Sejarah Turqi Usmani_2 Orang
-
Upload
laila-arridho -
Category
Documents
-
view
15 -
download
0
description
Transcript of Sejarah Turqi Usmani_2 Orang
SEJARAH PERADABAN TURKI USMANI
1. Sejarah Singkat Berdirinya Kerajaan Turki Usmani
Bangsa Turki tercatat dalam sejarah atas keberhasilannya mendirikan
dua Dinasti, yaitu Dinasti Turki Saljuk dan Turki Usmani. Kehancuran Dinasti
Turki Saljuk oleh serangan bangsa Mongol merupakan awal dari terbentuknya
Dinasti Turki Usmani.
Anatolia sebelum masa orang-orang utsmaniyah Negeri Anatolia (asia
kecil) dahulu sebelum islam merupakan kerajaan yang berada dibawah
kekuasaan Byzantium (romawi timmur). Penaklukan-penaklukan oleh
pasukan islam sampai di sebagian wilayah timur negeri ini, dari ujung
Armenia hingga ke puncak gunung thurus sejak tahun 50 H, pada masa
kekhalifahan muawiyah , kam muslim belum mampu menaklukkan
konstanttinopel, walaupun telah dilakukan berulang kali usaha penyerangan.
Setelah perang maladzikr pada tahun 463 H yang dimenagkan oleh
orang-orang saljuk dengan kemenangan yang gemilang aas romawi, pengaruh
kemenangan ini terus meluas ke negeri Anatolia. Mereka saat itu telah
memiliki pemerintahan yang terkemuka yaitu pemerintahan romawi saljuk.
Anatolia kemudian jau ke tangan Mongolia, setelah merebutnya dari
saljuk romawi . maka terjadilah peperangan antara Mongolia dank am
muslimin dan ini terjadi pada tahun 641 H. setelah kekalahan Mongolia pada
perang ain jalut, tahun 658 H berangkatlah Zharir Bibris ke saljuk Romawi
dan Mongolia, menyusul kekalahan besar ini sebagai pelajaran besar ini.
Bersamaan dengan lemahnya Mongolia , pemerintahan utsmaniyah lalu
menguasainya pada masa yang berbeda.
Orang-orang Utsmaniyah bernasab pada kabilah qobi yang berasal dari
kabilah Ghizz Turkmaniyah yang beragama islam dari negeri
Turkistan.Tatkala terjadi penyerbuan mongolia atas negeri itu, kakek mereka
(sulaiman) berhijrah ke negeri romawi, lalu ke syam dab ke irak.
Dan mereka tenggelam di sungai Eufrat.
Kabilah ini lalu terpecah-pecah. Satu kelompok lalu kembali ke negeri
asalnya. Dan satu kelompoknya bersama dengan Erthoghul bin sulaiman.
Nama Kerajaan Usmani diambil dari nama putra Erthogrul. Ia
mempunyai seorang putra yang bernama Usman yang lahir pada tahun 1258.
Nama Usman inilah yang kemudian lahir istilah Kerajaan Turki Usmani atau
Kerajaan Usmani. Pendiri Kerajaan ini adalah bangsa Turki dari Kabila
Oghus. Yang mendiami daerah Mongol dan daerah Utara Negeri Cina,
kemudian pindah ke Turkistan, lalu ke Persia dan Iraq sekitar abad ke-9 dan
10.
Pada abad ke-13 M, Erthoghul pergi ke Anatolia. Wilayah itu berada
dibawah kekuasaan Sultan Alaudin II (Salajikoh Alaudin Kaiqobad).
Erthoghul membantunya melawan serangan dari Byzantium. Ertoghul menang
dan mendapatkan sebagian wilayah (Asyki Syahr) dari Alaudin dari
Byzantium dan sebagian hartanyamereka melarikan diri ke wilayah Barat
sebagai akibat dari serangan Mongol. mereka mencari tempat perlindungan
dari Turki Saljuk di daratan Tinggi Asia Kecil. Di bawah pimpinan Ertugrul,
mereka mengabdikan diri pada Sultan Alauddin II, Sultan Saljuk yang
berperang melawan Bizantium. Atas jasa baiknya, Sultan Alauddin
menghadiahkan sebidang tanah di Asia Kecil, yang berbatasan dengan
Bizantium dan memilih Syukud sebagai Ibu kotanya.
Ertugrul meninggal dunia pada tahun 1289 M. kepemimpinannya
dilanjutkan oleh putranya yang bernama Usman (1281-1324), atas persetujuan
Alauddin. Pada tahun 1300, bangsa Mongol Menyerang Kerajaan Saljuk, dan
Dinasti ini terpecah-pecah dalam beberapa Dinasti kecil. Dalam kondisi
kehancuran Saljuk inilah, Usman mengklaim Kemerdekaan secara penuh atas
wilayah yang didudukinya, sekaligus memproklamirkan berdirinya kerajaan
Turki Usmani. Dengan demikian, secara tidak langsung mereka mengakui
Usman sebagai penguasa tertinggi dengan gelar “Padinsyah Ali Usman”.
Setelah Usman mengakui dirinya sebagai Raja Besar Keluarga Usman
pada tahun 699 H/1300 M, secara bertahap ia memperluas wilayahnya.
Penyerangan awal dilakukan di sekitar daerah perbatasan Bizantium dan
Brussa (Broessa) dijadikan salah satu daerah yang menjadi objek taklukan.
Pada tahun 1317 M. wilayah tersebut dapat dikuasainya dan dijadikan sebagai
ibu kota pada tahun 1326 M.
Diakhir kehidupannya Usman menunjuk Orchan (42) anak yang lebih
muda dari kedua orang putranya sebagai calon pengganti memimpin kerajaan.
Keputusan tersebut disandarkan pada pertimbangan kemampuan dan bakat
anaknya masing-masing. Orchan sebagai prajurit yang potensial telah
mendapat pengawasan dari ayahnya dan telah menunjukkan kemampuannya
dalam konteks militer pada penaklukkan Brossa. Sementara Alauddin
(kakaknya) lebih potensial dalam bidang agama dan hukum. Meskipun
mereka sama-sama dibina dan dididik oleh ayahnya. Sasaran Orchan setelah
penobatannya menjadi raja ialah penaklukkan kota Yunani seperti Nicea dan
Nicomania. Nicea menyerah pada tahun 1327 dan Nocomedia takluk pada
tahun 1338 M.
2. Raja-Raja Turki Usmani
Dalam masa kurang lebih 6 abad (1294-1924), berkuasa, kerajaan turki
usmani mempunyai raja sebanyak 40 orang yang silih berganti, namun
demikian, dalam makalah ini akan kami bahas beberapa raja yang berpengaruh
saja, diantaranya:
a. Sultan Ustman bin Urtoghal (699-726 H/ 1294-1326 M)
Pada tahun 699 H usman melakukan perlusan kekuasaannya
sampai ke Romawi Bizantium setelah ia mengalahkan Alauddin Saljuk.
Usman diberi gelar sebagai Padisyah Al-Usman (Raja besar keluarga
usman), gelar inilah yang dijuliki sebagi Daulah Usmaniyyah. Usman
berusaha memperkuat tentara dan memajukan negrinya. kepada raja-raja
kecil dibuat suatu peraturan untuk memilih salah satu dari tiga hal, yaitu:
1) Masuk Islam
2) Membayar Jizyah; atau
3) Berperang
Penerapan sistem ini membawa hasil yang menggembirakan, yaitu
banyak raja-raja kecil yang tunduk kepada Usman.
b. Sultan Urkhan bin Utsman (726-761 H/ 1326-1359 M)
Sultan Urkhan adalah putera Utsman I. sebelum urkhan ditetapkan
menjadi raja, ia telah banyak membantu perjuangan ayahnya. Dia telah
menjadikan Brousse sebagai ibu kota kerajaannya.
Pada masa pemerintahannya, dia berhsil mengalahkan dan
menguasai sejumlah kota di selat Dardanil. Tentara baru yang dibentuk
oleh Urkhan I diberi nama Inkisyaiah. Pasukan ini dilengkapi dengan
persenjataan dan pakaian seragam. Di zaman inilah pertama kali
dipergunakan senjata meriam.
c. Sultan Murad I bin Urkhan (761-791 H/ 1359-1389 M)
Pengganti sultan Urkhan adalah Sultan Murad I. selain
memantapkan keamanan di dalam negrinya, sultan juga meneruskan
perjuangan dan menaklukkan bebrapa daerah ke benua Eropa. Ia
menaklukkan Adrianopel, yang kemudian dijadikan sebagai ibukota
kerajaan yang baru serta membentuk pasukan berkuda (Kaveleri).
Perjuangannya terus dilanjutkan dengan menaklukkan Macedonia, Shopia
ibukota Bulgaria, dan seluruh wilayah bagian utara Yunani.
Karena banyaknya kota-kota yang ditaklukkan oleh Murad I, pada
waktu itu bangsa Eropa mulai cemas. Akhirnya raja-raja Kristen Balkan
meminta bantuan Paus Urban II untuk mengusir kaum muslimin dari
daratan Eropa. Maka peperangan antara pasukan Islam dan Kristen Eropa
pada tahun 765 H (1362 M). Peperangan itu dimenangkan oleh pasukan
Murad I, sehingga Balkan jatuh ke tangan umat Islam. Selanjutnya
pasukan Murad I merayap terus menguasai Eropa Timur seperti Somakov,
Sopia Monatsir, dan Saloniki.
d. Sultan Bayazid I bin Murad ( 791-805 H/ 1389-1403 M)
Bayazid adalah putra Murad I. Ia meneruskan perjuangan ayahnya
dengan memperluas wilayahnya seperti Eiden, Sharukan, dan Mutasya di
Asia Kecil dan Negri-negri bekas kekuasaan Bani saluki. Bayazid sangat
besar pengaruhnya, sehingga mencemaskan Paus. Kemudian Paus
Bonifacius mengadakan penyerangan terhadap pasukan Bayazid, dan
peperangan inilah yang merupakan cikal bakal terjadinya Perang Salib.
Tentara Salib ketika itu terdiri dari berbagai bangsa, namun dapat
dilumpuhkan oleh pasukan Bayazid. Namun pada peperangan berikutnya
ketika melawan Timur Lenk di Ankara, Bayazid dapat ditaklukkan,
sehingga mengalami kekalahan dan ketika itu Bayazid bersama putranya
Musa tertawan dan wafat dalam tahanan Timur Lenk pada tahun 1403 M.
Kekalahan Bayazid di Ankara itu membawa akibat buruk bagi
Turki Usmani, sehingga penguasa-penguasa Saljuk di Asia Kecil satu
persatu melepaskan diri dari genggaman Turki Usmani. Hal ini
berlangsung sampai pengganti Bayazid muncul.
e. Sultan Muhammad I bin Bayazid (816-824 H/ 1403-1421 M)
Kekalahan Bayazid membawa akibat buruk terhadap penguasa-
penguasa Islam yang semula berada di bawah kekuasaan Turki Usmani,
sebab satu sama lain berebutan, seperti wilayah Serbia, dan Bulgeria
melepaskan diri dari Turki Usmani. Suasana buruk ini baru berakhir
setelah Sultan Muhammad I putra Bayazid dapat mengatasinya. Sultan
Muhammad I berusaha keras menyatukan kembali negaranya yang telah
bercerai berai itu kepada keadaan semula.
Berkat usahanya yang tidak mengenal lelah, Sultan Muhammad I
dapat mengangkat citra Turki Usmani sehingga dapat bangkit kembali,
yaitu dengan menyusun pemerintahan, memperkuat tentara dan
memperbaiki kehidupan masyarakat. Akan tetapi saat rakyat sedang
m,engharapkan kepemimpinannya yang penuh kebijaksaan itu, pada tahun
824 H (1421 M) Sultan Muhammad I meninggal.
f. Sultan Murad II bin Muhammad ( 824-855 H/ 1421-1451 M)
Sepeninggalannya Sultan Muhammad I, pemerintahan diambil alih
oleh Sulatan Murad II. Cita-citanya adalah melanjutkan usaha perjuangan
Muhammad I. Perjuangan yang dilaksanakannya adalah untuk menguasai
kembali daerah-daerah yang terlepas dari kerajaan Turki Usmani
sebelumnya. Daerah pertama yang dikuasainya adalah Asia Kecil,
Salonika Albania, Falokh, dan Hongaria.
Setelah bertambahnya beberapa daerah yang dapat dikuasai tentara
Islam, Paus Egenius VI kembali menyerukan Perang Salib. Tentara Sultan
Murad II menderita kekalahan dalam perang salib itu. Akan tetapi dengan
bantuan putranya yang bernama Muhammad, perjuangan Murad II dapat
dilanjutkan kenbali yang pada akhirnya Murad II kembali berjaya dan
keadaan menjadi normal kembali sampai akhir kekuasaan diserahkan
kepada putranya bernama Sultan Muhammad Al-Fatih.
g. Sultan Muhammad Al-Fatih (855-886 H/ 1451-1481 M)
Setelah Sultan Murad II meninggal dunia, pemerintahan kerajaan
Turki Usmani dipimpin oleh putranya Muhammad II atau Muhammad Al-
Fatih. Ia diberi gelar Al-fatih karena dapat menaklukkan Konstantinopel.
Muhammad Al-Fatih berusaha membangkitkan kembali sejarah umat
Islam sampai dapat menaklukkan Konstantinopel sebagai ibukota
Bizantium. Konstantinopel adalah kota yang sangat penting dan belum
pernah dikuasai raja-raja Islam sebelumnya.
Seperti halnya raja-raja dinasti Turki Usmani sebelumnya,
Muhammad Al-Fatih dianggap sebagi pembuka pintu bagi perubahan dan
perkembangan Islam yang dipimpin Muhammad.Tiga alasan Muhammad
menaklukkan Konstantinopel, yaitu:
Dorongan iman kepada Allah SWT, dan semangat perjuangan
berdasarkan hadits Nabi Muhammad saw untuk menyebarkan ajaran
Islam.
Kota Konstantinopel sebagai pusat kemegahan bangsa Romawi.
Negrinya sangat indah dan letaknya strategis untuk dijadikan pusat
kerajaan atau perjuangan. Usaha mula-mula umat Islam untuk menguasai
kota Konstantinopel dengan cara mendirikan benteng besar dipinggir
Bosporus yang berhadapan dengan benteng yang didirikan Bayazid.
Benteng Bosporus ini dikenal dengan nama Rumli Haisar (Benteng Rum).
Benteng yang didirikan umat Islam pada zaman Muhammad Al-
Fatih itu dijadikan sebagai pusat persediaan perang untuk menyerang kota
Konstantinopel. Setelah segala sesuatunya dianggap cukup, dilakukan
pengepungan selama 9 bulan. Akhirnya kota Konstantinopel jatuh ke
tangan umat Islam ( 29 Mei 1453 M) dan Kaitsar Bizantium tewas
bersama tentara Romawi Timur. Setelah memasuki Konstantinopel disana
terdapat sebuah gereja Aya Sofia yang kemudian dijadikan mesjid bagi
umat Islam.
Setelah kota Konstantinopel dapat ditaklukkan, akhirnya kota
itupun dijadikan sebagai ibukota kerajaan Turki Usmani dan namanya
diganti menjadi Istanbul. Jatuhnya kota Konstantinopel ke tangan umat
Islam, berturut-turut pula diikuti oleh penguasaan Negara-negara
sekitarnya seperti Servia, Athena, Mora, Bosnia, dan Italia. Setelah
pemerintahan Sultan Muhammad, berturut-turut kerajaan Islam dipimpin
oleh beberapa Sultan, yaitu:
1) Sultan Bayazid II (1481-1512 M)
2) Sultan Salim I (918-926 H/ 1512-1520 M)
3) Sultan Sulaiman (926-974 H/ 1520-1566 M)
4) Sultan Salim II (974-1171 H/ 1566-1573 M)
5) Sultan Murad III ( 1573-1596 M)
Setelah pemerintahan Sultan Murad III, dilanjutkan oleh 20 orang
Sultan Turki Usmani sampai berdirinya Republik Islam Turki. Akan tetapi
kekuasaan sultan-sultan tersebut tidak sebesar kerajaan-kerajaan sultan-
sultan sebelumnya. Para sultan itu lebih suka bersenang-senang., sehingga
melupakan kepentingan perjuangan umat Islam. Akibatnya, dinasti turki
Usmani dapat diserang oleh tentara Eropa, seperti Inggris, Perancis, dan
Rusia. Sehingga kekuasaan Turki Usmani semakin lemah dan berkurang
karena beberapa negri kekuasaannya memisahkan diri,diantaranya adalah:
1) Rumania melepaskan diri dari Turki Usmani pada bulan Maret 1877
M.
2) Inggris diizinkan menduduki Siprus bulan April 1878 M.
3) Bezarabia, Karus, Ardhan, dan Bathum dikuasai Rusia.
4) Katur kemudian menjadi daerah kekeusaan Persia.
3. Kemajuan Turki Usmani
a. Aspek Kekuasaan Wilayah
Sepeninggal Sultan Usman pada Tahun 1326 M, Kerajaan
dipimpin oleh anaknyaSultan Orkhan I (1326-1359 M). Pada masanya
berdiri Akademi militer sebagai pusat pelatihan dan pendidikan, sehingga
mampu menciptakan kekuatan militer yang besar dan dengan mudahnya
dapat menaklukan Sebagian daerah benua Eropa yaitu, Azmir (Shirma)
tahun 1327 M, Tawasyanli 1330 M, Uskandar 1338 M, Ankara 1354 M
dan Galliopoli 1356 M.
Ketika Sultan Murad I (1359-1389 M) pengganti orkhan naik. Ia
memantapkan keamanan dalam negri dan melakukan perluasan ke
benua Eropa dengan menaklukan Adrianopel (yang kemudian menjadi ibu
kota kerajaan baru) , Macedonia, Sopia, Salonia, dan seluruh bagian utara
Yunani. Merasa cemas dengan kesuksesan Kerajaan Usmani, negara
Kristen Eropa pun bersatu yang di pimpin oleh Sijisman memerangi
kerajaan, hingga terjadilah pertempuran di Kosovo tahun 1389 M, namun
musuh dapat di pukul mundur dan di hancurkan .
Pada tahun 1389 M, Sultan Bayazid naik tahta (1389-1403 M),
Perluasan berlanjut dan dapat menguasai Salocia, morea, Serbia, Bulgaria,
dan Rumania juga pada tahun 1394 M, memperoleh kemenangan dalam
perang Salib di Nicapolas. Selain menghadapi musuh-musuh Eropa,
Kerajaan juga dipaksa menghadapi pemberontak yang bersekutu dengan
Raja islam yang bernama Timur Lenk di samarkand. Pada tahun 1402 M
pertempuran hebat pun terjadi di Ankara, yang pada akhirnya
Sultan Bayazid dengan kedua putranya Musa dan Erthogrol, tertangkap
dan meninggal di tahanan pada tahun 1403 M. Sebab kekalahan ini
Bulgaria dan Serbia memproklamirkan kemerdekaannya.
Setelah Sultan Bayazid meninggal, terjadi perebutan kekuasaan di
antara putra –putranya (Muhammad, isa dan sulaiman) namun di antara
mereka Sultan Muhammad I lah yang naik tahta (1403-1421 M), di masa
pemerntahannya ia berhasil menyatukan kembali kekuatan
dan dari bangsa mongol, terlebih setelah Timur lenk meninggal pada
tahun 1405 M.
Pada tahun 1421 M, Sultan Muhammad meninggal dan di teruskan
oleh anaknya,Sultan Murrad II (1421-1484 M) hingga mencapai banyak
kemajuan pada masaSultan Muhammad II/ Muhammad Al Fatih (1451-
1484 M) putra Murrad II. Pada masa Muhammad II, Tahun 1453 M ia
dapat mengalahkan Bizantium dan menaklukan Konstantinopel . Setelah
Beliau meninggal di gantikan oleh putranya Sultan Bayazid II
Berbeda dengan Ayahnya, Sultan Bayazid II (1481-1512 M) lebih
mementingkan kehidupan Tasawuf dari pada penaklukan wilayah, sebab
itu muncul kontroversial akhirnya ia mengundurkan diri dan di gantikan
putranya Sultan Salim I
Pada masa Sultan Salim I (1521-1520 M) terjadi perubahan peta
arah perluasan, memfokuskan pergerakan ke arah timur dengan
menaklukan Persia, Syiria hingga menembus Mesir di Afrika Utara yang
sebelumnya di kuasai mamluk.
Setelah Sultan Salim I Meninggal , Muncul Putranya Sultan
Sulaiman I (1520-1566 M) sebagai Sultan yang mengantarkan Kerajaan
Turki Usmani pada masa keemasannya, karena telah berhasil menguasai
daratan Eropa hingga Austria, Bulgaria, Yunani, Yugoslavia, Albania,
Hongaria dan Rumania, Afrika Utara hingga Mesir, Aljazair, Libia, Dan
Tunis. Asia hingga Persia, Amenia, Siria. meliputi lautan Hindia, Laut
Arabia, Laut Tengah, Laut Hitam. juga daerah-daerah di sekitar kerajaan
seperti Irak, Belgrado, Pulau Rodes, Tunis, Budapest dan Yaman.
b. Aspek Perekonomian
Tercatat beberapa kota yang maju dalam bidang industri pada
waktu itu di antaranya : Mesir sebagai pusat produksi kain sutra dan katun.
Anatoli selain sebagai pusat produksi bahan tekstil dan kawasan pertanian
yang subur, juga menjadi pusat perdagangan dunia pada saat itu.
c. Aspek Ilmu Pengetahuan
1) Tempat Pendidikan
Secara umum pada masa dinasti usmaniyah tidak terlalu
memfokuskan perhatian terhadap ilmu pengetahuan, sehingga
mengakibatkan Bidang ilmu pengetahuan kurang begitu menonjol, tidak
seperti Dinasti islam sebelumnya, akan tetapi ada beberapa titik kemajuan
yang terlihat yaitu pada masa sultan Muhammad al-fatih.
Pada masa sultan alfatih, ilmu pengetahuan memdapat cukup
perhatian, sehingga pada masa itu tampak kemajuannya, terbukti dengan
tersebarnya sekolah-sekolah dan akademisi-akademisi di semua kota
besar ataupun kecil, demikian pula dengan desa-desa terpencil. Disamping
itu semua sekolah-sekolah dan akademisi-akademisi telah terorganisir,
berjenjang dan memiliki kurikulum serta bersistem jurusan.
Disamping pembangunan sekolah-sekolah dan akademisi-
akademisi kepedulian akan ilmu pengetahuan juga terlihat dari
perpustakaan-perpustakaan yang dibangun di sekitar sekolah dimana
pengelolaan perpustakaan tersebut sangat tertib, terbukti dengan
keteraturan catatan peminjan.
2) Penerjemahan Kitab-Kitab
Pada masa sultan al-fatih telah dilakukan penerjemahan khazanah-
khazanah lama dari bahasa yunani, latin, Persia dan arab kedalam bahasa
turki, salah satu buku yang diterjemahkan adalah masyahir al-rijal (orang-
orang terkenal) karya poltark, buku-buku lainnya yang diterjemahkan ke
bahasa turki adalah buku karangan abu al-qasim al-zaharowi al-andalusi,
seorang ahli kedokteran yang berjudul al-tashrif fi al-thibbi. Buku ini
kemudian diberi tambahan pembahasan alat-alat untuk bedah dan posisi
pasien tatkala terjadi operasi bedah.
4. Runtuhnya Kerajaan Turki Usmani
Faktor-Faktor Keruntuhan Khilafah Utsmaniyah (974-1171 H/1566-
1757 M) : Kenaikan Sultan Salim II (1566-1574) telah dianggap sebagai
permulaan keruntuhan Turki Utsmani dan berakhirnya zaman keemasannya.
Hal ini ditandai dengan melemahnnya semangat perjuangan prajurit
utsmani yang menyebabkan sejumlah kekalahan dalam pertempuran
menghadapi mmusuh-musuhnya. Pada tahun 1663 , tentara utsmani menderita
kekalahan dalam penyerbuan hongaria. Tahun 1676 turki kalah dalam
pertempuran di Mohakez, Hungaria dan menandatangani perjanjian karlowits
pada tahun 1699 yang berisi pernyataan seluruh wilayah Hungaria, sebagian
besar Slovenia dan Croasia kepada penguasa Venetia.
Pada tahun 1774, penguasa Utsmani, Abdul Hamid menandatangani
perjanjian dengan Rusia yang berisi pengakuan kemerdekaan Crimenia dan
penyerahan benteng-benteng pertahanan di laut hitam serta memberikan izin
kepada rusia untuk melintasi selat antara laut hitam dengan laut putih
Apabila dikategorikan, maka faktor-faktor keruntuhan kerajaan turki
usmani adalah:
a. Faktor internal
- Karena luas wilayah kekuasaan serta buruknya system pemerintahan,
sehingga hilangnya keadilan, banyaknya korupsi dan meningkatnya
kriminalitas.
- Heterogenitas penduduk dan agama.
- Kehidupan istimewa yang bermegahan.
- Merosotnya perekonomian negara akibat peperangan yang pada
sebagian besar peperangan turki mengalami kekalahan.
b. Faktor Eksternal
Munculnya gerakan nasionalisme. Bangsa-bangsa yang tunduk pada
kerajaan turki selama berkuasa, mulai menyadari kelemahan dinasti
tersebut. Kemudian ketika turki mulai lemah mereka bangkit untuk
melawannya.
Terjadinya kemajuan teknologi di barat khususnya bidang
persenjataan. Turki selalu mengalami kekalahan karena mereka masih
menggunakan senjata tradisional, sedangkan wilayah barat seperti
eropa telah menguunakan senjata yang lebih maju lagi.
Melihat faktor-faktor yang menyebabkan kehancuran turki tersebut,
hal ini berawal dari orang-orang arab yang menghadapi orang-orang
utsmaniyah, mereka berada dalam dilema yaitu mereka di sisi lain ingin
menghormati turki sebagai cerminan persatuan kaum muslimin, di sisi lain
mereka mempunyai landasan berfikir ingin memerdekakan diri dari kerajaan
turki tersebut.
5. Analisis
Dalam kurun waktu 6 abad berkuasa, kerajaan turki usmani telah
diakui oleh sejarah sebagai kerajaan islam terbesar dan terlama disbanding
dengan kerajaan islam lainnya. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa hal penting
sehingga kerajaan ini mampu bertahan sedemikian lamanya. Penulis ingin
menganalisis dari bebagai aspek, yaitu:
a. Sistem sosial masyarakat,
Salah satu kunci kesuksesan dan keberhasilan turki usmani adalah
adanya persatuan di antara masyarakatnya yang begitu banyak, (pada
tahun 1520 jumlah penduduk kerajaan turki usmani adalah 11,692,480
peduduk). Persatuan ini oleh pemerintah diwadahi dalam bentuk
organisasi keagamaan bernama millet. Millet adalah kelompok agama
yang diperbolehkan membangun komunitasnya sendiri di bawah peraturan
dan perlindungan kerajaan turki usmani. pluralitas yang diberikan pada
rakyatnya mampu memberikan rasa persatuan bagi rakyat dari berbagai
wilayah yang ditaklukannya sehingga, semua masyarakatnya bersatu.
Namun pada akhirnya sistem ini runtuh bersamaan dengan munnculnya
paham nasionalisme yang disebarkan oleh bangsa barat, yang memang
bertujuan menyerang dari dalam masyarakatnya. Sehingga setiap wilayah /
kerajaan kecil yang ditaklukannya mulai memberontak dari dalam atas
semangat nasionalisme mereka, masyarakat kerajaan turki usmani pun
kemudian terpecah belah, setelah sebelumnya bersatu, bahkan kerajaan
turki usmani mendapat julukan “The Sickman Europe” (Orang Eropa yang
sakit). Hal ini kemudian ingin dihilangkan dengan memberikan paham
pan-turkisme, paham untuk menyatukan seluruh masyrakat turki, namun
paham ini tidak bisa diterima rakyat, berlanjut dengan paham pan-
islamisme oleh Sultan Abdul Hamid II, paham yang menyerukan umat
islam bersatu secara politik, persatuan ini diwujudkan berupa pengakuan
sultan turki usmani sebagai khalifah umat islam, gagasan ini berhasil
mendapat simpati umat islam untuek beberapa tahun. Namun perlawanan
barat tidak berhenti sampai di situ, kartu As terakhir mereka adalah
mengusung paham demokrasi yang kemudian mengakhiri kerajaan turki
usmani dan memunculkan republik turki yang dipelopori oleh Mustafa
kemal attaturk.
b. Kekuatan militer,
Berbeda dengan kerajaan-kerajaan islam sebelumnya, kerajaan
turki usmani, mulai dari raja pertamanya Usman hingga raja terhebatnya
Sulaiman Al Qanuni, lebih memfokuskan pada perkembangan militer. Hal
ini dikarenakan bangsa turki terkenal sebaga bangsa yang berdarah militer,
sehingga semangat militernya sangat kuat, untuk itu sebagian besar APBN
kerajaan dipergunakan untuk membiayai prajurit perang daripada untuk
keperluan lain, seperti agama, ilmu pengetahuan dan lain-lain. Bahkan
untuk memperbanyak prajurit, raja kedua turki usmani, Orkhan
mengangkat Bangsa-bangsa non-Turki sebagai prajurit, bahkan anak-anak
Kristen yang masih kecil diasramakan dan dibimbing dalam suasana Islam
untuk dijadikan prajurit. Program ini ternyata berhasil dengan
terbentuknya kelompok militer baru yang disebut pasukan Jenissari atau
Inkisyariah. Pasukan inilah yang dapat mengubah negara Usmani menjadi
mesin perang yang paling kuat, dan memberikan dorongan yang amat
besar dalam penaklukkan negeri-negeri non muslim. Hal ini menjadikan
kerajaan ini lebih kuat dibandingkan kerajaan-kerajaan lain, sehingga
semakin banyak wilayah yang ditaklukkan maka semakin banyak pula
prajurit-prajurit baru yang dapat dilatih untuk dijadikan tentara islam.
Jadilah kerajaan turki usmani kerajaan yang hebat dan berwilayah yang
luas.
c. Sistem pemerintahan,
Saat wilayah semakin luas, tentunya sistem pemerintahan harus
hebat juga, dalam mengelola wilayah yang luas sultan-sultan Turki
Usmani senantiasa bertindak tegas. Sulaiman Al Qanuni menerapkan
sistem pemerintahan pembagian wilayah kekuasaan, sehingga dalam
struktur pemerintahan, sultan sebagai penguasa tertinggi, dibantu oleh
shadr al-a’zham (perdana menteri), yang membawahi pasya (gubernur).
Gubernur mengepalai daerah tingkat I. Di bawahnya terdapat beberapa
orang al-zanaziq atau al-’alawiyah (bupati). Hal ini menjadikan kerajaan
turki usmani pada masa sulaiman Al-Qanuni bisa mengatur wilayah yang
sedemikian besarnya.
d. Ilmu pengetahuan,
Meskipun kerajaan turki usmani hebat dalam hal sistem militer dan
sistem pemerintahan, namun mereka tidak terlalu memperhatikan ilmu
pengetahuan, yang sebenarnya bisa lebih memperkuat tenaga militer.
APBN Negara sebagian besar dipergunakan untuk membiayai pendidikan
militer bangsa-bangsa non-turki untuk dijadikan prajurit islam yang kuat,
sehingga hanya sedikit yang dipergunakan untuk perkembangan ilmu
pengetahuan. Hal ini merupakan kelemahan tersendiri bagi mereka.
Berbeda dengan kerajaan-kerajaan barat yang lebih memfokuskan
perhatian pada ilmu pengetahuan, sehingga perkembangan ilmu
pengetahuannya berkembang pesat, yang kemudian memperkuat militer
dengan senjata-senjata api baru, yang tidak dimiliki oleh turki usmani.
ketika bangsa turki usmani diserang oleh bangsa barat dengan senjata baru
mereka, bangsa turki usmani mulai kekualahan. Sehingga pasca kehebatan
dan wilayahnya yang luas, sedikit demi sedikit kerajaan ini mulai
digerogoti, baik dari luar kerajaan maupun dari dalam kerajaan
(pemberontak).
e. Munculnya kaum elit,
Bahwa raja-raja setelah sulaiman al qanuni, kurang bisa mengatur
pemerintahannya, bahkan ditambah lagi munculnya kaum elit kapitalis di
wilayah pemerintahan, sehingga individualitas antar pemimpin dan
golongan-golongan elit semakin tumbuh, yang berlanjut dengan
penumpukan harta umtuk kepentingan masing-masing, hal ini
dimanfaatkan oleh Negara-negara yang telah dikuasainya untuk
memerdekakan diri, mereka tidak mau lagi dimanfaatkan tenaganya oleh
bangsa turki untuk dijadikan tentara, disamping itu serangan-serangan
barat pada wilayah terluar kerajaan juga semakin memperburuk suasana
pemerintahan, anggaran dana yang seharusnya dipergunakan untuk
memperkuata pertahanan militer Negara sebagian besar dikuasai dan
dimonopoli oleh kaum elit kerajaan, hal ini mengakibatkan semangat
berperang prajurit melemah karena tidak adanya dana untuk peperangan
yang memadai, sehingga perlahan-lahan wilayah kerajaan mulai
mengalami penyusutan, hingga pada tahun 1924 kerajaan turki usmani
berubah menjadi republik turki.