SEMESTER 2 PEDOMAN PEMBELAJARAN DAN FOCUS … · mata, telinga, hidung, ... Learning outcome MK...

47
i SEMESTER 2 PEDOMAN PEMBELAJARAN DAN FOCUS GROUP DISCUSSION Buku Fasilitator UNIVERSITAS GADJAH MADA FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN Alamat: Jl. Fauna No. 2, Karangmalang, Yogyakarta 55281, Indonesia Telp. 0274-560862, Fax. 0274-560861 e-mail: [email protected]

Transcript of SEMESTER 2 PEDOMAN PEMBELAJARAN DAN FOCUS … · mata, telinga, hidung, ... Learning outcome MK...

Page 1: SEMESTER 2 PEDOMAN PEMBELAJARAN DAN FOCUS … · mata, telinga, hidung, ... Learning outcome MK Sitologi, Histologi Dasar dan Embriologi: Mahasiswa mampu memahami struktur mikroskopik

i

SEMESTER 2 PEDOMAN PEMBELAJARAN DAN

FOCUS GROUP DISCUSSION

Buku Fasilitator

 UNIVERSITAS GADJAH MADA

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN Alamat: Jl. Fauna No. 2, Karangmalang, Yogyakarta 55281, Indonesia

Telp. 0274-560862, Fax. 0274-560861 e-mail: [email protected]

Page 2: SEMESTER 2 PEDOMAN PEMBELAJARAN DAN FOCUS … · mata, telinga, hidung, ... Learning outcome MK Sitologi, Histologi Dasar dan Embriologi: Mahasiswa mampu memahami struktur mikroskopik

ii

Pedoman Pembelajaran dan Focus Group Discussion Semester 2

Edisi Ketiga

2016

Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Gadjah Mada

Dicetak di Yogyakarta

Didesain oleh: Tim FGD

Page 3: SEMESTER 2 PEDOMAN PEMBELAJARAN DAN FOCUS … · mata, telinga, hidung, ... Learning outcome MK Sitologi, Histologi Dasar dan Embriologi: Mahasiswa mampu memahami struktur mikroskopik

1

Buku FGD untuk Fasilitator

Semester 2

Skenario 1-4

Integrasi dan Sinergi Mata Kuliah:

•   Fisiologi Veteriner I •   Biokimia Veteriner II

•   Angiologi dan Neurologi •   Sitologi, Histologi Dasar dan Embriologi

•   Parasitologi Dasar Veteriner

Edisi Ketiga Tahun 2016

UNIVERSITAS GADJAH MADA FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

Alamat: Jl. Fauna No. 2, Karangmalang, Yogyakarta 55281, Indonesia Telp. 0274-560862, Fax. 0274-560861

e-mail: [email protected]

Page 4: SEMESTER 2 PEDOMAN PEMBELAJARAN DAN FOCUS … · mata, telinga, hidung, ... Learning outcome MK Sitologi, Histologi Dasar dan Embriologi: Mahasiswa mampu memahami struktur mikroskopik

2

TIM PENYUSUN Ketua: Prof. Dr. drh. Siti Isrina Oktavia Salasia Sekretaris: •   Dr. drh. Amelia Hana, MP

•   drh. Christin Marganingsih S., M.Si. •   Dr. drh. Trini Susmiati, MP.

Anggota/Koordinator MK:

•   Prof. Dr. drh. Pudji Astuti •   Prof. Dr. drh. Wayan T. Artama •   Dr. drh. Rini Widayanti, MP. •   drh. Dwi Liliek Kusindarta, MP., Ph.D. •   drh. Ariana, M.Phil. •   Dr. drh. Dwi Priyowidodo, MP.

Pelaksana Teknis: •   Heru Dwiatma. S.Pt., M.Si. •   Murjiyo

Pengampu MK: •  Dr. drh. Amelia Hana, MP. •  drh. Yuda Heru Fibrianto, MP., Ph.D. •  drh. Sarmin, MP. •  Dr. drh. Claude Mona Airin, MP. •  drh. Tauhid Nursalim, M.Sc. •  Dr. drh. Aris Haryanto, M.Si. •  Dr. drh. Trini Susmiati, MP. •  drh. Aris Purwantoro, M.Si. •  Dr. drh. Tri Wahyu Pangestiningsih, MP. •  drh. Teguh Budipitojo, MP., Ph.D. •  drh. Dewi Kania Musana, MP. •  Dr. drh. Hery Wijayanto, MP. •  drh. Woro Danur Wendo •  drh. Eryl Sri Rohayati, SU. •  Dr. drh. Joko Prastowo, M.Si. •  Dr. drh. R. Wisnu Nurcahyo •   drh. Ana Sahara, M.Si. •   Dr. drh. Penny Humaidah, M.Biotech.

Page 5: SEMESTER 2 PEDOMAN PEMBELAJARAN DAN FOCUS … · mata, telinga, hidung, ... Learning outcome MK Sitologi, Histologi Dasar dan Embriologi: Mahasiswa mampu memahami struktur mikroskopik

3

KATA PENGANTAR

Tujuan pendidikan Fakultas Kedokteran Hewan UGM yang telah ditetapkan dalam Renstra FKH UGM 20013-2017 adalah menghasilkan dokter hewan yang cakap menangani penyakit-penyakit hewan dan menyelaraskan kesehatan hewan, kesehatan manusia dan lingkungannya, sebagai pelopor problem solver persoalan kesehatan hewan, serta siap mengemban tugas-tugas teknis yang memenuhi standar kompetensi profesi dokter hewan. Untuk itu diperlukan kurikulum Pendidikan Tinggi yang senantiasa disesuaikan dan diselaraskan dengan kebutuhan dan perkembangan yang ada, dikaji secara periodik minimal 5 (lima) tahun sekali agar sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat pengguna lulusan Pendidikan Tinggi. Fakultas Kedokteran Hewan UGM selanjutnya mengembangkan kurikulum baru dengan basis kompetensi dengan SK Rektor Nomor: 484/SK/HT/2013 tertanggal 24 Juli 2013, efektif mulai berlaku sejak tahun akademik 2013/2014.

Kompetensi utama lulusan Program Studi FKH UGM yang dikembangkan dalam kurikulum tersebut disesuaikan dengan kesepakatan bersama dalam Ketetapan Majelis Pendidikan Profesi Kedokteran Hewan Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (9 kompetensi), ditambah dengan 9 kompetensi penunjang yang merupakan pengembangan dan penciri kompetensi Fakultas Kedokteran Hewan UGM.

Metode pembelajaran yang diterapkan adalah Student Teacher Aesthetic Role-sharing (STAR) atau Student Centered Learning plus (SCL+) yaitu memadukan secara proporsional antara Teacher Centered Learning (TCL) dan Student Centered Learning (SCL) sesuai learning outcome yang akan dicapai dalam pembelajaran. Prinsip STAR adalah adanya hubungan yang serasi dan harmonis antara dosen dengan mahasiswa, peningkatan mitra pembelajaran timbal-balik antara mahasiswa dan dosen, sehingga tercipta Patrap Triloka ing ngarsa sung tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani, sudah sewajarnya dosen di depan menjadi contoh bagi mahasiswa, di tengah memotivasi, dibelakang memberi dukungan dengan kewibawaan dosen agar peserta didik berkembang. Hubungan serasi antara dosen dengan mahasiswa diciptakan sejak awal perkuliahan melalui interaksi di kelas dan lebih fokus melalui tutorial dalam Focus Group Discussion (FGD), dan ditambah dengan adanya bimbingan kepada mahasiswa untuk menjadi pembelajar sepanjang hayat (long life learner).

Metode penyampaian perkuliahan di kelas dilakukan dengan metode pembelajaran kooperatif (cooperative learning), dosen menyampaikan materi dan diskusi, menyampaikan apa yang akan dipelajari dan mengapa perlu dipelajari oleh mahasiswa. Pada kuliah perdana, koordinator Mata Kuliah (MK) menyampaikan kontrak pembelajaran kepada para mahasiswa, isi kontrak pembelajaran sesuai Rencana Program Kegiatan Pembelajaran Semester (RPKPS) yang telah disusun oleh tim dosen, memperkenalkan semua dosen pengampu beserta kepakaran masing-masing dengan tujuan agar mahasiswa mengenal dosen dan keahliannya sejak dari awal perkuliahan, sehingga diharapkan dosen dapat menjadi teladan untuk dicontoh mahasiswa. Setelah perkuliahan di kelas dilaksanakan diikuti pula dengan kegiatan tutorial pada kelas-kelas kecil melalui FGD untuk penerapan SCL. Metode penyampaian dalam FGD pada semester awal dilakukan dengan metode pembelajaran kolaboratif (collaborative learning), sedangkan untuk semester berikutnya dapat dilakukan dengan cara competitive learning, case-based learning, research-based learning, problem-based learning, dan lain-lain cara yang digunakan sesuai dengan tujuan pembelajaran.

Buku pedoman pembelajaran dan FGD ini dipakai untuk dosen/fasilitator dalam memberikan materi kuliah dan dalam memandu proses FGD dan mahasiswa dalam menjalankan program FGD. Semoga output yang dihasilkan dalam proses pembelajaran dan pendidikan di Fakultas Kedokteran Hewan UGM mampu mengedepankan kemampuan intelektualitas untuk mengasah hard skills dan peningkatan soft skills yang dilandasi moral dan

Page 6: SEMESTER 2 PEDOMAN PEMBELAJARAN DAN FOCUS … · mata, telinga, hidung, ... Learning outcome MK Sitologi, Histologi Dasar dan Embriologi: Mahasiswa mampu memahami struktur mikroskopik

4

etika veteriner, dapat menghantarkan mahasiswa untuk mencapai kompetensi yang telah ditetapkan.

Yogyakarta, Maret 2016

Dekan

Page 7: SEMESTER 2 PEDOMAN PEMBELAJARAN DAN FOCUS … · mata, telinga, hidung, ... Learning outcome MK Sitologi, Histologi Dasar dan Embriologi: Mahasiswa mampu memahami struktur mikroskopik

5

PENDAHULUAN

Focus Group Discussion dilakukan melalui diskusi dalam kelas-kelas kecil untuk membahas tugas-tugas yang ada dalam skenario yang dirancang agar mahasiswa mampu memahami secara lebih bermakna, lebih tajam, tidak hanya dalam bentuk teori tapi lebih realistis dalam bentuk skenario melalui sinergi dan integrasi MK Fisiologi Veteriner I, Biokimia Veteriner II, Angiologi dan Neurologi, Sitologi, Histologi Dasar dan Embriologi, dan Parasitologi Dasar Veteriner. Diskusi secara integral dari berbagai MK bertujuan untuk mendukung tercapainya kompetensi pembelajaran kurikulum Fakultas Kedokteran Hewan.

Page 8: SEMESTER 2 PEDOMAN PEMBELAJARAN DAN FOCUS … · mata, telinga, hidung, ... Learning outcome MK Sitologi, Histologi Dasar dan Embriologi: Mahasiswa mampu memahami struktur mikroskopik

6

DAFTAR ISI

hal

TIM PENYUSUN ...................................................................................................................... 2

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... 3

PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 5

DAFTAR ISI .............................................................................................................................. 6

TUJUAN PEMBELAJARAN ................................................................................................... 7

SKEMA PEMBELAJARAN ..................................................................................................... 8

LEARNING OUTCOME ............................................................................................................ 9

AKTIVITAS PEMBELAJARAN ............................................................................................ 11

RUBRIK PENILAIAN FGD ................................................................................................... 14

PENILAIAN UMUM .............................................................................................................. 16

BLUE PRINT PENILAIAN ..................................................................................................... 17

REFERENSI UNTUK FASILITATOR .................................................................................. 18

DAFTAR REFERENSI ........................................................................................................... 37

Skenario 1: Anjing Tremor ...................................................................................................... 39

Skenario 2: Sapi Kembung dan Diare ...................................................................................... 40

Skenario 3: Jantung Anjingku Berdebar .................................................................................. 42

Skenario 4: Kelinci Wolfii dan Mulleri ................................................................................... 44

Page 9: SEMESTER 2 PEDOMAN PEMBELAJARAN DAN FOCUS … · mata, telinga, hidung, ... Learning outcome MK Sitologi, Histologi Dasar dan Embriologi: Mahasiswa mampu memahami struktur mikroskopik

7

TUJUAN PEMBELAJARAN Tujuan Instruksional Umum Mahasiswa mampu memahami MK yang dipelajari melalui implementasi integrasi dan sinergi antar MK untuk saling melengkapi/ meningkatkan/ mempertajam dan berbagi konsep keilmuan, keterampilan dan perilaku. Tujuan Instruksional Khusus Mahasiswa mampu memahami secara lebih bermakna MK Fisiologi Veteriner I, Biokimia Veteriner II, Angiologi dan Neurologi, Sitologi, Histologi Dasar dan Embriologi, dan Parasitologi Dasar Veteriner yang saling disinergikan dan diintegrasikan dalam suatu skenario untuk diskusi.

Page 10: SEMESTER 2 PEDOMAN PEMBELAJARAN DAN FOCUS … · mata, telinga, hidung, ... Learning outcome MK Sitologi, Histologi Dasar dan Embriologi: Mahasiswa mampu memahami struktur mikroskopik

8

SKEMA PEMBELAJARAN

FGD Semester II

Fisiologi

Veteriner I

Biokimia

Veteriner II

Angiologi dan

Neurologi

Parasitologi

Dasar Veteriner

Sitologi, Histologi Dasar dan

Embriologi

Skenario 1: memahami system

saraf melalui integrasi

pembelajaran makro dan mikro-anatomi, fisiologi,

biokimia

Skenario 4: memahami system reproduksi melalui

integrasi pembelajaran makro dan mikro-anatomi, fisiologi, biokimia,

dan mengenal berbagai macam

parasit yang mengganggu system

reproduksi

Skenario 2: memahami system pencernaan melalui

integrasi pembelajaran makro dan mikro-anatomi, fisiologi, biokimia,

dan mengenal berbagai parasit

cestoda dan nematoda

Skenario 3: memahami system sirkulasi melalui

integrasi pembelajaran makro dan mikro-anatomi, fisiologi, biokimia,

dan mengenal berbagai macam parasit trematoda

Sinergi dan integrasi antar mata kuliah untuk membangun pemahaman secara lebih dalam dan komprehensif

untuk mencapai kompetensi  

Page 11: SEMESTER 2 PEDOMAN PEMBELAJARAN DAN FOCUS … · mata, telinga, hidung, ... Learning outcome MK Sitologi, Histologi Dasar dan Embriologi: Mahasiswa mampu memahami struktur mikroskopik

9

LEARNING OUTCOME

Diskusi secara integral dari berbagai MK melalui skenario dalam FGD bertujuan untuk mendukung tercapainya kompetensi pembelajaran kurikulum Fakultas Kedokteran Hewan. Learning outcome MK Fisiologi Veteriner I:

Mahasiswa mampu menjelaskan fungsi dasar, integrasi sistem saraf dan otot, sistem sirkulasi, respirasi, termoregulasi, endokrinologi dan digesti, serta mampu memahami konsep ilmu faal terkait dengan ilmu lain Learning outcome MK Biokimia Veteriner II:

Mahasiswa mampu menjelaskan, memahami, menerangkan, membandingkan dan menganalisis berbagai proses biokimiawi, seperti kinetika dan kerja enzim, peran vitamin, mineral dan hormon, bioenergetika, metabolisme berbagai biomolekul karbohidrat, lipid, protein, asam nukleat, RNA dan DNA pada hewan. Mahasiswa diharapkan mampu mengasah ketrampilan dalam melakukan pengujian kolesterol dari berbagai darah (unggas, dan mamalia), identifikasi karbohidrat, isolasi protein dan DNA dari berbagai hewan serta dapat melakukan elektroforesis DNA dan protein.

Learning outcome MK Angiologi dan Neurologi:

Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan pengertian saraf pusat, saraf tepi, saraf somatik, saraf otonom (simpatik dan parasimpatik), sensorik, motorik; mampu memahami morfologi sistem saraf yang meliputi morfologi encephalon dan medula spinalis dan bagian-bagiannya yang meliputi saraf cranial dan saraf spinal, jenis, sifat serta jaringan yang dipersarafi; memahami morfologi cor dan bagian-bagiannya serta pembuluh darah yang keluar atau menuju ke cor, pembuluh darah pada daerah cranium, cervix, thorax, abdomen, dan ekstremitas serta jaringan yang disuplai; memahami sistem limfatika: nodus/nodulus limfatikus, limfo center, dan limpo glandula; memahami organ sensorik yang meliputi kulit, mata, telinga, hidung, lidah, dan mampu menjelaskan perbedaan pada berbagai hewan domestik. Learning outcome MK Sitologi, Histologi Dasar dan Embriologi:

Mahasiswa mampu memahami struktur mikroskopik sel beserta komponen penyusun sel dalam menopang fungsi umum sel; mampu memahami struktur mikroskopik jaringan (struktur dasar dan ciri-ciri jaringan ikat, epitel, otot, saraf di dalam tubuh); mampu dapat menjelaskan fungsi dari masing-masing komponen jaringan dalam menopang fungsi umum jaringan; memahami tahap-tahap perkembangan embrionik hewan domestik sejak terjadinya fertilisasi, kemudian berlanjut ke tahap morula, blastula, tubulasi, tahap-tahap organogenesis yang berlangsung pada periode fetus; memahami beberapa agen/bahan yang bersifat teratogenik sehingga menimbulkan gangguan perkembangan embrio maupun fetus; mampu mengaitkan variasi bentuk sel dengan bentuk inti; mampu menganalisis interaksi masing-masing sel dan jaringan penyusun tubuh dalam menjalakan fungsi umum jaringan; mampu membandingkan gambaran mikroskopis 4 macam jaringan penyusun organ, mampu membandingkan tipe ovum dan bentuk pada hewan domestik; terampil dalam mengamati bentuk sel, bentuk inti dan letak inti, bentuk jaringan secara mikroskopis; terampil dalam mengamati perkembangan zigot yang mengalami pembelahan dan perkembangan fetus secara mikroskopis.

Page 12: SEMESTER 2 PEDOMAN PEMBELAJARAN DAN FOCUS … · mata, telinga, hidung, ... Learning outcome MK Sitologi, Histologi Dasar dan Embriologi: Mahasiswa mampu memahami struktur mikroskopik

10

Learning outcome MK Parasitologi Dasar Veteriner: Mahasiswa mampu memahami arti penting parasitologi dalam bidang kedokteran

hewan; memahami konsep parasitologi dan keterkaitannya dengan ilmu-ilmu lainnya terutama pathologi hewan; memahami tentang kehidupan keparasitan meliputi: simbiosis dan parasitisme, jenis-jenis parasit, hospes dan jenis-jenis hospes, stadium, siklus hidup dan perkembangbiakan parasit; memahami keragaman organisme pathogen dan pola-pola kehidupannya; menguasai permasalahan penyebab sakit pada hewan dan dapat menggunakannya dalam suatu deferensial diagnosis suatu penyakit.

Page 13: SEMESTER 2 PEDOMAN PEMBELAJARAN DAN FOCUS … · mata, telinga, hidung, ... Learning outcome MK Sitologi, Histologi Dasar dan Embriologi: Mahasiswa mampu memahami struktur mikroskopik

11

AKTIVITAS PEMBELAJARAN Rangkaian aktivitas pembelajaran berikut ini disiapkan untuk mengarahkan mahasiswa mencapai tujuan pembelajaran: Rangkaian aktivitas pembelajaran berikut ini disiapkan untuk mengarahkan mahasiswa mencapai tujuan pembelajaran: 1.   Metode pembelajaran

Metode pembelajaran yang digunakan melalui Student Teacher Aesthetic Role-sharing (STAR), dengan cara memadukan secara proporsional antara Teacher Centered Learning (TCL) dan Student Centered Learning (SCL) sesuai learning outcome yang akan dicapai. Prinsip STAR adalah ada hubungan yang serasi dan harmonis antara dosen dengan mahasiswa, peningkatan mitra pembelajaran timbal-balik antara mahasiswa dan dosen, tercipta Patrap Triloka ing ngarsa sung tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani, sudah sewajarnya dosen di depan harus menjadi contoh baik bagi mahasiswa, di tengah memotivasi, dibelakang memberi dukungan dengan kewibawaan dosen agar peserta didik berkembang. Hubungan serasi antara dosen dengan mahasiswa diciptakan sejak awal perkuliahan melalui interaksi di kelas dan lebih fokus melalui kegiatan diskusi dalam Focus Group Discussion (FGD), dan bimbingan mahasiswa menjadi pembelajar sepanjang hayat (long life learner).

2.   Kuliah

Metode perkuliahan dilakukan dengan cara dosen menyampaikan/ presentasi materi dan diskusi, menyampaikan apa yang akan dipelajari mahasiswa dan mengapa perlu dipelajari. Pada kuliah perdana, koordinator Mata Kuliah (MK) menyampaikan kontrak pembelajaran kepada para mahasiswa, isi kontrak pembelajaran sesuai Rencana Program Kegiatan Pembelajaran Semester (RPKPS) yang telah disusun oleh tim dosen, memperkenalkan semua dosen pengampu beserta kepakaran masing-masing dengan tujuan agar mahasiswa mengenal dosen dan keahliannya sejak dari awal perkuliahan, sehingga diharapkan dosen dapat menjadi teladan untuk dicontoh mahasiswa. Rencana Program Kegiatan Pembelajaran Semester (RPKPS) dan bahan ajar wajib diberikan kepada mahasiswa untuk diperbanyak (atau diberikan melalui system e-learning ELISA, Perpustakaan sebagai narasi/ referensi/ bahan pembelajaran mahasiswa). Koordinator MK memperkenalkan semua tim dosen dan fasilitator yang terlibat dari masing-masing Bagian beserta kepakaran masing-masing. Dalam penerapan kurikulum berbasis kompetensi, perkuliahan diselenggarakan dengan cara dikombinasikan dengan diskusi kelompok dalam kelas-kelas kecil, dengan tujuan mahasiswa memperoleh materi kuliah yang cukup dan diikuti dengan penambahan waktu belajar mandiri. Perkuliahan diselenggarakan sesuai dengan mata kuliah yang telah ditentukan learning outcome dalam mencapai kompetensi. Integrasi dan sinergi antar mata kuliah diselenggarakan melalui FGD yang membahas skenario tertentu, untuk meningkatkan dan mempertajam pemahaman mahasiswa. Apabila diperlukan diantara jadwal FGD dapat diselenggarakan perkuliahan, untuk memberi kesempatan mahasiswa untuk klarifikasi dan membahas pertanyaan mahasiswa yang tidak dapat dijawab dalam diskusi kelompok.

3.   Diskusi kelompok dalam FGD dengan pendampingan fasilitator

Focus Group Discussion dijadwalkan 2 kali dalam seminggu. Jika fasilitator tidak hadir

Page 14: SEMESTER 2 PEDOMAN PEMBELAJARAN DAN FOCUS … · mata, telinga, hidung, ... Learning outcome MK Sitologi, Histologi Dasar dan Embriologi: Mahasiswa mampu memahami struktur mikroskopik

12

karena suatu halangan tertentu, harus digantikan oleh fasilitator pengganti yang sesuai bidangnya. Apabila pada jadwal yang ditentukan fasilitator belum hadir, kelompok mahasiswa yang bersangkutan harus memberitahu Bagian Akademik sesegera mungkin. Selama proses diskusi, semua kelompok harus membawa sumber pembelajaran yang sesuai, yang mungkin dibutuhkan pada saat tutorial.

Untuk mencapai tujuan pembelajaran pada semester pertama, digunakan metode collaborative learning (pembelajaran kolaboratif), sedangkan untuk semester berikutnya dapat dilakukan dengan cara competitive learning, case-based learning, research-based learning, problem-based learning, dan lain-lain cara yang digunakan sesuai dengan tujuan pembelajaran, yang dilaksanakan dalam dua kali pertemuan diskusi dalam membahas satu skenario yang sama. Pertanyaan dasar yang harus digarisbawahi adalah: Apa yang sudah kita ketahui? Apa lagi yang kita harapkan untuk diketahui?

FGD pertama: l   Seluruh mahasiswa dibagi dalam 12 kelas, masing-masing kelas terdiri atas 12-16 orang l   Fasilitator menjelaskan proses diskusi dan skenario untuk diskusi l   Fasilitator membagi kelas menjadi kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang l   Fasilitator meminta masing-masing mahasiswa membaca skenario yang terkait dengan

materi yang dipelajari l   Fasilitator meminta mahasiswa mengerjakan tugas yang terkait dengan persepsi dan solusi

terhadap kasus/masalah dalam skenario l   Fasilitator meminta mahasiswa mendiskusikan hasil pekerjaannya dalam kelompok kecil

masing-masing, dipimpin oleh salah satu mahasiswa (sebagai ketua) dibantu oleh salah satu mahasiswa (sebagai sekretaris)

l   Fasilitator meminta masing-masing kelompok kecil mendiskusikan kesepakatan kelompok l   Fasilitator meminta masing-masing mahasiswa membuat laporan hasil diskusi dengan

mencari sumber referensi seluas-luasnya. Isi laporan antara lain berisi: Topik diskusi, tujuan pembelajaran, skema pembelajaran, bahasan, kesimpulan, luaran pembelajaran (yang menguraikan tentang setelah diskusi topik dalam skenario, mahasiswa mampu apa), referensi.

l   Fasilitator meminta masing-masing kelompok kecil menyiapkan hasil diskusi dalam bentuk power point yang dipresentasikan oleh salah satu wakil kelompok pada pertemuan FGD kedua.

FGD kedua: l   Fasilitator meminta masing-masing mahasiswa mengumpulkan laporan lengkap l   Fasilitator meminta masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusi

kelompoknya l   Fasilitator meminta kelompok lain untuk memberikan tanggapan hasil presentasi Tugas Fasilitator: l   Mengarahkan dan memfasilitasi diskusi, dosen menempatkan diri sebagai trend setter

menerapkan patrap triloka ing ngarsa sung tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani (di depan menjadi contoh, di tengah memotivasi, dibelakang memberi dukungan dengan kewibawaan guru/dosen agar peserta didik berkembang).

l   Memberi penilaian aktivitas mahasiswa selama diskusi pada FGD pertama dan kedua, dengan penialaian melalui 3 aspek: 1. A = Attitude (sikap mental dan etika) = afektif 2. S = Skill (cakap, ahli, mampu adaptasi pada kompetensi positif) = psikomotor

Page 15: SEMESTER 2 PEDOMAN PEMBELAJARAN DAN FOCUS … · mata, telinga, hidung, ... Learning outcome MK Sitologi, Histologi Dasar dan Embriologi: Mahasiswa mampu memahami struktur mikroskopik

13

3. K = Knowledge (membangun intellectual capital) = kognitif 4.   Diskusi kelompok tanpa pendampingan fasilitator

Sesuai dengan kebutuhan kelompok, mahasiswa dapat menyelenggarakan pertemuan tanpa kehadiran fasilitator. Tujuan diskusi tanpa fasilitator bervariasi, misalnya, mengidentifikasi pertanyaan teoritis, identifikasi tujuan pembelajaran kelompok, memastikan bahwa kelompok telah mengumpulkan semua informasi yang diperlukan, dan mengidentifikasi pertanyaan-pertanyaan praktis.

5.   Praktikum

Diselenggarakan oleh Laboratorium di Bagian untuk memperkaya pemahaman mahasiswa tentang konsep yang didiskusikan terkait dengan pengembangan ilmu. Latihan untuk meningkatkan keterampilan yang dibutuhkan seorang dokter hewan untuk memenuhi kompetensinya juga diberikan secara intensif (misal keterampilan komunikasi dengan klien, keterampilan klinik, dsb.)

6.   Konsultasi ahli

Aktivitas ini diselenggarakan berdasarkan kebutuhan dan diselenggarakan sendiri oleh kelompok-kelompok mahasiswa, dengan cara menghubungi langsung dengan dosen yang berkompeten/pakar yang sesuai. Sangat direkomendasikan agar ketua kelompok terlebih dahulu membuat janji dengan pakar yang bersangkutan.

7.   Belajar mandiri

Sebagai pembelajar dewasa, mahasiswa diharapkan mampu menerapkan cara belajar mandiri, suatu jenis ketrampilan yang penting untuk pengembangan pribadi dan karir di masa depan. Ketrampilan ini meliputi kemampuan menemukan interes pribadi, mencari lebih banyak informasi dari berbagai sumber pembelajaran, menentukan cara belajar yang sesuai, dan mengidentifikasi kebutuhan belajar selanjutnya. Mahasiswa tidak akan pernah merasa cukup hanya belajar dari catatan kuliah atau teksbook. Belajar mandiri merupakan ciri terpenting dari pendekatan SCL, dan pada tahap tertentu, belajar akan menjadi perjalanan tanpa ujung/batas.

8.   Diskusi kelas Diskusi kelas dapat diselenggarakan melalui kuliah diantara jadwal FGD. Tujuan diskusi ini adalah untuk memberi penjelasan dan membandingan proses pembelajaran diantara kelompok untuk menghindari adanya kelompok yang salah arah dalam diskusi. Semua kelompok boleh mengajukan isu tertentu untuk didiskusikan, dan fasilitator atau dosen akan menjawab pertanyaan sesuai kompetensi masing-masing.

Page 16: SEMESTER 2 PEDOMAN PEMBELAJARAN DAN FOCUS … · mata, telinga, hidung, ... Learning outcome MK Sitologi, Histologi Dasar dan Embriologi: Mahasiswa mampu memahami struktur mikroskopik

14

RUBRIK PENILAIAN FGD

Komponen Poin Penilaian

Attitude (afektif, sikap, etika, disiplin)

Nilai maksimal 100 diberikan kepada mahasiswa yang: •   datang tepat waktu •   berpenampilan rapi dan sopan •   bertutur kata santun •   menghargai atau menyanggah pendapat teman dengan sopan

Nilai dibawahnya diberikan sesuai keadaan pada saat diskusi

Skill (psikomotor, cakap, ahli, penampilan presentasi,

inovatif, aktif, kemampuan kerjasama, kemampuan

leadership)

Nilai maksimal 100 diberikan kepada mahasiswa yang: •   terampil dalam memunculkan topik yang dapat menjadikan

diskusi •   berjalan dinamis dan hidup •   terampil dalam bicara secara verbal •   terampil dalam membuat presentasi •   terampil dalam memimpin kelompok •   kemampuan dalam kerjasama yang baik •   memberikan perhatian yang baik pada diskusi

Nilai dibawahnya diberikan pada mahasiswa yang aktivitasnya kurang dari semua yang disebut diatas. Nilai minimal 60 diberikan pada mahasiswa yang sangat pasif meski sudah dipancing oleh fasilitator, maupun teman-teman kelompoknya

Knowledge (kognitif, pemahaman)

Nilai maksimal 100 diberikan kepada mahasiswa yang: •   aktif menjawab/menjelaskan permasalahan/topik diskusi dengan •   penjelasan yang ilmiah, benar dan sesuai dengan topik

pembelajaran. •   penjelasan yang diberikan memiliki dasar pustaka yang jelas

dan sahih. Nilai dibawahnya diberikan sesuai bobot ilmiah yang disampaikan. Nilai minimal 60 diberikan kepada mahasiswa yang sama sekali tidak berkontribusi dalam menjawab permasalahan.

Tugas individu (hanya pada FGD kedua)

Nilai maksimal 100 jika: •   tulisan yang diserahkan menjawab semua tugas dengan jelas. •   tulisan runtut dan rapi •   mencantumkan referensi yang memadai dengan sumber yang

dipercaya •   minimal 3 pustaka

Nilai minimal 60 diberikan pada mahasiswa jika: •   tulisannya tidak menjawab tugas dengan tepat •   sumber kurang sahih. •   copy paste dari teman lain.

LAPORAN: (tugas mandiri) Masing-masing mahasiswa wajib menyusun laporan secara lengkap l   Judul/Topik diskusi l   Tujuan pembelajaran l   Skema pembelajaran l   Bahasan l   Kesimpulan l   Luaran pembelajaran (yang menguraikan tentang setelah diskusi topik dalam skenario,

Page 17: SEMESTER 2 PEDOMAN PEMBELAJARAN DAN FOCUS … · mata, telinga, hidung, ... Learning outcome MK Sitologi, Histologi Dasar dan Embriologi: Mahasiswa mampu memahami struktur mikroskopik

15

mahasiswa mampu apa) l   Referensi l   Format laporan: bebas, kertas kuarto, diketik/atau tulis tangan PRESENTASI: (kerja kelompok) l   Waktu presentasi tiap sub-kelompok maksimal 35 menit:

-   Presentasi sekitar 10-15 menit -   Diskusi sekitar 20 menit

l   Bahan presentasi: -   Topik: Salah satu dari tugas dalam skenario (masing-masing sub-kelompok topik

berbeda) -   Bentuk power point -   Isi paparan singkat hasil diskusi kelompok

l   Dipresentasikan pada pertemuan FGD kedua.

Page 18: SEMESTER 2 PEDOMAN PEMBELAJARAN DAN FOCUS … · mata, telinga, hidung, ... Learning outcome MK Sitologi, Histologi Dasar dan Embriologi: Mahasiswa mampu memahami struktur mikroskopik

16

PENILAIAN UMUM Beberapa penilaian dilakukan untuk mengevaluasi pencapaian hasil belajar mahasiswa: 1.   Ujian Formatif

Mahasiswa akan diberi serangkaian pre-test atau post-test selama mengikuti perkuliahan. Test ini tidak dijadwalkan, sehingga akan memaksa mahasiswa mempelajari materi sejak dari awal pembelajaran. Test ini memberi kontribusi pada nilai akhir mahasiswa. Sehingga apabila mahasiswa terganggu dalam ujian akhirnya, test-test ini akan membantu hasil penilaian akhirnya.

2.   Ujian Summatif Ujian dilakukan pada tengah semseter (ujian tengah semester/UTS) dan ujian akhir semester (UAS). Mahasiswa harus mempersiapkan diri untuk mengikuti ujian summatif. Seorang pembelajar dewasa dapat mencapai hasil lebih baik karena dia dapat memanfaatkan waktu secara efektif untuk mencapai tujuan.

3.   Ujian Remidi

Mahasiswa dimungkinkan mengikuti ujian remidi untuk memperbaiki nilai MK tertentu yang tidak lulus. Ujian diselenggarakan pada akhir pelaksanaan ujian akhir semester.

Page 19: SEMESTER 2 PEDOMAN PEMBELAJARAN DAN FOCUS … · mata, telinga, hidung, ... Learning outcome MK Sitologi, Histologi Dasar dan Embriologi: Mahasiswa mampu memahami struktur mikroskopik

17

BLUE PRINT PENILAIAN

KOMPONEN PENILAIAN MAHASISWA ü   FGD 15 % ü   Praktikum 25% ü   Ujian UTS+UAS 60 % Jenis Soal: - MCQ dengan tipe jawaban a, b, c, d, e - Essay - dll.

Page 20: SEMESTER 2 PEDOMAN PEMBELAJARAN DAN FOCUS … · mata, telinga, hidung, ... Learning outcome MK Sitologi, Histologi Dasar dan Embriologi: Mahasiswa mampu memahami struktur mikroskopik

18

REFERENSI UNTUK FASILITATOR

E PRINT PENILAIAN Landasan Teori MK Fisiologi Veteriner I: Sistem Saraf

Sistem saraf merupakan sistem mayor yang mengkoordinator tubuh dan beberapa konsep termasuk di dalam sistem saraf sehingga perlu adanya pemahaman tentang sistem ini untuk mengerti sistem lain dalam tubuh. Gejala yang nampak pada gangguan sistem ini adalah abnormalitas pada pergerakan, lokomosi dan postur tubuh. Sistem saraf merupakan pengontrol dan pengatur semua sistem dalam tubuh mahkluk hidup. Individu dapat melakukan segala hal seperti berlari, merespon rasa sakit, rasa panas dan dapat menginterpretasikan segala bentuk rangsang merupakan contoh nyata dari peran sistem saraf. Oleh sebab itu sistem saraf menduduki hirarki yang tertinggi dalam mempelajari ilmu-ilmu fisiologi. Sistem saraf merupakan sistem yang berperan utama untuk mengkoordinasi sistem pada tubuh. Beberapa konsep dalam sistem saraf harus dipahami jika ingin memahami sistem lain. Memahami sistem saraf tepi sangat penting jika kita akan mempelajari reflek, dimana kontrol reflek tubuh merupakan fungsi yang penting.

Sel saraf

Dalam sistem saraf terdapat 2 tipe sel yaitu sel neuron dan neuroglial atau yang biasa disebut sel glia. Masing-masing sel mempunyai fungsi yang berbeda namun sama-sama mempunyai peranan penting. Menurut Cunningham (2007) diperkirakan 10 trilyun sel neuron pada sistem saraf vetebrata dengan estimasi 10-50 kali lebih banyak dari sel glia. Fungsi utama neuron adalah meneruskan impuls yang ada, sedangkan fungsi sel glia adalah memproduksi mielin dan growth factor sel saraf serta menjaga konsentrasi pottasium dan neurotransmitter. Perubahan rangsangan menjadi impuls

Suatu rangsangan hanya dapat diteruskan jika dapat diubah menjadi impuls. Perubahan menjadi impuls merupakan proses yang menimbulkan perubahan potensial. Beberapa buku menyebutkan impuls akan muncul jika ada aksi potensial. Dalam keadaan normal membran potensial dalam keadaan istirahat. Dalam kondisi ini tidak ada perbedaan potensial. Konsetrasi ion intraseluler dan ekstraseluler sama. Hal ini tidak berati tidak ada perpindahan ion. Dalam keadaan resting (istirahat) hanya ion yang kecil yang dapat melintasi, itupun jumlah yang keluar dan yang masuk sama (ion K keluar sel sedangkan ion Na masuk ke dalam sel). Jika diukur saat istirahat kelistrikan sel saraf adalah – 70mV. Kontraksi otot

Kontraksi otot berlangsung dengan melalui serangkaian urutan peristiwa sebagai berikut: impuls saraf berjalan menuju ke tubulus T sampai mencapai retikulum sitoplasmik, sehingga Ca++ dilepaskan. Ca++ berikatan dengan protein troponin, sehingga terjadi perubahan posisi di dalam tropomiosin yang menyebabkan sisi aktif pada molekul aktin terbuka, dengan demikian memungkinkan aktin dan myosin berinteraksi. Berbeda dengan otot polos yang tidak mempunyai tubulus T.

Sistem Kardiovaskuler

Page 21: SEMESTER 2 PEDOMAN PEMBELAJARAN DAN FOCUS … · mata, telinga, hidung, ... Learning outcome MK Sitologi, Histologi Dasar dan Embriologi: Mahasiswa mampu memahami struktur mikroskopik

19

Fisiologi sistem kardiovaskuler adalah ilmu yang mempelajari fungsi jantung, pembuluh darah, dan darah beserta komponennya. Fungsi utama sistem ini adalah transport, transport sirkulasi darah yang mengedarkan substansi essensial yang diperlukan oleh sel tubuh untuk kesehatan dan kehidupan. Substansi essensial yang dimaksud adalah oksigen dan nutrisi yang diperlukan setiap sel di dalam tubuh. Darah juga berfungsi membawa CO2 dan metabolit lain hasil dari sisa metabolisme untuk dibawa ke paru, ginjal atau hati dimana zat-zat tersebut akan diekskresikan. Substansi yang dibawa oleh darah diperlukan oleh setiap sel tubuh termasuk oksigen, glukosa, asam amino, asam lemak, dan lemak dalam berbagai bentuk. Seperti yang telah disebutkan darah juga akan membawa sisa metabolisme seperti CO2, nitrogen sebagai sisa metabolisme protein serta panas tubuh meskipun produksi panas tubuh merupakan hasil metabolisme dalam sel dan bukan termasuk sisa metabolisme, transport panas ini sangat dibutuhkan. Panas akan didistribusikan ke seluruh tubuh sampai sel permukaan, hal ini menjaga agar sel tidak mengalami kenaikan panas yang tinggi dan akan berdampak pada disfungsi sel. Darah juga akan mentransportasikan zat kimia berupa mesenger. Hormon merupakan zat yang disintesa, diproduksi, dan disekresikan oleh sel sebuah organ dan akan ditransportasikan menuju organ lain sesuai dengan fungsinya. Misalnya, insulin diproduksi oleh sel di pankreas dan ditransportasikan melaui sirkulasi darah ke seluruh tubuh, insulin akan digunakan untuk mengikat glukosa yang akan dibutuhkan sel untuk metabolisme. Jantung

Jantung merupakan suatu pompa yang mempunyai valvula sehingga menciptakan aliran darah yang hanya satu arah. Jantung berfungsi sebagai alat transportasi, yaitu mengangkut oksigen (dari pulmo ke jaringan), karbondioksida (dari jaringan ke pulmo), zat makanan dari traktus digestivus ke sel-sel seluruh tubuh, metabolit (dari sel-sel tubuh ke ren), hormon (dari kelanjar endokrin ke berbagai organ tubuh), dan panas. Siklus jantung adalah rangkaian peristiwa yang terjadi selama satu pukulan atau kontraksi jantung yang terdiri dari sistole dan diastole, sehingga muncul beberapa istilah yang harus dimengerti untuk memudahkan memahami fisiologi jantung. Stoke volume adalah sejumlah volume darah. Jika sejumlah volume darah yang dipompakan dari masing-masing ventrikel selama satu menit dikenal sebagai output jantung, sedangkan jumlah denyutan jantung selama satu menit disebut frekuensi denyut jantung (heart rate). Sistole adalah kontraksi jantung sedangkan diastole adalah relaksasi jantung.

Pada jantung dikenal sistem konduktorium, sistem ini terdiri dari nodus sinoatrialis (NSA), nodus atrioventrikularis (NAV), Bundel His, dan sistem Purkinje. Awal pembentukan impuls jantung adalah dari NSA, sehingga NSA diistilahkan sebagai pace maker jantung. NSA terletak di muara vena kava pada atrium kanan sehingga impuls yang berupa aliran darah akan menyentuh NSA terlebih dahulu sebelum akhirnya masuk ke dalam jantung. NSA merupakan kumpulan sel-sel jantung yang mengalami spesialisasi. Impuls yang mengenai NSA ini nantinya akan merambat ke seluruh dinding atria sehingga menyebabkan atria bersistole. Jumlah impuls yang terbentuk pada NSA ini akan menentukan jumlah heart rate. Impuls yang telah menyebar ke seluruh dinding atria akan menyentuh NAV, impuls dari NAV ini akan diteruskan ke otot-otot ventrikel melalui berkas A-V (bundel HIs) dan anyaman Purkinje. Setelah impuls mencapai otot di ventrikel maka akan menyebabkan ventrikel berkontraksi Pembuluh darah

Secara umum pembuluh darah tersusun atas tiga lapisan. Lapisan terluar tersusun atas jaringan elastis yang memungkinkan pembuluh darah berkontraksi. Lapisan tengah terdiri atas otot polos dan mengandung banyak serabut elastis. Bagian terdalam adalah lapisan endothelium yang merupakan satu lapis epitel pipih yang membatasi rongga pembuluh. 1. Pembuluh nadi (arteri)

Page 22: SEMESTER 2 PEDOMAN PEMBELAJARAN DAN FOCUS … · mata, telinga, hidung, ... Learning outcome MK Sitologi, Histologi Dasar dan Embriologi: Mahasiswa mampu memahami struktur mikroskopik

20

Pembuluh nadi memiliki lapisan elastis yang tebal, menjadikan pembuluh darah tersebut kuat dan elastis. Pembuluh nadi besar bercabang-cabang menjadi pembuluh nadi yang lebih kecil, kemudian bercabang-cabang lagi sampai mencapai pembuluh nadi paling kecil, disebut arteriol. Aliran darah dalam arteri berarah menjauhi jantung. Aliran darah dipengaruhi oleh kekuatan kontraksi otot jantung. 2. Pembuluh balik (vena) Tidak seperti pembuluh nadi, lapisan elastis pada vena lebih tipis dari arteri, sehingga pembuluh balik ini tidak sekuat dan selentur pembuluh nadi. Pembuluh balik besar bercang-cabang menjadi pembuluh balik yang lebih kecil, kemudian bercabang-cabang lagi sampai mencapai pembuluh balik paling kecil, disebut venula. Dari dinding bagian dalam pembuluh balik muncul katup yang menahan aliran balik darah. Aliran darah vena berarah mendekati jantung. Gerakan darah dalam vena sangat dipengaruhi oleh kontraksi otot rangka. 3. Kapiler Kapiler adalah pembuluh darah terkecil dengan diameter kira-kira sebesar sel darah merah yang berukuran 7,5 mikron. Jumlah pembuluh kapiler pada manusia sangat banyak, telah dihitung panjang total kapiler manusia adalah 90.000 km, suatu jumlah yang sangat besar untuk pertukaran bahan-bahan antara darah dengan jaringan. Darah mengalir ke organ–organ tubuh secara terus-menerus sesuai dengan kebutuhan tubuh. Darah

Komponen darah selain cairan juga terdiri dari komponen non fluid yang terdiri dari sel darah merah, sel darah putih dan trombosit. Fungsi darah adalah mengangkut makanan dari usus ke jaringan-jaringan, mengangkut oksigen dari paru ke jaringan, mengangkut metabolit dari berbagai jaringan ke organ ekskresi seperti ginjal, mengangkut hormon dari kelenjar endokrin ke organ-organ lain, merupakan salah satu faktor pengatur temperatur tubuh dengan cara mengangkut panas dari sel ke permukaan tubuh. Selain itu darah juga membantu dalam menjaga keseimbangan air sebagai buffer, misal natrium bikarbonat yang terkandung di dalam darah berfungsi untuk mengatur keseimbangan pH sehingga pH jaringan dan cairan tubuh konstan. Komponen darah yang tidak kalah pentingnya adalah platelet, sel ini akan membantu mencegah pengeluaran darah yang berlebihan saat terjadi luka. Mekanisme yang dilakukan oleh trombosit adalah pengaktifan faktor-faktor pembekuan darah yang ada di dalam tubuh. Termoregulasi

Termoregulasi adalah mekanisme yang digunakan oleh hewan dan manusia untuk mempertahankan suhu tubuh mereka. Pada manusia, mekanisme ini digunakan untuk menjaga suhu tubuh bagian dalam sekitar 98,6oF atau sekitar 37oC, tetapi pada hewan pengaturan panas sangat tergantung kepada organ fisiologis dalam pengaturan panas yang dipunyai maupun perilaku. Pada hewan, terdapat dua tipe dasar termoregulasi: yakni fisiologis dan perilaku. Termoregulasi fisiologis adalah respon yang dilakukan oleh tubuh dalam membantu organisme beradaptasi dengan lingkungan. Salah satu contoh termoregulasi fisiologis dalam menanggapi respon lingkungan adalah berkeringat dan menggigil, tubuh bekerja untuk mempertahankan homeostasis. Respon tersebut dapat dilakukan karena manusia dan mamalia tertentu telah mempunyai organ pengaturan panas yang sempurna, sedangkan pada hewan tingkat rendah termasuk reptillia, pengaturan panas tubuh hanya dilakukan dengan termoregulasi perilaku yakni mengacu pada tingkah laku misalnya berjemur di bawah sinar matahari untuk menghangatkan atau rendam dalam air dingin. Mekanisme pengaturan suhu tubuh

Pada prinsipnya, dalam pengaturan panas harus terjadi keseimbangan lingkungan internal dan eksternal atau yang disebut dengan homeostatis. Demikian pula untuk suhu tubuh,

Page 23: SEMESTER 2 PEDOMAN PEMBELAJARAN DAN FOCUS … · mata, telinga, hidung, ... Learning outcome MK Sitologi, Histologi Dasar dan Embriologi: Mahasiswa mampu memahami struktur mikroskopik

21

harus terjadi keseimbangan antara produksi dan pembuangan panas. Dalam pengaturan panas tersebut terdapat 3 komponen utama yakni reseptor, pusat kontrol, dan efektor yang bekerja dengan sistem umpan ballik baik positif maupun negatif. Umpan balik negatif lebih banyak terjadi dalam pengaturan panas dimana suatu mekanisme kerja yang diakhiri proses pemberhentian atau “OFF”. Pada manusia dan beberapa mamalia, pusat pengaturan panas terjadi di dalam hipotalamus. Pembentukan panas terjadi pada bagian hipotalamus posterior, sedangkan pembuangan panas terjadi di bagian hipotalamus anterior. Poikiloterm, Homoiterm

Berdasarkan respon terhadap lingkungan, jenis termoregulasi dibagi menjadi 2 golongan besar yakni poikiloterm dan homeoterm. Karena hewan poikiloterm belum memiliki pengaturan panas secara sempurna, maka pengaturan suhu tubuh hewan ini cenderung untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan luar tanpa adanya intervensi perilaku. Contoh poikiloterm termasuk hewan “berdarah dingin” seperti kebanyakan ikan, amfibi, dan reptil. Di sisi lain, hewan dengan jenis homeoterm telah memiliki organ pengaturan panas untuk mengatur suhu tubuh mereka, suhu tubuh homeoterm tidak seperti pada hewan poikiloterm. Memang, semua homeoterm mempertahankan suhu tubuh yang tinggi dalam kisaran 36 sampai 42oC dan termasuk hewan “berdarah panas”, seperti burung dan mamalia. Endokrinologi

Endokrinologi dan fisiologi reproduksi merupakan suatu ilmu yang telah berkembang dan tidak dapat dipisahkan dari fisiologi hewan. Ditinjau dari kajian filosofinya, tujuan utama dari suatu peternakan adalah mengembangkan jumlah populasi hewan sejalan dengan perkembangan laju ekonomi. Karena pertumbuhan dan proses reproduksi hewan terutama dikendalikan oleh hormon maka tidaklah mengherankan jika bidang fisiologi menjadi sesuatu yang sangat penting. Selanjutnya, perkembangan suatu peternakan mempunyai kontribusi yang sangat penting bagi kesehatan manusia. Untuk memelihara serta meningkatkan standar yang diinginkan, kita harus selalu berupaya untuk mencari dan menciptakan produksi hewan yang efektif dan efisien. Hubungan ini sangat tergantung kepada manusia dalam mengelola hewan domestik sebagai sumber makanan terutama dalam hal pemenuhan kebutuhan akan protein hewani sejalan dengan perkembangan jumlah penduduk.

Terdapat beberapa macam pengenalan sel secara kimiawi antara lain autokrin, parakrin, endokrin serta eksokrin. Autokrin adalah pelepasan substansi yang akan mempengaruhi terhadap sel itu sendiri. Contoh: sekresi norepinefrin yang selanjutnya akan menghambat sel norepinefrin pada sel yang sama. Parakrin adalah pelepasan substansi yang akan berpengaruh terhadap sel di dekatnya. Sebagai contoh yakni adanya respon terhadap timbulnya peradangan, dimana histamin akan disekresikan oleh mast sel di area kerusakan jaringan. Untuk autokrin dan parakrin substansi tidak dilewatkan ke dalam pembuluh darah, melainkan melalui cairan interstitial kemudian dibawa secara difusi ke target organ. Endokrin merupakan substansi yang dilepaskan ke pembuluh darah dan beraksi pada jaringan target yang mempunyai jarak tertentu. Eksokrin, substansi yang disekresikan pada permukaan tubuh hewan, meliputi permukaan usus dan struktur internalisasi yang lain. Pengelompokan hormon berdasarkan struktur kimia serta fungsi:

Berdasarkan stuktur kimia serta fungsinya, hormon dibedakan menjadi beberapa kelompok yakni:

Page 24: SEMESTER 2 PEDOMAN PEMBELAJARAN DAN FOCUS … · mata, telinga, hidung, ... Learning outcome MK Sitologi, Histologi Dasar dan Embriologi: Mahasiswa mampu memahami struktur mikroskopik

22

a. Hormon amin: meliputi katekolamin, epinefrin dan norepinefrin, termasuk juga hormone yang dihasilkan oleh kelenjar tiroid, merupakan suatu molekul kecil yang berasal dari derivat asam amino. b. Prostaglandin: (atau disebut eikosanoid) merupakan hidroksi asam lemak tak jenuh yang disintesis di dalam membran dari asam lemak rantai C-20. c. Hormon steroid: (mis. Testosteron dan estrogen) merupakan derivat siklik hidrokarbon yang disintesis dari prekursor asam steroid kolesterol. Beberapa hormon steroid yang lain meliputi: β estradiol, dehidroepiandrosterone, cortisol, aldosterone, 125-dihidroksivitamin D3. d. Hormon Polipeptida dan protein : (mis. Insulin), merupakan kompleks hormon yang paling besar (Gambar 3). Hormon polipeptida yang lain meliputi hormon pertumbuhan (GH, growth hormone), tirotropin atau (TSH, thyroid stimulating hormone), ACTH (adrenocorticotrophic hormone), β lipotropin, β endorphine (bagian dari sel intermedia- like), α-MSH (dari pars intermedia), β corticotropine-like intermedia (CLIP, dari bagian intermedia), prolactin (PRL), LH (lutenizing hormone). Level α dan β-MSH mempunyai kadar yang rendah. Yang paling menarik bahwa reseptor MSH akan diaktivasi oleh ACTH karena 13 asam amino pertama pada ACTH mengandung urutan α-MSH. Karena alasan inilah maka ACTH mempunyai kontribusi yang penting dalam pigmentasi kulit. Sistem endokrin dan sistem saraf diintegrasikan untuk mengontrol proses fisiologi

Sistem endokrin berinteraksi dengan sistem pengatur utama lainnya, yakni sistem saraf yang mengkoordinasikan aktivitas yang memerlukan pengontrolan cepat. Contoh interaksi erat dua sistem tersebut ialah reflek penyusuan yang menimbulkan tetesan air susu. Penyusuan menyebabkan merambatnya impuls saraf dari kelenjar susu ke hipotalamus (lewat traktus spinalis). Neuron neurosekretori di dalam nukleus supraoptikus dan paraventrikularis dirangsang untuk menyintesis oksitosin. Selanjutnya, oksitosin diangkut sepanjang akson saraf-saraf itu, dilepas di ujung saraf pada pituitari posterior ke sistem peredaran darah. Oksitosin dibawa ke kelenjar susu dan meyebabkan kontraksi sel-sel mioepitel. Sel-sel itu membungkus alveolus, yakni unit terkecil sel penghasil air susu. Hasilnya ialah gerakan air susu ke sisterna besar di dekat puting susu, dan selanjutnya ke puting susu. MK Biokimia Veteriner II: Metabolisme Makromolekul (karbohidrat, lipid), Fotosintesis dan Bioenergi

Metabolisme seluler adalah semua proses reaksi kimia yang terjadi di dalam sel hidup. Metabolisme sering juga di definisikan sebagai suatu kemampuan sel untuk membentuk dan menghasilkan energi untuk kelangsungan hidup organisme yang diperoleh dari sumber yang terdapat di linkungan kita. Jumlah total proses kimia yang terjadi di dalam sel hidup yang dapat menghasilkan energi untuk hidup, pembelahan, reproduksi, gerak dan eliminasi waste materials juga merupakan bagian dari deskripsi metabolisme. Secara garis besar metabolisme di golongkan ke dalam dua aktivitas yang di kenal sebagai: Anabolisme- proses pembentukan molekul kompleks/makromolekul dari prekursornya, sedang Katabolisme-penguraian molekul kompleks/maromolekul menjadi molekul sederhana atau monomer penyusunnya. Pada proses biologis tersebut diperlukan energi untuk membentuk makromolekul, sebaliknya di hasilkan energi dalam proses peruraian makromolekul, oleh karena itu ada beberapa istilah yang perlu di pahami seperti: •   Catabolic pathways release energy by breaking down complex molecules into simpler

compounds •   Anabolic pathways consume energy to build complex molecules from simpler ones •   Bioenergetics is the study of how organisms manage their energy resources

Page 25: SEMESTER 2 PEDOMAN PEMBELAJARAN DAN FOCUS … · mata, telinga, hidung, ... Learning outcome MK Sitologi, Histologi Dasar dan Embriologi: Mahasiswa mampu memahami struktur mikroskopik

23

Sel memiliki kompartmen atau organela yang melaksanakan berbagai fungsi khusus baik dalam membentuk ataupun mengurai makromolekul. Untuk mengetahui peranan berbagai organela tersebut dapat dilihat dalam gambar-gambar berikut:

Dalam proses penguraian makromolekul untuk menghasilkan energi guna

kelangsungan hidup organisme maka tubuh kita akan mendegradasi karbohidrat dari makanan atau cadangan karbohidrat dalam bentuk glikogen (mamalia) akan di degradasi, kemudian lipid dan baru dilakukan degradasi protein kalau kedua makromolekul itu tidak ada. Sebaliknya bila makanan yang kita makan melebihi dari kebutuhan energi yang diperlukan tubuh, maka glukosa atau asam lemak akan menuju jalur anabolisme untuk menghasilkan makromolekul yang selanjutnya disimpan dalam bentuk glikogen untuk mamalia atau amilum/pati/ sukrosa pada tanaman. Pada tanaman melalui proses fotosintesis dihasilkan energi dengan melalui bantuan sinar matahari pada proses reaksi terang sedang pada reaksi gelap dihasilkan makromolekul (amilum/sukrosa) sedang pada mamalia proses respirasi menghasilkan energi dari degradasi makromolekul.

Bagaimana makanan di urai secara mekanis dan enzimatis dapat di ikuti pada uraian berikut: •   Food is digested to break it into smaller pieces – no energy production here •   Glycolysis – coupled reactions used to make ATP: 1. Occurs in cytoplasm, 2. Doesn’t

require O2

Page 26: SEMESTER 2 PEDOMAN PEMBELAJARAN DAN FOCUS … · mata, telinga, hidung, ... Learning outcome MK Sitologi, Histologi Dasar dan Embriologi: Mahasiswa mampu memahami struktur mikroskopik

24

•   Oxidation – harvests electrons and uses their energy to power ATP production: 1. Only in mitochondria, 2. More powerful

Katabolisme makromolekul:

Glycolysis. Each reaction shown is catalyzed by a different enzyme. In the series of reactions designated as step 4, a six carbon sugar is cleaved to give two three-carbon sugars, so that the number of molecules at every step after this is doubled. Steps 5 and 6 (in the yellow box) are the reactions responsible for the net synthesis of ATP and NADH molecules (Molecular Biol. of the Cell,2012) MK Angiologi dan Neurologi: Makroanatomi Sistem Saraf Sistem saraf pada dasarnya dapat diklasifikasikan dalam 2 bagian:

1.   Central nervous system (CNS)/Sistem Saraf Pusat, terdiri dari otak /encephalon dan medulla spinalis

2.   Peripheral nervous system/Sistem saraf perifer, terdiri dari saraf (nervus) yang berasal dari encephalon maupun dari medulla spinalis dan ganglion.

Saraf somatik menginervasi organ somatik (kulit, kerangka) Saraf visceral menginervasi organ visceral. Saraf visceral yang motorik bersifat otonom sehingga disebut juga saraf otonom. Secara makroskopik encephalon terdiri dari 3 bagian

1.   Cerebrum (Otak besar) / telencephalon

Page 27: SEMESTER 2 PEDOMAN PEMBELAJARAN DAN FOCUS … · mata, telinga, hidung, ... Learning outcome MK Sitologi, Histologi Dasar dan Embriologi: Mahasiswa mampu memahami struktur mikroskopik

25

2.   Cerebellum (Otak kecil) / sebagian metencephalon 3.   Brain stem (Batang otak) / diencephalon, mesencephalon, pons, dan medulla oblongata

•   Cerebrum berasal dari telencephalon, merupakan bagian yang terbesar dari otak,

berjumlah sepasang, berbentuk oval, sebagian besar terletak di bagian rostral cavum cranii dan dipisahkan dari otak kecil oleh fissura transversa. Cerebrum terbagi atas beberapa lobus sesuai dengan tulang cranium yang melingkupinya yaitu: lobus frontalis, lobus temporalis, lobus parietalis, dan lobus osipitalis.

•   Bagian tepi cerebrum disebut korteks, tersusun atas badan sel neuron, berwarna abu-abu sehingga disebut substansia grisea. Bagian korteks cerebrum membentuk lekukan ke dalam (sulkus) dan tonjolan ke luar (girus) untuk memperluas permukaan sehingga jumlah neuron semakin banyak. Banyaknya sulkus dan girus merupakan indikasi kecerdasan suatu individu.

•   Bagian dalam cerebrum disebut medula, tersusun atas serabut saraf yang sebagian besar bermielin sehingga terlihat berwarna putih, disebut substansia alba.

•   Cerebellum berasal dari metencephalon, berbentuk oval dan ireguler, terletak di bagian posterior cavum cranii di atas dari sebagian posterior dari brain stem. Seperti cerebrum, bagian korteks cerebellum juga berwarna abu-abu, membentuk lekukan ke dalam, disebut fisura, dan tersusun atas neuron. Pada bagian medula juga tersusun atas subtansia alba yaitu serabut saraf terutama yang dibungkus sehingga berwarna putih.

•   Brain Stem merupakan tempat perlekatan cerebrum dan cerebellum; terletak di ventral, pars posterior encephalon. Terdapat kumpulan badan sel saraf (disebut nukleus) dan serabut saraf.

•   Otak bagian bawah terdiri dari medula, pons, metencephalon, diencephalon, cerebellum dan ganglia basal yang bertanggung jawab mengatur koordinasi yang tidak disadari seperti mengontrol tekanan darah, kecepatan respirasi, dan keseimbangan.

•   Keseluruhan CNS dikelilingi oleh lapisan pelindung yang dinamakan meninges. Meninges terdiri dari piameter, arachnoid, dan durameter. Lapisan paling dalam yaitu piameter yang merupakan jaringan ikat tipis berlapis tunggal (fibroblast) terhubung dengan tepi luar otak dan medula spinalis. Lapisan tengah adalah arachnoid, juga tersusun atas jaringan ikat (fibroblast) yang berbentuk seperti jaring laba-laba. Di antara piameter dan arachnoid terdapat ruang subarachnoid yang berisi cairan cerebrospinal.

•   Lapisan meninges paling luar adalah durameter, berupa jaringan ikat padat dan tebal yang berfungsi untuk melindungi sistem saraf pusat.

•   Pada sistem saraf pusat terdapat cairan cerebrospinal adalah suatu cairan yang bening dan tidak berwarna yang terdapat di ruang subarachnoid, canalis centralis medula spinalis, dan ventrikel otak. Cairan ini merupakan suatu fluid yang dinamis, berganti beberapa kali dan bertindak sebagai suatu alat penahan goncangan untuk CNS selama pergerakan badan yang kasar.

•   Saraf tepi: Menurut asal badan sel saraf nya: -   Saraf cranialis pd pisces dan amfibi ada 10 sedang pada reptil, aves dan mamalia

ada 12 -   Saraf spinalis jumlahnya tergantung banyaknya ruas tulang belakang, sehingga

pada masing-masing spesies hewan berbeda mis pada Kuda: 42, Sapi 37, Anjing 36 Menurut sifat/fungsinya/jalannya rangsang: sensorik dan motorik Menurut sifat dan yang disarafi: -   somatik menyarafi otot skelet, sifat sadar/volunter dan -   otonom menyarafi otot polos dan kelenjar, sifat tidak sadar/involunter, terdiri dari

•   Saraf Otonom ada 2:

Page 28: SEMESTER 2 PEDOMAN PEMBELAJARAN DAN FOCUS … · mata, telinga, hidung, ... Learning outcome MK Sitologi, Histologi Dasar dan Embriologi: Mahasiswa mampu memahami struktur mikroskopik

26

-   parasimpatik: -   saraf berasal dari cranial ke III, VII, IX, X dan S spinalis sacralis sehingga

disebut juga craniosacral. -   neurotransmiternya acetilcholine sehingga sering juga disebut colinergic.

-   simpatik: -   saraf berasal dari thorax dan lumbal, sehingga sering juga disebut

thoracolumbal. -   Neurotransmiternya norepineprine /noradrenalin sehingga sering juga

disebut saraf adrenergic. Makroanatomi Sistem Sirkulasi Cor

•   Cor atau jantung merupakan organ central sistema cardiovascular. Cor terutama tersusun oleh otot jantung (myocardium), terbagia menjadi 4 ruang, atrium dextrum, atrium sinistrum, ventricel dexter dan ventricel sinister. Cor diselubungi oleh pericardium .

•   Pericardium atau kantung cor merupakan jaringan fibroserosa yang menyelubungi cor, sebagai kantong invaginasi dengan lumen cavum pericardii, dan berisi cairan liquor pericardii yang mengurangi friksi akibat gerakan cor.

•   Pericardium tersusun oleh beberapa lapisan dari dalam ke luar adalah: Pericardium serosum (serous pericardium) -   Lamina visceralis (visceral layer) -   Lamina parietalis (parietal layer) Pericardium fibrosum (fiborus oaricardium)

Ruang Cor •   Cor dibagi secara secara transversal menjadi atrium cordis sebagai penerima darah dan

ventricel cordis sebagai pemompa darah, dan secara longitudinal oleh septum interventriculare menjadi ventricel sinister dan dexter dan oleh septum interatriale menjadi atrium sinistrum dan dextrum.

•   Atria cordis •   Atrium dextrum. Atrium dextrum menempati bagian dorsocranial basis cordis,

menerima darah dari vena cava cranial dan caudal dan sinus coronarius. Atria cordis terbagi menjadi sinus venarum cavarum dan auricula dextrum.

•   Tuberculum intervenosum (intervenosus tubercle) merupakan rigi transversal antara pintu masuk dua cena cava, menonjol ke atrium dextrum dan secara langsung mengalirkan darah melalui ostium atrioventriculare dextrum (atrioventriculare opening). Pada caudal tuberculum, di septum interatrial terdapat cekungan fossa ovale, yang merupakan foramen ovale pada fetus. Pada permukaan dalam dinding auricula dextrum diperkuat dengan musculus pectinati (muscular band) yang membentuk rigi-rigi iregular pada permukaan dalam.

•   Atrium sinistrum. Atrium sinistrum menempati bagian dorsocaudal basis cordis, menerima darah oxygenated dari vena pulmonalis. Bentuk dan ukurannya mirip dengan atrium dextrum, terbuka ke ventricel sinister melalui ostium atrioventriculare sinister.

•   Ventriculi cordis •   Ventriulus dexter. Ventriculus dexter tidak membentang hingga apex (berbeda dengan

ventricel sinister). Ventricel dexter menerima darah deoxygenated dari atrium dextrum dan memompanya melaluai conus arteriosus ke truncus pulmonalis ke pulmo.

•   Conus arteriousus merupakan bagian yang berbentuk corong pada ventricel dexter, terpisah dari rongga utama oleh crista supraventriculiris.

Page 29: SEMESTER 2 PEDOMAN PEMBELAJARAN DAN FOCUS … · mata, telinga, hidung, ... Learning outcome MK Sitologi, Histologi Dasar dan Embriologi: Mahasiswa mampu memahami struktur mikroskopik

27

•   Berada pada pintu ostium atrioventricular dexter ada valvula atrioventricularis dextra atau tricuspidalis (right atrioventricular atau tricuspid). Valvula tersusun atas 3 katup (cusp) yang menempel pada tepi/bibir cincin fibrosa cardiac skeleton yang membatasi ostium atrioventriculare. Masing-masing 3 katup ditegakkan dengan untaian pita fibrosa chordae tendineae.

•   Lumen ventricel dexter terdapat pita-pita muscular yang terbentang melintang dari septum interventricularis ke dinding lateral ventricel sebagai trabecula septomarginalis. Bagian ventral ventricel dexter terdapat sejumlah rigi-rigi myocardial, trabecula carnae yang terutama munjorok dari dinding lateral berfungsi mengurangi turbulensi aliran darah.

•   Ventricel sinister berbentuk conus dengan apex membentuk apex cordis. Ventricel sinister menerima darah oxygenated dari pulmo melalui vena pulmonalis dan atrium sinistrum dan memompa darah ke seluruh tubuh melalui aorta. Dinding ventricel sinister lebih tebal dari pada dinding ventricel dexter, meskipun volume keduanya sama. Pada kucing, terdapat trabeculae septomarginalis, merupakan dua pita muscular melintang ruang ventricel dari dinding lateral ke septum interventricularis.

•   Ostium atrioventriculare sinistrum dilengkapi dengan valvae atrioventricularis sinistra (left atrioventricular valve) dikenal juga sebagai valvula mitralis. Strukturnya mirip dengan valvula atrioventriculare dextra, terusun oleh 2 katup, terhubung ke m. papillaris di dinding ventricel lateral.

MK Sitologi, Histologi Dasar dan Embriologi: SITOLOGI DAN HISTOLOGI DASAR Sel

Sel disebut protoplasma yang merupakan unit struktural dan fungsional terkecil organisme dan mampu hidup secara mandiri. Komponen molekuler protoplasma bervariasi, secara umum susunan kimianya: air, koloid, kristaloid, asam nukleat (DNA dan RNA) dan nukleotida, protein, karbohidrat dan lipid. Aktivitas biologis sel adalah metabolisme, iritabilitas, krontraktilitas, homeostatis, pertumbuhan, pemeliharaan dan reproduksi. Secara morfologi, sel hewan mulanya bundar. Kontak, tekanan dan kemampuan merubah bentuk bulat, stelat, kumparan, memanjang, skuamus, kuboid dan kolumner. Organella menempati posisi tertentu. Posisi dan bentuk nukleus ada korelasi dan posisi organella lain dan bentuk sel, contohnya benda Golgi mengambil tempat dekat nukleus. Pada ukuran sel, tidak ada hubungan antara ukuran organisme dan sel. Sel terdiri prokaryot dan eukaryot. Nukleus

Nukleus mengontrol aktivitas sel. Umumnya sel mempunyai 1 nukleus dan terletak di sentral. Di antara nukleus dan sitoplasma terdapat membran sel. Organella

Sitoplasma merupakan campuran air, protein, karbohidrat, garam-garam organik dan anorganik, dan ditemukan organella. Diantara protoplasma dan lingkungan disekitarnya terdapat membran plasma. Ribosom adalah granula sitoplasma kecil mengandung 60% RNA dan 40% protein. Ribosom bebas dan polisom berperan sintesis protein. Retikulum endoplasmik kasar adalah jala-jala tubulus/retikulum yang ditempeli ribosom dan polisom. Retikulum endoplasmik halus berperan sintesis dan transpor glikogen, lipid, biotransformasi, penyimpan dan transpor ion. Benda Golgi berperan pada proses sintesis glikolipid, dan berfungsi untuk sintesis glikosaminoglikan dan lisosom. Mitokrondria berperan produksi

Page 30: SEMESTER 2 PEDOMAN PEMBELAJARAN DAN FOCUS … · mata, telinga, hidung, ... Learning outcome MK Sitologi, Histologi Dasar dan Embriologi: Mahasiswa mampu memahami struktur mikroskopik

28

energi. Lisosom adalah granula sekretorik/fagosit. Pada Peroksisom ditemukan berbagai macam enzim. Skeleton sitoplasma diantaranya mikrotubulus, sentriol, flagela dan silia. Pembelahan sel

Tahapan pembelahan sel/mitosis: interfase, profase, metafase, anafase dan telofase. Tahapan pembelahan meiosis/pembelahan reduksi (meiosis I dan meiosis II). Tahapan meiosis I: profase (subfase: leptofen, zigoten, pakiten, diploten dan diakinasis), metafase, anafase dan telofase. Tahapan meiosis II: profase, metafase, anafase dan telofase. Jaringan epitel

Jaringan epitel adalah sekelompok sel membatasi permukaan organ, diantara epitelium dan jaringan ikat dibawah terdapat membran basalis. Epitelium penutup berdasarkan bentuk (skuamus, kuboid, kolumner) dan jumlah lapisan (simpleks, kompleks) contohnya epitelium skuamus simpleks, kolumner simpleks, kuboid simpleks, skuamus kompleks, kuboid kompleks, kolumner kompleks, pseudokompleks kolumner, dan transisional.

Epitelium kelenjar berdasarkan jumlah sel (uniseluler dan multiseluler), hubungan antara kelenjar dengan permukaan dan jaringan sekitarnya (endokrin dan eksokrin), cara mensekresikan (merokrin, holokrin, apokrin, sitokrin) dan tipe hasil sekresi (mukosa, serosa, campuran). Epitelium khusus adalah epitelium yang mempunyai fungsi khusus dan terdapat pada tempat tertentu contohnya epitelium bersilia (kinosilia steriosilia), epitelium sensorik (sel neurosensorik, sel sensorik), epitelium berpigmen dan mioepitelium. Pada tepi epitelium terjadi spesialisasi permukaan epitelium yaitu modifikasi tepi lateral (zonula okludens, zonula aderens, makula densa, neksus), modifikasi tepi apikal (kinosilia, stereosilia, mikrovili) dan modifikasi basal (membran basalis, hemidemosoma). Jaringan ikat sebenarnya dan jaringan lemak

Jaringan ikat diklasifikasi berdasarkan tipe sel yang mendominasi, tipe komponen fibrosa, kepadatan serabut dan keteraturan susunan matriks. Sel penghuni tetap: sel mesenkim, sel retikuler, fibroblast, fibrosit, perisit, makrofag, sel mast. Sel penghuni sementara: sel plasma dan melanosit. Matriks terdiri dari kolagen, serabut retikuler, serabut elastik. Substansi dasar: glikosaminoglikan dan proteoglikan. Macam-macam jaringan ikat: jaringan ikat embrional (j.i. mesenkimal, j.i. mukosa), jaringan ikat sebenarnya (j.i kolagen longgar, j.i. kolagen padat ireguler, j.i kolagen padat ireguler, j.i. elastis), jaringan khusus (j.i. retikuler, j.i. berpigmen). Jaringan lemak adalah: j. lemak putih dan j. lemak cokelat. Kartilago dan tulang

Matriks kartilago terdiri serabut (kolagen dan elastis), substansi dasar terutama glikosaminoglikan dan proteoglikan sedangkan sel pada kartilago adalah sel stem, kondroblast, kondrosit, kondroklas. Perikondrium terdiri dari pars fibrosa dan pars seluler. Contoh kartilago adalah kartilago elastis, kartilago hialin dan kartilago fibrosa.

Martiks tulang terdiri dari serabut kolagen, dan substansi dasarnya hidroksiapatit. Sel pada tulang adalah sel stem, osteosit, osteoblast, osteoklast. Selubung tulang terdiri dari periosteum (pars fibrosa dan pars seluler) dan endosteum (endosteum korteks, endosteum trabekula, endosteum osteon).Tipe tulang terdiri dari tulang rajut dan tulang lameler. Berdasarkan konfigurasi tulang terdiri tulang spongiosa dan tulang kompak. Osteon adalah struktur unit tulang, di pusat terdapat kanal osteon berisi pembuluh darah kecil dan saraf. Jaringan otot

Page 31: SEMESTER 2 PEDOMAN PEMBELAJARAN DAN FOCUS … · mata, telinga, hidung, ... Learning outcome MK Sitologi, Histologi Dasar dan Embriologi: Mahasiswa mampu memahami struktur mikroskopik

29

Jaringan otot dikelompokkan menjadi 3 kelompok, yaitu otot polos, otot skelet dan otot jantung. Otot polos tidak memiliki striasi, berbentuk spindel/kumparan dan inti sel terletak di tengah. Otot skelet mempunyai striasi, tidak ada beranastomose, bentuk inti sel pipih terletak ditepi (satu sel mungkin terdapat beberapa inti). Gambaran cros striasi merupakan perpaduan antara pita gelap (A band) dan pita terang (I band). Pita gelap mengandung filamen tengah, ditengahnya terdapat area yang lebih terang disebut zona H. Pita terang merupakan bagian filamen tipis yang tidak menjorok ke pita gelap, ditengahnya terdapat garis M. Garis Z adalah garis terletak di tengah pita terang. Daerah di antara dua garis Z disebut sarkomer yaitu unit fungsional dari otot skelet. Otot jantung mempunyai striasi, selnya panjang dan bercabang, sel beranstomose disebut diskus interkalatus, dan inti sel satu terletak di tengah. Jaringan saraf

Jaringan saraf tersusun atas neuron sebagai unit anatomik dan fungsional jaringan saraf, dan neuroglia sebagai sel penyokong yang membantu neuron agar dapat berfungsi dengan baik. Neuron terdiri dari badan sel saraf (perikorion, soma) yang berisi inti sel beserta sitoplasma dan membran sel disekitar inti, dan prosesus sitoplasma yang terdiri dendrit (membawa informasi ke dalam badan sel saraf) dan akson (membawa informasi keluar dari badan sel saraf).

Komponen fungsional neuron dibagi menjadi zona dendritik, zona aksonik dan zona telodendria. Berdasarkan jumlah prosesus, neuron dibagi menjadi unipolar, bipolar dan multipolar.Berdasarkan fungsinya, neuron dibagi menjadi neuron sensorik, neuron motorik dan neuron intergrator. Berdasarkan lokasi pengeluaran sekret dibagi menjadi neuron transmisi dan neuron neurosekretori.

Akson membentuk sambungan (sinaps) dengan neuron lainnya atau efektor. Pada sinaps, transmisi informasi menggunakan neurotransmiter. Susunan sinaps adalah membran pre-sinaptik, membran post-sinaptik dan celah sinaptik. Neuroglia pada sistem saraf pusat meliputi mikroglia, oligodendrosit, ependima dan astrosit. Neuroglia pada sistem saraf tepi meliputi sel Schwan dan sel satelit. Komponen fungsional neuron dibagi menjadi zona dendritik, zona aksonik dan zona telodendria. Berdasarkan jumlah prosesus, neuron dibagi menjadi unipolar, bipolar dan multipolar.

Berdasarkan fungsinya, neuron dibagi menjadi neuron sensorik, neuron motorik dan neuron integrator. Berdasarkan lokasi pengeluaran sekret dibagi menjadi neuron transmisi dan neuron neurosekretori. Akson membentuk sambungan (sinaps) dengan neuron lainnya atau efektor. Pada sinaps, transmisi informasi menggunakan neurotransmiter. Susunan sinaps adalah membran pre-sinaptik, membran post-sinaptik dan celah sinaptik. Neuroglia pada sistem saraf pusat meliputi mikroglia, oligodendrosit, ependima dan astrosit. Neuroglia pada sistem saraf tepi meliputi sel Schwan dan sel satelit. Nervus

Nervus merupakan struktur anatomik yang dilengkapi oleh prosesus sel saraf khususnya akson. Akson dibungkus oleh mielin dan jaringan ikat. Akson dikelilingi oleh endoneurium, dan akson-akson bergabung membentuk bendel akson yang dibungkus oleh perineurium, sedangkan keseluruhan nervus dibungkus oleh epineurium.

Ganglia merupakan badan sel saraf di sistem saraf tepi, yang dikelompokkan menjadi ganglia kranio-spinal bersifat sensorik dan ganglia otonomik bersifat motorik.

Page 32: SEMESTER 2 PEDOMAN PEMBELAJARAN DAN FOCUS … · mata, telinga, hidung, ... Learning outcome MK Sitologi, Histologi Dasar dan Embriologi: Mahasiswa mampu memahami struktur mikroskopik

30

EMBRIOLOGI Tipe ovum pada hewan dosmetik

Ovum adalah sel yang terdiri dari ooplasma dan inti sel. Ooplasma terdiri dari bioplasma dan deutoplasma. Ovum mempunyai orientasi, bagian dorsal disebut polus animal sedangkan bagian ventral yang mengandung yolk disebut polus vegetal.

Ovum diklasifikasi berdasarkan dengan jumlah yolk yaitu mikrolecithal (mempunyai sedikit yolk), mesolecithal (mempunyai sedang yolk) dan makrolecithal (mempunyai banyak yolk). Berdasarkan susunan deutoplasma, ovum terdiri dari homolecithal (mempunyai yolk tersebar merata), mediolecithal (mempunyai yolk di daerah polus vegetatif), megalecithal (mempunyai di daerah polus animalis), dan centrolecithal (mempunyai yolk di bagian tengah). Berdasarkan ada dan tidak ada serta jumlah yolk, ovum terbagi menjadi alecithal (tidak mempunyai yolk), oligolecithal (mempunyai sedikit yolk), isolecithal (mempunyai yolk merata di seluruh sitoplasma), centrolecithal (mempunyai yolk di bagian tengah, sitoplasma berada di sebelah luar), telolecithal (mempunyai jumlah yolk meningkat dan diakumulasi di satu polusnya), dan makrolecithal (mempunyai jumlah banyak yolk tetapi ukuran inti dan sitoplasma mengurang, dan terletak di germinalis disc yang kecil).

Selaput ovum terdiri dari selaput primer, selaput sekunder dan selaput tertier. Selaput primer dihasilkan oleh ovum sendiri. Selaput sekunder dihasilkan oleh sel folikel dan ovum. Selaput tertier dihasilkan oleh kelenjar saluran kelamin betina. Fertilisasi dan pembelahan

Fertilisasi adalah peleburan inti dan sitoplasma dari dua sel kelamin. Pada spermatozoon, kepala spermatozoa dan bagian tengah masuk ke dalam ovum. Pada saat fertilisasi, ovum sedang dalam stadium oosit I (pada anjing dan merpati), dan stadium oosit II (pada ayam dan katak). Pada fertilisasi, spermatozoon (n) dan oosit (n) menjadi zygot (2n).

Berdasarkan jumlah spermatozoon yang masuk ke dalam ovum terdiri dari fertilisasi monospermia (satu spermatozoon masuk dalam satu ovum) dan fertilisasi polispermia (lebih dari satu spermatozoon masuk dalam satu ovum). Berdasarkan tempat terjadi fertilisasi, terdiri dari fertilisasi internal (berlangsung di dalam saluran kelamin betina) dan fertilisasi eksternal (berlangsung diluar tubuh).

Menjelang fertilisasi, ovum mengeluarkan fertilisin, antifertilisin dan gynogamon II sedangkan spermatozoon mengeluarkan androgamon I, androgamon II dan androgamon III. Pada proses fertilisasi, setelah spermatazoon kontak dengan ovum, ooplasma lebih pekat menjadi selaput pembuahan dan terbentuk rongga perivitelina.

Spermatozoon yang menempel pada bukit pembuahan sedangkan kepalanya yang terselubungi oleh selaput pembuahan sehingga spermatozoon masuk korteks ooplasma. Pada ovum terjadi peningkatan metabolisme. Pada penyelesaian pembelahan, terjadi pemasakan ovum. Akibat masuknya spermatozoon, maka keseimbangan ovum berubah sehingga terjadi aliran pergerakan ooplasma. Selanjutnya, dinding badan spermatozoon yang masuk ovum akan pecah, inti membesar disebut pronukleus jantan. Setelah itu terjadi lintasan penetrasi, lintasan kopulasi dan lintasan pembelahan. Kromoson bersatu, terjadi penggabungan pronukleus jantan dan betina (2n).Pada pembelahan, zygote terbentuk amfiaster dan terjadi pembelahan secara mitosis.

Pembelahan (cleavage, segmentasi)

Pembelahan meliputi seluruh bagian zygote. Zygote membelah secara mitosis berulang kali menjadi sel kecil disebut blastomere. Jumlah blastomere dalam pembelahan mengikuti rumus 2n atau menurut deret ukur kecuali pada mamalia.Bidang pembelahan adalah bidang yang ditempuh oleh arah pembelahan ketika zygote mengalami mitosis berulang kali menjadi blastomere.

Page 33: SEMESTER 2 PEDOMAN PEMBELAJARAN DAN FOCUS … · mata, telinga, hidung, ... Learning outcome MK Sitologi, Histologi Dasar dan Embriologi: Mahasiswa mampu memahami struktur mikroskopik

31

Bidang pembelahan ada 4 macam yaitu bidang meridional (pembelahan mengelilingi zygote melewati polus animalis dan polus vegetative), bidang vertikal (pembelahan sejajar bidang meridional dan tegak lurus terhadap bidang ekuatorial), bidang latitudinal (pembelahan sejajar bidang ekuatorial dan tegak lurus polus animalis dan polus vegetative) dan bidang ekuator (pembelahan mengelilingi zygote dipertengahan antara polus animalis dan polus vegetative).

Tipe pembelahan ada 4 macam, yaitu holoblastik teratur, holoblastik tidak teratur, meroblastik dan antara holoblastik-meroblastik. Pada holoblastik teratur, pembelahan berlangsung teratur, bidang pembelahan dan waktu tahap pembelahan teratur. Pembelahan pertama lewat meridian, pembelahan kedua lewat bidang meridian, pembelahan ketiga lewat bidang latitudinal, pembelahan keempat lewat meridinal serentak dua kali, pembelahan kelima lewat bidang latitudinal serentak dua kali, pembelahan keenam lewat bidang meridian serentak, pembelahan ketujuh dan kedelapan sulit diikuti. Hasilnya menjadi morula.

Pada holoblastik tidak teratur, pembelahan pertama lewat bidang latitudinal, pembelahan kedua lewat bidang meridian, pembelahan berikut sampai delapan sel, pembelahan selanjutnya sulit diikuti. Pada meroblastik, pembelahan hanya bagian kecil pada polus animal seluruh germinal disc dan sedikit yolk. Pembelahan pertama lewat bidang meridian, pembelahan kedua lewat bidang meridian, pembelahan ketiga lewat bidang vertikal, pembelahan keempat lewat bidang vertikal, pembelahan selanjutnya tidak teratur dan sulit diikuti. Embryo mengandung sel-sel tengah, sel horizontal, sel-sel pinggir dan syncytium. Daerah yang mengandung banyak inti disebut jaringan periblast.Jaringan periblast terdiri periblast tengah dan periblast pinggir. Pada pembelahan perantaraan holoblastik dan meroblastik, pembelahan tidak seluruhnya mencapai ujung daerah kutub polus vegetativ. Blastula

Berdasarkan bentuk susunan blastomere, blastula dibagi 4 macam yaitu coeloblastula, discoblastula, stereoblastula dan blastocyst. Coeloblastula berbentuk bola, berasal ovum homolecithal dengan pembelahan holoblastik teratur.

Discoblastula berbentuk cakram, berasal dari ovum homolecithal tidak teratur dan megalecithal dengan pembelahan meroblastik. Blastomere terdiri dari jaringan embryo dan jaringan periblast. Blastula aves terdiri dari area pellucida dan area opaca. Berdasarkan daerah utama, blastula terdiri dari 2 lapis benih yaitu epiblast dan hypoblast. Stereoblastula berbentuk bola seperti coeloblastula tetapi masif. Blastocyst adalah tipe blastula pada mamalia, selama pembelahan menghasilkan blastselom. Blastula Eutheria ini terdiri dari embryoblast dan tropoblast. Pada blastula, ada 5 daerah bakal pembentuk alat yaitu bakal ektoderm epidermis, bakal ektoderm saraf, bakal notochord, bakal mesoderm dan bakal endoderm. Gastrula

Pada gastrula menjadi 3 lapis yaitu ektoderm, endoderm dan mesoderm. Pada gastrula terdapat 2 kelompok gerakan yaitu epiboli (gerakan melingkupi yang terjadi di sebelah luar embryo) dan emboli (gerakan menyusup yang terjadi di sebelah dalam embryo). Gerakan emboli dibagi 7 macam yaitu involusi, konvergensi, invaginasi, evaginasi, delaminasi, divergensi, extensi. Gastrula katak. Epiboli pada ektoderm serentak dengan terjadi berbagai proses emboli. Bakal ektoderm saraf meluas terbatas sepanjang poros anterior-posterior disebut keping neural. Invaginasi hypoblast di celah terletak di dorsal disebut bibir dorsal, di sebelah berlawanan disebut bibir ventral. Blastopore ditutupi oleh yolk plug. Bakal pre-chorda bergerak ke arah bakal anterior embryo. Bakal notochord bergerak ke posterior dan berinvolusi mengikuti pre-chorda. Sel-sel notochord di bibir lateral bergerak secara konvergensi menuju bibir dorsal.

Page 34: SEMESTER 2 PEDOMAN PEMBELAJARAN DAN FOCUS … · mata, telinga, hidung, ... Learning outcome MK Sitologi, Histologi Dasar dan Embriologi: Mahasiswa mampu memahami struktur mikroskopik

32

Notochord terletak di bawah bakal ektoderm saraf. Bakal mesoderm di kedua sisi bakal notochord berkonvergensi ke bibir dorsal dan berinvolusi ke celah antara ektoderm dan endoderm.

Gastrula ayam. Pada awal, terjadi penebalan di kaudal disebut primitive streak. Primitive streak (8 jam telur di eram) memiliki primitive grove (penonjolan), primitive fold (lekukan), primitive pit (lubang anterior) dan primitive knot/Hensen’s node (ujung menonjol primitive streak di anterior).

Primitive streak berasal sel-sel epiblast bergerak di posterior kemudian sel tersebut memperbanyak diri. Awalnya, primitive streak terbentuk di posterior area pellucida. Hampir separuh daerah tersebut terdiri dari bakal prechorda, notochord dan mesoderm, berkonvergensi dan berinvolusi antara hypoblast dan epiblast. Daerah Hensen’s node tempat invaginasi bakal prechorda dan notochord sedang primitive streak diposterior Hensen’s node sebagai gerbang lewat sel-sel mesoderm. Sel-sel epiblast berinvolusi dan bergerak ke antara epiblast dan hypoblast, dan menyebar, berdivergensi membentuk lapisan mesoderm. Sel-sel ektorderm saraf berkonvergensi lalu berepiboli membentuk keping neural. Pre-chorda dan notochord berinvaginasi membentuk primitive pit. Sel-sel pre-chorda berkonvergensi ke primitive groove, berinvolusi, kemudian berextensi ke depan, diantara endoderm dan ektoderm saraf.

Embryo berumur 18 jam eram, primitive streak lengkap. Area pellucida menjadi lonjong. Gastrula ayam selesai sekitar 22 jam eram. Seluruh daerah bakal pembentuk alat sudah tersusun di daerah masing-masing. Primitive streak mengalami penyusutan secara berangsur dan bergerak ke kaudal embryo, sisanya membentuk bagian kauda atau ekor.

Gastrula babi. Primitive streak berasal dari konvergensi epiblast, kemudian memanjang dan terus menumbuhkan sel-sel baru. Hensen’ node terbentuk penebalan epiblast. Anterior Hensen’s node, sel ektoderm saraf berkonvergensi, berepiboli, membentuk keping neural. Posterior Hensen’s node terjadi invaginasi terbentuk primitive pit. Sel pre-chorda dan notochord berinvolusi dan delaminasi kemudian berextensi ke anterior persis di bawah keping saraf. Pre-chorda akhirnya terletak di anterior notochord. Pertumbuhan daerah caput diatur bagian depan notochord oleh head organizer, sedangkan bagian belakang notochord disebut trunk organizer yang mengatur pertumbuhan daerah truncus. Hypoblast menjadi endoderm. Di endoderm, hypoblast bertemu bagian posterior Hensen’s node.Sel-sel bakal mesoderm berdelaminasi membentuk semacam sayap. Sel-sel mesoderm berpindah ke posterior dan lateral, terbentuk 2 daerah mesoderm yaitu mesoderm embryonal (mesoderm embryo) dan meso extra-embryonal (mesoderm jaringan extra-embryonal: amnion, kantung yolk, allantoin dan chorion). Tubulasi

Tubulasi atau pembumbungan adalah pertumbuhan mengiringi pembentuk gastrula. Daerah bakal pembentuk alat atau ketiga lapis benih (ektoderm, mesoderm, endoderm) menyusun diri sehingga berupa bumbung atau rongga kecuali notochord.

Bagi bumbung neural, pada daerah bumbung ektoderm, bagian depan tumbuh menjadi encephalon dan bagian belakang menjadi medulla spinalis. Pada bumbung endoderm terjadi differensiasi bakal saluran pencernaan depan, tengah dan belakang. Pada bumbung mesoderm terjadi differensiasi otot rangka, dermis kulit dan jaringan ikat lainnya, otot viscera, rangka dan alat urogenitalia. Ada 3 proses berlangsung dalam tubulasi yaitu invaginasi, evaginasi dan delaminasi.

Bumbung neural. Tumbuh dari ektoderm saraf berupa keping neural. Tubulasi neural plate secara invaginasi pada vertebrata dan delaminasi pada pisces. Bumbung saraf sementara mempunyai neuropore, di posterior disebut sinus rhomboidalis. Bumbung neural bertemu dengan bumbung endoderm disebut saluran neurenteron.

Page 35: SEMESTER 2 PEDOMAN PEMBELAJARAN DAN FOCUS … · mata, telinga, hidung, ... Learning outcome MK Sitologi, Histologi Dasar dan Embriologi: Mahasiswa mampu memahami struktur mikroskopik

33

Neural crest adalah sel-sel pada cekukan berbatasan dengan ektoderm epidermis. Sel tersebut menumbuhkan sel pigmen, sel ganglion saraf punggung dan saraf otak, tulang rawan di kepala dan jaringan kromafin.

Bumbung epidermis. Terjadi dari tubulasi ektoderm epidermis pada seluruh ektoderm kecuali daerah ektoderm saraf. Invaginasi anterior tubuh disebut stomodeum, posterior tubuh disebut proctodeum.

Bumbung endoderm. Archenteron akan menjadi lumen bumbung endoderm menjadi metenteron (saluran primitive) yang dibagi foregut, midgut dan hindgut.

Bumbung mesoderm.Terjadi pemotongan dan tubulasi. Setiap belah mesoderm terdiri atas epiderm, mesomere dan hypoderm. Ketiga bagian mesoderm mengalami tubulasi sendiri dan terbentuk rongga yaitu myoselom (rongga epimere), nephroselom (rongga mesomere) dan splanchnoselom (rongga hypomere). Epimere terdiri dari dermatome, myotom dan sclerotome. Mesomere menumbuhkan sistem urogenitalia. Hypomere dibedakan atas somatic mesoderm dan splanchnic mesoderm. Gabungan lapisan somatic mesoderm dengan lapisan ektoderm disebut somatopleura.Gabungan lapisan splanchnic mesoderm dengan lapisan endoderm disebut splanchnopleura. Organogenesis sistem saraf, pencernaan, respirasi, dan agen terotogenik

Organogenesis sistem saraf/neurogenesis. Diawali terbentuknya lamina neuralis. Sepasang lipatan menonjol keluar disebut plika neuralis sedangkan bentukan cekungan ke dalam disebut sulkus neuralis. Daerah antara lamina neuralis dengan epidermal menjadi krista neuralis. Plika neuralis kiri dan kanan bertemu membentuk bangunan disebut bumbung neural dan mempunyai rongga disebut kanalis neuralis sentralis. Bumbung saraf berkembang menjadi sistem saraf pusat (otak dan medulla spinalis) dan krista neuralis menjadi ganglion dan nervus. Otak membentuk penonjolan: prosensefalon (menjadi telensefalon dan diesefalon), mesensefalon dan rhombensefalon (menjadi metensefalon dan mielensefalon).Telensefalon berkembang menjadi hemispherium serebri dan basal ganglia. Diensefalon menjadi thalamus dan nukleus. Mesensefalon menjadi corpora kuadrigemina dan tegmentum. Metensefalon menjadi pons dan serebelum. Meilensefalon menjadi medulla oblongata.

Organogenesis pencernaan. Diawali metenteron (dibagi foregut, midgut dan hindgut), berawal gastroselom. Foregut menjadi lambung, hepar, pankreas, duodenum anterior, esofagus sampai faring. Midgut menjadi duodenum posterior, jejenum, ileum, sekum dan selaput ekstra-embrional, yolk sac. Hindgut menjadi kolon, rektum, bursa Fabricius, selaput ekstra embrional, allantois. Stomodeum membentuk mulut sedangkan proktodeum membentuk anus.

Organogenesis sistem respirasi. Diawali tumbuhnya kantung insang yang tersusun lapisan endoderm, arcus visceralis dan ektoderm. Perkembangan sistem pernafasan diawali terbentuk lekukan di lantai foregut dan tumbuh membentuk divertikulum respiratori. Diverkula utama menjadi trakea, diverkula cabang menjadi bronchus dan paru. Struktur histologi pertumbuhan paru ada 5 tahap yaitu embrional, pseudoglandular, kanalikular, terminal dan alveolar.

Organogenesis sistem sirkulasi. Dimulai terbentuknya pulau-pulau darah pada splangnik mesoderm. Pembuluh darah primitif disebut kapiler subintestinal yang tumbuh ke anterior dan naik ke dorsal sedangkan ke anterior dan posterior tubuh berkembang kapiler supraintestinal yang bercabang disebut kapiler vitelina. Sepasang kapiler subintestinal bergabung membentuk jantung. Dinding kapiler subintestinal menjadi endokardium sedangkan lapisan splangnik mesoderm membentuk lapisan miokardium dan epikardium. Kapiler subintestinal di anterior disebut aorta ventralis sedangkan kapiler supraintestinal menjadi aorta dorsalis.Vena awalnya terdapat sepasang vena kardinalis meliputi v. kardinalis komunis, v. kardinalis anterior dan v. kardinalis posterior.Vena kardinalis posterior menyusut, menyatu dan

Page 36: SEMESTER 2 PEDOMAN PEMBELAJARAN DAN FOCUS … · mata, telinga, hidung, ... Learning outcome MK Sitologi, Histologi Dasar dan Embriologi: Mahasiswa mampu memahami struktur mikroskopik

34

bergabung v. hepatika.Vena kardinalis komunis merubah menjadi v. cava anterior.Vena kardinalis anterior merubah menjadi v. jugularis interna.

Organogenesis sistem genital dan urinaria. Diawali terbentuknya lapisan mesoderm. Mesoderm paraksial terbagi menjadi epimere, mesomere dan hypomere. Mesomer terpisah membentuk genital ridge/krista genitalis dan nefrotom. Pertumbuhan ginjal menempuh 3 tahap: pronefros, mesonefros dan metanefros. Saluran urin berkembang, evaginasi duktus Wolffi membentuk ureter, dan nefrotom membentuk nefron dan tubulus. Pada hewan, duktus Wolffi berubah duktus epididimis dan vas deferen, pada hewan betina beratropi.

Gonad berasal genital ridge. Awalnya, gonad indeferen sehingga dibedakan antara ovarium dan testis. Gonad terbagi korteks (jantan: degenerasi, betina: berkembang membentuk ovarium) dan medula (jantan: membentuk tubulus seminiferi, betina tidak berkembang). Pada hewan betina, duktus Mulleri berasal perkembangan duktus paramesonephridicus kemudian menjadi oviduk, uterus dan vagina. Duktus Mulleri mempunyai ostium untuk menampung ovum pada saat ovulasi, disebut ostium tubae abdominale. MK Parasitologi Dasar Veteriner:

Parasit dan keparasitan

Parasitologi adalah suatu ilmu cabang biologi yang membatasi diri untuk mempelajari organisme yang hidupnya tergolong bersifat parasitisme yaitu parasit. Kehidupan yang tergolong parasitisme adalah kehidupan yang melibatkan dua organisme yang berbeda (heterospesifik). Perbedaan tersebut bisa pada tingkat spesies, ordo, kelas dan bahkan pada tingkat filumnya. Hubungan yang bersifat heterospesifik tersebut sering disebut dengan simbiosis (simbion ~ hidup bersama).

Hidup parasitisme atau yang bersifat keparasitan selalu membutuhkan organisme lain ,yang mana organisme lain tersebut merupakan tempat tinggal sementara maupun selamanya, merupakan sumber pakannya bahkan lebih dari itu yaitu merupakan tempat hidupnya. Parasit (~ tinggal berdekatan) adalah organisme yang eksistensinya tergantung adanya organisme lain yang dikenal sebagai induk semang atau hospes. Oleh karena eksistensi parasit tergantung dengan eksistensi hospesnya, kadang-kadang adanya hospes di suatu daerah dapat digunakan untuk memprediksi eksistensi parasit di daerah tersebut. Parasit dan Jenis-jenis parasit

Parasit dapat digolongkan berdasarkan: 1). Berdasarkan sifat parasit; dikenal dengan parasit fakultatif, parasit, parasit obligat, parasit insidentil dan parasit eratika; 2).berdasarkan waktu dan derajat keparasitan dikenal dengan parasit temporer atau non periodik dan parasit stasioner; 3). Berdasarkan jumlah hospesnya dikenal dengan parasit monosenosa yaitu parasit yang hanya memerlukan 1 hospes dan parasit heteroksenosa, yaitu parasit yang memerlukan lebih dari satu hospes; 4). Berdasarkan lokasi dan predileksinya dikenal endoparasit dan ektoparasit; 5). Berdasrkan klasifikasi hewan, dikenal uniceluler parasit dan multiceluler parasit. Hospes dan jenis hospes

Hospes atau induk semang adalah hewan tempat parasit harus tinggal atau kontak sementara atau selamanya demi kelangsungan hidup parasit. Di dalam siklus hidup parasit dikenal berbagai macam hospes, di antaranya adalah hospes definitif, hospes intermedier dan hospes paratenik atau hospes tambahan. Hospes definitif dan hospes intermedier merupakan hospes esensial (hospes yang harus ada) di dalam siklus hidup parasit, sedangkan hospes paratenik merupakan hospes tambahan dan tidak harus ada di dalam siklus hidup parasit; selain itu juga dikenal dengan vektor; dalam parasit dikenal dua vektor yaitu vektor mekanik dan

Page 37: SEMESTER 2 PEDOMAN PEMBELAJARAN DAN FOCUS … · mata, telinga, hidung, ... Learning outcome MK Sitologi, Histologi Dasar dan Embriologi: Mahasiswa mampu memahami struktur mikroskopik

35

vektor biologi, vektor biologi adalah vektor dimana parasit tumbuh dan berkembang di dalamnya, sedangkan vektor mekanik sebaliknya. Stadium dan siklus hidup parasit

Siklus hidup parasit adalah rangkaian tahapan pertumbuhan suatu parasit yang langsung atau tidak langsung dari satu stadium parasit ke stadium parasit lainnya. Parasit mempunyai siklus hidup yang berbeda beda antara yang satu dengan yang lain; secara umum siklus hidup parasit dibedakan menjadi siklus hidup langsung dan siklus hidup tidak langsung. Siklus hidup langsung berarti, di dalam siklus hidupnya parasit tidak memerlukan hospes intermedier; sedangkan siklus hidup tidak langsung berarti, di dalam siklus hidupnya parasit memerlukan hospes intermedier. Berbagai macam parasit

Protozoa. Protozoa merupakan parasit bersel satu (parasit uniseluler), semua protozoa hidup sebagai parasit baik pada hewan dan manusia. Protozoa dapat berlokasi di berbagai tempat seperti di dalam epitel saluran pencernaan, di saluran peredaran darah dan linfe, di dalam jaringan, di dalam saluran reproduksi dan berbagai tempat lain dengan hospes yang bervariasi. Protozoa sendiri merupakan anggota hewan yang paling sederhana, kompleks, bersel tunggal, termasuk ke dalam eukaryotik, memiliki inti sel, dikelilingi oleh sitoplasma, inti mempunyai banyak kromosom → informasi genetik. Ada sekitar 65.000 jenis, 7000 di antaranya berparasit pada hewan. Inti vesikuler, sitoplasma berisi macam – macam organel seperti: retikulum endoplasma, ribosom, mitokondria, apparatus golgi, vakuola kontraktil, zat cadangan (glikogen) dan vakuola makanan. Alat gerak protozoa di antaranya berupa: flagella (seperti cambuk dan selubung luar), silia (flagella kecil, seperti bulu mata), pseudopodia (kaki palsu, dibentuk bila dibutuhkan), selaput undulasi (flagella yang memanjang ke belakang, melekat sepanjang tubuh membentuk membrana undulasi). Reproduksi protozoa dapat terjadi secara sexual dan asexual; secara sexual terjadi pertemuan sel kelamin jantan dan betina dan akan menghasilkan zygot. Reproduksi secara aseksual dapat berupa pembelahan biner, pembelahan multiple (skizogoni), endodiogoni, dan pembelahan tunas. Di dalam protozoa juga dikenal dengan istilah Isogami: gamet – gamet yang mirip satu dengan yang lain, dan Anisogami: gamet – gamet yang berbeda satu dengan yang lainnya.

Arthropoda. Arthropoda merupakan philum yang memiliki anggota cukup banyak, namun demikian tidak semuanya memiliki kepentingan di dalam kedokteran hewan. Secara umum, dalam dunia kedokteran hewan, secara garis besar hanya ada 2 kelas yang penting, yaitu kelas insekta dan kelas aracnida. Kelas insecta akan dibahas berbagai macam nyamuk, kutu baik kutu penggigit maupun penghisap, lalat dan pinjal. Kelas Aracnida memiliki banyak Ordo, tetapi hanya Ordo Acarina yang penting dan akan dibahas pada buku ajar ini. Termasuk ordo Acarina adalah berbagi macam caplak baik caplak keras dan caplak lunak, dan berbagai macam tungau.

Nematoda. Nematoda merupakan cacing dari phylum Nemathelmintes, yang memiliki tubuh gilig memanjang dan mempunyai rongga tubuh. Cacing memiliki sifat gonokoris, dimana ada cacing jantan dan ada cacing betina. Secara garis besar nematoda digolongkan dalam dua golongan besar, yaitu bursata dan non bursata. Bursata merupakan cacing nematode dimana cacing jantan memiliki bursa kopulatrik, sedang non bursata tidak.

Trematoda. Cacing trematoda merupakan bagian dari phylum Plathelminthes, yaitu cacing pipih. Cacing trematoda juga disebut dengan cacing daun karena memiliki bentuk seperti daun, pipih dorsoventral. Memiliki sifat hermaprodit, yang berarti di dalam satu tubuh cacing terdapat organ reproduksi jantan dan organ reproduksi betina. Ciri morfologis cacing; memiliki batil isap mulut dan perut, tetapi ada yang tidak memiliki. Siklus hidup cacing secara umum tidak langsung pada subklas digenia dan siklus hidup langsung pada subkelas monogenia.

Page 38: SEMESTER 2 PEDOMAN PEMBELAJARAN DAN FOCUS … · mata, telinga, hidung, ... Learning outcome MK Sitologi, Histologi Dasar dan Embriologi: Mahasiswa mampu memahami struktur mikroskopik

36

Cestoda. Cacing cestoda merupakan bagian dari phylum Plathelminthes. Cacing memiliki morfologi panjang, pipih seperti pita dan beruas-ruas. Tubuh cestoda terdiri dari 3 bagian, yaitu: scolex, collum/leher dan bagian stobila yang terdiri dari segmen-segmen. Cacing sestoda memiliki sifat hermaprodit, di dalam masing-masing segmen terdapat dua organ reproduksi jantan dan betina. Klas Cestoda dibagi menjadi 2 subklas; yaitu subklas Eucestoda atau cacing pita sejati dan subklas cotyloda (cacing pita semu).

Page 39: SEMESTER 2 PEDOMAN PEMBELAJARAN DAN FOCUS … · mata, telinga, hidung, ... Learning outcome MK Sitologi, Histologi Dasar dan Embriologi: Mahasiswa mampu memahami struktur mikroskopik

37

DAFTAR REFERENSI Fisiologi Veteriner I: •   Cunningham, J. 2007. Textbook of Veterinary Physiology. Saunders, Santolouis, Missouri, USA. •   Frandson, R.D., Wilke, W.L., and Fails, A.D. 2005. Anatomy and Physiology of Farm Animals. 7th

Edition. Willey. •   Guyton, A.C., and John, E.H. 2006. Textbook of Medical Physiology. 11th Edition. Elsevier

Saunders Philadelphia-Pennsylvania, USA. •   Larry, Y.R.E. 2002. Review of Veterinary Physiology. Teton New Media. Jackson, Wyoming,

USA. •   Tartaglia, L., and Anne, W. 2005. Veterinary Physiology and applied Anatomy A Textbook For

Veterinary Nurses and Technicians. Butterworth, Heinemann, USA. Biokimia Veteriner II: •   Lehninger, A.L; D.L. Nelsom; and M.M. Cox. 1993. Principles of Biochemistry Second Edition •   Stryer, Breg J.M; Tymoezko J.L; Stryer L. 2001. Biochemistry. Fith Edition. W.H. Freeman and Co.

New York. •   Harper, Murray R.K; Granner D.K; Mayes P.A; Rod Well V.M. 2003. Biokimia Harper Edisi 25.

Penerbit Buku Kedokteran. EGC. Jakarta •   Conn E.E; Stumpf P.K; Bruening G; Doi R.H. 1987. Outlines of Biochemestry •   Sheehan D. 2009. Physical Biochemistry •   Devlin T.M. 2011. Textbook of Biochemistry Angiologi dan Neurologi: •   Sisson, S., Grossman, JD., Getty, R., Sisson and Grossman’s the Anatomy of the Domestic

Animals •   Konig, HE., Liebich, H., Veterinary Anatomy of Domestic Mammals: Textbook and Colour

Atlas •   Miller, ME., Evans, HE., Christensen, GC., Miller’s Anatomy of the Dog •   Budras, KD., Sack, WO., Rock, S., Horowitz, A., Berg,R., Anatomy of the Horse •   Budras, KD., Habel, RE., Mulling, CKW., Greenough, PR., Jahmaker, G., Richer,R., Starke,D.,

Bovine Anatomy: An Illustrated Text Sitologi, Histologi Dasar dan Embriologi: •   Bacha Jr., W.J. dan Bacha, L.M. 2000. Color Atlas of Veterinary Histology. 2nd . Lippincott

Williams & Wilkins, Pennsylvania, USA •   Balinsky. 1975. An Introduction to Embryology. 4th ed.W.B. Saunders Company, Philadelphia,

USA. •   Banks, W.J. 1993. Applied Veterinary Histology. 3rd. Mosby-Year Book, Inc. Missouri, USA. •   Dellman H.D. And Brown, EN., 1987, Text Book of Veterinary Hitology, Lea and Fabiger, USA •   Huettner A.F. 1956. Fundamentals of Comparative Embryology of The Vertebrates. 7th ed. The

Macmillan Company, New York, USA. •   Leeson, C.R..1996. Buku Teks Histologi. Edisi kelima, penerjemah : Yan Tabayong, dkk. Judull

asli : Textbook of Histologi.Penerbit Buku Kedokteran ECG, Jakarta. •   McGeady,T.A., Quin, P.J, FitsPatrick, E.S., dan Ryan, M.T., 2006, Veterinary Embryology,

Blackwell Publishing, Cornwell, Gread Britain •   Ross, M.H. dan Romrell, L.J. 1989. Histology: A Text and Atlas. 2nd. Williams & Wilkins,

Maryland, USA •   Samuelson, D. A. 2007. Textbook of Veterinary Histology. Saunders. St. Louis, Missouri •   Sandhu, G.S., Srivastava, S. dan Arora, C.K.1994. A Textbook of Embryology. Anmol

Publications Pvt Ltd. New Delhi. India.

Page 40: SEMESTER 2 PEDOMAN PEMBELAJARAN DAN FOCUS … · mata, telinga, hidung, ... Learning outcome MK Sitologi, Histologi Dasar dan Embriologi: Mahasiswa mampu memahami struktur mikroskopik

38

•   Shumway, W., dan Adamstone, F.B. 1964. Introduction to Vertebrate Embryology. 5th ed.. John Wiley & Sons, Inc. New York, USA

•   Tatang D., 1981, Embriologi Perbandingan, Edisi Pertama, CV. Armico, Bandung. •   Ulrich, D. 1996. Atlas Bewarna & Teks Embriologi. Edisi pertama, penerjemah: Hendra Laksmana.

Judul asli: Taschenatlas der Embryologie. Hipokrates, Jakarta. Indonesia •   Wildan Y., 1990, Reproduksi dan Embriologi, Penerbit Transito, Bandung •   Young, B., Lowe, J. S., Stevens A. dan Heath J. W. 2006. WHEATER’S Functional Histology A

Text and Colour Atlas. 5th. Churchill Livingstone, Elsevier, Philadelphia, USA Parasitologi Dasar Veteriner: •   Baer, J.G., 1951. Ecology of Animal parasites. The University of Illinois Press, Urbana : 1 - 38 •   Cheng, T.C., 1986. Generale Parasitology. 2nd ed. Academic Press College Division, Harrout Brace

Javanovich Publisher : 1-7 •   Georgy, J.R., 1990. Parasitology and Veterinarians 5th ed. W,B, Saunders Company. •   Kennedy, C.R., 1976. Ecology Aspects of Parasitology. North Holland Publishing Company.

Amsterdam / Oxford.: 42-66 •   Levine, N.D., 1983. Textbook of Veterinary Parasitology 1st ed. CBS. Publisher & Distributors. •   Kauffman, J. 1996. Parasitic infections of domestic animals. A diagnostic manual. Birkhauser

Verlag. Basel-Boston-Berlin. •   Richardson, U.F. and S.B. Kendal, 1963. Veterinary Protozoology. Oliver & Boyd. London. •   Roberts,L.R and Janovy,J.J. 2000. Foundations of Parasitology. 6th ed. McGrawHill : 1-7 •   Smyth, J.D., 1976. Introduction to Animal Parasitology. A Halsted Press Book. John Wiley & Sons.

New York. •   Soulsby, E.Y.L., 1982. Helminths, Arthropods and Protozoa of Domesticated Animals 7th ed.. The

English Language Book Society and Bailliere Tindall - London. •   Urquhart G.M., Armour, J., Duncan, J.L., Dunn,A.M. & Jennings,F.W. 1987. Veterinary

Parasitology, ELBS, England.

Page 41: SEMESTER 2 PEDOMAN PEMBELAJARAN DAN FOCUS … · mata, telinga, hidung, ... Learning outcome MK Sitologi, Histologi Dasar dan Embriologi: Mahasiswa mampu memahami struktur mikroskopik

39

Skenario 1

(FGD Semester 2)

Anjing Tremor Dido membawa anjing kesayangannya jenis Springer Spaniel ke RSH Soeparwi, karena jalannya sempoyongan dan sering jatuh tanpa memperlihatkan tanda-tanda rasa sakit. Pada saat diperiksa Dokter menyampaikan bahwa anjing menunjukkan tremor pada kepala, gangguan propriosepsi pada ekstremitas kaudal, bagian metatarsal tidak berespon tetapi metacarpal berespon baik. Dokter menjelaskan bahwa anjing ini menderita inkoordinasi akibat gangguan cerebellum sebagai salah satu bagian dari sistem saraf pusat. Dido teringat saat melihat tayangan discovery channel tentang sistem saraf. Pada tayangan tersebut dipaparkan sistem saraf yang mengatur semua mekanisme kerja di dalam tubuh. Secara jelas digambarkan bahwa otak terdiri dari berjuta sel saraf (neuron). Sel tersebut mempunyai dendrit, akson, sinaps, badan sel yang masing-masing mempunyai fungsi khusus. Sel-sel di dalam tubuh makhluk hidup juga dijelaskan mampu menghasilkan energi untuk bisa bergerak. Komponen molekular dalam tubuh seperti asam nukleat, protein, karbohidrat, dan lipida mempunyai peranan sangat besar sebagai sumber energi dan cadangan nutrisi. Di RSH, Dido juga melihat ada 2 anjing lain yang mempunyai gejala klinis yang berbeda. Ada yang tidak bisa mengatupkan mulut dan ada 1 anjing yang tidak bisa berjalan. Apakah semua kasus tersebut berkaitan dengan sistem saraf? Kata kunci: energi, lipida, sistem saraf tepi, sistem saraf pusat Topik diskusi: 1.   Mengapa sebelum sakit anjing bisa bergerak secara normal? Apakah ada energi yang

menggerakkannya? Bagaimana proses penguraian makromolekul untuk menghasilkan energi guna kelangsungan hidup terkait dengan metabolisme lipida?

2.   Diskusikan melalui pemahaman komponen-komponen sel, baik organella sel maupun komponen molekuler yang ada di dalam sel, peran dan fungsi masing-masing pada aktivitas kehidupan organisme.

3.   Mengapa anjing Dido jalannya sempoyongan? Bagaimana dengan anjing lain di RSH yang tidak bisa berjalan dan anjing yang tidak bisa mengatupkan mulutnya? Diskusikan melalui fungsi setiap bagian sistem saraf, bagian-bagian sistem saraf pusat maupun saraf tepi, bedakan fungsi antar bagian tersebut, bagaimana mereka masing-masing dapat berfungsi dan berperan pada aktifitas kehidupan, bagaimana informasi dapat disampaikan dan diterima.

Tujuan pembelajaran 1.   Mahasiswa mampu memahami sistem saraf secara makroanatomis maupun

mikroanatomis yang diajarkan dalam MK Angiologi dan Neurologi, Sitologi maupun MK Histologi Dasar dan Embriologi, yang didukung melalui pemahaman sistem saraf yang diajarkan dalam MK Fisiologi.

2.   Mahasiswa mampu memahami metabolisme sel yang diajarkan dalam MK Biokimia, sehingga masing-masing MK yang dipelajari secara terintegrasi tersebut dapat saling melengkapi/ meningkatkan/ mempertajam.

3.   Mahasiswa dapat saling berkolaborasi, berbagi konsep, keterampilan dan perilaku dalam diskusi.

Page 42: SEMESTER 2 PEDOMAN PEMBELAJARAN DAN FOCUS … · mata, telinga, hidung, ... Learning outcome MK Sitologi, Histologi Dasar dan Embriologi: Mahasiswa mampu memahami struktur mikroskopik

40

Skenario 2

(FGD Semester 2)

Sapi Kembung dan Diare

Seorang peternak datang ke RSH Soeparwi melaporkan adanya kematian pada sapi-sapi nya. Berdasarkan anamnesa, sapi diberi konsentrat selama beberapa minggu, kemudian dihentikan beberapa saat karena konsentrat habis, diganti dengan hijauan dan biji-bijian, kemudian baru diberikan konsentrat kembali. Tiba-tiba ada beberapa ekor sapi yang mati. Sapi yang masih hidup menunjukkan gejala lethargi, inkoordinasi dan diare. Hasil pemeriksaan fisik memperlihatkan mukosa mulut kering, tampak gejala dehidrasi, dan tidak teraba adanya tonus rumen (atoni rumen). Melihat kondisi tersebut Dokter memerintahkan mahasiswa koasistensi mengambil feces sapi tersebut untuk diperiksa di laboratorium terhadap kemungkinan terinfeksi cacing, dan setelah dilakukan pemeriksaan feces ditemukan telur cacing cestoda dan trematoda. Hasil nekropsi sapi yang mati ditemukan adanya distensi rumen yang berisi hijauan, biji-bijian dan cairan, pH cairan rumen di bawah 4,5 (normal 5,5-7,0). Pemeriksaan pada saluran pencernaan, ditemukan banyak cacing dengan bentuk dan ukuran yang berbeda. Hasil pemeriksaan histopatologi menunjukkan adanya kerusakan pada epitel pada saluran pencernaan. Dokter yang menangani kasus peternak tersebut, menyarankan pengubahan susunan ransum dengan hijauan dan konsentrat yang seimbang sehingga diperoleh energi yang maksimal. Hijauan yang diberikan berupa rumput-rumputan, karena tanaman ini mudah pemeliharaannya dan tumbuh lebih cepat dari pada tanaman yang bukan golongan Gramineae. Secara rutin perlu dicek adanya parasit dalam feses dan dilakukan pengobatan parasit sesuai dengan parasit yang ditemukan. Diharapkan dengan perubahan susunan ransum dan pengobatan parasitnya, sapi menjadi sehat dan tumbuh normal. Kata kunci: metabolism karbohidrat, foto sintesis, saraf saluran pencernaan, atoni rumen, trematoda, cestoda Topik diskusi: 1.   Berdasar kasus salah pakan pada sapi tersebut, diskusikan bagaimana proses digesti,

absorbsi dan fermentasi pada ruminansia. Diskusikan bagaimana peran metabolisme karbohidrat guna kelangsungan hidup dan proses fotosintesis pada tanaman hijauan sebagai sumber pakan pada ruminansia.

2.   Diskusikan berbagai saraf yang menginervasi saluran pencernaan, apakah adanya atoni rumen terkait dengan peran sistem saraf? Diskusikan pula bagaimana secara mikroanatomis tentang plexus, epitel, kelenjar, jaringan, dan otot polos pada saluran pencernaan.

3.   Diskusikan siklus hidup dan stadium stadium cacing cestoda dan trematoda secara umum, morfologi cacing trematoda dan cestoda secara umum. Diskusikan tentang berbagai macam cacing yang menginfeksi, berikan contoh dan lokasi serta hospes cacing tersebut.

Tujuan pembelajaran 1.   Mahasiswa mampu memahami sistem saraf pada pencernaan secara makroanatomis dan

mikroanatomis yang diajarkan dalam MK Angiologi dan Neurologi dan MK Sitologi,

Page 43: SEMESTER 2 PEDOMAN PEMBELAJARAN DAN FOCUS … · mata, telinga, hidung, ... Learning outcome MK Sitologi, Histologi Dasar dan Embriologi: Mahasiswa mampu memahami struktur mikroskopik

41

Histologi Dasar dan Embriologi. Mahasiswa mampu memahami proses digesti, absorbsi dan fermentasi yang diajarkan dalam MK Fisiologi Veteriner 1, dan memahami metabolisme karbohidrat dan proses fotosintesis yang diajarkan dalam MK Biokimia Veteriner 2, sehingga masing-masing MK yang dipelajari secara terintegrasi tersebut dapat saling melengkapi/meningkatkan /mempertajam.

2.   Mahasiswa memahami dan mampu menjelaskan morfologi berbagai cestoda dan trematoda, siklus hidup termasuk predileksi dan hospes/inang yang diajarkan dalam MK Parasitologi Dasar Veteriner, dan secara mikroanatomis mengenal epitel, kelenjar, jaringan, dan otot polos pada saluran pencernaan yang diajarkan dalam MK Sitologi, Histologi Dasar dan Embriologi.

3.   Mahasiswa dapat saling berkolaborasi, berbagi konsep, keterampilan dan perilaku dalam diskusi.

Page 44: SEMESTER 2 PEDOMAN PEMBELAJARAN DAN FOCUS … · mata, telinga, hidung, ... Learning outcome MK Sitologi, Histologi Dasar dan Embriologi: Mahasiswa mampu memahami struktur mikroskopik

42

Skenario 3

(FGD Semester 2)

Jantung Anjingku Berdebar

Seorang mahasiswa FKH semester awal membawa anjing kesayangannya ke RSH karena anjing terlihat lesu, lemah, anoreksia, nafas cepat dengan mulut terbuka. Pada pemeriksaan fisik terlihat mukosa mata pucat, pulsus pada arteri femoralis teraba lemah, auskultasi jantung terdengar cepat tetapi lemah. Dokter jaga melakukan pengambilan darah melalui vena untuk peneguhan diagnosa. Mahasiswa semester pertama tersebut ikut memperhatikan, mengapa pemeriksaan denyut jantung dilakukan pada pangkal paha (kaki belakang), tetapi pengambilan darah dilakukan pada kaki depan bagian bawah? Ketika dia memperhatikan dokter yang memeriksa pasien kuda, dokter meraba rahang bawah untuk memeriksa denyut jantungnya? Apakah perbedaannya? Sehari kemudian, anjing kesayangan mahasiswa mati dan dibawa ke Laboratorium Patologi untuk dinekropsi. Mahasiswa tersebut diperbolehkan untuk mengikuti proses nekropsi, dia memperhatikan mengapa dinding jantungnya tidak sama tebal? Mengapa ada serabut-serabut di dalam jantungnya yang melintang dari satu sisi ke sisi yang lain? Apakah itu penyebab sakit anjing kesayangannya? Bagaimana jantung sekecil itu mampu berdenyut dan memompa darah? Bagaimana awal mula jantung dapat berdenyut? Apakah denyut pada bagian atas dan bawah terjadi bersamaan atau bergantian, bagaimana cara meneruskan denyut? Bagaimana pula darah dapat sampai ke seluruh tubuh, melalui jalan yang mana, sementara sedemikian banyak pembuluh menjulur dari jantung?

Mahasiswa tersebut berusaha mengingat kuliah embriologi mengenai organogenesis sistem sirkulasi. Menurut dosen, organogenesis sistem sirkulasi dimulai dengan terbentuknya darah dan pembuluhnya tumbuh dari pulau-pulau darah pada splangnik mesoderm. Pembuluh darah primitif berkembang menjadi kapiler subintestinal, kapiler supraintestinal, kapiler vitelina/kapiler omfalomesenterika. Kapiler subintestinal di ventral foregut bergabung dan berpindah dari lateral ke medial membentuk jantung.

Berbagai perubahan ternyata juga ditemukan pada jantung anjing tersebut, dosen menyampaikan bahwa kemungkinan anjing menderita dirofilariasis. Mahasiswa pemilik anjing kesayangan semakin ingin tahu apakah dirofilariasis itu? Kata kunci: sistem sirkulasi, organogenesis, nematoda, Dirofilaria sp. Topik diskusi: 1.   Diskusikan komponen sistem sikulasi, organ apa saja yang terlibat, bagaimana struktur dan

mekanisme kerja dan fungsi fisiologisnya? (Diskusikan pula berbagai pertanyaan yang muncul pada benak mahasiswa pemilik anjing kesayangan).

2.   Diskusikan: a.   Bagaimana organogenesis sistem sirkulasi? Apakah otot jantung embrio berbeda

strukturnya dengan otot jantung dewasa? Apakah juga bergaris-garis atau tidak? Bagaimana dengan organogenesis vena dan dinding-dinding jantung? Bagaimana organogenesis otot lainnya (otot polos dan skelet)?

Page 45: SEMESTER 2 PEDOMAN PEMBELAJARAN DAN FOCUS … · mata, telinga, hidung, ... Learning outcome MK Sitologi, Histologi Dasar dan Embriologi: Mahasiswa mampu memahami struktur mikroskopik

43

b.   Bagaimana organ-organ yang berperan dalam sirkulasi beraktifitas, berkontraksi, dan relaksasi? Diskusikan pula fungsi darah serta peran masing-masing pembuluh darah.

3.   Diskusikan berbagai macam parasit nematoda, bagaimanakah morfologi, stadium dan siklus hidupnya? Dirofilaria termasuk parasit golongan apa? Bagaimana siklus hidupnya sehingga dapat ditemukan pada sirkulasi darah?

Tujuan Pembelajaran 1.   Mahasiswa memahami sistem sirkulasi ditinjau dari integrasi pembelajaran

makroanatomi, mikroanatomi, fungsi fisiologisnya, sehingga MK Angiologi dan Neurologi, MK Sitologi, Histologi Dasar dan Embriologi, dan MK Fisiologi Veteriner I yang dipelajari secara terintegrasi tersebut dapat saling melengkapi/meningkatkan/ mempertajam.

2.   Mahasiswa memahami organogenesis sistem sirkulasi dengan membandingkan struktur penyusun jantung pada embrio dan dewasa.

3.   Mahasiswa memahami proses fisiologi denyut jantung, fungsi masing-masing butir darah serta mekanisme pertukaran zat di dalam pembuluh darah.

4.   Mahasiswa memahami penggolongan parasit multiseluler, mengenal berbagai macam parasit nematoda, termasuk Dirofilaria sp.

5.   Mahasiswa dapat saling berkolaborasi, berbagi konsep, keterampilan dan perilaku dalam diskusi.

Page 46: SEMESTER 2 PEDOMAN PEMBELAJARAN DAN FOCUS … · mata, telinga, hidung, ... Learning outcome MK Sitologi, Histologi Dasar dan Embriologi: Mahasiswa mampu memahami struktur mikroskopik

44

Skenario 4

(FGD Semester 2)

Kelinci Wolfii dan Mulleri

Mahasiswa FKH-UGM angkatan 2013 dibawah bimbingan Dokter Slamet mengamati perkembangan kelinci yang sedang bunting sampai proses melahirkan anak-anaknya di kandang UPHP. Mahasiswa ingin mengetahui bagaimana anak-anak kelinci dapat hidup dalam kandungan induknya, apakah ada sistem sirkulasi yang menghubungkan antara induk dengan anaknya? Setelah anak-anak kelinci lahir, Dokter Slamet menjelaskan bahwa jenis kelamin kelinci adalah betina. Berdasarkan sistem reproduksi dan uropoetika organ berkembang dari lapisan mesodermal yaitu nefrotom dan genital ridge yang kemudian dengan pengaruh hormon androgen pada masa gestasi akan ditentukan jenis kelamin embrio jantan atau betina. Pada gonad betina, duktus Mulleri berkembang oviduk, uterus, servik dan vagina sedangkan duktus Wolfii mengalami regresi. Pada gonad jantan, rete testis menghasilkan mullerian inhibiting factor yang menyebabkan duktus Mulleri regresi, sedangkan duktus Wolfii berkembang menjadi organ kelamin jantan dibawah pengaruh androgen. Adanya gangguan pada tahap embrio, reseptor androgen tidak sensitif sehingga tumbuh duktus Mulleri, karena itu penampilan kelamin luar anak kelinci betina tidak mengalami perubahan menjadi jantan. Untuk mengingat penjelasan Dokter Slamet anak kelinci jantan diberi nama oleh para mahasiswa dengan Wolfii dan yang betina diberi nama Mulleri. Anak-anak kelinci akan berkembang di bawah pengaruh hormon pertumbuhan dibantu oleh tiroksin dan triiodotironin yang disintesis oleh asam amino. Hasil pengamatan terhadap induk kelinci, Dokter Slamet menemukan lesi pada kulit serta sebagian besar rambut rontok, dan sesudah dilakukan pemeriksaan dengan melakukan kerokan pada kulit ditemukan tungau. Kata kunci: organogenesis, sistem reproduksi, hormon reproduksi, ektoparasit Topik diskusi: l   Diskusikan organogenesis sistem reproduksi. Bagaimana sistem sirkulasi yang

menghubungkan antara induk dengan anaknya, sehingga anak-anaknya dapat hidup dan lahir dengan sehat?

l   Diskusikan berbagai macam hormon dan fungsinya, termasuk growth hormone, T3, dan T4, sintesis hormon steroid dan hormon peptida.

l   Diskusikan tentang macam dan morfologi berbagai ektoparasit, stadium dan siklus hidup ektoparasit pada berbagai hewan.

Tujuan pembelajaran 1.   Mahasiswa mampu memahami organogenesis sistem reproduksi, sistem sirkulasi antara

induk dengan anak dalam kandungan, dan sistem hormonal melalui pemahaman secara terintegrasi antara MK Fisiologi Veteriner 1, MK Biokimia Veteriner 2, MK Angiologi dan Neurologi, dan MK Sitologi, Histologi Dasar dan Embriologi, sehingga masing-masing MK yang dipelajari secara terintegrasi tersebut dapat saling melengkapi/meningkatkan/mempertajam.

Page 47: SEMESTER 2 PEDOMAN PEMBELAJARAN DAN FOCUS … · mata, telinga, hidung, ... Learning outcome MK Sitologi, Histologi Dasar dan Embriologi: Mahasiswa mampu memahami struktur mikroskopik

45

2.   Mahasiswa memahami berbagai macam hormon ditinjau dari bahan dasar dan target organ. Disamping itu mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan masing-masing fungsi hormon serta mekanisme sekresi hormon.

3.   Mahasiswa mampu memahami berbagai macam ektoparasit, siklus hidup dan stadiumnya.