Seri sejarah pemikiran ekonomi Islam: perkembangan fiskal negara di masa permulaan islam

18
Perkembangan Fiskal Negara di Masa Permulaan Islam Muhammad JAmhuri

description

pemikiran ekonomi islam, kondisi ekonomi era dakwah di Makkah, kondisi ekonomi era dakwah di madinah,

Transcript of Seri sejarah pemikiran ekonomi Islam: perkembangan fiskal negara di masa permulaan islam

Page 1: Seri sejarah pemikiran ekonomi Islam: perkembangan fiskal negara di masa permulaan islam

Perkembangan Fiskal Negara di Masa Permulaan

Islam

Muhammad JAmhuri

Page 2: Seri sejarah pemikiran ekonomi Islam: perkembangan fiskal negara di masa permulaan islam

Pada permulaan da’wah Islam, belum ada negara yang teroraganisir dan belum turun wahyu tentang aturan kenegeraan islami. Sasaran pada pase ini hanya fokus pada pemberantasan akidah syirik dari diri manusia dan menggantikannya dengan akidah tauhid.

Dan yang menjadi pendukung da’wah ini adalah sekelompok orang dari kalangan fuqoro (orang fakir) dan mustd’afhin (orang lemah) dan sedikit dari golongan bisnis dan pedagang.

Aktifitas da’wah saat itu belum memiliki income keuangan sebagai sandaran, kecuali dari sumbangan yang berasal dari golongan kecil para pedagang tadi sebagai andil dalam pembiayaan da’wah dan dalam biaya memerdekakan para budak yang mendapat siksaan karena keislamannya. Sebagai contoh Abu Bakar ra. Ibnu Asakir mrntakhrij hadis dari Aisyah ra dan Urwah binn zubair berkata, “Adalah Abu Bakar ra masuk Islam dan pada hari dia masuk islam memiliki 40.000 dinar, dalam lafdz lain 40.000 dirham, lalu diinfakkannya kepada Rasulullah saw”

Kondisi Fiskal (keuangan) Da’wah Islam Sebelum Hijrah

Page 3: Seri sejarah pemikiran ekonomi Islam: perkembangan fiskal negara di masa permulaan islam

Kemudian bersamaan dengan dimulainya da’wah secara terang-terangan, maka mulailah terjadi konfrontasi antara pihak yang baik yang diperankan da’wah Nabi saw, dan pihak buruk yang diperankan para musyrikin Quraisy.

Lalu terjadilah tekanan ekonomi pada pihak da’wah. Ini adalah strategi petama Quraisy dengan menggunakan metode ekonomi sebagai senjata yang menggiurkan. Mereka menawarkan Nabi saw harta, tahta dan wanita dan pengobatan gratis agar Nabi saw meninggalkan da’wahnya. Tapi hal itu jauh terjadi, karena Nabi saw memiliki akidah yang sangat tinggi. Da’wah islam di Makkah juga menghadapi embargo ekonomi dan sosial untuk menekan “kabilah” Muhammad saw agar mereka menyerahkan diri beliau untuk dibunuh.

Di antara bentuk embargo ekonomi itu adalah mereka melakukan perjanjian dengan Bani Hasyim dan Bani Abdul Muthallib agar tidak melakukan transaksi dengan mereka. Mereka melarang makanan masuk ke kota Makkah dan melarang melakukan jual beli. Sehingga Bani Hasyim dan Bani Abdul Muthallib membeli barang-barang yang ada di luar kota Makkah. Akan tetapi orang-orang Quraisy mencegatnya dan menaikkan harga barang hingga Bani Hasyim tidak mampu membelinya. Embargo ini terus berlangsung hingga selesai pada tahun sepuluh kenabian ketika surat perjanjian itu musnah

Kondisi Fiskal (keuangan) Da’wah Islam Sebelum Hijrah

Page 4: Seri sejarah pemikiran ekonomi Islam: perkembangan fiskal negara di masa permulaan islam

Senjata perang ekonomi digunakam oleh musuh-musuh Islam hingga zaman kita sekarang untuk menekan negara-negara Islam yang berupaya bebas dari hegemoni ideologi, politik dan sistem ekonomi kapitalis. Senjata kekuatan materi dan meskipun sangat penting ini tidak akan berhasil. Karenanya, yang lebih penting adalah bagaimana membangun kekuatan akidah. Pelajaran historis ini harus diingat baik oleh umat Islam jika mereka menginginkan kemuliaan.

Kondisi Fiskal (keuangan) Da’wah Islam Sebelum Hijrah

Page 5: Seri sejarah pemikiran ekonomi Islam: perkembangan fiskal negara di masa permulaan islam

Setelah Rasulullah saw berhijrah ke Madinah al-Munawaroh, mulailah babak baru sejarah negara Islam. Dan negara ini pada awal kelahirannya menghadapi berbagai problem yang sangat sulit dan membutuhkan sejumlah besar pembiayaan, sementara income negara mendekati titik nol

Beberapa problem yang dihadapi itu antara lain:a. Persoalan tempat tinggal. Persoalan ini lahir akibat

eksodus kaum muhajirin dari Makkah ke Madinah. Mereka meninggalkan rumah dan harta mereka. Wajar, ketika mereka datang membutuhkan tempat tinggal. Akan tetapi mereka tidak memiliki cukup uang untuk menyewa tempat, apalagi membeli atau membangun tempat tinggal baru

Kondisi fiskal Negara Islam di Madinah al-Munawaroh

Page 6: Seri sejarah pemikiran ekonomi Islam: perkembangan fiskal negara di masa permulaan islam

b. Persoalan pengangguran. Banyak dari kalangan Muhajirin sama sekali tidak memiliki pekerjaan (pengangguran sebenarnya). Mereka tidak memiliki skill dan apalagi alat-alat skill. Apalagi bagi mayoritas penduduk makkah, sektor perdagangan adalah sebagai kegiatan ekonomi utama mereka, sedang penopang perdagangan adalah kapital (modal). Padahal penduduk Quraisy telah merampas sebagian besar dari harta mereka sebelum berhijrah.

c. Persoalan distribusi. Perubahan struktur penduduk Madinah yang terjadi akibat hijrah (migrasi) menyebabkan timbulnya kondisi ekonomi yang baru,dimana terdapat sekelompok penduduk yang memiliki income nol dan mereka adalah kaum muhajirin, dan sekelompok penduduk yang mempunyai sumber-sumber income.

Kondisi fiskal Negara Islam di Madinah al-Munawaroh

Page 7: Seri sejarah pemikiran ekonomi Islam: perkembangan fiskal negara di masa permulaan islam

Jika saja salah satu dari persoalan ini menimpa salah satu negara di era sekarang, maka hal ini akan memerlukan pembahasan dan strategi yang terkadang sukses dalam menemukan solusinya dan terkadang gagal, dan bahkan suatu pemerintahan dapat terguling karena persoalan itu. Hal ini tidak lain dikarenakan ideologi materi yang hanya menganalisa materi yang mempengaruhi manusia serta besarnya pengaruh itu terhadapnya. Sementara Islam menganalisa pada diri manusia muslimnya yang dapat mempengaruhi orang di sekitarnya.

Mari kita melihat bagaimana Islam menjawab persoalan-pesoalan di atas; Al-Quran dan hadits-hadits Rasulullah saw telah tertanam dalam diri kaum muslimin selama tiga belas tahun di Makkah, kemudian mereka melakukan hijrah. Lalu pembinaan dan tarbiyah tersebut tidak terbatas di Makkah saja, namun berlangsung juga di Madinah setelah peristiwa bai’at aqobah pertama dan kedua. Sehingga para penduduk negara islam dari hasil tarbiyah dan pembinaan itu telah siap menyerahkan apa saja untuk membantu dan menolong negara islam.

Kondisi fiskal Negara Islam di Madinah al-Munawaroh

Page 8: Seri sejarah pemikiran ekonomi Islam: perkembangan fiskal negara di masa permulaan islam

Secara logika ekonomi, untuk menghadapi persoalan-persoalan ekonomi di atas tentu membutuhkan biaya negara. Persoalan tempat menuntut dibangunnya tempat tinggal untuk kaum migran (muhajirin) baru. Persoalan pengangguran menuntut adanya pemberian pinjaman uang atau barang pada mereka hingga mereka mendapat pekerjaan yang menghasilkan.Persoalan distribusi menuntut diterapkannya wajib pajak pada sekelompok penduduk yang memiliki pendapatan tetap lalu didistribusikan kepada orang yang tidak memiliki pendapatan. Dan ini jelas akan menimbulkan sikap pemaksaan pada pemilik kekayaan, selain timbulnya sikap menghindar dari pajak serta persoalan lain pada sistem pajak.

Di sisi lain negara islam dihadapkan pada defisit anggaran dan tidak dapat memenuhi tuntutan biaya yang besar tersebut. Dalam kondisi ini, peranan tarbiyah (pembinaan) aqidah dapat menyelesaikan persoalan-persoalan tadi dengan satu prinsip dalam Islam yakni al-Uhuwah fillah (persaudaraan karena Allah). Maka Rasulullah saw mempersaudarakan kaum Muhajirin dengan kaum Anshor dengan tetap melanjutkan tarbiyah imaniyah (pembinaan keimanan) kepada mereka. Khutbah pertama beliau sejak kedatangannya di Madinah bersabda, “Maka barangsiapa yang dapat menjaga wajahnya dari api neraka, meskipun dengan sebutir biji kurma, maka lakukanlah..” Bahkan Rasulullah saw menjadikan solidaritas kekayaan antara kaum Muhajirin dan kaum Anshor menjadi salah satu pasal perjanjian di antara mereka. Sabda Nabi saw, “Sesungguhnya orang-orang mu’min tidak boleh membiarkan orang yang penuh hutang dan memiliki banyak anggota keluarga di antara mereka, mereka harus diberikan dengan ma’ruf dalam rangka membela dan mengikat”

Kondisi fiskal Negara Islam di Madinah al-Munawaroh

Page 9: Seri sejarah pemikiran ekonomi Islam: perkembangan fiskal negara di masa permulaan islam

Perlu dipehatikan, bahwa pengangguran yang dihadapi negara Islam pada zaman permulaan ini secara umum adalah ‘pengangguran terpaksa’, karena mayoritas sahabat dari kaum muhajirin senang bekerja. Namun mereka tidak mendapatkan kesempatan yang sesuai dengan keahliannya. Dan jangan dianggap sama sekali ‘pengangguran sukarela’ yang terjadi di negara islam. Sekalipun ada, itu hanya kecil sekali, karena islam memilki keistimewaan menganjurkan bekerja dan meningkatkan tarap hidup.

Kondisi fiskal Negara Islam di Madinah al-Munawaroh

Page 10: Seri sejarah pemikiran ekonomi Islam: perkembangan fiskal negara di masa permulaan islam

Tarbiyah (pembinaan) itu telah menghasilkan buahnya, karena orang muhajirin dapat tempat tinggal dari orang Anshor bahkan dilakukan pengundian disebabkan sangat berebutnya orang Anshor dalam menerima kaum Muhajirin bertempat tinggal. Dengan demikian selesailah segala persoalan di atas. Penyambutan kaum Anshor pada saudaranya kaum Muhajirin telah menyelesaikan masalah tempat tinggal dengan cepat. Orang Anshorpun dapat memfungsikan kaum Muhajirin bekerja di ladangnya. Pandapatan antar mereka pun tidak ada perbedaan karena adanya sikap dermawan. Juga sistem warisan pada permulaan Islam yang membolehkan orang Muhajirin mendapat warisan dari orang Anshor jika meninggal dunia, demikian juga sebaliknya. Lalu hukum ini dinaskh (hapus) oleh firman Allah SWT, “Orang-orang yang mempunyai hubungan kerabat itu sebagiannya lebih berhak terhadadp sesamanya”. Disebutkan bahwa secara aflikatif, hukum tersebut tidak terlaksana karena belum terjadi adanya kematian dari salah satu yang dipersaudarakan itu (Muhajirin dan Anshor) hingga dinaskh (dihapus)nya hukum ini. Lihatlah berapa banyak negara-negara yang tidak mentarbiyah bangsanya dengan Islam mengalami berbagai macam krisis saat kedatangan para pengungsi.

Kondisi fiskal Negara Islam di Madinah al-Munawaroh

Page 11: Seri sejarah pemikiran ekonomi Islam: perkembangan fiskal negara di masa permulaan islam

Sekalipun praktek “membersaudarakan” menyebabkan berkurangnya pendapatan para penduduk di negara islam, akan tetapi ekonomi negara Madinah berangsur menuju ke arah pertumbuhan dan kemakmuran, sementara ekonomi Makkah berangsur menuju pada kemunduran. Hal itu terjadi disebabkan dua faktor, yakni meniadakan segala faktor kemunduran ekonomi yang menghinggapi pertumbuhan ekonomi, dan penerapan regulasi yang mendorong pada pertumbuhan ekonomi. Dan kita akan menjelaskan sedikit tentang beberapa sistem fiskal di negara Madinah ini.

Kondisi fiskal Negara Islam di Madinah al-Munawaroh

Page 12: Seri sejarah pemikiran ekonomi Islam: perkembangan fiskal negara di masa permulaan islam

Al-Quran dan hadits-hadits Rasulullah saw telah meletakkan kaidah-kaidah sistem fiskal bagi negara Islam yang menentukkan bentuk pendapatan dan pengeluaran negara.

Pada perang Badar di tahun kedua hijriyah telah ditentukan batasan pendistribusian ghanimah (harta pampasan perang). Firman Allah SWT, “Ketahuilah ssungguhnya apa saja yang dapat kamu peroleh sebagai rampasan perang, maka sesungguhnya seperlima untuk Allah, Rasul, kerabat Rasul, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan ibnussabil.” Sehingga, seperlima ghanimah menjadi salah satu pendapatan non rutin kas negara (baitul mal) yang pengeluarannya telah ditentukan. Ghanimah adalah harta yang diambil oleh kaum muslimin dari pihak musuh karena perang. Diambilnya sumber ekonomi ini dapat menambah sisi pendapatan negara islam disamping mengamati gerak tersebarnya Islam.

Pada tahun kedua hijrah ada ghanimah dari hasil perang Badar. Tahun kelima hijrah ada ghanimah dari hasil perang dengan suku Bani Quraidhoh. Tahun keenam hijrah ada ghanimah dari hasil perang dengan suku Bani Mustholiq. Pada tahun ketujuh hijrah ada ghanimah dari hasil perang Khaibar dan Wadi al-Quro, dan pada tahu kedelapan ada ghanimah dari hasil perang Hunain. Dan demikian seterusnya..

Beberapa Sistem Fiskal di Negara Madinah

Page 13: Seri sejarah pemikiran ekonomi Islam: perkembangan fiskal negara di masa permulaan islam

Pada tahun kedua hijrah pula, diwajibkannya zakat. Dia menjadi salah satu pendapatan rutin negara. Hanya saja mashorif (jalur pendistribusian)nya telah ditentukan oleh nash al-Qur’an. Firman Allah SWT, “Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para muallaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah, dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai sesuatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” Dalam ayat ini terlihat jelas hikmah adanya re-distrubusi secara detail dan rinci dalam Islam, dan tidak ada ruang ijthad individual disini.

Beberapa Sistem Fiskal di Negara Madinah

Page 14: Seri sejarah pemikiran ekonomi Islam: perkembangan fiskal negara di masa permulaan islam

Pada tahun keempat hijrah terjadi eksodus suku Bani Nadhir dari kota Madinah dan mereka meninggalkan harta mereka yang kemudian disebut fa’i. Fa’i adalah harta yang didapat kaum muslimin tanpa terjadi pertempuran. Dengan demikian, bertambahlah sumber pendapatan negara Islam. Dan merupakan kebijakan Allah yang Maha bijaksana, Dia telah menjadikan pengurusan fa’i di tangan waliyyul amr (pemimpin) umat Islam yang mendistrubusikannya sesuai kemaslahatan. Tujuan ini dijelaskan Allah SWT, “Supaya harta itu tidak hanya beredar di antara orang-orang kaya saja” Rasulullah saw telah mengoptimalkan fa’i ini dengan sebaik-baiknya. Beliau telah memfungsikannya pada fungsi yang mendasar berupa mengembalikan masyarakat pada kondisi ekonomi yang equabilirium (tawazun). Beliau mendistribusikan fa’i seluruhnya kepada kaum Muhajirin dan tidak memberi kaum Anshor kecuali dua orang saja yang mengadu tentang kondisi kefakirannya.Setelah pendistribusian ini terjadilah kestabilan keuangan kaum Muhajirin dan dapat menikmati lebih besar lagi kegiatan ekonomi. Kegiatan ekonomi orang Anshor pun bertambah akibat optimalisasi sumber-sumber kekayaannya.

Beberapa Sistem Fiskal di Negara Madinah

Page 15: Seri sejarah pemikiran ekonomi Islam: perkembangan fiskal negara di masa permulaan islam

Pada tahun keenam hijrah, dan sebagian riwayat mengatakan pada tahun ketujuh atau sembilan hijrah, bertambah lagi pendapatan baru selain pendapatan rutin negara, yaitu berupa jizyah.Jizyah adalah harta yang wajib dibayar oleh orang yang tetap dengan agamanya dan hidup bernaung di negara Islam. Firman Allah SWT, “Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan tiada (pula) kepada hari kemudian dan mereka tidak mengharamkan apa yang telah diharamkan oleh Allah dan RasulNya dan tidak beragama dengan agama yang benar (agama Allah) (yaitu orang-orang) yang diberikan al-Kitab kepada mereka, sampai mereka membayar jizyah dengan patuh sedang mereka dalam keadaan tunduk

Beberapa Sistem Fiskal di Negara Madinah

Page 16: Seri sejarah pemikiran ekonomi Islam: perkembangan fiskal negara di masa permulaan islam

Jizyah telah ditentukan aturan-aturannya, antara lain, jizyah tidak ditarik dari laki-laki yang belum dewasa (baligh), wanita, orang gila, hamba sahaya, orang buta, pengangguran, usia lanjut dan orang yang ketakutan dan tidak memiliki keluarga.

Selain itu, disyari’atkan juga pendapatan non rutin negara berupa seperlima harta rikaz (temuan). Rasululah saw bersabda, “...dan dalam harta rikaz (wajib dikeluarkan zakatnya) seperlima Dr. Bithoniyah, h. 22, mengutip dari:

Beberapa Sistem Fiskal di Negara Madinah

Page 17: Seri sejarah pemikiran ekonomi Islam: perkembangan fiskal negara di masa permulaan islam

Demikian juga terdapat ‘badan’ milik negara sebagai bagian pendapatan rutin negara islam, yaitu tanah-tanah yang dipelihara oleh Rasulullah saw untuk kepentingan publik dan bukan bagian dari kepemilikan pribadi. Dari Nafi’ bin Ibnu Umar berkata, “Rasulullah memelihara tanah al-Nuqo’i yaitu tempat terkenal yang berada di kota Madinah yang diperuntukan makan kuda-kuda milik kaum Muslimin.”

Ringkasnya, negara belum memiliki pegawai tetap yang mendapat gaji tetap, namun baru berupa upah untuk setiap pekerjaan. Petugas zakat mendapatkan bagian dari zakat itu. Para tentara yang perang harus datang ke medan perang kemudian setelah pulang, mereka bekerja sesuai pekerjaan mereka masing-masing, mereka hanya mendapat bagian dari ghanimah. Jika mereka tidak mendapat ghanimah maka tidak ada konsekwensi apa-apa. Sedangkan orang-orang kaya dari alangan muslimin, merekalah yang menanggung pembiayaan pada peristiwa-peristiwa emergensi secara sukarela (yang merupakan hasil dari pendidikan keimanan). Oleh karena itu, pada masa Nabi saw belum ada kas keuangan dan belum ada neraca. Dan untuk menutupi kebutuhan negara, pembiayaan datang melalui infaq secara spontan HR: Ahmad, Abu Daud dari Sho’b bin Jutsamah, Bukhori. Dan disebut tanah “Al-Nuqo’i” karena disana yastonqi (mengendapnya) atau berkumpulnya air. Jika kering maka tumbuhlah rerumputan

Beberapa Sistem Fiskal di Negara Madinah

Page 18: Seri sejarah pemikiran ekonomi Islam: perkembangan fiskal negara di masa permulaan islam

Ringkasan

Perkembangan Fiskal Negara di Masa Permulaan

Islam

Sebelum Hijrah

Setelah Hijrah

Belum ada negara

Gerakan dakwah yg perlu

pendanaan

Mengandalkan dana individu

Mengalami tekanan ekonomi

3 masalah ekonomi-Tempat tinggal-Distrubusi kekayaan-Pengangguran

Lahir Sistem Fiskal

ukhuwah

solusi

-Ghanimah-Zakat-Jizyah-Rikaz