SEROLOGI

59
dr. Zulfian SpPK dr. Zulfian SpPK FAKULTAS KEDOKTERAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI UNIVERSITAS MALAHAYATI

description

serologi ( hematologi)

Transcript of SEROLOGI

Page 1: SEROLOGI

dr. Zulfian SpPKdr. Zulfian SpPK

FAKULTAS KEDOKTERANFAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS UNIVERSITAS MALAHAYATIMALAHAYATI

Page 2: SEROLOGI

Imunology : ilmu yang mempelajari tentang kekebalanImunology : ilmu yang mempelajari tentang kekebalantubuhtubuh

Serologi : cabang ilmu kedokteran yang mempelajariSerologi : cabang ilmu kedokteran yang mempelajarireaksi Ag dan Ab untuk mendeteksi suatu subsituentreaksi Ag dan Ab untuk mendeteksi suatu subsituent

dalam tubuh manusiadalam tubuh manusia

Tujuan : Imunodiagnostik Tujuan : Imunodiagnostik Tujuan : Imunodiagnostik Tujuan : Imunodiagnostik

Fungsi imunologiFungsi imunologi

Menunjang diagnostik penyakitMenunjang diagnostik penyakitdan atau tanpa latar belakang dan atau tanpa latar belakang

reaksi imunologikreaksi imunologik

Page 3: SEROLOGI

Pemeriksaan imunoserologiPemeriksaan imunoserologi

Demam tifoid Infeksi gonokokus

Streptokokus

Sifilis

DHF / Virus lainnya

Hepatitis virus

Petanda Tumor Parasit

HIV

Page 4: SEROLOGI

Demam tifoidDemam tifoidDemam tifoidDemam tifoid• Dahulu, utk menentukan penyebab demam setiap penderita dilakukan uji

serologik utk mendeteksi febrile aglutinin • Krn penyebab demam tidak diketahui maka diperiksalah Ag dan Ab seka

ligus• Dengan bertambahnya pengetahuan mengenai identifikasi, isolasi mikro

organisme sebagai penyebab, demam uji serologi dilakukan secara selektif• Khusus untuk Tifoid dilakukan pemeriksaan reaksi Widal • Dinegara maju pemeriksaan Widal sudah mulai ditinggalkan karena :

pemeriksaan ini kurang spesifik Insidens demam tifoid sudah berkurang Digunakan cara lain yang lebih spesifik dan sensitif

• Di Indonesia pemeriksaan ini masih banyak dilakukan walaupun ada keterbatasan Daerah endemis nilai normal titer 1/80 atau 1/160 Vaksinasi titer meningkat Adanya reaksi silang Positif palsu pada penderita reumatoid faktor Bl penderita diberikan antibiotika sebelumnya akibatnya titer tidak me

nunjukkan kenaikan Pemeriksaan terbaik adalah pemeriksaan kultur dar spesimen darah, feses

atau urin.

• Dahulu, utk menentukan penyebab demam setiap penderita dilakukan uji serologik utk mendeteksi febrile aglutinin

• Krn penyebab demam tidak diketahui maka diperiksalah Ag dan Ab seka ligus

• Dengan bertambahnya pengetahuan mengenai identifikasi, isolasi mikro organisme sebagai penyebab, demam uji serologi dilakukan secara selektif

• Khusus untuk Tifoid dilakukan pemeriksaan reaksi Widal • Dinegara maju pemeriksaan Widal sudah mulai ditinggalkan karena :

pemeriksaan ini kurang spesifik Insidens demam tifoid sudah berkurang Digunakan cara lain yang lebih spesifik dan sensitif

• Di Indonesia pemeriksaan ini masih banyak dilakukan walaupun ada keterbatasan Daerah endemis nilai normal titer 1/80 atau 1/160 Vaksinasi titer meningkat Adanya reaksi silang Positif palsu pada penderita reumatoid faktor Bl penderita diberikan antibiotika sebelumnya akibatnya titer tidak me

nunjukkan kenaikan Pemeriksaan terbaik adalah pemeriksaan kultur dar spesimen darah, feses

atau urin.

Page 5: SEROLOGI
Page 6: SEROLOGI
Page 7: SEROLOGI
Page 8: SEROLOGI

Salmonella• Antigen Salmonella :

– Antigen O (somatik) diagnosis– Antigen Vi carrier– Antigen H (flagella) B– Berdasarkan antigen O (somatik) ada

17 serotipe, secara klinis yg ptg 5 (A,B,C,D,E)

• Antigen Salmonella :– Antigen O (somatik) diagnosis– Antigen Vi carrier– Antigen H (flagella) B– Berdasarkan antigen O (somatik) ada

17 serotipe, secara klinis yg ptg 5 (A,B,C,D,E)

Page 9: SEROLOGI

• Serotipe yg dipakai pada tes Widal :Serotipe yg dipakai pada tes Widal :– Gol. A Gol. A S Paratifi A S Paratifi A– Gol. B Gol. B S Paratifi B S Paratifi B– Gol. C Gol. C S Paratifi C S Paratifi C– Gol. D Gol. D S Tifi D S Tifi D

• Metoda Metoda aglutinasi : aglutinasi :– TabungTabung– LateksLateks– HemaglutinasiHemaglutinasi

Page 10: SEROLOGI

Hasil (+ ) bila:Hasil (+ ) bila:

• Titer > 1/160 infeksi akut• Pe ↑ titer 4 X pada uji ganda

infeksi akut• 50% penderita titer aglutinin ↑

pada akhir minggu I• 90% penderita titer aglutinin ↑

pada minggu IV• Titer O puncak : minggu 3-6

hilang setelah 12 bulan• Titer H bisa negatif, atau (+)

menetap sampai bbrp thn

Page 11: SEROLOGI

Yg lbh spesifik/sensitif :Yg lbh spesifik/sensitif :ELISAELISA

• deteksi IgM/IgG thdp S typhideteksi IgM/IgG thdp S typhiDOT EIA (Dot Enzyme Immnunosorbont Assay)DOT EIA (Dot Enzyme Immnunosorbont Assay)

• Deteksi antibody S TyphiDeteksi antibody S Typhi• Tdk ada reaksi silang dg Salmonelosis bukan tifoidTdk ada reaksi silang dg Salmonelosis bukan tifoid

Aglutinasi lateks Aglutinasi lateks • Tehnik aglutinasi menggunakan IgM Salmonella O-9Tehnik aglutinasi menggunakan IgM Salmonella O-9

PCR (Polimerase Chain Reaction)PCR (Polimerase Chain Reaction)• Tehnik hibridasi asam nukleat atau amplikasi DNATehnik hibridasi asam nukleat atau amplikasi DNA

Tubex TFTubex TF• Deteksi antibodi IgM spesifik Salmonella typhi dlm serum Deteksi antibodi IgM spesifik Salmonella typhi dlm serum

dengan menggunakan dengan menggunakan inhibition magnetic binding inhibition magnetic binding immunoassayimmunoassay menggunakanmenggunakan V-shape V-shape Reaction WellsReaction Wells

• Solusi deteksi dini demam tifoidSolusi deteksi dini demam tifoid

Page 12: SEROLOGI

Uji serologi pd SifilisUji serologi pd Sifilis

Diagnosis sifilis sulit ditegakkan dengan menemukan Diagnosis sifilis sulit ditegakkan dengan menemukan mikroorganisme T. pallidum pd lesi primer maupun mikroorganisme T. pallidum pd lesi primer maupun skunder, karena penderita datang pada stadium lanjutskunder, karena penderita datang pada stadium lanjut

Oleh karena itu uji serologi amat penting : krnOleh karena itu uji serologi amat penting : krn cara utama menunjang diagnosiscara utama menunjang diagnosis sebagai pedoman terapisebagai pedoman terapi

Hasil uji serologi tergantung pada stadium penyakit Hasil uji serologi tergantung pada stadium penyakit dan cara peng-ujian yang dipakaidan cara peng-ujian yang dipakai

Pd awal infeksi atau Pd awal infeksi atau stadium sifilis primerstadium sifilis primer ditemukan ditemukan bakteri :bakteri : T. pallidum T. pallidum pada pada chancrechancre uji serologi non- uji serologi non-reaktif; hasil reaktif (positif) 1-4 mgg setelah reaktif; hasil reaktif (positif) 1-4 mgg setelah timbulnya chancretimbulnya chancre

Pada Pada sifilis skundersifilis skunder uji serologi menunjukkan hasil uji serologi menunjukkan hasil reaktif (positif) dgn titer yg terus meningkatreaktif (positif) dgn titer yg terus meningkat

Sifilis skunder yg tidak diobati akan berlanjut menjadi Sifilis skunder yg tidak diobati akan berlanjut menjadi sifilis latensifilis laten, , pd stadium ini tdk memperlihatkan gejala pd stadium ini tdk memperlihatkan gejala klinik, diagnosis ditegakkan ha nya dgn uji serologi yg klinik, diagnosis ditegakkan ha nya dgn uji serologi yg menghasilkan reaksi positifmenghasilkan reaksi positif

Page 13: SEROLOGI

Treponema pallidumTreponema pallidum

Page 14: SEROLOGI

Infeksi SifilisInfeksi Sifilis( Treponema pallidum)( Treponema pallidum)

Reiter Protein Complement Fixation TestReiter Protein Complement Fixation Test

Treponema Pallidum Immobilization TestTreponema Pallidum Immobilization Test

Treponema Palidum Hemaglutination AssayTreponema Palidum Hemaglutination Assay

Fluorescence Treponemal Antibody AbsorptionFluorescence Treponemal Antibody Absorption

VDRLVDRLVenereal Disease Research Laboratories.Venereal Disease Research Laboratories.

RPRRPRRapid Plasma Reagin.Rapid Plasma Reagin.

Wasserman atau KolmerWasserman atau Kolmer

Ab treponemalAb treponemal AbAb non-treponemal non-treponemal

Page 15: SEROLOGI

Pemeriksaan Serologi :Pemeriksaan Serologi :

TPITPI Cara yg pertama sekali dikembangkan Menggunakan T pallidum hidup Sudah ditinggalkan

TPHATPHA Menggunakan ekstrak T Pallidum yg dileMenggunakan ekstrak T Pallidum yg dile katkan pd permukaan eritrosit direakkatkan pd permukaan eritrosit direak sikan dgn serum penderitasikan dgn serum penderita Adanya agluitinasi Adanya agluitinasi adanya antibodi adanya antibodi treponemal dlm darah penderitatreponemal dlm darah penderita Thdp Sifilis primer kurang sensitif dibanThdp Sifilis primer kurang sensitif diban dingkan dgn FTA-Abs; ttp thdp sifilisdingkan dgn FTA-Abs; ttp thdp sifilis laten keduanya sama sensitiflaten keduanya sama sensitif Peralatan sederhana sehingga dipaPeralatan sederhana sehingga dipa kai sebagi ujisaring yg spesifikkai sebagi ujisaring yg spesifik

Treponemal

FTA-AbsFTA-Abso Menggunakan strain T Pallidum tidak hidup tetapi masih mempunyai sifat antigeniko Paling sensitif dan spesifik terutama pada sifilis primero Menggunakan mikroskop cahaya ultravioleto Menggunakan reagensia yang mahal

Page 16: SEROLOGI

WassermannWassermann Cara Fiksasi komplemen Menggunakan ekstrak hati bayi, baru mati krn disifilis kongenital Ekstrak tsb mgdg Ag sifilis

Uji Non-treponemal sering dilakukan dgn flokulasi atau aglutinasi misalnya VLDR dan RPR atau fikasasi komplemen menurut Kolmer Dpt dilaporkan secra semikuantitatif yaitu dgn pengenceran tertinggi yg masih memberikan hasil positif VDRL sangat sesuai sebgi penyaring pd persangkaan sifilis primer dan sifilis sekunder

KolmerKolmer Cara Fiksasi komplemen Mengganti ekstrak hati bayi,dgn ja ringan lain yaitu :

- kardiolipin- lesitin- kolesterol

Perbandingan tertentu

Non-TreponemalNon-Treponemal

Page 17: SEROLOGI

Uji serologik sebaiknya dimulai dari pemeriksaan non-treponemal Uji serologik sebaiknya dimulai dari pemeriksaan non-treponemal misal nya VDRL atau RPRmisal nya VDRL atau RPR

Bl VDRL atau RPR negatif (non-reaktif) dan pd pengulangan tetap Bl VDRL atau RPR negatif (non-reaktif) dan pd pengulangan tetap non -reaktif besar kemungkinan penderita tdk menderita sifilisnon -reaktif besar kemungkinan penderita tdk menderita sifilis

Bl secara klinik ada dugaan kuat Bl secara klinik ada dugaan kuat sifilis latensifilis laten atau atau sifilis lanjutsifilis lanjut lakukan pemeriksaan TPHA, FTA Abs, atau TPI, krn hasil lakukan pemeriksaan TPHA, FTA Abs, atau TPI, krn hasil pemeriksaan serologi sering memperlihatkan negatif palsupemeriksaan serologi sering memperlihatkan negatif palsu

Bl hasli pemeriksaan menjukkan negatif lemah dilakukan Bl hasli pemeriksaan menjukkan negatif lemah dilakukan pengujian ulang utk menyingkirkan negatif palsupengujian ulang utk menyingkirkan negatif palsu

Hasil positif palsu biasanya akan menjadi negatif pd pemeriksan Hasil positif palsu biasanya akan menjadi negatif pd pemeriksan ulangulang

Utk kasusUtk kasus22 yg meragukan hendaknya dilakukan pemeriksaan yg meragukan hendaknya dilakukan pemeriksaan secara ber ulang secara ber ulang

VDRL dan RPR lebih cepat meningkat sesuai dg perjalanan VDRL dan RPR lebih cepat meningkat sesuai dg perjalanan penyakit & lebih cepat menjadi negatif setelah pengobatan maka penyakit & lebih cepat menjadi negatif setelah pengobatan maka uji VDRL kuantitatif shg ber manfaat utk menentukan status uji VDRL kuantitatif shg ber manfaat utk menentukan status penyakit atau memantau hasil terapipenyakit atau memantau hasil terapi

Pada kasus sifilis primer titer Ab tdk terlalu tinggi, kasus sifilis Pada kasus sifilis primer titer Ab tdk terlalu tinggi, kasus sifilis sekunder titer Ab biasanya lebih tinggisekunder titer Ab biasanya lebih tinggi

Penurunan titer indikasi keberhasilan terapi, bl setelah 6 bln Penurunan titer indikasi keberhasilan terapi, bl setelah 6 bln terjadi peningkatan kembali terjadi terjadi peningkatan kembali terjadi reinfeksi reinfeksi atau atau relaps relaps

Pd sifilis laten walaupun pengobatan adekuat tidak menurunkan Pd sifilis laten walaupun pengobatan adekuat tidak menurunkan titer antibodititer antibodi

Page 18: SEROLOGI

► Uji serologi pada sifilis kongenital Uji serologi pada sifilis kongenital sulit di tafsirkan karena Antibodi sulit di tafsirkan karena Antibodi Ig dari Ibu dapat menembus Ig dari Ibu dapat menembus plasenta sehingga hasilnya selalu plasenta sehingga hasilnya selalu positif, baik treponemal maupun positif, baik treponemal maupun non-treponemalnon-treponemal

► Semua neonatus menunjukkan Semua neonatus menunjukkan hasil postif hendaknya dilakukan hasil postif hendaknya dilakukan pemeriksaan ulang pemeriksaan ulang

► Antibodi yg berasal dari ibu akan Antibodi yg berasal dari ibu akan hilang 6 sampai 12 bulan , namun hilang 6 sampai 12 bulan , namun bila bila pemerik saan serial bila bila pemerik saan serial titernya terus meningkat titernya terus meningkat kemungkinan terja di infeksi kemungkinan terja di infeksi transplasental transplasental dilakukan dilakukan pemeriksaan IgM utk memperkuat pemeriksaan IgM utk memperkuat diagnosisdiagnosis

► Beberapa infeksi non-treponemal Beberapa infeksi non-treponemal misalnya misalnya T pertenue & T careteum T pertenue & T careteum secara serogik tidak dapat secara serogik tidak dapat dibedakan dibedakan

► Uji serologi pada sifilis kongenital Uji serologi pada sifilis kongenital sulit di tafsirkan karena Antibodi sulit di tafsirkan karena Antibodi Ig dari Ibu dapat menembus Ig dari Ibu dapat menembus plasenta sehingga hasilnya selalu plasenta sehingga hasilnya selalu positif, baik treponemal maupun positif, baik treponemal maupun non-treponemalnon-treponemal

► Semua neonatus menunjukkan Semua neonatus menunjukkan hasil postif hendaknya dilakukan hasil postif hendaknya dilakukan pemeriksaan ulang pemeriksaan ulang

► Antibodi yg berasal dari ibu akan Antibodi yg berasal dari ibu akan hilang 6 sampai 12 bulan , namun hilang 6 sampai 12 bulan , namun bila bila pemerik saan serial bila bila pemerik saan serial titernya terus meningkat titernya terus meningkat kemungkinan terja di infeksi kemungkinan terja di infeksi transplasental transplasental dilakukan dilakukan pemeriksaan IgM utk memperkuat pemeriksaan IgM utk memperkuat diagnosisdiagnosis

► Beberapa infeksi non-treponemal Beberapa infeksi non-treponemal misalnya misalnya T pertenue & T careteum T pertenue & T careteum secara serogik tidak dapat secara serogik tidak dapat dibedakan dibedakan

Page 19: SEROLOGI

Penyakit treponema nonvenereal

• Frambusia (T pertenue)

• Patek (T caratenum)

Pemeriksaan secara serologis tidak (belum) dapat dibedakan dgn sifilis.

Page 20: SEROLOGI

Tes VDRLTes VDRL

Page 21: SEROLOGI

Uji Serologi terhadap Uji Serologi terhadap ββ Streptokokus Streptokokus

Beta hemolitik streptokokus menghasilkan beberapa jenis antigen : Ag Streptolisin O yg dibentuk oleh Grup A menyebabkan hemolisis Streptokinase mengkatalisis perubahan plasminogen menjadi plasmin Enzim2 : - De-oksi-ribonuklease B - Hialuronidase

Setiap Ag menyebabkan pembentukkan antibodi pd tubuh manusia Ag yang penting dalam klinis adalah Streptolisin O yaitu Ag menyebab

kan timbulnya antibodi thdp streptolisin O dalam darah dis : ASTO (Anti ASTO (Anti Streptolisin O )Streptolisin O )

ASTO dapat menyebabkan Demam rematik Kelainan katup jantung Glomerulonefritis akut Eritrema nodusum dll

Pemeriksaan ASTO utk menentukan apakah penyakit diatas oleh karena infeksi paska infeksi streptokokus atau bukan, hal ini perlu diperhatikan utk pertimbangan terapi

Page 22: SEROLOGI

Ag Streptolisin OAg Streptolisin ODemam reumatikDemam reumatik

Kelainan katup Jantung Kelainan katup Jantung

Eritema NodusumEritema Nodusum

D l l D l l

Glomerulonefritis AkutGlomerulonefritis AkutAb Streptolisin OAb Streptolisin O(ASTO)(ASTO)

Terjadinya ggn organTerjadinya ggn organ

Page 23: SEROLOGI
Page 24: SEROLOGI

BetaBetahemolitikhemolitik

Page 25: SEROLOGI

In

feks

iIn

feks

iSt

rept

okok

us

Stre

ptok

okus

==in

feks

i um

um

infe

ksi u

mum

Org dewasa < 125 UIOrg dewasa < 125 UI

AnakAnak22 < 200 UI < 200 UI

Infeksi Streptokokus > 200 UIInfeksi Streptokokus > 200 UI

Demam reumatikDemam reumatik& GNA& GNA

(non-supuratif)(non-supuratif) > 350 UI> 350 UI

Setiap orang mempunyai Setiap orang mempunyai anti bodi thdpanti bodi thdp

Ag streptolisin O (ASTO)Ag streptolisin O (ASTO)dalam darahnyadalam darahnya

Setiap orang mempunyai Setiap orang mempunyai anti bodi thdpanti bodi thdp

Ag streptolisin O (ASTO)Ag streptolisin O (ASTO)dalam darahnyadalam darahnya

Page 26: SEROLOGI

Hal-hal yg kurang menguntungkan dari penetapan ASTO

Hal-hal yg kurang menguntungkan dari penetapan ASTO

• Strep O pada infeksi kulit kurang imunogenik jrg ditemukan antibodi.

• Hasil (+) palsu :– Penyakit hati– Pencemaran oleh bakteri lain yg dapat menetralkan

reaksi hemolitik, atau oksidasi genus strep O shg tdk dapat melisiskan eritrosit.

• Strep O pada infeksi kulit kurang imunogenik jrg ditemukan antibodi.

• Hasil (+) palsu :– Penyakit hati– Pencemaran oleh bakteri lain yg dapat menetralkan

reaksi hemolitik, atau oksidasi genus strep O shg tdk dapat melisiskan eritrosit.

Page 27: SEROLOGI

• D/ pasti : isolasi dan identifikasi gonokokus dari spesimen.

• Media : Thayer-Martin sulit :– Mencari spesimen yg memenuhi syarat– Hambatan pertumbuhan oleh faktor intrinsik/ekstrinsik (antibiotika)

Perlu uji serologik deteksi anti-gonokokus sulit, karena banyak sekali komponen mikroorganisme yg imunogenik reaksi silang

Uji Serologik pada infeksi gonokokus

Page 28: SEROLOGI
Page 29: SEROLOGI
Page 30: SEROLOGI

• Pada infeksi gonokokus, terjadi respons imun primer (seluler dan humoral) ttp tidak dapat mencegah reinfeksi (tdk bersifat protektif).

• Respons imun seluler dinyatakan dgn transformasi blast in vitro, bila dirangsang dgn antigen gonokokus, ttp hanya berlangsung sebentar. Setelah terapi adekuat akan menghilang dalam 5 minggu.

Page 31: SEROLOGI

• Respons imun humoral dinyatakan dgn terbentuknya :– Antibodi dgn aktivitas bakterisidal– Opsonin

Antibodi gonokokus sering mengalami reaksi silang dgn antibodi N meningitidis.

Page 32: SEROLOGI

Uji serologik GonokokusUji serologik GonokokusUji serologik GonokokusUji serologik Gonokokus

• IgA dan sIgA : dalam sekret uretra dijumpai sejak hari I timbul gejala

• Antigonokokus IgA, IgG dan IgM (+) pada serum penderita, ttp nilai diagnostiknya kecil.

• Antigen spesifik : pili, protein filamen pada permukaan gonokokus yg meningkatkan kemampuan menginfeksi karena menempel pada permukaan sel epitel, dan sangat imunogenik.

• Terdapatnya antibodi thd pili dapat dipakai sbg indikator infeksi gonokokus.

Page 33: SEROLOGI

• Deteksi Ab : RIA dan ELISA

• Deteksi antigen : koaglutinasi, menggunakan stafilokokus aureus yg mempunyai protein A pd permukaannya. Protein A dapat mengikat fragmen Fc anti-go nokokus dgn mikro organisme yg diperoleh dari biakan spesimen, menunjukkan bahwa dalam spesimen tdp gonokokus.

Page 34: SEROLOGI

Uji Serologik Hepatitis VirusUji Serologik Hepatitis VirusUji Serologik Hepatitis VirusUji Serologik Hepatitis Virus

o Saat ini diketahui beberapa jenis virus sebagai penyebabSaat ini diketahui beberapa jenis virus sebagai penyebab hepatitishepatitis yang masing yang masing22 berbeda cara berbeda cara penularanpenularan dan dan replikasinyareplikasinya

o Jenis virus yang sudah diketahui sebagai penyebab hepatitis Jenis virus yang sudah diketahui sebagai penyebab hepatitis adalah :adalah : Virus hepatitis A (VHA)Virus hepatitis A (VHA) Virus hepatitis B (VHB)Virus hepatitis B (VHB) Virus hepatitis C (VHC)Virus hepatitis C (VHC) Virus hepatitis D (VHD)Virus hepatitis D (VHD) Virus hepatitis E (VHE)Virus hepatitis E (VHE) Virus hepatitis G (VHG)Virus hepatitis G (VHG) Virus hepatitis GB (VHGB-A, VGB-B dan VGB-C)Virus hepatitis GB (VHGB-A, VGB-B dan VGB-C)

o Gejala klinis yg disebabkan oleh setiap virus dapat berbeda tgtg Gejala klinis yg disebabkan oleh setiap virus dapat berbeda tgtg berat nya kerusakan hati; mulai dari tanpa gejala sampai berat nya kerusakan hati; mulai dari tanpa gejala sampai hingga hepatitis fulminan disertai gangguan hati berat sampai hingga hepatitis fulminan disertai gangguan hati berat sampai berakibat fatalberakibat fatal

Page 35: SEROLOGI

Hepatitis AHepatitis A

IgMIgM

42 6 8 10 12

IgGIgG

• Virus atau partikelnya dapat ditemukan dalam tinja 2-3 minggu sebelum gejala timbul hingga 21-35 hari setelah timbul ikterus yg

dapat dilihat dengan mikroskop elektron khususnya imuno imuno electron microscopy, electron microscopy, sedangkan dalam jaringan biopsi hati virus dapat dite mukan den imunofluorosensi

•Berbagai cara sederhana telah dilakukan misalnya dengan RIARIA atau ELISAELISA namun manfaatnya tdk banyak karena virus banyak dilepas kan ke-dalam tinja sebelum gejala muncul

• Pemeriksaan yang terbaik dalam situasi ini adalah dgn RIA atau ELISA untuk mendeteksi anti-HAV-IgManti-HAV-IgM

kadar

Page 36: SEROLOGI

Virus Hepatitis B (VHB) merupakan virus DNA, suatu prototipe virus yg termasuk keluarga Hepadnaviridae

Virus ini memiliki DNA yang berupa untaian tunggal (single stranded DNA) dan DNA polymerase endogen yg berfungsi menghasilkan untaian ganda (duoble stranded, ds strand DNA)

Virion lengkap VHB terdiri dari suatu struktur berlapis ganda dgn diameter keseluruhan 42 nm :

• Bagian inti sebelah dalam (inner core) 28 nm disebut Ag core (HBcAg)

• Dilapisi oleh envelope tebalnya 7 nm mengandung dsDNA (HBeAg)

• Bagian envelope yang mengelilingi core terdiri dari atas kompleks dgn sifat biokimia yg heterogen, berbeda dgn Ag core disebut antigen permukaan vi rus B (HBsAg)

HBsAg diproduksi dlm jumlah banyak oleh sel hepar yg terinfeksi virus dan dilepaskan kedlm darah sbg partikel bulat berukuran 17-25 nm (rata2 20 nm) dan sebagai partikel tubular panjangnya 100-200 nm

Hepatitis B Hepatitis B

Page 37: SEROLOGI
Page 38: SEROLOGI

Setiap bagian dari komponen virus akan menyebabkan adanya antibodi dlm darah manusia HBsAg HBsAb HBcAg HBcAb HBeAg HBeAb

Keberadaan anti-HBsAg (HBsAb) dlm sirkulasi melindungi seseorang infeksi dgn VHB

HBsAg mempunyai 4 tipe : - adw - ayw- adr - ayr

Subtipe adw,ayw paling banyak dijumpai diseluruh dunia, kecuali Asia Tengga ra dan Timur Jauh

VHB dpt menyebbkan hepatitis akut, kronik, dan Ca hepatoseluler Menetapnya HBsAg selama lebih 6 bln merupakan indikasi pasien adalah :

Carrier HB kronik namun gambaran klinik berbeda Sebagian menunjukkan kelainan hati progresif, sbgn tdk menunjukkan tdk me

nunjukkan kelaianan, sebgn tdk menularkan ttp sbgn lain sangat infeksius Pd hepatitis kronik terjadi replikasi virus secara terus menerus ditandai dg adanya

HBeAg dlm darah Pd pengidap sehat dijumpai anti-HBeAg (HBeAb)

Page 39: SEROLOGI

JaundiceJaundice

TransaminaseTransaminase

HBeAg

Anti-HBcAg

Anti-HBsAg

HBsAg

window periode

konsentr asi

re latif

konsentr asi

re latif

4 8 12 16 28 32 36 52 10020 24

Petanda/Marker Serologi pd Hepatitis BPetanda/Marker Serologi pd Hepatitis BPetanda/Marker Serologi pd Hepatitis BPetanda/Marker Serologi pd Hepatitis B

Anti-HBeAg

Page 40: SEROLOGI

Uji Serologik pada Hepatitis Virus. Daftar petanda serologik hepatitis dan maknanya

Petanda MaknaHepatitis A : anti-VHA IgM

anti-VHA IgG

Hepatitis A akut

Imun thd hepatitis A

Hepatitis B : HBsAg

anti-HBc IgM

anti-HBc IgG

anti-HBs

HBeAg

anti-Hbe

DNA-VHB

Pengidap hepatitis B akut atau kronis

Hepatitis B akut (titer tinggi)

Hepatitis B kronik (titer rendah)

Pemaparan di masa lalu (HBsAg neg)

Hepatitis B kronik (HBsAg +)

Imun thd VHB

Hepatitis B akut, bila menetap berarti infeksi berkelanjutan

Konvalesen atau berkelanjutan

Infeksi berkelanjutan

Hepatitis Delta : anti-delta IgM

anti-delta IgG

Infeksi VHD kronik

Infeksi VHD yg telah lalu

Page 41: SEROLOGI

P Hepatitis yg sering dijumpai pasca transfusiP Secara klinik sama dgn Hepatitis B dgn perbedaan HCV lbh sering menjadi

kronikP Gambaran hepatosit yg terinfeksi HCV dgn Mikrosokop Elektron : gambaran

kompleks tubulus, silindris, serta membran, dan matriks protein yg bergelom bang. Kandungan (inklusi) sitoplasmik merupakan ciri infeksi HCV

P VHC akan merangsang pembentukkan thdp protein virus yg non-struktural disebut : Anti-HCV

P Anti-HCV akan muncul lama stlh infeksi, bahkan kadang2 baru muncul 16-24 mgg stlh peningkatan kadar enzim

P Infeksi akut akan sembuh sendiri, anti-HCV akan hilang dari sirkulasi, pd infeksi kro nik anti-HCV akan menetap dlm waktu yg lama dg kadar yg tinggi

P Berbeda dgn anti-HBs yg memberikan proteksi thd HVB, anti-HVC tdk memberika pro teksi thdp re-infeksi

P Sebagian besar penderita HVC akut tdk menumjukkan gejala dan sembuh sendiri

P Diduga respons imunseluler memegan peranan penting pd proses penyembuhan dg menyingkirkan sel hepatosit yg terinfeksi virus

Hepatitis C

Page 42: SEROLOGI

• Virus Hepatitis Delta (VHD) berukuran 35-37 nm, dan dpt dijumpai pd penderita hepatitis B– Utk melakukan replikasi VHD memerlukan bantuan VHB, shg

infeksi VHD terjadi ber sama2 dgn VHB atau pd pengidap HBV – Diagnosis ditegakkan dg pemeriksaan anti-HVD-IgM atau bl

pengukuran anti-HVD-IgD secara serial ada peningkatan sebanyk 4 kali

– Secara klinik sulit membedakan HBV akut dgn HDV akut yg berlangsung simultan

• Virus Hepatitis E (VHE) berukuran 27-34 nm– Virus ini sangat labil dan cepat rusak bl dibekukan dan

dicairkan (freeze-thawingfreeze-thawing) dan dlm suhu 4-8oC hanya tahan 3-5 hari

– Epidemiologi & klinik hampir sama dgn HVA, dgn perbedaan inkubasi selama 40 hari & pd fase prodromal disertai gatal2 dan nyeri sendi

– Gejala utama adalah kolestasis dg kadar bilirubin > 20 mg/dl. ALT (SGPT) jarang > 400IU/l

– Tes uji serologi utk VHE hanya dilakukan utk keperluan riset

Hepatitis D & E

Page 43: SEROLOGI

Linnen menemukan VHG Dalam waktu bersamaan ditemukan virus GB ( VGB-AVGB-B & VGB-C) Kedua jenis virus merupakan virus RNAtermasuk keluarga Flaviviridae Susunan kedua jenis virus ini mirip dgn susunan gen virus Hepatitis C Dari sub tipe GB hanya VGB-C yg dpt menyebabkab hepatitis pd manusia Virus Hepatitis G banyak dijumpai pd donor darah diseluruh dunia & penye

bab hepatitis paska transfusihepatitis akut maupun kronik RNA virus ditemukan dalam darah bersmaan dgn peningkatan enzim

SGPT & dpt menetap selama beberapa tahun (9 thn) setlh infeksi Dpt juga dijumpai pd paska-transplantasi Dpt menyebabkan viremia persisten

VGB di-isolasi pertama kali dari seorg dokter bedah dg inisial GB yg menun jukkan hepatitis dgn ikterus Serum pasien ini dpt menyebbkan hepatitis pd marmot Bbrp upaya tlh dilakukan utk mendeteksi virus dlm serum, misalnya dgn

PCR atau ELISA

Hepatitis G dan GB

Page 44: SEROLOGI

Membunuh

Aktifasi

Interferon dan sel NK

Induksiresistensi

Interferon

Sel resisten thd Virus

NK

Infeksi virus atauInfeksi virus atautransformasi neoplasmatransformasi neoplasma

Sel Jaringan

Page 45: SEROLOGI

Infeksi HIV dimulai dgn infeksi akut yg hanya dikendalikan oleh sebagian respons imun spesifik dan berlanjut menjadi infeksi kronik progresif pd jaring an limfoid perifer

Perjalanan penyakit dpt dipantau dg menghitung jumlah virus dlm serum atau menghitung jumlah sel T CD4+

Jaringan mukosa merupakan sel pertama yg terinfeksi, seljtnya masuk kedlm kelenjar getah bening dlm beberapa hari saja jumlah virus berliat ganda ba nyaknya dan menyebabkan viremia disertai dg sindrom akut HIV

Viremia menyebabkan virus menyebar keseluruh tubuh dan menginfeksi sel T, monosit dan makrofag dlm jaringan limfoid perifer

Sistem imun spesifik berupaya mengendalikan infeksi infeksi ditandai dg menu runnya kadar viraemia, walaupun masih dpt terdeteksi dgn pemeriksaan laboratorium

UJI SEROLOGI INFEKSI HIV

Page 46: SEROLOGI

Setelah infeksi akut, berlangsung fase kedua dimana kelenjar getah bening dan limpa tempat replikasi virus dan terjadi destruksi jaringan secara terus menerus

Selama periode ini sistem imun masih dpt mengendalikan sbgn besar infeksi dan fase ini disebut dg fase laten, fase laten, pd saat ini hanya sdkt virus yg diproduksi dan seba gian besar sel T dlm darah tdk mengandung virus

Walaupun demikian destruksi sel T dlm jaringan limfoid terus terus berlang sung shg jumlah sel T makin lama makin menurun

Jumlah sel T dlm jaringan limfoid 90% dr total sel T dlm tubuh Pd awalnya sel T dlm darah perifer yg dirusak oleh virus HIV dg cepat digan ti dg

sel baru , ttp karena destruksi sel oleh virus HIV yg terus ber replikasi dan meng infeksi sel baru selama masa laten akan menurunkan jumlah sel T dlm darah tepi

Selama masa kronik progresif, respons imun thdp infeksi lain akan merangsang produksi HIV dan mempercepat destruksi sel T

Sljtnya penyakit menjadi progresif dan mencapai fase lethal yg disebut AIDS, pd saat mana destruksi sel T dlm jaringan limfoid perifer lengkap dan jumlah sel T dlm darah tepi menurun hingga < 200 sel/mm3

Viremia meningkat drastis krn replikasi virus ditempat lain tdk terbendung lagi Pasien menderita infeksi oportunistik, cahexia, keganasan, dan degenerasi susun an

saraf pusat, akibat kehilangan sel Th

Page 47: SEROLOGI
Page 48: SEROLOGI

Repons antibodi thdp berbagai antigen virus HV dpt dideteksi dlm waktu setelah infeksi & mencapai puncaknya pd mgg ke 12

Ag HIV yg paling imunogenik adalah glikoprotein envelop yaitu gp120 dan gp41, shg anti-gp120 dan anti-gp41 dgn titer tinggi dpt dijumpai dlm darah sbgn besar penderita

Antibodi lain adalah anti-p24 Pd mereka yang menunjukkan antibodi positif dg metode ELISA diperlu kan

pemeriksaan konfirmasi dg metode Western Blott Jumlah CD8+ spesifik thdp HIV meningkat Pengukuran jumlah sel T CD4+ dan rasio CD4+/CD8+ merupakan cara terbaik

untuk memantau perjalanan penyakit 12 mgg paska infeksi, viremia berkurang hingga titernya sangat rendah &

hanya dpt dideteksi dgn PCR, hal ini dpt bertahan sampai bertahun tahun Selama masa laten jumlah sel CD4+ secara perlahan tapi pasti menurun akibat

replikasi virus & gangguan pembentukan sel T baru Bila jumlah CD4+ mencapai kritis <200sel/ul, jumlah viremia sangat tinggi

Diagnosis LaboratoriumDiagnosis Laboratorium

Page 49: SEROLOGI

Pola perubahan jumlah sel T CDPola perubahan jumlah sel T CD4 4 dan titer Viremiadan titer ViremiaPola perubahan jumlah sel T CDPola perubahan jumlah sel T CD4 4 dan titer Viremiadan titer Viremia

MingguMinggu TahunTahun

ViremiaViremia

Sel T-CDSel T-CD4+4+

Page 50: SEROLOGI

Ab gp41Ab gp41Ag p24Ag p24 Ab p24Ab p24

Kemunculan Antigen dan Antibodi selama infeksi HIVKemunculan Antigen dan Antibodi selama infeksi HIV

waktu

TTiittee r r

rreellaattiiff

Page 51: SEROLOGI

ThTh

Th1Th1

Thinducer

Thinducer Th2Th2

TcTcSel BSel B

Sel Sel sasaransasaranSel Sel sasaransasaran AntibodiAntibodiAntibodiAntibodi

TsTs

APCAPC

TdhTdh

MakrofagMakrofagMakrofagMakrofag

Interaksi Sub Populasi Limfosit

Page 52: SEROLOGI
Page 53: SEROLOGI
Page 54: SEROLOGI

Flu burungFlu burung

Page 55: SEROLOGI
Page 56: SEROLOGI
Page 57: SEROLOGI

Pemeriksaan Pemeriksaan : PCR ELISA Blotting

Page 58: SEROLOGI

Uji serologi utk infeksi virus lainnyaUji serologi utk infeksi virus lainnya :

- Virus Herpes simpleks tipe 1 dan 2Virus Herpes simpleks tipe 1 dan 2- Herpesvirus manusia tipe 8Herpesvirus manusia tipe 8- Virus zoosterVirus zooster- SitomegalovirusSitomegalovirus- Virus Epstein-BarrVirus Epstein-Barr- Virus RubellaVirus Rubella- ParvovirusParvovirus- Virus T-limfotropik manusia tipe 1Virus T-limfotropik manusia tipe 1

Page 59: SEROLOGI

Uji serologik utk Diagnosis infeksi parasit

Organisme Jenis uji

Entamoeba histolytica Hemaglutinasi tidak langsung

Counterimmunoelectrophoresis

Enzyme immunoassay

Toksoplasma gondii Immunofluorosensi tidak langsung

Enzyme Immunoassay

Sistersirkosis Hemaglutinasi tidak langsung

Enzyme Immunoassay

Toksocara Sp Enzyme Immunoassay

Trichinella spiralis Flokulasi bentonit

Enzyme Immunoassay