Sel dan jaringan.pdf
-
Upload
ephysia-ratriningtyas -
Category
Documents
-
view
353 -
download
31
Transcript of Sel dan jaringan.pdf
1
BAB 1
SEL dan JARINGAN
1. SEL
Sel (kata latin cella) Berarti ruangan kecil, yang ditemukan oleh Robert Hooke
melalui pengamatan terhadap sayatan gabus (terdapat ruangan-ruangan kecil
yang menyusun gabus). Sel merupakan suatu ruangan kecil yang bibatasi oleh
membran, yang didalamnya terdapat cairan (protoplasma). Sel merupakan
satuan terkecil makhluk hidup yang dapat melaksanakan kehidupan (tidak dapat
dibagi-bagi lagi) dan merupakan unit terkecil penyusun makhluk hidup. Secara
fungsional, sel berfungsi untuk menjalankan fungsi kehidupan
(menyelenggarakan kehidupan jika sel-sel penyusunnya berfungsi) kemudian
membentuk organisme. Sel berkembang biak dengan cara membelah diri
(secara mitosis). Selain itu sel juga mengandung materi genetik, yaitu materi
penentu sifat-sifat makhluk hidup sehingga sifat makhluk hidup dapat
diwariskan kepada keturunannya.
A. Bagian-bagian dari sel prokariotik (Escherichia coli):
a. Dinding sel:
Membran Sel Tersusun atas lapisan lipoprotein gabungan lemak dan protein
perbandingan 50:50. Lipid yang menyusun membran adalah pospolipid yang
bersifat hidrofilik dan sterol yang bersifat hidrofobik. Protein yagn terdapat
pada permukaan luar dan dalam membran sel disebut protein ekstrinsik yang
bersifat hidrofobik. Sedangkan protein yang ada dan menembus kedua lapis
lipid disebut protein intrinsik yang bersifat hidrofobik. Membran sel bersifat
semi permiabel. Berikut ini sifat sifat membran sel:
Pembatas antara isi sel dengan bagian luar sel
Sebagai pelindung sel
Sebagai tempat pertukaran zat
Sebagai reseptor dari rangsang luar
Sebagai tempat berlangsungnya reaksi-readsi kimia.
b. Membran plasma:
struktur: tersusun atas molekul lemak dan protein.
fungsi:
2
o sebagai pelindung molekuler sel terhadap lingkungan sekitar;
o mengatur lalu intas molekul dan ion-ion dari dan kedalam
tubuh.
c. Sitoplasma:
Sitoplasma mengandung sitosol, organeal-organeal sel (kecuali
nukleus) dan beberapa zat larut lainnya. Sitosol adalah bagian cair dari
sitoplasma, sedangkan sitoskeleton (jaringan mikrofilamen) merupakan
bagian yang terlarut dalam sitosol. Organela internal yaitu mitokondria,
aparatus Golgi, lisosom, vakuola, dll juga ditemukan dalam sitoplasma.
Berbagai enzim, asam lemak, gula, asam amino, dan garam juga
ditemukan larut dalam sitoplasma.
fungsi:
1. Sitoplasma memberikan dukungan kepada struktur internal sel.
Sitoplasma merupakan tempat bagi jaringan filamen protein yang
disebut sitoskeleton.
Sitoskeleton berfungsi membantu mempertahankan bentuk dan
konsistensi sel. Filamen ini membuat organela tetap berada di
posisinya.
2. Fungsi penting lain sitoplasma adalah membantu pergerakan
organel internal maupun sel secara keseluruhan.
Sementara filamen aktin dalam ektoplasma memfasilitasi
pergerakan sel secara keseluruhan, filamen protein membantu
organela dan struktur lainnya untuk bergerak di dalam sel.
3. Selain menyimpan berbagai nutrisi, sitoplasma adalah lokasi tempat
terjadinya banyak reaksi seluler penting seperti glikolisis anaerob
dan sintesis protein.
Sitoplasma dikenal membantu sel untuk membawa, menyerap, dan
memproses nutrisi yang diperlukan.
4. Enzim dalam sitosol memecah molekul besar sehingga membuat
organela mudah untuk menggunakannya.
Sebagai contoh, mitokondria dalam sel tidak dapat menggunakan
molekul glukosa yang terdapat dalam sitoplasma.
3
Enzim-enzim dalam sitosol lantas memecah molekul-molekul
glukosa menjadi molekul piruvat yang kemudian digunakan oleh
mitokondria
d. Mesosom:
Membran sel pada sel prokariot mengalami pelekukan ke arah dalam sehingga
membentuk mesosom.
fungsi:
- Sebagai penghasil energi;
- Terdapat enzim-enzim pernafasan yang berperan dalam reaksi2 oksidasi
untuk menghasilkan energi.
- untuk respirasi dan sekresi dan menerima DNA pada saat konyugasi.
e. Ribosom:
merupakan struktur berupa butiran-butiran kecil yaang merupakan tempat
sintesis protein. Protein disintesis atau dibuat dengan menggabungkan
beberapa asam amino yang sesuai informasi genetik yang ada di molekul DNA.
Ribosom berada di sitoplasma.
B. Bagian sel Eukariotik
a. Membran plasma
Tersusun dari: molekul lemak (2 lapis; terdapat di bagian tengah
membran) dan protein (luar: protein perifer (protein tepi) menyusun
tepi luar dan dalam membran; selain itu ada protein yang menembus ke
dalam 2 lapisan lemak (disebut protein integral).
Fungsinya:
- sangat penting untuk menjaga kehidupan sel.
- Melindungi isi sel (mempertahankan isi sel);
- Mengatur keluar masuknya molekul-molekul; (bersifat
semipermeabel / selektif permeabel; berarti hanya zat-zat
tertentu yang dapat melewati membran)
- Sebagai reseptor (penerima) rangsangan dari luar sel (bagian sel
yang berfungsi sebagai reseptor adalah glikoprotein); rangsang
kimia, mis. hormon, racun, listrik, mekanik.
b. Sitoplasma:
4
plasma sel Merupakan: cairan yang berada dalam sel selain nukleoplasma
(plasma inti). Cairannya disebut sitosol, padatannya berupa organel-organel.
Sitosol tersusun atas: air, protein, asam amino, vitamin, nukleotida, asam
lemak, glukosa, dan ion-ion. (Sitosol punya nama lain: matriks sitoplasma).
Padatan sitoplasma terdiri dari organel-organel: yaitu: ribosom, mitokondria,
dan kompleks Golgi.Dan mempunyai sifat fisik berubah-ubah karena
mengandung protein. Dapat berupa fase sol (cair) dan fase gel (gelatin, padat)
tergantung kondisi sel.
Fungsi Sitoplasma:
- Tempat penyimpanan bahan-bahan kimia yg penting bagi
metabolisme sel (enzim, ion, gula, lemak dan protein);
- Terjadi pembongkaran dan penyusunan zat-zat melalui reaksi-reaksi
kimia. Contoh: Pembentukan energi, sintesis asam lemak, asam amino,
protein, dan nukleotida. Sitoplasma selalu “mengalir” agar
metabolisme berjalan dengan baik.
c. Nukleus
Merupakan organel terbesar yang berada di dalam sel. Terletak di tengah sel
dan berbentuk bulat/oval. Kromosom tersusun atas protein dan DNA (berfungsi
untuk menyampaikan informasi genetik dan sintesis protein). RNA berfungsi
untuk sintesis protein saja.
Nukleus terdiri atas:
- Membran Nukleus, membran luar dan dalam Membran luar langsung
berhubungan dengan RE, dan akhirnya ke membran sel.
- Nukleoplasma, Disebut juga matriks nukleus (tersusun atas air,
protein, ion, enzim, dan asam inti) bersifat gel. Di dalamnya terdapat
benang-benang kromatin (benang penyerap warna), pada saat proses
mitosis maka benang kromatin itu tampak memendek dan disebut
kromosom (tersusun atas protein dan DNA). Lalu DNA akan
mentranskripsi diri (mengkopi diri) menjadi RNA dikeluarkan ke
sitoplasma.
- Nukleolus.
Disebut juga anak inti, terbentuk pada saat terjadi proses transkripsi
(sintesis RNA) di dalam nukleus. Jadi, nukleolus adalah bukan organel
5
tetap, melainkan suatu tanda bahwa sel sedang melakukan transkripsi
(karena bila proses transkripsi berhenti, maka nukleolus akan
mengecil/menghilang).
Fungsi Nukleus:
- pengendali seluruh kegiatan sel;
- pengatur pembelahan sel;
- pembawa informasi genetik (DNA); mewariskan sifat-sifat melalui
pembelahan sel.
d. Sentriol:
Dapat dilihat ketika sel mengadakan pembelahan; pada fase tertentu dalam
hidupnya sentriol memiliki silia/flagela dan hanya ditemui pada sel hewan.
Cara pembelahan sel: sentriol terletak tegak lurus antarsesamanya, dekat
nukleus; pada pembelahan motosis sentriol terbagi menjadi dua, tiap-tiap
bagian menunjukkan kutub sel; maka terbentuklah benang-benang spindel
yang menghubungkan kedua kutub dan berfungsi “menarik” kromosom
menuju kutub masing-masing.
e. Retikulum Endoplasma:
Retikulum Endoplasma (RE) adalah labirin membran yang banyak, sehingga
retikulum ini meliputi separuh lebih dari total membran dalam sel-sel
eukariotik. Retikulum Endoplasma (RE) berupa vesikel atau kantung yang dapat
berbentuk pipih, bundar, atau tubuler dan satu sama lain dapat berhubungan.
Retikulum Endoplasma (RE) hanya memiliki selapis membran dan membran
tersebut ada yang berhubungan dengan membran inti dan membran plasma
sehingga dapat berperan sebagai penghubung antara bagian luar sel dengan
bagian dalam sel.
Macam-macam Retikulum Endoplasma:
Retikulum Endoplasma Kasar
Retikulum Endoplasma (RE) kasar (RE) adalah Retikulum Endoplasma (RE) yang
dilekati ribosom. Retikulum Endoplasma (RE) memiliki peran anabolik dan
protektif. Peran anabolik yaitu mensintesis kolesterol, hormon steroid, dan
asam-asam empedu. Peran katabolik yakni dapat mengubah atau menetralisir
6
bahan yang bersifat toksik. Mekanisme kerja antar Retikulum Endoplasma (RE)
dan organel lain seperti mitokondria dapat saling berhubungan.
Retikulum Endoplasma Halus
Retikulum Endoplasma (RE) halus (RE) adalah Retikulum Endoplasma (RE) yang
tidak dilekati ribosom, yang berfungsi dalam bermacam-macam proses
metabolisme, termasuk sintesis lipid, metabolisme karbohidrat, serta
menawarkan obar dan racun. EnzimRetikulum Endoplasma (RE) halus penting
untuk sintesis lipid, termasuk fosfolipid dan steroid. Diantara steroid yang
dihasilkan oleh Retikulum Endoplasma (RE) halus adalah hormon seks vertebrata
dan berbagai hormon steroid yang di sekresi oleh kelenjar adrenalin.
Fungsi Retikulum Endoplasma:
- menampung protein dihasilkan oleh ribosom (masuk ke dalam rongga RE) untuk
disalurkan pada kompleks golgi dan berakhir pada sel (RE KASAR);
- mensintesis lemak dan kolesterol (RE KASAR dan HALUS);
- Menetralkan racun (detoksifikasi) RE dalam sel-sel hati.
- Transportasi molekul dari bagian yang satu ke bagian yang lainnya (RE KASAR
dan RE HALUS).
f. Ribosom:
Fungsi utama dari ribosom adalah untuk sintesis protein dan sesuai dengan
urutan asam amino sebagaimana ditentukan dalam RNA messenger.
Sementara itu dalam mempelajari sel tumbuhan dan hewan. Salah satu seperti
organel sel penting adalah ribosom, yang bertanggung jawab atau berfungsi
untuk sintesis protein. Sementara mitokondria dianggap sebagai pembangkit
tenaga listrik sel untuk produksi energi, ribosom yang populer terkait sebagai
situs untuk sintesis protein dalam sel.
Komposisi dan Struktur Ribosom
Komposisi Ribosom
Ribosom terdiri dari asam ribonukleat yang sering disingkat RNA (RNA
merupakan kepanjangan dari Ribonucleat Acid) dan protein, dalam jumlah yang
hampir sama. Asam ribonukleat berasal dari nukleolus, di mana ribosom
disintesis dalam sel. Sebuah sel prokariotik sederhana (misalnya, bakteri) terdiri
7
dari beberapa ribu ribosom, sedangkan sel eukariotik sangat maju (misalnya, sel
manusia) memiliki beberapa jutaan ribosom. Ribosom prokariotik lebih kecil
dalam ukuran dibandingkan dengan yang eukariotik.
Struktur Ribosom
Sekarang kita akan membahas tentang struktur ribosom, ribosom yang khas
terdiri atasi dua subunit, masing-masing berisi RNA dan protein. Kedua subunit
dikategorikan sehubungan dengan tingkat sedimentasi dalam media tertentu.
Sebagai contoh, dua subunit dalam sel eukariotik adalah 40S (subunit kecil) dan
60S (subunit yang lebih besar), di mana 'S' adalah singkatan dari unit kepadatan,
Svedberg. Dengan demikian, semakin tinggi nilai yang diberikan subunit,
semakin besar adalah ukuran subunit.
Fungsi Ribosom didalam sebuah sel
Dalam sel, ribosom berada di dua wilayah sitoplasma. Beberapa ribosom
ditemukan tersebar di sitoplasma (disebut sebagai ribosom bebas), sementara
yang lain yang melekat pada retikulum endoplasma (ribosom terikat). Dengan
demikian, permukaan retikulum endoplasma ketika terikat dengan ribosom
disebut retikulum endoplasma kasar (RER). Kedua ribosom bebas dan ribosom
terikat memiliki struktur yang sama dan bertanggung jawab untuk produksi
protein.
Berbicara tentang fungsi utama ribosom, mereka memainkan peran perakitan
asam amino untuk membentuk protein tertentu, yang pada gilirannya sangat
penting untuk melaksanakan kegiatan sel. Seperti yang kita semua memiliki ide
yang adil mengenai produksi protein, asam deoksiribonukleat (DNA) pertama
menghasilkan RNA (messenger RNA atau mRNA) oleh proses transkripsi DNA,
setelah itu pesan genetik dari mRNA diterjemahkan menjadi protein selama
terjemahan DNA.
Untuk lebih tepat tentang sintesis protein oleh ribosom, urutan untuk perakitan
asam amino selama sintesis protein yang ditentukan dalam mRNA. MRNA
disintesis dalam nukleus kemudian diangkut ke sitoplasma untuk kelanjutan
lebih lanjut dari sintesis protein. Dalam sitoplasma, dua subunit ribosom
mengikat sekitar polimer mRNA dan protein sintesis dengan bantuan RNA
transfer (tRNA), sesuai dengan kode genetik. Ini seluruh proses sintesis protein
juga disebut sebagai dogma sentral.
8
Biasanya, protein disintesis oleh ribosom bebas digunakan dalam sitoplasma itu
sendiri, sementara molekul protein yang diproduksi oleh ribosom terikat
diangkut luar sel. Mengingat fungsi utama dari protein ribosom dalam
membangun, dapat dimengerti bahwa sel tidak dapat berfungsi tanpa ribosom.
g. Badan Golgi
Struktur dan Fungsi Badan Golgi- Kompleks Golgi dijumpai pada hampir semua
sel tumbuhan dan hewan. Pada sel tumbuhan, kompleks Golgi disebut
diktiosom. Badan Golgi (ditemukan tahun 1898 oleh Camillio Golgi) tersebar
dalam sitoplasma dan merupakan salah satu komponen terbesar dalam sel.
Antara badan Golgi satu dengan yang lain berhubungan dan membentuk
struktur kompleks seperti jala. Badan Golgi sangat penting pada sel sekresi.
Kompleks Golgi dan RE mempunyai hubungan erat dalam sekresi protein sel. Di
depan telah dikatakan bahwa RE menampung dan menyalurkan protein ke
Golgi. Golgi mereaksikan protein itu dengan glioksilat sehingga terbentuk
glikoprotein untuk dibawa ke luar sel. Oleh karena hasilnya disekresikan itulah
maka Golgi disebut pula sebagai organel sekretori.
Organela ini ditemukan pertama kali oleh Camilio Golgi, seorang ilmuwan dari
Italia. Badan golgi biasa dijumpai pada sel tumbuhan maupun hewan. Pada sel
hewan terdapat 10-20 badan golgi. Lain halnya dengan tumbuhan yang memiliki
ratusan badan golgi pada setiap sel. Badan golgi terdiri atas sekelompok kantong
pipih yang dibatasi membran yang dinamakan saccula. Di dekat saccula terdapat
vesikel sekretori yang berupa gelembung bulat. Badan golgi pada tumbuhan
disebut dengan diktiosom. Pada diktiosom terjadi pembuatan polisakarida
dalam bentuk selulosa yang digunakan sebagai bahan penyusun dinding sel.
Secara umum fungsi dari badan golgi antara lain:
membentuk dinding sel pada tumbuhan;
menghasilkan lisosom;
membentuk akrosom pada spermatozoa yang berisi enzim untuk memecah
dinding sel telur.
Tempat sintesis polisakarida seperti mukus, selulosa, hemiselulosa, dan
pektin (penyusun dinding sel tumbuhan).
Membentuk membran plasma.
9
Membentuk kantong sekresi untuk membungkus zat yang akan dikeluarkan
sel, seperti protein, glikoprotein, karbohidrat, dan lemak.
h. Lisosom
Lisosom adalah organel pencerna pada sel hewan dan di temukan disemua sel
eukariotik. Lisosom berasal dari kata lyso = pencernaan dan soma = tubuh.
Diamater lisosom kira-kira 25-50nm - 1μm. Lisosom memiliki keanekaragaman
morfologi. Berbentuk agak bulat dan dikelilingi oleh membran tunggal bilayer
yang digunakan untuk mencerna makromolekul. Yang khas dari lisosom adalah
terdiri atas sekitar 50 enzim hidrolitik yang berbeda yang dihasilkan di dalam RE
kasar. Enzim ini disebut dengan lisozom. Enzim-enzim ini dapat menghidrolisis
semua bentuk makromolekul antara lain polisakarida, lipid, fosfolipid, asam
nukleat, dan protein. Enzim hidrolisis tersebut bekerja optimum pada pH asam
(sekitar 4,6). Kondisi asam ini dihasilkan dari pompa proton di membran organel.
Lisosom dapat mempertahankan kondisi asam ini dengan cara membran lisosom
memompa ion hidrogen dengan menghunakan bantuan ATP dari sitosol ke
dalam lumen lisosom. Proses masuknya ion hidrogen ini karena membran
lisosom mengandung protein integral yang kandungan glikosilatnya tinggi dan
terdapat garis pelindung dari karbohidrat yang mampu melindungi membran
dari kerusakan.
Lisosom berfungsi untuk merusak/menghancurkan materi yang masuk ke dari
luar sel, menghancurkan patogen mencerna makanan, daur ulang organel yang
rusak, dan berperan dalam perkembangan embrio pada hewan. Beberapa
organisme uniseluler mencerna partikel makanan yang kemudian dibongkar
secara enzimatis di dalam lisosom, dan nutrisi hasil pencernaan akan dilepaskan
ke dalam sitosol. Pada sel fagositik mamalia, seperti makrofag dan neutrofil,
berfungsi untuk mencerna mikroorganisme berbahaya. Pencernaan bakteri atau
mikroorganisme tersebut diaktifkan pada pH rendah dari lisosom dan kemudian
dicerna secara enzimatik. Lisosom juga mempunyai peran dalam pergantian
organel, yang mengatur perusakan serta penempatan organel sel itu sendiri,
disebut autofagi. Selama proses ini berlangsung, sebuah organel seperti
mitokondria akan diselubungi oleh membran ganda yang merupakan derivat
dari sisterna RE. membran RE kemudian bergabung degan lisosom untuk
membentuk autofagolisosom. Ketika proses autofagolisosom selesai, organel
10
yang dicerna dikeluarkan sebagai residual body. Berdasarkan tipe dari sel yang
bersangkutan, isi dari residual body dikeluarkan dari dalam sel secara eksositosis
atau disimpan di dalam sitoplasma disebut lipofuscin granulLipofuscin granule
akan meningkat jumlahnya seiring penambahan umur sel.
i. Badan Mikro
Peroksisom adalah kantong yang memiliki membran tunggal. Peroksisom berisi
berbagai enzim dan yang paling khas ialah enzim katalase. Katalase berfungsi
mengkatalisis perombakan hydrogen peroksida (H2O2). Hidrogen peroksida
merupakan produk metabolism sel yang berpotensi membahayakan sel.
Peroksisom juga berperan dalam perubahan lemak menjadi karbohidrat.
Peroksisom terdapat pada sel tumbuhan dan sel hewan. Pada hewan,
peroksisom banyak terdapat di hati dan ginjal, sedang pada tumbuhan
peroksisom terdapat dalam berbagai tipe sel.
Glioksisom hanya terdapat pada sel tumbuhan, misalnya pada lapisan aleuron
biji padi-padian. Aleuron merupakan bentuk dari protein atau kristal yang
terdapat dalam vakuola. Glioksisom sering ditemukan di jaringan penyimpan
lemak dari biji yang berkecambah. Glioksisom mengandung enzim pengubah
lemak menjadi gula. Proses perubahan tersebut menghasilkan energi yang
diperlukan bagi perkecambahan.
j. Mitokondria
Mitokondria adalah salah satu dari beberapa bagian yang terdapat di dalam
sel atau yang biasa disebut sebagai organel sel. Mitokondria dalam sebuah sel
memiliki jumlah yang bervariasi tergantung pada kebutuhan energi pada sel
tersebut. Pada beberapa jenis sel, mitokondria memiliki susunan yang kompak
yaitu pada bagian yang paling banyak membutuhkan energi. Sebagai salah satu
contoh, mitokondria ada pada tubuh manusia yang terletak diantara unit-unit
kontraktil pada sel otot jantung. Mitokondria berbentuk seperti batang atau
cenderung oval, memiliki ukuran yang besar seperti bakteri. Mitokondria
memiliki dua lapisan, yaitu lapisan luar dan lapisan dalam. Lapisan luar bersifat
halus dan mengelilingi mitokondria. Sedangkan lapisan dalamnya berbentuk
lipatan-lipatan yang disebut krista. Ada bukti yang menyebutkan bahwa
mitokondria merupakan turunan dari bakteri yang menginvansi dan kemudian
ditelan oleh sel primitif. Hal itu terjadi akibat adanya hubungan simbiotik antara
11
mitokondria dan bakteri, sehingga menyebabkan mitokondria berkembang dan
menjadi organel permanen.
Fungsi mitokondria mengambil energi dari zat-zat gizi dalam makanan dan
mengubahnya menjadi suatu bentuk yang dapat digunakan untuk
menjalankan aktivitas sel. Sehingga mitokondria disebut juga dengan “organel
energi”. Pada mitokondria terdapat lipatan-lipatan yang mengarah ke dalam
dan menonjol ke rongga dalam yang disebut krista. Krista diisi oleh cairan yang
berbentuk gel yang dinamakan matriks. Selain itu krista juga ditempeli oleh
protein-protein transportasi elektron yang bertanggung jawab untuk mengubah
sebagian besar energi yang terkandung dalam makanan menjadi bentuk yang
dapat digunakan. Sedangkan cairan gel di dalam krista atau yang disebut
matriks. Matriks merupakan cairan yang mengandung campuran pekat ratusan
enzim berbeda yang memiliki fungsi untuk mempersiapkan molekul-molekul
nutrien untuk pengambilan akhir energi yang dapat digunakan oleh protein-
protein yang terdapat di krista.
k. Mikrotubulus dan Mikrofilamen
Mikrotubula adalah tabung yang disusun dari mikrotubulin dan bersifat lebih
kokoh dari aktin. Mikrotubula memiliki dua ujung yaitu ujung negatif yang
terhubung dengan pusat pengatur mikrotubula, dan ujung positif yang berada di
dekat membran plasma. Organel dapat meluncur di sepanjang mikrotubula
untuk mencapai posisi yang berbeda di dalam sel, terutama saat pembelahan
sel.
Mikrotubula ditemukan dalam sitoplasma semua sel eukariotik. Strukturnya
berupa batang lurus dan berongga (diameter sekitar 25 nm dan panjang 200
nm-25 µm). Dinding tabung berongga dibangun dari protein globular yang
disebut tubulin. Ada dua jenis protein tubulin penyusun tubulin, yaitu tubulin α
dan tubulin β
Fungsi mikrotubula
a. Memberi bentuk dan mendukung sel
b. Mengatur posisi organel dalam sel
c. Sebagai jalur yang dapat digunakan organel yang dilengkapi dengan
molekul motor untuk dapat bergerak
d. Oergerakan kromosom dalam pembelahan sel
12
Mikrotubula berguna dalam pembentukan sentriol, flagela dan silia.
Mikrofilamen adalah rantai ganda protein yang saling bertaut dan tipis, terdiri
dari protein yang disebut aktin (suatu protein globular) dan miosin (seperti pada
otot). Mikrofilamen berdiameter antara 5-6 nm. Mikrofilamen berperan dalam
pergerakan sel k. dan peroksisom (Badan Mikro). Organel ini senantiasa
berasosiasi dengan organel lain, dan banyak mengandung enzim oksidase dan
katalase (banyak disimpan dalam sel-sel hati).
Mikrofilamen berperan dalam pergerakan sel, khususnya sebagai alat kontraksi
sel otot. Ribuan filamen aktin disusun sejajar satu sama lain di sepanjang sel
otot, yang diselilingi dengan filamen yang lebih tebal yang terbentuk dari
protein disebut miosin. Kontraksi sel otot terjadi akibat filamen aktin dan miosin
saling meluncur melewati yang lain, yang akan memperpendek selnya. Kedua
jenis protein ini berperan untuk pergerakan, misalnya aliran sitoplasma pada sel
tumbuhan (siklosis), dan gerak amoeboid pada Protozoa.
C. DNA
Molekul DNA merupakan molekul double-helix yang memiliki dua untai
polinukleutida (double-stranded). Setiap polinukleutida dari DNA terdiri atas
nukletida-nukleutida yang dihubungkan oleh ikatan phospodiester. Nukleutida
pada molekul DNA mengandung tiga komponen penting, yaitu:
a. Gula pentosa yang disebut deoxyribose (gula ribosa yang kehilangan atom
oksigen pada atom C nomor 2)
b. Gugus fosfat, menyusun struktur nukleutida (nukleusida monofosfat)
c. Basa nitrogen berupa basa purin (adenine dan guanin) dan basa pirimidin (timin
dan sitosin).Basa adenine dari untai yang satu akan berpasangan dengan basa
timin dari untai yang lainnya. Sedangkan basa guanine dari untai yang satu akan
berpasangan dengan basa sitosin dari untai lainnya.
Nukleutida berdasarkan konten basa nitrogen yang menyusunnya dibedakan atas
Adenosine monophosphate ( AMP ), Guanine monophosphate ( GMP ), Cytidine
monophosphate (CMP) , Thymidine monophosphate ( TMP ) dan Uridine
monophosphate ( UMP ).
Struktur nukleutida dapat juga dikatakan tersusun atas gugus fosfat
dan nukleusida (gabungan antara gula pentosa dan basa nitrogen). Nukleusida-
13
nukleusida tersebut dihubungkan dengan gugus fosfat melalui ikatan
glikosidik. Macam-macam nukleusida berdasarkan konten basa nitrogen yang
menyusunnya dibedakan atas Adenosine (A), Guanosine (G), Cytidine (C), Thymidine
(T) dan Uridine (U).
Model Struktur DNA Watson-Crick
Struktur DNA yang sangat kecil dan rumit dapat digambarkan dengan model struktur
DNA yang diusulkan oleh Watson James dan Crick Francis . Model struktur DNA
tersebut dikenal dengan nama model tangga berpilin (double helix). Berikut ini
adalah penjelasan dari model struktur DNA Watson-Crick (double-Helix Structure).
1. kedua untai polinukleutida saling memilin di sepanjang sumbu yang sama.
2. kedua untai polinukleutida satu sama lain arahnya sejajar tetapi berlawanan
arah (antiparalel)
3. basa-basa nitrogen menghadap ke arah sumbu dan masing-masing basa
nitrogen berpasangan satu sama lain (antara untai yang satu dengan untai yang
lain). basa Adenin pada satu untai berpasangan dengan basa timin pada untai
lainnya, dan basa guanin pada satu untai berpasangan dengan basa sitosin pada
untai lainnya. oleh karena itu kedua untai polinukleutida dikatakan
komplementer satu sama lain.
4. setiap pasangan basa berjarak 3,4 A dengan pasangan basa berikutnya.
5. tedapat 10 pasangan basa bitrogen di dalam satu kali pilinan (360).
6. jumlah iktana hidrogen antara basa nitrogen Adenin dan timin sebanyak
rangkap dua, sedangkan antara basa nitrogen guanosin dan sitosin sebanyak
rangkap tiga. oleh karena itu rasio G+ C yang tinggi maka semakin tinggi pula
stabilitas molekul DNA
7. gugus fosfat dan gula pentosa terletak di sebelah luar sumbu.
8. nukleutida-nukleutida penyusun polinukleutida yang berurutan satu sama lain
dihubungkan oleh ikatan fosfodiester. ikatan fosfodiester menghubungkan atom
C nomor 3 'dengan atom C nomor 5' pada gula deoksiribosa.
9. Atom C nomor 3 'di salah satu ujung untai polinukleutida tidak lagi memiliki
ikatan fosfodiester , tetapi mengikat gugus OH sehingga ujung 3 'disebut ujung
OH. sedangakn di ujung lainnya, yaitu atom C nomor 5 'akan mengikat gugus
fosfat, sehingga ujung 5' disebut ujung P.
14
10. arah antiparalel kedua ujung dilihat dari arah ujung 3 'dan ujung 5'. Jika untai
yang satu memiliki arah dari ujung 5 'ke 3', maka untai yang lain (untai
komplementernya) memiliki arah dari ujung 3 'ke 5'.
D. RNA
RNA adalah asam nukleat. Struktur kimianya sama dengan DNA kecuali
perbedaan-perbedaan berikut: (1) Kalau DNA adalah rantai ganda asam nukleat
yang terdiri dari nukleotida-nukleotida yang digabung oleh ikatan fosfodiester 3'
-> 5', maka RNA adalah rantai tunggal, (2) Kalau gula penyusun serat rantai DNA
adalah deoxiribose (atom hidrogen mengganti gugus hidroksil pada posisi atom
karbon nomor 2) maka gula dalam rantai tunggal RNA ditempati oleh gula
ribosa, (3) Semua basa nitrogen thimin dalam DNA diganti oleh basa nitrogen
urasil dalam RNA. Dengan demikian, basa-basa nukleotida penyusun RNA adalah
A, U,G,T.
Dalam proses transkripsi, RNA disintesis menggunakan DNA sebagai cetakan.
Karena RNA bukan sebagai molekul pekerja utama sistem sel, maka penyalinan
DNA ke RNA belum mampu menerangkan bahwa informasi genetik dalam
bentuk DNA telah diekspresikan. Jauh sebelum DNA diidentifikasi sebagai
pembawa informasi genetik, telah diketahui bahwa protein dalam bentuk enzim
merupakan mesin-mesin sel yang terlibat dalam berbagai reaksi biokemis.
Setelah penelitian Jacob dan Monod (1961) mengidentifikasi peranan molekul
antara yang labil keberadaannya maka terbangun suatu hubungan konsepsional
penterjemahan informasi dari urutan basa DNA ke dalam urutan asam amino
protein, atau struktur primer protein.
Molekul perantara ini ternyata adalah RNA dengan klas yang berlainan dari yang
telah diketahui saat itu. Molekul perantara itu disebut RNA duta (atau
messenger RNA; mRNA) karena ia mengandung perintah bagaimana protein
harus dibuat. mRNA merupakan salinan dari urutan basa DNA dalam suatu gen,
dan mRNA kemudian berfungsi sebagai cetakan dalam sintesis protein. Dalam
proses ini, sandi genetik di dalam urutan basa nitrogen mRNA diterjemahkan ke
dalam struktur protein. Setiap gen atau kelompok gen memproduksi mRNA dan
kemudian diekspresikan ke dalam bentuk protein. Sebagai konsekuensi, mRNA
adalah senyawa dengan klas yang sangat heterogen. Pada E. coli, misalnya, rata-
rata panjang mRNA adalah 1.2 kb.
15
Kelas RNA yang lain adalah RNA transfer (tRNA) dan RNA ribosomal (rRNA),
namun keterlibatan mereka adalah bagian dari mesin sintesis protein. RNA
transfer (tRNA) membawa asam amino dalam bentuk yang diaktifkan ke dalam
ribosom untuk pembentukan ikatan peptida, dalam suatu urutan yang
ditentukan oleh mRNA sebagai cetakan. Terdapat paling tidak satu jenis tRNA
untuk setiap keduapuluh empat asam amino yang ada. tRNA terdiri dari sekitar
75 nukleotida dan merupakan molekul RNA terkecil.
RNA ribosomal (rRNA) merupakan salah satu komponen utama ribosom.
Peranannya dalam biosintesis protein masih dalam taraf pencarian.
Ditemukannya RNA yang berfungsi sebagai enzim (Ribosim) memunculkan tanda
tanya yang menggelitik. Pada E. coli, menurut perilaku pengendapan selama
setrifugasi, terdapat tiga jenis rRNA yaitu 23S, 16S, dan 5S. Setiap molekul-
molekul tersebut terdapat satu dalam setiap mesin ribosom.
Di dalam sel, rRNA ditemukan paling banyak dibandingkan RNA lain. Organisme
tingkat tinggi juga memiliki beberapa RNA lain, misalnya small nuclear RNA
(snRNA) yang berpartisipasi dalam penggutingan exon RNA (RNA splicing).
2. Siklus sel
Siklus sel yang berlangsung kontinu dan barulang (siklik) disebut poliferasi.
Keberhasilan sebuah poliferasi membutuhkan transisi unidireksional dan teratur
dari satu fase siklus sel menuju fase berikutnya. Jenjang reaksi kimia organic
yang terjadi seyogyanya diselesaikan sebelum jenjang berikutnya dimulai.
Sebagai contoh, dimulainya fase mitosis sebelum selesainya tahap replikasi DNA
akan menyebabkan sel tereliminasi.
Pada sel prokariota yang tidak memiliki inti sel, siklus sel terjadi melalui suatu
proses yang disebut pembelahan biner, sedang pada sel eukariota yang memiliki
inti sel, siklus sel terbagi menjadi dua fase fungsional, fase S dan M, dan fase
persiapan, G1 dan G2:
1. Fasa S (sintesis)
Merupakan tahap terjadinya replikasi DNA. Pada umumnya, sel tubuh manusia
membutuhkan waktu sekitar 8 jam untuk menyelesaikan tahap ini. Hasil
replikasi kromosom yang telah utuh, segera dipilah bersama dengan dua nuklei
masing-masing guna proses mitosis pada fase M.
2. Fasa M (mitosis)
16
Interval waktu fase M kurang lebih 1 jam. Tahap di mana terjadi pembelahan sel
(baik pembelahan biner atau pembentukan tunas). Pada mitosis, sel membelah
dirinya membentuk dua sel anak yang terpisah. Dalam fase M terjadi beberapa
jenjang fase, yaitu:
Profase, fase terjadinya kondensasi kromosom dan pertumbuhan
pemintalnya. Pada saat ini kromosom terlihat di dalam sitoplasma.
Prometafase, pada fase ini sampul inti sel terlarut dan kromosom yang
mengandung 2 kromatid mulai bermigrasi menuju bidang ekuatorial
(piringan metafase).
Metafase. kondensasi kromosom pada bidang ekuatorial mencapai titik
puncaknya
Anafase. Tiap sentromer mulai terpisah dan tiap kromatid dari masing-
masing kromosom tertarik menuju pemintal kutub.
Telofase. Kromosom pada tiap kutub mulai mengalami dekondensasi,
diikuti dengan terbentuknya kembali membran inti sel dan sitoplasma
perlahan mulai membelah
Sitokinesis. Pembelahan sitoplasma selesai setelah terjadi oleh interaksi
antara pemintal mitotik, sitoskeleton aktomiosin dan fusi sel, dan
menghasilkan dua sel anak yang identik.
3. Fasa G (gap)
Fasa G yang terdiri dari G1 dan G2 adalah fase sintesis zat yang diperlukan pada
fase berikutnya. Pada sel mamalia, interval fase G2 sekitar 2 jam, sedangkan
interval fase G1 sangat bervariasi antara 6 jam hingga beberapa hari. Sel yang
berada pada fase G1 terlalu lama, dikatakan berada pada fase G0 atau
“quiescent”. Pada fase ini, sel tetap menjalankan fungsi metabolisnya dengan
aktif, tetapi tidak lagi melakukan proliferasi secara aktif. Sebuah sel yang berada
pada fase G0 dapat memasuki siklus sel kembali, atau tetap pada fase tersebut
hingga terjadi apoptosis.
Pada umumnya, sel pada orang dewasa berada pada fase G0. Sel tersebut dapat
masuk kembali ke fase G1 oleh stimulasi antara lain berupa: perubahan
kepadatan sel, mitogen atau faktor pertumbuhan, atau asupan nutrisi.
4. Interfase
17
Merupakan sebuah jedah panjang antara satu mitosis dengan yang lain. Jedah
tersebut termasuk fase G1, S, G2.
3. Pembelahan Sel
Reproduksi sel dapat terjadi karena peristiwa pembelahan sel. Pembelahan
sel ini diawali dengan adanya pembelahan kromosom dalam beberapa
tahap pembelahan. Pada setiap tahap pembelahan mempunyai ciri-ciri
tertentu yang dapat diamati proses-prosesnya melalui teknik atau
perlakuan tertentu yang diberikan pada kromosom dalam sel tersebut.
Adapun pembelahan sel dibedakan menjadi dua macam, yaitu Pembelahan
Mitosis dan Pembelahan Meiosis. Pembelahan Mitosis adalah peristiwa
pembelahan sel yang terjadi pada sel-sel somatis (sangat aktif pada
jaringan meristem) yang mengha silkan dua sel anak yang memiliki genotip
sama dan identik dengan sel induknya. Sedangkan Pembelahan Meiosis,
terjadi pada sel-sel germinal (gamet) dengan hasil akhir empat buah sel anak
yang haploid dengan komposisi genotip yang mungkin berbeda dengan sel
induknya. Sebelum terjadinya peristiwa pembelahan sel, terdapat beberapa
peristiwa penting seperti pembelahan kromosom. Dalam inti sel terdapat
kromosom yaitu benda–benda halus berbentuk batang panjang atau
pendek dan lurus atau bengkok. Kromosom merupakan pembawa bahan
keturunan. Kromosom dapat terlihat pada tahap-tahap tertentu pada
pembelahan inti. Biasanya kromosom digambarkan pada tahap metafase.
1. Mitosis
MITOSIS adalah cara reproduksi sel dimana sel membelah melalui tahap-tahap
yang teratur, yaitu Profase Metafase-Anafase-Telofase. Antara tahap telofase ke
tahap profase berikutnya terdapat masa istirahat sel yang dinarnakan Interfase
(tahap ini tidak termasuk tahap pembelahan sel). Pada tahap interfase inti sel
melakukan sintesis bahan-bahan inti
Secara garis besar ciri dari setiap tahap pembelahan pada mitosis adalah sebagai
berikut:
a. Interfase
Ciri-ciri fase interfase sebagai berikut :
Selaput nukleus membatasi nukleus
Nukleus mengandung satu atau lebih nukleolus
18
Dua sentrosom telah terbentuk memlalaui replikasi sentrosom tunggal
Pada sel hewan, setiap sentrosom memiliki dua sentrosom
Kromosom yang diduplikasikan selama fase S, tidak bisa dilihat secara
individual karena belum terkondensasi.
b. Profase
Ciri-ciri fase profase sebagai berikut :
Serat-serat kromatin menjadi terkumpar lebih rapat, terkondensasi
menjadi kromosom diskret yang dapat diamati dengan mikroskop
cahaya.
Nukleolus lenyap
Gelendong mitotik mulai terbentuk. Gelendong ini terdiri atas
sentrsom dan mikrotubulus yang menjulur dari sentrosom.
Sentrosom-sentrosom bergerak saling menjauhi, tampaknya didorong
oleh mikrotubulus yang memanjang di antaranya.
c. Prometafase
Ciri-ciri fase prometafase sebagai berikut :
Selaput nukleus terfragmentasi
Mikrotubulus yang menjulur dari masing-masing sentrosom kini dapat
memasuki wilayah nukleus.
Kromosom menjadi semakin terkondensasi
Masing-masing dari kedua kromatid pada setiap kromosom kini
memiliki kinetokor, struktur protein terspesialisasi yang terletak pada
sentromer.
Beberapa mikrotubulus melekat pada kinetokor menjadi mikrotubulus
kinetokor.
Mikrotubulus nonkinetokor berinteraksi dengan sejenisnya yang
berasal dari kutub gelendong yang bersebrangan
d. Metafase
Ciri-ciri fase metafase sebagai berikut :
Merupakan tahap mitosis yang paling lama, seringkali berlangsung sekitar
20 menit.
Sentrosom kini berada pada kutub-kutub sel yang bersebrangan.
19
Kromosom berjejer pada lempeng metafase, bidang khayal yang berada di
pertengahan jarak antara kedua kutub gelendong. Sentromer-sentromer
kromosom berada di lempeng metafase.
Untuk setiap kromosom, kinetokor kromatid saudara melekat ke
mikrotubulus kinetokor yang berasal dari kutub yang bersebrangan.
e. Anafase
Ciri-ciri fase anafase sebagai berikut :
Merupakan tahap mitosis yang paling pendek, seringkali berlangsung
hanya beberapa menit.
Anafase di mulai ketika protein kohesin terbelah. Ini memungkinkan
kedua kromatid saudara dari setiap pasangan memisah secara tiba-tiba.
Setiap kromatid pun menjadi satu kromosom utuh.
Kedua kromosom anakan yang terbebas mulai bergerak menuju ujung-
ujung sel yang berlawanan saat mikrotubulus kinetokor memendek.
Karena mikrotubulus ini melekat ke wilayah sentromer terlebih dahulu.
Sel memanjang saat mikrotubulus nonkinetokor memanjang.
Pada akhir anafase, kedua ujung sel memilki koleksi kromosom yang
sama dan lengkap.
f. Telofase
Ciri-ciri fase telofase sebagai berikut :
Dua nukleus anakan terbentuk dalam sel.
Selaput nukleus muncul dari fragmen-fragmen selaput nukleus sel induk
dan bagian-bagaian lain dari sistem endomembran.
Nukleolus muncul kembali.
Kromosom menjadi kurang terkondensasi
Mitosis, pembelahan satu nukleus menjadi nukleus yang identik secara
genetik, sekarang sudah selesai.
20
2. Meiosis
Meiosis adalah salah satu cara sel untuk mengalami pembelahan. Ciri
pembelahan secara meiosis adalah:
Terjadi di sel kelamin
Jumlah sel anaknya 4
Jumlah kromosen 1/2 induknya
Pembelahan terjadi 2 kali
Pada manusia dan hewan, meiosis terjadi di dalam gonad dan menghasilkan
sel gamet seperti spermatosit atau sel telur. Pada tumbuhan, meiosis terjadi
pada anthers dan ovaries dan menghasiklan meiospor yang perlahan
terdiferensiasi menjadi sel gamet juga.
Meiosis hanya terjadi pada fase reproduksi seksual atau pada jaringan nuftah.
Pada meiosis, terjadi perpasangan dari kromosom homolog serta terjadi
pengurangan jumlah kromosom induk terhadap sel anak. Disamping itu, pada
meiosis terjadi dua kali periode pembelahan sel, yaitu pembelahan i (meiosis
i) dan pembelahan ii (meiosis ii) pada proses meiosis i. Pada tahap profase i
dna dikemas dalam kromosom.pada akhir profare i terbentuk kromosom
homolog yang berpasangan membentuk tetrad.
21
1. Meiosis 1
a. Interfase
Pada interfase, sel berada pada tahap persiapan untuk mengadakan
pembelahan. Persiapannya adalah berupa penggandaan dna dari satu
salinan menjadi dua salinan (sama seperti tahap interfase pada mitosis) .
Tahap akhir interfase adalah adanya dua salinan dna yang telah siap
dikemas menjadi kromosom.
b. Profase I
Pada profase I, dna dikemas dalam kromosom. Pada akhir profase I,
terbentuk kromosom homolog yang berpasangan membentuk tetrad.
Kromosom homolog adalah kromosom yang terdiri dari dua kromosom
identik. ( karena ukuran dan bentuk kedua kromosom sama, bahkan
mengandung gen dengan jumlah dan struktur yang sama.)
Profase I merupakan tahap terpanjang dibandingkan dengan tahap lainnya
pada meiosis I karena terdiri dari lima tahap, yaitu leptoten, zigoten,
pakiten, diploten dan diakinesis.
Pada tahap leptoten, kromatin berubah jadi kromosom yang mengalami
kondensasi dan terlihat sebagai benang tunggal yang panjang. Pada
beberapa organisme, kromosom tersebut mengandung bentukan seperti
manik-manik, yang merupakan daerah kromosom yang menyerap warna
dengan kuat, yaitu kromomer.
Pada tahap zigoten , sentrosom membelah menjadi dua, kemudian bergerak
menuju kutub yang berlawanan. Kromosom homolog yang berasal dari
gamet kedua oarang tua termasuk bagian kromomer saling berdekatan dan
berpasangan, atau disebut melakukan sinapsis.
Pada tahap pakiten, tiap kromosom melakukan penggandaan atau replikasi
menjadi dua kromatid dengan sentromer yang masih tetap menyatu dan
belum membelah. Tiap kromosom yang berpasangan mengandung empat
kromatid disebut tetrad atau bivalen.
Pada tahap diploten kromosom homolog terlihat saling menjauhi, saat
kromosom homolog menjauh, terjadi perlekatan berbentuk x pada suatu
tempat tertentu di kromosom yang disebut kiasma (jamak=kiasmata).
Kiasma merupakan bentuk persilangan dua dari empat kromatid suatu
22
kromosom dengan pasangan kromosom homolognya. Kiasma juga
merupakan tempata terjadinya peristiwa pindah silang (criossing over) pada
kromosom.
Pindah silang terjadi selama profase meiosis I. Ketika kromosom homolog
pertama kali muncul bersama sebagai pasangan selama profase I, suatu
perlengkapan protein yang dinamakan kompleks sinaptonemal
(synaptonemal complex) menggabungkan kromosom sehingga terikat kuat
satu dengan yang lainnya, fungsunya mirip ritsleting. Pemasangan
berlangsung secara cermat, penataan yang homolog satu sama lain gen
demi gen. Pindah silang terjadi ketika porsi homolog dua kromatid bukan
saudara bertukar tempat. Dalam kasus manusia, rata-rata dua atau tiga
kejadian pindah silang sepertia itu terjadi untuk setiap satu pasanag
kromosom. Lokasi pertukaran genetik ini tampak pada mikroskop cahaya
sebagai kiasmata. Intinya pindah silang dengan mengkombinasikan dna yang
diwarisi dari kedua orang tua menjadi sebuah kromosom tunggal
merupakan sumber variasi genetik yang penting dalam siklus hidup seksual.)
Pada tahap diakinesis terbentuk benang-benang spindel dari pergerakan dua
sentriol (hasil pembelahan) kearah kutub yang berlawanan. Diakinesis
diakhiri denganmenghilangnya nukleolus dan membran nukleolus serta
tetrad mulai bergerak bidang equator.
c. Metafase I
Pada metafase I tetrad berada pada bidang ekuator. Pada bidang ekuator
benang-benang spindel (mikrotubul) melekatkan diri pada setiap sentromer
kromosom. Kromosom sekarang tersusun dalam pelat metafase, masih
dalam pasangan homolog.. Ujung benang spindel yang lainnya membentang
melekat di kedua kutub pembelahan yang berlawanan.
d. Anafase I
Seperti pada mitosis, alat gelendong menggerakan kromosom ke arah
kutub. Akan tetapi, kromatid saudara tetap terikat pada sentromernya dan
bergerak sebagai satu unit tunggal ke arah kutub yang sama. Kromosom
homolog bergerak ke arah kutub yang berlawanan (hal ini berkebalikan
dengan perilaku kromosom selama mitosis. Dalam mitosis, kromosom
23
muncul sendiri-sendiri pada pekat metafase dan bukan dalam pasangan, dan
gelendong memisahkan kromatid saudara masing-masing kromosom.)
e. Telofase I
Pada telofase I ini sel hasil pembelahan telah memiliki separo jumlah
kromosom sel induk (haploid). Kromosom yang terdiri dari dua kromatid
sampai di kutub sel. Kromosom berubah menjadi benang kromatin
.membran inti dan nukleolus muncul. Terjadi proses pembelaham
sitokinesis. Benang spindel lenyap . Itu sebabnya meiosis i sering disebut
pembelahan reduksi karena ada pengurangan kromosom dari 2n —> n.
2. Meiosis II
meiosis II adalah bagian kedua dari proses meiosis. Banyak dari proses ini mirip
dengan mitosis. Hasil akhirnya adalah produksi dari empat sel haploid (23
kromosom, n pada manusia) dari dua sel haploid (22 kromosom, n * masing-
masing kromosom terdiri dari dua kromatid kakak) diproduksi di meiosis I.
Empat langkah utama meiosis II adalah: profase II, metaphase II, anaphase II,
dan telofase II
a. Profase II
Hilangnya nukleolus dan amplop nuklir lagi dan juga memperpendek dan
penebalan kromatid. Sentriol pindah ke daerah kutub dan mengatur serat
spindel untuk divisi meiosis kedua. Gelondong terbentuk dan kromosom
berkembang kearah pelat metafase II.
b. metafase II
Berisi dua sentromer kinetochores yang menempel pada kumparan serat dari
centrosomes (sentriol) di kutub masing-masing. Lempeng metafase baru
khatulistiwa diputar 90 derajat jika dibandingkan dengan meiosis I, tegak lurus
ke piring sebelumnya. Kinetokor kromatid saudara dari masing-masing
kromosom menuju kearah kutub-kutub yang berlawanan.
c. Anafase II,
Dalam anafase II, di mana sentromer yang dibelah, memungkinkan mikrotubulus
menempel pada kinetochores untuk menarik kakak kromatid terpisah. Kromatid
kakak yang oleh konvensi ini sekarang disebut kromosom adik ketika mereka
bergerak menuju kutub yang berlawanan.
d. Telofase II
24
Dalam telofase II, yang mirip dengan telofase I, dan ditandai oleh perpanjangan
kromosom dan menghilangnya kumparan.nukleus terbentuk pada kutub sel
yang berlawanan, dan sitokenesis terjadi. Pada masing-masing sitokenesis
terdapat 4 sel anak, masing-masing dengan set kromosom haploid dari
kromosom yang tidak di replikasi . Meiosis sekarang lengkap dan berakhir
dengan empat sel anak baru.
4. Pergerakan zat di dalam sel
Mekanisme transpor zat melalui membran- Dari penjelasan di depan Anda telah
mengetahui bahwa sel merupakan penyusun jaringan tumbuhan dan hewan.
Segala aktivitas terjadi dalam sel, sehingga fungsi jaringan pun dapat dilakukan
dengan baik. Tentunya di sini ada hubungan antara sel satu dengan yang lain,
terutama dalam hal transpor zat-zat untuk proses metabolisme tumbuhan. Zat-
zat tersebut keluar masuk sel dengan melewati membran sel. Cara zat melewati
membran sel melalui beberapa mekanisme berikut.
1. Transpor Pasif
Transpor pasif merupakan perpindahan zat yang tidak memerlukan energi.
Perpindahan zat ini terjadi karena perbedaan konsentrasi antara zat atau
larutan. Transpor pasif melalui peristiwa difusi, osmosis dan difusi terbantu.
a. Difusi
Adalah peristiwa mengalirnya/berpindahnya suatu zat dalam pelarut dari
bagian berkonsentrasi tinggi ke bagian yang berkonsentrasi rendah. Contoh
yang sederhana adalah pemberian gula pada cairan teh tawar. Lambat laun
cairan menjadi manis. Contoh lain adalah uap air dari cerek yang berdifusi
dalam udara
b. Osmosis
Adalah perpindahan air melalui membran permeabel selektif dari bagian
yang lebih encer ke bagian yang lebih pekat. Membran semipermeabel
harus dapat ditembus oleh pelarut, tapi tidak oleh zat terlarut, yang
mengakibatkan gradien tekanan sepanjang membran. Osmosis merupakan
suatu fenomena alami, tapi dapat dihambat secara buatan dengan
meningkatkan tekanan pada bagian dengan konsentrasi pekat menjadi
melebihi bagian dengan konsentrasi yang lebih encer. Gaya per unit luas
25
yang dibutuhkan untuk mencegah mengalirnya pelarut melalui membran
permeabel selektif dan masuk ke larutan dengan konsentrasi yang lebih
pekat sebanding dengan tekanan turgor. Osmosis adalah suatu topik yang
penting dalam biologi karena fenomena ini dapat menjelaskan mengapa air
dapat ditransportasikan ke dalam dan ke luar sel.
Proses difusi terbantu difasilitasi oleh suatu protein. Difusi terbantu sangat tergantung
pada suatu mekanisme transpor dari membran sel. Difusi terbantu dapat ditemui pada
kehidupan sehari-hari, misalnya pada bakteri Escherichia coli yang diletakkan pada
media laktosa. Membran sel bakteri tersebut bersifat impermeabel sehingga tidak dapat
dilalui oleh laktosa. Setelah beberapa menit kemudian bakteri akan membentuk enzim
dari dalam sel yang disebut permease, yang merupakan suatu protein sel. Enzim
permease inilah yang akan membuatkan jalan bagi laktosa sehingga laktosa ini dapat
masuk melalui membran sel.
2. Transpor Aktif
Transpor aktif merupakan transpor partikel-partikel melalui membran
semipermeabel yang bergerak melawan gradien konsentrasi yang memerlukan
energi dalam bentuk ATP. Transpor aktif berjalan dari larutan yang memiliki
konsentrasi rendah ke larutan yang memiliki konsentrasi tinggi, sehingga dapat
tercapai keseimbangan di dalam sel. Adanya muatan listrik di dalam dan luar sel
dapat mempengaruhi proses ini, misalnya ion K+, Na+dan Cl+. Peristiwa transpor
aktif dapat Anda lihat pada peristiwa masuknya glukosa ke dalam sel melewati
membran plasma dengan menggunakan energi yang berasal dari ATP. Contoh
lain terjadi pada darah di dalam tubuh kita, yaitu pengangkutan ion kalium (K)
dan natrium (Na) yang terjadi antara sel darah merah dan cairan ekstrasel
(plasma darah). Kadar ion kalium pada sitoplasma sel darah merah tiga puluh
kali lebih besar daripada cairan plasma darah. Tetapi kadar ion natrium plasma
darah sebelas kali lebih besar daripada di dalam sel darah merah. Adanya
pengangkutan ion bertujuan agar dapat tercapai keseimbangan kadar ion di
dalam sel.
Perbedaan utama antara transpor aktif, osmosis, dan difusi adalah energi yang
dikeluarkan sel. Pada osmosis dan difusi, sel tidak mengeluarkan energi apapun
untuk memindahkan zat melewati membran sel karena zat berpindah sesuai
26
dengan gradien konsentrasi. Dengan kata lain, difusi dan osmosis terjadi secara
spontan. Transpor aktif merupakan mekanisme pemindahan molekul atau zat
tertentu melalui membran sel, berlawanan arah dengan gradien konsentrasi.
Oleh karena itu, harus ada energi tambahan dari sel yang digunakan untuk
membantu perpindahan tersebut. Energi tambahan yang digunakan dalam
proses transpor aktif berasal dari ATP yang dihasilkan oleh mitokondria melalui
proses respirasi. Selain itu, pada membran sel terdapat lapisan protein. Salah
satu jenis protein yang terdapat di membran sel tersebut adalah protein
transpor. Protein transpor mengenali zat tertentu yang masuk atau keluar sel.
Zat yang dipindahkan dengan cara transpor aktif pada umumnya adalah zat yang
memiliki ukuran molekul cukup besar sehingga tidak mampu melewati
membran sel. Sel mengimbangi tekanan osmosis lingkungannya dengan cara
menyerap atau mengeluarkan molekul-molekul tertentu. Dengan demikian,
terjadi aliran air masuk atau keluar sel. Kemampuan mengimbangi tekanan
osmosis dengan transpor aktif menjadi sangat penting untuk bertahan hidup.
Pompa natrium kalium merupakan contoh transpor aktif yang banyak
ditemukan pada membran sel. Perpindahan molekul ini menggunakan energi
ATP untuk mengeluarkan natrium (Na+) keluar sel dan bersama dengan itu
memasukkan kalium (K+) ke dalam sel..
Ion Na+ dan K+ dengan transpor aktif dapat melewati membran sel. (1) Ion Na+
terikat pada suatu tempat di protein membran. (2) Ion Na+ tersusun dengan
formasi tertentu untuk dilepaskan ke luar sel. (3) Ion K+ dari luar diikat. (4) Hal
ini merangsang membran sel untuk kembali ke bentuk semula. (5) Ion K+
dilepaskan protein membran dan masuk ke dalam sel.
Peristiwa transpor aktif dibedakan menjadi dua, yaitu endositosis dan
eksositosis.
a. Endositosis
Endositosis merupakan peristiwa pembentukan kantong membran sel.
Endositosis terjadi karena ada transfer larutan atau partikel ke dalam sel.
Peristiwa endositosis dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai berikut.
1. Pinositosis(sedangkan endositosis terhadap larutan)
2. Fagositosis (Endositosis terhadap benda padat)
b. Eksositosis
27
Eksositosis adalah proses keluarnya suatu zat ke luar sel. Proses ini dapat
Anda lihat pada proses kimia yang terjadi dalam tubuh kita, misalnya proses
pengeluaran hormon tertentu. Semua proses sekresi dalam tubuh
merupakan proses eksositosis. Sel-sel yang mengeluarkan protein akan
berkumpul di dalam badan golgi. Kantong yang berisi protein akan bergerak
ke arah permukaan sel untuk mengosongkan isinya.
5. Potensial Membran
Potensial Membran
Membran potensial merupakan potensial yang diakibatkan oleh adanya
perbedaan muatan pada sisi dalam dan sisi luar membran sel. Membran
potensial sangat berperan penting dalam berbagai fungsi sel seperti sel kelenjar,
hantaran saraf dan lain sebagainya. Proses yang berperan pada potensial
membran adalah difusi, transport aktif dan kebocoran Na dan K melalui
membran. Terdapat 2 kondisi potensial membran, yaitu aksi potensial dan
resting membran (masa istirahat membran).
a. Difusi
Difusi terjadi karena sifat membran sel yang semipermeabel, oleh karena
konsentrasi dalam sel yang tinggi, ion K cenderung berdifusi keluar sel
sehingga mengurangi muatan positif didalam sel danmembentuk
elektropositif di luar sel dan elektronegatif di dalam sel. Didusi ion K terhenti
setelah kondisi diluar sel mempunyai cukup kekuatan (94 mV) untuk
menolak keluarnya ion K dari dalam sel meskipun konsentrasi ion K dalam
sel masih jauh lebih lebih tinggi daripada diluar sel. Namun ion Na
mengalami kondisi yang sebaliknya, difusi ion Na akan terhenti setelah
mencapai beda potensial sebesar 61 mV. Tetapan sebesar 94 mV bagi ion K
dan 61mV bagi ion Na disebut sebagai Potensial Nernst.
Persamaan Nerst :
Bila menggunakan rumus ini, biasanya telah diasumsikan bahwa potensial
pada cairan ekstraelulardi luar membran tetap pada potensial nol, dan
potensial nernst adalah potensial di dalam membran. Juga, tanda potensial
28
adalah positif (+) jika ion yang berdifusi dari dalam ke luar merupakan ion
negatif (-) jika ion ini merupakan ion positif. Jadi, bila konsentrasi ion kalium
positif di sisi dalam besarnya 10 kali konsentrasinya di sisi luar, mak log 10
adalah 1, jadi potensial nernst yang dihitung menjadi -61 milivolt di dalam
membran.
b. Transport Aktif
Transport aktif terjadi karena adanya pompa Na dan K yang bersifat
elektrogenik oleh karena lebih banyak mengeluarkan ion positif (3 ion Na
akan keluar setiap 2 ion K masuk). Kejadian ini menimbulkan gradien
konsentrasi yang tinggi antara ion Na dan ion K untuk modal awal agar
terjadi difusi.
Na didalam sel / Na diluar sel : 0,1
K didalam sel / K diluar sel : 35,0
Kondisi-kondisi Potensial Membran
Resting membran potensial merupakan potensial membran saat sel saraf
berada pada kondisi istirahat, biasanya sebesar -90 mV. Faktor yang
berperan pada resting membran meliputi :
Potensial difusi K (-94 mV)
Potensial difusi Na (+64 mV)
Pompa Na-K (-4 mV)
6. Jaringan Tubuh
Jaringan adalah gabungan dari beberapa atau banyak sel yang memiliki fungsi
yang sama dalam suatu ikatan. Jaringan penyusun tubuh dapat dikelompokkan
menjadi 5 kelompok, yaitu jaringan epitelium, jaringan ikat, jaringan otot,
jaringan saraf dan jaringan penyokong.
1. Jaringan Epitelium
Jaringan epitelium merupakan jaringan penutup permukaan tubuh, baik
permukaan tubuh sebelah luar maupun sebelah dalam. Permukaan sebelah luar
yang memiliki jaringan epitelium adalah kulit, sedangkan permukaan sebelah
dalam tubuh yang mengandung epitelium adalah permukaan dalam usus, paru-
29
paru, pembuluh darah, dan rongga tubuh, Jaringan epitelium dapat berasal dari
perkembangan lapisan ektoderma, mesoderma, atau endoderma.
Nama epitelium sangat erat hubungannya dengan letaknya di dalam tubuh.
Epitelium yang melapisi dinding dalam kapiler darah, pembuluh limfa, dan
jantung disebut endotelium. Endotelium berasal dari perkembangan laoisan
mesoderma. Sedangkan epitelium yang melapisi rongga tubuh, misalnya
perikardium, pleura, dan peritoneum disebut mesotelium. Mesotelium juga
berasal dari lapisan mesoderma.
Sel-sel epitelium terikat satu dengan lainnya oleh zat pengikat (semen) antarsel,
sehingga hamper tidak ada ruangan antarsel. Proses pengeluaran atau
pemasukan zat dari dalam atau luar tubuh banyak melalui epitelium,maka sifat
permeabilitas darin sel-sel epitel memegang peranan penting dalam pertukaran
zat antara lingkungan di luar tubuh dan di dalam tubuh.
Jaringan epitelium dapat dikelompokkan berdasarkan jumlah lapisan sel dan
bentuknya, serta berdasarkan struktur dan fungsinya.
a. Epitelium berdasarkan jumlah lapisan sel dan bentuk
Dua kriteria yang digunakan untuk mengklasifikasikan epitelium adalah jumlah
lapisan sel dan bentuknya. Berdasarkan jumlah lapisannya, epitelium dapat
dibedakan menjadi epitelium sederhana dan epitelium berlapis. Epitelium
sederhana adalah epitelium yang sel-selnya hanya selapis. Epitelium berlapis
adalah epitelium yang terdiri atas beberapa lapis sel.
b. Epitelium berdasarkan struktur dan fungsi
Berdasarkan struktur dan fungsinya jaringan epitelium dibedakan menjadi dua,
yaitu jaringan epitelium penutup dan jaringan epitelium kelenjar.
- Jaringan epitelium penutup
Jaringan epitelium penutup berperan melapisi permukaan tubuh dan
jaringan lainnya. Jaringan ini terdapat di permukaan tubuh, permukaan
organ, melapisi rongga, atau merupakan lapisan disebelah dalam dari
saluran yang ada pada tubuh.
- Jaringan Epitelium kelenjar
Jaringan epitelium kelenjar tersusun oleh sel sel khusus yang mampu
menghasilkan sekret atau getah cair .Getah cair ini berbeda dengan darah
dan cairan antar sel.Berdasarkan cara kelenjar mensekresikan cairannya ,
30
kelenjar dibedakan menjadi dua ,yaitu kelenjar eksokrin dan kelenjar
endokrin.
2. Jaringan Ikat
Ciri khusus jaringan ikat adalah memiliki komponen intaseluler yang disebut
matriks. Matriks disekresikan oleh sel-sel jaringan ikat. Dengan demikian, secara
garis besar, jaringan ikat terdiri atas sel-sel jaringan ikat dan matriks.
Berdasarkan bentuk dan reaksi kimianya, serat pada matriks dapat dibedakan
menjadi tige jenis, yaitu serat kolagen, elastin, dan retikuler.
Serat kolagen berupa berkas beranekaragam yang berwarna putih. Serat nya
mempunyai daya regang yang tinggi denagn elastisitas yang rendah. Kolagen
terdapat pada tendon. Serat elastin berwarna kuning dan lebih tipis dari serat
kolagen. Seratnya mempunyai elastisitas tinggi. Terdapat pada pembuluh
darah.Serat retikuler hamper sama dengan serat kolagen tetapi berukuran lebih
kecil. Serat ini berperan dalam menghubungkan jaringan ikat dengan jaringan
lain.
Bahan dasar penyusun matriks adalah mukopolisakarida sulfat dan asam
hialuronat. Bentuk bahan dasar ini adalah homogen setengah cair, jika
kandungan asam hialuronat tinggi, matriks bersifat lentur. Sebalinya, jika
kandungan mukopolisakarida sulfatnya tinggi, matriks bersifat kaku. Bahan ini
terdapat dalam sendi.
Ada berbagai jenis sel yang tertanam dalam matriks dan memiliki berbagai
fungsi, antara lain. Fibroblast (mensekresikan protein), makrofag (berbentuk
tidak teratur dan khusus terdapat pembuluh darah), sel tiang (menghasilkan
subtansi heparin dan histamine), sel lemak (khusus untuk menyimpan sel
lemak), sel darah putih (melawan fatogen dan dapat bergerak bebas).
a. Jaringan ikat longgar
Susunan seratnya longgar dan memiliki banyak sustansi dasar. Fungsinya
anatara lain. Member bentuk organ dalam, misalnya sumsum tulang dan
hati. Menyokong, mengelilingi, dan menghubungkan elemen dari seluruh
jaringan lain, misalnya menyelubungi serat otot, melekatkan jaringan
dibawah kulit.
b. Jaringan ikat padat
31
Susunan sertnya padat dan memiliki sedikit bahan dasar dan sedikit sel
jaringan ikat. Jaringan ikat padat dibagi menjadi dua jenis, yaitu jaringan
ikat padat tak teratur yang terdapat pada bagian dermis kulit dan
pembungkus tulang, jaringan ikat pada teratur, yang terdapat pada
tendon.
3. Jaringan otot
a. Otot polos
Sel berbentuk gelendong, memiliki satu inti yang terletak dibagian tengah.
Kontraksi otot polos tidak di bawah pengaruh kesadaran sehingga disebut
otot involunter. Contoh saluran pencernaan, kantong kemih, organ reproduksi,
saluran pernapasan.
b. Otot lurik
Sel berbentuk silinder yang panjang dan tidak bercabang, memiliki banyak inti
yang terletak dibagian tepi sel. Kontrasksi otot lurik di bawah kesadaran
sehingga di senut otot volunter. Contoh, otot melekat pada rangga.
c. Otot Jantung
Sel otot jantung membentuk rantai dan sering bercabang dua atau lebih
membentuk sinsitium. Memiliki satu atau dua inti sel yang terletak di bagian
tengah sel. Kontraksi tidak di bawah pengaruh kesadaran.
4. Jaringan Saraf
a. Struktur sel saraf
32
b. Jenis sel saraf
- Neuron sensori (aferen), berfungsi menyampaikan rangsangan dari organ
penerima rangsangan (reseptor) kepada system saraf pusat (otak dan
sumsum tulang belakang).
- Neuron intermediate, berperan sebagai penghubung implus saraf dari satu
neuron ke neuron lain atau dari neuron mororik ke neuron sensorik.
- Neuron motor (eferen), berfungsi mengirimkan implus dari system saraf
pusat ke otot dan kelenjar yang akan melakukan respons tubuh. Pada
umumnya, neuron motor menerima implus dari neuron intermediet.
Adakalanya implus ditransmisikan dari neuron snsori ke neuron motor.
5. Jaringan Penyokong
a. Tulang rawan ( Kartilago )
Ada tiga jenis tulang rawan yaitu tulang rawan hialin ( memiliki serat kolagen
yang tersebar dalam bentuk anyaman halus dan rapat), tulang rawan
elastin (serat kolagen tidak tersebar danbentuk serat elastic
bergelombang), tulang rawan fibrosa(serat kolagen kasar dan tidak teratur,
lacuna-lakunanya bulat atau bulat telur dan berisi sel-sel kondrosit).
33
b. Tulang sejati ( Osteon )
Sel tulang disebut osteosit. Osteosit terletak di dalam lacuna. Osteosit
dibentuk oleh osteoblas. Antara osteosit yang satu dengan yang lain
dihubungkan oleh kanalikuli. Matriks penyusun tulang adalah kolegen dan
kalsium fosfat yang memperkeras matriks sehingga tulang lebih keras.
Tulang tersusun atas unit-unit yang dinamakan system havers, setiap havers
mengandung pembuluh darah. Tulang dibungkus oleh selaput yang
disebut periosteum.
34
BAB 2
ADAPTASI, INJURI dan KEMATIAN SEL
1. Adaptasi sel
Sel-sel menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan mikronya.
1. Atropi
Suatu pengecilan ukuran sel bagian tubuh yang pernah berkembang
sempurna dengan ukuran normal.
Merupakan bentuk reaksi adaptasi. Bila jumlah sel yg terlibat cukup, seluruh
jaringan dan alat tubuh berkurang atau mengalami atropi.
Sifat: :
- fisiologik misalnya aging seluruh bagian tubuh tampak mengecil secara
bertahap. proses patologik (pasca peradangan), misal keadaan kurus
kering akibat marasmus dan kwashiorkor, emasiasi / inanisi (menderita
penyakit berat), melemahnya fungsi pencernaan atau hilangnya nafsu
makan
- umum atau local.penurunan aktivitas endokrin dan pengaruhnya atas
target sel dan target organ.
Penyebab atropi :
- berkurangnya beban kerja
- hilangnya persarafan
- berkurangnya perbekalan darah
- hilangnya rangsangan hormone
2. Hipertropi
Yaitu peningkatan ukuran sel dan perubahan ini meningkatkan ukuran alat
tubuh
Ukuran sel jaringan atau organ yg menjadi lebih besar dari ukuran normalnya.
Bersifat fisiologik dan patologik, umum atau lokal
Hipertropi dapat memberi variasi fungsional : jika yang sel parenkim yg
membesar – meningkat.
- menurun jika sel hipertropi akibat proliferasi unsur stroma atau substansi
antar sel penurunan fungsi parenkim terdesak.
35
- Normal -- > hipertropi murni jika terjadi pada jaringan atas sel permanent dan
dipicu oleh pengangkatan fungsi.misal otot rangka pada binaragawan
3. Hiperplasia
Dapat disebabkan oleh adanya stimulus atau keadaan kekurangan sekret atau
produksi sel terkait. Hanya dapat terjadi pada populasi sel labil ( dalam
kehidupan ada siklus sel periodic, sel epidermis, sel darah) . atau sel stabil
(dalam keadaan tertentu masih mampu berproliferasi, misalnya : sel hati, sel
epitel kelenjar.
Tidak terjadi pada sel permanent (sel otot rangka, saraf dan jantung)
4. Metaplasia
Ialah bentuk adaptasi terjadinya perubahan sel matur jenis tertentu menjadi sel
matur jenis lain : Misalnya sel epitel torak endoservik daerah perbatasan dgn
epitel skuamosa, sel epitel bronchus perokok.
5. Displasia
Sel dalam proses metaplasia berkepanjangan tanpa mereda dapat
mengalami ganguan polarisasi pertumbuhan sel reserve, sehingga
timbul keadaan yg disebut displasia.
Ada 3 tahapan : ringan, sedang dan berat
Jika jejas atau iritan dpt diatasi adaptasi dan displasia dapat normal
kembali.
Tetapi jika keadaan displasia keganasan intra epithelial/insitu berat dan
tdk ditanggulangi
6. Degenerasi
Yaitu keadaan terjadinya perubahan biokimia intraseluler yang disertai
perubahan morfologik, akibat jejas non fatal pada sel.
Dalam sel jaringan terjadi : akumulasi cairan atau storage (penimbunan)
zat dalam sel. perubahan morfologik terutama dlm sitoplasma. organel
sel mengembung/bengkak.
36
disebut Sitoplasma keruh atau granuler kasar degenerasi bengkak keru
(claude swelling).
Ditemukan kerusakan reticulum endoplasma dan filament mitokondria
Terbentuk fragmen-partikel yg mengandung unsur lipid dan protein
(albumin) edema intrasel, disebut degenerasi albumin.
Jika hal ini berlanjut maka akan terjadi pembengkakan vesikel ,
kemunduran akan tampak vakaula intra sel ini disebut degenarasi
vakuoler atau hidrofik
- Kedua proses degenerasi tersebut masih reversible.
- Reaksi sel terhadap jejas yang masih reversible disebut
degenerasi
- Reaksi sel terhadap jejas yang ireversible menuju kematian
disebut nekrosis
7. Infiltrasi
Bentuk retrogresif dgn penimbunan metabolit sistemik pada sel normal (tdk
mengalami jejas langsung jika melampaui batas maka sel akan pecah. Dan
debris (seperti pd degenerasi) akan ditanggulangi oleh system makrofag.
2. Cedera Sel
Cedera sel ( jejas ) terjadi apabila suatu sel tidak lagi dapat beradaptasi
terhadap rangsangan atau sel terkena agen perusak ( damaging agents ). Hal
ini dapat terjadi bila rangsangan tersebut terlalu lama atau terlalu berat. Sel
dapat pulih dari cedera atau mati bergantung pada sel tersebut dan besar
serta jenis cedera. Apabila suatu sel mengalami cedera, maka sel tersebut
dapat mengalami perubahan dalam ukuran, bentuk, sintesis protein,
susunan genetik, dan sifat transportasinya.
Berdasarkan tingkat kerusakannya, cedera/jejas sel dikelompokkan menjadi
2 kategori utama yaitu jejas reversible (degenerasi sel) dan jejas irreversible
(kematian sel). Jejas reversible adalah suatu keadaan ketika sel dapat
kembali ke fungsi dan morfologi semula jika rangsangan perusak ditiadakan.
Sedangkan jejas irreversible adalah suatu keadaan saat kerusakan
berlangsung secara terus-menerus, sehingga sel tidak dapat kembali ke
37
keadaan semula dan sel itu akan mati. . Cedera menyebabkan hilangnya
pengaturan volume pada bagian-bagian sel.
Penyebab jejas sel diantaranya adalah :
1. Hipoksia (pengurangan oksigen ) terjadi sebagai akibat :
a. iskemia (kehilangan pasokan darah
b. oksigenisasi tidak mencukupi (misalnya, pneumonia ) atau
c. hilangnya kapasitas pembawa oksigen darah (misalnya, anemia, keracunan
karbon monoksida).
2. Faktor fisik, termasuk trauma, pcanas, dingin, radiasi, dan renjatan listrik.
3. Bahan kimia dan obat-obatan, termasuk:
a. Obat terapeutik (misalnya, asetaminofen (Tylenol).
b. Bahan bukan obat (misalnya, timbale, alcohol).
4. Bahan penginfeksi, termasuk virus, ricketsia, bakteri, jamur, dan parsit.
5. Reaksi imunologik, antigen penyulut dapat eksogen maupun endogen. Antigen
endogen ( missal antigen sel) menyebabkan penyakit autoimun.
6. Kekacauan genetik, misalnya mutasi, dapat menyebabkan: mengurangi suatu
enzim, kelangsungan hidup sel tidak sesuai, atau tanpa dampak yg diketahui.
7. Ketidakseimbangan nutrisi :
a. Defisiensi protein-kalori
b. Avitaminosis
c. aterosklerosis, dan obesitas
8. Penuaan
3. Kematian sel
Stimulus yang terlalu berat dan berlangsung lama serta melebihi kapasitas
adaptif sel akan menyebabkan kematian sel dimana sel tidak mampu lagi
mengkompensasi tuntutan perubahan. Sekelompok sel yang mengalami
kematian dapat dikenali dengan adanya enzim-enzim lisis yang melarutkan
berbagai unsur sel serta timbulnya peradangan. Leukosit akan membantu
mencerna sel-sel yang mati dan selanjutnya mulai terjadi perubahan-
perubahan secara morfologis.
Kematian sekelompok sel atau jaringan pada lokasi tertentu dalam tubuh
disebut nekrosis. Nekrosis biasanya disebabkan karena stimulus yang
38
bersifat patologis. Selain karena stimulus patologis, kematian sel juga dapat
terjadi melalui mekanisme kematian sel yang sudah terprogram dimana
setelah mencapai masa hidup tertentu maka sel akan mati. Mekanisme ini
disebut apoptosis, sel akan menghancurkan dirinya sendiri (bunuh
diri/suicide), tetapi apoptosis dapat juga dipicu oleh keadaan iskemia.
1. Apoptosis
Apoptosis adalah mekanisme kematian sel yang terprogram dan penting dalam
berbagai proses biologis. Apoptosis terjadi dalam proses yang diatur sedemikian
rupa yang secara umum memberikan keuntungan selama siklus kehidupan suatu
organisme.
Secara garis besar, mekanisme apoptosis terbagi 4 :
- Adanya signal penginduksi apoptosis
- Tahap integrasi
- Tahap pelaksanaan apoptosis
- Fagositosis
Signal penginduksi apoptosis
Signal yang dapat menginduksi apoptosis bisa berasal dari ekstraseluler
maupun intraseluler. Sejumlah hormon yang memicu terjadinya apoptosis
merupakan contoh signal ekstraseluler. Sedangkan signal intraseluler
contohnya adalah radiasi ionisasi, kerusakan karena oksidasi radikal bebas, dan
gangguan siklus sel.
Kedua jalur penginduksi akan bertemu dalam sel dan berubah menjadi famili
protein pengeksekusi utama yang dikenal sebagai Caspase yang diaktifkan
melalui proteolisis dari zymogen. Caspase terbagi atas 2 golongan, caspase 8, 9,
10 sebagai inisiator dalam proses kematian sel, sedangkan caspase 3, 6, 7
sebagai efektor.
39
Regulator apoptosis lain adalah anggota famili Bcl-2 yang terbagi dalam 3
kelompok. Kelompok pertama diwakili oleh Bcl-2 dan Bcl-xL yang bersifat
sebagai anti-apoptosis. Kelompok kedua diwakili oleh Bax dan Bak (Bcl-2
associated killer) juga kelompok ketiga Bid serta Bad sebagai molekul
proapoptosis.
Proses terjadinya apoptosis
Peristiwa terjadinya apoptosis terbagi atas 2 jalur, yaitu jalur ekstrinsik dan
jalur intrinsik. Jalur ekstrinsik melibatkan reseptor-reseptor dari sistem imun
untuk menghilangkan sel T ayang aktif pada akhir dari respon imun. Jalur
intrinsik melibatkan senyawa-senyawa yang menyebabkan gangguan pada
mitokondria. Pada artikel ini, akan difokuskan pada jalur intrinsik.
Stress mitokondria yang menginduksi apoptosis jalur intrinsik disebabkan oleh
senyawa kimia atau kehilangan faktor pertumbuhan, sehingga menyebabkan
gangguan pada mitokondria dan terjadi pelepasan sitokrom C dari
intermembran mitokondria. Protein caspase-8 akan memotong anggota famili
Bcl-2, yaitu Bid. Kemudian, Bid yang terpotong pada bagian ujungnya akan
menginduksi insersi Bax dalam membran mitokondria dan melepaskan molekul
proapoptosis lainnya, seperti sitokrom C, Diablo, Apoptosis Inducing Factor
(AIF), dan Htr2. Dengan adanya dATP, akan terbentuk kompleks antara
Sitokrom C, APAF1 (suatu protein sitoplasmik), dan caspase 9 yang disebut
40
apoptosom. Selanjutnya, caspa se 9 akan mengaktifkan downstream pro
caspase 3.
Protein caspase 3 yang aktif memecah berbagai substrat, diantaranya enzim
DNA repair seperti poly-ADP Ribose Polymerase (PARP) dan DNA protein
kinase, yaitu protein struktural seluler dan nukleus.
ROS yang dibentuk oleh mitokondria juga akan bekerja pada mitokondria yang
akan menyebabkan rusaknya keseimbangan mitocondrial membran potential
sehingga pori-pori membran mitokondria akan terbuka dan memicu
pengeluaran cytochrome C dan selanjutnya menyebabkan apoptosis. Curcumin
merupakan zat yang mampu menginduksi pembentukan ROS, jadi secara tidak
langsung curcumin juga memicu terjadinya apoptosis.
2. Nekrosis
Nekrosis merupakan kematian sel sebagai akibat dari adanya kerusakan sel akut
atau trauma (misalnya: kekurangan oksigen, perubahan suhu yang ekstrem, dan
cedera mekanis), di mana kematian sel tersebut terjadi secara tidak terkontrol
yang dapat menyebabkan rusaknya sel, adanya respon peradangan dan sangat
berpotensi menyebabkan masalah kesehatan yang serius.
Stimulus yang terlalu berat dan berlangsung lama serta melebihi kapasitas
adaptif sel akan menyebabkan kematian sel di mana sel tidak mampu lagi
mengompensasi tuntutan perubahan. Sekelompok sel yang mengalami
kematian dapat dikenali dengan adanya enzim-enzim lisis yang melarutkan
berbagai unsur sel serta timbulnya peradangan. Leukosit akan membantu
mencerna sel-sel yang mati dan selanjutnya mulai terjadi perubahan-perubahan
secara morfologis.
Nekrosis biasanya disebabkan karena stimulus yang bersifat patologis. Selain
karena stimulus patologis, kematian sel juga dapat terjadi melalui mekanisme
kematian sel yang sudah terprogram di mana setelah mencapai masa hidup
tertentu maka sel akan mati. Mekanisme ini disebut apoptosis, sel akan
menghancurkan dirinya sendiri (bunuh diri/suicide), tetapi apoptosis dapat juga
dipicu oleh keadaan iskemia.
Nekrosis melibatkan sekelompok sel, mengalami kehilangan integritas
membrane, sel yang mengalami nekrosis akan terlihat membengkak untuk
41
kemudian mengalami lisis. Nekrosis juga dapat terjadi kebocoran lisosom. Sel
yang mengalami nekrosis kromatinnya bergerombol dan terrjadi agregasi. Pada
nekrosis, terlihat respon peradangan yang nyata disekitar sel – sel yang
mengalami nekrosis dan sel yang mengalami nekrosis akan di makan oleh
makrofag. Nekrosis terjadi Karena trauma nonfisisologi pada nekrosis enzim –
enzim yang terlibat dalam proses apoptosis mengalami perubahan atau
inaktivasi. Nekrosis tidak dapat di amati. Nekrosis tidak disertai proses sitensis
makro molekul baru, pada nekrosis frakmentasi terjadi secara random sehingga
pada agarose setelah electrophoresis akan terlihat menyebar tidak jelas
sepanjang alurnya. ( DNA smear ).
42
BAB 3
NEOPLASIA
1. Differensial dan anaplasia Kanker
Diferensiasi berarti dan di definisikan sebagai tolak ukur sejauh mana sel - sel
kanker yang menyerupai precursor morfologis dan fungsional kanker tersebut.
Diferensiasi dan anaplasia pada kanker hanya terjadi pada jaringan parenkim
dan tidak terjadi di bagian tubuh jaringan Stroma. Stroma merupakan bagian
penting dalam hal penyediaan darah untuk sel - sel kanker tetapi tidak memiliki
peran yang berarti dalam diferensiasi di antara kanker beningn dan sel kanker
yang ganas. Namun Jaringan stroma yang menentukan konsistensi dan
keberadaan sebuah kanker. Kanker stroma yang memiliki Stroma berserat keras
dan padat serta berlimpah disebut Stroma Scirrhous.
Kanker Beningn terdiri dari sel – sel yang berbeda tetapi yang mirip seperti sel
mitosis dan sel normal yang janggal dan jarang ada. Sel ganas memiliki berbagai
diferensiasi parenkim dari diferensiasi baik untuk benar-benar ter-un -
diferensiasi. Semakin lebih di diferensiasi, maka kemampuan sel akan lebih
untuk melakukan fungsi normal nya.
Kanker ganas adalah kanker yang terdiri dari sel - sel terdiferensiasi yang disebut
sebagai anaplasia. Anaplasia adalah Hallmark yang terganas. Anaplasia
merupakan Istilah harfiah yang berarti "sebelum mundur" atau dalam bahasa
aslinya di sebut sebagai “before backward” yang berarti hilangnya diferensiasi
struktural dan fungsional dari sel normal.
Anaplasia memiliki pleomorfisme yang baik serta ditandai ("pleomorfisme" yang
berarti adanya variasi yang ditandai dalam bentuk ukuran dan bentuk sel yang
ada).
Sel menunjukkan fitur dan ciri sebagai berikut berikut:
- Mitosis banyak dan atipikal,
- Inti dalam hal ini nucleus adalah hiperkromik,
- Rasio nukleus ke sitoplasma menjadi sama yakni 1:1
- Sel raksasa yang berbentuk lebih besar,
- Sel anaplastik memiliki banyak dan berbentuk aneh.
2. Laju Pertumbuhan sel Kanker:
43
Sebagian besar kanker tumbuh lebih cepat dan pada akhirnya menyebar ke
jaringan sekitarnya serta bermetastasis dan dengan demikian menyebabkan
kematian pada penderita kanker. Tumor tumbuh lebih lambat kecuali tumor
Beningn leiomyoma rahim yang tumbuh lebih cepat karena meningkatnya
tingkat estrogen. Laju pertumbuhan kanker ganas tergantung pada tingkat
diferensiasi. Sebuah kanker secara klinis terdeteksi mengandung populasi
heterogen sel, yang berasal dari sel klonal tunggal.
Kanker merupakan penyakit yang ditimbulkan dari perubahan atau kelainan
pada sel. Dalam tubuh manusia yang normal, sel diatur oleh protoonkogen yang
menghasilkan produk-produk yang memegang peran penting dalam berbagai
aspek proliferasi atau pertumbuhan dan differensiasi sel. Tetapi, pertumbuhan
sel juga dikendalikan secara ketat atau dihambatoleh antionkogen atau gen
supresor, termasuk oleh mekanisme kematian sel terprogram atau apoptosis
dengan tujuan menyingkirkan sel-sel yang tidak dikehendaki.
Dengan adanya mekanisme kontrol pertumbuhan ini, sel-sel normal memiliki
stabilitas genetik yang sangat tinggi, tapi kecepatan proliferasi atau
pertumbuhan sel umumnya tidak melebii 10 % dari jumlah sel, tergantung pada
jenis sel dan jaringannya.
Pertumbuhan sel terjadi dengan cara mitosis atau pembelahan atau pembiakan
sel. Semua bagian sel mulai dari selaput sel hingga inti sel ikut berperan pada
proses pembelahan sel. Tetapi gen di dalam DNA merupakan faktor yang paling
berperan dalam menimbulkan mitosis dan proliferasi sel. Gen pengatur dan gen
pengendali mengatur keseimbangan pertumbuhan dan penghambatan sel.
Sehingga sel-sel di dalam tubuh akan tumbuh sesuai kendali pertumbuhan
normal.
Sel kanker timbul dari sel normal tubuh manusia yang mengalami transformasi
atau perubahan menjadi ganas oleh karsinogen kemudian termutasi secara
spontan. Karsinogen adalah segala sesuatu yang menyebabkan terjadinya
kanker. Sedangkan proses pembentukan tumor ganas atau kanker disebut
karsinogenesis.
Karsinogenesis merupakan proses yang berjalan dalam berbagai tahap atau
proses multistep. Karsinogen menimbulkan perubahan pada DNA yang satuan
44
terkecilnya adalah gen. Lebih seringnya lebih dari satu karsinogen diperlukan
untuk terjadinya perubahan dari sel normal menjadi sel kanker.
Dari adanya kontak dengan karsinogen sampai timbulnya sel kanker
memerlukan waktu induksi yang cukup lama. Terdapat masa laten yang tidak
menunjukan gejala klinis sebelum menjadi progresif, terjadi invasi ke jaringan
sekitarnya dan menyebar ke tempat yang jauh.
3. Neoplasia jinak dan ganas
a. Neoplasma jinak (benigna)
Yaitu neoplasma yang hanya terjadi di daerah lokal semata. Proliferasi sel
cenderung kohesif, perluasan terjadi secara sentrifugal dengan batas yang
nyata. Neoplasma jinak tidak menyebar ke tempat yang jauh dan
pertumbuhannya lamban, ukurannya kurang lebih tetap pada ukuran yang stabil
selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun.
Ciri-ciri :
batas tegas
berkapsul
pertumbuhan lambat
tidak menimbulkan kematian
b. Neoplasma ganas (maligna)
Neoplasma ini tumbuh secara cepat dan sangat progresif jika tidak dibuang.
Pola penyebarannya menjadi tidak teratur. Neoplasma ganas tidak memiliki
kapsul sehingga sulit dipisahkan dari sekitarnya. Sel-sel ini menyerang
daerah sekitarnya dengan masuk ke daerah sekitarnya bukan mendesak.
Sel-sel neoplasma ganas ini mampu memisahkan diri dari sel induk dan
memasuki sirkulasi untuk menyebar ke daerah lain. Jika sel ini menyangkut
suatu jaringan atau organ mampu menembus pembuluh darah dan
membentuk tumor sekunder (proliferasi baru).
Ciri-ciri :
batas tidak tegas
tidak berkapsul
pertumbuhan cepat
metastase
menimbulkan kematian
45
4. Pembentukan neoplasia
Mekanisme pembentukan neoplasma atau tumor ganas disebut dengan
Karsinogenesis. Karsinogenesis merupakan suatu proses multi-tahap. Sebagian
besar karsinogen sebenarnya tidak reaktif (prokarsinogen atau karsinogen
proximate), namun di dalam tubuh diubah menjadi karsinogen awal (primary)
atau menjadi karsinogen akhir (ultimate). SitokromP450 suatu mono-oksidase
dependen retikulum endoplasmik sering mengubah karsinogen proximate
menjadi intermediatedefisienelektron yang reaktif (electrophils). Intermediate
(zat perantara) yang reaktif ini dapat berinteraksi dengan pusat-pusat di DNA
yang kaya elektron (nucleophilic) untuk menimbulkan mutasi. Interaksi antara
karsinogen akhir dengan DNA semacam ini dalam suatu sel diduga merupakan
tahap awal terjadinya karsinogenesis kimiawi. DNA sel dapat pulih kembali bila
mekanisme perbaikannya normal, namun bila tidak sel yang mengalami
perubahan dapat tumbuh menjadi tumor yang akhirnya nampak secara klinis.
Ko-karsinogen (promoter) sendiri bukan karsinogen. Promoter berperan
mempermudah pertumbuhan dan perkembangan sel tumor dormant atau
latent. Waktu yang diperlukan untuk terjadinya tumor dari fase awal tergantung
pada adanya promoter tersebut dan untuk kebanyakan tumor pada manusia
periode laten berkisar dari 15 sampai 45 tahun.
Proses transformasi sel normal menjadi sel ganas melalui displasi terjadi melalui
mekanisme yang sangat rumit, tetapi secara umum mekanisme karninogenesis
ini terjadi melalui tiga tahap yaitu:
1. Inisiasi
Adalah proses yang melibatkan mutasi genetik yang menjadi permanen dalam
DNA sel. Dipicu oleh insiator (bahan yg mampu menyebabkan mutasi gen) à
initiated cells. Sel-sel masih mirip dengan sel normal.
2. Promosi
Merupakan suatu tahap ketika sel mutan berproliferasi. Diakibatkan karena klon
yang tidak stabil dan mengalami inisiasi, dipaksa untuk berproliferasi dan
menjalani mutasi tambahan sehingga akahirnya berkembang menjadi tumaor
ganas (neoplasma). Initiated cells dipicu oleh promotor (terus
menerus/berulang) à transformed cells. Perubahan informasi genetik, sintesis
DNA, replikasi meningkat à lesi insitu. Hormon sering menjadi promotor yang
46
merangsang pertumbuhan sel ganas.Misalnya Esterogen dapat merangsang
pertumbuhan kanker pada payudara dan ovarium.
3. Progresi
Suatu tahap ketika klon sel mutan mendapatkan satu atau lebih karakteristik
neoplasma ganas seiring berkembangnya tumor, sel menjadi lebih heterogen
akibat mutasi tambahan terhadap gen.
Perubahan Protoonkogen menjadi onkogen onkoprotein
Perubahan fenotip: klinik terdpt benjolan (tumor). Contohnya Perubahan
karyotip kromosom. Beberapa subklon ini dapat memperlihatkan perilaku ganas
yang lebih agresif atau lebih mampu untuk menghindari seranganoleh sistem
imun. Selama stadium ini, massa tumor yang meluas mendapat lebih banyak
perubahan yang memungkinkan tumor menginvasi jaringan yang berdekatan,
membentuk pasokan darahnya sendiri(angigenesis), atau masuk melalui
pembuluh darah dan bermigrasi ke bagian tubuh lainnya yang letaknya
berjauhan untuk membentuk tumor sekunder.
47
Referensi
1. Ganong, F.1997. Fisiologi Kedokteran. Eds 10. Jakarta: EGC
2. Price, A., Sylvia.(2006). PATOFISIOLOGI: Clinical Concepts Of Disease Processes.
Eds 6. Jakarta: EGC
3. Anthony L Mescher. 2010. Junqueira’s Basic Histology Text and Atlas. Singapore :
McGrawHill.
4. Karmen Garna Baratawidjaja, Iris Rengganis. 2009. Imunologi Dasar edisi ke-8.
Jakarta : Balai Penerbit FK UI.
5. Douglas M. Anderson. 2007. Dorland’s Illustrated Medical Dictionary 31st
Edition. Philadelphia : Saunders Elsevier.