SEROLOGI
-
Upload
tyahudisaputri -
Category
Documents
-
view
155 -
download
47
description
Transcript of SEROLOGI
dr. Zulfian SpPKdr. Zulfian SpPK
FAKULTAS KEDOKTERANFAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UNIVERSITAS MALAHAYATIMALAHAYATI
Imunology : ilmu yang mempelajari tentang kekebalanImunology : ilmu yang mempelajari tentang kekebalantubuhtubuh
Serologi : cabang ilmu kedokteran yang mempelajariSerologi : cabang ilmu kedokteran yang mempelajarireaksi Ag dan Ab untuk mendeteksi suatu subsituentreaksi Ag dan Ab untuk mendeteksi suatu subsituent
dalam tubuh manusiadalam tubuh manusia
Tujuan : Imunodiagnostik Tujuan : Imunodiagnostik Tujuan : Imunodiagnostik Tujuan : Imunodiagnostik
Fungsi imunologiFungsi imunologi
Menunjang diagnostik penyakitMenunjang diagnostik penyakitdan atau tanpa latar belakang dan atau tanpa latar belakang
reaksi imunologikreaksi imunologik
Pemeriksaan imunoserologiPemeriksaan imunoserologi
Demam tifoid Infeksi gonokokus
Streptokokus
Sifilis
DHF / Virus lainnya
Hepatitis virus
Petanda Tumor Parasit
HIV
Demam tifoidDemam tifoidDemam tifoidDemam tifoid• Dahulu, utk menentukan penyebab demam setiap penderita dilakukan uji
serologik utk mendeteksi febrile aglutinin • Krn penyebab demam tidak diketahui maka diperiksalah Ag dan Ab seka
ligus• Dengan bertambahnya pengetahuan mengenai identifikasi, isolasi mikro
organisme sebagai penyebab, demam uji serologi dilakukan secara selektif• Khusus untuk Tifoid dilakukan pemeriksaan reaksi Widal • Dinegara maju pemeriksaan Widal sudah mulai ditinggalkan karena :
pemeriksaan ini kurang spesifik Insidens demam tifoid sudah berkurang Digunakan cara lain yang lebih spesifik dan sensitif
• Di Indonesia pemeriksaan ini masih banyak dilakukan walaupun ada keterbatasan Daerah endemis nilai normal titer 1/80 atau 1/160 Vaksinasi titer meningkat Adanya reaksi silang Positif palsu pada penderita reumatoid faktor Bl penderita diberikan antibiotika sebelumnya akibatnya titer tidak me
nunjukkan kenaikan Pemeriksaan terbaik adalah pemeriksaan kultur dar spesimen darah, feses
atau urin.
• Dahulu, utk menentukan penyebab demam setiap penderita dilakukan uji serologik utk mendeteksi febrile aglutinin
• Krn penyebab demam tidak diketahui maka diperiksalah Ag dan Ab seka ligus
• Dengan bertambahnya pengetahuan mengenai identifikasi, isolasi mikro organisme sebagai penyebab, demam uji serologi dilakukan secara selektif
• Khusus untuk Tifoid dilakukan pemeriksaan reaksi Widal • Dinegara maju pemeriksaan Widal sudah mulai ditinggalkan karena :
pemeriksaan ini kurang spesifik Insidens demam tifoid sudah berkurang Digunakan cara lain yang lebih spesifik dan sensitif
• Di Indonesia pemeriksaan ini masih banyak dilakukan walaupun ada keterbatasan Daerah endemis nilai normal titer 1/80 atau 1/160 Vaksinasi titer meningkat Adanya reaksi silang Positif palsu pada penderita reumatoid faktor Bl penderita diberikan antibiotika sebelumnya akibatnya titer tidak me
nunjukkan kenaikan Pemeriksaan terbaik adalah pemeriksaan kultur dar spesimen darah, feses
atau urin.
Salmonella• Antigen Salmonella :
– Antigen O (somatik) diagnosis– Antigen Vi carrier– Antigen H (flagella) B– Berdasarkan antigen O (somatik) ada
17 serotipe, secara klinis yg ptg 5 (A,B,C,D,E)
• Antigen Salmonella :– Antigen O (somatik) diagnosis– Antigen Vi carrier– Antigen H (flagella) B– Berdasarkan antigen O (somatik) ada
17 serotipe, secara klinis yg ptg 5 (A,B,C,D,E)
• Serotipe yg dipakai pada tes Widal :Serotipe yg dipakai pada tes Widal :– Gol. A Gol. A S Paratifi A S Paratifi A– Gol. B Gol. B S Paratifi B S Paratifi B– Gol. C Gol. C S Paratifi C S Paratifi C– Gol. D Gol. D S Tifi D S Tifi D
• Metoda Metoda aglutinasi : aglutinasi :– TabungTabung– LateksLateks– HemaglutinasiHemaglutinasi
Hasil (+ ) bila:Hasil (+ ) bila:
• Titer > 1/160 infeksi akut• Pe ↑ titer 4 X pada uji ganda
infeksi akut• 50% penderita titer aglutinin ↑
pada akhir minggu I• 90% penderita titer aglutinin ↑
pada minggu IV• Titer O puncak : minggu 3-6
hilang setelah 12 bulan• Titer H bisa negatif, atau (+)
menetap sampai bbrp thn
Yg lbh spesifik/sensitif :Yg lbh spesifik/sensitif :ELISAELISA
• deteksi IgM/IgG thdp S typhideteksi IgM/IgG thdp S typhiDOT EIA (Dot Enzyme Immnunosorbont Assay)DOT EIA (Dot Enzyme Immnunosorbont Assay)
• Deteksi antibody S TyphiDeteksi antibody S Typhi• Tdk ada reaksi silang dg Salmonelosis bukan tifoidTdk ada reaksi silang dg Salmonelosis bukan tifoid
Aglutinasi lateks Aglutinasi lateks • Tehnik aglutinasi menggunakan IgM Salmonella O-9Tehnik aglutinasi menggunakan IgM Salmonella O-9
PCR (Polimerase Chain Reaction)PCR (Polimerase Chain Reaction)• Tehnik hibridasi asam nukleat atau amplikasi DNATehnik hibridasi asam nukleat atau amplikasi DNA
Tubex TFTubex TF• Deteksi antibodi IgM spesifik Salmonella typhi dlm serum Deteksi antibodi IgM spesifik Salmonella typhi dlm serum
dengan menggunakan dengan menggunakan inhibition magnetic binding inhibition magnetic binding immunoassayimmunoassay menggunakanmenggunakan V-shape V-shape Reaction WellsReaction Wells
• Solusi deteksi dini demam tifoidSolusi deteksi dini demam tifoid
Uji serologi pd SifilisUji serologi pd Sifilis
Diagnosis sifilis sulit ditegakkan dengan menemukan Diagnosis sifilis sulit ditegakkan dengan menemukan mikroorganisme T. pallidum pd lesi primer maupun mikroorganisme T. pallidum pd lesi primer maupun skunder, karena penderita datang pada stadium lanjutskunder, karena penderita datang pada stadium lanjut
Oleh karena itu uji serologi amat penting : krnOleh karena itu uji serologi amat penting : krn cara utama menunjang diagnosiscara utama menunjang diagnosis sebagai pedoman terapisebagai pedoman terapi
Hasil uji serologi tergantung pada stadium penyakit Hasil uji serologi tergantung pada stadium penyakit dan cara peng-ujian yang dipakaidan cara peng-ujian yang dipakai
Pd awal infeksi atau Pd awal infeksi atau stadium sifilis primerstadium sifilis primer ditemukan ditemukan bakteri :bakteri : T. pallidum T. pallidum pada pada chancrechancre uji serologi non- uji serologi non-reaktif; hasil reaktif (positif) 1-4 mgg setelah reaktif; hasil reaktif (positif) 1-4 mgg setelah timbulnya chancretimbulnya chancre
Pada Pada sifilis skundersifilis skunder uji serologi menunjukkan hasil uji serologi menunjukkan hasil reaktif (positif) dgn titer yg terus meningkatreaktif (positif) dgn titer yg terus meningkat
Sifilis skunder yg tidak diobati akan berlanjut menjadi Sifilis skunder yg tidak diobati akan berlanjut menjadi sifilis latensifilis laten, , pd stadium ini tdk memperlihatkan gejala pd stadium ini tdk memperlihatkan gejala klinik, diagnosis ditegakkan ha nya dgn uji serologi yg klinik, diagnosis ditegakkan ha nya dgn uji serologi yg menghasilkan reaksi positifmenghasilkan reaksi positif
Treponema pallidumTreponema pallidum
Infeksi SifilisInfeksi Sifilis( Treponema pallidum)( Treponema pallidum)
Reiter Protein Complement Fixation TestReiter Protein Complement Fixation Test
Treponema Pallidum Immobilization TestTreponema Pallidum Immobilization Test
Treponema Palidum Hemaglutination AssayTreponema Palidum Hemaglutination Assay
Fluorescence Treponemal Antibody AbsorptionFluorescence Treponemal Antibody Absorption
VDRLVDRLVenereal Disease Research Laboratories.Venereal Disease Research Laboratories.
RPRRPRRapid Plasma Reagin.Rapid Plasma Reagin.
Wasserman atau KolmerWasserman atau Kolmer
Ab treponemalAb treponemal AbAb non-treponemal non-treponemal
Pemeriksaan Serologi :Pemeriksaan Serologi :
TPITPI Cara yg pertama sekali dikembangkan Menggunakan T pallidum hidup Sudah ditinggalkan
TPHATPHA Menggunakan ekstrak T Pallidum yg dileMenggunakan ekstrak T Pallidum yg dile katkan pd permukaan eritrosit direakkatkan pd permukaan eritrosit direak sikan dgn serum penderitasikan dgn serum penderita Adanya agluitinasi Adanya agluitinasi adanya antibodi adanya antibodi treponemal dlm darah penderitatreponemal dlm darah penderita Thdp Sifilis primer kurang sensitif dibanThdp Sifilis primer kurang sensitif diban dingkan dgn FTA-Abs; ttp thdp sifilisdingkan dgn FTA-Abs; ttp thdp sifilis laten keduanya sama sensitiflaten keduanya sama sensitif Peralatan sederhana sehingga dipaPeralatan sederhana sehingga dipa kai sebagi ujisaring yg spesifikkai sebagi ujisaring yg spesifik
Treponemal
FTA-AbsFTA-Abso Menggunakan strain T Pallidum tidak hidup tetapi masih mempunyai sifat antigeniko Paling sensitif dan spesifik terutama pada sifilis primero Menggunakan mikroskop cahaya ultravioleto Menggunakan reagensia yang mahal
WassermannWassermann Cara Fiksasi komplemen Menggunakan ekstrak hati bayi, baru mati krn disifilis kongenital Ekstrak tsb mgdg Ag sifilis
Uji Non-treponemal sering dilakukan dgn flokulasi atau aglutinasi misalnya VLDR dan RPR atau fikasasi komplemen menurut Kolmer Dpt dilaporkan secra semikuantitatif yaitu dgn pengenceran tertinggi yg masih memberikan hasil positif VDRL sangat sesuai sebgi penyaring pd persangkaan sifilis primer dan sifilis sekunder
KolmerKolmer Cara Fiksasi komplemen Mengganti ekstrak hati bayi,dgn ja ringan lain yaitu :
- kardiolipin- lesitin- kolesterol
Perbandingan tertentu
Non-TreponemalNon-Treponemal
Uji serologik sebaiknya dimulai dari pemeriksaan non-treponemal Uji serologik sebaiknya dimulai dari pemeriksaan non-treponemal misal nya VDRL atau RPRmisal nya VDRL atau RPR
Bl VDRL atau RPR negatif (non-reaktif) dan pd pengulangan tetap Bl VDRL atau RPR negatif (non-reaktif) dan pd pengulangan tetap non -reaktif besar kemungkinan penderita tdk menderita sifilisnon -reaktif besar kemungkinan penderita tdk menderita sifilis
Bl secara klinik ada dugaan kuat Bl secara klinik ada dugaan kuat sifilis latensifilis laten atau atau sifilis lanjutsifilis lanjut lakukan pemeriksaan TPHA, FTA Abs, atau TPI, krn hasil lakukan pemeriksaan TPHA, FTA Abs, atau TPI, krn hasil pemeriksaan serologi sering memperlihatkan negatif palsupemeriksaan serologi sering memperlihatkan negatif palsu
Bl hasli pemeriksaan menjukkan negatif lemah dilakukan Bl hasli pemeriksaan menjukkan negatif lemah dilakukan pengujian ulang utk menyingkirkan negatif palsupengujian ulang utk menyingkirkan negatif palsu
Hasil positif palsu biasanya akan menjadi negatif pd pemeriksan Hasil positif palsu biasanya akan menjadi negatif pd pemeriksan ulangulang
Utk kasusUtk kasus22 yg meragukan hendaknya dilakukan pemeriksaan yg meragukan hendaknya dilakukan pemeriksaan secara ber ulang secara ber ulang
VDRL dan RPR lebih cepat meningkat sesuai dg perjalanan VDRL dan RPR lebih cepat meningkat sesuai dg perjalanan penyakit & lebih cepat menjadi negatif setelah pengobatan maka penyakit & lebih cepat menjadi negatif setelah pengobatan maka uji VDRL kuantitatif shg ber manfaat utk menentukan status uji VDRL kuantitatif shg ber manfaat utk menentukan status penyakit atau memantau hasil terapipenyakit atau memantau hasil terapi
Pada kasus sifilis primer titer Ab tdk terlalu tinggi, kasus sifilis Pada kasus sifilis primer titer Ab tdk terlalu tinggi, kasus sifilis sekunder titer Ab biasanya lebih tinggisekunder titer Ab biasanya lebih tinggi
Penurunan titer indikasi keberhasilan terapi, bl setelah 6 bln Penurunan titer indikasi keberhasilan terapi, bl setelah 6 bln terjadi peningkatan kembali terjadi terjadi peningkatan kembali terjadi reinfeksi reinfeksi atau atau relaps relaps
Pd sifilis laten walaupun pengobatan adekuat tidak menurunkan Pd sifilis laten walaupun pengobatan adekuat tidak menurunkan titer antibodititer antibodi
► Uji serologi pada sifilis kongenital Uji serologi pada sifilis kongenital sulit di tafsirkan karena Antibodi sulit di tafsirkan karena Antibodi Ig dari Ibu dapat menembus Ig dari Ibu dapat menembus plasenta sehingga hasilnya selalu plasenta sehingga hasilnya selalu positif, baik treponemal maupun positif, baik treponemal maupun non-treponemalnon-treponemal
► Semua neonatus menunjukkan Semua neonatus menunjukkan hasil postif hendaknya dilakukan hasil postif hendaknya dilakukan pemeriksaan ulang pemeriksaan ulang
► Antibodi yg berasal dari ibu akan Antibodi yg berasal dari ibu akan hilang 6 sampai 12 bulan , namun hilang 6 sampai 12 bulan , namun bila bila pemerik saan serial bila bila pemerik saan serial titernya terus meningkat titernya terus meningkat kemungkinan terja di infeksi kemungkinan terja di infeksi transplasental transplasental dilakukan dilakukan pemeriksaan IgM utk memperkuat pemeriksaan IgM utk memperkuat diagnosisdiagnosis
► Beberapa infeksi non-treponemal Beberapa infeksi non-treponemal misalnya misalnya T pertenue & T careteum T pertenue & T careteum secara serogik tidak dapat secara serogik tidak dapat dibedakan dibedakan
► Uji serologi pada sifilis kongenital Uji serologi pada sifilis kongenital sulit di tafsirkan karena Antibodi sulit di tafsirkan karena Antibodi Ig dari Ibu dapat menembus Ig dari Ibu dapat menembus plasenta sehingga hasilnya selalu plasenta sehingga hasilnya selalu positif, baik treponemal maupun positif, baik treponemal maupun non-treponemalnon-treponemal
► Semua neonatus menunjukkan Semua neonatus menunjukkan hasil postif hendaknya dilakukan hasil postif hendaknya dilakukan pemeriksaan ulang pemeriksaan ulang
► Antibodi yg berasal dari ibu akan Antibodi yg berasal dari ibu akan hilang 6 sampai 12 bulan , namun hilang 6 sampai 12 bulan , namun bila bila pemerik saan serial bila bila pemerik saan serial titernya terus meningkat titernya terus meningkat kemungkinan terja di infeksi kemungkinan terja di infeksi transplasental transplasental dilakukan dilakukan pemeriksaan IgM utk memperkuat pemeriksaan IgM utk memperkuat diagnosisdiagnosis
► Beberapa infeksi non-treponemal Beberapa infeksi non-treponemal misalnya misalnya T pertenue & T careteum T pertenue & T careteum secara serogik tidak dapat secara serogik tidak dapat dibedakan dibedakan
Penyakit treponema nonvenereal
• Frambusia (T pertenue)
• Patek (T caratenum)
Pemeriksaan secara serologis tidak (belum) dapat dibedakan dgn sifilis.
Tes VDRLTes VDRL
Uji Serologi terhadap Uji Serologi terhadap ββ Streptokokus Streptokokus
Beta hemolitik streptokokus menghasilkan beberapa jenis antigen : Ag Streptolisin O yg dibentuk oleh Grup A menyebabkan hemolisis Streptokinase mengkatalisis perubahan plasminogen menjadi plasmin Enzim2 : - De-oksi-ribonuklease B - Hialuronidase
Setiap Ag menyebabkan pembentukkan antibodi pd tubuh manusia Ag yang penting dalam klinis adalah Streptolisin O yaitu Ag menyebab
kan timbulnya antibodi thdp streptolisin O dalam darah dis : ASTO (Anti ASTO (Anti Streptolisin O )Streptolisin O )
ASTO dapat menyebabkan Demam rematik Kelainan katup jantung Glomerulonefritis akut Eritrema nodusum dll
Pemeriksaan ASTO utk menentukan apakah penyakit diatas oleh karena infeksi paska infeksi streptokokus atau bukan, hal ini perlu diperhatikan utk pertimbangan terapi
Ag Streptolisin OAg Streptolisin ODemam reumatikDemam reumatik
Kelainan katup Jantung Kelainan katup Jantung
Eritema NodusumEritema Nodusum
D l l D l l
Glomerulonefritis AkutGlomerulonefritis AkutAb Streptolisin OAb Streptolisin O(ASTO)(ASTO)
Terjadinya ggn organTerjadinya ggn organ
BetaBetahemolitikhemolitik
In
feks
iIn
feks
iSt
rept
okok
us
Stre
ptok
okus
==in
feks
i um
um
infe
ksi u
mum
Org dewasa < 125 UIOrg dewasa < 125 UI
AnakAnak22 < 200 UI < 200 UI
Infeksi Streptokokus > 200 UIInfeksi Streptokokus > 200 UI
Demam reumatikDemam reumatik& GNA& GNA
(non-supuratif)(non-supuratif) > 350 UI> 350 UI
Setiap orang mempunyai Setiap orang mempunyai anti bodi thdpanti bodi thdp
Ag streptolisin O (ASTO)Ag streptolisin O (ASTO)dalam darahnyadalam darahnya
Setiap orang mempunyai Setiap orang mempunyai anti bodi thdpanti bodi thdp
Ag streptolisin O (ASTO)Ag streptolisin O (ASTO)dalam darahnyadalam darahnya
Hal-hal yg kurang menguntungkan dari penetapan ASTO
Hal-hal yg kurang menguntungkan dari penetapan ASTO
• Strep O pada infeksi kulit kurang imunogenik jrg ditemukan antibodi.
• Hasil (+) palsu :– Penyakit hati– Pencemaran oleh bakteri lain yg dapat menetralkan
reaksi hemolitik, atau oksidasi genus strep O shg tdk dapat melisiskan eritrosit.
• Strep O pada infeksi kulit kurang imunogenik jrg ditemukan antibodi.
• Hasil (+) palsu :– Penyakit hati– Pencemaran oleh bakteri lain yg dapat menetralkan
reaksi hemolitik, atau oksidasi genus strep O shg tdk dapat melisiskan eritrosit.
• D/ pasti : isolasi dan identifikasi gonokokus dari spesimen.
• Media : Thayer-Martin sulit :– Mencari spesimen yg memenuhi syarat– Hambatan pertumbuhan oleh faktor intrinsik/ekstrinsik (antibiotika)
Perlu uji serologik deteksi anti-gonokokus sulit, karena banyak sekali komponen mikroorganisme yg imunogenik reaksi silang
Uji Serologik pada infeksi gonokokus
• Pada infeksi gonokokus, terjadi respons imun primer (seluler dan humoral) ttp tidak dapat mencegah reinfeksi (tdk bersifat protektif).
• Respons imun seluler dinyatakan dgn transformasi blast in vitro, bila dirangsang dgn antigen gonokokus, ttp hanya berlangsung sebentar. Setelah terapi adekuat akan menghilang dalam 5 minggu.
• Respons imun humoral dinyatakan dgn terbentuknya :– Antibodi dgn aktivitas bakterisidal– Opsonin
Antibodi gonokokus sering mengalami reaksi silang dgn antibodi N meningitidis.
Uji serologik GonokokusUji serologik GonokokusUji serologik GonokokusUji serologik Gonokokus
• IgA dan sIgA : dalam sekret uretra dijumpai sejak hari I timbul gejala
• Antigonokokus IgA, IgG dan IgM (+) pada serum penderita, ttp nilai diagnostiknya kecil.
• Antigen spesifik : pili, protein filamen pada permukaan gonokokus yg meningkatkan kemampuan menginfeksi karena menempel pada permukaan sel epitel, dan sangat imunogenik.
• Terdapatnya antibodi thd pili dapat dipakai sbg indikator infeksi gonokokus.
• Deteksi Ab : RIA dan ELISA
• Deteksi antigen : koaglutinasi, menggunakan stafilokokus aureus yg mempunyai protein A pd permukaannya. Protein A dapat mengikat fragmen Fc anti-go nokokus dgn mikro organisme yg diperoleh dari biakan spesimen, menunjukkan bahwa dalam spesimen tdp gonokokus.
Uji Serologik Hepatitis VirusUji Serologik Hepatitis VirusUji Serologik Hepatitis VirusUji Serologik Hepatitis Virus
o Saat ini diketahui beberapa jenis virus sebagai penyebabSaat ini diketahui beberapa jenis virus sebagai penyebab hepatitishepatitis yang masing yang masing22 berbeda cara berbeda cara penularanpenularan dan dan replikasinyareplikasinya
o Jenis virus yang sudah diketahui sebagai penyebab hepatitis Jenis virus yang sudah diketahui sebagai penyebab hepatitis adalah :adalah : Virus hepatitis A (VHA)Virus hepatitis A (VHA) Virus hepatitis B (VHB)Virus hepatitis B (VHB) Virus hepatitis C (VHC)Virus hepatitis C (VHC) Virus hepatitis D (VHD)Virus hepatitis D (VHD) Virus hepatitis E (VHE)Virus hepatitis E (VHE) Virus hepatitis G (VHG)Virus hepatitis G (VHG) Virus hepatitis GB (VHGB-A, VGB-B dan VGB-C)Virus hepatitis GB (VHGB-A, VGB-B dan VGB-C)
o Gejala klinis yg disebabkan oleh setiap virus dapat berbeda tgtg Gejala klinis yg disebabkan oleh setiap virus dapat berbeda tgtg berat nya kerusakan hati; mulai dari tanpa gejala sampai berat nya kerusakan hati; mulai dari tanpa gejala sampai hingga hepatitis fulminan disertai gangguan hati berat sampai hingga hepatitis fulminan disertai gangguan hati berat sampai berakibat fatalberakibat fatal
Hepatitis AHepatitis A
IgMIgM
42 6 8 10 12
IgGIgG
• Virus atau partikelnya dapat ditemukan dalam tinja 2-3 minggu sebelum gejala timbul hingga 21-35 hari setelah timbul ikterus yg
dapat dilihat dengan mikroskop elektron khususnya imuno imuno electron microscopy, electron microscopy, sedangkan dalam jaringan biopsi hati virus dapat dite mukan den imunofluorosensi
•Berbagai cara sederhana telah dilakukan misalnya dengan RIARIA atau ELISAELISA namun manfaatnya tdk banyak karena virus banyak dilepas kan ke-dalam tinja sebelum gejala muncul
• Pemeriksaan yang terbaik dalam situasi ini adalah dgn RIA atau ELISA untuk mendeteksi anti-HAV-IgManti-HAV-IgM
kadar
Virus Hepatitis B (VHB) merupakan virus DNA, suatu prototipe virus yg termasuk keluarga Hepadnaviridae
Virus ini memiliki DNA yang berupa untaian tunggal (single stranded DNA) dan DNA polymerase endogen yg berfungsi menghasilkan untaian ganda (duoble stranded, ds strand DNA)
Virion lengkap VHB terdiri dari suatu struktur berlapis ganda dgn diameter keseluruhan 42 nm :
• Bagian inti sebelah dalam (inner core) 28 nm disebut Ag core (HBcAg)
• Dilapisi oleh envelope tebalnya 7 nm mengandung dsDNA (HBeAg)
• Bagian envelope yang mengelilingi core terdiri dari atas kompleks dgn sifat biokimia yg heterogen, berbeda dgn Ag core disebut antigen permukaan vi rus B (HBsAg)
HBsAg diproduksi dlm jumlah banyak oleh sel hepar yg terinfeksi virus dan dilepaskan kedlm darah sbg partikel bulat berukuran 17-25 nm (rata2 20 nm) dan sebagai partikel tubular panjangnya 100-200 nm
Hepatitis B Hepatitis B
Setiap bagian dari komponen virus akan menyebabkan adanya antibodi dlm darah manusia HBsAg HBsAb HBcAg HBcAb HBeAg HBeAb
Keberadaan anti-HBsAg (HBsAb) dlm sirkulasi melindungi seseorang infeksi dgn VHB
HBsAg mempunyai 4 tipe : - adw - ayw- adr - ayr
Subtipe adw,ayw paling banyak dijumpai diseluruh dunia, kecuali Asia Tengga ra dan Timur Jauh
VHB dpt menyebbkan hepatitis akut, kronik, dan Ca hepatoseluler Menetapnya HBsAg selama lebih 6 bln merupakan indikasi pasien adalah :
Carrier HB kronik namun gambaran klinik berbeda Sebagian menunjukkan kelainan hati progresif, sbgn tdk menunjukkan tdk me
nunjukkan kelaianan, sebgn tdk menularkan ttp sbgn lain sangat infeksius Pd hepatitis kronik terjadi replikasi virus secara terus menerus ditandai dg adanya
HBeAg dlm darah Pd pengidap sehat dijumpai anti-HBeAg (HBeAb)
JaundiceJaundice
TransaminaseTransaminase
HBeAg
Anti-HBcAg
Anti-HBsAg
HBsAg
window periode
konsentr asi
re latif
konsentr asi
re latif
4 8 12 16 28 32 36 52 10020 24
Petanda/Marker Serologi pd Hepatitis BPetanda/Marker Serologi pd Hepatitis BPetanda/Marker Serologi pd Hepatitis BPetanda/Marker Serologi pd Hepatitis B
Anti-HBeAg
Uji Serologik pada Hepatitis Virus. Daftar petanda serologik hepatitis dan maknanya
Petanda MaknaHepatitis A : anti-VHA IgM
anti-VHA IgG
Hepatitis A akut
Imun thd hepatitis A
Hepatitis B : HBsAg
anti-HBc IgM
anti-HBc IgG
anti-HBs
HBeAg
anti-Hbe
DNA-VHB
Pengidap hepatitis B akut atau kronis
Hepatitis B akut (titer tinggi)
Hepatitis B kronik (titer rendah)
Pemaparan di masa lalu (HBsAg neg)
Hepatitis B kronik (HBsAg +)
Imun thd VHB
Hepatitis B akut, bila menetap berarti infeksi berkelanjutan
Konvalesen atau berkelanjutan
Infeksi berkelanjutan
Hepatitis Delta : anti-delta IgM
anti-delta IgG
Infeksi VHD kronik
Infeksi VHD yg telah lalu
P Hepatitis yg sering dijumpai pasca transfusiP Secara klinik sama dgn Hepatitis B dgn perbedaan HCV lbh sering menjadi
kronikP Gambaran hepatosit yg terinfeksi HCV dgn Mikrosokop Elektron : gambaran
kompleks tubulus, silindris, serta membran, dan matriks protein yg bergelom bang. Kandungan (inklusi) sitoplasmik merupakan ciri infeksi HCV
P VHC akan merangsang pembentukkan thdp protein virus yg non-struktural disebut : Anti-HCV
P Anti-HCV akan muncul lama stlh infeksi, bahkan kadang2 baru muncul 16-24 mgg stlh peningkatan kadar enzim
P Infeksi akut akan sembuh sendiri, anti-HCV akan hilang dari sirkulasi, pd infeksi kro nik anti-HCV akan menetap dlm waktu yg lama dg kadar yg tinggi
P Berbeda dgn anti-HBs yg memberikan proteksi thd HVB, anti-HVC tdk memberika pro teksi thdp re-infeksi
P Sebagian besar penderita HVC akut tdk menumjukkan gejala dan sembuh sendiri
P Diduga respons imunseluler memegan peranan penting pd proses penyembuhan dg menyingkirkan sel hepatosit yg terinfeksi virus
Hepatitis C
• Virus Hepatitis Delta (VHD) berukuran 35-37 nm, dan dpt dijumpai pd penderita hepatitis B– Utk melakukan replikasi VHD memerlukan bantuan VHB, shg
infeksi VHD terjadi ber sama2 dgn VHB atau pd pengidap HBV – Diagnosis ditegakkan dg pemeriksaan anti-HVD-IgM atau bl
pengukuran anti-HVD-IgD secara serial ada peningkatan sebanyk 4 kali
– Secara klinik sulit membedakan HBV akut dgn HDV akut yg berlangsung simultan
• Virus Hepatitis E (VHE) berukuran 27-34 nm– Virus ini sangat labil dan cepat rusak bl dibekukan dan
dicairkan (freeze-thawingfreeze-thawing) dan dlm suhu 4-8oC hanya tahan 3-5 hari
– Epidemiologi & klinik hampir sama dgn HVA, dgn perbedaan inkubasi selama 40 hari & pd fase prodromal disertai gatal2 dan nyeri sendi
– Gejala utama adalah kolestasis dg kadar bilirubin > 20 mg/dl. ALT (SGPT) jarang > 400IU/l
– Tes uji serologi utk VHE hanya dilakukan utk keperluan riset
Hepatitis D & E
Linnen menemukan VHG Dalam waktu bersamaan ditemukan virus GB ( VGB-AVGB-B & VGB-C) Kedua jenis virus merupakan virus RNAtermasuk keluarga Flaviviridae Susunan kedua jenis virus ini mirip dgn susunan gen virus Hepatitis C Dari sub tipe GB hanya VGB-C yg dpt menyebabkab hepatitis pd manusia Virus Hepatitis G banyak dijumpai pd donor darah diseluruh dunia & penye
bab hepatitis paska transfusihepatitis akut maupun kronik RNA virus ditemukan dalam darah bersmaan dgn peningkatan enzim
SGPT & dpt menetap selama beberapa tahun (9 thn) setlh infeksi Dpt juga dijumpai pd paska-transplantasi Dpt menyebabkan viremia persisten
VGB di-isolasi pertama kali dari seorg dokter bedah dg inisial GB yg menun jukkan hepatitis dgn ikterus Serum pasien ini dpt menyebbkan hepatitis pd marmot Bbrp upaya tlh dilakukan utk mendeteksi virus dlm serum, misalnya dgn
PCR atau ELISA
Hepatitis G dan GB
Membunuh
Aktifasi
Interferon dan sel NK
Induksiresistensi
Interferon
Sel resisten thd Virus
NK
Infeksi virus atauInfeksi virus atautransformasi neoplasmatransformasi neoplasma
Sel Jaringan
Infeksi HIV dimulai dgn infeksi akut yg hanya dikendalikan oleh sebagian respons imun spesifik dan berlanjut menjadi infeksi kronik progresif pd jaring an limfoid perifer
Perjalanan penyakit dpt dipantau dg menghitung jumlah virus dlm serum atau menghitung jumlah sel T CD4+
Jaringan mukosa merupakan sel pertama yg terinfeksi, seljtnya masuk kedlm kelenjar getah bening dlm beberapa hari saja jumlah virus berliat ganda ba nyaknya dan menyebabkan viremia disertai dg sindrom akut HIV
Viremia menyebabkan virus menyebar keseluruh tubuh dan menginfeksi sel T, monosit dan makrofag dlm jaringan limfoid perifer
Sistem imun spesifik berupaya mengendalikan infeksi infeksi ditandai dg menu runnya kadar viraemia, walaupun masih dpt terdeteksi dgn pemeriksaan laboratorium
UJI SEROLOGI INFEKSI HIV
Setelah infeksi akut, berlangsung fase kedua dimana kelenjar getah bening dan limpa tempat replikasi virus dan terjadi destruksi jaringan secara terus menerus
Selama periode ini sistem imun masih dpt mengendalikan sbgn besar infeksi dan fase ini disebut dg fase laten, fase laten, pd saat ini hanya sdkt virus yg diproduksi dan seba gian besar sel T dlm darah tdk mengandung virus
Walaupun demikian destruksi sel T dlm jaringan limfoid terus terus berlang sung shg jumlah sel T makin lama makin menurun
Jumlah sel T dlm jaringan limfoid 90% dr total sel T dlm tubuh Pd awalnya sel T dlm darah perifer yg dirusak oleh virus HIV dg cepat digan ti dg
sel baru , ttp karena destruksi sel oleh virus HIV yg terus ber replikasi dan meng infeksi sel baru selama masa laten akan menurunkan jumlah sel T dlm darah tepi
Selama masa kronik progresif, respons imun thdp infeksi lain akan merangsang produksi HIV dan mempercepat destruksi sel T
Sljtnya penyakit menjadi progresif dan mencapai fase lethal yg disebut AIDS, pd saat mana destruksi sel T dlm jaringan limfoid perifer lengkap dan jumlah sel T dlm darah tepi menurun hingga < 200 sel/mm3
Viremia meningkat drastis krn replikasi virus ditempat lain tdk terbendung lagi Pasien menderita infeksi oportunistik, cahexia, keganasan, dan degenerasi susun an
saraf pusat, akibat kehilangan sel Th
Repons antibodi thdp berbagai antigen virus HV dpt dideteksi dlm waktu setelah infeksi & mencapai puncaknya pd mgg ke 12
Ag HIV yg paling imunogenik adalah glikoprotein envelop yaitu gp120 dan gp41, shg anti-gp120 dan anti-gp41 dgn titer tinggi dpt dijumpai dlm darah sbgn besar penderita
Antibodi lain adalah anti-p24 Pd mereka yang menunjukkan antibodi positif dg metode ELISA diperlu kan
pemeriksaan konfirmasi dg metode Western Blott Jumlah CD8+ spesifik thdp HIV meningkat Pengukuran jumlah sel T CD4+ dan rasio CD4+/CD8+ merupakan cara terbaik
untuk memantau perjalanan penyakit 12 mgg paska infeksi, viremia berkurang hingga titernya sangat rendah &
hanya dpt dideteksi dgn PCR, hal ini dpt bertahan sampai bertahun tahun Selama masa laten jumlah sel CD4+ secara perlahan tapi pasti menurun akibat
replikasi virus & gangguan pembentukan sel T baru Bila jumlah CD4+ mencapai kritis <200sel/ul, jumlah viremia sangat tinggi
Diagnosis LaboratoriumDiagnosis Laboratorium
Pola perubahan jumlah sel T CDPola perubahan jumlah sel T CD4 4 dan titer Viremiadan titer ViremiaPola perubahan jumlah sel T CDPola perubahan jumlah sel T CD4 4 dan titer Viremiadan titer Viremia
MingguMinggu TahunTahun
ViremiaViremia
Sel T-CDSel T-CD4+4+
Ab gp41Ab gp41Ag p24Ag p24 Ab p24Ab p24
Kemunculan Antigen dan Antibodi selama infeksi HIVKemunculan Antigen dan Antibodi selama infeksi HIV
waktu
TTiittee r r
rreellaattiiff
ThTh
Th1Th1
Thinducer
Thinducer Th2Th2
TcTcSel BSel B
Sel Sel sasaransasaranSel Sel sasaransasaran AntibodiAntibodiAntibodiAntibodi
TsTs
APCAPC
TdhTdh
MakrofagMakrofagMakrofagMakrofag
Interaksi Sub Populasi Limfosit
Flu burungFlu burung
Pemeriksaan Pemeriksaan : PCR ELISA Blotting
Uji serologi utk infeksi virus lainnyaUji serologi utk infeksi virus lainnya :
- Virus Herpes simpleks tipe 1 dan 2Virus Herpes simpleks tipe 1 dan 2- Herpesvirus manusia tipe 8Herpesvirus manusia tipe 8- Virus zoosterVirus zooster- SitomegalovirusSitomegalovirus- Virus Epstein-BarrVirus Epstein-Barr- Virus RubellaVirus Rubella- ParvovirusParvovirus- Virus T-limfotropik manusia tipe 1Virus T-limfotropik manusia tipe 1
Uji serologik utk Diagnosis infeksi parasit
Organisme Jenis uji
Entamoeba histolytica Hemaglutinasi tidak langsung
Counterimmunoelectrophoresis
Enzyme immunoassay
Toksoplasma gondii Immunofluorosensi tidak langsung
Enzyme Immunoassay
Sistersirkosis Hemaglutinasi tidak langsung
Enzyme Immunoassay
Toksocara Sp Enzyme Immunoassay
Trichinella spiralis Flokulasi bentonit
Enzyme Immunoassay