SGD 1_Makalah Trauma Abdomen.pdf

31
 0 LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA TRAUMA ABDOMEN | SGD 1 Semester 7 MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA KLIEN DENGAN TRAUMA ABDOMEN  Oleh: SGD 1  Ni Putu Sri Wiratini (1102105003) I Dewa A A Inten Darmayanti (1102105007) A A Ari Novia Sulistiawati (1102105008) I Made Eris Setiawan (1102105024)  Ni Made Gita Anindita Nirmala Putri (1102105038) Kadek Candra Delviana Putri (1102105039) I Putu Arya Sedana (1102105041)  Ni Putu Ratih Febriana Dewi L (1102105042) Komang Tatis Yunny Wulandari (1102105046)  Ni Luh Nyoman Widy a Mahayanti (1102105050)  Ni Putu Pande Satya Systa D. (1102105058) PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FALKUTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA 2014

Transcript of SGD 1_Makalah Trauma Abdomen.pdf

  • 0

    LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA TRAUMA ABDOMEN | SGD 1 Semester 7

    MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

    PADA KLIEN DENGAN TRAUMA ABDOMEN

    Oleh: SGD 1

    Ni Putu Sri Wiratini (1102105003)

    I Dewa A A Inten Darmayanti (1102105007)

    A A Ari Novia Sulistiawati (1102105008)

    I Made Eris Setiawan (1102105024)

    Ni Made Gita Anindita Nirmala Putri (1102105038)

    Kadek Candra Delviana Putri (1102105039)

    I Putu Arya Sedana (1102105041)

    Ni Putu Ratih Febriana Dewi L (1102105042)

    Komang Tatis Yunny Wulandari (1102105046)

    Ni Luh Nyoman Widya Mahayanti (1102105050)

    Ni Putu Pande Satya Systa D. (1102105058)

    PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

    FALKUTAS KEDOKTERAN

    UNIVERSITAS UDAYANA

    2014

  • 1

    LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA TRAUMA ABDOMEN | SGD 1 Semester 7

    LEARNING TASK

    Kasus 1: SGD 1 & 2

    Anak TD, 10 tahun datang dengan keluhan utama nyeri pada perut kanan atas setelah

    mengalami kecelakaan saat berjalan tiba-tiba tertabrak motor dari arah samping kanan.

    Riwayat pingsan, muntah tidak ada. Klien langsung dibawa ke rumah sakit. Dari

    pemeriksaan fisik didapatkan tanda-tanda syok, pada abdomen kanan atas terdapat jejas,

    nyeri tekan (+). Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan Hb: 7,5g%, Ht: 23%. Pada

    pemeriksaan USG FAST didapatkan koleksi cairan di hepatorenal

    1. Buatlah Konsep Dasar trauma abdomen

    2. Buatlah askep sesuai kasus di atas (gunakan NANDA, NOC, dan NIC) minimal

    3 diagnosa, data dapat ditambahkan

  • 2

    LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA TRAUMA ABDOMEN | SGD 1 Semester 7

    PEMBAHASAN

    A. Konsep Dasar Trauma Abdomen

    1. Definisi

    Trauma abdomen didefinisikan sebagai trauma yang melibatkan daerah

    antara diafragma atas dan panggul bawah (Guilon, 2011).

    Trauma abdomen adalah cedera pada abdomen, dapat berupa trauma tumpul

    dan tembus serta trauma yang disengaja atau tidak disengaja (Smeltzer, 2001).

    Trauma Abdomen adalah terjadinya atau kerusakan pada organ abdomen

    yang dapat menyebabkan perubahan fisiologi sehingga terjadi gangguan

    metabolisme, kelainan imonologi dan gangguan faal berbagai organ

    (Sjamsuhidayat, 1997).

    Trauma abdomen didefinisikan sebagai kerusakan terhadap struktur yang

    terletak diantara diafragma dan pelvis yang diakibatkan oleh luka tumpul atau

    yang menusuk. (Ignativicus & Workman, 2006)

    Jadi, trauma abdomen adalah trauma atau cedera pada abdomen yang

    menyebabkan perubahan fisiologis yang terletak diantara diafragma dan pelvis

    yang diakibatkan oleh luka tumpul atau tusuk.

    2. Etiologi

    Menurut Sjamsuhidayat (1998), penyebab trauma abdomen adalah sebagai berikut:

    1. Penyebab trauma penetrasi

    a. Luka akibat terkena tembakan

    b. Luka akibat tikaman benda tajam

    c. Luka akibat tusukan

    2. Penyebab trauma non-penetrasi

    a. Terkena kompresi atau tekanan dari luar tubuh

    b. Hancur (tertabrak mobil)

    c. Terjepit sabuk pengaman karena terlalu menekan perut

    d. Cedera akselerasi/deserasi karena kecelakaan olah raga

  • 3

    LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA TRAUMA ABDOMEN | SGD 1 Semester 7

    Menurut (Hudak & Gallo, 2001) kecelakaan atau trauma yang terjadi

    pada abdomen, umumnya banyak diakibatkan oleh trauma tumpul. Pada kecelakaan

    kendaraan bermotor, kecepatan, deselerasi yang tidak terkontrol merupakan

    kekuatan yang menyebabkan trauma ketika tubuh klien terpukul setir mobil atau

    benda tumpul lainnya.

    Trauma akibat benda tajam umumnya disebabkan oleh luka tembak yang

    menyebabkan kerusakan yang besar didalam abdomen. Selain luka tembak, trauma

    abdomen dapat juga diakibatkan oleh luka tusuk, akan tetapi luka tusuk sedikit

    menyebabkan trauma pada organ internal diabdomen.

    Trauma pada abdomen disebabkan oleh 2 kekuatan yang merusak, yaitu:

    1. Paksaan /benda tumpul

    Merupakan trauma abdomen tanpa penetrasi ke dalam rongga peritoneum. Luka

    tumpul pada abdomen bisa disebabkan oleh:

    a. Jatuh

    b. Kekerasan fisik atau pukulan,

    c. Kecelakaan kendaraan bermotor

    d. Cedera akibat berolahraga

    e. Benturan

    f. Ledakan

    g. Deselarasi

    h. Kompresi atau sabuk pengaman.

    i. Lebih dari 50% disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas.

    2. Trauma tembus

    Merupakan trauma abdomen dengan penetrasi ke dalam rongga peritoneum.

    Luka tembus pada abdomen disebabkan oleh tusukan benda tajam atau luka

    tembak.

    3. Tanda dan gejala

    Kasus trauma abdomen ini bisa menimbulkan manifestasi klinis menurut

    Sjamsuhidayat (1997), meliputi: nyeri tekan diatas daerah abdomen, distensi

    abdomen, demam, anorexia, mual dan muntah, takikardi, peningkatan suhu tubuh,

    nyeri spontan.

  • 4

    LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA TRAUMA ABDOMEN | SGD 1 Semester 7

    Pada trauma non-penetrasi (tumpul) biasanya terdapat adanya:

    a. Jejas atau ruftur dibagian dalam abdomen

    b. Terjadi perdarahan intra abdominal.

    c. Apabila trauma terkena usus, mortilisasi usus terganggu sehingga fungsi usus

    tidak normal dan biasanya akan mengakibatkan peritonitis dengan gejala

    mual, muntah, dan BAB hitam (melena).

    d. Kemungkinan bukti klinis tidak tampak sampai beberapa jam setelah trauma.

    e. Cedera serius dapat terjadi walaupun tak terlihat tanda kontusio pada dinding

    abdomen.

    Pada trauma penetrasi biasanya terdapat:

    a. Terdapat luka robekan pada abdomen.

    b. Luka tusuk sampai menembus abdomen.

    c. Penanganan yang kurang tepat biasanya memperbanyak

    perdarahan/memperparah keadaan.

    d. Biasanya organ yang terkena penetrasi bisa keluar dari dalam andomen.

    Menurut (Hudak & Gallo, 2001) tanda dan gejala trauma abdomen, yaitu:

    a. Nyeri

    Nyeri dapat terjadi mulai dari nyeri sedang sampai yang berat. Nyeri dapat

    timbul di bagian yang luka atau tersebar. Terdapat nyeri saat ditekan dan

    nyeri lepas.

    b. Darah dan cairan

    Adanya penumpukan darah atau cairan dirongga peritonium yang disebabkan

    oleh iritasi.

    c. Cairan atau udara dibawah diafragma

    Nyeri disebelah kiri yang disebabkan oleh perdarahan limpa. Tanda ini ada

    saat pasien dalam posisi rekumben.

    d. Mual dan muntah

    Penurunan kesadaran (malaise, letargi, gelisah)

    Yang disebabkan oleh kehilangan darah dan tanda-tanda awal shock

    hemoragi.

  • 5

    LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA TRAUMA ABDOMEN | SGD 1 Semester 7

    4. Epidemiologi

    Insiden trauma abdomen meningkat dari tahun ke tahun. Mortalitas

    biasanya lebih tinggi pada trauma tumpul abdomen dari pada trauma tusuk. Jejas

    pada abdomen dapat disebabkan oleh trauma tumpul atau trauma tajam. Pada

    trauma tumpul dengan velositas rendah (misalnya akibat tinju) biasanya

    menimbulkan kerusakan satu organ. Sedangkan trauma tumpul velositas tinggi

    sering menimbulkan kerusakan organ multipel. Pada intraperitoneal, trauma tumpul

    abdomen paling sering menciderai organ limpa (40-55%), hati (35-45%), dan usus

    halus (5-10%) (Cho et al, 2012). Sedangkan pada retroperitoneal, organ yang paling

    sering cedera adalah ginjal, dan organ yang paling jarang cedera adalah pankreas

    dan ureter (Demetriades, 2000). Pada trauma tajam abdomen paling sering

    mengenai hati (40%), usus kecil (30%), diafragma (20%), dan usus besar (15%)

    (American College of Surgeons Committee on Trauma, 2008).

    5. Klasifikasi

    Trauma pada dinding abdomen terdiri dari:

    a. Kontusio dinding abdomen

    Disebabkan trauma non-penetrasi. Kontusio dinding abdomen tidak terdapat

    cedera intra abdomen, kemungkinan terjadi eksimosis atau penimbunan darah

    dalam jaringan lunak dan masa darah dapat menyerupai tumor.

    b. Laserasi

    Jika terdapat luka pada dinding abdomen yang menembus rongga abdomen

    harus di eksplorasi. Atau terjadi karena trauma penetrasi.

    Trauma Abdomen adalah terjadinya atau kerusakan pada organ abdomen yang

    dapat menyebabkan perubahan fisiologi sehingga terjadi gangguan metabolisme,

    kelainan imonologi dan gangguan faal berbagai organ. Trauma abdomen pada isi

    abdomen, menurut Suddarth & Brunner (2002) terdiri dari:

    a. Perforasi organ viseral intraperitoneum

    Cedera pada isi abdomen mungkin di sertai oleh bukti adanya cedera pada

    dinding abdomen.

    b. Luka tusuk (trauma penetrasi) pada abdomen

  • 6

    LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA TRAUMA ABDOMEN | SGD 1 Semester 7

    Luka tusuk pada abdomen dapat menguji kemampuan diagnostik ahli bedah.

    c. Cedera thorak abdomen

    Setiap luka pada thoraks yang mungkin menembus sayap kiri diafragma, atau

    sayap kanan dan hati harus dieksplorasi

    6. Patofisiologi

    Trauma pada abdomen dibagi menjadi trauma tumpul dan tembus.

    Trauma tumpul abdomen disebabkan kompresi dan deselerasi. Kompresi rongga

    abdomen oleh benda-benda terfiksasi, seperti sabuk pengaman atau setir kemudi

    akan meningatkan tekanan intraluminal dengan cepat, sehingga mungkin

    menyebabkan ruptur usus, atau pendarahan organ padat. Gaya deselerasi

    (perlambatan) akan menyebabkan tarikan atau regangan antara struktur yang

    terfiksasi dan yang dapat bergerak. Deselerasi dapat menyebabkan trauma pada

    mesenterium, pembuluh darah besar, atau kapsul organ padat, seperti ligamentum

    teres pada hati. Organ padat, seperti limpa dan hati merupakan jenis organ yang

    tersering mengalami terluka setelah trauma tumpul abdomen terjadi (Demetriades,

    2000).

    Trauma tumpul pada abdomen juga disebabkan oleh pengguntingan,

    penghancuran atau kuatnya tekanan yang menyebabkan rupture pada usus atau

    struktur abdomen yang lain. Luka tembak dapat menyebabkan kerusakan pada

    setiap struktur didalam abdomen. Tembakan menyebabkan perforasi pada perut

    atau usus yang menyebabkan peritonitis dan sepsis. Patofisiologi yang terjadi

    berhubungan dengan terjadinya trauma abdomen adalah:

    a. Terjadi perpindahan cairan berhubungan dengan kerusakan pada jaringan,

    kehilangan darah dan shock.

    b. Perubahan metabolic dimediasi oleh CNS dan system makroendokrin,

    mikroendokrin.

    c. Terjadi masalah koagulasi atau pembekuan dihubungkan dengan perdarahan

    massif dan transfuse multiple

    d. Inflamasi, infeksi dan pembentukan formasi disebabkan oleh sekresi saluran

    pencernaan dan bakteri ke peritoneum

  • 7

    LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA TRAUMA ABDOMEN | SGD 1 Semester 7

    e. Perubahan nutrisi dan elektrolit yang terjadi karena akibat kerusakan

    integritas rongga saluran pencernaan.

    f. Limpa merupakan organ yang paling sering terkena kerusakan yang

    diakibatkan oleh trauma tumpul. Sering terjadi hemoragi atau perdarahan

    masif yang berasal dari limpa yang ruptur sehingga semua upaya dilakukan

    untuk memperbaiki kerusakan di limpa.

    g. Liver, karena ukuran dan letaknya hati merupakan organ yang paling sering

    terkena kerusakan yang diakibatkan oleh luka tembus dan sering kali

    kerusakan disebabkan oleh trauma tumpul. Hal utama yang dilakukan

    apabila terjadi perlukaan dihati yaitu mengontrol perdarahan dan

    mendrainase cairan empedu.

    h. Esofagus bawah dan lambung, kadang-kadang perlukaan esofagus bawah

    disebabkan oleh luka tembus. Karena lambung fleksibel dan letaknya yang

    mudah berpindah, sehingga perlukaan jarang disebabkan oleh trauma

    tumpul tapi sering disebabkan oleh luka tembus langsung.

    i. Pankreas dan duodenum, walaupun trauma pada pankreas dan duodenum

    jarang terjadi. Tetapi trauma pada abdomen yang menyebabkan tingkat

    kematian yang tinggi disebkan oleh perlukaan di pankreas dan duodenum,

    hal ini disebabkan karena letaknya yang sulit terdeteksi apabila terjadi

    kerusakan.

    7. Pemeriksaan Fisik

    Untuk pemeriksaan fisik lakukan inspeksi, auskultasi, perkusi dan baru

    palpasi. Untuk inspeksi lihat mulai dari keadaan umum klien, ekspresi wajah,

    tanda-tanda vital, sikap berbaring, gejala dan tanda dehidrasi, perdarahan, syok,

    daerah lipat paha (inguinal, skrotum bila terdapat hernia biasanya ditemukan

    benjolan). Pada trauma abdomen biasanya ditemukan kontusio, abrasio, lacerasi

    dan echimosis. Echimosis merupakan indikasi adanya perdarahan di intra abdomen.

    Terdapat Echimosis pada daerah umbilikal biasa kita sebut Cullens Sign

    sedangkan echimosis yang ditemukan pada salah satu panggul disebut sebagai

    Turners Sign. Terkadang ditemukan adanya eviserasi yaitu menonjolnya organ

    abdomen keluar seperti usus, kolon yang terjadi pada trauma tembus/tajam.

  • 8

    LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA TRAUMA ABDOMEN | SGD 1 Semester 7

    Untuk auskultasi selain suara bising usus yang diperiksa di ke empat

    kuadran dimana adanya ekstravasasi darah menyebabkan hilangnya bunyi bising

    usus. Juga perlu didengarkan adanya bunyi bruits dari arteri renalis, bunyi bruits

    pada umbilical merupakan indikasi adanya trauma pada arteri renalis.

    Perkusi untuk melihat apakah ada nyeri ketok. Salah satu pemeriksaan

    perkusi adalah uji perkusi tinju dengan meletakkan tangan kiri pada sisi dinding

    thoraks pertengahan antara spina iliaka anterior superior kemudian tinju dengan

    tangan yang lain sehingga terjadi getaran di dalam karena benturan ringan bila ada

    nyeri merupakan tanda adanya radang/abses di ruang subfrenik antara hati dan

    diafraghma. Selain itu bisa ditemukan adanya bunyi timpani bila dilatasi lambung

    akut di kuadran atas atau bunyi redup bila ada hemoperitoneum. Pada waktu

    perkusi bila ditemukan Balance sign dimana bunyi resonan yang lebih keras pada

    panggul kanan ketika klien berbaring ke samping kiri merupakan tanda adanya

    rupture limpe. Sedangkan bila bunyi resonan lebih keras pada hati menandakan

    adanya udara bebas yang masuk.

    Untuk teknik palpasi identifikasi kelembutan, kekakuan dan spasme hal

    ini dimungkinkan diakibatkan karena adanya massa atau akumulasi darah ataupun

    cairan. Biasanya ditemukan defans muscular, nyeri tekan, nyeri lepas. Rectal tusi

    (colok dubur) dilakukan pada obstrusi usus dengan disertai paralysis akan

    ditemukan ampula melebar. Pada obstruksi kolaps karena tidak terdapat gas di usus

    besar. Pada laki-laki terdapat prostate letak tinggi menandakan patah panggul yang

    sginifikan dan disertai perdarahan.Biasa juga pada klien dilakukan uji psoas dimana

    klien diminta mengangkat tungkai dengan lutut ekstensi dan pemeriksa memberi

    tekanan melawan gerak tungkai sehingga muskulus iliopsoas dipaksa

    berkontrasi.Selain uji psoas, ada uji obturator dimana tungkai penderita diputar

    dengan arah endorotasi dan eksorotasi pada posisi menekuk 90 derajat di lutut atau

    lipat paha. Jika klien merasa nyeri maka menandakan adanya radang di muskulus

    obturatorius.

    8. Pemeriksaan Diagnostik

    Menurut Musliha, 2010, pemeriksaan diagnostik untuk trauma abdomen, yaitu:

    a. Foto thoraks: Untuk melihat adanya trauma pada thorax.

  • 9

    LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA TRAUMA ABDOMEN | SGD 1 Semester 7

    b. Pemeriksaan darah rutin

    Pemeriksaan Hb diperlukan untuk base-line data bila terjadi perdarahan

    terus menerus. Demikian pula dengan pemeriksaan hematokrit. Pemeriksaan

    leukosit yang melebihi 20.000/mm tanpa terdapatnya infeksi menunjukkan

    adanya perdarahan cukup banyak kemungkinan ruptura lienalis. Serum

    amilase yang meninggi menunjukkan kemungkinan adanya trauma pankreas

    atau perforasi usus halus. Kenaikan transaminase menunjukkan

    kemungkinan trauma pads hepar.

    c. Plain abdomen foto tegak

    Memperlihatkan udara bebas dalam rongga peritoneum, udara bebas

    retroperineal dekat duodenum, corpus alineum dan perubahan gambaran

    usus.

    d. Pemeriksaan urine rutin

    Menunjukkan adanya trauma pada saluran kemih bila dijumpai hematuri.

    Urine yang jernih belum dapat menyingkirkan adanya trauma pada saluran

    urogenital.

    e. VP (Intravenous Pyelogram)

    Karena alasan biaya biasanya hanya dimintakan bila ada persangkaan

    trauma pada ginjal.

    f. Diagnostic Peritoneal Lavage (DPL)

    Dapat membantu menemukan adanya darah atau cairan usus dalam rongga

    perut. Hasilnya dapat amat membantu. Tetapi DPL ini hanya alat diagnostik.

    Bila ada keraguan, kerjakan laparatomi (gold standard).

    Indikasi untuk melakukan DPL sebagai berikut:

    Nyeri Abdomen yang tidak bisa diterangkan sebabnya

    Trauma pada bagian bawah dari dada

    Hipotensi, hematokrit turun tanpa alasan yang jelas

    Pasien cedera abdominal dengan gangguan kesadaran (obat,alkohol,

    cedera otak)

    Pasien cedera abdominal dan cedera medula spinalis (sumsum tulang

    belakang)

    Patah tulang pelvis

  • 10

    LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA TRAUMA ABDOMEN | SGD 1 Semester 7

    Kontra indikasi relatif melakukan DPL sebagai berikut:

    Hamil

    Pernah operasi abdominal

    Operator tidak berpengalaman

    Bila hasilnya tidak akan merubah penata-laksanaan

    g. Ultrasonografi dan CT Scan

    Sebagai pemeriksaan tambahan pada penderita yang belum dioperasi dan

    disangsikan adanya trauma pada hepar dan retroperitoneum.

    Menurut Musliha (2011), pemeriksaan khusus untuk trauma abdomen, yaitu:

    a. Abdominal paracentesis

    Merupakan pemeriksaan tambahan yang sangat berguna untuk menentukan

    adanya perdarahan dalam rongga peritoneum. Lebih dari 100.000

    eritrosit/mm dalam larutan NaCl yang keluar dari rongga peritoneum setelah

    dimasukkan 100200 ml larutan NaCl 0.9% selama 5 menit, merupakan

    indikasi untuk laparotomi.

    b. Pemeriksaan laparoskopi

    Dilaksanakan bila ada akut abdomen untuk mengetahui langsung sumber

    penyebabnya.

    c. Bila dijumpai perdarahan dan anus perlu dilakukan rekto-sigmoidoskopi.

    9. Diagnosis Banding

    Menurut Udeani, 2011, diagnosis banding dari trauma abdomen dilihat dari 4

    kwadran, yaitu:

    1. Kwandran kanan atas :

    a. Cholecystitis acute

    b. Perforasi tukak duodeni

    c. Pancreatitis acute

    d. Hepatitis acute

    e. Acute congestive hepatomegaly

    f. Pneumonia + pleuritis

    g. Pyelonefritis acute

    h. Abses hepar

  • 11

    LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA TRAUMA ABDOMEN | SGD 1 Semester 7

    2. Kwandran kiri atas:

    a. Ruptur lienalis

    b. Perforasi tukak lambung

    c. Pancreatitis acute

    d. Ruptur aneurisma aorta

    e. Perforasi colon (tumor/corpus alineum)

    f. Pneumonia + pleuritis

    g. Pyelonefritis acute

    h. Infark miokard akut

    3. Paraumbilical:

    a. Ileus obstruksi

    b. Appendicitis

    c. Pancreatitis acute

    d. Trombosis A/V mesentrial

    e. Hernia Inguinalis strangulate

    f. Aneurisma aorta yang pecah

    g. Diverculitis (ileum/colon)

    4. Kwandran kanan bawah:

    a. Appendicitis

    b. Salpingitis acute

    c. Graviditas axtra uterine

    yang pecah

    d. Torsi ovarium tumor

    e. Hernia Inguinalis

    incarcerata,strangulate

    f. Diverticulitis Meckel

    g. Ileus regionalis

    h. Psoas abses

    i. Batu ureter (kolik

    5. Kwandran kiri bawah:

    a. Sigmoid diverculitis

    b. Salpingitis acute

    c. Graviditas axtra uterine

    yang pecah

    d. Torsi ovarium tumor

    e. Hernia Inguinalis

    incarcerata,strangulate

    f. Perforasi colon descenden (tumor,

    corpus alineum)

    g. Psoas abses

    h. Batu ureter (kolik)

  • 12

    LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA TRAUMA ABDOMEN | SGD 1 Semester 7

    10. Penatalaksanaan

    1. Penanganan Awal Trauma Abdomen

    Menurut Musliha (2010), Penilaian Awal yang dilakukan adalah ABC jika ada

    indikasi, jika korban tidak berespon, maka segera buka dan bersihkan.

    a. Airway

    Membuka jalan nafas penggunakan menggunakan teknik head tilt chin lift

    atau menengadahkan kepala dan mengangkat dagu, periksa adakah benda

    asing yang mengakibatkan tertutupnya jalan nafas. Muntahan, makanan,

    darah atau benda asing lainnya.

    b. Breathing

    Memeriksa pernapasan dengan cara lihat, dengar, rasakan, selanjutnya

    pemeriksaan status respirasi klien.

    c. Circulation

    Jika pernafasan pasien cepat dan tidak adekuat, maka berikan bantuan

    pernafasan.

    Untuk penangan awal trauma abdomen, dilihat dari trauma non-penetrasi dan

    trauma penetrasi, yaitu:

    a. Penanganan awal trauma non-penetrasi

    Stop makanan dan minuman

    Imobilisasi

    Kirim ke rumah sakit

    Diagnostic Peritoneal Lavage

    b. Penanganan awal trauma penetrasi

    Bila terjadi luka tusuk, maka tusuan tiak boleh dicabut kecuali oleh tim

    medis.

    Lilitkan pisau untuk emfiksasi agar tidak memperparah luka

    Bila usus atau orga lain keluar maka organ tersebut tidak boleh dimasukkan,

    maka organ tersebut dibaluk dengan kai bersih atau kasa steril.

    Imobilisasi pasien

    Tidak makan dan minum

  • 13

    LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA TRAUMA ABDOMEN | SGD 1 Semester 7

    Bila luka terbuka, balut dengan menekan

    Kirim px ke rumah sakit

    Penanganan di Rumak Sakit

    a. Trauma Penetrasi

    1. Skrinnig pemeriksaan rongten

    Foto thoraks tegak berguna untuk kemungkinan hemo atau pneumothoraks.

    Rontgen abdomen untuk menentukan jalan luka atau adanya udara

    retroperitoneum

    2. IVP atau Urogram Excretory dan CT scan

    Ini dilakukan untuk mengetahui jenis cedera ginjal yang ada

    3. Uretrografi

    Dilakukan untuk mengetahui adanya rupture uretra

    4. Sistografi

    Ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya cedera pada kandung kencing,

    contohnya pada fraktur pelvis dan trauma non penetrasi.

    b. Trauma non-penetrasi

    1. Pengambilan contoh darah dan urine

    Darah digunakan untuk pemeriksaan lab rutin dan pemeriksaan darah

    lkhusus seperti darah lengkap, potassium, glukosa, amylase.

    2. Pemeriksaan Rongent

    Pemeriksaan rontgen servikal lateral, thoraks anteroposterior dan pelvis

    adalah pemeriksaan yang harus dilakukan pada penderita dengan

    multitrauma , mungkin berguna untuk mengetahui udara ekstraluminal di

    retroperitoneum atau udara bebas dibawah diagfragma, yang keduanya

    memerlukan laparotomi.

    3. Study kontras urologi dan Gastrointestinal

    Dilakukan pada cedera yang meliputi daerah duodenum, kolon ascendens

    atau descendens dan dubur.

  • 14

    LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA TRAUMA ABDOMEN | SGD 1 Semester 7

    11. Komplikasi

    Menurut Smeltzer (2001), komplikasi segera yang dapat terjadi pada

    pasien dengan trauma abdomen adalah hemoragi, syok, dan cedera. Sedangkan

    komplikasi jangka panjangnya adalah infeksi.

    Komplikasi yang dapat muncul dari trauma abdomen terutama trauma

    tumpul adalah cedera yang terlewatkan, terlambat dalam diagnosis, cedera

    iatrogenik, intra abdomen sepsis dan abses, resusitasi yang tidak adekuat, rupture

    spleen yang muncul kemudian (King et al, 2002; Salomone & Salomone, 2011).

    Peritonitis merupakan komplikasi tersering dari trauma tumpul abdomen karena

    adanya rupture pada organ. Gejala dan tanda yang sering muncul pada komplikasi

    dengan peritonitis antara lain:

    Nyeri perut seperti ditusuk

    Perut yang tegang (distended)

    Demam (>380C)

    Produksi urin berkurang

    Mual dan muntah

    Haus

    Cairan di dalam rongga abdomen

    Tidak bisa buang air besar atau kentut

    Tanda-tanda syok

    12. Prognosis

    Prognosis untuk pasien dengan trauma abdomen bervariasi. Tanpa data

    statistic yang menggambarkan jumlah kematian di luar rumah sakit, dan jumlah

    pasien total dengan traumaabdomen, gambaran spesifik prognosis untuk pasien

    trauma intra abdomen sulit. Angka kematian untuk pasien rawat inap berkisar

    antara 5-10% (Udeani & Steinberg, 2011).

  • 15

    LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA TRAUMA ABDOMEN | SGD 1 Semester 7

    LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN

    Nama Mahasiswa : SGD 1 Semester 7

    NIM :

    IDENTITAS PASIEN

    Nama : An. TD

    Umur : 10 tahun

    Jenis Kelamin :

    Pekerjaan :

    Agama :

    Tanggal Masuk RS : 1 Oktober 2014

    Alasan Masuk : Nyeri pada perut kanan atas setelah mengalami kecelakaan

    dan tertabrak di arah samping kanan. Riwayat pingsan.

    SURVEY PRIMER DAN RESUSITASI

    AIRWAY DAN KONTROL SERVIKAL

    1. Keadaan jalan nafas

    Jalan Nafas : Paten Tidak Paten

    Obstruksi : Lidah Cairan Benda Asing Tidak Ada

    Muntahan Darah Oedema

    Suara Nafas : Snoring Gurgling Stridor Tidak ada

    Keluhan Lain:

    2. Masalah Keperawatan

    Tidak ada masalah pada jalan napas pasien.

    3. Intervensi / Implementasi

    4. Evaluasi

    BREATHING

    1. Fungsi pernafasan

    Nafas : Spontan Tidak Spontan

    Gerakan dinding dada: Simetris Asimetris

    Irama Nafas : Cepat Dangkal Normal

    Pola Nafas : Teratur Tidak Teratur

    Jenis : Dispnoe Kusmaul Cyene Stoke Lain-lain

    Suara Nafas : Vesikuler Stidor Wheezing Ronchi

    Sesak Nafas : Ada Tidak Ada

    Pernapasan Cuping hidung : Ada Tidak Ada

    Retraksi otot bantu nafas : Ada Tidak Ada

    Pernafasan : Pernafasan Dada Pernafasan Perut

  • 16

    LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA TRAUMA ABDOMEN | SGD 1 Semester 7

    RR : x/mnt

    Keluhan Lain:

    2. Masalah Keperawatan

    Tidak ada masalah dalam fungsi pernapasan pasien.

    3. Intervensi / Implementasi

    4. Evaluasi

    CIRCULATION

    1. Keadaan sirkulasi

    Nadi : Teraba Tidak teraba N: 135 x/mnt

    Tekanan Darah : 70/50 mmHg

    Pucat : Ya Tidak

    Sianosis : Ya Tidak

    CRT : < 2 detik > 2 detik

    Akral : Hangat Dingin S: 36.0 0C

    Pendarahan : Ya Tidak Ada Lokasi: Jumlah:

    Turgor : Elastis Lambat

    Diaphoresis : Ya Tidak

    Riwayat Kehilangan cairan berlebihan: Diare Muntah Luka bakar

    Keluhan Lain:

    2. Masalah Keperawatan

    PK: Syok

    3. Intervensi / Implementasi

    4. Evaluasi

    DISABILITY

    1. Penilaian fungsi Neurologis

    Kesadaran: Composmentis Delirium Somnolen Apatis Koma

    GCS : Eye Verbal Motorik

    Pupil : Isokor Unisokor Pinpoint Medriasis

    Refleks Cahaya : Ada Tidak Ada

    Refleks fisiologis : Patela (+/-) Lain-lain tidak dikaji

    Refleks patologis : Babinzky (+/-) Kernig (+/-) Lain-lain

    Kekuatan Otot :

    Keluhan Lain :

    2. Masalah Keperawatan

    Tidak ada masalah dalam fungsi neurologis pasien.

    3. Intervensi / Implementasi

  • 17

    LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA TRAUMA ABDOMEN | SGD 1 Semester 7

    4. Evaluasi

    EXPOSURE

    1. Penilaian Hipothermia/ hiperthermia

    Deformitas : Ya Tidak Lokasi:

    Contusio : Ya Tidak Lokasi:

    Abrasi : Ya Tidak Lokasi:

    Penetrasi : Ya Tidak Lokasi:

    Laserasi : Ya Tidak Lokasi:

    Edema : Ya Tidak Lokasi:

    Luka Bakar : Ya Tidak Lokasi: Grade: %

    Jika ada luka/vulnus, kaji:

    Luas Luka :

    Warna dasar luka :

    Kedalaman :

    Lain-lain :

    2. Masalah Keperawatan

    Tidak ada masalah pada exposure pasien.

    3. Intervensi / Implementasi

    4. Evaluasi

    PENGKAJIAN SEKUNDER/SURVEY SEKUNDER

    1. FIVE INTERVENSION

    Monitoring Jantung : Sinus Bradikardi Sinus Takikardi

    Saturasi O2 :

    Kateter Urine : Ada Tidak

    Pemasangan NGT: Ada, Warna Cairan Lambung: Tidak

    Lain-lain:

    Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah pada pengkajian five

    intervension.

    Intervensi / Implementasi:

    Evaluasi :

    2. GIVE COMFORT

    Nyeri : Ada Tidak

    Problem : nyeri dirasakan setelah mengalami kecelakaan dan tertabrak

    Qualitas : nyeri tekan

    Regio : abdomen kanan atas

  • 18

    LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA TRAUMA ABDOMEN | SGD 1 Semester 7

    Skala : skala 7 dari 10

    Timing : nyeri dirasakan menetap

    Lain-lain : pasien tampak meringis

    Masalah Keperawatan : Nyeri Akut

    Intervensi / Implementasi:

    Evaluasi :

    3. (H 10 SAMPLE

    Keluhan Utama : Pasien mengeluh nyeri pada perut kanan atas

    setelah mengalami kecelakaan dan tertabrak dari arah samping kanan.

    Mekanisme Cedera (Trauma) : Organ di daerah abdomen yang menerima

    benturan langsung sehingga dapat menyebabkan ruptur atau laserasi

    (tergantung dari besarnya gaya yang diterima).

    Sign/Tanda Gejala : Pasien mengalami pingsan dan nyeri abdomen

    bagian kanan atas.

    Allergi :

    Medication/ Pengobatan :

    Past Medical History :

    Last Oral Intake :

    Event leading injury : Pasien An. TD datang dengan keluhan nyeri

    pada perut kanan atas setelah mengalami kecelakaan dan tertabrak motor

    dari arah samping kanan. Riwayat pingsan, tidak ada muntah.

    Masalah Keperawatan :

    Intervensi / Implementasi:

    Evaluasi :

    4. (H2) HEAD TO TOE

    Kepala dan wajah :

    Leher :

    Dada :

    Kardiovaskuler :

    Abdomen :

    Inspeksi : Terdapat jejas pada abdomen kanan atas

    Palpasi : Nyeri tekan (+)

    Auskultasi:

    Perkusi :

    Pelvis dan perineum :

    Ekstremitas :

    Masalah Keperawatan : Kerusakan Integritas Jaringan, Nyeri Akut

    Intervensi / Implementasi:

    Evaluasi :

  • 19

    LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA TRAUMA ABDOMEN | SGD 1 Semester 7

    5. INSPEKSI BACK/ POSTERIOR SURFACE

    Jejas : Ada Tidak

    Deformitas : Ada Tidak

    Tenderness : Ada Tidak

    Crepitasi : Ada Tidak

    Laserasi : Ada Tidak

    Lain-lain:

    Masalah Keperawatan : Kerusakan Integritas Jaringan

    Intervensi / Implementasi:

    Evaluasi :

    6. HASIL LABORATORIUM

    Hb : 7.5 g%

    Ht : 23%

    Masalah Keperawatan : PK: Anemia

    Intervensi / Implementasi:

    Evaluasi :

    7. HASIL PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

    Hasil pemeriksaan USG FAST didapatkan koleksi cairan di hepatorenal.

    Masalah Keperawatan : PK: Syok

    Intervensi / Implementasi:

    Evaluasi :

    8. TERAPI DOKTER

  • 20

    ANALISA DATA

    No DATA MASALAH KEPERAWATAN

    1. DS : pasien mengeluh nyeri pada perut

    kanan atas

    P: nyeri dirasakan setelah mengalami

    kecelakaan dan tertabrak

    Q: nyeri tekan

    R: abdomen kanan atas

    S: skala 7 dari 10

    T: nyeri dirasakan menetap

    DO : jejas pada abdomen, pasien tampak

    meringis

    Trauma tumpul

    Terjadi benturan keras, merusak organ dalam

    Nyeri akut

    Nyeri akut

    2 DS : -

    DO : tampak jejas pada abdomen

    Trauma tumpul

    Merusak organ dalam

    Timbul jejas

    Kerusakan integritas jaringan

    Kerusakan integritas jaringan

    3 DS : - Trauma tumpul PK: Anemia

  • 21

    DO : Pasien tampak pucat

    Hb 7,59 %

    Ht 23 %

    Merusak organ dalam

    Ruptur hepar

    Perdarahan massif intraabdominal

    Hemodinamik tidak stabil

    Hb dan Ht menurun

    PK: Anemia

    4 DS : -

    DO : Koleksi cairan di hepatorenal (USG),

    riwayat pingsan, tanda-tanda syok

    Hemodinamik tidak stabil

    TD turun

    Syok hipovolemi

    PK: Syok

    PK: Syok

  • 22

    INTERVENSI KEPERAWATAN

    NO. DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA HASIL INTERVENSI RASIONAL

    1 PK: Syok Setelah diberikan asuhan keperawatan

    selama. x 24 jam, diharapkan syok

    pasien teratasi dengan kriteria hasil:

    NOC label: Fluid Balance

    1. Nadi perifer normal (skala 5)

    2. Keseimbangan intake dan output

    dalam 24 jam (skala 5)

    3. Turgor kulit normal (skala 5)

    4. Membran mukosa lembab (skala 5)

    5. Hematokrit normal (skala 4)

    6. Tidak terjadi hipotensi ortostatik

    (skala5)

    NOC label: Blood loss Severity

    1. Hemoglobin dalam rentang normal

    (Hb: >/= 10 gr/dl) (skala 4)

    2. Hematokrit dalam rentang normal

    NIC label: Hypovolemia managemen

    1. Berikan cairan sesuai dengan yang

    telah ditentukan

    2. Observer untuk indikasi dehidrasi

    (misalnya. Turgor kulit buruk,

    tertunda pengisian kapiler, pulsa

    minggu / thread, haus berat,

    membran mukosa kering,

    penurunan output urin, dan

    hipotensi

    3. Memonitor status hemodinamik

    4. Pertahankan kecepatan aliran infus

    intravena stabil

    5. Mengatur ketersediaan produk

    darah untuk transfusi

    Hypovolemia managemen

    1. Memenuhi kebutuhan cairan

    pasien sesuai indikasi medis

    2. Mengetahui dengan segera

    apabila terjadi tanda-tanda

    dehidrasi pada pasien

    3. Mengetaui apabila ada

    perubahan sehingga dapat

    diintervensi dengan segera

    4. Mempertahankan pemenuhan

    cairan pasien tetap adekuat

    5. Menyiapkan pasien untuk

    dilakukan transfusi

  • 23

    (Ht : 35%-55%) (skala 4)

    3. Kulit dan mukosa tidak pucat

    (skala 4)

    4. Tidak terdapat tanda tanda

    perdarahan (skala 4)

    6. Berikan produk darah (misalnya,

    trombosit dan fresh frozen plasma)

    sesuai ketentuan

    7. Pantau reaksi transfusi darah

    dengan tepat

    8. Pantau adanya tanda dan gejala

    overhydration/kelebihan cairan

    NIC label: Bleeding Reduction

    1. Monitor tanda-tanda perdarahan

    2. Observasi keadaan umum pasien

    3. Kolaborasi untuk pemeberian terapi

    intravena dan tranfusi darah

    4. Kolaborasi kontrol Hb, HMT, Retic,

    status Fe

    6. Mengatasi anemia yang dialami

    pasien akibat proses trauma

    7. Memastikan tidak ada reaksi

    yang merugikan yang terjadi

    pada pasien karena transfusi

    darah

    8. Memantau pemberian cairan

    pada pasien agar tidak berlebih

    Bleeding Reduction

    1. Mengetahui karakteristik

    perdarahan pasien

    2. Memantau kesadaran dan vital

    sign pasien

    3. Memenuhi kebutuhan cairan

    pasien dan menggantikan

    kehilangan darah pasien

    4. Mengetahui status hemodinamik

    pasien sehingga intervensi yang

  • 24

    5. Pertahankan keakuratan catatan

    intake dan output pasien setiap

    harinya

    NIC label: Shock Managemen

    1. Mempertahankan patensi jalan

    napas, dengan benar

    2. Memantau nadi oximentry dengan

    tepat

    3. Berikan terapi oksigen/ventilasi

    mekanis yang sesuai dan benar

    NIC label: Medication Aministration

    1. Pastikan terapi yang diberikan

    sesuai prosedur

    2. Monitor efek samping terapi

    dilakukan tepat

    5. Memastikan balance cairan

    pasien dalam keadaan seimbang

    Shock Managemen

    1. Memastikan oksigen dapat

    didistribusikan dengan baik

    2. Mengetahui denyut nadi pasien

    3. Membantu pemenuhan

    kebutuhan oksigen pasien

    Medication Administration

    1. Memastikan terapi diberikan

    sesuai dengan 6 Benar

    Pemberian Obat

    2. Memantau apakah ada efek

    samping yang terjadi setelah

    pemberian terapi

  • 25

    3. Monitor tanda-tanda dan gejala

    keracunan obat

    3. Mengetahui apakah pasien

    mengalami keracunan obat yang

    diberikan

    2. Nyeri Akut b/d agen

    cedera biologis ditandai

    dengan melaporkan nyeri

    secara verbal

    Setelah dilakukan tindakan

    keperawatan ... x 24 jam, diharapkan

    nyeri pasien berkurang dengan kriteria

    hasil:

    NOC label: Pain Control

    1. Pengakuan adanya serangan nyeri

    berkurang (skala 4)

    2. Menggunakan langkah-langkah

    bantuan non-analgesik (skala 4)

    3. Melaporkan nyeri terkontrol (skala

    5)

    NOC label: Vital Signs

    1. Suhu tubuh dalam rentang normal

    (36.5-37.5OC) (skala 5)

    2. Nadi dalam rentang normal (60-

    100 x/menit) (skala 5)

    NIC Label : Pain Management

    1. Tentukan lokasi nyeri, karakteristik

    nyeri, dan skala nyeri pasien

    2. Mengajarkan menggunakan teknik

    non farmakologis, (misal: kompres

    hangat, back massage, guided

    imagery, relaksasi, distraksi)

    sebelum, setelah, dan jika mungkin

    selama kesakitan sebelum nyeri

    terjadi atau meningkat, dan selama

    tindakan menghilangkan nyeri

    Pain Management

    1. Untuk mengetahui lokasi,

    karakteristik dan skala nyeri

    pasien sehingga tepat dalam

    pemberian intervensi

    2. Memberikan terapi non

    farmakologis pengontrol nyeri

    pada pasien sehingga diharapkan

    nyeri dapat berkurang tanpa

    pemberian obat. Karena nyeri

    pada trauma abdomen tidak

    dianjurkan untuk menggunakan

    analgesik karena dapat

    mengaburkan gejala dan hasil

    pemeriksaan.

  • 26

    3. RR dalam rentang normal (12-24

    x/menit) (skala 5)

    4. Tekanan systolic dalam rentang

    normal (100-110 mmHg) (skala 5)

    5. Tekanan diastolic dalam rentang

    normal (55-82mmHg) (skala 5)

    NIC label: Vital Sign Monitoring

    1. Pantau status tekanan darah, nadi,

    temperatur dan pernapasan

    2. Pantau dan laporkan tanda dan

    gejala hipotermi dan hipertermi

    Vital Sign Monitoring

    1. Untuk mengetahui perubahan

    status vital sign pasien

    2. Mengetahui perubahan status

    suhu tubuh pasien sehingga

    dapat diberikan intervensi yang

    tepat

    Kerusakan Integritas

    Jaringan berhubungan

    dengan faktor mekanik

    (tekanan) ditandai dengan

    kerusakan jaringan

    (integumen atau subkutan )

    Setelah diberikan asuhan keperawatan

    x 24jam, diharapkan integritas

    jaringan klien membaik dengan

    kriteria hasil:

    NOC label: Tissue Integrity: Skin &

    Mocous Membranes

    1. Suhu kulit dalam rentang normal

    2. Perfusi jaringan kembali normal

    3. Tidak terdapat eritema

    4. Tidak terdapat nekrosis (jaringan

    mati) pada jaringan yang cedera

    NIC label: Skin Surveillance

    1. Memonitoring kulit di area jejas

    2. Memonitoring untuk pencegahan

    tekanan atau friksi pada pasien

    3. Memperhatikan warna kulit klien

    4. Memperhatikan suhu pada kulit

    klien

    Skin Surveillance

    1. Memonitor jejas yang dialami

    pasien

    2. Mencegah perburukan kondisi

    kulit

    3. Mengetahui tanda-tanda iritasi

    4. Mempertahankan kulit dalam

    suhu yang optimal

  • 27

    EVALUASI

    NO. DIAGNOSA KEP. EVALUASI PARAF

    1. PK: Syok S:

    O: Nadi perifer 115 x/menit, turgor kulit baik, membran mukosa lembab, Ht 23%,

    Hb 7,5 gr%, TD: 80/60 mmHg

    A: PK: Syok belum teratasi

    P: lanjutkan intervensi

    2. Nyeri Akut S: Pasien mengatakan masih merasa nyeri di perut kanan atas, skala nyeri 6

    O: Pasien tampak meringis, gelisah

    A: Nyeri Akut belum teratasi

    P: Lanjutkan intervensi

    3. Kerusakan integritas

    jaringan

    S:

    O: masih tampak jejas di abdomen kanan atas, suhu kulit pasien normal

    A: Kerusakan integritas kulit belum teratasi

    P: Lanjutkan intervensi

  • 28

    LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA TRAUMA ABDOMEN | SGD 1 Semester 7

    DAFTAR PUSTAKA

    American College of Surgeons Committee on Trauma. 2008. Abdominal and pelvic

    trauma. in: advanced trauma life support for doctors atls student course

    manua 8th edition. USA: American College of Surgeons

    Cho, Y., Judson, R., Gumm, K., Santos, R., Waish, M., Pascoe, D., et al. 2012.

    Blunt abdominal trauma. the royal melbourne hospital.

    http://clinicalguidelines.mh.org.au/brochures/TRM05.03.pdf. (Diakses pada 1

    Oktober 2014)

    De Jong, W, R. Sjamsuhidajat. 2004. Buku ajar ilmu bedah edisi revisi hal. 387-402.

    Jakarta: EGC

    Demetriades, D., Asensio JA., 2000. Abdomen. in: Trauma Management. USA:

    Landes Bioscience

    Dochterman, Joanne Mccloskey. 2004. Nursing intervention classification. America:

    Mosby

    Guilon, F. 2011. Epidemiology of abdominal trauma. in: CT of the Acute Abdomen.

    London: Springer

    Heater Herdman, T. 2012. NANDA internasional diagnosis keperawatan 2012-

    2014.Jakarta: EGC

    Hudak & Gallo. 2001. Keperawatan kritis: pendekatan holistik. Jakarta: EGC

    Ignativicus, Donna D: Workman. 2006. Medical surgical nursing critical thinking for

    collaborative care. USA: Elsevier Saunders

    Musliha. (2010). Keperawatan gawat darurat. Yogyakarta: Nuha Medika

    Sabiston, D.C., Jr, M.D. 2004. Sabiston buku ajar bedah hal. 364-384. Jakarta: EGC

    Salomone A. J., Salomone, J. P. 2011. Emergency medicine: abdominal blunt trauma.

    http://emedicine.medscape.com/article/433404-print. (Diakses pada 1 Oktober

    2014)

    Sjamsuhidayat. 1997. Buku ajar bedah. Jakarta : EGC

    Sjamsuhidayat. 1998. Buku ajar bedah. Jakarta : EGC

    Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku ajar keperawatan medikal-bedah brunner & suddarth

    edisi 8. vol 1. Jakarta: EGC

  • 29

    LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA TRAUMA ABDOMEN | SGD 1 Semester 7

    Smeltzer, Suzanne C. 2001. Keperawatan medikal-bedah brunner and suddarth ed. 8

    Vol. 3. EGC: Jakarta.

    Suddarth & Brunner. 2002. Buku ajar keperawatan medikal bedah. Jakarta : EGC

    Swanson, Elizabeth. 2008. Nursing outcome classification. America: Mosby

    Udeani, J., Steinberg S. R. 2011. Trauma medicine: blunt abdominal trauma.

    http://emedicine.medscape.com/article/821995-print. (Diakses pada 30

    September 2014)

    Udeani, J., 2013. Blunt abdominal trauma.

    http://emedicine.medscape.com/article/1980980 (Diakses pada 1 Oktober

    2014).