SEJARAH_PERDAGANGAN_INTERNASIONAL
-
Upload
dede-niezz -
Category
Documents
-
view
45 -
download
4
description
Transcript of SEJARAH_PERDAGANGAN_INTERNASIONAL
SEJARAH PERDAGANGAN INTERNASIONAL
Ratings: 0|Reads: 1,804|Likes: 9Published by Eline van Bland-De SEJARAH PERDAGANGANINTERNASIONALOleh : Ayu Triana (IXd) Pada abad pertengahan (16), perdangan internasional sudah dimulai dieropa. seperti yang sering terdengar (London dan Paris). Pada waktu itu jalan dari eropa menuju asia (new word)belumditemukan (Jalan ke timur). Pada saat itu hasil-hasil pertanianlah yang diperdagangkan. orang-orang yang menguasai ilmu-ilmupertanian adalah orang-orang yang menguasai perekonomian (Tuan Tanah), kaum ini disebut dengankaum feodalis. Pertukaran dilakukan dengan cara barter.Setelah ditemukan jalan ketimur (abad 18), Kebutuhan semakain beragam. masa ini disebut masamerkantilis. Pada masa ini orang-oarang merkantilis harus membuat negara yang makmur. ukurankemakmuran pada masa itu adalah logam mulia (emas). semakin banyak suatu negara menyimpanlogam mulia, maka semakin makmur lah negara tersebut.Ciri-ciri Masa Merkantilis:1. Perdagangan rempah-rempah2. Semakin banyak logam mulia maka semakin makmur suatu negara. 3. Anti inpor, tetapi harus ekspor4. Peredaran uang tinggi5. Tenaga ahli Exodus (Tidak boleh bekerja diluar negeri)Dari kaum merkantilis inilah lahir kaum kapitalis. Pada saat ini hampir dipastikan tidak ada laginegara tertutup. Pada setiap negara ada yang disebut dengan Endommen Factors).Manusia adalah mahluk sosial(zoon politicon).Hidup dan berinteraksi merupakan halalamiah manusia karena dengan berinteraksilah manusia berinovasi dan membangunperadabannya. Salah satu interaksi manusia yang telah berlangsung sepanjang peradabandibangun adalah upaya pemenuhan kebutuhan sehari-hari dengan saling menukar barang ataubarter. Barter kemudian merupakan aktivitas perdagangan paling kuno sebelum manusiamengenal alat tukar seperti uang. Pemenuhan ekonomi atau kebutuhan dengan cara barter dipandang telah memberikankontribusi positif dalam perkembangan sejarah manusia karena barter menjadi mediasi untuk
Perdagangan Internasional telah muncul sejak masa kuno, dilatarbelakangi oleh berkembangnya spesialisasi dalam
hal kebutuhan dan kegiatan produksi. Ekspansi perdagangan Internasional semakin meningkat sesuai dengan
perkembangan teknologi, mulai dari transportasi, industri, dan informasi.
Perdagangan Internasional adalah transaksi barang dan jasa antar negara melalui ekspor maupun impor. Di
dalam perdagangan internasional dikenal beberapa teori yang menjelaskan mengapa perdagangan antarnegara
terjadi, yaitu :
a. Teori Keunggulan Mutlak (The Absolute Advantage)
Teori ini dikemukakan oleh Adam Smith pakar ekonomi bangsa Inggris dalam bukunya The Wealth of Nations
tahun 1776. Teori ini menyebutkan bahwa perdagangan antara dua negara terjadi apabila dua Negara itu mempunyai
perbedaan keunggulan absolut pada barang yang dihasilkan tiap-tiap negara.
Example : Indonesia memiliki keunggulan absolut pada hem batik, sedangkan Jepang memiliki keunggulan absolut
pada TV.Oleh karena itu, Indonesia dan Jepang dapat mengadakan hubungan perdagangan hem batik dan TV.
b. Teori Keunggulan Kompraratif (The Comparative Advantage)
Teori ini dikemukakan oleh David Ricardo.Teori keunggulan komparatif adalah keuntungan karena salah satu
negara dapat memproduksi barang dan jasa dengan biaya yang berbeda atau biaya yang lebih murah.
c. Keunggulan Kompetitif
Teori ini dikemukakan oleh Michael Porter. Keunggulan kompetitif suatu negara dapat bersumber dari :
1. Keunggulan suatu negara karena memiliki faktor-faktor produksi.
2. Keunggulan karena banyaknya permintaan.
3. Keunggulan karena keterkaitan antarindustri yang berhubungan.
4. Keunggulan dari perusahaan-perusahaan negara karena mampu bersaing dan berproduksi secara efisien.
Semakin berkembangnya kegiatan perusahaan Multinasional (Multinasional Corporation), kegiatan
perusahaan besar banyak yang beroprasi di berbagai negara. Banyak persahaan asing yang membuka cabang di
negara lain. Demikian juga arus penanaman modal di negara lain. Dengan saemakin terbukanya hubungan terhadap
kegiatan ekonomi dengan negara lain akan mengakibatkan hubungan ekonomi dengan luar negri semakin
berkembang.
Adapun keuntungan dari Perdagangan Internasional, yaitu antara lain :
1. Sumber devisa sebagai alat pembayaran antar negara.
2. Kebutuhan dari setiap negara menjadi terpenuhi.
3. Memperluas penawaran produsi luar negri.
4. Meningkatkan jumlah produksi.
5. Membuka lapangan kerja.
6. Meningkatkan ketrampilan tenaga kerja.
7. Dapat mendorong kegiatan produksi secara besar – besaran.
8. Dapat meningkatkan hubungan yang baik antar negara.
9. Mendorong kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di dunia.
Adapun upaya untuk meningkatkan Perdagangan Internasional, yaitu antara lain:
1. meningkatkan kegiatan ekspor
2. penghematan devisa
3. menjaga stabilitas nilai mata uang dalam negri ke mata uang asing
4. dapat menciptakan suasana yang produktif di dunia Perdagangan Internasional
5. negara harus dapat merangsang dan memotivasi bagaimana investor asing mau menginvestasi ke Indonesia
Perbedaan Perdagangan Regional dan Perdagangan Internasional :
1. Perdagangan Internasional biasanya berbagai macam mata uang, sedangkan Perdagangan Regional hanya menggunakan 1 jenis mata uang saja, yaitu mata uang masing-masing negara.
2. Perdagangan Internasional merupakan perdagangan antar negara yang melampaui batas kenegaraan, sedangkan perdagangan Regional adalah perdagangan yang terbatas, dan dalam negeri sendiri.
3. Dalam Perdagangan Internasional bila terdapat perselisihan diselesaikan dengan hukum Internasional, sedangkan untuk Perdagangan Regional diselesaikan dengan hukum yang berlaku di masing-masing negara yang melakukan perdagangan Regional.
4. Barang-barang yang diperdagangkan dalam Perdagangan Internasional biasanya dengan kemasan khusus atau tertentu, agar tidak mengalami kerusakan, tetapi tidak demikian halnya dengan Perdagangan Regional.
5. Barang yang diperdagangkan dalam Perdagangan Internasional biasanya sesuai dengan selera atau kondisi negara yang bersangkutan.
6. Pada perdagangan regional, terdiri dari berbagai kebijakan. Adapun beberapa kebijakan yang saya ketahui dari beberapa sumber, yaitu antara lain :
Memperbaiki sarana dan prasarana dalam negeri. Menjaga stabilitas distribusi produk dan harga dengan jumlah produk yang dipasarkan dalam negeri. Mengaktifkan peran pedagang – pedagang pribumi dalam perdagangan dalam Negeri. erluasan pemasaran yang dilakukan dalam negeri.
Created By : Dhimas Handhi Putranto Edited by: Karsono Puguh Nindyo Cipto SMASA JEMBER
HUKUM PERDAGANGAN INTERNASIONAL
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Hokum Perdagangan Internasional
Perdagangan internasional merupakan salah satu bagian dari kegiatan ekonomi atau kegiatan bisnis yang
akhir-akhir ini mengalami perkembangan yang sangat pesat. Istilah hokum ekonomi pertama kali dikenal diEropa
Barat terutama di Inggris dan prancis sekitar abad ke-18 sebelum terjadinya revolusi industry diinggris, peraturan-
peraturan yang menjadi landasan dari kebijakan ekonomi adalah hokum feodel yang lahir dari pemerintahan yang
bersifat absolute.
Sebagai akibat dari kebijakan yang bersifat restriktif dan protektif tersebut menimbulkan hambatan
hambatan dalam lalu lintas barang, jasi maupun modal antarnegara di Eropa, mereka berusaha untuk mennguasai
Negara-negara di asia dan Afrika dengan cara menerapkan paham marketilisme(merchantilism). Hal ini
menyebabkan kehidupan perekonomian dan politik di Eropa menjadi semakin meluas dan terkonsentrasi kepada
kegiatan perdagangan, bukan saja terhadap perdagangan local dan regional antarnegara Eropa, tetapi meluas ke luar
Eropa.
Adanya norma hukum yang memberikan kebebasan kepada pelaku ekonomi dalam melaksanakan kontrak
termasuk mengejar keuntungan sebesar-besarnya telah berlangsung selama puluhan tahun semenjak 1760. Selain itu
asas kebebasan kontrak juga merupakan prinsif dan hokum yang mendorong terjadinya llibralisasi disektor industry
dan perdagangan. Timbulnya kebebasan dalam melaksanakan perdagangan antarnegara, atau disebut dengan
perdagangan internasional termotivasi oleh paham atau teori yang dikemukakan oleh Adam Smith dalam bukunya
berjudul “the wealth of nations” , yang menyatakan bahwa kesejahteraan masyarakat suatu Negara justru akan
semakin meningkat, jika perdagangan internasional dilakukan dalam pasar bebas dan intervensi pemerintah
dilakukan seminimal mungkin.
Teori yang dikemukakan oleh Adam Smith diatas disebut dengan “teori keunggulan absolute” adalah teori
yang melandaskan pada asumsi bahwa setiap Negara memiliki keunggulan absolute nyata terhadap mitra
dagangnya. Menurut teori ini , suatu Negara yang mempunyai keunggulan absolut relative terhadap Negara mitra
dagangnya dalam memproduksi barang atau komoditi tertentu, akan mengespor komoditi tersebut ke Negara mitra
yang akan memeiliki keunggulan absolute (absoluth disadmventage). Dengan system perdagangan bebas, sumber
daya yang akan digunakan secara lebih efisien, sehingga kesejahteraan yang dicapai akan lebih optimal. Namun ,
dalam kenyataannya justru yang akan terjadi dieropa adalah ketidak adilan dan kesenjangan social antara para
pengusaha yang kaya raya dengan kaum buruh atau petani yang miskin. Untuk menguranngi kesenjangan social dan
ketidakadilan dalam system industrialisasi di inggris yang telah berlangsung selama bertahun-tahun, seorang
ekonom yang bernama Robert Owen mengajukan protes kepada pemerintah, sehingga Sir Robert peel berupaya
untuk menguranngi jam kerja anak-anak disektor industry.
Sejalan dengan sejarah berkembangnya hokum ekonomi di Inggris , keadaan yang hamper sama juga
terjadi diprancis, Revolusi industry prancis dimulai sekitar 1830-1840 telah didahului oleh:
1. Revolusi Prancis dengan semboyan “kemerdekaan, Persamaan Hak dan Persaudaraan (liberte, fraternite)
2. Adanya unifikasi hokum dan komodifikasi hokum dagang Prancis ke dalam Code Civil dan code du
commerce, juga di bidang hokum pidana kedalam code penal.
Menurut sunaryati Harsono dalam T.Mulya lubis “hokum ekonomi (droite ekonomique) adalah
pembatasan kaidah-kaidah , hokum perdata dan hokum dagang oleh kaidah huukum administrasi
Negara (droite admisntatif) , berpangkal pada konsepsi Negara kesejahteraan (melfare sate), yang
mewajibkan Negara secara aktif menyelenggarakan kepentingan umum, dan tidak (sebagaimana
menjadi pendirian paham libral) hanya menyerahkan kepada warga Negara sendiri saja untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhan dan kepentingan saja”. Selanjutnya sunaryati hartono menyatakan
bahwa “kaidah kaidah hokum baru merupakan hokum ekonomi untuk sebagian besarnya tidak lagi
berpegang pada asas-asas hokum perdata maupun hokum public yang konvensional.
Hubungan perdagangan antarnegara atau perdagangan internasional, adalah sebagai akibat dari
adanya saling ketergantungan antarnegara, baik ditingkat global seperti General agreement on Tariff
and Trade (GATT) dan world Trade Organization (WTO) maupun pada tingkat regional seperti asean
free trade area (AFTA) dan lain-lain. Dengan terbentuknya WTO sebagai organisasi perdagangan
iternasional yang merupakan penerusan dari GATT, diharapkan mampu menjadi wadah dan pengayom
guna tercapainya suatu perdagangan dunia yang lebih tertib, lancer, bebeas dan transfaran terutama
dalam upaya penyelesaian sengketa perdagangan antar bangsa secara adil.
B. Dasar peraturan perdagangan iternasional
Kondifikasi hokum perdata dan hokum dagang yang mengatur tentang kegitan bisnis dan
perdagangan di Indonesia adalah berasal dari code civil dan code du commerce prancis tahun 1808,
kemudian berlaku di Negara belanda tahun 1828 menjadi Burgelijk Wetboek (BW) dan Wetboek Van
kophandel (WvK). Menurut T.Mulya lubis , perubahan dibidang hokum mutlak dilakukan terutama
pengembangan dibidang hokum perdata dan hokum dagang. Dimana hokum merupakan alat untuk
menentukan berhasil tidaknya pembangunan itu sendiri, lebih-lebih Indonesia akan menghadapi globalisasi
di bidang perdagangan internasional baik pada tataran global (GATT-WTO) maupun regional
(AFTA,APEC,CAFTA).
Pungsi hokum dalam pembangunan Indonesia adalah sebagai sarana pembahruan masyrakat . hal
ini diadasarkan anggapan bahwa adanya ketertiban didalam pembanguanan merupakan suatu yang
dipandang penting dan sangat diperlukan. Menurut sunaryati Hartono. Kaidah kaidah hokum baru yang
merupakan hokum ekonomi sebagian besar tidak lagi berpegang pada asas-asas hokum perdata maupun
hokum public yang konvesional.
Indonesia sebagai salah satu Negara yang ikut serta dalam pertemuan double WTO, tidak terlepas
dari rangkaian kebijakasanaan disektor perdagangan. Sebagai salah satu Negara yang telah menjadi anggota
organisasi perdagangan internasional , Indonesia terikat untuk mematuhi ketentuan-ketentuan perdagangan
internasional yang disepakati dalam perundingan GATT-WTO. Konsekwensi internal Indonesia harus
melakukan harmonisasi peraturan oerundang-undangan nasional dengan ketentuan hasil kesepakatan WTO,
artinya dalam melakukan harmonisasi Indonesia harus tetap memikirkan kepentingan nasional namun tidak
melanggar rambu-rambu ketentuan WTO.
Dalam menghadapi era globalisasi di bidang ekonomi khususnya perdagangan internasional,
peranan hokum bisnis terutama hokum perdagangan internasional sangat diperlukana dalam melakukan
hubungan hokum atau transaksi antarbangsa. Hubungan tersebut neyangkut kegiatan perniagaan atau
pertukaran barang,jasa modal maupun tenaga kerja , yang memasukan barang kedalam daerah pabean , dan
kegiatan mengespor adalah mengeluarkan barang dari daerah pabean. Pemerintah Indonesia mengeluarkan
peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar pengaturan perdagangan internasional antara lain.
1. Undang-undang Nomer 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan
2. Undang-Undang Nomer 17 Tahun 2006 tentang perubahan Undang-undang Nomer 10 tahun
1995 tentang Kepabeanan
3. Peraturan pemerintah Nomer 34 Tahun 1996 tentang Bea masuk Antidamping dan Bea Masuk
Imbalan,
4. Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomer 136/MPP/Kep/6/1996 tentang
Pembentukan Komite Antidumping Indonesia,
5. Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomer 172/MPP/Kep/10/ 2000 tentang
Organisasi dan cara Kerja Tim Organisasi Antidumping,
6. Keputusan Menteri Perindustrian dan perdanganan Nomer 427/MPP/Kep/10/2000 tentang
Komite antidumping Indonesia,
7. Keputusan Menteri Perindustrian dan perdagangan Nomer 428/MPP/kep/10/2000 tentang
Pengangkatan Anggota Komite antidumping Indonesia,
8. Keputusan Menteri Perindustrian dan perdagangan Nomer 216/MPP/Kep/7/2001 tentang
Perubahan keputusan Menteri perindustrian Nomer 261/MPP/kep/9/1996 tentang tata cara
Persyaratan pengajuan Penyelidikan Atas Barang Dumping dan barang Mengandung Subsidi.
9. praturan Menteri perdagangan Repoblik Indonesia Nomer 37/M-Dag/per/9/2008 tentang surat
keterangan Asala (certificate of origin) Terhadap Barang Impor yang dikenakan tindakan
pengamanan (safeguard).
BAB II
PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP HUKUM PERDAGANGAN INTENASIONAl
A. Pengertian Hukum Perdagangan Internasional
Istilah perdagangan internasional (internastional trade) atau disebut dengan perdagangan antarbangsa-
bangsa , pertama kali dikenal di benua Eropa yang kemudian berkembang di Asia dan Afrika. Menurut
sumantoro, pengertian perdagangan internasional adalah : the exchange of goods and services between nations
dan selanjutnya “as used, it generally refers to the total goods and service exchange among all nations” intinya
mengandung pengertian pertukaran seluruh barang dan jasa antara semua Negara/bangsa.
Istila perdagangan internasional sebenarnya adalah kegiatan pertukaran barang, jasa dan modal antar
penduduk suatu Negara dengan penduduk Negara lain. Beberapa sarjana telah memberikan defines tetang
hukum perdagangan internasional sebagai mana dikemukakan oleh Huala Adolf masing-masing sebagai
berikut:
1. schmitthoff mengemukakan bahwa hukum perdagangan internasional sebagai : . . . the body kof rules
governing commercial relationship of private law nature involving different nations’. Schmittohoff
menegasakan bahwa wilayah hukum perdagangan internasional tidak termasuk aturan-aturan hukum
internasional public yang mengatur hubungan dagang dalam kerangka GATT atau mengatur blok blok
perdagangan regional.
2. M. Rafiqul Islam mengemukakan bahwa perdagangan internasional adalah “… a wide ranging, transnational,
commercial exchange of goods and service between individual bisness persons, trading bodies and states”.
Berdasarkan definisi diatas bahwa hubungan financial terkait erat dengan perdagangan internasional.
3. Michelle Sanson menyatakan bahwa , ”international trade law can be defined as the regulation of the
conduct of parties involved in the exchange of googs, service and technology between nations”. Meskipun
definisi ini sedikit mengambang , namun sanson membagi hukum perdagangan internasional kedalam dua
bagian utama, yaitu hukum perdagangan internasional public(public international trade law), dan hukum
perdagangan internasional privat(private intenational trade law).
public international trade law adalah hukum yang mengatur prilaku dagang antarnegara. Adapun private
international trade law adalah hukum yang mengatur prilaku dagang secara orang perorang (private tenders)
dinegara yang berbeda.
4. Hercules Booysens mengemukakan definisi hukum perdagangan internasional dalam tida unsure sebagai
berikut,
a. Hukum perdagangan internasionl dapat dipandang sebagai suatu cabang kkhusus dari hukum internasional
b. Hukum perdagangan internasional adalah hukum internasional yang berlaku terhadap perdagangan
barang,jasa dan perlindungan hak atas kekayaan intelektual.
c. Hukum perdagangan internasional terdiri dari aturan aturan hukum yang memiliki pengaruh langsung
terhadap perdagangan internasional secara umum.
B. Ruang lingkup hukum perdagangan internasional
Bertitik tolak dari definisi diatas bahwa dalam hukum perdagangan internasional selain melibatkan Negara-
negara dan lembaga-lembaga internasional berdasrkan ketentuan GATT-WTO , juga melibatkan para pihak
dari Negara yang berbeda yang melakukan transaksi dagang internasional.
Ruang linngkup hukum perdagangan internasional public merupakan bagian dari hukum internasional
terkait dengan hak dan kewajiban Negara dan organisasi internasional dalam urusan iternasional, artinya
bahwa dalam perdagangan internasional melibatkan Negara-negara dan lembaga-lembaga internasional baik
scara global maupun regional yang mengacu pada ketentuan dan prinsip-prinsip hukum internasional yang
disepakati dalam GATT-WTO. Adapun ruang lingkup hukum perdagangan internasional private adalah
bagian dari hukum internasional yang terkait dengan hak dan kewajiban individu (para pihak) dan lembaga
internasional non pemerintah dalam urusan internasional yang mangacu pada kaidah prinsip-prinsip hukum
perjanjian /kontrak internasional yang disepakati oleh para pihak, dan konvensi perdagangan internsional.
BAB III
SEJARAH PERDAGANGAN INTERNASIONAL (ZAMAN KOLONIAL PASKA PERANG DUNIA II)
A. Periode Kolonial Sebelum Abad Ke-19 (1500-1750)
Perdagangan internasional atau disebut dengan perdagangan antar bangsa –bangsa, pertama kali
berkembang di Eropa yang kemudian ke Asia dan Afrika. Terjadinya perdagangan antara Negara-
negara di dunia, menurut david Ricardo dalam martin Khor kok Peng, pada awalnya didasarkan pada
prinsip pembagian kerja secara internasional sesuai dengan teori keunggulan komparatif yang dimiliki
oleh tiap-tiap Negara. Artinya setiap Negara mengkhususkan diri pada kegiatan ekonomi yang
didasarkan pada keunggulan komperatif.
Menurut Huala Adolf, ada beberapa motif atau alas an mengapa Negara atau subjek hukum
(pelaku dalam perdagangan) melakukan transaksi dagang internasional adalah karena perdagangan
internasional merupakan tulang punggung bagi Negara untuk menjadi makmur, sejahtera, dan kuat.
Jauh sebelum bangsa Eropa mengenal perdagangan internasional , sebenarnya bangsa cina telah dahulu
melakukan perdagangan antarbangsa terutama perdagangan sutera, sehingga memeberikan
kemakmuran dan kejayaan terhadap bangsa cina. Hal ini sebagaimana dinyatakan oleh jonathan reuvid
dalam Huala Adolf, bahwa besarnya kejayaan Negara-negara didunia tidak terlepas dari keberhasilan
dan aktivitas Negara-negara tersebut dalam perdagangan internasional.
Kesadaran untuk melakukan transaksi dagang internasional juga telah cukup lama disadari oleh
para pelaku dagang di tanah air terutama pada suku bugis . hal ini dinyatakan oleh PH. O. L.Tobing
dalam Huala Adolf bahwa bangsa Indonesia telah mengenal perdagangan internasional sejak abad ke-
17 . salah satunya adalah Amanna Gappa, kepada suku bugis yang sadar akan pentingnya dagang (dan
pelayaran) bagi kejahteraan sukunya.
Motivasi komersial yang semula menjadi tujuan utama keberadaan bangsa eropa menjadi tergeser
oleh kepentingan yang lebih luas, yakni kepentingan pengusahaan politik melalui kekuatan militer
untuk menguasai ekonomi yang lebih luas. Menurut Ellsworth dalam H. S. Kartadjoemena, secara
skematis paham merkantilisme yang berkembang di Eropa pada abad ke -16 dan ke-17 berlandaskan
pada factor fundamental yang mencakup hal-hal sebagai berikut.
1. Pergeseran perkembangan dalam kegiatan ekonomi
2. Peningkatan peranan saudagar/pedagang kapitalis sebagai kelas social yang penting.
3. Perkembangan Negara kebangsaan(national state).
Pada abad ke-16 dan ke-17, upaya sentralisasi dibawah kekuasaan raja mulai berhasil.
Ketiga fator tersebut menjadi landasan ekonomi, social dan politik dalam menerapkan paham
merkantilisme. Untuk meningkatkan kegiatan perdagangan, pemeritah pusat (raja) mempunyai
kekuasaan yang bersifat absolute yang menghendaki agar Negara kebangsaan atau nasional state
menjadi kuat, baik dalam bidang politik, ekonomi, maupun militer. Pola piker yang berkembang
pada abad ke-16 dan ke—17 kegitan ekonomi harus dipusatkan pada upaya memperoleh sumber
daya atau kekayaan(wealth) sebanyak mungkin guna mendukung kekuatan politis maupun militer.
B. Zaman Keemasan Perdagangan Bebas
Dalam perspektif sejarah ekonomi, periode libralisasi dalam bidang perdagangan pernah
mengalami masa keemasan di Eropa sejak lahir perang Napoleon tahun 1815 hingga saat
meletusnya perang dunia I tahun 1914. Periode tersebut merupakan satu abad yang sangat
gemilang dalam perdagangan internasional, karena perdagangan dunia berjalan dengan bebas
tanpa adda hambatan atau pembatasan, sehingga setiap Negara dieropa dapat melakukan kegiatan
perdagangannya berdasarkan keunggulan komperatif masing-masing Negara.
Liberalisasi perdagangan internasional mengalami pertumbuhan yang sangat pesat pada
abad ke-19, sehingga memberikan keuntungan dalam bidang ekonomi di Eropa, namun kebebasan
perdagangan tersebut tidak dapat dinikmati oleh bangsa lainya diluar eropa, terutama di asia
maupun afrika, hal ini disebabkan karena Asia dan Afrika merupaka wilayah colonial atau jajahan
dari Negara-negara eropa, sehingga dalam bidang perdagangan bangsa Asia dan Afrika tidak
mendapat kan kesempatan dan kebebasan sama seperti bangsa eropa.. dengan demikian , yang
memegang kekuasaan ekonomi maupun politik pada periode liberal ini adalah bangsa eropa,
sebaliknya bangsa asia maupun afrika tidak mempunyain kekuasaan maupun politik di negaranya
sendiri.
Periode perdagangan bebas 1815-1914 diwarnai oleh kekuatan landasan filsafat
perdagangan liberal berdasarkan atas teori keunggulan komparatif, bahwa suatu Negara akan
mengkhususkan diri pada produksi dan ekspor, sebab Negara tersebut mempunya biaya yang lebih
rendah daripada Negara mitra dagang.
Teori yang dikemukakan oleh Adam Smith dalam bukunya “the wealth of nations” .
membantah pendapat kaum merkantilistis yang mengatakan bahwa melakukan hambatan
perdagangan adalah jalan untuk meningkatkan kesejahteraan masyrakat suatu Negara. Menurut
adam smith , kesejahteraan masyrakat suatu Negara justru akan semakin meningkat, jika
perdagangan internasional dilakukan dipasar bebas dan itervensi pemerintah dilakukan seminimal
mungkinm. Dengan system perdagangan bebas, sumber daya yang akan digunakan secara lebih
efisien, sehingga kesajteraan yang akan dicapai akan lebih optimal. Teori tersebut di atas
dinamakan teori keunggulan absolute. Pandangan yang dikemukakan oleh Adam Smith telah
membuka jalan yang kemungkinan bahwa specialisasi dalam perdagangan dapat timbul, apabila
suatu Negara melakukan pemusatan pada bidang keunggulan absolute yang dimiliki.
Menurut david Ricardo …. “suatu Negara akan memperoleh keunggulan (gain from
trade) apabila memusatkan kegiatan pada bidang –bidang yang biayanya relative lebih rendah
daripada kegiatan alternative lainnya dinegara itu walaupun Negara mitranya mempunyai
keunggulan absolute disemua bidang. Dan menurut Robert Gilpin, jalan pikiran yang dimiliki oleh
Ricardo memungkinkan semua pihak yang berdagang untuk memeperoleh keuntungan dari
perdagangan yang memusatkan kegiatan pada bidang-bidang yang mempunyai keunggulana
komperatif, secara skematis paham libralisasi yang mewarnai perekonomian dunia pada abad ke -
19 mencakup hal-hal sebagai berikut:
1. Perubahan utama yang bersifat fundamental dan yang merupakan landasan yang bertolak
belakang dengan merkantilisme adalah peranan utama yang dipegang oleh mekanisme pasar
sebagai penggerak dalam kegiatan perekonomian.
2. Agar mekanisme pasar ini dapat bergerak sesuai dengan logika permintaan dan penawaran,
maka hambatan terhadap kegiatan ekonomi dalam bentuk regulasi dan berbagai jenis larangan
yang menimbulkan distrosi pasar harus dihapus.
3. Kegiatan perdagangan antar bangsa dapat berkembang secara saling menguntungkan, karena
perbedaan struktur biaya secara alamiah akan menimbulkan spesialisasi bagi masing-masing
pihak yang akan memusatkan kegiatan pada bidang-bidang dimana Negara tersebut memiliki
keunggulan komparatif.
C. Fragmentasi dan Disintegrasi di eropa
System perdagangan internasional yang menitik beratkan pada landasan liberalisme,mulai
mengalami fragmentasi selama satu abat setelah mengalami keemasan dari tahun 1914 hingga
1945.pasar bebas dan perdagangan bebas mulai menghadapi berbagai macam distorsi sebagai akibat
diterapkannya kebijaksanaan yang menyimpang dari paham liberal.kebijaksanaan distortif semakin
mengarahkan perekonomian kepada kegiatan yang mengesampingkan mekanisme pasar.
Menurut H.S.kartadjoemena,periode disentegrasi system perdagangan bebas 1914-9145,yakni
dari perang perang Dunia 1 tahun 1914 hingga berakhirnya perang Dunia II tahun 1945 merupakan
periode disintegrasi ,karena tidak terciptanya suasana yang dapat mengembalikan sepenuhnya keadaan
dan system yang berlaku pada periode zaman keemasan perdagangan internasional ataupun system
alternatip yang koheren. Dalam perkembangannya,yang timbul adalah kebijaksanaan perekonomian
nasional yang sempit dan semakin meningkatnya nasionalisme yang berbentuk negatif, dan bukan
berbentuk patriotism yang konstruktif.
Selama perang Dunia I (1914-1918),Negara-negara Eropa telah melakukan langkah-langkah
swasembada dalam segala bidang berkaitan dengan suasana ketegangan yang semakin
meningkat.Untuk mengembangkan sektor pertanian,Negara-negara Eropa menerapkan larangan
impor ,subsidi,dan peningkatan tarif .Hal ini menimbulkan ketegangan dengan negara-negara mitra
dagang,baik diEropa maupun diluar Eropa .
Tahun 1922 hingga 1927 perekonomian dunia masih mengalami pertumbuhan , hal ini disebabkan
karena adanya peningnkatan investasi yang cukup besar diamerika serikat, terutama dibidang industry
otomotif, perluasan penggunaan tenaga listrik disertai pengembangan proyek tenaga listrik, dan
peningkatan yang pesat dibidang kontruksi di amerika serikat.
Pada 1929 terjadi krisis secara menyelurh di amerika serikat. Krisis ini timbul Karen situasi
investasi dalam bidang-bidang penting mengalami kolepse atau kebangkrutan. Dampak krisis ekonomi
yang dialami oleh amerika serikat pada 1929 juga dirasakan oleh Negara-negara lainnya. Impor
amerika serikat pada periode 1925 hingga 1939 bergerak sama dengan produksi industrinya sendiri,
pada 1930, kongres amerika serikat menerapkan legislasi yang dikenal sebagai smoot Hawley tarif act
1930, suatu langkah yang sama sekali tidak menunjang upaya untuk meningkatkan kegiatan ekonomi
yang terhenti karena penurunan kegiatan diseluruh dunia.
Menurut pandangan anggota kongres dari sektor pertanian, bahwa perkembangan industry di
amerika serikat sebagai akibat dari adanya pkroteksi. Adanya kebijaksanaan pkroteksi pada sektor-
sektor penting diamerika serikat tentunya memberikan dampak yang kurang baik mterhadap arus
pergerakan barang dan jasa, terutama d alam hubungan dengan Negara-negara mitra dagangnya, baik
dieropa maupun di asia.