FISIOLOGI RESPIRASI aja

43
REFERAT FISIOLOGI RESPIRASI Disusun oleh : Andhini Maharani Putri 1102009029 Pembimbing : dr. Uus Rustandi, Sp.An dr. Ruby Satria Nugraha, Sp.An, M.Kes Kepaniteraan Klinik Ilmu Anastesiologi RSUD Arjawinangun 1

description

kjjfbjfjf

Transcript of FISIOLOGI RESPIRASI aja

anestesi

REFERAT

FISIOLOGI RESPIRASI

Disusun oleh : Andhini Maharani Putri 1102009029

Pembimbing : dr. Uus Rustandi, Sp.Andr. Ruby Satria Nugraha, Sp.An, M.Kes

Kepaniteraan Klinik Ilmu Anastesiologi RSUD Arjawinangun Fakultas Kedokteran Universitas YARSIPeriode 29 desember 17 januari 2015

BAB IPENDAHULUAN

Dalam proses kehidupan, tiap-tiap makhluk hidup pastilah memerlukan energi untuk melakukan aktiftas dan bertahan hidup. Energi itu sendiri kita dapati dari proses oksidasi yang mengambil oksigen dari lingkungan sekitar. Selain untuk proses oksidasi untuk menghasilkan sumber energi, oksigen juga dibutuhkan oleh sel-sel tubuh secara kontinu untuk menghasilkan ATP yang akan digunakan untuk aktifitas sel. Dalam proses pembakaran energi akan dihasilkan zat-zat sisa metabolisme tubuh salah satunya karbondioksida (CO2). Karbondioksida tersebut harus dikeluarkan dari sel atau dalam tubuh agar menjaga keseimbangan asam-basa melalui proses respirasi.Pernafasan (respirasi) adalah peristiwa gabungan aktifitas berbagai mekanisme yang berperan dalam proses suplai O2 ke seluruh sel tubuh dan pembuangan CO2. Proses penghisapan O2 disebut inspirasi dan proses pengeluaran CO2 ke atmosfer disebut ekspirasi . Istilah pernafasan, yang lazim digunakan, mencangkup dua proses ; pernafasan luar (eksterna); serta pernafasan dalam (interna). Sistem pernafasan terdiri dari organ pertukaran gas (paru) dan sebuah pompa ventilasi paru. Pompa ventilasi ini terdiri atas dinding dada ; otot-otot pernafasan, yang memperbesar dan memperkecil ukuran rongga dada ; pusat pernafasan di otak yang mengendalikan otot pernafasan; serta jarak dan syaraf yang menghubungkan pusat pernafasan dengan otot pernafasan.Dalam referat ini membahas topic anatomi dan fisiologi sistem respirasi dan juga gangguan pada sistem respirasi. Semoga referat ini dapat membantu para pembaca untuk memahami ilmu pengetahuan ini secara jelas.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anatomi dan Fisiologi Saluran Respirasi2.1.1. Anatomi Saluran RespirasiSistem respirasi dibedakan menjadi dua saluran yaitu, saluran nafas bagian atas dan saluran nafas bagian bawah. Saluran nafas bagian atas terdiri dari: rongga hidung, faring dan laring. Saluran nafas bagian bawah terdiri dari trakea, bronkus, bronkiolus, dan paru-paru.

1. Saluran Nafas Bagian Atas

1. Hidung1. Hidung atau naso adalah saluran pernafasan yang pertama. Ketika proses pernafasan berlangsung, udara yang diinspirasi melalui rongga hidung akan menjalani tiga proses yaitu penyaringan (filtrasi), penghangatan, dan pelembaban. Hidung terdiri atas bagian- bagian sebagai berikut:1. Bagian luar dinding terdiri dari kulit.1. Lapisan tengah terdiri dari otot-otot dan tulang rawan.1. Lapisan dalam terdiri dari selaput lender yang berlipat-lipat yang dinamakan karang hidung ( konka nasalis ), yang berjumlah 3 buah yaitu: konka nasalis inferior, konka nasalis media, dan konka nasalis superior.

1. Diantara konka nasalis terdapat 3 buah lekukan meatus, yaitu: meatus superior, meatus inferior dan meatus media. Meatus-meatus ini yang dilewati oleh udara pernafasan, sebelah dalam terdapat lubang yang berhubungan dengan tekak yang disebut koana.

1. Dasar rongga hidung dibentuk oleh rahang atas ke atas rongga hidung berhubungan dengan rongga yang disebut sinus paranasalis yaitu sinus maksilaris pada rahang atas, sinus frontalis pada tulang dahi, sinus sfenoidalis pada rongga tulang baji, dan sinus etmoidalis pada rongga tulang tapis.

1. Pada sinus etmoidalis keluar ujung-ujung saraf penciuman yang menuju ke konka nasalis. Pada konka nasalis terdapat sel-sel penciuman, sel tersebut terutama terdapat pada di bagian atas. Pada hidung di bagian mukosa terdapat serabut saraf atau reseptor dari saraf penciuman (nervus olfaktorius).

1. Di sebelah konka bagian kiri kanan dan sebelah atas dari langit-langit terdapat satu lubang pembuluh yang menghubungkan rongga tekak dengan rongga pendengaran tengah . Saluran ini disebut tuba auditiva eustachi yang menghubungkan telinga tengah dengan faring dan laring. Hidung juga berhubungan dengan saluran air mata atau tuba lakrimalis.1. Rongga hidung dilapisi dengan membran mukosa yang sangat banyak mengandung vaskular yang disebut mukosa hidung. Lendir di sekresi secara terus-menerus oleh sel-sel goblet yang melapisi permukaan mukosa hidung dan bergerak ke belakang ke nasofaring oleh gerakan silia.

1. Faring1. Merupakan pipa berotot yang berjalan dari dasar tengkorak sampai persambungannya dengan oesopagus pada ketinggian tulang rawan krikoid.1. Nasofaring (terdapat pharyngeal tonsil dan Tuba Eustachius).Nasofaring terletak tepat di belakang cavum nasi , di bawah basis crania dan di depan vertebrae cervicalis I dan II. Nasofaring membuka bagian depan ke dalam cavum nasi dan ke bawah ke dalam orofaring. Tuba eusthacius membuka ke dalam didnding lateralnya pada setiap sisi. Pharyngeal tonsil (tonsil nasofaring) adalah bantalan jaringan limfe pada dinding posteriosuperior nasofaring.

1. OrofaringMerupakan pertemuan rongga mulut dengan faring,terdapat pangkal lidah). Orofaring adalah gabungan sistem respirasi dan pencernaan, makanan masuk dari mulut dan udara masuk dari nasofaring dan paru.

1. Laringofaring (terjadi persilangan antara aliran udara dan aliran makanan)Laringofaring merupakan bagian dari faring yang terletak tepat di belakang laring, dan dengan ujung atas esofagus.

1. Laring (tenggorok)1. Saluran udara dan bertindak sebagai pembentuk suara. Pada bagian pangkal ditutup oleh sebuanh empang tenggorok yang disebut epiglottis, yang terdiri dari tulang-tulanng rawan yang berfungsi ketika menelan makanan dengan menutup laring.

1. Terletak pada garis tengah bagian depan leher, sebelah dalam kulit, glandula tyroidea, dan beberapa otot kecila, dan didepan laringofaring dan bagian atas esopagus.

1. Cartilago / tulang rawan pada laring ada 5 buah, terdiri dari sebagai berikut:1. Cartilago thyroidea 1 buah di depan jakun ( Adams apple) dan sangat jelas terlihat pada pria. Berbentuk V, dengan V menonjol kedepan leher sebagai jakun. Ujung batas posterior diatas adalah cornu superior, penonjolan tempat melekatnya ligamen thyrohyoideum, dan dibawah adalah cornu yang lebih kecil tempat beratikulasi dengan bagian luar cartilago cricoidea.

1. Cartilago epiglottis 1 buah. Cartilago yang berbentuk daun dan menonjol keatas dibelakang dasar lidah. Epiglottis ini melekat pada bagian belakang V cartilago thyroideum. Plica aryepiglottica, berjalan kebelakang dari bagian samping epiglottis menuju cartilago arytenoidea, membentuk batas jalan masuk laring.

1. Cartilago cricoidea 1 buah yang berbentuk cincin. Cartilago berbentuk cincin signet dengan bagian yang besar dibelakang. Terletak dibawah cartilago tyroidea, dihubungkan dengan cartilago tersebut oleh membrane cricotyroidea. Cornu inferior cartilago thyroidea berartikulasi dengan cartilago tyroidea pada setiap sisi. Membrana cricottracheale menghubungkan batas bawahnya dengan cincin trachea I.

1. Cartilago arytenoidea 2 buah yang berbentuk beker. Dua cartilago kecil berbentuk piramid yang terletak pada basis cartilago cricoidea. Plica vokalis pada tiap sisi melekat dibagian posterio sudut piramid yang menonjol kedepan

1. Laring dilapisi oleh selaput lender , kecuali pita suara dan bagian epiglottis yang dilapisi olehsel epithelium berlapis.

1. Saluran Nafas Bagian Bawah

1. Trachea atau Batang tenggorok1. Merupakan tabung fleksibel dengan panjang kira-kira 10 cm dengan lebar 2,5 cm. trachea berjalan dari cartilago cricoidea kebawah pada bagian depan leher dan dibelakang manubrium sterni, berakhir setinggi angulus sternalis (taut manubrium dengan corpus sterni) atau sampai kira-kira ketinggian vertebrata torakalis kelima dan di tempat ini bercabang mcnjadi dua bronckus (bronchi).

1. Trachea tersusun atas 16 - 20 lingkaran tak- lengkap yang berupan cincin tulang rawan yang diikat bersama oleh jaringan fibrosa dan yang melengkapi lingkaran disebelah belakang trachea, selain itu juga membuat beberapa jaringan otot.

1. Bronchus1. Bronchus yang terbentuk dari belahan dua trachea pada ketinggian kira-kira vertebrata torakalis kelima, mempunyai struktur serupa dengan trachea dan dilapisi oleh.jenis sel yang sama.

1. Bronkus-bronkus itu berjalan ke bawah dan kesamping ke arah tampuk paru. Bronckus kanan lebih pendek dan lebih lebar, dan lebih vertikal daripada yang kiri, sedikit lebih tinggi darl arteri pulmonalis dan mengeluarkan sebuah cabang utama lewat di bawah arteri, disebut bronckus lobus bawah.

1. Bronkus kiri lebih panjang dan lebih langsing dari yang kanan, dan berjalan di bawah arteri pulmonalis sebelurn di belah menjadi beberapa cabang yang berjalan kelobus atas dan bawah.

1. Cabang utama bronchus kanan dan kiri bercabang lagi menjadi bronchus lobaris dan kernudian menjadi lobus segmentalis. Percabangan ini berjalan terus menjadi bronchus yang ukurannya semakin kecil, sampai akhirnya menjadi bronkhiolus terminalis, yaitu saluran udara terkecil yang tidak mengandung alveoli (kantong udara).

1. Bronkhiolus terminalis memiliki garis tengah kurang lebih I mm. Bronkhiolus tidak diperkuat oleh cincin tulang rawan. Tetapi dikelilingi oleh otot polos sehingga ukurannya dapat berubah.

1. Seluruh saluran udara ke bawah sampai tingkat bronkbiolus terminalis disebut saluran penghantar udara karena fungsi utamanya adalah sebagai penghantar udara ke tempat pertukaran gas paru-paru. yaitu alveolus.

1. Paru-Paru1. Merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri atas gelembung-gelembung kecil (alveoli). Alveolus yaitu tempat pertukaran gas assinus terdiri dari bronkhiolus dan respiratorius yang terkadang memiliki kantong udara kecil atau alveoli pada dindingnya. Ductus alveolaris seluruhnya dibatasi oleh alveoilis dan sakus alveolaris terminalis merupakan akhir paru-paru, asinus atau.kadang disebut lobolus primer memiliki tangan kira-kira 0,5 s/d 1,0 cm. Terdapat sekitar 20 kali percabangan mulai dari trachea sampai Sakus Alveolaris. Alveolus dipisahkan oleh dinding yang dinamakan pori-pori kohn.

1. Paru-paru dibagi menjadi dua bagian, yaitu paru-paru kanan yang terdiri dari 3 lobus (lobus pulmo dekstra superior, lobus pulmo dekstra media, lobus pulmo dekstra inferior) dan paru-paru kiri yang terdiri dari 2 lobus ( lobus sinistra superior dan lobus sinistra inferior).

1. Tiap-tiap lobus terdiri dari belahan yang lebih kecil yang bernama segmen. Paru-paru kiri memiliki 10 segmen yaitu 5 buah segmen pada lobus superior dan lima lobus inferior. Paru-paru kiri juga memiliki 10 segmen, yaitu 5 buah segmen pada lobus superior, 2 buah segmen pada lobus medialis, dan 3 segmen pada lobus inferior. Tiap-tiap segmen masih terbagi lagi menjadi belahan-belahan yang bernama lobulus.

1. Letak paru-paru di rongga dada datarnya menghadap ke tengah rongga dada / kavum mediastinum.. Pada bagian tengah terdapat tampuk paru-paru atau hilus. Pada mediastinum depan terletak jantung.

1. Paru-paru dibungkus oleh selapus tipis yang pernama pleura. Pleura dibagi menjadi dua yaitu pleura visceral (selaput dada pembungkus) yaitu selaput paru yang langsung membungkus paru-paru dan pleura parietal yaitu selaput yang melapisi rongga dada sebelah luar. Antara kedua lapisan ini terdapat rongga kavum yang disebut kavum pleura. Pada keadaan normal, kavum pleura ini vakum/ hampa udara.

1. Suplai DarahSetiap arteria pulmonalis, membawa darah deoksigenasi dari ventrikel kanan jantung, memecah bersama dengan setiap bronkus menjadi cabang-cabang untuk lobus, segmen dan lobules. Cabang-cabang terminal berakhir dalam sebuah jaringan kapiler pada permukaan setiap alveolus. Jaringan kapiler ini mengalir ke dalam vena yang secara progresif m akin besar, yang akhirnya membentuk vena pulmonalis, dua pada setiap sisi, yang dilalui oleh darah yang teroksigenasi ke dalam atrium kiri jantung. Artheria bronchiale yang lebih kecil dari aorta menyuplai jaringan paru dengan darah yang teoksigenasi.

2.1.2. Fisiologi Paru Udara bergerak masuk dan keluar paru-paru karena ada selisih tekanan yang terdapat antara atmosfir dan alveolus akibat kerja mekanik otot-otot. Seperti yang telah diketahui, dinding toraks berfungsi sebagai penembus. Selama inspirasi, volume toraks bertambah besar karena diafragma turun dan iga terangkat akibat kontraksi beberapa otot yaitu sternokleidomastoideus mengangkat sternum ke atas dan otot seratus, skalenus dan interkostalis eksternus mengangkat iga-iga.Selama pernapasan tenang, ekspirasi merupakan gerakan pasif akibat elastisitas dinding dada dan paru-paru. Pada waktu otot interkostalis eksternus relaksasi, dinding dada turun dan lengkung diafragma naik ke atas ke dalam rongga toraks, menyebabkan volume toraks berkurang. Pengurangan volume toraks ini meningkatkan tekanan intrapleura maupun tekanan intrapulmonal. Selisih tekanan antara saluran udara dan atmosfir menjadi terbalik, sehingga udara mengalir keluar dari paru-paru sampai udara dan tekanan atmosfir menjadi sama kembali pada akhir ekspirasi. Tahap kedua dari proses pernapasan mencakup proses difusi gas-gas melintasi membrane alveolus kapiler yang tipis (tebalnya kurang dari 0,5 m). Kekuatan pendorong untuk pemindahan ini adalah selisih tekanan parsial antara darah dan fase gas. Tekanan parsial oksigen dalam atmosfir pada permukaan laut besarnya sekitar 149 mmHg. Pada waktu oksigen diinspirasi dan sampai di alveolus maka tekanan parsial ini akan mengalami penurunan sampai sekiktar 103 mmHg. Penurunan tekanan parsial ini terjadi berdasarkan fakta bahwa udara inspirasi tercampur dengan udara dalam ruangan sepi anatomic saluran udara dan dengan uap air. Perbedaan tekanan karbondioksida antara darah dan alveolus yang jauh lebih rendah menyebabkan karbondioksida berdifusi kedalam alveolus. Karbondioksida ini kemudian dikeluarkan ke atmosfir. Dalam keadaan beristirahat normal, difusi dan keseimbangan oksigen di kapiler darah paru-paru dan alveolus berlangsung kira-kira 0,25 detik dari total waktu kontak selama 0,75 detik. Hal ini menimbulkan kesan bahwa paru-paru normal memiliki cukup cadangan waktu difusi. Pada beberapa penyakit misal; fibosis paru, udara dapat menebal dan difusi melambat sehingga ekuilibrium mungkin tidak lengkap, terutama sewaktu berolahraga dimana waktu kontak total berkurang. Jadi, blok difusi dapat mendukung terjadinya hipoksemia, tetapi tidak diakui sebagai faktor utama.

2.2. Sistem Pertahanan Paru Paru-paru mempunyai pertahanan khusus dalam mengatasi berbagai kemungkinan terjadinya kontak dengan aerogen dalam mempertahankan tubuh. Sebagaimana mekanisme tubuh pada umumnya, maka paru-paru mempunyai pertahanan seluler dan humoral. Beberapa mekanisme pertahanan tubuh yang penting pada paru-paru dibagi atas:1. Filtrasi udara Partikel debu yang masuk melalui organ hidung akan : Yang berdiameter 5-7 akan tertahan di orofaring. Yang berdiameter 0,5-5 akan masuk sampai ke paru-paru Yang berdiameter 0,5 dapat masuk sampai ke alveoli, akan tetapi dapat pula di keluarkan bersama sekresi.

2. Mukosilia Baik mucus maupun partikel yang terbungkus di dalam mucus akan digerakkan oleh silia keluar menuju laring. Keberhasilan dalam mengeluarkan mucus ini tergantung pada kekentalan mucus, luas permukaan bronkus dan aktivitas silia yang mungkin terganggu oleh iritasi, baik oleh asap rokok, hipoksemia maupun hiperkapnia.

3. Sekresi Humoral Lokal zat-zat yang melapisi permukaan bronkus antara lain, terdiri dari : Lisozim, dimana dapat melisis bakteri Laktoferon, suatu zat yang dapat mengikat ferrum dan bersifat bakteriostatik Interferon, protein dengan berat molekul rendah mempunyai kemampuan dalam membunuh virus. Ig A yang dikeluarkan oleh sel plasma berperan dalam mencegah terjadinya infeksi virus. Kekurangan Ig A akan memudahkan terjadinya infeksi paru yang berulang.

4. Fagositosis Sel fagositosis yang berperan dalam memfagositkan mikroorganisme dan kemudian menghancurkannya. Makrofag yang mungkin sebagai derivate monosit berperan sebagai fagositer. Untuk proses ini diperlukan opsonim dan komplemen.

Faktor yang mempengaruhi pembersihan mikroba di dalam alveoli adalah : Gerakan mukosiliar. Faktor humoral lokal. Reaksi sel. Virulensi dari kuman yang masuk. Reaksi imunologis yang terjadi. Berbagai faktor bahan-bahan kimia yang menurunkan daya tahan paru, seperti alkohol, stress, udara dingin, kortekosteroid, dan sitostatik.

2.3. Respirasi 2.3.1. Pengertian Respirasi Respirasi adalah pertukaran gas-gas antara organisme hidup dan lingkungan sekitarnya. Pada manusia dikenal 2 macam respirasi sebagai berikut.

1) Respirasi eksternal Pertukaran gas-gas antara darah dan udara di sekitarnya, meliputi beberapa proses: a. Ventilasi: proses masuk udara sekitar dan pembagian udara tersebut ke alveolib. Distribusi: distribusi dan percampuran molekul-molekul gas intrapulmonerc. Difusi: masuknya gas-gas menembus selaput alveolo-kapilerd. Perfusi: pengambilan gas-gas oleh aliran darah kapiler paru yang adekuat

2) Respirasi internal Pertukaran gas-gas antara darah dan jaringan, meliputi beberapa proses:a. Efisiensi kardiosirkulasi dalam menjalankan darah kaya oksigenb. Distribusi kapilerc. Dofusi, perjalanan gas keruang interstitial dan menembus dinding seld. Metabolism sel yang melibatkan enzim.

2.3.2. Respirasi Seluler Disebut pula sebagai metabolisme. Terdapat 2 macam yaitu sebagai berikut. 1. Aerobic Metabolism : 38 ATP 2. Anaerobic Metabolism : 2 ATP

2.3.3. Fungsi Respirasi

Fungsi respirasi adalah 1. Mengambil oksigen kemudian dibawa oleh darah keseluruh tubuh (sel-selnya) untuk mengadakan pembakaran. 2. Mengeluarkan karbon dioksida yang terjadi sebagai sisa pembakaran, kemudian dibawa oleh darah ke paru-paru untuk dibuang (karena tidak berguna lagi oleh tubuh). 3. dan melembabkan udara

Pertukaran oksigen dan karbon dioksida antara darah dan udara berlangsung di alveolus paru-paru. Pertukaran tersebut diatur oleh kecepatan dan di dalamnya aliran udara timbal balik (pernafasan), dan tergantung pada difusi oksigen dari alveoli ke dalam darah kapiler dinding alveoli. Hal yang sama juga berlaku untuk gas dan uap yang terhirup paru-paru merupakan jalur masuk terpenting dari bahan-bahan berbahaya lewat udara pada paparan kerja.2.3.4. Sistem RespirasiSecara anatomis dapat dibagi menjadi bagian atas (hidung, ruang hidung, sinus paranasal, dan faring) dan bagian bawah (laring, trakea, bronkus, bronkiolus, alveolus). Secara fisiologi dapat dibagi menjadi bagian konduksi (dari ruang hidung sampai dengan bronkiolus terminalis) dan bagian respirasi (dari bronkiolus respiratorius sampai alveoli).

2.3.5. Mekanisme Kerja Sistem Pernapasan Proses terjadinya pernapasan terbagi 2 yaitu : 1. Inspirasi (menarik napas) 2. Ekspirasi (menghembus napas)

Inspirasi adalah proses yang aktif, proses ini terjadi bila tekanan intra pulmonal (intra alveol) lebih rendah dari tekanan udara luar. Pada tekanan biasa, tekanan ini berkisar antara -1 mmHg sampai dengan -3 mmHg. Pada inspirasi dalam tekanan intra alveoli dapat mencapai -30 mmHg. Menurunnya tekanan intra pulmonal pada waktu inspirasi disebabkan oleh mengembangnya rongga toraks akibat kontraksi otot-otot inspirasi. Ekspirasi adalah proses yang pasif, proses ini berlangsung bila tekanan intra pulmonal lebih tinggi dari pada tekanan udara luar sehingga udara bergerak keluar paru. Meningkatnya tekanan di dalam rongga paru terjadi bila volume rongga paru mengecil akibat proses penguncupan yang disebabkan oleh daya elastis jaringan paru. Penguncupan paru terjadi bila otot-otot inspirasi mulai relaksasi. Pada proses ekspirasi biasa tekanan intra alveoli berkisar antara 1 mmHg sampai dengan 3 mmHg.Bahan yang dapat mengganggu sistem pernapasan adalah bahan yang mudah menguap dan terhirup saat kita bernafas. Tubuh memiliki mekanisme pertahanan untuk mencegah masuknya lebih dalam bahan yang dapat mengganggu sistem pernapasan, akan tetapi bila berlangsung cukup lama maka sistem tersebut tidak dapat lagi menahan masuknya bahan tersebut ke dalam paru-paru.Debu, aerosol dan gas iritan kuat menyebabkan refleks batuk atau spasme laring (penghentian napas), bila zat-zat tersebut masuk ke dalam paru-paru dapat menyebabkan bronchitis kronik, edema paru atau pneumonitis. Para pekerja menjadi toleran terhadap paparan iritan berkadar rendah dengan meningkatkan sekresi mucus, suatu mekanisme yang khas pada bronchitis dan juga terlihat pada perokok tembakau.

2.3.6. Pusat Respirasi Merupakan kelompok neuron yang terletak di substansia retikuler medulla oblongata dan pons. Terdiri dari pusat apnestik, area pneumotaksis, area ekspiratori, dan area inspiratori.

2.3.7. Pengaruh Anastei pada Respirasi

Efek penekanan dari obat anastesik dan pelumpuh otot lurik terhadap respirasi telah dikenal sejak dahulu ketika kedalaman, karakter dan kecepatan respirasi dikenal sebagai tanda klinis yang bermanfaat terhadap kedalaman anastesi. Zat zat anastesik intravena dan abar (volatil) serta opioid semuaya menekan pernapasan dan menurunkan respon terhadap CO2. Respons ini tidak seragam, opioid mengurangi laju pernapasan,zat abar trikloretilen meningkatkan laju pernapasan. Hiperkapnia atau hiperkarbia (PaCo2 dalam arteri meningkat) merangsang kemoreseptor di badan aorta dan karotis ditreruskan ke pusat napas, terjadilah napas dalam dan cepat (hiperventilasi). Sebaliknya hipokapnia atau hipokarbia menghambat kemoreseptor di badan aorta dan karotis dan diteruskan ke pusat napas , terjadilah pernapasan dangkal dan lambat (hipoventilasi).Induksi anastesi akan menurunkan kapasitas sisa fungsional ,mungkin karena pergeseran diagfragma keatas, apalagi setelah pemberian pelumpuh otot. Menggigil pasca anastesia akan meningkatkan konsumsi O2.Pada perokok berat mukosa jalan napas mudah terangsang, produksi lendir meningkat, darahnya mengandung HbCO kira kira 10% dan kemampuan Hb mengikat O2 menutun sampai 25%. Nikotin akan menyebabkan takikardia dan hipertensi.

Efek gas kedua Dalam kondisi normal hanya O2 yang diambil dan tidak ada ambilan terhadap nitrogen. Bila ada gas kedua yang diabsorbsi dengan cepat, seperti N2O masuk kedalam paru kemudian ambilan gas ini memiliki efek mengkonsentrasikan gas gas yang tetap berada dalam alveoli. Efek terhadap O2 tidak memiliki kepentingan klinis, tetapi peningkatan kadar zat anastesik abar (Volatil) akan mempercepat induksi anastesi. Kebalikannya bila pemberian N2O dihentikan, eliminasi gas ini akan mengencerkan gas gas dalam alveoli dan akan menyebabkan hipoksemia jika tidak diberikan O2.

2.3.8.Tanda-tanda dan Gejala Gangguan Fungsi Pernapasan Gangguan pada fungsi pernapasan di tandai dengan keluhan-keluhan utama berupa : batuk, sesak, batuk darah, nyeri dada. 1. Batuk Batuk adalah suatu refleks defasif belaka yaitu untuk membersihkan saluran pernapasan dari sekrit (berupa mucus), bahan nekrotik, benda asing, dan sebagainya. Refleks ini bisa pula ditimbulkan berbagai rangsangan pada mukosa saluran pernapasan dan juga dari rangsangan pleura parietalis. Batuk yang menetap cenderung di dapat pada perokok, bronchitis, asma, simesitis, dan kanker paru.

2. SesakKeadaan ini merupakan akibat kurang lancarnya pemasukan udara pada saat inspirasi atau pengeluaran udara saat ekspirasi, yang disebakan oleh adanya penyempitan ataupun penyumbatan pada tingkat bronkeolus/bronkus/trakea/larings. Sebab lain adalah karena berkurangnya volume paru yang masih berfungsi baik, juga berkurangnya elastis paru, bisa juga karena ekspansi paru terhambat. 3. Batuk darahAdanya lesi saluran pernapasan dari hidungn sampai paru yang juga mengenai pembuluh darah. Untuk mengetahui penyebab batuk darah kita harus memastikan bahwa pendarahan tersebut berasal dari saluran pernapasan bawah, dan bukan berasal dari nasofaring atau gastro instestinal. Dengan perkataan lain bahwa penderita tersebut benar-benar batuk darah bukan muntah darah.

4. Nyeri dadaKeluhan ini dapat bersumber pada pleura parietalis, jantung, mediastinum dan dinding toraks. Adanya bermacam-macam nyeri dada, nyeri yang terdapat pada sentral dan dada menunjukkan adanya infeksi pada trakea, nyeri yang terdapat pada samping dada yang karakteristik seperti ditusuk dan semakin sakit pada inspirasi menunjukkan adanya pleuritis, nyeri juga dapat disebabkan oleh herpes dan sulit dibedakan dengan nyeri yang berasal dari serabut saraf kolumna vertebralis, nyeri juga terjadi akibat fraktur.

2.3.8. Faktor-faktor Yang Menyebabkan Timbulnya Gangguan Fungsi Paru Debu, aerosol dan gas iritan merupakan partikel yang menyebabkan gangguan saluran pernapasan. Ada beberapa factor yang mempengaruhi gangguan saluran pernapasan akibat inhalasi aerosol, faktor aerosol itu sendiri yaitu ukuran partikel, konsentrasi dan kelarutan dan faktor manusia seperti kebiasaan merokok, kecepatan aliran udara, pernapasan, ukuran paru dan factor familial. Selain gas dan aerosol, faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya gangguan paru akibat inhalasi debu yaitu:1. Ukuran partikelnya2. Konsentrasi3. Lama pajanan4. Kerentanan individuFaktor lain yang dianggap sebagai pencetus timbulnya gangguan paru adalah merokok, keturunan, perokok pasif, polusi udara dan riwayat infeksi pernapasan sewaktu kecil.Umur merupakan salah satu karateristik yang mempunyai resiko tinggi terhadap gangguan paru terutama yang berumur 40 tahun keatas, dimana kualitas paru dapat memburuk dengan cepat. Menurut penelitian Juli Soemirat dan kawan-kawan dalam Rosbinawati (2002), mengungkapkan bahwa umur berpengaruh terhadap perkembangan paru-paru. Semakin bertambahnya umur maka terjadi penurunan fungsi paru di dalam tubuh. Menurut hasil penelitian Rosbinawati (2002) ada hubungan yang bermakna secara statistik antara umur dengan gejala pernafasan. Masa kerja penting diketahui untuk melihat lamanya seseorang terpajan dengan debu, aerosol dan gas iritan. Menurut hasil penelitian Rosbinawati (2002) menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara masa kerja seseorang semakin lama terpajan dengan debu, aerosol dan gas iritan sehingga semakin mengganggu kesehatan paru. Alat pelindung diri adalah perlengkapan yang dipakai untuk melindungi pekerja terhadap bahaya yang dapat mengganggu kesehatan yang ada di lingkungan kerja. Alat yang dipakai disini untuk melindungi sistem pernafasan dari partikel-partikel berbahaya yang ada di udara yang dapat membahayakan kesehatan. Perlindungan terhadap sistem pernafasan sangat diperlukan terutama bila tercemar partikel-partikel berbahaya, baik yang berbentuk gas, aerosol, cairan, ataupun kimiawi. Alat yang dipakai adalah masker, baik yang terbuat dari kain atau kertas wol. Riwayat merokok merupakan faktor pencetus timbulnya gangguan pernapasan, karena asap rokok yang terhisap dalam saluran nafas akan mengganggu lapisan mukosa saluran napas. Dengan demikian akan menyebabkan munculnya gangguan dalam saluran napas. Merokok dapat menyebabkan perubahan struktur jalan nafas. Perubahan struktur jalan nafas besar berupa hipertrofi dan hiperplasia kelenjar mukus. Perubahan struktur jalan nafas kecil bervariasi dari inflamasi ringan sampai penyempitan dan obstruksi jalan nafas karena proses inflamasi, hiperplasia sel goblet dan penumpukan secret intraluminar. Perubahan struktur karena merokok biasanya di hubungkan dengan perubahan/kerusakan fungsi. Perokok berat dikatakan apabila menghabiskan rata-rata dua bungkus rokok sehari, memiliki resiko memperpendek usia harapan hidupnya 0,9 tahun lebih cepat ketimbang perokok yang menghabiskan 20 batang sigaret sehari.Riwayat penyakit merupakan faktor yang dianggap juga sebagai pencetus timbulnya gangguan pernapasan, karena penyakit yang di derita seseorang akan mempengaruhi kondisi kesehatan dalam lingkungan kerja. Apabila seseorang pernah atau sementara menderita penyakit sistem pernafasan, maka akan meningkatkan resiko timbulnya penyakit sistem pernapasan jika terpapar debu. 2.4. Spirometry Test Spirometri merupakan suatu metode sederhana yang dapat mengukur sebagian terbesar volume dan kapasitas paru- paru. Spirometri merekam secara grafis atau digital volume ekspirasi paksa dan kapasitas vital paksa. Volume Ekspirasi Paksa atau Forced Expiratory Volume (FEV) adalah volume dari udara yg dihembuskan dari paru- paru setelah inspirasi maksimum dengan usaha paksa minimum, diukur pada jangka waktu tertentu. Biasanya diukur dalam 1 detik (FEV1) . Kapasitas Vital paksa atau Forced Vital Capacity (FVC) adalah volume total dari udara yg dihembuskan dari paru- paru setelah inspirasi maksimum yang diikuti oleh ekspirasi paksa minimum. Pemeriksaan dengan spirometer ini penting untuk pengkajian fungsi ventilasi paru secara lebih mendalam. Jenis gangguan fungsi paru dapat digolongkan menjadi dua yaitu gangguan fungsi paru obstruktif (hambatan aliran udara) dan restriktif (hambatan pengembangan paru). Seseorang dianggap mempunyai gangguan fungsi paru obstruktif bila nilai FEV1 kurang dari 75% dan menderita gangguan fungsi paru restriktif bila nilai kapasitas vital kurang dari 80% dibanding dengan nilai standar.

Jenis Gangguan Fungsi Paru terdiri dari : 1. Gangguan Fungsi Paru Obstruktif. Tidak dapat menghembuskan udara (Unable to get air out). FEV1/FVC