Senyawa Terpenoid Dalam Daun Pepaya

7
Jurnal Gradien Vol.2 No.1 Januari 2006 : 116-122 Penentuan Adanya Senyawa Triterpenoid Dan Uji Aktivitas Biologis Pada Beberapa Spesies Tanaman Obat Tradisional Masyarakat Pedesaan Bengkulu Eni Widiyati Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Bengkulu, Indonesia Diterima 6 Desember 2005; disetujui 25 Desember 2005 Abstrak - Telah dilakukan penelitian tentang penentuan adanya senyawa Triterpenoid dan uji aktivitas biologis pada beberapa spesies tanaman obat tradisional masyarakat pedesaan Bengkulu. Penelitian ini terdiri dari dua tahap yaitu tahap satu penentuan adanya senyawa Triterpenoid pada bagian tanaman dengan menggunakan pereaksi Liebermann-Burchard dan tahap dua, uji aktivitas biologis (bioassay) dengan uji Brine Shrimp menggunakan hewan uji Arthemia salina Leach terhadap ekstrak bagian tanaman yang mengandung banyak dan sangat banyak senyawa Triterpenoid. Dari penelitian yang dilakukan telah diketahui sebanyak 34 spesies tanaman obat tradisional masyarakat pedesaan Bengkulu mengandung senyawa Triterpenoid dan tidak semua bagian tanaman mengandung senyawa Triterpenoid. Hasil uji aktifitas biologis menunjukkan bahwa dari 8 ekstrak bagian tanaman yang diuji, diketahui semuanya mempunyai harga LC 50 < 1000 ppm, berarti ekstrak kasar yang mengandung Triterpenoid tersebut mempunyai aktivitas biologis. Kata kunci: Triterpenoid; Liebermann-Burchard; bioassy 1. Pendahuluan Saat ini dunia farmasi dan kedokteran telah berkembang pesat, sehingga sudah banyak dibuat dan dipakai berbagai jenis obat-obatan yang diproduksi oleh pabrik- pabrik farmasi. Oleh karena sebagian besar bahan baku untuk pembuatan obat-obatan tersebut masih diimport dari luar negeri, maka mengakibatkan harganya menjadi mahal dan kadang-kadang tidak terjangkau oleh sebagian masyarakat, khususnya masyarakat pedesaan. Adanya krisis moneter dan krisis ekonomi yang berkepanjangan di Indonesia akhir-akhir ini membuat harga obat-obatan produksi pabrik menjadi semakin mahal dan semakin tidak terjangkau lagi oleh masyarakat kecil. Untuk mengatasi permasalahan tersebut maka perlu digalakkan penggunaan obat-obatan tradisional, khususnya yang dibuat dari ramuan tanaman. Tanaman, khususnya tanaman obat tradisional mudah diperoleh karena dapat ditanam sendiri di pekarangan rumah, selain itu tanaman (tumbuhan) merupakan sumber daya alam yang dapat diperbaharui sehingga tidak akan mengalami kepunahan apabila dilestarikan. Tanaman dikenal banyak mengandung senyawa-senyawa kimia khususnya senyawa metabolit sekunder. Salah satu senyawa metabolit sekunder yang terkandung di dalam tanaman adalah senyawa Triterpenoid. Senyawa tersebut dapat dijumpai pada bagian akar, batang, daun, buah maupun biji tanaman. Triterpenoid adalah senyawa metabolid sekunder yang kerangka karbonnya berasal dari enam satuan isoprena dan diturunkan dari hidrokarbon C 30 asiklik , yaitu skualena. Senyawa ini berbentuk siklik atau asiklik dan sering memiliki gugus alkohol, aldehida, atau asam karboksilat [1]. Sebagian besar senyawa Triterpenoid mempunyai kegiatan fisiologi yang menonjol sehingga dalam kehidupan sehari-hari banyak dipergunakan sebagai obat seperti untuk pengobatan penyakit diabetes, gangguan menstuasi, patukan ular, gangguan kulit, kerusakan hati dan malaria. Sedang bagi tumbuhan yang mengandung senyawa Triterpenoid terdapat nilai ekologi karena senyawa ini bekerja sebagai anti fungus, insektisida, anti pemangsa, anti bakteri dan anti virus [2]. Uji kimia yang dapat dilakukan untuk mengetahui adanya senyawa

Transcript of Senyawa Terpenoid Dalam Daun Pepaya

Page 1: Senyawa Terpenoid Dalam Daun Pepaya

Jurnal Gradien Vol.2 No.1 Januari 2006 : 116-122

Penentuan Adanya Senyawa Triterpenoid Dan Uji Aktivitas Biologis Pada Beberapa Spesies

Tanaman Obat Tradisional Masyarakat Pedesaan Bengkulu

Eni Widiyati

Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Bengkulu, Indonesia

Diterima 6 Desember 2005; disetujui 25 Desember 2005

Abstrak - Telah dilakukan penelitian tentang penentuan adanya senyawa Triterpenoid dan uji aktivitas biologis pada beberapa spesies tanaman obat tradisional masyarakat pedesaan Bengkulu. Penelitian ini terdiri dari dua tahap yaitu tahap satu penentuan adanya senyawa Triterpenoid pada bagian tanaman dengan menggunakan pereaksi Liebermann-Burchard dan tahap dua, uji aktivitas biologis (bioassay) dengan uji Brine Shrimp menggunakan hewan uji Arthemia salina Leach terhadap ekstrak bagian tanaman yang mengandung banyak dan sangat banyak senyawa Triterpenoid. Dari penelitian yang dilakukan telah diketahui sebanyak 34 spesies tanaman obat tradisional masyarakat pedesaan Bengkulu mengandung senyawa Triterpenoid dan tidak semua bagian tanaman mengandung senyawa Triterpenoid. Hasil uji aktifitas biologis menunjukkan bahwa dari 8 ekstrak bagian tanaman yang diuji, diketahui semuanya mempunyai harga LC 50 < 1000 ppm, berarti ekstrak kasar yang mengandung Triterpenoid tersebut mempunyai aktivitas biologis. Kata kunci: Triterpenoid; Liebermann-Burchard; bioassy

1. Pendahuluan Saat ini dunia farmasi dan kedokteran telah berkembang pesat, sehingga sudah banyak dibuat dan dipakai berbagai jenis obat-obatan yang diproduksi oleh pabrik-pabrik farmasi. Oleh karena sebagian besar bahan baku untuk pembuatan obat-obatan tersebut masih diimport dari luar negeri, maka mengakibatkan harganya menjadi mahal dan kadang-kadang tidak terjangkau oleh sebagian masyarakat, khususnya masyarakat pedesaan. Adanya krisis moneter dan krisis ekonomi yang berkepanjangan di Indonesia akhir-akhir ini membuat harga obat-obatan produksi pabrik menjadi semakin mahal dan semakin tidak terjangkau lagi oleh masyarakat kecil. Untuk mengatasi permasalahan tersebut maka perlu digalakkan penggunaan obat-obatan tradisional, khususnya yang dibuat dari ramuan tanaman. Tanaman, khususnya tanaman obat tradisional mudah diperoleh karena dapat ditanam sendiri di pekarangan rumah, selain itu tanaman (tumbuhan) merupakan sumber daya alam yang dapat diperbaharui sehingga tidak akan mengalami kepunahan apabila dilestarikan.

Tanaman dikenal banyak mengandung senyawa-senyawa kimia khususnya senyawa metabolit sekunder. Salah satu senyawa metabolit sekunder yang terkandung di dalam tanaman adalah senyawa Triterpenoid. Senyawa tersebut dapat dijumpai pada bagian akar, batang, daun, buah maupun biji tanaman.

Triterpenoid adalah senyawa metabolid sekunder yang kerangka karbonnya berasal dari enam satuan isoprena dan diturunkan dari hidrokarbon C 30 asiklik , yaitu skualena. Senyawa ini berbentuk siklik atau asiklik dan sering memiliki gugus alkohol, aldehida, atau asam karboksilat [1]. Sebagian besar senyawa Triterpenoid mempunyai kegiatan fisiologi yang menonjol sehingga dalam kehidupan sehari-hari banyak dipergunakan sebagai obat seperti untuk pengobatan penyakit diabetes, gangguan menstuasi, patukan ular, gangguan kulit, kerusakan hati dan malaria. Sedang bagi tumbuhan yang mengandung senyawa Triterpenoid terdapat nilai ekologi karena senyawa ini bekerja sebagai anti fungus, insektisida, anti pemangsa, anti bakteri dan anti virus [2]. Uji kimia yang dapat dilakukan untuk mengetahui adanya senyawa

Page 2: Senyawa Terpenoid Dalam Daun Pepaya

Eni Widiyati / Jurnal Gradien Vol. 2 No. 1 Januari 2006 :116-122

117

Triterpenoid dalam bagian tumbuhan adalah dengan menggunakan pereaksi Liebermann- Burchard [1], sedangkan untuk mengetahui adanya keaktifan biologis dari ekstrak bagian tanaman yang mengandung senyawa Triterpenoid dapat dilakukan dengan uji Brine Shrimp menggunakan hewan uji Arthemia Salina Leach [3]. Sejak dahulu, masyarakat pedesaan Propinsi Bengkulu sudah menggunakan obat-obatan tradisional untuk mengatasi berbagai penyakit. Meskipun perkembangan sistem dan cara pengobatan moderen telah maju pesat, namun pengobatan tradisional masih tetap mendapat tempat di dalam masyarakat pedesaan. Obat-obatan tradisional sebagai sarana penyembuhan berbagai penyakit, telah diwarisi secara turun-temurun dan telah menunjukkan bukti keampuhannya yang dapat diakui keberadaan dan kebenarannya sampai sekarang [4]. Sampai saat ini, belum banyak informasi tentang adanya kandungan senyawa metabolit sekunder khususnya Triterpenoid pada tanaman yang dipergunakan sebagai ramuan obat tradisional masyarakat pedesaan Bengkulu. Oleh karena itu perlu ditingkatkan penelitian-penelitian di bidang kimia, khususnya kimia organik bahan alam, sehingga akan memperkaya informasi di bidang tersebut. Informasi tentang adanya tanaman yang mengandung senyawa Triterpenoid serta adanya keaktifan biologis dari beberapa tanaman obat tradisional masyarakat pedesaan Bengkulu dapat memberikan sumbangan yang positif di bidang dunia kesehatan. Selain itu informasi tersebut dapat memberikan data dasar bagi peneliti selanjutnya yang tertarik untuk melakukan penelitian di bidang senyawa Triterpenoid. Berdasarkan pada latar belakang di atas maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya senyawa Triterpenoid dan menentukan adanya aktivitas biologis beberapa tanaman yang mengandung banyak senyawa Triterpenoid pada beberapa spesies tanaman obat tradisional masyarakat pedesaan Propinsi Bengkulu.

3. Metode Penelitian Dalam penelitian ini digunakan alat dan bahan sebagai berikut:

1. Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini meliputi pisau potong, lumpang porselin dan penumbuk, pipet tetes, pelat tetes, tabung reaksi, gelas ukur, tempat penetasan Arthemia salina, seperangkat alat ekstraksi sokhlet dan labu takar.

2. Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini meliputi sampel tanaman obat, kloroform, asam sulfat pekat, asam asetat anhidrat, Brine shrimp egg, DMSO, metanol, akuades, dan garam.

Sedangkan metode penelitian meliputi: a. Penentuan Adanya Senyawa Triterpenoid Pada

Bagian Tanaman Obat Tradisional. Pada penelitian ini dikumpulkan beberapa spesies tanaman obat tradisional yang biasa dipergunakan oleh masyarakat pedesaan Propinsi Bengkulu. Bagian yang diambil meliputi akar, batang , daun, bunga dan buah. Masing-masing spesies dimasukkan ke dalam kantong plastik yang berbeda, kemudian dilakukan identifikasi adanya senyawa Triterpenoid sebagai berikut : Sebanyak 4 gram sampel segar (bagian tanaman dapat berupa akar, daun, kulit batang, bunga atau buah) digerus dalam lumpang porselin dan dilarutkan dengan kloroform sebanyak 10 ml. Filtrat yang dihasilkan dipindahkan ke dalam pelat tetes dan dibiarkan sampai menguap pelarutnya. Kemudian ke dalamnya ditambahkan pereaksi Liebermann-Burchard (1 tetes asam sulfat pekat dan 3 tetes asam asetat anhidrat). Uji positif jika timbul warna merah, merah jambu atau ungu. Untuk mengetahui banyak sedikitnya kandungan Triterpenoid dalam bagian tanaman, digunakan biji mahoni sebagai pembanding yang telah diketahui banyak mengandung senyawa riterpenoid (+++). Apabila sampel menunjukkan warna yang lebih pekat dari pembanding diberi tanda (++++), bila intensitas warnanya lebih kecil dari pembanding diberi tanda (++) atau (+) dan sampel yang tidak menunjukkan adanya Triterpenoid diberi tanda (-) [5]. b. Uji Aktivitas biologis (bioassy) dengan uji Brine

Shrimp Untuk keperluan bioassay, maka bagian tanaman yang banyak mengandung Triterpenoid diekstrak dengan pelarut metanol. Ekstrak yang diperoleh diuapkan

Page 3: Senyawa Terpenoid Dalam Daun Pepaya

Eni Widiyati / Jurnal Gradien Vol. 2 No. 1 Januari 2006 :116-122

118

pelarutnya sehingga diperoleh ekstrak kental yang siap untuk bioassay. Adapun pelaksanaan bioassay adalah sebagai berikut : sebanyak 500 ml larutan garam dimasukkan ke dalam wadah sebagai tempat penetasan yang dibuat terdiri dari dua bagian yaitu separo bagian tertutup dan separo bagian lain dibiarkan terbuka. Dimasukkan ke dalamnya Brine shrimp eggs secukupnya, kemudian ditempatkan di bawah sinar lampu yang diberi airasi. Setelah telur menetas, larva akan bergerak bebas. Ditunggu selama 2 hari sampai tumbuh menjadi larva dewasa. Kemudian disiapkan larutan sampel yaitu larutan ekstrak bagian tanaman yang mengandung Triterpenoid, dengan konsentrasi 10 ppm, 100 ppm, dan 1000 ppm. Ke dalam 3 buah tabung reaksi masing-masing dimasukkan larutan sampel dengan konsentrasi yang berbeda yaitu 10 ppm, 100 ppm dan 1000 ppm serta satu tabung (tabung ke empat) diisi larutan blanko sebagai kontrol. Pada setiap tabung yang telah diisi larutan sampel dan larutan blanko di atas dimasukkan sebanyak 10 individu larva shrimp. Pengamatan dilakukan setelah 24 jam untuk mengetahui adanya larva shrimp yang mati. Percobaan tersebut diulangi sebanyak tiga kali. Data yang diperoleh kemudian dihitung harga LC50 nya dengan menggunakan program Finney’s Probit Analysis [6] atau analisis probit dan persamaan regresi linier [7] . Apabila harga LC 50 ≤ 1000 ppm, berarti ekstrak sampel yang dianalisis mempunyai aktivitas biologis [2].

4. Hasil Dan Pembahasan 1. Penentuan Adanya Senyawa Triterpenoid Pada

beberapa Spesies Tanaman Obat Tradisional Masyarakat Pedesaan Bengkulu

Untuk mengetahui adanya senyawa Triterpenoid pada tanaman dapat dilakukan dengan menambahkan pereaksi Lieberman-Burchard yang terdiri dari asam sulfat pekat dan asam asetat anhidrat. Jika pada bagian tanaman yang dianalisis mengandung senyawa Triterpenoid, maka ekstrak bagian tanaman yang diuji menunjukkan terjadi perubahan warna yaitu warna merah, merah jambu atau ungu. Untuk mengetahui seberapa banyak kandungan Triterpenoid yang terdapat pada bagian tanaman, maka intensitas warna yang ditimbulkan pada penambahan

pereaksi Liebermann-Burchard dibandingkan dengan intensitas warna yang terjadi pada ekstrak biji mahoni yang ditambah pereaksi Liebermann-Burchard. Digunakan biji mahoni sebagai pembanding karena di dalamnya terkandung banyak senyawa Triterpenoid yang diberi tanda (+++). Hasil penelitian menunjukkan, intensitas warna yang dihasilkan oleh beberapa bagian tanaman berbeda-beda, hal ini berarti kandungan Triterpenoid dalam bagian tanaman juga bervariasi, mulai dari (+) berarti sedikit, (++) berarti cukup banyak, (+++) berarti banyak dan (++++) sangat banyak mengandung senyawa Triterpenoid.

Dari hasil penelitian tersebut juga dapat diketahui ada beberapa bagian tanaman yang memberikan hasil negatif, yang berarti tidak semua bagian tanaman mengandung senyawa Triterpenoid. Hal ini sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa senyawa metabolit sekunder, salah satunya adalah senyawa Triterpenoid tidak disebarkan secara universal ke seluruh bagian tanaman [1]. Sampai saat ini telah dilakukan analisis untuk menentukan adanya senyawa Triterpenoid terhadap beberapa spesies tanaman obat tradisional masyarakat pedesaan Bengkulu. Hasil penelitian menunjukkan 34 spesies tanaman positif mengandung senyawa Triterpenoid. Daftar beberapa spesies tanaman yang mengandung senyawa Triterpenoid terdapat di tabel 1. Dari tabel 1 terlihat sebagian besar bagian tanaman yang biasa digunakan oleh masyarakat pedesaan Bengkulu untuk mengobati jenis penyakit tertentu ternyata mengandung senyawa Triterpenoid. Kandungan Triterpenoid yang terdapat pada bagian tanaman obat tradisional yang digunakan juga bervariasi yaitu ada yang sedikit (+), cukup banyak (++), banyak (+++) dan sangat banyak (++++). Namun ada juga bagian tanaman yang tidak mengandung senyawa Triterpenoid tetapi sering digunakan oleh masyarakat untuk pengobatan tradisional. Kemungkinan, bagian tanaman tersebut mengandung senyawa metabolit sekunder selain Triterpenoid seperti alkaloid, steroid atau flavonoid. Ada juga bagian tanaman yang banyak mengandung senyawa Triterpenoid namun belum dimanfaatkan untuk pengobatan tradisional. Data tabel 1 tersebut dapat berubah dengan bertambahnya penelitian-penelitian tentang penentuan adanya senyawa

Page 4: Senyawa Terpenoid Dalam Daun Pepaya

Eni Widiyati / Jurnal Gradien Vol. 2 No. 1 Januari 2006 :116-122

119

Triterpenoid pada tanaman obat tradisional masyarakat pedesaan Bengkulu.

2. Uji Aktivitas Biologis Terhadap Ekstrak Bagian

Tanaman Yang Mengandung Banyak Senyawa Triterpenoid

Pada penelitian ini, bioassay (uji aktivitas biologis) dilakukan pada bagian tanaman yang mengandung kadar Triterpenoid banyak (+++) dan sangat banyak (++++). Alasan pemilihan bagian tanaman yang mengandung Triterpenoid banyak dan sangat banyak untuk bioassay adalah agar setelah bagian tanaman tersebut diekstrak, maka diharapkan kandungan terbesar dari ekstrak kasar tersebut adalah Triterpenoid, sehingga pada saat bioassy, diharapkan senyawa yang mempunyai aktivitas biologis adalah senyawa Triterpenoid tersebut. Namun dugaan tersebut masih harus dibuktikan dengan jalan mengisolasi Triterpenoid yang terdapat pada ekstrak bagian tanaman tersebut kemudian dilakukan bioassay terhadap Triterpenoid murni yang dihasilkan. Bagian tanaman yang mengandung banyak dan sangat banyak senyawa Triterpenoid tersebut diekstrak dengan alat ekstraksi sokhlet menggunakan pelarut metanol. Dipilihnya alat ekstraksi sokhlet karena alat tersebut mempunyai beberapa keuntungan antara lain dapat mengekstrak sampel dalam jumlah banyak (skala gram), penyarian dapat dilakukan berulang-ulang sehingga semua ekstrak dapat terambil, dan pelarut yang digunakan dapat digunakan kembali karena tidak menguap. Pada penelitian ini untuk mengetahui adanya aktivitas biologis dari ekstrak tanaman yang mengandung Triterpenoid digunakan uji Brine Shrimp. Metode ini dipilih karena dapat digunakan untuk mengetahui adanya efek sitotoksik dan juga untuk memperoleh hewan uji lebih mudah, harganya murah, telurnya dapat tahan beberapa tahun bila disimpan ditempat kering, mengerjakannya sederhana dan lebih cepat. Disamping itu metode ini telah diuji dan mempunyai korelasi positif dengan metode yang telah biasa digunakan untuk penapisan senyawa anti kanker. Jika ekstrak bagian tanaman yang diuji mempunyai harga LC50 < 1000 ppm maka ekstrak tersebut dinyatakan mempunyai aktivitas biologis yaitu mengandung senyawa yang bersifat sitotoksik [2]. Hasil bioassay pada penelitian ini terdapat di tabel 2.

Data tabel 2 menunjukkan bahwa dari 8 sampel yang mengandung banyak dan sangat banyak Triterpenoid yang dianalisis semua mempunyai harga LC 50 < 1000. Berarti pada konsentrasi tersebut terdapat 50 % individu Artemia salina Leach ( Brine shrimp) yang mati. Hal ini berarti ke 8 ekstrak bagian tanaman tersebut mempunyai aktivitas biologis terhadap Arthemia salina Leach atau mengandung senyawa yang bersifat sitotoksik. Namun untuk mengetahui apakah senyawa yang mempunyai aktivitas tersebut adalah Triterpenoid, perlu dilakukan penelitian lanjutan, yaitu dengan mengisolasi Triterpenoid yang terdapat pada ekstrak tersebut. Setelah dihasilkan Triterpenoid murni maka diuji kembali dengan uji Brine shrimp. Perlu juga dilakukan ekstraksi menggunakan pelarut selain metanol seperti kloroform atau karbon tetra klorida untuk mengetahui kemungkinan adanya senyawa Triterpenoid yang larut dalam pelarut yang non polar atau kurang polar. Dengan diketahui adanya aktivitas biologis pada bagian tanaman yang mengandung banyak senyawa Triterpenoid maka penggunakan bagian tanaman tersebut sebagai obat tradisional perlu lebih digalakkan.

4. Kesimpulan

Dari penelitian yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : a. Dari beberapa spesies tanaman obat tradisional yang

dianalisis diperoleh 34 spesies tanaman mengandung senyawa Triterpenoid dan tidak semua bagian tanaman yang dianalisis mengandung Triterpenoid.

b. Dari 8 ekstrak bagian tanaman yang mengandung banyak dan sangat banyak senyawa Triterpenoid diketahui semuanya mempunyai aktivitas terhadap Brine shrimp berarti ekstrak kasar ke 8 bagian tanaman tersebut mempunyai aktivitas biologis.

Mengingat masih banyak tanaman obat tradisional yang belum dianalisis maka perlu dilakukan penelitian tentang identifikasi adanya Triterpenoid dan bioassay dengan sampel atau spesies tanaman obat tradisional masyarakat pedesaan Bengkulu yang berbeda sehingga akan menambah jumlah data yang telah ada. Juga perlu dilakukan identifikasi adanya senyawa metabolit sekunder

Page 5: Senyawa Terpenoid Dalam Daun Pepaya

Eni Widiyati / Jurnal Gradien Vol. 2 No. 1 Januari 2006 :116-122

120

yang lain selain Triterpenoid seperti alkaloid, steroid dan flavanoid. Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk memastikan apakah senyawa aktif yang terdapat pada ekstrak bagian tumbuhan pada penelitian ini adalah benar-benar senyawa Triterpenoid yaitu dengan mengisolasi senyawa tersebut.

Daftar Pustaka

[1] Harborne, J.B., Metode Fitokimia Tumbuh-tumbuhan,

(Penterjemah Kosasih Padmawinata dan Iwang Soediro), 1987, terbitan kedua, Penerbit ITB, Bandung.

[2] Robinson, T., Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi, (Penterjemah : Prof. Dr. Kosasih Padmawinata), Edisi keenam, Institut Teknologi Bandung, Bandung

[3] Mayer B. N., Ferrigni N. R., Putnam J. E., Jacabsen l. B., Nichols D.E., Mc Laughin J.L., A Convenient General Bioassay for Active Plant Constituent, 1982, Journal of Medicines Plant Research, Vol. 452

[4] DepDikBud, Pengobatan Tradisional Pada Masyarakat Pedesaan Daerah Bengkulu, 1995, Proyek Pengkajian dan Pembinaan Nilai-nilai Budaya Daerah Bengkulu, Bengkulu.

[5] Majang, Yunazar, Isolasi Karakterisasi Senyawa Terpenoid dan Steroid, 2002, Proyek Peningkatan Sumber Daya Manusia, Universitas Andalas, Padang.

[6] Abdi, D., Uji Bioaktivitas Metabolit Sekunder, 2001, Universitas Andalas, Padang

[7] Zulkhaidir, Uji kandungan senyawa steroid dan Bioassay pada beberapa spesies tanaman obat tradisional di desa Kelilik Kabupaten Kepahiang, 2005, skripsi, Universitas Bengkulu, Bengkulu.

[8] Sari, L. N., Uji Pendahuluan Penentuan Adanya Senyawa Triterpenoid dan Bioassay Pada Beberapa Spesies Tanaman Obat Tradisional di Taman Hutan Raya (Tahura) Rajo Lelo Propinsi Bengkulu, 2002, skripsi, Universitas Bengkulu, Bengkulu.

[9] Loisyana, Identifikasi, Inventarisasi Senyawa Triterpenoid dan Uji Brine Shrimp pada Beberapa Tanaman Obat Tradisional Masyarakat Bengkulu, 2005, skripsi, Universiats Bengkulu, Bengkulu.

[10] Yanti, M., Studi Senyawa Terpenoid Pada Beberapa Spesies Tanaman Obat Tradisional di Taman Hutan Raya Rajo Lelo Bengkulu, 2001, Skripsi, Universitas Bengkulu, Bengkulu

Page 6: Senyawa Terpenoid Dalam Daun Pepaya

Eni Widiyati / Jurnal Gradien Vol. 2 No. 1 Januari 2006 :116-122

121

Tabel 1. Daftar beberapa spesies tanaman obat tradisional masyarakat pedesaan Bengkulu yang mengandung senyawa Triterpenoid

No Nama daearah/Latin/famili Bagian yang mengandung Triterpenoid / kadar

Bagian yang digunakan sebagai obat /khasiatnya

1 Kamboja / Plumeria acuminata /apocynaceae

Kulit batang (+), bunga (+) Getah untuk bengkak

2 Kapuk/randu / Caiba petrandra /bombaceae

Daun (+++), kulit batang (+) Daun untuk obat bengkak

3 Selasih / ocinum bacilicum Akar (+++), daun (+), batang ( +), bunga (+++), akar (+++)

Daun untuk bengkak, campak

4 Mengkudu/ Morinda citrifolis / Daun (++++), kulit batang (+++) , buah (++++)

Daun untuk mencret Buah untuk amandel, cacingan

5 Kunyit/ Curcuma domestica / zingiberaceae Daun ( +) , umbi (+++) Daun untuk bisul, Rimpang untuk kurang darah

6 Kangkung/ Ipomea reptans Akar (++), daun (+), batang (+) Akar untuk wasir 7 Sirsak / Anona muricata / annonaceae Kulit buah,(+), buah (++) Daun untuk asma 8 Sirih / piper betle / piperaceae Daun (+), akar (++) Daun untuk bisul, hidung

berdarah, Batang untuk batuk

9 Serai / Andropogon nardus / gramineae Daun (+), akar (++) Batang untuk batuk 10 Jeruk nipis/ Citrus aurantifolia/ rutaceae Daun ( +), buah (+) Daun untuk batuk 11 Kemuning / Murraya paniculata Daun (++), kulit batang (+++),

buah (+++) Daun untuk batuk, encok

12 Jarak pagar/ Jatropa curcar Daun (+), kulit batang (+) Daun untuk mencret 13 Melati/ Jasminum sambac/ Oleaceae Bunga (++) Daun, bunga untuk campak 14 Daun anjuang/ Cordyline terminalis/ Daun (+++), kulit batang (+) Daun untuk campak

15 Jagung/ Zea mais, Linn/ graminae Kulit batang (++), rambut (+) Rambut untuk darah tinggi 16 Jambu biji/ Psidium guajava, Linn / Daun (+), buah (+) Daun untuk desentri 17 Kecubung/ Datura metel / solanaceae Bunga (++) Daun untuk encok 18 Singkong/ Manihot utilissima, Pohl/ Daun (+++), kulit batang (+) Daun untuk encok 19 Kumis kucing / Orthosiphon stamineus/ Daun (+), batang (++), bunga

(+++) Daun untuk kencing batu

20 Kemiri / Aleurites moluccana, Willd/ Daun (+), kulit batang (+++) Untuk kudis, borok, terkilir 21 Keji beling / Strobilanthes crispus/

acanthaceae Kulit batang (+) Untuk kencing batu

22 Temu lawak / curcuma xanthorrhiza, Roxb / Daun (+), rimpang (+++) Rimpang untuk kencing batu

23 Alang-alang / Imperata cylindrica, beav / gramineae

Daun (+) Akar untuk obat kencing manis

24 Lengkuas / Alpiniaofficinarum hance / zingiberaceae

Daun (+), batang (+) , rimpang (++)

Rimpang untuk panu

25 Alpokat / Parsea americana, Mill/ lauraceae Kulit batang (+) Daun untuk sakit buah pinggang, darah tinggi

26

Dadap / Erythrina orientalis / Daun (++), kulit batang (+) Daun untuk sakit buah pinggang

27 Lamtoro / Leucaena glauca / leguminosae Daun (+), kulit batang (+), bunga (+), buah (++), kulit buah (+)

Untuk cacingan

28 Jahe / Zingiber officinale / zingiberaceae Daun (+), umbi (+++), akar (+) Rimpang untuk masuk angin

29 Jeruk purut / Citrus hystrix, D.C. / rutaceae Daun (+++) Untuk haid tidak teratur 30 Kencur / Kaemphera galanga, L / Daun (+) Untuk kencing manis 31 Pule (pelawi)/ Alstonia scholaris/

apocynaceae Kulit batang (++++), daun (++++), getah (+++)

Kulit batang untuk kencing manis

Page 7: Senyawa Terpenoid Dalam Daun Pepaya

Eni Widiyati / Jurnal Gradien Vol. 2 No. 1 Januari 2006 :116-122

122

32 Pepaya / Carica papaya / caricaceae Daun (+), batang (+), akar (+), buah (+) bunga (++)

Daun untuk malaria, Getah untuk kulit

33 Jarak (ginje)/ thevetio peruviana / apocynaceae

Daun (+), kulit batang (+++), bunga (+++), kulit buah (+++), biji (++++)

Daun untuk penurun panas

34 Asam jawa / tamarindus indica , L, / Kulit batang (+) Penambah nafsu makan, Keterangan : (+) = sedikit Triterpenoid (++) = cukup banyak Triterpenoid (+++) = mengandung banyak Triterpenoid (++++) = mengandung sangat banyak Sumber : [4], [8], [9] dan [10].

Tabel 2. Hasil Uji Aktivitas Biologis terhadap ekstrak bagian tanaman obat tradisional yang banyak dan sangat banyak mengandung senyawa Triterpenoid

Prosentasi kematian Arthemia salina (%) No Nama Tumbuhan (daerah/latin), bagian yang

diekstrak. 10 ppm 100 ppm 1000 ppm LC -50

1 Anjuang /Cordyline terminalis / daun 0 30 100 442,70 2 Pule / Alstonia Scholaris /daun 3,33 50 100 356,22 3 Serai / Andropogon nardus / daun 100 100 100 <10 4 Jeruk purut / Citrus hystrix, D.C. / daun 50 100 100 < 10 5 Sirih / Piper betle / daun 0 23,33 100 429,74 6 Jambu biji / Psidium guajava, Linn / daun 16,66 26,66 50 988,69 7 Kemiri /Aleurites moluccana, Willd / kulit batang 76,66 96,66 96,66 < 10 8 Kapok randu/ daun 23,33 20 83,33 490,50

LC-50 = Lethal Concentrasion 50 Sumber : [8 ], [9 ], dan [10 ]