Seputar-Utang-Luar-Negeri.txt

download Seputar-Utang-Luar-Negeri.txt

of 9

Transcript of Seputar-Utang-Luar-Negeri.txt

  • 7/21/2019 Seputar-Utang-Luar-Negeri.txt

    1/9

    SEPUTAR UTANG LUAR NEGERI

    A. PENDAHULUANDari sudut pandang makro ekonomi, salah satu tujuan pembangunan adalahpencapaian pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi. Dalam pencapaian pertumbuhantersebut diperlukan indicator kinerja perekonomian yang tangguh dan hal ini sangatlahtergantung dari beberapa factor pendukungnya. Beberapa factor tersebut antara lainkapital, sumberdaya alam, tenaga kerja dan teknologi serta struktur masyarakat (termasukaturan dan kebijakan). Dari lima factor di atas unsure kapital dan aturan (kebijakan)adalah komponen utama dalam tinjauan khusus atas kebijakan moneter.

    Memasuki era yang semakin maju saat ini, untuk pembangunan dibutuhkanketersediaan sumber-sumber pembiayaan pembangunan akan semakin meningkat sejalandengan semakin meningkatnya aktivitas pembangunan dinegara kita. Untuk itudiperlukan pemahamannya semakin mendalam tentang berbagai sumber pembiayaanpembangunan dan strategi pemanfaatannya guna menunjang kelancaran pembangunan.Sementara itu keterlibatan Indonesia dalam suatu tantangan ekonomi global yang t

    idakdapat dihindari makin menuntut sifat kompetitif untuk dapat bersaing dengan negaranegaralain didunia. Yang umber pembiayaan yang ada.

    Pada dasarnya pembangunan yang kita laksanakan baik pada sector pemerintahmaupun sector swasta memerlukan sarana pembiayaan dan itu bisa berasal dari dalamnegeri berupa tabungan masyarakat, tabungan swasta dan tabungan pemerintah(merupakan selisih antara penerimaan dalam negeri dan pengeluaran rutin). Dan alternatifadalah sumberdana luar negeri berupa pinjaman luar negeri, bantuan hibah (grants)dan

    penanaman modal asing. Sumber dana luar negeri memang diperlukan untuk menutupikesenjangan pebiayaan yang ada. Namun karena terdapat kendala-kendala dalammenghimpun dana pembangunan dari dalam negeri seperti masih rendahnya tabunganmasyarakat akibat masih rendahnya kesadaran masyarakat Indonesia untuk menabung,makin merosotnya harga minyak dunia pada tahun 1980-an sehingga menurunkanperolehan devisa negara dari sector migas yang semula merupakan tumpuhan eksporkita,dan masih lemahnya volume ekspor sector non migas kita. Sementara semakinmendesaknya kebutuhan pembiayaan pembangunan terutama untuk mengejar tingkat laju

    pertumbuhan ekonomi yang menjadi sasaran dan tujuan pembangunan yang ditetapkanpemerintah, menyebabkan kita berpikir untuk berpaling pada sumber dana luar negeri.

    Pada awalnya bantuan luar negeri sangat efektif sebagai injeksi untuk tetapmempertahankan laju pertumbuhan ekonomi kita agar tetap tinggi rata-rata diatas6%pertahun. Tetapi rupanya hal tersebut membuat kita kecanduan untuk semakintergantung pada bantuan luar negeri dari tahun ketahun dan sampai saat ini. Bahk

  • 7/21/2019 Seputar-Utang-Luar-Negeri.txt

    2/9

    an olehbeberapa pengamat ekonomi kita dikatakan bahwa hutang luar negeri kita telah beradapada posisi rawan dan dapat mengganggu kondisi perekonomian kita. Hal ini perludiwaspadai oleh pemerintah dan swasta yang menerima modal sehingga diperlukanstrategi dan kebijakan yang tepat.

    Menurut Didik J. Rahbini hutang luar negeri sebenarnya tidak sesederhana biladitinjau dalam jangka panjang. Khususnya menyangkut implementasipemanfaatannyaserta evaluasinya. Meskipun dalam jangka waktu pendek berperansebagai injeksi, tetapi dalam jangka panjang akan menjadi beban ekonomi jika tidakdigunakan secara tepat, inilah yang perlu dipertahankan seleksi pemanfaatannya yangbaik.

    Menurut A. Tony Prasetiantono bahwa pendapat tentang peran hutang luar negeribukan lagi sebagai pelengkap akan tetapi sebagai sokoguru, sebenarnya ada benarnyaakan tetapi hal ini ada salahnya. Hal ini Menurut beliau bahwa tidak seluruh hutang luarnegeri tersebut milik pemerintah akan tetapi hampir sebagian lebih dari hutang luarnegeri tersebut milik dari sector swasta, yang beliau juga katakana, bahwa secar

    a mikrohutang luar negeri oleh swasta tersebut tidak salah karena memang pada kenyataannyabahwa suku bunga di luar negeri lebih rendah dan murah dari pada di dalam negeri, akantetapi ditinjau secara makro hutang tersebut justru memberatkan pada neraca pembayarandan pada cadangan devisa negara kita. Jadi pendapat tersebut tidak salah akan tetapi jugatidak benar tergantung bagaimana pemerintah memanfaatkan hutang luar negeri tersebutdengan sebaiknya dan mengendalikan jumlah hutang luar negeri yang diciptakan oleh

    pihak swasta, dengan berbagai strategi dan kebijakannya.

    Kemudian yang mungkin menjadi perhatian adalah bagaimana prospek hutangluar negeri sebagai sumber pembiayaan pembangunan dimasa mendatang dan strategiapayang dapat digunakan dalam pemanfaatan hutang luar negeri sebagai sumber dana luarnegeri yang ada tersebut.

    B. SUMBER PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN INDONESIA

    Struktur pembiayaan pembangunan Indonesia selama pelaksanaan PJPT I banyakbergantung pada bantuan luar negeri dan perolehan dari ekspor minyak bumi. Haltersebut dapat dimaklumi karena pada tahun 1970-an terjadi boom minyak bumi dipasaran dunia sehingga perekonomian kita sangat tergantung pada perolehan devisadarihasil ekspor migas. Tetapi merosotnya harga minyak bumi dipasaran dunia pada tahun1980-an mengingatkan bahwa kita tidak mungkin selamanya tergantung dari hasil ekspormigas, sehingga perlu dipacu perkembangan sector non migas untuk meningkatkan

  • 7/21/2019 Seputar-Utang-Luar-Negeri.txt

    3/9

    perolehan devisa dari ekspor sector ini.

    Dalam hal pelaksanaan pendanaan bagi pembangunan negara diarahkan untukberlandaskan pada kemampuan diri sendiri (berdikari), disamping dapat jugamemanfaatkan sumber lainnya sebagai pelengkap, namun diusahakan tidak menjaditergantung (khususnya) dari sumber dana dari luar negeri yang berbentuk hutang luarnegeri.

    Implikasi dari besarnya hutang akan membuat rapuh kinerja perekonomiannasional. Dimana muara akhir dampak besarnya hutang luar negeri tersebut akanditanggung oleh masyarakat banyak. Dapat dikatakan sekarang ini Indonesia telahterjebak oleh hutang luar negeri (debt trap) sekaligus menaikkan rangking kelassebagaisebagai salah satu negara penghutang kelas berat di dunia. Factor eksternal sepertiYendaka merupakan gejla yang tidak dapat ditolak bagi Indonesia.

    Masalah hutang luar negeri sebenarnya merupakan masalah bagi setiap negara,Amerika Serikat (AS) yang merupakan salah satu negara adi kuasa juga mempunyaihutang luar negeri. Namun bagi negara berkembang masalah ini, tidak hanya klasiknamun juga telah menjadi rumit. Masalah hutang luar negeri bagi negara kita, harus

    dilihat dari banyak segi (integral cmprehenship), dan tidak dapat dilepaskan darirangkaian sejarah pembangunan perekonomian nasional yang telah berjalan selama 50tahun pasca Indonesia merdeka.

    C. DILEMA UTANG LUAR NEGERIUntuk mengetahui secara tepat berapa jumlah utang luar negeri adalah sulit,terutama karena hutang swasta jumlahnya tidak banyak diketahui atau diumumkan olehkalangan resmi otoritas moneter.

    Hutang luar negeri kita dapat dilihat dari perspektif absolut dan relatif. Secaraabsolud perlu diketahui komposisi hutang (apakah lebih banyak hutang swasta atauyangdisebut privat debtterhadap hutang resmi atau public and publicy quaranted debt),syarat hutang (jatuh tempo atau maturities berupa tingkat lunaknya serta tingkatsukubunganya) bisaanya lebih besar bila hutang diperoleh melalui jalur umum dan lebihringan kita melalui jalur pemerintah (bank dunia/ IMF).

    Secara absolut hutang luar negeri kita juga dapat dapat dilihat dalam kontrakneraca pembayaran luar negeri dan anggaran dasar. Semakin besar rasio hutang ter

    hadapekspor atau GDP dan semakin besar porsi pembayaran bunga dan cicilan hutang terhadappengeluaran anggaran total, maka semakin dalamhutang merasuk kedalamperekonomian nasional. Tapi rasio atau angka juga suka diperbandingkan dengan negaraberhutang lainnya. Secara relatif jumlah hutang Indonesia relatif lebih sedikitdari negaranegaraAmerika Latin.

  • 7/21/2019 Seputar-Utang-Luar-Negeri.txt

    4/9

    Ada berbagai masalah political economy yang tersangkut dalam masalah hutangluar negeri ini dalam era saat ini. Ini mencakup segi-segi persepsi mengenai anggaran,masalah pegawai negeri dan aspek keamanan. Mengenai anggaran kita ketahui bahwaperan anggaran telah berubah dari motor penggerak ekonomi menjadi factor yang justrukontraktif, atau lebih sering disebut konservatifdalam upaya menggerakkanpertumbuhan. Restruturisasi dibidang APBN adalah beralihnya peran minyak sebagaisumber anggaran ke pajak. Dalam era saat ini dapat disimpulkan bahwa bila disatupihakizin atau ketentuan dipermudah (baca : biaya produksi lebih murah) maka dipihaklainpajak (baik pajak penghasilan maupun pajak pertambahan nilai) meningkat perannyasebagai sumber anggaran. Tetapi persoalannya tidak berhenti disini.

    Tidak dapat dipungkiri bahwa hutang luar negeri telah berfungsi sebagai injeksipertumbuhan ekonomi Indonesia dengan cara menutup defisit anggaran pembangunandan defisit neraca pembayaran (kuncoro, 1994).

    Namun tidak dapat dipungkiri terdapat kendala-kendala terhadap hutang luarnegeri yang kita terima yang semakin meningkat setiap tahunnya seperti :

    1.fakta bahwa selama ini semua komitmen bantuan atau pinjaman luar negeri berhasildicairkan atau alokasi dana pinjaman tidak sepenuhnya mampu terserap dalamberbagai sector kegiatan. Karena studi kelayakan proyek belum dikuti studi evaluasibagi proyek yang telah berjalan untuk menilai efektivitas dan efisiensi penggunaanbantuan luar negeri.

    2.

    semakin meningkatnya hutang luar negeri kita baik kepada negara-negara donormaupun lembaga-lembaga keuangan internasional yang tergantung dalam CGI.3.selain itu penanaman modal asing atau PMA yang bertujuan meningkatkan investasidapat menyebabkan terjadinya capital flight atau pelarian modal keluar negeri apabilatidak dilakukan control dan kebijakan yang tepat oleh pemerintah.4.hutang luar negeri yang dilakukan oleh swasta sekalipun proporsinya lebih kecil(40%) dibandingkan pemerintah (60%) tetapi kebanyakan berbentuk pinjamankomersial jangka pendek (1 3 tahun) dengan tingkat bunga yang cukup tinggi (10%-15 % pertahun) yang tentu saja sangat berresiko apabila tidak dikelola dengan baik

    dapat dapat menyebabkan semakin meningkatkan volume hutang luar negeri kita danberakibat pada besarnya angka debt service ratio (DSR).5.semakin berakumulatifnya hutang luar negeri maka semakin responsive terhadapgejolak nilai tukar mata uang negara donor utama.Kesemua hal-hal ini yang telah disebut diatas menimbulkan suatu dilemmaterhadap bantuan luar negeri kita. Untuk itu dibutuhkan strategi yang dapat digunakanuntuk memanfaatkan dana luar negeri yang tersedia tersebut agar seefektif dan seefisien

  • 7/21/2019 Seputar-Utang-Luar-Negeri.txt

    5/9

    mungkin.

    D. STRATEGI DALAM PEMANFAATAN HUTANG LUAR NEGERIWalaupun timbul permasalahan di seputar hutang luar negeri kita, tetapi sumberpermodalan luar negeri masih diperlukan untuk membiayai program-programpembangunan baik pemerintah maupun swasta. Ada pengaruh yang positif yang didapatdari peranan sumber dana luar negeri sebagai berikut :

    1.sumber dana luar negeri merupakan sarana yang diperlukan untuk memperlancarpembangunan. Dengan adanya modal maka proyek dapat dilaksanakan, dipercepatdan diperluas cakupannya.2.pengejaran ketinggalan dari negara-negara maju bisa lebih dimungkinkan. Denganmodal yang cukup maka kita bisa mengejar (dalam batasan tertentu) ketinggalanketinggalandari negara-negara maju, paling tidak dari segi materiil yang pokok. Alatalattehnologi kita bisa impor dengan demikian proyek pembangunan bisa berjalan(M. Suprihadi S. 1980 ; 30).

    Sumber pembiayaan luar negeri tersebut terdiri dari :

    1.ODA (official Development Assisteent) yaitu gabungan negara-negara yangmembantu pemberian dana pada negara Indonesia. Dalam istilah bantuan inidinamakan bantuan dari sector pemerintah. Bantuan ini terdiri dari bantuan programdan bantuan proyek2.PMA (Penanaman Modal Asing) bantuan ini dinamakan bantuan dari sector swastaterdiri dari PMA langsung portofolio dan kredit ekspor (Hg. Suseno Triyanto, 1990 ;86).Pemanfaatan bantuan luar negeri yang bersyarat lunak tersebut bagi peningkataninvestasi dibidang infrastruktur dan sarana sector publik yang dapat memperlanca

    raktivitas dan produktivitas perekonomian masyarakat yang pada gilirannya dapatmeningkatkan kesejahteraan rakyat dan peningkatan efisiensi sehingga dapat mendukungupaya peningkatan daya saing perekonomian secara keseluruhan. Untuk bantuan luarnegeri yang berupa bantuan program dimanfatkan semaksimal mungkin untuk program-program social kemasyarakatan seperti kesehatan, pendidikan dan peningkatankesejahteraan.

    Sementara sumber pendanaan untuk proyek-proyek baik oleh pemerintah(BUMN) maupun swasta dari bantuan proyek yang berbentuk pinjaman komersial luarnegeri (PKLN) harus ditentukan batasan oleh pemerintah melalui tim PKLN mengenai

    besarnya plafon pinjaman yang dapat diperoleh baik oleh BUMN dan swasta. Haltersebut dimaksudkan agar penerimaan PKLM di sesuaikan dengan kemampuanmembayar kembali, baik pokok pinjaman maupun bunganya disamping untukmenghindari resiko-resiko pembayaran akibat adanya kesimpang siuran dalam memasukipasar Internasional. Terutama oleh swasta yang kadang sok royaldalam jumlahpinjaman tetapi setelah jatuh tempo sering mengalami kesulitan dalam melunasinya.Sehingga berdampak pada semakin meningkatnya beban kewajiban hutang pemerintah.

  • 7/21/2019 Seputar-Utang-Luar-Negeri.txt

    6/9

    Untuk itu perlu benar-benar dipikirkan strategi pemanfatannya terutama dalampemilihan proyek-proyek yang bersifat produktif seperti pengembangan sector industrirakyat untuk memacu peningkatan sector migas telah terbukti efektif dalam peningkatanekspor non migas yang tentu saja semakin meningkatkan devisa negara dan peningkatankesejahteraan rakyat.

    Selain itu perlu dihindari pemanfaatan dana luar negeri terutama oleh pihakswasta untuk proyek-proyek raksasa yang beresiko tinggi dan bersifat latah secara

    berlebihan seperti proyek-proyek property atau lapangan golf yang mamakan dana besartetapi pemanfaatannya untuk peningkatan kesejahteraan rakyat hanya sangat sedikitbahkan cenderung tidak ada. Masalah proyek-proyek tersebut gagal dan swasta tidaktanggap untuk bayar hutang maka pemerintah dan rakyat juga menanggung beban hutangtersebut.

    Pemanfaatan sumberdana luar negeri yang berupa investasi asing atau PMAdalam berbagai bidang usaha juga sangat potensial sebagai salah satu sumber danaluarnegeri sebab dari tahun ketahun semakin meningkat. Namun tentunya ditahun-tahunmendatang persaingan untuk menarik minat investor asing semakin ketat terutama datangdari negara-negara berkembang lainnya. Untuk itu diperlukan penciptaan iklim investasiyang kondusif baik melalui deregulasi seperti PP no. 20/1994 tentang investasi asing jugamelalui kebijakan disegala bidang baik dibidang sector moneter maupun riil dandidukung oleh kestabilan ekonomi makro yang mantap. Namun demikian perlu adanya

    sikap selektif dalam menerima investasi asing yang masuk agar tidak sampai terjadipelarian modal keluar malah merugikan kita.

    Sumber pendanaan luar negeri lain yang dapat dimanfaatkan baik oleh BUMNmaupun swasta adalah penjualan saham dipasar internasional. Tentu saja hal ini membuatkesiapan terutama yang menyangkut kondisi perusahaan baik dalam menejemen maupunstruktur keuangannya. Selain pengaruhnya terhadap kestabilan ekonomi makro relatiflebih kecil juga dapat semakin memperkukuh keuntungan perusahaan yang bersangkutan.

    Namun demikian diperlukan langkah-langkah persiapan yang matang sehingga langkahtersebut dapat lebih meningkatkan keuntungan bagi perolehan devisa negara dan bukansebaliknya.

    F. SAMPAI KAPAN HUTANG LUAR NEGERI DIBUTUHKAN ?Barangkali yang menarik untuk ditelaah bukan terletak pada besar kecilnyahutang tersebut, melainkan persoalannya yang lebih umum, yakni mengapa hutang luar

  • 7/21/2019 Seputar-Utang-Luar-Negeri.txt

    7/9

    negeri dibutuhkan. Karena bagi sebagian besar orang, hutang luar negeri selaludipandang sebagai sesuatu yang negatif. Bila hutangnya meningkat, mereka menilaibahwa martabat negara semakin rendah karena ketergantungan terhadap luar negerisemakin besar. Karena itu membuat hutang luar negeri menjadi nol atau tidak adahutangsama sekali, merupakan sesuatu yang perlu diwujudkan. Tentu saja ide semacam ini

    sangat indah dan menarik semua orang, tetapi sebenarnya tidak realistis, terutama baginegara berkembang seperti Indonesia.

    Memang benar bahwa dalam pembiayaan pembangunan, hutang luar negeri hanyasalah satu cara. Disamping itu masih ada cara lain yang bisa ditempuh yang bersumberdari dalam negeri, yakni mecetak uang baru atau penjualan obligasi pemerintah melaluipasar modal domestik. Namun perlu disadari bahwa masing-masing cara mempunyaikelebihan dan kekurangan dan dalam hal tertentu keharusan untuk memilih hutang luarnegeri tidak bisa dihindarkan.

    Hutang luar negeri sering dipandang merugikan karena beberapa hal. Pertama danyang mungkin paling utama, bahwa hutang luar negeri menimbulkan beban pembayarandimasa mendatang, baik yang berupa cicilan pokoknya ataupun cicilan bunganya. Iniberarti bahwa hutang luar negeri pada akhirnya hanya menciptakan transfer kekayaandari dalam negeri ke luar negeri.

    Disamping itu, terutama untuk kasus Indonesia, pandangan negatif terhadapbantuan asing juga disebabkan oleh kebijakan pemerintah yang tidak konsisten. DalamGBHN dijelaskan bahwa bantuan luar negeri sifatnya hanya pelengkap dan karena it

    uperanannya sedikit demi sedikit akan dikurangi. Tetapi dalam kenyataan, sejak berdirinyapemerintah orde baru, peranan bantuan luar negeri menunjukkan kecenderungan yangmeningkat bahkan sejak tahun 1980-an semakin dominan.

    Yang terakhir, pandangan negatif tersebut juga sering didramatisirkan oleh factorfaktoryang sifatnya tida terduga, misalnya apresiasi nilai Yen terhadap dollar. Denganmeningkatnya nilai Yen, yang berarti untuk memperoleh sejumlah Yen yang samadiperlukan jumlah Dollar yang banyak, beban hutang luar negeri semakin bertambah

    berat, karena beban itu semakin besar nilainya dalam Yen, sementara itu sebagianbesarpendapatan devisa dari ekspor diterima dari dollar.

    Dilihat dari kaca mata ini, pembiayaan melalui pencetaan uang baru menawarkanalternatif yang menarik. Disatu pihak, pemerintah mempunyai kekuasaan mutlakmelakukannya dan dilainpihak, cara semacam ini ada bahayanya, yakni dapatmenimbulkan inflasi yang tidak terkendali. Pengalaman pada orde lama merupakancontoh yang tepat. Defisit anggaran yang dibiayai seluruhnya dengan pencetaan ua

  • 7/21/2019 Seputar-Utang-Luar-Negeri.txt

    8/9

    ngbaru menghasilkan inflasi yang cukup tinggi yang melumpuhkan perekonomian nasional.Jadi pengalaman jelek inilah pemerintahan berikutbya dan sampai saat ini membuataturan formal untuk melarang pembiayaan pembangunan melalui pencetaan uang baru,

    meskipun hal ini sebenarnya sangat berlebihan. Karena cara ini masih tetapdimungkinkan selama pertumbuhan uang beredar masih seimbang dengan pertumbuhanekonomi.

    Pembiayaan melalui penjualan obligasi pada dasarnya tidak berbeda denganpinjaman luar negeri, dalam arti keduanya menimbulkan beban pembayaran dimasa yangakan datang. Meskipun demikian cara terakhir ini masih dinilai lebih baik karenapembayaran beban itu tidak ditransfer keluar negeri melainkan dibayarkan kepadapenduduk pemegang obligasi didalam negeri. Sisi lain yang menguntungkan adalahbahwa penjualan obligasi tidak mempunyai pengaruh terhadap perubahan jumlah uangberedar, karena sifatnya hanya meniadakan uang dari masyarakat ke pemerintah dan

    karena itu efeknya terhadap inflasi bisa dihindari. Tentu saja pembayaran semacam itubisa dilaksanakan kalau sudah ada pasar modal yang besar. Bagi negara-negaraberkembang pasar modalnya masih parsial seperti Indonesia, hal ini sulit dilakukan.

    Sebenarnya yang menentukan perlu tidaknya hutang luar negeri bukan factorfaktordiatas, melainkan jenis pembangunan yang akan dibiayai. Bila yang dibangunadalah proyek-proyek yang sarana pendukungnya sudah tersedia didalam negeri, makabantuan luar negeri tidak dibutuhkan. Pendanaan yang bersumber dari luar negerisudahcukup. Bahkan pinjaman luar negeri akan berakibat negatif ganda. Pertama, hutang

    luarnegeri sudah menciptakan beban dimasa datang, dan kedua berpotensi besar untukmenciptakan inflasi. Yang terakhir ini benar karena untuk bisa digunakan dalam transaksidi dalam negeri, hutang itu harus ditukar ke Bank Sentral untuk mendapatkan rupiah,yang berarti menambah uang beredar (uang primer). Ini sama saja dengan prosespencetaan uang baru.

    Sebaliknya bila proyek yang dibangun itu membutuhkan komponen yang diimpor,hutang luar negeri mutlak diperlukan, selama pemerintah tidak mempunyai devisa untukmembiayainya. Bila tidak, proyek tersebut tidak pernah akan terwujud. Dalam hal

    ini,pembiayaan yang bersumber dari dalam negeri tidak mungkin dilakukan karena untukmengimpor tidak bisa dilakukan dengan uang rupiah. Misalnya, pemerintah inginmemperbaiki SDM dengan mengirimkan karya siswa ke luar negeri, pembiayaan harusdilakukan dengan mata uang asing (devisa).

    Dengan demikian jelas bahwa tidak dikehendaki tidak ada hutang sama sekali,ada konsekuensi yang harus ditanggung, yakni pemerintah melalui perdaganganinternasional harus mampu menciptakan surplus devisa yang terus menerus atau

  • 7/21/2019 Seputar-Utang-Luar-Negeri.txt

    9/9

    kalautidak, kita tidak usah membangun proyek-proyek yang membutuhkan komponenluar negeri. Nampaknya untuk saat sekarang keduanya sulit dipenuhi. Selama tidakdapatmemenuhi satu dari dua konsekuensi tersebut, selama itu pula hutang luar negeritetapdibutuhkan.

    Karena itu yang penting sebenarnya bukan perlu tidaknya hutang luar negeri, tapimampu tidaknya membayar hutang yang dimiliki. Indonesia, Korea dan Malaysia jugatermasuk penghutang berat. Meskipun hutangnya besar tetapi bila mampu membayarakan lebih terhormat dari pada hutang sedikit tetapi tidak mampu membayar. Sehinggainti persoalannya terletak pada penggunaan bantuan itu. Yang penting, bila sudahjatuhtempo, kita sudah menghasilkan devisa untuk melunasinya.

    G. KESIMPULANAda beberapa catatan yang dapat diambil sebagai kesimpulan dari bab ini yaitu :

    1.

    Sumber pendanaan luar negeri masih tetap dibutuhkan sebagai sumber pendanaanpembangunan terutama untuk menutupi kesenjangan antara besarnya investasi dengantabungan dalam negeri.2.Perlu adanya kebijakan dalam pemanfaatan sumber-sumber pendanaan luar negeriagar tidak menimbulkan permasalahan baru dalam proses pembangunan terutamayang menyangkut masalah pengembalian kembali pinjaman atau3.pemanfatan sumber-sumber dana luar negeri untuk meningkatkan efisiensi danefektifitas serta produktifitas kegiatan perekonomian rakyat yang berimplikasi padapeningkatan kesejahteraan rakyat. Selain itu pemanfaatan sumber dana luar negeri

    tersebut hendaknya dipertimbangkan pula dampaknya pada pemeliharaan kestabilanperekonomian secara makro, khususnya inflasi dan neraca pembayaran.4.perlunya mencari alternatif-alternatif baru dalam penggalian sumber dana luar negeriseperti penjualan saham oleh perusahaan nasional baik BUMN maupun swasta dipasar Internasional selain relatif lebih aman juga dapat memperkuat strukturkeuntungan perusahaan yang bersangkutan.5.perlu diingat bahwa sumber dana luar negeri hanyalah bersifat sementara untukmenutupi kebutuhan akan sumber-sumber pendanaan pembangunan. Untuk itukemandirian dalam memenuhi kebutuhan pembiayaan pembangunan tersebut harus

    terus ditingkatkan dari tahun ketahun dengan meningkatkan sumber-sumber danadalam negeri yang tersedia.