Seri Studi Kualitatif IPKM; Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan...

download Seri Studi Kualitatif IPKM; Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkungan

of 243

Transcript of Seri Studi Kualitatif IPKM; Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan...

  • 7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkung

    1/243

  • 7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkung

    2/243

    PENERBIT PT KANISIUS

    Potret Kota Padang Sidempuandalam Permasalahan Gizi Balitadan Kesehatan Lingkungan

    Turniani Laksmiar

    Asep Kusnali

    Irfan Ardhani

    Subhansah

  • 7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkung

    3/243

    Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita

    dan Kesehatan Lingkungan

    1015003047

    2015 - PT Kanisius

    Penerbit PT Kanisius (Anggota IKAPI)

    Jl. Cempaka 9, Deresan, Caturtunggal, Depok, Sleman,

    Daerah Ismewa Yogyakarta 55281, INDONESIA

    Kotak Pos 1125/Yk, Yogyakarta 55011, INDONESIA

    Telepon (0274) 588783, 565996; Fax (0274) 563349

    E-mail : [email protected] : www.kanisiusmedia.com

    Cetakan ke- 3 2 1

    Tahun 17 16 15

    Editor :

    Desainer isi : Oktavianus

    Desainer sampul : Agung Dwi Laksono

    ISBN 978-979-21-4382-9

    Hak cipta dilindungi undang-undang

    Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan

    cara apa pun, termasuk fotokopi, tanpa izin tertulis dari Penerbit.

    Dicetak oleh PT Kanisius Yogyakarta

  • 7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkung

    4/243

    Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkungan iii

    DEWAN EDITORProf. dr. Agus Suwandono, MPH, Dr.PH guru besar pada

    Universitas Diponegoro Semarang, sekaligus Profesor Riset

    dari Badan Penelian dan Pengembangan Kementrian

    Kesehatan Republik Indonesia.

    Dr. Trihono, M.Sc Ketua Komite Pendayagunaan Konsultan

    Kesehatan (KPKK), yang juga Ketua Majelis Tenaga Kesehatan

    Indonesia (MTKI), sekaligus konsultan Health Policy Unit

    Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

    Dr. Semiarto Aji Purwantoantropolog, Ketua Dewan Redaksi

    Jurnal Antropologi Universitas Indonesia, sekaligus pengajar

    pada Departemen Antropologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

    Polik Universitas Indonesia di Jakarta.

    Atmarita, MPH., Dr.PH doktor yang expertdi bidang gizi.

  • 7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkung

    5/243

    Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkunganiv

    UCAPAN TERIMA KASIH

    Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada Internaonal

    Development Research Centre, Oawa, Canada, atas dukungan

    nansial yang diberikan untuk kegiatan pengembangan Indeks

    Pembangunan Kesehatan Masyarakat tahun 2013 dan studi

    kasus kualitaf gambaran peningkatan dan penurunan IPKM di

    Sembilan Kabupaten/Kota di Indonesia.

    This work was carried out with the aid of a grant from the

    Internaonal Development Research Centre, Oawa, Canada.

  • 7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkung

    6/243

    v

    KATA PENGANTAR

    Assalamualaikum Wr. Wb.

    Puji syukur kepada Allah SWT selalu kami panjatkan, karena

    dengan rahmat dan karunia-Nya buku ini telah dapat diselesaikan

    dengan baik. Buku ini merupakan bagian dari sembilan buku seri

    hasil studi kualitaf di sembilan Kabupaten/Kota (Nagan Raya,

    Padang Sidempuan, Tojo Una-Una, Gunungkidul, Wakatobi,

    Murung Raya, Seram Bagian Barat, Lombok Barat, dan Tolikara)

    di Indonesia, sebagai ndak lanjut dari hasil Indeks Pembagunan

    Kesehatan Masyarakat.

    Hasil Indeks Pembangunan Kesehatan Masyarakat (IPKM)

    menunjukkan hasil yang bervariasi di antara 497 Kabupaten/Kota

    di Indonesia. Beberapa Kabupaten/Kota mengalami peningkatan

    ataupun penuruna nilai IPKM pada tahun 2013 ini dibandingkandengan IPKM 2007. Sembilan buku seri ini akan menggambarkan

    secara lebih mendalam faktor-faktor yang berkaitan dengan

    penurunan ataupun peningkatan nilai IPKM yang berkaitan

    dengan kondisi sosial, ekonomi, budaya, maupun geogras

    wilayah Kabupaten/Kota. Buku ini diharapkan dapat memberikan

    semangat ataupun pemikiran yang inovaf bagi Kabupaten/Kota

    lokasi studi kualitaf dilakukan, dalam membangun kesehatan

    secara lebih terarah dan terpadu. Disamping itu, buku ini dapat

    memberikan suatu pembelajaran bagi Kabupaten/Kota lainnya

    dalam meningkatkan status kesehatan masyarakatnya.

    Penghargaan yang nggi serta terima kasih yang tulus kami

    sampaikan atas semua dukungan dan keterlibatan yang opmal

    kepada m penulis buku, Internaonal Development Research

  • 7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkung

    7/243

    Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkunganvi

    Center (IDRC) Oawa, Canada, peneli Badan Litbangkes,

    para pakar di bidang kesehatan, serta semua pihak yang telah

    berparsipasi dalam studi kualitaf dan penulisan buku ini. Kami

    sampaikan juga penghargaan yang nggi kepada semua pihak di

    daerah Provinsi, Kabupaten/Kota sampai dengan ngkat Desa

    baik di sektor kesehatan maupun non-kesehatan serta anggota

    masyarakat, yang telah berparsipasi akf dalam studi kualitaf

    di sembilan Kabupaten/Kota.

    Kami menyadari masih banyak kekurangan dan kelemahan

    dari penyusunan buku ini, untuk itu akan menerima secara

    terbuka masukan dan saran yang dapat menjadikan buku ini

    lebih baik. Kami berharap buku ini selanjutnya dapat bermanfaat

    bagi upaya peningkatan pembangunan kesehatan masyarakat di

    Indonesia.

    Billahiauqwalhidayah, Wassalamualaikum Wr.Wb.

    Jakarta, Juli 2015

    Kepala Badan Penelian dan Pengembangan Kesehatan

    Kementrian Kesehatan RI.

    Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama

    SpP (K)., MARS., DTM&H., DTCE.

  • 7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkung

    8/243

    vii

    DAFTAR ISI

    UCAPAN TERIMA KASIH......................................................... iv

    KATA PENGANTAR ............................................................. v

    DAFTAR ISI ............................................................. vii

    DAFTAR TABEL ............................................................. x

    DAFTAR GAMBAR ............................................................. xiii

    BAB 1 PENDAHULUAN....................................................... 1

    1.1 Latar Belakang................................................. 1

    1.2. Alasan Pemilihan Wilayah................................ 3

    1.3. Metode Penelian........................................... 5

    1.4 Tujuan Penelian............................................. 7

    1.5 Manajemen Penelian.................................... 7

    1.6. Analisis Data.................................................... 8

    BAB 2 SELAYANG PANDANG KOTA PADANG SIDEMPUAN.. 9

    2.1. Kondisi Geogras dan Penduduk..................... 9

    2.2. Sejarah Singkat................................................. 14

    2.3. Latar Belakang Budaya..................................... 18

    2. 4. Potensi Daerah ................................................ 25

    2.5. Kapasitas Fiskal Daerah dan Tingkat Kemiskinan 28

    2.6. Gambaran Status Kesehatan............................ 31

    2.7 Sarana Kesehatan dan Unit Kesehatan

    Berbasis Masyarakat........................................ 44

    2.8 Sumber Daya Kesehatan.................................. 46

    2.9. Pembiayaan Kesehatan.................................... 47

  • 7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkung

    9/243

    Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkunganviii

    2.10 Rencana Pembangunan Daerah Sektor

    Kesehatan ....................................................... 48

    2.11 Pengeran Sehat Menurut Budaya.................. 68

    BAB 3 KEGALAUAN KOTA PADANG SIDEMPUAN ATAS

    INDEKS PEMBANGUNAN KESEHATAN MASYARAKAT 75

    3.1 Pengantar ......................................................... 75

    3.2 IPKM Kota Padang Sidempuan ........................ 79

    BAB 4 KEJADIAN STATUS KESEHATAN BALITA DI KOTA

    PADANG SIDEMPUAN.............................................. 103

    4.1. Pendahuluan ................................................... 103

    4.2. Ciri-Ciri Gangguan Gizi pada Balita ................. 104

    4.3. Informasi Pemangku Kebijakan........................ 107

    4.4. Observasi Kesehatan Balita di Puskesmas

    dan Posyandu.................................................. 113

    4.5. Upaya Pemerintah Daerah dalam

    Penanggulangan Kesehatan Balita Khususnya

    Gizi Buruk dan Gizi Kurang............................... 133

    BAB 5 LINGKUNGAN SEHAT BELUM MENJADI POLA HIDUP

    MASYARAKAT KOTA PADANG SIDEMPUAN.............. 161

    5.1 Pendahuluan .................................................... 161 5.2 Romansme Sungai sebagai Sumber Inspirasi. 163

    5.3 Sanitasi dan Air Bersih Sebagai Impian

    Masyarakat Kota Padang Sidempuan............... 171

    5.4 Pembiayaan untuk Kesehatan Sanitasi dan Air

    Bersih ............................................................. 175

    5.5 Sumber Daya Manusia..................................... 175

  • 7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkung

    10/243

    Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkungan ix

    5.6. Keperluan Sarana Untuk Penyehatan

    Lingkungan ....................................................... 177

    5.7 Dukungan Manajemen dan Regulasi

    Menuju Lingkungan Sehat............................... 178

    5.8 Pemberdayaan Masyarakat.............................. 183

    BAB 6 KESIMPULAN........................................................... 189

    6.1 Masalah Kesehatan Balita................................ 189

    6.2. Masalah Kesehatan Lingkungan ...................... 197

    6.3. Rekomendasi dan Model Pendampingan........ 200

    DAFTAR PUSTAKA ............................................................. 205

    INDEKS ............................................................. 209

  • 7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkung

    11/243

    Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkunganx

    DAFTAR TABEL

    Tabel 1.1 Indikator Indeks di Kota Padang Sidempaun

    Tahun 2013 ....................................................... 4

    Tabel 2.1. Nama Sungai yang Melintasi Kota Padang

    Sidempuan Menurut Panjang, 2013................. 12

    Tabel 2.2. Luas Wilayah, Jumlah Desa/Kelurahan dan

    Kepadatan Penduduk Di Kota PadangSidempuan, 2013 .............................................. 13

    Tabel 2.3. Indeks Kapasitas Fiskal Kota Padang Sidempuan

    Berdasarkan Data Realisasi APBD

    Tahun Anggaran 2009-2012 .............................. 29

    Tabel 2.4. Tingkat Kemiskinan Tahun 2009 2013 ........... 30

    Tabel 2.5. Kasus Kemaan Bayi Menurut Kecamatan dan

    Puskesmas Tahun 2013 ..................................... 32

    Tabel 2.6. Kasus Kemaan Ibu Hamil dan Ibu Bersalin,

    2013 .................................................................. 34

    Tabel 2.7. Kasus Kemaan Anak dan Balita Tahun 2013... 35

    Tabel 2.8. Jumlah Bayi BBLR Menurut Jenis Kelamin dan

    Puskesmas Tahun 2013 ..................................... 36

    Tabel 2.9. Jumlah Balita Berdasarkan Status GiziTahun 2011 2012 ........................................... 38

    Tabel 2.10. Jumlah Balita Gizi Buruk dan Kurang dan Jumlah

    Balita Sembuh Tahun 2013 2014................... 40

    Tabel 2.11. Persentase Rumah Tangga Menurut Sumber

    Air Minum di Kota Padang Sidempuan

    Tahun 2013 ....................................................... 41

  • 7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkung

    12/243

    Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkungan xi

    Tabel 2.12. Jumlah Pelanggan Air Bersih pada PDAM

    Tirtanadi dan Tirta Ayumi Untuk Kebutuhan

    Rumah Tangga Menurut Kecamatan 2013........ 43

    Tabel 2.13. Banyaknya Fasilitas Kesehatan dan Usaha

    Kesehatan Bersama Masyarakat (UKBM)

    Menurut Kecamatan, 2013............................... 45

    Tabel 2.14. Jumlah Tenaga Kesehatan di Kota Padang

    Sidempuan Tahun 2013 .................................... 47

    Tabel 2.15. Jumlah Bayi Berdasarkan Status Gizi

    Tahun 2011-2013 .............................................. 62

    Tabel 2.16. Luas wilayah, Jumlah Penduduk dan Kepadatan

    Penduduk Menurut Kecamatan 2013............... 63

    Tabel 3.2. Indeks Kesehatan Lingkungan Kabupaten/Kota

    di Provinsi Sumatera Utara Berdasarkan

    IPKM 2007........................................................ 84

    Tabel 3.3. Perbandingan Indeks Kelompok Indikator dalam

    IPKM 2013 Kota Padang Sidempuan terhadap

    Provinsi Sumatera Utara dan Nasional............. 88

    Tabel 3.4. Perbandingan Indikator Kota Padang Sidempuan

    dengan Provinsi dan Nasional Tahun 2013....... 89

    Tabel 3.5. Indeks Kelompok Indikator Kesehatan Balita

    dan Kesehatan Lingkungan 2007-2013 ............. 94

    Tabel 4.1. Anggaran Kesehatan Kota Padang SidempuanTahun 2007 dan 2013 ....................................... 139

    Tabel 4.2. Jumlah dan rasio tenaga kesehatan di

    Kota Padangsidempuan Tahun 2007 dan 2013 . 149

    Tabel 4.3. Sarana Kesehatan di Kota Padang Sidempuan .. 154

    Tabel 5.1. Sungai dan Anak Sungai Yang Melintasi Kota

    Padang Sidempuan ........................................... 165

  • 7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkung

    13/243

    Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkunganxii

    Tabel 5.2. Persentase Rumah Tangga Menurut Sumber

    Air Minum Di Kota Padangsidimpuan, 2013..... 167

    Tabel 5.3. Penduduk yang Tinggal di Bantaran Sungai Kota

    Padang Sidempuan tahun 2008........................ 183

  • 7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkung

    14/243

    xiii

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 2.1 Peta Wilayah Kota Padang Sidempuan......... 10

    Gambar 2.2 Kota Padang Sidempuan Dilihat dari Bukit

    Simarsayang................................................. 11

    Gambar 2.3 Sungai Batang Ayumi yang melewa

    Kecamatan Padangsidimpuan Hutaimbaru.. 12

    Gambar 2.4 Peta Kota Padang Sidempuan tahun 1852... 15Gambar 2.5 Tugu Salak Kota Padang Sidempuan ............. 26

    Gambar 2.6. Grak Persentase Rumah Tangga Menurut

    Sanitasi Air Minum dan Kondisi Sanitasi

    Tahun 2013 ................................................... 42

    Gambar 2.7 Alur Renstra dan Renja Dinas Kesehatan

    Kota Padang Sidempuan ............................... 59

    Gambar 4.1. Penimbangan Balita...................................... 122

    Gambar 4.2 Pemberian Tetes Vitamin A, Bubur Kacang

    Hijau untuk Balita......................................... 123

    Gambar 4.3 Petugas Gizi Sedang Memberikan Penyuluhan

    Pada Ibu KEK Dan Balita Gizi Kurang............. 125

    Gambar 4.4 Petugas Pustu dan Kader Posyandu

    memberikan Vit A dan melakukanimunisasi TT .................................................. 126

    Gambar 4.5 Lokasi Pendaaran Balita............................. 127

    Gambar 4.6. Lokasi Penimbangan Balita........................... 128

    Gambar 4.8 Kegiatan Penimbangan di Posyandu Mangga

    (rumah Kader) .............................................. 131

    Gambar 4.9 Kondisi Posyandu Strawberry, Batu Nadua.. 132

  • 7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkung

    15/243

    Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkunganxiv

    Gambar. 4.10 Pencatatan Buku KIA di Posyandu Starwberry,

    Batu Nadua................................................... 133

    Gambar 5.1. Tiga syarat kecukupan gizi anak menurut

    UNICEF.......................................................... 163

    Gambar 5.2. Gambaran lingkungan sehat ......................... 164

    Gambar 5.3 sungai dan pancuran tempat MCK

    di Kota Padang Sidempuan ........................... 170

    Gambar 5.4 Sumur gali warga yang diambil dari atas...... 171

    Gambar 5.5 Indeks Kesehatan Lingkungan

    Kota Padang Sidempuan 2013 ...................... 172

    Gambar 5.6 Persentase Rumah Tangga Kota Padang

    Sidempuan Menurut Kondisi Air Minum dan

    Sanitasi Tahun 2013 ...................................... 173

    Gambar 5.7 Tempat Pembuangan Akhir Tinja.................. 174

    Gambar 5.8 Forum konsultasi publik Kota Padang

    Sidempuan tahun 2015 ................................ 179

    Gambar 5.9. Tempat Pembuangan Akhir sampah

    Kota Padang Sidempuan ............................... 182

  • 7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkung

    16/243

    1

    BAB 1

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Keberhasilan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) salah

    satunya ditentukan oleh derajat pembangunan kesehatan masya-

    rakat. Adapun keberhasilan pembangunan kesehatan masyarakatselain ditentukan dari pemberi pelayanan kesehatan maupun

    pemerintah, juga sangat dipengaruhi oleh peran serta dari

    masyarakat sendiri.

    IPKM merupakan ukuran komposit dari pencapaian dalam

    ga dimensi dasar pembangunan manusia, hidup yang sehat dan

    panjang umur, akses terhadap pengetahuan dan standar hidup

    yang layak berdasarkan pada indikator kesehatan, pendidikan

    dan ekonomi. IPM menyediakan pendekatan alternaf untuk

    mengevaluasi ngkat kemajuan sebuah negara. Di Indonesia, IPM

    juga digunakan untuk mengevaluasi kemajuan pembangunan

    pada ngkat kabupaten. Satu komponen penng dari IPM adalah

    indikator kesehatan, yang digunakan sebagai prediksi rata-rata

    ngkat harapan hidup.Salah satu alat yang digunakan untuk mengukur ngkat

    keberhasilan pembangunan kesehatan masyarakat di Indonesia

    adalah Indeks Pembangunan Kesehatan Masyarakat (IPKM).

    IPKM pertama kali disusun tahun 2010 menggunakan ga data

    survei nasional yaitu Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas),

    Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), dan Survei Potensi Desa

    (Podes). Kega survei tersebut dilaksanakan pada tahun 2007-

  • 7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkung

    17/243

    Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkungan2

    2008. Susenas dan Riskesdas merupakan survei berbasis pada

    masyarakat, sedangkan Podes berbasis pada desa. Susenas

    dan Podes dilaksanakan oleh Badan Pusat Stask, sedangkan

    Riskesdas dilaksanakan oleh Badan Penelian dan Pengembangan

    Kesehatan Kementerian Kesehatan.

    Berdasar pada peringkat IPKM, pemerintah pusat dapat

    terlibat dengan pemerintah kabupaten dan kementerian lain

    yang sejalan untuk: 1. Memahami lebih baik alasan terjadinya

    pembangunan kesehatan yang buruk, dan 2. Mencari jalan

    keluar atau solusi yang tepat untuk meningkatkan kesehatan dan

    pelayanan kesehatan dengan cara yang lebih merata di seluruh

    negeri. IPKM memiliki visi untuk menjadi:

    Alat/Media bagi pemerintah pusat untuk mengevaluasi1.

    kemajuan pada pembangunan kesehatan dari berbagai

    kabupaten/kota seap waktu, mengawasi perbedaan di

    seluruh negeri dan membantu memformulasikan kebijakandan intervensi berdasar buk-buk.

    Alat/Media advokasi untuk pemerintah provinsi dan kabu-2.

    paten untuk meningkatkan status kesehatan mereka dengan

    berfokus pada sumber daya, prioritas kebijakan, serta

    program intervensi.

    Kriteria untuk mengalokasikan dana dari ngkat pusat ke3.

    pemerintah provinsi dan kabupaten.

    Berdasarkan hasil Indeks Pembangunan Kesehatan Masya-

    rakat (IPKM) tahun 2007 dengan menggunakan 20 indikator

    kesehatan maka didapatkanlah peringkat untuk seap kabupaten

    menyangkut kesehatan. Dari peringkat IPKM ini maka terlihat

    kabupaten yang memiliki IPKM baik dan kabupaten yang

  • 7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkung

    18/243

    Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkungan 3

    masih buruk serta membutuhkan intervensi agar mengalami

    peningkatan. Tujuan penentuan peringkat kepada provinsi

    dan kabupaten/kota dalam IPKM adalah memberikan dasar

    bagi Pemerintah Pusat untuk menentukan alokasi anggaran

    kesehatan dari pusat ke daerah. Selain itu juga sebagai bahan

    advokasi kepada provinsi maupun kabupaten kota untuk

    menaikkan peringkatnya dengan melakukan prioritas program

    kesehatan sesuai indikator dalam IPKM. Bagi Pemerintah Daerah

    IPKM diharapkan menjadi dasar dalam perencanaan program

    pembangunan kesehatan di wilayahnya.

    IPKM hanya menggambarkan hasil pembangunan kese-

    hatan masyarakat dalam angka indeks sehingga dak ter-

    gambarkan mengapa indeks suatu daerah bagus dan di daerah

    lain dak. Banyak sekali faktor penyebab yang dak dapat

    digambarkan oleh angka-angka dalam IPKM. Oleh karena itu,

    studi ini menelusuri sampai pada faktor penyebab munculnya

    angka indeks tersebut, dan menjawab pertanyaan mengapa

    angka indeks di suatu daerah baik atau buruk.

    1.2. Alasan Pemilihan Wilayah

    Kota Padang Sidempuan berdasarkan IPKM 2007 menun-

    jukkan peringkat 129 dari 440 Kabupaten. Tahun 2013 mengalami

    penurunan peringkat menjadi 310 dari 497 kabupaten/kota di

    Indonesia. Berdasarkan angka indeks, sebenarnya kota Padang

    Sidempuan mengalami kenaikan dari angka 0,5686 pada tahun

    2007 menjadi 0,6502 di tahun 2013. Namun beberapa indikator

    kesehatan masyarakat berada di bawah rata-rata nasional

    maupun rata-rata provinsi.

  • 7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkung

    19/243

    Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkungan4

    Indikator kesehatan balita dan kesehatan lingkungan di

    Kota Padang Sidempuan memiliki nilai indeks di bawah rata-rata

    angka Provinsi Sumatera Utara dan nasional.

    Tabel 1.1 Indikator Indeks di Kota Padang Sidempaun Tahun 2013

    Kab/ Kota

    INDEKS KELOMPOK INDIKATOR

    Kes

    BalitaKespro Yankes Perilaku PTM PM Kesling

    KOTA

    PADANG

    SIDEMPUAN

    0.5630 0.4469 0.3701 0.2973 0.6895 0.7478 0.3706

    SUMATERA

    UTARA0.6040 0.3322 0.2525 0.1924 0.3829 0.5496 0.4905

    INDONESIA 0.6114 0.4756 0.3808 0.3652 0.6267 0.7507 0.5430

    Sumber: Lampiran IPKM 2013 dan Indikator Input

    Selain itu, kota Padang Sidempuan termasuk kota yang

    mempunyai kapasitas skal 0,04175 dengan katagori rendah.

    Kapasitas Fiskal adalah gambaran kemampuan keuangan masing-

    masing daerah yang dicerminkan melalui penerimaan umum

    Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (dak termasuk

    dana alokasi khusus, dana darurat, dana pinjaman lama, danpenerimaan lain yang penggunaannya dibatasi untuk membiayai

    pengeluaran tertentu) untuk membiayai tugas pemerintahan

    setelah dikurangi belanja pegawai dan dikaitkan dengan jumlah

    penduduk miskin.

    Menarik untuk dianalisis penyebab penurunan peringkat

    IPKM yang cukup drass dan rendahnya indeks kesehatan balita

    dan kesehatan lingkungan Kota Padang Sidempuan. Berdasar

  • 7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkung

    20/243

    Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkungan 5

    latar belakang tersebut dipilihlah Kota Padang Sidempuan

    sebagai wilayah studi dan dipilih pula masalah kesehatan balita

    dan kesehatan lingkungan sebagai fokus studi.

    1.3. Metode Penelian

    Desain Penelian1.

    Desain penelian ini merupakan studi kasus yang dite-

    mukan di daerah penelian, dengan didahului pencarian

    temak berdasarkan IPKM yang telah diperbandingkan

    antar nasional, wilayah, dan antar kabupaten. Hasil temak

    yang ditemukan, terjadi masalah kesehatan pada kesehatan

    balita dan kesehatan lingkungan. Maka dua fokus utama

    tersebut yang diperdalam dalam studi kasus ini.

    Sampling2.

    Penelian dilakukan secara purposif, berdasarkan tema

    yang telah didapatkan yaitu kesehatan balita dan kesehatanlingkungan. Informan dalam studi ini melipu instansi peme-

    rintah yang membidangi secara langsung maupun dak

    langsung dua program tersebut, tokoh masyarakat, tokoh

    agama, akademisi, dan warga masyarakat sebagai subjek

    sasaran program tersebut.

    Metode Pengumpulan Data3.Terdapat ga metode pengumpulan data, yaitu:

    Wawancara mendalam ataua. In-depth interview.

    Untuk menggali informasi lebih dalam dari informan,

    dalam penelian ini peneli melakukan wawancara dengan

    menggunakan metode indepth interviewing, yaitu proses

    tanya jawab dengan bertatap muka antara peneli dengan

    informan. Dengan cara ini, selain mendapatkan informasi

  • 7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkung

    21/243

    Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkungan6

    peneli juga mendapatkan pengeran tentang kehidupan

    informan, serta pengalaman atau keadaan seper yang

    dikatakan sendiri oleh para informan (Bogdan and Taylor,

    1984:74). Wawancara mendalam dilakukan dengan informan

    yang mengetahui materi yang ingin ditanyakan.

    Observasib.

    Observasi di lapangan, diperlukan untuk mempertajam

    apa yang didapatkan dari hasil wawancara (cross check).

    Observasi dilakukan dengan mengiku akvitas keseharian

    masyarakat, seper akvitas seharihari di rumah, akvitas

    pekerjaan, yang berkaitan dengan kesehatan secara umum,

    maupun kesehatan anak dan kesehatan lingkungan. Dengan

    melakukan pengamatan, peneli yakin terhadap realitas

    yang ada di lapangan dan data yang diperoleh (Moleong,

    2005:174175).

    Penelusuran dokumenc.Penelusuran dokumen diperlukan sebagai data dukung

    dari hasil wawancara, juga sebagai data pembanding

    dari temak yang disepaka. Data tersebut berupa prol

    kabupaten, datadata kesehatan secara umum, data

    mengenai gizi, KIA, dan kesehatan lingkungan dari Dinas

    Kesehatan Kota Padang Sidempuan, data keseahtan yang

    berasal dari puskesmas, data demogra dari BPS, bukubuku,

    literatur, dan penelusuran dari berbagai informasi yang

    dipublikasikan dalam media elektronik maupun cetak.

    Waktu Penelian4.

    Waktu penelian dilaksanakan selama 3 bulan terhitung

    mulai dari persiapan sampai dengan pelaporan penelian

  • 7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkung

    22/243

    Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkungan 7

    yaitu bulan Januari sampai dengan Maret 2015. Pengambilan

    data lapangan dilakukan selama ga minggu di bulan Januari

    sampai dengan Februari 2015.

    1.4 Tujuan Penelian

    1.4.1 Tujuan Umum

    Penelian ini secara umum mempunyai tujuan untuk

    menggali informasi yang melatarbelakangi status kesehatan

    setempat (pencapaian IPKM) dari perspekf provider, lintassektor, dan masyarakat.

    1.4.2 Tujuan Khusus

    Menggali informasi mengenai kebijakan dan strategi program1.

    kesehatan (kendala dan kelebihan).

    Menggali informasi terkait peran lintas sektor dalam bidang2.

    kesehatan.Menggali informasi peran serta masyarakat dalam bidang3.

    kesehatan.

    Menggali informasi yang melatarbelakangi isu kesehatan di4.

    wilayah setempat.

    Menggali kebutuhan dan arah ke depan untuk pembangunan5.

    kesehatan di daerah.

    1.5 Manajemen Penelian

    Persiapan lapangan1)

    Penentuan wilayah penelian menggunakan analisis dari

    indicator-indikator dan peringkat antar wilayah dalam IPKM. Kota

    Padang Sidempuan terpilih karena perbandingan peringkat IPKM

    hasil Riskesdas 2007 dan IPKM hasil Riskesdas 2013 menurun

  • 7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkung

    23/243

    Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkungan8

    drass. Selanjutnya dipilih tema yang akan menjadi fokus

    penelian. Dari indikator dalam IPKM, masalah kesehatan balita

    dan kesehatan lingkungan menjadi tema yang menarik diteli

    karena angka indeksnya di bawah rata-rata provinsi dan rata-rata

    nasional.

    Selanjutnya disusun instrumen pengumpulan data berupa

    panduan wawancara dan menyamakan persepsi m peneli

    terhadap tema yang diambil.

    Pelaksanaan Penelian2)

    Penentuan tema di awal penelian dimaksudkan untuk

    memfokuskan arah penelian, sehingga keterbatasan waktu di

    lapangan dapat dimanfaatkan secara efekf. Pelaksanaan pe-

    ngumpulan data sebagai berikut.

    Minggu Pertama, dilakukan wawancara dengan Dinasa.

    Kesehatan, Lintas Sektor terkait temak.

    Minggu Kedua, melanjutkan wawancara mendalam ke tokohb.

    masyarakat dan studi lapangan ke posyandu, observasi

    pelaksanaan penimbangan.

    Minggu Kega,observasi lapangan dan penulisan laporan.c.

    1.6. Analisis Data

    Analisis dilakukan untuk memperoleh pemahaman dari

    data hasil lapangan. Data kualitaf dari lapangan memerlukan

    interpretasi dari peneli sehingga terhindar dari bias. Analisis

    yang dimaksud merupakan upaya menata secara sistemas

    catatancatatan hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi

    untuk menemukan kesimpulan dari tema yang diteli.

  • 7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkung

    24/243

    9

    BAB 2

    SELAYANG PANDANG KOTA PADANGSIDEMPUAN

    2.1. Kondisi Geografs dan Penduduk

    Secara Geogras Kota Padang Sidempuan terletak di

    antara 1o800 - 1o2800 LU dan 99o1300 - 99o2000 BT danberada pada kenggian 260 meter sampai dengan 1.100 meter

    di atas permukaan laut dan memiliki batas-batas wilayah sebagai

    berikut.

    Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Tapanulia.

    Selatan (Kecamatan Angkola Timur).

    Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Tapanulib.

    Selatan (Kecamatan Angkola Timur).

    Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Tapanulic.

    Selatan (Kecamatan Batang Angkola dan Kecamatan Angkola

    Selatan).

    Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Tapanulid.

    Selatan (Kecamatan Angkola Barat dan Kecamatan Angkola

    Selatan).

  • 7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkung

    25/243

    Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkungan10

    Gambar 2.1 Peta Wilayah Kota Padang Sidempuan

    Sumber: www.sidimpuan.com

    Luas wilayah Kota Padang Sidempuan mencapai 146,85 Km2

    dikelilingi oleh beberapa bukit serta dilalui oleh beberapa sungai

    dan anak sungai yang terbagi menjadi 6 kecamatan, 47 desa,dan 37 kelurahan. Berdasarkan luas daerah menurut kecamatan,

    luas wilayah terbesar yaitu Kecamatan Padangsidimpuan

    Batunadua dengan luas 38,74 km2 atau sekitar 25,88% dari luas

    total wilayah Kota Padang Sidempuan, sedangkan Kecamatan

    Padangsidimpuan Utara mempunyai luas wilayah terkecil yaitu

    14,09 Km2atau sekitar 9,66% dari luas total wilayah Kota Padang

    Sidempuan.

    Topogra wilayahnya berupa lembah yang dikelilingi

    oleh bukit barisan. Jika dilihat dari Bukit Simarsayang, wilayah

    Kota Padang Sidempuan tak ubahnya seper cekungan yang

    menyerupai danau. Puncak ternggi dari bukit dan gunung yang

    mengelilingi kota ini adalah Gunung Lubuk Raya dan Bukit (Tor)

    Sanggarudang yang terletak berdampingan di sebelah utara kota.

  • 7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkung

    26/243

    Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkungan 11

    Salah satu puncak bukit yang terkenal di kota padang Sidempuan

    yaitu Bukit (Tor) Simarsayang.

    Gambar 2.2 Kota Padang Sidempuan Dilihat dari Bukit Simarsayang

    (Sumber: www.sidimpuan.com)

    Terdapat sebelas sungai yang melintasi Kota Padang

    Sidempuan sebagai sumber kebutuhan hidup sehari-hari. Sungai

    Batang Angkola sebagai sungai terpanjang, 25 Km melintasi Kota

    Padang Sidempuan, Kabupaten Tapanuli Selatan, dan Kabupaten

    Mandailing Natal. Sedangkan sungai terpanjang kedua, Sungai

    Batang Ayumi, 16 Km, dan terpanjang kega Sungai Batang Kumal

    sepanjang 11 Km.

  • 7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkung

    27/243

    Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkungan12

    Gambar 2.3 Sungai Batang Ayumi yang melewa Kecamatan

    Padangsidimpuan Hutaimbaru

    Sumber: Dokumentasi Peneli, 2015

    Tabel 2.1. Nama Sungai yang Melintasi Kota Padang Sidempuan

    Menurut Panjang, 2013

    No. Nama SungaiPanjang

    (Km)

    1. Sungai Batang Angkola 25

    2. Sungai Batang Kumal 11

    3. Sungai Batang Ayumi 16

    4. Sungai Aek Rokkare 5

    5. Sungai Aek Sipogas 6

    6. Sungai Aek Tolping 3

    7. Sungai Aek Silangkitang 28. Sungai Aek Raa 4

    9. Sungai Aek Silandit 3

    10. Sungai Aek Tohul 4

    11. Sungai Aek Mompang 6

    Sumber: Padang Sidempuan Dalam Angka, 2014

  • 7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkung

    28/243

    Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkungan 13

    Penduduk Kota Padang Sidempuan sampai tahun 2013

    mencapai 204.615 jiwa, terdiri dari 99.725 jiwa laki-laki dan

    104.890 jiwa perempuan. Kepadatan penduduk Kota Padang

    Sidempuan mencapai 1.393,36 per Km. Kecamatan yang mem-

    punyai kepadatan terkecil yaitu Kecamatan Padangsidimpuan

    Angkola Julu hanya mencapai 282,01 per Km2. Jika dibandingkan

    dengan luas wilayah Kecamatan Padangsidimpuan Utara,wilayah

    Kecamatan Angkola Julu jauh lebih luas yaitu 28,18 Km2 namun

    hanya ditempa penduduk sejumlah 7.947 jiwa.

    Berbanding terbalik dengan jumlah penduduk yang me-

    nempa Kecamatan Padangsidimpuan Utara yaitu 62.756 jiwa

    menempa wilayah seluas 14,09 Km2, sehingga kepadatan pen-

    duduk di Kecamatan Padangsidimpuan Utara mencapai 4.453,94

    per Km2. Sedangkan Kecamatan Padangsidimpuan Batunadua

    sebagai kecamatan yang memiliki wilayah terluas yaitu 38,74

    Km2 hanya ditempa penduduk sejumlah 20.483 jiwa, sehingga

    kepadatan penduduknya terendah kedua tersebut hanya 528,73

    per Km2.

    Tabel 2.2. Luas Wilayah, Jumlah Desa/Kelurahan dan Kepadatan

    Penduduk Di Kota Padang Sidempuan, 2013

    No. Kecamatan

    Luas /

    Area

    (Km2)

    Banyak

    Desa /

    Kelurahan

    Jumlah

    Penduduk

    (Jiwa)

    Kepadatan

    Penduduk

    (per Km2)1. Padangsidimpuan

    Tenggara

    27,69 18 32.698 1.180,86

    2. Padangsidimpuan

    Selatan

    15,81 12 64.712 4.093,11

    3. Padangsidimpuan

    Batunadua

    37,74 15 20.483 528,73

  • 7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkung

    29/243

    Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkungan14

    4. Padangsidimpuan

    Utara

    14,09 16 62.756 4.453,94

    5. Padangsidimpuan

    Hutaimbaru

    22,34 10 16.016 717,05

    6. Padangsidimpuan

    Angkola Julu

    28,18 8 7.947 282,01

    Jumlah 146,85 79 204.615 1.393,36

    Sumber: diolah dari Kota Padang Sidempuan Dalam Angka 2014

    2.2. Sejarah Singkat

    Sekitar tahun 1700, Padang Sidempuan merupakan daerah

    jajahan negara Inggris yang terkenal dengan nama Padang Na

    Dimpu. Namun, dalam waktu kurang dari satu abad, Padang

    Sidempuan diserahkan kepada Belanda melalui Traktat Hamdan

    yang dilanjutkan dengan membentuk kewedanaan (District)

    Mandailing, Kewedanaan Angkola, dan Kewedanaan Teluk

    Tapanuli di bawah kekuasaan Government Sumatras West Kustyang saat itu berkedudukan di Padang. Selanjutnya, dalam

    rentang waktu antara tahun 1885 sampai dengan tahun 1906,

    Padang Sidempuan pernah menjadi Ibukota Residen Tapanuli.

  • 7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkung

    30/243

    Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkungan 15

    Gambar 2.4 Peta Kota Padang Sidempuan tahun 1852

    Sumber: hp://akhirmh.blogspot.com/2014/11/kampong-baroe-kampung-lama-di-

    ankola.html

    Asal-usul nama Padang Sidempuan sudah ada sebelum

    masa penjajahan Belanda. Si Dimpoean adalah nama sebuah

    kampung kecil yang terdiri dari beberapa rumah tangga petani

    sawah. Kampung-kampung kecil semacam ini tersebar berjauhan

    satu dengan yang lain, seper Tanobato, Sitataring, Boeloe

    Gonng, Panjanggar, Ajoemi, Batang Toehoel, Si Batoe Long,

    Poedoen, Baroewas, Oejoeng Goerap, dan Batoe Nanggar. Setelah

    Belanda masuk, berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Jenderal

    Hindia Belanda Staatsblad Nomor 141 tahun 1862, wilayah

    Padang Sidempuan masuk ke wilayah Afdeeling Mandheling en

    Ankola (divisi Mandailing dan Ankola) dan merupakan bagian dari

    Residene Tapanoeli(Karesidenan Tapanuli) (Harahap, 2014).

  • 7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkung

    31/243

    Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkungan16

    Nama divisi Mandailing dan Ankola ini juga disebutkan

    dalam buku berjudul Max Havelaar karya Eduard Douwes Dekker

    atau Multatuli, sebuah buku yang menginspirasi para penggagas

    pergerakan kemerdekaan Indonesia.

    Akhirnya, dia mengarahkan mata penjajahannya bukan ke arah

    utara melainkan ke arah mur. Tanah Batak yang baru saja

    ditenangkan telah berada di bawah pimpinan Asisten Residen

    Mandailing dan Angkola. (Multatuli, 2014).

    Kota Padang Sidempuan pada awal tahun 1870-an perkem-

    bangannya sangat luar biasa. Kota ini telah menjadi ibukotaAfdeeling Mandheling en Ankola. Jalan poros Padang, Bukit

    Tinggi, Panyabungan, Padang Sidempuan menuju Sibolga dan

    menuju Sipirok sudah dapat dilalui peda. Laju pertumbuhan

    penduduk juga makin pesat, pemukiman penduduk makin

    meluas dan pasar-pasar semakin ramai. Pada tanggal 13 Maret

    1873 terbit Keputusan Gubernur Jenderal yang mengindikasikan

    bahwa ibukota Residen Tapanoeli akan dipindahkan ke Padang

    Sidempoean.

    Pada peta Tapanoeli terbitan 1852, nama Kampong Si

    Dimpoean bergeser menjadi Padang Sidempoean pertama kali

    ditulis secara resmi. Perubahan ini diduga kuat berasal dari m

    topogra Belanda yang melihat Kampong Si Dimpoean dari

    markas militer yang dibatasi oleh padang (ilalang). Kemudian

    pengucapan dan penulisan Sidimpoean menjadi Sidempoean

    mungkin karena alasan lebih praks atau lebih nyaman diucapkan

    oleh orang yang berbahasa Belanda (Harahap, 2014).

    Peranan dan fungsi Kota Padang Sidempuan sebagai pusat

    pemerintahan tersebut masih terus berlanjut hingga pada masa

    awal kemerdekaan, yaitu dengan diundangkannya Undang-

    Undang Darurat Nomor 70/DRT/1956, Kota Padang Sidempuan

  • 7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkung

    32/243

    Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkungan 17

    menjadi pusat pemerintahan dari lembah besar Tapanuli

    Selatan dan bahkan pernah menjadi Ibukota Kabupaten Angkola

    Sipirok sampai digabung kembali Kabupaten Mandailing Natal,

    Kabupaten Angkola Sipirok, dan Kabupaten Padang Lawas. Selain

    sebagai pusat pemerintahan, Kota Padang Sidempuan saat itu

    pun menjadi pusat akvitas perdagangan dan jasa, serta pusat

    pendidikan.

    Pada masa awal pelaksanaan sistem pemerintahan daerah1

    melalui Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1982 Tentang

    Pembentukan Kota Administraf Kota Padang Sidempuan, Kota

    Padang Sidempuan dak lagi menjadi pusat pemerintahan, tetapi

    menjadi bagian dari dan bertanggung jawab kepada Pemerintah

    Daerah Kabupaten Tingkat II Tapanuli Selatan. Namun, dalam

    proses desentralisasi yang ditandai dengan diberlakukannya

    Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan

    Daerah dan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 Tentang

    Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah, pada tanggal 21 Juni

    2001 Kota Padang Sidempuan menjadi daerah otonom melalui

    Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2001 Tentang Pembentukan

    Kota Padang Sidempuan sehingga resmi terpisah dari Kabupaten

    Tapanuli Selatan hingga sekarang.

    Terdapat dua versi penyebutan dan penulisan nama

    Kota Padang Sidempuan yaitu Padangsidimpuan danPadang Sidempuan. Dalam dasar hukum pembentukan

    Kota Padang Sidempuan disebut dengan nama Kota

    Padang Sidempuan, akan tetapi penyebutan dan/atau

    penulisan dalam administrasi pemerintahan daerah ditulis

    1 Undang-Undang Nomor 55 Tahun 1974 Tentang Pokok-Pokok PemerintahDaerah merupakan awal pelaksanaan sistem pemerintahan daerah.

  • 7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkung

    33/243

    Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkungan18

    Kota Padangsidimpuan. Perbedaan penyebutan ini telah

    terjadi sejak awal terbentuknya kota ini. Sehingga dalam

    tulisan ini penulis tetap akan menggunakan nama PadangSidempuan untuk penulisan daerah kota, sedangkan kata

    Padangsidimpuan akan digunakan dalam penulisan selain

    penyebutan nama kota yang diakui oleh undang-undang,

    contohnya dalam penulisan kecamatan-kecamatan di Kota

    Padang Sidempuan yang menggunakan Padangsidimpuan.

    2.3. Latar Belakang Budaya

    Pada bagian ini diulas latar belakang budaya masyarakat

    Kota Padang Sidempuan untuk memberi gambaran tentang

    bagaimana masyarakat setempat memaknai kehidupannya

    sehari-hari secara keseluruhan. Gambaran ini akan berguna

    untuk mengetahui apa dan bagaimana gagasan mereka tentang

    kesehatan, tentang penyakit, dan tentang pengobatan. Kesehatanadalah salah satu aspek dari banyak aspek kehidupan masyarakat

    yang dak bisa dipisahkan satu sama lain. Pemahaman tentang

    latar belakang budaya menjadi penng karena akan membawa

    kita pada pandangan yang holisk atau menyeluruh, bukan

    sektor-per-sektor semata.

    Pembahasan dimulai dari sistem kekerabatan, termasuk

    di dalamnya tentang konsep Dalihan Na Toludan sistem marga.

    Tema ini memiliki ar penng karena menjadi dasar interaksi

    dalam masyarakat setempat. Selanjutnya juga dibahas sekelumit

    tentang aspek kearifan lokal yang meski sudah tegerus zaman

    tapi masih memiliki harapan untuk dikembangkan (revitalisasi/

    rekognisi) untuk menjawab tantangan hari ini dan masa depan,

    termasuk dalam hal pembangunan kesehatan.

  • 7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkung

    34/243

    Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkungan 19

    Kekerabatan masyarakat Kota Padang Sidempuan termasuk

    dalam sub suku Batak Angkola-Mandailingmerupakan salah satu

    sub Suku Bangsa Batakyang berasal dari Sumatera Utara, nggal

    di wilayah Tapanuli Bagian Selatan. Nama Angkola berasal dari

    nama sungai, yakni Batang Angkola (batang: sungai) yang diberi

    nama seorang penguasa yang bernama Rajendra Kola (Angkola:

    Yang Dipertuan Kola), melalui Padang Lawas, dan kemudian

    berkuasa di situ. Di sebelah selatan Batang Angkola diberi

    nama Angkola Jae (Angkola Hilir) dan di sebelah utara sungai

    batang angkola diberi namaAngkola Julu(Angkola Hulu).

    Adat Angkola dengan adat Mandailing dapat dikatakan

    hampir sama. Perbedaan kedua masyarakat adat ini hanya pada

    dialek bahasa, namun dak pada subtansi bahasa itu sendiri.

    Dalam hal komunikasi, kedua budaya ini tetap terjalin, karena

    mereka memiliki pemahaman dan pengeran yang sama atas

    simbol-simbol bahasa. Karena itu, hubungan sosial di antara

    kedua masyarakat adat ini dak pernah putus. Malah, hubungan

    sosial itu terjalin erat lewat jalur perkawinan antara masyarakat

    adat, kemudian mereka diikat oleh nilai-nilai adat yang sulit

    terceraikan.

    Perbedaan yang paling nampak antara Mandailing

    dan Angkola ini adalah pada pakaian adatnya. Pakaian adat

    Mandailing didominasi warna merah, dengan ornamen yangramai. Sedangkan pakaian adat Angkola lebih sederhana dan

    pengann prianya didominasi warna hitam (Harahap, 2014).

    Dalihan Na Tolu

    Dalam masyarakat Kota Padang Sidempuan, seper

    umumnya masyarakat Tapanuli yang lain, segala akvitas sosial

  • 7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkung

    35/243

    Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkungan20

    budaya individu dak dapat dipisahkan dari ikatan kekerabatan.

    Hubungan kekerabatan antarindividu dalam masyarakat ter-

    cermin dalam konsep yang disebut Dalihan Na Tolu. Konsep

    tersebut seper sebuah segiga sama sisi. Masing-masing sisi

    disebut:

    Mora1. (pemberi anak gadis) yang terdiri dari Bapak atau Ibu

    Mertua, Abang atau Adik dari Ibu, Abang atau Adik Sepupu

    laki-laki dari Ibu, Paman dari keluarga sepupu Ibu, Paman

    dari keluarga atau sepupu nenek (Tulang Pusako),dan Mora

    dari kelompok marga dari Ibu;

    Kahanggi2. (kerabat satu marga) yang terdiri dari Adik atau

    Abang dari satu Bapak; Adik atau Abang dari satu Ibu; Adik

    atau Abang dari sepupu; Paman, Amanguda, Amang Tua

    dari keluarga sepupu; Paman, Amanguda, Amang tua dari

    keluarga satu nenek sebelumnya (Kahanggi Pusako); Paman,

    Adik, atau Abang dalam kelompok satu marga; danAnak Boru3. (penerima anak gadis) terdiri dari Bapak atau

    Ibu Mertua dari (adik perumpuan kita yang menikah); Adik

    atau Kakak dari Bapak (Perempuan dan suaminya); Adik atau

    kakak perempuan dari sepupu bapak; Paman dari suami adik

    atau kakak dari keluarga atau sepupu bapak; Paman dari

    keluarga atau sepupu adik perempuan dari kakek (Anakboru

    Pusako); Anak boru dari kelompok marga di atas.

    Seap orang secara abstrak memolakan diri mereka dalam

    segiga itu. Hak dan kewajiban seseorang ditentukan oleh

    posisinya dalam pola itu. Tetapi sewaktu-waktu posisi itu dapat

    berubah karena terjadinya perkawinan. Hubungan masing-

    masing unsur di dalamnya diatur melalui norma atau eka

  • 7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkung

    36/243

    Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkungan 21

    yang disebut apantunon (adab). Apantunon diyakini mampu

    menciptakan hidup yang beradab. Karena itu ada islah pantun

    hangoluan, teas hamatean. Arnya, dengan beradab kita bisa

    hidup, kalau tak beradab kita akan binasa.

    Tutur ditentukan berdasarkan hubungan perkawinan yang

    bersangkutan dengan orang lain, atau hubungan perkawinan

    pihak ayah dengan pihak ibu, baik secara verkal maupun

    horizontal. Mereka meyakini bahwa konsep Dalihan na Tolu

    dapat membentuk suatu sistem kemasyarakatan yang ideal.

    Masyarakat ideal yang dimaksud adalah masyarakat yang di

    dalam interaksi sosialnya ditemukan holong (kasih sayang).

    Holongdijadikan sumber kehidupan. Karena itu ada islah dalam

    Mandailing: holong do mula ni ugari (kasih sayang awal dari adat),

    atau holong do maroban domu, domu maroban parsaulian(kasih

    sayang membawa keakraban, keakraban membawa kebaikan

    bersama).

    Dalam adat setempat kekerabatan yang diikat oleh

    Dalihan Na Tolu membentuk satu ikatan rasa sahancit

    sahasonangan dan sasiluluton sasiriaon. Arnya, sakit senang

    dirasakan bersama. Karenanya dalam menyikapi berbagai

    persoalan yang mereka hadapi, orang dituntut untuk sahata

    saoloan satumtum sapartahian. Maksudnya, seia sekata menyatu

    dalam mufakat untuk sepakat. Juga dikenal islah mate mangolusapartahian, atau hidup dan ma dalam mufakat untuk sepakat.

    Agar seap individu mengetahui hak dan kewajibannya

    dalam relasi kekerabatan Dalihan na Tolu, maka dicipta-

    kanlah partuturan. Dengan begitu, pada tutur melekat hak

    dan kewajibannya pada orang lain. Misalnya, seseorang yang

    dipanggil mamak, berar padanya melekat hak dan kewajiban

  • 7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkung

    37/243

    Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkungan22

    sebagai mora, dan orang yang memanggilnya melekat hak dan

    kewajiban sebagai anak boru. Anak boru harus menghorma

    (somba)moranya.

    Seper yang dijelaskan di atas, konsep Dalihan Natoluyang

    terdiri dari mora, kahanggi, dan anak boru akan menentukan

    kedudukan seseorang dalam prilaku kehidupan masyarakat.

    Kedudukan itu dipertegas lagi dalam pola partuturan, yakni

    panggilan kepada seseorang dalam kehidupan masyarakat

    berdasarkan kedudukan sosialnya. Panggilan tersebut lebih

    ditentukan hubungan kekerabatan daripada usianya. Partuturan

    sangat dipenngkan karena menyangkut nilai ngkah laku

    seseorang. Seseorang ditentukan kesopanannya berdasarkan

    pemahaman dan penerapan tuturnya. Atau dengan kata lain,

    komunikasi antara warga masyarakat dianggap dak sopan kalau

    hanya saling memanggil nama, walupun terhadap orang yang

    lebih muda usianya.

    Marga (Clan)

    Marga(clan) adalah kelompok orang-orang yang dipercaya

    berasal dari satu nenek moyang yang sama (saompu parsadaan).

    Marga menunjukkan identas garis keturunan atau silsilah

    seseorang. Pewarisan melalui dari garis ayah kepada anak (sistem

    patrilineal). Orang Padang Sidempuan, seper umumnya budaya

    Angkola-Mandailing, percaya bahwa masing-masing kelompok

    marga mereka berasal nenek moyang yang punya karisma di

    masa lalu (raja-raja). Selain itu, mereka juga percaya bahwa

    marga juga menunjukkan karakter individu seseorang. Ada sifat-

    sifat abstrak seseorang yang dipercaya idenk dengan marganya.

    Di Padang Sidempuan ada beberapa marga yang dapat dikatakan

  • 7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkung

    38/243

    Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkungan 23

    dominan, antara lain Siregar, Harahap, Hasibuan, Nasuon,

    Rambe, Daulay, Tanjung, Ritonga, Dalemnute, Mardia, Pulungan,

    Lubis, Rangku, Parinduri, Matondang, Batubara, Tanjung,

    Lintan, danHutasuhut.

    Garis keturunan masing-masing marga biasanya ditulis

    secara khusus dalam buku Tarombo. Buku ini mengatur keje-

    lasan silsilah (genealogies) seseorang dalam marganya.

    Tarombo konon dalah sumber penng sejarah di masa lalu.

    Melalui taromboorang bisa mengetahui garis keturunan mereka

    hingga ratusan tahun yang lalu. Marga nasuon misalnya diyakini

    berasal dari satu kakek bersama, yakni Sibaroar. Marga Lubis juga

    diyakini berasal dari satu kakek bersama Namora Pande Bosi.

    Selain itu, ada juga marga yang berbeda, tetapi diyakini berasal

    dari nenek moyang yang sama. Misalnya, Matondangdan Daulay

    diyakini dari nenek moyang Pormanto Sopiak, Rangku dan

    Parinduri berasal dari nenek Mangaraja Pane.

    Dalam sejarah masyarakat Tapanuli, dak pernah ada

    konik antarmarga. Meski citra budaya orang Batak sering

    digambarkan keras dan kasar, akan tetapi mereka sesungguhnya

    sudah teruji dalam memelihara kehidupan harmoni dengan cara

    mereka sendiri. Orang dilarang keras menikah dengan marga yang

    sama. Pernikahan semarga adalah aib besar dan setara dengan

    menikah sedarah atau inces. Banyak cerita rakyat dan legenda-legenda yang menggambarkan betapa pernikahan terlarang

    tersebut akan mendatangkan bencana, misalnya akan dikutuk

    menjadi batu (legenda Batuna Dua dan Simarsayang).

    Oleh karena pernikahan internal marga dilarang, maka

    otomas antara marga satu dengan yang lainnya akan menjalin

    hubungan yang baik, sebab mereka saling membutuhkan untuk

  • 7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkung

    39/243

    Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkungan24

    kelangsungan kehidupan bersama. Memang penerus nama marga

    adalah pihak laki-laki, akan tetapi keluarga pihak laki-laki tersebut

    akan sangat menaruh hormat pada keluarga perempuan (istri).

    Bahkan seorang ipar atau besan dari pihak istri dapat dikatakan

    wajib disembah oleh sang laki-laki (suami).

    Tradisi Marsialapari

    Marsialapari adalah semacam gotong-royong yang men-

    jadi tradisi masyarakat setempat dalam mengerjakan sawah.

    Marsialapariberasal dari dua suku kata yaitu alap (panggil) dan

    ari (hari), kemudian ditambah kata awalan mar yang berar

    saling, sementara si adalah kata sambung yang kemudian men-

    jadi kata marsialapari, yang dapat diarkan sebagai saling

    menjemput hari. Dalam melaksanakan Marsialapari,masyarakat

    secara sukarela dengan rasa gembira saling tolong menolong/

    membantu saudara mereka yang membutuhkan bantuan disawah atau kebun. Kegiatan ini hampir seper arisan. Si A yang

    membantu mengerjakan sawah si B selama 7 hari, maka si B juga

    akan datang ke sawah si A dengan jumlah hari yang sama.

    Marsialapari biasa dilakukan pada saat menanam

    (marsuaneme) maupuan pada saat memanen (manyabi) atau-

    pun pada saat keka menanam (marsuaneme) biasanya dikerj-

    akan oleh sekitar lima hingga sepuluh orang yang berasal

    dari teman atau sanak saudara, baik tua maupun muda.

    Meskipun marsialapari merupakan kerja sukarela tetapi ada

    pembagian kerja antara laki-laki dan perempuan. Laki-laki

    mendapat bagian pekerjaan yang dianggap lebih berat. Pekerjaan

    laki-laki biasanya berkaitan dengan pembuatan atau perbaikan

    saluran air, tanggul, atau jalan.

  • 7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkung

    40/243

    Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkungan 25

    Sementara perempuan cenderung mengerjakan bagian-

    bagian yang berkaitan dengan penanaman dan pemanenan.

    Manyabi (panen) adalah puncak dari marsialapari. Kegiatan itu

    seper pesta yang dilakukan di sawah.

    Saat manyabi (panen) adalah saat paling membaha-

    giakan dan di tunggu-tunggu oleh semua warga. Dari kegiat-

    an marsialapari ini terlihat bahwa pekerjaan yang sulit akan

    terasa lebih ringan apabila dikerjakan secara bersama-sama,

    sehingga mengerjakan sawah yang luas dak perlu mengeluarkan

    uang yang banyak. Marsialapari ini masih bertahan di pedesaan

    karena masyarakat Tapanuli masih memegang teguh nilai-nilai

    budaya yang ada dalam tradisi. Sementara di perkotaan tradisi

    ini mulai luntur, sebab banyak urusan yang mulai diselesaikan

    berdasarkan hubungan kerja dan ekonomi.

    2. 4. Potensi Daerah

    2.4.1. Perdagangan

    Sektor perdagangan besar maupun kecil mendominasi

    mata pencaharian penduduk Kota Padang Sidempuan. Data BPS

    Kota Padang Sidempuan mencatat 32,61% penduduk bermata

    pencaharian di sektor perdagangan (termasuk rumah makan dan

    jasa akomodasi) pada tahun 2013.Pasar Sangkumpal Bonang dan area sekitarnya yang

    terletak di pusat kota menjadi lokasi utama akvitas perdagangan,

    baik pedagang kecil maupun pedagang besar. Berbagai komoditas

    barang dan jasa ditawarkan di lokasi ini, termasuk komoditas

    hasil pertanian dan perkebunan.

  • 7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkung

    41/243

    Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkungan26

    2.4.2. Pertanian dan Perkebunan

    Sektor pertanian cukup mendominasi di Kota Padang

    Sidempuan, meskipun dikategorikan kota namun kota ini masihbanyak memiliki daerah pertanian. Sistem irigasi yang dipasok

    dari air sungai yang mengalir sepanjang tahun sangat mendukung

    sektor pertanian di kota ini. Hasil pertanian dan luas lahan

    terbesar adalah pertanian padi. Total luas lahan pertanian padi

    tahun 2013 adalah 12.007 hektar dan menghasilkan 67.238,80

    ton padi. Kecamatan Padangsidimpuan Angkola Julu merupakan

    daerah pertanian padi terbesar di Kota Padang Sidempuan. Luas

    lahan pertanian di kecamatan ini mencakup 32,68% dari total

    luas lahan pertanian padi di Kota Padang Sidempuan. Selain

    tanaman padi, hasil pertanian di Kota Padang Sidempuan antara

    lain jagung, ubi kayu, ubi jalar, kedelai, dan kacang tanah.

    Gambar 2.5 Tugu Salak Kota Padang Sidempuan

    Sumber: Dokumentasi Peneli, 2015

  • 7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkung

    42/243

    Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkungan 27

    Buah salak merupakan komoditas hasil perkebunan yang

    terkenal di Kota Padang Sidempuan. Tahun 2013 kota ini meng-

    hasilkan 10.230 ton buah salak yang digunakan untuk mencukupi

    kebutuhan lokal maupun didistribusikan keluar daerah. Buah

    salak menjadi ikon Kota Padang Sidempuan, dan dak salah jika

    kota ini mendapat julukan sebagai Kota Salak.

    Buah salak Kota Padang Sidempuan memiliki ciri khas

    rasa yang asam dan beberapa jenis memiliki daging buah ber-

    warna merah. Sebagian besar salak yang diperdagangkan di

    wilayah Kota Padang Sidempuan dikirim dari Kabupaten Tapanuli

    Selatan yang berbatasan langsung dengan kota ini.

    2.4.3. Jasa dan Transportasi

    Kota Padang Sidempuan merupakan jalur lintas yang

    menghubungkan Kota Sibolga, Kota Padang di Sumatera Barat,

    juga Kota Medan. Jalur ini juga merupakan salah satu alternaf

    jalur lintas Sumatera yang digunakan masyarakat untuk mela-kukan perjalanan darat menuju Pulau Jawa.

    Data BPS Kota Padang Sidempuan, tahun 2013 kondisi

    jalan di Kota Padang Sidempuan 47,79% sudah diaspal dan

    sebagian besar dalam kondisi baik. Jumlah kunjungan wisatawan

    ke Kota Padang Sidempuan untuk berbagai kepenngan dari

    tahun ke tahun mengalami peningkatan. Jumlah wisatawan

    tahun 2007 tercatat 19.829 orang dan meningkat menjadi 86.606

    pada tahun 2011. Kondisi ini sangat strategis untuk usaha di

    bidang jasa dan transportasi. Tahun 2013 tercatat penduduk yang

    bermata pencaharian bidang jasa sebanyak 24,70%, dan bidang

    transportasi sebanyak 9,32%.

  • 7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkung

    43/243

    Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkungan28

    2.4.4. Industri

    Jumlah perusahaan industri besar dan industri sedang di

    Kota Padang Sidempuan dak begitu banyak, tersebar hanya di2 (dua) kecamatan, yaitu Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara

    terdapat 3 (ga) perusahaan industri dan Kecamatan Padang

    Sidempuan Selatan terdapat 1 (satu) perusahaan industri. Sejak

    tahun 2010 hingga tahun 2013 dak menunjukkan adanya

    perubahan jumlah tenaga kerja dan jumlah sektor industri besar

    maupun industri sedang. Dari 3 (ga) perusahaan industri di

    Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara hanya menyerap tenaga

    kerja sebanyak 240 tenaga kerja. Sedangkan perusahaan industri

    di Kecamatan Padangsidimpuan Selatan menyerap 233 tenaga

    kerja.

    2.5. Kapasitas Fiskal Daerah dan Tingkat Kemiskinan

    2.5.1 Kapasitas Fiskal Daerah

    Besarnya kapasitas skal daerah dihitung berdasarkan

    jumlah dari Pendapatan Asli Daerah, Dana Bagi Hasil, Dana

    Alokasi Umum dan Lain-lain. Pendapatan Daerah yang sah lalu

    dikurangi dengan belanja pegawai dan hasilnya dibagi dengan

    jumlah penduduk miskin di daerah tersebut. Berdasarkan rumus-

    an tersebut, dapat dijelaskan bahwa semakin nggi ngkatkemiskinan maka akan semakin kecil kapasitas skalnya, demikian

    pula semakin nggi belanja pegawai maka semakin kecil kapasitas

    skal daerah itu.

    Indeks kapasitas skal daerah Kota Padang Sidempuan

    sejak tahun 2011 atau penghitungan yang didasarkan pada data

    realisasi APBD Tahun Anggaran 2010 mengalami penurunan yang

  • 7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkung

    44/243

    Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkungan 29

    cukup tajam, namun mengalami kenaikan di tahun 2014 yang

    dihitung berdasarkan data realisasi APBD Tahun Anggaran 2012.

    Kenaikan tersebut memposisikan indeks kapasitas skal Kota

    Padang Sidempuan di tahun 2014 berada di atas indeks kapasitas

    skal Provinsi Sumatera Utara.

    Berdasarkan penghitungan kapasitas skal tahun 2010

    yang dihitung berdasarkan data realisasi APBD Tahun Anggaran

    2009, Kota Padang Sidempuan memiliki indeks kapasitas skal

    0,7085 jauh lebih nggi dibanding dengan indeks tahun 2011

    yang dihitung berdasarkan data realisasi APBD Tahun Anggaran

    2010 yaitu 0,3111, dan terus mengalami penurunan indeks

    kapasitas skal tahun 2012 yang dihitung berdasarkan data

    realisasi APBD Tahun Anggaran 2011 menjadi 0,2034. Namun

    berdasarkan penghitungan pada data Realisasi APBD Tahun

    Anggaran 2012 mengalami kenaikan kembali menjadi 0,4175

    dan masih bertahan dalam kategori kapasitas skal rendah sejak

    penghitungan kapasitas skal yang didasarkan pada data Realisasi

    APBD Tahun Anggaran 2010.

    Tabel 2.3. Indeks Kapasitas Fiskal Kota Padang Sidempuan

    Berdasarkan Data Realisasi APBD Tahun Anggaran

    2009-20121

    Kabupaten/KotaData Realisasi APBD (Tahun Anggaran)

    2009 2010 2011 2012Kota Padang

    Sidempuan

    0,7085 0,3111 0,2034 0,4175

    Provinsi Sumatera

    Utara

    0,3904 0,4091 0,4199 0,3649

    Sumber: Menteri Keuangan, Peta Kapasitas Fiskal Kota PadangSidempuan

  • 7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkung

    45/243

    Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkungan30

    2.5.2 Tingkat Kemiskinan

    Tingkat kemiskinan di Kota Padang Sidempuan meng-

    alami pasang surut sejak tahun 2009. Lonjakan jumlah pendudukmiskin terjadi di tahun 2010 dan 2011 yang mencapai 10,53%

    dari total jumlah penduduk. Namun sejak tahun 2012 cenderung

    menurun menjadi 9,50% dan menurun lagi pada tahun 2013

    menjadi 9,04%.

    Hubungan antara ngkat kemiskinan dengan indeks kapa-

    sitas skal dalam uraian sebelumnya dapat terlihat pada tahun

    2012 indeks kapasitas skal Kota Padang Sidempuan cenderung

    menaik seiring dengan berkurangnya jumlah penduduk miskin.

    Penurunan jumlah penduduk miskin tersebut tentu saja atas

    upaya kinerja Pemerintah Daerah Kota Padang Sidempuan. Hal

    itu ditunjukkan dengan adanya pertumbuhan perekonomian yang

    cenderung posif yang menyebabkan peningkatan kesejahteraan

    masyarakat.Tabel 2.4. Tingkat Kemiskinan Tahun 2009 2013

    TahunTotal Jumlah Penduduk

    (Jiwa)

    Jumlah Penduduk

    Miskin (%)

    2009

    2010

    2011

    20122013

    191.912

    191.531

    193.322

    198.809204.615

    9,77

    10,53

    10,53

    9,509,04

    Sumber: Padang Sidempuan Dalam Angka, 2014

    Terkait dengan Program Pembangunan Pemerintah Pusat dan

    Provinsi dalam menanggulangi masalah kemiskinan, maka

    Pemerintah Kota Padang Sidempuan membuat Rencana Kerja

  • 7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkung

    46/243

    Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkungan 31

    Pemerintah Daerah (RKPD) tahun 2013 yang melipu program

    Pro Rakyat yang memfokuskan pada:

    Program Penanggulangan Kemiskinan Berbasis Keluarga;a.Program Penanggulangan Kemiskinan Berbasis Pemberda-b.

    yaan Masyarakat;

    Program Penanggulangan Kemiskinan Berbasis Pemberda-c.

    yaan Usaha Mikro dan Kecil.

    Selain itu, salah satu fokus kegiatan tahun 2013 pada

    program Keadilan Semua yaitu adanya program Keadilan

    Bagi Kelompok Miskin dan Terpinggirkan. Demikian pula

    pada Tujuan Pembangunan Millenium, Pemerintah Kota

    Padang Sidempuan memberi ruang pada program Pembe-

    rantasan Kemiskinan dan Kelaparan.

    2.6. Gambaran Status Kesehatan2.6.1. Angka Kemaan

    Kemaan merupakan indikator untuk menentukan dera-

    jat kesehatan masyarakat. Beberapa kasus yang diukur berdasar-

    kan angka kemaan, antara lain angka kemaan bayi, angka

    kemaan ibu, angka kemaan perinatal.

    Kasus Kemaan Bayia.

    Jumlah kemaan bayi di Kota Padang Sidempuan yang

    tercatat pada tahun 2013 adalah 18 bayi dari 4.486 kelahiran.

    Dari prol Kota Padang Sidempuan, bahwa penyebab kemaan

    bayi disebabkan karena ngkat kesakitan dan status gizi keluarga

    yang mengakibatkan infeksi penyakit, kesehatan ibu hamil dan

    proses penanganan persalinan.

  • 7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkung

    47/243

    Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkungan32

    Pada tahun 2013, Puskesmas Pijorkoling menempa pering-

    kat pertama dengan kasus kemaan bayi terbanyak yaitu 5

    kemaan dari 593 kelahiran. Kemudian diiku Puskesmas

    Sidangkal, Puskesmas Batunadua, dan Puskesmas Sadabuan,

    masing-masing menyumbang 3 kasus kemaan bayi. Selanjutnya

    di Puskesmas Padangmanggi terdapat 2 kasus kemaan bayi.

    Adapun Puskesmas Hutaimbaru dan Puskesmas Pintu Langit

    terdapat masing-masing 1 kasus kemaan bayi. Sedangkan di

    Puskesmas Labuhan Rasoki dan Puskesmas Pintu Pokenjior dak

    terdapat kasus kemaan bayi.

    Jumlah kemaan berdasarkan kecamatan, peringkat pert-

    ama diduduki oleh Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara dan

    Kecamatan Padangsidimpuan Selatan, masing-masing menyum-

    bang 5 kasus kemaan bayi dari jumlah kelahiran 717 bayi

    dan 1.418 bayi. Sedangkan di Kecamatan Padangsidimpuan

    Hutaimbaru dan Kecamatan Padangsidimpuan Angkola Julu

    masing masing hanya terdapat 1 kemaan bayi.

    Tabel 2.5. Kasus Kemaan Bayi Menurut Kecamatan dan

    Puskesmas Tahun 2013

    No. Kecamatan PuskesmasJumlah

    Kelahiran

    Jumlah

    Kemaan

    1. Padangsidimpuan

    Tenggara

    Pijorkoling

    Labuhan Rasoki

    593

    124

    5

    02. Padangsidimpuan

    Selatan

    Padangmannggi

    Sidangkal

    946

    472

    2

    3

    3. Padangsidimpuan

    Batunadua

    Batunadua 450 3

    4. Padangsidimpuan

    Utara

    Sadabuan 1.375 3

  • 7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkung

    48/243

    Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkungan 33

    5. Padangsidimpuan

    Hutaimbaru

    Hutaimbaru 351 1

    6. Padangsidimpuan

    Angkola Julu

    Pokenjior

    Pintu Langit

    91

    84

    0

    1

    Sumber: Prol Kesehatan Kota Padang Sidempuan Tahun 2013

    Kasus Kemaan Ibub.

    Kasus kemaan ibu menggambarkan jumlah kemaan pe-

    rempuan yang disebabkan dari beberapa penyebab yang terkait

    dengan gangguan kehamilan, gangguan persalinan. AngkaKemaan ibu merupakan indikator keberhasilan dari pem-

    bangunan sektor kesehatan, yaitu ngkat kesadaran perilaku

    hidup sehat, status gizi, kesehatan ibu, kondisi kesehatan ling-

    kungan, ngkat pelayanan kesehatan terutama untuk ibu hamil,

    waktu melahirkan dan masa nifas.

    Kasus kemaan ibu tahun 2013 di Kota Padang Sidempuan

    yang disebabkan karena persalinanan berjumlah 7 (tujuh) orang.

    Ketujuh kasus kemaan tersebut di antaranya dalam kondisi (1)

    ibu hamil berjumlah 4 orang dengan usia 20-34 tahun, dan (2)

    ibu bersalin berjumlah 3 orang dengan usia 20-34 tahun. Kasus

    kemaan ibu secara keseluruhan terbanyak berada di Kecamatan

    Padangsidimpuan Batunadua dalam wilayah kerja Puskesmas

    Batunadua sebanyak 2 kasus kemaan ibu Hamil dan KecamatanPadangsidimpuan Utara dalam wilayah kerja Puskesmas

    Sadabuan sebanyak 2 kemaan ibu terdiri dari 1 kasus kemaan

    Ibu Hamil dan 1 kasus kemaan Ibu Bersalin.

    Sama halnya dengan kasus kemaan ibu di Kecamatan

    Padangsidimpuan Tenggara dalam wilayah Puskesmas Pijorkoling

    terdapat 1 kasus kemaan Ibu Hamil dan 1 kasus kemaan ibu

    Bersalin. Sedangkan di wilayah kerja Puskesmas Padangmanggi,

  • 7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkung

    49/243

    Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkungan34

    Kecamatan Padangsidimpuan Selatan hanya terdapat 1 kasus

    kemaan Ibu Bersalin.

    Jika membandingkan antara Tabel 2.5 di atas dan Tabel 2.6

    terdapat kedaksinkronan antara jumlah ibu hamil, jumlah

    kelahiran dan jumlah kemaan bayi. Hal ini menunjukkan

    bahwa sistem pencatatan dan pelaporan yang berasal dari

    kader posyandu sampai dengan Dinas Kesehatan belum pernah

    dilakukan verikasi. Belum disadari bahwa sistem pencatatan

    dan pelaporan yang baik akan menjadi informasi penng

    pembangunan kesehatan di wilayahnya.

    Tabel 2.6. Kasus Kemaan Ibu Hamil dan Ibu Bersalin, 2013

    No. Kecamatan Puskesmas

    Jumlah

    Ibu

    Hamil

    Jumlah Kemaan

    Ibu

    Hamil

    Ibu

    Bersalin

    1. Padangsidimpuan

    Tenggara

    Pijorkoling

    Labuhan Rasoki

    572

    128

    1

    0

    1

    0

    2. Padangsidimpuan

    Selatan

    Padangmannggi

    Sidangkal

    932

    480

    0

    0

    1

    0

    3. Padangsidimpuan

    Batunadua

    Batunadua 434 2 0

    4. Padangsidimpuan

    Utara

    Sadabuan 1.371 1 1

    5. Padangsidimpuan

    Hutaimbaru

    Hutaimbaru 355 0 0

    6. Padangsidimpuan

    Angkola Julu

    Pokenjior

    Pintu Langit

    91

    83

    0

    0

    0

    0

    Sumber: Prol Kesehatan Kota Padang Sidempuan 2013

  • 7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkung

    50/243

    Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkungan 35

    Kasus Kemaan Anak Balitac.

    Jumlah kasus kemaan anak balita di kota Padangsidempuan

    tahun 2013 sebesar 3 anak dan 21 balita. Beberapa penyebab

    kasus kemaan anak yang tercatat di kota Padangsidempuan

    antara lain keterlambatan dalam penanganan kasus yang

    diberikan oleh tenaga kesehatan difasilitas kesehatan dan keter-

    lambatan akibat kedak tahuan/pengetahuan orang tua.

    Jumlah kemaan terbanyak anak dan balita berada di

    Kecamatan Padangsidimpuan Selatan dalam wilayah kerja Puskes-

    mas Padangmanggi sejumlah 8 anak balita, masing-masing 3

    kasus kemaan anak dan 5 kasus kemaan balita. Begitu pula

    dengan kasus kemaan balita di Kecamatan Padangsidimpuan

    Tenggara dalam wilayah kerja Puskesmas Pijorkoling terdapat 5

    kasus. Sedangkan untuk wilayah kerja Puskesmas Labuhan Rasoki

    dan Puskesmas Pokenjior dak terdapat kasus kemaan baik

    kemaan anak maupun kemaan balita.

    Tabel 2.7. Kasus Kemaan Anak dan Balita Tahun 2013

    No. Kecamatan PuskesmasJumlah Kemaan

    Anak Balita

    1. Padangsidimpuan

    Tenggara

    Pijorkoling

    Labuhan Rasoki

    0

    0

    5

    0

    2. Padangsidimpuan

    Selatan

    Padangmannggi

    Sidangkal

    3

    0

    5

    3

    3. Padangsidimpuan

    Batunadua

    Batunadua 0 3

    4. Padangsidimpuan

    Utara

    Sadabuan 0 3

    5. Padangsidimpuan

    Hutaimbaru

    Hutaimbaru 0 1

    6. Padangsidimpuan

    Angkola Julu

    Pokenjior

    Pintu Langit

    0

    0

    0

    1Sumber: Prol Kesehatan Kota Padang Sidempuan Tahun 2013

  • 7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkung

    51/243

    Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkungan36

    2.6.2 Status Gizi

    Status gizi yang dapat dipantau dan dilaporkan pada kota

    Padang Sidempuan berdasarkan laporan dari program gizi tahun2014 antara lain sebagai berikut.

    Bayi Baru Lahir Rendah (BBLR)a.

    Bayi Baru Lahir Rendah (BBLR) dapat terdeteksi pada saat

    kehamilan, dengan melakukan pemeriksaan kehamilan secara

    run di posyandu maupun puskesmas. Tahun 2014, penyebab

    BBLR yang terbanyak akibat faktor ekonomi, akibat KEK pada ibu

    hamil, akibat penyakit penyerta pada ibu hamil, dan bayi lahir

    dengan diiku penyakit penyerta.

    Tabel 2.8. Jumlah Bayi BBLR Menurut Jenis Kelamin dan

    Puskesmas Tahun 2013

    No. Puskesmas

    Bayi Baru Lahir

    Dimbang

    Bayi Baru Lahir

    Rendah

    L P L P1. Pijorkoling 169 173 0 1

    2. Labuhan Rasoki 55 43 0 0

    3. Padangmanggi 400 379 0 0

    4. Sidangkal 172 166 0 0

    5. Batunadua 245 218 0 1

    6. Sadabuan 552 529 0 3

    7. Hutaimbaru 183 161 0 0

    8. Pokenjior 35 43 1 19. Pintu Langit 34 24 0 0

    Jumlah 1.845 1.736 1 6

    Sumber: Prol Padang Kesehatan Kota Padang Sidempuan 2013

    Keterangan: L = Laki-laki P = Perempuan

    Pada tahun 2013 terdapat 7 kasus BBLR terdiri dari 1 bayi

    laki-laki dan 6 bayi perempuan. Kasus BBLR terbanyak berada

    di wilayah kerja Puskesmas Sadabuan yang terdapat bayi

  • 7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkung

    52/243

    Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkungan 37

    baru lahir dimbang terbanyak yaitu 1.081 bayi di antaranya

    terdapat 3 kasus BBLR perempuan, diiku bayi di wilayah kerja

    Puskesmas Pokenjior sebanyak 2 kasus BBLR masing-masing

    1 bayi laki-laki dan perempuan. Sedangkan di wilayah kerja

    Puskesmas Pijorkoling dan Puskesmas Batunadua masing-masing

    menyumbang 1 kasus BBLR.

    Bayi dan Balita Dengan Gizi Kurang dan Gizi Burukb.

    Balita dengan gizi kurang ini dapat diketahui pada saat

    penimbangan yang dilakukan secara run dan pemantauan oleh

    petugas gizi. Penimbangan run dilakukan di posyandu dengan

    indikasi berat badan terus menurun, apabila balita dak datang

    ke posyandu maka kader harus melakukan kunjungan rumah

    dengan berbagai pertanyaan antara lain penyebab balita dak

    datang secara run, bagaimana perkembangan balita sejak

    dilahirkan sampai dengan balita.

    Pada tahun 2011 jumlah gizi kurang pada bayi terbanyakdi Kota Padang Sidempuan terdapat di wilayah Kecamatan

    Padangsidimpuan Selatan sebanyak 92 bayi dan mengalami

    kenaikan menjadi 131 bayi pada tahun 2012. Sama halnya di

    wilayah Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara yang mengalami

    kenaikan dari 30 bayi menjadi 33 bayi dengan gizi kurang pada

    tahun 2012. Sedangkan bayi dengan gizi kurang di daerah

    Kecamatan Padangsidimpuan Hutaimbaru mengalami penurunan

    yang cukup signikan dari 75 bayi pada tahun 2011 menjadi 20

    bayi di tahun 2012. Adapun jumlah bayi dengan gizi kurang paling

    sedikit berada di wilayah Kecamatan Padangsidimpuan Angkola

    Julu, yaitu pada tahun 2011 terdapat 9 bayi dan mengalami

    penurunan pada tahun 2012 menjadi 5 bayi.

  • 7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkung

    53/243

    Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkungan38

    Untuk kasus gizi buruk pada bayi tahun 2011 terbanyak

    terdapat di Kecamatan Padangsidimpuan Selatan sebanyak 6

    bayi dan hingga tahun 2012 jumlah tersebut dak mengalami

    perubahan. Begitupula di Kecamatan Padangsidimpuan Utara

    kasus gizi buruk pada bayi sejak tahun 2011 hingga tahun 2012

    terdapat 2 kasus gizi buruk pada bayi. Sedangkan di Kecamatan

    Padangsidimpuan Batunadua dak terdapat kasus gizi kurang

    pada bayi.

    Tabel 2.9. Jumlah Balita Berdasarkan Status Gizi Tahun 2011

    2012

    No. Kecamatan

    Status Gizi

    2011 2012

    Kurang Buruk Kurang Buruk

    1.Padangsidimpuan

    Utara

    39 2 35 2

    2. Padangsidimpuan

    Selatan

    92 6 131 6

    3. Padangsidimpuan

    Batunadua

    36 0 31 0

    4. Padangsidimpuan

    Hutaimbaru

    75 1 20 0

    5. Padangsidimpuan

    Tenggara

    30 0 33 1

    6. Padangsidimpuan

    Angkola Julu

    9 0 5 1

    Sumber: Renstra Dinas Kesehatan Kota Padang Sidempuan 2007-2013

    Berdasarkan catatan dari Dinas Kesehatan Kota Padang

    Sidempuan, sepanjang tahun 2013 terdapat kasus balita gizi

    buruk sebanyak 11 balita dan sepanjang tahun 2014 berjumlah

    17 balita. Data tahun 2013 menunjukan 3 balita terdiagnosa

    diare, asma, dan tuberkolosis paru dan terdapat tanda klinis

  • 7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkung

    54/243

    Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkungan 39

    marasmus. Terdapat 1 balita memiliki tanda klinis marasmus dan

    balita lainnya dak terdiagnosa dan dak terdapat tanda-tanda

    klinis. Sedangkan pada tahun 2014 terdapat 4 balita terdiagnosa

    pneumonia berat, dispepsia, pneumonia dan diare. Dan terdapat

    4 balita lainnya memiliki tanda klinis marasmus.

    Balita gizi buruk dimulai dengan balita gizi kurang yang

    dak terpantau atau dak mendapatkan perawatan secara

    benar, misalnya dak mendapatkan asupan makanan tambahan.

    Sebagaimana prosedur yang ada, balita dengan gizi buruk dapat

    dilakukan perawatan secara rawat jalan dan atau perawatan

    secara rawat inap di rumah sakit atau PPG untuk memulihkan

    kembali.

    Balita gizi buruk diketahui apabila Berat Badan per Tinggi

    Badan dak sesuai dengan umur balita. Jumlah balita gizi buruk

    tahun 2014 berjumlah 4 balita dan mendapatkan perawatan di

    puskesmas (rawat jalan) dengan pemberian makanan tambahan

    yang didapatkan dari puskesmas. Terdapat balita ma akibat gizi

    buruk yang dilaporkan sampai dengan Desember 2014 (kurun

    waktu satu tahun) berjumlah 3 balita.

    Dari data yang didapatkan, terdapat balita gizi buruk

    yang meninggal pada tahun 2013 sebanyak 1 (satu) balita di

    Kecamatan Padangmanggi, tahun 2014 terdapat 3 (ga) balita

    meninggal yaitu 1 (satu) balita di Kecamatan Pijorkoling dan 2(dua) balita di Kecamatan Batunadua.

  • 7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkung

    55/243

    Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkungan40

    Tabel 2.10. Jumlah Balita Gizi Buruk dan Kurang dan Jumlah Balita

    Sembuh Tahun 2013 2014

    No. Kecamatan

    Balita Gizi

    Buruk

    Balita Gizi

    Kurang

    Balita Gizi Buruk

    Sembuh

    2013 2014 2013 2014 2013 2014

    1. Pijorkoling 1 0 0 0 0 0

    2. Labuhan Rasoki 0 0 0 0 0 0

    3. Padangmannggi 2 7 3 0 0 0

    4. Sidangkal 0 0 0 0 0 0

    5. Batunadua 1 5 1 1 1 0

    6. Sadabuan 0 0 0 0 0 07. Hutaimbaru 1 0 0 1 0 0

    8. Pokenjior 0 0 0 0 0 0

    9. Pintu Langit 0 0 0 0 0 0

    Jumlah 5 12 4 2 1 0

    Sumber: Catatan Dinas Kesehatan Tahun 2013 dan Tahun 2014

    2.6.3 Kesehatan LingkunganKesehatan lingkungan yang disajikan dalam penulisan

    ini sesuai dengan rencana temak yang akan dianalisis, yaitu

    sumber air bersih dan akses terhadap sanitasi. Ruang lingkup air

    melipu, jenis sumber air, rerata pemakaian air per orang per

    hari, jarak sumber air minum terhadap penampungan nja, jarak

    dan waktu tempuh ke sumber air minum, anggota rumah tangga

    yang mengambil air minum, kualitas sik air minum, pengelolaan

    (pengolahan dan penyimpanan) air minum. Adapun akses

    terhadap sanitasi yang dimaksudkan adalah penggunaan fasilitas

    buang air besar (BAB), jenis tempat BAB, tempat pembuangan

    akhir nja, jenis tempat penampungan air limbah, jenis tempat

    penampungan sampah, dan cara pengelolaan sampah.

  • 7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkung

    56/243

    Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkungan 41

    Sumber air bersiha.

    Sebagian besar warga Kota Padang Sidempuan memilih

    air isi ulang sebagai sumber air minum utama yakni sebesar

    39,51%. Sebanyak 30,50% rumah tangga menggunakan sumur

    dak terlindung sebagai sumber air minumnya. Menurut petugas

    kesehatan lingkungan Dinas Kesehatan, jumlah rumah tangga

    pengguna air PDAM belum pernah dilakukan pemeriksaan

    kualitas air minum. Kualitas air minum yang dilakukan

    pemeriksaan adalah air minum depot atau air kemasan. Adapun

    air bersih yang dimanfaatkan oleh masyarakat Kota Padang

    Sidempuan adalah air bersumber dari tanah (pegunungan) yang

    dialirkan melalui saluran terbuka untuk keperluan Mandi, Cuci,

    dan Kakus (MCK).

    Tabel 2.11. Persentase Rumah Tangga Menurut Sumber Air Minum

    di Kota Padang Sidempuan Tahun 2013

    Sumber Air Minum Persentase (%)Air dalam kemasan 0,49

    Air isi ulang 39,51

    Ledeng Meteran 18,94

    Ledeng Eceran 0,96

    Pompa 0,65

    Sumur Terlindung 5,02

    Sumur Tidak terlindung 30,50

    Mata Air terlindung 2,23Mata Air dak terlindung 1,42

    Air sungai, air hujan, lainnya 0,29

    Jumlah 100

    Sumber: Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Padang Sidempuan, Tahun 2013

    Badan Pusat Stask mengklasikasikan sumber air minum

    menjadi 2 (dua) bagian yaitu air minum layak dan air minum

  • 7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkung

    57/243

    Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkungan42

    dak layak. Yang dikategorikan sebagai sumber air minum layak

    adalah air ledeng, air hujan, pompa/sumur terlindung, dan mata

    air terlindung dengan jarak minimal 10 meter dari penampungan/

    pembuangan kotoran. Pada tahun 2013 sebanyak 77,49 persen

    rumah tangga dikategorikan memiliki sumber air minum yang

    dak layak dan 22,51 persen dengan sumber air minum layak.2

    Gambar 2.6. Grak Persentase Rumah Tangga Menurut Sanitasi Air

    Minum dan Kondisi Sanitasi Tahun 2013

    Sumber: Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Padang Sidempuan 2013

    Sarana sumber air bersih yang bersumber dari Perusahaan

    Daerah Air Minum (PDAM) belum dapat menjangkau seluruh

    wilayah di Kota Padang Sidempuan, seper di Kecamatan

    2 Lihat Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Padangsidimpuan 2013, BadanPusat Stask Kota Padang Sidempuan, Desember 2014, hlm. 65

    0

    10

    20

    30

    40

    50

    6070

    80

    Kondisi Air

    Minum

    Kondisi Sanitasi

    Layak

    Tidak Layak

  • 7/24/2019 Seri Studi Kualitatif IPKM; Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkung

    58/243

    Potret Kota Padang Sidempuan dalam Permasalahan Gizi Balita dan Kesehatan Lingkungan 43

    Padangsidimpuan Hutaimbaru dan Kecamatan Padangsidimpuan

    Angkola Julu dak dapat dijangkau oleh PDAM. Terdapat 2 PDAM

    di Kota Padang Sidempuan yang melayani 47.083 rumah tangga

    di Kota Padang Sidempuan, yaitu PDAM Tirtanadi dan PDAM

    Tirta Ayumi. Jumlah pelanggan PDAM Tirtanadi untuk kebutuhan

    rumah tangga atau non niaga jauh lebih banyak dibandingkan

    dengan jumlah pelanggan pada PDAM Tirta Ayumi.

    Jumlah terbanyak rumah tangga yang menggunakan air

    bersih dari PDAM adalah dari Kecamatan Padangsidimpuan

    Utara sebanyak 4.795 pelanggan diiku oleh Kecamatan

    Padangsidimpuan Selatan berjumlah 4.059 pelanggan. Selanjut-

    nya di Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara terdapat 336

    pelanggan dan terakhir di Kecamatan Padangsidimpuan

    Batunadua hanya 12 pelanggan.

    Tabel 2.12. Jumlah Pelanggan Air Bersih pada PDAM Tirtanadi dan

    Tirta Ayumi Untuk Kebutuhan Rumah Tangga Menurut

    Kecamatan 2013

    Kecamatan PDAM TirtanadiPDAM Tirta

    Ayumi

    Padangsidimpuan Utara 4.795 -

    Padangsidimpuan Selatan 4.059 -

    Padangsidimpuan Batunadua - 12

    Padangsidimpuan Hutaimbaru - -

    Padangsidimpuan Tenggara - 336Padangsidimpuan Angkola Julu - -

    Jumlah 8.854 348

    Sumber: Kota Padang Sidempuan Dalam Angka, 2014

    Kepemilikan Sarana Sanitasib.

    Jumlah Kepala Keluarga yang ada 47.083, setelah dilakukan

    pendataan dan pemeriksaan pada rumah tangga, tercata