Makassar yang bertugas.

Berfungsi menjamin terselenggaranya kontinuitas dan pelayanan listrik

ke konsumen dan permulihan jaringan distribusi tegangan menengah

yang terganggu.

II. KONDISI PEMELIHARAAN

A. DEFINISI

Yang dimaksud dengan kondisi pemeliharaan, adalah kegiatan

pemeliharan yang dilakukan untuk mempertahankan ujuk kerja

peralatan instalasi. Yang dilakukan oleh Operator Gardu Induk pada

kondisi pemeliharan, adalah Pembebasan Tegangan dan Pemberian

Tegangan terhadap peralatan yang akan dipelihara.

B. PEMBEBASAN TEGANGAN

Tindakan oleh Operator Gardu Induk

1. Periksa izin/persetujuan pelaksanaan pemeliharan peralatan

dengan berkoordinasi Dispatcher AP2B.

Page 4: Sgmsa_Lokal

Nomor : 03 / AP2B / SGMSA / 2005 Revisi : 02

PT. PLN (PERSERO) WILAYAH SULSEL & SULTRA PROSEDUR TETAP OPERASI LOKAL GARDU INDUK SUNGGUMINASA Berlaku : 01 April 2006

Halaman 4 dari 15

2. Pelajari Working permit pembebasan yang telah di buat oleh

seksi operasi unit TRAGI Panakkukang.

3. Catat semua stand kWh-meter terakhir bay peralatan yang akan

dibebaskan tegangannya dan bay peralatan yang akan di

manuver sesuai working permit.

4. Periksa pengukuran dan kondisi terakhir peralatan yang akan di

bebaskan tegangannya.

5. Posisikan “REMOTE” semua selektor switch PMT dan PMS di

panel lokal peralatan outdoor di switchyard untuk bay peralatan

yang akan dipelihara atau yang dimanuver.

6. Posisikan “LOKAL” semua selektor switch PMT dan PMS di panel

lokal peralatan outdoor di switchyard pada bay peralatan yang

akan dibebaskan.

7. Laksanakan urutan manuver PMT 20kV sesuai Working Permit

pembebasan tegangan atas permintaan Dispatcher APD.

8. Laksanakan urutan manuver sesuai Working Permit pembebasan

tegangan 150kV atas perintah Dispatcher AP2B.

9. Pasang grounding Lokal sebagai pengaman bersama Pengawas

Pekerjaan.

10. Pasang tagging di panel kontrol pada bay yang dibebaskan.

11. Ikuti serah terima pembebasan tegangan antara pengawas

manuver dan pengawas pekerjaan, termasuk menanda-tangani

dokumen Kesehatan dan Keselamatan Kerja ( K3 ).

Page 5: Sgmsa_Lokal

Nomor : 03 / AP2B / SGMSA / 2005 Revisi : 02

PT. PLN (PERSERO) WILAYAH SULSEL & SULTRA PROSEDUR TETAP OPERASI LOKAL GARDU INDUK SUNGGUMINASA Berlaku : 01 April 2006

Halaman 5 dari 15

C. PEMBERIAN TEGANGAN

Tindakan oleh Operator Gardu Induk

1. Membuka PMS tanah dan semua grounding lokal bersama

dengan Pengawas Pekerjaan.

2. Posisikan “REMOTE” semua selektor switch PMT dan PMS di

panel lokal peralatan outdoor di switchyard pada bay peralatan

yang akan dinormalkan.

3. Melepas tagging di panel kontrol pada bay yang akan

dinormalkan.

4. Posisikan “REMOTE” semua selektor switch SCADA pada panel

kontrol dan panel kubikel 20kV.

5. Laksanakan urutan manuver sesuai Working Permit pemberian

tegangan atas perintah Dispatcher AP2B.

6. Laksanakan urutan manuver penormalan PMT 20kV sesuai

Working Permit pemberian tegangan atas permintaan Dispatcher

APD.

7. Periksa pengukuran dan kondisi terakhir peralatan yang telah

dinormalkan.

8. Ikuti serah terima pembebasan tegangan antara pengawas

manuver dan pengawas pekerjaan, termasuk menanda-tangani

dokumen Kesehatan dan Keselamatan Kerja ( K3 ).

Page 6: Sgmsa_Lokal

Nomor : 03 / AP2B / SGMSA / 2005 Revisi : 02

PT. PLN (PERSERO) WILAYAH SULSEL & SULTRA PROSEDUR TETAP OPERASI LOKAL GARDU INDUK SUNGGUMINASA Berlaku : 01 April 2006

Halaman 6 dari 15

III. KONDISI NORMAL

Yang dimaksud dengan “kondisi normal”, adalah suatu kondisi dimana

semua peralatan utama, peralatan bantu, dan peralatan pendukung dapat

dioperasikan sesuai batas-batas keamanan dan pengusahaan sesuai

fungsinya. Hal-hal yang diperhatikan pada kondisi normal, adalah :

� Status peralatan seperti pada diagram satu garis GI Sungguminasa

terlampir.

� Setiap jam dilakukan pencatatan metering dan status peralatan dalam

bentuk logsheet GI Sungguminasa.

� Semua selektor switch SCADA berada pada posisi “REMOTE”.

� Profil tegangan 150kV berada dalam range (136 – 150) kV

� Profil tegangan 20kV berada dalam range (18 – 21) kV

� Ketidakseimbangan beban per-fasa tiap penyulang yang dapat

ditolerir di bawah 5 (lima) persen.

� Setiap hari secara berkala, Operator melakukan pemeriksaan visual

mengenai kondisi peralatan GI di ruang kontrol & rele proteksi, ruang

batere & PS, ruang kubikel 20kV, dan switchyard 150kV.

IV. KONDISI GANGGUAN

D. DEFINISI

Yang dimaksud dengan “kondisi gangguan”, adalah suatu kondisi

berubahnya status dan atau fungsi peralatan karena pengaruh “Alam

dan atau peralatan itu sendiri” yang mengakibatkan kondisi menjadi

tidak semestinya. Kondisi gangguan untuk Gardu Induk Sungguminasa

dibagi menjadi :

Page 7: Sgmsa_Lokal

Nomor : 03 / AP2B / SGMSA / 2005 Revisi : 02

PT. PLN (PERSERO) WILAYAH SULSEL & SULTRA PROSEDUR TETAP OPERASI LOKAL GARDU INDUK SUNGGUMINASA Berlaku : 01 April 2006

Halaman 7 dari 15

1. Hilang tegangan

2. PMT 150kV Line Trip

3. PMT 150kV Trafo Distribusi Trip

4. PMT 20kV Incoming Trip

5. PMT 20kV Penyulang Trip

6. Gangguan Internal Trafo

7. Hilang Tegangan Pemakaian Sendiri

E. HILANG TEGANGAN

Yang dimaksud dengan “Hilang Tegangan”, adalah Kondisi tidak adanya

profil tegangan 150kV pada busbar A dan B GI Sungguminasa, sehingga

menyebabkan padamnya Bus 20kV dan Trafo Pemakaian Sendiri. Hal

tersebut dapat diakibatkan oleh gangguan blackout sistem, pemadaman

meluas di grid, atau Line Tello #1 dan #2 trip. Untuk Gangguan berupa

blackout sistem atau pemadaman meluas di grid, Dispatcher AP2B akan

menginformasikan kondisi tersebut ke Operator Gardu Induk.

Tindakan oleh Operator Gardu Induk

1. Periksa semua pengukuran.

2. Catat jam gangguan, PMT yang trip, indikator yang muncul di

panel kontrol, relay yang kerja sebelum direset, dan informasi lain

yang diperlukan.

3. Laporkan segera ke Dispatcher AP2B.

4. PMT yang dibuka sesuai urutan tanpa perintah Dispatcher AP2B

atau tanpa permintaan Dispatcher APD, adalah :

1. PMT 20kV Kapasitor unit #1, dan #2

2. PMT 20kV Penyulang Takalar

Page 8: Sgmsa_Lokal

Nomor : 03 / AP2B / SGMSA / 2005 Revisi : 02

PT. PLN (PERSERO) WILAYAH SULSEL & SULTRA PROSEDUR TETAP OPERASI LOKAL GARDU INDUK SUNGGUMINASA Berlaku : 01 April 2006

Halaman 8 dari 15

3. PMT 20kV Penyulang Barombong

4. PMT 20kV Penyulang Parangbanua

5. PMT 20kV Penyulang RRI

5. Posisikan “REMOTE” semua selektor switch SCADA pada panel

kontrol dan panel kubikel 20kV.

6. Tunggu informasi dari Dispatcher AP2B untuk penormalan PMT

150kV dan Dispatcher APD untuk PMT 20kV.

F. PMT 150kV LINE TRIP

Tindakan oleh Operator Gardu Induk

1. Periksa semua pengukuran.

2. Catat jam gangguan, PMT yang trip, indikator yang muncul di

panel kontrol, relay yang kerja sebelum direset, dan informasi lain

yang diperlukan.

3. Laporkan segera ke Dispatcher AP2B.

4. Posisikan “REMOTE” selektor switch SCADA pada panel kontrol

Line Transmisi yang trip.

5. Tunggu perintah Dispatcher AP2B untuk penormalan.

Hal yang perlu diperhatikan !

� Untuk Line yang trip dengan indikasi gangguan 2 (dua) fasa atau 3 (tiga) fasa, sebelum penormalan harus mendapat konfirmasi kesiapan operasi kembali dari Piket Har TRAGI.

� Jika PMT Line trip dengan indikasi gangguan 1 (satu) fasa dan indikasi reclose muncul

(reclose lockout), Off-kan switch reclosing. Dispatcher akan memerintahkan penormalan kembali setelah mendapat konfirmasi kesiapan operasi instalasi dari Unit Transmisi dan Gardu Induk Panakkukang. Apabila line transmisi sudah kembali normal, switch reclose dikembalikan ke posisi “ON”.

Page 9: Sgmsa_Lokal

Nomor : 03 / AP2B / SGMSA / 2005 Revisi : 02

PT. PLN (PERSERO) WILAYAH SULSEL & SULTRA PROSEDUR TETAP OPERASI LOKAL GARDU INDUK SUNGGUMINASA Berlaku : 01 April 2006

Halaman 9 dari 15

G. PMT 150kV TRAFO DISTRIBUSI TRIP

Tindakan oleh Operator Gardu Induk

1. Periksa semua pengukuran.

2. Catat jam gangguan, PMT yang trip, indikator yang muncul di

panel kontrol, relay yang kerja sebelum direset, dan informasi lain

yang diperlukan.

3. Laporkan segera ke Dispatcher AP2B.

4. PMT yang dibuka sesuai urutan tanpa permintaan Dispatcher APD,

adalah :

1. PMT 20kV Kapasitor unit #1, dan #2

2. PMT 20kV Penyulang GH. Sungguminasa

3. PMT 20kV Penyulang Takalar

4. PMT 20kV Penyulang Barombong

5. PMT 20kV Penyulang Parangbanua

6. PMT 20kV Penyulang RRI

5. Posisikan “REMOTE” selektor switch SCADA pada panel kontrol

Trafo Distribusi dan semua panel kubikel 20kV.

6. Tunggu perintah Dispatcher AP2B untuk penormalan PMT 150kV

Trafo Distribusi.

7. Tunggu permintaan Dispatcher APD untuk manuver Penyulang

20kV atau penormalan PMT 20kV.

Hal yang perlu diperhatikan ! Untuk mempercepat pemulihan, tidak perlu melepas PMT 20kV Incoming.

Page 10: Sgmsa_Lokal

Nomor : 03 / AP2B / SGMSA / 2005 Revisi : 02

PT. PLN (PERSERO) WILAYAH SULSEL & SULTRA PROSEDUR TETAP OPERASI LOKAL GARDU INDUK SUNGGUMINASA Berlaku : 01 April 2006

Halaman 10 dari 15

H. PMT 20kV INCOMING TRIP

Tindakan Oleh Operator Gardu Induk

1. Periksa semua pengukuran.

2. Catat jam gangguan, PMT yang trip, indikator yang muncul di

panel kontrol, relay yang kerja sebelum direset, dan informasi lain

yang diperlukan.

3. Informasikan segera ke Dispatcher APD.

4. Posisikan “REMOTE” selektor switch SCADA pada semua panel

kubikel 20kV.

5. PMT yang dibuka sesuai urutan atas permintaan Dispatcher APD,

adalah :

1. PMT 20kV Kapasitor unit #1, dan #2

2. PMT 20kV Penyulang GH. Sungguminasa

3. PMT 20kV Penyulang Takalar

4. PMT 20kV Penyulang Barombong

5. PMT 20kV Penyulang Parangbanua

6. PMT 20kV Penyulang RRI

6. Tunggu permintaan Dispatcher APD untuk penormalan PMT 20kV.

I. PMT 20kV PENYULANG TRIP

Tindakan Oleh Operator Gardu Induk

1. Periksa semua pengukuran.

2. Catat jam gangguan, PMT yang trip, indikator yang muncul di

panel kontrol, relay yang kerja sebelum direset, dan informasi lain

yang diperlukan.

3. Informasikan segera ke Dispatcher APD.

Page 11: Sgmsa_Lokal

Nomor : 03 / AP2B / SGMSA / 2005 Revisi : 02

PT. PLN (PERSERO) WILAYAH SULSEL & SULTRA PROSEDUR TETAP OPERASI LOKAL GARDU INDUK SUNGGUMINASA Berlaku : 01 April 2006

Halaman 11 dari 15

4. Jika Penyulang tersebut memiliki recloser yang aktif, maka tunggu

sampai PMT 20kV Penyulang masuk kembali oleh recloser.

5. Periksa beban ( Ampere ) Penyulang 20kV per-fasa Setelah

dimasukkan. Jika ketidakseimbangan beban di atas 5 ( lima )

persen, maka segera lepas PMT 20kV Penyulang tersebut dan

informasikan ke Dispatcher APD.

6. Jika PMT Penyulang 20kV Trip kembali, maka segera informasikan

ke Dispatcher APD.

7. Posisikan “REMOTE” selektor switch SCADA pada panel Kubikel

20kV Penyulang yang trip.

8. Tunggu permintaan Dispatcher APD untuk penormalan PMT 20kV.

Hal yang perlu diperhatikan !

� PMT 20kV Penyulang dapat dimasukkan satu kali jika tidak terjadi kerusakan atau kelainan pada PMT tersebut.

� Jika cuaca di sekitar JUTM asuhan Penyulang ybs normal, maka penormalan

Penyulang yang trip kembali lebih dari 1 (satu) kali, hanya dilakukan setelah PIDIS memeriksa jaringan tersebut dan dianggap aman untuk dinormalkan.

� Jika beban Penyulang yang trip di atas 5MW, maka sebelum Penyulang tersebut

dicoba masuk kembali, maka Operator GI berkoordinasi dengan Dispatcher APD untuk melepas LBS Remote pertama yang paling dekat dengan pangkal penyulang. LBS Remote tersebut dapat dimasukkan kembali setelah PMT Penyulang yang gangguan berhasil masuk.

Page 12: Sgmsa_Lokal

Nomor : 03 / AP2B / SGMSA / 2005 Revisi : 02

PT. PLN (PERSERO) WILAYAH SULSEL & SULTRA PROSEDUR TETAP OPERASI LOKAL GARDU INDUK SUNGGUMINASA Berlaku : 01 April 2006

Halaman 12 dari 15

J. GANGGUAN INTERNAL TRAFO

Yang dimaksud dengan gangguan internal trafo, adalah gangguan pada

zona pengamanan trafo Distribusi. Gangguan tersebut seharusnya

mentripkan PMT di kedua sisi trafo ( 150/20kV ), indikasi yang muncul

untuk gangguan internal, seperti; Diferensial relay, Pressure Relief,

Bucholz, dan Restricted Earth Fault ( REF ).

Tindakan oleh Operator Gardu Induk

1. Periksa semua pengukuran.

2. Catat jam gangguan, PMT yang trip, indikator yang muncul di

panel kontrol, relay yang kerja sebelum direset, dan informasi lain

yang diperlukan.

3. Laporkan ke Dispatcher AP2B, Dispatcher APD, dan Piket Har

TRAGI.

4. Lepas PMT Trafo sisi TT ( 150kV ) dan sisi TM ( 20kV ).

5. Posisikan “REMOTE” selektor switch SCADA pada panel kontrol

trafo distribusi dan semua panel kubikel 20kV.

6. Tunggu perintah Dispatcher AP2B untuk penormalan Trafo.

7. Tunggu permintaan Dispatcher APD untuk manuver Penyulang

atau penormalan PMT 20Kv

Hal yang perlu diperhatikan !

Pengoperasian kembali Trafo Distribusi, hanya setelah Operator Gardu Induk menerima pernyataan instalasi siap operasi kembali dari Piket Har TRAGI Panakkukang.

Page 13: Sgmsa_Lokal

Nomor : 03 / AP2B / SGMSA / 2005 Revisi : 02

PT. PLN (PERSERO) WILAYAH SULSEL & SULTRA PROSEDUR TETAP OPERASI LOKAL GARDU INDUK SUNGGUMINASA Berlaku : 01 April 2006

Halaman 13 dari 15

K. HILANG TEGANGAN PEMAKAIAN SENDIRI

1. Periksa semua pengukuran.

2. Catat jam gangguan, indikator yang muncul di panel kontrol, relay

yang kerja sebelum direset, dan informasi lain yang diperlukan.

3. Laporkan ke Dispatcher AP2B dan Piket Har TRAGI Panakkukang.

4. Tunggu perintah dari Dispatcher AP2B untuk pe-normalan.

V. KONDISI ABNORMAL

A. DEFINISI

Yang dimaksud dengan Kondisi Abnormal, adalah kondisi dimana

instalasi/peralatan yang beroperasi mengalami ketidakwajaran, seperti;

tegangan terlalu tinggi atau terlalu rendah ( over-voltage / under-

voltage ), temperature terlalu tinggi pada trafo atau NGR, bunyi

mendengung yang berlebihan pada trafo, ketidakseimbangan fasa yang

besar pada penyulang, flashover/sparkover, dll.

B. TINDAKAN OPERATOR GARDU INDUK

Pada kondisi Abnormal, Operator Gardu Induk segera melaporkan ke

Dispatcher AP2B mengenai kondisi instalasi/peralatan yang mengalami

ketidakwajaran. Operator Gardu Induk harus selalu mengetahui kondisi

mutakhir dari instalasi/peralatan tersebut, untuk mencegah kondisi

abnormal berubah menjadi kondisi Darurat. Pemantauan terhadap

instalasi/peralatan tersebut dilakukan baik secara visual ke objek

peralatan atau melalui metering arus ( Ampere-meter ), tegangan ( kV-

meter ) pada panel kontrol, atau temperature.

Page 14: Sgmsa_Lokal

Nomor : 03 / AP2B / SGMSA / 2005 Revisi : 02

PT. PLN (PERSERO) WILAYAH SULSEL & SULTRA PROSEDUR TETAP OPERASI LOKAL GARDU INDUK SUNGGUMINASA Berlaku : 01 April 2006

Halaman 14 dari 15

C. TEGANGAN LEBIH

Tegangan lebih termasuk kategori kondisi abnormal. Jika profil

tegangan 150kV rel A/B berada di atas 157,5 kV atau profil tegangan

20kV berada di atas 21kV, maka Operator harus segera mengatur tap

trafo distribusi secara manual sehingga profil tegangan 20kV tetap

bertahan pada tegangan nominalnya ( 18,0 – 21,0 kV ).

VI. KONDISI DARURAT / EMERGENCY

A. DEFINISI

Yang dimaksud dengan kondisi darurat / emergency adalah kejadian

musibah, misalnya; kebakaran, bencana alam (berupa banjir & gempa),

pendudukan / huru-hara yang dapat membahayakan jiwa manusia dan

kerusakan peralatan instalasi listrik asset PLN.

B. TINDAKAN OPERATOR GI

Dalam kondisi darurat emergency, Operator Gardu Induk dapat

melakukan pelepasan dan pembebasan tegangan pada instalasi yang

terganggu, hanya jika hal tersebut sangat diperlukan untuk mencegah

timbulnya bahaya atau kerugian yang lebih besar. Operator Gardu

Induk segera menginformasikan ke Dispatcher AP2B, Dispatcher APD,

dan Piket Har setelah tindakan darurat dilakukan.

Page 15: Sgmsa_Lokal

Nomor : 03 / AP2B / SGMSA / 2005 Revisi : 02

PT. PLN (PERSERO) WILAYAH SULSEL & SULTRA PROSEDUR TETAP OPERASI LOKAL GARDU INDUK SUNGGUMINASA Berlaku : 01 April 2006

Halaman 15 dari 15

VII. PENUTUP

1. Dengan dikeluarkannya prosedur operasi standar ini, maka protap

sebelumnya dinyatakan tidak berlaku lagi.

2. Hal-hal lain yang belum diatur dalam prosedur operasi standar ini, akan

ditentukan kemudian.