Seni Patung Di Kota Semarang

4
SENI PATUNG DI KOTA SEMARANG DI antara berbagai karya seni rupa, agaknya seni patung termasuk salah satu yang jarang mendapat publikasi secara meluas di media massa. Sebabnya boleh jadi karena jarangnya seniman patung dan jarangnya mereka mengadakan pameran, dan tentu juga berkaitan dengan apresiasi masyarakat secara menyeluruh terhadap seni patung. Kondisi ini tampak bukan hanya ada di Kota Semarang, tetapi juga di kota-kota besar lainnya di Indonesia. Gaung seni patung kalah keras oleh gaung seni lukis. Namun dalam jarangnya publikasi dan karya seni patung itu, ada dua peristiwa baru-baru ini yang perlu mendapat catatan dalam khasanah seni patung di Kota Semarang. Yang pertama adalah peristiwa "menggembirakan'' digusurnya patung teh botol, yang menggambarkan seorang pejuang revolusi fisik memegang bambu runcing, di bundaran Banjir Kanal Barat dan disusul didirikannya patung "Adipura''. Peristiwa ini dipandang menggembirakan karena patung lama yang mengganggu citra estetik Kota Semarang sudah dirubuhkan dan diganti oleh karya seni patung yang lebih layak sebagai patung ruang publik yang seharusnya menjadi kebanggaan warga kota. Peristiwa yang kedua adalah dibangunnya patung "Pemuda'' di halaman gedung Sekretariat dan Pusat Kegiatan Pemuda "Manunggal Jati'' Kotamadya Semarang di Jl Majapahit arah timur Semarang. Patung

Transcript of Seni Patung Di Kota Semarang

Page 1: Seni Patung Di Kota Semarang

                                       SENI PATUNG DI KOTA SEMARANG

     DI antara berbagai karya seni rupa, agaknya seni patung termasuk      salah satu yang jarang mendapat publikasi secara meluas di media      massa. Sebabnya boleh jadi karena jarangnya seniman patung dan      jarangnya mereka mengadakan pameran, dan tentu juga berkaitan      dengan apresiasi masyarakat secara menyeluruh terhadap seni patung.            Kondisi ini tampak bukan hanya ada di Kota Semarang, tetapi juga di      kota-kota besar lainnya di Indonesia. Gaung seni patung kalah keras      oleh gaung seni lukis.            Namun dalam jarangnya publikasi dan karya seni patung itu, ada dua      peristiwa baru-baru ini yang perlu mendapat catatan dalam khasanah      seni patung di Kota Semarang. Yang pertama adalah peristiwa      "menggembirakan'' digusurnya patung teh botol, yang menggambarkan      seorang pejuang revolusi fisik memegang bambu runcing, di bundaran      Banjir Kanal Barat dan disusul didirikannya patung "Adipura''.            Peristiwa ini dipandang menggembirakan karena patung lama yang      mengganggu citra estetik Kota Semarang sudah dirubuhkan dan diganti      oleh karya seni patung yang lebih layak sebagai patung ruang publik      yang seharusnya menjadi kebanggaan warga kota.            Peristiwa yang kedua adalah dibangunnya patung "Pemuda'' di halaman      gedung Sekretariat dan Pusat Kegiatan Pemuda "Manunggal Jati''      Kotamadya Semarang di Jl Majapahit arah timur Semarang. Patung      "Pemuda'' terwujud dalam bentuk sepasang pemuda (muda-mudi) yang      berdiri di atas bongkahan batu, mengangkat bendera pusaka, memegang      buku, dan melangkah tegap menyongsong masa depan.            Patung ini dibuat oleh Dewa Made Karthadinata, dosen Jurusan      Pendidikan Seni Rupa IKIP Semarang. Patung terbuat dari bahan      perunggu dengan ketinggian proporsi yang realistis.      Naratif            Kedua patung itu menambah jajaran patung naratif yang lain yang      sudah ada sebelumnya, seperti antara lain patung "Pangeran      Diponegoro'' di halaman Kodam Diponegoro, Watugong, patung "Raden      Saleh'' di halaman Taman Budaya Raden Saleh (TBRS), patung      "Pangeran Diponegoro'' di Jl Imam Barjo menuju kampus lama Undip,      dan patung "KB'' di taman Menteri Soepeno.            Seperti halnya dalam sajian patung naratif, patung-patung tersebut      bercerita mengenai sesuatu hal sebagai pesan pokoknya. Bentuk      patung dalam hal ini mengabdi pada isi, atau pesan, yang ingin      disampaikan. Untuk bisa menyampaikan isi cerita dengan cukup mudah      maka bentuk visual yang dipilih umumnya mengarah ke realisme optik;      yaitu bentuk seperti apa adanya mata memandang.            Hal seperti inilah yang sering dimanfaatkan oleh para pemesan atau      pematung untuk menyampaikan pesan-pesan di balik karyanya.            Patung-patung naratif dengan pesan-pesan tertentu terutama muncul      pada awal-awal zaman kemerdekaan. Masa-masa inilah yang sering

Page 2: Seni Patung Di Kota Semarang

     dipandang sebagai titik awal pertumbuhan seni patung, khususnya di      ruang publik, di Indonesia dengan nafas khas Indonesia.            Dalam keragaman tema dan isi yang ingin disampaikannya dan dalam      berbagai keragaman nilai ekspresi dan estetiknya, telah berdiri      beberapa patung naratif di kota-kota besar di Indonesia.            Khususnya di Jakarta dengan Bung Karno sebagai arsitek estetiknya      pada waktu itu, telah didirikan patung-patung naratif yang      bermuatan politis. Salah satu di antaranya adalah patung      "Pembebasan Irian Barat''. Kekuatan ekspresi yang mencuat dari      patung itu mampu berbicara banyak tentang bagaimana kerasnya      perjuangan yang ditempuh untuk membebaskan Irian.            Dalam kekuatan eskpresi yang berbeda kekuatan itu ada pula di tubuh      patung "Adipura'' dan patung "Pemuda''. Patung-patung tersebut      terkesan lebih tenang, tidak bergelora seperti "Pembebasan Irian      barat''. Perbedaan visi pemesan dan pembuat patung yang dilandasi      oleh bobot apresiasinya yang berbeda, memunculkan karya yang lebih      lemah lembut dan tenang.            Ini agaknya berkaitan juga dengan suasana politik yang menandai      masa yang berbeda. Gelora dan semangat yang menggebu-gebu tampaknya      tidak lagi menjadi acuan utama.            Latar Belakang            Ada beberapa catatan implisit mengenai kedua patung tersebut,      umumnya seni patung di Semarang. Yang pertama seperti yang telah      dikemukakan bahwa apresiasi masyarakat menjadi latar penciptaan      karya seni. Tampaknya apresiasi dan kreasi seni patung di Semarang      masih tetap terikat kuat pada bentuk realisme optik yang juga      tampak kuat menjadi ciri khas dalam seni lukis kota ini.            Yang kedua, baik dari segi bobot, jumlah, dan jenis pengungkapan      seni patung Semarang masih tetap perlu ditingkatkan.            Tampaknya kota ini cukup pelit untuk membangun patung monumental.      Demikian pula, belum pernah terjadi adanya pameran patung baik      kelompok maupun tunggal yang diselenggarakan oleh para pematung      Semarang.            Ini tentu berkaitan dengan sedikitnya jumlah perupa yang khusus      menekuni seni patung, terutama yang berkarya lepas tidak      mengandalkan pesanan. Salah satu di antaranya, Win, seorang perupa      di Semarang yang lebih menekuni seni patung mungkin dapat      diharapkan untuk berpameran. Karya-karya Win sangat imajinatif dan      lebih lepas bergerak mengikuti alur bahan yang sebagian besar dari      bahan kayu.            Yang terakhir tentu juga menjadi tantangan untuk menumbuhkan      keragaman bentuk dalam seni patung di Semarang. Kita nantikan      bentuk-bentuk patung yang sejajar dengan kemajuan ilmu pengetahuan      dan teknologi. Tentu juga tidak kalah pentingnya, menampilkan      ekspresi pribadi senimannya, dan tidak menjadi karya umum yang      kehilangan identitas pribadi pembuatnya. (Tjetjep Rohendi Rohidi,      pengamat seni rupa tinggal di Semarang-36)

Page 3: Seni Patung Di Kota Semarang