ANALISIS PENGARUH AGLOMERASI INDUSTRI, TINGKAT...

136
ANALISIS PENGARUH AGLOMERASI INDUSTRI, TINGKAT PARTISIPASI ANGKATAN KERJA (TPAK) DAN NILAI OUTPUT INDUSTRI TERHADAP LAJU PERTUMBUHAN EKONOMI KAB/KOTA DI PROPINSI JAWA TENGAH TAHUN 2009-2011 SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Disusun Oleh: RAVINDRA BRAMASTYO REZKINOSA NIM: 1110084000018 JURUSAN ILMU EKONOMI & STUDI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Transcript of ANALISIS PENGARUH AGLOMERASI INDUSTRI, TINGKAT...

Page 1: ANALISIS PENGARUH AGLOMERASI INDUSTRI, TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28380/1/RAVINDRA... · analisis pengaruh aglomerasi industri, tingkat partisipasi

ANALISIS PENGARUH AGLOMERASI INDUSTRI, TINGKAT PARTISIPASI

ANGKATAN KERJA (TPAK) DAN NILAI OUTPUT INDUSTRI TERHADAP LAJU

PERTUMBUHAN EKONOMI KAB/KOTA DI PROPINSI JAWA TENGAH TAHUN

2009-2011

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Disusun Oleh:

RAVINDRA BRAMASTYO REZKINOSA

NIM: 1110084000018

JURUSAN ILMU EKONOMI & STUDI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

Page 2: ANALISIS PENGARUH AGLOMERASI INDUSTRI, TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28380/1/RAVINDRA... · analisis pengaruh aglomerasi industri, tingkat partisipasi
Page 3: ANALISIS PENGARUH AGLOMERASI INDUSTRI, TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28380/1/RAVINDRA... · analisis pengaruh aglomerasi industri, tingkat partisipasi
Page 4: ANALISIS PENGARUH AGLOMERASI INDUSTRI, TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28380/1/RAVINDRA... · analisis pengaruh aglomerasi industri, tingkat partisipasi
Page 5: ANALISIS PENGARUH AGLOMERASI INDUSTRI, TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28380/1/RAVINDRA... · analisis pengaruh aglomerasi industri, tingkat partisipasi
Page 6: ANALISIS PENGARUH AGLOMERASI INDUSTRI, TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28380/1/RAVINDRA... · analisis pengaruh aglomerasi industri, tingkat partisipasi

i

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS PRIBADI

1. Nama Lengkap : Ravindra Bramastyo Rezkinosa

2. Tempat/Tanggal Lahir : Sleman, 5 Agustus 1992

3. Alamat : Pinus Barat VI B2/68

RT003/RW024 Perum Sasmita

Jaya, Pamulang Barat,

Pamulang, Tangerang Selatan.

4. Telepon : 08891507880

5. E-mail : [email protected]

II. PENDIDIKAN FORMAL

1. SD Negeri 13 Cilandak Barat Tahun 1998-2004

2. SMP Negeri 85 Pondok Labu Tahun 2004-2007

3. SMA Negeri 66 Pondok Labu Tahun 2007-2010

4. S1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2010-2014

III. PENGALAMAN ORGANISASI

1. Wakil Karang Taruna RW 024 Perum Sasmita Jaya

Page 7: ANALISIS PENGARUH AGLOMERASI INDUSTRI, TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28380/1/RAVINDRA... · analisis pengaruh aglomerasi industri, tingkat partisipasi

ii

IV.SEMINAR DAN WORKSHOP

1. Workshop Islamic Economy Revivalism: Between Theory and

Practice, UIN Jakarta, 2012

2. Seminar Outlook Peran Otoritas Jasa Keuangan terhadap Industri

Keuangan dan Perbankan Syariah, UIN Jakarta, 2012

3. Studium General Jurusan IESP, UIN Jakarta, 2012

4. Seminar di Badan Kebijakan Fiskal, Kementrian Keuangan RI,

2012

V. LATAR BELAKANG KELUARGA

1. Ayah : Mustriyono Mustadjab

2. Tempat/Tanggal Lahir : Mojokerto, 10 Juni 1962

3. Ibu : Sayu Ngurah Christina S.P

4. Tempat/Tanggal Lahir : Yogyakarya, 15 April 1968

6. Alamat : Pinus Barat VI B2/68 RT

003/RW024 Perum Sasmita Jaya,

Pamulang Barat, Pamulang,

Tangerang Selatan.

7. Telepon : 081381730135

8. Anak ke dari : Anak Pertama

Page 8: ANALISIS PENGARUH AGLOMERASI INDUSTRI, TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28380/1/RAVINDRA... · analisis pengaruh aglomerasi industri, tingkat partisipasi

iii

ABSTRACT

This study aims to gain insight about the effect of industrial

agglomeration, labor force participation rate (LFPR), and Industrial Output

Value to economic growth in Central Java Province. Data were obtained from the

literature and digital printed Statistics 2009-2012. This study uses panel data

regression with Fixed Effect Model, using data from a population of 35 districts /

cities in Central Java Province. Analysis of the results showed that the industrial

agglomeration has no significant effect on economic growth, which is in line with

research from Jamzani Sodik and Didin Nuryadin 2011. Subsequently variable

LFPR and Industrial Output Value have significant positive effect on economic

growth in Central Java Province.

Keywords: Economic Growth, Industrial Agglomeration, LFPR and Industrial

Output Value.

Page 9: ANALISIS PENGARUH AGLOMERASI INDUSTRI, TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28380/1/RAVINDRA... · analisis pengaruh aglomerasi industri, tingkat partisipasi

iv

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran mengenai pengaruh

aglomerasi industri, tingkat partisipasi tenaga kerja (TPAK), dan Nilai Output

Industri terhadap pertumbuhan ekonomi di Propinsi Jawa Tengah. Data penelitian

diperoleh dari studi pustaka tercetak dan digital Badan Pusat Statistik periode

2009-2012. Penelitian ini menggunakan metode regresi data panel dengan Fixed

Effect Model, dengan menggunakan data populasi 35 kabupaten/kota di Propinsi

Jawa Tengah. Hasil Analisis menunjukkan bahwa aglomerasi industri tidak

berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi, hal ini sesuai dengan

penelitian Didin Nuryadin dan Jamzani Sodik 2011. Selanjutnya variabel TPAK

dan Nilai Output Industri berpengaruh positif dan signifikan terhadap

pertumbuhan ekonomi di Propinsi Jawa Tengah

Kata Kunci : Pertumbuhan ekonomi, Aglomerasi Industri, TPAK dan Nilai Output

Industri.

Page 10: ANALISIS PENGARUH AGLOMERASI INDUSTRI, TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28380/1/RAVINDRA... · analisis pengaruh aglomerasi industri, tingkat partisipasi

v

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr, Wb.

Segala puji bagi Allah SWT, yang telah melimpahkan segala rahmat,

karunia, rezeki, dan hidayahNya kepada penulis, sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Analisis Pengaruh Aglomerasi

Industri, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) dan Nilai Output

Industri Terhadap Laju Pertumbuhan Ekonomi di Kab/Kota Propinsi

Jawa Tengah Tahun 2009-2011” dengan baik. Shalawat serta salam penulis

haturkan kepada nabi besar Muhammad SAW yang telah membimbing

umatnya dari zaman kegelapan ke zaman yang terang benderang.

Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi syarat-syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta. Terselesaikannya skripsi ini tentu dengan dukungan,

bantuan, bimbingan, semangat, dan doa dari orang-orang terbaik yang ada di

sekeliling penulis selama proses penyelesaian skripsi ini. Maka dari itu penulis

menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Allah SWT, karena tanpa kehendak dan segala pertolonganNya tidak

mungkin saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih atas segala

nikmat yang Engkau berikan, ya Rabb.

2. Keluarga terbaik dan tersayang yang saya miliki, Ibunda Sayu yang selalu

memberikan yang terbaik dan mencurahkan segala perhatiannya selama

ini, Ayahanda Mustriyono yang telah bekerja keras demi anak-anak dan

Page 11: ANALISIS PENGARUH AGLOMERASI INDUSTRI, TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28380/1/RAVINDRA... · analisis pengaruh aglomerasi industri, tingkat partisipasi

vi

keluarga, yang selalu menghibur serta memberikan dukungan di saat suka

maupun duka. Tanpa didikan, dukungan dan pengorbanan kalian saya

tidak akan menjadi pribadi seperti sekarang.

3. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan

Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu yang

sangat berharga selama perkuliahan.

4. Bapak Zuhairan Y. Yunan, S.E, M.Sc selaku Ketua Jurusan Ilmu Ekonomi

dan Studi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu yang sangat berharga

selama perkuliahan.

5. Bapak Pheni Chalid, Ph.D selaku Dosen Pembimbing Skripsi 1 yang

dengan kerendahan hatinya bersedia meluangkan waktu untuk

memberikan pengarahan, ilmu yang berharga, serta bimbingan yang sangat

berarti selama penyelesaian skripsi. Terima kasih atas semua saran dan

arahan yang Bapak berikan selama proses penulisan hingga

terselesaikannya skripsi ini. Semoga Allah SWT membalas kebaikan

bapak.

6. Ibu Fitri Amalia S.Pd, M.Si. selaku dosen Pembimbing 2 yang telah

meluangkan waktu, memberikan arahan serta bimbingan yang sangat

berarti kepada penulis. Terima kasih atas semua saran dan arahan yang ibu

berikan sehingga terselesaikannya skripsi ini. Semoga Allah SWT

membalas kebaikan ibu.

Page 12: ANALISIS PENGARUH AGLOMERASI INDUSTRI, TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28380/1/RAVINDRA... · analisis pengaruh aglomerasi industri, tingkat partisipasi

vii

7. Seluruh jajaran dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah

memberikan ilmu yang sangat berguna dan berharga bagi saya. Semoga

Allah selalu memberikan pahala yang sebesar-besarnya atas kebaikan para

dosen FEB UIN Jakarta. Jajaran karyawan dan staf UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta yang telah melayani dan membantu saya selama

perkuliahan

8. Hanny Narulita , yang selalu meluangkan waktunya untuk menghibur saya

ketika jenuh mengerjakan skripsi, menjadi sandaran ketika orang lain tidak

mau mendengarkan dan memberikan support serta doanya. Keluarga

Hanny Narulita, Ayah Bambang, Bunda Nurul dan Adik Ghazi serta Jauza

yang selalu memberikan motivasi dan dukungan akan terselesaikannya

penulisan ini.

9. Sahabat-sahabat terbaik yang saya miliki, Oblak’s Squad (Hadi Setiawan,

Miftachul Ulum, Bagus Adetya Akbar, Alfian Isnan, Ricky Fajar

Adiputra, Muhammad Burhanuddin) yang dalam suka dan duka selalu

menghibur dan memberikan dukungan yang teramat sangat.

10. Seluruh Teman-teman IESP 2010 terkhusus kelas Konsentrasi

Pembangunan Muhammad Adi Rahman, Muhammad Reza Hermanto, Fita

Rahmawati, Nonni Setianingsih, Hadi Setiawan, Miftachul Ulum, Izzatun

Purnami, Umar Adi Syahputra, Denny Iswanto, Muhammad Yusuf

Muharram, Sigit Aji Pambudi, Dio Syahrullah, Wildan Hidayatullah,

Fajrul Syam Arzani dan Agus Setiawan.

Page 13: ANALISIS PENGARUH AGLOMERASI INDUSTRI, TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28380/1/RAVINDRA... · analisis pengaruh aglomerasi industri, tingkat partisipasi

viii

11. Teman-teman Band “The Wall”, Haris Sudrajat, Akhmad Reiza Armando,

Eki Rizky Triputra, Uti Ramadina, Panji Pradipta Singgih, Gesit

Pudyardhana dan Christianto Ario Wibowo yang telah memberikan

motivasi non akademis dan berbagi pengalaman hidup yang sangat berarti

“Show Must Go On, Dude”.

12. Kelompok KKN Mentari – Desa Cigudeg Bogor, yang telah

menghabiskan waktu hidup satu bulan bersama dengan canda dan tawa

serta pelajaran hidup yang sangat berguna bagi saya.

13. Kakak-kakak jurusan IESP yang dengan kerendahan hati telah berbagi

ilmu dan memberikan banyak saran dan dukungan bagi saya selama

perkuliahan maupun penulisan skripsi.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan

karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman yang dimiliki

penulis.Oleh sebab itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta

masukan, baik kritik yang membangun dari berbagai pihak.

Wassalamu’ alaikum Wr. Wb.

Tangerang Selatan, Juni 2014

Ravindra Bramastyo Rezkinosa

Page 14: ANALISIS PENGARUH AGLOMERASI INDUSTRI, TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28380/1/RAVINDRA... · analisis pengaruh aglomerasi industri, tingkat partisipasi

ix

DAFTAR ISI

Cover

Lembar Pengesahan Pembimbing

Lembar Pengesahan Ujian Komprehensif

Lembar Pengesahan Ujian Skripsi

Lembar Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah

Daftar Riwayat Hidup .................................................................................... i

Abstract .......................................................................................................... iii

Abstrak ........................................................................................................... iv

Kata Pengantar ............................................................................................... v

Daftar Isi......................................................................................................... ix

Daftar Lampiran ............................................................................................. xiii

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1

B. Perumusan Masalah ........................................................................... 12

C. Tujuan Penelitian ............................................................................... 14

D. Manfaat Penelitian ............................................................................. 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 15

A. Landasan Teori ................................................................................... 15

1. Konsep Pertumbuhan Ekonomi.................................................... 15

a. Teori Pertumbuhan Ekonomi Neo Klasik .............................. 18

b. Teori Pertumbuhan Baru ....................................................... 19

c. Teori Basis Ekonomi .............................................................. 20

d. Teori Pusat Pertumbuhan (Growth Pole) .............................. 21

e. Teori Pertumbuhan Kuznet ..................................................... 23

Page 15: ANALISIS PENGARUH AGLOMERASI INDUSTRI, TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28380/1/RAVINDRA... · analisis pengaruh aglomerasi industri, tingkat partisipasi

x

2. Teori Aglomerasi ......................................................................... 24

a. Konsep Aglomerasi ................................................................ 25

b. Hubungan Aglomerasi dengan Pertumbuhan Ekonomi ......... 26

3. TPAK ........................................................................................... 27

a. Pengertian TPAK ................................................................... 27

b. Hubungan TPAK dengan Pertumbuhan Ekonomi ................. 32

4. Konsep dan Pengertian Nilai Output ........................................... 32

a. Konsep Nilai Output ............................................................. 32

b. Hubungan Nilai Output Industri dengan Pertumbuhan

Ekonomi ................................................................................ 34

B. Penelitian Terdahulu .......................................................................... 35

C. Kerangka Pemikiran ........................................................................... 40

D. Hipotesis Penelitian ............................................................................ 43

BAB III METODOLOGI PENELITIAN....................................................... 45

A. Ruang Lingkup Penelitian .................................................................. 45

B. Metode Pengumpulan Data ................................................................ 45

C. Metode Analisis Data ......................................................................... 46

1. Metode Data Panel ....................................................................... 46

2. Model Estimasi Regresi Data Panel ............................................. 47

a. Pendekatan Kuadrat Terkecil (PLS)....................................... 47

b. Pendekatan Efek Tetap (FEM) ............................................... 48

c. Pendekatan Efek Acak (REM) ............................................... 48

3. Pemilihan Metode Data Panel ...................................................... 49

Page 16: ANALISIS PENGARUH AGLOMERASI INDUSTRI, TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28380/1/RAVINDRA... · analisis pengaruh aglomerasi industri, tingkat partisipasi

xi

a. Uji Chow Test ........................................................................ 49

b. Uji Hausman Test ................................................................... 50

4. Deteksi Penyimpangan Asumsi Klasik ........................................ 51

a. Uji Normalitas ........................................................................ 51

b. Uji Heteroskedastisitas ........................................................... 52

c. Uji Multikolineritas ................................................................ 52

d. Uji Autokorelasi ..................................................................... 53

5. Uji Statistik................................................................................... 54

a. Uji Secara Parsial (Uji Statistik t) ......................................... 54

b. Uji Secara Simultan (Uji Statistik F) .................................... 55

c. Koefisien Determinasi (R2) ................................................... 56

6. Operasional Variabel Penelitian ................................................... 56

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ................................................. 60

A. Gambaran Umum Objek Penelitian ................................................... 60

B. Analisa dan Pembahasan .................................................................... 66

1. Analisa Deskriptif Pertumbuhan Ekonomi Jawa Tengah ............ 66

2. Analisa Deskriptif Aglomerasi di Jawa Tengah........................... 68

3. Analisa Deskriptif TPAK di Jawa Tengah ................................... 69

4. Analisa Deskriptif Nilai Output di Jawa Tengah ........................ 70

C. Estimasi Modal Data Panel ................................................................ 71

1. Uji Chow ...................................................................................... 71

2. Uji Hausman................................................................................. 72

Page 17: ANALISIS PENGARUH AGLOMERASI INDUSTRI, TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28380/1/RAVINDRA... · analisis pengaruh aglomerasi industri, tingkat partisipasi

xii

D. Uji Asumsi Klasik .............................................................................. 73

1. Hasil Uji Multikolonieritas .......................................................... 73

2. Hasil Uji Autokorelasi................................................................. 74

3. Hasil Uji Heteroskedastisitas ...................................................... 75

4. Hasil Uji Normalitas ................................................................... 76

E. Pengujian Hipotesis ............................................................................ 77

1. Uji-t dan Interpretasi Hasil Analisis ............................................. 78

2. Uji-F dan Interpretasi Hasil Analisis............................................ 81

3. Koefisien Determinasi (R2) .......................................................... 82

4. Analisis Ekonomi ......................................................................... 83

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 87

A. Kesimpulan ....................................................................................... 87

B. Saran ................................................................................................. 89

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 90

LAMPIRAN ................................................................................................... 92

Page 18: ANALISIS PENGARUH AGLOMERASI INDUSTRI, TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28380/1/RAVINDRA... · analisis pengaruh aglomerasi industri, tingkat partisipasi

xiii

Daftar Tabel

No Judul Hal

1.1 Tabel laju pertumbuhan ekonomi di asean china dan india 2

1.2

Tabel PDRB Propinsi-propinsi di pulau jawa Atas dasar harga

konstan 5

1.3 Presentase PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 di Jawa Tengah 7

1.4 Angkatan Kerja Yang Bekerja Propinsi-Propinsi di Pulau Jawa 8

1.5 Tabel Total Output Industri Manufaktur Propinsi Jawa Tengah 9

1.6

Tabel Perhitungan Aglomerasi, Presentase Penduduk Usia Kerja

dan Nilai Output Industri di Jawa Tengah 10

2.1 Penelitian Terdahulu 36

3.1 Uji Durbin Watson 52

3.2 Operasional Variabel Penelitian 56

4.1 Wilayah Aglomerasi Di Propinsi Jawa Tengah 71

4.2 Uji Multikolinieritas 72

4.3 Uji Autokorelasi 74

4.4 Uji Normalitas 78

Page 19: ANALISIS PENGARUH AGLOMERASI INDUSTRI, TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28380/1/RAVINDRA... · analisis pengaruh aglomerasi industri, tingkat partisipasi

xiv

Daftar Gambar

No Gambar Hal

2.1 Bagan Tenaga Kerja 28

2.2 Kerangka Pemikiran 41

4.1 Geografis Propinsi Jawa Tengah 58

4.2 Distribusi Presentase PDRB Prop Jawa Tengah 60

4.3 Penduduk Jawa Tengah Berdasar Usia 62

4.4

Angkatan Kerja di Jawa Tengah Menurut Status

Pekerjaan 63

4.5 Diagram Pertumbuhan Ekonomi Prop Jawa Tengah 65

4.6 Aglomerasi Industri Propinsi Jawa Tengah 67

4.7 Rata-Rata TPAK di Propinsi Jawa Tengah 68

Page 20: ANALISIS PENGARUH AGLOMERASI INDUSTRI, TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28380/1/RAVINDRA... · analisis pengaruh aglomerasi industri, tingkat partisipasi

xv

Daftar Lampiran

No Lampiran Hal

1 Data Observasi 89

2 Laju PDRB Prop Jawa Tengah 2009 94

3 Laju PDRB Prop Jawa Tengah 2010 95

4 Laju PDRB Prop Jawa Tengah 2011 96

5 Perhitungan Aglomerasi Industri Jateng 2009 97

6 Perhitungan Aglomerasi Industri Jateng 2010 98

7 Perhitungan Aglomerasi Industri Jateng 2011 99

8 Presentase TPAK Jawa Tengah 2009 100

9 Presentase TPAK Jawa Tengah 2010 102

10 Presentase TPAK Jawa Tengah 2011 104

11 Nilai input, output dan nilai tambah Jateng 2009 106

12 Nilai input, output dan nilai tambah Jateng 2010 107

13 Nilai input, output dan nilai tambah Jateng 2011 108

14 Uji Chow dan Uji Hausman 109

15

Hasil Uji multikolinierasitas, Autokol dan

Normalitas 110

16 Hasil Uji FEM 111

17 Perhitungan Aglomerasi 112

Page 21: ANALISIS PENGARUH AGLOMERASI INDUSTRI, TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28380/1/RAVINDRA... · analisis pengaruh aglomerasi industri, tingkat partisipasi

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada dasarnya, pembangunan ekonomi meliputi usaha masyarakat secara

keseluruhan dalam upaya untuk mengembangkan kegiatan ekonomi dan

memperbesar tingkat kesejahteraan masyarakatnya. Dalam mencapai percepatan

pembangunan, terjadi suatu keadaan dimana terdapat suatu pergeseran secara

sektoral yang memperlihatkan bahwa pada awalnya sektor pertanian merupakan

sektor yang memiliki kontribusi besar terhadap perekonomian suatu wilayah yang

selanjutnya bergeser kepada sektor lain seiring perubahan zaman dan tuntutan

akan percepatan pembangunan disuatu negara.

Perkembangan akan pembangunan ekonomi tersebut memberikan dampak

pada pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah. Pertumbuhan ekonomi menurut

Prof. Simon Kuznets (dalam Jhingan 2010:57) adalah kenaikan jangka panjang

dalam kemampuan suatu negara untuk menyediakan semakin banyak jenis-jenis

barang ekonomi kepada penduduknya. Kemampuan ini tumbuh sesuai dengan

kemajuan teknologi dan penyesuaian kelembagaan dan ideologis yang diperlukan.

Sedangkan menurut Tarigan (2005 : 46) pertumbuhan ekonomi merupakan suatu

keadaan dimana terjadi pertambahan pendapatan masyarakat secara keseluruhan

di suatu wilayah tertentu, atau dapat dikatakan kenaikan seluruh nilai tambah

(added value) yang terjadi.

Page 22: ANALISIS PENGARUH AGLOMERASI INDUSTRI, TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28380/1/RAVINDRA... · analisis pengaruh aglomerasi industri, tingkat partisipasi

2

Tabel 1.1

Tabel Laju Pertumbuhan Ekonomi di ASEAN China dan India

Tahun (2003-2012)

No Negara 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 Rata-rata

1 Indonesia 4.8 5.0 5.7 5.5 6.3 6.0 4.6 6.1 6.5 6.1 6.11

2 Singapura 4.6 9.2 7.4 8.7 8.8 1.7 (-1.3) 14.7 4.9 2.1 6.50

3 Thailand 7.1 6.3 4.6 5.1 5.0 2.5 (-2.3) 7.7 0.1 5.6 4.70

4 Filipina 4.9 6.7 4.8 5.3 6.7 4.2 1.1 7.6 4.0 4.9 5.39

5 Malaysia 5.8 6.8 5.0 5.6 6.3 4.9 (-1.5) 7.2 5.1 4.4 5.65

6 Myanmar 13.8 13.6 13.6 13.1 11.9 3.6 5.1 5.4 5.5 6.2 10.39

7 Vietnam 7.3 7.8 8.4 8.2 8.5 6.3 5.3 6.8 5.9 5.1 7.67

8 Brunei Darussalam 2.9 0.5 0.4 4.4 0.2 (-1.9) (-1.7) 2.6 2.2 2.7 1.62

9 China 10.0 10.1 11.3 12.7 14.1 9.6 9.2 10.4 9.2 7.9 11.36

10 India 6.9 7.6 9.1 9.6 10.0 7.0 5.9 10.1 6.9 4.9 8.26

Sumber : International Monetary Fund, World Economic Database, October 2012

Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui pertumbuhan perekonomian di

Indonesia dalam kurun waktu 2003 sampai dengan tahun 2012 cenderung

mengalami peningkatan, walaupun pada tahun 2009 terjadi penurunan akibat dari

krisis global. Indonesia mengalami penurunan akibat terjadinya krisis global. Pada

saat krisis global perekonomian Indonesia mengalami penurunan dikarenakan

terjadinya (1) tekanan kepada nilai tukar rupiah, (2) kinerja neraca pembayaran

yang menurun, (3) dorongan pada laju inflasi (Seketariat Negara Republik

Indonesia, 2010). Dalam menyikapi hal ini Bank Indonesia mengambil beberapa

kebijakan untuk menjaga stabilitas makroekonomi melalui kebijakan stimulus

moneter dan fiskal. Kebijakan ini menguatkan daya tahan perekonomian domestik

serta membuat efek yang baik bagi perekonomian Indonesia (Sekertariat Negara

Republik Indonesia).

Page 23: ANALISIS PENGARUH AGLOMERASI INDUSTRI, TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28380/1/RAVINDRA... · analisis pengaruh aglomerasi industri, tingkat partisipasi

3

Perekonomian Indonesia secara umum tahun 2009 mampu melewati

tantangan krisis global meskipun pertumbuhan ekonominya lebih rendah dari

tahun 2008. Perekonomian Indonesia tahun 2009 mencapai 4,5% dan tertinggi di

dunia setelah India dan China. Mulai awal 2010 pertumbuhan ekonomi Indonesia

meningkat menjadi 6,10%. Selanjutnya berturut-turut pertumbuhan ekonomi

Indonesia meningkat dari tahun 2011 hingga 2012 yaitu sebesar 6,5 menjadi

6,7%. Dapat dikatakan bahwa kondisi tersebut adalah kondisi terbaik se-Asia

Tenggara.

John Maynard Keynes (dalam Tarigan 2005:48), berpendapat bahwa

untuk menjaga tingkat pertumbuhan yang efisien diperlukan adanya campur

tangan pemerintah dan pengawasan langsung. Kaitan dari pendapat Keynes dalam

fenomena ini adalah usaha pemerintah untuk mengurangi sektor primer dan

menambah peran sektor non primer. Sektor non primer dalam hal ini yang perlu

ditingkatkan adalah sektor industri yang menyumbang PDB sebesar 9,3% tahun

1972 yang akhirnya menjadi 28,34% pada tahun 2008. Terjadinya transformasi

struktur ekonomi di Indonesia dari tahun 1972 hingga dekade 90an

menyebabkan naiknya tingkat pertumbuhan di Indonesia dengan rata-rata

pertumbuhan sebesar 7% per tahun sehingga Indonesia masuk kedalam kelompok

negara HPAES (High Performing Asian Economies).

Page 24: ANALISIS PENGARUH AGLOMERASI INDUSTRI, TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28380/1/RAVINDRA... · analisis pengaruh aglomerasi industri, tingkat partisipasi

4

Proses industrialisasi dan pengembanagan industri sebenarnya merupakan

satu jalur kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam dua

pengertian sekaligus. Pertama adalah tingkat hidup yang lebih maju. Kedua,

menjadikan taraf hidup yang lebih berkualitas, atau dapat dikatakan bahwa

pembangunan industri itu sendiri merupakan suatu fungsi dari tujuan pokok

kesejahteran masyarakat, bukan merupakan kegiatan mandiri yang hanya sekedar

berorientasi pada pemenuhan kebutuhan fisik belaka (Arsyad, 2010:442).

Pada dasarnya, pembangunan industri merupakan suatu fungsi dari tujuan

pokok kesejahteraan rakyat, bukan merupakan kegiatan yang mandiri untuk hanya

sekedar mencapai kondisi fisik saja. Adanya industrialisasi atau pembangunan

industri di suatu wilayah, tentu akan meningkatkan kesejahteraan hidup rakyat

dalam arti akan mengubah tingkat hidup yang lebih maju dan bermutu. Pergesaran

sektor dari sektor primer ke sektor non primer merupakan salah satu strategi

pemerintah untuk dapat mempercepat pembangunan industrialisasi. Dalam hal ini

peran pemerintah sangat besar untuk dapat mempermudah modal asing masuk ke

Indonesia, yang pada akhirnya akan dapat membuka lapangan kerja baru bagi

masyarakat di wilayah yang menjadi tempat terjadinya pembangunan

industrialisasi tersebut.

Kegiatan perindustrian cenderung berlokasi di dalam dan disekitar kota.

Kecenderungan konsentrasi juga didukung oleh penelitian Kuncoro (2002) dengan

menggunakan indeks entropy untuk mengukut konsentrasi industri

Kabupaten/Kota di Pulau Jawa. Kesimpulan hasil studinya bahwa daerah-daerah

industri utama di Pulau Jawa terletak di bagian barat (Jabodetabek dan sebagian

Page 25: ANALISIS PENGARUH AGLOMERASI INDUSTRI, TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28380/1/RAVINDRA... · analisis pengaruh aglomerasi industri, tingkat partisipasi

5

Jawa Barat) serta bagian Timur (Surabaya, Jawa Timur). Adapun daerah Industri

di Jawa Tengah adalah Semarang dan sekitarnya serta daerah di sekotar Kota

Surakarta (Solo). Hal ini tentu saja dipengaruhi oleh berbagai macam aspek

seperti kekayaan sumber daya alam, angkatan kerja usia muda yang

berpendidikan, pasar domestik yang luas dan tumbuh secara cepat, serta kondisi

sarana dan prasarana yang lengkap. Aspek inilah yang menjadi faktor keunggulan

Pulau Jawa.

Tabel 1.2

Tabel PDRB Propinsi-Propinsi di Pulau Jawa

Atas Dasar Harga Konstan 2000

Tahun 2009-2011

No Propinsi 2009 2010 2011 2012 Rata-rata

1 DKI Jakarta 371.469 395.622 422.237 449.821 409.787

2 Jawa Barat 303.405 322.224 343.111 364.405 333.286

3 Banten 83.454 88.552 94.207 100.000 91.553

4 Jawa Tengah 176.673 186.993 198.270 210.848 193.196

5 DI.Yogyakarta 20.064 21.044 22.132 23.309 21.637

6 Jawa Timur 320.861 342.281 366.983 393.666 355.948

Sumber : BPS Indonesia 2012

Tabel diatas menjelaskan nilai PDRB dari Propinsi yang berada di Pulau

Jawa. Jika dilihat, PDRB terbesar dari Propinsi yang berada di Pulau Jawa adalah

Propinsi DKI Jakarta dengan rata-rata sebesar Rp. 409.787 Milyar. Kemudian

PDRB Propinsi Jawa Tengah dengan rata-rata sebesar Rp. 193.196 Milyar. Dari

tabel dapat dilihat bahwa terjadi kecenderungan dimana pola pemusatan terjadi di

daerah yang sudah lengkap dengan sarana dan prasarana. Menurut Tarigan

(2005:154) suatu tempat dengan konsentrasi penduduk dan kegiatannya

Page 26: ANALISIS PENGARUH AGLOMERASI INDUSTRI, TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28380/1/RAVINDRA... · analisis pengaruh aglomerasi industri, tingkat partisipasi

6

dinamakan sebagai kota, pusat perdagangan, pusat industri, pusat pertumbuhan

serta daerah nodal.

Aktivitas perekonomian yang terjadi dalam suatu wilayah disebabkan

oleh berbagai fasilitas dan kemudahan. Apabila aktivitas-aktivitas ekonomi

tersebut mengelompok karena dorongan berbagai faktor, maka akan membentuk

yang dinamakan aglomerasi ekonomi. Markusen menyatakan bahwa aglomerasi

merupakan suatu lokasi yang “tidak mudah berubah” akibat adanya penghematan

eksternal yang terbuka bagi semua perusahaan yang berdekatan letaknya dengan

perusahaan lain serta penyedia jasa-jasa (Kuncoro, 2002 : 24).

Keuntungan pengelompokan (aglomerasi) tersebut diharapkan dapat

memberikan dampak yang positif terhadap pertumbuhan suatu wilayah, namun

disisi lain aglomerasi tersebut juga dapat menyebabkan dampak negatif seperti

banyaknya perpindahan masyarakat dari desa ke kota dan pada akhirnya akan

menyebabkan wilayah perkotaan menjadi semakin padat. Selanjutnya, dalam

melakukan pengembangan wilayah, Pemerintah Daerah perlu menentukan sektor

dan komoditi yang diperkirakan dapat tumbuh dengan cepat di wilayah tersebut.

Sektor yang telah dipilih tersebut tentu saja merupakan sektor yang memiliki

prospek untuk dapat dikembangkan secara besar-besaran, yang pada akhirnya

akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi (Tarigan 2005 : 66) . Di Jawa

Tengah dapat dikatakan telah terjadi fenomena pergeseran sektor dari sektor

pertanian kepada sektor lain (industri) hal ini terlihat pada tabel di bawah ini.

Page 27: ANALISIS PENGARUH AGLOMERASI INDUSTRI, TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28380/1/RAVINDRA... · analisis pengaruh aglomerasi industri, tingkat partisipasi

7

Tabel 1.3

Presentase PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 di Jawa Tengah

Tahun 2009-2012

No Jenis 2009 2010 2011 2012

1 Pertanian 19,89 18,69 17,85 17,41

2 Pertambangan dan Galian 1,11 1,12 1,11 1,12

3 Industri Pengolahan 30,81 32,83 33,01 32,73

4 Listrik, Gas dan Air Bersih 0,84 0,86 0,86 0,86

5 Bangunan 5,86 6,11 5,93 5,96

6 Perdagangan, Hotel dan Restaurant 21,49 19,5 21,77 22,16

7 Pengangkutan dan Komunikasi 5,27 5,92 5,37 5,45

8 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 3,81 3,58 3,78 3,89

9 Jasa-Jasa 10,89 10,49 10,32 10,42

Total 100 100 100 100

Sumber : BPS Jawa Tengah 2012

Tabel diatas menjelaskan bahwa sektor yang memberikan sumbangan

terbesar terhadap PDRB Jawa Tengah adalah sektor industri pengolahan yang

besarnya tiap tahun lebih dari 30%. Pada tahun 2009 sektor industri pengolahan

mencapai 30,81% dari total PDRB di Propinsi Jawa Tengah. Kemudian pada

tahun 2010 naik menjadi 32,83% selanjutnya pada tahun 2011 naik menjadi

33,01%. Pada tahun 2012 kontribusi sektor industri pengolahan menurun sebesar

0,28% dan menjadi 32,73%.

Pertumbuhan sektor industri pengolahan di Propinsi Jawa Tengah yang

terus meningkat menyebabkan terjadinya perubahan struktural yang dapat

dijelaskan dengan teori dari Hollis B Chenery. Faktor-faktor yang menyebabkan

terjadinya perubahan struktural dalam perekonomian suatu wilayah antara lain

adalah kelancaran transisi dari pola perekonomian agraris ke perekonomian

industri, kesinambungan akumulasi modal fisik dan manusia, perubahan jenis

Page 28: ANALISIS PENGARUH AGLOMERASI INDUSTRI, TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28380/1/RAVINDRA... · analisis pengaruh aglomerasi industri, tingkat partisipasi

8

permintaan konsumen, perkembangan daerah perkotaan berkat migrasi para

pencari kerja dan daerah pertanian di pedesaan dan kota kecil. Selanjutnya,

transformasi struktural hanya akan berjalan baik jika diikuti dengan pemerataan

kesempatan belajar, penurunan laju pertumbuhan penduduk dan menurunnya

derajat dualisme ekonomi antara kota dan desa.

Faktor lain yang mempengaruhi PDRB suatu wilayah adalah angkatan

kerja yang bekerja atau dengan kata lain dapat kita sebut sebagai Tingkat

Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK). Angkatan kerja yang bekerja ini akan

terbentuk menjadi besar apabila suatu daerah mempunyai jumlah penduduk yang

besar juga. Pertumbuhan penduduk yang besar memiliki kecenderungan

membawa pertumbuhan ekonomi yang lambat apabila tidak dapat mengatasi

masalah angkatan kerja yang tidak terserap dalam lapangan pekerjaan.

Tabel 1.4

Angkatan Kerja Yang Bekerja

Propinsi-Propinsi di Pulau Jawa Tahun 2009-2011

(satuan jiwa)

No Provinsi 2009 2010 2011

1 DKI Jakarta 4.118.390 4.689.761 4.588.418

2 Jawa Barat 16.901.430 16.942.444 17.454.781

3 Jawa Tengah 15.835.382 15.809.447 15.916.135

4 DI Yogyakarta 1.895.648 1.775.148 1.798.595

5 Jawa Timur 19.305.056 18.698.108 18.940.340

6 Banten 3.704.778 4.583.085 4.529.660

Sumber: Statistik Indonesia. 2012

Dapat dilihat dari tabel diatas bahwa angkatan kerja di propinsi-propinsi

yang berada di Pulau Jawa cenderung terus meningkat dari tahun ke tahun.

Propinsi dengan jumlah angkatan kerja terbesar adalah Jawa Timur selanjutnya

Page 29: ANALISIS PENGARUH AGLOMERASI INDUSTRI, TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28380/1/RAVINDRA... · analisis pengaruh aglomerasi industri, tingkat partisipasi

9

Jawa Barat dan di posisi ketiga terbesar adalah Jawa Tengah. Hal ini tentu saja

sesuai dengan luas wilayah dari propinsi-propinsi tersebut yang juga besar,

sehingga menghasilkan jumlah angkatan kerja yang bekerja juga besar.

Salah satu indikator telah terjadinya perubahan struktural dalam suatu

wilayah perekonomian adalah dengan melihat akan nilai output dari sektor baru

yang menjadi sektor unggulan. Nilai output atau hasil dari kegiatan industri

pengolahan merupakan salah satu penyumbang pada PDRB di suatu wilayah.

Nilai output ini tentu saja dibarengi dengan adanya kesinambungan antara modal

fisik dan manusia yang dalam hal ini dapat diartikan bahwa modal fisik

merupakan suatu input atau dana dalam menjalankan kegiatan produksi dalam

perekonomian. Dengan adanya kesinambungan antara modal fisik dan modal

manusia yang baik maka akan menghasilkan siklus kegiatan industri yang

berkelanjutan dan pada akhirnya akan menghasilkan nilai output yang cukup baik.

Berikut ini merupakan tabel total output industri pengolahan yang ada di Jawa

Tengah.

Tabel 1.5

Tabel Total Output Industri Manufaktur

Propinsi Jawa Tengah 2009-2011

(dalam ribu rupiah)

2009 2010 2011 rata-rata

141.798.575.132 151.027.992.932 165.341.778.648 152.722.782.237

Sumber : BPS Jawa Tengah

Fenomena yang terjadi dalam proses pertumbuhan ekonomi di Jawa

Tengah dapat disimpulkan karena terjadi beberapa hal. Pertama, adalah terjadinya

Page 30: ANALISIS PENGARUH AGLOMERASI INDUSTRI, TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28380/1/RAVINDRA... · analisis pengaruh aglomerasi industri, tingkat partisipasi

10

pergeseran struktural, yaitu sektor yang merupakan sektor basis yang dalam hal

ini adalah pertanian berubah menjadi sektor industri. Dari perubahan sektor

tersebut menyebabkan terjadinya fenomena aglomerasi industri (pengelompokan

industri) di wilayah yang ada dalam Propinsi Jawa Tengah. Terjadinya aglomerasi

di Jawa Tengah ditunjukkan dengan perhitungan menggunakan Indeks Balassa,

dimana nilai indeks lebih dari 1 ini berarti wilayah tersebut terjadi aglomerasi.

Pergeseran sektor menjadi sektor industri juga didukung oleh tersedianya tenaga

kerja yang ada di Propinsi Jawa Tengah. Hal ini terlihat dari struktur demografi

penduduk di Propinsi Jawa Tengah yaitu proporsi jumlah penduduk usia kerja

(15-64 tahun) lebih besar dibanding usia 0-10 tahun dan 65 tahun keatas.

Selanjutnya, nilai output industri di Propinsi Jawa Tengah juga cukup

memberikan dampak terhadap pertumbuhan ekonomi dimana nilai output industri

tersebut didukung oleh sumber daya yang ada di Jawa Tengah baik itu sumber

daya alam maupun sumber daya manusia. Beberapa fenomena diatas ditampilkan

dalam tabel berikut ini.

Tabel 1.6

Tabel Perhitungan Aglomerasi, Presentase Penduduk Usia Kerja dan Nilai

Output Industri Di Jawa Tengah

Tahun 2009-2011

Tahun Aglomerasi Usia 15-64 Nilai Output Industri

2009 1,03537 65,71% 141.798.575.132

2010 1,03577 66,52% 151.027.992.932

2011 1,02164 67,35% 165.341.778.648

Sumber : BPS Jateng (diolah)

Page 31: ANALISIS PENGARUH AGLOMERASI INDUSTRI, TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28380/1/RAVINDRA... · analisis pengaruh aglomerasi industri, tingkat partisipasi

11

Didi Nuryadin dan Jamzani Sodik (2007) dalam penelitiannya yang

berjudul Aglomerasi dan Pertumbuhan Ekonomi : Peran Karakteristik Regional di

Indonesia menyatakan dalam abstraknya bahwa variabel aglomerasi industri tidak

berpengaruh signifikan terhadap laju pertumbuhan ekonomi. Hal ini disebabkan

karena Indonesia bukanlah negara industri maju, dan aglomerasi bukanlah suatu

ukuran yang baik untuk mempengaruhi pertumbuhan ekonomi.

Eko Wicaksono Pambudi (2012 : 7) dalam penelitian yang berjudul

Analisis Pertumbuhan Ekonomi dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

(Kabupaten/Kota Propinsi Jawa Tengah) menunjukkan hasil analisis yang

menyatakan bahwa variabel aglomerasi negatif tetapi tidak signifikan terhadap

pertumbuhan ekonomi.

Dari beberapa uraian singkat diatas dapat dikatakan bahwa pola pemusatan

atau aglomerasi dapat terjadi karena adanya perbedaan spesialisai antar daerah

yang satu dengan daerah yang lainnya. Selain itu, keuntungan pola pemusatan

atau aglomerasi diharapkan dapat memberikan dampak yang positif terhadap

pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah. Sementara itu dalam hubungannya

dengan pertumbuhan ekonomi variabel Aglomerasi Industri, TPAK dan Nilai

Output Industri dapat dikatakan memberikan kontribusi walaupun tidak terlalu

besar. Dengan ditemukannya fenomena yang terjadi dari uraian diatas, maka

penelitian ini bermaksud untuk menganalisa kondisi tersebut, dengan mengambil

judul “PENGARUH AGLOMERASI INDUSTRI MANUFAKTUR, TINGKAT

PARTISIPASI ANGKATAN KERJA (TPAK) DAN NILAI OUTPUT

Page 32: ANALISIS PENGARUH AGLOMERASI INDUSTRI, TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28380/1/RAVINDRA... · analisis pengaruh aglomerasi industri, tingkat partisipasi

12

INDUSTRI MANUFAKTUR TERHADAP LAJU PERTUMBUHAN

EKONOMI KAB/KOTA DI PROPINSI JAWA TENGAH TAHUN 2009-2011”

B. Perumusan Masalah

Suatu aktivitas perekonomian akan menghasilkan perkembangan

perekonomian yang tentunya akan berdampak pada wilayah dimana aktivitas

perekonomian itu berlangsung. Selain itu, wilayah yang berada di sekitarnya juga

akan terkena dampak serta imbasnya baik secara langsung maupun tidak

langsung. Dampak yang dapat terjadi memiliki kemungkinan positif dan

negatifnya, dalam hal ini dampak positif yang akan terjadi adalah adanya

peningkatan kegiatan perekonomian di wilayah tersebut sedangkan dampak

negatifnya adalah kerugian sosial. Kerugian sosial dalam hal ini dapat diartikan

bahwa dengan adanya pola pemusatan (aglomerasi) maka akan menimbulkan

permasalahan akan kepadatan di wilayah perkotaan akibat dari perpindahan

penduduk dari desa ke kota (urbanisasi) yang mencari pekerjaan di sektor industri

di wilayah perkotaan. Selain itu, semakin bertambahnya jumlah industri

manufaktur di Jawa Tengah tentu saja akan menambah keuntungan eksternal yaitu

adanya penghematan aglomerasi. Aktivitas perekonomian tersebut juga ditunjang

dengan adanya sarana penunjang baik fisik maupun materil untuk dapat

mempermudah mobilisasi baik orang maupun barang.

Selanjutnya dalam penelitian ini fenomena mengenai pertumbuhan

ekonomi di Propinsi Jawa Tengah dapat dijelaskan karena terjadinya beberapa

hal. Pertama adalah terjadinya pergeseran sektor dari sektor pertanian ke sektor

Page 33: ANALISIS PENGARUH AGLOMERASI INDUSTRI, TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28380/1/RAVINDRA... · analisis pengaruh aglomerasi industri, tingkat partisipasi

13

industri yang selanjutnya menyebabkan terjadinya pemusatan industri-industri

tersebut di Jawa Tengah atau dengan kata lain terjadi aglomerasi industri.

Kegiatan perindustrian yang memberikan sumbangsih terbesar dalam PDRB di

Jawa Tengah tersebut didasarkan oleh struktur demografi penduduk di Jawa

Tengah yang didominasi oleh penduduk usia kerja (15-64th) dengan rata-rata

sebesar 65 persen dari jumlah penduduk total di Jawa Tengah. Kemudian aspek

output nilai industri di Jawa Tengah yang didukung oleh ketersediaan sumber

daya baik itu sumber daya alam maupun sumber daya manusia.

Berdasarkan uraian masalah yang disampaikan diatas, maka dapat ditulis

pertanyaan penelitian sebagai berikut :

1) Sejauh mana pengaruh aglomerasi industri terhadap pertumbuhan

ekonomi di Propinsi Jawa Tengah?

2) Sejauh mana pengaruh Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)

terhadap pertumbuhan ekonomi di Propinsi Jawa Tengah ?

3) Sejauh mana pengaruh nilai output industri manufaktur terhadap

pertumbuhan ekonomi di Propinsi Jawa Tengah ?

4) Sejauh mana pengaruh aglomerasi industri, TPAK dan nilai output

industri manufaktur terhadap pertumbuhan ekonomi di Propinsi Jawa

Tengah?

Page 34: ANALISIS PENGARUH AGLOMERASI INDUSTRI, TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28380/1/RAVINDRA... · analisis pengaruh aglomerasi industri, tingkat partisipasi

14

C. Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah diatas, dapat ditentukan tujuan penelitian ini adalah

sebagai berikut :

1. Menganalisis pengaruh aglomerasi industri terhadap

pertumbuhan ekonomi Propinsi Jawa Tengah.

2. Menganalisis pengaruh TPAK terhadap pertumbuhan ekonomi

di Propinsi Jawa Tengah.

3. Menganalisis pengaruh Nilai Output Industri terhadap

pertumbuhan ekonomi di Propinsi Jawa Tengah.

4. Menganalisis pengaruh Aglomerasi Industri, TPAK dan Nilai

Output Industri secara bersama-sama terhadap pertumbuhan

ekonomi di Provinsi Jawa Tengah.

D. Manfaat Penelitian

Kegunaan yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah :

1. Sebagai sumber masukan yang bermanfaat bagi

pengambil kebijakan, terutama yang berkaitan dengan strategi

peningkatan pertumbuhan ekonomi di Propinsi Jawa Tengah.

2. Sebagai tambahan referensi atau wawasan terhadap

perkembangan Propinsi Jawa Tengah, terutama mengenai

industri manufaktur.

Page 35: ANALISIS PENGARUH AGLOMERASI INDUSTRI, TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28380/1/RAVINDRA... · analisis pengaruh aglomerasi industri, tingkat partisipasi

15

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

Pembangunan ekonomi pada saat ini merupakan salah satu syarat mutlak

apabila suatu wilayah ingin mengalami pertumbuhan ekonomi. Suatu wilayah

dikatakan sejahtera apabila dilihat dari pertumbuhaan ekonominya mengalami

peningkatan yang signifikan dibandingkan dengan wilayah yang lain.

Pertumbuhan ekonomi yang tinggi biasanya diikuti dengan terjadinya pemerataan

pendapatan pada masyarakatnya. Menurut Boediono, pertumbuhan ekonomi

merupakan output perkapita dalam jangka panjang, yang dapat diartikan bahwa

presentase pertambahan output tersebut harusnya lebih besar daripada presentase

jumlah penduduk (dalam Tarigan 2005 : 46)

1. Konsep dan Teori Pertumbuhan Ekonomi

Dalam pandangan ekonom klasik, sedikitnya terdapat empat faktor yang

mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, yaitu a) Luas tanah dan kekayaan alam,

b) Jumlah penduduk, c) Jumlah stok barang dan modal, d) Tingkat teknologi

yang digunakan (Sukirno, 2006 : 268). Faktor tersebut dapat dikatakan sebagai

faktor yang cukup dominan dalam terjadinya pertumbuhan ekonomi di suatu

wilayah.

Page 36: ANALISIS PENGARUH AGLOMERASI INDUSTRI, TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28380/1/RAVINDRA... · analisis pengaruh aglomerasi industri, tingkat partisipasi

16

Model pertumbuhan ekonomi neoklasik yang dikemukakan oleh Solow

menyatakan bahwa persediaan modal dan angkatan yang bekerja dan asumsi

bahwa produksi memiliki pengembalian konstan merupakan hal-hal yang

mempengaruhi besaranya output. Model pertumbuhan Solow juga dirancang

untuk mengetahui apakah tingkat tabungan, stok modal, tingkat populasi dan

kemajuan teknologi mempunyai dampak terhadap pertumbuhan ekonomi

(Tarigan, 2005 : 52). Terdapat beberapa asumsi dari model pertumbuhan Solow

yang antara lain meliputi faktor produksi yang tersedia yaitu buruh dan modal

digunakan sesuai dengan kemampuannya, buruh terpekerjakan secara penuh, stok

modal juga digunakan secara penuh serta kemajuan teknik bersifat netral (Jhingan

2012:275).

Menurut Todaro (2006 : 124), Pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh

beberapa faktor,yaitu :

1. Pertumbuhan Penduduk dan Angkatan Kerja

Pertumbuhan penduduk sangat berkaitan dengan jumlah angkatan kerja

yang bekerja yang notabenya merupakan salah satu faktor yang akan

mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Kemampuan pertumbuhan penduduk ini

dipengaruhi seberapa besar perekonomian dapat menyerap angkatan kerja yang

bekerja produktif.

Page 37: ANALISIS PENGARUH AGLOMERASI INDUSTRI, TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28380/1/RAVINDRA... · analisis pengaruh aglomerasi industri, tingkat partisipasi

17

2. Akumulasi Modal

Akumulasi modal merupakan gabungan dari investasi baru yang di

dalamya mencakup lahan, peralatan fiskal dan sumber daya manusia yang

digabung dengan pendapatan sekarang untuk dipergunakan memperbesar output

pada masa datang.

3. Kemajuan Teknologi

Kemajuan teknologi menurut para ekonom merupakan faktor

terpenting dalam terjadinya pertumbuhan ekonomi. Hal ini disebabkan karena

kemajuan teknologi memberikan dampak besar karena dapat memberikan

cara-cara baru dan menyempurnakan cara lama dalam melakukan suatu

pekerjaan.

Menurut Kuznet (dalam Jhingan, 2000 : 57) pertumbuhan ekonomi

adalah proses peningkatan kapasitas produksi dalam jangka panjang dari suatu

negara untuk menyediakan barang ekonomi kepada penduduknya. Pembangunan

ekonomi dan pertumbuhan ekonomi merupakan dua aspek yang tidak dapat

dipisahkan. Pertumbuhan ekonomi dapat dilihat dari pertumbuhan

Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) menurut harga konstan.

Pertumbuhan ekonomi di daerah dapat dilihat menggunakan PDRB per kapita

sehingga diketahui apakah kesejahteraan masyarakat sudah tercapai atau belum.

Ada beberapa model pertumbuhan ekonomi yang berkembang dan

relevan dengan penelitian ini, yaitu : Teori Pertumbuhan Ekonomi NeoKlasik,

Teori Basis Ekonomi dan Teori Pertumbuhan Kuznet.

Page 38: ANALISIS PENGARUH AGLOMERASI INDUSTRI, TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28380/1/RAVINDRA... · analisis pengaruh aglomerasi industri, tingkat partisipasi

18

a. Teori Pertumbuhan Ekonomi Neoklasik

Teori ini menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi didasarkan pada

beberapa aspek yang menjadi faktor penentu di dalamnya yaitu unsur

pertumbuhan penduduk, akumulasi kapital, kemajuan teknologi dan tingkat output

(Tarigan 2005:52). Dalam penjelasan selanjutnya dikatakan bahwa dapat terjadi

suatu substitusi antara tenaga kerja (L) dengan kapital (K). Dalam teori ini

dijelaskan bahwa tingkat pertumbuhan ekonomi didasarkan pada tiga hal yang

antara lain akumulasi modal, penawaran terhadap tenaga kerja, dan peningkatan

teknologi. Peningkatan teknologi terlihat dari peningkatan skill atau kemajuan

teknik sehingga produktifitas per kapita dapat meningkat.

Teori neoklasik juga membagi tiga jenis input yang berpengaruh dalam

pertumbuhan ekonomi, yaitu :

1. Pengaruh modal dalam pertumbuhan ekonomi

2. Pengaruh teknologi dalam pertumbuhan ekonomi

3. Pengaruh angkatan kerja yang bekerja dalam pertumbuhan ekonomi

Teori neoklasik memiliki pandangan dari sudut yang berbeda dari teori

klasik yaitu dari segi penawaran. Pertumbuhan ekonomi ini bergantung kepada

fungsi produksi :

Y = 𝑇𝐾𝑡𝑎 𝐿𝑡

1−𝑎

Page 39: ANALISIS PENGARUH AGLOMERASI INDUSTRI, TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28380/1/RAVINDRA... · analisis pengaruh aglomerasi industri, tingkat partisipasi

19

Dimana Y adalah output, K adalah modal, L adalah angkatan kerja yang

bekerja dan T adalah teknologi. Karena tingkat kemajuan teknologi ditentukan

secara eksogen maka model neoklasik Solow juga disebut model pertumbuhan

eksogen. Model Solow memiliki beberapa kekurangan dan untuk memperbaikinya

dengan memecah total faktor produksi dengan memasukan variabel lain, dimana

variabel ini dapat menjelaskan pertumbuhan yang terjadi. Model ini disebut model

pertumbuhan endogen.

Model pertumbuhan endogen beranggapan bahwa perdagangan

internasional penting sebagai faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi.

Model perdagangan internasional diukur melalui aktifitas ekspor dan impor,

yaitu:

Y = F (𝐴𝑖 𝐾𝑖 𝐿𝑖)

Dimana Y adalah output, A adalah produktifitas, K adalah modal, L adalah

angkatan kerja yang bekerja, i adalah tahun, sedangkan indeks produktifitas (A)

adalah fungsi dari ekspor (X) dan impor (M), yaitu :

𝐴𝑖 = F (𝑋𝑖 𝑀𝑖 )

b. Teori Pertumbuhan Baru

Ada beberapa ahli ekonom seperti Mankiw, Romer dan Weil melakukan

studi penyempurnaan model pertumbuhan ekonomi neoklasik untuk memperjelas

dan menambahkan dasar teoritis bagi sumber pertumbuhan ekonomi (Eko

Wicaksono Pambudi, 2012: 44). Model Solow hanya dapat menerangkan

Page 40: ANALISIS PENGARUH AGLOMERASI INDUSTRI, TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28380/1/RAVINDRA... · analisis pengaruh aglomerasi industri, tingkat partisipasi

20

hubungan modal dan angkatan kerja yang bekerja saja, sehingga ditambahkan lagi

variabel mutu modal manusia untuk membantu menjelaskan pola pertumbuhan

ekonomi selain modal dan angkatan kerja yang bekerja, yaitu :

Y = 𝑇𝐾𝑡𝑎 𝐿𝑡

1−𝑎 𝐻1−𝑎−𝑏

Dimana Y adalah output, K adalah modal, L adalah tenaga kerja, T adalah

teknologi dan H adalah modal manusia. Lebih dalam lagi, menurut Paul Romer

inovasi dan perubahan teknologi merupakan faktor utama bagi pertumbuhan

ekonomi hal ini didasarkan pada pandangan bahwa inovasi dan perubahan

teknologi dapat meningkatkan produktivitas kapital dan tenaga kerja. (Abdul

Hakim, 2010:106)

c. Teori Basis Ekonomi

Teori ini dikemukakan oleh Harry W Richardson yang menjelaskan

bahwa terdapat suatu faktor penentu akan terjadinya pertumbuhan ekonomi yaitu

adanya permintaan barang dan jasa dari luar daerah. Permintaan barang dan jasa

dari luar daerah tersebut dikategorikan salah satu contoh dari kegiatan ekspor.

Namun, secara lebih lanjut dijelaskan bahwa kegiatan ekspor tidak hanya

mencakup penjualan barang dan jasa keluar daerah tetapi masyarakat luar yang

datang dan membeli barang dan jasa di daerah tersebut (Tarigan, 2005 : 56).

Pertumbuhan industri-industri di suatu daerah yang menggunakan sumber daya

lokal baik tenaga kerja maupun bahan baku akan menghasilkan peluang kerja

serta menghasilkan kekayaan daerah.

Page 41: ANALISIS PENGARUH AGLOMERASI INDUSTRI, TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28380/1/RAVINDRA... · analisis pengaruh aglomerasi industri, tingkat partisipasi

21

d. Teori Pusat Pertumbuhan (Growth Pole)

Teori ini dapat diartikan dengan dua cara, yaitu dengan pendekatan

fungsional dan pendekatan geografis. Secara fungsional, pusat pertumbuhan

adalah suatu lokasi konsentrasi kelompok usaha atau cabang industri yang karena

sifat hubungannya memiliki unsur-unsur kedinamisan sehingga mampu

menstimulasi kehidupan ekonomi baik kedalam maupun keluar (wilayah

sekitarnya). Sedangkan secara geografis, pusat pertumbuhan merupakan suatu

lokasi yang banyak memiliki fasilitas dan kemudahan sehingga menjadi pusat

daya tarik (pole of attraction), yang menyebabkan berbagai macam usaha tertarik

untuk berlokasi di daerah tersebut serta masyarakat akan dengan senantiasa datang

memanfaatkan fasilitas yang disediakan di daerah tersebut.

Tarigan (2005: 162) mengatakan bahwa tidak semua kota dapat diartikan

sebagai pusat pertumbuhan. Pusat pertumbuhan memiliki empat ciri khusus yang

antara lain adalah :

1) Adanya hubungan internal dari berbagai kegiatan yang memiliki

nilai ekonomi.

Hubungan internal sangat menentukan dinamika sebuah kota.

Terdapat keterkaitan antara satu sektor dengan sektor lainnya sehingga

apabila ada sektor yang tumbuh akan mendorong pertumbuhan sektor

lainnya, karena saling terkait. Jadi, akan terlihat kehidupan kota

menjadi satu irama dengan berbagai komponen kehidupan kota dan

Page 42: ANALISIS PENGARUH AGLOMERASI INDUSTRI, TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28380/1/RAVINDRA... · analisis pengaruh aglomerasi industri, tingkat partisipasi

22

menciptakan sinergi untuk saling mendukung terciptanya

pertumbuhan.

2) Adanya efek pengganda (Multiplier Effect)

Keberadaan sektor-sektor yang saling terkait dan saling

mendukung akan menciptakan efek pengganda. Apabila ada satu

sektor atas permintaan dari luar wilayah, produksinya meningkat

karena ada keterkaitan membuat produksi sektor lain juga meningkat

dan akan terjadi beberapa kali putaran pertumbuhan sehingga total

kenaikan produksi bisa bebrapa kali lipat dibandingkan dengan

kenaikan permintaan dari luar untuk sektor tersebut. Karena kegiatan

berbagai sektor di kota meningkat maka kebutuhan kota akan bahan

baku dan tenaga akan meningkat.

3) Adanya Konsentrasi Geografis

Konsentrasi geografis dari berbagai sektor atau fasilitas, selain bisa

menciptakan efisiensi di antara sektor-sektor yang saling

membutuhkan juga meningkatkan daya tarik (attractiveness) dari kota

tersebut. Masyarakat yang datang ke kota tersebut bisa mendapatkan

berbagai kebutuhan pada lokasi yang berdekatan sehingga akan terjadi

penghematan akan waktu, tenaga, dan biaya. Volume transaksi yang

terjadi di wilayah tersebut maka akan meniongkat dan akan

menciptakan economic of scale.

Page 43: ANALISIS PENGARUH AGLOMERASI INDUSTRI, TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28380/1/RAVINDRA... · analisis pengaruh aglomerasi industri, tingkat partisipasi

23

4) Bersifat mendorong wilayah belakangnya (sekitarnya)

Hal ini menyatakan bahwa terdapat hubungan yang harmonis

antara kota dengan wilayah belakangnya. Kota membutuhkan bahan

baku serta tenaga kerja dari wilayah belakang maupun sekitarnya

untuk dapat mengembangkan diri. Apabila keadaan yang harmonis ini

semakin maju dan berkelanjutan maka tidak dapat dipungkiri wilayah

disekitar kota akan menjadi tumbuh juga.

Konsentrasi kegiatan ekonomi dapat dianggap pusat pertumbuhan apabila

konsentrasi tersebut dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi baik ke dalam (di

antara berbagai sektor di kota tersebut) maupun keluar (ke wilayah belakang serta

sekitarnya).

e. Teori Pertumbuhan Kuznet

Pertumbuhan ekonomi Kuznet menunjukan adanya kemampuan jangka

panjang dari pertumbuhan ekonomi suatu negara untuk menyediakan barang-

barang ekonomi kepada rakyatnya. Hal ini dapat dicapai ketika terjadi keadaan

dimana adanya perubahan struktural yang ditandai dengan adanya kemajuan di

bidang teknologi, kelembagaan dan penyesuaian idiologi.

Page 44: ANALISIS PENGARUH AGLOMERASI INDUSTRI, TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28380/1/RAVINDRA... · analisis pengaruh aglomerasi industri, tingkat partisipasi

24

Teori pertumbuhan Kuznet menuliskan dalam analisinya menambahkan

enam karakteristik pertumbuhan ekonomi suatu negara, yaitu :

1. Tingginya tingkat pendapatan perkapita.

2. Tingginya produktifitas tenaga kerja.

3. Tingginya faktor transformasi struktur ekonomi.

4. Tingginya faktor transformasi sosial idiologi.

5. Kemampuan perekonomian untuk melakukan perluasan pasar.

6. Adanya kesadaran, bahwa pertumbuhan ekonomi sifatnya terbatas.

2. Teori Aglomerasi

Indonesia merupakan negara kepulauan oleh karena itu pertumbuhan

ekonomi di tiap-tiap wilayah Indonesia tidaklah sama. Hal ini sesuai dengan

konsepsi Perroux tentang aglomerasi yang menyatakan bahwa pertumbuhan

tidak terjadi pada semua tempat, namun hanya sebagian tempat tertentu saja.

Biasanya akan terjadi fenomena daerah yang mempunyai pertumbuhan

ekonomi tinggi dan pertumbuhan ekonomi rendah sehingga akan berdampak

pada munculnnya aglomerasi. Aglomerasi bisa diartikan sebagai kegiatan

ekonomi terpusat pada wilayah-wilayah tertentu yang menyebabkan terjadinya

perbedaan antar wilayah.

Page 45: ANALISIS PENGARUH AGLOMERASI INDUSTRI, TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28380/1/RAVINDRA... · analisis pengaruh aglomerasi industri, tingkat partisipasi

25

a. Konsep Aglomerasi

Menurut Kuncoro (2002: 26), aglomerasi adalah konsentrasi spasial dari

aktifitas ekonomi dikawasan perkotaan karena penghematan akibat dari

perusahaan yang letaknya saling berdekatan dan akibat dari kalkulasi perusahaan

secara individual. Selanjutnya Marshall merupakan salah satu pencetus dari istilah

aglomerasi yang disebut sebagai industri yang terlokalisir (localized industries).

Industri yang terlokalisir muncul karena sebuah industri akan memilih tempat

dimana tempat tersebut akan menjamin proses produksi akan berlangsung dalam

jangka waktu yang lama ( Mc Donald, 1997:37). Salah satu manfaat yang

ditimbulkan oleh kegiatan aglomerasi adalah penghematan skala (scale

economies).

Menurut Tarigan (2005 : 159-160) aglomerasi berdasarkan penghematan

skala (economic of scale) adalah keuntungan karena dapat berproduksi

berdasarkan spesialisasi, sehingga produksi lebih besar dan biaya per unitnya

lebih efisien. Biaya per unit bisa lebih murah baik karena mesin itu lebih efisien

maupun karena biaya tetap (fixed cost) tidak bertambah, walaupun jumlah

produksi ditingkatkan (sampai batas tertentu ataupun proporsi kenaikannya tidak

sebesar kenaikan produksi). Salah satu cara perhitungan aglomerasi industri

adalah dengan indeks balassa yang merupakan suatu perhitungan rasio

(perbandingan) dari jumlah tenaga kerja industri di suatu wilayah (kab/kota di

Jawa Tengah) dengan total tenaga kerja industri di wilayah yang lebih besar

(Propinsi Jawa Tengah) (Sbergami dalam Sodik, 2007: 7). Penggunaan Indeks

Balassa didasarkan pada kekhususan untuk dapat membedakan faktor spesialisasi

Page 46: ANALISIS PENGARUH AGLOMERASI INDUSTRI, TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28380/1/RAVINDRA... · analisis pengaruh aglomerasi industri, tingkat partisipasi

26

yang mana dalam penelitian ini diwakili oleh jumlah atau besaran tenaga kerja.

Selain itu, dalam pengertian New Ecomonical Geographic atau Teori Geografi

Ekonomi Baru salah satu faktor utama penentu lokasi akan terjadinya aglomerasi

industri adalah adanya keadaan dimana terkonsentrasinya pasar tenaga kerja yang

dapat dilihat dari jumlah penduduk yang masuk dalam usia kerja di suatu wilayah.

b. Hubungan Aglomerasi dengan Pertumbuhan Ekonomi

Menurut Richardson (dalam Tarigan 2005 : 55), berpendapat bahwa

dengan adanya persaingan antar industri maka akan meningkatkan harga bahan

baku dan faktor produksi, dan mengakibatkan biaya per unit mulai naik yang

berdampak relokasi aktifitas ekonomi ke daerah lain yang belum mencapai skala

produksi maksimum. Dengan adanya aglomerasi ekonomi di suatu wilayah akan

mendorong pertumbuhan ekonomi pada wilayah tersebut karena akan tercipta

efisiensi produksi, sedangkan wilayah lain yang tidak sanggup untuk bersaing

akan mengalami kemunduran dalam pertumbuhan ekonominya.

Jamie Bonet (2006 : 63), menjelaskan bahwa aglomerasi (pemusatan

kegiatan) produksi digunakan sebagai salah satu variabel yang digunakan untuk

mengetahui kesenjangan wilayah. Aglomerasi produksi dapat mempengaruhi

kesenjangan wilayah secara langsung, yaitu pada saat terjadinya hambatan

mobilitas tenaga kerja antar wilayah, atau saat terjadi surplus tenaga kerja dalam

perekonomian. Dari beberapa kutipan definisi diatas dapat ditarik suatu

kesimpulan bahwa aglomerasi merupakan suatu sekumpulan kluster wilayah yang

Page 47: ANALISIS PENGARUH AGLOMERASI INDUSTRI, TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28380/1/RAVINDRA... · analisis pengaruh aglomerasi industri, tingkat partisipasi

27

merupakan konsentrasi dari kegiatan ekonomi dan disebabkan oleh adanya

penghematan yang terjadi di lokasi yang saling berdekatan.

Selanjutnya, aglomerasi dapat diukur dengan beberapa cara, pertama

adalah dengan menggunakan proporsi jumlah penduduk perkotaan dalam suatu

provinsi terhadap jumlah penduduk provinsi tersebut dan yang kedua adalah

dengan menggunakan konsep aglomerasi produksi. Penelitian ini menggunakan

konsep aglomerasi produksi yang diukur menggunakan proporsi jumlah tenaga

kerja di Propinsi Jawa Tengah dengan jumlah tenaga kerja industri manufaktur di

tiap-tiap Kab/kota di Propinsi Jawa Tengah.

3. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)

a. Pengertian TPAK

Penduduk dibedakan menjadi dua golongan yakni tenaga kerja dan bukan

tenaga kerja. Tenaga kerja merupakan penduduk yang berada dalam usia kerja.

Menurut UU No. 13 tahun 2003 Bab I disebutkan bahwa tenaga kerja adalah

setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan

jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk kebutuhan

masyarakat luas. Yang tergolong dalam pengertian tenaga kerja adalah penduduk

yang sudah atau sedang bekerja, yang sedang mencari pekerjaan dan yang

melakukan kegiatan lain seperti bersekolah dan mengurus rumah tangga.

Tenaga kerja dan bukan tenaga kerja dibedakan atas dasar batas usia

kerja. Bank Dunia menyatakan bahwa batas usia kerja adalah 15 sampai 64 tahun.

Namun di Indonesia batas usia kerja adalah 10 tahun keatas (sejak 1971-1999).

Pemilihan umur 10 tahun tersebut didasari oleh kenyataan bahwa di daerah

Page 48: ANALISIS PENGARUH AGLOMERASI INDUSTRI, TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28380/1/RAVINDRA... · analisis pengaruh aglomerasi industri, tingkat partisipasi

28

pedasaan sudah banyak penduduk yang bekerja pada usia 10 tahun. Sejak tahun

2001 Indonesia mengikuti anjuran dari International Labour Organization (ILO),

yauti mengubah batas minimal usia tenaga kerja di Indonesia dari 10 tahun

menjadi 15 tahun.

Selanjutnya, angkatan kerja merupakan salah satu faktor positif dalam

upaya peningkatan pertumbuhan ekonomi. Hal ini dapat dijelaskan dengan

pengertian bahwa semakin banyak partisipasi angkatan kerja yang bekerja, akan

meningkatkan tingkat produksi yang akhirnya akan berimbas pada naiknya

pertumbuhan ekonomi. Terdapat beberapa klasifikasi dalam angkatan kerja, yakni

angkatan kerja dan bukan angkatan kerja.

Gambar 2.1

Bagan Tenaga Kerja

A. Penduduk

Umur 15+

tahun

B. Angkatan Kerja

(Labour Force)

C. Bukan Angkatan

Kerja

(not in labour force)

Ibu Rumah

Tangga

Pensiun Lain-lain Sekolah

E. Mencari Pekerjaan/ Menganggur D. Bekerja

Page 49: ANALISIS PENGARUH AGLOMERASI INDUSTRI, TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28380/1/RAVINDRA... · analisis pengaruh aglomerasi industri, tingkat partisipasi

29

Penduduk yang dikatakan angkatan kerja adalah penduduk yang bekerja

dan penduduk yang sedang mencari kerja. Sedangkan penduduk yang termasuk

dari bukan angkatan kerja adalah penduduk yang masuk dalam usia kerja namun

sedang tidak bekerja seperti ibu rumah tangga, pensiunan, siswa sekolah maupun

perguruan tinggi dan lain-lain. Dalam gambar diatas yang dikatakan dengan

TPAK atau Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja merupakan rasio dari label huruf

B dan A , dimana dalam bagan tersebut terlihat jelas bahwa bagan dengan label

huruf B merupakan jumlah angkatan yang dibandingkan dengan jumlah

penduduk usia 15-64. Untuk mendapatkan perhitungan matematis mengenai

presentase TPAK maka dengan cara membagi jumlah angkatan kerja yang bekerja

dengan jumlah total penduduk usia 15-64th.

Manusia merupakan faktor produksi utama yang menentukan kemakmuran

suatu bangsa. Alokasi SDM yang efektif merupakan awal pertumbuhan ekonomi.

Setelah ekonomi tumbuh, akumulasi modal baru mulai dibutuhkan untuk menjaga

perekonomian tetap tumbuh. Dapat dikatakan bahwa alokasi sumber daya

manusia yang efektif merupakan syarat yang sangat diperlukan dalam

pertumbuhan ekonomi.

Tingkat partisipasi angkatan kerja adalah perbandingan antara jumlah

angkatan kerja dengan penduduk dalam usia kerja dalam kelompok yang sama.

TPAK dapat dinyatakan untuk seluruh penduduk dalam usia kerja dan dapat pula

dinyatakan untuk suatu kelompok penduduk tertentu seperti kelompok laki-laki,

kelompok wanita, kelompok tenaga kerja terdidik, kelompok umur 15-19 tahun.

Tidak semua penduduk dalam usia kerja terlibat dalam pekerjaan atau mencari

Page 50: ANALISIS PENGARUH AGLOMERASI INDUSTRI, TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28380/1/RAVINDRA... · analisis pengaruh aglomerasi industri, tingkat partisipasi

30

pekerjaan sebagian bersekolah atau mengurus rumah tangga dan lain-lain.

Menurut Mulyadi Subri (2002:60) Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)

adalah menggambarkan jumlah angkatan kerja dalam suatu kelompok umum

sebagai presentase penduduk dalam kelompok umur tersebut.

Menurut Payaman Simanjuntak (2001:36) TPAK merupakan ukuran

tingkat partisipasi penduduk dalam angkatan kerja yang dapat memberikan

gambaran yang jelas sampai seberapa jauh sebenarnya penduduk yang termasuk

usia kerja (sepuluh tahun keatas) benar-benar aktif dalam bekerja dan tidak aktif

bekerja. Jadi TPAK adalah perbandingan antara angkatan kerja dan penduduk

dalam usia kerja.

Formulasi dalam perhitungan TPAK merupakan rasio perbandingan antara

angkatan kerja yang bekerja maupun yang sedang mencari pekerjaan

dibandingkan dengan jumlah penduduk usia 15-64 (usia kerja) formulasinya

adalah sebagai berikut :

TPAK = 𝑋

𝑌 x 100%

Dimana :

X = Angkatan Kerja (baik yang bekerja ataupun yang sedang mencari

pekerjaan

Y= Jumlah Penduduk Usia Kerja (15-64tahun)

Page 51: ANALISIS PENGARUH AGLOMERASI INDUSTRI, TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28380/1/RAVINDRA... · analisis pengaruh aglomerasi industri, tingkat partisipasi

31

Faktor – faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya TPAK antara lain

yaitu :

a) Jumlah penduduk bersekolah dan mengurus rumah tangga

Hubungan TPAK dan jumlah penduduk yang masih bersekolah adalah

semakin besar jumlah penduduk yang bersekolah, semakin kecil jumlah

angkatan kerja yang berarti TPAK semakin kecil.

b) Tingkat Umur

Umur berkaitan dengan TPAK, dengan adanya kenyataan bahwa

penduduk berumur muda umumnya mempunyai tanggung jawab yang

tidak begitu besar sebagai pencari nafkah untuk keluarga dan mereka

umumnya bersekolah.

c) Tingkat Upah

Kaitan antara tingkat upah dengan TPAKadalah melalui kenyataan

bahwa semakin tinggi tingkat upah dalam masyarakat, semakin banyak

anggota keluarga yang tertarik untuk masuk ke pasar kerja atau dengan

kata lain TPAK akan meningkat.

d) Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan berhubungan dengan TPAK karena semakin tinggi

tingkat pendidikan semakin banyak waktu yang disediakan untuk

bekerja.

Page 52: ANALISIS PENGARUH AGLOMERASI INDUSTRI, TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28380/1/RAVINDRA... · analisis pengaruh aglomerasi industri, tingkat partisipasi

32

b. Hubungan TPAK dengan Pertumbuhan Ekonomi

Dalam pengertiannya, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)

merupakan rasio perbandingan antara angkatan kerja yang bekerja dengan

penduduk usia kerja (usia 15-64 tahun). Dapat dikatakan bahwa Tingkat

Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) tersebut merupakan bagian dari tenaga kerja

dan penduduk. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) tersebut merupakan

salah satu faktor yang mempengaruhi berlangsungnya serta meningkatnya

pertumbuhan ekonomi. Hal ini didasarkan pada pengertian bahwa pertumbuhan

ekonomi dapat terlaksana dengan baik apabila jumlah dan mutu dari tenaga kerja

itu baik. Dengan mutu penduduk dan tenaga kerja yang baik, maka akan

menghasilkan angkatan kerja yang baik pula. Selain itu dengan adanya

pertambahan penduduk, maka akan menaikkan jumlah tenaga kerja yang

kemudian menambahkan kemungkinan untuk dapat lebih banyak lagi

berproduksi. (Sadono, 2004 : 429)

4. Konsep dan Pengertian Nilai Output Industri

a. Konsep Nilai Output Industri

Badan Pusat Statistik (BPS, 2000) mendefinisikan bahwa nilai output

adalah seluruh nilai barang dan jasa yang dihasilkan oleh sektor-sektor produksi

dengan memanfaatkan faktor produksi yang tersedia di suatu wilayah atau

(negara, provinsi, dan sebagainya) dalam periode tertentu tanpa memperhatikan

asal usul pelaku produksi maupun bentuk usahanya. Sepanjang kegiatan

produksinya dilakukan pada wilayah yang bersangkutan maka produksinya

Page 53: ANALISIS PENGARUH AGLOMERASI INDUSTRI, TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28380/1/RAVINDRA... · analisis pengaruh aglomerasi industri, tingkat partisipasi

33

dihitung sebagai bagian dari output wilayah tersebut, oleh karena itu output sering

disebut sebagai produk domestik. Wujud produk yang dihasilkan dapat berupa

barang dan jasa, maka perkiraan output untuk produksi berupa barang diperoleh

dengan cara mengalikan produksi dengan harga per unit. Sedangkan yang berupa

jasa, output didasarkan pada penerimaan dari jasa yang diberikan pihak lain.

Produk yang dihasilkan oleh sektor menurut sifat teknologi yang

digunakan dapat dibedakan menjadi 3 jenis yaitu produk utama, produk ikutan,

dan produk sampingan. Produk utama adalah produk yang pada umumnya

mempunyai nilai dan atau kuantitas yang paling dominan diantara produk-produk

yang dihasilkan. Produk ikutan adalah produk yang secara otomatis terbentuk saat

menghasilkan produk utama, teknologi yang digunakan untuk menghasilkan

produk utama dan produk ikutan merupakan teknologi tunggal. Sedangkan yang

dimaksud produk sampingan adalah produk yang dihasilkan sejalan dengan

produk utama tetapi menggunakan teknologi yang berbeda.

Secara umum untuk menghitung output suatu sektor, produk ikutan

dimasukkan sebagai bagian dari output sektor yang bersangkutan, sedangkan

produk sampingan masih tergantung pada karakteristiknya. Apabila

karakteristiknya sama, maka masuk sebagai output sektor yang bersangkutan dan

apabila berbeda karakteristiknya maka masuk pada sektor lain. Pada beberapa

sektor penghitungan output relatif berbeda, seperti sektor bangunan, sektor

perdagangan, sektor keuangan dan sektor pemerintahan.

Page 54: ANALISIS PENGARUH AGLOMERASI INDUSTRI, TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28380/1/RAVINDRA... · analisis pengaruh aglomerasi industri, tingkat partisipasi

34

b) Hubungan Nilai Output Industri dengan Pertumbuhan Ekonomi

Dalam pembentukan nilai PDRB (Produk Domestik Regional Bruto)

terdapat sembilan macam sektor yang memiliki kontribusi. Salah satu sektor

tersebut adalah sektor industri pengolahan, yang mana nilai sektor industri

pengolahan tersebut dapat dikatakan merupakan bagian dari pembentuk nilai

PDRB yang ada. Nilai output industri yang merupakan bagian pembentukan nilai

PDRB tersebut, memberikan dampak, pada besar atau kecilnya nilai PDRB di

suatu wilayah.

Penggunaan nilai output industri yang lebih efektif adalah dalam

hubungannya dengan penyelidikan pengaruh pengembangan satu kegiatan

tertentu terhadap kegiatan lainnya yang merupakan sektor di dalam kegiatan

perekonomian secara keseluruhan. Dalam menyelidiki pengaruh tersebut

anggapan yang paling penting ialah bahwa daerah yang akan dipelajari dianggap

sebagai daerah tertutup. Dengan demikian berarti bahwa hubungan antar daerah

disusun ke dalam dua sektor utama, yaitu ekspor dan impor. Hal ini disebabkan

karena kita ingin menyelidiki pengaruh tersebut terhadap suatu daerah tunggal.

B. Penelitian Terdahulu

Nuryadin dan Sodik (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Aglomerasi

dan Pertumbuhan Ekonomi : Peran Karakteristik Regional di Indonesia

menyatakan dalam abstraknya bahwa variabel aglomerasi tidak berpengaruh

signifikan terhadap laju pertumbuhan ekonomi. Hal ini disebabkan karena

Indonesia bukanlah negara industri maju, dan aglomerasi bukanlah suatu ukuran

yang baik untuk mempengaruhi pertumbuhan ekonomi.

Page 55: ANALISIS PENGARUH AGLOMERASI INDUSTRI, TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28380/1/RAVINDRA... · analisis pengaruh aglomerasi industri, tingkat partisipasi

35

Pambudi (2013) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Pertumbuhan

Ekonomi dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi (Kabupaten/Kota di Provinsi

Jawa Tengah) mengatakan bahwa Hasil penelitian menunjukan bahwa variabel

aglomerasi menujukan hasil negatif tetapi tidak signifikan terhadap pertumbuhan

ekonomi.

Qisthi (2011) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Modal, Tenaga

Kerja, dan Pendapatan Asli Daerah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di

Kabupaten Pekalongan 1986-2009” menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang

positif dari variabel modal dan pendapatan asli daerah. Sedangkan variabel tenaga

kerja berpengaruh negatif terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten

Pekalongan.

Sumiyati (2008) dalam jurnalnya yang berjudul “Pengaruh Modal Tetap

Dan Jumlah Tenaga Kerja Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia”

menyatakan bahwa hasil penelitian dalam jurnalnya menunjukkan bahwa Modal

Tetap dan Jumlah Tenaga Kerja mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap

pertumbuhan ekonomi di Indosia baik secara parsial maupun simultan.

Aldilla (2011) Pengaruh Tenaga Kerja dan Nilai Output Industri Terhadap

Pertumbuhan Ekonomi serta Pengaruhnya Terhadap Indeks Ketimpangan

Penyerapan Tenaga Kerja di Propinsi Jawa Tengah menyatakan dalam hasilnya

bahwa variabel tenaga kerja dan nilai output industri berpengaruh signifikan

terhadap pertumbuhan ekonomi di Jawa Tengah.

Page 56: ANALISIS PENGARUH AGLOMERASI INDUSTRI, TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28380/1/RAVINDRA... · analisis pengaruh aglomerasi industri, tingkat partisipasi

36

Quigley (1993) dalam tulisannya yang berjudul Urban diversity and

Economic Growth menyatakan bahwa aglomerasi memiliki sedikitnya tiga

keunggulan dan memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di suatu

wilayah, antara lain skala ekonomi, penghematan bahan baku dalam produksi, dan

kondisi perkotaan yang terpadu akan menunjang berbagai macam aspek produksi

menjadi lebih besar.

Stuart S. Rosenthal dan William C. Strange (2001) dalam tulisannya yang

berjudul Determinant of Agglomeration menyatakan bahwa terdapat hubungan

positif antara aglomerasi dengan pertumbuhan ekonomi (yang dijelaskan dengan

meningkatnya produktifitas) di daerah-daerah dengan sumber daya alam dan

faktor-faktor produksi lainnya.

Tabel 2.1

Penelitian Terdahulu

Penulis Tahun Judul Variabel Metode Hasil

Didi

Nuryadin

dan

Jamzani

Sodik

2007 Aglomerasi dan

Pertumbuhan

Ekonomi : Peran

Karakteristik

Regional di

Indonesia

Aglomerasi

Angkatan

Kerja

Laju Inflasi

Ekspor Netto

Human

Capital

Metode

Regresi

Linear

Berganda

Hasil Penelitian

menunjukkan

bahwa variabel

aglomerasi

industri tidak

berpengaruh

signifikan

terhadap

pertumbuhan

Ekonomi

Page 57: ANALISIS PENGARUH AGLOMERASI INDUSTRI, TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28380/1/RAVINDRA... · analisis pengaruh aglomerasi industri, tingkat partisipasi

37

Eko

Wicaksono

Pambudi

2013 Pertumbuhan

Ekonomi dan

Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi

(Kab/Kota di

Propinsi Jawa

Tengah)

Aglomerasi

Investasi

Ketimpangan

Wilayah

Modal Tenaga

Kerja

Metode Data

Panel 175

observasi

Hasil penelitian

menunjukkan

bahwa variabel

aglomerasi

menunjukkan

hasil negatif

tetapi tidak

signifikan

terhadap

pertumbuhan

ekonomi

Wildan

Qisthi

2011 Pengaruh Modal,

Tenaga Kerja dan

Pendapatan Asli

Daerah terhadap

Pertumbuhan

Ekonomi di

Kabupaten

Pekalongan 1986-

2009

Modal

Tenaga Kerja

Pendapatan

Asli Daerah

Pertumbuhan

Ekonomi

Ordinary

Least Square

(OLS)

Dalam

penelitiannya

dijelaskan

variabel modal,

pendapatan asli

daerah dan

tenaga kerja

memiliki

hubungan

positif dengan

P.E

Page 58: ANALISIS PENGARUH AGLOMERASI INDUSTRI, TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28380/1/RAVINDRA... · analisis pengaruh aglomerasi industri, tingkat partisipasi

38

Penulis Tahun Judul Variabel Metode Hasil

Euis Ety

Sumiyati

2008 Pengaruh Modal

Tetap dan Jumlah

Tenaga Kerja

Terhadap

Pertumbuhan

Ekonomi Indonesia

Pertumbuhan

Ekonomi

Modal

Tenaga Kerja

Ordinary

Least Square

(OLS)

Modal tetap dan

Jumlah Tenaga

Kerja

mempunyai

pengaruh yang

signifikan

terhadap

pertumbuhan

ekonomi di

Indonesia

secara parsial

maupun

simultan

Reza

Aldilla

2011 Pengaruh Tenaga

Kerja dan Output

Industri Terhadap

Pertumbuhan

Ekonomi serta

pengaruhnya

terhadap Indeks

Ketimpangan

Penyerapan Tenaga

Kerja di Propinsi

Jawa Tengah

Tenaga Kerja

Nilai Output

Pertumbuhan

Ekonomi

Indeks

Ketimpangan

Menjadikan

variabel

pertumbuhan

ekonomi

sebagai

variabel

moderating

dengan

ordinary

least square

(OLS)

Variabel tenaga

kerja dan nilai

output

berpengaruh

terhadap

pertumbuhan

ekonomi di

Propinsi Jawa

Tengah

Quigley

1993

Urban Diversity

And Economic

Growth

Aglomerasi

wilayah

Jumlah

Penduduk

Pertumbuhan

Ekonomi

Ordinary

Least Square

(OLS)

Aglomerasi

memiliki

beberapa

keunggulan dan

memberikan

pengaruh

terhadap

pertumbuhan

ekonomi di

suatu wilayah

antara lain skala

ekonomi

Page 59: ANALISIS PENGARUH AGLOMERASI INDUSTRI, TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28380/1/RAVINDRA... · analisis pengaruh aglomerasi industri, tingkat partisipasi

39

Penulis Tahun Judul Variabel Metode Hasil bahan baku

produksi, dan

kondisi

perkotaan yang

terpadu akan

menunjang

produksi

menjadi lebih

besar

Stuart S.

Rosenthal

dan

Willian C

Strange

2001 Determinant Of

Agglomeration

Spillovers

Labour

Market

Pooling

Input Sharing

Product

Shipping Cost

Natural

Advantage

Ordinary

Least Square

(OLS)

Terdapat

hubungan

positif antara

aglomerasi

dengan

pertumbuhan

ekonomi (yang

dijelaskan

dengan

meningkatnya

Produktifitas) di

daerah-daerah

dengan sumber

daya alam dan

faktor-faktor

produksi

lainnya Sumber : Berbagai Jurnal Penelitian

Dari beberapa uraian mengenai penelitian terdahulu diatas dapat dijelaskan

perbedaan dengan penelitian yang penulis lakukan dalam penelitian ini. Variabel

yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel Aglomerasi Industri, Tingkat

Partisipasi Angkatan Kerja ( TPAK) dan Nilai Output Industri yang dijadikan

sebagai variabel independen dengan variabel dependen Laju Pertumbuhan

Ekonomi Di Kab/Kota di Propinsi Jawa Tengah.

Page 60: ANALISIS PENGARUH AGLOMERASI INDUSTRI, TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28380/1/RAVINDRA... · analisis pengaruh aglomerasi industri, tingkat partisipasi

40

Hal tersebut dapat dijadikan sebagai dasar dari penelitian ini. Selain itu dapat

dijadikan ciri perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang lain.

C. Kerangka Pemikiran

Pertumbuhan Ekonomi merupakan indikator keberhasilan suatu negara

dalam rangka mensejahterakan kehidupan masyarakatnya. Secara teoritis

pertumbuhan ekonomi adalah suatu kondisi terjadinya perkembangan GNP

potensial yang mencerminkan adanya pertumbuhan output perkapita dan

meningkatkan standar hidup masyarakat (Asfia Murni, 2007:173). Dalam

mengambangkan pertumbuhan ekonomi di suatu negara, terdapat beberapa faktor-

faktor pendukungnya. Dalam penelitian ini akan dibahas faktor-faktor yang

mempengaruhi pertumbuhan ekonomi (Y) yaitu faktor aglomerasi industri (X1),

jumlah tenaga kerja (X2) dan infrastruktur penunjang (X3). Faktor-faktor tersebut

akan diteliti secara simultan maupun parsial yang diukur dengan alat analisis

regresi untuk mendapatkan tingkat signifikansinya.

Menurut Hoover dan Giarratani (dalam Sumodiningrat 2004 : 12)

menyatakan bahwa aglomerasi merupakan suatu keadaan meningkatnya

keuntungan-keuntungan sebagai akibat dari pemusatan ekonomi secara spasial.

Hal ini terjadi karena berkurangnya biaya akibat adanya penurunan jarak dalam

pengangkutan bahan baku dan distribusi produk. Aglomerasi dapat dikatakan

sebagai suatu faktor pertumbuhan ekonomi yang terjadi karena adanya unsur

spasial didalamnya. Penghematan yang terjadi tentu saja akan merangsang

Page 61: ANALISIS PENGARUH AGLOMERASI INDUSTRI, TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28380/1/RAVINDRA... · analisis pengaruh aglomerasi industri, tingkat partisipasi

41

kegiatan perekonomian menjadi lebih besar dan berakibat pada tingkat

pertumbuhan ekonomi.

Akibat adanya aglomerasi khususnya aglomerasi industri, maka akan

dapat membuka lapangan kerja baru. Hal ini dikarenakan kegiatan industri

memerlukan berbagai macam sumber daya baik alam maupun sumber daya

manusia dan dalam hal ini sumber daya manusia adalah tenaga kerja. Tenaga kerja

yang ada di suatu wilayah khususnya di Propinsi Jawa Tengah tersebut dapat

diklasifikasikan menjadi tenaga kerja yang bekerja dan tidak bekerja. Dalam

penelitian ini Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja atau angkatan kerja yang bekerja

yang akan diteliti.

Kegiatan industri merupakan kegiatan yang saling terkait. Kegiatan

industri yang terjadi di Propinsi Jawa Tengah tentu saja memberikan kontribusi

terhadap nilai PDRB di Propinsi Jawa Tengah. Dalam penelitian ini nilai output

industri merupakan salah satu yang dapat dikatakan memiliki pengaruh atau

kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi di Propinsi Jawa Tengah. Dari

beberapa uraian diatas dapat digambarkan kerangka pemikiran sebagai berikut ini.

Page 62: ANALISIS PENGARUH AGLOMERASI INDUSTRI, TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28380/1/RAVINDRA... · analisis pengaruh aglomerasi industri, tingkat partisipasi

42

Gambar 2.2

Kerangka Pemikiran

Analisis Pengaruh Aglomerasi Industri, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) dan Nilai Output

Industri Terhadap Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/Kota Di Propinsi Jawa Tengah Periode

Tahun 2009-2011

Teori Pertumbuhan Ekonomi Neoklasik menjelaskan bahwa suatu pertumbuhan ekonomi dapat

terjadi apabila memenuhi faktor-faktor pendukung yang antara lain adalah modal (K). Tenaga

kerja (K), dan Teknologi (T). Dasar pemikiran tersebut yang dijadikan sebagai latar belakang

penelitian ini dengan pemilihan tiga variabel bebas Aglomerasi Industri, TPAK dan Nilai

Output Industri.

Laju Pertumbuhan Ekonomi

(Y)

Model Regresi Data Panel

(Uji Chow)

(Uji Hausman)

Uji Asumsi Klasik

Uji Normalitas

Uji Heterokedastisitas

Uji Multikolinieritas

Uji Autokorelasi

Uji Statistik

Uji Secara Parsial (Uji t)

Uji Secara Simultan (Uji F)

Koefisien Determinasi

Hasil, Kesimpulan dan Saran

Aglomerasi

Industri (X1) Nilai Output

Industri (X3)

Tingkat Partisipasi

Angkatan Kerja (X2)

Page 63: ANALISIS PENGARUH AGLOMERASI INDUSTRI, TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28380/1/RAVINDRA... · analisis pengaruh aglomerasi industri, tingkat partisipasi

43

Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa diduga terjadi hubungan antara

Aglomerasi Industri dengan Pertumbuhan Ekonomi di Propinsi Jawa Tengah .

Dalam hal ini hubungan tersebut dapat diartikan bahwa adanya Aglomerasi

Industri atau pemusatan kegiatan industri menunjang akan terjadinya peningkatan

pertumbuhan ekonomi yang mana dijelaskan oleh adanya fenomena perubahan

struktur di Propinsi Jawa Tengah dari sektor pertanian ke sektor industri

pengolahan. Selanjutnya variabel TPAK diduga memiliki pengaruh serta

hubungan terhadap pertumbuhan ekonomi di Propinsi Jawa Tengah yang

didasarkan pada unsur demografi penduduk di Propinsi Jawa Tengah yaitu usia

15-64 tahun yang merupakan usia tenaga kerja lebih mendominasi daripada usia

0-10 tahun dan usia 65 tahun keatas. Dengan kata lain Propinsi Jawa Tengah

memiliki jumlah tenaga kerja yang cukup banyak. Variabel nilai output industri

dalam gambar diatas diduga memiliki hubungan serta pengaruh terhadap

pertumbuhan ekonomi di Propinsi Jawa Tengah yang didasarkan pada besaran

nilai output industri yang memberikan kontribusi terhadap Produk Domestik

Regional Bruto di Propinsi Jawa Tengah

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah pendapat sementara dari suatu penelitian serta pedoman

dalam penelitian yang disusun berdasarkan pada teori terkait dimana suatu

hipotesis selalu dirumuskan dalam bentuk pernyataan yang menghubungkan dua

variabel atau lebih.

Page 64: ANALISIS PENGARUH AGLOMERASI INDUSTRI, TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28380/1/RAVINDRA... · analisis pengaruh aglomerasi industri, tingkat partisipasi

44

Dari uraian mengenai hubungan antar variabel diatas, maka dapat

dituliskan hipotesis dalam penelitian ini adalah :

1. Aglomerasi Industri diduga berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan

ekonomi di Propinsi Jawa Tengah.

2. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) diduga berpengaruh

signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Propinsi Jawa Tengah.

3. Nilai Output Industri diduga berpengaruh signifikan terhadap

pertumbuhan ekonomi di Propinsi Jawa Tengah.

4. Aglomerasi Industri, TPAK dan Nilai Output Industri diduga berpengaruh

signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Propinsi Jawa Tengah.

Page 65: ANALISIS PENGARUH AGLOMERASI INDUSTRI, TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28380/1/RAVINDRA... · analisis pengaruh aglomerasi industri, tingkat partisipasi

45

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Batasan atau ruang lingkup penelitian terdapat pada variabel

dependen dan variabel independen. Variabel dependen atau variabel tidak

terikat dalam penelitian ini adalah laju pertumbuhan ekonomi di tiap

kab/kota di Jawa Tengah yang selalu berfluktuasi dan variabel independen

dalam penelitian ini adalah aglomerasi industri, tingkat partisipasi angkatan

kerja (TPAK) dan nilai output industri manufaktur. Penelitian ini merupakan

penelitian populasi karena data yang digunakan adalah seluruh data dari

kabupaten atau kota di Propinsi Jawa Tengah. Periode penelitian didasarkan

pada data yang digunakan dalam analisis meliputi tahun 2009-2011 dengan

menggunakan metode data panel. Sedangkan jenis data yang penulis gunakan

pada penelitian ini adalah data sekunder, yakni data yang diperoleh dari hasil

pengolahan pihak kedua. Adapun data yang digunakan merupakan data

tahunan.

B. Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini data diperoleh dengan cara dokumentasi, yaitu

pengumpulan data dilakukan dengan kategori klasifikasi data-data tertulis

yang berhubungan dengan masalah penelitian dari berbagai sumber antara

lain buku-buku, jurnal, serta website publikasi yang ada.

Page 66: ANALISIS PENGARUH AGLOMERASI INDUSTRI, TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28380/1/RAVINDRA... · analisis pengaruh aglomerasi industri, tingkat partisipasi

46

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah yang bersumber dari

Buku Jawa Tengah Dalam Angka, Produk Domestik Regional Bruto

menurut Kabupaten/Kota di Jawa Tengah, serta data yang berasal dari

sumber-sumber lain. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data

untuk melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut :

Library Research

Data yang diperoleh dari berbagai literatur seperti buku, majalah,

jurnal koran dan hal lain yang berhubungan dengan aspek penelitian

sebagai upaya untuk memperoleh data yang valid.

C. Metode Analisis Data

1. Metode Data Panel

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

data panel. Analisis data panel merupakan kombinasi dari deret waktu (time

series) dengan kerat lintang (cross section). Menurut Baltagi (2005:125),

keunggulan penggunaan data panel dibandingkan deret waktu dan kerat

lintang adalah:

a. Data panel membuat data lebih informatif, lebih bervariasi dan

mengurangi kolinearitas antar variabel sehingga lebih efisien.

b. Studi data panel lebih memuaskan untuk menentukan perubahan

dinamis dibandingkan studi berulang dari cross section.

c. Data panel membantu studi untuk menganalisis perilaku yang lebih

kompleks.

Page 67: ANALISIS PENGARUH AGLOMERASI INDUSTRI, TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28380/1/RAVINDRA... · analisis pengaruh aglomerasi industri, tingkat partisipasi

47

d. Data Panel lebih mendeteksi dan mengukur efek yang secara sederhana

tidak dapat diukur oleh data time series dan data cross-section.

e. Estimasi data panel dapat menunjukan adanya heterogenitas dalam

setiap individu.

Data panel dapat dibedakan menjadi dua, balanced panel dan

unbalanced panel. Balanced panel terjadi jika panjangnya waktu untuk

setiap unit cross section sama. Sedangkan unbalanced panel terjadi jika

panjangnya waktu tidak sama untuk setiap unit cross section.

2. Model Estimasi Regresi Data Panel

a. Pendekatan Kuadrat Terkecil (Pooled Least Square)

Merupakan teknik pendekatan yang paling sederhana dengan

mengasumsikan bahwa data gabungan yang ada menunjukan kondisi yang

sesungguhnya yaitu menggabungkan (pooled) seluruh data time series dan

cross section dan kemudian mengestimasi model dengan menggunakan

metode ordinary least square (OLS). Hasil analisis regresi ini dianggap

berlaku pada semua objek pada semua waktu.

Kelemahan asumsi ini adalah ketidaksesuaian model dengan keadaan

yang sesungguhnya. Kondisi tiap objek saling berbeda, bahkan satu objek

pada suatu waktu akan sangat berbeda pada kondisi objek tersebut pada

waktu yang lain. (Wing Wahyu Winarno, 2007:9.14).

Page 68: ANALISIS PENGARUH AGLOMERASI INDUSTRI, TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28380/1/RAVINDRA... · analisis pengaruh aglomerasi industri, tingkat partisipasi

48

b. Pendekatan Efek Tetap (Fixed Effect Model)

Model ini dapat menunjukkan perbedaan konstan antar objek,

meskipun dengan koefisien regressor yang sama. Model ini juga

memperhitungkan kemungkinan bahwa peneliti menghadapi masalah

omitted variables yang mungkin membawa perubahan pada intercept time

series atau cross section. Model FEM dengan efek tetap maksudnya adalah

bahwa satu objek, memiliki konstan yang tetap besarnya untuk berbagai

periode waktu. Demikian pula dengan koefisien regresinya yang besarnya

tetap dari waktu ke waktu (time variant). (Wing Wahyu Winarno, 2007 :

9.14)

c. Pendekatan Efek Acak (Random Effect Model)

Pendekatan random effect digunakan untuk mengatasi kelemahan

metode efek tetap yang menggunakan variabel semu, sehingga model

mengalami ketidakpastian. Tanpa menggunakan variabel semu, metode efek

random menggunakan residual yang diduga memiliki hubungan antar waktu

dan antar objek.

Namun terdapat satu syarat untuk menganalisis dengan menggunakan

efek random yaitu objek data silang harus lebih besar dari banyaknya

koefisien. (Wing Wahyu Winarno, 2007:915).

Page 69: ANALISIS PENGARUH AGLOMERASI INDUSTRI, TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28380/1/RAVINDRA... · analisis pengaruh aglomerasi industri, tingkat partisipasi

49

3. Pemilihan Metode Data Panel

Dalam pengolahan data panel, mekanisme uji untuk menentukan

metode pemilihan data panel yang tepat yaitu dengan cara membandingkan

metode pendekatan PLS dengan pendekatan FEM terlebih dahulu. Jika hasil

yang diperoleh menunjukan model pendekatan PLS yang diterima, maka

model pendekatan PLS yang akan dianalisa. Jika model pendekatan FEM

yang diterima, maka melakukan perbandingan lagi dengan model

pendekatan REM. Untuk melakukan model mana yang akan dipakai, maka

dilakukan pengujian diantaranya :

a. Uji Chow Test (PLS VS FEM)

Yaitu uji yang digunakan untuk mengetahui apakah model Pooled

Least Square (PLS) atau Fixed Effect Model (FEM) yang akan dipilih untuk

estimasi data. Uji ini dapat dilakukan dengan uji F-restricted atau uji Chow

Test. Dalam pengujian ini dilakukan dengan hipotesa sebagai berikut:

Ho : Model PLS (Restricted)

Hi : Model Fixed Effect (Unrestricted)

Dasar penolakan pada hipotesa nol tersebut adalah dengan menggunakan F-

Statistic seperti yang dirumuskan oleh Chow sebagai berikut:

CHOW= (RRSS-URSS)/(N-1)

URSS/ (NT-N-K)

Page 70: ANALISIS PENGARUH AGLOMERASI INDUSTRI, TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28380/1/RAVINDRA... · analisis pengaruh aglomerasi industri, tingkat partisipasi

50

Dimana :

RRSS = Restricted Residual Sum Square (merupakan Sum of Square

Residual yang diperoleh dari estimasi data panel dengan

metode pooled least square/common intercept).

URSS = Unrestricted Residual Sum Square (merupakan Sum of Square

Residual yang diperoleh dari estimasi data panel dengan

metode fixed effect).

N= Jumlah data cross section

T= Jumlah data time series

K= Jumlah Variabel penjelas

Pengujian ini mengikuti distribusi F statistik yaitu FN-1, NT-N-K.

Jika nilai F-Test atau Chow Statistic (F-Statistik) hasil pengujian lebih besar

dari F-Tabel, maka cukup bukti untuk melakukan penolakan terhadap

hipotesa nol sehingga model yang digunakan adalah model fixed effect.

b. Uji Hausman Test (FEM VS REM)

Pengujian ini dilakukan untuk menentukan apakah model fixed effect

atau random effect yang akan dipilih. Pengujian ini dilakukan dengan

hipotesa sebagai berikut :

Ho : Model Random Effect

Hi : Model Fixed Effect

Page 71: ANALISIS PENGARUH AGLOMERASI INDUSTRI, TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28380/1/RAVINDRA... · analisis pengaruh aglomerasi industri, tingkat partisipasi

51

Dasar Penolakan Ho adalah dengan menggunakan pertimbangan

statistik Chi Square. Jika Chi Square Statistik > Chi Square Tabel, maka Ho

ditolak (model yang digunakan adalah fixed effect).

4. Deteksi Penyimpangan Asumsi Klasik

Untuk mengupayakan hasil model yang efisien, maka diperlukan

pendeteksian terhadap pelanggaran asumsi model yaitu gangguan antar

waktu dan gangguan antar individu. Untuk menghasilkan nilai parameter

model penduga yang lebih tepat, maka diperlukan pendeteksian apakah

model tersebut menyimpang dari asumsi klasik atau tidak, deteksi tersebut

terdiri dari :

a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah nilai residual

terdistribusi normal atau tidak pada variabel terikat dan variabel bebas.

Model regresi yang baik adalah memiliki nilai residual yang terdistribusi

normal. Uji normalitas diantaranya dilakukan dengan cara mambandingkan

probabilitas dari hasil pengujian. Apabila nilai probabilitas lebih besar dari

5% maka data dikatakan terdistribusi normal.(Wing Wahyu, 2011 : 5.37-

5.39)

Page 72: ANALISIS PENGARUH AGLOMERASI INDUSTRI, TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28380/1/RAVINDRA... · analisis pengaruh aglomerasi industri, tingkat partisipasi

52

b. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke

pengamatan lain. Jika varians residual satu pengamatan ke pengamatan lain

tetap, maka disebut homokedastisitas dan jika berbeda disebut

heterokedastisitas. Metode GLS pada intinya memberikan pembobotan pada

variasi data yang digunakan, sehingga dapat dikatakan dengan

menggunakan GLS maka masalah heterokedastisitas dapat diatasi. Masalah

heterokedastisitas dapat disembuhkan dengan metode WLS yang ada pada

GLS yang memberikan pembobotan pada varians yang digunakan.

(Widarjono dalam Wibowo, 2013: 58).

c. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi

ditemukan adanya korelasi antara variabel bebas (independent variabel). Uji

multikolinieritas terjadi hanya pada regresi ganda. Model regresi yang baik

seharusnya tidak terjadi korelasi tinggi diantara variabel bebas. Bila terjadi

hubungan linier yang sempurna diantara beberapa atau semua variabel bebas

dari suatu model regresi maka dikatakan terdapat masalah multikolinieritas

dalam model tersebut. Masalah multikolinieritas mengakibatkan adanya

kesulitan untuk dapat melihat pengaruh variabel penjelas terhadap variabel

yang dijelaskan.

Page 73: ANALISIS PENGARUH AGLOMERASI INDUSTRI, TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28380/1/RAVINDRA... · analisis pengaruh aglomerasi industri, tingkat partisipasi

53

Untuk mendeteksi ada tidaknya gejala multikolinieritas dapat

dilakukan dengan menggunakan korelasi parsial. Metode ini dimunculkan

oleh Farrar dan Glaubel, metodenya adalah dengan melihat nilai R square

dari model utama yang diestimasi dengan nilai R square dari regresi antar

variabel bebasnya.

d. Uji Autokorelasi

Uji Autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linier

ada korelasi antara anggota serangkaian observasi runtut waktu atau ruang.

Salah satu cara untuk mendeteksi gejala autokorelasi digunakan uji Durbin

Watson (D-W test).

Tabel 3.1

Uji Durbin-Watson

Ada

autokorelasi

positif

Tidak dapat

diputuskan

Tidak ada

autokorelasi

Tidak dapat

diputuskan

Ada

autokorelasi

negatif

0 dl du 4-du 4dl

1,10 1,54 2 2,46 2,90

Apabila D-W berada diantara 1,54 hingga 2,46 maka model tersebut tidak

terdapat autokolerasi. Sebaliknya, jika DW tidak berada diantara 1,54 hingga

2,46 maka model tersebut terdapat autokolerasi. (Wing Wahyu, 2009:5.27)

Hipotesanya adalah :

Ho : Tidak ada autokorelasi positif

Ho* : Tidak ada autokorelasi negatif

Page 74: ANALISIS PENGARUH AGLOMERASI INDUSTRI, TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28380/1/RAVINDRA... · analisis pengaruh aglomerasi industri, tingkat partisipasi

54

Kriteria Pengujiannya adalah sebagai berikut.

1. Bila nilai D-W statistik terletak antara 0 < d < dl, Ho yang

menyatakan tidak ada autokorelasi positif ditolak

2. Bila nilai D-W statistik terletak antara 4-dl < d < 4, Ho* yang

menyatakan tidak ada autokorelasi negatif ditolak.

3. Bila nilai D-W statustuk terletak antara du < d < 4-du, Ho yang

menyatakan tidak ada autokorelasi positif maupun Ho* yang

menyatakan tidak ada autokorelasi negatif diterima.

4. Ragu-ragu tidak ada autokorelasi positif bila dl < d < du

5. Ragu-ragu tidak ada autokorelasi negatif bila du < d < 4-dl

5. Uji Statistik

a. Uji Secara Parsial (Uji Statistik t)

Uji t dilakukan untuk melihat signifikansi dari pengaruh variabel

bebas secara individual terhadap variabel terikat dengan menganggap

variabel bebas lainnya adalah konstan. Uji t menggunakan hipotesis

sebagai berikut (Gujarati, 2003) :

H0 : bi = b

H1 : bi ≠ b

Dimana bi adalah koefisien variabel inddependen ke-1 sebagai

nilai parameter hipotesis. Nilai b biasanya dianggap nol, artinya tidak ada

pengaruh variabel Xi terhadap Y. Penolakan H0 terjadi apabila

Page 75: ANALISIS PENGARUH AGLOMERASI INDUSTRI, TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28380/1/RAVINDRA... · analisis pengaruh aglomerasi industri, tingkat partisipasi

55

-thitung < -ttabel atau jika nilai thitung > ttabel. Hal ini berarti bahwa variabel

bebas yang diuji berpengaruh secara signifikan terhadap variabel terikat.

Nilai thitung dirumuskan dengan :

t hitung =(𝑏𝑖−𝑏)

𝑆𝑏

Dimana :

bi = Koefisien bebas ke-i

b = Nilai hipotesis nol

Sb = Simpangan baku dari variabel bebas ke-i

b. Uji Secara Simultan (Uji Statistik F)

Uji F diperuntukkan guna melakukan uji hipotesis koefisien (slope)

regresi secara bersamaan. Dengan demikian, secara umum hipotesisnya

dituliskan sebagai berikut :

H0 : β1, β2, β3, β4,................................................= β𝑘 = 0

H1 : Tidak demikian (setidaknya ada satu slope yang tidak sama dengan 0)

Dimana k adalah banyaknya variabel bebas.

Adapun cara pengujiannya yaitu dengan tabel ANOVA (Analysis

Of Variance), dimana setelah didapatkan F hitung, maka langkah

selanjutnya adalah membandingkannya dengan tabel F dengan df sebesar k

dan n-k-1.

Jika : F hitung > F𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 maka tolak H0 atau dengan kata lain bahwa

paling tidak ada satu slope regresi yang signifikan secara statistik

(Nachrowi D Nachrowi, 2006 :17).

Page 76: ANALISIS PENGARUH AGLOMERASI INDUSTRI, TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28380/1/RAVINDRA... · analisis pengaruh aglomerasi industri, tingkat partisipasi

56

c. Koefisien Determinasi (R2)

Nilai koefisien determinasi (R2) ini mencerminkan seberapa besar

variasi dari variabel terikat Y dapat diterangkan oleh variabel bebas X. Bila

nilai koefisien determinasi sama dengan nol (R2 = 0), artinya variasi dari Y

tidak dapat diterangkan oleh X sama sekali. Sementara jika R2 = 1, artinya

variasi Y secara keseluruhan dapat diterangkan oleh X, dengan kata lain bila

R2 = 1 maka semua titik pengamatan berada tepat pada garis regresi, dengan

demikian baik atau buruknya suatu persamaan regresi ditentukan oleh R2

nya yang mempunyai nilai antara nol dan satu (Nachrowi D Nachrowi,

2006:20).

6. Operasional Variabel Penelitian

Berdasarkan dari permasalahan dalam penelitian, maka ada

beberapa definisi operasional yang perlu dijelaskan :

1. Variabel Dependen

a. Pertumbuhan ekonomi digunakan PDRB yang merupakan PDRB

atas dasar harga konstan yang menunjukan nilai tambah barang dan

jasa yang dihitung dengan memakai harga yang berlaku pada satu

tahun tertentu sebagai tahun dasar. Dalam penelitian ini digunakan

PDRB atas dasar harga konstan tahun 2000.

Page 77: ANALISIS PENGARUH AGLOMERASI INDUSTRI, TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28380/1/RAVINDRA... · analisis pengaruh aglomerasi industri, tingkat partisipasi

57

2. Variabel Independen

a. Aglomerasi Industri yaitu suatu pengelompokan dalam kegiatan

industri yang dihitung dari rasio perbandingan tenaga kerja sektor

industri dengan tenaga kerja keseluruhan di suatu wilayah.

b. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) merupakan suatu

kelompok penduduk tertentu yaitu perbandingan antara jumlah

angkatan kerja dengan penduduk dalam usia kerja dalam kelompok

yang sama.

c. Nilai output industri manufaktur merupakan sebuah nilai dari hasil

kegiatan industri manufaktur. Dalam penelitian ini digunakan nilai

output industri manufaktur besar dan sedang.

Page 78: ANALISIS PENGARUH AGLOMERASI INDUSTRI, TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28380/1/RAVINDRA... · analisis pengaruh aglomerasi industri, tingkat partisipasi

58

Tabel 3.2

OPERASIONAL VARIABEL PENELITIAN

Variabel Definisi Satuan

Laju Pertumbuhan

Ekonomi

Pertambahan pendapatan masyarakat yang

terjadi di suatu wilayah, yaitu adanya

kenaikan seluruh nilai tambah yang terjadi

di wilayah tersebut. Pertambahan

pendapatan menggambarkan pertambahan

balas jasa bagi faktor-faktor produksi yang

beroperasi di wilayah tersebut (tanah,

modal, tenaga kerja, dan teknologi) dimana

pendapatan tersebut diukur dalam nilai riil

(dinyatakan dalam harga konstan). Hal ini

juga dapat menggambarkan kemakmuran

daerah tersebut. (Tarigan) Dalam penelitian

ini data yang digunakan adalah data laju

pertumbuhan ekonomi di tiap-tiap kab/kota

di Provinsi Jawa Tengah.

Presentase

(%)

Aglomerasi Aglomerasi adalah konsentrasi spasial dari

aktivitas ekonomi di kawasan perkotaan,

Angka Indeks

Balassa

(1- 4)

Page 79: ANALISIS PENGARUH AGLOMERASI INDUSTRI, TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28380/1/RAVINDRA... · analisis pengaruh aglomerasi industri, tingkat partisipasi

59

karena penghematan akibat lokasi yang

berdekatan (economies proximity) yang

diasosiasikan dengan kluster spasial dari

perusahaan, para pekerja dan konsumen.

(Montgomery dalan Kuncoro), untuk

mencari tingkat aglomerasi, penelitian ini

menggunakan indeks balassa.

Tingkat Partisipasi

Angkatan Kerja

(TPAK)

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja

(TPAK), merupakan suatu rasio

perbandingan dari jumlah angkatan kerja

dengan jumlah penduduk usia kerja. Dalam

penelitian ini digunakan data penduduk usia

15-64 (usia kerja) dan data angkatan kerja di

tiap kab/kota di Prop Jawa Tengah.

Presentase

(%)

Nilai Output

Industri

Manufaktur

Nilai input industri manufaktur merupakan

suatu nilai besaran akibat dari hasil kegiatan

industri manufaktur. Dalam penelitian ini

digunakan data nilai output industri

manufaktur sedang dan besar di tiap

kab/kota di Propinsi Jawa Tengah.

Miliyar

Rupiah

Page 80: ANALISIS PENGARUH AGLOMERASI INDUSTRI, TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28380/1/RAVINDRA... · analisis pengaruh aglomerasi industri, tingkat partisipasi

60

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian

Propinsi Jawa Tengah merupakan salah satu Propinsi yang ada di

Pulau Jawa, terletak pada 50 40′ dan 80 30′ Lintang Selatan dan antara

1080 30′ dan 1110 30′ Bujur Timur. Propinsi ini diapit oleh dua Propinsi

besar, yaitu Jawa Barat dan Jawa Timur. Secara administratif, Propinsi Jawa

Tengah terbagi menjadi 29 kabupaten dan 6 kota. Kabupaten tersebut antara

lain adalah Kabupaten Cilacap, Kabupaten Banyumas, Kabupaten

Purbalingga, Kabupaten Banjarnegara, Kabupaten Kebumen, Kabupaten

Purworejo, Kabupaten Wonosobo

Gambar 4.1

Kondisi Geografis Propinsi

Jawa Tengah

Page 81: ANALISIS PENGARUH AGLOMERASI INDUSTRI, TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28380/1/RAVINDRA... · analisis pengaruh aglomerasi industri, tingkat partisipasi

61

Kabupaten Magelang, Kabupaten Boyolali, Kabupaten Klaten, Kabupaten

Sukoharjo, Kabupaten Wonogiri, Kabupaten Karanganyar, Kabupaten

Sragen, Kabupaten Grobogan, Kabupaten Blora, Kabupaten Rembang,

Kabupaten Pati, Kabupaten Kudus, Kabupaten Jepara, Kabupaten Demak,

Kabupaten Semarang, Kabupaten Temanggung, Kabupaten Kendal,

Kabupaten Batang, Kabupaten Pekalongan, Kabupaten Pemalang, Kabupaten

Tegal, Kabupaten Brebes serta 6 Kota di Jawa Tengah antara lain adalah Kota

Magelang, Kota Surakarta, Kota Salatiga, Kota Semarang, Kota Pekalongan,

dan Kota Tegal. Propinsi Jawa Tengah dengan pusat pemerintahan di Kota

Semarang secara administratif berbatasan dengan :

Sebelah Utara : Laut Jawa

Sebelah Timur : Jawa Timur

Sebelah Selatan : Samudra Hindia

Sebelah Barat : Jawa Barat

Secara umum kondisi perekonomian di Propinsi Jawa Tengah dilihat

salah satunya melalui laju pertumbuhan PDRB dari tahun ke tahun. Laju

pertumbuhan PDRB dihitung dalam persen dengan menghitung nilai PDRB

tanpa migas atas dasar harga Konstan 2000. Dihitung atas dasar harga

konstan 2000 karena pertumbuhan PDRB atas dasar harga konstan lebih bisa

menggambarkan pertumbuhan yang sebenarnya jika dibandingkan dengan

pertumbuhan PDRB atas dasar harga berlaku. PDRB atas dasar harga konstan

Page 82: ANALISIS PENGARUH AGLOMERASI INDUSTRI, TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28380/1/RAVINDRA... · analisis pengaruh aglomerasi industri, tingkat partisipasi

62

menggunakan harga tetap dari tahun ke tahun sehingga perubahan harga tidak

berpengaruh terhadap perhitungan. Menurut uraian dari Badan Pusat Statistik,

pada tahun 2011 sektor industri pengolahan memberikan sumbangan tertinggi

terhadap ekonomi di Propinsi Jawa Tengah yaitu sebesar 33 persen.

Selanjutnya sektor yang memberikan kontribusi terbesar kedua adalah sektor

Perdagangan, Hotel dan Restaurant sebesar 22 persen. Sektor pertanian

memberikan kontribusi terhadap PDRB di Jawa Tengah sebesar 18 persen

yang menempatkannya pada posisi ketiga dalam kontribusi terhadap PDRB di

Propinsi Jawa Tengah.

Gambar 4.2

Distribusi Presentase PDRB Propinsi Jawa Tengah

Menurut Lapangan Usaha

Atas Dasar Harga Konstan 2000

Sumber : Jawa Tengah Dalam Angka 2011

18% 1%

33%

1%

6%

22%

5%4%

10%

Pertanian

Pertambangan dan Galian

Industri Pengolahan

Listrik, Gas dan Air Bersih

Bangunan

Perdagangan, Hotel dan Restaurant

Pengangkutan dan Komunikasi

Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan

Jasa-Jasa

Page 83: ANALISIS PENGARUH AGLOMERASI INDUSTRI, TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28380/1/RAVINDRA... · analisis pengaruh aglomerasi industri, tingkat partisipasi

63

Berdasarkan Angka Sementara Sensus Penduduk (SP) 2010, jumlah

penduduk Jawa Tengah pada tahun 2011 tercatat sebesar 33,27 juta jiwa atau

sekitar 13,52 persen dari jumlah penduduk Indonesia. Jumlah ini

menempatkan Jawa Tengah sebagai propinsi ketiga di Indonesia dengan

jumlah penduduk terbanyak setelah Jawa Barat dan Jawa Timur. Jumlah

penduduk perempuan lebih besar dibandingkan jumlah penduduk laki-laki.

Ini ditunjukkan dengan rasio jenis kelamin (rasio jumlah penduduk laki-laki

terhadap jumlah penduduk perempuan) sebesar 98,34 persen.

Penduduk Jawa Tengah belum menyebar secara merata di seluruh

wilayah jawa Tengah. Umumnya penduduk banyak menumpuk di daerah kota

dibandingkan kabupaten. Secara rata-rata kepadatan penduduk Jawa Tengah

tahun 2012 tercatat sebesar 1022 jiwa setiap kilometer persegi, dan wilayah

terpadat adalah Kota Surakarta dengan tingkat kepadatan lebih dari 11 ribu

orang setiap kilometer persegi. (Jawa Tengah Dalam Angka 2012)

Tenaga Kerja yang terampil merupakan potensi sumber daya manusia

yang sangat dibutuhkan dalam proses pembangunan menyongsong era

globalisasi. BPS merujuk pada konsep/definisi ketenagakerjaan yang

direkomendasikan oleh International Labour Organization (ILO). Penduduk

usia kerja didefinisikan sebagai penduduk yang berumur 15 tahun ke atas, dan

dibedakan sebagai Angkatan Kerja dan Bukan Angkatan Kerja. Pertumbuhan

penduduk tiap tahun akan berpengaruh pada pertumbuhan angkatan kerja.

Gambar dibawah ini menunjukkan pengelompokan penduduk berdasarkan

Page 84: ANALISIS PENGARUH AGLOMERASI INDUSTRI, TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28380/1/RAVINDRA... · analisis pengaruh aglomerasi industri, tingkat partisipasi

64

usia di Propinsi Jawa Tengah tahun 2011. Dalam gambar tersebut dijelaskan

bahwa Propinsi Jawa Tengah didominasi oleh penduduk dengan usia 15-64

tahun sebesar 67 persen, dimana kelompok umur tersebur merupakan

kelompok umur yang masuk ke dalam kategori tenaga kerja. Selanjutnya

didominasi oleh kelompok umur 0-14 tahun sebesar 25 persen dan yang

terakhir sebesar 7 persen merupakan kelompok umur 65 tahun keatas.

Gambar 4.3

Penduduk Jawa Tengah Berdasarkan

Usia Tahun 2011

Sumber : BPS Jawa Tengah (diolah)

Berdasarkan hasil Sakernas, angkatan kerja di Jawa Tengah tahun

2012 mencapai 17,10 juta orang atau naik sebesar 1,04 persen dibanding

tahun sebelumnya. Tingkat partisipasi angkatan kerja penduduk Jawa Tengah

tercatat sebesar 71,43 persen. Sedangkan angka pengangguran terbuka di

Jawa Tengah sebesar 5,63 persen. Bila dibedakan menurut status

pekerjaannya, buruh/karyawan sebesar 30,63 persen. Status pekerjaan ini

26%

67%

7%

0%

Usia 0-14

Usia 15-64

Usia 65+

Page 85: ANALISIS PENGARUH AGLOMERASI INDUSTRI, TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28380/1/RAVINDRA... · analisis pengaruh aglomerasi industri, tingkat partisipasi

65

lebih besar dibanding status pekerjaan lain. Sedangkan berusaha sendiri tanpa

dibantu orang lain, berusaha dibantu buruh tidak tetap, berusaha sendiri

dibantu buruh tetap dan pekerja lainnya masing-masing tercatat sebesar 16,46

persen, 19,51 persen, 3,23 persen dan 30,17 persen. Sektor pertanian

menyerap sekitar 31,39 persen pekerja dan merupakan sektor terbanyak

menyerap tenaga kerja. Hal ini dikarenakan sektor tersebut tidak memerlukan

pendidikan khusus. Sektor berikutnya yaitu sektor perdagangan dan sektor

industri, masing-masing menyerap tenaga kerja sebesar 31,27 persen dan

20,44 persen. (BPS Jawa Tengah 2012)

Gambar 4.4

Angkatan Kerja DI Jawa Tengah Menurut

Status Pekerjaannya Tahun 2011

Sumber : BPS Jawa Tengah

Menurut uraian dari BPS Jawa Tengah pembangunan sektor industri

merupakan prioritas utama pembangunan ekonomi tanpa mengabaikan

pembangunan sektor lain. Sektor industri dibedakan menjadi industri besar

31%

16%20%

3%

30%

Buruh/Karyawan

Berusaha Sendiri

Berusaha dibantu buruh tidak tetap

Berusaha dibantu buruh tetap

Lain-lain

Page 86: ANALISIS PENGARUH AGLOMERASI INDUSTRI, TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28380/1/RAVINDRA... · analisis pengaruh aglomerasi industri, tingkat partisipasi

66

dan sedang serta industri kecil dan rumah tangga. Definisi yang digunakan

BPS, industri besar adalah perusahaan yang mempunyai tenaga kerja 100

orang atau lebih, industri sedang adalah perusahaan dengan tenaga kerja 20

orang sampai 99 orang, industri kecil dan rumah tangga adalah perusahaan

dengan tenaga kerja 5 sampai 19 orang, dan industri rumah tangga adalah

perusahaan dengan tenaga kerja 1-4 orang.

Selanjutnya, perusahaan industri besar dan sedang di Jawa Tengah

pada tahun 2011 tercatat sebesar 3.850 unit perusahaan dengan 73203 ribu

orang tenaga kerja. Berarti dari tahun sebelumnya jumlah perusahaan industri

besar dan sedang turun 0,95 persen dan jumlah tenaga kerja turun sebesar

0,39 persen. Pada tahun yang sama, nilai output industri sedang dan besar

mencapai 165 triliyun rupiah, lebih tinggi 9,48 persen dari nilai total output

tahun 2010. Menurut Dinas Perindustrian dan Perdagangan Propinsi Jawa

Tengah, terdapat 645 ribu industri kecil dan menengah pada tahun 2012 atau

naik relatif kecil (0,10 persen) dibandingkan jumlah perusahaan tahun

sebelumnya dan jumlah tenaga kerja yang diserap sebanyak 2,85 juta orang.

B. Analisa dan Pembahasan

1. Analisa Deskriptif Pertumbuhan Ekonomi Propinsi Jawa Tengah

Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/Kota Propinsi Jawa Tengah

dihitung dalam persen dengan menghitung delta PDRB tanpa migas atas

dasar harga konstan 2000. Pemilihan perthitungan dengan menggunakan

dasar harga konstan 2000 diharapkan mampu memberikan keadaan yang

Page 87: ANALISIS PENGARUH AGLOMERASI INDUSTRI, TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28380/1/RAVINDRA... · analisis pengaruh aglomerasi industri, tingkat partisipasi

67

sesungguhnya di lapangan, karena dengan harga konstan 2000 naik turunnya

harga tidak mempengaruhi tingkat pertumbuhan ekonomi.

Gambar 4.5

Diagram Pertumbuhan Ekonomi

Propinsi Jawa Tengah 2009-2011

Atas Dasar Harga Konstan 2000 dan Atas Dasar Harga Berlaku

Sumber : BPS Jawa Tengah (diolah)

Dari gambar diatas didapati hasil dalam kurun waktu 2009-2011

pertumbuhan ekonomi di Propinsi Jawa Tengah mengalami kenaikan dan

cenderung ke arah yang lebih baik, hal ini ditunjukkan dengan laju

pertumbuhan ekonomi yang diukur berdasarkan PDRB atas dasar harga

konstan yang selalu menunjukkan angka yang positif.

0

2

4

6

8

10

12

14

16

PDRB 2009 PDRB 2010 PDRB 2011

ADHK

ADHB

Page 88: ANALISIS PENGARUH AGLOMERASI INDUSTRI, TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28380/1/RAVINDRA... · analisis pengaruh aglomerasi industri, tingkat partisipasi

68

2. Analisa Deskriptif Aglomerasi di Propinsi Jawa Tengah

Analisis Aglomerasi dalam penelitian ini menggunakan Indeks

Balassa, semakin tinggi nilai Indeks Balassa menunjukkan aglomerasi yang

semakin kuat. Aglomerasi dikatakan kuat apabila angka indeks balassa diatas

4, rata-rata atau sedang bila nilainya antara 2 dan 4, lemah bila nilainya

diantara 1 sampai 2, sedangkan nilai 0 sampai 1 berarti tidak terjadi

aglomerasi atau wilayah tersebut tidak memiliki keunggulan komparatif

untuk terjadinya aglomerasi.

Tabel 4.1

Wilayah Aglomerasi Industri Besar dan Sedang Kab/Kota di Propinsi

Jawa Tengah

Aglomerasi Wilayah

Kuat (>4)

Sedang (2-4)

Kab Kudus, Kab Jepara, Kota Pekalongan

Lemah (1-2)

Kab Banyumas, Kab Purbalingga, Kab Kebumen, Kab Klaten, Kab Sukoharjo, Kab Semarang, Kab Batang, Kab Pekalongan, Kota Semarang,

Sumber: BPS Jawa Tengah (diolah)

Dilihat dari tabel pengukuran klasifikasi indeks balassa diatas

bahwa tidak semua wilayah di Jawa Tengah mengalami aglomerasi.

Mayoritas wilayah di Jawa Tengah hanya mencapai tingkat aglomerasi lemah

dan sedang. Secara global, aglomerasi industri di Propinsi Jawa Tengah dari

tahun ke tahun ditunjukkan oleh tabel berikut.

Page 89: ANALISIS PENGARUH AGLOMERASI INDUSTRI, TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28380/1/RAVINDRA... · analisis pengaruh aglomerasi industri, tingkat partisipasi

69

Gambar 4.6

Aglomerasi Industri Besar dan Sedang Propinsi

Jawa Tengah 2009-2011

Sumber : BPS Jawa Tengah (Diolah)

Tingkat aglomerasi industri besar dan sedang di Jawa Tengah

tahun 2009-2011 masih tergolong sangat lemah, atau bisa dikatakan Jawa

Tengah bukan merupakan daerah industri, ini dikarenakan Jawa Tengah

masih dominan dengan sektor pertanian.

3. Analisa Deskriptif TPAK di Propinsi Jawa Tengah

Mulyadi Subri (2002:60) Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja

(TPAK) merupakan suatu cara penggambaran dari jumlah angkatan kerja

dalam suatu kelompok umum sebagai presentase penduduk dalam kelompok

umur tersebut. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) dihitung dengan

membandingkan jumlah angkatan kerja dengan jumlah penduduk usia kerja

1.01

1.015

1.02

1.025

1.03

1.035

1.04

2009 2010 2011

Indeks Balassa

Page 90: ANALISIS PENGARUH AGLOMERASI INDUSTRI, TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28380/1/RAVINDRA... · analisis pengaruh aglomerasi industri, tingkat partisipasi

70

(usia 15-64 tahun). Propinsi Jawa Tengah rata-rata mencapai TPAK sebesar

70 persen.

Gambar 4.7

Rata-Rata TPAK di Propinsi

Jawa Tengah Tahun 2009-2011

Sumber: BPS Jawa Tengah (diolah)

Jika dilihat dari gambar diatas, dapat dilihat bahwa Jumlah TPAK

di Jawa Tengah relatif menurun. Hal ini dikarenakan adanya peralihan jumlah

penduduk usia kerja yang ada di Propinsi Jawa Tengah. Sehingga dalam hal

ini menurunkan presentase dari Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja(TPAK) di

Propinsi Jawa Tengah.

4. Analisa Deskriptif Nilai Output di Propinsi Jawa Tengah

Nilai Output merupakan suatu nilai atau hasil dari suatu kegiatan

Industri. Dalam Penelitian ini, Nilai Output yang digunakan adalah nilai

output industri besar dan sedang di tiap-tiap kabupaten/kota di Jawa Tengah.

75%

75%

76%

76%

77%

77%

78%

78%

79%

79%

2009 2010 2011

Rata-rata TPAK

Page 91: ANALISIS PENGARUH AGLOMERASI INDUSTRI, TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28380/1/RAVINDRA... · analisis pengaruh aglomerasi industri, tingkat partisipasi

71

Dari uraian BPS Propinsi Jawa Tengah, perusahaan industri besar dan sedang

di Jawa Tengah pada tahun 2011 tercatat sebesar 3.850 unit perusahaan

dengan 732,03 ribu orang tenaga kerja. Berarti dari tahun sebelumnya jumlah

perusahaan industri besar dan sedang turun 0,95 persen dan jumlah tenaga

kerja turun sebesar 0,39 persen. Pada tahun yang sama, nilai output industri

sedang dan besar mencapai 165 triliyun rupiah, lebih tinggi 9,48 persen dari

nilai total output tahun 2010.

C. Estimasi Model Data Panel

1. Uji Chow

Metode ini membandingkan apakah model bersifat fixed effect

atau common effect dengan cara membandingkan F-statistik dan F-Tabel.

Sebelum membandingkan F-Statistik dan F-Tabel terlebih dahulu dibuat

hipotesisnya. Adapun hipotesisnya adalah sebagai berikut :

H0 : Model PLS

H1 : Model Fixed Effect

Dari hasil regresi berdasarkan metode Fixed Effect Model dan Pool

Least Square diperoleh F- Statistik yakni sebagai berikut :

Redundant Fixed Effects Tests

Equation: Untitled

Test cross-section fixed effects

Effects Test Statistic d.f. Prob.

Cross-section F 40.843871 (34,67) 0.0000

Sumber : Lampiran 14

Page 92: ANALISIS PENGARUH AGLOMERASI INDUSTRI, TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28380/1/RAVINDRA... · analisis pengaruh aglomerasi industri, tingkat partisipasi

72

Berdasar hasil pengujian diperoleh nilai F-statistik adalah

40.843871 dan nilai F-Tabel dengan α = 5% adalah 1,83 sehingga nilai

F-Statistik > F-tabel, maka H0 ditolak, sehingga model data panel yang

dapat digunakan adalah Fixed Effect Model.

2. Uji Hausman

Untuk mengetahui model panel yang digunakan, maka digunakan

uji F-Chi-Square dengan cara membandingkan Chi-Square statistik dan

Chi-square tabel. Sebelum membandingkan F-Chi-Square statistik dan

Chi-Square tabel terlebih dahulu dibuat hipotesisnya, yaitu :

H0 : Model Random Effect

H1 : Model Fixed Effect

Correlated Random Effects - Hausman Test

Equation: Untitled

Test cross-section random effects

Test Summary Chi-Sq. Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.

Cross-section random 11.880669 3 0.0078

Sumber : Lampiran 14

Berdasar hasil pengujian diperoleh nilai Chi-Sq statistik adalah

11.880669 dengan nilai Chi-square tabel pada d.f. (3) α = 5% adalah 7,81

sehingga nilai Chi-Sq statistik > dari Chi-square tabel, maka Ho ditolah,

sehingga model yang digunakan Fixed Effect Model.

Page 93: ANALISIS PENGARUH AGLOMERASI INDUSTRI, TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28380/1/RAVINDRA... · analisis pengaruh aglomerasi industri, tingkat partisipasi

73

D. Uji Asumsi Klasik

1. Uji Multikolonieritas

Tabel 4.1

Hasil Uji Multikolinieritas

Sumber: Lampiran 15

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa tidak ada masalah

multikolinearitas. Hal ini dikarenakan nilai matriks korelasi

(correlation matrix) dari semua variabel kurang dari 0,8.

Multikolinieritas biasanya terjadi pada estimasi data runtut waktu (time

series). Dengan mengkombinasikan data time series dan cross section

mengakibatkan masalah multikolinieritas secara teknis dapat

dikurangi. Penelitian ini menggunakan data panel, sehingga secara

teknis sudah dapat masalah multikolinieritas sudah tidak ada. Hal

tersebut dapat diperkuat dengan hasil estimasi model semua variabel

yang digunakan signifikan dan nilai 𝑅2 yang tinggi, sehingga dengan

sendirinya model ini sudah terbebas dari multikolinearitas.

AGLOMERASI TPAK OUTPUT

AGLOMERASI 1.000000 -0.280357 0.385508

TPAK -0.280357 1.000000 -0.122904

OUTPUT 0.385508 -0.122904 1.000000

Page 94: ANALISIS PENGARUH AGLOMERASI INDUSTRI, TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28380/1/RAVINDRA... · analisis pengaruh aglomerasi industri, tingkat partisipasi

74

2. Hasil Uji Autokorelasi

Autokorelasi adalah hubungan antara residual satu observasi

dengan residual observasi lainnya (Winarno, 2007:5.14). Uji

Autokorelasi digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya

penyimpangan asumsi klasik autokorelasi yaitu korelasi yang terjadi

antara residual pada satu pengamatan dengan pengamatan lain pada

model regresi. Salah satu cara untuk mendeteksi gejala autokorelasi

digunakan uji Durbin Watson (D-W test).

Tabel 4.2

Hasil Pengujian

Autokorelasi

R-squared 0.964400 Mean dependent var 4.908496

Adjusted R-squared 0.944740 S.D. dependent var 4.923446

S.E. of regression 0.146864 Sum squared resid 1.445131

F-statistic 49.05459 Durbin-Watson stat 2.458796

Prob(F-statistic) 0.000000

Sumber : Lampiran 15

Dari tabel lampiran diatas didapatkan hasil pengujian autokorelasi

dengan melihat besaran dari nilai Durbin Watson Stat sebesar 2,45.

Dalam hal ini nilai 2,45 merupakan nilai yang berada ditengah antara

batas bawah maupun batas atas untuk dapat menerangkan bahwa data

terbebas dari asuksi autokorelasi.

Page 95: ANALISIS PENGARUH AGLOMERASI INDUSTRI, TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28380/1/RAVINDRA... · analisis pengaruh aglomerasi industri, tingkat partisipasi

75

3. Hasil Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam

model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan

ke pengamatan lain. Jika varians residual satu pengamatan ke pengamatan

lain tetap, maka disebut homokedastisitas dan jika berbeda disebut

heterokedastisitas. Metode GLS pada intinya memberikan pembobotan pada

variasi data yang digunakan, sehingga dapat dikatakan dengan

menggunakan GLS maka masalah heterokedastisitas dapat diatasi. Masalah

heterokedastisitas dapat disembuhkan dengan metode WLS yang ada pada

GLS yang memberikan pembobotan pada varians yang digunakan.

(Widarjono dalam Wibowo, 2013: 58).

4. Hasil Uji Normalitas

Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal atau

tidak dapat diketahui dengan membandingkan nilai probabilitas dengan

tingkat signifikansi 5% (0,05). Jika nilai probabilitas hasil pengujian lebih

besar dari tingkat signifikansi 5% (0,05) maka dapat dikatakan bahwa data

terdistribusi secara normal. Dari hasil pengujian normalitas di bawah ini

didapatkan nilai probabilitas lebih besar daripada nilai signifikansi 5%

(0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal.

Page 96: ANALISIS PENGARUH AGLOMERASI INDUSTRI, TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28380/1/RAVINDRA... · analisis pengaruh aglomerasi industri, tingkat partisipasi

76

Tabel 4.3

Hasil Pengujian Normalitas Kab/Kota PE Aglomerasi TPAK Output 5%

Kab Cilacap 0.804255 0.823545 0.855140 0.786961 0,05

Kab Banyumas 0.850896 0.766812 0.843532 0.795274 0,05

Kab Purbalingga 0.787504 0.795715 0.773136 0.824385 0,05

Kab Banjarnegara 0.772472 0.847194 0.781452 0.766765 0,05

Kab Kebumen 0.810323 0.768792 0.868144 0.868035 0,05

Kab Purworejo 0.786522 0.823022 0.811067 0.861832 0,05

Kab Wonosobo 0.772472 0.867944 0.797394 0.845187 0,05

Kab Magelang 0.857372 0.830809 0.783567 0.850791 0,05

Kab Boyolali 0.769696 0.795404 0.815714 0.864925 0,05

Kab Klaten 0.772057 0.768101 0.858703 0.802124 0,05

Kab Sukoharjo 0.853794 0.778641 0.856834 0.785696 0,05

Kab Wonogiri 0.831479 0.832530 0.841744 0.822790 0,05

Kab Karanganyar 0.767635 0.777712 0.767781 0.827406 0,05

Kab Sragen 0.784242 0.774432 0.865152 0.828947 0,05

Kab Grobogan 0.766850 0.787549 0.868487 0.794728 0,05

Kab Blora 0.767930 0.775971 0.855252 0.774943 0,05

Kab Rembang 0.781215 0.808359 0.815332 0.766822 0,05

Kab Pati 0.863016 0.845946 0.862400 0.865773 0,05

Kab Kudus 0.773047 0.767251 0.824333 0.768950 0,05

Kab Jepara 0.866378 0.769109 0.861625 0.776894 0,05

Kab Demak 0.774084 0.802367 0.786236 0.770232 0,05

Kab Semarang 0.864991 0.862353 0.801886 0.866078 0,05

Kab Temanggung 0.854781 0.773488 0.863895 0.863526 0,05

Kab Kendal 0.766894 0.866121 0.864118 0.862210 0,05

Kab Batang 0.791994 0.862954 0.767433 0.776929 0,05

Kab Pekalongan 0.769283 0.799829 0.866955 0.794571 0,05

Kab Pemalang 0.830969 0.817947 0.823325 0.868652 0,05

Kab Tegal 0.800498 0.868419 0.826419 0.867618 0,05

Kab Brebes 0.856490 0.768569 0.813703 0.783369 0,05

Kota Magelang 0.838768 0.768755 0.818357 0.851893 0,05

Kota Surakarta 0.829382 0.831341 0.786137 0.799989 0,05

Kota Salatiga 0.830702 0.766811 0.868815 0.830241 0,05

Kota Semarang 0.832050 0.816703 0.821342 0.866969 0,05

Kota Pekalongan 0.768604 0.766948 0.791123 0.868811 0,05

Kota Tegal 0.769636 0.766944 0.779532 0.798514 0,05

Sumber : Lampiran 15

Page 97: ANALISIS PENGARUH AGLOMERASI INDUSTRI, TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28380/1/RAVINDRA... · analisis pengaruh aglomerasi industri, tingkat partisipasi

77

E. Pengujian Hipotesis

HASIL REGRESI MODEL FIXED EFFECT

Dependent Variable: P__E__

Method: Panel EGLS (Cross-section weights)

Date: 06/20/14 Time: 09:53

Sample: 2009 2011

Periods included: 3

Cross-sections included: 35

Total panel (balanced) observations: 105

Linear estimation after one-step weighting matrix Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 1.006105 0.192088 5.237728 0.0000

AGLOMERASI -0.063717 0.040100 -1.588955 0.1168

TPAK 0.005390 0.002454 2.196322 0.0315

OUTPUT 0.044800 0.006077 7.372086 0.0000 Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) Weighted Statistics R-squared 0.964400 Mean dependent var 4.908496

Adjusted R-squared 0.944740 S.D. dependent var 4.923446

S.E. of regression 0.146864 Sum squared resid 1.445131

F-statistic 49.05459 Durbin-Watson stat 2.458796

Prob(F-statistic) 0.000000 Unweighted Statistics R-squared 0.615008 Mean dependent var 1.556464

Sum squared resid 1.835229 Durbin-Watson stat 2.667674

Sumber : Lampiran 16

Model data panel dengan menggunakan Fixed Effect Model dapat

dijelaskan melalui persamaan sebagai berikut :

PE = 1.006105 – 0.063717(Aglomerasi) + 0.005390(TPAK) +

0.044800(Output) + e

Page 98: ANALISIS PENGARUH AGLOMERASI INDUSTRI, TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28380/1/RAVINDRA... · analisis pengaruh aglomerasi industri, tingkat partisipasi

78

Dimana :

Y : PE (Pertumbuhan Ekonomi)

X1 :Aglo (Aglomerasi)

X2 :TPAK (Tingkat Partisipasi Tenaga Kerja)

X3 :Output (Nilai Output Industri)

e : error term

1. Uji-t dan Interpretasi Hasil Analisis

Pengujian ini dilakukan untuk menguji apakah variabel bebas

(aglomerasi, TPAK, dan nilai output) berpengaruh secara parsial terhadap

variabel terikatnya (PDRB), yaitu dengan membandingkan masing-masing

nilai t-statistik dari regresi dengan t-tabel dalam menolak atau menerima

hipotesis. Pada tingkat keyakinan α = 5%, df = 31, maka diperoleh t-tabel

1,695. Adapun hipotesisnya adalah sebagai berikut :

a. 𝐻0: variabel aglomerasi (𝑋1) secara parsial tidak berpengaruh

signifikan terhadap variabel pertumbuhan Ekonomi (Y)

𝐻1: variabel aglomerasi (𝑋1) secara parsial berpengaruh

signifikan terhadap variabel pertumbuhan Ekonomi (Y)

b. 𝐻0: variabel TPAK (𝑋2) secara parsial tidak berpengaruh

signifikan terhadap variabel pertumbuhan Ekonomi (Y)

𝐻1: variabel TPAK (𝑋2) secara parsial berpengaruh signifikan

terhadap variabel pertumbuhan Ekonomi (Y)

Page 99: ANALISIS PENGARUH AGLOMERASI INDUSTRI, TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28380/1/RAVINDRA... · analisis pengaruh aglomerasi industri, tingkat partisipasi

79

c. 𝐻0: variabel nilai output (𝑋3) secara parsial tidak berpengaruh

signifikan terhadap variabel pertumbuhan Ekonomi (Y)

𝐻1: variabel nilai output (𝑋3) secara parsial berpengaruh

signifikan terhadap variabel pertumbuhan Ekonomi (Y)

Berdasarkan hasil regresi diatas, maka dapat menentukan hipotesis sebagai

berikut :

a. Variabel Aglomerasi memiliki -t hitung < -t tabel yang berarti 𝐻0

pada hipotesis a diterima.

b. Variabel TPAK memiliki t hitung > t tabel yang berarti 𝐻0 pada

hipotesis b ditolak.

c. Variabel Nilai Output Industri memiliki t hitung > t tabel yang

berarti 𝐻0 pada hipotesis c ditolak.

Hasil estimasi diatas menjelaskan bahwa variabel aglomerasi tidak

berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Propinsi Jawa

Tengah. Hal ini sesuai dengan hasil temuan dari jurnal penelitian Didi

Nuryadin dan Jamzani Sodik (2007:12), bahwa untuk Indonesia yang

bukan merupakan negara industri maju, aglomerasi bukan menjadi ukuran

yang baik untuk mempengaruhi pertumbuhan ekonomi.

Selanjutnya dari hasil analisis aglomerasi di 35 kabupaten atau

kota di Propinsi Jawa Tengah didapatkan hasil bahwa tingkat aglomerasi

yang terjadi di 35 kabupaten/ kota di Propinsi Jawa Tengah hanya berada

Page 100: ANALISIS PENGARUH AGLOMERASI INDUSTRI, TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28380/1/RAVINDRA... · analisis pengaruh aglomerasi industri, tingkat partisipasi

80

pada tingkat aglomerasi lemah dan sedang. Hasil tersebut ditampilkan

dalam tabel hasil berikut ini.

Tabel 4.1

Wilayah Aglomerasi Industri Besar dan Sedang Kab/Kota di Propinsi

Jawa Tengah

Aglomerasi Wilayah

Kuat (>4)

Sedang (2-4)

Kab Kudus, Kab Jepara, Kota Pekalongan

Lemah (1-2)

Kab Banyumas, Kab Purbalingga, Kab Kebumen, Kab Klaten, Kab Sukoharjo, Kab Semarang, Kab Batang, Kab Pekalongan, Kota Semarang

Sumber: Lampiran 17

Pada variabel TPAK menunjukan hasil yang berpengaruh

signifikan dan positif terhadap pertumbuhan ekonomi di Propinsi Jawa

Tengah yang berarti kenaikan jumlah tingkat partisipasi angkatan kerja

akan berbanding lurus dengan kenaikan tingkat pertumbuhan ekonomi.

Hasil estimasi juga menunjukkan bahwa setiap kenaikan 1 persen TPAK

akan menaikan pertumbuhan ekonomi sebesar 0.0053 persen. Hasil ini

didukung oleh penelitian Eko Wicaksono Pambudi (2012) dalam

penelitiannya mengenai kaitan antara angkatan kerja yang berkerja dan

pertumbuhan ekonomi menggunakan analisis panel data 35 kabupaten/kota

di Jawa Tengah dengan model fixed effects menemukan bahwa angkatan

Page 101: ANALISIS PENGARUH AGLOMERASI INDUSTRI, TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28380/1/RAVINDRA... · analisis pengaruh aglomerasi industri, tingkat partisipasi

81

kerja yang bekerja atau dapat dikatakan partisipasi angkatan kerja

memberikan pengaruh signifikan dan positif terhadap pertumbuhan

ekonomi.

Pada variabel nilai output industri menunjukkan hasil yang

berpengaruh signifikan dan positif terhadap pertumbuhan ekonomi di

Propinsi Jawa Tengah yang berarti kenaikan jumlah nilai output industri

akan berbanding lurus dengan kenaikan tingkat pertumbuhan ekonomi.

Hasil estimasi juga menunjukan bahwa setiap kenaikan 1 persen nilai

output industri akan menaikkan pertumbuhan ekonomi sebesar 0.0448

persen. Hasil ini didukung oleh penelitian dari Reza Aldilla (2011:13)

dalam penelitiannya mengenai kaitan antara nilai output industri dengan

pertumbuhan tingkat industri dan ekonomi di Jawa Tengah menemukan

bahwa nilai output industri memberikan pengaruh yang signifikan dan

positif terhadap pertumbuhan tingkat industri.

2. Uji-F dan Interpretasi Hasil Analisis

Untuk menguji apakah variabel bebas berpengaruh secara simultan

terhadap variabel terikatnya, maka digunakan uji-F dengan cara

membandingkan F hitung dengan F tabel. Dari hasil regresi didapatkan nilai

F hitung sebesar 49.05459, pada tingkat keyakinan α = 5%, k = 4, dan n =

105, sehingga diperoleh F-tabel dengan nilai df yaitu sebesar 2,69.

Adapun hipotesisnya adalah sebagai berikut :

Page 102: ANALISIS PENGARUH AGLOMERASI INDUSTRI, TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28380/1/RAVINDRA... · analisis pengaruh aglomerasi industri, tingkat partisipasi

82

𝐻0: variabel aglomerasi industri (𝑋1), TPAK (𝑋2), dan Nilai Output

Industri (𝑋3) secara bersama -sama tidak berpengaruh signifikan terhadap

variabel pertumbuhan ekonomi (Y)

𝐻1: avariabel aglomerasi industri (𝑋1), TPAK (𝑋2), dan Nilai Output

Industri (𝑋3) secara bersama -sama berpengaruh signifikan terhadap

variabel pertumbuhan ekonomi (Y).

Dimana: 𝑋1 : Aglomerasi Industri

𝑋2 : TPAK

𝑋3 : Nilai Output Industri

Y : Pertumbuhan Ekonomi

Maka terlihat bahwa F hitung > F tabel, maka 𝐻0 ditolak, artinya bahwa

variabel aglomerasi industri (𝑋1), TPAK (𝑋2), dan Nilai Output Industri

(𝑋3) secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap variabel

pertumbuhan ekonomi (Y) pada tingkat kepercayaan 95 persen (α = 5%).

3. Koefisien Determinasi (𝐑𝟐)

Nilai Koefisien Determinasi (R2) menggambarkan kemampuan

variabel independent menjelaskan variabel dependennya, sedangkan nilai

diluar koefisien determinasi (1-R2) dijelaskan oleh faktor-faktor diluar

model. Dari model yang diestimasi didapat nilai R2 sebesar 0.964400, hal

ini berarti variabel independen yang ada dalam model dapat menjelaskan

pertumbuhan ekonomi sebesar 96,44% sedangkan 3,56% sisanya

Page 103: ANALISIS PENGARUH AGLOMERASI INDUSTRI, TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28380/1/RAVINDRA... · analisis pengaruh aglomerasi industri, tingkat partisipasi

83

dijelaskan oleh variabel diluar model. Hal ini cukup baik karena nilai R2

adalah ukuran suatu model yang baik untuk digunakan.

4. Analisis Ekonomi

Berdasarkan hasil perhitungan statistik yang telah dilakukan, dapat

disimpulkan bahwa regresi yang dihasilkan cukup baik untuk menjelaskan

pertumbuhan ekonomi di Kab/Kota Propinsi Jawa Tengah periode 2009-

2011. Namun dari seluruh variabel yang diteliti, tidak semua variabel

berpengaruh signifikan dan positif, tetapi terdapat variabel yang tidak

signifikan dan berpengaruh negatif.

a. Pengaruh Aglomerasi Industri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi

di Kabupaten/Kota Propinsi Jawa Tengah

Aglomerasi merupakan suatu fenomena yang terjadi akibat adanya

pemusatan kegiatan ekonomi. Dalam penelitian ini aglomerasi yang

diteliti merupakan aglomerasi industri di kabupaten/kota di Propinsi

Jawa Tengah. Pemusatan kegiatan ekonomi yang terjadi dikarenakan

adanya berbagai macam fasilitas serta kemudahan untuk menunjang

proses produksi.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan penulis, pengaruh

aglomerasi industri terhadap pertumbuhan ekonomi di Kab/Kota

Propinsi Jawa Tengah secara langsung tidak berpengaruh signifikan

dan negatif. Hasil tidak signifikan ini disebabkan karena tingkat

aglomerasi yang terjadi di Kab/Kota Propinsi Jawa Tengah tergolong

Page 104: ANALISIS PENGARUH AGLOMERASI INDUSTRI, TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28380/1/RAVINDRA... · analisis pengaruh aglomerasi industri, tingkat partisipasi

84

cukup kecil. Dari perhitungan dengan menggunakan indeks balassa

hanya terdapat 12 kab/kota dari 35 kab/kota yang ada di Propinsi Jawa

Tengah yang dikatakan mengalami fenomena aglomerasi. Tiga

Kabupaten/kota diklasifikasikan mengalami aglomerasi sedang dan 9

kab/kota sisanya diklasifikasikan mengalami aglomerasi rendah.

Hasil ini juga didukung oleh penelitian Didin Nuryadin dan

Jamzani Sodik yang meneliti mengenai Aglomerasi Dan Pertumbuhan

Ekonomi : Peran karakteristik regional di Indonesia. Dimana dalam

penelitian tersebut dijelaskan bahwa aglomerasi bukanlah suatu ukuran

yang dapat digunakan untuk mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di

Indonesia, karena Indonesia bukanlah negara industri maju.

b. Pengaruh Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) terhadap

Pertumbuhan Ekonomi Di Kab/Kota Propinsi Jawa Tengah

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja merupakan suatu besaran dari

banyaknya penduduk di suatu wilayah yang sudah memasuki usia kerja

dan sudah bekerja atau mendapatkan pekerjaan. Tingkat Partisipasi

Angkatan Kerja (TPAK) tersebut dapat dikatakan memberi dampak

pada pertumbuhan ekonomi. Hal ini disebabkan karena salah satu

faktor terjadinya pertumbuhan ekonomi adalah adanya sumber daya

manusia yang mencukupi untuk melakukan kegiatan ekonomi

khususnya produksi.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan penulis, pengaruh Tingkat

Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) terhadap pertumbuhan ekonomi di

Page 105: ANALISIS PENGARUH AGLOMERASI INDUSTRI, TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28380/1/RAVINDRA... · analisis pengaruh aglomerasi industri, tingkat partisipasi

85

Kab/Kota Propinsi Jawa Tengah secara langsung berpengaruh

signifikan dan positif. Hal ini berarti bahwa jika terjadi peningkatan

pada Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) maka akan

meningkatkan pertumbuhan ekonomi kab/kota di Propinsi Jawa

Tengah.

Hal ini didukung oleh penelitian dari Wildan Qisthi yang meneliti

tentang Pengaruh Modal, Tenaga Kerja Yang Bekerja, dan PAD

terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Kab Pekalongan 1986-2009.

Dimana dalam penelitian ini ditemukan bahwa tenaga kerja yang

bekerja atau dengan nama lain tpak berpengaruh positif dan signifikan

terhadap pertumbuhan ekonomi.

c. Pengaruh Nilai Output Industri terhadap Pertumbuhan Ekonomi

di Kab/ Kota Propinsi Jawa Tengah

Nilai Output Industri merupakan suatu besaran nilai yang diperoleh

dari hasil pengolahan nilai input (modal). Nilai Output Industri dapat

dikatakan memberi pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi. Hal ini

dikarenakan nilai output industri merupakan salah satu penyumbang

dalam pembentukan PDRB yang merupakan indikator perhitungan

pertumbuhan ekonomi wilayah.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh penulis, didapatkan

hasil bahwa nilai output industri berpengaruh positif dan signifikan

terhadap pertumbuhan ekonomi. Hal ini berarti bahwa ketika terjadi

Page 106: ANALISIS PENGARUH AGLOMERASI INDUSTRI, TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28380/1/RAVINDRA... · analisis pengaruh aglomerasi industri, tingkat partisipasi

86

peningkatan nilai output industri maka akan terjadi peningkatan pada

pertumbuhan ekonomi Kab/Kota di Propinsi Jawa Tengah.

Hasil tersebut didukung dengan penelitian Reza Aldilla yang

meneliti mengenai Pengaruh Tenaga Kerja dan Nilai Output Industri

Terhadap Pertumbuhan Ekonomi serta Pengaruhnya Terhadap Indeks

Ketimpangan Penyerapan Tenaga Kerja di Propinsi Jawa Tengah.

Page 107: ANALISIS PENGARUH AGLOMERASI INDUSTRI, TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28380/1/RAVINDRA... · analisis pengaruh aglomerasi industri, tingkat partisipasi

87

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan data, penulis memperoleh

kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian mengenai Analisis Pengaruh

Aglomerasi Industri, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) dan Nilai

Output Industri Terhadap Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/Kota Di

Propinsi Jawa Tengah Periode 2009-2011 sebagai berikut :

1. Berdasarkan hasil estimasi regresi data panel dengan Fixed

Effect Model (FEM) menjelaskan bahwa secara simultan

aglomerasi industri, tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK)

dan Nilai Output Industri berpengaruh signifikan terhadap laju

pertumbuhan ekonomi Kabupaten/Kota di Propinsi Jawa

Tengah periode 2009-2011 pada tingkat kepercayaan 95

persen.

2. Secara parsial hasil estimasi data panel dengan Fixed Effect

Model (FEM) menjelaskan bahwa aglomerasi industri tidak

berpengaruh signifikan terhadap laju pertumbuhan ekonomi

Kabupaten/Kota di Propinsi Jawa Tengah periode 2009-2011,

hal ini dikarenakan tingkat aglomerasi yang ada di

Kabupaten/Kota Propinsi Jawa Tengah relatif kecil. Secara

keseluruhan aglomerasi di Propinsi di Jawa Tengah juga relatif

kecil atau dapat dikatakan tingkat aglomerasinya lemah. Hal ini

Page 108: ANALISIS PENGARUH AGLOMERASI INDUSTRI, TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28380/1/RAVINDRA... · analisis pengaruh aglomerasi industri, tingkat partisipasi

88

sesuai dengan penelitian dari Mudrajad Kuncoro (2002) yang

menyatakan bahwa aglomerasi di Indonesia secara nasional

terpusat di Pulau Jawa. Namun aglomerasi tersebut tidak serta

merta menyebar secara merata di Pulau Jawa dan hanya berada

di sekitar Jabodetabek. Selain itu Indonesia bukanlah negara

industri maju, sehingga aglomerasi industri dirasa belum

mampu untuk mempengaruhi pertumbuhan ekonomi.

Kemudian variabel tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK)

dan Nilai Output industri berpengaruh secara signifikan dan

positif terhadap laju pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota di

Propinsi Jawa Tengah periode 2009-2011.

Page 109: ANALISIS PENGARUH AGLOMERASI INDUSTRI, TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28380/1/RAVINDRA... · analisis pengaruh aglomerasi industri, tingkat partisipasi

89

B. Saran

1. Aglomerasi Industri sebaiknya dapat ditingkatkan dengan memberikan

sarana-sarana pendukung yang dapat dilakukan dengan memperbaiki

dan menambah fasilitas baik fisik maupun non fisik agar tercapai

kemudahan dalam menjalankan kegiatan.

2. Tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) di masing-masing

kabupaten/kota di Propinsi Jawa Tengah dapat ditingkatkan dengan

cara memberikan pelatihan serta perbaikan fasilitas pendidikan yang

bertujuan untuk dapat meningkatkan keterampilan dan

mengembangkan kreatifitas agar angkatan kerja yang ada memiliki

daya saing dengan kualitas baik.

3. Pemerintah diharapkan dapat memberikan kebijakan serta pengawasan

agar Nilai Output Industri tetap terjaga dalam menghadapi berbagai

masalah perekonomian yang pada akhirnya dapat mendorong

pertumbuhan ekonomi ke arah yang lebih baik

Page 110: ANALISIS PENGARUH AGLOMERASI INDUSTRI, TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28380/1/RAVINDRA... · analisis pengaruh aglomerasi industri, tingkat partisipasi

90

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, Lincolin. 2010. Ekonomi Pembangunan. Edisi Kelima. UPP STIM YKPN

Yogyakarta.

Boediono. 1998. Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi No.4 : Teori

Pertumbuhan Ekonomi. Yogyakarta : BPFE.

Bonet, Jaime. 2006. Decentralization and Regional Income Disparities:

Evidence from The Coloumbian Experience. The Annals of

Regional scince, Vol. 40.

BAPPEDA. 2010. Jawa Tengah Dalam Angka Full. Jawa Tengah. BPS Propinsi

Jawa Tengah

BAPPEDA. 2011. Jawa Tengah Dalam Angka Full. Jawa Tengah. BPS Propinsi

Jawa Tengah

BAPPEDA. 2012. Jawa Tengah Dalam Angka Full. Jawa Tengah. BPS Propinsi

Jawa Tengah

BPS. 2010. Jawa Tengah Dalam Angka. Jawa Tengah. BPS Propinsi Jawa Tengah

BPS. 2011. Jawa Tengah Dalam Angka. Jawa Tengah. BPS Propinsi Jawa Tengah

BPS. 2012. Jawa Tengah Dalam Angka. Jawa Tengah. BPS Propinsi Jawa Tengah

Ervani, Eva. 2008. Analisis Pengaruh Capital Adequacy Ratio, Loan To Deposit

Ratio, Dan Biaya Operasional Bank Terhadap Profitabilitas Bank Go

Public Di Indonesia Periode 2000-2007

Gujarati, Damodar N. 2003. Basic Econometrics, Fourth Edition, Tim McGraw-

Hill.

Gujarati, Damodar,. “Ekonometrika Dasar”. Erlangga. Jakarta. 2007.

Hakim, Abdul. “Ekonomi Pembangunan”. EKONISIA. Yogyakarta. 2010

Jhinghan, ML. 2000. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada.

Jhingan. M.L. 2012. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. Raja Grafindo

Persada Jakarta

Page 111: ANALISIS PENGARUH AGLOMERASI INDUSTRI, TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28380/1/RAVINDRA... · analisis pengaruh aglomerasi industri, tingkat partisipasi

91

Kuncoro, Mudrajad. 2002. Analisis Spasial dan Regional : Studi Aglomerasi dan

Kluster Industri Indonesia. UPP-AMP YKPN : Yogyakarta.

Kuncoro , Mudrajad.2010. Ekonomika Pembangunan : Masalah ,Kebijakan, dan

Politik. ERLANGGA : JAKARTA

Nuryadin, Didi dan Sodik, Jamzoni. Aglomerasi dan Pertumbuhan Ekonomi :

Peran dan Karakteristik Regional di Indonesia. Journal Ekonomi.

Simanjuntak, Payaman. 2001. PENGANTAR ILMU EKONOMI SUMBER

DAYA MANUSIA. LPFE UI. JAKARTA 2001

Subri, Mulyadi. 2002. Ekonomi Sumber Daya Manusia. RAJA GRAFINDO

PERSADA. JAKARTA 2002.

Sukirno, Sadono. 2006. Ekonomi Pembangunan : Proses, Masalah dan Dasar

Kebijakan. Jakarta : Prenada Media Group.

Sukirno, Sadono. 2012. Makroekonomi Modern. Raja Grafindo. Jakarta.

Sukirno, Sadono. 2012. Makroekonomi Teori Pengantar. Edisi Ketiga. Rajawali

Pers. Jakarta.

Sumarsono, Sony. 2007. Ekonomi Menejemen Sumber Daya Manusia dan

Ketenagakerjaan. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Sumodiningrat, Gunawan. 2004. Pembangunan Wilayah, Perspektif Ekonomi,

Sosial dan Lingkungan. Jakarta. LP3ES.

Tarigan, Robinson. 2005. Ekonomi Regional : Teori dan Aplikasi Edisi Revisi.

Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Todaro, Michael. 2006. Ekonomi Pembangunan Jilid Satu. Jakarta:

Erlangga

Winarno, Wing, Wahyu. “Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan Eviews”.

Unit penerbit dan Percetakan Sekolah Tinggi Ilmu Manejemen YKPN,

Yogyakarta 2007.

Widarjono, Agus. 2009. Ekonometrika Teori dan Aplikasi, untuk Ekonomi dan

Bisnis. Yogyakarta: Ekonisia.

Wibowo, Wisnu Ari. 2013. Pengaruh Faktor Aglomerasi Industri, Angkatan

Kerja Dan Tingkat Upah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi

Kabupaten/Kota Di Propinsi Jawa Tengah Periode 2005-201

Page 112: ANALISIS PENGARUH AGLOMERASI INDUSTRI, TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28380/1/RAVINDRA... · analisis pengaruh aglomerasi industri, tingkat partisipasi

92

Lampiran 1 : Data Observasi Penelitian

No Kab/Kota P. E % Aglomerasi TPAK Output

1 Cilacap_2009 5,25 0,9843 74,64 5918892217

Cilacap_2010 5,65 0,7526 71,86 6461076825

Cilacap_2011 5,77 1,079 78,91 3243262975

2 Banyumas_2009 5,49 1,1569 74,97 401814537

Banyumas_2010 5,77 1,1576 77,64 466403502

Banyumas_2011 5,94 1,2183 76,7 724238662

3 Purbalingga_2009 5,61 1,283 79,38 1756803194

Purbalingga_2010 5,95 1,3747 79,59 1404767130

Purbalingga_2011 6,02 1,7372 77,4 1902454203

4 Banjarnegara_2009 5,11 0,7373 78,65 195779354

Banjarnegara_2010 4,89 0,8812 81,86 196599676

Banjarnegara_2011 4,91 0,4864 78,11 303283389

5 Kebumen_2009 3,94 1,2572 80,83 177325147

Kebumen_2010 4,15 1,2372 80,14 250138031

Kebumen_2011 4,22 1,5998 79,51 316145309

6 Purworejo_2009 4,96 0,8433 76,97 217445086

Purworejo_2010 5,01 0,7363 79,4 265090812

Purworejo_2011 5,02 0,4725 80,22 300402013

7 Wonosobo_2009 3,85 0,7426 81,83 331294597

Wonosobo_2010 4,45 0,5294 81,19 492119765

Wonosobo_2011 4,51 0,3372 78,75 781027928

Page 113: ANALISIS PENGARUH AGLOMERASI INDUSTRI, TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28380/1/RAVINDRA... · analisis pengaruh aglomerasi industri, tingkat partisipasi

93

8 Magelang_2009 4,72 0,8718 83,73 1282428747

Magelang_2010 4,51 0,8879 82,93 1477865852

Magelang_2011 4,2 0,8363 78,53 1800297159

9 Boyolali_2009 5,16 0,8429 89,87 2272783140

Boyolali_2010 3,6 0,8735 86,93 3006107147

Boyolali_2011 5,27 0,9953 78,84 3921077118

10 Klaten_2009 4,24 1,3004 82,14 2264716673

Klaten_2010 1,73 1,3091 76,48 2640838723

Klaten_2011 1,95 1,493 78,8 3945316774

11 Sukoharjo_2009 4,76 1,3482 78,39 11551599943

Sukoharjo_2010 4,65 1,5185 76,78 11467818930

Sukoharjo_2011 4,58 1,5439 75,7 11981244557

12 Wonogiri_2009 4,73 0,3014 93,55 284791535

Wonogiri_2010 5,87 0,3731 85,75 476921306

Wonogiri_2011 2,24 0,5274 81,62 421613133

13 Karanganyar_2009 3,59 0,9263 84,19 9004794427

Karanganyar_2010 5,42 0,8969 83,92 10136712441

Karanganyar_2011 5,49 1,1326 77,38 12756218177

14 Sragen_2009 6,01 0,7861 89,52 7166864258

Sragen_2010 6,09 0,7968 85,05 5042065770

Sragen_2011 6,52 0,6948 79,51 4103527017

15 Grobogan_2009 5,03 0,2665 88,52 258675181

Grobogan_2010 5,05 0,2913 83,18 285078675

Page 114: ANALISIS PENGARUH AGLOMERASI INDUSTRI, TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28380/1/RAVINDRA... · analisis pengaruh aglomerasi industri, tingkat partisipasi

94

Grobogan_2011 3,59 0,4116 77,49 391781262

16 Blora_2009 5,08 0,1947 89,84 423515394

Blora_2010 5,19 0,2575 83,8 102425924

Blora_2011 2,59 0,2019 79,86 63454285

17 Rembang_2009 4,46 0,5481 79,06 872697284

Rembang_2010 4,45 0,563 78,37 643100177

Rembang_2011 4,39 0,5019 76,46 645867383

18 Pati_2009 4,69 0,843 82,37 4115878429

Pati_2010 5,11 0,898 77,03 3250540292

Pati_2011 5,43 0,7453 79,32 5167692085

19 Kudus_2009 3,78 2,2195 76,4 41989833901

Kudus_2010 4,16 2,2268 77,57 44056845128

Kudus_2011 4,2 1,967 73,57 44182199767

20 Jepara_2009 5,02 2,6546 75,48 2236346419

Jepara_2010 4,52 2,6309 76,7 4465874435

Jepara_2011 5,44 2,2539 74,58 4198098889

21 Demak_2009 4,08 0,791 75,11 2565994577

Demak_2010 4,12 0,8644 73,72 2430598562

Demak_2011 4,47 0,5376 73,95 4325992956

22 Semarang_2009 4,37 1,2922 83,11 9123608637

Semarang_2010 4,9 1,4308 84,99 10666189382

Semarang_2011 5,56 1,1074 76,56 11948335988

23 Temanggung_2009 4,09 1,1553 81,79 1019921649

Page 115: ANALISIS PENGARUH AGLOMERASI INDUSTRI, TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28380/1/RAVINDRA... · analisis pengaruh aglomerasi industri, tingkat partisipasi

95

Temanggung_2010 4,31 0,8759 86,36 1356206902

Temanggung_2011 4,65 1,1278 78,23 1792018519

24 Kendal_2009 4,1 0,7268 79,19 5686917614

Kendal_2010 5,95 0,6687 77,85 6835861605

Kendal_2011 5,98 0,7966 76,14 8372863324

25 Batang_2009 3,72 1,3491 75,74 1852699525

Batang_2010 4,97 1,2283 79,01 1824992434

Batang_2011 5,26 1,441 75,63 2055299277

26 Pekalongan_2009 4,3 2,1736 75,49 2182744123

Pekalongan_2010 4,27 1,989 76,27 2230402881

Pekalongan_2011 4,76 1,9381 74,82 2423690460

27 Pemalang_2009 4,78 0,6952 72,77 521660248

Pemalang_2010 4,94 0,7295 71,34 605282253

Pemalang_2011 4,83 0,8207 76,28 441701435

28 Tegal_2009 5,49 1,0314 71,82 2045893433

Tegal_2010 4,62 0,934 69,89 1080108008

Tegal_2011 4,81 0,9844 76,35 1533659487

29 Brebes_2009 4,99 0,2669 71,98 442228935

Brebes_2010 4,94 0,1787 77,74 451868367

Brebes_2011 4,96 0,2623 76,24 505252496

30 Magelang_2009 5,11 0,6409 70,84 217646718

Magelang_2010 6,12 0,8415 75,2 383751497

Magelang_2011 5,45 0,6293 76,85 486215878

Page 116: ANALISIS PENGARUH AGLOMERASI INDUSTRI, TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28380/1/RAVINDRA... · analisis pengaruh aglomerasi industri, tingkat partisipasi

96

31 Surakarta_2009 5,9 1,0161 73,24 1501285171

Surakarta_2010 5,94 1,099 72,38 1610942317

Surakarta_2011 6,03 1,0421 73,41 2007373126

32 Salatiga_2009 4,48 0,9369 70,58 1131442356

Salatiga_2010 5,01 0,9408 68,26 1355510202

Salatiga_2011 5,25 1,2812 72,9 1853559590

33 Semarang_2009 4,7 1,0785 73,88 19611798993

Semarang_2010 5,87 1,2121 71,27 22528494580

Semarang_2011 6,41 1,0292 72,01 25035306475

34 Pekalongan_2009 4,18 2,2005 75,74 584380727

Pekalongan_2010 5,51 2,209 74,95 469439399

Pekalongan_2011 5,44 1,7457 71,47 700165773

35 Tegal_2009 5,04 0,7757 73,89 586090963

Tegal_2010 4,61 0,8582 76,27 609954002

Tegal_2011 4,58 0,7772 74,21 591141779

Page 117: ANALISIS PENGARUH AGLOMERASI INDUSTRI, TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28380/1/RAVINDRA... · analisis pengaruh aglomerasi industri, tingkat partisipasi

97

Lampiran 2

LAJU PDRB JAWA TENGAH 2009

Kab/Kota 2008 2009 T - (T-1) Hasil Presentase

Kab Cilacap 11689092,9 12303308,3 614215,44 0,05255 5,25

Kab Banyumas 4171468,95 4400542,23 229073,28 0,05491 5,49

Kab Purbalingga 2257392,77 2384014,04 126621,27 0,05609 5,61

Kab Banjarnegara 2619989,61 2753935,73 133946,12 0,05112 5,11

Kab Kebumen 2721254,09 2828395,07 107140,98 0,03937 3,94

Kab Purworejo 2737087,13 2872723,29 135636,16 0,04955 4,96

Kab Wonosobo 1741148,31 1808247,18 67098,87 0,03854 3,85

Kab Magelang 3761388,59 3938764,68 177376,09 0,04716 4,72

Kab Boyolali 3899372,86 4100520,26 201147,4 0,05158 5,16

Kab Klaten 4567200,96 4761018,67 193817,71 0,04244 4,24

Kab Sukoharjo 4540751,53 4756902,5 216150,97 0,0476 4,76

Kab Wonogiri 2770435,78 2901577,44 131141,66 0,04734 4,73

Kab Karanganyar 4900690,4 5076549,87 175859,47 0,03588 3,59

Kab Sragen 2729450,32 2893427,19 163976,87 0,06008 6,01

Kab Grobogan 2948793,8 3097093,25 148299,45 0,05029 5,03

Kab Blora 1913763,35 2010908,67 97145,32 0,05076 5,08

Kab Rembang 2093412,59 2186736,49 93323,9 0,04458 4,46

Kab Pati 4162082,37 4357144,04 195061,67 0,04687 4,69

Kab Kudus 11683819,7 12125681,8 441862,06 0,03782 3,78

Kab Jepara 3889988,85 4085438,36 195449,51 0,05024 5,02

Kab Demak 2787524,02 2901151,51 113627,49 0,04076 4,08

Kab Semarang 5079003,74 5300723,41 221719,67 0,04365 4,37

Kab Temanggung 2219155,63 2309841,53 90685,9 0,04087 4,09

Kab Kendal 4822465,28 5020087,37 197622,09 0,04098 4,10

Kab Batang 2169854,55 2250616,82 80762,27 0,03722 3,72

Kab Pekalongan 2970214,98 3098072,64 127857,66 0,04305 4,30

Kab Pemalang 3142808,7 3293056,25 150247,55 0,04781 4,78

Kab Tegal 3286263,44 3466785,57 180522,13 0,05493 5,49

Kab Brebes 4998528,19 5247897,41 249369,22 0,04989 4,99

Kota Magelang 993835,2 1044650,24 50815,04 0,05113 5,11

Kota Surakarta 4549342,95 4817877,63 268534,68 0,05903 5,90

Kota Salatiga 832154,88 869452,99 37298,11 0,04482 4,48

Kota Semarang 19156814,3 20057621,9 900807,56 0,04702 4,70

Kota Pekalongan 1887853,7 1966751,15 78897,45 0,04179 4,18

Kota Tegal 1166587,87 1225424,73 58836,86 0,05044 5,04

Page 118: ANALISIS PENGARUH AGLOMERASI INDUSTRI, TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28380/1/RAVINDRA... · analisis pengaruh aglomerasi industri, tingkat partisipasi

98

Lampiran 3

LAJU PDRB JAWA TENGAH 2010

Kab/Kota 2009 2010 T - (T-1) Hasil Presentase

Kab Cilacap 12302308,34 12998128,79 695820,4 0,05656 5,66

Kab Banyumas 4400542,23 4654634,02 254091,8 0,057741 5,77

Kab Purbalingga 2384014,04 2525872,73 141858,7 0,059504 5,95

Kab Banjarnegara 2753935,73 2888524,12 134588,4 0,048871 4,89

Kab Kebumen 2828395,07 2945829,46 117434,4 0,04152 4,15

Kab Purworejo 2872723,29 3016597,82 143874,5 0,050083 5,01

Kab Wonosobo 1808247,18 1888808,28 80561,1 0,044552 4,46

Kab Magelang 3938764,68 4116390,07 177625,4 0,045097 4,51

Kab Boyolali 4100520,26 4248048,24 147528 0,035978 3,60

Kab Klaten 4761018,67 4843247,26 82228,59 0,017271 1,73

Kab Sukoharjo 4756902,5 4978263,31 221360,8 0,046535 4,65

Kab Wonogiri 2901577,44 3071963,79 170386,4 0,058722 5,87

Kab Karanganyar 5172268,33 5452435,49 280167,2 0,054167 5,42

Kab Sragen 2893427,19 3069751,14 176324 0,060939 6,09

Kab Grobogan 3097093,25 3253398,56 156305,3 0,050468 5,05

Kab Blora 2010908,67 2115369,93 104461,3 0,051947 5,19

Kab Rembang 2186736,49 2283965,7 97229,21 0,044463 4,45

Kab Pati 4357144,04 4579852,54 222708,5 0,051113 5,11

Kab Kudus 12144952,38 12651591,64 506639,3 0,041716 4,17

Kab Jepara 4085438,36 4270256,9 184818,5 0,045238 4,52

Kab Demak 2901151,51 3020821,04 119669,5 0,041249 4,12

Kab Semarang 5300723,41 5560551,9 259828,5 0,049018 4,90

Kab Temanggung 2309841,53 2409386,4 99544,87 0,043096 4,31

Kab Kendal 5090286,6 5394079,29 303792,7 0,059681 5,97

Kab Batang 2250616,82 2362482,41 111865,6 0,049704 4,97

Kab Pekalongan 3098072,64 3230351,23 132278,6 0,042697 4,27

Kab Pemalang 3293056,25 3455713,42 162657,2 0,049394 4,94

Kab Tegal 3466785,57 3627198,2 160412,6 0,046271 4,63

Kab Brebes 5247897,41 5507402,71 259505,3 0,049449 4,94

Kota Magelang 1044650,24 1108603,69 63953,45 0,06122 6,12

Kota Surakarta 4817877,63 5103886,24 286008,6 0,059364 5,94

Kota Salatiga 869452,99 913020,04 43567,05 0,050109 5,01

Kota Semarang 20180577,85 21365817,8 1185240 0,058732 5,87

Kota Pekalongan 1978082,25 2087114,17 109031,9 0,05512 5,51

Page 119: ANALISIS PENGARUH AGLOMERASI INDUSTRI, TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28380/1/RAVINDRA... · analisis pengaruh aglomerasi industri, tingkat partisipasi

99

Lampiran 4

LAJU PDRB JAWA TENGAH 2011

Kab/Kota 2010 2011 T - (T-1) Hasil Persen

Kab Cilacap 12998128,79 13749105,22 750976,4 0,057776 5,78

Kab Banyumas 4654634,02 4931433,05 276799 0,059467 5,95

Kab Purbalingga 2525872,73 2678085,09 152212,4 0,060261 6,03

Kab Banjarnegara 2888524,12 3030542,04 142017,9 0,049166 4,92

Kab Kebumen 2945829,46 3070381,16 124551,7 0,042281 4,23

Kab Purworejo 3016597,82 3168113,4 151515,6 0,050227 5,02

Kab Wonosobo 1888808,28 1974114,16 85305,88 0,045164 4,52

Kab Magelang 4116390,07 4292354,46 175964,4 0,042747 4,27

Kab Boyolali 4248048,24 4472217,01 224168,8 0,05277 5,28

Kab Klaten 4843247,26 4938050,65 94803,39 0,019574 1,96

Kab Sukoharjo 4978263,31 5206646,65 228383,3 0,045876 4,59

Kab Wonogiri 3071963,79 3140855,16 68891,37 0,022426 2,24

Kab Karanganyar 5452435,49 5752136,99 299701,5 0,054967 5,50

Kab Sragen 3069751,14 3270052,52 200301,4 0,06525 6,53

Kab Grobogan 3253398,56 3370343,7 116945,1 0,035946 3,59

Kab Blora 2115369,93 2170194,81 54824,88 0,025917 2,59

Kab Rembang 2283965,7 2384459,23 100493,5 0,044 4,40

Kab Pati 4579852,54 4828723,12 248870,6 0,05434 5,43

Kab Kudus 12651591,64 13184051,12 532459,5 0,042086 4,21

Kab Jepara 4270256,9 4502689,29 232432,4 0,054431 5,44

Kab Demak 3020821,04 3156126,24 135305,2 0,044791 4,48

Kab Semarang 5560551,9 5869949,71 309397,8 0,055642 5,56

Kab Temanggung 2409386,4 2521439,03 112052,6 0,046507 4,65

Kab Kendal 5394079,29 5717086,83 323007,5 0,059882 5,99

Kab Batang 2362482,41 2486765,6 124283,2 0,052607 5,26

Kab Pekalongan 3230351,23 3384387,72 154036,5 0,047684 4,77

Kab Pemalang 3455713,42 3622635,53 166922,1 0,048303 4,83

Kab Tegal 3627198,2 3801779,47 174581,3 0,048131 4,81

Kab Brebes 5507402,71 5780877,86 273475,2 0,049656 4,97

Kota Magelang 1108603,69 1169060,42 60456,73 0,054534 5,45

Kota Surakarta 5103886,24 5411912,32 308026,1 0,060351 6,04

Kota Salatiga 913020,04 961024,62 48004,58 0,052578 5,26

Kota Semarang 21365817,8 22736136,19 1370318 0,064136 6,41

Kota Pekalongan 2087114,17 2200827,78 113713,6 0,054484 5,45

Kota Tegal 1281528,2 1340227,74 58699,54 0,045804 4,58

Page 120: ANALISIS PENGARUH AGLOMERASI INDUSTRI, TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28380/1/RAVINDRA... · analisis pengaruh aglomerasi industri, tingkat partisipasi

100

Lampiran 5

Perhitungan Aglomerasi Industri Manufaktur Propinsi Jawa Tengah Tahun 2009

Kabupaten atau Tenaga Kerja Sektor Tenaga Kerja Tenaga Kerja Sektor Tenaga Kerja Indeks Balassa

Kota di JATENG Industri Kab/Kota Kab/Kota Industri Jateng Jateng

Kab Cilacap 113855 689485 2656673 15835382 0,9843

Kab Banyumas 132072 680460 2656673 15835382 1,1569

Kab Purbalingga 86492 401829 2656673 15835382 1,283

Kab Banjarnegara 53268 430667 2656673 15835382 0,7373

Kab Kebumen 117505 557099 2656673 15835382 1,2572

Kab Purworejo 48282 341263 2656673 15835382 0,8433

Kab Wonosobo 47438 380776 2656673 15835382 0,7426

Kab Magelang 87823 600436 2656673 15835382 0,8718

Kab Boyolali 72494 512635 2656673 15835382 0,8429

Kab Klaten 126082 577901 2656673 15835382 1,3004

Kab Sukoharjo 93651 414058 2656673 15835382 1,3482

Kab Wonogiri 27853 550876 2656673 15835382 0,3014

Kab Karanganyar 64931 417838 2656673 15835382 0,9263

Kab Sragen 61502 466332 2656673 15835382 0,7861

Kab Grobogan 32221 720700 2656673 15835382 0,2665

Kab Blora 14947 457502 2656673 15835382 0,1947

Kab Rembang 27792 302260 2656673 15835382 0,5481

Kab Pati 83466 590171 2656673 15835382 0,843

Kab Kudus 151515 406909 2656673 15835382 2,2195

Kab Jepara 237572 533446 2656673 15835382 2,6546

Kab Demak 65677 494917 2656673 15835382 0,791

Kab Semarang 102040 470675 2656673 15835382 1,2922

Kab Temanggung 72244 372741 2656673 15835382 1,1553

Kab Kendal 59645 489173 2656673 15835382 0,7268

Kab Batang 73089 322932 2656673 15835382 1,3491

Kab Pekalongan 150417 412482 2656673 15835382 2,1736

Kab Pemalang 66225 567795 2656673 15835382 0,6952

Kab Tegal 102188 590539 2656673 15835382 1,0314

Kab Brebes 340,49 760,43 2656673 15835382 0,2669

Kota Magelang 6033 56107 2656673 15835382 0,6409

Kota Surakarta 42065 246768 2656673 15835382 1,0161

Kota Salatiga 12365 78668 2656673 15835382 0,9369

Kota Semarang 127304 703602 2656673 15835382 1,0785

Kota Pekalongan 49221 133326 2656673 15835382 2,2005

Kota Tegal 13350 102585 2656673 15835382 0,7757

Page 121: ANALISIS PENGARUH AGLOMERASI INDUSTRI, TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28380/1/RAVINDRA... · analisis pengaruh aglomerasi industri, tingkat partisipasi

101

Lampiran 6

Perhitungan Aglomerasi Industri Manufaktur Propinsi Jawa Tengah Tahun 2010

Kabupaten atau Tenaga Kerja

Sektor Tenaga Kerja Tenaga Kerja

Sektor Tenaga Kerja

Indeks Balassa

Kota di JATENG Industri Kab/Kota Kab/Kota Industri Jateng Jateng

Kab Cilacap 92218 688049 2815292 15809447 0,7526

Kab Banyumas 151234 733609 2815292 15809447 1,1576

Kab Purbalingga 102565 418945 2815292 15809447 1,3747

Kab Banjarnegara 71033 452617 2815292 15809447 0,8812

Kab Kebumen 118494 537808 2815292 15809447 1,2372

Kab Purworejo 44718 341033 2815292 15809447 0,7363

Kab Wonosobo 35955 381326 2815292 15809447 0,5294

Kab Magelang 99502 629239 2815292 15809447 0,8879

Kab Boyolali 78863 506987 2815292 15809447 0,8735

Kab Klaten 127913 548672 2815292 15809447 1,3091

Kab Sukoharjo 108310 400526 2815292 15809447 1,5185

Kab Wonogiri 32913 495295 2815292 15809447 0,3731

Kab Karanganyar 77896 427435 2815292 15809447 0,8969

Kab Sragen 65804 463749 2815292 15809447 0,7968

Kab Grobogan 35713 688296 2815292 15809447 0,2913

Kab Blora 20240 441334 2815292 15809447 0,2575

Kab Rembang 29639 304638 2815292 15809447 0,563

Kab Pati 93075 581998 2815292 15809447 0,898

Kab Kudus 156381 394361 2815292 15809447 2,2268

Kab Jepara 251474 536754 2815292 15809447 2,6309

Kab Demak 75821 492570 2815292 15809447 0,8644

Kab Semarang 128091 502705 2815292 15809447 1,4308

Kab Temanggung 61783 396063 2815292 15809447 0,8759

Kab Kendal 53249 447120 2815292 15809447 0,6687

Kab Batang 77261 353214 2815292 15809447 1,2283

Kab Pekalongan 142369 401931 2815292 15809447 1,989

Kab Pemalang 66822 515127 2815292 15809447 0,7295

Kab Tegal 97409 585618 2815292 15809447 0,934

Kab Brebes 25851 812098 2815292 15809447 0,1787

Kota Magelang 8050 53719 2815292 15809447 0,8415

Kota Surakarta 46189 235998 2815292 15809447 1,099

Kota Salatiga 12388 73329 2815292 15809447 0,9408

Kota Semarang 156423 724687 2815292 15809447 1,2121

Kota Pekalongan 53099 134984 2815292 15809447 2,209

Kota Tegal 16447 107613 2815292 15809447 0,8582

Page 122: ANALISIS PENGARUH AGLOMERASI INDUSTRI, TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28380/1/RAVINDRA... · analisis pengaruh aglomerasi industri, tingkat partisipasi

102

Lampiran 7

Perhitungan Aglomerasi Industri Manufaktur Propinsi Jawa Tengah Tahun 2011

Kabupaten atau Tenaga Kerja

Sektor Tenaga Kerja

Tenaga Kerja Sektor Tenaga Kerja

Indeks Balassa

Kota di JATENG Industri Kab/Kota Kab/Kota Industri Jateng Jateng

Kab Cilacap 164730 797518 3046724 15916135 1,0790

Kab Banyumas 177488 761034 3046724 15916135 1,2183

Kab Purbalingga 136373 410082 3046724 15916135 1,7372

Kab Banjarnegara 39965 429193 3046724 15916135 0,4864

Kab Kebumen 171125 558785 3046724 15916135 1,5998

Kab Purworejo 31245 345383 3046724 15916135 0,4726

Kab Wonosobo 23879 369940 3046724 15916135 0,3372

Kab Magelang 94586 590807 3046724 15916135 0,8363

Kab Boyolali 88100 462374 3046724 15916135 0,9954

Kab Klaten 161421 564784 3046724 15916135 1,4931

Kab Sukoharjo 121628 411536 3046724 15916135 1,5439

Kab Wonogiri 48953 484858 3046724 15916135 0,5274

Kab Karanganyar 88430 407869 3046724 15916135 1,1326

Kab Sragen 57673 433620 3046724 15916135 0,6948

Kab Grobogan 51152 649149 3046724 15916135 0,4116

Kab Blora 16431 424989 3046724 15916135 0,2020

Kab Rembang 28833 300096 3046724 15916135 0,5019

Kab Pati 86044 603103 3046724 15916135 0,7453

Kab Kudus 144368 383399 3046724 15916135 1,9671

Kab Jepara 227589 527480 3046724 15916135 2,2540

Kab Demak 52059 505834 3046724 15916135 0,5376

Kab Semarang 98736 465735 3046724 15916135 1,1075

Kab Temanggung 77862 360636 3046724 15916135 1,1279

Kab Kendal 68091 446514 3046724 15916135 0,7966

Kab Batang 95917 347725 3046724 15916135 1,4410

Kab Pekalongan 146094 393783 3046724 15916135 1,9381

Kab Pemalang 92969 591728 3046724 15916135 0,8208

Kab Tegal 123313 654335 3046724 15916135 0,9845

Kab Brebes 41406 824449 3046724 15916135 0,2624

Kota Magelang 7098 58919 3046724 15916135 0,6293

Kota Surakarta 49748 249368 3046724 15916135 1,0422

Kota Salatiga 20572 83879 3046724 15916135 1,2812

Kota Semarang 151878 770886 3046724 15916135 1,0292

Kota Pekalongan 43830 131158 3046724 15916135 1,7457

Kota Tegal 17138 115187 3046724 15916135 0,7773

Page 123: ANALISIS PENGARUH AGLOMERASI INDUSTRI, TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28380/1/RAVINDRA... · analisis pengaruh aglomerasi industri, tingkat partisipasi

103

Lampiran 8

TPAK JAWA TENGAH 2009

No Kabupaten/Kota usia 15-64 angkatan kerja TPAK Presentase

1 Kab Cilacap 1.043.137 778.660 0,74646 74,6459957

2 Kab Banyumas 987.023 740.042 0,749772 74,9771788

3 Kab Purbalingga 530.884 421.467 0,793897 79,3896595

4 Kab Banjarnegara 576.786 453.660 0,786531 78,653088

5 Kab Kebumen 750.062 606.340 0,808387 80,8386507

6 Kab Purworejo 466.378 359.011 0,769785 76,9785453

7 Kab Wonosobo 482.781 395.068 0,818317 81,8317208

8 Kab Magelang 754.419 631.689 0,837319 83,7318519

9 Kab Boyolali 603.633 542.533 0,89878 89,8779556

10 Kab Klaten 751.322 617.172 0,821448 82,1448061

11 Kab Sukoharjo 575.841 451.417 0,783926 78,3926466

12 Kab Wonogiri 620.017 580.035 0,935515 93,5514671

13 Kab Karanganyar 540.926 455.446 0,841975 84,1974688

14 Kab Sragen 552.864 494.956 0,895258 89,5258147

15 Kab Grobogan 866.756 767.310 0,885266 88,5266442

16 Kab Blora 547.427 491.863 0,8985 89,8499709

17 Kab Rembang 405.107 320.318 0,7907 79,0699741

18 Kab Pati 776.063 639.265 0,823728 82,3728228

19 Kab Kudus 574.841 439.215 0,764063 76,4063454

Page 124: ANALISIS PENGARUH AGLOMERASI INDUSTRI, TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28380/1/RAVINDRA... · analisis pengaruh aglomerasi industri, tingkat partisipasi

104

20 Kab Jepara 739.221 558.008 0,75486 75,4859508

21 Kab Demak 698.877 524.939 0,751118 75,1117865

22 Kab Semarang 614.737 510.942 0,831155 83,1155437

23 Kab Temanggung 475.872 389.225 0,81792 81,7919525

24 Kab Kendal 654.654 518.428 0,791911 79,1911452

25 Kab Batang 459.014 347.665 0,757417 75,7416985

26 Kab Pekalongan 570.207 430.475 0,754945 75,4945134

27 Kab Pemalang 889.274 647.167 0,727748 72,7747578

28 Kab Tegal 905.975 650.691 0,718222 71,8221805

29 Kab Brebes 1.166.237 839.546 0,719876 71,9875977

30 Kota Magelang 93.117 65.970 0,708464 70,8463546

31 Kota Surakarta 376.180 275.546 0,732484 73,2484449

32 Kota Salatiga 125.161 88.342 0,705827 70,5826895

33 Kota Semarang 1.065.969 787.565 0,738825 73,8825426

34 Kota Pekalongan 192.600 145.890 0,757477 75,7476636

35 Kota Tegal 164.756 121.753 0,73899 73,8989779

Page 125: ANALISIS PENGARUH AGLOMERASI INDUSTRI, TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28380/1/RAVINDRA... · analisis pengaruh aglomerasi industri, tingkat partisipasi

105

Lampiran 9

TPAK JAWA TENGAH 2010

No Kabupaten/Kota

usia 15-

64

angkatan

kerja TPAK Presentase

1 Kab Cilacap 1.060.759 762.347 0,71868068 71,868068

2 Kab Banyumas 1.020.006 792.012 0,77647779 77,647779

3 Kab Purbalingga 547.270 435.598 0,79594716 79,594716

4 Kab Banjarnegara 570.535 467.074 0,81865968 81,865968

5 Kab Kebumen 729.490 584.684 0,80149694 80,149694

6 Kab Purworejo 444.605 353.027 0,79402391 79,402391

7 Kab Wonosobo 489.422 397.392 0,81196187 81,196187

8 Kab Magelang 781.961 648.484 0,82930479 82,930479

9 Kab Boyolali 606.834 527.581 0,86939921 86,939921

10 Kab Klaten 751.227 574.549 0,7648141 76,48141

11 Kab Sukoharjo 563.298 432.526 0,76784579 76,784579

12 Kab Wonogiri 606.057 519.702 0,8575134 85,75134

13 Kab Karanganyar 545.409 457.756 0,83928941 83,928941

14 Kab Sragen 568.489 483.526 0,85054592 85,054592

15 Kab Grobogan 867.344 721.475 0,83182105 83,182105

16 Kab Blora 557.247 466.977 0,8380072 83,80072

17 Kab Rembang 408.685 320.291 0,78371117 78,371117

18 Kab Pati 805.651 620.602 0,77031121 77,031121

Page 126: ANALISIS PENGARUH AGLOMERASI INDUSTRI, TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28380/1/RAVINDRA... · analisis pengaruh aglomerasi industri, tingkat partisipasi

106

19 Kab Kudus 542.051 420.513 0,77578125 77,578125

20 Kab Jepara 733.234 562.402 0,76701571 76,701571

21 Kab Demak 708.408 522.266 0,73723899 73,723899

22 Kab Semarang 630.873 536.204 0,84993969 84,993969

23 Kab Temanggung 475.711 410.860 0,86367563 86,367563

24 Kab Kendal 608.225 473.515 0,77851946 77,851946

25 Kab Batang 478.014 377.700 0,79014422 79,014422

26 Kab Pekalongan 549.104 418.843 0,76277536 76,277536

27 Kab Pemalang 815.451 581.757 0,71341748 71,341748

28 Kab Tegal 905.584 632.931 0,69892025 69,892025

29 Kab Brebes 1.137.982 884.757 0,77747891 77,747891

30 Kota Magelang 82.370 61.945 0,75203351 75,203351

31 Kota Surakarta 357.220 258.573 0,72384805 72,384805

32 Kota Salatiga 119.651 81.674 0,6826019 68,26019

33 Kota Semarang 1.117.088 796.186 0,71273346 71,273346

34 Kota Pekalongan 193.651 145.149 0,74953912 74,953912

35 Kota Tegal 164.463 125.452 0,76279771 76,279771

Page 127: ANALISIS PENGARUH AGLOMERASI INDUSTRI, TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28380/1/RAVINDRA... · analisis pengaruh aglomerasi industri, tingkat partisipasi

107

Lampiran 10

TPAK JAWA TENGAH 2011

No(11) Kab/Kota

usia 15-

64

angkatan

kerja TPAK Presentase

1 Kab Cilacap 1.081.073 853.137 0,789157624 78,915762

2 Kab Banyumas 1.043.797 800.633 0,767038993 76,703899

3 Kab Purbalingga 560.861 434.130 0,774042053 77,404205

4 Kab Banjarnegara 581.882 454.525 0,781129164 78,112916

5 Kab Kebumen 741.179 589.330 0,795125064 79,512506

6 Kab Purworejo 451.121 361.917 0,802261478 80,226148

7 Kab Wonosobo 498.366 392.465 0,787503562 78,750356

8 Kab Magelang 800.158 628.377 0,78531615 78,531615

9 Kab Boyolali 618.822 487.936 0,788491683 78,849168

10 Kab Klaten 764.131 602.176 0,788053357 78,805336

11 Kab Sukoharjo 575.181 435.414 0,757003448 75,700345

12 Kab Wonogiri 614.971 501.982 0,816269385 81,626939

13 Kab Karanganyar 557.771 431.653 0,773889284 77,388928

14 Kab Sragen 578.181 459.766 0,795193893 79,519389

15 Kab Grobogan 883.586 684.731 0,774945506 77,494551

16 Kab Blora 566.779 452.639 0,798616392 79,861639

17 Kab Rembang 417.150 318.985 0,764676975 76,467697

18 Kab Pati 820.751 651.095 0,793291754 79,329175

Page 128: ANALISIS PENGARUH AGLOMERASI INDUSTRI, TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28380/1/RAVINDRA... · analisis pengaruh aglomerasi industri, tingkat partisipasi

108

19 Kab Kudus 555.598 408.790 0,735765787 73,576579

20 Kab Jepara 754.463 562.700 0,74582849 74,582849

21 Kab Demak 725.288 536.414 0,739587585 73,958758

22 Kab Semarang 647.962 496.109 0,765645208 76,564521

23 Kab Temanggung 486.497 380.592 0,782311093 78,231109

24 Kab Kendal 621.084 472.944 0,761481539 76,148154

25 Kab Batang 488.638 369.571 0,756328816 75,632882

26 Kab Pekalongan 560.558 419.446 0,748265122 74,826512

27 Kab Pemalang 828.089 631.743 0,762892636 76,289264

28 Kab Tegal 920.370 702.720 0,76351902 76,351902

29 Kab Brebes 1.158.123 882.972 0,762416427 76,241643

30 Kota Magelang 83.581 64.238 0,768571805 76,85718

31 Kota Surakarta 362.737 266.308 0,734162768 73,416277

32 Kota Salatiga 122.904 89.609 0,729097507 72,909751

33 Kota Semarang 1.150.016 828.235 0,720194328 72,019433

34 Kota Pekalongan 197.914 141.466 0,71478521 71,478521

35 Kota Tegal 167.148 124.049 0,742150669 74,215067

Page 129: ANALISIS PENGARUH AGLOMERASI INDUSTRI, TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28380/1/RAVINDRA... · analisis pengaruh aglomerasi industri, tingkat partisipasi

109

Lampiran 11

NILAI OUTPUT INDUSTRI JAWA TENGAH 2009

No Kab/Kota Input Output Nilai Tambah

1 Kab Cilacap 2.654.282.235 5.918.892.217 3.264.609.982

2 Kab Banyumas 271.389.288 401.814.537 130.425.249

3 Kab Purbalingga 797.824.920 1.756.803.194 958.978.274

4 Kab Banjarnegara 132.352.401 195.779.354 63.426.953

5 Kab Kebumen 126.299.369 177.325.147 51.025.778

6 Kab Purworejo 179.830.516 217.445.086 37.614.570

7 Kab Wonosobo 203.687.466 331.294.597 127.607.131

8 Kab Magelang 752.014.068 1.282.428.747 530.414.679

9 Kab Boyolali 1.522.141.547 2.272.783.140 750.641.593

10 Kab Klaten 1.721.073.410 2.264.716.673 543.643.263

11 Kab Sukoharjo 7.473.403.995 11.551.599.943 4.078.195.948

12 Kab Wonogiri 170.894.059 284.791.535,00 113.897.476

13 Kab Karanganyar 6.530.692.948 9.004.794.427 2.474.101.479

14 Kab Sragen 5.667.196.565 7.166.864.258 1.499.667.693

15 Kab Grobogan 210.579.061 258.675.181 48.096.120

16 Kab Blora 114.953.245 423.515.394 308.562.149

17 Kab Rembang 441.853.063 872.697.284 430.844.221

18 Kab Pati 1.928.230.423 4.115.878.429 2.187.648.006

19 Kab Kudus 31.736.125.720 41.989.833.901 10.253.708.181

20 Kab Jepara 1.094.674.949 2.236.346.419 1.141.671.470

21 Kab Demak 1.335.063.073 2.565.994.577 1.230.931.504

22 Kab Semarang 5.413.587.328 9.123.608.637 3.710.021.309

23 Kab Temanggung 553.073.485 1.019.921.649,00 466.848.164

24 Kab Kendal 3.303.359.870 5.686.917.614 2.383.557.744

25 Kab Batang 1.095.908.992 1.852.699.525 756.790.533

26 Kab Pekalongan 1.510.783.282 2.182.744.123 671.960.841

27 Kab Pemalang 341.323.795 521.660.248 180.336.453

28 Kab Tegal 1.010.022.395 2.045.893.433 1.035.871.038

29 Kab Brebes 301.365.549 442.228.935 140.863.386

30 Kota Magelang 165.412.018 217.646.718 52.234.700

31 Kota Surakarta 861.019.075 1.501.285.171 640.266.096

32 Kota Salatiga 540.838.588 1.131.442.356 590.603.768

33 Kota Semarang 13.554.324.410 19.611.798.993 6.057.474.583

34 Kota Pekalongan 310.074.460 584.380.727 274.306.267

35 Kota Tegal 344.776.871 586.090.963 241.314.092

Total 94.370.432.439 141.798.593.132 47.428.160.693

Page 130: ANALISIS PENGARUH AGLOMERASI INDUSTRI, TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28380/1/RAVINDRA... · analisis pengaruh aglomerasi industri, tingkat partisipasi

110

Lampiran 12

NILAI OUTPUT INDUSTRI JAWA TENGAH 2010

No Kab/Kota Input Output Nilai Tambah

1 Kab Cilacap 2.915.133.945 6.461.076.825 3.545.942.880

2 Kab Banyumas 283.145.021 466.403.502 183.258.481

3 Kab Purbalingga 579.835.435 1.404.767.130 824.931.695

4 Kab Banjarnegara 147.451.850 196.599.676 49.147.826

5 Kab Kebumen 159.045.771 250.138.031 91.092.260

6 Kab Purworejo 182.269.154 265.090.812 82.821.658

7 Kab Wonosobo 311.991.183 492.119.765 180.128.582

8 Kab Magelang 894.076.949 1.477.865.852 583.788.903

9 Kab Boyolali 1.787.267.985 3.006.107.147 1.218.839.162

10 Kab Klaten 1.649.337.827 2.640.838.723 991.500.896

11 Kab Sukoharjo 6.259.889.750 11.467.818.930 5.207.929.180

12 Kab Wonogiri 213.814.307 476.921.306 263.106.999

13 Kab Karanganyar 6.378.339.201 10.136.712.441 3.758.373.240

14 Kab Sragen 3.481.730.622 5.042.065.770 1.560.335.148

15 Kab Grobogan 213.789.948 285.078.675 71.288.727

16 Kab Blora 65.961.757 102.425.924 36.464.167

17 Kab Rembang 480.426.999 643.100.177 162.673.178

18 Kab Pati 1.902.821.827 3.250.540.292 1.347.718.465

19 Kab Kudus 30.538.676.520 44.056.845.128 13.518.168.608

20 Kab Jepara 1.197.320.038 4.465.874.435 3.268.554.397

21 Kab Demak 1.478.214.067 2.430.598.562 952.384.495

22 Kab Semarang 5.917.179.181 10.666.189.382 4.749.010.201

23 Kab Temanggung 825.597.745 1.356.206.902 530.609.157

24 Kab Kendal 4.809.280.028 6.835.861.605 2.026.581.577

25 Kab Batang 949.805.792 1.824.992.434 875.186.642

26 Kab Pekalongan 1.529.207.797 2.230.402.881 701.195.084

27 Kab Pemalang 413.260.555 605.282.253 192.021.698

28 Kab Tegal 776.227.127 1.080.108.008 303.880.881

29 Kab Brebes 279.986.463 451.868.367 171.881.904

30 Kota Magelang 199.311.822 383.751.497 184.439.675

31 Kota Surakarta 944.027.476 1.610.942.317 666.914.841

32 Kota Salatiga 765.038.986 1.355.510.202 590.471.216

33 Kota Semarang 14.391.785.425 22.528.494.580 8.136.709.155

34 Kota Pekalongan 290.771.834 469.439.399 178.667.565

35 Kota Tegal 352.478.393 609.954.002 257.475.609

Total 93.564.498.780 151.027.992.932 57.463.494.152

Page 131: ANALISIS PENGARUH AGLOMERASI INDUSTRI, TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28380/1/RAVINDRA... · analisis pengaruh aglomerasi industri, tingkat partisipasi

111

Lampiran 13

NILAI OUTPUT INDUSTRI JAWA TENGAH 2011

No Kab/Kota Input Output Nilai Tambah

1 Kab Cilacap 1.583.916.347 3.243.262.975 1.659.346.628

2 Kab Banyumas 502.104.702 724.238.662 222.133.960

3 Kab Purbalingga 794.388.074 1.902.454.203 1.108.066.129

4 Kab Banjarnegara 155.170.635 303.283.389 148.112.754

5 Kab Kebumen 224.909.836 316.145.309 91.235.473

6 Kab Purworejo 242.477.429 300.402.013 57.924.584

7 Kab Wonosobo 325.646.069 781.027.928 455.381.859

8 Kab Magelang 1.248.489.489 1.800.297.159 551.807.670

9 Kab Boyolali 2.631.560.596 3.921.077.118 1.289.516.522

10 Kab Klaten 2.905.579.601 3.945.316.774 1.039.737.173

11 Kab Sukoharjo 7.006.790.696 11.981.244.557 4.974.453.861

12 Kab Wonogiri 244.342.866 421.613.133 177.270.267

13 Kab Karanganyar 8.822.299.570 12.756.218.177 3.933.918.607

14 Kab Sragen 2.691.223.982 4.103.527.017 1.412.303.035

15 Kab Grobogan 273.188.005 391.781.262 118.593.257

16 Kab Blora 45.384.275 63.454.285 18.070.010

17 Kab Rembang 405.701.518 645.867.383 240.165.865

18 Kab Pati 2.756.261.348 5.167.692.085 2.411.430.737

19 Kab Kudus 29.632.589.762 44.182.199.767 14.549.610.005

20 Kab Jepara 2.155.896.848 4.198.098.889 2.042.202.041

21 Kab Demak 1.497.546.579 4.325.992.956 2.828.446.377

22 Kab Semarang 6.100.095.101 11.948.335.988 5.848.240.887

23 Kab Temanggung 1.022.780.995 1.792.018.519 769.237.524

24 Kab Kendal 6.132.469.601 8.372.863.324 2.240.393.723

25 Kab Batang 979.099.880 2.055.299.277 1.076.199.397

26 Kab Pekalongan 1.705.308.525 2.423.690.460 718.381.935

27 Kab Pemalang 253.232.148 441.701.435 188.469.287

28 Kab Tegal 1.084.923.085 1.533.659.487 448.736.402

29 Kab Brebes 340.800.840 505.252.496 164.451.656

30 Kota Magelang 251.243.750 486.215.878 234.972.128

31 Kota Surakarta 1.236.879.942 2.007.373.126 770.493.184

32 Kota Salatiga 1.217.924.581 1.853.559.590 635.635.009

33 Kota Semarang 15.918.188.274 25.035.306.475 9.117.118.201

34 Kota Pekalongan 400.332.631 700.165.773 299.833.142

35 Kota Tegal 436.440.844 591.141.779 254.700.935

Total 103.225.188.424 165.221.778.648 62.096.590.224

Page 132: ANALISIS PENGARUH AGLOMERASI INDUSTRI, TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28380/1/RAVINDRA... · analisis pengaruh aglomerasi industri, tingkat partisipasi

112

Lampiran 14

Hasil Uji Chow

Redundant Fixed Effects Tests

Equation: Untitled

Test cross-section fixed effects

Effects Test Statistic d.f. Prob.

Cross-section F 40.843871 (34,67) 0.0000

Hasil Uji Hausman

Correlated Random Effects - Hausman Test

Equation: Untitled

Test cross-section random effects

Test Summary Chi-Sq. Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.

Cross-section random 11.880669 3 0.0078

Page 133: ANALISIS PENGARUH AGLOMERASI INDUSTRI, TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28380/1/RAVINDRA... · analisis pengaruh aglomerasi industri, tingkat partisipasi

113

Lampiran 15

Hasil Uji Multikolinieritas

Hasil Uji Autokorelasi

Tabel 4.2

Hasil Pengujian

Autokorelasi

R-squared 0.964400 Mean dependent var 4.908496

Adjusted R-squared 0.944740 S.D. dependent var 4.923446

S.E. of regression 0.146864 Sum squared resid 1.445131

F-statistic 49.05459 Durbin-Watson stat 2.458796

Prob(F-statistic) 0.000000

AGLOMERASI TPAK OUTPUT

AGLOMERASI 1.000000 -0.280357 0.385508

TPAK -0.280357 1.000000 -0.122904

OUTPUT 0.385508 -0.122904 1.000000

Page 134: ANALISIS PENGARUH AGLOMERASI INDUSTRI, TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28380/1/RAVINDRA... · analisis pengaruh aglomerasi industri, tingkat partisipasi

114

Hasil Uji Normalitas

Kab/Kota PE Aglomerasi TPAK Output 5%

Kab Cilacap 0.804255 0.823545 0.855140 0.786961 0,05

Kab Banyumas 0.850896 0.766812 0.843532 0.795274 0,05

Kab Purbalingga 0.787504 0.795715 0.773136 0.824385 0,05

Kab Banjarnegara 0.772472 0.847194 0.781452 0.766765 0,05

Kab Kebumen 0.810323 0.768792 0.868144 0.868035 0,05

Kab Purworejo 0.786522 0.823022 0.811067 0.861832 0,05

Kab Wonosobo 0.772472 0.867944 0.797394 0.845187 0,05

Kab Magelang 0.857372 0.830809 0.783567 0.850791 0,05

Kab Boyolali 0.769696 0.795404 0.815714 0.864925 0,05

Kab Klaten 0.772057 0.768101 0.858703 0.802124 0,05

Kab Sukoharjo 0.853794 0.778641 0.856834 0.785696 0,05

Kab Wonogiri 0.831479 0.832530 0.841744 0.822790 0,05

Kab Karanganyar 0.767635 0.777712 0.767781 0.827406 0,05

Kab Sragen 0.784242 0.774432 0.865152 0.828947 0,05

Kab Grobogan 0.766850 0.787549 0.868487 0.794728 0,05

Kab Blora 0.767930 0.775971 0.855252 0.774943 0,05

Kab Rembang 0.781215 0.808359 0.815332 0.766822 0,05

Kab Pati 0.863016 0.845946 0.862400 0.865773 0,05

Kab Kudus 0.773047 0.767251 0.824333 0.768950 0,05

Kab Jepara 0.866378 0.769109 0.861625 0.776894 0,05

Kab Demak 0.774084 0.802367 0.786236 0.770232 0,05

Kab Semarang 0.864991 0.862353 0.801886 0.866078 0,05

Kab Temanggung 0.854781 0.773488 0.863895 0.863526 0,05

Kab Kendal 0.766894 0.866121 0.864118 0.862210 0,05

Kab Batang 0.791994 0.862954 0.767433 0.776929 0,05

Kab Pekalongan 0.769283 0.799829 0.866955 0.794571 0,05

Kab Pemalang 0.830969 0.817947 0.823325 0.868652 0,05

Kab Tegal 0.800498 0.868419 0.826419 0.867618 0,05

Kab Brebes 0.856490 0.768569 0.813703 0.783369 0,05

Kota Magelang 0.838768 0.768755 0.818357 0.851893 0,05

Kota Surakarta 0.829382 0.831341 0.786137 0.799989 0,05

Kota Salatiga 0.830702 0.766811 0.868815 0.830241 0,05

Kota Semarang 0.832050 0.816703 0.821342 0.866969 0,05

Kota Pekalongan 0.768604 0.766948 0.791123 0.868811 0,05

Kota Tegal 0.769636 0.766944 0.779532 0.798514 0,05

Page 135: ANALISIS PENGARUH AGLOMERASI INDUSTRI, TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28380/1/RAVINDRA... · analisis pengaruh aglomerasi industri, tingkat partisipasi

115

Lampiran 16

Hasil Uji Fixed Effect

Dependent Variable: LNP__E__

Method: Panel EGLS (Cross-section weights)

Date: 06/20/14 Time: 09:53

Sample: 2009 2011

Periods included: 3

Cross-sections included: 35

Total panel (balanced) observations: 105

Linear estimation after one-step weighting matrix Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 1.006105 0.192088 5.237728 0.0000

AGLOMERASI -0.063717 0.040100 -1.588955 0.1168

TPAK 0.005390 0.002454 2.196322 0.0315

OUTPUT 0.044800 0.006077 7.372086 0.0000 Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) Weighted Statistics R-squared 0.964400 Mean dependent var 4.908496

Adjusted R-squared 0.944740 S.D. dependent var 4.923446

S.E. of regression 0.146864 Sum squared resid 1.445131

F-statistic 49.05459 Durbin-Watson stat 2.458796

Prob(F-statistic) 0.000000 Unweighted Statistics R-squared 0.615008 Mean dependent var 1.556464

Sum squared resid 1.835229 Durbin-Watson stat 2.667674

Page 136: ANALISIS PENGARUH AGLOMERASI INDUSTRI, TINGKAT …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28380/1/RAVINDRA... · analisis pengaruh aglomerasi industri, tingkat partisipasi

116

Lampiran 17

Hasil Analisis Aglomerasi

Tabel 4.1

Wilayah Aglomerasi Industri Besar dan Sedang Kab/Kota di Propinsi

Jawa Tengah

Aglomerasi Wilayah

Kuat (>4)

Sedang (2-4)

Kab Kudus, Kab Jepara, Kota Pekalongan

Lemah (1-2)

Kab Banyumas, Kab Purbalingga, Kab Kebumen, Kab Klaten, Kab Sukoharjo, Kab Semarang, Kab Batang, Kab Pekalongan, Kota Semarang