sewon
-
Upload
masdarto7032 -
Category
Documents
-
view
587 -
download
16
Transcript of sewon
1
ANALISA INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) SEWON
BANTUL, YOGYAKARTA TAHUN 2002
Oleh : Tomi Hendartomo
Email : [email protected]
I. LATAR BELAKANG
Pengelolaan kualitas air merupakan salah satu prioritas dalam
pengelolaan lingkungan di Indonesia. Hasil pemantauan kualitas air yang
dilaksanakan melalui program Prokasih masih menunjukkan tingginya kadar
polutan di badan air. Air mempunyai karakteristik fisik dan kimiawi yang
sangat mempengaruhi kehidupan organisme di dalamnya. Apabila terjadi
perubahan kualitas perairan, terutama oleh bahan pencemaran lingkungan,
maka keseimbangan hidup organisme yang ada di perairan tersebut bahkan
kehidupan manusia pada khususnya dapat terganggu. Pencemaran
lingkungan air sebaiknya dikendalikan pada tingkat awal dari suatu proses
pencemaran yang terjadi. Apabila tingkat pencemaran air sangat dominan,
maka pencegahan dan penanggulangannya memerlukan biaya yang sangat
mahal (Rao, et al., 2001).
Sumberdaya air selain merupakan sumber daya alam juga merupakan
komponen ekosistem yang sangat penting bagi kehidupan manusia.
Kebutuhan akan air cenderung semakin meningkat dari waktu ke waktu, baik
untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia seperti untuk air minum, air
bersih dan sanitasi maupun sebagai sumber daya yang diperlukan bagi
pembangunan ekonomi seperti untuk pertanian, industri, pembangkit tenaga
listrik dan pariwisata. Air yang digunakan untuk berbagai kebutuhan dan
keperluan hingga saat ini dan untuk kurun waktu mendatang masih
mengandalkan pada sumber air permukaan, khususnya air sungai.
Ketersediaan sumber daya air sungai cenderung menurun karena penurunan
kualitas dan kuantitas yang tersedia juga karena kualitas yang ada menjadi
tidak dapat dimanfaatkan karena adanya pencemaran (BAPEDAL, 2001).
Pencemaran mengakibatkan dampak negatip terhadap manusia,
hewan, tumbuh - tumbuahan dan harta benda atau dengan kata lain terhadap
2
kehidupan bersama (sosial). Dampak pencemaran sosial ekonomi dapat
diartikan dampak terhadap individu - individu dalam kehidupan bersama yang
dinilai dengan satuan moneter (ekonomi). Suatu produk yang dihasilkan
melalui proses produksi dari suatu industri yang menimbulkan pencemaran
dijual dengan harga yang relatif murah dibanding dengan harga produk yang
sama dengan teknologi yang sama, tetapi tidak mencemari karena sudah
memakai alat pengolah limbah.
Kota Yogyakarta dikenal sebagai pusat pendidikan, kebudayaan dan
pariwisata. Namun keadaan air sungai dan air tanah mengalami pencemaran
yang cukup berat, sehingga perlu adanya upaya-upaya
pencegahan/pengurangan pencemaran tersebut.
Sistem penyaluran air buangan ruimah tangga di kota Yogyakarta
sebenarnya telah ada sejak tahun 1936 yang dibangun pada zaman kolonial
Belanda dengan panjang total 110 km dimana output buangan tersebut
langsung diarahkan ke tiga sungai yang membelah kota Yogyakarta seperti
Sungai Code, Winongo dan Gajahwong. Pada saat itu pembuangan
langsung ke sungai-sungai tersebut tidak menjadi persoalan. Pencemaran air
sungai karena di samping jumlah penduduknya masih sedikit juga kualitas
pencemarannya tidak begitu berat sehingga air masih mampu untuk
melakukan peruraian (Self purification).
Pembangunan instalasi air limbah yang terletak di desa
Pendowoharjo, Kecamatan Sewon, Kabupaten Bantul ini merupakan tindak
lanjut Program Jangka Menengah (PJM) pengembangan kota Yogyakarta
(1993/1994-1997/1998) yang wilayahnya meliputi seluruh kodya Yogyakarta,
sebagian wilayah Kabupaten Sleman dan sebagian wilayah Kabupaten
Bantul (3 kecamatan).
Realisasi pembangunan instalasi pengolahan air limbah ini merupakan
hibah dari pemerintah Jepang kepada Departemen Pekerjaan Umum yang
dimulai pada bulan Januari 1994. Dengan memanfaatkan pipa-pipa saluran
limbah yang telah ada sejak tahun 1936. Proyek ini merupakan salah satu
upaya untuk mendukung Program Kali Bersih (PROKASIH) yang oleh
3
Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta telah ditetapkan bagi ketiga sungai
tersebut di atas.
Target pelayanan pengolahan air limbah dari konsumen secara
bertahap akan ditingkatkan dari 29 % untuk tahuin 2002 wilayah perkotaan
ini berarti sekitar 110.000 jiwa (22 % penduduk kota) dapat terlayani.
Sedangkan target sampai tahun 2012 diharapkan mampu melayani 59%
wilayah perkotaan atau sekitar 273.000 jiwa (53% penduduk kota).
Tabel 1. Target Pelayanan Pengolahan Air Limbah IPAL Sewon Bantul
No. Daerah pelayanan tahun
2002
tahun
2012
Satuan
1.
2.
3.
4.
5.
Luas kota
Pelayanan sanitasi
- perumahan
- non perumahan
Jumlah penduduk
Penduduk terlayani
Sambungan rumah
- Sambungan perumahan
- Sambungan non perumahan
1.257
1.330
1.112
218
436.294
10.000
21.090
17.330
4.300
3.257
2.443
2.133
300
468.975
273.000
53.505
42.650
10.855
Ha
Ha
Jiwa
Jiwa
Unit
(Sumber : Dinas Pekerjaan Umum DIY, 2002)
Pembangunan instalasi air limbah dan pembangunan pipa induk
sepanjang 6 km merupakan hibah dari pemerintah Jepang senilai
Y3.149.000.000 dengan perincian untuk detail engineering sebanyak
Y71.000.000, konstruksi dan supervisi Y3.078.000.000. Sedangkan
kelengkapan-kelengkapan lain disediakan dari dana APBD Propinsi dan
APBN berupa :
Pengadaan lahan seluas 6,7 Ha dan fasilitas pelengkap seperti pagar, air
bersih, listrik dan lain-lain dari APBD Propinsi sebesar Rp. 1.370.000.
Dana pendamping untuk pembangunan sebagian pipa induk dari APBN
sebesaer Rp. 6.190.000.000.
Instalasi pengolahan air limbah kota ini mencegah kotoran-kotoran
yang mencemari sungai dan air tanah yang mengaliri kota Yogyakarta.
4
Dengan menggunakan sistem pengolahan biologi, yaitu laguna aerasi
fakultatif yang sangat sederhana dan bertujuan untuk mencegah bibit
penyakit yang ditimbulkan oleh kotoran-kotoran yang mencemari air
permukaan.
Limbah kota yang telah diolah dalam instalasi pengolahan akan
dibuang ke Sungai Bedog melalui pipa beton dan kanal atau saluran terbuka.
Sungai Bedog termasuk dalam pengendalian satuan air limbah golongan II
yang dinyatakan dalam keputusan Gubernur DIY. Nilai BOD keluaran
(effluen) berada di bawah harga 50 mg/l.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Sesuai dengan sumber asalnya, air limbah mempunyai komposisi
yang sangat bervariasi dari setiap tempat dan setiap saat. Akan tetapi,
secara garis besar zat yang terdapat di dalam air limbah dikelompokkan
seperti skema berikut :
Air limbah
Air (99,9%) Bahan padatan (0,1%)
Organik Anorganik
Protein (65%) Butiran
Karbohidrat (25%) Garam
Lemak (10%) Logam
Gambar 1. Skema pengelompokkan bahan yang terkandung dalam air
limbah (Sugiharto, 1987).
Pengetahuan mengenai karakteristik air buangan baik kuantitas
maupun kualitasnya adalah suatu hal yang perlu dipahami dalam
merencanakan suatu unit pengolahan limbah air buangan. Kualitas air
buangan dibedakan atas tiga karakteristik, yaitu :
1. Karakteristik fisik. Parameter yang termasuk dalam kategori ini adalah
solid ( zat padat ), temperatur, warna, bau.
5
2. Karakteristik kimia, terbagi dalam tiga kategori : zat organik, zat anorganik
dan gas - gas. Polusi zat organik biasanya dinyatakan dalam BOD
(Biological Oxygen Demand ) dan COD (Chemical Oxygen Demand ).
3. Karakteristik Biologi, adalah banyaknya mikroorganisme yang terdapat
dalam air limbah tersebut, seperti : bakteri, algae, virus, fungi. Sifat
biologis ini perlu diketahui dalam kaitannya untuk mengetahui tingkat
pencemar air limbah sebelum dibuang ke badan air penerima
(Tjokrokusumo, 1995 ).
Bahan polutan yang terkandung di dalam air buangan secara umum
dapat diklasifikasikan dalam tiga kategori, yaitu bahan terapung, bahan
tersuspensi dan bahan terlarut. Selain dari tiga kategori tersebut, masih ada
lainnya yaitu panas, warna, rasa, bau dan radioaktif. Menurut sifatnya tiga
kategori bahan polutan tersebut dapat dibedakan sebagai yang mudah
terurai secara biologi (biodegradable) dan tidak mudah terurai secara biologi
(non biodegradable).
Dampak terhadap air badan air, limbah industri dapat diklasifikasikan
sebagai berikut :
1. Suhu
Setiap organisme mempunyai suhu minimum, optimum dan maksimum
untuk hidupnya dan mempunyai kemempuan menyesuaikan diri sampai
batas tertentu.
Suhu air mempunyai pengaruh yang besar dalam proses pertukaran
zat atau metabolisme dari makhluk hidup. Selain itu suhu juga
berpengaruh terhadap kadar oksigen terlarut dalam air. Semakin tinggi
temperatur suatu perairan, semakin cepat pula perairan tersebut
mengalami kejenuhan. Suhu air untuk budidaya ikan berkisar antara 25 -
30
o
C.
2. Derajat keasaman (pH)
Efek polutan bersifat asam terhadap kehidupan ikan dapat
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangbiakan. Batas minimum air
tawar pada umumnya adalah pada pH 4 dan batas maksimum pada pH 11.
3. Oksigen terlarut (DO)
6
Kadar DO merupakan salah satu parameter kualitas air yang penting
bagi kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan. Ikan memerlukan
oksigen dalam bentuk oksigen terlarut. Oksigen terlarut dipengaruhi oleh
suhu, pH dan karbondioksida.
Air kolam yang mengandung konsentrasi oksigen terlaut yang rendah
akan mempengaruhi kesehatan ikan, karena ikan lebih mudah terserang
penyakit atau parasit. Bila konsentrasi oksigen terlarut dibawah 4 - 5 mg/l
maka ikan tidak mau makan dan tidak berkembang dengan baik. Bila
konsentrasi oksigen terlarut tetap sebesar 3 atau 4 mg/l untuk jangka
waktu yang lama maka ikan akan menghentikan makan dan
pertumbuhannya terhenti. Kadar oksigen 0,2 - 0,8 mg/l merupakan
konsentrasi yang dapat memetikan ikan gurameh (Hammer, 1986).
4. Zat organik terlarut. (BOD)
Zat organik terlarut menyebabkan menurunnya kadar oksigen terlarut di
badan air, sehingga badan air tersebut mengalami kekurangan oksigen
yang sangat diperlukan oleh kehidupan air dan menyebabkan menurunnya
kualitas badan air tersebut.
5. COD (Chemical Oxygen Demand)
COD diperlukan untuk menentukan kekuatan pencemaran suatu
limbah dengan mengukur jumlah oksigen untuk mengoksidasi zat - zat
organik yang terdapat pada air limbah tersebut.
COD adalah ukuran dari jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk
mengoksidasi kimia bahan - bahan organik perairan. COD juga dikatakan
sebagai jumlah oksigen yang dikonsumsi.
6. Zat padat tersuspensi ( Total Suspended Solid / TSS ).
Pengendapan zat padat ini di dalam dasar badan air akan mengganggu
kehidupan di dalam air tersebut. Juga endapan solid didasar badan air
akan mengalami dekomposisi yang menyebabkan menurunnya kadar
oksigen tersebut disamping menimbulkan bau busuk dan pemandangan
tidak sedap.
7. Nitrogen dan pospor.
Kedua unsur kimia ini disebut nutrien, yang apabila masuk ke dalam air di
badan air yang diam seperti telaga, waduk, kolam dan lain - lain akan
7
menyebabkan tumbuhnya ganggang dengan cepat sehingga akan
menurunkan kualitas beban air.
8. Minyak dan bahan - bahan terapung.
Bahan - bahan tersebut menyebabkan kondisi tidak sedap dan
terganggunya penetrasi sinar matahari, serta masuknya oksigen dari
udara ke dalam badan air tersebut ( aerasi ).
9. Logam berat, sianida dan racun organik.
Unsur - unsur tersebut sangat merusak kehidupan perairan, dan
membahayakan kesehatan manusia.
10. Warna dan kekeruhan.
Baik warna maupun kekeruhan sangat mempengaruhi estetika walaupun
belum tentu membahayakan kehidupan di dalam air maupun kesehatan
manusia.
11. Organik tracer.
Termasuk dalam kategori tracer adalah phenol yang menyebabkan air
berbau dan rasa tidak enak, khususnya jika badan air digunakan sebagai
air baku air minum.
12. Bahan yang tidak mudah mengalami dekomposisi biologis ( Refactory
Substance ).
Sebagai contoh adalah ABS ( Alkyl Benzene Sulfonate ) bahan utama
pembuat deterjen yang menyebabkan timbulnya busa di permukaan badan
air.
13. Bahan yang mudah menguap ( Volatile Materials ).
Termasuk dalam kategori ini antara lain hidrogen sulfida, dan gas methan
yang menyebabkan udara tercemar (Mackenzei, 1991).
Mengingat sifat - sifat limbah sedemikian kompleksnya maka cara
pengolahannya harus disesuaikan dengan sifat - sifat limbah yang
bersangkutan, harus dilakukan survei, analisis contoh limbah dan yang
paling penting adalah dilakukan percobaan dalam skala laboratorium untuk
menentukan parameter yang akan digunakan sebagai kriteria perencanaan.
Proses pengolahan air limbah merupakan proses tiruan dari proses
self purification, yaitu proses pemurnian kembali pada badan air yang terkena
buangan limbah tanpa pengolahan/bantuan manusia, dimana selama
8
prosesnya meliputi tahapan - tahapan perbaikan kualitas air yang terdiri dari
empat zone, yaitu dimulai dari zone degradasi, zone pengurai aktif, zone
perbaikan dan zone normal yang waktunya dipersingkat. Penyingkatan waktu
tersebut dapat dilakukan dengan cara melalui pengolahan limbah.
Unsur - unsur yang tidak dikehendaki kehadirannya dalam air limbah
dapat dihilangkan dengan cara fisik, kimia, dan biologi. Cara pengolahan
secara fisik disebut unit operasi. Sedangkan pengolahan dengan
mempergunakan zat - zat kimia atau aktivitas biologi disebut unit proses.
Pengolahan fisik sering disebut pengolahan primer dengan maksud
untuk mereduksi zat padat tersusupensi dan tergantung dari waktu tinggal
dalam bak pengendapan.
Pengolahan kimia sering disebut pengolahan sekunder yang bertujuan
untuk mengendapkan partikel yang mudah mengendap.
Pengolahan biologi sering pula disebut pengolahan sekunder dengan
tujuan untuk mengurangi kandungan bahan organik dalam limbah cair (BOD).
Pengolahan Fisik
Pada umumnya sebelum dilakukan pengolahan lanjutan terhadap air
buangan diinginkan agar bahan - bahan tersusupensi berukuran besar dan
yang mudah mengendap atau bahan - bahan yang terapung disisihkan
terlebih dahulu. Metode - metode pengolahan secara fisik meliputi
penyaringan, pengemdapan, pengapungan, pengadukan dan pengeringan
lumpur (Hammer, 1986).
1. Screen (Penyaringan)
Fungsinya adalah untuk menahan benda- benda kasar seperti
sampah dan benda- benda terapung lainnya.
2. Equalisasi
Karakteristik air buangan dari industri seringkali tidak konstan,
misalnya unsur - unsur pH, warna, BOD dan sebagainya. Hal ini akan
menyulitkan dalam pengoperasian suatu instalasi pengolahan air limbah,
sehingga dibuat suatu sistem equalisasi sebelum air limbah tersebut
diolah.
9
3. Sedimentasi (Pengendapan)
Proses Pengendapan adalah pengambilan partikel - partikel
tersuspensi yang terjadi bila air diam atau mengalir secara lambat melalui
bak. Partikel - partikel ini akan terkumpul pada dasar kolam, membentuk
suatu lapisan lumpur. Air yang mencapai outlet tangki akan berada dalam
kondisi yang jernih.
Proses pengendapan yang terjadi dalam suatu bak pengendapan
merupakan unit utama pada pengolahan fisik. Ada dua macam bak
pengendapan yaitu bak pengendapan dengan arah aliran horizontal dan
aliran vertikal.
4. Mixing dan Stiring (Pencampuran dan pengadukan)
Mixing adalah pencampuran dua zat atau lebih membentuk campuran
yang homogen.
Stiring adalah pengadukan campuran homogen hasil mixing sehingga
terjadi proses penggumpalan dari zat - zat yang ingin dipisahkan dari air.
5. Pengeringan lumpur
Penurunan kadar lumpur yang dilakukan dengan pengolahan fisik
yang terdiri dari salah satu atau kombinasi unit - unit berikut :
1. Pengentalan lumpur (Sludge Thickener)
2. Pengeringan lumpur (Sludge Drying Bed)
Pengolahan Kimia
Pengolahan kimia untuk air yang dapat dilakukan pada pengolahan air
buangan industri adalah koagulasi - flokulasi, netralisasi, adsorbsi, dan
desinfeksi. Pengolahan ini menggunakan zat - zat kimia sebagai pembantu
yang bertujuan untuk menghilangkan partikel - partikel yang tidah mudah
mengendap (koloid), logam berat dan zat organik beracun. (Tjokrokusumo,
1995).
Pengolahan Biologi
Pengolahan biologi adalah pengolahan air limbah dengan
memanfaatkan aktivitas biologi (aktivitas mikroorganisme) dengan tujuan
10
menyisihkan bahan pencemar dalam air limbah. Proses pengolahan biologi
adalah penurunan bahan organik terlarut dan koloid dalam air limbah menjadi
serat - serat sel biologi (berupa endapan lumpur), kemudian diendapkan
pada bak sedimentasi. Proses ini dapat berlangsung secara aerob (dengan
bantuan oksigen) maupun anaerob (tidak dengan bantuan oksigen).
Ada 3 macam pengolahan biologi yang banyak diterapkan saat ini,
yaitu:
1. Lumpur aktif.
2. Trickling filter.
3. Kolam oksidasi.
Diantara sistem pengolahan limbah secara biologi tesebut tricling filter
dapat menurunkan nilai BOD 80 - 90 %. Pada proses pengolahan biologi
dengan menggunakan jenis trickling filter dengan cara melewatkan air limbah
ke dalam media filter yang terdiri dari materi yang kasar dan keras. Zat
organik yang terdapat di dalam air limbah diuraikan oleh bakteri dan
mikroorganisme baru, sehingga populasi mikroorganisme pada permukaan
media filter semakin banyak dan membentuk lapisan seperti lendir (slyme)
(Metlaf, et .al, 1981).
Tabel 2. Efisiensi Pengolahan Limbah Cair
Proses Efisiensi Removal (%)
BOD TSS Sulfida
Screening
Sedimentasi
Koagulasi
Lagoon
Trickling Filter
Lumpur aktif
-
25 - 62
41 - 70
70
80 - 90
85 - 95
5 - 10
69 - 96
70 - 97
80
70 - 90
80 - 95
-
5 - 20
14 - 50
-
70 - 100
75 - 100
(Sumber : Hammer, 1986)
11
Baku Mutu Limbah Cair
Sungai Bedog termasuk dalam pengendalian satuan air limbah
golongan II yang dinyatakan dalam Keputusan Gubernur Kepala Daerah
Istimewa Yogyakarta. Baku mutu limbah cair (Effluen) yang digunakan dalam
penelitian ini ditetapkan dalam Surat Keputusan Gubernur DIY Nomer
214/KPTS/1991, seperti yang akan disajikan pada tabel berikut :
Tabel 3. Baku Mutu Air Limbah Golongan II
No. Parameter Satuan Kadar Air Limbah Maksimum
(Effluen)
1. BOD mg/l 50
2. COD mg/l 100
3. Suspended Solid (SS) mg/l 200
4. pH - 6 - 9
5. Suhu
o
C 38
(Sumber : Surat Keputusan Gubernur DIY Nomer 214/KPTS/1991)
III. HASIL PENGAMATAN DI IPAL SEWON BANTUL
1. Letak IPAL Sewon Bantul
Instalasi pengolahan air limbah (IPAL) dibangun pada lahan seluas
6,7 Ha terletak di Dusun Diro dan Cepit, Desa Pendowoharjo, Kecamatan
Sewon, Kabupaten Bantul diperuntukkan bagi kota Yogyakarta dan
sebagian daerah kabupaten Sleman dan kabupaten Bantul. Pembangunan
IPAL dimulai tahun 1994 - Desember 1995 dan mulai beroperasi pada
tanggal 1 Januari 1996.
2. Pengolahan Air Limbah di IPAL Sewon Bantul
a. Klasifikasi pengolahan air limbah
Pengolahan air limbah domestik di IPAL Sewon Bantul menggunakan
proses pengolahan secara fisika biologi dan tidak menggunakan proses
12
secara kimia, maka pengolahan air limbah di IPAL Sewon Bantul dapat
dikelompokkan sebagai berikut :
1. Pengolahan pendahuluan (pre treatment)
Pengolahan pendahuluan yang digunakan meliputi saringan jeriji,
saringan kasar, bak equalisasi dan pengandap pasir (grift chamber).
2. Pengolahan pertama (primary treatment)
Pengolahan pertama adalah pengolahan yang bertujuan untuk
menghilangkan zat padat tercampur di dalam air limbah melalui
pengendapan atau pengapungan.
3. Pengolahan kedua (secondary treatment)
Pengolahan kedua yang digunakan dalam pengolahan air limbah
domestik di IPAL Sewon Bantul adalah aerasi dan pertumbuhan
bakteri.
4. Pengolahan lanjut (Ultimate disposal)
Pengolahan lanjut yang digunakan dalam pengolahan air limbah
domestik di IPAL Sewon Bantul adalah pengolahan lumpur agar
dapat dimanfaatkan kembali.
b. Unit pengolahan air limbah
Unit pengolahan air limbah yang digunakan dalam IPAL Sewon Bantul
meliputi:
1. Saluran pembawa
Air limbah yang dialirkan sebelum masuk IPAL melewati saluran
pembawa. Saluran pembawa berbentuk lingkaran terbuat dari beton
dengan diameter 100 - 130 cm.
2. Rumah pompa
Rumah pompa terdiri atas :
a. Bak equalisasi (equalition pond)
Tujuan bak equalisasi dalam IPAL :
Untuk menjaga sistem pengolahan biologis dari pembebanan
bahan organik yang berfluktuasi.
Untuk mengawasi derajat pH.
13
Untuk meredam aliran yang masuk bagi sistem pengolahan
fisik.
Untuk memberikan aliran yang kontinyu pada sistem
pengolahan biologis saat IPAL sedang tidak dioperasikan.
Untuk memberikan kontrol kapasitas aliran air limbah yang lebih
merata.
Mencegah masuknya konsentrasi zat beracun yang tinggi dalam
sistem pengolahan biologis.
Bak equalisasi di dalam IPAL dirancang secara khusus sebagai
bagian dari rumah pompa, sehingga dari luar fungsinya tidak
terlihat begitu jelas.
b. Saringan jeriji
Saringan jeriji terletak sebelum pompa angkat. Berfungsi untuk
memisahkan kotoran-kotoran seperti tas-tas plastik dan bahan
terapung lainnya dalam aliran masuk. Kotoran-kotoran tersebut
dipisahkan secara manual dengan penggaruk aluminium dari
ayakan jeriji dan dibuang minimal sehari sekali.
c. Water indicator level
Water indicator level berfungsi menunjukkan ketinggian air limbah
yang akan diolah dan jenis pengoperasian pompa. Ada dua jenis
pengoperasian pompa berdasarkan ketinggian air :
Operasi pompa otomatis
Operasi pompa manual
Jika ada peningkatan air limbah yang terjadi pada saat hujan
deras maka air limbah secara langsung dibuang ke sungai
menggunakan by pass, karena kualitas air limbah telah memenuhi
effluen standar yang dapat diterima oleh badan air penerima.
d. Pompa angkat
Pompa angkat jenis ulir (screw) berjumlah tiga buah dengan
kapasitas 10,7 m
3
/menit. Dimana dua unit operasional dan satu
unit sebagai cadangan. Keuntungan menggunakan pompa ulir :
14
Saluran air limbah lanjutan tidak tersumbat oleh kotoran-kotoran
tas-tas plastik dan bahan-bahan terapung lainnya.
Mampu menurunkan beban BOD air limbah sampai dengan
30%.
Menghilangkan buih-buih tidak masuk ke dalam kolam fakultatif.
3. Bak penangkap pasir (Grift Chamber)
Grift Chamber digunakan untuk menyaring pasir, batu atau kerikil dan
material kecil lainnya dari limbah cair. Partikel yang diendapkan pada
Grift Chamber mempunyai berat jenis yang besar dan terdiri dari
partikel-partikel anorganik dan organik. Pada umumnya partikel yang
diendapkan pada Grift Chamber adalah pasir.
Grift Chamber di IPAL Sewon Bantul berjumlah satu buah dua jalur
dan dilengkapi dengan :
a. Pompa pasir
Pompa pasir yang digunakan berjenis pompa celup (submersible
pump) dengan spesifikasi alat berdiameter alat 100 x 1 m
3
/menit x
15 m x 5,5 kw.
b. Siklon pemisah
Siklon pemisah yang digunakan memiliki spesifikasi alat diameter
100 x 1 m
3
/menit dan berjumlah dua buah. Siklon pemisah ini
dihubungkan langsung dengan pipa keluaran dari pompa pasir.
Tanah dan pasir yang dikumpulkan pada dasar grift chamber
dihisap bersama kotoran oleh pompa pasir yang dipisahkan
menjadi padatan dan cairan di dalam siklon pemisah, lalu tanah
dan pasir yang sudah dipisah ditimbun pada ruang dasar siklon.
c. Saringan kasar
Saringan kasar yang digunakan berjumlah dua buah dengan
spesifikasi alat W 2000 x 40 mm (ukuran mesh). Berfungsi untuk
menghilangkan kotoran-kotoran plastik dan kotoran mengapung
lainnya yang lolos dari saringan jeriji. Kotoran tersebut dihilangkan
dari saringan kasar dengan cara manual dengan penggaruk
aluminium satu atau dua kali dalam sehari.
15
4. Laguna aerasi fakultatif
Laguna aerasi fakultatif merupakan salah satu jenis pengolahan air
limbah secara biologis dengan memanfaatkan tiga jenis bakteri, yaitu
bakteri aerob, anaerob dan fakultatif (aerob-anaerob) untuk
mendegradasi kandungan bahan pencemar yang terdapat dalam air
limbah.
Laguna aerasi fakultatif dirangkai dalam dua kolam pararel dan tiap
kolam terdiri dari dua buah kolam atau laguna, dengan demikian
semuanya berjumlah empat kolam atau laguna. Dengan demikian
semuanya berjumlah empat kolam. Tiap kolam dilengkapi dengan
aerator berjenis surface aeration dan waktu tinggal air limbah di
laguna aerasi fakultatif 5,5 hari.
Laguna aerasi fakultatif juga dilengkapi dengan :
a. Aerator
Aerator yang digunakan berjumlah empat buah, type surface
aeration dengan spesifikasi alat diameter 2000 x 48 rpm x 30 kw.
Aerator dioperasikan berdasarkan laju alir masukan kotoran, untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel :
Tabel 4. Standar operasi aerator untuk setiap laju aliran masukan kotoran
Laju aliran masukan dari
kotoran (m
3
/hari)
3.874 7.750 11.625 15.500
Laju alir masukan dari kotoran
(%)
25 50 50 100
Jumlah aerator yang beroperasi 2 2 4 4
Aerator yang dioperasikan No 1-1
No 2-1
No 1-1
No 1-1
No 1-1/1-2
No 2-1/2-2
No 1-1/1-2
No 2-1/2-2
(Sumber : Luqman Hakim, 2000)
16
No 1-1 No 1-2 No 1
Laguna Aerasi Laguna Aerasi Kolam
Fakultatif Fakultatif pertumbuhan
Aliran
Masuk Aliran
keluar
No 2-1 No 2-2 No 2
Laguna Aerasi Laguna Aerasi Kolam
Fakultatif Fakultatif pertumbuhan
Gambar 2. Diagram alir proses pengolahan
Meskipun laju alir masukan dari kotoran lebih kecil dari laju alir
rancangan, kotoran harus tetap diumpan ke saluran laguna. Jika
laju alir masukan dari kotoran 80% lebih kecil dari harga
rancangan, maka dapat dioperasikan hanya satu kolam saja (No.
1-1/1-2 atau No. 2-1/2-2). Pada kasus ini aerator No. 1-1/1-2 atau
No. 2-1/2-2 harus dioperasikan.
b. Kapal utama unit pembuangan lumpur
Kapal utama unit pembuangan lumpur satu buah dengan
spesifikasi alat W 2300 x L 6000 X H 1000 bertenaga mesin.
Berdasarkan harga rancangan 3300 m
3
(110.000 orang dalam
daerah layanan dan menghasilkan lumpur 30 lt/orang.th : (110.000
orang x 30 lt/org.th x 1000 = 3300 m
3
/th) lumpur per tahun akan
terkumpul dalam laguna aerasi fakultatif.
Alat pembuang lumpur yang digunakan terdiri dari atas sebuah
unit penghisap dengan kapasitas 20 m
3
/jam (kandungan 20 %
padatan dan 80 % cairan) pada sebuah kapal utama.
c. Indikator ikan
Ikan digunakan sebagai bioindikator terhadap tingkat pemulihan
kualitas air melalui proses pengolahan. Jika ikan yang dijadikan
indikator mati, maka hal itu menunjukkan bahwa kualitas air limbah
masih jelek.
17
5. Kolam pematangan
Air limbah yang telah diolah di kolam fakultatif dialirkan ke kolam
pematangan dengan maksud untuk menstabilkan air limbah sebelum
dibuang ke badan air. Kolam pematangan terdiri dari dua sistem yang
dirangkai secara pararel dengan kolam fakultatif. Setelah
penghilangan kotoran organik dan bakteri collon bacilli, limbah
olahan selanjutnya di alirkan ke dalam Sungai Bedog melalui pipa
beton dan saluran terbuka.
6. Tempat pengeringan lumpur (sludge drying bed)
Lumpur yang terkumpul dai dalam laguna aerasi fakultatif di buang
ke tempat pengeringan dengan menggunakan unti pembuangan
lumpur setahun sekali. Tempat pengeringan lumpur keseluruhannya
terdiri dari 25 kolam, dibagi menjadi tiga bagian. Bagian No. 1 terdiri
dari 9 kolam dan bagian No.2/No.3 masing-masing terdiri dari 8
kolam. Kapasitas efektif dari satu kolam sekitar 240 m
3
. Jika
konsentrasi lumpur 20 % maka kapsitas unit pembuangan lumpur
adalah 20 m
3
/jam. Sehingga satu kolam pengering akan penuh dalam
dua hari jika waktu operasi 6 jam/hari. Lumpur yang berada pada
tempat pengeringan lumpur terbagi menjadi lapisan atas yang jernih
dan lumpur yang kental pada bagian bawah. Batang penutup
dipindahkan untuk mengeluarkan lapisan atas yang jernih dari tempat
pengeringan. Operasi seperti ini diulangi untuk mengentalkan lumpur
hingga cairan tidak dapat dipisahkan lagi. Setelah lumpur
dikeringkan dengan panas matahari sampai bisa dikeluarkan dengan
pengeruk/sekop. Setelah dikeringkan di terik matahari 2-3 bulan,
lumpur kering dibawa dengan sebuah lori dan dibuang di tempat
pembuangan lumpur.
c. Proses pengolahan air buangan
Air limbah domestik yang berasal dari kota Yogyakarta dan
sebagian Kabupaten Sleman serta Kabupaten Bantul dialirkan melalui
jaringan pipa yang telah ada pada jaman Belanda. Sistem jaringan pipa
yang menuju ke IPAL juga dilengkapi dengan pipa penggelontor.
18
Fungsi dari pipa penggelontor adalah untuk melarutkan
sampah-sampah yang ada dalam pipa-pipa yang tidak disingkirkan
akan menghambat laju aliran air limbah ke IPAL. Air penggelontor
diambil dari empat inlet, yaitu Dam Bendolele, Dam Pogung, Dam
Prawirodirjan dan Selokan Mataram.
IPAL sebagai tujuan akhir merupakan titik terendah
dibandingkan dengan jaringan pipa keseluruhan, sehingga jaringan pipa
air limbah ini memanfaatkan sistem pengaliran secara gravitasi dalam
pengaliran air limbahnya.
Limbah kota (kotoran) dipompakan ke dalam grift chamber
dengan menggunakan pompa angkat. Sebelum pompa angkat tersebut
dipasangi jeriji untuk melindungi pompa dari kerusakan akibat benda-
benda besar seperti sampah. Pompa angkat tersebut jenis ulir (screw).
Pompa tersebut menghisap limbah secara kontinu tanpa tersumbat oleh
kotoran-kotoran yang terbawa aliran limbah. Pada IPAL ini dipasang
tiga buah pompa, dimana satu buah sebagai cadangan. Pompa jenis
screw dapat dikendalikan secara otomatis berdasarkan kuantitas air
limbah yang mengalir.
Dengan pompa angkat limbah kotor dituangkan ke dalam grift
chamber dimana kotoran-kotoran kasar dan berat seperti tanah dan
pasir akan mengendap. Keluaran dari grift chamber dialirkan ke
saringan kasar untuk menangkap kotoran-kotoran seperti kantung
plastik, ranting kayu dan kotoran lainnya akan mengendap dan
berkumpul di dasar grift chamber. Kotoran tersebut kemudian dialirkan
dengan menggunakan pompa celup (submersible pump) dan akan
dipisahkan dari limbah cair dan padatan dengan menggunakan siklon
pemisah. Kemudian padatan ditampung dalam hooper yang berada di
bawah siklon dan dibuang secara berkala, sedangkan limbah cair
dikembalikan ke dalam grift chamber. Limbah kotor yang telah diolah
secara fisik tersebut diumpankan melalui tangki distribusi ke laguna
aerasi fakultatif. Laguna aerasi fakultatif sibagi dalam dua jalur dan tiap
jalur terdiri dari dua kolam yang dirangkai secara seri. Di dalam laguna
aerasi fakultatif, kotoran-kotoran organik yang terkandung dalam limbah
19
kotor akan diuraikan dan dihilangkan secara biokimiawi dengan
bantuan bakteri aerobik dan anaerobik.
Pada permukaan laguna aerasi fakultatif, aerator mekanis
dipasang untuk memasok oksigen, kemudian kotoran organik diuraikan
oleh bakteri aerobik secara bersamaan pada bagian dasar atau bawah
laguna yang tidak mengandung oksigen terjadi penguraian kotoran
organik oleh bakteri anaerobik. Setelah penghilangan kotoran organik di
laguna aerasi, limbah olahan tersebut dialirkan ke kolam pertumbuhan
seperti halnya laguna aerasi fakultatif, kolam pertumbuhan juga terdiri
dari dua sistem yang dirangkai secara pararel. Setelah penghilangan
kotoran selanjutnya dialirkan ke dalam Sungai Bedog melalui pipa beton
dan saluran terbuka.
Lumpur yang mengendap di dasar laguna aerasi fakultatif,
diurai oleh bakteri anaerobik dan lumpur tersebut harus dikuras atau
dihisap setiap satu sampai dua tahun sekali secara vakum dengan
menggunakan ejector udara. Lumpur yang terkumpul dihisap dan
kemudian ditampung di dalam bak-bak pengeringan lumpur. Kemudian
lumpur dikeringkan secara alamiah, selanjutnya lumpur kering tersebut
dimusnahkan di tempat pengolahan limbah padat yang berada di luar
lahan pengolahan limbah kota ini.
3. Standar Rancangan
Sebagai salah satu unit pengolahan air limbah terpadu, maka IPAL
Sewon Bantul dibangun berdasarkan Master plant yang disebut proyek
pembangunan kota Yogyakarta (Yogyakarta Urban Development
Project/YUDP) agar tujuan dari dibangunnya IPAL ini dapat terpenuhi
dengan baik.
a. Kuantitas limbah kota/kualitas air.
IPAL Sewon Bantul dibangun berdasarkan Master plant yang dibuat
oleh proyek pembangunan kota Yogyakarta diperuntukkan untuk
mengolah air limbah domestik.
20
Berdasarkan data analisa kuantitas air limbah domestik kota Yogyakarta
maka diketahui :
Kuantitas limbah kota rata-rata : 15.500 me/hari (179,4 lt/det)
Kuantitas maksimum per jam 1282 m
3
/jam (356 lt/det)
Beban BOD influen : 5103 kg/hari (46 g/orang/hari)
Konsentrasi BOD aliran masuk : 332 mg/l
Konsentrasi BOD aliran keluar : 30 - 40 mg/l
Pengurangan BOD : 90%.
4. Diagram Alir proses pengolahan
Dari penjelasan kuantitas dan kualitas air limbah domestik yang akan
diolah maka di design alat-alat pengolahan yang dimaksudkan agar air
limbah domestik tersebut memenuhi baku mutu yang ditetapkan. Pengolahan
tesebut pada dasarnya terdiri dari satuan operasi dan satuan proses yang
keduanya saling terkait dan menetukan daya guna atau efisiensi bangunan-
bangunan pengolahan, yang kemudian menghasilkan effluent yang
memenuhi baku mutu yang ditetapkan. Prosedur lengkap pengolahan air
limbah domestik digambarkan dalam diagram alir proses sebagai berikut :
Aliran Saringan Grift Saringan Laguna Aerasi
Masuk jeriji Chamber kasar Fakultatif
Kolam pertumbuhan Aliran keluar Pengering
lumpur
Gambar 3. Diagram Alir Proses Pengolahan IPAL Sewon Bantul
5. Data Teknis
Berdasarkan diagram alir proses pengolahan, maka didapatkan data
teknis rancangan instalasi pengolahan air limbah sebagai berikut seperti
ditunjukkan pada tabel
21
Tabel 5. Data Teknis IPAL Sewon Bantul
Kapasitas instalasi 15.500 m
3
/hari
(179,4 l/det)
4 kolam fakultatif
2 kolam pematangan
Rumah pompa 10,7 m
3
/menit x 3 unit 2 unit operasioanl
I unit cadangan
Kolam Fakultatif 77 m x 70 m x 4 m x 4 bak 5,5 hari (waktu
penyimpanan)
Bak pengendapan pasir 2 m x 9 m x 1,2 m x 2 bak 60 detik (waktu
penyimpanan)
Kolam pematangan 77 m x 70 m x 2 m x 2
kolam
5,5 hari (waktu
penyimpanan)
Bak pengering lumpur 34 m x 232 m x 0,5 m 1,3 hari (waktu
penyimpanan) 4.000 m
3
Fasilitas gedung 390 m
2
Laboratorium dan lain-lain
(Sumber : Dinas Pekerjaan Umum DIY, 2002)
6. Utilitas
Dalam pengoperasian IPAL dilengkapi dengan beberapa sarana dan
prasarana pendukung yang akan memperlancar proses operasi, beberapa
sarana tersebut antara lain :
1. Pengadaan air
Sumber air untuk berbagai keperluan, seperti mandi, kloset, kran untuk
menyiram dan air proses disediakan dari PAM Kabupaten Bantul dan air
tanah. Air dari PAM ditampung terlebih dahulu, kemudian dialirkan ke
alat-alat plumbing.
2. Pengadaan listrik.
Sumber listrik terdiri dari dua sumber, yaitu dari PLN, dan genset milik
IPAL yang berfungsi sebagai cadangan apabila listrik mati, maka genset
akan menyala secara otomatis. Listri dimanfaatkan untuk
pengoperasian beberapa alat antara lain :
a. Aerator
Jumlah aerator di IPAL ada empat buah yang dipasang pada tempat
laguna sebesar 30 kva yang dapat menyediakan oksigen 183
kgO
2
/jam/unit.
b. Lift pump
Dalam rumah pompa terdapat tiga lift pump dengan daya sebesar 15
kva/unit yang mampu mengangkat air sebanyak 10,7 m
3
/menit unit
dimana satu pompa untuk cadangan.
22
c. Hidran
Terdapat delapan buah hidran yang tersebar di sekitar lokasi IPAL.
d. Pompa lumpur
Berfungsi untuk menyedot lumpur kemudian disalurkan ke hopper
dan cairannya dikembalikan ke grift chamber.
e. Derek
Terdapat di grift chamber untuk mengangkat pasir dan di laguna
aerasi fakultatif untuk mengangkat perahu atau boat.
f. Peralatan listrik lainnya
Macam-macam alat listri lainnya untuk mendukung operasi IPAL,
diantaranya terdiri atas : lampu penerangan di dalam dan di luar
gedung, AC, kipas angin, inkubator, heater, destilised dan lain-lain.
Keseluruhannya menggunakan listrik dan memerlukan daya sebesar
315.000 watt.
g. Transportasi
Dalam menunjang kelancaran operasional, maka IPAL dilengkapi
dengan truk untuk mengangkut sampah yang berasal dari bar screen,
mengangkat lumpur dan juga untuk keperluan lainnya. Tiga buah
sepeda motor dan satu mobil sebagai sarana para karyawan untuk
kelancaran tugas sehari-hari.
7. Tarif Retribusi
Tarif retribusi air limbah di Kotamadya Yogyakarta yang masuk ke
saluran air kotor kemudian diolah di IPAL Sewon Bantul diatur berdasarkan
PERDA No. 9 tahun 1991. Tarif tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :
23
Tabel 6. Tarif Retribusi Assainering
No. Wajib Retribusi Pemeliharaan
per bulan, Rp
Biaya
administrasi
formulir, Rp
Biaya ijin
penyambungan,
Rp
Keterangan
1.
2.
3.
4.
5.
Rumah tangga
K1
K2
K3
K4
K5
500
1.000
2.000
4.000
8.000
500
500
500
500
500
2.000
2.500
3.000
3.500
4.000
Jumlah
penghuni
1-5 orang
6-10 orang
11-20 orang
21-50 orang
lebih dari 50
orang
1.
2.
3.
PERUSAHAAN
P1
P2
P3
3.000
6.000
12.000
500
500
500
2.500
5.000
7.500
Modal lancar
0 s/d Rp.
25.000.000
lebih dari Rp.
25.000.000
lebih dari Rp.
50.000.000
(Sumber : PEMDA Tingkat II Yogyakarta, 1998)
8. Inventarisasi Aset Milik IPAL Sewon Bantul.
Tabel 7. Inventarisasi Aset IPAL Sewon, Lahan dan Struktur Bangunan
Uraian Unit Volume Tahun
instalasi
Nilai aktual
(Rp juta)
Nilai
penggantian
(Rp juta)
Lahan Ha 6,7 1994 6.080 6.080
Struktur bangunan
Pipa induk
Saluran terbuka ke
Sungai Bedog
Siphon
Manhole
Bangunan intake &
pompa angkat
Ruang pompa
Grift Chamber
Bak pembagi
Kolam aerasi fakultatif
Kolam Maturasi
Tempat pengering
lumpur
Bangunan operasi
Bangunan Generator
Banguanan garasi
Jalan
Pagar
m
m
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
LS
LS
LS
LS
LS
10.092
500
5
31
1
1
1
1
4
2
25
1
1
1
1
1
1994
1994
1994
1994
1994
1994
1994
1994
1994
1994
1994
1994
1994
1994
1994
1994
9.042
260
234
121
650
325
325
130
18.720
7.020
2.600
780
325
260
1.204
169
10.433
300
270
140
750
375
375
150
21.600
8.100
3.000
900
375
300
1.390
195
Total Bangunan 41.905 48.353
(Sumber : DPU Propinsi DIY, 1998)
24
Tabel 8. Inventarisasi Aset IPAL Sewon (Peralatan)
Uraian Satuan Volume Tahun
instalasi
Nilai
aktual
(Rp. juta)
Nilai
penggantian
(Rp. juta)
Peralatan
Pintu inlet
Screw pump
Geared Trolley Chain
Hoist
Pintu inlet Grift Chamber
Pompa pasir dalam Grift
Chamber
Coarse screen dalam
Grift Chamber
Gerbang outlet Grift
Chamber
Pemisah siklon
Electric trolley chain
Hoist pada Grift Chamber
Pintu distribusi
Pintu FAL
Aerator untuk FAL
Pintu kolam maturasi
Pompa air servis
Electric trolley chain
Hoist pada FAL
Unit penghisap lumpur
Unit pembuang lumpur
Kompresor dengan
genset
Generator diesel
cadangan
Dump truk
Vakum truk
Pick up truk
Panther
Sepeda motor
Tempat pipa dan asesori
Peralatan listrik
Peralatan laboratorium
Perlengkapan kantor
Peralatan
Unit
Unit Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
LS
LS
LS
LS
LS
1
3
1
2
2
2
2
2
2
2
20
4
10
2
1
1
1
1
1
2
2
1
1
3
1
1
1
1
1
1995
1995
1995
1995
1995
1995
1995
1995
1995
1995
1995
1995
1995
1995
1995
1995
1995
1995
1995
1995
1995
1995
1995
1995
1995
1995
1995
1995
1995
269
5.043
403
538
134
269
538
403
538
538
5.379
2.152
2.690
134
2.690
807
1.210
1.345
1.681
144
120
80
48
21
6.052
13.448
403
134
202
336
6.304
504
672
168
336
672
504
672
672
6.724
2.690
3.362
168
3.362
1.009
1.513
1.681
2.101
240
200
100
120
36
7.565
16.810
504
168
252
Total peralatan
47.413 59.445
(Sumber : DPU Propinsi DIY, 1998)
Tabel 9. Ringkasan Inventarisasi Aset IPAL Sewon
Uraian Nilai Aktual Nilai Penggantian
(Rp. juta) % (Rp. juta) %
Lahan 6.080 6,4 6.080 5,3
Bangunan sipil 41.905 43,9 48.353 42,5
Peralatan 47.413 49,7 59.445 52,5
Nilai Total 95.816 100 113.878 100
(Sumber : DPU Propinsi DIY, 1998)
25
Total nilai aktual IPAL Sewon sebesar Rp. 95,4 milyar dan nilai penggantinya
Rp. 113,88 milyar.
9. Manajemen IPAL Sewon Bantul
Manajemen merupakan suatu proses kegiatan perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan yang bertujuan untuk
mengendalikan suatu usaha, agar dalam penyelesaiannya dapat
disesuaikan dengan biaya dan waktu yang telah ditetapkan.
Jumlah karyawan IPAL Sewon Bantul adalah 34 karyawan, yang
berasal dari 2 orang dari CV. Cipta Karya Sleman, 2 orang dari DPU
Bantul, 7 orang dari DKKP dan sisanya dari tenaga honorer.
Dalam pengelolaannya, beberapa elemen-elemen yang ada
membentuk bidang atau devisi dimana masing-masing bidang memilki
tugas yang berbeda-beda. Oleh karena itu dibuatlah suatu struktur
organisasi IPAL Sewon, Bantul yang dapat dilihat pada gambar berikut :
26
III. ANALISIS DAN PEMBAHASAN
1. Perhitungan Efisiensi IPAL Sewon Bantul dan Beban Pencemaran
yang Dihasilkan untuk Parameter COD pada bulan November 2002.
Tabel 10. Perhitungan Efisiensi IPAL dan Beban Pencemaran yang
Dihasilkan untuk Parameter COD
Tanggal Debit,
m
3
/hari
COD inlet,
mg/l
COD outlet,
mg/l
Efisiensi,
%
Beban inlet,
Kg/hari
Beban outlet,
Kg/hari
1 9886.8 468 46 90.17 4627.02 454.79
2 8998.7 600 42 93.00 5399.22 377.95
4 8699.1 582 50 91.41 5062.88 434.96
5 7789.6 520 58 88.85 4050.59 451.80
6 8142.7 524 58 88.93 4266.77 472.28
7 9758.4 664 52 92.17 6479.58 507.44
8 8731.2 544 52 90.44 4749.77 454.02
9 7950.1 608 52 91.45 4833.66 413.41
11 8132 344 40 88.37 2797.41 325.28
12 8613.5 304 32 89.47 2618.50 275.63
13 8121.3 456 46 89.91 3703.31 373.58
14 8592.1 324 52 83.95 2783.84 446.79
15 8560 568 56 90.14 4862.08 479.36
16 11909.1 368 56 84.78 4382.55 666.91
18 10293.4 584 58 90.07 6011.35 597.02
19 8763.3 664 56 91.57 5818.83 490.74
20 9769.1 636 56 91.19 6213.15 547.07
21 10753.5 608 52 91.45 6538.13 559.18
22 9490.9 456 50 89.04 4327.85 474.55
23 8420.9 656 52 92.07 5524.11 437.89
25 9405.3 496 50 89.92 4665.03 470.27
26 8955.9 448 54 87.95 4012.24 483.62
27 9362.5 642 50 92.21 6010.73 468.13
28 8816.8 616 46 92.53 5431.15 405.57
29 8613.5 344 32 90.70 2963.04 275.63
30 10229.2 528 48 90.91 5401.02 491.00
Rata-
rata =
9106.11 521.23 49.85 90.10 4751.30 455.19
(Sumber : Data Pengendalian Kualitas Air Bulan Nov.2002 IPAL Sewon)
Dari tabel diatas untuk bulan November 2002, dapat diketahui :
Debit rata-rata = 9.106,11 m
3
/hari
COD inlet rata-rata = 521,23 mg/l
COD outlet rata-rata = 49,85 mg/l
27
Efisiensi IPAL untuk menurunkan parameter COD = 90,10%
Beban pencemaran rata-rata COD yang masuk IPAL = 4.751,3 kg/hari
Beban pencemaran rata-rata COD setelah pengolahan = 455,19 kg/hari
Effluen air limbah untuk parameter COD rata-rata = 49,85 mg/l, hasil
ini sangat jauh dibawah baku mutu yang telah ditetapkan, yaitu 100 mg/l.
Beban pencemaran COD rata-rata yang diterima Sungai Bedog = 455,19
kg/hari.
2. Perhitungan Efisiensi IPAL Sewon Bantul dan Beban Pencemaran
yang Dihasilkan untuk Parameter BOD pada bulan November 2002.
Tabel 11 Perhitungan Efisiensi IPAL dan Beban Pencemaran yang
Dihasilkan untuk Parameter BOD
Tanggal Debit,
m
3
/hari
BOD inlet,
mg/l
BOD outlet,
mg/l
Efisiensi,
%
Beban inlet,
Kg/hari
Beban outlet,
Kg/hari
1 9886.8 156 15 90.38 1542.34 148.30
2 8998.7 200 15 92.50 1799.74 134.98
4 8699.1 194 16.5 91.49 1687.63 143.54
5 7789.6 175 18 89.71 1363.18 140.21
6 8142.7 175 17.5 90.00 1424.97 142.50
7 9758.4 220 17 92.27 2146.85 165.89
8 8731.2 181 17 90.61 1580.35 148.43
9 7950.1 200 17.5 91.25 1590.02 139.13
11 8132 114 16 85.96 927.05 130.11
12 8613.5 105 13 87.62 904.42 111.98
13 8121.3 152 15 90.13 1234.44 121.82
14 8592.1 175 15 91.43 1503.62 128.88
15 8560 188 14 92.55 1609.28 119.84
16 11909.1 144 14.5 89.93 1714.91 172.68
18 10293.4 194 19 90.21 1996.92 195.57
19 8763.3 190 18 90.53 1665.03 157.74
20 9769.1 175 15 91.43 1709.59 146.54
21 10753.5 202 17 91.58 2172.21 182.81
22 9490.9 152 18 88.16 1442.62 170.84
23 8420.9 218 17 92.20 1835.76 143.16
25 9405.3 170 16 90.59 1598.90 150.48
26 8955.9 150 18 88.00 1343.39 161.21
27 9362.5 214 17 92.06 2003.58 159.16
28 8816.8 204 15.5 92.40 1798.63 136.66
29 8613.5 114 12 89.47 981.94 103.36
30 10229.2 176 16 90.91 1800.34 163.67
rata-rata 9106.11 174.54 16.13 90.51 1591.45 146.90
28
(Sumber : Data Pengendalian Kualitas Air Bulan Nov.2002 IPAL Sewon)
Dari tabel diatas untuk bulan November 2002, dapat diketahui :
Debit rata-rata = 9.106,11 m
3
/hari
BOD inlet rata-rata = 174,54 mg/l
BOD outlet rata-rata = 16,13 mg/l
Efisiensi IPAL untuk menurunkan parameter BOD = 90,51%
Beban pencemaran rata-rata BOD yang masuk IPAL = 1.591,45 kg/hari
Beban pencemaran rata-rata BOD setelah pengolahan = 146,90 kg/hari
Effluen air limbah untuk parameter BOD rata-rata = 16,13 mg/l, hasil
ini sangat jauh dibawah baku mutu yang telah ditetapkan yaitu 50 mg/l.
Beban pencemaran BOD rata-rata yang diterima Sungai Bedog = 146,90
kg/hari.
3. Perhitungan Efisiensi IPAL Sewon Bantul dan Beban Pencemaran
yang Dihasilkan untuk Parameter SS (Suspended Solid) pada bulan
November 2002.
Tabel 12. Perhitungan Efisiensi IPAL dan Beban Pencemaran yang
Dihasilkan untuk Parameter SS
Tanggal Debit,
m3/hari
SS inlet,
mg/l
SS outlet,
mg/l
Efisiensi,
%
Beban inlet,
Kg/hari
Beban outlet,
Kg/hari
1 9886.8 307 32 89.58 3035.25 316.38
2 8998.7 421 33 92.16 3788.45 296.96
4 8699.1 392 37 90.56 3410.05 321.87
5 7789.6 496 46 90.73 3863.64 358.32
6 8142.7 327 44 86.54 2662.66 358.28
7 9758.4 320 31 90.31 3122.69 302.51
8 8731.2 357 43 87.96 3117.04 375.44
9 7950.1 401 39 90.27 3187.99 310.05
11 8132 357 42 88.24 2903.12 341.54
12 8613.5 211 30 85.78 1817.45 258.41
13 8121.3 323 25 92.26 2623.18 203.03
14 8592.1 396 24 93.94 3402.47 206.21
15 8560 346 40 88.44 2961.76 342.40
16 11909.1 238 20 91.60 2834.37 238.18
18 10293.4 587 43 92.67 6042.23 442.62
19 8763.3 532 44 91.73 4662.08 385.59
20 9769.1 527 44 91.65 5148.32 429.84
29
21 10753.5 446 47 89.46 4796.06 505.41
22 9490.9 208 35 83.17 1974.11 332.18
23 8420.9 485 31 93.61 4084.14 261.05
25 9405.3 239 38 84.10 2247.87 357.40
26 8955.9 333 19 94.29 2982.31 170.16
27 9362.5 388 20 94.85 3632.65 187.25
28 8816.8 344 18 94.77 3032.98 158.70
29 8613.5 226 12 94.69 1946.65 103.36
30 10229.2 329 24 92.71 3365.41 245.50
rata-rata 9106.11 366.77 33.12 90.62 3332.50 300.33
(Sumber : Data Pengendalian Kualitas Air Bulan Nov.2002 IPAL Sewon)
Dari tabel diatas untuk bulan November 2002, dapat diketahui :
Debit rata-rata = 9.106,11 m
3
/hari
SS inlet rata-rata = 366,77 mg/l
SS outlet rata-rata = 33,12 mg/l
Efisiensi IPAL untuk menurunkan parameter SS = 90,62%
Beban pencemaran rata-rata SS yang masuk IPAL = 3.332,50 kg/hari
Beban pencemaran rata-rata SS setelah pengolahan = 300,33 kg/hari
Effluen air limbah untuk parameter SS rata-rata = 33,12 mg/l, hasil ini
sangat jauh dibawah baku mutu yang telah ditetapkan yaitu 200 mg/l. Beban
pencemaran SS rata-rata yang diterima Sungai Bedog = 300,33 kg/hari.
4. Perhitungan Efisiensi IPAL Sewon Bantul Untuk meningkatkan
Oksigen terlarut (DO) dalam air limbah pada bulan November 2002.
Tabel 13. Perhitungan Efisiensi IPAL Untuk meningkatkan Oksigen
terlarut (DO) dalam air limbah
Tanggal DO inlet,
mg/l
DO outlet,
mg/l
Efisiensi
,%
1 0.75 5 85.00
2 0.5 5 90.00
4 0.5 4.5 88.89
5 0.6 4 85.00
6 0.75 4.5 83.33
7 0.6 4.5 86.67
8 0.75 4.5 83.33
9 0.5 4 87.50
11 1 4.5 77.78
12 1.25 5 75.00
30
13 0.8 5 84.00
14 1 5 80.00
15 0.75 5 85.00
16 1 5 80.00
18 0.75 4 81.25
19 0.75 4.5 83.33
20 0.25 5 95.00
21 0.75 4.8 84.38
22 1 4.5 77.78
23 0.75 5 85.00
25 0.8 5 84.00
26 1 4.5 77.78
27 0.5 5 90.00
28 0.75 5 85.00
29 1 5.2 80.77
30 0.8 4.5 82.22
rata-rata 0.76 4.71 83.77
(Sumber : Data Pengendalian Kualitas Air Bulan Nov.2002 IPAL Sewon)
Konsentarsi Oksigen terlarut air limbah sebelum dan
sesudah pengolahan
0
1
2
3
4
5
6
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30
Tanggal pengecekan bulan November 2002
DO, mg/l
DO inlet, mg/l
DO outlet, mg/l
31
Gambar 4. Konsentrasi oksigen terlarut (DO) air limbah sebelum dan
sesudah pengolahan
Dari gambar diatas, dapat dilihat setelah ada pengolahan air limbah
konsntrasi oksigen terlarut pada air limbah mengalami peningkatan, dari rata-
rata = 0,76 mg/l menjadi rata-rata 4,71 mg/l atau naik 83,77%. Sehingga
kualitas air limbah menjadi lebih baik dan tidak berbahaya apabila dibuang
ke perairan.
5. Kondisi suhu dan pH air limbah sebelum dan sesudah pengolahan di
IPAL Sewon Bantul untuk bulan November 2002.
Tabel 14 Kondisi suhu dan pH air limbah sebelum dan sesudah
pengolahan
Tanggal pH inlet pH outlet Suhu
inlet, C
Suhu
outlet, C
1 6.9 7.5 28.6 30
2 7 7.3 29.1 30.6
4 6.9 7.5 28.8 30.2
5 6.9 7.6 28.8 30
6 7 7.3 28.8 30.1
7 6.9 7.3 29.4 30
8 7 7.4 28.6 30.4
9 6.9 7.4 28.8 30.5
11 7 7.4 28.8 30.8
12 7 7.5 29.1 30.2
13 7 7.4 28.8 30
14 7 7.4 29.6 30.1
15 7.1 7.2 29 30.1
16 7.2 7.5 29.4 30.8
18 6.8 7.5 28.6 29.8
19 6.9 7.6 28.8 30.1
20 6.9 7.3 28.8 29.9
21 7 7.6 28.4 29.4
22 6.9 7.4 29.2 29.8
23 7 7.3 29.2 30
25 7 7.4 28.9 29.5
26 7 7.3 28.4 29.2
27 6.9 7.4 28.6 29.5
28 7 7.3 28.7 29.5
29 7 7.3 28.8 29.5
32
30 6.9 7.4 27 29
Rata-rata = 6.97 7.40 28.81 29.96
(Sumber : Data Pengendalian Kualitas Air Bulan Nov.2002 IPAL Sewon)
Dari data diatas, dapat dilihat :
Suhu rata-rata effluen air limbah yang dibuang ke Sungai Bedog, T =
29,96
o
C, suhu effluen ini sangat baik dan masih jauh dibawah baku mutu
yang telah ditetapkan, yaitu 40
o
C.
pH rata-rata effluen air limbah yang dibuang ke Sungai Bedog, pH = 7,4,
pH effluen ini, masih masuk kisaran baku mutu pH yang telah ditetapkan,
yaitu 6-9.
6. Evaluasi Pengelolaan pada IPAL
Beberapa permasalahan yang timbul di IPAL misalnya di dalam bak
penampung, pengurasan air limbah dilakukan dalam jangka waktu yang lama
lebih dari satu bulan, sedangkan pengolahan yang baik dilakukan satu bulan
sekali. Jika waktu pengurasan lama maka lumpur akan menumpuk dan akan
mempengaruhi nilai BOD air limbah tersebut, namun mengingat pengurasan
bak dilakukan secara manual oleh petugas IPAL dan kapasitas air limbah
besar maka pengurasan bak tidak bisa dilakukan satu bulan sekali.
Permasalahan lainnya adalah pada sifon, seharusnya pengolahan itu
hanya air murni (limbah cair) saja, namun kenyataannya pada sipon-sipon itu
terdapat banyak sekali sampah padat seperti bungkus dterjen, bungkus
shampo dan lain sebagainya. Sampah-sampah padat ini sangat mengganggu
karena masuk ke dalam sipon. Pihak IPAL harus mengambil sampah padat
itu setiap hari kadangkala mereka harus mengambil sampah padat itu sampai
dua kali sehari. Selain itu pihak IPAL juga kesulitan untuk memeriksa laju
aliran limbah di setiap titik jaringan, karena manhole banyak terdapat di
dalam rumah-rumah penduduk.
Sedangkan pada grift chamber yang digunakan untuk menggerakkan
pompa adalah selang dari plastik, karena plastik merupakan bahan yang
lentur sehingga bisa untuk menggerakkan pompa ke kanan dan ke kiri
maupun ke arah depan dan ke belakang. Tetapi sekarang pihak IPAL sudah
mengganti selang plastik tersebut dengan selang karet yang diimport dari
33
Jepang. Di IPAL sebagian besar peralatan buatan dari luar negeri, jadi jika
ada peralatan yang rusak mereka harus memesannya terlebih dahulu,
sehingga memerlukan waktu yang lama untuk penggantiannya. Sedangkan
proses pengolahan harus terus dilakukan dan biaya yang mereka butuhkan
juga banyak. Sedangkan keungan IPAL untuk semua pembiayaan berasal
dari subsidi dari pemerintah dan dana itu terbatas.
Pihak IPAL pernah mengganti peralatan yang rusak itu dengan
peralatan buatan dalam negeri, memang biaya yang dikeluarkan lebih ringan
dan waktu penggantiannya lebih cepat, namun peralatan itu tidak bertahan
lama, hanya tahan beberapa bulan saja, sehingga mereka harus
menggantinya lagi dengan yang baru, sedangkan pada saat penggantian
peralatan tersebut, proses pengolahan harus berhenti sebentar dan ini
mempengaruhi kondisi air limbah.
7. Manfaat IPAL Sewon Bantul
Perencanaan teknis sistem pembuangan air limbah telah
selesai dilaksanakan oleh Japan International Cooperation (JICA) pada
tahun 1992. Dari hasil perencanaan tersebut, proyek ini dapat memberikan
manfaat secara langsung, yaitu :
Meningkatkan pelayanan sanitasi bagi 22 % penduduk pada tahun 2002
dan 53 % penduduk pada tahun 2012.
Meningkatkan kualitas air sungai (BOD diturunkan dari 332 mg/l menjadi
30 mg/l).
Meningkatkan estetika lingkungan di sekitar daerah aliran sungai.
Menghasilkan pupuk sebanyak 3.300 m
3
pertahun.
Tambahan air untuk irigasi pertanian di daerah hilir Sungai Bedog.
Sedangkan manfaat tidak langsung adalah suatu keuntungan atau
nilai lebih yang dapat diperoleh dalam jangka waktu tertentu dan tidak dapat
langsung dinikmati oleh seseorang atau sekelompok orang seperti :
Pulihnya ekosistem biota air.
Terjaganya kualitas air tanah dari pencemaran.
Perbaikan kualitas lingkungan.
34
Peningkatan kesadaran masyarakat mengenai hidup sehat dan
pengembangan pariwisata serta pendidikan lingkungan hidup.
8. Manajemen Pengelolaan Limbah Cair.
Pengelolaan limbah cair sebagai bagian upaya pengendalian
pencemaran lingkungan menjadi bagian yang sangat strategis dalam
optimalisasi hasil-hasil pembangunan. Namun demikian kegiatan
pengelolaan limbah cair belum mendapatkan perhatian yang memadai bagi
masyarakat dan pengusaha. Hal ini bisa dilihat dari sedikitnya jumlah
pelayanan yang hanya 29% wilayah perkotaan Yogyakarta.
Kapasitas pengolahan yang sedang terpakai berjumlah lebih kurang
11.320 m
3
/hari (juli 1998) atau 73% dari kapasitas yang dirancang 15.500
m3/hari. Total jumlah sambungan resmi adalah 7.595 yang mana 6.956
merupakan sambungan rumah tangga dan 639 non rumah tangga.
Berdasarkan asumsi bahwa satu orang menghasilkan limbah dengan volume
100 l/hari, rata-rata setiap rumah tangga terdiri dari lima orang/sambungan
limbah rumah tangga dan non rumah tangga menghasilkan 2 m3/hari;
produksi limbah rumah tangga per hari terhitung 3.800 m3 dan produksi
limbah non rumah tangga kurang lebih 1.300 m
3
. Total yang dihitung untuk
volume limbah adalah 5.100 m
3
/hari atau 33% dari kapasitas desain IPAL.
Volume tetap dengan ukuran kurang lebih 6.200 m3/hari, tidak terhitung
untuk dan yang berasal dari :
Air penggelontor
Air hujan
Sambungan yang belum tercatat.
Kemudian aspek teknis hasil olahan limbah yang telah di treatment
sudah relatif baik. Hasil analisis limbah yang diolah dapat dilihat pada
lampiran. Namun demikian pada satu sisi bila terjadi kerusakan tidak dapat
segera ditanggulangi akibat tida tersedianya suku cadang, tidak adanya
biaya perawatan dan sebagainya.
Oleh sebab itu, dalam pengelolaannya perlu dilakukan pendekatan
managemen baik dari perencanaan, pengorganisasian maupun koordinasi.
35
9. Analisis SWOT.
Pendekatan SWOT adalah pendekatan manajerial di dalam
merumuskan peubah-peubah (variabel) yang sangat menetukan dan
berpengaruh terhadap kinerja dan eksistensi sebuah program dan
kelembagaannya, baik berupa peubah positif maupun peubah negatif. Disisi
internal, peubah positifya merupakan kekuatan (Strenghts) dan peubah
negatifnya menjadi kelemahan (Weaknesses). Peubah ini menempel
(inherent) dan sepenuhnya di bawah kendali institusi bersangkutan. Disisi
eksternal, peubah positifnya merupakan peluang (Opportunities) dan peubah
negatifnya merupakan ancaman (Threats), sebuah peubah yang berada
diluar kontrol institusi bersangkutan. Analisis SWOT akan diberlakukan
secara umum untuk setiap institusi (organisasi dan manajemen) setiap sektor
dalam bentuk matrik analisis yang akan mengintegrasikan analisis internal
dan eksternal. Analisis ini akan memudahkan manajemen didalam
merumuskan dan memilih alternatif strategi pemecahan masalah dan
dilanjutkan pengembangan program dan kelembagaannya.
Sektor air limbah kendati memberikan ancaman besar terhadap
kesehatan dan kehidupan perkotaan pada umumnya, sampai saat ini
kedudukannya masih sebagai cost centre. Dalam kedudukan demikian dan
dalam keterbatasan kemampuan keuangan daerah tentu saja dimasa depan
sektor akan menghadapi kedala besar. Kendati telah dibangun unti IPAL di
Sewon yang akan diarahkan menjadi perusahaan untuk melayani kebutuhan
tiga Dati II. Tetapi karena unit IPAL Sewon dikelola oleh PU Propinsi sebagai
proyek, justru tidak memiliki akses ke penghimpunan retribusi yang dilakukan
oleh Dati II. akibatnya unit ini tetap berkedudukan sebagai cost centre.
36
Tabel 15 Hasil Analisis SWOT Aset Fisik IPAL Sewon
Kekuatan Kelemahan
Kualitas konstruksi dan kondisi bangunan
serta peralatan yang masih baik.
Pengelolaan dan staf yang berkualitas
dan bermotivasi.
Efisiensi pengolahan yang tinggi (90%).
Operasi dan pemeliharaan IPAL yang
sederhana.
Tersedianya manual operation &
maintenance yang jelas.
Adanya kelebihan kapasitas di IPAL.
Kekurangan anggaran untuk biaya
operasi dan pemeliharaan yang memadai.
Adanya sampah pada air limbah.
Beban BOD yang rendah, karena terlalu
banyak air hujan dan air penggelontor
yang masuk.
Tidak adanya suku cadang peralatan.
Mahalnya harga bahan kimia dan bahan
reaktif laboratorium.
Peluang Ancaman
Tersedianya donatur internasioanl dan
peyandang dana untuk proyek lingkungan
hidup (JICA).
Keterlibatan sektor swasta dalam sektor
air limbah.
Tersedianya lumpur kering dalam volume
yang besar.
Efektivitas IPAL berkurang karena
kurangnya anggaran operational &
maintenance.
Motivasi yang berkurang dari staf karena
struktur kelembagaan IPAL yang bersifat
sementara (temporal).
Pemukiman umum yang semakin
berkembang di sekitar IPAL.
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Air buangan rumah tangga sebelum pengolahan mempunyai parameter
diatas ambang batas baku mutu, dengan adanya instalasi pengolahan air
limbah maka parameter pencemar BOD, COD dan SS dapat diturunkan,
sehingga effluen yang dihasilkan konsentrasinya di bawah baku mutu
yang telah ditetapkan dalam hal ini air limbah golongan II, sesuai dengan
Keputusan Gubernur DIY No. 213/KPTS/1991.
2. Dari data yang diperoleh untuk bulan November 2002 efisiensi alat
pengolahan air limbah cukup tinggi untuk menurunkan parameter :
BOD efisiensi rata-rata = 90,51%
COD efisiensi rata-rata = 90,10%
SS efisiensi rata-rata = 90,62%
37
Saran
1. Untuk mendapatkan effluen yang lebih baik, maka operasionalisasi alat
harus bisa dioptimalkan dengan pengawasan jaringan perpipaan,
pemisahan partikel atau sampah kasar sebelum masuk IPAL.
2. Dilakukan pengawasan yang terus menerus oleh petugas kebersihan agar
sampah kasar jangan masuk ke kolam aerasi dan kolam pematangan,
karena dapat mengganggu proses yang terjadi pada kolam tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
BAPEDAL, 2001.” Program Kali Bersih (PROKASIH).” Yogyakarta.
Dinas Pekerjaan Umum DIY, 2002”, Brosur IPAL Sewon Bantul,” Yogyakarta.
Gaudy, Jr., A.F., and E.T., Gaudy, 1981 .” Microbiology for Environmental Scientist
and Engineers”. 1 ed., pp. 175 - 180, Mcgraw Hill International Book Compa-
ny, Aukland.
Hakim, L., 2000,” Evaluasi Pengelolaan IPAL Sewon Bantul,” Tugas Hukum
Lingkungan, UGM, Yogyakarta.
Hammer, M.J., 1986.” Water and Wastewater Technology.” 2 ed., John Wiley and
Sons, New York.
Mackenzie, L.D., and Cornwell, 1991.” Introduction to Environmental Engineering.”
2 ed., pp. 348 - 352, McGraw Hill International Editions, Ltd., Singapore.
Metclaf, Eddy, and G., Tchobanoglous, 1981.” Waste Water Engineering Treatment
Disposal.” 2 ed., pp. 400 - 414, Tata McGraw Hill Publishing Company, Ltd.,
New Delhi.
Rao, A.V., and Bhole, A.G., 2001.” A Low-Cost Technology for The Treatment of
Wastewater.” Water Research Journal, pp. 38.
Rosyida, A., 2000.” Keunggulan Pengolahan Biologi Secara Trickling Filter pada
Limbah Cair Tekstil.” Prosiding Seminar Nasional Peranan Teknologi dalam
Pembangunan Lingkungan Dan Pengelolaan Sumber Daya Alam Yang Berke-
lanjutan, BPPT, Jakarta.
Sugiarto, 1987.” Dasar - Dasar Pengolahan Air Limbah”. Universitas Indonesia,
38
Press, Jakarta.
Tjokrokusumo, 1995.” Enjinering Lingkungan.” Sekolah Tinggi Teknik Lingkungan,
Yogyakarta.
YUIMS, 1999,” Inventarisasi dan Evaluasi Kinerja Aset-Aset Prasarana di Aglomerasi
Perkotaan Yogyakarta,” Yogyakarta Urban Infrastructure Management
Supoport.