Seminar Osteoku
Transcript of Seminar Osteoku
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Osteomilitis adalah infeksi tulang. Infeksi tulang lebih sulit disembuhkan
daripada infeksi jaringan lunak karena terbatasnya asupan darah, respons jaringan
terhadap inflamasi, tinginya tekanan jaringan dan pembentukan involukrum
(pembentukan tulang baru di sekeliling jaringan tulang mati). Infeksi ini bisa
disebabkan oleh penyebaran hematogen (melalui darah) dari fokus infeksi di
tempat lain (misal tonsil yang terinfeksi, lepuh, gigi terinfeksi, infeksi saluran
napas atas). Osteomielitis akibat penyebaran hematogen biasanya terjadi di tempat
dimana terdapat trauma atau dimana terdapat resistensi rendah, kemungkinan
akibat trauma sub klinis (tak jelas).
Osteomilitis dapat berhubungan dengan penyebaran infeksi jaringan lunak
(misal ulkus dekubitus yg terinfeksi atau ulkus vaskuler) atau kontaminasi
langsung tulang (misal fraktur terbuka, cidera traumatik seperti luka tembak,
pembedahan tulang). Pasien yang beriko tinggi mengalami osteomielitis adalah
mereka yang nutrisinya buruk, lansia, kegemukan, atau penderita diabetes. Selain
itu, pasien yang menderita artritis reumatoid, telah dirawat lama dirumah sakit,
mendapat terapi kortikosteroid jangka panjang, mengalami pembedahan sendi
sebelum operasi sekarang, atau sedang mengalami sepsis rentan, begitu pula yang
menjalani pembedahan ortopedi lama, mengalami infeksi luka mengeluarkan pus,
mengalami nekrosis insisi marginal atau dehisensi luka, atau memerlukan
evakuasi hematoma pasca .
Berdasarkan salah satu kompetensi yang harus dikuasai dalam mata kuliah
KMB IV, yaitu sistem muskuloskeletal dan ditemukannya kasus tersebut di
ruangan D RSUD Doris Sylvanus PalangkaRaya, maka saya mengangkat kasus
ini sebagai kasus yang akan disampaikan pada seminar.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana tinjauan teori kasus osteomyelitis? Dan bagaimana asuhan
keperawatannya pada Tn.K?
1
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Melakukan asuhan keperawatan Tn.K dengan osteomyelitis di Ruang D
RSUD Doris Sylvanus PalangkaRaya.
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian keperawatan pada Tn.K dengan osteomyelitis
b. Menetapkan diagnosa keperawatan pada Tn.K dengan osteomyelitis
c. Menetapkan perencanaan keperawatan pada Tn.K dengan
osteomyelitis
d. Melakukan pelaksanaan keperawatan pada Tn.K dengan osteomyelitis
e. Melakukan evaluasi keperawatan pada pasien Tn.K dengan
osteomyelitis
D. Manfaat
Manfaat studi kasus ini yaitu untuk meningkatkan kualitas asuhan
keperawatan mahasiswa, dengan berpikir kritis serta melakukan implementasi
keperawatan yang sesuai. Serta mengembangkan profesi keperawatan yang
tidak hanya melakukan perawatan sesuai indikasi namun dapat berpikir serta
menganalisa kasus sehingga memberikan pelayanan keperawatan yang
berkualitas.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Osteomielitis adalah infeksi tulang. Infeksi tulang lebih sulit
disembuhkan daripada infeksi jaringan lunak karena terbatasnya asupan
darah, respons jaringan terhadap inflamasi, tingginya tekanan jaringan dan
pembentukan involukrum (pembentukan tulang baru di sekeliling jaringan
tulang mati). Osteomeilitis dapat menjadi masalah kronis yang akan
mempengaruhi kualitas hidup atau mengakibatkan kehilangan ekstremitas.
Beberapa ahli memberikan defenisi terhadap Osteomielitis sebagai berkut :
1. Osteomielitis adalah infeksi Bone marrow pada tulang-tulang panjang
yang disebabkan oleh staphylococcus aureus dan kadang-kadang
Haemophylus influensae (Depkes RI, 1995).
2. Osteomielitis adalah infeksi tulang (Carpenito, 1990).
3. Osteomielitis adalah suatu infeksi yang disebarkan oleh darah yang
disebabkan oleh staphylococcus (Henderson, 1997)
4. Osteomielitis adalah influenza Bone Marow pada tulang-tulang panjang
yang disebabkan oleh staphyilococcus Aureus dan kadang-kadang
haemophylus influenzae, infeksi yang hampir selalu disebabkan oleh
staphylococcus aureus. Tetapi juga Haemophylus influenzae,
streplococcus dan organisme lain dapat juga menyebabkannya
Osteomielitis adalah infeksi lain.
5. Osteomielitis adalah suatu penyakit infeksi yang terjadi pada tulang.
Infeksi yang mengenai tulang lebih sulit disembuhkan daripada infeksi
yang terjadi pada jaringan lunak karena terbatasnya asupan darah,
respons jaringan terhadap inflamasi, tingginya tekanan jaringan, dan
pembentukan tulang barn di sekeliling jaringan tulang man atau invo-
lukrum (Brunner & Suddart, 2000).
6. Osteomielitis akut adalah infeksi tulang panjang yang disebabkan oleh
infeksi lokal akut atau trauma tulang (Tucker et al, 1998).
3
B. Etiologi
Infeksi bisa disebabkan oleh penyebaran hematogen (melalui darah) dari
fokus infeksi di tempat lain (mis. Tonsil yang terinfeksi, lepuh, gigi
terinfeksi, infeksi saluran nafas atas). Osteomielitis akibat penyebaran
hematogen biasanya terjadi ditempat di mana terdapat trauma dimana terdapat
resistensi rendah kemungkinan akibat trauma subklinis (tak jelas).
Osteomielitis dapat berhubungan dengan penyebaran infeksi jaringan
lunak (mis. Ulkus dekubitus yang terinfeksi atau ulkus vaskuler) atau
kontaminasi langsung tulang (mis, fraktur ulkus vaskuler) atau kontaminasi
langsung tulang (mis. Fraktur terbuka, cedera traumatik seperti luka tembak,
pembedahan tulang.
Pasien yang beresiko tinggi mengalami osteomielitis adalah mereka yang
nutrisinya buruk, lansia, kegemukan atau penderita diabetes. Selain itu, pasien
yang menderita artritis reumatoid, telah di rawat lama dirumah sakit,
mendapat terapi kortikosteroid jangka panjang, menjalani pembedahan sendi
sebelum operasi sekarang atau sedang mengalami sepsis rentan, begitu pula
yang menjalani pembedahan ortopedi lama, mengalami infeksi luka
mengeluarkan pus, mengalami nekrosis insisi marginal atau dehisensi luka,
atau memerlukan evakuasi hematoma pascaoperasi.
Faktor Resiko
1. Nutrisi buruk
2. Lansia
3. Kegemukan
4. Diabetus melitus
5. Artritis reumatoid
6. Mendapatkan terapi kortikosteroid jangka panjang
7. Pernah menjalani pembedahan sendi
8. Menjalani operasi ortopedi lama
9. Mengalami infeksi luka yang mengeluarkan pus
10. Mengalami infeksi insisi marginal/dehisensi luka
4
C. Klasifikasi
Menurut kejadiannya Osteomielitis ada 2 yaitu :
1. Osteomielitis Primer
Kuman-kuman mencapai tulang secara langsung melalui luka.
2. Osteomielitis Sekunder
Adalah kuman-kuman mencapai tulang melalui aliran darah dari suatu
fokus primer ditempat lain (misalnya infeksi saluran nafas, genitourinaria
furunkel).
Sedangkan Osteomielitis menurut perlangsungannya dibedakan atas :
1. Osteomielitis akut
a. Nyeri daerah lesi
b. Demam, menggigil, malaise, pembesaran kelenjar limfe regional
c. Sering ada riwayat infeksi sebelumnya atau ada luka
d. Pembengkakan lokal
e. Kemerahan
f. Suhu raba hangat
g. Gangguan fungsi
h. Lab = anemia, leukositosis
2. Osteomielitis kronis
a. Ada luka, bernanah, berbau busuk, nyeri
b. Gejala-gejala umum tidak ada
c. Gangguan fungsi kadang-kadang kontraktur
d. Lab = LED meningkat
Osteomielitis menurut penyebabnya adalah Osteomielitis biogenik yang
paling sering :
1. Staphylococcus (orang dewasa)
2. Streplococcus (anak-anak)
3. Pneumococcus dan Gonococcus
Insiden
Osteomielitis ini cenderung terjadi pada anak dan remaja namun demikian
seluruh usia bisa saja beresiko untuk terjadinya Osteomielitis pada umumnya
kasus ini banyak terjadi laki-laki dengan perbandingan 2 : 1.
5
D. Patofisiologi
Staphylococcus aurens merupakan penyebab 70% sampai 80% infeksi
tulang. Organisme patogenik lainnya sering dujumpai pada osteomielitis
meliputi Proteus, Pseudomonas dan Ecerichia coli. Terdapat peningkatan
insiden infeksi resisten penisilin, nosokomial, gram negatif dan anaerobik.
Awitan osteomielitis setelah pembedahan ortopedi dapat terjadi dalam 3
bulan pertama (akut fulminan stadium I) dan sering berhubungan dengan
penumpukan hematoma atau infeksi superfisial. Infeksi awitan lambat
(stadium 2) terjadi antara 4 sampai 24 bulan setelah pembedahan.
Osteomielitis awitan lama (stadium 3) biasanya akibat penyebaran hematogen
dan terjadi 2 tahun atau lebih setelah pembedahan.
Respons inisial terhadap infeksi adalah salah satu dari inflamasi,
peningkatan Vaskularisas dan edema. Setelah 2 atau 3 hari, trombosis pada
pembuluh darah terjadi pada tempat tersebut, mengakibatkan iskemia dengan
nekrosis tulang sehubungan dengan peningkatan dan dapat menyebar ke
jaringan lunak atau sendi di sekitarnya, kecuali bila proses infeksi dapat
dikontrol awal, kemudian akan terbentuk abses tulang.
Pada perjalanan alamiahnya, abses dapat keluar spontan; namun yang
lebih sering harus dilakukan insisi dan drainase oleh ahli bedah. Abses yang
terbentuk dalam dindingnya terbentuk daerah jaringan mati, namun seperti
pada rongga abses pada umumnya, jaringan tulang mati (sequestrum) tidak
mudah mencair dan mengalir keluar. Rongga tidak dapat mengempis dan
menyembuh, seperti yang terjadi pada jaringan lunak. Terjadi pertumbuhan
tulang baru (involukrum) dan mengelilingi sequestrum. Jadi meskipun
tampak terjadi proses penyembuhan, namun sequestrum infeksius kronis yang
tetap rentan mengeluarkan abses kambuhan sepanjang hidup pasien.
Dinamakan osteomielitis tipe kronik.
6
E. Manifestasi Klinis
Jika infeksi dibawah oleh darah, biasanya awitannya mendadak, sering
terjadi dengan manifestasi klinis septikemia (mis. Menggigil, demam tinggi,
denyut nadi cepat dan malaise umum). Gejala sismetik pada awalnya dapat
menutupi gejala lokal secara lengkap. Setelah infeksi menyebar dari rongga
sumsum ke korteks tulang, akan mengenai periosteum dan jaringan lunak,
dengan bagian yang terinfeksi menjadi nyeri, bengkak dan sangat nyeri tekan.
Pasien menggambarkan nyeri konstan berdenyut yang semakin memberat
dengan gerakan dan berhubungan dengan tekanan pus yang terkumpul. Bila
7
osteomielitis terjadi akibat penyebaran dari infeksi di sekitarnya atau
kontaminasi langsung, tidak akan ada gejala septikemia. Daerah infeksi
membengkak, hangat, nyeri dan nyeri tekan.
Pasien dengan osteomielitis kronik ditandai dengan pus yang selalu
mengalir keluar dari sinus atau mengalami periode berulang nyeri, inflamasi,
pembengkakan dan pengeluaran pus. Infeksi derajat rendah dapat menjadi
pada jaringan parut akibat kurangnya asupan darah.
F. Evaluasi Diagnostik
Pada osteomielitis akut, pemeriksaan sinar – x awal hanya menunjukkan
pembengkakan jaringan lunak. Pada sekitar 2 minggu terdapat daerah
dekalsifikasi ireguler, nekrosis tulang baru. Pemindaian tulang dan MRI dapat
membantu diagnosis definitif awal. Pemeriksaan darah memperlihatkan
peningkatan leukosit dan peningkatan laju endap darah. Kultur darah dan
kultur abses diperlukan untuk menentukan jenis antibiotika yang sesuai.
Pada osteomielitis kronik, besar, kavitas iregular, peningkatan
periosteum, sequestra atau pembentukan tulang padat terlihat pada sinar – x.
pemindaian tulang dapat dilakukan untuk mengidentifikasi area infeksi. Laju
sedimentasi dan jumlah sel darah putih biasanya normal. Anemia, dikaitkan
dengan infeksi kronik. Abses ini dibiakkan untuk menentukan organisme
infektif dan terapi antibiotik yang tepat.
G. Pencegahan
Sasaran utamanya adalah Pencegahan osteomielitis. Penanganan infeksi
lokal dapat menurunkan angka penyebaran hematogen. Penanganan infeksi
jaringan lunak pada mengontrol erosi tulang. Pemilihan pasien dengan teliti
dan perhatian terhadap lingkungan operasi dan teknik pembedahan dapat
menurunkan insiden osteomielitis pascaoperasi.
Antibiotika profilaksis, diberikan untuk mencapai kadar jaringan yang
memadai saat pembedahan dan selama 24 jam sampai 48 jam setelah operasi
akan sangat membantu. Teknik perawatan luka pascaoperasi aseptik akan
menurunkan insiden infeksi superfisial dan potensial terjadinya osteomielitis.
8
H. Penatalaksanaan
Daerah yang terkana harus diimobilisasi untuk mengurangi
ketidaknyamanan dan mencegah terjadinya fraktur. Dapat dilakukan
rendaman salin hangat selama 20 menit beberapa kali per hari untuk
meningkatkan aliran daerah.
Sasaran awal terapi adalah mengontrol dan menghentikan proses infeksi,
Kultur darah dan swab dan kultur abses dilakukan untuk mengidentifikasi
organisme dan memilih antibiotika yang terbaik. Kadang, infeksi disebabkan
oleh lebih dari satu patogen.
Begitu spesimen kultur telah diperoleh, dimulai pemberian terapi
antibiotika intravena, dengan asumsi bahwa dengan infeksi staphylococcus
yang peka terhadap penisilin semi sintetik atau sefalosporin. Tujuannya
adalah mengentrol infeksi sebelum aliran darah ke daerah tersebut menurun
akibat terjadinya trombosis. Pemberian dosis antibiotika terus menerus sesuai
waktu sangat penting untuk mencapai kadar antibiotika dalam darah yang
terus menerus tinggi. Antibiotika yang paling sensitif terhadap organisme
penyebab yang diberikan bila telah diketahui biakan dan sensitivitasnya. Bila
infeksi tampak telah terkontrol, antibiotika dapat diberikan per oral dan
dilanjutkan sampai 3 bulan. Untuk meningkatkan absorpsi antibiotika oral,
jangan diminum bersama makanan.
Bila pasien tidak menunjukkan respons terhadap terapi antibiotika, tulang
yang terkena harus dilakukan pembedahan, jaringan purulen dan nekrotik
diangkat dan daerah itu diiringi secara langsung dengan larutan salin
fisiologis steril. Tetapi antibitika dianjurkan.
Pada osteomielitis kronik, antibiotika merupakan ajuvan terhadap
debridemen bedah. Dilakukan sequestrektomi (pengangkatan involukrum
secukupnya supaya ahli bedah dapat mengangkat sequestrum). Kadang harus
dilakukan pengangkatan tulang untuk memajankan rongga yang dalam
menjadi cekungan yang dangkal (saucerization). Semua tulang dan kartilago
yang terinfeksi dan mati diangkat supaya dapat terjadi penyembuhan yang
permanen.
9
Luka dapat ditutup rapat untuk menutup rongga mati (dead space) atau
dipasang tampon agar dapat diisi oleh jaringan granulasi atau dilakukan
grafting dikemudian hari. Dapat dipasang drainase berpengisap untuk
mengontrol hematoma dan mebuang debris. Dapat diberikan irigasi larutan
salin normal selama 7 sampai 8 hari. Dapat terjadi infeksi samping dengan
pemberian irigasi ini.
Rongga yang didebridemen dapat diisi dengan graft tulang kanselus
untuk merangsang penyembuhan. Pada defek yang sangat besar, rongga dapat
diisi dengan transfer tulang berpembuluh darah atau flup otot (dimana suatu
otot diambil dari jaringan sekitarnya namun dengan pembuluh darah yang
utuh). Teknik bedah mikro ini akan meningkatkan asupan darah; perbaikan
asupan darah kemudian akan memungkinkan penyembuhan tulang dan
eradikasi infeksi. Prosedur bedah ini dapat dilakukan secara bertahap untuk
menyakinkan penyembuhan. Debridemen bedah dapat melemahkan tulang,
kemudian memerlukan stabilisasi atau penyokong dengan fiksasi interna atau
alat penyokong eksterna untuk mencegah terjadinya patah tulang.
I. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Pasien yang datang dengan awitan gejala akut (mis. Nyeri lokal,
pembengkakan, eritema, demam) atau kambuhan keluarnya pus dari sinus
disertai nyeri, pembengkakan dan demam sedang.
b. kaji adanya faktor risiko (mis. Lansia, diabetes, terapi kortikosteroid
jangka panjang) dan cedera, infeksi atau bedah ortopedi sebelumnya.
c. Pasien selalu menghindar dari tekanan didaerah tersebut dan melakukan
gerakan perlindungan.
d. Pada osteomielitis akut, pasien akan mengalami kelemahan umum akibat
reaksi sistemik infeksi.
e. Pemeriksaan fisik memperlihatkan adanya daerah inflamasi,
pembengkakan nyata, hangat yang nyeri tekan. Cairan purulen dapat
10
terlihat. Pasien akan mengalami kelemahan umum akibat reaksi sistemik
infeksi.
f. Pasien akan mengalami peningkatan suhu tubuh.
g. Pada osteomielitis kronik, peningkatan suhu mungkin minimal, yang
terjadi pada sore dan malam hari.
2. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan pada data pengkajian, diagnosa keperawatan pasien dengan
osteomielitis dapat meliputi yang berikut :
a. Nyeri yang berhubungan dengan inflamasi dan pembengkakan
b. Kerusakan mobilitas fisik yang berhubungan dengan nyeri, alat
imobilisasi dan keterbatasan beban berat badan
c. Risiko terhadap penyebaran infeksi, pembentukan abses tulang
d. Kurang pengetahuan mengenai program pengobatan
3. Perencanaan dan Implementasi
Sasaran, sasaran pasien meliputi :
a. peredaan nyeri,
b. perbaikan mobilitas fisik dalam batas-batas terapeutik,
c. kontrol dan eradikasi infeksi dan
d. pemahaman mengenai program pengobatan.
Intervensi Keperawatan
Peredaan nyeri
1) imobilisasikan bagian yang terkena dengan bidai untuk mengurangi nyeri
dan spasme otot.
2) Sendi diatas dan dibawah bagian yang terkena harus dibuat sedemikian
sehingga masih dapat digerakkan sesuai rentangnya namun dengan lembut.
Lukanya sendiri kadang terasa sangat nyeri dan harus ditangani dengan
hati-hati dan perlahan.
3) Tinggikan bagian yang terkena untuk mengurangi pembengkakan dan
ketidaknyamanan yang ditimbulkannya.
11
4) Pantau Status neurovaskuler ekstremitas yang terkena.
5) Lakukan Teknik manajemen nyeri seperti massage, distraksi, relaksasi,
hipnotik untuk mengurangi persepsi nyeri dan kolaborasi dengan medis
untuk pemberian analgetik.
Perbaikan Mobilitas Fisik.
1) Program pengobatan dengan membatasi aktivitas.
2) Liindungi tulang dengan alat imobilisasi dan hindarkan stres pada tulang
karena Tulang menjadi lemah akibat proses infeksi.
3) Berikan pemahaman tentang rasional pembatasan aktivitas.
4) Partisipasi aktif dalam kehidupan sehari-hari dalam batas fisik tetap
dianjurkan untuk mempertahankan rasa sehat secara umum.
Mengontrol Proses Infeksi.
1) Pantau respons pasien terhadap terapi antibiotika.
2) Observasi tempat pemasangan infus tentang adanya i flebitis atau
infiltrasi.
3) Bila diperlukan pembedahan, harus dilakukan upaya untuk meyakinkan
adanya peredaran darah Yang mewadai (pengisapan luka untak
mencegah penumpukan cairan, peninggian daerah untuk memperbaiki
aliran balik vena, menghindari tekanan pada daerah Yang di-graft) untuk
mempertahankan imobilitas Yang dibutuhkan, dan untuk memenuhi
pembatasan beban berat badan.
4) Pantau kesehatann urnum dan nutrisi pasien.
5) Berikan diet protein seirnbang, vitamin C dan vitamin D dipilih untak
meyakinkan adanya keseimbangan nitrogen dan merangsang
penyembuhan.
Pendidikan Pasien dan Pertimbangan Perawatan di Rumah
1) Pasien harus dalam keadaan stabil secara medis dan telah termotivasi, dan
keluarga harus mendukung. Lingkungan rumah harus bersifat kondusif
terhadap promosi kesehatan dan sesuai dengan program terapeutik.
2) Pasien dan keluarganya harus memahami benar protokol antibiotika.
12
3) Ajarkan cara teknik balutan secara steril dan teknik kompres hangat.
Pendidikan pasien sebelum pemulangan dari rurnah sakit dan supervisi
serta dukungan Yang memadai dari perawatan di rumah sangat penting
dalam keberhasilan penatalaksanaan osteomielitis di rumah.
4) Pantau dengan cermat mengenai bertambahnya daerah nyeri atau
peningkatan suhu Yang mendadak. Pasien diminta. untuk melakukan
observasi dan melaporkan bila terjadi peningkatan suhu, keluarnya pus,
bau, dan bertambahnya inflamasi.
4.Evaluasi
Hasil yang diharapkan
a. Mengalami peredaan nyeri
1) Melaporkan berkurangnya nyeri
2) Tidak mengalami nyeri tekan di tempat terjadinya Infeksi
3) Tidak mengalarni ketidaknyamanan bila bergerak
b. Peningkatan mobilitas fisik
1) Berpartisipasi-dalam aktivitas perawatan~diri
2) Mempertahankan fungsi penuh ekstremitas Yang sehat
3) Memperlihatkan penggunaan alat imobilisasi dan alat bantu dengan
aman
c. Tiadanya infeksi
1) Memakai antibiotika sesuai resep
2) Suhu badan normal
3) Tiadanya pembengkakan
4) Tiadanya pus
5) Angka leukosit dan laju endap darah kembali non-nal
6) Biakan darah negatif
d. Mematuhi rencana terapeutik
1) Memakai antibiotika sesuai resep
2) Melindungi tulang yang lemah
3) Memperlihatkan perawatan luka yang benar
4) Melaporkan bila ada masalah segera
13
5) Makan diet seimbang dengan tinggi protein dan vitamin C dan D
6) Mematuhi perjanjian untuk tindak lanjut
7) Melaporkan peningkatan kekuatan
8) Tidak melaporkan peningkatan suhu badan atau kambuhan nyeri,
pembengkakan, atau gejala lain di tempat terrsebut.
14
Diagnosis
Keperawatan
Tujuan
Keperawatan
Intervensi Keperawatan
Nyeri Nyeri teratasi 1. Kaji tingkat dan intensitas nyeri
2. Lakukan imobilisasi dengan bidai untuk
mengurangi nyeri dan spasme otot
3. Tinggikan ekstremitas yang nyeri, hal
tersebut dapat mengurangi pembengkakan
dan nyeri yang terjadi
4. Pantau status neurovaskular ekstremitas yang
terkena
5. Ajarkan teknik relaksasi untuk
mengurangi persepsi nyeri
6. Kolaborasi dalam pemberian analgetik sesuai
program terapi
Hambatan
mobilitas
fisik
Mobilitas
fisik
dipertahankan
1. Lakukan imobilisasi dengan menggunakan
bidai karena tulang lemah akibat proses infeksi
2. Jelaskan penggunaan alat bantu jika akan
melakukan aktivitas untuk menghindari styes
pada tulang akibat tumpuan beban berat badan
3. Jelaskan pada pasien pentingnya pembatasan
aktivitas
4. Anjurkan partisipasi aktif dalam kehidupan
sehari-hari sesuai kemampuan untuk memper-
tahankan rasa sehat secara umum
Resiko
penyebaran
infeksi
Tidak terjadi
penyebaran
infeksi
1. Pantau respons pasien terhadap terapi
antibiotik Observasi tempat pemasangan infuse
2. Pantau tanda vital. Peningkatan suhu
merupakan indikator terjadinya penyebaran
infeksi
3. Pantau adanya tanda-tanda penyebaran
infeksi
4. Pantau nutrisi, diet protein seimbang,
15
vitamin C, dan vitamin D untuk
menyakinkan adanya keseimbangan
nitrogen, dan merangsang penyembuhan
5. Pantau hasil pemeriksaan leukosit dan laju
endap darah (LED) serta biakan darah
Kurang
pengetahuan
Pengetahuan
pasien
meningkat
1. Jelaskan tentang penyakitnya
2. Jelaskan pada pasien dan keluarga tentang
program pengobatan yang diberikan
3. Jelaskan pentingnya diet protein
seimbang, serta vitamin C dan D
4. Lingkungan rumah harus kondusif
terhadap proromosi kesehatan dan
sesuai dengan terapeutik jelaskan
pentingnya imobilisasi dan cara
penggunaan alat bantu
5. Ajarkan cara perawatan luka steril dan
teknik kompres hangat
6. Pasien diminta untuk melakukan observasi dan
melaporkan jika terjadi peningkatan suhu,
keluarnya pus, bau, dan bertambahnya
inflamasi jelaskan waktu untuk kontrol
kembali ke rumah sakit
16
BAB III
TINJAUAN KASUS
Pengkajian diambil : Tgl. 14 Nopember 2012
Pkl. 09.30 WIB
A. Pengkajian
1. Identitas
a. Klien
1) Nama : Tn.K
2) Umur : 49 tahun
3) Jenis Kelamin : Laki-laki
4) Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
5) Agama : Islam
6) Pekerjaan : Swasta
7) Pendidikan : SD
8) Alamat : Jl. Pacitan RT VI, Pulang Pisau
9) Tanggal masuk RS : 30 Oktober 2012
10) Diagnosa : Osteomyelitis
11) No. MR : 10.56.67
b. Penanggung Jawab
1) Nama : Ny.M
2) Umur : 37 tahun
3) Pekerjaan : IRT
4) Pendidikan : SD
5) Hubungan Keluarga: Istri
6) Alamat : Jl. Pacitan RT VI, Pulang Pisau
2. Riwayat Perawatan (Nursing History)
a. Keluhan Utama
Nyeri pada luka di kaki sebelah kiri bila digerakkan atau disentuh.
b. Riwayat Penyakit
1) Riwayat penyakit sebelumnya (upaya yang dilakukan dan terapi)
17
Klien mengatakan 7 bulan yang lalu, klien mengalami kecelakan
kerja, ada batu granit menimpa kakinya sebelah kiri. Klien
dibawa oleh keluarganya dari PulangPisau ke PalangkaRaya ke
klinik dr.Darmo, kemudian disarankan oleh dokter untuk
dirawat di RS. Klien dirawat di Ruang D dan menjalani operasi
pemasangan plate. Klien pulang dan menghentikan perawatan di
RS lebih cepat dari seharusnya. Klien pernah kontrol di RS dan
puskesmas PulangPisau. Perawatan di rumah.
2) Riwayat penyakit sekarang (PQRST, upaya yang dilakukan dan
terapi)
Klien mengatakan nyeri di lukanya yang terbuka.
P: nyeri saat digerakkan kakinya atau lukanya disentuh ketika
dibersihkan
Q: rasanya perih
R: luka dan nyerinya di kaki sebelah kiri
S: 4(1-10)
T: waktunya tidak tentu, hanya ketika digerakkan atau disentuh
± 10-15 menit
Klien mengatakan nyerinya ini sejak dulu, yang membuatnya
datang ke rumah sakit adalah karena platenya terlepas tidak
sengaja. Sempat ke klinik dr.Darmo sebelumnya dan disarankan
dirawat kembali di RS. Klien sudah melakukan operasi angkat
plate. Sampai sekarang, klien masih dirawat dan masih
mengeluh nyeri pada bekas luka operasi dan luka terbukanya di
kaki sebelah kiri dan karena sebelumnya lukanya sempat
bengkak dan bernanah.
3) Riwayat kesehatan keluarga
Klien mengatakakan sebelumnya di keluarganya tidak ada yang
mengalami fraktur cruris atau osteomyelitis sepertinya.
18
Genogram Keluarga 3 Generasi
3. Observasi dan Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
Kesadaran klien compos mentis, penampilan kurang rapi, posisi saat
dikaji berbaring, postur tubuh sedang, ekspresi wajah meringis.
Tidak terpasang infus ataupun kateter, tampak ada balutan perban
elastis di kaki sebelah kiri.
b. Tanda-Tanda Vital
TD : 110/70 mmHg
Di lengan kiri
N : 64x/menit
Teratur
S : 36,5 C
Di axila
R : 20x/menit
normal
c. Body Systems
1) Pernapasan (B1: Breathing)
19
Hidung : Tidak ada sekret, polip, benda asing, dll
Trakea : Tidak ada mukus, peradangan, dll
Bentuk rongga dada normal
Tipe pernafasan normal
Bunyi napas vesikuler
2) Pengindraan
Mata : Penglihatan berkurang, sklera normal, konjungtiva
merah muda, kornea bening. Alat bantu yaitu kacamata saat
membaca
Telinga : Pendengaran normal, keseimbangan normal
Hidung : Bentuk simetris, penciuman normal
3) Kardiovaskular (B2: Bleeding)
Nyeri dada tidak ada. CRT < 2 detik. Suara jantung normal
(S1S2). Edema pada ekstremitas bawah.
4) Persyarafan
Tingkat kesadaran compos mentis.
GCS 15 E4: spontan membuka mata
V5:orientasi baik, pembicaraan dapat
dimengerti
M6: ekstremitas bawah dan atas sebelah kiri
dapat digerakan sesuai perintah
Reflek pupil isokor, Reflek cahaya +/+
Penilaian Fungsi syaraf Kranial:
a) Syaraf kranial I : Klien dapat membedakan bau
parfum dan minyak kayu putih
b) Syaraf kranial II : Klien mengatakan
pengelihatannya agak kabur
c) Syaraf Kranial III : Reflek cahaya mata kanan
dan kiri +/+
d) Syaraf kranial IV : Klien dapat menggerakan
bola matanya
e) Syaraf Kranial V : Klien dapat merasakan
20
sentuhan di wajahnya
f) Syaraf kranial VI : klien dapat menggerakan bola
mata mengikuti objek
g) Syaraf kranial VII : klien dapat tersenyum,
simetris
h) Syaraf kranial VIII : klien dapat mendengar
dengan baik, tidak ada keluhan di telinga
i) Syaraf kranial IX : klien dapat membedakan rasa
j) Syaraf kranial X : klien dapat menelan, tidak
ada nyeri telan
k) Syaraf kranial XI : klien dapat mengangkat
bahunya
l) Syaraf kranial XII : Klien dapat menjulurkan
lidah
Fungsi sensorik : fungsi pengelihatan berkurang,
fungsi pendengaran, perabaan, penciuman tidak ada masalah.
Fungsi motorik : ekstremitas bawah kiri dapat
digerakan dengan bebas tidak ada masalah, ekstremitas bawah
sebelah kiri sulit digerakan bebas karena nyeri dan adanya luka,
ekstremitas atas dapat digerakkan dengan bebas tidak ada
masalah.
Refleks fisiologis : Reflek patella +/+
Refleks Pathologis : -
5) Perkemihan
Produksi urin : ± 1500-2500 cc/hari
Warna : Kuning jernih
Tidak ada pembedahan
6) Pencernaan
Mulut tampak bersih, bibir tampak lembap, tidak ada caries.
Tidak ada nyeri menelan. Tidak ada massa dan nyeri tekan di
abdomen. Tidak ada hemoroid. BAB sekali selama 2/3 hari.
21
Konsistensi padat. Tidak menggunakan obat pencahar ataupun
lavement.
7) Tulang Otot Kulit (Muskuloskeletal Integumen)
Kekuatan cukup baik pada bagian tubuh yang sehat, mampu
mengangkat dan menggerakkannya.
Pergerakan bebas pada bagian tubuh yang sehat, mampu
berjalan dengan dibantu kruk. Klien mengatakan sulit berjalan
dan lebih sering di tempat tidur. Bentuk tulang normal.
Ada patah tulang, peradangan dan perlukaan pada ekstremitas
bawah.
Kulit berwarna sawo matang, agak gelap. Turgor kurang elastis.
Kebersihan kurang. Masalah resiko infeksi.
Rambut berwarna hitam, dan kurang bersih.
Kuku berwarna putih dan kurang bersih.
8) Reproduksi
Tidak ada keluhan.
Klien mempunyai 3 orang anak.
9) Pola Fungsi Kesehatan
a) Persepsi terhadap kesehatan dan penyakit
Klien mengatakan sabar terhadap penyakitnya dan
menerima semuanya. Ia selalu berdoa supaya kondisinya
tidak memburuk.
b) Fungsi Kesehatan
No.
Pola Fungsi kesehatan Sebelum sakit Ketika Sakit
1. Nutrisi – Metabolismea. Frekuensib. Nafsu makanc. Jenis makanand. Jenis minumane. Jumlah makananf. Jumlah minumang. Kebiasaan makanh. Kebiasaan minumi. Berat badanj. Tinggi badank. Diit khusus
3x sehariBaik
Nasi, sayur, laukSirup, teh, air putih
1 porsi makanan± 1,5 liter
Suka kue-kue manisSuka minuman manis
65 kg162 cm
Tidak ada
3 x sehariBaik
Nasi, sayur, laukAir putih
1 porsi makanan± 2-2,5 literTidak adaTidak ada
162 cmTKTP
22
2. Pola tidur dan istirahata. Malamb. Siangc. Kebiasaan sebelum
tidur
7-8 jamTidak adaTidak ada
7-8 jam2-3 jam
Tidak ada
c) Kognitif
Orientasi waktu, tempat, dan orang klien baik. Pengetahuan
tentang penyakitnya kurang. Klien sering bertanya tentang
lukanya yang tidak kunjung sembuh.
d) Persepsi diri/ konsep diri
Klien mempunyai harga diri yang baik, menghargai dirinya
dan orang lain.
e) Peran / hubungan
Klien mempunyai peran sebagai suami, ayah dan mencari
nafkah. Klien mempunyai hubungan yang baik dengan
keluarganya
f) Koping – toleransi stress
Klien mengatakan akan berdoa dan sabar dalam
menghadapi penyakitnya saat ini.
g) Nilai – pola keyakinan
Klien beragama islam dan klien yakin penyaktnya saat ini
adalah cobaan baginya.
10) Psikososial – Spiritual
Berkomunikasi baik, bahasa sehari-hari adalah jawa/indonesia.
Berbicara normal, hubungan dengan keluarga baik, sering
bertemu dengan keluarganya dan berkomunikasi
Hubungan dengan teman dan petugas kesehatan baik, kooperatif
dengan petugas.
Klien melaksanakan sholat 5 waktu di rumah dengan posisi
duduk. Saat di RS, klien tidak bisa melakukannya.
11) Data Penunjang
Hb 13,6 gr %
Leukosit 12.200
23
Trombosit 370.000
HT 40 %
CT 6
BT 3
Gol darah A
HJ 2 0 3 64 30 1
12) Terapi dan Implikasi Keperawatan
Perawatan luka dengan oxoferin pada luka terbuka dan tule di
luka bekas jahitan serta ganti balutan.
24
ANALISA DATA
Data Fokus(Subjektif dan Objektif)
Masalah Kemungkinan Penyebab
DS : Klien mengatakan nyeri di lukanya yang terbuka.P: nyeri saat digerakkan kakinya atau lukanya disentuh ketika dibersihkanQ: rasanya perihR: luka dan nyerinya di kaki sebelah kiriS: 4(1-10)T: waktunya tidak tentu, hanya ketika digerakkan atau disentuh ± 10-15 menit
DO : wajah klien tampak meringis kesakitan saat luka dibersihkan dan saat menggerakkan kakinya.Kaki tampak edemaTD : 110/70 mmHgN : 64x/menitS : 36,5 CR : 20x/menit
DS : Klien mengatakan adanya luka terbukaDO : Luka tampak terbuka, dan berjahit
Lokasi luka ada 2, di bagian luar dan dalam kaki.Panjangnya luka pertama ±20 cm, dan
Gangguan Rasa Nyaman : Nyeri
Resiko Penyebaran Infeksi
Osteomyelitis
Inflamasi
Peningkatan jaringan tulang dan medula
Iskemia dan nekrosis tulang
Pembentukan abses tulang
Nyeri
Osteomyelitis
Inflamasi
25
luka kedua ±10 cm.Jahitan ada 15 jahitan jumlahnya.Tampak tulangTidak ada pusTampak drainaseTampak jaringan granulaTampak jaringan nekrotik.
DS: Klien mengatakan sulit untuk berjalanDO: Klien tampak berjalan dibantu dengan
krukKlien tampak lebih banyak di tempat tidur daripada berjalan/bergerak
DS: Klien mengatakan kurang tahu tentang perawatan luka yang benar
DO: Klien tampak sering bertanya ke petugas kesehatanKlien juga harus pulang lebih awal dari seharusnya dan menghentikan perawatan yang masih diperlukan pada pengobatan sebelumnya.
Gangguan Mobilitas Fisik
Kebutuhan Belajar
Pembentukan pus dan nekrosis jaringan
Penyebaran infeksi
Osteomyelitis
Inflamasi
Keterbatasan pergerakan
Penurunan kemampuan pergerakan
Gangguan mobilitas fisik
Osteomyelitis
Kurang terpajannya pada informasi
Kebutuhan belajar
26
DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN SESUAI PRIORITAS
1. Gangguan Rasa Nyaman : Nyeri b/d pembentukkan abses tulang
2. Resiko Penyebaran Infeksi b/d pembentukan pus, nekrosis jaringan
3. Gangguan Mobilitas Fisik b/d penurunan kemampuan pergerakan
4. Kebutuhan Belajar b/d kurang terpajannya pada sumber informasi
27
RENCANA KEPERAWATAN
No TanggalNomor
Diagnosa Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil Rencana Tindakan Rasional
1 14.11.2012 1 Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam nyeri berkurang / hilang.Kriteria: TTV dalam batas normal, klien tampak tenang, klien mengatakan nyeri berkurang/hilang
1. Pertahankan tirah baring
2. Tinggikan ekstremitas yang terkena
3. Ajarkan teknik relaksasi4. Kolaborasi: pemberian analgetik5. Evaluasi TTV
1. Mencegah kesalahan posisi tulang dan mengurangi pergerakan
2. Untuk melancarkan aliran balik vena, mengurangi edema
3. Untuk meningkatkan kopinng diri4. Menaikkan ambang batas nyeri5. Indikator nyeri berlebihan
1 14.11.2012 2 Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam infeksi tidak menyebar.Kriteria: mencapai penyembuhan luka sesuai waktu, bebas drainasi purulen
1. Observasi luka2. Perawatan luka dan ganti balutan
3. Observasi TTV4. Kolaborasi: Beri antibiotik sesuai indikasi
1. Deteksi dini infeksi2. Membersihkan luka, menghindari
kontaminasi bakteri.3. Indikator infeksi dan peradangan4. Mencegah adanya/hidupnya bakteri.
1 14.11.2012 3 Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam mobilitas fisik dipertahankan optimal.Kriteria: meningkatkan mobilitas, mempertahankan fungsional tubuh
1. Bantu latihan gerak pasif aktif
2. Berikan penyangga ekstremitas3. Bantu dan ajarkan perawatan diri4. Kolaborasi: Berikan diet TKTP
5. Evaluasi kemampuan mobilitas
1. Meningkatkan sirkulasi darah muskuloskeletal
2. Mempertahankan posisi fungsional3. Meningkatkan kemandirian4. Diperlukan untuk proses penyembuhan
dan kekuatan5. Menentukan tindakan selanjutnya.
1 14.11.2012 4 Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
1. Kaji tingkat pengetahuan klien2. Kaji tingkat kesiapan klien menerima
1. Identifikasi tingkat pengetahuan klien2. Kesiapan menentukan apakah informasi
28
1x24 jam pengetahuan bertambah.Kriteria: klien mengatakan mengerti, klien mematuhi segala anjuran pengobatannya
informasi3. Beri penkes tentang luka dan yang
dibutuhkan untuk proses penyembuhan4. Kaji / evaluasi informasi yang klien dapat.
dapat diterima3. Informasi meningkatkan pengetahuan
klien4. Menentukan keberhasilan tindakan.
PELAKSANAAN KEPERAWATAN (IMPLEMENTASI)
No Tanggal/Jam
No. Diagnosa Keperawatan
Pelaksanaan/Tindakan Keperawatan Evaluasi Tindakan / Respon Klien Paraf/Nama Mahasiswa
1 14.11.201211.00
12.00
1 1. Menganjurkan tirah baring dan mengajarkan tehnik relaksasi
2. Memeriksa TTV dan nyeri
S: Klien mengatakan bisa melakukannyaO: Klien tampak tenang
S: Klien mengatakan masih nyeri saat bergerakO: TTV (TD: 110/70 mmHg, N: 64x/m, S: 36,6
C, Rr: 20x/m)2 08.45 2 Mengobservasi luka, merawat luka dengan oxoferin dan
tule serta mengganti balutan.S: Klien mengatakan sakit saat luka dibersihkanO: Luka tampak terbuka
Tidak ada pus ketika ditekanAda jaringan granula dan nekrotikTampak tulang dan drainaseTTV (TD: 110/70 mmHg, N: 64x/m, S: 36,6 C, Rr: 20x/m)
3 08.30
11.30
3 1. Memberikan penyangga ekstremitas kaki sebelah kiri dengan selimut.
2. Mengevaluasi kemampuan mobilitas
S: Klien mengatakan merasa nyamanO: Klien tampak rileksS: Klien mengatakan sulit bergerak dan masih
nyeriO: Klien tampak kurang bersemangat
29
4 11.00
11.05
4 1. Mengkaji tingkat pengetahuan klien dan kesiapan klien menerima informasi
2. Memberi penkes tentang luka dan yang dibutuhkan untuk proses penyembuhannya serta mengevaluasinya.
S: Klien mengatakan belum terlalu mengerti tentang proses penyembuhan lukanya
O:Klien tampak bingungS: Klien mengatakan mengertiO: Klien tampak antusias menerima informasi
CATATAN PERKEMBANGAN
Tanggal/JamNomor
Diagnosa Keperawatan
Catatan PerkembanganParaf/Nama Mahasiswa
14.11.201212.00
1 S: Klien mengatakan nyeri masih adaO: Klien tampak meringis kesakitanA: Masalah belum teratasiP: Lanjutkan intervensi
14.11.201209.00
2 S: Klien mengatakan luka masih nyeriO: Tampak jaringan granula dan nekrotik, tidak ada pus, TTV normalA: Masalah belum teratasiP: Lanjutkan intervensi
14.11.201211.30
3 S: Klien mengatakan masih sulit berjalanO: Klien tampak lebih sering berdiam diri di tempat tidur.A: Masalah belum teratasiP: Lanjutkan intervensi
14.11.201211.15
4 S: Klien mengatakan mengerti dengan informasi yang diberikanO: Klien tampak antusiasA: Masalah teratasiP: Hentikan intervensi
30
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Osteomielitis adalah infeksi tulang. Infeksi tulang lebih sulit disembuhkan
daripada infeksi jaringan lunak karena terbatasnya asupan darah, respons jaringan
terhadap inflamasi, tingginya tekanan jaringan dan pembentukan involukrum
(pembentukan tulang baru di sekeliling jaringan tulang mati). Osteomeilitis dapat
menjadi masalah kronis yang akan mempengaruhi kualitas hidup atau
mengakibatkan kehilangan ekstremitas.
Dalam penanganannya, dibutuhkan pengkajian yang seksama serta
pemilihan penanganan yang tepat, dalam bidang keperawatan khususnya harus
didapat diagnose sesuai dengan data subjektif dan objektif, yang dapat melengkapi
analisa data agar dapat memberikan pelayanan keperawatan yang berkualitas.
B. Saran
Bagi mahasiswa keperawatan atau pelaksana keperawatan sebaiknya selalu
mengikuti perkembangan kesehatan khususnya bidang keperawatan agar
pengetahuan yang dimiliki semakin bertambah dan tidak ketinggalan. Juga untuk
memperbaharui sistem asuhan keperawatan yang lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
31
Brunner, Suddarth.2001.Buku Ajar Keperawatan-Medikal Bedah, Edisi 8.Vol.
3.Jakarta : EGC
Doenges, Marilynn E, dkk.2000.Penerapan Proses Keperawatan dan Diagnosa
Keperawatan.Jakarta : EGC
Suratum.2008.Klien Gangguan Sistem Muskuloskeletal.Jakarta : EGC
32