Seri Studi Kualitatif IPKM; Status Kesehatan Kabupaten Seram Bagian Barat: Benarkah Indikator...

download Seri Studi Kualitatif IPKM; Status Kesehatan Kabupaten Seram Bagian Barat: Benarkah Indikator Kesehatan Tidak Berubah karena Terbatasnya Alokasi APBD Kesehatan Semata?

of 263

description

Hasil Indeks Pembangunan Kesehatan Masyarakat (IPKM)menunjukkan hasil yang bervariasi di antara 497 Kabupaten/Kotadi Indonesia. Beberapa Kabupaten/Kota mengalami peningkatan ataupun penuruna nilai IPKM pada tahun 2013 ini dibandingkan dengan IPKM 2007. Sembilan buku seri ini akan menggambarkan secara lebih mendalam faktor-faktor yang berkaitan dengan penurunan ataupun peningkatan nilai IPKM yang berkaitan dengan kondisi sosial, ekonomi, budaya, maupun geografis wilayah Kabupaten/Kota. Buku ini diharapkan dapat memberikan semangat ataupun pemikiran yang inovatif bagi Kabupaten/Kota lokasi studi kualitatif dilakukan, dalam membangun kesehatan secara lebih terarah dan terpadu. Disamping itu, buku ini dapat memberikan suatu pembelajaran bagi Kabupaten/Kota lainnya dalam meningkatkan status kesehatan masyarakatnya.

Transcript of Seri Studi Kualitatif IPKM; Status Kesehatan Kabupaten Seram Bagian Barat: Benarkah Indikator...

  • PENERBIT PT KANISIUS

    Status Kesehatan Kabupaten Seram Bagian Barat:

    Benarkah Indikator Kesehatan Tidak Berubah karena Terbatasnya Alokasi APBD Kesehatan

    Semata?

    Lely IndrawatiRais YunarkoDwi Priyanto

    Karlina

  • Status Kesehatan Kabupaten Seram Bagian Barat:Benarkah Indikator Kesehatan Tidak Berubah karena Terbatasnya Alokasi APBD Kesehatan Semata?1015003042 2015 - PT Kanisius

    Penerbit PT Kanisius (Anggota IKAPI)Jl. Cempaka 9, Deresan, Caturtunggal, Depok, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta 55281, INDONESIAKotak Pos 1125/Yk, Yogyakarta 55011, INDONESIATelepon (0274) 588783, 565996; Fax (0274) 563349E-mail : [email protected] : www.kanisiusmedia.com

    Cetakan ke- 3 2 1Tahun 17 16 15

    Editor : Prof. dr. Agus Suwandono, MPH, Dr.PH Dr. Trihono, M.Sc Dr. Semiarto Aji Purwanto Atmarita, MPH., Dr.PHDesainer isi : Oktavianus Desainer sampul : Agung Dwi Laksono

    ISBN 978-979-21-4377-5

    Hak cipta dilindungi undang-undangDilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan cara apa pun, termasuk fotokopi, tanpa izin tertulis dari Penerbit.

  • Status Kesehatan Kabupaten Seram Bagian Barat iii

    DEWAN EDITORProf. dr. Agus Suwandono, MPH, Dr.PH guru besar pada Universitas Diponegoro Semarang, sekaligus Profesor Riset dari Badan Penelitian dan Pengembangan Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

    Dr. Trihono, M.Sc Ketua Komite Pendayagunaan Konsultan Kesehatan (KPKK), yang juga Ketua Majelis Tenaga Kesehatan Indonesia (MTKI), sekaligus konsultan Health Policy Unit Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

    Dr. Semiarto Aji Purwanto antropolog, Ketua Dewan Redaksi Jurnal Antropologi Universitas Indonesia, sekaligus pengajar pada Departemen Antropologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia di Jakarta.

    Atmarita, MPH., Dr.PH doktor yang expert di bidang gizi.

  • Status Kesehatan Kabupaten Seram Bagian Barativ

    UCAPAN TERIMA KASIH

    Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada International

    Development Research Centre, Ottawa, Canada, atas dukungan

    finansial yang diberikan untuk kegiatan pengembangan Indeks

    Pembangunan Kesehatan Masyarakat tahun 2013 dan studi

    kasus kualitatif gambaran peningkatan dan penurunan IPKM di

    Sembilan Kabupaten/Kota di Indonesia.

    This work was carried out with the aid of a grant from the

    International Development Research Centre, Ottawa, Canada.

  • Status Kesehatan Kabupaten Seram Bagian Barat v

    KATA PENGANTAR

    Assalamualaikum Wr. Wb.

    Puji syukur kepada Allah SWT selalu kami panjatkan, karena

    dengan rahmat dan karunia-Nya buku ini telah dapat diselesaikan

    dengan baik. Buku ini merupakan bagian dari sembilan buku seri

    hasil studi kualitatif di sembilan Kabupaten/Kota (Nagan Raya,

    Padang Sidempuan, Tojo Una-Una, Gunungkidul, Wakatobi,

    Murung Raya, Seram Bagian Barat, Lombok Barat, dan Tolikara)

    di Indonesia, sebagai tindak lanjut dari hasil Indeks Pembagunan

    Kesehatan Masyarakat.

    Hasil Indeks Pembangunan Kesehatan Masyarakat (IPKM)

    menunjukkan hasil yang bervariasi di antara 497 Kabupaten/Kota

    di Indonesia. Beberapa Kabupaten/Kota mengalami peningkatan

    ataupun penuruna nilai IPKM pada tahun 2013 ini dibandingkan

    dengan IPKM 2007. Sembilan buku seri ini akan menggambarkan

    secara lebih mendalam faktor-faktor yang berkaitan dengan

    penurunan ataupun peningkatan nilai IPKM yang berkaitan

    dengan kondisi sosial, ekonomi, budaya, maupun geografis

    wilayah Kabupaten/Kota. Buku ini diharapkan dapat memberikan

    semangat ataupun pemikiran yang inovatif bagi Kabupaten/Kota

    lokasi studi kualitatif dilakukan, dalam membangun kesehatan

    secara lebih terarah dan terpadu. Disamping itu, buku ini dapat

    memberikan suatu pembelajaran bagi Kabupaten/Kota lainnya

    dalam meningkatkan status kesehatan masyarakatnya.

    Penghargaan yang tinggi serta terima kasih yang tulus kami

    sampaikan atas semua dukungan dan keterlibatan yang optimal

    kepada tim penulis buku, International Development Research

  • Status Kesehatan Kabupaten Seram Bagian Baratvi

    Center (IDRC) Ottawa, Canada, peneliti Badan Litbangkes,

    para pakar di bidang kesehatan, serta semua pihak yang telah

    berpartisipasi dalam studi kualitatif dan penulisan buku ini. Kami

    sampaikan juga penghargaan yang tinggi kepada semua pihak di

    daerah Provinsi, Kabupaten/Kota sampai dengan tingkat Desa

    baik di sektor kesehatan maupun non-kesehatan serta anggota

    masyarakat, yang telah berpartisipasi aktif dalam studi kualitatif

    di sembilan Kabupaten/Kota.

    Kami menyadari masih banyak kekurangan dan kelemahan

    dari penyusunan buku ini, untuk itu akan menerima secara

    terbuka masukan dan saran yang dapat menjadikan buku ini

    lebih baik. Kami berharap buku ini selanjutnya dapat bermanfaat

    bagi upaya peningkatan pembangunan kesehatan masyarakat di

    Indonesia.

    Billahittaufiqwalhidayah, Wassalamualaikum Wr.Wb.

    Jakarta, Juli 2015

    Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

    Kementrian Kesehatan RI.

    Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama

    SpP (K)., MARS., DTM&H., DTCE.

  • Status Kesehatan Kabupaten Seram Bagian Barat vii

    DAFTAR ISI

    UCAPAN TERIMA KASIH ......................................................... iv

    KATA PENGANTAR .............................................................. v

    DAFTAR ISI .............................................................. vii

    DAFTAR TABEL .............................................................. xii

    DAFTAR GAMBAR .............................................................. xiii

    Pendahuluan .............................................................. 1

    Bab 1 Ada Apa dengan SBB ............................................ 3

    1.1 Gambaran Status Kesehatan Kabupaten SBB .. 4

    1.2 Tujuan Studi ..................................................... 7

    1.3 Metode Studi ................................................... 8

    Bab 2 Saka Mese Nusa SBB ............................................. 15

    2.1 Kondisi Wilayah Kabupaten

    Seram Bagian Barat .......................................... 15

    2.2 Rencana & Strategi (Renstra) Pembangunan

    Kese hat an Provinsi Maluku &

    Kabupaten Seram Bagian Barat ....................... 22

    2.3. Mekanisme Penentuan Prioritas Masalah

    dalam Rencana & Strategi Pembangunan

    Kesehatan Kabupaten SBB ............................... 26

    2.4 Alokasi Anggaran Kesehatan ............................ 28

    2.4 Situasi Masalah Kesehatan di Kabupaten SBB . 32

    2.4.1 Situasi Masalah Menurut Pemegang

    Program ................................................ 32

  • Status Kesehatan Kabupaten Seram Bagian Baratviii

    2.4.2 Masalah Kesehatan & Kerjasama

    Lintas Sektor .......................................... 34

    2.4.3 Masalah Kesehatan di Masyarakat ........ 35

    2.5 Komparasi Indeks Pembangunan Kesehatan

    Manusia (IPKM) & Data Rutin di

    Tahun 2007-2013 ............................................. 38

    2.5.1 Komparasi IPKM Kabupaten SBB

    tahun 2007 dan 2013 ............................ 39

    2.5.2 Komparasi Data Rutin Kabupaten SBB

    tahun 2007- 2013 .................................. 44

    Bab 3 Potensi Pertanian Di Tengah-Tengah Belitan

    Persoalan Gizi Balita ............................................... 49

    3.1 Sumber Daya (Organisasi ,Tenaga, Sarana &

    Prasarana) ........................................................ 50

    3.2 Perencanaan & Pembiayaan ............................ 53

    3.3. Prioritas Kebijakan ........................................... 56

    3.4 Pelaksanaan dan Pencatatan Pelaporan .......... 57

    3.4.1 Pelaksanaan Kegiatan Gizi Balita

    di Puskesmas Kairatu Barat ................... 61

    3.4.2 Pelaksanaan Kegiatan Gizi

    di Puskesmas Taniwel ............................ 67

    3.5 Peran Serta Masyarakat & Lintas Sektor .......... 71

    3.6 Dukungan Pendampingan & Monitoring

    Evaluasi Perencanaan & Anggaran yang

    Dibutuhkan ...................................................... 76

    3.7 Kesimpulan dan Saran ..................................... 78

    3.7.1 Kesimpulan ........................................... 78

    3.7.2 Saran dan Rekomendasi .................... 80

  • Status Kesehatan Kabupaten Seram Bagian Barat ix

    BAB 4 Polesan Wajah Pelayanan Kesehatan di SBB ......... 81

    4.1 Pelayanan Kesehatan di Provinsi Maluku ......... 82

    4.2 Pembangunan Kesehatan dengan

    Pendekatan Gugus Pulau ................................. 85

    4.3 Fasilitas Kesehatan di Kabupaten Seram

    Bagian Barat ..................................................... 91

    4.3.1 Rumah Sakit Umum .............................. 91

    4.3.2 Pusat Kesehatan Masyarakat ................ 93

    4.3.3 Upaya Kesehatan Bersumber

    Masyarakat (UKBM) .............................. 99

    4.4 Rasio Tenaga Kesehatan ................................... 102

    4.5 Persalinan oleh Tenaga Kesehatan ................... 109

    4.6 Kemitraan Dukun Bayi dan Bidan

    di Kecamatan Taniwel dan Kecamatan

    Kairatu Barat .................................................... 118

    4.7 Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) .......... 121

    4.8 Kesimpulan & Saran ................................... 124

    Bab 5 Keterlambatan Alkon Hingga Minimnya Anggaran

    Program .............................................................. 127

    5.I. Capaian Kesehatan Reproduksi

    di Provinsi Maluku ........................................... 127

    5.2. Kesehatan Reproduksi dan Indikatornya.......... 128

    5.3. Kesehatan Reproduksi di Kabupaten Seram

    Bagian Barat ..................................................... 129

    5.3.1. Kunjungan K4 pada ibu hamil ............... 130

    5.3.2. Kontrasepsi dengan MKJP pada PUS ..... 143

    5.3.3. KEK pada WUS ...................................... 153

  • Status Kesehatan Kabupaten Seram Bagian Baratx

    5.4 Kesimpulan & Saran ......................................... 156

    5.4.1 Kesimpulan ........................................... 157

    5.4.2 Saran/Rekomendasi .............................. 158

    Bab 6 Laku Sehat Masyarakat SBB .................................. 159

    6.1 Perilaku Kesehatan Masyarakat Seram

    Bagian Barat ..................................................... 160

    6.1.1 Peran Dinas Kesehatan Provinsi Maluku 166

    6.1.2 Faktor Lain yang Berpengaruh dalam

    Perilaku Kesehatan Masyarakat

    Kabupaten Seram Bagian Barat. ............ 171

    6.2 Perilaku Kesehatan di Kecamatan Kairatu Barat 176

    6.2.1 Etos Kerja .............................................. 181

    6.2.2 Masyarakat Kairatu Barat ...................... 184

    6.2.3 Akses Air di Kairatu Barat ...................... 186

    6.2.4 Kebiasaan Masyarakat Kairatu Barat

    dalam Hal Menggosok Gigi

    Dengan Benar ....................................... 189

    6.2.5 Kebiasaan Masyarakat Kairatu Barat

    dalam Hal Mencuci Tangan Dengan

    Sabun .................................................... 191

    6.2.6 Perilaku Merokok di Kairatu Barat ........ 192

    6.2.7 Kebiasaan Masyarakat Kairatu Barat

    dalam Hal BAB di Jamban ..................... 193

    6.2.8 Aktivitas Fisik Masyarakat Kairatu Barat 196

    6.3 Perilaku Kesehatan di Kecamatan Taniwel .199

    6.3.1 Masyarakat Taniwel............................... 200

    6.3.2 Akses Air di Taniwel ............................... 201

    6.3.3 Kebiasaan BAB di Jamban di Taniwel .... 202

    6.3.4 Aktivitas Fisik Masyarakat Taniwel ........ 202

  • Status Kesehatan Kabupaten Seram Bagian Barat xi

    6.3.5 PHBS Masyarakat Taniwel ..................... 203

    6.4 Peran Agama dalam Promosi Kesehatan di

    Kabupaten Seram Bagian Barat ....................... 203

    6.4.1 Peran Gereja ......................................... 205

    6.4.2 Peran Tokoh Islam ................................. 210

    6.5 Kesimpulan & Saran ......................................... 212

    6.5.1 Kesimpulan ............................................. 212

    6.5.2 Saran ....................................................... 213

    Penutup .............................................................. 215

    Daftar Pustaka .............................................................. 233

    Index .............................................................. 239

  • Status Kesehatan Kabupaten Seram Bagian Baratxii

    DAFTAR TABEL

    Tabel 4.1 RS Rujukan dalam Sistem Regionalisasi

    Rujukan Pulau ................................................... 88

    Tabel 4.2 Penetapan Puskesmas Pusat Gugus dan

    Puskesmas Satelit di Kabupaten SBB ................. 90

    Tabel 4.3 Jumlah Puskesmas Pembantu di Kabupaten

    SBB Menurut Kecamatan .................................. 96

    Tabel 4.4 Jumlah Desa dan Poskesdes/Polindes

    di Kabupaten SBB Menurut Kecamatan ............ 100

    Tabel 4.5 Rasio Dokter per Penduduk Kecamatan

    di Kabupaten SBB Tahun 2013 .......................... 106

    Tabel 4.6 Tenaga Dukun Bayi yang Tercata di Dinas

    Kesehatan Kabupaten SBB ................................ 112

    Tabel 5.1 IPKM Indikator Kesehatan Reproduksi Per

    Kabupaten di Provinsi Maluku Tahun 2013 ....... 128

    Tabel 5.2 Jumlah Bidan di Setiap Desa & Puskesmas di

    Kabupaten SBB Tahun 2013 .............................. 137

    Tabel 5.3 Kecenderungan Perbandingan Cakupan

    Penggunaan Teknik KB MKJP & Non MKJP di

    Kabupaten SBB .................................................. 146

  • Status Kesehatan Kabupaten Seram Bagian Barat xiii

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 1.1 Kecenderungan Persentase Penduduk

    Miskin Kab. SBB .......................................... 10

    Gambar 2.1 Wilayah administratif Kabupaten SBB ........ 17

    Gambar 2.2 Lapangan Pekerjaan Utama Penduduk SBB

    2007 & 2013 ............................................... 19

    Gambar 2.3 (atas) & 2.4 (bawah), Kecenderungan Luas

    Lahan Pertanian Berdasarkan Jenis

    Tanamannya di Tahun 2007 & 2013 ........... 20

    Gambar 2.5 Alur Perencanaan & Penganggaran ............ 28

    Gambar 2.6 Kecenderungan Prevalensi gizi balita balita

    berdasarkan IPKM 2007-2013 .................... 40

    Gambar 2.7 Kecenderungan Cakupan Kesehatan Balita

    Berdsarkan IPKM 2007 dibandingkan IPKM

    2013 ........................................................... 40

    Gambar 2.8 Perbandingan Cakupan & Prevalalensi

    Kesehatan Reproduksi di Kabupaten SBB &

    Provinsi Maluku .......................................... 41

    Gambar 2.9 Cakupan Sub Indeks Yankes Berdasarkan

    IPKM 2007 di Kabupaten SBB Terhadap

    IPKM Provinsi Maluku ................................ 42

    Gambar 2.10 Cakupan Sub Indeks Yankes Berdasarkan

    IPKM 2013 di Kabupaten SBB terhadap

    Provinsi Maluku .......................................... 43

    Gambar 2.11 Kecenderungan Perilaku Kesehatan

    berdasarkan IPKM 2007-2013 .................... 44

  • Status Kesehatan Kabupaten Seram Bagian Baratxiv

    Gambar 2.12 Kecenderungan Sub Indeks Kesehatan

    Balita Tahun 2007 & 2013 .......................... 45

    Gambar2.13 Cakupan Penggunaan MKJP & Pemeriksaan

    Ibu Hamil (K4) Tahun 2007 & 2013 ............. 46

    Gambar 2.14 Kecenderungan Cakupan Linakes &

    Penggunaan Askeskin di Kabupaten

    SBB 2007 & 2013 ........................................ 47

    Gambar 2.15 Kecenderungan Perilaku Hidup Bersih dan

    Sehat (PHBS) di Kabupaten SBB

    Tahun 2007 & 2013 .................................... 48

    Gambar 3.1 Bagan struktur Organisasi Dinas Kesehatan

    Pemerintah Kabupaten SBB ........................ 51

    Gambar 3.1 Penimbangan Balita di Salah Salah Satu

    Posyandu oleh Kader. Terlihat Anak

    Ditimbang Menggunakan Timbangan Bayi

    (Dacin) ........................................................ 59

    Gambar 3.2 Suasana Penimbangan dan Pengisian KMS

    oleh Tenaga Gizi dan Kader di Posyandu

    Waihatu. ..................................................... 64

    Gambar 3.3 Pemeriksaan Ibu Hamil di Posyandu Waihatu. 64

    Gambar 3.4 Jalan Utama Dari Piru Menuju Kecamatan

    Taniwel ....................................................... 68

    Gambar 3.5 Salah Satu Rumah Penduduk di Kecamatan

    Taniwel dengan Bukit Pegunungan di Bagian

    Belakangnya ............................................... 68

    Gambar 3.7 Rumah Tinggal Ibu Balita di Salah satu

    Kecamatan Kabupaten SBB ........................ 71

    Gambar 4.1 Peta Gugus Pulau di Provinsi Maluku ........ 87

  • Status Kesehatan Kabupaten Seram Bagian Barat xv

    Gambar 4.4 Perkembangan Fasilitas Kesehatan

    di Kab SBB Tahun 2007-2013 ...................... 95

    Gambar 4.3 Pemanfaatan Ruang Rawat Inap

    di Puskesmas Taniwel ................................. 97

    Gambar 4.5 Perbandingan Jumlah Posyandu dan Jumlah

    Kader Pada Tahun 2007 & 2013 ................. 101

    Gambar 4.6 Jumlah Dokter Umum PTT, Dokter Gigi PTT

    dan Bidan PTT Aktif Menurut Kriteria Wilayah

    di Provinsi Maluku Tahun 2013 .................. 103

    Gambar 4.7 Perbandingan Jumlah Tenaga Kesehatan

    Tahun 2007 dan 2013 di Kabupaten Seram

    Bagian Barat ............................................... 104

    Gambar 4.8 Perbandingan Rasio Jumlah Bidan Per-Desa

    & Dukun yang Bermitra Per-Desa Berdasarkan

    Wilayah Kecamatan .................................... 108

    Gambar 4.9 Persentase Balita Menurut Penolong

    Kelahiran Tahun 2005-2013 ........................ 111

    Gambar 4.1 Alat yang Digunakan oleh Dukun Terlatih

    di Desa Taniwel ........................................... 115

    Gambar 4.10 Perbandingan Tempat Persalinan Fasekes

    & Non Faskes di beberapa wilayah

    Puskesmas .................................................. 116

    Gambar 5.1 Pelayanan ANC pada Ibu Hamil di salah

    satu Posyandu Kecamatan Kairatu Barat, ..

    Kabupaten SBB ........................................... 130

    Gambar 5.1 Presentase cakupan K4 di Kabupaten SBB

    Tahun 2007-2013 ........................................ 132

    Gambar 5.2 Beberapa Alat Kontrasepsi ......................... 144

  • Status Kesehatan Kabupaten Seram Bagian Baratxvi

    Gambar 5.2 Persentase Peserta KB Tahun 2013 di

    Kabupaten SBB Menurut Jenis Kontrasepsi 149

    Gambar 5.3 Pohon Sagu yang Merupakan Salah Satu

    Makanan Pokok Masyarakat di SBB ............ 156

    Gambar 6.1 Hubungan Promosi Kesehatan dengan

    Faktor Determinan Perilaku........................ 160

    Gambar 6.1 Poster Sosialisasi Aturan Kawasan

    Tanpa Rokok ............................................... 167

    Gambar 6.2 Instalasi Pengolah Air Asin Menjadi

    Air Tawar di Pulau Osi ................................. 174

    Gambar 6.2 Peta Kairatu Barat ...................................... 176

    Gambar 6.3 Persentase Indikator Perilaku Hidup Sehat

    di Kecamatan Kairatu Barat

    Tahun 2011 & 2012 .................................... 185

    Gambar 6.4 Posisi Desa Lohiatala dari Garis Pantai ...... 187

    Gambar 6.3 Instalasi Sumur Tenaga Surya dan Bak

    Penampung Air di Desa Lohiatala ............... 188

    Gambar 6.4 Warga Desa Lohiatala, Mandi dan Mencuci

    di Sungai Nala ............................................ 188

    Gambar 6.5 Peta Wilayah Kecamatan Taniwel ............... 199

  • 1Pendahuluan

    Human Development Index (HDI) atau Indeks Pem-bangunan Manusia (IPM), merupakan salah satu alat ukur yang dianggap dapat merefleksikan status pembangunan manusia. IPM merupakan komposit yang mengukur pen-capaian rata-rata sebuah negara dalam 3 dimensi, yakni ekonomi, pendidikan, dan kesehatan.

    Dimensi kesehatan diukur melalui Umur Harapan Hidup (UHH). Namun muncul pertanyaan, apakah cukup hanya umur harapan hidup yang panjang dapat mendukung pembangunan manusia? Kebutuhan akan penjabaran lebih detil dari IPM sektor kesehatan memunculkan terbentuknya Indeks Pembangunan Kesehatan Manusia (IPKM).

    IPKM jilid pertama muncul pada tahun 2010, meng-gambarkan status kesehatan di 440 kabupaten/kota di Indonesia dalam kurun waktu 2002-2007. Kemudian IPKM jilid 2 muncul di akhir tahun 2014 yang menggambarkan status kesehatan di 497 kabupaten/kota di Indonesia dalam kurun waktu 2008-2013. Dengan kemunculan itu maka 440 kabupaten/kota dapat menilai kecenderungan status kesehatan masyarakatnya dalam kurun waktu tahun 2007 s/d 2013.

    Setelah kecenderungan itu bisa dilihat, pertanyaan berikutnya, mengapa dalam satu kabupaten/kota tertentu mampu meningkatkan nilai skor indikator kesehatan di satu sisi dan mengapa kabupaten/kota tertentu lainnya

  • Status Kesehatan Kabupaten Seram Bagian Barat2

    mengalami penurunan. Dalam buku seri IPKM kualitatif inilah, diambil 9 studi kasus kota/kabupaten di Indonesia yang mampu memberi keterwakilan gambaran yang men-jelas kan kenaikan dan atau turunnya, bahkan stagnan dari beberapa indikator dalam IPKM. Kabupaten Seram Bagian Barat

    (SBB) menjadi salah satu studi kasusnya.

    Kabupaten SBB mendapat ranking 352 di antara kabupaten/

    kota secara nasional, dengan nilai skor IPKM-nya sebesar 0,4328.

    Kemudian di tahun 2013, peringkatnya menjadi 416 dengan skor

    IPKM sebesar 0,6033. Artinya, jika dilihat kecenderungan ranking

    Kabupaten SBB dalam kurun waktu 2007 hingga 2013 mengalami

    penurunan dalam urutan nasional.

    Dalam buku ini akan digali beberapa indikator mutlak atau

    berbobot besar, dengan asumsi mempengaruhi sebagian besar

    indikator yang ada di kabupaten. Bagaimana keterkaitan dengan

    data rutin yang dimiliki daerah, termasuk bagaimana tanggapan

    dan permasalahan kesehatan yang dihadapi dari beberapa sudut

    pandang, yakni pemegang/pelaksana program, lintas sektor yang

    berhubungan dan masyarakat sebagai pelaku program kesehatan.

  • 3Bab 1 Ada Apa dengan SBB

    Karlina & Lely Indrawati

    Kemunculan Indikator Pembangunan Kesehatan Masyarakat

    (IPKM) jilid 2 di akhir tahun 2014 menyentak kalangan kesehatan

    di daerah. Beberapa kota/kabupaten senang, beberapa daerah

    lain tak percaya (sedih) melihat peringkat kota/kabupatennya

    turun dibandingkan dengan angkanya di tahun 2007. Beberapa

    kepala dinas, seperti yang diduga sebelumnya, masih tak

    mempercayai keabsahan hitungan IPKM tersebut. Mereka

    yang tak percaya jika potret kesehatan daerahnya berada di

    nomor besar (buruk). Sikapnya akan berbalik seratus delapan

    puluh derajat, jika ternyata peringkatnya semakin mengecil

    (baik). Manusiawi, meski terkesan subjektif, tergantung apakah

    menguntungkan atau merugikan. Tidak dipandang menjadi suatu

    kritikan menuju perbaikan dimasa mendatang.

    Kabupaten Seram Bagian Barat (SBB), sepertinya menjadi

    contoh yang tidak berada dalam dua kutub sikap di atas.

    Kabupaten yang terletak di daerah kepulauan bagian timur,

    menyambut biasa saja kecenderungan gambaran IPKM daerah-

    nya. Entah apa yang mendasari sambutan biasa mereka, bebe-

    rapa petugas kesehatan bahkan baru mendengar secara lebih

    detail apa dan bagaimana IPKM mampu menggambarkan

    kesehatan masyarakat di daerahnya.

  • Status Kesehatan Kabupaten Seram Bagian Barat4

    1.1 Gambaran Status Kesehatan Kabupaten SBB

    Sektor kesehatan merupakan salah satu sektor yang harus

    mendapatkan prioritas pembangunan suatu daerah. Tingginya

    kualitas kesehatan masyarakat merupakan salah satu indikator

    utama dalam menilai tingkat kesejahteraan masyarakat. Dalam

    pembangunan sektor kesehatan, mencakup bukan hanya penye-

    diaan sarana dan prasarana, namun juga adanya sumber daya

    manusia yang mencukupi baik dari segi kuantitas maupun kuali-

    tas.

    Terkait dengan sarana kesehatan, di Kabupaten SBB saat

    ini terdapat 1 unit Rumah Sakit Umum, 17 Puskesmas dan 55

    Pustu yang tersebar di 11 Kecamatan. Sedangkan untuk sarana

    kesehatan kategori Unit Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM),

    terdapat 200 Posyandu aktif, 50 Poskesdes dan 33 Polindes yang

    menjangkau 135 desa. Untuk ketersediaan tenaga kesehatan,

    terdapat 26 dokter umum, 6 dokter gigi, 120 bidan, 294 perawat,

    2 perawat gigi, 11 tenaga kesehatan masyarakat, 22 tenaga

    kesehatan lingkungan, dan 25 tenaga gizi.

    Prasarana yang mendukung antara lain dibangunnya jalan

    raya trans-kabupaten yang menghubungkan antarkecamatan

    dalam kabupaten yang saat ini dalam kondisi relatif bagus. Hal

    ini tentunya akan memudahkan masyarakat untuk mengakses

    sarana kesehatan yang ada. Namun begitu, beberapa wilayah

    terutama daerah pegunungan dan pulau-pulau, masih memiliki

    akses jalan dan transportasi yang minim. Bentang alam

    Kabupaten SBB beragam, mulai dari daerah pesisir, dataran

    rendah, hingga pegunungan serta pulau-pulau. Hal ini tentulah

    menjadi masalah tersendiri dalam penyediaan akses dan layanan

  • Status Kesehatan Kabupaten Seram Bagian Barat 5

    kesehatan. Karenanya, diperlukan upaya yang serius dalam upaya

    meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

    Masalah kesehatan yang menjadi fokus perhatian saat

    ini masih mengenai kesehatan dasar. Masalah tersebut seperti

    Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), Keluarga Berencana (KB), Imuni-

    sasi, Gizi, Pemberantasan Penyakit Menular & Tidak Menular,

    serta Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).

    Terkait dengan KIA, prioritas utama yakni angka kematian

    ibu dan bayi yang masih cukup tinggi. Pada tahun 2007, tercatat

    ada 28 bayi yang lahir mati dan sebanyak 14 bayi/balita yang

    mati. Tahun 2013, kasus kematian relaif menurun sedikit, yakni

    sebanyak 20 bayi dan 19 balita. Kematian antara lain disebabkan

    oleh BBLR, asfeksia, pneumonia dan ISPA.

    Selain itu, jumlah kematian ibu maternal juga masih terjadi.

    Tahun 2007, terjadi 15 kasus kematian pada ibu hamil dan ibu

    bersalin, dan pada tahun 2013, angka kematian ibu menurun,

    menjadi hanya berjumah 6 orang yang terdiri dari 2 orang ibu

    hamil dan 4 orang ibu bersalin. Penyebab kematian ibu sebagian

    besar dikarenakan pendarahan, partus lama, hipertensi, serta

    penyakit bawaan seperti asma.

    Sebagai upaya menurunkan angka kematian ibu dan bayi

    tersebut, layanan KIA selama ini difokuskan pada peningkatan

    cakupan pelayanan kesehatan pada ibu hamil (K4), pelayanan

    kesehatan Ibu bersalin (persalinan oleh nakes di faskes),

    pelayanan kesehatan ibu nifas (KN), serta pelayananan kesehatan

    pada bayi dan balita seperti penimbangan dan imunisasi yang

    dilaksanakan di Posyandu pada tiap-tiap desa.

    Cakupan-cakupan upaya prioritas di atas telah mengalami

    peningkatan. Data tahun 2007 kunjungan K4 sebesar 67%, dan

  • Status Kesehatan Kabupaten Seram Bagian Barat6

    meningkat pada tahun 2013 menjadi 89,7%. Demikian halnya

    dengan persalinan yang ditolong oleh nakes. Tahun 2007,

    persalinan oleh nakes sebanyak 48,76% dan pada tahun 2013

    menjadi 72,1%. Sedangkan untuk ibu nifas yang mendapat

    layanan kesehatan sebanyak 60% pada tahun 2007, dan

    meningkat menjadi 71,4% pada tahun 2013.

    Pada proses persalinan, peran biyang kampung (dukun

    bayi), relatif masih tinggi. Dukun bayi umumnya memiliki kede-

    katan dengan masyarakat dan dipercaya untuk menolong per-

    salinan. Di sisi lain, hal ini juga dipengaruhi oleh kondisi layanan

    kesehatan yang masih belum tersedia secara maksimal di

    beberapa wilayah. Seperti tenaga bidan yang tidak merata

    (beberapa desa tidak memiliki bidan desa/ada bidan desa tapi

    tidak tinggal di desa), akses yang jauh dari fasilitas kesehatan

    (terutama untuk daerah pulau-pulau dan pegunungan), serta

    sarana dan prasarana di fasilitas kesehatan yang belum memadai.

    Masih terkait dengan kesehatan bayi dan balita, pada tahun

    2007 terdapat 209 di Bawah Garis Merah (BGM) dan 635 bayi

    balita Gizi Buruk. Sementara ditahun 2013, jumlah ini menurun

    menjadi 186 BGM dan 17 kasus gizi buruk.

    Cakupan pelayanan Keluarga Berencana (KB) ditahun 2013

    sebesar 32,8%. Jumlah ini menurun jika dibandingkan dengan

    angka cakupan tahun 2007 yang mencapai 57%. Jenis KB yang

    terbanyak diminati masyarakat yakni KB Non-Metode Kontrasepsi

    Jangka Pendek (Non-MKJP) yakni 90,7% dari peserta KB aktif

    pada tahun 2013. KB suntik yang menempati proporsi terbesar

    (51,2%) dan pil (35,8%). Sedangkan untuk KB MKJP adalah

    implan, IUD dan MOP/MOW.

  • Status Kesehatan Kabupaten Seram Bagian Barat 7

    Pemberantasan penyakit menular dan tidak menular juga

    diupayakan. Penyakit menular yang cukup menonjol di kabupaten

    ini adalah malaria. Dilihat dari tahun 2007 & 2013, jumlah

    penderita malaria belum mengalami penurunan yang signifikan.

    Tercatat sebanyak 7.522 penderita malaria pada tahun 2007

    dan tahun 2013, jumlahnya menjadi 8.478 penderita. Meskipun

    dilaporkan tidak ada kematian akibat penyakit ini, berbagai

    upaya sudah dilakukan untuk mengatasi masalah ini, seperti

    penyemprotan dan pembagian kelambu. Penyakit menular lain

    adalah kusta (terdapat 32 kasus pada tahun 2013) dan diare

    (4.458 kasus pada tahun 2013).

    Telah dilakukan juga berbagai upaya pelayanan kesehatan

    yang bersifat umum seperti upaya promotif dan preventif,

    melalui program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) serta

    program Sanitasi Berbasis Masyarakat (STBM). Pelayanan kuratif

    dan rehabilitatif disediakan melalui fasilitas kesehatan yang bisa

    dijangkau masyarakat, terutama puskesmas rawat inap maupun

    rawat jalan. Juga puskesmas pembantu (pustu) dan polindes/

    poskesdes.

    1.2 Tujuan Studi

    Tujuan umum dari studi ini adalah penggalian per masalahan

    di Kabupaten SBB berdasarkan delta IPKM 2007 dan 2013 pada

    indikator tertentu, dengan menyandingkan per masalahan

    kesehatan di lokasi dari sudut pandang sektor kesehatan, lintas

    sector, dan masyarakatnya. Sedangkan tujuan khusus studi ini

    mencakup, (1) Menggali informasi terkait program kesehatan

    yang sudah ada (strength and weakness) dari perspektif

    kesehatan, non-kesehatan, dan masyarakat, (2) Mempelajari

  • Status Kesehatan Kabupaten Seram Bagian Barat8

    lebih lanjut kontribusi lintas sektor, (3) Menggali informasi peran

    serta masyarakat, (4) Menggali informasi terkait isu kesehatan di

    wilayah Kabupaten SBB, dan (5) Menggali kebutuhan dan arah ke

    depan untuk program kesehatan di daerah.

    1.3 Metode Studi

    Metode primer pengumpulan data ini mencakup wawan-

    cara mendalam, diskusi kelompok terarah, dan pengamatan.

    Pengumpulan data sekunder berupa profil kesehatan kabupaten

    dan institusi kesehatan di tingkat kabupaten lainnya yang

    menggambarkan kesehatan di tahun 2007 dan 2013 serta profil

    kabupaten digunakan untuk melengkapi analisa buku ini.

    Pengumpulan data dilakukan selama kurang lebih 20 hari

    sejak akhir bulan Januari hingga pertengahan bulan Februari

    2015. Tim peneliti terdiri dari 4 orang dengan latar belakang ilmu

    yakni kesehatan masyarakat, antropologi, biologi, dan kedokteran

    hewan. Peneliti tinggal di lokasi selama penelitian.

    Tema spesifik (tematik) kesehatan di Kabupaten SBB yakni

    Kesehatan Balita, Kesehatan Reproduksi, Pelayanan Kesehat-

    an, dan Perilaku Kesehatan. Topik pengumpulan data yang

    digali mencakup 4 aspek besar. Empat aspek tersebut yakni

    (1) Dukungan kebijakan dan strategi intervensi (perencanaan,

    pelaksanaan, dan monitoring evaluasi), (2) Peran lintas sektor

    (koordinasi/komunikasi, kerjasama dan kebijakan berwawasan

    kesehatan), (3) Peran serta masyarakat (upaya kesehatan berbasis

    masyarakat, sumber daya kesehatan, kualitas/akses, nilai dan

    pemahaman tentang kesehatan, PHBS, penyakit, dan pelayanan

    kesehatan yang ada pada anggota masyarakat, dan (4) Peran dan

    kebutuhan pendampingan.

  • Status Kesehatan Kabupaten Seram Bagian Barat 9

    Informan yang digali lebih banyak dari pemegang program

    kesehatan di Kabupaten SBB dan Provinsi Maluku, khususnya

    pemegang program di 4 tematik di tingkat kabupaten dan

    puskesmas studi kasus yakni puskesmas Kairatu Barat dan

    Taniwel. Dasar terpilihnya Puskesmas Kairatu Barat sebagai

    keter wakilan gambaran pelayanan kesehatan dasar yang baik,

    sedangkan Puskesmas Taniwel mewakili pelayanan kesehatan

    dasar yang kurang baik. Informan diutamakan yang mengetahui

    kebijakan program dan pelaksana program, termasuk di antara-

    nya kepala dinas kesehatan kabupaten. Informan dari lintas

    program terdiri dari Badan Perencana Pembangunan Daerah

    (Bappeda), Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional

    (BKKBN), Badan Ketahanan Pangan (BKD), Badan Pemberdayaan

    Masyarakat Desa, dan Badan Pembangunan Desa. Informan dari

    masyarakat terdiri kader, ibu balita, ibu hamil dan keluarganya di

    2 Puskesmas Taniwel dan Kairatu Barat.

    Jumlah informan dari pemegang program sektor kesehatan

    dan non kesehatan sejumlah 30 orang, kesemuanya ada di

    Kabupaten SBB. Sedangkan informan dari masyarakat semuanya

    sejumlah 32 orang, yang berada di Kecamatan Kairatu Barat

    sebanyak 22 orang dan di Kecamatan taniwel sebanyak 10

    orang, sehingga total informan yang kami libatkan sekabupaten

    sebanyak 62 orang.

    Secara keseluruhan wilayah-wilayah yang terpilih merupa-

    kan representasi nasional kemudian dipilih beberapa wilayah

    berdasarkan variasi 3 hal, yakni pertama berdasarkan status

    ekonomi kabupaten (miskin atau non miskin) berdasarkan data

    Pendataan Sosial Eknomi (PSE) tahun 2011. Kedua, berdasarkan

    variasi status daerah bermasalah kesehatan (DBK atau non DBK).

  • Status Kesehatan Kabupaten Seram Bagian Barat10

    Dasar ketiga yakni variasi selisih nilai IPKM 2007 dan 2013 (delta)

    menggunakan penghitungan model 2007.

    Status ekonomi PSE tahun 2011 memberikan 2 kategori

    untuk setiap kabupaten/kota, yakni kategori miskin dan

    non miskin. Disebut kategori miskin, jika dalam satu wilayah

    kabupaten/kota memiliki persentase rata-rata jumlah keluarga

    berstatus ekonomi miskin lebih dari 13,6%. Sedangkan kategori

    non miskin diberikan jika satu kabupaten/kota memiliki jumlah

    keluarga berstatus ekonomi miskin kurang dari 13,6%. Kabupaten

    SBB berdasarkan PSE 2011 merupakan daerah miskin.

    Konsep kemiskinan berdasarkan Survei Sosial Ekonomi

    Nasional (SUSENAS) adalah kemampuan memenuhi kebutuhan

    dasar (BPS Kab. SBB, 2011). Artinya kemiskinan dipandang

    sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi

    kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari

    sisi pengeluaran. Metode yang digunakan adalah menghitung

    Garis Kemiskinan (GK). Jika dilihat kecenderungannya, garis ke-

    mis kinan Kabupaten SBB pada tahun 2011-2013 mengalami

    penurunan, artinya jumlah kemiskinan makin berkurang. Untuk

    lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 1.1 berikut.

    Gambar 1.1 Kecenderungan Persentase Penduduk Miskin Kab. SBB

    Sumber: Kabupaten SBB dalam Angka 2014, Tahun 2015

  • Status Kesehatan Kabupaten Seram Bagian Barat 11

    Kategori Daerah Bermasalah Kesehatan (DBK) atau non

    DBK diputuskan berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan

    Nomor 027 Tahun 2012. Disebutkan dalam peraturan tersebut

    ber dasarkan IPKM, PSE-BPS telah menetapkan 130 kabupaten/

    kota DBK. Dalam kriteria ini, wilayah yang merupakan DBK dipilah

    menjadi dua katagori, yakni yang mendapat pendampingan

    atau dikenal dengan PDBK dan yang tidak diberi pendampingan

    (Non PDBK). Di Provinsi Maluku sendiri terdapat 7 kabupaten/

    kota yang merupakan DBK, yakni Maluku Tenggara Barat, Seram

    Bagian Barat, Buru, Kepualauan Aru, Seram Bagian Timur, Maluku

    Barat Daya, dan Buru Selatan.

    Kriteria ketiga yakni berdasarkan delta IPKM 2007 terhadap

    skor IPKM 2013. Awalnya setiap nilai IPKM tahun 2007 dikurangi

    dengan nilai IPKM tahun 2013 pada masing-masing kabupaten/

    kota. Kemudian didapat nilai rerata delta tersebut dan diketahui

    nilai Standar Deviasi (SD) dari distribusi tersebut. Dari distribusi

    rerata delta ini dibagi menjadi 3 kelompok. Kelompok pertama

    adalah kabupaten/kota memiliki nilai delta IPKM kurang dari -1

    SD, artinya terjadi penurunan nilai IPKM yang cukup signifikan

    di tahun 2013 dibanding IPKM tahun 2007 (menurun tajam).

    Kelompok kedua adalah kabupaten/kota yang memiliki nilai

    delta IPKM dalam rentang nilai rerata 1 SD, artinya kenaikan

    atau turunnya skor hanya 1 SD (sedikit/stagnan). Kelompok

    ketiga adalah kabupaten/kota yang nilai delta IPKM lebih dari +1

    SD, artinya terjadi kenaikan IPKM yang cukup banyak (kenaikan

    tajam).

    Kabupaten SBB berdasarkan nilai delta IPKM 2013 diban-

    dingkan 2007 berada dalam kelompok kedua. Berdasarkan buku

    laporan IPKM 2013, nilai IPKM 2007 = 0,4328 dan nilai IPKM

  • Status Kesehatan Kabupaten Seram Bagian Barat12

    2013 = 0,6033. Setelah nilai IPKM 2013 dikurangi nilai IPKM 2007

    didapat selisih nilai positif 0,1704 (nilai delta) untuk Kabupaten

    SBB. Artinya terjadi sedikit kenaikan untuk IPKM Kabupaten SBB

    secara keseluruhan.

    Berdasarkan tiga kriteria di atas, maka Kabupaten SBB

    terpilih mewakili keadaan status sosial ekonomi miskin (ber-

    dasarkan PSE 2011), non DBK di tahun 2007 dengan selisih

    kenaikan IPKM hanya sedikit (stagnan). Setiap pertemuan sel

    ketiga kriteria tersebut diwakili satu wilayah untuk dilakukan

    penggalian studi. Selain Kab. SBB, di bawah ini akan ditampilkan

    semua wilayah dalam studi ini berdasarkan kriteria masing-

    masing.Status Sosial

    Ekonomi

    Delta IPKM

    2007-2013Status DBK

    DBK Non DBK

    PDBK Non PDBK

    Non Miskin

    (PSE Mean +1

    SDMurung

    Raya

    Miskin

    (PSE>= rata-

    rata PSE)

    < Mean -1

    SDTojo Una-

    unaTolikara Gunung

    Kidul

    Mean -1SD

    s/d + 1 SD

    SBB

    > Mean +1

    SDWakatobi Nagan Raya

    Ada keterbatasan studi, khususnya dalam pengumpulan

    data yakni data profil kesehatan Kabupaten SBB 2007 tidak

  • Status Kesehatan Kabupaten Seram Bagian Barat 13

    didapatkan hingga hari akhir peneliti di lapangan dikarenakan

    bagian bendahara sebagai pembuat profil setiap tahun berganti.

    Ketika terjadi pergantian pelaksana tidak diikuti dengan perpin-

    dahan hasil kegiatan baik berupa buku (hard copy) maupun soft

    copy profil kesehatan. Beruntung, kami bisa mendapatkan data

    profil kesehatan Provinsi Maluku 2007.

  • Status Kesehatan Kabupaten Seram Bagian Barat 15

    Bab 2Saka Mese Nusa SBB

    Dwi P, Rais, Karlina & Lely I

    Slogan dalam lambang Daerah Tingkat II Kabupaten SBB

    yakni Saka Mese Nusa SBB yang berarti Jaga dan Pertahankan

    Pulau-pulau. Pengertian lengkap dari lambang tersebut terdapat

    dalam Keputusan Bupati Nomor: 001-32-56 Tahun 2005 tanggal

    21 April 2005.

    Pada bagian ini akan diulas mengenai kondisi wilayah

    kabupaten secara potensi, fiscal, dan tingkat kemiskinan yang

    ada. Bagian ini juga menjelaskan rencana strategis kabupaten

    dan mekanisme pembuatannya berdasarkan data primer dan

    sekunder. Situasi masalah kesehatan secara umum dari sisi

    tenaga kesehatan, lintas sektor dan masyarakat. Kecenderungan

    perkembangan IPKM tahun 2007 dan 2013 di Kabupaten

    SBB berdasarkan 4 sub indeks indikator IPKM juga akan kami

    paparkan. Termasuk perbandingan data rutin kabupaten terhadap

    indikator IPKM di masing-masing indikator.

    2.1 Kondisi Wilayah Kabupaten Seram Bagian Barat

    Seram Bagian Barat merupakan salah satu kabupaten di

    Provinsi Maluku. Provinsi Maluku memiliki 9 kabupaten dan 2

    kotamadya. Kota Ambon merupakan ibukota Provinsi Maluku.

    Maluku terletak di Indonesia bagian timur, berbatasan langsung

  • Status Kesehatan Kabupaten Seram Bagian Barat16

    dengan Maluku Utara dan Papua

    Barat di sebelah utara, Laut

    Maluku, Sulawesi Tengah, dan

    Sulawesi Teng gara di sebelah barat.

    Sementara di sebelah selatan ber-

    batasan langsung dengan Laut

    Banda, Timor Leste dan Nusa

    Tenggara Timur dan Laut Aru dan

    Papua di sebelah timur.

    Kabupaten SBB lahir pada

    tanggal 18 Desember 2003 ber-

    dasarkan UU No. 40 Tahun 2003,

    sebe lum nya menjadi bagian

    Kabupaten Maluku Tengah. Berdasar kan UU tersebut, ibu kota

    Kabupaten SBB berada di Dataran Hunipopu (de jure), namun

    kenyataannya ibu kota kabupaten SBB berada di Piru (de facto).

    Kabupaten SBB sebagian besar terletak di wilayah Pulau

    Seram. Kabupaten ini berdiri sejak tahun 2003 hasil dari

    pemekaran Kabupaten Maluku Tengah. Letaknya secara geografis

    adalah antara 119-716 Lintang Selatan dan 12720-1291

    Bujur Timur. Kabupaten Seram Bagian Barat dibatasi oleh Laut

    Seram di bagian utara, Laut Banda di sebelah selatan, Laut

    Buru di sebelah barat dan Kabupaten Maluku Tengah di sebelah

    timur. Luas daratan sebesar 6.948,40 km2 yang terbagi menjadi

    11 kecamatan. Kecamatan yang paling luas adalah Kecamatan

    Taniwel, yang memiliki luas sebesar 1.181,32 km2, atau sebesar

    17% dari keseluruhan luas Kabupaten SBB.

    Kabupaten SBB merupakan kabupaten bahari dengan luas

    laut mencapai 79.005 km2. Wilayah daratan terdiri dari dataran

  • Status Kesehatan Kabupaten Seram Bagian Barat 17

    Kawa, Eti, dan Kairatu yang berada di Pulau Seram dan pulau-

    pulau terpisah sebanyak 67 pulau, di mana pulau yang dihuni

    sebanyak 11 pulau dan yang tidak dihuni sebanyak 56 pulau

    Pada tahun 2010 terjadi pemekaran wilayah, yang semula

    4 kecamatan menjadi 11 kecamatan yaitu Huamual Belakang,

    Kepulauan Manipa, Seram Barat, Huamual, Kairatu, Kairatu

    Barat, Inamosol, Amalatu, Elpaputih, Taniwel dan Taniwel Timur.

    Sebelas kecamatan tersebut terbagi menjadi 92 desa dan 109

    dusun. Pada tahun 2012 terjadi pemekaran lagi sehingga jumlah

    dusun menjadi 110.

    Gambar 2.1 Wilayah administratif Kabupaten SBB

    Sumber : SBB dalam Angka Tahun 2014

    Iklim & Penduduk

    Kabupaten SBB memiliki iklim laut tropis dan musim,

    karena letaknya yang berada di dekat katulistiwa dan dikelilingi

    oleh laut luas. Oleh karena itu iklim sangat dipengaruhi oleh

  • Status Kesehatan Kabupaten Seram Bagian Barat18

    lautan dan langsung bersamaan dengan iklim musim, yaitu

    musim barat atau utara dan musim timur atau tenggara.

    Pergantian musim selalu diselingi dengan iklim pancaroba yang

    merupakan iklim transisi. Musim barat umumnya berlangsung

    pada bulan Desember sampai dengan bulan Maret, sedangkan

    pada bulan April merupakan masa transisi ke musim timur.

    Musim timur berlangsung pada bulan Mei sampai dengan bulan

    Oktober disusul oleh masa pancaroba pada bulan Nopember

    yang merupakan transisi ke musim barat.

    Jumlah penduduk Kabupaten SBB berdasarkan hasil sensus

    penduduk tahun 2011 adalah 178.020 jiwa dan meningkat

    menjadi 180.398 jiwa pada 2012, dan terakhir ditahun 2013

    mencapai 179.781 jiwa. Jumlah penduduk yang terus bertambah

    setiap tahun tidak diimbangi dengan pemerataan penyebaran

    penduduk. Data tahun 2013 menunjukkan sekitar 14,66 persen

    penduduk tinggal di Kecamatan Kairatu. Sementara, luas Keca-

    matan Kairatu secara keseluruhan hanya sekitar 4,74 persen

    dari seluruh wilayah daratan Seram Bagian Barat. Sementara itu,

    Kecamatan Elpaputih yang memiliki luas sekitar 16,78 persen dari

    luas total hanya dihuni sekitar 2,83 persen penduduk.

    Sejak tahun 2007 sampai 2013, rasio jenis kelamin

    penduduk Seram Bagian Barat selalu di atas 100. Ini berarti

    bahwa jumlah penduduk laki-laki lebih banyak daripada jumlah

    penduduk perempuan. Namun demikian, bila dilihat pola rasio

    jenis kelamin sejak tahun 2007 di Seram Bagian Barat memang

    mendekati angka 100. Pada tahun 2007-2013 nilai rasio jenis

    kelamin berkisar antara 103 sampai 105, nilai tersebut dapat

    diartikan bahwa selisih jumlah penduduk laki-laki dengan

    perempuan tidak terlalu signifikan.

  • Status Kesehatan Kabupaten Seram Bagian Barat 19

    Kabupaten SBB hingga saat ini masih bercirikan per eko-

    nomian agraris. Sebagian besar penduduk SBB masih bekerja di

    sektor pertanian. Data tahun 2013 menunjukkan bahwa lapangan

    usaha pertanian masih menyerap tenaga kerja terbesar, yakni

    sebesar 59,84%, diikuti sektor jasa, manufaktur (BPS, 2014).

    Kecenderungan lapangan kerja utama penduduk SBB dapat

    dilihat pada gambar 2 berikut.

    Gambar 2.2 Lapangan Pekerjaan Utama Penduduk SBB 2007 & 2013

    Sumber: SBB dalam Angka 2007 & 2013

    Berdasarkan jenis tanaman yang ditanam, mayoritas ter-

    diri dari padi, ubi kayu, jagung, ubi jalar, dan beberapa kacang-

    kacangan (kedelai, kacang tanah, kacang ijo). Jika kita lihat

    ber dasarkan luas lahan pertanian yang ditanam penduduk

    kecenderungannya agak sedikit berubah di tahun 2007

    dibandingkan tahun 2013. Pada tahun 2007, jenis tanaman

    terbesar yang ditanam adalah padi sawah dan ladang. Sedangkan

  • Status Kesehatan Kabupaten Seram Bagian Barat20

    di tahun 2013, didominasi oleh ubi kayu. Perbandingan seleng-

    kap nya ada dalam gambar 3 dan 4 berikut ini.

    Gambar 2.3 (atas) & 2.4 (bawah), Kecenderungan Luas Lahan Pertanian Berdasarkan Jenis Tanamannya di Tahun 2007 & 2013

    Sumber: SBB dalam Angka 2007 & 2013

  • Status Kesehatan Kabupaten Seram Bagian Barat 21

    Fasilitas Kesehatan, Fiskal, & Kemiskinan

    Sarana kesehatan dasar yang ada di Kabupaten SBB terdiri

    dari 1 rumah sakit, 17 puskesmas (5 rawat inap dan 15 non

    rawat inap) dan 57 puskesmas pembantu. Tenaga kesehatan yang

    dimiliki terdiri dari 1 dokter spesialis, 27 dokter umum, 13 dokter

    gigi, 255 perawat, 114 bidan, 4 tenaga farmasi, 4 ahli gizi, 26

    sanitarian, dan 21 tenaga kesehatan masyarakat.

    Penerimaan keuangan Kabupaten SBB pada tahun 2011

    adalah 481 milyar rupiah (Rp 481.782.500.815,35), angka

    ini meningkat di tahun 2012 menjadi 505 milyar rupiah (Rp

    505.241.196.717,45). Penerimaan pembiayaan tahun 2011 se-

    besar 10 milyar (Rp 10.746.504.632,19) kemudian turun di tahun

    2012 menjadi 4 milyar rupiah (Rp 4.357.796.818,00).

    Struktur ekonomi masyarakat SBB sebagian besar ber ada

    di sektor pertanian yaitu 31,66% di tahun 2013 di ikuti sektor

    perdagangan, restoran, hotel sekitar 27,55%. Laju pertumbuhan

    ekonomi di tahun 2013 sekitar 5,13% se dangkan di tahun 2012

    sekitar 6,28%. Nilai ini didapat ber dasarkan perhitungan Produk

    Domestik Regional Bruto atas dasar harga konstan tahun 2000.

    Pendapatan perkapita yang merupakan indikator makro untuk

    mengukur tingkat kese jahteraan penduduk di Seram Bagian Barat

    di tahun 2013 mengalami peningkatan. Pendapatan perkapita

    atas harga dasar berlaku meningkat dari 4,150 juta rupiah di

    tahun 2012 menjadi 5,070 juta rupiah di tahun 2013.

    Persentase jumlah penduduk miskin di Kabupaten SBB

    pada bulan Juli 2013 sebesar 23,93%. Jika dibandingkan dengan

    persentase penduduk miskin pada Juli 2012 yang berjumlah

    25,33%, berarti jumlah penduduk miskin turun 1,40%. Jika

    dibandingkan lebih jauh ke belakang, kecenderungan kemiskinan

  • Status Kesehatan Kabupaten Seram Bagian Barat22

    terus mengalami penurunan sejak tahun 2009. Angka kemiskinan

    di tahun 2009 masih sebesar 33,11%.

    2.2 Rencana & Strategi (Renstra) Pembangunan Kese hat an Provinsi Maluku & Kabupaten Seram Bagian Barat

    Wilayah Provinsi Maluku sebagian besar merupakan wila-

    yah kepulauan, hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi peme-

    rintah daerah provinsi dalam merencanakan pembangunan

    kesehatan. Keadaan geografis di Kabupaten SBB pun hampir

    sama. Dokumen Renstra Dinas Kesehatan Provinsi Maluku Tahun

    2008-2013 dituntut untuk menjawab visi dan misi Gubernur

    serta Wakil Gubernur Maluku. Visi dan Misi yang tercantum yakni

    memberikan pelayanan kesehatan dasar gratis di semua unit

    pelayanan, Rumah Sakit Umum (RSU), Puskesmas, dan Puskesmas

    Pembantu (Pustu) kepada masyarakat miskin secara bermakna

    tanpa kecuali (Dinas Kesehatan Provinsi Maluku, 2009).

    Untuk mewujudkan pembangunan kesehatan di Provinsi

    Maluku yang sebagian besar wilayahnya termasuk kategori

    Daerah Terpencil Perbatasan dan Kepulauan (DTPK) menemui

    banyak kendala. Beberapa kendala tersebut adalah: (1) Keter-

    batasan Sumber Daya Manusia (SDM) kesehatan yang profesional

    dan berkualitas di wilayah Provinsi Maluku, (2) rasio tenaga

    kesehatan dibandingkan dengan jumlah penduduk yang belum

    menjangkau seluruh wilayah di daerah terpencil, dan (3) kondisi

    geografis dan keterbatasan akses jalan termasuk alat transportasi

    untuk menjangkau fasilitas kesehatan masih terbatas.

    Upaya pembangunan kesehatan di Provinsi Maluku pada

    Tahun 2008-2013 mengedepankan visi Masyarakat Maluku yang

  • Status Kesehatan Kabupaten Seram Bagian Barat 23

    Mandiri untuk Hidup Sehat dengan Pola Pendekatan Kepulauan.

    Sesuai dengan Renstra Dinas Kesehatan Provinsi Maluku Tahun

    2008-2013, ada tiga target utama yang harus terealisasi tahun

    2013 yaitu: (1) pemenuhan sumber daya kesehatan dalam

    hal ini adalah pemenuhan rasio dokter umum 40:100.000

    penduduk, rasio dokter spesialis 6:100.000 penduduk, rasio bidan

    100:100.000 penduduk dan rasio perawat 117:100.000 penduduk;

    (2) Pemenuhan sarana fasilitas dan pelayanan kesehatan yang

    meliputi pemenuhan rasio rumah sakit, puskesmas, puskesmas

    pembantu, dan jumlah desa yang memiliki pos kesehatan desa;

    (3) peningkatan derajat kesehatan dengan menekan AKI menjadi

    320/100.000 kelahiran hidup, menekan AKB menjadi 42/1.000

    kelahiran hidup, prevalensi gizi kurang pada balita kurang dari

    20%, dan meningkatkan umur harapan hidup menjadi 70 (Dinas

    Kesehatan Provinsi Maluku, 2009).

    Untuk mewujudkan visi dan terpenuhi target sampai

    dengan akhir Renstra pada tahun 2013, maka disusunlah be-

    berapa strategi pembangunan. Strategi pembangunan kesehatan

    tersebut antara lain: menggerakkan dan member dayakan masya-

    rakat untuk hidup sehat; meningkatkan upaya pengendalian dan

    pemutusan mata rantai penyakit; meningkatakan kesadaran

    masyarakat terhadap penggunaan obat generik; mendekatkan

    pelayanan kesehatan kepada masyarakat dengan menggunakan

    sistem gugus pulau; meningkatkan sistem surveilans, monitoring,

    dan informasi kesehatan; dan meningkatkan pembiayaan kese-

    hatan (Dinas Kesehatan Provinsi Maluku, 2009).

    Pembangunan dalam bidang kesehatan merupakan inves-

    tasi terhadap sumber daya manusia bagi kepentingan bangsa

    masa depan. Untuk menjalankan urusan wajib kesehatan di

  • Status Kesehatan Kabupaten Seram Bagian Barat24

    Kabupaten SBB, dinas kesehatan merupakan SKPD utama yang

    ditunjuk bertanggungjawab memegang urusan kesehatan.

    Sedangkan RSU Piru, merupakan SKPD tersendiri yang berperan

    sebagai mitra utama dalam urusan kesehatan dan diharapkan

    dapat bersinergi dengan dinas kesehatan.

    Visi yang tercantum dalam Renstra Dinas Kesehatan

    Kabupaten SBB tahun 2006-2011 adalah Meningkatnya Peran

    Serta Masyarakat Menuju Kabupaten Sehat dalam Lingkungan

    Aman. Untuk mewujudkan visi tersebut maka disusunlah misi

    dari dinas kesehatan. Misi yang pertama yakni memantapkan

    manajemen kesehatan dengan menyelenggarakan fungsi admi-

    nistrasi kesehatan yang efektif dan efisien. Harapan dari misi

    ini adalah perencanaan pembangunan yang bagus, mulai

    dari penerapan dan pengawasannya. Kedua, meningkatkan

    kinerja dan mutu pelayanan kesehatan, diharapkan pelayanan

    kesehatan dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Ketiga,

    memberdayakan masyarakat tanpa dukungan dari masyarakat

    termasuk swasta, keberhasilan pembangunan kesehatan tidak

    dapat dicapai (Dinas Kesehatan Kabupaten SBB, 2007).

    Renstra Dinas Kesehatan Kabupaten SBB tahun 2006-

    2011 disusun dengan memperhatikan Renstra dari Departemen

    Kesehatan dan indikator Indonesia Sehat 2010. Selain itu,

    disinkronkan juga dengan visi dan misi Bupati dan Wakil Bupati

    periode 2006-2011 yang tidak lepas dari penerapan Rencana

    Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Kabupaten SBB. Renstra ini

    nantinya menjadi komitmen setiap tahunnya dalam menyusun

    rencana kerja dan anggaran pembangunan kesehatan.

    Menurut Renstra Dinas Kesehatan Kabupaten SBB tahun

    2006-2011, dalam penyusunan renstra masih didasarkan pada

  • Status Kesehatan Kabupaten Seram Bagian Barat 25

    beberapa masalah kesehatan di antaranya penyakit malaria,

    tuberculosis, kurang gizi, serta masih kurangnya kesadaran dalam

    hidup sehat. Dalam memenuhi pelayanan kesehatan di SBB, dinas

    kesehatan dituntut untuk memberikan pelayanan kesehatan yang

    prima. Namun, kendala yang dihadapi adalah terbatasnya tenaga

    kesehatan, sarana dan prasarana yang belum memadai, dan

    keterbatasan dana.

    Ada beberapa target yang harus diselesaikan pada akhir

    tahun 2011, adapun yang terkait dengan nilai mutlak nilai

    indikator IPKM antara lain: cakupan kunjungan ibu hamil K4

    80%, cakupan pertolongan persalinan oleh bidan atau tenaga

    kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan sebanyak 83%,

    cakupan bayi BBLR yang ditangani 88%, cakupan peserta aktif

    KB 62%, cakupan desa/kelurahan UCI 100%, persentase balita

    BGM kurang dari 10%, persentase balita gizi buruk mendapatkan

    perawatan 100%. (Dinas Kesehatan Kabupaten SBB, 2007).

    Pada RPJMD Tahun 2012-2016, Pemerintah Daerah Kabu-

    paten SBB memprioritaskan pembangunan dengan mem per-

    hatikan beberapa prioritas dalam RPJMN Tahun 2010-2014

    dan RPJMD Provinsi maluku Tahun 2008-2013. Strategi dalam

    penigkatan kualitas sumber daya manusia di bidang kesehatan

    yaitu, (1) Meningkatkan jumlah Puskesmas pelayanan Obstetric

    Neonatal Emergensi Dasar (PONED); (2) Meningkatkan kuantitas,

    kualitas dan fungsi sarana prasarana pelayanan kesehatan di

    puskesmas dan jaringannya; (3) Meningkatkan kualitas sarana

    prasarana pelayanan kesehatan rumah sakit; (4) Meningkatkan

    kecukupan obat dan perbekalan kesehatan; (5) Menurunkan

    angka kematian bayi per 1.000 kelahiran hidup; (6) Menurunkan

    angka kematian ibu melahirkan per 100.000 kelahiran hidup; (7)

  • Status Kesehatan Kabupaten Seram Bagian Barat26

    Menurunkan jumlah balita dengan gizi kurang; (8) Meningkatkan

    Keluarga Sadar Gizi; (9) Menyusun berbagai kebijakan, standar

    pelayanan kesehatan kabupaten, SPM bidang kesehatan

    kabupaten, pedoman dan regulasi kesehatan; (10) Mewujudkan

    sistem informasi dan surveilans epidemiologi kesehatan yang

    evidence base, akurat di seluruh kabupaten, dan on line dengan

    nasional; (11) Mewujudkan sistem pembiayaan kesehatan

    masyarakat skala kabupaten; (12) Menjamin tersedianya tenaga

    dan fasilitas kesehatan yang merata, terjangkau, dan berkualitas;

    (13) Meningkatkan kualifikasi rumah sakit menjadi pusat rujukan

    berbasis masalah kesehatan; (14) Mengembangkan sistem

    rujukan pelayanan kesehatan dan penunjangnya (laboratorium

    diagnostik kesehatan); (15) Meningkatkan kualitas budaya

    program hidup bersih dan sehat. (Pemerintah Kabupaten SBB,

    2012)

    Terkait dengan tuntutan program Millenium Development

    Goals (MDGs ), pemerintah Kabupaten SBB dalam RPJMD

    kabupaten tahun 2012-2016 juga meresponnya dengan menye-

    leng garakan beberapa program. Kaitannya dengan indikator

    IPKM, ada tiga program yang direspon oleh pemerintah daerah

    Kabupaten SBB, yaitu: penurunan angka kematian anak,

    penurunan angka kematian ibu, dan pengendalian penyakit HIV

    dan AIDS, malaria dan tuberculosis.

    2.3. Mekanisme Penentuan Prioritas Masalah dalam Rencana & Strategi Pembangunan Kesehatan Kabupaten SBB

    Setelah terjadi pemekaran kabupaten pada tahun 2004 dari

    kabupaten induknya Kabupaten Maluku Tengah, Kabupaten SBB

  • Status Kesehatan Kabupaten Seram Bagian Barat 27

    mulai berbenah dalam membangun wilayahnya. Sejak tahun 2004

    sampai sekarang telah terjadi dua kali masa kepemimpinan di

    tingkat kabupaten. Periode 2006-2011 kepemimpinan kabupaten

    dipimpin oleh Jacobus F. Puttileihalat dan wakilnya H. La Kadir

    dan periode 2011-2015 dipimpin oleh Jacobus F. Puttileihalat dan

    wakilnya M. Husni. Dalam masa kepemimpinan itu Kabupaten

    SBB sudah menghasilkan dua RPJMD, yaitu RPJMD tahun 2006-

    2011 dan RPJMD 2012-2016.

    Penerapan desentralisasi dan otonomi daerah memberikan

    kewenangan secara penuh kepada pemerintah daerah Kabu-

    paten SBB dalam mengatur dan menyelenggarakan jalannya

    peme rintahan tingkat kabupaten. Kebijakan otonomi daerah

    tentu saja mempengaruhi kebijakan pembangunan di sektor

    kesehatan. Dalam penetapan strategi dan arah kebijakan di setiap

    kabupaten/kota disesuaikan dengan permasalahan dan peluang

    untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

    RPJMD merupakan pedoman dan manajemen pembangun-

    an selama 5 tahun di lingkungan pemerintah daerah Kabupaten

    SBB. RPJMD Kabupaten SBB merupakan penjabaran visi, misi, dan

    program Bupati/Wakil yang terpilih. Penyusunan RPJMD tidak

    bisa keluar dari dokumen RPJPD kabupaten. RPJMD Kabupaten

    SBB harus memuat visi dari Kabupaten SBB, Terwujudnya

    Kabupaten SBB yang aman-sejahtera, maju-berkualitas, dan

    adil-demokratis melalui penguatan dan pengembangan potensi

    lokal. RPJMD Kabupaten SBB juga tidak bisa dipisahkan dari

    sistem perencanaan pembangunan nasional, dan hal ini diatur

    dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 mengenai sistem

    perencanaan pembangunan nasional dan Undang-Undang

    Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah (Pemerinatah

    Kabupaten SBB, 2012).

  • Status Kesehatan Kabupaten Seram Bagian Barat28

    Dalam penyusunan RPJMD dilakukan oleh seluruh elemen

    pemerintahan daerah di Kabupaten, mulai dari Bupati hingga

    SKPD terkait. RPJMD Kabupaten nantinya akan menjadi acuan

    setiap SKPD dalam menyusun Renstra SKPD. Renstra SKPD

    memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, program dan

    kegiatan sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing SKPD

    selama lima tahun. Dalam penyusunan Rencana Kerja SKPD

    setiap tahunnya berpedoman kepada Renstra SKPD. Penyusunan

    Renstra SKPD dilakukan oleh SKPD terkait dan berada di bawah

    koordinasi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA)

    Kabupaten SBB (Pemerinatah Kabupaten SBB, 2012).

    Gambar 2.5 Alur Perencanaan & Penganggaran

    Sumber: SBB 2012-2016

    2.4 Alokasi Anggaran Kesehatan

    Untuk mewujudkan program prioritas yang tertuang dalam

    RPJMD kabupaten, dinas kesehatan tidak hanya bergantung

    kepada APBD kabupaten. Pemerintah pusat dan provinsi juga

  • Status Kesehatan Kabupaten Seram Bagian Barat 29

    memberikan porsi anggaran untuk dinas kabupaten. Ada bebe-

    rapa sumber dana yang diperoleh oleh dinas kesehatan untuk

    menjalankan programnya. Selama ini sumber dana diperoleh

    melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN),

    Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), Bantuan

    Operasioan Khusus (BOK), Dana Alokasi Khusus (DAK), dan dana

    Tugas Perbantuan (TP) dan lain-lain.

    Undang-undang RI No. 36 tahun 2009 tentang kese-

    hatan mengamanatkan bahwa pemerintah daerah harus meng-

    alokasikan anggaran urusan kesehatan minimal 10% dari total

    belanja APBD di luar gaji pegawai. Namun menurut data tahun

    2012 menunjukkan fakta bahwa baru ada 11 provinsi yang

    mampu mengakomodir dan mengalokasikan APBD di atas 10%

    untuk kesehatan, 11 provinisi itu yakni Aceh, Bangka Belitung,

    Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, D.I Yogyakarta, Jawa Timur,

    Gorontalo, Sulawesi Selatan, Bali, dan DKI Jakarta (Anonim,

    2013).

    UU RI No. 36 Tahun 2009 belum mampu diterapkan oleh

    Pemerintah Kabupaten SBB. Alokasi anggaran dalam RPJMD

    Kabupaten SBB Tahun 2012-2016, dilihat dari persentase

    alokasi penganggaran untuk dinas kesehatan dalam memenuhi

    Standar Pelayanan Minimal (SPM) adalah 3,95% dari total

    APBD. Jika melihat dari peringkat berdasarkan persentase, maka

    pembiayaan kesehatan berada pada peringkat ke tujuh. Alokasi

    anggaran paling banyak berada di Dinas Pendidikan dan Olahraga

    sebanyak 23%, kemudian Sekretaris Daerah sebanyak 14%,

    Dinas Pekerjaan Umum (8,91%), sekretariat DPRD (6,76%), Dinas

    Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan aset daerah (4,56%),

    Badan Kepegawaian Daerah (4,26%), dan peringkat ketujuh Dinas

  • Status Kesehatan Kabupaten Seram Bagian Barat30

    Kesehatan sebesar 3,95% (Pemerintah Daerah Kabupaten SBB,

    2012).

    Penjelasan dari Bappeda oleh bagian yang mengkoor-

    dinasikan setiap SKPD di Kabupaten SBB mengenai sedikitnya

    alokasi anggaran untuk dinas kesehatan mengatakan:

    Kalau dulu mulai tahun 2005 itu tidak sampai 5%, tapi setiap tahun dia naik sedikit, naik sedikit sampai dia memenuhi 10%, tapi sampai sekarang belum memenuhi syarat undang-undang. Kami tetap mengupayakan seperti itu, kita masih melihat SKPD lain, kita masih lihat dinas kesehatan, dinas pendidikan, sektor ada hampir 22 sektor tambah kecamatan ada 30 lebih. Sehingga itulah kami dari Bappeda kami koordinasikan dengan mereka untuk kita bisa tetap tidak keluar dari RPJMD.

    Proses dalam mengalokasikan anggaran setiap SKPD

    dalam bentuk RKPD setiap tahunnya tidak bisa lepas dari RPJMD

    kabupaten. Bahan penyusunan RKPD adalah Renja dari masing-

    masing SKPD. Dalam RKPD akan memuat kegiatan dan besaran

    anggarannya berdasarkan program yang diajukan oeh setiap

    SKPD. Selanjutnya dilakukan penetapan Ketentuan Umum

    Anggaran dan Prioritas Plafon Anggaran Sementara (KUA-PPAS)

    yang menjadi arah kebijakan anggaran dan prioritas program/

    kegiatan. KUA-PPAS ini yang nantinya disepakati oleh Bupati

    dengan DPRD. KUA-PPAS ini nantinya akan dijadikan dasar

    penganggaran dalam APBD.

    Tahapan dalam penyusunan RAPBD setiap tahunnya dida-

    sarkan pada penyusunan RKA-SKPD yang akan dibahas oleh

    komisi DPRD dengan pemerintah daerah termasuk dengan

    masing-masing SKPD. Pada pembahasan RAPBD, seluruh SKPD

    dalam lingkup pemerintah daerah termasuk dinas kesehatan

    harus mampu meyakinkan dan mempertahankan argumennya

    kepada DPRD untuk menyediakan anggaran yang cukup untuk

  • Status Kesehatan Kabupaten Seram Bagian Barat 31

    melaksanakan program-program kesehatan yang mendukung

    pencapaian pembangunan kesehatan.

    Ada beberapa faktor yang menentukan perencanaan dan

    penganggaran kesehatan yang bersumber APBD, yaitu faktor

    sumber daya dan peran dari lembaga eksekutif dan legislatif.

    Pengalokasian anggaran APBD terhadap kesehatan belum bisa

    lepas dari intervensi dan komitmen politik di antara eksekutif

    dan legislatif yang dapat mempengaruhi persepsi dan cara

    untuk masalah kesehatan. Sementara di sebagian besar wilayah

    terpencil untuk dukungan advokasi kesehatan masih kurang.

    Kendala yang sering dikeluhkan oleh pemegang program di

    Dinas Kesehatan Kabupaten SBB khususnya mengenai kendala

    anggaran. Banyak program yang tidak berjalan rutin setiap tahun,

    sehingga selama ini untuk menjalankan program/kegiatan lebih

    mengandalkan sumber dana dari luar APBD.

    Dinas Kesehatan Kabupaten SBB seharusnya dalam menyu-

    sun program perlu didasarkan pada data yang menunjukkan

    fakta di lapangan, sehingga program yang disusun merupakan

    program prioritas yang penting untuk pembangunan kesehatan di

    masyarakat. Data dukung untuk sebuah proses perencanaan yang

    jauh dari realitas di lapangan menyebabkan kesalahan dalam

    penentuan prioritas program/kegiatan.

    SDM dan dukungan pemimpin yang berkompeten dibu-

    tuhkan untuk pengenalan masalah dan peluang pemecahan

    masalah kesehatan. Selain itu dukungan dari etos dan semangat

    kerja dari seluruh SDM yang ada dalam pembangunan kesehatan

    juga menjadi kunci keberhasilan pembangunan kesehatan. Karena

    perencanaan yang berkualitas tanpa disertai penerapan dan

    sistem monitoring dan evaluasi yang bagus jutru akan menjadi

    hambatan dalam pembangunan kesehatan.

  • Status Kesehatan Kabupaten Seram Bagian Barat32

    2.4 Situasi Masalah Kesehatan di Kabupaten SBB

    Masalah kesehatan yang pernah dan sedang dirasakan saat ini akan dipaparkan secara objektif dari berbagai sudut pandang. Sekurang-kurangnya ada tiga subjek sudut pandang, yakni dari pemegang program kesehatan, lintas sektor (non kesehatan) dan dari masyarakat secara umum.

    2.4.1 Situasi Masalah Menurut Pemegang Program

    Minimnya dana merupakan keluhan sebagian besar

    pe ng e lola program di Dinas Kesehatan Kabupaten SBB. Ibu H,

    petugas kesehatan Program KIA di Dinkes Kabupaten SBB menga-

    takan, bahwa seringkali beberapa usulan program tidak bisa dila-

    kukan karena terbatasnya anggaran yang ada. Hal senada juga

    diungkapkan Pak A, seorang petugas kesehatan, bahwa karena

    minimnya anggaran mengakibatkan beberapa daerah yang cukup

    sulit secara akses tidak terlayani dengan maksimal.

    Untuk tingkat yang lebih ke akar rumput, yakni di pus-

    kes mas-puskesmas yang bertugas memberikan pelayanan

    langsung ke masyarakat, masalah pendanaan juga masih menjadi

    kendala. Selama ini, puskesmas di Kabupaten SBB mengandalkan

    pembiayaan program-programnya dari dana BOK dan Jaminan

    Keseshatan Nasional (JKN). Pengelolaan BOK dan JKN ini

    tergantung pada puskesmas masing-masing dan kebijakannya ada

    di kepala puskesmas masing-masing. Ada kasus di mana kepala

    puskesmas dianggap kurang bijak sehingga beberapa program

    ter kendala dalam pelaksanaannya karena dana operasional

    belum turun, sehingga beberapa petugas mengaku harus sering

    mengeluarkan uang pribadi untuk biaya operasional pelayanan.

    Hal lain yang juga menjadi masalah dalam pelayanan

    kesehatan di Kabupaten SBB, tidak meratanya persebaran tenaga

  • Status Kesehatan Kabupaten Seram Bagian Barat 33

    kesehatan yang ada. Untuk jumlah perawat dan bidan misalnya,

    secara jumlah sudah mencukupi (data tahun 2013 ada 120 bidan

    dan 294 perawat), tapi penempatannya tidak disesuaikan dengan

    kebutuhan wilayah. Ada satu dua puskesmas yang memiliki

    jumlah tenaga kesehatan melebihi rasio cakupan wilayah kerja,

    namun ada juga puskesmas yang justru kekurangan tenaga

    kesehatan. Kekurangan ini terjadi terutama pada daerah-daerah

    sulit, seperti daerah pulau maupun pegunungan. Hingga saat ini

    akses transportasi ke daerah tersebut umumnya masih minim.

    Ketidakmerataan tenaga kesehatan di daerah-daerah

    sulit menjadi salah satu kendala dalam pelayanan. Sebagai contoh

    di Kecamatan Taniwel, yang merupakan salah satu kecamatan ter-

    jauh di Kabupaten SBB. Puskesmas di Kecamatan Taniwel harus

    melayani 19 desa dan 2 dusun yang menjadi wilayah kerjanya.

    Namun, saat ini hanya memilimi 18 bidan, 3 di antaranya bidan

    yang bertugas di puskesmas. Desa-desa yang tidak memiliki bidan

    desa justru desa yang sulit aksesnya karena berada di daerah

    pegunungan dengan kondisi jalan yang belum memadai.

    Masalah yang juga menjadi keluhan beberapa tenaga

    kesehatan di Kabupaten SBB adalah minimnya sarana dan pra-

    sarana. Kondisi di fasilitas kesehatan yang kurang memadai, ter-

    utama di pustu-pustu. Di Kecamatan Taniwel misalnya, bebe-

    rapa pustu sudah berusia puluhan tahun dan tidak pernah ada

    pemeliharaan sehingga sudah mulai rusak di sana-sini. Ditambah

    lagi dengan perlengkapan yang ada juga sangat minim, seperti

    ketiadaan listrik, tempat tidur, alat-alat kesehatan, hingga

    ketersediaan air bersih. Hal ini, tentu saja menjadi kendala yang

    cukup serius dalam memberikan pelayanan ke masyarakat,

    terutama ketika harus membantu persalinan di fasilitas

  • Status Kesehatan Kabupaten Seram Bagian Barat34

    kesehatan. Demikian juga dengan perlengkapan posyandu seperti

    timbangan atau ketiadaan alat ukur tinggi badan yang layak.

    2.4.2 Masalah Kesehatan & Kerjasama Lintas Sektor

    Bisa dikatakan, tanggung jawab pembangunan kese-

    hatan di Kabupaten SBB selama ini berada di pundak dinas

    kese hatan. Meskipun begitu, juga dilakukan kerjasama dengan

    lintas sektor, misalnya dengan BKKBN untuk pelayanan KB dan

    Kesehatan Reproduksi, dengan Badan Ketahanan Pangan untuk

    Program Gizi, Badan Pemberdayaan Desa dan Dinas Pekerjaan

    Umum. Kerjasama tersebut umumnya sudah berjalan baik dan

    saling mendukung, meskipun dengan beberapa lintas sektor

    belum maksimal. Dengan Dinas PU misalnya, yang diharapkan

    bisa mendukung dalam hal penyediaan sarana dan prasarana

    kesehatan, namun sejauh ini belum ada.

    Kerjasama lintas sektor juga dilakukan pada tataran

    yang lebih operasional, yakni puskesmas dengan tokoh-tokoh

    masyarakat, utamanya adalah dengan pemerintah desa, terkait

    sosialisasi program-program yang ada. Kerjasama yang lebih

    teknis misalnya pelaksanaan posyandu yang diadakan di masing-

    masing desa. Pihak desa menyediakan tenaga kader untuk

    membantu kegiatan posyandu atau poskesdes dan penganggaran

    untuk Pemberian Makanan Tambahan (PMT), meskipun tidak

    semua desa memiliki anggaran untuk itu. Kerjasama dalam

    bentuk anggaran, khusus kesehatan, dengan pihak desa umum-

    nya belum ada, karena pihak desa juga mengaku bahwa dana

    mereka saat ini juga sangat terbatas.

    Tokoh masyarakat lain yang juga memiliki peran dalam

    pembangunan kesehatan di desa-desa yakni tokoh atau organisasi

    agama. Hal ini terutama pada organisasi agama di gereja yang

  • Status Kesehatan Kabupaten Seram Bagian Barat 35

    secara struktur memang lebih rapi. Beberapa organisasi gereja

    justru memiliki anggaran pelayanan kesehatan. Di beberapa desa

    di Kecamatan Taniwel misalnya, organisasi gereja mengadakan

    Posyandu Lansia dengan pembiyaan oleh mereka tapi secara

    tenaga kesehatan, bekerja sama dengan puskesmas setempat.

    Salah satu sosok penting yang terlibat langsung dalam

    pelayanan kesehatan di masyarakat adalah dukun bayi (mama

    biyang). Di Kabupaten SBB, rata-rata setiap desa memilki minimal

    1 orang dukun bayi. Keberadaan dukun bayi tak lepas dari

    masih percayanya masyarakat terhadap pelayanan yang mereka

    berikan, terutama dalam menolong persalinan. Dinas Kesehatan

    Kabupaten SBB memberikan pelatihan kepada para dukun bayi

    ini. Selain itu, juga dilakukan kemitraan antara bidan dengan

    dukun bayi. Kemitraan biasanya dalam bentuk kerjasama ketika

    menolong persalinan. Beberapa kemitraan berjalan dengan

    baik, namun pada beberapa kasus masih terjadi pertolongan

    persalinan yang sepenuhnya dilakukan oleh dukun bayi.

    2.4.3 Masalah Kesehatan di Masyarakat

    Masih belum baiklah. Pelayanan belum baik, belum

    maksimal. Ujar Pak L, seorang tokoh masyarakat di Keca-matan Taniwel, ketika ditanya tentang pelayanan kese-hatan yang ada saat ini. Menurut Pak L, meski jarak dari desanya ke puskesmas relatif dekat (sekitar 1 km), namun masih sedikit masyarakat yang memanfaatkan layanan kesehatan di puskesmas. Dulu-dulu itu kan istilahnya tidak ada obat, kekurangan obat, tapi sampai sekarang masih

    kekurangan. tambah Pak L. Selain itu, masih menurut Pak L, ada kecenderungan di masyarakat untuk pergi ke fasilitas kesehatan ketika sakit sudah parah. Meskipun berobat ke

  • Status Kesehatan Kabupaten Seram Bagian Barat36

    puskesmas diakui murah atau bahkan gratis, namun kualitas obatnya seringkali dianggap tidak cukup manjur sehingga banyak masyarakat yang memilih membeli obat-obat generik sendiri atau jika memungkinkan, memanggil tenaga kesehatan ke rumah daripada datang ke fasilitas kesehatan.

    Kepemilikan jaminan kesehatan juga belum diakses

    semua masyarakat. Hal ini terkait sosialisasi yang masih rendah,

    sehing ga banyak masyarakat yang belum paham akan cara pem-

    buatan dan manfaat kepemilikannya. Pendataan yang seringkali

    tidak akurat juga menjadi masalah. Seringkali terjadi kasus

    misalnya seorang penduduk yang sudah meninggal bahkan

    mem peroleh kartu jaminan kesehatan. Ada juga kasus di mana

    penduduk yang dianggap mampu secara ekonomi memperoleh

    jaminan kesehatan dan sebaliknya, penduduk yang kurang mam-

    pu justru tidak mendapatkan.

    Dari segi tenaga kesehatan, beberapa masyarakat juga

    menyebutkan bahwa selama ini masih kurang. Di Puskesmas

    Kecamatan Taniwel misalnya, saat ini tidak ada tenaga dokter dan

    menurut Pak L, ketiadaan tenaga dokter ini juga mempengaruhi

    tingkat kepercayaan masyarakat untuk memeriksakan diri ke

    Puskesmas.

    Pak N, salah seorang tokoh masyarakat yang lain, menye-

    butkan bahwa tidak adanya bidan di desanya dianggap sebagai

    salah satu faktor utama kenapa masyarakat masih menggunakan

    jasa mama biyang ketika melahirkan. Beberapa masyarakat

    yang menggunakan jasa mama biyang menyebutkan bahwa

    seringkali ketika mereka ingin memanggil bidan, bidan sedang

    tidak ada di tempat sehingga kemudian pilihan jatuh pada dukun

    bayi. Selain itu pertimbangan ia akan melahirkan normal juga

  • Status Kesehatan Kabupaten Seram Bagian Barat 37

    menjadi pertimbangan untuk menggunakan jasa dukun bayi. Ada

    semacam asumsi di masyarakat bahwa menggunakan jasa bidan

    lebih mahal dibandingkan menggunakan jasa dukun bayi. Di sisi

    lain, faktor-faktor kedekatan secara sosial juga mempengaruhi

    pilihan. Dukun bayi umumnya penduduk setempat, yang sudah

    dikenal di lingkungan sekitar dengan baik sehingga sudah terjalin

    hubungan sedemikian rupa dengan pasien. Hal ini berbeda

    dengan bidan yang mungkin saja pendatang dan karenanya,

    hubungan yang dibangun sedikit berjarak.

    Minimnya sosialisasi dan penyuluhan kesehatan juga dikeluhkan beberapa tokoh masyarakat dan diyakini mereka sebagai salah satu sebab rendahnya kesadaran masyarakat terkait kesehatan. Seperti yang diungkapkan Pak N, misalnya yang mengaku selama ini sosialisasi hanya diberikan dalam bentuk tertulis dan dianggap tidak cukup efektif. Ini nggak tahu ini bagaimana dari tiap dinas, aturan tahun-tahun ini cuma dikasih foto kopi saja, dibaca saja. Ha, kita

    ini bingung. Kalau disertai pendamping kasih arahan kesehatan

    nggak bingung to? ungkap Pak N. Hal senada juga diungkapkan Pak D, tokoh desa yang

    yang lain, Penyuluhan kepada masyarakat. Jadi, barang-barang ini harusnya diberikan kejelasan. Masyarakat ini bodoh, tapi kalau

    terus menerus, dia juga ingat.

    Masalah kesehatan yang cukup menonjol di masyarakat

    saat ini adalah masih tingginya penderita malaria. Kabupaten SBB

    sendiri memang dikategorikan sebagai daerah endemis malaria.

    Upaya-upaya sudah dilakukan seperti penyemprotan atau

    pembagian kelambu, namun kasus-kasus malaria di masyarakat

    masih cenderung tinggi. Penyakit lain yang muncul seperti

  • Status Kesehatan Kabupaten Seram Bagian Barat38

    TB Paru, Kusta, namun secara jumlah tidak terlalu menonjol.

    Sementara penyakit seperti muntaber, diare, dan ISPA banyak

    dialami terutama oleh balita dan anak-anak.

    Kesadaran masyarakat mengenai perilaku hidup bersih

    dan sehat juga masih cukup rendah, seperti kebiasaan buang air

    di tempat terbuka (di pantai bagi yang tinggal di daerah pesisir)

    dan pembuangan sampah sembarangan. Sampah biasa dibuang

    di laut, di pinggir jalan, atau di pekarangan saja. Sementara

    untuk ketersediaan air bersih, umumnya masyarakat di SBB tidak

    kesulitaan memperoleh air bersih karena sumber-sumber air

    mudah didapat, baik itu dari mata air maupun sumur galian.

    2.5 Komparasi Indeks Pembangunan Kesehatan Manusia (IPKM) & Data Rutin di Tahun 2007-2013

    Seperti yang kita ketahui, IPKM pada tahun 2007 meru-

    pakan agregat yang terdiri dari 24 indikator. Sedangkan IPKM

    2013 yang merupakan penyempurnaan dari IPKM 2007, meru-

    pakan agregat yang terdiri dari 30 indikator. Perubahan jumlah

    agregat indikator dari 24 menjadi 30 menjadi salah satu pembeda

    pengembangan IPKM 2007 dibandingkan IPKM 2013. Perbedaan

    lainnya yakni metode penghitungan indeks tersebut.

    Komparasi IPKM Kabupaten SBB di tahun 2007 dengan 2013

    dilakukan pada 4 sub indeks yakni kesehatan balita, kesehatan

    reproduksi, pelayanan kesehatan, dan perilaku kesehatan. Data

    IPKM diperbandingkan dengan menggunakan data sekunder buku

    IPKM 2007 dan 2013 dengan metode perhitungan IPKM 2007.

    Agar komparasi selaras antara IPKM dan data rutin, maka

    data rutin yang disejajarkan merupakan data rutin dari program

  • Status Kesehatan Kabupaten Seram Bagian Barat 39

    kesehatan balita, kesehatan reproduksi, pelayanan kesehatan,

    dan perilaku kesehatan. Sumber data rutin diambil dari data

    laporan profil kesehatan Kabupaten SBB tahun 2007 dan 2013

    dan atau laporan profil kesehatan Provinsi Maluku tahun 2007

    dan 2013. Data profil SBB dalam Angka yang dipublikasi oleh

    Badan Pusat Statistik turut melengkapi perbandingan data rutin.

    2.5.1 Komparasi IPKM Kabupaten SBB tahun 2007 dan 2013

    Penghitungan IPKM di tahun 2013 yang terdiri dari 30

    indikator dapat dihitung per sub indeksnya juga. Ada 7 sub indeks

    (kelompok indikator) yang dihasilkan dari 30 indikator yang

    ada, yakni sub indeks kesehatan balita, kesehatan reproduksi,

    pelayanan kesehatan, perilaku kesehatan, penyakit tidak menular,

    penyakit menular, dan kesehatan lingkungan. Sub indeks pertama

    hingga ke empat menjadi fokus penggalian data Kabupaten SBB.

    Sub indeks Kesehatan Balita terdiri dari 6 indikator, yakni

    indikator balita gizi buruk dan kurang, balita sangat pendek dan

    pendek, balita gemuk, penimbangan balita, kunjungan neonatal

    dan imunisasi lengkap. Sub indeks Kesehatan Reproduksi terdiri

    dari 3 indikator, yakni indikator penggunaan alat kontrasepsi

    (MKJP), pemeriksaan kehamilan (K4), dan indikator Kurang Energi

    Kronik (KEK) pada Wanita Usia Subur (WUS).

    Ada 3 prevalensi dan 1 cakupan indikator dalam sub

    indeks kesehatan balita yang mengalami peningkatan pada tahun

    2013 dibandingkan tahun 2007. Ada 1 cakupan indikator yang

    menurun yakni cakupan imunisasi lengkap. Untuk lebih jelasnya

    dapat dilihat dalam gambar 2.6 untuk kecenderungan prevalensi

    dan gambar 2.7 untuk kecenderungan cakupan.

  • Status Kesehatan Kabupaten Seram Bagian Barat40

    Berdasarkan gambar 2.6, terjadi penurunan prevalensi

    untuk indikator gizi buruk, pendek, dan gemuk. Artinya terjadi

    penurunan kasus masalah gizi dalam 3 indikator tersebut. Pada

    gambar 2.7 terlihat, terjadi peningkatan upaya penimbangan

    balita meski belum terlalu besar peningkatannya. Namun upaya

    imunisasi lengkap menurun tajam.

    Gambar 2.6 Kecenderungan Prevalensi gizi balita balita berdasarkan IPKM 2007-2013

    Sumber : Laporan IPKM 2007 & 2013

    Gambar 2.7 Kecenderungan Cakupan Kesehatan Balita Berdsarkan IPKM 2007 dibandingkan IPKM 2013

    Sumber : Laporan IPKM 2007 & 2013

  • Status Kesehatan Kabupaten Seram Bagian Barat 41

    Kecenderungan data indikator kesehatan reproduksi

    ber dasarkan data IPKM 2007-2013 tidak dapat dilihat karena

    indikator cakupan MKJP, K4, dan prevalensi KEK pada WUS

    meru pakan indikator pengembangan pada tahun 2013, pada

    IPKM 2007 belum terakomodasi. Perbandingan data kabu-

    paten bisa dilakukan terhadap data provinsi di tahun 2013.

    Cakupan MKJP dan K4 di Kabupaten SBB terlihat lebih rendah

    diban dingkan cakupan di Provinsi Maluku. Begitu juga dengan

    cakupan kunjungan pemeriksaan kehamilan (K4). Sedangkan

    untuk prevalensi KEK pada WUS kabupaten SBB lebih rendah

    dibandingkan dengan Provinsi Maluku di tahun yang sama. Untuk

    lebih jelasnya terdapat pada gambar berikut ini.

    Gambar 2.8 Perbandingan Cakupan & Prevalalensi Kesehatan Reproduksi di Kabupaten SBB & Provinsi Maluku

    Sumber : Laporan IPKM 2007 & 2013

    Kelompok indikator atau sub indeks Pelayanan kesehatan

    terdiri dari 5 indikator, yakni indikator persalinan oleh tenaga

    kesehatan (nakes) di fasilitas kesehatan (faskes), proporsi keca-

  • Status Kesehatan Kabupaten Seram Bagian Barat42

    mat an dengan kecukupan jumlah dokter per penduduk, pro porsi

    desa dengan kecukupan jumlah posyandu per desa, proporsi desa

    dengan kecukupan jumlah bidan per penduduk, dan indikator

    kepemilikan jaminan pelayanan kesehatan. Sementara sub indeks

    perilaku kesehatan juga memiliki 5 indikator, yakni indikator

    perilaku merokok, cuci tangan dengan benar, buang air besar

    di jamban, aktivitas fisik cukup, dan indikator menggosok gigi

    dengan benar.

    Proporsi kecukupan jumlah dokter dan bidan pada IPKM

    2007 memiliki definisi yang agak berbeda dengan IPKM 2013,

    sehingga perbandingan hanya dapat dilakukan dengan keadaan

    provinsi di tahun yang sama. Proporsi jumlah dokter dan bidan

    di Kabupaten SBB lebih besar sedikit dibandingkan di Provinsi

    Maluku. Cakupan penolong persalinan oleh nakes di Kabupaten

    SBB sedikit lebih rendah dibandingkan di Provinsi Maluku. Untuk

    lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut ini.

    Gambar 2.9 Cakupan Sub Indeks Yankes Berdasarkan IPKM 2007 di Kabupaten SBB Terhadap IPKM Provinsi Maluku

    Sumber: Laporan IPKM 2007 & 2013

  • Status Kesehatan Kabupaten Seram Bagian Barat 43

    Indikator persalinan ditolong oleh nakes di faskes meru-

    pakan indikator pengembangan di tahun 2013, sehingga tidak

    bisa dibandingkan dengan data tahun 2007. Namun jika di tahun

    2013 akan dibandingkan dengan provinsi ternyata Kabupaten

    SBB memiliki cakupan jauh lebih rendah dibandingkan provinsi

    Maluku. Indikator desa yang memiliki kecukupan posyandu ber-

    dasarkan data IPKM 2013 memiliki proporsi yang lebih besar

    dibandingkan proporsi di Provinsi Maluku. Untuk lebih jelasnya

    dapat dilihat pada gambar berikut.

    Gambar 2.10 Cakupan Sub Indeks Yankes Berdasarkan IPKM 2013 di Kabupaten SBB terhadap Provinsi Maluku

    Sumber: Laporan IPKM 2007 & 2013

    Proporsi dokter di Kabupaten SBB terlihat hampir sama

    jumlahnya dibandingkan di Provinsi Maluku berdasarkan IPKM

    2013. Sedangkan proporsi bidan di Kabupaten SBB lebih besar

    dibandingkan di Provinsi Maluku. Jika dilihat pola pada gambar

    2.9 & 2.10, Kabupaten SBB berhasil menambah jumlah tenaga

  • Status Kesehatan Kabupaten Seram Bagian Barat44

    dokter dan bidan secara cukup signifikan dibandingkan kabupaten

    lain di Provinsi Maluku.

    Kecenderungan IPKM 2007-2013 hanya ada 3 indikator

    yang bisa diperbandingkan dari 5 indikator dalam sub indeks

    Perilaku Kesehatan, yakni indikator proporsi cuci tangan, perilaku

    BAB, dan aktivitas fisik. Ketiga indikator tersebut sedikit meng-

    alami kenaikan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar

    berikut ini.

    Gambar 2.11 Kecenderungan Perilaku Kesehatan berdasarkan IPKM 2007-2013

    Sumber : Laporan IPKM 2007 & 2013

    2.5.2 Komparasi Data Rutin Kabupaten SBB tahun 2007- 2013

    Data rutin kesehatan Kabupaten SBB yang bisa diperoleh

    selama di lokasi penelitian berasal dari 2 instansi, yakni dinas

    kesehatan dan Badan Pusat Statistik. Data rutin tersebut berupa

    laporan profil kesehatan di kabupaten dan provinsi, dan profil

    kabupaten dalam angka jika dibutuhkan untuk melengkapi.

  • Status Kesehatan Kabupaten Seram Bagian Barat 45

    Dari laporan profil kesehatan, pada sub indeks kesehatan

    balita hanya ada dua indikator yang bisa dibandingkan yakni

    cakupan penimbangan balita (D/S) dan kejadian gizi kurang.

    Kecen derungan kedua indikator dapat dilihat pada gambar beri-

    kut ini.

    Gambar 2.12 Kecenderungan Sub Indeks Kesehatan Balita Tahun 2007 & 2013

    Sumber : Laporan Profil Kesehatan Kabupaten SBB & Provinsi Maluku

    Berdasarkan gambar 2.12 terlihat cakupan penimbangan

    balita mengalami sedikit kenaikkan dari 2007 hingga 2013.

    Sementara kasus gizi kurang terjadi sedikit penurunan, meskipun

    tidak banyak. Kecenderungan kasus gizi kurang ini memiliki

    pola yang hampir sama dengan data kecenderungan IPKM yang

    ada, yakni kasusnya sedikit berkurang. Jika dilihat besaran pre-

    valensi data rutin cenderung sedikit dibandingkan data survai

    dikarenakan data rutin hanya menghitung kejadian gizi kurang

    saja, sedangkan pada IPKM, kasus gizi kurang ditambah kasus