SERAT PARTADEWA - core.ac.uk · Urip kudu duwe kapitayan, mula goleka sangu kanggo mêmanising...
Transcript of SERAT PARTADEWA - core.ac.uk · Urip kudu duwe kapitayan, mula goleka sangu kanggo mêmanising...
45
SERAT PARTADEWA
(Suatu Tinjauan Filologis)
S K R I P S I
Diajukan untuk Melengkapi Persyaratan
Guna Mencapai Gelar Sarjana Sastra
Jurusan Sastra Daerah
Fakultas Sastra dan Seni Rupa
Universitas Sebelas Maret
Oleh :
H e r i S e t i a w a n
NIM. C0100026
FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2005
46
Disetujui untuk Dipertahankan di Hadapan
Panitia Penguji Skripsi Fakultas Sastra dan Seni Rupa
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Pembimbing :
1. Drs. Imam Sutarjo, M.Hum. (…………………………..) NIP. 131 695 222
2. Drs. Sisyono Eko Widodo, M. Hum (…………………………...) NIP. 131 792 940
47
Diterima dan disetujui oleh Panitia Penguji Skripsi
Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta
Pada Tanggal : 19 April 2005
Panitia Penguji: 1. Drs. Wakit Abdullah, M.Hum. (……….……………….……) NIP. 131 695 206 Ketua 2. Drs. Supardjo, M.Hum. (……….……………….……) NIP. 131 569 265 Sekretaris 3. Drs. Imam Sutarjo, M.Hum. (……….……………….……) NIP. 131 695 222 Penguji I 4. Drs. Sisyono Eko Widodo, M.Hum. (……….…………….………) NIP. 131 792 940 Penguji II
Dekan
Fakultas Sastra dan Seni Rupa
Universitas Sebelas Maret
Dr. Maryono Dwirahardjo, SU NIP. 130 675 167
48
M O T T O
Dengan menyadari kelemahan dan kekurangan itu maka akan ada
kemauan dan usaha untuk memperbaiki,
dan hanya dengan rangkaian perbaikan-perbaikan itulah akan dapat
tercapai kemajuan.
(Mantan Presiden RI, H.M. Soeharto)
khairunnas anfa’uhum linnas
Artinya:
Sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain
(H.R. Muttafag’alaih)
Urip kudu duwe kapitayan, mula goleka sangu kanggo mêmanising pati,
aja kagubêl rosaning rasa samar lan aja wêdi nantang kahanan nadyan akèh
pacoban, nanging pacoban mau kanggo ngasah kadewasaning jiwa.
Artinya :
Hidup harus punya kepercayaan, untuk itu carilah bekal untuk kematian yang
manis, jangan terbelit oleh kuatnya rasa kawatir dan jangan takut menghadapi
kenyataan hidup, walaupun banyak cobaan tetapi cobaan itu untuk mengasah
kedewasaan jiwa.
(Setyawan Dalang)
49
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan kepada :
1. Almamaterku yang membuat aku
bangga, karena telah menuntut ilmu di
dalamnya.
2. Bapak dan ibuku tercinta.
3. Kakak adikku yang tersayang.
4. Pecinta sastra dan budaya Jawa.
50
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah ke hadirat Allah swt. karena limpahan rahmat
dan hidayah-Nya. Salam dan Shalawat semoga selalu tercurah kepada Nabi
Muhammad saw. sang pemimpin dan cahaya kehidupan. Atas ridha-Nya dan
safaat beliau sehingga tugas skripsi ini dapat diselesaikan. Penyusunan skripsi ini
merupakan tugas akhir studi dan sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar
Sarjana Sastra pada Fakultas Sastra, Jurusan Sastra Daerah, Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
Segala usaha dan kerja keras yang dilakukan penulis rasanya tidak akan
banyak berarti tanpa bantuan, dorongan, dan bimbingan berbagai pihak. Untuk itu
dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada :
1. Dr. Maryono Dwirahardjo, S.U, selaku Dekan Fakultas Sastra dan Seni
Rupa Universitas Sebelas Maret, beserta staff.
2. Drs. Imam Sutarjo, M.Hum. selaku Ketua Jurusan Sastra Daerah Fakultas
Sastra dan Seni Rupa sekaligus pembimbing pertama yang dengan tulus,
tekun dan teliti, membimbing penulis untuk mengatasi permasalahan-
permasalahan yang muncul dalam penulisan skripsi ini.
3. Drs. Wakit Abdullah, M.Hum. selaku Pembimbing Akademik yang telah
memberikan bimbingan selama penulis menjalani studi di Fakultas Sastra
dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta.
51
4. Drs. Sisyono Eko Widodo, M.Hum, selaku pembimbing kedua yang
dengan ikhlas, tekun, dan sabar, selalu memberikan dorongan, masukan-
masukan dalam penulisan skripsi ini.
5. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Sastra dan Seni Rupa, khususnya Jurusan
Sastra Daerah, yang telah memberikan bekal ilmu yang sangat berguna.
6. Pimpinan dan Staf perpustakan Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas
Sebelas Maret yang telah membantu dan melayani penulis dalam
mengumpulkan untuk menyusun skripsi ini.
7. Kepala dan karyawan perpustakaan Sasanapustaka Surakarta,
perpustakaan Reksapustaka Surakarta, perpustakaan museum
Radyapustaka Surakarta, dan perpustakaan Sonobudaya Yogyakarta,
Yayasan Sastra Surakarata, yang telah membantu penulis dalam
mengumpulkan informasi yang bertalian dengan penulisan skripsi ini.
8. Teman-teman Sastra Daerah khususnya angkatan 2000 dan kakak
tingkatku atas persaudaraan dan kebersamaan selama ini.
9. Rekan-rekan anggota BKKT UNS tercinta dan Setya Laras atas
kebersamaan dalam berkarya seni.
10. Komunitas ‘Gank Rewel’, Apin, Ari, Bambang, Camelya, Dadhuk, Dedi,
Een, Eni, Farida, DJibril, Lik Moyo, Lik Pranti, Lik Yun, Ndowin, Pipit,
Retno, Rina, Tatut, yang telah memberikan bantuan material dan spiritual.
11. Semua pihak yang telah membantu dan tidak dapat disebutkan satu
persatu. Semoga Allah swt. selalu melimpahkan rahmat dan karunia, atas
52
segala kebaikan dan bantuan yang diberikan kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tulisan ini jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, segala saran dan kritik yang bersifat membangun sangat
diharapkan. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan semua pembaca.
Surakarta, April 2005
Penulis
53
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………………………………………………………… i
HALAMAN PERSETUJUAN………………………………………………… ii
HALAMAN PENGESAHAN………………………………………………… iii
HALAMAN MOTTO………………………………………………………… iv
HALAMAN PERSEMBAHAN……………………………………………… v
KATA PENGANTAR………………………………………………………… vi
DAFTAR ISI………………………………………………………………… ix
DAFTAR TANDA DAN SINGKATAN…………………………………… xii
DAFTAR TABEL…………………………………………………………… xv
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………. xvi
ABSTRAK…………………………………………………………………… xvii
BAB I PENDAHULUAN…………….……………………………………….. 1
A. Latar Belakang Masalah…………………………………………… 1
B. Pembatasan Masalah……………………………………………… 11
C. Rumusan Masalah………………………………………………… 12
D. Tujuan Penelitian…………………………………………………. 12
E. Manfaat Penelitian………………………………………………... 12
F. Sistematika Penulisan…………………………………………….. 13
BAB II KAJIAN TEORETIK………………………………………………… 15
A. Teori Filologi……………………………………………………... 15
1. Pengertian Filologi……………………………………………. 15
54
2. Objek Filologi………………………………………………… 16
3. Cara Kerja Filologi…………………………………………… 16
4. Kritik Teks dan Aparat Kritik …….………………………… . 20
B. Pengertian Moral………………………………………………….. 21
BAB III METODE PENELITIAN…………………………………………… 24
A. Bentuk dan Jenis Penelitian…………………………………….… 24
B. Lokasi Penelitian…………………….……………………………. 25
C. Sumber Data dan Data……………………………………………. 25
D. Teknik Pengumpulan Data……………………………………….. 26
E. Teknik Analisis Data……………………………………………... 26
BAB IV ANALISIS DATA………………………………………………….. 28
A. Kajian Filologis…………………………………………………... 28
1. Deskripsi Naskah……………………………………………... 28
2. Perbandingan Naskah………………………………………… 45
3. Hubungan Pertalian Naskah……………………………….…. 79
4. Penentuan Naskah Dasar…………………………………..…. 81
5. Suntingan Teks Disertai Aparat Kritik……………………..… 86
6. Sinopsis……………………………………………………… 287
F. Kajian Isi………………………………………………………… 303
1. Ajaran Kasih Sayang................................................................ 303
2. Ajaran Pasrah, Narima dan Sabar ........................................... 311
3. Ajaran Berprihatin ................................................................... 315
55
BAB V PENUTUP……………………………………………………………317
A. Kesimpulan……………………………………………………… 317
B. Saran……………………………………………………………. 318
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………… 319
LAMPIRAN………………………………………………………………… 322
56
DAFTAR TANDA DAN SINGKATAN
A. Daftar Tanda
A : Naskah 808.543.Kus. koleksi perpustakaan Museum Radyapustaka
Surakarta.
B : Naskah D41 koleksi perpustakaan Reksapustaka Mangkunegaran
Surakarata.
C : Naskah D40 koleksi perpustakaan Reksapustaka Mangkunegaran
Surakarata.
D : Naskah 107 Na. Koleksi perpustakaan Sasanapustaka Karaton
Kasunanan Surakarta.
\…\ : Penghilangan, pengurangan.
Bacaan yang terdapat diantara tanda garis miring ini seharusnya
dihilangkan, tidak perlu dibaca.
(…) : Penambahan
Bacaan yang terdapat di antara dua tanda kurung adalah tambahan
dari naskah pendamping.
[…] : Penggantian bacaan diganti dari naskah pendamping.
{…} : Penggantian bacaan yang berdasarkan pertimbangan linguistik.
/ : Menandai pergantian baris.
// : Menandai pergantian bait.
= : Sama dengan.
≠ : Tidak sama dengan
57
+ : Ada.
- : Tidak ada.
** : Untuk memberikan keterangan bacaan pada pupuh atau bait.
# : Untuk memberikan keterangan penggantian bacaan berdasarkan
pertimbangan linguistik.
[1], [2], dst : Menunjukkan pergantian halaman teks.
1)2)3) dst. : Menunjukkan catatan atau kritik teks untuk kata.
1)1) 2)2) 3)3) dst. : Menunjukkan catatan atau kritik teks kelompok kata.
B. Daftar Singkatan
b.d : Bacaan dari
Bacaan naskah dasar yang diganti naskah pembantu dicatat
dengan tanda b.d. misalnya ; 2 b.d. B, maksudnya bacaan pada
catatan 2 itu diambil dari bacaan naskah B.
bt. : Bait
brs. : Baris
cm. : Centi meter.
dkk, : Dan kawan-kawan
dsl. : Demikian selanjutnya.
Bacaan yang sama juga dimana-mana.
h. : Halaman
pph. : Pupuh
tb. : Tambahan
58
Bacaan tambahan yang terdapat dalam naskah lain, tetapi tidak
dimasukkan dalam suntingan teks. Misalnya, 4 B tb. Kang,
maksudnya pada catatan 4 itu dalam naskah B ada tambahan
bacaan kang.
t.d : Tambahan dari
Bacaan naskah dasar ditambah oleh bacaan naskah pembantu
dicatat dengan tanda t.d. Misalnya ; 3 t.d. C, maksudnya bacaan
pada catatan 3 itu ditambahkan dari naskah C.
t.p : Tidak terdapat pada.
Bacaan yang terdapat pada naskah dasar, tetapi tidak terdapat
pada naskah pendamping, dicatat dengan t.p. misalnya, 5-5 t.p.
C,D maksudnya bacaan yang terdapat pada catatan 5-5 itu tidak
terdapat pada naskah C dan D.
tt. : Tanpa tahun.
59
DAFTAR TABEL
1. Tabel 1 : Perbandingan Jumlah Bait Pada Pupuh-Pupuh Tertentu…. 8
2. Tabel 2 : Perbandingan Tahun Penulisan…………………………… 47
3. Tabel 3 : Perbandingan Jumlah Bait……………………………….. 47
4. Tabel 4 : Perbandingan Urutan Bait Pupuh I……………………….. 49
5. Tabel 5 : Perbandingan Urutan Bait Pupuh III……………………... 51
6. Tabel 6 : Perbandingan Urutan Bait Pupuh V……………………… 53
7. Tabel 7 : Perbandingan Urutan Bait Pupuh VI…………………….. 55
8. Tabel 8 : Perbandingan Urutan Bait Pupuh VII……………………. 57
9. Tabel 9 : Perbandingan Urutan Bait Pupuh XI ……………………. 59
10. Tabel 10 : Perbandingan Urutan Bait Pupuh XII…………………… 61
11. Tabel 11 : Perbandingan Urutan Bait Pupuh XIV…………………… 63
12. Tabel 12 : Perbandingan Urutan Bait Pupuh XVII………………….. 65
13. Tabel 13 : Perbandingan Urutan Bait Pupuh XVIII…………………. 67
14. Tabel 14 : Perbandingan Urutan Bait Pupuh XX……………………. 70
15. Tabel 15 : Perbandingan Urutan Bait Pupuh XXI…………………… 71
16. Tabel 16 : Perbandingan Urutan Bait Pupuh XXV………………….. 73
17. Tabel 17 : Perbandingan Bacaan…………………………………….. 76
60
DAFTAR LAMPIRAN
Fotokopi Naskah 808.543. Kus.
61
ABSTRAK
HERI SETIAWAN, 2005, SERAT PARTADEWA (Suatu Tinjauan Filologis), FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
Penelitian ini berjudul Serat Partadewa yang dikaji secara filologis. Latar belakang penulisan ini adalah mengkaji naskah yang mengalami beberapa penyalinan, sehingga ada beberapa varian. Permasalahan dalam penelitian ini adalah (1) bagaimanakah bentuk suntingan teks yang bersih dari kesalahan? (2) Bagaimanakah nilai-nilai moral yang terkandung dalam teks?. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) Menyajikan suntingan teks yang bersih dari kesalahan dan paling dekat dengan aslinya. (2) Mendeskripsikan nilai-nilai moral yang terkandung dalam teks.
Penelitian yang dilakukan tehadap Serat Partadewa adalah penelitian deskriptif kualitatif yang ditinjau secara filologis. Kajian secara filologis melalui tahapan penentuan sasaran penelitian, inventarisasi naskah, observasi pendahuluan, penentuan naskah dasar, transliterasi naskah, terjemahan teks.
Berdasarkan inventarisasi naskah melalui katalog-katalog naskah Jawa, penulis berhasil menginventarisasi sebanyak enam naskah yaitu naskah dan teks Serat Partadewa dengan nomor katalog 808.543.Kus, 107 Na, D 40, D 41, PB.C 65, PB.C.182. Keenam naskah tersebut kemudian diteliti lebih lanjut dan akhirnya ditemukan empat naskah yang menjadi data utama dalam penelitian. Data utama tersebut adalah naskah dan teks Serat Partadewa dengan nomor katalog 808.543.Kus., 107 Na, D 41 dan D 40. Keempat naskah yang dijadikan data utama masing-masing terdapat persamaan dan perbedaan. Oleh karena itu perlu diteliti untuk mendapatkan teks lebih bersih dari kesalahan dan paling mendekati asli.
Melalui perbandingan umur naskah, jumlah dan urutan bait, perbandingan bacaan, serta perbandingan keadaan naskah, akhirnya ditentukan naskah 808.543. Kus. sebagai dasar suntingan teks. Penyuntingan teks menggunakan metode landasan, yaitu naskah yang unggul kualitasnya dijadikan teks dasar, naskah lainnya sebagai pembantu dan pembanding. Dengan demikian didapatkan suntingan teks sebagai naskah yang dianggap paling bersih dari kesalahan. Dalam suntingan teks ini, teks ditransliterasikan dari aksara Jawa ke aksara Latin dan disertai sinopsis.
Kajian isi dalam penelitian ini adalah mengungkap nilai-nilai moral yang terkandung dalam teks. Ajaran moral yang terdapat pada Serat Partadewa yaitu; adalah ajaran kasih sayang, ajaran untuk bersikap pasrah, narima, sabar, ajaran berprihatin.
62
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Masyarakat dan kebudayaan dalam hidup dan kehidupannya
tidak dapat dipisahkan antara satu dengan lainnya, karena
kebudayaan merupakan manifestasi dari berbagai aktivitas hidup
masyarakat. Setiap masyarakat dalam sejarahnya meninggalkan
hasil kebudayaan pada jamannya. Adapun hasil kebudayaan itu
merupakan gambar dari alam pikiran yang diungkapkan oleh
masyarakat pendukungnya pada waktu itu. Berbagai wujud
peninggalan kebudayaan tersebut merupakan bukti adanya
sejarah perkembangan peradaban umat manusia dari waktu ke
waktu.
Bangsa Indonesia sebagai bangsa yang kaya dengan peninggalan-
peninggalan kebudayaannya. Salah satu bentuk peninggalan
kebudayaan masa lampau itu adalah artefak; wujudnya seperti
candi, masjid, istana, dan bangunan lainnya. Akan tetapi,
sebenarnya masih ada satu artefak lagi yang sering diabaikan dan
ditinggalkan, yaitu peninggalan kebudayaan yang berupa naskah.
Naskah adalah karangan tulisan tangan, baik yang asli maupun
salinannya, yang mengandung teks atau rangkaian kata-kata yang
merupakan bacaan dengan isi tertentu (Darusuprapta,1984 : 10).
63
Naskah mempunyai dimensi makna yang jauh lebih luas, karena
merupakan hasil tradisi yang melibatkan berbagai ketrampilan
dan sikap budaya. Naskah mengandung kekayaan informasi yang
berlimpah. Isi naskah tidak hanya terbatas pada kesusastraan
tetapi mencakup bidang lain, seperti kebudayaan, agama, sejarah,
ekonomi, sosial dan politik.
Keberadaan naskah-naskah lama yang ada di Indonesia jumlahnya tidak
sedikit, tetapi tidak semuanya sampai pada kita. Hal ini disebabkan banyak naskah
lama yang hilang pada saat perang atau karena bencana alam. Selain itu, faktor
bahan naskah yang umumnya terbuat dari lontar, bambu, nipah, dluwang, kulit
kayu dan kulit binatang sebagai bahan yang mudah retak dan lapuk. Di samping
itu, iklim di Indonesia juga mempengaruhi cepat rusaknya naskah. Oleh karena
itu, keberadaan naskah lama di Indonesia sangat mengkhawatirkan. Dapatlah
dibayangkan, apabila naskah-naskah tersebut tidak dirawat secara cermat, akan
cepat sekali hancur dan tidak bernilai lagi sebagai warisan budaya nenek moyang.
Naskah sebagai warisan budaya nenek moyang bukan perhiasan yang hanya
dipertontonkan dan dibanggakan, namun naskah itu berharga bila masih bisa atau
sudah dibaca, dipahami dan dimengerti isinya. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu
upaya penanganan naskah dengan segera, berdasarkan metode yang tepat. Usaha
penanganan naskah meliputi penyelamatan, pelestarian, penelitian,
pendayagunaan dan penyebarluasan (Sudarsana,1985 : 143).
Suatu bidang ilmu yang erat kaitannya dengan upaya penanganan naskah
adalah filologi. Cara kerja filologi diperlukan sebelum naskah didayagunakan dan
64
disebarluaskan untuk berbagai kepentingan. Pekerjaan utama dalam penelitian
filologi adalah untuk mendapatkan kembali naskah yang bersih dari kesalahan,
yang memberi pengertian sebaik-baiknya dan yang bisa dipertanggungjawabkan
pula sebagai naskah yang paling dekat dengan aslinya (Haryati Soebadio,
1975 : 3).
Mengingat pentingnya peranan filologi dalam melestarikan
warisan budaya bangsa yang dituangkan lewat tulisan tangan,
serta berdasarkan pada kesadaran tentang pelestarian budaya
tersebut, maka timbullah keinginan penulis untuk melakukan
penelitian dan penanganan naskah. Dalam hal ini, naskah yang
diteliti adalah salah satu jenis karya sastra yang berjudul Serat
Partadewa.
Dalam hal penjinisan naskah Jawa, Nancy K. Florida (1993 : 47-
49) mengklarifikasikan naskah-naskah Jawa berdasarkan isi
sebagai berikut :
1. Sejarah, di dalamnya termasuk kronologis, dinasti, silsilah, dan lain-
lain:
a. Sejarah kuna dan pertengahan
b. Sejarah abad 16 dan 17.
c. Sejarah abad 17 dan 18.
d. Sejarah abad 18 dan 19.
e. Sejarah abad 20.
65
2. Adat-istiadat keraton, perayaan, arsip keraton Surakarta dan
Yogyakarta.
3. Arsitektur dan keris.
4. Hukum.
5. Sejarah Pustaka Raja dalam bentuk prosa dan macapat.
6. Roman Sejarah dalam bentuk dongeng Panji.
7. Ramalan.
8. Kesusastraan yang bersifat mendidik yang termasuk di dalamnya etika
dan pendidikan Islam.
9. Wayang
10. Cerita wayang.
11. Dongeng sastra klasik, yang berisi kakawin dan terjemahan sastra
modern.
12. Syair puisi.
13. Roman Islam, yang berisi cerita Menak.
14. Ajaran Islam, yang berisi Suluk.
15. Sejarah Islam.
16. Musik dan tari.
17. Linguistik dan Kesusastraan.
18. Mistik Kejawen.
19. Pengetahuan dan Adat-istiadat Jawa, yang di dalamnya terdiri dari
penanggalan, perhitungan waktu, hipology dan obat-obatan.
20. Lain-lain.
66
Berdasarkan penjenisan naskah di atas, bahwa Serat Partadewa
termasuk jenis naskah cerita wayang.
Cerita- cerita wayang merupakan salah satu corak dari sekian banyak
ragam karya sastra, karena di dalamnya terdapat suatu gagasan atau ide yang
menggambarkan kehidupan manusia. Gagasan atau ide tersebut, dalam
penyajiannya mampu menggambarkan tokoh wayang seolah-olah menampilkan
karakter manusia yang nyata. Konflik-konflik antara aksi dan reaksi yang terus-
menerus mencari penyelesaian dengan suatu arus kebajikan dan kebijaksanaan.
Nafsu melawan nafsu mampu memberi kritik kepada hidup dan kehidupan,
sehingga menjadi dasar moral dan kebijaksanaan yang arif. Konflik-konflik abadi
yang ada pada jiwa disusun dengan bahasa-bahasa pujangga, kemudian
dipentaskan dalam bentuk lakon wayang yang seolah-olah semuanya itu dilakukan
oleh manusia. Berabad-abad pagelaran wayang memainkan peranannya dalam
kehidupan para pendukungnya. Drama tersebut telah menyajikan kata-kata
mutiara bukan saja untuk persembahyangan, meditasi, pendidikan, pengetahuan,
hiburan, tetapi juga menyediakan imaginasi puitis untuk petuah-petuah religius
yang mampu mempesona dan menggetarkan jiwa manusia yang
mendengarkannya (Sri Mulyono,1982 : 11-12).
Wayang seperti halnya sistem etika dan metafisika lainnya, bermaksud
menjelaskan tentang alam semesta. Meskipun sebagian didasarkan pada epik India
(Ramayana dan Mahabrata), tetapi untuk menyelidiki secara puitis posisi
eksistensial orang Jawa hubungannya dengan tatanan alam kodrati dan alam adi
kodrati dengan orang lain dan dirinya sendiri. Pembagian kanan kiri pada layar
67
wayang sering diartikan sebagai gambaran adanya konflik antara baik dan buruk,
meskipun hal itu sebenarnya sangat bergantung pada sudut pandang masing-
masing penonton, bahkan lakon-lakon wayang penuh masalah yang menimbulkan
pertanyaan moral. Mengamati dunia wayang sesungguhnya sama halnya dengan
mengamati dunia manusia, pengamat tidak dihadapkan pada teori-teori, tetapi
dengan model-model tentang hidup dan kelakuan manusia (Magnis Susena,
1991: 4).
Serat Partadewa ini ditulis dengan huruf Jawa carik (manuskrip),
menggunakan bahasa Jawa Baru, berbentuk tembang macapat terdiri dari 25
pupuh dan tembang tengahan 1 pupuh. Secara garis besar Serat Partadewa
menceritakan perjalanan Bathara Kamajaya (Bambang Partadewa) yang
diperintah Bathara Maya untuk menyelamatkan negara Amarta dari serangan
Kurupati dan sekutunya yaitu raja Paranggumiwang Prabu Suryanggana. Hal ini
dapat dilihat pada pupuh XI, tembang Asmaradana, bait 3; sebagai berikut :
Hyang Tunggal ingkang sêsiwi/ marmane Bathara Maya/ prapta pitutur yektine/ mring putra Hyang Kamajaya/ kulup dèn age sira/ têtulunga mring arimu/ Sang Nata Cintakapura// siniya mring Kurupati/ nyuraya mring ratu sabrang/ karêpe ginawe tèdhèng/ tangkis dêdukaning dewa/ ing mêngko arinira/ sinimpên mring Hyang Mahagung/ ngenaki tyasing durmala// Artinya: Putra Hyang Tunggal yaitu Batara Maya datang dan berkata kepada putranya Hyang Kamajaya, anakku segeralah kamu memberi pertolongan kepada adikmu raja Cintakapura (Amarta). Dianiaya oleh Kurupati dengan minta bantuan ratu seberang, maksudnya dibuat tameng untuk menangkis kemarahan dewa, sekarang adikmu disembunyikan oleh sang Maha Agung, hal ini menyenangkan hati penjahat.
Pada langkah awal penelitian ditemukan 6 naskah dengan perincian
sebagai berikut:
68
1. Naskah 808.543. Kus koleksi perpustakaan Museum Radyapustaka Surakarta.
2. Naskah 107 Na koleksi perpustakaan Sasanapustaka Karaton Kasunanan
Surakarta.
3. Naskah D 40 koleksi perpustakaan Reksapustaka Mangkunegaran Surakarta.
4. Naskah D 41 koleksi perpustakaan Reksapustaka Mangkunegaran Surakarta.
5. Naskah PB.C 65 koleksi perpustakaan Museum Sanabudaya Yogyakarta.
6. Naskah PB.C.182. koleksi perpustakaan Museum Sanabudaya Yogyakarta.
Keenam naskah tersebut berada di wilayah Surakarta dan Yoyakarta, dan
tidak semuanya dijadikan data utama, karena ada dua naskah yang dieliminir
yaitu:
1. Naskah dengan nomor PB.C. 182, karena versinya berbeda. Hal ini dapat
diketahui dari isi, struktur metrumnya, dan urutan pupuh yang berbeda. Isi
naskah ini menceritakan perjalanan Angkawijaya mencari istrinya Siti Sendari
yang hilang dan pertemuan kembali Janaka dengan istrinya Dewi Widosari
yang sebelumnya diculik oleh Partadewa.
2. Naskah dengan nomor P.B.C. 65, karena naskah ini berbentuk prosa.
Dengan demikian penelitian ini menggunakan empat data utama yaitu
naskah dengan nomor 808.543.Kus, D 40, D 41, dan 107 Na. Keempat naskah
tersebut diberi kode A untuk naskah nomor 808.543.Kus. Kode B untuk naskah D
41, kode C untuk naskah D 40, dan kode D untuk naskah 107 Na. Pemberian
kode tersebut didasarkan atas urutan waktu dari yang paling awal ditemukannya
naskah.
69
Serat Partadewa ini dijadikan sebagai objek penelitian karena dalam
pandangan filologis, naskah Serat Partadewa perlu segera ditangani dengan tiga
alasan. Pertama, banyaknya varian dalam naskah Serat Partadewa yang
menandakan adanya proses salin-menyalin dengan motif dan tujuan yang berbeda-
beda. Hal tersebut mendorong peneliti untuk melakukan penelitian dengan cara
perbandingan naskah untuk mendapatkan naskah yang paling mendekati asli
bahkan bisa menemukan naskah aslinya. Penanganan ini dilakukan karena antara
keempat naskah yang diteliti ternyata memiliki persamaan dan perbedaan, di
antaranya adalah perbedaan jumlah bait pada pupuh-pupuh tertentu maupun
aksara dan ejaan. Sebagai contoh perbedaannya dapat dilihat dari jumlah bait
seperti pada tabel berikut ini:
Tabel 1 Perbandingan Jumlah Bait Pada Pupuh-Pupuh Tertentu.
Jumlah bait Pupuh
A B C D I. Asmaradana 47 49 47 48
III. Kinanthi 48 48 47 48
V. Pangkur 43 44 45 43
VI. Mijil 43 42 42 43
VII. Sinom 40 40 40 39
XI. Kinanthi 40 42 40 42
XII. Pucung 48 48 48 47
XIV. Gambuh 47 47 41 47
XVII. Pucung 57 57 55 56
XVIII. Maskumambang 52 53 53 50
XX. Durma 26 25 26 26
XXI. Asmaradana 50 51 50 51
70
XXVI. Durma 50 50 36 50
Kedua, penulisan dan bahan naskah umurnya sudah tua. Hal ini dapat
dilihat pada kolofon naskah A yang berisi tentang keterangan angka tahun tanggal
20 Juni 1872 M. Kolofon tersebut terdapat pada bagian akhir naskah diluar teks
yang ditulis pada kalimat tersendiri, yaitu sebagai berikut:
...mangsa Sadha akhir/ Juni ping dwidasa/ angka sèwu lawan astha sapta lan kalih// Artinya: …mangsa Sadha akhir Juni ke dua puluh angka seribu dan delapan tujuh serta dua. Naskah B terdapat manggala yaitu pada pupuh I bait 2 (Asmaradana)
sebagai berikut:
Saking padhalangan ringgit/ lampahan Partadewa/ pinèngêtan panulade/ Jumngah wolulikur tanggal/ Sapar Be sinangkalan/ suci nurun ngèsthi turut/ bêbuka jêjêring kandha// Artinya: Dari pedalangan ringgit cerita Partadewa disalin pada hari Jumat tanggal dua puluh delapan bulan Sapar Be dengan sengkalan suci nurun ngesthi turut dimulainya permulaan cerita.
Pada bait di atas terdapat sengkalan yang berbunyi;
suci nurun ngesthi turut
4 2 8 1
Sengkalan di atas menunjukkan angka tahun 1824 Jawa, lebih lengkapnya pada
kutipan bait diatas menyebutkan tanggal 28 Sapar 1824 Jawa atau tanggal 17
Agustus 1894 (Yayasan Sastra Surakarta, 2004)
Naskah C terdapat kolofon yang berisi keterangan angka tahun 1862
tahun Je tanggal 5-6 Mulud atau tanggal 20-21 Agustus 1931 (Yayasan Sastra
71
Surakarta, 2004). Hal tersebut terdapat pada halaman 162 yang ditulis pada
kalimat tersendiri setelah kata ‘tamat’ yang berbunyi sebagai berikut:
...malêm dina Jumah Lêgi wanci tabuh 2 dalu surya kaping 5-6 Bakdamulud Je 1862. Artinya: …malam Jumat Legi waktu jam 2 malam tanggal 5-6 Bakdamulud tahun 1862 Je.
Naskah D tidak terdapat angka tahun penulisan, namun dapat
diperkirakan umur naskah tersebut tidak jauh berbeda dengan naskah C. Dengan
melihat kondisi naskah yang demikian itu, jika tidak segera dilakukan penanganan
dikawatirkan naskah tersebut akan semakin rusak dan diperkirakan tidak dapat
bertahan lama. Hal itu ditandai dengan sudah mulai rapuhnya bahan naskah yang
mudah patah dan banyak berlobang, baik itu karena serangan serangga, maupun
akibat dari proses penulisan menggunakan mata pena yang tajam. Keadaan ini
diperparah lagi oleh kondisi lingkungan dan iklim yang kurang mendukung.
Ketiga, berdasarkan informasi yang diperoleh ternyata naskah Serat
Partadewa penanganannya baru sebatas pada transliterasi, sebagaimana seperti
yang dilakukan oleh Raden Ngabehi Kasim Marto Darmono dengan sumber
naskah D 41, penanganan lain baru sebatas deskripsi untuk invetarisasi bagi
pembuatan katalog yang dilakukan oleh Nancy K. Florida (2000) dan Girarded-
Susanto (1983).
Batasan kajian dalam penelitian ini ditekankan pada kajian filologis yang
bertujuan untuk mendapatkan teks yang paling mendekati aslinya sesuai dengan
cara kerja filologi, dilanjutkan dengan kajian isi. Dalam kajian isi bertujuan untuk
72
mengungkap ajaran-ajaran moral, terutama tentang etika yang ada dalam isi teks
yang terkandung di dalam Serat Partadewa.
Ajaran moral yang terdapat dalam Serat Partadewa yaitu ajaran kasih
sayang. Kasih sayang merupakan kelembutan batin dan kepekaan perasaan sayang
terhadap orang lain. Nilai kekasihsayangan menduduki tempat penting dalam
kehidupan manusia. Manusia adalah makluk Tuhan yang sudah ditakdirkan hidup
di dunia ini tidak dapat hidup menyendiri jauh dari orang lain. Sebagai makhluk
sosial yang memiliki kelemahan dan keterbatasan, tidak mungkin dapat
melangsungkan, mempertahankan, dan mengembangkan hidupnya manakala
manusia tidak menyatu dengan manusia lain juga dengan alam. Untuk bisa
menyatu ini jelas sekali diperlukan sifat kekasihsayangan. Selain itu terdapat
ajaran untuk bersikap pasrah, narima dan sabar dalam menghadapi segala
permasalahan agar dapat menerima hidup apa adanya seperti yang diberikan
Tuhan kepada manusia. Hal ini tidak berarti bahwa manusia pasrah begitu saja
akan tetapi harus ada usaha untuk maju. Serat Partadewa juga memuat ajaran
untuk prihatin. Sikap prihatin bertujuan untuk mengurangi gangguan hawa nafsu
pada sikap batin yang mengutamakan kesadaran penguasaan diri, sehingga sikap
ini bermanfaat untuk mengendalikan diri dari nafsu jahat.
B. Pembatasan Masalah
Dalam penelitian ini menekankan pada dua kajian yaitu kajian
filologis dan kajian isi. Kajian filologis dilakukan karena adanya
73
perbedaan-perbedaan atau varian-varian dalam naskah, baik
meliputi perbedaan jumlah bait pada pupuh-pupuh tertentu,
aksara maupun ejaan. Oleh karena itu, naskah ini dikaji secara
filologis, yang meliputi deskripsi naskah, perbandingan naskah,
penentuan naskah dasar, suntingan teks dalam bentuk huruf
latin, disertai aparat kritik dan sinopsis. Kajian isi berusaha
mengungkapkan ajaran-ajaran moral yang terkandung dalam
Serat Partadewa.
C. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini ada dua, yaitu:
1. Bagaimanakah bentuk suntingan teks Serat Partadewa yang bersih dari
kesalahan atau yang mendekati aslinya sesuai dengan cara kerja penelitian
filologi?
2. Bagaimanakah nilai-nilai moral yang terkandung dalam teks naskah Serat
Partadewa?
D. Tujuan Penelitian
Penelitian terhadap Serat Partadewa ini bertujuan untuk:
74
1. Menyajikan suntingan teks Serat Partadewa yang bersih dari kesalahan dan
paling dekat dengan aslinya.
2. Mendeskripsikan nilai-nilai moral yang terkandung dalam teks Serat
Partadewa.
E. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini ada dua, yaitu
manfaat teoritis dan manfaat praktis:
1. Manfaat Teoritis
a. Memberikan dan memperkaya tentang penerapan teori filologi terhadap
Serat Partadewa.
b. Memberikan gambaran budaya masa lampau melalui pengungkapan isi
Serat Partadewa.
2. Manfaat Praktis
a. Dapat menambah minat bagi peneliti-peneliti lain untuk menggali dan
melestarikan budaya, terutama sastra Jawa lama.
b. Memberi kemudahan untuk memahami isi Serat Partadewa, terutama
untuk kalangan masyarakat yang tidak mengerti dengan bahasa dan tulisan
yang dipergunakan dalam naskah Serat Partadewa.
c. Hasil penelitian ini diharapkan menambah ilmu dan wawasan baru
terhadap cakrawala dunia pewayangan, terutama bagi seniman dalang
dapat dijadikan pakem dan digunakan sebagai bahan acuan untuk
penggarapan lakon dalam pementasan wayang kulit.
75
c. Hasil suntingan teks Serat Partadewa dapat dimanfaatkan oleh peneliti
lain yang relevan dengan mengambil dan memanfaatkan naskah.
F. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
BAB I Pendahuluan, meliputi latar belakang masalah, pembatasan
masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika
penulisan.
BAB II Kajian Teoritik, meliputi pengertian filologi, objek filologi, cara
kerja penelitian filologi, kritik teks dan aparat kritik.
BAB III Metode Penelitian, meliputi bentuk dan jenis penelitian, lokasi
pencarian data, sumber data dan data, teknik pengumpulan data dan teknik analisis
data.
BAB IV Pembahasan, meliputi kajian filologi dan kajian isi. Kajian
filologi meliputi deskripsi naskah, perbandingan naskah, penentuan naskah dasar,
suntingan teks dalam bentuk huruf latin, disertai aparat kritik dan sinopsis. Kajian
isi mengungkapkan ajaran moral yang terdapat dalam Serat Partadewa.
BAB V Penutup, meliputi kesimpulan dan saran
76
BAB II
KAJIAN TEORETIK
A. Teori Filologi 1. Pengertian Filologi
Secara etimologis filologi berasal dari bahasa Yunani philos yang
berarti teman dan logos yang berarti ilmu. Dalam bahasa Yunani philologia
berarti senang berbicara, yang kemudian berkembang menjadi senang belajar,
senang kepada ilmu, senang kepada tulisan-tulisan, dan kemudian senang
77
kepada tulisan-tulisan yang bernilai tinggi, seperti karya-karya sastra (Siti
Baroroh Baried dkk,1994 : 2).
Filologi dalam arti luas berarti ilmu yang mempelajari segala segi
kehidupan pada masa lampau yang ditemukan dalam tulisan tangan, di
dalamnya tercakup bahasa, sastra, adat-istiadat, hukum-hukum dan lain
sebagainya (Achadiati Ikram,tt : 1). Sedangkan pengertian filologi di
Indonesia adalah suatu disiplin ilmu yang mendasarkan kerjanya pada bahan
tertulis dan bertujuan untuk mengungkapkan makna teks tersebut dalam segi
budayanya (Darusuprapta,1990 : 3).
Berdasarkan dua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa filologi
adalah ilmu yang mempelajari tentang naskah dan seluk-beluknya, mencakup
berbagai bidang dan segi kehidupan, baik sastra, bahasa, agama, adat-istiadat,
hukum, maupun budaya yang bertujuan untuk mengungkapkan makna dan
isinya.
2. Objek Filologi
Objek penelitian filologi adalah naskah. Yang dimaksud naskah adalah
karangan tulisan tangan, baik yang asli maupun salinannya, yang mengandung
teks atau rangkaian kata-kata yang merupakan bacaan dengan isi tertentu
(Darusuprapta, 1984 : 10). Siti Baroroh Baried, dkk. (1987 : 55) mengatakan
bahwa “Objek penelitian filologi adalah tulisan tangan yang menyimpan
berbagai ungkapan pikiran dan perasaan sebagai hasil budaya masa lampau”.
Objek ini terdiri dari dua hal, yakni naskah dan teks. Perbedaan kedua hal itu
baru terasa apabila ditemukan naskah yang muda tetapi mengandung teks
78
yang tua. Artinya suatu teks yang sudah tua disalin kembali menggunakan
media baru pada waktu yang lebih akhir, sehingga secara fisik naskah
kelihatan muda tetapi teks yang dikandung tergolong tua. Sedangkan
pengertian teks sendiri adalah kandungan atau muatan naskah yang bersifat
abstrak.
3. Cara Kerja Penelitian Filologi
Dalam penelitian ini menggunakan cara kerja filologi menurut
pendapat dari Masyarakat Pernaskahan Nusantara dan Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa, yaitu sebagi berikut:
1) Penentuan Sasaran Penelitian
Peneliti pertama-tama menentukan sasaran penelitian, karena banyak
ragam yang perlu dipilih, baik tulisan, bahan, bentuk, maupun isinya. Tulisan
naskah ada yang menggunakan huruf Arab, Jawa, Bali, dan Batak. Ada naskah
yang ditulis pada kertas, daun lontar, kulit kayu, atau rotan. Bentuk naskah yang
berbentuk puisi dan prosa. Isi naskah juga amat beragam, misalnya cerita Nabi,
adat-istiadat, sejarah atau agama.
Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti menentukan sasaran yang
diteliti adalah sebagai berikut; naskah bertuliskan huruf Jawa carik, ditulis
pada kertas, berbentuk puisi Jawa atau tembang macapat dan tembang
tengahan serta memuat cerita wayang. Keseluruhan rangkaian bentuk di
atas terangkum di dalam Serat Partadewa.
2) Inventarisasi Versi Naskah
79
Setelah sasaran penelitian ditentukan, peneliti melakukan
inventarisasi terhadap naskah yang diteliti, karena pada umumnya naskah
yang sama lebih dari satu buah. Versi naskah mungkin tidak selalu berada
pada tempat yang sama, ada versi naskah yang dapat ditemukan di
museum dan sebagian lagi dapat ditemukan di perpustakaan atau di tempat
lain dengan bantuan katalog.
3) Observasi Pendahuluan
Pada tahap ini peneliti membaca semua naskah yang tersedia serta
menyusun deskripsi dan ringkasan isi naskah itu. Deskripsi naskah ialah
uraian ringkas naskah secara terperinci. Deskripsi naskah penting sekali
untuk mengetahui keadaan naskah dan sejauhmana naskah itu, serta sangat
membantu untuk memilih naskah yang paling baik untuk di transliterasi
dan digunakan untuk perbandingan.
Deskripsi naskah merupakan sarana untuk memberikan informasi
mengenai: judul naskah, nomor naskah dan teks, keadaan naskah, jumlah baris
setiap halaman, huruf, aksara, tulisan, cara penulisan, bahan naskah, bahasa
naskah, bentuk teks, umur naskah, fungsi sosial naskah, serta ikstisar teks (Emuch
Herman Soemantri,1986 : 2). Sedangkan ringkasan isi naskah digunakan untuk
mengetahui garis besar kandungan naskah sesuai dengan urutan cerita dan
halaman naskah.
4) Penentuan Naskah Dasar
Objek penelitian ini adalah Serat Partadewa yang berupa naskah
jamak, sehingga perlu proses penentuan naskah dasar tersebut. Untuk
80
menentukan naskah dasar, peneliti melakukan perbandingan dan kritik
teks. Perbandingan dimulai dengan membandingkan tahun penulisan,
jumlah dan nama pupuh, jumlah dan urutan bait. Setelah
memperbandingkan unsur-unsur itu, dilanjutkan dengan penentuan naskah
dasar. Untuk menentukan naskah dasar digunakan kriteria sebagaimana
yang dikemukakan Edi S. Ekajati (1980 : 6) sebagai berikut;
a. isinya lengkap dan tidak menyimpang dari kebanyakan naskah
lain;
b. tulisannya jelas dan mudah dibaca;
c. keadaan naskah baik dan utuh;
d. bahasanya lancar dan mudah dipahami;
e. umur naskah lebih tua.
5) Transliterasi
Naskah yang telah ditetapkan sebagai naskah landasan dalam
suntingan teks, kemudian ditransliterasi. Transliterasi adalah penggantian
huruf demi huruf dari abjad satu ke abjad yang lain (Edi S. Ekajati, 1980 :
7). Transliterasi dilakukan menurut aturan ejaan yang disepakati, dan
transliterasi dalam penelitian ini alih huruf dari aksara Jawa ke Latin.
Karakter huruf Jawa dan tradisi menyalin di masyarakat Jawa menuntut
daya interpretasi dalam kerja translterasi ini. Interpretasi sebagian
didasarkan resepsi peneliti sebagai orang yang berbahasa ibu Jawa,
dibantu dengan kamus yang disusun oleh Poerwadarminto (1939). Dalam
81
melakukan transliterasi perlu diikuti pedoman yang berhubungan dengan
pembagian kata, ejaan, dan pungtuasi.
6) Penerjemahan Teks
Terjemahan merupakan pemindahan makna/ bahasa sumber ke bahasa
sasaran. Pemindahan makna tersebut harus lengkap dan terperinci. Salah satu
tujuannya adalah untuk memudahkan dalam hal memahami isi teks dari suatu
naskah. Dalam terjemahan naskah ini menggunakan sistem sinopsis,
digunakannya sistem sinopsis karena untuk memudahkan pembaca dalam
memahami isi atau resume dari bahasa sumber ke bahasa sasaran secara cepat dan
padat. Serta agar lebih efisien dan mengenai sasaran. Dalam penelitian filologi
jika tanpa penyajian terjemahan, setidak-tidaknya harus ada sinopsis atau ikhtisar
yaitu penuturan yang ringkas tetapi merangkum keseluruhan isi (Darusuprapta,
1984 : 9).
4. Kritik Teks dan Aparat Kritik
Tugas utama filologi adalah memurnikan teks melalui kritik teks. Kata
kritik berasal dari bahasa Yunani kriteis yang berarti seorang hakim, kritein yang
berarti menghakimi dan kriterion yang berarti penghakiman. Jadi kritik teks
berarti memberikan evaluasi terhadap teks pada tempatnya yang tepat, dengan
tujuan untuk menghasilkan teks yang sedekat-dekatnya dengan teks aslinya atau
constitutio textus (Siti Baroroh Baried dkk. 1994 : 64).
Berdasarkan jumlah naskah yang dikaji, metode kritik teks dibagi menjadi
dua yaitu metode edisi naskah tunggal dan edisi naskah jamak. Metode untuk
82
naskah jamak meliputi metode intuitif, metode objektif, metode gabungan dan
metode landasan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
landasan. Metode landasan diterapkan apabila menurut tafsiran ada satu naskah
yang unggul kualitasnya dibandingkan naskah lain yang diperiksa dari sudut
bahasa, kesastraan, sejarah, dan sebagainya. Dengan demikian satu naskah dapat
dinyatakan sebagai naskah yang mengandung paling banyak bacaan yang baik,
dan dijadikan landasan induk teks untuk edisi, varian-varian dari naskah lain yang
seversi dipakai sebagai pelengkap atau penunjang dimuat dalam aparat kritik.
Aparat kritik adalah uraian tentang kelainan bacaan, yaitu bagian yang
merupakan pertanggungjawaban ilmiah dalam penelitian naskah, berisi segala
macam uraian bacaan dalam semua naskah yang diteliti (Darusuprapta,1984 : 8).
Jika peneliti melakukan perubahan (conjecture), pengurangan (eliminatio), dan
penambahan (divinatio) itu harus disertai pertanggungjawaban melalui dasar teori
maupun rujukan yang tepat. Kesemuanya itu dicatat dan ditempatkan pada aparat
kritik. Maksud diadakan aparat kritik supaya pembaca bisa mengecek bagaimana
bacaan naskah, dan bila perlu membuat penafsiran sendiri. Jadi, aparat kritik
merupakan suatu pertanggungjawaban secara ilmiah.
B. Pengertian Moral
Kata moral berasal dari bahasa Latin mos, kemudian kata mos
berkembang menjadi moral, moralitas, mores yang berarti kebiasaan. Secara
etimologis, etika mempelajari kebiasaan manusia yang sebagian terdiri dari
83
konvensi-konvensi, seperti cara-cara berpakaian, tata cara, tata krama
(W.Poespoprodjo, 1999 : 18).
Moral adalah kaidah yang memberi penilaian terhadap perbuatan
manusia, penilaian disini bisa berupa baik dan buruk, karena kebaikan merupakan
suatu dasar yang harus dipedomani oleh manusia, maka dasar ini perlu ditekankan
dan ditanamkan dalam diri generasi muda melalui pengajaran. Ajaran moral
adalah ajaran-ajaran, wejangan-wejangan, atau kotbah-kotbah sebagai kumpulan
ketetapan, baik secara lisan maupun tertulis tentang bagaimana manusia harus
hidup dan bertindak agar menjadi manusia yang baik (Franz Magnis Suseno, 1988
: 15). Ajaran moral dapat diperoleh dalam diberbagai sumber, misalnya; orang
tua, guru, pemuka agama, maupun tokoh masyarakat, bahkan dari karya sastra.
Nilai moral dapat tersirat dalam prinsip harkat, derajad, dan martabat
manusia. Nilai moral disini dapat dikatakan sebagai hasil penilaian dan
pertimbangan baik atau tidak baik suatu hal, yang kemudian dijadikan dasar untuk
melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Baik dan buruk bagi masing-masing
orang ada kalanya tidak sama, oleh karena itu masyarakat memberikan pedoman
pokok tingkah laku atau perbuatan yang disetujui dan dianggap baik oleh seluruh
anggota masyarakat.
Moralitas tradisional terasa sering tidak cocok dengan apa yang secara
intuitif dirasakan sebagai sikap moral yang tepat dewasa ini, apa yang baik dan
buruk ditentukan oleh kodrat manusia, tetapi kodrat bukan sesuatu yang kaku,
sehingga kebanyakan hukum moral berlaku’ut in pluribus’ hanya dalam
84
kebanyakan kasus jadi bukan selalu dan dimana-mana (Frans Magnis Susena,1991
: 46-47).
Persoalan moral tidak dapat terpisahkan dari masyarakat, khususnya Jawa
dalam mengatur kehidupan para anggotanya. Orang yang mampu mencapai
keselarasan dengan sesama anggota masyarakat lainnya dikatakan sebagai orang
baik, karena ketentraman dan keselarasan merupakan dasar moralitas tersebut
(Nies Mulder,1984 : 37). Sehingga cita-cita masyarakat Jawa terletak dalam tata
tertib yang laras. Anggota masyarakat dianggap kurang penting, tetapi
kebersamaan dalam mewujudkan keselarasan masyarakat untuk menjamin
kehidupan yang baik setiap individu atau warga masyarakat. Tugas moral
seseorang adalah menjaga keselarasan tersebut dengan cara menjalankan
kewajiban-kewajiban sosial. Kewajiban sosial itu menyangkut hubungan sosial,
yaitu hubungan antarmanusia dan bekerja sama dengan sesama.
Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa moral
mempunyai fungsi dan tujuan tertentu. Fungsi yang dimaksudkan adalah sebagai
pengendali sikap dan perbuatan agar selalu dapat berjalan di atas kebenaran.
Adapun tujuannya untuk mewujudkan ketentraman, eselarasan dan keseimbangan
hidup.
85
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian ini meliputi: Bentuk dan Jenis Penelitian, Lokasi
Pencarian Data, Sumber Data dan Data, Teknik Pengumpulan Data dan Teknik
Analisis Data. Untuk lebih jelasnya akan diterangkan satu per satu dalam sub bab
di bawah ini:
A. Bentuk dan Jenis Penelitian
86
Bentuk penelitian Serat Partadewa ini adalah penelitian filologi dengan
cara kerja filologi. Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif dengan teknik
komparatif, maksudnya penelitian deskriptif yang bersifat kualitatif berpandangan
bahwa semua hal yang berupa sistem tanda tidak ada yang patut diremehkan,
semuanya penting dan semuanya memiliki pengaruh dan kaitan dengan yang lain
(Atar Semi,1993 : 24). Terlebih Serat Partadewa ini berupa puisi tradisional
tembang macapat dan tembang tengahan yang penuh tanda.
Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian pustaka
(library research). Penelitian pustaka adalah penelitian yang bertujuan untuk
mengumpulkan data dan informasi dengan bantuan macam-macam material yang
terdapat di ruang perpustakaan; misalnya buku-buku, majalah, naskah-naskah,
kisah sejarah, dokumen-dokumen dan lain-lain (Kartini-Kartono, 1996 : 33).
B. Lokasi Pencarian Data
Pada penelitian ini lokasi pencarian data dilakukan di wilayah Surakarta
dan Yogyakarta. Wilayah Surakarta meliputi Perpustakaan Museum
Radyapustaka, Sasanapustaka Kraton Kasunanan, Reksapustaka Mangkunegaran,
dan wilayah Yogyakarta yaitu di Museum Sanabudaya.
C. Sumber Data dan Data
Objek penelitian filologi adalah naskah dan teks, maka dari itu sumber
data dan data tidak dapat dipisahkan. Adapun sumber data dan data dalam
penelitian ini adalah:
87
a. Manuscript Serat Partadewa koleksi perpustakaan Museum
Radyapustaka Surakarta nomor katalog 808.543. Kus.
b. Manuscript Serat Partadewa koleksi perpustakaan Reksapustaka
Mangkunegaran Surakarta dengan nomor naskah D 41.
c. Manuscript Serat Partadewa koleksi perpustakaan Reksapustaka
Mangkunegaran Surakarta dengan nomor naskah D 40.
d. Manuscript Serat Partadewa koleksi perpustakaan Sasanapustaka
Karaton Kasunanan Surakarta nomor katalog 107 Na.
Sedangkan data sekunder yang digunakan sebagai data penunjang atau pendukung
pelaksanaan penelitian, meliputi: Serat Partadewa koleksi perpustakaan
Sanabudaya Yogyakarta dengan nomor naskah P.B.C. 65 dan P.B.C. 182. serta
transliterasi Serat Partadewa nomor D 41 yang disusun oleh Raden Ngabehi
Kasim Marto Darmono.
D. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini, cara kerja yang diterapkan
adalah penentuan sasaran penelitian, kemudian mengadakan inventarisasi naskah
yaitu mendaftarkan naskah yang judulnya sama, dengan melalui katalog-katalog.
Melalui katalog diperoleh keterangan tentang jumlah dan tempat penyimpanan
naskah, serta penjelasan mengenai nomor, ukuran, tulisan, tempat dan tanggal
penyalinan naskah tersebut. Setelah memperoleh informasi dari katalog, langkah
selanjutnya adalah mengecek ke tempat penyimpanan naskah tersebut. Kemudian
melakukan observasi atau pengamatan, deskripsi naskah dan selanjutnya dalam
mengumpulkan data digunakan teknik transliterasi, fotografi dan fotocopy.
88
E. Teknik Analisis Data
Pengolahan data ini dilakukan berdasarkan cara kerja filologi dengan
teknik analisis data meliputi teknik analisis deskriptif, analisis komparatif dan
analisis interpretasi. Analisis deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan kondisi
naskah secara lengkap dan menyeluruh; baik fisik, bacaan, isi maupun
permasalahannya. Menurut Winarno Surahmad (1975 : 135) “Metode diskriptif
adalah metode yang menjabarkan apa yang menjadi permasalahan, menganalisis,
serta menafsirkan data yang ada”. Data dalam penelitian ini perlu dijabarkan dan
ditafsirkan, karena data penelitian ini berupa puisi (tembang macapat) yang tidak
semua orang dapat mudah memahaminya sehingga perlu diuraikan dalam bahasa
prosa. Analisis komparatif digunakan berkenaan dengan data naskah yang jamak.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode landasan. Metode
landasan dipakai apabila menurut tafsiran nilai naskah jelas berbeda, sehingga ada
satu atau segolongan naskah yang menonjol kualitasnya dibandingkan dengan
naskah-naskah lain. Maka dapat dinyatakan sebagai naskah yang mengandung
paling banyak bacaan yang baik (Edwar Djamaris, tt : 3). Penilaian keunggulan
naskah tersebut dilihat dari sudut bahasa, ketepatan metrum, ketuaan naskah,
kelengkapan naskah, dan lain sebagainya. Naskah yang dianggap unggul tersebut
dipandang paling baik untuk dijadikan landasan atau induk teks untuk edisi.
Adapun varian-varian yang terdapat dalam naskah-naskah lain yang seversi
dipakai sebagai pelengkap atau penunjang. Teknik analisis interpretasi digunakan
untuk menginterpretasikan isi naskah khususnya ajaran-ajaran moral yang
terkandung di dalam teks Serat Partadewa, sehingga dapat diketahui dengan
89
jelas dan rinci serta mudah dipahami untuk diteladani oleh masyarakat pada
umumnya.
BAB IV
ANALISIS DATA
Analisis data dalam penelitian ini dibedakan menjadi dua yaitu analisis
filologi yang sesuai dengan cara kerja filologi dan analisis isi yang menjabarkan
kandungan isi Serat Partadewa.
A. Kajian Filologis
Kajian filologis dalam penelitian ini meliputi : (1) Deskripsi Nakah (2)
Perbandingan Naskah (3) Hubungan pertalian Naskah (4) Penentuan Naskah
Dasar (5) Suntingan Teks disertai Aparat Kritik, dan (6) Sinopsis.
90
1. Deskripsi Naskah
Tujuan deskripsi naskah adalah memberikan gambaran secara terperinci
mengenai wujud fisik naskah serta mempermudah pembaca atau peneliti lainnya
untuk mengenal dan mendalami naskah. Dalam diskripsi naskah ini peneliti
berpedoman pada pendapat yang dikemukakan Herman Soemantri (1986) dan
teori yang dikemukakan MANASA. Adapun deskripsi naskah Serat Partadewa
adalah sebagai berikut :
1) Naskah A
1. Judul Naskah :
Serat Partadewa
Judul ini tertulis pada bagian cover dengan menggunakan huruf Jawa.
2. Nomor Naskah :
808.543 Kus.
Tercantum pada pada katalog lokal Perpustakaan Museum Radya Pustaka
Surakarta, nomor katalog lokal ini tercantum pada bagian cover naskah.
3. Tempat penyimpanan :
Perpustakaan Museum Radya Pustaka Surakarta.
4. Identitas Penyalin/Pengarang :
Anonim
5. Kolofon :
Naskah ini ditulis pada 20 Juni 1872 M. Sebagai mana tertulis pada
kolofon berikut ini:
91
…..mangsa Sadha akhir/ Juni ping dwidasa/ angka sèwu lawan astha sapta lan kalih//
Artinya: …..mangsa Sadha akhir Juni ke dua puluh angka seribu dan delapan tujuh dan dua.
6. Ukuran Naskah : 32 cm. x 19,5 cm
7. Ukuran Teks : 26,6 cm x 14,3 cm.
Margin atas : 3,1cm.
Margin bawah : 2,2 cm.
Margin kanan : 2,2 cm.
Margin kiri : 3 cm.
8. Tebal Naskah/Jumlah Halaman :
Jumlah halaman yang di tulisi : 156 halaman.
Jumlah halaman kosong : bagian depan 2 halaman dan bagian belakang 5
halaman.
9. Jumlah Baris Tiap Halaman :
20 baris dan pada halaman 230 hanya 5 baris.
10. Cara Penulisan :
a. Pemakaian lembaran naskah untuk tulisan, ditulis bolak-balik
(recto verso), yaitu lembaran naskah yang ditulisi pada kedua
halaman, muka dan belakang.
b. Penempatan tulisan pada lembaran naskah, teks ditulis arah
kelebarnya, artinya teks itu ditulis sejajar dengan lebar lembaran
naskah.
92
c. Pengaturan ruang tulisan, larik-lariknya ditulis secara
berdampingan lurus ke samping diteruskan ke bawahnya dan
seterusnya.
d. Penomoran halaman dengan menggunakan angka huruf Jawa dan
diletakkan dibagian tengah atas oleh penulisnya.
11. Bahan Naskah :
a. Jenis kertas, kertas lokal.
b. Macam kertas, kertas polos.
c. Kualitas kertas, tebal, masih baik dan utuh, warna kertas kekuning-
kuningan karena termakan usia, sampul berwarna coklat.
12. Bahasa Naskah :
a. Klasifikasi bahasa naskah, bahasa Jawa Baru.
b. Jenis bahasa naskah, bahasa daerah standart menggunakan ragam
ngoko dan krama.
c. Keterpahaman atau bahasa naskah, bahasa naskah dapat dipahami
masyarakat pembaca kini, walaupun tidak begitu mudah.
13. Bentuk Teks :
Berbentuk puisi Jawa Baru yaitu tembang macapat yang terdiri atas 26
pupuh, dengan perincian sebagai berikut :
(1) Asmaradana 47 bait (2) Sinom 36 bait (3) Kinanthi 48 bait, (4)
Dhandhanggula 40 bait, (5) Pangkur 43 bait, (6) Mijil 43 bait. (7) Sinom
40 bait, (8) Durma 48 bait, (9) Dhandhanggula 37 bait, (10) Asmaradana
55 bait, (11) Kinanthi 40 bait, (12) Pucung 48 bait, (13) Sinom 35 bait,
93
(14) Gambuh 47 bait, (15) Durma 48 bait, (16) Pangkur 32 bait, (17)
Pucung 57 bait, (18) Maskumambang 52 bait, (19) Dhandhanggula 40
bait, (20) Durma 26 bait, (21) Asmaradana 51 bait, (22) Kinanthi 20 bait,
(23) Girisa 4 bait, (24) Kinanthi 40 bait, (25) Sinom 55 bait, (26) Durma
50 bait, Huruf, Aksara, Tulisan :
a. Jenis atau macam tulisan Jawa Carik.
b. Ukuran huruf atau aksara, sedang.
c. Bentuk huruf, miring ke kanan.
d. Keadaan tulisan, jelas dan mudah di baca.
e. Jarak antar huruf, agak rapat.
f. Bekas pena, tipis.
g. Warna tinta, hitam.
14. Keadaan Naskah :
Keadaan naskah secara fisik baik dan utuh/ lengkap, tidak ada lembaran-
lembaran naskah yang hilang, secara umum naskah dalam keadaan baik.
15. Umur Naskah :
Naskah ini berumur 134 tahun (lihat kolofon).
16. Ikhtisar Teks/Cerita :
Naskah ini menceritakan tentang perjalanan Sang Hyang Kamajaya yang
diutus Bathara Maya untuk menyelamatkan negara Amarta dari serangan
Duryudana dan sekutunya Raja Parang Gumiwang Prabu Suryanggana.
17. Catatan lain : -
2. Naskah B
94
1. Judul Naskah :
Serat Partadewa tuwin Tugangga
Dalam naskah ini tidak terdapat judul naskah secara eksplisit dan
tersendiri (cover), lembaran naskah tersendiri maupun pada permulaan
(awal teks). Dengan demikian peneliti menggunakan judul berdasarkan
katalog Javanese Literature in Surakarta Manuscripts, volume 2.
Manuscripts of The Mangkunegaran Palace. Dimungkinkan pemberian
judul oleh Nancy K. Florida (2000) berdasarkan isi naskah.
2. Nomor Naskah :
D 41.
Tercantum pada pada katalog lokal Perpustakaan Reksa Pustaka
Mangkunegaran Surakarta, nomor katalog lokal ini tercantum pada bagian
cover naskah.
3. Tempat penyimpanan :
Perpustakaan Reksa Pustaka Mangkunegaran Surakarta.
4. Identitas Penyalin/Pengarang :
Anonim
5. Manggala :
Naskah B terdapat manggala yaitu pada pupuh I bait 2 (Asmaradana)
sebagai berikut:
95
Saking padhalangan ringgit/ lampahan Partadewa/ pinèngêtan panulade/ Jumngah wolulikur tanggal/ Sapar Be sinangkalan/ suci nurun ngèsthi turut/ bêbuka jêjêring kandha// Artinya: Dari pedalangan ringgit cerita Partadewa disalin pada hari Jumat tanggal dua puluh delapan bulan Sapar Be dengan sengkalan suci nurun ngesthi turut dimulainya permulaan cerita.
Pada bait di atas terdapat sengkalan yang berbunyi;
Suci nurun ngesthi turut
4 2 8 1
Sengkalan di atas menunjukkan angka tahun 1824 Jawa, lebih lengkapnya
pada kutipan bait diatas menyebutkan tanggal 28 Sapar1824 Jawa atau
tanggal 17 Agustus 1894 (Yayasan Sastra Surakarta,2004).
6. Ukuran Naskah : 32,8 cm. x 21,1 cm.
7. Ukuran Teks : 26,8 cm x 16,1 cm.
Margin atas : 3 cm.
Margin bawah : 3 cm.
Margin kanan : 2 cm.
Margin kiri : 3 cm.
8. Tebal Naskah/Jumlah Halaman :
a. Jumlah halaman yang di tulisi : 391 halaman ( Serat Partadewa
terdapat pada halaman 1-230).
b. Jumlah halaman kosong : bagian depan 11 halaman dan bagian
belakang 14 halaman.
9. Jumlah Baris Tiap Halaman :
96
20 baris dan pada halaman 230 hanya 5 baris.
10. Cara Penulisan :
a. Penulisan lembaran naskah untuk tulisan, ditulis bolak-balik (recto
verso), yaitu lembaran naskah yang ditulisi pada kedua halaman,
muka dan belakang.
b. Penempatan tulisan pada lembaran naskah, dengan penempatan
tulisan kearah melebarnya, artinya teks itu ditulis sejajar dengan
lebar lembaran naskah.
c. Pengaturan ruang tulisan, larik-lariknya ditulis secara
berdampingan lurus ke samping diteruskan kebawah dan
seterusnya.
d. Penomoran halaman dengan menggunakan angka huruf Jawa dan
diletakkan dibagian tengah atas oleh penulisnya.
11. Bahan Naskah :
a. Jenis kertas, kertas lokal.
b. Macam kertas, kertas polos.
c. Kualitas kertas tebal, sudah agak rapuh dan mudah patah.
d. Warna kertas, putih kecoklat-coklatan disebabkan karena termakan
umur, sampul berwarna biru tua dengan jilidan berwarna merah.
12. Bahasa Naskah :
a. Klasifikasi bahasa naskah, bahasa Jawa Baru.
b. Jenis bahasa naskah, bahasa daerah standar, menggunakan ragam
ngoko dan krama.
97
c. Keterpahaman akan bahasa naskah, bahasa naskah dapat dipahami
masyarakat pembaca kini, walaupun tidak begitu mudah.
13. Bentuk Teks :
Berbentuk puisi Jawa Baru yaitu tembang macapat yang terdiri atas 26
pupuh, dengan perincian sebagai berikut :
(1) Asmaradana 49 bait (2) Sinom 36 bait (3) Kinanthi 48 bait, (4)
Dhandhanggula 40 bait, (5) Pangkur 44 bait, (6) Mijil 42 bait. (7) Sinom
40 bait, (8) Durma 48 bait, (9) Dhandhanggula 37 bait, (10) Asmaradana
55 bait, (11) Kinanthi 42 bait, (12) Pucung 48 bait, (13) Sinom 34 bait,
(14) Gambuh 47 bait, (15) Durma 48 bait, (16) Pangkur 32 bait, (17)
Pucung 57 bait, (18) Maskumambang 53 bait, (19) Dhandhanggula 40
bait, (20) Durma 25 bait, (21) Asmaradana 51 bait, (22) Kinanthi 20 bait,
(23) Girisa 4 bait, (24) Kinanthi 40 bait, (25) Sinom 55 bait, (26) Durma
50 bait.
14. Huruf, Aksara, Tulisan :
a. Jenis atau macam tulisan, Jawa Carik
b. Ukuran huruf atau aksara, sedang.
c. Bentuk huruf, miring ke kanan.
d. Keadaan tulisan, jelas dan mudah dibaca.
e. Jarak antar huruf, agak renggang.
f. Bekas pena, tipis-tebal.
g. Warna tinta, hitam.
15. Keadaan Naskah :
98
Keadaan naskah secara fisik kurang baik, terdapat beberapa halaman (teks)
telah mengalami kerusakan seperti beberapa halamannya tersobek menjadi
serpihan-serpihan kecil dimana patahannya itu sebagian terlepas,selain itu
juga ada yang berlubang karena mata pena yang tajam serta termakan oleh
rengat. Jilidan pada halaman 151-132 terbalik.
16. Umur Naskah :
Naskah ini berumur 110 tahun (lihat kolofon).
17. Ikhtisar Teks/Cerita :
Naskah ini menceritakan tentang perjalanan Sang Hyang Kamajaya yang
diutus Bathara Maya untuk menyelamatkan negara Amarta dari serangan
Duryudana dan Sekutunya Raja Parang Gumiwang Prabu Suryanggana.
18. Catatan lain :
Isi Serat Partadewa tuwin Tugangga ada dua cerita, yaitu cerita Partadewa
dan cerita Tugangga. Cerita Partadewa terdapat pada bagian awal naskah.
3. Naskah C
1. Judul Naskah :
Serat Partadewa
Judul ini tertulis pada bagian cover menggunakan tulisan Jawa.
2. Nomor Naskah :
D 40
Tercantum pada katalog lokal Perpustakaan Reksa Pustaka Surakarta.
Nomor katalog lokal ini tercantum pada bagian cover naskah.
99
3. Tempat penyimpanan :
Perpustakaan Reksa Pustaka Mangkunegaran Surakarta.
4. Identitas Penyalin/Pengarang :
Anonim
5. Kolofon :
Naskah ini ditulis pada tahun 1862 Je tanggal 5-6 Mulud atau tanggal
20-21 Agustus 1931 (Yayasan Sastra Surakarta,2004). Hal tersebut
terdapat pada kolofon halaman 162 yang ditulis pada kalimat tersendiri
setelah kata ‘tamat’ yang berbunyi sebagai berikut:
...malêm dina Jumah Lêgi wanci tabuh 2 dalu surya kaping 5-6 Bakdamulud Je 1862. Artinya: …malam Jumat Legi waktu jam 2 malam tanggal 5-6 Bakdamulud tahun 1862 Je.
6. Ukuran Naskah : 35 cm. x 21,7 cm.
7. Ukuran Teks : 31 cm x 16,5 cm.
Margin atas : 2,5 cm.
Margin bawah : 1,5 cm.
Margin kanan : 3,4 cm.
Margin kiri : 1,8 cm.
8. Tebal Naskah/Jumlah Halaman :
a. Jumlah halaman yang ditulisi :162 halaman.
b. Jumlah halaman yang kosong : bagian depan 4 halaman dan bagian
belakang 1 halaman.
100
9. Jumlah Baris Tiap Halaman :
21 baris dan pada halaman 162 hanya 7 baris.
10. Cara Penulisan :
a. Pemakaian lembaran naskah untuk tulisan, ditulis bolak-balik
(recto verso) dengan penempatan tulisan kearah melebarnya, yaitu
lembaran naskah yang ditulisi pada kedua halaman, muka dan
belakang.
b. Pengaturan ruang tulisan, larik-larik dituilis secara berdampingan
lurus kesamping diteruskan kebawahnya dan seterusnya.
c. Penomoran halaman dengan menggunakan angka huruf Jawa dan
diletakkan dibagian tengah atas oleh penulisnya.
11. Bahan Naskah :
a. Jenis kertas, kertas lokal.
b. Macam kertas, bergaris.
c. Kualitas kertas, tebal, masih baik dan utuh.
d. Warna kertas, putih kekuning-kuningan karena termakan usia,
sampul ber warna coklat muda dengan jilidan berwarna hijau tua..
12. Bahasa Naskah :
a. Klasifikasi bahasa naskah, Bahasa Jawa Baru.
b. Jenis bahasa naskah, bahasa daerah standart dengan menggunakan
ragam Ngoko dan Krama.
c. Keterpahaman atau bahasa naskah, bahasa naskah dapat dipahami
masyarakat pembaca kini, walaupun tidak begitu mudah.
101
13. Bentuk Teks :
Berbentuk puisi Jawa Baru yaitu tembang macapat yang terdiri atas 26
pupuh, dengan perincian sebagai berikut :
(1) Asmaradana 47 bait (2) Sinom 36 bait (3) Kinanthi 47 bait, (4)
Dhandhanggula 40 bait, (5) Pangkur 45 bait, (6) Mijil 42 bait. (7) Sinom
40 bait, (8) Durma 48 bait, (9) Dhandhanggula 37 bait, (10) Asmaradana
55 bait, (11) Kinanthi 40 bait, (12) Pucung 48 bait, (13) Sinom 35 bait,
(14) Gambuh 41 bait, (15) Durma 48 bait, (16) Pangkur 32 bait, (17)
Pucung 55 bait, (18) Maskumambang 53 bait, (19) Dhandhanggula 40
bait, (20) Durma 26 bait, (21) Asmaradana 50 bait, (22) Kinanthi 20 bait,
(23) Girisa 4 bait, (24) Kinanthi 40 bait, (25) Sinom 55 bait, (26) Durma
36 bait.
14. Huruf, Aksara, Tulisan,
a. Jenis atau macam tulisan Jawa Carik
b. Ukuran huruf atau aksara, bulat.
c. Bentuk huruf, miring ke kanan.
d. Keadaan tulisan, jelas dan mudah di baca.
e. Jarak atau huruf, agak rapat.
f. Bekas pena, tipis.
g. Warna tinta, hitam sudah agak kecoklatan karena termakan umur.
15. Keadaan Naskah :
Keadaan naskah secara fisik baik tetapi ada lembaran yang hilang yaitu
tepatnya halaman 160 dan 161, secara umum naskah dalam keadaan baik.
102
16. Umur Naskah :
Naskah ini berumur 73 tahun (lihat kolofon).
17. Ikhtisar Teks/Cerita :
Naskah ini menceritakan tentang perjalanan Sang Hyang Kamajaya yang
diutus Bathara Maya untuk menyelamatkan negara Amarta dari serangan
Duryudana dan Sekutunya Raja Parang Gumiwang Prabu Suryanggana.
18. Catatan lain : -
4. Naskah D
1. Judul Naskah :
Serat Partadewa
Judul ini tertulis pada cover naskah dengan menggunakan tulisan Jawa.
2. Nomor Naskah :
107 Na
Tercantum pada katalog lokal Perpustakaan Sasana Pustaka Karaton
Kasunanan Surakarta. Nomor katalog lokal ini tercantum pada bagian
cover naskah.
3. Tempat penyimpanan :
Perpustakaan Sasana Pustaka Karaton Kasunanan Surakarta.
4. Identitas Penyalin/Pengarang :
Anonim
5. Kolofon : -
6. Ukuran Naskah : 30 cm. x 19 cm.
103
7. Ukuran Teks : 26 cm x 15,5 cm.
Margin atas : 2 cm.
Margin bawah : 2 cm.
Margin kanan : 1,4 cm.
Margin kiri : 3 cm.
8. Tebal Naskah/Jumlah Halaman :
a. Jumlah halaman yang ditulisi : 166 halaman.
b. Jumlah halaman kosong : bagian depan 3 halaman dan bagian
belakang 6 halaman.
9. Jumlah Baris Tiap Halaman :
26 baris dan pada halaman 166 hanya 8 baris.
10. Cara Penulisan :
a. Penulisan lembaran naskah untuk tulisan, ditulis bolak-balik (recto
verso), yaitu lembaran naskah yang ditulisi pada kedua halaman,
muka dan belakang.
b. Penempatan tulisan pada lembaran naskah, dengan penempatan
tulisan kearah melebarnya, artinya teks itu ditulis sejajar dengan
lebar lembaran naskah.
c. Pengaturan ruang tulisan, larik-lariknya ditulis secara
berdampingan lurus ke samping diteruskan kebawahnya dan
seterusnya.
d. Penomoran halaman dengan menggunakan angka huruf Jawa dan
diletakkan dibagian tengah atas oleh penulisnya.
11. Bahan Naskah :
104
a. Jenis kertas, kertas lokal.
b. Macam kertas, kertas polos.
c. Kualitas kertas tebal, masih baik dan utuh.
d. Warna kertas, putih kekuning-kuningan karena termakan umur.
12. Bahasa Naskah :
a. Klasifikasi bahasa naskah, Jawa Baru.
b. Jenis bahasa naskah, bahasa daerah standart menggunakan ragam
ngoko dan krama.
c. Keterpahaman atau bahasa naskah, bahasa naskah dapat dipahami
masyarakat pembaca kini, walaupun tidak begitu mudah.
13. Bentuk Teks :
Berbentuk puisi Jawa Baru yaitu tembang macapat yang terdiri atas 26
pupuh, dengan perincian sebagai berikut :
(1)Asmaradana 48 bait (2) Sinom 36 bait (3) Kinanthi 48 bait, (4)
Dhandhanggula 40 bait, (5) Pangkur 43 bait, (6) Mijil 43 bait. (7) Sinom
39 bait, (8) Durma 46 bait, (9) Dhandhanggula 37 bait, (10) Asmaradana
55 bait, (11) Kinanthi 42 bait, (12) Pucung 47 bait, (13) Sinom 35 bait,
(14) Gambuh 47 bait, (15) Durma 48 bait, (16) Pangkur 32 bait, (17)
Pucung 56 bait, (18) Maskumambang 50 bait, (19) Dhandhanggula 40
bait, (20) Durma 26 bait, (21) Asmaradana 51 bait, (22) Kinanthi 20 bait,
(23) Girisa 4 bait, (24) Kinanthi 40 bait, (25) Sinom 55 bait, (26) Durma
50 bait.
14. Huruf, Aksara, Tulisan :
105
a. Jenis atau macam tulisan Jawa Carik
b. Ukuran huruf atau aksara, sedang.
c. Bentuk huruf, miring ke kanan.
d. Keadaan tulisan, jelas dan mudah di baca.
e. Jarak antar huruf, agak rapat.
f. Bekas pena, tidak ada.
g. Warna tinta, hitam sudah agak kecoklatan karena termakan umur.
15. Keadaan Naskah :
Keadaan naskah secara fisik baik dan utuh/lengkap, tidak ada lembaran-
lembaran naskah yang hilang, secara umum naskah dalam keadaan baik.
16. Umur Naskah :
Dalam naskah ini tidak ada keterangan secara eksplisit tentang
waktu penulisannya. Peneliti memprediksikan naskah ini ditulis pada akhir
abad XIX, hal ini didasarkan pada naskah yang ditedhak oleh penyalin
menyebutkan angka tahun 1871 M selain itu awalnya naskah ini
merupakan koleksi dari Raden Ayu Prabuwijaya, hal ini dapat dilihat dari
kutipan yang ditulis pada kalimat tersendiri setelah kata ‘tamat’ yang
berbunyi sebagai berikut:
Kagungan dalem Serat Partadewa, pundhutan saking lelangan tetilaranipun Raden Ayu Prabuwijaya. Artinya :
Serat Partadewa milik raja, yang dibeli dari lelangan peninggalan Raden Ayu Prabuwijaya.
106
Menurut sumber dari abdi dalem Karaton Kasunanan Surakarta Raden Ayu
Prabuwijaya hidup pada awal abad XIX. Dengan demikian peneliti memastikan
bahwa naskah D ditulis pada awal abad XIX.
17. Ikhtisar Teks/ Cerita :
Naskah ini menceritakan tentang perjalanan Sang Hyang Kamajaya
(Bambang Partadewa) yang diutus Bathara Maya untuk menyelamatkan
negara Amarta dari serangan Duryudana dan Sekutunya Raja Parang
Gumiwang Prabu Suryanggana.
18. Catatan lain : -
2. Perbandingan Naskah
Setelah dilakukan deskripsi naskah untuk memberikan gambaran
mengenai perbedaan dan kesamaan secara fisik naskah yang
diteliti, langkah selanjutnya adalah proses penentuan naskah
dasar. Dalam penentuan naskah dasar ini diawali dengan tahap
perbandingan naskah. Perbandingan naskah dilakukan karena
dalam penelitian ini ditemukan empat naskah yang sejenis.
Tujuan dari membandingkan naskah adalah untuk menentukan
teks yang paling unggul kualitasnya, sehingga dapat
dipertanggungjawabkan sebagai dasar suntingan teks.
Perbandingan naskah dalam penelitian ini meliputi: (1) perbandingan
tahun penulisan (2) perbandingan jumlah dan urutan bait (3) perbandingan bacaan
dan (4) perbandingan bahan dan keadaan naskah.
107
1) Perbandingan Tahun Penulisan
Perbandingan tahun penulisan atau umur naskah, dilakukan untuk
menentukan naskah yang lebih tua umurnya dan untuk mengetahui naskah yang
lebih dahulu disalin. Keterangan atau informasi mengenai naskah dapat diketahui
melalui manggala atua kolofon, katalog dan kondisi fisik naskah dan lain-lain.
Pada naskah A terdapat kolofon yang berisi tentang keterangan angka
tahun tanggal 20 Juni 1872 M. hal tersebut terdapat pada bagian akhir naskah di
luar teks yang ditulis pada kalimat tersendiri, yaitu sebagai berikut:
…mangsa Sadha akhir/ Juni ping dwidasa/ angka sewu lawan astha sapta lan kalih// Artinya: …mangsa Sadha akhir Juni kedua puluh angka seribu dan delapan tujuh dan dua
Naskah B terdapat manggala yaitu pada pupuh I bait 2 (Asmaradana)
sebagai berikut:
Saking padhalangan ringgit/ lêlampahan Partadewa/ pinèngêtan panulade/ Jumngah wolulikur tanggal/ Sapar Be sinêngkalan/ suci nurun ngèsthi turut/ bèbuka jêjêring kandha// Artinya: Dari pedalangan cerita Partadewa disalin pada hari Jumat tanggal dua puluh delapan bulan Sapar Be dengan sengkalan suci nurun ngesthi turut: 1824 dimulalinya cerita.
Pada bait di atas terdapat sengkalan berbunyi : suci nurun ngèsthi turut 4 2 8 1 Sengkalan tersebut menunjukkan angka tahun 1824 Jawa, lebih lengkapnya pada
kutipan bait di atas menyebutkan tangga 28 Sapar 1824 Jawa atau tanggal 17
Agustus 1894 (Yayasan Sastra Surakarta, 2004).
Naskah C terdapat kolofon yang berisi keterangan angka tahun 1862 Je
tanggal 5-6 Mulud atau tanggal 20-21 Agustus 1931 (Yayasan Sastra Surakarta,
108
2004). Hal tersebut terdapat pada halaman 162 yang ditulis pada kalimat tersendiri
setelah kata ‘tamat’ yang berbunyi sebagai berikut:
…malêm dina Jumah Lêgi wanci tabuh 2 dalu surya kaping 5-6 Bakdamulud Je 1862. Artinya: ,,,malam Jumat Legi waktu jam 2 malam tanggal 5-6 Bakdamulud tahun 1864 Je.
Pada naskah D tidak ada keterangan secara eksplisit tentang waktu
penulisannya. Peneliti memprediksikan naskah ini ditulis pada awal abad XIX, hal
ini didasarkan pada naskah yang ditêdhak oleh penyalin menyebutkan angka
tahun 1897 M. selain itu awalnya naskah ini merupakan koleksi dari Raden Ayu
Prabuwijaya, hal ini dapat dilihat dari kutipan yang ditulis pada kalimat tersendiri
setelah kata ‘tamat’ yang berbunyi sebagai berikut:
Kagungan dalem Serat Partadewa, pundhutan saking lelangan tetilaranipun Raden Ayu Prabuwijaya. Artinya :
Serat Partadewa milik raja, yang dibeli dari lelangan peninggalan Raden Ayu Prabuwijaya. Menurut sumber dari abdi dalem Karaton Kasunanan Surakarta Raden
Ayu Prabuwijaya hidup pada awal abad XIX. Dengan demikian peneliti
memastikan bahwa naskah D ditulis pada awal abad XIX.
Dari perbandingan tahun penulisan tersebut dapat dibuat tabel sebagai
berikut:
Tabel 2 : Perbandingan Tahun Penulisan
Naskah A B C D Tahun
Penulisan 1872 1894 1931 Awal abad 19
Berdasarakan perbandingan tahun penulisan pada table di atas dapat diketahui
bahwa naskah Serat Partadewa yang tertua adalah naskah A, dengan nomor
katalog 808.543.Kus.
2) Perbandingan Jumlah dan Urutan Bait
109
Berdasarkan deskripsi naskah dapat diketahui jumlah bait pada masing-
masing pupuh naskah-naskah Serat Partadewa. Perbandingan jumlah bait ini
dimaksudkan untuk melihat secara jelas perbedaan jumlah bait pada masing-
masing pupuh tersebut.
Table 3 : Perbandingan Jumlah Bait
Jumlah Bait Pupuh
A B C D Keterangan
I. Asmaradana 47 49 47 48 A=C≠B≠D
II. Sinom 36 36 36 36 A=B=C=D
III. Kinanthi 48 48 47 48 A=B=D≠C
IV. Dhandhanggula 40 40 40 40 A=B=C=D
V. Pangkur 43 44 45 43 A=D≠B≠C
VI. Mijil 43 42 42 43 A=D≠B=C
VII. Sinom 40 40 40 39 A=B=C≠D
VIII. Durma 48 48 48 48 A=B=C=D
IX. Dhandhanggula 37 37 37 37 A=B=C=D
X. Asmaradana 55 55 55 55 A=B=C=D
XI. Kinanthi 40 42 40 42 A=C≠B=D
XII. Pucung 48 48 48 47 A=B=C≠D
XIII. Sinom 35 35 35 35 A=B=C=D
XIV. Gambuh 47 47 41 47 A=B=D≠C
XV. Durma 48 48 48 48 A=B=C=D
XVI. Pangkur 32 32 32 32 A=B=C=D
XVII. Pucung 57 57 55 56 A=B≠C≠D
XVIII.Maskumambang 52 53 53 50 A=B=C≠D
XIX. Dhandhanggula 40 40 40 40 A=B=C=D
XX. Durma 26 25 26 26 A=D≠B=C
XXI. Asmaradana 50 51 50 51 A=C≠B=D
XXII. Kinanthi 20 20 20 20 A=B=C=D
110
XXIII. Girisa 4 4 4 4 A=B=C=D
XXIV. Kinanthi 40 40 40 40 A=B=C=D
XXV. Sinom 55 55 55 55 A=B=C=D
XXVI. Durma 50 50 36 50 A=B=D≠C
Berdasarkan tabel di atas tampak adanya perbedaan jumlah bait pada
masing-masing pupuh naskah-naskah Serat Partadewa. Perbedaan jumlah bait
tersebut mengakibatkan urutan bait-bait pada naskah-naskah Serat Partadewa.
Oleh karena itu, pebedaan urutan bait-bait tersebut dibuat perbandingan urutan
bait agar terlihat letak perbedaannya. Tabel perbandingan urutan bait tersebut
dibuat untuk tiap pupuh yang berbeda urutan baitnya sebagai berikut:
Table 4 : Perbandingan Urutan Bait Pupuh I
Bait ke- A B C D Keterangan
1 - + - - B ACD
2 - + - - B ACD
3 - - - + ABC D
4 + + + + ABCD
5 + + + + ABCD
6 + + + + ABCD
7 + + + + ABCD
8 + + + + ABCD
9 + + + + ABCD
10 + + + + ABCD
11 + + + + ABCD
12 + + + + ABCD
13 + + + + ABCD
111
14 + + + + ABCD
15 + + + + ABCD
16 + + + + ABCD
17 + + + + ABCD
18 + + + + ABCD
19 + + + + ABCD
20 + + + + ABCD
21 + + + + ABCD
22 + + + + ABCD
23 + + + + ABCD
24 + + + + ABCD
25 + + + + ABCD
26 + + + + ABCD
27 + + + + ABCD
28 + + + + ABCD
29 + + + + ABCD
30 + + + + ABCD
31 + + + + ABCD
32 + + + + ABCD
33 + + + + ABCD
34 + + + + ABCD
35 + + + + ABCD
36 + + + + ABCD
37 + + + + ABCD
38 + + + + ABCD
39 + + + + ABCD
40 + + + + ABCD
41 + + + + ABCD
42 + + + + ABCD
43 + + + + ABCD
112
44 + + + + ABCD
45 + + + + ABCD
46 + + + + ABCD
47 + + + + ABCD
48 + + + + ABCD
49 + + + + ABCD
Jumlah 47 49 47 48
KETERANGAN
+ : Ada
- : Tidak Ada
Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa naskah A = C ≠ B ≠ D.
Dengan demikian pengelompokan naskah pupuh I adalah sebagai berikut:
A C B D
Tabel 5 : Perbandingan Urutan Bait Pupuh III
Bait ke- A B C D Keterangan
1 + + + + ABCD
2 + + + + ABCD
3 + + + + ABCD
4 + + + + ABCD
5 + + + + ABCD
6 + + + + ABCD
7 + + + + ABCD
8 + + + + ABCD
113
9 + + + + ABCD
10 + + + + ABCD
11 + + + + ABCD
12 + + + + ABCD
13 + + + + ABCD
14 + + + + ABCD
15 + + + + ABCD
16 + + + + ABCD
17 + + + + ABCD
18 + + + + ABCD
19 + + + + ABCD
20 + + + + ABCD
21 + + + + ABCD
22 + + + + ABCD
23 + + + + ABCD
24 + + + + ABCD
25 + + + + ABCD
26 + + + + ABCD
27 + + + + ABCD
28 + + + + ABCD
29 + + + + ABCD
30 + + + + ABCD
31 + + + + ABCD
32 + + + + ABCD
33 + + + + ABCD
34 + + + + ABCD
35 + + + + ABCD
36 + + + + ABCD
37 + + - + ABD C
38 + + + + ABCD
114
39 + + + + ABCD
40 + + + + ABCD
41 + + + + ABCD
42 + + + + ABCD
43 + + + + ABCD
44 + + + + ABCD
45 + + + + ABCD
46 + + + + ABCD
47 + + + + ABCD
48 + + + + ABCD
Jumlah 48 48 47 48
KETERANGAN
+ : Ada
- : Tidak Ada
Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa naskah A = B = D ≠ C.
Dengan demikian pengelompokan naskah pupuh III adalah sebagai berikut :
A B D C
Tabel 6 : Perbandingan Urutan Bait Pupuh V
Bait ke- A B C D Keterangan
1 + + + + ABCD
2 + + + + ABCD
3 + + + + ABCD
4 + + + + ABCD
5 + + + + ABCD
6 + + + + ABCD
7 - + - - B ACD
115
8 + + + + ABCD
9 + + + + ABCD
10 + + + + ABCD
11 + + + + ABCD
12 + + + + ABCD
13 + + + + ABCD
14 + + + + ABCD
15 + + + + ABCD
16 + + + + ABCD
17 + + + + ABCD
18 + + + + ABCD
19 + + + + ABCD
20 + + + + ABCD
21 + + + + ABCD
22 + + + + ABCD
23 + + + + ABCD
24 + + + + ABCD
25 + + + + ABCD
26 + + + + ABCD
27 + + + + ABCD
28 + + + + ABCD
29 + + + + ABCD
30 + + + + ABCD
31 - - + - C ABD
32 - - + - C ABD
33 + + + + ABCD
34 + + + + ABCD
35 + + + + ABCD
36 + + + + ABCD
37 + + + + ABCD
116
38 + + + + ABCD
39 + + + + ABCD
40 + + + + ABCD
41 + + + + ABCD
42 + + + + ABCD
43 + + + + ABCD
44 + + + + ABCD
45 + + + + ABCD
46 + + + + ABCD
Jumlah 43 44 45 43
KETERANGAN
+ : Ada
- : Tidak Ada
Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa naskah A = D ≠ B ≠ C.
Dengan demikian pengelompokan naskah pupuh V adalah sebagai berikut:
A D B C
Tabel 7 : Perbandingan Urutan Bait Pupuh VI
Bait ke- A B C D Keterangan
1 + + + + ABCD
2 + + + + ABCD
3 + + + + ABCD
4 + + + + ABCD
5 + + + + ABCD
6 + + + + ABCD
7 + +* + + ABCD
117
8 + +* + + ABCD
9 + + + + ABCD
10 + + + + ABCD
11 + + + + ABCD
12 + + + + ABCD
13 + + + + ABCD
14 + + + + ABCD
15 + + + + ABCD
16 + + - + ABD C
17 + + + + ABCD
18 + + + + ABCD
19 + + + + ABCD
20 + + + + ABCD
21 + + + + ABCD
22 + + + + ABCD
23 + + + + ABCD
24 + + + + ABCD
25 + + + + ABCD
26 + + + + ABCD
27 + + + + ABCD
28 + + + + ABCD
29 + + + + ABCD
30 + + + + ABCD
31 + + + + ABCD
32 + + + + ABCD
33 + + + + ABCD
34 + + + + ABCD
35 + + + + ABCD
36 + + + + ABCD
37 + + + + ABCD
118
38 + + + + ABCD
39 + + + + ABCD
40 + + + + ABCD
41 + + + + ABCD
42 + + + + ABCD
43 + + + + ABCD
Jumlah 43 42 42 43
KETERANGAN
+ : Ada
- : Tidak Ada
* : Pada naskah B bait ke-7 dan 8 hanya terdiri dari sebagian bait
pada naskah lain.
Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa naskah A = D ≠ B = C.
Dengan demikian pengelompokan naskah pupuh VI adalah sebagai berikut:
A D B C
Tabel 8 : Perbandingan Urutan Bait Pupuh VII
Bait ke- A B C D Keterangan
1 + + + + ABCD
2 + + + + ABCD
3 + + + + ABCD
4 + + + + ABCD
5 + + + + ABCD
119
6 + + + + ABCD
7 + + + + ABCD
8 + + + + ABCD
9 + + + + ABCD
10 + + + - ABC D
11 + + + + ABCD
12 + + + + ABCD
13 + + + + ABCD
14 + + + + ABCD
15 + + + + ABCD
16 + + + + ABCD
17 + + + + ABCD
18 + + + + ABCD
19 + + + + ABCD
20 + + + + ABCD
21 + + + + ABCD
22 + + + + ABCD
23 + + + + ABCD
24 + + + + ABCD
25 + + + + ABCD
26 + + + + ABCD
27 + + + + ABCD
28 + + + + ABCD
29 + + + + ABCD
30 + + + + ABCD
31 + + + + ABCD
32 + + + + ABCD
33 + + + + ABCD
34 + + + + ABCD
35 + + + + ABCD
120
36 + + + + ABCD
37 + + + + ABCD
38 + + + + ABCD
39 + + + + ABCD
40 + + + + ABCD
Jumlah 40 40 40 39
KETERANGAN
+ : Ada
- : Tidak Ada
Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa naskah A = B = C ≠ D.
Dengan demikian pengelompokan naskah pupuh VII adalah sebagai berikut:
A B C D
Tabel 9 : Perbandingan Urutan Bait Pupuh XI
Bait ke- A B C D Keterangan
1 + + + + ABCD
2 + + + + ABCD
3 + + + + ABCD
4 + + + + ABCD
5 + + + + ABCD
6 + + + + ABCD
7 + + + + ABCD
8 + + + + ABCD
9 + + + + ABCD
10 + + + + ABCD
11 + + + + ABCD
121
12 + + + + ABCD
13 + + + + ABCD
14 + + + + ABCD
15 + + + + ABCD
16 + + + + ABCD
17 + + + + ABCD
18 + + + + ABCD
19 + + + + ABCD
20 + + + + ABCD
21 + + + + ABCD
22 + + + + ABCD
23 + + + + ABCD
24 +* + +* + ABCD
25 +* + +* + ABCD
26 + + + + ABCD
27 + + + + ABCD
28 + + + + ABCD
29 + + + + ABCD
30 + + + + ABCD
31 + + + + ABCD
32 + + + + ABCD
33 + + + + ABCD
34 + + - + ABD C
35 + + + + ABCD
36 + + + + ABCD
37 - + + + A BCD
38 + + + + ABCD
39 + + + + ABCD
40 + + + + ABCD
41 + + + + ABCD
122
42 + + + + ABCD
Jumlah 40 42 40 42
KETERANGAN
+ : Ada
- : Tidak Ada
* : Pada naskah A dan C bait ke-24 dan 25 hanya terdiri dari
sebagian bait pada naskah lain.
Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa naskah A =C≠ B =D.
Dengan demikian pengelompokan naskah pupuh XI adalah sebagai berikut:
A C B D
Tabel 10 : Perbandingan Urutan Bait Pupuh XII
Bait ke- A B C D Keterangan
1 + + + + ABCD
2 + + + + ABCD
3 + + + + ABCD
4 + + + + ABCD
5 + + + + ABCD
6 + + + + ABCD
7 + + + + ABCD
8 + + + + ABCD
9 + + + + ABCD
10 + + + + ABCD
11 + + + + ABCD
123
12 + + + + ABCD
13 + + + + ABCD
14 + + + + ABCD
15 + + + + ABCD
16 + + + + ABCD
17 + + + + ABCD
18 + + + + ABCD
19 + + + + ABCD
20 + + + + ABCD
21 + + + + ABCD
22 + + + + ABCD
23 + + + + ABCD
24 + + + + ABCD
25 + + + + ABCD
26 + + + + ABCD
27 + + + + ABCD
28 + + + + ABCD
29 + + + + ABCD
30 + + + + ABCD
31 + + + + ABCD
32 + + + + ABCD
33 + + + + ABCD
34 + + + + ABCD
35 + + + + ABCD
36 + + + + ABCD
37 + + + + ABCD
38 + + + + ABCD
39 + + + + ABCD
40 + + + + ABCD
41 + + + + ABCD
124
42 + + + + ABCD
43 + + + - ABC D
44 + + + + ABCD
45 + + + + ABCD
46 + + + + ABCD
47 + + + + ABCD
48 + + + + ABCD
Jumlah 48 48 48 47
KETERANGAN
+ : Ada
- : Tidak Ada
Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa naskah A = B = C ≠ D.
Dengan demikian pengelompokan naskah pupuh XII sebagai berikut:
A B C D
Tabel 11 : Perbandingan Urutan Bait Pupuh XIV
Bait ke- A B C D Keterangan
1 + + + + ABCD
2 + + + + ABCD
3 + + + + ABCD
4 + + - + ABD C
5 + + - + ABD C
6 + + + + ABCD
125
7 + + + + ABCD
8 + + + + ABCD
9 + + - + ABD C
10 + + - + ABD C
11 + + - + ABD C
12 + + + + ABCD
13 + + + + ABCD
14 + + + + ABCD
15 + + + + ABCD
16 + + +* + ABCD
17 + + +* + ABCD
18 + + + + ABCD
19 + + + + ABCD
20 + + + + ABCD
21 + + + + ABCD
22 + + + + ABCD
23 + + + + ABCD
24 + + + + ABCD
25 + + + + ABCD
26 + + + + ABCD
27 + + + + ABCD
28 + + + + ABCD
29 + + + + ABCD
30 + + + + ABCD
31 + + + + ABCD
32 + + + + ABCD
33 + + + + ABCD
34 + + + + ABCD
35 + + + + ABCD
36 + + + + ABCD
126
37 + + + + ABCD
38 + + + + ABCD
39 + + + + ABCD
40 + + + + ABCD
41 + + + + ABCD
42 + + + + ABCD
43 + + + + ABCD
44 + + + + ABCD
45 + + + + ABCD
46 + + + + ABCD
47 + + + + ABCD
Jumlah 47 47 41 47
KETERANGAN
+ : Ada
- : Tidak Ada
* : Pada naskah C bait ke-16 dan 17 hanya terdiri dari sebagian bait
pada naskah lain.
Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa naskah A = B = D ≠ C.
Dengan demikian pengelompokan naskah pupuh XIV sebagai berikut:
A B D C
Tabel 12 : Perbandingan Urutan Bait Pupuh XVII
Bait ke- A B C D Keterangan
1 + + + + ABCD
2 + + + + ABCD
3 + + + + ABCD
4 + + + + ABCD
127
5 + + + + ABCD
6 + + + + ABCD
7 + + + + ABCD
8 + + + + ABCD
9 + + + + ABCD
10 + + + + ABCD
11 + + + + ABCD
12 + + + + ABCD
13 + + + + ABCD
14 + + + + ABCD
15 + + + + ABCD
16 + + + + ABCD
17 + + + + ABCD
18 + + + + ABCD
19 + + - + ABD C
20 + + + + ABCD
21 + + + + ABCD
22 + + - - AB CD
23 + + + + ABCD
24 + + + + ABCD
25 + + + + ABCD
26 + + + + ABCD
27 + + + + ABCD
28 + + + + ABCD
29 + + + + ABCD
30 + + + + ABCD
31 + + + + ABCD
32 + + + + ABCD
33 + + + + ABCD
34 + + + + ABCD
128
35 + + + + ABCD
36 + + + + ABCD
37 + + + + ABCD
38 + + + + ABCD
39 + + + + ABCD
40 + + + + ABCD
41 + + + + ABCD
42 + + + + ABCD
43 + + + + ABCD
44 + + + + ABCD
45 + + + + ABCD
46 + + + + ABCD
47 + + + + ABCD
48 + + + + ABCD
49 + + + + ABCD
50 + + + + ABCD
51 + + + + ABCD
52 + + + + ABCD
53 + + + + ABCD
54 + + + + ABCD
55 + + + + ABCD
56 + + + + ABCD
57 + + + + ABCD
Jumlah 57 57 55 56
KETERANGAN
+ : Ada
- : Tidak Ada
129
Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa naskah A = B ≠ C ≠ D.
Dengan demikian pengelompokan naskah pupuh XVII sebagai berikut:
A B C D
Tabel 13 : Perbandingan Urutan Bait Pupuh XVIII
Bait ke- A B C D Keterangan
1 + + + + ABCD
2 + + + + ABCD
3 + + + + ABCD
4 + + + + ABCD
5 + + + + ABCD
6 + + + + ABCD
7 + + + + ABCD
8 + + + + ABCD
9 + + + + ABCD
10 + + + + ABCD
11 + + + + ABCD
12 + + + + ABCD
13 + + + + ABCD
14 + + + + ABCD
15 + + + + ABCD
16 + + + + ABCD
17 + + + + ABCD
18 + + + + ABCD
19 + + - + ABD C
20 + + + + ABCD
21 + + + + ABCD
22 + + + + AB CD
130
23 + + + + ABCD
24 + + + + ABCD
25 + + + + ABCD
26 + + + + ABCD
27 + + + + ABCD
28 + + + + ABCD
29 + + + + ABCD
30 + + + + ABCD
31 + + + + ABCD
32 + + + + ABCD
33 + + + + ABCD
34 + + + + ABCD
35 + + + + ABCD
36 + + + + ABCD
37 + + + + ABCD
38 + + + + ABCD
39 + + + - ABC D
40 + + + - ABC D
41 + + + - ABC D
42 + + + + ABCD
43 + + + + ABCD
44 +* + + + ABCD
45 +* + + + ABCD
46 + + + + ABCD
47 + + + + ABCD
48 + + + + ABCD
49 + + + + ABCD
50 + + + + ABCD
51 + + + + ABCD
52 + + + + ABCD
131
53 + + + + ABCD
Jumlah 52 53 53 50
KETERANGAN + : Ada
- : Tidak Ada
* : Pada naskah A bait ke-44 dan 45 hanya terdiri dari sebagian bait
pada naskah lain.
Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa naskah A ≠ B = C ≠ D.
Dengan demikian pengelompokan naskah pupuh XVII sebagai berikut:
A B C D
Tabel 14 : Perbandingan Urutan Bait Pupuh XX
Bait ke- A B C D Keterangan
1 + + + + ABCD
2 + + + + ABCD
3 + + + + ABCD
4 + + + + ABCD
5 + + + + ABCD
6 + + + + ABCD
7 + + + + ABCD
8 + + + + ABCD
9 + + + + ABCD
10 + + + + ABCD
11 + + + + ABCD
12 + + + + ABCD
13 + + + + ABCD
14 + + + + ABCD
132
15 + + + + ABCD
16 + + + + ABCD
17 + + + + ABCD
18 + + + + ABCD
19 + + + + ABCD
20 + + + + ABCD
21 + + + + ABCD
22 + - - + AD BC
23 + + + + ABCD
24 + + + + ABCD
25 + + + + ABCD
Jumlah 25 24 24 25
KETERANGAN
+ : Ada
- : Tidak Ada
Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa naskah A = D ≠ B ≠ C.
Dengan demikian pengelompokan naskah pupuh XX sebagai berikut:
A D B C
Tabel 15 : Perbandingan Urutan Bait Pupuh XXI
Bait ke- A B C D Keterangan
1 + + + + ABCD
2 + + + + ABCD
3 + + + + ABCD
4 + + + + ABCD
5 + + + + ABCD
133
6 + + + + ABCD
7 + + + + ABCD
8 + + + + ABCD
9 + + + + ABCD
10 + + + + ABCD
11 + + + + ABCD
12 + + + + ABCD
13 + + + + ABCD
14 + + + + ABCD
15 + + + + ABCD
16 + + + + ABCD
17 + + + + ABCD
18 + + + + ABCD
19 + + - + ABD C
20 + + + + ABCD
21 + + + + ABCD
22 + + + + AB CD
23 + + + + ABCD
24 + + + + ABCD
25 + + + + ABCD
26 + + + + ABCD
27 + + + + ABCD
28 + + + + ABCD
29 + + + + ABCD
30 + + + + ABCD
31 + + + + ABCD
32 + + + + ABCD
33 + + + + ABCD
34 + + + + ABCD
35 + + + + ABCD
134
36 + + + + ABCD
37 + + + + ABCD
38 + + + + ABCD
39 + + + - ABC D
40 + + + - ABC D
41 + + + - ABC D
42 + + + + ABCD
43 + + + + ABCD
44 +* + + + ABCD
45 +* + + + ABCD
46 + + + + ABCD
47 + + + + ABCD
48 + + + + ABCD
49 + + - + ABD C
50 + + + + ABCD
51 + + + + ABCD
Jumlah 50 51 50 51
KETERANGAN
+ : Ada
- : Tidak Ada
* : Pada naskah A bait ke-44 dan 45 hanya terdiri dari sebagian bait
pada naskah lain.
Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa naskah A = B =D ≠ C.
Dengan demikian pengelompokan naskah pupuh XXI sebagai berikut:
A C B D
135
Tabel 16 : Perbandingan Urutan Bait Pupuh XXV
Bait ke- A B C D Keterangan
1 + + + + ABCD
2 + + + + ABCD
3 + + + + ABCD
4 + + + + ABCD
5 + + + + ABCD
6 + + + + ABCD
7 + + + + ABCD
8 + + + + ABCD
9 + + + + ABCD
10 + + + + ABCD
11 + + + + ABCD
12 + + + + ABCD
13 + + + + ABCD
14 + + + + ABCD
15 + + + + ABCD
16 + + + + ABCD
17 + + + + ABCD
18 + + + + ABCD
19 + + + + ABCD
20 + + + + ABCD
21 + + + + ABCD
22 + + + + AB CD
23 + + - + ABD C
24 + + - + ABD C
25 + + - + ABD C
26 + + - + ABD C
27 + + - + ABD C
136
28 + + - + ABD C
29 + + - + ABD C
30 + + - + ABD C
31 + + - + ABD C
32 + + - + ABD C
33 + + - + ABD C
34 + + - + ABD C
35 + + - + ABD C
36 + + + + ABCD
37 + + + + ABCD
38 + + + + ABCD
39 + + + + ABCD
40 + + + + ABCD
41 + + + + ABCD
42 + + + + ABCD
43 + + + + ABCD
44 + + + + ABCD
45 + + + + ABCD
46 + + + + ABCD
47 + + + + ABCD
48 + + + + ABCD
49 + + + + ABCD
Jumlah 49 49 36 49
KETERANGAN
+ : Ada
- : Tidak Ada
Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa naskah A = B = D ≠ C.
Dengan demikian pengelompokan naskah pupuh XXV sebagai berikut:
137
A B D C
3) Perbandingan Bacaan
Perbandingan bacaan ini meliputi perbandingan bacaan pada
bagian awal tengah dan akhir naskah yang masing-masing
diambil lima bacan pada pupuh I, XII, XXVI.
1
Tabel 17 : Perbandingan Bacaan
No pph/bait/ brs.
A B C D Ket.
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.
I/1/3 I/2/6 I/2/6 I/2/7 I/3/3 XIII/1/1 XIII/1/2 XIII/1/4 XIII/1/7 XIII/1/8 XXVI/1/1 XXVI/1/2
dahat sungkawa ing tyase Dhestarata kang wus murud sumiwèng sang mahawiku karongron lawan kang garwa sakalangkung trusthèng tyase Antara mèh bangun rina munya dêdêt Erawati umung swaraning kang pêksi rêsmining kang pradapa anrang baya mring risang pinarjayèng rimang Suryanggana tan pêgat amriyêmbada guling gung linaliling
kalangkung sungkawèng tyase Dratarata kang wus lurud sumiwèng sang amawiku karongron lawan kang garwa Kalangkung suka galihe Antara bangun rahina munya dêdêt Erawati amung swaraning kang pêksi rêsmining kang pradapa anang saya mring sang pinajayèng rimang Suryanggana tan pêgat pamriyêmbada guling gung linaling-
dahat sungkawa ing tyase Dhestarata kang wus murud sumiwèng sang amawiku kang ngabranta lan kang garwa sakalangkung trusthèng tyase Antara mèh bangun rina munya dêdêt Erawati umung swaraning kang pêksi Rêsmining kang wardapa anrang baya mring risang pinarjayèng rimang Suryanggana tan pêgat amriyêmbada guling gung linaliling
dahat sungkawa ing tyase Dhestarata kang wus murud sumiwèng sang mahawiku karongron lawan kang garwa sakalangkung trusthèng tyase Antara mèh bangun rina munya dêdêt Irawati umung swaraning kang pêksi rêsmining kang pradapa anrang baya mring risang pinarjayèng rimang Suryanggana tan pêgat amriyêmbada guling gung linaliling
ACD B ACD B AD B C ABD C ACD B ACD B ABC D ACD B ABD C ACD B ACD B ACD B
76
2
13. 14. 15.
XXVI/1/7 XXVI/2/5 XXVI/3/1
dhahat tan nabèng dhasih yèn pura kataman dening Gusti arinta mangkya dènarak-larak
ling dhahat tan naswèng dhasih yèn pura kataman dening putra paduka linarak-larak
dhahat tan naswèng dhasih yèn pura kataman dening ari paduka linarak-larak
dhahat tan nabèng dhasih yèn pura kataman dene Gusti arinta mangkya dènarak-larak
AD BC ABC D AD B C
77
i
i
Berdasarkan perbandingan bacaan tersebut dapat diketahui
persamaan dan perbedan msing-masing bacaan. Hasil
perbandingan tersebut menunjukkan bahwa naskah A, C dan D
memiliki persamaan bacaan, sedangkan naskah B banyak
perbedaan dengan ketiga naskah lainnya. Dengan demikian
dapat dibuat pengelompokan sebagai berikut:
A
C
D
B
Berdasarkan perbandingan tahun penulisan, isi, jumlah dan
urutan bait, serta bacan dapat disimpulkan bahwa naskah Serat
Partadewa dikelompokkan menjadi tiga kelompok. Kelompok I
naskah A dan naskah D, kelompok II naskah B, kelompok IV
naskah C. hal itu dapat dibuat bagan sebagai berikut:
A
D
B C
4) Perbandingan Bahan dan Keadaan Naskah
Naskah A ditulis pada kertas lokal yang polos, tebal dan masih
baik serta utuh. Ketas berwarna kekunig-kuningan karena
termakan usia. Keadaan naskah secara fisik baik dan utuh/
lengkap, tidak ada lembaran naskah yang hilang, secara umum
naskah dalam keadaan baik.
ii
ii
Naskah B ditulis pada kertas lokal yang polos dan tebal, sudah agak rapuh
dan mudah patah. Kertas berwarna putih kecoklat-coklatan disebabkan karena
termakan umur. Sampul berwarna biru tua dengan jilidan berwarna merah.
Keadaan naskah secara fisik kurang baik, terdapat beberapa halaman (teks) telah
mengalami kerusakan seperti beberapa halamannya tersobek menjadi serpihan-
serpihan kecil dimana patahannya itu sebagian terlepas, selain itu juga ada yang
berlubang karena mata pena yang tajam serta termakan oleh rengat. Jilidan pada
halaman 151 – 132 terbalik.
Naskah C ditulis pada kertas lokal yang bergaris dan tebal. Kertas
berwarna putih kekuning-kuningan karena termakan usia, sampul berwarna coklat
muda dengan jilidan berwarna hijau tua. Keadaan naskah secara fisik baik tetapi
tidak lengkap karena ada lembaran yang hilang yaitu tepatnya halaman 160 dan
161.
Naskah D ditulis pada kertas lokal yang polos dan tebal. Kertas berwarna
putih kecoklat-coklatan disebabkan karena termakan umur, sampul berwarna
coklat dengan jilidan berwarna hitam. Keadaan naskah secara umum masih baik
dan lengkap, tidak ada lembaran-lembaran naskah yang hilang, hanya saja ada
beberapa halaman yang berlubang karena mata pena yang tajam serta termakan
oleh rengat tetapi masih dapat dibaca.
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa dari segi bahan naskah dan
keadaan naskah, naskah A adalah naskah yang paling baik, utuh dan lengkap dari
naskah yang lain.
3. Hubungan Pertalian Naskah
iii
iii
Berdasarkan perbandingan dan pengelompokan naskah, maka
hubungan pertalian naskah Serat Partadewa dapat digambarkan
sebagai berikut:
Autograf
Arketif
Hiperketif
A C D x
B
Maksud dari hubungan pertalian di atas adalah naskah A, B, C dan D
diturunkan dari naskah hiparketif yang sama. Hal ini, dapat diketahui dari
kesamaan isi yang terdapat dalam cerita Partadewa dan penulis dari keempat
naskah menyalin lengkap dengan kolofonnya (si penulis tidak mengubah angka
tahunya). Walaupun umur naskah A adalah yang paling tua, dalam hal ini jelas
yang lebih tua tidak mungkin dicopy dari yang lebih muda, tetapi tidak bisa
dikatakan bahwa ketiga naskah diturunkan dari yang lebih tua, misalnya naskah A
disalin naskah B dan begitu juga seterusnya. Dari uraian ini sudah cukup
iv
iv
membuktikan bahwa naskah A,B,C,D diturunkan dari naskah hiparketif yang
sama. Naskah B menjadi berbeda dengan naskah A, C, D karena dalam
penurunannya naskah B diturunkan dari naskah x. Hal ini dapat diketahui dari: (1)
Pada naskah B setelah pupuh XXVI setelah bait k-49 masih ada tanda mangajapa
lagi, yaitu tanda dimulainya bait. Pada naskah B cerita Partadewa dilanjutkan
dengan cerita Tugangga. (2) Dari segi bacaan, berdasarkan perbandingan yang
telah dilakukan terlihat bahwa naskah A, C dan D kebanyakan memiliki bacaan
yang sama, sedangkan naskah B banyak perbedaan bacaan dengan ketiga naskah
lainnya.
4. Penentuan Naskah Dasar
Penentuan naskah Serat Partadewa yang menjadi teks dasar dalam
suntingan dipilih berdasarkan beberapa kriteria antara lain ketuaan naskah (umur
naskah) dan kelengkapan teks. Kriteria tersebut berpedoman pada perbandingan
tahun saat penulisan, perbandingan jumlah urutan bait, perbandingan bacaan,
perbandingan bahan dan keadaan naskah.
Berdasarkan perbandingan tersebut dapat dikatakan bahwa naskah A yang
paling unggul kualitasnya karena memiliki ciri-ciri (1) umurnya lebih tua
dibanding dengan ketiga naskah yang lainnya, (2) tulisannya paling jelas dan
mudah dibaca, (3) keadaan naskah baik dan utuh dibandingkan dengan ketiga
naskah lainnya, (4) isinya lengkap dan tidak menyimpang dari naskah yang lain.
Oleh karena itu naskah A dipilih sebagai teks dasar dalam penyuntingan
sedangkan ketiga naskah lainnya dijadikan pembanding atau pendukung.
v
v
Tujuan naskah pembanding ini adalah untuk membebaskan teks dasar dari
segala macam kesalahan dan kekurangan, baik berupa bacaan yang tidak jelas
atau begian naskah yang rusak, bacaan yang ketinggalan maupun bacaan yang
ditambahkan.
4. Transliterasi dan Suntingan Teks
Naskah Serat Partadewa adalah naskah Jawa yang ditulis dalam huruf
dan aksara Jawa. Oleh karena itu, dalam rangka penyuntingan teks terlebih dahulu
perlu ditransliterasikan ke dalam huruf latin. Hal ini sebagai usaha agar teks
naskah tersebut dapat dibaca oleh kalangan yang lebih luas, tidak hanya dari suku
Jawa saja. Menurut Edward Jamaris (1991 : 199) transliterasi adalah pengalihan
huruf dari satu abjad ke abjad yang lain. Namun prinsip transliterasi tersebut tidak
sepenuhnya dapat diterapkan karena system ejaan penulisan aksara Jawa ada
perbedaan dengan sistem sistem ejaan penulisan aksara latin. Untuk itu dalam
transliterasi digunakan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Jawa yang Disempurnakan
(Sudaryanto, 1990) sebagai dasar acuan penulisan bahasa Jawa dalam
suntinganini. Transliterasi dari huruf Jawa ke huruf Latin disesuaikan dengan
ejaan penulisan yang benar sesuai dengan pedoman yang digunakan.
Misalnya :
1. : ditransliterasikan purihen. (A.I.17).
2. : ditransliterasikan kalihe. (A.I.25).
3. : ditransliterasikan titihan. (A.II.10).
Sastra laku ditransliterasikan dengan tidak mengulang konsonan
penutup pada kata berikutnya, misalnya :
vi
vi
1. : ditransliterasikan tan ana. (A.I.23).
2. : ditransliterasikan ing aturira. (A.II.38).
3. : ditransliterasikan tan antuk. (A.II.17).
Metode suntingan teks yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
landasan. Bacaan pertama yang digunakan adalah bacaan teks dasar. Varian dari
ketiga naskah lainnya diganti, apabila terdapat bacaan yang lebih sesuai di antara
semua varian yang ditemui dalam ketiga naskah pembanding tersebut.
Penggantian itu didasarkan atas kesesuaian dengan norma tata bahasa, makna
yang lebih jelas, dan kelengkapan teks. Bacaan teks dasar ditambah atau dikurangi
apabila bacaan teks yang ketinggalan atau ada tambahan yang tidak sesuai.
Bacaan teks dasar ditambahkan atau dikurangi itu dicatat dalam aparat kritik
sebagai pertanggungjawaban terhadap perbaikan dan perubahan yang dilakukan.
Hal ini penting karena bila bacaan yang dibetulkan ternyata tidak sesuai atau
salah, maka data dari bacaan yang berasal dari naskah dasar tersebut tidak hilang,
karena sudah dicatat dalam aparat kritik. Dalan suntingan ini aparat kritik
langsung diletakkan dibagian bawah bacaan yaitu berupa catatan kaki(footnote).
Suntingan teks Serat Partadewa ini agar mudah dan dapat dikenal
dikalangan masyarakat yang lebih luas, maka penyajian penyuntingan teks ini
diusahakan agar susunannya mudah dibaca dan dipahami. Untuk memudahkan
pemahaman terhadap teks ini, suntingan teks disajikan perpupuh dan juga
digunakan tanda-tanda serta singkatan-singkatan sebagi berikut :
a. Setiap pupuh diberi nomor dengan menggunakan angka romawi,
misalnya Pupuh I Asmaradana.
vii
vii
b. Penomoran menggunakan nomor dengan angka Arab.
c. Angka Arab ukuran kecil diatas 1)2)3) dst. menunjukkan catatan atau
kritik teks untuk kata dan dua angka Arab ukuran kecil diatas 1)1)
2)2) 3)3) dst. menunjukkan catatan atau kritik teks kelompok data.
d. Tanda Ù di atas vokal e dibaca [∂] seperti dalam bahasa Indonesia
kata demam.
e. Tanda ` di atas vokal e dibaca [з] seperti dalam bahasa Indonesia
kata sukses.
f. Angka dengan tanda [1], [2], [3] dan seterusnya, menunjukkan
pergantian halaman.
g. \…\ : Penghilangan, pengurangan.
Bacaan yang terdapat diantara tanda garis miring ini seharusnya
dihilangkan, tidak perlu dibaca.
h. (…) : Penambahan
Bacaan yang terdapat di antara dua tanda kurung adalah tambahan
dari naskah pembantu.
i. Penggantian
[…] : bacaan yang diganti dari bacaan naskah pembantu.
{…} : bacaan yang diganti berdasarkan pertimbangan linguistik.
j. b.d : Bacaan dari
Bacaan naskah dasar yang diganti naskah pembantu dicatat dengan
tanda b.d. misalnya ; 2 b.d. B, maksudnya bacaan pada catatan 2
itu diambil dari bacaan naskah B.
viii
viii
k. t.d : Tambahan dari
Bacaan naskah dasar ditambah oleh bacaan naskah pembantu
dicatat dengan tanda t.d. Misalnya ; 3 t.d. C, maksudnya bacaan
pada catatan 3 itu ditambahkan dari naskah C.
l. tb. : Tambahan
Bacaan tambahan yang terdapatdalam naskah lain, tetapi tidak
dimasukkan dalam suntingan teks. Misalnya, 4 B tb. Kang,
maksudnya pada catatan 4 itu dalam naskah B ada tambahan
bacaan kang.
m. t.p : Tidak terdapat pada.
Bacaan yang terdapat pada naskah dasar, tetapi tidak terdapat pada
naskah pembantu, dicatat dengan t.p. misaknya, 5-5 t.p. C,D
maksudnya bacaan yang terdapat pada catatan 5-5 itu tidak terdapat
pada naskah C dan D.
n. dsl. : Demikian selanjutnya.
Bacaan yang sama juga dimana-mana.
o. * : tanda yang dipakai untuk memberikan keterangan
bacaan pada pupuh atau bait.
p. # : tanda yang dipakai untuk memberikan keterangan
penggantian bacaan berdasarkan pertimbangan linguistik.
ix
ix
I. A S M A R A D A N A
1. Kawarnaa Sribupati/ Ngastina Sri Duryudhana/ 1)dahat sungkawa ing
tyase1)/ myarsa andikaning rama/ Sang Nata Pinandhita/ Dhestharata2)
kang wus murud3)/ kaprabon ginantyan putra//
2. Jêjulukirèng Narpati/ Mahaprabu Duryudhana/ Jayapitana parabe/ nalika
sawiji dina/ Sang Prabu Duryudhana/ sumiwèng sang mahawiku4)/
5)karongron lawan5) kang garwa//
3. Kusuma Ambanowati/ ya ta sang nata pandhita/6)sakalangkung trusthèng
tyase6)/ sawusira sinambrama7)/ satata dènnya lênggah/ kusuma dayita
wiku/ rênaning tyas 8)[tanpa timbang]8) //
4. Kusumayu Banowati/ pinarak tan kêna têbah/ lan rama sang rêsi katong/
9)[atap sunggata dhaharan]9)/ pawèstri langên suka/ têbah tarab dènnya
lungguh/ kadya panjrahing puspita//
1)1) B. kalangkung sungkawèng tyase. 2) B. Dratarata. 3) B. lurud. 4) B=C. amawiku. 5)5) C. kang ngabranta lan. 6)6) B=C. kalangkung suka galihe. 7) B. linêmbana 8) b.d. B. A=C=D. akekehan 9) b.d. D. A.atap sugata padharan. B. atata sugata dhahar. C.atap sunggata dhaharan. · Sebelum bait pertama ini pada naskah B terdapat dua bait yang berbunyi Pangrêngganing
tyas murwani, ngrantas caritaning kuna, goning arsa mêdharake, dadaring carang kata, sinawung ing asmara, wêwaton wuryaning kidung, yasan Kusumadilagan. Saking padhalangan ringgit, lêlampahan Partadewa, pinèngêtan panulade, Jumngah wolulikur tanggal, Sapar Be sinangkalan, suci nurun ngèsthi turut, bêbuka jêjêring kandha.
· Sebelum bait pertama ini pada naskah C terdapat bait yang berbunyi Kagunganipun kanjêng gusti, sêkar kêdhatyan bêgharja, sih marma mring santana kèh, tuwin mring wadya sadaya, sri marma tan bineda, jêng gusti ing karsanipun, mung anêdhak sungging purna.
x
x
5. Kusumayu10) Anggêndari/ 11)tansah ngacarani11) putra/ sinarweya
dhadharane12)/ sang nata gung nor ing sabda/ ya ta sang wiku garwa/ matur
mring sang sabdèng wuwus/ lon jêng putranta tan arsa//
6. Dhadharan13) pijêr liniling/ sêmune nganti paduka/ dhuh inggih14) kados
jêng kados14)/ bêktine15) darbe sudarma/ ajrih ngrumiyinana/ sigra wus
bujana nutug/ sang wiku miwah sang nata//
7. Wuwusên sang pandhita ji/ ngandika marang sang nata/ hèh ki prabu paran
mangko/ pitutur ingsun mring sira/ 16)bab Kraton ing Ngastina16)/ yèn
gêmah arjane wuwuh/ atimbun pa-[2]ra narendra//
8. Ingkang padha sih sumiwi/ sumurut soring dhêdhampar/ kabèh17)
mêmpêng prasêtyane17)/ mung ana sandeyaning tyas/ ewuh pakewuh ing
cak/ rêksanên ucaping wiku/ 18)sumuyut ing lyaning praja18)//
9. Ana bêbasaning jamni/ wrêksa gung sinêmpal 19)kang pang19)/ sayêkti suda
[ayome]20) tan karya kusuting praja/ yèn kataman ing barat/ balik sira kang
marunggul/ 21)kêna ing basan tanpeman21)//
10) C. sang kusuma. 11) B=C. tansah ngancarani 12) B. dhaharane (dsl). 13) B=D. Dhaharan. 14)14) B. jêng ulun kados. 15) B. bêktining. 16)16) b.d. B A=B=C. karaton ing Ngastina. 17)17) B. angêpêng sêtyane 18)18) B. sumuwur ing lyan ing praja. C. sumawur ing lyan gara. 19) B. pangnya 20) b.d. B,C,D A. ayême 21)21) B. kênèng pocapan tan peman.
xi
xi
10. Arimu22) Si Pandhusiwi/ mungguha lakuning barat/ sangsayolèh turus
gêdhe/ tumrap ulading dahana/tan sirêp dening tirta/ layak bae wong
bêbruwun/ pangudine pasthi harda//
11. Balikan kulup sirèki/ kalamun animbangana/ rong prakara ing lupute/ kang
dhihin23) lawanan kadang/ kapindhonira tuwa/ kawêntar lyan praja saru/
ngrêrontog roning kang wrêksa//
12. Sirnaning arinirèki/ marga ing sira priyangga/ rontog ron wrêksa pamane/
lan sira kaprênah tuwa/ wajib angalarana/ cêkake24) pituturingsun/ anata
dayaning driya//
13. Ngumpulna para maharsi/ nanging pratingkah dènsamar/ mungna kang
piniji bae/ bisa tumuwuh ing sêdya/ kalakon têka puja/ yèn rosa purwaning
kayun/ mêtu têka sayêmbara//
14. Tanpa karya ing pamurih25)/ mijila ing sayêmbara/ têmah rame wêkasane/
ki prabu sira mijia/ mring paman ing Talkandha/ Sapwani sang
mahawiku26)/ lan27) si adhi Sokalima//
15. Purihên nungku sêmadi/ supaya dewa pa-[3]ringa/ nugraha gung28) mring
siranggèr/ rupane ingkang nugraha/ wong kang saguh nyirnakna/
kamladèyaning prajamu/ bangên29) saparoning praja//
22) C. adhimu 23) B. dhingin 24) B. cêkaking 25) C=D. pamulih 26)26) B. asma wiku. C. tama wiku. 27) B. myang. 28) B. gêng 29) C. bangêt
xii
xii
16. Wayah gumlewang Hyang Rawi/ Dhêstharata angandhika/ kulup iki wus
wayahe/ sira mundura ngadhatyan/ tumuli parentaha/ nimbali kang para
wiku/ Duryudhana ngaras pada//
17. Mundur ngarsèng sang palinggih/ dhasare pan wus tri dina/ ing sabên dalu
sang katong/ nimbali kang pra pandhita/ kang sudibyèng pamuja/ Santanu
putra [myang]30) wiku/ Rêksi Baratmadya putra//
18. Muja nèng dhatu pamêling/ tan lyan gêng ning kang subrata/ jayaning
karsa sang katong/ kunêng ingkang winursita31)/ winuwus32) kang praja
lyan/ sumêla carita33) ngayun/ ana laladaning sabrang//
19. Gumiwang araning nagri/ ingkang jumênêng narendra/ jêjulukira sang
katong/ Sang Prabu Suryaanggana/ siniwi kang pra raja/ kèh raja34) atur
panungkul/ putrine katur35) mawongan//
20. Tan ana pinujwèng36) galih/ wus kasèp tan arsa krama/ ana arine sang
katong/ putri 37)warnanya yu37) endah/ 38)kasor kang38) waranggana/
Suryawati kang jêjuluk/ diwasa tan arsa krama//
21. Kèh pra narpati minta sih/ mêkathik sêdyaning driya/ nanging tan ana
katampèn/ mangkana jêng srinarendra/ ing dalu pan supêna/ kramantuk
putrining ratu/ angrênggani ing Ngastina//
30) b.d. B,C,D A. sang. 31) C. kawursita. 32) B.wuwusên 33) B. caritèng 34) B. kandhih 35) B. mangka 36) B. pinudyèng. 37)37) B. warnane yu. C. warna ayu. 38) B=C. ngêsorkên
xiii
xiii
22. Jêjuluk Laksmanawati/ atmaja Sri Duryudhana/ sor waranggana citrane/
kadya wus sajiwasmara/ tan mantra yèn supêna/ lir satuhuning alulut/
marma tyasira sang nata//
23. Kakênan sajroning guling/ ka-[4]lihe sami pratiknya/ sajiwa raga ing
têmbe/ wunguning39) panendranira/ wong agung tyas mangarang/
kapirangu gandrung-gandrung/ amirangrong karurungan//
24. Midêr mring taman ngrêrêpi/ mangkana 40)udayaning tyas40)/ sangkal
wadung parisibèng/ wignyaning barang pakaryan/ sela krêsnardèng41) tirta/
kapan sun bisa kêtêmu/ lan si manis ing Ngastina//
25. Saron gung tinut ing gêndhing/ antara wuryaning mina/ mung sakêpriye
polahe/ janma tanbuh ing asmara/ pamurih wus sanyata/ adate sang
rêsmining rum/ tan kêna pisah42) sadhela//
26. Ya ta wau sri bupati/ èngêt kondur mring puranya/ nimbali patihe karo43)/
wastane ingkang taruna/ pun Gajah Antisura/ jêjuluke ingkang44) sêpuh/
Patih Gajah Satrutapa//
27. Kalihe manjing jro puri/ sumiwi ngarsa narendra/ angandika sang akatong/
hèh Satrutapa wruhanta/ karo sun piji padha/ sirnakna wiyoganingsun/
susah kêmbanging palastra//
39) D. ngunguning. 40) B. osiking driya. C. udayaning driya. 41) B=C. krêsna nèng. 42) B. misah 43) B. kabèh 44) C. kakang
xiv
xiv
28. Nêmbah matur kyana patih/ pukulun jêng srinarendra/ paran purwa
wiyogane/ manawi pun Satrutapa/ sagêd amulyakêna/ angandika sang
aprabu/ sungkawèngsun anglêngkara//
29. Patih tuwa matur malih/ jêmak45) panjênêngan nata/ pae lawan kawulane/
ing sabarange bineda/ yèn wong agung supêna/ minangka sasmita tuhu/
kang kalingling jroning nendra//
30. Wahanane anampèli/ kalamun abdi paduka/ yèn tilêm ngorok sumênggor/
supênane kalayaban46)/ margi47) [kèhing panggagas]47)/ wahanane 48)[sêling
sambut]48)/ 49)[têbih dhatênging sasmita]49)//
31. Ya ta wau sri-[5]bupati/ myarsa turing patih tuwa/ kadya binerat susahe/
ngandika srinaranata/ hèh bapa wruhanira/ ing ratri goningsun turu/
ngimpi rabi putri endah//
32. Panêngran Lêksmanawati/ putrining natèng50) Ngastina/ tanah Jawa
laladane/ bapa tan mantra supêna/ kadi yêktine51) krama/ ing
satanginingsun turu/ kongsi ana sêtêngah jam//
33. Sih katon lungguh sumandhing/ sun punggêl ing karsaningwang/ sun
jukuk ing rose bae/ impèn sun gawe sanyata/ lamun sun tan mêngkuwa/
kang dêlongèh jroning turu/ sêsotyaning wong Ngastina//
45) B=D. jêmaka 46) B. anglêmpara 47)47) b.d.B. A=C=D. kathah panggaglak. 48)48) b.d.B. A=C=D. tampi sambuk. 49)49) b.d.B. A=C=D. miwah malbèng pakunjaran. 50) B. katong 51) B. yêktining
xv
xv
34. 52)Pratignyaningsun52) ngêmasi/ urip tan kinumpul lawan/ bojoku wong
dlongèh-dlongèh53)/ sun tan bisa nanggulanga/ karsèngsun daya-daya/
wurung rabi sida lampus/ wirang yèn tan kalakona//
35. Satrutapa karsa mami/ sun kêpung praja Ngastina/ supaya girisa tyase/
sang aprabu ing Ngastina/ mangsa sandhanga lima/ patih tuwa nêmbah
matur/ dhuh gusti jêng srinarendra//
36. Kamipurune kang abdi/ umatur ing jêng paduka/ saking katrêsnan54)
èstune/ botên umatur nyênyamah/ mojar nèng55) srinarendra/ èstu paduka
sang prabu/ ratu punjul tri bawana//
37. Sintên ingkang animbangi56)/ kaprawiraning ayuda/ tuhu 57)yèn ratu57)
kinaot/ marma kathah kang pra raja/ nungkul tan sarana prang/
58)nglêlabêt-labêting enu58)/ tumêrah ing padukendra//
38. Gunggunging kang pra maharsi/ sakawit rama paduka/ tumêrah dalah
samang-[6]ke/ tan kenging yèn winicara/ 59)manggung mangayubagya59)/
punika gusti sang prabu/ wit rêrasaning pra arja//
39. Dibya prawiraning janmi/ kang sagêd nênuba wana/ ngêlêbi bantala
bakwe/ yêkti sor lan tyas raharja/ sih ing rat paramarta/ punika dibya
linuhung60)/ miwah rinangkêpan wiyar//
52)52) C. pratignyanira 53) B. dhewe 54) C. trêsnaning 55) C. sêjane 56) C. nimbangi 57) D. ratu yèn. 58)58) B. nglanglabêt-labêting dangu. C. nglalabêti ênu-ênu. 59)59) B. mung anggung ngayubagya 60) B. linuhur
xvi
xvi
40. Basan wiyar amriksani/ lêlabuhaning dumadya/ tan mung manusa èstune/
nadyan kewan walang taga/ yèn sampun kinawruhan/ saèstunipun61)
piturut/ tur botên saking62) rêkasa//
41. Ya ta wau sribupati/ myarsa turing patih tuwa/ sakala63) kanggêg driyane/
poma robing kang budaya64)/ Ki Tuwa Satrutapa/ 65)pama Setu Banda
Layu65)/ ngandheg isining66) samodra//
42. Mangka bèr anganan ngering/ nêlêsi ing kyana patya/ kya67) patih maju68)
ature/ dhuh gusti srimaharaja/ wontên dayaning driya/ ing karsa murih
lêstantun/ prayoga ucaping praja//
43. Lan wontên kirata69) malih/ traping arsa jatu krama/ sinangkan wicara70)
asor/ sanadyan trahing ngawirya/ mangka mrih trahing pidak/ kêdah miluta
ing ngayun/ supadyantuka ing karya//
44. Kawula miyarsa warti/ praja71) Ngastina kancikan/ pandhita sabrang
sangkane/ saking ing Ngatasmaruta/ putra Sri Baratmadya/ jêjulukira sang
wiku/ wasta Dhahyang Kumbayana//
45. Yèn ing sabrang tanpa tandhing/ ngratoni para pandhita/ 72)binapa guru
sakèh72) wong/ duk swargi rama paduka/ Sang Prabu Suryabrata/ puruhita
mring sang wiku/ Nata Rêsi [7] Baratmadya//
61) C. saèstune dèn 62) D. mawi 63) C. kalangkung 64) C. sadaya 65)65) B. pamane Ubanda Layu. 66) B. ilining. (dsl.) 67) B=C. ki 68) C. laju 69) C. rèrekan. D. kerata 70) D. wacana 71) D. nagri 72)72) B. pra beda lan sakèhing.
xvii
xvii
46. Rama paduka sang aji/ pinutra sinaudara/ lir nunggil73) bibi esthane/ lan
Sang Wiku Kumbayana/ saking pamyarsa kula/ nèng Ngastina ginaguru/
binapa mring srinarendra//
47. Obah osiking nagari/ mijil saking sang pandhita/ barang sang nata karsane/
mawi nantun têtarosan/ yèn sang wiku tan rêna/ sinalinan sêkaripun/
karêm ing sinom logondhang//
II. S I N O M 1. Dhuh gusti srimaharaja/ ing karya mamrih prayogi/ winawang lampahing
praja/ tan pae margining warih/ karya enggal lêstari1)/ lahar lêbak
marginipun/ pêpundhung tan tinrajang/ pae tingkahing sujanmi/ darbe reka
tuwin darbe pamriyoga//
2. Ewadene ingkang tirta/ lampahe têmah lêstari/ dumugi ingkang sinêdya/
makatêna sribupati/ prayogi saking aris/ purwa wasana2) rahayu/ yèn lir
karsa paduka/ ingangkah sangkaning jurit/ anjawine yèn tan kenging
[pinrayoga]3)//
3. Marma paduka sowana/ mring ramanta sang maharsi/ kang dêdunung
Sokalima/ ambêktaa bulu bêkti/ kaputrèn ingkang adi/ tumrapa mring sang
rêtnayu/ lan brana guru bakal/ miwah dêdamêling jurit/ kang prayoga
wêdalan nagri Gumiwang//
73) B. nunggal 1) C. lastari 2) C. wusana 3) b.d. B,C,D. A. pinaryoga
4. Dwiradha4) turangga rata/ kang pantês katur sang aji/ punika gusti
prayoga/ tan karya susahing abdi/ kenging sang raja putri/ adat [8] ing
xviii
xviii
karsa 5)sring lulus5)/ ngemana wadya tuwan/ sampun dumèh guna sêkti/
yèn sêsami-sami titahing jawata//
5. 6)Angamungakên6) Gumiwang/ kang sinèrèn guna sêkti/ tan beda liyaning
praja/ 7)ingkang sami7) guna sêkti/ yèn praja8) tanah Jawi/ malah kasusrèng
jana gung/ pangungsèning aguna/ kêdhunging puja sêmèdi/ ulêkaning
ngalêmpak nèng tanah Jawa//
6. Sêktining [tiyang]9) Gumiwang/ prasasat toyaning kali/ miwah toyaning
bangawan/ sadaya malbèng jaladri/ tan 10)lyan ing10) tanah Jawi/ ingkang
mangka samudra gung/ jêr Hyang Wisnu Bathara/ dumunung ing nuswa
Jawi/ upamine pawaka wadya11) Gumiwang//
7. Kang ngrêksa ing 12)pra jawata12)/ Sang Bathara Wisanggêni/ nênggih
Sang Bathara Brahma/ yèn maruta ingkang abdi/ ratuning angin-angin/
dumunung Bathara Bayu/ mangkya wus anèng Jawa/ prabuning prawira
sêkti/ wus kinumpul ngêratu nèng13) Batharendra//
4) B. dirada (dsl.) 5)5) C. sri lulut. 6)6) B. angamungkên ing. 7)7) D. kang sinèrèn. 8) B. nagri 9) b.d. B. A=D. tanah 10)10) B. liyan 11) B. nagri 12)12) C. para jawata. D. praja jawa. 13) B. mring
8. Lêlajêr ing tanah Jawa/ pinutra Hyang Surapati/ ing pundi margane jaya/
prasasat mandêng Hyang Rawi/ kalamun sribupati/ tan dhaharing atur
xix
xix
ulun/ kados yèn kalampahan/ padukantuk margi gampil/ srinarendra alon
wijiling wacana//
9. Iya bapa sun tarima/ pamrayogamu mring mami/ hèh Apatih Antisura/
undhangna sakèh bupati/ kêrigên ywa14) na kari/ tanapi 15)prajurit
ingsun15)/ gêgaman dènsamêkta/ sira manjinga jro puri/ kalumpukna
kabèh brana ing Gumiwang//
10. Andhungan gêgamaning [9] prang/ kang padha 16)linuwih-luwih16)/
kumpulna ge dèn samapta17)/ kang bakal katur rama ji/ raja kaputrèn adi/
bakal agême sang ayu/ ruktinên gêndhaga mas/ rata titihan rama ji/
pangiride turangga ingkang prayoga//
11. Busananing kang turangga/ pisungsung Ratu Sarwanti/ buntêlên baludru
pita/ lan gajah Si Pamugari/ saplanane ywa kari/ rakitên wuwuhên bagus/
sêrati18) Ratu Mlawa/ kang wus19) wruh têkoning20) hèsthi/ parentaha
sarupane bocah buta//
14) C. ya 15)15) C=D prajuritipun 16)16) C=D luwih-linuwh 17) B. samêkta (dsl.) 18) B. sarating 19) B=C. wis 20) B. têngkoning.
12. Ing laku kaparêng21) wuntat/ ywa karya kagèting janmi/ sesuk samangsa
samêkta/ tatanên lakuning baris/ aja numpang tumindhih/ sirêping karsa
xx
xx
sang prabu/ Dyan Patih Satrutapa/ bukuh umatur sang aji/ dhuh dewaji
wontên malih tur kawula//
13. Yèn ngancik têpining praja/ kèndêla ing sawêtawis/ padukènggal utusana/
tur uninga ing sang yogi/ yèn wus kapriksan dening/ ramanta sang
mahawiku/ manggèning pamrayoga22)/ saèstu saking sang rêsi/ kados
botên sang wiku karya sangsara//
14. Mèsêm sang nata ngandika/ sangsaya bolong tyas mami/ yèn mangkono
sira bapa/ milua ing karya mami/ yèn arjaning pênggalih23)/ sira dhewe
kang sun utus/ 24)marga sang apandhita24)/ wis kulina ing sirèki/ dadi nora
pinaido lakuning wang//
15. Kya patih matur sandika/ wus kondur sri narapati/ sadalu datanpa nendra/
ketang aturing25) apatih26)/ pisung-[10]sung pinaranti/ kang badhe katur
sang ayu/ ingasta juga-juga/ sinawang liniling-liling27)/ gung sinabda lir
brêmara nguswa28) sêkar//
21) C. kaperang 22) B=C. pamriyoga 23) B. lumaris 24)24) C. amarga sang pandhita. 25) C. ature 26) B. ki patih. 27)27) B=D. liningling 28) C. ngisêp
16. Jêjimate wong Gumiwang/ agêmên pisungsung mami/ sêsupe maniking
toya/ anggonên dariji manis/ sêngkang seta bang wilis/ sangsangna
xxi
xxi
mênawa patut/ sêndarining kukila/ 29)sêsawi tinraping29) nagri/ sun
sawange dhewe gusti warnanira//
17. Kunêng wau srinarendra/ sadalu 30)tan antuk30) guling/ pijêr31) ngrungrum
mriyêmbada/ raja kaputrèn liniling32) / anggung 33)ingarih-arih33)/
pinindha-pindha sang ayu/ èngêt srinaranata/ myarsa swaraning kang
pêksi/ putêr seta srigunting kuthilang prênjak//
18. 34)Pan mèh rahina34) sêmu bang/ surya nèng pucaking wukir/ ujwalèng ron
maya-maya/ pindha rêtnaning hèr gêni/ mijil [saking]35) botrawi/ 36)myat
ing mina runtung-runtung36)/ molah agêbyar-gêbyar/ kataman ujwalèng
rawi/ srinarendra kacaryan miyat ing mina//
19. Anggung37) dènnya angudrasa/ dhuh intêne wong sabumi/ myata
rêsmining kang mina/ anganti sihira yayi/ marma gung marêpêki/ satêmah
mangsa lêlumut/ lah gusti sêbarana/ bêrondong dimène bukti/ sinasambi38)
sang nata ngundhuh puspita//
29)29) B. sêsawining nraping. 30)30) B. tan pantuk. 31) C. pijêng 32) B=D liningling 33)33) C.ingasih-asih 34)34) D. mèh rahina pan. 35) b.d. D. A,B,C. maring 36) B=D. myat ingkang mina ngruruntung. C. myat ing mina angruruntung. 37) C=D. agung 38) B=C. sinambi
20. Ana kang anjali seta/ mêgar gandane nêlahi/ ratuning wangi sadonya/
ngalumpuk mring wida putih/ pinêthik tinatinggil/ ingèsêman sêpêt madu/
xxii
xxii
anggung dènnya nêmbrama/ adhuh mirah ingsun gusti/ sangsangêna kang
sêkar anjali seta//
21. Kunêng ga-[11]ntya kawuwusa/ Kusuma Suryadiwati/ marpêki39) gyaning
sang nata/ umatur saha wor tangis/ 40)èngêta kakang Aji40)/ amicara kang
buh-êmbuh/ tan nganti pitung kêcap/ gyanira matur sang aji/ angêting tyas
41) sigra rinangkul sang retna41)//
22. Rara42) sira adandana/ sun gawa suwita maring/ jêng sinuhun ing
Ngastina/ têlatah ing nuswa43) Jawi/ ratu pawira sêkti/ dhasar bisa dadi
dhukun/ nambani wong kedanan/ pasthi bisa gêlis mari/ saranane putrane
ingkang wanodya//
23. Ayu punjul sêsamèng dyah/ jêjuluk Lêksmanawati/ kasusra gung
sinuwitan/ ing narendra manca bumi/ matur sang raja dèwi/ jampine dene
kumênyus/ têmbe kula kènginga/ dhêdhèrèk tumut pêpilis/ sokur angsal
jêjampi atising44) badan//
24. Sang nata sampun busana/ sakapraboning narpati/ mijil saking prabarêtna/
tan pisah lawan sang dèwi/ orêg sagung kang nangkil/ mèt papan sajuru-
juru/ gumrah swaraning bala/ kadya trunaning udadi/ asrang sinrang
gumulung agêgolongan/
39) C. mrêpêki 40)40) B. èngêta rama aji. D. dhuh èngêta rama ji. 41)41) B=D. sigra rinangkul kang putra. 42) B. mrara B. lara 43) B. nusa D. nungsa 44) C. tatasing D. angêting
25. Patih Gajah Satrutapa/ mangka panganjuring jurit/ angrèh madya ing
amanca/ dlêdêg lir ilining warih/ banderanira wilis/ aciri putri manêkung/
xxiii
xxiii
ing wuri gêgotongan/ pisungsung gêgaman jurit/ kinothakan tinêngran
warnaning gaman//
26. Kang isi rêtna busana/ dèncèt pi-[12]narada kuning/ 45)tinulis araning
brana45)/ ginotong (wong)46) manca bumi/ 47)gamelan kang nambungi47)/
48)pelog muni ladrang mandu48)/ priyayi langên praja/ ngêlik nèng jroning
bêdhati/ kadya pêksi cintaka sumêlêt rênyah//
27. Têlas ingkang langên praja/ prajurit jro kang nambungi/ kang samya
wahana kuda/ têtindhih para bupati/ longkang-longkang dèn goni/ naracak
gêgaman ganjur/ jêjèbèng49) sang arêtna/ sarta busana sarwi brit/ yèn
dinulu kadya kang wana kawlagar//
28. Pinilih wayahing janma/ kang lagya nêdhêng birahi/ samya50) brêngos
kêkêtugan/ solahe lir jayèng jurit/ ing wuri kang nambungi/ patih anom
gêng aluhur/ ran51) Gajah Antisura/ sêmbada wahana hèsthi/ anindhihi
sakèhing prajurit dharat//
45)45) tb. C. 46)46) C. gamêlan ingkang nambungi. 47)47) C. pelog muni barungi. 48)48) C. swaranira amangungkung. 49) C=D. jèbènge 50) D. sami. 51) C. lan
29. Watara mung sangang lêksa/ ing wuri srinarapati/ munggèng rata nawa
rêtna/ jajar lan sang rêtnèng puri/ tinon kadi pênganti/ anggêbêl kang
xxiv
xxiv
miyat nglurung/ sawênèh ana nyakra/ yèn akrama sribupati/ baya iki
pangarake srinarendra//
30. 52) Wusnya budhal srinarendra52)/ ing wuri wadya kapilih/ bagus tur
maksih taruna/ kang sinandhang mung jêmparing/ garêbêg rata rukmi/
busanane abra murub/ lir panjrahing puspita/ tinon sêmune nglangêni53)/
kapara doh untabing bala54) raksasa//
31. Yeku buta têtêlukan/ prajane ing Jongbi-[13]raji/ rajane55) pan wus
palastra/ aran Prabu Kalamurti/ anake kang gumanti/ aran Raja
Kalamrêcu/ bala tanpa wilangan/ ing laku kinon mungkasi/ gora godha
lampahing bala raksasa//
32. 56)Ana jungkir56) jumpalikan/ wênèh jêngking ngolang-ngaling/ kang
prawira ngundha-undha/ 57)tinadhahan lawan57) gigir/ miwah kang main
bindhi/ gêgêntèn pukul-pinukul/ yêksa lit turut jurang/ ingkang jro
banyune mili/ alêlangèn silulup ngupaya mina//
52)52) B. swusnya budal sang nata. 53)53) C. ngangêni. 54) C. wadya. 55) C. ratune. 56)56) C. ajêjungkir. 57)57) B. sami tinadhahan.
33. Nêngna budhale sang nata/ ucape kawula kari/ jalwèstri angudarasa/ ing
karyane sribupati/ akèh sandeyèng ati/ marma bingung ting bilulung/
xxv
xxv
wuwusên Satrutapa/ ing 58)mangka laku58) pangarsi/ tan kawarna lampahe
sukaning59) marga//
34. Mèh ngambah têpining praja/ wus kèndêl cucuking baris/ kyana patih
miyak wadya/ mêrpêki rataning gusti/ sêrati angèndêli/ kya patih ambuka
pintu/ sang nata 60)mèsêm mangwang60)/ Satrutapa matur aris/ dhuh dewaji
ing mangke lampah paduka//
35. Mèh ngancik praja Ngastina/ yèn parêng karsaning gusti/ prayoga
kinèndêlana/ lan malih papan prayugi/ wana tur pêrak kali/ karya
pasanggrahan agung/ gampil ngupaya boja/ lan sintên karsaning gusti/
ingkang utus malbèng dhukuh Sokalima//
36. Angandika srinarendra/ bapa ywa tanggung ing kardi/ sira dhewe
lumakua/ sebaa mring sang maharsi/ matur-[14]a karya mami/ prayoganên
ing aturmu/ sun bodho maring61) sira/ salining têmbang kang bêcik/
lumungsurèng sinom kinanthi saosna//
58)58) B. laku mangka. 59) C. suraning 60)60) B. mèsêm mawang. C. mesês mangwang. 61) B. marang (dsl.)
III. KINANTHI
xxvi
xxvi
1. 1){Kyana patih}1) sêmbah mundur/ praptaninggon sung2) udani/ karyane
malêbèng3) praja/ mring pangarsane prajurit/ mangkana wus tilar kuda/
mung sêkawan kang tutwuri//
2. Kunêng wuwusên sang prabu/ saungkure kyana patih/ nimbali mantri
Prameya/ desa kinon angidêri/ nyêbar danane sang nata/ supayelang
sanggarunggi//
3. Kang5) ngubêngi catur wadu/ warata wong desa pinggir/ danane sri-
naranata/ wuwusên rêkyana patih/ tan pêgat pamurihing tyas/ ing laku
aywa ngagèti//
4. Kunêng patih mèh tumanduk/ ing dhukuhe6) sang maharsi/ nahan kang
nèng Sokalima/ Rêksi Baratmadyasiwi/ pinarak nèng pacrabakan/ lan
garwa Dèwi Karpini//
5. Lan ipenira Sang Wiku/ Karpa Sang Suwedasiwi/ miwah Bambang
Aswatama/ cinarita sang maharsi/ lagya mundur 7)[saking pura]7)/ 8)ing
dhatu Ngastina puri8)//
1) # A,B,C,D. Kya patih tur 2) D. tur. 3) D. lumêbèng. 4) B. kên. C. kêng. 5) B. ngêgèti. 6) B. dhepoke. 7)7) b.d. B. A,B,C. king kadatyan 8)8) B. praptèng dhepok sang wa linggih.
xxvii
xxvii
6. Pamêlêngan gyan mangumpul/ karsane srinarapati/ 9)sagung kang9) pra
kamituwa/ yèn dalu nungku sêmèdi/ lumakyèng karsa narendra/ ngandika
Durna maharsi//
7. Mring Sang Waranggana sunu/ kulup sira sun jarwani/ kang padha nèng
pamêlêngan/ anutug kongsi sawêngi/ panêmbahan [15] ing Talkandha/
twin10) Sang Wiku Banakêling//
8. Wit karsaning nata wiku/ ambêbangus marang siwi/ nanging rinangkêpan
wulang/ umatur sang wiku siwi/ kang pundi karsa narendra/ marma
subrata kapati//
9. Ngandika malih sang wiku/ marma kulup sun arani/ pangasah ngiras
pangampah/ sêmune liru10) ing galih/ andikaning mring kang putra/
sarirane mêmijèni12)//
10. Ginalih 13)wus anèng13) pungkur/ seje ingkang mikantuki14)/ [pinurih]15)
pinêsu dahat/ sirnane ingkang kalilip/ mijila sihing jawata/ brasthaning
rêncaking galih//
11. Ing sirnane kang pra ripu16)/ mijila lyaning17) narpati/ sumambung Sang
Harya Karpa/ dhuh panêmbahaning mami/ botên kadosa sang nata/
paribasan mungal-mungil//
9)9) D. ing sagung. 10) B. myang. 11) C=D. kliru. 12) C=D. amijèni. 13)13) C=D anèng. 14) B.angênèni. 15) b.d. C. A,B,D. pamurih. 16) B. tripu.
17) C. tyasing.
xxviii
xxviii
12. Yèn sampuna sang aprabu/ winastan hardèng pamêlik/ ing mangkya18) jrih
mastanana19)/ sang wiku alon dènnya ngling/ umpama wong 20)brangta
mring dyah20)/ ing sêdya rada mêraki//
13. Winarna langêning wiku/ manyura mencok 21)pang wriwrin21)/ munya
yayah asasmita/ adat 22)mrak yèn22) wanti-wanti/ panguwuhe bèn asaban/
wontên kang sujamna prapti//
14. Ya ta sang pandhita muwus/ mring putra sang wiku siwi/ kulup pariksanên
jaba/ manawa na janma23) prapti/ sanadyan iku kukila/ jêr24) kêna yèn
dititèni//
15. Ing samangsa 25)[kêrêp ngungkung]25)/ yèn rina dhayoh kang prapti/ [16]
yèn bêngi klêbon dursila/ Bambang Swatama wus mijil/ dyan
mangwang26) kang nèng sor wrêksa/ wong lima 27)[marbukuh linggih]27)//
16. Sigra pinarpêkan [gupuh]28)/ Swatama têtanya aris/ pundi wismane ki
sanak/ miwah kang sinêdyèng galih/ kang tinanya rum mangrêpa/ umatur
29) [saha wor manis]29)//
17. Kawula tiyang martamu/ ing sabrang sananing abdi/ saking30) Nagari
Gumiwang/ cinundakèng mring sang aji/ kang ngrênggani ing Gumiwang/
bêbisikirèng narpati//
18) C. mangka. 19) C. mêstanana. 20)20) C. brata mari dyah. 21) B. pang wringin . C. waringin. 22)22) D. mêrak. 23) D. jalma.
24) B. jêg. 25)25) b.d. D. A,B,C. krêp nyangungung. 26) B. mawang. 27)27) b.d C. A,B,C. bukuh alinggih. 28) b.d. C. A,B,C. uwus. 29)29) b,d. B. A,C,D. sah wor mêmanis (dsl.). 30) D. sangking.
xxix
xxix
18. Suryaanggana Sang Prabu/ kunêng kang tanya ing Jawi/ sang maharsi
ngungak-ungak/ myat sang tamu wus kaèksi/ ana karasa ing driya/ ing
solah katamèng galih//
19. Ing tyas mangu kadung-kadung/ gajêg supe gajêg eling/ osik 31)jroning
wardayanya31)/ sun sêsawure ta dingin/ yèn têmên panabdaningwang/
kang pasthi gêlêm nauri//
20. Ya ta Ki Apatih Satru-/ tapa sadangunirèki/ tansah tumungkul kewala/
sadhela tumênging nginggil/ ing solah bawa tan samar/ mung warna
salangkung salin//
21. 32)Satêmah ing driya32) kadung/ tansah osik jroning galih33)/ sapa wonge
kang wania/ solah-solah ngwangun34) panti/ ya ta Durna sru manabda/ hèh
Satrutapa sirèki//
22. Baya ta lali maring sun/ layak bae sira pangling/ jêr 35)dhèwèk iki35) wis
[17] tuwa/ lawas tan têmu sirèki/ kyana patih duk miyarsa/ tan saranta
malayoni//
23. Ambruk sumungkêm ing suku/ alara36) dènira nangis/ ciptaning tyas kyana
patya/ èngêt gustine kang lalis/ Sang Aprabu Suryabrata/ kang siniswa
sang maharsi//
31)31) B. sajroning wardaya. 32)32) D. tansah ing driya dung kadung. 33) B. ati. 34) B. wangun. 35)35) B. dhèwèkeki. 36) C. kalara.
xxx
xxx
24. {Baratwaja}37) 38)nata wiku38)/ marma sru rêkyana patih/ karuna nungkêmi
pada/ alara39) dènira nangis/ Druna nglut dadya40) karuna/ Ki Luhanti Sura
Patih//
25. Purnane ing galihipun/ wus rakit dènira linggih/ angling Dahyang
Kumbayana/ hèh patih paran sirèki/ basuki ing praptanira/ ora nyana
ingsun iki//
26. Katêmu lawan41) sirèku/ umatur rêkyana patih/ pukulun sang pinandhita/
pangèstu paduka gusti/ dene sagêd asêmewa/ ing ngarsa sang narpa siwi//
27. Ngandika malih sang wiku/ gustinira anak aji/ apata padha raharja/
mangkana rêkyana patih/ myarsa sabdane42) wakendra/ sumungkêm pada
anangis//
28. Lir wadon panjritira sru/ Durna ngartika ing galih/ nahan sirêping karuna/
Satrutapa matur aris/ rayi paduka sang nata/ sampun lami dènnya lalis//
29. Antawis sêwulan taun/ putra paduka sang aji/ konduripun mring
kamuksan/ wayah paduka gumanti/ mangrênggani ing Gumiwang/
pangèstu paduka gusti//
30. Tan wontên ingkang barênjul/ [18] punggawa samya ngastuti/ nadyan abdi
manca praja/ sadaya samya43) sumiwi/ tuwin sagung yêksa tawan/
mangayubagya ing gusti//
36) # A,B,C,D. Baratmadya. 38)38) C. sang awiku. 39) C. kalara. 40) B=C kadya. 41) C. marang. 42) B. sabda sang. 43) B. sami.
xxxi
xxxi
31. Nalika jumênêngipun/ wayah paduka sang aji/ putra paduka ing Mlaka/
Sang Prabu Jayadimurti/ kang umadêgkên narendra/ lan kawula angalihi//
32. Wusing ngastuti pra wadu/ kawula nyuwun lumingsir44)/ kang kinarsakkèn
gumantya/ mangka patihing sang aji/ anak kawula pun Gajah/ Antisura
kang kinapti//
33. Rèhning kawula wus45) sêpuh/ nanging kalilan nuntuni/ ngandika
Bêgawan Durna/ tan kayaa anak aji/ sêming bapa mring jêng rama/
kanyatanane nandhani//
34. Gurune kondur mring dunung/ tan lawas nuli nututi/ akèh siswane jêng
rama/ tan kaya mring anak aji/ krêp sinawung ing wacana/ Satrutapa
matur manis//
35. Sedaning gusti sang wiku/ sintên mangke kang gumanti/ ngrênggani
Atasmaruta/ Dahyang Kumbayana angling/ o yayi ora kayaa/ sun dhewe
ingkang karya tis//
36. Nalika sugêng sang wiku/ ingsun kinèn gumantya ji/ lan nambut asilèng46)
krama/ sun sugal tan mituruti/ têmah anis tinggal praja/ jêng rama dhahat
sêmu runtik//
37. * Jêng rama tumamèng dhatu/ arda gone asêmèdi/ sanalika muksa
mengkrat/ sirna Praja Ngatasangin/ purna 47)jurang gunung47) alas/ sun
iki kêtaman runtik// *
44) C. gumingsir. 45) C. pun. 46) C. susilèng. 47)47) B. gunung jurang. * * Bait 37 tidak terdapat pada naskah C.
xxxii
xxxii
38. Kya patih ma-[19]tur nalabung/ ing wuwus lir mêmêgati/ mangkana ing
aturira/ gusti Sang Tanaya Rêsi/ sowan kawulèng paduka/ ingutus maring
jêng gusti//
39. Wayah paduka sang prabu/ ing Gumiwang Sribupati/ Narpati
Suryaanggana/ yèn parêng ing karsa gusti/ wayah paduka sang nata/
kenginga lajêng sumiwi//
40. Ing jêng paduka sang wiku/ ing karya arsa minta sih/ mangkya48) nèng
têpining praja/ marma kèndêl sribupati/ anganti lampah kawula/ kang
dinuta tur udani//
41. Kalamun èstu saharju/ ing galih paduka gusti/ wayah padukèstu sowan/
yèn paduka tan marêngi/ sayêkti wangsul kewala/ mung nênuwun ingkang
mugi//
42. Dohna dukaning sang wiku/ lêpata ing tulah sarik/ mandar aparinga
mulya/ ing pangèstu sang maharsi/ ngrênggani Praja Gumiwang/ ya ta
Kumbayana Rêsi//
43. Miyarsa gumujêng guguk/ monyor-monyor 49)dènira ngling49)/ adhuh
putuku kêbapan/ ngandika matur50) sang yogi/ mring putra Sang
Aswatama/ papagên sutamu kaki//
48) B. mangke. 49)49) C. dènnya angling. 50) B. malih (dsl).
xxxiii
xxxiii
44. Barênga lan pamanamu/ Si51) Patih Satrutawèsthi/ kang liningan samya
linggar/ kunêng52) Karpa lan Karpini/ siyaga badhe pamboja/ wong
sadhukuh53) amiranti//
45. Kunêng kang siyagèng wangun/ wuwusên srinarapati/ Sang Aprabu
Suryanggana/ 54)kang kêkuwu54) jaban nagri/ karya kutha pacangkraman/
[20] sanega para bupati//
46. Lan na karya tarub agung/ pasewakan wus miranti/ ngiras kinarya bujana/
karênan tyasnya sang aji/ banjêng wismaning bupatya/ ngubêngi
prabaning aji//
47. Mung rasêksa wil myang55) diyu/ bale nèng pinggiring kali/ mèt papan56)
cêlak wanarga/ sabên dina dènlanglangi/ kang57) karya rusuhing tingkah/
winasesa dènpatèni//
48. Tan wus karsane sang prabu/ nyêbar dana sabên ari/ lulut sih wong
padêdesan/ wong desa doh samya prapti/ dodol laris kadi pasar/ têmbange
salin rêncasih//
51) B. Ki. 52) B. nahan. C. ya ta. 53) B. sapuluh. 54)54) D. kêkuwuning. 55) D. lan. 56) B. papat. 57) B=C. sung.
xxxiv
xxxiv
IV. DHANDHANGGULA
1. Wus misuwur mring jroning nagari/ 1)lamun ing Dhukuhan1) Sokalima/
katêkan ing ratu gêdhe/ sabrang prajanira gung/ ing Gumiwang araning
nagri/ jêjuluk Suryanggana/ praptane kumudu/ 2)puruhitèng Dahyang2)
Druna/ wus akarya kutha gung winangun asri/ layak durung kapirsan3)//
2. Kèh panarkane kawula cilik/ wênèh-wênèh bêcik miwah ala/ suwe-suwe
kèh bêcike/ lan ana critèng pungkur/ pagêdhongan lamun sang aji/
Srimaha Duryudana/ wus myarsa kalamun/ ana narendra gung prapta/
4)lan anjujug asramanya sang4) maharsi/ ing Dhukuh Sokalima//
3. Lan wus nyundaka srinarapati/ nalika mantri lumaksana/ bali katur
sasolahe/ kunêng wau sang prabu/ animbali Rêsi Sapyani5)/ prapta ing
pamêlêngan/ [21] ngandika sang prabu/ paman Sapwani andika/ lumakua
6)kapanggiha bapa6) rêsi/ mring7) Dhukuh Sokalima//
4. Pakênira têmua pribadi/ paran nyatane ingkang pawarta/ yèn Bapa Durna
samangke/ katamuan ratya gung/ têka sabrang paraning kapti/ anggawa
bala wendran/ paman karsaningsun/ kalamun sang nata sabrang/ ing
têkane kudua mêmitra bêcik/ manira arêp tampa//
1)1) B. kalamun ing dhukuh. C. lamun padhukuhan. 2)2) D. puruhita Hyang. 3) D kapriksan. 4)4) C. mangkya arsa anjujug risang. 5) B. Sapwani (dsl.). 6)6) D. kapanggih ing paman. 7) D. ing.
xxxv
xxxv
5. Lamun karêpe ratu kang prapti/ kumudua angayoni prang/ manira suguh
yêktine/ ya ta wau sang wiku/ 8)duk miyarsa8) sabdaning aji/ mèsêm lan
aturira/ adhuh sang sinuhun/ paranta karsa paduka/ tan saranta kasêsa
punapa9) kardi/ nir driya paramarta//
6. Kirang sarèh kaecalan yêkti/ kaprawiran utamaning yuda/ kêdah awas10)
pamawase/ mangka ratu kang rawuh/ wus sinêdya amangun jurit/
sanadyan dawêg11) prapta/ ing karya wus dinum/ duk angkate saking praja/
wus miranti [ing upakartining]12) jurit/ tan kadi jêng paduka//
7. Têka gugup kudu ngajak jurit/ waos taksih13) sumladhang 14)nèng
plangkan14)/ punapa tinandukake15)/ dhuh anggèr jêng16) sinuhun/
katêlanjur pun bapa yêkti/ kamipurun nyênyampah/ ing karsa sang prabu/
taha lamun amêjana/ ing kadibyan paduka sêktining jurit/ matur saking
gêng trisna//
8. Jêng paduka ratya gêng linuwih/ tur siniwi [22] para raja-raja/ sor dhampar
tanpa sêlane/ santana prawira nung/ wus kasusra ing manca nagri/ wil diyu
myang17) [rasêksa]18)/ sumiwa sang prabu/ 19)tri bawana jêng paduka19)/
20)jêng paduka ratu kêkasihing widhi20)/ bêg darma paramarta//
8)8) B. dupi myarsa. (dsl.). 9) D. pan tanpa. 10) B=C. putus. 11)11) B=C. nêmbe. 12)12) b.d. D. A. sapalakartining. B=C. ing sapakartining. 13) C. maksih. 14)14) B. palangkan. C=D. kang plangkan. 15) B. pinandukake (dsl.). 16) D. sang. 17) D. lan. 18) b.d. B,C,D. A. raksêsa. 19)19) C=D. kawentar ing tri bawana. 20)20) B. ratu agung jinurungan bathara ji.
xxxvi
xxxvi
9. Rayi paduka Kurawa sami/ asih lulut ambapa narendra/ paran manggung
landeyane21)/ ing pundi marginipun/ yèn paduka dèrènga myarsi/
dhatênging22) nata sabrang/ sayêkti aluhung/ enggal paringa sêsêgah/ kang
prayoga 23)kautamèning miranti23)/ sênênging pasanggrahan//
10. Kawistara 24)santosaning galih24)/ raharjèng25) tyas mrih amigêna/ punika
nggèr sayêktine/ lan malih jêng sang prabu/ bok kêsupèn ing karsa
mamrih/ ngumpulkên prapandhita/ kinon amanêkung/ dene praptaning
narendra/ ing Gumiwang kabule kang pra maharsi/ jawata sung nugraha//
11. Miwah kathaha kang pra maharsi/ rama paduka ing Sokalima/ pinunjul26)
ing sêsamine/ punika yêktinipun/ duk miyarsa srinarapati/ sukèng tyas
ngayut asta-/ nira sang wiku/ ngandika kadya nêmbrama27)/ paman rêsi
katampèn ing asta kalih/ 28)sèwu lingga driyamba28)//
12. Manira wus tan bisa [mangsuli]29)/ inggih palimarma jêngandika/
kabyantan30) paman sabdane/ bêjane wong tinunggu/ 31)ing wong tuwa tan
nganggo wigih31)/ nanggulang hardaning tyas/ sèwu32)-sèwu untung/ yèn
boyaa pakênira/ kang pinuju kêtaman ing karsa mami/ dhuh [23] paman
punapa//
21) D. sandeyane. 22) D. dhatênge. 23)23) D. kautamèn amiranti. 24)24) D. raharjèng nagri. 25) D. santosèng. 26) D. pinujul. 27) C. nêmbrana. 28)28) C. linênggah ing driyanta. D. suwuk liya priyangga. 29) b.d C=D. A=B. ngangsuli. 30) D. kabyanta. 31)31) D. ing tuwa tan nganggo wêwigih (dsl.). 32)32) B. langkung
xxxvii
xxxvii
13. Ya ta wau Sri Duryadana ji/ animba ing Kya Patih Suman/ wus prapta
ngarsa sang rajèng33)/ ngandika sang prabu/ bapa patih sira wus myarsi/
yèn ana ratu prapta/ anggawa bala gung/ têka laladaning sabrang/ ing
Gumiwang jêjulukirèng Narpati/ Prabu Suryaanggana//
14. Ing samêngko bapa wus angancik/ nèng pasisir jujug Sokalima/ Kya Patih
alon ature/ sinuhun sang aprabu/ ingkang abdi sowan tur uninga/ kang 34)
paduka lir34) sabda/ paran ta pukulun/ pun bapa cumadhong karsa/
srinarendra 35)arum andikanira ris35)/ hèh paman Suman sira//
15. Sêsaosa36) sugata kang bêcik/ mêntah matêng miwah37) palakirna/ ing
Ngastina saanane/ 38)wong pikule nêm èwu38)/ anggawaa ingkang piranti/
lan nganggo tindhihana/ bupatine satus/ manganggoa pacangkraman/
wusnya têrang pangandikane sang aji/ wus lèngsèr kyana patya//
16. Nêngna dalu enjing39) kyana patih/ wus miranti sugata pikulan/ binusanan
mawarna kèh/ pradangga munyèng ngayun/ jinajaran bandera kuning/ ciri
[sarining]40) sêkar/ tinon lir kêkuwung/ gawok kang samya umiyat/ ing
rakita kantha-kanthaning lumaris/ lir sasrahan41) pikraman//
33) D. katong. 34)34) B=C. lir paduka.
35)35) C. rum ngandika manis. 36) D. asaosa. 37) B. tuwin (dsl.). 38)38) D. pikule wong nêmatus. 39) B. injing. 40) b.d. C. A,B,C. sarining. 41) C=D. pasrahan.
xxxviii
xxxviii
17. Enêngêna sugata lumaris/ kawuwusa Bambang Aswatama/ wus praptèng
pasanggrahane/ Sri Suryanggana Prabu/ patih tuwa juru basani/ panduking
karsa nata/ si-[24]gra sang aprabu/ mêdhun saking palênggahan/ wusnya
cakup-cinakup kang asta kalih/ 42)satata dènnya42) lênggah//
18. Aswatama maringakên gipih43)/ sabda mulya saking Dahyang Druna/ kèh
44)pêpuja pêpujine44)/ sang nata gupuh dhêku/ wus umijil sugata mili/
kahanan saking sabrang/ minuman rum-arum/ wusnya45) bujana sang nata/
wiku putra matur karyane tinuding/ dening sang yogiswara//
19. Gugup sang nata 46)ngundhangi aglis46)/ budhal saking pasanggrahanira/
mring Sokalima karsane/ nanging47) kang pra wadya gung/ tan kalilan48)
mèlu umanjing/ mung abdi kang kapêrak/ dharat lampahipun/ sang nata
wahana rata/ lan kang rayi Kusuma Suryadiwati/ katiga Aswatama//
20. Rêmên sang nata dènnya lumaris/ urut marga ngiras pagunêman/ antara
mèh prak lampahe/ mirêng pradangga umung49)/ dangu-dangu ana kaèksi/
wong mlaku arantaban/ mêmikul andulur/ akèh lêlayu sumêla/ kyana patih
utusan 50)mriksa lumaris50)/ lumaku gêgancangan//
42)42) B. satata tawenya. 43) D. idi. 44)44) B. pepudyèng raharjane. 45) B. wusing. 46)46) B. sigra ngundhangi. 47) C. ananging. 48) B=C. linila. 49) C. umyung. 50)50) D. mariksa aglis.
xxxix
xxxix
21. Wus kapanggih bupati pangarsi/ atêtanya puniku punapa/ lan dhatêng
pundi jujuge/ kang tinanya sumaur/ pasugatan saking jêng gusti/ sinuhun
ing Ngastina/ puniki kaatur/ sang prabu tamu ing sabrang/ kang tinanya
gênti dènnya mitakoni/ sanak sintên punika//
22. Kang nèng rata sinongsongan kuning/ mawi kepala agêm narendra/ kang
tinanya lo-[25]n saure51)/ gih punika Sang Prabu/ Suryanggana ingkang
ngrênggani/ kutha gêng ing Guwiwang/ wus nyangnglèng mentar wus/
wangsul matur ing apatya/ Dyantisura umatur mring sribupati/ 52)têrang
pamyarsanira52)//
23. Langkung trusthanira sribupati/ kawuwusa Dyah Suryadiwatya/ kadya
kêkayang polahe/ têtanya mring sang prabu/ kae apa gumandhul kuning/
nauri srinarendra/ layak iku têbu/ sang rêtna matur ing53) raka/ jikukêna
age amiliha sing kuning54)/ tak ingune balumbang//
24. Ya ta wau lampahe sang aji/ wus prapta ing Dhukuh Sokalima/ wus têdhak
saking ratane/ parabdi55) pan wus ngumpul/ soring wrêksa dènnya mring
atis/ wuwusên Dhahyang Druna/ ing56) sanggar tumurun/ mêthuk praptane
kang wayah/ wus sinambut sang nata liniling-[liling]57)/ muwus lir
mriyêmbada//
51) C. ature. 52)52) C. trang pamiyarsanira. 53) D. mring. 54) B. urip. 54) D. pra abdi. 55) B. sing (dsl.). 57)57) b.d. B=C. A=D. lingling.
xl
xl
25. Sabên ngandika 58)nolih ki patih58)/ Patih Tuwa Gajahsatrutapa/ dhuh babo
putuku kiye/ mèh tan siwah sarambut/ ing wêrnane lah anak aji/ kang wus
mulyèng sawarga/ layak anak prabu/ gêlis kondur mring kamuksan/ jêr
putrane ing bawa warna ngêblêki/ têkan cirine padha//
26. Lagya pangling Baratmadyasiwi/ lan kang wayah Sri Suryaanggana/
kasaru duta praptane/ anjujug mring sang wiku/ nêmbah matur duta
bupati/ pukulun panêmbahan/ kawula ingutus/ putra paduka sang nata/
amaringkên sugata mring Sribupati/ Gumiwang Suryanggana//
27. Putra pa-[26]duka srinarapati/ paring pangèstu mangayu bagya/ ing marga
saha rawuhe/ lan malih sang aprabu/ 59)mundhut ingkang aksama59)
dening/ sêpi ing parikrama/ mung mrih ing pamuhung/ dening wayah
padukendra/ wus misuwur kasujanane mumpuni/ rahayu tyas ngumala//
28. Mardikèngrat mardikaning dasih/ sihing puja60) tyas andiwangkara/ mung
samantên timbalane/ sora dènnya umatur/ ing pamurih kapyarsa dening/
sang nata ing Gumiwang/ sang wiku lon muwus/ hèh ki prabu sun tan
susah/ anyarakkên pamintaning sih sang aji/ wisa dening cundhaka//
29. Sang aprabu Gumiwang ngangsuli/ mring bupati caraka Ngastina/ hèh
duta matura age/ mring rama jêng sinuhun/ pêparinge panganing abdi/ lan
manèh paring sabda/ kamulyan mring sun/ matura mring srinarendra/ wus
sun pundhi mangka pusakaning urip/ kalingga dadi jimat//
58)58) C. nolih ing wuri. D. anolih wuri. 59)59) C. ingkang mundhut aksama. D. mundhut pangaksama. 60) B=C. pudya.
xli
xli
30. Lan [malihe]61) kalilana dening/ cumanthaka nanging kaatura/ sungkême
tyas ingsun kiye/ mring sor dhampar sang prabu/ wusnya nabda
srinarapati/ pinisalin kang duta/ busana linuhung/ lan pêsangonnya
gotongan/ duta mundur onêng tyas srinarapati/ sakala liru cipta//
31. 62)Kang tansah katon62) kumanthil-kanthil/ balêrêngi 63)gêng têlênging63)
netra/ gendhol-gendhol ting garêndhêl/ ting prênthol 64)ting garandhul64)/
gêgondhelan mrênthil barêndhil/ thithil labêt pinêthal/ mangkana wong
agung/ èngêt nimba-[27]li kya patya/ dhinawuhan sugata kinèn maradin/
mring sagung wadya bala//
32. Kêbo sapi aja nganti cicir/ 65)paringana mring kancamu yaksa65)/ nugraha
gêdhe yêktine/ nyrambahi 66)balung sungsum66)/ yuwanane sèwu ingkang
wis/ kya patih lumaksana/ sugata sinawur/ sukèng tyas punggawa sabrang/
de katêmbèn lali ngambah lyaning nagri/ suka-suka rêbutan//
33. Kawarnaa antuk pitung latri/ 67)sang aprabu67) anèng Sokalima/ mranti
bakal pisungsunge/ akèh mapikul-pikul/ raja brana bakal myang dadi/
gêgaman warna-warna/ èwu-èwu pikul/ sejene bangsa dhaharan/
lêlangènan68) suku pat suku ro mranti/ sangkêp isining alas//
61) b.d. C. A=B=C. maninge. 62)62) C=D. tansah katon gung. 63)63) B. gung nèng. C. kênèng têlênging. D. nèng têlênging. 64)64) B=C. gandhul-gandhul. 65)65) C. paringna mring kancamu rasêksa. 66)66) C. ing bêbalung. 67)67) D. srinarendra. 68)68) B. myang lêlangen. C. kalangênan.
xlii
xlii
34. Palawija jalu miwah èstri/ barang anèh wêton ing Gumiwang/ pinantha
69)lan panunggalane69)/ lan arine sang prabu/ Kusumayu Suryadewati/
pinrih anyaosêna/ kang mrih jro kadhatun/ Patih Gajah Antisura/ kang
minangka senopatine lumaris/ ewonan wong angrêngga//
35. Wus tinata lampahing prajurit/ kusumayu kang munggwèng jêmpana/ lan
putri têtawan akèh/ samya wahana tandhu/ prajurit jro 70)angapit-apit70)/
lugas tanpa gêgaman/ mung cinirèn kalung/ ban-êmban cindhe puspita/
ing wurine gêndhaga mas tur rinukmi/ isi rêtna di mulya//
36. Asri pinikul para bupati/ sinongsongan pinarada jênar/ murub mubyar
ujwalane/ {ginrêbêg}71) pra manguyu/ padha nglaeng gu-[28]mrêmêng72)
sami/ panêkunge73) pêpuja/ mring sang Hyang Dewa gung/ pasungsunge
katampanana/ yèn luputa74) ing pangarah angêmasi/ isin myat ing
Gumiwang//
37. Ting sariwêt palawija wuri/ padha manggul kurungan kukila/ cilik-cilik
bisa ngocèh-/ nya jodho bagus-bagus/ warnanira angrêspatèni/ wênèh
manggul puspita/ jinêmbangan murub/ kang jajari buta bajang/ ting
karêgol75) parigêl bisa angibing/ gamêlane wêcana//
69)69) C. ing panunggale. D. sapanunggale. 70)70) C. samya angapit. 71) # A,B,C,D. ginarbêg 72) B. gumêrmêng. 73) C. panêngkunge. 74) B. salaha. 75) C. parekol. D. paregol.
xliii
xliii
38. Kang tinuntun buron cilik-cilik/ gajah kate dhuwure rong kilan/ salombok
cangak gadhinge/ 76)pinlanan abra76) murub/ banthèng kêbo nyatêngah
kaki/ matang dim kang mênjangan/ rangah77) cawang pitu/ jlarang bajing
sajêmpolan/ ing wurine pikulan kang busana di/ bêrana warna-warna//
39. Wuri anjrah gêgaman prajurit/ bêbongkokan pinikul 78)wong wijah78)/
sarwa seta busanane/ kya patih munggèng pungkur/ angêdhangkrang79)
wahana hèsthi/ sinongsongan laring mrak80)/ ting prêlok81) ting plancur/
wus budhal kang munggèng ngarsa/ srinarendra nulya amarêk sang yogi/
lon matur angrêrêpa//
40. Dhuh pukulun eyang sang maharsi/ rèhning dèrèng kalajêng kalampah82)/
yèn jêng eyang marêngake/ katur ingkang pisungsung/ mung wontêna
kang mangka wakil/ sarirane jêng eyang/ pratandha kalamun/ wêdaling
manah kawula/ wus kaèstrèn eyang paring pamrayogi/ sêkar dudha
kasmaran//[29]
V. PANGKUR
1. Sadaya kawula sabrang/ sanès adat tinimbang bangsa Jawi/ yèn kantosa1)
katêlanjuk/ 2)[sumiwiyèng srinata]2)/ botên wande ing pratingkah karya
kusut/ wit mèh tanpa parikrama/ satêmah ngisin-isini//
76)76) D. plananira bra. 77) D. brangah. 78)78) B. mawijah. 79) D. angadhangkrah. 80) C. mêrak.
xliv
xliv
81) B. plelok. 82) C=D. ing lampah. 1) C. ngantosa. 2)2) b.d. B. A. sumiwiyèng srinarendra. C. sumiwèng jêng srinarendra.
2. Pukulun jêng panêmbahan/ sampun tanggêl paduka aparing sih3)/ dene4)
karya gugup-gugup/ tan kongsi tur uninga/ ing jêng eyang punika atur ing
ngayun/ nganggo watêg tiyang sabrang/ duga wêweka yêkti nir//
3. Yèn jêng eyang tan paringa/ amitulung5) kang anggung kawlas asih/ kang
sèstu kawula antuk/ sêsikuning6) sang nata/ 7)kang pikantuk7) ing
[pamilutaning]8) kalbu/ sayêkti kawula merang/ tan sae mantuk mring
nagri//
4. Dahyang9) Durna duk miyarsa/ ing ature kang wayah sribupati/
10)sakêlangkung wlasing10) kalbu/ dadya lon angandika/ hèh ki prabu awya
sumêlanging laku/ mêngko 11)sun kang11) mrayogakna/ kaature mring sang
aji//
5. Bagawan Durna ngandika/ mring kang putra sang arya wikusiwi/ hèh
kulup sira sun utus/ marang ing kapatihan/ lancangana12) lakuning para
pisungsung/ yèn wis têmu pamanira/ 13) Ki Dipati13) Plasakuning//
3) C. dasih. 4) B. dening. 5) D. ing pitulung. 6) C. sih sikuning. 7)7) D. tanpa antuk. 8) C. pamilutaning. 9) B. Dhanggyang. 10)10) C. saklangkung wêlas. 11)11) D. ingsun. 12) C. lan cancangana.
xlv
xlv
13)13) C. patih ing.
6. Warahên yèn sun14) kang duta/ marang sira sun purih wèh udani/ prakara
babe pisungsung/ kang têka ing Gumiwang/ lan lêbune anakmu si rêtna
iku/ sun jaluk pitulung marang/ pamanira ki dipati//[30]
7. * Si Rara15) Suryadewatya/ aja barêng lêbune lan si patih/ yèn wus16) katur
kang pasungsung/ pasthi ana caraka/ wis ta kulup lumakua dèn agupuh/
tumuli anglancangana/ sutanira nini putri// *
8. Aswatama lèngsèr mangkat/ tan adangu ing lampah wus nututi/ piyak
sakèhing 17)wadya gung17)/ ya ta dyan wiku putra/ wus kapanggih kyana
patih gupuh-gupuh/ angèndêlkên turangganya/ Swatama dhawuhkên
aglis//
9. Ing karsa sang dwijawara/ kyana patih sêndika wus miranti/ dèndhêg
lampahing wadya gung/ Swatama laju mangkat/ tan kawarna ing marga
laku sinêrung/ prapta dalêm kapatihan/ wus panggih lan kyana patih//
10. Matur karyaning dinuta/ sakêlangkung sukane18) kyana patih/ Swatama
wus kinèn wangsul/ Sangkuni sigra dangdan/ wus samêkta kya patih
lampahnya laju/ ing wanci surya gumliwang/ kya patih malbèng jro puri//
11. Wuwusên srinaranata/ mijil saking dhatu pamudya rêsmi/ wontên
pawongan umatur/ dhuh gusti srinarendra/ yèn kaparêng ing karsa jêng
sang aprabu/ abdi paduka pun paman/ parênga sumiwèng aji//
14)14) C. ingsun. 15) B. lara. 16) B. wis (dsl.). 17)17) D. wong agung.
xlvi
xlvi
18) B=C. sukèng tyas. * * Bait 7 t.d. B.
12. Ngandika srinaranata/ lah dènage timbalana si patih/ ingkang liningan
wus mundur/ tundhuk lan kyana patya/ wus dhinawuhkên timbalanya sang
prabu/ radèn andika ngandikan/ 19)jêng gusti srinarapati19)//
13. Kyana patih sigra-sigra/ wus sumiwèng 20)ngarsa jêng20) sribu-[31]pati/
Sêngkuni alon umatur/ dhuh gusti srinarendra/ duking wau pun
Swatama21) kang ingutus/ mring (pun)22) Bapa Sokalima/ sung uninga
mring kang abdi//
14. Kula pinrih umatura/ ing23) paduka yèn parêng karsèng gusti/ putra paduka
Sang Prabu/ Narapati Gumiwang/ angunjuki pisungsung mring jêng
sinuwun/ 24)adi-adi brana sabrang24)/ miwah dêdamêling jurit//
15. Lan pratandhaning lêgawa/ sru sungkêming25) pada paduka gusti/ saengga
têtawan katur/ rayèstri amawongan/ kang pêparab Suryadewati warna yu/
sumiwi sarêng lan brana/ paran ing karsa sang aji//
16. Ya ta wau srinarendra/ dupi miyarsa ature kyana patih/ saklangkung
sukaning kalbu/ ngandika srinarendra/ pakênira dhewe26) prayoga kang
mêthuk/ lan bupati kang prayoga/ mumpung ing dina Rêspati//
17. Putraningsun nini rêtna/ aywa barêng pisungsung kang umanjing/
sawêtara angrêrantun/ lan sira nimbalana/ Bapa Durna bêngi lumêbèng
kadhatun/ manirarsa wruhing karya/ praptane sabrang narpati//
19)19) B=C ing gusti sribupati. 20) D. jêng gusti. 21) B. Aswatama (dsl.) 22) t.d. D. 23) C. mring. 24)24) C. brana di adining.
xlvii
xlvii
25) C=D. sungkème. 26) tb. D. kang.
18. Kyana patih mundur sigra/ kang 27)winarna kawarnaa ing27) ratri28)/ Sang
Sri Duryudana Prabu/ munggèng sanggar pamujan/ animbali para nujum
kang29) wus tundhuk/ ingacaran tata lênggah/ kapat Sang Arya Sêngkuni//
19. Marbuk kukusing kang dupa/ ya ta wau ngandika sribupati/ mring
Dahyang30) 31)Kumbayana wus31)/ bapa ma-[32]nira tanya/ kaya paran
karyane ratu kang rawuh/ kaliwat akarya gita/ lêngkara kapati-pati//
20. Umatur Bêgawan Durna/ marma ratu Gumiwang angajawi/ twin32) pun
bapa kang jinujug/ mêkatên purwanira/ Suryanggana punika atmajanipun/
Sang Aprabu Suryabrata/ Suryabrata narapati//
21. Rêmên pêparèng samodra/ katalanjuk dumugi Ngatasangin/ pruhita mring
rama prabu/ ngabdi têmbunging krama/ mring kawula basa nanging lir
sadulur/ ing mangke putra paduka/ Suryanggana narapati//
22. Brangta 33)loke pawartanya33)/ yèn paduka darbe putri yu luwih/ malah
kasat nètrèng34) dalu/ marma mangke sang nata/ asrah praja ka\a\tura35)
ingkang36) sinuhun/ kalilana manakawan/ anyaoskên pati urip//
23. Akathah pratignyaning tyas/ lamun mantuk lêgan suka ngêmasi/ Rêsi
Dewabrata matur/ pukulun srinarendra/ lamun saking cipta kawula saèstu/
sabdaning rama paduka/ jawata ingkang pêparing//
27)27) C. kawarnaa siyang praptaning. 28) B. latri (dsl.). 29) C=D. tri. 30) B. Dhanghyang. 31) D. Durna sang wiku. 32)32) B. myang. 33)33) B. loking kang warta. C. kalawan wartanya. D. loke pawartanya. 34)34) D. kasat nètrèng. 35) B. katura(dsl.).
xlviii
xlviii
36) B. sang (dsl.). 24. Pamuwuse Rêsi Bisma/ sinasambi mring Bagawan Sapwani/ kadi pundi
anak wiku/ saking pangintên kula/ Sang Sapwani umatur mangayu-ayu/
ngling malih Sang Dewabrata/ yèn parêng srinarapati//
25. Pun bapa ing Sokalima/ andhawuhna ing karsa sribupati/ supadi sêpi ing
kayun/ benjing-enjing sang nata/ ing [33] Gumiwang ngêmungna37)
sumiwèng prabu/ trusthèng tyas srimaharaja/ angling mring Druna
mangarsi//
26. Nêdha bapa undurira/ ing ngarsèngsun dhawuhna karsa mami/ dèntêrang
aywana kantun/ mring anak ing Gumiwang/ pakênira38) warahên 39)sun
kang39) wulangun/ bisa anuli pêpanggya/ wusnya trang karsa narpati//
27. Pra wiku mundur sadaya/ srinarendra kondur mring jinêm wangi/
wuwusên Sang Mahawiku/ Sang Baratmadyaputra/ lir maruta lampahe
wus praptèng dunung/ kunêng wuwusên sang nata/ 40)wus dalu40) tan
antuk41) guling//
28. Mangu-mangunênging driya/ tan ana lyan [katon]42) mung kusumadi/
marma tansah kapirangu/ mirangrong karungrungan/ murwèng kidung
gambas pait sating kayu/ sêsêbutan atmajendra/ paran polah ingsun Gusti//
29. Kalamun tan nêmbramaa/ marang sira tan wurung angêmasi/ wadhah
pamangsaning manuk/ rekatha rêruntungan/ ora mulih mring Gumiwang
raganingsun/ bacuta mangsa dlamakan/ kawirangan ing dumadi//
37) B. namungna. 38) C. ngakênira. 39)39) C. kang sun. 40)40) C. sadalu.
xlix
xlix
41) B. angsal. 42) b.d. B,C,D. A. tan.
30. * Dening dewasaning surya/ atmajèng dyah lan cêrak sribupati/ durung
manira andulu/ wanodya kaya sira/ darnane budaya kang suku jungkung/
sapasang rakiting solah/ trêngginas lir Dèwi Ratih// *
31. * Tulang tunjung ing warayang/ rênyêp ing tyas wadana nawang sasi/
miyogèng panggusah lêmut/ murti gung gora sandha/ bangkekane lurus
lir pendah binubut/ pangawak kang sobèng tirta/ salira lurus aramping// *
32. Pakartining dwijawara/ sotyarêta ron arda anggatêli/ dhuh mirah
pêpujaningsun/ roding tirta balumbang/ kukila lit ingkang sasmita tan ayu/
satmatanen dasihira/ mangka usadaning wingit//
33. Kunêng kang anggung mong rimang/ kawuwusa praptane sang maharsi/
kagyat wau sang aprabu/ sigra angraup43) pada/ Dhahyang Durna
44)ngandika winor44) rum45)-arum/ dhuh putuku siswaning wang/ putuku
wong [34] anjêkithing46)//
34. Sun mundhi kang pangandika/ ing ramanta Ngastina sribupati47)/ marang
sira kaki prabu/ sang nata paring sabda/ lan pangèstu mangayubagya
mawantu/ lire gèr sun tinimbalan/ andangu karyanta kaki//
43) C=D. mangraup. 44)44) D. winor ngandika. 45)45) C. wor. 46) B. anjêlanthir. (dsl.). 47) B. narapati. * * Bait 30 t.d. C. * * Bait 31 t.d. C.
l
l
35. Sirik yèn ingsun goroha/ pakartining pandhita wuwus yêkti/ ing purwa
madya wus katur/ têlênging karyanira/ gumarèwèl andikane sang aprabu/
mangkene kang pangandika/ ramanira sribupati//
36. Bapa andika dhawuhna/ mring putrèngsun Gumiwang sribupati/ yèn nyata
sih nrus ing kalbu/ muga tinêkanana/ patêmbaya manira kalamun besuk/
48)si rara kalamun48) krama/ tukone49) samodra gêtih//
37. Pama lêbak ing Ngastina/ pinuriha dadi gunung brana di/ tinumpuk50)
[angundhung]51)-undhung/ sumundhul ngantariksa/ yèn tan sirna kang
mangka onênging kalbu/ caplak52) kêliliping mripat/ suka bêra nini putri//
38. Nahan Sang Sri Suryanggana/ sakalangkung 53)bingung onênging53) galih/
de ing tyas durung kabêntus/ dadya lon aturira/ dhuh pukulun eyang
panêmbahan ulun/ kang mangka [35] radityaning wang/ katamakna
ingkang yêkti//
39. Yèn saking raosing driya/ brana pèni mung rangkêp 54)tan dadya wit54)/
kang kawulèsthi ing kalbu/ tan 55)lyan pêjah kawula55)/ nagri sabrang
saisine ciptèng ulun/ mangka siyagèng pancaka/ prajurit gung kang
mangkagni//
48) C. kalamun si lara. D. si lara kalamun. 49) B. patukon. 50) B. dèntumpuk. 51) b.d B. A,C,D. kangundhung. 52) B. japlak. C. coplok. D. caplak. 53)53) D. onênging bingung. 54)54) C. dadya wiwit. 55)55) C. liyan pêjah kula.
li
li
40. Eyang mangka pandaming tyas/ dèntumuli amatamèng mring dasih/
Dahyang Druna mèsêm ngrangkul/ 56)adhuh nggèr56) putuningwang/
dènatampa 57)sun bêbisik ing57) sirèku/ maju mênglêng srinarendra/
Dahyang Druna abêbisik58)//
41. Dhawuhe Sri Duryudana/ pêpanggile pikramane59) sang putri/ ing purwa
wasana putus/ madêg suraning driya/ Suryanggana tan umiyat mring sang
ayu/ katon narpati Pandhawa/ ing cipta sampun kapusthi//
42. Umatur mring Dahyang Druna/ dhuh pukulun ing karsa sribupati/
prakawis kang wus dhumawuh/ dhuh sampun-sampun dahat/ sungkawèng
tyas kawula ingkang sumaguh/ nyirnakkên narpa Pandhawa/ dangu
anggitês 60)[kang mèrki]60)//
43. Darbea nyawa salêksa/ botên wande pêjahe saking mami/ ing61) pundi
pangungsènipun/ nadyan mring têlak naga/ angungsia ing62) Dewa Bathara
Guru/ kula kadugi nyirnakna/ 63)katêkan dewane63) tapis64)//
44. Benjing-enjing kalilana/ angkat kula dhatêng Cintakapuri/ Dahyang Druna
ngandika rum/ awya kasusu ing tyas/ sumiwia dhisik mring ramanta
prabu/ sokur bisa sumiwia/ mring Destarata maharsi//
56)56) C=D. dhuh anggèr. 57)57) C. ingsun bêbisik. 58) C. ambisiki. 59) C. ing kramane 60) b.d. C. A. kamrêki. B. kamêki. D. kamêrki. 61) D. mring.(dsl.). 62) B. mring (dsl.). 63)63) C. têkan sadewane. 64) D. tampis.
lii
lii
45. Pangèstune lumuntura/ 65)lan kapindho65) bakal martuwa kaki/ yèn wis
kalakon sang66) prabu/ ngabêktia67) sang nata/ saya gampang sirnaning
klilip sagunung/ dhuh babo salina têmbang/ maring pangkur dadi mijil//
VI. MIJIL
1. Muput sadalu sang maharêsi/ kalawan sang katong/ dènnya gunêm1) ing
pangupayane/ mrih kalakon têmbayaning aji/ widagdaning rêksi2)/
bantêring sang prabu//
2. Yèn mungguha nguladi kang agni/ sirêp tanpa dados/ [36] wus miturut ing
sabarang kang rèh/ de sang wiku kang upama riris/ hardanèng kang gêni/
sirêp dening ranu//
3. Wus rahina ya ta sribupati/ busana kaprabon/ ing undhangan sawadyane
kabèh/ 3)umung gumuruh swaraning3) baris/ bêda duk angkating/ saking
nagrinipun//
4. Sri narendra wus anitih hèsthi/ pinalanan abyor/ gung aluhur sêdhêng nom
tuwane/ tur anjalma ing rèh mituruti/ panêngraning hèsthi/ pun Dewa
Andaru4)//
65)65) C. kapindhone. 66) B=C. ki. 67) B=C. nglêlabêting. 1) C. ginêm. 2) D. rêsmi. 3)3) D. mung gumuruh swaraning kang baris. 4) C. anduru.
liii
liii
5. Sagung kapraboning prang wus munggwing5)/ 6)[bra pra bala kumpol]6)/
ngandakara ujwalèng planane/ dhasar bêsus solah ngrêspatèni/ lir Hyang
Surapati/ duk angrunah7) ripu//
6. Anglurugi 8)prajaning rasêksi8)/ [Newata]9) Sang Katong/ rinarampa wong
Gumiwang kabèh/ lan ulading padupan10) manuhi/ lir jalada munggwing/
akasa kumêlun//
7. Tan wus yèn ingucapna rêngganing/ asrining kaprabon/ wuwusên
Sangkuni pamêthuke/ pisungsunging sabrang sribupati/ wus tundhuk ki
patih/ lan tungguling wadu//
8. Linêstari11) pranataning baris12)/ gumuruh swarèng wong/ joli rêtna ing
ngarsa lakune/ 13)[anut]13) karsanira sribupati/ mung murih patuting/
prayoganing laku//
9. Anyêlani ucape sathithik/ 14)rêngganing pasungsong14)/ 15)kawuwusa radè-
[37]n kadipatèn15)/ 16)jêjulukira sang narpasiwi16)/ Lêksmana Mandradi/
Kumara linuhung//
5) B. munggwing. 6)6) b.d. B=D. A. bra pra gung kumpol. C. ing èsthi ngarêmpol. 7) B. amunah 8)8) C. prajanira sêkti. 9) b.d. B. A,C,D. dewata (dsl.). 10) D. padupan 11) D. linastari. 12) D. jurit. 13) b.d. B,C,D. A. tan nut. 14)14) B. wasungsung kinaot. 15)15) B. rêrênggane nalika praptane. 16)16) B. kawarnaa sang narpendra.
liv
liv
10. Jaka kumala-kala sang pêkik/ kêmbanging kadhaton17)/ brêgas banyak
aruruh18) rekane/ jlalat-jlalat jênggilanging kapti19)/ asta lurus ramping/
mathekol ting brênjul//
11. Netra jait wêwirone manis/ têmêne mandhêlo/ grana malicarma ukur sire/
satêmêne lir cupak garêsik20)/ mêlongo êlênging/ irung sêdhêng jambu//
12. Wulu irung katon têlung nyari21)/ anglir 22)duk nyêrodok22)/ bathuk nyela
cêndhani andene23)/ pundhak jamur payung liring24) ati/ têmêne lir kêpis/
kang blêg kaya bestru//
13. Jaja wijang bêbangkekan wangking/ nanging ethok-ethok/ pulungati
manjêlut têmêne/ cinarita rahadyan putra ji/ arsa aningali/ lampahing
pisungsung//
14. Ngrasuk busana kaputrèn adi/ mêmantès25) pênganggo26)/ nyampinging
27)abang cindhe27) anggêdhedher/ apaningsêt pathola tinêpi/ linuting
barêci28)/ binara ngrêmbuyung//
15. Clana rinenda satêbah sisih/ pinêkak karoncong/ gêgiligan salêngên
gêdhene/ ajêjamang kinara wêstha di/ garudha ing wuri/ tinrap rêtna
murub//
17) C. karaton. 18) C. alurus. 19) C. aksi. 20) B. cêkakik. 21) C. kaki. 22)22) C. êduk nyrodok. 23) t.p. B.C. 24) B. siring (dsl.). 25) C. sapantês. 26)26) C=D. mênganggo 27)27) B. cindhe abang. 28) C. barêji.
lv
lv
16. * Asêsumping gajah ngolang-ngaling/ dawala ngrêrompol29)/ mas tinrapi
rêtna bang myang putih/ ilating garudha mas rinujit/ kêkalung tundha tri/
tinètès jumêrut // *
17. Ngagêm anting gung sabêndha miring/ panunggul saterong/ kêlat bau naga
ilat [38] nglèwèr/ abêbinggêl sungsun pitu sisih/ gêng sajêmpol sikil/
watês dhuwur sikut//
18. Driji kêbak ali-ali/ katêkan jêjêmpol/ watês kuku sinungsun patrape/ lir
cinêkal tan bisa nêkêmi/ tinon angajrihi / 30) kadyarsa angrawut30)//
19. Sigra agêganda burat kuning31)/ yèn tinon mancorong/ têkan suryane
kuning pupure/ imba pinindih angus sanyari/ wus têdhak sang pêkik/
ningali pisungsung//
20. Lêngut-lêngut lon dènnya lumaris/ arja32) plangi rimong/ dharat
angrangkul punakawane/ kawuwusa lampahing kang baris/ gêbêl turut
margi/ wong umyat pisungsung//
21. Joli kang tinitihan sang putri/ kandhêg kori pindho/ gêgotongan
pangurakan gone/ kawuwusa Jêng Srinarapati/ Sang Duryudana Ji/
siniwakèng wadu//
22. Nèng pandhapa33) lunggwèng dhampar rukmi/ kang nèng ngarsa katong/
pêpak sagung pra Kurawa kabèh34)/ Dursasana kang munggèng 35)ing
ngarsi35)/ Durmahangsa tuwin/ Durmuka lawan Dur//
29)29) B. gêrompol (dsl.). 30)30) C. kayarsa angraut. 31) C. wangi. 32) B. arsa (dsl.). 33) D. mandhapa. 34) B. andêr (dsl.).
lvi
lvi
35)35) B. ngarsa ji. * * bait 16 t.p. C.
23. Mayahangsa miwah Durmagati/ Durpraceka kang wor/ Kartamarma
Kartasuwiryane/ Jayawikatha Kurawa sêkti/ Sri Karna Narpati/ Sapwani
Sang Wiku//
24. Dewa Barata Santanusiwi/ lunggwèng ngarsa katong/ kawuwusa Sangkuni
praptane/ tur uninga marang36) sribupati/ pamêthukirèki/ agung kang
pisungsung//
25. Lan lêbuning Dyah Surya-[39]dewati/ myang37) brana kaprabon/ dyan
wong agung miji pawongane/ paring uninga dayitèng aji/ praptane sang
dèwi38)/ lan sagung pisungsung//
26. Gumrah pawongan sajroning puri/ wênèh kang nênonton/ Banowati mijil
sing purane/ kawuwusa Dyah Suryadewati/ tumamèng jro puri/ ingirit pra
arum//
27. Tinampèn mring39) Rêtna Banowati/ kinanthi manjing jro/ Lêksmanawati
wuri lampahe/ atmajendra Lêksmana nut wuri/ miyak wong lumaris40)/
41)kang gêrbêg41) sang ayu//
28. Saking sangêt gêdhedhering nyamping/ gung kidak dening wong/
nyamping sabuk èpèk jêbol kabèh/ kawirangan mlayu bopong nyamping/
wuwusên sang putri/ sumiwèng kadhatun//
36)36) C. mring jêng. 37) D. twin. 38) D. putri. 39) D. ing. 40) B. tutwuri. 41) D. anggêrbêg.
lvii
lvii
29. Sêsêk42) uyêl wong sajroning puri/ gumrumung swarèng wong/ dhasar
katêmbèn ing pandulune/ Suryadewati tan kêna têbih/ Dyah Lêksmana
wati/ rakêt dènnya lungguh//
30. Kunêng wuwusên Arya Sêngkuni/ kang prapta manjing jro/ ngirit caraka43)
sabrang praptane/ lan pisungsung sagung kang brana di/ pinantês kang
warni/ umanjing kadhatun//
31. Brana sotya nèng kêndhaga rukmi/ kang malbèng kadhaton/ palawija
wadon44) pangampile/ warna-warna rupa ngrêspatèni/ bêburon sarwa lit/
sadaya pinikul//
32. Buta bajang kang padha mikuli/ dhuwure saelo/ ana gombak kucir myang
pêpêthèk/ arêrapèk busananing para yêksi/ kinalunga-[40]n kêrbin/
binusanan murub//
33. Palataran kêbak buta cilik/ akaryèng ram ing wong/ bangsa rowa lun-alun
adhêge/ lir tinumpak wong Ngastina puri/ myat rupaning janmi/ wênèh
myat pisungsung//
34. Nêngna ramening jro miwah jawi/ kang samya nênonton/ têka lunga tan
wontên bosêne/ kawuwuse dutane narpati/ Antisura Patih/ ing karya wus
katur//
35. Pisungsung wus samya dèntampani/ nayaka jaba jro/ linêbokke gêdhong
sapantêse/ kang mring pura wus katur sang putri/ wong mikul rinukti/
têpining praja gung//
42)42) C. jêjêl. 43) C. bala ka. 44) B. pawon.
lviii
lviii
36. Tan winarna ucape ing wuri/ 45)mundur ing pisungsong45)/ 46)kawuwusa
sang prabu46) praptane/ Suryanggana kêrit sang maharsi/ gumuruh
swaraning/ ya ta sang aprabu//
37. Angandika mring Bisma maharsi/ eyang dwija katong/ bok mênawi punika
praptane/ wayah paduka sabrang 47)kang prapti47)/ sintên prayogining/ ing
mangke kang mêthuk//
38. Matur alon Dewabrata Rêsi/ yèn parêng sang katong/ prayogi 48)raka
paduka48) mangke/ putu ing Ngawangga Ki Dipati/ pun Gajagsa tuwin/
Saraba Saeku//
39. Mêthuk kalêbêt ing Narapati49)/ Suryanggana katong/ kang liningan katiga
lumèngsèr/ kawuwusa Gumiwang narpati/ wus tumêdhak saking/
dwirada50) sang prabu//
40. Kang parabdi tan parêng51) nyelaki/ kendêla sang katong/ katongtona ing
tyas prasajane/ mugi patih tuwa kang tan têbih/ kiwaning kang hèsthi/ pun
Dewaandaru//
41. Srinarendra gung dènnya manganti/ kang taksih52) gumeyong53) / [41]
Kumbayana lawan wahanane/ 54)tan adangu wus prapti sang rêsi 54)/ wus
tumêdhak saking/ wahana sang wiku//
45)45) B. mangkya winiraos. 46)46) B. srinarendra ing sabrang. 47) 47) B. narapati. 48)48) C. rakapara ing mangke. 49) B=C. bupati. 50) B. dirada (dsl.). 51) B. klilan (dsl.). 52) B=C. maksih. 53) D. mêmolong. 54)54) B. tan adangu sang rêsi wus prapti. C. samana sapraptane sang rêsi.
lix
lix
42. Kawuwusa kang mêthuk wus prapti/ Basusena katong/ satriya ro kang
mangka kondhange/ duk samana wus tundhuk anuli/ sêkare ginanti/
pangrawit pinatut//
VII. SINOM
1. Watara1) kurang tri jangkah/ 2)Sri Karna mèsêm marpêki2)/ sarêng ngayut
asta/ Dahyang3) Durna ngacarani/ iku gèr wakirèki/ ing Ngawangga sang
aprabu/ kaprênah paripeyan/ lawan Sri Duryudana Ji/ loro iku prênah
arining yangira//
2. Garwane Sri Dêstrarastra/ bok ayu Rêtna Gêndari/ atmaja Gêndarapatya4)/
Gajagsa ingkang wêwangi/ arine akêkasih/ Sarabasata waruju/ karo arine
Soman/ wusing mangkana nulya glis/ sang aprabu Gumiwang kêrit Sri
Karna//
3. Agêng5) pakurmatanira/ sumiwine sribupati/ ing alun-alun lir bêntar/
gunging kawula ningali/ arantaban jalwèstri/ 6)atub atêpung matimbun6)/
tan lyan Narpati Karna/ kang dadya ucaping janmi/ buh tikêling
wiraganing Suryatmaja//
1) B. wêtara (dsl.). 2)2) D. Karna mèsêm marêpêki. 3) B=C. Dhanghyang. 4) D. Gandaraputra. 5) B=D. agung. 6)6) B. atut atêpung matimbun. C. atêpung tumpa matimbul.
lx
lx
4. Kawit7) ing kori pamedan/ sang nata dènnya lumaris/ ginarbêg8) para
bupatya/ Sri Karna mangka pangirid/ lumampah munggwing ngarsi/
sinongsongan ing mas murub/ kampuh wangun karajan/ bathik modhang
pinrada sri/ anggêdhedher lir paksi mrak anêmbrama//
5. Atêtepong ting galêbyar/ ujwala angilat thathit/ praba lir [42] laring9)
kagêndra10)/ barang sinandhang rêspati/ bêranyak tan wêwigih/ ing
wurinira Sang Prabu/ Gumiwang Suryanggana11)/ yayah kinêmbar tan
warni/ kaot Suryanggana ulate12) jêtmika//
6. Gumbala lus kêkêtugan/ arja jamang tinundha tri/ rema ukêl supit urang/
kinancing garudha cilik/ sêsumping ngurang gadhing13)/ mas linuting
sotya14) mancur/ kalung naga karangrang/ binggêl kêlat baunya sri/ sagung
kang rinasuk karajaning sabrang//
7. Song-song pinarada jênar/ pinucakan ing rêtna di/ tinrètès sotya bang pita/
yèn tinon angrêspatèni/ kasoroting Hyang Rawi/ ting paluncar
angênguwung/ kang ngapit kering kanan/ arining Arya Sangkuni/ kalih
pisan kang sinandhang kasatriyan//
7) D. awit. 8) D. ginrêbêg. 9) D. ninging. 10) C. narendra. D. gagendra. 11) C. srinarendra. 12) D. ulatnya. 13) B. aring. 14) B=C. rêtna.
lxi
lxi
8. Gagah adêdêg15) pidêksa/ sinongsongan kêrtas16) putih/ winangun kadya
pêpatah/ Dhahyang17) Druna munggèng wuri/ ngagêm cara maharsi/
jêjungkas panjalin wulung/ minggah mring sitibêntar/ bupati sabrang
anangkil/ ing paglaran jajar Bupati Ngastina//
9. Wus laju srimaharaja18)/ Kurawa amêthuk sami/ ning wiwara
srimangantya19)/ supênuh pawongan cèthi20)/ kang samya nêningali/
plataran swara gumrumung/ prapta ngabyantarendra/ dhêdhampar wus
piniranti/ tarab jajar \pa\lênggahan21) pra kamituwa//
10. * Ya ta Sri Suryaanggana/ gupuh dènira ngabêkti/ sumungkêm pada
narendra/ yayah konjêm ing pratiwi/ sawusnya angabêkti/ Sri Duryudana
lon muwus/ pakênira lungguha/ ing dhêdhampar wus sumaji22)/ anjajaran
lan sagung pra kamituwa // [43] *
11. Sri Sabrang dhahat lênggana/ saha matur ngasih-asih/ pukulun jêng
srinarendra/ sabda paduka kapundhi/ gênging sih sribupati/ kawula sèwu
anuwun/ nanging raosing manah/ botên sumêdya atampi/ têbih saking
pukulun ingkang punika//
15) B. awêwêg 16) C. krêtas. 17) B=C. Dhanghyang. 18) B=D. naranata. 19) D. srimangantyan. 20) C. èstri. 21) C. lênggahan 22) B=C. sun saji. ** bait 10 t.p. D.
lxii
lxii
12. Sapintên nugrahaning Hyang/ ingkang martamaning23) dasih/ de kawula
wis linilan/ angancik ing Nuswa Jawi/ mring nagri paduka ji/ tuwin
sumiwèng pukulun/ punika kamayangan/ saking punapa pun dasih/ yèn
puruna jajar lênggah lan paduka//
13. Kang kawulaèthi ing manah/ wasiyate24) bapa kaki/ apanjang lamun
katura/ ya ta Sri Duryudana ji/ karênan jroning galih/ myarsa ture sang
aprabu/ dadya jinajar lênggah/ kalawan sang narpasiwi/ soring dhampar
ing ngarsa kapering kiwa//
14. Ngandika Sri Duryudana/ 25)bagya ki25) prabu kang prapti/ anèng26) praja
ing Ngastina/ kongsi patêmon lan mami/ [lêlakon]27) pirang ari/ dene lêt
kang samodra gung/ gunung jurange gawat/ alas gung buron ngèbêki/
liwat saking anak prabu anrang baya//
15. Umatur Sri Suryanggana/ dhuh pukulun sribupati/ kapundhi sabda paduka/
minangka jimat paripih/ ngalingga lênging ati/ 28)nrusing balung mangka28)
sungsum/ anjawi kang punika/ kawuningana sang aji/ milanipun29) sumiwi
jêng padukendra//
23) B=C. matamaning. D. tumama. 24) B. wasiyating (dsl.). 25)25) C. bageya. 26) C. angnèng. 27) b.d. C. A,B,D. linalon. 28)28) D. mangka balung nrusing. 29) B. marmanipun. C. milanira.
lxiii
lxiii
16. Wau sinuhun Ngastina30)/ têbih antaraning nagri/ ing Gumiwang lan
Ngastina/ kalêbêt samodra tuwin/ wana31) prabata32) sungil33)/ nanging
raose34) tyas u-[44]lun/ tinikêla ping sapta/ ing tyas kawula tan ajrih/
35)[saugi sagêda]35) sumiwèng paduka//
17. Mangke pangèstu paduka/ kawula sagêd sumiwi/ dhahat ning rêncananing
tyas/ lan [kalilana]36) pun patik/ angrubiru ing Gusti/ angaturkên kang
praja gung/ saisining Gumiwang/ darmi kawula angampil/ sokur 37)lamun
wontêna karsa paduka37)//
18. Ananêmi mêngku praja/ kawula nrimah mêkathik/ sumêdya amunakawan/
lan wontên tawan38) narpati/ Jongmirah ingkang nagri/ Saktisura Sang
Aprabu/ lan nata Gyantipura/ panêngran Sri Surasekti/ katigane prajane
narpati yaksa//
19. Winastan Nagri Saryana/ nama Prabu Kalamurti/ sadaya katur paduka/ Sri
Duryudana nauri/ hèh kulup Sribupati/ abangêt panrimaningsun/ sakèh
sihing prasêtya/ kabèh39) katêmu ing wuri/ prayogane anglêrêmakên
sarira//
20. Nata Duryudana/ ya ta Karna Sribupati/ ganti para kamituwa/ sun
pambage ganti-ganti/ Lêksmana amungkasi/ tur pambagya wantu-wantu/
umatur Rêsi Bisma/ mring Sang Prabu Kurupati/ yèn kaparêng anggèr ing
karsa paduka//
30) B. ngandika. 31) C. wontên. 32) C. parbata. 33) C. cungil 34) B. raosing (dsl.). 35)35) b.d. B. A,C,D. saugia sagêd. 36) b.d. D A.B.C. kalina.
lxiv
lxiv
37)37) D. wontêning karsa padukendra. 38) C. tiga. 39) D. iku.
21. Putu40) prabu ing Gumiwang/ kasowana nata rêsi/ ngabêktia lan supaya/
winantua ing pamêling/ ya ta Duryudana ji/ tyas karênan ngandika rum/
mring Arya Plasajênar/ hèh paman pakênirèki/ angruktia 41)srimanganti
bangsal41) wetan//
22. Minangkaa pamondhokan/ aja nganti nguciwani/ si patih karone padha/
gawanên mring Plasakuning/ 42)sakèh para42) bupati/ manggona wismaning
wadu/ ngiras murih kulina/ prajuri-[45]te anak aji/ alun-alun ing lor kidul
amanggona//
23. Wusing trang kang pangandika/ kondur jêng srinarapati43)/ anganthi
Suryanggana/ gawok kang samya ningali/ katon sihe sang aji/ sungkême
narendra tamu/ dhasar bagus kang warna/ jêtmika angraras ati/ ting
garêdêg44) parèstri45) kang samya umyat//
24. Lêksmana cakêt lumampah/ mèsêm 46)myat anganan46) ngering/ pawongan
kang samya miyat47)/ tan taha wacana bêngis/ tobil bakna priyayi/
lêlewane ora nyebut/ ya ta srinaranata/ sapraptane mandragini/ ingkang
garwa sinasmitan lumaksana//
25. Kusuma Suryadewatya/ lan Sang Dyah Lêksmanawati/ garbêg Sri
Dayintaraja/ Mandrakumara ing wuri/ bunguk dènnya lumaris/ tansah
dhèhèm guyu tanggung/ karyèwuh kang lumampah/ dènlewaning
narpasiwi/ gang sarisik ukêl asta tanjak glewang//
40) D. putra. 41)41) B. bangsal srimanganti. 42) B. sarupaning. 43) D. sribupati. 44) B. gadhêg (dsl.).
lxv
lxv
45) D. pawèstri. 46)46) D. umyat nganan. 47) D. umyat.
26. Ting jrêlèh wong upacara/ Lêksmanawati anolèh/ wruh kang ratu kaya
gila/ gumuyu têtawan putri/ rêngu lon amarani/ kang raka asring48)
tinapuk/ susur kongsi malêsat/ rahadyan gupuh nututi/ wus tinêba
linancangan ing pawongan//
27. Ya ta kunêng kawuwusa/ Dhêstharata nata rêsi/ pinarak ing pacrabakan/
lan garwa Rêtna Gêndari/ pawongan tur udani/ gusti punika sang prabu/
lumarak jêng paduka/ lan gusti kusumèng puri/ narpa rêsi sigra manga-
[46]tag ing49) garwa//
28. Kèn mêthuk ing srinarendra/ wus tundhuk sigra lumaris/ 50)prapta wus50)
tata alênggah/ kang pawongan samya nêbih/ umatur sribupati/ ing karya
narendra tamu/ purwa madya wasana/ sukèng tyas sang narpa rêsi/ dyan
ngabêkti Sang Prabu Suryaanggana//
29. Mring51) Sang Dwija Dhêstharata/ miwah eyang Dyah Gêndari/ Lêksmana
prapta manêmbah/ ngabêkti mring sang maharsi/ ngandika Dyah Gêndari/
kathik ngabêkti wong bagus/ nora mulut [tan]52) sawal/ umatur sang
narpasiwi/ êlo sampun kantun lan mantu paduka//
30. Kusuma sêsangkaning dyah/ ngabêkti mring sang maharsi/ ngandika Sri
Dhestarata/ ki prabu sapa kang bekti/ Lêksmana anyelaki/ nyêla matur
mring sang wiku/ punika wayah tuwan/ pun Rêtna Suryadewati/ sumiwi
ing paduka brangta mring kula//
48) D. asru 49) D. kang. 50)50) D. wus prapta.
lxvi
lxvi
51) B. sri (dsl.). 52) b.d. B,C. A,D. ora.
31. Marma nyanggung ura-ura/ dhuh gusti sang narpasiwi/ tulus asih ing mlas
arsa/ kawula 53)sumêdya nyèthi53)/ wong bagus mingit-mingit/ durung
kongsi praptèng pupuh/ Banowati anyandhak/ karnane sang narpasiwi/
ginèrèt mring purane ing kadipatyan//
32. Nêngna kang nyingitkên putra/ wuwusên Duryudana ji/ umatur mring
Dhêstharata/ pukulun jêng rama rêksi54)/ kawula tur udani/ pisowane anak
prabu/ Gumiwang Suryanggana/ bêdhol sawadyane kêrig/ bêbukane
angaturakên prasêtya//
33. Nyaoskên Praja Gumiwang/ saisi-[47]ne dènatapis/ raja brana wadyabala/
tiga tawaning narpati/ Jongmirah ingkang nagri/ onjo tinimbang pra ratu/
panêngran Sêkti Sora/ Gyantipura Surasêkti/ prajaning wil nama nagri ing
Saryana//
34. Jêjuluking narpa yêksa/ wasta Prabu Kalamurti/ katura Sri Mahbathara/
kang sarêng lan anak aji/ arinipun pawèstri/ kang wontên ngarsa pukulun/
nyênyêthi kaatura/ lan yèn sarêng rama rêsi/ kalilana amêkathik ing
paduka//
35. Wayah paduka pun rara55)/ kang mangka ros lênging ati/ ubayane wayah
tuwan/ lulu awor lawan siti/ yèn tan pinujwèng56) kapti/ taha lamun
kamipurun/ nglawan Praja Ngastina/ mung sumêdya nganyut pati/
angandika57) Nata Rêsi Dhêstharata//
53)53) D. sêdya anyethi. 54) B=C. rêsi.
55) B. lara (dsl.).
lxvii
lxvii
56) B. pudyèng. 57)57) B=C. mèsêm nabda.
36. Hèh Ki Prabu ing Gumiwang/ awya dadi tyasirèki/ rèhningsun durung
têtanya/ paran ta padha basuki/ nahan Suryanggana ji/ nêmbah-nêmbah lon
umatur/ pukulun srinarendra/ ing sabda dhahat kapundhi/ de sagêda
sumiwi ing padukendra//
37. Tan lyan pangèstu paduka/ mring kawula anyrambahi58)/ sagung wadya
ing Gumiwang/ ngandika sang pandita ji/ kabèh brana di-adi/ ingkang
minangka pisungsung/ ki prabu atur praja/ twin têtawan pra narpati59)/ iku
bangêt panarimèngsun mring sira//
38. Nanging mungguh abojana/ ki prabu tan dadi daging/ pambanane60)
ramanira/ Ki Prabu Duryudana [48] Ji/ iku bae ki aji/ kalakona dèn satuhu/
ingsun jumurung pujwa61)/ mangayu marang sirèki/ Suryanggana muka lir
konjêm pratala//
39. Umatur sarwi pratignya/ pukulun sang maha yêkti/ yèn kawula tan sagêda/
nyirnakkên rêtuning galih/ tan sae 62)myat sujanmi62)/ suka 63)jur awor63)
lan lêbu/ benjing-benjing kawula/ mangkat mring Cintakapuri/ katamana
ing pangèstu jêng paduka//
40. Yèn kaparênga ing karsa/ kawula anyuwun kanthi/ jêng eyang ing
Kapatihan/ minangka jimating jurit/ mênggah palwèng jaladri/ mangka
kêmudhining laku/ nimbang awrating aprang/ mbotên kawula bên jurit/
mung nyalini sêkar dhêndha tejamaya//
58) B=C. narambahi. 59) D. aji. 60) C. ambanane. 61) B. pudya. C. puja.
lxviii
lxviii
62)62) D. umyat janmi. 63)63) D. ajur wor.
VIII. DURMA
1. Kadya cidra1) galihe Sri Suryanggana/ matur mring nata rêksi/ pukulun
jêng eyang/ kawula nuwun sabda/ pangèstu madyaning jurit/ darmi ing
karya/ karya sang mahayêkti//
2. Angandika 2)wiku nata2) Dhêstharata/ ki prabu sun sabdani/ sirantuk ing
karya/ 3)ratri sun datan3) nendra/ rina sun acêgah bukti/ iku minangka/
yuwananing4) ajurit//
3. Angandika mring Narpati Duryudana/ kulup gawanên mijil/ iki sutanira/
Ki Prabu Suryanggana5)/ dêdimèn nuli miranti/ lan pamujinira/ yayi6) Arya
Sêngkuni//
4. Mung minangka kêkondhange sutanira/ Suryanggana nambungi/ eyang
singidana/ sampun katingal mêngsah/ lêbura dènmor lan siti/ mungna
kawula/ pukulun lawan malih//[49]
5. Yèn kataman pangèstu jêng wiku raja/ kawula anyagahi/ sadintên kewala/
sirna narpa Pandhawa/ nagari katuju dening/ gunging wadyamba/ dhuh-
adhuh sribupati//
1) C=D sinrang. 2) B=D natarêsi 3)3) B. ing latri sun tan. C=D. latri lan antuk. 4) B. yudaning.
lxix
lxix
5) D. Suryanggana. 6) B. ya ki.
6. Sampun dhahat sungkawa 7)ing tyas7) paduka/ 8)dene acandrèng8) bukti/
turing Suryanggana/ sarya9) nglulus gumbala/ ewa Rêtna Banuwati/
jumênêng sigra/ kondur mring langênpuri//
7. Kawuwusa Sang Aprabu Duryudana/ mundur sing ngarsa10) rêksi/ saha
Suryanggana/ datan kawarnèng marga/ wus makuwon sribupati/ ing
sitibêntar binoja mawarna11) di//
8. Pra Kurawa angêmbuli ing pamboja12)/ miwah Arya Sangkuni/ Gajah
Antisura/ lan Gajah Satrutapa/ ing rahina gung miranti/ gêgamaning prang/
ya ta Hyang Arka manjing//
9. Bubar sagung Kurawa ing bujana/ kawarnaa13) ing ratri14)/ Dhahyang15)
Kumbayana/ Sapwani Dewabrata/ sarênging praptanirèki/ Sri
Suryanggana/ gupuh mêthuk kang prapti//
10. Sarêng ingacaran 16)wus tata lênggahan16)/ gunêm masalah jurit/ tuwuk
srinarendra/ binukan sabda mulya/ katri17) ing para maharsi/ sangsaya sura/
18)ning tyas sri18)-narapati//
7)7) C=D. tyasing. 8)8) B. dene sanendra. C. dèn eca nendra lan. D. dene acandrèng lan. 9) B. sarwi (dsl). 10) B=C. ngarsèng. 11) D. ing warna. 12) tb. C. nya. 13) B. kiwanuha. 14) B. latri (dsl). 15) B. Dhanghyang. 16)16) B. wus tata alênggah. C=D. tata lêlênggahan.
lxx
lxx
17) B=C. tri ing. 18)18) C=D tyasira.
11. Kawuwusa atmajendra ing Mandraka/ satriya Madyapuri/ Arya Burisrawa/
duk nalika miyarsa/ Ngastina katêkan dening/ narendra sabrang/ ing ratri
mentar saking//
12. Kadi barat ing lampahe narpaputra/ dhasar trahing maharsi/ kaciwa ing
warna/ mèh sarupa raksasa19)/ jiblês Kaki Bagaspati/ pambêkan padha/
tranging driya wis sami//
13. Burisrawa ing ratri20) tumamèng pura/ nilip Dyan Bano-[50]wati/ ing
wanci samadya/ ratri21) kusumèng pura/ karuna alantik-lantik/ ingkang
sinambat/ madya kalima niki//
14. Pan mangkana sambate narpadayita/ dhuh-adhuh sribupati/ liwat aniaya/
sikara wong tan dosa/ paran tinêmu ing wuri/ dhuh dewaningwang/
rêksanên Pandhusiwi//
15. Duk samana pamuwusira sang rêtna/ wuwusên narpasiwi/ Arya Burisrawa/
dhèhèm jawi nêp lawang/ sang dyah sigra angaruhi/ sapèku jaba/ lir
swarane si adhi//
16. Dyan jumênêng mêngakkên inêping lawang/ sang arya wus kaêksi/
sèndhèn dènnya lênggah/ pitêkur marêp ngetan/ sang ayu nyandhak aglis/
astanira dyan/ malbèng kamar nulya glis//
19) B. rasêksa. 20) B. latri.
lxxi
lxxi
21) B. latri.
17. Wusnya lênggah ngandika kusumaning dyah/ paran karyanta yayi/ baya
ana karya/ umatur rajaputra/ kakang bok kawula nêmpil/ wartining pura/
lan22) wau kulup nyilip23)//
18. Ing sitinggil pinaranti pinakajang/ paglaran kêbak janmi/ napa Si
Lêksmana/ kang bok sing24) arsa krama/ mèsêm sang rêtna 25)ngling aris25)/
nora kayaa/ babo dhuh ari mami//
19. Katuwone sira tan tinari karya/ mengko le sun jatèni/ ana ratu prapta/
têka27) Praja Gumiwang/ jêjuluke Sribupati/ Suryaanggana/ nglamar
sutanireki//
20. 28)Glising rêmbug pêpanggile28) kakangira/ sirnaning Pandhusiwi/ saguhe
si sabrang/ malêmbung lir canthuka/ sesuk untabing prajurit/ [samangsa]29)
têka/ prajèng Cintakapuri//
21. Sinaguhan lawase bangêt sadina/[51] sirna kalima siki/ tinumpês sinirna/
nadyan wadon jêjabang/ mèsêm rahadyan saryangling/ ratu kang prapta/
kang bok dika titèni//
22. Aprasasat li-ili malbèng samodra/ sêsulung manjing gêni/ rèncèk mring
tumangan/ sukaning Destharata/ dupèh sirna sribupati/ Narendra Krêsna/
Janaka sarwi anis//
22) C. duk. 23) C=D. nilip. 24) C. kang. 25)25) D. lingnya ris. 26)26) C=D. dhuh babo. 27) C. saka. 28)28) C. gêlising rêmbug panggile.
lxxii
lxxii
29) b.d. C. A,B,C. samasa
23. Pinapada lan cêblunge Si Kurawa/ sabên ilang nêbusi/ jêr kalah botohan/
maring gyan ronggèng30) wuda/ pahe murcaning Jahnawi/ Bathara Krêsna/
sirna31) ana kang pinrih//
24. Layak bae Arjuna32) sirna taunan/ jêr mring Suranadi/ mêminta ing33)
dewa/ kadibyan kanugrahan34)/ wong dewane [mituruti]35)/ Narendra
Krêsna/ kang winênang mêmilih//
25. Nadyan36) iki kang bok têkane wong sabrang/ jawata kang pêparing/
nugraha gung marang/ wong agung Panduputra/ Kurawa mangka gêlidhig/
mikul garobag/ katampana Pandhusiwi//
26. Lah gih dawêg kang bok tiniten kewala/ 37)pêndhak taun pinaring/
ganjaran wong sabrang/ opahe mênang yuda/ sirnaning sang narpayêksi/
Manikmantaka/ Sri Kawaca narpati37)//
27. 38)Mari-mari nèkpun gêmêt ratu sabrang38)/ dityane Sri Rimurti/ sire
wong39) Kurawa/ pinalusung40) wong sabrang/ tan wruh 41)lamun
angusungi41)/ milane kakang/ cubluk papaning wasis//
30) D. murca. 31) D. murca. 32) C=D. Janaka. 33) D. mring. 34) D. kanuragan. 35) b.d. B.C.D A. mituturi. 36) B. najan (dsl.). 37)37) t.p. C. 38)38) t.p. C.
lxxiii
lxxiii
39) B=C. si. 40) B=C=D. pinalungsung. 41)41) D. yèn amung ngêngusi.
28. Bojo dika dhewe tinuntun lir menda/ lir sapi dènkêluhi42)/ tinuntun
jêmranthal/ anggêpe sinuwitan/ mring sagung pra maharsi43)/ para
pandhita/ tan wêruh digêgêring//[52]
29. Sire bungah sinuwita Dhahyang44) Durna/ Pandhita Ngatasangin/ êmpun
labêt punapa/ Kurawa têng Si Durna/ tan kadi Si Bayusiwi/ Si
Hendraputra/ potange amêdhati//
30. Pundi wontên45) wong dicicilake utang/ gêlême ngêlakoni/ Pandhita
Talkandha/ 46)Maharsi Dewabrata/ lair biyunge ngêmasi/ sagêde gêsang/
ngungsi Palasara Ji46)//
31. 47)Jêr barêngan lan laire Durgagana/ sinuson Durgandini/ malah dipèk
garwa47)/ mring Sêntanu srinata48)/ pratignyane andhêrindhil/ rak gih
Kurawa/ kang bok ginawe nicil//
32. Si Sapwani49) umadêg sayêmbara prang/ têng Nagri Nglokabumi/ prang
lan Diwangkara/ gih Wisabajrasuta/ kang 50)rinêbut Dyah Lokati50)/
putriyu endah/ ampuna ditulungi//
33. Maring paman aji Pandhu baya modar/ dipêndhêm ing51) pratiwi/ kapindho
winehan/ anak Si Jayadrata52)/ walêse pasthi53) nêkani/ dhatêng Pandhawa/
anakan Kurawa ji//
42) B=C = dikêluhi. 43) B=C. narpati.. 44) B. Dhanghyang. 45) C. ana. 46)46) t.p. C 47)47) t.p. C. 48) B. rêksindra. D. yêksendra. 49) D. Sapyani. 50)50) C. ribut dyah lokawati.
lxxiv
lxxiv
51) B. mring (dsl). 52) C. Jayajrata. 53) D. mêsthi
34. Têka bungah ngrasa tinunggu pandhita/ tan wruh ginawe nicil/ Adipati
Karna/ napane lan Pandhawa/ kakang Baladewa aji/ dulur nak sanak/
pundi margane bêcik//
35. Lir ngalindur pangucape Burisrawa/ tan kêna dènsêlani/ sawusnya
ngandika/ angulat banjur lunga/ kadumêlan54) lir [wong]55) baring/
gantya56) winarna/ kang mêkuwon sitinggil57)//
36. Sribupati 58)ing Gumiwang58) Suryanggana/ lawan [Durna]59) Maharsi/
Sapwani twin Bisma/ sawêngi60) pirêmbugan/ tan ana kang antuk guling/
ya ta miyarsa/ ana swaraning paksi//
37. Bêbarungan61) mangsa woh wringin mandera/[53] ngungak ngetan sang
aji/ myat ujwalèng surya/ lir manunu ing [ngwiyat]62)/ gugup tyasnya
sribupati/ rêkyana patya/ karone dèntimbali//
38. Kinen atêngara [budhalakên]63) wadya/ marang Cintakapuri/ gajahku
saosna/ ning wetaning pamedan/ gumuruh swaraning janmi64)/ baris atata/
tan nganti dènabani//
54) B. gêdumêlan. C. gamêndêlan. 55) b.d. B, C,D. A wor. 56) B. ganti. 57) D. sitigil. 58) D. Gumiwang sri. 59) b.d. B,C,D. A. Druna. 60) D. sadalu. 61) B. atarungan. D. abarungan. 62) b.d. D. A,B,C. tyas.
lxxv
lxxv
63)63) b.d. C. A,B,D. budal saha. 64) D. jalmi.
39. Taksih gègèr barise 65)wong ing65) Gumiwang/ wuwusên sribupati/
manêmbah mring eyang/ sang pandhita têtiga/ angandika sang maharsi/
mangayu bagya/ dhuh putu sribupati//
40. Katamana 66)ing nugrahaning66) jawata/ ing karya dènlêstari/ ya ta
Suryanggana/ manêmbah wus umangkat/ praptèng pamedan wus nitih/
dirada wasta/ dewadaru67) gêng inggil//
41. Ting paluncar busananing kang matêngga/ kasorota Hyang Rawi/ têmpur
lan busana/ nira srinaranata/ ting galêbyar ting parêlik/ tan wusing ucap/
rêngganing busana di//
42. Duk samana Sang Aprabu Suryanggana/ nolih anganan68) ngering/ ing
wuri kabêgan/ wadya bala sumahap/ sang nata wus nyasmitani/
dwipangganira69)/ anjrit tlale [mangigil]70)//
43. Yèn angadêg lir tejane wiku tapa/ katon wênès amanis/ yèn malêngkung
kadya/ kêkuwung minum toya71)/ yèn têlale mobat-mabit/ pan kadya kilat/
sinêrang anglir thathit//
44. Patih Gajah Antisura wus grahita/ ngarungu Gajah muni/ anêmbang
têngara/ gong beri abarungan/ badhe lir swarèng wiyati/ swara
angangkang/ ulêngan kang prajurit//
65)65) D. ingwang. 66)66) C. kanugrahaning. 67) B=C. mêrak dangu. 68) C. inganan.
lxxvi
lxxvi
69)69) B=C. dipangganira. D. ingkang dipangga. 70) b.d. D. A,B,C. tuminggil. 71) B. tirta (dsl).
45. Winatara nêm ewu prajurit kuda/ bagu-[54]s prawirèng jurit/ prajurit ing
ngarsa/ wignya sinranging guna/ nyandêr nututi sang aji/ bantala obah/
gumludhuk anggêtêri72)//
46. Kang minangka têtindhih prajurit kuda/ sira Rêkyana Patih/ Gajah
Antisura/ dharat lêksan awendran/ senapatining pra73)-jurit/ lêlajêring
prang/ pun Satrutapa Hèsthi//
47. Patih tuwa prawirèng prang ing aguna/ mangka sirahing baris/ sangsaya
rahina/ akèh nusul kang wadya/ kang anèng jawining nagri/ ing
pasanggrahan/ lumayu rêbut dhingin74)//
48. Lir sadaya-daya jêjarah bêrana/ sasolahe gêgirisi/ wruh ratuna têbah/
marma tan ngrasa sayah/ wong kang wisma pinggir margi/ nyalini
têmbang/ ingaran gula milir//
IX. DHANDHANGGULA
1. 1)[Tan winuwus lampahing kang]1) baris/ kawuwusa wong Praja Ngastina/
kang pêrak marga wismane/ kèh samya andêdulu/ untabing kang baris
lumaris/ dêlêdêg tanpa kêndhat/ sawênèh 2)kang wêruh2)/ untabing prajurit
sabrang/ akèh ingkang tutup lawange kinunci/ jrih solah gora godha//
72) D. gêgêtêri
lxxvii
lxxvii
73) t.p. D. 74) B. dhisik (dsl). 1)1) b.d. D. A,B,C. Wus tan winarna lampahing. 2) B. awêruh.
2. Ya ta ingkang kawuwusa malih/ pandhita ing Wukir Saptaarga3)/ ing
Martawu pratapane/ trahing Hyang Brama Wisnu/ tan ingucap uruting
ngluri/ ing carita rinupak/ mung kang dadi catur/ panêngraning kang
pandhita/ Rêsi Krêsnadipayana lawan malih/ Bagawan Abiyasa//
3. Apêparap Palasarasiwi/ 4)pandhita trang anetra4) bathara/ jinurung barang
ciptane/ kang durung mijil wus wruh/ lan winêca bakal baboni/ ing rat
Jawa satêrah/ ing sabrang kinumpul/ wungu tyas Dipayana/ katêdha-
[55]kan Hyang Wisesa amêmisik/ ing purwa myang wasana//
4. Wusing purna wisiking dewa di/ nulya sêmedi Sri Dipayana/ anglela trang
pamawase/ luwaraning panêkung/ pan sakala musna sang rêsi/ nunggal
mring pinangkanya/ tan ngrika tan ngriku/ ya kabèh ya Dipayana/ wus
kinumpul cipta rasa dadi siji/ ginulung kang bawana//
5. Ya ta sanalika wus anunggil5)/ nata Pandhawa Sri Darmatmaja/ sirna mulih
mring purwane/ sakadang garwanipun/ saisining Cintakapuri/ wêwêngkon
jroning kitha6)/ kabèh sirna gêmpung/ bêburon siji tan ana/ kari wadhah
isine kabèh wus mulih/ mring jaman kalanggêngan//
3) B=C. Saptarêngga. 4)4) D. pandhitrang anetranya 5) D. nunggil. 6) B=D. kutha. C. pura.
lxxviii
lxxviii
6. Yèn ujaring wong kang ahli tèki/ larangan yèn ingucap sumewa/
mudharake bêbundhêlane/ 7)paranta yèn winuwus7)/ 8)nganggo seba Hyang
Udipati8)/ 9)miwah kang amisesa9)/ dating10) sira iku/ marêm lamun
winasesa/ yèn karêpe sastra boya jajar carik/ mung ngumpul miwah
nunggal11)//
7. Kunêng muksaning12) Sri Pandhawa ji/ kabèh isining Praja Ngamarta/
Sang Biyasa sudibyane/ karya sasmita samun/ ana ingkang galagah
langking/ tuwuh ing Balekambang/ gandanya rum marbuk/ akêmbang
rêtna sumunar/ ujwalane surêm Hyang Pratanggapati/ mênuhi tri
bawana//[56]
8. Lan tan ana swara kang kapyarsi/ kêkayon gung tan ana kukila/ kupu
kinjêng ilang kabèh/ tirta minane suwung/ mung pangliking jagat kapyarsi/
pindha karunaning dyah/ angrês-rêsi kalbu/ winasesa tanpa sesa/ mangsa
naa wong myarsa mung winitawis/ lendhe mangsa bodhoa//
9. Kang 13)miyarsa caritaning tulis13)/ sampun duka dhatêng kang ngrumpaka/
endah punapa èstune/ wong juru tulis gunung/ rak alane wong duwe abdi/
kêmaruk ajang klapa/ kawruhe paruthul/ prayogane mung sapala/ de tan
sêdya winêntar lyaning sujanmi/ mung rinasuk priyangga//
7)7) C. yèn wus trang kang tinêmu. 8)8) C . yogya iku sinimpên budi. 9)9) C. rumêksa kang sumewa.
lxxix
lxxix
10) C. datde. D. dadi. 11) C. misah. 12) D. samuksane. 13)13) C. miwiti amung winitawis.
10. Kadya taman kocape ing ngarsi/ têmbung nalika Sri Dipayana/ katêdhaka
jawatane/ mung mrih prayogeng têmbung/ êndi ana Hyang Udipati/
anganggo têka lunga/ dene kaya dhukun/ satêmêne iku layak/ nalikane
sang rêsi nungku sêmedi/ sirna Sri Dipayana//
11. Sirna têng pundi ênggène ngalih/ sirna satuhu sarira tunggal/ kumpul
kêmpêl sayêktine/ tuwin ucape wau/ Dipayana nganggo diwisik/ bisikan
ajêng napa/ kapyarsa nyalimut/ kang satuhu14) Dipayana/ tanpa karna
nanging pamyarsa tan gêmpil/ sèwu wong binisikan//
12. Tanpa lidhah Palasarasiwi/ pamuwuse lir gêlap nêm kirna/ cêtha tan pelo
wuwuse/ tanpa netra sang wiku/ sabuwana nglela kaèksi/ bok won-
[57]têna punapa/ mas Biyasa gih wruh/ 15)[ingsêpe tanpa gêrana]15)/
panggandane sajagad niki katiyubing/ [anggêpe] 16) wasis wijang//
13. Elo gih mas sampun salah tampi/ botên gruwung Rêsi Dipayana/ saès
dènkapitan wanèng/ 17)êmpun maneka banjur17)/ sakarsane18) gène mastani/
botên sasriking manah/ [lo mas]19) yêktosipun/ mung ampun kenging
gêpokan/ kadursilan niku mas sing kula puji/ manjing20) mawon lak
nêdha//
lxxx
lxxx
14) B=C. sabdaku. D. satuhune. 15)15) b.d. B=C. ingsêpe tanpa gêrana. A. ucape datanpa grana. D. ucape tanpa gêrana. 16) b.d. C. A,B,D. ambête. 17)17) C. êngko mas nèk kêbanjur. 18) D. sakrêsane. 19)19) b.d. D. A,B,C. loman. 20) D. mancing.
14. Kawuwusa sang srinarapati/ ing Gumiwang sangsaya wus pêrak/ pan
binantêr ing lampahe/ tan kandhêg rintên dalu/ kang kamargan 21)wong
desa miris21)/ 22)jrih samya22) ngili marang/ jurang miwah gunung/ rajakaya
tinuntunya23)/ malbèng wana gumrumung24) swaraning tangis/ rantab
lampahing janma25)//
15. Enêngna sangsaraning wadya lit/ natèng sabrang praptèng jaban26) kutha/
kanggêg manguning driyane/ myat ngiwa nêngên suwung/ nora myarsa
swaraning janmi/ bêburon rajakaya/ sêpi tan kadulu/ pangumbaran jroning
kandhang/ lan tan ana swaraning sata lan27) pêksi28)/ cuwa tyasnya sang
nata//
16. Saya nêngah ngambah jroning nagri/ sinalasah sang nata parentah/ wisma
linebonan kabèh/ wonge nora kadulu/ gêdhong-gêdhong binukak sêpi/
wadhah kèh ginaledhah/ 29)anggalodhang suwung29)/ isine kabèh tan ana/
30)inêbing kang30) lawang tan ana kinunci31)/ bingung tyas srinarendra//
21)21) C. wonge samya giris. D. samya jrih miris. 22)22) D. wong desa. 23) B. tinuntunan. (dsl.). 24) D. gumuruh.
lxxxi
lxxxi
25) D. jalma. 26) D. jawi. 27) B. myang. 28) C=D. paksi.
29)29) D. galodhok asuwung. 30)30) D. lan inêbing. 31) B=C. kinancing.
17. Taksih manggung gègèr munggèng èsthi/ kyana patih anung-[58]gal
saplana32)/ sang nata lon andikane/ eyang paran ing kayun/ luwih anèh
lakon puniki/ manira boya duga/ Sangkuni lon matur/ sinuwun watawis
kula/ 33)muwung ingkang janma ngalêmpak mring33) puri/ sumiwi ing
sang nata//
18. Ing 34)kaparênging karsa34) sang aji/ sinêngkakna lampahe kang wadya/
lan kinêpungan purane/ saking35) watawis ulun/ sang aprabu Cintakapuri/
wus tan sumedya lawan/ jrih prabawèng prabu/ giris myarsa36) gunging
wadya/ nanging wontên watawis kawula malih/ wontên purwaning lingga//
19. Jêr Pandhawa sawung kang upami/ mangka ing mangke botohe minggat/
tan wontên kang nandhingake/ ngandika sang aprabu/ kadi pundi ngangge
tinandhing/ Sêngkuni ngoso mojar/ sumangga sinêrung/ bok mênawi sêlak
minggat/ dyan37) sang nata pun dewadaru ginitik/ anggrêng38) jumangkah
rikat//
20. Sawadyane pinêlak umanjing/ praptèng jawi lun-alun pamedan/ sang nata
39)gêla ing tyase39)/ kanggêg tyas kapirangu/ lir kagêman kacuwèng rêsmi/
mêdhun saking dwipangga/ dharat sang aprabu/ nênggêl mangidul
lampahnya/ ngalun-alun paglaran tan ana kang nangkil/ minggah mring
sitibêntar//
32) D. sapana.
lxxxii
lxxxii
33)33) C. suwung ingkang janma ngalêmpak mring. D. suwung jalma ngalêmpak ing dalêm. 34)34) D. kaparêng karsaning. 35) B. nanging. 36) C=D. mulat. 37) C. ge. 38) C. anggor. 39)39) C. cuwa galihe.
21. Suwung gomblang40) sang nata lumaris/ wus 41)angancika praptèng41)
palataran/ balinguh ing paningale/ janma myang swara suwung/ têbah jaja
srinarapati/ sêsèndhèn wit drêsana/ gandrung amangkung/ kawangwang
kusumaning [59] dyah/ salin cipta 42)ngrêrêpa sabda42) rum manis/ dhuh
intêning Gumiwang43)//
22. Gambiring rat sadhat wisa mandi/ wrêksaning ron kang pindha tyas kamal/
karya gêla wêkasane/ [manabda]44) ing ngaluhur/ Minak Luyubraja ing
ngarsi/ Kramasarana aprang/ mrih bêdhah praja45) gung/ wêwalêr
tumraping sastra/ tyas kacuwan [saha]46) kang pinurih jurit/ wurung
nêmbramèng sira//
23. Sakala èngêt srinarapati47)/ sigra manjing mring jro prabasmara/ jinajah
mring saubênge/ gêdhong-gêdhonge suwung/ sakèh wadhah wus tanpa isi/
mring kêbon lêlangenan48)/ tan ana kadulu/ Patih Gajah Antisura/
Satrutapa sarêng prapta awotsari/ lon matur ing sang nata//
24. Dhuh pukulun sang srinarapati/ kawula wus jajah jroning praja/ èstu tan
wontên banèke/ Sêngkuni lon umatur/ padukanggèr kataman ing sih/
saking eyang paduka/ Dhêstarata wiku/ miwah kang para pandhita/ rintên
dalu tansah dènira sêmedi/ mangayu-ayu bagya//
40) C. gêmpung. 41) B. angandika anèng. C. angancika prapta.
lxxxiii
lxxxiii
42)42) C=D. nêbda ngrêrêpa. 43)43) D. pun kakang. 44) b.d. B. A,C,D. panabda. 45) C. dadya. 46) b.d. B. A,C,D..sata. 47) D. sribupati 48) B. klangênan.
25. Estu ampuh sabdaning maharsi/ ing sirnane pun nata Pandhawa/ lan
isining praja kabèh/ pinulung kinakêcut49)/ de mitrane Sang Hyang
Pramuni/ inggih Bathari Durga/ jêr pun Pandhèwèku/ sinihan pinutra-
putra/ kados-kadosing dêdugi botên têbih/ marma jêng srinarendra//
26. Sampun dhahat sungkawaning galih/ jêr drubiksa ajrihing linila/ sang nata
lon andika-[60]ne/ hèh patih ro sirèku/ ingsun mundhut dayanireki/
prayogane linakyan/ kya patih umatur/ anjawi karsa paduka/ tinilara yèn
tinêngga tanpa kasil/ dêduka tanpa lawan//
27. Mung tinêngga acatur50) bupati/ 51)lawan prajurit mung winatara51)/
pratandha kagêm prajane/ ing têmbe yèn wus katur/ ing ramanta
srinarapati/ sakarsaning sang nata/ jêr paduka sampun/ anglampahi ing
karyèndra/ lan kabêgjan tanpa prang rajane anis/ wus manjing dhatulaya//
28. Namung sêrike gusti sakêdhik/ pundi ingkang winastan jayèng prang/ dene
tanpa panrêngane/ rajane tan kapikut/ jêjarah têtawan sêpi/ katujune ki
lurah/ Plasapita tumut/ ngêngondhangi ing paduka/ mangka sêksi
bêdhahing Cintakapuri/ ing solah wus kapriksan//
29. Lipur dukanya srinarapati/ wus ngundhangan lir ture kya patya/ amaju pat
pabewake/ pinilih ingkang tugur/ bupati kang prawira sêkti/ nyatus prajurit
lxxxiv
lxxxiv
dharat/ tur samya gul-agul/ risaksana srinarendra/ wus anitih dwipangga52)
lawan Sêngkuni/ kêbut53) sawadyanira//
49)49) C. kêna ngêsuk. D. kinakêsut. 50) D. apapat.
51)51) D. mung prajurit ta ing sawatara. 52) B. turangga. 53) D. ketut.
30. Beda lawan angkate sang aji/ rêrikatan ing mangke lon-alonan/ mandhêk
mayong kêrêp lèrèn/ mung agung kapirangu/ amirangrong saya ngranuhi/
munggèng rêngganing liman/ gandrung {amangungkung}54)/ manguna-
[61]ndikèng wardaya/ kaya paran ing karya lamun tinampik/ suka
matiyèng paran//
31. Dhuh saiba ucape wong cilik/ yèn sun muliha Praja Gumiwang/ nora katon
dhèncèng-dhèncèng/ kusuma wadung pantun/ prajurit prang anggung
kalindhih/ dhahat anganiaya/ nora milu kondur/ tan sae myat ing sujanma/
puput jiwa bêdhug têngaraning jurit/ 55)kataman matyèng55) rana//
32. Saya liwung tyasnya sribupati/ sru kacuwan tan linawan ing prang/
tambuh-tambuh wiyogane/ mèh tan panon sang prabu/ anggulèyèh
luhuring hèsthi/ gupuh Kya Patih Soman/ rinangkul sang prabu/ Patih
Gajah Satrutapa/ amrêpêki matur mring Arya56) Sangkuni/ kados pundi ki
lurah//
33. Yèn kalawan pinujuning galih/ wayah paduka srinaranata/ prayogi
kinundurake/ supados lêrêmipun/ liwunge tyas antuk panggalih/ nèng
Dhukuh Sokalima/ kataman ing wuruk/ ing Sang Dhahyang57)
lxxxv
lxxxv
Kumbayana/ 58)mung ki58) lurah ngaturna lampah puniki/ mring59) jêng
srinaranata//
54) # A,B,C,D. amangunkung. 55)55) B. têka tan matyèng. 56) D. Patih. 57) B. Dhanghyang. 58)58) B=D. mugi. 59) D. ing.
34. Pinujune60) ki lurah pinaring/ mangka pamomong wayah paduka/ dhuh
lurah paran dadose/ tan bodho sang aprabu/ anauri Arya Sêngkuni/ kulup
iya prayoga/ ngong61) iya miturut/ wus mudhun saking wahana/ nyengklak
kuda kundêr62) lampahing turanggi/ dadya sowang-sowangan//[62]
35. Kacarita Dyan Arya Sangkuni/ wus tumamèng ngabyantara nata/ katur
kabèh pratingkahe/ lan undure sang prabu/ ing Gumiwang dhahat prihatin/
sang nata myarsa eram/ kunêng kang winuwus/ kang Kahyangan
Cakrakêmbang/ Sang Bathara Kamajaya lawan sori/ Dêwi Ratih
wranggana//
36. Sang bathara angandika aris/ kaya paran wartane rinira/ têka jênak
panunggune/ mukti anèng swarga63) gung/ siniwi mring pra widodari/ baya
tan eling marang/ kang kari nèng dunung/ mokal yèn tan kawangwanga/
ing Cintakapura rinubiru dening/ raja64) têka ing sabrang//
37. Ing samêngko65) yayi sribupati/ lan sagotra ing Cintakapura/ sinimpên
trêtib66) ênggone/ praptaning ratu mungsuh/ tan umiyat janma sawiji/ isi
lxxxvi
lxxxvi
wadhah binerat/ têkan sato suwung/ umatur dayita dewa/ yèn makatên
[prayogi]67) sêkar sinalin/ kang sae salobongan//
60) C. katujune. 61) B. nong. 62) B. nyandêr. C=D. nandêr. 63) D. praja. 64) D. ratu. 65) C. mêngko si. 66) B. tartib. 67) b.d. B,C,D. A. kang sae.
X. ASMARADANA
1. Paran karsaning sang yogi/ sirnane yayi paduka/ pangrêksane ing karaton/
angling Sang Hyang Kamajaya/ 1)yayi ayo1) lan sira/ [nganglangi]2) ngiras
têtunggu/ kadhaton Cintakapura//
2. Umangkat sang maharêksi3)/ kadi garudha manglayang/ alon-lonan ing
lampahe/ ana kang jawata prapta4)/ kawangwang tanpa sangkan/ bagus
cahyanya umancur/ jêjuluk Bathara Maya//
3. Hyang Tunggal ingkang sêsiwi/ mula-[63]ne5) Bathara Maya/ prapta
pitutur yêktine/ mring putra Hyang Kamajaya/ kulup dènage sira/
têtulunga mring arimu/ sang nata Cintakapura//
4. Siniya mring Kurupati/ nyuraya6) mring ratu sabrang/ karêpe kinarya7)
tèdhèng/ tangkis dêdukaning dewa/ ing mêngko arinira/ sinimpên mring
Hyang Maha Gung/ ngenaki tyasing durmala//
lxxxvii
lxxxvii
5. Umpama ora piningit/ kongsia têmpuhing aprang/ kêriga8) wong sabrang
kabèh/ di margane sor ing aprang/ lare nêmpuh samodra/ sira salina
jêjuluk/ arana Si Partadewa//
1)1) D. ayo yayi. 2) b.d. C. A,B,D. nganglani. 3) B. maharêsi (dsl.). 4) C. têka. 5) B. marmane. 6) C. asrunya. 7) B=D. ginawe. 8) B. ngêriga.
6. Yèn ana takon sirèki/ minangka Kilasawarna9)/ Tejamaya parêpate/
sutaning [Kilatbawana]10)/ kadang Ujwalamaya/ wis mangkata sira kulup/
jujuga jro datulaya11)//
7. Kamajaya wus lumaris/ Hyang Maya wus tan katingal/ bali mring pêrnahe
manèh/ Partadewa praptèng pura/ wuwusên mantri sabrang/ kapat pinuju
akumpul/ ngubêngi wêngkoning pura//
8. Nalikarsa manjing puri/ kaparanggul Partadewa/ 12)bupati kucêm ulate12)/
tanya lambene wel-welan/ gusti sintên paduka/ lan pundi pinangkanipun/
13)punaparsa mundhut nyawa13)//
9. Kang abdi naming sadêrmi14)/ purun ngambah jroning pura/ ngêmban
karsaning sang katong/ ngandika lon Partadewa/ yèn sira tanya mring
wang/ sun iki têka ing gunung/ arane15) Kilasawarna//
10. Gêng luhur jurange rumpil/ dhukuhku ing Tejamaya/ Partadewa aran I-
[64]ngong/ garwèngsun iki wranggana/ panêngran Kandhilaras/ sutaning
pandhita luhung/ jêjuluk Kilatbawana//
lxxxviii
lxxxviii
11. Pandhita trang ing pangèksi/ kadanging ujwalamaya/ 16)sira sayêkti16)
kinongkon/ gustimu natèng Gumiwang/ Si Prabu Suryanggana/ kang
brangta putrining ratu/ Mahaprabu Duryudana//
9) C. Kalasawarna. 10) b.d. B,C,D. A. Kilatrupa. 11) B =D. datulina. 12)12) t.p. D. 13)13) D. kang abdi nyuwun sajarwa. 14) D. sadrêmi. 15) D. pratapa. 16)16) B=C. sayêkti sira.
12. Kang aran Lêksmanawati/ jaruman Pandhita Druna17)/ wis padha muliha
bae/ tutura ing rakanira/ ingsun kang ngarsa-arsa/ paran ta gêlêm tinuntun/
18)[miitênah wong tanpa dosa]18)//
13. Lamun tan gêlisa prapti/ sun tunu praja Guumiwang/ sun kang bakal
malêsake/ niayane gustinira/ marang nata Pandhawa/ ujêr iku
mitraningsun/ ing tyas wus saeka praya//
14. Sandika aturing mantri/ manêmbah arsa umangkat/ padhambruk ting
gloyor kabèh/ sakojure awel19)-welan/ ting karênggos barangkangan/
prapta sajaban kadhatun/ wus samya pajar rewangnya//
15. Prajurit kabèh milyatis20)/ budhal lampahe ginêlak/ ing marga tan
winiraos/ ganti ingkang winursita/ kang wontên Madukara/ garwa Arjuna
waruju/ kusuma Drupadaputra//
16. Iya kusuma Srikandhi/ kocap murcaning Arjuna/ duk sacandra21) ing
murcane/ garwa kang sêpuh priyangga/ putri saking Madukara/ Rêtna
Basudewasunu/ panêngran Rêtna Sumbadra//
lxxxix
lxxxix
17. Kondur marang Dwarawati/ Srikandhi garwa ampeyan/ kang kari têngga
purane/ Bimanyu putra Sêmbadra/ miwah Radèn Sumitra/ Su-[65]lastri
ingkang sêsunu/ kang têngga nèng kasatriyan//
17) B. Durna (dsl.). 18)18) b.d. C. A,D. mrih mitênah wong kang dosa. B.mrih pitênah wong kang dosa. 19) C. uwêl. 20)20) D. samya tis. 21) B. sawulan. D. amurca.
18. Wong agung ing Pringgadani/ kang tugur ing Madukara/ dhasar kulina
slawase/ Srikandhi miyarsa warta/ lamun Nagri Ngamarta/ katêkan
parangmuka gung/ tèka Nagara Gumiwang//
19. Malah gumrahing22) pawarti/ Sang Aprabu Darmaputra/ lolos sagarwa
putrane/ ari 23)katiga nut23) raka/ Bima lan Madrim putra/ tumpêsan kang
para wadu/ malah praja wus kabêgan//
20. Dening ratu manca bumi/ kang anglana saking24) sabrang/ ing Gumiwang
gung wadyane25)/ ya ta Radèn Gathutkaca/ miwah Jahnawiputra/ 26)wus
samya26) kalih ingutus/ mring Praja Cintakapura//
21. 27)Angyetèkakên ing warti27)/ têmên doraning pawarta/ wus umangkat
radèn karo/ mung 28)lawan tri28) punakawan/ lumampah gêgancangan/
ciptaning tyas bela lampus/ paribara nêmu arja//
22. Sira Radèn Bimasiwi/ mêsat mijil jumantara/ lir kaga raja ibêre/ krodharsa
ngrabasèng mêngsah/ Rahadèn Partasuta/ tan kandhêg ing lampahnya wus/
umanjing sajroning praja//
xc
xc
23. Miyat29) nganan30) ngering31) sêpi/ tan ana bawaning janma/ têkan manuk
ora katon/ kêkayon wohe tan ana/ rinèng tyas Partaputra32)/ mèh sirna
krodhaning kalbu/ wadya tumindak lon-lonan//
22) B. jimrahing. C. gumyaking. D. jumrahing. 23)23) B=C. tiga nuting. 24) D. sangking. 25) C. prajane. 26)26) D. kalih wus. 27)27) B=C. anggyèkakên ing warti. D. anyêtèkkên ing pawarti. 28)28) D. tri lawan. 29) D. umyat. 30) B. ngiwa (dsl.). 31) B. nêngên (dsl.). 32) B=D. Partasuta.
24. Pamyarsa paningal sêpi/ prapta pinggiring pamedan/ lun-alun ngalela
katon/ asêpi tan ana janma33)/ ngandika marang Sêmar/ kaya paran
pamikirmu/ elok lakon Ngamarta// [66]
25. Endi kang minangka saksi/ bêdhahe praja Ngamarta/ ora ana lêlabête/
tumpêsên wong ing Ngamarta/ tan ana sarah bathang/ kabèh omah padha
suwung/ têkan isi kari wadhah//
26. Bêburon tan ana kèksi/ sêpi tan ana sabawa/ Badranaya lon ature/ mila
srêp manah kawula/ ningali têtingalan/ punika elok kalangkung/ dede
pandamêling tiyang//
27. Kados pitulunging widhi/ asih 34)paring kanugrahan34)/ karya cawêngahing
mungsoh/ kados sadèrènge prapta/ mêngsah sirnaning janma35)/ lurah
kanthong manabda sru/ wuwuse iku wis ora//
xci
xci
28. Rak mung gonmu ngathik-athik/ wong tan ana mungsuh têka/ minggat
saduwèke brèsèh/ ya ta Arya Bimasuta/ prapta sarwi karuna/ kang rayi
anggung rinangkul/ pamuwuse kawlas arsa//
29. Dhuh ariku wong asigit/ iki ana dayaning tyas/ ayo lumèbu kadhaton/ yèn
jêng uwa wus tan ana/ 36)mêngko mrih budidaya36)/ aku nut ing sakarêpmu/
lara pati aja pisah//
33) D. jalma. 34)34) C. mrih kang nugrahan. 35) D. jalma. 36)36) C. mring budidayanya.
30. Ya ta rahadyan37) kêkalih38)/ tumindak arsa mring pura/ sangsaya onêng
driyane/ de samarga tan umiyat/ sipating kang sujanma/ ing srimanganti
wus rawuh/ laju malbèng palataran//
31. Wuwusèn kang pindha rèksi39)/ Partadewa lan kang garwa/ Kandhilaras
anulya ge/ mêthuk rawuhe kang putra/ Bimanyu Gathutkaca/ [67]
akekehan sang rêtna yu/ kèndêl 40)têpining taratag40)//
32. Sang rêtna awanti-wanti/ pamêluke mring Rahadyan/ Bimanyu naratap
tyase/ ya ta Bambang Partadewa/ nabda mring Badranaya/ lurah warahên
anakmu/ bok ing tyas saya gupita//
33. Lurah Sêmar matur aris/ mring Radèn Jahnawisuta41)/ sampun 42)kagèt
gèr42) yêktose/ punika43) satriya ngarga/ mitrane rama dika/ Kilaprupa kang
sêsunu44)/ nama Bambang Partadewa//
xcii
xcii
34. Nyudara sinarawèdi/ kang tapa Ki Lasawarna/ mirsa kang dèrèng kêlakon/
ya ta Bambang Partadewa/ numpangi ing panabda/ kulup tuture wakamu/
kabèh iku apa nyata//
35. Lurah mlêbua mring puri/ katemu45) lan sutanira/ sakarêpmu ana kabèh/
dèn tutug ênggonmu nadhah/ Sêmar wus manjing pura/ myat boga nadhah
sumrikut/ kunêng wuwusên [mandhapa]46)//
37) B. rahadèn (dsl.). 38) C. kalih glis. 39) B=D. rêsi. 40)40) D. satêpining tratag. 41) C=D. Jahnawiputra. 42)42) C. dènkagèt. 43) D. puniku. 44) D.sunu. 45) C=D katêlu. 46) b.d. B. A=C. Pandhawa. D. pandhapa.
36. Wus samya 47)atata linggih47)/ radyan ro lan Partadewa/ kapat wranggana
rowange/ Partanggung anyidhikara/ mring putra mrih lêrêma/ kalihe48) pan
wus linipur/ linut siliring maruta//
37. Ya ta rahadèn kêkalih/ lêsu lungkrahe wus ilang/ sumuking tyas sirna
kabèh/ kadhaut pangaribawa-49)/ nira Sang Partadewa/ sêgêr sumrah
angalumut/ 50)ya ta50) Bambang Partadewa//
38. Ngandika mring radèn kalih/ kulup sun wêca mring sira/ wong tuwamu
lêlakone/ pamadya51) Endraputra/ tan kêna ing sangsara/ ing mêngko apan
mèh [68] timbul/ 52)têka sêsêngkêraning hyang52)//
39. Besuk wong tuwanirèki/ mulih anggawa nugraha/ linuwih sajagad kabèh/
jêr dewanggung kapotangan/ mring ramanta Ki Parta/ unggahe sang yêksa
prabu/ ngrabasa Endrabawana//
xciii
xciii
40. Jawata anggung kalindhih/ yèn aja tinulungana/ mring wong tuwamu
yêktine53)/ sida rusak Suralaya/ dêripun ing yaksendra/ ramanira kang
mitulung/ mati [Newatakawaca]54)//
41. Sabalane tumpès tapis/ dening hruning55) sarotama/ tinunu barêng kuthane/
marma gung sihe bathara/ kinudang linambana/ dene sirnane ibumu/ yèn
mungguh56) palwèng samodra//
47)47) B=C. tata alinggih. 48) B=C. karone. 49) B=C. pangaribawanira. 50) B. nahan. 51) B. ki madya. 52)52) B. kêrasa tengeraning hyang. 53) B. bektine 54) b.d. B,C,D. A. Nirwatakawaca. 55) C. srune. 56) D. munggwèng.
42. Layare ibunirèki/ supaya lakune kêbat/ glisa têka pamurihe/ lan ana manèh
upama/ sorog kuncining lawang/ wênganing sihing dewa gung/ pambuka
nugraha mulya//
43. Jêr ibunira linilir/ dening mustikaning dewa/ linuhur lan wranggana kèh/
besuk timbule barêngan/ miwah wakira nata/ Pandhawa tan kêna lêbur/ tur
bisangsung57) mulyaning rat//
44. Dalaning guna myang dhêsthi58)/ mung kêrêp matèni badan/ cêgah suka
sapadhane/ anyimpar boja lan59) nendra/ sukaning aji jaya/ marga kawiryan
pan kudu/ andhap asor wani ngalah//
45. Ing pêpêsthèn dènkawruhi/ sumingkir barang jubriya/ gêdhe sabar
panrimane/ marga gèr wong tuwanira/ durung pêdhot subrata/ anglêluri
marang kang wus/ kang tèki ing Saptarêngga//
xciv
xciv
46. Awit lêluhurirèki/ Sang 60)Rêksi Manumayasa60)/ trah jawata parandene/
de arsa baboni ing rat/ Jawa lulus mêngkua/ tan kagèt yèn sinrang ing dur/
têguh bakuh ora obah// [69]
47. Aja kaya sastra warih/ dhèk61) bayi ora digêbyag/ tan kêna kêmrêsêk kagèt/
sira kulup pêpacangan/ mijèni para raja/ dèn bisa mong sariramu/ têgêse
mong ing sarira//
57)57) C=D. bisa sung. 58) B. sêkti (dsl). 59) B. myang (dsl.). 60)60) B. Bêgawan Parikênan (dsl.). 61) D. gèk.
48. Kinuwayan marantèni/ êndi lire kinuwayan/ ngawruhi62) bakal pakewuh/
kang 63)tan mrih63) arjaning driya/ pantês yèn sinimpangan/ mangka wruh
marga pakewuh/ yèn tinrajang aran maha//
49. Têgêse wong mirantèni/ dumunung kang sihing badan/ mung64) rong
prakara anggere/ yèn badan kataman panas/ lilingên witing ana/ ing
panyirêp aja ngawur/ kalamun tan mêngkonoa//
50. Ya ta rahadyan kêkalih/ kathah pamyarsaning sabda/ dhahat ayêming
galihe65)/ nêmbah matur angrêrêpa/ pukulun dunungêna/ supados padhang
ing kalbu/ nauri Sang Partadewa//
51. Kulup gènira mêt krami/ yèn tan kêparênging driya/ ambapaa bae mring
ngong/ mring soriku angibua/ mrih ilang tyas sandeya/ wit66) rêsêpe wong
tuwamu/ kabèh lir nunggal sayayah//
xcv
xcv
52. Ingsun ya mêngkono maning/ tan rumangsa amêmitra/ pama kataman
pakewoh/ sun labuh sabayantaka/ yèn iki tan dadya pa/ sun cipta dudu
pakewuh/ dewa kang paring nugraha//
53. Dèn atampa sun jar-[70]wani/ goningsun micara panas/ dudu panasing
srêngenge/ dudu panasing dahana/ kang sun pajar mring sira/ panasing
panabda catur/ panyirêp kudu waspada//
62) D. wêruh ing. 63) B. amrih. 64) C=D. kang. 65) D. driyane. 66) D.wèh.
54. Lamun panasing Hyang Rawi/ kinudhungan bae kêna/ 67)yèn gêni
agampang67) bae/ dinihan bae pan tawa/ ilang rasaning panas/ bantêring
pamyarsa iku/ sirepe têka istipar//
55. Têgêse êninging ati/ dèncèngèng dimèn waspada/ saranta ing pamatrape/
wit gêni mijil ing karna/ êmbuh tikêling panas/ lir nalika sira krungu/ salin
kinanthi kang têmbang//
XI. KINANTHI
1. Lir nalika sira ngrungu1)/ 2)[parangmuka nêkani]2)/ ngrabasa3) Cintakapura/
kongsi kèngsêr wakira aji/ sêpira sumuking driya/ sêsêg [napas]4) tumpang
tindhih//
xcvi
xcvi
2. Sêpira kèhe kang mungsuh/ pama5) gunging jalanidhi/ ardhaning alun
lumembak/ tan wêgah sira ngêbyuri/ layak sun tan maidoa/ trêsnane
duwe6) sudarmi//
3. Bantêr kawanèning kalbu/ tan nawa panasing gêni/ ing kawanèn lir
sadaya/ daya alirua kêris/ têkèng don tan tuk landhêsan/ sêpira cuwaning
ati//
4. Bedaning warta lan wujud/ kanyataane bingungi/ prayoga winaspadakna/
kang kadya sira kawruhi/ yèn wis manjing ing panyipta/ ing dêduga wus
kapusthi//
67)67) D. lamun gêni gampang. 1) D. krungu. 2)2) b.d. D. A,B,C. ana prangmuka anêkani 3) B. ngrabasèng. 4) b.d. B=C. A,D. panas. 5) D. pira. 6) B. marang (dsl.).
5. Pinandêng7) ingkang [kapanduk]8)/ lêlakon ingkang kadyèki/ anèng9) elok
mokal-mokal/ dudu panggawè-[71]ning janmi/ tan kêna yèn ginuyua/
mung kari narimèng10) takdir//
6. Mangka kabèh wus kinawruh/ iku panyiraming gêni/ atising tyas
kapindhonya/ tan angêt yèn dènkêmuli11)/ tuwin srana binadhiyang/ atis
wong suwunging pikir//
7. Dudu atising kang banyu/ miwah bawaning bun angin/ ati sabarang
gyuhing tyas/ sêdhih ngênês-nêsi ati/ kêkêmule ora liwat/ mung sukur
narimèng widhi//
8. Lir sirnaning wong tuwamu/ karone mring badan atis/ anjaba sokur maring
Hyang/ kudu pinurih patitis/ pinêsu pinuja-puja/ winawang dimèn kaèksi//
xcvii
xcvii
9. Dene kulup praptaningsun/ nèng pura12) Cintakapuri/ ngalingi praja
Ngamarta/ nanggulang mungsuh kang prapti/ sihku mring wong tuwanira/
sun labuhi lara pati//
10. Marma nggèr karo wong bagus/ ing sungkêmira mring mami/ aja nganggo
sêmang-sêmang/ dupèh lagi-lagi panggih/ dèntimbang lan
[trisnaningwang]13)/ sun iki ora lêlamis//
7) B. piandêng. C. pinindêng 8) b.d. B. A. kapadum. D. kapandun. 9) D. anèh. 10) D. narima. 11) B. dikemuli 12) D. praja 13) b.d. D A. nisnaningwang. B. tistaningwang.
11. Cinarita pitung dalu/ rahadèn dènnya sumiwi/ marang Bambang
Partadewa/ winulang winêling-wêling/ winulang14) jaya kadibyan/
kasampunaning dumadi//
12. Saklangkung sihnya sang wiku/ mring radyan putra kêkalih/ tuwin rêtna
waranggana/ tan mantra putra mêmanggih/ lan salamine ing pura/ busana
mangka pisalin//
13. Tan kirang malah atumpuk/ boja-bojana mênuhi/ woh-wohan mawarna-
warna/ 15)[kèh cè-[72]thi kang]15) nglêladèni/ gandanya marbuk16) rum
ngambar/ nom- anom angrêspatèni//
xcviii
xcviii
14. Lêlangên17) kêbon supênuh/ patirtan rinêksèng janmi/ 18)pinilih kapara18)
tuwa/ sipate abrêsih-brêsih/ panganggo pindha jêjanggan/ kêkêthu
daluwang putih//
15. Nyangkêlit kudhi ing ngayun/ kêkalung têsbèh kêrandhing19)/ asalendhang
wastra seta/ piranti yèn angrêsiki/ bokor talam numpang kênap/ loro wong
kang anjagani//
16. Yèn sang rêtnarsa angundhuh/ woh-wohan kêmbang di-adi/ jêjanggan20)
mènèk kang wrêksa/ anane mung sabên enjing/ yèn siyang wohe tan ana/
mulih maring suranadi//
14) B. mêmulang (dsl.). 15)15) b.d. B. A,B,C. para cèthi kèh. 16) B. mabuk. 17) D. alangên. 18)18) D. pinilihkên para. 19) C=D. kurandhing 20) D. jêjanggane
17. Gêlak kêmbang pênthilipun/ yèn esuk barêng sumiwi/ pating garendhol
anèng pang/ rêbut êndhèk kang dèngoni/ woh kang kari tan tuk papan/
uyêl nèng tambining kang wit//
18. Balumbang kasatan ranu/ kêkuwung kang angangsoni/ sabên sore ngangsu
marang/ têlaganing suranadi/ mina manculat ing21) wiyat/ kataman
ujwalèng rawi//
xcix
xcix
19. Gêbyar-gêbyar ting palancur/ kadya andaru sisiking/ 22)mina kang bang
buntut22) seta/ tuwin wungu buntut wilis/ sirah ijo amardapa/ warna-warna
mina prapti//
20. Paksi raja wulu wungu/ gombak abang kuning wilis/ buntute sadhêpa
ngayang/ ting parêlok lirik-lirik/ padha ngigêl ing plataran/ kadya tayaning
sarimpi//
21. Paksi dewata ing pungkur/ lan paksi kitiran putih/ pamanggunge kawlas
arsa/ rênyah arum ngraras ati/ kalamun suru-[73]ping arka23)/ mulih
maring Suranadi//
22. Hyang Arka lalu sumurub/ ginantyan purnamasidhi/ pradangga munya ing
tawang/ tan lyan gêndhing kaduk manis/ apês balêbês laela/ akarya ngrês
tyas ngrêrujit24)//
21) D. sing. 22)22) B. mina gêng kang buntut. D. mênawa bang wuntat. 23) D. warka. 24) D. ngrujit.
23. Ya ta wuwusên Bimanyu/ wungu sungkawaning galih/ tan lyan ketang
mung ibunya/ tan rêna myat kang wêrna di/ anggung dènnya rawat waspa/
nanging nglêlimpe sang dewi//
24. Angandika Sang Bimanyu/ marang Lurah Saronsari/ 25)(kaya kapriye Wa
Sêmar/ rasaning atiku iki/ uyang kutu ambêlayang/ ing satêmah poyang-
paying)25)//
c
c
25. 26)(Saya katon rama ibu/ ora kêna sun sabili)26)/ umatur Ki Badranaya/
mring radèn putra Jahnawi/ kadi pundi karsa dika/ kawula dika jatèni//
26. Angandika sang abagus/ sun iki arsa ngulati/ ing sirnane ibu rama/ tyas
ingsun saya ngranuhi/ umatur Ki Lurah Sêmar/ dhuh babo momongan
mami//
27. Bok 27)inggih andika anut27)/ rama dika muruk bêcik/ tan mèmpêr
kapanggih rina/ rêsêpe angambil siwi/ wêwulange têng sampeyan/ lan
wêcane amranani//
28. Bimanyu adrêng ing kayun/ tan ngandika28) gya lumaris/ arsa nilapkên
kang raka/ wong agung ing Pringgadani/ kang lagya tumamèng pura/
sumiwa mring sang awasi//
29. Lan nalikanira wau/ nêlas wulange sang rêksi29)/ mring rahadèn kalih
pisan/ Partadewa manjing puri/ sêmune kadi wus mawang30)/ mring
tyasing sang Partasiwi//
25)25) t.d. B,C. 26)26) t.d. B,C. 27)27) B. inggiha andika nut. 28) D. saranta. 29) D. rêsi 30) D. mangwang.
30. Sadangunira winuruk/ tinuduh purwa mungkasi/ Partadewa anggrahita/
mring batinira Sang Partasiwi/ jinarag datan ingajak/ kondure31) mring
dalêm puri//
31. Mung Bimasuta tut pungkur/ ciptanira sang a-[74]wasi/ supadi awya
cawêngah/ ing karsa bok mêmalangi/ ya ta Sang Partatênaya/ sigra dènira
lumaris//
ci
ci
32. Gancangan dènnya lumaku/ sumêlang bok dèntututi/ marma nyimpang tan
nut marga/ glising carita wus ngancik/ jajahan karang padesan/ lumur32)
jurang sungil-sungil//
33. Kunêng Rahadèn Bimanyu/ kang anggung amurang margi/ kawuwusa
Partadewa/ lan garwa twin Bimasiwi/ nèng pura anggung mêmulang/
mring satriya Pringgadani//
34. * Gathutkaca lon umatur/ mring sang rama sang pindha rêksi33)/ wuwuse
kadya ngrêrêpa/ dhuh jêng rama sang maharsi/ kawula anyuwun lilah/
têtinjo mring Pringgodani// *
35. Kawula tan kongsi pangguh/ sowan kawula mariki/ jêng ibu kang kantun
praja/ angiras atur udani/ rawuh paduka nèng praja/ mitulungi ing
kaswasih//
31) C. akundur. 32) C=D. lungur. 33) B. rêsi (dsl.). ** bait 34 t.p. C.
36. Awit sirnaning jêng ibu/ 34)kawula gung34) anjagèni/ mringsun adhi
Plangkarêtna/ kang anggung anganyut pati/ Partadewa lon sabdanya/ kulup
sira sun lilani//
37. * Ananging ta wêkasingsun/ mung sira gêlisa bali/ 35)wruha ênggonku35) *
rumêksa/ karatone yayi aji/ taha yèn sun sumêlanga/ mungsuha wong sèwu
nagari// *
cii
cii
38. Tuwin kulup wruhanamu/ ana pêpeka gung36) prapti/ dutane Si
Duryudana/ wakira Ngawangga puri/ tuwin Dhahyang Kumbayana/ karêpe
ngayon-ayoni//
39. Karêpe berat maringsun/ jêlirkên 37)kadibyan sêkti37)/ iku kulup
kawruhana/ sira ngiras sun bakali/ lan maninge ulihira/ mawanga
arinirèki//
40. Wruhanira Si Bimanyu/ wulangune angranuhi/ tan marêm pitutur
ingwang/ malah saya angatoni/ kangêne mring bapa biyung/ nanging
têmbe mêrangguli//
41. Katêmpuhing bêbaya gung/ si-[75]ra wajib mitulungi/ girang ing tyas
Bimaputra38)/ lumèngsèr sagêd ngabêkti/ mring uwa Sang Partadewa/
sapraptanira ing jawi//
34)34) B. kawulangkung. 35)35) D. wêruha gonku. 36) B=C. gêng. 37)37) D. dibyan kasêktèn. 38) C. Bimasuta. ** Bait 37 t.d. B,C,D.
42. Mêsat jumantara mamprung/ lir paksi kardèng wiyati/ kang antara wus
amawang/ kutha gung ing Pringgadani/ gantya kinanthining têmbang/
sêkar pucung angênggoni//
XII. PUCUNG
ciii
ciii
1. Kawuwusa 1) sêkar pucung kang sinawung1)/ prajaning yaksendra/
2)kutharga ing2) Pringgadani/ kang ngratoni ing ngarsa Prabu Arimba//
2. Sang aprabu ayoga kang priya catur/ wanodya sajuga/ wasta kusuma
Arimbi/ kang panênggak wasta Arya Prabakesa3)//
3. Pamadyane Arya Brajadhênta diyu/ kyat ing rat Sang Arya/ Braja Mikalpa
sumendhi/ warujune Brajamusthi prawirèng prang//
4. Ing patine yaksendra Arimba ngênu/ ngalabuhi wirang/ putrèstri ingkang
nyalingkrik4)/ myang panênggak Pandhawa Dyan Bayusuta//
5. Pinarjayèng5) pancanaka witing lampus/ yaksendra6) Tênaya/ nungkul
samya angabêkti7)/ asrah praja saisining Argapura//
6. Ing antara sang rêtna ayoga jalu/ warnanya tan siwah/ lan wong agung
Jodhipati/ mung kaote sêsiyung pindha rasêksa//
7. Ajêjuluk Arya Têtuka sang8) sunu/ iya9) Gathotkaca/ ya Sang Arya
Bimasiwi/ ya Kusuma10) Kapita Lumajang Têngah//
1)1) B. kang sinawung sêkar pucung. 2)2) B. kutha aran. D. kutharga ran. 3) B. Prabakeswa. 4) D. nyalikrik. 5) B=C. pinarjaya. 6) C. yêksendra. 7) D. angêbêki. 8) B. kang (dsl.). 9) D. arya. 10) D. pangarya.
8. Sawusira diwasa Sang Bimasunu/ jumênêng11) narendra/ ing Nagara
Pringgadani/ nanging lulut mring kang paman Madukara//
9. Jêr satriya Madukara krêp manêkung/ Radèn Gathutkaca/ arêmên marang
sêmadi/ lan tinaman ing [76] wijaya12) kawidagdan13)//
civ
civ
10. 14)Cinêkak kang14) caritane15) Bimasunu/ wus niyup manglayang/ anjog
lunggyèng pancaniti/ sigra laju sang prabu umanjing pura//
11. Bab jumênêng Arimbi16) mêthuk mring17) sunu/ rinangkul kang putra/
mèsêm-mèsêm dènira ngling/ ayo18) kulup 19)kene gèr padha linggihan19)//
12. Gupuh-gupuh praptaning satriya catur/ wil narendra putra/ kangên mring
Sang Bimasiwi/ nora mantra kalamun putra pulunan//
13. Ya ta wau sang rêtna ngandikan sunu/ dhuh gèr kaya paran/ têka lalu
gonsun20) nganti/ kaya paran ing murcane ibunira//
14. Prabu Anom umatur sarwi rawat luh/ duk marang Ngamarta/ arsa labuh
ing ajurit/ amiwiti kongsi prapta ing wêkasan//
15. Duk angrungu Arimbi panon sumaput/ aniba kantaka/ pawongan gumuruh
anjrit/Gathutkaca gupuh nungkêmi sang sêtna//
16. Ari catur gêro-gêro dènnya muwun/ ya ta sanglir rêtna/ wus èngêt napase
aring/ lênggah rangkul mring putra asru karuna//
11) B. umadêk. 12) B. kadibyan. 13) B. lan kasuran. C. kadikdayan. 14)14) C. kang cinêkak. 15) B=C. caritaning 16) C. Arimba. 17) D. kang. 18) B. kene. 19)19) D. kene kulup padha lêlinggihan. 20) D. nggonku.
17. Dhuh bêndara 21)sira nggèr21) woding tyas ingsun/ katuwone sira/ tan
sinayan ing sudarmi/ têka dhahat tan dêrman tinunggu bapa//
18. 22)Laha dene22) têmên bapakne si kulup/ paran dosaningwang/ têka
muwara23) ngêmasi/ ora rêna dewa kari raganingwang//
cv
cv
19. Dhuh Sang Pandhuputra paran dosaningsun/ aninggal pralina/ têka nora
amêmêling24)/ ngenak-enak mukti nèng Ngendrabawana//
20. Ya ta wau Prabu Anom Bimasunu/ ing tyas dènirarsa/ nglêlipur marang
sang dèwi/ da-[77]dya alon umatur sarwi25) ngrêrêpa//
21. Dhuh jêng sakecaning manah ulun/ sirnane26) jêng uwa/ botên 27)[sarana
ing]27) jurit/ isèn-isèn sirna naming kantun wadhah//
22. Kawula lan pun adhi malbèng kadhatun/ myat Sang Partadewa/ ibu mung
kirang sakêdhik/ kula rangkul dènwarni jiblês jêng paman//
23. Solah bawa lêlewa28) pasêmon ngumpul/ panabda29) tan siwah/ lan paman
ingkang lagya nis/ wêwulange kathah kaworan pamêca//
24. Twin rêsêbe tan mantra dawêg kapangguh/ miwah 30)ingkang garwa30)/
tumarêcêp datan kalih/ tênagane lir bibi Cêmpalarêja//
21)21) D. saranggèr. 22)22) C. dhuh ya ta lah. 23) C=D. puwara. 24) D. mêmêling mring. 25) B. saka (dsl.). 26) D. murcane. 27) b.d. D. A. asara. B,C. wêrana. 28) B. lêledha (dsl.). 29) B. manabda (dsl.). 30) D. garwanira.
25. Pamêcane raka paduka wa prabu/ timbul sêsarêngan/ lan31) jêng rama twin
pra ari/ miwah ari32) paduka ing Madukara//
26. Dene raka paduka jêng uwa prabu/ Sri Bathara Krêsna/ ibu Sumbadra
upami/ panyoroging kunci nugrahaning dewa//
cvi
cvi
27. Benjing timbul Pandhawantuk nugraha gung/ ibu mung punika/ sabda
angasrêp33)-asrêpi/ duk samana 34)Kusuma Arimbatmaja34)//
28. Berating 35)tyas sungkawa marêm maruntul35)/ alon pangandika/ mring
putra sang ayu siwi/ kaya piye36) mêngko kulup karêpira//
29. Lon umatur Gathutkaca mring kang ibu/ Rêsi Partadewa/ wanti-wanti
amêmêling/ kula kinèn jampangi putra paduka//
30. Pun Bimanyu tanpa pamit kesahipun/ nanging uwa Parta/ dewanggung
ngayêm-ayêmi/ pan makatên timbalane mring kawula//
31. Sira aja dadi ing tyasi-[78]ra kulup/ lungane rinira/ Bimanyu tan bêbayani/
malah têmbe mulih gawa37) prawan sabrang//
32. Para paman miyarsa pra samya jêtung/ Arya Prabakesa/ miwah ingkang
para ari/ pamêcane Sang Maharêsi Partadewa//
33. Dadya matur mring putra Sang Bimasunu/ anggèr ingkang nama/
Partadewa nyumêlangi/ ing wicara lêrês dora akaryeram//
31) C. kang. 32) B. rayi. D. rinto jêng. 33) C. kang asrêp. 34)34) B. kang ibu tyas tumut suka. 35)35) B. kang samya mêmarêm matungtum. 36) D. priye. 37) B. gembol (dsl).
34. Bimasunu anauri wacana rum/ eloking38) paningal/ sakalangkung angebati/
mangka Praja Ngamarta isining gêmpang//
cvii
cvii
35. Tan ngemungkên janma isèn wisma suwung/ tanpa woh kang wrêksa/
sinabda wohe ngêmohi/ ting (tarèmplèk)39) matêng-matêng
dhêdhongkolan//
36. Rintên dalu pawongan atab warna yu/ busana sarwendah/ tur dede
pawongan lami/ punika 40)kang ngladosi lamun adhahar40)//
37. Pangratênging bojana rasa rum-arum/ ing pundi gyan molah/ kula paman
tan mrangguli/ Prabakesa sumaur lo41) gih punika//
38. Rak sangsaya mêdal tan kenging winuwus/ mung kandêling manah/
kadosa jêng42) sribupati/ sinaryan mring jawata linuhuring lyan//
39. Kasangsaya adamêl kandêling kalbu/ Bambang Partadewa/ tan umuk
ngungalkên dhiri/ ujêr sampun wontên pratandhaning nyata//
40. Ya ta wau tyasira sang kusumayu/ mèh tan kalêbêtan/ myarsa turing
Bimasiwi/ alon nabda mring putra prabu taruna//
41. Hèh ki prabu mêngko wis padhang [79] tyasingsun/ dènage nusula/
lungane Si Partasiwi/ ngêlakoni tuduhe Sang Partadewa//
42. Pira-pira wong tuwanira padhantuk/ sihing kang jawata/ pratandhane
apêparing/ pangrêksaning praja ing Cintakapura//
38) D. aloking. 39) t.d. D. A,B,C. trèmplèk. 40)40) B. kang ngladosi lamun dêdharan. C. lêlados kalamun daharan.
D. kang ngladosi lamun dhêdhahar. 41) D. la. 42) B=D. jêr.
43. * Wusnya43) muwus sang rêtna dyan narpa matur/ mring ibu sang rêtna/
kawula anuwun pamit/ anglampahi pitêdahing Partadewa// *
cviii
cviii
44. Wus matur Gathutkaca mijil sampun/ praptèng palataran/ sigra dêdêl ing
wiyati/ tanpa kanthi lir grudha ing ngantariksa//
45. Kêtap-kêtap ing gêgana nyamut-nyamut/ tutuking garudha/ kataman
lakune angin/ sru mangangkang lir sêndhari kapawanan//
46. Rêtnaning kang munggèng jêjamang pinagut/ ujwalaning surya/ murub
muncar anêlahi/ kadya44) lintang lingga sèwu bêbarêngan//
47. Enêngêna Prabu Anom Bimasunu/ wuwusên sang rêtna/ sapungkure
Bimasiwi/ ginagagas lêlakoning Partadewa//
48. Lawan ari catur malah praptèng dalu/ duk gagat rahina/ para ari samya
mulih/ agumanti47) têmbange sinom logandhang//
XIII. SINOM
1. Antara 1)mèh bangun rina1)/ munya dhêdhêt Erawati2)/ sato wana sêsauran/
umung3) swaraning kang pêksi/ katon pucaking wukir/ soroting surya
manêmpuh/ rêsmining kang pradapa4)/ wênèh wungu pita wilis/ 5)anrang
baya mring sang pinarjayèng5) rimang//
43) B. wus. 44) B. kadi. 45) D. sapungkure. 46) D. lan kang 47) B. anyalini (dsl.). ** bait 43 t.p. D. 1)1) B. bangun rahina. 2) D. Irawati. 3) B. amung. 4) C. wardapa. 5)5) B. anangsaya mring sang pinajayèng.
2. Rumrang6) gandaning puspita/ dahat sinrang dening angin/ têbah [80]
tumanduk mring sang dyah/ 7)wimbuh gambuh7) amranani/ manyura8)
cix
cix
munya dumling/ nyangungkung pindha manguwuh8)-/ ira Sang Bayuputra/
trênyuh tyas 10)[Arimba ari]10)/ kasangsaya kontab11) naratab tab-taban//
3. Datan kêna sinayutan/ tyasira Dèwi Arimbi/ mijil saking pamêlêngan/
mêsat saking12) ing13) wiyati/ wus wignyaning rasêksi14)/ 15)kang samya
trahing15) aluhur/ bisa ngambah dirgantara/ tanpa lar pang16) kadya17)
pêksi/ kang sinêdya tumamèng praja Mandura//
4. Tan kêna yèn kinirowa/ tikêle ngambah wiyati/ tuwin linakonan dharat/
gêlis angambah wiyati/ gantya ingkang kawarni/ ing Mandura Sang
Aprabu/ Mahraja Baladewa/ iya 18)Basudewa aji18)/ apêparab Sri Kusuma
Walikita//
6) B. sumrah (dsl.). 7)7) D. mimbuh kambuh. 8) C. manuk. 9) C. anguwuh. D. panguwuh. 10)10) b.d. B. A,C,D. Arimbasiwi. 11) C. kotap. 12) D. sangking. 13) D. mring. 14) D. kang paksi. 15)15) C. samya têrahing. 16) C. ran. 17) D. kadi. 18) B=D. Pandawasiwi.
5. Mahendra putra 19)surèng rat19)/ Kakrasana Narapati/ ajêjuluk Jaladara/
ratu 20)titising dewa di20)/ 21)nênggih Sang21) Hyang Basuki/ pan 22)jawata
cx
cx
nayaka22) gung/ kacrita gêng23) wiyoga/ wit [murcane]24) ingkang rayi/ Sri
Bathara Danardana ing Dwaraka//
6. Sadalu anungku puja/ nèng pamêlêngan sêmadi/ antuk sasmitaning dewa/
têrang tyase sribupati/ byar rina surya kèksi/ luwaran gyannya manêkung/
têdhak mring langên tirta/ ujwala25) rêsmi sarwa sri/ sawusira sang nata
umanjing pura//
7. Ing sawusira busana26)/ alênggah srinarapati/ satata lawan kang garwa/
Kusumayu Erawati/ atab kênya ing puri/ kunêng gantya kang winuwus/
Arimbi sang kusuma/ kang anjok saking wiyati/ kang jinujug wurining
daturêtnendra//
8. Tan taha tu-[81]mamèng pura/ angrangu pipining27) kori/ prameswarindra
tumingal/ tan samar umyat sang dèwi/ 28)matur mring sribupati28)/ dhuh
pukulun sang aprabu/ punika ri paduka/ Arimbi ing Pringgodani/
pramèswari tumêdhak tundhuk sang rêtna//
19)19) C. purèng rat. 20)20) C=D. panuksmaning widhi. 21)21) C. titising. 22)22) C. jawata kaya gadhung. D. jamaning jawata gung. 23) C. gung. 24) b.d. D. A,B,C. mucane. 25) B=D. udyaka. 26) C=D. bujana. 27) B. tiwining. 28)28) D. umatur mring bupati.
9. Kang rayi nulya cinandhak/ sukèng tyas29) Dyah30) Erawati/ dangu-dangu
kawistara/ yèn kang rayi marbês mili/ cuwèng tyas sang rêtna ngling/
cxi
cxi
paran yayi kang dadya gyuh/ alon binakta minggah/ ya ta Kusuma Arimbi/
ambruk lunggwèng pangkoning raka sang nata//
10. Alara31) dènnya karuna/ sêsambate amlas asih/ kadruya srinaranata/
sungkawane32) raja putri/ ya ta srinarapati/ \a\nglêlipur mring sang
amongkung/ ngrih-arih ing wacana/ mênênga aywa anangis/ yèn kadurus
ing sungkawa tanpa karya//
11. Bok ngantên sira pajara/ paran darunaning tangis/ umatur rêtna juwita/
miwiti prapta34) mungkasi/ sirnaning Pandhawa ji/ wong sapraja lir
tinulung/ dhahat pan 35)karya eram35)/ ngandika srinarapati/ satêmêne yayi
apan padha-padha//
12. Sira kaelangan garwa/ layak akarya tyas atis/ dhuh bok ngantên mung
sapira/ gunge susah ingkang ati/ kadangira yayi aji/ sirnane lawan arimu/
Sri Rara Bratajaya/ buh praptane rara36) pati/ sapiraa yayi rasaning tyas
ingwang//
29) C=D. dyah. 30) C=D. sri. 31) C. kalara. 32) C. mungkawane. 33) B. nglêlipur (dsl.). 34) D. malah. 35)35) B. akaryeram. 36) B=D. lara.
13. Nanging ana dayaning tyas/ kang ngadhêm-adhêmi ati/ adat yèn lunga
barêngan/ lawas gêlis pasthi mulih/ ipemu yayi aji/ lir wangke37) kentar38)
cxii
cxii
ing ranu/ iku39) samangsa-mangsa/ timbule pas-[82]thi barêngi/ wus40)
adate bok ngantên ping pira-pira//
14. Marma ywa kadora susah/ mêngko sun 41)kang angulati41)/ ing sirnane
garwanira/ pisah dènjênak atunggu puri/ ana kinarya pilis/ gêguyon kang
kakangamu/ lêlungsèn angantia/ ing purnane padha nis/ srinarendra
angandika mring kang garwa//
15. Yayi Erawati sira/ dèn bisa ngaling-alingi/ sun arsa atinggal praja/ bok
wadya tanya mring42) mami/ 43)sun warahên43) lagya gring/ lawan tan
sinawang wagu/ ywa karya sadayèng tyas/ sigra sang nata umanjing/
[pamêlêngan]44) asêmadi karsanira//
16. 45)Angêningakên ing driya45)/ panca waranya kawingkis/ sirna kang rasa
pangrasa46)/ yèn Baladewa 47)sang aji47)/ agampang dènnya murih/
kumpuling rêncana catur/ binuwang tan kêmrosak/ ya ta wau sribupati/
48)wus amuwus48) sirna saking pamêlêngan//
37) B. bathang (dsl.). 38) B. kentir (dsl.). 39) B. yeku. 40) B. wis (dsl.). 41)41) C. arsa ngulati. 42) B. ing. 43)43) B=D. warahên sun. 44)44) b.d. D. A,B,C. pamênangan. 45)45) D. ngêningkên ing driyanira. 46) D. rumangsa. 47)47) B. narpati. 48)48) C. sampun mupus. D. sampun musus.
17. Tan winarna lampahira/ sakêdhap pan sampun prapti/ ing wanci surya
manglayang/ pan eyube sribupati/ jujug sajroning puri/ 49)ing gyan49)
cxiii
cxiii
pramèswari50) sêpuh/ garwa Narendra Krêsna/ kang ngadhaton51))
Dwarawati/ sang rêtnayu Jêmbawati kang panêngran//
18. Sang kusuma duk umiyat/ ing rawuhe sribupati/ 52)gurawalan prapta
nêmbah/ parama radèn timbali/ Sêtyaboma Rukmini/ agupuh wus samya
rawuh/ kalih sungkêmi pada/ sang rêtna karuna ririh/ luhira nêlêsi
pangkoning raka52)//
19. 53)Sambate amêlas arsa/ adhuh kakang narapati53)/ mring pundi rayi
paduka/ puwara aninggal dasih/ susulna awak [83] mami/ yèn têksih kêng
aji njujug/ lamun rayi paduka/ bok wus tan kêna inganti/ gya ngêlalu
kawula malbèng pancaka//
20. Akathah sêsambatira/ sang dyah pramèswari kalih/ ya ta nata Baladewa/
angrês tyas miyarsa tangis/ surya bang maratani/ kumêmbêng netra kêbak
luh/ jangga srêt gung manênggak/ datan bisa angangsuli/ panabdane sang
rêtna mung têbah jaja//
21. Jêmbawati wlas tumingal/ mring sambate ari kalih/ dadya lon ingkang
wacana/ dhuh ariku wong rêspati/ tan beda sira yayi/ wulanguning tyas lan
ingsun/ de padha among putra/ kabèh pan durung akrami/ mangka nora
drêman tinunggu ing wayah//
49) C. gyaning. 50) C. pamèswari. 51)51) D. ngraton ing. 52)52) t.p. B. 53)53) t.p. B.
22. Balik mungguha pawaka/ kang lagyarda hruning hagni/ kang mangka
sirêping panas/ ing rawuhe sribupati/ prasasat maosa di/ tirtamaya gung
cxiv
cxiv
tumanduk/ yayi mring jiwanira/ ilang prabawaning kang gêni/ yèn
mungguha bantala kataman surya//
23. Karya 54)kang bumi bêlah54)/ prabawaning Sang Hyang Rawi/ mangka nuli
kawênangan/ ing rawuhe sribupati/ prasasat kang tirtaning/ bun ratu-
ratuning bun/ lumaku kapêtêngan/ jêng sinuhun angobori/ wong lumaku
lunyu srana lêlantran//
24. Balik yayi payo padha/ nyawang karsaning sang aji/ paran ta ing
55)karsanira55)/ dèn mituhu ywa gumingsir/ iku yayi kang pêsthi/ patut
tinakon wong têlu/ tanpa karya karuna/ 56)mung mundhak abêbingungi56)/
pakolihe gugah 57)tyas kang gung57) rêncana//
25. Inguni jêng srinare-[84]ndra/ kang lagya migêning dasih/ wanti-wanti ing
pamulang/ mring 58)sira kalawan58) mami/ dènsabar 59)barang budi59)/ lan
têguh sabarang wuwus/ panyimparing60) kagetan/ pikukuhing wong61)
dumadi/ ing samêngko wong têlu barêng anyandhang//
54)54) C. bumi kabêlah. 55) B. karsa-karsa. D. karsa nata. 56)56) C. amung mundhak mbêbingungi. 57)57) C. gung tyas kang. 58)58) B. dhèwèke miwah (dsl.). 59)59) B=C. barêng kardi. 60) B=D. panyimpare. 61) C=D. têng.
26. Marma yayi dèn narima/ 62)mring hyang kang misesa62) kami/ sêranane ing
panrima/ saranta lan na ya manis/ barang wêtuning budi/ kudu sarèh ing
cxv
cxv
panêguh/ kang mêlêng ing pamawas/ iku margining patitis/ ywa
sinêngguh63) 64)ingsun mêmulang ing64) sira//
27. Rèhning wong ginawe tuwa/ sapakoleh mituturi/ nahan Prabu Baladewa/
angandika mring kang rayi/ Kusuma Jêmbawati/ timbalan sutaningsun/ ing
prabu kadipatyan/ ana dayaning kang ati/ watarèngsun pantês yèn padha
linakyan//
28. Sang rêtna wus mijil sigra/ pawongan kang animbali/ mring putra Rahadèn
Samba/ 65)kang liningan wus65) lumaris/ kang kawarna ing margi/ duta wus
panggih sang bagus/ wusnya matur ing karya/ gya66) kêrit tumamèng puri/
dyan ngabêkti ing uwa srinaranata//
29. Ngandika 67)Narpati Bala-67)/ 68)dewa mring68) sang narpasiwi/ kulup
angkatku sing69) praja/ karkatingsun70) mung angungsi/ ngupaya tranging
ati/ nèng wisma kataman bingung/ katêkan bibekira/ yayi Dèwi
Pringgodani71)/ ambruk pangkon panangise tanpa kira//
62)62) D. paring yang misesèng. 63) B. pinaguh. 64)64) B. sun bêbisani mring (dsl.). 65)65) D. ingkang liningan. 66) B. glis (dsl.). 67)67) D. Sri Baladewa. 68)68) D. mring kang. 69) C=D. ing. 70)70) B. karkating tyas (dsl.). 71) C. pribadi.
30. Mêngko ngungsi mring Mandura72)/ buh sor ungguling tangis/ umatur sang
rajaputra/ mring uwa srinarapati/ pukulun jêng wa aji/ paran darunaning
cxvi
cxvi
muwun/ bibi 73)[Arimbi sang dyah]73)/ 74)angandika sribupati74)/ lir
dêdongènging purwa madya wasana// [85]
31. Andikane srinarendra/ lir usadaning akingkin/ mring sang rêtna katri
samya/ pamuwuse anêlahi/ ngandika sribupati/ 75)saiki ing75) karsaningsun/
bok ratu katri padha/ sun gawarsa [angulati]76)/ usadaning tyas wong77)
kataman cintaka//
32. Parandene anèng praja/ ya anggung ngandhut wiyati78)/ anguran sun gawa
lunga/ tan nganggo suka prihatin/ sumambung Dyah Rukmini/ gumujêng
anyablèk jêngku/ luhung yèn makatêna/ 79)aprasasat wus ngêmasi79)/
pintên bêngi ing têmbe manggih raharja//
33. 80)Ngandika Sang80) Baladewa/ sira kulup dènabêcik/ tutupmu mring pra81)
punggawa/ aja nganti akarya tis/ ngandika sribupati/ dènage yayi katêlu/
manjinga garbaning wang/ sigra buka sribupati/ pranajane ngalela katon
[gapura]82)//
72) B=C. duraka. 73) b.d. B. A,C,D. Arimbatmaja. 74)74) D. ngandika srinarapati. 75)75) C. ing saiki. 76) b.d. D. A,B,C. ngulati. 77) t.p. D. 78) C=D. wiyati. 79)79) D. wus prasasat angêmasi. 80)80) B. angling nata (dsl.). 81) t.p. D. 82) b d. B. A,C,D. garudha.
34. Maneka warna rêtnendah/ awan sang rêtna umanjing/ kawangwang
rêsmining pura/ katiga sênêng ing galih/ wus mentar sribupati/ anggêgana
cxvii
cxvii
nyamut-nyamut/ lir taruka pawanan/ saparan katubing angin/ ya ta
83)kunêng gantya ingkang83) kawuwusa//
35. Satriya Partatênaya/ kang linggar saking84) jro puri/ purendra Cintakapura/
kacarita pitung ratri/ dènnya ngambah wana dri/ murang marga
munggah85) gunung/ lawan tri kawanira/ yèn lêrêm nèng jurang trêbis/
salin gambuh mari têmbange lêgondhang//
XIV. GAMBUH
1. Yèn rina anrang gunung/ lamun sayah lêrêm1) ing garumbul/ datan ajrih
bêbayane ing wana dri/ kèh swara pating galêbrug/ singa barong ting
gêlarong2)//
2. Ya ta rahadyan sunu/ aningali3) rêsmining kang gunung/ tan patya gêng
miwah datan pati inggil/ [86] mung ujwalane ngênguwung/ ruyu-ruyune
4)[ingkang ron]4)//
83)83) D. ya ta wau kunêng gantya kawuwusa. 84) D. sangking. 85) B. ngambah (dsl.). 1. C. lêrêp. 2. D. galêmbor. 3. t.p. D. 4)4) b.d. B,C,D. A. kang êron.
cxviii
cxviii
3. Sumbaga raning gunung/ ana dhukuhe banjar anglangut/ tinon saking doh
5)katon wiwaranya sri5)/ tumrun akêkayon têpung/ tumpang pang
ngrêmbuyung kang ron//
4. * Sawetaning dhêdhukuh/ ana pasar swarane wong umung/ [padolane]6)
mawarna saengga nagri/ kali mili7) mubêng têpung/ tirta mili tinon
nyarong// *
5. * Satêngêning dhêdhukuh/ pasawahan8) arata kadulu/ ana ingkang
mrêkatak miwah mlêndhuti/ kalis ama lêmu-lêmu/ tinon lir jalada
ngayom// *
6. Ing ngarsa kang wana gung/ kêkayone akèh manggis dhuku9)/ jambu jirak
pêlêm pakèl myang kuwèni/ pijêtan durywan kapundhung/ rambutan lan
gowok dhompyong//
7. Tan ana kang buron gung/ naming kidang kancil lan tarwèlu/ sakèh buron
ama tan wani ngênggoni/ tikus luwak rase wêrgul10)/ padha manggon kang
doh-adoh//
8. Yèn manuk mung drêkuku/ cocak kuthilang parênjak dêruk/ johan kathik
sikatan11) putêr barênggi12)/ suwung 13)walang ulêr13) sêmut/ mung
kèndhêla lan kinjêng dom//
5)5) D. wiwaranira asri. 6) b.d. B,C,D. A. dodole. 7) B. sêdhêng (dsl.). 8) D. sêsawahan. 9) C. dhukuh. 10) D. wrêgul. 11) D. dlêpukan. C. dlêmukan. 12)12) B. bang brênggi. 13)13) B. walang ulêr. * * Bait 4 t.p. C. * * Bait 5 t.p. C.
cxix
cxix
9. * [Rêrênggyan]14) jroning wangun/ kêkêmbangan kang samya ganda rum/
warna-warna ana bang kuning myang putih/ nèng jêmbangan gêdhah
wungu/ sinêling traping pandokok// *
10. * Dene pinangkanipun/ pisungsunge satriya gung-agung/ kang padha sih
mrih puruhita sang yogi/ balumbang binata têpung/ mili swarane
gêmrojog// *
11. * Wadêr mas kang dèningu/ turut pinggir amangani lumut/ [87] ana umbul
mancur muncar malbèng puri15)/ wisma 16)lit piranti lamun16)/ sang wiku
siram nèng kono// *
12. Tan kasêbut ing gunung/ mung dhukuhe pratapan ranipun/ Yêksarata17)
pasebutan wong ngarani/ jêjulukira sang wiku/ Jayawilapa kinaot//
13. Tan pêgat amanêkung/ tranging paningal wacana tuhu/ saking dening
sinihan ing jawata di/ nèng ana rêsmining wangun/ wuwusên sang andon
lamong//
14. Tan sinêdya kalamun/ umarêka 18)marang sang awiku18)/ kadi saking19)
karsaning dewa linuwih/ apa20) sabdaning sang wiku/ lampahe sang
prawira nom//
14) b.d. D. A,B,C,. rêrênggèn 15) B. panti (dsl.). 16)16) D. piranti kalamun. 17) B=C. Yasarata. 18)18) B. mring sang amèng wiku. 19) D. sangking. 20) B. kilap (dsl.). * * Bait 9 t.p. C. * * Bait 10 t.p. C. * * Bait 11 t.p. C.
cxx
cxx
15. Kadya wong mêndêm gadhung/ galuyuran21) tan ngambah dêlanggung/
dhasar sami22) tan dhahar tanapi guling/ saking23) sêdyane anglampus/
angupaya tan antuk don//
16. Ya ta 24)wau sang wiku24)/ 25) mijil ing wisma marani gupuh/ ya ta wau
Kusuma Jahnawisiwi/ duk tumingal ing sang wiku/ lumayu nungkêmi
gupoh25)//
17. 26)Ing padanya sang wiku26)/ nulya binekta tumamèng dhukuh/ ingkang
ana ing wisma Endhang Palupi/ ibunira sang aprabu/ ingrancang Mas
Gambiranom//
18. Kagyat ing praptanipun/ ingkang rama anganthi Bimanyu/ dyan rinangkul
radyan tansah dèntangisi/ Bimanyu manêmbah sampun/ sumungkêm pada
ibu nom//
19. Pamuwune sang bagus/ de warna kathah empêring ibu/ rada widhung
Kusuma Dèwi Palupi/ bawane kusumèng gunung/ cahyane padha
mancorong//
20. Sakêdhap Sang Bimanyu/ winasta-[88]nan kang putra Sang Prabu/
Gambiranom dêdêg pangadêge [sami]27)/ kulit angron pisang pupus28)/
solah tandang bawa kaot//
21) D. kaluyuran. 22) B=C. sam 23) D. sangking. 24)24) B. sang amawiku (dsl.). 25)25) t.p. D. 26)26) t.p. D. 27) b.d. C. A,B,D. nyami. 28) D. puput.
cxxi
cxxi
21. Tandang29) tindaking suku/ solah asta twin obahing lambung/ bawa
wijiling sabda sora myang ririh30)/ ganggas31) bêrgas Sang Aprabu/
Bimanyu luruh pasêmon//
22. Wusing purna pamuwus32)/ Dyah Palupi pangandikanya rum/ Kakang
Semar saanakira dènanglês/ ngasoa marang ing pungkur/ bok ana bukti
ing33) pawon//
23. Sigra-sigra wong têlu/ mring padhangan sumaji kang sêkul/ têlung bodhag
jangan bobor rong kuwali/ kuluban nêm panjang munjung/ salayah34)
sambêle lêthok//
24. Linadèn cantrik pitu/ kontrang kantring prandene krêp kantu/ sayah muluk
jaluk dulang turon miring/ gulu anggung tinalusur/ balêdhèh wadhuk ing
oyog//
25. Panakawan tri tuwuk/ kamlakarên tan bisa lumaku/ arsa35) marang kali
ginendhong [mring]36) cantrik/ prentah adang godhog jagung/ nyambêl
kukus kêlan kelor//
26. Winuwus Partasunu/ anèng Yêksarata37) tigang dalu/ esuk sore suka myat
langêning wukir/ nèng botrawi siram38) kungkum/ mêntas myat puspitèng
kêbon//
29) B. tanduk. 30) B. lirih. 31) B. anggas. 32) B. panuwun (dsl.). 33) C. têng. 34) C. samlayah. 35) B. nyudhah. C. nyudhang. 36) b.d. D. A,B,C. ing. 37) B=C. Yasarata. 38) B. sira.
cxxii
cxxii
27. Tumingal sêkar gadhung/ agrêronce manduk gandanya rum/ gung
winawang katon mêlok yayah bibi/ gandrung-gandrung myat malêtuk39)/
malathi karya wirangrong//
28. Ya ta 40)sang kusumèng rum40)/ myat ing putra tansah amangunkung/
pinarpêkan pamuwuse nga-[89]rih-arih/ rinangkul binakta kondur/
praptèng dhepok arawat loh//
29. Radyan salaminipun/ nèng pratapan tan kongsi umatur/ lêlakoning
Pandawa sampun udani/ sang pandhita gung pitutur/ ing purwa 41)madya
praptèng don41)//
30. Winulang wantu-wantu/ ing kadibyan pamunahing satru/ mibêr tan lar
garing yèn angambah warih/ tan gèsang lamun katunu/ prabawane linuwih
wong//
31. Ngandika sang awiku/ sun 42)pitutur kulup mring42) sirèku/ kalamun trah
Saptarêngga iku pasthi43)/ lamun kataman rubiru/ sinikara padhaning
wong//
32. Walêse tikêl gulung/ tan ngamungkên kang sikara iku/ 44)ing satêrah44)
sumungkêm padaning45) sikil/ mring trah Saptarêngga suyut/ mangka
ganjaran Hyang Manon//
39) B. malêduk (dsl.). 40) D. kusumaningrum. 41)41) C. madyaning êndon. 42)42) C. kulup ing pitutur. 43) B=C. mêsthi. 44)44) D. satêrah pan. 45) D. lakuning.
cxxiii
cxxiii
33. Kaya ta sang aprabu/ 46)ing Ngastina46) lali mring sadulur/ asikara47)
nyuraya para narpati/ tan kinêcêng walêsipun/ jêr Ngastina sasat rumpon//
34. Ratune kadang satus/ minangka ram wadya lir bêkatul/ Sribupati
Baladewa Si Sapwani48)/ ing Mandraka Sang Aprabu/ Dewabrata rêsi
katong//
35. Pagêr wiwide brukut/ Durna panggiringe kang mina gung/ ingkang
mangka mina sagung pra narpati/ ing sabrang kabèh ngalumpuk/ mring
Praja Ngastina rumpon//
36. Yèn wus mina ngalumpuk/ sang narpati Pandhawa kang ngirup/ darahira
ing têmbe ingkang ambukti/ tumêrah turun-temurun/ tan kasêlan jêr wis
manggon//
37. Paran margane luput/ 49)Jêng Hyang Soman kang mong Pandhusunu49)/
Sang Hyang Soman mustikaning pra dewa di/ nuli kinanthèn [90]
wakamu/ Badranaya [dewa]50) katon//
38. Panyimpar pra karya dur/ panawa wisaning Hyang Naga51) gung/ marma
kulup turutên pitutur mami/ mringa sukolima dhukuh/ pasanggrahan
sabrang kono//
46)46) t.p. D. 47) D. Duryudana. 48) D. Sapyani. 49)49) B. kang mong Pandhusunu Sang Hyang Wisnu. 50) b.d. B=C. A,D. wisnu.
cxxiv
cxxiv
51) D. nata.
39. Ana putrine52) ayu/ Suryadiwati 53)rupa pinunjul53)/ iki pan mèh timbule
Arya Pamadi/ ambilên54) putrine iku/ sira mulih sakaloron//
40. Sapira bae kulup/ pangudange ing ramanta besuk/ kesthi têmên ayoga bisa
nêtêpi/ 55)kêkudangane ramèku55)/ watak56) Arjuna kang dènnggo//
41. Sigra Sang Abimanyu/ ngabêkti mring eyang 57)sang awiku57)/ lan
ngabêkti mring ibu Dèwi Palupi/ sang rêtna 58)ngaras ing êmbun58)/
anggung drês waspanya miyos//
42. Wus lèngsèr sang bagus/ prapta jawining sanggar pra glitung/ ting jêrawil
mangayubagya sang pêkik/ endhang ngadhang59) 60)ing dêlanggung60)/
anyaoskên gantèn rokok//
43. Sakèh ingkang pisungsung/ 61)para endhang61) tinulak sêdarum/ nangis
marang pra endhang gumulung62) siti/ ana lulur-lulur suku/ tan ngeman
jaja ginablok//
44. Sêmar saanakipun/ gurawalan [anusul]63) sang bagus/ ana endhang 64)têlu
samya anututi64)/ gujèk mring Ki Lurah Petruk/ nagih utange
bêrondong65)//
52) C. putrane. 53)53) D. rupane punjul. 54) B=C. jukutên. D. jikukên. 55)55) C. kudangane rama ibu. 56) B=D. watêg. 57)57) B. sang mawiku. C=D. amawiku. 58)58) B. angaras ing bun. D. ngaras ingkang bun. 59) C. endang. 60)60) D. anèng lurung. 61)61) B=C. ing pra endang. 62) B. gumuling (dsl.).
cxxv
cxxv
63) b.d. B,C,D. A. anututi. 64)64) D. katêlu samya nututi. 65) B. bêrongkos (dsl.).
45. Kêcandhak pinggir lurung/ ginagewèng Pretruk salah ambruk/ anênapuk
jêjak66) dugang anggabloki/ bêbêt kathok ora ngukup/ ting saluwir jendral
katon//
46. Garèng dènnya lumayu/ malbèng pasawahan tan kadulu/ ingkang potang
saking doh samya balangi/ sirah Garèng nora luput/ kêna balang cêplas-
cêplos// [91]
47. Ya ta sang among gandrung/ sirna pêpêtêng ruwêting kalbu/ kunêng
wontên ingkang kawuwusa malih/ sinimpên têmbange gambuh/ durma
rangsang 67)kang gumantos67)//
XV. DURMA
1. Kawarnaa sribupati ing Gumiwang/ sakundurira saking/ Batanakawarsa/
sangêt1) cuwaning driya/ cinarita2) tigang ari/ kadya kantaka/ atajin dhahar
guling//
2. Ingkang mangka sandeyaning driyanira/ ing karsa bok tinampik/ de
sirnaning mêngsah/ tan mawi sarana prang/ marmanggung sumpêking
galih/ mung Dahyang Druna/ kang anggung bêbolèhi//
66) C. jêjêk
cxxvi
cxxvi
67)67) B. ingkang kanggo (dsl.). 1) D. saking. 2) D. kacarita.
3. Ya ta wau wusing sirna3) duka cipta/ enjing miyos tinangkil/ anèng
pasanggrahan/ pêpak punggawèng ngarsa/ kang cakêt kya patih kalih/ tan
lyan sinabda/ mung dènnya cuwèng galih//
4. Tan pantara ing jawi swara gumêrah/ praptaning catur mantri/ kang
pinatah têngga/ kutha4) Cintakapura/ sigra tinimbalan aglis/ kapat wus
prapta/ ngarsaning sribupati//
5. Angandika Sang Prabu Suryaanggana/ mring punggawa kang prapti/ hèh
pagene sira/ mulih dudu karsèngwang/ tan karana sun timbali/ manawa
ana/ karya 5)kang angluwihi5)//
6. Ya ta matur manêmbah catur bupatya/ pukulun sribupati/ pramila kawula/
mundur saking pajagan/ wontên sinatriya prapti/ saking aldaka/
Kelasawarna giri6)//
7. Ingkang apanêngran Bambang Partadewa/ atmajaning maharsi/ Sang
Kilatarupa/ prapta jujug jro pura/ kawula7) dipuntimbali/ kang abdi sowan/
sakanca malbèng puri//
8. 8)Amba lawan kanca8) sami dhinawuhan/ makatên kang wê-[92]wêling/
wis padha muliha/ ingsun9) kang ngrêksa praja/ sun iki mitra sapati/ lawan
Pandhawa/ dudu karyamu yêkti//
3) C=D. purna. 4) C. kitha. 5)5) B=D. ingkang ngluwihi. C. kang luwih-luwih. 6) B. wukir.
cxxvii
cxxvii
7)7) B. kang abdi. 8)8) B. kawula sakanca (dsl.). 9) B. aku.
9. Matura10) mring gustimu Si Suryanggana/ dene kongsi mungkasi/ aturing
punggawa/ sigra narik musala/ kapat punggawa binabit/ dening musala/
kapat sirah gumlinting//
10. Sinampar 11)ing suku sirah kapat mêsat11)/ tibèng glundhung12) tiba têbih/
sigra Satrutama13)/ nyandhak gêmbung punggawa/ ginèrèt14) mêdal ing
jawi/ ya ta sang nata/ dukane tan sinipi//
11. Angandika marang Gajah Antisura/ sira dangdana aglis/ lawan anggawaa/
prajurit sawatara/ kêpungên Cintakapuri/ lawan miliha/ bocah buta kang
bêcik//
12. Buta mangka pangarêping lakunira/ nanging sira ywa kongsi/ wani
malbèng praja/ dene ing karyanira/ bok Si Partadewa mijil/ têka jro pura/
iku sun kuwayani//
13. Lakunira yèn kapranggul trah Pandhawa/ aja nganti sumingkir/ bandanên
awya wal/ yèn budi patènana/ mrênaha papan kang bêcik/ sun dhewe seba/
mring rama sribupati//
14. Sigra mundur Gajah Antisura/ sapraptanirèng jawi/ miji kang punggawa/
buta wusnya siyaga15)/ 16)mangkat buta andhisiki16)/ sang nata budhal/
sumiwa ing rama ji//
10) B. tutura (dsl.). 11)11) C=D. suku sira kapat malêsat. 12) B. tlêbok (dsl.). 13) C=D. Satrutapa. 14) D. dèngèrèt. 15) D. sadia. 16)16) D. rasêksa mangkat ndisiki.
cxxviii
cxxviii
15. Duk satêngah dina lampahe ki patya/ panganjur ingkang yêksi/ 17)myat
ingkang17) sujanma/ lèrèn ngisor mandera/ buta gêbayan nulya glis/
marpêki arsa/ têtanya kang lumaris//
16. Kunêng ditya wuwusen Partatênaya/ lèrèn sor man-[93]dera sri/ lan
kawan têtiga/ myarsa swara kêmrêsêg/ lan mambu gandaning yêksi/
18)sigra rahadyan18)/ jêjagan abêbiting//
17. 19)Abêborang nglumpukkên prajuritira18)/ têpung ngalang ngubêngi/
20)ngisor myang gêgana21)/ Bimanyu 22)wus kajiwa22)/ 23)mring Hyang kang
misesèng bumi23)/ nahên saksana/ yêksa24) kèh andhatêngi25)//
18. Pangarêpe yaksa pun Kala Prêmeya/ kang akèh jagèng wuri/ sang yaksa
têtanya/ babo sapa ranira/ lan26) apa karyamu dening/ liwat nglêngkara/
lumaku marang margi//
19. Anauri Bimanyu sun Partasuta/ sira buta ing ngendi/ lan sapa ranira/
tingkahmu gora godha/ kang tinanya anauri/ sun buta dêmang/ ayer ngiras
pulisi//
20. 27)Sira apa27) sêntananing wong Pandhawa/ ngakua aja mukir/ yèn sira
bêlaka/ dak-28) ganjar lungguh dêmang/ ngiras dadia gêlidhig/ Bimanyu
nabda/ sun putra Pandhusiwi//
17) D. umyating. 18)18) D. rahadyan sigra. 19)19) C. tan antara praptanya sang rasêksa. 20) tb. B. ing. 21) C. ing mandera. 21)22) C. sigra mulat. 23)23) C. saking kèhing pra rayi kuwi. 24) C. nulya. 25)25) C. de lmaris. 26) D. la.
cxxix
cxxix
27)27) B. sira apa (dsl.). 28) B. tak (dsl.).
21. Kaponakan dening narpati Pandhawa/ arêp apa siranjing/ wil Prameya
latah/ kalingane ta sira/ bêburone gusti mami/ andadak29) minggat/ mring
êndi gonmu ngungsi//
22. Angungsia 30)mring têlaking sang nagendra30)/ tuwin ing Suranadi/ mangsa
ta wurunga/ kêcanthil nyawanira/ lah nuruta31) sun talèni/ Bimanyu mojar/
sira buta pêkathik32)//
23. Kewan alas padhaning jêjinisira/ tan mawang myat sujanmi/ sun bagus
warata/ sakojur tanpa cacat/ rupamu pating bêsasik33)/ pantês mung
mangan/ bê-[94]buron ukur34) cacing//
24. Krodha nyandhak suligi Kala Prameya/ Bimanyu kang binabit/ sumêbut
akebat/ Partatanaya oncat35)/ kinayang dènira babit/ antuk landhêsan/
yêksa lir ginalintir//
25. Tiba klumah yaksa sru angathang-athang/ Petruk kêbat36) nututi/ mripate
Premeya/ cinocok 37)ori carang37)/ yaksa anggung gobag-gabig/ tangi
narajang/ tumandang mung andèrpati38)//
29) D. dadakan. 30)30) C. têlaking naga narendra. 31) B. nututa. C. mituruta. 32)32) B. ya anjing (dsl.). 33) D. bêlandhit. 34) B=C. ulur. 35) D. endha. 36) D. sigra. 37)37) B. ing ri tajam (dsl.). 38) B=D. mung lan wani. C. lan ambêkis.
cxxx
cxxx
26. Netra39) wuta anggung numbuk gora rupa/ ginuyu dening yaksi/ yêksa40)
wira mangsah/ têlu barêng tumandang41)/ kinarubut Partasiwi/ dening tri
yaksa/ tinubruk nganan ngering//
27. Radèn Jayênggati tan kewran ing solah/ kinarubut ing yaksi/ anapuk
andugang42)/ nampiling nêbak jêjak43)/ saya44) kèh yaksa ngêmbuli/ sigra
rahadyan/ trêngginas anarik kris//
28. Ditya ingkang ngarubut sinrang gumlimpang/ kagarut ganja mati/
Bimanyu malumpat/ mamrih papan kang padhang/ sigra amusthi
jêmparing/ kang narawantah/ lumêpas mring wiyati//
29. Kêthèn wendran bêlêg sumawur ngawiyat/ tibane lir garimis/ sêrsêg
tumpa-tumpa/ nibani kang raseksa/ ting gulimpang bangkening wil/
atumpa-tumpa/ kang mlayu dèntututi//
30. Sayêkti doh de rosaning48) kang [95] panawa49)/ wuwusên kyana patih/
têtindhih ing wuntat/ senapati manungsa/ manggala pangirit baris/ 50)Sang
Antisura50)/ kanggêg dènnya lumaris//
31. Buta ndhêlik45) ing 46)êrong tinuding46) panah/ ting talêsêp ngulati/
kacandhak tinanam/ mung busêk gumalimpang/ panah baut mandi-mandi/
upama udan/ binuncang47) dening angin//
39) B. mata. 40) D. ditya. 41) C. umangsah. 42) D. anunjang. 43) D. jaja. 44)44) D. ya ta. 45) D. cilik. 46)46) B. ngrong kainjên ing. D. ngrong dèninjên ing. 47) D. kabuncang.
cxxxi
cxxxi
32. Sayêkti doh de rosaning48) kang [95] panawa49)/ wuwusên kyana patih/
têtindhih ing wuntat/ senapati manungsa/ manggala pangirit baris/ 50)Sang
Antisura50)/ kanggêg dènnya lumaris//
33. Myarsa swara gumuruh51) gora gurnita52)/ kadya manêngkêr langit/
sumiyuting wrêksa/ ron kabur kamarutan/ tan dangu udan jêmparing/ adrês
ing wiyat/ nibani kang prajurit//
34. Wus anyakra Patih Gajah Antisura/ yèn wadya wil ing ngarsi53)/
54)apranggulan kang54)/ satêmah wawan ing prang/ garjita rêkyana patih/
sigra amênthang/ panulaking jêmparing//
35. Musthi ingkang bramastra nyandhak wisesa/ minantra wus umijil/ dahana
angalad/ sungsun atumpa-tumpa/ dalêdêg wijiling hakni/ kumantar-kantar/
55)wrêksa wana55) kabêsmi//
36. Kang 56)sanjatanira wantah56) sirna gêmpang/ pinangan sanjata hagni/
kagyat Partasuta/ myat prabawa dahana/ sukèng Dyah Jahnawisiwi/ èngêt
kataman/ cobaning sang maharsi//
37. Ingkang eyang Begawan Jayawilapa/ tambah sudirèng galih/ sigra-sigra
nyandhak laras/ ingkang57) panah warayang/ mênthang langkapnya
gumêrit/ tumêngèng wiyat/ sanjata mijil angin//
48) B=C. rasane. 49) C. pawaga. 50) t.p. C. 51) D. gurnita. 52) D. sauran. 53) B. arti. 54)54) B. kang aparanggulan (dsl.). 55)55) B=D. wana wrêksa. 56)56) D. sanjata narawantah. 57) D. rikang.
cxxxii
cxxxii
38. Gumaludhug prahara gora sinêrang/ bayu bajra tumindhih/ 58)kèh patih58)
sulaya59)/ wrêksa rubuh kaharah60)/ bramastra kabuncang angin61)/ hruning
warayang/ sumêbut mobat-mabit//
39. Sumpêk nampêk kapalêpêk wadya sabrang/ gègèr lumayu ngisis62)/
ngungsi senapatya/ Ki Patih Antisura/ têtêg63) tan nêdya gumingsir/ Bi-
[96]manyu sigra/ marpêki senopati//
40. Asta kiwa wiraga 64)ngasta kang64) langkap/ têngên Hardhadhedhali/ alon
atêtanya/ hèh sabrang ranmu sapa/ sikara nyidra ing jurit/ apa wus adat/
tan parikramèng jurit//
41. Kagyat mulat65) [mring]66) bagusing radyan putra/ gèdhèk-gèdhèk ki patih/
gung angunjal napas/ nyakra dudu manusa/ groyok dènira nauri/ yèn
tambuh mring wang/ ing sabrang sun pêpatih//
42. Raningsun Patih Gajah Antisura/ taliti sutèng patih/ marmèngsun labuh
prang/ 67)jêr buta67) kancaning wang/ sapa aranmu wong sigit/ manawa
sira/ jawata pindha68) janmi//
43. Anauri69) ingsun putra Madukara/ satriya Plangkawati/ Bimanyu
raningwang/ ya Arya Partasuta/ atmaja surayèng widhi/ Hendratanaya/
Badra siswa ya mami//
58)58) B=C. krodhaning. 59) B=C. prahara. D. sulayah. 60) D. kaparak. 61) B. dening (dsl.). 62) C. gêndring. 63) D. tatag. 64)64) B=C. angasta. 65) D. umyat. 66) b.d. D. A,B,C. myat. 67)67) B. buta jêr. 68) D. minda. 69)69) D. nauri lan.
cxxxiii
cxxxiii
44. Apèparab kyatingrat Jahnawisuta70)/ Pamadyasuta mami/ Sang Arjuna
Weka/ Tenaya Widasmara/ atmaja Prabu Kalithi/ prawinaning prang/
Suraya andon rêsmi//
45. Kadangingsun putra waranggana Surendra71)/ 72)kabêh nêmbah ing
mami72)/ Patih Antisura/ malongo duk miyarsa/ nauri gumuyu ngikik/
asugih aran/ tumpuk atumpang tindhih//
46. Lah nututa wong bagus sira sun gawa/ milih mring praja mami/ ywa nganti
[kawêngan]73)/ ing gusti srinarendra/ rabènana anak mami/ punjul sapraja/
têmbe dadia patih//
47. Lurah Sêmar matur74) mamrih75) tumulia/ matêmpuh76) ing ajurit/ nyêmpal
pang mandera/ 77)[pinanduk kêning jaja]77)/ kagyat Antisu-[97]ra narik/
78)curiga nrajang78)/ Bimanyu pinrang kêris//
48. Wanti-wanti panggocone kyana patya/ Bimanyu datan busik79)/ gigir80)
lambung jaja/ jimpe rêkyana patya/ kang curiga gurèwèli81)/ akon malêsa/
rahadyan 82)narik kêris82)//
70) B. Jajawesuta. C. Janawiputra. 71) D. sulendra. 72)72) t.p. D. 73) b.d. B. A,C,D. kuningan. 74) B. ngudi. 75) D. pamrih. 76) B. patêmpuh. D. aêmpuh. 77)77) b.d. B=C. A. pinandukken kena ing jaja. C. pinandukkên ing jajanya. 78) B. curiganira. 79) B=C. gigrik. D. bucik. 80) B. gêgêr. 81) B. gêrègèli. (dsl.). 82)82) B. wus narik kris (dsl.).
cxxxiv
cxxxiv
49. Kalanadhah ki patih jaja kataman/ gumêbruk wus ngêmasi/ sigra pra
punggawa/ wruh lurahe palastra/ gumrubyuk têmbang ginanti83)/ durma
sinimpar/ pangkur ingkang gumanti//
XVI. PANGKUR
1. Nêngna untabing kang1) bala/ kawuwusa Rahadèn [Bimasiwi]2)/ lalu
pangupayanipun/ ngêmbara ing awiyat/ tyas kumêpyur myat lêbu mulêg
lir lesus/ gumrah alas kaêbêgan/ garjita Sang Bimasiwi//
2. Sangsaya niyub3) mangandhap/ kawistara kang udrêg ing ajurit/ tan samar
paningalipun/ kang rayi Partasuta4)/ kinarubut 5)kang mungsuh langkung
sèwu5)/ dyan6) wong agung Pringgacala/ mangkrak krodhanya mawrêdi//
3. Nguwuh sêsumbaring ima/ prabawa gung kumêlun gung kukus mijil/
dalêdêg wêtuning tutuk/ lir mêndhung kamarutan/ tinumpa ing prahara
tumamèng mugsuh/ gumlêgêr swara gurnita/ rug kontrak kang bumi
gonjing//
4. Hèh kodhik sun tan pêpeka/ sapa ingkang sikara ing ajurit/ tadhahana
wêwalêsku7)/ sun putra ing Pawênang/ Prabu Anom Têtuka jêjulukingsun/
iya Arya Bimasuta/ wong agung ing Pringgadani//
83) B. sinalin (dsl.). 1) t.p. B.C. 2) b.d. D. A.B.C Bismasiwi. 3) D. maniyup. 4) B=C Partaputra. 5)5) B. ing mungsuh maèwu-èwu (dsl.). 6) D. de. 7) D. walêsingsun.
cxxxv
cxxxv
5. Bêbayaning jumantara/ andhanu lar Arimbatmaja mami/ sun atmaja
Bayusunu/ kapitra anrang têngah/ dènprayitna sigra [Bimaputra]8) niyub/
narajang têngahing [98] mêngsah/ dhupak napuk anêmpiling//
6. Ngancik pundhak muntir9) sirah/ gulu jêbol jêrohan katut mijil/ kèh
sinawatakên mungsuh/ mati ingkang katiban/ bubar kuwur ting salêbar10)
kawur11) mawur12)/ wênèh ngungsi malbèng jurang/ dhrêsêl garumbul ori//
7. Wuwusên Partatênaya/ Garèng Petruk miyat13) sirnaning14) baris/ lan akèh
sirah gumlundhung/ gêmbung kèh gumalimpang/ wus anyakra yèn kang
raka kang têtulung/ sigra Sang Partatenaya/ nguwuh sarta15) amrêpêki//
8. Wus tundhuk lawan kang raka/ samya lênggah anèng soring waringin/
kalihe rangkul-rinangkul/ tanya Arya Têtuka/ witing aprang lawan
16)sangkaning kang mungsuh16)/ satriya Jahnawisuta17)/ matur purwa
amungkasi//
9. Lan matur wêlinging eyang/ Rêsi Jayawilapa andhawahi/ kinèn manjing
purèng mungsuh/ pinriha manuhara/ lan putrining Suryanggana sang
aprabu/ nuladha adate bapa/ jayaning18) prang olèh putri//
8) b.d. D. A,B,C. Bismaputra. 9) D. nguntir. 10) C. balasar. 11) B=D. kabur . C. padha. 12) C. kuwur. 13) D. umyat. 14) D. bubaring. 15) D. sarya. 16)16) C. sêsangkaning mungsuh. 17) C. Jahnawiputra. 18) D. dayaning.
cxxxvi
cxxxvi
10. Gathutkaca ngandika/ yèn mangkono 19)ingsun milu19) sirèki/ nadyan20)
tumêka ing lampus/ aja pisah lan sira/ kasok têmên bok kaya kang wis
kapungkur/ Bimanyu alon aturira/ mrih Rahadèn Bimasiwi//
11. Kakang sih paduka mring wang/ sakêlangkung tumanêm pulung ati/
kalingga têlênging êmbun/ mugi sampun dêduka/ wit kawula lênggana yèn
tinut pungkur/ bantu wuwus Lurah Sêmar/ ngaturke wêlinging kaki//
12. Ing karyane rayi dika/ mangka pikat [99] rama dika kang anis/ timbalane
sang awiku/ benjing prang pasanggrahan/ ing timbule rama dika 21)radèn
bagus21)/ miwah rama jêngandika/ rahadèn ing Jodhipati//
13. Ya ta Radèn Gathutkaca/ duk miyarsa aturing Saronsari/ kalangkung
trusthaning kalbu/ lêsah-lêsuning ilang/ angandika 22)mring kang22) ari23)
Sang Bimanyu/ wis yayi payo binagya24)/ ing karya dimèn tumuli//
14. Yayi maring pasanggrahan/ ingsun ingkang sumiwi Parta rêsi/ Gathutkaca
sigra25) mumbul/ dêdêl ajumantara/ lamat-lamat lir kaendra nggayuh
mêndhung/ jalada malang tinrajang/ buyar mawur katut angin//
15. Partatênaya umangkat/ alon-lonan anggung nyilip ing margi/ kunêng
gantya kang winuwus/ Sang Prabu Duryudana/ risêdhêngnya tinangkil
pêpak pra wadu/ miwah para kamituwa/ Kurawa samya sumiwi//
19)19) B. sun mila ing (dsl.). 20) B=D najan. 21)21) C=D sang abagus. 22)22) C. maring. 23) B=C rayi. 24) B= pinerang (dsl.). 25) B=C nulya.
cxxxvii
cxxxvii
16. Karsane srinaranata/ mung anggunêm sirnaning Pandhusiwi/ eloke barang
kadulu/ sabarang kari wadhah/ tan antara praptanira sang aprabu/ ing
Gumiwang Suryanggana/ tan palarapan sumiwi//
17. Ngarsaning Sri Duryudana/ rêrênggosan kadya soring ajurit/ angling
Duryudana prabu/ mring Prabu Suryanggana/ 26)hèh ki prabu dene agita
praptamu26)/ kaya kang anêmu karya/ umatur sang narpasiwi//
18. Pukulun srinaranata/ kawula tur uninga27) jêng rama ji/ abdi paduka kang
tunggu/ Praja Cintakapura/ jinudhag mring satriya sajuga rawuh/ wasta
Bambang Partadewa/ pinangkane saking28) [100] wukir//
19. Pratapan29) Kelasawarna/ yoganira30) Sang Kilatrupa rêsi/ sêsumbare mila
purun/ gusah catur punggawa/ pun Pandhawa ingakên mitra satuhu/ alabuh
sabaya pêjah/ mêkatên gènira angling//
20. Sira dudu mungsuh ingwang/ gustinira dènage konên prapti/ mantri jagi
samya31) mantuk/ gita sanjang32) ing kula/ kamipurun lumancang karsa
pukulun/ mantri pangrêksa sakawan/ sami kawula pêjahi//
21. Pukulun 33)jêng srinarendra33)/ 34)sowan kula34) nyuwun pangèstu mugi35)/
kaèstrèna para sêpuh/ nyêpêng pun Partadewa/ kalilanana kawula amale
ukum/ lan kadhaton ing Ngamarta/ 36)yèn parêng36) kawula bêsmi//
26)26) C. dene ge-age praptamu ning ngarsèngsun. 27) D. uningèng. 28) D. sangking. 29) D. praptapan. 30) B=C. yoganing. 31) B. sami (dsl.). 32) C. matur. 33)33) D. sowan kawula. 34) t.p. D. 35) C. puji. 36)36) B=C parênga.
cxxxviii
cxxxviii
22. Ngandika narpa Kurawa/ mring Sang Wiku Dahyang Durna maharsi/ bapa
paranta ing kayun/ karêpe putranira/ kudu-kudu anyêkêl kang anèng
kadhatun/ matur Baratmadyaputra/ dhuh pukulun sribupati//
23. Yèn putra paduka nata/ kang umangkat nyêpêng kang anèng puri37)/
kabaranang ing bêbêndu/ kang38) nama Partadewa/ kawula jrih ngarokos
ingkang saèstu/ yèn karsa karaya-raya/ bok mênawi nêniwasi//
24. Pun bapa botên angina/ kadibyane putranta sribupati/ prayogi 39)sarèh
ing39) kalbu/ waspada ing paningal/ kêdah ingkang sagêd 40)matawis ing40)
wangun/ ngandika Sri Duryudana/ manira bodho sirèki//
25. Kang prayoga anyêktèkna/ Dhahyang Druna41) umatur mring sang aji/ raka
paduka Sang Prabu/ Ngawangga Basusena42)/ kados bo-[101]tên
dêdugining kalbu/ waskitha ing panggrahita/ lêbda mawang ing tyas
lantip/
26. Yèn pamawrate pun bapa/ Partadewa langkung saming janmi/ wondene
sumanggèng kayun/ ing karsa Srinarendra/ Duryudana alon
angandikanipun43)/ ring raka Dipati Karna/ nêdha kakang adipati//
27. Jêngandika lumakua/ marang44) datulaya Cintakapuri/ yêktining jroning
kadhatun/ ing mêngko ana ingkang/ wani ngrêngkuh wijiling wong têka
gunung/ aran Bambang Partadewa/ ngaku sinudara dening//
37) B. wuri. 38) tb. D. aran. 39)39) B. sarèntèng (dsl.). 40)40) B=C. amatawis. 41) D. Durna. 42) C. Basudewa. 43) D. pangandikanipun.
cxxxix
cxxxix
44) D. maring. 28. Rayi andika kang muksa/ yèku kakang jêngandika timbali/ paran sêdyane
satuhu/ bangga rinampungana/ Bapa Suman pakênira dèn sabyantu/ lan
kakang Dipati Karna/ Kurawa kang gantung kardi//
29. Trusthèng tyas Dipati Karna/ piniji [mring]45) rayi jêng narapati/ dhêku
sarwi lon umatur/ yayi srinaradipa/ dènsakeca ing galih pun kakang
sanggup/ anggèndhèng pun Partadewa/ dènnya muwus Suryasiwi//
30. Goyang jêngku sru sêsumbar/ mèsêm- mèsêm mangkana dènira ngling/
dhuh 46)yayi ingwang46) sinuhun/ lamun benjing pun kakang/ botên bêkta
mustakane wong ing gunung/ tan sumiwi ing paduka/ wirang miyat ing
sujanmi//
31. Eman alungguh dhêdhampar/ pêpantêse nguni awor pêngarit/ Rêsi Bisma
lon amuwus/ Dipati Basusena/ yèn cêlathu ilang parikramèng ratu/
pêpantêse binalika/ Partadewa ingkang nyangking//
32. Murdaning radetyatmaja47)/ ora patut ka-[102]soran ing ajurit/ Karna
kucêm sigra mundur/ datan kongsi nyamêkta48)/ 49)praptèng jawi
nyengklak kudhanira mamprung49)/ 50)pangkur kari panangkilan50)/ pucung
têmbange gumanti//
45) b.d B,C,D. A. ring. 46)46) B=D. yayiku sang. C. yayi ingkang. 47) B. radeyatmaja. 48) C. pamitan. 49)49) C. pan kasêsa lampahe sang antuk dhawah. 50)50) C. wus prapta gapura.
cxl
cxl
XVII. PUCUNG
1. Kawarnaa kang nèng jroning têmbang pucung/ Bambang Partadewa/
lawan garwa wranggana di/ tuwin putra Sang Prabu Anom Têtuka//
2. Partadewa ngandika mring garwanipun/ ingsun iki bakal/ 1)dhayohan
dhutèng narpati1)/ kang dinuta adipati ing Ngawangga//
3. Sira iku mirantia ing sêsuguh/ ing jro miwah jaba/ ywa nganti ngisin-isini/
Kandhiraras2) mijil angrukti3) sugata4)//
4. Partadewa angandika maring sunu/ Arya Gathutkaca/ kulup sira sun tuturi/
ingsun katêkan ing dhayoh anangsara5)//
5. Poma kulup dèn mituhu lêkasingsun/ lamun duta6) nata/ arêp sikara mring
mami/ sira aja wani têtulung maring wang//
6. Aja ngaton sira dhêlika ing pungkur/ sigra Bimasuta7)/ mentar dhêlik
ngintip-intip/ ing tyas kudu wêtu8) atarap ing karya//
7. Ya ta wau Bambang Partadewa sampun/ mijil saking9) pura/ jumênêng
soring taritis/ kawuwusa Adipati Basusena10)//
1)1) D. kadhayohan datêng aji. 2) C. laras. 3) B. ngamêktèng (dsl.). 4) B. sunggata (dsl.). 5) C. tan acara. 6) C. uwa. 7) D. Bimaputra. 8) C=D. wêruh. 9) D. sangking. 10) D. Basudewa.
cxli
cxli
8. Tanpa11) kanthi manjing palataran wong agung/ Sêngkuni nèng wuntat/
12)nusul napas kêmpis-kêmpis12) / 13)jinaganan Kurawa angunjal13) napas//
9. Bambang Partadewa mêndhak 14)lon umatur14)/ nêdha carakendra/ paduka
manjing puri/ kula ingkang nglêladosi ing paduka//
10. Sribupati Karna bêngis15) 16)ngandika sru16)/ apa17) sira ing-[103]kang/
jênêng Partadewa rêsi/ gya umatur tan kalih naming kawula//
11. Nama18) Partadewa mung kawula tuhu/ miwah kang Pandhawa/ yêkti tan
liya kang abdi/ ingkang rusak kang rinusak mung kawula//
12. Adipati Karna mèsêm nolih pungkur/ angling mring kang paman/ nêdha
paman dika pikir/ punapi ta wontên 19)wong angrangkêp karya19)//
13. Gèbès-gèbès 20)kyana patih lon20) umatur/ bêbasan ngalêntar/ bok gih
sampun dipungalih/ gya21) tumuntên dhawuhna kang pangandika//
14. Partadewa ngrumiyini manabda22) rum/ bok inggih sumangga/ lajêng
umanjing jro puri/ ing sakarsa supadi nuntên kalakyan//
15. Sigra wau wus manjing pura wong agung/ tata dènnya lênggah/ atembok
parêkan cèthi/ ingkang samya ngrakit samya ajuning23) sugata//
11) C. tampi. 12)12) B=C kêmpis-kêmpis jinagan mring. 13)13) B. pra Kurawa tansah dènnya ngunjal. 14)14) C. sarwi lon matur. 15) C. bêngkis. 16) D. pangandikanipun. 17) B=D. bapa. 18) B. ingkang (dsl.). 19)19) C. ing wong ngrangkêp. D. tiyang ngrangkêp. 20)20) C. ki patih alon. 21) B. ngur (dsl.). 22) B. panabda (dsl.). 23) C. sagunging.
cxlii
cxlii
16. Ingkang rasa sêgêr lêgi myang rum-arum/ Sang Narpati Karna/ 24)durung
nganti dèncarani24)/ ting karompyang Kurawa dènira nadhah25)//
17. Partadewa alon panêmbramanipun26)/ dhuh sang adipatya/ kawula atur
basuki/ duk nèng praja ing marga praptèng wusana//
18. Anauri Karna mring atmaja wiku/ ya Ki Partadewa/ bangêt panarima
mami/ ingsun malês pambagya marang ing sira//
19. * Hèh Ki Partadewa ing karya sun cancut/ wit ing praptaningwang/ dinuta
ing sribupati/ amaringakên sabda pangèstu mring27) sira// *
20. Gya andhêku wiku putra lon umatur/ sabdaning rayinta/ asih pama ing
basuki/ sakalangkung kapundhi kalingga murda//
21. Mung mênawi wontên karsa kang mrih ayu/ Narapati Kar-[104]na/
pangandikanira bêngis/ hèh Ki Parta timbalane Srinarendra// **
22. Sapa ingkang nyuraya28) marang sirèku/ apa karêpira/ dene liwat
kumawani/ anrang baya kuwanènmu 29)tanpa taha29)//
23. Praptaningsun animbali ing sirèku/ yèn nuntut dak30) banda/ 31)sira
bangga31) sun patèni/ mèsêm-mèsêm wiku putra lon turira//
24)24) C. hywa nganti dènacarani. 25) D. mangan. 26)26) D. dênnya nêmbrama rum. 27) D. ing. 28) B. nyungaya. 29)29) D. kurang tata. 30) B=C. tak. 31)31) B. bangga sira (dsl.). ** Bait 19 t.p. C. ** Pada naskah B ada 1 bait setelah bait 21 yang berbunyi Kinon dangu pagenea ta sirèku,
wani- wani judhag, kang padha rumêksèng puri, tanpa têrang timbalane srinarendra.
cxliii
cxliii
24. Dhuh sang prabu mila amba kamipurun/ 32)tingkah kang32) mangkana33)/
anrang baya kumawani/ anjudhag ming mantri kang rumêksèng praja//
25. 34)Awit pun Pandhawa34) pawong mitra ulun/ tan mantra mêmitra/ lir
nunggal sayayah [wibi]35)/ liya saking mêkatên tyasing pandhita36)//
26. Pakartining37) têtulung ing38) kawlas ayun/ sami lan narendra/ wajib
angrêksa39) kaswasih/ yèn narendra têtulung sarana aprang//
27. Yèn pra wiku 40)mung puja40) miwah pitutur/ mangka pun Pandhawa/ tan
dosa dhahat pinurih/ sinangsara marma kawula sumêngka//
28. Sapikantuk41) nanggulang pakaryan pra dur/ lan pamyarsa kula/ Sri
Duryudana Narpati/ nak ing dulur lan narpati Ngamarta//
29. Datan42) 43)eman têka kolu43) murih44) lêbur/ nanging dhatêng layak/
awrate rêbut nagari/ pantês supe rinewangan45) 46)mèt suraya46)//
30. Jêr wadyane sadaya 47)pan êmpuk47)-êmpuk/ arêp mêngku praja/ wêdi
ananggulang jurit/ golèk sraya olèh ratu atos jênang//
33)32) B. atingkah. 34) B. kadyeka (dsl.). 34)34) C. Pandhawa pun awit. 35) b.d. C. A,B,D. bibi. 36) C. Pandhawa. 37) C. pakartine. 38) D. wong. 39)39) B. ngrêksa ing. D. têtulung. 40) C. mêmuja. D. mêmuji. 41) C. sapikangtuk. 42) B=C tanpa. D. datêng. 43) D. sanak lan. 44) C. mamrih. 45) B. rinencangan (dsl.). 46) B. anyuraya (dsl.). 47)47) B. sami puk (dsl).
cxliv
cxliv
31. 48)Malih dipun48) têrang 49)tan nyambut49) pangrungu/ paduka punika/
sadulur anunggal bibi/ gumrahing wong dadi têka aji mulya//
32. Duk winatêk50) Kunthi wêtêng-[105]e malêmbung/ liwat dora cara/ aji bisa
dadi bayi/ congèr-congèr linabuh marang samodra//
33. Wontên malih mêdal saking adatipun/ lair ingkang jabang/ marmane51)
52)mijil sing52) kuping/ saparane53) kinelenan gagang lanang//
34. Sadèrènging54) 55)dewasa gorohe ngumbuk55)/ mangka rahsaning hyang/
dumunung ingkang prakawis/ kenging uga kinaryan rahsa56) sêkawan//
35. Tutuk grana karna parji cangkêm57) catur/ manggone kang rahsa58)/
nanging parah kang umanjing/ lêgi gurih ning tutuk manggoning rahsa//
36. Rahsèng grana bangêr bacin wangi arum/ mung rahsa nèng karna/ mèh
padha kang nèng parêji/ yèn kêlêbon kêkilar rahsaning nikmat59)//
37. Yèn parêji mung salumrahing winuwus/ wit punika mangka/ kaelokaning
Hyang Widhi/ 60)yèn kataman60) lêgi gurih tanpa rasa//
38. Kula sirêping atur bok kajalungup/ kados yèn kolua/ mring Pandhawa wus
tanpa sih/ jêr paduka kadadosaning sukêrta61)//
48) D. malihipun. 49) B. anyambut (dsl.). 50) B. winatak (dsl.). 51) B. margane (dsl.). 52)52) C. sing mijil. 53) B. saranane. 54) B. sadurunge (dsl.). 55)55) B. diwasa gorohe ngunjuk. C. mangsa goroh anganjuk. D. diwasa gorohe ngubuk. 56) C. rasa. 57) B. jangkêp. 58) C. rasa. 59) C. nikmat. 60) B. katamana (dsl). 61) D. sukrêta.
cxlv
cxlv
39. Sadangune sang wikuputra dhoreng wuwus/ Narpati Ngawangga/ miwah
Ki Patih Sêngkuni/ pra Kurawa 62)ngantuk ngorok sêsênggoran62)//
40. Ing63) wêkasan wiku putra dènnya muwus/ Sri Karna anyêntak64)/
gêbyak65) asta asru runtik/ tan saranta sinikêp Sang67) Partadewa//
41. Pan gumapruk lir sidhakêp udrêg kukuh/ nanging tanpa lawan/ mêksa
wanti-wanti banting/ Patih Soman jumbuh susure malêsat//
42. Kawuwusa Bimaputra66) kang nèng pungkur/ myarsa swara gita/ [106]
sigra dènira umanjing/ pinapakên ing rama Sang67) Partadewa//
43. Rinarapu 68)dènira arsa têtulung68)/ nahan wiku putra/ Kurawa wus
dènsabdani/ padudona Kurawa lan sanakira//
44. Mung Sri Karna kang inguja karsanipun/ riwusnya sinabdan/ Kurawa lir
turu nglilir/ barêng ngêbyak69) barêng70) surak barêng71) mêngsah//
45. Niba tangi ing palataran padha72) gêlut/ [kang jambak]73) jinambak/
dhupak74) nyongkol75) anampiling/ gêgamane kabèh padha kapalêsat//
62)62) B=C ngantuk angorok sênggoran, D. samya ngantuk asênggoran. 62) B. duk (dsl.). 64)64) B. sru nyêntak. 65) B. gêbrag (dsl). 66) B=D Bismaputra. 67) D. dyan. 68)68) B. dènnirarsa atêtulung. 69) D. ngêbyak. 70) D. parêng. 71) D. parêng. 72) C. samya. 73)73) b.d C=D. A. pan jambak. B. kajambak. 74) B=D nyakot. C. barêng. 75) C. nyakot.
cxlvi
cxlvi
46. Kang dènidak76) gulune ilate mêtu/ kèh 77)mripat kasipat77)/ irung buntus78)
kuping suwir/ Arya Soman binuru ubêng-ubêngan//
47. Kaku tyase manjing urung-urung banyu/ kalèn nuju matang79)/
mukanggung kasaban warih/ nglangak sundhul bali mundur sinogokan//
48. Kawuwusa nata Karna langkung bêndu/ nyandhak kang sanjata/
[narawantah]80) wus kapusthi/ duk lumêpas wiku putra tangkis asta//
49. Kang sanjata prabawa tinulak81) wangsul/ nibani Sri Karna/ kumarutuk lir
garimis/ 82)wusnya ambruk Karna karoban82) ing panah//
50. Kakuning tyas têmah kantaka sang prabu/ Kurawa ting glimpang/ ting
galêrêng ting karêmpis/ Patih Soman mundur saking marga83) toya//
51. Duk umiyat Kurawa pating galuntung/ sigra Partadewa/ marpêki Patih
Sengkuni/ alon nabda hèh palibaya dènenggal//
52. Pra Kurawa dènmota ing ngekrak gupuh84)/ [107] Narpati Ngawangga/
tinumpangna ing turanggi/ rinompoha tumuli85) sami mundura//
53. Palibaya 86)umatura ing sang prabu86)/ manira suwuna/ pangaksama mring
sang aji/ dene para Kurawa manggih sangsara//
76) B. ingidak (dsl.). 77)77) B=D mripat malumpat C. mripate mlumpat. 78) B. gruwung (dsl). 79) B. mahang. 80) b.d. B=C. A.D. parawantah. 81) B=C. katulak. 82)82) B=D wusanambruk Karna rinoban ing panah. C. wusana sang Karna rinoban ing panah. 83) B. margèng. 84) B. rampung (dsl.). 85) C. anuli. 86)86) B. matura mring sang aprabu.
cxlvii
cxlvii
54. Nanging dede saking manira satuhu/ wit karsa priyangga/ dhêndhaning
sikaring janmi/ lan katura 87)kawula asung yu bagya87)//
55. 88)Kawuwusa Sangkuni sawadyanipun89)/ sabên89) saonjotan/ lèrèn kang
samya lumaris/ mêmêtèki90) Kurawa kang munggèng ikrak//
56. Nata Karna ing samarga-marga kantu/ kondur mring Ngawangga/ ning
marga têmbange salin/ mari pucung kang gumanti maskumambang//
XVIII. MASKUMAMBANG
1. Kawarnaa kang tapa gupita giri/ pratapan Sumarma/ kiwaning pinggir
jaladri/ adoh dhukuh mung prak alas//
2. Kèh bêburon banthèng andanu mêraki/ singabarong warak/ tuwin kang
buron jaladri/ gung 1)saba midêr1) pratapan//
3. Garudha gung mibêr midêr2) anganglangi/ tan ana tanduran/ kêpoh randhu
alas wringin/ pinggir samodra siwalan//
4. Dhuwur-dhuwur jajar tan kêna winilis/ padha sinusuhan/ garudha munya
ting krêlik/ marga 3)sinaba ing3) janma//
5. Kang martapa pandhita 4)awarna yêksi4)/ adêdêg pidêksa/ têgêse sêdhêng
gêng inggil/ netra apindha baskara//
87)87) B. kawulangsung ayubagya (dsl.). 88)88) B. glising catur Sangkuni sawadya mundur. 89) B. pêndhak. 90) C. marêpêki. 1) D. midêr saba. 2) B. samya (dsl.). 3)3) B. ya sinaba. 4)4) C. awarna pêksi. D. warna rasêksi.
cxlviii
cxlviii
6. Grananya gung5) tutuk cawak waja ngrungih6)/ siyung ngapurancang/
karnanya 7)apindha7) hèsthi/ jaja gêblak sêmu wijang//
7. Gumbala gêng godhèg wok simbar jaja brit8)/ asta meng-[108]kol
cêndhak/ dariji gêng9) sakurahi10)/ kênaka gèpèng lir bêndha//
8. Susu kopèk wêtêng jêmbluk bokong nyênthing/ suku11) penthong cêkak/
kêbak wulu klangsrah siti12)/ dlamakan pindha pêpisan//
9. Ajêjuluk13) Kesawa sang maharêsi/ lawan cinarita/ arine sajuga èstri/
warna sor wrangganèng14) swarga//
10. Kang panêngran Kusuma Humandadari/ wus tan kêna ngucap/ candraning
sang ruming sari15)/ sabarang bêcik kang tinrap//
11. Kabèh-kabèh sakojur rêtuning bêcik/ tapaning sang rêtna/ lan kang raka
anyarêngi/ arêpa nadhahana//
12. Lamun dalu dêdamar ujwalèng sasi/ mangkya sang pandhita/ lagya amêsu
sêmèdi/ tapa mati jroning gêsang//
13. Anyirnakkên pancadriyanya sang rêsi16)/ tan 17)myat tan miyarsa17)/ rasa
pangganda piningit/ cipta osik kabèh sirna//
5) B. gêng. 6) C. mringis. 7) B. pan pindha (dsl). 8) B. bris. 9) C. gung. 10) C=D. sakêrahe. 11) B. sikil (dsl.). 12) C. sikil. 13) C. jêjuluk. 14)14) C. wranggana nèng. D. wranggane. 15) C. sasi.
cxlix
cxlix
16) D. rêksi. 17)17) D. umyat tan myarsa.
14. Mung angêmpêl kumpule ywa kongsi gêmpil/ lan angga priyangga/ lamun
panêmbahe milih-/ milih kang êndi sinêmbah//
15. Yèn nêmbaha ing18) sêsamaning dumadi/ dene tanpa ngrasa/ yèn nêmbah
ing dewa luwih/ dewane sapirang-pirang//
16. Lawan dewa 19)yinoga Hyang19) Ujwala tri/ iya Sang Hyang Jagad/
mêngku wiji misesani/ bantala miwah akasa//
17. 20)Wujude kang dènrasani20)/ marma kasangsaya/ subratane sang maharsi/
waspadaa warnaning Hyang//
18. Marma wus samadya candra sang maharsi/ dènnya tapa pêjah/ datan obah
datan21) mosik/ anglir tugu sinukarta//
19. Mêmpêng dènnya mrih sampurnaning du-[109]madi/ pamoring Hyang
nunggal/ ywa nganti silih-sumilih/ sanalika sang atapa//
20. Adrêng mêrdêng22) jiwa linggar saking jisim/ marma ingaranan/ jisim wus
koncatan dening/ Hyang Suksma linggar sing angga//
21. Duk maksihe dumunung ingaranan jalmi23)/ cuwèng tyas Kesawa24)/
miwah Dyah Uman Dadari/ myat ing raga karigana25)//
22. Panuruning caritaning dhalang ringgit/ pêcating kang nyawa/ suwe yitma
anunggoni/ sru dènnya anguman-uman//
18) C. mring. 19)19) B. yèn uga hyang. C.iya uga. 20) t.p. B. 21) B. obah. D. nora. 22) D. mêrdrèng. 23) B=C. janmi. 24) C. kewala. 25) B. kaywanggana.
cl
cl
23. Gumarunggung 26)[ngundhamana]26) yitma kalih/ marang raganira/ duk
tinurun sastra warih27)/ nuju têmbang maskumambang//
24. Kang mangkono nora dèntulisi/ mrih bok tinuladha/ têka yitma muring-
muring/ saiba duk aran janma//
25. Wusing28) purna yitma dènnya muring-muring/ tumulya lêlampah/ kèh
dinulu amarnani/ yèku pan uga tiningal//
26. Hyang wisesa yèn wis lingga saking gaib/ paran nganggo marga/ têka
nganggo amêmilih/ rêp mring wisma sangka ngomah//
27. Arêp lunga 79)mêntas ingkang79) dènparani/ mêngkono ing rasa/ antêpe
kang mardi tulis/ ing driya tan sêmang-sêmang//
28. Parandene isih ana kang pinêthik30))/ jêr ginawe sêpa31)/ tuladha sasmitèng
pati/ mangkana kang cinarita//
29. Sang Kesawa lan Kusuma Mandadari/ anon pakarangan/ saking32) doh
dinulu asri/ katon munggul gapuranya//
30. Gapura mas pinathik-pathik 33)rêtna di33)/ tuwuhan têmruna/ ya ta wau
Mandadari/ kèndêl dènira lumampah//
26)26) b.d. B,C. A,D. ngundh-undha. 27) C. kalih. 28) C. wusnya. 79)79) B. tan têka kang (dsl.). 30) D. pinilih. 31) B. seda. C. pama.. 32) B. sami. D. sangking. 33)33) D. mas adi.
cli
cli
31. Lon matur 34)mring kang raka ngasih-asih34)/ 35)iku kakang35) sa-[110]pa/
kang dumunung katon36) iki/ Kesawa lon lingira//
32. Iku rara37) pêpancèning38) pra maharsi/ tuwin para raja/ sanadyan wiyahing
janmi/ bisa dumunung ing kana//
33. Yèn pandhita kang tansah muja39) sêmèdi/ tan lyan kêring kanan/ mungkul
ing tyas anêtêpi/ sapakartining pandhita//
34. Yèn narendra uga padha lan pra rêsi40)/ mung sejening patrap/ pandhita
alul sêmèdi/ betah luwe cêgah nendra//
35. Ora mêngêng pangèsthine marang dewa di/ gêlising pangucap/
[tuladhane]41) wus mrêpêki/ narpati miwah pandhita//
36. Ingkang padha ngantêpi42) karsaning widhi/ kaya ta pandhita/ sang
Begawan Wrahaspati/ Bagaspati kalaludra//
37. Iku padha tinitah43) sipat44) rasêksi/ tan mung iku rara/ yèn kang jumênêng
narpati/ Mantili Prabu Janaka//
38. Srinarendra ya padha45) raja narpati/ kang padha ginanjar/ suwargane kêna
milih/ padha aloka sawarga46)//
34)34) B. ing raka ngasih-asih. 35)35) C. kakang iku. 36)36) C. kraton 37) B=C. lara. 38) C. pêpancèni. 39) B=C. pudya. 40) D. rêksi. 41) b.d. D. A,B,C. mulane. 42) B. ngandhêmi. D. ngadhêmi. 43) C. sinipat. 44) B. ing trah. 45) B=C. Yawana.
clii
clii
46) C. suwarga.
39. * Kang siranon iku47) tan kêna pinilih/ ujêr wis pinacang/ ing wêca
pinanci-panci/ kang bakal duwe48) sawarga// *
40. * Lamun ana satriya lêbda sêmèdi/ têranging paningal/ luwih kang para49)
maharsi/ sinuraya ing jawata// *
41. * Yeku ingkang pancèn kêna angênggoni/ siniwi wranggana/ umatur
Umandadari/ ngêndi araning sawarga// *
42. Angandika yaksa Kesawa maharsi50)/ araning sawarga/ gapura kang
dinomêri51)/ ran sawarga Tejamaya//
43. Ya ing [Tinjomaya]52) swarga dènarani/ ya ta ngandika/ Kusuma
Mandadari/ bok aku iki lan sira//
44. Ginanjara sawarga ingkang kadyèki/ 53)lah saiba kakang/ mêthangkrusku
angênggoni/ angling Bêgawan Kesawa53)//
45. 54)Seje têmên lan karêpku iki yayi54)/ sèwu no-[111]ra sêdya55)/ tinikêle
ping sakêthi/ rupendah kang luwih ika//
46. Lo kapriye kakang ujarmu nyalindhit/ kakang kaya ngapa/ pangarêp-
arêping ati/ mêtua ingkang mangkana//
47) C. ugêr. 48) B. darbe. 49) C. kang pra. 50) B=D. sang rêsi. 51) B. diangkani (dsl.). 52) b.d. C,D. A,D. Tejamaya. 53)53) t.d. B,C,D. 54)54) t.d. B,C. D. seje têmên rara lan karêpku iki. 55) D. sêja. ** Bait 39 t.p. D. ** Bait 40 t.p. D. ** Bait 41 t.p. D.
cliii
cliii
47. Sang Kesawa ngujiwat alon dènnya ngling/ yayi56) kadangingwang/ pindha
karya ing pamikir/ winanti-wanti pinajar//
48. Wèwuruke priyangga marang pribadi/ minangka pusaka/ 57)tan ngalèwèng
sun57) antêpi/ tan rêna lamun ginanjar//
49. Sapa ingkang ginanjar sapa ingkang paring/ malah agawea58)/ kang dadi
sênênging ati/ jêr ika kabèh ya ingwang//
50. Mangka têmbe ana kang suka pinaring/ swarga Tejamaya/ sun tarka
kurang patitis/ kêna sinamuring dewa//
51. Basa teja wêwayangan kang sayêkti/ mayèku ujwala/ têgêsing ujwala
yayi/ cahya kang gumilang-gilang//
52. Matur malih sang raka lirih59)/ sun kêpingin kakang/ lumêbu sawargan iki/
saiba endahing warna//
53. Nulya laju 60)lampahe kang60) yitma kalih/ kunêng kawuwusa/ kang nèng
jroning mandragini/ salin têmbang dhandhanggula//
IXX. DHANDHANGGULA
1. Cinarita kang nèng jroning puri/ puranira Sang Hendratanaya/ jawata nata
lungguhe/ anênggih ajêjuluk/ Sang Bathara Prabu Karithi1)/ siniwèng para
garwa/ pangarsanya catur/ jêjuluk Rêtna Supraba/ putra Hendra Wilutama
ingkang rayi/ Sambu ingkang pêputra//
56)56) B. dhuh bèng (dsl.). 57)57) B=D. tan wèng-wèng lan. C. datan wèng-wèng. 58) C. ta gawea. 59) D. ririh.
cliv
cliv
60)60) B. lampahing kang. C=D. lampahe sang. 1) C. Kalithi.
2. Lêng-lêng Mandanu ingkang sumendhi/ Lêsmanantaka jangkêp sêkawan/
Brama ingkang ngyogakake/ punika kinawayuh/ lawan Drê-[112]sanala2)
kang rayi/ kang anèng jroning garbanira Pandhusunu/ akathah garwa
ampeyan/ cinarita tiga ingkang3) 4)wus sêsiwi4)/ kapat Wara Supraba5)//
3. Supraba wus 6)pêputra kêkalih6)/ ingkang sêpuh Sang Bimawicara/ luruh
jatmika solahe/ nunggil watêkanipun/ lan kang rama Prabu Karithi7)/
karêm mring8) kasatriyan/ kondhang linalancur/ kêkêmbange Surantaka/
kèh 9) pra widodari brangta mring sang pêkik9)/ sumêngka tur pralina//
4. Ingkang rayi Dyah Minangkawati/ nunggil ibu lan Bismawicara/ lan kang
ibu kèh èmpêre/ muka kulit amulu/ tindak-tanduk sabawa sami/ marma
dadya laela/ kèh jawata gandrung/ Rêsi Wilutamaputra/ mèh sawarna lan
raka Suprabasiwi/ Nayamurdhama10) atrang//
5. Tyas ngumalaa mustika manik/ angluri mring pambêkaning eyang/ lumuh
mring pakaryan rame/ karêm puja manêkung/ ingkang rayi Radèn
Wisagni/ Tenaya Drêsanala/ miwah arinipun/ nama Rêsi Wisangkatha11)/
ambêranyak bawa tênagane nyami/ cahya andiwangkara//
2) C. Dêrsanala. 3) C. tiga. 4) D. asêsiwi. 5) C. Sumbadra. 6)6) B. apêputra kalih. 7) B. Kalithi (dsl.). 8) B. ing (dsl.). 9)9) B. kang para widodari nahên brangti. C. kang para widodari brangta sami. 10) C. Nayapurdama. D. Nayamurnama.
clv
clv
6. Cinarita Sang Prabu Karithi12)/ kang siniwi pra garwa wranggana/ salami
tan kadi mangke/ netya kucêm mawêlu/ lir purnama ingkang mangsa tri/
kataman ing jalada/ ing satêmah kusut/ dadya13) tyasing kang pra garwa/
samya14) labuh kamigênaning prihati-[113]n/ rêrêp sirêp nir bawa//
7. Datan ana kang girang ing galih/ ting palongo15) kèh ngalalar jangga/
anguwêt-uwêt drijine/ ngunjal napase ngangsur/ kèh bêbisik rowange
linggih/ duk nèng gupita rêtna/ bok kèh tan sinarju/ ya ta dyah
Hendratanaya/ anrangbaya nir weka umatur ririh/ asrêt kadya karuna//
8. Dhuh pukulun Hyang Bathara mami/ sampun dhahat akarya sandeya/
rêngu paran darunane/ taha kawulanipun/ yèn ajriha kataman runtik/
16)nadyan praptèng pralina16)/ kawula umangguh/ sumêlaning manah
amba/ yèn paduka tan kawuryan duk sumiwi/ ing ngabyantara nata//
9. Lêpating atur kawula mugi/ tinrapana tikêl ing patrapan/ kumawawa
kawulane/ atanapi kalamun/ giyuhing tyas èngêt kang rayi17)/ rumêksèng
Madukara/ adhuh paran sampun/ rikuh têmah karya rimang/ myang18)
paduka kawula rêksa sayêkti/ lulusing tyas kawuryan//
10. Yèn kadurus sungkawaning galih/ botên wande karya rênguning rat/ kèh
gara-gara têmahe/ dhuh wêlasa sinuhun/ kayangane pra widodari/
kapanduk ing blêkdaba/ kawah lir katunu/ dhaharên atur kawula/ angowêla
pukulun panutan mami/ têmbe praptèng wasana19)//
11) C. Wisakatha. 12) C. Kalithi. 13) C. mila. 14) B. têmah. C=D. dadya. 15) C. palengo. 16)16) B. sanadyan praptèng lina. C. nadyan praptèng alina. 17) C. kari. 18) D. mung. 19) C=D. wusana.
clvi
clvi
11. Nahan 20)tuwuh wêlasing kang20) galih/ dadya arum 21)ing waca-
[114]nanira21)/ kabèh kêkasihku dhewe/ aywa22) na salah surup/ taha
lamun dinukanan dening/ sang hyang siniwèng dewa/ miwah
panangguhmu/ yèn kangên mring garwa putra/ iku luput satêmêne iku
yayi/ kataman ing pawarta//
12. Wus kawêntar 23)dewa kang anangkil23)/ yèn dewaji ing Cintakapura/
lumèngsèr saka prajane/ kajudhag dening mungsuh/ têka sabrang prawira
sakti/ 24)prajane ing Gumiwang/ jêjuluking ratu24)/ Maha Prabu
Suryanggana/ abêbala bacingah guna ing jurit/ marga bêdhahing praja//
13. Katuwone yayi awak mami/ anèng Tejamaya wus wibawa25)/ siniwi26)
wranggana akèh27)/ tan eling mring sadulur/ 28)[pijêr rinob]28) pra widadari/
gabug têmên mring kadang/ kalingan linuhur/ nèng sawarga mong asmara/
iku yayi kang dadi susahing ati/ saiba loking dewa//
14. Ênêngna Sang Prabu Karithi/ kawuwusa yitmaning Kesawa/ lan
Mandadari yitmane/ wus tumamèng kadhatun/ tyas kumêpyur Umadadari/
miyat sang awibawa/ mèsêm jroning kalbu/ sang dyah matur ing raka/
sapa iki kang pinarêk widadari/ [ngêdhèngkrèng]29) lir jamita30)//
20)20) B. tumuwuh wêlasing galih (dsl.). 21)21) B=C. ing wicaranira. D. wijiling wacana. 22) C=D. aja. 23)23) D. pra dewa kang nangkil. 24) t.p. C. 25) C. miwaha. 26) C. siniwèng. 27) C. kèh. 28)28) b.d. B=C. A. mung rinompo. D. pijêr rinom. 29) b.d. C,D. A,B. madhèngkrèng. 30) C. jadrana.
clvii
clvii
15. Sang Kesawa alon nauri/ aja baribin pangucapira/ yèn karungu lalar gawe/
sêmune kaya wêruh/ marang31) sira tuwin mring mami/ angling kusuma
yitma/ patute wong iku/ [115] maripate kabuwanan/ calinguke budhêge
ingkang ngranuhi/ kêtara ing lêledha32)//
16. Apa iku kang sira arani/ satriya kang katrimèng panêdha/ sapa kakang ta
wong kuwe/ Kesawa alon muwus/ iku33) yayi Prabu Karithi/ satriya
Dananjaya34)/ ya Tenaya Pandhu/ pamadyaning kang Pandhawa/ ya
mulane tinarinan widadari/ mukti nèng Tejamaya//
17. Pinutra mring Sang Hyang Surapati/ nalikane katêkan prangmuka/ ing
Imantaka prajane/ nanging arupa diyu/ Sang Nirbita araning aji/ iya Prabu
Newata-35)/ kawaca jêjuluk/ tapa ning wukir Drakila/ sinuraya amunah
sang narpa yaksi/ margane katarima//
18. Anauri yitma Mandadari/ iku jawane36) kang aran Parta/ eman têmên ing
baguse/ sêkti prawira punjul/ linuwih lan samining janmi/ nganti pinutra
marang/ sang jawata prabu/ jawane 37)wong iku37) kakang/ ora ana wong
bagus têrusing ati/ 38)akèh bagus38) nyênyêlang//
31) C. lawan. 32) B=C. lêlewa. 33) C. iya. 34) D. Danjaya. 35) C. Nirwata. 36) C. jiwane. 37)37) C. iku wong. 38)38) C. kèh bagus mung.
clviii
clviii
19. Topèng kayu ginawe nutupi/ nadyan 39)gruwung picak39) tan kawangwang/
sok katona dhèngklèh-dhèngklèh/ Kesawa jawil muwus/ ah lo sibèng aja
baribin/ mêngko rak kapiyarsa/ nolih sang rêtnayu/ sangsaya sru dènnya
mojar/ sira kakang maido pitutur40) mami/ iku wong yèn mungguha//
20. Woh-woh-[116]an kang sinawang wêrna di/ wohing bolu41) tuwin wohing
ingas/ dinulu [ngêpengenake]42)/ tanpa rasa woh bolu43)/ yèn woh ingas
têmah gatêli/ bagus jaba jro wisa/ èmpêre wong iku/ watêkke goroh
lalenan/ rada dhêndhêng 44)imul bêcike sathithik44)/ maido45) rada cupar//
21. 46)Marmaningsun46) gêlêm angarani/ goroh 47)lalèn saèn dhêndhêng
cupar47)/ wis48) ubaya lan bojone/ sinêksèn49) ing50) dewa gung/ melik
mukti rabi habsari/ lali ing51) pangrêncana/ gampang binalilu/ prajane
kênèng sangsara/ ora wêlas 52)bungah myat brana52) hapsari/ kinasih ing
jawata//
22. Ya ta sadangunira samya ngling/ yitma loro narpa Hendraputra/ datan
samar satêmêne/ rinasan trang pangrungu/ langkung krodha Prabu Karithi/
nalikarsa tumandang/ 53)yitma sang53) don wuwus/ kang rayi binêkta
mlajar/ Sri Karithi tan ngandika anututi/ saparan 54)tinut wuntat54)//
39)39) D. picak gruwung. 40)40) C. ujar mring. 41) C. bulu. 42) b.d. B,C,D. A. aminginake. 43) D. bulu. 44)44) C. imule becik mung jimpil. 45) B. paidon (dsl). 46)46) B. marmane sun. 47)47) D. cupar lalèn dhêndhêngira. 48) D. wus. 49) C. sirêksi. 50) C. lan. 51) C. mring. 52)52) D. brana bungah myat.
clix
clix
53)53) C. sang yitma. 54) C. tinututan.
23. Lamun rikat dènira nututi/ yitma loro umêsat lir kilat/ sayah55) kêndho
pamburune/ yitma tamban lumaku/ Sang Arjuna sangsaya runtik/
wuwusên waranggana/ sadaya wulangun/ têmah matur Batharendra/ tan
winarna gunême56) Hyang Surapati/ ya ta Hendratanaya//
24. Sinêngka dènira anututi57)/ yitma kêbat58) umêsat59) lir kilat/ tan antara ing
praptane/ inggyan raga sih lungguh/ datan owah ra-[117]kit sêmadi/ ya ta
ing praptanira/ yitma ing tyas ngungu/ mangkana andikaning tyas/ hèh
rubaya paranta karêpirèki/ de karêm amigêna//
25. Sun60) kapati asih mring sirèki/ sun rewangi têkên61)-têkên jaja/ suku
janggut pocapane/ ênggonku62) analusur/ marang sira supaya bêcik/ sumuk
sira sun guyang/ 63)sukêrta lumuntur63)/ gung sun trapi gandawida/
supayane rêsêpa kang myat sirèki/ mèmpêra ran manusa//
26. Lamun atis sira sun kêmuli/ arêp tumindak sun tuntun64) sira/ arsa myat
sun tuduhake/ arêp myarsa ing wuwus/ sabdaningsun kang anggung65)
mêtik/ arsaa sapocapan/ padhaning tumuwuh/ ingsun kang paring sarana/
arsa lêbda ing ganda kang arum bacin/ supaya wignya wijang66)//
55) B. mala. 56) D. gunêming. 57) D. nututi. 58) B=C. mêsat. 59) B=C. akebat. 60) C. pun. 61) C. têmên. 62) D. ênggonsun. 63)63) B. sukêr amêluntur. C. sêsukêr lumuntur. D. sukêrtan muluntur. 64) D. tuntun. 65) C. agun.
clx
clx
66) B=D. mijang.
27. Tumraping tutuk bisaa milih/ rahsaningsun gumadhuh ing sira/ têmah
mangkene dadine/ paranta wêwalêsmu/ gonsun67) asih mring68) sira iki/
sun saguh tarubaya/ tuhu prasêtyamu/ ujare tan gêlêm pisah/ mulya papa
wêkasana karsa69) pribadi/ angêmbari maring wang//
28. Dhuh rubaya tan roro sun iki/ tan bisa lamun sirarsa nimbang/ sira ing êndi
sangkane/ sirarsa ngudi tuwuh/ ulihira marang ing êndi/ ananira saking
wang/ ulihmu maringsun/ sinigêg wuwuse yitma/ ri kang jisim tumênga
kadya70) ningali/ Kesawa anggarjita//
29. [Apan]71) yitma karo wis umanjing/ marang raga ka-[118]gèt wus waluya/
lir supêna sakarone/ lênggah apungun-pungun/ Mandadari angêjum weni/
wênga nanggung ing ucap/ pinaripurna wus/ ujwala pindha purnama/ gya
sumandhing ing raka sang yaksa rêsi/ sêsèndhèn bau kiwa//
30. Tan antara Sang Prabu Karithi/ dumarojog ngarsane72) sang dwija/ ing tyas
arda dêdukane/ de kang garwa kadulu/ lèyèh-lèyèh bauning yaksi/ dadya
sru angandika/ marang rêsi diyu/ hèh sirèku buta apa/ dene73) wani
alungguh lan garwa mami/ baya bosên myat ing rat//
67) C. gonku. 68) D. ing. 69) C. arsa. 70) B. kadi. 71) b.d. B A,C,D.. adan. 72)72) C. nèng ngarsa. 73) D. gene.
clxi
clxi
31. Sang Kesawa gumuyu sarwa ngling/ hèh ko janma mojar 74)nora pakra74)/
yèn kang sabênêr-bênêre/ rak aku75) sing76) cêlathu/ wèh pambage marang
kang prapti/ mangsa kayaa77) sira/ wuwuh78) ngaku-aku/ sira ngakua
ranira/ Sang Arjuna nauri sun iki/ narendra Hendraputra//
32. Sun Pandaming rat surayèng [bumi]79)/ winênang ganjar nyiksa pra dewa/
Arjuna iya Pamade/ Parta Palguna ingsun/ Dananjaya Wira Jahnawi/
Janaka ya Pamadya/ Arya Pandhusunu/ mlengeh80) Bêgawan Kesawa/ asru
mojar olèhmu kulak nèng êndi/ ing81) sajinahe pira//
33. Wis ping82) pira sun mring pasar ngiri83)/ golèk84) jênêng85) satu tidhak
angsal/ bok ya nêmpil têlu bae/ pilihna sing radampuk/ angling malih sang
yaksa rêsi/ hèh biyêt apa ingkang/ kok sêja praptamu/ yèn mung
nguyangake aran/ Sang Arjuna nauri [119] wacana wêngis/ hèh buta
praptaningwang//
34. Duk 86)ing mau86) sun lagi alinggih/ nèng suwarga anèng wong kang
prapta/ sun sêngguh dewa têkane/ bok arsa banjêl wahyu/ kari-kari
anganggo kanthi/ kanthine kang ginawa/ iku pan garwaku/ tur garwaku
sing pêng-pêngan/ jaka lara atmaja Basudewa ji/ panêngran Dyah
Sêmbadra//
74)74) C. tan apakra. 75) D. ingsun. 76) C=D. kang. 77) C=D. akaya. 78) B. tuduh. D. nguwuh. 79) b.d. C. A,B,D. yêksi. 80) C. mènglèng. 81) D. lan. 82) B=C. apa. 83) B=C. ngiring.
clxii
clxii
84) C. carik. 85) C. nama. 86)86) B. mau sun.
35. Nusul sun sêngguh kangên mring87) mami/ mung sadhela kalepat alunga/
wong lanang bêbarêngane/ sun nut saiki jêbul/ malbèng kene iku kang
linggih/ sun jaluk garwaningwang/ Kesawa sumaur/ aku tan wruh
garwanira/ nanging iki mau ana wong kang prapti/ aran Sang Jatilingga//
36. Prapta banjur angwènèhkên88) rabi/ iya bênêr89) arane Sêmbadra/ jare wis
bosên ujare90)/ Sêmbadra sinrah mringsun/ ewadene tarinên dhisik/ lamun
Sêmbara arsa/ milu ing sirèku/ yèn tan gêlêm bae aja/ sira pêksa sun
rewangi takêr gêtih/ singa ingkang tiwasa//
37. Sang Arjuna dumadak nuruti/ angrêrintih patanyaning91) garwa/ biyung
kulup ayo muleh/ pagênê ta sirèku/ kadingarèn têkonmu salin/ gêlêm
winêngku ing lyan/ tur asipat diyu/ lali mring ubayanira/ apa ora wêlas
mring sutanirèki/ sapa ingkang momonga//
38. Sang92) rètna sumaur cumalêkit/ sapa ingkang 93)tan wêlas93) ing putra/
dhuh sintên ingkang kasupèn/ sintên ingkang salin kalbu/ yêkti kula botên
mijèni/ mung manut ing sakarsa/ mituhu mring94) [120] guru95)/ wong
wadon atine rupak/ tininggal ing bojo lawas96) nora mulih/ yêkti ngupaya
garwa//
87) D. ing. 88) C. nguwènèhkên. 89) B. têmên. 90) C. unine. 91)91) D. patanya mring. 92) t.p. B. 93)93) C. datan wlas. 94) C. ing.
clxiii
clxiii
95) C. garwa. 96) B=D. lawan.
39. Nadyan97) warnaa diyu rasêksi/ 98)lamun rêsêp amêngku98) mring kula/ sun
ngèngèri têkèng têmbe/ yèn putrane si kulup/ sugih biyung tur widadari/
wangsul badan kawula/ sintên ta kang masgul/ pun lêrês rupane ala/
apêsing wong wadon ginonjak ing janma/ sintên 99)kang mrinanana99)//
40. Tansah lêndhotan sang ruming100) sari/ tumênga myat mukaning kang
garwa/ dènira ngling sasuwene/ mangkana Pandhusunu/ sumung-sumung
mawinga wêngis/ mijil krodhaning driya/ pamuwusira sru/ hèh Sêmbadra
bêcik sira/ lah sadhangên sigra jumênêng sang pêkik/ salin têmbanging
durma//
XX. DURMA
1. Arjunarsa nyandhak astane sang rêtna/ Kesawa nyandhak aglis/ astaning
Arjuna/ binabit kapalêsat/ têbih tibanya1) kêbanting/ ngêjum busana/
nyandhak gandhewa aglis//
2. Musthi ingkang jêmparing gêng narawantah/ prabawane linuwih/
pinanthêng2) minantram/ mêtu maneka warna/ gêgaman sarwa mêpêki/
dalêdêg mêdal/ saking pucuk jêmparing//
97) B. najan (dsl.). 98)98) C. kalamun rêsêp mêngku. 99)99) D. ta kang mrinana. 100)100) C. nglir ing. 1) C. tibane. 2) B=D. pinantran. C. pinatran.
clxiv
clxiv
3. Pira-pira kèhing3) gêgaman lumêpas/ Kesawa mituruti/ kilaping Arjuna/
sigra nyandhak sanjata4)/ Nagastra raning jêmparing/ pinanthêng sigra/
sarpa5) lar kadya pêksi//
4. 6)Kang sarpa lar mijil ing bedhoring panah6)/ 7)naga gêng gêgirisi7)/
8)lahèng a-[121]lap-alap8)/ nyambêr cucak kuthilang/ rangkêp satus èwu
tapis/ nguntali panah/ sirna ingkang jêmparing//
5. Ting kulamêt naga kurang kang minangsa9)/ jawata kèh ningali/ suka myat
ing sarpa/ kang samya gacar panah/ gada bindhi dènuntali/ limpung myang
watang/ lag lêg datan mindhoni//
6. Akèh dewa sangu alu lumpang gantar/ 10)ginawe mêmakani/ kurang alu
gantar10)/ dewa binuru ula11)/ tumbukan lumayu gêndring/ ngungsi
Kaendran/ ya ta Sang Pandhusiwi//
7. Sigra nyandhak risang sanjata Bramastra/ wisesa wus kapusthi/ ingangkat
minantram/ Parta tumêngèng tawang/ dalêdêg dahana mijil/ kumantar-
kantar/ kumêlun mring wiyati//
8. Lir jalada kabuncang ing samirana/ sumêbar ngêbar abir/ gumolong-
golongan/ ambujung12) sarpa naga/ kunêng gantya kang winarni/ Narpati
Bala-/ dewa kang gung lumaris//
3)3) D. kèh ning. 4) C. gandhewa. 5) B. sarwa. D. naga. 6)6) C. gêgirisi warnanya kang sarpa lar. 7)7) C. lampahe kadya pêksi. 8)8) C. lap-alap sumêdya. 9) D. pinangan. 10) t.p.C. 11) D. lunga.
clxv
clxv
12) D. bêbujung (dsl.). 9. Ing nalika angkate saking Mandura/ nalika13) têngah wêngi/ tansah14)
rêrikatan/ praptaning jaban kutha/ tan arsa anut ing margi/ alas jêjurang/
gunung kèh dènunggahi//
10. Kèh pratapan wasi ajar tinakonan/ 15)datan wani mangsuli15)/ angungak
samodra/ ujwala tan kawangwang/ ribèng tyas Baladewa Ji/ kèndêl sakala/
osik sajroning galih//
11. Kaya paran anggoningsun angupaya/ kalamun tan na panggih/ lawan
ariningwang/ 16)tan mulih ing Mandura16)/ nèng paran suka ngêmasi/
wiring umiyat/ warnaning kang sujanmi// [122]
12. Katalika Baladewa myat ing wiyat/ ana ingkang kaèksi/ dahana gêng
mubal/ lir sundhul jumantara/ wagu gêng tyasnya sang aji/ miyat dahana/
kumêlap angêlêbi17)//
13. Ciptaning tyas bok giri18) mijil dahana19)/ mangkana sribupati/ arsa
mrêpêkana/ 20)cipta ge20) waspadaa/ têlêng ulading kang agni/ 21)sigra
umangkat21)/ 22)tigang tindak lumaris22)//
13)13) D. ing wanci. 14) B. anggung. C. agung. 15)15) C. tan wani angangsuli. 16)16) C. karo kang padha murca. 17) C. angêbêgi. 18) C. gunung. 19) B. pawaka. 20) B=C. ciptane. 21)21) B. adanu mangkat. C. adan umangkat. 22)22) B=C. lumangkah têlung agir. D. lumampah têlung agir.
clxvi
clxvi
14. Kang winangwang têlêng urubing pawaka23)/ ya ta ana sujanmi/ ngadêg
ngasta langkap/ kumêlun kukus ingkang/ mijil pucuking jêmparing/
dahana mubal/ garjita sribupati//
15. Pinarpêkan tan samar paningalira/ kalamun ingkang rayi/ pamadya
Pandhawa/ Sang Arya Dananjaya/ gitaning tyas sribupati/ arsa tulunga/
kanggêg èngêt ing wêling//
16. Ing prang nora kêna tulung tinulungan/ anjaba dènsambati/ ya ta
Baladewa/ mêmêt gon mrih kawangwang/ lan waspada mrih pinurih/
pranging Arjuna/ kasor jayaning jurit//
17. Lamun unggul wus tan kêna winicara/ kalamun soring jurit/ barênga
pralina/ mangkana èsthining24) tyas/ kawuwusa kang umjil/
Bramastranira25)/ Sang Arya Pandhusiwi//
18. 26)Mubal-mubal26) gumulung agêgolongan/ tinundha wanti-wanti/
angêbyuki kirang27)/ prabawa kang nagastra/ sarpa sirna tumpês tapis/
brastha minangsa/ dening prabawa gêni//
19. Sigra Rêsi Kesawa musthi sanjata/ Barunastra linuwih/ langkapnya
pinênthang/ Kesawa nêngèng wiyat/ jalada dhêdhêt28) nglimputi/ mijil
kang suba/ manggala drês niba-[123]ni29)//
23) C. dahana. 24) C. osiking. 25)25) C. bramantyanira. 26)26) B. mudal-mudal. 27) C. kirang. 28) C. pêtêng.
clxvii
clxvii
29) C. mijil. 20. Sirêp ingkang prabawa panah Bramastra/ Arjuna sru prihatin/ sigra dènnya
nyandhak/ Pasopati nèng langkap/ saha sru dènira angling/ hèh yaksa sira/
tan wurung angêmasi//
21. Pucuking jêmparing mawa ujwala/ muncar sakonang cilik/ wijiling
sanjata/ siyunging Hyang Birawa/ rambut binêthot30) sawiji/ dadi wisesa/
marma ampuh ngliwati//
22. * Wus lumêpas sanjata kang pasopatya/ tumanduk angemasi/ sirnaning
Kesawa31)/ katon Bathara Krêsna/ wuwuse Baladewa ji/ tan samar umyat/
mring ari Sri Rimurti// *
23. Gya lumumpat sumêbut pan kadya kilat/ prapta ngarsa sang ari32)/
Narapati Krêsna/ sigra arêrangkulan/ Baladewa sru anangis/ kalara-lara/
kèh sambat kang mlas asih//
24. Sang Arjuna 33)ngênthir mring33) gyaning Sêmbadra/ sinambut sang rêtna
di/ 34)pan anggung34) mêminta/ ing rèh kang pangaksama/ sang rêtna luluh
ing galih/ sarêng praptanya/ ngarsaning Sang Rimurti//
25. Sri [Kusuma Walikita]35) apêpajar/ sangsaraning kang rayi/ nata ing
Cintakapura/ pura kèngsêr ning36) praja/ kawit prapta amungkasi/ kadya
caritane/ saha waspa umijil//
30) B=C. binêdhol. 31) C. Kisawa. 32) D. aji. 33)33) C. angênthir. 34)34) B. Parta gung (dsl.). 35) b.d. B,C,D. A. Kusuma Walipita. 36) B. sing (dsl.).
clxviii
clxviii
** Bait 22 t.p. B, C. 26. Dyan lon-lonan 37)wong agung tiga37) lumampah/ katiga38) gênti-gênti/
dènira carita/ lêlakon kang linakyan/ sarwi têmbange sinalin/ lèrèn
durmanya/ asmaradana ganti39)//
XXI. ASMARADANA
1. Sri Baladewa lingnya ris/ mring ari Narendra Krêsna/ kaya paran
wekasane/ tanya [124] tur bêdhahing praja/ lan jêngkare rinira/ ing1)
Pandhawa kang wus murut/ puluh-puluh2) kaya ngapa//
2. Sun iki tuntunên yayi/ dènkaya bocah tratèan/ prayogane kang linakon/
trêsnèngsun maring Pandhawa/ ubayaning wardaya/ jagad nêksèni
wuwusku/ yèn kongsi cidrèng ubaya//
3. Pandhawa kataman janji3)/ mulih kabèh mring kamulyan/ sun mung
binarêngna bae/ mangka pura ing Cintaka/ ana trêsna Nangkula/ ngungsir
wong sabrang kang ngrêngkuh/ papat bupati miruda//
4. Lo mung iku yayi aji/ kang4) dadi kodhênging driya/ ya5) saking6)
tyasingsun bodho/ mung kang aran Partadewa/ sih têmên amêmitra/
sêmono 7)anggone labuh7)/ sokur kalamun lulusa//
37) D. wau tiga kang. 38) B. samarga. D. pan samya. 39) B. kawit (dsl.). 1) B. si. D. ing. 2)2) B. ya sapuluh (dsl.). 3) C. janji. 4) B. sing. 5) C. ywa. 6) D. sangking. 7)7) B. gone alabuh (dsl.).
clxix
clxix
5. 8)Bok loro8)-loro ing pikir/ luru êncik olèh9) babah/ anêlabung pamurihe/
lêgine wong ngêmut gula/ eman yèn linêpeha/ lan mênawa yayi prabu/
wus wruh gone amêmitra//
6. Yayi ing Cintakapuri/ lan kang aran Partadewa/ ngong durung wruh
salawase/ umatur Sri Padmanaba/ lamun ari10) paduka/ 11)ing
Cintakapura11) prabu/ arêmit sabarang karsa//
7. Sang Arjuna anambungi/ 12)umatur mring12) Padmanaba/ mung sakêdhik
ing lepate/ saking13) pamanah kawula/ dadak nis tilar praja/ punapa
14)inggih ta14) sampun/ kantenan sor ungguling prang//
8. Pocapane dèrèng busik15)/ têka lajêng tilar praja/ dahat damêl bingunging
wong/ Sêmbadra nolih ing16) garwa/ sarwi lon aturira/ sintên kang wit
damêl bingung/ dadak anutuh mring [125] kadang//
9. Milane kula kapati/ anrangbaya nêmpuh ing byat/ kang17) minihi gih
slirane18)/ kang raka masa bedaa/ mila nis tilar praja/ nglalu tinilar19)
sadulur/ nglawana prang mêsthi kalah//
8)8) C. iya bok. 9) C. antuk 10) B. yayi. C=D. rayi. 11)11) D. Cintakapura sang prabu. 12)12) B. matur mring sri. 13) D. sangking. 14)14) C. ta inggih. 15) D. bucik. 16) C. kang. 17) B. sing (dsl.). 18) B. srirane. 19) B. tiningal.
clxx
clxx
10. Kêrêngan seje pinikir/ duwea20) aji sagrobag/ parak yêktine kêlalèn/ pundi
margane jayèng prang/ 21)aluwung ngocatana21)/ kêdhungsangan sing22)
anusul/ sing disusul ngenak-enak//
11. Kok baut23) têmên ngarani/ wong slirane24) ingkang murwa/ gawe
bingunge wong akèh/ Krêsna nolih mring Sêmbadra/ sarwi nyalênthik
pundhak/ ngandika sarwi mrêngut/ kok sing-sing kang winicara//
12. Arjuna gumujêng ngikik/ sarwi bêksa lincak-lincak/ ngiwi-iwi melat-
melot/ sang rêtna rêngu mring25) garwa26)/ nyuklèk pang kayu pilang/
ginêpyok pungkuranipun/ Parta dèngkèng sarwi milar27)//
13. Pungkuran kathah tatu ri/ ngêsas-ngêsês Sang Arjuna/ mingkar nêbih ing
lampahe28)/ kunêng gantya kawuwusa/ kang nèng Nagri Ngastina/
Duryudana sang aprabu/ enjing wus miyarsa warta//
14. Praptaning Arya Sangkuni/ sang nata mijil mandhapa/ 29)nulya mijil29)
pawongane/ ingkang kinon nimbalana/ mring30) Dahyang31) Kumbayana/
lawan 32)Arya Sangkuni32) wus/ kalihe praptèng ngarsendra//
20) C. dènduwe. 21)21) B=C. angur aglunanana. D. anguran nglunanana. 22) D. kang. 23) B. sing (dsl.). 24) B=D. srirane (dsl.). 25) D. ning. 26) D. marga. 27) B. giwar (dsl.). 28) C. lakune. 29)29) D. ginarebêg. 30) B. ing. 31) B=C. danghyang. 32)32) D. Sangkuni Arya.
clxxi
clxxi
15. Cakêt dènira alinggih/ sang nata 33)lon angandika33)/ paman matura
dènage/ paran laku pakênira/ lan kakang ing Ngawangga/ têka tan barêng
sirèku/ lan apa margane pisah//
16. Umatur Arya Sangkuni/ [126] anggèr sang srimaharaja/ lampah kawula
wiyose/ dinuta mangka kêkondhang/ ing raka jêng paduka/ Basusena sang
aprabu/ mring Nagri Cintakapura//
17. Sayêkti sampun pinanggih/ lan kang nama Partadewa/ pinanggihan jro
kadhaton/ 34)sinugata warna34)-warna/ sangkêp kang sêsêgêran/ dhatêng
kawula pukulun/ sampun35) miranti sugata//
18. Duk raka paduka prapti/ panêmbramane prayoga/ andhap alus wicarane36)/
nor raga amêlas arsa/ dènira amèt prana/ kadi nilakramèng37) wiku/ amanis
wijiling sabda//
19. Sawusnya38) sami pambagi/ raka paduka39) Sri Karna/ dhawuhkên
timbalan katong/ sabda paduka tan gethang/ malah gung pamriyoga40)/
têlas wijiling pamuwus/ tumuntên Sang Partadewa//
20. Ngangsuli timbalan aji/ 41)amanis wijiling sabda41)/ rèrèh42) netya sumèh/
sinuhun kawula eram/ pan43) botên gung-gung mêngsah44)/ umatur
sayêktosipun/ ing naya tan mantra-mantra//
33)33) D. alon ngandika. 34)34) B. sunggata mawarna. 35) C. sami. 36) B. wiwrane. 37) C. silakramèng. 38) B. wuwusing. D. sawuse. 39) D. panduka. 40) C. pamrayoga. 41)41) D. manis wijile wicra. 42) D. lèrèh. 43) B. lo (dsl.). 44) C. mungsuh.
clxxii
clxxii
21. Tampi dêdukèng narpati/ srêng sabdaning kang dinut/ yêktining
pratingkah awon/ bok inggih mawi kwatgata/ ing netya cêlum45) miwah/
kabranang hardaning kalbu/ têtêg tanggon ing pangucap//
22. Makatên dènnya mangsuli/ rubaya dhatêng katêdha/ [pangandikane]46)
sang katong/ paring pangèstu mring amba/ kang murih ing kamulyan/
kawula sangêt pangêmbun/ matamaning47) jiwa angga48)// [127]
23. Namung sabdaning ing wuri/ kawula kataman tarka/ darbe manah melik
ing don/ mêngku nagri ing Ngamarta/ punika amangkana49)/ êmbok inggih
sang aprabu/ sampun mawi hardalepa//
24. Rubaya pangraos mami/ sang nata tan kêkilapan/ saobah osiking 50)kang
wong50)/ wondene saking kumêdah/ minihi ing dêduka/ punika mêdal ing
catur/ adrênging manah kawula//
25. Milamba purun ngêkahi/ praja ing Cintakapura/ wit Puntadewa sang
katong/ tuwin sagotra Pandhawa/ mitra sae kalayan51)/ tanpa dosa mitra
ulun/ sinikara mring wong ing sabrang//
26. Marmamba tan nulungi/ pikajêng srinaranata/ Ngastina jêr sadhèrèke/
pantês 52)lamun mrinanana52)/ satêmah tinêmaha/ awrating arsa amêngku
rat Jawa siniwèng raja//
45) C. aclum. 46) b.d. B. A,C,D. timbalne. 47) C. utamning. 48) C. amba. 49) B=C. kamangkana. 50)50) C. katon. 51) D. kalaya. 52)52) B. yèn amrinanana (dsl.).
clxxiii
clxxiii
27. Sinuhun dènnya ngangsuli/ [mring]53) sang dipati Ngawangga/ dadak
mèsêm pamuwuse/ ngrêrogoh kang jroning guwa/ tan mawi winaranan/
tumanduk ing tyas cumlêkut/ raka paduka sru duka//
28. Duk arsa ngasta nak aji/ kumlawe54) lêngên cinandhak/ kang katuju gêl-
ugêle/ kinipat malêsat têbah/ enggaling tur kawula/ raka paduka sang
prabu/ mêdalkên55) sudiraning tyas//
29. Krodha wangkingan tinarik/ wanti-wanti panggoconya/ wangkingan
malêndho56) mleyot57)/ 58)Parta atadhah58) lêgawa/ sarwi mèsêm ngujiwat/
Kurawa ambyuk têtulung/ kenging ing pa-[128]ngaribawa//
30. Têmah salah59) ing pangaksi/ udrêg ulêng sami rowang/ sami60) liwung ing
krodhane/ dangu samyambruk ing papan/ anak Dipati Karna61)/ kantaka
satêngah62) lampus/ mundur sarwi rinarampa//
31. Marma pun kakang dipati/ ing Ngawangga tan sumiwa/ 63)wit sangêt63) ing
kantakane/ ing mangke kula sumangga/ pun bapa tadhah duka/ lêgêg ing
tyas sang aprabu/ ngandika mring Dahyang Durna//
53) b.d. D. A,B,C. ing. 54) C. kumlewang. 55) B. miyoskên (dsl.). 56) B. mleto (dsl.). 57) D. mlêsat. 58)58) B. sarta atadah. C. sang Parta tadhah. 59) B. bliwur. 60) C. bingung. 61) B. Ngwangga. 62) D. satêmah. 63) C. awit sangking.
clxxiv
clxxiv
32. Nêdha64) bapa kadi pundi/ 65)sintênta ingkang prayoga65)/ anutugna ing
karyane/ kakang Narapati Karna/ umatur Dahyang Durna/ anjawi karsa
sang prabu/ yèn pamanggihe pun bapa//
33. 66)Lamun linawan ing66) jurit/ dènbyuka tiyang sapraja/ tanpa damêl
sayêktine/ ing ngajêng sampun nuladha/ kasore pra Kurawa/ padudon lan
rowangipun/ ing wingking mangsa sandeya//
34. Wong lêksan banting-binanting/ prasasat karya67) klangênan/ tuwas68)
ngunggar tyasing mungsoh/ ngandika srimaharaja/ bapa mangsa bodhoa/
prayogane kang tumanduk/ lêlawan lan Partadewa//
35. 69)Lumawana ing ajurit69)/ awya nganti mindho70) karya/ punapi wayahe
dhewe/ anak prabu ing Gumiwang/ gumuyu Dahyang Durna/ sarwi lon
dènnya umatur/ dhuh-dhuh adhuh prabuningwang//
36. Pun bapa botên ngilani/ dibyane pun Suryanggana/ têmên langkung lan
pra katong/ ananging linêbêtêna/ ing duking71) Partadewa/ prasasat rêncêk
katunu/ sulung malêbèng72) tumangan//
37. Kawula myarsa pawart-[129]i/ sêsumbaring Partadewa/ ing manah kathah
karaos/ dhukuhe73) Kilasawarna/ putra Kilatarupa/ punika pêtênging74)
kalbu/ twin75) pangintêne pun bapa//
64) C. adhuh. 65)65) B. sintên ingkang prayogia. 66)66) D. kalamun linawan. 67) B=D. damêl. 68) D. tiwas. 69)69) C. lho manawi ngajurit. 70) D. pindo. 71) D. wuking. 72) C. lumêbèng. 73)73) C. ing dhukuh. 74) D. pêtênge. 75) C. wit.
clxxv
clxxv
38. Awrat sinanggi76) ing jurit/ marma yèn parênging karsa/ klilana kawula
mangke/ badhe yêktoskên kewala/ warana myang solahbawa/ upami
tiyang dêdumuk/ latu kang munggèng tumangan//
39. Miwah anyabrang bênawi/ pun bapa anjajag-jajag/ cêthèk utawi77)
lêbête78)/ yèn saupami pun bapa/ èstu sagêd lumawan/ kawula mrih saking
alus/ punika manawi pasah//
40. Angandika sribupati/ hèh bapa ing Sokalima/ ing pratingkah mangsa
borong/ manira pan wis pitaya/ bapa mring pakênira/ miwah marang kaki
prabu/ mung sauga kêlakona//
41. Umatur Durna maharsi/ pukulun srinaranata79)/ mung pangèstu 80)paduka
nggèr80)/ mugi pun bapa sagêda/ malês sih jêng paduka/ Dahyang Durna
sigra mundur/ sang prabu kondur ngadhatyan//
42. Laju sowan nata rêsi/ umatur karyaning Karna/ ing sasolah-81)solahing
wong81)/ ngungun Prabu Dhêstarata/ nahên82) lampahing Durna/ saking
panangkilan mundur/ praptèng Dhukuh Sokalima//
43. Lan kang garwa wus kapanggih83)/ Rêtna Karpini lan Arya/ Karpa
Swatama rowange/ awit kang surya giniwang/ sadalu pagunêman/ ya ta
ing wanci mèh bangun/ gumrah swaraning kang sata//
76) D. sinangga. 77) D. utawa. 78) B. kang jro. C. jêro. D. ingkang. 79) B. jêng naranata. 80)80) D. padukanggèr. 81)81) D. solahingwang. 82) B. nahan (dsl.). 83) C. pinanggih.
clxxvi
clxxvi
44. Kumrusuk swaraning paksi/ Dahyang Durna wus umangkat/ mung
Aswatama rowange/ eling tyase [130] Kumbayana/ aji jaya maruta/
winatak sakala mamprung/ ing lampah kadya pawaka//
45. Mung sawatara wus prapti ngambah jajahan Ngamarta/ linêrêm-lêrêm
lampahe/ samarga awirandhungan/ lumampah lawan muja/ pujane maruta
sunu/ muga hyang miji misesa//
46. Anglilanana pun patik/ buwang wong murka candhala84)/ sagung titah ing
hyang manon/ byar rahina kawatgata / myat srining pasawahan / 85)[kèhing
wong padesan]85) mêtu / gawa pirantining karya//
47. Baskara lumampah wukir /sakala ana maruta / umung gumuruh swarane/
barat angirit jalada/ pêtêng ing sanalika/ prapta udan awor lesus/ kèh
wrêksa kombul kabucang//
48. Durna saliranya86) atis/ anggung87) dhêrodhog wel-welan/ monyor- *
monyor sêsambate/ kinêkêp dening Swatama/ lumaku taruntunan/ lir
wong dhèmpèt88) [èsthinipun]89)/ rikuh dènira lumampah//
49. Kèndêl dènira lumaris/ anèng Dhukuh Kadêmangan/ antara sirêp udane/
kèndêl sami abêdhiyan90)/ ngiras ngêpe busana/ malêm-malêm sang
awiku/ lajêng dènira lumampah//
84) B. dhandhala. 85)85) b.d. C. A,B,D. kèh wong padedesan. 86) B=D. sariranya. 87) C. agung. 88) D. dhêpêt. 89) b.d. B. A,C,D. èsthanipun. 90) B. ambèdiyang. ** Bait 48 t.p. C.
clxxvii
clxxvii
50. Sinêrang lampahing prapti/ sabêt sapuning Ngamarta/ winangwang91) sêpi
ing wonge/ tan tumingal raja kaya/ ana wisma jênggarang/ tinon saking
jaba suwung/ tan ana bawaning janma//
51. Ribèng Baratmadyasiwi/ anggung dènnya ngunandika/ bayèki biyèn
tuture/ Ki Prabu Suryaanggana/ tan ana ingkang wing [131] wang/ kunêng
gantya kang winuwus/ kinanthi salining têmbang//
XXII. KINANTHI
1. Ya ta ingkang pindha wiku/ lawan Arya Bimasiwi/ miwah garwa sang
wranggana/ Partadewa ngandika ris/ mring garwa dyah waranggana/ hèh
yayi dènamiranti//
2. Sun bakal katêkan tamu/ pandhita ing Ngatasangin/ nutugkên lakuning
Karna/ saiki pan wus mèh prapti/ sira sadhiyaa dupa/ ratus worên wangi-
wangi//
3. Nyêbara kêmbang rum-arum/ sang dyah mundur nyadhiani/ adan
Partadewa mêdal/ duk prapta ing srimanganti/ myarsa panguwuhing
Durna/ Partadewa marêpêki1)//
91) C. winawang. 1) B. amarpêki.
clxxviii
clxxviii
4. Tundhuk asta sarêng ngrangkul2)/ Partadewa ngacarani3)/ sumangga lajêng
kewala/ tumamèng sajroning puri/ kinanthi astaning Durna/ 4)aywa ta
manggung4) kêkinthil//
5. Ing sapraptanira5) dhatu6)/ wus tata dènira linggih/ ning babut kinêmbang-
kêmbang/ sinêbaran 7)puspita di7)/ kinêpyuran ganda wida/ kumêlun
kukusing hagni//
6. Bêlêg mulêg8) jro kadhatun/ ganda lir ngayuh9) wiyati/ matur Bambang
Partadewa/ mring Durna sang maharêsi/ pukulun sang dwijawara/ dahat
langkung kumawani//
7. Anilakrama10) pukulun/ pêpuja puji basuki/ ing marga praptèng wusana/
Dahyang Durna anauri/ bangêt panrima manira/ palibaya wèh pambagi//
8. Katampan ing asta kumpul/ ngalingga11) pulunging ati/ ing panyarwe
pakênira/ paranta palibaya nggih/ basuki rumêksèng praja/ hèh sang sih
mêmitra yêkti12)//
9. Parta13) ngling sakêlangkung nuwun/ wusana umatur malih/ rubaya sintên
sina-[132]mbat/ miwah sasana ing pundi/ paran ing karsa paduka/
katêmbèn manira panggih//
3) B. ngraup (dsl.). 3) D. ngancarni. 4)4) C=D. Aswatama anggung. 5) B. praptanirèng. 6) B. wau. 7)7) C. ing puspita. 8) C. mêlêg. 9) C. gayuh. 10) B. anilakramèng (dsl.). 11) D. kalingga. 12) C. mami. 13) C. sarta.
clxxix
clxxix
10. Dahyang Druna14) lon sumaur/ hèh palibaya sun iki/ Pandhita Sokalima/
binapa srinarapati15)/ Ngastina Sri Duryudana/ kang ginuru-guru nadi//
11. Rubaya ing praptaningsun/ ingutus 16)mring sribupati16)/ Ngastina Sri
Duryudana/ kang [dhihin]17) paring bêsuki/ pindho manira dinuta/
ngyêktèkkên kang wus kawuri//
12. Punapi ta gih sirèku/ kang aran Partadewa di/ 18)dènawalèh aturira18)/ sang
apindha lon nauri/ rubaya inggih manira/ Partadewa akêkasih//
13. Durna bêngis ing pamuwus/ yèn 19)mangkonoa sirèki19)/ kang wani karya
sangsara20)/ mring dutane sribupati/ tur iku duta narendra/ ing karya mung
mamrih21) bêcik//
14. Unduring Kurawa saru/ lir mêntas kasoran jurit/ Narpati Karna kantaka/
paran pakênira wani/ akarya pangewan-ewan/ Partadewa matur aris//
15. Rubaya ingkang saèstu/ manira tan kumawani/ sarta22) yèn mamrih
sangsara/ niaya dutèng narpati/ saking23) karsaning priyangga/ padudon
samining kanthi//
16. Dene Sang Radeyasunu/ wêtawis kakuning galih/ ningali para Kurawa/
sami rowang rame jurit/ rubaya lamun manira/ tan sumêdya akarya tis//
14) C. Durna. 15)15) B=D. ing sribupati. C. mring narapati. 16)16) D. srinarapati. 17) b.d. D. A,B,C. dhingin. 18)18) B=C. dènwalèh tur pakênira. D. dènwantah tur pakênira. 19)19) C. mangkono sira iki. 20) C. sarana. 21) B=C. pamrih. 22) B. taha (dsl.). 23) D. sangking.
clxxx
clxxx
17. Guguk gujênge sang wiku/ têkêm sirah ngolang24)-aling/ ngandika hèh
Partadewa/ samêngko padha wong bêcik/ manirarsa cêcangkriman/ rubaya
ingkang25) mêrdèni//
18. Tih among tugêling gulu/ yèn pakênira ta-[133]n bangkit/ narbuka ing26)
cêcangkriman26)/ sun karya pangewan benjing/ nèng alun-alun Ngastina/
Partadewa matur aris//
19. Dhuh sang siniswa27) pra ratu/ prayogi28) ingkang tumuli/ amêdhar kang
cêcangkriman/ ing karya dimèn tumuli/ jatining pangarsa-arsa/ 29)rawuh
ing29) sang maharêsi//
20. Dahyang Durna sigra muwus/ hèh rubaya dènatampi/ ywa kaliru ing
tarbuka/ 30)ing satêmah mêmirangi30)/ cangkriman sinawung têmbang/
gurisa dèn ngati-ati//
XXIII. GIRISA
1. Durna sigra ura-ura/ cangkriman têmbang gurisa/ swara rênyah gêtêr êrak/
jangga bêdodong ngêlangak/ yèn ngêlik uwang sinangga/ mêcicil idu ting
ciprat1)/ apêrak dènnya pinarak/ sigra dènnya narbuka//
24) C. ngêlang. 25) B=D. iki. 26)26) D. ingkang cangkriman. 27) B. aniswa (dsl.). 28) B=D. prayoga. 29)29) D. rawuhe. 30)30) B. satêmah amêmirangi. 1) D. cliprat.
clxxxi
clxxxi
2. Rupa swara pawakarda/ jodho pisah tan wangênan/ kang pêrak nora
gêpokan/ wujud tan ngranuhi warna/ dumadi sangkaning apa/ ngucap tan
kêna sulaya/ ana urip gung migêna/ yèn pisah aji waluya2)//
3. Guthaka pringga sinamur3)/ isining jro luwih samar/ purna mijil kaya gita/
tan kêna 4)yèn tinuladha4)/ lan ana kinêmbar rupa/ yèn liningga 5)têmah
oncat5)/ pinarpêkan lir sumiwa/ rinasuk seje kang kêna//
4. Hèh ta palibaya nêdha/ kang cangkriman jinawaba/ taha punggêle6) kang
murda/ yèn pakênira tan bisa/ narbuka kang cêcangkriman/ ginawe7)
pangewan-ewan/ mèsêm Bambang8) Partadewa/ sigra 9)dènnya
anarbuka9)//
XXIV. KINANTHI
1. Dhuh Rubaya sang awiku/ [134] kalilana amêrdèni1)/ cangkriman kang
sapta2) lingga/ ing jangji3) manira tampi/ rinanjama wor lan kisma/ yèn
lêpata ing pamêrdi4)//
2) B. walupa (dsl.). 3) B. sinamun. C. sinalun. 4)4) C. tinuladhaa. 5)5) B. angoncati (dsl.). 6) D. tugêling. 7) D. kinarya. 8) B. bangbang. D. babang. 9)9) D. ngantheni narbuka. 1) C. amrêdèni. 2) C. sarta.
clxxxii
clxxxii
3) B. janji (dsl.) 4) C. pamrêdi.
2. Dene kang sampun sinêbut/ 5)ing ngarsa punika5) gampil/ tan wontên
brojol sing badan/ tan pisah ing siyang ratri/ manggèn salira6) paduka/
7)marmamba umatur7) gampil//
3. Lan sawiyah lare dhukuh8)/ tan pêgat ing sabên latri/ sring9) kadamêl
dêdolanan/ 10)pamancat arsa aguling10)/ ing sabda punika kirang/ kêkalih
tutup satunggil//
4. Dene rupa kang winuwus/ kang ni swara tan kapyarsi/ punika karsa
paduka/ nèng jalada ing pamêrdi/ dumunung wontên paningal/ purnama
tanapi warih//
5. Sadaya prabawa ayu/ nglêrêmkên sadaya runtik/ lir tyang kataman ing
wulan/ dhasare purnamasidhi/ dora yèn botên karênan/ aras-arasên
ngoncati//
6. Toya tan kenging winuwus/ dhasare prabawa atis/ baboning akèh sanepa/
mripat sinêpakkên warih/ kadi panêmbahan duka/ 11)[asring sandeya]11)
ing runtik//
7. Mangka 12)kang kataman12) bêndu/ kawistara ing pangaksi/ rubaya dora
kewala/ kang sèstu dukane lilih/ ping kalih ingkang suwara13)/ wujude
datan kaèksi//
5)5) B. ngarsa punika pan. 6) B. sarira (dsl.). 7)7) C. marma wau matur. 8) C. dhusun. 9) C. sing. 10)10) D. pancadan yèn arsa guling.
clxxxiii
clxxxiii
11)11) b.d.C. A,B,C. asreng aneya. 12)12) C. kataman ing. 13) C.puwara.
8. Rubaya ucap ing punggung14)/ punika winastan angin15)/ 16)sintênta
ingkang wuninga16)/ warna wujud ingkang angin/ anjawi mung kapiyarsa/
suwara gora ngajrihi//
9. Rosa kaprawiranipun/ gurda17) gung katêmpuh angin/ punggêl sol [135]
sêmpal kaprapal/ yèn mulêg barang kapuntir/ bisa kumbul ngantariksa18)/
katon cilik kêthip-kêthip//
10. Gronangin dènnya dumunung/ prawirane dènbubuhi/ sabarang kang mawa
ganda/ amêmijang arum19) wangi/ yèn ing lyan pan baya20) bisa/ amastani
arum bacin//
11. Pawakarda malihipun/ pawaka wêrdining21) gêni/ harda bangêt tanpa
mêndha/ anggèn kawula mêrdèni22)/ dumunung dhatêng talingan23)/ surya
nêpsuning sujanmi24)//
12. Mangka wong lamun ngarungu/ ujar kang boya prayogi/ prabawaning
kang talingan25)/ bêrbabak salira26) gêni/ krodhane boya sakira/ ing purwa
tan dènkawruhi//
14) D. pugung. 15) C. tangis. 16)16) C. sintêna kang wuninga. 17) D. gurga. 18) B. jumantra (dsl.). 19) D. arum. 20) D. dora. 21) C. wrêdine. 22) C.mrêdèni. 23) C. paningal.
clxxxiv
clxxxiv
24) D. sujalmi. 25) C. paningal. D. katingal. 26) B=D. sarira.
13. Tan samar akarya lampus/ anut pamyarsaning kuping/ 27)nanging sor
prabaweng27) netra/ cihnane yèn wus kaèksi/ lilih duka têmah mêndha/ sor
lan pigunaning warih//
14. Jodho pisah doh anglangut/ rubaya bumi lan langit/ dumunung28) tutuking
janma29)/ pangwasane angawruhi/ sabarang kang rasa-rasa/ yèn ing lyan
boya nitèni//
15. Mung30) tutuk ingkang kadunung/ mijang rahsa31) pêdhês asin/ rubaya
catur prakara/ mangka wakiling Hyang Widhi/ kadunungan sowang-
sowang/ pangwasane andhèwèki//
16. Kang pêrak tanpa dinumuk/ punika tan wontên malih/ mung Hyang jagad
amisesa/ sintên kang sagêt mêstani/ doh32) pêrak Hyang Wisesa/ lan
warnane kadi pundi//
17. 33)Yèn prak dene33) pan kadumuk/ lamu-[136]n têbiha Hyang Widhi/ yêkti
lir pring tanpa rosan/ ngêlowong34) kita puniki/ myarsa obah osik tanpa/
yèn wontêna kang mêstani//
18. Hyang Suksma wontêna wujud/ dora têmên kang mêstani/ iba kèhing
tyang sumewa/ yèn sonya pan kadi pundi/ dumadi saking punapa/ rubaya
kita puniki//
27)27) C. ing sor prabawaning. 28) D. tumunung. 29) D. jalma. 30) C. nèng. 31) C=D. rasa. 32) B. woh.
clxxxv
clxxxv
33)33) C. suprandene. 34) D. ngalowong.
19. Badan tan ngawruhi wujud/ lo ing agêsang puniki/ kêdah wruhe sihing
badan/ prayoga35) miwah bêbêrsih/ nanging pilih tiyang ingkang/ angrêksa
badanirèki//
20. Durna sadangunya wau/ saure mung inggih36)-inggih37)/ mung38) sumaur39)
alahiya40)/ Partadewa angling malih/ dumadine ing agêsang/ miwah
sabarang kumêlip//
21. Tuwuhan sêsaminipun/ punika saking41) ing pundi/ kados tan mêdal
Hyang jagad/ kang misesa ing dumadi/ 42)marma amba kêdah wruha42)/
maring kang akarya urip//
22. Kang tan sulaya ing wuwus/ sabda sabarang dêra ngling/ têgêse sabda pan
nyata/ kang ingaranan sayêkti/ irêng ingaranan seta43)/ yêkti mêmplêg dadi
putih//
23. Marma yèn kang para wiku/ tan samar44) karêping janmi45)/ paitan tuhu
wêcana/ mirsa sadèrènging46) lahir/ urip anggung47) amigêna/ yèn pisah
kadi tan mikir//
35) B. mrayoga. 36) C. ênggih. 37) C. ênggih. 38) D. twin (dsl.). 39) B. umatur (dsl.). 40) B. walahiya. 41) D. sangking. 42)42) B. marmamba kumêdah wruha. C=D. marmamba kêdah wêruha. 43) B. pêthak. 44) B. kilap (dsl.). 45) D. jalmi. 46) D. sadèrènge. 47) C. agung
clxxxvi
clxxxvi
24. Lupa48) badane ngalumpruk/ nir pangupajiwa ênting/ maligi madhêp
sajuga/ punika kang dènwastani/ kasêbut Sang Hyang Pramana/
dumunung pranaja kering//
25. Uriping49) pramana iku/ tan lyan amung anê-[137]nêmpil/ lir simbar
munggèng50) ing wrêksa/ pramila dipunwastani/ gêsang manggung
amigêna/ dene karêm bêbarungi//
26. Anyênyiwo angrubiru/ ananggulang tyas kang bêning/ ngubungi
panggawe ala/ sok karya gitaning ati/ dununge kang ingaranan/ pinisah
raga ngalinthing//
27. Rubaya tiyang puniku/ dènpramana angoncati51)/ dahat katungkul ing
gêsang/ tan darbe cipta mêmilih52)/ mèh kadi têkoning kewan/
[pangupanyaning]53) sirnanting//
28. Lan wus54) pinasthi dewa gung/ gèsanging55) manungsa nènggih56)/ pae lan
gèsanging kewan/ manungsa anandhing milih/ adhêm bisa gawe panas/
kêcut bisa dadi lêgi//
29. Yèn kewan sêsaminipun/ êndi57) kang pêrak binukti/ lan tan sagêd ngreka
daya/ sawontêna kang binukti/ botên andarbèni akal/ mila pinangan ing
janmi58)//
48) C. lumuh. 49) C. uripe. 50) C. mugèng. 51) C. angoncati 52) B=D. pamilih. 53) b.d. D. A,B,C. pangupaya. 54) C. wis. 55) C. gêsange. 56) D. inggih. 57) C. pundi. 58) D. jalmi.
clxxxvii
clxxxvii
30. Guthaka59) pringga sinamun/ punika kawula wêrdèni/ guthaka wrêdine
guwa/ rong lèng babahan kang sami/ pringga têgêsipun samar/ sinamun
ing aling-aling//
31. Naming karsaning sang wiku/ dumunung tiyang garbini/ awit babahan ing
jabang/ sinamun miwah piningit/ lan duk ning garbaning biyang/ sintên ta
ingkang udani//
32. Mijil karya gitèng kalbu/ luwar saking60) 61)ing kuwatir61)/ ilang kang rasa
sumêlang/ tinuladha pan tan kêni/ têgêse sintên kang bisa/ ngèmpêr
eloking Hyang Widhi//
33. Lan ana kinêmbar wujud/ yèn [lininggar]62) ango-[138]ncati/ pinarpêkan
lir sumiwa/ rinasuk seje kang kèni/ rubaya pambatang kula/ tiyang
amawang ing cêrmin//
34. Kados pundi ta sang wiku/ pambatang63) kula puniki/ lêrês lêpat
kêkêncêngan64)/ ing karsane sang ayogi/ punapa sampun atêlas/ ing
wingking mênawi tasih//
35. Yèn 65)tan sampun wontên65) kantun/ karsa paduka pêparing/ ambêbadhe
coba-coba/ rubaya kawula pundi/ Dahyang Druna 66)tan ngandika66)/
lingak-linguk salira67) tis//
59) D. guthaka. 60) D. sangking. 61)61) C. kuwatiring. 62) b.d. B,C,D. A. liningga. 63) B. pamatang. 64) C. kêkencengan. 65)65) B=D. sampun tan wontên. C. kawontên ingkang. 66) B=D. angandika. 67) B. sarira (dsl.).
clxxxviii
clxxxviii
36. Naya aclum kusut amêsum/ aputih tan darbe68) gêtih/ tan miyarsa turing
Parta/ yèn tan tinanya krêp angling/ pamuwuse tan na liyan/ mung hêm
sandika lo inggih//
37. Rahadèn Tênaya wiku/ nèng wuri kêrêp anjawil/ sinauran gih sandika/
Partadewa duk miyarsi/ pangucaping Dhanghyang69) Durna/ dahat
wlasira70) ing galih//
38. Wusana 71)alon umatur71)/72)saengga angarih-arih72)/ rubaya73) jêng
panêmbahan/ 74)manira matur sayêkti74)/ sampun dhahat sandèyèng tyas/
kabatang ingkang cêcangkrim//
39. Manira tan ngrasa unggul/ mung rumangsa kataman sih/ wêwulang jêng
panêmbahan/ ing toh 75)tan nêdya katampi75)/ linirua ing panabda/ jaya
wusanèng dumadi//
40. Raosing tyas kang satuhu/ yèn lawan rênaning galih/ manira 76)arsa
jêjanggan76)/ supadi kapanduk ing sih/ ing mangke wus salin têmbang/
kang kangge77) sinom [139] pangrawit//
68) B. duwe (dsl.) 69) B. danyang (dsl.). 70) C. wasira. D. tyasirèng. 71)71) D. tan rasa unggul. 72)72) D. mung rumangsa kataman siki. 73) D. winulang. 74)74) D. ing toh sumêdya tanapi. 75)75) B. tan nêdya atampi. C. datan nêdya tampi. 76)76) B. manirarsa ajêjanggan. 77) C. nganggo.
clxxxix
clxxxix
XXV. SINOM
1. Ya ta Dhanghyang1) Kumbayana/ myarsa 2)tur kang wor mêmanis2)/
prênthul-prênthul tuwuh ing tyas/ wusana ngandika aris/ 3)êlo anak bok
inggih3)/ awon jamurên ning wadhuk/ lamun pakênirarsa/ tadhahana nêm
pêdhati4)/ ing kadibyan manira mangsa têlasa//
2. Kunêng lingnya Kumbayana/ obah jêngku amalangkrik/ Partadewa matur
sigra/ mugi dènsih anjatèni/ 5)manira nalika5) lit/ myarsa linge6) kang pra
wiku/ lamun laladan sabrang/ prajane ing Atasangin/ kang jumênêng
narendra ngiras pandhita//
3. Jêjulukirèng narendra/ Sri Maruta maha rêsi7)/ têdhaking Bayu bathara/
saking Sang Rêtna Maruti/ ingkang kagarwa dening/ Hyang Karaba
asêsunu/ Prabu Rêsi Maruta/ kangsaning Hyang Odipati/ kinarsakkên
ambaboni pra pandhita//
4. Ing sabrang suyud sadaya/ sungkême anggurunadi/ Rêsi Maruta pêputra/
Baratmadya kang wêwangi/ sumilih ing rama ji/ pandhita mêngku
kaprabun/ tan pae lan kang rama/ ambêg santamartèng dasih/
8)Baratmadya yoga8) Bambang Kumbayana//
1) D. Danyang. 2)2) B=D. tur kang mêmanis. C. ture wong mêmanis. 3)3) B. êlo-lo anak bok gih. 4) C. mêdhati. D. bêdhati. 5)5) B. nalika manira. 6) D. linging. 7) D. rêksi. 8) C. Baratmadyaputra.
cxc
cxc
5. Gumujêng Maharsi Durna/ anyêndhu dènnya nauri/ lo gih kula niki9) kula/
palibaya kang de angling/ Partadewa ngling malih/ Kumbayana tyas
pinunjul/ langkung lan bapa eyang/ ing karsane angêjawi/ wit miyarsa ing
tanah Jawa ing benjang// [140]
6. Wontên prang ran Bratayuda/ Kurawa lan Pandhusiwi/ pandhita maharsi
dewa/ pamêcane pêsthi-pêsthi/ sapa kang anglabuhi/ ing Pandhawa
karyanipun/ pasthi nêmu suwarga/ saundhausuking panci/ Sri Bathara
Krêsna kang minta nênimbang//
7. Duk samantên wiku putra/ kasmaran miyarsa warti/ matrênyuh tyas tilar
praja/ ing tyas sumêdya nglabuhi/ ing Pandhawa karyèki/ duk praptaning
muhara gung/ kramantuk admajendra/ kawit kêna ing pangingling10)/ tan
cinatur ing lêlakon tan prayoga//
8. Sapraptaning tanah Jawa/ kêna ing sangsara luwih/ anèng nagri ing
Cêmpala/ sang wiku putra ubanggi/ sapa bisa matrapi/ ing sikaraning11)
wong iku/ pratignya kinawulan/ lan wontên kinandha malih/ Pandhawa lan
Kurawa nèng Jalatundha//
9. Angupaya astagina/ kang arupa cupumanik/ pusaka Sang12) Parikènan/
tumrah Palasarasiwi/ 13)Kurawa adrêng mamrih13)/ aminta pusaka cupu/
nanging Sri Dipayana/ ing batos datan marêngi/ astagina sinabdan mêsat
gêgana//
9) B=D. niku. 10) D. pangliling. 11) B. sikaraning (dsl.). 12) D. kang. 13)13) t.p. C.
cxci
cxci
10. Dhumawah ing Jalatundha/ jumêgur lir ruging giri/ Kumbayana nulya
prapta/ tulung nglêpaskên jêmparing/ Sang kaliardadali/ sêlulup jroning
kang sumur/ jêmparing tanpa guna/ jêr sampun katampan dening/ dewa
penyu parab Begawan Nala//
11. Gumuning manah kawula/ sabdaning14) dipa maharsi/ tyas rilane15) mring
Pandhawa/ dumadakan Madrimsiwi/ kramantuk widadari/ ananging arupa
kêbul16)/ astagina katampèn/ de wruju Pandhu narpati/ [141] lan17)
sêmantên wikuputra agawe glar//
12. Nraju Pandhawa Kurawa/ sing abot dènsuwitani/ kang mêkatên lah18)
rubaya/ gumliwange dèn19) katawis/ mangka pun Pandhusiwi/ gangsal
Kurawane satus/ pasthi20) satus kang awrat/ Kurawa minggah rumiyin/
nuntên pun Pandhawa kantun dènnya minggah//
13. Nalika minggah21) sêkawan/ rampak nanging dawêg silir/ nuntên Bima
tumut minggah22)/ taraju jomplang ajênthir/ Kurawa ingkang sami/ nèng
traju tiba kumrutug/ Kumbayana kataman/ ing ubaya karya malih/
Duryudhana ingkang23) karya24) amiliha//
14) tb.D. sang 15) B=C. bilani. D. rilaning. 16) C=D. kêtul. 17) C. la. 18) C.ing. 19) B. wus (dsl.). 20) D. pêsthi. 21) D. migah. 22) D. migah. 23) C. kinèn. 24) C. malih.
cxcii
cxcii
14. Narpati sèwu nagara/ lan sang prabu Dwarawati/ wikuputra manjing
marang/ ing raja kang sèwu25) nagri/ Duryudhana narpati/ milih26) ingkang
ratu sèwu/ inggih botên kadosa/ dora têmên kang sung warti/ dene
maksih27) darbe milik kawibawan//
15. Nanging layak makatêna/ nalika nyabrang jaladri28)/ kawêkèn tan angsal
palwa/ nuntên wotên ingkang prapti/ awarni kapal wilis/ èstri cahyane
umancur/ turangga tinumpakan/ bisane nyabrang jaladri/ langkung rêmên
lampahing ingkang turangga//
16. Ingkang nitih duk umiyat/ parjine29) ingkang turanggi/ krodha liwung
anêmpuh byat/ turangga nulya garbini/ sarêng praptaning jangji/ mijil
jalma warna30) bagus/ suku kiwa taracak/ soring karna mawi suri/ wus
ingaran sira Bambang Aswatama//
17. Dhahyang31) Durna duk mi-[142]yarsa/ Partadewa dènira32) ngling/
33)krodharsa angrangsang33) sirah/ karo tiba gumalinting/ gumlundhung34)
praptèng jawi/ kabucang ing maruta gung/ karo lêpas lir panah/ anèng
tawang jêlih35)-jêlih/ sang pandhita tiba jro pura Ngastina//
25) B. sasra. 26) B. pilih. 27) B. taksih (dsl.). 28) D. bênawi. 29) B. warnine. 30) B=D. jalêr. C. rupa. 31) B=D. dhanyang. 32) C. dukira. 33)33) B=C. krodha saha ngrangsang. 34) C. tumundhung. 35) B. jêlah.
cxciii
cxciii
18. Wuwusên dyah waranggana/ lan Gathutkaca nulya glis/ karone marpêgi
sigra/ winartan karyaning tami/ purwa prapta mungkasi/ sang rêtna
kalangkung ngungun/ ya ta Sang Partadewa/ angandika marang sori/
wruhanira bakal ana dhayoh prapta//
19. Ananging dhayoh pamungkas/ garjita sang ruming sari/ ya ta sampun
aluwaran/ kunêng kawuwusa malih/ Sang Parbu Arimurti/ jawi
pamêngkang36) wus rawuh/ lan Nata Baladewa/ Sêmbadra myang
Pandhusiwi/ lon umatur Sri Kresna mring Baladewa//
20. Yèn parêng karsa paduka/ 37)kula ingkang ngrumiyini/ nandangi pun
Partadewa37)/ kula ujane38) ajurit/ angling Baladewa ji/ mung dèn prayitna
ing pupuh/ yèn kongsi kasuwèn prang/ lilanana anusuli39)/ adan mangsah
Narapati Danardana//
21. Sapraptaning palataran/ sêsumbar40) srinarapati/ 41)ndi rupaning41)
Partadewa/ 42)dulunên iki42) Kresna ji/ iki43) Sri Arimurti/ Danardana iya
ingsun/ pêparab [Narayana]44)/ Kesawa anrang ing jurit/ iya ingsun
Mahaprabu Padmanaba//
36) B. pamêkang (dsl.). 37)37) t.p. C. 38)38) B. uja ing. 39) B=C. sun nusuli. 40) C. sumbar sang. 41)41) C. rupane si. 42)42) C. iki dulunên. 43) B. iya (dsl.). 44) b.d. B,C,D. A. Nayarana.
cxciv
cxciv
22. Ya Bathara Narasinga/ kang mong si kalima siki/ gugup bungah nêmu
praja/ yèn Si Basudewa siwi/ isih mong Pandhawa ji/ mangsa kênaa
rinêbu-[143]t/ mêkatên nguyang warta/ aja ngucira ing jurit/ lah dènage
mêtua tandhing sudira//
23. Angêtog prawiraning prang/ angrok45) bandawalapati/ gathuk bau têpung
jaja/ ukêl kol aliru kêris/ Partadewa miyarsi/ nyandhak samir sutra wungu/
sumampir ing wijangan/ gandrung-gandrung amarpêki46)/ [Kandhiraras]47)
ambondhèti munggèng wuntat//
24. Esthane48) 49)pan kadi arsa49)/ anêmbrama mring dyah adi/ mrih rêsmi ge
lumuntura/ Krêsna gita amalangkrik/ waspada 50)myat kang mijil50)/
mungkur kukur-kukur pupu/ 51)Kusuma Kandhiraras51)/ anggêtak saking52)
ing wuri/ Krêsna jola niba ngrangkul Partadewa//
25. Sakamantyan sukaning tyas/ Partadewa lan sang aji/ matur Rêsi
Kamajaya/ lan kang rayi sribupati/ pukulun 53)yayi aji53)/ ing lêpat kawula
katur/ de sangêt kumawawa/ lumancang tan tur udani/ ing pangrêksa
mring arinta pun Pandhawa//
45) B=C. arok. 46) B=C. amêrpêki. 47) b.d. C. A,B,C. Kandhilaras. 48) B. isthane (dsl.). 49)49) B=C. pan kadya arsa. D. kadya nêmbrama. 50)50) C. kang umijil. D. ingkang mijil. 51)51) C. kandhiraras tumulya. 52) D. sangking. 53)53) D. sribupati.
cxcv
cxcv
26. Sinêmbadaa paduka/ mêmêling54) winanti-wanti/ kasangsaya gitaning tyas/
gumujêng srinarapati/ dhuh kakang maharêsi/ sabda paduka kalintu/ lêrêse
rak manira/ kang minta aksama yêkti/ dene kapilare55) têmah damêl susah//
27. Umatur Hyang Kamajaya/ dhuh yayi jêng sribupati/ kados manira tan
susah/ matur purwa amungkasi/ kados56) yayi wus ngèksi/ sadaya
lampahanipun/ angling Bathara Krêsna/ manirarsa mêdal jawi/ asêsandi
kasor prang lan Partadewa//
28. Nahan Sri Bathara Krêsna/ 57)mè-[144]yèg-mèyèg57) mêdal jawi/
saloyoran58) ngayang-ayang/ dupi 59)praptane ing59) jawi/ panggih lan
Pandhusiwi/ tinanya datan sinaur/ pijêr60) ngêsês angayang/ pamuwuse
61)ringik-ringik61)/ Sang Arjuna gupuh mlajêng malbèng pura//
29. Sêmbadra62) tansah tut wuntat/ prasasat tan ngambah siti/ wuwusên kang
anèng pura/ Kamajaya lawan Ratih/ duk miyat yèn kang rayi/ sigra
amarani gupuh/ tundhuk wus rêrangkulan/ lir kêkupu amrih rêsmi/ Dèwi
Ratih wus panggih63) ngrangkul64) Sêmbadra//
54) C=D. winêling. 55) B=D. kadi lare. 56) D. kadi. 57)57) D. ngèyèk-èyèk. 58) B. pringas-pringis (dsl.). 59) D. sapraptane. 60) D. pêjêr. 61)61) B. ngrêngih-ngrêngih. 62) D Sumbadra. 63) C. ngrangkul. 64) C. marang.
cxcvi
cxcvi
30. Wuwusên srinaranata/ Krêsna Baladewa maksih/ anèng jawining
pamêkang/ tan darana angêntèni65)/ nusul wong agung kalih/
sapraptanirèng kadhatun/ myat kang rayi wus lênggah/ kapat Sêmbadra
lan Ratih/ cuwa ing tyas angadu tan kadadeyan//
31. Sigra Sang Arya Têtuka/ ngabêkti ing sribupati/ Mandura nulya
manêmbah/ ing Bathara Arimurti/ nulya ngabêkti66) maring/ kang paman
Sang Pandhusunu/ saha sru karunanya/ dangu anyungkêmi wêntis/ Sri
Bathara Krêsna umatur ing raka//
32. Sang67) Bathara Kamajaya/ pukulun sang maharêsi/ wus wancine
anguculna/ mring ingkang sami68) piningit/ nahên69) angandika ris/ mring
sang ari Pandhusunu/ kinèn manèh gêlagah/ kang tuwuh udyana warih/
dyan Sang Parta umangkat malbèng udyana//
33. Winawas wus kasat mata70)/ kang 71)warna galagah71) langking/ Arjuna
sigra anyandhak/ jêmparing Ayahsêngkani/ lumêpas wus ngênèni/ purna
sirna glagah wulung/ kawangwang Yudhistira/ 72)tu-[145]win tiga72) kang
para ri/ Bayuputra lumumpat nyandhak Arjuna//
65) B. anunggoni. 66) C. ngandika. 67) t.p. B. 68) B=C. samya. 69) B. nahan (dsl). 70) C=D. netra. 71)71) B. awarna glagah. 72)72) C. juwita lan.
cxcvii
cxcvii
34. Ingumbulakên mring wiyat/ tibane katampan dening/ astanggung
winangwang-[wangwang]73)/ gêdrug-gêdrug Bayusiwi/ lir bêlah kang
pratiwi/ gêrêng swara gumaludhug74)/ lir gurnitèng ancala/ mangkana sang
purnèng jati/ saisining kadathon sadaya mulya//
35. Kusuma Dayita nata/ lan sagung 75)kang para75) cèthi/ wus purna lan
kadi76) saban77)/ isin78) pulih79) kadi nguni/ bêburon samya prapti/ paksi
munya ting balêkur/ mina kèh samya80) polah/ wrêksa wohe dadi- dadi/
sinang-sinang ting gêrandhul dhêdhompolan//
36. Kunêng mulyane sadaya/ Hyang Kamajaya bêbisik/ mring kang rayi Sang
Arjuna/ yayi sira sun tuturi/ sutanira saiki/ manjing mring wismaning
mungsuh/ karêpe manuhara/ sadulure81) ratu prapti/ anglakoni tuduhe
martuwanira//
37. Sri Rêsi82) Jayawilapa/ dèrèng dumugi dènira ngling/ Arjuna galêlês
mentar/ Bima sigra anututi/ Sang Prabu Arimurti/ tanpa pamit nuli83)
nusul/ sarêng Sang Gathutkaca/ Kamajaya wusnya pamit/ adan84) mentar
lan garwa ajumantara//
73) b.d. B,C,D. A. wawang. 74) C. kadya gludhuk. 75)75) D. parêkan. 76) B=D. kadya. 77) C. paran. 78) C. isih. 79) B. mulih (dsl.). 80) B=D. padha. 81) B. saduluring. 82) D. rêksi. 83) B. nulya. 84) B=D. apan.
cxcviii
cxcviii
38. Nêngna Sang Hyang Kamajaya/ wuwusên kang anèng puri/ Drupadi lan
Wilantênan/ tiga Kusumayu Kunthi/ cipta lir wong angimpi/ umyat85)
rêsmining kêdhatun/ tambah endah ing86) warna/ kêbon-kêbon ngudyana
sri87)/ puspitanjrah mawarna wangine tambah//
39. Wrêksa wohe tuwa-tuwa/ rampa-[146]k tumpuk tumpang tindhih/ tuwin
kang ngêning balumbang/ toyanya tambah awêning/ mina kang taksih alit/
muncul gêdhe ting calêbung/ banyak arak-arakan/ akarya langêning ati/
urang watang mangan lumut ting salengkrang//
40. Kunêng gantya88) kawuwusa/ ingkang lêlana don jurit/ narendra gung ing
Gumiwang/ kang anggung among wiyadi/ kasangsaya ngranuhi/ kapirangu
amalatkung/ Prabu Suryaanggana/ supe maring pasanggiri/ mung
Lêksmanawati kang katon gumawang89)//
41. Kêna90) ing sêsandi karya/ bisane Rêtna Gêndari/ asêsandi ingkang wayah/
kêkintun rimong91) palangi/ pinanduk ing ganda mrik/ lan pratandha srat
winangun/ têmbunge amlas arsa/ nor roga mêmulêt ati/ pangarahe92)
supaya mêmpêng ing yuda//
85) B=C. myat. 86) C. kang. 87) D. di. 88) B. ganti (dsl.). 89) C. gumiwang. 90) C. nêngna. 91) C. warni. 92) C. ing pangarah.
cxcix
cxcix
42. Nanging malah dadi wisa/ wisaning wong mangun jurit/ lali gawe 93)sung
kawangwang93)/ 94)kang paring rimong pêlangi94)/ kadi katon sumandhing/
sasmita ywa anrang pupuh/ supe dhahar myang nendra/ tan arsa siniwèng
abdi/ guramean95) ngudrasa nèng pasarean//
43. Gêguling karya sumêlang/ kang anggung liniling-liling/ sinepa96)
kusumaning dyah/ sinabda rum angrêrêmih/ dhuh mirah jiwa mami/ asih
têmên ing apunggung/ sidhat gung mawa karna/ wisma tan ingambah
janmi/ dèntulusa asih mring wong kawlas arsa//
44. Kagendra97) suwiwi pagas/ ayam kuncung taya rêsmi/ mina mananduk98)
ing saya/ 99)ayu gêgêg99) mêrak ati/ pêksi kang grana èsthi/ dêdalan
tumanduk ngranu/ tan kondur ma-[147]rang sabrang/ sinangkala naya
manis/ jênak têmên gusti anèng pamondhokan//
45. Rêkatha lit ing udaya/ rambatan dèntaratagi/ wong ayu salina sinjang/ ing
kene wus amiranti/ panêngran [sira]100) manjing/ pêpantêsên busanamu/
aywa kapati abra101)/ eman rêsmining sotya di/ mêsum kasor ujwalane102)
mukanira//
93)93) B=D. suka wangwang. C. mung kawangwang. 94)94) C. kaparingan rimong pangli. 95) B. gulameya 96) B. sinewa (dsl.) 97) C. gagêndra. 98) C. kapanduk. 99)99) C. Ayune rak. 100) b.d. B,C,D. A. sêra. 101) C. brata. 102) B. ujwalaning.
cc
cc
46. Kunêng 103)kang anggung migêna103)/ wuwusên Arya Pamadi/ patêmon lan
Badranaya/ Sêmar 104)lara dènnya104) nangis/ wus sirêp kang prihatin/
Arjuna alon andangu/ dhuh kakang anakira/ ing mêngko ana ing105)
ngêndi/ 106)alon matur106) Saronsari mring107) Palguna108)//
47. Turene têng pasanggrahan/ karêpe angincim-incim/ têng adhine
Suryanggana/ Arjuna sigra nututi/ ing wanci bangun enjing/ wuwusên
kusumaningrum/ lagyarsa asêsotya/ ingiring pawongan kalih/ bêkta
nampan isi sabuk lan pêsatan//
48. Sang rêtna manjing patirtan/ Bimanyu prapta ing wuri/ wor pawongan
bêkta nampan/ tan nyana lamun sinandi/ narka abdi kinasih/ pasatan tanapi
sabun/ ngulungkên109) wus tinampan/ ya ta kusumaning puri/ saking110)
jamban nguwuh amundhut kosokan//
49. Bimanyu malbèng111) patirtan/ sang rêtna ngandika aris/ age simah
kosokana/ wus lawas ora babêrsih/ sigra dènnya ngosoki/ sariranggung112)
linalulur/ jaja gigir padharan/ bocong113) wêlakang myang wêntis/ nora
gêlêm dikon wi-[148]s bok lara simah//
103)103) B. kang anggung wigêna. C. gung ingkang migêna. 104)104) C. dènnya lara. 105) t.p. C. 106)106) B. lon umatur (dsl.). 107) C. lan. 108)108) B=D. mas guna. 109) B. ingulung. 110) C. wontên. 111) D. manjing. 112) C. sariranya. 113) C. bokong.
cci
cci
50. Baskara mèh kawatgata/ ujwalane mananduki/ wus purna dènira siram/
mundhut pasatan sang dèwi/ 114)ingaturakên114) nuli/ plengas-plengos Sang
Bimanyu/ dangu-dangu kawangwang/ katon brêngose jlekithit/ sang
kusuma arsa jrit nanging tan bisa//
51. Lathi tinutupan asta115)/ ginèrèt mêdal ing jawi/ 116)arikuh dènnya116)
lumampah/ pijèr kasrimpèt pang garing/ satèmah 117)minggrang-
minggring117)/ asta ro anggung anyut/ ya ta abdi ro ingkang/ satêngga
jawining kori/ pandulune mring sang dyah lir pinalara118)//
52. Pawongan jrit lumaksana/ arsa tur uningèng gusti/ wuwusên Sang
Hendraputra/ kagèt duk miyarsa panjrit/ linuru wus kapanggih/ ing putra
Risang Bimanyu/ ngèwèng-èwèng wanodya/ kreyaban lumaku119) miring/
pinarpêkan tinanya saking ing wuntat//
53. Bimanyu kagyat120) anjola/ ucul ngasta mring sang dèwi/ arsa 121)mlayu
dyan121) cinandhak/ ujunging pasatan kêni/ tèmah dheprok sang dèwi/
Arjuna tanya mring sunu/ paran purwaning arsa/ Bimanyu matur
mungkasi/ angandika wong agung Hendraatmaja122)//
114)114) D. angaturakên. 115) B. pasadan (dsl.). 116)116) D. rikuh dènira. 117)117) B. plêdhang-plêdhing. 118) C. pinilara. 119)119) C. lumayu. 120) C. kagèt. 121) B=D. lumayu. 122) C. Hendratanaya.
ccii
ccii
54. Wis kulup nuli uculna/ tuwin kalamun sira sih/ gampang yèn wis
sampurnèng prang/ kalamun unggul ing jurit/ tan wurung yèn sirambil/
parikramaning prang pupuh/ brana mangka jarahan/ panungkul para
bupati/ sakèh ingkang putri minangka têtawan//
55. Payo malbèng pasanggrahan/ wruh-[149]a rupane sang aji/ ing sabrang Sri
Suryanggana/ kaniayane kêpati/ angiras sun tuntuni/ pakartining prang
rahayu/ tan amigênèng guna/ wus manjing satriya kalih/ kawuwusa wus
salin têmbange durma//
XXVI. DURMA
1. Suryanggana tan pêgat amriyêmbada1)/ guling gung linaliling2)/ dhuh
pêpujaningwang/ aja tumuli nendra/ sapanên dasihmu gusti/ paran ta
mirah/ dhahat tan nabèng3) dasih//
2. Larang têmên biyadane wong Ngastina/ baya durung bisa ngling/
wuwusên kang prapta/ pawongan tur uninga/ yèn pura kataman dening4)/
satriya endah/ misesa ing sang putri//
3. Gusti 5)ari paduka linarak-larak5)/ kilap dadosing wuri6)/ ya ta srinarendra/
7)[duk myat]7) pawongan prapta/ gregah nulya amrêpêki8)/ sarwi
mêndhapan9)/ wuwuse angrês-rêsi//
1) B. pamriyêmbada. 2) B. linaling-ling. 3) B=C. naswèng. 4) D. dene. 5)5) B. putra paduka linarak-larak. C. arinta mangkya dèn larak-larak. 6) B=D. wuni. 7)7) b.d. B. A,C,D. miyata. 8) B=C. amrêpêki. 9) B. mêndhaman.
cciii
cciii
4. Dhuh gustiku ing mangke kawulanira/ layak wurung ngêmasi/ yèn sira
wus prapta/ mirah paring husada/ parêkan mundur sarya10) ngling/ gusti
kawula/ dede sang raja putri//
5. Kunêng ingkang anggung11) kandhuhan 12)kung rimang12)/ wuwusên
Pandhusiwi/ nèng jaban purendra/ arsa anêtêpana/ lungguhing satriya
luwih/ utamaning prang/ yêkti nganggo tinari//
6. Wani ora tinakon lawan13) prayoga/ dadi14) tan ngucirani/ yèn liyaning
praja/ nganggo ambuwang layang/ ya ta Risang Hendrasiwi/ adan
sêsumbar/ swara lir muksèng wyati//
7. Aprabawa15) yayah kapilêng-[150]kang myarsa/ mangkana dènira ngling/
kèh Suryaanggana/ yèn sira tambuh mring wang/ sun wirèng rat
wignyèng16) jurit/ samya Pandhawa/ trah Rêsi Bramamani17)//
8. Sun atmaja Surapatindra Suraya/ ya Sang Prabu Karithi/ siniwèng
wranggana/ lêlancuring surendra/ kinarya lananging18) bumi/ winênang
ngrunah/ wil diyu myang rasêksi//
9. Nadyan19) janma kang ambêg murka candhala/ tan parikramèng jurit/ kaya
têkonira/ mukul prang murang20) dalan/ nir parikramèng aji/ kasusu arsa/
tampa putrining aji//
10) C. sarwi. 11) C=D. angung. 12)12) C. gung rimang. D. wigêna. 13) C. nganggo. 14) B. wadya. 15) B=D. kaprabawa. 16) B=D. witnyèng. 17)17) B. Brama mami. 18) C. langêning. 19) D. najan. 20) B. ora (dsl.).
cciv
cciv
10. Bungah-bungah panarkamu kadangingwang/ murut wêdi ing jurit/ hèh
Suryaanggana/ rêbutên ing ayuda/ sotyèng rat ingsun Jahnawi/ ya
Dananjaya/ ya iki Si Pamadi//
11. Ya Arjuna 21)ya Janaka ya Pamadya21)/ 22)ya Parta22) Pandhusiwi/ ya Arya
Palguna/ dènage Suryanggana/ mêtua sun kang anadhahi/ yèn nyata
lanang/ sagêndhingmu 23)ing jurit23)//
12. Ya ta wau Sang Prabu Suryaanggana/ karna kadi24) pinêthik25)/ sirna
brangtanira/ mring putri ing Ngastina/ gêgamaning prang cinangking/ mijil
ing jaba/ wusnya myat kang nyumbari26)//
13. Amêrpêki Parta cinandhak lambungnya/ nanging tyas datan gigrig/
singgan-singgun nora/ ya ta Sri Suryanggana/ angling hèh Parta dèn aglis/
apa nèng sira/ tibakna sun tadhahi//
14. [Anauri]27) satriya Adananjaya/ langka ujarmu iki/ dudu watakingwang/
yèn28) aprang dhinginana/ kapindhone29) yèn sirèki/ sun dhinginana/ bok
tan nga-[151]nti malêsi//
15. Muring-muring sang nata narik curiga/ anggoco wanti-wanti/ Arjuna tan
obah/ eca ngadêk ing ngarsa/ rusuh trape dènira mrih/ marjayèng Parta/
Arjuna mèsêm angling//
21)21) C. Janaka Pamadya Parta. 22)22) C. ya ingsun. 23) C=D. ngajurit. 24) B. kadya. 25) B. sinêbit. 26) B. bubari (dsl.). 27) b.d. B,C,D. A. tan nauri. 28) B=C. ing. 29) B. lan kapindho (dsl.).
ccv
ccv
16. Hèh sang nata aja kêsusu ing aprang/ sun tan nêdya ngoncati/ salina
gêgaman/ anggonên marjayèngwang/ sang nata sugal nauri/ hèh
Pandhuputra/ malêsa sun tadhahi//
17. Sigra narik curiga Ki Kalanadhah/ pusaka Hyang Pramèsthi/ duk
sinurayèng prang/ lan yaksendra Newata30)/ barêng panah Pasopati/
siyunging Kala/ loro pinuja dadi//
18. Siyung ngisor 31)dadi kêris31) Kalanadhah/ kang dhuwur Pasopati/ Arjuna
ngandika/ hèh Sang Nata Suryanggana/ iki wêkasanmu urip/ age
umyata32)/ ujwalaning hyang rawi//
19. Ewadene sirarsa urip dènkêbat33)/ ambungên sikil mami/ anjrit
Suryanggana/ sarwi amrang curiga/ tan sira dhewe pinaring/ jaya
kadibyan/ pagene sun ngabêkti//
20. Wus jamake wong bêcik lawanan aprang34)/ sapa sor angêmasi/ sang
Padmèng Surendra/ [mantukkên]35) Kalanadhah/ pêcating yitma36) barêngi/
Sri Suryanggana/ gumlimpang wus ngêmasi//
21. Surêm-sirêm37) gêgana38) alimêngan/ pracihna39) ratu mati/ jalada
mangubyat/ gumlêgêr kang prabata/ gurnitaning jalanidhi/ bantala obah/
munya dhêdhêt rawati//
30) B=C. Niwata. 31)31) C. pinuja dadi. 32) B=C. miyata. 33) D. dènningal. 34) A,B,C. aprang. 35) b.d. B,C,D. A. dadukkên. 36) C. sukma. D. nyawa. 37) B. surêm. 38) B. ing gana (dsl.). 39) B=D. pracina.
ccvi
ccvi
22. Ing sadangunira wong agung dènnya prang/ Bimanyu ngintip-intip/ tuwin
sang lir rêtna/ [152] anggung ngungak cêndhela40)/ duk rak41) kang
ngêmasi/ anjrit karuna/ lumayu dèntututi//
23. * Cinandhak rikmane sang rêtna kalumah/ karuna dènlik-elik/ Sang Arjuna
sigra/ sirahe Suryanggana/ pinagas murda gumlinting/ adana nyandhak/
sanjata Dadedali// *
24. * Linêpaskên sinangên wus buncang sirah/ tiba ngarsaning Patih/ Gajah
Satrutapa/ bubar ing panangkilan/ gumuruh kang pra dipati42)/ sadaya arsa/
bela patining Gusti// *
25. * Gumarubuk lumêbêt ing pasanggrahan/ wuwusên Bayusiwi43)/ lawan
Gathutkaca/ kèndêl ning soring wrêksa/ tan antara ingkang prapti/
narendra Krêsna/ prapta sru dènira ngling// *
26. * Yayi Werkudara age têtulunga/ lan sira Bimasiwi/ ingkang rinêbut
prang/ kaipe44) Madukara/ nèng jro kinêmbulan dening/ prajurit sabrang/
rajane wus45) ngêmasi// *
27. * Bima Gathutkaca marang46) pasanggrahan/ sinambi turut margi/
anjèthoti47) sirah/ Sang Arya Wêrkudara/ mung gada kinarya babit/
rangkêp pat lima/ gélasah angémasi// *
40) B. jêndela (dsl.). 41) B. myak (dsl.). 42) B. bupati (dsl.). 43) B=C. Bayusêsiwi. 44)44) B=C. kya ipe. 45) B. wis (dsl.). 46)46) B. bul mring (dsl.). 47) B. anjêboli (dsl.). ** Bait 23 t.p. C. ** Bait 24 t.p. C. ** Bait 25 t.p. C. ** Bait 26 t.p. C. ** Bait 27 t.p. C.
ccvii
ccvii
28. * Kang katênggêl 48)gada ajur datan48) kalap/ suh ajur ting saluwir/ kêna
tinêngêran/ tilas Bima Têtuka/ kang tugêl49) sirahe pêsthi/ sisa Têtuka ting
saluwir// *
29. * Kang sayêkti [ginada]50) ing Arya Bima51)/ wong sabrang kêkês
wingwrin52)/ ya ta kawuwusa/ Sang Gajah Satrutapa/ umiyat Radèn53)
Pamadi/ lumayu sigra/ prapta nungkêmi sikil// *
30. * Bima Krêsna Gathutkaca samya prapta/ miyat54) kang anyungkêmi/ ya ta
Sa-[153]trutapa/ umatur wor karuna/ dhuh gusti sang jayèng jurit/ mugi
pyarsakna/ ing ature pun patik// *
31. * Yèn paduka anglajêngna ing dêduka/ tan wande tumpês tapis/ dhuh gusti
ngemana/ mring kawula Gumiwang/ kawula ingkang kadugi/ nyirêp ing
wadya/ kang sami55) labuh pati// *
32. * Lawan botên 56)adamêl sukaning56) driya/ mrih57) pêjahing58) cêcindhil/
ing prang tan linawas/ angling Sang Hendraputra/ pangucapmu lir
garimis/ sun durung wikan/ aranmu kang sayêkti// *
48)48) B. ing gada ajur tan (dsl.). 49) B. pocot (dsl.). 50) b.d. B,C,D. A. ginata. 51) D. Sena. 52) D. miris. 53) D. Arya. 54) D. umyat. 55) D. samya. 56)56) B. adamêl bingahe. D. damêl bingahe kang. 57) B. mring. 58) D. pêjahe. ** Bait 28 t.p C. ** Bait 29 t.p. C. ** Bait 30 t.p. C. ** Bait 31 t.p. C. ** Bait 32 t.p. C.
ccviii
ccviii
33. * Lawan apa lungguhmu ana ing sabrang/ paran karêpmu iki/ dene sira
têka/ nungkêmi padaningwang59)/ matur Satrutapa60) Hèsthi/ gusti kawula/
ing sabrang lênggah patih// *
34. * Kaparingan nama Gajah Satrutapa/ wondene ingkang abdi/ kamipurun
nyêlak61)/ ing ngarsa jêng paduka/ yèn kaparêng karsèng gusti/ rèhne ing
mangkya/ raja kawula lalis// *
35. * Kaparênga kêng abdi ngaturkên praja/ Gumiwang mring Jêng Gusti/
minangka62) têtawan/ putrine srinarendra/ panunggul brana sotya di/
dêdamêling prang/ pratandha jayèng jurit// *
36. Pintên banggi kang63) abdi pinarêng gêsang/ sok sampuna ngabêkti/ lan
ngaturkên64) praja/ saisine65) Gumiwang/ owêl tuwuh glagah grinting/
luhung têksiha66)/ sumiwi ing Jêng Gusti//
37. Matur nêmbah Arjuna mring nata Krêsna/ pukulun sribupati/ kawula
sumangga/ turipun67) Satrutapa/ sang 68)aprabu ngandika ris68)/ ingkang
prayoga/ Si Satrutapa patih//
59) B=D. sikilingwang. 60) D. Tapasatru. 61) B=D. amrak. 62) B=D. pracihna. 63) C. pun. 64) B. nyaoskên (dsl.). 65) B. saisining (dsl.). 66) B. taksiha. 67)67) B. turing pun (dsl.). 68)68) B. prabu ngandika aris (dsl.). ** Bait 33 t.p. C. ** Bait 34 t.p. C. ** Bait 35 t.p. C.
ccix
ccix
38. Dhawuhêna 69)ngratoni [154] Praja69) Gumiwang/ angrèha pra bupati/
miwah manca praja/ kabèh padha renea70)/ ya ta Sang Arjuna aglis/
dhawuhkên marang/ sirèng rêkyana patih//
39. He ta Gajah Satrutapa tampanana/ dhawuhing bathara ji/ yèn 71)ing
mêngko71) sira/ ginanjar mêngku praja/ ing Gumiwang angratoni/ labête
lawas72)/ kawêngkuwèng sireki//
40. Aja owah jenênge Sang Prabu Gajah/ Satrutapa narpati/ sira manèmbaha/
mring prabuku Ngamarta/ sira muliha dènaglis/ sakèhing brana/
kapraboning narpati//
41. Lan sakèhe73) pusaka gêgamaning prang/ 74)kadarbe ing74) sirèki/ mung
bêndaranira/ Si Lara kang sun gawa/ cèthine aja75) na kari/ Sang Prabu
Gajah/ sumungkêm sru anangis//
42. Angrêrêpa ature Sri Satrutapa/ sumungkêm ing pratiwi/ dhuh gusti
kawula76)/ klilanana atut wuntat/ Arjuna ngandika aris/ dènage sira/ muliha
aja kari//
43. 77) Marma sira yèn ngantia77) lawas-lawas/ sadeyaning wong cilik/ tan
wurung akarya/ rêtu rusaking praja/ sang nata manêmbah aglis/
sumungkêm pada-/ nira Sang Arimurti//
69)69) D. angratoni ing. 70) D. karea. 71)71) D. samêngko. 72) D. lawan. 73) B=D. sakèhing. 74)74) D. kadarbea. 75) D. aywa. 76) B. pan Gajah (dsl.). 77)77) B. karana sira yèn nganti.
ccx
ccx
44. Nulya nêmbah mring wong agung ing Pamênang/ nulya78) mring Sang
Pamadi/ riwusnya mangkana/ sang nata agya budhal/ kêbut ing79)
80)sisaning pati80)/ sang prabu anyar/ ing lampah mandhêg nolih//
45. Kadya81) priya kasmaran ing wanodyendah/ samarga tawang tangis/
wuwusên Sri Krêsna/ angling mring Dananjaya/ yayi pasanggrahan iki/
sira basmia/ kabèh dimèn barêsih//
46. Yèn wis tunu82) sira buncanga ing barat/ bangke dimèn barêsih/ [155] sigra
Dananjaya/ musthi kang Bramastra/ kumêlun dahana mijil/ 83)kumantar-
kantar83)/ wisma gung kang dènbyuki//
47. Gumarubug84) saengga wana kawêlagar/ ngêbyuki nganan ngering/ sigra
Hendraputra/ mênthang sanjata wrayang/ lumêpas nêmpuh ing agni85)/
mubal sumêbar/ sumyur sumawur mamrih//
48. Bangkening wong kabuncang tibèng samodra/ kumrutug lir garimis/
minangsa ing mina/ 86)kêmroyok ting86) kalobak/ kunêng wuwusên87)
88)Sang Aji88)/ 89)Krêsna lan89) kadang/ wus bubar kundur maring//
49. Ing Cintakapura bêkta putri tawan/ punggêl kang dènsêrati/ lakon
Partadewa/ ing Dhukuh Tejamaya/ sangalas Besar Dal warsi/ sastraning
angka/ 9 9 7 1 mungkasi//
78) C. lajêng. 79) D. tan. 80)80) C. sasenapati. 81) D. kadi. 82) C. tinunu. 83)83) B. kumabar-kabar. 84) B. kumarubyuk. 85) D. kagni. 86)86) B=C. gumruduk ting kalobak. D. solah pating kalobak. 87) D. wuwusa. 88) D. Rimurti. 89)89) B. Murti lan. D. kalawan.
ccxi
ccxi
6. Sinopsis
Raja Astina Prabu Duryudana menghadap ayahnya yaitu Adipati
Destrarastra, ia mendapat perintah untuk segera membunuh
Pandawa, hal ini dikarenakan Pandawa merupakan musuh terbesar
yang dapat membahayakan kejayaan para Kurawa. Adipati
Destrarastra mempunyai muslihat membunuh Pandawa melalui
tangan orang lain, hal ini dilakukan agar Kurawa tidak terlihat
kejelekannya karena memiliki niat untuk membunuh saudara
sepupunya. Prabu Duryudana menuruti perintah ayahnya kemudian
ia mengumpulkan para brahmana di Kerajaan Astina untuk
bersamadi agar mendapatkan pentunjuk mengenai keberadaan
orang sakti yang mampu membunuh para Pandawa. (pupuh I
Asmardana : 1-20).
Di Negara Gumiwang, Prabu Suryanggana nampak gundah karena sedang
dilanda asmara kepada putri Prabu Duryudana yang bernama Leksmanawati. Ia
memanggil kedua patihnya, yaitu Patih Antisura dan Patih Satrutapa untuk
diminta pertimbangan dan nasihat agar Leksmanawati berkenan untuk dijadikan
permaisuri Kerajaan Gumiwang. Patih Satrutapa menganjurkan agar meminta
bantuan kepada Begawan Durna di Sokalima sebelum ke Negara Astina. Begawan
Durna diharapkan dapat membantu niat Prabu Suryanggana dengan pertimbangan
selain sebagai guru dan pujangga di Kerajaaan Astina, Begawan Durna
merupakan bekas guru Prabu Suryabrata ayah dari Prabu Suryanggana. Prabu
Suryanggana menerima saran dari Patih Satrutapa, kemudian memberikan
ccxii
ccxii
perintah untuk segera mempersiapkan perbekalan dan barang-barang yang akan
dipersembahkan kepada Prabu Duryudana sebagai upeti. Prabu Suryanggana
berangkat ke Sokalima bersama adiknya yaitu Suryadiwati sebagai putri
persembahan dan dengan diiringi oleh prajurit Gumiwang serta prajurit dari
Jongbiraji (negara taklukan Gumiwang) yang dipimpin oleh Prabu Kalamercu.
Sesampainya di perbatasan Sokalima rombongan Prabu Suryanggana mendirikan
tenda untuk tempat peristirahatan, kemudian Patih Satrutapa diperintah untuk
menghadap Begawan Durna memberitahukan perihal kedatangannya. (pupuh I
Asmaradana : 21 – pupuh II Sinom : 36 – pupuh III Kinanthi : 3).
Setelah sampai di Sokalima, Patih Satrutapa diterima oleh
Begawan Durna bersama Dewi Karpini, Resi Karpa, dan Bambang
Aswatama. Ia menyampaikan maksud kedatangannya sebagai
utusan Prabu Suryanggana dan menceriterakan bahwa Prabu
Suryabrata murid kesayangan Begawan Durna telah meninggal lalu
tahta kerajaan Gumiwang diberikan kepada putranya yaitu Prabu
Suryanggana. Begawan Durna sangat bersedih mendengar kabar
tentang kematian muridnya. Ia segera meminta Patih Satrutapa
untuk kembali dan menyampaikan kepada Prabu Suryanggana agar
segera datang ke Sokalima. Begawan Durna juga mengutus
Bambang Aswatama untuk menyambut kedatangan Prabu
Suryanggana. (pupuh III Kinanthi : 4-48).
Berita mengenai kedatangan raja seberang di Sokalima sudah sampai di
Kraton Astina. Prabu Duryudana segera memanggil Resi Sapyani dan
ccxiii
ccxiii
menanyakan tentang maksud kedatangan ratu seberang tersebut. Resi Sapyani
menceritakan bahwa yang datang ke Sokalima adalah orang yang dinanti-nanti,
yaitu Raja Gumiwang yang dapat membantu Kurawa membunuh Pandawa. Resi
Sapyani menganjurkan agar Prabu Duryudana segera mengirim utusan untuk
menyambut kedatangan raja seberang di Sokalima. Prabu Duryudana sangat
gembira dan segera mengutus Patih Harya Sangkuni untuk melakukan
penyambutan atas kedatangan Prabu Suryanggana. (pupuh IV Dhandhanggula : 1-
15)
Bambang Aswatama sampai di tempat peristirahatan Prabu Suryanggana,
lalu ia menyampaikan pesan dari Begawan Durna bahwa Prabu Suryanggana
diharapkan untuk datang ke Sokalima. Prabu Suryanggana dan rombongan
kemudian berangkat menuju Sokalima dengan hati gembira. (pupuh IV
Dhandhanggula : 16-23).
Sesampainya di Sokalima, Prabu Suryanggana disambut oleh
Begawan Durna. Belum lama pertemuan mereka, datanglah utusan
dari Astina yang menyampaikan maksud Prabu Duryudana agar
Prabu Suryanggana berkenan ke Astina. Prabu Suryanggana
menyambut baik ajakan itu dan segera mengutus Patih Satrutapa
untuk menghantarkan semua persembahannya, yaitu putri dari
Gumiwang serta upeti berupa perhiasan, hewan, makanan dan
pakaian yang dibawa dari Gumiwang ke Astina. Prabu
Suryanggana juga meminta kepada Begawan Durna agar mengutus
seseorang untuk mengiring persembahan dari Gumiwang tersebut,
ccxiv
ccxiv
sebagai bukti bahwa maksud Prabu Suryanggana memberi
persembahan kepada Duryudana atas restu dari Begawan Durna.
Begawan Durna menyetujui kemudian mengutus Bambang
Aswatama untuk menghadap Patih Harya Sangkuni untuk
menyampaikan persembahan tersebut. Bambang Aswatama
berangkat mengejar rombongan pembawa persembahan dan
menyuruh berhenti dahulu, untuk menunggu pihak penerima
persembahan dari Astina. (pupuh IV Dhandhanggula : 24 – pupuh
V Pangkur : 10).
Bambang Aswatama bertemu dengan Patih Harya Sangkuni dan
menyatakan maksud kedatangannya. Patih Harya Sangkuni kemudian menghadap
Prabu Duryudana menyampaikan berita bahwa Prabu Suryanggana telah
mengirim persembahan sebagai tanda rasa hormat dan pengabdian kepada Astina.
Prabu Duryudana merasa gembira kemudian memerintah Patih Harya Sangkuni
untuk menerima persembahan tersebut dan segera memanggil Begawan Durna
untuk menghadap kepadanya. (pupuh V Pangkur : 11-18).
Di Sanggar Pamujan Negara Astina, Prabu Duryudana mengadakan
pertemuan dengan Begawan Durna, Resi Bisma, Resi Sapyani dan Patih Harya
Sangkuni untuk membahas kedatangan Prabu Suryanggana. Begawan Durna
menyampaikan maksud kedatangan Prabu Suryanggana yang ingin melamar
Leksmanawati. Prabu Duryudana kemudian mengutus Begawan Durna untuk
menyampaikan kepada Prabu Suryanggana perihal kegundahan hatinya. Begawan
Durna yang memahami maksud Prabu Duryudana segera kembali ke Sokalima.
ccxv
ccxv
Sesampainya di Sokalima, Begawan Durna menemui Prabu Suryanggana dan
segera menyampaikan keinginan Prabu Duryudana, bahwa ada persyaratan yang
harus dipenuhi guna mempersunting Leksmanawati, yaitu membunuh Pandawa.
Prabu Suryanggana menyanggupinya, kemudian bersiap-siap menuju Negara
Amarta. Begawan Durna menyarankan agar terlebih dahulu menghadap Prabu
Duryudana dan Adipati Destrarastra untuk minta doa restu. Prabu Suryanggana
setuju dan dengan naik gajah ia berangkat ke Astina diiringi oleh seluruh
prajuritnya. (pupuh V Pangkur: 19 – pupuh VI Mijil : 8).
Di Istana Astina, Prabu Duryudana bersama dengan para pujangga, pejabat
serta kerabat kerajaan bersiap-siap menyambut kedatangan rombongan yang
mengiring persembahan dari Prabu Suryanggana. Suryadiwati diterima oleh
permaisuri Astina Dewi Banowati dan putrinya Leksmanawati, kemudian disusul
upeti yang dibawa rombongan pimpinan Patih Satrutapa dan diterima oleh Patih
Harya Sangkuni kemudian dipersilahkan untuk masuk ke Kraton. Resi Bisma
mengusulkan kepada Prabu Duryudana agar mengutus Adipati Karna dan Bupati
Gajagsa guna menyambut kedatangan Prabu Suryanggana di luar kraton dan
berangkatlah kedua utusan tersebut. (pupuh VII Sinom : 9-42).
Prabu Suryanggana didampingi Begawan Durna ditemui oleh Adipati
Karna dengan Bupati Gajagsa yang di alun-alun, kemudian dipersilahkan
memasuki istana untuk menghadap Duryudana. Prabu Suryanggana segera
memberi hormat kepada Prabu Duryudana dan menyampaikan bahwa tujuannya
datang ke Astina untuk menyerahkan Negara Gumiwang beserta jajahannya
kepada Prabu Duryudana sebagai tanda bakti dan keinginannya untuk menjadi
ccxvi
ccxvi
menantu. Prabu Duryudana tidak segera memberikan tanggapan atas maksud itu,
ia meminta Prabu Suryanggana dan rombongan untuk beristirahat terlebih dahulu.
Setelah beristirahat kemudian Prabu Suryanggana bersama Prabu Duryudana
menghadap Adipati Destrarastra. Prabu Duryudana menyampaikan maksud
kedatangan Prabu Suryanggana ke Astina, tetapi Adipati Destrarastra menganggap
bahwa persembahan yang dibawa Suryanggana belum cukup dan memenuhi
sebagai syarat untuk mempersunting Leksmanawati. Ia harus bisa membunuh
Pandawa. Prabu Suryanggana menyanggupi syarat tersebut meski dengan hati
sedih. Ia lalu minta ijin dan restu untuk berangkat ke Amarta. (PP VII : 1 – PP
VIII : 10).
Di kedaton Astina, Raden Burisrawa menemui kakaknya yaitu Dewi
Banowati. Ia menanyakan maksud kedatangan raja seberang di Astina. Dewi
Banowati menjelaskan tentang maksud dari Prabu Suryanggana ke Astina dan
adanya keinginan Adipati Destrarastra yang memanfaatkan untuk membunuh
Pandawa. Raden Burisrawa seketika itu mengucapkan kata-kata dengan nada
menghina atas sikap Adipati Destrarastra serta Kurawa lalu pergi tanpa pamit
kepada kakaknya. (PP VIII : 11-35).
Prabu Suryanggana berangkat ke Amarta setelah meminta restu dari
Begawan Durna, Resi Bisma dan Resi Sapyani. Ia berangkat dengan naik gajah
bersama dengan Patih Harya Sangkuni dan diiringi oleh prajurit lengkap (pupuh
VII Mijil : 9 – pupuh VIII Durma : 36 – pupuh IX Dhandhanggula : 1).
Di Pertapaan Sapta Arga terdapat pendeta sakti yang dapat mengetahui
sesuatu yang akan terjadi, ia bernama Resi Abiyasa. Mengetahui Negara Amarta
ccxvii
ccxvii
dalam ancaman bahaya ia segera bertapa untuk meminta keselamatan dari dewa
atas Negara Amarta dan terjadilah keajaiban, Pandawa beserta semua penghuni
Kraton Amarta seketika hilang dari pandangan (pupuh IX Dhandhanggula : 2-13).
Perjalanan Prabu Suryanggana dan prajuritnya telah sampai di Negara
Amarta, tetapi setelah masuk Kraton Amarta mereka terkejut karena Negara
Amarta dalam keadaan kosong. Prabu Suryanggana segera memerintahkan kepada
kedua patihnya untuk mencari di dalam istana, namun usaha untuk menemukan
orang-orang Amarta tak mendapatkan hasil. Prabu Suryanggana sangat bersedih
karena usahanya di ambang kegagalan. Patih Harya Sangkuni lalu menyarankan
agar Prabu Suryanggana kembali terlebih dahulu ke Sokalima untuk menenangkan
hati dan istana Amarta cukup dijaga oleh empat bupati dan beberapa prajurit.
Akhirnya Prabu Suryanggana kembali ke Sokalima dan Patih Harya Sangkuni
segera berangkat menghadap Duryudana untuk melaporkan hal yang telah terjadi.
Prabu Duryudana terkejut dan heran setelah mendapat laporan Patih Harya
Sangkuni. (pupuh IX Dhandhanggula : 14-35).
Di Kahyangan Cakra Kembang, Bathara Kamajaya bersama istrinya yaitu
Bathari Ratih membicarakan Negara Amarta yang dalam keadaan kosong karena
semua isinya disembunyikan oleh sang pendeta. Bathara Kamajaya segera
mengajak pergi istrinya untuk menjaga Negara Amarta. Di tengah perjalanan,
mereka ditemui oleh Batara Maya yang memerintahkan untuk segera
menyelamatkan Negara Amarta dari serangan musuh. Batara Kamajaya disuruh
menyamar menjadi pendeta dengan nama Resi Partadewa dari pertapaan
Tejamaya, sedangkan istrinya diberi nama Kandhiraras. Sesampainya di Amarta,
ccxviii
ccxviii
Resi Partadewa masuk istana dan bertemu dengan empat bupati penjaga istana
utusan Prabu Suryanggana. Ia menyuruh keempat bupati dan prajuritnya untuk
melaporkan kedatangannya kepada Prabu Suryanggana, berangkatlah mereka ke
Sokalima.(pupuh IX Dhandhanggula : 35 – pupuh X Asmaradana : 15).
Diceritakan, sepeninggal Raden Arjuna dari Kasatriyan Madukara, Dewi
Sumbadra pulang ke Dwarawati. Kasatriyan dihuni oleh Dewi Srikandi, Raden
Abimanyu dan Raden Sumitra. Mendengar berita tentang hilangnya Pandawa
serta Negara Amarta yang telah dijajah oleh ratu dar seberang, Dewi Srikandi
mengutus Raden Abimanyu untuk pergi ke Negara Amarta. Raden Abimanyu
berangkat bersama dengan Raden Gathutkaca dan punakawan Semar, Gareng dan
Petruk, ke Negara Amarta. Sesampainya di Negara Amarta, mereka heran karena
Negara Amarta dalam keadaan kosong dan tidak ditemui adanya bekas
peperangan. Setelah masuk istana, mereka dikejutkan dengan adanya seorang
pendeta dan seorang perempuan. Semar yang mengetahui kedua orang itu segera
menjelaskan kepada Raden Abimanyu dan Raden Gathutkca bahwa mereka
adalah penyelamat negara Amarta, yaitu teman dari orang tuanya, pendeta dari
Pertapaan Tejamaya yang bernama Resi Partadewa dan istrinya benama
Kandiraras. Setelah saling kenal Raden Abimanyu dan Raden Gathutkaca
mendapat nasihat dari Resi Partadewa bahwa kepergian orang tuanya hanya untuk
sementara dan kembalinya akan membawa kebahagian, untuk itu keduanya
diminta untuk bersabar, pasrah dan narima atas kejadian tersebut. Mereka
kemudian tinggal di Istana Amarta. Raden Abimanyu dengan diam-diam pergi
meninggalkan Amarta untuk mencari kedua orang tuanya. Resi Partadewa yang
ccxix
ccxix
tahu kepergian Raden Abimanyu segera menyuruh Raden Gatutkaca dan
punakawan untuk menyusulnya, tetapi Raden Gatutkaca meminta ijin untuk
terlebih dahulu kembali ke Pringgadani memberitahukan keadaan Negara Amarta
kepada ibunya yaitu Dewi Arimbi. (pupuh X Asmaradana : 15 – pupuh XI
Kinanthi : 42).
Raden Gatutkaca telah sampai di Pringgadani. Ia disambut dengan
gembira oleh Dewi Arimbi, kemudian menceritakan keadaan yang terjadi di
Amarta. Mendengar bahwa Pandawa termasuk Raden Bima hilang, Dewi Arimbi
terkejut dan pingsan. Setelah Dewi Arimbi siuman, Raden Gatutkaca menghibur
ibunya dengan menceritakan keberadaan Resi Partadewa yang menyelamatkan
Negara Amarta. Raden Gatutkaca juga menyampaikan ramalan Resi Partadewa
yang mengatakan bahwa Pandawa akan muncul bersamaan dengan datangnya
Raden Arjuna, sedangkan kunci dari munculnya Pandawa adalah Prabu Kresna
dan Dewi Sumbadra. Dewi Arimbi sedikit terhibur mendengar hal itu, kemudian
Raden Gatutkaca meminta ijin untuk kembali mencari Raden Abimanyu. Setelah
Raden Gatutkaca pergi, Dewi Arimbi berangkat menuju Negara Mandura. (pupuh
XII pucung : 1 – pupuh XIII Sinom : 4).
Di Negara Mandura, Prabu Baladewa dan Dewi Erawati sedih atas
kepergian Prabu Kresna dan Dewi Sumbadra. Tiba-tiba mereka dikejutkan oleh
Dewi Arimbi yang datang sambil menangis. Dewi Arimbi menceritakan semua
kejadian yang tengah terjadi di Amarta. Mendengar cerita Dewi Arimbi, Prabu
Baladewa tergugah semangatnya untuk mencari saudara-saudaranya yang hilang,
ia segera bersamadi kemudian pergi ke Negara Dwarawati. Setelah sampai di
ccxx
ccxx
Dwarawati ia menemui tiga permaisuri Prabu Kresna, yaitu Dewi Jembowati,
Dewi Rukmini dan Dewi Setyaboma. Mereka diajak untuk bersama mencari
Prabu Kresna. Lalu dengan jalan menyatukan tubuh mereka bertiga masuk ke
dalam perut Baladewa dan berangkat mencari Prabu Kresna serta saudara-
saudaranya yang hilang. (pupuh XIII Sinom : 4-33).
Perjalanan Raden Abimanyu yang diiringi oleh punakawan akhirnya
sampai di Pertapaan Yeksarata. Raden Abimanyu disambut dengan gembira oleh
Resi Jayawilapa dan ibu tirinya Dewi Palupi. Raden Abimanyu kemudian untuk
sementara tinggal di pertapan dengan maksud menenangkan kegelisahan hatinya.
Selama di Pertapan Yeksarata, Raden Abimanyu diberi ilmu kesaktian oleh Resi
Jayawilapa. Setelah beberapa waktu, Raden Abimanyu disuruh untuk meneruskan
perjalanan. Resi Jayawilapa memberi tahu bahwa Raden Arjuna akan segera
muncul dan di Sokalima terdapat putri jelita yang pantas unuk disunting. Raden
Abimanyu segera berpamitan dan berangkat bersama punakawan. (pupuh XIII
Sinom : 34 – pupuh XIV Gambuh : 47).
Prabu Suryanggana semakin larut dalam kesedihan. Di Sokalima hanya
Begawan Durna yang berani berbicara dengannya. Ia menjadi marah besar ketika
empat bupati yang ditugaskan menjaga istana Amarta tiba-tiba datang dan
melaporkan keberadaan Resi Partadewa yang menantang Prabu Suryanggana
untuk berperang. Sebagai hukumannya kepalaempat bupati itu dipenggal. Prabu
Suryanggana memerintahkan prajuritnya untuk segera berangkat ke Amarta dan
membunuh siapa saja yang masih ada hubungan dengan keturunan Pandawa.
Prajurit Gumiwang berangkat ke Amarta dipimpin oleh Patih Antisura. Di tengah
ccxxi
ccxxi
perjalanan, barisan prajurit Gumiwang bertemu dengan Raden Abimanyu dan
terjadilah peperangan. Raden Gathutkaca yang saat itu tengah mencari Raden
Abimanyu menyaksikan peperangan tersebut kemudian membantu Raden
Abimanyu. Patih Antisura dan semua prajuritnya mati terbunuh dalam peperangan
itu. Raden Abimanyu, Raden Gatutkaca beserta Punakawan kemudian
melanjutkan perjalanan menuju Amarta. ( pupuh XV Durma : 1-15).
Prabu Suryanggana menghadap Prabu Duryudana yang masih keheranan
atas kejadian di Amarta. Ia menceritakan laporan bupati yang diutusnya, yaitu
tentang keberadaan Resi Partadewa di Amarta. Ia minta ijin dan restu untuk
berangkat ke Amarta membunuh Resi Partadewa, tetapi Duryudana memutuskan
untuk memberangkatkan Adipati Karna dan Patih Harya Sangkuni beserta Kurawa
untuk membunuh Resi Partadewa mendahului keberangkatan Prabu Suryanggana.
(pupuh XVI Pangkur : 15-32).
Sesampainya di Negara Amarta, Kurawa yang dipimpin Adipati Karna dan
Patih Harya Sangkuni segera menemui Partadewa dan peperangan tidak
terelakkan lagi. Kesaktian Resi Partadewa membuat prajurit Kurawa
bergelimpangan karena berperang dengan temannya sendiri. Adipati Karna
terkena panahnya yang ditangkis oleh Resi Partadewa dan mengenai tubuhnya
sendiri. Setelah Kurawa kalah dan tidak ada perlawanan lagi, Resi Partadewa
menemui Patih Harya Sangkuni kemudian menyuruh untuk kembali ke Astina.
Akhirnya Sangkuni membawa prajuritnya yang telah terluka kembali ke Astina
dan Adipati Karna kembali ke Kadipaten Awangga. (pupuh XVII Pucung : 1-57).
ccxxii
ccxxii
Di Pertapaan Sumarma, pendeta raksasa yang bernama Resi Kesawa dan
adiknya yaitu Umandadari sedang bertapa. Berkat kekhusyukan dalam bertapa,
keduanya mampu melepas sukma dari raganya, kemudian kedua sukma tersebut
menuju ke surga. Sesampainya di surga, Kesawa menunjukkan kepada adiknya
tempat-tempat indah yang dihuni oleh kaum brahmana, raja dan satria, setelah itu
mereka menuju surga yang paling indah yaitu bernama Tejamaya.( pupuh XVIII
Maskumambang : 1-53).
Raden Arjuna mendapat menjadi raja di Tejamaya dengan gelar Prabu
Kariti. Ia anugrah dari para dewa untuk menjadi raja karena telah berhasil
menumpas Raja Imaimantaka yaitu Prabu Newata Kawaca yang dianggap raja
angkara murka dan dapat membahayakan ketentraman dunia. Di Tejamaya, Prabu
Kariti dihadap oleh empat istrinya yaitu bidadari hadiah dari dewa, nampak
bersedih karena teringat keluarga di Madukara yang ditinggalkannya. Tiba-tiba ia
dikejutkan oleh kedatangan Resi Kesawa dan Umandadari yang tiba-tiba
memarahinya. Prabu Kariti meski dianggap seorang yang rupawan namun
mempunyai sifat pengecut dan tidak bertanggung jawab, karena telah lama
meninggalkan anak istrinya untuk bersenang-senang tanpa memberi kabar dan
nafkah. Prabu Kariti menjadi marah setelah mendengar ucapan Umandadari.
Melihat Prabu Kariti marah, kedua sukma itupun seketika pergi dan kembali ke
Pertapaan Sumarma, Prabu Kariti tetap mengejarnya. (pupuh IXX
Dhandhanggula : 1-28).
Sesampai di Pertapaan Sumarma, sukma Resi Kesawa dan Umandadari
memasuki raganya. Prabu Kariti (Raden Arjuna) terkejut ketika melihat bahwa
ccxxiii
ccxxiii
sukma tersebut adalah Sumbadra dan Resi Kesawa yang berujud raksasa. Raden
Arjuna meminta kembali istrinya, tetapi Resi Kesawa tidak memberikan, akhirnya
terjadilah peperangan. Saat peperangan itu terjadi datanglah Prabu Baladewa,
tetapi ia tidak membantu Raden Arjuna karena dalam peperangan seorang satriya
tidak diperkenankan untuk saling membantu sebelum ada yang kalah. Raden
Arjuna memanah Resi Kesawa dengan panah Pasopati, lalu Resi Kesawa berubah
ke wujud aslinya menjadi Prabu Kresna. Mereka bergembira karena dapat
berkumpul kembali dan mereka saling menceritakan pengalaman masing-masing
lalu pulang kembali menuju Amarta. (pupuh IXX Dhandhanggula : 29 – pupuh
XX Durma : 26 - pupuh XXI Asmaradana : 13).
Perjalanan Patih Harya Sangkuni dari Amarta telah sampai di
Astina, ia segera menghadap Prabu Duryudana dan melaporkan
kekalahan Kurawa dari Resi Partadewa. Prabu Duryudana menjadi
marah kemudian mengutus Prabu Suryanggana untuk berangkat ke
Amarta, tetapi Begawan Durna memohon untuk terlebih dahulu
mencoba kesaktian Resi Partadewa. Prabu Duryudana mengijinkan
dan Begawan Durna segera berangkat dengan Bambang
Aswatama. (pupuh XXI Asmaradana : 13-48).
Sesampai di Amarta, Begawan Durna segera menemui Resi Partadewa. Ia
menantang adu ilmu dengan cara tanya jawab dan potong leher sebagai
taruhannya. Resi Partadewa menerima tantangan Begawan Durna, kemudian
terjadilah tanya jawab itu. Begawan Durna menjadi pucat dan lemas ketika Resi
Partadewa dapat menjawab semua pertanyaannya. Bahkan Resi Partadewa mampu
ccxxiv
ccxxiv
menceritakan riwayat hidup Begawan Durna yang buruk. Begawan Durna
menjadi marah kepada Resi Partadewa kemudian menyerangnya. Resi Partadewa
menangkis dan membanting Begawan Durna hingga terpental sampai luar istana
kemudian tersapu oleh angin, sampai akhirnya jatuh di Istana Astina. ( pupuh XXI
Asmaradana : 51 - pupuh XXII Kinanthi : 20 - pupuh XXIII Girisa : 4 - pupuh
XXIV Kinanthi : 40 – pupuh XXV Sinom : 17).
Perjalanan Prabu Kresna, Prabu Baladewa, Raden Arjuna dan Dewi
Sumbadra sampai di Amarta dan langsung menuju istana. Prabu Kresna dari luar
istana berteriak menantang Resi Partadewa untuk berperang, tetapi ia terkejut
karena yang keluar adalah Batara Kamajaya dan Batari Ratih, ia segera memeluk
Batara Kamajaya, lalu diikuti oleh Prabu Baladewa dan Raden Arjuna, Dewi
Sumbadra yang juga segera memeluk Batari Ratih. Batara Kamajaya kemudian
menyuruh Raden Arjuna untuk memanah pohon tebu hitam yang berada di taman
air. Raden Arjuna segera memanahnya dengan panah Ayahsengkali. Terjadilah
keajaiban, dari pohon tebu itu muncul Dewi Kunti, Dewi Drupadi, Prabu
Yudistira, Bima, Nangkula, Sadewa dan semua penduduk Amarta yang
sebelumnya hilang. Setelah semuanya berkumpul, Resi Partadewa memberi tahu
bahwa Raden Abimanyu tengah berada di tempat musuh dengan maksud ingin
memboyong Putri Gumiwang. Mendengar hal itu, Raden Arjuna segera bergegas
mencari Abimanyu kemudian disusul oleh Prabu Kresna, Bima dan Raden
Gathutkaca. Batara Kamajaya selanjutnya berpamitan untuk kembali ke
kahyangan. Sepeninggal Batara Kamajaya dan Batari Ratih keluarga Amarta
ccxxv
ccxxv
terharu dan kagum melihat keindahan isi Kraton Amarta (pupuh XXV Sinom : 18-
45).
Di pemandian dekat Pesanggrahan Prabu Suryanggana, Raden Abimanyu
dengan diam-diam bermesraan dengan Suryadiwati. Tiba-tiba Raden Abimanyu
dikejutkan oleh kedatangan Raden Arjuna. Raden Arjuna menegur Abimanyu atas
perilakunya yang tidak kesatria, sebagai seorang satria bila ingin mempersunting
wanita hendaknya ditempuh dengan sikap kesatria pula. Akhirnya Raden Arjuna
bersama Raden Abimanyu berangkat menuju ke Pesanggrahan Prabu
Suryanggana. Sesampainya di Pesangrahan Prabu Suryanggana, Raden Arjuna
menantang Prabu Suryanggana. Mendengar hal itu, Prabu Suryanggana marah dan
terjadilah perang, dalam peperangan sangat sengit tersebut akhirnya kepala Prabu
Suryanggana terpenggal oleh panah Ardadedali dan terjatuh di hadapan Patih
Satrutapa beserta prajuritnya. Melihat hal tersebut, Patih Satrutapa segera
memimpin prajuritnya untuk membela kematian rajanya. Prabu Kresna yang
melihat prajurit Gumiwang menyerang segera menyuruh Bima dan Raden
Gathutkaca untuk membantu Raden Arjuna. Terjadilah peperangan yang sangat
seru, banyak bupati dan prajurit Gumiwang yang tewas akibat amukan Bima yang
menggunakan gada serta Raden Gathutkaca yang terbang sambil memenggal
kepala musuh-musuhnya. Melihat banyak korban yang tewas dipihaknya,
akhirnya Patih Satrutapa menyerah dan meminta untuk menghentikan peperangan.
Setelah peperangan berhenti, Patih Satrutapa diijinkan untuk kembali bersama
sisa-sisa prajuritnya ke Negara Gumiwang dan ia diangkat menjadi raja di
negaranya tetapi tetap dibawah panji Kerajaan Amarta. Mayat korban peperangan
ccxxvi
ccxxvi
oleh Arjuna dibakar dengan panah Bramastra kemudian disapu dengan panah
berkekuatan angin, sehingga mayat tersebut terbang dan jatuh hingga ke laut.
Setelah itu semua kembali ke Amarta dengan memboyong putri. (pupuh XXV
Sinom : 46 – pupuh XXVI Durma : 49)
B. Kajian Isi
Pembahasan isi naskah Serat Partadewa ini dibatasi pada konsep ajaran
moralitas yang terkandung dalam teks naskah. Ajaran moral yang dimaksud
adalah ajaran-ajaran, wejangan-wejangan, khotbah-khotbah, patokan-patokan,
kumpulan peraturan, dan ketetapan, entah lesan maupun tertulis, tentang
bagaimana manusia harus hidup dan bertindak agar ia menjadi manusia yang baik
(Franz Magnis, 1988 : 14). Anilisis isi naskah Serat Partadewa ini difokuskan
pada analisis ajaran moral dan etika khususnya yang berlaku dalam masyarakat
Jawa. Dasar pemahaman yang digunakan dalam pembahasan isi teks Serat
Partadewa ini tidak lepas dari intepretasi peneliti. Ajaran dalam Serat
Partadewa yang dikupas yaitu: ajaran kasih sayang, ajaran pasrah, narima dan
sabar, ajaran berprihatin.
1. Ajaran Kasih Sayang
Nilai kekasihsayangan sejati menduduki tempat penting dalam kehidupan
manusia. Manusia adalah makluk Tuhan yang sudah ditakdirkan hidup di dunia
ini tidak dapat hidup menyendiri jauh dari orang lain. Sebagai makhluk sosial
yang memiliki kelemahan dan keterbatasan, tidak mungkin dapat melangsungkan,
mempertahankan, dan mengembangkan hidupnya manakala manusia tidak
ccxxvii
ccxxvii
menyatu dengan manusia lain juga dengan alam. Untuk bisa menyatu ini jelas
sekali diperlukan sifat kekasihsayangan.
Kekasihsayangan sejati adalah kekasihsayangan yang utuh, menyatu,
benar, suci, adil, dan seterusnya.Tuhan adalah yang Maha Pengasih dan Maha
Penyayang, hal ini di buktikan oleh tindakan Tuhan dalam memberi kebutuhan
hidup kepada semua makhluk-Nya. Oleh karena itu, untuk menjadi manusia
pengasih dan penyayang manusia harus meniru sifat kemahakasihsayangan Tuhan
melalui jalan pengetahuan, tindakan, kebaktian, dan dengan jalan mencontoh sifat
kekasihsayangan para utusan Tuhan, para malaikat, para hamba Tuhan yang
terpercaya dan terkasih. Nilai kekasihsayangan sejati apabila dikaitkan dengan
nilai kemanusiaan dapat dijabarkan menjadi (1) Sikap peka mengerti, tanggap,
simpati atas kesulitan-kesulitan dan masalah manusia. (2) Sikap tenggang rasa
dan sabar atas kebodohan, kelemahan, dan kekurangan manusia. (3) sikap suka
memberi kelonggaran, keringanan, kesempatan, maaf, dan pengampunan kepada
yang bersalah. (4) Sikap suka memberi jalan keluar kepada yang sedang kesulitan,
meringankan beban kepada yang susah, memberi kebutuhan hidup bagi yang
sedang kekurangan, merawat kepada yang sedang sakit, memberikan penerangan
kepada yang sedang dalam kegelapan, memberi pertolongan kepada yang sedang
dalam kesengsaraan, menjaga dan melindungi kepada yang sedang dalam bahaya.
( Hazim Amir, 1991 :165)
Cerita Partadewa dalam Serat Partadewa menampilkan tokoh utama
yaitu Batara Kamajaya, yang kemudian menyamar menjadi Partadewa untuk
menyelamatkan Pandawa. Dalam hal ini, tokoh Pandawa bukanlah tokoh utama
ccxxviii
ccxxviii
karena tidak memiliki peran aktif, namun Pandawa dapat menggerakkan alur
cerita. Peran Pandawa dalam alur cerita ini menggerakkan peran Batara
Kamajaya, sehingga dari respon-respon Batara Kamajaya memunculkan suatu
perilaku moral tentang tanggung jawab sebagai makhluk sosial.
Dalam Serat Partadewa diceritakan Batara Kamajaya memutuskan pergi
bersama istrinya yaitu Batari Kamaratih menuju ke Amarta untuk menyelamatkan
Pandawa dari serangan musuh. Hal ini dapat dilihat dari kutipan di bawah ini:
Pupuh IX (Dhandhanggula) bait 36-37 :
36. Sang bathara angandika aris/ kaya paran wartane rinira/ têka jênak panunggune/ mukti anèng swarga gung/ siniwi mring pra widodari/ baya tan eling marang/ kang kari nèng dunung/ mokal yèn tan kawangwanga/ ing Cintakapura rinubiru dening/ raja têka ing sabrang//
37. Ing samêngko yayi sribupati/ lan sagotra ing Cintakapura/ sinimpên trêtib ênggone/ praptaning ratu mungsuh/ tan umiyat janma sawiji/ isi wadhah binerat/ têkan sato suwung/ umatur dayita dewa/…//
Pupuh X (Asmaradana) bait 1-5:
56. Paran karsaning sang yogi/ sirnane yayi paduka/ pangrêksane ing karaton/ angling Sang Hyang Kamajaya/ yayi ayo lan sira/ nganglangi ngiras têtunggu/ kadhaton Cintakapura//
57. Umangkat sang maharêksi/ kadi garudha manglayang/ alon-lonan ing lampahe/ ana kang jawata prapta/ kawangwang tanpa sangkan/ bagus cahyanya umancur/ jêjuluk Bathara Maya//
58. Hyang Tunggal ingkang sêsiwi/ mulane Bathara Maya/ prapta pitutur yêktine/ mring putra Hyang Kamajaya/ kulup dènage sira/ têtulunga mring arimu/ sang nata Cintakapura//
59. Siniya mring Kurupati/ nyuraya mring ratu sabrang/ karêpe kinarya tèdhèng/ tangkis dêdukaning dewa/ ing mêngko arinira/ sinimpên mring Hyang Maha Agung/ ngenaki tyasing durmala//
60. Umpama ora piningit/ kongsia têmpuhing aprang/ kêriga wong sabrang kabèh/ di margane sor ing aprang/ lare nêmpuh samodra/ sira salina jêjuluk/ arana Si Partadewa//
Terjemahan :
Pupuh IX (Dhandhanggula) bait 36-37 :
36. Sang batara berkata pelan ”Bagaimana beritanya adikmu (Arjuna) menjadi betah tinggal, merasakan kesenangan hidup di surga besar, dihadap oleh
ccxxix
ccxxix
para bidadari, apakah tidak ingat kepada yang ditinggal ditempatnya? tidak mungkin kalau tidak tahu Cintakapura terkena ancaman dari ratu seberang.
37. Sekarang adikku sribupati dan sekeluarga di Cintakapura tersimpan dengan rapi, datangnya raja musuh tidak melihat satu makhlukpun, isi dan tempatnya dipersulit, sampai hewanpun tidak ada”, permaisuri dewa berkata …
Pupuh X (Asmaradana) bait 1-5 :
1. “Bagaimana keinginan sang resi sehingga hilangnya adik paduka dan bagaimana dengan penjagaan kerajaan?”. Sang Hyang Kamajaya berkata ”Adikku marilah dengan kamu mengelilingi sambil menjaga kerajaan Cintakapura”.
2. Berangkatlah sang maha resi bagaikan garuda terbang, perlahan-lahan jalannya, ada dewa datang kelihatan tanpa tahu asalnya, rupawan memancarkan cahaya, bernama Batara Maya.
3. Putra Hyang Tunggal yaitu Bathara Maya datang dan berkata kepada putranya Hyang Kamajaya,“Anakku segeralah kamu memberi pertolonngan kepada adikmu raja Cintakapura.
4. Dianiaya oleh Kurupati dengan minta bantuan dari ratu seberang, maksudnya dibuat tameng untuk menangkis kemarahan dewa, sekarang adikmu disembunyikan oleh Sang Maha Agung, hal ini menyenangkan hati penjahat.
5. Kalau tidak disembunyikan dan sampai terjadi peperangan, kekuatan orang seberang keluar semua akan mengakibatkan kalah perang. Diibaratkan sungai menyerang samudra, gantilah namamu menjadi Partadewa”.
Tindakan Batara Kamajaya menunjukkan sikap seorang dewa yang peka
mengerti, tanggap, dan simpati atas kesulitan-kesulitan dan dilema-dilema
manusia. Ia menyelamatkan Pandawa bukan hanya sekedar menolong saudara
tetapi suatu tindakan penyelamatan manusia dibumi, hal ini dikarenakan Pandawa
sebagai pakuning bumi, yaitu kiblat dari keutamaan. Dunia selalu membutuhkan
keberadaannya, kalau Pandawa hancur maka berimbas pada hilangnya keutamaan
dan keselamatan manusia dan dewa. Salah satu contohnya dapat dilihat dari
tindakan Arjuna membunuh Prabu Niwatakawaca yang menjadi musuh dewa.
ccxxx
ccxxx
Niwatakawaca berarti manusia yang memakai baju zirah yang tak mungkin
tertembus peluru dan sulit terkalahkan, ia telah mendapat anugrah kekuatan batin
yang disebut aji gineng sukawedha, lalu kebal terhadap berbagai senjata. Aji
tersebut kemudian disalahgunakan oleh Niwatakawaca untuk menyerang
Kayangan dengan dalih merebut Dewi Supraba. Kekacauan kayangan akhirnya
dapat diredam setelah dewa mendapat bantuan Arjuna (Suwardi Endraswara : 75-
76). Arjuna mendapat anugrah untuk menjadi raja di Tejamaya sebagai
hadiahnya. Tindakan Arjuna yang menolong dewa dapat dilihat dari kutipan
pupuh X (Asmaradana) bait 39-40 sebagai berikut:
1. Besuk wong tuwanirèki/ mulih anggawa nugraha/ linuwih sajagad kabèh/ jêr dewanggung kapotangan/ mring ramanta Ki Parta/ unggahe sang yêksa prabu/ ngrabasa Endra Bawana//
2. Jawata anggung kalindhih/ yèn aja tinulungana/ mring wong tuwamu yêktine/ sida rusak Suralaya/ dêripun ing yaksendra/ ramanira kang mitulung/ mati Newatakawaca//
Terjemahan: 1. Besuk orang tuamu kembali dengan membawa anugrah yang
terbaik sejagad ini, karena dewa merasa berhutang budi kepada Arjuna. Naiknya raja raksasa menyerang Kahyangan Endrabawana.
2. Dewa selalu kalah, kalau tidak ada pertolongan dari orang tuamu Kahyangan Suralaya akan menjadi rusak oleh raja rakasasa. Ayahmu yang menolong dengan membunuh mati Newatakawaca.
Kesadaran Batara Kamajaya pada persoalan yang terjadi adalah kesadaran
akan tanggung jawabnya yang sudah terikat kasih sayang terhadap manusia dan
alam. Dalam hal ini ia harus menampilkan perilaku yang sesuai dengan etika dan
moral. Pada sisi lain ia harus berhadapan dengan penjahat yang mempunyai
kekuatan besar dan tidak mengenal kompromi. Keputusan Batara Kamajaya pergi
bukan karena ingin melakukan peperangan yang akan banyak menelan korban,
ccxxxi
ccxxxi
tetapi pengharapan atau penyelesaian masalah yang segala sesuatunya berada pada
tempatnya dengan tepat. Tindakan ini bukan saja sekedar untuk mencari jawaban
bagaimana seharusnya hidup tetapi tentang perilaku yang dapat
dipertanggungjawabkan secara akal budi agar tercipta ketenangan, keselarasan,
keharmonisan dan sekaligus mencegah pertentangan-pertentangan atau konflik
dalam kehidupan.
Partadewa selalu mengedepankan cara damai dalam menghadapi setiap
musuh yang datang ke Amarta.. Ia selalu menginternalisasikan perlawanan
terhadap konfrontasi terbuka walaupun akhirnya juga terjadi konflik. Hal ini
tampak ketika Adipati Karna, Patih Sengkuni dan Kurawa datang ke Amarta.
Partadewa tahu bahwa kedatangan Adipati Karna, Patih Sengkuni dan Kurawa
untuk membunuhnya karena berani melindungi Negara Amarta, tetapi Partadewa
berusaha untuk menerima kedatangannya dengan tidak menghilangkan rasa
hormat dan santun, harapannya agar tidak terjadi konflik. Hal ini dapat dilihat
pada kutipan pupuh XVII (Pucung) bait 9-21 di bawah ini:
9. Bambang Partadewa mêndhak lon umatur/ nêdha carakendra/ paduka manjing puri/ kula ingkang nglêladosi ing paduka//
10. Sribupati Karna bêngis ngandika sru/ apa sira ingkang/ jênêng Partadewa rêsi/ gya umatur tan kalih naming kawula//
11. Nama Partadewa mung kawula tuhu/ miwah kang Pandhawa/ yêkti tan liya kang abdi/ ingkang rusak kang rinusak mung kawula//
12. Adipati Karna mèsêm nolih pungkur/ angling mring kang paman/ nêdha paman dika pikir/ punapi ta wontên wong angrangkêp karya//
13. Gèbès-gèbès kyana patih lon umatur/ bêbasan ngalêntar/ bok gih sampun dipungalih/ gya tumuntên dhawuhna kang pangandika//
14. Partadewa ngrumiyini manabda rum/ bok inggih sumangga/ lajêng umanjing jro puri/ ing sakarsa supadi nuntên kalakyan//
15. Sigra wau wus manjing pura wong agung/ tata dènnya lênggah/ atembok parêkan cèthi/ ingkang samya ngrakit samya ajuning sugata//
16. Ingkang rasa sêgêr lêgi myang rum-arum/ Sang Narpati Karna/ durung nganti dèncarani/ ting karompyang Kurawa dènira nadhah//
ccxxxii
ccxxxii
17. Partadewa alon panêmbramanipun/ dhuh sang adipatya/ kawula atur basuki/ duk nèng praja ing marga praptèng wusana//
18. Anauri Karna mring atmaja wiku/ ya Ki Partadewa/ bangêt panarima mami/ ingsun malês pambagya marang ing sira//
19. Hèh Ki Partadewa ing karya sun cancut/ wit ing praptaningwang/ dinuta ing sribupati/ amaringakên sabda pangèstu mring sira//
20. Gya andhêku wiku putra lon umatur/ sabdaning rayinta/ asih pama ing basuki/ sakalangkung kapundhi kalingga murda//
21. Mung mênawi wontên karsa kang mrih ayu/ Narapati Karna/ pangandikanira bêngis/…//
Terjemahan 9. Bambang Partadewa merendahkan bahunya dan berkataa pelan,“Silahkan
makan seperti halnya raja, paduka masuk pura, saya yang melayani paduka”.
10. Adipati Karna berkata dengan nada keras,”Apa kamu yang bernama Partadewa?”. Partadewa segera menjawab,” Tidak ada dua hanya hamba.
11. Yang bernama nama Partadewa adalah saya, dengan Pandawa tidak ada bedanya, yang rusak dan dirusak hanya hamba”.
12. Adipati Karna tersenyum dan menoleh kebelakang menatap pamannya,”Coba paman pikirkan, apa ada orang yang merangkap-rangkap”.
13. Sambil menggelengkan kepala Kyana Patih berkata pelan,”Itu hanya berkata sembarangan, jangan dipikirkan, segera katakan maksud kita”.
14. Partadewa mendahului berkata,”Silahkan untuk masuk kraton, saya mengharap agar segera berjalan”.
15. Adipati Karna segera masuk kraton, duduk dengan rapi, dikelilingi oleh para abdi perempuan yang menata hidangan.
16. Yang rasanya segar dan wangi-wangi, Sang Adipati Karna belum sampai dipersilahkan, Kurawa mendahului makan.
17. Partadewa berkata pelan,”Dhuh sang adipati, hamba mengucapkan selamat, mulai dari negara, diperjalanan dan akhirnya sampai disini”.
18. Adipati Karna menjawab kepada Partadewa,”Ya Ki Partadewa saya terima dan saya membalas selamat kepada kamu.
19. Hai Ki Partadewa! aku ingin segera menyampaikan maksud kedatanganku, aku diutus oleh sang raja memberikan salam dan restu kepada kamu”.
20. Partadewa segera merendah dan berkata pelan,”Sabda adik paduka karena cinta dan keselamatan, saya terima di atas kepala
21. Hanya kalau ada keinginan baik”. Adipati Karna berkata keras…
Kesediaan Batara Kamajaya menjaga Negara Amarta sampai dengan
kembalinya Pandawa termasuk Arjuna, dan Kresna, Baladewa serta Sembadra
ccxxxiii
ccxxxiii
secara implisit menunjukkan suatu tindakan moral sebagai tanggung jawabnya
dan merupakan akhir penyelesaian suatu masalah yang dihadapi Pandawa.
Manusia memang amat sulit untuk menjadi pengasih dan penyayang, hal
ini karena pada dasarnya manusia memiliki nafsu-nafsu rendah dan kelemahan-
kelemahan pribadi, bila tidak dituntun oleh kebenaran cenderung memiliki kasih
sayang yang keliru dan bertindak aniaya terhadap manusia lain. Dalam Serat
Partadewa kekasihsayangan yang keliru tampak pada tindakan Adipati
Destrarastra kepada anaknya yaitu para Kurawa. Ia selalu ingin membahagiakan
anak-anaknya tetapi jalan yang ditempuhnya adalah jalan yang salah. Ia menyuruh
Duryudana untuk mempertahankan tahta yang direbut dari saudara sepupunya
yaitu Pandawa, bahkan menyuruh untuk membunuhnya karena Pandawa dianggap
akan mengganggu kejayaan Kurawa, hal ini dapat dilihat dari kutipan pupuh I
(Asmaradana) bait 10-13 di bawah ini:
10. Arimu Si Pandhusiwi/ mungguha lakuning barat/ sangsaya lèh turus gêdhe/ tumrap ulading dahana/tan sirêp dening tirta/ layak bae wong bêbruwun/ pangudine pasthi harda//
11. Ngumpulna para maharsi/ nanging pratingkah dènsamar/ mungna kang piniji bae/ bisa tumuwuh ing sêdya/ kalakon têka puja/ yèn rosa purwaning kayun/ mêtu têka sayêmbara//
12. Tanpa karya ing pamulih/ mijila ing sayêmbara/ têmah rame wêkasane/ ki prabu sira mijia/ mring paman ing Talkandha/ Sapwani sang mahawiku/ lan si adhi Sokalima//
13. Purihên nungku sêmèdi/ supaya dewa paringa/ nugraha gung mring siranggèr/ rupane ingkang nugraha/ wong kang saguh nyirnakna/ kamladeyaning prajamu/ bangên saparoning praja//
Terjemahan:
10. Adikmu Pandawa dibaratkan jalannya angin, lama-kelamaan semakin besar, ibarat nyalanya api tidak akan padam oleh air, seperti halnya orang yang senang menghabiskan kekayaan orang lain, keinginannya hanya memburu nafsu.
ccxxxiv
ccxxxiv
11. Kumpulkan para resi tetapi lakukanlah dengan rahasia, hanya yang pilihan saja, yang bisa melaksanakan keinginanmu, terlaksana dengan laku doa, kalau kuat yang diinginkan, dengan jalan sayembara.
12. Bila tanpa balasan sebagai hadiah dalam sayembara itu, akan menyebabkan ramai dikemudian hari. Sang prabu segeralah memerintahkan kepada paman di Talkanda, Resi Sapwani, dan adikku di Sokalima.
13. Supaya bersamadi agar dewa memberi anugrah besar kepadamu yang berwujud orang yang sanggup membunuh saudaramu yang akan merusak negara, berilah dia setengah dari negaramu sebagai hadiah.
2. Ajaran Pasrah, Narima dan Sabar
Manusia sebagai makhluk sosial selalu menghadapi masalah dalam
kehidupannya. Masalah-masalah yang dihadapi manusia kadang menyesatkan,
maka dalam menyelesaikan suatu masalah dalam kehidupan manusia harus dapat
mengembangkan sikap pasrah, narima dan sabar.
Pasrah adalah berserah diri kepada Tuhan. Sikap pasrah terhadap takdir
adalah pandangan terhadap sikap teosentris, yaitu sikap yang berdasarkan
pandangan bahwa Tuhan adalah pusat kehidupan. Semua tingkah laku disesuaikan
dengan kehendak Tuhan. Seseorang yang teosentris selalu menerima nasibnya
dengan senang hati, sebab ia berpendapat bahwa nasib baik maupun nasib buruk
yang diterimanya berasal dari Tuhan dan Tuhan selalu berkehendak baik. Sikap
pasrah harus disertai dengan rasa sumarah kepada Tuhan. Jika manusia berjuang
mati-matian, ternyata Tuhan menghendaki lain, manusia harus menyadarinya.
Manusia hanya bisa berupaya, sedangkan kepastianya di tangan Tuhan (Suwardi
Endraswra, 2003 : 101-102).
ccxxxv
ccxxxv
Narima adalah merasa puas dengan nasibnya, tidak memberontak,
menerima dengan rasa terima kasih. Sikap narima, tidak berarti harus diam saja,
pasif dan menunggu bola tanpa usaha. Namun, dalam segala upaya kehidupan
harus selalu berusaha keras, lalu bersandar ke hubungan vertikal. Kalau sudah
berusaha sekuat tenaga, Tuhan akan mengubah nasib atau belum, semuanya hak
Tuhan. Narima banyak pengaruhnya terhadap ketentraman hati. Narima berarti
tidak menginginkan milik orang lain, serta tidak iri hati dengan kebahagiaan orang
lain. Orang yang narima dapat dikatakan orang yang bersyukur kepada Tuhan
(Budiono Herusatoto, 2003 : 73).
Sabar adalah kuat terhadap suatu cobaan akan tetapi bukan berarti putus asa
dalam menghadapi segala cobaan hidup yang menimpa dirinya, melainkan orang
yang kuat imannya dan luas pengetahuanya serta tidak sempit pengetahuaanya.
Jadi orang yang mempunyai sikap sabar mempunyai hati yang lapang, tidak
menyakiti atau merugikan orang lain dengan segala hal yang dilakukan. Orang
yang rela hati berserah diri dan menerima dengan senang hati sudah bersikap
sabar, ia akan menjadi berhati-hati, karena sudah menjadi bijaksana karena
pengalamannya.
Dalam naskah Serat Partadewa ajaran untuk pasrah, narima dan sabar
terdapat pada nasehat Partadewa kepada Gathutkaca dan Abimanyu yang bersedih
atas hilangnya orang tua mereka tanpa pamit. Partadewa memberi nasihat bahwa
hilangnya orang tua mereka bukan hal yang semestinya terjadi, tetapi itu
merupakan keajaiban dari Tuhan. Untuk itu keduanya diminta untuk pasrah dan
ccxxxvi
ccxxxvi
narima kepada kehendak Tuhan serta bersabar dalam menghadapi masalah
tersebut, karena Tuhan selalu berkehendak baik. Nasihat Partadewa tersebut
terdapat pada kutipan di bawah ini :
Pupuh X (Asmaradana), bait 45 :
45. Ing pêpêsthèn dènkawruhi/ sumingkir barang jubriya/ gêdhe sabar panrimane/ marga gèr wong tuwanira/ durung pêdhot subrata/ anglêluri marang kang wus/ kang tèki ing Saptarêngga//
Pupuh XI (Kinanthi), bait 1-5 :
1. Lir nalika sira ngrungu/ ana parangmuka nêkani/ ngrabasa Cintakapura/ kongsi kèngsêr wakira aji/ sêpira sumuking driya/ sêsêg napas tumpang tindhih//
2. Sêpira kèhe kang mungsuh/ pama gunging jalanidhi/ ardhaning alun lumembak/ tan wêgah sira ngêbyuri/ layak sun tan maidoa/ trêsnane duwe sudarmi//
3. Bantêr kawanèning kalbu/ tan nawa panasing gêni/ ing kwanèn lir sadaya/ daya alirua kêris/ têkèng don tan tuk landhêsan/ sêpira cuwaning ati//
4. Bedaning warta lan wujud/ kanyataane bingungi/ prayoga winaspadakna/ kang kadya sira kawruhi/ yèn wis manjing ing panyipta/ ing dêduga wus kapusthi//
5. Pinandêng ingkang kapanduk/ lêlakon ingkang kadyèki/ anèng elok mokal-mokal/ dudu panggawèning janmi/ tan kêna yèn ginuyua/ mung kari narimèng takdir//
Terjemahan :
Pupuh X (Asmaradana), bait 45 :
45. Takdir harus dipahami dengan menyingkirkan rasa curiga, mau bersabar dan mau menerima, karena orang tuamu belum selesai bertapa, mengikuti jejak yang telah dilakukan para leluhur yang ahli bertapa di Saptarengga
Pupuh XI (Kinanthi), bait 1-5 :
1. Ketika kamu mendengar ada musuh datang menyerang Cintakapura, sampai pamanmu kalah dan pergi, seberapa geramnya hati, sesak napas sampai tumpang tindih.
2. Seberapa banyaknya musuh, diumpamakan besarnya lautan dan gunung ombak yang bergerak tetapi tidak bisa kamu masuki, itu sudah selayaknya, aku tidak meremehkan karena cintamu kepada orang tua.
ccxxxvii
ccxxxvii
3. Besar keberanian hati bagaikan tidak bisa memadamkan panasnya api, semua keberanian diibaratkan kekuatan keris, sampai waktunya menusuk tetapi tidak ada yang bisa ditusuk, betapa kecewanya hati.
4. Perbedaan antara berita dan kenyataan membingungkan, lebih baik kamu perhatikan yang kamu lihat, kalau sudah masuk dalam angan-anganmu dan ditangkap dalam gagasan.
5. Dilihat yang sebenarnya terjadi, keadaan yang seperti ini aneh tidak masuk akal, bukan karena perbuatan orang, tidak bisa ditertawakan hanya tinggal menerima takdir.
Selain cerita di atas, ajaran pasrah, narima dan sabar juga terdapat pada
nasehat Prabu Baladewa kepada Setyaboma, Rukmini dan Jembawati yang sedang
kalut karena ditinggal oleh Prabu Kresna tanpa pamit, yaitu pada pupuh XIII
(Sinom) bait 25-26 :
25. Inguni jêng srinarendra/ kang lagya migêning dasih/ wanti-wanti ing pamulang mring sira kalawan mami/ dènsabar barang budi/ lan têguh sabarang wuwus/ panyimparing kagetan/ pikukuhing wong dumadi/ ing samêngko wong têlu barêng anyandhang//
26. Marma yayi dènnarima/ mring hyang misesa kami/ sêranane ing panrima/ saranta lan naya manis/ barang wêtuning budi/ kudu sarèh ing panêguh/ kang mêlêng ing pamawas/ iku margining patitis/ ywa sinêngguh ingsun mêmulang ing sira//
Terjemahan:
25. Dahulu sang raja yang baru bersedih hati, berkali-kali dalam memberi nasehat kepada kamu dan aku, agar bersabar dalam berpikir dan teguh dalam semua ucapan. Membuang rasa cepat terkejut itulah pedoman orang hidup, sekarang orang tiga sama-sama mengalaminya.
26. Oleh karena itu adikku, supaya narima kepada Yang Maha Kuasa. Syarat untuk narima adalah bersabar dan berbuat baik. Semua hasil pemikiran harus sabar dalam memutuskan, memperhatikan dengan sunguh-sungguh semua gagasan, itulah cara agar bisa tepat dan akurat. Jangan dianggap aku mengajari kamu.
Dari cuplikan cerita di atas dapat diambil suatu nilai bahwa manungsa
amung saderma (manusia memang hanya melaksanakan yang sudah ditakdirkan).
Untuk itu manusia diharapkan dapat bersikap pasrah, sabar dan narima dalam
ccxxxviii
ccxxxviii
menghadapi suatu masalah sesulit apapun, percaya pada nasib sendiri, dan
berterima kasih kepada Tuhan karena ada kepuasan dalam memenuhi apa yang
menjadi bagiannya dengan kesadaran bahwa semuanya telah ditetapkan. Orang
harus mengikuti rel dari takdirnya, yang betapa pun tidak dapat dihindari. Ini tidak
berarti bahwa orang tidak harus mencapai yang sebaik-baiknya, sebab orang
hanya dapat mengetahui hasil dan nasibnya akibat dari perbuatan-perbuatannya.
3. Ajaran Berprihatin
Kata prihatin apabila dilihat secara lugas mempunyai makna yaitu, suatu
cara ritual yang dilakukan oleh seseorang untuk mencapai sebuah tujuan yang
dicita-citakan. Dalam arti luas prihatin dapat dikatakan menahan sesuatu dengan
tujuan dan harapannya.
Hal mendasar dalam pemikiran orang Jawa adalah membangun sikap batin
yang sesuai, tetapi segi lahiriah manusia melukiskan kekacauan dan mengikatnya
pada dunia materi, maka dapat menjadi hambatan. Oleh karena itu untuk
mengatasinya adalah dengan mencegah bahaya yang disebabkan oleh kebutuhan
segi lahiriah tersebut antara lain hawa nafsu dan pamrih (Maria A. Sardjono, 1992
: 19).
Sikap prihatin yang paling utama dan dianjurkan adalah mengurangi makan
dan tidur. Sikap mengurangi makan dan tidur bertujuan untuk mengurangi
gangguan hawa nafsu pada sikap batin yang mengutamakan kesadaran
penguasaan diri, sehingga sikap ini bermanfaat untuk mengendalikan diri dari
nafsu jahat (Subagyo Sastrawardoyo dalam Sulastin Sutrisna,1985). Dalam Serat
ccxxxix
ccxxxix
Partadewa hal ini dapat dilihat dari kutipan pupuh X (Asmaradana), bait 44.
berikut ini :
44. Dalaning guna myang sekti/ mung kêrêp matèni badan/ cêgah suka sapadhane/ anyimpar boja lan nendra/ sukaning aji jaya/ marga kawiryan pan kudu/ andhap asor wani ngalah//
Terjemahan :
44. Jalan untuk menjadi pandai dan sakti yaitu dengan sering mengendalikan badan, mencegah kesenangan, dan mengurangi makan serta tidur. Dengan itu maka akan mempeoleh kesaktian dan jalan menjadi mulia harus berani rendah hati dan mau mengalah.
Nilai yang dipetik dari kutipan bait di atas adalah agar seseorang mau
menahan hawa nafsu yang berkecamuk, mencegah kesenangan dan mengurangi
makan serta tidur. Dengan cara itu orang akan banyak dikaruniai ilmu, kelebihan
yang melampaui kodrat dan kemuliaan hidup.
BAB V
PENUTUP
Berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan, maka pada akhir
penelitian ini dapat ditarik kesimpulan dan saran sebagai berikut :
Kesimpulan
Berdasarkan inventarisasi naskah Serat Partadewa ditemukan enam
naskah yang berada di wilayah Surakarta dan Yogyakarta. Keenam naskah
tersebut setelah diteliti lebih lanjut dua naskah diantaranya dieliminasi. Dengan
demikian, ada empat naskah yang diteliti lebih lanjut. Kempat naskah yang
berhasil diinventarisasi oleh penulis ternyata disamping menunjukkan persamaan-
ccxl
ccxl
persamaan juga menunjukkan adanya perbedaan-perbedaan. Berdasarkan
perbandingan umur naskah, jumlah dan urutan bait, perbandingan bacaan, serta
perbandingan keadaan naskah. Akhirnya ditentukan satu naskah, yaitu naskah A
dengan nomor katalog 808.543.Kus. koleksi perpustakaan Museum Radyapustaka
Surakarta dijadikan sebagai teks dasar dalam suntingan teks. Bacaan pertama yang
digunakan adalah bacaan dari teks dasar, sedangkan ketiga naskah lainnya
dijadikan sebagai pendukung. Varian ketiga naskah lainnya dicatat dalam aparat
kritik. Dengan demikian suntingan teks dalam penelitian ini merupakan naskah
yang dianggap paling bersih dari kesalahan.
Ajaran moral yang terdapat pada Serat Partadewa yaitu ajaran kasih
sayang. Manusia yang ditakdirkan tidak bisa hidup tanpa orang lain harus saling
menyayangi dan mengasihi. Hal ini diharapkan untuk selalu dipelihara sebagai
sikap budi pekerti untuk menyatu dalam kehendak dan niat kebersamaan untuk
menjalankan tugas berat manusia, sehingga membuat hidup manusia menjadi
tentram, serasi, dan harmonis. Selain itu terdapat ajaran untuk bersikap pasrah,
narima dan sabar dalam menghadapi segala permasalahan agar dapat menerima
hidup apa adanya seperti yang diberikan Tuhan kepada manusia. Hal ini tidak
berarti bahwa manusia pasrah begitu saja akan tetapi harus ada usaha untuk maju.
Ajaran untuk prihatin, menekankan pada pencegahan kesenangan dan mengurangi
makan serta tidur, dengan cara itu orang akan banyak dikaruniai ilmu, kelebihan
yang melampaui kodrat dan kemuliaan hidup.
Saran-Saran
Penanganan awal yang telah dilakukan terhadap Serat Partadewa dalam
penelitian ini adalah secara filologis, sehingga telah dihasilkan edisi kritik
naskah. Selanjutnya perlu tindak lanjut dan kerjasama dengan pihak terkait
ccxli
ccxli
untuk mempublikasikan teks Serat Partadewa dalam bentuk terbitan agar
teks itu mudah dibaca, dipahami, serta dinikmati oleh masyarakat luas.
Naskah Serat Partadewa sebagai salah satu karya sastra lama yang di dalamnya
mengandung nilai-nilai luhur budaya, masih sangat memerlukan perhatian
dan penanganan. Oleh karena itu merupakan kewajiban bagi para
cendekiawan, khususnya para filolog untuk ikut menyelamatkan,
melestarikan, meneliti, mendayagunakan dan menyebarluaskan. Sehingga
dapat dijadikan tambahan wawasan dan pengembangan ilmu yang berguna
bagi masyarakat luas.
ccxlii
ccxlii
DAFTAR PUSTAKA
A. Manuskrip/ Tulisan Tangan (Data Penelitian)
Anonim, 1872, Serat Partadewa. Surakarta.
………., 1894, Serat Partadewa. Surakarta.
………., 1931, Serat Partadewa. Surakarta.
………., tt, Serat Partadewa. Surakarta.
B. Buku Cetak
Achadiati Ikram (tt). Beberapa Metode Kritik dan Edisi Naskah.
Attar Semi. 1993. Metodologi Penelitian Sastra. Bandung : Angkasa.
Behrend, TE,. 1990. Katalog Induk Naskah-Naskah Nusantara Jilid 1.
Museum Sonobudoyo Yogyakarta, Jakarta: Djambatan.
Behrend, TE., Titik Pudjiastuti. 1997. Katalog Induk Naskah-naskah
Nusantara Jilid 3. Jakarta: Fakultas Sastra Universitas Indonesia.
Budiono Herusatoto. 2003. Simbolisme dalam Budaya Jawa. Yoyakarta:
Hanindita.
Darusuprapta. 1984. Naskah-Naskah Nusantara Beberapa Gagasan
Penanganannya. Yogyakarta: Javanologi.
Edi S. Ekadjati, 1980. Cara Kerja Filologi (Bahan Penataran di Unej).
Bandung.
Edi Subroto dkk. 1994. Pedoman Skipsi Fakultas Sastra. Universitas Sebelas
Maret Surakarta
ccxliii
ccxliii
Edward Djamaris. 1977. “Filologi dan Cara Kerja Penelitian Filologi” dalam
Bahasa dan Sastra Tahun III No. 1. Jakarta: Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa.
……………………..1991. Tambo Minangkabau. Jakarta: Balai Pustaka.
…………………… (tt) Metode Penelitian. Jakarta: Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa.
Emuch Hermansoemantri. 1986. Identifikasi Naskah. Bandung : Fakultas Sastra
Universitas Padjajaran.
Fran Magnis Suseno. 1983. Etika Jawa dalam Tantangan Bunga Rampai.
Yogyakarta :Yayasan Kanisius.
…………………….. 1991. Wayang dan Panggilan Manusia. Jakarta: PT. PAL
Indonesia. Gramedia Pustaka Utama.
Girarded, Nikolaus, 1983. Descriptive Catalogue of the Javanese Manuscripts
and Printed Books in The Main Libraries of Surakarta and
Yogyakarta. Weisbadan: Franz Steiner Verslag GMBH.
Haryati Soebadio. 1975. “Penelitian Naskah Lama Indonesia” dalam Buletin
Yaperna No. 7 Tahun II. Jakarta: Yayasan Perpustakaan Nasional.
Hasim Amir. 1997. Nilai-Nilai Etis dalam Wayang. Jakarta : Pustaka Sinar
Harapan.
K. Florida, Nancy. 2000. a Javanese Literature in Surakarta Manuskripts.,
Volume 1. Manuscripts of The Kasunanan Palace. Ithaca New York:
Cornell University.
ccxliv
ccxliv
……………………. 2000. b. Javanese Literature in Surakarta Manuscripts,
Volume 2. Manuscripts of The Mangkunegaran Palace. Ithaca New
York: Cornell University.
Kartini-Kartono. 1976. Pengantar Metodologi Research. Bandung: Alumni.
Maria A. Sarjono. 1992, Paham Jawa. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Niels Mulder. 1984. Pribadi dan Masyarakat di Jawa. Seri Budi No. 3. Jakarta :
Sinar Harapan.
Pigeaud, Th. G. Th. 1967-1970. Literature of Java, Calatologue Raissone of
the Javanese Manuscripts in the library of the University of Leiden
andOther Public Collection in the Netherland 3 Vol. The
Hague:Maartinus Nijhoff.
S. Prawiroatmojo. 1981. Bausastra Jawa-Indonesia. Jakarta: Gunung Agung.
…………………..1985. Pengantar Teori Filologi. Jakarta: Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa.
Siti Baroroh Baried, dkk. 1987. Kamus Istilah Filologi. Yogyakarta: Fakultas
Sastra UGM.
…………………..1994. Pengantar Teori Filologi. Yogyakarta: Fakultas Sastra
UGM.
Sri Mulyono. 1982. Wayang Asal-usul, Filsafat dan Masa Depannya. Jakarta:
Gunung Agung.
Soedarsana,. 1985. Keadaan dan Perkembangan Bahasa Sastra, Etika, Tata
Krama dan Seni Pertunjukan Jawa, Bali, Sunda. Yogyakarta :
Javanologi.
ccxlv
ccxlv
Sudaryanto. 1992. “Pedoman Umum Ejaan Bahasa Jawa Yang
Disempurnakan” dalam Tata Bahasa Baku Bahasa Jawa. Yogyakarta
: Duta Wacana University perss.
Sulastin Sutrisno. 1985. Bahasa Sastra Budaya. Yogyakarta : Gajah Mada
University Perss.
Suwardi Endraswara. 2003. Budi Pekerti dalam Budaya Jawa. Yogyakarata:
Hanindita Graha Widya.
Winarno Surahmad. 1975. Dasar-Dasar Teknik Research. Bandung: Transito.
W.J.S. Poerwadarminta. 1939. Baoesastra Djawa. Batavia Groningen: J.B.
Wolter’s Uitgevers Maatschappij.
………………………… 1976. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka.
W. Poespoprodjo. 1999. Filsafat Moral Kesusilaan dalam Teori dan Praktek.
Bandung: Remaja Karya.
C. Brosur
“Langkah Kerja Penelitian Filologi” (tt.) Jakarta: Masyarakat Pernaskahan
Nusantara dan Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.