Sejarah Terbentuknya Desa

12
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di setiap Negara pasti memiliki masyrakat yang tinggal di daerah tertentu yang jauh dari perkotaan dimana masyarakat tersebut tidak terlalu terpengaruh oleh perkembangan teknologi dan mata pencariannya masih terpusat pada sektor pertanian. Masyarakat dengan pola hidup seperti ini sering disebut Desa. Desa memilik pola hidup yang unik dan masih menjunjung tinggi kebersamaan dan rasa gotong royong. Pola kehidupan di desa menjadikan latar belakang mengapa kami menulis makalah ini dan juga untuk memenuhi salah satu tugas matakuliah yang saya ambil. 1.2 Rumusan Masalah 1. Apakah pengertian dari desa? 2. Bagaimana sejarah terbentuknya desa? 1

description

Sejarah-Terbentuknya-Desa

Transcript of Sejarah Terbentuknya Desa

BAB I

PENDAHULUAN1.1 Latar BelakangDi setiap Negara pasti memiliki masyrakat yang tinggal di daerah tertentu yang jauh dari perkotaan dimana masyarakat tersebut tidak terlalu terpengaruh oleh perkembangan teknologi dan mata pencariannya masih terpusat pada sektor pertanian. Masyarakat dengan pola hidup seperti ini sering disebut Desa. Desa memilik pola hidup yang unik dan masih menjunjung tinggi kebersamaan dan rasa gotong royong. Pola kehidupan di desa menjadikan latar belakang mengapa kami menulis makalah ini dan juga untuk memenuhi salah satu tugas matakuliah yang saya ambil.1.2 Rumusan Masalah1. Apakah pengertian dari desa?

2. Bagaimana sejarah terbentuknya desa?

3. Bagaimana Pemerintahan Desa pada masa penjajahan Belanda?4. Bagaimana Pemerintahan Desa Pada masa Pemerintahan Jepang?1.3 TujuanTujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata pelajaran sejarah,selain itu dengan penyusunan makalah ini juga merupakan sebagai suatu cara untuk meningkatkan wawasan pemahaman penyusun pada khususnya dan pembaca pada umumnya mengenai seajrah desa.BAB IIPEMABAHASAN2.1 Pengertilan DesaDesa dalam pengertian umum adalah sebagai suatu gejala yang bersifat universal, terdapat dimana pun di dunia ini, sebagai suatu komunitas kecil, yang terikat pada lokalitas tertentu baik sebagai tempat tinggal (secara menetap) maupun bagi pemenuhan kebutuhannya, dan yang terutama yang tergantung pada sektor pertanian.Menurut Paul H. Landis (1948:12-13), seorang sarjana sosiologi perdesaan dari Amerika Serikat, mengemukakan definisi tentang desa dengan cara membuat tiga pemilahan berdasarkan pada tujuan analisis. Untuk tujuan analisis statistik, desa didefinisikan sebagai suatu lingkungan yang penduduknya kurang dari 2500 orang. Untuk tujuan analisa sosial-psikologi, desa didefinisikan sebagai suatu lingkungan yang penduduknya memiliki hubungan yang akrab dan serba informal di antara sesama warganya. Sedangkan untuk tujuan analisa ekonomi, desa didefinisikan sebagai suatu lingkungan yang penduduknya tergantung kepada pertanian.Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa, disebut bahwa Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. 2.2 Sejarah Terbentuknya DesaPerihal terbentuknya Desa hingga sekarang sulit diketahui secara pasti kapan awalnya, akan tetapi mengacu pada prasasti Kawali di Jawa Barat sekitar tahun 1350 M, dan prasasti Walandit di daerah Tengger di Jawa Timur pada tahun 1381 M. maka Desa sebagai unit terendah dalam struktur pemerintahan Indonesia telah ada sejak dahulu kala dan murni Indonesia bukan bentukan Belanda. Terbentuknya Desa di Kawali dengan terbentuknya kelompok masyarakat akibat sifat manusia sebagai makhluk sosial, dorongan kodrat, atau sekeliling manusia, kepentingan yang sama dan bahaya dari luar. Istilah Desa berasal dari bahasa sansekerta yang artinya Tanah Tumpah Darah, dan perkataan Desa hanya dipakai di daerah Jawa dan Madura, sedang daerah lain pada saat itu (sebelum masuknya Belanda) namanya berbeda seperti Gampong dan Meunasah di Aceh, Huta di Batak, Nagari di Sumatra Barat dan sebagainya. Pada hakekatnya bentuk Desa dapat dibedakan menjadi dua yaitu Desa Geneologis dan Desa Tradisional. Sekalipun bervariasi nama Desa ataupun daerah hukum yang setingkat Desa di Indonesia, akan tetapi asas atau landasaan hukumnya hampir sama yaitu adat, kebiasaan dan hukum adat.2.3 Pemerintahan Desa pada masa penjajahan BelandaJauh sebelum menjajah Indonesia, Desa dan yang sejenis dengan itu telah ada mapan di Indoensia. Mekanisme penyelenggaraan pemerintahannya dilaksanakan berdasarkan hukum adat. Setelah pemerintah Belanda memasuki Indonesia dan membentuk undang-undang tentang pemerintahan di Hindia Belanda (Regeling Reglemen), desa diberi kedudukan hukum. Kemudian untuk menjabarkan perundangan dimaksud, Belanda mengeluarkan Inlandsche Gemeente Ordonnantie, yang hanya berlaku untuk Jawa dan Madura. Sekalipun Regeling Reglemen, akhirnya pada tahun 1924 diubah dengan Indische Staatsregeling akan tetapi pada prinsipnya tidak ada perubahan, oleh karena itu IGO masih tetap berlaku. Kemudian untuk daerah luar Jawa, Belanda mengeluarkan Inlandsche Gemeente Ordonnantie Buitengewesten atau disingkat (IGOB) tahun 1938 Nomor 490.Ada tiga unsur penting dari desa menurut IGO, yaitu kepala desa, pamong desa dan rapat desa. Kepala Desa sebagai penguasa tunggal dalam pemerintahan desa dan urusan-urusan pemerintahan, dalam pelaksanaan tugasnya harus memperhatikan pendapat desa. Didalam pelaksanaan tugasnya Kepala Desa dibantu Pamong Desa yang sebutannya berbeda-beda daerah satu dengan lainnya. Untuk hal-hal yang penting Kepada Desa harus tunduk pada rapat desa.

2.4 Pemerintahan Desa Pada masa Pemerintahan JepangPada tanggal 7 Maret 1942, Jepang berkuasa di Indonesia. Seluruh kegiatan pemerintahan dikendalikan oleh balatentara Jepang yang berkedudukan di Jakarta untuk Jawa dan Madura, Bukit Tinggi untuk Sumatera dan Ujung pandang untuk kepulauan lainnya. Karena hanya singkat masa pemerintahannya, maka tidak banyak perubahan dalam struktur dan sistem pemerintahan termasuk pemerintahan desa. Ini dapat dilihat pada Osamo Seirei 1942, hanya saja beberapa sebutan daerah dan kepala daerahnya diganti dengan bahasa Jepang misalnya Syu-Syuco, Ken-Kenco, Si-Co, Tokubetu Si-Tokubetu Sico, Gun-Gunco, Son-Sonco dan Ku-Kuco. Dapat dikatakan pemerintahan secara umum menghapuskan demokrasi dalam pemerintahan daerah walaupun khusus untuk Ken, Si dan Tokubetu Si sistem itu dilaksanakan secara terbatas. Begitu juga halnya dengan pemerintahan desa, pada prinsipnya IGO dan peraturan lainnya tetap berlaku dan tidak ada perubahan. Untuk itu desa tetap ada dan berjalan sesuai dengan pengaturan sebelumnya. Ada sedikit perubahan khususnya tentang pemilihan kepala desa berdasarkan Osamu Seirei Nomor 7 Tahun 1944. Hal itu berlanjut sampai Indonesia merdeka, setelah Indonesia merdeka, undang-undang ini banyak diubah.2.5 BPD

Badan Permusyawaratan Desa (BPD) merupakan lembaga perwujudan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan desa. Anggota BPD adalah wakil dari penduduk desa bersangkutan berdasarkan keterwakilan wilayah. Anggota BPD terdiri dari Ketua Rukun Warga, pemangku adat, golongan profesi, pemuka agama dan tokoh atau pemuka masyarakat lainnya. Masa jabatan anggota BPD adalah 6 tahun dan dapat diangkat/diusulkan kembali untuk 1 kali masa jabatan berikutnya. Pimpinan dan Anggota BPD tidak diperbolehkan merangkap jabatan sebagai Kepala Desa dan Perangkat Desa. BPD berfungsi menetapkan Peraturan Desa bersama Kepala Desa, menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat.Desa bukanlah bawahan kecamatan, karena kecamatan merupakan bagian dari perangkat daerah kabupaten/kota, dan desa bukan merupakan bagian dari perangkat daerah.

Berbeda dengan Kelurahan, Desa memiliki hak mengatur wilayahnya lebih luas. Namun dalam perkembangannya, sebuah desa dapat diubah statusnya menjadi kelurahan.

Kewenangan desa adalah:

Menyelenggarakan urusan pemerintahan yang sudah ada berdasarkan hak asal usul desa Menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan kabupaten/kota yang diserahkan pengaturannya kepada desa, yakni urusan pemerintahan yang secara langsung dapat meningkatkan pelayanan masyarakat. Tugas pembantuan dari Pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota Urusan pemerintahan lainnya yang diserahkan kepada desa.BAB IIIPENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari uraian diatas dapat disimpulkn sebagai berikut:Desa bersama Kepala Desa, menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat Desa bukanlah bawahan kecamatan, karena kecamatan merupakan bagian dari perangkat daerah kabupaten/kota, dan desa bukan merupakan bagian dari perangkat daerah.

Berbeda dengan Kelurahan, Desa memiliki hak mengatur wilayahnya lebih luas. Namun dalam perkembangannya, sebuah desa dapat diubah statusnya menjadi kelurahan dan Kewenangan desa adalah:

Menyelenggarakan urusan pemerintahan yang sudah ada berdasarkan hak asal usul desa

Menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan kabupaten/kota yang diserahkan pengaturannya kepada desa, yakni urusan pemerintahan yang secara langsung dapat meningkatkan pelayanan masyarakat.

Tugas pembantuan dari Pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota

Urusan pemerintahan lainnya yang diserahkan kepada desa.3.2 Saran

Setelah membaca dan menghayati makalah tersebut di atas diharapkan para pembacasenantiasa mau memanfaatkan potensi yangada di desa mereka sebaik mungkin sehingga dapat menguntungkan desa mereka.

Semoga makalah ini bermanfaat bagi perkembangan pengetahuan dan bermanfaat bagi pembaca.DAFTAR PUSTAKAid.wikipedia.org/wiki/Desa diakses pada tanggal 4 januari 2011id.wikipedia.org/wiki/Balapulang,_Tegal diakses pada tanggal 4 januari 2011www.bps.go.id/hasilSP2010/jateng/3328.pdf4 januari 2011http://id.wikipedia.org/wiki/Sumber_daya_alam4 januari 20119