SEKOLAH PASCASARJANA DEPARTEMEN KIMIA INSTITUT … · hidroksiapatit telah diterapkan pada implan...
Transcript of SEKOLAH PASCASARJANA DEPARTEMEN KIMIA INSTITUT … · hidroksiapatit telah diterapkan pada implan...
Sintesis dan Karakterisasi Hidroksiapatit Dengan Pori Terkendali
YUSTINUS PURWAMARGAPRATALA
SEKOLAH PASCASARJANA DEPARTEMEN KIMIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
2011
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul Sintesis dan
Karakterisasi Hidroksiapatit Dengan Pori Terkendali adalah karya saya dengan
arahan komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada
perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang telah diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan
dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Bogor, Juli 2011
Yustinus Purwamargapratala NIM.G45 1090321.
ABSTRAK YUSTINUS PURWAMARGAPRATALA. Sintesis dan Karakterisasi Hidroksiapatit Dengan Pori Terkendali. Dibimbing oleh ZAINAL ALIM MAS’UD dan SUDARYANTO.
Hidroksiapatit merupakan bahan biokeramik yang dapat dimanfaatkan untuk bahan implan pengganti tulang. Hidroksiapatit dapat disintesis dari kalsium hidroksida dan asam pospat. Porositas hidroksiapatit dapat dibentuk menggunakan porogen hidrogen peroksida (H2O2
), polivinil alkohol (PVA), etilin glikol (EG), atau polietilin glikol (PEG). Ukuran pori dapat dikendalikan dengan pengaturan konsentrasi porogen. Hasil karakterisasi menggunakan difraksi sinar-X (XRD) dan fourier transform infrared spectroscopy (FTIR) menunjukkan bahwa penambahan porogen tidak mengubah struktur fasa hidroksiapatit, namun mengubah ukuran kristalit dan regangan kristalnya. Peningkatan konsentrasi porogen sampai 25% dapat meningkatkan regangan, ukuran kristalit, dan ukuran pori. Derajat kristalinitas pembentukan hidroksiapatit 0,75-0,83. Ukuran pori hidroksiapatit terbentuk 0,3-1,2 µm, pada konsentrasi yang sama, pori terbesar terbentuk pada penambahan porogen polietilin glikol. Hidroksiapatit hasil sintesis dengan penambahan dan tanpa penambahan porogen tidak mengandung logam berat timbal, kadmium, merkuri, dan arsen.
Kata Kunci : Hidroksiapatit, Pori
ABSTRACT
YUSTINUS PURWAMARGAPRATALA. Synthesis and Characterization of Hydroxy-apatite with Controlled Pore. Under the direction of ZAINAL ALIM MAS'UD and SUDARYANTO
.
Hydroxyapatite bioceramics are materials that can be used for bone replacement implant materials. Porosity hydroxyapatite can be formed using porogen hydrogen peroxide (H2O2), polyvinyl alcohol (PVA), ethylene glycol (EG), or polyethylene glycol (PEG). The pore size can be controlled by setting the concentration of porogen. The results of the characterization using X-ray diffraction (XRD) and Fourier transform infrared spectroscopy (FTIR) showed that the addition of porogen phase does not change the structure of hydroxyapatite, but changing the crystallite size and crystal strain. Increasing the concentration of porogen to 25% can increase the strain, crystallite size, and pore size. The degree of crystallinity of hydroxyapatite formation 0.75-0.83. Hydroxyapatite formed from 0.3 to 1.2 µm pore size, the largest pore is formed on the addition of polyethylene glycol porogen. Hydroxyapatite synthesized by addition and without addition of porogen does not contain heavy metals lead, cadmium, mercury, and arsenic
.
Keywords : Hydroxyapatite,
Pore
RINGKASAN
YUSTINUS PURWAMARGAPRATALA. Sintesis dan Karakterisasi Hidroksiapatit Dengan Pori Terkendali. Dibimbing oleh ZAINAL ALIM MAS’UD dan SUDARYANTO.
Keramik hidroksiapatit dengan rumus kimia Ca10(PO4)6(OH)2
Kini penelitian dikembangkan untuk biokeramik hidroksiapatit dengan morfologi berpori. Hidroksiapatit berpori menghasilkan ikatan tulang yang kuat. Pori-pori memberikan tautan mekanik yang menyebabkan fiksasi kuat dari material, jaringan tulang tumbuh, dan meningkatkan kekuatan implan hidroksiapatit. Dimensi dan morfologi pori-pori merupakan faktor penting untuk osteointegration yang baik. Implan berpori diharapkan memiliki kesalingterkaitan (interkonektivitas) dari pori-pori untuk penetrasi sel osteoblas seperti kekasaran permukaan di dalam pori-pori.
dapat digunakan sebagai bahan substitusi untuk tulang buatan. Komposisi kimianya hampir serupa dengan mineral tulang dan gigi, sifat biokompatibilitas ke jaringan tulang sangat baik. Hal ini memenuhi persyaratan sebagai bahan untuk memperbaiki tulang dalam meningkatkan kristalinitas dan stabilitas kimia hidroksiapatit. Material hidroksiapatit telah diterapkan pada implan ortopedi atau gigi dalam bentuk blok, butiran atau lapisan, baik padat atau berpori, meskipun ada peluang resiko infeksi, stabilitas mekanik dan biologis, kompatibilitas, penyimpanan dan biaya.
Hidroksiapatit dapat disintesis dengan metode hydrothermal, solid state reaction, presipitasi, dan solgel. Pada penelitian ini digunakan metode presipitasi dengan mereaksikan kalsium hidroksida dan asam fosfat, kemudian dilakukan pengaturan keasaman menggunakan ammonia. Pembentukan pori dilakukan dengan penambahan porogen hidrogen peroksida (H2O2), polivinil alkohol (PVA), etilin glikol (EG), atau polietilin glikol (PEG) dengan konsentrasi penambahan porogen masing-masing 5, 10, 15, 20, 25 %. Kemudian dilakukan pemanasan secara bertahap 100, 300, 600, dan dan 900 o
Hasil analisis XRD memperlihatkan bahwa puncak utama pola difraksi sampel sesuai dengan standar hidroksiapatit JCPDF kode PDF # 011008 dan pola difraksi dari produk pabrikan Aldrich nomor katalog 574791, hal ini diperkuat dengan hasil analisis FTIR. Hasil karakterisasi sampel hasil sintering menggunakan difraksi sinar-X (XRD) dan fourier transform infrared spectroscopy (FTIR) menunjukkan bahwa penambahan porogen tidak merubah struktur fasa hidroksiapatit, namun mengubah ukuran kristalit dan regangan kristalnya. Peningkatan konsentrasi porogen sampai 25% dapat meningkatkan regangan, ukuran kristalit, dan ukuran pori. Derajat kristalinitas pembentukan hidroksiapatit 0,75-0,83 dan ukuran pori hidroksiapatit terbentuk 0,3-1,2 µm. Pada konsentrasi yang sama, pori terbesar terbentuk pada penambahan porogen polietilin glikol. Hidroksiapatit hasil sintesis dengan penambahan dan tanpa penambahan porogen tidak mengandung logam berat timbal, kadmium, merkuri, dan arsen.
C masing-masing dilakukan selama 2 jam.
© Hak cipta milik IPB, tahun 2011 Hak cipta dilindungi undang-undang 1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa
mencantumkan atau menyebutkan sumber
a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan, atau makalah.
b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.
2. dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB.
Sintesis dan Karakterisasi Hidroksiapatit Dengan Pori Terkendali
YUSTINUS PURWAMARGAPRATALA
Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada
Program Studi Kimia
SEKOLAH PASCASARJANA DEPARTEMEN KIMIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
Judul Tesis :Sintesis dan Karakterisasi Hidroksiapatit Dengan Pori Terkendali Nama : Yustinus Purwamargapratala NRP : G451090321
Disetujui
Komisi Pembimbing
DR. Zainal Alim Mas’ud, DEA DR. Sudaryanto, M.EngKetua Anggota
Diketahui
Ketua Program Studi S2 Kimia Dekan Sekolah Pascasarjana
Prof. Dr. Purwantiningsih, M.S. Dr.Ir. Dahrul Syah, M.Sc.Agr.
Tanggal Ujian : 27 Juli 2011 Tanggal Lulus :
PRAKATA Puji syukur kepada Tuhan Yang Mahaesa yang telah melimpahkan
rahmatNya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam
penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Desember 2010 ialah pengembangan
sintesis dan karakterisasi, dengan judul Sintesis dan Karakterisasi Hidroksiapatit
Dengan Pori Terkendali.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat DR. Zainal Alim
Mas’ud, DEA dan DR. Sudaryanto, M.Eng yang berkenan membimbing dalam
penyusunan proposal dan pelaksanaan penelitian ini. Ucapan terima kasih penulis
sampaikan kepada Bapak Antonius Sapto Rahardjo sekeluarga yang berkenan
memberikan bantuan biaya pendidikan selama studi di Pascasarjana IPB; Ir.Iman
Kuntoro selaku Kepala Pusat Teknologi Bahan Industri Nuklir dan Drs. Saeful Yusuf,
M.T. selaku Kepala Bidang Karakterisasi dan Analisis Nuklir; DR. Ki Agus Dahlan,
Drs. Sulistioso Giat Sukaryo, M.T., dan DR.Setyo Purwanto, M.Eng yang berkenan
memberikan gagasan dan saran-saran yang bermanfaat dalam pelaksanaan penelitian
ini; Ir.Th.Rina Mulyaningsih, M.Sc, Dra.Deswita, Yosef Sarwanto S.T, Alfian S.T.,
Maskur, S.T. yang telah banyak membantu dalam pelaksanaan penelitian, Ahmad
Zakaria S.Pd, Dra. Fitri Amalia dan Ibu Rustinah yang selalu menyemangati dalam
perjuangan ini. Ungkapan terima kasih juga ditujukan kepada kedua orang tuaku
Bapak F.Karsidi dan Ibu S.Mujirah, istriku Sri Joharyani, S.Pd., anakku tercinta
Kornelius Jonathan Albin dan Maria Griselda Benita atas segala doa dan
perhatiannya, terima kasih juga kepada teman-teman sejawat di BKAN-PTBIN, PPG
St.Ambrosius, dan semua yang telah berbagi semangat dan perhatian.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat di bidang ilmu pengetahuan bagi bangsa
dan negara Republik Indonesia tercinta.
Bogor, Juli 2011
Yustinus Purwamargapratala
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Yogyakarta pada tanggal 8 April 1966 sebagai anak
pertama dari pasangan Franxiscus a Paula Karsidi dan Stefani Mujirah. Pernah
menyelesaikan pendidikan di SDN Gedong Kuning I Yogyakarta (1979), SMP
Pangudiluhur Yogyakarta (1982), Sekolah Teknologi Menengah Atas Yoyakarta
(1985). Setelah lulus dari Pendidikan Ahli Teknik Nuklir Yogyakarta, (1989-1992)
melanjutkan di Fakultas Teknik Univeristas Indonesia Depok, tahun 1999-2001. Pada
tahun 2009, penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi Kimia Sekolah
Pascasarjana Istitut Pertanian Bogor.
Penulis bekerja sebagai peneliti pada Bidang Karakterisasi dan Analisis
Nuklir, Pusat Teknologi Bahan Industri Nuklir, Badan Tenaga Nuklir Nasional.
DAFTAR ISI Halaman
DAFTAR TABEL ………………………………………………………… i
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………… ii
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………. iii
PENDAHULUAN…………………………………………………………
1
Latar Belakang ……………………………………………………….. 1
Tujuan Penelitian………………………………………………………. 2
Hipotesis……………………………………………………………….. 2
Manfaat Penelitian……………………………………………………… 2
TINJAUAN PUSTAKA……………………………………………………
3
Aplikasi HA Berpori 3
Persyaratan Karakteristik Fisik HA Berpori untuk Tulang Pengganti 5
Pembentukan Hidroksiapatit Berpori ………………………………… 6
METODE PENELITIAN………………………………………………….
8
Tempat dan Waktu Penelitian…………………………………………. 8
Alat dan Bahan………………………………………………………… 8
Tara Kerja……………………………………………………………… HASIL DAN PEMBAHASAN…………………………………………… SIMPULAN ……………...………………………………………………..
8
11
27
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………..
28
LAMPIRAN………………………………………………………………. 30
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Matriks kode sampel hidroksiapatit diporosi dan tidak diporosi
dengan porogen ……………………………………………….
10
2. Nilai ambang batas kandungann logam berat tulang ………… 22
DAFTAR GAMBAR Halaman
1. 4 Butiran hidroksiapatit …………………………………………
2. Observasi SEM morfologi HA berpori dengan gradien porositas 6
3. Diagram alir sintesa dan karakterisasi hidroksiapatit berpori 9
4. Hidroksiapatit hasil sintesis tanpa dan dengan hidrogen
peroksida, polivinil alkohol, etilin glikol, atau polietilin glikol
10
5 Morfologi scanning electron microscope (SEM) hidroksiapatit
hasil sintesis……………………………………………………..
11
6 Penentuan ukuran pori metode Intecept Heyn…………………… 12
7 Pengaruh jenis dan konsentrasi porogen terhadap ukuran pori. 13
8 Pola difraksi sinar-X hidroksiapatit hasil sintesis dan Adrich
574791……………………………………………………………
14
9 Pola difraksi sinar-X hidroksiapatit dengan penambahan polivil
alkohol …………………………………………………………..
15
10 Pola difraksi sinar-X hidroksiapatit dengan penambahan
hydrogen peroksida …………………………………………….
15
11 Pola difraksi sinar-X hidroksiapatit dengan penambahan etilin
glikol ……………………………………………………………
16
12 Pola difraksi sinar-X hidroksiapatit dengan penambahan
polietilin glikol………………………………………………….
16
13 Kurva hubungan β cos θ.λ−1 dan sin θ.λ−1 18 ..................................
14 Pengaruh jenis dan kosentrasi porogen terhadap ukuran kristalit
hidroksiapatit……………………………………………………..
19
15 Pengaruh jenis dan kosentrasi porogen terhadap regangan
hidroksiapatit…………………………………………………….
19
16 Pengaruh regangan terhadap ukuran kristalit hidroksiapatit pada
penambahan porogen ………………………………………….. 20
17 Pengaruh konsentrasi terhadap kristalinitas hidroksiapatit pada
penambahan porogen …………………………………………..
21
18 Spektrum FTIR hidroksiapatit …………………………..…………. 22
19 Spektrum FTIR hidroksiapatit hasil sintesis dengan penambahan
porogen sebelum sintering………………………………………
23
20 Spektrum FTIR hidroksiapatit hasil sintesis dengan penambahan
porogen setelah sintering……………………………………….
23
21 Jenis dan konsentrasi unsur dalam hidroksiapatit ditambah hidrogen
peroksida. …………………………………………………………….
25
22 Jenis dan konsentrasi unsur dalam hidroksiapatit ditambah
polivinil alkohol
25
23 Jenis dan konsentrasi unsur dalam hidroksiapatit ditambah etilin
glikol …………………………………………………………...
26
24 Jenis dan konsentrasi unsur dalam hidroksiapatit ditambah
polietilin glikol …………………………………………………
26
25 Peralatan Proses Sintesis dan Karakterisasi …………………… 30
26 Observasi morfologi SEM dengan penambahan polivinil alkohol 31
27 Observasi morfologi SEM hidroksiapatit dengan penambahan
etilin glikol ………………………………………………
32
28 Observasi morfologi SEM hidroksiapatit dengan penambahan
polietilin glikol ………………………………………………
33
29 Observasi morfologo SEM hidroksiapatit dengan penambahan
hidrogen peroksida ………………………………………………
34
30 Pola difraksi sinar-X hidroksiapatit PDF # 011008 JCPDS 35
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1 Peralatan Proses Sintesis dan Karakterisasi …………………… 30
2 Observasi morfologi SEM dengan penambahan polivinil alkohol 31
3 Observasi morfologi SEM hidroksiapatit dengan penambahan
etilin glikol ………………………………………………
32
4 Observasi morfologi SEM hidroksiapatit dengan penambahan
polietilin glikol ………………………………………………
33
5 Observasi morfologo SEM hidroksiapatit dengan penambahan
hidrogen peroksida ………………………………………………
34
6 Pola difraksi sinar-X hidroksiapatit PDF # 011008 JCPDS 35
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Keramik hidroksiapatit dapat digunakan sebagai bahan substitusi untuk tulang
buatan (Nasim, 2010). Komposisi kimianya hampir serupa dengan mineral tulang dan
gigi, sifat biokompatibilitas ke jaringan tulang sangat baik. Hal ini memenuhi
persyaratan sebagai bahan untuk memperbaiki tulang (Jeffrey et al. 2010) dalam
meningkatkan kristalinitas dan stabilitas kimia hidroksiapatit (Gabriela, 2001).
Material hidroksiapatit telah diterapkan pada implan ortopedi atau gigi dalam bentuk
blok, butiran atau lapisan, baik padat atau berpori, meskipun ada peluang resiko
infeksi, stabilitas mekanik dan biologis, kompatibilitas, penyimpanan dan biaya. Kini
penelitian dikembangkan untuk biokeramik hidroksiapatit dengan morfologi berpori.
Hidroksiapatit berpori menghasilkan ikatan tulang yang kuat. Pori-pori memberikan
tautan mekanik yang menyebabkan fiksasi kuat dari material, jaringan tulang tumbuh,
dan meningkatkan kekuatan implan hidroksiapatit. Dimensi dan morfologi pori-pori
merupakan faktor penting untuk osteointegration yang baik (Toibah dan Iis, 2008).
Implan berpori diharapkan memiliki kesalingterkaitan (interkonektivitas) dari pori-
pori untuk penetrasi sel osteoblas seperti kekasaran permukaan di dalam pori-pori.
Pori yang lebih besar akan mengurangi kekuatan mekanis implan maka
biasanya implan hidroksiapatit berpori tidak dapat untuk beban berat dan digunakan
hanya untuk mengisi cacat tulang kecil. Dengan demikian diperlukan pengendalian
ukuran pori sehingga didapatkan hidroksiapatit dengan ukuran pori dan kekuatan
mekanis sesuai dengan kebutuhan.
Karakteristik fisik yang diperoleh dalam pengembangan keramik berpori
untuk pengganti tulang dan gigi tergantung pada volume pori dari biomaterial, serta
rata-rata ukuran pori dan interkoneksi. Hidroksiapatit hasil sintesis diharapkan
mempunyai tingkat kemurnian setinggi mungkin dengan kandungan logam berat
seperti timbal, cadmium, merkuri, dan arsen dipersyaratkan tidak melebihi ambang
batas.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk sintesis hidroksiapatit berpori dengan pori
terkendali yang terkarakterisasi, dengan menggunakan porogen berupa hidrogen
peroksida, polivinil alkohol, etilin glikol, dan polietilin glikol.
Hipotesis
Hidroksiapatit berpori dapat disintesis melalui reaksi kalsium hidroksida dan
asam fosfat pada pH 10 dengan penambahan zat porogen dan perlakuan panas sampai
900 o
C, pori yang terbentuk dapat dikendalikan dengan pengaturan konsentrasi
porogen. Zat porogen yang digunakan adalah hidrogen peroksida, polivinil alkohol,
etilin glikol, dan polietilin glikol.
Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat diketahui hubungan antara jenis dan
konsentrasi porogen yang digunakan dalam pembentukan hidroksiapatit berpori serta
karakteristiknya. Diharapkan dapat memberi informasi penting berkaitan dengan
penggunaan hidroksiapatit berpori khususnya di bidang kesehatan, farmakologi, dan
biologi.
TINJAUAN PUSTAKA
Aplikasi Hidroksiapatit Berpori
Hidroksiapatit berpori digunakan untuk loading sel (Javier et al. 2010),
pelepas obat (drug releasing agents) (Ruixue et al. 2008), analisis kromatografi
(Ferraz et al. 2006), jaringan keras scaffolds (Hassna et al. 2003), dan berbagai
produk sel terapi seperti hormon, enzim, vaksin, dan asam nukleat yang dapat
meningkatkan teknologi diagnosis dan pengobatan penyakit manusia, serta
pemeliharaan dan penumbuhan sel mamalia secara in vitro.
Keramik hidroksiapatit berpori sangat berguna dalam sistem pengiriman obat,
pelepasan obat yang lambat, lokal, dan berkelanjutan untuk berbagai pengobatan
penyakit. Keramik hidroksiapatit berpori dapat mengontrol sistem pengiriman obat
tulang karena sifat fisikokimia dan sifat biologinya (Lakshmi dan Cato 2005).
Kebutuhan kapsul keramik diperlukan untuk mengendalikan pelepasan obat pada
penyakit kronis atau pada tindakan bedah lokal. (Thibaud et al. 2006).
Fluks suatu zat di lapisan berpori dipengaruhi kelarutan fisiologis dalam
cairan tubuh dan atau ikatan kimia yang dibentuk oleh molekul dengan dinding pori-
pori (Werner et al. 2008). Beberapa penelitian telah dilakukan dengan berbagai jenis
kalsium fosfat berpori untuk pengiriman obat. Telah pula dilakukan penelitian
hidroksiapatit berpori dengan derajat porositas bimodal (60% dan 40%) sebagai
bahan pengiriman obat untuk obat-obatan anti inflamasi (Lee et al. 2010). Bahan
lain dengan porositas bimodal telah digunakan untuk bahan pengiriman terkontrol
anti-radang, hidrokortison asetat (Tsuyoshi et al. 2007). Telah dikembangkan pula
butiran hidroksiapatit berpori dan butiran hidroksiapatit berfluor yang diaplikasikan
untuk sistem pengiriman obat tulang. Juga diketahui bahwa penggabungan ion
fluoride ke dalam struktur hidroksiapatit dapat merangsang proliferasi sel tulang dan
meningkatkan deposisi mineral baru dalam tulang cancellous. hidroksiapatit berfluor
juga menunjukkan integrasi yang baik di jaringan tulang dan waktu resorpsi lebih
lama daripada kalsium fosfat konvensional. Pada aplikasi biomedis lebih disukai
hidroksiapatit berbentuk bulat untuk menghilangkan reaksi peradangan pada jaringan
halus tubuh.
Gambar 1. Butiran hidroksiapatit (Toibah dan Iis. et al. 2007)
.
Penelitian mengenai sistem pengiriman obat tulang mengembangkan
penggunaan keramik kalsium fosfat berpori yang terikat dengan antibiotik melalui
matriks polimer yang dapat dibiodegradasi. Penggunaan polimer biodegradabel
berguna untuk memperoleh bahan pengiriman dan pelepasan obat tulang terkontrol.
Banyak jenis polimer biodegradable yang telah digunakan untuk tujuan ini misalnya
gelatin, albumin, dan polylactic glycol acid (PLGA).
Hidroksiapatit berpori telah lama digunakan untuk pengganti tulang buatan.
Tujuan utama dari teknik jaringan adalah perbaikan, regenerasi, dan rekonstruksi dari
jaringan yang hilang, rusak atau degeneratif jaringan. Meskipun jaringan tulang
mempunyai kemampuan regenerasi sendiri yang sangat baik, namun proses
penyembuhan tulang akan sulit untuk cacat tulang yang besar maka perlu melalui
pencangkokan. Dengan demikian sangat penting untuk menyesuaikan sifat
osteokonduktif pori keramik dengan osteoinduktif atau sifat osteogenik dari sel-sel
tulang hidup. Tingkat degradasi implan hampir sama dengan kecepatan pembentukan
jaringan, oleh karena itu aspek penting dalam pengembangan tulang dan bahan organ
pengganti adalah pembuatan matriks pendukung atau scaffold, morfologi, struktur
mikro dan makroskopik termasuk ukuran pori, interkonektivitas pori,
biokompatibilitas, osteokonduktivitas, kekuatan mekanik, dan kemampuan
biodegradasi.
Hasil analisis histologis osteokonduksi in vivo hidroksiapatit berpori
menunjukkan bahwa dalam waktu enam minggu setelah implantasi tulang terjadi
pertumbuhan dalam seluruh bagian hidroksiapatit berpori dan diikuti dengan
peningkatan kekuatan tekan hidroksiapatit berpori. Penelitian menunjukkan bahwa
formasi tulang awal dalam pori dapat dilihat setelah dua minggu implantasi, dan
bahkan pada delapan minggu setelah implantasi volume tulang membesar terdeteksi
di daerah tengah implan. Kombinasi hidroksiapatit berpori dan sel batang
mesenchymal berpeluang untuk pengganti cangkok tulang yang sesuai karena sifat
mekanis dan kemampuan merangsang pembentukan tulang yang baik.
Persyaratan Karakteristik Fisik Hidroksiapatit Berpori untuk Tulang Pengganti
Pengembangan bahan pengganti tulang berpori ditujukan untuk meniru
struktur mikro dan berpori dari mineral tulang hidup (Yarlagadda et al. 2005).
Keramik makrobioaktif dan mikropori mempunyai luas permukaan yang besar dan
memberi kontak osteogenesis yang sesuai. Hal ini untuk mencegah gangguan formasi
jaringan ikat yang akan menghambat stabilitas jangka panjang dari implan.
Karakteristik fisik hidroksiapatit berpori meliputi tingkat porositas, distribusi
ukuran pori, morfologi dan orientasi pori, dan pengaruh interkonektivitas penetrasi
pori tulang dalam implan (Nasim et al. 2010). Karakteristik pori sangat penting dalam
tulang karena memiliki korelasi dengan derajat pertumbuhan tulang, terutama
porositas, distribusi ukuran pori, morfologi dan orientasi pori, serta tingkat
interkonektivitas pori. Pori interkonektivitas memungkinkan sirkulasi dan pertukaran
cairan tubuh, difusi ion, pasokan gizi, penetrasi sel osteoblas, dan vaskularisasi.
Selain hidroksiapatit berpori konvensional, telah dikembangkan pula keramik
berpori dengan distribusi ukuran pori bimodal (Toibah dan Iis 2008] atau bahkan
keramik berpori dengan gradien porositas untuk merangsang struktur bimodal dari
tulang alami (Young et al. 2010).
Gambar 2. Observasi SEM morfologi hidroksiapatit berpori dengan gradien porositas (Toibah dan Iis 2007).
Pembentukan Hidroksiapatit Berpori
Terdapat beberapa metode yang dapat digunakan untuk pembentukan
hidroksiapatit berpori , antara lain sebagai berikut :
1. Pembentukan struktur berpori menggunakan partikel volatile yang dapat
membentuk pori ketika terjadi pembakaran selama sintering
2. Pembentukan struktur berpori melalui pencampuran dengan porogens
yang larut dalam air dengan bubuk hidroksiapatit tanpa
3.
proses sintering
Konversi kerangka karang laut dan tulang
4.
alami
Teknik keramik
5.
berbusa
Metode polimer
Reaksi pembentukan hidroksiapatit yang melibatkan reaksi antara asam (H
sponge
3PO4) dan
basa (Ca(OH)2
10Ca(OH)
) antara lain sebagai berikut :
2 + 6H3PO4 Ca10(PO4)6(OH)2 + 18H2O
Berbagai jenis pereaksi dapat digunakan untuk membuat pori misalnya
parafin, naftalena, karbon, pati, tepung, atau polimer sintetik yang dicampur dengan
serbuk hidroksiapatit atau suspensinya. Pori dapat terbentuk ketika dilakukan
sintering, partikel porogen yang terjebak akan meninggalkan hidroksiapatit sehingga
membentuk pori. Cara ini memungkinkan pengendalian langsung terhadap
karakteristik pori dari fraksi, ukuran, morfologi, dan distribusi sesuai dengan zat
porogen yang digunakan. Keramik berpori yang diperoleh dengan metode ini
biasanya berukuran pori diameter 0,1-5000 µm (Toibah dan Iis 2008).
Pada penelitian ini akan digunakan metode pembentukan struktur berpori
hidroksiapatit menggunakan partikel volatile. Komponen pembentuk hidroksiapatit
berupa kalsium hidroksida dan asam fosfat, direaksikan pada suhu dan pH tertentu.
Endapan hidroksiapatit yang terbentuk kemudian ditambah zat porogen, pembentuk
pori, dengan konsentrasi dan jenis yang divariasi. Porogen yang digunakan adalah
hidrogen peroksida, polivinil alcohol, etilin glikol, dan polietilin glikol. Dengan
perlakuan pemanasan bertahap 100, 300, 600, dan 900 o
C diharapkan terbentuk
hidroksiapatit berpori dengan ukuran pori yang bervariasi secara karakteristik untuk
jenis dan konsentrasi porogen tertentu.
METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Pusat Teknologi Bahan Industri Nuklir BATAN.
Waktu pelaksanaan penelitian berlangsung dari bulan Desember 2010 - Mei 2011.
Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : alat-alat gelas,
pengaduk dan pemanas magnet, oven, furnace, hydraulic press, difraktometer sinar-X
(XRD) Philips PW 1710, scanning electromicroscope (SEM) Philips 515., analisis
aktivasi neutron (AAN), fourier transform infra red (FTIR) Jasco 410. Bahan-bahan
yang digunakan antara lain asam fosfat, kalsium oksida, ammonia, hidrogen
peroksida (H2O2
Tata Kerja
) 25 %, polivinil alkohol 72000 (PVA), etilin glikol (EG), polietilin
glikol (PEG) 400.
Sintesis dan Karakterisasi Hidroksiapatit Berpori
Sebanyak 500 ml asam fosfat 0,3 M direaksikan dengan 500 ml kalsium
hidroksida 0,5 M dengan pengaduk dan pemanas magnet pada suhu 60 o
Campuran yang dihasilkan didiamkan selama 24 jam pada suhu kamar
kemudian didekantasi. Suspensi yang dihasilkan ditambah dengan larutan porogen
sehingga didapatkan suspensi dengan komposisi 5 %, 10 %, 15 %, 20 %, dan 25 %
volume A, demikian pula untuk porogen B, C, dan D. Pencampuran dilakukan dengan
pengaduk pemanas magnet pada suhu 60
C selama 2
jam. Campuran ditambah ammonia 25 % secara bertetes-tetes dengan titrator sampai
pH 10, sambil diaduk dan dipanaskan. Disiapkan juga larutan A (porogen hidrogen
peroksida 25 %), larutan B (polivinil alkohol 25 %), larutan C (etilin glikol 25 %),
dan larutan D (polietilin glikol 25 %).
oC selama 2 jam. Dilakukan pengeringan
pada suhu 100 oC, pirolisis 300 oC, dan kalsinasi 600 o
Serbuk kering yang dihasilkan ditimbang masing-masing 3 gr dan dikompaksi
dengan diameter 2 cm. Pelet yang dihasilkan disintering dengan furnace 900
C masing-masing selama 2
jam.
oC
Amonia 25 %
Porogen : PVA, EG, H2O2, PEG
100 oC 2 jam
600 oC 2 jam
900 oC 2 jam
300 oC 2 jam
selama 2 jam. Hasil sintering dikarakterisasi dengan difraktometer sinar-X (XRD),
scanning electromicroscope (SEM), fourier transform infra red (FTIR
), analisis
aktivasi neutron (AAN).
Sintesis hidroksiapatit berpori dilakukan sesuai diagram alir Gambar 3 sebagai
berikut :
Gambar 3. Diagram alir sintesis dan karakterisasi hidroksiapatit berpori.
Asam Phosphat 0,3 M Pengadukan
Presipitasi
Pencampuran
Pirolisis
Dekantasi
Pengeringan
Kalsinasi
Kalsium Hidroksida 0,5 M
Sintering
Kompaksi
Hidroksiapatit Berpori
Gambar 4. Hidroksiapatit hasil sintesis tidak menggunakan dan menggunakan
porogen hidrogen peroksida, polivinil alkohol, etilin glikol, atau polietilin glikol.
Matrik kode sampel hasil sintesis hidroksiapatit diporosi dan tidak diporosi
ditunjukkan pada Table 1.
Tabel 1. Matriks kode sampel hidroksiapatit diporosi dan tidak diporosi dengan
porogen.
Porogen Konsentrasi Porogen (%) v/v
0 5 10 15 20 25
Hidrogen Peroksida HS H5 H10 H15 H20 H25
Polivinil Alkohol HS A5 A10 A15 A20 A25
Etilin Glikol HS EG5 EG10 EG15 EG20 EG25
Polietilin Glikol HS PEG5 PEG10 PEG15 PEG20 PEG25
Keterangan :
Sampel dengan kode H15 berarti hidroksiapatit hasil sintesis dari suspensi
hidroksiapatit ditambah dengan larutan A (hidrogen peroksida 25 %) sehingga
didapatkan konsentrasi larutan A = 15 % v/v, HS adalah kode untuk hidroksiapatit
yang tidak ditambah porogen.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Morfologi
Analisis struktur mikro dilakukan dengan menggunakan Scanning
Electromicroscope (SEM) Philips 515 dengan perbesaran 10000 kali. Gambar 5.
menunjukkan morfologi hidroksiapatit hasil sintesis. Terlihat bahwa bentuk partikel,
ukuran butir, ukuran pori, dan distribusinya tidak homogen. Dalam aplikasinya
sebagai pengganti tulang keadaan tersebut tidak menguntungkan dalam pertimbangan
modifikasi pembentukan tulang pengganti dan kekuatan mekaniknya (Toibah A dan
Iis S 2008). Untuk itu perlu dilakukan pengontrolan agar didapatkan bentuk partikel,
ukuran butir, ukuran pori, dan distribusinya yang homogen.
Gambar 5. Morfologi scanning electron microscope (SEM)
hidroksiapatit hasil sintesis.
Morfologi hidroksiapatit dengan penambahan porogen hidrogen peroksida,
polivinil alkohol, etilin glikol, atau polietilin glikol dengan konsentrasi yang divariasi
5, 10, 15, 20, dan 25 % (lampiran 1) teramati bahwa distribusi dan ukuran pori adalah
homogen dan terdapat interkoneksi. Pori terbentuk akibat adanya kekosongan ruang
karena peregangan dan pelepasan partikel porogen dari jebakan partikel hidroksiapatit
akibat pemanasan. Sedangkan interkoneksi pori terbentuk dari proses pelepasan
partikel porogen menuju ke permukaan material atau menuju pori yang lain. Ukuran
Pori
pori dapat diketahui dengan menghitung diameter pori menggunakan metode
Intercept Heyn. Ukuran pori dihitung dengan rumus :
………………………………….1
………………………………..2
n = jumlah pori dalam lingkaran
A = luas lingkaran
G = ukuran pori
Gambar 6. Penentuan ukuran pori metode Intecept Heyn
Hasil hitung menggunakan persamaan Hyen terhadap hidroksiapatit dengan
penambahan porogen hidrogen peroksida, polivinil alkohol, etilin glikol, atau
polietilin glikol dengan konsentrasi yang divariasi 5, 10, 15, 20, dan 25 %
ditunjukkan pada Gambar 7.
Gambar 7. Pengaruh jenis dan konsentrasi porogen terhadap ukuran pori.
a. HAP+H b. HAP+PVA c. HAP+EG d. HAP+PEG
Gambar 7. menunjukkan bahwa penambahan porogen dapat meningkatkan
ukuran pori hidroksiapatit. Hidroksiapatit tanpa penambahan porogen berukuran
rerata 0,2 µm, dan akan meningkat sampai 1,15 µm pada penambahan porogen
sampai konsentrasi 25%. Porogen polietilen glikol akan menghasilkan ukuran pori
terbesar yaitu sampai 1,15 µm, dibandingkan etilin glikol 0,9 µm, polivinil alcohol
0,55 µm, dan hidrogen peroksida 0,5 µm, untuk konsentrasi yang sama. Hal ini
terjadi karena polietilin glikol mempunyai massa molekul yang besar dari pada etilin
glikol dan hidrogen peroksida. Namun demikian, meskipun polivinil alkohol
bermassa molekul yang besar tetapi mempunyai titik nyala yang lebih rendah yaitu
79,44 oC dibandingkan polietilin glikol 287 o
Untuk mengetahui stuktur mikro dari hidroksiapatit hasil sintesis tanpa
penambahan porogen dan dengan penambahan porogen maka dilakukan analisis fasa
menggunakan difraksi sinar-X, disamping itu dapat ditentukan juga fasa lain yang
terbentuk atau fasa kontaminan dari hidroksiapatit.
C, sehingga ketika proses pemanasan
mengalami penyusutan ukuran pori yang lebih besar. Akibatnya ukuran pori yang
dihasilkan lebih kecil dibandingkan ukuran pori hidroksiapatit dengan penambahan
porogen polietilin glikol..
Analisis struktur mikro menggunakan difraksi sinar-X dilakukan terhadap
hidroksiapatit produk Aldrich nomor katalog 574791, sampel hasil sintesis tanpa
penambahan porogen dan dengan penambahan porogen hidrogen peroksida, polivinil
alkohol, etilin glikol, atau polietilin glikol dengan variasi konsentrasi. Data hasil
pengukuran dibandingkan dengan data base JCPDS (Joint Committee on Powder
Difraction Standards), dengan kode PDF # 011008 (lampiran 3). Lampiran 3.
menunjukkan puncak-puncak difraksi sinar-X hidroksiapatit dari PDF #011008
dengan puncak tertinggi pada 2θ : 32,054o; 25,879o; 49.496o; 46,788o; 53,546o;
39,672o; 72,030o; dan 64.177o.
Gambar 8. Pola difraksi sinar-X hidroksiapatit
a. Hasil sintesis. b. Aldrich nomor katalog 574791
Gambar 8 menunjukkan bahwa hidroksiapatit hasil sintesis, yang
diidentifikasi berdasarkan kedudukan puncak 2θ, mempunyai pola difraksi yang
sama dengan hidroksiapatit produksi Aldrich dan sesuai pula dengan pola difraksi
rujukan JCPDS (Joint Committee on Powder Difraction Standards) yaitu PDF
#0110088. Hal ini menegaskan bahwa hidroksiapatit dapat berhasil disintesis
menggunakan metode ini. Namun demikian masih terdapat fasa lain yaitu CaCO3,
meskipun dalam intensitas kecil, yang terbentuk karena adanya kalsium yang belum
bereaksi membentuk hidroksiapatit.
Pada Gambar 9-12 diperlihatkan pola difraksi sinar-X dari hidroksiapatit
menggunakan porogen hidrogen peroksida, polivinil alkohol, etilin glikol, atau
polietilin glikol dengan variasi konsentrasi porogen.
Gambar 9. Pola difraksi sinar-X hidroksiapatit
a. tanpa dan penambahan polivil alkohol b. 5 %, c. 10 %, d. 15 %, e. 20 %, f. 25 %
Gambar 10. Pola difraksi sinar-X hidroksiapatit
a. tanpa dan penambahan hidrogen peroksida b. 5%, c. 10%, d. 15%, e. 20%, f. 25%
e
f
a
b
c
d
e
f
a
b
c
d
Gambar 11. Pola difraksi sinar-X hidroksiapatit.
a. tanpa dan penambahan etilin glikol : b. 5 %, c. 10 %, d. 15 %, e. 20 %, f. 25 %
Gambar 12 Pola difraksi sinar-X hidroksiapatit.
a. tanpa dan polietilin glikol : b. 5%, c. 10%, d. 15%, e. 20%, f. 25%
Pola difraksi sinar-X pada Gambar 9-12 menunjukkan bahwa struktur kristal
hidroksiapatit hasil sintesis dengan penambahan dan tanpa penambahan porogen
mempunyai pola difraksi yang sama. Hal ini terjadi pada hidroksiapatit dengan
penambahan porogen hidrogen peroksida, polivinil alkohol, etilin glikol, atau polietilin
glikol. Masing-masing porogen mempunyai titik didih sebesar 152 o
a
C (hidrogen peroksida);
b
c
d
e
f
a
b
c
d
e
f
228 oC (polivinil alkohol); 197,6 oC (etilin glikol); dan 200 oC (polietilin glikol). Pada proses
pemanasan sampai 100 oC diharapkan terjadi pelepasan air pelarut, pada suhu 300 oC terjadi
penguapan porogen namun demikian kemungkinan masih terjebak diantara partikel
hidroksiapatit, sehingga pada pemanasan 600 oC molekul-molekul tersebut dapat terlepas dari
penjebakan molekul hidroksiapatit, pelepasan ini mengakibatkan timbulnya pori antar
partikel hidroksiapatit. Proses sintering yang dilakukan pada suhu 900 o
Pola difraksi sinar-X pada Gambar 9 menunjukkan bahwa hidroksiapatit hasil
sintesis dengan penambahan porogen polivinil alkohol (PVA) mempunyai pola
difraksi yang sama dengan hidroksiapatit tanpa porogen, namun demikian terjadi
pergeseran puncak-puncak difraksi dengan pola pergeseran yang sama ke arah kiri
(sudut difraksi menjadi lebih kecil). Fenomena ini terjadi pula pada penggunaan
porogen etilin glikol, hydrogen peroksida, dan polietilin glikol, Gambar 10-12.
C terjadi
pembentukan fasa hidroksiapatit. Dengan demikian pada saat dilakukan pemanasan sampai
suhu sintering semua porogen terlepas dari hidroksiapatit, sehingga tidak mengandung
porogen lagi.
Pergeseran ini terjadi akibat adanya regangan kisi kristal hidroksiapatit
sehingga jarak antar kisi semakin membesar. Regangan kisi dapat disebabkan adanya
intertisi porogen pada struktur hidroksiapatit, yang karena pemanasan maka
membentuk pori sehingga jarak kisi membesar (meregang). Pergeseran puncak
semakin membesar pada penambahan konsentrasi porogen polivinil alkohol sampai
25 %, hal ini berkaitan dengan persamaan Bragg Angels :
β cos θ.λ−1 = 2 η sin θ.λ−1 + 0,94 D
β = lebar puncak difraksi pada FWHM (radian) θ = sudut Bragg (derajat) λ = panjang gelombang sinar-X = 1,5406 Å D= ukuran kristalit (Å) η = regangan kisi
-1
Dengan membuat kurva hubungan β cos θ.λ−1 versus sin θ.λ−1 (Gambar 13.) maka dapat ditentukan nilai regangan kisi (η) dan ukuran kristalit (D) berdasarkan nilai intersep dan konstanta.
Gambar 13. Kurva hubungan β cos θ.λ−1 dan sin θ.λ−1
Nilai regangan kisi dan ukuran kristalit ditunjukkan pada Gambar 14-15.
Gambar 14-15. memperlihatkan bahwa kenaikan konsentrasi porogen dapat
meningkatkan ukuran kristalit dan regangan kisi. Untuk konsentrasi porogen yang
sama, hidroksiapatit dengan penambahan porogen etilin glikol mempunyai ukuran
kristalit paling kecil sedangkan dengan penambahan polietilin glikol mempunyai
ukuran terbesar. Demikian pula regangan hidroksiapatit dengan porogen polivinil
alkohol adalah terkecil dan dengan polietilin glikol mempunyai regangan terbesar.
Hal ini menunjukkan bahwa porogen dengan molekul yang lebih besar akan
menghasilkan volume intertisi yang lebih besar pula, akibatnya regangan dan ukuran
kristalit yang dihasilkan juga lebih besar. Perbesaran ukuran kristalit dipengaruhi oleh
perbesaran regangan hidroksiapatit, semakin besar regangan maka semakin besar
pula ukuran kristalit. seperti diperlihatkan pada Gambar 16.
η = 0.9631/2 D = 0,94/0,1408
Gambar 14. Pengaruh jenis dan kosentrasi porogen terhadap ukuran kristalit hidroksiapatit : a. etilin glikol b. hidrogen peroksida c. polivinil alkohol d. polietilin glikol
Gambar 15. Pengaruh jenis dan kosentrasi porogen terhadap regangan hidroksiapatit a. etilin glikol b. hidrogen peroksida c. polivinil alkohol d. polietilin glikol
d
c b a
d
c b a
Gambar 16. Pengaruh regangan terhadap ukuran kristalit hidroksiapatit pada
penambahan porogen.
Kristalinitas menunjukkan besarnya fraksi fasa dalam suatu bahan, hal ini
menunjukkan tingkat keteraturan fasa dalam bahan. Derajad kristalinitas dihitung
dengan membandingkan luas fraksi suatu fasa terhadap jumlah fasa lain dan amorf
dalam bahan.
Gambar 17 menunjukkan bahwa penambahan porogen sampai 25 % akan
menurunkan kristalinitas hidroksiapatit. Hal ini terjadi pada penggunaan semua
porogen. Namun demikian pada penambahan porogen hidrogen peroksida akan
menghasilkann kristalinitas yang paling tinggi dibandingkan kristalinitas yang
dihasilkan pada penambahan porogen lain untuk konsentrasi yang sama, sedangkan
penambahan etilin glikol menghasilkan kristalinitas paling kecil sampai 20%. Hal ini
terjadi karena gugus OH- dari hidrogen peroksida mempromosikan pembentukan
struktur kristal hidroksiapatit (Ca10(PO4)6(OH)2 sehingga lebih mudah terbentuk.
Sedangkan porogen polivinil alkohol, etilin glikol, dan polietilin glikol cenderung
menghalangi pembentukan kristal hidroksiapatit, akibatnya fraksi kristal
hidroksiapatit terbentuk pun akan sedikit.
Gambar 17. Pengaruh konsentrasi terhadap kristalinitas hidroksiapatit pada penambahan porogen.
Analisis Struktur Molekul
Analisis struktur molekul dilakukan dengan menggunakan fourier transform
infrared spectroscopy (FTIR). Spektrum FTIR hidroksiapatit produk Aldrich nomor
katalog 574791 sebagai standar ditunjukkan pada Gambar 18. Pita serapan PO43-
ditunjukkan dengan bilangan gelombang 584 cm-1, 1038 cm-1, 1045 cm-1, dan 1057
cm-1, pita serapan gugus hidroksil OH- bilangan gelombang 1639 cm-1, 1641 cm-1,
dan 1643 cm-1. Sedangkan adanya gugus fungsi karakteristik OH- diperlihatkan oleh
adanya bilangan gelombang 3426,89 cm-1. Spektrum ini digunakan sebagai acuan
dalam karakterisasi hidroksiapatit hasil sintesis dan hidroksiapatit dengan
penambahan hidrogen peroksida (H2O2), polivinil alkohol (PVA), etilin glikol (EG),
dan polietilin glikol (PEG).
Pada Gambar 18 terlihat bahwa puncak-puncak spektrum hidroksiapatit hasil
sintesis bersesuaian dengan puncak-puncak spektrum karakteristik hidroksiapatit
produk Aldrich (komersial) hal ini ditandai dengan puncak pada bilangan gelombang
1000-1100 cm-1 yang merupakan puncak PO4-3 dan puncak dengan bilangan 3200-
3600 cm-1. Pada bilangan gelombang 2360 terlihat adanya puncak latar ikatan C==C
yang berasal dari puncak latar CO2
Gambar 19 b. menunjukkan spektrum FTIR dari campuran hidroksiapatit dan
hidrogen peroksida tidak menghasilkan penambahan gugus fungsi yang lain dari
penyusun hidroksiapatit. Puncak karakteristik PO
. Hal ini menunjukkan bahwa hasil uji FTIR
mendukung hasil uji XRD bahwa hidroksiapatit hasil sintesis sesuai dengan standar
hidroksiapatit produk Aldrich nomor katalog 574791.
4-3 pada bilangan gelombang 1050
cm-1 dan puncak OH- terlihat pada bilangan gelombang 3400 cm-1. Sedangkan pada
Gambar 19 c. hidroksiapatit yang ditambah polivinil alkohol terlihat adanya gugus
vinil CH==CH2 pada bilangan gelombang 1650 cm-1 yang diperkuat 1450 cm-1 dan
950 cm-1.
Gambar 18 Spektrum FTIR hidroksiapatit.
Sedangkan gambar 19 d. dan 19 e. menunjukkan gugus fungsi etil (-CH2--
CH3) dengan bilangan gelombang 1450 cm
-1, 1370 cm
-1 dan 870 cm
-1 terlihat pada
spektrum hidroksiapatit yang ditambah etilin glikol atau pun polietilin glikol. Hal ini
menunjukkan bahwa sebelum dilakukan sintering maka campuran tersebut
membentuk komposit yang masih menunjukkan gugus fungsi masing-masing.
Gambar 20. Spektrum FTIR setelah sintering hasil sintesis hidroksiapatit dengan penambahan porogen
Gambar 19. Spektrum FTIR sebelum sintering hidroksiapatit dengan porogen
Gambar 20. menunjukkan spektrum FTIR setelah sintering dari hidroksiapatit
dengan penambahan porogen, mempunyai spektrum yang sama dengan spektrum
FTIR dari hidroksiapatit hasil sintesis, tidak terjadi penambahan puncak. Hal ini
terjadi karena pada proses sintering semua porogen mengalami penyubliman dari fasa
padat ke gas, sehingga tidak ada porogen yang tertinggal dalam hidroksiapatit.
Penyubliman ini meninggalkan ruang berupa pori. Puncak karakteristik PO4-3 pada
bilangan gelombang 1050 cm-1 dan puncak OH- terlihat pada bilangan gelombang
3400 cm-1
Untuk digunakan sebagai bahan implantasi maka hidroksiapati harus bebas
dari logam kandungan berat berbahaya atau dengan kandungan logam berat
berbahaya tidak melebihi nilai ambang batas.
.
Analisis Unsur Kelumit
Analisis unsur kelumit dilakukan dengan menggunakan analisis aktivasi
neutron bertujuan untuk mengamati kemungkinan adanya kontaminan unsur racun
(toxic) dalam hidroksiapatit. Unsur-unsur yang dimaksud antara lain berupa logam
berat arsen (As), merkuri (Hg), kadmium (Cd), timbal (Pb). Ambang batas
konsentrasi unsur-unsur tersebut dalam bagian tubuh manusia mengacu pada tabel 2.
Tabel 2. Nilai ambang batas kandungann logam berat tulang
No Logam Berat Ambang Batas (ppm)
1 Pb 4
2 Cd 25
3 Hg 4
4 As 2
Hasil analisis menggunakan aktivasi neutron, seperti diperlihatkan pada
Gambar 21-24, menunjukkan bahwa kandungan unsur yang terdeteksi pada
hidroksiapatit hasil sintesis tanpa porogen dan dengan porogen adalah sama. Unsur-
unsur yang terkandung tersebut adalah kalsium (Ca), kobalt (Co), skandium (Sc),
lantanum (La), brom (Br), dan natrium (Na).
Gambar 21. Jenis dan konsentrasi unsur dalam hidroksiapatit ditambah hidrogen peroksida.
Gambar 22. Jenis dan konsentrasi unsur dalam hidroksiapatit ditambah polivinil
alkohol
Gambar 23. Jenis dan konsentrasi unsur dalam hidroksiapatit ditambah etilin glikol.
Gambar 24. Jenis dan konsentrasi unsur dalam hidroksiapatit ditambah polietilin glikol.
Gambar 21-24 menunjukkan bahwa hasil sintering hidroksiapatit dengan
penambahan porogen hidrogen peroksida, polivinil alkohol, etilin glikol, atau
polietilin glikol tidak mengandung kontaminan logam berat arsen (As), merkuri (Hg),
kadmium (Cd), dan timbal (Pb). Ca merupakan unsure utama pada hidroksiapatit,
sedangkan P, O, dan H tidak terdeteksi dengan metode analisis aktivasi neutron.
Sedangkan kandungan kontaminan Na, Br, La, Sc, dan Co berasal dari bahan dasar
sintesis hidroksiapatit yaitu asam fosfat. Kandungan kontaminan tersebut 10-1–101.8
mg/Kg merupakan nilai yang kecil dan jenis unsurnya pun non toxic. Dengan
demikian hidroksiapatit hasil sintesis melalui metode ini dapat diaplikasikan sebagai
bahan pengganti tulang atau pun gigi.
SIMPULAN
Hidroksiapatit dapat disintesis dari kalsium hidroksida dan asam fosfat.
Porositas hidroksiapatit dapat dibentuk dan dikendalikan menggunakan porogen
hidrogen peroksida (H2O2
), polivinil alkohol (PVA), etilin glikol (EG), atau polietilin
glikol (PEG). Ukuran pori dapat dikendalikan dengan pengaturan konsentrasi
porogen. Hasil karakterisasi menggunakan difraksi sinar-X (XRD) dan fourier
transform infrared spectroscopy (FTIR) menunjukkan bahwa penambahan porogen
tidak merubah struktur fasa hidroksiapatit, namun mengubah ukuran kristalit dan
regangan kristalnya. Peningkatan konsentrasi porogen sampai 25% dapat
meningkatkan regangan, ukuran kristalit, dan ukuran pori. Derajad kristalinitas
pembentukan hidroksiapatit 0,75-0,83. Ukuran pori yang hidroksiapatit terbentuk
0,3-1,2 µm, pada konsentrasi yang sama, pori terbesar terbentuk pada penambahan
porogen polietilin glikol. Hidroksiapatit hasil sintesis dengan penambahan dan tanpa
penambahan porogen tidak mengandung logam berat timbal, kadmium, merkuri, dan
arsen.
DAFTAR PUSTAKA
Ferraz M.P., Mateus A.Y., Sousa J.C., Monteiro F.J., Nanohydroxyapatite
Microspheres as Delivery System for Antibiotics: Release Kinetics, Antimicrobial Activity, and Interaction With Osteoblasts, Wiley Inter Science, DOI: 10.1002/jbm.a.31151
Gabriela Vald´es-Ram´ırez, Didier Fournier, Maria Teresa Ram´ırez-Silva, J.-L.
Marty, Sensitive Amperometric Biosensor for Dichlorovos Quantification: Application to Detection of Residues On Apple Skin, Talanta 74 (2008) 741–746
Hassna R.R. Ramay, M. Zhang, Biphasic Calcium Phosphate Nanocomposite Porous
Scaffolds for Load-Bearing Bone Tissue Engineering, Biomaterials 25 (2004) 5171–5180
Javier Enrione1, Fernando Osorio, Daniel López, Caroline Weinstein-Oppenheimer,
Miguel A. Fuentes, Ricardo Ceriani, Donald I. Brown, Fernando Albornoz, Elizabeth Sánchez, Patricio Villalobos, Rodrigo A. Somoza, Manuel E. Young, Cristian A. Acevedo, Characterization of a Gelatin/Chitosan/Hyaluronan Scaffold-Polymer, Electronic Journal of Biotechnology, DOI: 10.2225/vol13-issue5.
Jeff rey M Gimble, Farshid Guilak and Bruce A Bunnell, Clinical and Preclinical
Translation of Cell-Based Therapies Using Adipose Tissue-Derived Cells, Stem Cell Research & Therapy 2010, 1:19
Lakshmi S. Nair, Cato T. Laurencin, Polymers as Biomaterials for Tissue
Engineering and Controlled Drug Delivery, Springer-Verlag Berlin Heidelberg, 2005 DOI 10.1007/b137240
Nasim Annabi, M.S., Jason W. Nichol, Ph.D., Xia Zhong, M.S., Chengdong Ji,
M.B.E., Rafal Adam Mickiewicz, Polymer-Calcium Phosphate Composites for Use As An Injectable Bone Substitute, American Journal of Biochemistry and Biotechnology 2006 2(2): 41-48,
Ruixue Sun, Yupeng Lu, Kezheng Chen, Preparation and Characterization of Hollow
Hydroxyapatite Microspheres by Spray Drying Method, Materials Science and Engineering C 29 (2009) 1088–1092
Thibaud Coradin, Michel Boissière and Jacques Livage, Sol-gel Chemistry in
Medicinal Science, Bentham Science Publishers Ltd.Current Medicinal Chemistry, 2006, 13, 000-000 1
Toibah Abdurrahim and Iis Sopyan, Recent Progress on the Development of Porous Bioactive Calcium Phosphate for Biomedical Applications, Bentham Science Publishers Ltd. Recent Patents on Biomedical Engineering 2008, 1, 213-229
Tsuyoshi Kimura, Seiichi Funamoto and Akio Kishida, Scientifically Speaking Gene
Transfection on Tissue Engineered Bone Decellurized by Ultra-High Hydrostatic Pressurization, Controlled Release Society Newsletter, 2007 Vol. 24 Number 2
Werner Kordel, Hans Egli, and Michael Klein, Transport of Pesticides via
Macropores, International Union of Pure and Applied Chemistry (IUPAC) Technical Report and The Environment Division, Pure Appl. Chem., 2008. Vol. 80, No. 1, pp. 105–160,
Yarlagadda, Prasad K. and Chandrasekharan, Margam and Shyan, John Yong Ming,
Recent Advances and Current Developments in Tissue Scaffolding, Bio-Medical Materials and Engineering 15(3):pp. 159-177.
Young-Mi Soona, Kwan-Ha Shin a, Young-Hag Koh, Jong-Hoon Lee, Won-Young
Choi, Hyoun-Ee Kimb, Fabrication and Compressive Strength of Porous Hydroxyapatite Scaffolds With A Functionally Ggraded Core/Shell Structure, Journal of the European Ceramic Society 31 (2011) 13–18
LAMPIRAN
Lampiran 1
Difraksi Sinar-X (XRD) Scanning Electromicroscope (SEM)
Analisis Aktivasi Neutron (AAN) Furnace
Gambar 25. Peralatan Proses Sintesis dan Karakterisasi
Lampiran 2
a b
c d
e
Gambar 26. Observasi morfologi scanning electron microscope hidroksiapatit dengan penambahan polivinil alkohol a. 5 %, b. 10 %, c. 15 %, d. 20 %, dan e. 25 %.
a b
c d
e
Gambar 27. Observasi morfologi scanning electron microscope hidroksiapatit dengan penambahan etilin glikol a. 5 %, b. 10 %, c. 15 %, d. 20 %, dan e. 25 %.
a b
c d
e
Gambar 28. Observasi morfologi scanning electron microscope hidroksiapatit dengan penambahan polietilin glikol a. 5 %, b. 10 %, c. 15 %, d. 20 %, dan e. 25 %.
a b
c d
e
Gambar 29. Observasi morfologi scanning electron microscope hidroksiapatit dengan penambahan hidrogen peroksida a. 5 %, b. 10 %, c. 15 %, d. 20 %, dan e. 25 %.