SEPUTAR PEMANFAATAN SUMBER BELAJAR...
Transcript of SEPUTAR PEMANFAATAN SUMBER BELAJAR...
SEPUTAR PEMANFAATAN SUMBER BELAJAR
(Kajian tentang Konsep, Prosedur, dan Evaluasinya)
Oleh: DARWAN S.
A. Konsep Dasar
“Saya mendengar saya lupa, Saya melihat saya ingat, Saya berbuat maka saya bisa.”
Dinamisasi kehidupan masyarakat yang terus mengalami transformasi secara langsung
maupun tidak langsung akan berimbas pula dalam dunia pendidikan. Tuntutan terhadap
perbaikan pendidikan sudah selayaknya direspon oleh kalangan pendidikan, termasuk
perbaikan dalam kegiatan pembelajaran. Susilana (2009:197) menyimpulkan bahwa
perbaikan masalah pembelajaran dapat diselesaikan dengan melakukan beberapa perubahan
paradigma, yaitu (1) pola pikir dalam pembelajaran yang selama ini lebih berorientasi pada
pengajaran, selayaknya diubah dalam pola pikir baru yang berorientasi pada pembelajaran,
(2) mengubah pola pikir pembelajaran yang berpusat pada guru menjadi berpusat pada
peserta didik, (3) model pembelajaran tertutup, terpisah, terisolasi dengan lingkungan diubah
menjadi yang terbuka, erat, akrab dengan masyarakat, (4) perubahan dari sentralistik
menjadi desentralistik, dan (5) pembelajaran berdimensi kognitif menjadi dimensi integral
dan holistik.
Sebagai suatu proses, belajar-mengajar merupakan suatu sistem yang tidak terlepas
dari komponen-komponen didalamnya. Salah satu komponen penting dalam proses belajar
This article is supposed to describe the analysis about study source whichoverhelm basic concepts, procedures, and evaluation of its use. Given the learningresources is one important component in the achievement of learning objectives, thenthe existence of learning resources is absolutely necessary. In using procedures , needto be understood first the basic concepts, procedures and the determination of its use,and to evaluate the learning resources to determine the level of success in achievingthe learning objectives.
In this article also presented the kinds of learning resources and its functions,its consumer strategy, and how to optimize learning resources. In addition to learningresources that can be made or designed, the actual environment can also be used as alearning resource.
Environment is also one of the cheap and easy study source. Because of that,the creative and innovative teacher will not feel hard or difficult in using the studysource. Perhaps what is in our mind, the study source must be tools that reed a lot ofmoney or expensive, difficult or hard to be reached, and many more. With creativity,the teacher can use anything, include the environment as the study source, so, thereaching of study purpose doesn’t need a lot of money or expensive.
Keywords: Utilization, Learning Resources
mengajar tersebut adalah sumber belajar. Sumber belajar adalah daya yang bisa
dimanfaatkan guna kepentingan proses belajar-mengajar, baik secara langsung maupun tidak
langsung, Depdiknas (2004: 12) menyebutkan bahwa sumber belajar (learning resources)
adalah semua sumber baik berupa data, orang dan wujud tertentu yang dapat digunakan oleh
peserta didik dalam belajar, baik secara terpisah maupun secara terkombinasi sehingga
mempermudah peserta didik dalam mencapai tujuan belajar atau mencapai kompetensi
tertentu.
Dalam konteks yang lebih sempit sumber belajar misalnya buku-buku atau media
cetak lainnya. Pengertian sumber belajar tersebut sama sempitnya bila diartikan sebagai
semua sarana pembelajaran yang dapat menyajikan pesan atau informasi secara auditif
maupun visual saja, misalnya: OHP (over head projector), slides, video, film, dan lain-lain.
Dale (dalam Novrianti, 2012) mengemukakan sumber belajar adalah segala sesuatu
yang dapat dimanfaatkan untuk memfasilitasi belajar seseorang. Pendapat lain dikemukakan
oleh Association Educational Comunication and Tehnology (AECT) (1997) yang
menyebutkan bahwa sumber belajar merupakan berbagai atau semua sumber baik berupa
data, orang dan wujud tertentu yang dapat digunakan peserta didik dalam belajar, baik secara
terpisah maupun terkombinasi sehingga mempermudah peserta didik dalam mencapai tujuan
belajar.
Kedua pengertian tersebut menunjukkan bahwa pada hakikatnya sumber belajar
begitu luas dan kompleks, lebih dari sekadar media pembelajaran. Segala hal yang sekiranya
diprediksikan akan mendukung dan dapat dimanfaatkan untuk keberhasilan pembelajaran
dapat dipertimbangkan menjadi sumber belajar. Dengan pemahaman ini maka guru
bukanlah satu-satunya sumber tetapi hanya salah satu saja dari sekian sumber belajar
lainnya. Masih menurut Dale, pengertian yang lebih luas tentang sumber belajar adalah
pengalaman itu adalah sumber belajar. Artinya, sumber belajar dalam pengertian tersebut
menjadi sangat luas maknanya, seluas hidup itu sendiri, karena segala sesuatu yang dialami
seseorang dapat dianggap sebagai sumber belajar sepanjang hal itu membawa pengalaman
nyata bagi orang yang bersangkutan sehingga secara tidak langsung pengalaman itu menjadi
salah satu faktor penting yang dapat menyebabkan ia melakukan kegiatan “belajar”.
Belajar pada hakikatnya adalah proses perubahan tingkah laku ke arah yang lebih
sempurna sesuai dengan tujuan tertentu yang telah dirumuskan dalam perencanaannya.
Selanjutnya, Dale (dalam Susilana, 2009:198 ) berpendapat bahwa pengalaman yang dapat
memberikan sumber belajar dapat diklasifikasikan menurut jenjang tertentu. Dalam hal ini
Dale menggambarkannya dalam bentuk kerucut pengalaman (cone of experience.) Dalam
kerucut pengalaman model Dale dideskripsikan bahwa pemerolehan hasil belajar melalui
indera pandang berkisar 75%, melalui indera dengar 13% dan indera lainnya mencapai 12%.
Berikut ini disajikan gambar kerucut model Edgar Dale (dalam Susilana, 2009: 207).
Berdasarkan visualisasi kerucut model Dale tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa
pengalaman langsung memiliki pengaruh yang sangat kuat terhadap tercapainya tujuan
pembelajaran. Sementara itu, lambang kata memiliki pengaruh paling rendah dibandingkan
hal lain yang termakyub dalam kerucut pengalaman di atas. Dengan demikian memberikan
pengalaman langsung dalam kegiatan pembelajaran merupakan langkah terbaik jika
menginginkan ketercapaian tujuan pembelajaran. Dalam kaitannya dengan penggunaan
sumber belajar, seyogianya merujuk pada kerucut pengalaman tersebut. Artinya, pemilihan
sumber belajar untuk mendukung kegiatan pembelajaran harus dapat memberikan
pengalaman langsung bagi peserta didik agar keberhasilannya dalam mencapai tujuan
pembelajaran lebih baik.
Sebagaimana telah diuraikan, sumber belajar adalah segala daya yang dapat
dimanfaatkan guna memberi kemudahan kepada seseorang dalam belajarnya. Dalam
pengembangannya, sumber belajar itu terdiri dari 2 (dua) macam, yaitu: (1) sumber belajar
yang dirancang atau sengaja dibuat atau dipergunakan untuk untuk membantu kegiatan
pembelajaran, biasa disebut learning resources by design, misalnya : buku, brosur,
ensiklopedi, film, video, tape, slides, film strip, OHP dan (2) sumber belajar yang
dimanfaatkan untuk memberikan kemudahan kepada seseorang dalam belajar, berupa
segala macam sumber belajar yang ada di lingkungan sekitar. Sumber belajar ini disebut
kerucut pengalaman model Dale dideskripsikan bahwa pemerolehan hasil belajar melalui
indera pandang berkisar 75%, melalui indera dengar 13% dan indera lainnya mencapai 12%.
Berikut ini disajikan gambar kerucut model Edgar Dale (dalam Susilana, 2009: 207).
Berdasarkan visualisasi kerucut model Dale tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa
pengalaman langsung memiliki pengaruh yang sangat kuat terhadap tercapainya tujuan
pembelajaran. Sementara itu, lambang kata memiliki pengaruh paling rendah dibandingkan
hal lain yang termakyub dalam kerucut pengalaman di atas. Dengan demikian memberikan
pengalaman langsung dalam kegiatan pembelajaran merupakan langkah terbaik jika
menginginkan ketercapaian tujuan pembelajaran. Dalam kaitannya dengan penggunaan
sumber belajar, seyogianya merujuk pada kerucut pengalaman tersebut. Artinya, pemilihan
sumber belajar untuk mendukung kegiatan pembelajaran harus dapat memberikan
pengalaman langsung bagi peserta didik agar keberhasilannya dalam mencapai tujuan
pembelajaran lebih baik.
Sebagaimana telah diuraikan, sumber belajar adalah segala daya yang dapat
dimanfaatkan guna memberi kemudahan kepada seseorang dalam belajarnya. Dalam
pengembangannya, sumber belajar itu terdiri dari 2 (dua) macam, yaitu: (1) sumber belajar
yang dirancang atau sengaja dibuat atau dipergunakan untuk untuk membantu kegiatan
pembelajaran, biasa disebut learning resources by design, misalnya : buku, brosur,
ensiklopedi, film, video, tape, slides, film strip, OHP dan (2) sumber belajar yang
dimanfaatkan untuk memberikan kemudahan kepada seseorang dalam belajar, berupa
segala macam sumber belajar yang ada di lingkungan sekitar. Sumber belajar ini disebut
kerucut pengalaman model Dale dideskripsikan bahwa pemerolehan hasil belajar melalui
indera pandang berkisar 75%, melalui indera dengar 13% dan indera lainnya mencapai 12%.
Berikut ini disajikan gambar kerucut model Edgar Dale (dalam Susilana, 2009: 207).
Berdasarkan visualisasi kerucut model Dale tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa
pengalaman langsung memiliki pengaruh yang sangat kuat terhadap tercapainya tujuan
pembelajaran. Sementara itu, lambang kata memiliki pengaruh paling rendah dibandingkan
hal lain yang termakyub dalam kerucut pengalaman di atas. Dengan demikian memberikan
pengalaman langsung dalam kegiatan pembelajaran merupakan langkah terbaik jika
menginginkan ketercapaian tujuan pembelajaran. Dalam kaitannya dengan penggunaan
sumber belajar, seyogianya merujuk pada kerucut pengalaman tersebut. Artinya, pemilihan
sumber belajar untuk mendukung kegiatan pembelajaran harus dapat memberikan
pengalaman langsung bagi peserta didik agar keberhasilannya dalam mencapai tujuan
pembelajaran lebih baik.
Sebagaimana telah diuraikan, sumber belajar adalah segala daya yang dapat
dimanfaatkan guna memberi kemudahan kepada seseorang dalam belajarnya. Dalam
pengembangannya, sumber belajar itu terdiri dari 2 (dua) macam, yaitu: (1) sumber belajar
yang dirancang atau sengaja dibuat atau dipergunakan untuk untuk membantu kegiatan
pembelajaran, biasa disebut learning resources by design, misalnya : buku, brosur,
ensiklopedi, film, video, tape, slides, film strip, OHP dan (2) sumber belajar yang
dimanfaatkan untuk memberikan kemudahan kepada seseorang dalam belajar, berupa
segala macam sumber belajar yang ada di lingkungan sekitar. Sumber belajar ini disebut
learning resources by utilization, misalnya: pasar, toko, museum, tokoh masyarakat dan
sebagainya.
B. Fungsi Sumber Belajar
Dalam kegiatan pembelajaran, sumber belajar memiliki fungsi yang sama pentingnya
dengan komponen pembelajaran yang lain. Berkaitan dengan fungsi sumber belajar
Depdiknas (2004: 17) memberikan penjelasan tentang fungsi sumber belajar seperti
diuraikan berikut ini.
1. Sumber belajar dapat meningkatkan produktivitas pembelajaran dengan jalan: (a)
mempercepat laju belajar dan membantu guru untuk menggunakan waktu secara
lebih baik dan (b) mengurangi beban guru dalam menyajikan informasi, sehingga
dapat lebih banyak membina dan mengembangkan gairah belajar peserta didik.
2. Sumber belajar dapat memberikan kemungkinan pembelajaran yang sifatnya lebih
individual, dengan cara: (a) mengurangi kontrol guru yang kaku dan tradisional dan
(b) memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk berkembang sesuai dengan
kemampuannnya.
3. Sumber belajar yang digunakan dapat memberikan dasar yang lebih ilmiah terhadap
pembelajaran dengan cara: (a) perancangan program pembelajaran yang lebih
sistematis dan (b) pengembangan bahan pembelajaran yang dilandasi oleh riset atau
penelitian.
4. Dengan sumber belajar yang diguankan lebih memantapkan pembelajaran, dengan
jalan: (a) meningkatkan kemampuan sumber belajar dan (b) penyajian informasi dan
bahan secara lebih konkret.
5. Memungkinkan belajar secara seketika, yaitu: (a) mengurangi kesenjangan antara
pembelajaran yang bersifat verbal dan abstrak dengan realitas yang sifatnya konkret
dan (b) memberikan pengetahuan yang sifatnya langsung (direct).
6. Memungkinkan penyajian pembelajaran yang lebih luas, dengan menyajikan
informasi yang mampu menembus batas geografis.
Deskripsi fungsi sumber belajar seperti diuraikan di atas secara nyata menunjukkan
sekaligus menggambarkan tentang alasan dan arti penting sumber belajar untuk kepentingan
proses pembelajaran dan pencapaian hasil pembelajaran peserta didik menjadi lebih baik.
C. Jenis-jenis Sumber Belajar
Seperti yang telah diuraikan di bagian awal, bahwa secara garis besar sumber belajar
dapat dibedakan menjadi 2 (dua) macam. Deskripsi lebih rinci jenis-jenis sumber belajar
yang didasarkan pada segi perancangan dan pemanfaatannya diuraikan berikut ini.
1. Sumber belajar yang dirancang (learning resources by design), yakni sumber belajar
yang secara khusus dirancang atau dikembangkan sebagai komponen sistem
instruksional untuk memberikan fasilitas belajar yang lebih terarah dan bersifat
formal.
2. Sumber belajar yang dimanfaatkan (learning resources by utilization), yaitu sumber
belajar yang tidak didesain khusus untuk keperluan pembelajaran dan keberadaannya
dapat ditemukan di lingkungan sekitar , yang dapat diterapkan dan dimanfaatkan
untuk keperluan pembelajaran.
Dari kedua macam sumber belajar tersebut Depdiknas (2004: 20) menyebutkan bahwa
sumber-sumber belajar yang dimaksud dapat berbentuk: (1) pesan, berupa: informasi, bahan
ajar; cerita rakyat, dongeng, hikayat, dan sebagainya (2) orang: guru, instruktur, peserta
didik, ahli, nara sumber, tokoh masyarakat, pimpinan lembaga, tokoh karier dan sebagainya;
(3) berupa bahan pembelajaran: buku, transparansi, film, slides, gambar, grafik yang
dirancang untuk pembelajaran, relief, candi, arca, komik, dan sebagainya; (4) alat atau
perlengkapan: perangkat keras, komputer, radio, televisi, VCD/DVD, kamera, papan tulis,
generator, mesin, mobil, motor, alat listrik, obeng dan sebagainya; (5) berupa pendekatan/
metode/ teknik: disikusi, seminar, pemecahan masalah, simulasi, permainan, sarasehan,
percakapan biasa, diskusi, debat, talk shaw dan sejenisnya, dan (6) lingkungan: ruang kelas,
studio, perpustakaan, aula, teman, kebun, pasar, toko, museum, kantor dan sebagainya.
Sejalan dengan pendapat di atas, Susilana (2009:200) menyebutkan bahwa sumber
belajar dapat dikategorikan menjadi 6 (enam) jenis, yaitu: pesan, manusia/orang, bahan,
peralatan, teknik/metode, dan lingkungan. Untuk lebih mudah memahami keenam jenis
sumber belajar tersebut di bawah ini disajikan tabel yang terdiri dari (1) kategori, (2)
maksud, (3) contoh sumber belajar yang dirancang (by design) dan (4) contoh sumber
belajar yang dimanfaatkan (by utilization). Keenam hal tersebut dijabarkan dalam tabel
berikut ini.
KATEGORI MAKSUDCONTOH
BY DESIGN BY UTILIZATION
1. Pesan Informasi yangdisalurkan olehkomponen lainberupa ide, fakta,pengertian, data
Bahan ajar sains,pengetahuan sosial,bahasa, teknologiinformasi, dll.
Cerita rakyat,dongeng, nasihat,hikayat, dll.
2. Manusia/orang Orang yang memilikiinformasi, tidaktermasuk yangmenjalankan fungsipengembangan danpengelolaan sumberbelajar
Guru, instruktur,peserta didik (tidaktermasuk teknisi danpengembangkurikulum)
Narasumber,tokohmasyarakat,pimpinan lembaga,kyai, dokter dsb.
3. Bahan Bisa disebut sebagaisoftware yangmengandung pesanuntuk disajikanmelalui pemakaianalat
Transparansi, film,slides, tape recorder,grafik, dansejenisnya yangdirancang untukpembelajaran
Relief, candi, arca,komik, dll.
4. Peralatan Bisa disebut sebagaihardware yangmenyalurkan pesanuntuk disajikandalam software
OHP, LCDProyektor, TV,kamera, dll.
Generator, mesinjahit, mesin bubut,mobil, motor, dll.
5. Teknik/ Metode Prosedur yangdigunakan dalammenggunakan bahanajar, alat, situasi, danorang yangmenyampaikanpesan
Ceramah, tanyajawab, penugasan,diskusi, sosiodrama,dll.
Permainan,sarasehan, diskusiilmiah, debat, dll.
6. Lingkungan Situasi di sekitarpembelajaran tempatpesan atau informasidisampaikan
Ruang kelas, studio,perpustakaan, aula,auditorium yangdirancang untukpembelajaran
Taman, kebun, took,museum, kelurahan,tropong bintang, dll.
D. Kriteria Penentuan Sumber Belajar
Dalam praktik pembelajaran yang dilakukan, untuk memilih sumber belajar harus
memperhatikan beberapa kriteria umum dan kriteria khusus. Dasar pertimbangan dalam
menentukan sumber belajar dapat menggunakan kriteria umum sebagai berikut:
(1) ekonomis, artinya tidak harus terpatok pada harga yang mahal;
(2) praktis, maksudnya tidak memerlukan pengelolaan yang rumit, sulit dan langka;
(3) mudah, yaitu dekat dan tersedia di sekitar lingkungan kita;
(4) fleksibel, artinya dapat dimanfaatkan untuk berbagai tujuan instruksional dan;
(5) sesuai dengan tujuan pembelajaran, maksudnya adalah mendukung proses dan
pencapaian tujuan belajar, serta dapat membangkitkan motivasi dan minat belajar
peserta didik.
Selanjutnya, dalam menentukan sumber belajar dapat pula menggunakan kriteria
khusus atau kriteria yang didasarkan pada tujuan pembelajaran yang diuraikan berikut ini.
1) sumber belajar harus mampu membangkitkan motivasi, minat, mendorong partisipasi,
merangsang pertanyaan-pertanyaan, dan memperjelas masalah,
2) sumber belajar dapat atau mampu mendukung kegiatan pembelajaran,
3) sumber belajar dapat dianalisis, diobservasi, dicatat secara teliti,
4) sumber belajar dapat memecahkan masalah, dan
5) sumber belajar dapat digunakan untuk presentasi atau lebih ditekankan pada sumber
belajar sebagai alat, metode atau strategi penyampaian pesan.
E. Strategi Penggunaan Sumber Belajar
Strategi penggunaan sumber belajar dapat dilakukan dengan cara mengodentifikasi
berbagai karakteristik sumber belajar yang digunakan. Susilana (2009:2002) menjelaskan
langkah-langkah strategi yang digunakan dalam penggunanan sumber belajar.
1) mengidentifikasi karakteristik sumber belajar yang akan digunakan, artinya sumber
belajar harus disesuaikan karakteristik materi pembelajaran sehingga mampu menunjang
kelancaran dan mencapai tujuan pembelajaran,
2) menyesuaikan dengan tujuan pembelajaran, apakah tujuan yang akan dicapai dalam
ranah kognitif, afektif, ataukah psikomotorik,
3) disesuaikan dengan kemampuan guru, artinya seorang guru harus memahami
kemampuannya jika telah menentukan sumber belajar yang akan digunakan dalam
pembelajaran, dan
4) sesuai dengan kebutuhan peserta didik, sumber belajar akan efektif jika sesuai dengan
kebutuhan belajar peserta didik.
F. Prosedur Perancangan
Dalam memanfaatkan sumber belajar, pengguna sumber belajar dapat melakukan
perancangan untuk menyusun sumber belajar. Dalam alur perancangannya, sumber belajar
dapat ditempuh melalui tahapan atau prosedur perancangan sumber belajar. Dalam hal ini,
secara skematik, prosedur merancang sumber belajar dapat mengikuti alur berikut ini.
Berdasarkan skema tersebut dapat dijelaskan bahwa langkah awal ketika merancang
sumber belajar adalah melakukan telaah kurikulum, selanjutnya menetapkan kompetensi
yang akan dicapai. Langkah berikutnya adalah memilih dan menentukan materi
pembelajaran yang akan disajikan, kemudian menentukan dan memilih sumber belajar yang
tepat. Setelah itu, langkah yang ditempuh adalah mengembangkan sumber belajar. Terakhir
untuk mengetahui tingkat efektifitas dan tingkat keberhasilan penggunaan sumber belajar,
harus dilakukan eveluasi terhadap sumber belajar.
G. Prosedur Penggunaan
Pengggunaan sumber belajar yang benar selayaknya tidak dilakukan dengan serta
merta, tetapi harus dilakukan melalui beberapa tahap. Hal ini dilakukan agar sumber belajar
yang telah dipilih dan ditentukan penggunaannya dapat berhasil dengan maksimal. Untuk itu
ketika sumber belajar akan digunakan sebaiknya ditempuh dengan prosedur atau langkah-
langkah seperti berikut ini.
1) Melakukan Analisis Kebutuhan (Need Analysis)
Langkah ini ditempuh untuk melakukan kajian terhadap berbagai persoalan yang
terkait dengan perancangansumber belajar yang didasarkan pada karakteristik setiap mata
pelajaran, baik dari segi kompetensi peserta didik maupun dari segi bahan ajar yang akan
disampaikan. Analisis kebutuhan ini juga dapat didasarkan atas masukan-masukan dari
penyelenggara pendidikan di lingkungan sekolah. Analisis ini ditekankan pada kebutuhan
yang diperlukan dalam merancang sumber belajar, termasuk kompetensi yang
dipersyaratkan berkaitan dengan perancangan sumber belajar.
2) Penetapan Sumber Belajar
Berdasarkan hasil analisis kebutuhan yang telah dilakukan, langkah berikutnya
adalah menetapkan sumber belajar yang akan digunakan. Langkah ini ditempuh dengan cara
melakukan kajian terhadap beberapa teori yang dikroscek dengan hasil analisis kebutuhan.
Langkah berikutnya menyusun konsep dan konstruknya, dan aplikasinya. Konsep dan
konstruk yang telah disusun selanjutnya dijadikan sebagai rujukan dalam menetapkan
sumber belajar.
3) Pengembangan Sumber Belajar
Kegiatan pengembangan dilakukan dengan jalan mengkaji dan meneliti berbagai
masukan yang berasal dari penetapan sumber belajar yang digunakan dalam pembelajaran.
Selanjutnya hasil pengembangan tersebutdijadikan bahan bagi kegiatan revisi penggunaan
sumber belajar. Hasil revisi ini selanjutnya akan dijadikan rujukan untuk kegiatan
pembelajaran.
H. Evaluasi Penggunaan Sumber Belajar
Evaluasi terhadap sumber belajar yang digunakan dilakukan untuk mengukur tingkat
ketercapaiaannya atau tingkat efektifitasnya terhadap tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan. Evaluasi ini dapat ditujukan untuk perancangan sumber belajar dan untuk
implementasi sumber belajar. Evaluasi dalam perancangan sumber belajar meliputi
ketepatannya dengan tujuan pembelajaran, keseuaian dengan materi ajar, kemudahan
perolehannya, dan keseusian dengan taraf berpikir peserta didik.
Untuk mempermudah melakukan evaluasi sumber belajar, baik perancangan maupun
implementasinya, dapat menggunakan format evaluasi berikut ini.
1. Format Evaluasi dalam Perancangan Sumber Belajar
No Unsur yang DievaluasiKriteria Penilaian
Baik Cukup Kurang
1. Ketepatannya dengan tujuan
pembelajaran. Artinya, sumber belajar
dipilih atas dasar tujuan pembelajaran
yang telah ditetapkan (termasuk ranah dan
tingkatannya).
2. Dukungan terhadap isi materi
pembelajaran. Maksudnya, materi
pembelajaran yang sifatnya fakta, prinsip,
konsep dan generalisasi sangat
memerlukan bantuan sumber belajar agar
mudah dipahami oleh peserta didik.
3. Kemudahan memperoleh sumber belajar.
Artinya, sumber belajar yang diperlukan
mudah didapatkan, baik yang tinggal
memenfaatkan atau yang harus dibuat
terlebih dahulu.
4. Keterampilan guru dalam penggunaan
sumber belajar. Apapun sumber belajar
yang diperlukan, syarat utama adalah guru
dapat menggunakannya dalam proses
pembelajaran. Nilai dan manfaat yang
diharapkan bukan pada sumber
belajarnya, tetapi dampak dari
penggunaan sumber belajar bagi
kebermaknaan untuk peserta didik.
5. Tersedia waktu untuk menggunakannya,
sehingga sumber belajar tersebut dapat
bermanfaat bagi peserta didik selama
proses pembelajaran berlangsung.
6. Sesuai dengan taraf berpikir peserta didik,
sehingga makna yang terkandung di
dalamnya dapat dengan mudah dipahami
oleh peserta didik.
2. Format Evaluasi Implementasi Sumber Belajar
No PertanyaanJawaban
Ya Tidak
1. Dapatkah sumber belajar yang digunakan
mampu meningkatkan kompetensi peserta
didik dalam mencapai tujuan
pembelajaran?
2. Apakah sumber belajar yang digunakan
cukup memadai dengan memanfaatkan
sumber belajar secara efektif?
3. Apakah isi sumber belajar telah
memenuhi syarat untuk menjelaskan
materi pembelajaran yang disampaikan?
4. Apakah sumber belajar yang digunakan
mampu menarik perhatian peserta didik
dalam implementasinya pada proses
pembelajaran?
5. Apakah sumber belajaryang digunakan
mampu menjelaskan materi secara detail
pada peserta didik?
6. Apakah sumber belajar yang digunakan
telah memuat seluruh informasi yang akan
disampaikan pada peserta didik?
Mengacu pada jawaban yang diberikan terhadap pertanyaan yang terdapat dalam
tabel evaluasi di atas, akan diketahui apakah sumber belajar yang dirancang telah memenuhi
syarat, atau sumber belajar yang diimplementasikan dalam kegiatan pembelajaran telah
layak dipilih atau tidak.
I. Lingkungan sebagai Sumber Belajar
Lingkungan merupakan salah satu sumber belajar yang amat penting dan memiliki
nilai-nilai yang sangat berharga dalam rangka proses pembelajaran peserta didik. Dengan
kata lain dapat disebut bahwa lingkungan dapat memperkaya bahan ajar dan kegiatan
belajar. Lingkungan yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar terdiri dari : (1)
lingkungan sosial dan (2) lingkungan fisik (alam). Lingkungan sosial dapat digunakan untuk
memperdalam ilmu-ilmu sosial dan kemanusiaan sedangkan lingkungan alam dapat
digunakan untuk mempelajari tentang gejala-gejala alam dan dapat menumbuhkan kesadaran
peserta didik akan cinta alam dan partispasi dalam memlihara dan melestarikan alam.
Pemanfaatan lingkungan dapat ditempuh dengan cara melakukan kegiatan dengan
membawa peserta didik ke lingkungan, seperti melakukan survei, karyawisata, berkemah,
praktek lapangan dan sebagainya. Bahkan belakangan ini berkembang kegiatan
pembelajaran dengan apa yang disebut sebagai out-bond, yang pada dasarnya merupakan
proses pembelajaran dengan menggunakan alam terbuka. Di samping itu pemanfaatan
lingkungan dapat dilakukan dengan cara membawa lingkungan ke dalam kelas, seperti :
menghadirkan narasumber untuk menyampaikan materi di dalam kelas. Agar penggunaan
lingkungan sebagai sumber belajar berjalan efektif, maka perlu dilakukan perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi serta tindak lanjutnya.
Sumber belajar akan dapat digunakan bila sumber belajar itu tersedia sebelum
proses belajar mengajar berlangsung. Penggunaan sumber belajar merupakan komponen
yang sangat penting dalam proses belajar mengajar, karena tanpa menggunakan sumber
belajar maka pesan yang tersimpan dalam materi suatu pelajaran sulit di terima oleh peserta
didik. Semakin banyak sumber belajar yang digunakan semakin banyak pula keterlibatan
indera peserta didik dalam penerimaan pesan tersebut dan akan semakin banyak kesan dan
pengalaman yang di serap oleh peserta didik.
Secara teoritis pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar mempunyai
berbagai arti penting. Ini karena lingkungan mudah dijangkau, biayanya relatif murah, objek
permasalahan dalam lingkungan beraneka ragam dan menarik serta tidak pernah habis.
Sehubungan dengan pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar ini, Nasution (dalam
Novrianti, 2012) menyatakan bahwa pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar dapat
dilakukan dengan dua cara yaitu (1) dengan cara membawa sumber-sumber dari masyarakat
atau lingkungan ke dalam kelas dan (2) dengan cara membawa peserta didik ke lingkungan.
Tentunya masing-masing cara tersebut dapat dilakukan dengan pendekatan, metode, teknik,
dan bahan ajar tertentu yang sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Ada beberapa metode yang dapat digunakan dalam rangka membawa peserta didik
ke dalam lingkungan itu sendiri yaitu metode karya wisata, service proyect, school
camping, surfer dan interviu. Lewat karyawisata umpamanya, peserta didik akan
memperoleh pengalaman secara langsung, membangkitkan dan memperkuat belajar peserta
didik, mengatasi kebosanan peserta didik belajar dalam kelas serta menanamkan kesadaran
peserta didik tentang lingkungan dan mempunyai hubungan yang lebih luas dengan
lingkungan.
Namun metode karya wisata ini memiliki kelemahan yang berbeda yang berkaitan
dengan waktu dan follow up karya wisata ini perlu diperhatikan secara cermat. Demikian
juga dengan metode lain yang membawa peserta didik ke luar kelas, metode yang di pilih
memerlukan rencana yang lebih cermat dan matang serta harus berpedoman kepada tujuan
pembelajaran yang hendak dicapai. Cara yang kedua yaitu dengan cara membawa sumber
dan lingkungan luar ke dalam kelas. Hal tersebut dapat dilakukan dengan membawa
resourses person, hasil, contoh dan koleksi tertentu ke dalam kelas.
Kedua cara yang telah dijelaskan di atas sebenarnya saling berkaitan satu dengan
yang lainnya karena keduanya dapat dikombinasikan. Misalnya melalui karya wisata peserta
didik mempunyai kesempatan untuk mengumpulkan berbagai benda sehingga koleksi benda
tersebut dapat memperkaya khasanah laboratorium di sekolah dan sewaktu-waktu benda-
benda tersebut dapat digunakan sebagai media sekaligus sebagai sumber belajar.
J. Lingkungan sebagai Sumber Belajar dan Faktor yang Mempengaruhinya
Urgensi pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar seperti yang telah
dijelaskan terdahulu sebenarnya sudah lama disadari oleh pendidik, namun kesadaran itu
tidaklah berarti bahwa lingkungan sudah dimanfaatkan secara maksimal sebagai sumber
belajar di sekolah dalam menunjang kegiatan belajar mengajar itu sendiri. Hal tersebut
dipengaruhi oleh berbagai faktor lingkungan sebagai sumber belajar, mungkin dari segi
guru, faktor dana, lembaga dan sebagainya. Sehubungan dengan hal ini Hanafi (dalam
Novrianti, 2012) menyatakan bahwa pemanfaatan sumber belajar tergantung pada kreatifitas
guru, kemampuan guru, waktu yang tersedia, dana yang tersedia, serta kebijakan-kebijakan
lainnya.
Berdasarkan pendapat tersebut dapat diketahui bahwa dalam pemanfaatan sumber
belajar termasuk lingkungan oleh peserta didik sangat tergantung pada bimbingan dan
arahan dari guru. Artinya, guru berfungsi sebagai fasilitator, komunikator, motivator dan
manager. Fungsi guru seperti inilah yang sangat diharapkan untuk mencapai tujuan
pendidikan.
Guru memang sudah tahu dan mengenal dengan baik jenis-jenis sumber belajar
yang harus digunakan. Itu saja belum cukup karena juga dibutuhkan lagi kemauan dan
kreatifitas guru-guru tadi untuk menyediakan dan mencari pengetahuan tentang cara
memanfaatkan sumber belajar tersebut secara efektif dan efisien.
Sebagai salah satu komponen penting dalam pendidikan, guru seyogianya harus
mengerti dan cakap dalam mencari dan memakai sumber belajar yang ada dan mampu
berperan sebagai komunikator, fasilitator, serta motivator dalam menumbuhkan kreatifitas
peserta didik untuk memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar. Pihak sekolah juga
harus memperhatikan kebutuhan akan sumber belajar dalam rangka meningkatkan kualitas
pendidikan agar dapat menghasilkan keluaran yang berkualitas. Untuk itu, dalam mengatasi
kendala-kendala yang dihadapi dalam memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar
diperlukan adanya kerjasama yang baik antara pihak sekolah, masyarakat serta lembaga
terkait lainnya.
K. Optimalisasi Sumber Belajar
Banyak orang beranggapan bahwa untuk menyediakan sumber belajar menuntut
adanya biaya yang tinggi dan sulit untuk mendapatkannya, yang kadang-kadang ujung-
ujungnya akan membebani orang tua peserta didik untuk mengeluarkan dana pendidikan
yang lebih besar lagi. Padahal dengan berbekal kreativitas, guru dapat membuat dan
menyediakan sumber belajar yang sederhana dan murah. Misalkan, bagaimana guru dan
peserta didik dapat memanfaatkan bahan bekas. Bahan bekas, yang banyak berserakan di
sekolah dan rumah, seperti kertas, mainan, kotak pembungkus, bekas kemasan sering luput
dari perhatian kita. Dengan sentuhan kreativitas, bahan-bahan bekas yang biasanya dibuang
secara percuma dapat dimodifikasi dan didaur-ulang menjadi sumber belajar yang sangat
berharga.
Demikian pula, dalam memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar, tidak perlu
harus pergi jauh dengan biaya yang mahal, lingkungan yang berdekatan dengan sekolah dan
rumah pun dapat dioptimalkan menjadi sumber belajar yang sangat bernilai bagi
kepentingan belajar peserta didik. Tidak sedikit sekolah-sekolah di kita yang memiliki
halaman atau pekarangan yang cukup luas, namun keberadaannya seringkali ditelantarkan
dan tidak terurus. Jika saja lahan-lahan tersebut dioptimalkan tidak mustahil akan menjadi
sumber belajar yang sangat berharga.
Daftar Pustaka
AECT. 1997. The Definition of Educational Technology. Washington DC.
Depdiknas. 2004. Pedoman Merancang Sumber Belajar. Jakarta: Depdiknas.
http://wijayalabs.files.wordpress.com, diakses 24 September 2012.
Novrianti. 2012. Pemanfaatan Lingkungan Sebagai Sumber Belajar. (Online),(http://sweetyhome.wordpress.com, diakses 22 September 2012).
Susilana, Rudi. 2009. Sumber Belajar dalam Pendidikan. Bandung: IMTIMA.