Sejarah Turunnya Dan Pengumpulan Mushaf

download Sejarah Turunnya Dan Pengumpulan Mushaf

of 3

Transcript of Sejarah Turunnya Dan Pengumpulan Mushaf

Sejarah Turunnya dan Pengumpulan MushafMuhammad Husain al ThabathabaI, seorang ulama Syiah kontemporer, mengatakan bahwa sejarah Al-Quran demikian jelas dan terbuka, sejak turunnya sampai kini. Al-Quran dibaca oleh kaum muslim sejak dahulu sampai sekarang, sehingga pada hakikatnya al-Quran tidak membutuhkan sejarah untuk membuktikan keotentikannya.

Al-Quran yang terdiri dari 114 surat dan susunannya ditentukan oleh Allah swt dengan cara tawfiqi, tidak menggunakan metode sebagaimana metode-metode penyusunan buku-buku ilmiah. Buku-buku inilah yang membahas satu masalah, selalu menggunakan metode tertentu dan dibagi dalam bab-bab dan pasal-pasal. Metode ini tidak terdapat dalam al-Quran, yang di dalamnya banyak persoalan induk silih berganti diterangkan.

Al-Quran sebagai kalam Allah disampaikan kepada nabi Muhammad melalui proses nuzul atau inzal. Yang dimaksud dengan nuzul atau inzal yaitu menampakkan atau melahirkan al-Quran. Pendapat lain menyatakan bahwa Allah mengajarkannya kepada nabi Jibril, baik mengenai bacaanya maupun pemahamannya. Lalu jibril menyampaikan kepada nabi Muhammad saw.

Sedangkan cara turunnya al-Quran kepada nabi Muhammad melalui proses berikut; pertama Al-Quran diturunkan oleh Allah secara sekaligus ke lawh Mahfudz. Demikian yang disebutkan dalam Al-Quran ; Bahkan (yang didustakan mereka itu) ialah al-Quran yang mulia. Yang tersimpan dalam Lawh Mahfudz. (QS 85:21-22).

Kedua, al-Quran kemudian diturunkan dari Lawh Mahfudz ke langit dunia pada malam al-qadr secara sekaligus, kemudian diturunkan secara berangsur-angsur kepada nabi Muhammad dalam waktu 23 tahun. Mayoritas umat Islam Indonesia menyebutkan malam layla al-qadr yaitu pada tanggal 17 Ramadhan. Seperti dalam al-Quran : sesungguhnya Kamu menurunkan pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan (QS.44:3)

Ketiga, adalah tahap terakhir, al-Quran diturunkan dari langit dunia kepada nabi Muhammad melalui perantara malaikat jibril.

Selanjutnya, unit-unit wahyu yang diterima nabi Muhammad pada faktanya dipelihara dari kemusnahan dengan dua cara utama: Pertama, menyimpan ke dalam dada manusia atau menghafalkannya; kedua, merekamnya secara tertulis di atas berbagai jenis bahan untuk menulis. Yang dimaksud dengan penulisan atau pembukuan al-Quran adalah proses penyampaian, pencatatan dan penulisan al-Quran, sampai dihimpunnya catatan-catatan serta tulisan-tulisan trsebut dalam satu mushaf secara lengkap dan tersusun secara tertib.

Pada mulanya, bagian-bagian al-Quran yang diwahyukan kepada nai Muhammad dipelihara dalam ingatan Nabi dan para sahabatnya. Tradisi hafalan yang kuat dikalangan masyarakat Arab telah memungkinkan trpeliharanya al-quran dalam cara yang semacam itu. Jadi setelah menerima satu wahyu, Nabi menyampaikannya kepada para pengikutnya, yang kemudian menghafalkannya.

Begitu kuat kesungguhan nabi Muhammad untuk mengingat dan menghafal setiap wahyu ada kesan, beliau tergesa-gesa dalam mengingat dan menghafalnya, seperti yang disebutkan dalam al-Quran :Dan janganlah tergesa-gesa membaca al-Quran sebelum disempurnakan memwahyukannya kepadamu, dan katakanlah; ya Tuhanku tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan.(QS 20:114)Cara kedua yang dilakukan dalam pemeliharaan al-Quran di masa nabi Muhammad adalah perekaman dalam bentuk unit-unit wahyu yang diterima nabi. Laporan paling awal tentang penyalinan al-Quran secara tertulis bisa ditemukan dalam kisah masuk islamnya Umar bin Khattab. Perekaman tersebut berbetuk tuliasan yang ditulis oleh pra juru tulis nabi Muhammad. Disebutkan pula bahwa setelah nabi Muhammad hijrah ke Madinah, Ia memperkenalkan juru tulis untuk menuliskan wahyu. Diantara para sahabat yang biasa menuliskan wahyu adalah empat khalifah pertama, Muawiyah, Ubay ibn Kaah, Zayd ibn Tsabit, Abd Allah ibn Masud dan lain-lain. diriwayatkan oleh Ibn Abbas dari Utsman ibn Affan bahwa apabila siturunkan kepada nabi Muhammad suatu wahyu, ia memanggil sekretaris untuk menuliskannya, kemudian bersabda letakkan;ah ayat ini dalam surat yang menyebutkan begini atau begitu

Para juru tulis wahyu tersebut menulis dan mencatat setiap ayat al-Quran yang diturunkan kepada nabi Muhammas pada kepingan-kepingan tulang, pelepah-pelepah kurma dan batu-batu, sesuai dengan kondisi peradaban masyarakat pada waktu itu yang belum mengenal alat tulis, seperti kertas. Kumpulan tulisan serta catatan para juru tulis wahyu akhirnya disimpan di rumah nabi Muhammad, sementara para juru tulis wahyu itu pun menyalinnya untuk diri mereka sendiri

Setalah nabi Muhammad wafat pengumpulan al-Quran pun dilakukan. Dalam sejumlah riwayat dikemukakan nama Ali bin Abi Thalib sebagai pengumpul pertama al-Quran pada masa nabi Muhammad berdasarkan perintah nai Muhammad sendiri. Sedangkan menurut teori yang paling popular dikalangan ortodoks Islam tentang pengumpulan al-Quran secar tertulis adalah bahwa upaya semacam ini secara resmi baru dilakukan pada masa kekhalifahan Abu Bakar. Sebelumnya, al-Quran belum terhimpun di dalam satu mushaf, sekalipun terdapat fragmen-fragmen wahyu ilahi yang berada dalam pemilikansejumlah sahabat.Setelah nabi Muhammad wafat, terjadilah kekacauan di kalangan kaum muslim yang ditimbulkan oleh Musailamah al-Khazzab bersama pengikutnya.dalam peperangan tersebut, banyak para sahabat penghafal al-Quran gugur di medan perang jumlah mereka yang gugur mencapai 70 orang. Oleh karena itu Abu bakar memerintahkan Zayd bin Tsabit agar al-Quran dikupulkan dan ditulis dalam satu mushaf. Sumber utama dalam penulisan al-Quran adlah ayat-ayat al-Quran yang ditulis dan dicatat di hadapannabi Muhammad berdasarkan perintahnya, dan hafalan-hafalan para sahabat yang hafal al-Quran.Demikianlah akhir al-Quran berhasil dihimpun dan dibukukan dalam satu mushaf, mushaf ini disimpan oleh Abu Bakr sampai akhir hayatnya, setelah itu berpindah tangan ke Umar ibn Khatabh, dan kemudian berpindah tangan ke Hafshah binti Umar.

Pada masa kekhalifahan Utsman ibn affan, islam meluas. Versi qiraat yang diajarkan bebeda-beda, inilah yang menimbulkan dampak negative bagi agama Islam. Hal inilah yang mencemaskan Utsman ibn Affan yang sedang berkuasa saat itu. Untul menyelesaikan masalah itu, Utsman ibn Affan membentuk tim untuk menyalin kembali mushaf yang asli. Tim tersebut terdiri dari empat orang sahabat pilihan yaitu: Zayd ubn Tsabit, Abdullah ibn Zubyr, said ibn al-Ash, dan Abdurrahman in al-Harits ibn Hisyam.Setelah berhasil mnyelesaikan tugasnya, tim tersebut mengirimkan mushaf hasil kerjanya ke berbagai daerah. Kemudian Utsman memerintahkan agar mushaf-mushaf yang palsuuntuk dibakar. Mushaf inilah yang sampai sekarang dipakai oleh kaum muslim di seluruh dunia.