Sgmsa_Lokal
-
Upload
sukryadhi-syamri -
Category
Documents
-
view
169 -
download
7
Transcript of Sgmsa_Lokal
Nomor : 03 / AP2B / SGMSA / 2005 Revisi : 02
PT. PLN (PERSERO) WILAYAH SULSEL & SULTRA PROSEDUR TETAP OPERASI LOKAL GARDU INDUK SUNGGUMINASA Berlaku : 01 April 2006
Halaman 1 dari 15
PROSEDUR TETAP OPERASI LOKAL
GARDU INDUK SUNGGUMINASA
NOMOR : 03/AP2B/SGMSA/2005
I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Prosedur Operasi Standar GI Sungguminasa Nomor
03/AP2B/SGMSA/2005, merupakan pengganti dari Prosedur Operasi
Standar Sistem Sulawesi Selatan Nomor 03/GI Sungguminasa.
Penggantian ini dilakukan sehubungan dengan adanya perubahan
organisasi dan perubahan mekanisme kerja sebagai berikut :
1. Unit Transmisi dan Gardu Induk di Sektor Pembangkitan bergabung
dengan Unit Pengatur Beban (UPB) menjadi Unit Penyaluran dan
Pengatur Beban Sistem Sulawesi Selatan (AP2B), yang selanjutnya
menjadi Area Penyaluran dan Pengatur Beban Sistem Sulawesi
Selatan (AP2B). Tugasnya mengoperasikan jaringan transmisi
sampai sisi tegangan tinggi trafo distribusi di Gardu Induk.
2. Pengoperasian sisi sekunder trafo distribusi sampai dengan
tegangan menengah dilakukan oleh Unit Pengatur Distribusi (APD)
Makassar.
Mekanisme kerja, wewenang, dan tanggung-jawab pengoperasian Gardu
Induk, Prosedur Operasi Standar ini dibuat 2 (dua) macam :
1. Prosedur Operasi Standar di sisi Tegangan Tinggi (150kV, 70kV, dan
30kV) dibuat oleh Area Penyaluran dan Pengatur Beban Sistem
Sulawesi Selatan. Prosedur Operasi Standar ini mengenai
pengendalian dan pengoperasian sistem tegangan tinggi di gardu
Nomor : 03 / AP2B / SGMSA / 2005 Revisi : 02
PT. PLN (PERSERO) WILAYAH SULSEL & SULTRA PROSEDUR TETAP OPERASI LOKAL GARDU INDUK SUNGGUMINASA Berlaku : 01 April 2006
Halaman 2 dari 15
induk, yang dipergunakan oleh Dispatcher AP2B, Operator Gardu
Induk, dan Piket Pemeliharaan Transmisi sebagai pedoman
pengendalian operasi dan proses pemulihan jika terjadi gangguan.
2. Prosedur Operasi Standar di sisi tegangan menengah ( 20kV )
dibuat oleh Area Pengatur Distribusi Makassar, mengenai
pengendalian dan pengoperasian sistem tegangan menengah di
gardu induk sampai penyulang. Prosedur Operasi Standar ini
dipergunakan oleh Dispatcher APD, Operator Gardu Induk, dan Piket
Pelayanan Distribusi sebagai pedoman dalam pengendalian operasi
dan proses pemulihan apabila jika terjadi gangguan.
B. DEFINISI DAN TANGGUNG-JAWAB PENGOPERASIAN INSTALASI
1. Dispatcher Area Penyaluran dan Pengatur Beban / AP2B
Dispatcher AP2B yang dimaksud, adalah Dispatcher AP2B Sistem
Sulawesi Selatan yang bertugas. Berfungsi mengatur pengoperasian
peralatan dan sistem tenaga listrik tegangan tinggi (150kV, 70kV, dan
30kV) di grid Sulawesi Selatan sampai sisi tegangan tinggi trafo
distribusi.
2. Dispatcher Area Pengatur Distribusi / APD
Dispatcher APD yang dimaksud, adalah Dispatcher APD Makassar yang
bertugas. Berfungsi mengatur pengoperasian peralatan dan distribusi
listrik tegangan menengah ( 20kV ) di sub-sistem Makassar, mulai dari
sisi tegangan menengah trafo distribusi sampai ke penyulang 20kV.
3. Operator Gardu Induk / GI
Operator gardu induk yang dimaksud, adalah Operator GI
Sungguminasa yang bertugas. Berfungsi melaksanakan pengoperasian
Nomor : 03 / AP2B / SGMSA / 2005 Revisi : 02
PT. PLN (PERSERO) WILAYAH SULSEL & SULTRA PROSEDUR TETAP OPERASI LOKAL GARDU INDUK SUNGGUMINASA Berlaku : 01 April 2006
Halaman 3 dari 15
instalasi Gardu Induk Sungguminasa, untuk tegangan tinggi atas
perintah Dispatcher AP2B dan untuk tegangan menengah atas
permintaan Dispatcher APD.
4. Piket Pemeliharaan Transmisi dan Gardu Induk / Har TRAGI
Har TRAGI yang dimaksud, adalah Har TRAGI Panakkukang yang
bertugas. Berfungsi menjamin terselenggaranya kontinuitas dan
kesiapan operasi jaringan transmisi dan peralatan utama / bantu
instalasi Gardu Induk yang dinyatakan siap operasi.
5. Piket Pelayanan Distribusi / PIDIS
PIDIS yang dimaksud, adalah PIDIS Cabang Makassar yang bertugas.
Berfungsi menjamin terselenggaranya kontinuitas dan pelayanan listrik
ke konsumen dan permulihan jaringan distribusi tegangan menengah
yang terganggu.
II. KONDISI PEMELIHARAAN
A. DEFINISI
Yang dimaksud dengan kondisi pemeliharaan, adalah kegiatan
pemeliharan yang dilakukan untuk mempertahankan ujuk kerja
peralatan instalasi. Yang dilakukan oleh Operator Gardu Induk pada
kondisi pemeliharan, adalah Pembebasan Tegangan dan Pemberian
Tegangan terhadap peralatan yang akan dipelihara.
B. PEMBEBASAN TEGANGAN
Tindakan oleh Operator Gardu Induk
1. Periksa izin/persetujuan pelaksanaan pemeliharan peralatan
dengan berkoordinasi Dispatcher AP2B.
Nomor : 03 / AP2B / SGMSA / 2005 Revisi : 02
PT. PLN (PERSERO) WILAYAH SULSEL & SULTRA PROSEDUR TETAP OPERASI LOKAL GARDU INDUK SUNGGUMINASA Berlaku : 01 April 2006
Halaman 4 dari 15
2. Pelajari Working permit pembebasan yang telah di buat oleh
seksi operasi unit TRAGI Panakkukang.
3. Catat semua stand kWh-meter terakhir bay peralatan yang akan
dibebaskan tegangannya dan bay peralatan yang akan di
manuver sesuai working permit.
4. Periksa pengukuran dan kondisi terakhir peralatan yang akan di
bebaskan tegangannya.
5. Posisikan “REMOTE” semua selektor switch PMT dan PMS di
panel lokal peralatan outdoor di switchyard untuk bay peralatan
yang akan dipelihara atau yang dimanuver.
6. Posisikan “LOKAL” semua selektor switch PMT dan PMS di panel
lokal peralatan outdoor di switchyard pada bay peralatan yang
akan dibebaskan.
7. Laksanakan urutan manuver PMT 20kV sesuai Working Permit
pembebasan tegangan atas permintaan Dispatcher APD.
8. Laksanakan urutan manuver sesuai Working Permit pembebasan
tegangan 150kV atas perintah Dispatcher AP2B.
9. Pasang grounding Lokal sebagai pengaman bersama Pengawas
Pekerjaan.
10. Pasang tagging di panel kontrol pada bay yang dibebaskan.
11. Ikuti serah terima pembebasan tegangan antara pengawas
manuver dan pengawas pekerjaan, termasuk menanda-tangani
dokumen Kesehatan dan Keselamatan Kerja ( K3 ).
Nomor : 03 / AP2B / SGMSA / 2005 Revisi : 02
PT. PLN (PERSERO) WILAYAH SULSEL & SULTRA PROSEDUR TETAP OPERASI LOKAL GARDU INDUK SUNGGUMINASA Berlaku : 01 April 2006
Halaman 5 dari 15
C. PEMBERIAN TEGANGAN
Tindakan oleh Operator Gardu Induk
1. Membuka PMS tanah dan semua grounding lokal bersama
dengan Pengawas Pekerjaan.
2. Posisikan “REMOTE” semua selektor switch PMT dan PMS di
panel lokal peralatan outdoor di switchyard pada bay peralatan
yang akan dinormalkan.
3. Melepas tagging di panel kontrol pada bay yang akan
dinormalkan.
4. Posisikan “REMOTE” semua selektor switch SCADA pada panel
kontrol dan panel kubikel 20kV.
5. Laksanakan urutan manuver sesuai Working Permit pemberian
tegangan atas perintah Dispatcher AP2B.
6. Laksanakan urutan manuver penormalan PMT 20kV sesuai
Working Permit pemberian tegangan atas permintaan Dispatcher
APD.
7. Periksa pengukuran dan kondisi terakhir peralatan yang telah
dinormalkan.
8. Ikuti serah terima pembebasan tegangan antara pengawas
manuver dan pengawas pekerjaan, termasuk menanda-tangani
dokumen Kesehatan dan Keselamatan Kerja ( K3 ).
Nomor : 03 / AP2B / SGMSA / 2005 Revisi : 02
PT. PLN (PERSERO) WILAYAH SULSEL & SULTRA PROSEDUR TETAP OPERASI LOKAL GARDU INDUK SUNGGUMINASA Berlaku : 01 April 2006
Halaman 6 dari 15
III. KONDISI NORMAL
Yang dimaksud dengan “kondisi normal”, adalah suatu kondisi dimana
semua peralatan utama, peralatan bantu, dan peralatan pendukung dapat
dioperasikan sesuai batas-batas keamanan dan pengusahaan sesuai
fungsinya. Hal-hal yang diperhatikan pada kondisi normal, adalah :
� Status peralatan seperti pada diagram satu garis GI Sungguminasa
terlampir.
� Setiap jam dilakukan pencatatan metering dan status peralatan dalam
bentuk logsheet GI Sungguminasa.
� Semua selektor switch SCADA berada pada posisi “REMOTE”.
� Profil tegangan 150kV berada dalam range (136 – 150) kV
� Profil tegangan 20kV berada dalam range (18 – 21) kV
� Ketidakseimbangan beban per-fasa tiap penyulang yang dapat
ditolerir di bawah 5 (lima) persen.
� Setiap hari secara berkala, Operator melakukan pemeriksaan visual
mengenai kondisi peralatan GI di ruang kontrol & rele proteksi, ruang
batere & PS, ruang kubikel 20kV, dan switchyard 150kV.
IV. KONDISI GANGGUAN
D. DEFINISI
Yang dimaksud dengan “kondisi gangguan”, adalah suatu kondisi
berubahnya status dan atau fungsi peralatan karena pengaruh “Alam
dan atau peralatan itu sendiri” yang mengakibatkan kondisi menjadi
tidak semestinya. Kondisi gangguan untuk Gardu Induk Sungguminasa
dibagi menjadi :
Nomor : 03 / AP2B / SGMSA / 2005 Revisi : 02
PT. PLN (PERSERO) WILAYAH SULSEL & SULTRA PROSEDUR TETAP OPERASI LOKAL GARDU INDUK SUNGGUMINASA Berlaku : 01 April 2006
Halaman 7 dari 15
1. Hilang tegangan
2. PMT 150kV Line Trip
3. PMT 150kV Trafo Distribusi Trip
4. PMT 20kV Incoming Trip
5. PMT 20kV Penyulang Trip
6. Gangguan Internal Trafo
7. Hilang Tegangan Pemakaian Sendiri
E. HILANG TEGANGAN
Yang dimaksud dengan “Hilang Tegangan”, adalah Kondisi tidak adanya
profil tegangan 150kV pada busbar A dan B GI Sungguminasa, sehingga
menyebabkan padamnya Bus 20kV dan Trafo Pemakaian Sendiri. Hal
tersebut dapat diakibatkan oleh gangguan blackout sistem, pemadaman
meluas di grid, atau Line Tello #1 dan #2 trip. Untuk Gangguan berupa
blackout sistem atau pemadaman meluas di grid, Dispatcher AP2B akan
menginformasikan kondisi tersebut ke Operator Gardu Induk.
Tindakan oleh Operator Gardu Induk
1. Periksa semua pengukuran.
2. Catat jam gangguan, PMT yang trip, indikator yang muncul di
panel kontrol, relay yang kerja sebelum direset, dan informasi lain
yang diperlukan.
3. Laporkan segera ke Dispatcher AP2B.
4. PMT yang dibuka sesuai urutan tanpa perintah Dispatcher AP2B
atau tanpa permintaan Dispatcher APD, adalah :
1. PMT 20kV Kapasitor unit #1, dan #2
2. PMT 20kV Penyulang Takalar
Nomor : 03 / AP2B / SGMSA / 2005 Revisi : 02
PT. PLN (PERSERO) WILAYAH SULSEL & SULTRA PROSEDUR TETAP OPERASI LOKAL GARDU INDUK SUNGGUMINASA Berlaku : 01 April 2006
Halaman 8 dari 15
3. PMT 20kV Penyulang Barombong
4. PMT 20kV Penyulang Parangbanua
5. PMT 20kV Penyulang RRI
5. Posisikan “REMOTE” semua selektor switch SCADA pada panel
kontrol dan panel kubikel 20kV.
6. Tunggu informasi dari Dispatcher AP2B untuk penormalan PMT
150kV dan Dispatcher APD untuk PMT 20kV.
F. PMT 150kV LINE TRIP
Tindakan oleh Operator Gardu Induk
1. Periksa semua pengukuran.
2. Catat jam gangguan, PMT yang trip, indikator yang muncul di
panel kontrol, relay yang kerja sebelum direset, dan informasi lain
yang diperlukan.
3. Laporkan segera ke Dispatcher AP2B.
4. Posisikan “REMOTE” selektor switch SCADA pada panel kontrol
Line Transmisi yang trip.
5. Tunggu perintah Dispatcher AP2B untuk penormalan.
Hal yang perlu diperhatikan !
� Untuk Line yang trip dengan indikasi gangguan 2 (dua) fasa atau 3 (tiga) fasa, sebelum penormalan harus mendapat konfirmasi kesiapan operasi kembali dari Piket Har TRAGI.
� Jika PMT Line trip dengan indikasi gangguan 1 (satu) fasa dan indikasi reclose muncul
(reclose lockout), Off-kan switch reclosing. Dispatcher akan memerintahkan penormalan kembali setelah mendapat konfirmasi kesiapan operasi instalasi dari Unit Transmisi dan Gardu Induk Panakkukang. Apabila line transmisi sudah kembali normal, switch reclose dikembalikan ke posisi “ON”.
Nomor : 03 / AP2B / SGMSA / 2005 Revisi : 02
PT. PLN (PERSERO) WILAYAH SULSEL & SULTRA PROSEDUR TETAP OPERASI LOKAL GARDU INDUK SUNGGUMINASA Berlaku : 01 April 2006
Halaman 9 dari 15
G. PMT 150kV TRAFO DISTRIBUSI TRIP
Tindakan oleh Operator Gardu Induk
1. Periksa semua pengukuran.
2. Catat jam gangguan, PMT yang trip, indikator yang muncul di
panel kontrol, relay yang kerja sebelum direset, dan informasi lain
yang diperlukan.
3. Laporkan segera ke Dispatcher AP2B.
4. PMT yang dibuka sesuai urutan tanpa permintaan Dispatcher APD,
adalah :
1. PMT 20kV Kapasitor unit #1, dan #2
2. PMT 20kV Penyulang GH. Sungguminasa
3. PMT 20kV Penyulang Takalar
4. PMT 20kV Penyulang Barombong
5. PMT 20kV Penyulang Parangbanua
6. PMT 20kV Penyulang RRI
5. Posisikan “REMOTE” selektor switch SCADA pada panel kontrol
Trafo Distribusi dan semua panel kubikel 20kV.
6. Tunggu perintah Dispatcher AP2B untuk penormalan PMT 150kV
Trafo Distribusi.
7. Tunggu permintaan Dispatcher APD untuk manuver Penyulang
20kV atau penormalan PMT 20kV.
Hal yang perlu diperhatikan ! Untuk mempercepat pemulihan, tidak perlu melepas PMT 20kV Incoming.
Nomor : 03 / AP2B / SGMSA / 2005 Revisi : 02
PT. PLN (PERSERO) WILAYAH SULSEL & SULTRA PROSEDUR TETAP OPERASI LOKAL GARDU INDUK SUNGGUMINASA Berlaku : 01 April 2006
Halaman 10 dari 15
H. PMT 20kV INCOMING TRIP
Tindakan Oleh Operator Gardu Induk
1. Periksa semua pengukuran.
2. Catat jam gangguan, PMT yang trip, indikator yang muncul di
panel kontrol, relay yang kerja sebelum direset, dan informasi lain
yang diperlukan.
3. Informasikan segera ke Dispatcher APD.
4. Posisikan “REMOTE” selektor switch SCADA pada semua panel
kubikel 20kV.
5. PMT yang dibuka sesuai urutan atas permintaan Dispatcher APD,
adalah :
1. PMT 20kV Kapasitor unit #1, dan #2
2. PMT 20kV Penyulang GH. Sungguminasa
3. PMT 20kV Penyulang Takalar
4. PMT 20kV Penyulang Barombong
5. PMT 20kV Penyulang Parangbanua
6. PMT 20kV Penyulang RRI
6. Tunggu permintaan Dispatcher APD untuk penormalan PMT 20kV.
I. PMT 20kV PENYULANG TRIP
Tindakan Oleh Operator Gardu Induk
1. Periksa semua pengukuran.
2. Catat jam gangguan, PMT yang trip, indikator yang muncul di
panel kontrol, relay yang kerja sebelum direset, dan informasi lain
yang diperlukan.
3. Informasikan segera ke Dispatcher APD.
Nomor : 03 / AP2B / SGMSA / 2005 Revisi : 02
PT. PLN (PERSERO) WILAYAH SULSEL & SULTRA PROSEDUR TETAP OPERASI LOKAL GARDU INDUK SUNGGUMINASA Berlaku : 01 April 2006
Halaman 11 dari 15
4. Jika Penyulang tersebut memiliki recloser yang aktif, maka tunggu
sampai PMT 20kV Penyulang masuk kembali oleh recloser.
5. Periksa beban ( Ampere ) Penyulang 20kV per-fasa Setelah
dimasukkan. Jika ketidakseimbangan beban di atas 5 ( lima )
persen, maka segera lepas PMT 20kV Penyulang tersebut dan
informasikan ke Dispatcher APD.
6. Jika PMT Penyulang 20kV Trip kembali, maka segera informasikan
ke Dispatcher APD.
7. Posisikan “REMOTE” selektor switch SCADA pada panel Kubikel
20kV Penyulang yang trip.
8. Tunggu permintaan Dispatcher APD untuk penormalan PMT 20kV.
Hal yang perlu diperhatikan !
� PMT 20kV Penyulang dapat dimasukkan satu kali jika tidak terjadi kerusakan atau kelainan pada PMT tersebut.
� Jika cuaca di sekitar JUTM asuhan Penyulang ybs normal, maka penormalan
Penyulang yang trip kembali lebih dari 1 (satu) kali, hanya dilakukan setelah PIDIS memeriksa jaringan tersebut dan dianggap aman untuk dinormalkan.
� Jika beban Penyulang yang trip di atas 5MW, maka sebelum Penyulang tersebut
dicoba masuk kembali, maka Operator GI berkoordinasi dengan Dispatcher APD untuk melepas LBS Remote pertama yang paling dekat dengan pangkal penyulang. LBS Remote tersebut dapat dimasukkan kembali setelah PMT Penyulang yang gangguan berhasil masuk.
Nomor : 03 / AP2B / SGMSA / 2005 Revisi : 02
PT. PLN (PERSERO) WILAYAH SULSEL & SULTRA PROSEDUR TETAP OPERASI LOKAL GARDU INDUK SUNGGUMINASA Berlaku : 01 April 2006
Halaman 12 dari 15
J. GANGGUAN INTERNAL TRAFO
Yang dimaksud dengan gangguan internal trafo, adalah gangguan pada
zona pengamanan trafo Distribusi. Gangguan tersebut seharusnya
mentripkan PMT di kedua sisi trafo ( 150/20kV ), indikasi yang muncul
untuk gangguan internal, seperti; Diferensial relay, Pressure Relief,
Bucholz, dan Restricted Earth Fault ( REF ).
Tindakan oleh Operator Gardu Induk
1. Periksa semua pengukuran.
2. Catat jam gangguan, PMT yang trip, indikator yang muncul di
panel kontrol, relay yang kerja sebelum direset, dan informasi lain
yang diperlukan.
3. Laporkan ke Dispatcher AP2B, Dispatcher APD, dan Piket Har
TRAGI.
4. Lepas PMT Trafo sisi TT ( 150kV ) dan sisi TM ( 20kV ).
5. Posisikan “REMOTE” selektor switch SCADA pada panel kontrol
trafo distribusi dan semua panel kubikel 20kV.
6. Tunggu perintah Dispatcher AP2B untuk penormalan Trafo.
7. Tunggu permintaan Dispatcher APD untuk manuver Penyulang
atau penormalan PMT 20Kv
Hal yang perlu diperhatikan !
Pengoperasian kembali Trafo Distribusi, hanya setelah Operator Gardu Induk menerima pernyataan instalasi siap operasi kembali dari Piket Har TRAGI Panakkukang.
Nomor : 03 / AP2B / SGMSA / 2005 Revisi : 02
PT. PLN (PERSERO) WILAYAH SULSEL & SULTRA PROSEDUR TETAP OPERASI LOKAL GARDU INDUK SUNGGUMINASA Berlaku : 01 April 2006
Halaman 13 dari 15
K. HILANG TEGANGAN PEMAKAIAN SENDIRI
1. Periksa semua pengukuran.
2. Catat jam gangguan, indikator yang muncul di panel kontrol, relay
yang kerja sebelum direset, dan informasi lain yang diperlukan.
3. Laporkan ke Dispatcher AP2B dan Piket Har TRAGI Panakkukang.
4. Tunggu perintah dari Dispatcher AP2B untuk pe-normalan.
V. KONDISI ABNORMAL
A. DEFINISI
Yang dimaksud dengan Kondisi Abnormal, adalah kondisi dimana
instalasi/peralatan yang beroperasi mengalami ketidakwajaran, seperti;
tegangan terlalu tinggi atau terlalu rendah ( over-voltage / under-
voltage ), temperature terlalu tinggi pada trafo atau NGR, bunyi
mendengung yang berlebihan pada trafo, ketidakseimbangan fasa yang
besar pada penyulang, flashover/sparkover, dll.
B. TINDAKAN OPERATOR GARDU INDUK
Pada kondisi Abnormal, Operator Gardu Induk segera melaporkan ke
Dispatcher AP2B mengenai kondisi instalasi/peralatan yang mengalami
ketidakwajaran. Operator Gardu Induk harus selalu mengetahui kondisi
mutakhir dari instalasi/peralatan tersebut, untuk mencegah kondisi
abnormal berubah menjadi kondisi Darurat. Pemantauan terhadap
instalasi/peralatan tersebut dilakukan baik secara visual ke objek
peralatan atau melalui metering arus ( Ampere-meter ), tegangan ( kV-
meter ) pada panel kontrol, atau temperature.
Nomor : 03 / AP2B / SGMSA / 2005 Revisi : 02
PT. PLN (PERSERO) WILAYAH SULSEL & SULTRA PROSEDUR TETAP OPERASI LOKAL GARDU INDUK SUNGGUMINASA Berlaku : 01 April 2006
Halaman 14 dari 15
C. TEGANGAN LEBIH
Tegangan lebih termasuk kategori kondisi abnormal. Jika profil
tegangan 150kV rel A/B berada di atas 157,5 kV atau profil tegangan
20kV berada di atas 21kV, maka Operator harus segera mengatur tap
trafo distribusi secara manual sehingga profil tegangan 20kV tetap
bertahan pada tegangan nominalnya ( 18,0 – 21,0 kV ).
VI. KONDISI DARURAT / EMERGENCY
A. DEFINISI
Yang dimaksud dengan kondisi darurat / emergency adalah kejadian
musibah, misalnya; kebakaran, bencana alam (berupa banjir & gempa),
pendudukan / huru-hara yang dapat membahayakan jiwa manusia dan
kerusakan peralatan instalasi listrik asset PLN.
B. TINDAKAN OPERATOR GI
Dalam kondisi darurat emergency, Operator Gardu Induk dapat
melakukan pelepasan dan pembebasan tegangan pada instalasi yang
terganggu, hanya jika hal tersebut sangat diperlukan untuk mencegah
timbulnya bahaya atau kerugian yang lebih besar. Operator Gardu
Induk segera menginformasikan ke Dispatcher AP2B, Dispatcher APD,
dan Piket Har setelah tindakan darurat dilakukan.
Nomor : 03 / AP2B / SGMSA / 2005 Revisi : 02
PT. PLN (PERSERO) WILAYAH SULSEL & SULTRA PROSEDUR TETAP OPERASI LOKAL GARDU INDUK SUNGGUMINASA Berlaku : 01 April 2006
Halaman 15 dari 15
VII. PENUTUP
1. Dengan dikeluarkannya prosedur operasi standar ini, maka protap
sebelumnya dinyatakan tidak berlaku lagi.
2. Hal-hal lain yang belum diatur dalam prosedur operasi standar ini, akan
ditentukan kemudian.