Seminar Nasional Ke III Fakultas Teknik Geologi ... · perpaduan antara aglomerasi desa-desa yang...

28
Seminar Nasional Ke III Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran Peran Geologi dalam Pengembangan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan KebencanaanKESESUAIAN LAHAN PADA VULKANIK KUARTER DAERAH CICURUG LERENG GUNUNG SALAK DAN DAERAH CIHERANG LERENG GUNUNG SALAK SERTA PANGRANGO BERDASARKAN FASIES VULKANIK DAN ISOTOP BAGI PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN DAN KAWASAN INDUSTRI Bombom Rachmat Suganda, M Sapari Dwi Hadian, Hendarmawan ABSTRAK Geologi daerah penelitian tersusun dari bawah ke atas berupa Breksi Laharik (Laharic Breccia), Tuf Padu (Welded Tuff), Tuf Berbatuapung (Pumiceous Tuff), Paleosoil, Tuf Lapili (Lapilli Tuff), Lava. Facies batuan relatif berubah pada jarak yang dekat. Akuifer yang berkembang berupa akuifer breksi laharik, akuifer lava, akuifer tuff lapili dan akuifer tuff batuapung. Akuifer breksi laharik bersifat tertekan yang ditutupi oleh lapisan tuff padu, sementara ketiga akuifer lainnya bersifat tak tertekan. Hasil interpretasi data hidrogeologi, kimia-airtanah, dan isotop airtanah menunjukkan bahwa; Secara umum, pada elevasi di atas elevasi 700 m dpl ke atas termasuk dalam katagori sistem aliran lokal (pendek pejalarannya), sementara pada elevasi 500 m dpl) termasuk dalam katagori sistem aliran menengah (semi panjang pejalarannya). Hal ini dibuktikan conto yang diambil. Elevasi rendah (499 -550 m dpl) tipe air tanah berupa fasies Na + K,SO4 2- ;Na + K, Cl - mereflesikan aliran yang cukup panjang atau jauh, sementara pada elevasi menengah (600-720 m) Mg, Cl - mereflesikan aliran airtanah yang relatif pendek, terutama pada elevasi di atas 800 m dpl berupa Mg, HCO3 menunjukkan aliran relatif lebih pendek. Analisis isotop menunjukkan bahwa daerah resapan (recharge) sumber air Ciburial terletak pada daerah yang mempunyai elevasi antara 800 m 900 m dpl, sedangkan untuk sumber air Babakanpari mempunyai daerah recharge pada ketinggian 700 800 m. Mata air yang berada pada lokasi dengan ketinggian antara 600 900 m dpl dengan umur modern memiliki kandungan isotop 18 O antara -7.58 hingga -6.9 ‰. Sedangkan mata air Cimabuputan yang berada pada ketinggian 1023 m dpl memiliki kandungan isotop 18 O sebesar -7.46 ‰. Berdasarkan data tersebut dapat diperoleh informasi tentang klasifikasi daerah imbuh air tanah pada catchment tersebut. Mata air yang mempunyai komposisi 18 O < -7.4 ‰ kemungkinan besar berasal dari ketinggian di atas 900 m dpl. Sedangkan mata air yang mempunyai komposisi isotop 18 O antara -6.9 sampai -7.2 ‰ berasal dari ketinggian antara 700 900 m dpl. Mata air Ciburial yang berada pada ketinggian 472 m dpl memiliki kandungan isotop 18 O antara -7.29 ‰ dan mengindikasikan bahwa sumber air tersebut berasal dari ketinggian antara 800 900 m dpl. Adanya sirkulasi yang ditunjukkan oleh kandungan isotop 18 O diperkuat dengan aktivitas 14 C yang rendah atau umur yang tua, yaitu sekitar 7800 tahun. Demikian pula dengan sumber Babakanpari yang mempunyai umur antara 2000 6000 tahun memiliki kandungan isotop 18 O -7.0 ‰. Untuk kelangsungan ketersediaan airtanah yang berkelanjutan perlu melakukan langkah konservasi pada kawasan dengan ketinggian 700 m dan 800

Transcript of Seminar Nasional Ke III Fakultas Teknik Geologi ... · perpaduan antara aglomerasi desa-desa yang...

Page 1: Seminar Nasional Ke III Fakultas Teknik Geologi ... · perpaduan antara aglomerasi desa-desa yang tumbuh secara organik dengan wilayah antara yang dibangun mengikuti kaidah barat

Seminar Nasional Ke – III

Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran

“Peran Geologi dalam Pengembangan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Kebencanaan”

KESESUAIAN LAHAN PADA VULKANIK KUARTER DAERAH CICURUG

LERENG GUNUNG SALAK DAN DAERAH CIHERANG LERENG GUNUNG

SALAK SERTA PANGRANGO BERDASARKAN FASIES VULKANIK DAN

ISOTOP BAGI PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN DAN

KAWASAN INDUSTRI

Bombom Rachmat Suganda, M Sapari Dwi Hadian, Hendarmawan

ABSTRAK Geologi daerah penelitian tersusun dari bawah ke atas berupa Breksi Laharik (Laharic

Breccia), Tuf Padu (Welded Tuff), Tuf Berbatuapung (Pumiceous Tuff), Paleosoil, Tuf

Lapili (Lapilli Tuff), Lava. Facies batuan relatif berubah pada jarak yang dekat.

Akuifer yang berkembang berupa akuifer breksi laharik, akuifer lava, akuifer tuff

lapili dan akuifer tuff batuapung. Akuifer breksi laharik bersifat tertekan yang ditutupi

oleh lapisan tuff padu, sementara ketiga akuifer lainnya bersifat tak tertekan. Hasil

interpretasi data hidrogeologi, kimia-airtanah, dan isotop airtanah menunjukkan

bahwa; Secara umum, pada elevasi di atas elevasi 700 m dpl ke atas termasuk dalam

katagori sistem aliran lokal (pendek pejalarannya), sementara pada elevasi 500 m dpl)

termasuk dalam katagori sistem aliran menengah (semi panjang pejalarannya). Hal ini

dibuktikan conto yang diambil. Elevasi rendah (499 -550 m dpl) tipe air tanah berupa

fasies Na+K,SO42- ;Na+K, Cl- mereflesikan aliran yang cukup panjang atau jauh,

sementara pada elevasi menengah (600-720 m) Mg, Cl- mereflesikan aliran airtanah

yang relatif pendek, terutama pada elevasi di atas 800 m dpl berupa Mg, HCO3

menunjukkan aliran relatif lebih pendek. Analisis isotop menunjukkan bahwa daerah

resapan (recharge) sumber air Ciburial terletak pada daerah yang mempunyai elevasi

antara 800 m – 900 m dpl, sedangkan untuk sumber air Babakanpari mempunyai

daerah recharge pada ketinggian 700 – 800 m. Mata air yang berada pada lokasi

dengan ketinggian antara 600 – 900 m dpl dengan umur modern memiliki kandungan

isotop 18

O antara -7.58 ‰ hingga -6.9 ‰. Sedangkan mata air Cimabuputan yang

berada pada ketinggian 1023 m dpl memiliki kandungan isotop 18

O sebesar -7.46 ‰.

Berdasarkan data tersebut dapat diperoleh informasi tentang klasifikasi daerah imbuh

air tanah pada catchment tersebut. Mata air yang mempunyai komposisi 18

O < -7.4 ‰

kemungkinan besar berasal dari ketinggian di atas 900 m dpl. Sedangkan mata air

yang mempunyai komposisi isotop 18

O antara -6.9 sampai -7.2 ‰ berasal dari

ketinggian antara 700 – 900 m dpl. Mata air Ciburial yang berada pada ketinggian 472

m dpl memiliki kandungan isotop 18

O antara -7.29 ‰ dan mengindikasikan bahwa

sumber air tersebut berasal dari ketinggian antara 800 – 900 m dpl. Adanya sirkulasi

yang ditunjukkan oleh kandungan isotop 18

O diperkuat dengan aktivitas 14

C yang

rendah atau umur yang tua, yaitu sekitar 7800 tahun. Demikian pula dengan sumber

Babakanpari yang mempunyai umur antara 2000 – 6000 tahun memiliki kandungan

isotop 18

O -7.0 ‰. Untuk kelangsungan ketersediaan airtanah yang berkelanjutan

perlu melakukan langkah konservasi pada kawasan dengan ketinggian 700 m dan 800

Page 2: Seminar Nasional Ke III Fakultas Teknik Geologi ... · perpaduan antara aglomerasi desa-desa yang tumbuh secara organik dengan wilayah antara yang dibangun mengikuti kaidah barat

Seminar Nasional Ke – III

Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran

“Peran Geologi dalam Pengembangan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Kebencanaan”

m dpl dengan elevasi penyangga (buffer elevation) pada kawasan berelevasi antara

800 sampai 900 meter dpl.

Kata kunci : Facies vulkanik , isotop, aliran airtanah, daerah resapan

1. Latar Belakang

Pola perkembangan dan pembangunan saat ini mengalami banyak perubahan

seiring dengan kemajuan teknologi dan globalisasi yang mengakibatkan permasalahan

serta tantangan baru. Saat ini kebutuhan akan lahan bagi perkembangan sebuah

perkotaan untuk melakukan aktivitas ekonomi dan sosial sangat meningkat. Kota-

kota besar di Indonesia telah tumbuh dengan pesat terutama dipengaruhi tingginya

tingkat migrasi ke kota. Kota-kota tersebut sejak dahulu tumbuh sebagai hasil

perpaduan antara aglomerasi desa-desa yang tumbuh secara organik dengan wilayah

antara yang dibangun mengikuti kaidah barat yang formal. Perpaduan pola

pembangunan ini mengakibatkan adanya perubahan pemanfaatan lahan dari kawasan

budidaya pertanian menjadi kawasan budidaya permukiman ataupun industri serta

kawasan lindung yang menjadi kawasan budidaya pertanian ataupun permukiman.

Perubahan pemanfaatan lahan ini tentunya harus di atur serta ditata sedemikian rupa

sehingga beban lingkungan yang berubah tidak mengganggu keseimbangan alam

khususnya keseimbangan air yang ada.

Daerah vulkanik dikenal secara umum merupakan kawasan yang sangat subur

serta melimpah akan ketersediaan sumberdaya berupa sumber daya air dan barang

tambang berupa sirtu. Morfologi alamnya yang berupa perbukitan dan lereng

memungkinkan menjadi tempat masuknya air masuk (recharge) dan keluarnya

airtanah (discharge) (Hendarmawan, 2006). Kemudahan ini yang mendorong

manusia secara alami menyukai untuk menempati kawasan ini untuk beraktivitas.

Berbagai aktivitas ekonomi primer berlangsung disini, baik bercocok tanam,

memanfaatkan hasil hutan, menambang pasir dan batu. Lambat laun sejalan dengan

berjalannya waktu dengan meningkatnya kebutuhan ekonomi serta kebutuhan

manusia akan lahan untuk bertempat tinggal menjadikan daerah permukiman yang

dahulunya sederhana berupa pedesaan berkembang menjadi perkotaan dengan

berbagai aktivitas kegiatan ekonomi sekunder ataupun tersier.

Page 3: Seminar Nasional Ke III Fakultas Teknik Geologi ... · perpaduan antara aglomerasi desa-desa yang tumbuh secara organik dengan wilayah antara yang dibangun mengikuti kaidah barat

Seminar Nasional Ke – III

Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran

“Peran Geologi dalam Pengembangan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Kebencanaan”

2. Metoda Penelitian

Subyek penelitian adalah menganalisa pola pemanfaatan lahan dikaitkan

dengan fasies volkanik serta data hidro isotop yaitu 18O, Deuterium, Tritium, dan14C.

Obyek penelitian meliputi identifikasi keberadaan permukiman yang

kemudian dikelompokkan berdasarkan pada fasies volkaniknya yaitu sentral.

proksimal, medial serta distal.

Metoda yang digunakan :

1. Untuk mengetahui sebaran batuan digunakan metode pemetaan geologi

dengan melakukan pendeskripsian batuan pada setiap singkapan batuan pada

sungai serta kupasan tanah akibat aktivitas manusia.

2. Untuk mengetahui penyebaran permukiman dapat dilakukan dengan

memanfaatkan peta pemanfaatan lahan yang dikeluarkan bakosurtanal akan

tetapi perlu di klarifikasikan lagi pemakaian airnya apakah memanfaatkan air

permukaan, air tanah ataukah memanfaatkan mata air dengan melakukan

pipanisasi. Serta melakukan inventarisasi penggunaan lahan khususnya

peternakan dan pertanian dengan skala besar (perkebunan).

3. Untuk penentuan asal usul dan umur airtanah dan batuan digunakan

Isotop 18O dan Deuterium

Dalam siklus hidrologi ketiga senyawa air (16O, 17O dan 18O dan 1H, 2H

dan3H) mengalami proses fraksinasi. evaporasi dan kondensasi. Senyawa

yang mempunyai berat molekul besar seperti HDO (deuterium) dan H218O

( 18O) cenderung lebih sulit menguap tetapi lebih mudah terkondensasi

sehingga pada berbagai jenis air kandungan isotop 18O dan D mempunyai

nilai konsentrasi yang berbeda-beda. Kandungan senyawa isotop 18O dan

D yang relatif sangat kecil bila dibandingkan dengan senyawa utama air

(H216O) dapat dianalisis mengunakan alat spectrometer massa sehingga

konsentrasinya pada setiap jenis air dapat diidentifikasi.

Isotop Tritium dan 14C

Isotop tritium dan 14C di alam merupakan produk hasil reaksi antara sinar

kosmis dan gas N2 di daerah transisi antara stratrosphere dan troposphere

seperti berikut :

Page 4: Seminar Nasional Ke III Fakultas Teknik Geologi ... · perpaduan antara aglomerasi desa-desa yang tumbuh secara organik dengan wilayah antara yang dibangun mengikuti kaidah barat

Seminar Nasional Ke – III

Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran

“Peran Geologi dalam Pengembangan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Kebencanaan”

14N + 1n0 14C + 1p

14N + 1n 12C + 3H

Radioisotop yang dihasilkan dari kedua reaksi tersebut diatas kemudian

bereaksi dengan gas oksigen membentuk senyawa gas CO2 dan HTO. Kedua senyawa

tersebut kemudian ikut dalam siklus hidrologi terbawa oleh air hujan dan masuk

kedalam akifer. Konsentrasi tritium yang dihasilkan oleh reaksi diatas sekitar 20 TU.

sedangkan untuk air hujan di Indonesia besarnya konsentrasi berkisar antara 4 – 6 TU.

Untuk isotop 14C konsentrasi yang dihasilkan oleh reaksi diatas sekitar 14 dpm/gr atau

setelah distandarkan konsentrasi tersebut dianggap mempunyai konsentrasi 100 %

modern carbon ( 100 pmc ).

Berdasarkan sifat radioaktivitasnya kedua isotop tersebut dapat digunakan

untuk menentukan umur (dating) airtanah atau mineral karbonat. Pada sistem dating

isotop tritium dan 14C pada saat infiltrasi dianggap mempunyai konsentrasi awal sama

seperti nilai konsentrsai hasil reaksi kosmis yaitu 4-6 TU untuk tritium dan 100 pmc

untuk isotop 14C. Selama perjalanannya didalam akifer, konsentrsai isotop tersebut

akan mengalami pengurangan karena peluruhan (decay) sesuai dengan waktu

paruhnya masing-masing. Persamaan perhitungan berdasarkan sifat radioaktif

dinyatakan dalam bentuk persamaan sebagai berikut :

t1/2

T = ---------- x ln [ Co/Ct]

0,693

Dimana : T = umur airtanah dalam tahun

t1/2 = waktu paruh (untuk tritium adalah 12,34 tahun dan untuk 14C

adalah 5730 tahun)

Co = adalah konsentrasi awal dari isotop tritium atau 14C sesuai dengan nilai

100 pmc untuk 14C dan 6 TU untuk isotop tritium

Ct = adalah isotop tritium dan 14C pada t-tahun

Page 5: Seminar Nasional Ke III Fakultas Teknik Geologi ... · perpaduan antara aglomerasi desa-desa yang tumbuh secara organik dengan wilayah antara yang dibangun mengikuti kaidah barat

Seminar Nasional Ke – III

Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran

“Peran Geologi dalam Pengembangan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Kebencanaan”

Berdasarkan persamaan di atas dan waktu paruh kedua isotop tersebut maka

untuk penentuan umur airtanah dengan menggunakan isotop tritium hanya dapat

mengukur umur hingga 50 tahun, sedangkan dengan menggunakan isotop 14C dapat

mengukur umur air tanah hingga 40.000 tahun. Gambar dibawah ini memperlihatkan

adanya hubungan antara umur airtanah terhadap konsentrasi isotop tritium dan 14C.

Dalam rangka eksploitasi airtanah untuk analisa kesesuaian lahan, informasi

mengenai penentuan umur air tanah sangat bermanfaat untuk estimasi deposit air

tanah. Airtanah dengan umur yang sangat muda memberikan indikasi bahwa

depositnya sangat tergantung kepada curah hujan sedangkan air tanah yang

mempunyai umur tua memberikan indikasi bahwa deposit airtanah tersebut tidak

berhubungan langsung dengan curah hujan.

Gambar 1 Hubungan antara umur air tanah terhadap konsentrasi isotop tritium dan

14C

3. Hasil dan Diskusi

3.1. Cicurug

Page 6: Seminar Nasional Ke III Fakultas Teknik Geologi ... · perpaduan antara aglomerasi desa-desa yang tumbuh secara organik dengan wilayah antara yang dibangun mengikuti kaidah barat

Seminar Nasional Ke – III

Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran

“Peran Geologi dalam Pengembangan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Kebencanaan”

Cicurug terletak pada lereng bagian selatan dari Gunung Salak sehingga

kondisi morfologinya tidak terlepas dari Gunung Salak yang dapat di bedakan

menjadi tiga bagian, yaitu

1. Bagian puncak,

2. Tubuh bagian tengah,

3. Kaki gunung.

Morfologi Gunung Salak tumbuh secara bebas sehingga bagian kaki gunung

bersambung membentuk suatu hamparan pedataran. Morfologi tersebut terbentuk

disebabkan oleh peralihan litologi penyusunnya dimana bagian puncak yang tersusun

oleh lava serta bongkah batuan gunungapi membentuk satuan perbukitan vulkanik

sangat curam, bagian tengah disusun oleh endapan lahar beserta endapan lahar yang

bercampur dengan campuran material kasar serta halus, pada beberapa tempat

terdapat aliran lava. Pada bagian lereng yang curam menyebabkan dalamnya airtanah

membentuk satuan perbukitan curam, sedangkan pada topografi landai atau datar yang

memiliki muka air tanah dangkal membentuk satuan perbukitan agak curam dan

satuan perbukitan sangat landai.

Daerah dengan topografi dasar lembah yang sempit akan akan selaras dengan

karakternya. Airtanah akan terkumpul atau tersadap di daerah cekungan, sebaliknya

di daerah punggungan atau topografi yang mencuat biasanya hampa akan airtanah. Di

daerah Gunungapi Salak, pemunculan airtanah dalam bentuk mata air umumnya

ditemukan pada tekuk-tekuk lereng.

Berikut ini uraian hasil pengamatan lapangan dan deskripsi laboratorium

lereng Gunung Salak di daerah Cicurug dan sekitarnya terdiri atas beberapa unit

batuan (dari bawah ke atas):

a. Tuf Padu dan Breksi Laharik.

Page 7: Seminar Nasional Ke III Fakultas Teknik Geologi ... · perpaduan antara aglomerasi desa-desa yang tumbuh secara organik dengan wilayah antara yang dibangun mengikuti kaidah barat

Seminar Nasional Ke – III

Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran

“Peran Geologi dalam Pengembangan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Kebencanaan”

Dari hasil pengamatan singkapan batuan di lapangan di temui bagian bawah

tersusun oleh lapisan tuf padu dan breksi laharik yang saling melensa serta tersingkap

pada lembah serta lereng yang curam.

b. Tuf Berbatuapung

Di atas lapisan tuf padu dan breksi laharik di endapkan batuan tuf dengan

kandungan batuapung yang tidak begitu padu. Pada beberapa lapisan tuf batuapung

memperlihatkan struktur batuan yang berselingan dengan paleosoil. Perselingan

tersebut dapat menggambarkan beberapa kejadian letusan gunungapi (sucsession

volcanic).

c. Tuf Lapili

Lapisan paling atas yang ditemukan pada bagian tengah daerah penelitian

adalah batuan tuf lapili berwarna coklat kekuningan dan berukuran halus hingga

kasar. Batuan ini pada umumnya telah mengalami pelapukan yang sangat kuat dan

ditemukan di bagian hulu daerah penelitian pada ketinggian hingga 700 meter di atas

permukaan laut.

d. Lava

Lapisan paling atas yang ditemukan di dekat puncak G. Salak adalah batuan

lava yang berwarna abu-abu kehitaman. Batuan ini mempunyai sifat andesitis dan

sangat keras, banyak mengandung piroksen, ditemukan pada bagian hulu daerah

penelitian di ketinggian lebih dari 800 meter di atas permukaan laut. batuan lava ini

dapat bersifat meluluskan air apabila memiliki rekahan (fracture system) hal ini

terlihat dari terdapatnya mata air yang keluar dari rekahan batuan lava di daerah

Cidadap, Desa Girijaya, Kecamatan Cidahu pada ketinggian 879 meter di atas

permukaan laut.

Berdasarkan data hasil analisa isotop, menunjukkan bahwa kandungan isotop

bervariasi -2.46‰ hingga -9.35‰ untuk 18O dan -5.68‰ hingga -61.38‰ untuk 2H.

Kandungan isotop 18O dan 2H yang paling depleted pada stasiun Babakan Pari (475m)

pada bulan Oktober.

Page 8: Seminar Nasional Ke III Fakultas Teknik Geologi ... · perpaduan antara aglomerasi desa-desa yang tumbuh secara organik dengan wilayah antara yang dibangun mengikuti kaidah barat

Seminar Nasional Ke – III

Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran

“Peran Geologi dalam Pengembangan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Kebencanaan”

Nilai meanweight kandungan isotop air hujan pada setiap stasiun terlihat

pada tabel 1. Data variasi kandungan isotop pada tabel ini dipakai untuk menentukan

persamaan garis meteorik lokal yang menghubungkan antara kandungan 18O dan 2H

stasiun curah hujan seperti terlihat pada Gambar 2. dengan persamaan :

2H = 7.82518O+12.306 ……….(4.1)

Tabel 1. Nilai meanweigth kandungan isotop pada setiap stasiun curah hujan.

Garis hubungan antara isotop terhadap ketinggian (elevasi) untuk rerata isotop

(meanweight) menunjukkan garis hubungan isotop terhadap ketinggian selama

pengamatan 8 bulan terlihat pada gambar 4. dan 5. Dari grafik tersebut terlihat

adanya hubungan antara ketinggian dan kandungan isotop mempunyai persamaan :

Ketinggian (elevasi) = -235.2 18O – 853.02 ……….(4.2)

Ketinggian (elevasi) = -29.017 2H – 442.36 ……….(4.3)

Berdasarkan persamaan 4.2. dan 4.3. dari grafik tersebut maka diperoleh

penurunan nilai radio isotop 18 O adalah 0,43‰ serta 2H adalah 3,45‰ pada setiap

kenaikan ketinggian (elevasi) 100 m.

Page 9: Seminar Nasional Ke III Fakultas Teknik Geologi ... · perpaduan antara aglomerasi desa-desa yang tumbuh secara organik dengan wilayah antara yang dibangun mengikuti kaidah barat

Seminar Nasional Ke – III

Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran

“Peran Geologi dalam Pengembangan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Kebencanaan”

Gambar 2. Grafik hubungan O18 dan Deuteurium dari rerata sampel air hujan

Gambar 3. Grafik hubungan 18O dan deuteurium sampel air hujan per bulan

Gambar 4. Grafik hubungan 18

O dan elevasi rerata air hujan

Page 10: Seminar Nasional Ke III Fakultas Teknik Geologi ... · perpaduan antara aglomerasi desa-desa yang tumbuh secara organik dengan wilayah antara yang dibangun mengikuti kaidah barat

Seminar Nasional Ke – III

Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran

“Peran Geologi dalam Pengembangan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Kebencanaan”

Gambar 5. Grafik hubungan deuterium dan elevasi rerata air hujan.

4.1.3.2. Isotop Mata air dan Sumur

Data hasil analisa isotop mata air dan sumur berkisar antara 0.08‰ – 0.20‰

untuk 18O dan 0.39‰ – 2.22‰ untuk 2H. Perbedaan untuk 18O adalah 0.2‰ dan

untuk 2H adalah 2.0 ‰ Tabel 2.

Gambar 8. Grafik hubungan antara 18

O dan 2

H sampel air tanah dan air hujan

Page 11: Seminar Nasional Ke III Fakultas Teknik Geologi ... · perpaduan antara aglomerasi desa-desa yang tumbuh secara organik dengan wilayah antara yang dibangun mengikuti kaidah barat

Seminar Nasional Ke – III

Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran

“Peran Geologi dalam Pengembangan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Kebencanaan”

Sumber Babakan Pari mempunyai 3 sumur yang saling berdekatan dengan

kandungan isotop rerata dari ketiga sumur tersebut adalah -7.0 ± 0.1‰ untuk 18O dan

42.3 ± 0.7‰ untuk 2H. Kandungan isotop tersebut tidak memberikan perbedaan yang

signifikan sehingga berasal dari air meteorik yang masuk pada ketinggian tertentu.

Sumber Babakan pari yang terletak pada ketinggian 475 meter di atas

permukaan laut memiliki komposisi isotop yang lebih depleted bila dibandingkan

dengan sumber mata air Nangka Beurit pada ketinggian 710 meter. Dapat

diperkirakan bahwa mata air Nangka Beurit merupakan sumber mata air dari local

recharge sehingga daerah imbuh sumber Babakan Pari akan terletak lebih tinggi dari

710 meter.

Gambar 9. Grafik hubungan antara O18 dan 2H sumber Babakan Pari dan air hujan

Gambar 9. memperlihatkan hubungan komposisi isotop air hujan dan sumber

air tanah Babakan Pari. Sumber air tanah Babakan Pari memperlihatkan bahwa nilai

isotop 18O dan 2H berada di antara nilai komposisi isotop dari air hujan pada stasiun

curah hujan Kuta Jaya Girang (760 m dpl) dan stasiun curah hujan tenjolaya (923 m

dpl). Penentuan ketinggian daerah imbuhan sumber airtanah dapat dilakukan dengan

cara memasukkan nilai kandungan isotop 18O dan 2H ke dalam persamaan 4.2 dan 4.3

yang menghubungkan antara elevasi dan komposisi isotop.

Page 12: Seminar Nasional Ke III Fakultas Teknik Geologi ... · perpaduan antara aglomerasi desa-desa yang tumbuh secara organik dengan wilayah antara yang dibangun mengikuti kaidah barat

Seminar Nasional Ke – III

Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran

“Peran Geologi dalam Pengembangan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Kebencanaan”

Ketinggian daerah imbuhan dapat juga diperoleh dari hubungan ketinggian

elevasi) terhadap 18O atau 2H gambar 10. Berdasarkan perhitungan persamaan linear

elevasi terhadap kandungan isotop serta grafik didapat daerah imbuhan sumber

Babakan Pari pada lokasi ketinggian (elevasi) sekitar 800 ± 100 mdpl).

Gambar 10 Grafik elevasi terhadap kandungan isoptop sumber Babakan Pari

untuk menentukan ketinggian daerah imbuh

Analisa pada tabel menunjukkan bahwa mata air yang muncul pada ketinggian

600 – 900 m dpl mempunyai umur modern. Kondisi ini menunjukkan bahwa air tanah

pada ketinggian tersebut mengalami sirkulasi (aliran ) lokal. Air hujan masuk pada

ketinggian yang relative tidak jauh, berinfiltrasi dengan sirkulasi dangkal kemudian

keluar yang biasa di kenal dengan local recharge.

.

Page 13: Seminar Nasional Ke III Fakultas Teknik Geologi ... · perpaduan antara aglomerasi desa-desa yang tumbuh secara organik dengan wilayah antara yang dibangun mengikuti kaidah barat

Seminar Nasional Ke – III

Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran

“Peran Geologi dalam Pengembangan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Kebencanaan”

Tabel 2. Hasil analisis 14

C (umur air tanah)

Hubungan kandungan isotop 18

O, 2

H, dan 14

C memberikan informasi yang

lebih jelas tentang asal-usul sumber airtanah. Secara umum hasil identifikasi

menunjukkan bahwa;

Mata air yang berada pada lokasi dengan ketinggian antara 600 – 900 m dpl,

memiliki umur modern dengan kandungan isotop 18

O antara -6.9 ‰ hingga -7.58

‰. Sedangkan Mata Air Cimabuputan yang berada pada ketinggian 1023 m dpl

memiliki kandungan isotop 18

O sebesar -7.46 ‰. Berdasarkan data tersebut dapat

diperoleh informasi tentang klasifikasi daerah imbuh air tanah pada catchment

tersebut.

Mata air yang mempunyai komposisi 18

O < -7.4 ‰ kemungkinan besar berasal

pada ketinggian di atas 900 m dpl, sedangkan mata air yang mempunyai komposisi

isotop 18

O antara -6.9 sampai -7.2 ‰ berasal dari ketinggian antara 700 – 900 m

dpl.

No Kode Lokasi Elevasi Umur (tahun)

Sampel (m) September 06 Maret 07

1. SB-1 Sumber Air 1 Aqua

Babakan Pari, Cidahu

475 2264 20 2057 25

2. SB-2 Sumber Air 2 Aqua

Babakan Pari, Cidahu

475 6053 25 6180 95

3. SB-3 Sumber Air 3 Aqua

Babakan Pari, Cidahu

475 4097 35 4011 35

4. SB-4 Sumber Air 4 Aqua

Babakan Pari, Cidahu

475 - 2307 25

5. SB-5 Mata air Garuda Ds.

Kutajaya Girang

760 Modern Modern

6. SB-6 Mata air Cimumutan

Ds. Tenjolaya

900 Modern Modern

7. SB-7 Sumur bor Cikombo

PDAM

590 Modern Modern

8. SB-8 Mata Air Gn. Salak 900 Modern Modern

9. SB-10 Mata Air Cibuntu 520 - 2844 25

10. SB-11 Mata Air Ciburial 472 - 7866 40

Page 14: Seminar Nasional Ke III Fakultas Teknik Geologi ... · perpaduan antara aglomerasi desa-desa yang tumbuh secara organik dengan wilayah antara yang dibangun mengikuti kaidah barat

Seminar Nasional Ke – III

Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran

“Peran Geologi dalam Pengembangan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Kebencanaan”

Mata Air Ciburial yang berada pada ketinggian 472 m dpl memiliki kandungan

isotop 18

O sebesar -7.29 ‰ dan mengindikasikan bahwa sumber air tersebut

berasal dari ketinggian antara 800 – 900 m dpl. Adanya sirkulasi yang ditunjukkan

oleh kandungan isotop 18

O didukung dengan adanya aktivitas 14

C yang rendah atau

umur yang tua, yaitu sekitar 7800 tahun. Demikian pula dengan Sumber Air

Babakan Pari yang mempunyai umur antara 2000 – 6000 tahun memiliki

kandungan isotop 18

O sebesar -7.0 ‰.

Terdapat dua hal penting yang selanjutnya perlu dijabarkan yaitu;

Berdasarkan profil geologi daerah resapan terletak pada elevasi 600 dan 815 m dpl,

terlihat dari adanya interaksi antara sistem aliran lokal dan aliran yang relatif

panjang (intermediate system). Selain itu secara geologi, leakage atau terobosan air

dapat melalui tuf padu yang memiliki rekahan pada elevasi 600 – 850 m dpl.

Analisis isotop menunjukkan bahwa daerah resapan (recharge zone) Mata Air

Ciburial terletak pada daerah yang mempunyai elevasi antara 800 m – 900 m dpl,

sedangkan untuk Sumber Air Babakan Pari mempunyai daerah resapan pada

ketinggian 700 – 800 m dpl.

3.2. Ciherang.

Berdasarkan pengamatan kondisi bentuk lahan pada daerah studi, aspek

geomorfologi (bentang alam) daerah penelitian dapat dibagi menjadi empat (4) satuan

geomorfologi yaitu :

1. Satuan geomorfologi produk tua gunungapi Pangrango (c.1).

2. Satuan geomorfologi produkmuda gunugapi Pangrango (c.2).

3. Satuan geomorfologi produk gunugapi Salak (c.3).

4. Satuan geomorfologi pertemuan antara produk gunugapi Pangrango dengan

produk gunungapi Salak (c.4).

Secara umum penyebaran dari masing-masing sistem geomorfologi ini

memperlihatkan penyebaran dari tenggara ke arah barat laut yang semakin melebar

Page 15: Seminar Nasional Ke III Fakultas Teknik Geologi ... · perpaduan antara aglomerasi desa-desa yang tumbuh secara organik dengan wilayah antara yang dibangun mengikuti kaidah barat

Seminar Nasional Ke – III

Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran

“Peran Geologi dalam Pengembangan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Kebencanaan”

di bagian baratlaut seperti menunjukkan suatu endapan kipas gunungapi, kecuali pada

pojok bagian baratlaut (c.3) yang menunjukkan suatu tipe tersendiri.

Kondisi geologi daerah Ciherang dipengaruhi oleh batuan vulkanik hasil erupsi

Gunung Pangrango. Pembahasan stratigrafi daerah Ciherang dan sekitarnya

berdasarkan atas hasil pemetaan geologi permukaan pada bagian hilir hingga hulu

Sub DAS Cimande, khusus di daerah Ciherang Pondok didukung dengan data hasil

pendugaan geolistrik dan data dua buah sumur pemboran eksplorasi dengan

kedalaman pemboran mencapai 115 meter di bawah permukaan tanah setempat untuk

BH-2 dan 120 meter untuk BH-1.

Hasil interpretasi menunjukkan adanya 4 (empat) paket endapan batuan (lihat

penampang baratlaut-tenggara) dengan urutan dari tua ke muda sebagai berikut :

1. Paket endapan batuan A

2. Paket endapan batuan B

3. Paket endapan batuan C

4. Paket endapan batuan D

Pengambilan sampling bulanan untuk mataair dan sumur diambil dari 79 titik

sampling dengan perincian, 46 mata air di Cigombong lereng Gunung Salak dan 33

mata air di lereng Ciherang Gunung Pangrango (Gambar 12)

Page 16: Seminar Nasional Ke III Fakultas Teknik Geologi ... · perpaduan antara aglomerasi desa-desa yang tumbuh secara organik dengan wilayah antara yang dibangun mengikuti kaidah barat

Seminar Nasional Ke – III

Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran

“Peran Geologi dalam Pengembangan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Kebencanaan”

Gambar 11. Grafik hubungan isotop 2H vs 18O pada daerah cathchment Gunung

Pangrango

Page 17: Seminar Nasional Ke III Fakultas Teknik Geologi ... · perpaduan antara aglomerasi desa-desa yang tumbuh secara organik dengan wilayah antara yang dibangun mengikuti kaidah barat

Seminar Nasional Ke – III

Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran

“Peran Geologi dalam Pengembangan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Kebencanaan”

Gambar 12. Peta daerah grup discharge (berdasarkan isotop 2H and 18O), lokasi sampling dan lokasi

pengukuran curah hujan

Page 18: Seminar Nasional Ke III Fakultas Teknik Geologi ... · perpaduan antara aglomerasi desa-desa yang tumbuh secara organik dengan wilayah antara yang dibangun mengikuti kaidah barat

Seminar Nasional Ke – III

Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran

“Peran Geologi dalam Pengembangan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Kebencanaan”

Secara umum konsentrasi tritium alam dari beberapa mata air di daerah

gunung Salak bervariasi antara 1.9 TU hingga 3.6 TU, sedangkan untuk daerah

gunung Pangrango variasinya berkisar antara 1.2 TU hingga 4.1 TU. Konsentrasi

tritium air hujan, baik untuk daerah Pangrango maupun Salak menunjukkan nilai yang

relatif sama, yaitu sekitar 5 TU.

Berdasarkan data tritium menunjukkan bahwa umur air tanah daerah Gunung

Salak berkisar antara 5 hingga 20 tahun, sedangkan untuk daerah Gunung Pangrango

berkisar antara 5 hingga 50 tahun.

Berdasarkan kandungan 14C isotop airtanah pada BH-2 and BH-3, umur air

tanah berkisar 3620 tahun dan 2300 tahun. Untuk daerah resapan dimungkinkan BH-2

lebih tinggi dari resapan BH-3. Data umur Tritium memberikan penafsiran adanya

percampuran pada ketinggian yang lebih rendah (dibawah 1000 meter diatas

permukaan laut).

Dari ploting data isotop air hujan didapat persamaan Local Meteoric Water

Line wilayah sekitar gunung Salak adalah 2H= 7.444 18O + 5.3827 (tampak pada

gambar 4.33.), sedangkan plotting komposisi rasio isotope dari contoh air permukaan

dan mata air yang diambil dapat dilihat pada grafik gambar 13.

Page 19: Seminar Nasional Ke III Fakultas Teknik Geologi ... · perpaduan antara aglomerasi desa-desa yang tumbuh secara organik dengan wilayah antara yang dibangun mengikuti kaidah barat

Seminar Nasional Ke – III

Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran

“Peran Geologi dalam Pengembangan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Kebencanaan”

Gambar 4.13. Nilai rata-rata isotop bulanan dari di daerah Gunung Salak

Gambar 4.14. Ploting nilai isotop air hujan dari hasil sampling di daerah Gunung

Salak (local meteoric water)

dD = 7.5336x + 6.8673R = 0.935

-70

-60

-50

-40

-30

-20

-10

0

10

20

-12 -10 -8 -6 -4 -2 0 2

dD

(0/0

0)

d 18O (0/00)

y = 7.4444x + 5.3827R² = 0.8722

-80

-70

-60

-50

-40

-30

-20

-10

0

10

-10 -8 -6 -4 -2

dH

(0 /

00)

d18O (0/00)

Page 20: Seminar Nasional Ke III Fakultas Teknik Geologi ... · perpaduan antara aglomerasi desa-desa yang tumbuh secara organik dengan wilayah antara yang dibangun mengikuti kaidah barat

Seminar Nasional Ke – III

Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran

“Peran Geologi dalam Pengembangan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Kebencanaan”

Persamaan garis meteorik lokal wilayah Gunung Pangrango, berdasarkan data-

data komposisi isotop air hujan, menunjukkan persamaan 2H = 7,55518O + 8,6475.

Gambar 4.15. Nilai rata-rata isotop bulanan dari di daerah Gunung Pangrango

Gambar 4.16. Ploting nilai isotop air hujan dari hasil sampling di daerah Gunung

Pangrango (local meteoric water)

dD = 7.555 d18O + 8.6475

R = 0.973

-70

-60

-50

-40

-30

-20

-10

0

10

-12 -10 -8 -6 -4 -2 0

dD

(0 /

00)

d18O(0/00)

dD = 7.7379 18O + 7.9861

R = 0.956

-70

-60

-50

-40

-30

-20

-10

0

10

20

-10 -8 -6 -4 -2 0

dD

(0 /

00)

d18O (0/00)

BH-4 BH-1

BH-2

BH-3

Page 21: Seminar Nasional Ke III Fakultas Teknik Geologi ... · perpaduan antara aglomerasi desa-desa yang tumbuh secara organik dengan wilayah antara yang dibangun mengikuti kaidah barat

Seminar Nasional Ke – III

Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran

“Peran Geologi dalam Pengembangan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Kebencanaan”

Dari grafik komposisi rasio isotope 18O dan Deuterium contoh air yang

diambil dari sumber-sumber mata air di wilayah gunung Salak (Gambar 14) dan

sumber-sumber mata air di sekitar gunung Pangrango (Gambar 16) memperlihatkan

bahwa komposisi rasio isotop dari sumber-sumber mata air tersebut berada dan

berkumpul di sepanjang garis meteorik lokal. Hal ini menunjukkan bahwa asal-usul

sumber-sumber mata air tersebut berasal dari air hujan setempat, dengan daerah

imbuh masing-masing di Gunung Salak dan Gunung Pangrango.

4.2.3.2. Grafik Elevasi terhadap komposisi isotop air hujan.

Berdasarkan data air hujan didapatkan rata-rata komposisi rasio isotop bulanan

(weighted mean) pada tabel 4.11.

Tabel 3. Weighted Mean stasiun curah hujan

No. Rianfall Station

Elevation w(O-18)

(m) (0/00)

Salak Mt.

1 BET 1200 -6.68

2 Pasir Jaya 670 -5.88

3 Maseng 400 -5.40

4 Kp. Pintu 400 -5.09

Pangrango Mt.

1 Pancawati 980 -6.47

2 Cileungsi 680 -6.23

3 Cimande 420 -5.44

Page 22: Seminar Nasional Ke III Fakultas Teknik Geologi ... · perpaduan antara aglomerasi desa-desa yang tumbuh secara organik dengan wilayah antara yang dibangun mengikuti kaidah barat

Seminar Nasional Ke – III

Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran

“Peran Geologi dalam Pengembangan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Kebencanaan”

Gambar 17. Grafik Weighted mean isotope 18O terhadap elevasi Gn. Pangrango

Gambar 18. Grafik Weighted mean isotope 18O terhadap elevasi Gunung Salak

.

Elevasi = -491.52 d18O - 2279.5R = 0.944

-70

130

330

530

730

930

1130

1330

1530

-9.00 -8.00 -7.00 -6.00 -5.00 -4.00 -3.00 -2.00

Ele

vasi

(m

)

d 18O (0/00)

Elevasi = -531.86 d18O - 2397.7R = 0.978

-70

130

330

530

730

930

1130

1330

1530

1730

1930

-9.00 -8.00 -7.00 -6.00 -5.00 -4.00 -3.00 -2.00

dD

(0/ 0

0)

d18O (0/00)

Page 23: Seminar Nasional Ke III Fakultas Teknik Geologi ... · perpaduan antara aglomerasi desa-desa yang tumbuh secara organik dengan wilayah antara yang dibangun mengikuti kaidah barat

Seminar Nasional Ke – III

Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran

“Peran Geologi dalam Pengembangan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Kebencanaan”

Dari persamaan grafik weighted mean yang didapat, diketahui bahwa daerah

imbuh (recharge area) sumber-sumber mata air BH-1, BH-2, BH-3 dan BH-4 berada

pada elevasi seperti berikut :

Tabel 4. Elevasi daerah recharge (m) berdasarkan isotope 18O

No. Sumur Elev = -491,52δ18O – 2279,5

1 BH-1 2127

2 BH-2 2058

3 BH-3 2070

3 BH-4 2084

Berdasarkan data recharge area di atas, dapat disimpulkan bahwa sumber-

sumber mata air tersebutyang berasal dari air hujan yang turun di gunung Pangrango

pada ketinggian 2058 m hingga 2127 m diatas permukaan laut.

4.3. Kemampuan Lahan Cicurug

Dapat disimpulkan bahwa sumber air Kubang di Kecamatan Cicurug

mempunyai kawasan resapan yang berada pada elevasi 600 - 900 m di atas

permukaan laut yang merupakan bagian tengah dari fasies vulkanik medial , dengan

zona inti daerah resapan berada pada elevasi antara 700 –800 m di atas permukaan

laut. Dengan demikian pada kawasan ini perlu mendapat perhatian khusus yang

berkaitan dengan konservasi dan di jadikan kawasan lindung, demi keberlangsungan

dari sumber mata air yang ada. Tentu saja berkaitan dengan kegiatan konservasi perlu

zona penyangga daerah resapan yaitu pada elevasi antara 800 - 900 m diatas

permukaan laut.

Berdasarkan kemampuan lahannya daerah terendah yang merupakan bagian

distal dari lereng Gunung Salak merupakan daerah yang dapat dimanfaatkan sebagai

kawasan budi daya permukiman, pertanian ataupun industri sampai pada ketinggian

600 meter di atas permukaan laut. Dari ketinggian 600 sampai 900 meter di atas

Page 24: Seminar Nasional Ke III Fakultas Teknik Geologi ... · perpaduan antara aglomerasi desa-desa yang tumbuh secara organik dengan wilayah antara yang dibangun mengikuti kaidah barat

Seminar Nasional Ke – III

Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran

“Peran Geologi dalam Pengembangan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Kebencanaan”

permukaaan laut harus di jadikan kawasan lindung. Di atas 900 meter memungkinkan

di jadikan kawasan budidaya pertanian ataupun permukiman secara terbatas karena

berkaitan dengan potensi bahaya alam letusan gunungapi.

Secara eksisting memperlihatkan bahwa pemanfaatan lahan pada kawasan

yang seharusnya menjadi kawasan lindung telah terjadi perubahan pemanfaatan lahan

yang sangat besar dimana kawasan hutan telah banyak berubah menjadi kawasan

budidaya pertanian dan peternakan serta budidaya permukiman. Untuk

meminimalkan dampak dari perubahan pemanfaatan lahan ini diperlukan aktifitas

manusia yang ramah lingkungan seperti membuat daerah resapan buatan dengan

membuat kolam-kolam ikan, pembuatan sumur resapan di rumah penduduk serta

pemanfaatan pestisida yang ramah lingkungan pada para petani sayuran dan tanaman

musiman lainnya agar tidak mencemari air yang masuk meresap kedalam tanah dan

batuan.

Dapat disimpulkan bahwa sumber air di daerah ciherang di Kecamatan

Caringin mempunyai kawasan resapan yang berada pada elevasi 2058 - 2127 m di

atas permukaan laut yang merupakan bagian tengah dari fasies vulkanik medial.

Dengan demikian pada kawasan ini perlu mendapat perhatian khusus yang berkaitan

dengan konservasi dan di jadikan kawasan lindung, demi keberlangsungan dari

sumber mata air yang ada.

Berdasarkan kemampuan lahannya daerah terendah yang merupakan bagian

distal dari lereng Gunung Pangrango merupakan daerah yang dapat dimanfaatkan

sebagai kawasan budi daya permukiman, pertanian dan peternakan ataupun industri

sampai pada ketinggian meter di atas permukaan laut. Dari ketinggian 2058 sampai

2127 meter di atas permukaaan laut harus di jadikan kawasan lindung. Di atas 2127

meter memungkinkan di jadikan kawasan budidaya pertanian ataupun permukiman

secara terbatas karena berkaitan dengan potensi bahaya alam letusan gunungapi.

Secara eksisting memperlihatkan bahwa pemanfaatan lahan pada kawasan

yang seharusnya menjadi kawasan lindung masih sangat alami dan belum terjadi

perubahan pemanfaatan lahan.

Page 25: Seminar Nasional Ke III Fakultas Teknik Geologi ... · perpaduan antara aglomerasi desa-desa yang tumbuh secara organik dengan wilayah antara yang dibangun mengikuti kaidah barat

Seminar Nasional Ke – III

Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran

“Peran Geologi dalam Pengembangan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Kebencanaan”

Page 26: Seminar Nasional Ke III Fakultas Teknik Geologi ... · perpaduan antara aglomerasi desa-desa yang tumbuh secara organik dengan wilayah antara yang dibangun mengikuti kaidah barat

Seminar Nasional Ke – III

Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran

“Peran Geologi dalam Pengembangan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Kebencanaan”

Page 27: Seminar Nasional Ke III Fakultas Teknik Geologi ... · perpaduan antara aglomerasi desa-desa yang tumbuh secara organik dengan wilayah antara yang dibangun mengikuti kaidah barat

Seminar Nasional Ke – III

Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran

“Peran Geologi dalam Pengembangan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Kebencanaan”

DAFTAR PUSTAKA

Akhmad Zaennudin; Igan S Sutawidjaja; Dani Aswin, 1993 Peta Geologi gunung

Salak, Direktorat Vulkanologi bandung

Barnes JW and RJ Lisle. 2004. Basic Geological Mapping, fourth edition, John Wiley

and Sons, England, pp 43-49.

Bogie, I. and MacKenzie, K.M, 1998.: The Application of aVolcanic Facies Model to

an Andesitic StratovolcanoHosted Geothermal System at Wayang Windu,

Java,Indonesia, Proceeding, 20th New Zealand Geothermal Workshop

Bosellini, F.R., Russo, A., and Vescogni, A. 2002. The Messinian Reef Complex of

the Salento Peninsula (Southern Italy): Stratigraphy, Facies and

Paleoenvironmental Interpretation. Facies 47: 91–112

Bronto, Sutikno, 2006. Fasies gunung api dan aplikasinya, Jurnal Geologi Indonesia

Vol. 1 No. 2 Juni 2006: 59-71

Dam, M.A.C., 1994. The Late Quaternary Evolution of the Bandung Basin, West

Java, Indonesia. PPPG-Bandung, 252h.

Danaryanto dkk, 2005, Ground-water Resources Management in Indonesia,

IAEA/RCA Executive Seminar For Water Resources Managers On Isotope

Application, International Symposium and Workshop on Current Problems in

Groundwater Management and Related Water Resources Issues

Effendi AC. 1974. Geological map of Bogor sheet, scale. 1:100.000. Pusat Penelitian

dan Pengembangan. Geologi, Bandung (in Indonesian).

Fan N, J Cui, Z Wang, S Liu, J Pan and G Lin, 2008. The spatial variation of the

stable hydrogen and oxygen isotopes from different tributaries was correlated

with changes in altitude. Hydrogeology J 16: 311-319.

Fr i t z P and CH Font es. 1981. Handbook of Environmental Isotope Geochemistry,

Elsevier Scientific Publisher Co., Vol 1.

Hartman, M.A., 1939. De Goenoeng Salak in West Java. De Tropische Natuur - Vol.

28 Buitenzorg pp 177-188.

Hendarmawan and Satrio, 2011, Recharge area on the slopes of volcano based on

geological setting, content of deuterium and oxygen isotopes of ground water

chemistry :case study on the slope of Salak Mountain, West Java. J Trop Soil,

Vol. 16, No 3, 2011 : 247-258.

Page 28: Seminar Nasional Ke III Fakultas Teknik Geologi ... · perpaduan antara aglomerasi desa-desa yang tumbuh secara organik dengan wilayah antara yang dibangun mengikuti kaidah barat

Seminar Nasional Ke – III

Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran

“Peran Geologi dalam Pengembangan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Kebencanaan”

Hiscock K. 2005. Hydrogeology, Principles and Practice. Malden, Oxford, Carlton:

Blackwell Publishing, 389 p. doi:10.1017/S0016756806263052.

Kevin H. 2005. Hydrogeology Principles and Practice. Blackwell Publishing

Company, Australia, pp. 389.

IWACO–WASECO (1990) Bandung hydrological study. West Java provincial

waters sources master plan, Jakarta, 111p.

Kumai, H dan Hendarmawan, 2003, Ground water local in volcanic slope ; acase

study on the bandung city area, Indonesia. Consortium corporation Institute of

Groundwater Physic-chemistry, Japan, vol 11 march, 2003.

Kusdaryanto dan Wazil Efendi, 2000, Pemetaan Geomorfologi Gunung Salak,

Direktorat Volkanologi Bandung

Lubis RF, Sakura, Y and Delinom, R. 2008. Groundwater recharge and discharge

processes in the Jakarta groundwater basin, Indonesia. Hydrogeology Journal

vol. 16: 927-938.

Marsh, W.M. 1978. Environmental Analysis fof Land Use and Site Planning. Mc

Graw-Hill Inc.

Piper AM. 1944. Graphic procedure in the Geochemical interpretation of water

analysis. Am Geophys Union 25 (9): 14-23.

Sukardi, P., 1986, Peta Hidrogeologi Indonesia Skala 1 : 250.000 Lembar Jakarta,

Direktorat Geologi Tata Lingkungan, Bandung.

Suyitno, P. & Yahya, I. 1974. The basement configuration of the northwest Java area. Indonesian

Petroleum Association, Proceedings 3rd Annual Convention , 129–152.

Sandi Stratigrafi Indonesia, 1996, Komisi Sandi Stratigrafi Indonesia, Ikatan Ahli

Geologi Indonesia

Sheriff, Robert E. 2002 Encyclopedic Dictionary of Applied Geophysics" Society of

Exploration Geophysic SEG, 4th Edition

To’th J. 1963. A theoretical analysis of groundwater flow in small drainage basin. J

Geophys Res 68: 47954812.

Van Bemmelen, R.W., 1949. The geology of Indonesia, volume 1A U.I.A. The

Hague.

Wilson J, Guan H (2004) Mountain-block hydrology and mountain front recharge. In:

Phillips FM, Hogan J, Scanlon B (eds) Groundwater recharge in a desert

environment: the southwestern United States. AGU, Washington, DC