Seminar MANAJEMEN

72
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manajemen keperawatan di Indonesia dimasa depan perlu mendapatkan prioritas utama dalam pengembangan keperawatan di masa depan. Hal ini berkaitan dengan tuntutan profesi dan tuntutan global bahwa setiap perkembangan dan perubahan memerlukan pengelolaan secara profesional, dengan memperhatikan setiap perubahan yang terjadi di Indonesia. Rumah sakit merupakan sarana pelayanan kesehatan yang didirikan dan dikembangkan sesuai dengan kebutuhan masyarakat khususnya pasien dan keluarganya.Tujuan utama pelayanan rumah sakit adalah memberikan pelayanan yang berkualitas untuk memenuhi kebutuhan dasar pasien dan keluarganya.Pasien dan keluarganya merupakan subyek yang penting dalam pelayanan rumah sakit. Pelayanan yang berkualitas didukung oleh sumber-sumber yang memadai antara lain sumber daya manusia, standar pelayanan/standar praktek keperawatan dan fasilitas. Sumber-sumber yang tersedia dimanfaatkan sebaik-baiknya agar berdaya guna sehingga tercapai kualitas yang tinggi dengan biaya seminimal mungkin. 1

description

MANAJEMEN

Transcript of Seminar MANAJEMEN

Page 1: Seminar  MANAJEMEN

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manajemen keperawatan di Indonesia dimasa depan perlu

mendapatkan prioritas utama dalam pengembangan keperawatan di masa

depan. Hal ini berkaitan dengan tuntutan profesi dan tuntutan global bahwa

setiap perkembangan dan perubahan memerlukan pengelolaan secara

profesional, dengan memperhatikan setiap perubahan yang terjadi di

Indonesia.

Rumah sakit merupakan sarana pelayanan kesehatan yang didirikan

dan dikembangkan sesuai dengan kebutuhan masyarakat khususnya pasien

dan keluarganya.Tujuan utama pelayanan rumah sakit adalah memberikan

pelayanan yang berkualitas untuk memenuhi kebutuhan dasar pasien dan

keluarganya.Pasien dan keluarganya merupakan subyek yang penting dalam

pelayanan rumah sakit.

Pelayanan yang berkualitas didukung oleh sumber-sumber yang

memadai antara lain sumber daya manusia, standar pelayanan/standar praktek

keperawatan dan fasilitas. Sumber-sumber yang tersedia dimanfaatkan

sebaik-baiknya agar berdaya guna sehingga tercapai kualitas yang tinggi

dengan biaya seminimal mungkin.

Pengembangan model praktek keperawatan profesional merupakan hal

yang sangat penting yang memberikan konstribusi terhada pprofesi

keperawatan dalam meningkatkan mutu pelayanan / asuhan keperawatan.

Melalui pengembangan model praktek keperawatan profesional masyarakat

dapat melihat secara nyata pemberian pelayanan secara profesional.

Salah satu strategi untuk mengoptimalkan peran dan fungsi perawat

dalam pelayanan keperawatan adalah pembenahan manajemen keperawatan

karena dengan adanya factor kelolaan yang optimal diharapkan mampu

menjadi wahana peningkatan keefektifan pemberian pelayanan keperawatan

sekaligus lebih menjamin kepuasan klien terhadap pelayanan keperawatan.

1

Page 2: Seminar  MANAJEMEN

Rawat Inap Kelas III Rumah Sakit Umum Daerah Kota Mataram,

merupakan tempat praktek klinik manajemen keperawatan Mahasiswa

STIKES “Yarsi” Mataram terhitung dari tanggal 24 November s/d 20

Desember 2014. Fasilitas yang diberikan ini merupakan sarana dan sebagai

wahana mahasiswa dalam menerapkan konsep MAKP secara nyata

dilapangan mulai dari pengumpulan data, identifikasi masalah dengan

menggunakan analisa SWOT, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi hasil

sesuai dengan kompetensi yang diharapkan dari program pendidikan

keperawatan

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Setelah dilakukan praktik profesi manajemen keperawatan di

Instalasi Rawat Inap Kelas III Rumah Sakit Umum Daerah Kota

Mataram, diharapkan mahasiswa dapat mengerti dan memahami prinsip

manajemen keperawatan dan metode pemberian asuhan keperawtan

yang sesuai dengan prinsip MPKP yang dijalankan.

1.2.2 Tujuan Khusus

Setelah melaksanakan praktik profesi manajemen keperawatan,

mahasiswa mampu:

1. Menganalisis lingkungan suatu ruang perawatan dan menghitung

kebutuhan tenaga keperawatan di suatu ruangan perawatan.

2. Melakukan peran sesuai dengan MPKP yang telah ditentukan.

3. Melakukan supervisi keperawatan.

4. Melakukan ronde keperawatan.

5. Melakukan timbang terima keperawatan.

6. Melakukan discharge planning

7. Mendokumentasikan asuhan keperawatan (pengkajian, diagnose,

perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi), sentralisasi obat, timbang

terima, kegiatan ronde, supervise dan discharge planning.

8. Melakukan penerapan sentralisasi obat.

2

Page 3: Seminar  MANAJEMEN

9. Menganalisis tingkat keberhasilan post pelaksanaan MPKP yang

diterapkan.

10. Penyuluhan kasus

11. Survey kepuasan pasien dan kepuasan perawat

1.3 Manfaat

1.3.1 Bagi Mahasiswa

a. Tercapainya pengalaman dalam pengelolaan suatu ruang rawat

sehingga dapat memodifikasi metode penugasan yang akan

dilaksanakan.

b. Mahasiswa dapat mengumpulkan data dalam penerapan yang

diaplikasikan Instalasi Rawat Inap Kelas III Rumah Sakit Umum

Daerah Kota Mataram

c. Mahasiswa dapat mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan

penerapan MPKP diInstalasi Rawat Inap Kelas III Rumah Sakit

Umum Daerah Kota Mataram

d. Mahasiswa dapat memperoleh pengalaman dalam menerapkan

Metode Pemberian Asuhan Keperawatan di Instalasi Rawat Inap

Kelas III Rumah Sakit Umum Daerah Kota Mataram

1.3.2 Bagi Perawat Ruangan

a. Melalui praktek profesi manajemen keperawatan dapat diketahui

masalah-masalah yang berkaitan dengan MPKP di Instalasi Rawat

Inap Kelas III Rumah Sakit Umum Daerah Kota Mataram

b. Tercapainya tingkat kepuasan kerja yang optimal.

c. Terciptanya hubungan yang baik antara perawat dengan perawat,

perawat dengan tim kesehatan lain, dan perawat dengan pasien serta

keluarga.

d. Terciptanya akuntabilitas dan disiplin diri perawat.

1.3.3 Bagi Pasien dan Keluarga

a. Pasien dan keluarga mendapatkan pelayanan yang memuaskan.

b. Tingkat kepuasan pasien dan keluarga tehadap pelayanan tinggi.

3

Page 4: Seminar  MANAJEMEN

1.3.4 Bagi Institusi dan Pendidikan

Sebagai bahan masukan dan gambaran tentang pengelolaan

ruangan dengan pelaksanaan metode.

1.4 Tempat dan Alokasi Waktu

a. Tempat

Instalasi Rawat Inap Kelas III Rumah Sakit Umum Daerah Kota Mataram.

b. Alokasi Waktu

Praktik Manajemen Keperwatan Profesi Ners dilakukan selama 4 minggu

dari tanggal 24 November 2014 s/d 20 Desember 2014. Dan pada tanggal

24 November 2014 s/d 26 November 2014 melakukan pengumpulan

data/analisa situasi ruangan, dan menyusun perencanaan.

1.5 Pengorganisasian

Pembimbing Akademik : Muhammad Alwi Andi, S.Kep., M.MRS.

Pembimbing Lahan : Ni Ketut Sastriwati, Amd.Kep.

Hajariah,S.Kep.

Ketua : Achmad choiri, S.Kep.

Wakil : Rena Anggraeni, S.Kep.

Sekretaris : Hidayati, S.Kep

Nurul Miftah Floresiyah, S.Kep

Bendahara : Tri Lestari, S.Kep.

Anggota : 1. Nurmayeni, S.Kep.

2. L. Heriansyah, S.Kep.

3. Mizwar H, S.Kep.

1.6 Pendanaan

Swadana Mahasiswa

4

Page 5: Seminar  MANAJEMEN

BAB II

PENGKAJIAN, PENGUMPULAN DATA, ANALISIS SWOT DAN

IDENTIFIKASI MASALAH

2.1 Profil Ruangan

Instalasi Rawat Inap KELAS III merupakan ruang perawatan kelas

III. Untuk ruang perawatan kelas III terdiri dari bangsal perawatan, yaitu

ruang perawatan sebelah Utara dan selatan, adapun masing-masing ruang di

IRNA KELAS III terdiri dari 8 ruangan yang terdiri dari ruang Mentaram

B1 dan Mentaram B2 adalah untuk pasien penyakit syaraf, ruang Mentaram

B3, Mentaram B4, Mentaram B5, adalah untuk pasien penyakit dalam,

ruang Mentaram B6 adalah bangsal untuk isolasi penyakit Tuberkulosis dan

1 ruang untuk isolasi umum dan1 ruang untuk tetanus.

Adapun visi dan misi ruang perawatan IRNA KELAS III selaras

dengan visi dan misi Rumah Sakit yaitu sebagai berikut :

1. Visi :

Menjadi rumah sakit unggulan di wilayah kota mataram dan

sekitarnya yang professional dalam melayani semua lapisan

masyarakat

2. Misi :

a. memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau

b. Meningkatkan sumber daya manusia yang professional sesuai dengan

standar pelayanan

c. Meningkatkan pendidikan dan penelitian yang bermutu dalam rangka

peningkatan derajat kesehatan masyarakat

d. Meningkatkan kesejahteraan karyawan

2.2 Pengumpulan Data

Pada Model Praktek Keperawatan Profesional (MPKP) harus mampu

memberikan asuhan keperawatan professional dan untuk itu diperlukan

penataan 3 (tiga) komponen utama, yaitu :

1. Sumber daya manusia kesehatan (M1)

5

Page 6: Seminar  MANAJEMEN

2. Sarana-prasarana (M2)

3. Metode pemberian asuhan keperawatan (M3)

Pengumpulan data dilakukan selama 2 hari, yaitu tanggal 24

November 2014 s/d 26 November 2014

2.3 Sumber Daya Manusia (M1-Man)

1. Struktur Organisasi

Struktur organisasi Instalasi Rawat Inap III RSUD Kota Mataram dipimpin

oleh seorang Kepala Ruangan, 1 orang katim, 4 perawat primer, 12

perawat pelaksana dan 1 perawat cadangan. Adapun struktur organisasinya

adalah, sebagai berikut :

Bagan 2.1 : Badan Organisasi Instalasi Rawat Inap III RSUD Kota Mataram Tahun 2014 (Sumber : IRNA III RSIUD Kota Mataram Tahun 2014).

6

PP1

PA1

Primer

PA 3

PA 2

Primer

KEPALA RUANGAN

PA1

Primer

PP2

PA1

Primer PA 2

PA 3

PA 2

Primer PA 3

PP3

PA1

Primer PA 2

PA 3

PP 1

Primer PA 1

PA 2

PA 3

ADMIN

KATIM

Page 7: Seminar  MANAJEMEN

a. Jumlah Tenaga

Tabel 2.1 : Komposisi Ketenagaan Keperawatan IRNA IIIRSUD Kota Mataram Tahun 2014.

No. Kualifikasi Jumlah Jenis

1. D3 Keperawatan 11 Orang 2 PNS, 9 Kontrak

2. S-1 Keperawatan 3 Orang 1 PNS, 2 Kontrak

3 S1 Ners 5 Orang Kontrak

Sumber :Intalasi Rawat Inap III RSUD Kota Mataram Tahun 2014

Tabel 2.2 : Komposisi Ketenagaan Nonkeperawatan IRNA III RSUD Kota Mataram 2014

No Kualifikasi Jumlah Jenis

1. Administrasi 1 Orang Kontrak

Sumber :IRNA III RSUD Kota Mataram Tahun 2014

b. Tingkat Ketergantungan Pasien Dan Kebutuhan Tenaga Perawat

Tingkat ketergantungan pasien dinilai dengan menggunakan

instrument penilaian ketergantungan pasien menurut Douglas, yaitu

perawatan minimal, perawatan intermediate, dan perawatan total.

1. Perawatan Minimal (1 – 2 Jam / 24 Jam)

a. Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian di lakukan sendiri

b. Makan dan minum di lakukan sendiri

c. Ambulasi dengan pengawasan

d. Observasi tanda – tanda vital di lakukan setiap pergantian jaga

e. Pengobatan minimal, status psikologis stabil

f. Perawatan luka sederhana

2. Perawatan Intermediet / Partial (3 – 4 Jam / 24 Jam)

a. Kebersihan diri di Bantu, makan minum di Bantu

b. Observasi tanda - tanda vital setiap 4 jam

c. Ambulasi di Bantu

d. Pengobatan dengan injeksi

e. Pasien dengan katheter urine

f. Pasien dengan infus

g. Observasi balance cairan ketat

7

Page 8: Seminar  MANAJEMEN

2. Perawatan Maksimal / Total (5 – 6 Jam / 24 Jam)

a. Semua kebutuhan pasien di Bantu

b. Perubahan posisi, observasi tanda – tanda vital setiap 2 jam

c. Makan melalui selang lambung

d. Pengobatan intra vena “perdrip”

e. Pemakean suction

f. Gelisah / disorientasi

g. Perawatan luka komplek

Catatan:

Dilakukan satu kali sehari pada waktu yang sama dan

sebaiknya dilakukan oleh perawat yang samaselama 2hari;

Setiap pasien minimal memenuhi 3 kriteria berdasarkan

klasifikasi pasien;

Bila hanya memenuhi satu kriteri maka pasien dikelompokkan

pada klasifikasi di atasnya.

Jumlah pasien

Klasifikasi PasienMinimal Parsial Total

P S M P S M P S M1 0,17 0,14 0,07 0,27 0,15 0,10 0,36 0,30 0,202 0,34 0,28 0,20 0,54 0,30 0,14 0,72 0,60 0,403 0,51 0,42 0,30 0,81 0,45 0,21 1,08 0,90 0,60

Dst.Rumus penghitungan jumlah tenaga perawat menurut douglas

a. Total tenaga perawat menurut Douglas

Total tenaga perawat= Jumlah pasien x tingkat ketergantungan

(Minimal, Parsial, Total sift Pagi,siang, malam).

b. Jumlah tenaga lepas dinas per hari:

c. Jumlah perawat yang dibutuhkan perhari=

total tenaga perawat + jumlah tenaga lepas dinas perhari + karu

8

Page 9: Seminar  MANAJEMEN

3. Kebutuhan Tenaga Perawat ruang IRNA kelas III bawah (dari

tanggal 24 November 2014 s/d 26 November 2014) dengan

menggunakan teori douglas:

a) Tanggal 24 November 2014

Tabel 2.3: Komposisi Ketenagaan Keperawatan IRNA Kelas III Bawah RSUD KOTA MATARAM Tangal 27Oktber 2014

Klasifikasi pasien

Kebutuhan Tenaga PerawatPagi Siang Malam

Total care 4 x0,36 = 1,44 3x0,30 = 0,9 3x0,20 =0,6Parsial care 18x0,27 = 4,86 17x0,15 = 1,55 28 x 0,17 =3,4Minimal care 0x0,17=0 0x0,14=0 0x 0,07 =0Jumlah Perawat 6,3 3,45 4,0Total 6 3 4Sumber: Ruang IRNA Kelas III Bawah RSUD Mataram Tahun 2014

Total tenaga perawat:Pagi : 6 orang

Siang : 3 orang

Malam : 4 orang

13 orang

Jumlah tenaga lepas dinas per hari:

=86 x 13= 4,007 = 4 Orang

279

Jadi Jumlah perawat yang dibutuhkan:

13 orang + 1orang structural (kepala ruangan) + 4 orang lepas =

17 orang

Angka 86 : jumlah hari tak kerja dalam satu tahun

Angka 279 : jumlah hari kerja efektif dalam satu tahun

Angka 10 : jumlah tenaga perawat untuk setiap hari per shifnya

b) Tanggal 25 November 2014

Tabel 2.4 : Komposisi Ketenagaan IRNA Kelas III Bawah RSUD

kota Mataram Tahun 2014 tanggal 25 November 2014

9

Page 10: Seminar  MANAJEMEN

Klasifikasi

Pasien

Kebutuhan Tenaga Perawat

Pagi Siang Malam

Total care 2x0,36=0,72 2x0,30=0,6 2x0,20=0,4

Parsial care 21x0,27=5,67 21x0,15=3,15 22 x0,17=3,74

Minimal care 0x0,17=0 0x0,17=0 0x0,07=0

JumlahPerawat 5,94 3,75 4,14

Total 6 4 4

Sumber: Ruang IRNA Kelas III Bawah RSUD Mataram Tahun 2014

Total tenaga perawat:

Pagi : 6 orang

Siang : 4 orang

Malam : 4 orang

14 orang

Jumlah tenaga lepas dinas per hari:

= 86 x 14 = 4,31 = 4 Orang

279

Jadi Jumlah perawat yang dibutuhkan:

14 orang + 1orang structural (kepala ruangan) + 4 orang lepas =

19 orang

Angka 86 : jumlah hari tak kerja dalam satu tahun

Angka 279 : jumlah hari kerja efektif dalam satu tahun

Angka 10 : jumlah tenaga perawat untuk setiap hari per shifnya

2.4 Sarana dan Prasarana (M2)

a. Lokasi dan denah ruangan

Sebelah Timur : sawah

Sebelah Barat : ruangan Hmodialisa

Sebelah Utara : ruang gas medis

Sebelah Selatan : bangunan baru ruang perawatan

10

Page 11: Seminar  MANAJEMEN

b. Peralatan dan fasilitas

1) BOR (Bed Occupacy Rate) Unit Rawat Inap

BOR adalah persentase pemakaian tempat tidur pada satu satuan

waktu tertentu.Indikator ini memberikan gambaran tinggi rendahnya

tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah sakit.Standar Nasional BOR

yang dianggap baik adalah 80-90% sedangkan nasional BOR adalah

70-80%.

BOR

Berdasarkan hasil pengkajian dari tanggal 28 Oktober s/d 29 Oktober

2014 didapatkan gambaran kapasitas tempat tidur ruang IRNA Kelas

III Bawah sebagai berikut :

Gambaran umum jumlah tempat tidur di IRNA kelas III bawah

Tabel 2.6: Gambaran Umum Jumlah Tempat Tidur di IRNA

kelas III Bawah Tahun 2014

No Ruang/Tanggal Kapasitas Jumlah Klien BOR1. 24-11-2014 34 tt 31 orang 91,12%2 25-11-2014 34 tt 24 orang 70,60%

Sumber : Ruang IRNA Kelas III BawahTahun 2014

Catatan :

Nilai parameter BOR yang ideal adalah antara 60-85% (Depkes RI,

2005).

2) Peralatan dan Fasilitas Medis

Tabel 2.7 : Gambaran Umum Peralatan dan Fasilitas Medis di IRNA Kelas III BawahTahun 2014

No Nama Barang Jumlah Kondisi Ideal1.2.3.4.5.6.7.

Tromol kecilTroli tindakanKursi rodaBengkokEKGNebulizerKorentang

1 buah3 buah1 buah1 buah1 buah2 buah1 buah

BaikBaikBaikBaik

RusakBaikBaik

1/ ruangan2/ ruangan2/ ruangan2/ ruangan3/ ruangan1/ ruangan1/ ruangan

11

Page 12: Seminar  MANAJEMEN

8.9.10.

11.

12.13.14.15.16.17.18.19.20.

Bagging dewasaTroli alatBak instrument sedangBak instrument besarGagang mesKlem jaringanKlemEx-ray viewerTroli obatStetoskop dewasaTiang infuseSyringe pumpInfuse pump

2 buah1 buah2 buah

1 buah

2 buah1 buah1 buah1 buah1 buah2 buah34 buah4 buah1 buah

Baikbaikbaik

Baik

BaikBaikBaikBaikBaikBaikBaikBaikBaik

1/ ruangan2/ ruangan2/ ruangan

2/ ruangan

2/ ruangan2/ ruangan2/ ruangan1/ ruangan2/ ruangan3/ ruangan

1/bed1/bed1/bed

Sumber: Ruang IRNA Kelas III Bawah RSUD Mataram Tahun

2014

Tabel 2.8: Gambaran Umum Alat Meubeldi IRNA Kelas III

Bawah RSUD kota Mataram Tahun 2014

No Jumlah barang Jumlah Kondisi Ideal12

345678

91011

121314

1516171819

Meja perawatKursi busa untuk perawat atau dokterKasursi plastikBad side kabinetWhite board kecilKipas angin kecilKulkas UV stelisator ruangan Lemari kaca LokerJemuran aluminium Dispenser TV 12 inci Ember besar tertutupKesetGayung Jam dindingRak sepatuComputer AOCPrinterACWastafeil+cerminKipas angin

3 buah6 buah

25 buah2 buah1 buah1 buah1 buah1 buah

1 buah1 buah1 buah

1 buah 1 buah9 buah

9 buah9 buah9 buah9 buah 1 buah

BaikBaik

BaikBaikBaikBaikBaikBaik

BaikBaikBaik

BaikBaikBaik

BaikBaikBaikBaikBaik

1/ruangan1/ruangan

2/ruangan1/ruangan

-2/ruangan1/ruangan1/ruangan

1/ruangan

1/ruangan1/ruangan2/ruangan

2/ruangan2/ruangan1/ruangan1/ruangan1/ruangan

12

Page 13: Seminar  MANAJEMEN

Sumber : Ruang IRNA Kelas III Bawah RSUD kota Mataram Tahun 2014

Tabel 2.9: Gambaran Umum Alat Tenun di IRNA Kelas III Bawah RSUD kota Mataram Tahun 2014

No Nama barang Jumlah Kondisi Ideal Usulan 12

Seprei Sarung bantal

34 lembar34 lembar

BaikBaik

2/bed2/bed

--

34

Bantal PasienTirey sampiran Tirei jendela

34 buah

9 buah28 buah

Baik

Baik Baik

2/bedSesuai banyak pasien

-

Sumber: Ruang IRNA Kelas III Bawah RSUD kota Mataram Tahun 2014

3) Fasilitas untuk petugas kesehatan

a) Ruang Karu menjadi ruangan mahasiswa praktik profesi

b) KM/WC di dalam kamar jaga perawat

c) Nurse station di bagian depan ruang perawat.

4) Administrasi penunjang

a) Buku injeksi, buku obat oral, buku laporan jaga (timbang

terima)

b) Buku observasi status pasien

c) Buku nutrisi

d) Buku observasi vital sign

e) Buku register

f) Buku surat masuk/ surat keluar

13

Page 14: Seminar  MANAJEMEN

Denah Ruangan IRNA Kelas III Bawah RSUD kota Mataram Tahun 2014

KM/TOILETCOAS

R. TAMU COAS

R. COAS

R.ISOLASI UMUM

R.ISOLASI TETANUS

B5 B6 . R. TB

B3 B4

B1 B2

R. TUNGGU KEL. PASIEN

R.Nursing station

R.adminR.Perawat2.5 Metode Asuhan Keperawatan (M3-Method)

1. Penerapan Model Asuhan Keperawatan

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi tentang model

asuhan keperawatan yang digunakan saat ini didapatkan bahwa model

yang digunakan di Ruang IRNA Kelas III Bawah RSUD kota Mataram

Tahun 2014 adalah modifikasi metode tim primer.

Menurut Ratna S. Sudarsono (2000) penetapan sistem model

MAKP ini didasarkan beberapa alasan :

a. Keperawatan primer tidak digunakan secara murni, karena perawat

primer seharusnya mempunyai latar belakang pendidikan S1

keperawata atau setara.

b. Keperawatan tim tidak digunakan secara murni, karena tanggung

jawab asuhan keperawatan pasien terfragmentasi pada berbagai tim.

14

U

Page 15: Seminar  MANAJEMEN

c. Melalui kombinasi kedua model tersebut keperawatan terdapat pada

primer, karena saat ini perawat yang ada di RS sebagian besar adalah

lulusan D3, bimbingan tentang asuhan keperawatan diberikan oleh

perawat primer atau ketua tim.

a. Overan/ Timbang terima

Timbang terima dilakukan tiga kali sehari yaitu pada

pergantian shift malam ke pagi (pukul 07.30), pagi ke sore (pukul

13.30) dan sore ke malam (19.30). Tidak Selalu diikuti oleh semua

perawat yang telah dinas dan akan dinas, penyampaian isi timbang

terima secara konprehensif, meliputi : isi timbang terima (masalah

keperawatan pasien lebih fokus pada diagnosa medis dan pemberian

tindakan kolaboratif), dan pelaksanaan tidak selalu disertai

pendampingan ke pasien.

Pelaporan timbang terima dicatat dalam buku khusus yang akan

ditandatangani oleh perawat yang melaporkan, perawat yang menerima

laporan dan kepala ruangan. Setelah pelaksanaan timbang terima

kepala ruangan tidak selalu mengadakan diskusi singkat untuk

mengetahui sekaligus mengevaluasi kesiapan shift selanjutnya.

Kesimpulannya : Ruang Irna III sudah melakukan timbang

terima tetapi tidak selalu diikuti oleh semua perawat di ruangan, hal

tersebut di karenakan perawat yang lain telah membagi tugas masing-

masing untuk dikerjakan.

b. Ronde Keperawatan

Pelaksanan ronde keperawatan di Ruang IRNA Kelas III Bawah

RSUD kota Mataram Tahun 2014 selama ini belum dilakukan secara

optimal. Pembahasan atas kasus-kasus pasien untuk mencari solusi

dilakukan terpisah/tidak bersamaan dengan menghadirkan para

praktisi ahli yang berkompeten yang terlibat dalam tim perawatan

pasien yang bersangkutan dari berbagai disiplin ilmu (medis,

paramedic senior, ahli gizi, apoteker, atau praktisi kesehatan lain yang

15

Page 16: Seminar  MANAJEMEN

diperlukan). Selama ini hanya dibahas antara perawat dan dokter di

Nurse station. Kadang hanya dipandang dari aspek medis saja. Hal ini

dikarenakan jumlah pasien lebih banyak dari jumlah perawat

disamping itu adanya kesulitan dalam berkolaborasi dengan tim ahli.

Kesimpulannya ronde keperawatan di ruang IRNA Kelas III

Bawah RSUD kota Mataram Tahun 2014 belum berjalan secara

optimal karena yang dilakukan ronde medis pada saat dokter visite.

c. Pengelolaan Sentralisasi Obat

Di Ruang IRNA Kelas III Bawah RSUD kota Mataram

Tahun 2014 sudah melakukan sentralisasi obat tetapi, tempat

penyimpanan obat belum maksimal sehingga obat pasien yang

bentuknya box besar, seperti obat injeksi kebanyakan disimpan di

keranjang karena tempat yang tidak memadai. Adapun data tentang

alur peneriamaan obat yang diperoleh dari keluarga langsung dibawa

keruang sentralisasi obat kemudian perawat mengelola obat dengan

baik dan dicatat di buku dokumentasi obat.

Kesimpulannya proses sentralisasi obat obat sudah berjalan

dengan baik, tetapi kendalanya adalah tempat penyimpanan obat

masih belum tertata rapi masih di gabung di dalam keranjang besar,

seperti obat-obat injeksi yang tempatnya berbentuk box.

d. Discharge Planning

Discharge planning sudah dilaksanakan secara optimal oleh

perawat maupun tenaga lain apabila pasien akan pulang. Discharge

planning yang meliputi penjelasan diagnosa keperawatan, obat-obatan,

perawatan, lembar control, nutrisi, aktivitas, dan istirahat ketika di

rumah, dan kalau ada penjelasan biasanya dijelaskan oleh perawat,

mengenai penyakit secara lisan, menggunakan surat kontrol dan tim

gizi yang menjelaskan diit makanan yang harus dihindari serta

makanan yang bagus dikonsumsi oleh pasien.

16

Page 17: Seminar  MANAJEMEN

Kesimpulannya discharge planning sudah berjalan secara

optimal dan sudah ada pendidikan kesehatan dalam bentuk surat

kontrol yang diberikan kepada pasien yang akan pulang.

e. Supervisi

Supervisi keperawatan sudah dilaksanakan dengan baik, disini

terlihat supervisor yaitu kepala ruangan sebagai supervisor internal

sudah memberikan pengawasan seperti memberikan masukan dan

teguran pada perawat yang memiliki kinerja yang kurang baik dalam

melaksanakan tugas keperawatan serta memberikan penilaian terhadap

kinerja perawat . Supervise eksternal belum dilakukan secara optimal

karena tidak terlihat adanya supervisor yang mengawasi secara

langsung

Pengawasan merupakan hal yang penting dilakukan untuk

memastikan pelayanan dan asuhan keperawatan berjalan sesuai standar

mutu yang ditetapkan. Pelayanan tidak diartikan sebagai pemeriksaan

dan mencari kesalahan, tetapi lebih pada pengawasan partisivasif yaitu

perawat yang mengawasi pelaksanaan kegiatan memberikan

penghargaan pada pencapaian atau keberhasilan dan memberi jalan

keluar pada hal-hal yang belum terpenuhi. Dengan demikian

pengawasan mengandung makna pembinaan.

Kesimpulanya di ruang IRNA 3 telah dilakukan supervise

internal oleh kepala ruangan tetapi terbatas hanya pada jam kerja

kepala ruangan untuk supervise pada shift sore dan malam belum ada

sehingga penilaian kerja perawat pada jam sore dan malam belum ada,

sehingga supervisi masih belum optimal.

f. Dokumentasi Keperawatan

Sistem pendokumentasian yang berlaku saat ini adalah SOR

(Sources Oriented Record), yaitu sistem pendokumentasian yang

berorientasi kepada 5 komponen (lembar penilaian berisi biodata dan

keluhan saat dikaji, lembar order dokter, catatan observasi perawat,

catatan pemberian obat/cairan, catatan observasi vital sign). Sistem

17

Page 18: Seminar  MANAJEMEN

pendokumentasian masih dilakukan secara manual akan tetapi

pendokumentasian administrasi sudah menggunakan sistem

komputerisasi.

1) Ringkasan Pengumpulan Data Pada Penerapan MAKP :

Tabel 2.10 : Ringkasan Pengumpulan Data Pada Penerapan MPKP

No. METODE DATA FOKUS1. Penerapan

MAKP1. Metode yang diterapkan2. Mekanisme pelaksanaannya3. Kejelasan pembagian tugas4. Kualitas serta kepuasan pasien dan

perawat2. Timbang terima 1. Pra : Masalah pasien, tindakan yang

sudah dan rencana yang belum dilakukan {lebih ke kolaborasi terapi}, perhatian khusus

2. Mekanisme pelaksanaan3. Pasca : klarifikasi, tindak lanjut tindakan

3. Ronde keperawatan

1. Pra : Kriteria penetapan pasien (kasus khusus)

2. Mekanisme pelaksaan3. Pasca : adanya solusi dan rekomendasi

penyelesaian masalah4. Pengelolan

logistic dan obat1. Pra : Identifikasi masalah dan

sentralisasi obat2. Penyusunan format untuk sentralisasi

obat3. Mekanisme penyimpanan

5. Discharge planning

1. Mekanisme2. Isi : obat,waktu control, diit, aktivitas

6. Supervisi 1. Instrumen supervise2. Mekanisme pelaksanaan3. Pasca : pemberian fair, feedback, dan

follow up7. Dokumentasi 1. Konsistensi model yang diterapkan

2. Penulisan berdasarkan standard an aspek legal

3. Kelengkapan data (Lengkap-Akurat-Relevan, dan Baru/LARB)

4. Efisiensi dan efektifitas pengisianSumber : Depkes RI, 2005

18

Page 19: Seminar  MANAJEMEN

2.6 AnalisaMasalah

Adapun hasil kajian yang diperoleh adalah:

Tabel 2.11 Analisa Masalah

No Data Masalah 1 Berdasarkan hasil observasi diperoleh

bahwa perlengkapan tempat sentralisasi obat yang belum memenuhi standar, sehingga banyak jenis obat injeksi yang bentuknya besar, kebanyakan yang ditaruh di keranjang.

Belum ada tempat sentralisasi obat yang memadai.

2 Berdasarkan hasil observasi di peroleh bahwa teknik timbang terima belum optimal dimana, saat timbang terima tidak selalu diikuti oleh semua perawat tiap shift dan tidak langsung ke ruang perawatan pasien.

Tehnik handover belum optimal

3

4

Berdasarkan hasil observasi ronde keperawatan sudah dilakukan akan tetapi belum dilakukan secara khusus pada pasien

Berdasarkan hasil observasi supervisi internal sudah dilaksanakan dengan baik tetapi supervisi eksternal belum dilakukan secara optimal karena tidak terlihat adanya supervisor yang mengawasi secara langsung.

Ronde keperawatan belum terlaksana sepenuhnya

Supervisi internal sudah dilaksanakan dan eksternal belum dilaksanakan

2.7 Analisis SWOT

Untuk memberi gambaran yang akurat tentang kekuatan dan

kelemahan organisasi, maka pihak manajemen harus mampu mendeskripsikan

serta mengungkap data dan informasi organisasi pada masa lalu dan sekarang,

sehingga dengan informasi tersebut pihak pimpinan dapat menentukan sikap

yang tepat dalam memecahkan suatu persoalan. Untuk melengkapi data

analisa bisa juga dilengkapi dengan kesempatan dan ancaman dari factor

internal sehingga langkah pemecahan masalah dan strategi yang ditetapkan

berdasarkan pertimbangan yang kompleks dariberbagaisudutpandang.

19

Page 20: Seminar  MANAJEMEN

Tabel 2.12 : Analisis Situasi Ruangan Berdasarkan Pendekatan “Analisis SWOT

SWOT WEAKNES OPPORTUNITY THEREATNEDM 1(Man)1. Adanya sistem pengembangan

staf berupa pelatihan dan sebanyak 80% perawat telah mengikuti pelatihan

2. Jenis ketenagaan:- S1 keperawatan: 3 orang- S1+NS: 5 orang- D3 keperawan: 11 orang

3. Adanya tugas, peran, dan wewenang yang jelas.

1. Sebagian perawat belum melakukan tugas sesuai dengan MAKP

1. Adanya program pelatihan / seminar khusus tentang manajemen keperawatan dari diklat

2. Adanya kesempatan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi

3. Adanya kerja sama yang baik antar mahasisa keperawatan dengan prawat klinik

1. Ada tuntutan tinggi dari masyarakat untuk pelayanan yang lebih profesial.

2. Makin tingginya kesadaran masyarakat akan hukum.

3. Makin tingginya kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan.

4. Persaingan antar RS yang semakin kuat

5. Terbatasnya kuota tenaga keperawatanyang melanjutkan pendidikan tiap tahun

M2 (SARANA DAN PRASARANA)

20

Page 21: Seminar  MANAJEMEN

1. Mempunyai perawatan oksigenasi dan semua perawat ruangan mampu menggunakannya.

2. Terdapat administrasi penunjang.

3. Tersediannya Nurse Station.

1.kurang.

1. Adanya pengadaan sarana dan prasarana yang rusak dari pengadaan bagian barang yang rusak.

2. Kurangnya tempat penyimpanan obat / ruangan obat.

1. Kesenjangan antara jumlah pasien dengan peralatan yang ada

2. Ada tuntutan tinggi dari masyarakat untuk melengkapi sarana dan prasarana

M3 ( METHOD)1. Rumah sakit memiliki visi,

misi, dan moto sebagai pelayanan.

2. Sudah ada model MAKP yang digunakan fungsional.

3. Ada dokumentasi SOR.4. Supervisi sudah dilakukan

kepala ruangan, tetapi belum ada supervisor khusus untuk melakukan supervise.

5. Ada kemauan perawat untuk berubah.

6. Mempunyai standar asuhan keperawatan.

7. Mempunyai protap setiap tndakan.

8. Terlaksananya komunikasi

1. MAKP belum dilaksanakan dengan baik.

2. Ronde keperawatan belum rutin dilaksanakan.

3. Supervise eksternal belum ada

1. Adanya mahasiswa S1 keperawatan praktik manajemen keperawatan.

2. Ada kerja sama yang bak antara mahasiswa Praktik dengan perawat ruangan.

1. Adanya tuntutan masyarakat yang semakin tinggi terhadap peningkatan pelayanan keperawatan yang lebih professional.

2. Makin tinggi kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan.

3. Makin tinggi kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan.

21

Page 22: Seminar  MANAJEMEN

yang adekuat; perawat dan tm kesehatan lain.

Dokumentasi Keperawatan1. Tersedianya sarana dan

prasarana untuk tenaga kesehatan (sarana administrasi pennjang).

2. Sudah ada system pendokumentasian SOR.

3. Dokumentasi keperawatan- Pengkajian menggunakan

system head to too dan pola fungsi kesehatan (Gordon).

- Diagnose keperawatan sampai dengan evaluasi menggunakan SOAP.

4. Adanya kemauan perawat untuk melaksanakan pendokumentasian.

1. Jumlah pasien dan tingkat ketergantungan yang tinggi sehingga pendokumentasian belum optima

2. SAK dan SOP belum maksimal digunakan.

1. Peluang perawat untuk meningkatkan pendidikan (pengembangan SDM).

2. Mahasiswa praktik manajamen untuk mengembangkan system dokumentasi PIE.

3. Kerjasama yang baik antara perawat dan mahasiswa.

4. Model MAKP yang diterapkan mahasiswa Praktik .

1. Tingkat kesadaran masyarakat (pasien dan keluarga) akan tanggung jawab dan tanggung gugat

Ronde Keperawatan1. bidang perawatan dan

ruangan mendukung adanya kegiatan ronde keperawatan

1. Ronde keperawatan adalah kegiatan yang belum dapat di

1. Adanya kesempatan dan karu untuk mengadakan ronde keperawatan pada

1. Adanya tuntutan yang lebih tinggi dari masyarakat untuk mendapatkan

22

Page 23: Seminar  MANAJEMEN

2. adanya kemauan perawat untuk berubah

3. banyaknyakasuskasusbedah yang memerlukan perhatian khusus

4. SDM banyak mempunyai pengalaman dalam bidang keperawatan medical bedah

laksanakan secara optimal di ruangan

2. Karakteristik tenaga yang memenuhi kualifikasi belum merata

3. Belum di laksanakan MAKP secara optimal

perawat dan mahasiswa praktik

pelayanan yang lebih professional.

2. Persaingan antar-ruang penyakit dalam semakn kuat dalam pemberian pelayanan.

Sentralsasi Obat1. Tersedianya sarana dan

prasarana untuk pengelolaan sentralisasi obat.

2. Kepala ruangan mendukung kegiatan sentralisasi obat tetapi belum maksimal.

3. Pernah dilaksanakan kegiatan sentralsasi obat di ruangan IRNA III

4. Adanya kemauan perawat untuk melakukan sentralisasi obat.

5. Adanya buku injeksi dan obat-obatan

1. Belum ada pembagian tugas dan tanggung jawab tentang sentralisasiobat yang jelas

2. Sentralisasi obat belum optimal karena terbatasnya tempat penyimpanan obat, dan kebanyakan obat yang bentuknya besar ditaruh dikeranjang.

1. Adanya mahasiswa praktik manajemen keperawatan

2. Adanya kerjasama yang baik antara mahasiswa yang praktik dengan perawat ruangan.

3. Sarana dan prasarana penunjang cukup tersedia

1. Adanya tuntunan yang lebih tinggi dari masyarakat untuk mendapapatkan pelayanan keperawatan yang profesional.

2. Adanya ketidakpercayaan pasien terhadap pengelolaan sentralisasi obat.

Timbang Terima1. Kepala ruangan tidak selalu 1. Teknik timbang terima 1. Adanya mahasiswa praktik 1. Adanya tuntutan yang lebih

23

Page 24: Seminar  MANAJEMEN

memimpin kegiatan timbang terima setiap pagi

2. Adanya laporan jaga setiap shift

3. Timbang terima sudah merupakan kegiatan rutin yang telah dilaksanakan tetapi kurang optimal

4. Adanya kemauan perawat untuk melakukan timbang terima.

5. Adanya buku khusus untuk pelaporan timbang terima

masih belum optimal.2. Masih banyak timbang

terima tentang masalah medis.

menejemen keperawatan.2. Adanya kerjasama yang

baik antara mahasiswa yang peraktik dengan perawat ruangan.

3. Sarana dan prasarana penunjang cukup tersedia.

tinggi dari masyarakat untuk mendapatkan pelayanan keperawatan yang professional.

2. Meningkatnya kesadaran masyarakat tentang tanggung jawab dan tanggung gugat perawatsebagai pemberi asuhan keperawatan.

Discharge Planning 1. Dilakukannya dischard

planning dengan memberikan surat kontrol setiap pasien pulang.

1. Tidak tersedianya discharge planning secara optimal di ruangan.

2. Keterbatasan waktu perawat dalam memberikan penkes

3. Keterbatasan anggaran untuk format discharge planning

4. Tidak tersedianya leaflet pasien saat pulang.

5. Pemberian penkes di

1. Adanya mahasiswa yang melakukan praktik manajemen keperawatan.

2. Adanya kerjasama yang baik antara mahasiswa dengan perawat.

3. Kemauan pasien/keluarga terhadap anjuran perawat.

1. Adanya tuntutan masyarakat untuk mendapatkan pelayanan keperawatan yang profesional.

2. Makin tingginya kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan.

24

Page 25: Seminar  MANAJEMEN

lakukan secara lisan setiap pasien/ keluarga.

6. Tidak adanya pendokumentasian discharge planning.

Supervise 1. Kepala ruangan mendukung

kegiatan supervisi demi meningkatkan mutu pelayanan keperawatan.

2. Supervisi yang dilakukan diruang IRNA 3 bersifat tidak langsung sesuai dengan keadaan ruangan.

1. Belum ada uraian yang jelas tentang supervisi.

2. Belum mempunyai format yang baku dalam pelaksanaan supervisi.

3. Kurangnya program pelatihan dan sosialisasi tentang supervisi.

1. Adanya mahasiswa STIKES Yarsi yang praktik manajemen keperawatan.

2. Terbuka kesempatan untuk melanjutkan pendidikan atau magang.

Tuntutan pasien sebagai konsumen untuk mendapatkan pelayanan yang profesional dan bermutu sesuai dengan peningkatan biaya keperawatan.

25

Page 26: Seminar  MANAJEMEN

2.8 Identifikasi Masalah

1. Ketenagaan (M1)

a. Sudah disiplinnya pegawai datang sebelum operan atau timbang

terima berlangsung.

b. Jumlah perawat yang berpendidikan, D3 Keperawatan sebanyak 11

orang, S1 keperawatan sebanyak 3 orang dan Profesi Ners 5 orang.

Kesimpulan : jumlah tenaga perawat dalam jumlah cukup, tetapi untuk

memaksimalkan pemberian asuhan keperawatan dibutuhkan tambahan

perawat lagi.

2. Sarana dan prasarana (M2)

Sarana dan prasarana yang dimiliki ruangan terpakai secara optimal,

namun peralatan medis masih sangat kurang Ada beberapa alat yang perlu

disediakan namun hal ini masih bisa diatasi dengan mengamprah atau

minjam diruangan lain.

Kesimpulan : Belum adanya alat kesehatanyang memadai di IRNA kelas III

bawah untuk menunjang proses keperawatan.

3. Metode (M3)

Dokumentasi keperawatan

a. Sistem pendokumentasian sudah optimal, menggunakan metode manual

untuk mengisi status pasien

b. Dokumentasi keperawatan sudah dilaksanakan dengan optimal karena

semua masalah atau data tentang pasien dicatat didalam buku

pendokumentasian

c. Catatan perkembangan pasien cukup lengkap dan berkesinambungan.

Kesimpulan : pendokumentasian keperawatan terutama catatan

perkembangan pasien sudah dilaksanakan dengan optimal.

Ronde keperawatan

Ronde keperawatan adalah kegiatan yang belum dapat dilaksanakan

secaraoptimal dan rutin diruangan.

26

Page 27: Seminar  MANAJEMEN

Kesimpulan: Ronde keperawatan sudah dilakukan akan tetapi belum secara

optimal karena terlihat kebanayakan yang dilakukan ronde

medis

Sentralisasi obat

Di IRNA III sudah tersedia sarana dan prasarana untuk pengelolaan

sentralisasi obat, adanya buku injeksi dan obat-obatan serta adanya kemauan

perawat untuk melakukan sentralisasi obat.

Kesimpulan : Pelaksanaan sentralisasi obat sudah dilakukansecara optimal

tetapi belum maksimal karena terbatasnya tempat penyimpanan obat

sehingga kebanyakan obat yang bentuknya besar di simpan dikeranjang.

Supervisi

Supervisi sejauh ini sudah optimal dimana supervisi dilakukan surpervisor

internal yaitu surpervisor diruangan itu sendiri (Karu dan PP) dan

surpervisor eksternal yaitu surpervisor yang ditunjuk langsung oleh pihak

rumah sakit akan teapi belum berjalan optimal. surpervisor internal akan

memeriksa kerja dari perawat assosiate diruangan, sedangkan surpervisor

eksternal memeriksa keseluruhan kinerja diruang jaga termasuk kinerja

surpervisor internal.

Kesimpulan : Supervisi internal sejauh ini sudah optimal, sedangkan

surpervisor eksternal belum berjalan optimal.

Operan/ timbang terima

a. Kedisiplinan perawat pada saat operan sudah optimal.

b. Ketika timbang terima selain masalah medis, juga dijelaskan masalah

keperawatan dalam bentuk buku pelaporan PP sehingga saat timbang

terima, jelas masalah yang dilaporkan kepada masing-masing tim.

c. Timbang terima tidak selalu ke ruangan dan didekat pasien

Kesimpulan : Ruang IRNA III sudah melakukan timbang terima, tetapi

tidak selalu diikuti oleh semua perawat di ruangan, hal tersebut dikarenakan

perawat yang lain telah membagi tugas masing-masing untuk dikerjakan.

27

Page 28: Seminar  MANAJEMEN

Dischrge planing

Pelaksanaan perencanaan / discharge planning sudah dilaksanakan secara

optimal dimana pemberian pendidikan kesehatan sangat dibutuhkan oleh

pasien dan keluarga pasien yang akan pulang.

Kesimpulan: Perencanaan pulang sudah optimal dengan memberikan

pendidikan kesehatan dan memberikan kartu kontrol, serta di

berikannya edukasi oleh tim gizi tentang diit makanan yang

harus dihindari dan yang boleh dikonsumsi.

Ringkasan prioritas masalah

Supervise internal sudah berjalan yang dilakukan oleh kepala ruangan

kepada anggota di ruangan dan supervise eksternal atau oleh pengawas

perawatan (supervisor) belum berjalan secara optimal.

28

Page 29: Seminar  MANAJEMEN

BAB IIIPERENCANAAN (RENCANA STRATEGIS)

No Masalah Tujuan Program/Kegiatan Indikator Keberhasilan WaktuPenanggung

jawab

1 M2 (sarana dan

prasarana)

a. Masih kurangnya alat kesehatan seperti EKG.

b. Masih kurangnya sarana dan prasana dalam pelaksanaan sentralisasi obat seperti lemari penyimpanan obat

Untuk memudahkan pelayanan keperawatan yang diberikan pada pasien

Untuk membantu mengorganisir sentralisasi obat

Untuk melengkapi peralatan diruangan

Melobi pihak rumah sakit untuk mengadakan / mengamprah peralatan yang belum tersedia di ruangan tersebut.

Adanya alat kesehatan seperti EKG di ruangan tersebut

Terdapatnya lemari penyimpanan obat di ruangan yang dapat menampung semua obat

Perawat terfalisitasi dalam mengadakan pelayanan kepada pasien

Sesuai respon

dari pihak

rumah sakit.

29

Page 30: Seminar  MANAJEMEN

2 M3 (Metode)

a. Ronde keperawatan belum secara optimal atau secara rutin dilaksanakan di ruangan perawatan karena kesempatan perawat yang terbatas.

Ronde keperawatan dapat terlaksana dengan optimal dan rutin sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan oleh kepala ruangan

Tim atau perawat yang terlibat dalam ronde keperawatan mampu menyelesaikan dan mengatasi masalah keperawatan sehingga ronde keperawatan dapat terlaksana dengan baik

Ronde keperawatan dilaksanakan secara rutin dengan jadwal yang telah ditetapkan sehingga masalah yang terjadi diruangan dapat lebih cepat teratasi, misalnya 1 kali dalam 2 minggu dan dilaksamnakan selama 30-40 menit.

Tim yang dibentuk harus mampu menyelesaikan tugas yang ada khususnya yang berkaitan dengan ronde keperawatan agar pelaksanaan ronde lebih optimal dan masalah yang terjadi dapat segera diatasi.

Pasien mengatakan puas dengan pelayanan yang telah diberikan oleh perawat saat mengatasi masalah yang dialami klien.

Ronde keperawatan dapat terlaksana sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan dan dipimpin oleh kepala ruangan.

Tim yang dibentuk dalam pelaksanaan ronde keperawatan mampu mengatasi masalah keperawatan yang terjadi dan membantu melaksanakan ronde keperawatan agar lebih optimal.

15-50 menit

setiap minggu

ke-2 dan ke-4 :

5 menit

praronde,

30 menit

pelaksanaan

dan 10 menit

pascaronde.

30

Page 31: Seminar  MANAJEMEN

b. Sentralisasi obat belum terlaksana dengan optimal dalam hal permintaan izin pelaksanaan kegiatan ke keluarga dan klien sendiri, belum ada lembar dokumentasi pemberian obat yang ditandatangani oleh perawat dan klien dalam setiap waktu pemberian obat

c. Supervise internal belum terdokumentasi dengan optimal

Mampu mengaplikasikan peran perawat dalam pengelolaan sentralisasi obat dan mendokumentasikan hasil pengelolaan sentralisasi obat

Mampu mengaplikasikan pendokumentasian supervisi internal sesuai dengan prosedur

Melakukan pendekatan secara langsung dengan komunikasi terapeutik untuk meyakinkan klien agar bersedia mengikuti pengelolaan sentralisasi obat dan menggunakan format sentralisasi obat

Melaksanakan supervisi internal keperawatan bersama- sama dengan kepala ruangan dan staf perawat

Pelaksanaan sentralisasi obat dilakukan sesuai dengan ruangan yang telah ditentukan dan klien yang telah menyetujui untuk dilakukan sentralisasi obat.

Pelaksanaan sentralisasi obat sesuai dengan alur yang telah ditentukan

Obat dapat diberikan secara tepat dan benar

Perawat mudah mengontrol pemberian obat

Mahasiswa mampu melaksanakan supervise secara optimal

Supervise dilaksanakan sesuai dengan rencana

Dimulai

minggu ke-2

hingga minggu

ke-4

Setiap selesai

melaksanakan

tindakan

31

Page 32: Seminar  MANAJEMEN

d. Discharge planning sudah dilakukan tetapi belum optimal

Meningkatkan kinerja perawat dalam memberikan asuhan keperawatan

Terlaksananya rencana pulang sesuai dengan standar dan kemampuan perawat meningkat dalam memberikan pendidikan kesehatan saat pasien akan pulang.

Mendokumentasikan hasil pelaksanaan supervise keperawatan.

Membuat perencanaan pulang sesuai dengan prosedur yang ada.

Membuat brosur atau leaflet tentang pengertian penyakit, pencegahan perawatan, aktivitas dan istirahan

Mendokumentasikan pelaksanaan rencana pulang

Supervisor memberikan reward/feed back pada perawat primer dan perawat pelaksana.

Pasien dan keluarga mengerti dan memahami penjelasan tentang penyakitnya, pencegahan, perawatan, aktivitas, maupun istirahat sesuai dengan brosur yang sudah diberikan.

Adanya brosur atau leaflet tentang penyakit yang diderita oleh masing-masing pasien

Tercatatnya semua kegiatan rencana pulang yang sudah dilakukan oleh perawat.

32

Page 33: Seminar  MANAJEMEN

BAB IV

PELAKSANAAN KEGIATAN

4.1 Penyelengaraan Asuhan Keperawatan

Sistem MAKP adalah suatu kerangka kerja yang mendefenisikan

empat unsur, yakni : standar, proses keperawatan, pendidikan keperawatan

dan system MAKP. (Nursalam, 2009)

Model MAKP terdiri dari :

1. Model Fungsional

2. Model TIM

3. Model Primer

4. Model Kasus

5. Model Modifikasi Tim Primer

Dalam praktik manajemen ini, kelompok memilih model modifikasi tim

primer sebagai model asuhan keperawatan di ruang IRNA III Bawah RSUD

Kota Mataram.

1. Persiapan

Pada tahap persiapan seluruh anggota kelompok melakukan

orientasi, analisa situasi ruangan, perencanaan dan pengorganisasian

selama 2 hari dari tanggal 24- 25 November 2014. Setelah itu pada hari ke

6 (Sabtu, 1 Desember 2014) dilaksanakan destiminasi hasil pengkajian,

analisa situasi serta menyampaikan rencana program kerja.

2. Uji Coba

Uji coba dilaksanakan selama 1 hari yaitu pada tanggal 1 Desember

2014, yang meliputi uji coba pemberian asuhan keperawatan yaitu dengan

menggunakan model asuhan keperawatan professional metode tim primer

dimana masing-masing anggota kelompok berperan sebagai kepala

ruangan, ketua tim serta perawat associate sesuai peran yang sudah

ditetapkan.

33

Page 34: Seminar  MANAJEMEN

3. Pelaksanaan

Pada minggu kedua, kelompok mulai melaksanakan asuhan

keperawatan dengan menerapkan model modifikasi tim Primer

keperawatan yang dilkasankan secara bergantian berperan sebagai kepala

ruangan, perawat primer dan perawat associate ( jadwal peran dan uraian

tugas terlampir). Disamping itu setiap anggota kelompok juga dibagi

dalam 3 shift dinas yaitu : pagi, sore, dan malam yang dilaksankan mulai

minggu kedua (jadwal dinas terlampir).

Dengan penetapan MAKP modifikasi tim oleh kelompok mulai pada

tanggal 4 Desember 2014, maka selanjutnya peran tenaga keperawatan

dibagi dalam kategori : Kepala ruangan, Perawat primer dan Perawat

asosiet.

Adapun bagan model stuktur organisasi modifikasi tim adalah

sebagai berikut:

Bagan 4.1 Model Modifikasi Tim

Selanjutnya : proses penyelenggaraan peran dibantu oleh perawat

pelaksana lainnya dari mahasiswa Poltekkes Kemenkes Mataram sebanyak

2- 3 orang (sesuai dengan jadwal sift).

Untuk selanjutnya susunan kepanitiaan inilah yang digunakan dalam

penerapan MAKP Modifikasi Tim Primer di Ruang IRNA III Bawah

RSUD Kota Mataram.

34

Kepala ruangan

PP I PP III

PAPA

PA

PP II

PAPA

Page 35: Seminar  MANAJEMEN

4. Evaluasi

Evaluasi pelaksanaan MAKP dilaksanakan pada minggu ke IV Yaitu

pada tanggal 15-20 Desember 2014 yang meliputi pelaksanaan masing-

masing peran (Karu, Katim dan PA) setiap anggota kelompok dengan

berpedoman pada uraian tugas telah disepakati serta pelaksanaan shift

jaga.

5. Kelebihan

a. Model MAKP modifikasi Tim yang dijalankan oleh ruangan :

1) Asuhan keperawatan lebih terencana selama 24 jam karena

direncanakan dari pagi

2) Membangun kemandirian perawat associet Dan perawat

pembelajaran / profesionalisasi PA dalam menjadi perawat primer

kedepannya pada saat rotasi

3) Perawatan kepada pasien lebih komprehensif

4) Penyebaran tenaga perawat lebih optimal

b. Model MAKP Modifikasi Tim yang dijalankan oleh mahasiswa adalah

sesuai MAKP yang dijalankan diruangan yaitu modifikasi Tim Primer.

Dengan menempatkan 1 PP pada setiap shift.

6. Hambatan

a. Model MAKP modifikasi Tim Primer yang dijalankan oleh ruangan :

1) Merangkapnya tugas dari PA khususnya pada shift sore dan malam

karena tidak didampingi langsung oleh PP.

2) Bila muncul masalah keperawatan yang baru dari pasien, tindakan

yang dilakukan tidak sesuai dengan rencana yang sudah disusun

oleh PP.

3) Jika ada pasien baru yang menyusun rencana keperawatan adalah

PA bukan PP.

4) Perawat PP harus memiliki pengalaman dan pengetahuan yang

memadai dalam mengambil keputusan yang tepat, menguasai

keperawatan klinis, serta mampu berkolaborasi dengan berbagai

disiplin ilmu

35

Page 36: Seminar  MANAJEMEN

b. Model MAKP Modifikasi Tim yang dijalankan oleh mahasiswa adalah

model Modifikasi Tim Primer sesuai dengan ruangan dengan

hambatan yang sama seperti yang dipaparkan diatas.

7. Konsep Solusi

1) Semua model MAKP baik untuk ditrapkan diruangan tetapi

penyesuaian dan pemerataan shif harus diperhatikan dan dikondisikan

sesuai keadaan tenaga diruangan sehingga model MAKP yang

ditrpakan berjalan sesuai dengan harapan.

2) Dengan adanya PP pada setiap shift, setiap ada maslah keperawatan

yang baru PP dapat segera menyusun rencana kegiatan yang baru.

3) Karu harus dapat berperan aktif dalam memberikan supervisi terhadap

PP di masing-masing shiftt

4.2 Dokumentasi Keperawatan

Pendokumentasian Keperawatan dilaksanakan mulai tanggal 1 Desember

2014 di ruang IRNA III bawah. Format pendokumentasian meliputi :

a. Dokumentasi Pada Status Pasien

1) Lembar rawat inap

2) Lembar ringkasan masuk dan keluar/dichange planing

3) Lembar pengkajian/anamnese

4) Lembar surat persetujuan dilakukan sentralisasi obat

5) Lembar pemberian obat

6) Lembar pemberian cairan

7) Lembar vital sign

8) Lembar catatan perkembangan

9) Lembar pemakaian obat dan alat kesehatan

b. Dokumentasi Pada Pembukuan (Buku Besar Dan Kecil)

1) Buku Timbang Terima (PA)

2) Buku TTV

3) Buku beban perawat

36

Page 37: Seminar  MANAJEMEN

Dalam pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan masing-

masing mahasiswa melaksanakan sesuai dengan perannya (Karu, PP dan PA)

bertanggung jawab melakukan pengkajian serta pemeriksaan fisik dan

pendokumentasian dalam setatus penderita. Bila pasien pulang, Katim

bertanggung jawab mengisi discharge planning dan setatus penderita di simpan

sebagai arsip.

4.3 Sentralisasi obat

Kegiatan yang dilakukan dalam sentralisasi obat sebagai berikut:

1. Persiapan

Pada tahap persiapan yang dilaksanakan oleh mahasiswa yaitu

sebagai berikut

a. Maenyiapkan proposal sentralisasi obat

b. Menyiapkan sarana dan prasarana sentralisasi obat seperti informed

consent, kotak obat, kartu obat, dan buku sentralisasi obat.

c. Mengadakan pendekatan kepada pasien dan keluarga mengenai

pelaksanaan sentralisasi obat dan meminta persetujuan melalui

informed consent.

d. Menyepakati alur atau mekanisme sentralisasi obat yaitu sebagai

berikut:

37

Page 38: Seminar  MANAJEMEN

Bagan alur sentralisasi obat di ruang IRNA III RSUD Kota Mataram

Sumber: Nursalam 2007

2. Pelaksanaan

Pelaksanaan sentralisasi obat dimulai pada minggu ke-2 sampai minggu

ke-4 dengan cara:

a. Mengumpulkan obat program ke kontak yang telah di tulis nama klien

b. Memasukkan jumlah dan jenis obat di buku obat yang ditandatangani

oleh klien atau keluarga dan penerima obat (perawat).

c. Mengontrol jenis dan dosis pemberian obat pada status klien

d. Membagi obat sesuai dengan dosis dan jadwalnya.

e. Melakukan timbang terima obat.

f. Melakukan kolaborasi untuk kelanjutan obat klien yang sudah habis

dengan melaporkan ke dokter yang merawat untuk menulis resep lagi.

38

DOKTER

PASIEN / KELUARGA

FARMASI /

APOTIK

PP / PERAWAT YANG

MENERIMA

PENGATURAN DAN

PENGELOLAAN OLEH PERAWAT

PASIEN / KELUARGA

PASIEN /

KELUARGA

Pendekatan Perawat

- Surat persetujuan sentralisasi

obat dari perawat

- Lembar serah terima obat

- Buku serah terima / masuk

obat

Page 39: Seminar  MANAJEMEN

g. Mengembalikan obat pada pasien pulang.

3. Masalah

Dalam perjalanan kegiatan sentralisasi obat ada beberapa kendala

yang kemungkinan ditemukan untuk dijadikan koreksi langkah selnjutnya

antara lain:

a. Terlambatnya pemberian obat di pagi hari di sebabkan pengamprahan

obat di apotik terlalu lama karna semua ruangan mengamprah di pagi

hari karena

b. Adanya klien yang tidak mendapat obat puasa, jadwal HD, atau

pemeriksaan radiologi dll.

c. Adanya keluarga atau klien yang menolak pemberian obat.

4. Konsep solusi

Dari kendala yang ditemukan, kami memberikan konsep solusi sebagai

berikut:

a. Pengamprahan obat sebaiknya dilakukan oleh perawat yang shif di

malam, sehingga sentralisasi obat berjalan dengan baik dan pemberian

obat ke klien bisa lebih tepat waktu.

1) Perawat tetap memperhatikan jam pemberian obat dan dilakukan

penetapan waktu pemberian obat untuk menjaga rentang waktu

pemberian obat.

2) Berikan obat beberapa menit sebelum waktu minum obat

3) Catat jadwal pemberian obat kembali pada buku operan

4) Penundaan pemberian obat oleh karena adanya tindakan medis lain

(puasa, adanya jadwal operasi, HD, pemeriksaan radiologi, dll)

harap dioperan pada seluruh perawat yang bertugas shift

selanjutnya.

b. Untuk mangatasi masalah kepercayaan sentralisasi obat:

1) Perawat harus menjelaskan sedetail-detailnya tentang sentralisasi

obat dan tujuanya supanya keluarga pasien mempunyai

kepercayaan.

39

Page 40: Seminar  MANAJEMEN

2) Laporkan sisa obat yang tersimpan setiap pemberian obat minum

kepada klien.

3) Beri reward posotif atas kerjasama yang baik dari pasien dan

keluarga.

4.4 Ronde keperawatan

Ronde keperawatan sebagai bagian dalam peningkatan pemberian asuhan

keperawatan perlu dilakukan secara terencana atau bila diperlukan terutama

pada klien :

1. Penyakit lama atau kronis

2. Penyakit dengan komplikasi

3. Penyakit Akut

Dalam upaya tersebut kelompok berusaha seoptimal mungkin dalam

pelaksanaan ronde keperawatan yang meliputi kegiatan :

1. Persiapan

a. Penyusunan proposal ronde keperawatan (terlampir)

b. Penyusunan proposal ronde keperawatan dilakukan oleh kordinator /

anggota kelompok yang di tunjuk sebagai penanggung jawab ronde

keperawatan yang kemudian di konsulkan kepada pembimbing lahan,

pembimbing pendidikan sampai disetujui.

c. Menentukan nama klien dan jenis penyakitnya serta permasalahan yang

berhubungan dengan keperawatan

d. Membuat asuhan keperawatan sesuai kasus yang telah disepakati oleh

pembimbing dan mengkonsultasikan sampai kasus disetujui.

e. Membuat surat persetujuan akan dilaksanakan ronde keperawatan kepada

pasien tersebut dan membuat undangan konselor kepada para konselaor

yaitu dokter yang menangani pasien tersebut, ahli gizi dan apoteker.

f. Dalam persiapan pelaksanaan ronde keperawatan ini kepala ruangan

yang bertanggung jawab dalam penyelenggaraan, PP (perawat primer)

yang menyiapkan dan menyajikan dalam pengelolaan kasus Asuhan

keperawatan

40

Page 41: Seminar  MANAJEMEN

2. Pelaksanaan

Ronde keperawatan tidak dapat dilaksanakan dikarenakan tidak

adanya koordinasi antara anggota kelompok. Sehingga tidak ada yang

menjadi penanggunug jawab dalam kegiatan ronde keperawatan

3. Konsep Solusi

Perlu adanya koordinasi seluruh anggota kelompok untuk menunjuk

satu orang menjadi penanggung jawab kegiatan ronde keperawatan.

Sehingga kegiatan ronde eperawatan dapat terlaksana

4.5 Supervisi keperawatan

1. Persiapan

Pada tahap persiapan, kelompok melakukan persiapan sebagai berikut.

a. Menetapkan hari pelaksanaan supervise keperawatan yaitu pada saat

karu menghendaki adanya supervise sesuai dengan masalah yang

perlu dibenahi.

b. Menetapkan instrumen supervise serta format laporan supervise yaitu

injeksi intravena dan dokumentasi keperawatan.

2. Pelaksanaan

Percobaan pelaksanaan supervisi keperawatan pada hari Senin, 1

Desember 2014 pukul 10.00 WITA. Seperti yang telah ditetapkan,

supervise yang dilakukan mengenai injeksi intravena.

3. Hambatan

Hambatan yang ditemui kelompok adalah kurangnya perlengkapan

mahasiswa dalam melakukan tindakan

4. Konsep solusi

Berdasarkan hambatan yang ditemukan, solusi yang dapat dilakukan

adalah mahasiswa harus melengkapi semua alat-alat yang dibutuhkan

sebelum melakukan tindakan keperawatan ke pasien.

41

Page 42: Seminar  MANAJEMEN

4.6 Timbang terima Pasien

1. Persiapan

Persiapan timbang terima mulai dilaksankan pada minggu kedua dengan

kegiatan sebagai berikut :

a. Mencari literatur guna memperluas wawasan timbang terima

b. Mengadakan uji coba timbang terima pada minggu kedua.

2. Pelaksanaan

Pelaksanaan timbang terima mulai dilaksanakan pada minggu kedua

3. Hambatan

a. Timbang terima yang dilaksanakan oleh perawat ruangan IRNA III

Bawah

Timbang terima yang dilaksanakan oleh perawat ruangan sudah

optimal sesuai dengan teori, melalui tiga tahap yaitu : pra timbang

terima, pelaksanaan timbang terima dan post timbang terima.

b. Timbang terima yang dilaksanakan oleh mahasiswa

1) Minimnya pengalaman dari mahasiswa dalam pelaksanaan timbang

terima.

2) Tidak optimalnya penyampaian informasi instruksi dokter dari tim

sebelumnya ke tim berikutnya karena kkurang kemampuan

mahasiswa dalam membaca instruksi dokter.

4. Konsep solusi

a. Timbang terima dilaksanakan secara bersamaan dari tim 1 dan 2

sehingga semua perawat akan mengetahui semua kondisi pasien.

b. Timbang terima dilaksanakan tepat waktu agar semua perawat

diajarkan disiplin, sehingga pemberian asuhan keperawatan bisa

dilaksanakan lebih komprehensif dan optimamal selama 24 jam.

42

Page 43: Seminar  MANAJEMEN

4.7 Discharge Planning

1. Persiapan

Pada tahap persiapan, kelompok melakukan persiapan sebagai berikut :

a. Menyusun proposal discharge planning serta standar kalimat pada

discharge planning.

b. Penetapan pelaksanaan discharge planning yaitu pada saat minggu

kedua pelaksanaan MAKP.

2. Pelaksanaan

Pelaksanaan discharge planning dilakukan pada minggu kedua

pelaksanaan MAKP setiap pasien akan pulang yaitu tanda tangan

persetujuan pulang oleh keluarga dan diberikan leflet oleh mahasiswa yang

berjalan minggu ke 2 dan minggu ke 3.

3. Hambatan

Hambantan yang ditemukan dalam pelaksanaan discharge planning adalah

belum lengkapnya dalam pendokumentasian status pasien baru karena

sering kali ada saja yang terlupakan dan pemberian leflet sering terlupakan

Karena refrensi yang terbatas.

4. Konsep solusi

Berdasarkan hambatan yang ditemukan, solusi yang dapat dilakukan

adalah perlu kesadaran dari masing-masing anggota kelompok untuk

melengkapi dokumentasi status pasien yang akan pulang. Setiap pasien

pulang selalu diberikan penjelasan sesuai dengan kebutuhan pasien dam

menyiapkan refrensi untuk pembuatan leflet.

43

Page 44: Seminar  MANAJEMEN

BAB V

EVALUASI

5.1 Evaluasi Proses

Berdasarkan rencana kegiatan yang telah disusun, maka kegiatan yang

dapat dilakukan antara lain :

1. Pembuatan struktur organisasi

2. Analisa situasi

3. Penyusunan program kerja : penerapan MAKP dan sentralisasi obat

4. Pembuatan jadwal dan rancangan pembagian peran

5. Penyiapan lembar dokumentasi keperawatan

6. Sosialisasi penyelenggaraan MAKP

7. Uji coba penerapan MAKP

8. Penerapan MAKP : aplikasi peran, pendelegasian tugas dan proses

dokumentasi keperawatan

9. Pelaksanaan sentralisasi obat

10. Pelaksanaan supervise

11. Pelaksanaan timbang terima

12. Pelaksanaan penerimaan pasien baru

13. Pelaksanaan problem solving

14. Pelaksanaan discharge planning

15. Evaluasi penerapan MAKP

16. Penyusunan laporan

17. Persiapan seminar

5.2 Evaluasi Hasil

Evaluasi keberhasilan program penyelenggaraan MAKP ditinjau

secara obyektif melalui penerima pelayanan keperawatan. Dari pesan kesan

keluarga dan pasien setelah dilakukan perawatan ditanyakan oleh

mahasiswa saat pulang yaitu hampir semua pasien pulang mengatakan puas

dengan pelayanan yang diberikan oleh ruangan.

44

Page 45: Seminar  MANAJEMEN

BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Dari setiap bentuk kegiatan yang telah dilakukan, maka secara umum

daapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Proses penyelenggaraan MAKP yang diterapkan dengan menggunakan

metode tim primer (modifikasi) sangat memungkinkan untuk diterapkan di

ruang IRNA III Bawah karena meihat kondisi dan SDM yang ada :

a. Kemampuan dan pengalaman pelaku sebagai manajer klien sekaligus

advokat

b. Kemampuan berkomunikasi, kerja tim dan mendokumentasikan asuhan

keperawatan

c. Kemampuan mengambil keputusan

d. Kedisiplinan dan komitmen untuk menjadi lebih baik di tiap harinya

2. Perlu disadari bahwa ternyata dari hasil penerapan MAKP, dalam evaluasi

pribadi kelompok, pelaksanaan peran menjadi tidak maksimal. Hal ini

mungkin dipenngaruhi oleh :

a. Kurang rasa percaya diri dari mahasiswa

b. Kurang menguasai tugas dan perannya

c. Kurangnya dukungan satu sama lainnya

d. Kemampuan dalam komunikasi dan kolaborasi tim kurang

e. Kemampuan dalam melakukan prosedur tertentu kurang

6.2 Saran

Kami menyadari masalah yang akan muncul selama proses kegiatan,

salah satunya dipengaruhi oleh ketidakbiasaan dan ketidakdisiplinan

sehingga kami meyakini bahwa sesungguhnya penerapan MAKP Tim Primer

(modifikasi) terhadap ruang rawat akan dapat dilaksanakan secara optimal

jika pembiasaan terus dilakukan dengan mempertahankan pelaksanaan

MAKP ini.

45

Page 46: Seminar  MANAJEMEN

Bagi mahasiswa, kurangnya pengusaan dengan lingkungan klinik (lack

of environtment mastery) dan juga menajemen kelompok dalam bekerja perlu

dibenahi dengan komitmen bersama untuk dapat benar-benar memahami

pelaksanaan MAKP ini.

46

Page 47: Seminar  MANAJEMEN

DAFTAR PUSTAKA

Alamsyah, AB. (2009). Kumpulan Materi Kuliah Analisis Lingkungan Bisnis Program Magister Manajemen Unram.

Hermanto. (2009). Kumpulan Materi Kuliah Manajemen Strategik Program Magister Manajemen Unram.

Nursalam. (2014). Manajemen Keperawatan : Aplikasi dalam Praktik Keperawatan Profesional Edisi 4. Jakarta : Salemba Medika.

47