SENIN, 18 APRIL 2011 Gedung Sekolah Tempat UN Ambruk fileMing Sari Nuryanti atau Munah Alfhatiyah,...

1
T IGA tahun sudah pasangan Syaefudin, 48, dan Fujianti, 45, menanti kembalinya empat putri mereka, Ming Ming Sari Nuryanti atau Munah Alfhatiyah, 20, Lisa Sabnurputri,19, Melati Sabnurputri, 17, dan Rohani Nurtri, 12, yang menghilang sejak 2008. Keempat putri pasangan yang tinggal di Kampung Sukasirna, Rumpin, Kabupaten Bogor, itu diduga tidak kembali setelah direkrut jaringan yang mengajarkan aliran sesat. Hingga kini nasib empat kakak beradik itu tidak diketahui sehingga keluarga terutama kedua orang tua mereka diselimuti kegundahan dan kesedihan. “Tidak ada kabar apa pun tentang mereka. Tidak tahu kondisi mereka, apakah masih hidup, tidak ada titik terang, semuanya gelap,” tutur Syaefudin. Berulang kali Syaefudin dihantui mimpi buruk tentang anaknya. Ia mengaku tidak sanggup melakukan pencarian sendiri. “Kalau mencari sendiri, berarti saya harus meninggalkan keluarga. Nanti siapa yang akan memberi makan keluarga saya,” ujarnya. Bagi Syaefudin, menceritakan kisah kehilangan empat anaknya sebenarnya seperti membuka kembali luka lama yang belum sembuh. Ia mengaku sangat geram dengan pihak yang membawa dan mencuci otak anaknya sehingga berubah dan meninggalkan orang tua serta tiga adik-adik mereka. Kisah itu berawal pada Juli 2007, tatkala putri sulungnya, Ming Ming, mulai kuliah di jurusan akuntansi, Universitas Pamulang, Tangerang, Banten. Di kampusnya, Ming Ming aktif dalam organisasi kampus hingga dicalonkan menjadi ketua Badan Eksekutif Mahasiswa dan dikenal sebagai mahasiswa yang berprestasi. Saat tidak kuliah, ia membantu orang tua mencari nafkah dengan memungut botol dan gelas plastik air mineral di sekitar Rumpin. Karena kegigihannya, ia memperoleh beasiswa dari Dompet Peduli Umat, bahkan sempat tampil di beberapa program televisi. Namun, Ming Ming mulai berubah sejak bergabung dengan kegiatan pengajian di kampusnya. Ia mulai menentang kedua orang tuanya, hingga akhirnya kerap tidak pulang ke rumah. Bukan itu saja, dua hari sebelum Idul Fitri 1429 H, Ming Ming tidak kembali ke rumah, dan menghubungi adiknya, Melati. Tepat di hari Lebaran, Melati mengajak lima saudara lainnya, yakni Lisa, Rohani, Keni, Romadhon, dan Mia, untuk meninggalkan orang tua mereka dan mengikuti Ming Ming. Syaefudin menceritakan, semua anak-anaknya itu meninggalkan rumah sejak 1 hingga 5 Oktober 2008. Upaya untuk mengajak pulang terus dilakukan Syaefudin, tapi ketujuh anaknya itu tetap menolak untuk pulang. Pada 5 Oktober, Ming Ming dan adik-adiknya akhirnya pulang ditemani pria yang mengaku bernama Bahrum dan Yoga, beserta belasan orang menggunakan kendaraan. “Saat itu, saya diminta menandatangani surat yang menyatakan tidak akan melakukan tindakan kekerasan terhadap anak- anak. Kalau tidak, pihak Bahrum akan melaporkan ke polisi atau ke Kak Seto.” Tadinya Syaefudin menganggap setelah menandatangani surat semua anaknya akan dikembalikan. Namun, ternyata yang tinggal hanya Keni, Romadhon, dan Mia, sedangkan Ming Ming, Lisa, Melati, dan Rohani dibawa pergi oleh Bahrum dan hingga kini tak kembali. Syaefudin berharap, siapa saja yang mengetahui atau mendapat informasi tentang anak-anaknya dapat menghubunginya melalui Media Indonesia. (Dede Susianti/J-3) Menanti Empat Putri yang Hilang 6 SENIN, 18 APRIL 2011 M EGAPOLITAN DEDE SUSIANTI G EDUNG Sekolah Dasar (SD) Negeri Bojong di Kampung Bojong, Desa Suka- mulih, Kecamatan Sukajaya, Kabupaten Bogor, ambruk. Seharusnya gedung yang terdiri dari tiga ruang kelas itu digunakan untuk tempat ujian akhir sekolah (UAS). UAS akan berlangsung mulai hari ini hingga lima hari ke depan. Setelah UAS, gedung tersebut rencana dipakai juga buat ujian nasional (UN). Pihak sekolah merekomen- dasikan gedung itu untuk UAS dan UN karena dianggap paling layak dibanding ruang kelas lain. Selain itu, gedung tersebut tergolong baru karena selesai rehab berat pada 2008. “Gedung itu kami jago-jago- kan buat UAS dan UN karena paling layak dibandingkan de- ngan kelas lain,” ujar Muhosid, Kepala Sekolah SDN Bojong, Sabtu (16/4) sore. Berdasarkan pemantauan Media Indonesia, semua ruang kelas yang ada benar-benar da- lam kondisi memprihatinkan. Banyak bagian rusak parah, terutama langit dan atap yang dikhawatirkan sewaktu-waktu bisa ambruk. Ambruknya gedung sekolah terjadi Kamis (14/4) malam. Pada hari kejadian, hujan me- mang cukup besar dan angin kencang. Yang pertama melihat pedagang aci colok. Pihak sekolah baru mengeta- hui keesokan harinya. “Berun- tung kejadiannya pada malam hari saat tidak ada kegiatan be- lajar mengajar (KBM),” cetusnya. Atas kejadian ini, UAS dan UN kelas VI akan dilakukan secara darurat. Ke depannya, KBM hanya bisa dilakukan di dua kelas tersisa meskipun kondi- sinya juga rawan ambruk. Jumlah siswa SDN Bojong tercatat 449 orang dengan 13 rombongan belajar. Jadi dalam beberapa hari ini, para siswa hanya belajar kurang lebih satu jam setengah dengan banyak mata pelajaran karena harus bergantian. Muhosid sedang merencana- kan KBM di lapangan. “Ini prosesnya akan lama. Kami akan berusaha memasang dua tenda agar siswa bisa belajar di sana,” katanya lagi. Am- bruknya gedung sekolah terse- but telah dilaporkan kepada Dinas Pendidikan Kabupaten Bogor serta pihak terkait. Asal-asalan Berdasarkan pemantauan Media Indonesia , bangunan ambruk menimpa seluruh isi ruangan meliputi kursi, meja, rak buku, dan papan tulis. Titik ambruk mulai dari ujung depan hingga ujung belakang gedung sepanjang 7 x 8 x 3 meter ruang kelas, plus 1,5 x 2 meter kamar mandi. Ambruknya bangunan yang direnovasi tiga tahun lalu itu menunjukkan kontraktor ber- tindak asal-asalan. Menurut Muhosid dan beberapa guru, antara lain Itang dan Bram, renovasi tanpa merobohkan bangunan lama yang sudah rusak berat. Proses pembangunan sekitar 100 hari. Setelah selesai, Direk- tur CV Gema Persada Tufail A Bawazier menyerahkan kepada pihak Dinas Pendidikan Ka- bupaten Bogor yang diwakili Wawan Kusandi. Selanjutnya, Dinas Pendidikan Kabupaten Bogor meminta pihak sekolah tanda tangan. Itang, salah seorang guru, menyebutkan pihak sekolah sama sekali tidak tahu-menahu soal proses kontrak proyek. “Kami sama sekali tidak dili- batkan,” cetusnya. Para orang tua sempat ber- demo dan meminta supaya bangun an dirobohkan dulu karena akan membahayakan jiwa anak mereka. Namun, pihak Dinas Pendidikan Ka- bupaten Bogor mengabaikan kekhawatiran tersebut. (J-1) [email protected] Orang tua pernah berdemo karena melihat renovasi gedung asal-asalan dan khawatir membahayakan jiwa anak-anak mereka. Gedung Sekolah Tempat UN Ambruk Baby Sitter Jakarta Ikuti Uji Kompetensi SEBANYAK 850 baby sitter se- Jakarta, kemarin, mengikuti uji kompetensi di kantor Wali kota Jakarta Barat. Uji kompetensi tersebut diadakan untuk me- ningkatkan kualitas para baby sitter serta memberikan peng- akuan dengan mendaftarkan mereka di suku dinas tenaga kerja (sudinaker) setempat. Toto Suwanto, Ketua Asosiasi Pelatihan Penempatan Pekerja Rumah Tangga Seluruh Indone- sia (APPSI) DPC Jakarta Barat, menyebutkan kegiatan tersebut merupakan yang kelima ka- linya diadakan di Jakarta, dan pertama di Jakarta Barat. Toto mengatakan materi yang diujikan meliputi hal-hal yang sudah dipraktekkan di lapangan. “Misalnya mengenai cara memandikan bayi yang be- nar dan semua teori mengenai baby sitter. Hari ini khusus ujian tertulis karena prakteknya su- dah mereka lakukan di lapang- an,” jelasnya. Ia berharap, dengan adanya uji kompetensi ini, pekerja ru- mah tangga bisa memperoleh gaji yang lebih baik sehingga tidak lagi berkeinginan untuk bekerja di luar negeri. “Selain itu, mereka akan ter- daftar di sudinaker setempat. Secara tidak langsung ini akan mempengaruhi si pengguna jasa karena mereka lebih per- caya,” ujar Toto. Para baby sitter yang mengikuti ujian ini rata-rata merupakan lulusan SMP atau SMA. Sebe- lumnya mereka telah menda- patkan pelatihan di lembaga pelatihan dan keterampilan ma- sing-masing dan sudah melaku- kan kerja selama lima bulan. Ani, 19, seorang baby sitter yang datang dari wilayah Jaga- karsa, Jakarta Selatan, mengaku antusias untuk mendapat- kan sertikat. Perempuan asal Brebes, itu berharap dengan mengikuti ujian kompetensi para pengguna jasa akan lebih percaya untuk menggunakan jasanya. “Saya berharap gaji saya akan lebih baik dengan mengi- kuti ujian seperti ini.” (*/J-3) ANAK HILANG: Syaefudin menunjukkan foto keempat anaknya yang menghilang sejak 2008 di Jakarta, Jumat (15/4). MI/PANCA SYURKANI AKSI HARI BUMI: Gubernur DKI Fauzi Bowo membubuhkan tanda tangan janji nyata saat acara Aksiku untuk Bumi di kawasan wisata Ecopark, Ancol Taman Impian, Jakarta Utara, kemarin. ANTARA/YUDHI MAHATMA

Transcript of SENIN, 18 APRIL 2011 Gedung Sekolah Tempat UN Ambruk fileMing Sari Nuryanti atau Munah Alfhatiyah,...

TIGA tahun sudah pasangan Syaefudin, 48, dan Fujianti,

45, menanti kembalinya empat putri mereka, Ming Ming Sari Nuryanti atau Munah Alfhatiyah, 20, Lisa Sabnurputri,19, Melati Sabnurputri, 17, dan Rohani Nurfi tri, 12, yang menghilang sejak 2008.

Keempat putri pasangan yang tinggal di Kampung Sukasirna, Rumpin, Kabupaten Bogor, itu diduga tidak kembali setelah direkrut jaringan yang mengajarkan aliran sesat. Hingga kini nasib empat kakak beradik itu tidak diketahui sehingga keluarga terutama kedua orang tua mereka diselimuti kegundahan dan kesedihan. “Tidak ada kabar apa pun tentang mereka. Tidak tahu kondisi mereka, apakah masih hidup, tidak ada titik terang, semuanya gelap,” tutur Syaefudin.

Berulang kali Syaefudin dihantui mimpi buruk tentang anaknya. Ia mengaku tidak sanggup melakukan pencarian sendiri. “Kalau mencari sendiri, berarti saya harus meninggalkan keluarga. Nanti siapa yang akan memberi makan keluarga saya,” ujarnya.

Bagi Syaefudin, menceritakan kisah kehilangan empat anaknya sebenarnya seperti membuka

kembali luka lama yang belum sembuh. Ia mengaku sangat geram dengan pihak yang membawa dan mencuci otak anaknya sehingga berubah dan meninggalkan orang tua serta tiga adik-adik mereka.

Kisah itu berawal pada Juli 2007, tatkala putri sulungnya, Ming Ming, mulai kuliah di jurusan akuntansi, Universitas Pamulang, Tangerang, Banten. Di kampusnya, Ming Ming aktif dalam organisasi kampus hingga dicalonkan menjadi ketua Badan Eksekutif Mahasiswa dan dikenal sebagai mahasiswa yang berprestasi.

Saat tidak kuliah, ia membantu orang tua mencari nafkah dengan memungut botol dan gelas plastik air mineral di sekitar Rumpin. Karena kegigihannya, ia memperoleh beasiswa dari Dompet Peduli Umat, bahkan sempat tampil di beberapa program televisi.

Namun, Ming Ming mulai berubah sejak bergabung dengan kegiatan pengajian di kampusnya. Ia mulai menentang kedua orang tuanya, hingga akhirnya kerap tidak pulang ke rumah. Bukan itu saja, dua hari sebelum Idul Fitri 1429 H, Ming Ming tidak kembali ke rumah, dan menghubungi adiknya, Melati. Tepat di hari Lebaran,

Melati mengajak lima saudara lainnya, yakni Lisa, Rohani, Keni, Romadhon, dan Mia, untuk meninggalkan orang tua mereka dan mengikuti Ming Ming.

Syaefudin menceritakan, semua anak-anaknya itu meninggalkan rumah sejak 1 hingga 5 Oktober 2008. Upaya untuk mengajak pulang terus dilakukan Syaefudin, tapi ketujuh anaknya itu tetap menolak untuk pulang.

Pada 5 Oktober, Ming Ming dan adik-adiknya akhirnya pulang ditemani pria yang mengaku bernama Bahrum dan Yoga, beserta belasan orang menggunakan kendaraan. “Saat itu, saya diminta menandatangani surat yang menyatakan tidak

akan melakukan tindakan kekerasan terhadap anak-anak. Kalau tidak, pihak Bahrum akan melaporkan ke polisi atau ke Kak Seto.”

Tadinya Syaefudin menganggap setelah menandatangani surat semua anaknya akan dikembalikan. Namun, ternyata yang tinggal hanya Keni, Romadhon, dan Mia, sedangkan Ming Ming, Lisa, Melati, dan Rohani dibawa pergi oleh Bahrum dan hingga kini tak kembali.

Syaefudin berharap, siapa saja yang mengetahui atau mendapat informasi tentang anak-anaknya dapat menghubunginya melalui Media Indonesia. (Dede Susianti/J-3)

Menanti Empat Putri yang Hilang

6 SENIN, 18 APRIL 2011MEGAPOLITAN

DEDE SUSIANTI

GEDUNG Sekolah Dasar (SD) Negeri Bojong di Kampung Bojong, Desa Suka-

mulih, Kecamatan Sukajaya, Kabupaten Bogor, ambruk.

Seharusnya gedung yang terdiri dari tiga ruang kelas itu digunakan untuk tempat ujian akhir sekolah (UAS). UAS akan berlangsung mulai hari ini hingga lima hari ke depan. Setelah UAS, gedung tersebut rencana dipakai juga buat ujian nasional (UN).

Pihak sekolah merekomen-dasikan gedung itu untuk UAS dan UN karena dianggap paling layak dibanding ruang kelas lain. Selain itu, gedung tersebut tergolong baru karena selesai rehab berat pada 2008.

“Gedung itu kami jago-jago-kan buat UAS dan UN karena paling layak dibandingkan de-ngan kelas lain,” ujar Muhosid, Kepala Sekolah SDN Bojong, Sabtu (16/4) sore.

Berdasarkan pemantauan Media Indonesia, semua ruang kelas yang ada benar-benar da-lam kondisi memprihatinkan. Banyak bagian rusak parah, terutama langit dan atap yang dikhawatirkan sewaktu-waktu bisa ambruk.

Ambruknya gedung sekolah terjadi Kamis (14/4) malam. Pada hari kejadian, hujan me-mang cukup besar dan angin kencang. Yang pertama melihat pedagang aci colok.

Pihak sekolah baru mengeta-hui keesokan harinya. “Berun-tung kejadiannya pada malam hari saat tidak ada kegiatan be-lajar mengajar (KBM),” cetusnya. Atas kejadian ini, UAS dan UN kelas VI akan dilakukan secara darurat. Ke depannya, KBM hanya bisa dilakukan di dua kelas tersisa meskipun kondi-sinya juga rawan ambruk.

Jumlah siswa SDN Bojong tercatat 449 orang dengan 13 rombongan belajar. Jadi dalam beberapa hari ini, para siswa hanya belajar kurang lebih satu

jam setengah dengan banyak mata pelajaran karena harus bergantian.

Muhosid sedang merencana-kan KBM di lapangan. “Ini prosesnya akan lama. Kami akan berusaha memasang dua tenda agar siswa bisa belajar di sana,” katanya lagi. Am-bruknya gedung sekolah terse-but telah dilaporkan kepada Dinas Pendidikan Kabupaten Bogor serta pihak terkait.

Asal-asalan Berdasarkan pemantauan

Media Indonesia, bangunan ambruk menimpa seluruh isi ruangan meliputi kursi, meja, rak buku, dan papan tulis. Titik ambruk mulai dari ujung depan hingga ujung belakang gedung sepanjang 7 x 8 x 3 meter ruang kelas, plus 1,5 x 2 meter kamar mandi.

Ambruknya bangunan yang direnovasi tiga tahun lalu itu menunjukkan kontraktor ber-tindak asal-asalan. Menurut Muhosid dan beberapa guru,

antara lain Itang dan Bram, renovasi tanpa merobohkan bangunan lama yang sudah rusak berat.

Proses pembangunan sekitar 100 hari. Setelah selesai, Direk-tur CV Gema Persada Tufail A Bawazier menyerahkan kepada pihak Dinas Pendidikan Ka-bupaten Bogor yang diwakili Wawan Kusandi. Selanjutnya, Dinas Pendidikan Kabupaten Bogor meminta pihak sekolah tanda tangan.

Itang, salah seorang guru, menyebutkan pihak sekolah sama sekali tidak tahu-menahu soal proses kontrak proyek. “Kami sama sekali tidak dili-batkan,” cetusnya.

Para orang tua sempat ber-demo dan meminta supaya bangun an dirobohkan dulu karena akan membahayakan jiwa anak mereka. Namun, pihak Dinas Pendidikan Ka-bupaten Bogor mengabaikan kekhawatiran tersebut. (J-1)

[email protected]

Orang tua pernah berdemo karena melihat renovasi gedung asal-asalan dan khawatir membahayakan jiwa anak-anak mereka.

Gedung Sekolah Tempat UN Ambruk

Baby Sitter Jakarta Ikuti Uji Kompetensi

SEBANYAK 850 baby sitter se-Jakarta, kemarin, mengikuti uji kompetensi di kantor Wali kota Jakarta Barat. Uji kompetensi tersebut diadakan untuk me-ningkatkan kualitas para baby sitter serta memberikan pe ng-akuan dengan mendaftarkan mereka di suku dinas tenaga kerja (sudinaker) setempat.

Toto Suwanto, Ketua Asosiasi Pelatihan Penempatan Pekerja Rumah Tangga Seluruh Indone-sia (APPSI) DPC Jakarta Barat, menyebutkan kegiatan tersebut merupakan yang kelima ka-linya diadakan di Jakarta, dan pertama di Jakarta Barat.

Toto mengatakan materi yang diujikan meliputi hal-hal

yang sudah dipraktekkan di lapangan. “Misalnya mengenai cara memandikan bayi yang be-nar dan semua teori mengenai baby sitter. Hari ini khusus ujian tertulis karena prakteknya su-dah mereka lakukan di lapang-an,” jelasnya.

Ia berharap, dengan adanya uji kompetensi ini, pekerja ru-mah tangga bisa memperoleh gaji yang lebih baik sehingga tidak lagi berkeinginan untuk bekerja di luar negeri.

“Selain itu, mereka akan ter-daftar di sudinaker setempat. Secara tidak langsung ini akan mempengaruhi si pengguna jasa karena mereka lebih per-caya,” ujar Toto.

Para baby sitter yang mengikuti ujian ini rata-rata merupakan lulusan SMP atau SMA. Sebe-lumnya mereka telah menda-patkan pelatihan di lembaga pelatih an dan kete rampilan ma-sing-masing dan sudah melaku-kan kerja selama lima bulan.

Ani, 19, seorang baby sitter yang datang dari wilayah Jaga-karsa, Jakarta Selatan, mengaku antusias untuk mendapat-kan sertifi kat. Perempuan asal Brebes, itu berharap dengan mengikuti ujian kompetensi para pengguna jasa akan lebih percaya untuk menggunakan jasanya. “Saya berharap gaji saya akan lebih baik dengan mengi-kuti ujian seperti ini.” (*/J-3)

ANAK HILANG: Syaefudin menunjukkan foto keempat anaknya yang menghilang sejak 2008 di Jakarta, Jumat (15/4).

MI/PANCA SYURKANI

AKSI HARI BUMI: Gubernur DKI Fauzi

Bowo membubuhkan tanda tangan janji

nyata saat acara Aksiku untuk Bumi di kawasan wisata

Ecopark, Ancol Taman Impian, Jakarta Utara,

kemarin. ANTARA/YUDHI MAHATMA