Seminar Nasional Tahunan IX Hasil Penelitian Perikanan dan ... · Semnaskan _UGM / Rekayasa...

13
Semnaskan _UGM / Rekayasa Budidaya (pRB-04) - 1 Seminar Nasional Tahunan IX Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan, 14 Juli 2012 FAKTOR DOMINAN PENGELOLAAN TAMBAK YANG MEMPENGARUHI PRODUKTIVITAS TAMBAK KABUPATEN GRESIK, PROVINSI JAWA TIMUR Erna Ratnawati*, Erfan A. Hendrajat dan Kamaria Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Payau Jn. Makmur Daeng Sitakka No. 129 Maros 90512, Sulawesi Selatan *Penulis untuk korespondensi, E-mail: [email protected] Abstrak Kabupaten Gresik merupakan daerah industri, namun dengan wilayah yang luas meliputi daerah pedesaan dengan masyarakat yang hidup sebagai petani, menyebabkan sektor pertanian/perikanan juga menjadi tumpuan hidup sebagian besar masyarakat Gresik, sehingga produktivitas masing-masing komoditas perlu untuk terus ditingkatkan. Walaupun produksi perikanan (tambak payau) selama tahun 2007-2009 menunjukkan kecenderungan menurun, baik dari segi produksi maupun produktivitas (Anonim, 2010),namun bila dikelola secara serius, akan mampumeningkatkan perekonomian masyarakat.Namun demikian, belum ada informasi tentang pengelolaan tambak yang dilakukan oleh pembudidaya di kabupaten tersebut. Oleh karena itu, dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui faktor pengelolaan tambak yang mempengaruhi produktivitas tambakKabupaten Gresik.Metode penelitian yang diaplikasikan adalah metode survei untuk mendapatkan data primer dari produksi dan pengelolaan tambak yang dilakukan melalui pengajuan kuisioner kepada responden secara terstruktur. Sebagai peubah tidak bebas adalah produksi total tambak dan peubah bebas adalah faktor pengelolaan tambak yang terdiri dari 33 peubah.Analisis regresi berganda dengan peubah boneka digunakan untuk memprediksi produktivitas tambak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata produktivitas tambakdi Kabupaten Gresik, Provinsi JawaTimur sebesar 1.399,823 kg/ha/musim yang merupakan produksi total dari udang windu yang dipolikulturkan dengan ikan bandeng.Ada 9 peubah pengelolaan tambak, yaitupadat penebaran udang, padat penebaran ikan bandeng, waktu penebaran, waktu terjadinya serangan penyakit, dosis kapur awal, pupuk SP36 awal, lama pemeliharaan udang, dan berat rata-rata udangyang mempengaruhi produktivitas.Hal ini menunjukkan bahwa produksi total tambak masih dapat ditingkatkan melalui pengelolaan tambak dengan meningkatkan dosis kapur awal, dosis SP36 awal, sistem budidaya secara polikultur, padat penebaran, waktu penebaran, waktu terjadinya penyakit, lama pemeliharaan udang, dan berat rata-rata udang. Kata kunci: kabupaten gresik, pengelolaan, produktivitas, tambak, Pengantar Kabupaten Gresik merupakan daerah industri, namun dengan wilayah yang luas yang meliputi daerah pedesaan dengan masyarakat yang hidup sebagai petani, menyebabkan sektor pertanian/perikanan juga menjadi tumpuan hidup sebagian besar masyarakat Gresik, sehingga produktivitas masing-masing komoditas perlu untuk terus ditingkatkan. Walaupun produksi perikanan (tambak payau) selama tahun 2007-2009 menunjukkan kecenderungan menurun, baik dari segi produksi maupun produktivitas (Anonim, 2010), namun bila dikelola secara serius akan mampumeningkatkan perekonomian masyarakat. Secara administrasi, kecamatan Gresik terbagi dalam 18 kecamatan, 9 diantaranya adalah kawasan pesisir pantai. Perikanan budidaya yang selama ini diusahakan di Kabupaten Lamongan adalah budidaya kolam, budidaya sawah tambak,waduk,dan budidaya tambak. Budidaya tambak payau seluas 17.835,02 ha terdapat pada 9 kecamatan, yaitu Kecamatan Manyar, Kebomas, Duduksampean, Bungah, Sidayu, Panceng, Ujung Pangkah, Sangkapura, dan Tambak. Sedangkan budidaya tambak tawar atau sawah tambak terdapat pada 12 kecamatan. Sampai pada tahun 2010, pembudidaya tambak di Kabupaten Gresik berjumlah 23.779 RTP yang memiliki luas sebesar 32.464,07 ha dengan jumlah produksi sebesar 30.456 ton dengan nilai (Anonim, 2010) atau produktivitas tambak 938,14 kg/ha/tahun.Produktivitas tambak ini masih dapat ditingkatkan melalui pengelolaan tambak yang tepat. Pengelolaan tambak yang dilakukan oleh pembudidaya tambak sangat bervariasi. Pengelolaan tambak yang dilakukan oleh pembudidaya tambak di Sulawesi Selatan telah pRB-04

Transcript of Seminar Nasional Tahunan IX Hasil Penelitian Perikanan dan ... · Semnaskan _UGM / Rekayasa...

Page 1: Seminar Nasional Tahunan IX Hasil Penelitian Perikanan dan ... · Semnaskan _UGM / Rekayasa Budidaya (pRB-04) - 3 Seminar Nasional Tahunan IX Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan,

Semnaskan _UGM / Rekayasa Budidaya (pRB-04) - 1

Seminar Nasional Tahunan IX Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan, 14 Juli 2012

FAKTOR DOMINAN PENGELOLAAN TAMBAK YANG MEMPENGARUHI PRODUKTIVITAS TAMBAK KABUPATEN GRESIK, PROVINSI JAWA TIMUR

Erna Ratnawati*, Erfan A. Hendrajat dan Kamaria

Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Payau

Jn. Makmur Daeng Sitakka No. 129 Maros 90512, Sulawesi Selatan *Penulis untuk korespondensi, E-mail: [email protected]

Abstrak Kabupaten Gresik merupakan daerah industri, namun dengan wilayah yang luas meliputi daerah pedesaan dengan masyarakat yang hidup sebagai petani, menyebabkan sektor pertanian/perikanan juga menjadi tumpuan hidup sebagian besar masyarakat Gresik, sehingga produktivitas masing-masing komoditas perlu untuk terus ditingkatkan. Walaupun produksi perikanan (tambak payau) selama tahun 2007-2009 menunjukkan kecenderungan menurun, baik dari segi produksi maupun produktivitas (Anonim, 2010),namun bila dikelola secara serius, akan mampumeningkatkan perekonomian masyarakat.Namun demikian, belum ada informasi tentang pengelolaan tambak yang dilakukan oleh pembudidaya di kabupaten tersebut. Oleh karena itu, dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui faktor pengelolaan tambak yang mempengaruhi produktivitas tambakKabupaten Gresik.Metode penelitian yang diaplikasikan adalah metode survei untuk mendapatkan data primer dari produksi dan pengelolaan tambak yang dilakukan melalui pengajuan kuisioner kepada responden secara terstruktur. Sebagai peubah tidak bebas adalah produksi total tambak dan peubah bebas adalah faktor pengelolaan tambak yang terdiri dari 33 peubah.Analisis regresi berganda dengan peubah boneka digunakan untuk memprediksi produktivitas tambak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata produktivitas tambakdi Kabupaten Gresik, Provinsi JawaTimur sebesar 1.399,823 kg/ha/musim yang merupakan produksi total dari udang windu yang dipolikulturkan dengan ikan bandeng.Ada 9 peubah pengelolaan tambak, yaitupadat penebaran udang, padat penebaran ikan bandeng, waktu penebaran, waktu terjadinya serangan penyakit, dosis kapur awal, pupuk SP36 awal, lama pemeliharaan udang, dan berat rata-rata udangyang mempengaruhi produktivitas.Hal ini menunjukkan bahwa produksi total tambak masih dapat ditingkatkan melalui pengelolaan tambak dengan meningkatkan dosis kapur awal, dosis SP36 awal, sistem budidaya secara polikultur, padat penebaran, waktu penebaran, waktu terjadinya penyakit, lama pemeliharaan udang, dan berat rata-rata udang.

Kata kunci: kabupaten gresik, pengelolaan, produktivitas, tambak, Pengantar

Kabupaten Gresik merupakan daerah industri, namun dengan wilayah yang luas yang meliputi daerah pedesaan dengan masyarakat yang hidup sebagai petani, menyebabkan sektor pertanian/perikanan juga menjadi tumpuan hidup sebagian besar masyarakat Gresik, sehingga produktivitas masing-masing komoditas perlu untuk terus ditingkatkan. Walaupun produksi perikanan (tambak payau) selama tahun 2007-2009 menunjukkan kecenderungan menurun, baik dari segi produksi maupun produktivitas (Anonim, 2010), namun bila dikelola secara serius akan mampumeningkatkan perekonomian masyarakat. Secara administrasi, kecamatan Gresik terbagi dalam 18 kecamatan, 9 diantaranya adalah kawasan pesisir pantai.

Perikanan budidaya yang selama ini diusahakan di Kabupaten Lamongan adalah budidaya kolam, budidaya sawah tambak,waduk,dan budidaya tambak. Budidaya tambak payau seluas 17.835,02 ha terdapat pada 9 kecamatan, yaitu Kecamatan Manyar, Kebomas, Duduksampean, Bungah, Sidayu, Panceng, Ujung Pangkah, Sangkapura, dan Tambak. Sedangkan budidaya tambak tawar atau sawah tambak terdapat pada 12 kecamatan. Sampai pada tahun 2010, pembudidaya tambak di Kabupaten Gresik berjumlah 23.779 RTP yang memiliki luas sebesar 32.464,07 ha dengan jumlah produksi sebesar 30.456 ton dengan nilai (Anonim, 2010) atau produktivitas tambak 938,14 kg/ha/tahun.Produktivitas tambak ini masih dapat ditingkatkan melalui pengelolaan tambak yang tepat.

Pengelolaan tambak yang dilakukan oleh pembudidaya tambak sangat bervariasi. Pengelolaan tambak yang dilakukan oleh pembudidaya tambak di Sulawesi Selatan telah

pRB-04

Page 2: Seminar Nasional Tahunan IX Hasil Penelitian Perikanan dan ... · Semnaskan _UGM / Rekayasa Budidaya (pRB-04) - 3 Seminar Nasional Tahunan IX Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan,

2 - Semnaskan _UGM / Rekayasa Budidaya (pRB-04)

Seminar Nasional Tahunan IX Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan, 14 Juli 2012

dilaporkan oleh berbagai peneliti terdahulu.Di Kabupaten Pangkep telah dilaporkan oleh Nessa (1985) & Mustafa et al. (2010). Hanafi (1990) telah melakukan hal yang sama di tambak di Kabupaten Maros, Takalar dan Bulukumba (Hanafi, 1990). Pengelolaan budidaya yang dilakukan oleh pembudidaya di tambak Kabupaten Pinrang (Provinsi Sulawesi Selatan) telah diteliti oleh Mustafa & Ratnawati (2007), di Kabupaten Bulukumba dan di Kabupaten Lampung Selatan oleh Ratnawati et al. (2009), dan di Kabupaten Berau (Provinsi Kalimantan Timur) oleh Ratnawati et al. (2010). Khusus tambak di Propinsi Jawa Timur, termasuk di Kabupaten Lamongan, belum pernah dilaporkan hasil penelitian mengenai pengelolaan yang dilakukan oleh pembudidaya tambak.Di tambak udang vaname intensif di Kabupaten Pontianak (Provinsi Kalimantan Barat), telah dilaporkan oleh Utojo et al. (2010).Mengetahui faktor pengelolaan yang berpengaruh terhadap produktivitas tambak diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam upaya peningkatan produktivitas tambak.Pengelolaan tambak merupakan faktor penting setelah penentuan kesesuaian lahan budidaya tambak dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan dan budidaya tambak berkelanjutan (Karthik et al., 2005). Identifikasi dari peubah faktor pengelolaan tambak yang tidak mempengaruhi produktivitas tambak perlu diketahui supaya dapat diikuti oleh pembudidaya untuk mengefektifkan biaya produksi tanpa mempengaruhi produktivitas tambak.Oleh karena itu, dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor dominan pengelolaan tambak yang berpengaruh terhadap produktivitas tambak Kabupaten Gresik. Bahan dan metode

Penelitian dilaksanakan di kawasan pertambakan Kabupaten Gresik, Provinsi Jawa Timur (gambar 1), yaitu di Kecamatan Manyar, Kebomas, Duduksampean, Bungah, Sidayu, Panceng, Ujung Pangkah, Dukun, dan Kecamatan Cerme. Untuk mendapatkan informasi awal mengenai kegiatan budidaya tambak di Kabupaten Gresik, maka dilakukan pertemuan dengan staf Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Gresik Tambak terpilih ditentukan secara acak dari Peta Mapping Unit (Satuan Pemetaan), yaitu gabungan Peta Landscape (Bentuk Lahan) dan Land Use (Penggunaan Lahan). Pembudidaya tambak dari tambak terpilih menjadi responden dalam penelitian ini. Titik-titik pengamatan ditentukan posisinya dengan Global Positioning System (GPS). Peta yang menunjukkan titik-titik pengamatan dibuat dengan bantuan teknologi Penginderaan Jauh (Inderaja) dan Sistem Informasi Geografis (SIG).

Metode penelitian yang diaplikasikan adalah metode survei, termasuk untuk mendapatkan data primer dari produksi dan pengelolaan tambak yang dilakukan melalui pengajuan kuisioner kepada responden secara terstruktur (Wirartha, 2006). Sebagai peubah tergantung atau peubah tidak bebas atau peubah respon dalam penelitian ini adalah produksi total tambak. Produksi total tambak merupakan total produksi udang windu dan ikan bandeng (Hanafi, 1990), sebab tambak yang terpilih sebagian melakukan budidaya secara polikultur antara udang vaname dan ikan bandeng. Peubah bebas atau peubah prediktor adalah pengelolaan tambakyang terdiri atas 33 peubah.Sebagai peubah boneka dalam penelitian ini adalah perlakuankapur awal, TSP/SP36 awal, padat penebaran ikan bandeng, padat penebaran udang, sistem budidaya, waktu penebaran, waktu terjadinya serangan penyakit, lama pemeliharaan, dan berat rata-rata udang.

Statistik deskriptif digunakan untuk mengetahui gambaran umum (minimum, maksimum, rata-rata, standar deviasi) dari data yang ada. Matriks korelasi digunakan untuk mengetahui adanya gejala multikolinearitas. Grafik plot PP (Probabilitas harapan dan Probabilitas pengamatan) digunakan untuk menguji kenormalan distribusi data.Scatterplot regresi digunakan untuk mengetahui adanya gejala heteroskedastisitas. Uji DW (Durbin-Watson) digunakan untuk mendeteksi adanya gejala autokorelairasi. Dalam memilih persamaan regresi ganda ‘terbaik’, maka digunakan metode langkah mundur (backward) (Draper & Smith, 1981).

Page 3: Seminar Nasional Tahunan IX Hasil Penelitian Perikanan dan ... · Semnaskan _UGM / Rekayasa Budidaya (pRB-04) - 3 Seminar Nasional Tahunan IX Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan,

Semnaskan _UGM / Rekayasa Budidaya (pRB-04) - 3

Seminar Nasional Tahunan IX Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan, 14 Juli 2012

Gambar 1. Lokasi penelitian di Kabupaten Gresik, Propinsi Jawa Timur. Uji R2 yang disesuaikan (adjusted R2) digunakan untuk mengetahui besarnya peubah bebas menjelaskan peubah tidak bebas.Uji F atau analisis ragam digunakan untuk menguji signifikansi model regresi. Model persamaan regresi berganda yang diuji adalah (Sokal & Rohlf, 1981; Tabachnick & Fidell, 1996):

Y � a � b1X1 � b2X2 � …� bnXn (Persamaan 1) Keterangan: Y = produksi total tambak a = koefisien konstanta b1,b2…bn = koefisien regresi

X1,X2,…Xn = peubah bebas yaitu pengelolaan tambak.

Seluruh data dianalisis dengan bantuan Program Statistical Product and Service Solution (SPSS) versi 15,0 (SPSS, 2006; Coakes et al., 2008). Hasil dan Pembahasan

Secara umum, tambak di Kabupaten Gresik sama dengan tambak yang ada di Sulawesi Selatan, luas perpetaknya dari 0,20 sampai 3,50 dengan rata-rata 1,10 ha. Sebagai perbandingan dengan tambak di Sulawesi Selatan, seperti di Kabupaten Pangkep dengan rata-rata luas petakan 2,44 ha (Mustafa et al., 2010), Kabupaten Maros 2,53 ha (Ratnawati et al., 2010b); Kabupaten Pinrang 1,80 ha (Mustafa & Ratnawati, 2007); Luwu Utara 1,94 ha (Mustafa et al., 2009); dan Kabupaten Bone 3,67 ha (Ratnawati et al., 2010a) yang menunjukkan luas petakan tambak di Kabupaten Lamongan lebih kecil daripada tambak di Sulawesi Selatan.

Produktivitas total tambakberkisar antara 250,00 dan 7.000,00 kg/ha/musim dengan produktivitas rata-rata 1.793,20 kg/ha/musim (Tabel 1). Produktivitas tambak ini lebih tinggi daripada produktivitas tambakdi Sulawesi Selatan. Produktivitas tambak di Kabupaten Pangkep, Maros, Pinrang, dan Bone berturut-turut 622, 632, 499, dan 292 kg/ha/musim (Mustafa &Ratnawati, 2007; Mustafa et al., 2010; Ratnawati et al., 2010a,b). Salah satu penyebab

Page 4: Seminar Nasional Tahunan IX Hasil Penelitian Perikanan dan ... · Semnaskan _UGM / Rekayasa Budidaya (pRB-04) - 3 Seminar Nasional Tahunan IX Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan,

4 - Semnaskan _UGM / Rekayasa Budidaya (pRB-04)

Seminar Nasional Tahunan IX Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan, 14 Juli 2012

rendahnya produktivitas tambak diduga sebagai akibat luas petakan tambak yang cukup luas.Hal ini dapat dimengerti bahwa semakin luas tambak yang dikelola oleh seorang pembudidaya tambak, maka semakin berkurang tingkat pengelolaan yang dilakukan karena pembudidaya tambak dibatasi oleh tenaga dan waktu serta kemungkinan dana. Dengan ukuran tambak yang lebih kecil, cenderung pembudidaya tambak memaksimalkan penggunaan sumberdaya lahan tersebut untuk memperoleh produksi rumput laut (Gracilaria verrucosa) yang lebih banyak dibandingkan dengan tambak yang lebih luas di Kabupaten Luwu (Mustafa & Ratnawati, 2005). Islam et al. (2005) dan Milstein et al. (2005) menyatakan bahwa tambak yang lebih kecil akan lebih mudah dikelola dan produktivitasnya untuk udang windu lebih tinggi daripada yang berukuran lebih luas di Bangladesh.

Produksi yang dilaporkan dalam penelitian ini merupakan produksi total, yaitu produksi udang vaname dan ikan bandeng yang dipolikulturkan di tambak. Udang dan ikan bandeng adalah komoditas yang dapat dipolikulturkan di tambak (Ranoemihardjo et al., 1979; Eldani & Primavera, 1981). Kedua komoditas tersebut secara umum menuntut kondisi lingkungan yang relatif sama, tetapi menempati relung ekologi yang berbeda dalam tambak. Perbedaan habitat makanan dari kedua komoditas tersebut yang menyebabkan tidak terjadi kompetisi diantaranya (Eldani & Primavera, 1981). Konsep dasar dari polikultur adalah jika dua atau lebih spesies ikan yang cocok dipelihara secara bersama-sama akan meningkatkan produksi (Reich, 1975 dalam Eldani & Primavera, 1981; Shang, 1986). Produktivitas tambak tersebut masih dapat ditingkatkan, seperti dijelaskan pada bagian berikut.

Pengelolaan tambak yang dilakukan oleh pembudidaya tambak Kabupaten Lamongan relatif beragam. Ada 18 peubah pengelolaan tambak yang dilakukan pembudidaya tambak telah diidentifikasi. Setelah dilakukan analisis matriks korelasi, ternyata banyak peubah pengelolaan budidaya tambak yang memiliki gejala multikolinearitas, sehingga hanya ada 10 peubah pengelolaan tambak yang dipilih untuk analisis lebih lanjut. Peubah pengelolaan budidaya tambak yang dipilih adalah peubah yang lebih mudah diukur. Hasil analisis juga menunjukkan bahwa data berdistribusi normal (Gambar 2), dimana titik-titik mengikuti garis linier dan tidak ada gejala heteroskedastisitas (Gambar 3), dimana titik-titik tersebar tidak beraturan di sekitar 0 dari sumbu y.

Pada lampiran tabel 1, terlihat bahwa R2 yang disesuaikan (adjusted R2) tertinggi (0,839) dan standar galat estimasi (standard error of estimate) terendah (650,31213) didapatkan pada model 9.Dalam hal ini, model 9 lebih baik dalam menjelaskan peubah bebas memprediksi peubah tidak bebas. Selain itu, karena standar galat estimasi lebih kecil dari standar deviasi produksi total tambak yang besarnya 1.619,3705 kg/ha/musim (Tabel 1), maka model regresi lebih baik dalam bertindak sebagai prediktor produksi total tambak daripada rata-rata produksi tambak itu sendiri. Selanjutnya, dari hasil analisis ragam (Lampiran Tabel 2) menunjukkan model 9 dapat digunakan untuk memprediksi produksi tambak di Kabupaten Lamongan (P = 0,000).

Page 5: Seminar Nasional Tahunan IX Hasil Penelitian Perikanan dan ... · Semnaskan _UGM / Rekayasa Budidaya (pRB-04) - 3 Seminar Nasional Tahunan IX Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan,

Semnaskan _UGM / Rekayasa Budidaya (pRB-04) - 5

Seminar Nasional Tahunan IX Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan, 14 Juli 2012

Tabel 1. Statistik deskriptifsemua peubahyang diamatidalampenentuan peubah pengelolaan tambak yang berpengaruh terhadap produktivitas tambak di Kabupaten Gresi, Provinsi Jawa Timur (n = 39).

Peubah Min Maks Kisaran Rata-rata

Simpangan baku

Produksi Total (kg/ha/panen) 67,860 8000,000 7932,140 1399,82

3 1330,9018 Luas (ha) 0,500 35,000 34,500 5,664 7,9440 Remediasia) 0,0 1,0 1,0 0,8 0,41 Pengeringan (hari) 0,0 120,0 120,0 29,3 34,16 Kapur Awal (kg/ha) 0,000 2000,000 2000,000 159,402 472,4701 Urea Awal (kg/ha) 0,000 428,570 428,570 49,365 98,0250 TSP/SP 36 Awal (kg/ha) 0,000 500,000 500,000 134,426 111,3360 NPK 16 Awal (kg/ha) 0,000 300,000 300,000 8,872 48,0368 Lama Pengangkutan (jam) 0,250 5,000 4,750 1,019 0,8398 Sistem Budidayab) 1,0 2,0 1,0 1,7 0,44 Padat Penebaran Udang (ekor/ha) 0,0 700000,0 700000,0 72458,5 134450,29 Padat Penebaran Ikan Bandeng (ekor/ha) 0,0 150000,0 150000,0 11419,0 26106,86 Padat Penebaran Ikan Nila (ekor/ha) 0,0 13333,0 13333,0 418,8 2176,00 Padat Penebaran Ikan Tawes (ekor/ha) 0,0 5000,0 5000,0 128,2 800,64 Ukuran Udang (PL) 0,0 26,0 26,0 10,5 6,20 Ukuran Ikan Bandeng (hari) 0,0 60,0 60,0 28,5 17,44 Waktu Penebaranc) 1,0 3,0 2,0 1,2 0,57 Sumber Aird) 1,0 9,0 8,0 3,4 2,04 Volume Pergantian Air (%) 20,0 75,0 55,0 26,7 11,26 Pergantian Air (kali/bulan) 1,0 2,0 1,0 1,9 0,27 Urea Susulan (kg/ha) 0,000 2500,000 2500,000 340,160 447,4343 TSP/SP36 Susulan (kg/ha) 0,000 800,000 800,000 63,919 166,5096 Lodan Susulan (kg/ha) 0,000 30,000 30,000 1,282 5,0936 Pakan (kg/ha) 0,000 14000,000 14000,000 517,692 2276,7353 Terjadi Serangan Penyakite) 0,0 1,0 1,0 0,7 0,46 Waktu Terjadi Penyakit (hari) 0,0 60,0 60,0 35,8 25,03 Penyebab Penyakitf) 0,0 3,0 3,0 0,8 0,61 Lama Pemeliharaan Udang (hari) 0,0 130,0 130,0 74,6 41,51 Lama Pemeliharaan Ikan Bandeng (hari) 0,0 258,0 258,0 120,1 55,79 Lama Pemeliharaan Ikan Nila (hari) 0,0 150,0 150,0 6,2 27,68 Lama Pemeliharaan Ikan Tawes (hari) 0,0 150,0 150,0 3,8 24,02 Berat Rata-Rata Udang (gram) 0,000 25,000 25,000 11,178 8,1301 Berat Rata-Rata Ikan Bandeng (gram) 0,000 500,000 500,000 168,438 85,3971 Berat Rata-Rata Ikan Nila (gram) 0,000 200,000 200,000 10,256 44,6912 Berat Rata-Rata Ikan Tawes (gram) 0,000 250,000 250,000 6,410 40,0320

a) 0 = Tidak 1= Ya b) 1 = Monokultur 2 = Polikultur c) 1 = Pagi 2 = Sore

Page 6: Seminar Nasional Tahunan IX Hasil Penelitian Perikanan dan ... · Semnaskan _UGM / Rekayasa Budidaya (pRB-04) - 3 Seminar Nasional Tahunan IX Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan,

6 - Semnaskan _UGM / Rekayasa Budidaya (pRB-04)

Seminar Nasional Tahunan IX Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan, 14 Juli 2012

3 = Pagi dan sore d) 1 = Laut 2 = Sungai/saluran 3 = Sumur bor 4 = Tadah hujan 5 = Waduk 6 = Tadah hujan dan sungai/saluran 7 = Tadah hujan dan waduk 8 = Sumur bor dan sungai/saluran 9 = Laut dan sungai/saluran e) 0 = Tidak 1 = Ya f) 0 = Tidak terjadi serangan penyakit 1 = Cuaca tidak menentu (hujan terus) 2 = Dari bibit 3 = Kualitas air

Gambar 2. Grafik PP (Probabilitas harapan dan Probabilitas pengamatan) normaldari standar

regresi sisa untuk menguji kenormalan distribusi data.

Telah disebutkan sebelumnya bahwa R2 yang disesuaikan tertinggi adalah 0,839. Hal ini berarti bahwa 83,9% produksi total tambak dapat dijelaskan oleh peubah pengelolaan tambak yang meliputilama pengeringan, dosis kapur kaptan awal, dosis kapur dolomit awal, dosis pupuk urea awal, padat penebaran udang, ukuran udang, ukuran ikan bandeng, dosis pupuk TSP/SP-36 susulan,pakan pelet,dan terjadinya serangan penyakit.Sedangkan sisanya (16,1%), dijelaskan oleh faktor lain yang tidak diamati dalam penelitian ini.

Hasil analisis lebih lanjut, didapatkan nilai koefisien konstanta dan koefisien regresi dari persamaan regresi (Tabel 2) yang terpilih dan selanjutnya digunakan untuk memprediksi produksi total tambak di Kabupaten Lamongan. Peubah pengelolaan tambak yang berperan dalam menentukan produktivitas tambak digambarkan dalam persamaan regresi sebagai berikut.

Y � �359,098 � 0,929X1 � 3,685X2 � 486,152X3 � 0,007X4– 0,009X5�Persamaan2�

� 303,756X6– 18,045X7– 10,740X8 � 84,261X9

Keterangan: Y = produksi total tambak (kg/ha/musim) X1 = padat penebaran udang (ekor/ha) (P = 0,000)

Page 7: Seminar Nasional Tahunan IX Hasil Penelitian Perikanan dan ... · Semnaskan _UGM / Rekayasa Budidaya (pRB-04) - 3 Seminar Nasional Tahunan IX Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan,

Semnaskan _UGM / Rekayasa Budidaya (pRB-04) - 7

Seminar Nasional Tahunan IX Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan, 14 Juli 2012

X2 = ukuran udang (PL) (P = 0,005) X3 = terjadi serangan penyakit (P = 0,007) X4 = pengeringan (hari) (P = 0,013) X5 = dosis kapur kaptan awal (kg/ha) (P = 0,042) X6 = dosis urea awal (kg/ha) (P = 0,045) X7 = dosis TSP/SP-36 susulan (kg/ha) (P = 0,047) X8 = pakan pellet (kg/ha) (P = 0,071) X9 = dosis kapur Dolomit awal (kg/ha) (P = 0,084) X10 = ukuran ikan bandeng (hari) (P = 0,269)

Gambar 3. Grafik pencar regresi untuk mengetahui adanya gejala heteroskedastisitas.

Dari 18 peubah faktor pengelolaan tambak yang dikaji dalam penelitian ini, ternyata hanya 10 peubah, yaitupadat penebaran udang, ukuran udang, terjadinya serangan penyakit, lama pengeringan, dosis kaptan awal, dosis urea awal,dosis TSP/SP36 susulan, pakan pelet, dosis kapur dolomit awal, dan ukuran ikan bandeng (persamaan 2) yang merupakan peubah pengelolaan budidaya yang berpengaruh secara nyata dalam menentukan produktivitas total tambak di Kabupaten Lamongan. Delapan peubah pengelolaan tambak lainnya, yaitu remediasi, dosis kapur tembok awal, TSP/SP36 awal, padat penebaran ikan bandeng, volume pergantian air, dan urea susulan.

Dari persamaan 2, terlihat bahwa koefisien konstanta sebesar 1.934,461 yang berarti produktivitas total tambak dapat diprediksi mencapai 1.934,461 kg/ha/musim kalau tidak ada kontribusi dari peubah pengelolaan tambak.Hal ini menunjukkan bahwa peubah pengelolaan tambak yang meliputipadat penebaran udang, ukuran udang, terjadinya serangan penyakit, lama pengeringan, dosis kaptan awal, dosis urea awal,dosis TSP/SP36 susulan, pakan pelet, dosis kapur dolomit awal, dan ukuran ikan bandeng berpengaruh besar terhadap produktivitas total tambakKabupaten Lamongan.

Page 8: Seminar Nasional Tahunan IX Hasil Penelitian Perikanan dan ... · Semnaskan _UGM / Rekayasa Budidaya (pRB-04) - 3 Seminar Nasional Tahunan IX Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan,

8 - Semnaskan _UGM / Rekayasa Budidaya (pRB-04)

Seminar Nasional Tahunan IX Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan, 14 Juli 2012

Tabel 2. Koefisien konstanta dan keofisien regresi peubah bebas dalam penentuan faktor pengelolaan yang mempengaruhi produktivitas tambak di Kecamatan Pulau Derawan dan Sambaliung (Kabupaten Berau), Provinsi Kalimantan Timur.

Model

Koefisien yang tidak terstandarisasi

Standardized Coefficients

t Sig. B

Std. Error

Beta

9

(Constant) 1934,461 598,081

3,234 0,006

Pengeringan (hari) -33,211 11,794 -0,372 -2,816 0,013 Kapur Kaptan Awal (kg/ha) -2,493 1,121 -0,250 -2,223 0,042 Kapur Dolomit Awal (kg/ha) 0,054 0,029 0,874 1,850 0,084 Urea Awal (kg/ha) 4,275 1,952 0,233 2,190 0,045 Padat Penebaran Udang (ekor/ha)

0,007 0,001 1,027 6,924 0,000

Ukuran Udang (PL) -101,749 30,806 -0,322 -3,303 0,005 Ukuran Ikan Bandeng (hari) 7,631 6,649 0,121 1,148 0,269 TSP/SP36 Susulan (kg/ha) -3,047 1,404 -0,222 -2,169 0,047 Pakan Pellet (kg/ha) -1,032 0,530 -0,984 -1,947 0,071 Terjadi Serangan Penyakit 1349,411 428,307 0,404 3,151 0,007

Pengeringan tambak yang dilakukan pembudidaya tambak di Kecamatan Pulau Derawan

dan Sambaliung (Kabupaten Berau) sangat bervariasi.Ada pembudidaya tambak yang tidak melakukan pengeringan sampai melakukan pengeringan dasar tambak selama 21 hari dengan rata-rata 7,8 hari. Dari persamaan 2 dan Tabel 2, terlihat bahwa koefisien regresi dari lama pengeringan dasar tambak adalah sebesar 13,212 yang menunjukkan bahwa setiap penambahan 1 hari lama pengeringan dasar tambak akan meningkatkan produktivitas total tambak sebesar 13,212 kg/ha/musim. Dalam hal ini, pengeringan tanah dasar tambak yang baik dapat menyebabkan terjadinya proses oksidasi tanah, mempercepat proses dekomposisi bahan organik dan mengurangi senyawa toksik, seperti H2S dan CH4, sehingga kondisi tanah dasar tambak menjadi lebih baik. Tanah tambak di Kecamatan Pulau Derawan dan Sambaliung (Kabupaten Berau) tergolong tanah sulfat masam dan tanah gambut yang dicirikan dengan kandungan pirit dan bahan organik yang tinggi. Pengeringan tanah dasar tambak dapat meningkatkan proses oksidasi tanah, sehingga dapat mempercepat proses penguraian bahan organik yang berdampak pada kondisi tanah yang lebih baik. Namun demikian, pengeringan dasar tambak yang terlalu lama dalam kondisicuaca cerah dapat berdampak pada perubahan struktur tanah yang menjadi berdebu.Seperti dikatakan oleh Stevenson (1982) cit Meagaung et al. (2000), pengeringan tanah dalam waktu lama akan mempercepat rusaknya struktur tanah, sehingga mikroorganisme tanah tidak dapat melakukan proses dekomposisi bahan organik secara optimum. Sebagai akibatnya, kelekap yang tumbuh pada saat budidaya banyak yang terlepas dan membusuk yang dapat menurunkan kualitas air.

Walaupun ada berbagai pestisida anorganik yang digunakan oleh pembudidaya tambak di Kecamatan Pulau Derawan dan Sambaliung (Kabupaten Berau), tetapi pestisida organik masih dominan digunakan seperti saponin. Rata-rata pembudidaya tambak di Kabupaten Berau hanya mengaplikasikan saponin dengan dosis sekitar 10 ppm. Biji tanaman teh mengandung 10-15% saponin yang efektif dalam mematikan hama ikan yang tidak diinginkan, namun tidak mematikan udang. Di tambak Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung, para pembudidaya udang vaname (Litopenaeus vannamei) mengaplikasikan saponin dengan dosis 20 ppm pada salinitas tambak lebih rendah dari 20 ppt dan saponin dengan dosis 15 ppm pada salinitas lebih besar 20 ppt (Mustafa et al., 2010). Oleh karena itu, peningkatan dosis saponin dalam pemberantasan hama awal, secara nyata berpengaruh terhadap peningkatan produktivitas tambak di Kecamatan Pulau Derawan dan Sambaliung (Kabupaten Berau). Menurut Primavera (1993) dan Shariff et al. (2000), saponin tidak hanya mematikan hama ikan yang tidak diinginkan, tetapi juga dapat merangsang pergantian kulit dalam budidaya udang. Saponin dosis 2-3 ppm selama 24 jam diaplikasikan untuk merangsang pergantian kulit pada udang windu dan saponin dosis 20-30 ppm direkomendasikan untuk pembasmian penyakit bintik hitam (blackspot disease) pada udang (Shariff et al., 2000). Saponin dosis 5-25 ppm telah digunakan dalam pembasmian infeksi protozoa di tambak

Page 9: Seminar Nasional Tahunan IX Hasil Penelitian Perikanan dan ... · Semnaskan _UGM / Rekayasa Budidaya (pRB-04) - 3 Seminar Nasional Tahunan IX Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan,

Semnaskan _UGM / Rekayasa Budidaya (pRB-04) - 9

Seminar Nasional Tahunan IX Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan, 14 Juli 2012

(Baticados & Paclibare, 1992). Saponin dapat juga berfungsi sebagai pupuk organik yang dapat merangsang pertumbuhan alga di tambak (Liao et al., 2000).

Dari persamaan 2 dan Tabel 2, terlihat bahwa banyak sarana produksi tambak yang terkait dengan tanah dan air tambak, seperti pupuk dan kapur memberikan pengaruh terhadap produktivitas tambak Kecamatan Pulau Derawan dan Sambaliung (Kabupaten Berau).Hal ini sangat terkait dengan tanah tambak di Kecamatan Pulau Derawan dan Sambaliung (Kabupaten Berau) yang tergolong tanah sulfat masam dan tanah gambut. Kandungan bahan organik yang tinggi pada tanah gambut, juga menyebabkan rasio C:N tanah yang tinggi. Untuk menurunkan rasio C:N tanah yang tinggi ini, maka penambahan pupuk yang mengandung N, seperti urea menjadi penting agar mineralisasi bahan organik oleh mikroorganisme dapat lebih baik.Oleh karena itu, penambahan dosis pupuk urea dapat meningkatkan produktivitas tambak Kecamatan Pulau Derawan dan Sambaliung (Kabupaten Berau). Apalagi pembudidaya tambak di Kecamatan Pulau Derawan dan Sambaliung (Kabupaten Berau) hanya mengaplikasikan pupuk urea sebesar 19,43 kg/ha,suatu dosis yang tergolong rendah untuk budidaya tambak dengan teknologi sederhana pada tanah bermasalah.

Pada tanah sulfat masam dan tanah gambut, kandungan fosfor sangat rendah, disamping ketersediaannya yang juga rendah karena terikat oleh Fe (besi) dan Al (aluminium) tanah. Sebaliknya, fosfor merupakan unsur penting bagi semua aspek kehidupan terutama dalam transformasi energi metabolik (Kuhl, 1974).Unsur P juga merupakan penyusun ikatan pirofosfat dari ATP (Adenosine Triphosphat) yang kaya energi dan merupakan bahan bakar untuk semua kegiatan biokimia di dalam sel hidup, serta merupakan penyusun sel yang penting (Noggle & Fritz, 1986).Oleh karena itu, penambahan dosis pupuk TSP/SP-36 dapat meningkatkan produktivitas tambak di Kecamatan Pulau Derawan dan Sambaliung (Kabupaten Berau). Dalam hal ini, peningkatan 1 kg pupuk TSP/SP-36 dapat meningkatkan produktivitas tambak sebesar 5,227 kg/ha (Tabel 2, persamaan 2) Kecamatan Pulau Derawan dan Sambaliung (Kabupaten Berau).

Dari persamaan 2 dan Tabel 2,terlihat juga bahwa penambahan dosis kapur dolomit awal dan susulan dapat juga meningkatkan produksi total tambak. Dari tabel 1, terlihat bahwa rata-rata pembudidaya tambak di Kecamatan Pulau Derawan dan Sambaliung (Kabupaten Berau) hanya mengaplikasikan kapur dolomit awal dan susulandengan dosis masing-masing 55,83 dan 0,59 kg/ha (tabel 1).Dosis ini jauh lebih rendah dibandingkan dengan dosis yang diaplikasikan oleh pembudidaya tambak di beberapa kabupaten di Provinsi Sulawesi Selatan. Tambak di Kecamatan Pulau Derawan dan Sambaliung (Kabupaten Berau) sebagian tergolong tanah sulfat masam dan tanah gambut yang memiliki derajat kemasaman yang tinggi dan unsur toksik yang juga tinggi. Oleh karena itu, tambak di Kecamatan Pulau Derawan dan Sambaliung (Kabupaten Berau) membutuhkan upaya remediasi baik berupa pengeringan dan pembilasan tanah dasar tambak maupun dengan pengapuran. Dengan demikian, pengapuran dapat menyebabkan peningkatan produksi tambak, sebab pengapuran dapat memperbaiki kualitas tanah berupa peningkatan pH dan penurunan unsur toksik.

Tinggi air tambak di Kecamatan Pulau Derawan dan Sambaliung (Kabupaten Berau) berkisar dari 0,10 sampai 0,70 m dengan rata-rata 0,41 m. Rata-rata tinggi air dalam tambak tergolong rendah untuk budidaya udang windu, seperti dikatakan oleh Chiang et al. (1989) bahwa kedalaman optimum untuk udang windu pada saat penebaran adalah 0,30-0,60 m dan selanjutnya kedalaman air meningkat mencapai 1,00-1,20 m. Sebaliknya, kedalaman air tambak tersebut tidak bermasalah dalam budidaya ikan bandeng, sebab ikan bandeng dapat dipelihara pada tambak dangkal (0,30-0,40 m) (Padlan et al., 1975; Chiang et al., 2004). Kesimpulan dan Saran

Rata-rata produksi total tambak Kabupaten Berau, Provinsi Kalimantan Timur sebesar 213 kg/ha/musim yang merupakan produksi total dari udang windu yang dipolikulturkan dengan ikan bandeng.Ada 12 peubah pengelolaan tambak, yaitulama pengeringan, dosis pestisida saponin awal, dosis kapur dolomit awal, dosis pupuk urea awal, dosis pupuk TSP/SP-36 awal, dosis pupuk super petroganik awal, tinggi air selama pemeliharaan, dosis pupuk urea susulan, dosis pupuk super organik susulan, dosis kapur dolomit susulan, lama pemeliharaan udang windu, dan lama pemeliharaan ikan bandeng yang mempengaruhi produktivitas tambak di Kecamatan Pulau Derawan dan Sambaliung (Kabupaten Berau).Hal ini menunjukkan bahwa produksi total tambak di Kecamatan Pulau Derawan dan Sambaliung (Kabupaten Berau) masih dapat ditingkatkan melalui pengelolaan tambak dengan meningkatkan lama pengeringan dasar tambak dan tinggi air selama

Page 10: Seminar Nasional Tahunan IX Hasil Penelitian Perikanan dan ... · Semnaskan _UGM / Rekayasa Budidaya (pRB-04) - 3 Seminar Nasional Tahunan IX Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan,

10 - Semnaskan _UGM / Rekayasa Budidaya (pRB-04)

Seminar Nasional Tahunan IX Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan, 14 Juli 2012

pemeliharaan, serta dosis pupuk urea, TSP/SP-36, dan kapur, atau melaksanakan remediasi tanah dasar tambak sebelum persiapan tambak.

Daftar pustaka Anonim. 2010. Laporan Tahunan 2009. Dinas Kelautan dan Perikanan Pemerintah Kabupaten

Berau, Tanjung Redeb. 70 hlm. Baticados, M.C.L. & Paclibare, J.O. 1992. The Use Of Chemotherapeutic Agents In Aquaculture In

The Philippines. In: Shariff, M., Subasinghe, R.P. and Arthur, J.R. (eds.), Diseases in Asian Aquaculture I. Fish Health Section, Asian Fisheries Society, Manila. pp. 531-546.

Chiang, F. S., Sun, C. H. & Yu, J. M. 2004. Technical Efficiency Analysis Of Milkfish (Chanos

Chanos) Production In Taiwan- An Application Of The Stochastic Frontier Production Function. Aquaculture 230, 99-116.

Coakes, S.J., Steed, L. and Price, J. 2008. SPSS: Analysis without Anguish: Version 15.0 for

Windows. John Wiley & Sons Australia, Ltd., Milton, Qld.270 pp. Draper, N.R. & Smith, H. 1981. Applied Regression Analysis. Second Edition. John Wiley & Sons,

New York. 709 pp. Eldani, A. & Primavera, J.H. 1981. Effect Of Different Stocking Combination Of Growth, Production

And Survival Rate Of Milkfish (Chanos Chanos Forskal) And Prawn (Penaeus Monodon Fabricius) In Polyculture In Brackishwater Ponds. Aquaculture 23: 59-72.

Flegel, T.W. 1996. A Turning Point For Sustainable Aquaculture: The White Spot Virus Crisis In

Asia Shrimp Culture. Aquaculture Asia 1: 29-34. Hanafi, A. 1990. Socio-Economic And Managerial Profiles Of Brackishwater Aquaculture In South

Sulawesi. Jurnal Perikanan Budidaya Pantai 6(2): 97-114. Islam, M. S., Milstein, A., Wahab, M. A., Kamal, A. H. M. & Dewan, S. 2005. Production And

Economic Return Of Shrimp Aquaculture In Coastal Ponds Of Different Management Regimes. Aquaculture International 13, 489-500.

Karthik, M., Suri, J., Saharan, N. & Biradar, R.S. 2005. Brackish Water Aquaculture Site Selection

In Palghar Taluk, Thane District Of Maharashtra, India, Using The Techniques Of Remote Sensing And Geographical Information System. Aquacultural Engineering 32: 285-302.

Kuhl, A. 1974. Phosphorus. In Stewart, W.D.P. (ed.). Algal Physiology and Biochemistry.Botanical

Monographs.Volume 10. Blackwell Scientific Publication, Oxford, London, Edinburgh, Melbourne. pp. 636-654.

Leung, P.S., Tran, L.T. & Fast, A.W. 2001. A Logistic Regression Of Risk Factors For Disease

Occurrence On Asian Shrimp Farms. In: Leung, P.S. and Sharma, K.R. (eds.), Economics and Management of Shrimp and Carp Farming in Asia: A Collection of Research Papers based on the ADB/NACA Farm Performance Survey. Network of Aquaculture Centres in Asia-Pasific, Bangkok. pp. 113-128.

Liao, I.C., Guo, J.-J. & Su, M.-S. 2000. The Use Of Chemicals In Aquaculture In Taiwan, Province

Of China. In: Arthur, J.R., Lavilla-Pitogo, C.R. and Subasinghe, R.P. (eds.), Use of Chemicals in Aquaculture in Asia.Southeast Asian FisheriesDevelopment Center Aquaculture Department, Tigbauan, Iloilo, Philippines. pp. 193-205.

Meagaung, W.M., Nessa, M.N., Hanafi, A. & Jalaluddin, M.N. 2000. Faktor-Faktor Dominan Yang

Berpengaruh Terhadap Akumulasi Bahan Organik Pada Tambak Udang Intensif.Lingkungan & Pembangunan 20(1): 43-51.

Page 11: Seminar Nasional Tahunan IX Hasil Penelitian Perikanan dan ... · Semnaskan _UGM / Rekayasa Budidaya (pRB-04) - 3 Seminar Nasional Tahunan IX Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan,

Semnaskan _UGM / Rekayasa Budidaya (pRB-04) - 11

Seminar Nasional Tahunan IX Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan, 14 Juli 2012

Milstein, A., Islam, M.S., Wahab, M.A., Kamal, A.H.M. & Dewan, S. 2005. Characterization Of Water Quality In Shrimp Ponds Of Different Size And With Different Management Regimes Using Multivariate Statistical Analysis. Aquaculture International 13, 501-518.

Mustafa, A. & E. Ratnawati. 2005. Faktor Pengelolaan Yang Berpengaruh Terhadap Produksi

Rumput Laut (Gracilaria Verrucosa) Di Tambak Tanah Sulfat Masam (Studi Kasus Di Kabupaten Luwu, Propinsi Sulawesi Selatan). Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia II(7): 67–77.

Mustafa, A. & E. Ratnawati. 2007. Faktor-Faktor Dominan Yang Mempengaruhi Produktivitas

Tambak Di Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan. Jurnal Riset Akuakultur 2(1): 117-133. Mustafa, A., I. Sapo & M. Paena. 2010. Studi Penggunaan Produk Kimia Dan Biologi Pada

Budidaya Udang Vaname (Litopenaeus Vannamei) Di Tambak Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung. Jurnal Riset Akuakultur 5(1): 115-133.

Mustafa, A., E. Ratnawati & I. Sapo. 2010. Faktor Pengelolaan Yang Mempengaruhi Produktivitas

Tambak Kabupaten Mamuju, Provinsi Sulawesi Barat. Laporan Penelitian. Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau, Maros. 16 hlm.

Mustafa, A., I. Sapo & E. Ratnawati. 2009. Survei Penggunaan Produk Kimia Pada Berbagai

Sistem Budidaya Di Tambak Provinsi Sulawesi Selatan. Dalam: Prosiding Seminar Nasional Perikanan 2009: Teknologi Pengelolaan Sumberdaya Perairan. Pusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat, Sekolah Tinggi Perikanan, Jakarta. hlm. 54-65.

Nessa, M.N. 1985. Pengaruh Faktor Pengelolaan dan Lingkungan terhadap Daya Hasil Tambak

(Kasus Kabupaten Pangkep, Sulawesi Selatan).Disertasi S3. Fakultas Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor. 213 hlm.

Noggle, G.R. & G.J. Fritz. 1986. Introduction to Plant Physiology. Second edition. Prentice-Hall of

India, Private Ltd., New Delhi. Padlan, P.G., A. Poernomo & K.H. Alikunhi. 1975. Year-Round, Multiple Cropping To Increase

Production Of Milkfish, Chanos Chanos, From Shallow Brackish Water Ponds. Bulletin of Shrimp Culture Research CentreI(2), 79-98.

Primavera, J.H. 1993. A Critical Review Of Shrimp Pond Culture In The Philippines. Rev. Fish. Sci.

1: 151-201. Ranoemihardjo, B.S., A. Kahar & J.V. Lopez. 1979. Results of Polyculture Of Milkfish And Shrimp

At The Karanganyar Provincial Demonstration Ponds. Bulletin of Brackishwater Aquaculture Development Center 5(1&2): 334-350.

Ratnawati, E., A. Mustafa & Rachmansyah. 2008. Faktor Status Pembudidaya, Kondisi Dan

Pengelolaan Tambak Yang Berpengaruh Terhadap Produksi Rumput Laut (Gracilaria Verrucosa) Di Tambak Tanah Sulfat Masam Kabupaten Luwu Utara Provinsi Sulawesi Selatan. Jurnal Riset Akuakultur 3(2): 275-287.

Ratnawati, E., A. Mustafa & Utojo. 2009. Faktor Pengelolaan Yang Mempengaruhi Produksi Udang

Windu Di Tambak Kabupaten Bulukumba, Provinsi Sulawesi Selatan. Dalam: Prosiding Seminar Nasional Perikanan 2009: Teknologi Penangkapan Ikan, Permesinan Perikanan, Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan, Sosial Ekonomi Perikanan. Pusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat, Sekolah Tinggi Perikanan, Jakarta. hlm. 617-626.

Ratnawati, E., A. Mustafa & Utojo. 2009. Faktor Status Pembudidaya, Kondisi Dan Pengelolaan

Tambak Yang Berpengaruh Terhadap Nilai Produksi Total Tambak Di Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung. Dalam: Prosiding Seminar Nasional Perikanan 2009: Teknologi Penangkapan Ikan, Permesinan Perikanan, Teknologi Pengaolahan Hasil

Page 12: Seminar Nasional Tahunan IX Hasil Penelitian Perikanan dan ... · Semnaskan _UGM / Rekayasa Budidaya (pRB-04) - 3 Seminar Nasional Tahunan IX Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan,

12 - Semnaskan _UGM / Rekayasa Budidaya (pRB-04)

Seminar Nasional Tahunan IX Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan, 14 Juli 2012

Perikanan, Sosial Ekonomi Perikanan. Pusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat, Sekolah Tinggi Perikanan, Jakarta. hlm. 627-634.

Shang, Y.C. 1986. Pond Production Systems: Stocking Practices In Pond Fish Culture. In: Lannan,

J.E., Smitherman, R.O. and Tchobanoglous, G. (eds.), Principles and Practices of Pond Aquaculture. Oregon State University Press, Corvallis, Oregon. pp. 85-96.

Shariff, M., G. Nagaraj, F.H.C. Chua & Y.G. Wang. 2000. The Use Of Chemicals In Aquaculture In

Malaysia And Singapore. In: Arthur, J.R., C.R. Lavilla-Pitogo, C.R. and Subasinghe, R.P. (eds.), Use of Chemicals in Aquaculture in Asia. Southeast Asian FisheriesDevelopment Center Aquaculture Department, Tigbauan, Iloilo, Philippines. pp. 127-141.

Sokal, R.R. & Rohlf, F.J. 1981. Biometry: The Principles and Practice of Statistics in Biological

Research. Second edition: W.H. Freeman and Co., New York. 859 pp. SPSS (Statistical Product and Service Solution). 2006. SPSS 15.0 Brief Guide. SPSS Inc.,

Chicago. 217 pp. Tabachnick, B.G. & L.S. Fidell. 1996. Using Multivariate Statistics.Third edition.Harper Collins

College Publishers, New York.880 pp. Wirartha, I M. 2006. Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi.Penerbit Andi, Yogyakarta. 383 hlm. Tanya Jawab Penanya : Sahabuddin Pertanyaan : Coba jelaskan yang mana dimakud produktivitas tambak? Jawaban : Kemampuan tambak untuk menghasilkan komoditi yang dibudidayakan, dalam

hal ini udang dan ikan bandeng. Lampiran

Page 13: Seminar Nasional Tahunan IX Hasil Penelitian Perikanan dan ... · Semnaskan _UGM / Rekayasa Budidaya (pRB-04) - 3 Seminar Nasional Tahunan IX Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan,

Semnaskan _UGM / Rekayasa Budidaya (pRB-04) - 13

Seminar Nasional Tahunan IX Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan, 14 Juli 2012

Tabel 1. Ringkasan model dalam penentuan faktor pengelolaan yang mempengaruhi produktivitas

tambak di Kabupaten Berau, Provinsi Kalimantan Timur.

Model R R2 R2 yang Disesuaikan

Standar Galat Estimasi

Durbin-Watson

1 0,864a 0,746 0,070 186,86618 2 0,864b 0,746 0,163 177,28760 3 0,864c 0,746 0,239 169,05493 4 0,863d 0,745 0,299 162,26308 5 0,863e 0,744 0,351 156,11268 6 0,862f 0,743 0,395 150,66605 7 0,861g 0,742 0,432 146,03148 8 0,860h 0,739 0,462 142,13694 9 0,858i 0,737 0,489 138,46625

10 0,857j 0,734 0,512 135,35768 11 0,849k 0,722 0,516 134,75647 12 0,844l 0,713 0,526 133,44747 13 0,843m 0,711 0,546 130,48984 14 0,834n 0,695 0,542 131,06809 15 0,818o 0,670 0,526 133,37453 16 0,814p 0,663 0,537 131,83905 1,909

Prediktor: (Konstan), lama pemeliharaan ikan bandeng, dosis pestisida Saponin awal,

lama pengeringan , tinggi air selama pemeliharaan, lama pemeliharaan udang windu, dosis pupuk Urea awal, dosis kapur Dolomit awal, dosis pupuk Super Petroganik awal, dosis kapur Dolomit susulan, dosis pupuk TSP/SP-36 awal, dosis pupuk Urea susulan, dosis pupuk Super Organik susulan. Tabel 2. Analisis ragam dalam penentuan faktor pengelolaan yang mempengaruhi produktivitas

tambak di Kabupaten Berau, Provinsi Kalimantan Timur.

Model Jumlah Kuadrat Derajat Bebas

Kuadrat Tengah

F Signifikansi

13 Regresi 881394,684 12 73449,557 4,314 0,002m Sisa 357579,553 21 17027,598 Total 1238974,238 33

Prediktor: (Konstan), lama pemeliharaan ikan bandeng, dosis pestisida Saponin awal,

lama pengeringan , tinggi air selama pemeliharaan, lama pemeliharaan udang windu, dosis pupuk Urea awal, dosis kapur Dolomit awal, dosis pupuk Super Petroganik awal, dosis kapur Dolomit susulan, dosis pupuk TSP/SP-36 awal, dosis pupuk Urea susulan, dosis pupuk Super Organik susulan.