Seminar Anak

36
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bermain adalah unsur yang paling penting untuk perkembangan anak baik fisik, emosi, mental, intelektual, kreativitas dan sosial dimana anak mendapat kesempatan cukup untuk bermain akan menjadi orang dewasa yang mudah berteman, kreatif dan cerdas bila dibandingkan dengan mereka yang masa kecilnya kurang mendapat kesempatan bermain (Soetjiningsih, 1995). Bermain juga merupakan setiap kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan yang ditimbulkannya dan dilakukan secara suka rela dan tidak ada paksaan atau tekanan dari luar atau kewajiban serta tidak tergantung kepada usia tetapi tergantung kepada kesehatan dan kesenangan yang diperoleh (Hurlock, 1998). Semua anak terkadang tidak dapat melalui masa kanak- kanaknya dengan mulus, ada sebagian yang dalam proses tumbuh kembangnya mengalami gangguan kesehatan sehingga anak harus dirawat di rumah sakit atau menjalani hospitalisasi (Eiser, 1990 dikutip oleh Harsono, 2005). Perawatan anak di rumah sakit merupakan pengalaman yang penuh dengan stres, baik bagi anak maupun orangtua. Lingkungan rumah sakit merupakan penyebab stres bagi anak dan orangtua baik lingkungan fisik rumah sakit seperti bangunan/ruang rawat, alat-alat, bau yang khas, pakaian putih petugas rumah sakit maupun lingkungan sosial

Transcript of Seminar Anak

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bermain adalah unsur yang paling penting untuk perkembangan anak baik

fisik, emosi, mental, intelektual, kreativitas dan sosial dimana anak mendapat

kesempatan cukup untuk bermain akan menjadi orang dewasa yang mudah berteman,

kreatif dan cerdas bila dibandingkan dengan mereka yang masa kecilnya kurang

mendapat kesempatan bermain (Soetjiningsih, 1995). Bermain juga merupakan setiap

kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan yang ditimbulkannya dan dilakukan secara

suka rela dan tidak ada paksaan atau tekanan dari luar atau kewajiban serta tidak

tergantung kepada usia tetapi tergantung kepada kesehatan dan kesenangan yang

diperoleh (Hurlock, 1998).

Semua anak terkadang tidak dapat melalui masa kanak-kanaknya dengan

mulus, ada sebagian yang dalam proses tumbuh kembangnya mengalami gangguan

kesehatan sehingga anak harus dirawat di rumah sakit atau menjalani hospitalisasi

(Eiser, 1990 dikutip oleh Harsono, 2005).

Perawatan anak di rumah sakit merupakan pengalaman yang penuh dengan

stres, baik bagi anak maupun orangtua. Lingkungan rumah sakit merupakan penyebab

stres bagi anak dan orangtua baik lingkungan fisik rumah sakit seperti

bangunan/ruang rawat, alat-alat, bau yang khas, pakaian putih petugas rumah sakit

maupun lingkungan sosial seperti sesama pasien anak ataupun interaksi dan sikap

petugas kesehatan itu sendiri sehingga perasaan takut, cemas, tegang, nyeri dan

perasaan tidak menyenangkan lainnya sering dialami oleh anak (Supartini, 2004).

Umumnya anak yang dirawat di rumah sakit takut pada dokter, perawat dan petugas

kesehatan lainnya serta anak takut berpisah dengan orangtua dan saudaranya

(Ngastiyah, 2005 ).

Efek hospitalisasi yang dialami anak saat dirawat di rumah sakit perlu

mendapatkan perhatian dan pemecahan masalah agar saat dirawat seorang anak

mengetahui dan kooperatif dalam menghadapi permasalahan yang terjadi saat

perawatan. Reaksi stres yang ditunjukkan anak saat dilakukan perawatan sangat

bermacam-macam seperti ada anak yang bertindak agresif yaitu sebagai pertahanan

diri dengan mengeluarkan kata-kata mendesis dan membentak serta menutup diri dan

tidak kooperatif saat menjalani perawatan (Alifatin, 2003).

Hospitalisasi (rawat inap) pada pasien dapat mendorong terjadinya proses

adaptasi di lingkungan rumah sakit. Desain interior di dalam ruang perawatan pasien,

dapat menjadi salah satu upaya untuk membantu proses adaptasi mereka yang

berdampak pada proses penyembuhan yang sedang berlangsung. Kondisi fisik anak-

anak jika dalam keadaan letih, lapar, kurang sehat, mereka bereaksi dengan ketakutan

yang lebih besar dibandingkan dengan kondisi normal, dan mereka lebih mudah takut

terhadap berbagai macam situasi yang dalam kondisi normal tidak menimbulkan rasa

takut. Dengan adanya rasa takut tersebut, penyembuhan akan berjalan tidak optimal.

Sehingga sudah seharusnya ruang rawap inap anak berbeda dengan ruang inap

dewasa.

B. Tujuan

1. Tujuan umum

Mampu menentukan konsep ruang perawatan anak untuk meminimalkan dampak

hospitalisasi pada anak

2. Tujuan khusus

a. Mengurangi trauma psikologis anak terhadap hospitalisasi sehingga

mendukung peningkatan kesehatan mental anak

b. Memfasilitasi pemenuhan kebutuhan permainan anak

c. Melatih perkembangan keterampilan anak sesuai tahap tumbuh kembang

d. Meningkatkan imaginasi dan kreativitas anak

C. Sasaran

1. Perawat

2. Bagian sarana dan prasarana

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Karakteristik Anak

1. Tumbuh Kembang Anak

Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan anak, antara lain

sebagai berikut:

a. Faktor dari dalam, meliputi segala potensi, bakat dan kemampuan atau

pembawaan yang dimiliki anak sejak lahir.

b. Faktor dari luar, meliputi suasana, pergaulan, pendidikan, pengaruh,

perangsang, keadaan iklim, sosial ekonomi, kebudayaan, kegiatan sosial,

dan sebagainya.

c. Kegiatan anak itu sendiri, meliputi kemauan dan keaktifan dari anak itu

sendiri yang akan mempengaruhi kemampuan anak tersebut dalam

mencapai kesempurnaan.

Perkembangan dan pertumbuhan anak dipengaruhi oleh beberapa

aspek sebagai berikut:

a. Aspek psikomotorik, yang menitik beratkan pada kesehatan fisik,

kekuatan motorik (kasar maupun halus), kemampuan merawat diri sendiri,

kemandirian dan rasa kompetensi.

b. Aspek kognitif intelektual, yang menitik beratkan pada kreatifitas,

penalaran, perkembangan bahasa, pengetahuan dasar umum, dan

pengenalan lingkungan hidup.

c. Aspek emosi, yang menitik beratkan pada pengendalian diri, ketekunan

dan antusiasme pada kegiatan.

d. Aspek sosial, yang menitik beratkan pada ketertiban, disiplin kegiatan dan

kerjasama.

Berikut ini penjelasan mengenai perkembangan yang terjadi pada anak-anak :

a. Perkembangan Fisik

Untuk memperoleh gambaran yang lengkap mengenai

perkembangan anak, kita perlu mengetahui perkembangan fisik anak

disamping juga mengulas perkembangan psikologisnya. Perkembangan

fisik dipandang penting untuk dipelajari, karena baik secara langsung

maupun tidak langsung akan mempengaruhi perilaku anak sehari-hari.

Secara langsung, perkembangan fisik seorang anak akan menentukan

keterampilan anak dalam bergerak. Seorang anak usia 6 tahun yang

bentuk tubuhnya sesuai dengan usianya, akan dapat melakukan hal-hal

yang lazim dilakukan oleh anak yang berusia 6 tahun. Bila ia mengalami

hambatan / cacat tertentu sehingga tubuhnya tidak berkembang sempurna,

maka jelas tidak mungkin mengikuti permainan yang dilakukan teman

sebayanya. Secara langsung, pertumbuhan dan perkembangan fisik akan

mempengaruhi bagaimana anak itu memandang dirinya sendiri dan

bagaimana ia memandang orang lain. Ini semua akan tercermin dari pola

penyesuaian diri anak secara umum. Seorang anak, misalnya yang terlalu

gemuk akan cepat menyadari bahwa dia tidak dapat mengikuti permainan

yang dilakukan teman sebayanya. Dipihak lain, teman-temannya akan

menganggap anak gendut itu terlalu lamban, dan tidak pernah lagi diajak

bermain. Semula timbul perasaan tidak mampu, selanjutnya akan muncul

perasaan selalu tertimpa nasib buruk. Perpaduan kedua perasaan ini akan

memberi warna tersendiri pada perkembangan kepribadian anak.

b. Perkembangan Motorik

Perkembangan motorik berarti perkembangan pengendalian gerak

jasmani melalui kegiatan pusat saraf, urat saraf, dan otot yang

terkoordinasi. Pengendalian tersebut berasal dari perkembangan refleksi

dan kegiatan masa yang ada pada waktu lahir. Selama 4 atau 5 tahun

pertama pasca lahir, anak akan mengendalikan gerakan yang kasar.

Gerakan tersebut melibatkan bagian tubuh yang luas, yang digunakan

dalam berjalan, berlari, melompat, berenang, dan sebagainya. Setelah

berumur 5 tahun, terjadi perkembangan yang besar dalam pengendalian

koordinasi yang lebih baik yang melibatkan kelompok otot yang lebih

kecil yang digunakan untuk menggenggam, melempar, menangkap bola,

menulis, dan menggunakan alat. Seandainya tidak ada gangguan

lingkungan atau fisik atau hambatan mental yang mengganggu

perkembangan motorik, secara normal anak yang berusia 6 tahun akan

siap menyesuaikan diri dengan tuntutan sekolah dan berperan serta dalam

kegiatan bermain teman sebaya, anak juga akan memiliki sifat yang sesuai

dengan harapan masyarakat dan akan melakukan penyesuaian sosial dan

pribadi yang baik. Sumbangan perkembangan motorik, antara lain :

1) Kesehatan yang baik

Kesehatan yang baik dimana sebagian bergantung pada latihan

penting bagi perkembangan dan kebahagiaan anak. Apabila

koordinasi motorik sangat jelek sehingga prestasi anak berada

dibawah standar kelompok sebaya, maka anak hanya memperoleh

kepuasan yang sedikit demi kegiatan fisik dan kurang termotivasi

untuk mengambil bagian.

2) Katarsis Emosional

Melalui latihan yang berat, anak dapat melepas tenaga yang

tertahan dan membebaskan tubuh dari ketegangan, kegelisahan, dan

keputus asaan. Kemudian mereka dapat mengendurkan diri, baik

secara fisik maupun psikologis.

3) Kemandirian

Semakin banyak anak melakukan sendiri, semakin besar

kebahagiaan dan rasa percaya atas dirinya. Ketergantungan

menimbulkan kekecewaan dan ketidakmampuan diri.

4) Hiburan diri

Pengendalian motorik memungkinkan anak berkecimpung

dalam kegiatan yang akan menimbulkan kesenangan baginya

meskipun tidak ada teman sebaya.

5) Sosialisasi

Perkembangan motorik yang baik turut menyumbang bagi

penerimaan anak dan menyediakan kesempatan untuk mempelajari

keterampilan sosial. Keunggulan perkembangan motorik

memungkinkan anak memainkan peran kepemimpinan.

6) Konsep diri

Pengendalian motorik menimbulkan rasa aman secara fisik,

yang akan melahirkan perasaan aman secara psikologis. Rasa aman

psikologis pada gilirannya menimbulkan rasa percaya diri yang

umumnya akan mempengaruhi perilaku.

7) Perkembangan Bicara

Sebagian besar ketidakberdayaan bayi yang baru lahir berasal

dari ketidakmampuan mereka untuk meyatakan kebutuhan dan

keinginan mereka dalam.bentuk yang dapat dipahami orang lain dan

ketidakmampuan mereka memahami kita dan isyarat yang digunakan

orang lain. Ketidakberdayaan itu berkurang dengan cepat pada awal

tahun kehidupan, pada waktu anak dapat mengendalikan otot yang

diperlukan bagi berbagai mekanisme komunikasi. Kemampuan

berbicara memenuhi kebutuhan penting lainnya dalam kehidupan

anak. yakni kebutuhan untuk menjadi bagian dari kelompok sosial.

Sebagaimana halnya dalam hidangan perkembangan lainnya tahun-

tahun awal kehidupan sangat penting bagi perkembangan bicara anak.

Landasan untuk perkembangan bicara diletakkan dalam masa

tersebut.

8) Perkembangan Emosi

Karena emosi memainkan peran yang sedemikian penting

dalamkehidupan, maka penting diketahui bagaimana perkembangan

dan pengaruh emosi terhadap penyesuaian pribadi dan sosial.

Dibawah ini adalah hal-hal bagaimana emosi mempengaruhi

penyesuaian pribadi dan sosial anak.

a) Emosi menambah rasa nikmat bagi pengalaman sehari-hari

b) Emosi menyiapkan tubuh untuk melakukan tindakan

c) Ketegangan emosi mengganggu keterampilan motorik

d) Emosi merupakan suatu bentuk komunikasi

e) Emosi mengganggu aktivitas mental

f) Emosi merupakan sumber penilaian diri dan sosial

g) Emosi mewarnai pandangan anak terhadap kehidupan

h) Emosi mempengaruhi interaksi sosial

i) Emosi memperlihatkan kesannya pada eksprsi wajah

j) Emosi mempengaruhi suasana psikologis

k) Reaksi emosional apabila diulang-ulang akan berkembang menjadi

kebiasaan

9) Perkembangan Sosial

Ketika berakhirnya masa kanak-kanak, sebagian besar anak

masih sangat kurang merasa puas dengan kemajuan yang mereka

peroleh dalam segi perkembangan sosial. Sejumlah studi tentang

sumber ketidak bahagiaan yang dilaporkan para remaja, banyak

memberikan perhatian pada masalah sosial.

10) Perkembangan Bermain

Sudah merupakan keyakinan sejak beberapa generasi bahwa

meskipun bermain menyenangkan, ia juga merupakan pemborosan

waktu yang dapat digunakan secara lebih menguntungkan untuk

melakukan hal lain yang berguna. Karena anak kecil tidak mampu

melakukan sesuatu yang berguna, dianggap sudah selayaknya mereka

menghabiskan waktu dengan bermain. Akan tetapi sejak peralihan

abad sekarang, para ilmuwan menunjukkan bahwa bermain

merupakan pengalaman belajar yang berharga. Mereka menekankan

bahwa tidak ada bidang lain yang lebih benar kecuali belajar menjadi

seorang yang sosial. Karena belajar menjadi sosial bergantung pada

kesempatan berhubungan dengan anggota kelompok teman sebaya

dan karena hal ini terutama terjadi dalam kegiatan bermain, maka

bermain sekarang dianggap sebagai alat yang penting bagi sosialisasi.

11) Perkembangan Kreativitas

Para psikolog, sosiolog, dan ilmuwan lainnya telah lama

mengetahui pentingnya kreativitas bagi individu dan masyarakat.

Meskipun telah diketahui, kreatifitas masih merupakan salah satu

subyek penelitian ilmiah yang paling diabaikan. Ada 5 alasan penting

mengapa kreatifitas diabaikan, antara lain:

a) Ada keyakinan bahwa kreativitas diturunkan

b) Hanya sedikit orang yang kreatif Mereka yang cerdas dan

berprestasi lebih berhasil dari pada yang kreatif

c) Ada keyakinan, orang yang kreatif tidak sesuai dengan jenis

kelaminnya

d) Kreatifitas sulit dipelajari dan dimengerti

12) Perkembangan Pengertian

Salah satu nilai tertinggi pengertian ialah bahwa ia

memungkinkan anak untuk beradaptasi terhadap perubahan, baik

perubahan pribadi maupun perubahan lingkungan. Perubahan dalam

bentuk tubuh pada masa pubertas, dengan perubahan perilaku dan

minatnya merupakan contoh yang baik. Sikap terhadap orang lain,

benda, dan apa saja yang penting dalam kehidupan juga bergantung

pada pengertian.

Tahap perkembangan anak berdasarkan usianya :

a. Usia 1 - 3 tahun

1) Mencapai kecakapan motorik dan berbicara

2) Timbul kebutuhan akan berjalan, memanjat, memegang, bercakap

cakap

3) Dapat membedakan orang tua dan orang lainnya

4) Sering merasa takut dan cemas bila didekati orang lain

5) Berpikir statis

6) Terpaku pada kesan pertama

7) Belum bisa berpikir sebaliknya

b. Usia 3-6 tahun

1) Sangat giat, tapi cepat lelah

2) Sebagian besar dari mereka sangat suka bergerak

3) Memiliki reaksi yang spontan

4) Rasa ingin tahu sangat besar melalui permainan

5) Mulai belajar bergaul dan menyesuaikan diri dengan orang lain

6) Membutuhkan perlindungan dan perhatian yang ekstra

7) Cara berpikir masih statis, ia tidak mampu menggambarkan suatu

proses

c. Usia 6- 12 tahun

1) Sangat aktif

2) Mempunyai kemampuan belajar

3) Memiliki daya fantasi yang besar

4) Ingin melihat, mendengar dan menjamah

5) Suka meniru

6) Banyak bertanya, rasa ingin tahunya sangat besar

2. Karakteristik bermain pada Anak

Ciri-ciri fisik dan mental anak menurut perkembangannya, antara lain :

a. Kelompok usia 0 - 3 tahun

Kelompok usia ini biasanya masih dalam tahap latihan dan

penguasaan gerak motorik, aktivitas ruang dan gerak terbatas, kontak

dengan dunia luar masih sempit dan sangat tergantung pada individu yang

lebih dewasa.

b. Kelompok usia 3-6 tahun

Kecakapan motorik mulai berkembang, aktifitas dan ruang gerak

mulai mengarah keluar, kontak dengan dunia luar terjadi secara sederhana,

permainan masa transisi antara dunia khayal dan nyata.

c. Kelompok usia 6-12 tahun

Kecakapan motorik sudah berkembang, aktifitas dan kontak yang

terjadi dengan dunia luar lebih luas, cenderung suka meniru dan rasa ingin

tahunya sangat besar.

B. Hospitalisasi pada Anak

1. Definisi Hospitalisasi

Hospitalisasi merupakan suatu proses yang karena suatu alasan yang

berencana atau darurat, mengharuskan anak untuk tinggal di Rumah Sakit,

menjalani terapi dan perawatan sampai pemulangannya kembali ke rumah.

Berbagai perasaan yang sering muncul pada anak, yaitu cemas, marah, sedih,

takut, dan rasa bersalah. Perasaan tersebut dapat timbul karena menghadapi

sesuatu yang baru dan belum pernah dialami sebelumnya, rasa tidak aman dan

tidak nyaman, perasaan kehilangan sesuatu yang biasa dialaminya, dan sesuatu

yang dirasakan menyakitkan.

Beberapa reaksi anak terhadap sakit dan dirawat di Rumah Sakit sesuai

dengan tahapan perkembangan anak :

a. Masa Toddler (1 -3 tahun)

Sumber stres yang utama adalah cemas akibat perpisahan. Respon

perilaku anak sesuai dengan tahapannya, yaitu tahap protes, putus asa, dan

pengingkaran (denial). Pada tahap protes, perilaku yang ditunjukkan

adalah menangis kuat, menjerit memanggil orang tua atau menolak

perhatian yang diberikan orang lain. Pada tahap putus asa, perilaku yang

ditunjukkan adalah menangis berkurang, anak tidak aktif, kurang

menunjukkan minat bermain dan makan, sedih, dan apatis. Pada tahap

pengingkaran, perilaku yang ditunjukkan adalah secara samar mulai

menerima perpisahan, membina hubungan secara dangkal, dan anak mulai

terlihat menyukai lingkungannya.

b. Masa Prasekolah (3-6 tahun)

Reaksi terhadap perpisahan yang ditunjukkan pada anak usia

prasekolah adalah dengan menolak makan, sering bertanya, menangis

walaupun secara perlahan, dan tidak kooperatif terhadap petugas

kesehatan. Ketakutan anak terhadap perlukaan muncul karena anak

menganggap tindakan dan prosedurnya mengancam integritas tubuhnya.

Oleh karena itu. hal ini menimbulkan reaksi agresif dengan marah dan

berontak, ekspresi verbal dengan mengucapkan kata-kata marah, tidak

mau bekerja sama dengan perawat, dan ketergantungan pada orang tua.

c. Masa Sekolah (6-12 tahun)

Reaksi terhadap perlukaan atau rasa nyeri akan ditunjukkan

dengan ekpresi baik secara verbal maupun non verbal karena anak sudah

mampu mengkomunikasikannya. Anak usia sekolah sudah mampu

mengontrol perilakunya jika merasa nyeri, yaitu dengan menggigit bibir

atau memegang sesuatu dengan erat.

2. Dampak Hospitalisasi

Hospitalisasi merupakan salah satu penyebab stress baik pada anak

maupun keluarganya, terutama disebabkan oleh perpisahan dengan keluarga,

kehilangan kendali, perlukaan tubuh dan rasa nyeri. Perasaan cemas

merupakan dampak dari hospitalisasi yang dialami oleh anak karena

menghadapi stressor yang ada di lingkungan rumah sakit.2

Dampak hospitalisasi pada anak menurut Pearce (2000) meliputi:

a. Perpisahan

Perpisahan dengan figur pemberi kasih sayang selama prosedur

yangmenakutkan atau menyakitkan akan meningkatkan rasa tidak

nyaman.

b. Kehilangan kendali

Hospitalisasi menyebabkan anak menjadi tidak berdaya dan frustasi

sertamenimbulkan ketergantungan pada orang lain.

c. Perubahan gambaran diri

Perubahan penampilan tubuh atau fungsinya disebabkan oleh pengobatan,

perlukaan atau ketidakmampuan menyebabkan anak merasa tidak nyaman

d. Nyeri

Prosedur yang menyakitkan dan invasif merupakan stressor bagi anak

padasemua usia

e. Rasa takut

Ketakutan terjadi karena anak berada di lingkungan rumah sakit yang

asing baginya dan karena perpisahan dengan orang-orang yang sudah

dikenalnya.

3. Upaya Mengatasi Dampak Hospitalisasi pada Anak

Anak yang merasa bosan akibat hospitalisasi kerap merasakan perasaan

tertindas atau terperangkap yang memicu munculnya sikap marah dan

bermusuhan, baik disadari maupun tidak. Memberikan terapi bermain dan

pendidikan yang sesuai dengan perkembangan anak guna mengurangi trauma

psikologis akibat penyakit dapat mendukung peningkatan kesehatan mental

dan perkembangan anak.1 Terapi bermain dapat membantu mengatasi ansietas

selama semua fase penyakit, setiap prosedur baru, lingkungan baru, dan orang-

orang asing.3 Karena itu, sangatlah penting memberikan terapi bermain dan

ruang perawatan yang menyenangkan bagi anak untuk mendukung pemulihan

kesehatan anak yang mengalami hospitalisasi.

C. Konsep Ruang Perawatan Anak

Satu hal yang harus menjadi perhatian perawat adalah dampak dari

lingkungan fisik rumah sakit dan perilaku petugas itu sendiri yang sering kali

menimbulkan trauma pada anak. Lingkungan rumah sakit yang asing bagi anak

dan orang tuanya dapat menjadi stressor. Demikian juga pakaian tim kesehatan

yaitu baju seragam putih menjadi stressor bagi anak, sedangkan orang tua dapat

menjadi stress apabila mendapat informasi yang mengejutkan tentang kondisi

anaknya. Dengan demikian lingkungan fisik dan psikososial rumah sakit dapat

menjadi stressor bagi anak. Selain perilaku petugasnya, ruang perawatan untuk

anak tidak bisa disamakan dengan ruang rawat dewasa. Ruangan tersebut

memerlukan dekorasi yang penuh dengan nuansa anak, seperti adanya gambar

dinding berupa gambar binatang atau bunga, tirai dan sprei dan sprei serta sarung

bantal yang bercorak binatang atau bunga, cat dinding yang berwarna serta tangga

yang pegangannya berwarna ceria. Selain itu tersedia ruang bermain anak agar

anak tidak bosan dan dapat teralihkan dari penyakitnya.

BAB III

GAGASAN

A. Judul Project

Konsep tata ruang perawatan anak untuk hospitalisasi.

B. Gambaran Umum Sasaran

Ruang Kenanga Rumah Sakit (RS) Paru dr. Ario Wirawan Salatiga yang akan

dijadikan ruang perawatan anak berada di bagian tenggara RS. Ruang Kenanga

berbatasan dengan instalasi gizi dan taman pada bagian utara; tembok batas RS

pada bagian timur; tanah lapang pada bagian selatan; dan mesjid pada bagian

barat. Terdapat kolam ikan di halaman depan ruang Kenanga.

Ruang Kenanga terdiri dari 4 kamar VIP (@ satu tempat tidur), 2 kamar kelas

I (@ satu tempat tidur), 2 kamar kelas II (@ dua tempat tidur), dan 1 kamar kelas

III (enam tempat tidur). Karena itu, kuota pasien ruang Kenanga sebanyak 16

anak. Disediakan pula area yang rencananya akan dijadikan pojok bermain di

dalam ruang Kenanga berukuran kira-kira 2,5 x 2 meter. Arena tersebut berada di

antara kamar kelas I dan dapur.

D. Konsep Ruang Perawatan Anak

1. Klasifikasi Ruang Perawatan Anak

Anak masih sangat rentan terhadap penularan penyakit karena sistem

imun yang imatur. Karena itu, sebaiknya perlu ada klasifikasi ruang bagi

pasien infeksius dan non-infeksius. Kamar kelas II yang terdiri dari dua kamar

dibedakan menjadi satu kamar infeksius dan satu kamar non-infeksius. Kamar

kelas III yang terdiri dari enam tempat tidur dipisahkan dengan tiga tempat

tidur pada bagian kanan bagi pasien infeksius dan tiga tempat tidur pada

bagian kiri bagi pasien non-infeksi.

2. Tata Ruang Perawatan Anak

a. Ruang Kenanga

Kesan Rumah Sakit yang menakutkan bagi anak-anak perlu diminimalkan

dengan cara menata ruang perawatan yang menarik. Misalnya :

1) Pemberian cat dengan gradasi warna yang cerah pada dinding, kusen

jendela/pintu, dan nurse station.

Nurse station

2) Pojok bermain yang nyaman dengan tikar berwarna dan bergambar, lemari/rak

berwarna yang ditata rapih, dilengkapi buku bacaan dan permainan yang sesuai

dengan setiap usia tumbuh kembang anak

b. Setiap kamar

1) Setiap kamar perawatan disertai wall paper di kamar VIP dan lukisan

dinding gambar lucu pada kamar kelas I, II, dan III

Lukisan dinding dan wallpaper

2) Tempat tidur diberi cat berwarna

3) Tirai jendela, sprai, dan selimut bermotif menarik

Tirai jendela

Sprei

4) Pojok bermain mini di kamar kelas III

c. Taman

Taman yang berada di bagian utara ruang Kenanga ditata menjadi taman

yang lebih menarik dengan difasilitasi oleh kolam ikan, ayunan, patung, dan

tempat duduk. Taman ini dapat dimanfaatkan ketika anak ingin menghirup

udara bebas alam, ketika anak makan, serta ketika anak bermain bersama

sibbling dan orang tua.

3. Keterlibatan Orangtua dan sibbling

Anak akan merasa seperti berada di lingkungan yang nyaman ketika

didampingi oleh orang-orang terdekat disampingnya. Orang tua dan saudara

sedarah (sibbling) adalah orang terdekat pada kehidupan anak. Keterlibatan

orang tua dan sibbling dapat mempercepat proses pemulihan kesehatan anak,

meminimalkan hospitalisasi pada anak, dan mengontrol emosi (psikologis)

anak.

4. Fasilitas Ruang Perawatan Anak

Pojok bermain diperlukan untuk memenuhi kebutuhan dasar anak

(bermain). Pojok bermain diisi bermacam-macam permainan sesuai tingkatan

usia anak. Permainan yang disediakan mempertimbangkan keselamatan anak,

kesesuaian dengan tumbuh kembang anak di setiap tingkatan usia. Alat

permainan berupa boneka, mobil-mobilan, susun bangun geometri, bola,

puzzle, ular tangga, monopoli, dan sebagainya. Pojok bermain juga diisi

dengan perpustakaan mini berisi komik, dongeng, buku cerita fiksi, fabel,

novel, buku gambar, buku mewarnai serta beberapa alat tulis seperti pensil

warna, pensil, krayon, penggaris bentuk geometri, dan lain-lain.

Alat permainan sesuai tingkatan usia

a. Usia 0-3 tahun

b. Usia 3-6 tahun

c. Usia 6-12 tahun

5. Upaya Lain Mengatasi Hospitalisasi pada Anak

a. Perawat

Seragam perawat bermotif lucu, perawat yang ramah dan mencintai anak-

anak.

b. Alat medis

1) Peralatan berwarna-warni

2) masker bergambar

3) kursi roda berbentuk mobil atau sebagainya

c. Kejutan

Ruang Kenanga memberikan hadiah/kejutan bagi pasien yang berulang

tahun ketika di rawat dan mengundang badut/hiburan satu bulan sekali.

d. Barang kesayangan

Menganjurkan orangtua membawakan barang-barang kesayangan anak di

rumah untuk memberikan kenyamanan pada anak dan membawa suasana

rumah atau tempat yang telah dikenali anak.

E. Rancangan Biaya

1. Cat tembok @ 450.000 x 10 4.500.000

(Hijau , Kuning, Biru, Oranye, Merah)

2. Lukis dinding kelas I 1 m2 (175.000) x 42 m2 7.350.000

3. Lukis dinding kelas II 1 m2 (175.000) x 42 m2 7.350.000

4. Lukis dinding kelas III 1 m2 (175.000) x 52 m2 9.100.000

5. Wallpaper kelas VIP 1 m2 (250.000) x 80 m2 20.000.000

6. Dekorasi dinding pojok bermain 350.000

(stiker dinding)

7. Sprei kelas II dan III 1 m2 ( 30.000) x 30 m2 900.000

8. Sprei kelas VIP dan I @100.000 x 10 bed 1.000.000

9. Tirai jendela kelas I, II, III 1 m2 ( 20.000) x 47,5 m2 950.000

dan pojok bermain

10. Tirai jendela VIP @ 200.000 x 4 800.000

11. Rak bermain @200.000 x 3 600.000

12. Karpet

- Karpet puzzle @ 90.000 x 2 180.000

- Tikar bergambar @ 60.000 x 3 180.000

13. Meja kecil @ 40.000 x 4 160.000

14. Buku 1.500.000

15. Permainan 3.000.000

Total Rp 57. 920.000

F. Strategi Pelakanaan

1. Kegiatan tahap I : Penyusunan proposal

Penyusunan proposal harus terkonsep secara matang, mengenai apa saja yang

ingin dimodifikasi dengan berbagai pertimbangan yang menyertai, yaitu dari

segi waktu, biaya, dan tenaga.

2. Kegiatan tahap II : Tempat

Tempat : Ruang Kenang

3. Kegiatan tahap III : Penyediaan SDM

Kegiatan tahap III berisi mengenai pengadaan sumber daya manusia (SDM)

yaitu tenaga yang akan mengecat dinding, pelukis dinding, dan pemasang

wallpaper, gorden, dan penata taman bermain.

4. Kegiatan tahap IV: Tahap pelaksanaan

Setelah 3 item diatas terpenuhi barulah di tempatkan pada tempat-tempat yang

strategis di Ruang Kenanga. Kegiatan diperkirakan membutuhkan waktu 2

bulan.

5. Kegiatan tahap V : Evaluasi

G. Prediksi Hasil

Setelah dilakukan penataan ruangan, diharapkan anak menjadi lebih nyaman dan

rasa takut terhadap rumah sakit, dokter, dan perawat menjadi berkurang. Anak

senang dan merasa seperti tinggal di rumah sendiri.

H. Hal yang Perlu Diwaspadai

Kesulitan dalam pemenuhan dan penyediaan barang-barang yang diinginkan.

I. Kelebihan dan Kendala

1. Kelebihan dari project ini adalah

- tersedianya ruang bangsal anak yang representatif

- tersedianya dana yang dialokasikan khusus untuk bangsal anak

2. Kendala dari project ini adalah

- Ruang perawatan anak yang masih terlalu sempit

- Alokasi dana yang besar

- Membutuhkan waktu yang lama

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Hospitalisasi pada anak mempunyai dampak yang sangat besar terutama pada sisi

psikologisnya. Anak akan cenderung lebih rewel, cemas, dan tidak tenang. Terlebih lagi

apabila kebutuhan bermain yang biasa terpebuhi di luar rumah sakit, tidak dapat terpenuhi

ketika di rumah sakit. Maka dari itu, perawat harus jeli terhadap kebutuhan anak dan

tentunya memahami karakteristik anak dari segala rentang usia.

Karakteristik anak yang unik ini juga mempengaruhi ruang perawatan di rumah sakit

yang tentunya berbeda dengan ruang perawatan dewasa. Ruang perawatan anak sebaiknya

bernuansa anak-anak yang ceria dan tidak monoton, sehingga anak-anak tidak merasa

bosan dan asing berada di kamar perawatan. Selain itu kebutuhan bermain anak juga harus

diperhatikan, misalnya dengan menempatkan pojok bermain di setiap ruang perawatan.

Tidak hanya dari sisi ruang ataupun faislitas, perawat anak juga haruslah yang ramah dan

sabar.

B. Saran

Demi mempercepat kesembuhan anak, sebaiknya ruang perawatan anak di setting

dengan memberikan nuansa anak seperti cat yang berwarna warni atau diberikan pojok

bermain, alat kesehatan yang dipakai juga disesuaikan dengan minat anak agar anak tidak

merasa takut apabila akan diperiksa, begitu pula dengan perawat yang akan merawat anak,

sebaiknya menggunakan seragam yang ceria dan tidak serba putih.

Lampiran

1. Ruang kelas III

warna cat gorden

Lukis dinding

2. Ruang kelas II

warna cat gorden

Lukis dinding

3. Ruang kelas I

warna cat gorden

Lukis dinding

4. Ruang VIP

cat dinding gorden

Walpaper

5. Lorong

warna cat bingkai jendela

Warna cat bilik

6. Nurse Station

warna cat dinding