Seni Budaya
-
Upload
herdina-pratiwi -
Category
Documents
-
view
46 -
download
1
Transcript of Seni Budaya
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kriya tekstil berfungsi untuk mengembangkan kemampuan bernalar melalui
kegiatan penyelidikan, eksplorasi, dan eksperimen, sebagai alat pemecahan
masalah melalui pola pikir dan model kriya tekstil serta sebagai alat komunikasi
melalui symbol, grafik, diagram dalam menjelaskan gagasan
Sedang dalam pembelajarannya ada kecenderungan dalam dunia pendidikan
dewasa ini untuk kembali pada pemikiran bahwa anak akan belajar lebih baik jika
lingkungan diciptakan secara alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika anak
“mengalami” sendiri apa yang dipelajarinya, bukan ‘mengetahui’-nya.
Pembelajaran yang berorientasi target penguasaan materi terbukti berhasil dalam
kompetisi ‘mengingat’ jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali anak
memecahkan persoalan dalam kehidupan jangkan panjang. Dan, itulah yang
terjadi di kelas-kelas sekolah kita. Pendekatan kontekkstual adalah suatu
pendekatan pengajaran yang dari karakteristiknya memenuhi harapan itu.
Sekarang ini pengajaran kontekstual menjadi tumpuan harapan para ahli
pendidikan dan pengajaran dalam upaya menghidupkan kelas secara maksimal.
Kelas yang hidup diharapkan dapat mengimbangi perubahan yang terjadi di luar
sekolah yang sedemikian cepat.
1
1
Hal tersebut dapat dicapai apabila dalam aktivitas belajar mengajar, guru
senantiasa memanfaatkan teknologi pembelajaran yang mengacu pada
pembelajaran struktural dalam penyampaian materi dan mudah diserap peserta
didik atau siswa berbeda.
Khususnya dalam pembelajaran Kria Tekstil, agar siswa dapat memahami
materi yang disampaikan guru dengan baik, maka proses pembelajaran
kontektual, guru akan memulai membuka pelajaran dengan menyampaikan kata
kunci, tujuan yang ingin dicapai, baru memaparkan isi dan diakhiri dengan
memberikan soal-soal kepada siswa.
Dari latar belakang masalah tersebut, maka peneliti terdorong untuk
melihat pengaruh pembelajaran diskusi kelompok terhadap prestasi belajar siswa.
Oleh karena itu dalam penelitian ini peneliti mengambil judul “Meningkatkan
hasil belajar membuat karya seni kriya tekstil dengan teknik dan corak seni rupa
terapan nusantara Siswa Kelas VIII A SMP Negeri 1 Bendungan Kabupaten
Trenggalek Pada Tahun Pelajaran 2009/2010 Dengan Metode Diskusi Kelompok
”.
B. Rumusan Masalah
Merujuk pada uraian latar belakang di atas, dapat dikaji beberapa
permasalahan yang dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimanakah peningkatan hasil belajar membuat karya seni kriya tekstil
dengan teknik dan corak seni rupa terapan nusantara Siswa Kelas VIII A
2
SMP Negeri 1 Bendungan Kabupaten Trenggalek Pada Tahun Pelajaran
2009/2010 dengan diterapkannya metode diskusi kelompok?
2. Bagaimanakah pengaruh metode diskusi kelompok terhadap motivasi belajar
Siswa Siswa Kelas VIII A SMP Negeri 1 Bendungan Kabupaten Trenggalek
Pada Tahun Pelajaran 2009/2010?
C. Tujuan Penelitian
Berdasar atas perumusan masalaah di atas, maka tujuan dilaksanakan
penelitian ini adalah:
1. Untuk mengungkap pengaruh metode diskusi kelompok terhadap
Kemampuan membuat karya seni kriya tekstil dengan teknik dan corak seni
rupa terapan nusantara Siswa Kelas VIII A SMP Negeri 1 Bendungan
Kabupaten Trenggalek Pada Tahun Pelajaran 2009/2010.
2. Ingin mengetahui seberapa jauh pemahaman dan penguasaan mata pelajaran
seni budaya setelah diterapkannya metode diskusi kelompok pada siswa
Kelas VIII A SMP Negeri 1 Bendungan Kabupaten Trenggalek Pada Tahun
Pelajaran 2009/2010.
D. Manfaat Penelitian
1. Hasil dan temuan penelitian ini dapat memberikan informasi tentang metode
diskusi kelompok dalam pembelajaran seni budaya dalam membuat karya
seni kriya tekstil dengan teknik dan corak seni rupa terapan nusantara Siswa
Kelas VIII A SMP Negeri 1 Bendungan Kabupaten Trenggalek Pada Tahun
Pelajaran 2009/2010.
3
2. Sekolah sebagai penentu kebijakan dalam upaya meningkatkan prestasi
belajar siswa khususnya pada mata pelajaran seni budaya.
3. Guru, sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan metode pembelajaran
yang dapat memberikan manfaat bagi siswa.
4. Siswa, dapat meningkatkan motiviasi belajar dan melatih sikap sosial untuk
saling peduli terhadap keberhasilan siswa lain dalam mencapai tujuan belajar.
4
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Belajar Secara Kooperatif
Pada pembelajaran teater di kelas, belajar teater dengan kerja kelompok
adalah kelompok kerja yang kooperatif lebih dari kompetitif, meskipun pada
suatu keadaan khusus hal tersebut dapat terjadi. Pada kegiatan ini sekelompok
siswa belajar dengan porsi utama adalah mendiskusikan tugas-tugas yang
diberikan gurunya, saling membantu menyelesaikan tugas atau memecahkan
masalah. Kegiatan kelompok kooperatif terkait dengan banyak pendekatan atau
metode, seperti eksperimen, investigasi, eksplorasi, dan pemecahan masalah.
Davidson (1985) mencatat bahwa sejak tahun 1960-an, berbagai jenis
belajar berkelompok telah banyak dikembangkan untuk berbagai jenis tugas atau
pembelajaran. Ausubel (1968) menyebutnya “group centered approach”, yang dalam
grup atau kelompok itu terjadi interaksi dan saling mempengaruhi antara siswanya.
Pengaruh itu terjadi dengan berbagai alasan sesuai motivasi dan orientasi setiap
siswanya.
Kelman (1971) menyatakan bahwa di dalam kelompok terjadi saling
pengaruh secara sosial. Pertama, pengaruh itu dapat diterima seseorang karena ia
memang berharap untuk menerimanya. Yang kedua, memang ia ingin mengadopsi
atau meniru tingkah laku atau keberhasilan orang lain atau kelompok tersebut karena
sesuai dengan salah satu sudut pandang kelompoknya. Ketiga, karena pengaruh itu
5
kongruen dengan sikap atau nilai yang ia miliki. Ketiganya mempengaruhi sejauh
kerja kooperatif tersebut dapat dikembangkan.
Slavin (1991) menyatakan bahwa dalam belajar kooperatif, siswa bekerja
dalam kelompok saling membantu untuk menguasai bahan ajar. Lowe (1989)
menyatakan bahwa belajar kooperatif secara nyata semakin meningkatkan
pengembangan sikap sosial dan belajar dari teman sekelompoknya dalam berbagai
sikap positif. Keduanya memberikan gambaran bahwa belajar kooperatif
meningkatkan kepositipan sikap sosial dan kemampuan kognitif sesuai tujuan
pendidikan.
Meskipun dalam praktiknya sering dikeluhkan sebagai suatu kegiatan yang
sulit dilaksanakan karena berbagai sebab, namun banyak penelitian yang mendorong
terselenggaranya kegiatan belajar secara berkelompok ini. Keuntungan yang
ditunjukkan para peneliti adalah keuntungan baik yang menyangkut sikap sosial yang
positif maupun meningkatnya hasil belajar.
B. Diskusi Kelompok
Metode ini bertujuan untuk tukar menukar gagasan, pemikiran, informasi/
pengalaman diantara peserta, sehingga dicapai kesepakatan pokok-pokok pikiran
(gagasan, kesimpulan). Untuk mencapai kesepakatan tersebut, para peserta dapat
saling beradu argumentasi untuk meyakinkan peserta lainnya. Kesepakatan pikiran
inilah yang kemudian ditulis sebagai hasil diskusi. Diskusi biasanya digunakan
sebagai bagian yang tak terpisahkan dari penerapan berbagai metode lainnya, seperti:
penjelasan (ceramah), curah pendapat, diskusi kelompok, permainan, dan lain-lain
6
Diskusi kelompok adalah pembahasan suatu topik dengan cara tukar pikiran
antara dua orang atau lebih, dalam kelompok-kelompok kecil, yang direncanakan
untuk mencapai tujuan tertentu. Metode ini dapat membangun suasana saling
menghargai perbedaan pendapat dan juga meningkatkan partisipasi peserta yang
masih belum banyak berbicara dalam diskusi yang lebih luas. Tujuan penggunaan
metode ini adalah mengembangkan kesamaan pendapat atau kesepakatan atau
mencari suatu rumusan terbaik mengenai suatu persoalan.Setelah diskusi kelompok,
proses dilanjutkan dengan diskusi pleno. Pleno adalah istilah yang digunakan untuk
diskusi kelas atau diskusi umum yang merupakan lanjutan dari diskusi kelompok
yang dimulai dengan pemaparan hasil diskusi kelompok.
7
BAB III
METHODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Design penelitian dalam penelitian ini adalah Penelitian tindakan kelas
(PTK). PTK adalah penelitian tindakan yang dilaksanakan oleh guru di dalam kelas.
PTK pada hakikatnya merupakan rangkaian “riset-tindakan”, yang dilakukan secara
siklik, dalam rangka memecahkan masalah, sampai masalah itu terpecahkan.
Sependapat dengan uraian tersebut, Dr. Karwono (1988:42) mendefinisikan PTK
sebagai suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan, untuk
meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan-tinakan mereka dalam
melaksanakan tugas.
Menurut Kurt Lewin (1991:70), PTK terdiri dari empat komponen, yaitu : (1)
perencanaan (planning), (2) tindakan (acting), (3) pengamatan (observing), dan (4)
refleksi (reflecting). Hubungan keempat komponen itu dipandang sebagai satu siklus.
dan dapat diilustrasikan sebagai berikut:
(diadaptasi dari Kurt Lewin, 1991:70)
8
Studi awalIdentifikasi Masalah
dalam kelas
PerencanaanPembuatan
RPP
Pelaksanaan Tindakan& Observation Refleksi
Revisi
Belum mencapai
target
Telah mencapai
target
Tindakan dihentikan
B. Methode penentuan tempat penelitian
Berdasarkan pertimbangan bahwa peneliti sebagai pengajar telah
menemukan permasalahan yang signifikan dalam Kelas VIII A SMP Negeri 1
Bendungan Kabupaten Trenggalek. Oleh karenanya, peneliti mimilih kelas
tersebut sebagai tempat penelitian. Penentuan tempat tersebut didasarkan pada
metode purposive atau purposive sampling area. yaitu suatu metode penelitian
yang didasarkan pada pertimbangan dari peneliti itu sendiri guna memperoleh
data yang diperlukan.
C. Methode penentuan subjek penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa Kelas Kelas VIII A SMP Negeri 1
Bendungan Kabupaten Trenggalek. Subyek ini ditentukan menggunakan metode
purposive dengan pertimbangan bahwa siswa tersebut masih mengalami kesulitan
di kelas. Subjek penelitian adalah obyek yang diteliti, baik berupa manusia,
benda, peristiwa maupun gejala yang terjadi (Ali, 1985:54).
D. Teknik pengumpulan data
Data dalam Penelitian Tindakan Kelas ini akan diambil dari test dan hasil
observasi pelaksanaan tiap siklus. Methode pengumpulan data akan dijabarkan
sebagai berikut:
3.4. 1 Test
Dalam penelitian ini, tes digunakan untuk memperoleh data primer
berkaitan dengan kemampuan siswa. Arikunto (1998:139) mendefinisikan Test
sebagai seperangkat pertanyaan, latihan, atau alat pengukur, yang digunakan
9
untuk mengukur suatu kemampuan, pengetahuan, dari seorang individu atau
kelompok.
Lebih lanjut, dalam penelitian ini menggunakan achievement test sebagai
instrument untuk memperoleh data primer. Achievement test digunakan untuk
mengukur kemampuan siswa setelah mendapat proses pengajaran di kelas.
berkaitan dengan penelitian ini, test yang diberikan harus valid dan reliable. Test
yang dibeikan valid apabila mewakili sample kemampuan siswa atau komponen
yang telah diajarkan dikelas berdasarkan kurikulum yang ada dan indikator yang
digunakan sebagai acuan.
Test yang valid harus reliable karena secara konsisten dapat digunakan
sebagai acuan atau ukuran. Berdasarkan pendapat Weir (1990:3) “jika sebuah test
valid, maka test itu juga reliable”. maka apabila test tersebut disusun berdasarkan
kurikulum yang ada dan indikator yang digunakan sebagai acuan, maka test
tersebut juga dianggap reliable. Oleh karenanya, test yang digunakan dalam
penelitian ini telah dianggap valid dan reliable karena telah memenuhi acuan
seperti tersebut diatas. Dan peneliti tidak perlu melaksanakan test untuk
mengetahui kevalidan dan kereliabelan dari test yang digunakan.
3.4.2 Observation
Observasi atau pengamatan dilaksanakan pada setiap siklus. Observasi ini
digunakan untuk mendapatkan data proses pelaksanaan tindakan dalam kelas.
Hasil observasi yang dilakukan akan dijadikan sebagai bahan refleksi di akhir
pelaksanaan tiap siklus. Peneliti menggunakan observsi participatif dimana
10
peneliti ikut serta dalam melaksanakan tindakan sambil mengadakan pengamatan
dikelas.
E. Prosedur Penelitian
1. Deskripsi umum penelitan yang dilaksanakan
Penelitian Tindakan Kelas dilaksanakan berdasarkan urutan yang pasti.
Urutan ini mengikuti model siklus yang terdiri dari empat aktivitas, yaitu:
a. Planning/perencanaan
b. Action/Implementation/ pelaksanaan
c. Observation and evaluation/ pengamatan dan evaluasi
d. Reflection/ refleksi
(Dr. H. Karwono, M.Pd)
2. Deskripsi penelitian secara detail
a. Planning / perencanaan tindakan
dalam perencanaan tindakan disiapkan beberapa hal sebagai berikut:
1. memilih materi yang diajarkan sesuai kurikulum.
2. menyusun RPP siklus pertama
3. menyiapkan instrumen (test)
b. Implementation / pelaksanaa tindakan
pelaksanan siklus pertama dilaksanakan selama jam pelajaran aktif
disekolah sesuai dengan jadwal yang ada. Pelaksanaan siklus pertama
dilaksanakan sesuai dengan RPP yang telah dibuat dan pada akhir tindakan siswa
diberi test guna mengetahui peningkatan / ketuntasan belajar siswa setelah
mendapatkan perlakuan tindakan.
11
c. Observation and Evaluation / pengamatan dan evaluasi
Observasi adalah hal yang penting guna mengetahui tindakan yang
dilakukan di kelas. Observasi akan dilaksanakan untuk mengetahui apakan guru
telah melaksanakn RPP dengan baik atau tidak. Selaen itu, observasi juga
digunakan untuk mengetahui kegiatan siswa selama proses belajar mengajar.
Dalalm observasi ini guru menggunakan catatan lapangan atau field note sebagai
bahan evaluasi.
Data peningkatan kemampuan siswa atau ketuntasan belajar siswa diketahui
melalui hasil test yang diberikan setiap akhir pelaksanaan siklus. Berdasarkan
petunjuk pelaksanaan belajar mengajar yaitu seorang siswa telah tuntas belajar
bila telah mencapai skor 65% atau nilai 65, dan kelas disebut tuntas belajar bila di
kelas tersebut terdapat 85% yang telah mencapai daya serap lebih dari atau sama
dengan 65%.
d. Reflection / refleksi
Refleksi digunakan untuk mengetahui gambaran umum tingkat ketuntasan
belajar siswa dan pelaksanan siklus yang dilakukan. Apakah siklus yang
dilakukan telah mencapai target atau belum. Data yang diambil akan dianalisa
secara kuantitatif dan dideskripsikan untuk menjawab permasalahan yang ada.
Data tersebut dianalisa dengan menggunakan persentase sebagai berikut:
Σ siswa yang tuntas belajar Σ siswa
(Adopted from Ali, 1993: 189)
12
M = X 100 %
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Data penelitian yang diperoleh berupa hasil data observasi berupa
pengamatan pengelolaan metode diskusi kelompok dan pengamatan aktivitas siswa
dan guru pada akhir pembelajaran, dan data tes formatif siswa pada setiap siklus.
Data lembar observasi diambil dari dua pengamatan yaitu data pengamatan
pengelolaan metode diskusi kelompok yang digunakan untuk mengetahui pengaruh
penerapan model metode diskusi kelompok dalam meningkatkan prestasi belajar
siswa dan data pengamatan aktivitas siswa dan guru.
Data tes formatif untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa setelah
diterapkan metode diskusi kelompok.
A. Analisis Data Penelitian Persiklus
1. Siklus I
a. Tahap Perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran
yang terdiri dari rencana pelajaran 1, soal tes formatif 1 dan alat-alat
pengajaran yang mendukung.
b. Tahap Kegiatan dan Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus I
dilaksanakan pada tanggal 7 November 2009 di Kelas Kelas VIII A SMP
Negeri 1 Bendungan Kabupaten Trenggalek dengan jumlah siswa 28
13
siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses
belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran yang telah
dipersiapkan. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan
pelaksaaan belajar mengajar
Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif I
dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses
belajar mengajar yang telah dilakukan. Adapun data hasil penelitian pada
siklus I adalah sebagai berikut:
Table Nilai Tes I
No. Urut
NilaiKeterangan No.
UrutNilai
KeteranganT TT T TT
1 60 √ 15 60 √2 50 √ 16 70 √3 80 √ 17 70 √4 70 √ 18 80 √5 60 √ 19 70 √6 80 √ 20 50 √7 50 √ 21 70 √8 70 √ 22 70 √9 80 √ 23 60 √10 50 √ 24 80 √11 60 √ 25 70 √12 60 √ 26 60 √13 80 √ 27 70 √14 70 √ 28 80 √
Jumlah 920 7 7 Jumlah 960 10 4Jumlah Skor 1880Jumlah Skor Mask. Ideal 2800 % Skor Tercapai 67,14
Keterangan: T : Tuntas
TT : Tidak Tuntas
14
Jumlah siswa yang tuntas : 17
Jumlah siswa yang belum tuntas : 11
Klasikal : Belum tuntas
Tabel Rekapitulasi Hasil Tes Formatif Siswa pada Siklus I
No Uraian Hasil Siklus I123
Nilai rata-rata tes formatifJumlah siswa yang tuntas belajarPersentase ketuntasan belajar
67,1417
60,71
Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dengan menerapkan
metode diskusi kelompok diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa
adalah 67,14 dan ketuntasan belajar mencapai 60,71% atau ada 17 siswa
dari 28 siswa sudah tuntas belajar. Hasil tersebut menunjukkan bahwa
pada siklus pertama secara klasikal siswa belum tuntas belajar, karena
siswa yang memperoleh nilai ≥ 65 hanya sebesar 60,71% lebih kecil dari
persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 85%. Hal ini
disebabkan karena siswa masih baru dan asing terhadap metode baru
yang diterapkan dalam proses belajar mengajar.
2. Siklus II
a. Tahap perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran
yang terdiri dari rencana pelajaran 2, soal tes formatif II dan alat-alat
pengajaran yang mendukung.
15
b. Tahap kegiatan dan pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus II
dilaksanakan pada tanggal 14 November 2009 di Kelas VIII A SMP
Negeri 1 Bendungan Kabupaten Trenggalek dengan jumlah siswa 28
siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses
belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan memperhatikan
revisi pada siklus I, sehingga kesalah atau kekurangan pada siklus I tidak
terulanga lagi pada siklus II. Pengamatan (observasi) dilaksanakan
bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar.
Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif II
dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses
belajar mengajar yang telah dilakukan. Instrument yang digunakan adalah
tes formatif II. Adapun data hasil penelitian pada siklus II adalah sebagai
berikut.
Table Nilai Tes II
No. Urut
NilaiKeterangan No.
UrutNilai
KeteranganT TT T TT
1 80 √ 15 70 √2 70 √ 16 60 √3 90 √ 17 80 √4 50 √ 18 70 √5 70 √ 19 70 √6 70 √ 20 70 √7 70 √ 21 60 √8 60 √ 22 90 √9 70 √ 23 80 √10 80 √ 24 60 √11 80 √ 25 80 √
16
12 70 √ 26 60 √13 70 √ 27 90 √14 70 √ 28 70 √
Jumlah 1000 11 3 Jumlah 1010 10 4Jumlah Skor 2010Jumlah Skor Mask. Ideal 2800 % Skor Tercapai 71,79
Keterangan: T : Tuntas
TT : Tidak Tuntas
Jumlah siswa yang tuntas : 21
Jumlah siswa yang belum tuntas : 7
Klasikal : Belum tuntas
Tabel Hasil Tes Formatif Siswa pada Siklus II
No Uraian Hasil Siklus II123
Nilai rata-rata tes formatifJumlah siswa yang tuntas belajarPersentase ketuntasan belajar
71,7921
75,00
Dari tabel di atas diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa
adalah 71,79 dan ketuntasan belajar mencapai 75,00% atau ada 21 siswa
dari 28 siswa sudah tuntas belajar. Hasil ini menunjukkan bahwa pada
siklus II ini ketuntasan belajar secara klasikal telah mengalami
peningkatan sedikit lebih baik dari siklus I. Adanya peningkatan hasil
belajar siswa ini karena siswa mambantu siswa yang kurang mampu
dalam mata pelajaran yang mereka pelajari. Disamping itu adanya
kemampuan guru yang mulai meningkat dalam prose belajar mengajar.
17
3. Siklus III
a. Tahap Perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran
yang terdiri dari rencana pelajaran 3, soal tes formatif 3 dan alat-alat
pengajaran yang mendukung.
b. Tahap kegiatan dan pengamatan
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus III
dilaksanakan pada tanggal 21 November 2009 di Kelas VIII A SMP
Negeri 1 Bendungan Kabupaten Trenggalek dengan jumlah siswa 28
siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses
belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan memperhatikan
revisi pada siklus II, sehingga kesalahan atau kekurangan pada siklus II
tidak terulang lagi pada siklus III. Pengamatan (observasi) dilaksanakan
bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar.
Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif III
dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses
belajar mengajar yang telah dilakukan. Instrumen yang digunakan adalah
tes formatif III. Adapun data hasil penelitian pada siklus III adalah
sebagai berikut:
18
Table Nilai Tes III
No. Urut
NilaiKeterangan No.
UrutNilai
KeteranganT TT T TT
1 60 √ 15 80 √2 80 √ 16 90 √3 80 √ 17 80 √4 70 √ 18 70 √5 70 √ 19 80 √6 90 √ 20 60 √7 80 √ 21 80 √8 60 √ 22 90 √9 80 √ 23 80 √10 90 √ 24 70 √11 70 √ 25 80 √12 80 √ 26 70 √13 90 √ 27 70 √14 70 √ 28 90 √
Jumlah 1070 12 2 Jumlah 1090 13 1Jumlah Skor 2160Jumlah Skor Mask. Ideal 2800 % Skor Tercapai 77,14
Keterangan: T : Tuntas
TT : Tidak Tuntas
Jumlah siswa yang tuntas : 25
Jumlah siswa yang belum tuntas : 3
Klasikal : Tuntas
Tabel Hasil Tes Formatif Siswa pada Siklus III
No Uraian Hasil Siklus III123
Nilai rata-rata tes formatifJumlah siswa yang tuntas belajarPersentase ketuntasan belajar
77,1425
89,29
19
Berdasarkan tabel diatas diperoleh nilai rata-rata tes formatif
sebesar 77,14 dan dari 28 siswa yang telah tuntas sebanyak 25 siswa dan
3 siswa belum mencapai ketuntasan belajar. Maka secara klasikal
ketuntasan belajar yang telah tercapai sebesar 89,29% (termasuk kategori
tuntas). Hasil pada siklus III ini mengalami peningkatan lebih baik dari
siklus II. Adanya peningkatan hasil belajar pada siklus III ini dipengaruhi
oleh adanya peningkatan kemampuan siswa dalam mempelajari materi
pelajaran yang telah diterapkan selama ini serta ada tanggung jawab
kelompok dari siswa yang lebih mampu untuk mengajari temannya
kurang mampu.
c. Refleksi
Pada tahap ini akah dikaji apa yang telah terlaksana dengan baik
maupun yang masih kurang baik dalam proses belajar mengajar dengan
penerapan metode diskusi kelompok. Dari data-data yang telah diperoleh
dapat duraikan sebagai berikut:
1. Selama proses belajar mengajar guru telah melaksanakan semua
pembelajaran dengan baik. Meskipun ada beberapa aspek yang belum
sempurna, tetapi persentase pelaksanaannya untuk masing-masing
aspek cukup besar.
2. Berdasarkan data hasil pengamatan diketahui bahwa siswa aktif
selama proses belajar berlangsung.
20
3. Kekurangan pada siklus-siklus sebelumnya sudah mengalami
perbaikan dan peningkatan sehingga menjadi lebih baik.
4. Hasil belajar siswsa pada siklus III mencapai ketuntasan.
d. Revisi Pelaksanaan
Pada siklus III guru telah menerapkan metode diskusi kelompok
dengan baik dan dilihat dari aktivitas siswa serta hasil belajar siswa
pelaksanaan proses belajar mengajar sudah berjalan dengan baik. Maka
tidak diperlukan revisi terlalu banyak, tetapi yang perlu diperhatikan
untuk tindakah selanjutnya adalah memaksimalkan dan mempertahankan
apa yang telah ada dengan tujuan agar pada pelaksanaan proses belajar
mengajar selanjutnya penerapan metode diskusi kelompok dapat
meningkatkan proses belajar mengajar sehingga tujuan pembelajaran
dapat tercapai.
B. Pembahasan
1. Ketuntasan Hasil belajar Siswa
Melalui hasil peneilitian ini menunjukkan bahwa metode diskusi
kelompok memiliki dampak positif dalam meningkatkan daya ingat siswa.
Hal ini dapat dilihat dari semakin mantapnya pemahaman dan penguasaan
siswa terhadap materi yang telah disampaikan guru selama ini (ketuntasan
belajar meningkat dari sklus I, II, dan III) yaitu masing-masing 60,71%,
75,00%, dan 89,29%. Pada siklus III ketuntasan belajar siswa secara klasikal
telah tercapai.
21
2. Kemampuan Guru dalam Mengelola Pembelajaran
Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses
metode diskusi kelompok dalam setiap siklus mengalami peningkatan. Hal ini
berdampak positif terhadap proses mengingat kembali materi pelajaran yang
telah diterima selama ini, yaitu dapat ditunjukkan dengan meningkatnya nilai
rata-rata siswa pada setiap siklus yang terus mengalami peningkatan.
3. Aktivitas Guru dan Siswa Dalam Pembelajaran
Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses
pembelajaran kria Tekstil dengan metode diskusi kelompok yang paling
dominan adalah, mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru, dan diskusi
antar siswa/antara siswa dengan guru. Jadi dapat dikatakan bahwa aktivitas
isiwa dapat dikategorikan aktif.
Sedangkan untuk aktivitas guru selama pembelajaran telah
melaksanakan langkah-langkah metode diskusi kelompok dengan baik. Hal
ini terlihat dari aktivitas guru yang muncul di antaranya aktivitas
membimbing dan mengamati siswa dalam mengerjakan kegiatan,
menjelaskan/melatih menggunakan alat, memberi umpan
balik/evaluasi/Tanya jawab dimana prosentase untuk aktivitas di atas cukup
besar.
22
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan selama tiga siklus,
dan berdasarkan seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat
disimpulkan bahwa:
1. Pembelajaran dengan metode diskusi kelompok memiliki dampak positif
dalam meningkatkan kemampuan apresiasi teater pada siswa yang ditandai
dengan peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu siklus
I (60,71%), siklus II (75,00%), siklus III (89,29%).
2. Penerapan metode diskusi kelompok mempunyai pengaruh positif, yaitu
dapat meningkatkan motivasi belajar siswa untuk mempelajari kembali materi
pelajaran yang telah diterima, hal ini ditunjukan dengan antusias siswa
sehingga mereka menjadi termotivasi untuk belajar.
3. Metode diskusi kelompok memiliki dampak positif terhadap kerjasama antara
siswa, hal ini ditunjukkan adanya tanggung jawab dalam kelompok dimana
siswa yang lebih mampu mengajari temannya yang kurang mampu.
B. Saran
Dari hasil penelitian yang diperoleh dari uraian sebelumnya agar proses
belajar mengajar lebih efektif dan lebih memberikan hasil yang optimal bagi
siswa, maka disampaikan saran sebagai berikut:
23
1. Untuk melaksanakan metode diskusi kelompok memerlukan persiapan yang
cukup matang, sehingga guru harus mempu menentukan atau memilih topik
yang benar-benar bisa diterapkan dengan metode diskusi kelompok dalam
proses belajar mengajar sehingga diperoleh hasil yang optimal.
2. Dalam rangka meningkatkan kemampuan siswa, guru hendaknya lebih sering
melatih siswa dengan berbagai metode pengajaran yang sesuai, walau dalam
taraf yang sederhana, dimana siswa nantinya dapat menemukan pengetahuan
baru, memperoleh konsep dan keterampilan, sehingga siswa berhasil atau
mampu memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya.
3. Perlu adanya penelitian yang lebih lanjut, karena hasil penelitian ini hanya
dilakukan di SMP Negeri 1 Bendungan Kabupaten Trenggalek.
24
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Muhammad. 1996. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindon.
Arikunto, Suharsimi. 1989. Penilaian Program Pendidikan. Proyek Pengembangan LPTK Depdikbud. Dirjen Dikti.
Arikunto, Suharsimi. 1992. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bina Aksara.
Arikunto, Suharsimi. 1993. Manajemen Mengajar Secara Manusiawi. Jakarta: Rineksa Cipta.
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineksa Cipta
Combs. Arthur. W. 1984. The Profesional Education of Teachers. Allin and Bacon, Inc. Boston.
Daroeso, Bambang. 1989. Dasar dan Konsep Pendidikan Moral Pancasila. Semarang: Aneka Ilmu.
Dayan, Anto. 1972. Pengantar Metode Statistik Deskriptif, tt. Lembaga Penelitian Pendidian dan Penerangan Ekonomi.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineksa Cipta.
Hadi, Sutrisno. 1981. Metodogi Research. Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada. Yoyakarta.
Hadi, Sutrisno. 1982. Metodologi Research, Jilid 1. Yogyakarta: YP. Fak. Psikologi UGM.
Hamalik, Oemar. 1992. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru.
Hamalik, Oemar. 1999. Kurikuum dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Hasibuan. J.J. dan Moerdjiono. 1998. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
25