Seminar Nasional PTK, di Fakultas Teknik Universitas ...

12
Seminar Nasional PTK, di Fakultas Teknik Universitas Negeri Surabaya

Transcript of Seminar Nasional PTK, di Fakultas Teknik Universitas ...

Page 1: Seminar Nasional PTK, di Fakultas Teknik Universitas ...

Seminar Nasional PTK, di Fakultas Teknik Universitas Negeri Surabaya

Page 2: Seminar Nasional PTK, di Fakultas Teknik Universitas ...

Seminar Nasional PTK, di Fakultas Teknik Universitas Negeri Surabaya

Page 3: Seminar Nasional PTK, di Fakultas Teknik Universitas ...

Seminar Nasional PTK, di Fakultas Teknik Universitas Negeri Surabaya

Page 4: Seminar Nasional PTK, di Fakultas Teknik Universitas ...

Seminar Nasional PTK, di Fakultas Teknik Universitas Negeri Surabaya

Page 5: Seminar Nasional PTK, di Fakultas Teknik Universitas ...

Seminar Nasional PTK, di Fakultas Teknik Universitas Negeri Surabaya

PENGEMBANGAN MEDIA AUDIO VISUAL

UNTUK PEMBELAJARAN MANDIRI SISWA PADA STANDAR

KOMPETENSI MEMPERBAIKI RADIO PENERIMA

Eppy Yundra*

*Dosen Jurusan Teknik Elektro Universitas Negeri Surabaya

Abstrak

Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan media pembelajaran yang bertujuan untuk

menghasilkan media pembelajaran audio visual untuk pembelajaran mandiri pada standar kompetensi memperbaiki radio penerima di SMK Negeri 7 Surabaya. Pada penelitian ini dihasilkan media

pembelajaran audio visual pada standar kompetensi memperbaiki radio penerima yang disajikan dalam

bentuk Compact Disk (CD).

Penelitian ini menggunakan metode penelitian Research and Development (R & D). Dalam

penelitian ini terdapat 7 (tujuh) tahapan yaitu: (1) tahap analisis masalah, (2) tahap pengumpulan data,

(3) tahap desain produk, (4) tahap validasi desain, (5) tahap revisi desain, (6) tahap ujicoba produk dan

(7) tahap analisa dan pelaporan.

Hasil penelitian diperoleh bahwa media pembelajaran audio visual untuk pembelajaran

mandiri siswa pada standar kompetensi memperbaiki radio penerima dinyatakan baik untuk digunakan

dengan hasil rating 77,08%. Soal yang digunakan dalam media dinyatakan baik dengan hasil rating

78,05%. Hasil respon siswa terhadap media dinyatakan menarik dengan hasil rating 73,94%.

Sedangkan hasil belajar siswa pada kelas eksperimen didapat prosentase ketuntasan belajar sebesar 93,93% dengan rata-rata kelas sebesar 79,5, berbeda dengan rata-rata untuk kelas kontrol 84,37 %,

dengan rata-rata kelas sebesar 74,1. Sedangkan perhitungan perbandingan menggunakan uji t pada

taraf signifikan 5% diperoleh hasil 2,96, hasil ini termasuk kategori signifikan yang berarti bahwa kelas

yang menggunakan media pembelajaran interaktif mempunyai nilai hasil belajar yang lebih tinggi

dibandingkan dengan kelas yang tidak menggunakan media pembelajaran interaktif.

Kata kunci : Media, Research and Development (R & D), Hasil rating, Hasil belajar.

Abstract

This research is the development of instructional media which aims to produce audio-visual

instructional media for self-regulated learning on improving the competency standard radio receiver in

Senior Technical High School (SMK Negeri 7 Surabaya). This research, produced the audio visual

medium for competency standard radio receiver, which is presented in Compact Disk (CD).

This research use research and development methods (R&D), there are 7 phases: (1) problem

analysis, (2) data collection, (3) product design stage,(4) design validation, (5) design revision, (6) product testing and (7) analysis and reporting.

The research result show that audio-visual media for independent learning on competency

standards the radio receiver for use with otherwise good rating of 77.08%. Questions used in the media

expressed both by the rating of 78.05%. The results revealed students' responses to media interest with

the result 73.94% rating. While student learning outcomes in the experimental class obtained mastery

learning percentage of 93.93% with an average grade of 79.5, in contrast to an average of 84.37% for

the control class, with an average grade of 74.1. While the comparative calculations using t test at 5%

significance level 2.96 obtained results, these results include significant category, which means that

classes that use interactive learning media learning outcomes which has a value higher than the class

who did not use interactive learning media.

Keywords: Media, Research and Development (R & D), rating results, results of learning.

Page 6: Seminar Nasional PTK, di Fakultas Teknik Universitas ...

Seminar Nasional PTK, di Fakultas Teknik Universitas Negeri Surabaya

I. Pendahuluan

A. Latar be;akang Belajar merupakan keterampilan yang

dibutuhkan seumur hidup. Salah satu

bentuk belajar yang sistematis dan

terkontrol adalah belajar di sekolah dalam bentuk proses belajar mengajar. Proses

belajar mengajar adalah proses interaksi

siswa dengan guru dan siswa dengan siswa. Faktor pendukung dari proses

belajar mengajar di sekolah diantaranya

adalah media pembelajaran. Media pembelajaran merupakan

sarana untuk mempermudah siswa dalam

memahami materi yang diberikan

sehingga dengan media pembelajaran diharapkan proses belajar mengajar dapat

berjalan lebih baik dan hasil belajar siswa

dapat meningkat. Mulanya media hanya dianggap

sebagai alat bantu mengajar guru, dimana

alat bantu ini menekankan alat bantu visual misalnya gambar, obyek dan alat

bantu lain yang dapat memberikan

pengalaman konkret, motivasi belajar serta

mempertinggi daya serap siswa. Pada perkembangannya, saat ini media

pembelajaran tidak hanya menjadi alat

bantu tetapi menjadi sebuah kebutuhan penting dalam proses belajar mengajar

(Karti Soeharto, 1996 : 7).

Dari berbagai macam bentuk media

yang digunakan sebagai media pembelajaran, salah satu bentuk yang

dapat dijadikan pilihan adalah bentuk

interaktif. Media pembelajaran audio visual dapat dibuat dengan menggunakan

software komputer diantaranya adalah

Macromedia Flash 8. Memperbaiki Radio Penerima

merupakan salah satu standar kompetensi

kejuruan yang diberikan pada siswa di

SMK Negeri 7 Surabaya. Saat melakukan survey khususnya pada jurusan audio

video, media yang digunakan adalah

modul dan buku ajar, sehingga kegiatan belajar yang dilakukan masih berpusat

pada guru sebagai subjek belajar. Akan

tetapi modul yang digunakan sebagai media pembelajaran pada kompetensi

kejuruan tersebut masih kurang memadai

dalam hal kondisi dan tampilan modul

yang “out of date” serta materi media yang masih sederhana.

Oleh karena itu penulis tertarik untuk

mengembangkan media pembelajaran tersebut menjadi media pembelajaran

dengan menggunakan metode

pembelajaran mandiri, dengan tujuan

untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Dengan demikian diharapkan

penyampaian materi pada proses

pembelajaran lebih maksimal dan semakin mudah dipahami siswa.

B. Rumusan Masalah Berdasarkan dari latar belakang

masalah, maka dapat dirumuskan

masalah sebagai berikut:

1. Apakah media audio visual pada standar kompetensi memperbaiki radio

penerima yang dirancang memenuhi

syarat (valid) sebagai media pembelajaran pada standar kompetensi

memperbaiki radio penerima di SMK

Negeri 7 Surabaya? 2. Bagaimana respon siswa kelas X TAV

SMK Negeri 7 Surabaya terhadap

media audio visual pada standar

kompetensi memperbaiki radio penerima?

3. Apakah terjadi peningkatan hasil

belajar siswa yang menggunakan media audio visual dibandingkan

dengan siswa yang tidak

menggunakan media audio visual?

C. Batasan Masalah

1. Peneliti hanya membuat media audio

visual pada kompetensi dasar menjelaskan jenis-jenis radio

penerima.

2. Materi dibatasi pada kompetensi dasar 1, 2, dan 3 yaitu menjelaskan jenis-

jenis radio penerima, menjelaskan

prinsip penerima radio AM, dan

menjelaskan prinsip kerja radio penerima FM.

3. Program yang digunakan adalah

macromedia flash professional 8.

D. Tujuan Penelitian

1. Untuk menghasilkan media audio visual pada standar kompetensi

memperbaiki radio penerima yang

digunakan di SMK Negeri 7 Surabaya.

2. Untuk mengetahui respon siswa terhadap media audio visual pada

Page 7: Seminar Nasional PTK, di Fakultas Teknik Universitas ...

Seminar Nasional PTK, di Fakultas Teknik Universitas Negeri Surabaya

standar kompetensi memperbaiki radio

penerima. 3. Untuk mengetahui apakah ada

peningkatan hasil belajar siswa yang

menggunakan media audio visual

dibandingkan dengan siswa yang tidak menggunakanmedia audio visual pada

standar kompetensi memperbaiki radio

penerima di SMK Negeri 7 Surabaya.

II. Kajian Teori

A. Pengertian Media Pembelajaran Media merupakan alat bantu apa saja

yang dapat dijadikan sebagai penyalur

pesan guna mencapai tujuan pengajaran.

Proses belajar mengajar pada hakekatnya adalah proses komunikasi, yaitu proses

penyampaian pesan dari sumber pesan

melalui saluran/media tertentu ke penerima pesan. Dalam proses belajar

mengajar, penggunaan media mempunyai

arti yang cukup penting karena dalam kegiatan tersebut ketidakjelasan materi

yang disampaikan oleh guru dapat dibantu

dengan menghadirkan media sebagai

perantara dalam pengajaran. Sebagai alat bantu, media mempunyai fungsi

melicinkan jalan menuju tercapainya

tujuan pengajaran. Hal ini dilandasi dengan keyakinan bahwa proses belajar

mengajar dengan bantuan media akan

menghasilkan proses dan hasil belajar

yang lebih baik dari pada tanpa bantuan media.

Yudhi Munadi dalam bukunya yang

berjudul Media Pembelajaran (2008:8) menjelaskan bahwa media pembelajaran

adalah segala sesuatu yang dapat

menyampaikan dan menyalurkan pesan dari sumber sumber secara terencana

sehingga tercipta lingkungan belajar yang

kondusif dimana penerimanya dapat

melakukan proses belajar secara efisien dan efektif. Sedangkan menurut Hamalik

(1989:27) media pembelajaran adalah

segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan (bahan pembelajaran),

sehingga dapat merangsang perhatian,

minat, pikiran dan perasaan sibelajar dalam kegiatan belajar untuk mencapai

tujuan pembelajaran tertentu. Dengan

demikian media pembelajaran adalah

suatu media yang berfungsi untuk membawakan pesan pembelajaran.

B. Pengertian Belajar Mandiri

Metode belajar yang sesuai kecepatan sendiri disebut belajar mandiri, pengajaran

sendiri, atau belajar dengan mengarahkan

diri sendiri. Meskipun semua istilah ini

mempunyai arti yang berbeda, ciri penting bagi siswa adalah tanggung jawab sendiri,

sesuai dengan kecepatan sendiri, dan

belajar yang berhasil (Uno Hamzah 2008:51).

Sedangkan Yamin (2008:115)

menjelaskan belajar mandiri adalah cara belajar aktif dan partisipatif untuk

mengembangkan diri masing-masing

individu yang tidak terikat dengan

kehadiran guru, dosen, pertemuan tatap muka dikelas, kehadiran teman sekolah.

Belajar mandiri merupakan belajar dalam

mengembangkan diri, keterampilan dengan cara tersendiri.

C. Keunggulan Belajar Mandiri Menurut Uno Hamzah (2008:52-53)

belajar mandiri memberikan sejumlah

keunggulan unik sebagai metode

pengajaran. (a) Program belajar mandiri yang

dirancang dengan cermat akan

memanfaatkan lebih banyak asas belajar. Hasilnya adalah peningkatan, baik dari

segi jenjang belajar maupun kadar ingatan.

(b) Pola ini memberikan kesempatan, baik

kepada siswa yang lamban maupun yang cepat untuk menyelesaikan pelajaran

sesuai dengan tingkat kemampuan masing-

masing dalam kondisi belajar yang cocok.(c)Rasa percaya diri dan tanggung

jawab pribadi yang dituntut dari siswa

oleh program belajar mandiri mungkin dapat berlanjut sebagai kebiasaan dalam

kegiatan pendidikan lain, tanggung jawab

atas pekerjaan, dan tingkah laku siswa.(d)

Program belajar mandiri dapat menyebabkan lebih banyak perhatian

tercurah kepada siswa perseorangan dan

memberi kesempatan yang lebih luas untuk berlangsungnya interaksi

antarsiswa.(e) Kegiatan dan tanggung

jawab pengajar yang terlibat dalam program belajar mandiri berubah karena

waktu untuk penyajian menjadi berkurang

dan ia mempunyai waktu lebih banyak

untuk memantau siswa dalam pertemuan kelompok dan untuk konsultasi

perseorangan.(f) Memang pendekatan

Page 8: Seminar Nasional PTK, di Fakultas Teknik Universitas ...

Seminar Nasional PTK, di Fakultas Teknik Universitas Negeri Surabaya

utama ke arah belajar mandiri mungkin

tidak efisien dari segi biaya dalam jangka pendek, namun karena teknik dan

beraneka sumber digunakan berulang-

ulang dengan kelompok selanjutnya, biaya

program dapat dikurangi secara nyata.(g) Siswa cenderung lebih menyukai metode

belajar mandiri daripada metode

tradisional karena sejumlah keunggulan yang dinyatakan di atas.

D. Proses Belajar Mandiri Menurut Yamin (2008: 125),

menjelaskan belajar mandiri bukanlah

belajar individual, akan tetapi belajar yang

menuntut kemandirian seorang siswa untuk belajar. Belajar mandiri pemberian

otonomi kepada siswa dalam menentukan

arah atau tujuan belajar, sumber belajar, program belajar, materi yang

dipelajarinya, dan bagaimana

mempelajarinya, tanpa diatur secara ketat oleh guru atau peraturan. Belajar mandiri

adalah upaya mengembangkan kebebasan

kepada siswa dalam mendapat informasi

dan pengetahuan yang tidak dikendalikan oleh orang lain, belajar seperti ini bukan

suatu pekerjaan yang mudah dilakukan

setiap siswa, sebagian siswa lebih suka belajar diatur orang lain daripada diatur

oleh dirinya sendiri. Kemandirian adalah

memerlukan tanggung jawab, mereka yang

mandiri adalah mereka yang bertanggung jawab, berinisiatif, memiliki keberanian,

dan sanggup menrima resiko serta mampu

menjadi guru bagi dirinya sendiri. Dalam merencanakan belajar mandiri,

banyak pendekatan yang dapat diterapkan.

Yang termudah adalah dengan merancang suatu jalur tunggal untuk semua siswa dan

memilih bahan pengajaran apa saja yang

dibutuhkan diantara beraneka ragam

komersial yang tersedia (bahan cetak, alat peraga, foto, rekaman video, dan lain-

lain). Bahan seperti itu telah dirancang

untuk disajikan secara konvensional. Cara yang lebih baik untuk

merencanakan belajar mandiri adalah

memulai dengan bermacam-macam bahan agar mencapai sasaran dan kemudian

merencanakan labih dari satu urutan

pengajaran untuk memberikan peluang

kepada perbedaan diantara siswa secara perseorangan. Berdasarkan atas persiapan

dan kebutuhan, beberapa siswa mungkin

mengambil jalur tercepat, bahkan berpacu

dan menggunakan sedikit bahan saja untuk sampai pada ujung jalur tersebut. Siswa

lain mungkin mengambil jalur yang lebih

lambat yang penuh dengan ilustrasi

konkret atau contoh, lebih banyak latihan, telaahan, atau bahkan bagian kecil dari

bahan ajar dengan pengulangan penjelasan

dalam tautan yang bebeda-beda.

E. Ketuntasan Belajar

Ketuntasan belajar dapat berasumsi bahwa dalam kondisi yang tepat semua

peserta didik mampu belajar dengan baik,

dan memperoleh hasil yang maksimal

terhadap seluruh materi yang dipelajari. Agar semua peserta didik memperoleh

hasil belajar secara maksimal,

pembelajaran harus dilaksanakan dengan sistematis. Kesistematisan akan tercermin

dari strategi pembelajaran yang

dilaksanakan terutama dalam mengorganisir tujuan dan bahan belajar,

melaksanakan evaluasi dan memberikn

bimbingan terhadap peserta didik yang

gagal mencapi tujuan yang telah ditetapkan.

Dalam proses belajar mengajar

terdapat perbedaan antara siswa satu dengan yang lain yang tentunya

mengakibatkan hasil belajar mereka

berbeda-beda. Dengan demikian dalam

melaksanakan proses belajar mengajar guru mempunyai tugas yang berat supaya

siswa dapat tuntas menguasai materi

pelajaran yang diajarkan sehingga tujuan instruksional yang hendak dicapai dapat

diperoleh dengan sebaik-baiknya.

Belajar tuntas merupakan strategi pembelajaran yang dapat dilakukan dalam

kelas, dengan asumsi bahwa di dalam

kondisi yang tepat semua peserta didik

akan mampu belajar dengan baik dan memperoleh hasil belajar secara maksimal

terhadap seluruh bahan yang dipelajari

(Mulyasa, 2006:254). Dengan adanya ketuntasan belajar ini berati siswa harus

mencapai suatu tingkat penguasaan

tertentu terhadap tujuan-tujuan instruksional setiap unit pelajaran yang

satu sebelum pindah atau melanjutkan ke

unit pelajaran berikutnya.

Hasil belajar ini digunakan untuk mengatahui seberapa jauh tingkat

ketercapaian atau ketuntasan belajar siswa

Page 9: Seminar Nasional PTK, di Fakultas Teknik Universitas ...

Seminar Nasional PTK, di Fakultas Teknik Universitas Negeri Surabaya

terhadap indikator pencapaian hasil belajar

yang telah dirumuskan menggunakan multimedia pembelajaran interaktif.

Dalam pembelajaran ini siswa dinyatakan

tuntas belajar jika memenuhi standar

kompetensi minimum siswa yaitu mencapai skor 70% dan suatu kelas

dinyatakan tuntas jika di kelas tersebut

terdapat 70% telah mencapai daya serap sebesar 70%. Jika dalam proses evaluasi

belum mencapai standar kompetensi

minimum siswa, maka proses pembelajaran pada materi ini akan diulang

dan jika telah mencapai standar

kompetensi minimum siswa proses

pembelajaran akan dilanjutkan dengan materi berikutnya.

F. Hipotesis Hipotesis penelitian ini adalah terjadi

peningkatan hasil belajar siswa yang

menggunakan media audio visual dibandingkan dengan yang tidak

menggunakan media audio visual.

III. METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian

pengembangan menggunakan metode penelitian Research and Development (R

& D). Penelitian pengembangan ini

memanfaatkan media komputer sebagai

media pembelajaran. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan media

berupa media pembelajaran audio visual.

B. Subyek Penelitian

Subyek penelitian yang diambil adalah

kelas X TAV 1 sebagai kelas eksperimen dan kelas X TAV 2 sebagai kelas kontrol.

Dalam menentukan kelas eksperimen dan

kelas kontrol dilakukan secara diundi.

C. Rancangan Penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan

metode penelitian Research and Development (R & D). Menurut Sugiyono

(2008: 297) metode penelitian Research

and Development (penelitian dan pengembangan) adalah metode penelitian

yang digunakan untuk menghasilkan

produk tertentu dan menguji keefektifan

produk tersebut.

Gambar 1. Tahap penelitian Metode

Research and Development (R & D)

(Sugiyono, 2007: 298)

Tetapi dalam penelitian ini hanya

melakukan 7 (tujuh) tahapan yaitu tahap analisa potensi dan masalah, tahap

pengumpulan data, tahap desain produk,

tahap validasi desain, tahap revisi desain, tahap ujicoba produk, tahap analisa dan

pelaporan. Tahap uji coba produk dan

revisi produk hanya dilakukan sekali saja agar menghemat waktu dan energi

sedangkan pada tahap produksi masal

tidak dilakukan karena dikhususkan bagi

siswa SMK Negeri 7 Surabaya

D. Teknik Pengumpulan Data

1. Lembar Validasi Lembar validasi digunakan untuk

mengetahui kelayakan dari media

pembelajaran interaktif yang telah

dihasilkan dan memperoleh saran dari ahli media untuk memperbaiki kekurangan dari

media ini.

2. Tes Hasil Belajar Tes hasil belajar digunakan untuk

mendapatkan data tentang hasil belajar

atau ketuntasan belajar siswa. Bentuk tes yang digunakan adalah tes obyektif atau

pilihan ganda dengan empat kemungkinan

jawaban denagan jumlah soal sebanyak 40

soal. 3. Angket Respon Siswa

Penggunaan angket dianggap sebagai

sumber informasi yang dapat dipercaya, sehingga diperoleh data-data yang dapat

mendukung penelitian. Angket diberikan

untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap karya yang telah dihasilkan.

E. Teknik Analisis Data

1. Analisis Penilaian Validator Dan Angket Respon Siswa

Page 10: Seminar Nasional PTK, di Fakultas Teknik Universitas ...

Seminar Nasional PTK, di Fakultas Teknik Universitas Negeri Surabaya

Dari hasil lembar validasi dan lembar

angket respon dapat diketahui kelayakan dan tanggapan dari media pembelajaran

yang dibuat. Penilaiannya dilakukan

dengan cara memberikan tanggapan

dengan kriteria sangat tidak baik, tidak baik, cukup baik, baik, dan sangat baik.

2. Analisis hasil belajar siswa a. Ketuntasan Hasil Belajar

Tes hasil belajar ini digunakan untuk

mengatahui seberapa jauh tingkat ketercapaian atau ketuntasan belajar siswa

terhadap indikator pencapaian hasil belajar

yang telah dirumuskan menggunakan

multimedia pembelajaran interaktif. Dalam pembelajaran ini siswa dikatakan

tuntas belajar apabila skor yang diperoleh

di atas 70%, dan kelas dinyatakan tuntas belajar apabila di kelas tersebut minimal

terdapat 70% dari siswa tuntas.

Berdasarkan keterangan diatas, maka penulis dapat menyatakan rumus sebagai

berikut :

%100x%70nilaimencapai yangsiswa Banyaknya

P

%100x

seluruhnyasiswaBanyaknya

maksimumSkor

dicapaiyangSkorT

(Sudjana, 2005: 67)

Keterangan:

T = Presentase ketercapaian hasil belajar

siswa secara individu P = Presentase ketuntasan hasil belajar

b. Uji Hipotesis

Uji hipotesis yang digunakan adalah satu pihak karena uji t ini bertujuan untuk

mengetahui perbedaan hasil belajar antara

kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Keterangan:

= Mean dari nilai posttest kelas

eksperimen

= Mean dari nilai posttest kelas

kontrol

S12 = Varians dari kelas eksperimen

S22 = Varians dari kelas kontrol

n1 = Banyaknya siswa pada kelas eksperimen

n2 = Banyaknya siswa pada kelas

kontrol

Kriteria Penilaian

t < (w1t1 + w2t2)/(w1 + w2) atau t > (w1t1 +

w2t2)/(w1 + w2)

dimana : w1 = s12/n1

w2 = s22/n2

t1 = t(1-1/2); (n1-1)

t2 = t(1-1/2); (n2-1)

t hitung > t tabel, maka Ho ditolak t hitung < t tabel, maka Ho diterima

IV. Hasil Penelitian Dan Pembahasan

A. Hasil Validasi Media Media pembelajaran yang dirancang

untuk standar kompetensi memperbaiki

radio penerima dinyatakan baik dengan hasil rating sebesar 77,08 % sehingga

media pembelajaran audio visual pada

standar kompetensi memperbaiki radio penerima dapat digunakan sebagai media

pembelajaran di SMK Negeri 7 Surabaya.

Adapun rinciannya adalah aspek format

media dinyatakan baik dengan hasil rating 75 %, aspek materi media dinyatakan baik

dengan hasil rating 75 % dan aspek

animasi media dinyatakan baik dengan hasil rating 81,25%.

B. Hasil Validasi Butir Soal

Soal evaluasi yang terdapat di dalam media pembelajaran audio visual pada

standar kompetensi memperbaiki radio

penerima dikategorikan baik dengan rating sebesar 78,05%. Sehingga soal yang

terdapat dalam media pembelajaran

tersebut layak digunakan sebagai evaluasi pada standar kompetensi memperbaiki

radio penerima. Adapun rinciannya adalah

aspek materi soal dinyatakan baik dengan

hasil rating 78,33%, aspek konstruksi soal dinyatakan sangat baik dengan hasil rating

75,83%, aspek bahasa dan budaya soal

dinyatakan baik dengan hasil rating 80%.

C. Hasil Respon Siswa

Respon siswa terhadap media pembelajaran audio visual pada standar

kompetensi memperbaiki radio penerima

adalah baik dengan hasil rating 73,94%.

Page 11: Seminar Nasional PTK, di Fakultas Teknik Universitas ...

Seminar Nasional PTK, di Fakultas Teknik Universitas Negeri Surabaya

Dari hasil analisis data dapat dibuat

deskripsi bahwa “Media pembelajaran audio visual pada standar kompetensi

memperbaiki radio penerima” mendapat

tanggapan positif dari mayoritas siswa.

D. Ketuntasan Hasil Belajar Dan Uji t

Hasil belajar siswa pada kelas yang

menggunakan media audio visual didapat prosentase ketuntasan belajar sebesar

93,93 % dengan rata-rata kelas sebesar

79,5, berbeda dengan rata-rata untuk kelas yang menggunakan metode konvensional

atau tanpa menggunakan media yang

hanya mendapat prosentase ketuntasan

belajar sebesar 84,37 %, dengan rata-rata kelas sebesar 74,1. Analisis uji coba

mendapatkan nilai t hitung = 2,96

sedangkan t tabel = 2,04 (lihat dilampiran 6). Dengan demikian t

hitung > t

tabel sehingga

hipotesis H1diterima dan Ho ditolak, hal ini

berarti hasil belajar siswa yang menggunakan media audio visual berbeda

signifikan dengan hasil belajar siswa yang

tidak menggunakan media audio visual

dengan taraf signifikan 0,05. Dimana didapat t hitung bernilai positif, hal ini

berarti kelas yang menggunakan media

audio visual lebih baik daripada kelas yang tidak menggunakan media audio

visual. Dimana asumsi Kemampuan awal

antara kelas TAV 1 sebagai kelas

eksperimen dan TAV 2 sebagai kelas kontrol di SMK Negeri 7 surabaya adalah

sama. Maka disimpulkan terjadi

peningkatan hasil belajar siswa secara signifikan pada siswa yang menggunakan

media pembelajaran audio visual

dibandingkan dengan siswa yang tidak menggunakan media audio visual pada

standar kompetensi memperbaiki radio

penerima.

V. Simpulan Dan Saran

A. Simpulan

Berdasarkan hasil validasi media pembelajaran dari beberapa validator

dikategorikan baik dengan prosentase

77,08% sedangkan hasil validasi soal dikategorikan baik dengan hasil rating

78,05% sehingga media pembelajaran

audio visual pada standar kompetensi

memperbaiki radio penerima telah memenuhi syarat dan dapat digunakan

sebagai media pembelajaran di SMK

Negeri 7 Surabaya. Respon siswa terhadap media

pembelajaran sebesar 73,94% dengan

kategori baik yang berarti media

pembelajaran audio visual pada standar kompetensi memperbaiki radio penerima

mendapat tanggapan positif dari mayoritas

siswa. Nilai uji beda (uji t) sebesar 2,96.

Sedangkan Nilai ttabel = t(1-α) = t(1-0,05) =

t(0,975) dengan derajat kebebasan 31 adalah 2,04. Dengan demikian t hitung lebih

besar dari t(0,975) atau 2,96 > 2,04. Berarti

H0 ditolak dan H1 diterima. Sehingga

dapat disimpulkan bahwa kelas yang menggunakan media pembelajaran audio

visual mempunyai nilai hasil belajar yang

lebih tinggi dibandingkan dengan kelas yang tidak menggunakan media

pembelajaran audio visual.

B. Saran

Pada media ini masih bersifat lokal

yang belum bisa terkoneksi internet

sehingga perlu dilakukan penelitian sejenis dengan kualitas media pembelajaran yang

mudah dipahami, dimengerti, lebih

interaktif yang mampu terkoneksi internet sehingga siswa dapat mengirim hasil

evaluasi belajar secara langsung ke pihak

sekolah/guru yang bersangkutan.

Media yang dihasilkan masih kurang menarik dalam komposisi warna, animasi

dan juga materi yang kurang mendalam

maka diharapkan untuk penelitian sejenis diperbaharui lebih baik lagi dari segi

animasi dan materi.

Daftar Pustaka

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur

Penelitian. Jakarta : PT Rineka Cipta.

Buku Pedoman Universitas Negeri Surabaya, 2004, Surabaya:

Unipress UNESA.

Firlani,Tony .2008. Pengembangan MPI

pada kompetensi memperbaiki /

reparasi radio di SMK Negeri 2

Surabaya : Universitas Negeri Surabaya.

Page 12: Seminar Nasional PTK, di Fakultas Teknik Universitas ...

Seminar Nasional PTK, di Fakultas Teknik Universitas Negeri Surabaya

Hamzah, Uno. 2008. Profesi

Kependidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Humalik, Oemar. 1989. Media

Pendidikan. Banding: Citra Aditya Bakti.

Ibrahim, H dkk. 2004. Media Pembelajaran, Malang:

Universitas Negeri Malang.

Karti, Soeharto. 1996, Dasar-Dasar Media

Pembelajaran, Surabaya:

University Press IKIP Surabaya.

Mulyasa. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan. Bandung: Remaja

Rosdakarya

Munadi, Yudhi. 2008. Media

Pembelajaran. Jakarta: Gaung Persada Press.

Octaviana, Egita. 2007. Pengembangan

Media Pembelajaran Berbantuan Komputer Untuk Meningkatkan

Kompetensi Siswa dalam Reparasi

Amplifier di SMK Negeri 3 Surabaya. Skripsi yang tidak

dipublikasikan : Universitas

Negeri Surabaya.

Poedjiastoeti, S. 1999. Media

Pembelajaran. Surabaya: Unipress

UNESA.

Riduwan, 2008. Skala Pengukuran

Variabel – Variabel Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Rahman, Achmad. 2006. Keterampilan

Elektronika. Jakarta: Ganeca Exact.

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan

R&D.Bandung : Alfabeta.

Sudjana. 2005. Metode Statistika.

Bandung: Tarsito.

Sudjana, Nana. 1989. Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar

Mengajar. Bandung: Sinar Baru.

Sudjana, Nana dkk. 2004. Media Pengajaran. Bandung: Sinar baru

Bandung.

Tim Penyusun. 2005. Memperbaiki/ Reparasi Radio. Jakarta:

Departemen Pendidikan Nasional.

Widodo, M, 2007, Pengembangan Media

Pembelajaran Audio Video

Menggunakan Wincam 2000, Skripsi yang tidak dipublikasikan :

Universitas Negeri Surabaya.

Yamin, Martinis. 2008. Desain Pembelajaran Berbasis Tingkat

Satuan Pendidikan. Jakarta:

Gaung Persada Press.