Seminar MANAJEMEN
-
Upload
azalikairsantiputri -
Category
Documents
-
view
37 -
download
4
description
Transcript of Seminar MANAJEMEN
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manajemen keperawatan di Indonesia dimasa depan perlu
mendapatkan prioritas utama dalam pengembangan keperawatan di masa
depan. Hal ini berkaitan dengan tuntutan profesi dan tuntutan global bahwa
setiap perkembangan dan perubahan memerlukan pengelolaan secara
profesional, dengan memperhatikan setiap perubahan yang terjadi di
Indonesia.
Rumah sakit merupakan sarana pelayanan kesehatan yang didirikan
dan dikembangkan sesuai dengan kebutuhan masyarakat khususnya pasien
dan keluarganya.Tujuan utama pelayanan rumah sakit adalah memberikan
pelayanan yang berkualitas untuk memenuhi kebutuhan dasar pasien dan
keluarganya.Pasien dan keluarganya merupakan subyek yang penting dalam
pelayanan rumah sakit.
Pelayanan yang berkualitas didukung oleh sumber-sumber yang
memadai antara lain sumber daya manusia, standar pelayanan/standar praktek
keperawatan dan fasilitas. Sumber-sumber yang tersedia dimanfaatkan
sebaik-baiknya agar berdaya guna sehingga tercapai kualitas yang tinggi
dengan biaya seminimal mungkin.
Pengembangan model praktek keperawatan profesional merupakan hal
yang sangat penting yang memberikan konstribusi terhada pprofesi
keperawatan dalam meningkatkan mutu pelayanan / asuhan keperawatan.
Melalui pengembangan model praktek keperawatan profesional masyarakat
dapat melihat secara nyata pemberian pelayanan secara profesional.
Salah satu strategi untuk mengoptimalkan peran dan fungsi perawat
dalam pelayanan keperawatan adalah pembenahan manajemen keperawatan
karena dengan adanya factor kelolaan yang optimal diharapkan mampu
menjadi wahana peningkatan keefektifan pemberian pelayanan keperawatan
sekaligus lebih menjamin kepuasan klien terhadap pelayanan keperawatan.
1
Rawat Inap Kelas III Rumah Sakit Umum Daerah Kota Mataram,
merupakan tempat praktek klinik manajemen keperawatan Mahasiswa
STIKES “Yarsi” Mataram terhitung dari tanggal 24 November s/d 20
Desember 2014. Fasilitas yang diberikan ini merupakan sarana dan sebagai
wahana mahasiswa dalam menerapkan konsep MAKP secara nyata
dilapangan mulai dari pengumpulan data, identifikasi masalah dengan
menggunakan analisa SWOT, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi hasil
sesuai dengan kompetensi yang diharapkan dari program pendidikan
keperawatan
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Setelah dilakukan praktik profesi manajemen keperawatan di
Instalasi Rawat Inap Kelas III Rumah Sakit Umum Daerah Kota
Mataram, diharapkan mahasiswa dapat mengerti dan memahami prinsip
manajemen keperawatan dan metode pemberian asuhan keperawtan
yang sesuai dengan prinsip MPKP yang dijalankan.
1.2.2 Tujuan Khusus
Setelah melaksanakan praktik profesi manajemen keperawatan,
mahasiswa mampu:
1. Menganalisis lingkungan suatu ruang perawatan dan menghitung
kebutuhan tenaga keperawatan di suatu ruangan perawatan.
2. Melakukan peran sesuai dengan MPKP yang telah ditentukan.
3. Melakukan supervisi keperawatan.
4. Melakukan ronde keperawatan.
5. Melakukan timbang terima keperawatan.
6. Melakukan discharge planning
7. Mendokumentasikan asuhan keperawatan (pengkajian, diagnose,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi), sentralisasi obat, timbang
terima, kegiatan ronde, supervise dan discharge planning.
8. Melakukan penerapan sentralisasi obat.
2
9. Menganalisis tingkat keberhasilan post pelaksanaan MPKP yang
diterapkan.
10. Penyuluhan kasus
11. Survey kepuasan pasien dan kepuasan perawat
1.3 Manfaat
1.3.1 Bagi Mahasiswa
a. Tercapainya pengalaman dalam pengelolaan suatu ruang rawat
sehingga dapat memodifikasi metode penugasan yang akan
dilaksanakan.
b. Mahasiswa dapat mengumpulkan data dalam penerapan yang
diaplikasikan Instalasi Rawat Inap Kelas III Rumah Sakit Umum
Daerah Kota Mataram
c. Mahasiswa dapat mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan
penerapan MPKP diInstalasi Rawat Inap Kelas III Rumah Sakit
Umum Daerah Kota Mataram
d. Mahasiswa dapat memperoleh pengalaman dalam menerapkan
Metode Pemberian Asuhan Keperawatan di Instalasi Rawat Inap
Kelas III Rumah Sakit Umum Daerah Kota Mataram
1.3.2 Bagi Perawat Ruangan
a. Melalui praktek profesi manajemen keperawatan dapat diketahui
masalah-masalah yang berkaitan dengan MPKP di Instalasi Rawat
Inap Kelas III Rumah Sakit Umum Daerah Kota Mataram
b. Tercapainya tingkat kepuasan kerja yang optimal.
c. Terciptanya hubungan yang baik antara perawat dengan perawat,
perawat dengan tim kesehatan lain, dan perawat dengan pasien serta
keluarga.
d. Terciptanya akuntabilitas dan disiplin diri perawat.
1.3.3 Bagi Pasien dan Keluarga
a. Pasien dan keluarga mendapatkan pelayanan yang memuaskan.
b. Tingkat kepuasan pasien dan keluarga tehadap pelayanan tinggi.
3
1.3.4 Bagi Institusi dan Pendidikan
Sebagai bahan masukan dan gambaran tentang pengelolaan
ruangan dengan pelaksanaan metode.
1.4 Tempat dan Alokasi Waktu
a. Tempat
Instalasi Rawat Inap Kelas III Rumah Sakit Umum Daerah Kota Mataram.
b. Alokasi Waktu
Praktik Manajemen Keperwatan Profesi Ners dilakukan selama 4 minggu
dari tanggal 24 November 2014 s/d 20 Desember 2014. Dan pada tanggal
24 November 2014 s/d 26 November 2014 melakukan pengumpulan
data/analisa situasi ruangan, dan menyusun perencanaan.
1.5 Pengorganisasian
Pembimbing Akademik : Muhammad Alwi Andi, S.Kep., M.MRS.
Pembimbing Lahan : Ni Ketut Sastriwati, Amd.Kep.
Hajariah,S.Kep.
Ketua : Achmad choiri, S.Kep.
Wakil : Rena Anggraeni, S.Kep.
Sekretaris : Hidayati, S.Kep
Nurul Miftah Floresiyah, S.Kep
Bendahara : Tri Lestari, S.Kep.
Anggota : 1. Nurmayeni, S.Kep.
2. L. Heriansyah, S.Kep.
3. Mizwar H, S.Kep.
1.6 Pendanaan
Swadana Mahasiswa
4
BAB II
PENGKAJIAN, PENGUMPULAN DATA, ANALISIS SWOT DAN
IDENTIFIKASI MASALAH
2.1 Profil Ruangan
Instalasi Rawat Inap KELAS III merupakan ruang perawatan kelas
III. Untuk ruang perawatan kelas III terdiri dari bangsal perawatan, yaitu
ruang perawatan sebelah Utara dan selatan, adapun masing-masing ruang di
IRNA KELAS III terdiri dari 8 ruangan yang terdiri dari ruang Mentaram
B1 dan Mentaram B2 adalah untuk pasien penyakit syaraf, ruang Mentaram
B3, Mentaram B4, Mentaram B5, adalah untuk pasien penyakit dalam,
ruang Mentaram B6 adalah bangsal untuk isolasi penyakit Tuberkulosis dan
1 ruang untuk isolasi umum dan1 ruang untuk tetanus.
Adapun visi dan misi ruang perawatan IRNA KELAS III selaras
dengan visi dan misi Rumah Sakit yaitu sebagai berikut :
1. Visi :
Menjadi rumah sakit unggulan di wilayah kota mataram dan
sekitarnya yang professional dalam melayani semua lapisan
masyarakat
2. Misi :
a. memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau
b. Meningkatkan sumber daya manusia yang professional sesuai dengan
standar pelayanan
c. Meningkatkan pendidikan dan penelitian yang bermutu dalam rangka
peningkatan derajat kesehatan masyarakat
d. Meningkatkan kesejahteraan karyawan
2.2 Pengumpulan Data
Pada Model Praktek Keperawatan Profesional (MPKP) harus mampu
memberikan asuhan keperawatan professional dan untuk itu diperlukan
penataan 3 (tiga) komponen utama, yaitu :
1. Sumber daya manusia kesehatan (M1)
5
2. Sarana-prasarana (M2)
3. Metode pemberian asuhan keperawatan (M3)
Pengumpulan data dilakukan selama 2 hari, yaitu tanggal 24
November 2014 s/d 26 November 2014
2.3 Sumber Daya Manusia (M1-Man)
1. Struktur Organisasi
Struktur organisasi Instalasi Rawat Inap III RSUD Kota Mataram dipimpin
oleh seorang Kepala Ruangan, 1 orang katim, 4 perawat primer, 12
perawat pelaksana dan 1 perawat cadangan. Adapun struktur organisasinya
adalah, sebagai berikut :
Bagan 2.1 : Badan Organisasi Instalasi Rawat Inap III RSUD Kota Mataram Tahun 2014 (Sumber : IRNA III RSIUD Kota Mataram Tahun 2014).
6
PP1
PA1
Primer
PA 3
PA 2
Primer
KEPALA RUANGAN
PA1
Primer
PP2
PA1
Primer PA 2
PA 3
PA 2
Primer PA 3
PP3
PA1
Primer PA 2
PA 3
PP 1
Primer PA 1
PA 2
PA 3
ADMIN
KATIM
a. Jumlah Tenaga
Tabel 2.1 : Komposisi Ketenagaan Keperawatan IRNA IIIRSUD Kota Mataram Tahun 2014.
No. Kualifikasi Jumlah Jenis
1. D3 Keperawatan 11 Orang 2 PNS, 9 Kontrak
2. S-1 Keperawatan 3 Orang 1 PNS, 2 Kontrak
3 S1 Ners 5 Orang Kontrak
Sumber :Intalasi Rawat Inap III RSUD Kota Mataram Tahun 2014
Tabel 2.2 : Komposisi Ketenagaan Nonkeperawatan IRNA III RSUD Kota Mataram 2014
No Kualifikasi Jumlah Jenis
1. Administrasi 1 Orang Kontrak
Sumber :IRNA III RSUD Kota Mataram Tahun 2014
b. Tingkat Ketergantungan Pasien Dan Kebutuhan Tenaga Perawat
Tingkat ketergantungan pasien dinilai dengan menggunakan
instrument penilaian ketergantungan pasien menurut Douglas, yaitu
perawatan minimal, perawatan intermediate, dan perawatan total.
1. Perawatan Minimal (1 – 2 Jam / 24 Jam)
a. Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian di lakukan sendiri
b. Makan dan minum di lakukan sendiri
c. Ambulasi dengan pengawasan
d. Observasi tanda – tanda vital di lakukan setiap pergantian jaga
e. Pengobatan minimal, status psikologis stabil
f. Perawatan luka sederhana
2. Perawatan Intermediet / Partial (3 – 4 Jam / 24 Jam)
a. Kebersihan diri di Bantu, makan minum di Bantu
b. Observasi tanda - tanda vital setiap 4 jam
c. Ambulasi di Bantu
d. Pengobatan dengan injeksi
e. Pasien dengan katheter urine
f. Pasien dengan infus
g. Observasi balance cairan ketat
7
2. Perawatan Maksimal / Total (5 – 6 Jam / 24 Jam)
a. Semua kebutuhan pasien di Bantu
b. Perubahan posisi, observasi tanda – tanda vital setiap 2 jam
c. Makan melalui selang lambung
d. Pengobatan intra vena “perdrip”
e. Pemakean suction
f. Gelisah / disorientasi
g. Perawatan luka komplek
Catatan:
Dilakukan satu kali sehari pada waktu yang sama dan
sebaiknya dilakukan oleh perawat yang samaselama 2hari;
Setiap pasien minimal memenuhi 3 kriteria berdasarkan
klasifikasi pasien;
Bila hanya memenuhi satu kriteri maka pasien dikelompokkan
pada klasifikasi di atasnya.
Jumlah pasien
Klasifikasi PasienMinimal Parsial Total
P S M P S M P S M1 0,17 0,14 0,07 0,27 0,15 0,10 0,36 0,30 0,202 0,34 0,28 0,20 0,54 0,30 0,14 0,72 0,60 0,403 0,51 0,42 0,30 0,81 0,45 0,21 1,08 0,90 0,60
Dst.Rumus penghitungan jumlah tenaga perawat menurut douglas
a. Total tenaga perawat menurut Douglas
Total tenaga perawat= Jumlah pasien x tingkat ketergantungan
(Minimal, Parsial, Total sift Pagi,siang, malam).
b. Jumlah tenaga lepas dinas per hari:
c. Jumlah perawat yang dibutuhkan perhari=
total tenaga perawat + jumlah tenaga lepas dinas perhari + karu
8
3. Kebutuhan Tenaga Perawat ruang IRNA kelas III bawah (dari
tanggal 24 November 2014 s/d 26 November 2014) dengan
menggunakan teori douglas:
a) Tanggal 24 November 2014
Tabel 2.3: Komposisi Ketenagaan Keperawatan IRNA Kelas III Bawah RSUD KOTA MATARAM Tangal 27Oktber 2014
Klasifikasi pasien
Kebutuhan Tenaga PerawatPagi Siang Malam
Total care 4 x0,36 = 1,44 3x0,30 = 0,9 3x0,20 =0,6Parsial care 18x0,27 = 4,86 17x0,15 = 1,55 28 x 0,17 =3,4Minimal care 0x0,17=0 0x0,14=0 0x 0,07 =0Jumlah Perawat 6,3 3,45 4,0Total 6 3 4Sumber: Ruang IRNA Kelas III Bawah RSUD Mataram Tahun 2014
Total tenaga perawat:Pagi : 6 orang
Siang : 3 orang
Malam : 4 orang
13 orang
Jumlah tenaga lepas dinas per hari:
=86 x 13= 4,007 = 4 Orang
279
Jadi Jumlah perawat yang dibutuhkan:
13 orang + 1orang structural (kepala ruangan) + 4 orang lepas =
17 orang
Angka 86 : jumlah hari tak kerja dalam satu tahun
Angka 279 : jumlah hari kerja efektif dalam satu tahun
Angka 10 : jumlah tenaga perawat untuk setiap hari per shifnya
b) Tanggal 25 November 2014
Tabel 2.4 : Komposisi Ketenagaan IRNA Kelas III Bawah RSUD
kota Mataram Tahun 2014 tanggal 25 November 2014
9
Klasifikasi
Pasien
Kebutuhan Tenaga Perawat
Pagi Siang Malam
Total care 2x0,36=0,72 2x0,30=0,6 2x0,20=0,4
Parsial care 21x0,27=5,67 21x0,15=3,15 22 x0,17=3,74
Minimal care 0x0,17=0 0x0,17=0 0x0,07=0
JumlahPerawat 5,94 3,75 4,14
Total 6 4 4
Sumber: Ruang IRNA Kelas III Bawah RSUD Mataram Tahun 2014
Total tenaga perawat:
Pagi : 6 orang
Siang : 4 orang
Malam : 4 orang
14 orang
Jumlah tenaga lepas dinas per hari:
= 86 x 14 = 4,31 = 4 Orang
279
Jadi Jumlah perawat yang dibutuhkan:
14 orang + 1orang structural (kepala ruangan) + 4 orang lepas =
19 orang
Angka 86 : jumlah hari tak kerja dalam satu tahun
Angka 279 : jumlah hari kerja efektif dalam satu tahun
Angka 10 : jumlah tenaga perawat untuk setiap hari per shifnya
2.4 Sarana dan Prasarana (M2)
a. Lokasi dan denah ruangan
Sebelah Timur : sawah
Sebelah Barat : ruangan Hmodialisa
Sebelah Utara : ruang gas medis
Sebelah Selatan : bangunan baru ruang perawatan
10
b. Peralatan dan fasilitas
1) BOR (Bed Occupacy Rate) Unit Rawat Inap
BOR adalah persentase pemakaian tempat tidur pada satu satuan
waktu tertentu.Indikator ini memberikan gambaran tinggi rendahnya
tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah sakit.Standar Nasional BOR
yang dianggap baik adalah 80-90% sedangkan nasional BOR adalah
70-80%.
BOR
Berdasarkan hasil pengkajian dari tanggal 28 Oktober s/d 29 Oktober
2014 didapatkan gambaran kapasitas tempat tidur ruang IRNA Kelas
III Bawah sebagai berikut :
Gambaran umum jumlah tempat tidur di IRNA kelas III bawah
Tabel 2.6: Gambaran Umum Jumlah Tempat Tidur di IRNA
kelas III Bawah Tahun 2014
No Ruang/Tanggal Kapasitas Jumlah Klien BOR1. 24-11-2014 34 tt 31 orang 91,12%2 25-11-2014 34 tt 24 orang 70,60%
Sumber : Ruang IRNA Kelas III BawahTahun 2014
Catatan :
Nilai parameter BOR yang ideal adalah antara 60-85% (Depkes RI,
2005).
2) Peralatan dan Fasilitas Medis
Tabel 2.7 : Gambaran Umum Peralatan dan Fasilitas Medis di IRNA Kelas III BawahTahun 2014
No Nama Barang Jumlah Kondisi Ideal1.2.3.4.5.6.7.
Tromol kecilTroli tindakanKursi rodaBengkokEKGNebulizerKorentang
1 buah3 buah1 buah1 buah1 buah2 buah1 buah
BaikBaikBaikBaik
RusakBaikBaik
1/ ruangan2/ ruangan2/ ruangan2/ ruangan3/ ruangan1/ ruangan1/ ruangan
11
8.9.10.
11.
12.13.14.15.16.17.18.19.20.
Bagging dewasaTroli alatBak instrument sedangBak instrument besarGagang mesKlem jaringanKlemEx-ray viewerTroli obatStetoskop dewasaTiang infuseSyringe pumpInfuse pump
2 buah1 buah2 buah
1 buah
2 buah1 buah1 buah1 buah1 buah2 buah34 buah4 buah1 buah
Baikbaikbaik
Baik
BaikBaikBaikBaikBaikBaikBaikBaikBaik
1/ ruangan2/ ruangan2/ ruangan
2/ ruangan
2/ ruangan2/ ruangan2/ ruangan1/ ruangan2/ ruangan3/ ruangan
1/bed1/bed1/bed
Sumber: Ruang IRNA Kelas III Bawah RSUD Mataram Tahun
2014
Tabel 2.8: Gambaran Umum Alat Meubeldi IRNA Kelas III
Bawah RSUD kota Mataram Tahun 2014
No Jumlah barang Jumlah Kondisi Ideal12
345678
91011
121314
1516171819
Meja perawatKursi busa untuk perawat atau dokterKasursi plastikBad side kabinetWhite board kecilKipas angin kecilKulkas UV stelisator ruangan Lemari kaca LokerJemuran aluminium Dispenser TV 12 inci Ember besar tertutupKesetGayung Jam dindingRak sepatuComputer AOCPrinterACWastafeil+cerminKipas angin
3 buah6 buah
25 buah2 buah1 buah1 buah1 buah1 buah
1 buah1 buah1 buah
1 buah 1 buah9 buah
9 buah9 buah9 buah9 buah 1 buah
BaikBaik
BaikBaikBaikBaikBaikBaik
BaikBaikBaik
BaikBaikBaik
BaikBaikBaikBaikBaik
1/ruangan1/ruangan
2/ruangan1/ruangan
-2/ruangan1/ruangan1/ruangan
1/ruangan
1/ruangan1/ruangan2/ruangan
2/ruangan2/ruangan1/ruangan1/ruangan1/ruangan
12
Sumber : Ruang IRNA Kelas III Bawah RSUD kota Mataram Tahun 2014
Tabel 2.9: Gambaran Umum Alat Tenun di IRNA Kelas III Bawah RSUD kota Mataram Tahun 2014
No Nama barang Jumlah Kondisi Ideal Usulan 12
Seprei Sarung bantal
34 lembar34 lembar
BaikBaik
2/bed2/bed
--
34
Bantal PasienTirey sampiran Tirei jendela
34 buah
9 buah28 buah
Baik
Baik Baik
2/bedSesuai banyak pasien
-
Sumber: Ruang IRNA Kelas III Bawah RSUD kota Mataram Tahun 2014
3) Fasilitas untuk petugas kesehatan
a) Ruang Karu menjadi ruangan mahasiswa praktik profesi
b) KM/WC di dalam kamar jaga perawat
c) Nurse station di bagian depan ruang perawat.
4) Administrasi penunjang
a) Buku injeksi, buku obat oral, buku laporan jaga (timbang
terima)
b) Buku observasi status pasien
c) Buku nutrisi
d) Buku observasi vital sign
e) Buku register
f) Buku surat masuk/ surat keluar
13
Denah Ruangan IRNA Kelas III Bawah RSUD kota Mataram Tahun 2014
KM/TOILETCOAS
R. TAMU COAS
R. COAS
R.ISOLASI UMUM
R.ISOLASI TETANUS
B5 B6 . R. TB
B3 B4
B1 B2
R. TUNGGU KEL. PASIEN
R.Nursing station
R.adminR.Perawat2.5 Metode Asuhan Keperawatan (M3-Method)
1. Penerapan Model Asuhan Keperawatan
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi tentang model
asuhan keperawatan yang digunakan saat ini didapatkan bahwa model
yang digunakan di Ruang IRNA Kelas III Bawah RSUD kota Mataram
Tahun 2014 adalah modifikasi metode tim primer.
Menurut Ratna S. Sudarsono (2000) penetapan sistem model
MAKP ini didasarkan beberapa alasan :
a. Keperawatan primer tidak digunakan secara murni, karena perawat
primer seharusnya mempunyai latar belakang pendidikan S1
keperawata atau setara.
b. Keperawatan tim tidak digunakan secara murni, karena tanggung
jawab asuhan keperawatan pasien terfragmentasi pada berbagai tim.
14
U
c. Melalui kombinasi kedua model tersebut keperawatan terdapat pada
primer, karena saat ini perawat yang ada di RS sebagian besar adalah
lulusan D3, bimbingan tentang asuhan keperawatan diberikan oleh
perawat primer atau ketua tim.
a. Overan/ Timbang terima
Timbang terima dilakukan tiga kali sehari yaitu pada
pergantian shift malam ke pagi (pukul 07.30), pagi ke sore (pukul
13.30) dan sore ke malam (19.30). Tidak Selalu diikuti oleh semua
perawat yang telah dinas dan akan dinas, penyampaian isi timbang
terima secara konprehensif, meliputi : isi timbang terima (masalah
keperawatan pasien lebih fokus pada diagnosa medis dan pemberian
tindakan kolaboratif), dan pelaksanaan tidak selalu disertai
pendampingan ke pasien.
Pelaporan timbang terima dicatat dalam buku khusus yang akan
ditandatangani oleh perawat yang melaporkan, perawat yang menerima
laporan dan kepala ruangan. Setelah pelaksanaan timbang terima
kepala ruangan tidak selalu mengadakan diskusi singkat untuk
mengetahui sekaligus mengevaluasi kesiapan shift selanjutnya.
Kesimpulannya : Ruang Irna III sudah melakukan timbang
terima tetapi tidak selalu diikuti oleh semua perawat di ruangan, hal
tersebut di karenakan perawat yang lain telah membagi tugas masing-
masing untuk dikerjakan.
b. Ronde Keperawatan
Pelaksanan ronde keperawatan di Ruang IRNA Kelas III Bawah
RSUD kota Mataram Tahun 2014 selama ini belum dilakukan secara
optimal. Pembahasan atas kasus-kasus pasien untuk mencari solusi
dilakukan terpisah/tidak bersamaan dengan menghadirkan para
praktisi ahli yang berkompeten yang terlibat dalam tim perawatan
pasien yang bersangkutan dari berbagai disiplin ilmu (medis,
paramedic senior, ahli gizi, apoteker, atau praktisi kesehatan lain yang
15
diperlukan). Selama ini hanya dibahas antara perawat dan dokter di
Nurse station. Kadang hanya dipandang dari aspek medis saja. Hal ini
dikarenakan jumlah pasien lebih banyak dari jumlah perawat
disamping itu adanya kesulitan dalam berkolaborasi dengan tim ahli.
Kesimpulannya ronde keperawatan di ruang IRNA Kelas III
Bawah RSUD kota Mataram Tahun 2014 belum berjalan secara
optimal karena yang dilakukan ronde medis pada saat dokter visite.
c. Pengelolaan Sentralisasi Obat
Di Ruang IRNA Kelas III Bawah RSUD kota Mataram
Tahun 2014 sudah melakukan sentralisasi obat tetapi, tempat
penyimpanan obat belum maksimal sehingga obat pasien yang
bentuknya box besar, seperti obat injeksi kebanyakan disimpan di
keranjang karena tempat yang tidak memadai. Adapun data tentang
alur peneriamaan obat yang diperoleh dari keluarga langsung dibawa
keruang sentralisasi obat kemudian perawat mengelola obat dengan
baik dan dicatat di buku dokumentasi obat.
Kesimpulannya proses sentralisasi obat obat sudah berjalan
dengan baik, tetapi kendalanya adalah tempat penyimpanan obat
masih belum tertata rapi masih di gabung di dalam keranjang besar,
seperti obat-obat injeksi yang tempatnya berbentuk box.
d. Discharge Planning
Discharge planning sudah dilaksanakan secara optimal oleh
perawat maupun tenaga lain apabila pasien akan pulang. Discharge
planning yang meliputi penjelasan diagnosa keperawatan, obat-obatan,
perawatan, lembar control, nutrisi, aktivitas, dan istirahat ketika di
rumah, dan kalau ada penjelasan biasanya dijelaskan oleh perawat,
mengenai penyakit secara lisan, menggunakan surat kontrol dan tim
gizi yang menjelaskan diit makanan yang harus dihindari serta
makanan yang bagus dikonsumsi oleh pasien.
16
Kesimpulannya discharge planning sudah berjalan secara
optimal dan sudah ada pendidikan kesehatan dalam bentuk surat
kontrol yang diberikan kepada pasien yang akan pulang.
e. Supervisi
Supervisi keperawatan sudah dilaksanakan dengan baik, disini
terlihat supervisor yaitu kepala ruangan sebagai supervisor internal
sudah memberikan pengawasan seperti memberikan masukan dan
teguran pada perawat yang memiliki kinerja yang kurang baik dalam
melaksanakan tugas keperawatan serta memberikan penilaian terhadap
kinerja perawat . Supervise eksternal belum dilakukan secara optimal
karena tidak terlihat adanya supervisor yang mengawasi secara
langsung
Pengawasan merupakan hal yang penting dilakukan untuk
memastikan pelayanan dan asuhan keperawatan berjalan sesuai standar
mutu yang ditetapkan. Pelayanan tidak diartikan sebagai pemeriksaan
dan mencari kesalahan, tetapi lebih pada pengawasan partisivasif yaitu
perawat yang mengawasi pelaksanaan kegiatan memberikan
penghargaan pada pencapaian atau keberhasilan dan memberi jalan
keluar pada hal-hal yang belum terpenuhi. Dengan demikian
pengawasan mengandung makna pembinaan.
Kesimpulanya di ruang IRNA 3 telah dilakukan supervise
internal oleh kepala ruangan tetapi terbatas hanya pada jam kerja
kepala ruangan untuk supervise pada shift sore dan malam belum ada
sehingga penilaian kerja perawat pada jam sore dan malam belum ada,
sehingga supervisi masih belum optimal.
f. Dokumentasi Keperawatan
Sistem pendokumentasian yang berlaku saat ini adalah SOR
(Sources Oriented Record), yaitu sistem pendokumentasian yang
berorientasi kepada 5 komponen (lembar penilaian berisi biodata dan
keluhan saat dikaji, lembar order dokter, catatan observasi perawat,
catatan pemberian obat/cairan, catatan observasi vital sign). Sistem
17
pendokumentasian masih dilakukan secara manual akan tetapi
pendokumentasian administrasi sudah menggunakan sistem
komputerisasi.
1) Ringkasan Pengumpulan Data Pada Penerapan MAKP :
Tabel 2.10 : Ringkasan Pengumpulan Data Pada Penerapan MPKP
No. METODE DATA FOKUS1. Penerapan
MAKP1. Metode yang diterapkan2. Mekanisme pelaksanaannya3. Kejelasan pembagian tugas4. Kualitas serta kepuasan pasien dan
perawat2. Timbang terima 1. Pra : Masalah pasien, tindakan yang
sudah dan rencana yang belum dilakukan {lebih ke kolaborasi terapi}, perhatian khusus
2. Mekanisme pelaksanaan3. Pasca : klarifikasi, tindak lanjut tindakan
3. Ronde keperawatan
1. Pra : Kriteria penetapan pasien (kasus khusus)
2. Mekanisme pelaksaan3. Pasca : adanya solusi dan rekomendasi
penyelesaian masalah4. Pengelolan
logistic dan obat1. Pra : Identifikasi masalah dan
sentralisasi obat2. Penyusunan format untuk sentralisasi
obat3. Mekanisme penyimpanan
5. Discharge planning
1. Mekanisme2. Isi : obat,waktu control, diit, aktivitas
6. Supervisi 1. Instrumen supervise2. Mekanisme pelaksanaan3. Pasca : pemberian fair, feedback, dan
follow up7. Dokumentasi 1. Konsistensi model yang diterapkan
2. Penulisan berdasarkan standard an aspek legal
3. Kelengkapan data (Lengkap-Akurat-Relevan, dan Baru/LARB)
4. Efisiensi dan efektifitas pengisianSumber : Depkes RI, 2005
18
2.6 AnalisaMasalah
Adapun hasil kajian yang diperoleh adalah:
Tabel 2.11 Analisa Masalah
No Data Masalah 1 Berdasarkan hasil observasi diperoleh
bahwa perlengkapan tempat sentralisasi obat yang belum memenuhi standar, sehingga banyak jenis obat injeksi yang bentuknya besar, kebanyakan yang ditaruh di keranjang.
Belum ada tempat sentralisasi obat yang memadai.
2 Berdasarkan hasil observasi di peroleh bahwa teknik timbang terima belum optimal dimana, saat timbang terima tidak selalu diikuti oleh semua perawat tiap shift dan tidak langsung ke ruang perawatan pasien.
Tehnik handover belum optimal
3
4
Berdasarkan hasil observasi ronde keperawatan sudah dilakukan akan tetapi belum dilakukan secara khusus pada pasien
Berdasarkan hasil observasi supervisi internal sudah dilaksanakan dengan baik tetapi supervisi eksternal belum dilakukan secara optimal karena tidak terlihat adanya supervisor yang mengawasi secara langsung.
Ronde keperawatan belum terlaksana sepenuhnya
Supervisi internal sudah dilaksanakan dan eksternal belum dilaksanakan
2.7 Analisis SWOT
Untuk memberi gambaran yang akurat tentang kekuatan dan
kelemahan organisasi, maka pihak manajemen harus mampu mendeskripsikan
serta mengungkap data dan informasi organisasi pada masa lalu dan sekarang,
sehingga dengan informasi tersebut pihak pimpinan dapat menentukan sikap
yang tepat dalam memecahkan suatu persoalan. Untuk melengkapi data
analisa bisa juga dilengkapi dengan kesempatan dan ancaman dari factor
internal sehingga langkah pemecahan masalah dan strategi yang ditetapkan
berdasarkan pertimbangan yang kompleks dariberbagaisudutpandang.
19
Tabel 2.12 : Analisis Situasi Ruangan Berdasarkan Pendekatan “Analisis SWOT
SWOT WEAKNES OPPORTUNITY THEREATNEDM 1(Man)1. Adanya sistem pengembangan
staf berupa pelatihan dan sebanyak 80% perawat telah mengikuti pelatihan
2. Jenis ketenagaan:- S1 keperawatan: 3 orang- S1+NS: 5 orang- D3 keperawan: 11 orang
3. Adanya tugas, peran, dan wewenang yang jelas.
1. Sebagian perawat belum melakukan tugas sesuai dengan MAKP
1. Adanya program pelatihan / seminar khusus tentang manajemen keperawatan dari diklat
2. Adanya kesempatan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi
3. Adanya kerja sama yang baik antar mahasisa keperawatan dengan prawat klinik
1. Ada tuntutan tinggi dari masyarakat untuk pelayanan yang lebih profesial.
2. Makin tingginya kesadaran masyarakat akan hukum.
3. Makin tingginya kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan.
4. Persaingan antar RS yang semakin kuat
5. Terbatasnya kuota tenaga keperawatanyang melanjutkan pendidikan tiap tahun
M2 (SARANA DAN PRASARANA)
20
1. Mempunyai perawatan oksigenasi dan semua perawat ruangan mampu menggunakannya.
2. Terdapat administrasi penunjang.
3. Tersediannya Nurse Station.
1.kurang.
1. Adanya pengadaan sarana dan prasarana yang rusak dari pengadaan bagian barang yang rusak.
2. Kurangnya tempat penyimpanan obat / ruangan obat.
1. Kesenjangan antara jumlah pasien dengan peralatan yang ada
2. Ada tuntutan tinggi dari masyarakat untuk melengkapi sarana dan prasarana
M3 ( METHOD)1. Rumah sakit memiliki visi,
misi, dan moto sebagai pelayanan.
2. Sudah ada model MAKP yang digunakan fungsional.
3. Ada dokumentasi SOR.4. Supervisi sudah dilakukan
kepala ruangan, tetapi belum ada supervisor khusus untuk melakukan supervise.
5. Ada kemauan perawat untuk berubah.
6. Mempunyai standar asuhan keperawatan.
7. Mempunyai protap setiap tndakan.
8. Terlaksananya komunikasi
1. MAKP belum dilaksanakan dengan baik.
2. Ronde keperawatan belum rutin dilaksanakan.
3. Supervise eksternal belum ada
1. Adanya mahasiswa S1 keperawatan praktik manajemen keperawatan.
2. Ada kerja sama yang bak antara mahasiswa Praktik dengan perawat ruangan.
1. Adanya tuntutan masyarakat yang semakin tinggi terhadap peningkatan pelayanan keperawatan yang lebih professional.
2. Makin tinggi kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan.
3. Makin tinggi kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan.
21
yang adekuat; perawat dan tm kesehatan lain.
Dokumentasi Keperawatan1. Tersedianya sarana dan
prasarana untuk tenaga kesehatan (sarana administrasi pennjang).
2. Sudah ada system pendokumentasian SOR.
3. Dokumentasi keperawatan- Pengkajian menggunakan
system head to too dan pola fungsi kesehatan (Gordon).
- Diagnose keperawatan sampai dengan evaluasi menggunakan SOAP.
4. Adanya kemauan perawat untuk melaksanakan pendokumentasian.
1. Jumlah pasien dan tingkat ketergantungan yang tinggi sehingga pendokumentasian belum optima
2. SAK dan SOP belum maksimal digunakan.
1. Peluang perawat untuk meningkatkan pendidikan (pengembangan SDM).
2. Mahasiswa praktik manajamen untuk mengembangkan system dokumentasi PIE.
3. Kerjasama yang baik antara perawat dan mahasiswa.
4. Model MAKP yang diterapkan mahasiswa Praktik .
1. Tingkat kesadaran masyarakat (pasien dan keluarga) akan tanggung jawab dan tanggung gugat
Ronde Keperawatan1. bidang perawatan dan
ruangan mendukung adanya kegiatan ronde keperawatan
1. Ronde keperawatan adalah kegiatan yang belum dapat di
1. Adanya kesempatan dan karu untuk mengadakan ronde keperawatan pada
1. Adanya tuntutan yang lebih tinggi dari masyarakat untuk mendapatkan
22
2. adanya kemauan perawat untuk berubah
3. banyaknyakasuskasusbedah yang memerlukan perhatian khusus
4. SDM banyak mempunyai pengalaman dalam bidang keperawatan medical bedah
laksanakan secara optimal di ruangan
2. Karakteristik tenaga yang memenuhi kualifikasi belum merata
3. Belum di laksanakan MAKP secara optimal
perawat dan mahasiswa praktik
pelayanan yang lebih professional.
2. Persaingan antar-ruang penyakit dalam semakn kuat dalam pemberian pelayanan.
Sentralsasi Obat1. Tersedianya sarana dan
prasarana untuk pengelolaan sentralisasi obat.
2. Kepala ruangan mendukung kegiatan sentralisasi obat tetapi belum maksimal.
3. Pernah dilaksanakan kegiatan sentralsasi obat di ruangan IRNA III
4. Adanya kemauan perawat untuk melakukan sentralisasi obat.
5. Adanya buku injeksi dan obat-obatan
1. Belum ada pembagian tugas dan tanggung jawab tentang sentralisasiobat yang jelas
2. Sentralisasi obat belum optimal karena terbatasnya tempat penyimpanan obat, dan kebanyakan obat yang bentuknya besar ditaruh dikeranjang.
1. Adanya mahasiswa praktik manajemen keperawatan
2. Adanya kerjasama yang baik antara mahasiswa yang praktik dengan perawat ruangan.
3. Sarana dan prasarana penunjang cukup tersedia
1. Adanya tuntunan yang lebih tinggi dari masyarakat untuk mendapapatkan pelayanan keperawatan yang profesional.
2. Adanya ketidakpercayaan pasien terhadap pengelolaan sentralisasi obat.
Timbang Terima1. Kepala ruangan tidak selalu 1. Teknik timbang terima 1. Adanya mahasiswa praktik 1. Adanya tuntutan yang lebih
23
memimpin kegiatan timbang terima setiap pagi
2. Adanya laporan jaga setiap shift
3. Timbang terima sudah merupakan kegiatan rutin yang telah dilaksanakan tetapi kurang optimal
4. Adanya kemauan perawat untuk melakukan timbang terima.
5. Adanya buku khusus untuk pelaporan timbang terima
masih belum optimal.2. Masih banyak timbang
terima tentang masalah medis.
menejemen keperawatan.2. Adanya kerjasama yang
baik antara mahasiswa yang peraktik dengan perawat ruangan.
3. Sarana dan prasarana penunjang cukup tersedia.
tinggi dari masyarakat untuk mendapatkan pelayanan keperawatan yang professional.
2. Meningkatnya kesadaran masyarakat tentang tanggung jawab dan tanggung gugat perawatsebagai pemberi asuhan keperawatan.
Discharge Planning 1. Dilakukannya dischard
planning dengan memberikan surat kontrol setiap pasien pulang.
1. Tidak tersedianya discharge planning secara optimal di ruangan.
2. Keterbatasan waktu perawat dalam memberikan penkes
3. Keterbatasan anggaran untuk format discharge planning
4. Tidak tersedianya leaflet pasien saat pulang.
5. Pemberian penkes di
1. Adanya mahasiswa yang melakukan praktik manajemen keperawatan.
2. Adanya kerjasama yang baik antara mahasiswa dengan perawat.
3. Kemauan pasien/keluarga terhadap anjuran perawat.
1. Adanya tuntutan masyarakat untuk mendapatkan pelayanan keperawatan yang profesional.
2. Makin tingginya kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan.
24
lakukan secara lisan setiap pasien/ keluarga.
6. Tidak adanya pendokumentasian discharge planning.
Supervise 1. Kepala ruangan mendukung
kegiatan supervisi demi meningkatkan mutu pelayanan keperawatan.
2. Supervisi yang dilakukan diruang IRNA 3 bersifat tidak langsung sesuai dengan keadaan ruangan.
1. Belum ada uraian yang jelas tentang supervisi.
2. Belum mempunyai format yang baku dalam pelaksanaan supervisi.
3. Kurangnya program pelatihan dan sosialisasi tentang supervisi.
1. Adanya mahasiswa STIKES Yarsi yang praktik manajemen keperawatan.
2. Terbuka kesempatan untuk melanjutkan pendidikan atau magang.
Tuntutan pasien sebagai konsumen untuk mendapatkan pelayanan yang profesional dan bermutu sesuai dengan peningkatan biaya keperawatan.
25
2.8 Identifikasi Masalah
1. Ketenagaan (M1)
a. Sudah disiplinnya pegawai datang sebelum operan atau timbang
terima berlangsung.
b. Jumlah perawat yang berpendidikan, D3 Keperawatan sebanyak 11
orang, S1 keperawatan sebanyak 3 orang dan Profesi Ners 5 orang.
Kesimpulan : jumlah tenaga perawat dalam jumlah cukup, tetapi untuk
memaksimalkan pemberian asuhan keperawatan dibutuhkan tambahan
perawat lagi.
2. Sarana dan prasarana (M2)
Sarana dan prasarana yang dimiliki ruangan terpakai secara optimal,
namun peralatan medis masih sangat kurang Ada beberapa alat yang perlu
disediakan namun hal ini masih bisa diatasi dengan mengamprah atau
minjam diruangan lain.
Kesimpulan : Belum adanya alat kesehatanyang memadai di IRNA kelas III
bawah untuk menunjang proses keperawatan.
3. Metode (M3)
Dokumentasi keperawatan
a. Sistem pendokumentasian sudah optimal, menggunakan metode manual
untuk mengisi status pasien
b. Dokumentasi keperawatan sudah dilaksanakan dengan optimal karena
semua masalah atau data tentang pasien dicatat didalam buku
pendokumentasian
c. Catatan perkembangan pasien cukup lengkap dan berkesinambungan.
Kesimpulan : pendokumentasian keperawatan terutama catatan
perkembangan pasien sudah dilaksanakan dengan optimal.
Ronde keperawatan
Ronde keperawatan adalah kegiatan yang belum dapat dilaksanakan
secaraoptimal dan rutin diruangan.
26
Kesimpulan: Ronde keperawatan sudah dilakukan akan tetapi belum secara
optimal karena terlihat kebanayakan yang dilakukan ronde
medis
Sentralisasi obat
Di IRNA III sudah tersedia sarana dan prasarana untuk pengelolaan
sentralisasi obat, adanya buku injeksi dan obat-obatan serta adanya kemauan
perawat untuk melakukan sentralisasi obat.
Kesimpulan : Pelaksanaan sentralisasi obat sudah dilakukansecara optimal
tetapi belum maksimal karena terbatasnya tempat penyimpanan obat
sehingga kebanyakan obat yang bentuknya besar di simpan dikeranjang.
Supervisi
Supervisi sejauh ini sudah optimal dimana supervisi dilakukan surpervisor
internal yaitu surpervisor diruangan itu sendiri (Karu dan PP) dan
surpervisor eksternal yaitu surpervisor yang ditunjuk langsung oleh pihak
rumah sakit akan teapi belum berjalan optimal. surpervisor internal akan
memeriksa kerja dari perawat assosiate diruangan, sedangkan surpervisor
eksternal memeriksa keseluruhan kinerja diruang jaga termasuk kinerja
surpervisor internal.
Kesimpulan : Supervisi internal sejauh ini sudah optimal, sedangkan
surpervisor eksternal belum berjalan optimal.
Operan/ timbang terima
a. Kedisiplinan perawat pada saat operan sudah optimal.
b. Ketika timbang terima selain masalah medis, juga dijelaskan masalah
keperawatan dalam bentuk buku pelaporan PP sehingga saat timbang
terima, jelas masalah yang dilaporkan kepada masing-masing tim.
c. Timbang terima tidak selalu ke ruangan dan didekat pasien
Kesimpulan : Ruang IRNA III sudah melakukan timbang terima, tetapi
tidak selalu diikuti oleh semua perawat di ruangan, hal tersebut dikarenakan
perawat yang lain telah membagi tugas masing-masing untuk dikerjakan.
27
Dischrge planing
Pelaksanaan perencanaan / discharge planning sudah dilaksanakan secara
optimal dimana pemberian pendidikan kesehatan sangat dibutuhkan oleh
pasien dan keluarga pasien yang akan pulang.
Kesimpulan: Perencanaan pulang sudah optimal dengan memberikan
pendidikan kesehatan dan memberikan kartu kontrol, serta di
berikannya edukasi oleh tim gizi tentang diit makanan yang
harus dihindari dan yang boleh dikonsumsi.
Ringkasan prioritas masalah
Supervise internal sudah berjalan yang dilakukan oleh kepala ruangan
kepada anggota di ruangan dan supervise eksternal atau oleh pengawas
perawatan (supervisor) belum berjalan secara optimal.
28
BAB IIIPERENCANAAN (RENCANA STRATEGIS)
No Masalah Tujuan Program/Kegiatan Indikator Keberhasilan WaktuPenanggung
jawab
1 M2 (sarana dan
prasarana)
a. Masih kurangnya alat kesehatan seperti EKG.
b. Masih kurangnya sarana dan prasana dalam pelaksanaan sentralisasi obat seperti lemari penyimpanan obat
Untuk memudahkan pelayanan keperawatan yang diberikan pada pasien
Untuk membantu mengorganisir sentralisasi obat
Untuk melengkapi peralatan diruangan
Melobi pihak rumah sakit untuk mengadakan / mengamprah peralatan yang belum tersedia di ruangan tersebut.
Adanya alat kesehatan seperti EKG di ruangan tersebut
Terdapatnya lemari penyimpanan obat di ruangan yang dapat menampung semua obat
Perawat terfalisitasi dalam mengadakan pelayanan kepada pasien
Sesuai respon
dari pihak
rumah sakit.
29
2 M3 (Metode)
a. Ronde keperawatan belum secara optimal atau secara rutin dilaksanakan di ruangan perawatan karena kesempatan perawat yang terbatas.
Ronde keperawatan dapat terlaksana dengan optimal dan rutin sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan oleh kepala ruangan
Tim atau perawat yang terlibat dalam ronde keperawatan mampu menyelesaikan dan mengatasi masalah keperawatan sehingga ronde keperawatan dapat terlaksana dengan baik
Ronde keperawatan dilaksanakan secara rutin dengan jadwal yang telah ditetapkan sehingga masalah yang terjadi diruangan dapat lebih cepat teratasi, misalnya 1 kali dalam 2 minggu dan dilaksamnakan selama 30-40 menit.
Tim yang dibentuk harus mampu menyelesaikan tugas yang ada khususnya yang berkaitan dengan ronde keperawatan agar pelaksanaan ronde lebih optimal dan masalah yang terjadi dapat segera diatasi.
Pasien mengatakan puas dengan pelayanan yang telah diberikan oleh perawat saat mengatasi masalah yang dialami klien.
Ronde keperawatan dapat terlaksana sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan dan dipimpin oleh kepala ruangan.
Tim yang dibentuk dalam pelaksanaan ronde keperawatan mampu mengatasi masalah keperawatan yang terjadi dan membantu melaksanakan ronde keperawatan agar lebih optimal.
15-50 menit
setiap minggu
ke-2 dan ke-4 :
5 menit
praronde,
30 menit
pelaksanaan
dan 10 menit
pascaronde.
30
b. Sentralisasi obat belum terlaksana dengan optimal dalam hal permintaan izin pelaksanaan kegiatan ke keluarga dan klien sendiri, belum ada lembar dokumentasi pemberian obat yang ditandatangani oleh perawat dan klien dalam setiap waktu pemberian obat
c. Supervise internal belum terdokumentasi dengan optimal
Mampu mengaplikasikan peran perawat dalam pengelolaan sentralisasi obat dan mendokumentasikan hasil pengelolaan sentralisasi obat
Mampu mengaplikasikan pendokumentasian supervisi internal sesuai dengan prosedur
Melakukan pendekatan secara langsung dengan komunikasi terapeutik untuk meyakinkan klien agar bersedia mengikuti pengelolaan sentralisasi obat dan menggunakan format sentralisasi obat
Melaksanakan supervisi internal keperawatan bersama- sama dengan kepala ruangan dan staf perawat
Pelaksanaan sentralisasi obat dilakukan sesuai dengan ruangan yang telah ditentukan dan klien yang telah menyetujui untuk dilakukan sentralisasi obat.
Pelaksanaan sentralisasi obat sesuai dengan alur yang telah ditentukan
Obat dapat diberikan secara tepat dan benar
Perawat mudah mengontrol pemberian obat
Mahasiswa mampu melaksanakan supervise secara optimal
Supervise dilaksanakan sesuai dengan rencana
Dimulai
minggu ke-2
hingga minggu
ke-4
Setiap selesai
melaksanakan
tindakan
31
d. Discharge planning sudah dilakukan tetapi belum optimal
Meningkatkan kinerja perawat dalam memberikan asuhan keperawatan
Terlaksananya rencana pulang sesuai dengan standar dan kemampuan perawat meningkat dalam memberikan pendidikan kesehatan saat pasien akan pulang.
Mendokumentasikan hasil pelaksanaan supervise keperawatan.
Membuat perencanaan pulang sesuai dengan prosedur yang ada.
Membuat brosur atau leaflet tentang pengertian penyakit, pencegahan perawatan, aktivitas dan istirahan
Mendokumentasikan pelaksanaan rencana pulang
Supervisor memberikan reward/feed back pada perawat primer dan perawat pelaksana.
Pasien dan keluarga mengerti dan memahami penjelasan tentang penyakitnya, pencegahan, perawatan, aktivitas, maupun istirahat sesuai dengan brosur yang sudah diberikan.
Adanya brosur atau leaflet tentang penyakit yang diderita oleh masing-masing pasien
Tercatatnya semua kegiatan rencana pulang yang sudah dilakukan oleh perawat.
32
BAB IV
PELAKSANAAN KEGIATAN
4.1 Penyelengaraan Asuhan Keperawatan
Sistem MAKP adalah suatu kerangka kerja yang mendefenisikan
empat unsur, yakni : standar, proses keperawatan, pendidikan keperawatan
dan system MAKP. (Nursalam, 2009)
Model MAKP terdiri dari :
1. Model Fungsional
2. Model TIM
3. Model Primer
4. Model Kasus
5. Model Modifikasi Tim Primer
Dalam praktik manajemen ini, kelompok memilih model modifikasi tim
primer sebagai model asuhan keperawatan di ruang IRNA III Bawah RSUD
Kota Mataram.
1. Persiapan
Pada tahap persiapan seluruh anggota kelompok melakukan
orientasi, analisa situasi ruangan, perencanaan dan pengorganisasian
selama 2 hari dari tanggal 24- 25 November 2014. Setelah itu pada hari ke
6 (Sabtu, 1 Desember 2014) dilaksanakan destiminasi hasil pengkajian,
analisa situasi serta menyampaikan rencana program kerja.
2. Uji Coba
Uji coba dilaksanakan selama 1 hari yaitu pada tanggal 1 Desember
2014, yang meliputi uji coba pemberian asuhan keperawatan yaitu dengan
menggunakan model asuhan keperawatan professional metode tim primer
dimana masing-masing anggota kelompok berperan sebagai kepala
ruangan, ketua tim serta perawat associate sesuai peran yang sudah
ditetapkan.
33
3. Pelaksanaan
Pada minggu kedua, kelompok mulai melaksanakan asuhan
keperawatan dengan menerapkan model modifikasi tim Primer
keperawatan yang dilkasankan secara bergantian berperan sebagai kepala
ruangan, perawat primer dan perawat associate ( jadwal peran dan uraian
tugas terlampir). Disamping itu setiap anggota kelompok juga dibagi
dalam 3 shift dinas yaitu : pagi, sore, dan malam yang dilaksankan mulai
minggu kedua (jadwal dinas terlampir).
Dengan penetapan MAKP modifikasi tim oleh kelompok mulai pada
tanggal 4 Desember 2014, maka selanjutnya peran tenaga keperawatan
dibagi dalam kategori : Kepala ruangan, Perawat primer dan Perawat
asosiet.
Adapun bagan model stuktur organisasi modifikasi tim adalah
sebagai berikut:
Bagan 4.1 Model Modifikasi Tim
Selanjutnya : proses penyelenggaraan peran dibantu oleh perawat
pelaksana lainnya dari mahasiswa Poltekkes Kemenkes Mataram sebanyak
2- 3 orang (sesuai dengan jadwal sift).
Untuk selanjutnya susunan kepanitiaan inilah yang digunakan dalam
penerapan MAKP Modifikasi Tim Primer di Ruang IRNA III Bawah
RSUD Kota Mataram.
34
Kepala ruangan
PP I PP III
PAPA
PA
PP II
PAPA
4. Evaluasi
Evaluasi pelaksanaan MAKP dilaksanakan pada minggu ke IV Yaitu
pada tanggal 15-20 Desember 2014 yang meliputi pelaksanaan masing-
masing peran (Karu, Katim dan PA) setiap anggota kelompok dengan
berpedoman pada uraian tugas telah disepakati serta pelaksanaan shift
jaga.
5. Kelebihan
a. Model MAKP modifikasi Tim yang dijalankan oleh ruangan :
1) Asuhan keperawatan lebih terencana selama 24 jam karena
direncanakan dari pagi
2) Membangun kemandirian perawat associet Dan perawat
pembelajaran / profesionalisasi PA dalam menjadi perawat primer
kedepannya pada saat rotasi
3) Perawatan kepada pasien lebih komprehensif
4) Penyebaran tenaga perawat lebih optimal
b. Model MAKP Modifikasi Tim yang dijalankan oleh mahasiswa adalah
sesuai MAKP yang dijalankan diruangan yaitu modifikasi Tim Primer.
Dengan menempatkan 1 PP pada setiap shift.
6. Hambatan
a. Model MAKP modifikasi Tim Primer yang dijalankan oleh ruangan :
1) Merangkapnya tugas dari PA khususnya pada shift sore dan malam
karena tidak didampingi langsung oleh PP.
2) Bila muncul masalah keperawatan yang baru dari pasien, tindakan
yang dilakukan tidak sesuai dengan rencana yang sudah disusun
oleh PP.
3) Jika ada pasien baru yang menyusun rencana keperawatan adalah
PA bukan PP.
4) Perawat PP harus memiliki pengalaman dan pengetahuan yang
memadai dalam mengambil keputusan yang tepat, menguasai
keperawatan klinis, serta mampu berkolaborasi dengan berbagai
disiplin ilmu
35
b. Model MAKP Modifikasi Tim yang dijalankan oleh mahasiswa adalah
model Modifikasi Tim Primer sesuai dengan ruangan dengan
hambatan yang sama seperti yang dipaparkan diatas.
7. Konsep Solusi
1) Semua model MAKP baik untuk ditrapkan diruangan tetapi
penyesuaian dan pemerataan shif harus diperhatikan dan dikondisikan
sesuai keadaan tenaga diruangan sehingga model MAKP yang
ditrpakan berjalan sesuai dengan harapan.
2) Dengan adanya PP pada setiap shift, setiap ada maslah keperawatan
yang baru PP dapat segera menyusun rencana kegiatan yang baru.
3) Karu harus dapat berperan aktif dalam memberikan supervisi terhadap
PP di masing-masing shiftt
4.2 Dokumentasi Keperawatan
Pendokumentasian Keperawatan dilaksanakan mulai tanggal 1 Desember
2014 di ruang IRNA III bawah. Format pendokumentasian meliputi :
a. Dokumentasi Pada Status Pasien
1) Lembar rawat inap
2) Lembar ringkasan masuk dan keluar/dichange planing
3) Lembar pengkajian/anamnese
4) Lembar surat persetujuan dilakukan sentralisasi obat
5) Lembar pemberian obat
6) Lembar pemberian cairan
7) Lembar vital sign
8) Lembar catatan perkembangan
9) Lembar pemakaian obat dan alat kesehatan
b. Dokumentasi Pada Pembukuan (Buku Besar Dan Kecil)
1) Buku Timbang Terima (PA)
2) Buku TTV
3) Buku beban perawat
36
Dalam pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan masing-
masing mahasiswa melaksanakan sesuai dengan perannya (Karu, PP dan PA)
bertanggung jawab melakukan pengkajian serta pemeriksaan fisik dan
pendokumentasian dalam setatus penderita. Bila pasien pulang, Katim
bertanggung jawab mengisi discharge planning dan setatus penderita di simpan
sebagai arsip.
4.3 Sentralisasi obat
Kegiatan yang dilakukan dalam sentralisasi obat sebagai berikut:
1. Persiapan
Pada tahap persiapan yang dilaksanakan oleh mahasiswa yaitu
sebagai berikut
a. Maenyiapkan proposal sentralisasi obat
b. Menyiapkan sarana dan prasarana sentralisasi obat seperti informed
consent, kotak obat, kartu obat, dan buku sentralisasi obat.
c. Mengadakan pendekatan kepada pasien dan keluarga mengenai
pelaksanaan sentralisasi obat dan meminta persetujuan melalui
informed consent.
d. Menyepakati alur atau mekanisme sentralisasi obat yaitu sebagai
berikut:
37
Bagan alur sentralisasi obat di ruang IRNA III RSUD Kota Mataram
Sumber: Nursalam 2007
2. Pelaksanaan
Pelaksanaan sentralisasi obat dimulai pada minggu ke-2 sampai minggu
ke-4 dengan cara:
a. Mengumpulkan obat program ke kontak yang telah di tulis nama klien
b. Memasukkan jumlah dan jenis obat di buku obat yang ditandatangani
oleh klien atau keluarga dan penerima obat (perawat).
c. Mengontrol jenis dan dosis pemberian obat pada status klien
d. Membagi obat sesuai dengan dosis dan jadwalnya.
e. Melakukan timbang terima obat.
f. Melakukan kolaborasi untuk kelanjutan obat klien yang sudah habis
dengan melaporkan ke dokter yang merawat untuk menulis resep lagi.
38
DOKTER
PASIEN / KELUARGA
FARMASI /
APOTIK
PP / PERAWAT YANG
MENERIMA
PENGATURAN DAN
PENGELOLAAN OLEH PERAWAT
PASIEN / KELUARGA
PASIEN /
KELUARGA
Pendekatan Perawat
- Surat persetujuan sentralisasi
obat dari perawat
- Lembar serah terima obat
- Buku serah terima / masuk
obat
g. Mengembalikan obat pada pasien pulang.
3. Masalah
Dalam perjalanan kegiatan sentralisasi obat ada beberapa kendala
yang kemungkinan ditemukan untuk dijadikan koreksi langkah selnjutnya
antara lain:
a. Terlambatnya pemberian obat di pagi hari di sebabkan pengamprahan
obat di apotik terlalu lama karna semua ruangan mengamprah di pagi
hari karena
b. Adanya klien yang tidak mendapat obat puasa, jadwal HD, atau
pemeriksaan radiologi dll.
c. Adanya keluarga atau klien yang menolak pemberian obat.
4. Konsep solusi
Dari kendala yang ditemukan, kami memberikan konsep solusi sebagai
berikut:
a. Pengamprahan obat sebaiknya dilakukan oleh perawat yang shif di
malam, sehingga sentralisasi obat berjalan dengan baik dan pemberian
obat ke klien bisa lebih tepat waktu.
1) Perawat tetap memperhatikan jam pemberian obat dan dilakukan
penetapan waktu pemberian obat untuk menjaga rentang waktu
pemberian obat.
2) Berikan obat beberapa menit sebelum waktu minum obat
3) Catat jadwal pemberian obat kembali pada buku operan
4) Penundaan pemberian obat oleh karena adanya tindakan medis lain
(puasa, adanya jadwal operasi, HD, pemeriksaan radiologi, dll)
harap dioperan pada seluruh perawat yang bertugas shift
selanjutnya.
b. Untuk mangatasi masalah kepercayaan sentralisasi obat:
1) Perawat harus menjelaskan sedetail-detailnya tentang sentralisasi
obat dan tujuanya supanya keluarga pasien mempunyai
kepercayaan.
39
2) Laporkan sisa obat yang tersimpan setiap pemberian obat minum
kepada klien.
3) Beri reward posotif atas kerjasama yang baik dari pasien dan
keluarga.
4.4 Ronde keperawatan
Ronde keperawatan sebagai bagian dalam peningkatan pemberian asuhan
keperawatan perlu dilakukan secara terencana atau bila diperlukan terutama
pada klien :
1. Penyakit lama atau kronis
2. Penyakit dengan komplikasi
3. Penyakit Akut
Dalam upaya tersebut kelompok berusaha seoptimal mungkin dalam
pelaksanaan ronde keperawatan yang meliputi kegiatan :
1. Persiapan
a. Penyusunan proposal ronde keperawatan (terlampir)
b. Penyusunan proposal ronde keperawatan dilakukan oleh kordinator /
anggota kelompok yang di tunjuk sebagai penanggung jawab ronde
keperawatan yang kemudian di konsulkan kepada pembimbing lahan,
pembimbing pendidikan sampai disetujui.
c. Menentukan nama klien dan jenis penyakitnya serta permasalahan yang
berhubungan dengan keperawatan
d. Membuat asuhan keperawatan sesuai kasus yang telah disepakati oleh
pembimbing dan mengkonsultasikan sampai kasus disetujui.
e. Membuat surat persetujuan akan dilaksanakan ronde keperawatan kepada
pasien tersebut dan membuat undangan konselor kepada para konselaor
yaitu dokter yang menangani pasien tersebut, ahli gizi dan apoteker.
f. Dalam persiapan pelaksanaan ronde keperawatan ini kepala ruangan
yang bertanggung jawab dalam penyelenggaraan, PP (perawat primer)
yang menyiapkan dan menyajikan dalam pengelolaan kasus Asuhan
keperawatan
40
2. Pelaksanaan
Ronde keperawatan tidak dapat dilaksanakan dikarenakan tidak
adanya koordinasi antara anggota kelompok. Sehingga tidak ada yang
menjadi penanggunug jawab dalam kegiatan ronde keperawatan
3. Konsep Solusi
Perlu adanya koordinasi seluruh anggota kelompok untuk menunjuk
satu orang menjadi penanggung jawab kegiatan ronde keperawatan.
Sehingga kegiatan ronde eperawatan dapat terlaksana
4.5 Supervisi keperawatan
1. Persiapan
Pada tahap persiapan, kelompok melakukan persiapan sebagai berikut.
a. Menetapkan hari pelaksanaan supervise keperawatan yaitu pada saat
karu menghendaki adanya supervise sesuai dengan masalah yang
perlu dibenahi.
b. Menetapkan instrumen supervise serta format laporan supervise yaitu
injeksi intravena dan dokumentasi keperawatan.
2. Pelaksanaan
Percobaan pelaksanaan supervisi keperawatan pada hari Senin, 1
Desember 2014 pukul 10.00 WITA. Seperti yang telah ditetapkan,
supervise yang dilakukan mengenai injeksi intravena.
3. Hambatan
Hambatan yang ditemui kelompok adalah kurangnya perlengkapan
mahasiswa dalam melakukan tindakan
4. Konsep solusi
Berdasarkan hambatan yang ditemukan, solusi yang dapat dilakukan
adalah mahasiswa harus melengkapi semua alat-alat yang dibutuhkan
sebelum melakukan tindakan keperawatan ke pasien.
41
4.6 Timbang terima Pasien
1. Persiapan
Persiapan timbang terima mulai dilaksankan pada minggu kedua dengan
kegiatan sebagai berikut :
a. Mencari literatur guna memperluas wawasan timbang terima
b. Mengadakan uji coba timbang terima pada minggu kedua.
2. Pelaksanaan
Pelaksanaan timbang terima mulai dilaksanakan pada minggu kedua
3. Hambatan
a. Timbang terima yang dilaksanakan oleh perawat ruangan IRNA III
Bawah
Timbang terima yang dilaksanakan oleh perawat ruangan sudah
optimal sesuai dengan teori, melalui tiga tahap yaitu : pra timbang
terima, pelaksanaan timbang terima dan post timbang terima.
b. Timbang terima yang dilaksanakan oleh mahasiswa
1) Minimnya pengalaman dari mahasiswa dalam pelaksanaan timbang
terima.
2) Tidak optimalnya penyampaian informasi instruksi dokter dari tim
sebelumnya ke tim berikutnya karena kkurang kemampuan
mahasiswa dalam membaca instruksi dokter.
4. Konsep solusi
a. Timbang terima dilaksanakan secara bersamaan dari tim 1 dan 2
sehingga semua perawat akan mengetahui semua kondisi pasien.
b. Timbang terima dilaksanakan tepat waktu agar semua perawat
diajarkan disiplin, sehingga pemberian asuhan keperawatan bisa
dilaksanakan lebih komprehensif dan optimamal selama 24 jam.
42
4.7 Discharge Planning
1. Persiapan
Pada tahap persiapan, kelompok melakukan persiapan sebagai berikut :
a. Menyusun proposal discharge planning serta standar kalimat pada
discharge planning.
b. Penetapan pelaksanaan discharge planning yaitu pada saat minggu
kedua pelaksanaan MAKP.
2. Pelaksanaan
Pelaksanaan discharge planning dilakukan pada minggu kedua
pelaksanaan MAKP setiap pasien akan pulang yaitu tanda tangan
persetujuan pulang oleh keluarga dan diberikan leflet oleh mahasiswa yang
berjalan minggu ke 2 dan minggu ke 3.
3. Hambatan
Hambantan yang ditemukan dalam pelaksanaan discharge planning adalah
belum lengkapnya dalam pendokumentasian status pasien baru karena
sering kali ada saja yang terlupakan dan pemberian leflet sering terlupakan
Karena refrensi yang terbatas.
4. Konsep solusi
Berdasarkan hambatan yang ditemukan, solusi yang dapat dilakukan
adalah perlu kesadaran dari masing-masing anggota kelompok untuk
melengkapi dokumentasi status pasien yang akan pulang. Setiap pasien
pulang selalu diberikan penjelasan sesuai dengan kebutuhan pasien dam
menyiapkan refrensi untuk pembuatan leflet.
43
BAB V
EVALUASI
5.1 Evaluasi Proses
Berdasarkan rencana kegiatan yang telah disusun, maka kegiatan yang
dapat dilakukan antara lain :
1. Pembuatan struktur organisasi
2. Analisa situasi
3. Penyusunan program kerja : penerapan MAKP dan sentralisasi obat
4. Pembuatan jadwal dan rancangan pembagian peran
5. Penyiapan lembar dokumentasi keperawatan
6. Sosialisasi penyelenggaraan MAKP
7. Uji coba penerapan MAKP
8. Penerapan MAKP : aplikasi peran, pendelegasian tugas dan proses
dokumentasi keperawatan
9. Pelaksanaan sentralisasi obat
10. Pelaksanaan supervise
11. Pelaksanaan timbang terima
12. Pelaksanaan penerimaan pasien baru
13. Pelaksanaan problem solving
14. Pelaksanaan discharge planning
15. Evaluasi penerapan MAKP
16. Penyusunan laporan
17. Persiapan seminar
5.2 Evaluasi Hasil
Evaluasi keberhasilan program penyelenggaraan MAKP ditinjau
secara obyektif melalui penerima pelayanan keperawatan. Dari pesan kesan
keluarga dan pasien setelah dilakukan perawatan ditanyakan oleh
mahasiswa saat pulang yaitu hampir semua pasien pulang mengatakan puas
dengan pelayanan yang diberikan oleh ruangan.
44
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Dari setiap bentuk kegiatan yang telah dilakukan, maka secara umum
daapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Proses penyelenggaraan MAKP yang diterapkan dengan menggunakan
metode tim primer (modifikasi) sangat memungkinkan untuk diterapkan di
ruang IRNA III Bawah karena meihat kondisi dan SDM yang ada :
a. Kemampuan dan pengalaman pelaku sebagai manajer klien sekaligus
advokat
b. Kemampuan berkomunikasi, kerja tim dan mendokumentasikan asuhan
keperawatan
c. Kemampuan mengambil keputusan
d. Kedisiplinan dan komitmen untuk menjadi lebih baik di tiap harinya
2. Perlu disadari bahwa ternyata dari hasil penerapan MAKP, dalam evaluasi
pribadi kelompok, pelaksanaan peran menjadi tidak maksimal. Hal ini
mungkin dipenngaruhi oleh :
a. Kurang rasa percaya diri dari mahasiswa
b. Kurang menguasai tugas dan perannya
c. Kurangnya dukungan satu sama lainnya
d. Kemampuan dalam komunikasi dan kolaborasi tim kurang
e. Kemampuan dalam melakukan prosedur tertentu kurang
6.2 Saran
Kami menyadari masalah yang akan muncul selama proses kegiatan,
salah satunya dipengaruhi oleh ketidakbiasaan dan ketidakdisiplinan
sehingga kami meyakini bahwa sesungguhnya penerapan MAKP Tim Primer
(modifikasi) terhadap ruang rawat akan dapat dilaksanakan secara optimal
jika pembiasaan terus dilakukan dengan mempertahankan pelaksanaan
MAKP ini.
45
Bagi mahasiswa, kurangnya pengusaan dengan lingkungan klinik (lack
of environtment mastery) dan juga menajemen kelompok dalam bekerja perlu
dibenahi dengan komitmen bersama untuk dapat benar-benar memahami
pelaksanaan MAKP ini.
46
DAFTAR PUSTAKA
Alamsyah, AB. (2009). Kumpulan Materi Kuliah Analisis Lingkungan Bisnis Program Magister Manajemen Unram.
Hermanto. (2009). Kumpulan Materi Kuliah Manajemen Strategik Program Magister Manajemen Unram.
Nursalam. (2014). Manajemen Keperawatan : Aplikasi dalam Praktik Keperawatan Profesional Edisi 4. Jakarta : Salemba Medika.
47