Sekretariat Utama

65
KATA PENGANTAR Pengawasan Obat dan Makanan merupakan salah satu agenda reformasi pembangunan nasional bidang kesehatan. Obat dan Makanan yang aman akan meningkatkan kesehatan masyarakat dan daya saing bangsa. Dengan demikian, pembangunan di bidang pengawasan Obat dan Makanan merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia yang akan mendukung percepatan pencapaian tujuan pembangunan nasional. Sebagai pelaksanaan amanat Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Strategis Badan Pengawas Obat dan Makanan Tahun 2015-2019, Renstra Sekretariat Utama Tahun 2015-2019 disusun mengacu pada Visi, Misi, Kebijakan, dan Strategi BPOM 2015-2019 dan mempertimbangkan berbagai kekuatan/kelemahan, peluang, dan tantangan yang ada atau mungkin timbul. Secara garis besar, lingkungan strategis eksternal dan internal yang dihadapi oleh Sekretariat Utama pada tahun 2015-2019 di antaranya dinamika dan demand peraturan perundang-undangan (regulasi), pengembangan dan efektivitas jejaring kerja sama, perkembangan teknologi informasi, tantangan reformasi perencanaan, penganggaran, dan keuangan, pemenuhan dan penataan sarana dan prasarana, serta komitmen dalam pelaksanaan reformasi birokrasi. Menghadapi lingkungan strategis tersebut, Sekretariat Utama dituntut untuk dapat (i)meningkatkan kuantitas dan kualitas produk hukum dalam rangka memperkuat sistem pengawasan Obat dan Makanan melalui harmonisasi setiap peraturan perundang-undangan terkait pengawasan Obat dan Makanan serta mendorong rancangan standar/regulasi menjadi produk hukum yang siap diundangkan; (ii)meningkatkan partisipasi masyarakat dan efektivitas kerjasama dengan kegiatan pembinaan dan bimbingan melalui komunikasi, layanan informasi, dan edukasi (KIE) serta mendorong pemanfaatan kerjasama dalam dan luar negeri yang ada maupun membuat kerjasama baru; (iii)meningkatkan kualitas kapasitas kelembagaan BPOM melalui penataan struktur yang kaya dengan fungsi, proses bisnis yang tertata dan efektif, budaya kerja yang sesuai dengan nilai organisasi serta pengelolaan sumber daya yang efektif dan efisien. Dengan etos tersebut, diharapkan Sekretariat Utama mampu menjadi katalisator dalam proses pencapaian tujuan BPOM. Sebagai dokumen perencanaan indikatif dan berorientasi pada hasil, Renstra Sekretariat Utama Tahun 2015-2019 memuat visi, misi, tujuan, sasaran strategis, kebijakan, strategi, program, dan kegiatan yang merupakan dukungan Sekretariat Utama dalam kerangka pengawasan Obat dan Makanan.

Transcript of Sekretariat Utama

Page 1: Sekretariat Utama

KATA PENGANTAR

Pengawasan Obat dan Makanan merupakan salah satu agenda

reformasi pembangunan nasional bidang kesehatan. Obat dan

Makanan yang aman akan meningkatkan kesehatan masyarakat

dan daya saing bangsa. Dengan demikian, pembangunan di

bidang pengawasan Obat dan Makanan merupakan salah satu

upaya untuk meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia

yang akan mendukung percepatan pencapaian tujuan

pembangunan nasional.

Sebagai pelaksanaan amanat Peraturan Kepala Badan Pengawas

Obat dan Makanan (BPOM) Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Strategis Badan

Pengawas Obat dan Makanan Tahun 2015-2019, Renstra Sekretariat Utama Tahun

2015-2019 disusun mengacu pada Visi, Misi, Kebijakan, dan Strategi BPOM 2015-2019

dan mempertimbangkan berbagai kekuatan/kelemahan, peluang, dan tantangan yang

ada atau mungkin timbul.

Secara garis besar, lingkungan strategis eksternal dan internal yang dihadapi oleh

Sekretariat Utama pada tahun 2015-2019 di antaranya dinamika dan demand peraturan

perundang-undangan (regulasi), pengembangan dan efektivitas jejaring kerja sama,

perkembangan teknologi informasi, tantangan reformasi perencanaan, penganggaran,

dan keuangan, pemenuhan dan penataan sarana dan prasarana, serta komitmen dalam

pelaksanaan reformasi birokrasi.

Menghadapi lingkungan strategis tersebut, Sekretariat Utama dituntut untuk dapat

(i)meningkatkan kuantitas dan kualitas produk hukum dalam rangka memperkuat

sistem pengawasan Obat dan Makanan melalui harmonisasi setiap peraturan

perundang-undangan terkait pengawasan Obat dan Makanan serta mendorong

rancangan standar/regulasi menjadi produk hukum yang siap diundangkan;

(ii)meningkatkan partisipasi masyarakat dan efektivitas kerjasama dengan kegiatan

pembinaan dan bimbingan melalui komunikasi, layanan informasi, dan edukasi (KIE)

serta mendorong pemanfaatan kerjasama dalam dan luar negeri yang ada maupun

membuat kerjasama baru; (iii)meningkatkan kualitas kapasitas kelembagaan BPOM

melalui penataan struktur yang kaya dengan fungsi, proses bisnis yang tertata dan

efektif, budaya kerja yang sesuai dengan nilai organisasi serta pengelolaan sumber daya

yang efektif dan efisien. Dengan etos tersebut, diharapkan Sekretariat Utama mampu

menjadi katalisator dalam proses pencapaian tujuan BPOM.

Sebagai dokumen perencanaan indikatif dan berorientasi pada hasil, Renstra

Sekretariat Utama Tahun 2015-2019 memuat visi, misi, tujuan, sasaran strategis,

kebijakan, strategi, program, dan kegiatan yang merupakan dukungan Sekretariat

Utama dalam kerangka pengawasan Obat dan Makanan.

Page 2: Sekretariat Utama

Renstra Sekretariat Utama Tahun 2015-2019 digunakan sebagai acuan bagi setiap unit

organisasi eselon II dalam menyusun dokumen perencanaan dan dasar

penyelenggaraan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) di

lingkungan Sekretariat Utama.

Saya mengucapkan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang

telah berkonstribusi dalam penyusunan Renstra Sekretariat Utama Tahun 2015-2019.

Semoga penyusunan dan penerbitan Renstra Sekretariat Utama Tahun 2015-2019 ini

mendapatkan ridha dari Allah SWT. Aamiin.

Jakarta, 30 April 2015

Sekretaris Utama

Dra. Reri Indriani, Apt., M.Si.

Page 3: Sekretariat Utama

LAMPIRAN KEPUTUSAN SEKRETARIS UTAMA PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

NOMOR HK.04.2.21.04.15.1986 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT UTAMA TAHUN 2015-2019 BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN

RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT UTAMA BADAN PENGAWAS OBAT

DAN MAKANAN TAHUN 2015-2019

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 KONDISI UMUM

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional (SPPN), mengamanatkan setiap Kementerian/Lembaga

(K/L) diwajibkan menyusun rencana strategis (Renstra) untuk periode 5 tahun

mengacu pada RPJM Nasional Periode 2015-2019. Sebagai pelaksanaan

amanat tersebut Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menyusun

Renstra BPOM 2015-2019 berdasarkan kewenangan, tugas, dan fungsi dari

BPOM.

Dalam pelaksanaannya, Renstra BPOM periode 2015-2019 tersebut

memerlukan penjabaran ke dalam Renstra unit organisasi Eselon I, Satker,

dan Eselon II. Untuk itu Sekretariat Utama BPOM sebagai salah satu unit

organisasi Eselon I juga menyusun Renstra Unit Organisasinya mengacu

kepada Renstra BPOM periode 2015-2019.

Sekretariat Utama (Sektama) BPOM memiliki peran strategis dalam

mendukung tugas-tugas utama BPOM sebagai pengawas Obat dan Makanan

melalui pemberian layanan yang lebih baik kepada seluruh unit organisasi di

lingkungan BPOM baik di tingkat pusat dan Balai Besar/Balai POM dalam

rangka mewujudkan kesehatan masyarakat. Peran strategis Sektama ini

meliputi: (i) pengembangan regulasi pengawasan Obat dan Makanan, (ii)

dukungan upaya penegakan hukum, (iii) peningkatan jejaring komunikasi

publik serta peningkatan kerjasama pengawasan Obat dan Makanan di tingkat

multilateral, regional, dan bilateral; (iv) pelaksanaan perencanaan dan

penganggaran yang efektif dan efisien, (v) pengelolaan Aparatur Sipil Negara

(ASN); dan (vi) pengelolaan sarana maupun prasarana yang memadai untuk

pelaksanaan tugas BPOM.

Page 4: Sekretariat Utama

- 2 -

Renstra Sektama periode 2015-2019 mempunyai nilai strategis dalam

memberikan arah dan kebijakan kelembagaan baik organisasi, SDM dan

Manajemen dalam rangka mendukung pencapaian pelaksanaan reformasi

birokrasi BPOM untuk mewujudkan tujuan dan sasaran reformasi birokrasi

nasional.

Untuk menindaklanjuti amanat tersebut di atas dan dalam rangka

mendukung pencapaian program-program prioritas BPOM, Sektama sesuai

kewenangan, tugas, dan fungsinya menyusun Rencana Strategis (Renstra)

Sektama Tahun 2015-2019 yang memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan

serta program dan kegiatan Sektama untuk tahun 2015-2019. Proses

penyusunan Renstra Sektama tahun 2015-2019 dilakukan sesuai dengan

amanat peraturan perundang-undangan yang berlaku dimulai dari hasil

evaluasi pencapaian kinerja tahun 2010-2014 serta menghimpun masukan-

masukan pemangku kepentingan yang menjadi mitra Sektama.

Renstra Sektama tahun 2015-2019 diharapkan menjadi acuan unit kerja

di lingkungan Sektama untuk meningkatkan kinerja pada masa yang akan

datang sesuai dengan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.

Adapun kondisi umum Sektama saat ini dapat dijelaskan mulai dari peran,

tupoksi dan pencapaian kinerja sebagai berikut:

1.1.1 Peran Sektama berdasarkan Peraturan Perundang-Undangan;

Berdasarkan Keputusan Kepala BPOM Nomor 02001/SK/KBPOM Tahun

2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengawas Obat Dan Makanan,

Sektama merupakan unsur pimpinan yang berkedudukan di bawah dan

bertanggung jawab kepada Kepala BPOM. Sektama mempunyai tugas yaitu

mengkoordinasikan perencanaan, pembinaan, dan pengendalian terhadap

program, administrasi dan sumber daya di lingkungan BPOM.

Dalam melaksanakan tugas, Sektama menyelenggarakan fungsi:

1. Pengkoordinasian, sinkronisasi, dan integrasi perencanaan, penganggaran,

penyusunan laporan, pengembangan pegawai termasuk pendidikan dan

pelatihan serta perumusan kebijakan teknis di lingkungan BPOM;

2. Pengkoordinasian, sinkronisasi, dan integrasi penyusunan peraturan

perundang-undangan, kerjasama luar negeri, hubungan antar lembaga,

kemasyarakatan dan bantuan hukum yang berkaitan dengan tugas BPOM;

3. Pembinaan dan pelayanan administrasi ketatausahaan, organisasi dan tata

laksana, kepegawaian, keuangan, kearsipan, perlengkapan dan rumah

tangga;

4. Pembinaan dan pengendalian terhadap pelaksanaan kegiatan pusat-pusat

dan unit-unit pelaksana teknis di lingkungan BPOM;

Page 5: Sekretariat Utama

- 3 -

5. Pengkoordinasian administrasi pelaksanaan tugas Deputi di lingkungan

BPOM;

6. Pelaksanaan tugas lain yang ditetapkan oleh Kepala, sesuai dengan bidang

tugasnya.

Tugas dan fungsi tersebut melekat pada Sektama sebagai unit organisasi

yang strategis. Ke depan, Sektama akan menjalankan tugasnya secara lebih

profesional dan proaktif. Dengan kewenangan dan tugas sebagai pembina di

internal BPOM, Sektama dituntut menghasilkan pelayanan yang lebih baik

yang sesuai dengan kebutuhan dan tugas BPOM sebagai lembaga pengawasan

obat dan makanan.

1.1.2 Struktur Organisasi dan Sumber Daya Manusia

Sesuai Keputusan Kepala BPOM Nomor 02001/SK/KBPOM Tahun 2001

tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengawas Obat Dan Makanan,

struktur Sektama adalah sebagai berikut.

Gambar 1.1. Struktur Organisasi BPOM

Kepala Badan Pengawas Obat dan

Makanan

INSPEKTORAT 1. Biro Perencanaan dan

Keuangan

2. Biro Kerjasama Luar Negeri 3. Biro Hukum dan Humas 4. Biro Umum

SEKRETARIAT UTAMA

Pusat Penyidikan Obat dan

Makanan

Pusat Pengujian Obat dan

Makanan Nasional

Pusat Riset Obat dan Makanan

Pusat Informasi Obat

dan Makanan

Deputi I Bidang Pengawasan Produk

Terapetik dan Napza

1. Direktorat Penilaian Obat dan Produk Biologi

2. Direktorat Standardisasi Produk Terapetik dan PKRT

3. Direktorat Pengawasan

Produksi Produk Terapetik dan PKRT

4. Direktorat Pengawasan

Distribusi Produk Terapetik dan PKRT

5. Direktorat Pengawasan Narkotika, Psikotropika dan zat Adiktif

Deputi II Bidang Pengawasan Obat

Tradisional,

Kosmetik dan Produk Komplemen

1. Direktorat Penilaian Obat

Tradisional, Suplemen Makanan dan Kosmetik

2. Direktorat Standardisasi Obat

Tradisional, Kosmetik dan Produk Komplemen

3. Direktorat Inspeksi dan

Sertifikasi Obat Tradisional, Kosmetika dan Produk Komplemen

4. Direktorat Obat Asli Indonesia

Deputi III Bidang Pengawasan Keamanan Pangan Dan Bahan Berbahaya

1. Direktorat Penilaian

Keamanan Pangan 2. Direktorat Standardisasi

Produk Pangan

3. Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Produk Pangan

4. Direktorat Surveilance dan

Penyuluhan Keamanan Pangan

5. Direktorat Pengawasan

Produk dan Bahan Berbahaya

Unit Pelaksanan Teknis BPOM

Page 6: Sekretariat Utama

- 4 -

RAKAT

PERLENG

BAGIAN

RT

KAPAN DAN

TANGGA

RUMAH

SUBBAGIAN

KAPAN

DAN KEARSIPAN

BAGIAN

PENGEM

BANGAN

PEGAWAI

PERLENG

SUBBAGIAN

JABATAN

SUBBAGIAN

PERSURATAN

SUBBAGIAN

DIKLAT

BANGAN

PENGEM

SUBBAGIAN

AN PEGAWAI

PERENCANA

SUBBAGIAN

BAGAIAN

ADMINISTRA

SI KEPEGA

WAIAN

NAL

FUNGSIO

PEGAWAI

MUTASI

SUBBAGIAN

SUBBAGIAN

TATA USAHA

SESTAMA

KEPEGA

TATA USAHA

SUBBAGIAN

PEGAWAI

RAAN

KESEJAHTE

SUBBAGIAN

KEPALA

TATA USAHA

SUBBAGIAN

BAGIAN

TATA USAHA

PIMPINAN

SUBBAGIAN

TATA USAHA

DEPUTI

MASA

SUBBAGIAN

PUBLIKASI

DAN DOKU

KONSUMEN

BAGIAN

HUBUNGAN

MASYA-

SUBBAGIAN

PEMBERI-

TAAN

SUBBAGIAN

MEDIA

MENTASI

BANTUAN

HUKUM

SUSBBAGIAN

KONSUMEN

SUBBAGIAN

DATA DAN

EVALUASI

BAGIAN

PENGADUAN

KONSUMEN

SUBBAGIAN

LAYANAN

PENGADUAN

TASI

UNDANGAN

BAGIAN

BANTUAN

HUKUM

SUBBAGIAN

PERTIMBANG

AN HUKUM

SUBBAGIAN

LAYANAN

SUBBAGIAN

DOKUMEN

UNDANGAN

PERUNDANG

PERUNDANG

PERATURAN

PERUMUSAN

SUBBAGIAN

KERJASANA

BAGIAN BAGIAN

PERATURAN

SEKRETARIS UTAMA

BAGIAN

RENSTRA

DAN

BAGIAN

PROGRAM

DAN

SUBBAGIAN

EVALUASI

DAN

INTERNA

KERJASAMA

KERJASAMA

SUBBAGIAN SUBBAGIAN

REGIONAL ORGANISASI

PRODUK TE

ANGGARAN

BAGIAN

ORGANISASI

SUBBAGIAN PERBENDAHASUBBAGIAN

KEUANGAN

SUBBAGIAN

PELAPORAN

ORGANISASI

RENSTRA

SUBBAGIAN

RAAN DANPROGRAM

SUBBAGIAN

ANGGARAN

SUBBAGIAN

VERIFIKASI

AKUNTANSI

MULTILATERAL

SUBBAGIAN

KERJASAMA

KERJASAMA

REGIONAL II

SUBBAGIAN

KEAMANAN

TATA USAHA

BAGIAN

KERJASAMA

BILATERAL DAN

MULTILATERAL

SUBBAGIAN

KERJASAMA

BILATERAL

SUBBAGIAN

KERJASAMA

BIRO BIRO

UMUMHUKUM DAN

HUBUNGAN MASYARAKAT

BIRO

KERJASAMA

LUAR NEGERI

BIRO

PERENCANAAN

DAN KEUANGAN

BAGIAN

FUNGSIONAL

PANGAN

KERJASAMA

NAZABA

DATA DAN

SIONAL

SUBBAGIAN

SUBBAGIAN

KOMPLEMEN

RAPETIK DAN

KERJASAMA

BAGIAN

EVALUASI

SUBBAGIAN

PELAPORAN

REGIONAL I

WAIAN

HUKUM

KELOMPOK JABATAN

HUKUM

BIMBINGAN

LAYANAN

PENYULUHAN

LPK

SUBBAGIAN

PENGADUAN

Gambar 1.2. Struktur Organisasi Sekretariat Utama BPOM

Page 7: Sekretariat Utama

- 5 -

Sebagaimana Gambar 1.2, Struktur Organisasi Sektama terdiri dari 4

(empat) Biro, meliputi Biro Perencanaan dan Keuangan, Biro Kerja Sama Luar

Negeri (KSLN), Biro Hukum dan Hubungan Masyarakat (Humas), dan Biro

Umum. Setiap biro terdiri dari bagian dan subbagian. Secara keseluruhan

jumlah eselon III dan IV di bawah eselon II Sektama sebanyak 54.

Terkait Struktur Organisasi Sektama masih ditemukan beberapa

permasalahan sebagai berikut:

1) Belum ada unit kerja yang mengelola/mengkoordinir kerjasama dalam

negeri (Hubungan Antar Lembaga);

2) Terdapat beberapa unit kerja yang memiliki span of control terlalu luas,

contoh: Biro Umum, Biro Hukum dan Humas;

3) Belum ada unit kerja yang fokus mengelola diklat dan membina jabatan

fungsional Pengawas Farmasi dan Makanan (PFM);

4) Belum ada unit kerja yang tersendiri dalam mengelola keuangan, Barang

Milik Negara (BMN) dan pengadaan barang dan jasa;

5) Belum ada subbag tata usaha di Biro Hukum dan Humas maupun Biro

KSLN menyebabkan tingginya beban kerja;

6) Belum ada unit kerja khusus sebagai penjamin mutu;

7) Belum ada fungsi penggajian dalam struktur organisasi.

Untuk mendukung pelaksanaan tugas Sektama diperlukan sejumlah

SDM yang memiliki keahlian dan kompetensi yang baik. Sampai dengan tahun

2014, jumlah SDM yang dimiliki Sektama untuk melaksanakan tugas dan

fungsi pembinaan serta pelayanan administrasi umum adalah sebanyak 192

orang yang tersebar di keempat biro. Berdasarkan tingkat

kepangkatan/Golongan, struktur pegawai Sektama dapat dijelaskan pada

Tabel 1.1 di bawah ini:

Page 8: Sekretariat Utama

- 6 -

Tabel 1.1.

Struktur Pegawai Sekretariat Utama Berdasarkan Jenjang Pendidikan

Jenjang Pendidikan Sekretariat Utama BPOM

Jumlah Persen Jumlah Persen

S3 0 0 3 0,08

S2 29 15,18 316 8,79

Apoteker 38 19,90 1.333 36,98

S1 59 30,89 744 20,64

D3, D4 dan Sarjana Muda 16 8,36 435 12,07

D1 0 0 22 0,61

SLTA Sederajat 44 23,04 682 18,92

SLTP ke bawah 5 2,62 69 1,91

TOTAL 191 100,00 3.600 100,00

Sumber: Data Biro Umum Tahun 2014

Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa Sektama memiliki pegawai

dengan jenjang pendidikan Apoteker sebesar 19,90 persen dan pendidikan

minimal Sarjana 65,98 persen atau 126 orang. Jumlah tersebut adalah 5,26

persen dari jumlah pegawai dengan tingkat pendidikan minimal Sarjana di

BPOM.

Perubahan lingkungan strategis yang semakin dinamis merupakan

tantangan bagi Sektama untuk dapat melakukan peningkatan kualitas

kelembagaan dan memprediksi kebutuhan SDM, Organisasi dan Manajemen.

Pada tahun 2014, Sektama belum didukung dengan SDM yang memadai dan

masih kekurangan SDM sejumlah 272 orang, dihitung berdasarkan analisa

beban kerja (ABK). Profil kebutuhan SDM Sektama berdasarkan analisis beban

kerja adalah sesuai Gambar 1.3.

Page 9: Sekretariat Utama

- 7 -

*) Tahun 2016 s.d. 2019 asumsi tidak ada penambahan pegawai

Gambar 1.3. Kebutuhan SDM Sektama Tahun 2015-2019 berdasarkan ABK

Adanya kebijakan Pemerintah untuk melakukan moratorium pegawai

selama 5 (lima) tahun mulai tahun 2015-2019 berarti tidak ada penambahan

pegawai selama selama kurun waktu tersebut. Hal ini menyebabkan terjadinya

kesenjangan pegawai BPOM, karena diperkirakan sejumlah 30 pegawai akan

pensiun, pindah dan sebagainya dalam lima tahun tersebut, sementara beban

kerja makin meningkat. Adanya kekurangan pegawai yang signifikan tersebut

menyebabkan beberapa tugas dan fungsi pengawasan belum dapat dilakukan

secara optimal.

1.1.3 Hasil Capaian Kinerja Sektama Periode 2010-2014

Sesuai dengan peran dan kewenangannya, Sektama mempunyai tugas

melaksanakan pembinaan dan penyelenggaraan pelayanan di bidang

administasi umum. Dalam rangka menjalankan tugas tersebut maka sasaran

strategis yang dicapai dalam Renstra 2010-2014 Sektama, yaitu: 1)

meningkatnya efektifitas pengawasan obat dan makanan dalam rangka

melindungi masyarakat dengan sistem yang tergolong terbaik di ASEAN; 2)

meningkatnya kompetensi, kapabilitas dan jumlah modal insani yang unggul

dalam melaksanakan pengawasan obat dan makanan; 3) meningkatnya

koordinasi, perencanaan, pembinaan, pengendalian terhadap program dan

administrasi di lingkungan BPOM sesuai dengan sistem manajemen mutu; 4)

meningkatnya ketersediaan sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh

Badan POM

Page 10: Sekretariat Utama

- 8 -

Pencapaian keberhasilan pelaksanaan tugas dan kewenangan Sektama

tersebut dapat dilihat sesuai dengan pencapaian indikator kinerja utama

sesuai sasaran strategis di bawah ini:

Tabel 1.2. Pencapaian IKU Sekretariat Utama Tahun 2014

No Indikator Target Realisasi Capaian

1. Persentase unit kerja yang

mengembangkan dan

menerapkan sistem

manajemen mutu

100% 100% 100%

2. Persentase ketersediaan

sarana gedung dan

prasarana penunjang kinerja

termasuk pemeliharaannya

95% 88,7% 93,37%

Sumber: Laporan Kinerja Sekretariat Utama Tahun 2014

Dari Tabel 1.2 dapat dilihat bahwa indikator 1 telah mencapai target

yang telah ditetapkan dengan capaian 100 persen dari targetnya. Indikator 2

tidak memenuhi target yang telah ditetapkan dengan capaian 93,37 persen

dari target 95 persen. Profil capaian IKU tahun 2010 – 2014 dapat dilihat pada

tabel 1.3 di bawah ini:

Tabel 1.3. Capaian IKU Sekretariat Utama Tahun 2010 – 2014

Indikator

Target dan Realisasi

Persentase unit kerja

yang mengembangkan

dan menerapkan

sistem manajemen

mutu

(indikator 1)

Persentase ketersediaan

sarana gedung dan

prasarana penunjang

kinerja termasuk

pemeliharaannya

(indikator 2)

Target 2014 100% 95%

Tahun

2014

Target 100% 95%

Realisasi 100% 88,7%

Page 11: Sekretariat Utama

- 9 -

Indikator

Target dan Realisasi

Persentase unit kerja

yang mengembangkan

dan menerapkan

sistem manajemen

mutu

(indikator 1)

Persentase ketersediaan

sarana gedung dan

prasarana penunjang

kinerja termasuk

pemeliharaannya

(indikator 2)

Capaian

terhadap target 100% 93,37%

Tahun

2013

Target 100% 90%

Realisasi 100% 76,14%

Capaian

terhadap target 100% 84,60%

Tahun

2012

Target 98,18% 85%

Realisasi 98,18% 83,44%

Capaian

terhadap target 100% 98,17%

Tahun

2011

Target 98,18% 75%

Realisasi 98,18% 85,49%

Capaian

terhadap target 100% 113,99%

Tahun

2010

Target 0% 65%

Realisasi 9,09% 67%

Capaian

terhadap target - 102,34%

Sumber: Laporan Kinerja Sekretariat Utama Tahun 2014

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa kinerja Sektama telah

menunjukkan hasil yang baik. Namun demikian, ke depan kinerja Sektama

masih terus perlu dipertahankan dan ditingkatkan agar target organisasi

BPOM maupun Sektama yang telah ditetapkan dapat dicapai secara optimal.

Sebagai contoh, untuk menghadapi dinamika lingkungan strategis diperlukan

penyesuaian kelembagaan BPOM yang dapat mengantisipasi perubahan

lingkungan strategis. Untuk itu Sektama seharusnya secara profesional dapat

Page 12: Sekretariat Utama

- 10 -

tetap menghasilkan organisasi, SDM dan manajemen yang sesuai kebutuhan

lingkungan strategis.

1.2 POTENSI DAN PERMASALAHAN

Sejalan dengan dinamika lingkungan strategis, baik internal dan

eksternal BPOM, potensi dan permasalahan yang dihadapi Sektama tidak

terlepas dari potensi dan permasalahan secara kelembagaan BPOM yang

semakin kompleks. Secara garis besar, lingkungan strategis yang bersifat

eksternal dan internal yang dihadapi oleh Sektama adalah sebagai berikut:

1.2.1 Peraturan perundang-undangan (regulasi)

Dalam melaksanakan tugas dan fungsi, Sektama mengacu beberapa

peraturan perundang-undangan (regulasi) pemerintah. Adanya perubahan

regulasi eksternal tersebut akan mempengaruhi pelaksanaan tugas dan fungsi

Sektama dalam pembinaan dan penyelenggaraan pelayanan di bidang

administrasi umum. Berdasarkan perubahan tersebut, Sektama perlu

menyesuaikan tugas-tugasnya dalam bidang organisasi, keuangan, manajemen

kinerja dan lain-lain. Beberapa peraturan perundang-undangan yang saat ini

mengalami perubahan dan perlu segera ditindaklanjuti Sektama adalah

sebagai berikut :

1. Peraturan yang berkaitan dengan keuangan, antara lain Peraturan

Pemerintah No 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan

(SAP). Berdasarkan peraturan ini K/L diwajibkan menerapkan Laporan

Keuangan berbasis Akrual. Implementasi secara penuh akan dimulai pada

2015. Sebelumnya selama masa peralihan (2010-204) K/L masih

dimungkinkan menyusun laporan keuangan berbasis kas menuju akrual

atau Cash Toward Accrual (CTA) yang selama ini telah diatur dalam

Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2005 tentang SAP.

2. Peraturan yang berkaitan dengan manajemen kinerja antara lain peraturan

presiden Presiden tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Pemerintah (SAKIP)

dan peraturan pelaksanaan yang dikeluarkan oleh Kementerian

Pendayagunaan dan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PAN-RB).

3. Peraturan yang berkaitan perencanaan dan penganggaran antara lain

pedoman penyusunan Renstra yang diterbikan oleh Kementerian

PPN/Bappenas serta Pedoman penyusunan dan pelaksanaan penganggaran

yang diterbitkan oleh Kementerian Keuangan.

4. Peraturan yang berkaitan dengan organisasi antara lain kebijakan

penyusunan organisasi dengan pendekatan right sizing.

Page 13: Sekretariat Utama

- 11 -

5. Peraturan tentang pemekaran wilayah di masing-masing propinsi,

kabupaten, kota antara lain adanya Daerah Otonomi Baru (DOB). Dengan

adanya daerah otonomi baru otomatis terjadi pembagian wilayah kerja bagi

balai-balai pengawasan obat dan makanan di daerah.

6. Peraturan lainnya yang mendukung penyelenggaraan pelayanan umum

lainnya.

Perubahan Peraturan tersebut di atas harus segera disikapi dengan cepat

karena akan mempengaruhi penilaian kinerja organisasi BPOM. Sebagai

contoh adalah penyusunan laporan keuangan berbasis akrual. Apabila aturan

penyusunan laporan keuangan berbasis akrual tersebut tidak dipatuhi, opini

keuangan BPOM dapat terpengaruh, sehingga pencapaian kinerja (tujuan dan

sasaran strategis) organisasi BPOM tidak optimal.

1.2.2 Jejaring Kerja Sama

BPOM menyadari dalam pengawasan Obat dan Makanan tidak dapat

menjadi single player. Untuk itu BPOM mengembangkan kerjasama dengan

K/L, baik di pusat, daerah, maupun luar negeri. Jaringan yang luas ini sangat

strategis posisinya dalam mendukung tugas-tugas BPOM maupun pemangku

kepentingan. Beberapa jejaring kerja yang sudah dimiliki BPOM yaitu Jejaring

Keamanan Pangan Nasional/Daerah, Indonesia Rapid Alert System for Food

and Feed (INRASFF), Jaringan Laboratorium Pengujian Pangan Indonesia

(JLPPI), Satgas Pemberantasan Obat dan Makanan Ilegal (Pusat dan Daerah),

Indonesia Criminal Justice System (ICJS). Di tingkat regional maupun

multilateral BPOM memiliki jejaring kerja dengan ASEAN Rapid Alert System for

Food and Feed (ARASFF), World Health Organization (WHO), Codex Alimentarius

Commission, Forum Kerjasama Asia Pasifik dalam harmonisasi regulasi bidang

obat (RHSC), ASEAN Referrences Laboratories (AFL), Pharmaceutical Inspection

Convention and Pharmaceutical Inspection Co-operation Scheme (PIC/S),

International Crime Police Organization Interpol. Di tingkat bilateral BPOM telah

aktif berperan serta dalam perundingan Indonesia-Negara mitra, antara lain

Jepang, Korea, Malaysia, Australia, Mesir, Saudi Arabia dan India. Selain itu,

BPOM juga menjalin kerjasama dengan K/L negara mitra, antara lain Ministry

of Food Drug Safety (MFDS) Korea Selatan, Ministry of Primary Industries (MPI)

New Zealand, Ministerio Do Comercio, Industria E Ambiente (MCIA) Republic

Democratic Timor Leste, Phamaceuticals and Medical Devices Agency (PMDA)

Jepang, Japan International Cooperation Agency (JICA) Jepang, dan Korea

International Cooperation Agency (KOICA) Korea. Jejaring kerjasama tersebut

perlu penguatan karena belum semuanya berjalan optimal.

Masih lemahnya koordinasi menjadi salah satu penyebab belum

efektifnya pemanfaatan jejaring kerja sama tersebut. Oleh sebab itu diperlukan

penguatan komunikasi, koordinasi baik internal maupun eksternal BPOM.

Page 14: Sekretariat Utama

- 12 -

Kerjasama dan kemitraan dengan media yang telah terbangun selama ini

pun merupakan suatu peluang untuk meningkatkan efektivitas pengawasan

Obat dan Makanan. Media memiliki peranan yang sangat strategis dalam

penyebaran informasi Obat dan Makanan di masyarakat, karena jangkauan

penyebarannya yang sangat luas hingga ke seluruh pelosok tanah air. Untuk

itu, perlu terus dilakukan upaya-upaya menjalin hubungan baik dengan

media, antara lain dengan seringnya mengundang media untuk meliput

kegiatan-kegiatan pengawasan yang dilakukan oleh BPOM.

Intensitas pertemuan akan lebih meningkatkan hubungan baik dengan

media misalnya dengan penyelenggaraan konferensi pres ataupun kunjungan

ke media.

Namun untuk menjamin bahwa informasi Obat dan Makanan yang

dimuat/ditayangkan di media adalah informasi yang benar dan valid, maka

media juga perlu diedukasi dan diberikan materi-materi terkini tentang Obat

dan Makanan, antara lain dengan penerbitan siaran pers dan public warning.

Media juga perlu diberikan peluang untuk mengklarifikasi informasi Obat dan

Makanan yang mereka peroleh dari sumber lain, agar masyarakat

mendapatkan infomasi yang berimbang, benar, dan valid.

Apabila informasi Obat dan Makanan yang disebarkan melalui media

tidak sesuai dengan informasi yang diberikan BPOM, maka BPOM memiliki

hak jawab untuk mengklarifikasi pemberitaan agar tidak menimbulkan

keresahan di masyarakat.

1.2.3 Perkembangan Teknologi Informasi

Perkembangan teknologi informasi dapat menjadi potensi bagi BPOM

khususnya Sektama untuk dapat melakukan pelayanan secara online,

sosialisasi, komunikasi, dan edukasi kepada masyarakat. Teknologi dapat

memudahkan akses informasi dan memperluas jangkauan pengawasan Obat

dan Makanan ke berbagai kelompok masyarakat. Sebagai contoh keberadaan

Contact Center BPOM secara nyata telah membuka akses masyarakat atas

informasi Obat dan Makanan. Teknologi informasi juga dapat dimanfaatkan

untuk mendukung penataan sumber daya di lingkungan internal BPOM.

Sistem Informasi Administrasi Pegawai (SIAP), Sistem Pengarsipan, Sistem

Monitoring dan Evaluasi Kegiatan dan Anggaran merupakan beberapa bentuk

manfaat teknologi. Namun di sisi lain, teknologi informasi juga dapat menjadi

tantangan bagi BPOM terkait tren pemasaran dan transaksi produk Obat dan

Makanan secara online, pemberitaan Obat dan Makanan yang belum terbukti

kebenarannya di media sosial maupun media massa yang juga perlu

mendapatkan pengawasan dengan berbasis pada teknologi. Dalam hal ini

Sektama BPOM dituntut untuk cepat tanggap, berinovasi, dan terus mengikuti

perkembangan teknologi agar pengawasan Obat dan Makanan menjadi efektif.

Page 15: Sekretariat Utama

- 13 -

1.2.4 Reformasi Perencanaan, Penganggaran, dan Keuangan

Reformasi di bidang perencanaan dan penganggaran dimulai pada tahun

anggaran 2005 dengan mengacu pada UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang

Keuangan Negara dan UU Nomor 25 Tahun 2004 tentang SPPN. Sebagai

tindaklanjut terhadap pelaksanaan peraturan perundangan tersebut,

Pemerintah telah menetapkan PP Nomor 20 Tahun 2004 tentang Rencana

Kerja Pemerintah (RKP), PP Nomor 21 Tahun 2004 tentang Rencana Kerja dan

Anggaran Kementerian/Lembaga (RKA-K/L), PP Nomor 39 Tahun 2006 tentang

Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan dan

PP Nomor 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana

Pembangunan Nasional yang menekankan pada:

1) Perencanaan dan penganggaran yang berbasis kinerja yaitu pendekatan

penganggaran atas dasar perencanaan kinerja,

2) Penganggaran berjangka menengah, yaitu pendekatan penganggaran

berdasarkan kebijakan, pengambilan keputusan terhadap kebijakan

tersebut yang dilakukan dalam perspektif lebih dari satu tahun anggaran,

dengan mempertimbangkan implikasi biaya keputusan pada tahun

berikutnya dalam bentuk prakiraan maju, dan

3) Sistem penganggaran terpadu, yaitu penyusunan rencana keuangan

tahunan yang dilakukan secara terintegrasi mencakup seluruh jenis belanja

pemerintah dan didasarkan pada prinsip pencapaian efisiensi alokasi dana.

Perencanaan dan penganggaran yang berbasis kinerja, berjangka

menengah serta terpadu merupakan perwujudan dari pelaksanaan tiga prinsip

pengelolaan keuangan publik, yaitu:

a) Kerangka Kebijakan Fiskal Jangka Menengah, yaitu pendekatan

penyusunan prakiraan ketersediaan anggaran sesuai tujuan kebijakan

fiskal jangka menengah untuk menjaga kesinambungan fiskal;

b) Alokasi pada prioritas untuk mencapai manfaat yang terbesar dari dana

yang terbatas. Hal ini dimungkinkan melalui penerapan Kerangka

Pengeluaran Jangka Menengah. Dengan prinsip ini, kebutuhan dana untuk

tahun anggaran berikutnya dihitung sejak tahun sebelumnya guna

memastikan kesinambungan program dan kegiatan yang telah disetujui;

dan

c) Efisiensi dalam pelaksanaan dengan meminimalkan biaya untuk mencapai

sasaran yang telah ditetapkan.

Dari uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa harus dilakukan

penyelarasan program dan kegiatan yang semula seringkali berdasarkan

kebiasaan menjadi sesuatu yang berorientasi kinerja. Untuk itu diperlukan

Page 16: Sekretariat Utama

- 14 -

kerangka pikir penyusunan program dan kegiatan untuk mencapai dampak

dari tingkat perencanaan yang lebih tinggi, yaitu pencapaian visi, misi, dan

tujuan pembangunan pada tingkat Kabinet dan/atau dalam rangka

pencapaian visi, misi dan sasaran strategis K/L pada tingkat organisasi.

Kerangka pikir penyusunan program dan kegiatan diturunkan berdasarkan

logic model maupun logical framework. BPOM sudah mengenal dan

menerapkan keduanya, sehingga dalam pelaksanaan pengembangan kerangka

pikir tidak mengalami kesulitan. Kerangka pikir penyusunan program tersebut

akan menjadi arah dalam penyusunan program dan kegiatan pada masing-

masing unit kerja. Tantangan ke depan adalah mengembangkan perencanaan

berdasarkan pada aspek teknis, ekonomi, sosial dan spasial. Risiko dalam

perencanaan perlu dikelola sehingga Sektama dapat mengawal pencapaian

kinerja BPOM.

1.2.5 Sarana dan prasarana

Tugas-tugas BPOM sebagai pengawas obat dan makanan tidak terlepas

dengan sarana dan prasarana pendukung. Faktor utama BPOM dalam

menjalankan tugas pokok dan fungsinya sebagai lembaga pengawasan obat

dan makanan adalah tersedianya sarana dan prasarana yang memadai dan

berkualitas tidak hanya laboratorium maupun layanan publik tetapi juga

fasilitas pendukung lainnya seperti gedung kantor yang sesuai standar, lahan

parkir yang memadai, jaringan listrik dan air yang tertata, serta kendaraan

operasional maupun laboratorium keliling yang memungkinkan mobilitas kerja

dan pengawasan Obat dan Makanan. Untuk itu, sarana dan prasarana

merupakan faktor kekuatan yang harus dimiliki oleh BPOM dalam

menjalankan tugas dan perannya.

1.2.6 Komitmen dalam Pelaksanaan Reformasi Birokrasi

Untuk mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik, BPOM

melaksanakan reformasi birokrasi (RB) sesuai PP Nomor 81 Tahun 2010

tentang Grand Design RB 2010-2025. Upaya atau proses RB yang dilakukan

BPOM merupakan pengungkit dalam pencapaian sasaran sebagai hasil yang

diharapkan dari pelaksanaan RB. Pola pikir pelaksanaan RB sebagaimana

Gambar 1.4 di bawah ini:

Page 17: Sekretariat Utama

- 15 -

PO

LA

PIK

IR D

AN

BU

DA

YA

KE

RJ

A

PE

LA

YA

NA

N P

UB

LIK

ME

NIN

GK

AT

NY

A K

AP

AS

ITA

S

DA

N A

KU

NTA

BIL

ITA

S

KIN

ER

JA

BIR

OK

RA

SI

TERWUJUDNYA

PEMERINTAHAN

YANG BERSIH

DAN BEBAS

KORUPSI,

KOLUSI, DAN

NEPOTISME

PENGUNGKIT HASIL

INOVASI & PEMBELAJARAN

PENGAWASAN INTERNAL

PENATAAN PERATURAN

PERUNDANG-UNDANGAN

AKUNTABILITAS KINERJA

MENINGKAT-

NYA

KUALITAS

PELAYANAN

PUBLIK

ORGANISASI

SDMTATA

LAKSANA

Gambar 1.4 Pola Pikir Pelaksanaan RB

1) Penataan dan Penguatan Struktur Organisasi

Dalam pelaksanaan tugas dan fungsi, BPOM memiliki instansi vertikal

atau UPT BB/Balai POM di tingkat provinsi. Selain itu, untuk

mendukung pengawasan Obat dan Makanan di wilayah perbatasan

dengan negara lain dan daerah-daerah yang sulit dijangkau dari ibukota

provinsi, BPOM memiliki Pos POM. Peran BB/Balai POM dan Pos POM

perlu dilakukan penataan dan penguatan baik dari segi struktur

organisasi, kompetensi dan kuantitas SDM, sarana dan prasarana,

maupun koordinasi dengan lintas sektor agar pelaksanaan tugas dan

fungsi pengawasan Obat dan Makanan dapat dilakukan secara lebih

optimal. Tantangan BPOM ke depan adalah melakukan kajian, penataan,

dan evaluasi organisasi dalam rangka meningkatkan efisiensi dan

efektivitas organisasi secara proporsional menjadi tepat fungsi dan tepat

ukuran sesuai dengan kebutuhan pelaksanaan tugas dan fungsi BPOM.

2) Penataan Tatalaksana

Sebagai organisasi penyelenggara pelayanan publik, BPOM

berkomitmen untuk melindungi masyarakat dari Obat dan Makanan

yang berisiko terhadap kesehatan dan secara terus-menerus

meningkatkan pengawasan serta memberikan pelayanan kepada seluruh

pemangku kepentingan. Komitmen BPOM tersebut dilakukan melalui

penerapan sistem mutu secara konsisten dan ditingkatkan secara

berkelanjutan yang dibuktikan dengan pemenuhan atau perolehan

Quality Management System ISO 9001:2008; Akreditasi Laboratorium IEC

17025:2005; PIC/S Quality System Requirement for Pharmateucal

Inspectorate (PI 0023), OHSAS 18001:2007; ISO 27001:2013 Information

Security Management System; WHO Quality System Requirement for

National GMP Inspectorates (TRS 902 Annex 8, 2002); dan Persyaratan

Page 18: Sekretariat Utama

- 16 -

Akreditasi Pranata Penelitian dan Pengembangan untuk sistem riset dan

pengembangan (KNAPPP02:2007).

Upaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan dan kepuasan

pelanggan juga dilakukan melalui penerapan e-government atau

penggunaan teknologi informasi di lingkungan BPOM, di antaranya

pendaftaran produk (pangan, obat, obat tradisional) dan berbagai

penyelenggaraan manajemen pemerintahan lainnya yang dilakukan

secara elektronik serta keterbukaan informasi publik bagi masyarakat.

Berbagai sistem mutu dan pengembangan e-government yang dapat

meningkatkan kinerja BPOM tersebut seyogyanya dapat diintegrasikan

sesuai dengan ruang lingkupnya agar pelaksanaannya dapat dilakukan

secara efektif dan efisien.

3) Penataan Peraturan perundang-undangan dan Penegakan Hukum

Telah banyak Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah yang

menjadi landasan teknis pelaksanaan tugas fungsi BPOM. Namun,

Peraturan Perundang-undangan yang ada selama ini kurang mendukung

tercapainya efektivitas pengawasan Obat dan Makanan. Demikian pula

sanksi yang diberikan terhadap pelanggaran di bidang Obat dan

Makanan belum memberikan efek jera sehingga sering terjadi kasus

berulang.

Beberapa kerangka regulasi yang diasumsikan dapat mendukung

pencapaian tujuan pengawasan Obat dan Makanan dibahas pada

Kerangka Regulasi. Adanya kerangka regulasi sebagai bagian tak

terpisahkan dari kaidah pelaksanaan RPJMN/RKP membuka peluang

untuk menciptakan harmonisasi peraturan perundang-undangan dan

meminimalkan ego sektoral. BPOM melalui peran Sektama perlu

mengambil kesempatan ini dengan mengusulkan Undang Undang dan

atau Peraturan Pemerintah yang menjadi landasan hukum Pengawasan

Obat dan Makanan untuk masuk dalam prolegnas/proleg Peraturan

Pemerintah. Selain itu sesuai kerangka regulasi, untuk memastikan

bahwa setiap norma kebijakan yang akan diratifikasi memberikan

manfaat bagi masyarakat, BPOM perlu membuat cost-benefit analysis.

Sedangkan terhadap regulasi teknis yang dikeluarkan BPOM, perlu

dilakukan regulatory impact assessment.

Kaitannya dengan pengawasan Obat dan Makanan di daerah, Sektama

perlu mendorong dan mengawal ketersediaan Norma, Standar, Prosedur,

dan Kriteria (NSPK) yang berupa peraturan perundang-undangan dalam

bentuk Peraturan/SK Gubernur dan ditindaklanjuti dengan

Peraturan/SK Bupati/Walikota.

Page 19: Sekretariat Utama

- 17 -

Dalam kaitan pengawalan pembentukan dan implementasi NSPK,

perlu dukungan Sektama untuk melakukan advokasi terhadap

pemangku kepentingan di tingkat pemerintah provinsi dan

kabupaten/kota.

Pada area pengambilan kebijakan hukum dan penegakan hukum,

peran Sektama mendukung pelaksanaan tugas tersebut dalam hal

pemberian bantuan hukum, termasuk menangani perkara hukum yang

mungkin timbul dalam pelaksanaan tugas dimaksud. Tantangan ke

depan, BPOM harus membuat terobosan dalam penegakan hukum

seperti memperkuat kemitraan untuk pengawasan, penindakan, maupun

persamaan persepsi dengan kepolisian, kejaksaan, dan instansi terkait,

menggeser pengawasan ke area preventif, serta memperkuat kerjasama

perdagangan lintas batas dan Free Trade Zone Area. Upaya ini pun perlu

diikuti dengan peningkatan kajian BPOM mengenai kerugian negara

secara ekonomi maupun kesehatan akibat pelanggaran Obat dan

Makanan.

4) Penguatan Akuntabilitas Kinerja

Penguatan Akuntabilitas Kinerja bertujuan untuk meningkatkan

kapasitas dan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah. Untuk

mencapai tujuan tersebut, BPOM telah mengimplementasikan Sistem

Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) dengan baik,

dibuktikan dengan hasil evaluasi KemenPAN-RB tahun 2014

memperoleh nilai B.

Komitmen pimpinan yang sangat tinggi terhadap pelaksanaan SAKIP

menjadi kekuatan penting dalam upaya penguatan akuntabilitas kinerja

BPOM. Namun, BPOM masih perlu melakukan penyempurnaan dalam

penatausahaan manajemen pemerintahan (keuangan dan BMN) dalam

mewujudkan pemerintahan yang akuntabel. Ke depan, untuk menjawab

ekspektasi masyarakat terhadap akuntabilitas BPOM selaku institusi

pengawasan, BPOM telah menargetkan Wajar Tanpa Pengecualian (WTP)

terhadap opini laporan keuangan BPOM dari BPK.

5) Penataan Sistem Manajemen SDM Aparatur

Penataan sistem manajemen SDM aparatur bertujuan untuk

meningkatkan profesionalisme SDM aparatur BPOM yang didukung oleh

sistem rekrutmen dan promosi aparatur berbasis kompetensi,

transparan, serta pemberian gaji dan bentuk jaminan kesejahteraan

yang sepadan. Sesuai dengan UU Nomor 5 Tahun 2014 tentang ASN,

perencanaan kebutuhan pegawai BPOM dilakukan sesuai dengan

kebutuhan organisasi, proses penerimaan pegawai dilakukan secara

Page 20: Sekretariat Utama

- 18 -

transparan, objektif, akuntabel, dan bebas KKN, dan promosi jabatan

dilakukan secara terbuka.

Pengembangan pegawai yang dilakukan BPOM berbasis kompetensi,

mengacu pada standar kompetensi yang telah ditetapkan. Capaian

penilaian kinerja individu pegawai akan dijadikan dasar untuk

pemberian tunjangan kinerja. Hal ini diimbangi dengan penegakan

aturan disiplin dan kode etik serta pemberian sanksi. Seluruh aktivitas

manajemen SDM tersebut didukung oleh sistem informasi kepegawaian.

Saat ini, SDM BPOM telah memiliki kompetensi dan variasi latar

belakang pendidikan yang memadai, namun dari sisi kuantitas SDM

BPOM belum mencukupi kebutuhan untuk menjalankan tugas dan

fungsi yang tersebar di seluruh Indonesia. Sistem manajemen

pemerintah menuntut adanya ukuran keberhasilan, baik di tingkat

organisasi sampai ke level individu. Untuk saat ini, sistem manajemen

kinerja belum optimal diterapkan, sehingga perlu dilakukan penerapan

sistem manajemen kinerja yang lebih efektif dan efisien terutama dalam

hal pelaksanaan evaluasi terhadap peta dan kelas jabatan yang telah

disusun. Pemanfaatan sistem informasi kepegawaian yang telah

dibangun juga perlu dioptimalisasi sebagai pendukung pengambilan

kebijakan manajemen SDM BPOM.

6) Manajemen Perubahan

Manajemen perubahan bertujuan untuk mengubah secara sistematis

dan konsisten dari sistem dan mekanisme kerja organisasi serta pola

pikir dan budaya kerja individu atau unit kerja di dalamnya menjadi

lebih baik sesuai dengan tujuan dan sasaran RB. Untuk menggerakkan

organisasi dalam melakukan perubahan, BPOM telah membentuk agent

of change sebagai role model serta forum bagi pembelajaran atau inovasi

dalam proses perubahan yang dilakukan. Komitmen dan keterlibatan

pimpinan dan seluruh pegawai BPOM secara aktif dan berkelanjutan

merupakan unsur pendukung paling utama dalam perubahan pola pikir

dan budaya kerja dalam rangka pelaksanaan RB.

Untuk mengurangi risiko kegagalan yang disebabkan kemungkinan

timbulnya resistensi terhadap perubahan dibutuhkan media komunikasi

secara reguler untuk mensosialisasikan RB atau perubahan yang sedang

dan akan dilakukan, termasuk pentingnya peran agent of change dan

manfaat dari forum pembelajaran atau inovasi.

Page 21: Sekretariat Utama

- 19 -

Rangkuman analisa pengaruh lingkungan strategis di atas dapat dilihat dalam

Tabel 1.4 berikut:

Tabel 1.4.

Rangkuman Analisis SWOT

Hasil Pembahasan (SWOT)

Strengths

1. Kompetensi ASN yang memadai dalam mendukung

pelaksanaan tugas

2. Variasi latar belakang pendidikan untuk dapat menjalankan

tugas dan fungsi di BPOM

3. Standar Kompetensi telah ditetapkan sebagai acuan

pengembangan kompetensi

4. Komitmen Pimpinan dan seluruh ASN BPOM menerapkan

Reformasi Birokrasi

5. Sistem Manajemen Mutu yang telah diimplementasikan

dengan baik

6. Standar Sarana dan Prasarana yang telah ditetapkan

7. Tersedianya Contact Center untuk melayani pengaduan dan

informasi konsumen

Weaknesses

1. Beberapa ASN masih memerlukan peningkatan kompetensi

(capacity building)

2. Jumlah dan sebaran ASN yang belum memadai dibandingkan

dengan cakupan tugas pengawasan dan beban kerja

3. Implementasi Human Capital Management belum optimal

4. Terbatasnya sarana dan prasarana baik pendukung maupun

utama

5. Dukungan e-gov untuk menunjang tugas kesektamaan belum

memadai

6. Tugas, fungsi dan kewenangan belum adaptif dengan

perubahan lingkungan strategis

7. Pengelolaan BMN belum optimal

8. Mutu laporan keuangan BPOM belum optimal

9. Beberapa regulasi belum memadai

Opportunities

1. Perkembangan Teknologi Informasi sebagai sarana KIE yang

sangat cepat

2. Tingginya ekspektasi masyarakat

3. Tingginya minat media terhadap infomasi Pengawasan Obat

dan Makanan

4. Jejaring kerja sama yang luas dengan K/L/I baik di dalam

maupun di luar negeri

5. Pembina fungsional pengawas farmasi dan makanan

Threats

1. Masih rendahnya pengetahuan masyarakat terhadap Obat

dan Makanan

2. Peraturan perundang-undangan yang dinamis dan

membutuhkan proses penyesuaian

Page 22: Sekretariat Utama

- 20 -

Hasil Pembahasan (SWOT)

3. Legal aspek Pengawasan Obat dan Makanan belum memadai

4. Globalisasi, Perdagangan Bebas dan Komitmen Internasional

5. Tuntutan suprasistem agar perencanaan dan penganggaran

disusun berdasarkan pada aspek teknis, ekonomi, sosial, dan

spasial

Berdasarkan hasil Analisa SWOT tersebut di atas, maka Sektama perlu

melakukan penguatan organisasi agar faktor-faktor lingkungan strategis yang

mempengaruhi baik dari internal maupun eskternal tidak akan menghambat

pencapaian tujuan dan sasaran organisasi Sektama periode 2015-2019. Dilihat

dari keseimbangan pengaruh lingkungan internal antara kekuatan dan

kelemahan serta pengaruh lingkungan eskternal antara peluang dan ancaman,

Sektama harus melakukan pengembangan dan perluasan organisasi agar

dapat mewujudkan visi, misi dan tujuan organisasi Sektama periode 2015-

2019. Di bawah ini pada gambar 1.5. terdapat diagram yang menunjukkan

analisa permasalahan dan peran BPOM sesuai tugas, fungsi, dan kewenangan.

Gambar 1.5. Diagram Permasalahan dan Isu Strategis, Kondisi Saat Ini dan

Dampaknya

Berdasarkan kondisi obyektif yang dipaparkan di atas, kapasitas

Sektama sebagai unit kerja Eselon I yang membina dan menyelenggarakan

pelayanan di bidang administrasi umum masih perlu terus dilakukan

penguatan kelembagaan agar pencapaian kinerja di masa datang dapat terus

ditingkatkan sehingga hasil pembinaan dan pelayananan maupun tugas-tugas

BELUM OPTIMALNYA PERAN SEKTAMA DALAM MELAKSANAKAN PEMBINAAN DAN PELAYANAN DI BIDANG

ADMINISTRASI UMUM

Belum optimalnya pembinaan dalam

mendukung tugas-tugas utama BPOM yang meliputi organisasi,

manajemen dan SDM

Belum optimalnya penyelenggaraan

pelayanan di bidang administrasi Umum

Belum optimalnya pelaksanaan tugas-tugas lainnya yang

diberikan oleh Kepala BPOM

PERAN SEKTAMA

PEMBINAAN PEMBERIAN PELAYANAN DI BIDANG ADMINISTRASI UMUM

Page 23: Sekretariat Utama

- 21 -

lain yang menjadi tanggungjawab Sektama dapat memberikan kontribusi bagi

tujuan dan sasaran organisasi BPOM. dalam rangka menjamin keamanan Obat

dan Makanan yang lebih baik.

Untuk itu, isu-isu strategis yang menjadi pokok permasalahan dalam

peran dan kewenangan Sektama yang harus terus diperkuat dalam

peningkatan kinerja di masa yang akan datang adalah sebagai berikut:

1. Perlu terus ditingkatkan pembinaan terutama di bidang manajemen.

2. Perlu peningkatan Human Capital Management.

3. Perlu dilakukan penataan kelembagaan agar tepat fungsi dan tepat

ukuran.

4. Perlu terus ditingkatkan efektifitas penyelenggaraan pelayanan

administrasi umum dan pelayanan publik.

5. Perlu ditingkatkan jejaring kerjasama di dalam dan luar negeri.

6. Perlu penguatan akuntabilitas melalui penguatan pengawasan internal.

7. Perlu penguatan pengawalan pembentukan dan implementasi regulasi.

8. Perlu peningkatan pemberian bantuan hukum terhadap kasus-kasus di

bidang Obat dan Makanan.

9. Perlu penguatan e-government

10. Perlu ditingkatkan sarana prasarana penunjang kinerja.

Untuk memperkuat peran dan kewenangan tersebut secara efektif,

Sektama perlu terus melakukan perbaikan, dan pengembangan secara

kelembagaan serta penguatan regulasi yang menyangkut peran dan tugas

pokok dan fungsinya. Di samping itu, kondisi lingkungan strategis dengan

dinamika perubahan yang sangat cepat, menuntut Sektama dapat melakukan

evaluasi dan mampu beradaptasi dalam pelaksanaan peran-perannya secara

tepat dan sesuai dengan kebutuhan zaman. Dengan etos tersebut, diharapkan

Sektama mampu menjadi katalisator dalam proses pencapaian tujuan dan

sasaran Organisasi BPOM.

Gambar 1.6. Bisnis Proses SEKTAMA

SEKTAMA

Pembinaan secara kelembagaan (Organisasi,

SDM dan Manajamen ) termasuk Aspek Hukum

Penyelenggaraan pelayanan di bidang

Adm Umum

Pelaksanaaan Tugas

Lainnya

PEMBINAAN

PELAYANAAN

Page 24: Sekretariat Utama

- 22 -

Sesuai dengan bisnis proses pada gambar di atas, dalam melaksanakan peran

dan kewenangan yang optimal sesuai dengan peran dan kewenangan Sektama

sebagai unit kerja yang bertanggungjawab dalam meningkatkan kualitas

pembinaan dan pelayanan maka penguatan Peran dan Kewenangan Sektama

untuk periode 2015-2019 sebagaimana tabel 1.5 di bawah ini

Tabel 1.5.

Penguatan Peran Sektama Tahun 2015-2019

Pembinaan.

Pembinaan dalam penguatan kelembagaan yang

meliputi

1. Organisasi

2. Manajemen

3. SDM

4. Aspek Hukum

Pelayanan

Pemberian pelayanan di bidang adaminitrasi umum

yang meliputi:

1. Perencanaan dan penganggaran,

2. Monitoring evaluasi,

3. Keuangan,

4. Tata laksana,

5. Ketatausahaan,

6. Kepegawaian,

7. Kearsipan,

8. Perlengkapan dan rumah tangga,

9. Kerjasama dan hubungan luar negeri,

10. Kehumasan,

11. Bantuan hukum,

12. Pengaduan dan informasi konsumen,

13. Penyusunan rancangan peraturan perundang

undangan

Page 25: Sekretariat Utama

- 23 -

BAB II

VISI, MISI DAN TUJUAN SEKTAMA

2.1. VISI

Berdasarkan kondisi umum, potensi, permasalahan dan tantangan yang

dihadapi ke depan sebagaimana telah dijelaskan pada Bab I, maka Sektama

sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya sebagai unit organisasi yang

bertanggungjawab dalam melaksanaan pembinaan dan penyelenggaraan

pelayanan di bidang Administrasi Umum dituntut untuk melakukan

pembinaan dan pelayanan yang berkualitas sesuai standar yang telah

ditetapkan. Untuk itu, Sektama telah menetapkan visi, misi dan tujuan serta

sasarannya.

Mengingat Sektama memiliki peran strategis dalam mendukung

pencapaian Visi BPOM, maka Visi Sektama yang akan dicapai sesuai Renstra

periode 2015-2019 adalah sama dengan Visi BPOM yaitu:

“Obat dan Makanan Aman Meningkatkan Kesehatan Masyarakat dan Daya

Saing Bangsa”

Diharapkan Sektama dapat memberikan kontribusi yang signifikan sesuai

dengan tugas pokok dan fungsinya bagi keberhasilan pelaksanaan Renstra

BPOM 2015-2019.

Penjelasan Visi:

Proses penjaminan pengawasan Obat dan Makanan harus melibatkan

masyarakat dan pemangku kepentingan serta dilaksanakan secara akuntabel

serta diarahkan untuk menyelesaikan permasalahan kesehatan yang lebih

baik. Sejalan dengan itu, maka pengertian kata Aman dan Daya Saing adalah

sebagai berikut:

Aman : Kemungkinan risiko yang timbul pada penggunaan Obat dan

Makanan telah melalui analisa dan kajian, sehingga risiko

yang mungkin masih timbul adalah seminimal mungkin/

dapat ditoleransi/tidak membahayakan saat digunakan pada

manusia. Dapat juga diartikan bahwa khasiat/manfaat Obat

dan Makanan meyakinkan, keamanan memadai, dan

mutunya terjamin.

Daya Saing : Kemampuan menghasilkan produk barang dan jasa yang

telah memenuhi standar, baik standar nasional maupun

internasional, sehingga produk lokal unggul dalam

menghadapi pesaing di masa depan.

Page 26: Sekretariat Utama

- 24 -

2.2. MISI

Untuk mewujudkan visi tersebut di atas, telah ditetapkan Misi Sektama

sebagai berikut:

1. Meningkatkan sistem pengawasan Obat dan Makanan berbasis risiko

untuk melindungi masyarakat

Pengawasan Obat dan Makanan merupakan pengawan komprehensif (full

spectrum) mencakup standardisasi, penilaian produk sebelum beredar,

pemeriksaan sarana produksi dan distribusi, sampling dan pengujian

produk serta penegakan hukum. Dengan penjaminan mutu produk Obat

dan Makanan yang konsisten, yaitu memenuhi standar aman,

berkhasiat/bermanfaat dan bermutu, diharapkan BPOM mampu

melindungi masyarakat dengan optimal. Menyadari kompleksnya tugas

yang diemban BPOM, maka perlu disusun suatu strategi yang mampu

mengawalnya.

Di satu sisi tantangan dalam pengawasan Obat dan Makanan semakin

tinggi, sementara sumber daya yang dimiliki terbatas, maka perlu adanya

prioritas dalam penyelenggaraan tugas. Untuk itu pengawasan Obat dan

Makanan seharusnya didesain berdasarkan analisis risiko, untuk

mengoptimalkan seluruh sumber daya yang dimiliki secara proporsional

untuk mencapai tujuan sasaran strategis ini.

BPOM termasuk Sektama perlu melakukan mitigasi risiko di semua proses

bisnis BPOM.

2. Mendorong kemandirian pelaku usaha dalam memberikan jaminan

keamanan Obat dan Makanan serta memperkuat kemitraan dengan

pemangku kepentingan

Dalam 5 (lima) tahun ke depan, paradigma pengawasan Obat dan Makanan

harus diubah yang sebelumnya adalah “watchdog” control menjadi pro-

active control dengan mendorong pemberdayaan masyarakat dan kemitraan

dengan pemangku kepentingan.

Sebagai salah satu pilar Sistem Pengawasan Obat dan Makanan (SISPOM),

masyarakat sebagai konsumen juga mempunyai peran yang sangat

strategis dalam pengawasan Obat dan Makanan. Masyarakat diharapkan

dapat memilih dan menggunakan Obat dan Makanan yang memenuhi

standar, dan diberi kemudahan akses informasi dan komunikasi terkait

Obat dan Makanan, serta memberikan laporan/pengaduan atas kejadian

pelanggaran Obat dan Makanan. Untuk itu, BPOM melakukan berbagai

upaya yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam

mendukung pengawasan melalui kegiatan Pemberdayaan, Komunikasi,

Informasi dan Edukasi kepada masyarakat, serta kemitraan dengan

Page 27: Sekretariat Utama

- 25 -

pemangku kepentingan lainnya sehingga mampu melindungi diri sendiri

dan terhindar dari produk Obat dan Makanan yang mengandung bahan

berbahaya dan ilegal.

Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, BPOM tidak dapat berjalan

sendiri, sehingga diperlukan kerjasama atau kemitraan dengan pemangku

kepentingan lainnya. Dalam era otonomi daerah, khususnya terkait dengan

bidang kesehatan, peran daerah dalam menyusun perencanaan

pembangunan serta kebijakan mempunyai pengaruh yang sangat besar

terhadap pencapaian tujuan nasional di bidang kesehatan. Pengawasan

Obat dan Makanan bersifat unik karena tersentralisasi, yaitu dengan

kebijakan yang ditetapkan oleh Pusat dan diselenggarakan oleh Balai di

seluruh Indonesia. Hal ini tentunya menjadi tantangan tersendiri dalam

pelaksanaan tugas pengawasan, karena kebijakan yang diambil harus

bersinergi dengan kebijakan dari Pemerintah Daerah sehingga pengawasan

dapat berjalan dengan efektif dan efisien.

3. Meningkatkan kapasitas kelembagaan BPOM

Untuk mendorong misi pertama dan kedua, diperlukan sumber daya yang

memadai dalam mencapai kapasitas kelembagaan yang kuat. Hal ini

membutuhkan sumber daya yang merupakan modal penggerak organisasi.

Sumber daya dalam hal ini terutama terkait dengan sumber daya manusia

dan sarana-prasarana penunjang kinerja. Ketersediaan sumber daya yang

terbatas baik jumlah dan kualitasnya, menuntut BPOM harus mampu

mengelola sumber daya tersebut seoptimal mungkin agar dapat

mendukung terwujudnya sasaran program dan kegiatan yang telah

ditetapkan. Pada akhirnya, pengelolaan sumber daya yang efektif dan

efisien menjadi sangat penting untuk diperhatikan oleh seluruh elemen

organisasi.

Di samping itu, BPOM sebagai suatu LPNK yang dibentuk pemerintah

untuk melaksanakan tugas tertentu tidak hanya bersifat teknis semata

(techno structure), namun juga melaksanakan fungsi pengaturan

(regulating), pelaksana (executing), dan pemberdayaan (empowering). Untuk

itu, diperlukan penguatan kelembagaan/organisasi. Kelembagaan tersebut

meliputi struktur yang kaya dengan fungsi, proses bisnis yang tertata dan

efektif, serta budaya kerja yang sesuai dengan nilai organisasi.

Dari segi organisasi, perlu meningkatkan kualitas kinerja dengan tetap

mempertahankan sistem manajemen mutu dan prinsip organisasi

pembelajar (learning organization). Untuk mendukung itu, maka BPOM

perlu untuk memperkuat koordinasi internal dan meningkatkan kapasitas

sumber daya manusia serta saling bertukar informasi (knowledge sharing).

Page 28: Sekretariat Utama

- 26 -

2.3. BUDAYA ORGANISASI

Budaya organisasi merupakan nilai-nilai luhur yang diyakini dan harus

dihayati dan diamalkan oleh seluruh anggota organisasi dalam melaksanakan

tugasnya. Nilai-nilai luhur yang hidup dan tumbuh-kembang dalam organisasi

menjadi semangat bagi seluruh anggota organisasi dalam berkarsa dan

berkarya, adalah:

1. Profesional

Menegakkan profesionalisme dengan integritas, objektivitas, ketekunan dan

komitmen yang tinggi.

2. Integritas

konsistensi dan keteguhan yang tak tergoyahkan dalam menjunjung tinggi

nilai-nilai luhur dan keyakinan

3. Kredibilitas

Dapat dipercaya, dan diakui oleh masyarakat luas, nasional dan

internasional.

4. Kerjasama Tim

Mengutamakan keterbukaan, saling percaya dan komunikasi yang baik.

5. Inovatif

Mampu melakukan pembaruan dan inovasi-inovasi sesuai dengan

perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi terkini.

6. Responsif/Cepat Tanggap

Antisipatif dan responsif dalam mengatasi masalah.

2.4 TUJUAN

Dalam rangka pencapaian visi dan misi, maka tujuan yang akan dicapai

Sektama dalam kurun waktu 2015-2019 adalah sebagai berikut:

Terwujudnya penyelenggaraan kelembagaan yang efektif, efisien dan

akuntabel.

Capaian Tujuan ini diukur dengan indikator:

Indeks PAN RB dengan target AA pada tahun 2019

2.5 SASARAN STRATEGIS

Sasaran strategis ini disusun berdasarkan visi dan misi yang ingin

dicapai Sektama, dengan mempertimbangkan tantangan masa depan dan

sumber daya serta infrastruktur yang dimiliki BPOM. Dalam kurun waktu 5

(lima) tahun (2015-2019) ke depan diharapkan Sektama akan dapat mencapai

sasaran strategis sebagai berikut:

Page 29: Sekretariat Utama

- 27 -

1. Meningkatnya kuantitas dan kualitas Produk Hukum dalam rangka

Memperkuat Sistem Pengawasan Obat dan Makanan

Sistem pengawasan Obat dan Makanan yang diselenggarakan oleh BPOM

merupakan suatu proses yang komprehensif, mencakup pengawasan pre-

market dan post-market. Salah satu subsistem itu adalah standardisasi

yang merupakan fungsi penyusunan standar, regulasi, dan kebijakan

terkait dengan pengawasan Obat dan Makanan. Sektama dalam hal ini

perlu mengawal pemenuhan regulasi/standar sesuai dengan rencana

pelaksanaan dalam kerangka regulasi. Peran Sektama sangat strategis

untuk menjaga harmonisasi setiap peraturan perundang-undangan terkait

pengawasan Obat dan Makanan sehingga tidak berbenturan dan duplikasi

serta mendorong rancangan standar/regulasi menjadi produk hukum

yang siap diundangkan. Ke depan Sektama juga perlu memperkuat

fungsinya dalam menilai dampak peraturan perundang-undangan dan

kebijakan pengawasan Obat dan Makanan bagi masyarakat.

Standardisasi termasuk penataan peraturan perundang-undangan ini

dilakukan terpusat, dimaksudkan untuk menghindari perbedaan standar

yang mungkin terjadi akibat setiap provinsi membuat standar tersendiri.

Kaitannya dengan pengawasan Obat dan Makanan di daerah, Sektama

perlu mendorong dan mengawal ketersediaan NSPK yang berupa

peraturan perundang-undangan dalam bentuk Peraturan/SK Gubernur

dan ditindaklanjuti dengan Peraturan/SK Bupati/Walikota.

Dalam kaitan pengawalan pembentukan dan implementasi NSPK, perlu

dukungan Sektama untuk melakukan advokasi terhadap pemangku

kepentingan di tingkat pemerintah provinsi dan kabupaten/kota.

Untuk mengukur capaian sasaran strategis ini, maka indikatornya sebagai

berikut:

1. Jumlah Peraturan Kepala BPOM yang diundangkan, dengan target

100 sampai tahun 2019

2. Meningkatnya Partisipasi Masyarakat dan Efektivitas Kerjasama.

Pengawasan Obat dan Makanan merupakan suatu program yang terkait

dengan banyak sektor, baik pemerintah maupun non pemerintah. Untuk

itu perlu dijalin suatu kerjasama, Komunikasi, Informasi dan Edukasi

yang baik.

Kerjasama yang telah dilakukan oleh BPOM belum dilakukan dengan

program yang terukur dan sistematis serta belum dimanfaatkan secara

optimal baik untuk kepentingan BPOM maupun pelaku usaha dan

masyarakat. Padahal kerjasama dengan berbagai pihak termasuk

masyarakat sangat strategis dalam menopang tugas pengawasan Obat dan

Makanan yang menjadi mandat BPOM. Untuk mendorong kemitraan dan

kerjasama yang lebih sistematis, dapat dilakukan melalui tahapan

Page 30: Sekretariat Utama

- 28 -

identifikasi tingkat kepentingan setiap lembaga/institusi, baik pemerintah

maupun sektor swasta dan kelompok masyarakat terhadap tugas pokok

dan fungsi BPOM, identifikasi sumber daya yang dimiliki oleh masing-

masing institusi tersebut dalam mendukung tugas yang menjadi mandat

BPOM, dan menentukan indikator bersama atas keberhasilan program

kerjasama. Kerjasama dan kemitraan dapat dilakukan dengan saling

mendukung serta berbagi sumber daya (dana, program atau SDM) yang

tersedia di masing-masing lembaga dengan terlebih dahulu menentukan

tujuan dan kerangka kerjasamanya, atau dengan “mendelegasikan”

program-program yang ada di BPOM kepada lembaga/ kelompok

masyarakat yang memiliki program yang sejalan dengan BPOM dengan

mendukung pembiayaan program lembaga tersebut. Untuk memastikan

bahwa kerjasama ini bisa berjalan dengan baik dan berkelanjutan, maka

harus disusun kesepakatan (MoU) yang mengikat kedua belah pihak

dengan mengacu pada tujuan kerjasama yang telah disepakati termasuk

mekanisme dan sistem monitoring dan evaluasi.

Ke depan Sektama BPOM perlu mendorong pemanfaatan kerjasama dalam

negeri dan luar negeri yang ada maupun membuat kerjasama baru yang

dapat dimanfaatkan oleh pemangku kepentingan.

Komunikasi yang efektif dengan media merupakan hal yang wajib

dilakukan, untuk mengkomunikasikan hasil pengawasan kepada

masyarakat.

Selain itu, terkait dengan subsistem pengawasan Obat dan Makanan oleh

masyarakat sebagai konsumen, kesadaran masyarakat terkait Obat dan

Makanan yang memenuhi syarat harus diciptakan. Obat dan Makanan

yang diproduksi dan diedarkan di pasaran (masyarakat) masih berpotensi

untuk tidak memenuhi syarat, sehingga masyarakat harus lebih cerdas

dalam memilih dan menggunakan produk Obat dan Makanan yang aman,

bermanfaat dan bermutu. Upaya peningkatan kesadaran masyarakat

dilakukan BPOM melalui kegiatan pembinaan dan bimbingan melalui

Komunikasi, layanan Informasi, dan Edukasi (KIE).

Untuk mengukur keberhasilan pencapaian sasaran strategis ini, maka

indikatornya sebagai berikut:

1. Jumlah kerjasama yang efektif, dengan target kumulatif pada akhir

2019 sebanyak 50 kerjasama.

2. Tingkat Pemahaman masyarakat terhadap Obat dan Makanan, dengan

target Baik pada akhir 2019.

3. Persentase pengaduan konsumen yang ditindaklanjuti, dengan target

85 pada akhir 2019.

Page 31: Sekretariat Utama

- 29 -

3. Meningkatnya Kualitas Kapasitas Kelembagaan BPOM

Sejalan dengan pengarusutamaan tata kelola pemerintahan yang baik

(good governance) seperti termuat dalam RPJMN 2015-2019, BPOM

berupaya untuk terus melaksanakan Reformasi Birokrasi (RB) di 8

(delapan) area perubahan. Hal ini dalam rangka menciptakan birokrasi

yang bermental melayani yang berkinerja tinggi sehingga kualitas

pelayanan publik BPOM akan meningkat.

Kualitas tatakelola pemerintahan adalah prasyarat tercapainya tujuan dan

sasaran strategis BPOM (1 dan 2). Penerapan tata kelola pemerintahan

yang baik secara konsisten ditandai dengan berkembangnya aspek

keterbukaan, akuntabilitas, efektivitas, efisiensi, supremasi hukum,

keadilan, dan partisipasi masyarakat.

Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi

Publik (KIP) menjadi landasan untuk memantapkan penerapan prinsip-

prinsip good governance dalam penyelenggaraan pemerintahan. Selain itu,

untuk menginstitusionalisasi keterbukaan informasi publik, telah

ditetapkan Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) di BPOM.

Pada tahun 2015-2019, Badan POM berupaya untuk meningkatkan hasil

penilaian eksternal meliputi penilaian RB, Opini BPK dan SAKIP. Selain

upaya internal, peningkatan hasil penilaian suprasistem akan terjadi

dengan adanya dukungan eksternal antara lain dengan adanya (i)

dukungan kebijakan pemenuhan target kuantitas dan kualitas SDM di

Badan POM agar beban kerja lebih realistis, (ii) penguatan organisasi, (iii)

dukungan anggaran.

Sumber daya meliputi 5 M (man, material, money, method, and machine)

merupakan modal penggerak organisasi. Ketersediaan sumber daya yang

terbatas baik jumlah dan kualitasnya, menuntut kemampuan BPOM

untuk mengelola sumber daya tersebut seoptimal mungkin dan secara

akuntabel agar dapat mendukung terwujudnya sasaran program dan

kegiatan yang telah ditetapkan. Penguatan kelembagaan/organisasi

merupakan hal mendasar untuk mendukung pencapaian Tujuan BPOM.

Penataan dan penguatan organisasi bertujuan untuk meningkatkan

efisiensi dan efektivitas organisasi secara proporsional menjadi tepat

fungsi dan tepat ukuran sesuai dengan kebutuhan pelaksanaan tugas dan

fungsi BPOM. Penataan tata laksana bertujuan untuk meningkatkan

efisiensi dan efektivitas sistem dan prosedur kerja.

Selain itu, untuk mendukung Sasaran Strategis 1 dan 2, perlu dilakukan

penguatan kapasitas SDM dalam pengawasan Obat dan Makanan. Dalam

hal ini pengelolaan SDM harus sejalan dengan mandat transformasi UU

ASN yang dimulai dari (i) penyusunan dan penetapan kebutuhan, (ii)

pengadaan, (iii) pola karir, pangkat, dan jabatan, (iv) pengembangan karir,

Page 32: Sekretariat Utama

- 30 -

penilaian kinerja, disiplin, (v) promosi-mutasi, (vi) penghargaan,

penggajian, dan tunjangan, (vii) perlindungan jaminan pensiun dan

jaminan hari tua, sampai dengan (viii) pemberhentian.

Pada area pengambilan kebijakan hukum dan penegakan hukum, peran

Sektama mendukung pelaksanaan tugas tersebut dalam hal pemberian

bantuan hukum, termasuk menangani perkara hukum yang mungkin

timbul dalam pelaksanaan tugas dimaksud.

Untuk mengukur keberhasilan pencapaian sasaran strategis ini, maka

dibuat indikatornya adalah:

1. Indeks PAN RB, dengan target AA pada tahun 2019,

2. Opini Laporan Keuangan BPOM dari BPK, dengan target WTP pada

tahun 2019,

3. Nilai SAKIP BPOM dari MenPAN, dengan target A pada tahun 2019.

4. Persentase pegawai yang memenuhi standar kompetensi, dengan target

75% pada tahun 2019.

Adapun ringkasan Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja Sektama tahun

2015-2019 sesuai dengan penjelasan di atas, adalah sebagai berikut :

Tabel 2.1

Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja

Sasaran Strategis Indikator Kinerja

Meningkatnya Kuantitas dan

Kualitas Produk Hukum dalam

rangka Memperkuat Sistem

Pengawasan Obat dan Makanan

Jumlah Peraturan Kepala BPOM yang

diundangkan*)

Meningkatnya Partisipasi

Masyarakat dan Efektivitas

Kerjasama

1. Jumlah kerjasama yang efektif

2. Tingkat Pemahaman masyarakat terhadap

Obat dan Makanan

3. Persentase pengaduan konsumen yang

ditindaklanjuti*)

Meningkatnya kualitas kapasitas

kelembagaan BPOM

1. Indeks PAN RB*)

2. Nilai SAKIP BPOM

3. Opini Laporan Keuangan BPOM dari BPK

4. Persentase pegawai yang memenuhi

standar kompetensi

*) Indikator Kinerja Utama

Page 33: Sekretariat Utama

- 31 -

Dari indikator kinerja tersebut di atas, ditetapkan Indikator Kinerja Utama

Sekretariat Utama adalah :

1. Jumlah Peraturan Kepala BPOM yang diundangkan;

2. Persentase pengaduan konsumen yang ditindaklanjuti;

3. Indeks PAN RB.

Page 34: Sekretariat Utama

- 32 -

BAB III

ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI

DAN KERANGKA KELEMBAGAAN

3.1. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI BPOM

Sebagaimana telah dijelaskan dalam Bab I, bahwa Renstra Sektama

disusun berdasarkan Renstra Kepala BPOM tahun 2015-2019. Berdasarkan

pelaksanaan, pencapaian, dan sebagai keberlanjutan Renstra periode

sebelumnya, Renstra Sektama ditujukan untuk mewujudkan pelayanan yang

prima dalam rangka mendukung terwujudynya tujuan organisasi BPOM.

Arah Kebijakan BPOM yang akan dilaksanakan:

1) Penguatan Sistem Pengawasan Obat dan Makanan berbasis risiko untuk

melindungi masyarakat

Penguatan Sistem Pengawasan Obat dan Makanan berbasis risiko dimulai

dari perencanaan yang diarahkan berdasar pada aspek teknis, ekonomi,

sosial dan spasial. Aspek-aspek tersebut dilakukan dengan pendekatan

analisis risiko yaitu dengan memprioritaskan pengawasan kepada hal-hal

yang berdampak risiko lebih besar agar pengawasan yang dilakukan lebih

optimal.

Keberadaan BB/Balai POM hampir di seluruh wilayah Indonesia

memungkinkan BPOM meningkatkan pemerataan pembangunan terutama

di bidang pengawasan Obat dan Makanan. Perencanaan berbasis spasial

sudah menjadi hal yang perlu diperhatikan karena secara logis risiko

terhadap Obat dan Makanan yang beredar di masyarakat berbeda pada

setiap lokus atau wilayah di daerah. Kebijakan ini harus dijabarkan juga

oleh BB/Balai POM di daerah dalam perencanaan pengawasan Obat dan

Makanan di catchment area-nya.

Selain itu, penguatan sistem pengawasan Obat dan Makanan juga didorong

untuk meningkatkan perlindungan kepada kelompok rentan meliputi

balita, anak usia sekolah, dan penduduk miskin. Pada pengawasan Obat,

hal ini dilakukan antara lain melalui pengawasan keamanan, khasiat, dan

mutu vaksin serta Obat Program JKN. Pada pengawasan makanan,

kelompok rentan ini bahkan telah diidentifikasi mencakup bayi, orang

sakit, ibu hamil, orang dengan immunocompromised, dan manula.

Pengawasan ini dilakukan antara lain melalui pengawasan pangan berisiko

tinggi (seperti susu formula dan produk kaleng), pengawasan Pangan

Jajanan Anak Sekolah, dan pengawasan pangan fortifikasi.

Page 35: Sekretariat Utama

- 33 -

2) Peningkatan pembinaan dan bimbingan dalam rangka mendorong

kemandirian pelaku usaha dalam memberikan jaminan keamanan dan

daya saing produk Obat dan Makanan

Sejalan dengan Revolusi Mental, diharapkan BPOM dapat meningkatkan

kemandirian ekonomi utamanya daya saing Obat dan Makanan.

Pendekatan dalam kebijakan ini meliputi antara lain penerapan Risk

Management Program secara mandiri dan terus menerus oleh produsen

Obat dan Makanan. Ketersediaan tenaga pengawas merupakan tanggung

jawab produsen. Namun BPOM perlu memfasilitasi pemenuhan kualitas

sumber daya pengawas tersebut melalui pembinaan dan bimbingan,

pelatihan, maupun media informasi, serta verifikasi kemandirian tersebut.

3) Peningkatan Kerjasama, Komunikasi, Informasi dan Edukasi publik melalui

kemitraan pemangku kepentingan dan partisipasi masyarakat dalam

pengawasan Obat dan Makanan

Menyadari keterbatasan BPOM, baik dari sisi kelembagaan maupun

sumber daya yang tersedia (SDM maupun pembiayaan), maka kerjasama

kemitraan dan partisipasi masyarakat adalah elemen kunci yang harus

dipastikan oleh BPOM dalam pelaksanaan tugas dan fungsi pengawasan

Obat dan Makanan. Di sisi lain, tanggung jawab pengawasan Obat dan

Makanan (walau mandat konstitusionalnya ada di BPOM) ini mestinya

tidak hanya melekat dan menjadi monopoli BPOM, tapi pemerintah daerah

dan masyarakat juga dituntut untuk ikut andil dan terlibat aktif dalam

pelaksanaan pengawasan tersebut. Dalam hal ini BPOM mestinya jeli dan

proaktif dalam mendorong kerjasama dan kemitraan dengan melibatkan

berbagai kelompok kepentingan dalam dan luar negeri, baik dari unsur

pemerintah, pelaku usaha (khususnya Obat dan Makanan), asosiasi pihak

universitas/akademisi, media dan organisasi masyarakat sipil terkait

lainnya, dalam upaya memastikan bahwa Obat dan Makanan yang beredar

di masyarakat itu aman untuk dikonsumsi.

Bentuk draft dan model kerjasama/kemitraan itu juga harus dirancang

dengan fleksibel, tapi tetap mengikat dan dipatuhi oleh semua pihak yang

terlibat dalam kerjasama, serta berkelanjutan dengan terpantau.

Kebijakan ini juga dapat difokuskan pada memaksimalkan Komunikasi,

Informasi dan Edukasi publik sebagai upaya strategis dalam pengawasan

Obat dan Makanan. Dalam hal ini, yang harus dipastikan bahwa materi

KIE itu harus distandarkan, memiliki muatan informatif dan jelas

menguraikan pesan yang dikampanyekan, serta mampu menjangkau

khalayak yang ingin disapa oleh BPOM tersebut (misalnya memanfaatkan

berbagai media sosial).

Page 36: Sekretariat Utama

- 34 -

4) Penguatan kapasitas kelembagaan pengawasan OM melalui penataan

struktur yang kaya dengan fungsi, proses bisnis yang tertata dan efektif,

budaya kerja yang sesuai dengan nilai organisasi serta pengelolaan sumber

daya yang efektif dan efisien.

Kebijakan ini mengarahkan pada pengelolaan sumber daya internal secara

efektif dan efisien, dengan fokus pada 8 (delapan) area reformasi birokrasi

untuk mewujudkan tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif,

demokratis, dan terpercaya. Pengelolaan persediaan, penataan aset,

penguatan kapasitas laboratorium, penguatan sistem informasi teknologi

untuk mendukung pelayanan publik, pengembangan SIPT sebagai aplikasi

knowledge base dalam mendukung risk based control, penguatan sistem

perencanaan dan penganggaran, serta implementasi keuangan berbasis

akrual perlu menjadi penekanan/agenda prioritas.

Dalam upaya meraih WTP, selain memelihara komitmen dan integritas

pimpinan, para pengelola keuangan, dan pelaksana kegiatan, perlu juga

dilakukan strategi dan upaya penguatan Sistem Pengendalian Intern

Pemerintah (SPIP), penguatan perencanaan dan penganggaran,

peningkatan kualitas laporan keuangan (LK), peningkatan kualitas proses

pengadaan Barang dan Jasa, pembenahan penatausahaan BMN (aset tetap

dan persediaan), penguatan monitoring dan evaluasi, peningkatan kualitas

pengawasan dan reviu LK, serta percepatan penyelesaian tindak lanjut

Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP).

Terkait perencanaan dan penganggaran, sesuai tuntutan suprasistem,

BPOM perlu mengubah data elektronisasi menjadi data bentuk peta

(spasial) dapat diakses secara online dan real time yaitu berupa data-data

kondisi (misalnya peta penyebaran sarana produksi & sarana distribusi

Obat dan Makanan), peta capaian hasil kinerja pengawasan (misalnya peta

hasil pengujian laboratorium, penyelesaian kasus, dan sebagainya). Selain

itu data-data perlu diolah dan dilakukan analisis kesenjangan kinerja

pengawasan antar wilayah sehingga dapat menjadi input dalam

pelaksanaan program pengawasan Obat dan Makanan berbasis risiko.

Selain memberi arah penguatan ke dalam institusi BPOM, kebijakan

iniperlu disertai dengan strategi dan upaya peningkatan kerjasama dan

komunikasi ke pihak eksternal yang strategis.

Sedangkan strategi yang akan dilaksanakan mencakup eksternal dan internal:

Eksternal:

1) Penguatan kemitraan dengan lintas sektor terkait pengawasan Obat dan

Makanan;

Page 37: Sekretariat Utama

- 35 -

2) Peningkatan pembinaan dan bimbingan melalui komunikasi, informasi

dan Edukasi kepada masyarakat dan pelaku usaha di bidang Obat dan

Makanan;

Internal:

3) Penguatan Regulatory System pengawasan Obat dan Makanan berbasis

risiko;

4) Membangun Manajemen Kinerja dari Kinerja Lembaga hingga kinerja

individu/pegawai;

5) Mengelola anggaran secara lebih efisien, efektif dan akuntabel serta

diarahkan untuk mendorong peningkatan kinerja lembaga dan pegawai;

6) Meningkatkan kapasitas SDM pengawas di BPOM di tingkat pusat dan

daerah secara lebih proporsional dan akuntabel;

7) Meningkatkan kualitas sarana dan prasarana pendukung maupun

utama dalam mendukung tugas Pengawasan Obat dan Makanan.

Strategi eksternal lebih ditekankan pada aspek kerjasama dan kemitraan

dengan lintas sektor dan lembaga (pemerintah, dunia usaha dan kelompok

masyarak sipil). Mengingat begitu kompleksnya tantangan dari lingkungan

strategis baik internal maupun eskternal seperti yang diuraikan pada Bab I

tersebut di atas, maka dengan sendirinya menuntut penyesuaian-penyesuaian

dalam mekanisme internal organisasi dan kelembagaan BPOM sendiri. Untuk

konteks kerjasama misalnya, secara kelembagaan selama ini di BPOM belum

ada satu Deputi/Biro/Bagian khusus yang menangani terkait dengan

kerjasama ini. Bahwa ada Biro Kerjasama Luar Negeri, tetapi fokus tugas dan

fungsi Biro ini tidak terkait dengan model kerjasama yang akan dikembangkan

oleh BPOM ke depan. Oleh sebab itu, perlu segera melakukan pembenahan di

level organisasi dan kelembagaan dengan membentuk satu

Deputi/Biro/Bagian khusus yang bertanggungjawab atas program kerjasama

dan kemitraan ini.

Sedangkan strategi internal lebih difokuskan pada pembenahan internal

organisasi dan kelembagaan serta sumber daya pegawai BPOM sendiri. Poin

penting yang harus diperhatikan di sini adalah soal SDM pegawai, karena

kunci keberhasilan sebuah lembaga sangat ditentukan dari kualitas SDM-nya.

Agar pembangunan pengawasan Obat dan Makanan menjadi tajam dan

terarah, arah kebijakan dan strategi tersebut harus dijabarkan pada

perencanaan tahunan dengan penekanan sesuai isu nasional terkini

(penjabaran tahunan Nawacita) dan atau mengacu alternatif penekanan

sebagai berikut :

– Tahun 2016: Mendorong penguatan kelembagaan dan Pengembangan

program strategis dalam pengawasan Obat dan Makanan serta

memaksimalkan fungsi pelayanan publik. (Dalam hal ini Penguatan

Page 38: Sekretariat Utama

- 36 -

Laboratorium, Sistem IT dan Dukungan Sarana Prasarana menjadi pra

syarat yang harus dipenuhi)

– Tahun 2017: Penguatan regulasi di bidang pengawasan Obat dan Makanan

termasuk Pelaksanaan Regulatory Impact Analysis, Penguatan sistem data

pre dan post terintegrasi antara pusat dan daerah (sistem pemeriksaan

penyidikan dan pengujian), dan Penguatan Kapasitas dan Kapabilitas

Laboratorium Pengawasan Obat dan Makanan untuk memaksimalkan

Fungsi Penegakan Hukum.

– Tahun 2018: Penguatan dalam penegakan hukum di bidang pengawasan

Obat dan Makanan didukung dengan analisis dampak efektifitas

pengawasan secara ekonomi dan sosial untuk mendukung pencapaian

pembangunan nasional. (Dalam hal ini economic burden akibat pengawasan

Obat dan Makanan yang tidak efektif akan menjadi beban pemerintah

secara nasional).

Tahun 2019: Percepatan pengawasan Obat dan Makanan serta evaluasi

program (Renstra 2015-2019) dalam rangka peningkatan kinerja

pengawasan Obat dan Makanan periode berikutnya.

3.2. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI SEKRETARIAT UTAMA

Berdasarkan arah kebijakan Renstra BPOM tahun 2015-2019, maka arah

kebijakan untuk mencapai tujuan dan sasaran strategis Sektama tahun 2015-

2019 adalah:

1) Penguatan Sistem Pengawasan Obat dan Makanan berbasis risiko untuk

melindungi masyarakat

2) Peningkatan Kerjasama, Komunikasi, Informasi dan Edukasi publik melalui

kemitraan pemangku kepentingan dan partisipasi masyarakat dalam

pengawasan Obat dan Makanan

3) Penguatan kapasitas kelembagaan pengawasan Obat dan Makanan melalui

penataan struktur yang kaya dengan fungsi, proses bisnis yang tertata dan

efektif, budaya kerja yang sesuai dengan nilai organisasi serta pengelolaan

sumber daya yang efektif dan efisien.

Sedangkan strategi yang akan dilaksanakan Sektama meliputi:

1) Penguatan Regulatory System pengawasan Obat dan Makanan berbasis

risiko;

2) Peningkatan pembinaan dan bimbingan melalui komunikasi, informasi dan

Edukasi kepada masyarakat dan pelaku usaha di bidang Obat dan

Makanan;

3) Membangun manajemen kinerja mulai dari kinerja lembaga hingga kinerja

individu/pegawai;

Page 39: Sekretariat Utama

- 37 -

4) Mengelola anggaran secara lebih efisien, efektif, dan akuntabel termasuk

penyajian laporan keuangan sesuai SAP yang diarahkan untuk mendorong

peningkatan kinerja lembaga dan pegawai;

5) Meningkatkan kapasitas SDM pengawas di Badan Pengawasan Obat dan

Makanan di tingkat pusat dan daerah secara lebih proporsional dan

akuntabel; dan

6) Penguatan kemitraan di dalam dan di luar negeri terkait Obat dan Makanan

7) Meningkatkan kualitas sarana dan prasarana penunjang maupun utama

dalam mendukung tugas Pengawasan Obat dan Makanan.

Untuk melaksanakan tugas dan fungsi sebagai pembina dan

penyelenggaraan pelayanan di bidang administrasi umum, Sektama

menetapkan program sesuai Renstra BPOM Tahun 2015-2019 sebagai berikut:

1) Program generik 1. Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan

Tugas Teknis lainnya.

2) Program generik 2. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana

Selanjutnya, program-program tersebut dijabarkan dalam kegiatan-

kegiatan prioritas Sektama sebagai berikut:

1) Koordinasi Perumusan Renstra dan Pengembagan Organisasi,

Penyusunan Program dan Anggaran, Keuangan serta Evaluasi dan

Pelaporan

2) Peningkatan Penyelenggaran Hubungan dan Kerjasama Luar Negeri

3) Koordinasi Kegiatan Penyusunan Rancangan Peraturan Perundang-

undangan, Bantuan Hukum, Layanan Pengaduan Konsumen, dan

Hubungan Masyarakat

4) Peningkatan Kapasitas dan Kapabilitas SDM Aparatur Negara

Untuk mewujudkan pencapaian sasaran strategis, maka masing-masing

sasaran strategis Sekretariat Utama tahun 2015-2019 dijabarkan kepada

sasaran program dan kegiatan berdasarkan logic model perencanaan. Adapun

logic model penjabaran terhadap sasaran program dan kegiatan Sekretariat

Utama di lingkungan BPOM adalah sebagai berikut:

Page 40: Sekretariat Utama

- 38 -

Gambar 3.1. Logframe Sekretariat Utama

Tabel 3.1: Program, Sasaran Program, Kegiatan Strategis, Sasaran Kegiatan,

Indikator di Lingkungan Kesektamaan

PROGRAM SASARAN

PROGRAM

KEGIATAN

STRATEGIS

SASARAN

KEGIATAN INDIKATOR PIC

Program

Dukungan

Manajemen

dan

Pelaksanaan

Teknis

Lainnya

BPOM

Menguatnya

Kuantitas

dan Kualitas

Produk

Hukum

Koordinasi

Kegiatan

Penyusunan

Rancangan

Peraturan

Perundang-

undangan,

Bantuan

Hukum,

Layanan

Pengaduan

Konsumen dan

Hubungan

Masyarakat

Tersusunnya

rancangan

peraturan

perundang-

undangan terkait

Pengawasan Obat

dan Makanan

Jumlah

rancangan

peraturan

perundang-

undangan yang

disusun

Biro

Hukmas

Page 41: Sekretariat Utama

- 39 -

PROGRAM SASARAN

PROGRAM

KEGIATAN

STRATEGIS

SASARAN

KEGIATAN INDIKATOR PIC

Meningkatnya

Partisipasi

Masyarakat

dan

Efektivitas

Kerjasama

Koordinasi

Kegiatan

Penyusunan

Rancangan

Peraturan

Perundang-

undangan,

Bantuan

Hukum,

Layanan

Pengaduan

Konsumen dan

Hubungan

Masyarakat

Meningkatnya

kualitas layanan

komunikasi,

informasi, dan

edukasi Obat dan

Makanan

1. Jumlah

informasi obat

dan makanan

yang

dipublikasikan

2. Jumlah

layanan

pengaduan

dan informasi

konsumen

yang

ditindaklanjuti

Biro

Hukmas

Peningkatan

Penyelenggaraan

Hubungan dan

Kerjasama Luar

Negeri BPOM

Terselenggaranya

Koordinasi

Kerjasama dan

Kemitraan di

bidang

Pengawasan Obat

dan Makanan

Jumlah

pengembangan

kerjasama dan

atau kerjasama

internasional di

bidang Obat dan

Makanan

KSLN

Meningkatnya

kualitas

kapasitas

kelembagaan

BPOM

Koordinasi

Kegiatan

Penyusunan

Rancangan

Peraturan

Perundang-

undangan,

Bantuan

Hukum,

Layanan

Pengaduan

Konsumen dan

Hubungan

Masyarakat

Terselenggaranya

Pertimbangan

hukum,

penyuluhan

hukum dan

layanan bantuan

hukum

Jumlah bantuan

hukum yang

diberikan

Biro

Hukmas

Koordinasi

Perumusan

Renstra dan

Pengembangan

Organisasi,

Penyusunan

Program dan

Anggaran,

Dihasilkannya

dokumen

perencanaan,

penganggaran,

laporan

keuangan, dan

hasil evaluasi

yang terintegrasi

Jumlah

dokumen

perencanaan,

penganggaran,

keuangan dan

monitoring

evaluasi yang

dihasilkan

Biro

Perencanaan

dan

Keuangan

Page 42: Sekretariat Utama

- 40 -

PROGRAM SASARAN

PROGRAM

KEGIATAN

STRATEGIS

SASARAN

KEGIATAN INDIKATOR PIC

Keuangan serta

Evaluasi dan

Pelaporan

Tersusunnya

kajian

Organisasi, Tata

Laksana dan RB

Jumlah kajian

Organisasi, Tata

Laksana dan RB

Peningkatan

Kapasitas dan

Kapabilitas SDM

Aparatur BPOM

Terselenggaranya

pengembangan

tenaga dan

manajemen

pengawasan Obat

dan Makanan

serta

penyelenggaraan

operasional

perkantoran

1. Persentase

Aparatur Sipil

Negara (ASN)

yang

ditingkatkan

kualitasnya

melalui

pendidikan

S1, S2, S3

2. Jumlah

pengembanga

n Human

Capital

Management

3. Persentase

pegawai yang

memenuhi

standar

kompetensi

4. Persentase

SDM Aparatur

BPOM yang

memiliki

kinerja

berkriteria

baik

Biro Umum

Program

Peningkatan

Sarana dan

Prasarana

BPOM

Meningkatnya

kualitas

kapasitas

kelembagaan

BPOM

Pengadaan,

Pemeliharaan

dan Pembinaan

Pengelolaan

Sarana dan

Prasarana

Penunjang

Aparatur BPOM

Terselenggaranya

perencanaan,

pengadaan,

pemeliharaan

dan penghapusan

sarana dan

prasarana

penunjang di

BPOM serta

pembinaannya

1. Persentase

pemenuhan

ketersediaan

sarana dan

prasarana

penunjang

kinerja sesuai

standar

2. Persentase

satker yang

mampu

mengelola

BMN dengan

baik

Biro Umum

Page 43: Sekretariat Utama

- 41 -

PROGRAM SASARAN

PROGRAM

KEGIATAN

STRATEGIS

SASARAN

KEGIATAN INDIKATOR PIC

Peningkatan

Sarana dan

Prasarana

Aparatur BPOM

Terselenggaranya

pengadaan

sarana dan

prasarana

aparatur BPOM

Jumlah

dukungan teknis

pengadaan

barang dan jasa

Biro Umum

3.3. KERANGKA REGULASI

Dalam rangka pelaksanaan pembinaan dan penyelenggaraan pelayanan

di bidang administrasi umum, dibutuhkan adanya regulasi yang kuat dan

efektif guna mendukung tugas-tugas Sektama. Regulasi yang dibutuhkan

bersifat teknis, administratif dan strategis.

Adapun regulasi atau kebijakan teknis tersebut adalah sebagai berikut:

1. Reviu peraturan tentang organisasi dan tata laksana

2. Regulasi tentang analisis jabatan di BPOM

3. Keputusan tentang pedoman/juknis/juklak pelayanan di bidang

administrasi Umum

4. Peraturan tentang pedoman penilaian (jabatan fungsional)

5. Peraturan tentang standar hard competency

6. Peraturan tentang pola karir

7. Keputusan standar minimal kebutuhan Sarpras di Sektama maupun unit

lainnya

8. Peraturan tentang tata cara pengelolaan, pelaporan, penyajian informasi

dan dokumentasi di Sektama

9. Standar minimal kerjasama di dalam dan luar negeri

10. Reviu peraturan tentang standar pelayanan publik, khususnya untuk

standar layanan informasi dan pengaduan.

3.4. KERANGKA KELEMBAGAAN

Untuk memenuhi standar pembinaan dan penyelenggaraan pelayanaan

di bidang administrasi umum, Sektama membutuhkan kerangka kelembagaan

yang lebih kuat dan dalam mewujudkan visi, misi dan tujuan organisasi BPOM

tahun 2015-2019. Beberapa aspek kelembagaan yang harus diintegrasikan

dan dikoordinasikan agar lebih efisien dan efektif adalah :

1. Penyempurnaan Struktur Organisasi dan Tata Kerja BPOM sesuai dengan

perubahan lingkungan strategis periode 2015-2019

2. Peningkatan koordinasi dengan unit-unit kerja terkait dalam

penyelenggaraan pelayanan di bidang administrasi umum.

3. Peningkatan koordinasi dengan K/L/I dalam mendukung pelayanan di

BPOM.

Page 44: Sekretariat Utama

- 42 -

4. Pemeliharaan Sistem Manajemen Mutu yang telah diimplementasikan

BPOM untuk memastikan bisnis proses dan tata laksana baik dalam hal

tata kelola pembuatan keputusan, implementasi keputusan, tata kelola

evaluasi, serta manajemen kinerja dilaksanakan secara efektif, efisien,

dan transparan.

5. Pemantapan pengelolaan SDM ASN, mulai dari perencanaan kebutuhan

berdasarkan analisa jabatan dan analisa beban kerja, peningkatan

kompetensi dan profesionalisme ASN, penilaian kinerja individu ASN,

hingga penyusunan kebutuhan anggaran untuk biaya rutin ASN.

Page 45: Sekretariat Utama

- 43 -

BAB IV

TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN

4.1. Target Kinerja

Sebagaimana sasaran strategis Sektama sesuai dengan tujuan yang

telah ditetapkan maka target sesuai dengan indikator masing-masing sasaran

strategis (Program) adalah sebagai berikut:

Tabel 4.1

Sasaran Strategis (Program) dan Indikator Kinerja Utama

Sasaran Strategis

(Program) Indikator

Target Kinerja

2015 2016 2017 2018 2019

Meningkatnya

Kuantitas dan

Kualitas Produk

Hukum dalam

rangka Memperkuat

Sistem Pengawasan

Obat dan Makanan

Jumlah Peraturan

Kepala BPOM yang

diundangkan

20 20 20 20 20

Meningkatnya

Partisipasi

Masyarakat dan

Efektivitas

Kerjasama

1. Jumlah kerjasama

yang efektif

32 38 41 45 50

2. Tingkat Pemahaman

masyarakat

terhadap Obat dan

Makanan

Baik Baik Baik Baik Baik

3. Persentase

pengaduan

konsumen yang

ditindaklanjuti

70 70 75 80 85

Meningkatnya

kapasitas

kelembagaan BPOM

1. Indeks PAN RB B BB A A AA

2. Nilai SAKIP B A A A A

3. Opini Laporan

Keuangan BPOM

dari BPK

WTP WTP WTP WTP WTP

4. Persentase pegawai

yang memenuhi

standar kompetensi

65 68 70 72 75

4.1.1. Kegiatan dalam Sasaran Strategis Menguatnya Kuantitas dan

Kualitas Produk Hukum dalam rangka Memperkuat Sistem

Pengawasan Obat dan Makanan

Sekretariat Utama mempunyai peranan terkait penguatan regulasi di

bidang Pengawasan Obat dan Makanan. Salah satu peran tersebut

adalah dalam rangka mendukung peningkatan kualitas peraturan

perundang-undangan dari sisi legal drafting. Sekretariat Utama berperan

Page 46: Sekretariat Utama

- 44 -

dalam mendukung pencapaian Sasaran Strategis yaitu dengan kegiatan

Koordinasi Kegiatan Penyusunan rancangan peraturan perundang-

undangan. Sehubungan dengan peningkatan efektivitas pengawasan

Obat dan Makanan (Regulatory Sistem), dalam kegiatan terkait

penyusunan rancangan peraturan perundang-undangan akan

diprioritaskan penyelesaian rancangan undang undang pengawasan obat

dan makanan. Untuk dapat mengukur keberhasilan kegiatan tersebut,

maka dirumuskan dengan indikator Jumlah rancangan peraturan

perundang-undangan yang disusun, dengan target 190 pada tahun

2019.

4.1.2. Kegiatan dalam Sasaran Strategis Meningkatnya Partisipasi

Masyarakat dan Efektivitas Kerjasama

Selain mendukung sassaran strategis pertama, Sekretariat Utama

berperan dalam pencapaian sasaran meningkatnya kemitraan dengan

pemangku kepentingan dilaksanakan dengan kegiatan:

1. Koordinasi Layanan Pengaduan Konsumen dan Hubungan

Masyarakat.

Kegiatan ini akan mencakup komunikasi, informasi, dan edukasi

masyarakat melalui berbagai media komunikasi termasuk media

sosial, penayangan Iklan Layanan Masyarakat, dan peningkatan

akses masyarakat secara lebih terbuka dan transparan. Untuk dapat

mengukur keberhasilan kegiatan tersebut, maka dirumuskan dengan

indikator sebagai berikut:

a) Jumlah informasi obat dan makanan yang dipublikasikan, dengan

target 107 pada tahun 2019.

b) Jumlah layanan pengaduan dan informasi konsumen yang

ditindaklanjuti, dengan target 12.000 pada tahun 2019.

2. Peningkatan Penyelenggaran Hubungan dan Kerjasama Luar Negeri

Pelibatan stakeholder dalam pengawasan Obat dan Makanan

ditingkatkan melalui jaringan kerjasama yang baik. BPOM senantiasa

aktif dalam forum internasional bersama dengan Negara lain untuk

meningkatkan pengawasan. Terlebih dengan globalisasi dan

perdagangan bebas ASEAN yang telah disepakati bersama

mengharuskan BPOM berdiri sejajar dengan Negara ASEAN lain

dalam pengawasan Obat dan Makanan. Kerjasama yang baik

diperlukan untuk mengantisipasi masalah yang mungkin dihadapi.

Untuk mengukur keberhasilan kegiatan ini, dirumuskan indikator

yaitu: Jumlah pengembangan kerjasama dan/atau kerjasama

Page 47: Sekretariat Utama

- 45 -

internasional di bidang Obat dan Makanan, dengan target 37 pada

tahun 2019.

4.1.3. Kegiatan dalam Sasaran Strategis Meningkatnya kualitas

kapasitas kelembagaan BPOM

Untuk mencapai Sasaran Strategis Meningkatnya kualitas kapasitas

kelembagaan BPOM dilaksanakan:

(i) Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis

Lainnya BPOM melalui Kegiatan-Kegiatan:

1. Koordinasi Kegiatan Penyusunan Rancangan Peraturan

Perundang-undangan, Bantuan Hukum, Layanan Pengaduan

Konsumen, dan Hubungan Masyarakat.

Kegiatan yang terkait yaitu Layanan pertimbangan/opini hukum,

penyuluhan hukum dan bantuan hukum.

Terkait perkuatan legal internal akan diprioritaskan In house legal

support. Untuk dapat mengukur keberhasilan kegiatan tersebut,

maka dirumuskan dengan indikator Jumlah layanan bantuan

hukum yang diberikan, dengan target 165 pada tahun 2019.

2. Koordinasi Perumusan Renstra dan Pengembangan Organisasi,

Penyusunan Program dan Anggaran, Keuangan serta Evaluasi dan

Pelaporan

Perencanaan mempunyai peran sangat penting dalam keberhasilan

suatu program. Kegiatan ini merupakan koordinasi perencanaan

strategis (jangka pendek, menengah, dan jangka panjang)

termasuk perencanaan penganggarannya, pengembangan

organisasi dan tatalaksana, serta pelaksanaan evaluasi dan

pelaporan. Kegiatan ini sangat terkait dengan peningkatan kualitas

SAKIP di lingkungan BPOM yang ditentukan oleh perencanaan

kinerja, serta pengukuran kinerja. Dalam upaya peningkatan

kualitas reformasi birokrasi, beberapa area perubahan yang terkait

adalah organisasi, tatalaksana, serta manajemen perubahan

termasuk dalam kegiatan ini.

Terkait penguatan perencanaan, pelaksanaan, dan pengukuran

kinerja, akan diprioritaskan pada (i) pemantapan Integrated Bottom

Up Planning (Money Follows the Function) melalui e-proposal dan e-

performance (ii) implementasi akrual basis, dan (iii) Peningkatan

Mutu Monitoring Evaluasi. Untuk mengukur keberhasilan kegiatan

ini dirumuskan indikator yaitu:

a) Jumlah dokumen perencanaan, penganggaran, keuangan dan

monitoring evaluasi yang dihasilkan, dengan target 75 dokumen

Page 48: Sekretariat Utama

- 46 -

sampai dengan tahun 2019. Meskipun indikator ini menghitung

jumlah secara kuantitas, kualitas tetap menjadi bagian yang

diperhatikan sesuai dengan ketentuan suprasistem.

b) Jumlah kajian Organisasi, Tata Laksana dan Reformasi

Birokrasi, dengan target 5 kajian sampai dengan tahun 2019.

3. Peningkatan Kapasitas dan Kapabilitas SDM Aparatur Negara.

Dalam rangka peningkatan kapasitas kelembagaan, salah satu

faktor yang penting adalah SDM/ASN. Sejalan dengan peraturan

peundang-undangan tentang ASN, salah satu hal yang penting

adalah terkait pengelolaan ASN yang mencakup pengembangan

pegawai serta manajemen kinerja ASN. Untuk itu dalam kegiatan

ini diperlukan indikator yaitu:

a) Persentase Aparatur Sipil Negara (ASN) yang ditingkatkan

kualitasnya melalui pendidikan S1, S2, S3, dengan target 2%

pada tahun 2019

b) Jumlah dokumen Human Capital Management, dengan target

31 dokumen sampai dengan tahun 2019;

c) Persentase pegawai yang memenuhi standar kompetensi,

dengan target 75% sampai dengan tahun 2019;

d) Persentase SDM Aparatur BPOM yang memiliki kinerja

berkriteria baik, dengan target 85% pada tahun 2019.

(ii) Program Peningkatan Sarana dan Prasarana BPOM, melalui

Kegiatan-Kegiatan:

1. Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur BPOM, dengan

indikator:

Sarana dan prasarana sebagai salah satu faktor yang penting

dalam suatu pelaksanaan program, sehingga keberadaan dan

jumlahnya sangat dibutuhkan. Disisi lain, sebagai instansi

pemerintah yang mempunyai tanggung jawab dalam pengelolaan

keuangan, salah satunya adalah pengadaan barang dan jasa

harus dilaksanakan secara akuntabel sesuai dengan peraturan

perundang-undangan. Untuk itu perlu diukur kegiatan yang

memberikan dukungan tersebut melalui indikator kinerja Jumlah

dukungan teknis pengadaan barang dan jasa, dengan target 25

sampai dengan tahun 2019;

2. Pengadaan, Pemeliharaan dan Pembinaan Pengelolaan Sarana dan

Prasarana Penunjang Aparatur BPOM, dengan indikator:

Selain dukungan teknis pengadaan barang dan jasa yang terkait

dengan sarana dan prasarana adalah proses pengadaannya

Page 49: Sekretariat Utama

- 47 -

sendiri. Untuk mengukur jumlah sarana prasarana yang telah

dimiliki dan kesesuaiannya dengan kebutuhan, maka digunakan

indikator sebagai berikut:

a) Persentase pemenuhan sarana dan prasarana penunjang

kinerja sesuai standar, dengan target 85% pada tahun 2019;

b) Persentase satker yang mampu mengelola BMN dengan baik,

dengan target 100% pada tahun 2019.

4.2. KERANGKA PENDANAAN

Sesuai target kinerja masing-masing indikator kinerja yang telah ditetapkan

maka kerangka pendanaan untuk mendukung pencapaian tujuan dan sasaran

strategis (Program) Sektama tahun 2015-2019 adalah sebagai berikut:

Tabel 4.2

Sasaran Strategis, Indikator Kinerja dan Pendanaan

Sasaran Strategis Indikator Alokasi (Rp Milyar) PIC

2015 2016 2017 2018 2019

1. Meningkat nya

Kuantitas dan

Kualitas Produk

Hukum dalam

rangka

Memperkuat

Sistem

Pengawasan

Obat dan

Makanan

1.9 2.3 2.3 2.5 2.7 Sekretariat

Utama Jumlah

Peraturan Kepala

BPOM yang

diundangkan

2. Meningkat nya

kemandirian

pelaku usaha,

kemitraan

dengan

pemangku

kepentingan, dan

partisipasi

masyarakat

10.9 12.5 13.5 15.1 15.7 Sekretariat

Utama 1. Jumlah

kerjasama yang

efektif

2. Tingkat

Pemahaman

masyarakat

terhadap Obat

dan Makanan

3. Persentase

pengaduan

konsumen yang

ditindaklanjuti

3. Meningkat nya

kapasitas

kelembagaan

BPOM

109.5 390.2 745.2 672.4 306.7 Sekretariat

Utama 1. Indeks PAN RB

2. Nilai SAKIP

BPOM

3. Opini laporan

Page 50: Sekretariat Utama

- 48 -

Sasaran Strategis Indikator Alokasi (Rp Milyar) PIC

2015 2016 2017 2018 2019

keuangan

BPOM dari BPK

4. Persentase

pegawai yang

memenuhi

standar

kompetensi

Matriks kinerja dan pendanaan Sekretariat Utama per kegiatan

sebagaimana pada Lampiran 1. Matriks Kinerja dan Pendanaan Sekretariat

Utama.

Page 51: Sekretariat Utama

- 49 -

BAB V

PENUTUP

Renstra Sektama tahun 2015-2019 adalah panduan pelaksanaan tugas

dan fungsi Sektama untuk 5 (lima) tahun ke depan. Keberhasilan pelaksanaan

Renstra periode 2015-2019 sangat ditentukan oleh kesiapan kelembagaan,

ketatalaksanaan, SDM dan sumber pendanaannya serta komitmen semua

pimpinan dan staf di Sektama.

Renstra Sektama Tahun 2015-2019 harus dijadikan acuan kerja bagi

unit-unit kerja di Sektama sesuai ruang lingkup tugas dan fungsinya masing-

masing. Diharapkan semua unit kerja dapat melaksanakan Renstra Sektama

Tahun 2015-2019 dengan akuntabel serta senantiasa berorientasi pada

peningkatan kinerja lembaga, kinerja unit kerja, dan kinerja pegawai.

Selain itu, untuk menjamin keberhasilan pelaksanaan Renstra periode

2015-2019, setiap tahun akan dilakukan evaluasi. Apabila diperlukan, dapat

dilakukan perubahan/revisi muatan Renstra Sektama termasuk indikator-

indikator kinerjanya yang dilaksanakan sesuai dengan mekanisme yang

berlaku dan tanpa mengubah tujuan Sektama untuk mendukung pencapaian

Tujuan BPOM.

Evaluasi merupakan bagian yang penting dalam mengawal pelaksanaan

Renstra Sektama Tahun 2015-2019. Mekanisme evaluasi Renstra Sektama

Tahun 2015-2019 dilakukan sesuai dengan PP 39 Tahun 2006 tentang Tata

Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan. Hasil

pencapaian yang telah diukur akan disampaikan dalam laporan kinerja

tahunan Sektama, selain itu juga menjadi masukan perbaikan pelaksanaan

rencana pembangunan di masa yang akan datang.

SEKRETARIS UTAMA

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN,

Dra. Reri Indriani, Apt, M.Si NIP.19630527 198903 2 001

Page 52: Sekretariat Utama

DAFTAR SINGKATAN DAN AKRONIM

ABK AFL ARASFF ASEAN ASN BPOM BMN CTA DOB ICJS INRASFF JICA JLPPI KIE KIP K/L KOICA LHP MFDS MPI MCIA NSPK PFM PMDA PIC/S PPID RB Renstra RKA-K/L RKP SAKIP SAP SDM Sektama SIAP SISPOM SP SPIP SPPN SS WTP WHO

: : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : :

Analisa Beban Kerja ASEAN Referrences Laboratories ASEAN Rapid Alert System for Food and Feed Association of Southeast Asian Nations Aparatur Sipil Negara Badan Pengawas Obat dan Makanan Barang Milik Negara Cash Toward Accrual Daerah Otonomi Baru Indonesia Criminal Justice System Indonesia Rapid Alert System for Food and Feed Japan International Cooperation Agency Jaringan Laboratorium Pengujian Pangan Indonesia Komunikasi, layanan Informasi, dan Edukasi Keterbukaan Informasi Publik Kementerian/Lembaga Korea International Cooperation Agency Laporan Hasil Pemeriksaan Ministry of Food Drug Safety Ministry of Primary Industries Ministerio Do Comercio, Industria E Ambiente Norma, Standar, Prosedur, dan Kriteria Pengawas Farmasi dan Makanan Phamaceuticals and Medical Devices Agency Pharmaceutical Inspection Convention and Pharmaceutical Inspection Co-operation Scheme Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi Reformasi Birokrasi Rencana Strategis Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/Lembaga Rencana Kerja Pemerintah Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Standar Akuntansi Pemerintahan Sumber Daya Manusia Sekretariat Utama Sistem Informasi Administrasi Pegawai Sistem Pengawasan Obat dan Makanan Sasaran Program Sistem Pengendalian Intern Pemerintah Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional Sasaran Strategis Wajar Tanpa Pengecualian World Health Organization

Page 53: Sekretariat Utama

Up Date 29 Juni 2015

Jumlah Peraturan Kepala

BPOM yang diundangkan

Laporan Kinerja

Biro Hukmas

Baseline 2014: 17

Perka

a. Peraturan Kepala BPOM dan

Peraturan Bersama

b. Diundangkan maksudnya

disahkan keberlakuanya

dengan dicatat dalam Berirta

Begara Republik Indonesia oleh

Menteri Hukum dan HAM

Triwulan dan setiap

akhir tahun anggaran

Jumlah Rancangan yang dihasilkan Ya Biro Hukmas

1 Jumlah kerjasama yang

efektif

a. Kerja sama adalah kesepakatan nasional dan internasional yang dituangkan dalam dokumen

resmi (Surat Keputusan Bersama, Memorandum of Understanding / Memorandum Saling

Pengertian/Nota Kesepahaman, Letter of Agreement, Arrangement, Record of Discussion, Record

of Understanding ) yang ditandatangani oleh Kepala Badan POM.

b. efektif adalah .............

…………. ………… ……….. Jumlah kerjasama yang diimplementasikan dihitung secara

kumulatif

Ya Biro KSLN

2 Tingkat Pemahaman

masyarakat terhadap Obat

dan Makanan

………… …………. ……………….. ……………….. ………………………. Ya Biro Hukmas

3 Persentase pengaduan

konsumen yang

ditindaklanjuti

1. Pengaduan konsumen yang dimaksud adalah pengaduan tentang obat dan makanan yang

masuk ke ULPK (Pusat) dan Contact Center melalui berbagai sarana.

2. Tindak lanjut yang dimaksud antara lain berupa :

- menjawab langsung berdasarkan referensi/prosedur yang berlaku;

- merujuk/meneruskan ke unit kerja terkait sampai ada hasil tindak lanjut yang dilakukan oleh

unit kerja terkait.

Triwulan Berdasarkan data layanan

pengaduan konsumen melalui

ULPK (Pusat) dan Contact

Center

Triwulan dan setiap

akhir tahun anggaran

Diukur berdasarkan jumlah pengaduan konsumen/masyarakat yang

telah ditindaklanjuti dibandingkan terhadap jumlah total

pengaduan konsumen/masyarakat.

Ya Biro Hukmas

1 Indeks PAN RB Hasil Penilaian Pelaksanaan Reformasi Birokrasi di BPOM dari KemenPAN-RB Hasil evaluasi

KemenPAN-RB

2014

Hasil verifikasi KemenPAN-RB Sesuai dengan

konfirmasi verifikasi

KemenPAN-RB

Hasil Penilaian Pelaksanaan Reformasi Birokrasi di BPOM dari

KemenPAN-RB

Ya 1. Biro Renkeu

2. Biro Hukmas

3. Biro Umum

4. Biro KSLN

2 Nilai SAKIP BPOM Nilai Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) merupakan hasil evaluasi Kemen

PAN dan RB atas penerapan komponen manajemen kinerja (SAKIP) yang meliputi: perencanaan

kinerja, pengukuran kinerja, pelaporan kinerja, evaluasi kinerja, dan pencapaian kinerja sesuai

Permen PAN dan RB terkini.

Laporan Hasil

Evaluasi

KemenPAN dan RB

Tahun 2013

Baseline 2014: B

Laporan Kinerja Badan POM Setiap tahun Nilai Evaluasi Akuntabilitas Kinerja Badan POM oleh Kemen PAN dan

RB atas pelaksanaan SAKIP tahun sebelumnya (n-1) yang

disampaikan pada tahun berjalan (n)

Ya Biro Renkeu

Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Teknis Lainnya BPOM

a. Peraturan Kepala BPOM dan Peraturan Bersama

b. Diundangkan maksudnya disahkan keberlakuanya dengan dicatat dalam Berirta Begara

Republik Indonesia oleh Menteri Hukum dan HAM

SS/SP 1: Meningkatnya kuantitas dan kualitas Produk Hukum dalam rangka Memperkuat Sistem Pengawasan Obat dan

Makanan

LAMPIRAN

MATRIK KAMUS INDIKATOR RENSTRA SEKRETARIAT UTAMA 2015-2019

INDIKATOR KONSEP DAN DEFINISISUMBER DATA

(BASELINE 2014)

MEKANISME PENGUMPULAN

DATA

FREKUENSI

PENGUMPULAN

DATA

(REALISASI)

METODE PERHITUNGAN

TERCANTUM

PADA RENSTRA

SEKTAMA

(YA/TIDAK)

PENANGGUNG

JAWAB

SS/SP 2: Meningkatnya Partisipasi Masyarakat dan Efektivitas Kerjasama

SS/SP 3: Meningkatnya kualitas kapasitas kelembagaan BPOM

II.L.063.1

Page 54: Sekretariat Utama

INDIKATOR KONSEP DAN DEFINISISUMBER DATA

(BASELINE 2014)

MEKANISME PENGUMPULAN

DATA

FREKUENSI

PENGUMPULAN

DATA

(REALISASI)

METODE PERHITUNGAN

TERCANTUM

PADA RENSTRA

SEKTAMA

(YA/TIDAK)

PENANGGUNG

JAWAB

3 Opini Laporan Keuangan

BPOM dari BPK

Berdasarkan Pasal 16 ayat 1 UU No. 15 Tahun 2004 tentang PEMERIKSAAN PENGELOLAAN

DAN TANGGUNG JAWAB KEUANGAN NEGARA: Opini merupakan pernyataan profesional

pemeriksa mengenai kewajaran informasi keuangan yang

disajikan dalam laporan keuangan yang didasarkan pada kriteria:

(1) kesesuaian dengan standar

akuntansi pemerintahan,

(2) kecukupan pengungkapan (adequate disclosures) ,

(3) kepatuhan

terhadap peraturan perundang-undangan, dan

(4) efektivitas sistem pengendalian intern.

Terdapat 4 (empat) jenis opini yang dapat diberikan oleh pemeriksa, yakni:

(i) opini wajar tanpa pengecualian/WTP

(unqualified opinion),

(ii) opini wajar dengan pengecualian/WDP (qualified opinion) ,

(iii) opini tidak wajar (adversed opinion) , dan

(iv) pernyataan menolak memberikan opini (disclaimer of opinion)

Laporan Hasil

Pemeriksaan

(LHP) BPK Tahun

2014

Laporan Hasil Pemeriksaan

(LHP) BPK

Setiap tahun Opini hasil pemeriksaan BPK terhadap laporan keuangan Badan

POM atas pelaksanaan anggaran tahun sebelumnya (n-1) yang

diserahkan pada tahun berjalan (n)

Ya Biro Renkeu

II.L.063.2

Page 55: Sekretariat Utama

INDIKATOR KONSEP DAN DEFINISISUMBER DATA

(BASELINE 2014)

MEKANISME PENGUMPULAN

DATA

FREKUENSI

PENGUMPULAN

DATA

(REALISASI)

METODE PERHITUNGAN

TERCANTUM

PADA RENSTRA

SEKTAMA

(YA/TIDAK)

PENANGGUNG

JAWAB

4 Persentase pegawai yang

memenuhi standar

kompetensi

jumlah ASN yang memenuhi standar kompetensi dibandingkan dengan jumlah seluruh ASN Hasil Asesmen

kompetensi tahun

2012

- Laporan Kegiatan pemetaan

atau penilaian kompetensi

- Pengukuran kompetensi

terhadap seluruh pegawai

dilakukan dua tahun sekali

Setahun sekali

Persentase pegawai

yang memenuhi

standar kompetensi

Ya Biro Umum

1 Jumlah informasi obat dan

makanan yang

dipublikasikan

seluruh jenis informasi yang disebarluaskan ke masyarakat baik langsung maupun melaui

media terdiri dari Siaran Pers, Talkshow di Media Elektronik, Wawancara dengan Media, ILM ,

KIE langsung ke masyarakat, KIE ke Media, Pameran dan Buletin

Triwulan Jumlah informasi obat dan

makanan yang dipublikasikan

Triwulan dan setiap

akhir tahun anggaran

Jumlah informasi Obat dan Makanan yang dipublikasikan Ya Biro Hukmas

2 Jumlah layanan pengaduan

dan informasi konsumen

yang ditindaklanjuti

a. Jumlah layanan pengaduan dan informasi konsumen melalui berbagai sarana (telepon, SMS,

email, surat, fax, datang langsung, media sosial ) termasuk layanan Contact Center Halo BPOM,

serta layanan pada saat kegiatan bimbingan teknis/koordinasi dan promosi/sosialisasi yang

telah ditindaklanjuti.

b. Pengaduan dan informasi konsumen yang dimaksud adalah pengaduan dan permintaan

informasi tentang obat dan makanan.

c. Tindak lanjut antara lain berupa :

- menjawab langsung berdasarkan referensi/prosedur yang berlaku;

- merujuk/meneruskan ke Unit Kerja terkait.

Triwulan Jumlah layanan pengaduan dan

informasi konsumen yang

ditindaklanjuti (layanan)

Triwulan dan setiap

akhir tahun anggaran

Jumlah layanan pengaduan dan informasi konsumen yang

ditindaklanjuti

Ya Biro Hukmas

3 Jumlah layanan bantuan

hukum yang diberikan

Seluruh layanan bantuan hukum yang diberikan, antara lain penyelesaian/penanganan perkara

hukum, pendampingan pemberian keterangan ahli, pendampingan saksi, pemberian

pertimbangan hukum, dan pelaksanaan penyuluhan hukum.

Triwulan Jumlah layanan bantuan hukum

yang diberikan (layanan)

Triwulan dan setiap

akhir tahun anggaran

Jumlah layanan bantuan hukum yang diberikan Ya Biro Hukmas

4 Jumlah rancangan

peraturan perundang-

undangan yang disusun

Seluruh rancangan peraturan perundang-undangan, meliputi Rancangan Undang-Undang,

Rancangan Peraturan Pemerintah, Rancangan Peraturan Presiden, Rancangan Peraturan

Menteri yang telah mengakomodir masukan BPOM; Rancangan Peraturan Kepala BPOM,

Rancangan Keputusan, dan Rancangan Nota Kesepahaman/Perjanjian Kerja Sama.

Triwulan Rekapitulasi jumlah rancangan

Peraturan Perundang-

Undangan final

Triwulan dan setiap

akhir tahun anggaran

Jumlah rancangan peraturan perundangan-undangan yang disusun Ya Biro Hukmas

1 Jumlah pengembangan

kerjasama dan/atau

kerjasama internasional di

bidang Obat dan Makanan

a. pengembangan kerjasama luar negeri meliputi penjajagan (membuat telaah/kajian)

kerjasama, penyusunan kesepakatan kerjasama, pelaksanaan kerjasama, seperti:

- bilateral : Indonesia- Negara mitra, Badan POM - Food and Drug Adminstration (FDA) Negara

lain, Japan International Cooperation Agency (JICA), Korea International Cooperation Agency

(KOICA), Ministry of Food Drug Safety (MFDS), Phamaceuticals and Medical Devices Agency

(PMDA), dll

- regional : ASEAN, Regional Cooperation Economic Partnership (RCEP), ASEAN+1, ASEAN Sub

Regional, APEC, dll

- multilateral/organisasi internasional: WHO, WTO, World Intellectual Property Organization

(WIPO), dan lembaga internasional lainnya International Narcotic Control Board (INCB), FAO,

Organization of The Islamic Conference (OIC), dll

b. Kerja sama adalah kesepakatan internasional yang dituangkan dalam dokumen resmi

(Memorandum of Understanding/Nota Kesepahaman, Letter of Agreement, Arrangement,

Memorandum Saling Pengertian, Record of Discussion) yang ditandatangani oleh Kepala Badan

POM atau atas nama Kepala Badan POM

Laporan Kinerja

Biro KSLN 2014

Laporan kerjasama luar negeri setiap tahun Jumlah pengembangan kerjasama dan atau kerjasama internasional

di bidang Obat dan Makanan

Ya Biro KSLN

Kegiatan 1: Koordinasi Kegiatan Penyusunan Rancangan Peraturan Peraturan Perundang-undangan, Bantuan Hukum,

Layanan Pengaduan Konsumen dan Hubungan Masyarakat

Kegiatan 2: Peningkatan Penyelenggaraan Hubungan dan Kerjasama Luar Negeri Badan POM

=

𝒋𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒑𝒆𝒈𝒂𝒘𝒂𝒊 𝑨𝑺𝑵 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒌𝒐𝒎𝒑𝒆𝒕𝒆𝒏𝒔𝒊𝒏𝒚𝒂 𝒔𝒆𝒔𝒖𝒂𝒊

𝒅𝒆𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒔𝒕𝒂𝒏𝒅𝒂𝒓 𝒋𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒑𝒆𝒈𝒂𝒘𝒂𝒊 𝑨𝑺𝑵 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒊𝒏𝒊𝒍𝒂𝒊

𝒌𝒐𝒎𝒑𝒆𝒕𝒆𝒏𝒔𝒊𝒏𝒚𝒂 𝒎𝒆𝒍𝒂𝒍𝒖𝒊𝒂𝒔𝒆𝒔𝒎𝒆𝒏 𝒌𝒐𝒎𝒑𝒆𝒕𝒆𝒏𝒔𝒊

X 100%

II.L.063.3

Page 56: Sekretariat Utama

INDIKATOR KONSEP DAN DEFINISISUMBER DATA

(BASELINE 2014)

MEKANISME PENGUMPULAN

DATA

FREKUENSI

PENGUMPULAN

DATA

(REALISASI)

METODE PERHITUNGAN

TERCANTUM

PADA RENSTRA

SEKTAMA

(YA/TIDAK)

PENANGGUNG

JAWAB

1 Jumlah dokumen

perencanaan,

penganggaran, keuangan

dan monitoring evaluasi

yang dihasilkan

Diukur berdasarkan dokumen perencanaan, penganggaran, keuangan dan monitoring evaluasi

yang dihasilkan selama 1 tahun anggaran terdiri dari :

1. Renstra Badan POM/ Review Renstra/ Buku Putih/Grand design Badan POM/ Kajian

Lingstra/ Report to The Nation

2. Renstra Sektama/ Review Renstra Sektama/ Kajian Lingstra

3. Renstra Rorenkeu/ Review Renstra Rorenkeu/ Kajian Lingstra

4. Renja Badan POM tahun n+1

5. DIPA Badan POM tahun n+1/ POK tahun n+1

6. Perjanjian Kinerja Badan POM tahun n

7. Perjanjian Kinerja Sektama tahun n

8. Perjanjian Kinerja Rorenkeu tahun n

9. Laporan Kinerja BPOM tahun n-1

10. Laporan Kinerja Sektama tahun n-1

11. Laporan Kinerja Rorenkeu tahun n-1

12.Laporan tahunan Badan POM tahun n-1

13. Laporan tahunan Rorenkeu tahun n-1

14. Laporan Keuangan Badan POM tahun n-1

15. Laporan Keuangan Sektama tahun n-1

Laporan Kinerja

Rorenkeu 2014

Laporan Kinerja Setiap akhir tahun Jumlah dokumen perencanaan, penganggaran, keuangan dan

monitoring evaluasi Berdasarkan masing-masing dokumen

perencanaan yang telah disetujui dan telah ditandatangani oleh

Pejabat yang berwenang

Ya Biro Renkeu

2 Jumlah kajian Organisasi,

Tata Laksana dan

Reformasi Birokrasi

Kajian Organisasi/Tata Laksana/Reformasi Birokrasi dalam rangka penataan kelembagaan

BPOM.

Laporan Kinerja

Rorenkeu 2014

Laporan Kinerja Setiap tahun Diukur berdasarkan kajian yang dihasilkan Ya Biro Renkeu

1 Persentase Aparatur Sipil

Negara (ASN) yang

ditingkatkan kualitasnya

melalui pendidikan S1, S2,

S3

jumlah ASN yang ditingkatkan pendidikannya melalui pendidikan S1, S2, dan S3 dibandingkan

dengan jumlah seluruh ASN

Laptah Biro Umum

2014

Laporan Kinerja

Biro Umum2014

Laporan Kegiatan 2 (dua) kali setahun

Persentase Aparatur

Sipil Negara (ASN)

yang ditingkatkan

kualitasnya melalui

pendidikan S1, S2, S3

Ya Biro Umum

2 Jumlah dokumen Human

Capital Management

Jumlah dokumen HCM yang dihasilkan, meliputi HC Acquisition, HC development, HC

engagement, dan HC retention.

Laptah Biro Umum

2014

Laporan Kinerja

Biro Umum2014

Laporan Kegiatan Setahun sekali Jumlah dokumen HCM yang dihasilkan, meliputi HC Acquisition, HC

development, HC engagement, dan HC retention.

Ya Biro Umum

3 Persentase pegawai yang

memenuhi standar

kompetensi

jumlah ASN yang memenuhi standar kompetensi dibandingkan dengan jumlah seluruh ASN Hasil Asesmen

kompetensi tahun

2012

- Laporan Kegiatan pemetaan

atau penilaian kompetensi

- Pengukuran kompetensi

terhadap seluruh pegawai

dilakukan dua tahun sekali

Setahun sekali

Persentase pegawai

yang memenuhi

standar kompetensi

Ya Biro Umum

4 Persentase SDM Aparatur

BPOM yang memiliki

kinerja berkriteria baik

Jumlah ASN yang memiliki kinerja dengan kriteria baik dibandingkan dengan seluruh ASN N/A Laporan hasil penilaian kinerja

dari seluruh unit kerja

Setahun sekali

Persentase SDM Aparatur

BPOM yang memiliki kinerja

berkriteria baik

Ya Biro Umum

1 Persentase satker yang

mampu mengelola BMN

dengan baik

jumlah satker yang mengelola BMN dengan baik, mulai dari perencanaan sampai penghapusan

dibanding dengan jumlah satker

Laporan BMN

Akhir Tahun

Laporan BMN per SATKER dari

hasil Rekonsiliasi dengan

KPKNL

Laporan Semester Persentase satker

yang mampu

mengelola BMN

dengan baik

Ya Biro Umum

1 Jumlah dukungan teknis

pengadaan barang dan jasa

a. Dukungan teknis pengadaan barang dan jasa berupa bimtek dan penyusunan dokumen teknis

pengadaan barang dan jasa

b. Terdiri dari laporan Bimtek pengadaan barang dan jasa, laporan penyusunan e- katalog,

laporan percepatan pengadaan barang jasa, laporan bimtek ULP dan laporan Bimtek LPSE

N/A Laporan Kinerja Rorenkeu Setiap tahun Jumlah laporan Ya Biro Umum

Program Peningkatan Sarana dan Prasarana BPOM

Kegiatan 1: Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur BPOM

Kegiatan 3: Koordinasi Perumusan Renstra dan Pengembangan Organisasi, Penyusunan Program dan Anggaran,

Keuangan serta Evaluasi dan Pelaporan

Kegiatan 4: Peningkatan Kapasitas dan Kapabilitas SDM Aparatur BPOM

SS/SP: Meningkatnya kualitas kapasitas kelembagaan BPOM

=

𝒋𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝑨𝑺𝑵 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒊𝒕𝒊𝒏𝒈𝒌𝒂𝒕𝒌𝒂𝒏

𝒑𝒆𝒏𝒅𝒊𝒅𝒊𝒌𝒂𝒏𝒏𝒚𝒂 𝑺𝟏,𝑺𝟐,𝑺𝟑

𝒋𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒔𝒆𝒍𝒖𝒓𝒖𝒉 𝑨𝑺𝑵 X 100%

=

𝒋𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒑𝒆𝒈𝒂𝒘𝒂𝒊 𝑨𝑺𝑵 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒌𝒐𝒎𝒑𝒆𝒕𝒆𝒏𝒔𝒊𝒏𝒚𝒂 𝒔𝒆𝒔𝒖𝒂𝒊

𝒅𝒆𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒔𝒕𝒂𝒏𝒅𝒂𝒓 𝒋𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒑𝒆𝒈𝒂𝒘𝒂𝒊 𝑨𝑺𝑵 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒊𝒏𝒊𝒍𝒂𝒊

𝒌𝒐𝒎𝒑𝒆𝒕𝒆𝒏𝒔𝒊𝒏𝒚𝒂 𝒎𝒆𝒍𝒂𝒍𝒖𝒊𝒂𝒔𝒆𝒔𝒎𝒆𝒏 𝒌𝒐𝒎𝒑𝒆𝒕𝒆𝒏𝒔𝒊

X 100%

=

𝒋𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝑨𝑺𝑵 𝒚𝒂𝒏𝒈𝒉𝒂𝒔𝒊𝒍 𝒑𝒆𝒏𝒊𝒍𝒂𝒊𝒂𝒏

𝒌𝒊𝒏𝒆𝒓𝒋𝒂𝒏𝒚𝒂𝒃𝒆𝒓𝒌𝒓𝒊𝒕𝒆𝒓𝒊𝒂 𝒃𝒂𝒊𝒌

𝒋𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒔𝒆𝒍𝒖𝒓𝒖𝒉 𝑨𝑺𝑵 X 100%

=

𝒋𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒔𝒂𝒕𝒌𝒆𝒓 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒎𝒆𝒏𝒈𝒆𝒍𝒐𝒍𝒂 𝑩𝑴𝑵 𝒅𝒆𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒃𝒂𝒊𝒌

𝒋𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒔𝒂𝒕𝒌𝒆𝒓

X 100%

II.L.063.4

Page 57: Sekretariat Utama

INDIKATOR KONSEP DAN DEFINISISUMBER DATA

(BASELINE 2014)

MEKANISME PENGUMPULAN

DATA

FREKUENSI

PENGUMPULAN

DATA

(REALISASI)

METODE PERHITUNGAN

TERCANTUM

PADA RENSTRA

SEKTAMA

(YA/TIDAK)

PENANGGUNG

JAWAB

1 Persentase pemenuhan

sarana dan prasarana

penunjang kinerja sesuai

standar

a. Jumlah sarana dan prasarana yang dimiliki sesuai laporan BMN dalam keadaan baik dan rusak

ringan dibandingkan dengan standar yang ditetapkan.

b. Sarana dan Prasarana dihitung dari Luas bangunan, Meubelair, dan Jumlah Alat Pengolah Data

(APD) dengan bobot yang sama.

c. Untuk meubelair dihitung dari inventarisasi pemenuhan kursi dan meja

Laporan BMN

Akhir Tahun

Laporan BMN per SATKER dari

hasil Rekonsiliasi dengan

KPKNL

Setiap tahun pada

akhir tahun anggaran

Persentase pemenuhan

sarana dan prasarana

penunjang kinerja

sesuai standar

Ya Biro Umum

2 Persentase satker yang

mampu mengelola BMN

dengan baik

jumlah satker yang mengelola BMN dengan baik, mulai dari perencanaan sampai penghapusan

dibanding dengan jumlah satker

Laporan BMN

Akhir Tahun

Laporan BMN per SATKER dari

hasil Rekonsiliasi dengan

KPKNL

Laporan Semester Persentase satker

yang mampu

mengelola BMN

dengan baik

Ya Biro Umum

Kegiatan 2: Pengadaan, Pemeliharaan dan Pembinaan Pengelolaan Sarana dan Prasarana Penunjang Aparatur BPOM

=

𝒔𝒂𝒓𝒂𝒏𝒂 𝒅𝒂𝒏 𝒑𝒓𝒂𝒔𝒂𝒓𝒂𝒏𝒂 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒊𝒎𝒊𝒍𝒊𝒌𝒊

𝒔𝒕𝒂𝒏𝒅𝒂𝒓 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒊𝒕𝒆𝒕𝒂𝒑𝒌𝒂𝒏 X 100%

=

𝒋𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒔𝒂𝒕𝒌𝒆𝒓 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒎𝒆𝒏𝒈𝒆𝒍𝒐𝒍𝒂 𝑩𝑴𝑵 𝒅𝒆𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒃𝒂𝒊𝒌

𝒋𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒔𝒂𝒕𝒌𝒆𝒓

X 100%

II.L.063.5

Page 58: Sekretariat Utama

KEPUTUSAN SEKRETARIS UTAMA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN

REPUBLIK INDONESIA

NOMOR HK.04.2.21.04.15.1986 TAHUN 2015

TENTANG

RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT UTAMA

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN TAHUN 2015-2019

SEKRETARIS UTAMA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN

REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan dalam Pasal 3

Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan

Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Strategis Badan

Pengawas Obat dan Makanan Tahun 2015-2019, perlu

menetapkan Keputusan Sekretaris Utama Badan Pengawas

Obat dan Makanan tentang Rencana Strategis Sekretariat

Utama Badan Pengawas Obat dan Makanan Tahun 2015-

2019;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem

Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);

2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana

Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-

2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007

Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4700);

3. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006 tentang

Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor

97, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 4664);

4. Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang

Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan

Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non

Departemen sebagaimana telah beberapa kali diubah

terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun

2013;

Page 59: Sekretariat Utama

-2-

5. Keputusan Presiden Nomor 110 Tahun 2001 tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon I Lembaga Pemerintah Non Departemen sebagaimana telah beberapa kali diubah

terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2013;

6. Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional

Tahun 2015-2019;

7. Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan

Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan

Nasional Nomor 5 Tahun 2014 tentang Pedoman

Penyusunan dan Penelaahan Rencana Strategis

Kementerian/Lembaga (Renstra K/L) 2015-2019;

8. Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan

Nomor 02001/SK/KBPOM Tahun 2001 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengawas Obat dan

Makanan sebagaimana telah diubah dengan Keputusan

Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor

HK.00.05.21.4231 Tahun 2004;

9. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan

Nomor 14 Tahun 2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja

Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan Badan Pengawas

Obat dan Makanan (Berita Negara Republik Indonesia

Tahun 2014 Nomor 1714);

10. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan

Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Strategis Badan

Pengawas Obat dan Makanan Tahun 2015-2019 (Berita

Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 515);

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : KEPUTUSAN SEKRETARIS UTAMA BADAN PENGAWAS

OBAT DAN MAKANAN TENTANG RENCANA STRATEGIS

SEKRETARIAT UTAMA BADAN PENGAWAS OBAT DAN

MAKANAN TAHUN 2015-2019.

Pertama : Menetapkan dan mengesahkan Rencana Strategis Sekretariat

Utama Badan Pengawas Obat dan Makanan Tahun 2015-

2019, yang selanjutnya disebut Renstra Sekretariat Utama,

sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan

bagian tidak terpisahkan dari Keputusan ini.

Page 60: Sekretariat Utama

-3-

Kedua : Renstra Sekretariat Utama memuat visi, misi, tujuan,

sasaran strategis, kebijakan, strategi, program, dan kegiatan

sesuai dengan tugas dan fungsi Sekretariat Utama dalam

rangka mencapai sasaran strategis Badan Pengawas Obat

dan Makanan.

Ketiga : Renstra Sekretariat Utama sebagaimana dimaksud pada

diktum Kedua berfungsi sebagai:

a. acuan bagi setiap unit organisasi eselon II di lingkungan

Sekretariat Utama Badan Pengawas Obat dan Makanan

dalam menyusun Rencana Strategis Tahun 2015-2019;

b. acuan bagi setiap unit organisasi eselon II di lingkungan

Sekretariat Utama Badan Pengawas Obat dan Makanan

dalam menyusun dokumen perencanaan tahunan; dan

c. dasar penyelenggaraan Sistem Akuntabilitas Kinerja

Instansi Pemerintah di lingkungan Sekretariat Utama

Badan Pengawas Obat dan Makanan.

Keempat : Terhadap pelaksanaan Renstra Sekretariat Utama dilakukan:

a. pemantauan secara berkala; dan

b. evaluasi pada paruh waktu dan tahun terakhir periode

Rencana Strategis.

Kelima : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 30 April 2015

SEKRETARIS UTAMA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN,

Dra. Reri Indriani, Apt, M.Si NIP.19630527 198903 2 001

Page 61: Sekretariat Utama

Up Date 21 Apr 2015

2015 2016 2017 2018 2019 2015 2016 2017 2018 2019

122,3 405,0 761,0 690,0 325,0

SS 1 Meningkatnya kuantitas dan kualitas

Produk Hukum dalam rangka

Memperkuat Sistem Pengawasan Obat

dan Makanan

1.1. Jumlah Peraturan Kepala BPOM yang

diundangkan

20 20 20 20 20 Biro Hukmas

SS 2 Meningkatnya Partisipasi Masyarakat dan

Efektivitas Kerjasama

2.1. Jumlah kerjasama yang efektif 32 38 41 45 50 Biro KSLN

2.2. Tingkat Pemahaman masyarakat terhadap

Obat dan Makanan

Baik Baik Baik Baik Baik Biro Hukmas

2.3. Persentase pengaduan konsumen yang

ditindaklanjuti

70 70 75 80 85

SS 3 Meningkatnya kapasitas kelembagaan

BPOM

3.1. Indeks PAN RB B BB A A AA Biro di Kesektamaan

3.2. Nilai SAKIP B A A A A Biro Perencanaan dan

Keuangan

3.3. Opini Laporan Keuangan BPOM dari BPK WTP WTP WTP WTP WTP Biro di Kesektamaan

3.4. Persentase pegawai yang memenuhi standar

kompetensi

65 68 70 72 75 Biro Umum

93,4 111,0 118,0 127,0 136,0

SP 1 Meningkatnya kuantitas dan kualitas

Produk Hukum dalam rangka

Memperkuat Sistem Pengawasan Obat

dan Makanan

1.1. Jumlah Peraturan Kepala BPOM yang

diundangkan

20 20 20 20 20 Biro Hukmas

SP 2 Meningkatnya Partisipasi Masyarakat dan

Efektivitas Kerjasama

2.1. Jumlah kerjasama yang efektif 32 38 41 45 50 Biro KSLN

2.2. Tingkat Pemahaman masyarakat terhadap

Obat dan Makanan

Baik Baik Baik Baik Baik Biro Hukmas

2.3. Persentase pengaduan konsumen yang

ditindaklanjuti

70 70 75 80 85

ANAK LAMPIRAN I

Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Teknis Lainnya

BPOM

Matriks Kinerja dan Pendanaan Sekretariat Utama

Program/KegiatanSasaran Program (Outcome)/Sasaran Kegiatan

(Output)/IndikatorLokasi

Target Alokasi (dalam Miliar rupiah)

Unit Organisasi

PelaksanaK/L-N-B-NS-BS

Sekretariat Utama

Page 62: Sekretariat Utama

2015 2016 2017 2018 2019 2015 2016 2017 2018 2019Program/Kegiatan

Sasaran Program (Outcome)/Sasaran Kegiatan

(Output)/IndikatorLokasi

Target Alokasi (dalam Miliar rupiah)

Unit Organisasi

PelaksanaK/L-N-B-NS-BS

SP 3 Meningkatnya kapasitas kelembagaan

BPOM

3.1. Indeks PAN RB B BB A A AA Biro di Kesektamaan

3.2. Nilai SAKIP B A A A A Biro Perencanaan dan

Keuangan

3.3. Opini Laporan Keuangan BPOM dari BPK WTP WTP WTP WTP WTP Biro di Kesektamaan

3.4. Persentase pegawai yang memenuhi standar

kompetensi

65 68 70 72 75 Biro Umum

9,5 11,00 11,00 12,00 13,00 Biro Hukmas

1 Jumlah informasi obat dan makanan yang

dipublikasikan

Pusat 91 95 99 103 107

2 Jumlah layanan pengaduan dan informasi

konsumen yang ditindaklanjuti

Pusat 9.000 9.000 10.000 11.000 12.000

3 Jumlah layanan bantuan hukum yang

diberikan

Pusat 150 150 160 160 165

4 Jumlah rancangan peraturan perundang-

undangan yang disusun

Pusat 150 160 170 180 190

5,6 6,0 7,0 8,0 8,0 Biro KSLN

1 Jumlah pengembangan kerjasama dan/atau

kerjasama internasional di bidang Obat dan

Makanan

Pusat 25 28 31 34 37

45,7 50,00 55,00 61,00 67,00 Biro Perencanaan dan

Keuangan

1 Jumlah dokumen perencanaan,

penganggaran, keuangan dan monitoring

evaluasi yang dihasilkan

Pusat 15 15 15 15 15

Terselenggaranya koordinasi kerjasama luar negeri

di bidang Obat dan Makanan

Koordinasi Perumusan Renstra dan Pengembangan Organisasi,

Penyusunan Program dan Anggaran, Keuangan serta Evaluasi dan

Pelaporan

Dihasilkannya dokumen perencanaan,

penganggaran, laporan keuangan, dan hasil

evaluasi yang terintegrasi

Koordinasi Kegiatan Penyusunan Rancangan Peraturan Peraturan

Perundang-undangan, Bantuan Hukum, Layanan Pengaduan

Konsumen dan Hubungan Masyarakat

Meningkatnya kualitas layanan komunikasi,

informasi, dan edukasi Obat dan Makanan

Terselenggaranya layanan pertimbangan hukum,

penyuluhan hukum dan bantuan hukum

Tersusunnya rancangan peraturan perundang-

undangan terkait pengawasan Obat dan Makanan

Peningkatan Penyelenggaraan Hubungan dan Kerjasama Luar Negeri

Badan POM

Page 63: Sekretariat Utama

2015 2016 2017 2018 2019 2015 2016 2017 2018 2019Program/Kegiatan

Sasaran Program (Outcome)/Sasaran Kegiatan

(Output)/IndikatorLokasi

Target Alokasi (dalam Miliar rupiah)

Unit Organisasi

PelaksanaK/L-N-B-NS-BS

2 Jumlah kajian Organisasi, Tata Laksana dan

Reformasi Birokrasi

Pusat 1 1 1 1 1

32,6 44,0 45,0 46,0 48,0 Biro Umum

1 Persentase Aparatur Sipil Negara (ASN) yang

ditingkatkan kualitasnya melalui pendidikan

S1, S2, S3

Pusat 2 2 2 2 2

2 Jumlah dokumen Human Capital

Management

Pusat 7 6 6 6 6

3 Persentase pegawai yang memenuhi standar

kompetensi

Pusat 65 68 70 72 75

4 Persentase SDM Aparatur BPOM yang

memiliki kinerja berkriteria baik

Pusat 80 81 82 84 85

28,9 294,0 643,0 563,0 189,0 Sekretariat Utama

1 Meningkatnya kualitas kapasitas

kelembagaan BPOM

1.1. Persentase satker yang mampu mengelola

BMN dengan baik

Pusat 100 100 100 100 100

6,0 10,0 10,0 11,0 12,0

1 Jumlah dukungan teknis pengadaan barang

dan jasa

Pusat 5 5 5 5 5

22,9 284,0 633,0 552,0 177,0 Biro Umum

1 Persentase pemenuhan sarana dan prasarana

penunjang kinerja sesuai standar

Pusat 80 82 86 88 90

2 Persentase satker yang mampu mengelola

BMN dengan baik

Pusat 100 100 100 100 100

Pengadaan, Pemeliharaan dan Pembinaan Pengelolaan Sarana dan

Prasarana Penunjang Aparatur BPOM

Terselenggaranya perencanaan, pengadaan,

pemeliharaan dan pengelolaan sarana dan

prasarana penunjang di Badan POM serta

pembinaannya

Biro Umum

Terselenggaranya pengembangan tenaga dan

manajemen pengawasan Obat dan Makanan serta

penyelenggaraan operasional perkantoran

Program Peningkatan Sarana dan Prasarana BPOM

Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur BPOM

Terselenggaranya pengadaan sarana dan prasarana

aparatur BPOM

Tersusunnya kajian Organisasi, Tata Laksana dan

RB

Peningkatan Kapasitas dan Kapabilitas SDM Aparatur BPOM

Page 64: Sekretariat Utama

1 Reviu peraturan tentang organisasi dan tata laksana Meningkatkan efesiensi dan efektifitas organisasi secara

proporsional sesuai dengan kebutuhan pelaksanaan tugas

dan fungsi sehingga organisasi menjadi tepat fungsi dan

tepat ukuran

1. Biro Perencanaan dan Keuangan

2. Biro Hukum dan Humas

Kementerian Hukum

dan HAM

2 Regulasi tentang analisis jabatan di BPOM a. Amanat UU Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil

Negara (Pasal 56)

b. Inputan untuk penataan kelembagaan (penyusunan,

pengembangan, penyempurnaan unit dan hubungan tata

kerja organisasi), penataan kepegawaian (pengadaan,

pengelolaan administrasi dan jenjang karir) dan penataan

ketatalaksanaan (sistem dan prosedur kerja) BPOM

c. Menyelaraskan antara pendidikan dan pelatihan dengan

kebutuhan sumber daya manusia aparatur

1. Biro Umum

2. Biro Hukum dan Humas

3 Keputusan tentang pedoman/juknis/juklak

pelayanan di bidang administrasi Umum

Meningkatkan efesiensi dan efektifitas pelaksanaan kegiatan

administrasi umum serta pengadaan kebutuhan-kebutuhan

pada bidang prasarana & sarana, termasuk kebutuhan

pengadaan ASN

1. Biro Umum

2. Biro Hukum dan Humas

4 Peraturan tentang pedoman penilaian (jabatan

fungsional)

a. Merupakan salah satu unsur Manajemen PNS yang harus

dilaksanakan BPOM dalam UU Nomor 5 Tahun 2014 tentang

Aparatur Sipil Negara

b. Meningkatkan akurasi dan akuntabilitas pengukuran

evaluasi jabatan sebagai salah satu dasar perhitungan

tunjangan kinerja pegawai.

1. Biro Umum

2. Biro Hukum dan Humas

5 Peraturan tentang standar hard competency ASN

BPOM

Amanat UU Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil

Negara (Pasal 69)

1. Biro Umum

2. Biro Hukum dan Humas

Kementerian Hukum

dan HAM

ANAK LAMPIRAN II

MATRIKS KERANGKA REGULASI SEKRETARIAT UTAMA 2015-2019

NoArah Kerangka Regulasi dan/atau Kebutuhan

regulasiUrgensi Pembentukan Berdasarkan Evaluasi

Regulasi Eksisting, Kajian dan PenelitianUnit Penanggungjawab

Unit Terkait/Institusi

Page 65: Sekretariat Utama

NoArah Kerangka Regulasi dan/atau Kebutuhan

regulasiUrgensi Pembentukan Berdasarkan Evaluasi

Regulasi Eksisting, Kajian dan PenelitianUnit Penanggungjawab

Unit Terkait/Institusi

6 Peraturan tentang pola karir ASN BPOM a. Merupakan salah satu unsur Manajemen PNS yang harus

dilaksanakan BPOM dalam UU Nomor 5 Tahun 2014 tentang

Aparatur Sipil Negara

b. Pasal 71 ayat 1 UU Nomor 5 Tahun 2014 "Untuk menjamin

keselarasan potensi PNS dengan

kebutuhan penyelenggaraan tugas pemerintahan

dan pembangunan perlu disusun pola karier PNS

yang terintegrasi secara nasional"

c. Pasal 71 ayat 2 UU Nomor 5 Tahun 2014 "Setiap Instansi

Pemerintah menyusun pola karier

PNS secara khusus sesuai dengan kebutuhan

berdasarkan pola karier nasional".

1. Biro Umum

2. Biro Hukum dan Humas

Kementerian Hukum

dan HAM

7 Keputusan standar minimal kebutuhan Sarpras di

Sektama maupun unit lainnya

Meningkatkan efesiensi dan efektifitas dalam memenuhi

kebutuhan sarana dan prasarana kerja bagi pejabat dan

pegawai BPOM

1. Biro Umum

2. Biro Hukum dan Humas

8 Peraturan tentang tata cara pengelolaan, pelaporan,

penyajian informasi dan dokumentasi di Sektama

Panduan bagi para pejabat dan pegawai di lingkungan

Sekretariat Utama BPOM dalam menyelenggarakan

pengelolaan, pelaporan, penyajian informasi dan

dokumentasi

1. Biro Perencanaan dan Keuangan

2. Biro Hukum dan Humas

Kementerian Hukum

dan HAM

9 Standar minimal kerja sama di dalam dan luar negeri Panduan dalam penyelenggaraan kerja sama di dalam dan

luar negeri

1. Biro Kerja Sama dan Luar Negeri

2. Biro Hukum dan Humas

10 Reviu peraturan tentang standar pelayanan publik,

khususnya untuk standar layanan informasi dan

pengaduan.

Meningkatkan efektivitas, efisiensi, transparansi, dan

responsivitas standar layanan informasi dan pengaduan

BPOM

1. Biro Umum

2. Biro Hukum dan Humas

Kementerian Hukum

dan HAM