Seminar Nasional Biodiversitasbiodiversitas.mipa.uns.ac.id/S/gen/pdf/A0405aaALL.pdfRizwana Wahyuni,...

73
Seminar Nasional Biodiversitas Abs Masy Biodiv Indon vol. 4 | no. 5 |pp. 117-172 | September 2017 ISSN: 2407-8069 Kebun Raya Bogor; foto oleh A.D. Setyawan Penyelenggara & Pendukung Manuskrip terseleksi dipublikasikan pada: diterbitkan pada

Transcript of Seminar Nasional Biodiversitasbiodiversitas.mipa.uns.ac.id/S/gen/pdf/A0405aaALL.pdfRizwana Wahyuni,...

Page 1: Seminar Nasional Biodiversitasbiodiversitas.mipa.uns.ac.id/S/gen/pdf/A0405aaALL.pdfRizwana Wahyuni, Arif Kurniawan 117 ... Enggar Apriyanto, ... Hutan Raya Wan Abdul Rachman, Lampung

SeminarNasional

Biodiversitas

Abs Masy Biodiv Indonvol. 4 | no. 5 |pp. 117-172 | September 2017

ISSN: 2407-8069

Kebu

n Ra

ya B

ogor

;fot

o ol

eh A

.D. S

etya

wan

Penyelenggara &Pendukung

Manuskrip terseleksidipublikasikan pada:

diterbitkan pada

Page 2: Seminar Nasional Biodiversitasbiodiversitas.mipa.uns.ac.id/S/gen/pdf/A0405aaALL.pdfRizwana Wahyuni, Arif Kurniawan 117 ... Enggar Apriyanto, ... Hutan Raya Wan Abdul Rachman, Lampung

ALAMAT SEKRETARIATSekretariat Masyarakat Biodiversitas Indonesia, Kantor Jurnal Biodiversitas, Jurusan Biologi Gd. A, Lt. 1, FMIPA UNS, Jl. Ir.Sutami 36A Surakarta 57126, Jawa Tengah, Indonesia. Tel. +62-897-6655-281. Email: [email protected]. Website:biodiversitas.mipa.uns.ac.id/snmbi.html

Penyelenggara& pendukung

Manuskrip terseleksidipublikasikan pada:

ALAMAT SEKRETARIATSekretariat Masyarakat Biodiversitas Indonesia, Kantor Jurnal Biodiversitas, Jurusan Biologi Gd. A, Lt. 1, FMIPA UNS, Jl. Ir.Sutami 36A Surakarta 57126, Jawa Tengah, Indonesia. Tel. +62-897-6655-281. Email: [email protected]. Website:biodiversitas.mipa.uns.ac.id/snmbi.html

Penyelenggara& pendukung

Manuskrip terseleksidipublikasikan pada:

ALAMAT SEKRETARIATSekretariat Masyarakat Biodiversitas Indonesia, Kantor Jurnal Biodiversitas, Jurusan Biologi Gd. A, Lt. 1, FMIPA UNS, Jl. Ir.Sutami 36A Surakarta 57126, Jawa Tengah, Indonesia. Tel. +62-897-6655-281. Email: [email protected]. Website:biodiversitas.mipa.uns.ac.id/snmbi.html

Penyelenggara& pendukung

Manuskrip terseleksidipublikasikan pada:

Page 3: Seminar Nasional Biodiversitasbiodiversitas.mipa.uns.ac.id/S/gen/pdf/A0405aaALL.pdfRizwana Wahyuni, Arif Kurniawan 117 ... Enggar Apriyanto, ... Hutan Raya Wan Abdul Rachman, Lampung

THIS PAGE INTENTIONALLY LEFT BLANK

Page 4: Seminar Nasional Biodiversitasbiodiversitas.mipa.uns.ac.id/S/gen/pdf/A0405aaALL.pdfRizwana Wahyuni, Arif Kurniawan 117 ... Enggar Apriyanto, ... Hutan Raya Wan Abdul Rachman, Lampung

JADWALSeminar Nasional

Masyarakat Biodiversitas Indonesia (MBI)Bogor, 9-10 September 2017

PUKUL KEGIATAN PENANGGUNGJAWAB RUANG

September 9, 2017

07.30-08.00 Registrasi Panitia Selasar08.00-08.15 Upacara pembukaan Pengurus MBI R108.15-08.30 Foto Bersama dan Kudapan Pagi Panitia R1, Selasar

08.30-10.00 Panel I Moderator R1Dr. AbinawantoDr. Didik Widyatmoko

10.00-11.00 Panel II Moderator R1Prof. Dr. Nigel Maxted

11.00-12.00 Presentasi paralel I Panitia SelasarKelompok 1: AO-01 s.d. AO-07 Moderator R1Kelompok 2: AO-08 s.d. BO-06 Moderator R2Kelompok 3: BO-07 s.d. BO-13 Moderator R3

12.00-13.00 Ishoma dan Presentasi Poster Panitia Selasar

13.00-14.00 Presentasi paralel IIKelompok 4: BO-14 s.d. BO-20 Moderator R1Kelompok 5: BO-21 s.d. BO-27 Moderator R2Kelompok 6: BO-28 s.d. CO-01 Moderator R3

14.00-15.00 Presentasi paralel IIIKelompok 7: CO-02 s.d. CO-08 Moderator R1Kelompok 8: CO-09 s.d. DO-04 Moderator R2Kelompok 9: DO-05 s.d. EO-03 Moderator R3

15.00-15.15 Istirahat, Sholat dan Kudapan Sore Panitia Selasar

15.15-16.15 Presentasi paralel IVKelompok 10: EO-04 s.d. EO-10 Moderator R1Kelompok 11: EO-11 s.d. EO-17 Moderator R2Kelompok 12: EO-18 s.d. EO-23 Moderator R3

16.15-16.30 Pengumuman presenter terbaikUpacara penutupan & penjelasan lain

Ketua Dewan PenilaiKetua Panitia

R1

September 10, 201707.30- ... City tour [opsional] Panitia Selasar

Page 5: Seminar Nasional Biodiversitasbiodiversitas.mipa.uns.ac.id/S/gen/pdf/A0405aaALL.pdfRizwana Wahyuni, Arif Kurniawan 117 ... Enggar Apriyanto, ... Hutan Raya Wan Abdul Rachman, Lampung

iv

Kegiatan berikutnya:

1. September 23-24, 2017 – Palu, Central Sulawesi (International Conference on Biodiversity)http://biodiversitas.mipa.uns.ac.id/S/gen/schedules.html

2. October 14-15, 2017 – Pontianak, West Kalimantan (International Conference on Biodiversity)http://biodiversitas.mipa.uns.ac.id/S/gen/schedules.html

3. November 4-5, 2017 – Medan, North Sumatra (International Conference on Biodiversity)http://biodiversitas.mipa.uns.ac.id/S/gen/schedules.html

4. December 8-10, 2017 – Bali (International Conference on Biodiversity)http://biodiversitas.mipa.uns.ac.id/S/gen/schedules.html

Page 6: Seminar Nasional Biodiversitasbiodiversitas.mipa.uns.ac.id/S/gen/pdf/A0405aaALL.pdfRizwana Wahyuni, Arif Kurniawan 117 ... Enggar Apriyanto, ... Hutan Raya Wan Abdul Rachman, Lampung

DAFTAR ISISeminar Nasional

Masyarakat Biodiversitas Indonesia (MBI)Bogor, 9-10 September 2017

KODE JUDUL PENULIS HAL.

Keanekaragaman GenetikAO-01 Konservasi ex-situ Nepenthes sumatrana pada beberapa

media tanam menggunakan metode split anakanRyan Budi Setiawan, RizahRizwana Wahyuni, ArifKurniawan

117

AO-02 Identifikasi siput abalon (Genus: Haliotis) di PerairanBanten dan Banyuwangi menggunakan marka gen COIDNA mitokondria

Syamsul Bachry, Dedy D. Solihin,Rudy Gustiano, KadarwanSoewardi, Nurlisa A. Butet

117

AO-03 Studi filogenetik Usnea spp. berdasarkan sekuen InternalTranscribed Spacer (ITS) rDNA

Miftahul Jannah, Niken Satuti NurHandayani, Rina Sri Kasiamdari

118

AO-04 Konservasi dan karakterisasi padi gogo beras merahlokal di beberapa kabupaten di Sumatera Utara

Rahmad Setia Budi, IrfanSuliansyah, Yusniwati, Sobrizal

118

AO-05 Keragaman genetik varietas padi lokal Indonesiaterhadap penyakit blas daun (Pyricularia grisea)

Santos, Anggiani Nasution, NaniYunani

119

AO-06 Keragaman morfologi, mutu beras dan kandunganmineral (Fe dan Zn) pada galur-galur beras putih, berasmerah dan beras hitam

Heni Safitri, Buang Abdullah,Indrastuti Apri Rumanti, Sularjo,Cahyono

119

AO-07 Kajian biodiversitas tanah dan varietas terhadappertumbuhan dan hasil sorgum

Puji Harsono, Nanik Setyowati,Dadang Suherman

120

AO-08 Keragaan berbagai varietas sorgum terhadap pemupukanNPK di lahan kering

Puji Harsono, Enggar Apriyanto,Joko Setyo Basuki, Sri Sukaryani,Siti Akbari

120

AP-01 Keragaman morfologi dan genetik bambu di ArboretumUniversitas Padjadjaran, Sumedang, Jawa Barat

Annisa, Annisa Mardliyyah, JokoKusmoro

120

Page 7: Seminar Nasional Biodiversitasbiodiversitas.mipa.uns.ac.id/S/gen/pdf/A0405aaALL.pdfRizwana Wahyuni, Arif Kurniawan 117 ... Enggar Apriyanto, ... Hutan Raya Wan Abdul Rachman, Lampung

vi

Keanekaragaman SpesiesBO-01 Perilaku gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus)

dalam pengembangan wisata pendidikan berbasiskonservasi

Indra Gumay Febryano, Rusita 121

BO-02 Eksplorasi potensi Taxus sumatrana di Gunung Kerinci,Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi

Dodi Frianto, Eka Novriyanti 121

BO-03 Populasi dan struktur vegetasi ramin (Gonystylusbancanus Miq. Kurz) di hutan sekunder Desa PematangGadung dan Sungai Sirih, Kabupaten Ketapang,Kalimantan Barat

Abdurrani Muin, Dwi Astiani 121

BO-04 Studi populasi trenggiling (Manis javanica Desmarest,1822) di kawasan rencana PLTA Cisokan, Jawa Barat

Susanti Withaningsih, FathimahNoorahya, Erri N Megantara,Parikesit, Teguh Husodo

122

BO-05 Burung dan habitatnya di penangkaran rusa TamanHutan Raya Wan Abdul Rachman, Lampung

Bainah Sari Dewi, Sugeng P.Harianto, Rahmat Safe’i,Rusita, Awang Murdiono, PujaAnggriana

122

BO-06 Keanekaragaman dan sebaran jenis-jenis epifit vaskulerpada pohon tepi Jalan Raya Padjajaran, Kota Bogor,Jawa Barat

Asep Sadili, Bramastyo 123

BO-07 Pola aktivitas harian rusa (Cervus timorensis, Blainville,1822) di Cagar Alam Pananjung Pangandaran, JawaBarat

Susanti Withaningsih, Parikesit,Yoselina Nur Fazriani, Risya PutriNur Lathifah

123

BO-08 Identifikasi kekayaan spesies tanaman obat dan teknikpelestariannya berbasis kearifan lokal di Hutan AdatNasinoah, Kabupaten Timor Tengah Selatan, NusaTenggara Timur

Marisa Fonny Pit'ay 123

BO-09 Keanekaragaman jamur makroskopis di Taman NasionalKelimutu, Nusa Tenggara Timur

Ridwan Fauzi, Muhamad YusupHidayat, Grace Serepina Saragih

123

BO-10 Keanekaragaman anggota Suku Annonaceae: Potensidan konservasinya di Kebun Raya Bogor

Tri Handayani 124

BO-11 Keanekaragaman jenis-jenis Araceae di Kebun RayaBogor: Koleksi, konservasi serta pemanfaatannya

Yuzammi 124

BO-12 Keanekaragaman jenis cendawan endofit pada tanamangandum (Triticum aestivum L.) yang berpotensi sebagaibioinsektisida

Trizelia, Winarto, Afdal Tanjung 125

BO-13 Hutan kota kawasan industri untuk konservasi ex-situflora endemik dan terancam punah di lingkunganperkotaan

Hendra Gunawan, Sugiarti, AnitaRianti, Pradnya P. Raditya Rendra,Ilyas Sudarso

125

BO-14 Produksi spora prekosius pada Acrostichum aureum(Pteridaceae)

Agung Sedayu 125

BO-15 Uji lapangan preferensi Stenocranus pasificus(Hemiptera: Delphacidae) pada lima varitas baru jagung

Novri Nelly, My Syahrawati,Hasmiandy Hamid, Siska Efendi

126

Page 8: Seminar Nasional Biodiversitasbiodiversitas.mipa.uns.ac.id/S/gen/pdf/A0405aaALL.pdfRizwana Wahyuni, Arif Kurniawan 117 ... Enggar Apriyanto, ... Hutan Raya Wan Abdul Rachman, Lampung

vii

BO-16 Karakteristik pola ikatan pembuluh pada sembilan jenisbambu

Nani Nuriyatin 126

BO-17 Adaptation behavior of bornean orangutan (Pongopygmaeus morio) reintroduction in Kehje Sewen Forest,East Kalimantan

Syahik Nur Bani, DyahPerwitasari-Farajallah, Sri SuciUtami Atmoko, Jamartin Sihite

127

BO-18 Biodiversitas spons perairan dangkal di Pantai SelatanJawa

Tri Aryono Hadi, MuhammadHafitz, Hadiyanto, AgusBudiyanto, Rikoh ManogarSiringoringo

127

BO-19 Dominansi Macaranga gigantea dan Vernonia arboreapada hutan bekas terbakar: Kompetisi atau pembagianruang

Subekti Rahayu, Sambas Basuni,Agus Priyono Kartono, AgusHikmat

127

BO-20 Fosil kayu Dryobalanoxylon sp. pada formasi Gentengdi Kabupaten Lebak, Provinsi Banten danpaleogeografinya di Indonesia

Hanny Oktariani, Winantris, LiliFauzielly

128

BO-21 Beberapa mangrove di delta Sungai Mahakam(Kalimantan timur) yang berpotensi sebagai antimikroba

Gina Saptiani, Andi Noor Asikin,Fikri Ardhani

128

BO-22 Integrasi klonal tumbuhan invasif Wedelia trilobatadalam kondisi tergenang: Kajian alokasi biomassa, polapertumbuhan dan adaptasi morfologi

Endang Saptiningsih, KumalaDewi, Santosa, Yekti AsihPurwestri

128

BO-23 Analisis asosiasi komunitas tumbuhan paku daratan dihutan Kawah Putih, Ciwidey, Kabupaten Bandung, JawaBarat

Parikesit, Septian Helmi, SusantiWithaningsih, Joko Kusmoro

129

BO-24 Komposisi dan keragaman gulma di bawah TanamanBinuang Bini (Octomeles sumatrana) Di KHDTKHaurbentes, Jasinga, Bogor, Jawa Barat

Rina Bogidarmanti 129

BO-25 Keragaman artropoda sebagai musuh alami potensialuntuk Stenochranus pacificus (Hemiptera: Delphacidae)pada tanaman jagung di Sumatera Barat

My Syahrawati, Novri Nelly,Hasmiandy Hamid

130

BO-26 Eksplorasi flora di kawasan Resort Mallawa dan ResortBantimurung, Leang-leang, Taman NasionalBantimurung-Bulusaraung Sulawesi Selatan untukpengayaan koleksi Kebun Raya Jompie Parepare,Sulawesi Selatan

Eka Martha Della Rahayu, WindaUtami Putri

130

BO-27 Struktur dan komposisi vegetasi serta keanekaragamanjenis amfibi pada kawasan hutan sekitar Sungai Didoihu,Kabupaten Pegunungan Arfak, Papua Barat

Matheus Beljai, Meliza SartjeWorabai

130

BO-28 The diversity of ferns and fern allies in Bogor BotanicalGardens

Titien Ngatinem Praptosuwiryo 131

BO-29 Biodiversitas dan distribusi ikan Famili Bagridae diSungai Ijo, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah

Siti Rukayah, M,F. Rahardjo, W.Lestari

131

BO-30 Temuan Marsdenia brunoniana (Apocynaceaea,Asclepiadoideae) di Pegunungan BaturagungYogyakarta: Deskripsi morfologi dan anatominyasebagai acuan identifikasi

Widodo 131

Page 9: Seminar Nasional Biodiversitasbiodiversitas.mipa.uns.ac.id/S/gen/pdf/A0405aaALL.pdfRizwana Wahyuni, Arif Kurniawan 117 ... Enggar Apriyanto, ... Hutan Raya Wan Abdul Rachman, Lampung

viii

BO-31 Temuan Rauvolfia verticillata (Apocynaceaea,Apocynoideae) di Gunung Nglanggeran, Gunungkidul,Yogyakarta: Deskripsi morfologi dan anatominyasebagai acuan identifikasi

Widodo 132

BO-32 Temuan Cayratia mollissima (Vitaceae) di GunungNglanggeran, Gunungkidul, Yogyakarta: Deskripsimorfologi dan anatominya sebagai acuan identifikasi

Widodo 132

BO-33 Status terkini jenis-jenis tumbuhan bernilai konservasitinggi koleksi Kebun Raya Cibodas

Muhamad Muhaimin, ZaenalMutaqien

132

BP-01 Studi distribusi Crustacea di Kawasan Pesisir PulauTanimbar Kei, Maluku Tenggara Barat, Maluku

Tyani Fitrian 133

BP-02 Tingkat kesejahteraan Gajah Sumatera (Elephasmaximus sumatranus) di Taman Margasatwa Ragunanberdasarkan Analisis Welfare Input dan statuskecacingan

Amanda Tiara, Dewi Elfidasari,Fadjar Satrija

133

BP-03 Pengaruh interaksi pengunjung terhadap aktivitas hariandan perilaku sosial Lutung Jawa Trachypithecus auratus(E. Geoffroy, 1812) di Taman Margasatwa Ragunan,Jakarta

Rizkyana Novita Sari, LuthfiraldaSjahfirdi

133

BP-04 Interaksi terhadap objek dalam kandang dan perilakustereotipe bekantan Nasalis larvatus (Wurmb, 1781) diTaman Margasatwa Ragunan, Jakarta

Hana Nabilah, LuthfiraldaSjahfirdi

133

BP-05 Eksplorasi dan karakterisasi tanaman honje (Etlingerasp.) berdasarkan karakter morfo-agronomi di KabupatenSukabumi, Jawa Barat

Nuryan, Liberty Chaidir, AnnaAina Roosda

134

BP-06 Karakteristik fenotip ayam hias (keturunan ayam hutanmerah) yang dipelihara masyarakat Kota Bengkulu,Provinsi Bengkulu

Rifky Adwiansyah, JohanSetianto, Hardi Prakoso

134

BP-07 Biodiversitas tumbuhan langka di Kepulauan Togean,Sulawesi Tengah, potensi dan ancamannya

Sri Hartini 135

BP-08 Anggrek primitif di sumatra yang berpotensi sebagaitanaman hias

Sri Hartini 135

BP-09 Keanekaragaman jenis dan sebaran Fagaceae diIndonesia

Purwaningsih, Ruddy Polosakan 135

BP-10 Analysis of plant species Alocasia esculenta (Araceae),in the forest area of Mount Halimun-Salak NationalPark, West Java, Indonesia

Inge Larashati Subro 135

BP-11 Pilea trinervia (Urticaceae) used as fresh vegetables inMount Halimun-Salak National Park, West Java,Indonesia

Inge Larashati Subro 136

BP-12 Inventory and exploration of orchid species in PolewaliMandar, West Sulawesi

Dwi Murti Puspitaningtyas 136

BP-13 Keanekaragaman ikan perairan mangrove di Lombok,Nusa Tenggara Barat

Gema Wahyudewantoro 136

Page 10: Seminar Nasional Biodiversitasbiodiversitas.mipa.uns.ac.id/S/gen/pdf/A0405aaALL.pdfRizwana Wahyuni, Arif Kurniawan 117 ... Enggar Apriyanto, ... Hutan Raya Wan Abdul Rachman, Lampung

ix

BP-14 Plants ex-situ conservation and study on diversitycomposition of tropical mountain forest of Tanggamus,Lampung

Imawan Wahyu Hidayat,Muhamad Muhaimin, IntaniQuarta Lailaty, Musyarofah Zuhri

137

BP-15 Hama pulai (Alstonia scholaris) di Kebun PangkasStasiun Penelitian Nagrak, Bogor, Jawa Barat

Tati Suharti, Nurmawati Siregar 137

BP-16 Potensi Simpanan Karbon pada Hutan rakyat berbasisagroforestri di Desa Selaawi, Kabupaten Garut, JawaBarat

Meilani Karina, NurheniWijayanto

137

BP-17 Produktivitas tanaman garut (Maranta arundinacea)pada sistem agroforestri

Andik Suhendi, NurheniWijayanto

138

BP-18 Respon pemberian kompos jerami padi terhadappertumbuhan bibit jabon (Anthocephalus cadamba)

Vina Angelia Maha, NurheniWijayanto

138

BP-19 Pertumbuhan awal tanaman asli Cagar Biosfer Cibodas(Jawa Barat) yang berpotensi sebagai penyimpan stokkarbon tinggi

Intani Quarta Lailaty, AisyahHandayani

139

BP-20 Konservasi ex-situ Diospyros spp. (Ebenaceae) di KebunRaya Bogor

Irvan Fadli Wanda, Peniwidiyanti,Ade Ayu Oksari

139

BP-21 Inventarisasi anggrek tanah dan saprofit di remnantforest Kebun Raya Cibodas

Destri 139

BP-22 Karakteristik morfologi dan anatomi daun GenusGarcinia dari dataran tinggi di Indonesia

Masfiro Lailati 140

BP-23 Komposisi dan struktur vegetasi di Resort Salak 2Taman Nasional Gunung Halimun-Salak

Rachma Fauziah, Priyanti, IwanAminudin

140

BP-24 Keanekaragaman dan komposisi epifit berpembuluh danliana pada paku tiang (Cyathea spp.) di Kebun RayaCibodas

Taufikurrahman Nasution, DeckyIndrawan Junaedi

140

BP-25 Keanekaragaman lumut epifit pada Marga Cupressus diKebun Raya Cibodas

Ainun Nadhifah, Kiki Zakiyyah,Ikhsan Noviady

141

BP-26 Aspek biologi reproduksi ikan betok (Anabastestudineus Bloch, 1792) di Waduk Sempor, Kebumen,Jawa Tengah

Turyati, Isdy Sulistyo, Setijanto,Siti Rukayah

141

BP-27 Pendugaan pelepasan senyawa alelopati pada prosesdekomposisi daun tumbuhan invasif (Cinchonapubescens Vahl. dan Calliandra calothyrsus Meissn.)

Zaenal Mutaqien 141

BP-28 Intensitas dan prevalensi ektoparasit pada udang api-api(Metapenaeus sp.) yang didaratkan di TempatPelelangan Ikan (TPI) Sleko, Cilacap, Jawa Tengah

Marsha Nidiaratri, Rokhmani, EdyRiwidiharso

142

BP-29 Keanekaragaman jenis pohon di area karst Wonogiri,Jawa Tengah

Joko Ariyanto, Sri Widoretno,Alanindra Saputra

142

Page 11: Seminar Nasional Biodiversitasbiodiversitas.mipa.uns.ac.id/S/gen/pdf/A0405aaALL.pdfRizwana Wahyuni, Arif Kurniawan 117 ... Enggar Apriyanto, ... Hutan Raya Wan Abdul Rachman, Lampung

x

BP-30 Kaktus (Cactaceae) di Kebun Raya Cibodas: Keragamandan potensinya

Yati Nurlaeni 142

Keanekaragaman EkosistemCO-01 Dinamika indeks diversitas entropy dalam perikanan

budidaya karamba jaring apung di Waduk Cirata, JawaBarat

Asep Agus Handaka Suryana 143

CO-02 Monitoring kesehatan pohon di Rumah Sakit Paru Dr.M. Goenawan Partowidigdo (RSPG) Cisarua, Bogor,Jawa Barat

Arief Noor Rachmadiyanto,Hendra Helmanto, Mujahidin

143

CO-03 Potensi dan ketersediaan pakan alami rusa jawa (Rusatimorensis de Blainville, 1822) di kawasan konservasiTaman Buru Gunung Masigit-Kareumbi, Jawa Barat

Agus Muhamad Maulana, RinaRatnasih Purnamahati, ElhamSumarga.

143

CO-04 Pengaruh pola tanam dan pemupukan terhadaptimbulnya serangan hama pada tanaman binuang bini(Octomeles sumtrana) umur 6 bulan

Rina Bogidarmanti, Darwo 144

CO-05 Pentingnya kawasan bernilai konservasi tinggi padapengelolaan hutan lestari: Studi kasus di BKPH GunungLasem, KPH Kebonharjo, Kabupaten Rembang, JawaTengah

Tri Esti Kurnia Kadarwati,Tarsono

144

CO-06 Komposisi vegetasi dan kesamaan jenis antar blok diCagar Alam Pananjung Pangandaran, Jawa Barat

Indri Wulandari, Teguh Husodo,Herri Y. Hadikusumah, NurulliaFitriani, Randi Hendrawan

145

CO-07 Keragaan tanaman ubi kayu lokal Bangka denganpemberian mikoriza di tanah masam

Tri Lestari, Rion Apriyadi, FajarSetiawan

145

CO-08 Dinamika populasi pohon setelah 30 tahun di HutanPegunungan Bukit Tapak, Bali

Mustaid Siregar, Ni Kadek ErosiUndaharta

146

CO-09 Seleksi tanaman padi menggunakan metode modifikasibulk pada dua kondisi nitrogen

Angelita Puji Lestari,Suwarno,Trikoesoemaningtyas,Didy Sopandie, HajrialAswidinnoor

146

CO-10 Perlunya konservasi eks-situ Gajah Sumatera (Elephasmaximus sumatranus) di Kabupaten Ogan Komering Ilir,Sumatera Selatan

Anita Rianti, Raden Garsetiasih 146

CO-11 Biodiversitas biota akuatik dalam karakterisasiekohidrologi DAS Cikapundung, Jawa Barat

Keukeu Kaniawati Rosada, MirsaAmalia Fajriandina, Sunardi, MiaMiranti, Dasapta Erwin, EndahSulistyawati

147

CP-01 Pengelolaan sungai rangau berbasis kearifan lokal diDesa Rantau Kopar, Kabupaten Rokan Hilir, Riau

Totok Andrico, Yustina, Darmadi 147

CP-02 Kondisi vegetasi paska dua ratus tahun erupsi di hutanpamah lereng utara Taman Nasional Gunung Tambora,Nusa Tenggara Barat

Asep Sadili 147

CP-03 Sebaran jenis-jenis Mangifera di Indonesia Ruddy Polosakan 148

Page 12: Seminar Nasional Biodiversitasbiodiversitas.mipa.uns.ac.id/S/gen/pdf/A0405aaALL.pdfRizwana Wahyuni, Arif Kurniawan 117 ... Enggar Apriyanto, ... Hutan Raya Wan Abdul Rachman, Lampung

xi

CP-04 Evaluasi kesintasan dan pertumbuhan 12 jenis pohonlokal di area restorasi Cagar Biosfer Cibodas, Jawa Barat

Aisyah Handayani, Intani QuartaLailaty, Sri Astutik

148

CP-05 Keanekaragaman jenis tegakan di kawasan penyanggaKarst Citatah, Jawa Barat

Muhamad Yusup Hidayat,TetiSuryanti

148

CP-06 Aspek pertumbuhan ikan bandeng (Chanos chanosForsskal, 1775) pada Habitat Waduk Sempor dan PantaiKabupaten Kebumen, Jawa Tengah

Erick Zakariya Abdillah, Setijanto,Siti Rukayah

149

CP-07 Komposisi vegetasi dasar di Hutan Bukit Seblat, TamanNasional Kerinci Seblat, yang berbatasan dengan DesaSeblat Ulu, Kecamatan Pinang Belapis, KabupatenLebong, Provinsi Bengkulu

Ikhsan Noviady, Imawan WahyuHidayat, Yati Nurlaeni

149

CP-08 Reinventarisasi plot 40 tahun “Near Cibodas MountainGarden” Yamada di Taman Nasional Gunung GedePangrango, Jawa Barat

Zaenal Mutaqien, Anggun RatnaGumilang, Musyarofah Zuhri

149

CP-09 Keanekaan jenis burung pada lima tipe vegetasi diTaman Buru Gunung Masigit-Kareumbi, KabupatenBandung, Jawa Barat

Ruhyat Partasasmita, Reski AkbarMantsuur

150

CP-10 Pengaruh struktur dan komposisi vegetasi terhadapaliran permukaan pada ekosistem riparian di Sub DASCimanuk Hulu, Kabupaten Garut, Jawa Barat

Yeyen Angraeni, Hikmat Ramdan,Ichsan Suwandhi

150

Etnobiologi dan Sosial EkonomiDO-01 Teknik berburu hewan khas Sub-etnik Melayu: Etnik

Lom di Pulau Bangka, Provinsi Kepulauan BangkaBelitung

Budi Afriyansyah, Nur AnnisHidayati, Octiavanny B. Kappa

151

DO-02 Kajian struktur dan fungsi tanaman aren berbasiskearifan lokal dalam upaya menghadapi ekspansiperkebunan kelapa sawit

Anang Kadarsah, Krisdianto 151

DO-03 Intensitas pemanfaatan dan pola perdagangan kura-kuramoncong babi di Sungai Vriendschap, KabupatenAsmat, Papua

Richard Gatot Nugroho Triantoro,Mirza Dikari Kusrini, Lilik BudiPrasetyo

151

DO-04 Pasar tradisional dan keanekaragaman tanamanperdagangan: studi kasus di Pasar Tradisional UjungBerung, Bandung, Jawa Barat

Budiawati Supangkat Iskandar,Johan Iskandar, Budi Irawan

152

DO-05 Pengetahuan lokal penduduk Kampung Cipanggulaan,Desa Karya Mukti, Cianjur, Jawa Barat tentang variasijenis dan pemanfaan serta pengelolaan tumbuhankawung (Arenga pinnata)

Uga Gema Ramadhan, RimboGunawan, Johan Iskandar

152

DO-06 Ethnobotay of communities Tanjung Belit, Muaro Bioand Batu Sanggan Around the Wildlife Reserve BukitRimbang-Bukit Baling, Riau

Ikhsan Matondang, Sri EndartiRahayu

153

DO-07 Kesediaan menerima masyarakat atas pembayaran jasalingkungan air di DAS Way Semaka, KabupatenTanggamus, Lampung

Susni Herwanti 153

DO-08 Analisis saintometrika dalam penelusuran potensipenelitian biomedis berdasarkan publikasikeanekaragaman hayati Indonesia

Irene Muflikh Nadhiroh, RiaHardiyati, Mia Amelia, RizkaRahmaida, Tri Handayani

153

Page 13: Seminar Nasional Biodiversitasbiodiversitas.mipa.uns.ac.id/S/gen/pdf/A0405aaALL.pdfRizwana Wahyuni, Arif Kurniawan 117 ... Enggar Apriyanto, ... Hutan Raya Wan Abdul Rachman, Lampung

xii

DP-01 Persepsi masyarakat terhadap pengembangan wisatapendidikan berbasis konservasi Gajah Sumatera(Elephas maximus sumatranus)

Rusita, Indra Gumay Febriyano,Dina Pertiwi

154

DP-02 Keanekaragaman dan potensi flora pada masyarakatdayak di Serimbu, Kecamatan Air Besar, KalimantanBarat

Wardah, Kristin Ibo 154

BiosainsEO-01 Antioxidant and toxicity screening of forest plants as

medicinal plants in Sebulu Village, Kutai KartanegaraDistrict, East Kalimantan

Abdul Rasyid Zarta, FaridaAriyani, Wiwin Suwinarti, IrawanWijaya Kusuma, Enos TangkeArung,

154

EO-02 Sifat fisis dan mekanis kayu sengon terpadatkan dengankombinasi perbedaan tebal awal dan waktu kempa

Iskandar, Edy Budiarso, IsnaYuniar Wardhani, Agus SulistyoBudi

155

EO-03 Pengaruh pemberian asam amino sistein terhadapkualitas spermatozoa sapi Sumba Ongole (Bos indicus)pasca-kriopreservasi

Nursafira Fathaniah, Setiorini,Syahruddin Said

155

EO-04 Produksi buah dan benih mahoni (Swieteniamacrophylla) di Parung Panjang dan Jonggol (Bogor,Jawa Barat) serta kaitannya dengan status kesuburantanah

Agus A. Pramono, DidaSyamsuwida, Dharmawati F.Djam’an

156

EO-05 Perubahan kondisi fisik, fisiologis,dan biokimia padaberbagai tingkat kemasakan benih Michelia champaca

Agus Astho Pramono, EvayusvitaRustam

156

EO-06 Site characteristics and carbon stocks estimation ofdifferent peat-land-use types in Jabiren, CentralKalimantan Province

Hesti Lestari Tata 157

EO-07 Potensi tanaman yang tumbuh di lahan reklamasi pascatambang batubara sebagai sumber pakan ternak

Taufan Purwokusumaning Daru,Juraemi, Roosena Yusuf, NoviaIndah Rizki

157

EO-08 Konservasi pisang rutai (Musa borneensis) melaluipemupukan NPK dan kompos Trichoderma sp.

Purwati 157

EO-09 Pengaruh inokulan Aspergillus niger terhadappertumbuhan kecambah sorgum tercekam kering danpetumbuhannya di lapangan

Maman Rahmansyah, ArwanSugiharto, Titi Juheati

158

EO-10 Morfologi dan perkembangan bunga dan buah tembesu(Fragrea fragrans)

Evayusvita Rustam, Agus AsthoPramono

158

EO-11 Efektifitas penggunaan formulasi campuran ekstrakTephrosia vogelii dan Piper aduncum serta perangkapair tapai untuk pengendalian Conopomorpha cramerella(Lepidoptera: Gracillariidae) pada kakao

Eka Candra Lina, Ayesha HawnaAmal Kanz, Yaherwandi, AlkapiSukra

159

EO-12 Pemodelan distribusi spesies tumbuhan pakan RusaJawa (Rusa timorensis de Blainville, 1822) di TamanBuru Masigit-Kareumbi, Jawa Barat

Adya Dhivara Sampurno, RinaRatnasih Purnamahati, ElhamSumarga

159

EO-13 Pemetaan preferensi habitat Rusa Jawa (Rusa timorensis,de Blianville 1822) di Taman Buru Gunung Masigit-Kareumbi, Jawa Barat

Wafiqah Khaeriyyah, RinaRatnasih, Elham Sumarga.

159

Page 14: Seminar Nasional Biodiversitasbiodiversitas.mipa.uns.ac.id/S/gen/pdf/A0405aaALL.pdfRizwana Wahyuni, Arif Kurniawan 117 ... Enggar Apriyanto, ... Hutan Raya Wan Abdul Rachman, Lampung

xiii

EO-14 Kemampuan tumbuhan akuatik Salvinia molesta danPistia stratiotes sebagai fitoremediator logam berattembaga

Rony Irawanto, Fatihah Baroroh 160

EO-15 Kemampuan tumbuhan akuatik Lemna minor danCeratophyllum demersum sebagai fitoremediator logamberat timbal

Rony Irawanto, Anjar ArisMunandar

160

EO-16 Uji coba jenis tanaman dengan perlakuan media tanampada lahan pasca tambang galian C di KHDTK Labanan,Kalimantan Timur

Rina Wahyu Cahyani, AsefKurniyawan Hardjana

161

EO-17 Mikropropagasi anggrek Dendrobium phalaenopsismelalui overekspresi gen AtRKD4

Nintya Setiari, Aziz Purwantoro,Sukarti Moeljopawiro, EndangSemiarti

161

EO-18 Charactherizations of endophytic Bacillus strains fromtomato roots as growth promotor and biocontrol ofRalstonia solanacearum

Yulmira Yanti, Warnita, Reflin,Chainur Rahman Nasution

162

EO-19 Respon awal pertumbuhan meranti (Shorea roxburghii)terhadap pemberian pupuk pada lahan bekas tambangbatubara Kalimantan Timur

Mawazin, Adi Susilo 162

EO-20 Tingkat konsumsi dan preferensi pakan harian rusa jawa(Rusa timorensis de Blainville 1822) di kawasankonservasi Taman Buru Masigit-Kareumbi, Jawa Barat

Dyastri Intan Pratiwi Prayoga,Rina Ratnasih Purnamahati, ElhamSumarga

162

EO-21 Struktur histologi saluran pernafasan mencit (Musmusculus) karena terpapar minyak atsiri zodia (Evodiasuaveolens)

Muhamat, Rusmiati, Alifa KaruniaRizky, Rahmadawati, One Safitri

163

EO-22 Identifikasi abnormalitas sperma ayam Nunukan asalejakulat dengan bahan pengecatan eosin dan eosinnigrosin

Fikri Ardhani, Bryta MbincarBoangmanalu

163

EO-23 Pengaruh pemberian asam amino glutamin terhadapkualitas spermatozoa sapi Sumba Ongole (Bos indicus),pasca-kriopreservasi

Indah Sari, Setiorini, SyahruddinSaid

164

EP-01 Kualitas sperma sapi hasil sexing setelah kapasitasisecara in vitro

Ekayanti Mulyawati Kaiin,Muhammad Gunawan

164

EP-02 Pengaruh pemberian asam amino glisin terhadap kualitasspermatozoa sapi Sumba Ongole (Bos indicus) pasca-kriopreservasi

Maitshaa Adella, Setiorini,Syahruddin Said

165

EP-03 Metabolizable energy and protein digestibility of quailration containing kangkung seed meal

Miftah Nurfarid, AstutiKusumorini, SekarwatiSukmaningrasa, Ana Rochana,Rachmat Wiradimadja, RamadhaniEka Putra

165

EP-04 The effect of kangkung seed meal (Ipomea reptans) inrations on the characteristics reproduction of femalequail

Nita Nurjanah, Astuti Kusumorini,Epa Paujiah, Ana Rochana,Rachmat Wiradimadja, RamadhaniEka Putra

165

EP-05 Quality of quail eggs (Coturnix-coturnix japonica)preserved with melinjo (Gnetum gnemon) leaf extract

Yayu Azizah, Astuti Kusumorini,Ayuni Adawiyah, Ana Rochana,Rachmat Wiradimadja, RamadhaniEka Putra

166

Page 15: Seminar Nasional Biodiversitasbiodiversitas.mipa.uns.ac.id/S/gen/pdf/A0405aaALL.pdfRizwana Wahyuni, Arif Kurniawan 117 ... Enggar Apriyanto, ... Hutan Raya Wan Abdul Rachman, Lampung

xiv

EP-06 The physical quality of quail egg (Coturnix-coturnixjaponica) with the addition of kangkung seed meal inration

Tesa Nopianti, Astuti Kusumorini,Ida Kinasih, Ana Rochana,Rachmat Wiradimadja, RamadhaniEka Putra

166

EP-07 The effect of kangkung seed meal (Ipomea reptans) inrations on the nutrition value of meat quail andconsumer preferences

Siti Saidah, Astuti Kusumorini,Ayuni Adawiyah, Ana Rochana,Rachmat Wiradimadja, RamadhaniEka Putra

167

EP-08 Effect of kangkung seed meal (Ipomoea reptans) on theintestine quail histomorphometry

Seni Restu Triana, AstutiKusumorini, Ida Kinasih, AnaRochana, Rachmat Wiradimadja,Ramadhani Eka Putra

167

EP-09 The effect of the amount of inoculum and the time offermentation to the protein content and crude fiber ofkangkung seed (Ipomea reptans) by Rhizopusoligosporus

Wilda Nurjanah, AstutiKusumorini, Yani Suryani, AnaRochana, Rachmat Wiradimadja,Ramadhani Eka Putra

167

EP-10 Pemberian pakan tepung biji kangkung (Ipomoeareptans) dalam ransum terhadap kandungan lemak dankolesterol daging puyuh (Coturnix coturnix japonica)

Istianatul Fadilah, AstutiKusumorini, SekarwatiSukmaningrasa, Ana Rochana,Rachmat Wiradimadja, RamadhaniEka Putra

168

EP-11 Pemberian tepung biji kangkung (Ipomoea reptans) padacampuran ransum terhadap kadar protein dan lemakyang terkandung dalam telur puyuh

Ferbi Fajar Ramadhan, AstutiKusumorini, Ida Kinasih, AnaRochana, Rachmat Wiradimadja,Ramadhani Eka Putra

168

EP-12 Penentuan lama simpan dan karakterisasi morfologibuah pasat (Heynea trijuga)

Elly Kristiati Agustin, HaryWawangningrum, Irvan FadliWanda

169

EP-13 Isolasi dan uji antagonisme fungi endofit dari talas(Colocasia esculenta) terhadap patogen Phytophthoracolocasiae

Tri S. Haryani, Adnin M.Kencana, Rika Meidiana, MutiaAnggraeni

169

EP-14 Potensi simpanan karbon hutan mangrove di CagarAlam Leuweung Sancang, Jawa Barat

Megatrikania Kendali, Devi N.Choesin, Rina R. Irwanto, DianRosleine

169

EP-15 Kondisi tegakan pohon dan indeks ketidaknyamanan dieks-TPA Cicabe, Bandung, Jawa Barat

Kalish Rachman Hamka, Devi N.Choesin, Rina R. Irwanto

170

EP-16 Isolasi Candida spp. dari air kolam renangmenggunakan media agar

Afifah Irbah, MakhabbahJamilatun, Aminah Aminah

170

EP-17 Potensi simpanan karbon di hutan mangrove TamanNasional Baluran, Jawa Timur

Fayi Raihan Saleh, Devi N.Choesin, Rina R. Irwanto, DianRosleine

170

EP-18 Pra-rancangan proyek restorasi rumpang habitat antaraGunung Halimun-Salak

Irhammaula Ario Mulyaputra,Alyandra Gusman, Fayi RaihanSaleh, Megatrikania Kendali,Achmad Sjarmidi, WawanGunawan

171

EP-19 Pemanfaatan ekstrak daun babandotan (Ageratumconyzoides) sebagai herbisida alami terhadappertumbuhan gulma rumput teki (Cyperus rotundus)

Triastinurmiatiningsih, Arfa UlHikmah, Faras Gaitsa Bilkis, DedeGiwang Maelani.

171

Page 16: Seminar Nasional Biodiversitasbiodiversitas.mipa.uns.ac.id/S/gen/pdf/A0405aaALL.pdfRizwana Wahyuni, Arif Kurniawan 117 ... Enggar Apriyanto, ... Hutan Raya Wan Abdul Rachman, Lampung

xv

EP-20 Metode penyimpanan cabutan anakan pohon untukkonservasi ex-situ Beraja (Shorea guiso (Blanco)Blume)

Dodo, Hary Wawangningrum 172

EP-21 Keberhasilan inseminasi buatan dengan sperma sexingsapi bali di Kabupaten Lombok Timur, NTB

Muhammad Gunawan, EkayantiMulyawati Kaiin

172

Keterangan: A. Keanakeragaman Genetik, B. Keanekaragaman Spesies, C. Keanekaragaman Ekosistem, D. EtnobiologiDan Sosial Ekonomi, E. Biosains (Ilmu dan Teknologi Hayati); O. Oral, P. Poster

Page 17: Seminar Nasional Biodiversitasbiodiversitas.mipa.uns.ac.id/S/gen/pdf/A0405aaALL.pdfRizwana Wahyuni, Arif Kurniawan 117 ... Enggar Apriyanto, ... Hutan Raya Wan Abdul Rachman, Lampung

Abstrak Seminar Nasional MBI, UI Depok, 20 Desember 2014 v

5.

THIS PAGE INTENTIONALLY LEFT BLANK

Page 18: Seminar Nasional Biodiversitasbiodiversitas.mipa.uns.ac.id/S/gen/pdf/A0405aaALL.pdfRizwana Wahyuni, Arif Kurniawan 117 ... Enggar Apriyanto, ... Hutan Raya Wan Abdul Rachman, Lampung

ABS SOC INDON BIODIVVol. 4, No. 5, September 2017 ISSN: 2407-8069Pages: 117-172 DOI: 10.13057/asnmbi/m040501

ABSTRAKSeminar Nasional

Masyarakat Biodiversitas Indonesia (MBI)Bogor, 9-10 September 2017

Keanekaragaman Genetik

AO-01Konservasi ex-situ Nepenthes sumatrana padabeberapa media tanam menggunakan metode splitanakan

Ryan Budi Setiawan1,2, ♥, Rizah Rizwana Wahyuni2,Arif Kurniawan2

1Fakultas Pertanian, Universitas Andalas. Kampus Unand Limau Manih,Padang 25163, Sumatera Barat. Tel. +62-751-72773, Fax.: +62-751-72702, email: [email protected] Pasir Pengaraian. Kampus Kumu, Desa Rambah, Kota PasirPengaraian, Kabupaten Rokan Hulu, Riau

Kantong semar (Nepenthes sumatrana (Miq) Beck)merupakan tanaman unik di Indonesia yang keberadaannyamulai langka dan hampir punah, sehingga upaya konservasisangat diperlukan baik secara insitu maupun eksitu.Perbanyakan secara vegetatif dengan memisah anakanadalah salah satu metode yang bisa dilakukan, denganmengunakan media tanam yang bersifat porous berupa akarresam, arang sekam, cocopeat dan moss. Tujuan penelitianini adalah untuk medapatkan media terbaik untukpembibitan anakan kantong semar. Percobaan disusunberdasarkan Rancangan Acak Kelompok (RAK)menggunakan perlakuan media tanam yang terdiri dari 5taraf dan 3 kelompok percobaan, taraf perlakuan percobaanmeliputi: M1= akar resam, M2= arang sekam, M3=cocopeat, M4= moss, M5= kombinasi arang sekam,cocopeat, akar resam, dan moss dengan perbandinganvolume 1:1:1:1. Adapun peubah pengamatan adalahsebagai berikut: pertambahan tinggi tanaman, pertambahanjumlah daun, pertambahan panjang daun, pertambahanlebar daun, pertambahan jumlah kantong, pertambahanpanjang kantong dan pertambahan panjang akar. Hasilpenelitian menunjukkan media terbaik yang mampumeningkatkan jumlah daun dan jumlah kantong terbanyaktanaman N. sumatrana adalah media akar resam denganpertambahan 4.55 helai dan 2.77 kantong. Sedangkan

Media terbaik yang mampu meningkatkan panjang kantongN. sumatrana adalah media kombinasi dengan pertambahan2.02 cm.

Cocopeat, konservasi, moss, Nepenthes sumatrana

AO-02Identifikasi siput abalon (Genus: Haliotis) diPerairan Banten dan Banyuwangi menggunakanmarka gen COI DNA mitokondria

Syamsul Bachry1,♥, Dedy D. Solihin1, Rudy Gustiano2,Kadarwan Soewardi3, Nurlisa A. Butet3

1 Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,Institut Pertanian Bogor. Jl. Raya Darmaga Bogor 16680, Jawa Barat.Tel./Fax. +62-251-8622833, email: [email protected] Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Tawar. Jl. SempurNo. 1, Kota Bogor 16129, Jawa Barat3 Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan danIlmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Jl. Raya Darmaga Bogor 16680,Jawa Barat

Abalon (Haliotis squamata) merupakan salah satu jenissiput yang tersebar di perairan selatan Jawa. Siput inimemiliki bentuk morfologi cangkang yang mirip antarspesies sehingga menyulitkan dalam idetifikasi morfologi.Untuk itu diperlukan identifikasi genetik untuk memastikanpenamaan dalam suatu spesies. Identifikasi genetik padasiput abalon sangat penting untuk konservasi danpemanfaatannya di Indonesia. Penelitian ini bertujuanuntuk mengidentifikasi karakter molekuler anggota genusHaliotis famili Haliotidae di perairan Selatan Banten (n=5)dan Banyuwangi (n=5). Sampel DNA berasal dari jaringanotot abalon melalui tahap isolasi DNA denganmenggunakan Dneasy® Blood dan Tissue Kit, tahapamplifikasi PCR menggunakan Primer AB-COIDivF danAB-COIDivR. Verifikasi spesies dilakukan berdasarkanBLAST dengan runutan nukleotida yang tersedia diGenBank (NCBI). Jarak genetik dihitung dengan metodeNeighbour-Joining menggunakan model kimura 2parameter. Hasil penelitian menunjukkan panjang sekuenbasa nukleotida gen COI Haliotis spp. yang teramplifikasi

Page 19: Seminar Nasional Biodiversitasbiodiversitas.mipa.uns.ac.id/S/gen/pdf/A0405aaALL.pdfRizwana Wahyuni, Arif Kurniawan 117 ... Enggar Apriyanto, ... Hutan Raya Wan Abdul Rachman, Lampung

ABS MASY BIODIV INDON, Bogor, 9-10 September 2017, hal. 117-172118

sebesar 600 pb. Dari hasil sekuen fragmen tersebut setelahdibandingkan dengan outgrup dari GenBank (Haliotisdiversicolor superteksta Kode akses: AY319443 dan H.corugata kode akses: FJ977760) didapat hasilnya sebagaiberikut: Situs nukleotida conserved 437 pb, variable 144pb, parsim-info 28 pb dan singleton 116 pb. Secaramorfologik sampel abalon dari Banten dan Banyuwangiadalah H. squamata sedangkan berdasarkan data sequenCOInya maka jarak genetik antar jenis H. squamata hasilpenelitian ini dengan H. diversicolor supertexta sebesar16,2% dan dengan H. corugata dari GenBank adalah21,8%. Hasil perbandingan rata-rata jarak genetikinterpopulasi H. squamata asal Banten (0,0017%) atau(0,17%), Banyuwangi (0,0016%) atau (0,16%).

Abalon, identifikasi spesies, Gen Cytochrome Oxidase I,Haliotis squamata, Banten, Banyuwangi

AO-03Studi filogenetik Usnea spp. berdasarkan sekuenInternal Transcribed Spacer (ITS) rDNA

Miftahul Jannah1,♥, Niken Satuti Nur Handayani2,♥♥,Rina Sri Kasiamdari3

1 Program Studi Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas IslamAs-syafi`iyah. Jl. Jatiwaringin Raya No.12, Pondokgede, Jaticempaka,Kota Bekasi 17411, Jawa Barat. Tel.: +62-21-8484719, ♥email:[email protected] Laboratorium Genetika, Fakultas Biologi, Universitas Gadjah Mada. Jl.Teknika Selatan, Sekip Utara, Sleman 55281, Yogyakarta.Tel/Fax. +62-274-580839, ♥♥email: [email protected] Laboratorium Biosistematik Tumbuhan, Fakultas Biologi, UniversitasGadjah Mada. Jl. Teknika Selatan, Sekip Utara, Sleman 55281,Yogyakarta

Lichen merupakan organisme simbiosis antara alga(photobiont) dan jamur (mycobiont). Lichen dari genusUsnea dimanfaatkan masyarakat sebagai ramuan jamutradisional. Genus ini memiliki talus yang sangat miripantar spesies sehingga sangat sulit dibedakan. Identifikasispesies yang dilakukan di Indonesia masih terbatasberdasarkan karakter morfologis, sedangkan karaktermorfologis hanya dapat untuk mengidentifikasi tingkatfamili dan genus. Karakter molekular berdasarkan sekuenDNA Internal Transcribed Spacer (ITS) rDNA yangmemiliki daerah conserved (5,8S) dan bervariasi (ITS 1dan ITS 2) diperlukan untuk memperkuat dan mendukungidentifikasi serta penelusuran hubungan kekerabatanspesies. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi danmenentukan hubungan kekerabatan spesies Usnea yangdimanfaatkan masyarakat Yogyakarta dan Solo.Identifikasi dilakukan berdasarkan karakter morfologis,anatomis, mikrokimia, dan mikrokristal. Analisis sekuenITS rDNA menggunakan software Bioedit, DNA Baseruntuk memotong sekuen berdasarkan kromatogram,selanjutnya mengetahui tingkat homologi dengan BLAST,alignment dengan Clustal-X, melihat similaritas nukleotidadengan phydit dan MEGA-5.05 untuk rekonstruksi pohonfilogenetik menggunakan algoritme rekonstruksi MaximumLikelihood, model evolusi kimura 2 parameter bootstrap

1000. Berdasarkan karakter morfologis, dari 16 morfotipeteridentifikasi menjadi 7 spesies yaitu U. pectinata (LW3),U. rubrotincta (LW4), U. himalayana (LW1, LW2, LW5,LW11), U. fragilescens (LW6,LW9), U. nidifica(LW8,LW10), U. baileyi (LW7, T1, T3), dan U.bismolliuscula (T2, T4, T5), sedangkan berdasarkan ITSrDNA teridentifikasi 6 spesies, U. pectinata dan U. baileyiteridentifikasi sebagai spesies yang sama yaitu U. baileyi.Dendogram berdasarkan karakter morfologis menunjukkanU. pectinata berkerabat dekat dengan U. bismolliuscula, U.rubrotincta berkerabat dekat dengan U. fragilescens, U.himalayana berkerabat dekat dengan U. nidifica, dan U.baileyi berkerabat jauh dengan Usnea yang ditemukan,sedangkan topologi filogenetik berdasarkan sekuen ITSrDNA menunjukkan dalam clade subgenus Usnea, U.himalayana berkerabat dekat dengan U. nidifica; U.bismolliuscula berkerabat lebih dekat dengan U.rubrotincta dibandingkan dengan U. fragilescens; dandalam clade subgenus Eumitria, U. pectinata berkerabatsangat dekat dengan U. baileyi.

Filogenetik, ITS rDNA, morfologis, lichen, Usnea

AO-04Konservasi dan karakterisasi padi gogo berasmerah lokal di beberapa kabupaten di SumateraUtara

Rahmad Setia Budi1,♥, Irfan Suliansyah2, Yusniwati2,Sobrizal3

1 Program Pascasarjana, Fakultas Pertanian, Universitas Andalas. KampusUnand Limau Manih, Padang 25163, Sumatera Barat.2 Fakultas Pertanian, Universitas Islam Sumatera Utara. Jl Karya WisataGedung Johor, Medan 20144. Tel. +62-61-80019721, email:[email protected] Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, UniversitasAndalas. Kampus Unand Limau Manih, Padang 25163, Sumatera Barat4 Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi (PAIR), Badan Tenaga NuklirNasional (BATAN). Jl. Lebak Bulus Raya No. 49, Cilandak, JakartaSelatan 12440, Jakarta

Plasma nutfah atau sumber daya genetik (SDG) adalahbiodiversitas yang sangat penting dan merupakan modaldasar yang diperlukan dalam mengembangkan industripertanian termasuk dalam menciptakan varietas unggulbaru untuk peningkatan produksi dalam mendukungketahanan pangan dan pertanian berkelanjutan. Padi (Oryzasativa L.) atau beras merupakan tanaman pangan yangsangat penting sebagai makanan pokok utama bagimasyarakat Indonesia. Salah satu jenis padi gogo diSumatera Utara yang banyak ditanam masyarakat adalahjenis padi gogo beras merah. Agar SDG ini terhindar darikepunahan dan dapat lebih diberdayakan maka perludilakukan cara konservasi yang lebih dinamis sepertipelestarian in situ dan lekat lahan (on farm conservation)dan ex-situ conservation. Tujuan penelitian ini untukmemperoleh informasi dan data; karakter agronomi,morfologi, dan produksi seperti: tinggi tanaman, umurpanen, produksi per ha, bobot 1000 butir, bentuk, ukuran,dan warna benih (gabah) dan biji (beras). Penelitian

Page 20: Seminar Nasional Biodiversitasbiodiversitas.mipa.uns.ac.id/S/gen/pdf/A0405aaALL.pdfRizwana Wahyuni, Arif Kurniawan 117 ... Enggar Apriyanto, ... Hutan Raya Wan Abdul Rachman, Lampung

ABS SOC INDON BIODIV, Bogor, 9-10 September 2017, pp. 117-172 119

dilaksanakan diawali dengan kegiatan eksplorasi dibeberapa kabupaten di Sumatera Utara mulai awal tahun2015 hingga Desember 2016 melalui studi literatur,wawancara dan kunjungan langsung ke ladang Petani.Koleksi dan penyimpanan untuk pemantapan dankarakterisasi padi gogo beras merah dilaksanakan di KebunPercobaan dan Laboratorium, Fakultas Pertanian, UISU,Medan dan Fakultas Pertanian, Universitas Andalas,Padang. Dari hasil penelitian diketahui bahwa: (i)Diperoleh 19 kultivar padi gogo beras merah dankebanyakan kultivar ditemukan pada wilayah denganketinggian sedang sampai tinggi, dengan topografi datar,bergelombang hingga berbukit; (ii). Semua kultivar padigogo beras merah terdapat keragaman baik dari sisiagronomi, umur panen dan produksi; (iii). Benih (gabah)serta biji (beras) diperoleh bentuk, ukuran, dan warna yangbervariasi.

Biodiversitas, karakterisasi, ketahan pangan, padi berasmerah, pertanian berkelanjutan

AO-05Keragaman genetik varietas padi lokal Indonesiaterhadap penyakit blas daun (Pyricularia grisea)

Santos♥, Anggiani Nasution, Nani YunaniBalai Besar Penelitian Tanaman Padi. Jl. Raya 9 Sukamandi, Rancajaya,Subang 41256, Jawa Barat. Tel.:+62-260-520157.Fax.:+62-260-521104,email: [email protected]

Varietas padi lokal diketahui mempunyai ketahananterhadap hama penyakit meskipun provitasnya rendah. Halini diduga disebabkan karena varietas padi lokalmempunyai keragaman genetik yang tinggi. Penyakit blasmerupakan salah satu kendala dalam peningkatan produksitanaman padi. Saat ini penyebaran penyakit blas diIndonesia tidak hanya pada lahan kering tetapi telah meluaske pertanaman lahan sawah. Penelitian bertujuan untukmengevaluasi ketahanan varietas-varietas padi lokalterhadap penyakit blas daun. Sebanyak 100 varietas lokaldan Kencana Bali sebagai varietas pembanding rentan diujiketahanannya terhadap 4 ras Pyricularia grisea dominanyang banyak ditemukan di lapang yaitu ras 033, 073, 133dan 173. Inokulasi tanaman dilakukan pada stadia 4-5 daunatau 18-21 hari setelah semai di rumah kaca. Hasilpenelitian menunjukkan adanya variasi genetik padi lokalterhadap penyakit blas daun ras 033, 073, 133 dan 173.Varietas Cere Bereum yang merupakan varietas padi lokaldari Jawa Barat mempunyai respon tahan terhadap terhadap4 ras penyakit blas daun yang digunakan dengan skalapenyakit 1. Sejumlah varietas padi lokal juga menunjukkanrespon tahan dan agak tahan terhadap keempat ras yangdigunakan antara lain Siam 11, Pare Siriendah, Obor Laut,Gombal, Basmati Sukamandi, Merdeka, Pae Ndina Ana,Djambon, Lamdaur Ekor Hitam, Kewal Bereum,Cungkring, Menyan, Cere 1, Cere Manggu dan Enud-RawaBogo. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya potensiyang besar pemanfaatan varietas padi lokal sebagai sumber

gen ketahanan terhadap penyakit blas untuk perakitanvarietas padi yang tahan penyakit blas.

Keragaman genetik, padi lokal, penyakit blas, ras patogen

AO-06Keragaman morfologi, mutu beras dankandungan mineral (Fe dan Zn) pada galur-galurberas putih, beras merah dan beras hitam

Heni Safitri♥, Buang Abdullah, Indrastuti ApriRumanti, Sularjo, CahyonoBalai Besar Penelitian Tanaman Padi. Jl. Raya 9 Sukamandi, Rancajaya,Subang 41256, Jawa Barat. Tel.:+62-260-520157.Fax.:+62-260-521104,email: [email protected]

Beras, selain sebagai sumber pangan, juga sebagai sumbermineral penting diantaranya Fe dan Zn. Fe merupakansalah satu mikro mineral penting bagi tubuh karenaberfungsi dalam pembentukan sel darah merah, sedangkanZn merupakan kofaktor lebih dari 70 macam enzim yangmempunyai fungsi khusus pada organ mata, hati, ginjal,otot, kulit, tulang, organ reproduksi laki-laki dan berperandalam pertumbuhan gigi. Penelitian ini bertujuan untukmengetahui keragaman morfologi, hasil, mutu beras, dankandungan mineral (Fe dan Zn) galur-galur beras putih,beras merah dan beras hitam yang dihasilkan oleh BalaiBesar Penelitian Tanaman Padi Sukamandi, Subang, JawaBarat (BB Padi). Materi penelitian yang digunakan adalah25 genotipe padi yang terdiri atas 9 galur beras putih, 10galur beras merah, 4 galur beras hitam dan 2 varietaspembanding, yaitu Aek Sibundong (beras merah) danCiherang (varietas beras putih berdaya hasil tinggi).Percobaan dilakukan di Kebun Perobaan Pusakanegara,Subang, Jawa Barat pada bulan Januari-April 2016.Percobaan menggunakan rancangan kelompok lengkapteracak (RKLT) dengan tiga ulangan. Hasil percobaanmenunjukkan bahwa tiga galur beras putih mempunyaihasil gabah kering giling (GKG) nyata lebih tinggidibanding Ciherang (7.3 ton/ha) dan empat galur galurberas merah mempunyai hasil GKG nyata lebih tinggidibandingkan dengan Aek Sibundong (6.0 ton/ha). Empatgalur beras putih dan satu galur beras hitam mempunyaikandungan Fe yang tinggi dalam endosperm (> 15.0 ppm),sedangkan kandungan Zn yang tinggi (> 25.0 ppm)ditemukan pada empat galur beras putih, dua galur berasmerah dan satu galur beras hitam. Galur-galur yangmempunyai hasil GKG yang tinggi ternyata tidakdiimbangi oleh kandungan Fe dan Zn dan tinggi pula,kecuali pada satu galur beras merah B13820E-MR-50-3-2yang mempunyai hasil GKG 7.7 ton/ha dan kandungan Zntinggi (26.6 ppm).

Fe, endosperm, mineral, padi fungsional, Zn

Page 21: Seminar Nasional Biodiversitasbiodiversitas.mipa.uns.ac.id/S/gen/pdf/A0405aaALL.pdfRizwana Wahyuni, Arif Kurniawan 117 ... Enggar Apriyanto, ... Hutan Raya Wan Abdul Rachman, Lampung

ABS MASY BIODIV INDON, Bogor, 9-10 September 2017, hal. 117-172120

AO-07Kajian biodiversitas tanah dan varietas terhadappertumbuhan dan hasil sorgum

Puji Harsono♥, Nanik Setyowati, Dadang SuhermanFakultas Pertanian, Universitas Bengkulu. Jl. W.R Supratman, KandangLimun, Kota Benkulu 38371, Bengkulu. Tel.: +62-736 21290/21170, Fax: +62-736 21290, email: [email protected]

Sorgum merupakan komoditas biji-bijian (serealia) pentingkeempat dunia setelah gandum, padi dan jagung yang dapatdimanfaatkan sebagai bahan pangan, pakan, industri danenergi. Bahan energi terbarukan dari bahan bakar nabatisorgum dapat diperoleh dari ekstrak batang sorgum berupanira yang kemudian difermentasi dan didestilasi untukdijadikan ethanol. Penelitian mengenai keragaan berbagaivarietas sorgum pada lingkungan jenis tanah berbedabertujuan untuk baseline data keragaan agronomis berbagaivarietas sorgum pada lingkungan tanah berbeda.Randomize complete block design factorial digunakanuntuk menguji empat varietas sorgum (Numbu, Pahat,Samurai dan Keller) pada tanah Ultisol dan Vertisol. Hasilpenelitian menunjukkan bahwa sorgum varietas Numbuyang ditanam pada tanah Ultisol maupun Vertisolmemberikan pertumbuhan terbaik. Semua verietas sorgumyang ditanam pada tanah Vertisol, pertumbuhan danhasilnya lebih tinggi dibandingkan ditanam pada tanahUltisol.

Serealia, sorgum, ultisol, vertisol

AO-08Keragaan berbagai varietas sorgum terhadappemupukan NPK di lahan kering

Puji Harsono1, ♥, Enggar Apriyanto1, Joko SetyoBasuki2, Sri Sukaryani2, Siti Akbari2

1 Fakultas Pertanian, Universitas Bengkulu. Jl. W.R Supratman, KandangLimun, Kota Benkulu 38371, Bengkulu. Tel.: +62-736 21290/21170, Fax: +62-736 21290, email: [email protected]. Siti Akbari, Universitas Veteran Bangun Nusantara, Sukoharjo

Lahan kering dengan kandungan lengas tanah rendah perludimanfaatkan secara optimal dengan budidaya tanamanyang mempunyai daya adaptasi luas terhadap kekeringandan salah satunya ada sorgum. Sorgum, dikenal sebagaitanaman yang mampu beradaptasi luas dan merupakansalah satu tanaman yang dapat tumbuh dan berkembangdengan baik pada kondisi tanah marjinal serta tahankekeringan. Penelitian keragaan berbagai varietas sorgumterhadap pemupukan NPK di lahan kering bertujuan untukmengetahui keragaan berbagai varietas sorgum, takaranpupuk majemuk NPK terbaik di lahan kering. Percobaanaplikasi pupuk NPK majemuk dosis 40, 60, 80, dan 100kg.ha-1 pada 3 varietas sorgum (Numbu, Keller, dan Pahat)menggunakan RAKL 3 ulangan, menunjukkan bahwavarietas Keller memberikan tinggi dan bobot tanaman sertakadar gula tertinggi. Aplikasi pupuk NPK 80 kg.ha-1

menghasilkan pertumbuhan sorgum terbaik.

Sorgum, varietas, pupuk majemuk

AP-01Keragaman morfologi dan genetik bambu diArboretum Universitas Padjadjaran, Sumedang,Jawa Barat

Annisa♥, Annisa Mardliyyah, Joko KusmoroDepartmen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,Universitas Padjadjaran. Jl. Raya Bandung-Sumedang Km. 21 Jatinangor,Sumedang 45363, Jawa Barat. Tel.: +62-22-7796412 ext. 104, Fax.: +62-22-7795545, email: [email protected]

Bambu merupakan tanaman serbaguna yang telahdimanfaatkan sejak dahulu oleh masyarakat Indonesiadalam kehidupan sehari-hari. Pemanfaatan bambu secaraterus menerus memungkinkan terjadinya pengurangan jenismaupun populasi bambu yang tersedia di alam. Penelitiankeragaman morfologi dan genetik bambu dapat membantumengumpulkan data plasma nutfah untuk keperluanpemanfaatan berkelanjutan dan konservasi bambu.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keragamanmorfologi dan genetik bambu yang berada di ArboretumUniversitas Padjadjaran, Sumedang, Jawa Barat. Penelitiankeragaman morfologi dilakukan dengan identifikasiberdasarkan hasil pengamatan morfologi dan morfometrikorgan vegetatif, sedangkan penelitian keragaman genetikdilakukan dengan menggunakan penanda molekuler SSR.Metode penelitian yang digunakan adalah metode observasiyang meliputi identifikasi morfologi dan penentuan lokasikoleksi bahan uji, koleksi bahan uji, tahap isolasi DNA,visualisasi hasil isolasi DNA, amplifikasi dengan penandamikrosatelit, dan visualisasi hasil amplifikasi. Analisis datamorfologi dan amplifikasi dilakukan secara deskriptif.Analisis kekerabatan secara genetik dilakukan denganUPGMA pada software NTSYS 2.02. Hasil penelitiankeragaman morfologi menunjukkan bahwa terdapatsepuluh jenis bambu di Arboretum Universitas Padjadjaran,yang terdiri dari empat marga, yaitu Bambusa,Gigantochloa, Phyllostachys, dan Schizostachyum. Hasilpenelitian keragaman genetik menunjukkan bahwa sepuluhlokus penanda SSR yang dirancang dari Phyllostachys diCina dan Bambusa di India yang digunakan dapatdiaplikasikan pada bambu Arboretum UniversitasPadjadjaran. Total alel yang dihasilkan adalah sebanyak117 alel dengan ukuran berkisar antara 83-893bp. Nilai PICdari kesepuluh primer berkisar antara 0,84-0,943 yangdikategorikan sangat informatif. Berdasarkan nilaikoefisien kesamaan dapat disimpulkan bahwa bambuArboretum Universitas Padjadjaran memiliki tingkatkeragaman genetik yang tinggi.

Arboretum, bambu, cross-amplification, morfologi, simplesequence repeat, SSR

Page 22: Seminar Nasional Biodiversitasbiodiversitas.mipa.uns.ac.id/S/gen/pdf/A0405aaALL.pdfRizwana Wahyuni, Arif Kurniawan 117 ... Enggar Apriyanto, ... Hutan Raya Wan Abdul Rachman, Lampung

ABS SOC INDON BIODIV, Bogor, 9-10 September 2017, pp. 117-172 121

Keanekaragaman Spesies

BO-01Perilaku gajah Sumatera (Elephas maximussumatranus) dalam pengembangan wisatapendidikan berbasis konservasi

Indra Gumay Febryano, Rusita♥

Jurusan Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Jl.Sumantri Brodjonegoro No. 1, Gedung Meneng, Rajabasa, Kota BandarLampung 35141, Lampung. ♥email: [email protected]

Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus)merupakan primata dilindungi yang berstatus terancampunah (critically endangeed). Sebagai satwa nokturnal,aktivitas gajah banyak dilakukan pada malam hari. Namun,pada siang hari gajah tetap melakukan aktivitasnya.Penelitian ini bertujuan mengamati perilaku harian gajah dihabitat alaminya untuk pengembangan wisata pendidikanberbasis konservasi. Lokasi penelitian terletak di kawasanPusat Konservasi Gajah (PKG) Taman Nasional WayKambas (TNWK). Pengamatan dilakukan terhadap 43 ekorgajah selama 7 hari berturut-turut menggunakan metodescan sampling (SS), wawancara terbuka (in-depthinterview) dengan mahot (pawang gajah) dan wisatawan.Hasil pengamatan diketahui bahwa sebagian besar aktivitas43 ekor gajah adalah makan (30,74%), diikuti denganaktivitas berkelompok sebanyak 19,93%, buang kotoran16,87%, menjelajah 12,91%, berkubang 10,47% danistirahat 9,09%. Setelah dilepas dari padangpenggembalaan, gajah-gajah tersebut dengan sendirinyaakan menemukan kelompoknya masing-masing. Terdapat18 kelompok yang ditemui di lapangan, satu kelompoktediri dari 2 hingga 4 ekor gajah dan 4 ekor tetapmenyendiri. Sedangkan hasil wawancara dengan 200wisatawan, 75% menyatakan tertarik ingin melihataktivitas keseharian gajah, 9% kurang tertarik, dan 16%menyatakan tidak. 90% wisatawan setuju jikadikembangkan wisata pendidikan konservasi gajah, 7%kurang setuju dan 3% menyatakan tidak setuju. Gajah-gajah di PKG selain di lindungi juga dimanfaatkan untuktujuan wisata. Namun wisata yang tepat diterapkan adalahwisata yang dapat memberikan pengetahuan danpemahaman kepada wisatawan akan pentingnyamelindungi keberadaan gajah di habitat alaminya, salahsatunya melalui pendidikan terhadap perilaku kesehariangajah.

Gajah, konservasi, perilaku, wisata, pendidikan

BO-02Eksplorasi potensi Taxus sumatrana di GunungKerinci, Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi

Dodi Frianto♥, Eka Novriyanti

Balai Litbang Teknologi Serat Tanaman Hutan. Jl. Raya Bangkinang-Kuok Km. 9 Bangkinang 28401 Kotak Pos 4/BKN, Riau. Tel.: +62-762-7000121, Fax.: +62-762-21370, ♥email: [email protected]

Taxus sumatrana merupakan tanaman yang tumbuh padadataran tinggi dari Family Taxaceae dan sub-divisiGymnospermae yang memiliki potensi dalam bidangfarmasi (sumber paclitaxel(taxol)). Studi ini dilakukanuntuk mengetahui potensi kerapatan individu T. sumatranadi Gunung Kerinci, Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi.Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metodejalur dan garis berpetak dimulai dari ketinggian 1.800-2.500 m dpl. Data yang diperoleh selanjutnya dianalisisuntuk mengetahui tingkat kerapatan tanaman T. sumatranadan pola sebarannya baik pada tingkat pohon, tiang,pancang dan semai. Data pola penyebaran pada tingkatpohon, tiang, pancang dan semai dianalisis dengan rumusindeks Morisita, sedangkan untuk mengetahui polapenyebaran secara berkelompok atau tidak dilakukandengan distribusi Chi-square. Faktor lain yang diamatiadalah suhu tanah, pH tanah, dan intensitas cahaya. Hasilpengamatan menunjukkan bahwa pola penyebaran T.sumatrana pada tingkat pohon di Gunung Kerinciberdasarkan indeks Morisita terjadi secara berkelompok(2,19) dengan kerapatan tanaman 19,1 ton/ha. Padaeksplorasi ini, Taxus sering ditemukan di daerah-daerahtebing tepi sungai. Faktor lingkungan yang diamatimeliputi suhu tanah yaitu berkisar antara 16,4-21ºC, pHtanah sekitar 5,9-6,4, dan intensitas cahaya berkisar antara37,7-151,6 Lux

Taxus sumatrana, Gunung Kerinci, kerapatan, penyebaran

BO-03Populasi dan struktur vegetasi ramin (Gonystylusbancanus Miq. Kurz) di hutan sekunder DesaPematang Gadung dan Sungai Sirih, KabupatenKetapang, Kalimantan Barat

Abdurrani Muin, Dwi Astiani♥

Fakultas Kehutanan, Universitas Tanjungpura. Jl. Prof. Hadari Nawawi,Pontianak 78121, West Kalimantan, Indonesia. Tel.: +62-561-765342,583865, 732500, Fax.: +62-561-765342, email: [email protected]

Ramin (Gonystylus bancanus Miq. Kurz) secara alamimerupakan salah satu spesies yang mendominasi hutanrawa gambut. Distribusi spesies ini sebagian besar beradadi lahan gambut Asia Tenggara, terutama Indonesia. Warnakayu yang indah, kuning pucat yang terkadang berwarnakeabu-abuan tanpa membedakan kayu gubal dan kayu terasdengan serat yang saling terkait, membuatnya menjadispesies pohon yang paling dicari dari lahan gambut tropis.Eksploitasi kayu Ramin sejak 1970-an menyebabkanpenurunan populasinya di hutan lahan gambut,menyebabkan spesies ini terdaftar sebagai spesies yangterancam punah. Penelitian ini bertujuan untuk mencariinformation tentang populasi ramin dan struktur vegetasiyang tertinggal di habitatnya di hutan gambut sekunder diDesa Pematang Gadung dan Sungai Sirih di Kabupaten

Page 23: Seminar Nasional Biodiversitasbiodiversitas.mipa.uns.ac.id/S/gen/pdf/A0405aaALL.pdfRizwana Wahyuni, Arif Kurniawan 117 ... Enggar Apriyanto, ... Hutan Raya Wan Abdul Rachman, Lampung

ABS MASY BIODIV INDON, Bogor, 9-10 September 2017, hal. 117-172122

Ketapang, Kalimantan Barat. Penelitian ini menggunakanmetode survei dan pengumpulan data menggunakanmetode garis berpetak. Data yang dinilai adalah kondisipermudaan alami-tingkat semai, pancang, dan tiang, dantingkat pertumbuhan pohon. Dengan petak berukuran 20 mx 20 m dibuat secara kontinyu membentuk jalur sepanjang550-680 m. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Ramin dihutan rawa gambut Pematang Gadung ditemukan sangatsedikit dengan kepadatan semai rata-rata hanya 9,8 pohonha-1 dengan tinggi tumbuhan berkisar antara 131-150 cm,dan tingkat pohon pohon dihitung sebanyak 124,2 pohonha-1 dengan diameter berkisar antara 0,38-6,37 cm. Di desaSungai Sirih Ramin ditemukan lebih banyak, terutamadengan diameter lebih besar. Tingkat pohon (diameter > 20cm) terdaftar 74,1 pohon ha-1 sedangkan ditingkat semaisangat sedikit (2,8 pohon ha-1), tingkat pancang (1 pohonha-1) dan tingkat tiang (7,4 pohon ha-1). Berdasarkankondisi populasi pohon dan variasi tingkatpertumbuhannya, struktur vegetasi ramin tidakmenggambarkan bentuk normal di hutan alam baik di DesaPematang Gadung dan Sungai Sirih.

Gambut tropis, hutan sekunder populasi, ramin, strukturtegakan, tingkat pertumbuhan

BO-04Studi populasi trenggiling (Manis javanicaDesmarest, 1822) di kawasan rencana PLTACisokan, Jawa Barat

Susanti Withaningsih1,♥, Fathimah Noorahya2, Erri NMegantara2, Parikesit1, Teguh Husodo1

1 Departmen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,Universitas Padjadjaran. Jl. Raya Bandung-Sumedang Km. 21 JatinangorSumedang 45363, Jawa Barat. Tel.: +62-22-7796412 ext. 104, Fax.: +62-22-7795545, email: [email protected] Penelitian Sumber Daya Alam, Direktorat Riset, PengabdianMasyarakat dan Inovasi, Universittas Padjadjaran. Jl. Sekeloa Selatan I,Bandung 40213, Jawa Barat

Trenggiling (Manis javanica) merupakan salah satumamalia unik yang terdapat di Indonesia dan berstatusdilindungi. Trenggiling memiliki perilaku unik yaknimenggulung tubuhnya seperti bola apabila berada dalamposisi terancam, oleh karena itu trenggiling memiliki namapopuler pangolin yang berasal dari bahasa melayu yaknipengguling atau guling yang berarti menggulung ataumelingkar seperti bola. Tujuan dari penelitian ini untukmengetahui populasi, distribusi dan gangguan terhadapkeberadaan trenggiling di kawasan rencana PLTA Cisokan,Jawa Barat. Penelitian dilakukan dengan menggunakan tigametode yaitu pengamatan langsung (survei) di lapanganterhadap sign (sarang, tapak kaki, tapak ekor, cakaran, danbekas makan), pemasangan camera trap, dan wawancarasemi-terstruktur. Hasil penelitian menunjukkan estimasipopulasi trenggiling yang ditemukan berjumlah 6-20individu di Cisokan. Populasi tersebut terdistribusi padalima wilayah berbeda yaitu wilayah pertama yang meliputiPasir Gagak, Biodiversity Important Area (BIA) 13,

koridor 12 dan Batu Sahulu ; wilayah kedua Batu wulung;wilayah ketiga meliputi BIA 9 dan BIA 11; wilayahkeempat yaitu BIA 8 dan BIA 6; serta wilayah kelimaPongpok. Potensi gangguan terhadap trenggilingmerupakan gangguan yang berasal dari kompetitor sepertilandak, predator berupa macan tutul, dan gangguanmanusia melalui perburuan liar serta perusakan habitatmelalui pembangunan jalan hantar dan pembukaan lahanuntuk berladang. Secara umum tidak terdapat aturanataupun keyakinan tentang larangan perburuan trenggilingpada masyarakat, namun masyarakat telah mengetahuilarangan perburuan trenggiling secara hukum melaluipapan informasi pada setiap BIA.

Distribusi, Manis javanica, populasi, rencana kawasanPLTA Cisokan

BO-05Burung dan habitatnya di penangkaran rusaTaman Hutan Raya Wan Abdul Rachman,Lampung

Bainah Sari Dewi1,2,♥, Sugeng P. Harianto2, RahmatSafe’i2, Rusita2, Awang Murdiono2, Puja Anggriana2

1 Jurusan Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Jl.Sumantri Brodjonegoro No. 1, Gedung Meneng, Rajabasa, Kota BandarLampung 35141, Lampung. ♥email: [email protected] Pusat Penelitian dan Pengembangan Biodiversitas Tropika, UniversitasLampung. Jl. Sumantri Brodjonegoro No. 1, Gedung Meneng, Rajabasa,Kota Bandar Lampung 35141, Lampung

Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman (Tahura WAR)berada di Provinsi Lampung, dan penangkaran rusa timor(Cervus timorensis) menjadi salah satu destinasi wisatayang semakin lengkap dengan aktifitas ekowisata yangdapat dikembangkan salah satunya adalah birdwatching.Tujuan penelitian ini adalah mengetahui keanekaragamanjenis burung sebagai alternatif destinasi eko wisatabirdwatching. Lokasi penelitian di penangkaran rusaTahura WAR pada bulan Desember 2016. Metode yangdigunakan adalah point count method untukkeanekaragaman jenis burung, GPS method, dan rapidassessment method untuk persebaran vegetasi. Hasilpenelitian ditemukan 15 spesies burung dengan indekskeanekaragaman (H’) 2,49 dan indeks kesamarataan (J’)0,90 dan ditemukan 13 species pohon di lokasi penelitian.Spesies burung dianalisis berdasarkan status burungdilindungi berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun1999 (Dephut 1999), Appendix CITES (2012) dan IUCNRed List (2012). Aktifitas birdwatching dapatdikembangkan sebagai aktifitas ekowisata di penangkaranrusa dengan jam pengamatan tertentu pagi dan sore hari.Penelitian lanjutan diperlukan di lokasi Arboretum HutanPendidikan Universitas Lampung di Tahura WAR.

Burung, habitat, birdwatching, Tahura Wan Abdul Rachman

Page 24: Seminar Nasional Biodiversitasbiodiversitas.mipa.uns.ac.id/S/gen/pdf/A0405aaALL.pdfRizwana Wahyuni, Arif Kurniawan 117 ... Enggar Apriyanto, ... Hutan Raya Wan Abdul Rachman, Lampung

ABS SOC INDON BIODIV, Bogor, 9-10 September 2017, pp. 117-172 123

BO-06Keanekaragaman dan sebaran jenis-jenis epifitvaskuler pada pohon tepi Jalan Raya Padjajaran,Kota Bogor, Jawa Barat

Asep Sadili1,♥, Bramastyo2

1 Bidang Botani, Pusat Penelitian Biologi, Lembaga Ilmu PengetahuanIndonesia. Jl. Raya Jakarta Bogor Km 46 Cibinong, Bogor 16911, JawaBarat. Tel.: +62-21-87907604, email: [email protected] Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan AlamUniversitas Negeri Jakarta

Tumbuhan epifit berfungsi mengatur iklim mikro. Hidupdibatang kadang dicabang dari berbagai jenis pohon.Penelitian ini dilakukan di tepi Jalan Padjajaran, KotaBogor, Jawa Barat mulai dari Tugu Kujang ke arah utarasampai daerah Plaza Jambu Dua. Hasil pendataan tercatat18 jenis, 15 marga dari 10 famili. Tumbuhan hemiepifit(stranglers) sebanyak 1 jenis dan tumbuhan semiepifit(terrestrial) sebanyak 4 jenis. Jumlah inang dari tumbuhantersebut 100 pohon yang terdiri dari 6 jenis, 5 marga dan 4famili. Jumlah jenis dan jumlah individu berkorelasidengan ukuran diameter batang inang. Drymoglosumpiloselloides dan Dendrobium crumenatum adalah jenisterbanyak dan Schefflera longifolia merupakan jenisterendah.

Diversitas, epifit vascular, Jalan Padjajara Bogor, Jawa Barat

BO-07Pola aktivitas harian rusa (Cervus timorensis,Blainville, 1822) di Cagar Alam PananjungPangandaran, Jawa Barat

Susanti Withaningsih1, ♥, Parikesit1, Yoselina NurFazriani2, Risya Putri Nur Lathifah2

1 Departmen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,Universitas Padjadjaran. Jl. Raya Bandung-Sumedang Km. 21 JatinangorSumedang 45363, Jawa Barat. Tel.: +62-22-7796412 ext. 104, Fax.: +62-22-7795545, email: [email protected] Pusat Penelitian Sumber Daya Alam, Direktorat Riset, PengabdianMasyarakat dan Inovasi, Universittas Padjadjaran. Jl. Sekeloa Selatan I,Bandung 40213, Jawa Barat

Rusa timor (Cervus timorensis) merupakan salah satu rusaasli Indonesia dan ditetapkan sebagai satwa yangdilindungi karena perburuan yang dilakukan secara terusmenerus dengan tidak memperhatikan keseimbanganekosistemnya. Penelitian mengenai pola aktivitas harianrusa dilakukan di Cagar Alam Pananjung Pangandaran,Jawa Barat dengan tujuan untuk mengetahui pola yangkhas pada tingkat individu berdasarkan jenis kelaminnya.Pengumpulan data penelitian dilakukan denganmenggunakan metode scan sampling dan ad libitum,sedangkan analisis data penelitian menggunakan statistikaR. Hasil penelitian menunjukkan pola aktivitas harian rusabetina induk dan anak berbeda dibandingkan dengan rusajantan induk baik di dalam kandang maupun di luarkandang. Begitupula aktivitas rusa betina induk dan rusa

jantan induk di dalam kandang menunjukan perbedaanapabila dibandingkan di luar kandang. Aktivitas rusa betinainduk terdiri dari makan (45,83%), bergerak (27,5%),istirahat (25%) dan lainnya (1,67%). Aktivitas rusa jantaninduk terdiri dari makan (34,16%), istirahat (27,5%),bergerak (26,7%) dan lainnya (11%). Penelitian inimenghasilkan informasi mengenai pola distribusi waktuyang digunakan oleh rusa timor untuk aktivitas hariannyasehingga pengelolaan dan konservasi baik secara eksitumaupun insitu dapat dioptimalkan.

Aktivitas harian, Cagar Alam Pangandaran, Cervustimorensis, konservasi

BO-08Identifikasi kekayaan spesies tanaman obat danteknik pelestariannya berbasis kearifan lokal diHutan Adat Nasinoah, Kabupaten Timor TengahSelatan, Nusa Tenggara Timur

Marisa Fonny Pit'ayProgram Studi Pendidikan Biologi, STKIP SoE. Karang Siri, Kota Soe,Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur, email:[email protected]

Hutan Adat Nasinoah (HAN), Kecamatan Mollo Selatan,Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur,memiliki keanekaragaman hayati yang belumteridentifikasi dengan baik, salah satunya adalahkeanekaragaman spesies tanaman obat. Masyarakat adatDesa Biloto yang tinggal di kawasan HAN mempunyaiinteraksi yang sangat kuat dengan alam dan lingkungan disekitarnya. Interkasi tersebut melahirkan kearifan dalammengelola sumberdaya alam agar dapat bermanfaat secaraberkesinambungan. Peneltian ini bertujuan untukmengidentifikasi jenis-jenis tanaman obat yang ada diHAN dan teknik pelestariannya berbasis kearifan lokal.Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metodesurvey lapangan dengan kegiatan meliputi wawancara,identifikasi jenis tanaman dan analisis data. Pengumpulandata dilakukan dengan cara wawancara semi terstrukturdengan responden. Setelah pengumpulan data, dilakukanpengumpulan spesimen tumbuhan yang didampingi olehinforman kunci. Analisis data dilakukan secara deskriptifkualitatif. Kekayaan spesies tanaman obat di HANteridentifikasi dan terdokumentasi sebanyak 33 jenisdengan 25 famili yang berbeda dengan teknik pelestarianmenggunakan bunuk dan banu yang disahkan dalamhukum adat.

Hutan Adat Nasinoah, keanekaragaman spesies tanamanobat

BO-09Keanekaragaman jamur makroskopis di TamanNasional Kelimutu, Nusa Tenggara Timur

Page 25: Seminar Nasional Biodiversitasbiodiversitas.mipa.uns.ac.id/S/gen/pdf/A0405aaALL.pdfRizwana Wahyuni, Arif Kurniawan 117 ... Enggar Apriyanto, ... Hutan Raya Wan Abdul Rachman, Lampung

ABS MASY BIODIV INDON, Bogor, 9-10 September 2017, hal. 117-172124

Ridwan Fauzi♥, Muhamad Yusup Hidayat, GraceSerepina SaragihPusat Penelitian dan Pengembangan Kualitas dan LaboratoriumLingkungan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. KawasanPuspiptek Gedung 210, Jl. Raya Puspiptek, Serpong, Tangerang Selatan15413, Banten. Tel.: +62-21-75873337, ext 107, email:[email protected]

Jamur sebagai tumbuhan tingkat rendah mempunyai peranpenting dalam menjaga keseimbangan ekosistem darikawasan hutan. Dalam aspek ekologis, jamur memilikiperan sebagai dekomposer yang mempercepat siklus materidi dalam hutan melalui proses pelapukan bahan organik dilantai hutan. Keberadaan jamur sebagai pelaku fragmentasiperlu diidentifikasi untuk mengetahui potensi, peranan, danmanfaatnya yang dapat menjadi pertimbangan dalampengelolaan habitatnya. Hal ini dilakukan terutama padajamur yang tumbuh di wilayah hutan dengan fungsikonservasi, yang salah satunya adalah di Taman Nasional(TN) Kelimutu, Ende (Pulau Flores), Nusa TenggaraTimur. TN Kelimutu mempunyai potensi yang melimpahdari sisi keanekaragaman hayati dan baru sebagian yangsudah diidentifikasi. Penelitian ini bertujuan untukmengetahui keanekaragaman jenis jamur makroskopis yangberada di dalam kawasan hutan TN Kelimutu. Metode yangdigunakan dalam penelitian ini adalah kombinasi metodeVisual Encounter Survey di 5 jalur trekking padaketinggian antara 1.000-1.700 mdpl. Berdasarkan hasilsurvei ditemukan sebanyak 46 spesies jamur yang dapatdikelompokan ke dalam 23 famili. Beberapa jenis jamurmakroskopis memiliki potensi untuk dibudidayakansebagai jamur konsumsi dan bahan obat. Keberadaan jamurmakroskopis ini juga telah memberikan penciri khususpada TN Kelimutu sebab hanya tumbuh pada ketinggianantara ±1.045-1.616 m dpl.

Jamur makroskopis, keanekaragaman, Taman NasionalKelimutu

BO-10Keanekaragaman anggota Suku Annonaceae:Potensi dan konservasinya di Kebun Raya Bogor

Tri HandayaniPusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Indonesia (Kebun Raya Bogor),Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Jl. Ir. H. Juanda No. 13, Bogor16003, Jawa Barat. Tel./Fax. +62-251-8322187, email: [email protected]

Suku Annonaceae memiliki anggota sekitar 2300 jenisyang terbagi ke dalam 130 marga. Suku ini merupakansalah satu sumber daya alam yang mempunyai nilaiekonomi penting, untuk penghasil buah, industri kosmetikdan parfum, industri makanan dan minuman, tanaman obat,insektisida, tanaman hias dan penghasil kayu. Jenis-jenisyang nilai ekonominya tinggi, seperti sirsak (Annonamuricata), srikaya (A. squamosa), kenanga (Canangaodorata), Monodora spp., Mezzettia spp. dan Polyalthiaspp. banyak ditanam orang, namun banyak jenis lainnyabelum mendapatkan perhatian khusus, bahkan sudah

dilupakan orang. Upaya untuk pelestarian anggota sukuAnnonaceae telah dilakukan melalui konservasi in situmaupun ex-situ. Konservasi secara ex-situ dianggap lebihefektif karena dapat melestarikan jenis-jenis yang langka,endemik maupun belum diketahui manfaatnya. Penelitianini bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman anggotasuku Annonaceae, cara konservasinya, ragam penelitianyang dilakukan, serta potensi dan pemanfaatan suku ini.Metode yang digunakan dengan pengamatan koleksi kebunsecara langsung, data Registrasi Kebun Raya Bogor(KRB), analisis data penelitian serta studi pustaka. KebunRaya Bogor sebagai tempat konservasi ex-situ telahmengoleksi sekitar 83 jenis tanaman suku Annonaceaeyang termasuk dalam 28 marga. Koleksi tersebutdiperkirakan mencapai 80% dari total jenis yang tersebar dikawasan Malesia. 49 jenis (59.04%) tanaman koleksiberupa pohon, 14 jenis (16.87%) perdu dan 20 jenis(24.09%) liana. Koleksi yang paling banyak berasal dariJawa dan Sumatra, sedangkan yang paling sedikit dariMaluku dan Papua. Terdapat 5 marga yang anggotanyasebagai penghasil buah, 7 marga sebagai bahan kosmetikdan parfum, 16 marga sebagai sumber kayu, 11 margasebagai obat tradisional, 2 marga sebagai penghasil industrimakanan dan minuman, 15 marga sebagai tanaman hias,dan 2 marga sebagai insektisida. Beberapa upaya dalammengkonservasi suku Annonaceae, sepertikeanekaragaman koleksi, cara mengkonservasi, penelitian(perkecambahan, morfologi, fenologi dan lain-lain) sertapenggalian potensinya akan dibahas dalam tulisan ini.

Annonaceae, koleksi, konservasi, penelitian, potensi

BO-11Keanekaragaman jenis-jenis Araceae di KebunRaya Bogor: Koleksi, konservasi sertapemanfaatannya

YuzammiPusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Indonesia (Kebun Raya Bogor),Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Jl. Ir. H. Juanda No. 13, Bogor16003, Jawa Barat. Tel./Fax. +62-251-8322187, email:[email protected]

Kebun Raya Bogor dengan luas 87 ha, merupakan salahsatu kawasan konservasi ex-situ dengan total koleksisekitar 15.000 jenis yang berasal dari Indonesia dan negaratropis lainnya di dunia. Salah satu koleksi yang cukupdominan adalah jenis-jenis aroids (Araceae). Koleksitersebut tersebar di beberapa vak di dalam kebun dan dipembibitan. Pengkoleksian tanaman dilakukan sejak zamanBelanda sampai sekarang. Koleksi diperoleh dari hasileksplorasi ke seluruh hutan di Indonesia dan ‘seedexchanged’. Beberapa jenis, misalnya Scindapsussplendidus Alderw., Scindapsus mameliferus Alderw. danEpipremnum facifolium Engl. memiliki nilai ilmiah pentingkarena merupakan ‘living type’ yang masih hidup sampaisekarang. Bahkan masih banyak jenis yang belumterungkap dan dikembangkan potensinya. Penelitian inibertujuan untuk mengungkap keanekaragaman jenis-jenis

Page 26: Seminar Nasional Biodiversitasbiodiversitas.mipa.uns.ac.id/S/gen/pdf/A0405aaALL.pdfRizwana Wahyuni, Arif Kurniawan 117 ... Enggar Apriyanto, ... Hutan Raya Wan Abdul Rachman, Lampung

ABS SOC INDON BIODIV, Bogor, 9-10 September 2017, pp. 117-172 125

aroids di Kebun Raya Bogor, nilai ilmiah, pelestarian sertapotensinya baik sebagai tanaman hias, obat dan pangan.Metode yang dipakai adalah observasi langsung di kebundan pembibitan, data base registrasi, studi spesimenherbarium di Herbarium Bogoriense dan Herbarium KebunRaya Bogor. Sebanyak 128 jenis tanaman aroids yangtermasuk dalam 34 marga telah dikoleksi di Kebun RayaBogor. Jumlah tersebut diperkirakan mencapai 28,8% daritotal marga di dunia (21 marga asli Indonesia). Koleksitanaman ada yang berupa terestrial, aquatik dan merambat.Terdapat 58 jenis terestrial, 10 jenis aquatik dan 63 jenismerambat. Salah satu jenis yang berpotensi untukdikembangkan sebagai tanaman pangan adalahAmorphophallus paeoniifolius. Jenis-jenis dari margaAglaonema, Alocasia, Apoballis, Rhaphidophora, danScindapsus berpotensi untuk dijadikan tanaman hias. Jenis-jenis Homalomena dapat dimanfaatkan sebagai aromatik.Epipremnum pinnatum merupakan jenis yang dapatdimanfaatkan sebagai obat kanker. Deskripsi beberpa jenisendemik, langka atau bernilai ekonomi tinggi akandiuraikan dalam makalah ini.

Araceae, Kebun Raya Bogor, konservasi eks-situ, livingtype, potensi

BO-12Keanekaragaman jenis cendawan endofit padatanaman gandum (Triticum aestivum L.) yangberpotensi sebagai bioinsektisida

Trizelia♥, Winarto, Afdal TanjungProgram Studi Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, UniversitasAndalas. Kampus Unand Limau Manih, Padang 25163, Sumatera Barat.Tel. +62-751-72773, Fax.: +62-751-72702, email: [email protected]

Cendawan endofit merupakan salah satu agens hayati yangdapat digunakan sebagai bioinsektisida. Cendawan inihidup dalam jaringan tanaman, tanpa menimbulkan gejalapenyakit pada tanaman inangnya. Tujuan penelitian iniadalah untuk mendapatkan jenis cendawan endofit yangberasosiasi dengan tanaman gandum yang berpotensidigunakan sebagai bioinsektisida. Sampel tanaman gandumdi ambil dari daerah Koto Laweh, Kabupaten Tanah Datardan Batu Bagiriak, Kabupaten Solok. Cendawan endofitdiisolasi dari batang tanaman gandum dan isolat yangdidapatkan diuji terhadap larva Tenebrio molitor instar V.Isolat yang bersifat patogen terhadap larva T. molitor danbersporulasi diidentifikasi secara makroskopis danmikroskopis. Hasil penelitian menunjukan bahwakemampuan cendawan endofit mengkolonisasi batangtanaman gandum berkisar antara 67-70%. Hasil ujipatogenisitas cendawan endofit terhadap larva T. molitormenunjukkan bahwa dari 121 isolat yang berhasil diisolasi,hanya 13 isolat (10.74%) yang bersifat patogen padaserangga dengan mortalitas larva berkisar antara 5-97.5%.Berdasarkan hasil identifikasi ditemukan 2 genus cendawanendofit yaitu Aspergillus dan Beauveria yang berpotensidigunakan sebagai bioinsektisida.

Cendawan, entomopatogen, endofit, patogenesitas, gandumisolat

BO-13Hutan kota kawasan industri untuk konservasi ex-situ flora endemik dan terancam punah dilingkungan perkotaan

Hendra Gunawan1,♥, Sugiarti2,♥, Anita Rianti1, PradnyaP. Raditya Rendra3, Ilyas Sudarso4

1 Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan. Jl. Gunung Batu No. 5Bogor, Telp. +62 2517520067, Fax. +62-251-8638111, email:[email protected] Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Indonesia (Kebun RayaBogor), Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Jl. Ir. H. Juanda No. 13,Bogor 16003, Jawa Barat. Tel./Fax. +62-251-8322187, ♥♥email:[email protected] Fakultas Teknik Geologi, Universitas Padjadjaran. Jl. Raya Bandung-Sumedang Km. 21 Jatinangor Sumedang 45363, Jawa Barat4 PT. Aqua Goden Mississippi. Jl. Mercedes Benz, Cicadas, Gunung Putri,Bogor, Jawa Barat

Industrial estate in Bogor District, West Java is growingfastly, and one of the fastest growing industry is SubDistrict of Gunung Putri. Policy of the local government insupporting industrial estate is developing urban forest toimprove environment quality and conserving indigenousthreatened species of flora. The objective of this research isto identify the richnes and diversity of flora in urban forestof PT. Aqua Goden Mississippi (AGM) Gunung Putri andits impact on increase of richnes and diversity of fauna.Census and geotagging of trees and field observation onfauna were conducted throughout the urban forest area. Theresult conclude that urban forest of PT. AGM Gunung Putrican be categorized as settlement urban forest, industrialurban forest and biodiversity conservation urban forest.Based on the distribution of tees, this urban forest can becategorized as an aggregate urban forest. Until 2015, thereare 72 species consisting of 397 trees. In general, there isan increase of diversity index from 2,06 (2010) to 3,34(2015). There area 1,4% species listed in red list IUCN asEndangered, 2,8% Vulnerable, 6,9% Least Concern, 1,4%Data Dificient and 87,5% Not Evaluated. Twenty sevenspecies of fauna were recorded consisting of two species ofmammals, five species of reptiles, seven species of avesand 13 species of insects. Diversty index of faunacommunity is 2,8.

Conservation, flora, threatened, urban forest, industry

BO-14Produksi spora prekosius pada Acrostichumaureum (Pteridaceae)

Agung SedayuProgram Studi Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu pengetahuan Alam,Universitas Negeri Jakarta. Gedung Hasyim As’jarie Lt. 9, Kampus A,Universitas Negeri Jakarta Jl. Rawamangun Muka, Rawamangun, JakartaTimur. 13220, Jakarta. email: [email protected]

Page 27: Seminar Nasional Biodiversitasbiodiversitas.mipa.uns.ac.id/S/gen/pdf/A0405aaALL.pdfRizwana Wahyuni, Arif Kurniawan 117 ... Enggar Apriyanto, ... Hutan Raya Wan Abdul Rachman, Lampung

ABS MASY BIODIV INDON, Bogor, 9-10 September 2017, hal. 117-172126

Produksi alat perkembangbiakan generatif pada individutumbuhan muda tercatat pada tumbuhan tinggi, terutama dilingkungan percobaan in vitro. Produksi bunga dan buahpada tumbuhan muda bahkan kalus dianggap sebagaisebagai respon tumbuhan terhadap faktor-faktor ekologis.Pada paku-pakuan, proses reproduksi prekosius hanyateramati pada anteridium di fase gametofit; tidak pernahdtemukan pada sporofit. Penelitian ini melaporkandiamatinya populasi alamiah Acrostichum aureum L. yangmengalami proses reproduksi prekosius pada fase sporofit,ditandai dengan munculnya daun bersorus saat individuseluruhnya berdaun juvenil. Perbandingan dengan populasinormal menunjukkan tidak adanya perbedaan aspek-aspekmorfologi spora dan daun dengan daun prekosius.Percobaan germinasi in vitro menunjukkan bahwa sporaprekosius mengalami kegagalan dan keterlambatangerminasi jauh lebih tinggi dari spora normal. Faktorekologi menunjukkan tekanan berupa intensitas cahaya danketersediaan air mungkin menjadi faktor pemicu peristiwaprekosius pada A. aureum.

Acrostichum aureum, in vitro, morfologi, prekosius, ekologi

BO-15Uji lapangan preferensi Stenocranus pasificus(Hemiptera: Delphacidae) pada lima varitas barujagung

Novri Nelly1,♥, My Syahrawati1, Hasmiandy Hamid1,Siska Efendi2

1 Program Studi Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, UniversitasAndalas. Kampus Unand Limau Manih, Padang 25163, Sumatera Barat.Tel. +62-751-72773, Fax.: +62-751-72702, email:[email protected] Fakultas Pertanian, Universitas Andalas. Kampus III Unand,Dharmasraya, Sumatera Barat

Wereng jagung Stenocranus pacificus (Hemiptera:Delphacidae) diketahui menyerang tanaman jagung danmenyebabkan kerusakan langsung dan tidak langsung.Pengujian preferensi di lapangan dilakukan untukmengetahui varitas yang paling disukai oleh S. pasificus.Penelitian dilakukan dengan menggunakan rancangan acakkelompok (RAK), perlakuan adalah varitas jagung baruyang akan direlease yaitu: (i) NT 104, (ii) NT 105, (iii) NT10, (iv) N 35 dan (v) N 37 dengan 5 kelompok. Tanamansampel diambil sebanyak 20 tanaman per petak sampel.Pengamatan populasi S pacificus dilakukan menggunakanvacuum modified (vacum yang dimodifikasi) pada setiapfase pertumbuhan tanaman jagung. Data dianalisis ragamdan jika berbeda nyata diuji lanjut dengan uji Tukey padataraf 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa totalindividu yang menyerang masing masing varitas tidakberbeda nyata dengan rata rata 22,6-57,1 individu/petaksampel/varietas. Populasi S. pasificus menunjukkan bedanyata pada umur tanaman yang berbeda. Populasi tertinggiterjadi pada minggu ke tujuh atau umur 49 hari setelahtanam (HST). Preferensi S. pasificus terhadap beberapavarietas jagung di lapangan tidak menunjukkan perbedaan,

artinya hama ini dapat menyerang dan menyukai semuavarietas jagung di lapangan.

Preferensi, Stenocranus pacificus, varietas jagung

BO-16Karakteristik pola ikatan pembuluh padasembilan jenis bambu

Nani NuriyatinJurusan Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Bengkulu. Jl. W.RSupratman, Kandang Limun, Kota Benkulu 38371, Bengkulu. Tel.: +62-736 21290/21170, Fax : +62-736 21290, email:[email protected]

Negara Indonesia memiliki keanekaragaman spesies bambuyang berlimpah. Ada 143 jenis dari keseluruhankeanekaragaman bambu di dunia (1200-1300 jenis) tumbuhdi Indonesia. Demikian pula sekitar 50% bambu-bambuunggul di dunia ada di Indonesia. Kondisi ini mendorongdilakukannya berbagai penelitian terutama di bidanganatomi. Penelitian pada bidang anatomi sebaiknyadikembangkan untuk menggali potensi yang dimilikibambu sehingga hasilnya dapat dipergunakan dalammemanfaatkan bambu secara optimum. Struktur anatomibambu menentukan sifat dasar terutama sifat fisik danmekanik. Anatomi batang bambu tersusun selain olehparenkim sebagai jaringan dasar juga oleh ikatan pembuluhyang tertanam dalam parenkim Keragaman di antara genusdan spesies bambu juga terkait dengan jenis pola ikatanpembuluh. Tampilan pola ikatan pembuluh dapat dilihatdengan jelas pada penampang melintang bambu Melaluipenelitian ini diharapkan dapat menetapkan pola ikatanpembuluh yang ada pada setiap jenis bambu. Bambu yangditeliti adalah 9 jenis yaitu Arundinaria hundsii Munro(Ah), Arundinaria javonica (Aj), Melocanna baccifera(Mb), Cephalostahyum pergracile (Munro) (Cp),Dendrocalamus giganteus (Wallich ex Munro),Dendrocalamus strictus (Roxb.) Nees, Dendrocalamusasper (Schultes f.), Gigantochloa atroviolacea (Widjaja),dan Gigantochloa apus (J.A. & J.H. Schultes) Kurz.Metode analisis dilakukan secara deskripsi terhadaptampilan struktur pola ikatan pembuluh baik dalam posisivertikal (pangkal, tengah, dan ujung), maupun horizontal(tepi, tengah, pusat dan dalam). Hasil penelitianmenetapkan bahwa bambu Arundinaria hundsii dan A.javonica memiliki pola 1, bambu Meloccana baccifera danCephalostahyum pergracile (Munro) mempunyai pola 2,Dendrocalamus strictus dan D. giganteus mempunyai pola3 serta pola kombinasi 3 dan 4 dimiliki oleh bambuDendrocalamus asper (Schultes f.), Gigantochloaatroviolacea (Widjaja) dan Gigantochloa apus (J.A. & J.H.Schultes) Kurz. Kesimpulan penelitian ini adalah bahwasetiap spesies bambu memiliki pola ikatan pembuluh daripola 1 sampai pola 4, baik itu pola tunggal ataupun polakombinasi.

Bambu, pola, ikatan pembuluh, penampang lintang

Page 28: Seminar Nasional Biodiversitasbiodiversitas.mipa.uns.ac.id/S/gen/pdf/A0405aaALL.pdfRizwana Wahyuni, Arif Kurniawan 117 ... Enggar Apriyanto, ... Hutan Raya Wan Abdul Rachman, Lampung

ABS SOC INDON BIODIV, Bogor, 9-10 September 2017, pp. 117-172 127

BO-17Adaptation behavior of bornean orangutan (Pongopygmaeus morio) reintroduction in Kehje SewenForest, East Kalimantan

Syahik Nur Bani1,♥, Dyah Perwitasari-Farajallah1,2, SriSuci Utami Atmoko3,4, Jamartin Sihite5

1 Department of Biology, Faculty of Mathematics and Natural Sciences,Institut Pertanian Bogor. Jl. Raya Darmaga Bogor 16680, Jawa Barat.Tel./Fax. +62-251-8622833, email: [email protected] Primate Research Center, Bogor Agriculture University, Bogor, 16680,Indonesia3 Faculty of Biology, Universitas Nasional (UNAS), Sourth Jakarta 12520,Jakarta, Indonesia4 Primate Research Center, Universitas Nasional (UNAS), Sourth Jakarta12520, Indonesia5 Borneo Orangutan Survival Foundation (BOSF), Bogor 16151, Indonesia

Bornean orangutan (Pongo pygmaeus) are grouped intothree subspecies, includ Pongo pygmaeus morio that spreadfrom Sabah to the southern reaches of Mahakam River inEast Kalimantan. Forest conversion are the main threats tothe populations and habitat of Bornean orangutans. Theorangutan which have been confiscated going throughrehabilitation process and reintroduction efforts should beapplied to seized or confiscated orangutans as match aspossible to their natural habitat forest. This rese archaimed: (i) to measure the ex-rehabilitant orangutan`sdevelopment their post-release adaptation in natural forest,(ii) to identify success factors of reintroduction especiallyin activity budget, diet, nesting and habitat usage, incompared with wild orangutans in Danum Valley.Orangutan`s daily activities comparison of four adultfemale which have been in different type final stage ofrehabilitation process (pre-release vs cages) weremonitored after one year released in Kehje Sewen forestusing the focal animal sampling method. The analysisresult, activity pattern strata used and nesting behaviorsignificantly towards individuals capabilities and notdetermined by type of final stage in rehabilitation processthere are other factors should be considered for successfactors of reintroduction

Activity budget, diet, habitat usage, nesting, orangutan

BO-18Biodiversitas spons perairan dangkal di PantaiSelatan Jawa

Tri Aryono Hadi♥, Muhammad Hafitz, Hadiyanto,Agus Budiyanto, Rikoh Manogar SiringoringoPusat Penelitian Oseanografi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Jl.Pasir Putih Raya No.1, RW.10, Pademangan Timur, Pademangan, KotaJakarta Utara 14430, Jakarta. Tel.: +62-21- 64713850, email:[email protected]

Spons merupakan biota benthos penyaring air laut yanghidup di berbagai macam tipe habitat. Pantai Selatan Jawamempunyai karakteristik yang unik yaitu kondisi habitatselalu terekspose dan berhadapan langsung dengan

Samudra Hindia. Penelitian ini bertujuan mengetahui jenis-jenis spons beserta karakter morfologi di Pantai SelatanJawa. Penelitian ini dilakukan dari tahun 2011-2016 yaitudi Pamangpeuk, Gunung Kidul, Teluk Prigi, danBanyuwangi. Metode yang digunakan adalah randomsampling. Hasil observasi mendapatkan sebanyak 101 jenisspons dari 17 ordo dengan 7 karakter morfologi. Terdapatperbedaan yang nyata antara jumlah species yangditemukan di zona intertidal dan subtidal; jumlah species dizona subtidal lebih tinggi 2 kali daripada zona intertidal.Lebih lanjut, terdapat hubungan yang siginifikan antarajumlah jenis dan karakter morfologi; semakin banyak jenisspons yang ditemukan, semakin bervariasi karaktermorfologi. Terpisah dari tipe habitat, spons akan semakinberanekaragam seiring meningkatnya longitude; dalam inispons di Jawa Timur (Banyuwangi dan Teluk Prigi) lebihberanekaragam dan bervariasi dalam morfologi daripadaspons yang ada di Jawa Tengah (Gunung Kidul) dan JawaBarat (Pamangpeuk). Spons bertipe encrusting dan repentmerupakan karakter morfologi yang umum untuk zonaintertidal terutama di Jawa Barat dan Jawa Tengah,sedangkan 5 bentuk morfologi lainnya menjadi karakterspons yang dominan di zona subtidal terutama di JawaTimur. Spons jenis Cinacyrella australiensis tersebarhampir di semua stasiun penelitian. Kondisi habitat sangatmempengaruhi jenis dan morfologi spons yang ada; dalamhal ini spons dengan morfologi tertentu (encrusting danrepent) akan beradaptasi dengan baik pada habitat yangterekspose dan akan lebih banyak morfologi mucul apabilahabitatnya terlindung.

Biodiversitas, morfologi, habitat, selatan Jawa, spons,

BO-19Dominansi Macaranga gigantea dan Vernoniaarborea pada hutan bekas terbakar: Kompetisiatau pembagian ruang

Subekti Rahayu1,♥, Sambas Basuni2, Agus PriyonoKartono2, Agus Hikmat2

1 World Agroforestry Centre (ICRAF) Southeast Asia RegionalProgramme. Jl. CIFOR, Situ Gede, Sindang Barang, Bogor 16115, POBox 161, Bogor 16001, West Java, Indonesia Tel.: +62 251 8625415,Fax.: +62 251 8625416, email: [email protected] Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata,Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Jl. Raya Darmaga, Bogor16680, Jawa Barat

Macaranga gigantea dan Vernonia arborea adalah spesies-spesies yang ditemukan dominan pada hutan bekas terbakardi Kalimantan Timur. Kedua spesies tersebut menunjukkandominansi sejak awal dekade pertama hingga dekade keduapasca kebakaran. M. gigantea sebagai spesies terdominanpertama dan diikuti V. arborea sebagai spesies terdominankedua pada hutan bekas sekali dan dua kali terbakar. M.gigantea adalah spesies pioner yang memberikanpenutupan tajuk hutan secara cepat pasca kebakaran danmenjadi indikator hutan terdegradasi berat. V. arboreaadalah spesies sub-klimaks yang daunnya diketahui

Page 29: Seminar Nasional Biodiversitasbiodiversitas.mipa.uns.ac.id/S/gen/pdf/A0405aaALL.pdfRizwana Wahyuni, Arif Kurniawan 117 ... Enggar Apriyanto, ... Hutan Raya Wan Abdul Rachman, Lampung

ABS MASY BIODIV INDON, Bogor, 9-10 September 2017, hal. 117-172128

mengandung bahan fungisida dan spesies ini umumnyatumbuh pada hutan terdegradasi ringan hingga sedang.Indek Nilai Penting V. arborea sebagai indikator dominansimenunjukkan peningkatan secara nyata pada awal dekadekedua pasca kebakaran dari kurang dari 10 menjadi 30,sedangkan M. gigantea memiliki nilai Indek Penting tinggidi atas 20 sejak dua tahun pasca kebakaran. Hasil analisisasosiasi antara M. gigantea dan V. arborea padapengamatan yang dilakukan dalam petak permanen seluas1.8 ha yang terbagi dalam unit pengamatan 10 m x 10 m diKHDTK Samboja, Kalimantan Timur menunjukkan keduaspesies tidak saling berasoiasi secara negatif maupunsecara positif. Dengan demikian, tidak terjadi kompetisiantar kedua spesies dominan tersebut. Namun, keduaspesies juga tidak menunjukkan adanya simbiosis yangsaling menguntungkan. Pembagian ruang dan waktutumbuh terjadi antar kedua spesies dominan tersebut.

Asosiasi spesies, hutan bekas terbakar, Kalimantan Timur,Macaranga gigantea, Vernonia arborea

BO-20Fosil kayu Dryobalanoxylon sp. pada formasiGenteng di Kabupaten Lebak, Provinsi Bantendan paleogeografinya di Indonesia

Hanny Oktariani1,2,♥, Winantris2, Lili Fauzielly2

1 Museum Geologi, Badan Geologi, Badan Geologi, Kementerian Energidan Sumber Daya Mineral. Jl. Diponegoro No.57, Cihaur Geulis,Cibeunying Kaler, Kota Bandung 40122, Jawa Barat. Tel.: +62-22-7215297, email: [email protected] Fakultas Teknik Geologi, Universitas Padjadjaran. Jl. Raya BandungSumedang Km. 21, Hegarmanah, Jatinangor, Sumedang, Jawa Barat. Tel.:+22-7796545

Fosil kayu ditemukan di Desa Sindangsari, KecamatanSajira, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, Indonesia. Fosiltersebut ditemukan pada batuan tuff, formasi Genteng yangberumur Pliosen Awal dengan lingkungan pengendapanterestial. Untuk mengetahui jenis fosil kayu, dibuatpreparat sayatan tipis dari 3 bidang yaitu lintang, radial dantangensial. Pembuatan preparat fosil kayu sama sepertipembuatan preparat sayatan tipis pada batuan. Hasilpengamatan anatomi pada fosil menunjukkan ciri: selpembuluh baur, hampir seluruhnya soliter, denganfrekuensi pembuluh 5-9 per mm2, terdapat tilosis, lebarjari-jari 4-10 sel, saluran interseluler aksial dalam baristangensial panjang dengan ukuran lebih kecil daripembuluh. Ciri tersebut memiliki kesamaan dengan FamilyDipterocarpacea, Genus Dryobalanoxylon.Dryobalanoxylon ditemukan pada endapan Miosen-Plistosen di Sumatera, Jawa dan Kalimantan.

Dryobalanoxylon, Jawa, Kalimantan, Miosen-Plistosen,Sumatera

BO-21Beberapa mangrove di delta Sungai Mahakam(Kalimantan Timur) yang berpotensi sebagaiantimikroba

Gina Saptiani1,♥, Andi Noor Asikin1, Fikri Ardhani2

1 Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,Universitas Mulawarman. Jl. Gunung Tabur Kampus Gunung Kelua,Samarinda 75124, Kalimantan Timur. Tel./Fax. +62-541-749482, email:[email protected], [email protected] Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Mulawarman. Jl.Paser Balengkong Kampus Gunung Kelua, Samarinda 75124, KalimantanTimur

Delta Mahakam mempunyai hutan mangrove yang luas dananeka jenis spesies. Mangrove ini telah dimanfaatkanmasyarakat sebagai bahan makanan dan obat tradisional.Tujuan penelitian adalah mempelajari beberapa jenismangrove yang mempunyai potensi sebagai bahanantimikroba. Daun dari 4 jenis mangrove, yaitu Avicenniamarina, Sonneratia alba, Rhizophora stylosa, dan Acanthusilicifilius, dikeringkan, dimaserasi dan diekstrak denganmasing-masing menggunakan 3 jenis pelarut, yaitu etanol80%, akuades dan air laut. Uji antimikroba menggunakanmetode agar disc diffusion (ADD) berdasarkan diameterzona hambat dan minimal inhibitory concentration (MIC)yaitu konsentrasi minimal yang mampu menghambatpertumbuhan mikroba. Mikroba yang digunakan sebagaibahan uji adalah Staphylococcus aureus, Escherichia coli,Vibrio harveyi, Aeromonas hydrophila dan Saprolegnia.Hasil metode ADD menunjukan ekstrak etanol daun A.marina dan A. ilicifolius menghasilkan zona hambatterbesar dibanding yang lain, yaitu 13,33 mm terhadap S.aureus. Semua ekstrak etanol daun mangrovemenghasilkan zona hambat 13,00 mm terhadap A.hydrophila, dan 12,67 mm terhadap E. coli. Ekstrak etanolS. alba menghasilkan zona hambat 12,67 terhadap V.harveyi dan ekstrak A. ilicifolius menghasilkan zonahambat 12,33 mm terhadap Saprolegnia. Hasil MIC terbaikterhadap semua mikroba adalah ekstrak etanol A. ilicifolius,diikuti A. marina, S. alba dan R. stylosa.

Anti mikroba, ekstrak, daun, mangrove

BO-22Integrasi klonal tumbuhan invasif Wedeliatrilobata dalam kondisi tergenang: Kajian alokasibiomassa, pola pertumbuhan dan adaptasimorfologi

Endang Saptiningsih1,♥, Kumala Dewi2, Santosa2, YektiAsih Purwestri2

1 Fakultas Sains dan Matematika, Universitas Diponegoro. Jl. Prof. H.Soedarto, SH, Tembalang Semarang 50275, Jawa Tengah. Tel.: +62-24-7474754, Fax.: +62-24-76480690, email: [email protected] Fakultas Biologi, Universitas Gadjah Mada. Jl. Teknika Selatan, SekipUtara, Sleman 55281, Yogyakarta

Page 30: Seminar Nasional Biodiversitasbiodiversitas.mipa.uns.ac.id/S/gen/pdf/A0405aaALL.pdfRizwana Wahyuni, Arif Kurniawan 117 ... Enggar Apriyanto, ... Hutan Raya Wan Abdul Rachman, Lampung

ABS SOC INDON BIODIV, Bogor, 9-10 September 2017, pp. 117-172 129

Wedelia trilobata merupakan salah satu species invasifterburuk di dunia. Invasi W. trilobata mengakibatkanpenurunan biodiversitas vegetasi asli dan kerusakanekosistem. Salah satu karakteristik tumbuhan invasif adalahbentuk klonal (terdiri dari rangkaian ramet) danmengembangkan strategi integrasi klonal atau pembagiansumber daya di antara ramet penyusunnya. Invasi W.trilobata telah merambah daerah lahan basah sepertipinggiran mangrove dan tepi aliran sungai yangmemungkinkan terjadinya penggenangan waterlogged atausubmergence. Penelitian ini bertujuan untuk mengkajialokasi biomassa, pola pertumbuhan dan adaptasimorfologi klonal W. trilobata pada variasi tipepenggenangan induk ramet dan ramet anakan. Penelitiandilakukan secara eksperimental menggunakan tumbuhanklonal W. trilobata umur 90 hari. Induk ramet dan rametanakan dalam satu klonal ditumbuhkan pada pot plastikterpisah. Perlakuan terdiri dari variasi tipe penggenanganpada induk ramet dan ramet anakan meliputi: (i) kapasitaslapang(induk ramet)-waterlogged (ramet anakan), (ii)kapasitas lapang-submergence, (iii) waterlogged-waterlogged dan (iv) waterlogged-submergence.Pengamatan dilakukan pada awal penggenangan dan harike-25 penggenangan. Penelitian menggunakan rancanganacak lengkap (RAL) dan data dianalisis dengan analisisragam (ANOVA) serta uji beda nyata terkecil (BNT). Hasilpenelitian menunjukkan variasi penggenangan kapasitaslapang (induk ramet)-waterlogged (ramet anakan)menghasilkan klonal dengan laju pertumbuhan tertinggidan alokasi biomassa tertinggi ditujukan ke tajuk rametanakan sementara variasi penggenangan waterlogged(induk ramet)-submergence (ramet anakan) menghasilkanlaju pertumbuhan klonal terendah dan alokasi biomassatertinggi ditujukan ke tajuk induk ramet. Perbedaan variasipenggenangan menghasilkan perbedaan adaptasi morfologiklonal meliputi luas daun, jumlah hipertrofi lentisel sertajumlah, panjang dan berat basah akar adventif.

Invasif, klonal, submergence, waterlogged, Wedelia trilobata

BO-23Analisis asosiasi komunitas tumbuhan pakudaratan di hutan Kawah Putih, Ciwidey,Kabupaten Bandung, Jawa Barat

Parikesit♥, Septian Helmi, Susanti Withaningsih, JokoKusmoroDepartmen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,Universitas Padjadjaran. Jl. Raya Bandung-Sumedang Km. 21 JatinangorSumedang 45363, Jawa Barat. Tel.: +62-22-7796412 ext. 104, Fax.: +62-22-7795545, email: [email protected]

Komunitas tumbuhan paku di hutan hujan tropispegunungan mempunyai peranan penting dalammemperkaya keanekaragaman hayati ekosistem hutan.Namun demikian informasi ilmiah mengenai asosiasi antarspesies tumbuhan paku di sisa hutan hujan tropispegunungan di Indonesia belum banyak terungkap. Olehkarena itu, penelitian mengenai asosiasi spesies pada

komunitas tumbuhan paku daratan telah dilakukan dikawasan Hutan Kawah Putih, Ciwidey, KabupatenBandung, Jawa Barat. Tujuan dari penelitian ini adalahuntuk mengetahui spesies tumbuhan paku daratan apa sajayang membentuk asosiasi. Data mengenai komposisi dankelimpahan tiap jenis paku yang ditemukan dikumpulkandengan metode yang mengombinasikan transek dan kuadratpada berbagai elevasi (ketinggian) hutan. Lima buahtransek diletakkan sejajar kontur pada ketinggian 1610-2010 m dpl dengan interval 100 m elevasi. Di sepanjangtransek diletakkan kuadrat ukuran 2 m x 2 m. Hasilpenelitian telah menemukan 53 spesies dengan familitumbuhan paku terbanyak anggotanya adalah Cyatheaceaedan Dicksoniaceae, masing-masing berjumlah 7 spesies.Analisis asosiasi antar jenis pada komunitas tumbuhanpaku daratan di hutan Kawah Putih menunjukkan adanya121 asosiasi dengan 107 asosiasi positif, 14 asosiasinegatif. Sedangkan Indeks Asosiasi sebagian besarmenunjukkan nilai yang relatif rendah yaitu 95.

Asosiasi, kawah putih, paku, spesies

BO-24Komposisi dan keragaman gulma di bawahTanaman Binuang Bini (Octomeles Sumatrana) DiKHDTK Haurbentes, Jasinga, Bogor, Jawa Barat

Rina BogidarmantiPusat Penelitian dan Pengembangan Hutan. Jl. Gunung Batu No. 5, POBox 331, Bogor 16610, Jawa Barat. Tel.: +62-251- 8633234, 7520067,Fax.: +62-251-8638111, email: [email protected]

Tumbuhan bawah atau gulma dapat mempengaruhipertumbuhan tanaman pokok dengan cara memanjat,mencekik, melepaskan beberapa zat alelopati atauberfungsi sebagai inang untuk beberapa hama ataupenyakit. Komposisi dan karakteristik gulma di bawahtegakan binuang bini memiliki variasi tergantung padakondisi tapak serta umur tanaman. Penelitian ini bertujuanuntuk mengetahui komposisi dan keragaman gulma dibawah tanaman binuang bini umur dua tahun. Kegiatan inidilakukan di Hutan Penelitian dengan TujuanKhusus/KHDTK Haurbentes, Jasinga, Bogor. Analisisvegetasi dilakukan dengan membuat 30 unit petak sampelukuran 1 m x 1 m, dengan interval antara plot 25 m. Hasilpenelitian menunjukkan bahwa ditemukan sekitar 24 jenisgulma di bawah tanaman binuang bini umur dua tahunyang dapat diklasifikasikan menjadi gulma daun lebar (11spesies), gulma daun sempit (6 spesies), pakis (3 spesies)dan gulma berkayu (4 spesies). Berdasarkan indeks nilaipenting (INP), lima gulma spesies dengan peringkat tinggiyaitu Echinochloa colonum (INP = 101,25), Centothecalappaceae (INP = 78,12), Mikania micrantha (INP =20,86), Toxocarpus longipetalus (INP = 20,04) danSelaginella sp. (INP = 19,70). Gulma yang mendominasi dibawah tanaman binuang bini umur dua tahun yaitutermasuk kelompok daun sempit.

Binuang bini, gulma, Haurbentes, KHDTK komposisi

Page 31: Seminar Nasional Biodiversitasbiodiversitas.mipa.uns.ac.id/S/gen/pdf/A0405aaALL.pdfRizwana Wahyuni, Arif Kurniawan 117 ... Enggar Apriyanto, ... Hutan Raya Wan Abdul Rachman, Lampung

ABS MASY BIODIV INDON, Bogor, 9-10 September 2017, hal. 117-172130

BO-25Keragaman artropoda sebagai musuh alamipotensial untuk Stenochranus pacificus(Hemiptera: Delphacidae) pada tanaman jagungdi Sumatera Barat

My Syahrawati♥, Novri Nelly, Hasmiandy HamidProgram Studi Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, UniversitasAndalas. Kampus Unand Limau Manih, Padang 25163, Sumatera Barat.Tel. +62-751-72773, Fax.: +62-751-72702, email:[email protected]

Stenochranus pacificus (Hemiptera: Delphacidae) adalahhama dominan yang menyerang tanaman jagung diSumatera Barat saat ini, akan tetapi masih sedikit sekalilaporan tentang pengendaliannya. Telah dilakukanpenelitian awal untuk mengetahui keanekaragaman musuhalami pada pertanaman jagung, yang diharapkan dapatdimanfaatkan sebagai musuh alami S. pacificus. Penelitianmetode survei tersebut dilaksanakan pada bulan Agustus-Oktober 2016 di tiga kabupaten dengan ketinggian berbeda(Pasaman Barat, Lima Puluh Kota, dan Tanah Datar).Artropoda pada tanaman jagung dikoleksi menggunakanhand vacuum pada fase pertumbuhan berbeda (vegetatifdan generatif) kemudian hasil identifikasi diolahmenggunakan software ecological methodology 7.2.Ditemukan sebanyak 15 famili artropoda predator dan 15famili parasitoid. Hasil penelitian menunjukkan bahwakeanekaragaman musuh alami di Sumatera Barat berbedapada setiap lokasi, yang tergolong rendah-tinggi.Keanekaragaman tertinggi ditemukan di Pasaman Barat,baik pada fase vegetatif maupun generatif, sedangkankemerataan spesies tergolong rendah di semua lokasi (<0,4). Famili terbanyak didominasi oleh Coccinellidae, danindividu terbanyak di dominasi oleh Formicidae.

Jagung, wereng jagung, indeks keanekaragaman, indekskemerataan

BO-26Eksplorasi flora di kawasan Resort Mallawa danResort Bantimurung, Leang-leang, TamanNasional Bantimurung-Bulusaraung SulawesiSelatan untuk pengayaan koleksi Kebun RayaJompie Parepare, Sulawesi Selatan

Eka Martha Della Rahayu♥, Winda Utami PutriPusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Indonesia (Kebun Raya Bogor),Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Jl. Ir. H. Juanda No. 13, Bogor16003, Jawa Barat. Tel./Fax. +62-251-8322187, email:[email protected]

Kegiatan ekplorasi dan penelitian flora di kawasankawasan Resort Mallawa dan Resort Bantimurung Leang-leang, Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung,Sulawesi Selatan telah dilakukan pada tanggal 22 Maret-10April 2017. Tujuan eksplorasi adalah untuk mengoleksitumbuhan lokal yang berpotensi untuk pengayaan koleksi

Kebun Raya Jompie Parepare (KRJP). Metode yangdigunakan adalah eksploratif. Tim eksplorasi berhasilmengumpulkan spesimen hidup sebanyak 253 nomorkoleksi dengan 93.67% diperkirakan koleksi baru KRJP.Hal tersebut karena eksplorasi flora ini merupakan yangpertama kalinya untuk KRJP. Perolehan sebaran sukuterbanyak antara lain Orchidaceae, Araceae, Lauraceae,dan Zingiberaceae. Beberapa jenis tumbuhan yangdikoleksi memiliki potensi sebagai tanaman hias, tanamanobat, serta tanaman pangan. Ditemukan pula tumbuhanlangka berdasarkan IUCN Red List, yaitu Aglaia smithiiKoord. (Vulnerable A1c Ver 2.3).

Eksplorasi flora, Kebun Raya Jompie Parepare, keragamantumbuhan, TN Bantimurung-Bulusaraung

BO-27Struktur dan komposisi vegetasi sertakeanekaragaman jenis amfibi pada kawasan hutansekitar Sungai Didoihu, Kabupaten PegununganArfak, Papua Barat

Matheus Beljai♥, Meliza Sartje WorabaiJurusan Kehutanan, Fakultas Kehutanan, Universitas Papua.Jl. Gunung Salju, Amban, Manokwari Barat, Kabupaten Manokwari98314, Papua Barat. Tel.: +62-986-211050, email:[email protected]

Formasi hutan di sekitar Sungai Didouhu, Distrik Didouhu,Kabupaten Pegunungan Arfak, Papua Barat merupakanhabitat bagi sejumlah jenis tumbuhan dan satwa kelasamfibi yang banyak belum diketahui secara ilmiah. Olehsebab itu perlu informasi dan data tentang struktur dankomposisi vegetasi sekitarnya serta keanekaragaman jenisamfibi pada kawasan tersebut. Tujuan penelitian ini untukmemperoleh informasi tentang struktur dan komposisivegetasi serta keanekaragaman jenis satwa amfibi padakawasan hutan sekitar Sungai Didouhu. Data vegetasidiambil menggunakan metode kombinasi antara metodejalur dan metode garis berpetak. Data jenis amfibi diambilmenggunakan metode survai perjumpaan visual. Analisisdata vegetasi menggunakan metode analisis vegetasi.Sedangkan analisis keanekaragaman jenis amfibimenggunakan persamaan indeks Shannon-Wiener. Darihasil analisis vegetasi diketahui terdapat 66 jenis tumbuhanyang meliputi 50 jenis tingkat semai (K=17769,231ind/ha), 50 jenis tingkat pancang (K=4060,241 ind/ha), 42jenis tingkat tiang (K=506,061 ind/ha), dan 28 jenis tingkatpohon (K=108,333 ind/ha). Pada semua tingkatanpertumbuhan, terdapat 8 jenis tumbuhan yang memilikiINP tertinggi, yaitu Dodonaea viscosa (INP = 166,814%),Lithocarpus ruvofilosus (INP = 77,877%), Lithocarpusaspericulata (INP = 69,475%), Rhus lamprocarpa (INP =42,394%), Melicope sp. (INP = 33,321%), Drimys piperita(INP = 31,946%), Pouteria sp. (INP = 21,503%), danGalbulimima belgraveana (INP = 20,596%). Terdapat 4jenis satwa kelas Amfibi dari ordo Anura (Kodok danKatak) yang ditemukan, yaitu Litoria arfakiana,Asterophrys sp., Rana grisea, dan Lechriodusplatyceps.

Page 32: Seminar Nasional Biodiversitasbiodiversitas.mipa.uns.ac.id/S/gen/pdf/A0405aaALL.pdfRizwana Wahyuni, Arif Kurniawan 117 ... Enggar Apriyanto, ... Hutan Raya Wan Abdul Rachman, Lampung

ABS SOC INDON BIODIV, Bogor, 9-10 September 2017, pp. 117-172 131

Keanekaragaman jenis Amfibi tersebut memiliki nilaikeanekargaman 3,138 yang tergolong sedang. IndeksKemerataan mencapai 0,913 yang menggambarkankeseimbangan spesies amfibi tergolong tinggi. SedangkanNilai Kesamaan Jenis mencapai 0,166 dengan gambarantingkat kesamaan jenis pada kedua tipe habitat rendah.Litoria arfakiana grup merupakan spesies yang paling luassebarannya karena spesies ini ditemukan di kedua tipehabitat.

Arfak, keanekaragaman amfibi, struktur vegetasi, SungaiDidouhu

BO-28The diversity of ferns and fern allies in BogorBotanical Gardens

Titien Ngatinem PraptosuwiryoCenter for Plant Conservation-Bogor Botanic Gardens, Indonesian Institutof Sciences. Jl. Ir. H. Juanda No. 13, Bogor 16003, Jawa Barat. Tel./Fax.+62-251-8322187, email: [email protected]

Bogor Botanical Gardens (BBG), one of the oldest botanicgardens in the world, is situated in the city centre of Bogor,Indonesia, covering an area of 87 hectares. Its purpose ismainly for conserving plants from the lowland rainforestecosystem. The garden with various ecological niches andvegetation types is ideally suited to ferns and fern allies. Afloristic study on the wild pteridophytes growing in thegarden was intensively carried out in 2009-2017 byobserving all of the garden area. The aims of the researchwere to inventory the wild ferns and fern allies in thegarden and undertake an in-depth systematic survey toprovide a check list of ferns and fern allies. New data onthe diversity of ferns and fern-allies in BBG is provied. Thespecies that make up the community appear to be typicalfor the lowland pteridophyte flora of the humid tropics. Atotal of 67 species belonging to 37 genera under 19 familieswere reported. The composition of terrestrial and epiphyticferns were 68.3% and 31.6%, respectively. There was onlyone species of rheophytic fern, namely the Java-fernMicrosorum pteropus (Blume) Ching. Two families withthe most diversity in term of species richness werePteridaceae (18 species) and Polypodiaceae (9 species). Alist of the fern and fern allies, along with updatednomenclature, distributional and ecological notes,vernacular names, uses and taxonomical notes areprovided.

Bogor Botanical Gardens, diversity, ferns, native species,naturalized species

BO-29Biodiversitas dan distribusi ikan Famili Bagridaedi Sungai Ijo, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah

Siti Rukayah1,♥, M,F. Rahardjo2, W. Lestari1

1 Fakultas Biologi, Universitas Jenderal Soedirman. Jl. Dr. Soeparno No.63, Karangwangkal, Grendeng, Purwokerto 53122, Banyumas, JawaTengah. Tel. +62-281-638794, Faks. +62-281-631700, ♥email:[email protected], [email protected] Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Jl. RayaDarmaga Bogor 16680, Jawa Barat

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui keragamandan kelimpahan ikan-ikan Famili Bagridae, distribusilongitudinal, pola distribusi berdasarkan karakteristikhabitat yang mempengaruhi distribusi Bagridae di SungaiIjo, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah. Metode yangdigunakan dalam penelitian ini adalah metode survey,dengan teknik Purposive random sampling pada sembilanstasiun. Keragaman dan kelimpahan ikan dianalisisberdasarkan identifikasi terhadap jenis dan jumlah ikan(catch per unit effort), sedangkan untuk distribusi spesiesikan Bagridae dianalisis secara deskriptif dengan AnalisisFaktorial Koresponden. Analisis komponen utamadigunakan untuk mendiskripsikan karakteristik masing-masing stasiun penelitian berdasarkan fisika kimiaperairan. Hasil dari penelitian ini diperoleh tiga spesiesikan dari Famili Bagridae yaitu Mystus gulio (katingjahan), Mystus sp. (kating kuning) dan M. micracanthus(keting jawa), dengan bobot antara 15,28-203 g; panjang4,1-26,1 cm; indeks keragaman (H’) 0,886-1,534; indeksdominansi (ƛ) 0,099-0,676; indeks kemerataan (v) 0,3592-0,7126. Ikan yang mendominasi adalah ikan keting jahan(M. gulio). Distribusi ikan Famili Bagridae di Sungai Ijoada dua macam yaitu Mystus gulio memiliki distribusimerata sedangkan Mystus sp. dan M. micracanthusmemiliki distribudi mengelompok. Kualitas air Sungai Ijomasih layak untuk kehidupan ikan Famili Bagridae

Biodiversitas, distribusi, Bagridae, Sungai Ijo

BO-30Temuan Marsdenia brunoniana (Apocynaceaea,Asclepiadoideae) di Pegunungan BaturagungYogyakarta: Deskripsi morfologi dan anatominyasebagai acuan identifikasi

WidodoFakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Sunan KalijagaYogyakarta, Jl. Marsda Adisucipto No 1 Yogyakarta 55281, Indonesia.Tel. +62-274-540971, Fax. +62-274-519739, ♥email:[email protected]

Ditemukan Marsdenia brunoniana Wight & Arn.(Apocynaceae) pada lokasi S 07º 50’ 29,3”; E 110º 32’19.6”, 497 m dpl. di jalur pendakian Gunung NglanggeranGunungkidul, Yogyakarta dan kawasan PegununganBaturagung lainnya. Identifikasi didasarkan pada literaturdan spesimen herbarium. Penelitian menggunakan metodeeksplorasi dan kunjungan periodik, pengamatan morfologidan anatomi, koleksi specimen. Keberadaan M. brunonianadi Jawa belum dilaporkan dalam buku Flora of Java karyaBacker dan Bakhuizen v.d. Brink (1963, 1965, 1968)maupuna literatur lainnya. M. brunoniana merupakantumbuhan liana berkayu. Ciri khas M. brunoniana sebagai

Page 33: Seminar Nasional Biodiversitasbiodiversitas.mipa.uns.ac.id/S/gen/pdf/A0405aaALL.pdfRizwana Wahyuni, Arif Kurniawan 117 ... Enggar Apriyanto, ... Hutan Raya Wan Abdul Rachman, Lampung

ABS MASY BIODIV INDON, Bogor, 9-10 September 2017, hal. 117-172132

anggota subfamili Asclepiadoideae adalah adanya strukturpollinia. Struktur pollinia M. brunoniana bersifat spesifikdiantara pollinia anggota subfamili Asclepiadoideae yanglain. Tulisan ini memaparkan ciri-ciri spesifik meliputimorfologi daun, batang, bunga, pollinia, buah M.brunoniana yang telah ditemukan oleh penulis dipegunungan Baturagung Yogyakarta

Marsdenia brunoniana, Asclepiadoideae, GunungNglanggeran, Pegunungan Baturagung

BO-31Temuan Rauvolfia verticillata (Apocynaceaea,Apocynoideae) di Gunung Nglanggeran,Gunungkidul, Yogyakarta: Deskripsi morfologidan anatominya sebagai acuan identifikasi

WidodoFakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Sunan KalijagaYogyakarta, Jl. Marsda Adisucipto No 1 Yogyakarta 55281, Indonesia.Tel. +62-274-540971, Fax. +62-274-519739, ♥email:[email protected]

Ditemukan Rauvolfia verticillata (Loureiro) Baillon(Apocynaceae) di Gunung Nglanggeran, Gunungkidul,Yogyakarta. Specimen ditemukan merata di kawasan ini.Identifikasi didasarkan pada literatur dan spesimenherbarium. Penelitian menggunakan metode eksplorasi dankunjungan periodik, pengamatan morfologi dan anatomi,koleksi specimen. Keberadaan R. verticillata di Jawa tidaktercantum dalam buku Flora of Java karya Backer danBakhuizen v.d. Brink (1963, 1965, 1968) maupuna literaturlainnya. R. verticillata merupakan tumbuhan perduberkayu. Ciri khas R. verticillata ditunjukkan oleh strukturbunga dan buah disamping struktur vegetative lainnya.Tulisan ini memaparkan ciri-ciri spesifik R. verticillatayang telah ditemukan.

Rauvolfia verticillata, Apocynoideae, Gunung Nglanggeran

BO-32Temuan Cayratia mollissima (Vitaceae) di GunungNglanggeran, Gunungkidul, Yogyakarta:Deskripsi morfologi dan anatominya sebagaiacuan identifikasi

WidodoFakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Sunan KalijagaYogyakarta, Jl. Marsda Adisucipto No 1 Yogyakarta 55281, Indonesia.Tel. +62-274-540971, Fax. +62-274-519739, ♥email:[email protected]

Ditemukan Cayratia mollissima (G.C.Wall) Gagnep.(Vitaceae) di Gunung Nglanggeran Gunungkidul.Specimen ditemukan sisi Selatan di kawasan ini.Identifikasi didasarkan pada literatur dan spesimenherbarium. Penelitian menggunakan metode eksplorasi dan

kunjungan periodik, pengamatan morfologi dan anatomi,koleksi specimen. Keberadaan C. mollissima di Jawa tidaktercantum dalam buku Flora of Java karya Backer maupunaliteratur yang ada lainnya. C. mollissima (Vitaceae)merupakan tumbuhan semak memanjat. Ciri khas C.mollissima ditunjukkan oleh struktur buah, daun,disamping bunga dan struktur vegetative lainnya. Tulisanini memaparkan ciri-ciri spesifik C. mollissima.

Cayratia mollissima, Vitaceae, Gunung Nglanggeran

BO-33Status terkini jenis-jenis tumbuhan bernilaikonservasi tinggi koleksi Kebun Raya Cibodas

Muhamad Muhaimin♥, Zaenal MutaqienUPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Cibodas, Lembaga IlmuPengetahuan Indonesia. Jl. Kebun Raya Cibodas, Sindanglaya PO Box 19SDL Sindanglaya, Cipanas, Cianjur 43253, Jawa Barat, Indonesia.Tel./Fax. +62-263-512233, ♥email: [email protected],[email protected]

Perbedaan pengelolaan dan tujuan suatu kebun botanisangat berpengaruh pada jenis tumbuhan yang dikoleksi.Awal didirikan pada tahun 1866, Kebun Raya Cibodas(KRC) ditujukan sebagai tempat aklimatisasi tumbuhanyang bernilai ekonomi yang berasal dari kawasan subtropisdan jenis tumbuhan yang berasal dari daerah koloniBelanda yang tidak dapat tumbuh di Kebun Raya Bogor.Namun sejak tahun 2002 institusi yang kini merupakanbagian dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia inimemiliki tugas pokok dan fungsi sebagai lembagakonservasi tumbuhan eks-situ. Saat ini KRC telahmengoleksi 1895 jenis tumbuhan dari 876 marga dan 190suku termasuk 534 jenis asing, terutama koleksi tumbuhanterdahulu. Untuk mengefisienkan sumber daya sertamemperjelas arah tujuan lembaga, maka direkomendasikanuntuk memilih beberapa jenis tumbuhan sebagai prioritasutama aksi konservasi. Untuk itu perlu dilakukan kajianmengenai status koleksi tumbuhan KRC yang bernilaikonservasi tinggi berdasarkan kriteria tumbuhan terancampunah oleh IUCN dan kriteria tumbuhan yang dilindungioleh pemerintah Republik Indonesia dan CITES.Berdasarkan hasil studi, 99 jenis tumbuhan dikategorikanterancam punah berdasarkan IUCN, terdiri dari 13 berstatusKritis, 41 genting, 45 rawan. Sementara itu, 57 koleksijenis tumbuhan koleksi berstatus dilindungi olehpemerintah Republik Indonesia dan 320 jenis tumbuhandilindungi melalui regulasi CITES. Hasil kajian inidiharapkan dapat menjadi masukan untuk lebihmemprioritaskan penelitian dan pengembangan koleksitumbuhan KRC yang bernilai konservasi tinggi tersebutuntuk tujuan konservasi.

CITES, IUCN, Kebun Raya Cibodas, konservasi, tumbuhanterancam punah

Page 34: Seminar Nasional Biodiversitasbiodiversitas.mipa.uns.ac.id/S/gen/pdf/A0405aaALL.pdfRizwana Wahyuni, Arif Kurniawan 117 ... Enggar Apriyanto, ... Hutan Raya Wan Abdul Rachman, Lampung

ABS SOC INDON BIODIV, Bogor, 9-10 September 2017, pp. 117-172 133

BP-01Studi distribusi Crustacea di Kawasan PesisirPulau Tanimbar Kei, Maluku Tenggara Barat,Maluku

Tyani FitrianUPT. Loka Konservasi Biota Laut Tual, Pusat Penelitian OseanografiLembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Jl. Merdeka, Watdek, Kota Tual97611, Maluku, Indonesia. Tel.: +62-916-23839, Fax.: +62-916-23873,♥email: [email protected]

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi potensisumber daya laut khususnya (Crustacea) di Pulau TanimbarKei, Kabupaten Maluku Tenggara Barat, Provinsi Maluku.Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2017 dengan caramenyusuri kepualauan Tanimbar-Kei. Data yang diambilpada penelitian kali ini adalah data crustacea ekonomispenting dan non ekonomis penting serta data kualitas air.Hasil penelitian diperoleh 65 individu, 17 spesies,15 generadari 12 famili. 17 Jenis-jenis Crustacea yang ditemukandiantaranya Callapa hepatica, Eriphia sebana, Eriphiasmithii, Grapsus tenuicrustatus, leucosia craniolaris,Ocypode seratus, Uca Annulipes, Ozius gutatus,Epixanthus dentatus, Pilumnus vespertilio, Plagusiadepressa tuberculata, Petrolisthes hastatus, Thalamitapelsarti, Thalamita crenata, Varuna yuii, Atergatis floridusdan Etisus laevimanus. Berdasarkan jumlah jenis danindividu, fauna crustacea di perairan Pulau Tanimbar-Keimemiliki indeks keanekaragaman 0.79631-1.54983 yangtermasuk sedang, Indeks kemerataan 0.558204-0.962964termasuk sedang dan Indeks dominansi 0.209877-0.55102termasuk rendah.

Crustacea, keanekaragaman, Tanimbar, Kei

BP-02Tingkat kesejahteraan Gajah Sumatera (Elephasmaximus sumatranus) di Taman MargasatwaRagunan berdasarkan Analisis Welfare Input danstatus kecacingan

Amanda Tiara1,♥, Dewi Elfidasari1, Fadjar Satrija2

1 Program Studi Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas AlAzhar Indonesia. Komplek Masjid Agung Al Azhar, Jl. Sisingamangaraja,Kebayoran Baru, Jakarta 12110, Indonesia. Tel. +62-21-72792753. Fax.+62-21-7244767, ♥email: [email protected] Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Gedung Andi HakimNasoetion, Lantai 1 Kampus Dramaga Bogor 16680, Jawa Barat,Indonesia

Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus)merupakan salah satu fauna endemik Indonesia yang dapatdijumpai di Pulau Sumatera. Saat ini keberadaan di habitatalaminya berada dalam status langka. Perlu adanya upayauntuk melestarikan Gajah Sumatera agar tidak punah, salahsatunya dengan cara membangun dan mengelola tempatkonservasi ex-situ yang sesuai dengan 5 aspekkesejahteraan hewan. Penelitian ini membahas penilaiantingkat kesejahteraan Gajah Sumatera di Taman

Margasatwa Ragunan berdasarkan penilaian inputkesejahteraan satwa yakni dilihat dari aspek managementdan lingkungan kandang serta keadaan gajah. Selainpenilaian, dilakukan pula pengecekan feses pada gajahuntuk menghitung derajat infeksi kecacingan. Penilaiankesejahteraan gajah di TMR masuk dalam klasifikasi baikdengan angka 72,2. Sedangkan untuk infeksi cacing parasitmemiliki prevalensi 44,4% dengan derajat infeksi sedangpada gajah Pangeran (550 TTGT) dan ringan pada gajahLestari (450 TTGT), Agustin (100 TTGT) serta Melky (50TTGT). Jenis cacing parasit yang ditemukan adalah tipeStongyloid dari Ordo Strongylida, Kelas Nematoda.

Gajah Sumatera, infeksi cacing, kesejahteraan, Strongyloid

BP-03Pengaruh interaksi pengunjung terhadap aktivitasharian dan perilaku sosial Lutung JawaTrachypithecus auratus (E. Geoffroy, 1812) diTaman Margasatwa Ragunan, Jakarta

Rizkyana Novita Sari♥, Luthfiralda SjahfirdiDepartemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,Universitas Indonesia. Jl. Lingkar Kampus Raya, Kampus UI Depok,Gedung E Lt. 2, Depok 16424, West Java, Indonesia. Tel.: +62-21-7863436, email: [email protected]

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruhinteraksi pengunjung, yakni: aktivitas, kepadatan, dankebisingan pengunjung, terhadap perilaku sosial danreproduksi lutung jawa (Trachypithecus auratus) di TamanMargasatwa Ragunan, Jakarta. Penelitian dilakukan selama15.600 menit selama periode Februari-April 2017 daripukul 08.00-15.30 WIB. Metode scan sampling digunakanuntuk mencatat perilaku 1 ekor lutung jawa jantan dewasadan 2 ekor lutung jawa betina dewasa dalam interval waktu5 menit tanpa jeda. Hasil menunjukkan bahwa TamanMargasatwa Ragunan memberikan dampak positif terhadapperilaku lutung jawa dikarenakan tingginya persentaseperilaku sosial afiliatif dibandingkan perilaku sosial agresifdan adanya interaksi lutung jawa terhadap kehadiranpengunjung. Hasil penelitian menggunakan uji Chi-squaremeliputi kepadatan, kebisingan, dan aktivitas pengunjungdi antaranya 0,111; 0,077; dan 0,081 (P > 0,05)menunjukkan tidak ada pengaruh antara perilaku dankehadiran pengunjung terhadap aktivitas harian lutungjawa.

Afiliatif, agresif, aktivitas harian, sosial, pengunjung, lutungJawa

BP-04Interaksi terhadap objek dalam kandang danperilaku stereotipe bekantan Nasalis larvatus(Wurmb, 1781) di Taman Margasatwa Ragunan,Jakarta

Page 35: Seminar Nasional Biodiversitasbiodiversitas.mipa.uns.ac.id/S/gen/pdf/A0405aaALL.pdfRizwana Wahyuni, Arif Kurniawan 117 ... Enggar Apriyanto, ... Hutan Raya Wan Abdul Rachman, Lampung

ABS MASY BIODIV INDON, Bogor, 9-10 September 2017, hal. 117-172134

Hana Nabilah♥, Luthfiralda SjahfirdiDepartemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,Universitas Indonesia. Jl. Lingkar Kampus Raya, Kampus UI Depok,Gedung E Lt. 2, Depok 16424, West Java, Indonesia. Tel.: +62-21-7863436, email: [email protected]

Telah dilakukan penelitian mengenai interaksi terhadapobjek dalam kandang dan perilaku stereotipe bekantanNasalis larvatus (Wurmb, 1781) di Taman MargasatwaRagunan, Jakarta. Penelitian bertujuan untuk mengetahuibentuk interaksi bekantan terhadap benda-benda dalamkandang serta mengetahui ada atau tidaknya perilakustereotipe pada bekantan. Metode yang digunakan yaitu adlibitum. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari-April2017. Subjek pengamatan yaitu satu kelompok bekantanyang terdiri dari satu jantan (J) dan dua betina (B1 dan B2).Hasil pengamatan menunjukkan bahwa subjek jarangterlihat memanfaatkan kolam yang merupakan objek dalamkandang, serta ditemukan perilaku berupa mengonsumsitanaman display dan bermain dengan ornamen berbahankaret. Selama penelitian ditemukan pula beberapa perilakuyang diduga stereotipe seperti menyakiti diri sendiri padaB2 dan menggesekkan area genitalia ke dahan pohon padaB1.

Bekantan, interaksi, objek, stereotipe

BP-05Eksplorasi dan karakterisasi tanaman honje(Etlingera sp.) berdasarkan karakter morfo-agronomi di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat

Nuryan♥, Liberty Chaidir, Anna Aina RoosdaDepartmen Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Sunan GunungDjati Bandung. Jl. A.H. Nasution No.105 Cigending, Ujung Berung, KotaBandung 40611, Jawa Barat. Tel.: +62-22-7800525, ♥email:[email protected]

Honje (Etlingera sp.) adalah tanaman asli Jawa Barat yangmulai sulit ditemukan. Tanaman honje dapat dimanfaatkansebagai obat demam, kosmetik dan bumbu masak.Eksplorasi tanaman honje dilakukan untuk konservasi danmengetahui keragaman genetik. Studi tentang keragamangenetik honje di Kabupaten Sukabumi penting untukmengetahui variasi genetik antara aksesi. Tujuan daripenelitian ini adalah untuk mengetahui keragaman genetikberdasarkan karakter morfo-agronomi. Pengamatandilakukan di Kabupaten Sukabumi, 39 aksesi dengan 16karakter morfo-agronomi dianalisis berdasarkan analisisklaster dengan menggunakan koefisien eucludian. Hasilpenelitian menunjukkan keragaman genetik aksesi 39 honjedengan proporsi variasi 73,92% pada PC1-PC5berdasarkan analisis PCA dengan karakter yangmempengaruhi yaitu tinggi tanaman, warna kuncup daundan panjang daun. Analisis variabilitas pada karakter tinggitanaman, warna kuncup daun dan panjang daun.Berdasarkan analisis klaster terdapat keragaman genetikyang luas pada 39 aksesi honje yang ditunjukkan olehkoefisien euclidean sebesar 4,54 dan terbagi menjadi 2

kluster. Aksesi yang memiliki hubungan kekerabatanpaling jauh yaitu aksesi N01 (Jampangkulon) dan N25(Cipanas) dengan jarak euclidean 4,54, sedangkan yangmemiliki hubungan kekerabatan paling dekat aksesi N10(Tegalbuled) dan N16 (Suaren) dengan jrak euclidean 0,06.

Eksplorasi, honje, karakter morfo-agronomi, keragamangenetik, Sukabumi

BP-06Karakteristik fenotip ayam hias (keturunan ayamhutan merah) yang dipelihara masyarakat KotaBengkulu, Provinsi Bengkulu

Rifky Adwiansyah♥, Johan Setianto, Hardi PrakosoFakultas Pertanian, Universitas Bengkulu. Jl. W.R Supratman, KandangLimun, Kota Benkulu 38371, Bengkulu. Tel.: +62-736 21290/21170, Fax: +62-736 21290, email: [email protected]

Tujuan penelitian adalah mengetahui fenotip ayam hiasketuruan ayam hutan merah, yakni ayak burgo, yangdipelihara masyarakat Kota Bengkulu, Provinsi Bengkulusekaligus sebagai informasi dan ilmu pengetahuan.Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari 2017-2017 diKota Bengkulu. Pemilihan sampel dilakukan dengansengaja (purposive sampling). Pemilihan ini berdasarkandata peternak yang memelihara ayam burgo hias. Daripenelitian diperoleh 50 ekor ayam hias, dari 50 ekor ayamhias diamati variabel warna bulu, shank/sisik kaki, cuping,paruh, jengger, pial dan taji. Dari hasil penelitian denganmenggunakan sampel ayam burgo jantan sebanyak 50 ekordi dapatkan warna bulu dada ayam burgo jantan dominanwarna Hitam (64%), sedangkan Warna Bulu Leher MerahKekuningan (28%), Warna Bulu Sayap ayam burgo jantanHitam Campur merah (60%), Warna Bulu Ekor dominanberwarna Hitam (92%), Warna Bulu Pelana MerahKekuningan (30%), jumlah bulu sayap 19 helai (36%),jumlah bulu ekor 18 helai (44%). Kaki ayam burgo jantanberwarna Hitam Keabu-abuan (74%). Bentuk paruh ayamburgo jantan dominan bengkok (76%), dan berwarnadominan Hitam (74%). Cuping ayam burgo jantan dominanPutih (74%), dan diameter cuping 2 cm (42%). Jenggerayam burgo jantan dominan tipe Tunggal (96%), dandengan jumlah gerigi 5 buah (74%). Pial ayam burgomemiliki panjang 2 cm (22%). Taji ayam burgo jantanpanjang 1 cm (22%), dengan warna taji ayam burgodominan warna taji Hitam (66%). Dan penelitian ini dapatdi simpulkan bahwa karakteristik ayam hias (keturunanayam hutan merah) yang di pelihara masyarakat KotaBengkulu masih bervariasi.

Ayam hias, ayam burgo, fenotip

Page 36: Seminar Nasional Biodiversitasbiodiversitas.mipa.uns.ac.id/S/gen/pdf/A0405aaALL.pdfRizwana Wahyuni, Arif Kurniawan 117 ... Enggar Apriyanto, ... Hutan Raya Wan Abdul Rachman, Lampung

ABS SOC INDON BIODIV, Bogor, 9-10 September 2017, pp. 117-172 135

BP-07Biodiversitas tumbuhan langka di KepulauanTogean, Sulawesi Tengah, potensi danancamannya

Sri HartiniCenter for Plant Conservation-Bogor Botanic Gardens, Indonesian Institutof Sciences. Jl. Ir. H. Juanda No. 13, Bogor 16003, Jawa Barat. Tel./Fax.+62-251-8322187, email: [email protected]

Kepulauan Togean merupakan salah satu kawasankonservasi di Sulawesi Tengah. Di kepulauan ini masihdijumpai kawasan hutan yang termasuk ke dalam hutanhujan dataran rendah. Hutan di pulau ini memiliki potensiflora dan fauna endemik cukup tinggi karena letaknya yangterisolasi oleh laut serta berada di kawasan Wallacea. Diantara sekitar 322 jenis tumbuhan di kepulauan ini yangpernah diinventarisasi, terdapat kelompok tumbuhan yangperlu mendapatkan perhatian lebih yaitu jenis-jenis yangtermasuk kategori tumbuhan langka. Terlebih lagi di pulauini pernah berdiri sebuah HPH yang melakukan kegiatanpenebangan kayu. Tujuan dari penelitian ini adalah untukmengetahui jenis-jenis tumbuhan langka yang terdapat diKepulauan Togean terutama di Pulau Batudaka bersertapotensi dan ancamannya. Metode yang digunakan adalahmetode eksploratif. Hasil penelitian menunjukkan bahwatidak kurang dari 23 jenis tumbuhan yang termasuktumbuhan langka ditemukan di Pulau Batudaka. Beberapajenis diantaranya merupakan tumbuhan yang atraktif danbernilai ekonomi tinggi. Di sisi lain keberadaan jenis-jenisini juga mengalami ancaman.

ancaman, Kepulauan Togean, tumbuhan langka, potensi

BP-08Anggrek primitif di Sumatera yang berpotensisebagai tanaman hias

Sri HartiniCenter for Plant Conservation-Bogor Botanic Gardens, Indonesian Institutof Sciences. Jl. Ir. H. Juanda No. 13, Bogor 16003, Jawa Barat. Tel./Fax.+62-251-8322187, email: [email protected]

Anggrek primitif adalah jenis tumbuhan peralihan antarasuku-suku dari ordo Asparagales dan suku Orchidaceae.Jenis-jenis anggrek primitif termasuk dalam subfamiliApostasioideae yaitu salah satu dari lima subfamili dalamsuku Orchidaceae. Dalam Apostasioideae hanya terdapatdua marga yaitu Neuwiedia dan Apostasia. Hampir semuasubfamili dalam anggrek memiliki benang sari tunggal,namun anggrek Apostasioideae memiliki 2-3 benang sariabaxial. Secara keseluruhan di Sumatera terdapat 7 jenisanggrek primitif yaitu Apostasia odorata Blume, Apostasiawallichii R.Br., Apostasia nuda R.Br., Apostasia ellipticaJ.J.Sm., Neuwiedia zollingeri Rchb. (dengan 3 varietasyaitu zollingeri, javanica dan singapureana), Neuwiediaveratrifolia Bl. dan Neuwiedia griffithii Rchb. Sedang yangditemukan dalam penelitian ini adalah Apostasia wallichii

R.Br., Apostasia elliptica J.J.Sm., Neuwiedia veratrifoliaBl. dan Neuwiedia zollingeri Rchb. var. javanica de Vogel.Keempat jenis ini memiliki habitus dan perbungaan yangmenarik sehingga berpotensi sebagai tanaman hias.

Anggrek pimitif, Sumatera, potensi, tanaman hias

BP-09Keanekaragaman jenis dan sebaran Fagaceae diIndonesia

Purwaningsih♥, Ruddy PolosakanBidang Botani, Pusat Penelitian Biologi, Lembaga Ilmu PengetahuanIndonesia. Jl. Raya Jakarta Bogor Km 46 Cibinong, Bogor 16911, JawaBarat. Tel.: +62-21-87907604, email: [email protected]

Fagaceae umumnya pohon, salah satu suku dengan jumlahjenis yang cukup besar ± 700 jenis di dunia, tetapi sebagianbesar tumbuh di belahan bumi utara. Di wilayah Malesia,terdapat lima marga yaitu Nothofagus, Castanopsis,Lithocarpus, Quercus dan Trigonobalanus dan jumlah jenis± 180. Penelitian ini dilakukan dengan studi literatur untukmenentukan keanekaragaman jenis Fagaceae di Indonesiaserta distribusi dan pemanfaatannya. Fagaceae palingbanyak tumbuh di Indonesia adalah marga Lithocarpus (60jenis) dan Castanopsis (24 jenis), sementara Nothofagus(11 jenis) sebarannya hanya di Papua. Distribusi jenisLithocarpus paling banyak di Sumatera (29 jenis) danKalimantan (26 jenis), sementara Castanopsis palingbanyak di Kalimantan (15 jenis). Untuk Nusa Tenggaratidak ditemukan jenis-jenis Fagaceae dan ke arah timurIndonesia semakin sedikit jumlah jenisnya, di Sulawesi danMaluku hanya diketemukan satu jenis. Sebaran Fagaceaedipengaruhi oleh beberapa faktor, terutama tanah, iklim,dan ketinggian. Di Indonesia habitat tumbuh Fagaceae dihutan yang masih alami, tetapi terdapat beberapa yangmampu tumbuh di rawa seperti Nothofagus womersleyi.Berdasarkan ketinggian tempat (altitude) umumnyaFagaceae di hutan submontane dengan ketinggian 600-1500 m namun ada beberapa spesies yang mampu tumbuhhingga ketinggian >3000 m. Fagaceae yang memilikisebaran luas (ditemukan di beberapa pulau) ada dua jenisyaitu Castanopsis acuminatissima dan Lithocarpuselegans. Pada umumnya Fagaceae dimanfaatkan kayunyauntuk bahan bangunan dan furniture tetapi ada jenisCastanopsis yang dapat dimakan bijinya dan selain itu kulitkayu mengandung tanin bisa untuk pewarna.

Borneo, Castanopsis, Fagaceae, Lithocarpus, Sumatera

BP-10Analysis of plant species Alocasia esculenta(Araceae), in the forest area of Mount Halimun-Salak National Park, West Java, Indonesia

Inge Larashati Subro

Page 37: Seminar Nasional Biodiversitasbiodiversitas.mipa.uns.ac.id/S/gen/pdf/A0405aaALL.pdfRizwana Wahyuni, Arif Kurniawan 117 ... Enggar Apriyanto, ... Hutan Raya Wan Abdul Rachman, Lampung

ABS MASY BIODIV INDON, Bogor, 9-10 September 2017, hal. 117-172136

Research Center for Biology, Indonesian Institute of Sciences. Jl. RayaJakarta Bogor Km 46 Cibinong, Bogor 16911, West Java, Indonesia. Tel.:+62-21-87907604, email: [email protected]

As we already know together that the forest area in JavaIsland has been converted into many settlements, orplantations, so that the vegetation in the wild is threatened.Exploration and inventory of flora in all forest areas inIndonesia are one of the important tasks. The purpose ofthe activity, besides listing the diversity of plants, the mainone is to collect herbarium specimens before they areextinct. Ecological studies of mountain forest plants, hasbeen done in Bukit Berbakti forest area of Mount Salak,Sukabumi, West Java. Sampling of vegetation data wasconducted on 100 plots (1 m x 1 m in size) located on a 1ha plot. A total of 1,309 individual trees (diameter <2 cm)were recorded, belonging to 64 genera and 38 families.Based on the results of data analysis known family thatdominates the research areas are Araceae, Acanthaceae,Begoniaceae, Melastomataceae, and Rutaceae. Thedominant species of Alocasia esculenta are noted as themost dominant species. Other types include Strobilanthesblumei, Begonia multangula, Clidemia hirta andPsychotria viridiflora

Alocasia esculenta, Mount Halimun-Salak National Park,West Java

BP-11Pilea trinervia (Urticaceae) used as fresh vegetablesin Mount Halimun-Salak National Park, WestJava, Indonesia

Inge Larashati SubroResearch Center for Biology, Indonesian Institute of Sciences. Jl. RayaJakarta Bogor Km 46 Cibinong, Bogor 16911, West Java, Indonesia. Tel.:+62-21-87907604, email: [email protected]

Pilea trinervia Wight or pohpohan is one of the mostimportant indigenous vegetable crops in West Java.Pohpohan leaves are often consumed in fresh condition bythe Sundanese community as fresh vegetables, so it is muchcultivated. The cultivation of pohpohan is still limited inthe yard, as an ornamental plant or hedge plant. Pohpohanis found in natural forests as wild plants but its ecologicalpresence in the forest has not been widely reported. Thisstudy aims to obtain information about the diversity ofplants that have potential as food. In this study,ecologically analyzed using vegetation analysis methodusing plot square plot of 100 plots with size 1 m x 1 m.Plant diversity was measured by calculating the ImportanceValue Index and Shannon Diversity Index. Plants that havethe highest value and the highest species diversity that haspotential, are expected to be more utilized by thesurrounding community and can support conservationefforts, both ex-situ and in-situ.

Pilea trinervia; potentially food plants; Mount Halimun-Salak National Park, West Java

BP-12Inventory and exploration of orchid species inPolewali Mandar, West Sulawesi

Dwi Murti PuspitaningtyasCenter for Plant Conservation-Bogor Botanic Gardens, Indonesian Institutof Sciences. Jl. Ir. H. Juanda No. 13, Bogor 16003, Jawa Barat. Tel./Fax.+62-251-8322187, email: [email protected]

Sulawesi is the fourth largest island in Indonesia. Sulawesiis also a unique island because located on the Wallacea linewhich has mixed plants from Asia and Australia and isthought of having a very high biodiversity. Inventory andexploration of orchid species in Polewali Mandar District,West Sulawesi were done to determine the orchid diversityin the area. Exploration activity was based on plantcollection by using purposive random sampling method.The results of the study recorded approximately 58 orchidcollection numbers found in that area. These wererepresentative of 19 genera and consisted of 46 species ofepiphyte orchids and 8 species of terrestrial orchids. Someunique orchid species found in this area are:Acanthephippium splendidum J.J.Smith, Crepidiumcarinatifolium (J.J.Sm.) Szlach., Dendrobium bicaudatumReinw. ex Lindl., Eria quinquangularis J.J.Smith, Eriaxanthocheila Ridl., Luisia celebica Schltr., Habenariabeccarii Schltr., Eulophia zollingeri (Rchb.f.) J.J.Sm.,Eulophia spectabilis (Dennst.) Suresh, Corymborkisveratrifolia (Reinw.) Blume, Liparis condylobulbonRchb.f., Eria bractescens Lindl., Eria javanica (Sw.)Blume, Dendrobium anosmum Lindl., Cymbidiumfinlaysonianum Lindl., Aerides odorata Lour. Endemicorchid in Sulawesi and Moluccas found in this area areEria quinquangularis J.J.Sm., Luisia celebica Schltr. andHabenaria beccarii Schltr. While Eria xanthocheila Ridl.and Dendrobium clavator Ridl. is noted as a new record inSulawesi.

Inventory, Orchid, Polewali Mandar, West Sulawesi

BP-13Keanekaragaman ikan perairan mangrove diLombok, Nusa Tenggara Barat

Gema WahyudewantoroBidang Botani, Pusat Penelitian Biologi, Lembaga Ilmu PengetahuanIndonesia. Jl. Raya Jakarta Bogor Km 46 Cibinong, Bogor 16911, JawaBarat. Tel.: +62-21-87907604, email:[email protected]

Telah dilakukan penelitian ikan di perairan mangroveLombok, Nusa Tenggara Barat. Tujuan penelitian adalahmengungkapkan keragaman jenis ikan yang mendiamiperairan mangrove di Pulau Lombok, dengan studi kasus diLombok Barat dan Lombok Tengah. Alat tangkap yangdipergunakan jala dengan mata jaring 1,5 cm dan 2 cm,jaring tebar (gillnet) dengan mata jaring ¾ inch, 1,5 inch,dan 2 inch. Hasil pengamatan menunjukkan terdapat 38jenis ikan dari 28 marga dan 20 suku. Oryzias javanicus

Page 38: Seminar Nasional Biodiversitasbiodiversitas.mipa.uns.ac.id/S/gen/pdf/A0405aaALL.pdfRizwana Wahyuni, Arif Kurniawan 117 ... Enggar Apriyanto, ... Hutan Raya Wan Abdul Rachman, Lampung

ABS SOC INDON BIODIV, Bogor, 9-10 September 2017, pp. 117-172 137

dan Periopthalmus argentilineatus tersebar di seluruhstasiun penelitian. Indeks keanekaragaman jenis (H) ikanpada kisaran 2,618-3,072, indeks kemerataan jenis (v)0,803-0,950 dan indeks kekayaan jenis (iv) 4,328-6,206.Berdasarkan kemiripan jenis ikan di setiap stasiun, jenisikan di stasiun IV berbeda dengan stasiun lainnya.

Ikan, Lombok, mangrove, Oryzias javanicus, Periopthalmusargentilineatus

BP-14Plants ex-situ conservation and study on diversitycomposition of tropical mountain forest ofTanggamus, Lampung

Imawan Wahyu Hidayat♥, Muhamad Muhaimin, IntaniQuarta Lailaty, Musyarofah ZuhriCibodas Botanical Garden, Indonesian Institute of Sciences. Jl. KebunRaya Cibodas, Sindanglaya PO Box 19 SDL Sindanglaya, Cipanas,Cianjur 43253, Jawa Barat, Indonesia. Tel./Fax. +62-263-512233, ♥email:[email protected]

Mount Tanggamus is a conservation area of protectedforest in Lampung, Sumatera. It had still very limited ornever known of plants study which originating from theregion. On the other side, the threats of forest disturbancestend to increase, urge to be conducted a study of plantsdiversity for conservation efforts in the future. Therefore,basic research was conducted through plants exploration,collection and study of the composition, at montane zonesince 1,012 to 2,015 m asl. Plants exploration were used aexploration methods and plants composition study usedtransect method with a quadrant analysis, each of the 10plots sized 10x10 m2, for trees with a diameter > 10 cm,5x5 m2, for understory vegetation, and 1x1 m2, for groundcover. There was two location of plots sample, SimpangRimba of northern Tanggamus and Sidokaton of southernTanggamus. Exploration results were at least 78 families(50 families of flowering plants and 28 families of ferns)were found and collected. As many as 749 numbers ofspecimens had been collected during exploration activitiesand be conserved ex-situ in Cibodas Botanical Garden.There were 11 genus or 11 species as new collections ofCibodas Botanical Garden. Furthermore, compositionanalysis on tree level was showed that at Simpang Rimbazone, Schima wallichii has the highest importance valueindex (92.1), and at Sidokaton was Melicope accedens(43.4). For understory level, at Simpang Rimba, plantsspecies which has the highest importance value index wasAporosa frutescens (33.6), then at Sidokaton wasMacaranga tanarius (12.2). At ground cover level, thehighest importance value index in Simpang Rimba wasStrobilanthes sp. (18.54), and in Sidokaton was Polliahasskarlii (15.4). The results of the study were expected tobe used as one of the basic considerations for improvingthe future efforts of plant protection and preservation at theconservation areas in the Mount Tanggamus, Lampung.

Ex-situ conservation, Mount Tanggamus, plants diversity

BP-15Hama pulai (Alstonia scholaris) di Kebun PangkasStasiun Penelitian Nagrak, Bogor, Jawa Barat

Tati Suharti♥, Nurmawati SiregarBalai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Perbenihan TanamanHutan . Jl. Pakuan Ciheuleut PO Box 105, Bogor 16001, Jawa Barat.Tel./Fax.: +62-251-8327768, ♥email: [email protected]

Pulai gading (Alstonia scholaris) merupakan salah satujenis tanaman yang mempunyai banyak manfaat antarakayu untuk konstruksi ringan, papan tulis, bahan bakukertas, tanaman obat dan untuk merehabilitasi lahan bekastambang. Untuk memenuhi kebutuhan bibit pulai, terdapatkendala yang sering dihadapi salah satunya yaitu adanyaserangan hama. Tujuan penelitian ini untuk mengetahuijenis hama yang menyerang kebun pangkas pulai di StasiunNagrak. Pengamatan gejala dan persentase kerusakan hamadilakukan di kebun pangkas pulai stasiun penelitianNagrak, Bogor pada bulan Juni-Agustus 2017. Jumlahtanaman yang diamati sebanyak 350 tanaman. Hasilpengamatan menunjukkan bahwa terdapat dua gejala khaspada daun pulai yaitu daun melipat dan gall. Hama pelipatdaun yaitu Parotis sp.sedangkan hama gall yaituPauropsylla tuberculata. Pada bulan Agustus, persentasekerusakan yang disebabkan hama pelipat daun mengalamaipenurunan sebesar 23% sedangkan persentase kerusakanoleh hama gall meningkat sebesar 11,1%. Hasilpengamatan menunjukkan jarang temukan gejala gall padatanaman dengan tinggi sekitar 3 m, sedangkan padatrubusan dengan tinggi sekitar 1 m banyak ditemukan gall.Dengan demikian diduga bahwa populasi hama pelipatdaun dapat dikendalikan dengan pengambilan daun yangterinfestasi hama atau pemangkasan cabang tanaman yangterserang hama sedangkan untuk serangan hama gall, perluadanya tindakan pencegahan dengan pemberian insektisidayang ramah lingkungan terutama menjelang Agustus

Alstonia scholaris, kebun pangkas, Parotis, Pauropsyllatuberculata

BP-16Potensi simpanan karbon pada hutan rakyatberbasis agroforestri di Desa Selaawi, KabupatenGarut, Jawa Barat

Meilani Karina, Nurheni Wijayanto♥

Departemen Silvikultur, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.Kampus IPB Darmaga, Jl. Ulin, Babakan, Dramaga, Bogor, 16680, JawaBarat. Tel.: +62-251-8626886, ♥email: [email protected]

Pemanasan global terjadi akibat meningkatnya kandungangas rumah kaca di atmosfer. Penyebab peningkatankonsentrasi gas-gas tersebut adalah penggunaan lahan yangkurang efektif, penebangan serta pembakaran hutan dalamskala luas yang menghasilkan emisi CO2. Salah satu upayauntuk mengendalikan konsentrasi karbon adalah melaluipengembangan program carbon sink. Agroforestri

Page 39: Seminar Nasional Biodiversitasbiodiversitas.mipa.uns.ac.id/S/gen/pdf/A0405aaALL.pdfRizwana Wahyuni, Arif Kurniawan 117 ... Enggar Apriyanto, ... Hutan Raya Wan Abdul Rachman, Lampung

ABS MASY BIODIV INDON, Bogor, 9-10 September 2017, hal. 117-172138

merupakan solusi bagi permasalahan penggunaan lahan,kombinasi tanaman kehutanan yang berumur panjang dantanaman semusim dapat meningkatkan jumlah karbontersimpan dalam satu unit luasan lahan yang sama.Penelitian ini dilakukan untuk menghitung dan mengetahuipotensi simpanan karbon pada hutan rakyat berbasisagroforestri di Desa Selaawi, Kabupaten Garut.Pengambilan data di lapang dilakukan dengan membuatplot berukuran 20 m x 100 m yang dibagi ke dalam 5 subpetak berukuran 20 m x 20 m dan dilakukan analisisvegetasi pada semua pohon dengan diameter >5cm. Metodedestruktif digunakan untuk menghitung biomassa tanamanpertanian. Perhitungan karbon dilakukan denganmenghitung biomassa tanaman menggunakan persamaanalometrik. Konversi biomassa tanaman ke karbondilakukan dengan mengalikan faktor sebesar 0.46. Hasilpenelitian menunjukkan bahwa total biomassa pohon padahutan rakyat berbasis agroforestri di Desa Selaawi,Kabupaten Garut adalah 148.77 ton/ha dengan karbon yangtersimpan sebesar 68.43 ton/ha.

Agroforestri, alometrik, biomassa, simpanan karbon

BP-17Produktivitas tanaman garut (Marantaarundinacea) pada sistem agroforestri

Andik Suhendi, Nurheni Wijayanto♥

Departemen Silvikultur, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.Kampus IPB Darmaga, Jl. Ulin, Babakan, Dramaga, Bogor, 16680, JawaBarat. Tel.: +62-251-8626886, ♥email: [email protected]

Maranta arundinacea (garut) adalah tanaman jenis umbi-umbian dari Benua Amerika. Garut memiliki banyakmanfaat, antara lain sebagai sumber tenaga, meningkatkankualitas air susu ibu (ASI), mengobati diare, dan memilikiantiseptik alami untuk mengatasi sengatan serangga.Tujuan penelitian ini adalah mengukur produktivitastanaman garut dalam sistem agroforestri dan monokultur,mengukur respon pemberian pupuk kandang sapi terhadappertumbuhan dan produktivitas tanaman garut, dan mencariperlakuan pupuk kandang sapi yang paling baik untukproduktivitas tanaman garut. Metode yang digunakan untukmengukur tanaman garut adalah tinggi, jumlah anakan,jumlah daun, berat kering total, produktivitas umbi untuktanaman garut. Penelitian menggunakan rancangan petakterbagi (split plot design) dengan rancangan lingkungannyarancangan acak kelompok (RAK). Petak utamanya adalahsistem atau pola tanam yang terdiri atas 2 taraf, yaitumonokultur (A0) dan agroforestri (A1). Anak petaknyadosis pupuk yang terdiri atas 4 taraf, yaitu 0 g, 500 g, 600g, dan 700 g. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanamangarut yang dihasilkan pada sistem monokultur memberikanproduktivitas lebih baik dibandingkan sistem agroforestri.Produktivitas tanaman garut sistem monokulturmenghasilkan 2.13 ton/ha, sedangkan sistem agroforestri0.19 ton/ha. Pemberian dosis pupuk kandang sapi yangberbeda, memberikan hasil produktivitas umbi yang tidakberbeda nyata. Akan tetapi, dosis pupuk 600 g pada kedua

sistem memberikan hasil rata-rata produktivitas umbiterbanyak dibandingkan perlakuan lainnya yaitu sebesar0.04 ton/ha.

Agroforestri, pupuk, garut, produktivitas, sentang

BP-18Respon pemberian kompos jerami padi terhadappertumbuhan bibit jabon (Anthocephaluscadamba)

Vina Angelia Maha, Nurheni Wijayanto♥

Departemen Silvikultur, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.Kampus IPB Darmaga, Jl. Ulin, Babakan, Dramaga, Bogor, 16680, JawaBarat. Tel.: +62-251-8626886, ♥email: [email protected]

Jabon merupakan salah satu jenis tanaman yang berdaurpendek karena pertumbuhannya yang cepat. Salah satu carauntuk meningkatkan pertumbuhan bibit jabon yaitu denganpenambahan kompos. Kompos adalah pupuk organik yangbersumber dari sampah rumah tangga, sisa tanaman,sampah pasar, dan lain-lain yang berfungsi untukmemperbaiki struktur tanah dan menyediakan bahanorganik bagi tanaman. Pemilihan sisa hasil panen padisebagai bahan kompos karenamasih jarangnya dilakukanpemanfaatan limbah pertanian. Penelitian ini bertujuanuntuk menguji respon pemberian kompos jerami paditerhadap pertumbuhan bibit jabon dan membandingkanpengaruh kompos jerami padi dan pupuk dipasaran (guanofosfat dan cocopeat) dalam meningkatkan pertumbuhanbibit jabon.Penelitian ini menggunakan rancangan acaklengkap (RAL) faktorial dengan empat perlakuan (kontrol,guano fosfat, kompos jerami padi, dan cocopeat). Hasilpenelitian menunjukkan bahwa kompos jerami padi dapatmeningkatkan pertumbuhan bibit jabon dan memberikanpengaruh terbaik pada parameter tinggi, diameter, beratkering total, nisbah pucuk akar, dan indeks mutu bibit.Bibitjabon dengan penambahan media kompos jerami padimemiliki warna daun yang lebih gelap dibandingkan bibitjabon dengan perlakuan media lainnya. Hal inimenunjukkan bahwa bibit jabon dengan penambahanmedia kompos jerami padi mengandung unsur hara N yangcukup.

Jabon, kompos, media tanam, pertumbuhan

BP-19Pertumbuhan awal tanaman asli Cagar BiosferCibodas (Jawa Barat) yang berpotensi sebagaipenyimpan stok karbon tinggi

Intani Quarta Lailaty♥, Aisyah HandayaniUPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Cibodas, Lembaga IlmuPengetahuan Indonesia. Jl. Kebun Raya Cibodas, Sindanglaya PO Box 19SDL Sindanglaya, Cipanas, Cianjur 43253, Jawa Barat, Indonesia.Tel./Fax. +62-263-512233, ♥email: [email protected]

Page 40: Seminar Nasional Biodiversitasbiodiversitas.mipa.uns.ac.id/S/gen/pdf/A0405aaALL.pdfRizwana Wahyuni, Arif Kurniawan 117 ... Enggar Apriyanto, ... Hutan Raya Wan Abdul Rachman, Lampung

ABS SOC INDON BIODIV, Bogor, 9-10 September 2017, pp. 117-172 139

Cagar Biosfer Cibodas (CBC) merupakan salah satu cagarbiosfer tertua di Indonesia yang menjadi modelpengelolaan kawasan berkelanjutan dalam rangka adaptasidan mitigasi perubahan iklim. CBC meliputi beberapa tipeekosistem, baik ekosistem alami berupa kawasan TamanNasional Gunung Gede Pangrango (TNGP) maupunekosistem buatan, salah satunya Kebun Raya Cibodas(KRC) sebagai area penyangga (buffering zone). Salah satutahapan dalam upaya mitigasi perubahan iklim yangdilakukan oleh KRC adalah dengan perbanyakan tumbuhanasli yang berpotensi menyimpan stok karbon tinggi. Acerlaurinum Hassk. dan Altingia excelsa Noronha merupakanjenis tumbuhan asli kawasan Gunung Gede Pangrangoyang memiliki potensi tersebut. Penelitian inimenggunakan desain percobaan Rancangan Acak Lengkap(RAL) untuk membandingkan pertumbuhan biji A.laurinum dan A. excelsa dengan perlakuan sungkup dantanpa sungkup, serta lima media tanam yang berbeda(cocopeat, humus, humus-sekam, pasir dan sekam).Analisis data menggunakan program Statistical Tool forAgricultural Research (STAR) dan uji lanjut DuncanMultiple Range Test (DMRT). Hasil menunjukkanpertumbuhan biji A. laurinum lebih cepat dibandingkan A.excelsa. Perlakuan tanpa sungkup menghasilkan persentasegerminasi yang lebih tinggi pada biji A. laurinum,sedangkan daya kecambah A. excelsa lebih cepat padaperlakuan sungkup. Secara umum media humusmenghasilkan daya kecambah yang paling baik untukkedua perlakuan tanaman. Media humus dan perlakuansungkup merupakan perpaduan yang terbaik untukpertumbuhan biji A. laurinum dilihat dari parameter tinggibatang, jumlah daun, panjang dan lebar daun, serta panjangakar. Sementara itu, media pasir dan perlakuan tanpasungkup menghasilkan A. excelsa dengan tinggi batang,jumlah daun, serta panjang daun yang lebih tinggidibandingkan perlakuan lainnya. Kelembaban dan pHmedia optimum untuk pertumbuhan kedua biji berturut-turut, antara 40-80% dan 5.8-6.8. Perbanyakan tanamanyang berpotensi menyimpan cadangan karbon tinggi perluterus ditingkatkan serta diupayakan untuk dapatdiaklimatisasikan kembali ke alam dalam rangka mitigasiperubahan iklim.

Cagar Biosfer Cibodas, mitigasi, perkecambahan, stokkarbon, tumbuhan asli

BP-20Konservasi ex-situ Diospyros spp. (Ebenaceae) diKebun Raya Bogor

Irvan Fadli Wanda1,♥, Peniwidiyanti2, Ade Ayu Oksari2

1 Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Indonesia (Kebun RayaBogor), Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Jl. Ir. H. Juanda No. 13,Bogor 16003, Jawa Barat. Tel./Fax. +62-251-8322187, email:[email protected] Program Studi Biologi FMIPA, Universitas Nusa Bangsa. Jl. Kh. SholehIskandar Km 4, Bogor 16166, West Java, Indonesia

Diospyros spp. merupakan salah satu marga dari SukuEbenaceae yang memiliki persebaran tertinggi di kawasantropis Asia dan Afrika. Tingginya laju deforestasi padakawasan tropis, sehingga perlu adanya upaya pelestarianjenis dalam bentuk konservasi secara ex-situ berupa KebunRaya. Penelitian mengenai informasi dasar dan potensipengembangan Diospyros spp. yang telah dikoleksi olehKebun Raya Bogor perlu dilaksanakan melalui observasilapangan dan kajian lanjutan. Hasil penelitian diperolehsebanyak 32 jenis Diospyros spp. yang telah dikoleksidengan spesimen terbanyak dari jenis Diospyros celebica,D. buxifolia dan D. maritima. Sedangkan, sumber koleksiDiospyros spp. terbanyak berasal dari Sulawesi. Adapunpotensi dari Diospyros spp. umumnya dimanfaatkansebagai penghasil kayu (ebony) dan buah.

Diospyros, Ebenaceae, Kebun Raya Bogor, konservasi ex-situ

BP-21Inventarisasi anggrek tanah dan saprofit diremnant forest Kebun Raya Cibodas

DestriUPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Cibodas, Lembaga IlmuPengetahuan Indonesia. Jl. Kebun Raya Cibodas, Sindanglaya PO Box 19SDL Sindanglaya, Cipanas, Cianjur 43253, Jawa Barat, Indonesia.Tel./Fax. +62-263-512233, ♥email: [email protected]

Inventarisasi anggrek tanah dan saprofit di remnant forest(hutan sisa) di dalam kebun Raya Cibodas (KRC) telahdilaksanakan. Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahuikeragaman dan kelimpahan anggrek tanah dan saprofityang masih bisa dijumpai di hutan sekunder sepertiremnant forest KRC. Data dikumpulkan dengan metodesensus tanpa plot di empat lokasi hutan (Wornojiwo, Jalanakar, Kompos, Lumut). Semua jenis anggrek tanah dansaprofit yang ditemukan dicatat dan dihitung jumlahindividunya. Dari penelitian ini berhasil ditemukan 16 jenisanggrek tanah dan 4 jenis anggrek saprofit. Jenis anggrekterbanyak dijumpai di hutan Kompos yaitu 18 jenis. Jenisanggrek yang paling melimpah di keempat remnant forestadalah Nervilia punctata.

Anggrek tanah, inventarisasi, Kebun Raya Cibodas, remnantforest, saprofit

BP-22Karakteristik morfologi dan anatomi daun genusGarcinia dari dataran tinggi di Indonesia

Masfiro LailatiUPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Cibodas, Lembaga IlmuPengetahuan Indonesia. Jl. Kebun Raya Cibodas, Sindanglaya PO Box 19SDL Sindanglaya, Cipanas, Cianjur 43253, Jawa Barat, Indonesia.Tel./Fax. +62-263-512233, ♥email: [email protected],[email protected]

Page 41: Seminar Nasional Biodiversitasbiodiversitas.mipa.uns.ac.id/S/gen/pdf/A0405aaALL.pdfRizwana Wahyuni, Arif Kurniawan 117 ... Enggar Apriyanto, ... Hutan Raya Wan Abdul Rachman, Lampung

ABS MASY BIODIV INDON, Bogor, 9-10 September 2017, hal. 117-172140

Garcinia spp. merupakan jenis tumbuhan yang termasukdalam suku Clusiaceae. Ada sekitar 100 jenis Garciniayang tersebar di Indonesia. Sebagian besar Garciniatersebar dan tumbuh di dataran rendah dan hanya sedikityang tumbuh di dataran tinggi. Tercatat sekitar seperlimadari jumlah Garcinia di Indonesia merupakan jenisGarcinia dataran tinggi. Tujuan penelitian ini adalahmengetahui karakteristik morfologi dan anatomi daungenus Garcinia koleksi Kebun Raya Cibodas (KRC).Metode penelitian yang digunakan adalah observasilangsung di lapangan, pengamatan di laboratorium danstudi literatur. Dari hasil pengamatan terdapat duabelasjenis Garcinia yang telah dikoleksi di KRC dari kegiataneksplorasi di Indonesia. Jenis tersebut adalah G. beccarii,G. burkillii, G. celebica, G. dulcis, G. havilandii, G.horsfieldiana, G. lateriflora, G. latissima, G. parviflora, Gpicrorhiza, G. rostrata dan G. mangostana. Potensi koleksiGarcinia spp. terdata diantaranya sebagai sumber pangan,antioksidan dan timber. Karakter morfologi pada daunberbeda pada tiap jenisnya dan memiliki tipe stomataberbeda di antaranya paracytic, anomocytic dan anisocytic.

Garcinia, morfologi, anatomi, daun

BP-23Komposisi dan struktur vegetasi di Resort Salak 2Taman Nasional Gunung Halimun-Salak(TNGHS)

Rachma Fauziah1,♥, Priyanti1, Iwan Aminudin2

1 Jurusan Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam NegeriSyarif Hidayatullah Jakarta. Jl. Ir. H. Juanda No. 95, Ciputat, TangerangSelatan 15412, Banten. Tel. +62-21-7401925, ♥email:[email protected] Jurusan Agribisnis, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas IslamNegeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Jl. Ir. H. Juanda No. 95, Ciputat,Tangerang Selatan 15412, Banten

Resort Salak 2 Taman Nasional Gunung Halimun-Salak(TNGHS) merupakan salah satu kawasan konservasi.Sebelum dijadikan kawasan Taman Nasional, Resort Salak2 merupakan kawasan hutan lindung. Tujuan penelitian iniadalah untuk mengetahui komposisi dan struktur vegetasiResort Salak 2 TNGHS. Penentuan titik pengambilan datadilakukan dengan systematic sampling with random startpada 800, 1000, 1200 dan 1400 m dpl. Analisis vegetasimenggunakan kombinasi antara metode jalur dan metodegaris berpetak. Transek dibuat dua jalur dengan ukuran 20x0 m. Vegetasi Resort Salak 2 memiliki 44 famili; 88 jenis;1527 individu. Keanekaragaman jenis di Resort Salak 2TNGHS sedang sebesar 2,3 pada tingkat semai dantumbuhan bawah; 1,6 pada tingkat pancang; 1,82 padatingkat tiang: 1,85 pada tingkat pohon. Kemerataan jenisyang tinggi sebesar 0,75 pada tingkat semai dan tumbuhanbawah; 0,69 pada tingkat pancang, tiang dan pohon. Indeksdominansi Resort Salak 2 TNGHS rendah (>1). Polapelapisan tajuk di hutan Resort Salak 2 dikelompokkan kedalam empat stratum (A, B, C, dan D).

Komposisi, struktur, vegetasi, Resort Salak 2, TN GunungHalimun-Salak

BP-24Keanekaragaman dan komposisi epifitberpembuluh dan liana pada paku tiang (Cyatheaspp.) di Kebun Raya Cibodas

Taufikurrahman Nasution♥, Decky Indrawan JunaediUPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Cibodas, Lembaga IlmuPengetahuan Indonesia. Jl. Kebun Raya Cibodas, Sindanglaya PO Box 19SDL Sindanglaya, Cipanas, Cianjur 43253, Jawa Barat, Indonesia.Tel./Fax. +62-263-512233, ♥email: [email protected]

Paku tiang menjadi komoditas penting dalam industrihortikultura, diantaranya sebagai tanaman hias dan mediatanam. Paku ini tidak hanya penting dalam aspek ekonomi,secara ekologis paku tiang merupakan habitat bagi epifitberpembuluh dan liana. Informasi tentang keterkaitan pakutiang dengan epifit berpembuluh dan liana masih sangatterbatas sehingga dianggap penting untuk memelajarinyadalam mendukung upaya pengelolaannya di Kebun RayaCibodas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahuikeanekaragaman dan komposisi epifit berpembuluh danliana pada paku tiang yang tumbuh meliar di kawasanKebun Raya Cibodas. Sensus epifit berpembuluh dan lianadilakukan terhadap 30 individu Cyathea contaminans dan30 individu Cyathea junghuhniana yang tumbuh meliar.Pada kedua inang ditemukan 3.034 individu epifitberpembuluh dan liana yang termasuk ke dalam 139 jenisdan 51 suku. Kekayaan jenis epifit berpembuluh dan lianapada C. contaminans lebih tinggi sebesar 95 jenisdibandingkan C. junghuhniana sebesar 87 jenis.Kelimpahan jenis epifit berpembuluh dan liana juga lebihtinggi pada C. contaminans sebesar 1.820 individusedangkan pada C. junghuniana sebesar 1.214 individu.Indeks keanekaragaman Shannon Wiener epifitberpembuluh dan liana pada C. contaminans lebih rendah(3,13) jika dibandingkan C. junghuhniana (3,67).Komposisi jenis pada kedua inang terdiri atasspermatophyta sebanyak 108 jenis dan paku-pakuansebanyak 31 jenis. Suku dengan kekayaan jenis tertinggipada C. contaminans adalah Polypodiaceae, Poaceae danOrchidaceae sedangkan pada C. junghuhniana adalahMoraceae, Polypodiceae dan Urticaceae. Paku tiang yangtumbuh meliar di Kebun Raya Cibodas menampungkeanekaragaman jenis epifit berpembuluh dan liana yangrelatif tinggi. Pengelolaan terhadap paku tiang sebagaiinang akan turut mendukung kelestarian epifit berpembuluhdan liana di Kebun Raya Cibodas.

Epifit berpembuluh, liana, Cyathea, kebun raya, Cibodas

BP-25Keanekaragaman lumut epifit pada MargaCupressus di Kebun Raya Cibodas

Page 42: Seminar Nasional Biodiversitasbiodiversitas.mipa.uns.ac.id/S/gen/pdf/A0405aaALL.pdfRizwana Wahyuni, Arif Kurniawan 117 ... Enggar Apriyanto, ... Hutan Raya Wan Abdul Rachman, Lampung

ABS SOC INDON BIODIV, Bogor, 9-10 September 2017, pp. 117-172 141

Ainun Nadhifah1,♥, Kiki Zakiyyah2, Ikhsan Noviady1

UPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Cibodas, Lembaga IlmuPengetahuan Indonesia. Jl. Kebun Raya Cibodas, Sindanglaya PO Box 19SDL Sindanglaya, Cipanas, Cianjur 43253, Jawa Barat, Indonesia.Tel./Fax. +62-263-512233, ♥email: [email protected] Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam As-Syafi’iyah, Jalan Jatiwaringin Raya No.12, Pondokgede, Jaticempaka,Kota Bekasi 17411, Jawa Barat. Tel. +62-21-8484719; Fax.: +62-21-84977469

Lumut berfungsi sebagai organisme perintis danmerupakan bagian dari keanekaragaman hayati yang belumbanyak mendapat perhatian. Kebun Raya Cibodas (KRC)merupakan salah satu satuan kerja Lembaga IlmuPengetahuan Indonesia yang salah satu tugas dan fungsinyasebagai lembaga konservasi ex-situ tumbuhan datarantinggi basah. Keanekaragaman lumut epifit khususnya yangtumbuh pada marga Cupressus di KRC belum pernahdilaporkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahuikeanekaragaman lumut epifit pada marga Cupressus diKRC serta memberikan tambahan data dan informasimengenai keanekaragaman lumut di KRC. Metodepenelitian ini adalah purposive sampling dengan lokasipengambilan sampel pada pohon Cupressus spp. di vakIIIF. Pengambilan sampel lumut dimulai dari area pangkalbatang hingga batas ketinggian 1,3 m (dbh). Jenis lumutyang telah diidentifikasi kemudian dianalisis secaradeskriptif dan dibandingkan dengan hasil penelitian lumutepifit sebelumnya terutama pada Gymnospermae (Adhityaet.al 2014). Hasil penelitian menunjukkan, terdapat 11 jenislumut epifit dari 10 marga, dan 7 suku. Bentuk kehidupanlumut yang ditemukan dalam penelitian ini antara lain mats(hamparan), pendant (menggantung), fans (kipas), shortturfs (rumput pendek), dan dendroid (menyerupai pohon).Jenis yang paling banyak ditemukan dari sukuLejeuneaceae, antara lain Lejeunea mimula Hürl., Lejeuneapatersonii (Stephani.) Stephani., Lopholejeunea wiltensiiStephani., dan Ptychanthus striatus (Lehm. & Lindenb.)Nees.

Cibodas, Cupressus, keanekaragaman, Lejeuneaceae, lumut

BP-26Aspek biologi reproduksi ikan betok (Anabastestudineus Bloch, 1792) di Waduk Sempor,Kebumen, Jawa Tengah

Turyati♥, Isdy Sulistyo, Setijanto, Siti RukayahFakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Jenderal Soedirman.Komplek GOR Soesilo Soedarman, Jl. Dr. Soeparno No. 61,Karangwangkal, Grendeng, Purwokerto Utara 53122, Banyumas, JawaTengah. Tel./Fax.: +62-281-642360, email: [email protected]

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aspek biologireproduksi ikan betok (Anabas testudineus) meliputi rasiokelamin, faktor kondisi, tingkat kematangan gonad, indeksgonado somatik, ukuran pertama kali matang gonad,fekunditas, dan diameter telur di Waduk Sempor Kebumen,Jawa Tengah. Penelitian ini dilakukan pada bulanDesember 2016-Januari 2017. Sampel ikan betok selama

penelitian berjumlah 174 ekor ikan betok, yang terdiri dari80 ekor jantan dan 94 ekor betina. Nilai rasio kelaminsecara keseluruhan adalah 1:1,17 atau 46% jantan dan 54%betina. Berdasarkan uji chi-square pada taraf 0,05 diperolehnilai 1,12 < 3,841 yang berarti rasio kelamin seimbang.Nilai rataan faktor kondisi K1(total) jantan sebesar 1,64-1,72 dan betina sebesar 1,79-1,87. Faktor kondisi K2 (tanpabobot gonad) memiliki rataan jantan sebesar 1,63-1,70 danbetina sebesar 1,68-1,76. Tingkat kematangan gonaddidominasi oleh TKG IV dengan nilai IGS jantan 0,13-5,96dan betina 0,51-14,36. Ukuran pertama kali matang gonadikan betok dihitung dengan metode spearman-karberdengan hasil ukuran pertama kali matang gonad jantanpada ukuran 9,5 cm dan betina pada ukuran 9,2 cm. Nilaifekunditas ikan betok betina 336-21.616 butir denganukuran rataan diameter telur ikan betok sebesar 0,046-0,052 cm. Data ini mengungkap bahwa ikan betok mamputumbuh dan bereproduksi dengan baik di Waduk Sempor.

Ikan betok, reproduksi, Waduk Sempor

BP-27Pendugaan pelepasan senyawa alelopati padaproses dekomposisi daun tumbuhan invasif(Cinchona pubescens Vahl. dan Calliandracalothyrsus Meissn.)

Zaenal MutaqienUPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Cibodas, Lembaga IlmuPengetahuan Indonesia. Jl. Kebun Raya Cibodas, Sindanglaya PO Box 19SDL Sindanglaya, Cipanas, Cianjur 43253, Jawa Barat, Indonesia.Tel./Fax. +62-263-512233, ♥email: [email protected]

Jenis asing invasive adalah salah satu faktor utamapenyebab perubahan dramatis pada berbagai sistem ekologidi seluruh dunia dan disinyalir sebagai salah satu penyebabutama kepunahan jenis asli. Namun masih diperlukanbanyak pekerjaan untuk memahami bagaimana mekanisme,termasuk peran alelopati pada berbagai jenis tumbuhaninvasif. Cinchona pubescens Vahl. dan Calliandracalothyrsus Meissn. diketahui sebagai jenis invasif dibeberapa region, bahkan C. pubescens termasuk kedalamsalah satu dari 100 organisme paling invasif di dunia.Penelitian ini merupakan studi pendahuluan dari dugaanadanya mekanisme alelopati yang berasal dari prosesdekomposisi daun dari dua jenis tumbuhan invasif tersebut.Percobaan perkecambahan Vigna radiata (L.) R. Wilczekdengan Rancangan Acak Lengkap dengan dua perlakuanberupa pemberian cairan rendaman daun C. pubescens danC. calothyrsus dengan masa rendaman satu minggu dansatu bulan dengan masing-masing tiga kali ulangandilakukan untuk merepresentasikan proses penyebaranalelopati melalui proses dekomposisi yang mungkin terjadidi alam. Panjang akar dan batang kecambah diukur dandiproses menggunakan annova dan uji lanjutan ducan. Airrendaman daun C. calothyrsus tidak berpengaruh nyatapada perkecambahan V. radiata. Air rendaman C.pubescens memberi dampak nyata terhadapperkecambahan. Diduga kuat adanya senyawa alelopatik

Page 43: Seminar Nasional Biodiversitasbiodiversitas.mipa.uns.ac.id/S/gen/pdf/A0405aaALL.pdfRizwana Wahyuni, Arif Kurniawan 117 ... Enggar Apriyanto, ... Hutan Raya Wan Abdul Rachman, Lampung

ABS MASY BIODIV INDON, Bogor, 9-10 September 2017, hal. 117-172142

yang dilepaskan pada proses dekomposisi daun C.pubescens. Semakin lama proses dekomposisi, semakinberkurang dampaknya terhadap perkecambahan.

Alelopati, Cinchona calothyrsus, Cinchona pubescens,dekomposisi, invasif

BP-28Intensitas dan prevalensi ektoparasit pada udangapi-api (Metapenaeus sp.) yang didaratkan diTempat Pelelangan Ikan (TPI) Sleko, Cilacap,Jawa Tengah

Marsha Nidiaratri♥, Rokhmani, Edy RiwidiharsoFakultas Biologi, Universitas Jenderal Soedirman. Jl. Dr. Soeparno No.63, Karangwangkal, Grendeng, Purwokerto 53122, Banyumas, JawaTengah. Tel. +62-281-638794, Faks. +62-281-631700, ♥email:[email protected]

Serangan ektoparasit salah satu permasalahan yang seringmuncul di perairan, baik di perairan tawar maupun laut dandapat mengakibatkan kerugian terhadap investasi (skalabudidaya) serta mengganggu kestabilan stok alam. Udangapi-api (Metapenaeus sp.) punya habitat dewasa di LagunaSegara Anakan, di perairan Teluk Penyu dan perairan diselatan Pulau Nusakambangan. Jumlah penangkapannelayan pada udang tersebut makin sedikit, dimungkinkanpencemar yang berbahaya di perairan tersebut. TempatPelelangan Ikan (TPI) Sleko tempat pendaratan perikanandi Kabupaten Cilacap dengan komoditas perikanan. Telahdilakukan penelitian dengan metode surve yang bertujuanuntuk mengetahui intensitas, prevalensi dan jenisektoparasit yang menginfeksi udang api-api yangdidaratkan di TPI Sleko Cilacap. Hasil penelitianEktoparasit yang menginfeksi udang api-api yangdidaratkan di TPI Sleko Cilacap yaitu Zoothamnium sp.,Epistylis sp., Vorticella sp. dan Ichtchyobodo sp. Dan nilaiintensitas tertinggi didapat pada Zoothamnium sp. diikutiEpistylis sp. dan Ichthyobodo sp. masing-masing sebesar16.63, 10.29 dan 5.09 individu/ekor, dan Vorticella sp.intensitas 3.44 individu/ekor.

Intensitas, ektoparasit, prevalensi, udang api-api

BP-29Keanekaragaman Jenis Pohon di Area KarstWonogiri, Jawa Tengah

Joko Ariyanto♥, Sri Widoretno, Alanindra SaputraProgram Studi Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan dan IlmuPendidikan, Universitas Sebelas Maret. Jl. Ir. Sutami No.36 A, Jebres,Surakarta, Kota Surakarta 57126, Jawa Tengah. Tel.: +62-271-646994,♥email: [email protected]

Riset ini dimulai pada bulan April 2017 bertujuan untukmengetahui (i) Jenis pohon penyusun vegetasi area kasrtWonogiri, (ii) Indeks keanekaragaman vegetasi di area

karst Wonogiri, dan (iii) Nilai pening setiap jenis pohon diarea karst Wonogiri. Riset ini merupakan riset eksploratifmeliputi 5 kecamatan utama area karst Wonogiri yaaituEromoko, Pracimantoro, paranggupito, Giritontro,Giriwoyo. Pada area tersebut dilakukan sampling denganmetode Jalur dan Point Centre Quadrat melalui penempatan160 titik sampling. Pada setiap titik sampling dilakukanpembagian area menjadi 4 kuadran. Pada setiap kuadrandilakukan pencatatan nama jenis pohon yang ditemukanterdekat dengan pusat titik sampling. Dari setiap pohonyang ditemukan di setiap kuadran dilakukan pengukuranjarak dan diameter batang setinggi dada. Data yangdiperoleh diolah untuk mendapatkan nilai penting danindeks keanekaragaman vegetasi tersebut. Jenis pohonyang ditemukan berjumlah 33. Nilai indekskeanekaragaman vegetasi adalah 1,75 (termasuk kategorisedang). Pohon dengan nilai penting tertinggi adalahTectona grandis sedangkan pohon dengan nilai pentingterendah adalah Alstonia scholaris.

Keanekaragaman jenis, krast Wonogiri

BP-30Kaktus (Cactaceae) di Kebun Raya Cibodas:Keragaman dan Potensinya

Yati NurlaeniUPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Cibodas, Lembaga IlmuPengetahuan Indonesia. Jl. Kebun Raya Cibodas, Sindanglaya PO Box 19SDL Sindanglaya, Cipanas, Cianjur 43253, Jawa Barat, Indonesia.Tel./Fax. +62-263-512233, ♥email: [email protected],[email protected]

Kebun Raya Cibodas (KRC) mempunyai beberapa koleksitematik, salah satunya koleksi kaktus. Tanaman kaktusmerupakan famili Cactaceae. Tanaman ini memiliki bungayang indah, menyukai tempat yang memiliki kelembapanrendah dan suhu tinggi, dan mampu bertahan hidup denganjumlah air yang sedikit. Berdasarkan data Unit RegistrasiKRC per Juli 2017 terdapat 985 spesimen yang berhasildikoleksi yang terdiri atas 43 marga (Acanthocalycium,Astrophytum, Austrocylindropuntia, Browningia, Cactus,Calymmanthium, Cephalocereus, Cereus, Chamaecereus,Cleistocactus, Copiapoa, Cryptocereus, Cylindropuntia,Dolichothele, Echinocactus, Echinocereus, Echinopsis,Epiphyllum, Eriocactus, Eriosyce, Escontria, Espostoa,Ferocactus, Hylocereus, Lemaireocereus, Lepismium,Mammillaria, Melocactus, Myrtillocactus, Notocactus,Opuntia, Pachycereus, Parodia, Pereskia, Pilosocereus,Rhipsalis, Selenicereus, Stenocereus, Trichocereus,Turbinicarpus, Weingartia, dan Zygocactus) serta 106jenis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keragamandan potensi koleksi kaktus di KRC dengan menggunakanmetode observasi lapang dan identifikasi berdasarkanliteratur yang ada.

Cactaceae, Kebun Raya Cibodas, keragaman, potensi

Page 44: Seminar Nasional Biodiversitasbiodiversitas.mipa.uns.ac.id/S/gen/pdf/A0405aaALL.pdfRizwana Wahyuni, Arif Kurniawan 117 ... Enggar Apriyanto, ... Hutan Raya Wan Abdul Rachman, Lampung

ABS SOC INDON BIODIV, Bogor, 9-10 September 2017, pp. 117-172 143

Keanekaragaman Ekosistem

CO-01Dinamika indeks diversitas entropy dalamperikanan budidaya karamba jaring apung diWaduk Cirata, Jawa Barat

Asep Agus Handaka SuryanaFakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Padjadjaran. Jl. RayaBandung Sumedang Km. 21, Hegarmanah, Jatinangor, Sumedang 45363,Jawa Barat. Tel.: +62-22-87701519, ♥email: [email protected]

Jawa Barat merupakan provinsi yang memiliki kontribusiproduksi perikanan budidaya air tawar terbesar diIndonesia. Kontribusi produksi karamba jaring apung(KJA) terhadap produksi perikanan budidaya air tawarJawa Barat sangat besar. Keberagaman jenis ikan yangdibudidayakan dalam KJA di Cirata mengalami dinamika.Penelitian yang bertujuan menganalisis dinamikakeberagaman jenis ikan yang dibudidayakan di KJA CirataJawa Barat serta faktor-faktor yang mempengaruhinyatelah dilakukan pada bulan Februari-Maret 2016. Datadiambil dari data sekunder berupa data statistik perikananJawa Barat dari tahun 1997-2015 dan data primer hasilwawancara. Dalam penelitian ini, digunakan IndeksDiversitas Entropy untuk menganalisis dinamikakeberagaman jenis ikan yang dibudidayakan di KJA Cirata.Berdasar perumusan diversitas entropy, dihitung nilaidiversitas entropy dalam perikanan budidaya air tawarberdasar nilai produksi masing-masing jenis ikan. Hasilpenelitian menunjukkan bahwa sejak tahun 2005-2009,nilai indeks diversitas entropy jenis ikan budidaya air tawarmenunjukkan peningkatan nilai dari 0,4977 ke 0,71019.Hal ini menunjukkan bahwa dari tahun 2005-2009 jumlahdan komposisi berbagai jenis ikan semakin berimbang.Berbeda dengan periode tahun 2009-2015, justru terjadipenurunan nilai indeks diversitas entropy jenis ikanbudidaya air tawar sampai angka 0,70256. Hal inimenunjukkan penurunan jumlah dan komposisi berbagaijenis ikan semakin tidak berimbang. Dominasi jenis ikanmas, nila dan lele semakin dominan dan menjadikankomposisi keberagaman jenis ikan semakin tidakberimbang. Kondisi lingkungan dan faktor-faktor trensosial ekonomi turut mempengaruhi penurunankeberagaman ini.

Budidaya ikan, diversitas, entropy, karamba jaring apung

CO-02Monitoring kesehatan pohon di Rumah Sakit ParuDr. M. Goenawan Partowidigdo (RSPG) Cisarua,Bogor, Jawa Barat

Arief Noor Rachmadiyanto♥, Hendra Helmanto,Mujahidin

Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Indonesia (Kebun Raya Bogor),Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Jl. Ir. H. Juanda No. 13, Bogor16003, Jawa Barat. Tel./Fax. +62-251-8322187, email:[email protected]

Rumah Sakit Paru Dr. M. Goenawan Partowidigdo (RSPG)Cisarua, Bogor, Jawa Barat merupakan salah satu rumahsakit rujukan nasional penyakit paru. Kondisi lingkunganrumah sakit yang rindang mampu mendukungpenyembuhan pasien penyakit paru. Tetapi, kerindanganpohon-pohon peneduh di kawasan tersebut harus diimbangidengan kewaspadaan terhadap pohon-pohon yang berusiatua. Tujuan penelitian ini adalah monitoring kesehatanpohon di lingkungan RSPG. Metode penelitianmenggunakan pursosive sampling berdasarkan tingkatkerawanan pohon dengan metode metode Forest HealthMonitory (FHM) dan Sonic Picus Tormograph. Hasilpengecekan diseluruh lingkungan RSPG terdapat 37 jenispohon diidentifikasi rawan dan perlu dilakukan monitoringkesehatannya. Empat belas pohon teridentifikasi tumbuhnormal dan tujuh diantaranya perlu perapian. Pohon yangmemiliki dahan/cabang kering sejumlah 11 pohon yangmemerlukan pemangkasan ringan. Kondisi tajuk yang tidakseimbang dan perlu dilakukan pemangkasan berat sejumlah8 pohon. Hasil pengecekan menggunakan alat Picus SonicTormograph, Persea americana Mill. (pohon alpukat) danSpathodea campanulata P.Beauv. (ki acret/crut-crutan)dengan kondisi berlubang/gerowong sehingga perludilakukan penebangan. Dua pohon juga direkomendasikanditebang karena tumbuh didekat bangunan yangdikhawatirkan dahan besar dan akar akan merusak strukturbangunan. Rekomendasi penanganan agar segeradilaksanakan untuk menjaga keselamatan pasien,pengunjung, dan pegawai dilingkungan RSPG.

Forest Health Monitory, kesehatan pohon, RSPG, SonicPicus Tormograph

CO-03Potensi dan ketersediaan pakan alami rusa jawa(Rusa timorensis de Blainville, 1822) di kawasankonservasi Taman Buru Gunung Masigit-Kareumbi, Jawa Barat

Agus Muhamad Maulana♥, Rina RatnasihPurnamahati, Elham Sumarga.Program Studi Rekayasa Kehutanan, Sekolah Tinggi Ilmu dan TeknologiHayati, Institut Teknologi Bandung. Labtek IA SITH-ITB KampusJatinangor, Jl. Letjend. Purn. Dr. (HC) Mashudi No.1, Sayang, Jatinangor,Sumedang 45363, Jawa Barat. email:[email protected]

Taman Buru Gunung Masigit-Kareumbi (TBMK), JawaBarat merupakan satu-satunya taman buru di Jawa Baratyang dikelola untuk kegiatan wisata berburu secara lestaridengan menerapkan nilai-nilai konservasi. Namun dalampraktiknya kawasan ini belum berfungsi dengan baiksebagai taman buru karena keterbatasan dalampengembangan dan pengelolaannya. Saat ini sedangdirencanakan kegiatan introduksi rusa jawa (Rusa

Page 45: Seminar Nasional Biodiversitasbiodiversitas.mipa.uns.ac.id/S/gen/pdf/A0405aaALL.pdfRizwana Wahyuni, Arif Kurniawan 117 ... Enggar Apriyanto, ... Hutan Raya Wan Abdul Rachman, Lampung

ABS MASY BIODIV INDON, Bogor, 9-10 September 2017, hal. 117-172144

timorensis de Blainville, 1822) sebagai satwa buru di arealseluas 1.097,77 ha di dalam kawasan ini. Penelitian inibertujuan untuk mengetahui potensi dan ketersediaanvegetasi sumber pakan rusa jawa di areal introduksi sebagaidasar dalam penentuan nilai daya dukung kawasan.Analisis vegetasi dilakukan untuk mengetahui potensipakan di dalam kawasan dengan membuat 140 plot yangdisebar pada 5 tutupan lahan berbeda yaitu hutan tegakanpinus, hutan tegakan rasamala, rawa, semak dan hutanalam. Setiap plot berbentuk kuadrat berukuran 400 m2.Jumlah ketersediaan vegetasi sumber pakan diukur denganmelakukan pemangkasan pada plot berukuran 1 m2 untukjenis herba, perdu dan semai di atas permukaan tanah,kemudian ditimbang untuk mengetahui berat basahnya.Selanjutnya jenis vegetasi yang merupakan pakan RusaJawa dihitung dengan persamaan Sectionov (1999) untukmengetahui jumlah total ketersediaan pakan pada setiaptutupan lahan. Hasil penelitian menunjukan terdapat 79spesies dari 30 famili merupakan sumber pakan alami RusaJawa atau sebesar 33,05% dari total 239 spesies yangditemukan pada areal kajian. Komposisi vegetasi pakansebesar 28,21% pada tingkat pohon, 25,25% pada tingkattiang, 39,82% pada tingkat pancang dan perdu, serta35,97% pada tingkat semai dan herba. Jenis vegetasi pakanyang ditemukan pada tutupan lahan hutan tegakan pinus,semak, hutan alam, hutan tegakan rasamala dan rawasecara berturut turut sebanyak 45 spesies, 36 spesies, 33spesies, 25 spesies dan 11 spesies. Jumlah ketersediaanpakan total pada areal kajian di Taman Buru GunungMasigit-Kareumbi sebanyak 585,61 ton, dengan nilai rata-rata 0,53 ton/ha. Tutupan lahan hutan tegakan pinusmemiliki jumlah ketersediaan pakan terbesar sebanyak245,58 ton (rata-rata 0,45 ton/ha), diikuti semak sebanyak214,35 ton (rata-rata 0,85 ton/ha), hutan alam sebanyak50,28 ton (rata-rata 0,27 ton/ha), hutan tegakan rasamalasebanyak 46,71 ton (rata-rata 0,42 ton/ha), dan rawasebanyak 28,69 ton (rata-rata 4,35 ton/ha).

Ketersediaan pakan, pengelolaan satwa liar, rusa jawa, tamanburu, Taman Buru Gunung Masigit-Kareumbi

CO-04Pengaruh pola tanam dan pemupukan terhadaptimbulnya serangan hama pada tanaman binuangbini (Octomeles sumtrana) umur 6 bulan

Rina Bogidarmanti♥, DarwoPusat Penelitian dan Pengembangan Hutan. Jl. Gunung Batu No. 5, POBox 331, Bogor 16610, Jawa Barat. Tel.: +62-251- 8633234, 7520067,Fax.: +62-251-8638111, email: [email protected]

Aplikasi teknik silvikultur berupa penggunaan pola tanamdan pupuk organik dapat meningkatkan produktivitastanaman. Jenis pola tanam dapat mempengaruhi timbulnyaserangan hama. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahuipengaruh pola tanam dan pupuk organik terhadappersentase serangan hama pada tanaman binuangbini(Octomeles sumtrana Miq.). Lokasi penelitian di HutanPenelitian Pasir Hantap, Sukabumi. Rancangan yang

digunakan yaitu Rancangan Split Plot. Masing-masing plotterdiri dari 16 tanaman dan diulang sebanyak 3 kali. Polatanam 2 macam (P0 = murni binuang bini dan P1 =campuran selang-seling binuang bini dan mindi). Dosispupuk orgamik (arang kompos bioaktif) 3 macam (A0 =tanpa pupuk/kontrol A1 = 2 kg/lubang tanam, A2 = 4kg/lubang tanam. Hasil penelitian menunjukkan bahwapenggunaan pola tanam dan pupuk organik serta interaksikedua faktor tersebut tidak berpengaruh nyata terhadappersen hidup, diameter dan persentase serangan hama..Sedangkan dosis pupuk organik berpengaruh nyataterhadap pertumbuhan tinngi tanaman binuang bini umur 6bulan. Dosis pupuk organik 2kg dan 4 kg meningkatkanpertumbuhan tinggi sebesar 39,5% dibandigkan kontrol.

Binuang bini, hama, pola tanam, pemupukan

CO-05Pentingnya kawasan bernilai konservasi tinggipada pengelolaan hutan lestari: Studi kasus diBKPH Gunung Lasem, KPH Kebonharjo,Kabupaten Rembang, Jawa Tengah

Tri Esti Kurnia Kadarwati1,♥, Tarsono2

1 Pusat Pendidikan dan Pengembangan SDM Perum Perhutani. Jl. RimbaMulya No.11, Kartoharjo, Kota Madiun 63117, Jawa Timur, email:[email protected] Kesatuan Pemangkuan Hutan Kebonharjo. Jl. Pos Rembang-Kebonharjo,Rembang

Salah satu prinsip dasar dari konsep Nilai KonservasiTinggi (NKT) adalah, bahwa wilayah-wilayah dimanadijumpai atribut yang mempunyai nilai konservasi tinggi,tidak selalu harus menjadi daerah dimana pembangunantidak boleh dilakukan. Konsep NKT, mensyaratkan agarpembangunan dilaksanakan dengan cara yang menjaminpemeliharaan dan atau peningkatan NKT tersebut.Kepentingannya bagi pengelola hutan adalah membantupenerapan sistem pengelolaan hutan yang berkelanjutanuntuk memperbaiki fungsi dan manfaat suatu kawasanhutan, baik dari aspek lingkungan maupun sosialnya.BKPH Gunung Lasem, Kabupaten Rembang, Jawa Tengahmerupakan hutan lindung berdasarkan Surat KeputusanJawatan Kehutanan No. 1693/P.R/IV/5 tanggal 17Desember 1960, tentang penetapan kawasan hutan lindungGunung Lasem. Sebelum terjadinya kerusakan yangdisebabkan oleh penjarahan lahan akibat gejolak pascareformasi pada tahun 1998, kawasan tersebut mempunyaikeanekaragaman hayati flora dan fauna yang baik.Penebangan pohon secara liar, mengakibatkanberkurangnya jenis tumbuhan lokal. Perubahan kondisihutan yang menjadi lahan garapan, berdampak terhadapkeberadaan satwa liar, serta terciptanya perburuan liarterhadap satwa karena dianggap sebagai hama tanamanpertanian. Penyelesain terhadap kasus yang terjadiditempuh melalui kerjasama dengan LMDH, melakukanpenanaman empon-empon, hijau makanan ternak, dan jenistanaman buah-buahan di bawah tegakan. Sedangkanrehabilitasi kawasan hutan lindung dilakukan dengan

Page 46: Seminar Nasional Biodiversitasbiodiversitas.mipa.uns.ac.id/S/gen/pdf/A0405aaALL.pdfRizwana Wahyuni, Arif Kurniawan 117 ... Enggar Apriyanto, ... Hutan Raya Wan Abdul Rachman, Lampung

ABS SOC INDON BIODIV, Bogor, 9-10 September 2017, pp. 117-172 145

penanaman jenis rimba campur antara lain pohon kesambi,kepoh, mahoni, kemiri, sonokeling, dan mimbo.Berdasarkan hasil evaluasi dengan menggunakan metodekomparatif dan deskriptif, keberadaan Kawasan BernilaiKonservasi Tinggi (KBKT) di kawasan hutan lindungBKPH Gunung Lasem, yang mempunyai keluasan2.645,34 ha, ditemukan hutan dengan nilai-nilai konservasitinggi. Pengelompokkan NKT 1.1, NKT 1.3, NKT 1.4,NKT 2.3 dan NKT 3, bertujuan untuk memberikanperhatian khusus kepada berbagai aspek mulai darikeanekaragaman hayati atau biodiversity. NKT 4.1bertujuan untuk menjamin kelangsungan penyediaanberbagai jasa lingkungan alami yangsangat penting bagikeberlangsungan kehidupan. Sedangkan NKT 5 dan NKT 6bertujuan untuk mengakui dan memberikan ruang kepadamasyarakat lokal, dalam rangka menjalankan pola hiduptradisionalnya yang tergantung pada hutan.

Gunung Lasem, Kawasan Bernilai Konservasi Tinggi,pengelolaan hutan lestari

CO-06Komposisi vegetasi dan kesamaan jenis antar blokdi Cagar Alam Pananjung Pangandaran, JawaBarat

Indri Wulandari♥, Teguh Husodo, Herri Y.Hadikusumah, Nurullia Fitriani, Randi HendrawanDepartmen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,Universitas Padjadjaran. Jl. Raya Bandung-Sumedang Km. 21 JatinangorSumedang 45363, Jawa Barat. Tel.: +62-22-7796412 ext. 104, Fax.: +62-22-7795545, email: [email protected]

Kawasan Cagar Alam (CA) Pananjung Pangandaran, JawaBarat terbagi menjadi blok-blok kecil yang memilikikekhasan masing-masing, baik itu habitat maupunkomposisi vegetasinya. Vegetasi penyusun dari berbagaijenis tumbuhan, mulai dari kategori tumbuhan bawahhingga tegakan tinggi. Perbedaan kondisi lingkungan padasetiap blok di kawasan cagar alam ini menyebabkan adanyakeragaman vegetasi antar blok. Penelitian ini dilakukanuntuk mengetahui komposisi vegetasi pada setiap blok dankesamaan jenis antar blok di kawasan C.A. PananjungPangandaran. Metode pengumpulan data yang digunakandalam penelitian ini adalah metode kuadrat denganmenggunakan petak-petak kuadrat pada transek sabuk.Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan diketahuibahwa setiap blok di C.A. Pananjung Pangandaranmemiliki karakter kondisi fisik yang berbeda. Pada blokCimanggu, Karang Pandan, Cirengganis, dan Raja Mantrimerupakan blok yang mencakup formasi hutan pantai danhutan dataran rendah. Blok Cikamal, Badeto, danNanggorak adalah blok yang mencakup vegetasi di padangpenggembalaan dan hutan dataran rendah. Blok Batu Mejatermasuk formasi hutan dataran rendah. Adapun komposisivegetasi di kawasan C.A. Pananjung Pangandaran terdiridari jenis-jenis tumbuhan bawah, pancang, tian, dan pohondengan jumlah jenis yang tercatat adalah 133 jenis yangtermasuk dalam 49 famili. Analisis kesamaan jenis yang

telah dilakukan menunjukkan bahwa persentase kesamaanjenis antar blok di kawasan C.A. Pananjung Pangandaranberada pada rentang antara 0-54,79%. Dengan demikian,dapat disimpulkan bahwa pada kawasan C.A. PananjungPangandaran tersusun atas beragam jenis tumbuhan danmemiliki kesamaan antar bloknya.

Kesamaan jenis, komposisi, Pangandaran, vegetasi

CO-07Keragaan tanaman ubi kayu lokal Bangka denganpemberian mikoriza di tanah masam

Tri Lestari♥, Rion Apriyadi, Fajar SetiawanJurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Perikanan dan Biologi,Universitas Bangka Belitung. Jl. Raya Balun Ijuk Merawang Bangka33126, Provinsi Kepulauan Bangka-Belitung, Indonesia. Tel./Fax. +62-717-4260048. email: [email protected]

Tanaman ubi kayu lokal Bangka belum dilakukankonservasi secara maksimal karena produksinya masihrendah dibandingkan produksi varietas nasional. Salah satucara untuk menciptakan kondisi lingkungan sehinggamampu di konservasi di tanah masam dengan pemberianmikoriza. Tujuan penelitian untuk meningkatkanoptimalisasi pertumbuhan dan produksi ubi kayu lokalBangka, Kepulauan Bangka Belitung di tanah masam.Percobaan penelitian dilaksanakan di tanah masam denganpH 4.4 (sangat masam) dan P-Bray 1 5.8 ppm (sangatrendah) Desa Balunijuk Merawang, Kabupaten Bangkabulan September 2016 sampai Mei 2017. Percobaanmenggunakan rancangan acak kelompok faktorial (RAKF)dengan 2 faktor, yaitu faktor pertama ubi kayu lokalBangka, yang terdiri: Sutera, Mentega, Batin, 3 bulan danvarietas Malang (sebagai pembanding) dan faktor keduapemberian mikoriza. Hasil penelitian menunjukkan bahwaklon Sutera memiliki tinggi tanaman dan produksi terbaikdi tanah masam. Pemberian mikoriza dengan dosis 50g/tanaman mampu meningkatkan optimalisasi pertumbuhandan produksi tanaman ubi kayu lokal Bangka. Tanaman ubikayu lokal Bangka menunjukkan keragaan terhadappertumbuhan dan produksi di tanah masam. Konservasitanaman ubi kayu lokal Bangka di tanah masam dapat dioptimalisasi dengan menggunakan klon lokal Bangkadibandingkan menggunakan varietas nasional.

Fungi mikoriza arbuskular, optimalisasi, ubi kayu

CO-08Dinamika populasi pohon setelah 30 tahun diHutan Pegunungan Bukit Tapak, Bali

Mustaid Siregar1,♥, Ni Kadek Erosi Undaharta2

1 Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Indonesia (Kebun RayaBogor), Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Jl. Ir. H. Juanda No. 13,Bogor 16003, Jawa Barat. Tel./Fax. +62-251-8322187, email:[email protected]

Page 47: Seminar Nasional Biodiversitasbiodiversitas.mipa.uns.ac.id/S/gen/pdf/A0405aaALL.pdfRizwana Wahyuni, Arif Kurniawan 117 ... Enggar Apriyanto, ... Hutan Raya Wan Abdul Rachman, Lampung

ABS MASY BIODIV INDON, Bogor, 9-10 September 2017, hal. 117-172146

2 UPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya “Eka Karya” Bali,Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Jl. Kebun Raya, Candikuning,Baturiti, Kabupaten Tabanan 82191, Bali

Dinamika populasi pohon pada petak 0,5 ha setelah 30tahun di hutan pegunungan Bukit Tapak, Cagar AlamBatukahu, Kabupaten Tabanan, Provinsi Bali ditelitidengan menggunakan metoda petak. Hasilnya adalahkekayaan jenis pohon sama yaitu 33 jenis, namun terdapat6 jenis yang menghilang dan digantikan oleh 6 jenis lainsebagai pendatang baru. Delapan jenis bertahan sebagaijenis utama berdasarkan besarnya nilai penting jenis, yaitu:Homalanthus giganteus, Vernonia arborea, Dendrocnidestimulans, Meliosma angustifolia, Saurauia reinwardtiana,Trema orientalis, Macaranga triloba dan Polyosmaintegrifolia. Kerapatan pohon menurun 19,7%, tetapi totalLBD meningkat 12,2% dengan rata-rata LBD per pohonyang juga meningkat sebesar 39,7%. Demikian pula indekskeanekaragaman jenis Shannon (H`) dan indekskemerataan jenis (v) meningkat di tahun 2016. Hutan dipetak penelitian dikategorikan sebagai hutan sekunder tuayang masih dalam proses pematangan menuju hutanprimer. Jenis yang diprediksi akan menghilang seiringproses suksesi yang makin lanjut adalah Trema orientalis,sedangkan jenis-jenis yang diprediksi bertahan dalamwaktu lebih lama adalah Homalanthus giganteus,Acronichia trifoliolata, Meliosma angustifolia, Polyosmaintegrifolia, Saurauia reinwardtiana dan Dendrocnidestimulans.

Bukit Tapak, Bali, Cagar Alam Batukahu, dinamika hutan,pohon

CO-09Seleksi tanaman padi menggunakan metodemodifikasi bulk pada dua kondisi nitrogen

Angelita Puji Lestari1, ♥, Suwarno1,Trikoesoemaningtyas2, Didy Sopandie2, HajrialAswidinnoor2

1 Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. Jl. Raya 9 Sukamandi, Rancajaya,Subang 41256, Jawa Barat. Tel.: +62-260-520157. Fax.:+62-260-521104,email: [email protected] Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, InstitutPertanian Bogor. Kampus IPB Darmaga, Jl. Meranti, Babakan, Dramaga,Bogor 16680, Jawa Barat

Seleksi dalam pemuliaan tanaman dilakukan untukmengembangkan tanaman toleran untuk wilayah sub-optimal. Salah satu isu penting adalah untukmengembangkan galur baru dengan efisiensi nitrogen padalingkungan produksi sub-optimal. Penelitian inimempelajari pengaruh dari lingkungan seleksi nitrogenyang berbeda sejak generasi awal dengan metode seleksimodifikasi bulk pada lingkungan produksi dengan kondisinitrogen yang berbeda. Dua populasi persilangan diseleksimulai dari F3 sampai F5 dalam kondisi nitrogensuboptimum dan optimum dengan menerapkan dosisnitrogen berturut-turut 34.5 kg ha-1 dan 138 kg ha-1. Seleksidilakukan dengan menggunakan metode bulk dimodifikasi.

Generasi F6 dievaluasi di Kebun Percobaan Muara diBogor, Jawa Barat pada musim kemarau (MK) 2014 padalingkungan produksi suboptimum dan optimum kondisidengan tingkat nitrogen yang sama di atas. Rancanganyang digunakan adalah augmented dengan tiga ulanganuntuk enam varietas cek, yaitu IR77674, Asahan, Ciherang,Inpari 6, Inpari 23 dan Inpari 33. Hasil penelitianmenunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikanantara rata-rata galur pada kondisi suboptimum danoptimum untuk bobot malai dan bobot 100 butir padakondisi nitrogen suboptimum dan optimum. Kombinasipersilangan Gampai/IR77674 menghasilkan galur denganpotensi hasil lebih tinggi dibandingkan Progol/Asahan.Galur hasil seleksi di lingkungan N suboptimum, yaituB14250F-1-4, B14250F-5-2, B14250F-2-6, dan B14250F-11-4 terlihat nyata lebih tinggi dibandingkan varietas cekterbaik Inpari 23. Metode modifikasi bulk denganlingkungan seleksi N suboptimum lebih efisien digunakanuntuk mendapatkan galur toleran terhadap kondisi Nsuboptimum.

Metode seleksi, nitrogen rendah, optimum, suboptimum,padi

CO-10Perlunya konservasi eks-situ Gajah Sumatera(Elephas maximus sumatranus) di KabupatenOgan Komering Ilir, Sumatera Selatan

Anita Rianti♥, Raden GarsetiasihPusat Penelitian dan Pengembangan Hutan, Badan Penelitian,Pengembangan dan Inovasi, Kementerian Lingkungan Hidup danKehutanan. Jl. Gunung Batu No 5 Po Box 165, Bogor 16001, Jawa Barat.Tel.: +62-251-8633234; 7520067. Fax.: +62-251-8638111, email:[email protected]

Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus) adalahsalah satu subspesies dari Gajah Asia yang mempunyai ciriberbeda dari gajah lainnya dan terdaftar sebagai satwa yangterancam punah dalam red list book IUCN (InternationalUnion for Conservation of Nature) serta merupakan satwalangka berdasarkan Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati danEkosistemnya serta menurut Peraturan Perundangan RINomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhandan Satwa. Saat ini habitat populasi gajah sumatera sangatterbatas luasnya, diantaranya karena konversi lahan untukkeperluan pembangunan non kehutanan maupun industrikehutanan, lahan pertanian, perkebunan, pemukiman danarea penggunaan lain. Hal ini dapat menyebabkanpenurunan populasi gajah di alam. Dalam mengantisipasipenurunan populasi gajah di alam, perlu dilakukan upayakonservasi secara eks-situ. Konservasi eks-situ merupakansalah satu solusi dalam mempertahankan keberadaan suatupopulasi. Dalam makalah ini, data yang digunakan berupadata primer yaitu data hasil survei lapangan dan wawancaraterhadap pemangku kepentingan dalam konservasi gajahdan masyarakat sekitar hutan, dan data sekunder berupastudi literatur dari hasil-hasil penelitian sebelumnya.

Page 48: Seminar Nasional Biodiversitasbiodiversitas.mipa.uns.ac.id/S/gen/pdf/A0405aaALL.pdfRizwana Wahyuni, Arif Kurniawan 117 ... Enggar Apriyanto, ... Hutan Raya Wan Abdul Rachman, Lampung

ABS SOC INDON BIODIV, Bogor, 9-10 September 2017, pp. 117-172 147

Gajah Sumatera, konservasi eks-situ

CO-11Biodiversitas biota akuatik dalam karakterisasiekohidrologi DAS Cikapundung, Jawa Barat

Keukeu Kaniawati Rosada1, ♥, Mirsa AmaliaFajriandina1, Sunardi1, Mia Miranti1, Dasapta Erwin2,Endah Sulistyawati3

1 Departmen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,Universitas Padjadjaran. Jl. Raya Bandung-Sumedang Km. 21 JatinangorSumedang 45363, Jawa Barat. Tel.: +62-22-7796412 ext. 104, Fax.: +62-22-7795545, email: [email protected] Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian,ITB. Jl. Ganeca No. 10 Bandung 401323 Sekolak Ilmu dan Teknologi, Institut Teknologi Bandung. Labtek XISITH-ITB, Jl. Ganesa 10, Lebak Siliwangi, Coblong, Kota Bandung40132, Jawa Barat

Perubahan sosial dan lingkungan yang terjadi di sepanjangDaerah Aliran Sungai (DAS) Cikapundung dapatmemengaruhi kualitas air dan ekosistem perairan. Biotaperairan, terutama makrozoobenthos dan plankton, dapatdigunakan sebagai indikator dari perubahan kualitasperairan dan ekosistem perairan tersebut. Dalam upayapengelolaan sumber daya air berkelanjutan, konsepekohidrologi dapat dimanfaatkan melalui pendekatanhidrologis dan ekologis. Dengan demikian, pada penelitianini dilakukan analisis terhadap keanekaragaman biotaperairan dari hulu hingga hilir Sungai Cikapundung sertadeteksi kehadiran bakteri coliform sebagai bagian darikarakterisasi ekohidrologi DAS Cikapundung. Metodeyang digunakan adalah metode survei dengan melakukanpengambilan dan pemeriksaan sampel air,makrozoobenthos, plankton, dan bakteri pada sepuluhlokasi pengambilan sampel di sepanjang SungaiCikapundung. Hasil analisis menunjukkan bahwa di SungaiCikapundung ditemukan 12 jenis makrozoobenthos yangdinominasi oleh Hirudo sp. dan Chironomus sp., 41 jenisplankton yang terdiri atas 14 jenis zooplankton yangdidominasi oleh Chaos sp. dan Epistylis sp. serta 27 jenisfitoplankton yang didominasi oleh Lemanea sp. danNitzschia sp. Umumnya, organisme dominan tersebutditemukan pada perairan dengan kandungan bahan organiktinggi. Berdasarkan uji MPN, secara umum SungaiCikapundung mengandung bakteri E. coli dan coliformyang melibihi baku mutu. Sementara jenis bakteriheterotrof yang selalu hadir di setiap stasiun danmendominasi perairan tersebut memiliki kekerabatandengan Bacillus subtilis dan Pseudomonas aeruginosadengan kemiripan masing-masing sebesar 95% dan 98%.Sungai Cikapundung termasuk dalam status perairaneutrofik dengan kualitas perairan tergolong dalam kategoritercemar sedang. Parameter fisika dan kimia perairan yangpaling memengaruhi kelimpahan biota air adalah suhu danDissolved Oxygen (DO).

Bakteri, DAS Cikapundung, ekohidrologi,makrozoobenthos, plankton

CP-01Pengelolaan sungai rangau berbasis kearifan lokaldi Desa Rantau Kopar, Kabupaten Rokan Hilir,Riau

Totok Andrico♥, Yustina, DarmadiProgram Studi Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan dan IlmuPendidikan, Universitas Riau. Kampus Bina Widya, Jl. HR Subantas Km12.5, Simpang Baru, Tampan, Simpang Baru, Tampan, Kota Pekanbaru28293, Riau, email: [email protected]

Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui kearifan lokalmasyarakat Rantau Kopar, Kabupaten Rokan Hilir, Riaudalam pengelolaan sungai Rangau pada bulan Januarihingga April 2017. Pengumpulan data dengan metodewawancara mendalam dengan teknik snowball samplingterhadap informan kunci yaitu pemuka adat dan tokohmasyarakat. Selain itu digunakan metode observasilapangan dan teknik dokumentasi. Hasil penelitianmenunjukkan bahwa masyarakat Rantau Kopar memilikiberbagai kearifan lokal dalam melaksanakan pengelolaansungai Rangau antara lain: (i) perencanaan meliputipengetahuan lokal yaitu tata ruang dias titu permukiman,pengairan dan perkebunan, (ii) pemanfaatan, yaitu menjagakelestarian sumberdaya dengan memanfaatkan potensiketersediaan yang terdapat di Sungai Rangau, (iii)pengendalian meliputi penggunaan alat-alat tangkap yangramah lingkungan serta upaya pencegahan dengan pantanglarang, (iv) pemeliharaan yaitu menjaga lingkungandengan gotong royong dan larangan membuang sampah kesungai.

Kearifan lokal, pengelolaan, Sungai Rangau, snowballsampling

CP-02Kondisi vegetasi paska dua ratus tahun erupsi dihutan pamah lereng utara Taman NasionalGunung Tambora, Nusa Tenggara Barat

Asep SadiliBidang Botani, Pusat Penelitian Biologi, Lembaga Ilmu PengetahuanIndonesia. Jl. Raya Jakarta Bogor Km 46 Cibinong, Bogor 16911, JawaBarat. Tel.: +62-21-87907604, email: [email protected]

Taman Nasional Gunung Tambora (TNGT), KabupatenDompu, Nusa Tenggara Barat merupakan taman nasionaltermuda di Indonesia yang diresmikan tahun 2015,bersamaan dengan ulang tahun ke 200 paska erupsi atauhari jadi Kabupaten Dompu. Kajian ini bertujuanmengetahui kondisi vegetasi paska 200 tahun erupsi, yangdiharapkan sebagai informasi untuk mendukungpengelolaan TNGT. Metode penelitian menggunakan plotberukuran 100 x 50 m (0,5 ha) berlokasi di hutan pamah(Kawinda Toi). Seluruh individu dalam plot diukur diamerbatang dan dibagi dalam dua kategori yaitu kelompokpohon (diameter < 10 cm) dan belta diameter (3-10 cm).Hasil pendataan keseluruhan tercatat 29 jenis dan 17 suku

Page 49: Seminar Nasional Biodiversitasbiodiversitas.mipa.uns.ac.id/S/gen/pdf/A0405aaALL.pdfRizwana Wahyuni, Arif Kurniawan 117 ... Enggar Apriyanto, ... Hutan Raya Wan Abdul Rachman, Lampung

ABS MASY BIODIV INDON, Bogor, 9-10 September 2017, hal. 117-172148

(pohon dan belta). Jenis utama pohon dikuasai Palaquiumamboinense (NP=56,53%), sedangkan kelompok beltadikuasai Grewia eriocarpa (NP=99,87%).

Dua ratus tahun paska erupsi, Taman Nasional GunungTambora, vegetasi

CP-03Sebaran jenis-jenis Mangifera di Indonesia

Ruddy PolosakanBidang Botani, Pusat Penelitian Biologi, Lembaga Ilmu PengetahuanIndonesia. Jl. Raya Jakarta Bogor Km 46 Cibinong, Bogor 16911, JawaBarat. Tel.: +62-21-87907604, email: [email protected]

Mangifera merupakan salah satu marga dari sukuAnacardiaceae yang cukup penting di Indonesia. Hal inidisebabkan beberapa jenisnya merupakan sumber buah-buahan tropis andalan. Di Indonesia terdapat Marga 19jenis dari marga Mangifera yang tersebar di seluruhkawasan Indonesia. Beberapa diantaranya merupakan jenis-jenis endemik. Sebaran jenis Mangifera yang terbanyakberada di Kalimantan (12 jenis), Sumatera (13 jenis), danJawa (7 jenis); sedangkan yang terendah di Papua (1 jenis).Mangifera umumnya tersebar di kawasan hutan dataranrendah (0-1000 m. dpl), baik hutan primer maupunsekunder. Berdasarkan habitatnya sebaran terbanyak beradadi hutan pedataran lahan kering, namun beberapa jenisantara lain Mangifera quadrifida, M. gedebe, M. parvifolia,M. havilandii dan M. caesia mampu hidup di rawa-rawadan tepi sungai.

Mangifera, habitat, Indonesia, sebaran jenis

CP-04Evaluasi kesintasan dan pertumbuhan 12 jenispohon lokal di area restorasi Cagar BiosferCibodas, Jawa Barat

Aisyah Handayani♥, Intani Quarta Lailaty, Sri AstutikUPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Cibodas, Lembaga IlmuPengetahuan Indonesia. Jl. Kebun Raya Cibodas, Sindanglaya PO Box 19SDL Sindanglaya, Cipanas, Cianjur 43253, Jawa Barat, Indonesia.Tel./Fax. +62-263-512233, ♥email: [email protected]

Salah satu ancaman yang dihadapi kawasan Cagar BiosferCibodas adalah adanya perubahan kawasan hutan menjadiladang. Berbagai upaya dilakukan oleh pihak TamanNasional Gunung Gede Pangrango (TNGP) untukmengembalikan kawasan tersebut kepada fungsi asalnya,salah satunya dengan melakukan penanaman pohon padakawasan bekas ladang yang sudah ditinggalkanpenggarapnya. Tahun 2016 Kebun Raya Cibodas bekerjasama dengan TNGP melakukan kegiatan penanaman jenispohon lokal yang berpotensi menyimpan karbon tinggi.Sebanyak 600 bibit dari 12 jenis pohon ditanam yaitu,Altingia excelsa Noronha, Castanopsis argentea (Blume)

A.DC., Castanopsis javanica (Blume) A.DC., Castanopsistunggurut (Blume) A.DC, Dacrycarpus imbricatus(Blume) de Laub., Euonymus indicus B. Heyne ex Wall.,Lithocarpus indutus (Blume) Rehder, Magnolia blumeiPrantl, Persea rimosa Zoll. ex Meisn., Syzygiumacuminatissimum (Blume) DC., Sloanea sigun (Blume) K.Schum., dan Schima wallichii Choisy. Parameterpertumbuhan yang diamati adalah tinggi batang, diametercolar, lebar tajuk, kesehatan tanaman, serta kerapatangulma di sekitar tanaman. Parameter lingkungan yangdiambil, meliputi pH tanah, intensitas cahaya matahari,suhu dan kelembaban udara serta ketinggian lokasi. Hasilpengamatan selama satu tahun setelah penanamandiperoleh rata-rata kesintasan sebesar 60.56%, dengan dayasintas terbesar adalah A. excelsa dan C. javanica,sedangkan yang terendah adalah C. tunggurut. Lajupertumbuhan paling baik ditunjukkan oleh S. wallichii.Faktor penghambat pertumbuhan tanaman disebabkan olehlokasi penanaman yang kurang tepat karena di beberapatitik memiliki kerapatan gulma yang cukup tinggi, rapatnyasemak belukar sehingga bibit kurang terkena sinarmatahari, serta adanya kerusakan pada tanaman yangdisebabkan oleh manusia.

Cagar Biosfer Cibodas, daya sintas, jenis lokal, restorasi

CP-05Keanekaragaman jenis tegakan di kawasanpenyangga Karst Citatah, Jawa Barat

Muhamad Yusup Hidayat1,♥,Teti Suryanti2

1 Pusat Penelitian dan Pengembangan Kualitas dan LaboratoriumLingkungan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. KawasanPuspiptek Gedung 210, Jl. Raya Puspiptek, Serpong, Tangerang Selatan15413, Banten. Tel.: +62-21-75873337, ext 107, email:[email protected] Program Pascasarjana, Universitas Padjadjaran. Jl. Raya Bandung-Sumedang Km. 21 Jatinangor Sumedang 45363, Jawa Barat

Kawasan karst merupakan tipe ekosistem yang memilikisalah satu fungsi penting pelestarian tata air, sehinggapenting mengatahui komposisi dan struktur tegakankawasan penyangganya untuk mengetahui sejauh manadaya dukung terhadap kawasan karst. Penelitian inibertujuan untuk mengetahui keanekarangaman jenistegakan serta potensinya dalam pengembangan areal dikawasan penyangga karst Citatah, Bandung Barat, JawaBarat. Data komposisi tegakan dikumpulkan denganmenggunakan petak secara purposive pada lahan hutanrakyat milik masyarakat dengan luasan 0.25 ha. Analisisvegetasi dilakukan secara sensus (100%) pada seluruh arealtegakan yang terpilih. Indeks Nilai Penting (INP)menunjukan bahwa tegakan Sengon (Paraserianthesfalcataria) sangat mendominasi, baik pada tingkatpermudaan (79,23) maupun tingkat pohon (165,71). IndeksKeragaman untuk tingkat permudaan sangat stabil karenamemiliki rentang H’ > 2 dibandingkan dengan tingkatpohon yang memiliki rentang nilai H’ 1-2. Indeks dominasihanya terlihat pada tingkat pohon, yaitu jenis sengon, nilaiC sebesar satu. Pada tingkat permudaan tidak terlihat

Page 50: Seminar Nasional Biodiversitasbiodiversitas.mipa.uns.ac.id/S/gen/pdf/A0405aaALL.pdfRizwana Wahyuni, Arif Kurniawan 117 ... Enggar Apriyanto, ... Hutan Raya Wan Abdul Rachman, Lampung

ABS SOC INDON BIODIV, Bogor, 9-10 September 2017, pp. 117-172 149

adanya penguasaan suatu jenis tegakan terhadap jenislainnya. Indeks kesamaan jenis tingkat permudaan dantingkat pohon cukup tinggi(>55%). Regenerasi padatingkat permudaan tumbuh baik hingga mencapai tingkatpohon. Pola pengelolaan yang cocok dengan stukturvegetasi di areal penelitian adalah hutan rakyat dengansistem kebun campuran.

Dominasi, karst, keragaman, kesamaan jenis, nilai penting

CP-06Aspek pertumbuhan ikan bandeng (Chanoschanos Forsskal, 1775) pada habitat WadukSempor dan Pantai Kabupaten Kebumen, JawaTengah

Erick Zakariya Abdillah1,♥, Setijanto1, Siti Rukayah2

1 Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Jenderal Soedirman.Komplek GOR Soesilo Soedarman, Jl. Dr. Soeparno No. 61,Karangwangkal, Grendeng, Purwokerto Utara 53122, Banyumas, JawaTengah. Tel./Fax.: +62-281-642360, email: [email protected] Fakultas Biologi, Universitas Jenderal Soedirman. Jl. Dr. Soeparno No.63, Karangwangkal, Grendeng, Purwokerto 53122, Banyumas, JawaTengah

Ikan bandeng (Chanos chanos Forsskal, 1775) hidup di lautpada daerah pantai atau litoral salah satunya di PantaiKebumen, Jawa Tengah. Ikan bandeng tergolong sebagaiikan euryhaline, sehingga dapat hidup pada perairan laut,payau, dan tawar. Pemerintah Kabupaten Kebumenmelakukan penebaran ikan bandeng di perairan WadukSempor. Tujuan penebaran tersebut untuk memanfaatkanrelung makanan yang belum dimanfaatkan oleh jenis ikanyang ada di perairan waduk. Penelitian ini perlu dilakukanuntuk mengkaji bagaimana perbedaan aspek pertumbuhandari ikan bandeng dimasing-masing habitat. Penelitian inimeliputi analisis hubungan panjang berat, faktor kondisi,diet, dan kualitas air. Hasil penelitian menunjukan sifatpertumbuhan isometrik di waduk dan perairan pantai,dengan nilai b di Waduk Sempor 2.8312 dan PantaiKebumen 3.2769. Faktor kondisi (K) ikan bandeng padakedua habitat adalah rendah (0.6806±0.1715 untuk WadukSempor dan 0.7145±0.1025 untuk Pantai Kebumen) yaitukurang dari 1. Faktor kondisi ikan bandeng tidak adaperbedaan yang signifikan antar habitat (uji t, p>0.05). Ikanbandeng termasuk dalam ikan planktivorous. Kualitas airwaduk dan pantai masih dalam kondisi baik untukkehidupan ikan bandeng.

Bandeng, Waduk Sempor, aspek pertumbuhan

CP-07Komposisi vegetasi dasar di Hutan Bukit Seblat,Taman Nasional Kerinci Seblat, yang berbatasandengan Desa Seblat Ulu, Kecamatan PinangBelapis, Kabupaten Lebong, Provinsi Bengkulu

Ikhsan Noviady♥, Imawan Wahyu Hidayat, YatiNurlaeniUPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Cibodas, Lembaga IlmuPengetahuan Indonesia. Jl. Kebun Raya Cibodas, Sindanglaya PO Box 19SDL Sindanglaya, Cipanas, Cianjur 43253, Jawa Barat. Tel./Fax. +62-263-512233, ♥email: [email protected]

Hutan Bukit Seblat yang merupakan bagian dari GunungSeblat termasuk dalam kawasan Taman Nasional KerinciSeblat (TNKS). Secara administratif hutan Bukit Seblatberbatasan langsung dengan Desa Seblat Ulu, KecamatanPinang Belapis, Kabupaten Lebong, Provinsi Bengkulu.Kawasan tersebut didominasi oleh hutan alami yangkeragaman tumbuhannya masih tinggi. Tercatat ada 48suku tumbuhan yang dapat ditemui disana. Namundemikian karena berbatasan langsung dengan pemukimanpenduduk, tidak dapat dihindari keanekaragaman tumbuhandi hutan Bukit Seblat terancam keberadaannya. Beberapalokasi mulai terlihat terbuka terkait dengan aktivitaspenduduk baik itu penggunaannya untuk ladang kopi,sawah maupun aktivitas lainnya. Tujuan penelitian iniadalah untuk mengetahui keanekaragaman jenis anakanpohon dan populasinya yang menyusun vegetasi dasarkawasan hutan Bukit Seblat. Metode pengumpulan datadengan menggunakan plot 2 (5 x 1) m2. Penempatan plotdisebar secara acak pada hutan yang terbuka dan kawasanyang masih tertutup hutan alami. Dari hasil penelitiandiketahui tumbuhan di area terbuka terdapat 48 jenis, lebihbanyak dibandingkan area tertutup yang berjumlah 43jenis. Dari hasil analisis didapatkan indeks nilai penting(INP). Tumbuhan yang berada di area terbuka didominasioleh Calophyllum sp. dengan INP sebesar 15,51% danuntuk tumbuhan yang berada di area tertutup didominasioleh Argostema sp. dengan INP sebesar 22,56%.

aktivitas penduduk, Bukit Seblat, keanekaragamantumbuhan, vegetasi

CP-08Reinventarisasi plot 40 tahun “Near CibodasMountain Garden” Yamada di Taman NasionalGunung Gede Pangrango, Jawa Barat

Zaenal Mutaqien♥, Anggun Ratna Gumilang,Musyarofah ZuhriUPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Cibodas, Lembaga IlmuPengetahuan Indonesia. Jl. Kebun Raya Cibodas, Sindanglaya PO Box 19SDL Sindanglaya, Cipanas, Cianjur 43253, Jawa Barat, Indonesia.Tel./Fax. +62-263-512233, ♥email: [email protected]

Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango (TNGGP)adalah tempat klasik bagi penelitian botani dan biologitropika pada umumnya. Lebih dari 8.000 penelitian telahdilakukan dalam kurun waktu 200 tahun terakhir. Untukmengisi kekurangan penelitian di bidang ekologi, terutamametabolisme ekosistem, Isamu Yamada membangun 9 plotdi Mt. Gede Pangrango, Jawa Barat, yaitu: plot 1 ha didekat Kebun Pegunungan Cibodas atau Kebun RayaCibodas (KRC) pada tahun 1969, dua plot 400 m2 di bagian

Page 51: Seminar Nasional Biodiversitasbiodiversitas.mipa.uns.ac.id/S/gen/pdf/A0405aaALL.pdfRizwana Wahyuni, Arif Kurniawan 117 ... Enggar Apriyanto, ... Hutan Raya Wan Abdul Rachman, Lampung

ABS MASY BIODIV INDON, Bogor, 9-10 September 2017, hal. 117-172150

yang lebih tinggi di Gunung Pangrango, dan enam plot disepanjang jalan pendakian. Sebuah studi pengamatan ulangplot "Near Cibodas Mountain Garden" yang berusia 40tahun telah dilakukan pada bulan Juli 2009. Tinggi dandiameter semua tegakan pohon dengan DBH> 10 cmdiukur. Ada 314 individu yang berubah signifikan dari 51jenis pohon yang tercatat, dimana 36 individu yang tercatatpada tahun 1969 masih dijumpai, terdapat catatan barusebanyak 16 jenis tumbuhan, dan 26 jenis tidak ditemukankembali. Indeks kesamaan Sorensen (1949) dari keduakomunitas tersebut adalah 0,19. Beberapa jenis vegetasiseral khas hutan pegunungan, seperti Homalanthuspopulneus, Trema orientalis, Engelhardtia spicata, Schimawallichii, Vernonia arborea dan Saurauia spp. Ditemukansementara dua spesies asing ditemukan; Coffea sp. danPodachaenium eminens. Secara umum, struktur diameterdua komunitas serupa, jumlah individu tegakan pohonsemakin berkurang seiring dengan kenaikan besarandiameter tegakan pohon. Terjadi peningkatan jumlahindividu yang signifikan di setiap kelas.

Kebun Raya Cibodas, komposisi jenis, Taman NasionalGunung Gede Pangrango, struktur vegetasi

CP-09Keanekaan jenis burung pada lima tipe vegetasi diTaman Buru Gunung Masigit-Kareumbi,Kabupaten Bandung, Jawa Barat

Ruhyat Partasasmita♥, Reski Akbar MantsuurDepartmen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,Universitas Padjadjaran. Jl. Raya Bandung-Sumedang Km. 21 JatinangorSumedang 45363, Jawa Barat. Tel.: +62-22-7796412 ext. 104, Fax.: +62-22-7795545, email: [email protected]

Kompleksitas kondisi vegetasi di habitat satwa didugasangat berkaitan erat dengan keanekaan jenis satwa yangmenghuninya diantaranya berbagai jenis burung. Penelitianini dilakukan untuk mengetahui perbedaan keanekaan jenisburung di lima tipe vegetasi Taman Buru Gunung Masigit-Kareumbi (TBGMK), Jawa Barat. Pencuplikan datakeanekaan jenis burung menggunakan metode point countdan metode jalur (transek). Lokasi pengambilan dataterbagi menjadi 5 tipe habitat yaitu hutan alam, hutansekunder, hutan produksi, perkebunan, dan semak. Hasilpenelitian didapatkan terdapat 92 jenis burung dari 34suku. Spesies burung yang mempunyai penyebarantertinggi adalah Tekukur Biasa (Streptopelia chinensis)dengan nilai frekuensi relatif (Fr) 3,69%, sedangkan nilaikelimpahan relatif (Kr) tertinggi adalah burung CucakKutilang (Pycnonotus aurigaster) sebesar 4,27%.Srigunting Kelabu (Dicrurus leucophaeus) merupakanjenis dengan nilai dominansi (D) tertinggi yaitu sebesar3,73%. Nilai Indeks Keanekaan (H’) yang tertinggi dihutan produksi yaitu sebesar 3,74, sedangkan terendah diperkebunan yaitu 2,97.

Burung, habitat, keanekaan

CP-10Pengaruh struktur dan komposisi vegetasiterhadap aliran permukaan pada ekosistemriparian di Sub DAS Cimanuk Hulu, KabupatenGarut, Jawa Barat

Yeyen Angraeni♥, Hikmat Ramdan, Ichsan SuwandhiProgram Studi Rekayasa Kehutanan, Sekolah Tinggi Ilmu dan TeknologiHayati, Institut Teknologi Bandung. Labtek IA SITH-ITB KampusJatinangor, Jl. Letjend. Purn. Dr. (HC) Mashudi No.1, Sayang, Jatinangor,Sumedang 45363, Jawa Barat. email: [email protected]

Hutan riparian merupakan ekosistem hutan di kanan kirisungai yang memiliki fungsi melindungi, menstabilkansungai dan sempadan sungainya. Salah satu indikatorkestabilan ekosistem riparian adalah menurunnya aliranpermukaan (run off). Untuk menstabilkan ekosistemriparian, perlu dilakukan penelitian struktur dan komposisivegetasi serta hubungannya dengan aliran permukaan.Penelitian ini bertujuan untuk menentukan nilai aliranpermukaan di berbagai tipe tegakan. Penelitian inidilakukan di Desa Nagaracinta, Kecamatan Bayongbong,Kabupaten Garut, Jawa Barat. Pengumpulan data dilakukanmenggunakan metode belt transect pada 9 plot berukuran20x20 m di kanan kiri sungai. Plot pengamatan dibagidalam tiga tipe tutupan lahan meliputi tegakan campuran,tegakan sejenis, dan tegakan bambu. Sampel tanah dicuplikdi setiap plot kemudian diuji di laboratorium untukmemperoleh data Kadar Air Kapasitas Lapang (KAKL)sebagai dasar penentuan nilai aliran permukaanmenggunakan metode Thronthwaite-Mather. Hasilpenelitian menunjukkan bahwa nilai aliran permukaanterendah dimiliki oleh tegakan campuran yaitu 310,03mm/tahun. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubunganantara aliran permukaan (y) dengan kerimbunan perdu (x1),kerapatan (x2), dan kelerengan (x3) dengan persamaany=291,195-0,027x1-0,001x2+0,921x3 (R2=0,818).Persamaan tersebut menjelaskan bahwa denganmeningkatkan parameter kerimbunan vegetasi bawah dankerapatan tegakan dapat membantu menurunkan nilai aliranpermukaan di ekosistem riparian DAS Cimanuk Hulu.

Riparian, stabilitas ekosistem, sub DAS Cimanuk Hulu

Etnobiologi dan Sosial Ekonomi

DO-01Teknik berburu hewan khas Sub-etnik Melayu:Etnik Lom di Pulau Bangka, Provinsi KepulauanBangka Belitung

Budi Afriyansyah♥, Nur Annis Hidayati, Octiavanny B.Kappa

Page 52: Seminar Nasional Biodiversitasbiodiversitas.mipa.uns.ac.id/S/gen/pdf/A0405aaALL.pdfRizwana Wahyuni, Arif Kurniawan 117 ... Enggar Apriyanto, ... Hutan Raya Wan Abdul Rachman, Lampung

ABS SOC INDON BIODIV, Bogor, 9-10 September 2017, pp. 117-172 151

Departemen Biologi, Fakultas Pertanian, Perikanan dan Biologi,Universitas Bangka Belitung. Jl. Raya Balun Ijuk, Merawang, Bangka33126, Provinsi Kepulauan Bangka-Belitung. Tel./Fax. +62-717-4260048.email: [email protected]

Bangka Belitung Islands Province is one of the areas whoseinhabitants come from society with various ethnics. Mapurethnic also known as Lom ethnic is allegedly the oldestethnics in Bangka island. The existence of the ethnic withits traditional religion is getting less. The ethnic has a goodknowledge about the management of natural resourcesdiversity and the environment surrounding. The result ofthe study shows that Lom ethnic recognizes traditional andmodern hunting tools. Among of the traditional huntingtools are lapon, perangkep, perangkep bentas, betok,siding, kuangkat, kandang, tajur, bubek, nangok, pejato,and perpet. Meanwhile, the modern hunting tools are airrifle and gas gun. Each hunting technique has its ownconstruction and operations. Animals hunted are Traguluskanchil, Cervus unicolor, Lariscus insignis, Cynogalebennetti, Macaca facicularis, Sus barbatus oi, Channastriata, Puntius binotatus, Macrobrachium sp., and Cuoraamboinensis. The use of rifles in hunting engages theethnic communities not to use traditional hunting tools forhunting anymore. This is due to the simplicity of using thegun.

Bangka, hunting techniques, Lom etnic, traditional

DO-02Kajian struktur dan fungsi tanaman aren berbasiskearifan lokal dalam upaya menghadapi ekspansiperkebunan kelapa sawit

Anang Kadarsah♥, KrisdiantoDepartmen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,Universitas Lambung Mangkurat. Jl. Jenderal Ahmad Yani Km 36,Banjarbaru 70714, Kalimantan Selatan. Tel./Fax. +62-511-4773112/4782899, email: [email protected]

Penelitian ini bertujuan memelajari perbandingan strukturvegetasi dan fungsi produksi pada tanaman aren dan kelapasawit berbasis kearifan lokal di Desa Papuyuan, KecamatanLampihong, Kabupaten Balangan, Kalimantan Selatan.Pengambilan data diperoleh dari hasil pengamatan,kunjungan kepada pemangku kebijakan serta wawancaradengan masyarakat lokal. Hasil pengamatan menunjukkanstruktur vegetasi tanaman aren lebih tinggi (Tinggi 6,89-7,71 m, DBH=Diameter of Breast Height ±24,95-24,98 cm,dan Biomassa ±175,41-217,40 ton ha-1) dibandingkandengan kelapa sawit (Tinggi ±3,25-5,62 m; DBH ±17,20-31,4 cm; Biomassa ±42,65-237 ton ha-1). Produksi gulamerah dari air nira nilainya lebih rendah (3,2-3,46ton/ha/tahun) daripada tandan basah kelapa sawit (9,6-57,6ton/ha/tahun). Pendapatan bersih petani aren lebih tinggi(Rp. 48.888.000,00-Rp. 53.496.000,00 per tahun)dibandingkan dengan pendapatan petani kelapa sawit (Rp.10.080.000,00-Rp. 30.240.000,00 per tahun). Jumlah petaniyang berprofesi sebagai penyadap tanaman aren tercatatlebih banyak (±50 orang) dibandingkan dengan petani

kelapa sawit (±40 orang). Frekuensi pengambilan air niralebih banyak (48 kali per bulan) dibandingkan denganpanen tandan basah kelapa kelapa sawit (2 kali per bulan).Panen air nira memerlukan upaya memanjat pohon denganwaktu pengambilan ±3 jam setiap 10 pohon danpenggunaan kayu sebanyak 10 kg setiap 50 liter air nira,sedangkan panen tandan buah kelapa sawit hanyamemerlukan alat galah kayu untuk menyodok denganwaktu pengambilan lebih singkat (±2 jam setiap 10 pohon)dan tidak memerlukan kayu untuk memasak. Arenumumnya tumbuh secara alami sedangkan kelapa sawitmemerlukan upaya pembibitan dan penanaman.Kesimpulan yang dapat diambil adalah kearifan lokalpengelolaan tanaman aren menunjukkan lebih banyakkeuntungan dibandingkan dengan pengelolaan kelapa sawitberdasarkan parameter struktur vegetasi, jumlah petani,kemudahan panen, pembibitan, dan tingkat pendapatan.

Aren, kearifan lokal, kelapa sawit, pengelolaan

DO-03Intensitas pemanfaatan dan pola perdagangankura-kura moncong babi di Sungai Vriendschap,Kabupaten Asmat, Papua

Richard Gatot Nugroho Triantoro1, ♥, Mirza DikariKusrini2, Lilik Budi Prasetyo2

1 Balai Penelitian dan Pengembangan Lingkungan Hidup dan KehutananManokwari. Jl. Inamberi-Susweni, PO. Box 159, Manokwari 98313,Papua Barat. Tel.: +62-986-213441, email: [email protected] Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata,Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Jl. Raya Darmaga, Bogor16680, Jawa Barat

Pemanfaatan dari alam untuk mendapatkan keuntunganekonomi telah terjadi pada masyarakat lokal di SelatanPapua dengan memanfaatkan jenis kura-kura moncongbabi. Adanya keuntungan ekonomi tersebut mendorongperburuan berlebihan terhadap telurnya dari alam dandikuatirkan mempercepat laju penurunan populasi.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui intensitaspemanfaatan dan aktifitas pemanenan telur dan induk kura-kura moncong babi. Pendataan dilakukan pada 8-25November 2011 menggunakan metode survey denganteknik observasi dan wawancara tidak terstruktur dalambentuk Forum Group Disscussion (FGD). Hasil penelitianmenunjukkan intensitas pemanfaatan telur sangat tinggi(100%), pemanenan induk dalam jumlah tidak terbatas,pola perdagangan terjadi dalam tiga sistem, dan aktifitaspemanenan dilakukan pagi hari sebelum matahari terbit.Nilai penghasilan selama 18 hari di wilayah pemanenansebesar Rp 46.322.500, sementara di wilayah kampungatau distrik sebesar Rp 105.880.000.

Intensitas, perburuan, perdagangan, kura-kura moncongbabi, Papua

Page 53: Seminar Nasional Biodiversitasbiodiversitas.mipa.uns.ac.id/S/gen/pdf/A0405aaALL.pdfRizwana Wahyuni, Arif Kurniawan 117 ... Enggar Apriyanto, ... Hutan Raya Wan Abdul Rachman, Lampung

ABS MASY BIODIV INDON, Bogor, 9-10 September 2017, hal. 117-172152

DO-04Pasar tradisional dan keanekaragaman tanamanperdagangan: studi kasus di Pasar TradisionalUjung Berung, Bandung, Jawa Barat

Budiawati Supangkat Iskandar1,♥, Johan Iskandar2,♥♥,Budi Irawan2

1 Departemen Antropologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,Universitas Padjadajaran, Jl. Raya Bandung-Sumedang, Km 21,Sumedang 45363, Jawa Barat, line 104, Fax. +62-22-7794545.♥email:[email protected] Departmen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,Sekolah Pascasarajana Ilmu Lingkungan, dan Peneliti PPSDAL,Universitas Padjadjaran. Jl. Raya Bandung-Sumedang Km. 21 JatinangorSumedang 45363, Jawa Barat. Tel.: +62-22-7796412 ext. 104, Fax.: +62-22-7795545, ♥♥email: [email protected]

Pasar tradisional adalah pasar yang dikelola olehPemerintah Daerah guna tempat usaha, berupa toko, kios,lapak dan meja, yang disewakan kepada pedagang. Cirikhas pasar tradisional antara lain, para pedagangnyaumumnya berupa kelompok usaha kecil dan juga bermodalkecil, serta proses jual belinya secara tawar menawar.Selain itu, kekahasan lainnya dari pasar tradisional, adalahmerupakan tempat untuk memperdagangkan anekaragambahan pangan kebutuhan penduduk kota, seperti panganpokok berupa beras dan pangan pokok lainnya, sayur-mayur, bumbu masak, dan buah-buahan. Studi ini bertujuan(i) mengkaji Pasar Tradisional Ujung Berung, Bandung,Jawa Barat sebagai tempat memperdagangkan anekaragamtanaman pangan produksi petani; (ii) mengkaji anekaragamjenis dan variasi (landraces) tanaman bahan pangan pokok,sayur-mayur, bumbu masak, dan buah-buhan yangdiperdagangkan di Pasar Tradisional Ujung Berung; (iii)asal anekaragam bahan pangan nabati dan sistem jaringanperdagangan di Pasar Tradisional Ujung Berung; dan (iv)pasar tradisional dan konservasi hayati anekaragamtanaman pangan perdagangan. Metoda penelitian bersifatkualitatif dengan pendekatan etnobotani. Pengumpulan datalapangan dilakukan berupa survey etnobotani anekaragamtanaman pangan yang diperdagangkan; observasi,participant observation, dan deep interview. Hasilpenelitian menujukkan bahwa Pasar Tradisional UjungBerung merupakan tempat penting untuk memperdagangananekaragam tanaman pangan bagi kepentingan warga kota.Tercatat 120 species tanaman serta total dengan jumlahvariasi (landrase)nya 192 variasi dari 44 famili. Dari totalspecies tersebut, golongan tanaman yang memiliki jumlahjenis banyak yaitu golongan sayur mayur 103 jenis, bumbumasak 58 jenis, dan buah-buahan 39 jenis. Pada umumnya,anekaragaman tanam pangan yang diperdagangkan tersebutberasal dari kawasan perdesaan di sekitar pasar tersebutdan juga dari berbagai kawasan perdesaan di Jawa Barat.Pasar Tradisional Ujung Berung merupkan salah satu pasartraditional yang berperan penting sebagai tempat kegiatanekonomi usaha kecil, dan tempat untuk memperdagangkananekaragam tanaman pangan produksi petani dan sekaligusjuga dapat berperan melindungi anekaragam tanamantersebut.

Anekaragam tanaman perdagangan, konservasi hayatitanaman, pasar tradisional, Ujung Berung Bandung

DO-05Pengetahuan lokal penduduk KampungCipanggulaan, Desa Karya Mukti, Cianjur, JawaBarat tentang variasi jenis dan pemanfaan sertapengelolaan tumbuhan kawung (Arenga pinnata)

Uga Gema Ramadhan1,♥, Rimbo Gunawan1, JohanIskandar2

1 Departemen Antropologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,Universitas Padjadajaran, Jl. Raya Bandung-Sumedang, Km 21,Sumedang 45363, Jawa Barat, line 104, Fax. +62-22-7794545. ♥email:[email protected] Departmen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,Sekolah Pascasarajana Ilmu Lingkungan, dan Peneliti PPSDAL,Universitas Padjadjaran. Jl. Raya Bandung-Sumedang Km. 21 JatinangorSumedang 45363, Jawa Barat. Tel.: +62-22-7796412 ext. 104, Fax.: +62-22-7795545, ♥♥email: [email protected]

Tumbuhan kawung atau aren (Arenga pinnata (Wurmb.)Merr.) telah dikenal lama merupakan salah satu tumbuhanpenting yang memiliki anekaragam fungsi sosial ekonomibudaya dan ekologi bagi masyarakat perdesaan di JawaBarat. Pada masa silam, populasi tumbuhan kawung diberbagai perdesaan Jawa cukup berlimpah. Pendudukperedesaan di dalam memanfaatkan dan mengelolatumbuhan kawung biasanya dilandasi kuat olehpengetahuan ekologi lokal (pengetahuan lokal) dankepercayaan masyarakat setempat. Dewasa ini tumbuhankawung di berbagai perdesaan Jawa Barat kian berkurang,antara lain karena tumbuhan kawung belum dibudidayakansecara intensif, namun pohon-pohonnya banyak ditebangi.Maka, berkurang atau hilangnya tumbuhan kawung diekosistem perdesaan dapat menyebabkan pula erosipengetahuan lokal penduduk perdesaan tentang tumbuhantersebut. Oleh karena itu, studi tentang pengetahuan lokalpenduduk perdesaan tentang kawung sangat penting.Tujuan penelitian ini yaitu mengkaji (i) pengetahuanpenduduk Kampung Cipanggulaan, Cianjur, Jawa Barattentang variasi jenis (landraces) tumbuhan kawung; (ii)anekaragam pemanfaatan tumbuhan kawung olehpenduduk di Kampung Cipanggulaan, Cianjur Jawa Barat;dan (iii) sistem pengelolaan dan konservasi tradisionaltumbuhan kawung oleh penduduk di KampungCipanggulaan, Cianjur Jawa Barat. Metoda penelitianmenggunakan metoda kualitatif berlandaskan pedekatanetnobotani. Pengumpulan data lapangan dilakukan denganbeberapa cara, yaitu teknik observasi, participantobservation, dan deep interview. Hasil penelitianmenujukkan bahwa penduduk Kampung Cipanggulaanmemiliki pengetahuan cukup mendalam tentang variasi(landraces) jenis tumbuhan kawung. Tercatat 10 bagianorgan tumbuhan kawung, seperti akar, batang, dagingbatang, kawul, ijuk, harupat, balukang, daun, nyere (lidi),caruluk (buah), dan leungeun kembang kawung yang biasadigunakan untuk berbagai keperluan sosial ekonomimasyarakat. Untuk mempertahankan keberlanjutantumbuhan kawung di ekosistem perdesaan, berbagai upaya

Page 54: Seminar Nasional Biodiversitasbiodiversitas.mipa.uns.ac.id/S/gen/pdf/A0405aaALL.pdfRizwana Wahyuni, Arif Kurniawan 117 ... Enggar Apriyanto, ... Hutan Raya Wan Abdul Rachman, Lampung

ABS SOC INDON BIODIV, Bogor, 9-10 September 2017, pp. 117-172 153

konservasi terhadap tumbuhan tersebut telah dilakukanoleh penduduk Cipanggulaan berbasis pengetahuan lokalyang mereka miliki.

Kawung, variasi, pengetahuan lokal, pemanfaatan danpengelolaan

DO-06Ethnobotay of communities Tanjung Belit, MuaroBio and Batu Sanggan Around the WildlifeReserve Bukit Rimbang-Bukit Baling, Riau

Ikhsan Matondang♥, Sri Endarti RahayuFaculty of Biology, Universitas Nasional. Jl. Sawo Manila No. 61 Pejaten,Pasar Minggu, South Jakarta 12520, Jakarta, Indonesia. ♥email:[email protected]

Villagers around wildlife reserve Bukit Rimbang-BukitBaling, Riau are societies that still used the wealth of plantresources for the purposes of daily living. Tanjung BelitVillage, Muara Bio Village, and Batu Sanggan Village arevillages around Wildlife Reserve Bukit Rimbang-BukitBaling, Riau. The tribes that inhabit these three villages areDomo, Melayu, Tonga and Kafe tribes. Not much scientificinformation that reveals the used of plants by thecommunities in the three villages mentioned above. Thepurpose of this study is to inventory the used of plants inthe three villages mentioned. The study was conducted inApril 2016 by interviewing communities leaders andpeople with knowledge about the use of plants for the dailyneeds of the communities and direct observations in thefield. The results obtained 95 species of plants in 49families are used by the communities in everyday life in thethree villages. The use of plant by the three communitiesvillagers 56 species for medicine, 41 species for food, 10species for board material, 5 species for industrial material,2 species for ornamental and 2 for others. This knowledgeis very important for the next generations and also as aguide for the existence of the used to be preservedsustainability.

Bukit Rimbang-Bukit Baling, communities, plant, village,wildlife reserve

DO-07Kesediaan menerima masyarakat ataspembayaran jasa lingkungan air di DAS WaySemaka, Kabupaten Tanggamus, Lampung

Susni HerwantiJurusan Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Jl.Sumantri Brodjonegoro No. 1, Gedung Meneng, Rajabasa, Kota BandarLampung 35141, Lampung. ♥email: [email protected]

Pembayaran jasa lingkungan (PJL) merupakan salah satumekanisme yang dianggap mampu menyelesaikan masalahhidrologi di Daerah Aliran Sungai (DAS) Way Semaka

yang merupakan salah satu DAS yang banyakdimanfaatkan oleh masyarakat hilir untuk keperluan sehari-hari maupun usaha pertanian. Saat ini, kondisi DAS WaySemaka secara fisik mengalami kerusakan salah satunyadikarenakan kawasan hutan lindung yang melingkupi DAStersebut rusak. Padahal hutan lindung memegang perananyang sangat penting dalam mengatur tata air, mencegaherosi, menghasilkan oksigen dan sebagainya. Penelitian inibertujuan untuk menganalisis kesediaan menerimamasyarakat (Willingness to Pay, WTA) sekitar kawasanhutan lindung register 39 yang berada di hulu melaluimekanisme PJL dalam rangka memulihkan kondisi DAS dihilir. Sampel diambil sebanyak 30 responden mayarakatsekitar kawasan hutan register 39 secara acak. Datadianalisis secara kualitatif dan kuantitatif. Hasil penelitianmenunjukkan bahwa semua responden bersedia dibayaratas jasa menanam dan memelihara pohon dalam kawasanhutan. Nilai dugaan rataan WTA adalah Rp 14.000 perpohon. Menurut responden, kesediaan menerimamasyarakat ini harus memperhitungkan waktu, biaya dantenaga dalam menanam dan memelihara pohon terlebih lagikondisi topografi kawasan hutan relatif tidak datar. Olehkarena itu, pemerintah dalam hal ini Kesatuan PengelolaanHutan Lindung (KPHL) Kotaagung Utara perlumendukung terselenggaranya mekanisme PJL di wilayahsekitar DAS Way Semaka dalam rangka menyelesaikanpermasalahan hidrologi dan kesejahteraan masyarakatsekitar hutan lindung dengan bertindak sebagai fasilitatorkepada masyarakat pengguna yang ada di hilir.

Daerah Aliran Sungai Way Semaka, kawasan hutan lindung,pembayaran jasa lingkungan, Willingness to Pay

DO-08Analisis saintometrika dalam penelusuran potensipenelitian biomedis berdasarkan publikasikeanekaragaman hayati Indonesia

Irene Muflikh Nadhiroh♥, Ria Hardiyati, Mia Amelia,Rizka Rahmaida, Tri HandayaniPusat Penelitian Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi,Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Jl. Jend. Gatot Subroto Kav 10,Jakarta Selatan 12710, Jakarta. ♥email: [email protected]

Indonesia sebagai negara mega biodiversity, memilikipotensi besar dengan kekayaan keanekaragaman hayatiyang dimiliki. Salah satunya adalah penemuan obatbiomedis yang berasal dari sumber daya genetik yangberasal dari Indonesia. Penelitian terkait dengan sumberdaya genetik keanekaragaman hayati di Indonesia telahbanyak dilakukan. Beberapa diantaranya terkait denganproses penemuan obat baru dengan berbasiskan sumberdaya genetik keanekaragaman hayati Indonesia.Saintometrika adalah pendekatan kuantitatif dalampenelitian mengenai perkembangan ilmu pengetahuan danteknologi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisispotensi penemuan obat biomedis berdasarkan publikasiilmiah menggunakan pendekatan saintometrika. Salah satupenerapan saintometrika adalah mengungkap potensi dan

Page 55: Seminar Nasional Biodiversitasbiodiversitas.mipa.uns.ac.id/S/gen/pdf/A0405aaALL.pdfRizwana Wahyuni, Arif Kurniawan 117 ... Enggar Apriyanto, ... Hutan Raya Wan Abdul Rachman, Lampung

ABS MASY BIODIV INDON, Bogor, 9-10 September 2017, hal. 117-172154

tren ilmu pengetahuan dari data publikasi ilmiah. Banyakmetode yang dapat digunakan terkait dengan penerapantersebut, salah satunya metode Co-word analysis. Datayang digunakan dalam penelitian ini adalah data publikasiilmiah internasional kehati Indonesia terkait biomedis yangberasal dari basis data Scopus. Berdasarkan data tersebut,mayoritas tahapan penelitian yang dilakukan masih padatahap drug discovery. Oleh sebab itu, analisis lebih lanjutperlu diperlukan untuk memberikan panduan dalammelakukan penelitian yang lebih efisien. Hasil penelitianmenunjukkan adanya potensi besar pada beberapa spesieskeanekaragaman hayati Indonesia, dilihat berdasarkanhubungannya dengan kata kunci terkait penemuan obat,seperti anti-cancer, antioxidant, dan lain-lain. Hasil ini bisadiaplikasikan dalam manajemen penelitian, yaitu denganmemberikan dana lebih besar pada penelitian tersebut,sehingga dapat menghasilkan produk yang bermanfaat.

Biomedis, Indonesia keanekaragaman hayati, saintometrika

DP-01Persepsi masyarakat terhadap pengembanganwisata pendidikan berbasis konservasi GajahSumatera (Elephas maximus sumatranus)

Rusita, Indra Gumay Febriyano, Dina Pertiwi♥

Jurusan Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Jl.Sumantri Brodjonegoro No. 1, Gedung Meneng, Rajabasa, Kota BandarLampung 35141, Lampung. ♥email: [email protected]

Gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus) merupakansalah satu biodiversitas endemik Pulau Sumatera, yangstatus keberadaannya menurut IUCN CriticallyEndangered (terancam punah). Status ini dipengaruhikarena tingginya konflik antara gajah dengan manusia.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsimasyarakat dalam pengembangan wisata pendidikanberbasis konservasi gajah sumatera. Hasil penelitianmenunjukkan tujuan masyarakat sekitar Taman NasionalWay Kambas (TNWK) memasuki kawasan konservasitersebut adalah 75% untuk berwisata, 10% melakukanusaha dan 15% lain-lain. Selain itu terdapat juga persepsimasyarakat dalam pelibatan kegiatan pengembangan wisata63% masyarakat ingin terlibat dalam usaha warung makan,22% terlibat dalam penyediaan homestay, 11% inginterlibat sebagai interpreter/tour guide dan 4% menjualcinderamata. Berdasarkan hasil tersebut didapat persepsimasyarakat terhadap pengembangan wisata berbasiskonservasi gajah 93% menyatakan setuju, 6% menyatakankurang setuju dan 1% tidak setuju. Hasil penelitian inidiharapkan dapat menjadi acuan pengelolaan wisata diPusat Konservasi Gajah (PKG) Taman Nasional WayKambas, Kabupaten Lampung Timur, Lampung.

TN Way Kambas, wisata pendidikan berbasis konservasi

DP-02Keanekaragaman dan potensi flora padamasyarakat dayak di Serimbu, Kecamatan AirBesar, Kalimantan Barat

Wardah♥, Kristin IboBidang Botani, Pusat Penelitian Biologi, Lembaga Ilmu PengetahuanIndonesia. Jl. Raya Jakarta Bogor Km 46 Cibinong, Bogor 16911, JawaBarat. Tel.: +62-21-87907604, email: [email protected]

Masyarakat Dayak di Desa Serimbu, Kecamatan Air Besar,Kabupaten Landak, Kalimantan Barat, adalah masyarakatyang hidupnya sangat tergantung dari sumber daya alamyang ada disekitarnya. Ketergantungan masyarakatterhadap lingkungan hidupnya tercermin dalam kehidupansehari-harinya dalam hal pemanfaatan keanekaragamanjenis tumbuhan. Pengumpulan data dilakukan dengan carawawancara semi stuktural dan open ended terhadap narasumber terpilih dan observasi langsung dilapangan. Hasilpenelitian terdata ada 112 jenis tumbuhan yangdimanfaatkan sebagai bahan kayu (35 jenis), bahan panganbuah (22 jenis), bahan obat (25 jenis), bahan kerajinan (10),sebagai bahan sayur (9 jenis), bahan pangan (10 jenis),penghasil tanin 4 jenis, dan penghasil racun (2 jenis). Dari4 jenis yang ditemukan termasuk katagori jenis tumbuhanlangka Indonesia seperti Kadsura scandens, Aquilariamalaccensis, Arcangelisia flava, Usnea spp, Alstoniascholaris, dan Eurycoma longifolia.

Air Besar, Kalimantan Barat, keanekaragaman tumbuhan,Suku Dayak

Biosains

EO-01Antioxidant and toxicity screening of forest plantsas medicinal plants in Sebulu Village, KutaiKartanegara District, East Kalimantan

Abdul Rasyid Zarta1,♥, Farida Ariyani1, WiwinSuwinarti2, Irawan Wijaya Kusuma2, Enos TangkeArung2,3

1 Department of Forest Products Technology, Samarinda State ofAgriculture Polytechnic. Jl. Samratulangi, Gunung Panjang, Samarinda75131, P.O. Box 192, East Kalimantan, Indonesia. Tel.: +62-541-260421,Fax.: +62-541-260680, ♥email: [email protected] Faculty of Forestry, Universitas Mulawarman. Jl. Ki Hajar Dewantara,PO. Box 1013, Gunung Kelua, Samarinda Ulu, Kota Samarinda75123,Kalimantan Timur3 Institute for Research and Community Services, UniversitasMulawarman. Gunung Kelua, Samarinda Ulu, Kota Samarinda 75119,East Kalimantan, Indonesia

Page 56: Seminar Nasional Biodiversitasbiodiversitas.mipa.uns.ac.id/S/gen/pdf/A0405aaALL.pdfRizwana Wahyuni, Arif Kurniawan 117 ... Enggar Apriyanto, ... Hutan Raya Wan Abdul Rachman, Lampung

ABS SOC INDON BIODIV, Bogor, 9-10 September 2017, pp. 117-172 155

Antioxidants are a defense mechanism that protects thebody against oxidative damage that can cause damage tobiological molecules. Various free radical repellentantioxidants exist available in nature through herbs.Traditional medicine among the people of KutaiKartanegara is very diverse and spread throughout theregion of Kutai Kartanegara specially and East Kalimantangenerally. Ten types of plant leaves that have been used astraditional medicinal plants are extracted using methanolsolvent. The antioxidant activity test was performed byspectrophotometric method using DPPH (1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl), whereas toxicity level was performed byBSLT (Brine Shrimp Lethality Test) test. The results ofresearch the strength level of antioxidant activity (IC50) on10 types of leaf plants showed that 9 species in the strongclassification and 1 type in the medium classification.Toxicity test results indicate that three species are toxic forlethal 50% more shrimp larvae Artemia salina Leach. at aconcentration of 1000 mg/mL and more not toxic.Furthermore, three types of leaves that are toxic and testedat concentrations <1000 mg/mL and give results of one leafthat is toxic at LC50 of 61,24 ppm.

Antioxidant, Artemia salina, BSLT, DPPH

EO-02Sifat fisis dan mekanis kayu sengon terpadatkandengan kombinasi perbedaan tebal awal danwaktu kempa

Iskandar1, ♥, Edy Budiarso2, Isna Yuniar Wardhani2,Agus Sulistyo Budi2

1 Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. Jl. Samratulangi, GunungPanjang, Samarinda 75131, P.O. Box 192, Kalimantan Timur. Tel.: +62-541-260421, Fax.: +62-541-260680, ♥email:[email protected] Fakultas Kehutanan, Universitas Mulawarman. Jl. Ki Hajar Dewantara,PO. Box 1013, Gunung. Kelua, Samarinda Ulu, Kota Samarinda75123,Kalimantan Timur

Sengon termasuk jenis kayu berkerapatan rendah yangditanam sebagai hutan tanaman, sehingga potensinya cukupbesar, oleh sebab itu perlu upaya untuk meningkatkankekuatannya dan salah satu cara yang digunakan adalahdengan pemadatan (densification). Dalam penelitian inidigunakan dua factor, yaitu ketebalan awal (2,5 cm, 3,0 cm,dan 3,5 cm) dan waktu pemanasan efektif (0 menit, 3menit, dan 6 menit). Perlakuan awal dengan perebusanselama 45 menit sebelum proses pemadatan. Tebal targetpemadatan adalah 2 cm, sehingga besar target padamasing-masing ketebalan adalah 20% untuk tebal 2,5 cm,33,3% untuk tebal 3,0 cm dan 42,9% untuk tebal 3,5 cm.Pemadatan dilakukan pada suhu 150oC bertujuan agartidak terjadi penggosongan pada proses pengempaan.Pemadatan dilakukan setelah mencapai suhu yangditentukan dan setelah tebal tercapai mesin pres dimatikandan setelah 24 jam baru papan terpadatkan dikeluarkan.Istilah 0 menit adalah keadaan dimana setelah mencapaiketebalan 2 cm, mesin segera dimatikan, demikian jugayang lain, setelah 3 dan 6 menit mesin segera dimatikan.

Analisis data menggunakan rancangan faktorial dua faktor(3x3), dimana faktor A adalah ketebalan awal dan faktor Badalah waktu pemanasan efektif. Uji lanjutanmenggunakan Dunnet yang khusus menguji rata-rataperlakuan dengan rata-rata kontrol. Hasil penelitianmenunjukkan bahwa papan yang terpadatkan memilikikesan raba yang agak halus, namun tidak mempengaruhisifat pengerjaannya. Kadar air 16,42% pada papanterpadatkan tebal awal 3,0 cm terhadap kadar air kontrol17,61% adalah berbeda nyata. Berdasarkan hasil uji dunnetyaitu uji lanjut yang berfungsi menguji rata-rata kontroldengan rata-rata hasil perlakuan yang diberikanmenunjukkan bahwa terjadi peningkatan kerapatan secarasignifikan pada semua ketebalan awal terhadap rata-ratakontrolnya. Hasil uji dunnet juga memperlihatkan bahwapada semua tebal awal berpengaruh secara signifikanterhadap pengembangan tebal papan terpadatkan yangmengalami uji rendam selama kurang lebih 3 minggu. Ujidunnet pada keteguhan tekan sejajar serat memperlihatkanbahwa perlakuan pemadatan yang diberikan berpengaruhnyata terhadap tebal awal 3,0 cm dan 3,5 cm, sedangkanpada tebal awal 2,5 cm tidak memberikan pengaruh yangnyata demikian juga dengan uji kekerasan kayu, pemadatanyang diberikan berpengaruh nyata terhadap tebal awal 3,0cm dan 3,5 cm, sedangkan pada tebal awal 2,5 cm tidakmemberikan pengaruh yang nyata. Hasil uji dunnet untukMOE menunjukkan bahwa penurunan MOE yangsingnifikan hanya terjadi pada ketebalan 3,5 cm, dugaansementara ini disebabkan karena kayu mengalamikerusakan pada struktur anatomi akibat pemadatan yangmencapai 30%. Nilai MOR yang terlihat meningkat padagrafiknya setelah diuji dengan dunnet ternyata peningkatankekuatan yang ada secara statistik tidak signifikan, karenasemua nilai rata-rata MOR pada papan terpadatkanmenunjukkan tidak berbeda nyata terhadap kontrolnya.Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwaperlakuan yang terbaik dari beberapa kombinasi yangdiberikan adalah perlakuan tebal awal 3,5 cm dan waktukempa efektif 6 menit karena terjadi peningkatan yangsignifikan pada beberapa kriteria yang diteliti, kecualiMOE.

Densifikasi, sifat fisis, sifat mekanis, sengon

EO-03Pengaruh pemberian asam amino sistein terhadapkualitas spermatozoa sapi Sumba Ongole (Bosindicus) pasca-kriopreservasi

Nursafira Fathaniah1,♥, Setiorini1, Syahruddin Said2

1 Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,Universitas Indonesia. Jl. Lingkar Kampus Raya, Kampus UI Depok,Gedung E Lt. 2, Depok 16424, West Java, Indonesia. Tel.: +62-21-7863436, email: [email protected] Pusat Penelitian Bioteknologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Jl.Raya Bogor km. 46, Cibinong, Bogor 16911, Jawa Barat

Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruhpemberian berbagai konsentrasi asam amino sistein (3 mM,

Page 57: Seminar Nasional Biodiversitasbiodiversitas.mipa.uns.ac.id/S/gen/pdf/A0405aaALL.pdfRizwana Wahyuni, Arif Kurniawan 117 ... Enggar Apriyanto, ... Hutan Raya Wan Abdul Rachman, Lampung

ABS MASY BIODIV INDON, Bogor, 9-10 September 2017, hal. 117-172156

5 mM, dan 7 mM) terhadap kualitas spermatozoa sapiSumba Ongole (Bos indicus) pascakriopreservasi. Seekorsapi sumba ongole (SO) dijadikan sebagai donor semen.Semen dikoleksi setiap satu minggu sekali selama enamminggu untuk memenuhi pengulangan yang dibutuhkan.Sampel semen sapi SO diencerkan menggunakanpengencer Tris Citrate Fructose Yolk (TCFY) danpenambahan sistein. Kelompok kontrol (0 mM), semendiencerkan dalam TCFY tanpa penambahan asam amino,sedangkan pada kelompok perlakuan semen diencerkandalam TCFY dengan penambahan sistein sebesar 3 mM; 5mM; dan 7 mM. Semen yang telah diencerkan diekuilibrasidan dibekukan dalam nitrogen cair. Parameter kualitasspermatozoa yang dievaluasi meliputi motilitas, viabilitas,membran plasma utuh (MPU), dan integritas DNA.Berdasarkan hasil penelitian, terjadi peningkatan persentasemotilitas, viabilitas, dan MPU pada kelompok perlakuanberbagai konsentrasi sistein 3 mM; 5 mM; dan 7 mM jikadibandingkan dengan 0 mM. Hasil uji ANAVA satu faktormenunjukkan pemberian berbagai konsentrasi asam aminosistein memiliki nilai rata-rata persentase motilitas,viabilitas, dan MPU yang berbeda nyata (P<0,05). Haltersebut juga terlihat pada integritas DNA spermatozoabahwa semua kelompok perlakuan mampumempertahankan integritas DNA pasca-kriopreservasi.

Kriopreservasi, sistein, sapi sumba ongole, spermatozoa.

EO-04Produksi buah dan benih mahoni (Swieteniamacrophylla) di Parung Panjang dan Jonggol(Bogor, Jawa Barat) serta kaitannya dengan statuskesuburan tanah

Agus A. Pramono♥, Dida Syamsuwida, Dharmawati F.Djam’anBalai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Perbenihan TanamanHutan . Jl. Pakuan Ciheuleut PO Box 105, Bogor 16001, Jawa Barat.Tel./Fax.: +62-251-8327768, ♥email: [email protected]

Mahoni merupakan tanaman tropis yang mempunyai nilaiekonomi tinggi. Keberhasilan program penanaman mahonitergantung kepada tersedianya benih yang berasal darisumber benih berkualitas, namun benih yang dihasilkandari sumber benih masih belum dapat memenuhi target.Dengan demikian, diperlukan upaya untukmengoptimalkan produksi benih. Tujuan umum darikegiatan ini adalah mengetahui karakteristik produksi buahdan benih mahoni pada tegakan mahoni di Parung Panjangdan Jonggol, serta kaitannya dengan status kesuburantanah. Bahan penelitian merupakan tegakan mahoni diBKPH Cariu, KPH Bogor, dan tegakan kebun benih diHutan Penelitian (Balai Penelitian dan PengembanganTeknologi Perbenihan Tanaman Hutan (BPTPTH) diParung Panjang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pada setiaptegakan dibuat 3 plot pengamatan seluas 50 m x 50 m.Analisis unsur hara tanah dilakukan pada setiap plot.Analisis hara daun dilakukan pada 8 pohon dari setiaptegakan. Pada saat musim buah, dilakukan pengunduhan

buah. Secara umum produksi buah mahoni di ParungPanjang memiliki variasi yang lebih tiggi dari pada diJonggol. Di Parung Panjang semua parameter produksibuah tidak berbeda nyata antar plot. Buah dari ParungPanjang lebih berat dan lebih panjang dari pada buah dariJonggol. Di Jonggol hampir semua parameter produksibuah dan benih berbeda nyata antar plot, sedangkan diParung Panjang tidak. Jumlah benih bernas dan benihhampa per buah berbeda nyata antara kedua tegakan. Buahdari Parung Panjang berisi benih bernas yang lebih banyakdan lebih berat daripada buah dari Jonggol. Tanah di kedualokasi memiliki tingkat kesuburan yang rendah. Sebagianbesar unsur hara makro berada pada status sangat rendahhingga sedang, sedangkan kandungan hara mikro sebagianbesar berada pada taraf cukup. Kesuburan tanah di ParungPanjang lebih baik dari pada Jonggol. Hasil analisis haradaun, mengindikasikan bahwa perbedaan produksi buahdan benih berkaitan dengan perbedaan kandungan P padadaun. Unsur N dan K terindikasi bukan merupakan faktorpembeda dalam produksi buah dan benih di kedua lokasi.

Buah, benih, mahoni, hara, Swietenia macrophylla

EO-05Perubahan kondisi fisik, fisiologis,dan biokimiapada berbagai tingkat kemasakan benih Micheliachampaca

Agus Astho Pramono♥, Evayusvita RustamBalai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Perbenihan TanamanHutan . Jl. Pakuan Ciheuleut PO Box 105, Bogor 16001, Jawa Barat.Tel./Fax.: +62-251-8327768, ♥email: [email protected]

Bambang lanang (Michelia champaca) merupakan salahsatu jenis pohon unggulan sebagai penghasil kayupertukangan di daerah Sumatera. Benih M. champacasering dilaporan sebagai benih orthodok, intermediet ataurekalsitran. Informasi tentang variasi mutu benih yangberkaitan dengan tahap perkembangan buah bambanglanang yang dicirikan dengan perubahan kandunganbiokimia, mutu fisik dan fisiologis benih sangat diperlukanuntuk mengetahui karakter benih, dan waktu panen buahyang tepat untuk menghasilkan kualitas benih terbaik.Penelitian bertujuan untuk mempelajari perubahan cirifisik, fisiologis dan biokimia benih selama tahapperkembangan buah bambang lanang. Benih diekstraksidari buah yang berasal dari tegakan di Bogor (Jawa Barat),dan Lahat (Sumatera Selatan) dengan berbagai tahapperkembangannya. Pengamatan terhadap panjang, lebar,berat, kadar air, kandungan protein, lemak, karbohidrat,dan daya berkecambah benih dilakukan terhadap empatkelompok benih. Pengelompokan didasarkan pada tahapperkembangan buah yang dicirikan oleh warna benih yaitu:putih, putih kecoklatan, coklat kehitaman, dan hitam.Analisis data dilakukan dengan menggunakan ANOVA,Principal Component Analysis, dan korelasi. Hasilpenelitian menunjukkan bahwa benih mencapaiperkembangan fisik maksimal ketika berwarna coklatkehitaman. Daya berkecambah benih berkorelasi dengan

Page 58: Seminar Nasional Biodiversitasbiodiversitas.mipa.uns.ac.id/S/gen/pdf/A0405aaALL.pdfRizwana Wahyuni, Arif Kurniawan 117 ... Enggar Apriyanto, ... Hutan Raya Wan Abdul Rachman, Lampung

ABS SOC INDON BIODIV, Bogor, 9-10 September 2017, pp. 117-172 157

kadar air, kandungan protein, dan lemak. Benih yang telahmasak secara fisiologis ditandai dengan warna benih coklatkehitaman sampai hitam. Benih ini memiliki kadar airbenih 16,7-18,8%, kandungan karbohidrat 5,1-7,0%, lemak19,2-20,6% dan protein 9-10%, dengan daya berkecambahbenih berkisar antara 28% dan 69,7%. Karakteristikbiokimiawi benih dan perubahannya selama perkembanganbenih mengindikasikan bahwa benih bambang lanangtermasuk benih rekalsitran.

Biokimia benih, masak fisiologis, Michelia champaca,rekalsitran, viabilitas benih

EO-06Site characteristics and carbon stocks estimationof different peat-land-use types in Jabiren, CentralKalimantan Province

Hesti Lestari TataForest Research and Development Centre. Jl. Gunung Batu No. 5, PO Box331, Bogor 16610, Jawa Barat. Tel.: +62-251- 8633234, 7520067, Fax.:+62-251-8638111, email: [email protected]

Natural peat swamp forest has been recognized as areservoir of ecosystem services, which store carbon in theabove-and below-ground, reserve water and refugee area ofwild life. However, human activities, such as logging,burning and drainage construction, changed the naturalecosystem into degraded peatlands. A biophysical studyand carbon stock estimation on different land use types wasconducted in Jabiren, Central Kalimantan Province. Thestudy aimed to calculate the aboveground carbon stocksand characterize the peat-soils of three land-use types, e.g.,secondary peat swamp forest, burnt peat swamp forest, andagroforestry on peatland. The sampling method used in thestudy refers to a protocol of carbon stock measurementfrom three pools, viz. aboveground biomass, dead woodand surface litter (necromass). The results showed that peatsoils of three land use types were classified from fibric tosapric. Peat soils from Agroforestry have the higher peatmaturity. Bulk density from the three land use types variedfrom 0.07 to 0.23 g cm-3. Peat soils were characterizedfrom acid to very acid, ranging pH from 3.7 to 4.2. Thisrelates with high cation exchange capacity and low basesaturation of peat soils. Cation exchange capacity variedfrom 114.97 to 188.0 me 100g-1. Base saturation variedfrom 2.72 to 18.54%. Peat soils have low fertility. Ncontent varied from 0.44 to 2.02%, while P content variedfrom 13.7 to 38.8 ppm. Analysis of soil biologicalcharacteristics showed that land use type affectedinoculums potential of endomycorrhizal fungi. Peat soilsfrom secondary forest contained the highest spore numberof endomycorrhizal fungi than those of soils from burntforest and agroforestry, e.g., 43.3, 41.3 and 37.3 spores 10g-1 soil, respectively. These characteristics could be used asa baseline data on rehabilitation vegetation program of thearea.

Agroforestry, peat swamp forest, soil characteristics,rehabilitation, restoration

EO-07Potensi tanaman yang tumbuh di lahan reklamasipasca tambang batubara sebagai sumber pakanternak

Taufan Purwokusumaning Daru♥, Juraemi, RoosenaYusuf, Novia Indah RizkiFakultas Pertanian, Universitas Mulawarman. Kampus Gunung Kelua, Jl.Pasir Balengkong, No. 1, Samarinda 75123, Kalimantan Timur. Tel.: +62-541- 749343, email: [email protected]

Lahan reklamasi pasca tambang batubara memiliki potensiuntuk dimanfaatkan sebagai lahan penggembalaan ternak.Agar bisa dimanfaatkan secara optimal perlu diketahuikondisi jenis vegetasi serta kapasitas tampungnya. Tujuanpenelitian ini adalah untuk mengetahui jenis vegetasi pakandan produksi pakan di lahan reklamasi pasca tambangbatubara agar bisa dimanfaatkan sebagai sumber hijauanpakan bagi ternak. Penelitian menggunakan metodeeksplorasi pada lahan reklamasi pasca tambang batubaraPT. Kitadin, site Embalut, Kabupaten Kutai Kartanegara,Provinsi Kalimantan Timur. Pengambilan sampeldilakukan dengan menggunakan kuadran ukuran 1 m x 1myang dilempar secara acak sebanyak 50 kali lemparan dariluas lahan yang digunakan 1 ha. Pengukuran yangdilakukan meliputi jumlah jenis tanaman, indeks nilaipenting, indeks keanekaragaman jenis, indeks kekayaanjenis, indeks kemerataan jenis dan kapasitas tampung.Hasil penelitian menunjukkan bahwa di lahan reklamasipasca tambang batubara PT Kitadin terdapat 16 jenistanaman pakan dari 12 famili yang didominasi oleh jukutpait (Paspalum conjugantun). Potensi produksi tanamansegar pada areal lahan reklamasi pasca tambang batubaraadalah 8.312 kg ha-1, dengan kapasitas tampung untuk 2,2ST ha-1 tahun-1. Kesimpulan dari penelitian ini adalahbahwa lahan reklamasi pasca tambang batubara di PTKitadin site Embalut, kabupaten Kutai Kartanegara dapatdigunakan sebagai lahan penggembalaan ternak.

Lahan reklamasi, kapasitas tampung, ternak, vegetasi

EO-08Konservasi pisang rutai (Musa borneensis) melaluipemupukan NPK dan kompos Trichoderma sp.

PurwatiProgram Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas WidyaGama Mahakam. Jl. K.H. Wahid Hasyim Sempaja, Samarinda 75117,Kalimantan Timur. Tel.: +62-541-737222, email:[email protected]

Pisang rutai (Musa borneensis Becc.) adalah tanamanindigen Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timuryang sekarang sudah sangat langka karena belum

Page 59: Seminar Nasional Biodiversitasbiodiversitas.mipa.uns.ac.id/S/gen/pdf/A0405aaALL.pdfRizwana Wahyuni, Arif Kurniawan 117 ... Enggar Apriyanto, ... Hutan Raya Wan Abdul Rachman, Lampung

ABS MASY BIODIV INDON, Bogor, 9-10 September 2017, hal. 117-172158

dibudidayakan secara luas. Pengembangan metodebudidaya yang tepat melalui pemupukan NPK PhonskaTM

dan pemberian kompos Trichoderma sp. telah dilakukanuntuk tujuan konservasi. Tujuan penelitian adalah untukmengetahui pengaruh pemupukan NPK Phonska dankompos Trichoderma sp. terhadap pertumbuhan tanamanpisang rutai untuk tujuan konservasi. Penelitiandilaksanakan di Lahan Percobaan, Fakultas Pertanian,Universitas Widya Gama Mahakam, Samarinda,Kalimantan Timur. Pengambilan sampel bibit pisang rutaidilakukan di Kecamatan Muara Badak, Kabupaten KutaiKartanegara, Provinsi Kalimantan Timur. Rancanganpercobaan yang digunakan adalah Rancangan AcakKelompok yang terdiri dari lima perlakuan yaitu: p0 =tanpa pupuk/kontrol; p1 = Pupuk NPK Phonska 50 g/pohon+ kompos Trichoderma 100 g/pohon; p2 = Pupuk NPKPhonska 100 g/pohon + kompos Trichoderma 200 g/pohon;p3 = Pupuk NPK Phonska 150 g/pohon + komposTrichoderma 300 g/pohon; p4 = Pupuk NPK Phonska 200g/pohon + kompos Trichoderma 400 g/pohon.Datadianalisis dengan sidik ragam dan apabila terdapatperbedaan yang nyata, maka dilanjutkan dengan uji BedaNyata Terkecil (BNT) pada taraf 5%. Hasil penelitianmenunjukkan bahwa pemupukan NPK Phonska 200g/pohon + kompos Trichoderma 400 g/pohon dapatmeningkatkan pertumbuhan tinggi, diameter dan jumlahdaun umur tiga bulan dibandingkan dengan kontrol.

Konservasi, pisang rutai, pemupukan, Trichoderma

EO-09Pengaruh inokulan Aspergillus niger terhadappertumbuhan kecambah sorgum tercekam keringdan petumbuhannya di lapangan

Maman Rahmansyah♥, Arwan Sugiharto, Titi JuheatiBidang Botani, Pusat Penelitian Biologi, Lembaga Ilmu PengetahuanIndonesia. Jl. Raya Jakarta Bogor Km 46 Cibinong, Bogor 16911, JawaBarat. Tel.: +62-21-87907604, email: [email protected]

Pupuk hayati (inokulan Aspergillus niger) dan hidrogeldigunakan pada kultivasi sorgum untuk melihat performaadaptasi tanaman tercekam kering pada tingkat kecambah,serta pertumbuhannya di lapangan. Tujuan penelitianadalah untuk mengetahui pengaruh inokulan terhadappertumbuhan biomasa dan aktivitas enzim selulase tanahpada tingkat kecambah (21 HST/hari setelah tanam), dandilanjutkan pada fase generatif (60 HST) serta fase tumbuhtrubus batang (120 HST) pasca panen biji. Pada periodekecambah, respon inokulan dilihat pada jenis tanah danlevel penggunaan hidrogel yang berbeda. Hasil pengamatanmenunjukkan bahwa 0,2% adalah level optimal hidrogeldigunakan untuk pembenah tanah dibandingkan dengankomposisi pada level 0,4 dan 0,8%. Inokulan berpengaruhnyata terhadap perolehan biomasa kecambah, namunpenambahan hidrogel menurunkannya. Aktivitas selulasetanah sejalan dengan kenaikan biomasa, namun responnyaberbeda ketika tumbuh pada jenis tanah yang berbeda.Penambahan hidrogel juga dapat mempertahankan water

potensial (Ψ) pada daun dan tanah secara signifikan. Hasilpengamatan performa aktivitas selulase di lapanganmemperlihatkan bahwa pemberian kompos menunjukkanaktivitas enzim yang tinggi di tanah. Pemberian bahanorganik kompos bersama inokulan menunjukkan hasil baikpada pertumbuhan tunas batang pasca panen biji, yang efekpertumbuhannya sebanding dengan perlakuan pupuk NPK.

Biofertilizer, cellulase, Aspergillus niger, sorgum

EO-10Morfologi dan perkembangan bunga dan buahtembesu (Fragrea fragrans)

Evayusvita Rustam♥, Agus Astho PramonoBalai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Perbenihan TanamanHutan . Jl. Pakuan Ciheuleut PO Box 105, Bogor 16001, Jawa Barat.Tel./Fax.: +62-251-8327768, ♥email: [email protected]

Tembesu (Fagraea fragrans Roxb.) yang memiliki sebaranalami yang luas di Indonesia merupakan tanaman penghasilkayu yang bernilai budaya dan ekonomi yang tinggi.Pengembangan tanaman tembesu ini membutuhkanketersediann benih yang berkualits, Pemahaman tentangtahap perkembangan buah dan bunga diperlukan untukmemprediksi saat pengunduhan benih yang tepat, di saatbenih berada pada kualitas fisiologis maksimum. Tujuandari penelitian adalah untuk mengetahui struktur morfologidan fase perkembangan bunga dan buah tembesu.Pengamatan terhadap struktur morfologi dan fase-fasepembungaan dan pembuahan dilakukan di Bogor (JawaBarat) dan Sumatera Selatan. Tahap-tahap perkembanganbunga tembesu dibedakan menjadi 4 tahap yaitu (i) kuncupgeneratif, (ii) kuncup hijau, (iii) kuncup putih, (iv) bungamekar, dan (v) bunga layu. Periode waktu dariterbentuknya tunas generatif hingga bunga layumemerlukan waktu 1 bulan. Berdasarkan perubahan ukurandan warna buah, perkembangan buah dapat dikelompokkanke dalam 3 tahap yaitu tahap I (fase pasca fertilisasi), tahapII (perkembangan buah), dan tahap III (pematangan buah).Benih telah berada pada fase masak fisiologis ketikan buahberwarna merah. Pada saat masak fisologis, di dalam buahterdapat benih viabel yang berwarna coklat atau coklatkehitaman, dan benih mati yang berwara putih berukurankecil. Proses perkembangan buah berlangsung sekitar 18-19 minggu. Berdasarkan hasil penelitian ini, prediksi saatmasak fisiologis benih tembesu dapat dilakukan sejaktanaman mulai berbunga yang didasarkan padakarakteristik tahap perkembangan bunga dan buahnya.

Pembungaan, pembuahan, siklus perkembangan, tunasgeneratif

EO-11Efektifitas penggunaan formulasi campuranekstrak Tephrosia vogelii dan Piper aduncum serta

Page 60: Seminar Nasional Biodiversitasbiodiversitas.mipa.uns.ac.id/S/gen/pdf/A0405aaALL.pdfRizwana Wahyuni, Arif Kurniawan 117 ... Enggar Apriyanto, ... Hutan Raya Wan Abdul Rachman, Lampung

ABS SOC INDON BIODIV, Bogor, 9-10 September 2017, pp. 117-172 159

perangkap air tapai untuk pengendalianConopomorpha cramerella (Lepidoptera:Gracillariidae) pada kakao

Eka Candra Lina1,♥, Ayesha Hawna Amal Kanz1,Yaherwandi1, Alkapi Sukra2

1 Program Studi Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, UniversitasAndalas. Kampus Unand Limau Manih, Padang 25163, Sumatera Barat.Tel. +62-751-72773, Fax.: +62-751-72702, email:[email protected] Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Barat. Jl. Rasuna Said No. 77,Rimbo Kaluang, Padang Barat, Kota Padang, Sumatera Barat

Penggerek buah kakao (Conopomorpha cramerella Sn.)(PBK) merupakan hama utama pada tanaman kakao.Insektisida nabati adalah salah satu alternatif pengendalianpenggerek buah kakao. Insektisida nabati dalam bentukformulasi dapat meningkatkan performa bahan aktif danmempermudah aplikasi serta penyimpanan di lapangan.Penelitian ini bertujuan menguji dan membandingkanpengaruh aplikasi formulasi campuran ekstrak daunTephrosia vogelii dan Piper aduncum serta perangkap airtapai untuk pengendalian PBK di lapangan. Metode yangdigunakan didalam penelitian ini adalah Rancangan AcakKelompok (RAK) dengan 4 perlakuan dan 5 ulangan.Perlakuan terdiri dari kontrol, insektisida nabati formulasi10 WP (wettable powder), perangkap air tapai, sertakombinasi insektisida nabati dan perangkap air tapai. Hasilanalisis DNMRT pada taraf uji 5% menunjukkan hasiltidak berbeda nyata antar perlakuan. Persentase tanamanterserang untuk kontrol, insektisida nabati, perangkap airtapai, serta kombinasi insektisida nabati dan perangkap airtapai secara berturut-turut sebesar 93,33%, 93,33%, 100%dan 86,67%. Pada pengamatan persentase buah terseranguntuk kontrol, insektisida nabati, perangkap air tapai, sertakombinasi insektisida nabati dan perangkap air tapai secaraberturut-turut sebesar 85,67%, 67,67%, 86,67% dan70,67%. Pada pengamatan intensitas serangan untukkontrol, insektisida nabati, perangkap air tapai, sertakombinasi insektisida nabati dan perangkap air tapai secaraberturut-turut sebesar 35,33%, 21,67%, 39,33% dan28,00%. Penggunaan perangkap air tapai untukpengendalian PBK tidak efektif karena tidak ditemukanPBK pada perangkap yang dipasang. Serangga yangterperangkap sebanyak 20.430 ekor yang pada umumnyaberasal dari ordo Coleoptera, Diptera, dan Lepidoptera dansebagian besar merupakan serangga berguna.

Formulasi wettable powder, insektisida nabati, kakao, PBK,perangkap air tapai

EO-12Pemodelan distribusi spesies tumbuhan pakanRusa Jawa (Rusa timorensis de Blainville, 1822) diTaman Buru Masigit-Kareumbi, Jawa Barat

Adya Dhivara Sampurno♥, Rina RatnasihPurnamahati, Elham SumargaProgram Studi Rekayasa Kehutanan, Sekolah Tinggi Ilmu dan TeknologiHayati, Institut Teknologi Bandung. Labtek IA SITH-ITB Kampus

Jatinangor, Jl. Letjend. Purn. Dr. (HC) Mashudi No.1, Sayang, Jatinangor,Sumedang 45363, Jawa Barat. email: [email protected]

Taman Buru Gunung Masigit-Kareumbi (TBMK), JawaBarat merupakan salah satu dari 13 taman buru diIndonesia yang saat ini sedang berupaya menjalankanfungsi perburuan secara teratur. Untuk mencapai fungsitersebut, rencana introduksi rusa jawa (Rusa timorensis deBlainville, 1822) sebagai satwa buru di TBMK perlumempertimbangkan sebaran vegetasi sumber pakan bagisatwa tersebut. Beberapa tumbuhan di TBMK diketahuimemiliki kandungan protein yang baik sebagai sumberpakan rusa jawa di TBMK. Penelitian ini bertujuan untukmemodelkan distribusi lima tumbuhan pakan rusa jawayaitu Calliandra calothyrsus, Zapoteca tetragona,Hylodesmum repandum, Brachiaria decumbens, danSetaria palmifolia serta menentukan variabel lingkunganyang mempengaruhi kehadiran spesies-spesies tumbuhantersebut dalam area seluas 1097,7 ha di kawasan TBMK.Pemodelan distribusi spesies dilakukan denganmenggunakan model maximum entropy (Maxent) denganinput berupa titik kehadiran spesies yang diperoleh darisurvei lapangan dan sembilan variabel lingkungan yaituNDVI, NDMI, ketinggian, kelerengan, arah lereng,presipitasi bulanan, temperatur rata-rata, tutupan lahan, danjarak terhadap sungai. Uji validasi model berdasarkan areaunder curve (AUC) menunjukkan nilai AUC dari modeldistribusi C. calothyrsus, Z. tetragona, H. repandum, S.palmifolia, dan B. decumbens masing-masing sebesar0,883; 0,887; 0,782; 0,804; dan 0,953. Variabel yangberkontribusi paling besar pada masing-masing modeladalah tutupan lahan (pada model distribusi C. calothyrsus,S. palmifolia, dan B. decumbens), presipitasi bulanan (padamodel distribusi Z. tetragona), dan kelerengan (pada modeldistribusi H. repandum). Distribusi lima jenis tumbuhanpakan rusa jawa di TBMK dapat dimodelkan denganperforma sedang-sangat baik (0,782-0,953) berdasarkannilai AUC. Model B. decumbens merupakan model dengannilai AUC tertinggi yaitu 0,953.

Maximum entropy, pemodelan distribusi spesies, tamanburu, Taman Buru Gunung Masigit-Kareumbi

EO-13Pemetaan preferensi habitat Rusa Jawa (Rusatimorensis, de Blianville 1822) di Taman BuruGunung Masigit-Kareumbi, Jawa Barat

Wafiqah Khaeriyyah♥, Rina Ratnasih, Elham Sumarga.Program Studi Rekayasa Kehutanan, Sekolah Tinggi Ilmu dan TeknologiHayati, Institut Teknologi Bandung. Labtek IA SITH-ITB KampusJatinangor, Jl. Letjend. Purn. Dr. (HC) Mashudi No.1, Sayang, Jatinangor,Sumedang 45363, Jawa Barat. email: [email protected]

Taman Buru Gunung Masigit-Kareumbi (TBMK), JawaBarat ditetapkan sebagai kawasan pelestarian alam denganfungsi taman buru pada tahun 1976 dan diresmikan padatahun 1998. Rusa jawa (Rusa timorensis, de Blainville1822) adalah salah satu satwa buru di TBMK yang sudah

Page 61: Seminar Nasional Biodiversitasbiodiversitas.mipa.uns.ac.id/S/gen/pdf/A0405aaALL.pdfRizwana Wahyuni, Arif Kurniawan 117 ... Enggar Apriyanto, ... Hutan Raya Wan Abdul Rachman, Lampung

ABS MASY BIODIV INDON, Bogor, 9-10 September 2017, hal. 117-172160

diintroduksi sejak tahun 1966. Namun hingga saat iniperburuan di TBMK belum terlaksana secara berkelanjutankarena populasi rusa jawa yang kurang mendukung. Salahsatu upaya pengembangan populasi rusa jawa yang sedangdipersiapkan saat ini adalah kegiatan introduksi. Rencanaintroduksi ini perlu didukung oleh ketersediaan informasimengenai sebaran habitat yang disukai oleh rusa jawa.Penelitian ini bertujuan untuk memetakan areal yangberpotensi sebagai habitat yang disukai rusa jawa di TBMKberdasarkan faktor fisik lingkungan berupa tutupan lahan(TL), ketinggian (Kt), kelerengan (Kl), jarak dari sungai(JS), jarak dari tutupan lahan semak (JSk), dan jarak darijalan, permukiman serta kebun masyarakat (JJKP).Pemetaan dilakukan dengan metode skoring danpembobotan dengan menggunakan spatial analysis toolsdari ArcGIS 10 pada areal kajian seluas 1.097,70 ha. Setiapfaktor lingkungan diklasifikasikan ke dalam beberapa kelaspreferensi habitat dengan skor 1 untuk kelas yang palingtidak disukai dan skor 5 untuk kelas yang paling disukai.Selanjutnya dilakukan penggabungan semua faktor;preferensi habitaat (HP) dengan pembobotan berdasarkannilai penting relatif satu faktor lingkungan terhadap faktorlingkungan lain yang diperoleh melalui studi pustaka.Pembobotan tersebut adalah (100%)=40% +40%(50% +30% +20% )+20% (50% +50% ).Hasil pemetaan dengan menggunakan tiga kelas preferensi,menunjukkan bahwa 4,13% areal kajian (45,3 ha)terkategorikan kurang disukai, 76,69% disukai (841,8 ha)dan 19.18% sangat disukai (210,6 ha). Tingginyapersentase habitat yang disukai dan sangat disukaimenggambarkan bahwa secara fisik areal kajian sangatberpotensi (95,87%) untuk mendukung rencana introduksirusa jawa.

Pemetaan habitat, rusa jawa, Rusa timorensis, Taman BuruGunung Masigit-Kareumbi

EO-14Kemampuan tumbuhan akuatik Salvinia molestadan Pistia stratiotes sebagai fitoremediator logamberat tembaga

Rony Irawanto1,♥, Fatihah Baroroh2,♥♥

1 UPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Purwodadi, LembagaIlmu Pengetahuan Indonesia. Jl. Raya Surabaya-Malang Km. 65, Capang,Purwodadi, Pasuruan 67163, Jawa Timur. Tel.: +62-343-615033. email:[email protected] Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya. Jl. Veteran,Malang 65145, Jawa Timur. email: [email protected].

Pencemaran air yang diakibatkan oleh aktivitas manusiaberdampak pada kerusakan lingkungan terutama pada lahanbudidaya pertanian. Salah satu cara untuk mengatasipencemaran lingkungan adalah dengan Fitoremediasi.Fitoremediasi dapat menggunakan tumbuhan akuatik. Salahsatu jenis tumbuhan akuatik yang banyak ditemukandiperairan persawahan ataupun irigasi pertanian, dan dapattumbuh berkembang secara cepat adalah Salvinia molesta(kiambang) dan Pistia stratiotes (kayu apu). Selain itu,

tumbuhan ini menerut beberapa penelitian memilikikemampuan fitoremediasi dalam memperbaiki kualitas airyang tercemar limbah. Penelitian ini bertujuan untukmengetahui kemampuan tumbuhan akuatik Salviniamolesta dan Pistia stratiotes sebagai fitoremediator dalammengakumulasi tembaga (Cu) dalam air tercemar limbahlogam berat. Penelitian fitoremediasi dilakukan selamabulan Maret sampai Juni 2017 di Kebun Raya Purwodadi-LIPI, dengan Analisis logam Cu mengunakan AAS(Atomic Absorption Spectroscopy) di Laboratorium KimiaTanah, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya, Malang.Tahapan penelitian terdiri atas penentuan RFT (RangeFinding Test) dan percobaan pada tumbuhan akuatikmenggunakan RAL (Rancangan Acak Lengkap) dengan 6perlakuan dan 3 ulangan. Dalam RFT dengan konsentrasilogam Cu sebesar 3, 5, 10 dan 15 ppm. Diketahui S.molesta dapat bertahan hidup 100% hingga 15 ppm,sedangkan P. stratiotes hanya bertahan 70% pada 10 ppm.Dari hasil RFT tersebut, maka konsentrasi Cu yangdigunakan adalah 2 dan 5 ppm, agar kedua jenis tersebutdapat berperan sebagai fitoremediator. Hasil penelitian inimenunjukan bahwa tumbuhan akuatik P. stratiotes lebihefektif menurunkan pada konsentrasi 2 ppm, sedangkan S.molesta lebih efektif pada konsentrasi 5 ppm logam beratCu.

Fitoremediasi, tembaga, Salvinia molesta, Pistia stratiotes

EO-15Kemampuan tumbuhan akuatik Lemna minor danCeratophyllum demersum sebagai fitoremediatorlogam berat timbal

Rony Irawanto1,♥, Anjar Aris Munandar2,♥♥

1 UPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Purwodadi, LembagaIlmu Pengetahuan Indonesia. Jl. Raya Surabaya-Malang Km. 65, Capang,Purwodadi, Pasuruan 67163, Jawa Timur. Tel.: +62-343-615033, email:[email protected] Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya. Jl. Veteran,Malang 65145, Jawa Timur. email: [email protected]

Pencemaran air yang diakibatkan oleh aktivitas manusiaberdampak pada kerusakan lingkungan terutama pada lahanbudidaya pertanian. Salah satu cara untuk mengatasipencemaran lingkungan adalah dengan Fitoremediasi.Fitoremediasi dapat menggunakan tumbuhan akuatik. Salahsatu jenis tumbuhan akuatik yang banyak ditemukandiperairan terbuka ataupun irigasi pertanian, dan dapattumbuh berkembang secara cepat adalah Lemna minor(mata ikan) dan Ceratophyllum demersum (gangang air).Selain itu, tumbuhan ini menerut beberapa penelitianmemiliki kemampuan fitoremediasi dalam memperbaikikualitas air yang tercemar limbah. Penelitian ini bertujuanuntuk mengetahui kemampuan tumbuhan akuatik L. minordan C. demersum sebagai fitoremediator dalammengakumulasi timbal (Pb) dalam air tercemar limbahlogam berat. Penelitian fitoremediasi dilakukan selamabulan Maret sampai Juni 2017 di Kebun Raya Purwodadi-LIPI, dengan analisis logam Pb mengunakan AAS (Atomic

Page 62: Seminar Nasional Biodiversitasbiodiversitas.mipa.uns.ac.id/S/gen/pdf/A0405aaALL.pdfRizwana Wahyuni, Arif Kurniawan 117 ... Enggar Apriyanto, ... Hutan Raya Wan Abdul Rachman, Lampung

ABS SOC INDON BIODIV, Bogor, 9-10 September 2017, pp. 117-172 161

Absorption Spectroscopy) di Laboratorium Kimia, FMIPA,Universitas Brawijaya, Malang. Tahapan penelitian terdiriatas penentuan RFT (Range Finding Test) dan percobaanpada tumbuhan akuatik menggunakan RAL (RancanganAcak Lengkap) dengan 6 perlakuan dan 3 ulangan. DalamRFT dengan konsentrasi logam Pb sebesar 5, 10, 15 dan 20ppm. Diketahui L. minor dapat bertahan hidup hingga 20ppm, sedangkan C. demersum hanya bertahan pada 5 ppm.Dari hasil RFT tersebut, maka konsentrasi Pb yangdigunakan adalah 2 dan 5 ppm, agar kedua jenis tersebutdapat berperan sebagai fitoremediator. Hasil penelitian inimenunjukan bahwa tumbuhan akuatik efektif menurunkankandungan logam berat Pb hingga 81,1% pada C.demersum dan 75,5% pada L. minor.

Ceratophyllum demersum, fitoremediasi, Lemna minor,timbal

EO-16Uji coba jenis tanaman dengan perlakuan mediatanam pada lahan pasca tambang galian C diKHDTK Labanan, Kalimantan Timur

Rina Wahyu Cahyani♥, Asef Kurniyawan HardjanaBalai Besar Penelitian dan Pengembangan Ekosistem Hutan Dipterokarpa.Jl. A. Wahab Syahrani Sempaja, PO Box 1206, Sempaja Selatan,Samarinda Utara, Kota Samarinda 75131, Kalimantan Timur. Tel.: +62-541-206364, email: [email protected]

Meningkatnya kebutuhan material bangunan terutama batukapur mendorong meningkatnya kegiatan penambanganterhadap batu tersebut. Kondisi ini telah terjadi di sekitarKHDTKL Labanan, dimana kegiatan penambangan rakyatini semakin meluas dan meninggalkan lahan pasca tambangyang tidak terpola kondisi lahannya, berbatu dan kering.Kegiatan penambangan batu kapur ini termasuk dalamkategori tambang galian C yang dilakukan dengan sistempenambangan terbuka baik dengan alat sederhana maupunmenggunakan alat berat. Dampak dari penambangan iniadalah perubahan sifat fisik maupun kimia tanahdiantaranya peningkatan bulk densitas dan kelembabantanah serta penurunan permeabilitas dan kesuburan tanah.Perlu dilakukan rehabilitasi untuk memperbaiki kondisilahan tersebut, salah satunya adalah dengan penanamanjenis tanaman yang cocok terhadap kondisi ekstrim tersebutdan juga dilakukan perlakuan terhadap lubang tanam dalamrangka memperbaiki kondisi tanah di sekitar tanamantersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahuiinformasi awal dari persentase hidup dan pertumbuhantanaman yang ditanam pada lahan pasca tambang galian Cdi KHDTK Labanan. Berdasarkan hasil pengukuran keduayang berjarak 10 bulan dengan pengukuran pertama, makadidapatkan informasi persentase hidup tanaman tertinggiterdapat pada jenis laban (Vitex sp.) sebesar 91,67%,kemudian sengon (Paraserianthes falcataria), dan yangterendah Johar (Cassia siamea) sebesar 56%. Riap tinggidan diameter tanaman tertinggi terdapat pada jenis sengon,yaitu sebesar 223,84 cm untuk riap tinggi dan 2,79 cmuntuk riap diameter, untuk jenis laban berada diurutan

kedua dan johor yang terendah. Penambahan bahan pupukorganik dan anorganik memberikan hasil yang bervariasipada persentase hidup dan pertumbuhan masing-masingjenis tanaman yang ditanam pada lahan pasca tambanggalian C, disamping faktor curah hujan dan vegetasidisekitar lahan tersebut.

Batu kapur, galian C, KHDTK Labanan, pasca tambang,pertumbuhan tanaman

EO-17Mikropropagasi anggrek Dendrobiumphalaenopsis melalui overekspresi gen AtRKD4

Nintya Setiari1,2,♥, Aziz Purwantoro3, SukartiMoeljopawiro3, Endang Semiarti3,♥♥

1 Program Pascasarjana, Fakultas Biologi, Universitas Gadjah Mada. Jl.Teknika Selatan, Sekip Utara, Sleman 55281, Yogyakarta2 Fakultas Sain dan Matematika, Universitas Diponegoro. Jl. ProfSoedarto, Semarang 50275, Jawa Tengah3 Fakultas Biologi, Universitas Gadjah Mada. Jl. Teknika Selatan, SekipUtara, Sleman 55281, Yogyakarta.Tel/Fax. +62-274-580839, ♥email:[email protected]

Dendrobium phalaenopsis (anggrek larat) merupakananggrek spesies asli Indonesia, yang berasal dari pulauLarat, Maluku. Produksi bibit anggrek di Indonesia masihsangat rendah karena perbanyakan anggrek secara vegetatifbelum dapat menghasilkan bibit dalam jumlah besarsedangkan perbanyakan secara generatif mengalamikendala yaitu biji anggrek sulit berkecambah di alamkarena tidak mempunyai endosperm. Teknik kulturjaringan merupakan cara yang tepat untuk budidayaanggrek untuk keperluan mikropropagasi atau konservasianggrek langka. Mikropropagasi anggrek D. phalaenopsismelalui kultur mata tunas membutuhkan waktu yang lamadan belum dapat menghasilkan bibit dalam jumlah besar.Kultur mata tunas hanya menghasilkan 1 atau 2 tunas darisatu mata tunas. Oleh karena itu pada penelitian inidilakukan penyisipan gen AtRKD4 pada protokormanggrek D. phalaenopsis dengan tujuan untuk melakukanmikropropagasi dengan menggunakan metode transformasimelalui bakteri Agrobacterium tumefaciens yangmembawa plasmid dengan konstruksi T-DNA35S::GAL4::AtRKD4::GR. Aktivasi gen AtRKD4 harusdiinduksi menggunakan Dexamethasone. Hasil penelitianmenunjukkan bahwa terdapat 12,10% protokorm yanglolos seleksi antibiotik higromisin. Gen AtRKD4 dan HPTterdeteksi terintegrasi dalam tanaman kandidattransforman. Analisis ekspresi gen dengan cara isolasiRNA dan sintesis cDNA menunjukkan bahwa genAtRKD4 dan HPT diekspresikan pada tanaman kandidattransforman. Tanaman transforman anggrek D.phalaenopsis umur 2 bulan menghasilkan tunas 7 kali lipattanaman non transforman. Tanaman transforman umur 8bulan menghasilkan tunas 86 kali lipat tanaman nontransforman.

AtRKD4, Dendrobium phalaenopsis, embrio somatik,glucocorticoid, mikropropagasi

Page 63: Seminar Nasional Biodiversitasbiodiversitas.mipa.uns.ac.id/S/gen/pdf/A0405aaALL.pdfRizwana Wahyuni, Arif Kurniawan 117 ... Enggar Apriyanto, ... Hutan Raya Wan Abdul Rachman, Lampung

ABS MASY BIODIV INDON, Bogor, 9-10 September 2017, hal. 117-172162

EO-18Charactherizations of endophytic Bacillus strainsfrom tomato roots as growth promotor andbiocontrol of Ralstonia solanacearum

Yulmira Yanti1,♥, Warnita1, Reflin1, Chainur RahmanNasution2

1 Program Studi Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, UniversitasAndalas. Kampus Unand Limau Manih, Padang 25163, Sumatera Barat.Tel. +62-751-72773, Fax.: +62-751-72702, email:[email protected] Program Agronomi, Fakultas Pertanian, Universitas Andalas. KampusUnand Limau Manih, Padang 25163, Sumatera Barat3 Program Pascasarjana Hama dan Penyakit Tanaman, Fakultas Pertanian,Universitas Andalas. Kampus Unand Limau Manih, Padang 25163,Sumatera Barat

Bacterial wilt caused by Ralstonia solanacearum causedthe most damaging vascular pathogens in tomato and manyother crops in tropical, subtropical and warm temperateareas of the world which limit its production. Bacterial wiltcaused by R. solanacearum are one of the most damagingvascular pathogens in tomato and many other crops intropical, subtropical and warm temperate areas of the worldwhich limit its production. Bacillus spp. are one of the mostpotential genera in development of Plant GrowthPromoting Rhizobacteria group known well for its abilityto control pathogens and promote growth. Bacillus spp. arepotential to develop because of its spore forming abilitywhich could increase the adaptation. This researchpurposed to isolated Endophytic Bacillus isolates,characterized its ability to promote growth and controlpathogens, and identified it using 16S rRNA. Bacillusstrains isolated from tomato roots, all isolates then assayedin in planta conditions designed in completely randomizeddesign with 3 replications, potential isolates then identifiedusing 16S rRNA with 27F and 1492R primers. Resultsshowed that out of 15 isolates screened, 6 isolates showngood ability to both promote growth and control R.solanacearum. All isolates identified as B. pseudomycoidesstrain NBRC 101232, B. cereus strain CCM 2010, B.toyonensis strain BCT-7112, B. anthracis strain ATCC14578, B. cereus strain JCM 2152 and B. cereus ATCC14579.

Bacillus, biocontrol, PGPR, Ralstonia solanacearum

EO-19Respon awal pertumbuhan meranti (Shorearoxburghii) terhadap pemberian pupuk padalahan bekas tambang batubara Kalimantan Timur

Mawazin♥, Adi SusiloPusat Penelitian dan Pengembangan Hutan. Jl. Gunung Batu No. 5 Bogor,Telp. +62 2517520067, Fax. +62-251-8638111, email:[email protected]

Lahan bekas tambang sulit untuk direstorasi. Penelitian inibertujuan mendapatkan pupuk terbaik untuk menumbuhkan

meranti (Shorea roxburghii) pada lahan bekas tambangbatu bara PT Kitadin di Kalimantan Timur. Rancanganpenelitian yang digunakan adalah Rancangan AcakLengkap (RAL) yang terdiri dari 3 perlakuan pupuk, yaitu:(i) bokashi 2 kg/bibit, (ii) kombinasi bokashi 2 kg + pupukNPK 25 g/bibit, dan (iii) kombinasi bokashi 2 kg + pupukNPK 50 g/bibit. Masing-masing perlakuan terdiri dari 20tanaman dengan ulangan sebanyak 3 kali. Hasil penelitianmenunjukkan bahwa rata-rata persentase hidup tanamanS.roxburghii pada umur 24 bulan setelah penanamansebesar 37,8%. Persentase hidup yang paling tinggi adalahperlakuan pupuk bokashi 2 kg + NPK 50 g. Sementara ituuntuk pertumbuhan tinggi dan diameter pupuk terbaikberturut-turut adalah bokashi 2 kg + NPK 25 g (ii) danbokashi 2 kg (i).

Bekas lahan tambang batubara, Shorea roxburghii, pupuk

EO-20Tingkat konsumsi dan preferensi pakan harianrusa jawa (Rusa timorensis de Blainville 1822) dikawasan konservasi Taman Buru Masigit-Kareumbi, Jawa Barat

Dyastri Intan Pratiwi Prayoga♥, Rina RatnasihPurnamahati, Elham SumargaProgram Studi Rekayasa Kehutanan, Sekolah Tinggi Ilmu dan TeknologiHayati, Institut Teknologi Bandung. Labtek IA SITH-ITB KampusJatinangor, Jl. Letjend. Purn. Dr. (HC) Mashudi No.1, Sayang, Jatinangor,Sumedang 45363, Jawa Barat. email: [email protected]

Salah satu aspek penting dalam pengelolaan kawasankonservasi taman buru adalah ketersediaan pakan untuksatwa buru yang sesuai dengan tingkat kebutuhannya.Informasi tentang tingkat kebutuhan pakan satwa burusangat diperlukan untuk mengkaji daya dukung habitatsatwa tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk menentukantingkat konsumsi dan preferensi pakan harian rusa jawa(Rusa timorensis de Blainville, 1822) di areal penangkaranTaman Buru Masigit-Kareumbi (TBMK), Jawa Barat.Penelitian ini sangat relevan dengan upaya pengembanganpopulasi rusa jawa di TBMK melalui rencana introduksi diareal seluas 1097,77 ha. Pengamatan dilakukan terhadaptujuh ekor rusa jawa (5 betina dan 2 jantan) menggunakanpakan yang berasal dari 3 famili hijauan, yakni Poaceae,Leguminosae, dan Polygonaceae. Aspek yang dikajimeliputi tingkat konsumsi pakan harian berdasarkanintensitas sesuai pemberian pengelola, tingkat konsumsipakan harian dengan intensitas maksimum, serta preferensipakan rusa jawa. Tingkat konsumsi pakan harian rusa jawadihitung berdasarkan selisih antara jumlah pakan yangdiberikan den gan jumlah pakan tersisa. Penyediaan pakanhijauan campuran diberikan secara ad libitum dengancafetaria feeding dan diamati pada pagi (06.00) dan malam(18.00) masing-masing selama 12 jam. Tingkat konsumsipakan setiap individu diasumsikan tanpa memperhitungkangender, umur, dan bobot badan rusa. Pada setiappengamatan diambil 100-350 g sampel kemudiandikeringkan pada oven dengan suhu 105°C selama 16 jam

Page 64: Seminar Nasional Biodiversitasbiodiversitas.mipa.uns.ac.id/S/gen/pdf/A0405aaALL.pdfRizwana Wahyuni, Arif Kurniawan 117 ... Enggar Apriyanto, ... Hutan Raya Wan Abdul Rachman, Lampung

ABS SOC INDON BIODIV, Bogor, 9-10 September 2017, pp. 117-172 163

untuk menghitung dry matter weight. Preferensi pakanditentukan dengan pemberian hijauan berdasarkantingkatan famili hijauan secara cafetaria feeding masing-masing sebanyak 5-15 kg dan dihitung menggunakanIndeks Neu. Hasil perhitungan terhadap tingkat konsumsipakan menunjukkan dengan intensitas penyediaan sesuaipemberian pengelola, total konsumsi pakan harian rusajawa di TBMK adalah 4,17 kg BB/ekor sedangkanpemberian pakan dengan intensitas maksimummenunjukkan hasil yang lebih besar, yaitu 8,77 kgBB/ekor. Hasil analisis preferensi pakan menggunakanIndeks Nue menunjukkan jenis pakan yang paling disukaiRusa jawa TBMK berasal dari famili Poaceae, diikutidengan Leguminosae dan Polygonaceae. Hasil penelitianini akan dipadukan dengan informasi tentang sebaranketersediaan pakan alami dan produktivitasnya untukmendukung upaya introduksi Rusa jawa di TBMK,diantaranya dalam menentukan daya dukung habitat danjumlah rusa yang akan diintroduksikan.

Konsumsi pakan, preferensi pakan, Rusa jawa, Rusatimorensis, Taman Buru Masigit-Kareumbi

EO-21Struktur histologi saluran pernafasan mencit (Musmusculus) karena terpapar minyak atsiri zodia(Evodia suaveolens)

Muhamat♥, Rusmiati, Alifa Karunia Rizky,Rahmadawati, One SafitriProgram Studi Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,Universitas Lambung Mangkurat. Jl. A. Yani Km 35,8 Banjarbaru,Kalimantan Selatan. Tel. +62-511-4773112 Fax. +62-511-4782899.email: [email protected]

Minyak atsiri daun zodia memiliki senyawa utama yaitulinalool (46%) dan alpha pinene (13,26%). Linaloolberperan sebagai anti-inflamasi atau anti peradangan danefek relaksasi. Alpha pinene berperan sebagaiimunostimulan dan dilatasi luas permukaan bronkus(bronkodilator) sehingga kapasitas serapan oksigen padaalveolus paru-paru meningkat serta memperlancarpernafasan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efekinhalasi minyak atsiri daun zodia (Evodia suaveolens) padastruktur histologi alveolus paru-paru mencit (Musmusculus). Rancangan penelitian ini menggunakan RALdengan 24 ekor mencit betina yang dibagi ke dalam 6kelompok perlakuan dan 4 pengulangan. P0 sebagai kontrolnormal, P1 sebagai kontrol negatif diinhalasi PEG 400, P2,P3, P4, dan P5 diinhalasi minyak atsiri daun zodia masing-masing dengan konsentrasi 5%, 10%, 15%, dan 20%.Parameter yang diamati yaitu struktur histologi alveolusparu-paru (meliputi diameter alveolus, perubahan septuminteralveolar, dan perubahan sel epitel septuminteralveolar). Pembuatan minyak atsiri daun zodiadilakukan dengan metode distilasi uap. Data kuantitatifdianalisis dengan program SPSS 21.0. Normalitas datadiuji dengan menggunakan Kolmogorov-Smirnof danhomogenitas varian diuji dengan menggunakan Levene. Uji

ANOVA (Analysis of Variance) dengan derajat kemaknaanα = 0,05, dilanjutkan dengan uji Duncan. Data kualitatifdianalisis secara deskriptif komparatif. Hasil penelitiankuantitatif menunjukkan bahwa inhalasi minyak atsiri daunzodia selama 30 hari perlakuan tidak berpengaruh padastruktur histologi diameter alveolus dan berpengaruh padastruktur histologi dinding alveolus. Kelompok P0 berbedanyata dengan kelompok perlakuan P4 dan P5, sedangkankelompok P0 tidak berbeda nyata dengan kelompokperlakuan P1, P2 dan P3. Hasil penelitian kualitatifmenununjukkan tidak adanya perubahan pada sel epiteldinding alveolus. Minyak atsiri daun zodia menyebabkanpenebalan pada dinding alveolus seiring meningkatnyakonsentrasi yang digunakan, tetapi tidak sampai pada tahapmenyebabkan nekrosis. Konsentrasi yang aman untukdigunakan sebagai aromaterapi yaitu konsentrasi 5% dan10% sedangkan konsentrasi 15% dan 20% tidak amanuntuk digunakan sebagai aromaterapi. Kesimpulan daripenelitian ini yaitu bahwa efek inhalasi minyak atsiri daunzodia tidak berpengaruh pada struktur histologi diameteralveolus dan berpengaruh pada struktur histologi dindingalveolus paru-paru mencit.

Alveolus, eritrosit, interalveolar, Zodia, trachea

EO-22Identifikasi abnormalitas sperma ayam Nunukanasal ejakulat dengan bahan pengecatan eosin daneosin nigrosin

Fikri Ardhani♥, Bryta Mbincar BoangmanaluFakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Mulawarman. Jl.Gunung Tabur Kampus Gunung Kelua, Samarinda 75124, KalimantanTimur. Tel./Fax. +62-541-749482, email: [email protected]

Ayam Nunukan merupakan plasma nutfah Indonesia yangberkembang di wilayah Kalimantan terutama bagian utaradan timur. Tingginya persentase abnormalitas morfologispermatozoa akan menurunkan nilai fertilitas. Penelitian inibertujuan untuk mengidentifikasi abnormalitas bentuk danakan dikembangkan bahan identifikasi abnormalitasmelalui pengecatan menggunakan eosin dan kombinasieosin nigrosin. Sepuluh ekor ayam Nunukan jantan diatassatu tahun dengan bobot 2-2,5 kg dikoleksi semennyadengan metode massage atau pengurutan bagian punggung(dorsal) ayam jantan. Pembuatan preparat ulas dilakukandengan menggunakan larutan eosin dan kombinasi eosinnigrosin. Persentase abnormalitas spermatozoa dihitungdan identifikasi bentuk abnormalitas diamati denganmenggunakan mikroskop. Persentase abnormalitasspermatozoa ayam Nunukan sebesar 17,28±1,89% padapengecatan dengan eosin, dan 13,01±2,16% padapengecatan dengan eosin nigrosin. Abnormalitas umumnyadidominasi pada bagian ekor 11,94±2,42% padapengecatan eosin dan 8,52±1,89% pada pengecatan eosinnigrosin. Bentuk abnormalitas bagian kepala didominasioleh kepala tanpa ekor, kepala melingkar, dan kepalamembengkak. Bentuk abnormalitas bagian tengahdidominasi oleh bagian tengah melipat, melingkar dan

Page 65: Seminar Nasional Biodiversitasbiodiversitas.mipa.uns.ac.id/S/gen/pdf/A0405aaALL.pdfRizwana Wahyuni, Arif Kurniawan 117 ... Enggar Apriyanto, ... Hutan Raya Wan Abdul Rachman, Lampung

ABS MASY BIODIV INDON, Bogor, 9-10 September 2017, hal. 117-172164

patah. Bentuk abnormalitas bagian ekor didominasi olehbagian ekor melingkar, membengkok, dan patah.Penggunaan pengecatan eosin nigrosin lebih efektif untukpengamatan evaluasi morfologi spermatozoa ayamNunukan dibanding eosin karena pada pengamatanmikroskopis menghasilkan kontras antara sel dan latarbelakang yang baik. Selain itu pada pengecatan eosinmemberikan informasi abnormalitas sekunder yang lebihakibat proses pegecatan pada spermatozoa ayam Nunukan.

Ayam Nunukan, abnormalitas spermatozoa, eosin, eosinnigrosin

EO-23Pengaruh pemberian asam amino glutaminterhadap kualitas spermatozoa sapi Sumba Ongole(Bos indicus), pasca-kriopreservasi

Indah Sari♥, Setiorini, Syahruddin Said1 Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,Universitas Indonesia. Jl. Lingkar Kampus Raya, Kampus UI Depok,Gedung E Lt. 2, Depok 16424, West Java, Indonesia. Tel.: +62-21-7863436, email: [email protected] Pusat Penelitian Bioteknologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Jl.Raya Bogor km. 46, Cibinong, Bogor 16911, Jawa Barat

Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruhpemberian berbagai konsentrasi asam amino glutamin (5mM, 15 mM, dan 25 mM) terhadap kualitas spermatozoasapi Sumba Ongole (Bos indicus) pascakriopreservasi.Semen diperoleh dari satu ekor sapi SO yang dikoleksisetiap satu minggu sekali selama enam kali pengulangan.Sampel semen diencerkan menggunakan pengencer triskuning telur (TKT) dan penambahan glutamin. Kelompokkontrol (KK), semen diencerkan dalam TKT tanpapenambahan asam amino, sedangkan pada kelompokperlakuan semen diencerkan dalam TKT denganpenambahan glutamin sebesar 5 mM; 15 mM; dan 25 mM(KP1, KP2, dan KP3). Semen yang telah diencerkankemudian diekuilibrasi selama 2 jam dan masuk ke tahappembekuan menggunakan nitrogen cair. Parameter kualitasspermatozoa meliputi presentase motilitas, viabilitas,integritas membran plasma utuh, dan integritas DNA. Hasiluji analisis varians (ANAVA) satu faktor menunjukkanbahwa nilai rata-rata persentase motilitas, viabilitas, danMPU spermatozoa sapi SO pascakriopreservasi berbedanyata antara kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol(P<0,05). Hal tersebut juga terlihat pada integritas DNAspermatozoa yang menunjukkan bahwa semua kelompokperlakuan mampu mempertahankan integritas DNApascakriopreservasi.

Glutamin, kriopreservasi, sapi Sumba Ongole, spermatozoa

EP-01Kualitas sperma sapi hasil sexing setelahkapasitasi secara in vitro

Ekayanti Mulyawati Kaiin♥, Muhammad GunawanPusat Penelitian Bioteknologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Jl.Raya Bogor km. 46, Cibinong, Bogor 16911, Jawa Barat. Tel./Fax. +62-21-8754587/8754588, ♥email: [email protected]

Sperma sapi hasil sexing/pemisahan jenis kelamin denganmetoda kolom BSA (Bovine Serum Albumine), diuji secarain vitro untuk melihat kualitas mikroskopisnya setelahproses kapasitasi. Sperma sapi FH sexing X (betina) dan Y(jantan) yang telah dibekukan, dicairkan kembali padawater bath dengan suhu 37 ºC selama 30 detik. Kemudiandilakukan pengujian kualitas sperma meliputi parameter:motilitas, viabilitas dan abnormalitas. Pengujian statuskapasitasi dilakukan dengan pewarnaan triple stain,dilakukan pada masing-masing sampel sebelum dansesudah kapasitasi. Setelah itu, sperma X dan Ydikapasitasi di dalam 2 perlakuan medium TALP yangmengandung kafein 4 mM (I), serta kafein 4 mM danheparin 10 µg/mL (II). Sebagai kontrol menggunakansampel sperma yang tidak disexing. Penelitian dilakukansebanyak 5 ulangan masing-masing menggunakan strawsperma X, Y atau tidak sexing. Hasil menunjukkan bahwamotilitas sperma X pada kedua medium kapasitasi (I:41,5%; II: 51,0%), menghasilkan motilitas yang lebihtinggi secara nyata (p<0,05) dibandingkan dengan spermayang tidak disexing (I: 38,7%; II: 39,6%). Namun padasperma Y, terjadi penurunan motilitas pada keduaperlakuan medium (I: 26,3%; II: 31,5%). Sperma X padakedua perlakuan (I: 44,9%; II: 51,0%) menghasilkanviabilitas yang cenderung lebih tinggi dibandingkan dengansperma Y (34,9%; 40,4%), namun viabilitasnya masih lebihrendah dibandingkan dengan viabilitas sperma tidakdisexing. Nilai abnormalitas sperma X dan Y sesudahdikapasitasi pada kedua perlakuan medium, tidak berbedanyata dibandingkan dengan sperma yang tidak disexing.Pada saat sebelum kapasitasi, persentase sperma X dan Yyang mengalami reaksi akrosom lebih rendah (2,6%;0,5%), tetapi setelah perlakuan tampak meningkatkanjumlah sperma yang mengalami reaksi akrosom, baik padaperlakuan I maupun perlakuan II. Hasil ini menunjukkanbahwa sexing/ pemisahan sperma sapi X dan Ymenggunakan kolom BSA, tidak menyebabkan terjadinyareaksi akrosom lebih awal sebelum proses kapasitasi.

Bovine Serum Albumine, kapasitasi, sapi FH, sperma sexing,reaksi akrosom

EP-02Pengaruh pemberian asam amino glisin terhadapkualitas spermatozoa sapi Sumba Ongole (Bosindicus) pasca-kriopreservasi

Maitshaa Adella1,♥, Setiorini1, Syahruddin Said2

1 Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,Universitas Indonesia. Jl. Lingkar Kampus Raya, Kampus UI Depok,Gedung E Lt. 2, Depok 16424, West Java, Indonesia. Tel.: +62-21-7863436, email: [email protected] Pusat Penelitian Bioteknologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Jl.Raya Bogor km. 46, Cibinong, Bogor 16911, Jawa Barat

Page 66: Seminar Nasional Biodiversitasbiodiversitas.mipa.uns.ac.id/S/gen/pdf/A0405aaALL.pdfRizwana Wahyuni, Arif Kurniawan 117 ... Enggar Apriyanto, ... Hutan Raya Wan Abdul Rachman, Lampung

ABS SOC INDON BIODIV, Bogor, 9-10 September 2017, pp. 117-172 165

Penelitian telah dilakukan untuk mengetahui pengaruhpemberian berbagai konsentrasi glisin terhadap kualitasspermatozoa sapi Sumba Ongole (Bos indicus) (SO).Seekor sapi SO dijadikan sebagai donor semen. Semendikoleksi setiap satu minggu sekali selama enam mingguuntuk memenuhi pengulangan yang dibutuhkan. Sampelsemen sapi SO dibagi menjadi empat kelompok, yaitukelompok kontrol dimana semen diencerkan dalam triskuning telur (TKT) dan kelompok perlakuan dimana semendiencerkan dalam TKT dengan penambahan glisinkonsentrasi 5 mM, 15 mM, dan 25 mM. Semen yang telahdiencerkan diekuilibrasi dan dibekukan dengan nitrogencair. Parameter kualitas spermatozoa yang dievaluasimeliputi motilitas, viabilitas, membran plasma utuh(MPU), dan integritas DNA. Hasil uji analisis variansi(ANAVA) satu faktor menunjukkan bahwa nilai rata-ratapersentase motilitas, viabilitas, dan MPU spermatozoa sapiSO pascakriopreservasi berbeda nyata (P<0,05) antarakelompok perlakuan dibanding kelompok kontrol.Integritas DNA spermatozoa pascakriopreservasi tetapstabil pada kelompok perlakuan.

Kriopreservasi, glisin, Sumba Ongole, spermatozoa

EP-03Metabolizable energy and protein digestibility ofquail ration containing kangkung seed meal

Miftah Nurfarid1, Astuti Kusumorini1,♥, SekarwatiSukmaningrasa1, Ana Rochana2, RachmatWiradimadja2, Ramadhani Eka Putra3

1Department of Biology, Faculty of Science and Technology, UIN SunanGunung Djati Bandung. Jl. A.H. Nasution No.105 Cigending, UjungBerung, Bandung City 40611, West Java, Indonesia. Tel.: +62-22-7800525, ♥email: [email protected] Faculty of Animal Husbandry, Universitas Padjadjaran. Jl. RayaBandung-Sumedang Km. 21 Jatinangor, Sumedang 45363, West Java,Indonesia3 School of Life Sciences and Technology, Institut Teknologi Bandung.Labtek XI SITH-ITB, Jl. Ganesa 10, Lebak Siliwangi, Coblong, BandungCity 40132, West Java, Indonesia

Quail (Coturnix coturnix japonica) is a popular poultrycultivated because it has several advantages of highproduction, easy maintenance and in its maintenance doesnot require extensive land. Feed is one of the importantfactors in poultry, expensive feed price is still a constraintpoultry farmers so that exploration of new feed ingredientsneed to be studied and researched. One of them is the useof waste-based feed to provide cheap and efficient feedingredients. Poultry feed should have good quality, oneway to test the quality of feed is a test of digestibility. Thisstudy aims to determine the addition of kangkung seedmeal on the protein digestibility and metabolizable energyof laying quail. The material used was 20 quails 120 daysold with initial body weight of 175 ± 0.49 g, divided into 4treatments and 5 replications: R1 (control), R2 (5%kangkung seed meal), R3 (10% kangkung seed meal), R4(15% kangkung seed meal). The parameters observed wereprotein digestibility, metabolizable energy, and digestion

rate. The results were analyzed by using one-way ANOVAanalysis, if there was a significant difference thencontinued with Duncan's multiple range test. The resultsshowed that the addition of kangkung seed meal in rationsdid not give significant effect to protein digestibility anddigestion rate (p> 0,05). Protein digestibility ranged from75,44-77,49% and significantly affect of the metabolizableenergy (p <0,05) with value 2783,07-2812,60 Kcal / kg.The addition of kangkung seed meal up to 15% in rationsdid not give negative effect to the protein digestibility andmetabolizable energy.

Digestion rate, kangkung seed meal, metabolizable energy,protein digestibility, quail

EP-04The effect of kangkung seed meal (Ipomea reptans)in rations on the characteristics reproduction offemale quail

Nita Nurjanah1, Astuti Kusumorini1,♥, Epa Paujiah1,Ana Rochana2, Rachmat Wiradimadja2, RamadhaniEka Putra3

1Department of Biology, Faculty of Science and Technology, UIN SunanGunung Djati Bandung. Jl. A.H. Nasution No.105 Cigending, UjungBerung, Bandung City 40611, West Java, Indonesia. Tel.: +62-22-7800525, ♥email: [email protected] Faculty of Animal Husbandry, Universitas Padjadjaran. Jl. RayaBandung-Sumedang Km. 21 Jatinangor, Sumedang 45363, West Java,Indonesia3 School of Life Sciences and Technology, Institut Teknologi Bandung.Labtek XI SITH-ITB, Jl. Ganesa 10, Lebak Siliwangi, Coblong, BandungCity 40132, West Java, Indonesia

Waste kangkung seed (Ipomoea reptans Poir) is one typeof waste that can be utilized as poultry feed ingredients.Female poultry reproductive organs consist of ovaries andoviducts (infundibulum, magnum, isthmus, uterus, andvagina). The purpose of this study was to determined theeffect of kangkung seed meal in rations on the reproductivecharacteristics of laying quail (Coturnix coturnix japonica)and to describe the histology of the reproductive organ. Thestudy was used a completely randomized design with 4treatments and 3 replications. Histological observation ofquail laying using descriptive research method. The feedingtreatment given is as follows: R1 = rations without (0%)kangkung seed meal, R2 = rations with 5% kangkung seedmeal, R3 = rations with 10% kangkung seed meal and R4 =ration with 15% kangkung seed meal. The results showedthat kangkung seed meal did not affect ovarian weight,infundibulum length, magnum, cloaca, width of(infundibulum, magnum, isthmus, uterus and cloaca),reproductive tract and body weight. Treatment of R3affects weight of (infundibulum, isthmus), length of(isthmus and uterus), and adult genital quail at 46 days. Thetreatment of R4 can decrease magnum weight, and have anadult at the age of 55 days. The treatment of R2 affects thelength of the isthmus and uterus. The results of thereproductive histology picture of the quail show a good andclear picture of which are: Ovary (pellucid zone, granulosa

Page 67: Seminar Nasional Biodiversitasbiodiversitas.mipa.uns.ac.id/S/gen/pdf/A0405aaALL.pdfRizwana Wahyuni, Arif Kurniawan 117 ... Enggar Apriyanto, ... Hutan Raya Wan Abdul Rachman, Lampung

ABS MASY BIODIV INDON, Bogor, 9-10 September 2017, hal. 117-172166

cell, oocyte nucleus, oocyte cytoplasm, lamina propia),infundibulum (mucosal layer, muscular tunic, columnarepithelium) magnum and isthmus (mucosal lining, serouslining, lamina propia, tunica muscularis, and kripta) anduterus (mucous layer, serous layer, lamina propia, tunicmuscularis stratum spongiosum, uterine endometrium, andkripta).

Laying quail, kangkung seed meal, reproductive organ,ovaries, oviduct

EP-05Quality of quail eggs (Coturnix-coturnix japonica)preserved with melinjo (Gnetum gnemon) leafextract

Yayu Azizah1, Astuti Kusumorini1,♥, Ayuni Adawiyah1,Ana Rochana2, Rachmat Wiradimadja2, RamadhaniEka Putra3

1Department of Biology, Faculty of Science and Technology, UIN SunanGunung Djati Bandung. Jl. A.H. Nasution No.105 Cigending, UjungBerung, Bandung City 40611, West Java, Indonesia. Tel.: +62-22-7800525, ♥email: [email protected] Faculty of Animal Husbandry, Universitas Padjadjaran. Jl. RayaBandung-Sumedang Km. 21 Jatinangor, Sumedang 45363, West Java,Indonesia3 School of Life Sciences and Technology, Institut Teknologi Bandung.Labtek XI SITH-ITB, Jl. Ganesa 10, Lebak Siliwangi, Coblong, BandungCity 40132, West Java, Indonesia

Quail (Coturnix coturnix japonica) eggs are one source ofprotein that many people interested in because thenutritional content is almost comparable to meat. Length oftime distribution from breeder to consumer allows damageand decrease quality of quail egg. The purpose of thisresearch is to know the potential of melinjo leaf extract(Gnetum gnemon) as a natural preservative of quail egg inthe storage process. The research was done byexperimental method with complete randomized design(RAL) with 2 treatment factors and 6 replications. The firsttreatment factor was the duration of immersion of quaileggs 0, 5, 10, 15 and 20 minutes with 5% concentration ofmelinjo leaf extract and storage time 0, 7, 14, 21, 28 and 35days as the second factor. The data obtained were testedwith Uni Variety analysis (Unianova). Parameters observedwere shell index, eggshell thickness, shell weight,shrinkage percentage, yolk index, albumin index, Haughunit, egg bag and egg pH. Parameters can be maintained bydifferent immersion treatments. 5-minute immersiontreatment can maintain shell index, shell thickness, albuminindex value, Haugh unit value, pH also air bag. The weightof the eggshell and the decrease of egg weight can beminimized by the treatment of 15 minutes soaking of quailegg with 5% melinjo leaf extract and yolk index can bemaintained by 20-minute immersion. The most effectivetreatment in maintaining quail egg quality during storageseen from each observed parameter was 5 minutesimmersion treatment to maintain the interior part as well aspart of the quail egg exterior.

Egg quality, melinjo leaf extract, Gnetum gnemon, quailsegg

EP-06The physical quality of quail egg (Coturnix-coturnix japonica) with the addition of kangkungseed meal in ration

Tesa Nopianti1, Astuti Kusumorini1,♥, Ida Kinasih1, AnaRochana2, Rachmat Wiradimadja2, Ramadhani EkaPutra3

1Department of Biology, Faculty of Science and Technology, UIN SunanGunung Djati Bandung. Jl. A.H. Nasution No.105 Cigending, UjungBerung, Bandung City 40611, West Java, Indonesia. Tel.: +62-22-7800525, ♥email: [email protected] Faculty of Animal Husbandry, Universitas Padjadjaran. Jl. RayaBandung-Sumedang Km. 21 Jatinangor, Sumedang 45363, West Java,Indonesia3 School of Life Sciences and Technology, Institut Teknologi Bandung.Labtek XI SITH-ITB, Jl. Ganesa 10, Lebak Siliwangi, Coblong, BandungCity 40132, West Java, Indonesia

Feed is the most important factor in poultry farms, feedcosts about 70-80% of total production costs. To save thecost of feed, it is necessary to find a source of alternativelocal feed is cheaper but has a good nutritional content.Kangkung seed (Ipomoea reptans Poir) that does not passthe selection of growing test are the waste in the seedfactory. Kangkung seed also has a good enough nutritionalcontent but has not been widely utilized. Because the feedis one of the factors that can affect the quality of eggs, thenutrition content of kangkung seed meal are expected toaffect the quality of eggs. This study aimed to determinethe effect of kangkung seed meal on the physical quality ofquail (Coturnix coturnix japonica) eggs. 60 quails wereused in this research and divided into 4 treatments and 3replicates (control, 5% kangkung seed meal, 10%kangkung seed meal, and 15% kangkung seed meal) fromeach treatment were taken 10 eggs per week for 4 weeks.The test was completely randomized design (RAL) Theparameters observed were the amount of egg weight, eggshape, thickness of the shell, egg white index, Haugh unit,egg yolk index, and yolk color. The results were analyzedby using ANOVA at 95% confidence level (α = 0,05). Theresult showed that R2 treatment had a significant effect onegg weight. R3 treatment has an effect on egg white andhaugh unit index. R4 treatment (15%) had an effect on yolkcolor. The results showed that the addition of kangkungseed meal in the ration had a good effect on egg quality.

Egg quality, feed, kangkung seed meal, quail eggs

EP-07The effect of kangkung seed meal (Ipomea reptans)in rations on the nutrition value of meat quail andconsumer preferences

Page 68: Seminar Nasional Biodiversitasbiodiversitas.mipa.uns.ac.id/S/gen/pdf/A0405aaALL.pdfRizwana Wahyuni, Arif Kurniawan 117 ... Enggar Apriyanto, ... Hutan Raya Wan Abdul Rachman, Lampung

ABS SOC INDON BIODIV, Bogor, 9-10 September 2017, pp. 117-172 167

Siti Saidah1, Astuti Kusumorini1,♥, Ayuni Adawiyah1,Ana Rochana2, Rachmat Wiradimadja2, RamadhaniEka Putra3

1Department of Biology, Faculty of Science and Technology, UIN SunanGunung Djati Bandung. Jl. A.H. Nasution No.105 Cigending, UjungBerung, Bandung City 40611, West Java, Indonesia. Tel.: +62-22-7800525, ♥email: [email protected] Faculty of Animal Husbandry, Universitas Padjadjaran. Jl. RayaBandung-Sumedang Km. 21 Jatinangor, Sumedang 45363, West Java,Indonesia3 School of Life Sciences and Technology, Institut Teknologi Bandung.Labtek XI SITH-ITB, Jl. Ganesa 10, Lebak Siliwangi, Coblong, BandungCity 40132, West Java, Indonesia

Quail (Coturnix coturnix japonica) is a large breed ofpoultry, as well as a potential source of animal protein. Thehigh price of feed into one of the constraints breeders thenneed to look for cheap local feed ingredients that havesufficient nutritional value for poultry. This research wasused kangkung meal (Ipomoea reptans Poir) as analternative feed ingredient. Kangkung seed contains goodenough nutritional value so as to improve the quality ofquail meat. The purpose of this study was to determine thenutritional content (moisture content and protein content)and consumer preferences for quail meat after thetreatment. The method used in the experiment was anexperimental method with 4 treatment groups and 5replications, control group (R1) was fed with rationswithout kangkung seed meal, R2, R3 and R4 (5%, 10% and15% kangkung seed meal). Sampling was done randomly,and used was chest meat of quail. Water content test wasdone by thermogravimetry method, testing protein contentusing the Kjeldahl method and preference test with theorganoleptic method. The results obtained for the highestlevel of Protein is found in R3 (20.41%). The average valueof water content is (R1: 67.6%, R2: 59%, R3: 58%, R4:54%), which means R1 is higher in moisture content andlower is R4. Results for preference test of the quail chestmeat category at treatment R2 (76%) while at 72,6%control, the increase of tenderness at treatment R2 withpercentage 72%. But all treatments showed no significantdifference (P> 0.05), which means that the kangkung seedmeal did not change the color, texture, aroma, tendernessand chicken flavor in general but affect the nutrients in thequail that decreased moisture content and increasingprotein content.

Kangkung seed meal, Ipomoea reptans, Coturnix coturnixjaponica, moisture content, protein content, consumerpreference

EP-08Effect of kangkung seed meal (Ipomoea reptans) onthe intestine quail histomorphometry

Seni Restu Triana1, Astuti Kusumorini1,♥, Ida Kinasih1,Ana Rochana2, Rachmat Wiradimadja2, RamadhaniEka Putra3

1Departmen Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Sunan GunungDjati Bandung. Jl. A.H. Nasution No.105 Cigending, Ujung Berung, KotaBandung 40611, Jawa Barat. Tel.: +62-22-7800525, ♥email:

[email protected] Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran. Jl. Raya Bandung-Sumedang Km. 21 Jatinangor, Sumedang 45363, West Java, Indonesia3 Sekolak Ilmu dan Teknologi, Institut Teknologi Bandung. Labtek XISITH-ITB, Jl. Ganesa 10, Lebak Siliwangi, Coblong, Kota Bandung40132, Jawa Barat

This study aims to determine the histomorphometry of thequail after the quail given kangkung seed meal. This studyused a complete randomized design (RAL). Twelve quailof twenty-one days old were used and divided into fourtreatments and three replications. The treatments were R1(rations with 0% kangkung seed meal), R2 (rations with5% kangkung seed meal), R3 (rations with 10% kangkungseed meal) and R4 (rations with 15% kangkung seed meal).During one month, the quail were fed 22 g per quail perday in the morning with drinking water is given on adlibitum. The observed organ is the small intestine of theduodenum, jejunum, and ileum. The three parts of theintestine are fixed in a 10% buffered Neutral Formalin(BNF) solution to process into histology. The parametersmeasured include the height, basal width, apical width andsurface area of the villi. The results showed thatstatistically, all treatments were not significantly differentfrom the length of the intestinal villi (P> 0.05) andsignificantly different (P <0.05) to the ileum high, duodenalbasal width, and jejunum. The results showed thatkangkung seed meal increased the height of ileal villi,duodenal basal width, and jejunum.

Ipomoea reptans, kangkung seed meal, quail , rations, smallintestine

EP-09The effect of the amount of inoculum and the timeof fermentation to the protein content and crudefiber of kangkung seed (Ipomea reptans) byRhizopus oligosporus

Wilda Nurjanah1, Astuti Kusumorini1,♥, Yani Suryani1,Ana Rochana2, Rachmat Wiradimadja2, RamadhaniEka Putra3

1Department of Biology, Faculty of Science and Technology, UIN SunanGunung Djati Bandung. Jl. A.H. Nasution No.105 Cigending, UjungBerung, Bandung City 40611, West Java, Indonesia. Tel.: +62-22-7800525, ♥email: [email protected] Faculty of Animal Husbandry, Universitas Padjadjaran. Jl. RayaBandung-Sumedang Km. 21 Jatinangor, Sumedang 45363, West Java,Indonesia3 School of Life Sciences and Technology, Institut Teknologi Bandung.Labtek XI SITH-ITB, Jl. Ganesa 10, Lebak Siliwangi, Coblong, BandungCity 40132, West Java, Indonesia

Waste kangkung seed (Ipomoea reptans Poir.) is one typeof waste that can be used as poultry feed ingredients. Wastekangkung seed can be obtained throughout the year as a"waste product" from the seed factory. One type of moldthat is commonly used to increase the nutritional value offeed ingredients, especially protein content is Rhizopusoligosporus. The purpose of this study is to determine theeffect of fermentation kangkung seed using R. oligosporus

Page 69: Seminar Nasional Biodiversitasbiodiversitas.mipa.uns.ac.id/S/gen/pdf/A0405aaALL.pdfRizwana Wahyuni, Arif Kurniawan 117 ... Enggar Apriyanto, ... Hutan Raya Wan Abdul Rachman, Lampung

ABS MASY BIODIV INDON, Bogor, 9-10 September 2017, hal. 117-172168

on the content of crude protein and crude fiber and also toknow the best amount of inoculum and optimalfermentation time. The research was conducted by using acomplete randomized design (RAL) of factorial patternwhich was divided into 2 treatment factors ie dose ofinoculum 0, 1, 2 and 3 g with fermentation time 24, 48 and72 hours. The results showed that fermentation ofkangkung seed using R. oligosporus had an effect on crudeprotein content and crude fiber with best treatment at 3 g ofinoculum dose with 72 hours fermentation time, whichincreased crude protein from 14% to 21,88%, anddecreased crude fiber content from 16% to 10.49%.

Crude fiber, Ipomoea reptans, crude kangkung seed, protein,Rhizopus oligosporus

EP-10Pemberian pakan tepung biji kangkung (Ipomoeareptans) dalam ransum terhadap kandunganlemak dan kolesterol daging puyuh (Coturnixcoturnix japonica)

Istianatul Fadilah1, Astuti Kusumorini1,♥, SekarwatiSukmaningrasa1, Ana Rochana2, RachmatWiradimadja2, Ramadhani Eka Putra3

1Departmen Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Sunan GunungDjati Bandung. Jl. A.H. Nasution No.105 Cigending, Ujung Berung, KotaBandung 40611, Jawa Barat. Tel.: +62-22-7800525, ♥email:[email protected] Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran. Jl. Raya Bandung-Sumedang Km. 21 Jatinangor, Sumedang 45363, West Java, Indonesia3 Sekolak Ilmu dan Teknologi, Institut Teknologi Bandung. Labtek XISITH-ITB, Jl. Ganesa 10, Lebak Siliwangi, Coblong, Kota Bandung40132, Jawa Barat

Konsumsi daging puyuh (Coturnix coturnix japonica) saatini sudah cukup populer di masyarakat. Maka dari itu,kualitas daging puyuh perlu diperhatikan. Namun yangmasih jadi kendala adalah kandungan lemak dan kolesteroldaging puyuh masih lebih tinggi dibanding ayam pedagingsehingga perlu dilakukan usaha untuk menurunkan kadarlemak dan kolesterol. Salah satu faktor yang dapatmempengaruhi kualitas daging adalah bahan pakan. Bijikangkung merupakan salah satu produk limbah dari abrikpengolahan biji yang berbentuk tepung, biji kangkungmasih berpotensi sebagai pakan ternak khususnya unggaskarena masih memiliki kandungan gizi yang memadai.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruhpemberian pakan tepung biji kangkung terhadap kandunganlemak dan kolesterol daging puyuh, serta untuk mengetahuikualitas organoleptik daging puyuh. Penelitian inimenggunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL)dengan empat perlakuan lima kali ulangan. Data hasilpengamatan dianalisis dengan analisis ragam (ANOVA).Metode yang digunakan untuk pengujian lemak adalahmetode Soxlhet dan untuk pengujian kadar kolesterolmenggunakan metode Liebermann-Burchard. Hasilmenunjukkan bahwa penambahan tepung biji kangkungtidak berpengaruh nyata terhadap kandungan lemak dankolesterol daging puyuh (P>0,05), serta tidak juga

berpengaruh terhadap sifat organoleptik seperti warna,aroma, keempukan, tekstur dan rasa (P>0,05). Kesimpulandari penelitian ini adalah bahwa dengan pemberian tepungbiji kangkung dalam ransum tidak memberikan pengaruhyang nyata terhadap kandungan lemak dan kolesteroldaging puyuh serta sifat organoleptik daging puyuh.

Daging puyuh, kangkung darat, konsumsi daging, kolesterol,lemak, organoleptik

EP-11Pemberian tepung biji kangkung (Ipomoeareptans) pada campuran ransum terhadap kadarprotein dan lemak yang terkandung dalam telurpuyuh

Ferbi Fajar Ramadhan1, Astuti Kusumorini1,♥, IdaKinasih1, Ana Rochana2, Rachmat Wiradimadja2,Ramadhani Eka Putra3

1Departmen Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Sunan GunungDjati Bandung. Jl. A.H. Nasution No.105 Cigending, Ujung Berung, KotaBandung 40611, Jawa Barat. Tel.: +62-22-7800525, ♥email:[email protected] Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran. Jl. Raya Bandung-Sumedang Km. 21 Jatinangor, Sumedang 45363, West Java, Indonesia3 Sekolak Ilmu dan Teknologi, Institut Teknologi Bandung. Labtek XISITH-ITB, Jl. Ganesa 10, Lebak Siliwangi, Coblong, Kota Bandung40132, Jawa Barat

Puyuh (Coturnix coturnix japonica) merupakan salah satupenghasil daging dan telur yang baik dan bertelur kuranglebih 300 telur selama masa produksinya. Telur puyuhbanyak dikonsumsi oleh masyarakat karena mempunyaigizi yang cukup tinggi. Beberapa nutrisi yang ada di dalamtelur puyuh adalah protein dan lemak. Pemberian bijikangkung pada ransum diharapkan dapat mempengaruhiprotein dan lemak telur puyuh. Biji kangkung yangdigunakan adalah limbah benih yang tidak lolos uji.Tepung biji kangkung ini masih mempunyai protein yangcukup tinggi, yaitu 13.5% dan mempunyai asam lemakomega 6. Tujuan peneltian ini adalah untuk mengetahuipengaruh pemberian tepung biji kangkung pada ransumpuyuh terhadap kandungan protein dan lemak pada telurpuyuh dan mengetahui konsentrasi optimal pemberiantepung biji kangkung ke dalam ransum pakan puyuh.Penelitian diakukan dengan 4 perlakuan ransum denganmasing-masing 0%, 5%, 10%, dan 15%. Telur diambilsecara acak. Telur di uji masing-masing 5 kali ulangan danuji 5 hari berturut-turut. Pengujian protein pada albminmenggunakan metode Kjeldhal dan pengujian lemak padayolk menggunakan metode soxhlet. Hasil menunjukanprotein pada albumin telur puyuh mengalami peningkatanpada perlakuan 10% dibandingkan dengan perlakuan yanglain. Protein pada albumin telur yang di uji selama 5 hariberturut terus mengalami kenaikan kecuali pada perlakuan0%. Lemak pada yolk ketika di uji hasilnya tidak berbedanyata. Lemak pada yolk telur yang di uji selama 5 hariberturut terus mengalami kenaikan kecuali pada perlakuan0% dan kenaikan tertinggi pada pelakuan 15%. Konsentrasiyang optimal untuk meningkatkan protein pada abumin

Page 70: Seminar Nasional Biodiversitasbiodiversitas.mipa.uns.ac.id/S/gen/pdf/A0405aaALL.pdfRizwana Wahyuni, Arif Kurniawan 117 ... Enggar Apriyanto, ... Hutan Raya Wan Abdul Rachman, Lampung

ABS SOC INDON BIODIV, Bogor, 9-10 September 2017, pp. 117-172 169

telur puyuh adalah 10%, sedangkan untuk meningkatkanlemak pada yolk telur puyuh adalah 15%. Penelitian iniakan lebih baik dan hasilnya jika jangka waktu yangdigunakan lebih lama, dan pengujian terhadap protein sertalemak dilakukan minimal seminggu sekali, sehingga dapatdibuat grafik tentang peningkatan protein dan lemak dalamtelur.

Albumin, lemak, protein, telur puyuh, yolk

EP-12Penentuan lama simpan dan karakterisasimorfologi buah pasat (Heynea trijuga)

Elly Kristiati Agustin♥, Hary Wawangningrum, IrvanFadli WandaPusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Indonesia (Kebun Raya Bogor),Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Jl. Ir. H. Juanda No. 13, Bogor16003, Jawa Barat. Tel./Fax. +62-251-8322187, email:[email protected]

Heynea trijuga Roxb. ex Sims yang dikenal dengan namabuah pasat merupakan tumbuhan anggota suku Meliaceae.Buah pasat berupa pohon yang berbuah dan berbiji unik.Tumbuhan ini tersebar secara luas di Asia, seperti: India,Indonesia dan Cina Selatan. H. trijuga memiliki zatanalgesik dan anti inflamasi, yaitu dari daun, kulit kayu,akar dan pericarp buahnya. Ekstrak dari bagian-bagiantanamannya juga memiliki antiplasmodial. Penelitian inibertujuan untuk mengetahui karakteristik morfologi buahdan biji serta lama penyimpanan bijinya. Penelitian inidilakukan di rumah kaca pembibitan Kebun Raya Bogor.Metode yang digunakan yaitu: karakterisasi buah dan biji,pengujian kadar air, penyimpanan dan viabilitas biji. Hasilpenelitian menunjukkan buah berbentuk bulat telur, merah,rata-rata panjang: 26,3898 mm; diameter: 16.066 mm danberat: 3.606 g. Biji berbentuk bulat telur; rata-rata panjang:18.94 mm dan diameter 13.9 mm. Periode penyimpananmemberikan pengaruh nyata terhadap daya kecambah bijiH. trijuga. Daya kecambah paling baik terjadi pada 10 haripenyimpanan pertama, yaitu: 81.32%±5.51 dengan kadarair 55.2%. Pada penyimpanan berikutnya daya kecambahcenderung menurun seiring dengan menurunnya kadar airbiji.

Biji, buah, Heynea trijuga, herbal, morfologi, penyimpanan

EP-13Isolasi dan uji antagonisme fungi endofit dari talas(Colocasia esculenta) terhadap patogenPhytophthora colocasiae

Tri S. Haryani, Adnin M. Kencana♥, Rika Meidiana,Mutia AnggraeniProgram Studi Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,Universitas Pakuan. Jl. Pakuan P.O. Box 452, Tegallega, Bogor Tengah,Bogor 16143, Jawa Barat. Tel.: +62-251-8312206, 8380137, Fax.: +62-251-8356927, email: [email protected]

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan fungi endofityang berasal dari daun dan umbi talas (Colocasiaesculenta) yang berpotensi menghambat pertumbuhanPhytophthora coolocasiae penyebab penyakit busuk daunpada talas. Penelitian ini dilaksanakan di LaboratoriumBiologi, FMIPA, Universitas Pakuan, Bogor, Jawa Baratdari bulan Maret-Juli 2017. Penelitian ini menggunakanmetode Metode yang digunakan adalah isolasi dari daundan umbi talas, pemurnian isolat (purifikasi), ujiantagonisme dengan metode dual culture, pengamatanmikroskopis dan uji fitokimia. Bagian daun dan umbi talasdiperoleh dari kebun talas di Ciomas, Bogor. Hasil isolasidiperoleh diperoleh 8 isolat yaitu 5 isolat dari umbi, dan 3isolat dari daun. Isolat fungi yang menunjukkan nilaipertumbuhan yang paling tinggi yaitu isolat EUT4 sebesar7,3 cm. dan berkorelasi dengan uji antagonisme bahwafungi dengan kode isolat EUT4 menunjukkan hambatanyang besar yaitu 69%. Hasil tersebut menunjukkan bahwaisolat EUT4 mampu menghambat pertumbuhan P.Colocasiae secara invitro. Hasil uji fitokimia secarakualitatif menunjukkan bahwa isolat EUT4 positifmengandung fenolik, flavonoid dan steroid.

Colocasia esculenta, fungi endofit, Phythophtoracolocasiae, talas

EP-14Potensi simpanan karbon hutan mangrove diCagar Alam Leuweung Sancang, Jawa Barat

Megatrikania Kendali♥, Devi N. Choesin, Rina R.Irwanto, Dian RosleineSekolah Tinggi Ilmu dan Teknologi Hayati, Institut Teknologi Bandung.Labtek XI SITH-ITB Kampus Bandung, Jl. Ganesa 10, Lebak Siliwangi,Coblong, Kota Bandung 40132, Jawa Barat. Tel.: +62-22-2511575,email: [email protected]

Hutan mangrove berperan penting dalam menyimpancadangan karbon, bahkan merupakan penyimpan stokkarbon tertinggi dibandingkan tipe hutan lainnya. Indonesiasaat ini memiliki hutan mangrove seluas hampir 23% daritotal luas hutan mangrove di dunia. Cagar Alam LeuweungSancang (CALS) di Kabupaten Garut, Jawa Barat,merupakan salah satu kawasan konservasi di Indonesiayang memiliki hutan mangrove alami. Tujuan penelitian iniadalah untuk menentukan besarnya simpanan karbon diatas permukaan tanah pada hutan mangrove CALS sertamembandingkannya dengan hutan mangrove yang lain.Data lapangan dikumpulkan dari tiga lokasi, yaitu blokHutan Cikolomberan, Cipalawah, dan Cibako. Padamasing-masing blok dibuat satu plot berukuran 100 m x 20m untuk mengukur biomassa pohon dengan diameter atbreast height (dbh) >30 cm, sub plot berukuran 40 m x 5 muntuk mengukur biomassa pohon dengan dbh 5-30 cm, danenam sub plot berukuran 0,5 m x 0,5 m untuk mengukurbiomassa tumbuhan bawah dan serasah. Perhitunganbiomassa pohon dilakukan dengan metode nondestruktifmenggunakan persamaan alometri biomassa pohonmangrove dengan parameter dbh, sedangkan perhitungan

Page 71: Seminar Nasional Biodiversitasbiodiversitas.mipa.uns.ac.id/S/gen/pdf/A0405aaALL.pdfRizwana Wahyuni, Arif Kurniawan 117 ... Enggar Apriyanto, ... Hutan Raya Wan Abdul Rachman, Lampung

ABS MASY BIODIV INDON, Bogor, 9-10 September 2017, hal. 117-172170

biomassa tumbuhan bawah dan serasah dilakukan melaluimetode destruktif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwasimpanan karbon di atas permukaan tanah hutan mangroveCALS adalah 272,79 Mg C ha-1. Dari perbandingan melaluistudi literatur dapat disimpulkan bahwa nilai simpanankarbon per hektar di hutan mangrove CALS masuk dalamkisaran nilai yang telah dilaporkan untuk beberapa lokasilain di Indonesia

Leuweung Sancang, mangrove, simpanan karbon

EP-15Kondisi tegakan pohon dan indeksketidaknyamanan di eks-TPA Cicabe, Bandung,Jawa Barat

Kalish Rachman Hamka♥, Devi N. Choesin, Rina R.IrwantoSekolah Tinggi Ilmu dan Teknologi Hayati, Institut Teknologi Bandung.Labtek XI SITH-ITB Kampus Bandung, Jl. Ganesa 10, Lebak Siliwangi,Coblong, Kota Bandung 40132, Jawa Barat. Tel.: +62-22-2511575,email: [email protected]

Kota Bandung, Jawa Barat merupakan kota terbesarkeempat di Indonesia yang memiliki kepadatan pendudukyang melebihi 15.000 jiwa/km2. Banyaknya populasimanusia dan kegiatan yang dilakukan berdampak terhadapkenyamanan masyarakat. Hutan kota sebagai penyeimbangkawasan perkotaan dapat membantu menurunkan tingkatketidaknyamanan masyarakat kota melalui keberadaanvegetasi yang tumbuh di kawasan hutan kota tersebut.Lokasi Eks-TPA Cicabe adalah lahan bekas tempatpembuangan akhir sampah (TPA) yang saat ini berfungsisebagai ruang terbuka hijau. Penelitian ini bertujuan untukmembandingkan struktur tegakan pohon dan indeksketidaknyamanan di lokasi Eks-TPA Cicabe dan HutanKota Babakan Siliwangi yang dijadikan acuan hutan kotaideal di kota Bandung. Ketidaknyamanan diukur denganmenggunakan rumus indeks ketidaknyamanan Thom(1957), dengan mengukur temperatur dan kelembaban dilokasi yang telah ditentukan. Hasil analisis tegakan pohonmenunjukkan bahwa jumlah spesies, kerapatan dankerimbunan di lokasi Eks-TPA Cicabe berturut-turut adalah12 spesies, 194 pohon/ha dan 19,7%, sedangkan di lokasiHutan Kota Babakan Siliwangi adalah 32 spesies, 365pohon/ha dan 72,5%. Indeks ketidaknyamanan di HutanKota Babakan Siliwangi adalah 19,25ºC yangmengindikasikan bahwa seluruh populasi di lokasi tersebutmerasa nyaman, sementara di kawasan Eks-TPA Cicabeindeks ketidaknyamanan adalah 21ºC, yang artinya terdapatpopulasi di area tersebut yang merasa tidak nyaman,walaupun kurang dari 50%. Dengan demikian dapatdisimpulkan bahwa kondisi lokasi Eks-TPA Cicabe sebagaihutan kota masih belum ideal bila dibandingkan denganHutan Kota Babakan Siliwangi berdasarkan tingkatketidaknyamanan dan kondisi vegetasinya.

Babakan Siliwangi, eks-TPA Cicabe, hutan kota, indeksketidaknyamanan

EP-16Isolasi Candida spp. dari air kolam renangmenggunakan media agar

Afifah Irbah, Makhabbah Jamilatun, Aminah Aminah♥

Jurusan Analis Kesehatan, Politeknik Kesehatan (Poltekkes) Banten. Jl.Doktor Sitanala Komplek SPK, Karangsari, Neglasari, Kota Tangerang15121, Banten. Tel.: +62-21-5522250, email: [email protected]

Air kolam renang dapat menjadi habitat fungi patogen.Salah satu fungi patogen yang dapat tersebar dalam airkolam renang adalah Candida spp. Candida dapat masukke dalam air kolam renang melalui kontak langsung airkolam renang dengan bagian tubuh manusia (kulit, saliva,urin, dan fekal). Spesies yang paling sering menimbulkaninfeksi pada manusia adalah C. albicans dan spesies non-albicans Candida (NAC). Penelitian ini bertujuan untukmengetahui lokasi keberadaan dan spesies Candida spp.yang ada di dalam kolam renang. Pemeriksaan dilakukandengan metode gores langsung pada media CHROMagar™Candida. Penelitian terhadap sampel air kolam renang, 3sampel dari tengah kedalaman kolam renang dan 3 sampeldari dasar kolam renang menunjukkan bahwa Candida spp.dapat ditemukan di dasar kolam renang. Berdasarkanperbedaan warna yang ditunjukkan pada media, spesiesyang berhasil diisolasi antara lain Candida albicans,Candida glabrata dan Candida sp.

Air, Candida, chromagar, kolam renang

EP-17Potensi simpanan karbon di hutan mangroveTaman Nasional Baluran, Jawa Timur

Fayi Raihan Saleh♥, Devi N. Choesin, Rina R. Irwanto,Dian RosleineSekolah Tinggi Ilmu dan Teknologi Hayati, Institut Teknologi Bandung.Labtek XI SITH-ITB Kampus Bandung, Jl. Ganesa 10, Lebak Siliwangi,Coblong, Kota Bandung 40132, Jawa Barat. Tel.: +62-22-2511575,email: [email protected]

Ekosistem mangrove memiliki fungsi ekologis yang sangatpenting, salah satunya adalah berperan dalam upayamitigasi pemanasan global sebagai penyimpan karbon.Mangrove menyimpan karbon lebih banyak dari tipe hutanlainnya. Hutan mangrove merupakan salah satu pembentukekosistem di kawasan Taman Nasional Baluran, JawaTimur. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan potensisimpanan karbon yang terdapat di atas permukaan tanahhutan mangrove di TN Baluran serta membandingkannyadengan simpanan karbon di beberapa hutan mangrove diwilayah lain Indonesia. Pengukuraan pohon menggunakanmetode non destruktif dengan persamaan alometrik.Estimasi dilakukan dengan cara mengukur diameter batangpohon setinggi dada dengan diameter > 30 cm pada plotberukuran 100 m x 20 m dan diameter 5 cm-30 cm padasubplot berukuran 40 m x 5 m. Pengukuran tumbuhanbawah menggunakan metode destruktif. Pengambilantumbuhan bawah dan serasah dilakukan dengan membuat

Page 72: Seminar Nasional Biodiversitasbiodiversitas.mipa.uns.ac.id/S/gen/pdf/A0405aaALL.pdfRizwana Wahyuni, Arif Kurniawan 117 ... Enggar Apriyanto, ... Hutan Raya Wan Abdul Rachman, Lampung

ABS SOC INDON BIODIV, Bogor, 9-10 September 2017, pp. 117-172 171

enam kuadrat berukuran 0,5 m x 0,5 m pada subplotberukuran 40 m x 5 m. Pengukuran nekromassa padapermukaan tanah dilakukan di plot 100 m x 20 m dansubplot 40 m x 5 m. Hasil penelitian menunjukkan bahwaterdapat enam jenis mangrove di lokasi penelitian, yaituRhizophora apiculata, Rhizophora stylosa, Excoecariaagallocha, Lumnitzera racemosa, Sonneratia caseolaris,dan Pemphis acidula, dengan Rhizophora apiculatasebagai jenis dominan. Potensi simpanan karbon di TNBaluran diperkirakan sebesar 418,4 Mg C ha-1 dan lebihtinggi dibandingkan beberapa hutan mangrove di wilayahlain Indonesia.

Baluran, mangrove, simpanan karbon

EP-18Pra-rancangan proyek restorasi rumpang habitatantara Gunung Halimun-Salak

Irhammaula Ario Mulyaputra♥, Alyandra Gusman,Fayi Raihan Saleh, Megatrikania Kendali, AchmadSjarmidi, Wawan GunawanSekolah Tinggi Ilmu dan Teknologi Hayati, Institut Teknologi Bandung.Labtek XI SITH-ITB Kampus Bandung, Jl. Ganesa 10, Lebak Siliwangi,Coblong, Kota Bandung 40132, Jawa Barat. Tel.: +62-22-2511575,email: [email protected]

Taman Nasional Gunung Halimun-Salak (TNGHS)berfungsi sebagai kawasan pengawetan keanekaragamanspesies tumbuhan dan satwa. Terdapat tiga spesies penciriTNGHS yang termasuk dalam kategori satwa terancampunah oleh IUCN yaitu: Nisaetus bartelsi, Panthera pardusmelas, dan Hylobates moloch. Saat ini, terjadi fragmentasibentang alam yang membentuk rumpang habitat di antaraGunung Halimun-Salak. Rumpang habitat tersebutmemengaruhi keterhubungan habitat dan keberadaan satwadi TNGHS, meningkatkan nilai indeks fragmentasi hutandan mengurangi luasan habitat yang sesuai bagi tiga satwatersebut. Penelitian ini bertujuan untuk membuat pra-rancangan penambahan luas habitat yang sesuai bagi satwadengan merestorasi rumpang habitat. Metode restorasidilakukan dengan teknik Accelerated Natural Regeneration(ANR), dan penanaman berdasarkan Framework SpeciesMethod yang diperkenalkan oleh FORRU pada tahun 2008.Analisis model populasi digunakan untuk memprakirakanpertumbuhan populasi dan kepunahan tiga spesies penciritersebut. Perancangan ini terbagi menjadi tiga tahapan: pra-penanaman (2 tahun), penanaman (8 tahun), dan pasca-penanaman (20 tahun). Berdasarkan analisis kesesuaianhabitat tiga satwa, diperlukan luas total penanaman dirumpang sebesar 418,1 ha yang dibagi 8 tahap penanamanselama 8 tahun. Spesies tumbuhan yang ditanam dipilihberdasarkan kriteria: native TNGHS, pohon pakan H.moloch, dan pohon sarang N. bartelsi, serta spesies klimaksatau pionir. Penanaman dibedakan menjadi dua pola yaitupola pengayaan yang berfokus pada penanaman pohonsarang N. bartelsi dengan komposisi 30:70 untuk spesiespionir dan klimaks (sebanyak 625 pohon/ha), serta polapenanaman yang berfokus pada pohon pakan H. moloch

dan pohon sarang N.bartelsi dengan komposisi 60:40(sebanyak 2500 pohon/ha). Hasil rancangan ini diprediksiakan menambah populasi tiga jenis satwa yaitu dua pasangN. bartelsi, tiga individu P.p. melas serta kurang lebih 30kelompok H. moloch serta menambah kesesuaian habitat N.bartelsi sebanyak 10,8%, P.p. melas sebanyak 10,6%, danH. moloch sebanyak 9,7% berdasarkan analisis habitatsuitability yang digunakan hewan penciri untuk mencarimangsa, reproduksi dan membuat sarang.

Framework species method, Halimun-Salak, pra-rancangan,restorasi, rumpang habitat

EP-19Pemanfaatan ekstrak daun babandotan (Ageratumconyzoides) sebagai herbisida alami terhadappertumbuhan gulma rumput teki (Cyperusrotundus)

Triastinurmiatiningsih, Arfa Ul Hikmah♥, Faras GaitsaBilkis, Dede Giwang Maelani.Program Studi Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,Universitas Pakuan. Jl. Pakuan P.O. Box 452, Tegallega, Bogor Tengah,Bogor 16143, Jawa Barat. Tel.: +62-251-8312206, 8380137, Fax.: +62-251-8356927, email: [email protected]

Keberadaan gulma pada areal tanaman budidaya dapatmenimbulkan kerugian baik dari segi kuantitas maupunkualitas produksi. Kerugian yang ditimbulkan oleh gulmaadalah penurunan hasil pertanian akibat persaingan dalamperolehan air, unsur hara dan tempat hidup, penurunankualitas hasil, menjadi inang hama dan penyakit, membuattanaman keracunan akibat senyawa racun atau alelopati.Rumput teki (Cyperus rotundus) merupakan salah satutanaman yang menyebabkan kerugian pada hasil pertaniankarena rumput teki mempunyai senyawa allelopati. Padasaat ini alternatif pengendalian gulma yang berwawasanlingkungan sedang marak dilakukan. Pengendalian tersebutdapat dilakukan dengan mencari potensi senyawa golonganfenol dari tumbuhan lain sehingga dapat dimanfaatkansebagai bioherbisida. Tanaman babandotan (Ageratumconyzoides) merupakan tanaman yang banyak ditemui dilahan pertanian dan dapat menimbulkan kerugian bagipertumbuhan tanaman pertanian, ternyata babandotan dapatdigunakan sebagai pestisida nabati yang aman dan ramahlingkungan, biaya produksi dan dampak buruk terhadapkesehatan petani dan lingkungan. Ekstrak daun babandotanmengandung senyawa aktif seperti saponin, flavonoid,tanin, minyak atsiri dan polifenol. Penggunaan daunbabandotan perlu diteliti terhadap pertumbuhan rumputteki, apakah dapat menghambat pertumbuhan gulmarumput teki dan berapakah konsentrasi ekstrak daunbabandotan yang digunakan untuk menghambatpertumbuhan gulma rumput teki. Metode penelitian inidilakukan dengan persiapan penyemaian umbi, dilanjutpembuatan ekstak daun babandotan, uji fitokimia dan ujitoksisitas terhadap rumput teki. Hasil Pengamatanmenyimpulkan bahwa ekstrak daun babadotan dapatmenghambat pertumbuhan rumput teki pada konsentrasi

Page 73: Seminar Nasional Biodiversitasbiodiversitas.mipa.uns.ac.id/S/gen/pdf/A0405aaALL.pdfRizwana Wahyuni, Arif Kurniawan 117 ... Enggar Apriyanto, ... Hutan Raya Wan Abdul Rachman, Lampung

ABS MASY BIODIV INDON, Bogor, 9-10 September 2017, hal. 117-172172

50% dapat menghambat pertumbuhan gulma rumput tekisecara optimal.

Babandotan, gulma, rumput teki

EP-20Metode penyimpanan cabutan anakan pohonuntuk konservasi ex-situ Beraja (Shorea guiso(Blanco) Blume)

Dodo, Hary Wawangningrum♥

Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Indonesia (Kebun Raya Bogor),Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Jl. Ir. H. Juanda No. 13, Bogor16003, Jawa Barat. Tel./Fax. +62-251-8322187, email:[email protected]

Shorea guiso (Blanco) Blume dari keluargaDipterocarpaceae adalah salah satu jenis kayu keras yangdigunakan dalam konstruksi umum bangunan rumah.Tumbuhan ini terdapat di hutan dataran rendah Indonesia(Sumatera), Malaysia, Filipina, Thailand, dan Vietnamtetapi sudah terancam punah dengan kategori kritis (CR=Critically Endangered) dengan kriteria A1cd ver 2.3.Konservasi ex-situ merupakan strategi efektif untukmenyelamatkan tanaman dari kepunahan, salah satucaranya adalah dengan memindahkan anakan pohon darikawasan in-situ ke ex-situ melalui kegiatan eksplorasi.Permasalahan perpindahan anakan pohon adalah dayahidupnya yang sangat rendah karena terlalu lama disimpansaat eksplorasi dan teknik penanganannya yang kurangtepat. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan metodeterbaik yang menghasilkan daya hidup tinggi pada cabutananakan pohon S. guiso. Percobaan menggunakan rancanganacak lengkap dengan perlakuan jenis media tumbuh (lumut,serasah daun, kertas tisu, dan tanpa media), pemotongandaun (50% dan 0%), dan waktu penyimpanan (1, 2, 3minggu). Setiap unit eksperimen terdiri dari 10 cabutananakan pohon S. guiso dengan tiga ulangan. Pengujiandilakukan pada umur dua bulan setelah tanam. Hasilpenelitian menunjukkan bahwa rata-rata tingkat

kelangsungan hidup cabutan anakan pohon S. guisosemakin menurun dengan semakin lamanya waktupenyimpanan, yaitu 77,08% (1 minggu), 38,33% (2minggu), dan 26,67% (3 minggu). Teknik penanganan yangbaik pada cabutan anakan pohon S. guiso adalah bagiandaun dikurangi 50%, akar tidak dibungkus media, dantanaman disungkup dengan kantong plastik.

Eksplorasi, anakan pohon, Shorea guiso, penyimpanan,viabilitas

EP-21Keberhasilan inseminasi buatan dengan spermasexing sapi bali di Kabupaten Lombok Timur,Nusa Tenggara Barat

Muhammad Gunawan♥, Ekayanti Mulyawati KaiinPusat Penelitian Bioteknologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Jl.Raya Bogor km. 46, Cibinong, Bogor 16911, Jawa Barat. Tel./Fax. +62-21-8754587/8754588, ♥email: [email protected]

Peningkatan populasi dan mutu genetik sapi bali denganinseminasi buatan menggunakan sperma beku dari pejantanunggul dari Balai Inseminasi Buatan Lelede Banyumulekuntuk mencegah terjadinya perkawinan inbreeding dancrossbreeding di peternak. Penelitian ini dilakukan untukmengetahui keberhasilan aplikasi inseminasi buatan dengansperma sexing sapi bali pada kelompok tani ternak diKecamatan Wanasaba, Kabupaten Lombok Timur, NusaTenggara Barat. Akseptor sapi bali yang digunakansebanyak 450 ekor dari kelompok ternak di KecamatanWanasaba. Inseminasi buatan menggunaan kemasansperma sexing beku menggunakan ukuran mini straw (0,25mL) dan medium straw (0,5 mL). Parameter keberhasilaninseminasi buatan dengan sperma sexing berdasarkan nilaiService per Conception (S/C), Conception Rate (CR) dankesesuaian jenis kelamin anak sapi yang dilahirkan.

Inseminasi buatan, sapi bali, sperma sexing, straw